Anda di halaman 1dari 10

Laporan Kasus

HERPES SIMPLEKS GENITALIS

Oleh:

Muhammad Lazuardi Khalfi

NIM. 1930912310045

Pembimbing:

dr. Robiana Muntayani Noor, Sp.KK, FINSDV, FAADV

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM/RSUD ULIN
BANJARMASIN
September, 2020
LAPORAN KASUS
HERPES SIMPLEKS GENITALIS
Muhammad Lazuardi Khalfi/1930912310045
SMF Kulit dan Kelamin
FK ULM/RSUD Ulin Banjarmasin
Pendahuluan
Infeksi Herpes genitalis merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh virus
herpes simpleks (HSV) terutama HSV tipe II. Dapat juga disebabkan oleh HSV tipe I pada 10-
40% kasus. Sebagian besar terjadi setelah kontak seksual secara orogenital. Infeksi akut yang
disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang
berkelompok di atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan,
sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens. Penyakit yang disebabkan
oleh virus herpes simpleks memiliki sinonim seperti fever blister, cold sore, herpes febrilis,
herpes labialis, atau herpes progenitalis (genitalis). 1,2

Data World Health Organization (WHO) diperkirakan usia 15-49 tahun yang hidup
dengan infeksi HSV-2 di seluruh dunia pada tahun 2003 sejumlah 536 juta. Wanita lebih
banyak yang terinfeksi dibanding pria, dengan perkiraan 315 jutawanita yang terinfeksi
dibandingkan dengan 221 juta pria yang terinfeksi. Jumlah yang terinfeksi meningkat
sebanding dengan usia terbanyak pada 25-39 tahun. Sedangkan, jumlah infeksi HSV-2 baru
pada kelompok usia 15-49 tahun di seluruh dunia pada tahun 2003 sejumlah 236 juta, di
antaranya 12,8 juta adalah wanita dan 10,8 juta adalah pria. 2

Cara penularan herpes genitalis diperlukan kontak langsung dengan jaringan atau sekret
dari penderita infeksi HSV. Kebanyakan infeksi pada alat genital didapatkan dari partner
dengan infeksi sub klinis. Pasangan yang aktif secara seksual dan sama-sama terinfeksi HSV
tidak akan mengalami reinfeksi satu sama lain. Belum ada bukti penelitian bahwa HSV dapat
menular melalui fomites, penggunaan pakaian atau handuk secara bersama ataupun dari
lingkungan. Penularan perinatal kepada bayi baru lahir dapat terjadi, terutama jika infeksi baru
terjadi pada kehamilan trimester akhir melalui plasenta virus dapat sampai ke sirkulasi fetal
dengan angka mortalitas 60% dan separuh yang hidup menderita cacat neurologik atau kelainan
pada mata.1 HSV memiliki kemampuan untuk menyerang dan melakukan replikasi di dalam
jaringan saraf, kemudian virus tersebut memasuki masa laten di dalam jaringan saraf, terutama
di ganglia trigeminal untuk HSV-1, dan pada ganglia sacralis untuk HSV-2. Akhirnya, virus
laten tersebut melakukan reaktivasi dan bereplikasi sehingga menyebabkan penyakit pada
kulit.3

