Anda di halaman 1dari 55

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan Kejadian

Diare Pada Anak Dikelurahan Malawei Rt02 Rw04

Kota Sorong

DISUSUN OLEH :
M. MASRUN S. L. SYAHLAN
201602062A

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YMPM)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PAPUA PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
SORONG
2020
LEMBARAN PERSETUJUAN

Proposal Penelitian

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Kejadian Diare Pada Anak
Dikelurahan Malawei Rt 02 Rw 04

Di susun Oleh :
Muhamad masrun surianto lulun syahlan
NIM :201602063A
Telah disetujui untuk diseminarkan pada :
Hari/tanggal : sabtu 31-oktober-2020
Waktu :15:00
Tempat :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Irma Idris S.Kep., M.Kep Suparno S.Kep., M.Kes


NIDN : 090703809 NIDN : 8832890019

Mengetahui
Ka. Biro administrasi akademik kemahasiswaan

Fenelon howay, S. Kom

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL................................................................................... i

LEMBAR PESETUJUAN.............................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... v

DAFTAR TABEL........................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ vii

DAFTAR SINGKATAN................................................................................ viii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1

A. Latar Belakang.................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 5

A. Tinjauan Umum Tentang Diare........................................................ 5


B. Tinjauan Umum Tentang Anak........................................................ 15
C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan Dan Sikap Kejadian
Diare Pada Anak ................................................................................ 17
D. Kerangka Teori................................................................................... 25
E. Kerangka Konsep............................................................................... 25
F. Definisi Operasional........................................................................... 26
G. Hipotesis Penelitian............................................................................ 27

BAB III METODE PENELITIAN................................................................ 28

A. Jenis dan desin Penelitian ................................................................. 28


B. Lokasi dan waktu Penelitian ............................................................ 28
C. Populasi Dan Sampel.......................................................................... 28
D. Teknik Sampling................................................................................. 30
E. Instrumen Penelitian.......................................................................... 30
F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 32
G. Pengolahan Dan Analisa Data .......................................................... 32
H. Analisa Data........................................................................................ 33
I. Etika Penelitian .................................................................................. 34

iii
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

Lampiran

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori............................................................................. 25

Gambar 2.2 Kerangka Konsep.......................................................................... 26

v
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jumlah Oralit.................................................................................... 14

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lembaran Penjelasan Penelitian

Kuesioner Penelitian

Surat Pengambilan Data Awal

Lembar Persetujuan

vii
DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization


Kemenkes : Kementrian Kesehatan
Depkes : Departemen Kesehatan
BAB : Buang Air Besar
OMA : Otitis Media Akut
ASI : Air Susu Ibu
SAB : Sarana Air Besar
AGD : Analisa Gas Darah
ELISA : Enzyme-Linked Immunosorbent Assay
LED : Laju Endap Darah
CPR : C-Reactive Protein
CT SCAN : Computed Tomography Scan
KKP : Kekurangan Kalori Protein
LGG : larutan gula garam
RL : Ringer Laktat

viii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama di negara

berkembang. Diare merupakan salah satu penyebab angka kematian dan

kesakitan pada anak berumur kurang dari 5 tahun (balita). Kelompok ini setiap

tahunnya mengalami lebih dari satu kali kejadian diare. Sebagian dari penderita

akan jatuh ke dalam dehidrasi, kalau tidak segera di tolong akan meninggal.

Penyakit diare masih menjadi masalah global dengan derajat kesakitan dan

kematian yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan

juga sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan

kematian anak di dunia. Secara umum diperkirakan lebih dari 10 juta anak

berusia kurang dari 5 tahun meninggal setiap tahunnya di dunia dimana sekitar

20% meninggal karena infeksi diare (Murshid, 2017).

Berdasarkan data profil Kesehatan Indonesia tahun 2017 bahwa pada tahun

2016 jumlah penderita diare semua umur yang dilayani di sarana kesehatan

sebanyak 3.176.079 penderita dan terjadi peningkatan pada tahun 2017 yaitu

menjadi 4.274.790 penderita atau 60,4% dari perkiraan diare di sarana

kesehatan. Insiden diare semua umur secara nasional adalah 270/1.000

penduduk. Cakupan pelayanan penderita diare Balita secara nasional tahun

2017 dengan provinsi tertinggi yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat (96,94%),

Kalimantan Utara (63,43%) dan Kalimantan Timur (56,91%), sedangkan

provinsi terendah yaitu Nusa Tenggara Timur (17,78%), Sumatera Utara

(15,40%) dan Papua Barat (4,06%). Tahun 2017 terjadi 21 kali KLB Diare

1
2

yang tersebar di 12 provinsi, 17 kabupaten/kota. Kabupaten Polewali Mandar,

Pohuwato, Lampung Tengah dan Merauke masing-masing terjadi 2 kali KLB.

Jumlah penderita 1.725 orang dan kematian 34 orang (CFR 1,97%). Dalam hal

ini faktor ibu berperan sangat penting dalam kejadian diare pada anak. Ibu

adalah sosok yang paling dekat dengan anak. Jika anak terserang diare maka

tindakan-tindakan yang ibu ambil akan menentukan perjalanan penyakitnya.

Tindakan tersebut dipengaruhi berbagai hal, salah satunya adalah pengetahuan.

pengetahuan dan sikap ibu dalam penanganan diare dan perlu dibahas

karena diare yang terlambat ditangani atau tidak ditangani dengan baik dapat

menyebabkan kesakitan pada anak dan dampak yang tidak diinginkan yaitu

anak dapat mengalami kematian. Masih banyak ibu yang belum cukup mampu

memberikan penanganan yang baik, hal ini dikarenakan pengetahuan tentang

penanganan diare pada anak masih rendah sehingga akan mempengaruhi sikap

ibu dalam penanganan diare pada anaknya. Peran ibu dalam melakukan

penatalaksanaan terhadap diare diperlukan suatu pengetahuan karena

pengetahuan merupakan salah satu faktor yang penting peningkatan

pengetahuan tidak selalu menyebabkan terjadinya perubahan sikap tetapi

mempunyai hubungan yang positif, yaitu dengan peningkatan pengetahuan

maka dapat terjadi perubahan sikap (Nuris, 2019).

Bedasarkan Dinas Kesehatan Papua Barat pada tahun 2017 diperoleh data

sebanyak sebanyak 214 jiwa orang mengidap penyakit diare. Data angka

kesakitan penduduk berasal dari masyarakat (community based data) yang

diperoleh melalui studi morbiditas dan hasil pengumpulan data dari Dinas
3

Kesehatan Kabupaten/Kota serta dari sarana pelayanan kesehatan (facility

based data) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan. (Dinkes

2018).

Berdasarkan untuk wilayah kota sorong pada 3 bulan terakhir yaitu pada

bulan Januari, Februari, dan Maret data dari Puskesmas Malawei Kota

Sorong didapatkan angka kejadian diare pada anak pada bulan Januari

sebanyak 46 jiwa ,Februari sebanyak 54 jiwa, dan Maret sebanyak 35 jiwa

yang terkena diare pada anak.

Data yang diperoleh di wilayah puskesmas tentang pengetahuan dan sikap

ibu terhadap kejadian diare masih sangat minim akibat kurangnya ketersedia

informasi dikarenakan di karenakan tidaknya maksimal penyuluhan dan

sosialisasi yang didapatkan oleh masyarakat sekitar dalam penanganan diare

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian mengenai hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap

Kejadian Diare Pada Anak Dikelurahan Malawei Rt 02 Rw 04.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah Apakah Ada Berhubungan antara Pengetahuan Dan Sikap Ibu

Terhadap Kejadian Diare Pada Anak Dikelurahan Malawei Rt 02 Rw 04

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengetahuan dan sikap ibu terhadap kejadian diare pada

anak di kelurahan Malawei Rt 02 Rw 04


4

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengetahuan ibu terhadap kejadian diare pada anak di .

kelurahan Malawei Rt 02 Rw 04

b. Mengetahui sikap ibu terhadap kejadian diare pada anak di kelurahan

Malawei Rt 02 Rw 04

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat ilmiah

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam bidang kesehatan dan

lingkungan baik dalam bentuk pembenaran maupun penemuan hal baru.

2. Manfaat institusi

Menambah bahan informasi bagi institusi.

3. Manfaat Bagi Praktis

Sebagai bahan kajian tambahan bagi peneliti selanjutnya yang ingin melihat

tentang pelaksanaan pengetahuan dan sikap ibu terhadap kejadian diare pada

anak.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Diare

1. Pengertian Diare

Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang

terjadi karena frekuensi 3 kali atau lebih BAB dengan bentuk tinja yang

keluar encer atau cair, (WHO, 2009). Penyakit diare merupakan penyakit

yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja, bertambahnya

frekuensi buang air besar, dan kadang disertai dengan muntah atau tinja

yang berdarah (Manopo (2013) dan Ode (2012)).

Diare adalah buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair,

bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari biasanya

(tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI 2011).

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi

defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi

tinja (menjadi cair), dengan atau tanpa darah dan atau lendir (Suraatmaja,

2010).

2. Etiologi

Etiologi menurut Ngastiyah (2014) antara lain :

a. Faktor infeksi

1) Infeksi enternal: infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan

penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi eksternal sebagai

berikut

5
6

a) Infeksi bakteri: (Vibrio’ E coli, Salmonella, Shigella,

Campylobacter, Yersinia, aeromonas, dan sebagainya)

b) Infeksi virus: Enterovirus (virus ECHO, Coxsacki, Poliomyelitis)

Adeno-virus, Rotavirus, astrovirus, dan lain-lain.

c) Infeksi parasit: cacing (Ascaris, Trichuris, Oxcyuris, Strongyloides)

protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas

hominis), jamur (Candida albicans)

2) Infeksi parenteral ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan

seperti: Otitits Media Akut (OMA), tonsillitis/tonsilofaringitis,

bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama

terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun.

b. Malabsorbsi

1) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan

sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa,dan galaktosa).

Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).

2) Malabsorbsi lemak

3) Malabsornsi protein

c. Faktor makanan, makanan basi,beracun, alergi, terhadap makanan.

d. Faktor psikologis, rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada

anak yang lebih besar).

3. Faktor Resiko

Menurut jufrri dan Soenarto (2012), ada beberapa faktor resiko diare

yaitu
7

a. Faktor umur : yaitu diare terjadi pada kelompok umur 6-11 bulan pada

saat diberikan makanan pendamping ASI. Pola ini menggambarkan

kombinasi efek penurunan kadar antibody ibu, kurangnya kekebalan aktif

bayi, pengenalan makanan yang mungkin terkontaminasi bakteri tinja.

b. Faktor musim : variasi pola musim diare dapat terjadi menurut letak

geografis. Di Indonesia diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat

terjadi sepanjang tahun dengan peningkatan sepanjang musim kemarau,

dan diare karena bakteri cenderung meningkat pada musim hujan

c. Faktor lingkungan : meliputi kepadatan perumahan, kesediaan Sarana Air

Bersih (SAB), pemanfaatan SAB, kualitas air bersih

4. Patofisiologi

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama

gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat

diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,

sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi

rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk

mengeluarkannya sehingga timbul diare.

Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus

akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan

selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

Ketiga gangguan motilitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan

mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan

sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan


8

mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat

menimbulkan diare pula. Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat

masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati

rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak,

kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi

hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare (Latief, Abdul dkk,

2007)

Menurut Latief, Abdul dkk (2007) Mekanisme dasar yang dapat

menyebabkan timbulnya diare adalah:

a. Gangguan osmotik akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat

diserap oleh tubuh akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga

usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk

mengeluarkan isi dari usus sehingga timbul diare.

b. Gangguan sekresi akibat rangsangan tertentu, misalnya oleh toksin pada

dinding usus yang akan menyebabkan peningkatan sekresi air dan

elektrolit yang berlebihan kedalam rongga usus, sehingga akan terjadi

peningkatan-peningkatan isi dari rongga usus yang akan merangsang

pengeluaran isi dari rongga usus sehingga timbul diare.

c. Gangguan motilitas usus hiperperistaltik akan menyebabkan

berkurangnya kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan yang

masuk, sehingga akan timbul diare. Tetapi apabila terjadi keadaan yang

sebaliknya yaitu penurunan dari peristaltik usus akan dapat menyebabkan


9

pertumbuhan bakteri yang berlebihan didalam rongga usus sehingga akan

menyebabkan diare juga

5. Tanda Dan Gejala

Tanda dan gejala awal diare ditandai dengan anak menjadi cengeng,

gelisah, suhu meningkat, nafsu makan menurun, tinja cair (lendir dan tidak

menutup kemungkinan diikuti keluarnya darah, anus lecet, dehidrasi (bila

terjadi dehidrasi berat maka volume darah berkurang, nadi cepat dan kecil,

denyut jantung cepat, tekanan darah turun, keadaan menurun diakhiri

dengan syok), berat badan menurun, turgor kulit menurun, mata dan ubun-

ubun cekung, mulut dan kulit menjadi kering (Octa dkk, 2014)

6. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang intensif perlu dilakukan untuk

mengetahui adanya diare yang disertai komplikasi dan dehidrasi. Menurut

William (2010), pemeriksaan darah perlu dilakukan untuk mengetahui

Analisa Gas Darah (AGD) yang menunjukan asidosis metabolic.

Pemeriksaan feses juga dilakukan untuk mengetahui :

a. Lekosit polimorfonuklear, yang membedakan antara infeksi bakteri dan

infeksi virus.

b. Kultur feses positif terhadap organisme yang merugikan.

c. Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dapat menegaskan

keberatan rotavirus dalam feses.

d. Nilai pH feses dibawah 6 dan adanya substansi yang berkurang dapat

diketahui adanya malaborbsi karbohidrat


10

Menurut Cahyono (2014), terdapat beberapa pemeriksaan

laboratorium untuk penyakit diare, diantaranya :

a. Pemeriksaan darah rutin, laju endap darah (LED), atau CPR (C-reactive

protein). memberikan informasi mengenai tanda infeksi atau inflamasi.

b. Pemeriksaan fungsi ginjal dan elektrolit untuk menilai gangguan

keseimbangan cairan dan elektrolit.

c. Pemeriksaan kolonoskopi untuk mengetahui penyebab diare.

d. Pemeriksaan CT scan bagi pasien yang mengalami nyeri perut hebat,

untuk mengetahui adanya perforasi usus.

7. Berbagai Faktor Yang Mempengaruhui Diare

Menurut Suharyono (2008), faktor yang mempengaruhi diare yaitu :

a. Faktor Gizi.

Makin buruk gizi seorang anak, ternyata makin banyak kejadian diare.

b. Faktor sosial ekonomi

Kebanyakan anak–anak yang mudah menderita diare berasal dari

keluarga besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang buruk,

tidak punya penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan,

pendidikan orang tuanya yang rendah dan sikap serta kebiasaan yang

tidak menguntungkan.

c. Faktor lingkungan

Sanitasi lingkungan yang buruk juga akan berpengaruh terhadap

kejadian diare, interaksi antara agen penyakit, manusia dan faktor–faktor


11

lingkungan, yang menyebabkan penyakit perlu diperhatikan dalam

penanggulangan diare.

d. Faktor makanan yang terkontaminasi pada masa sapih.

Insiden diare pada masyarakat golongan berpendapatan rendah dan

kurang pendidikan mulai bertambah pada saat anak untuk pertama kali

mengenal makanan tambahan dan frekuensi ini akan makin lama

meningkat untuk mencapai puncak pada saat anak sama sesekali di sapih,

makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah mengakibatkan diare

pada anak–anak lebih tua

e. Faktor pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui

upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan memengaruhi proses belajar,

makin tinggi pendidikan seseorang, makin mudah orang tersebut untuk

menerima informasi. Tingkat pendidikan mempengaruhi tingkat

pengetahuan ibu balita dalam berperilaku dan berupaya secara aktif guna

mencegah terjadinya diare pada balita.

8. Komplikasi Diare

Menurut Maryunani (2010) sebagai akibat dari diare akan terjadi

beberapa hal sebagai berikut :

a. Kehilangan air (dehidrasi) Dehidrasi terjadi karena kehilangan air

(output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab

terjadinya kematian pada diare.


12

b. Gangguan keseimbangan asam basa (metabolik asidosis) Hal ini terjadi

karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak

tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya

penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk

metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat

dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria) dan terjadinya

pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.

c. Hipoglikemia terjadi pada 2–3 % anak yang menderita diare, lebih sering

pada anak yang sebelumnya telah menderita Kekurangan Kalori Protein

(KKP). Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan atau

penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan etabol glukosa.

Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun

hingga 40 % pada bayi dan 50 % pada anak–anak.

d. Gangguan gizi Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat,

hal ini disebabkan oleh makanan sering dihentikan oleh orang tua karena

takut diare atau muntah yang bertambah hebat, walaupun susu diteruskan

sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan

terlalu lama, makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan

diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

e. Gangguan sirkulasi Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock)

hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia,

asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak,

kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
13

Menurut Ngastiyah (2014) sebagai akibat diare baik akut maupun

kronik akan terjadi kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) yang

mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolis,

hipokalemia), gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang,

pengeluaran bertambah), hipoglikemia, gangguan sirkulasi darah.

9. Penatalaksanaan

Prinsip perawatan diare adalah sebagai berikut:

a. Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumatan)

b. Diatetik (pemberian makanan)

c. Obat-obatan. Pengobatabatan diare berdasarkan derajat dehidrasinya.

1) Tanpa dehidrasi, dengan terapi A.

Pada keadaan ini, buang air besar terjadi 3-4 kali sehari atau

disebut mulai mencret. Anak yang mengalami kondisi ini masih lincah

dan masih mau makan dan minum seperti biasa. Pengobatan dapat

dilakukan di rumah oleh ibu atau anggota keluarga lainnya dengan

memberikan makanan dan minuman yang ada di rumah seperti air

kelapa, larutan gula garam (LGG), ait tajin, air teh maupun oralit.

pengobatan ini dengan menggunakan terapi A.

Ada tiga cara pemberian cairan yang dapat dilakukan di rumah.

a) Memberikan anak lebih banyak cairan

b) Memberikan makanan terus-menerus

c) Membawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 2-

3 hari.
14

2) Dehidrasi ringan atau sedang dengan Terapi B

Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan

sampai 5% dari berat badan, sedangkan pada diare sedang terjadi

kehilangan cairan 6-10% dari berat badan. Untuk mengobati penyakit

diare pada derajat dehidrasi ringan atau sedang digunakan terapi B,

yaitu sebagai berikut:

Pada tiga jam pertama jumlah oralit yang digunakan:

(Tabel 2.1 Jumlah Oralit)

Usia <1tahun 1-4 tahun >5 tahun


Jumlah oralit 100ML 200ML 40ML

3) Dehidrasi berat, dengan terapi C

Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan buang air dengan

konsistensi cair secara terus-menerus, biasanya lebih dari 10 kali

disertai muntah, kehilangan cairan lebih dari 10% berat badan. Diare

ini diatasi dengan terapi C, yaitu perawatan di puskesmas atau rumah

sakit untuk diinfus RL (Ringer Laktat)

4) Teruskan pemberian makanan

Pemberian makanan seperti semula diberikan sedini mungkin dan

disesuaikan dengan kebutuhan. Makanan tambahan diperlukan pada

masa penyembuhan. Untuk bayi, ASI tetap diberikan bila sebelumnya

mendapatkan ASI< namun bila sebelumnya tidak mendapatkan ASI

dapat diteruskan dengan memberikan susu formula.


15

5) Antibiotik bila perlu sebagian besar penyebab diare adalah Rotavirus

yang tidak memerlukan antibiotik dalam penatalaksanaan kasus diare

karena tidak bermanfaat dan efek sampingnya bahkan merugikan

menderita

B. Tinjauan Umum Tentang Anak

Masa tumbuh kembang anak dapat dijabarkan mulai dari yakni sebagai

berikut (Suyono, 2009 dalam hermin susaeni 2017) :

1. Bayi 0 - < 1 tahun

2. Usia bermain / toddler 1 - < 2,5 tahun

3. Pra sekolah 2,5 - < 5 tahun

4. Usia sekolah 5 - < 11 tahun

5. Remaja 11 ± 18 tahun

Kualitas tumbuh kembang anak dan remaja sangat ditentukan oleh

pemenuhan kebutuhan zat gizi serta tenaga. Karena itu cermati konsumsi

makanan mereka seperti yang seharusnya mereka butuhkan berdasarkan

pola makan dengan gizi seimbang. Di atas usia satu tahun seorang anak

akan mengalami tumbuh kembang dan aktivitas yang sangat pesat

dibandingkan dengan ketika ia masih bayi. Kebutuhan zat gizi akan

meningkat. Sementara pemberian makanan juga akan lebih sering. Jika

biasanya cuma tiga kali (pagi, siang, dan sore) makan pokok, kali ini perlu

ditambah dua kali makan selingan. Tapi yang tak boleh ketinggalan adalah

variasi hidangan makanan yang disajikan. Soalnya, kebutuhan zat gizi tidak

bisa dipenuhi hanya dengan satu jenis bahan makanan.


16

Kendati tidak sepesat pada masa bayi, anak usia 1 - 6 tahun tetap

membutuhkan kalori lebih banyak mengingat aktivitas yang dilakukan

bertambah banyak. Perlu diingat, pada masa ini balita sangat rawan terhadap

berbagai penyakit gizi seperti kurang protein, zat besi, vitamin A, yodium,

dan berbagai penyakit infeksi. Walaupun anak balita sudah bisa diberi

makanan yang sama seperti orang dewasa, namun perlu diingat bahwa

makanan yang diberikan hendaknya gampang dicerna dan tidak

merangsang. Hindari makanan yang mengandung gas dan alkohol, yang bisa

menyebabkan perut kembung dan diare.

Saat usia 1 - 3 tahun anak-anak masih sebagai konsumen pasif, artinya

mereka tinggal menerima apa saja yang disediakan orang tuanya. Walau

gigi-geligi sudah mulai tumbuh, namun belum dapat digunakan untuk

mengunyah makanan yang terlalu keras. Sehingga makanan yang disajikan

harus benarbenar lunak dan dimasak sampai matang. Pada periode ini

pemberian ASI tetap diteruskan sampai anak berusia dua tahun. Meskipun

jumlah ASI yang diproduksi sudah mulai berkurang, ASI masih merupakan

makanan sumber zat gizi berkualitas tinggi. Konsumsi makanan pelengkap

ASI, sekurangkurangnya tiga kali sehari dengan porsi separuh dari jumlah

makanan orang dewasa. Di samping itu ditambah dengan makanan selingan

dua kali sehari. Menyapih (menghentikan ASI) sebaiknya dilakukan

bertahap dengan mengurangi pemberian ASI sedikit demi sedikit.

Kekebalan terhadap diare ada yang diturunkan melalui ibu. Namun

kekebalan ini hanya bertahan dalam jangka waktu tertentu. Setelah anak
17

berumur satu tahun atau lebih, kekebalan itu sudah hilang sehingga

kemungkinan untuk menderita diare akibat infeksi lebih mudah. Para ahli

memikirkan vaksin, tetapi kurang efektif karena hanya bisa bertahan tiga

bulan (Suyono, 2009 Suyono, 2009 dalam hermin susaeni 2017).

C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan Dan Sikap Kejadian Diare Pada

Anak

1. Pengetahuan

Secara umum pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku seseorang

pengetahuan merupakan suatu bentuk tahu dari manusia yang diperolehnya

dari pengalaman perasaan, akal pikiran daninstituisinya setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Solita, 2008 dalam

alfia wati 2015 ).

Pengetahuan ibu sangat berpengaruh dalam terjadinya diare pada anak

balita. Bila pengetahuan ibu baik, ibu akan mengetahui cara merawat anak

yang menderita diare di rumah dan berobat atau merujuk ke sarana

kesehatan. Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

perilaku seseorang. Pengetahuan berpengaruh terhadap praktik, baik secara

langsung atau tidak langsung, melalui perantara sikap. Praktik seseorang

dibentuk oleh interaksi individu dengan lingkungan, khususnya yang

menyangkut pengetahuan dan sikap terhadap objek, sedangkan sikap

merupakan salah satu faktor predisposisi yang dapat mempengaruhi perilaku

seseorang. Sikap merupakan perasaan seseorang untuk mendukung atau

tidak mendukung terhadap objek tertentu (Rosiji, 2009)


18

Pengetahuan adalah hasil tahu ini setelah orang melakukan

penginderaan tehadap suatu objek tertentu, peninderaan terjadi melalui

panca indra manusia, yakni indra penglihatan, penciuman, rasa, bara.

Sebagai pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan dan kognitf merupakan dominan yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang meningkatnya pengetahuan dapat

menmbulkan perubahan persepsi dan kebiasaan seseorang, pengetahuan

juga membentuk kepercayaan seseorang serta sikap terhadap satu hal.

Perilaku yang disadari pengetahuan lebih langgeng dari perilaku yang tidak

disadari pengetahuan (Notoatmodjo,2007)

a. Tingkatan pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan seseorang terhadap objek

mempuyai intensitas yang berbeda-beda.secara garis besarnya dibagi

dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu :

1) Tahu (know)

Diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau

mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat mengunakan pertanyaan

pertayaan.

2) Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek

tersebut, tidak sekedar terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat


19

menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan

secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek

yang dimaksud dapat mengunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi yang lain.

4) Analisa (analisys)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang di

ketahui.

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari

komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa pengetahuan

adalah apa yang telah diketahui dan mampu diingat setelah

mendapatkan pendidikan baik formal maupun non formal. Dengan

adanya pengetahuan ibu tentang penyakit diare maka ia memiliki


20

kecakapan tersendiri dalam menangani diare pada anaknya yang

menderita diare. (Notoatmodjo, 2010).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhui pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010), ada beberapa faktor yang

mempengaruhui seseorang, yaitu :

1) Pendidikan adalah salah satu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemamppuan didalam dan diluar sekolah dan

berlangsung seumur hidup.

2) Media massa/sumber informasi adalah sebagai sarana komunikasi,

berbagai bentuk media massa seperti tv, radio, surat kabar, majalah

internet dan lain lain. Mempuyai pengaruh besar terhadap

pembentukan opini dan kepeercayaan orang.

3) Social budaya dan ekonomi adalah kebiasaan dan tradisi yang

dilakukan oleh orang orang tanpa melalui penalaran apakah yang

dilakukan baik atau buruk.

4) Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun social.

5) Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk

memperoleh kebenaram pengetahuan dengan cara mengulang kembali

pengetahuan yang di peroleh dalam memecahkan masalah yang

dihadapi masa lalu.

c. Kategori pengetahuan
21

Menurut Notoatmodjo (2010), pengukuran pengetahuan penulis

mengunakan pengkategorian menurut Mahfoedz (2009),yaitu :

1) Baik, bila subjek mampu menjawab dengan benar 76-100% dari

seluruh pernyataan.

2) Cukup, bila subjek mampu menjawab dengan benar 56-75% dari

seluruh pernyataan.

3) Kurang, bila subjek mampu menjawab dengan benar <56% dari

seluruh pernyataan.

2. Sikap

Sikap merupakan reaksi tertutup, tidak dapat dilihat secara langsung

sehingga sikap hanya dapat ditafsirkan dari perilaku yang nampak. Adanya

sikap akan menyebabkan manusia bertindak secara khas terhadap

objekobjeknya. Dengan kata lain sikap merupakan produk dari proses

sosialisasi seorang memberikan reaksi sesuai dengan rangsangan yang

ditemuinya (Hasan , 2009).

Ibu yang kurang baik sikapnya dalam penatalaksanaan diare tidak

mendukung praktik ibu dalam penatalaksanaan diare. Sikap adalah

merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu

stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya

kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan

seharihari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus

sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi

adalah merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih


22

merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terhdap obyek di

lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap obyek

a. Pengertian Sikap

Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan bertindak, dan bukan

merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap seseorang dapat diukur

melalui pemahaman, pengalaman individual, pendapat atau emosi yang

bersangkutan seperti senang – tidak senang, setuju – tidak setuju, baik –

tidak baik, dan sebagainya (Notoadmodjo, 2005).

b. Komponen Sikap

Ada tiga komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap

yang utuh yaitu:

1) Kognitif

Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa

yang benar bagi objek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk

maka ia akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat

diharapkan dari objek tertentu.

2) Afektif

Menyangkut masalah emosional subjektif seseorang terhadap

sesuatu objek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan

perasaan yang dimiliki objek tertentu.

3) Konatif

Komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap

menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku


23

dengan nyaman ada dalam diri seseorang berkaitan dengan objek

sikap yang dihadapi (Notoatmodjo, 2007).

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Menifestasi sikap tidak

dapat langsung dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari

prilaku yang tertutup. (Notoatmodjo S, 2010).

c. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap, yaitu:

1) Pengalaman pribadi

Dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi meningkatkan

kesan yang kuat. Sikap mudah terbentuk jika melibatkan faktor

emosional

2) Kebudayaan

Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat

individu tersebut didasarkan. Contoh pada sikap orang kota dan

orang desa kebebasan dalam bergaul.

3) Orang lain

yang dianggap penting Orang-orang yang kita harapkan

persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan opini kita, yang

tidak ingin dikecewakan, dan yang berarti khusu misalnya : orang

tua, pacar, suami/istri, teman dekat, guru, pimpinan umumnya

individu tersebut akan memiliki sikap yang searah (konformis)

dengan orang yang dianggap penting.

4) Media Massa
24

Media massa berupa media cetak dan elektronik. Dalam

kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosiaonal

terhadap stimulasi sosial. Sikap merupakan suatu tindakan atau

aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau

perilaku.

d. Tingkatan Sikap

Berbagai tingkatan dalam pembentukan sikap yaitu :

1) Menerima

Pada tingkat ini, seseorang sadar akan kehadiran sesuatu (orang nilai

perbedaan) dan orang tersebut akan menjelaskan sikap seperti

mendengarkan, menghindari atau menerima keadaaan tersebut.

2) Merespon

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan atau menjelaskan

tugas yang diberikan sebagai sikap terhadap hal tertentu.

3) Menghargai

Sikap untuk mengajak orang lain mengerjakan atau mendiskusikan

suatu masalah.

4) Bertanggung jawab

Rasa tanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko (Notoatmodjo, 2007).


25

D. Kerangka Teori

Faktor perilaku Faktor lingkungan

1. Pengetahuan 1. Air

2. Sikap 2. Makanan

3. Higien, sanitasi

Kejadian Diare

Faktor musim Faktor host

1. Bakteri 1. Antibiotic

2. Virus 2. umur

Sumber : Kerangka Teori Noatmodjo (2009) Dan Hasan Dkk (2009)

(Gambar 2.1 Kerangka Teori)

E. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan

antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-

penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010).


26

pengetahuan

Kejadian Diare

Sikap

Keterangan

:Variabel Indepanden

: Variabel Dependen

;Variabel Yang Diteliti

(Gambar 2.2 Kerangka Teori)

F. Definisi Operasional

1. Variable Dependen

a. Kejadian diare Suatu keadaan dimana terjadianya buang air besar cair

lender degan frekuensi dari 3x/hari

b. Alat ukur : kuesioner

c. Kriteria objektif

1) Baik : pengetahuan Baik bila ibu menjawab benar skor >60% = dari

10 pertayaan
27

2) Kurang : pengetahuan kurang bila ibu menjawab dengan skor dari 10

pertayaan

d. Skala ukur : nominal

2.Variabel independen

a. Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan

tentang pencegahan diare

b. Alat ukur : kuesioner

c. Kriteria Objektif

1) Baik : pengetahuan Baik bila ibu menjawab benar skor >60% = 11-19

dari 19 pertayaan

2) Kurang : pengetahuan kurang bila ibu menjawab dengan skor <60% =

<11 dari 19 pertayaan

d. Skala ukur : nominal

3. Variable independen

a. Sikap yang dimaksud dalam penelitian ini adalah persepsi ibu terhadap

pencegahan diar

b. Alat ukur : kuesioner

c. Kriteria Objektif :

1) Baik : Sikap Baik bila ibu menjawab benar skor >60% = 24-40 dari

10 pertayaan

2) Kurang : Sikap kurang bila ibu menjawab salah skor <60% = 23-1

dari 10 pertayaan

d. Skala Ukur : nominal


28

G. Hipotesis

1. Hipotesis Alternatife / Ha

Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan kejadian diare

pada anak di Kelurahan Malawei Rt 02 / Rw 04

2. Hipotesis Noul / Ho

Tidak Ada hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan kejadian

diare pada anak di Kelurahan Malawei Rt 02 / Rw 04.


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan mengunakan metode penelitian deskriptif

bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian yang

terjadi berdasarkan karakteristik tempat, waktu, umur ,jenis kelamin, sosial

ekonomi, pekerjaan, status perkawinan, dan lain-lain. dan menggunakan desain

penelitian cross sectional yang bertujuan untuk mengetahui “hubungan

pengetahuan dan sikap ibu terhadap kejadian diare pada anak di Kelurahan

Malawei Rt 02/ Rw 04 Kota Sorong”

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2010), lokasi penelitian adalah tempat atau

lokasi yang digunakan untuk mengembalikan sesuatu observasi. Penelitian

ini akan dilakssnakan di Kelurahan Malawei Rt02/Rw04 kota sorong Lokasi

ini dipilih karena kurangnya kesadaran keluarga tentang pentingnya

penanganan diare pada anak.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah waktu atau saat yang digunakan untuk

pelaksanaan penelitian atau observasi (Notoadmodjo,2010). Penelitian ini

direncanakan akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2020.

C. Populasi dan sampel

1. Populasi

28
29

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(notoadmodjo,2010). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang

memiliki anak di kelurahan malawei Rt02 Rw04 kota sorong. Jumlah

populasi dalam penelitian ini adalah 92 responden,berdasarkan jumlah kk

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Mengunakan rumus

slovin Nototatmodjo, (2012).

N
n= 2
1+ N ( d )

Keterangan :

N = Besar populasi

n = Besar sampel

d = tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan 5%


N
n=
1+ N ( d 2)

92
n= 2
1+ 92(0,05 )

92
n=
1+ 92(0,0025)

92
n=
1,23

n=74,79 = 75

Jadi, sampel dalam penelitian ini berjumlah 75 responden


30

D. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini mengunakan

Purposive Sampling. Yaitu sebuah penelitian yang membutuhkan kriteria

khusus agar sampel yang diambil nantinya sesuai dengan tujuan penelitian itu

sendiri dan dapat memcahkan masalah serta memberikan nilai yang lebih

representatif.

1. Kriteria inklusi

a. ibu yang bersedia menjadi responen

b. Ibu yang sehat jasmani dan rohani

c. Ibu yang tertempat tinggal di kelurahan Malawei Rt 02/ Rw 04

d. Seluruh ibu yang bekerja atau tidak yang bertempat tinggal di kelurahan

Malawei Rt 02/ Rw04

2. Kriteria ekslusi

a. Ibu yang sedang sakit

b. Ibu yang sedang tergesa gesa

c. Ibu yang tidak bersedia menjadi responden.

E. Intrumen Penelitian

Instrument penelitian ini mengunakan kuesioner untuk mengetahu

pengetahuan dan sikap ibu terhadap diare

1. Data demografi

Data demografi dalam penelitian ini meliputi inisial responden, umur,

pendidikan terakhir.

2. pengetahuan
31

Kuesioner pengetahuan dalam penelitian ini diadopsi dari Fitri (2017),

yang terdiri dari 19 item pertayaan. Kuesioner ini mengunakan skala

Guttmann dengan pilihan jawaban benar dengan skor 1 dan salah dengan

skor 0. Penilaian dalam kuesioner ini mengunakan kategori pengetahuan

baik apabila responden menjawab pertayaan benar ≥ 60% dari 19 pertayaan

dan kategori pengetahuan kurang apabila responden menjawab pertayaan

<60% dari 19 pertayaan.

Kuesioner pengetahuan ini telah di uji validitas dan reliabilitasnya oleh

peneliti sebelumnya bahwa kuesiner ini sudah dinytakan valid dengan

mengunakan rumus pearson product moment dengan r tabel 0,361 dimana

mengunakan tingkat signifikansi 5%. Dan hasil uji reliabilitas kuesioner di

nyatakan reliabel dengan mengunakan cronbach’s alpha sebesar 0,843.

3. Sikap

Kuesioner sikap dalam penelitian ini diadopsi dari Nadeak (2019), yang

terdiri dari 10 item pertayaan. Kuesioner ini mengunakan skala likert

dengan pilihan jawaban sangat setju (SS) dengan skor 4, setuju (S) dengan

skor 3, tidak setuju dalam (TS) dengan skor 2 dan sangat tidak setuju (STS)

dengan skor 1. Penilaian dalam kuesioner ini mengunakan kategori sikap

baik apabila responden menjawab pertayaan benar ≥ 60% dari 10 pertayaan

dan kategori sikap kurang apabila responden menjawab pertayaan ≤ 60%

dari 10 pertayaan.

Kuesioner sikap ini telah di uji validitas dan reliabilitasnya oleh peneliti

sebelumnya bahwa kuesiner ini sudah dinytakan valid dengan mengunakan


32

rumus pearson product moment dengan r tabel 0,361 dimana mengunakan

tingkat signifikansi 5%. Dan hasil uji reliabilitas kuesioner di nyatakan

reliabel dengan mengunakan cronbach’s alpha sebesar 0,879.

4. Kejadian diare

Kuesioner penangan diare dalam penelitian ini diadopsi dari Nadeak

(2019), yang terdiri dari 10 item pertayaan Kuesioner ini mengunakan skala

Guttmann dengan pilihan jawaban benar dengan skor 1 dan salah dengan

skor 0. Penilaian dalam kuesioner ini mengunakan kategori pengetahuan

baik apabila responden menjawab pertayaan benar ≥ 60% dari 10 pertayaan

dan kategori pengetahuan kurang apabila responden menjawab pertayaan

<60% dari 10 pertayaan.

Kuesioner kejadian diare ini telah di uji validitas dan reliabilitasnya oleh

peneliti sebelumnya bahwa kuesiner ini sudah dinytakan valid dengan

mengunakan rumus pearson product moment dengan r tabel 0,361 dimana

mengunakan tingkat signifikansi 5%. Dan hasil uji reliabilitas kuesioner di

nyatakan reliabel dengan mengunakan cronbach’s alpha sebesar 0,879.

F. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan didukung oleh data

sekunder.

1. Data primer diperoleh berdasarkan data yg diperoleh langsung dari

responden dengan mengunakan kuesioner yang dipandu peneliti.

2. Data sekunder diperoleh melalui bagian pencatatan dan pelaporan


33

G. Pengolahan Dan Analisa Data

Menurut Sugiono (2014), setelah kuesioner diisi oleh responden, maka

data diolah melalui tahapan sebagai berikut;

1. Editing

Proses melakukan pengec ekan atau perbaikan data apakah sudah

lengkap, jelas. Bila ada kejangalan dapat dilakukan penulusuran kembali.

2. Coding

Setelah data dikumpulkan dilakukan proses coding atau pengkodean

menjadi bentuk angka serta pemberian nomor atau kode tiap variable untuk

mempermudah entry data.

3. Scoring

Suatu kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

angka atau bilangan

4. Entry Data

Setelah diedit dan decoding serta dinilai lengkap maka dilakukan entry

data kedalam software computer.

5. Cleaning

Proses pengecekan kembali terhadap data yang terkumpul

kemungkinan ada kesalahan kode, keketidak lengkapan kemudian dilakukan

pembentulan

H. Analisa Data

Data yang di peroleh di lapangan terlebih dahulu diedit, selanjutnya

dilakukan pemindahan dari daftar pertanyaan lembar tabulasi yang telah


34

disiapkan. Data yang telah dikumpulkan diolah dengan mengunakan program

komputerisasi yaitu SPSS. Dan selanjutnya dianalisis dengan mengunakan

metode analisis univariat untuk mendapatkan gambaran umum dengan cara

mendiskripsikan tiap-tiap variable yang digunakan dalam penelitian yaitu

dengan melihat gambaran distribusi frekuensinya, baik dalam bentuk table

maupun dalam bentuk grafik.

1. Analisis Univariat

Analisis Univariat merupakan analisis yang menggambarkan distribusi

frekuensi dari masing-masing jawaban kuesioner variabel bebas dan

variabel terikat dan juga distribusi frekuensi rekapitulasinya.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan masing-masing

variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan analisis Chi-

Square, pada batas kemaknaan perhitungan statistik p-value (0,05). Apabila

hasil perhitungan menunjukkan nilai p-value

I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian sebaiknya peneliti melindungi responden

dengan memperhatikan aspek etika dan berpegang teguh pada prinsip-prinsip

penelitian. Adapun prinsip-prinsip etika yang diterapkan dalam penelitian ini

adalah:

1. Self determination (Penentuan nasib sendiri)

Setelah diberi penjelasan tentang penelitian yang akan dilakukan, ibu

diberi kebebasan untuk menentukan turut serta atau tidak dalam penelitian
35

tanpa diberi sanksi apapun. Kesediaan ibu menjadi responden dibuktikan

dengan penandatanganan lembar persetujuan responden.

2. Anonimiti and confidientiality (Kerahasiaan)

Prinsip anonymity dilakukan oleh peneliti dengan tidak mencantumkan

nama lengkap responden yang dijadikan responden namun hanya inisial

dalam responden yang dijadikan kode, dan prinsip conditientialitydilakukan

penelitian dengan identitas responden, sehingga dalam analisis ini dan

penyajian data hanya mendeskripsikan karakteristik responden

3. Privacy (Pribadi)

Penelitian menjamin privacy responden dan menjunjung tinggi harga

diri responden. Penelitian dalam berkomunikasi dengan responden tidak

menanyakan hal-hal yang dianggap sebagai privacy sebagai responden

kecuali berkaitan dengan penelitian, namun tetap mengedepankan rasa

penghormatan dan melalui persetujuan responden

4. Informed consent (Persetujuan)

Penelitian dilakukan peneliti memberikan informasi secara lengkap

tentang penelitian yang akan dilakukan dan memberikan kebebasan untuk

berpartisipasi untuk menolak menjadi responden. Jika responden bersedia

maka responden diminta menandatangani lembar persetujuan responden.


DAFTAR PUSTAKA

Asnidar. 2015 Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Terhadap Kejadian
Diare Pada Anak Di Puskesmas Bontonompo Ii Kabupaten Gowa Ahli
Madya Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar
Depkes RI. 2011 Buku Saku Petugas Kesehatan : Lintas Diare Limah Langkah
Tuntaskan Diare. Jakarta : Dapartemen Kesehatan RI
Kemenkes RI.Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan.Jakarta. Triwulan
II;2011.
Manopo Jeannet Ch, dkk. 2013. Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Diare Pada
Anak di Puskesmas Manado.
Moraga, P. &. (2016). Causes of Death Collaborators. 2017 Global, regional, and
national age-sex specific mortality for 264 causes of death, 1980-2016: a
systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2016. . The
Lancet , 390(10100), 1151-121.
Murshid R, Tri Joko, 2017. Hubungan Sanitasi Dasar Dan Personal Hygiene
dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas
Tasikmadu Kabupaten Karanganyar, Jurnal Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro, Semarang.
Ngastiyah. 2014. Perawatan Anak Sakti (2ed). Jakarta : Buku Kedokteran.
Nuris Waty Nadeak. 2019 Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Ibu Dalam
Penanganan Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Limbong
Kecamatan Sianjur Mula-Mula Kabupaten Samosir, Skripsi Fakultas
Kesehatan Masyarakat Institut Kesehatan Helvetia Medan
Ode La Sharif. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik. Nuha Medika : Yogyakarta
Suraatmaja. (2010). Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung
SetoWati Alfia. 2015 Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Ibu Dengan
Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Titeu Kecamatan
Titeu Kabupaten Pidie, Gelar Ahli Madya Kebidanan Universitas Ubudiyah
Indonesia

35
36

Widyasari, 2017. Hubungan Kebersihan Jamban Dan Kualitas Jamban Dengan


Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Pasie Nan Tigo Kecamatan Koto
Tengah, Skripsi, Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, padang.
World Health Organization. 2017. Diarrhoeal Disease. (Online) Sep 2018.
http://www.who.int/news-room/factsheets/detail/diarrhoeal-disease.
Dinas Kesehatan Papua Barat, 2018. Profil Kesehatan Papua Barat 2017 Dinas
Kesehatan Papua Barat, Provinsi Papua Barat.
Soenarto Y., 2012. Diare Kronis dan Diare Persisten. Juffrie M., Buku Ajar
GastroenterologiHepatologi. Jilid 1. Pp 122. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.
Abdul Latif, D. H. (2007). Pendidikan berbasis nilai kemasyarakatan. In
pendidikan berbasis nilai kemasyarakatan (p. 96). Bandung: PT. Refika
Aditama.
Dwienda, Octa, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/
Balitadan Anak Prasekolah untuk Para Bidan. Yogjakarta; deepublish
publisher
Cahyono, E. (2014). Analisis Website Quality, Trust dan Loyalty Pelanggan
Online Shop. Jurnal Manajemen Pemasaran Vol 8
William Marshall. Blood Gas Analysis.Annals of Biochemical Chemistry. 2008.
http://acb.rsmjournals.com/content/47/3 /283.full.
Suharyono.2008. Diare Akut Klinik dan Laboratoria.Jakarta : RinekaCipta.
Anik Maryunani, 2010, Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta : CV. Trans Info Media.
Notoatmodjo, S. (2012).Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Hermin Husaeni, 2017. Pengaruh Pengetahuan Dan Sikap Ibu Tentang
Penanganan Diare Pada Anak Di Puskesmas Batua Raya Kota Makassar.
Akademik Keperawatan Sandi Karsa Makassar.
Rosiji, harun cholik. 2008. Persepsi Ibu Tentang Penyakit Diare Dan Oralit
Berhubungan Dengan Prilaku Dalam Perawatan Diare.
Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka
Cipta.
37

Hasan, 2009. Faktor-faktor Penyebab Diare Pada Balita di Puskesmas.


www.doctocs.com/docs/119394873-faktor Penyebab Diare Pada Balita di
Puskesmas
Machfoedz, I., 2009. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan, Keperawatan,
Kebidanan, Kedokteran. Yogyakarta : Fitramaya.
Notoatmodjo,S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
38

Lampiran 1.
PERNYATAAN KESEDIAAN
MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Dengan menandatangani lembar ini, saya:
Nama :
Usia :
Alamat :

Memberikan persetujuan untuk menjadi responden dalam penelitian yang berjudul


“Hubungan Pengetahuan dan sikap Ibu terhadap kejadian diare pada anak” yang
akan dilakukan oleh muhamad masrun surianto lulun syahlan mahasiswi Program
Studi keperawatan Fakultas Kepekerawatan sekolah tinggi ilmu kesehatan papua.

Saya telah dijelaskan bahwa jawaban kuesioner ini hanya digunakan untuk
keperluan penelitian dan saya secara suka rela bersedia menjadi responden
penelitian ini.

Sorong, 2020
Yang Menyatakan

( )
39

Lampiran 2

KUESIONER
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP
KEJADIAN DIARE PADA ANAK DI KELURAHAN MALAWEI RT 04
RW 02 KOTA SORONG

A. Identitas Responden
1. Nama Responden :
2. Alamat Responden :
3. Umur Responden :
4. Pendidikan formal terakhir :
5. Pekerjaan responden
40

B. Kuesioner Pengetahuan
Petunjuk : Berilah tanda check pada kolom pilihan jawaban dibawah ini yang
Bpk/ibu anggap benar.
N Pertayaan Benar Salah
o
1 Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal
yang lebih encer dan frekuensi BAB lebih dari 3kali
sehari
2 Diare dapat disebabkan oleh makan yang tertutup
penyajiannya
3 Diare disebabka kerena lingkungan yang tidak sehat
misalnya sumber air langsung dari sungai
4 Air sungai dapat digunakan untuk membersihkan
alat alat rumah tangga
5 Penyakit diare banyak ditemukan anak yg tidak
diberikan ASI ekslusif selama 6 bulan pertama
6 Anak menderita diare tidak menyebabkan kuman
melalui kotoran (BAB)
7 Tanda gejala anak mengalami diare adalah cengeng,
gelisah, dan nafsu makan menurun
8 Anak yang mengalami diare menandakan anak
bertambah pintar dan bertambah besar
Gangguan gizi akan terjadi pada balita yang
9 menderita diare apabila terjadi perubahan pola
makan
10 apabila pada anak diare terdapat darah dalam tinja
maka di sebut disentri
11 Balita yang menderita diare jika tidak di tangani
dengan baik maka tidak akan mengalami
kekurangan cairan
12 ASI dapat mencegah diare karena mengandung
antibodi yang memberikan perlidungan penyakit
diare
13 Mencuci tangan dengan mengunakan sabun sebelum
41

dan sesudah makan dapat mencegah diare


14 Membersihkan jamban/toilet secara teratur tidak
berperan dalam penurunan risiko penyakit diare
15 Anak yang menderita diare harus diberikan minum
yang lebih banyak dari biasanya dan diberikan
sedikit demi sedikit
16 Apabila anak diare maka makanan seperti makanan
yang berserat tidak boleh di berikan
17 Anak yang mengalami diare saat di rumah dapat di
berikan oralit air tajin kuah sayur dan air matang
18 Anak mengalami diare sebaiknya diberikan vitamin
zink selama 10 hari
19 Kondisi anak yang harus segera dibawah ke dokter
jika anak megalai demam terus menerus tidak mau
makan dan minum.

C. Kuesioner Sikap
Petunjuk : Berilah tanda check pada kolom pilihan jawaban dibawah ini yang
Bpk/Ibu anggap benar.
SS : Sangat Setuju :4
S : Setuju :3
TS : Tidak Setuju :2
42

STS: Sangat Tidak Setuju:1


No Pertanyataan Pilihan jawaban Skor
SS S TS STS
1 Diare dapat menyebabkan anak
kekurangan cairan
2 Setelah anak selesai bermain
sebaiknya mencuci tangan anak
dengan sabun
3 Anak dapat terserang diare karena
diberikan makanan yang kurang bersih
4 Penanganan diare pada anak cukup
dengan memberikan cairan oralit
sesuai tingkat diare yang diderita anak
5 Bila makanan disimpan lebih dari 6
jam kuman tidak dapat berkembang
baik pada makan tersebut
6 Mencuci tangan sebelum memberi
makan dan sesudah buang air besar
merupakan langkah mencegah diare
pada anak
7 Ibu akan segera memberikan larutan
oralit saat anak balitanya buang air
besar terus menerus yang disertai
mual dan muntah
8 Ibu akan tetap mengunakan larutan
oralit yang sudah di uat lebih dari 24
jam
9 Ibu dapat menghentikan pemberian
cairan oralit ketika anak tidak buang
air besar terus menerus dalam bentuk
cair
10 Ibu dapat memberikan air tajin air
kelapa atau larutan gula garam untuk
mencegah dehidrasi jika oralit tidak
43

tersedia di rumah

D. Kuesioner kejadian diare

Petunjuk : Berilah tanda check pada kolom pilihan jawaban dibawah ini yang

Bpk/ibu anggap benar.

No Pertanyataan benar salah

1 Jika anak Ibu mencret lebih dari 3 kali


dalam sehari Ibu segera memberi lebih
banyak cairan daripada biasanya
2 Ibu memberikan larutan gula dan
44

garam ketika anak Ibu mengalami


diare jika tidak ada larutan oralit
(kemasan)
3 Ibu memberikan sup untuk mengganti
cairan Anak Ibu
4 Ibu memberi air tajin jika Anak Ibu
mengalami diare.
5 Ibu memberi lebih banyak minum air
matang pada anak Ibu yang diare.
6 Ibu memberikan larutan oralit
sebanyak anak Ibu mau.
7 Ibu memberikan larutan oralit hingga
diare anak berhenti
8 Ibu terus memberi ASI jika Anak Ibu
diare pada masa menyusui.
9 Ibu memberikan susu jika anak sudah
tidak mendapatkan ASI
10 Ibu memberikan bubur pada Anak
yang mengalami diare.

Lampiran 4
45

Anda mungkin juga menyukai