Anda di halaman 1dari 26

TUTORIAL KLINIK

“KONDILOMA AKUMINATA
Pembimbing:
dr. Dwi Retno Adiwinarni, Sp.KK(K)

Disusun oleh:
Ketut Sauca Sanjiwandari (42180271)
Ni Kadek Priskila Septiani (42180272)
STATUS PASIEN

Nama: Ny. R I

Usia: 35 tahun

Jenis Kelamin: Perempuan

Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga

Kunjungan ke klinik: 16 Oktober 2019


ANAMNESIS
 Keluhan Utama : Vagina gatal dan keputihan
 Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengeluhkan adanya rasa gatal pada vagina, yang sudah dirasakan selama
kurang lebih 2 minggu. Pasien juga mengeluhkan keluarnya keputihan yang berbau,
berwarna putih dan kental di pagi hari sebelum ke poliklinik RSB. Adanya nyeri
disangkal, dan menurut pasien pada suaminya tidak terdapat keluhan tertentu.
Hubungan seksual dengan suami setiap 2 bulan; suami kerja di luar kota.

 Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak ada


 Status Generalis
ANAMNESIS
 Keadaan Umum : Baik
 Riwayat Operasi :  Kesadaran : Compos mentis, E4V5M6
Tidak ada  Kepala : Tidak terdapat lesi,
Normocephali, sianosis (-)
 Riwayat Alergi :
 Leher : Tidak terdapat lesi, KGB
Debu & Dingin  Bersin-bersin tidak teraba, nyeri tekan (-)
 Riwayat Penyakit Keluarga :  Thorax : Tidak terdapat lesi, Nafas
vesikular, S1 S2 reguler
Ayah  DM
 Abdomen : Tidak terdapat lesi, Supel,
 Riwayat Pengobatan : BU (+), massa (-)
Membasuh genitalia dengan air rebusan  Ekstremitas : Tidak terdapat lesi, Akral
daun sirih hangat, CRT < 2 detik
PEMERIKSAAN FISIK
Status Lokalis (UKK) :
 - Labia Mayor : Patch yang didasari eritem meluas pada
labia mayor, discharge (-)
 - Labia Minor : pada bagian atas terdapat papul merah
multiple bentuk bulat, ukuran D ± 0,2 cm, batas tegas,
tepi reguler
 - Vagina : tampak papula viliform merah multiple
bentuk bulat, ukuran D ± 0,2 cm, batas tegas, tepi
reguler
DIAGNOSIS BANDING
Kondiloma Akuminata

Veruka Vulgaris

Kondiloma Lata
Pemeriksaan Penunjang
Aceto white test = positif

Diagnosis Kerja
Kondiloma Akuminata

Tatalaksana
R/ Asam trikloroasetat sol 60%
S i m m ue applic part dol
Edukasi
• Obat memiliki efek terasa panas ketika digunakan.
• Satu minggu kontrol untuk melihat perkembangan kondiloma akuminata
• Tidak melakukan hubungan seksual selama masa pengobatan hingga dinyatakan sembuh.
• Seks bebas dapat mengakibatkan penyakit menular seksual

Prognosis
Quo ad Vitam : bonam
Quo ad Sanam : bonam
Quo ad Fungsionam : bonam
Tinjauan Pustaka
DEFINISI
 Kondiloma akuminata (KA) adalah vegetasi oleh human papiloma virus tipe tertentu,
bertangkai, dan permukaannya berjonjot. KA sering kali disebut juga penyakit jengger
ayam, kutil kelamin, atau genital warts.

