Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KASUS INDIVIDU

ASUHAN KEBIDANAN BAYI, BALITA, ANAK DAN ANAK PRA SEKOLAH

PADA BY. A UMUR 3 BULAN DENGAN IMUNISASI

DPT COMBO II DAN POLIO TETES 2

DI UPTD. PUSKESMAS MALUK

Disusun guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan

Praktik Klinik Asuhan Kebidanan Bayi, Balita, Anak dan Anak Pra Sekolah

Program Studi Profesi Bidan

Disusun oleh:

Nama : Umi Nasikah, S.ST NIM : 2022E2E012

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PRODI PROFESI BIDAN JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN AKADEMIK 2022


HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN KASUS INDIVIDU

ASUHAN KEBIDANAN BAYI, BALITA, ANAK DAN ANAK PRA SEKOLAH

PADA BY. A UMUR 3 BULAN DENGAN IMUNISASI

DPT COMBO II DAN POLIO TETES 2

DI UPTD. PUSKESMAS MALUK

Disusun oleh:

Nama : Umi Nasikah, S.ST NIM : 2022E2E012

Telah memenuhi Persyaratan dan Disetujui

Tanggal……………………

Menyetujui,

Pembimbing Lahan Pembimbing Pendidikan

Nena Rosalina, S.ST Risa Arieska, S.Tr.Keb.M.Keb


NIP. 1991051520190220002 NIDN. 0824039601
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………
A. Latar Belakang…………………………………………………………………….
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………
C. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus…………………………………………………
D. Manfaat……………………………………………………………………………
BAB II TINJAUAN TEORI…………………………………………………………………
A. Imunisasi ……………………………………………………………………………
B. Daftar Tilik Imunisasi……………………………………………………………….
C. Managemen kebidanan menurut SOAP………………………………………………
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian data subyektif……………………………………………………………
B. Pengkajian data obyektif……………………………………………………………
C. Data penunjang………………………………………………………………………
D. Analisa data…………………………………………………………………………
E. Penatalaksaan…………………………………………………………………………
BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………………………………
BAB V PENUTUP…………………………………………………………………………
A. Kesimpulan………………………………………………………………………
B. Saran…………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...
LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal dengan sasaran
pada bayi baru lahir sampai usia 11 bulan untuk mencapai kadar kekebalan di
atas ambang perlindungan. Kelengkapan imunisasi dasar mencakup
imunisasi hepatitis B diberikan dalam 12 jam setelah lahir sebanyak 1 kali,
BCG sebanyak 1 kali, DPT-HB-Hib sebanyak 3 kali, polio sebanyak 4 kali
dan campak sebanyak 1 kali sedangkan untuk imunisasi lanjutan dilakukan
pada usia 18 bulan dengan pemberian polio sebanyak 4 kali dan campak
sebanyak 1 kali. Imunisasi BCG dilakukan dengan memberikan vaksin BCG
yang bertujuan memberi kekebalan tubuh terhadap penyakit tuberkulosis,
imunisasi DPT dilakukan dengan pemberian vaksin DPT dengan tujuan
meningkatkan kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus,
imunisasi HB (hepatitis B) dengan memberikan vaksin hepatitis B ke tubuh
untuk melindungi tubuh dari penyakit hepatitis B, imunisasi Hib memberikan
kekebalan tubuh terhadap penyakit yang meningitis (radang otak) yang
disebabkan bakteri Haemophilus influenza type B, imunisasi polio dengan
memberikan vaksin polio (oral) untuk melindungi tubuh terhadap penyakit
polio. Imunisasi campak dengan tindakan memberikan vaksin campak untuk
melindungi tubuh dari penyakit campak.
Akibat yang ditimbulkan jika tidak mendapatkan imunisasi lengkap
adalah tingginya angka kesakitan dan kematian penyakit antara lain campak,
ISPA (infeksi saluran pernafasan akut) dan tuberkulosis. Pemerintah berusaha
menurunkan angka kesakitan penyakit tersebut dengan pengobatan kasus
secara standar dan pentingnya pencegahan dengan cara imunisasi. Penelitan
mengatakan ada hubungan status imunisasi dengan kejadian ISPA pada
balita. Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan bakteri
Mycobacterium tuberculosis dan penularan melalui dahak penderita.
Penelitian membuktikan ada hubungan antara pemberian imunisasi BCG
dengan kejadian penyakit TB paru pada anak dan balita. Campak adalah
infeksi akut yang disebabkan oleh virus campak dan sangat menular, kematian
pada penyakit campak disebabkan karena komplikasinya. Status imunisasi
tidak lengkap pada anak merupakan faktor risiko kejadian campak.
Angka prevalensi penyakit yang disebabkan oleh faktor imunisasi di
Indonesia ditunjukkan dengan angka kasus kematian antara lain; pneumonia
(496 kasus), difteri (16 kasus) dan campak (8 kasus). sedangkan di provinsi NTB tahun 2020
kasus PD3I tersangka campak (6 kasus) dan difteri (1 kasus) tetapi di tahun 2021 0 kasus. Di
kabupaten Sumbawa Barat sendiri tidak ada kejadian akibat tidak dilakukan imunisasi.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana cara melaksanakan asuhan kebidanan bayi, balita, anak dan anak prasekolah pada
by. A umur 3 bulan dengan imunisasi DPT Combo II dan OPV II di UPTD. Puskesmas Maluk?

C. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus

1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan bayi, balita, anak dan anak prasekolah pada by. A umur 3
bulan dengan imunisasi DPT Combo II dan OPV II di UPTD. Puskesmas Maluk.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian kebidanan data subyektif dan obyektif pada by. A umur 3
bulan dengan imunisasi DPT Combo II dan OPV II
b. Melakukan analisa kebidanan pada by. A umur 3 bulan dengan imunisasi DPT
Combo II dan OPV II
c. Menyusun perencanaan pelayanan kebidanan pada by. A umur 3 bulan dengan
imunisasi DPT Combo II dan OPV II
d. Melakukan pendokumentasian pelayanan kebidanan pada by. A umur 3 bulan dengan
imunisasi DPT Combo II dan OPV II

D. Manfaat

1. Bagi Lahan Praktik


Sebagai masukan untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan dalam melaksanakan
asuhan kebidanan p bayi, balita, anak dan anak prasekolah dengan imunisasi DPT
Combo dan OPV.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Dapat dijadikan sebagai masukan untuk pengembangan materi yang telah diberikan
baik dalam proses perkuliahan maupun praktik lapangan agar mampu menerapkan
secara langsung mengenai Asuhan kebidanan bayi, balita, anak dan anak prasekolah.

3. Bagi Pasien
Mendapatkan pelayanan Asuhan Kebidanan bayi, balita, anak dan anak prasekolah
yang sesuai.

4. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan kebidanan dalam melaksanakan
ketrampilan asuhan kebidanan pada bayi, balita, anak dan anak prasekolah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Imunisasi
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi, berarti diberikan
kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit
tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain. Imunisasi adalah suatu upaya untuk
menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga
apabila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit
ringan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).
Imunisasi merupakan salah satu cara yang efektif untuk mencegah penularan penyakit
dan upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian pada bayi dan balita (Mardianti & Farida,
2020). Imunisasi merupakan upaya kesehatan masyarakat paling efektif dan efisien dalam
mencegah beberapa penyakit berbahaya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2020).
Imunisasi merupakan upaya pencegahan primer yang efektif untuk mencegah terjadinya
penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan imunisasi (Senewe et al., 2017).
Jadi Imunisasi ialah tindakan yang dengan sengaja memberikan antigen atau bakteri dari
suatu patogen yang akan menstimulasi sistem imun dan menimbulkan kekebalan, sehingga hanya
mengalami gejala ringan apabila terpapar dengan penyakit tersebut.

2. Manfaat Imunisasi
Manfaat imunisasi tidak bisa langsung dirasakan atau tidak langsung terlihat. Manfaat
imunisasi yang sebenarnya adalah menurunkan angka kejadian penyakit, kecacatan maupun
kematian akibat penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi tidak hanya
dapat memberikan perlindungan kepada individu namun juga dapat memberikan perlindungan
kepada populasi Imunisasi adalah paradigma sehat dalam upaya pencegahan yang paling efektif
(Mardianti & Farida, 2020).
Imunisasi merupakan investasi kesehatan untuk masa depan karena dapat memberikan
perlindungan terhadap penyakit infeksi, dengan adanya imunisasi dapat memberikan perlindunga
kepada indivudu dan mencegah seseorang jatuh sakit dan membutuhkan biaya yang lebih mahal.

