Anda di halaman 1dari 114

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY.

S
DENGAN HIPERTENSI DI RT. 30 KELURAHAN
PEMURUS LUAR

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

Dosen Pembimbing :
Angga Irawan, Ns., M. Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Aldo NIM. 11194561920118
Ardhia Redina Cahyani NIM. 11194561920119
Devi Lia NIM. 11194561920124
Dian Bardiansyah NIM. 11194561920125
Elsiyani NIM. 11194561920128

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Ny. Dengan Hipertensi Di Rt. 30
Kelurahan Pemurus Luar” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas bapak Angga Irawan, Ns., M. Kep pada Mata Kuliah Keperawatan
Keluarga. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada bapak Angga Irawan, Ns., M.
Kep selaku dosen pengampu Mata Kuliah Keperawatan Keluarga yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 17 Juni 2021

Kelompok 3

DAFTAR ISI

COVER ..............................................................................................................i
ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Tujuan.................................................................................................2
C. Manfaat...............................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................4
A. Konsep Keluarga................................................................................4
1. Pengertian Keluarga......................................................................4
2. Struktur Keluarga...........................................................................4
3. Tipe Keluarga................................................................................5
4. Fungsi Keluarga............................................................................7
5. Tugas Keluarga.............................................................................7
6. Ciri-Ciri Keluarga...........................................................................9
7. Tahapan Perkembangan Keluarga................................................9
8. Peran Perawat Keluarga..............................................................12
9. Prinsip Keperawatan Keluarga....................................................13
B. Konsep Hipertensi.............................................................................15
1. Pengertian Hipertensi..................................................................15
2. Klasifikasi Hipertensi....................................................................15
3. Etiologi Hipertensi........................................................................15
4. Patofisiologi Hipertensi................................................................17
5. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi...................................................18
6. Manisfestasi Klinik Hipertensi......................................................19
7. Komplikasi Hipertensi..................................................................20
8. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi.............................................20
9. Penatalaksanaan Hipertensi........................................................21
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga...........................................22
1. Pengkajian...................................................................................22
2. Diagnosa Keperawatan...............................................................24
3. Intervensi Keperawatan...............................................................28
4. Implementasi Keperawatan.........................................................29
5. Evaluasi.......................................................................................29
6. Dokumentasi Keperawatan..........................................................30
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA...............................................31
BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................63

iii
BAB V PENUTUP.............................................................................................68
A. Kesimpulan.......................................................................................68
B. Saran................................................................................................68
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................69
LAMPIRAN........................................................................................................72

iv
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit kronik yang
menimbulkan komplikasi dikemudian hari. Hipertensi sering disebut sebagai
“Silent Killer” karena sifatnya yang tidak memberikan gejala klinis. Hipertensi
adalah ketika tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah
diastolik
≥ 90 mmHg setelah dilakukan pemeriksaan disaat pasien cukup
istirahat/tenang. (Soenarta, 2015).
Hipertensi atau yang dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah
kondisi dimana pembuluh darah terjadi peningkatan secara terus-menerus,
penyakit ini biasa disebut sebagai silent killer karena penyakit hipertensi
sering muncul pada seseorang tanpa disertai dengan gejala
(Kurnianingtyas., dkk, 2017). Menurut World Health Organization (WHO),
penyakit hipertensi menjadi salah satu dari banyaknya permasalah
kesehatan didunia yang cukup berbahaya, karena hipertensi menjadi faktor
risiko utama yang dapat menyebabkan penyakit jantung iskemik dan stroke
yang dimana menjadi penyebab utama kematian didunia pada tahun 2016
(WHO, 2018).
Berdasarkan data yang didapat dari WHO (2015) menunjukkan
ada sekitar 1,13 milyar orang yang mengidap penyakit hipertensi. Jumlah
pengidap hipertensi setiap tahunnya terus terjadi peningkatan, diperkirakan
pada tahun 2025 akan ada sebanyak 1,5 milyar orang yang mengidap
hipertensi dan setiap tahunnya diperkirakan ada 10,44 juta orang yang
meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya. Menurut data (Riskesdas,
2018) didapatkan bahwa kejadian penyakit hipertensi pada umur ≥ 18 tahun
di Indonesia sebesar 34,1%. dan yang menjadi provinsi dengan pravelensi
hipertensi terbanyak adalah Kalimantan Selatan yaitu sebesar 44,1% dari
total keseluruhan hipertensi di Indonesia, dan daerah yang paling banyak
pravelensi hipertensi adalah di Kabupaten Hulu Sungai Tengah yaitu sebesar
52% dari Pravelensi Hipertensi di Provinsi Kalimantan Selatan. Pravelensi
hipertensi di Indonesia paling banyak terjadi pada usia lanjut atau lansia,
yaitu pada usia 55-64 tahun sebesar 53,7%, lalu pada usia 65-74 tahun
sebesar 63,5% dan usia 75 tahun keatas sebesar 73,5%.

1
Banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang terkena
hipertensi. Faktor risiko hipertensi tersebut dibagi menjadi faktor risiko yang
dapat diubah dan yang tidak dapat diubah (Dharnidharka & Anyaegbu, 2014).
Faktor risiko yang tidak dapat diubah yaitu mempunyai riwayat keluarga yang
mengidap hipertensi, usia dan jenis kelamin (Nuraini, 2015). Sedangkan
faktor risiko yang dapat diubah yaitu berat badan berlebih/obesitas,
kebiasaan merokok, kurangnya aktivitas fisik seperti berolahraga, pola
asupan garam yang berlebih dan buruknya kualitas tidur seseorang (Yuliani,
dkk., 2016).
Arista (2013) mengemukakan bahwa bagi individu yang
mempunyai faktor risiko tersebut harus waspada serta melakukan upaya
pencegahan sedini mungkin seperti rutin memeriksakan kesehatan ke
pelayanan kesehatan dan juga berusaha untuk menghindari faktor pencetus.
Austriani (2008) mengungkapkan bahwa kesadaran dan pengetahuan
masyarakat tentang penyakit hipertensi masih rendah, hal ini dibuktikan
dengan masyarakat yang lebih memilih makanan cepat saji yang biasanya
rendah serat, tinggi lemak, gula dan garam. Hal ini dapat menyebabkan
tingginya risiko terjadinya kekambuhan hipertensi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan asuhan keperawatan keluarga pada Ny. dengan hipertensi
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian pada pasien hipertensi
b. Menyusun perencanaan keperawatan pada pasien dengan hipertensi
c. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan hipertensi
d. Melaksanakan evaluasi tindakan keperawatan pada pasien dengan
hipertensi
e. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan dengan baik dan
benar
f. Melakukan pengobatan hipertensi dengan metode non-farmakologi
pijat kaki

2
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan
informasi dalam bidang keperawatan keluarga tentang asuhan
keperawatan keluarga dengan hipertensi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Instansi Pendidikan
Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar tentang
asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi yang dapat
digunakan sebagai acuan bagi praktik mahasiswa keperawatan.
b. Bagi Mahasiswa
Sebagai sarana untuk mengaplikasikan pengetahuan dan
pengalaman khususnya dibidang keluarga pada keluarga dengan
hipertensi.
c. Bagi Keluarga
Sebagai sarana untuk memperoleh pengetahuan tentang hipertensi
beserta penetalaksanaannya.

3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga
1. Pengertian keluarga
Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu sama lain (Mubarak dkk, 2011). Sudiharto (2012)
menyatakan bahwa keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk
berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan
hidup spiritual dan materil yang layak, bertakwa kepada tuhan, memiliki
hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan
masyarakat serta lingkungannya. Sedangkan menurut Friedman (2010)
menyatakan bahwa keluarga adalah sebuah kelompok yang
mengidentifikasi diri dan terdiri atas dua individu atau lebih yang memiliki
hubungan khusus, yang dapat terkait dengan hubungan darah atau
hukum atau dapat juga tidak, namun berfungsi sebagai sedemikian rupa
sehingga mereka menganggap dirinya sebagai keluarga.

2. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari pola dan proses komunikasi, strukrur peran,
struktur kekuatan dan struktur nilai dan norma (Mubarak dkk, 2011)
menggambarkan sebagai berikut:
a. Struktur komunikasi Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi
apabila: jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai dan ada
hirarki kekuatan.
b. Struktur peran yang dimaksud struktur peran adalah serangkaian
perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi
pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal.
c. Struktur kekuatan yang dimaksud adalah kemampuan dari individu
untuk mengontrol atau mempengaruhi atau merubah perilaku orang
lain: legitimate power (hak), referent power (ditiru), expert power
(keahlian), reward power (hadiah), coercive power (paksa) dan
affective power.

4
d. Struktur nilai dan norma nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan
yang mengikat anggota keluarga dalam budaya tertentu, sedangkan
norma adalah pola perilaku yang diterima pada lingkungan sosil
tertentu berarti disini adalah lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat sekitar keluarga.

3. Tipe Keluarga
Adapun tipe keluarga menurut Mubarak (2011) dibagi menjadi beberapa
yaitu:
a. Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1) Keluarga Inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang hanya terdiri
ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi
atau keduanya.
2) Keluarga Besar (Extended Family) adalah keluarga inti ditambah
anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah
(kakek- nenek, paman-bibi).
b. Secara modern berkembangnya peran individu dan meningkatnya
rasa individualisme maka pengelompokkan tipe keluarga selain
diatas yaitu:
1) Tradisional Nuclear Keluarga Inti (ayah, ibu dan anak) tinggal
dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam
suatu ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di
luar rumah.
2) Reconstituted Nuclear
Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali
suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-
anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari
perkawinan baru, satu/keduanya dapat bekerja di luar rumah.
3) Niddle Age/Aging Couple
Suami sebagai pencari uang, istri di rumah/kedua-duanya bekerja
di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena
sekolah/perkawinan/ meniti karier.
4) Dyadic Nuclear
Suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak yang
keduanya atau salah satu bekerja di luar rumah.

5
5) Single Parent
Satu orang tua sebagai akibat perceraian atau kematian
pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah atau di
luar rumah.
6) Dual Carrier
Suami istri atau keduanya orang karier dan tanpa anak.
7) Commuter Married
Suami istri atau keduanya orang karier dan tinggal terpisah pada
jarak tertentu. Keduanya saling mencari pada waktu-waktu
tertentu.
8) Single Adult
Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak
adanya keinginan untuk kawin.
9) Three Generation Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam
satu rumah.
10) Institusional
Anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam suatu panti-
panti.
11) Comunal
Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami
dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan
fasilitas.
12) Group Marriage
Satu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam
satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah kawin dengan
yang lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.
13) Unmaried Parent and Child
Ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki, anaknya
diadopsi.
14) Cohibing Couple
Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa
kawin.
15) Gay and Lesbian Family
Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin
sama.

6
4. Fungsi Keluarga
Ada lima fungsi keluarga menurut (Friedman, 2011), yaitu : a.
Fungsi Afektif
Fungsi afektif merupakan dasar utama baik untuk pembentukan
maupun untuk berkelanjutan unit keluarga itu sendiri, sehingga fungsi
afektif merupakan salah satu fungsi keluarga yang paling
penting.Peran utama orang dewasa dalam keluarga adalah fungsi
afektif, fungsi ini berhubungan dengan persepsi keluarga dan
kepedulian terhadap kebutuhan sosioemosional semua anggota
keluarganya.
b. Fungsi Sosialisasi dan Status Sosial
Sosialisasi merujuk pada banyaknya pengalaman belajar yang
diberikan dalam keluarg yang ditunjuk untuk mendidik anak – anak
tentang cara menjalankan fungsi dan memikul peran sosial orang
dewasa seperti peran yang di pikul suami-ayah dan istri-ibu. Status
sosial atau pemberian status adalah aspek lain dari fungsi sosialisasi.
Pemberian status kepada anak berarti mewariskan tradisi, nilai dan
hak keluarga, walaupun tradisi saat ini tidak menunjukan pola
sebagian besar orang dewasa Amerika.
c. Fungsi Reproduksi
Untuk menjamin kontiniutas antar generasi kleuarga dan masyarakat
yaitu menyediakan angagota baru untuk masyarakat.
d. Fungsi Perawatan Kesehatan
Fungsi fisik keluarga dipenuhi oleh orang tua yang menyediakan
makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan terhadap kesehatan
dan perlindungan terhadap bahaya. Pelayanan dan praktik kesehatan
adalah fungsi keluarga yang paling relafan bagi perawat keluarga.
e. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi melibatkan penyediaan keluarga akan sumber daya
yang cukup finansial, ruang dan materi serta alokasinya yang sesuai
melalui proses pengambilan keputusan.

5. Tugas Keluarga
Ada 5 pokok tugas keluarga dalam bidang kesehatan menurut Friedman
(2012) dalam Dion & Betan (2014) adalah sebagai berikut :

7
a. Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga
Keluarga perlu mengenal keadaan kesehatan dan
perubahanperubahan yang dialami anggota keluarga. Perubahan
sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian keluarga dan orang tua. Sejauh mana
keluarga mengetahui dan mengenal fakta-fakta dari masalah
kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor
penyebab yang mempengaruhinya, serta persepsi keluarga
terhadap masalah.
b. Membuat Keputusan Tindakan Yang Tepat
Sebelum keluarga dapat membuat keputusan yang tepat mengenai
masalah kesehatan yang dialaminya, perawat harus dapat mengkaji
keadaan keluarga tersebut agar dapat menfasilitasi keluarga dalam
membuat keputusan.
c. Memberi Perawatan Pada Anggota Keluarga Yang Sakit Ketika
memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1) Keadaan penyakitnya (sifat, penyebaran, komplikasi, prognosis
danperawatannya).
2) Sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan.
3) Keberadaan fasilitas yang dibutuhkan untuk perawatan.
4) Sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga
yangbertanggung jawab, sumber keuangan dan financial,
fasilitas fisik,psikososial).
5) Sikap keluarga terhadap yang sakit.
d. Mempertahankan Atau Mengusahakan Suasana Rumah Yang Sehat
Ketika memodifikasi lingkungan atau menciptakan suasana rumah
yang sehat, keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1) Sumber-sumber yang dimilki oleh keluarga.
2) Keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.
3) Pentingnya hiegine sanitasi.
4) Upaya pencegahan penyakit.
5) Sikap atau pandangan keluarga terhadap hiegine sanitasi.
6) Kekompakan antar anggota kelompok.

8
e. Menggunakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Yang Ada Di
Masyarakat Ketika merujuk anggota keluarga ke fasilitas kesehatan,
keluarga harus mengetahui hal-hal sebagai berikut:
1) Keberadaan fasilitas keluarga.
2) Keuntungan-keuntungan yang diperoleh oleh fasilitas
kesehatan.
3) Pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.
4) Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

6. Ciri-Ciri Keluarga
Setiadi (2013) memaparkan ciri-ciri keluarga yaitu:
a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan
b. Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan
hubungan perkawinan yang senganja dibentuk atau dipelihara.
c. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur)
termasuk perhitungan garis keturunan.
d. Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai
keturunan dan membesarkan anak.
e. Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah
tangga.

7. Tahapan Perkembangan Keluarga


Tahap perkembangan keluarga dibagi menjadi (Friedman, 2011) :
a. Tahap I Keluarga Pasangan Baru (Beginning Family)
Pembentukan pasangan menandakan pemulaan suatu keluarga
barudengan pergerakan dari membentuk keluarga asli sampai
kehubungan intim yang baru. Tahap ini juga disebut sebagai tahap
pernikahan. Tugas perkembangan keluarga tahap I adalah
membentuk pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain,
berhubungan secara harmonis dengan jaringan kekerabatan dan
perencanaan keluarga.
b. Tahap II Keluarga Kelahiran Anak Pertama (Childbearing Family)
Mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi
berusia 30 bulan. Transisi ke masa menjadi orang tua adalah salah

9
satu kunci dalam siklus kehidupan keluarga. Tugas perkembangan
keluarga disini adalah setelah hadirnya anak pertama, keluarga
memiliki beberapa tugas perkembangan penting. Suami, istri, dan
anak harus memepelajari peran barunya, sementara unit keluarga
inti mengalami pengembangan fungsi dan tanggung jawab.
c. Tahap III Keluarga dengan Anak Prasekolah (Families With
Preschool)
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama
berusia 2½ tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga
saatini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan posisi
pasangan suami- ayah, istri-ibu, putra-saudara laki-laki, dan
putrisaudara perempuan. Tugas perkembangan keluarga saat ini
berkembang baik secara jumlah maupun kompleksitas. Kebutuhan
anak prasekolah dan anak kecil lainnya untuk mengekplorasi dunia
di sekitar mereka, dan kebutuhan orang tua akan privasi diri,
membuat rumah dan jarak yang adekuat menjadi masalah utama.
Peralatan dan fasilitas juga harus aman untuk anak-anak.
d. Tahap IV Keluarga dengan Anak Sekolah (Families With
Schoolchildren)
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam
waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika ia
mencapai pubertas, sekitar 13 tahun. Keluarga biasanya mencapai
jumlah anggota keluarga yang maksimal dan hubungan akhir tahap
ini juga maksimal. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini
adalah keluarga dapat mensosialisasikan anak-anak, dapat
meningkatkan prestasi sekolah dan mempertahankan hubungan
pernikahan yang memuaskan.
e. Tahap V Keluarga dengan Anak Remaja (Families With Teenagers)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau
perjalanan kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini
berlangsung selama enam atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih
singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama,
jika anak tetap tinggal dirumah pada usia lebih dari 19 atau 20
tahun. Tujuan utamapada keluarga pada tahap anak remaja adalah
melonggarkan ikatankeluarga untuk meberikan tanggung jawab dan

10
kebebasan remaja yanglebih besar dalam mempersiapkan diri
menjadi seorang dewasa mudah. Tugas perkembangan keluarga
yang pertama pada tahap ini adalah menyeimbangkan kebebasan
dengan tanggung jawab seiring dengan kematangan remaja dan
semakin meningkatnya otonomi. Tugas perkembangan keluarga
yang kedua adalah bagi orang tua untuk memfokuskan kembali
hubungan pernikahan mereka. Sedangkan tugas perkembangan
keluarga yang ketiga adalah untuk anggota keluarga,terutama orang
tua dan anak remaja, untuk berkomunikasi secara terbukasatu sama
lain.
f. Tahap VI Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda (Launching
Centerfamilies)
Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan perginya
anak pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan
“kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah meninggalkan
rumah. Tahap ini dapat cukup singkat atau cukup lama, bergantung
pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum
menikah tetap tinggal di rumah setelah mereka menyelesaikan SMU
atau kuliahnya. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini
adalah keluarga membantu anak tertua untuk terjun ke dunia luar,
orang tua juga terlibat dengan anak terkecilnya, yaitu membantu
mereka menjadi mandiri.
g. Tahap VII Orang Tua Paruh Baya (Middle Age Families) Tahap ini
merupakan tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika
anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun
atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini dimulai ketika orang
tua berusia sekitar 45 tahun sampai 55 tahun dan berakhir dengan
persiunannya pasangan, biasanya 16 sampai 18 tahun kemudian.
Tugas keperawatan keluarga pada tahap ini adalah wanita
memprogramkan kembali energi mereka dan bersiapsiap untuk
hidup dalam kesepian dan sebagai pendorong anak mereka yang
sedang berkembang untuk lebih mandiri serta menciptakan
lingkungan yang sehat.
h. Tahap VIII Keluarga Lansia dan Pensiunan

11
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini adalah dimulai pada saat
pensiunan salah satu atau kedua pasangan, berlanjut sampai
kehilangan salah satu pasangan, dan berakhir dengan kematian
pasangan yang lain. Tugas perkembangan keluarga pada tahap
terakhir ini adalah mempertahankan penataan kehidupan yang
memuaskan dan kembali kerumah setelah individu pensiun/berhenti
bekerja dapat menjadi problematik.

