Disusun oleh :
Pembimbing :
dr. Hadi Firmansyah, Sp.KK, M.Kes
II. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama
Luka pada kelamin sejak 1 minggu.
B. Keluhan Tambahan
Tidak ada keluhan tambahan.
a. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/85 mmHg
Frekuensi Nadi : 80x/menit
Frekuensi Napas : 24x/menit
Suhu : 36.2 o C
Kepala : Normocephal, alopesia (-), wajah simetris
Mata : Isokor, ko njungtiva anemis (-)/(-), Sklera ikterik (-)/(-),
RCL +/+, RCTL +/+
Hidung : Sekret (-), deformitas (-)
Telinga : Sekret (-), deformitas (-)
Mulut : Arcus faring hiperemis (-), tonsil hiperemis (-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax : Rhonki (-), wheezing (-)
Jantung : BJ I-II reguler, gallop (-), murmur (-)
Abdomen : Nyeri tekan (-), hepatomegali (-), splenomegali (-)
Ekstremitas : Lesi (-), edema (-)
b. Status Dermatologi
Tidak ditemukan kelainan
c. Status Venereologi
Lokasi: Genitalia
Effloresensi: Ulkus, soliter, lentikular, lateral, sirkumskrip, dasar jaringan
granulasi berwarna merah bersih, tepi kemerahan, terdapat indurasi.
IV. RESUME
Pasien datang ke poli kulit Rumah Sakit Islam Jakarta dengan keluhan luka pada
kelamin sejak 1 minggu yang lalu. Pasien mengatakan 4 minggu sebelum muncul
luka, terdapat riwayat coitus dengan wanita pekerja seks komersial. Pada genital
ditemukan Ulkus, soliter, lentikular, lateral, sirkumskrip, dasar jaringan granulasi
berwarna merah bersih, tepi kemerahan, terdapat indurasi.
V. DIAGNOSIS KERJA
Ulkus durum pada sifilis primer
VIII. TATALAKSANA
Terapi non-farmakologi:
• Abstinensia / tidak boleh berhubungan seksual sampai terbukti sembuh.
• Konseling tentang sifilis, kemungkinan komplikasi, dan cara penularan.
• Obati pasangan seksualnya.
• Anjuran untuk melakukan skrining HIV.
• Datang tiga bulan setelah pengobatan selesai untuk pemantauan serologic.
Terapi farmakologi:
Benzil benzatin penicillin G 2,4 juta IU secara intra muscular, dosis tunggal
IX. PROGNOSIS
Quo Ad Vitam : bonam
Quo Ad Functionam : bonam
Quo Ad Sanactionam : bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Sifilis ialah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema palidum, sangat
kronik dan bersifat sistemik. Pada perjalannya dapat menyerang hampir semua alat tubuh,
dapat menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten, dan dapat ditularkan dari ibu
ke janin (Djuanda A, 2016).
2.2 EPIDEMIOLOGI
Asal penyakit ini tak jelas. Sebelum tahun 1492 belum dikenal di Eropa. Ada yang
menganggap penyakit ini berasal dari penduduk Indian yang dibawa oleh anak buah
Columbus waktu mereka kembali ke Spanyol pada tahun 1492. Pada abad ke-18
penularan sifilis dan gonore diketahahui melalui coitus. lnsidens sifilis di berbagai negeri
di seluruh dunia pada tahun 1996 berkisar antara 0,04- 0,52%. lnsidens yang terendah di
Cina, sedangkan yang tertinggi di Amerika Selatan. Di Indonesia insidensnya 0,61 %. Di
bagian kami penderita yang terbanyak ialah stadium laten, di susul sifilis stadium I yang
jarang, dan yang langka ialah sifilis stadium II (Djuanda A, 2016).
2.4 PATOGENESIS
Stadium dini
Pada sifilis yang didapat, Treponema pallidum masuk ke dalam kulit melalui
mikrolesi atau selaput lendir, biasanya melalui sanggama. Kuman tersebut membiak,
jaringan bereaksi dengan membentuk infiltrat yang terdiri atas sel-sel limfosit dan selsel
plasma, terutama di perivaskular, pembuluhpembuluh darah kecil berproliferasi di
kelilingi oleh Treponema pallidum dan sel-sel radang. Treponema tersebut terletak di
antara endotelium kapiler dan jaringan perivaskular di sekitarnya. Enarteritis pembuluh
darah kecil menyebabkan perubahan hipertrofik endotelium yang menimbulkan
obliterasi lumen (enarteritis obliterans).