3. Hambatan imunisasi
Perbedaan persepsi yang ada di masyarakat menyebabkan hambatan terlaksananya
imunisasi. Masalah lain dalam pelaksanakan imunisasi dasar lengkap yaitu karena takut anaknya
demam, sering sakit, keluarga tidak mengizinkan, tempat imunisasi jauh, tidak tahu tempat
imunisasi, serta sibuk/ repot (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).
Pemahaman mengenai imunisasi bahwa imunisasi dapat menyebabkan efek samping
yang membahayakan seperti efek farmakologis, kealahan tindakan atau yang biasa disebut
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) seperti nyeri pada daerah bekas suntikan, pembengkakan
lokal, menggigil, kejang hal ini menyebabkan orang tua atau masyarakat tidak membawa
anaknya ke pelayanan kesehatan sehingga mengakibatkan sebagian besar bayi dan balita belum
mendapatkan imunisasi (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

4. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi


Berdasarkan Info Datin Kementerian Kesehatan (2016), penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi yaitu :
a. Pada imunisasi wajib antara lain: polio, tuberculosis, hepatitis B, difteri, campak rubella dan
sindrom kecacatan bawaan akibat rubella (congenital rubella syndrome/CRS)
b. Pada imunisasi yang dianjurkan antara lain: tetanus, pneumonia (radang paru), meningitis
(radang selaput otak), cacar air. Alasan pemberian imunisasi pada penyakit tersebut karena
kejadian di Indonesia masih cukup tinggi dapat dilihat dari banyaknya balita yang meninggal
akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I).
c. Pada imunisasi lain disesuaikan terhadap kondisi suatu negara tertentu

5. Imunisasi di Indonesia
Di Indonesia program imunisasi yang terorganisasi sudah ada sejak tahun 1956, pada
tahun 1974 dinyatakan bebas dari penyakit cacar (Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2015). Kegiatan imunisasi dikembangkan menjadi PPI (Program Pengembangan
Imunisasi) pada tahun 1977, dalam upaya mencegah penularan terhadap beberapa Penyakit
yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) seperti Tuberkulosis, Difteri, Pertusis,
Campak, Polio, Tetanus serta Hepatitis B (Permenkes, 2017).
Perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi khususnya dalam bidang
kesehatan mendorong peningkatan kualitas pelayanan imunisasi ditandai dengan penemuan
beberapa vaksin baru seperti Rotavirus, Jappanese Encephalitis, dan lain-lain. Selain itu
perkembangan teknologi juga telah menggabungkan beberapa jenis vaksin sebagai vaksin
kombinasi yang terbukti dapat meningkatkan cakupan imunisasi, mengurangi jumlah
suntikan dan kontak dengan petugas (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2015).

6. Program Pemerintah untuk Imunisasi


Berdasarkan Keputusan Meteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 Tentang
Penyelenggaraan Imunisasi, pokok-pokok kegiatan pemerintah untuk imunisasi yaitu:
a. Imunisasi Rutin
Kegiatan imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi secara wajib dan
berkesinambungan harus dilaksanankan pada periode waktu yang telah ditetapkan sesuai
dengan usia dan jadwal imunisasi. Berdasarkan kelompok umur sasaran, imunisasi rutin
dibagi menjadi:
1) Imunisasi rutin pada bayi
2) Imunisasi rutin pada wanita usia subur
3) Imunisasi rutin pada anak sekolah
Berdasarkan tempat pelayanan imunisasi rutin dibagi menjadi:
1) Pelayanan imunisasi di dalem Gedung dilaksanakan di puskesmas, puskesmas
pembantu, rumah sakit, rumah bersalin dan polindes
2) Pelayanan imunisasi di luar Gedung dilaksanakan di posyandu, kunjungan rumah dan
sekolah
3) Pelayanan imunisasi rutin juga dapat diselenggarakan oleh swasta seperti, rumah sakit,
dokter praktik dan bidan praktik

b. Imunisasi Tambahan
Imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang tidak wajib dilaksanakan, hanya
dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan dan evaluasi, yang
termasuk imunisasi tambahan meliputi
1) Backlog fighting
Backlog adalah upaya aktif di untuk melengkapi Imunisasi dasar pada anak yang
berumur 1-3 tahun. Dilaksanakan di desa yang tidak mencapai (Universal Child
Imumunization / UCI) selama dua tahun.
2) Crash program
Kegiatan ini ditujukan untuk wilayah yang memerlukan intervensi secara
cepat karena masalah khusus seperti:
a) Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi
b) Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang
c) Desa yang selama tiga tahun berturut-turut tidak mencapai (Universal Child
Imumunization / UCI).
Kegiatan ini biasanya menggunakan waktu yang relatif panjang, tenaga dan
biyaya yang banyak maka sangat diperlukan adanya evaluasi indikator yang perlu
ditetapkan misalnya campak, atau campak terpadu dengan polio

3) PIN (Pekan Imunisasi Nasional)


Pekan Imunisasi Nasional suatu kegiatan untuk memutus mata rantai penyebaran
virus polio atau campak dengan cara memberikan vaksin polio dan campak kepada setiap
bayi dan balita tanpa mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya. Pemberian
imunisasi campak dan polio pada waktu PIN di samping untuk memutus rantai penularan
juga berguna sebagai imunisasi ulangan.

4) Kampanye (Cath Up Campaign)


Kegiatan-kegiatan imunisasi maasal yang dilakukan secara bersamaan di wilayah
tertentu dalam upaya memutuskan mata rantai penyakit penyebab PD3I.

5) Imunisasi dalam Penanggulangan KLB


Pelaksanaan kegiatan Imunisasi dalam penanganan KLB disesuaikan dengan
situasi epidemiologi penyakit.

7. Jadwal Imunisasi

Jadwal imunisasi IDAI tahun 2020 (IDAI, 2020)


Gambar 1 Jadwal Imunisasi

Jadwal Imunisasi Anak Umur 0 - 18 Tahun, makna warna pada jadwal imunisasi yaitu,
kolom biru menandakan jadwal pemberian imunisasi optimal sesuai usia. Kolom kuning
menandakan masa untuk melengkapi imunisasi yang belum lengkap. Kolom merah muda
menandakan imunisasi penguat atau booster.
Kolom warna kuning tua menandakan imunisasi yang direkomendasikan untuk
daerah endemik. Imunisasi yang merupakan rekomendasi IDAI Tahun 2020
antara lain

a. Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B monovalen paling baik diberikan kepada bayi segera setelah lahir
sebelum berumur 24 jam, didahului penyuntikan vitamin K1 minimal 30 menit sebelumnya. Bayi
lahir dari ibu HBsAg positif, segera berikan vaksin HB dan immunoglobulin hepatitis B (HBIg)
pada ekstrimitas yang berbeda, maksimal dalam 7 hari setelah lahir. Imunisasi HB selanjutnya
diberikan bersama DTwP atau DTaP (IDAI, 2020).

b. Vaksin polio
Vaksin Polio 0 sebaiknya diberikan segera setelah lahir. Apabila lahir di fasilitas
kesehatan diberikan bOPV-0 saat bayi pulang atau pada kunjungan pertama. Selanjutnya berikan
bOPV atau IPV bersama DTwP atau DTaP. Vaksin IPV minimal diberikan 2 kali sebelum
berusia 1 tahun bersama DTwP atau DTaP (IDAI, 2020).

c. Vaksin BCG
Vaksin BCG sebaiknya diberikan segera setelah lahir atau segera mungkin sebelum bayi
berumur 1 bulan. Bila berumur 2 bulan atau lebih, BCG diberikan bila uji tuberkulin negatif.
(IDAI, 2020).

d. Vaksin DPT
Vaksin DPT dapat diberikan mulai umur 6 minggu berupa vaksin DTwP atau DTaP.
Vaksin DTaP diberikan pada umur 2, 3, 4 bulan atau 2, 4, 6 bulan. (IDAI, 2020).

e. Vaksin Hib
Vaksin Hib diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Kemudian booster Hib diberikan pada
usia 18 bulan di dalam vaksin pentavalent (IDAI, 2020).

f. Vaksin pneumokokus (PCV)


PCV diberikan pada umur 2, 4, dan 6 bulan dengan booster pada umur 12- 15 bulan. Jika
belum diberikan pada umur 7-12 bulan, berikan PCV 2 kali dengan jarak 1 bulan dan booster
setelah 12 bulan dengan jarak 2 bulan dari dosis sebelumnya. (IDAI, 2020).

g. Vaksin rotavirus
Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, dosis pertama mulai umur 6 minggu, dosis
kedua dengan internal minimal 4 minggu, harus selesai pada umur 24 minggu. Vaksin rotavirus
pentavalen diberikan 3 kali, dosis pertama 6-12 minggu, dosis kedua dan ketiga dengan interval
4 sampai 10 minggu, harus selesai pada umur 32 minggu (IDAI, 2020).