Manifestasi klinis berbeda tergantung fase perjalanan penyakit. Pada herpes genitalis
HG) terdapat beberapa episode yaitu (1) herpes genitalis episode pertama lesi primer yang
ditandai dengan vesikel atau erosi atau ulkus dangkal berkelompok, dengan dasar eritematosa,
disertai rasa nyeri. Penderita lebih sering datang dengan lesi berupa ulkus dangkal multipel
atau berkrusta . Dapat disertai disuria, dapat disertai duh tubuh vagina atau uretra, dapat
disertai keluhan sistemik, demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri dan pembengkakan kelenjar
getah bening inguinal, keluhan neuropati (retensi urin, konstipasi, parestesi). Pembentukan
lesi baru masih berlangsung selama 10 hari dan lesi dapat berlangsung selama 12-21 hari. 6-8
(2) Herpes genitalis episode pertama lesi non primer yang ditandai dengan gambaran lesi sama
seperti HG episode pertama primer, umumnya lesi lebih sedikit dan lebih ringan dibandingkan
infeksi primer. Lesi yang tidak diobati dapat berlangsung 10-14 hari. Jarang disertai duh tubuh
genital atau disuria, keluhan sistemik, dan neuropati. (3) HG rekuren ditandai dengan lesi lebih
sedikit dan lebih ringan, bersifat lokal, unilateral. Kelainan berlangsung lebih singkat dan
dapat menghilang dalam waktu 5 hari . Dapat didahului oleh keluhan parestesi 1-2 hari sebelum
timbul lesi. Umumnya mengenai daerah yang sama dapat di penis, vulva, anus, atau bokong.
Riwayat pernah berulang.4,5,6

Pemeriksaan penunjang untuk membantu diagnosis herpes genitalis antara lain Tzank
dengan pewarnaan giemsa, pap smear dapat ditemukan sel datia berinti banyakdan badan
inklusi intranuklear, pewarnaan gram. Deteksi DNA HSV dengan PCR, deteksi antigen HSV
secara enzyme immunoassay (EIA) dan peningkatan titer antibodi anti-HSV pada serum, yang
bermanfaat pada episode pertama infeksi.2Tatalaksana medikamentosa herpes genitalis secara
umum dibagi 3 bagian yaitu: terapi episode pertama, terapi rekurensi, dan pasien yang
imunokompromais.2 Prognosis herpes genitalis akan lebih baik bila dilakukan pengobatan
secara dini sehingga penyakit berlangsung lebih singkat dan rekurensi lebih jarang. 5

Tujuan penulisan laporan kasus ini ialah melaporkan suatu kasus herpes simpleks
genitalis dengan gambaran klinis vesikel yang berkelompok dengan dasar eritematosus.
KASUS

Seorang pria berumur 25 tahun, belum menikah, suku Banjar, alamat jalan kuripan,
Banjarmasin, pekerjaan pedagang toko barang antik, datang berobat kepoliklinik Penyakit
Kulit dan Kelamin RSUD Ulin Banjarmasin pada tanggal 26 September 2020, dengan keluhan
nyeri dan gatal pada kelamin.

(I) ANAMNESIS

Penderita mengeluhkan nyeri pada alat kelamin sejak 4 hari yang lalu. Nyeri dirasakan
pada kelamin bagian atas. Pada daerah yang nyeri awalnya muncul kemerahan lalu berubah
muncul gelembung-gelembung kecil seperti berisi cairan dan mudah pecah pada kemaluan dan
mengering. Tidak ada keluhan nyeri kencing atau keluar cairan berwarna pada lubang kelamin
penderita. Munculnya luka tersebut juga disertai demam, nyeri otot dan pembesaran kelenjar
di lipat paha. Keluhan seperti ini baru pertama dialami oleh penderita. Tidak ada riwayat
diabetes melitus maupun hipertensi. Riwayat hubungan seksual dengan PSK sekitar 10 hari
yang lalu, pasien mengaku berhubungan tidak menggunakan kondom. Riwayat pengobatan
tidak ada.

(II) PEMERIKSAAN FISIK

STATUS PRESEN

KeadaanUmum : Baik RR : 17x/menit


Kesadaran : Compos Mentis Suhu : 37,8oC
Tekanan Darah : 120/80 mmHg SpO2 : 98% (tanpa suplementasi O2)
HR : 85x/menit
STATUS GENERALIS
Kepala : Normosefali, alopesia (-), rambut hitam, lurus
Mata : Konjunctiva anemis (-), sclera ikterik (-), nystagmus (-)
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe

Thorax : Jantung dalam batas normal, bising jatung (-), paru dalam batas normal,
vesicular, ronki (-), wheezing (-).
Abdomen : Datar, spider nevi (-), benjolan (-), timpani, bising usus 6x/m, nyeri
tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Genital : Pada skrotum dan OUE tidak terdapat tanda radang atau benjolan,
rambut normal, terdapat pembesaran KGB pada inguinal
Ekstremitas : hangat edema
+ + - -