EPIDEMIOLOGI
 Penyakit ini termasuk Penyakit akibat Hubungan Seksual (PHS).
 Frekuensinya pada pria dan wanita sama.
 Risiko seorang perempuan tertular KA dari partner seksualnya adalah sebesar 30%.
 Dari semua total kasus KA yang ada, 60%-nya tanpa gejala, hanya 1% yang muncul manifestasi
klinis sebagai vegetasi genital, 4% hanya bias di deteksi lewat colposcopy, 10% hanya bisa di
deteksi lewat pemeriksaan DNA / RNA dan 25% adalah infeksi menetap KA.
ETIOLOGI
 Virus penyebabnya adalah Human Papiloma Virus (HPV), ialah virus DNA yang
tergolong dalam keluarga virus Papova.
 Sampai saat ini telah dikenal sekitar 70 tipe HPV, namun tidak seluruhnya dapat
menyebabkan KA.
 Tipe yang pernah dijumpai pada KA adalah tipe 6, 11, 16, 18, 30, 31, 33, 35, 39, 41, 42,
44, 51, 52, dan 56.
 Beberapa tipe HPV tertentu mempunyai potensi onkogenik yang tinggi, yaitu tipe 16
dan 18. Tipe ini merupakan jenis virus yang paling sering dijumpai pada kanker serviks.
Sedangkan tipe 6 dan 11 lebih sering dijumpai pada KA dan neoplasia intraepitelial
serviks derajat ringan.
PATOGENESIS
 HPV ini masuk melalui mikro lesi pada kulit, biasanya pada daerah kelamin dan
melakukan penetrasi pada kulit sehingga menyebabkan abrasi permukaan epitel.
 Human Papilloma Virus adalah epiteliotropik; yang sifatnya mempunyai afinitas
tinggi pada sel-sel epitel. Replikasinya tergantung pada adanya diferensiasi epitel
skuamosa.
 Virus DNA (Deoxyribonucleic Acid) dapat ditemukan pada lapisan terbawah dari epitel.
Protein kapsid dan virus infeksius ditemukan pada lapisan superfisial sel-sel yang
berdiferensiasi.
 HPV dapat masuk ke lapisan basal, menyebabkan respon radang. Pada wanita
menyebabkan keputihan dan infeksi mikroorganisme. HPV yang masuk kelapisan basal
sel epidermis dapat mengambil alih DNA dan mengalami replikasi yang tidak
terkendali.
PATOGENESIS
 Fase laten virus dimulai dengan tidak adanya tanda dan gejala yang dapat berlangsung
sebulan bahkan setahun.
 Setelah fase laten, produksi virus DNA, kapsid dan partikel dimulai.
 Sel dari host menjadi infeksius akibat struktur koilosit atipik dari kondiloma
akuminata (morphologic atypical koilocytosis of condiloma acuminate) berkembang.
 Lamanya inkubasi sejak pertama kali terpapar virus sekitar 3 minggu sampai 8 bulan atau
dapat lebih lama.
 HPV yang masuk ke sel basal epidermis ini dapat menyebabkan nodul kemerahan di
sekitar genitalia.
 Penumpukan nodul merah ini membentuk gambaran seperti bunga kol. Nodul ini bisa
pecah dan terbuka sehingga terpajan mikroorganisme dan bisa terjadi penularan karena
pelepasan virus bersama epitel.
PATOGENESIS
 HPV yang masuk ke epitel dapat menyebabkan respon radang yang merangsang
pelepasan mediator inflamasi yaitu histamin yang dapat menstimulasi saraf perifer.
 Stimulasi ini menghantarkan pesan gatal ke otak dan timbul impuls elektrokimia
sepanjang nervus ke dorsal spinal cord kemudian ke thalamus dan dipersepsikan
sebagai rasa gatal di korteks serebri.
 Pada wanita yang terinfeksi HPV dapat menyebabkan keputihan dan disertai infeksi
mikroorganisme yang berbau, gatal dan rasa terbakar sehingga tidak nyaman pada saat
melakukan hubungan seksual.
Manifestasi Klinis
 Tanda dan gejala yang sering timbul pada penderita KA adalah :
 Bintil kecil berwarna abu-abu, merah muda atau agak kemerahan pada alat kelamin dan tumbuh secara cepat.
 Beberapa bintil berkembang saling berdekatan, hampir menyerupai bunga kol.
 Panas di sekitar alat kelamin.
 Nyeri, perdarahan dan rasa tidak nyaman pada saat melakukan HUS

 Bentuk KA dibagi menjadi 3 guna penegakan diagnosis secara klinis, yaitu:


– Bentuk akuminata
 Sering dijumpai di daerah lipatan dan lembab. Terlihat vegetasi bertangkai dengan permukaan berjonjot seperti
jari. Kutil bentuknya kecil (berdiameter 1 – 2 mm), namun dapat berkembang dalam kelompok yang lebih besar
dan banyak. Jika berkembang dalam jumlah banyak bisa menyerupai bunga kol.
– Bentuk papul

 Kelainan berupa papul dengan permukaan halus dan licin, multiple dan menyebar secara
diskret. Terdapat di daerah dengan keratinisasi sempurna (batang penis, vulva bagian lateral,
perianal dan perineum).
– Bentuk datar (flat)

 Berbentuk bintil sangat kecil yang jarang bisa dilihat dengan mata telanjang. Untuk
mendiagnosisnya, diberikan larutan asam asetat 21 pada daerah yang dicurigai terdapat bintil
KA. Selanjutnya pemeriksaan dapat ditegakkan dengan menggunakan mikroskop khusus
(colposcope).
DIAGNOSIS
 Pemeriksaan klinis :
– Periksa dengan cahaya yang baik, sebuah lensa yang mungkin berguna untuk lesi kecil.
– Pada pria, selalu periksa meatus, dan memiliki ambang yang rendah untuk memeriksa daerah perianal
proktoskopi untuk memeriksa lubang anus. Pada wanita, selalu memeriksa daerah perianal dan
melakukan pemeriksaan spekulum untuk membedakan serviks atau lesi pada vagina.
– Biopsi tidak diperlukan untuk kutil anogenital yang khas, biopsi harus selalu dilakukan jika ada kecurigaan pra-
kanker atau kanker, dan dapatberguna untuk diferensial diagnosis.
– Tidak semua lesi papular disebabkan oleh HPV. Selalu mempertimbangkan varian yang normal.
Kondiloma akuminata (KA) dapat timbul dalam vagina dan uretra, servik, vulva, penis, dan anus.
Umumnya kondiloma akuminata adalah asimtomatis, tapi dapat juga timbul nyeri, dan gatal tergantung dari
ukuran dan lokasinya. Penyebaran dan pertumbuhannya tergantung dari respon imun host.
Pemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan diagnosis, antara lain :
 Acetowhitening
 Tes ini menggunakan larutan asam asetat 3-5% dalam akuades, dapat menolong mendeteksi
infeksi HPV subklinis atau untuk menentukan batas pada lesi datar. Pemeriksaan ini menolong
dalam membatasi infeksi HPV ke serviks dan anus. Sensitivitas acetowhitening pada infeksi
HPV cukup baik dan untuk beberapa lesi hasil pemeriksaan tersebut lebih baik dibandingkan
dengan hasil pemeriksaan histopatologi pada biopsi rutin. Acetowhitening pada lesi
genital eksternal tidak spesifik untuk kondiloma.
 Pap Smear
 Seluruh wanita seharusnya dimotivasi untuk melakukan pap smear setiap tahun, karena HPV
merupakan penyebab utama pada patogenesis carcinomacerviks. Anal pap smear test dengan
cervikscal brush dan larutan fiksasi membantu dalam mendeteksi kelainan anus. Oleh karena
itu setiap wanita dengan kondiloma akuminata atau yang merupakan mitra seksual pria
penderita kondiloma akuminata sebaiknya dilakukan pap smear.
 Deteksi DNA HPV
 Adanya DNA HPV dan tipe HPV yang spesifik dapat ditentukan dengan hibridisasi pada
hapusan dan spesimen biopsi. Ada beberapa teknik hibridisasi, antar lain hibridisasi
insitu, Southern blot, Northern blot,dot blot,filter insitu hybridization, dan polymerase
chain reaction. Ada beberapa pertimbangan dalam pemilihan metode hibridisasi, antara
lain : bahan klinis yang dianalisis, kondis bahan klinis, ukuran sampel klinis atau hasil DNA
selular, sensitivitas,spesifisitas tipe HPV serta kepraktisan tes.
 Serologi
 Kejadian Kondiloma akuminata merupakan pertanda kegiatan seksual yang tidak aman,
sehingga tes serologis untuk sifilis dilakukan pada seluruh pasien untuk menyingkirkan
koinfeksi dengan Treponema pallidum.
 Dermatopatologi (Biopsi)
 Biopsi diindikasikan pada keadaan berikut ini :
 a. Diagnosis tidak pasti
 b. Lesi tidak berespon terhadap terapi standar
 c. Lesi menjadi lebih buruk selama terapi
 e. Kondiloma berpigmen, indurasi, terinfeksi dan atau timbul ulkus
 f. Seluruh lesi serviks
 Pemeriksaan biopsi ini juga diindikasikan untuk mengkonfirmasikan dan untuk menyingkirkan
squamous cell carcinoma invasif. Pada kondiloma akuminata didapatkan akantosis dan
papillomatosis pada lapisan malpighi, dengan penebalan dan elongasi rete ridge. Pada lapisan malpighi
bagian atas didapatkan banyak sel vakuolisasi, tetapi distribusinya terbatas dan tidak
ditemukan pada seluruh bagian, pembuluh darah kapiler berliku-liku dan meningkat. Lapisan