h. Vaksin influenza
Vaksin influenza diberikan mulai umur 6 bulan, diulang setiap tahun. (IDAI, 2020).
i. Vaksin MR/MMR
Vaksin MR / MMR pada umur 9 bulan berikan vaksin MR. Bila sampai umur 12 bulan
belum mendapat vaksin MR, dapat diberikan MMR. Umur 18 bulan berikan MR atau MMR.
Umur 5-7 tahun berikan MR (dalam program BIAS kelas 1) atau MMR (IDAI, 2020).

j. Vaksin jepanese encephalitis (JE)


Vaksin JE diberikan mulai umur 9 bulan di daerah endemis atau yang akan bepergian ke
daerah endemis. Untuk perlindungan jangka panjang dapat berikan booster 1-2 tahun kemudian
(IDAI, 2020).

k. Vaksin varisela
Vaksin varisela diberikan mulai umur 12-18 bulan. (IDAI, 2020).

l. Vaksin hepatitis A
Vaksin hepatitis A diberikan 2 dosis mulai umur 1 tahun, dosis ke-2 diberikan 6 bulan
sampai 12 bulan kemudian (IDAI, 2020).

m. Vaksin tifoid
Vaksin tifoid polisakarida diberikan mulai umur 2 tahun dan diulang setiap 3 tahun
(IDAI, 2020).

n. Vaksin human papilloma virus (HPV)


Vaksin HPV diberikan pada anak perempuan umur 9-14 tahun 2 kali dengan jarak 6-15
bulan (atau pada program BIAS kelas 5 dan 6). (IDAI, 2020).

o. Vaksin dengue
Vaksin dengue diberikan pada anak umur 9-16 tahun dengan seropositif dengue yang
dibuktikan adanya riwayat pernah dirawat dengan diagnosis dengue (pemeriksaan antigen NS-1
dan atau uji serologis IgM/IgG antidengue positif) atau dibuktikan dengan pemeriksaan serologi
IgG anti positif (IDAI, 2020).
B. DAFTAR TILIK IMUNISASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
1. Alamat : Jl. K. H. Ahmad Dahlan No. 1 Telp. (0370) 6848700 Pagesangan Mataram

Daftar Tilik Imunisasi Hepatitis B0


PENILAINAN

Nilai 0 : Perlu Perbaikan


Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar dan berurutan.
Nilai 1 : Mampu
Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan tetapi kurang tepat,
pembimbing perlu membantu atau mengingatkan.
Nilai 2 : Mahir
Langkah dikerjakan dengan benar dan tanpa ragu-ragu serta berurutan
sesuai prosedur
NO PROSEDUT TINDAKAN NILAI
0 1 2
1. Menyiapkan alat-alat di dekat bayi
Siapkanlah alat-alat dan bahan-bahan secara ergonomis
2. Menjelaskan kepada ibu ibu dan bayi mengenai prosedur yang akan
dilakukan
Bila ibu mengetahui dengan jelas mengenai prosedur/tindakan yang akandilakukan
maka ia biasanya lebih mudah diajak untuk bekerjasama
3. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir lalu
mengeringkannya. Untuk pencegahan infeksi sebelum melaksanakan tindakan
Lepaskan semua perhiasan dari lengan dan tangan
4. Mempersiapkan posisi bayi
Penyuntikan dilakukan pada 1/3 paha bagian luar secara IM
5. Mengambil uniject dari dalam termos vaksin/lemari pendingin
Pastikan uniject tidak kadaluarsa
6. Membuka kantong alumunium/plastik dan mengeluarkan uniject
7. Memegang uniject pada leher dan tutup jarum dengan memegang keduanya
di antara jari telunjuk dan jempol
8. Mendorong tutup jarum ke arah lateral dengan tekanan
9. Meneruskan mendorong sampai tidak ada jarak antara tutup jarum dan leher
Saat uniject diaktifkan akan terasa ada hambatan dan rasa menembuslapisan
10. Membuka tutup jarum
11. Memegang uniject pada bagian leher dan memasukkan jarum pada bayi
Pada imunisasi jenis uniject tidak diperlukan aspirasi. Sewaktu penyuntikanusahakan
anak berada dalam keadaan tenang
12. Memijat reservoir dengan kuat untuk memasukkan vaksin, setelah reservoir
kempis cabut uniject dari paha bayi dengan cepat. Pastikan seluruh unijectmasuk ke
tubuh bayi
13. Membuang uniject yang sudah tidak terpakai di tempat benda tajam
14. Membereskan alat-alat yang telah dipergunakan
15. Mencuci kedua tangan dengan menggunakan sabun di air mengalir lalu
mengeringkannya
16. Mengamati reaksi bayi pasca penyuntikan
17. Mengingatkan ibu untuk kunjungan ulang imunisasi
18. Menulis di buku catatan mengenai tindakan yang telah dilakukan dan
memberitahukan hal-hal yang perlu diketahui oleh ibu bayi
1.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
Alamat : Jl. K. H. Ahmad Dahlan No. 1 Telp. (0370) 6848700 Pagesangan Mataram
Daftar Tilik Imunisasi BCG
PENILAIAN
Nilai 0 : Perlu Perbaikan
Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar dan berurutan.
Nilai 1 : Mampu
Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan tetapi kurang tepat, pembimbing
perlu membantu atau mengingatkan.
Nilai 2 : Mahir
Langkah dikerjakan dengan benar dan tanpa ragu-ragu serta berurutan sesuai
prosedur
NO PROSEDUR /TINDAKAN NILAI
0 1 2
SIKAP DAN PERILAKU
1. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri Anda
2 Menjelaskan kepada ibu ibu dan bayi mengenai prosedur yang
akan dilakukan
Bila ibu mengetahui dengan jelas mengenai prosedur/tindakan yang akandilakukan
maka ia biasanya lebih mudah diajak untuk bekerjasama
3. Menanyakan identitas pasien pada orang tua anak
4.Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir lalu
mengeringkannya
Untuk pencegahan infeksi sebelum melaksanakan tindakanLepaskan
semua perhiasan dari lengan dan tangan
CONTENT/ISI
5. Menyiapkan alat-alat di dekat bayi
Siapkanlah alat-alat dan bahan-bahan secara ergonomis
6. Membuka ampul vaksin
Pastikan sebelumnya vaksin tidak kadaluarsa
7. Melilitkan plastik pada leher ampul dengan erat
8. Mempertahankan ampul vaksin pada lehernya dengan hati-hati keluar darililitan
9. Melarutkan vaksin BCG dengan pelarut vaksin BCG
Gunakan semprit 5 cc yang steril
10. Menggoyang-goyangkan ampul vaksin hingga vaksin larut secara merata
11. Mengisi semprit dengan vaksin BCG menggunakan semprit 0,1 cc
12. Mengeluarkan gelembung udara
Perhatikan agar vaksin tidak terlalu banyak atau sedikit, ukur agar pistont epat
pada skala 0,05 cc
13. Mengatur posisi bayi
Bayi dapat dipangku ibunya atau dibaringkan
14. Membersihkan lengan kanan bayi dengan menggunakan kapas yang dibasahi air
Matang/DTT
15. Memegang lengan anak dengan tangan kiri dan memegang semprit dengan
tangan kanan, lubang jarum semprit menghadap ke atas
16. Memasukkan ujung jarum ke dalam kulit sedikit mungkin melukai kulit
Penyuntikan dilakukan pada 1/3 lengan kanan bagian atas, suntikan dilakukan
secara intracutan
17. Meletakkan ibu jari tangan kiri diatas ujung barrel. Memegang pangkal barrel antara
jari telunjuk dan jari tengah, alu dorong piston dengan ibu jari tangan kanan
18. Menyuntikan 0,05 cc vakisn BCG hingga ada gelembung
19. Mencabut jarum secara perlahan
20. Merapikan Kembali alat dan bahan yang telah dipergunakan
21. Mencuci kedua tangan dengan menggunakan sabun di air mengalir lalu keringkan
dengan handuk atau kain bersih
22. Mengamati reaksi bayi pasca penyuntikan

