Anda di halaman 1dari 8

1.

1 Program Kependudukan, Keluarga Berencana, Dan Pembangunan Keluarga


(KKBPK) Puskesmas Kecamatan Tanah Abang
1.5.1 Definisi Program KKBPK
Berdasarkan Peraturan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2020 Tentang
Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan, Keluarga Berencana yang
selanjutnya disingkat KB adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan
suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran
yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan,
mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kehamilan dalam
hubungan dengan suami istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
(
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Republik
Indonesia (BKKBN RI). Peraturan BKKBN RI No.18 Tahun 2020 tentang
Pelayanan Keluarga Berencana Pasca Persalinan. Published online 2020.)
Sedangkan menurut Peraturan BKKBN RI No. 9 Tahun 2019 tentang
Pemenuhan Kebutuhan Alat dan Obat Kontrasepsi Bagi Pasangan Usia Subur
dalam Pelayanan Keluarga Berencana, program kependudukan, keluarga
berencana, dan pembangunan keluarga yang selanjutnya disebut Program
KKBPK adalah upaya terencana dalam mewujudkan penduduk tumbuh seimbang
dan keluarga berkualitas melalui pengaturan kelahiran anak, jarak, dan usia ideal
melahirkan, serta mengatur kehamilan.(Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional Republik Indonesia (BKKBN RI). Peraturan BKKBN
RI No. 9 Tahun 2019 tentang Pemenuhan Kebutuhan Alat dan Obat
Kontrasepsi Bagi Pasangan Usia Subur dalam Pelayanan Keluarga
Berencana. Published online 2019.)
1.5.2 Tujuan Program
Program Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu program yang penting
dalam meningkatkan kesejahteraan perempuan, baik secara individu maupun
sebagai bagian dari keluarga dan komunitasnya. Salah satu tujuan dari program
KB adalah meningkatkan status kesehatan ibu dan kualitas reproduki indonesia
(Kemenkes RI, 2021. Pedoman konseling menggunakan lembar balik alat
bantu pengambilan keputusan ber-KB. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI)
Tujuan KB terbagi menjadi dua bagian, di antaranya:
a. Tujuan umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan
NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar
terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran
sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan penduduk.
b. Tujuan khusus
1) Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
2) Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
3) Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan
kelahiran.

1.5.3 Manfaat Program


Menjalani program KB sangat bermanfaat bagi pasangan suami istri, selain
membatasi kelahiran, juga bermanfaat mengurangi risiko penyakit hingga
gangguan mental. Penggunaan kontrasepsi juga mencegah risiko kesehatan terkait
kehamilan bagi perempuan, terutama bagi remaja putri, dan bila kelahiran
terpisah kurang dari dua tahun, angka kematian bayi 45% lebih tinggi
dibandingkan bila kelahiran berjarak 2-3 tahun dan 60% lebih tinggi daripada
ketika kelahiran berjarak empat tahun atau lebih. (WHO, 2020. Family
planning/contraception methods. Published Online 9 november 2020) Berikut
ini beberapa manfat KB untuk pasangan suami istri:
a. Menurunkan risiko kehamilan
Alat kontrasepsi berfungsi untuk mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan. Alat kontrasepsi juga berfungsi untuk menurunkan risiko
melahirkan terlalu muda atau terlalu tua.
Jika perempuan yang terlalu tua dan belum menopause melakukan
hubungan intim tanpa menggunakan alat kontrasepsi, ada kemungkinan
terjadi kehamilan. Melahirkan di atas usia 35 tahun akan berisiko pada
wanita dan dapat menyebabkan kematian.
b. Tidak mengganggu tumbuh kembang anak
Jika anak belum satu tahun sudah memiliki adik, tumbuh kembang anak
akan terganggu. Normalnya jarak anak pertama dan kedua antara 3-5 tahun.
Jika anak belum berusia 2 tahun sudah mempunyai adik, ASI untuk anak
tidak bisa penuh 2 tahun sehingga kemungkinan mengalami gangguan
kesehatan.
Orang tua yang mempunyai dua anak juga akan mengalami kesulitan
membagi waktu. Maka anak yang lebih besar akan akan kurang perhatian,
meski anak masih membutuhkan perhatian penuh dari kedua orangtuanya.
c. Menjaga kesehatan mental
Sebagian wanita kemungkinan mengalami depresi yang cukup hebat
setelah melahirkan. Depresi biasanya hilang jika mendapatkan dukungan
dari pasangan. Jika terjadi kelahiran anak dengan jarak yang dekat,
kemungkinan risiko depresi semakin besar. Depresi juga dapat terjadi pada
ayah karena tidak siap secara fisik dan mental.
Dua kondisi tersebut bisa dihilangkan dengan melakukan program
Keluarga Berencana. Jika melakukan pengaturan kehamilan, pasangan
suami istri bisa hidup lebih sehat. Bahkan anak bisa tumbuh secara
maksimal dan perencanaan kehamilan akan berjalan matang.
Selain itu, ternyata KB tak hanya bermanfaat untuk pasangan suami istri,
program Keluarga Berencana juga bermanfaat bagi anak, namun bukan berarti
anak menjalani program KB. Ini dia beberapa manfaat KB untuk anak:
a. Dapat mengetahui pertumbuhan anak dan kesehatannya.
b. Memperoleh perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup.
c. Perencanaan masa depan dan pendidikan yang baik.