8. Peran Perawat Keluarga


Ada tujuh peran perawat keluarga menurut Sudiharto (2012) adalah
sebagai berikut:
a. Sebagai Pendidik
Perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan pada
keluarga, terutama untuk memandirikan keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang memiliki masalah kesehatan.
b. Sebagai Koordinator Pelaksana Pelayanan Kesehatan
Perawat bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan
yang komprehensif. Pelayanan keperawatan yang bersinambungan
diberikan untuk menghindari kesenjangan antara keluarga dan unit
pelayanan kesehatan.
c. Sebagai Pelaksana Pelayanan Perawatan
Pelayanan keperawatan dapat diberikan kepada keluarga melalui
kontak pertama dengan anggota keluarga yang sakit yang memiliki
masalah kesehatan. Dengan demikian, anggota keluarga yang sakit
dapat menjadi “entry point” bagi perawatan untuk memberikan
asuhan keperawatan keluarga secara komprehensif.
d. Sebagai Supervisor Pelayanan Keperawatan
Perawat melakukan supervisi ataupun pembinaan terhadap keluarga
melalui kunjungan rumah secara teratur, baik terhadap keluarga
berisiko tinggi maupun yang tidak.Kunjungan rumah tersebut dapat
direncanakan terlebih dahulu atau secara mendadak, sehingga
perawat mengetahui apakah keluarga menerapkan asuhan yang
diberikan oleh perawat.
e. Sebagai Pembela (Advokat)

12
Perawat berperan sebagai advokat keluarga untuk melindungi
hakhak keluarga klien.Perawat diharapkan mampu mengetahui
harapan serta memodifikasi system pada perawatan yang diberikan
untuk memenuhi hak dan kebutuhan keluarga.Pemahaman yang
baik oleh keluarga terhadap hak dan kewajiban mereka sebagai klien
mempermudah tugas perawat untuk memandirikan keluarga.
f. Sebagai Fasilitator
Perawat dapat menjadi tempat bertanya individu, keluarga dan
masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan dan
keperawatan yang mereka hadapi sehari-hari serta dapat membantu
jalan keluar dalam mengatasi masalah.
g. Sebagai Peneliti
Perawat keluarga melatih keluarga untuk dapat memahai
masalahmasalah kesehatan yang dialami oleh angota keluarga.
Masalah kesehatan yang muncul didalam keluarga biasanya terjadi
menurut siklus atau budaya yang dipraktikkan keluarga.

9. Prinsip Keperawatan Keluarga


Prinsip perawatan kesehatan keluarga Setiadi (2013) mengatakan ada
beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan
Asuhan Keperawatan keluarga yaitu:
a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan
kesehatan.
b. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat
sebagai tujuan utama.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam
mencapai peningkatan kesehatan keluarga.
d. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat
melibatkan peran aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah
dan ebutuhan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya.
e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat proinotif dan
preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
f. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga,
keluarga memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin
untuk kepentingan kesehatan keluarga.

13
g. Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga
secara keseluruhan.

h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan


Keperawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan
masalah dengan menggunakan proses keperawatan.
i. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan
keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan Asuhan Keperawatan
kesehatan dasar atau perawatan dirumah.
j. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
Keluargakeluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang
kesehatan antara lain adalah:
1) Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur
dengan masalah:
a) Tingkat sosial ekonomi yang rendah.
b) Keluarga kurang tahu atau tidak mampu mengatasi masalah
kesehatan sendiri.
c) Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga
dengan penyakit keturunan.
2) Keluarga dengan Ibu dengan resiko tinggi kebidanan yaitu :
a) Umur Ibu (16 tahun/lebih dari 35 tahun).
b) Menderita kekurangan gizi (anemia).
c) Menderita hipertensi.
d) Primipara dan Multipara.
e) Riwayat persalinan atau komplikasi
3) Keluarga dalam anak menjadi resiko tinggi karena :
a) Lahir prematur (BBLR).
b) Berat badan sukar naik.
c) Lahir dengan cacat bawaan.
d) ASI Ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
e) Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam
bayi dan anaknya.
4) Keluarga mempunyai masalah hubungan antara anggota
keluarga
a) Anak yang tidak pernah dikehendaki pernah mencoba untuk
digugurkan.

14
b) Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga
dan sering timbul cekcok dan ketegangan.
c) Ada anggota keluarga yang sering sakit
d) Salah satu anggota (suami atau istri) meninggal, cerai, lari
meninggalkan rumah.

B. Konsep Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah kondisi dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah secara abnormal yang dimana peningkatan tersebut
terjadi secara terus-menerus (Maghfiroh, dkk., 2018). Seseorang akan
dinyatakan menderita hipertensi apabila saat dilakukan pengukuran
tekanan darah, hasilnya melewati nilai batas normal dari tekanan darah
yaitu 140/90 mmHg (Majid, 2017).

2. Klasifikasi Hipertensi
Terdapat beberapa klasifikasi hipertensi pada hasil pengukuran
tersebut.
Adapun klasifikasi hipertensi menurut WHO adalah sebagai berikut:
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Normal < 130 < 85, Diastolik (mmHg) Normal
< 130 < 85, Normal tinggi 130-139 85-89, Hipertensi ringan (stadium 1)
140-159 90-99, Hipertensi sedang (stadium 2) 160-179 100-109,
Hipertensi berat (stadium 3) 180-209 110-119, Hipertensi sangat berat
(stadium 4 ) 210 – 120. (Widyanto dkk, 2016)

3. Etiologi Hipertensi
Dari seluruh kasus hipertensi 90% adalah hipertensi primer. Beberapa
faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi primer
seperti berikut ini. (Udjianti, 2017).
a. Genetik individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan
hipertensi, beresiko tinggi untuk mendapatkan penyakit ini.
b. Jenis kelamin dan usia
Laki-laki berusia 35-50 tahun dan wanita menopause tinggi untuk
mengalami hipertensi.
c. Diet

15
Konsumsi diet tinggi garam atau lemak secara langsung
berhubungan dengan berkembangnya hipertensi.
d. Berat badan (obesitas).
Berat badan > 25% diatas ideal dikaitkan dengan berkembang nya
hipertensi.
e. Gaya hidup
Merokok dan konsumsi alkohol dapat meningkatkan tekanan darah.
Etiologi hipertensi sekunder. pada umumnya diketahui, berikut ni
beberapa kondisi yang menjadi penyebab hipertensi sekunder
(Udjianti, 2017).
1) Penggunaan Kontrasepsi Hormonal
Obat kontrasepsi yang berisi esterogen dapat menyebabkan
hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-mediated
volume expansion. Dengan penghentian obat kontrasepsi,
tekanan darah normal kembali secara beberapa bulan.
2) Penyakit Parenkim Dan Vaskuler Ginjal
Ini merupakan penyebab utama hipertensi sekunder. Hipertensi
renovaskuler berhubungan dengan penyempitan atu atau lebih
arteri renal pada klien dengan hipertensi disebabkan oleh
aterosklorosis atau fibrous dysplasia (pertumbuhan abnormal
jaringan fibrus). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi,
inflamasi dan perubahan struktur serta fungsi ginjal.
3) Gangguan Endokrin
Disfungsi medula adrenal atau korteks adrenal dapat
menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-medited
hypertention di sebabkan kelebihan primer aldosteron, koristol
dan katekolamin. Pada aldosteronisme primer, kelebihan
aldosteron menyebabkan hipertensi dan hipokaemia.
4) Coaretation Aorta (Penyempitan Pembuluh Darah Aorta)
Merupakan penyempitan aorta kongenital yang mungkin terjadi
beberapa tingkat pada aorta torasik atau abdominal.
Penyempitan penghambat aliran darah melalui lengkung aorta
dan mengakibatkan peningkatan darah diatas area kontriksi.
5) Kehamilan

16
Naiknya tekanan darah saat hamil ternyata dipengaruhi oleh
hormone estrogen pada tubuh. Saat hamil kadar hormon
estrogen di dalam tubuh memang akan menurun dengan
signifikan. Hal ini ternyata biasa menyebabkan sel-sel endotel
rusak dan akhirnya menyebabkan munculnya plak pada
pembuluh darah. Adanya plak ini akan menghambat sirkulasi
darah dan pada akhirnya memicu tekanan darah tinggi.
6) Merokok
Merokok dapat menyebakan kenaikan tekanan darah karena
membuat tekanan darah langsung meningkat setelah isapan
pertama, meningkatkan kadar tekanan darah sistolik 4 milimeter
air raksa (mmHg). Kandungan nikotin pada rokok memicu
syaraf untuk melepaskan zat kimia yang dapat menyempitkan
pembuluh darah sekaligus meningkatkan tekanan darah.

4. Patofisiologi Hipertensi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor
ini bermula saraf simpatis, yang berlanjut berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titikini,neuron preganglion melepaskan
asetilkolin, yang merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsangan vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa
hal tersebut bisa terjadi (Smelttzer, 2017).
Pada saat bersamaan dimana sistemsimpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsangan emosi. Kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan streoid lainnya, yang dapat
memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokontriksi

17
yanng mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, mengakibatkan
pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin 1 yang
kemudian diubah menjadi angiotensin 2, saat vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.

Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air di tubulus ginjal,


menyebabkan peningkatan 14 volume intravaskuler. Semua faktor
tersebut cenderung mengakibatkan keadaan hipertensi (Price).

5. Faktor-Faktor Risiko Hipertensi


a. Faktor Yang Tidak dapat Diubah
1) Genetik
Genetik penderita Hipertensi dapat menjadikan keluarga
tersebut memiliki resiko dua kali lebih besar terkena hipertensi
dari pada orang yang tidak memiliki genetik hipertensi. (P2PTM
Kemenkes RI, 2019).
2) Usia
Seseorang yang memasuki usia masa lansia (46-65 tahun)
lebih rentan mengidap penyakit hipertensi, karena pada usia
tersebut elastisitas dari arteri mulai menghilang yang
mengakibatkan pembuluh darah perlahan-lahan menjadi
sempit, sensitivitas pengatur tekanan darah mulai berkurang
dan akhirnya dapat memicu terjadinya peningkatan pada
tekanan darah (Sundari & Bangsawam, 2015).
3) Jenis Kelamin
Jenis kelamin pria 2,3 kali lebih tinggi mengalami peningkatan
tekanan sistolik dibandingkan wanita. Namun setelah masa
menopause, angka kejadian hipertensi pada wanita meningkat.
Dan saat lanjut usia hipertensi pada wanita lebih tinggi di
karenakan faktor hormonal. (P2PTM Kemenkes RI, 2019)
b. Faktor Yang Dapat Diubah
1) IMT
IMT merupakan salah satu pengukuran yang digunakan untuk
mengetahui keadaan gemuk dan obesitas (Angesti, dkk., 2018).
Orang yang memiliki IMT >25 Kg/m 2 (gemuk/obesitas) akan
memiliki risiko 3,474 kali lebih tinggi terkena penyakit hipertensi

18
dibandingkan dengan orang yang memiliki nilai IMT normal
yaitu 18,5 – 25 Kg/m2 (Puspitasari, 2018).
Menurut Rahmayani (2018) seseorang yang menderita obesitas
memiliki risiko 5,573 kali lebih tinggi mengalami hipertensi
primer dibandingkan dengan seseorang yang tidak mengalami
obesitas.
2) Kebiasaan Merokok
Rokok mengandung nikotin dan karbon monoksida. Zat nikotin
menyebabkan adrenalin meningkat sehingga terjadi
penyempitan pembuluh darah dan meningkatkan kerja jantung.
karbon monoksida pun dapat mengentalkan darah sehingga
terjadi hipertensi. (Tim Bumi Medika, 2017).
3) Nutrisi
Garam mengandung zat Natrium yang fungsinya adalah
mengikat cairan agar tidak dikeluarkan sehingga terjadi
penumpukan cairan dalam tubuh. Sehingga terjadi peningkatan
volume dan tekanan darah. (Tim Bumi Medika, 2017).
4) Stress
Keadaan stress seperti tertekan, murung, gelisah, dendam dan
rasa bersalah dapat merangsang timbulnya hormone adrenalin
sehingga jantung bekerja lebih kencang dan tejadi peningkatan
tekanan darah. (Tim Bumi Medika, 2017).
Seseorang yang sering mengalami stress akan rentan terkena
penyakit hipetensi, karena stress merupakan faktor risiko
terjadinya hipertensi pada seseorang, yang dimana faktor risiko
tersebut 7,25 kali lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang
tidak mengalami stress (Rahmayani, 2019).
5) Kurang Olahraga
Hanya sedikit orang yang berolahraga dikarenakan disibukkan
dengan hal lain seperti bekerja atau pun bersekolah. Akibatnya
kita jadi kurang bergerak dan kurang olaraga sehingga memicu
kolestrol meninggi dan juga meningkatnya tekanan darah yang
menyebabkan hipertensi. (Dafriani, 2019)

19
6. Manisfestasi Klinik Hipertensi
Menurut Nanda Nic-Noc (2016). Tanda dan Gejala Hipertensi adalah : a.
Mengeluh sakit kepala, pusing
b. Lemas, kelelahan
c. Sesak Nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epitaksis (mimisan)
h. Kesadaran menurun

7. Komplikasi Hipertensi
Komplikasi hipertensi menurut Triyanto (2016) adalah :
a. Penyakit Jantung
Komplikasi berupa infark miokard, angina pectoris, dan gagal
jantung
b. Ginjal
Terjadinya gagal ginjal dikarenakan kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler - kapiler ginjal glomelurus. Rusaknya
membran glomelurus, protein akan keluar melalui urin sehingga
tekanan osmotik koloid plasma berkurang dan menyebabkan
edema.
c. Otak
Komplikasi berupa stroke dan serangan iskemik. Stroke dapat
terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri - arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan menebal sehingga
aliran darah ke daerah yang diperdarahi berkurang.
d. Mata
Komplikasi berupa perdarahan retina, gangguan penglihatan,hingga
kebutaan.
e. Kerusakan Pada Pembuluh Darah Arteri
Jika hipertensi tidak terkontrol, dapat terjadi kerusakan dan
penyempitan arteri atau yang sering disebut dengan ateroklorosis
dan arterosklerosis (pengerasan pembuluh darah).

20
8. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi
Pemerikaan penunjang menurut (Nur arif dan kusuma, 2015)
a. Pemerikaan Laboratorium
1) Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko
seperti hipokoagubilita, anemia.

2) BUN /kreatinin : memberikaan informasi tentang perfusi / fungsi


ginjal.
3) Glukosa : Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapat
diakibatkan oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi
ginjal dan ada DM.
5) CT scan : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
6) EKG : dapat menunjukkan pola rengangan, dimana luas,
peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi.
7) IUP : mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal,
perbaikan ginjal.
8) Photo dada : menujukkan destruksi klasifikasi pada area katup,
pembesaran jantung.

9. Penatalaksanaan Hipertensi
Menurut Triyatno (2017) penanganan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu
secara nonfarmakologis dan farmakologi. a. Terapi Non Farmakologi
Merupakan terapi tanpa menggunakan obat,terapi non farmakologi
diantaranya memodifikasi gaya hidup dimana termasuk pengelolaan
stress dan kecemasan merupakan langkah awal yang harus
dilakukan. Penanganan non farmakologis yaitu menciptakan
keadaan rileks, mengurangi stress dan menurunkan kecemasan.
Terapi non farmakologi diberikan untuk semua pasien hipertensi
dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan
faktor resiko serta penyakit lainnya.
b. Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi yaitu yang menggunakan senyawa obat obatan
yang dalam kerjanya dalam mempengaruhi tekanan darah pada

21
pasien hipertensi seperti : angiotensin receptor blocker (ARBs), beta
blocker, calcium chanel dan lainnya. Penanganan hipertensi dan
lamanya pengobatan dianggap kompleks karena tekanan darah
cenderung tidak stabil.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Pengkajian
Menurut Mubarak (2009) dalam Suprajitno 2014, pengkajian
adalah tahapan seorang perawat mengumpulkan informasi secara
terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Secara garis
besar data dasar yang dipergunakan mengkaji status keluarga adalah:
a. Data Umum
1) Nama kepala keluarga, umur, alamat, pendidikan, pekerjaan,
komposisi keluarga, status imunisasi dan genogram 3 generasi.
2) Tipe keluarga.

3) Suku bangsa.

4) Agama.

5) Status sosial ekonomi keluarga.

6) Aktifitas rekreasi keluarga dan waktu luang.

b. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


1) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak
tertua dari keluarga inti.
2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi,
menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang belum
terpenuhi dan kendalannya.
3) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan keluarga
inti Meliputi: riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan
masing-masing anggota keluarga dan sumber pelayanan yang
digunakan
4) Riwayat keluarga sebelumnya, orang tua dan hubungan masa
silam dengan kedua orang tua.
c. Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah

22
Meliputi: gambaran tipe tempat tinggal, denah rumah, sanitasi,
pengcahayaan, kerapian.
2) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal Meliputi:
tipe, keadaan, sanitasi, perusahaan, sarana sosial, kejahatan.
3) Mobilitas geografi keluarga
Menjelaskan lama keluarga tinggal di daerah ini
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
menjelaskan perkumpulan yang diikuti
5) Sistem pendukung keluarga
Meliputi: jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas
kesehatan, jaminan kesehatan yang dimiliki.
d. Struktur keluarga
Menurut Suprajitno (2014), struktur keluarga sebagai berikut :
1) Struktur peran keluarga
Menjelaskan peran masing-masing anggota keluarga secara
formal maupun informal baik di keluarga atau masyarakat.
2) Nilai atau norma keluarga
Menjelaskan nilai atau norma yang dipelajari dan dianut oleh
keluarga yang berhubungan dengan kesehatan.
3) Pola komunikasi keluarga
Bagaimana cara keluarga berkomunikasi, siapa pengambil
keputusan utama, dan bagai mana peran anggota keluarga
dalam mencapai komunikasi
4) Struktur kekuatan keluarga
Menjelaskan kemampuan keluarga untuk memengaruhi dan
mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah perilaku
yang berhubungan dnengan kesehatan.
e. Fungsi keluarga
Menurut Suprajitno (2014), struktur keluarga sebagai berikut :
1) Fungsi ekonomi
2) Fungsi mendapatkan status social.
3) Fungsi sosialisasi.
4) Fungsi pemenuhan kesehatan.
5) Fungsi religious.
6) Fungsi rekreasi.

23
7) Fungsi reproduksi.
8) Fungsi afeksi.
f. Stress dan koping keluarga
1) Stressor jangka pendek, stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan penyelesaian dalam waktu kurang dari 6 bulan.

2) Stressor jangka panjang, stressor yang dialami keluarga yang


memerlukan penyelesaian lebih 6 bulan.
3) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor,
mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap stressor.
4) Strategi koping yang digunakan, bila keluarga menghadapi
masalah.
5) Strategi adaptasi disfungsional, menjelaskan adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi
masalah.
g. Pemeriksaan fisik
Dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang dilakukan
tidak beda pada pemeriksaan fisik di klinik.
h. Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga
terhadap petugas kesehatan yang ada.

2. Diagnosa keperawatan
Menurut Mubarak (2009) dalam Nugroho 2014, diagnosa
keperawatan adalah keputusan klinik mengenai individu, keluarga, atau
masyarakat, yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data
dan analisis data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan
tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya.
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasar data yang
didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnose keperawatan meliputi
Problem atau masalah, Etilogi atau penyebab, dan Sign atau tanda yang
dikenal dengan PES. Tipologi dari diagnosa keperawatan :
a. Diagnosa aktual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan) Dari hasil
pengkajian didapatkan tanda dan gejala dari gangguan kesehatan,
di mana masalah kesehatan memerlukan bantuan untuk segera
ditangani dengan cepat. Pada diagnosa aktual, faktor yang

24
berhubungan merupakan etiologi. Secara umum faktor yang
berhubungan atau etiologi dari diagnosa keperawatan keluarga
adalah adanya:
1) Ketidaktahuan (kurang pengetahuan, pemahaman, dan
kesalahan persepsi)

2) Ketidakmauan (sikap dan motivasi)


3) Ketidakmampuan (kurangnya ketrampilan terhadap suatu
prosedur atau tindakan, kurangnya sumber daya keluarga, baik
finansial, fasilitas, system pendukung, lingkungan fisik, dan
psikologis) terhadap tugas kesehatan keluarga.
b. Diagnosa risiko tinggi (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi
gangguan,tapi tanda tersebut dapat menjadi masalah aktual apabila
tidak segera mendapat bantuan pemecahan dari tim kesehatan
atau keperawatan.
c. Diagnosa potensial (keadaan sejahtera atau weelness)
Suatu keadaan jika keluarga dalam keadaan sejahtera, kesehatan
keluarga dapat ditingkatkan, diagnose keperawatan sejahtera tidak
mencakup faktor-faktor yang berhubungan.

Penentuan Prioritas Masalah dan Skoring


No Kriteria Skor Bobot

1 Sifat masalah 1

 Tidak/kurang sehat 3

 Ancaman kesehatan 2

 Krisis/keadaan sejahtera 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2

 Dengan mudah 2

 Hanya sebagian 1

 Tidak dapat 0

3 Potensial masalah untuk di cegah 1

 Tinggi 3

25
 Cukup 2

 Rendah 1

4 Menonjolnya masalah 1

• Masalah berat harus 2

segera ditangani

• Ada masalah tetapi tidak 1 perlu Segera ditangani 0


• Masalah tidak dirasakan

Sumber: Mubarak (2009) dalam Suprajitno 2014

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan


dengan cara berikut ini:
a. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah dibuat
b. Selanjutnya skor dibagi dengan angka tertinggi yang dikalikan
dengan bobot.

Skore

X Bobot

Angka tertinggi

c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5,


sama dengan seluruh bobot empat kriteria yang dapat
mempengaruhi penentuan prioritas masalah.
1) Sifat masalah
Sifat masalah kesehatan dapat dikelompokkan kedalam
tidak atau kurang sehat diberikan bobot yang lebih tinggi,
karena masalah tersebut memerlukan tindakan yang
segera dan biasanya masalahnya dirasakan atau disadari
oleh keluarga. Krisis atau keadaan sejahtera diberikan
bobot yang paling sedikit atau rendah karena faktor
kebudayaan biasanya dapat memberikan dukungan bagi
keluarga untuk mengatasi masalah masahnya dengan
baik.

26
2) Kemungkinan masalah dapat diubah
Keberhasilan mengurangi atau mencegah masalah jika
ada tindakan (intervensi). Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam menentukan skore kemungkinan
masalah dapat diperbaiki adalah:

a) Pengetahuan dan teknologi serta tindakan yang


dapat dilakukan untuk menangani masalah.
b) Sumber-sumber yang ada pada keluarga, baik
dalam fisik, keuangan, atau tenaga.
c) Sumber-sumber dari keperawatan, misalnya dalam
bentuk pengetahuan, ketrampilan, dan waktu.
d) Sumber-sumber dimasyarakat, misalnya dalam
bentukfasilitas kesehatan, organisasi masyarakat.
3) Potensi masalah bila dicegah
Menyangkut sifat dan beratnya masalah yang akan timbul
dapat dikurangi atau dicegah. Faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam menentukan skor kriteria potensi
masalah bisa dicegah adalah sebagai berikut:
a) Kepelikan masalah berkaitan dengan beratnya
penyakit atau masalah, prognosis penyakit atau
kemungkinan mengubah masalah. Umumnya makin
berat masalah tersebut makin sedikit kemungkinan
untuk mengubah atau mencegah sehingga makin
kecil potensi masalah yang akan timbul.
b) Lamanya masalah Hal ini berkaitan dengan jangka
waktu terjadinya masalah tersebut. Biasanya
lamanya masalah mempunyai dukungan langsung
dengan potensi masalah bila dicegah.
c) Adanya kelompok resiko tinggi atau kelompok yang
peka atau rawan. Adanya kelompok tersebut pada
keluarga akan me nambah potensi masalah bila
dicegah.
4) Menonjolnya masalah

27
Merupakan cara keluarga melihat dan menilai masalah
mengenai beratnya masalah serta mendesaknya masalah
untuk diatasi. Hal yang perlu diperhatikan dalam
memberikan skor pada kriteria ini, perawat perlu menilai
persepsi atau bagaimana keluarga tersebut melihat
masalah. Dalam hal ini, jika keluarga menyadari masalah
dan merasa perlu untuk menangani segera, maka harus
diberi skor yang tinggi (Suprajitno, 2014).

R Aprilawati (2012) diagnosa keperawatan yang muncul


pada klien hipertensi adalah:
a) Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan
dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
b) Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan dengan intake yang tidak
adekuat nyeri akut b/d kmk merawat anggota
keluarga yang sakit
c) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
fisik
d) Kurang pengetahuan tentang Hipertensi b/d
mengenal masalah kesehatan keluarga.

3. Intervensi Keperawatan
Menurut Mubarak (2009) dalam Suprajitno 2014, apabila
masalah kesehatan maupun masalah keperawatan telah teridentifikasi,
maka langkah selanjutnya adalah menyusun rencana keperawatan
sesuai dengan urutan prioritas masalahnya. Rencana keperawatan
keluarga merupakan kumpulan tindakan yang direncanakan oleh
perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau mengatasi
masalah kesehatan/keperawatan yang telah diidentifikasi. Rencana
keperawatan yang berkualitas akan menjamin keberhasilan dalam
mencapai tujuan serta penyelesaian masalah. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam mengembangkan keperawatan keluarga
diantaranya:

28
a. Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisis yang
menyeluruh tentang masalah atau situasi keluarga.
b. Rencana yang baik harus realistis, artinya dapat dilaksanakan dan
dapat menghasilkan apa yang diharapkan.
c. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah
instansi kesehatan.
d. Rencana keperawatan dibuat dengan keluarga. Hal ini sesuai
dengan prinsip bahwa perawat bekerja bersama keluarga bukan
untuk keluarga.
e. Rencana keperawatan sebaiknya dibuat secara tertulis. Hal ini
selain berguna untuk perawat juga akan berguna bagi anggota tim
kesehatan lainnya. Selain itu dengan rencana tertulis akan
membantu mengevaluasi perkembangan masalah keluarga.

4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses
keperawatan keluarga di mana perawat mendapatkan kesempatan
untuk membangkitkan minat keluarga dalam mengadakan perbaikan
kearah perilaku hidup sehat. Guna membangkitkan minat keluarga
dalam berprilaku hidup sehat, maka perawat harus memahami teknik-
teknik motivasi. Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di
bawah ini.
a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai
masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan
informasi, mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang
kesehatan, serta mendorong sikap emosi yang sehat terhadap
masalah.
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat dengan cara mengidentifikasi konsekuensi untuk tidak
melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki
keluarga, dan mendiskusikan setiap tindakan.
c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga
yang sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan,
penggunaan alat dan fasilitas yang ada di rumah dan mengawasi
keluarga melakukan perawatan.

29
d. Membantu keluarga untuk menemukan cara membuat lingkungan
menjadi sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat
digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga
seoptimal mungkin.
e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan
dengan cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di
lingkungan keluarga dan membantu keluarga cara menggunakan
fasilitas tersebut.

5. Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap

30
penilaian dilakukan untuk melihat keberhasilanya. Bila tidak atau belum
berhasil, maka perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua
tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilakukan dalam satu kali
kunjungan ke keluarga. Oleh karena itu, kunjungan dapat dilakukan
secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga.
Langkah-langkah dalam mengevaluasi pelayanan keperawatan yang
diberikan, baik pada individu maupun keluarga adalah sebagai berikut:
a. Tentukan garis besar masalah kesehatan yang dihadapi dan
bagaimana keluarga mengatasi masalah tersebut.
b. Tentukan bagaimana rumusan tujuan keperawatan yang akan
dicapai.
c. Tentukan kriteria dan standar untuk evaluasi. Kriteria dapat
berhubungan sumber-sumber proses atau hasil, bergantung pada
dimensi evaluasi yang diinginkan.
d. Tentukan metode dan teknik evaluasi yang sesuai serta sumber-
sumber data yang diperlukan.
e. Bandingkan dengan keadaan yang nyata (sesudah
perawatan) dengan kriteria dan standar evaluasi.
f. Identifikasi penyebab atau alasan penampilan yang optimal atau
pelaksanaan yang kurang memuaskan.
g. Perbaiki tujuan berikutnya. Bila tujuan tidak tercapai, perlu
ditentukan alasan kemungkinan tujuan tidak realistis, tindakan tidak
tepat, atau kemungkinan ada faktor lingkungan yang tidak dapat
diatasi.

6. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah bagian integral bukan sesuatu yang
berbeda dari metode problem-solving. Dokumentasi keperawatan
mencakup pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan, intervensi.
Perawat kemudian mengobservasi dan mengevaluasi respon klien
terhadap intervensi yang diberikan dan mengkomunikasikan informasi
tersebut kepada profesi kesehatan lainnya. Kekurangan dalam
pendokumentasian proses keperawatan meliputi penggunaan
terminology dan cara pendokumentasian yang tidak standar yang tidak

31
menunjukkan adanya suatu perbedaan asuhan keperawatan yang
kompleks (Nursalam 2009).

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. DATA UMUM KELUARGA


1. Nama kepala keluarga : Ny. S
2. Umur : 50 Tahun
3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SLTA
5. Pekerjaan : Pedagang
6. Suku / Bangsa : Banjar / Indonesia
7. Alamat : Jl. Pramuka Gang Arraudah
8. Komposisi keluarga
No. L/ KB
Umur (thn)
keluarga

Agama
Hubungan
Anggota

Immunisasi
Pendidikan

Pekerjaan

Keterangan
Kesehatan
Keluarga

Keadaan
Nama

1. Ny. S Kepala P 52 SLTA Pedag Islam Sehat Tidak Tidak


Keluarga ang

2. Tn. B Menantu L 28 SLTA Swasta Islam Sehat Tidak Tidak

3. Ny. H Anak Ny. P 26 SLTA IRT Islam Sehat Iya Tidak


S

4. Ny. A Anak Ny. P 24 SLTA Swasta Islam Sehat Tidak Lengkap


S

5. Tn. S Anak Ny. L 20 SLTA Swasta Islam Sehat Tidak Lengkap


S

6. An. F Anak Tn. P 1 - - Islam Sehat Tidak Belum


B dan Lengkap

Ny. H

32
7. Ny. K Orang P 80 SLTP - Islam Tidak Tidak Tidak
Tua Ny.
S

8. Tn. A Suami L 60 SLTA - Islam Menin Tidak Tidak


ggal
Ny. S

9. Tipe keluarga
Keluarga dengan tipe keluarga besar, karena terdapat keluarga inti yang
ditambah keluarga lain yang mempunyai hubungan darah. Anak dari Ny.
S yaitu Ny. H sudah menikah akan tetapi masih tinggal satu rumah
dengan Ny. S. Ketiga anak Ny. S lainnya belum menikah tapi sudah
bekerja.

10. Genogram

Keterangan :

: Laki -laki : Sakit

: Perempuan : Tinggal serumah

: Meninggal

11. Sifat Keluarga

33
a. Pengambilan Keputusan
Apabila ada masalah di dalam keluarga Ny.S sering kali
memusyawarahkan bersama-sama dan yang sering berperan dalam
pengambilan keputusan adalah Ny.S.

b. Kebiasaan Hidup Sehari-hari


1) Kebiasaan tidur / istirahat
a) Tidur siang
Keluarga Ny.S memiliki jam tidur siang secara bergantian
sekitar pukul 14.00 – 15.30 WITA karena sambil berjualan
sembako di rumah.
b) Tidur malam
Keluarga Ny. S waktu tidur malam sekitar pukul 22.00 – 05.00
WITA
2) Kebiasaan rekreasi
Keluarga mempunyai kebiasaan berkunjung untuk berziarah, Ny.
K biasanya berpindah pindah rumah ke rumah masing-masing
anaknya, Ny. S biasanya melakukan tugas rumahan dan
mengobrol dengan tetangga sambil berjualan. Anak-anak Ny.S
biasanya nonton tv dan bermain handphone, adapun Ny. H
dengan mengurus anaknya.
3) Kebiasaan makan keluarga
a) Jenis makanan
Nasi, lauk dan sayur
b) Frekuensi
2-3 kali sehari
c) Keseimbangan gizi Ny. K
TB : 156 cm
BB : 44 kg
IMT : BB = 44 = 44 = 18,1 (BB Kurang)
(TB2) (1562) (2,43)
Ket :

34
12. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Penghasilan keluarga perbulan adalah >Rp2.000.000,-. Penghasilan
berasal dari hasil pekerjaan. Anggota keluarga yang bertanggung jawab
terhadap perekonomian keluarga adalah Ny.S bekerja sebagai pedagang
sembako. Akan tetapi anak-anak Ny. S sudah bekerja.

13. Suku (kebiasaan kesehatan terkait suku bangsa)


Seluruh anggota keluarga adalah suku asli Banjar Bangsa Indonesia.
Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Banjar. Tidak ada
kebiasaan budaya banjar yang mempengaruhi kesehatan keluarga dan
keluarga juga tidak pernah berobat tradisional atau berobat berdasarkan
budaya banjar.
14. Agama (kebiasaan kesehatan terkait agama)
Agama yang di pegang atau di anut keluarga Ny. S seluruhnya agama
islam. Seluruh keluarga selalu menunaikan shalat 5 waktu.

B. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Ny.S adalah pada tahap keenam yaitu
keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan, karena anak pertama
sudah bersuami namun masih tinggal satu rumah dengan Ny. S. dan Ny.
K selaku orang tua Ny. S pun ikut tinggal satu rumah dengan Ny. S.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

35
Keempat anak dari Ny.S hanya ada 1 orang anak yang sudah menikah
sehingga keluarga sudah dapat menjalankan tugas perkembangan
secara maksimal. Dan ada 1 orang lansia di dalam keluarga Ny. S yaitu
Ny. K yang merupakan Orang tua Ny. S.
3. Riwayat keluarga inti
Pasangan Ny. S dan Tn. A menikah pada tahun 1995 dan dikaruniai 4
orang anak. 1 orang anak sudah menikah dan menjadi ibu rumah tangga,
dan 3 orang anak belum menikah dan bekerja, serta ada 1 orang lansia di
keluarga Ny. S yaitu Ny. K yang merupakan orang tua Ny. S. Adapun Tn.
A sudah meninggal pada 2 tahun yang lalu. Sehingga Ny. S menjadi
Kepala Keluarga. Orang tua Ny.S sering berpindah rumah ke rumah
anak-anaknya yang lain, tetapi lebih sering berada di rumah Ny. S.
4. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya (pihak istri dan suami) Penyakit
yang pernah dialami sebelumnya adalah penyakit Hipertensi, dalam
keluarga Ny.S. Keluarga Ny.S tidak pernah mengalami penyakit menular
seperti TB paru. Keluarga Ny.S tidak ada yang mengalami cacat fisik.
Orang tua dari Ny. S memang memiliki penyakit hipertensi, tetapi
Tekanan Darah Ny. S Normal saja. Anggota keluarga jarang berobat
kepelayanan kesehatan dengan alasan biaya.

C. LINGKUNGAN
1. Karakteristik rumah (tipe, ukuran, jumlah ruangan)
Luas rumah 18 x 110 m2. Status kepemilikan rumah saat ini adalah rumah
sendiri milik Ny. S. Rumah yang dihuni sekarang adalah rumah
sederhana, berdinding papan, lantai papan, atap rumah terbuat dari seng,
dan berplafon, rumah memiliki toilet jongkok dengan septitank sendiri, 3
kamar tidur, dapur, ruang tengah dan ruang tamu.
2. Ventilasi dan penerangan
Luas jendela > 10% luas ruangan rumah. Pencahayaan rumah agak
gelap, ventilasi rumah sedikit, jendela banyak tetapi tidak dibuka untuk
keperluan warung, lantai agak berdebu, tidak ada bau yang kurang enak.
3. Persediaan air bersih
Keluarga memiliki sumber air PDAM sendiri.

4. Pembuangan sampah

36
Membuang sampah langsung ke TPS.
5. Pembuangan air limbah
Air limbah yang dihasilkan keluarga yaitu air cucian, air memasak dan
mandi. Limbah tidak ditampung, tetapi langsung buang di belakang
rumah.
6. Jamban / WC (tipe, jarak dari sumber air)
Keluarga memiliki toilet jongkok dan septiktank. Letak toilet jongkok ada di
dalam rumah bagian kiri belakang. Kondisi toilet cukup bersih.
7. Denah Rumah

8. Lingkungan sekitar rumah


Keluarga memiliki halaman rumah sebagai tempat parkir mobil serta
warung sehingga jalan masuk ke dalam rumah agak sempit. Rumah
berada di pinggir jalan, disebelah rumah keluarga ada cafe dan disamping
rumah ada terdapat rawa. Jarak rumah dengan tetangga ± 2 meter.
Suasana rumah ramai karena banyak orang, agak gelap dan agak panas.
9. Sarana komunikasi dan transportasi
Keluarga memiliki handphone dan memiliki 4 sepeda motor dan 1 mobil.
10. Fasilitas hiburan (TV, radio, dll.)
Keluarga memiliki 1 buah TV, kulkas dan kompor gas
11. Fasilitas pelayanan kesehatan
Disekitar tempat tinggal keluarga tidak ada terdapat pelayanan
kesehatan. Jarak antara rumah dan pelayanan kesehatan (puskesmas)
adalah sekitar ± 3 km.

37
D. SOSIAL
1. Karakteristik tetangga dan komunitas
Tetangga sekitar memiliki empati yang tinggi dan saling bergotong royong
dalam melakukan suatu kegiatan.
2. Mobilitas geografis keluarga
Keluarga Ny.S tinggal menetap dan memiliki kepemilikan rumah sendiri.
3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Keluarga sering berkumpul pada sore hari di rumah dan tempat tetangga
berkumpul di warung Ny.S.
4. Sistem pendukung keluarga
Dukungan keluarga Ny.S dengan keluarga besar baik. Setiap acara
keluarga semua keluarga berkumpul bersama.

E. STRUKTUR KELUARGA
1. Pola komunikasi keluarga
Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh keluarga adalah bahasa
Banjar. Tidak ada waktu khusus untuk berkumpul dengan keluarga
biasanya waktu ada acara keluarga dan jika ada waktu kosong akan
dimanfaatkan untuk berkumpul atau mengunjungi keluarga yang tidak
jauh dari tempat tinggal keluarga Ny.S.
2. Struktur kekuataan keluarga
Anggota keluarga yang berperan mengambil keputusan adalah Ny.S.
Keputusan diambil dengan cara bermusyawarah terlebih dahulu dengan
anggota keluarga. Orang tua dan anak selalu terlibat dalam
pengambilan keputusan, namun yang paling berpengaruh adalah Ny. S.
3. Struktur peran (formal dan informal)
Ny.S berperan sebagai kepala keluarga, pencari nafkah sebagai
pedagang sembako untuk penghasilan utama, dan Ny.S mendapatkan
uang pemberian tambahan dari anak-anaknya. Ny. K selaku orang tua
Ny. S
4. Nilai dan norma keluarga
Keluarga Ny.K hidup dalam nilai dan norma budaya banjar, yang
dimana Ny.S sebagai kepala keluarga yang membuka warung dan
mengurus rumah. Tidak ada hal-hal budaya yang pasien gunakan untuk
berobat dan yang diyakini dan aturan dikeluarga fleksibel.

38
F. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Afektif
Anggota keluarga saling menyayangi satu sama lain, memiliki dan
mendukung. Persoalan dan masalah dalam keluarga selalu dibicarakan
bersama sehingga tidak memicu terjadinya masalah komunikasi. Maka
dari itu keluarga selalu melakukan komunikasi terbuka. Sehingga tidak
ada masalah dalam keluarga.
2. Fungsi Sosialisasi
Keluarga selalu mengajarkan dan menanamkan perilaku sosial yang
baik, sopan santun, disamping itu sebagai contoh konkrit orang tua
selalu berdiskusi dengan anak-anaknya terhadap suatu masalah yang
ada, memandirikan anak agar memberikan pendapat ataupun masukan,
jika itu bisa cukup membantu untuk menyelesaikan masalah yang ada.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Pendapat dari keluarga Ny.S , sehat adalah keadaan dimana tidak ada
keluhan kesehatan yang mengganggu aktifitas sehari-hari dalam
keluarga, sedangkan sakit adalah saat ada salah satu anggota keluarga
yang mengalami gangguan kesehatan yang sudah mengganggu
aktifitas sehari-hari dan perlu pengobatan baik tradisional atau medis.
Orang tua dari Ny. S yaitu Ny. K mempunyai kebiasaan memakan
makanan yang asin dan dapat mengkonsumsi makanan yang asin
hampir setiap hari karena Ny. S memasak makanan seperti ikan asin
serta sayuran menggunakan penyedap rasa (MSG) dan garam. Peran
keluarga ketika ada keluarga yang sakit ikut merawat dan membantu
untuk mengantar ke pelayanan kesehatan apabila sakitnya parah.
4. Fungsi reproduksi
Keluarga sudah tidak lagi merencanakan akan menambah anggota
keluarga. Jadi, Ny. S menggunakan KB, serta tidak ada masalah dalam
sistem reproduksi.
5. Fungsi Ekonomi
Pendapatan keluarga dipergunakan dengan baik untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.

39
G. STRESS DAN KOPING KELUARGA
1. Struktur jangka pendek dan jangka panjang
a. Stressor jangka pendek
Tidak ada masalah dalam koping keluarga Ny. S. Keluarga Ny.S
bersyukur dengan apa yang telah dimiliki.
b. Stressor jangka panjang
Koping dalam keluarga Ny.S mengeluhkan yaitu kondisi kesehatan
yang di alami.
2. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi dan Stressor Respon
keluarga dalam menghadapi masalah dengan teknik asertif, Sikap
asertif merupakan perilaku seseorang untuk dapat mengemukakan
pendapat, keinginan, perasaan dan keyakinan yang dimilikinya secara
langsung, jujur dan terbuka pada orang lain.
3. Strategi Koping Yang Digunakan
Strategi kompensasi yaitu jika ada masalah keluarga selalu berusaha
ditutupi dengan jalan berunding bersama ataupun berkonsultasi dengan
orang yang lebih tahu serta tidak saling menyalahkan justru saling
mendukung satu sama lain.
4. Strategi Adaptasi Disfungsional
Bila keluarga sedang mengalami masalah kesehatan yang berat mereka
cenderung berdiskusi dan minta pendapat pada tetangga atau keluarga
dekat sebelum masalah menjadi lebih berat.

H. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


1. Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga
a. Ny. S
Tidak ada masalah dalam kesehatan, akan tetapi pernah mengalami
kecelakaan tabrak lari yang menyebabkan terkadang lutut menjadi
sakit, dikarenakan setelah tabrakan tidak dibawa ke pelayanan
kesehatan, kecelakaan dialami beberapa tahun yang lalu.
b. Tn. B
Tidak memiliki riwayat penyakit keluarga maupun masalah kesehatan.
c. Ny. H
Ny. H mengatakan tidak ada masalah kesehatan dan sedang
menjalani program KB.

40
d. Ny. A
Ny. A mengatakan tidak ada masalah kesehatan.
e. Tn. S
Tn. S mengatakan tidak ada masalah kesehatan.
f. An. F
Ny. H mengatakan anaknya tidak ada mengalami masalah
kesehatan. g. Ny. K
Ny. K mengatakan bahwa kedua orang tuanya tidak ada masalah
kesehetan, akan tetapi kakak tertuanya yang sudah meninggal
mengalami masalah hipertensi.
h. Tn. A
Tn. A sudah meninggal.
2. Keluarga berencana
Ny. S mengakatan tidak menggunakan KB dan mempunyai 4 anak.
Tetapi Ny. H sedang menggunakan KB (Pil) dan mempunyai 1 anak.
3. Imunisasi
Ny. S serta 2 anak pertamanya tidak pernah diimunisasi namun anak ke
3 sudah pernah di imunisasi lengkap.
4. Tumbuh Kembang
a. Pemeriksaan Tumbuh Kembang Anak
Keluarga memiliki anak dengan tumbuh kembang dengan anak usia
balita yaitu anak Ny. H cucu dari Ny.S dan tidak mengalami
keterlambatan tumbuh kembang.
b. Pengetahuan Orang Tua Terhadap Kembang
Keluarga mengetahui tentang tumbuh kembang pada anak seperti
bermain dengan anak sebayanya.

I. HARAPAN KELUARGA
Ny. S berharap tekanan darah ibunya turun ke angka normal dan berharap
keluarganya sehat selalu.

41
J. PEMERIKSAAN FISIK KELUARGA
No Pemeriksaan Ny. K Ny.S Tn. A Ny. H Ny. A Tn. S An. F
1 Penampilan Sering pakai Sering pakai Sering pakai Sering Sering Sering memakai Sering memakai
dasteran dasteran baju kaos memakai baju memakai kaos hitam kaos berwarna
warna hitam dasteran
putih tidur

2 Kesadaran Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis Composmentis


3 Tanda-tanda
vital
a. Tekanan 170/90 mmHg 110/80 mmHg 120/80 mmHg 120/80 mmHg 110/80mmHg 130/90 mmHg
darah
b. Nadi 88x/menit 79x/menit 81x/menit 90x/menit 90x/menit 90x/menit 90x/menit
c. Respirasi 19x/menit 18x/menit 20x/menit 25x/menit 23x/menit 23x/menit 30x/menit
d. Suhu 36,5ºC 36ºC 36,5ºC 36,5ºC 37ºC 36,6ºC 36,6ºC
e. Berat badan 43 Kg 44 Kg 50 Kg 46 Kg 38 Kg 56 Kg 9 Kg

4 Kepala
a. Bentuk Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
b. Rambut Rambut Rambut warna Rambut warna Rambut warna Rambut warna Rambut warna Rambut warna
warna hitam hitam hitam hitam hitam hitam hitam
putih
c. Kulit kepala

Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala Kulit kepala
normal normal normal normal normal normal normal

42
5 Mata
a. Bentuk Bentuk Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
b. Konjungtiva normal Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva
Konjungtiva tidak anemis tidak anemis tidak anemis tidak anemis tidak anemis
tidak anemis Sclera tidak Sclera tidak Sclera tidak tidak anemis Sclera tidak Sclera tidak
c. Sclera Sclera tidak ikterik Fungsi ikterik Fungsi ikterik Fungsi Sclera tidak ikterik Fungsi ikterik Fungsi
ikterik Fungsi penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan penglihatan
ikterik Fungsi
penglihatan normal normal normal normal normal
d. Fungsi kabur penglihatan
penglihatan normal

6 Hidung
a. Bentuk Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
hidung b.
Fungsi
penciuman Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi Fungsi
penciuman penciuman penciuman penciuman penciuman penciuman penciuman
baik dan tidak baik dan tidak baik dan tidak baik dan tidak baik dan tidak baik dan tidak
ada masalah baik dan tidak ada masalah ada masalah ada masalah ada masalah ada masalah
ada masalah

43
7 Telinga
a. Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk
simetris simetris simetris simetris simetris simetris simetris
normal Fungsi normal Fungsi normal Fungsi normal Fungsi normal Fungsi normal Fungsi normal Fungsi
pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran
b. Fungsi nornal nornal nornal nornal nornal nornal nornal
pendengaran

8 Mulut
a. Bentuk Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal

b. Bibir Bibir tidak Bibir tidak Bibir tidak Bibir tidak Bibir tidak Bibir tidak Bibir tidak
kering Gigi kering Gigi kering Gigi kering Gigi kering Gigi kering Gigi kering Gigi
kurang kurang lengkap tidak
c. Gigi lengkap lengkap lengkap lengkap lengkap
lengkap

9 Leher
a. Bentuk Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
b. JVP Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat
JVP JVP JVP JVP JVP JVP JVP
c. KGB Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat
KGB KGB KGB KGB KGB KGB KGB
d. Pergerakan

44
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembatasan pembatasan pembatasan pembatasan pembatasan pembatasan pembatasan
gerak gerak gerak gerak gerak gerak gerak

10 Dada
a. Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan
dada simetris dada simetris dada simetris dada simetris dada simetris dada simetris dada simetris
b. Bunyi nafas Bunyi nafas Bunyi nafas Bunyi nafas Bunyi nafas Bunyi nafas Bunyi nafas Bunyi nafas
vesikuler vesikuler vesikuler vesikuler vesikuler vesikuler vesikuler
c. Bunyi jantung Terdapat bunyi Terdapat bunyi Terdapat bunyi Terdapat bunyi Terdapat bunyi Terdapat bunyi Terdapat bunyi
S1 dan S2 S1 dan S2 S1 dan S2 S1 dan S2 S1 dan S2 S1 dan S2 S1 dan
S2
11 Abdomen
a. Bentuk Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal Bentuk normal
b. Bising usus Bising usus Bising usus Bising usus Bising usus Bising usus Bising usus Bising usus
12x/menit 8x/menit 15x/menit 13x/menit 11x/menit 10x/menit 12x/menit
Ekstrimitas a.
12 Atas Tidak ada Adanya nyeri Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
pembatasan bagian bawah pembatasan pembatasan pembatasan pembatasan pembatasan
gerak pinggul gerak gerak gerak gerak gerak
Pergerakan
normal
b. Pergerakan

45
Pergerakan Tidak ada Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan
normal pembatasan normal normal normal normal Tidak ada
c. Bawah gerak Tidak pembatasan
Ada ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada gerak
keterbatasan pembatasan pembatasan pembatasan pembatasan pembatasan
gerakan di lutut gerak gerak gerak gerak gerak Pergerakan
Pergerakan normal Kuat
normal Lemah Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan Pergerakan
d. Pergerakan
normal Kuat normal Kuat normal Kuat normal Kuat normal Kuat

e. Kekuataan
otot

46
K. TIPOLOGI MASALAH KESEHATAN
No Daftar Masalah Kesehatan

1 Ancaman

a. Terlalu sering memakan makanan yang asin dan menggunakan


penyedap rasa (MSG) dan garam dapat menyebabkan TD
meningkat sehingga terjadinya hipertensi
b. Terlalu sering memakan buah-buahan yang asam sehingga
menyebabkan diare
c. Sering mandi tengah malam
d. Kurang beraktivitas lebih banyak berdiam diri dirumah
e. Jendela rumah tertutup yang membuat suasana rumah menjadi
pengap dan gelap

2 Kurang/Tidak Sehat

a. Ny. K menderita tekanan darah yang tinggi (hipertensi)


b. Ny. K memiliki riwayat penyakit diare
c. Ny. K makan suka memakan makanan yang asin
d. Ny. S memasak menggunakan penyedap rasa (MSG) dan garam
3 Defisit

Ny. K jarang berobat ke puskesmas, lebih memilih pengobatan


tradisional seperti meminum minuman jamu

L. PENGKAJIAN KHUSUS BERDASARKAN 5 TUGAS KELUARGA


No Kriteria Pengkajian

1. Mengenal masalah Pengetahuan keluarga tentang


penyakit cukup baik. Keluarga juga
menyatakan cemas dengan penyakit
hipertensi yang di derita Ny. K, tetapi
apabila pusing sudah terbiasa hanya
membeli obat di toko atau di warung
saja, dan Ny. S tidak berani

47
meminum obat hipertensi dan tidak
pernah memeriksakan diri
kepelayanan kesehatan
2. Mengambil keputusan yang Kebiasaan yang sudah tertanam di
tepat dalam keluarga, jika penyakit yang
diderita dirasa tidak terlalu
mengganggu, keluarga memilih obat
warung, namun saat penyakit
dirasakan sangat sudah parah
barulah keluarga mencari
pertolongan terhadap tenaga
kesehatan.

3. Merawat anggota keluarga Keluarga Ny. S mengatakan sudah


yang sakit atau punya mengetahui bagaimana cara
masalah merawat anggota yang sakit. Akan
tetapi Ny. K sulit untuk diberikan
arahan kalau makanan yang asin
dapat memicu timbulnya tekanan
darah tinggi.

4. Memodifikasi lingkungan Keluarga memodifikasi lingkungan


dengan cara membersihkan
halaman rumah agar tetap bersih.

5. Memanfaatkan sarana Keluarga Ny. S kurang menggunakan


kesehatan fasilitas kesehatan
(POSKESDES) dan merasa
kesehatan keluarga baik-baik saja,
namun ketika sakit parah baru ke
puskesmas.

48
M. DAFTAR MASALAH
No Data Problem Etiologi

1. Data Subyektif : Perilaku kesehatan Ketidakmampuan


cenderung beresiko keluarga dalam
- Ny. K menyatakan
merawat keluarga
memiliki riwayat
yang sakit
hipertensi sejak
tahun 2005
- Ny. K mengalami
nyeri pada kaki
karena terpeleset
- Ny. S menyatakan
mengetahui
makanan yang
menyebabkan
terjadinya hipertensi
tetapi Ny. K tetap
memakan makanan
tersebut.
- Ny. S menyatakan
masih
menggunakan
penyedap rasa
(MSG) dan garam.

Data obyektif:
- Ny. S tahu saat
ditanya tentang
penyebab, tanda
dan gejala hipertensi
- Keluarga kurang
tahu saat ditanya
tentang bagaimana
diet yang baik bagi
hipertensi

49
- Keluarga masih
mengkonsumsi
makanan yang tinggi
kandungan garam
dan penyedap rasa.
- TD: 170/90 mmHg
- Nadi: 90x/mnt
- Suhu: 36,5 ºc
- Respirasi: 23x/mnt
2. Data Subyektif: Ketidakefektifan Pendidikan rendah,
- Keluarga managemen kurangnnya terpapar
kesehatan informasi kesehatan
menyatakan jarang
memeriksakan
kesehatan
dipelayanan
kesehatan karena
lebih memilih
menunggu tenaga
kesehatan
melakukan
pemeriksaan
kerumah

Data obyektif:
- Anggota keluarga
tidak mampu
menjelaskan tentang
obat-obatan
- Pola makan Ny. K
tidak sehat
- Ny. S (TD : 170/90
mmHg)
- Tekanan darah Ny. K
diatas batas
normal

50
3. Data Subyektif : Hambatan Kurang pengetahuan
pemeliharaan rumah tentang pemeliharaan
- Keluarga
rumah
mengatakan jika
rumahnya
berhamburan
dikarenakan ada
anak kecil

Data Obyektif :
- Tipe bangunan
rumah tidak
permanen dengan
lantai kayu
- Keadaan rumah
secara umum
terlihat berantakan,
pengap dan gelap,
salah satu kamar
diisi dengan barang
barang jualan
- Kondisi Kasur
terlihat berantakan
dan tidak
menggunakan sprei
- Ventilasi hanya ada
1 yaitu melalui pintu
utama, karena
jendela tidak bisa
dibuka
- Kondisi perabot
dirumah kurang
teratur

Skoring

51
Diagnosa 1
No Kriteria Skor Bobot

1 Sifat masalah 1

• Tidak/kurang sehat 3 . 2/3x1=2/3


• Ancaman kesehatan 2
• Krisis/keadaan sejahtera 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2

• Dengan mudah 2 1/2x2=1


• Hanya sebagian 1
• Tidak dapat 0

3 Potensial masalah untuk di cegah 1

• Tinggi 3 . 2/3x1=2/3
• Cukup 2
• Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1

• Masalah berat harus segera 2 2/2x1=1


ditangani
• Ada masalah tetapi tidak perlu 1
Segera ditangani
• Masalah tidak dirasakan 0
TOTAL 3,4

Diagnosa 2

52
No Kriteria Skor Bobot
1 Sifat masalah 1
• Tidak/kurang sehat 3 2/3x1=2/3
• Ancaman kesehatan 2
• Krisis/keadaan sejahtera 1

2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2


• Dengan mudah 2 1/2x2=1
• Hanya sebagian 1
• Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk di cegah 1
• Tinggi 3 1/3x1=1/3
• Cukup 2
• Rendah 1
4 Menonjolnya masalah 1
• Masalah berat harus segera 2 2/2x1=1
ditangani
• Ada masalah tetapi tidak perlu 1
Segera ditangani
• Masalah tidak dirasakan 0

TOTAL 3

Diagnosa 3
No Kriteria Skor Bobot

53
1 Sifat masalah 1
• Tidak/kurang sehat 3 2/3x1=2/3
• Ancaman kesehatan 2
• Krisis/keadaan sejahtera 1
2 Kemungkinan masalah dapat diubah 2
• Dengan mudah 2 1/2x2=1
• Hanya sebagian 1
• Tidak dapat 0
3 Potensial masalah untuk di cegah 1
• Tinggi 3 1/3x1=1/3
• Cukup 2
• Rendah 1

4 Menonjolnya masalah 1
• Masalah berat harus segera 2 1/2x1=1/2
ditangani
• Ada masalah tetapi tidak perlu 1
Segera ditangani
• Masalah tidak dirasakan 0
TOTAL 3,1

54
N. PERENCANAAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA INTEGRASI DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
DENGAN NANDA/INCP, NOC, NIC
No. Data Diagnosa Keperawatan NOC NIC

kode Diagnosa Kode Hasil kode Intervensi

1. Data Subyektif : 00188 Perilaku Keluarga mampu mengenal 7560 - Mengunjungi fasilitas
kesehatan masalah kesehatan kesehatan
- Ny. K menyatakan memiliki
cenderung 1803 - Pengetahuan kesehatan
riwayat hipertensi sejak tahun
beresiko b/d 1602 - Pengetahuan tentang 5606 - Pengajaran: individu
2005
Ketidakmampuan proses penyakit
- Ny. K mengalami nyeri pada keluarga dalam
1603 - Perilaku peningkatan 5602 - Pengajaran: proses
kaki karena terpeleset merawat keluarga
yang sakit kesehatan penyakit
- Ny. S menyatakan
Keluarga mampu 7140 - Dukungan keluarga
mengetahui makanan yang
memutuskan tindakan dan
menyebabkan terjadinya
keyakinan keluarga untuk 1120 - Terapi nutrisi
hipertensi tetapi Ny. K tetap
meningkatkan atau 1160 - Monitor nutrisi
memakan makanan tersebut.
memperbaiki kesehatan:
- Ny. S menyatakan masih
1606 - Berpartisipasi dalam
menggunakan penyedap
memutuskan perawatan
rasa (MSG) dan garam. kesehatan

55
Data obyektif: 1622 - Perilaku kepatuhan: diet
- Ny. S tahu saat ditanya yang dianjurkan
tentang penyebab, tanda dan diet dengan
/menyiapkan
gejala hipertensi tepat
- Keluarga kurang tahu saat
ditanya tentang bagaimana
diet yang baik bagi hipertensi
- Keluarga masih
mengkonsumsi makanan
yang tinggi kandungan garam
dan penyedap rasa.
- TD: 170/90 mmHg
- Nadi: 90x/mnt
- Suhu: 36,5 ºc
Respirasi: 23x/mnt

56
2. Data Subyektif : 00098 Hambatan 1910 - Keamanan lingkungan 7140 - Dukungan keluarga
- Keluarga mengatakan jika pemeliharaan rumah 7180 - Bantuan
rumah b/d kurang pemeliharaan rumah
rumahnya berantakan pengetahuan 2009 - Status kenyamanan:
dikarenakan ada anak kecil tentang lingkungan

57
Data Obyektif : pemeliharaan
- Tipe bangunan rumah tidak rumah

permanen dengan lantai


kayu
- Keadaan rumah secara
umum terlihat berantakan,
pengap dan gelap, salah
satu kamar diisi dengan
barang barang jualan
- Kondisi Kasur terlihat
berantakan dan tidak
menggunakan sprei
- Ventilasi hanya ada 1 yaitu
melalui pintu utama, karena
jendela tidak bisa dibuka
- Kondisi perabot dirumah
kurang teratur

3. Data Subyektif: 00080 Ketidakefektifan Keluarga mampu mengenal 5510 - Pendidikan kesehatan:
- Keluarga menyatakan jarang manajemen masalah tentang mengajarkan proses
memeriksakan kesehatan kesehatan b/d
penyakit yang dialami

58
dipelayanan kesehatan Pendidikan pengetahuan dan perilaku 5602 - Pengajaran: proses
karena lebih memilih rendah, kesehatan penyakit
kurangnnya
menunggu tenaga kesehatan terpapar 1602 - Pengetahuan: proses 5614 - Pengajaran: diet yang
melakukan pemeriksaan informasi penyakit tepat / dianjurkan
kesehatan
kerumah 1808 - Pengetahuan: pengobatan 7040 - Dukungan pemberi
- Pengetahuan: anjuran perawatan
Data obyektif: 1802 pengaturan diet 7140 - Dukungan keluarga
- Anggota keluarga tidak - Dukungan keluarga 7560 - Mengunjungi fasilitas
mampu menjelaskan tentang 2609 selama pengobatan kesehatan
obat-obatan - Pengetahuan: regimen 5616 - Pengajaran pengobatan
- Pola makan Ny. K tidak sehat 1813 pengobatan yang
- Ny. S (TD : 170/90 mmHg) Keluarga mampu ditentukan/dianjurkan
- Tekanan darah Ny. K diatas memanfaatkan fasilitas 7910 - Konsultasi
batas normal
kesehatan 5510 - Penkes: proses penyakit
- Pengetahuan tentang
1806 sumber Kesehatan
- Perilaku mencari
1603 pelayanan kesehatan

59
O. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN KELUARGA
No. Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi TTD Perawat

1. 12 Juni 2021 Perilaku kesehatan - Memberikan motivasi S:


cenderung beresiko b/d kepada keluarga dan - Ny. K mengatakan bahwa
Ketidakmampuan keluarga
dalam merawat keluarga pasien agar mereka mau dia memiliki riwayat
yang sakit mengunjungi fasilitas hipertensi sejak 15 tahun
kesehatan untuk yang lalu
memeriksakan diri - Ny. K dan keluarga mampu
- Memberikan motivasi menyebutkan makanan yang
kepada pasien dan dapat memicu terjadinya
keluarga untuk selalu hipertensi
menjaga kesehatan dengan - Ny. K dan keluarga
cara menjaga pola makan mengatakan bahwa dia
dan pola hidup yang sehat masih suka memakan
- Melakukan pendidikan makanan yang banyak
kesehatan tentang proses
mengandung garam seperti
terjadinya penyakit
hipertensi dan cara untuk ikan asin.
- Ny. K mengatakan bahwa
dia sudah jarang
mengonsumsi

60
61
- menghindari kembalinya makanan yang berlemak
hipertensi seperti santan
Memberikan edukasi
- tentang terapi yang dapat O:
menurunkan tekanan darah - Ny. K dan keluarga sudah
Menganjurkan keluarga dan mampu menyebutkan
pasien agar menghindari pengertian, penyebab dan
makanan ataupun minuman tanda gejala dari hipertensi
yang dapat memicu - Keluarga sudah mampu
meningkatkan tekanan menyebutkan makanan yang
darah dapat memicu hipertensi
- Ny. K masih suka memakan
makanan yang asin
- TD : 160/100 mmHg
- Nadi : 88x/menit
- RR : 21 x/menit - 360C

A:
Masalah teratasi Sebagian

62
P:
Intervensi dilanjutkan
2. 12 Juni 2021 Hambatan pemeliharaan - Memberikan informasi S :
rumah b/d kurang kepada pasien dan - Pasien dan keluarga mampu
pengetahuan tentang
pemeliharaan rumah keluarga tentang menyebutkan cara membuat
bagaimana cara membuat rumah menjadi aman dan
rumah menjadi aman dan bersih
- bersih - Keluarga mengatakan bahwa
Menentukan kebutuhan selalu berpartisipasi dalam
- pemeliaraan rumah memutuskan suatu
Menganjurkan kepada masalah/kebutuhan
keluarga dan pasien untuk - Keluarga mengatakan bahwa
menghilangkan bau yang mau terlibat dalam
- tidak enak pemeliharaan rumah
Melibatkan pasien dan
keluarga dalam O:
- memutuskan kebutuhan - Keluarga mulai merapikan
Melibatkan keluarga dalam barang yang berantakan
pemeliharaan rumah

63
- Keluarga melakukan
bersihbersih dilingkungan
sekitar rumah
- Keluarga mencari cara agar
bisa menghilangkan bau
yang tidak enak

A:
Masalah teratasi

P:
Intervensi dihentikan
3. 12 Juni 2021 Ketidakefektifan - Memberikan edukasi S :
manajemen kesehatan b/d tentang hipertensi, seperti - Pasien dan
Pendidikan rendah, pengertian, penyebab, dll. keluarga mengatakan
kurangnnya terpapar - Memberikan motivasi bahwa jarang
kepada pasien dan
informasi kesehatan memeriksakan diri
keluarga untuk
mengunjungi fasilitas kepelayanan kesehatan
kesehatan untuk karna lebih memilih
berobat tradisional

64
- memeriksakan diri secara O: Pasien dan anggota
rutin - keluarga tidak bisa
Memberikan edukasi menjelaskan tentang
kepada pasien dan obat-obatan untuk
keluarga mengenai diet penderita hipertensi
yang tepat untuk mencegah TD : 160/100 mmHg
- kekambuhan penyakit - Tekanan darah Ny. K
hipertensi yang diderita - masih diatas batas
Memberitahukan kepada normal
keluarga agar selalu
memberikan dukungan
kepada salah satu anggota Masalah
A: belum teratasi
- keluarganya yang sedang
sakit
Menganjurkan kepada Intervensi
P: dilanjutkan
pasien dan keluarga agar
melakukan konsultasi
tentang kesehatan

65
BAB IV PEMBAHASAN

Tekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan


darah di dalam Arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa
gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan
peningkatannya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan
jantung dan kerusakann ginjal (Triyanto,2014).
Pembahasan asuhan keluarga ini dimulai dari tahapan-tahapan seperti
yang ada dalam proses keperawatan, yaitu pengkajian, intervensi, implementasi,
evaluasi dan dokumentasi.
Tujuan dilkaukan pembahasan dalam kasus ini adala untuk mengupas
kembali pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga dan membandingkannya
dengan tinjauan pustaka pada BAB II, hal ini dilkukan karena respon setiap
manusia terhadap suatu masalah berbeda-beda.
Asuhan keperawatan keluarga ini kelompok melakukan kunjungan
sebanyak 3 kali dalam 2 minggu, kunjungan pertama dimulai dari meminta
persetujuan kepada keluarga untuk dikelola serta membina hubungan saling
percaya, kunjungan kedua melakukan pengkajian keluarga, kunjungan ketiga
menentukan rencana keperawatan atau intervensi tentang penggunaan terapi
komplementer terhadap penyakit Hipertensi.

A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan terpenting dalam proses perawatan
mengingat pengkajian sebagai awal bagi keluarga untuk mengidentifikasi
data yang ada pada keluarga mengingat begitu pentingnya pengkajian maka
diharapkan perawat keluarga memahami betul lingkup, metode, alat bantu,
dan format pengkajian yang digunakan.
Secara teori menurut Widjadja (2009) etiologi hipertensi ini terbagi
menjadi dua yaitu hipertensi primer atau esensial dan hipertensi sekunder,
da nada beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan
penyakit hipertensi antara lain usia, jenis kelamin, keturunan, kegemukan,
kurang olahraga, konsumsi garam berlebih, stress, dan merokok. Dengan
bertambahnya usia, resiko terkena hipertensi lebih tinggi. Ny. K memiliki
riwayat hipertensi sejak 15 tahun yang lalu sampai sekarang. Ny. S suka

66
memakan makanan yang asin karena Ny. K suka memasak menggunakan
penyedap rasa (MSG) dan garam.

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah kumpulan pernyataan, urayen dari
hasil wawancara, pengamatan langsung dan pengukuran dengan
menunjukkan status kesehatan mulai dari potensi, resiko tinggi sampai
dengan masalah actual. Etiologi dari diagnose keperawatan keluarga diambil
dari 5 tugas keluarga, maka kesenjangan antara teori dan kasus yang
dijumpai pada keluarga Ny.S berikut ini kelompok akan membahas setiap
masalah.
Diagnose keperawatan secara tipologi dalam teori dapat dibedakan
menjadi 3 yait. Aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami
keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat. Resiko tinggi
adalah masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi
masalah kesehatan actual yang dapat terjadi dengan cepat apabila tidak
segera mendapatkan bantuan perawat. Potensial adalah suatu keadaan
sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan
kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang
memungkinkan dapat ditingkatkan. Sedangkan diagnosa yeng ditemukan
pada kasus keluarga Ny. K yaitu ketidakefektifan managemen kesehatan,
perilaku kesehatan cenderung beresiko dan hambatan pemeliharaan rumah.
1. Ketidakefektifan managemen kesehatan
Menurut IPKKI, 2017 dan Nanda, 2018. Ketidakefektifan
managemen kesehatan adalah pola mengaturan dan pengintegrasian
ke dalam proses keluarga, suatu program untuk mengobati penyakit dan
sekuelnya yang tidak memuaskan untuk memenuhi tujuan kesehatan
tertentu dari unit keluarga. Berdasarkan data yang didpat keluarga
jarang memeriksakan kesehatan dipelayanan kesehatan karena
keluarga mengobati sendiri dan keluarga akan membawa anggota
keluarga kepelayanan kesehatan apabila sakit parah karena keluarga
tidak memaksimalkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada untuk
berobat.
2. Perilaku kesehatan cenderung beresiko

67
Menurut IPKKI, 2017 dan Nanda, 2018. Perilaku kesehatan
cenderung beresiko adalah hambatan kemampuan untuk mengubah
gaya hidup atau periaku dalam cara yang memperbaiki tingkat
kesejahteraan dengan batasan karakteristik mengurangi perubahan
status kesehatan, tidak menerima perubahan status kesehatan, gagal
melakukan tindakan mencegah masalah kesehatan. Berdasarkan data
yang muncul Ny. S memiliki riwayat hipertensi sejak tahun 2016, Ny. K
menderita LBP sejak 1 bulan yang lalu, An. K menderita demam typoid
sejak 2 tahun yang lalu dan 2 bulan yang lalu kambuh kembali, Ny. S
menyatakan mengetahui makanan yang menyebabkan terjadinya
hipertensi tetapi Ny. S tetap memakan makanan tersebut, Ny. S masih
menggunakan penyedap rasa (MSG) dan garam sehingga menjadikan
hal tersebut sebagai ancaman masalah kesehatan.
3. Hambatan Pemeliharaan Rumah
Hambatan pemeliharaan rumah adalah ketidakmanpuan untuk
secara mandiri mempertahankan lingkungan yang aman dan menunjang
pertumbuhan. Berdasarkan data keluarga mengatakan jika rumahnya
berhamburan dikarenakan ada anak kecil untuk situasi rumah tipe
bangunan rumah tidak permanen dengan lantai kayu, Keadaan rumah
secara umum terlihat berantakan, pengap dan gelap, salah satu kamar
diisi dengan barang barang jualan,Kondisi Kasur terlihat berantakan dan
tidak menggunakan sprei, Ventilasi hanya ada 1 yaitu melalui pintu
utama, karena jendela tidak bisa dibuka Kondisi perabot dirumah kurang
teratur.

C. Intervensi Keperawatan
Perenanaan yang pertama adalah penapisan masalah yang perlu
diperhatikan adalah kriteria yaitu sifat masalah, kemungkinan masalah untuk
diubah, potensi masalah untuk dicegah dan menonjolnya masalah. Secara
teori sifat masalah terbagi menjadi 3 yaitu actual dengan nilai 3, resiko
dengan nilai 2, potensi dengan nilai 1 dan bobot dengan nilai 1. Namun
keluarga Ny. S ada diagnosa keperawatan actual ketidakefektifan
manajemen kesehatan dan potensi, perilaku kesehatan cenderung beresiko
dan hambatan pemeliharaan rumah. Intervensi yang bisa dilakukan sesuai
dengan teori pengendalian hipertensi menurut Ardiansyah (2012) yang

68
menyatakan bahwa degan promosi kesehatan, preventif, kuratif diharapan
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai perilaku
hidup sehat dalam perawatan serta pencegahan hipertensi. Intervensi yang
dapat dilakukan kepada Ny. K adalah memberikan pendidikan kesehatan
tentang Hipertensi, penerapan diet, hipertensi manajemen, pengobatan dan
menganjurkan pasien dan keluarga untuk ikut berpartisipasi dalam membantu
merawat anggota keluarga. Selain itu, pendidikan kesehatan juga diberikan
untuk meningkatkan kesehatan lingkungan dan anggota keluarga lain dalam
hal mencegah timbulnya penyakit atau penurunan status kesehatan.

D. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan merupakan aktualisasi dari perencanaan yang telah
disusun sebelumnya. Pelaksanaan secara teori yaitu berdasarkan
pelaksanaan yang mengacu pada rencana keperawatan yang dibuat,
pelaksanaan dilakukan dengan tetap mempertahankan prioritas masalah,
dan kekuatan-kekuatan keluarga berupa finansial, motivasi dan sumber-
sumber pendukung lainnya. Pelaksanaan yang dibuat pada kasus tidak ada
perbedaan dengan yang ada pada teori.
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan adalah menjelaskan
pengertian, penyebab, tanda dan gelaja dari hipertensi, memotivasi keluarga
untuk menjelaskan kembali pengertian, penyebab, tanda dan gelaja dari
hipertensi. Penerapan terapi penurunan hipertensi yang dianjurkan kepada
Ny. K untuk menurunkan tekanan darah sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh wenny azdia, dkk (2020) tentang pengaruh rebusan daun
seledri untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Seledri
(Apium graveolens) dikatakan memiliki kandungan Apigenin yang dapat
mencegah penyempitan pembuluh darah dan Phthalides yang dapat
mengendurkan otototot arteri atau merelaksasi pembuluh darah. Zat tersebut
yang mengatur aliran darah sehingga memungkinkan pembuluh darah
membesar dan mengurangi tekanan darah. Seledri diketahui mengandung
senyawa aktif yang dapat menurunkan tekanan darah yaitu ''apiin'' dan
manitol yang berfungsi seperti diuretik. Daun seledribanyak mengandung
Apiin dan substansi diuretic yang bermanfaat untuk menambah jumlah air
kencing.

69
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan
keluarga. Evaluasi merupakan tahapan yang menentukan apakah tujuan
dapat tercapai sesuai yang ditetapkan dalam tujuan direncanakan
keperawatan.
Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan somatif.
Evaluasi formatif bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap
sesuai dengan kegiatan yang dilakukan secara kontrak pelaksanaan.
Evaluasi sumatif bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian
diagnose pada saat melakukan evaluasi terhadap masalah keluarga Ny. S
menggunakan evaluasi formatif dan somatif, dimana evaluasi formatif
diharapkan pada pencapaian tujuan khusus.

F. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi keperawatan merupakan suatu catatan yang memuat
seluruh data yang dibutuhkan untuk menentukan keperawatan, perencanaan,
tidakan keperawatan dan penilaian keperawatan yang disusun secara
sistematis, valid dan dapat dipertanggung jawabkan secara moral dan
hokum.
Pendokumentasian pada keluarga Ny. S selama 2 minggu dibagi
dalam 4 kali pertemuan. kunjungan pertama dimulai dari meminta
persetujuan kepada keluarga untuk dikelola serta membina hubungan saling
percaya, kunjungan kedua melakukan pengkajian keluarga, kunjungan ketiga
menentukan rencana keperawatan atau intervensi tentang penggunaan terapi
komplementer terhadap penyakit Hipertensi, keempat melakukan
implementasi dan evaluasi terhadap penyakit hipertensi.

70
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipertensi adalah kondisi dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah secara abnormal yang dimana peningkatan tersebut terjadi
secara terus-menerus. Dalam melakukan asuhan keperawatan keluarga
kegiatan yang dilakukan yaitu pengkajian pada keluarga, perumusan
diagnose keperawatan keluarga dan menyusun intervensi sesuai dengan
masalah kesehatan keluarga.
Hipertensi dapat ditangani secara farmakologi dan non farmakologis.
Penanganan non farmakologis dilakukan dengan penerapan gaya hidup
sehat dan terapi rendam kaki menggunakan air hangat. Terapi rendam kaki
menggunakan rendam air hangat dengan suhu 38-400C diatas mata kaki
yang dilakukan selama 25-30 menit selain dapat menurunkan tekanan darah
terapirendam kaki juga dapat meringankan nyeri sendi, menurunkan
ketegangan otot, melebarkan pembuluh darah, membunuh kuman,
menghilangkan baud an juga dapat meningkatkan kulitas tidur.

B. Saran
Diharapkan untuk mahasiswa dapat melaksanakan asuhan
keperawatan keluarga mahasiswa atau perawat hendaknya tetap
mempertahankan dan mengupayakan pendekatan keluarga yang optimal
dan diharapkan untuk mahasiswa dalam melakukan npemberian asuhan
keperawatan pada keluarga dapat menyesuaikan dengan tahap
perkembangan keluarga tersebut.

71
DAFTAR PUSTAKA

Angesti, A. N., Triyanti & Sartika, R. A. D. 2018. Riwayat Hipertensi Keluarga


Sebagai Faktor Dominan Hipertensi pada Remaja Kelas XI SMA
Sejahtera 1 Depok Tahun 2017. Buletin Penelitian Kesehatan. 46(1):1–
10.
Anonim. 2013. Penyakit Hipertensi Dan Cara Penanganannya. Diakses Mei 2018
Dari
https://health.detik.com/beritadetikhealth.ac/3503396/penanganahipertens
i6789- sebut-kasushipertensi-di-indonesia-terus-089/unfiles/sehat.html

Arista. 2013. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan Diit Pasien


Hipertensi.
Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negri semarang.
Austriani. 2008. Risiko Perilaku Perawatan Diri Pasien Hipertensi Terhadap
Kejadian Penyakit Jantung Koroner Pada Pasien Hipertensi. Skripsi.
Airlangga University Library. Surabaya
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2019. Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2018. In Riset Kesehatan
Dasar 2018 (p. 674).
https://www.litbang.kemkes.go.id/laporanrisetkesehatan-dasar-riskesdas/

Dafriani, P. 2019. Pendekatan Herbal Dalam Mengatasi Hipertensi. Padang: CV.


Berkah Prima.

Dharnidharka, V. R & Anyaegbu, E. I. 2014. Hypertension in the Teenager.


Elsevier Inc. 61(1): 131-151.
Dinkes Prov.Sultra. 2016. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara Tahun 2016.
Kendari: Dinkes Sultra

Friedeman., Mulyadi, B., Nurdin, Y., & Mahathir, M. 2019. Pengaruh Pemberian
Akupresur oleh Anggota Keluarga terhadap Tingkat Nyeri Pasien Nyeri
Kepala (Chephalgia) di Kota Padang Panjang. Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi, 19(3), 714. https://doi.org/10.33087/jiubj.v19i3.772

72
Friedman, E. B., Susilo, A. J., & Pranata, A. E. 2014. Perbedaan Tingkat
Tekanan
Darah Sebelum dan Sesudah Dilakukan Tindakan Akupresur Pada
Penderita Hipertensi Lansia di PSLU Puger Kabupaten Jember. 154–160.

Kemenkes RI. Info Data Dan Informasi Kesehatan Indonesia Tahun 2013.
Jakarta : Kemenkes RI; 2014.

Kurnianingtyas, B. F, Suyatno, Kartasurya M. I. 2017. Faktor Risiko Kejadian


Hipertensi Pada Siswa Sma Di Kota Semarang Tahun 2016. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. 5(2): 70–7.
Maghfiroh, D., Kusuma, F. H. D & Adi C. R. 2018. Hubungan Antara Dukungan
Keluarga Dengan Diet Rendah Garam Di Posyandu Lansia Wilayah
Puskesmas Wagir Kabupaten Malang. Nursing News. 3(1): 431-438.

Majid, A. 2017. Asuhan Pada Keperawatan Pasien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.
Mubarak,ddk R. I. W. 2012. Akupresur untuk Berbagai Penyakit. Rapha
Publishing.

Nanda. 2016. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10


editor T Heather Herdman, Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC Nuraini B. 2015.
Risk Factors of Hypertension. J Major. 4(5).
Nurarif & Kusuma. 2015. Terapi Komplementer Akupresure. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

P2PTM Kemenkes RI. (2019, Mei 13). Faktor risiko penyebab Hipertensi.

Puspitasari, A. A. 2018. Faktor Risiko Kejadian Hipertensi pada Usia 20-44


Tahun Di Puskesmas Kawatuna Kota Palu. Ghidza: Jurnal Gizi dan
Kesehatan.
2(2): 67-70.
Rahmayani, S. T. 2019. Faktor-faktor Risiko Kejadian Hipertensi Primer pada
Usia
20-55 Tahun Di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD 45 Kuningan. Syntax
Idea. 1(4): 100-111.
Riskedas. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Depkes RI

73
Riskesdas. 2018. Hasil Utama Riskesdas . Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Setiadi. 2019. Pengaruh Terapi Akpresur pada Titik Hegu, Titik Zusanli dan Titik
Fengchi terhadap Penurunan Tekanan Darah Tinggi pada Lansia
Hipertensi di Desa Sawiji, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang.
http://eprints.unipdu.ac.id/1724/

Smeltzer, B. 2017. Keperawatan Medikal Bedah. yogyakarta: nuha medika.


Soenarta, A. A. 2015. Pedoman Tatalaksana Hipertensi Pada Penyakit
Kardiovaskular. Jakarta, Indonesia: Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia.

Sundari, L & Bangsawan, M. 2015. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan


Kejadian Hipertensi. Jurnal Keperawatan. 11(2): 216-223.
Tim Bumi Medika. 2017. Berdamai Dengan Hipertensi. Jakarta: Bumi Medika.

Triyanto, Endang. 2016. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi


Secara Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Udjianti, Wajan. 2017. Keperawatan Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika.

Widyanto FC & Tribowo C. 2016. Trend Disease. Jakarta: Trans Info Media

World Health Organization (WHO). 2015. A Global Brief on Hypertension: Silent


Killer, Global Public Health Crisis.
World Health Organization (WHO). 2018. Global Health Estimates 2016: Deaths
by Cause, Age, Sex, By Country and By Region, 20002016. Geneva:
World Health Organization.
Yuliani, H., dkk. 2016. Gambaran Faktor Risiko Aktivitas Fisik, Kualitas Tidur dan
Stress dengan Tekanan Darah pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 4(4):
387393.

74
LAMPIRAN

75
PRE PLANNING KUNJUNGAN 1
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY. S
DENGAN HIPERTENSI DI RT. 30
KELURAHAN PEMURUS LUAR

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

Dosen Pembimbing :
Angga Irawan, Ns., M. Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Aldo NIM. 11194561920118
Ardhia Redina Cahyani NIM. 11194561920119
Devi Lia NIM. 11194561920124
Dian Bardiansyah NIM. 11194561920125
Elsiyani NIM. 11194561920128

76
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA BANJARMASIN
2021
PRE PLANNING KUNJUNGAN 1
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA NY. S
DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI PADA LANSIA DI
RT. 30 KELURAHAN PEMURUS LUAR

Pokok bahasan : BHSP (Bina Hubungan Saling Percaya)


Sub pokok bahasan : Memperkenalkan diri kepada klien serta menjelaskan
maksud dan tujuan.

Waktu/durasi : 30 Menit
Tempat : Rumah Ny.S di Rt.30 Keluarahan Pemurus Luar
Hari/ tanggal : Selasa, 08 Juni 20211
Waktu pelaksanaan : 16.00-selesai

A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial dan membutuhkan orang lain agar
dapat bertahan hidup. Untuk dapat membina hubungan dengan orang lain,
maka butuh komunikasi sebagai alat untuk berinteraksi. Komunikasi dapat
mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang. Pada proses keperawatan,
komunikasi menjadi sangat penting karena merupakan faktor penentu dalam
keberhasilan memberikan asuhan keperawatan kepada klien.
Keluarga merupakan sub pelayanan komunitas sebagai system
sosial yang bersifat unik dan dinamis. Memberikan alasan mengapa keuarga
menjadipentingkarena keluarga sebagai sistem, membutuhkan pelayanan
kesehatan seperti individu.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Membina hubungan saling percaya antara mahasiswa dengan keluarga
binaan.

77
2. Tujuan khusus
a. Memperkenalkan diri
b. Menjelaskan maksud dan tujuan
c. Membuat kontrak waktu untuk pertemuan selanjutnya.

C. Metode pelaksanaan
Fokus Group Discussion (FGD)

D. Sasaran Dan Target


Sasaran : Keluarga Ny. S
Target : Ny. K (80th)

E. Media
1. Sphygmomanometer
2. Stetoskop
3. Alat tulis

F. Strategi pelaksanaan
Hari/ Tanggal : Selasa, 08 Juni 2021
Waktu : 30 menit
NO. TAHAP KEGIATAN
1. Prainteraksi 1. Menyampaikan salam
(5 Menit) 2. Menjelaskan tujuan
2. Interaksi 1. Memperkenalkan diri kepada keluarga
(20 menit)
3. Terminasi 1. Kontrak kemali untuk hari berikutnya
(5 Menit) 2. Salam penutup

78
G. Setting tempat

: Keluarga Binaan

: Mahasiswa

H. Kriteria Evaluasi
1. Ealuasi Struktur
a. Menyampaikan pre planning
b. Kontrak waktu dengan keluarga
2. Evaluasi proses
a. Keluarga mampu menyambut kedatangan sesuai dengan kontrak
yang disepakati
3. Evaluasi hasil
a. Keluarga mampu mengenali mahasiswa
b. Keluarga mampu memahami maksud dan tujuan kedatangan
mahasiswa

79
Lampiran foto kunjungan pertama

PRE PLANNING KUNJUNGAN 2


ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY. S
DENGAN HIPERTENSI DI RT. 30
KELURAHAN PEMURUS LUAR

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

80
Dosen Pembimbing :
Angga Irawan, Ns., M. Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Aldo NIM. 11194561920118
Ardhia Redina Cahyani NIM. 11194561920119
Devi Lia NIM. 11194561920124
Dian Bardiansyah NIM. 11194561920125
Elsiyani NIM. 11194561920128

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
PRE PLANNING KUNJUNGAN 2
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA NY. S
DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI PADA LANSIA DI
RT. 30 KELURAHAN PEMURUS LUAR

Pokok bahasan : Pengkajian Fisik


Sub pokok bahasan : Mengkaji Seluruh Anggota Keluarga
Waktu : 30 menit

81
Tempat : Rumah Ny.S
Hari/ tanggal : Kamis, 10 Juni 2021
Pukul pelaksanaan : 16.00 WITA – Selesai

A. Latar Belakang
Keluarga terdiri atas kelompok orang yang mempunyai ikatan
perkawinan, keturunan atau hubungan sedarah atau hasil adopsi , anggota
tinggal bersama dalam satu rumah, anggota berinteraksi dan berkomunikasi
dalam peran sosial, serta mempunyai kebiasaan/ kebudayaan yang berasal
dari masyarakat, tetapi mempunyai keunikan tersendiri.

Pengkajian adalah tahap awal proses keperawatan dan merupakan


suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (). Tahap
pengkajian merupakan dasar utama dalam meberikan asuhan keperawatan
sesai dengan kebutuhan individu (klien). Oleh karena itu pengkajian yang
benar, akurat, lengkap, dan sesuai dengan kenyataan sangat penting dalam
merumuskan suatu diagnosis keperawatan dan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan respon individu, sebagaimana yang telah
ditentukan dalam standar praktik keperawatan dari American Nursing
Association (ANA). Tahap pengkajian dapat menggunakan
metode :Wawancara, Observasi/pengamatan, Pemeriksaan fisik dari
anggota keluarga, serta Data sekunder/studi dokumentasi.

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan keluarga mempunyai


tugas di bidang kesehatan adalah untuk mempertahankan keadaan
kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas yang tinggi.

Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.


Sedangkan tugas-tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan adalah:
a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap
anggota keluarganya,
b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat.
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya,

82
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas
kesehatan.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Melakukan pengkajian kepada seluruh keluarga binaan.
2. Tujuan khusus
a. Mengkaji Data Umum keluarga
b. Mengkaji riwayat dan tahap perkembangan keluarga
c. Mengkaji lingkungan
d. Mengkaji sosial
e. Mengkaji struktur keluarga
f. Mengkaji fungsi keluarga
g. Mengkaji stress dan koping keluarga
h. Mengkaji riwayat kesehatan keluarga
i. Mengkaji harapan keluarga
j. Mengkaji pemeriksaan fisik keluarga
k. Menentukan kontrak waktu untuk pertemuan selanjut nya

C. Metode Pelaksanaan
1. Ceramah
2. Tanya jawab

D. Sasaran Dan Target


Sasaran : Keluarga Ny.S
Target : Ny.K (80 Tahun)

E. Media dan Alat


1. Stetoskop
2. Spygmomanometer
3. Thermometer
4. Jam Tangan

F. Strategi Pelaksanaan
Hari/ tanggal : Kamis, 10 Juni 2021

83
Pukul pelaksanaan : 16.00 WITA – Selesai
No Tahap Kegiatan
1. Prainteraksi 1. Menyampaikan salam
(5 menit) 2. Menjelaskan tujuan
2 Interaksi (20 1. Mengkaji keluarga
menit)

3 Terminasi 1. Kontrak kembali untuk hari berikutnya.


(5 menit) 2. Salam penutup

G. Setting Tempat
Keterangan :
: Mahasiswa

: Ny. M

H. Kriteria Evaluasi

1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
2. Evaluasi Proses
a. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati
3. Evaluasi hasil
a. Keluarga mampu mengenali masalah yang dialami keluarga

84
Lampiran foto kunjungan

PRE PLANNING KUNJUNGAN 3

85
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY. S
DENGAN HIPERTENSI DI RT. 30
KELURAHAN PEMURUS LUAR

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

Dosen Pembimbing :
Angga Irawan, Ns., M. Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Aldo NIM. 11194561920118
Ardhia Redina Cahyani NIM. 11194561920119
Devi Lia NIM. 11194561920124
Dian Bardiansyah NIM. 11194561920125
Elsiyani NIM. 11194561920128

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
PRE PLANNING KUNJUNGAN 3

86
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA NY.S
DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI PADA LANSIA DI
RT. 30 KELURAHAN PEMURUS LUAR

Pokok bahasan : Menetapkan Intervensi asuhan keperawatan keluarga


Sub pokok bahasan : Penyampaian dan mendiskusikan dengan keluarga
tentang rencana yang akan dilakukan pada saat
implementasi serta menentukan kegiatan yang dapat
dilakukan bersama untuk menangani masalah yang
ditemukan setelah pengkajian pada keluarga selama
melakukan asuhan keperawatan keluarga.

Waktu : 30 menit
Tempat : Rumah Ny. K Wilayah Di wilayah Pramuka gg. arraudah
Rt.30 Rw,002
Hari/ tanggal :Sabtu, 12 Juni 2021
Pukul pelaksanaan : 14.00 WITA – Selesai

A. Latar Belakang
Perencanaan asuhan keperawatan bersifat individualistik dan
responsif terhadap kebutuhan unik pasien. Tujuannya adalah menyusun
strategi untuk mengatasi hambatan atau masalah pasien. Perawat secara
teratur meninjau kemajuan pasien dan merevisi rencana perawatan yang
sesuai kebutuhan pasien (Choi & De Gagne, 2016).
Perencanaan asuhan keperawatan komunitas adalah
berorientasipada promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan
kesehatan dan manajemen krisis. Dalam menyusun perencanaan
keperawatan kesehatan komunitas melalui menetapkan prioritas,
menetapkan sasaran, menetapkan tujuan menetapkan rencana intervensi
(riasmini, permatasari, chairani, astuti, muara ria, & handayani, p. 2017).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Keluarga dan mahasiswa dapat menetapkan intervensi asuhan
keperawatan keluarga dalam penanganan masalah hipertensi.

2. Tujuan Khusus

87
a. Keluarga mampu menentukan intervensi untuk
penanganan hipertensi.
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk mengatasi penaganan
hipertensi.
c. Keluarga dan mahasiswa menentukan kontrak waktu untuk
pertemuan yang ke 4

C. MetodePelaksanaan
1. Ceramah
2. Tanya jawab

D. Sasaran Dan Target


Sasaran : Keluarga Ny.S
Target : Ny. K (80tahun)

E. Media
1. Spygmomanometer
2. Stetoskop
3. Buku catatan
4. Alat tulis

F. StrategiPelaksanaan
Hari/ tanggal : Sabtu, 12 Juni 2021
Pukul pelaksanaan : 15.00 WITA – Selesai
No Tahap Kegiatan
1. Prainteraksi 1. Menyampaikan salam
( 5 menit ) 2. Mengulangi kontrak yang telah disepakati
3. Menjelaskan tujuan
4. Apersepsi.
5. Memberikan reinforcement positif
2. Interaksi 1. Menjelaskan tentang kegiatan
( 30 menit ) selanjutnya
2. Memberikan kesempatan keluarga untuk
bertanya

88
3. Menjelaskan kembali hal-hal yang belum
dimengerti
4. Menanyakan kembali hal-hal yang
didiskusikan bersama
5. Memberikan reinforcement positif atas
jawaban keluarga yang benar
6. Memberikan kesempatan pada
keluarga untuk bertanya
7. Menjelaskan kembali hal yang belum
dimengerti
8. Menanyakan kembali hal-hal yang telah
didiskusikan
9. Memberikan reinforcement positifatas
jawaban yang benar

3. Terminasi 1. Kontrak kembali untuk hari berikutnya.


( 5 menit ) 2. Salam penutup

G. Setting Tempat

Keterangan :
: Mahasiswa

: Ny. K

H. KriteriaEvaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning
b. Kontrak waktu dengan keluarga.
2. Evaluasi Proses
a. Klien menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati
b. Klien memperhatikan terhadap yang disampaikan

89
3. Evaluasi hasil
a. Klien bersedia akan dilakukan penyuluhan pada pertemuan
mendatang pada hari yang telah ditentukan.

Lampiran foto kunjungan

PRE PLANNING KUNJUNGAN 4

90
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY. S
DENGAN HIPERTENSI DI RT. 30
KELURAHAN PEMURUS LUAR

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

Dosen Pembimbing :
Angga Irawan, Ns., M. Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Aldo NIM. 11194561920118
Ardhia Redina Cahyani NIM. 11194561920119
Devi Lia NIM. 11194561920124
Dian Bardiansyah NIM. 11194561920125
Elsiyani NIM. 11194561920128

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
PRE PLANNING KUNJUNGAN 4

91
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA NY.S
DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI PADA LANSIA DI
RT.30 KELURAHAN PEMURUS LUAR

Pokok bahasan : Implementasi


Sub pokok bahasan : Implementasi inilah yang nantinya akan menentukan
apakah masalah di dalam keluarga dapat terselesaikan
atau tidak. Dalam menentukan implementasi bisa
disesuaikan dengan masalah keperawatan yang muncul
dan intervensi yang telah ditetapkan

Waktu/durasi : 30 Menit

Tempat : Rumah Ny.S Di RT.30 Kelurahan Pemurus Luar


Hari/ tanggal : Sabtu, 12 Juni 2021
Waktu pelaksanaan : 14.00 WITA - selesai

A. Latar belakang
Implementasi merupakan langkah kedua dari tahap proses keperawatan
implementasi, inilah yang menentukan apakah masalah dalam keluarga dapat
teratasi atau tidak. Dalam menentukan implementasi disesuaikan dengan
masalah keperawatan yang muncul dan intervensi yang telah ditetapkan.

Hipertensi adalah dimana kondisi seseorang mengalami peningkatan


tekanan darah secara abnormal dimana peningkatan tersebut terjadi secara
terus-menerus (Maghfiroh, dkk., 2018). Seseorang akan ditanyakan menderita
hipertensi apabila saat dilakukan pengukuran tekanan darah, hasilnya
melewati nilai batas normal dari tekanan darah, hasilnya melewati nilai batas
normal dari tekanan darah yaitu 140/90 mmHg (Majid, 2017)

Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 12 Juni 2021 jam : 14.00
WITA pada keluarga didapatkan data bahwa Ny. K mengalami hipertensi.
Keluhan yang dirasakan Ny. K adalah nyeri pada bagian kaki akibat terpeleset
dan diare selama 2 hari karna memakan buah-buahan yang asam.

92
Dengan adanya masalah diatas maka perlu dilakukan tindakan
keperawatan berupa pendidikan kesehatan tentang masalah hipertensi agar
keluarga bisa mengambil keputusan dan tidak terjadi komplikasi yang tidak
diharapkan.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Keluarga dapat mengetahui masalah penyakit hipertensi
2. Tujuan khusus
a. Keluarga mampu mengenal masalah hipertensi
b. Keluarga mampu mengambil keputusan untuk mengatasi masalah
hipertensi
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang menderita
hipertensi
d. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan yang tepat untuk
penderita hipertensi
e. Keluarga mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan terdekat
untuk mengatasi masalah hipertensi

C. Metode Pelaksanaan Fokus


Group Discussion (FGD)

D. Sasaran Dan Target


Sasaran : Keluarga Ny. S
Target : Ny. K (80th)

E. Media
1. Sphygmomanometer
2. Stetoskop
3. Buku catatan
4. Alat tulis

93
F. Strategi Pelaksanaan
Hari/ Tanggal : Sabtu, 12 Juni 2021
Pukul Pelaksanaan : 30 menit
NO TAHAP KEGIATAN
.
1. Prainteraksi 3. Menyampaikan alasan
(5 Menit) 4. Mengulangi kontrak yang
telah disepakati
5. Menjelaskan tujuan

6. Apersepsi

7. Memberika reinforcement positif

2. Interaksi 1. Menjelaskan tentang kegiatan


(30 menit) selanjutnya
2. Memberikan kesempatan keluarga
untuk bertanya

3. Menjelaskan kembali hal-hal yang


belum dimengerti

4. Menanyakan kembali hal-hal yang


didiskusikan bersama

5. Memberikan reinforcement positif atas


jawaban keluarga yang benar

6. Memberikan kesempatan pada


keluarga untuk bertanya
7. Menjelaskan kembali hal yang belum
dimengerti

3. Terminasi ( 5 Menit) 1. Kontrak kenali untuk hari berikutnya


2. Salam penutup

94
G. Setting Tempat

: Keluarga
Binaan

: Mahasiswa

H. Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Menyiapkan pre planning
b. Kontrak waktu dengan keluarga
2. Evaluasi Proses
a. Klien menyambut kedatangan sesuai kontrak yang di sepakati
b. Klien memperhatikan terhadap yang disampaikan
3. Evaluasi Hasil
Klien bersedia akan dilakukan penyuluhan pada pertemuan mendatang
pada hari yang telah ditentukan.

95
Lampiran foto kunjungan

PRE PLANNING KUNJUNGAN 5

96
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA NY. S
DENGAN HIPERTENSI DI RT. 30
KELURAHAN PEMURUS LUAR

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Keluarga

Dosen Pembimbing :
Angga Irawan, Ns., M. Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Aldo NIM. 11194561920118
Ardhia Redina Cahyani NIM. 11194561920119
Devi Lia NIM. 11194561920124
Dian Bardiansyah NIM. 11194561920125
Elsiyani NIM. 11194561920128

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2021
PRE PLANNING KUNJUNGAN 5

97
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA NY.S
DENGAN PENYAKIT HIPERTENSI PADA LANSIA DI
RT. 30 KELURAHAN PEMURUS LUAR

Pokok bahasan : Evaluasi


Sub pokok bahasan : Evaluasi hasil setelah melakukan Implementasi kepada
keluarga binaan
Waktu/durasi : 30 Menit
Tempat : Rumah Ny.S di Rt.30 Keluarahan Pemurus Luar
Hari/ tanggal : Selasa, 15 Juni 20211
Waktu pelaksanaan : 16.00-selesai

A. Latar Belakang
Evaluasi merupakan tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan,
rencana keperawatan dan implementasinya. Tahap evaluasi memungkinkan
untuk memonitor yang terjadi selama tahap pengkajian, perencanaan
maupun implementasi. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan
klien dalam mencapai tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respon
klien terhadap asuhan keperawatan yang diberikan sehingga perawat dapat
mengambil keputusan (Nursalam, 2013).
Tahap evaluasi memungkinkan perawat dalam memonitor apa
yang terjadi selama pengkajian, analisis, perencanaan dan implementasi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan asuhan keperawatan keluarga secara optimal dan
berkualitas
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan kualitas asuhan keperawatan keluarga
b. Menyatakan apakah tujuan keperawatan sudah tercapai

98
C. Metode pelaksanaan Ceramah

dan Tanya jawab

D. Sasaran Dan Target


Sasaran : Keluarga Ny. S
Target : Ny. K (80th)

E. Media
1. Sphygmomanometer
2. Stetoskop
3. Alat tulis

F. Strategi pelaksanaan
Hari/ Tanggal : Selasa, 15 Juni 2021
Waktu : 30 menit
NO. TAHAP KEGIATAN
1. Prainteraksi 3. Menyampaikan salam
(5 Menit) 4. Mengulangi kontrak yang telah
disepakati
5. Menjelaskan tujuan

6. Memberikan reinforcement positif

2. Interaksi 2. Menanyakan keluhan keluarga


(20 menit) 3. Menanyakan progres terhadap
penyakit

4. Menjelaskan kembali hal-hal yang


belum dimengerti

5. Menanyakan kembali hal-hal


yang didiskusikan bersama
6. Melakukan pengukuran tekanan darah

7. Memberikan reinforcement positif atas


jawaban keluarga yang benar

3. Terminasi 3. Memberikan pujian dan mengucapkan


(5 Menit) terimakasih
4. Salam penutup

99
G. Setting tempat

: Keluarga Binaan

: Mahasiswa

H. Kriteria Evaluasi

a. Evaluasi Struktur
1. Menyiapkan pre planning 2. Kontrak waktu dengan keluarga.
3. Menyiapkan media.
b. Evaluasi Proses
1. Keluarga menyambut kedatangan sesuai kontrak yang disepakati
2. Keluarga memperhatikan terhadap materi yang disampaikan
3. Keluarga aktif bertanya terhadap hal yang belum diketahui
4. Tanya jawab berlangsung dengan lancar.

Lampiran foto dokumentasi

100
101
97
98
Volume 1;No.1 (April, 2020): 26-32 Empowering Society Journal

PENGARUH REBUSAN DAUN SELEDRI UNTUK MENURUNKAN TEKANAN DARAH


PADA PENDERITA HIPERTENSI
Wenny Lazdia1,Widia Afdilatul Rahma2,Anggi Sakinah Lubis3,Tuti Sulastri4
1
Program Studi Ilmu Keperawatan, 2Ilmu Kesehatan Masyarakat, 3,4Fisioterapi

Email Corresponding: wenny.lazdia@fdk.ac.id1

Info Artikel Abstract


Masuk: 19 Februari 2020 Hypertension is known as a "silent killer". Hypertension is a major risk
Review: 9 Agustus 2020 factor for cardiovascular disease which is a leading cause of death
Diterima: 11 Agustus 2020 worldwide. Aside from being a famous kitchen herb, the popularity of
celery leaves as an herbal is undoubtedly. Factors associated with
hypertension are genetic factors, age, sex, obesity, salt intake, smoking
habits and physical activity. Individuals with a family history of
hypertension have a 2 times greater risk of suffering from hypertension
Keywords: than people who do not have families with a history of hypertension.
celery leaves, blood pressure, One of the properties of celery is to reduce blood pressure. Want to
hypertension know if sledri leaves reduce blood pressure. This study uses a quasi
experimental design with 10 research subjects. The data assessed are
systolic and diastolic blood pressure. The average systolic blood
pressure after consuming celery leaves was 136 mmHg (SD = 10,750),
lower than the average systolic blood pressure before consuming
celery leaf stew, which was 142 mmHg (SD = 13,984) (p> 0.05 ). The
average diastolic blood pressure after consuming celery leaf decoction
was 87 mmHg (SD = 4,830), lower than the average diastolic blood
pressure before consuming celery leaf decoction of 94 mmHg (SD =
9,661) (p <0.05). Sledri leaves reduce blood pressure.

Abstrak

Kata kunci: Hipertensi diketahui sebagai “silent killer”. Hipertensi merupakan faktor
daun seledri, tekanan resiko utama penyakit kardiovaskuler yang merupakan penyebab utama
kematian di seluruh dunia. Selain sebagai rempah dapur yang terkenal,
darah, hipertensi
kepopuleran daun seledri sebagai herbal tidak diragukan lagi. Faktor-faktor
yang berhubungan dengan hipertensi adalah faktor genetik, umur, jenis
kelamin, obesitas, asupan garam, kebiasaan merokok dan aktifitas fisik.
Individu dengan riwayat keluarga hipertensi mempunyai resiko 2 kali lebih
besar untuk menderita hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Salah satu khasiat daun seledri adalah
untuk menurunkan tekanan darah. Ingin mengetahui apakah daun sledri
menurunkan tekanan darah. Penelitian ini menggunakan desain eksperimental
kuasi dengan subjek penelitian sebanyak 10 orang. Data yang dinilai adalah
tekanan darah sistolik dan diastolik. Hasil rata-arat tekanan darah sistolik
sesudah mengonsumsi daun seledri adalah sebesar sebesar 136 mmHg (SD =
10,750), lebih rendah daripada rerata tekanan darah sistolik sebelum
mengonsumsi rebusan daun seledri, yakni sebesar 142 mmHg (SD = 13,984)
(p>0,05). Rata-rata tekanan darah diastolik sesudah mengonsumsi rebusan
daun seledri adalah sebesar 87 mmHg (SD = 4,830), lebih rendah daripada
rata-rata tekanan darah diastolik sebelum mengonsumsi rebusan daun seledri
sebesar 94 mmHg (SD = 9,661)
(p<0,05).

26
Volume 1;No.1 (April, 2020): 26-32 Empowering Society Journal

PENDAHULUAN
Hipertensi merupakan faktor resiko utama penyakit kardiovaskuler yang merupakan penyebab
utama kematian di seluruh dunia.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa hipertensi disebabkan oleh berbagai faktor
diantaranya pola konsumsi natrium, obesitas, merokok, kebiasaan olahraga/aktivitas fisik, Stress dan
alkohol.
Hipertensi memang dapat dikatakan sebagai pembunuh diam-diam atau the silent killer.
Hipertensi umumnya terjadi tanpa gejala (asimptomatis). Sebagian besar orang tidak merasakan apa pun,
meski tekanan darahnya sudah jauh di atas normal. Hal ini dapat berlansung bertahun–tahun sampai
akhirnya penderita (yang tidak merasa menderita) jatuh ke dalam kondisi darurat dan terkena penyakit
jantung, stroke, atau kerusakan ginjal.
Menurut data RISKESDAS KEMENKES RI, angka kejadian hipertensi pada 5 tahun terakhir
sebanyak 31.7%. Sementara kasus hipertensi yang belum berhasil terdiagnosa juga masih sangat tinggi
yakni 76%. Seseorang yang berusia 50 tahun dengan tekanan darah sitolik ≥ 140 mmHg lebih berisiko
menderita penyakit kardiovaskular dari pada hipertensi diastolik. Risiko menderita penyakit
kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 115/75 mmHg, menambah 2 kali pada setiap penambahan
20/10 mmHg. Seseorang yang mempunyai tekanan darah normal pada usia 55 tahun, 90% nya berisiko
menjadi hipertensi.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi adalah faktor genetik, umur, jenis kelamin, obesitas,
asupan garam, kebiasaan merokok dan aktifitas fisik. Individu dengan riwayat keluarga hipertensi
mempunyai resiko 2 kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai
keluarga dengan riwayat hipertensi. Hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia, dan pria
memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi lebih awal. Obesitas juga dapat meningkatkan
kejadian hipertensi, hal ini disebabkan lemak dapat menimbulkan sumbatan pada pembuluh darah
sehingga dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap. Adapun cara yang dapat dilakukan untuk
mencegah hipertensi adalah dengan dua pendekatan yaitu secara farmakologi dan non farmakologi.
Pengobatan secara non farmakologi dapat dilakukan dengan menggunakan pengobatan komplementer
yang telah dikenal di kalangan masyarakat. Secara farmakologis, Obat-obat kimia banyak digunakan
untuk mengatasi hipertensi, akan tetapi sering menimbulkan efek samping seperti :bronkopasme,
insomnia, memperburuk gangguan pembuluh darah perifer, hipertrigliserida, dan lain-lain.
Namun dengan kemajuan di dunia kesehatan saat ini, banyak peneliti yang mulai meneliti
tanaman yang bisa digunakan sebagai terapi salah satunya untuk mengatasi hipertensi. Saat ini
penanganan non farmakologis juga banyak diminati oleh masyarakat karena sangat mudah untuk
dipraktekan, tidak mengeluarkan biaya yang terlalu banyak dan tidak menimbulkan efek samping
berbahaya Salah satu terapi non farmakologis untuk menurunkan tekanan darah adalah terapi
komplementer. Ada banyak jenis terapi komplementer dimana salah satunya penggunaan herbal seledri.
Seledri (Apium graveolens) dikatakan memiliki kandungan Apigenin yang dapat mencegah
penyempitan pembuluh darah dan Phthalides yang dapat mengendurkan otot-otot arteri atau
merelaksasi pembuluh darah. Zat tersebut yang mengatur aliran darah sehingga memungkinkan

27
Volume 1;No.1 (April, 2020): 26-32 Empowering Society Journal

pembuluh darah membesar dan mengurangi tekanan darah . Seledri diketahui mengandung senyawa aktif
yang dapat menurunkan tekanan darah yaitu ''apiin'' dan manitol yang berfungsi seperti diuretik. Daun
seledribanyak mengandung Apiin dan substansi diuretic yang bermanfaat untuk menambah jumlah air
kencing.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah nya adalah bagaimana pengaruh daun
seledri terhadap penurunan tekanan darah.

METODE KEGIATAN
Jenis penelitian menggunakan rancangan penelitian dengan Pre eksperiment yaitu experiment yang
memiliki perlakuan (treatments), pengukuran-pengukuran (outcome measures) dan unit-unit
(ekperimental units) namun tidak menggunakan penepatan secara acak. Sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik purposive sampling, yaitu 10 orang yang mengalami hipertensi di Kelurahan Kayu
Kubu.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 07 Februari sampai 12 Februari 2020.
Populasi dalam penelitian ini adalah beberapa masyarakat yang mengalami hipertensi di
kelurahan kayu kubu. Sampel dalam penelitian ini memakai yaitu pengambilan sampel didasarkan pada
suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri yaitu semua masyarakat dan penderita
hipertensi yang berada di kelurahan kayu kubu.
Dalam penelitian ini penderita hipertensi yang diambil berjumlah 10 responden. Sampel yang
diambil adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Setelah diseleksi sampel yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah berjumlah 10 orang.
Pengambilan sampel diambil secara purposive sampling, dengan kriteria : a.Kriteria inklusi
yaitu : 1)Penderita hipertensi 2)Berusia ≥ 30 tahun 3)Tekanan darah 140 mmHg/90mmHg ke atas
4)Bersedia menjadi responden. Kriteria eksklusi : 1)Tidak memiliki komplikasi penyakit ginjal dan DM
2)Tekanan darah < 140 mmHg/90mmHg 3)Tidak dalam kondisi hamil 4)Tidak bersedia menjadi
responden 5)Mengkonsumsi obat 6)Penderita hipertensi yang sensitive pada daun seledri dan alergi
terhadap obat.
Penelitian ini bersifat eksperimental semu. Analisis data memakai uji paired sample t test dengan
α=0,05. Alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian ini berupa tensimeter untuk mengukur tekanan
darah sistolik dan diastolik, daun seledri, panci, air putih, dan gelas.
Penelitian ini dimulai dengan memberikan edukasi terlebih dahulu mengenai hipertensi dan
manfaat daun seledri, dilanjutkan dengan pretest yaitu pemeriksaan tekanan darah. Subjek penelitian ini
diberikan rebusan daun seledri pada hari pertama apabila tekanan darah 140 mmHg/90mmHg ke atas
dan pemberian rebusan daun seledri pada hari kedua apabila tekanan darah masih diatas 140
mmHg/90mmHg dan pada hari ketiga dilakukan kembali pemberian rebusan daun seledri apabila
tekanan darah masih di atas 140 mmHg/90mmHg, tetapi apabila tekanan darah normal pada saat diukur
setelah sebelumnya diberikan rebusan daun seledri tidak diberikan lagi rebusan daun seledri, berarti

28
Volume 1;No.1 (April, 2020): 26-32 Empowering Society Journal

sudah adanya perubahan setelah diberikan rebusan daun seledri kepada penderita hipertensi. Data
pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah rebusan daun seleri ini akan diolah dan dianalisa
menggunakan uji t dependen.

Keterangan : Pemeriksaan tekanan darah pada masyarakat kelurahan kayu kubu di kantor lurah
dan pemeriksaan tekanan darah kerumah-rumah masyarakat bagi penderita hipertensi dan pemberian
rebusan daun seledri pada penderita hipertensi yang dilakukan selama 3 hari berturut-turut, guna untuk
mengetahui pengaruh pemberiaan rebusan daun seledri terhadap penderita hipertensi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Pada Tabel 1 Rerata tekanan darah sistolik sesudah mengonsumsi rebusan daun seledri adalah
sebesar 136 mmHg (SD = 10,750), lebih rendah daripada rerata tekanan darah sistolik sebelum
mengonsumsi rebusan daun seledri, yakni sebesar 142 mmHg (SD = 13,984) (p>0,05). Rata-rata tekanan
darah diastolik sesudah mengonsumsi rebusan daun seledri adalah sebesar 87 mmHg (SD = 4,830), lebih
rendah daripada rata-rata tekanan darah diastolik sebelum mengonsumsi rebusan daun seledri sebesar
94 mmHg (SD = 9,661) (p<0,05).

Berdasarkan hasil penelitian terdapat kesamaan antara teori dan fakta, dibuktikan dari hasil
penelitian yang didapatkan responden terbanyak yang menderita hipertensi adalah perempuan sebanyak
27 orang. Hal ini bisa disebabkan karena 22 orang dari 27 diantara mereka telah berusia > 50 tahun
dengan kadar progesteron dalam tubuh telah berkurang saat memasuki umur yang rentan sehingga dapat
menyebabkan adanya kekakuan pada pembuluh darah dan penurunan kelenturanarteri. Sedangkan
untuk responden terbanyak yang menderita hipertensi responden yang berusia lebih dari 41 - 50 tahun
sebanyak 24 responden. Hal ini disebabkan semakin bertambahnya usia akan mengalami hilangnya

29
Volume 1;No.1 (April, 2020): 26-32 Empowering Society Journal

kelenturan arteri menyebabkan arteri menjadi kaku. Sehingga arteri tidak dapat mengembang pada saat
jantung memompa darah melalui arteri karena itu setiap denyut jantung
dipaksakan untuk melalui pembuluh darah yang sempit dari pada biasanya sehingga menyebabkan
peningkatan tekanan darah.
Rebusan daun seledri dapat menurunkan umum seledri dalam mengontrol tekanan darah antara
lain, memberikan efek dilatasi pada pembuluh darah dan menghambat angiotensin converting enzym
(ACE). Penghambat sistem renin-angiotensin dapat menurunkan kemampuan ginjal dalam meningkatkan
tekanan darah. Tekanan darah mulai turun sehari setelah pengobatan yang diiukti dengan membaiknya
tidur terasa nyaman, dan jumlah urin yang dikeluarkan meningkat. Seledri mengandung flevonoid,
saponi, tanin 1% minyak asiri 0,033 %, flavuglukosida (apiin), apigenin, fitosterol, kolin, lipase, pthalides,
asparagine, zat pahit, vitamin (A,B dan C), apiin minyak menguap, apigenin dan alkaloid.
Kandungan kimia daun seledri secara keseluruhan. Apigenin dalam daun seledri berfungsi
sebagai beta blocker yang dapat memperlambat detak jantung dan menurunkan kekuatan kontraksi
jantung sehingga aliran darah yang terpompa lebih sedikit dan tekanan darah menjadi berkurang.
N Mean Standar Deviasi Nilai P Value Uji T Uji T

Sistol Sebelum 10 142 13,984 0,279 P>0,05


Sesudah 136 10,750

Diastol Sebelum 10 94 9,661 0,045 P<0,05

Sesudah 87 4,830

Manitol dan apiin, bersifat diuretik yaitu membantu ginjal mengeluarkan kelebihan cairan dari
dalam tubuh, sehingga berkurangnya cairan dalam darah akan menrunkan tekanan darah. Potasium
(kalium) yang terkandung dalam seledri akan bermamfaat meningkatkan caiaran interselular denagn
menarik cairan ekstraselular, sehingga terjadi perubahan keseimbangan pompa natrium-kalium yang
akan menyebabkan penurunan tekanan darah. Salah satu strategi dalam penanganan hipertensi adalah
mengubah keseimbanagn Na+. Perubahan keseimbangan Na+ biasanya dilakukan dengan pemberian
diuretik secara oral.
Daun seledri juga memilki kandungan alami berupa fitosterol. Fitosterol merupakan komponen
fitokimia yang mempunyai fungsi berlawanan dengan kolestrol bila dikonsumsi oleh manusia. Fitosterol
diketahui mempunyai fungsi menurunkan kadar kolestrol di dalam darah dan mencegah penyakit jantung
sehingga sangat bermamfaat bagi kesehatan manusia. Pada tanaman terdapat lebih dari 40 senyawa
sterol yang didominasi oleh tiga bentuk utama dari fitosterol, yaitu beta sitosterol. Sitosterol adalah zat
antihiperkolestrol dan mencegah deposisi kolestrol pada dinding dalam pembuluh darah yang penting
untuk mengobati kasus atherosklerosis. Khasiat fitosterol untuk menurunkan kadar kolesterol telah
diakui secara klinis. Khasiat ini telah dimanfaatkan dalam dunia medis, yakni ekstrak fitosterol telah
diberikan kepada penderita hiperkolestrolemia (kadar kolestrol dalam plasma darah berlebih) dalam
usaha untuk mengurangi absorpsi kolestrol.

30
Volume 1;No.1 (April, 2020): 26-32 Empowering Society Journal

DAFTAR PUSTAKA

Asmawati, Puwarti, & Handayani. (2015). Efektivitas Rebusan Seledri Dalam Menurunkan Tekanan Darah
Pada Lansia Penderita hipertensi Di Posyandu Lansia Kelurahan Pajar bulan Kecamatan Way
Tenong Lampung Barat. Kesehatan, 130–136.

Hartono, H., & Handayani, S. (2017). Pengaruh Pemberian Seledri (Apium Graveolens L.) Terhadap
Penurunan Hiperkolesterolemia Pada Lansia Di Panti Wreda Darma Bhakti Kasih Surakarta.
Interest : Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(2), 217–223. https://doi.org/10.37341/interest.v6i2.105

Kata Kunci: Hipertensi, Seledri, Tekanan Darah 151. (n.d.). 151–165.

Medika, E., April, V. O. L. N. O., Pratiwi, D. P., Sutadarma, I. W. G., & Surudarma, I. W. (2019). HUBUNGAN
POLA KONSUMSI SELEDRI ( Apium Graveolens L ) TERHADAP TEKANAN DARAH MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA Program Studi Pendidikan Dokter , Bagian
Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Tekanan darah tinggi atau biasa dikena. Medika,
E., April, V. O. L. N. O., Pratiwi, D. P., Sutadarma, I. W. G., & Surudarma, I. W. (2019). HUBUNGAN POLA
KONSUMSI SELEDRI ( Apium Graveolens L ) TERHADAP TEKANAN DARAH MAHASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA Program Studi Pendidikan Dokt, 8(4), 1–5.

Nengah, N., & Arie, M. (2014). Pengaruh Pemberian Air Rebusan Seledri Pada Lansia Penderita Hipertensi
Di Dusun Gogodalem Barat. Jurnal Keperawatan Komunitas, 2(1), 46–51.

Oktavia, I. E., Junaid, & Ainurafiq. (2017). Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Seledri (Apium Graveolens)
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat,
2(6), 1–12.

Sakinah, S., & Azhari, H. K. (2018). Rebusan daun seledri pada hipertensi. 12, 261–266.

Saputra, O., & Fitria, T. (2016). Khasiat Daun Seledri (Apium Graveolens) Terhadap Tekanan Darah Tinggi
Pada Pasien Hiperkolesterolemia. Majority, 5(2), 120–125. Retrieved from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/1087/927

Studi, P., Budaya, K., Universitas, P., Oleo, H., & Tenggara, S. (2019). Penggunaan Obat Tradisional Seledri
dengan Obat Paten terhadap Penyakit Hipertensi pada Masyarakat di Kecamatan Puuwatu 1. 4(2), 9–
16.

Sukahor, A., & Arisandi, R. (2016). Seledri (Apium graveolens L) Sebagai Agen Kemopreventif bagi
Kanker. Majority, 5(2), 95–96.

Asmawati, Puwarti, & Handayani. (2015). Efektivitas Rebusan Seledri Dalam Menurunkan Tekanan Darah
Pada Lansia Penderita hipertensi Di Posyandu Lansia Kelurahan Pajar bulan Kecamatan Way Tenong
Lampung Barat. Kesehatan, 130–136.

31
Volume 1;No.1 (April, 2020): 26-32 Empowering Society Journal

Hartono, H., & Handayani, S. (2017). Pengaruh Pemberian Seledri (Apium Graveolens L.) Terhadap
Penurunan Hiperkolesterolemia Pada Lansia Di Panti Wreda Darma Bhakti Kasih Surakarta.
Interest : Jurnal Ilmu Kesehatan, 6(2), 217–223. https://doi.org/10.37341/interest.v6i2.105

Kata Kunci: Hipertensi, Seledri, Tekanan Darah 151. (n.d.). 151–165.

Medika, E., April, V. O. L. N. O., Pratiwi, D. P., Sutadarma, I. W. G., & Surudarma, I. W. (2019). HUBUNGAN
POLA KONSUMSI SELEDRI ( Apium Graveolens L ) TERHADAP TEKANAN DARAH MAHASISWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA Program Studi Pendidikan Dokter , Bagian
Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Tekanan darah tinggi atau biasa dikena. Medika,
E., April, V. O. L. N. O., Pratiwi, D. P., Sutadarma, I. W. G., & Surudarma, I. W. (2019). HUBUNGAN POLA
KONSUMSI SELEDRI ( Apium Graveolens L ) TERHADAP TEKANAN DARAH MAHASISWA FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA Program Studi Pendidikan Dokt, 8(4), 1–5.

Nengah, N., & Arie, M. (2014). Pengaruh Pemberian Air Rebusan Seledri Pada Lansia Penderita Hipertensi
Di Dusun Gogodalem Barat. Jurnal Keperawatan Komunitas, 2(1), 46–51.

Oktavia, I. E., Junaid, & Ainurafiq. (2017). Pengaruh Pemberian Rebusan Daun Seledri (Apium Graveolens)
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja
Puskesmas Puuwatu Kota Kendari Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan Masyarakat,
2(6), 1–12.

Sakinah, S., & Azhari, H. K. (2018). Rebusan daun seledri pada hipertensi. 12, 261–266.

Saputra, O., & Fitria, T. (2016). Khasiat Daun Seledri (Apium Graveolens) Terhadap Tekanan Darah Tinggi
Pada Pasien Hiperkolesterolemia. Majority, 5(2), 120–125. Retrieved from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/viewFile/1087/927

Studi, P., Budaya, K., Universitas, P., Oleo, H., & Tenggara, S. (2019). Penggunaan Obat Tradisional Seledri
dengan Obat Paten terhadap Penyakit Hipertensi pada Masyarakat di Kecamatan Puuwatu 1. 4(2), 9–
16.

Sukahor, A., & Arisandi, R. (2016). Seledri (Apium graveolens L) Sebagai Agen Kemopreventif bagi
Kanker. Majority, 5(2), 95–96.

32

Anda mungkin juga menyukai