Kehilangan pendarahan akan menyebabkan erosi, pada pemeriksaan klinis tampak
sebagai Stadium I. Sebelum Stadium I terlihat, kuman telah mencapai kelenjar getah
bening regional secara limfogen dan membiak. Pada saat itu terjadi pula penjalaran
hematogen dan menyebar ke semua tampak kemudian. Multiplikasi ini diikuti oleh
reaksi jaringan sebagai Stadium II, yang terjadi enam sampai delapan minggu sesudah
Stadium I. Stadium I akan sembuh perlahan-lahan karena kuman di tempat tersebut
jumlahnya berkurang, kemudian terbentuklah fibroblas-fibroblas dan akhirnya sembuh
berupa sikatriks. Stadium II juga mengalami regresi perlahan-lahan dan lalu menghilang.
Tibalah stadium laten yang tidak disertai gejala, meskipun infeksi yang aktif masih
terdapat (Djuanda A, 2016).
Stadium lanjut
Stadium laten dapat berlangsung bertahun-tahun, rupanya treponema dalam
keadaan dorman. Meskipun demikian antibodi tetap ada dalam serum penderita.
Keseimbangan antara treponema dan jaringan dapat tiba-tiba berubah, sebabnya belum
jelas, mungkin trauma merupakan salah satu faktor presipitasi. Pada saat itu muncullah
Stadium III berbentuk guma. Dua pertiga kasus dengan stadium laten tidak memberi
gejala (Djuanda A, 2016).
DIAGNOSIS BANDING
Sifilis primer
Ulkus mole
Granuloma inguinale
Herpes simplex
Basal cell carcinoma
Squamous cell carcinoma
Sifilis sekunder
Pityriasis rosea
Psoriasis
Viral eruption
Sifilis tersier
Karsinoma metastasis
Psoriasis
Sarkoma
Vaskulitis
(Clark & Gudjonsson, 2019).
2.6 TATALAKSANA
Penisilin
Menurut lama kerjanya, terdapat tiga macam penisilin:
a. Penisilin G prokain dalam akua dengan lama kerja dua puluh empat jam, jadi bersifat
kerja singkat.
b. Penislin G prokain dalam minyak dengan aluminium monostearat (PAM), lama kerja
tujuh puluh dua jam, bersifat kerja sedang.
c. Penisilin G benzatin dengan dosis 2,4 juta unit akan bertahan dalam serum dua
sampai tiga minggu, jadi bersifat kerja lama.
Ketiga obat tersebut diberikan intramuskular. Derivat penisilin per oral tidak
dianjurkan karena absorpsi oleh saluran cema kurang dibandingkan dengan suntikan.
Cara pemberian penisilin tersebut sesuai dengan lama kerja masing-masing; yang
pertama diberikan setiap hari, yang kedua setiap tiga hari, dan yang ketiga biasanya
setiap minggu. Penisilin G benzatin karena bersifat kerja lama, maka kadar obat dalam
serum dapat bertahan lama dan lebih praktis, sebab penderita tidak perlu disuntik setiap
hari seperti pada pemberian penisilin G prokain dalam akua (Djuanda A, 2016).
Gambar Tatalaksana penicillin
Antibiotik lain
Bagi yang alergi terhadap penisilin diberikan tetrasiklin 4 x 500 mg/hari, atau
eritromisin 4 x 500 mg/hari, atau doksisiklin 2 x 100 mg/hari. Lama pengobatan 15 hari
bagi Stadium I dan Stadium II dan 30 hari bagi stadium laten. Eritromisin bagi yang
hamil, efektivitasnya meragukan. Doksisiklin absorbsinya 90-100%, sedangkan
tetrasiklin hanya 60-80%. Obat yang lain ialah golongan sefalosporin, misalnya
sefaleksin 4 x 500 mg sehari selama 15 hari. Juga seftriakson setiap hari 2 gr, dosis
tunggal i.m. atau i.v. selama 15 hari (Djuanda A, 2016).
2.7 PROGNOSIS
Dengan ditemukannya penisilin, maka prognosis sifilis menjadi lebih baik. Jika
sifilis tidak diobati, maka hampir seperempatnya akan kambuh, 5% akan mendapat S
III, 10% mengalami sifilis kardiovaskular, neuro sifilis pada pria 9% dan pada wanita
5%, 23% akan meninggal. Pada sifilis dini yang diobati, angka penyembuhan mencapai
95%. Kelainan kulit akan sembuh dalam 7-14 hari. Pembesaran kelenjar getah bening
akan menetap berminggu-minggu (Djuanda A, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda A, 2016 . Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-7. Jakarta : Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2016. h.455-474.
Kemenkes RI, 2013. Pedoman Tatalaksana Sifilis Untuk Pengendalian Sifilis di Layanan
Kesehatan Dasar. Jakarta
Tuddenham SA., et al 2019. Syphilis. Fitzpatrick's Dermatology. 9th ed. Elsevier: 2019.
h. 3145-3172.