23. Mengingatkan ibu untuk kunjungan ulang imunisasi

24. Menulis di rekam medis dan buku KIA mengenai tindakan yang telah dilakukan dan
memberitahukan hal-hal yang perlu diketahui kepada ibu pasca penyuntikan
1.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
Alamat : Jl. K. H. Ahmad Dahlan No. 1 Telp. (0370) 6848700 Pagesangan Mataram
Daftar Tilik Imunisasi DPT
PENILAIAN
Nilai 0 : Perlu Perbaikan
Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar dan berurutan.
Nilai 1 : Mampu
Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan tetapi kurang tepat, pembimbing
perlu membantu atau mengingatkan.
Nilai 2 : Mahir
Langkah dikerjakan dengan benar dan tanpa ragu-ragu serta berurutan sesuai
prosedur
NO PROSEDUR TINDAKAN NILAI
0 1 2
SIKAP DAN PERILAKU
1. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri Anda
2. Menjelaskan kepada ibu ibu dan bayi mengenai prosedur yang
akan dilakukan
Bila ibu mengetahui dengan jelas mengenai prosedur/tindakan yang akandilakukan
maka ia biasanya lebih mudah diajak untuk bekerjasama
3. Menanyakan identitas pasien pada orang tua anak
Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir lalu
4.
mengeringkannya
Untuk pencegahan infeksi sebelum melaksanakan tindakanLepaskan
semua perhiasan dari lengan dan tangan
CONTENT/ISI
5. Menyiapkan alat-alat di dekat bayi
Siapkanlah alat-alat dan bahan-bahan secara ergonomis
6. Membuka ampul vaksin
Pastikan sebelumnya vaksin tidak kadaluarsa
7. Mengusap karet penutup pada flakon dengan menggunakan kapas basah
sebagai tindakan desinfeksi
8. Mengambil semprit steril ukuran 1 cc dan memasang jarum DPT ke dalam
semprit tersebut
9. Membuka tutup jarum dan menghisap udara ke dalam semprit sebanyak 0,5cc
Lakukan dengan hati-hati sewaktu melakukannya, jaga agar tetap steril
10. Menusukkan jarum ke dalam karet penutup flakon lalu masukkan udaranya
ke dalam flakon
11. Membalikkan flakon vaksin sehingga posisi berada di atas jarum, lalu
menyedot 0,5 cc vaksin ke dalam semprit
Lakukan dengan benar dan hati-hati, sewaktu mengisikan vaksin perhatikanvaksin
sudah tercampur dengan rata dan tidak ada vaksin yang beku
12. Mencabut jarum dari flakon, semprit di tegak luruskan ke atas untuk melihat
apakah terdapat gelembung udara, doronglah piston sehingga gelembung udara
keluar
13. Mengatur posisi bayi, bayi dapat dipangku oleh ibu atau dibaringkan dengan
dipegangi oleh ibu
Bayi dapat dipangku ibunya atau dibaringkan
14. Menyuntikkan vaksin DPT sebanyak 0,5 cc dilakukan pada1/3 paha kiri sebelah luar
dengan suntikan IM
15. Mencabut jarum secara perlahan
16. Membereskan alat-alat yang telah dipergunakan
17. Mencuci kedua tangan dengan menggunakan sabun di air mengalir lalu
mengeringkannya
18. Mengamati reaksi bayi pasca penyuntikan
19. Mengingatkan ibu untuk kunjungan ulang imunisasi
20. Menulis di rekam medis dan buku KIA mengenai tindakan yang telah dilakukan dan
memberitahukan hal-hal yang perlu diketahui kepada ibu pasca penyuntikan
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
1. FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
Alamat : Jl. K. H. Ahmad Dahlan No. 1 Telp. (0370) 6848700 Pagesangan Mataram

Daftar Tilik Imunisasi OPV

PENILAIAN
NO PROSEDUR TINDAKAN NILAI
0 1 2
SIKAP DAN PERILAKU
1. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri Anda

2. Menjelaskan kepada ibu ibu dan bayi mengenai prosedur yang


akan dilakukan
Bila ibu mengetahui dengan jelas mengenai prosedur/tindakan yang akandilakukan
maka ia biasanya lebih mudah diajak untuk bekerjasama
3. Menanyakan identitas pasien pada orang tua anak
4.
Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir lalu
mengeringkannya
Untuk pencegahan infeksi sebelum melaksanakan tindakanLepaskan
semua perhiasan dari lengan dan tangan
CONTENT/ISI
5. Menyiapkan alat-alat di dekat bayi
Siapkanlah alat-alat dan bahan-bahan secara ergonomis
6. Membuka tutup metal dan tutup karet pada flakon vaksin polio
Pastikan vaksin belum kadaluarsa
7. Memasang pipet plastik pada flakon
8. Mengatur posisi bayi, untuk lebih memudahkan bayi dapat sambil dipangku
oleh ibunya
9. Menekan kedua pipi bayi dengan menggunakan kedua jari tangan kiri,sehingga
bayi membuka mulutnya
Lakukan dengan lembut dan hati-hati, jangan sampai melukai bayi

10. Tangan kanan memegang flakon vaksin polio, lali meneteskan 2 tetes vaksin
ke mulut bayi
11. Merapikan kembali alat-alat yang telah dipergunakan
12. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun di air mengalir lalu
mengeringkannya
13. Menulis di rekam medis dan buku KIA mengenai tindakan yang telah dilakukan dan
memberitahukan hal-hal yang perlu diketahui kepada ibu pasca penyuntikan
1.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
Alamat : Jl. K. H. Ahmad Dahlan No. 1 Telp. (0370) 6848700 Pagesangan Mataram
Daftar Tilik Imunisasi IPV
PENILAIAN
Nilai 0 : Perlu Perbaikan
Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar dan berurutan.
Nilai 1 : Mampu
Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan tetapi kurang tepat,
pembimbing perlu membantu atau mengingatkan.
Nilai 2 : Mahir
Langkah dikerjakan dengan benar dan tanpa ragu-ragu serta berurutan sesuai
prosedur
NO PROSEDUR TINDAKAN NILAI
0 1 2
SIKAP DAN PERILAKU
1. Sapa klien dengan ramah dan perkenalkan diri Anda
2. Menjelaskan kepada ibu ibu dan bayi mengenai prosedur yang
akan dilakukan
Bila ibu mengetahui dengan jelas mengenai prosedur/tindakan yang akandilakukan
maka ia biasanya lebih mudah diajak untuk bekerjasama
3. Menanyakan identitas pasien pada orang tua anak
Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir lalu
4.
mengeringkannya
Untuk pencegahan infeksi sebelum melaksanakan tindakanLepaskan
semua perhiasan dari lengan dan tangan
CONTENT/ISI
5. Menyiapkan alat-alat di dekat bayi
Siapkanlah alat-alat dan bahan-bahan secara ergonomis
6. Membuka ampul vaksin
Pastikan sebelumnya vaksin tidak kadaluarsa
7. Mengusap karet penutup pada flakon dengan menggunakan kapas basah
sebagai tindakan desinfeksi
8. Mengambil semprit steril ukuran 1 cc dan memasang jarum Polio ke dalam
semprit tersebut
9. Membuka tutup jarum dan menghisap udara ke dalam semprit sebanyak 0,5cc
Lakukan dengan hati-hati sewaktu melakukannya, jaga agar tetap steril
10. Menusukkan jarum ke dalam karet penutup flakon lalu masukkan udaranya
ke dalam flakon
11. Membalikkan flakon vaksin sehingga posisi berada di atas jarum, lalu
menyedot 0,5 cc vaksin ke dalam semprit
Lakukan dengan benar dan hati-hati, sewaktu mengisikan vaksin perhatikan vaksin
sudah tercampur dengan rata dan tidak ada vaksin yang beku
12. Mencabut jarum dari flakon, semprit di tegak luruskan ke atas untuk melihat
apakah terdapat gelembung udara, doronglah piston sehingga gelembung udara
keluar
13. Mengatur posisi bayi, bayi dapat dipangku oleh ibu atau dibaringkan dengan
dipegangi oleh ibu
Bayi dapat dipangku ibunya atau dibaringkan
14. Menyuntikkan vaksin Polio sebanyak 0,5 cc dilakukan pada 1/3 paha kanan sebelah
luar dengan suntikan IM
15. Mencabut jarum secara perlahan
16. Membereskan alat-alat yang telah dipergunakan
17. Mencuci kedua tangan dengan menggunakan sabun di air mengalir lalu
mengeringkannya
18. Mengamati reaksi bayi pasca penyuntikan
19. Mengingatkan ibu untuk kunjungan ulang imunisasi
20. Menulis di rekam medis dan buku KIA mengenai tindakan yang telah dilakukan dan
memberitahukan hal-hal yang perlu diketahui kepada ibu pasca penyuntikan
1.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
Alamat : Jl. K. H. Ahmad Dahlan No. 1 Telp. (0370) 6848700 Pagesangan Mataram
Daftar Tilik Imunisasi Campak
PENILAIAN
Nilai 0 : Perlu Perbaikan
Langkah atau tugas tidak dikerjakan dengan benar dan berurutan.
Nilai 1 : Mampu
Langkah dikerjakan dengan benar dan berurutan tetapi kurang tepat,
pembimbing perlu membantu atau mengingatkan.
Nilai 2 : Mahir
Langkah dikerjakan dengan benar dan tanpa ragu-ragu serta berurutan sesuai
prosedur
NO PROSEDUR TINDAKAN NILAI

0 1 2
SIKAP DAN PERILAKU
1. Menyapa ibu anak atau bayi dengan ramah dan memperkenalkan diri sebagai
petugas kesehatan kepada ibu
2. Menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan efek samping, tempat
injeksi dan lain-lain
3. Menanyakan identitas pasien pada orang tua anak

4. Jaga privasi/kenyamanan anak


CONTENT/ISI
Persiapkan Alat:
a. Vaksin campak dalam cold pack
b. Pelarut vaksin
c. Gergaji ampul
d. Jarum suntik 5 cc (untuk pelarut vaksin)
5. e. Spuit one used 0,5 cc untuk menyuntikan vaksin
f. Kapas Kering
g. Kapas Basah
h. Perlak
i. Sarung tangan
j. Safety box
k. Bengkok
l. Larutan klorin 0,5%
m. Buku KIA/Catatan Imunisasi
Pasien:
6. Atur posisi bayi sesuai imunisasi yang akan diberikan. Memposisikan bayi
duduk dengan digendong oleh ibunya dan membebaskan daerahyang akan
disuntik dari pakaian.
7. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
Mengecek jenis vaksin yang akan dibutuhkan oleh bayi/anak pada saat
8. kunjungan dari buku KIA atau catatan imunisasi bayi, sekaligusmemastikan
bahwa vaksin tidak kadaluarsa
Mempersiapkan vaksin yang akan diberikan dengan mendekatkan coldpack di
9. meja yang tidak terkena sinar matahari langsung
10. Meletakkan vaksin di atas spon/busa yang berasa di dalam cold pack agar vaksin
tidak terendam air untuk mencegah kontaminasi vaksin dari
bakteri lain
11. Memasang perlak
12. Memakai sarung tangan
13. Mengambil vaksin dari cold pack dan siapkan pelarut Campak. Sebelum pelarut
dimasukkan dalam ampul, maka pelarut harus diupayakan diletakkan dalam cold pack
sehingga suhu pelarut sama
dengan suhu campak kering dalam ampul
14. Buka penutup karet ampul kemudian desinfeksi karet ampl dengan kapas basah
15. Menyedot pelarut dengan jarum steril 5 cc, kemudian masukkan ke dalam ampul
campak kering perlahan-lahan hingga semua pelarut
masuk ke dalam ampul. Campur vaksin dengan pelarut dengan cara vial di putar
satu arah di tempat yang datar secara perlahan-lahan
16. Menyiapkan daerah tempat penyuntikan dengan tepat dan bersih di mana darah
dan cairan tubuh tidak mungkin keluar. Segera siapkan vaksin sewaktu akan
memberikan suntikan, jangan siapkan beberapa spuit vaksin terlebih dahulu
sebelum bayi yang akan diimunisasi siap
17. Menyedot vaksin campak sebanyak 0,5 cc dan jangan biarkan jarum yang dipakai
untuk menyedot vaksin terpasang di bagian paling atas atau tutup ampul vaksin
18. Menarik jarum dalam ampul. Untuk menghilangkan gelembung udara,
pegang spuit tegak lurus dan buka penyumbatnya, kemudian tekan dengan hati-hati
ke tanda tutup
19. Menentukan tempat penyuntikan di lengan kiri atas 1/3 bagian secara Subcutan

20. Mendesinfeksi tempat penyuntikan dengan kapas basah (bukan kapas


alkohol)
21. Menyuntikkan vaksin campak secara subcutan (dengan sudut spuit 450), dengan
posisi lubang jarum menghadap ke atas. Memastikan jarus tidak masuk dalam
pembuluh darah dengan melakukan aspirasi. Hapus darah di lokasi penyuntikan
dengan menggunakan kapas kering
22. Masukkan spuit kedalam larutan klorin, hisap larutan klorin ke dalam
spuit kemudian masukkan ke dalam safety box
23. Memberitahukan pada ibu tentang reaksi lokal seperti demam ringan dan
kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah
vaksinasi
24. Membereskan semua peralatan yang digunakan, dan pisahkan sampah
kering dan sampah basah

25. Mengamati reaksi bayi pasca penyuntikan


26. Mengingatkan ibu untuk kunjungan ulang imunisasi
27. Mendokumentasikan imunisasi yang telah diberikan di buku KIA/catatan imunisasi

C. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai
metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah. Penemuan
penemuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu
keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2004).

2. Tujuh Langkah Manajemen Kebidanan menurut Varney (2004)


Langkah I: Pengkajian
Pengkajian adalah pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi keadaan pasien. Data
dasar ini termasuk riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik. Data yang dikumpulkan meliputi
data subyektif dan data obyektif serta data penunjang (Varney, 2004).
a. Identitas
Adalah data yang didapat dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap suatu situasi
dan kejadian (Nursalam, 2003). Identitas tersebut meliputi:
1) Nama balita : Diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar-benar anak yang
dimaksud. Nama harus jelas dan lengkap serta ditulis juga nama panggilan akrabnya
(Matondang, 2003).
2) Umur : Perlu diketahui mengingat periode anak mempunyai kekhasannya sendiri dalam
morbiditas dan mortalitas. Usia anak juga diperlukan untuk menginterpretasikan apakah
data pemeriksaan klinis anak tersebut normal sesuai umurnya (Matondang, 2003).
3) Jenis kelamin : Jenis kelamin sangat diperlukan selain untuk identitas juga untuk penilaian
data pemeriksaan klinis (Matondang, 2003).
4) Nama orang tua : Agar dituliskan dengan jelas agar tidak keliru dengan orang lain
mengingat banyak nama yang sama (Matondang, 2003).
5) Umur orang tua : Untuk mengetahui faktor-faktor resiko dan tingkat kesuburan (Priharjo,
2007).
6) Agama : Berguna untuk memberikan motivasi pasien sesuai dengan agama yang dianutnya
(Varney, 2004).
7) Pendidikan : Selain sebagai tambahan identitas informasi tentang pendidikan orang tua
baik ayah maupun ibu, dapat menggambarkan keakuratan data yang diperoleh serta dapat
ditentukan pola pendekatan dalam anamnesis (Matondang, 2003).
8) Pekerjaan : Dikaji untuk mengetahui kemampuan orang tua untuk membiayai perawatan
balita (Matondang, 2003).
9) Alamat : Untuk mengetahui dimana lingkungan tempat tinggalnya (Varney, 2004).

b. Anamnesa (Data Subyektif) Adalah data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu
pendapat terhadap situasi dan kejadian (Nursalam, 2003).

1) Alasan datang atau keluhan utama Keluhan utama adalah keluhan atau gejala yang
menyebabkan klien dibawa untuk berobat (Matondang, 2003). Dalam kasus ini alasan datang
karena ibu ingin mengimunisasikan bayinya.

2) Riwayat kesehatan
 ImunisasiStatus imunisasi klien dinyatakan, khususnya imunisasi BCG, DPT, Polio
serta Hepatitis A dan B. Hal tersebut selain diperlukan untuk mengetahui status
perlindungan pediatric yang diperoleh juga membantu diagnosis pada
beberapakeadaan tertentu (Matondang, 2003).
 Riwayat penyakit laluDikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yang pernah diderita,
apabila balita menderita suatu penyakit (Varney, 2004).
 Riwayat penyakit sekarang Dikaji untuk mengetahui keadaan pasien saat ini (Varney,
2004).
 Riwayat penyakit keluarga Dikaji untuk mengetahui status pertumbuhan balita,
terutama pada usia balita dapat ditelaah dari kurva badan terhadap umur dan panjang
badan terhadap umur (Matondang, 2003).
3) Riwayat social
 Yang mengasuh Balita diasuh oleh kedua orang tuanya.
 Hubungan pasien dengan anggota keluarga Dikaji untuk mengetahui hubungan balita
dengan anggota keluarga.
 Hubungan dengan teman sebaya Dikaji untuk mengetahui keharmonisan balita dengan
teman sebayanya.
 Lingkungan rumah Dikaji untuk mengetahui hubungan balita dengan lingkungan
sekitar rumah. Perlu diupayakan untuk mengetahui terdapatnya masalah dalam
keluarga, tetapi harus diingat bahwa masalah ini sering menyangkut hal-hal sensitif,
hingga diperlukan kebijakan dan kearifan tersendiri dalam pendekatannya (Matondang,
2003).

4) Riwayat kebiasaan sehari-hari


 Pola nutrisi
Pola nutrisi yang diberikan mengkaji pada makan balita yang meliputi
frekuensi komposisi, kwantitas, serta jenis dan jumlah minuman. Hal ini untuk
mengetahui apakah gizi balita baik atau buruk, pola makan balita teratur atau tidak
(Morton, 2004). Balita harus mendapat nutrisi yang cukup, baik secara oral maupun
parenteral. Nutrisi yang diberikan harus mengandung elektrolit dan kalori yang
optimal. Diet pada penderita juga harus diberikan, diet harus mengandung kalori dan
protein yang cukup. Sebaiknya rendah selulosa (rendah serat) untuk mencegah
perdarahan dan perforasi (Hadinegoro, 2008).
 Pola istirahat/ tidur Yang perlu dikaji untuk mengetahui pola istirahat dan pola
tidur adalah berupa jam klien tidur dalam sehari apakah ada gangguan (Saifuddin,
2006).
 Personal hygiene Mengkaji frekuensi mandi, gosok gigi, keramas, serta ganti
baju dan celana setidaknya 2x sehari (Wiknjosastro, 2005).
 Aktivitas Pola aktivitas yang perlu dikaji adalah beberapa jam lamanya
istirahat atau tidur dan kegiatan sehari-hari (Saifuddin, 2006).
 Pola eliminasi Dikaji untuk mengetahui beberapa kali BAB dan BAK, adakah
kaitannya dengan obstipasi atau tidak (Hellen, 2007).
c. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif) Data obyektif adalah data yang dapat diobservasi dan
dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2003). Data obyektif tersebut adalah status
generalis, yang meliputi:

1) Status generalis
a) Keadaan umum balita Dikaji untuk mengetahui keadaan umum mencakup keadaan
umum baik, sedang, lemah (Matondang, 2003).
b) Kesadaran
Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai composmentis, apatis, somnolen, spoor,
delirium (Matondang, 2003).
c) Tanda-tanda vital, meliputi:
 Nadi
Untuk menilai kecepatan irama, suara nadi jelas dan teratur.
Nadi normal balita 80 – 120 x per menit (Nursalam, 2005).
 Pernafasan
Menilai sifat pernafasan dan bunyi nafas dalam 1 menit.
Respirasi normal 30 – 40 kali per menit (Hellen, 2007).
 Suhu, Untuk mengetahui temperatur kulit, temperatur kulit normal adalah sekitar
36,5 – 37,50 C.
 Pemeriksaan Sistematis
Pemeriksaan sistematis meliputi antara lain:
1) Kepala : Ubun-ubunnya cekung (Saifuddin, 2006).
a) Rambut : Bagaimana warnanya (Matondang, 2003).
b) Muka : Untuk menilai kesimetrisan wajah dan untuk menilai adanya
pembengkakan pada wajah (Hidayat, 2009).
c) Mata : Conjungtiva dari merah, merah muda sampai pucat, sklera putih,
kelopak mata cekung (Matondang, 2003).
d) Telinga : Serumen banyak sampai bersih, warna kemerahan sampai tak
tampak kemerahan (Matondang, 2003).
e) Hidung : Adakah nafas, cuping hidung, kotoran yang menyumbat jalan nafas
(Matondang, 2003).
f) Mulut : Bibir warna pucat, kebiruan, kemerahan, kering pecah-pecah, lidah
kemerahan
(Matondang, 2003).

2) Leher : Adakah pembesaran kelenjar tiroid (Matondang, 2003).


3) Dada : Adakah retraksi, simetris atau tidak (Matondang, 2003).
4) Perut : Cenderung kembung, turgor baik sampaidengan buruk, cubitan kulit
kembali lambat(Matondang, 2003).
5) Kulit : Untuk mengetahui temperatur dan kelembaban kulit (Nursalam, 2003).
6) Anogenital : Adakah varices pada alat genetal, apakah anus ada haemoroid
(Saifuddin, 2006).
7) Ekstremitas : Adakah oedem tanda sianosis, akral dingin, apakah kuku sudah
melebihi jari-hari (Hellen, 2007).

e. Pemeriksaan Antropometri
Menurut Hellen (2007), pemeriksaan antropometri meliputi:
1) Lingkar kepala : Usia 2 tahun kurang lebih 1/6 panjang badan. Usia satu tahun
adalah 44 – 47 cm.
2) Lingkar dada : Pada balita lingkar dada normal antara 50 cm sampai 65 cm.
3) Panjang badan : Dalam tahun pertama, panjang badan bayi bertambah 23 cm.
Balita pada umur 1 tahun panjangnya menjadi 71 cm. Rumusan panjang anak dari
usia 3 tahun sampai remaja 80 + 5 cm.

f. Tingkat Perkembangan
Tingkat Perkembangan menurut Ariyanti (2007):
1) Aspek motorik kasar
Aspek motorik kasar adalah kemampuan anak untuk mengontrol
gerakan tubuh yang mencakup gerakan-gerakan otot besar. Perkembangan motorik kasar
dapat dilihat dari kemampuan anak untuk merangkak, berjalan, berlari, melompat, memanjat,
berguling, berenang.
2) Aspek motorik halus
Aspek motorik halus adalah kemampuan anak untuk mengontrol keluwesan jemari
tangan yang dapat dilihat dari kemampuan untuk menyentuh, menjumput, meraih, mencoret,
melipat, memasukkan benda atau makanan ke dalam mulut.

3) Aspek kognitif
Aspek kognitif adalah kemampuan anak untuk memproses, menginterpretasikan dan
mengkatagorikan informasi-informasi yang diperolehnya melalui panca indra. Kemampuan
ini selanjutnya berkembang menjadi kemampuan berfikir logis yang selanjutnya menentukan
apakah anak mampu memahami lingkungannya.

4) Kemampuan bahasa
Kemampuan bahasa adalah komunikasi untuk menyatakan perasaan dan keinginannya
yaitu dengan tangisan, tertawa dan mengoceh. Kemampuan bahasa selain membantu anak
untuk memahami apa yang dikatakan orang-orang disekitarnya, juga untuk dapat dipahami
oleh orang lain.

5) Aspek emosi
Aspek emosi adalah kemampuan anak untuk mengenali berbagai hal yang
dirasakannya, mengekspresikan perasaan, serta kemampuan untuk mengendalikan dan
mengatasi perasaannya.

6) Aspek social
Aspek sosial adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya,
memberi respon pada orang lain dan berbagi.

g. Data Penunjang
Adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendukung pemeriksaan yang tidak
dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik yang meliputi pemeriksaan laboratorium serta
terapi (Nursalam, 2003). Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

Langkah II: Interpretasi Data


Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan, sehinggadapat merumuskan
diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan yang spesifik. Rumus dan diagnosa tujuannya
digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa, tetapi membutuhkan
penanganan (Varney, 2004).

a. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam lingkup praktek
kebidanan (Varney, 2004). Diagnosa kebidanan pada kasus ini adalah Balita An. X,
umur ....... tahun, dengan imunisasi campak.
Data Dasar:
Data Subyektif: Adalah data didapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap situasi dan
kejadian, informasi tersebut tidak dapat ditentukan oleh tenaga kesehatan secara independent
tetapi melalui suatu sistem interaksi atau komunikasi (Nursalam, 2003). Ibu mengatakan
ingin mengimunisasikan anaknya dan ibu mengatakan anaknya tidak sedang
sakit.
Data Obyektif: Adalah data yang sesungguhnya dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga
kesehatan (Nursalam, 2003). Balita terlihat sehat dan gerakannya aktif serta tanda-tanda vital
normal.

b. Masalah Adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman klien yang


ditemukan dari hasil pengkajian yang menyertai diagnose (Varney, 2004). Masalah yang
umum muncul pada balita dengan imunisasi campak adalah timbulnya bekas suntikan.

c. Kebutuhan Adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan belum teridentifikasi


dalam diagnosa dan masalah yang didapat dengan melakukan analisa data (Varney, 2004).
Kebutuhannya adalah menganjurkan kepada ibu untuk tidak memegang pada bekas suntikan
supaya tidak terjadi infeksi karena hal tersebut normal.

Langkah III: Diagnosa Potensial


Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan
diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Bidan diharapkan bersiap-
siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2004). Diagnosa
potensial pada balita dengan imunisasi campak adalah demam ringan, infeksi ringan pada
saluran nafas, dan diare (Hidayat, 2008).
Langkah IV: Tindakan Segera/ Antisipasi
Dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah
atau kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah merumuskan tindakan yang dilakukan untuk
mengantisipasi diagnosa potensial pada langkah sebelumnya harus merumuskan tindakan
emergency/ segera. Dalam rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan
secara mandiri, secara kolaborasi atau bersifat rujukan (Varney, 2004). Tindakan segera pada
balita dengan imunisasi campak yang perlu disiapkan adalah pemberian Parasetamol syrup
120 ml untuk mengantisipasi demam (Achmadi, 2006).

Langkah V: Rencana Tindakan


Rencana tindakan adalah desain spesifik intervensi untuk membantu klien dalam
mencapai kriteria hasil (Nursalam, 2003). Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada
asuhan balita dengan imunisasi campak adalah:
1. Beritahu kepada ibu tentang keadan anaknya
2. Jelaskan pada ibu tentang pentingnya imunisasi campak
3. Siapkan alat vaksin campak
4. Suntikkan vaksin campak pada balita secara SC pada lengan kiri atas
5. Berikan vaksin campak dengan dosis 0,5 ml
6. Berikan Parasetamol syrup 120 ml untuk mengatasi demam pada anak
7. Anjurkan ibu untuk tetap memberikan makanan yang bergizi
8. Beritahu ibu bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai
9. Anjurkan ibu untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi anak
10. Anjurkan ibu untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan.(Depkes, 2005)

Langkah VI: Pelaksanaan


Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik (Nursalam, 2003).
Pada langkah ini asuhan menyeluruh yang telah diuraikan pada langkah kelima
dilaksanakan secara efisiensi dan aman. Perencanaan ini dilakukan sepenuhnya oleh bidan
dan sebagian oleh pasien atau tim kesehatan lainnya (Depkes, 2005).

Langkah VII: Evaluasi


Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manajemen kebidanan untuk kegiatannya
dilakukan terus-menerus dengan melibatkan pasien, bidan, dokter, dan keluarga. Pada
langkah ini evaluasi dari asuhan kebidanan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan
kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan
sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa (Varney, 2004).
Evaluasi asuhan kebidanan pada balita dengan imunisasi campak menurut Depkes
(2005) adalah:
1. Keadaan umum anak baik
2. Ibu sudah mengerti tentang pentingnya imunisasi campak
3. Suntikkan vaksin campak sudah diberikan pada pasien
4. Antipiretik sudah diberikan pada ibu untuk mengatasi demam pada
pasien
5. Ibu sudah mengerti bahwa imunisasi wajib anaknya sudah selesai
6. Ibu bersedia untuk tetap menjaga kesehatan dan gizi ana
7. Ibu bersedia untuk datang ke tenaga kesehatan apabila ada keluhan.

Data Perkembangan
Data perkembangan menggunakan pedoman SOAP (Varney, 2004).
S : Subyektif
Menggambarkan hasil pendokumentasian hasil pengumpulan data melalui anamnesa.
O : Obyektif
Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, hasil Hb dirumuskan
dalam data fokus untuk mendukung asuhan.
A : Assement
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan obyektif
dalam suatu lingkungan indentifikasi:
1. Diagnosa atau masalah
2. Antisipasi diagnosa atau masalah potensial
3. Perlunya tindakan segera setelah bidan atau dokter, konsultasi atau kolaborasi dan atau
rujukan sebagai langkah interpretasi data, diagnose potensial dan intervensi.
P: Planning
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi berdasarkan assessment
sebagai langkah rencana tindakan, implementasi dan evaluasi.
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 17 Maret 2023


Jam : 09.00 Wita

A. FORMAT PENGKAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS (1 – 12 bulan)


1. Subyektif
a. Identitas Anak
Nama : By. A

Umur : 3 bulan

Jenis Kelamin : Perempuan

Anak ke :1

b. Identitas Orangtua
Ibu Suami

Nama Umur : Ny. I Tn. M

Suku / Bangsa : Sumbawa/ Indonesia Sumbawa/ Indonesia

Agama : Islam Islam

Pendidikan : S1 SMA

Pekerjaan : IRT Swasta

c. Keluhan Utama : ibu ingin imunisasi bayinya


d. Data Kesehatan
1) Riwayat Persalinan :
a) Tanggal / Jam persalinan : 15 Desember 2022
b) Jenis persalinan : Normal
c) Lama persalinan :
Kala I : 480 menit Kala III : 10 menit

Kala II : 60 menit Kala IV : 120 menit


d) Anak lahir seluruhnya jam : 15. 15 Wita
2) Riwayat Kesehatan yang Lalu
a) Penyakit yang lalu : tidak ada
b) Riwayat Perawatan
Pernah dirawat di: -
Penyakit : -
c) Riwayat Operasi
Pernah dioperasi di: -
Penyakit : -
3) Riwayat Kesehatan Keluarga (Ayah, ibu, adik, paman, bibi) yang pernah
menderita sakit
(- ) Kanker ( -) Penyakit Hati (- ) Hipertensi

( -) Diabetes Melitus ( -) Penyakit Ginjal (- ) Penyakit Jiwa

( -) Kelainan Bawaan ( -) Hamil Kembar (- ) TBC

( -) Epilepsi ( -) Alergi :

4) Riwayat Imunisasi
No Jenis imunisasi Kategori Tanggal Tempat Ketera
ngan
KMS/
Orang
tua
1. Hepatitis B(< 24 jam) 15/12/2022
2. BCG 16/1/2023
3. Polio tetes 1 15/2/2023
4. DPT-HB-Hib 1 17/3/2023
5. Polio tetes 2 17/3/2023
6. PCV 1 15/2/2023
7. DPT-HB-Hib 2
8. Polio tetes 3
9. PCV 2
10. DPT-HB-Hib 3
11. Polio tetes 4
12. Polio suntik (IPV)
13. Campak-Rubela
14. JE
15. PCV 3
16. DPT-HB-Hib (lanjutan)
17. Campak-Rubela
(lanjutan)
Kategori : lengkap/belumlengkap/tidaklengkap/tidakpernah
5) Riwayat Kunjunganke Posyandu
a) Ya ,Frekuensi : Teratur/tidakteratur
b) Tidak pernah, alasan
6) Kepemilikan KMS : (pilihan jawaban dilingkari salah satu)
a) Ya:
 Terisi lengkap
 Tidak terisi lengkap
 Tidak terisi
b) Tidak, alasannya
 Hilang, tetapimemilikikartucadangan
 Hilang, tidak punya kartucadangan
 Merasatidakperlu
 Tidakdiberipetugas
7) Riwayat Pemberian vitamin A
a) Ya, pada usia:
 < 6 bulan
 ≥ 6 bulan
b) Tidak, alasannya:
 Tidak pernah diberikan
 Belum cukup umur
 Tidak ada manfaatnya
8) Keadaan gizi menurut KMS (cek KMS, dan dilingkari jawabannya)
a) Diatas GM
b) GM
c) BGM
d) Tidak Tahu
e. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
1) Nutrisi : ASI
Keluhan : tidak ada
2) Pola Istirahat
Tidur siang : 8 jam
Tidur malam : 10 jam
3) Eliminasi
BAK : 8 x/ hari, warna kekuningan,konsistensi cair, teratur, tidak ada
keluhan
BAB : 2-3 kali, warna kuning, konsistensi lembek, teratur, tidak ada keluhan
4) Personal Hygiene
Mandi : 2 kali sehari, menggunakan sabun,
Ganti pakaian : 3-4 kali
f. Bayi diberikan ASI
 Ya, sejak kapan baru lahir
 Rencana pemberian sampai dengan 2 tahun
 Tidak, alasannya……………

g. Bayi diberikan MP- ASI


1) Ya
2) Usia
a) ≥ 6 bulan
b) < 6 bulan
3) Tidak, alasannya belum waktunya

2. Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan Umum : Baik
2) Tanda-tanda Vital: HR : 115/ menit
RR : 34 / menit

T : 36.5 ° C
3) BB sekarang / PB : 6100 gram / 56 cm
b. Pemeriksaan Fisik Khusus
1) Kulit : bersih, segar, tidak ada luka
2) Kepala : fontanel minor sudah menutup, fontanel mayor belum menutup 1 jari
3) Mata : simetris, bersih, sclera putih, konjuntiva merah muda
4) Mulut : bersih, bibir lembab, stomatitis tidak ada, lidah bersih, pertumbuhan
gigi belum ada, gusi merah muda, tidak ada kelainan pada palate maupun
skisis
5) Perut : perut tidak membuncit, tidak kembung, pusat tidak ada infeksi
6) Ekstermitas : simetris, tidak ada kelainan, gerakan aktif
7) Genetalia : bersih, tidak ada kelainan
c. Pemeriksaan Refleks
1) Morro : baik
2) Rooting : baik
3) Sucking : baik
4) Grasping : baik
5) Neck Righting :baik
6) Tonic Neck : baik
7) Startle : baik
8) Babinski : baik
9) Merangkak : baik
10) Menari / Melangkah : baik
11) Ekstruasi : baik
12) Galant’s : baik

3. Analisa :
By. A umur 3 bulan, bayi sehat dengan imunisasi DPT Combo 1 dan Polio tetes 2

4. Penatalaksanaan
Tanggal : 17 Maret 2023 Jam: 09.20 Wita

1. Beritahu hasil pemeriksaan bayi kepada ibu yaitu bayi dalam keadaan sehat, bb :
6,1 kg, PB: 56 cm. ibu mengerti hasil pemeriksaan bayi.
2. Berikan penjelasan mengenai imunisasi yang akan diberikan yaitu DPT combo
dan Polio tetes meengenai manfaat dan efek samping dan cara mengatasinya. Ibu
mengerti mengenai penjelasan imunisasi yang akan diberikan bayinya dan dapat
menyebutkan manfaat diberikan imunisasi yaitu DPT Combo untuk memberikan
kekebalan dan mencegah penyakit difteri, pertusis, tetanus. Untuk manfaat
imunisasi polio mencegah pemnyakit polio. Ibu juga mengerti efek samping
imunisasi yang akan diberikan yaitu demam untuk DPT combo dan polio tidak
ada efek samping. Ibu mengerti untuk mengatasi demam yaitu dengan
memberikan obat parasetamol puyer yang diberikan petugas, memberikan asi
sesering mungkin dan mengompres dengan air hangat.
3. Lakukan informconset / persetujuan kepada orang tua untuk dilakukan pemberian
imunisasi DPT Combo dan tetes polio. Orang tua setuju untuk dilakukan
imunisasi.
4. Berikan imunisasi DPT Combo 0.5 cc dan Polio sebanyak 2 tetes. Suntikan
imunisasi telah diberikan dan polio tetes telah diberikan.
5. Berikan terapi puyer parasetamol dan jelaskan cara meminumnya. Ibu menerima
puyer parasetamol dan akan langsung memberika pada anaknya.
6. Beritahu segera ke puskesmas apabila ada tanda kegawatdaruratan seperti demam
yang tinggi, kejang, dan lain-lain. Ibu mengerti dan berjanji akan segera
membawa ke puskesmas apabila ada tanda kegawatdaruratan.
7. Beritahu jadwal kunjungan ulang dan imunisasi yang akan diberikan. Jadwal
kunjungan ulang tgl 18/4/2023 dan akan diberikan imunisasi yaitu DPT Combo 2
dan polio tetes 3. Ibu mengerti dan akan datang sesuai jadwalnya.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pemberian imunisasi dasar wajib diberikan kepada bayi untuk memberikan kekebalan
pada tubuh bayi tersebut. Pada kasus By. A umur 3 bulan diberikan imunisasi DPT dan OPV.
Imunisasi DPT untuk mencegah terjadinya penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Sedangkan
OPV untuk mencegah penyakit polio.
Difteri adalah suatu penyakit infeksi terhadap bakteri basil gram positif yang memiliki
nama latin Corynebacterium diphteriae. Difteri menjadi salah satu penyakit infeksi yang
paling ditakuti terutama jika terjadi pada anak – anak. (Arnita, 2007) Pertusis atau sering
dikenal dengan istilah whooping cough merupakan suatu penyakit infeksi pada bagian
saluran pernapasan (tractus respiratory) yang secara klasik disebabkan oleh Bordetella
pertussis. Pertusis termasuk kedalam penyakit menular dan dapat menular melalui droplet
yang mengandung Bordetella pertussis dari pasien yang batuk. Sedangkan, tetanus adalah
suatu penyakit yang dapat ditandai dengan spasme otot secara periodic dan berat. Tetanus
sendiri sering dikenal dengan penyakit “Seven Day Disease”. Tetanus disebabkan oleh
neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. (Purba, 2008)
Poliomielitis merupakan penyakit menular yang dapat mengakibatkan kelumpuhan.
Hal tersebut disebabkan oleh virus polio.
Pemberian imunisasi DPT yang merupakan imunisasi dasar rutin dan lengkap telah
diteliti dalam jurnal yang berjudul “Urgensi Pemberian Imunisasi DPT Lengkap dan Rutin
Guna Mencegah Bahaya Difteri, Pertusis, dan Tetanus” oleh Diesta Maylitadara, S1 Prodi
Kedokterasn, Universitan Sebelas Maret harus diberikan. Dalam jurnal tersebut juga
dijelaskan tentang efek samping pemberian DPT seperti bengkak, merah pada area suntikan
dan demam.
Pada kasus By. A juga dijelaskan efek samping, selain jurnal tersebut terdapat
penelitian yang mengiyakan bahwa pada imunisasi DPT akan terjadi kenaikan suhu tubuh,
nyeri, merah dan bengkak pada area suntikan yang membuat ketidaknyamanan pada bayi.
Jurnal tersebut berjudul “PENGARUH PEMBERIAN IMUNISASI DPT TERHADAP
KENAIKAN SUHU TUBUH BAYI DI PUSKESMAS PURBOLINGGO LAMPUNG” oleh
Cynthia Pusparinya Desi Kurniati, Gusti Ayu RY. Menjelaskan bahwa demam bukan
merupakan penyakit melainkan respon dari tubuh. Oleh sebab itu perlunya pengetahuan
semua masyarakat terdapat pengaruh imunisasi DPT.
Dengan didukungnya jurnal tersebut bahwa imunisasi DPT harus diberikan rutin pada
bayi sesuai jadwal dan lengkap serta ada efek samping yang akan membuat bayi tidak
nyaman. Jadi kasus By. A umur 3 bulan mendapatkan imunisasi rutin sesuai jadwal ini dan
mendapatakan kie seseuai efek samping yang akan terjadi membuktikan bahwa praktek
dilapangan dengan teori yang ada tidak ada kesenjangan.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit menular dengan memberikan “vaksin”
sehingga terjadi imunitas (kekebalan) terhadap penyakit tersebut. Imunisasi dasar diberikan
kepada bayi 0-11 bulan. Imunisasi DPT dan OPV merupakan imunisasi dasar yang harus
diberikan kepada sesuai jadwal dan rutin. Imunisasi DPT untuk mencegah penyakit difteri,
pertusis,dan tetanus. Imunisasi OPV untuk mencegah penyakit polio/ kelumpuhan.
Imunisasi DPT mempunyai efek samping ketidaknyamanan pada bayi karena pada
area imunisasi akan merah, bengkak dan nmyeri serta ada demam sebagai reaksi tubuh.
Sedangkan OPV tidak ada efek samping. Oleh sebab itu perlu adanya pengetahuan pada
masyarakat untuk pemberian imunisasi dasar rutin dan lengkap. Dan mengetahui kegunaan
serta efek samping dari imunisasi tersebut. Sehingga apabila terjadi dapat kipi/ kontraindikasi
paska imunisasi dapat melakukan penanganan pertama.

B. SARAN
1. Bagi Lahan Praktik
Di lahan praktek diharapkan dijadikan acuan untuk melaksanakan dalam pemberian
imunisasi DPT dan OPV.

2. Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan dapat djadikan acuan baik bagi mahasiswa maupun doses dalam
melakukan imunisasi DPT dan OPV

3. Bagi Pasien
Diharapkan pasien meningkatkan kesadaran untuk membawa anaknya ke posyandu/
puskesmas untuk mendapatakan imunisasi dasar lengkap dan rutin sesuai jadwal.

4. Bagi Penulis
Penulis diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam
melakukan imunisasi dasar.
DAFTAR PUSTAKA

Cynthia Pusparinya, dkk .2021. Pengaruh Pemberian Imunisasi DPT Terhadap Kenaikan
suhu Tubuh Bayi di Puskesmas Purbolinggo Lampung. Jurnal Ilmu Keperawatan dan
Kebidanan Vol.12 No.2 (2021) 292-297

Diesta Maylitadara, 2022. Urgensi Pemberian Imunisasi DPT Lengkap dan Rutin Guna
Mencegah Bahaya Difteri, Pertusis, dan Tetanus. Prodi S1 Kedokteran- FIK Universitas
SEbelas Maret-Surakarta

https://www.idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-idai/jadwal-imunisasi-idai-2020

https://www.kemkes.go.id/article/view/22042400001/kemenkes-tambah-3-jenis-vaksin-
imunisasi-rutin-salah-satunya-hpv.html

Mardianti, M., & Farida, Y. 2020. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Status
Imunisasi Dasar Pada Balita Di Desa Rengasdengklok Selatan Kabupaten Karawang. Jurnal
Kebidanan Indonesia : Journal Of Indonesia Midwifery, 11(1): 17.

Nisrina Aliftya, dkk. 2022. Determinan Pemanfaatan Pelayanan Imunisasi Polio Dalam Masa
Pandemi Covid-19 Di Puskesmas Srondol Kota Semarang: Urnal Kesehatan Masyarakat (e-
Journal) Volume 10, Nomor 3, Mei 2022

Kemenkes. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.


Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2015.

Peraturan menteri kesehatan republik indonesia. Nomor 12 tahun 2017. Tentang.


Penyelenggaraan imunisasi.

Universitas Muhammadiyah Mataram. 2022. Modul Kepaniteraan Umum (Panum) Osce Dan
Praktik Klinik Kebidanan Program Profesi Bidan.

Anda mungkin juga menyukai