tanduk mengalami parakeratosis, terutama pada lesi dipermukaan mukosa. Stratum korneum tidak
terlalu tebal. Dapat pula diperoleh gambaran mitosis, koilositosis nukleus, dobel nukleus dan
apoptosis keratinosit. Selain itu didapatkan infitrasi sel radang PMN ke dalam dermis.
DIAGNOSIS BANDING
 Veruka Vulgaris: Vegetasi yang tidak bertangkai, kering dan berwarna abu-abu atau sama
dengan warna kulit.
 Kondiloma latum: Sifilis stadium II, klinis berupa plakat yang erosif, ditemukan banyak
Spirochaeta pallidum
 Karsinoma Sel Skuamosa: vegetasi yang seperti kembang kol, mudah berdarah, dan berbau
TATALAKSANA
a. Podofilin
 Yang digunakan ialah tingtur podofilin 25%. Kulit disekitarnya dilindungi dengan vaselin atau pasta agar tidak
terjadi iritasi, setelah 4-6 jam dicuci. Jika beum ada penyembuhan dapat diulangi setelah tiga hari. Pemberian jangan
melebihi 0,3 cc dapat bersifat toksik. Efek samping dapat mual, muntah, nyeri abdomen.
 Pengobatan dengan obat ini memberikan hasil yang baik pada lesi yang baru, kurang memuaskan pada lesi yang
lama.
b. Asam triklorasetat
 Digunakan larutan dengan konsentrasi 50%, dioleskan setiap minggu. Pemberiannya harus berhati-hati karena
dapat menyebabkan ulkus yang dalam. Dapat diberikan pada ibu hamil
c. 5-fluorourasil
 Konsentrasinya antara 1-5% dalam krim, dipakai teutama pada leasi di meatus uretra.
d. Imiquimod
 Tersedia dalam bentuk krem 5%. Bersifat merangsang respon imun. Aktivitas imiquimod tidak langsung sebagai
antivirus. Cara kerjanya merangsang CMI, sehingga dapatmenghilangkan warts.Imiquimod mampu merangsang sitokin,
khususnya interferonalfa (IFN-alfa) dan juga sitokin-sitokin yang lain, seperti IL-1, IL-6 dan IL-8. Semuanya itu adalah
komponen-komponen sistem imun.
TATALAKSANA
 Elektrokauter
 Elektro kauter adalah cara yang efektif untuk menghancurkan kondiloma akuminata di anus internal dan
eksternal tetapi teknik ini memerlukan anestesi lokal dan tergantung pada keterampilan operator untuk mengontrol
kedalaman dan lebar kauterisasi tersebut
 Bedah beku
 Dengan menggunakan nitrogen cair (-70° C) atau cryoprobe. Cara ini sederhana, tidak memerlukan pembiusan lokal.
Nitrogen cair yang membeku pada daerah lesi dapat menyebabkan terbentuknya Kristal sehingga kondiloma akuminata
akan terlepas.
 Eksisi bedah
 Eksisi bedah telah lama digunakan untuk mengobati kondiloma akuminata dengan tingkat keberhasilan tinggi.
Kombinasi eksisi dan elektrokauter dianggap sebagai gold standard untuk pengobatan kondiloma akuminata.
 Terapi Laser
 Terapi laser karbondioksida untuk menghancurkan kondiloma pertama kali dilaporkan oleh Baggish pada tahun 1980.
Sebuah tingkat keberhasilan keseluruhan dari 88 sampai 95% telah dilaporkan. Ini mirip dengan elektrokauter,
namun ablasi laser memiliki tingkat kekambuhan tinggi dan menimbulkan nyeri pasca operasi. Laser
karbondioksida (C02) menghasilkan sinar yang mengeluarkan energi. Kemudian terjadi transformasi energy
menyebabkan perubahan dalam sitoplasma dan inti sel. Penggunaannya lebih tepat mengenai lesi
PENCEGAHAN
 Konseling Pencegeahan IMS dan penularannya.
 Vaksin
 Vaksin yang beredardipasaran adalah Gardasil untuk HPV 6,11,16, dan 18 dengan dosis 3x20-40µg, diberikan 3
kali (0,2, dan 6 bulan) intramuscular danGlaxo Smith Kline (GSK) atau Cervarix untuk HPV 16 dan 18 dengan
dosis3x20µg (0, 1, 6 bulan) intramuskuler.
 Syarat untuk melakukan vaksinasi :
 Kondisi tubuh sedang dalam keadaan sehat
 Belum melakukan aktivitas seksual. Jika sudah pernah melakukan maka diharuskan melakukan pemeriksaan
pap’s smear terlebih dahulu.
 Kontraindikasi Pemberian Vaksin
 Vaksin HPV tidak boleh diberikan kepada orang yang mempunyai riwayat hipersensitivitas tipe immediate
terhadap komponen vaksin.Vaksin quadrivalen tidak boleh diberikan kepada orang yang mempunyai riwayat
hipersensitivitas tipe immediate terhadap jamur dan vaksin bivalen tidak boleh diberikan kepada orang yang
mempunyai alergi anafilaksis lateks. Vaksin HPV juga tidak direkomendasikan untuk wanita hamil, apabila
ditemukan wanita hamil sedang menjalani rangkaian vaksinasi maka harus ditunda sampai melahirkan.
DAFTAR PUSTAKA
 Djuanda, A. Hamzah, M. Aisah, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, 5th Ed. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2007