+ + - -

STATUS DERMATO-VENEROLOGIK

Inspeksi dan Palpasi


1) Gambaran Umum :
WarnaKulit : Sawo Matang
Turgor kulit : Cepat kembali
o
Suhu : 37,8 C

2) Gambaran khusus
UKK I : dorsum penis terdapat papul
multipel, vesikel berdinding tipis mudah pecah,
ulkus dangkal dengan krusta.
Papul erosi, ulserasi indolen dan indurasi tidak
ada.

(III) DIAGNOSIS BANDING


1. Herpes Simpleks Genitalis
2. Ulkus molle
3. sifilis

(IV) DIAGNOSIS SEMENTARA


Herpes Simpleks Genitalis

(V) PEMERIKSAAN LAB/ USULAN PEMERIKSAAN


a. Tzank test: didapatkan Multinucleated giant cell
b. Pengecatan gram tidak ditemukan bakteri coccus gram (-)
(VI) DIAGNOSIS KERJA
Herpes Simpleks Genital
(VII) PENGOBATAN
1. Antivirus Asiklovir: 5x200 mg/hari atau 3x400 mg/hari selama 7 hari
2. Antipiretik paracetamol 3x500 mg.
3. Penggunaan antiseptik sebagai bahan kompres lesi dengan povidon jodium yang bersifat
mengeringkan lesi, untuk mencegah infeksi sekunder dan mempercepat waktu
penyembuhan.
(VIII) PROGNOSIS
1. AdVitam : bonam
2. AdSanationam : dubia ad bonam
3. AdKosmetikum : ad bonam

(IX) ANJURAN/SARAN

a. Tidak melakukan perbuatan demikian dengan pasangan yang tidak halal


b. Obat tablet yang diberikan harus diminum sampai tuntas
c. Memberitaukan bahwa penyakit ini memiliki kecenderungan untuk berulang.
d. Tidak melakukan hubungan seksual terlebih dahulu selama luka-luka di kemaluan
belum sembuh.
PEMBICARAAN
Penderita merupakan laki-laki, 25 tahun, belum menikah, pernah berhubungan seksual.
Aktif atau pernah secara seksual merupakan salah satu kunci dari anamnesa herpes genitalis,
dimana penularannya terutama oleh hubungan seksual.
Hubungan seksual terakhir diketahui 10 hari yang lalu dan penderita mengaku belum
pernah mengalami gejala serupa sebelumnya. Dari data tersebut, infeksi yang dialami penderita
kemungkinan besar merupakan infeksi primer dan sering disertai gejala sistemik, misalnya
demam, malese dan anoreksia, dan dapat ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening
regional. Gambaran klinis klasik dari infeksi primer diawali dengan makula dan papula dan
secara progresif berkembang menjadi vesikel, pustula, dan ulkus Masa inkubasi infeksi genital
dari HSV-1 atau HSV-2 rata-rata 4 hari (berkisar 2 hingga 12 hari). Gejala lokal maupun
sistemis dari infeksi primer HSV-1 secara umum sama dengan infeksi primer HSV-2.8
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat menyingkirkan diagnosis banding seperti
ulkus mole dan sifilis. Ulkus mole¸ disebabkan oleh Haemophilus ducreyi, ditandai dengan lesi
yang nyeri, lunak, tidak ada indurasi, tepi menggaung dengan kulit di sekitar ulkus berwarna
merah, dasarnya kotor dan mudah berdarah, multipel. Sifilis disebabkan oleh Treponema
pallidum, ditandai dengan lesi yang tidak nyeri, sekitar ulkus teraba keras (indurasi), dasar
ulkus bersih dan berwarna merah, soliter (biasanya hanya 1 – 2 ulkus). 2,7
Pada episode pertama kemunculan gejala klinis dari genital HSV-2 memiliki gejala lokal
seperti nyeri pada lesi dan terasa pembesaran kelenjar regional.1 Gejala konstitusional seperti
demam, sakit kepala, malaise, dan myalgia dapat muncul pada 2/3 wanita dan 2/5 pria yang
mengalami gejala klinis dari episode pertama.5 Pada penderita ini muncul gejala konstitusional
berupa demam.1,5
Rekurensi infeksi HSV-2 genitalis dapat simtomatis, atau yang lebih sering, asimtomatis.
Dalam 12 bulan setelah diagnosis, 90% penderita dengan episode pertama HSV-2 genitalis
mendapat minimal 1 kali rekurensi, 38% mendapat 6 atau lebih rekurensi, dan 20% mendapat
10 atau lebih rekurensi Kurang lebih 50% penderita yang mengalami rekurensi memiliki gejala
prodormal seperti sensasi kesemutan atau gatal ringan yang berlangsung 30 menit hingga 48
jam sebelum erupsi hingga nyeri yang tajam di pantat, kaki, atau panggul yang terjadi kurang
lebih 5 hari sebelum munculnya erupsi.1
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah tzank test dan pewarnaan gram.
Dilakukan pemeriksaan dark field microscop untuk memastikan penyingkiran diagnosis
banding sifilis. Berdasarkan urutan pengambilan sediaan pada lesi maka seharusnya dimulai
dengan mengorek tepi ulkus untuk dilakukan pewarnaan gram, mengambil cairan dari lesi
untuk pemeriksaan Tzank, dan pengambilan serum untuk pemeriksaan dark field microscope.
Pewarnaan gram yang dilakukan untuk mencari koinfeksi bakteri dan untuk menyingkirkan
diagnosis banding Chancroid, dimana pada Chancroid pada pewarnaan gram dari sediaan yang
diambil dengan mengorek tepi ulkus akan ditemukan gambaran khas kelompok basil gram
negatif yang tersusun seperti barisan ikan. Tzank test digunakan untuk melakukan pemeriksaan
terhadap sel-sel yang berasal dari vesikel, bulla, atau daerah erosi yang bersih. Pemeriksaan
tzank pada penderita ini didapatkan nucelated giant cell dimana sel-sel ini jauh lebih besar
dibanding sel epidermis dan mengandung inti (umumnya multipel) di dalam satu sel. Nilai
diagnostiknya digunakan pada herpes zoster, varcella, herpes simplex, pemphigus, dan infeksi
staphylococcus. Dark field, hasil positif jika ditemukan T. pallidum yang berbentuk spiral, akan
menyingkirkan diagnosis banding sifilis.2,3
Di samping pemeriksaan yang dilakukan pada kasus ini, ada beberapa pemeriksaan
penunjang lain yang dapat dilakukan. Kultur virus telah tersedia secara luas. Sensitivitas kultur
bergantung pada stadium dari episode infeksi dan rekurensi dari infeksi (viral load infeksi
primer lebih besar dibanding pada infeksi sekunder; 106 virion per inoculum vs. 102 hingga 103
virion per inoculum). Polymerase Chain Reaction (PCR) dapat digunakan untuk
mengkonfirmasi diagnosa infeksi HSV dan dapat berguna untuk mendiagnosis saat lesi telah
menjadi krusta, namun jauh lebih mahal dari kultur virus dan tidak dilakukan secara rutin.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemeriksaan antibody spesifik telah mendapat persetujuan dari
Food and Drug Administration (FDA), yakni HerpeSelect HSV-1 and HSV-2 enzyme-linked
immunosorbent assays dan HSV-1 and HSV-2 immunoblot tests.5
Penatalaksanaan Herpes Simplex bisa dengan acyclovir.8 Seluruhnya efektif sebagai
terapi herpes genitalis episode pertama, sebagai terapi rekurensi, dan bila dikonsumsi harian
sebagai pencegahan rekurensi (terapi supresif). 1 Pada penderita ini diberikan terapi kausatif
berupa Acyclovir tablet 5 x 200 mg/hari selama 7 hari. Agar lesi cepat mengering diberikan
kompres povidon iodine.9

Prognosis hasil pengobatan pada penderita ini adalah baik bila mengingat waktu datang
berobat masih pada saat-saat awal munculnya gejala, tinggal bagaimana kepatuhan penderita
dalam mengkonsumsi obat, merawat hygiene luka, dan meningkatkan imunitas dirinya.

RINGKASAN

Telah dilaporkan sebuah kasus herpes simpleks genitalis dengan gambaran klinis berupa
vesikel berkelompok, diatas dasar eritematosa, umumnya bersifat rekuren. Pada seorang pria
umur 25 tahun, pekerjaan pedagang toko barang antik, belum menikah. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Pengobatan pada penderita diberikan acyclovir
5x200 selama 7 hari, dan obat simptomatik. Prognosis penyakit ini ad bonam untuk quo ad
vitam, dubia ad bonam untuk quo ad sanactionam, dan ad kosmetikum.namun virus hanya
tertidur sehingga dapat terjadi kekambuhan.

Dibacakan tanggal : 1 Oktober 2020

Mengetahui :
PR
1. Faktor pencetus herpes genital rekurens ?
Jawab :
Faktor-faktor pencetus herpes genital rekurens10 :
1. Trauma
2. Penurunan sistem imun
3. Demam
4. Infeksi saluran pernapasan atas
5. Radiasi ultraviolet
6. Meuralgia trigeminal
7. Pasca operasi intakranial
8. Kalau pada wanita mendapat kekambuhan saat menstruasi

2. Tatalaksana herpes simplex genital rekurens ?


Jawab:
Tatalaksan herpes simpleks rekurens2 :
1. Lesi ringan: terapi simtomatik
2. Lesi berat::
• Asiklovir 5x200 mg/hari, per oral selama 5 hari, atau asiklovir: 3x400 mg/hari
selama 5 hari, atau asiklovir 3x800 mg/hari selama 2 hari.
• Valasiklovir 2x500 mg selama 5 hari
• Famsiklovir 2x125 mg/hari selama 5 hari
3. Rekurensi 6 kali/tahun atau lebih: diberi terapi supresif
• Asiklovir 2x400 mg/hari.
• Valasiklovir 1x500 mg/hari
• Famsiklovir 2x250 mg/hari
DAFTAR PUSTAKA

1. Menaldi S, Bramono K, Indriatmi W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 7.


Jakarta: Badan Penerbit FK UI; 2017

2. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin (PERDOSKI). Panduan Praktik


Klinis: Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia. Jakarta: PERDOSKI;
2017.

3. Heslop R, Roberts H, Flower D, Jordan V. Interventions for men and women with
their first episode of genital herpes (Review). Cochrane Library. 2016;8:1-170.

4. Weller RB., Hamis JA, Hunter., Mann MW. Clinical dermatology. 5 th edition.
United Kingdom: John Wiley and sons; 2015. p. 84,253-4.

5. Habif TP. Clinical dermatology; a color guide to diagnosis and therapy. 6 th edition.
United states: Elsevier 2016; p.131.

6. Centers for Diseases Control and Prevention. 2015 Guidelines for treatment of
sexually transmitted diseases. MMWR, 2015..

7. Ramaswamy M, McDonald C, Smith M, Thomas D, Maxwell S, Tenant-Flower M,


. 2014 UK National Guideline for the Management of Anogenital Herpes. Sex
Transm Infect. 2004; 80:406-10.

8. British Association for Sexual Health and HIV. 2014 UK National Guideline for
the Management of Anogenital Herpes. August 2014:1-22.

9. Badan POM Indonesia. Informatorium Obat Nasional Indonesia Cetakan tahun


2017. Jakarta: Sagung Seto. 2017

10. Murtiastutik D. Buku ajar infeksi menular. Surabaya: Airlangga University Press,
2008. Hal. 149-57.

Anda mungkin juga menyukai