1.5.4 Sasaran Program


Sasaran program KB dibagi menjadi dua yaitu sasaran langsung dan sasaran
tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsung
adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat
kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan
sasaran tidak langsung adalah pelaksana dan pengelola KB dengan tujuan
menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijakan terpadu dalam
rangka mencapai keluarga berkualitas, keluarga sejahtera. (Handayani, 2010.
Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan.)
AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA

Akseptor KB adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk memutuskan jumlah dan

jarak anak serta waktu kelahiran. Adapun jenis - jenis akseptor KB, yaitu:
1. Akseptor Aktif

Akseptor aktif adalah akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu cara / alat

kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.

2. Akseptor aktif kembali

Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah menggunakan kontrasepsi

selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan, dan kembali

menggunakan cara alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti cara

setelah berhenti / istirahat kurang lebih 3 (tiga) bulan berturut–turut dan bukan karena

hamil.

3. Akseptor KB Baru

Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali menggunakan alat / obat

kontrasepsi atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah

melahirkan atau abortus.

4. Akseptor KB dini

Akseptor KB dini merupakan para ibu yang menerima salah satu cara kontrasepsi dalam

waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus.

5. Akseptor KB langsung

Akseptor KB langsung merupakan para istri yang memakai salah satu cara kontrasepsi

dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.

6. Akseptor KB dropout

Akseptor KB dropout adalah akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih

dari 3 bulan.
(Prijatni I., Rahayu S., 2016. Kesehatan reproduksi dan
keluarga berencana. Jakarta:Kementrian Kesehatan RI).

1.5.5 Program dan Upaya


Dalam program KB ini, terdapat dua kementerian/lembaga yang memegang
peranan penting yaitu Kementerian Kesehatan dan BKKBN.(Kemenkes RI,2014.
Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Direktorat
Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.)
Bagi BKKBN, upaya yang dilakukan untuk menunjang program KB ini
antara lain dalam bagian penyediaan alat kontrasepsi (alokon), penyediaan sarana
prasarana pelayanan KB melalui Dana Alokasi Khusus (DAK), dan
pendistribusian alokon ke fasilitas kesehatan. Sedangkan Kementerian Kesehatan
atau Dinas Kesehatan, berperan dalam penyediaan pelayanan medis pemasangan
alokon, peningkatan kuantitas dan kualitas Bidan dan Dokter, serta penyediaan
fasilitas kesehatan pelayanan KB.
Mengacu pada Permenkes RI No.43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat, pelayanan KB merupakan salah satu dari 5 UKM esensial. Pelayanan
KB sendiri merupakan salah satu strategi untuk mendukung percepatan
penurunan Angka Kematian Ibu melalui:
a. Mengatur waktu, jarak dan jumlah kehamilan
b. Mencegah atau memperkecil kemungkinan seorang perempuan hamil
mengalami komplikasi yang membahayakan jiwa atau janin selama
kehamilan, persalinan dan nifas.
c. Mencegah atau memperkecil terjadinya kematian pada seorang perempuan
yang mengalami komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.
Pelayanan keberlanjutan (Continuum of Care) dalam pelayanan KB, meliputi pendidikan
kesehatan reproduksi pada remaja, konseling WUS/ calon pengantin, konseling KB pada ibu
hamil/ promosi KB pasca persalinan, pelayanan KB pasca persalinan, dan pelayanan KB
interval. (Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Permenkes No.43 Tahun 2019 tentang
Pusat Kesehatan Masyarakat. Published online 2019.)

1.5.6 Macam Metode Kontrasepsi di Indonesia


Beberapa jenis alat kontrasepsi tersebut yaitu:
a. Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi
sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode
kontrasepsi tanpa alat antara lain Metode Amenorhoe Laktasi (MAL),
Coitus Interuptus, metode Kalender, Metode Lendir Serviks (MOB),
Metode Suhu Basal Badan, dan Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu
basal dan lendir servik. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan
alat yaitu kondom, diafragma, dan spermisida.
b. Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu
kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintetik) dan
yang hanya berisi progesteron saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi
terdapat pada pil dan suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang
berisi progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant.
b. Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR
yang mengandung hormon (sintetik progesteron) dan yang tidak
mengandung hormon.
c. Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif
Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal
dengan tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau
mengikat saluran tuba/tuba falopii sehingga mencegah pertemuan antara
ovum dan sperma. Sedangkan MOP sering dikenal dengan Vasektomi yaitu
memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma tidak
diejakulasikan.
d. Metode Kontrasepsi Darurat
Metode kontrasepsi yang dipakai dalam kondisi darurat ada 2 macam
yaitu pil dan AKDR.

1.5.7 Syarat-syarat kontrasepsi


 Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya
 Efek samping yang merugikan tidak ada.
 Kerjanya dapat diatur menurut keinginan
 Tidak mengganggu hubungan persetubuan
 Tidak memerlukan bantuan medik atau kpntrol ketat saat pemakaiannya
 Harganya murah agar dapat dijangkau oleh masyarakat luas.
 Dapat diterima oleh pasangan suami istri. (Prijatni I., Rahayu S., 2016.
Kesehatan reproduksi dan keluarga berencana. Jakarta:Kementrian
Kesehatan RI).

1.5.8 Cara penyimpanan Alat Kontrasepsi


Penyimpanan alat kontrasepsi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan
BKKBN No.9 Tahun 2019 Pasal 18 huruf b, yaitu meliputi kegiatan penataan,
pencatatan, dan pemeliharaan alat dan obat kontrasepsi yang dilakukan di tingkat
faskes sesuai standar penyimpanan yang terdiri atas unsur SDM, sarana dan
prasarana dengan mempertimbangkan karakteristik sediaan farmasi. (Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Republik Indonesia
(BKKBN RI). Peraturan BKKBN RI No. 9 Tahun 2019 tentang Pemenuhan
Kebutuhan Alat dan Obat Kontrasepsi Bagi Pasangan Usia Subur dalam
Pelayanan Keluarga Berencana. Published online 2019.)
Standar Penyimpanan di tingkat faskes tersebut mengacu pada Pedoman
Pengelolaan Obat dan Alat Kesehatan dari Kementerian Kesehatan menurut
tingkatan Faskes masing-masing. Berikut ini adalah uraian cara penyimpanan alat
kontrasepsi.
Tabel 1.6 Uraian Cara Penyimpanan Alat Kontrasepsi11
Jenis Kondisi Penyimpanan Masa
Kontrasepsi Kadaluwarsa
Pil Simpan di tempat kering dan 5 tahun
jauhkan dari sinar matahari langsung
Kondom Simpan di tempat kering yaitu suhu 3-5 tahun
> 40°C dan jauhkan dari sinar
matahari langsung, bahan kimia, dan
bahan yang mudah rusak
AKDR Lindungi dari kelembaban, sinar 7 tahun
matahari langsung, suhu 15-30°C
Implant Simpan di tempat kering suhu > 5 tahun
30°C
Suntik KB Simpan pada suhu 15-30°C posisi 5 tahun
vials tegal lurus menghadap ke atas,
jauhkan dari sinar matahari langsung

Kemenkes RI,2014. Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga


Berencana. Jakarta : Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan
Anak.)

Anda mungkin juga menyukai