 Mayo Clinic. Genital Warts. Mayo Foundation for Medical Education andResearch (MFMER). 2005; February. http://www.mayo clinic.com

 Koutsky, L.A., Kiviat, N.B. Genital Human Papillomavirus. In Holmes : Sexually Transmitted Diseases. New York : McGraw Hill. 2002; 3rd ed

 Bakardzhiev I, Pehlivanov G, Stransky D, Gonevski M. Treatment ofCandylomata Acuminata and Bowenoid Papulosis With CO2 Laser
andImiquimod. J of IMAB- Annual Procceding (Scientific Papers). 2012

 Chang, G. J., Welton, M. Human Papilloma Virus, Condylonata Acuminata, and Anal Naoplasia. Clinic in Colon and Rectal Surgery. 2004

 Lacey C, Woodhall S, Wikstrom A, Ross J. European Guideline For Themanagement of Anogenital Warts. IUSTI GW Guidelines. 2011

 Lowy, D.R, et al.J.Fitzpatrick’s Dermatology inGeneral Medicine.7th edition.New York: Mc Graw Hill Companies;2008

 Winer, R.L, Koutsky, L.A. Genital Human Papillomavirus Infection4th ed. New York: McGraw-Hill ; 2008.

 Mills, T, Rein, M.F. Sexually TransmittedDisease, 4rded. New York : McGraw-Hill ; 2008.

 Corcoran,G.D, Ridway, G. L. Antibitoic Chemotherapy of Bacterial SexuallyTransmitted Disease in Adults: a review. International Journal of STD &AIDS
:2004

 Markowitz LE, Dunne EF, Saraiya M, et al.; Centers for Disease Control andPrevention (CDC). Human papillomavirus vaccination: recommendations
ofthe Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP). MMWRRecomm Rep 2014
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai