Disusun oleh:
Reo Kencana
(11211010000059)
4B
DAFTAR ISI...........................................................................................................1
BAB I.......................................................................................................................2
PENDAHULUAN...................................................................................................2
1.1 Latar Belakang Masalah...............................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................7
2.1 Demam Berdarah Dengue (DBD).............................................................................................7
2.2 Pencegahan Penyakit DBD.......................................................................................................11
2.3 Upaya Pencegahan Penyakit DBD.........................................................................................15
BAB III..................................................................................................................17
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL............................17
3.1 Kerangka Teori..............................................................................................................................17
3.2 Kerangka Konsep.........................................................................................................................17
3.3 Definisi Operasional....................................................................................................................18
3.4 Hipotesis.......................................................................................................................................... 19
BAB IV..................................................................................................................20
METODOLOGI PENELITIAN.........................................................................20
4.1 Desain Penelitian..........................................................................................................................20
4.2 Populasi dan Sampel...................................................................................................................20
4.3 Teknik Sampling...........................................................................................................................21
4.4 Variabel Penelitian......................................................................................................................21
4.5 Instrumen Penelitian..................................................................................................................21
4.6 Tempat dan Waktu Penelitian................................................................................................21
4.7 Analisis Data...................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................23
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
Sementara, jumlah kematiannya mencapai 1.135 kasus dengan 73% terjadi
pada anak usia 0-14 tahun. (Kementrian Kesehatan RI, 2022).
3
Pencegahan Demam Berdarah dapat dilakukan dengan mengubah perilaku
masyarakat untuk mengutamakan kebiasaan hidup bersih agar terhindar dari
berbagai penyakit.
4M Plus merupakan program yang berisi kegiatan berupa menguras
tempat penampungan air, menutup rapat tempat penampungan air, mengubur
dan menyingkirkan barang bekas, memantau keberadaan jentik dan
pengelolaan lingkungan berlanjut seperti meningkatkan kesadaran akan
kebersihan lingkungan dan sebagainya. Semakin tinggi kesadaran masyarakat
untuk melakukan gerakan 4M Plus dan kesadaran mengelola lingkungan,
kasus DBD akan menurun dengan sendirinya (Suantara et al., 2022).
Faktor lingkungan lainnya yang mempengaruhi penyakit DBD selain
faktor penerapan 4M plus yaitu pengelolaan sampah. Tindakan pengelolaan
sampah rumah tangga yang tidak benar dapat menjadi sarang nyamuk. Cara
mengolah sampah dengan dibakar, ditimbun dan dibuang ke sungai adalah
cara yang kurang benar. Kebiasaan masyarakat membakar sampah dengan
menunggu sampah terkumpul banyak dan cukup untuk dibakar.
Upaya yang telah dilakukan untuk menurunkan angka kejadian DBD
diantaranya PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) seperti pemeriksaan jentik
dan upaya pencegahan DBD dengan 4M Plus untuk menurunkan angka
kejadian DBD. Tujuan dari program ini adalah menekan penyebaran virus
dengue dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang cara pencegahan
DBD.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji
mengenai hubungan upaya pencegahan DBD dengan kejadian kasus DBD di
Kota Tangerang Selatan. Oleh karena itu, penting untuk melakukan evaluasi
pelaksanaan di Puskesmas Pamulang untuk mendapatkan gambaran antara
program pencegahan DBD dengan kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas
Ciputat pada tahun 2023.
4
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penyakit demam berdarah
dengue (DBD) merupakan jenis penyakit yang sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Kondisi lingkungan yang memungkinkan perkembangbiakan
vektor nyamuk DBD dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya penularan
penyakit DBD. Maka perlu dilakukan upaya-upaya pencegahan dalam
memutus rantai penyebaran DBD dan seberapa efektif upaya pencegahan yang
dilakukan untuk mencegah terjadinya kasus DBD di wilayah Puskesmas
Pamulang
Oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara upaya pencegahan terhadap kejadian Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Kota Tangerang Selatan.
5
kepada masyarakat terhadap kejadian penyakit dan pencegahan
penyakit DBD di wilayah Puskesmas Pamulang.\
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Demam Berdarah Dengue (DBD)
7
jenis virus dengue mengalami infeksi oleh jenis virus dengue yang
berbeda (Yasa, 2019).
8
betina yang terinfeksi, terutama nyamuk Aedes aegypti. Spesies
lain dalam genus Aedes juga dapat berperan sebagai vektor,
tetapi kontribusinya sekunder terhadap Aedes aegypti.
9
mengalami replikasi dan penyebaran yang berakhir pada
infeksi saluran kelenjar ludah sehingga nyamuk menjadi
tertular selama hidupnya. Sekali nyamuk tertular virus
seumur hidupnya akan menjadi nyamuk yang infektif dan
mampu menyebarkan virus ke inang lain ketika menghisap
darah berikutnya. (Dania, 2016).
Menurut Candra (2010) Nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus tersebar di seluruh pelosok tanah air,
kecuali yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas
permukaan air laut. Keduanya bisa dibedakan dengan
mudah pada stadium dewasa dan larva. Tanda pada bagian
dorsal mesonotum sangat jelas bisa dilihat dengan mata
telanjang, pada Aedes aegypti terdapat garis lengkung putih
dan 2 garis pendek di bagian tengah, sedang pada Aedes
albopictus terdapat garis putih di medial dorsal toraks.
Selain itu Aedes albopictus secara umum berwarna lebih
gelap daripada Aedes aegypti (Candra, 2010).
2.1.3.3 Tempat Potensial Penularan Nyamuk
Pada musim hujan, tempat perkembangbiakan
Aedes Aegepty yang pada musim kemarau tidak terisi air,
mulai terisi air sehingga dapat digunakan sebagai tempat
berkembang biak nyamuk. Telur-telur yang tadinya belum
sempat menetas akan menetas. Oleh karena itu pada musim
hujan, populasi nyamuk Aedes Aegepty terus meningkat
(Shafrin, 2016).
10
3. Nyeri di belakang mata
4. Nyeri otot dan sendi
5. Mual
6. Muntah
7. Kelenjar bengkak
8. Ruam
11
tanah agar tidak membuat lingkungan semakin kotor dan dapat
berpotensi menjadi sarang nyamuk.
12
Sampah diartikan sebagai benda yang tidak dipakai,
tidak diinginkan, dan dibuang yang berasal dari aktivitas
dan bersifat padat. Menurut Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, yang dimaksud sampah adalah sisa kegiatan
sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk
padat. Sampah ini dihasilkan manusia setiap melakukan
aktivitas sehari-hari.
a. Sampah Organik
Sampah organik merupakan sampah yang sifatnya
mudah terurai di alam (mudah busuk) seperti sisa
makanan, daun-daunan, atau ranting pohon
(Kemendikbud, 2023).
b. Sampah Anorganik
Sampah anorganik merupakan sampah yang
sifatnya lebih sulit diurai seperti sampah plastik, kaleng,
dan styrofoam. Dengan adanya tempat sampah khusus
maka dapat mempermudah pemanfaatan sampah
anorganik sebagai kerajinan daur ulang atau daur ulang
di pabrik (Kemendikbud, 2023).
13
derah dengan pengelolaan sampah yang buruk (Muchlisin,
2015).
1. Reduce
Dengan prinsip reduce, maka kita mengurangi
pemakaian dari bahan-bahan yang dapat merusak
lingkungan.
2. Reuse
memakai kembali barang yang dirasa sudah tidak perlu
lagi.
3. Recycle
mendaur ulang sampah anda menjadi suatu barang baru
yang dapat digunakan kembali dan layak fungsi.
2016).
14
a. penggerak masyarakat untuk berperan serta dalam upaya
kesehatan sesuai kewenangannya;
b. penggerak masyarakat agar memanfaatkan UKBM dan
pelayanan kesehatan dasar;
c. pengelola UKBM
d. penyuluh kesehatan kepada masyarakat;
e. pencatat kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan
f. pelapor jika ada kasus kesehatan setempat pada petugas.
15
Kader jumantik adalah kelompok kerja kegiatan
pemberantasan penyakit DBD di tingkat Desa dalam wadah
Lembaga Kesehatan Masyarakat Desa. Jumantik adalah
petugas khusus yang berasal dari lingkungan sekitar yang
secara sukarela mau bertanggung jawab untuk melakukan
pemantauan jentik nyamuk DBD di wilayahnya serta
melakukan pelaporan secara rutin. (Pratamawati, 2012).
2. Musim
Tren penyakit DBD berlangsung selama musim penhujan.
Hal ini disebabkan karena peningkatan vector dalam menggigit
yang didukung oleh lingkungan (Hermayudi, 2017).
3. Suhu udara
Nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu rendah, tetapi
metabolismenya menurun bila suhunya dibawah normal. Pada
suhu yang lebih tinggi, nyamuk juga akan mengalami
perubahan, dalam arti lebih lambatnya proses-proses fisiologi
16
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Teori
17
3.3 Definisi Operasional
Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur
Variabel Dependent
Kejadian Masyarakat Kota 1. Kasus, warga Data 1= Kasus Nominal
Penyakit Tangerang Selatan yang tercatat sekunder 2= Kontrol
DBD yang sudah sebagai penderita dari
menderita penyakit DBD di wilayah puskesma 1= Kasus,
DBD. Kota Tangerang s (Kasus) warga
Selatan. dan ceklist yang
(Kontrol) tercatat
2. Kontrol, warga sebagai
yang tidak penderita
menderita DBD DBD di
yang menjadi wilayah
keluarga/tetangga Kota
dari penderita Tangerang
DBD. Selatan
2=
Kontrol,
warga
yang tidak
tercatat
sebagai
penderita
DBD di
wilayah
Kota
Tangerang
Selatan.
Variabel Independen
Penerapan Kebiasaan Tindakan responden Kuesioner 1= Tidak Nominal
4M Plus memberantas sarang memberantas sarang dan 2= Ya
nyamuk dengan nyamuk dengan kegiatan observasi
kegiatan 4M Plus 4M Plus dilakukan 1 =
1. Menguras minimal sekali dalam Kurang
2. Menutup seminggu baik jika
3. Mengubur (Kemenkes RI, 2012) total skor ≤
4. Memantau 50%
5. Menggunakan
bubuk abate 2 = Baik
jika total
18
>50%
Pengelolaa Pengelolaan sampah 1. Pengelolaan 1= Tidak Nominal
n Sampah meliputi sampah 2= Ya
pengumpulan, dikatakan kurang
pengangkutan, baik jika tidak 1 =
sampai dengan melakukan Kurang
pemusnahan atau pemeriksaan baik jika
pengelolaan sampah jentik minimal total skor ≤
sedemikian rupa sekali dalam 1 50%
sehingga sampah bulan.
tidak mengganggu 2 = Baik
kesehatan 2. Pengelolaan jika total
masyarakat dan sampah >50%
lingkungan hidup dikatakan baik
jika melakukan
pemilahan
sampah sampai
pengolahan
sampah
(Kemenkes RI,
2012)
Peran Peran jumantik 1. Peran kader Kuesioner 1= Tidak Nominal
Kader sebagai kelompok jumantik tidak 2= Ya
Jumantik kerja kegiatan aktif jika tidak
pemberantasan melakukan 1 = Tidak
penyakit DBD di pemeriksaan aktif jika <
tingkat Desa dalam jentik minimal 1 kali
wadah Lembaga sekali dalam 1 dalam 1
Ketahanan bulan. bulan
Masyarakat Desa
2. Peran kader 2 = Aktif
jumantik aktif jika ≥ 1
jika melakukan kali dalam
pemeriksaan 1 bulan.
jentik minimal
sekali dalam 1 (Kemenkes
bulan RI, 2012)
(Kemenkes RI,
2012).
3.4 Hipotesis
1. Ha = Ada hubungan antara penerapan 4M Plus terhadap kejadian
penyakit DBD di Kota Tangerang Selatan
2. Ha = Ada hubungan antara pengelolaan sampah terhadap kejadian
penyakit DBD di Kota Tangerang Selatan
19
3. Ha = Ada hubungan anttara peran kader kesehatan terhadap kejadian
penyakit DBD di Kota Tangerang Selatan
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survey yang dilakukan dengan
menyebar kuesioner dan wawanccara kepada responden secara langsung dengan
pendekatan case control. Penelitian case control merupakan penelitian yang
membandingkan antara kelompok kasus dan kelompok kontrol untuk mengetahui
proporsi kejadian berdasarkan ada tidaknya paparan. Adapun penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui hubungan upaya pencegahan penyakit DBD dengan
kejadian penyakit DBD di wilayah kerja Puskesmas Ciputat. Variabel yang diukur
pada penelitian ini adalah kebiasaan perilaku 4M Plus, Peran Kader Jumantik, dan
pengelolaan sampah.
4.2.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi yang diambil dari
35 responden untuk kasus dan 35 responden kelompok kontrol adalah
keluarga yang anggota keluarganya tidak atau belum pernah ada yang
menderita DBD dengan perbandingan 1:1 sehingga jumlah sampel yang
memungkinkan pada penelitian ini adalah 64 sampel. Ada beberapa
20
kriteria sampel sebagai berikut:
a. Kasus
1. Warga yang telah terdiagnosa penyakit DBD dan terdafrtar di
Puskesmas Ciputat
2. Dapat berkomunikasi dengan baik
b. Kontrol
1. Orang yang tidak menderita DBD
2. Dapat berkomunikasi dengan baik
21
4.6 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pamulang
Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober
hingga akhir November tahun 2023.
22
\
DAFTAR PUSTAKA
Agnesia et al. (2020). Demam Berdarah Dengue (DBD): Determinan dan
Pencegahan.
Akbar, H. and Maulana Syaputra, E. (2019) ‘Faktor Risiko Kejadian Demam
Berdarah Dengue (DBD) di Kabupaten Indramayu’, Media Publikasi
Promosi Kesehatan Indonesia (MPPKI), 2(3), pp. 159–164. doi:
10.56338/mppki.v2i3.626
Candra, A. (2010). Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan
Faktor Risiko Penularan. Aspirator. Vol.2 No.2 pp. 110-119.
Dania, A,I. (2016). GAMBARAN PENYAKIT DAN VEKTOR DEMAM
BERDARAH DENGUE (DBD). Jurnal Warta. Vol. 48.
Fannya, P. (2020). MODUL EPIDEMIOLOGI. Universitas Esa Unggul. Available
at: file:///C:/Users/acer/Downloads/MODUL%20Perkuliahan%20Sesi
%202.pdf
Forum Depok Sehat. (2019). Pelatihan kader "Sehat Bersama Masyarakat" RW.
02 Kelurahan Tugu. Forum Kota Depok Sehat. Available at:
http://kotasehat.depok.go.id/index.php/berita/2554#:~:text=Kader
%20kesehatan%20masyarakat%20adalah%20laki,tempat%2Dtempat
%20pemberian%20pelayanan%20kesehatan.
Hermayudi, Arianni, A.P. (2017). PENYAKIT DAERAH TROPIS. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Kementrian Kesehatan RI (2022) ‘Kasus DBD Meningkat, Kemenkes Galakkan
Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J) – Sehat Negeriku’, Sehat Negeriku
Kemenkes RI, pp. 2–3. Available at:
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20220615/0240172/kasus-
dbd-meningkat-kemenkes-galakkan-gerakan-1-rumah-1-jumantik-g1r1j/.
Kementrian Kesehatan RI (2019) ‘Upaya Pencegahan DBD dengan 3M Plus’.
23
Kemenkes RI. Available at: https://promkes.kemkes.go.id/upaya-
pencegahan-dbd-dengan-3m-plus.
Kementrian Kesehatan RI (2016) ‘Kelola Sampah dengan Konsep 3R’. Kemenkes
RI. Available at: https://pusatkrisis.kemkes.go.id/kelola-sampah-dengan-
konsep-3r.
Mulyati. (2010). DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN
DAN MANUSIA.
Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Pratamawati, D.A. (2012). Peran Juru Pemantau Jentik dalam Sistem
Kewaspadaan Dini Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Nasional. Vol. 6, No.6.
Shafrin, K.A. N.E. Wahyuningsih., dan Suhartono. (2016). Hubungan
Keberadaan Breeding Places dan Praktik Buang Sampah Dengan
Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kota Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. Vol.4, No.4.
Suantara, M. J., Rusminingsih, N. K. and Yulianti, A. E. (2022) ‘Hubungan
Pengetahuan Sikap Dan Perilaku Masyarakat Dalam Melaksanakan 4M
Plus Dengan Kejadian Dbd Di Desa Ubung Kaja Kecamatan Denpasar
Utara Tahun 2021’, Jurnal Kesehatan Lingkungan, 12(1), pp. 35–44.
Available at:
http://ejournal.poltekkes-denpasar.ac.id/index.php/JKL/article/view/1988.
Sukohar, A. (2014). Demam Berdarah Dengue (DBD). Medula. Vol. 2. No.2
Umardiono, A., Andriati, A. and Haryono, N. (2019) ‘Peningkatan Pelayanan
Kesehatan Puskesmas Untuk Penanggulangan Penyakit Tropis Demam
Berdarah Dengue’, JAKPP (Jurnal Analisis Kebijakan & Pelayanan
Publik), pp. 60–67. doi: 10.31947/jakpp.v4i1.5905.
World Health Organization (2017) ‘WHO | Dengue’, World Health Organization.
Available at: http://www.who.int/denguecontrol/disease/en/.
World Health Organization (2020). Dengue and Severe Dengue. World Health
Organization. Available at:
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dengue-and-severe-
24
dengue
Yasa. (2019). Berbagai Etiologi Penyakit Infeksi pada Traveller’s Diseases.
Available at:
https://bookregistry.asia/book/index.php/abr/article/download/4/4
25