Anda di halaman 1dari 49

RENDAHNYA PENCAPAIAN ANGKA BEBAS JENTIK

DIWILAYAH PUSKESMAS KTK PADA TAHUN 2019

LAPORAN HASIL AKHIR


KEPANITERAAN SENIOR STASE PUBLICH HEALTH I

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mengikuti Ujian Akhir

Kepaniteraan Senior Stase Public Health I

AL ULFAH PRATIWI 141007010048

DEAH RISBA 1510070100078

PRESEPTOR

dr. Ermalindawati

KEPANITRAAN KLINIK SMF ILMU PUBLIC HEALT RSUD M NATSIR


PUSKESMAS KTK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
BAITURRAHMAH

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan case ini dengan judul
“kurangnya pengeahuan masyarakat Terhadap pencegahan dan pemberatasan

angka bebas jentik di Wilayah Puskesmas KTK”.

Case ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat mempesrlancar pembuatan case ini. Untuk itu
penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan case ini.

Harapan penyusun semoga case ini dapat menambah wawasan dan


pengalaman bagi para pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi case ini agar menjadi lebih baik lagi.

Penyusun menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan case ini.

Solok, Februari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

1.1 Latar Belakang.......................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................4

1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................6

2.1 Angka bebas jentik................................................................................6

2.2 Fakor yang berhubungan dengan ABJ...............................................6

2.3 Juru pemantau jentik.............................................................................13

2.4 Demam dengue....................................................................................14

BAB III HASIL KEGIATAN...........................................................................18

BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................40

BAB V PENUTUP.............................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................45

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia yang cenderung semakin luas distribusinya sejalan dengan
meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti Realitasnya menunjukkan bahwa penyakit
DBD sudah menjadi salah satu masalah rutin dalam pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular di Indonesia. (Depkes RI, Ditjen P2M & PLP, 2007). Kecenderungan kasus DBD ini
makin meningkat dan penyebarannya makin meluas serta sering menimbulkan wabah.

Dampak dari adanya penyakit DBD tidak terbatas pada masalah kesehatan, tetapi dapat
pula mempengaruhi kondisi sosial dan ekonomi masyarakat maupun program pemerintah.

Dampak pada masyarakat termasuk ketidakstabilan kehidupan keluarga karena risiko infeksi,
kematian, rendahnya harapan hidup dan kerugian biaya. Dampak ekonomi yang langsung
dirasakan penduduk adalah biaya pengobatan medis dan non medis. Pengeluaran akibat
penyakit ini (baik biaya langsung maupun tidak langsung yang dikeluarkan untuk mendukung
pengobatan, perawatan penderita, biaya transportasi, pemberantasan, penyuluhan) sebenarnya
bisa dihindari apabila masyarakat mau melakukan sesuatu yang dapat menghindari penyakit
DBD. Depkes RI menjelaskan dalam bukunya Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah Dengue (PSN DBD) oleh jumantik bahwa upaya pemberantasan DBD belum berhasil
di Indonesia, sehingga penyakit ini sering terjadi dan menimbulkan KLB di berbagai daerah.

Pada saat ini pemberdayaan masyarakat menjadi sangat pentingdalam penyelenggaraan


upaya kesehatan (Depkes RI, 2009). Begitu juga dengan masalah DBD, dimana pemberdayaan
masyarakat melalui Juru Pemantau Jentik (Jumantik) merupakan subjek atau penyelenggara
yang sangat penting dalam pengendalian vektor DBD (Tairas,dkk, 2015). Jumantik merupakan
warga masyarakat setempat yang dilatih sebagai bentuk gerakan atau partipasi aktif dalam
menanggulangi penyakit DBD(Kemenkes, 2012). Adanya jumantikdapat meningkatkan
motivasi

3
masyarakat untuk berpartisipasiuntuk melakukan pengendalian vektorDBD(Salawati dan
Wardani, 2008; Taviv, 2010; Pratamawati, 2012).

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang didapat ialah
bagaimana melaksanakan pencegahan DBD melalui bebas jentik di puskesmas KTK ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Dengan terselenggaranya Pencegahan dan pemberantasan DBD melalui bebas jentik sekitar
lingkungan di Puskesmas diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
melalui upaya preventif, promotif, dan kuratif yang dilakukan secara terpadu dan
berkesinambungan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya deskripsi wilayah kerja Puskesmas KTK tahun 2019.

2. Diketahuinya distribusi ABJdi wilayah kerja Puskesmas KTK tahun 2019.


3. Diketahuinya distribusi lingkungan pada wilayah yang bebas jentik dan wilayah yang
tidak bebas jentik.
4. Diketahuinya distribusi Pemantauan Jentik Berkala (PJB), pemberian penyuluhan, dan

Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) oleh jumantik di wilayah kerja Puskesmas KTK
tahun 2019

1.3.3 Manfaat teoritis


Untuk mengetahui prilaku masyarakat terhadap Kesehatan Lingkungan
1.3.4 Manfaat aplikatif
1. Bagi Puskesmas KTK
Dapat mengetahui upaya pencegahan DBD oleh jumantik, sehingga dapat
digunakan sebagai bahan perencanaan terhadap upaya penanggulangan DBD yang
lebih baik.

2. Bagi masyarakat wilayah KTK

Dapat meningkatkan kesehatan pada masyarakat yang melakukan bebas jentik


disekitar lingkungan rumah.
3. Bagi peneliti
Dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai pencegahan dan
pemberantasan DBD
1.3.5 Manfaat Metodologi
Dapat dijadikan sebagai acuan pengembangan penelitian dan evaluasi terutama

mengenai hubungan kejadian DBD terhadap bebas jentik.

1.2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Angka Bebas Jentik (ABJ)

Kepadatan populasi nyamuk Aedes aegyptidi suatu tempat dapat diketahui dengan cara
survei jentikyang diukur menggunakan indeks ABJ.ABJ suatu wilayah bisa diketahui
denganperhitungan sebagai berikut (Kemenkes, 2011):

2.2 Faktor yang Berhubungan dengan Angka Bebas Jentik (ABJ)

Pada penelitian ini, faktor yang berhubungan dengan ABJmengadopsi teori HL Blum
yang dikutip Notoatmodjo (2007), dimana derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan hereditas. Faktor yang berhubungan dengan
ABJdijelaskan sebagai berikut:

A. Faktor Lingkungan

Karakteristik wilayah yang berhubungan dengan kehidupan Aedes aegyptisebagai


berikut:

1. Suhu Udara

Suhu udara merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan
Aedes aegypti. Rata-rata suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25-30°C.Nyamuk
dapat bertahan hidup pada suhu rendah (10°C), tetapi metabolismenya menurun atau bahkan
terhenti bila suhunya turun sampai dibawah suhu kritis 4,5°C. Pada suhu yang lebih tinggi dari
35°C juga mengalami perubahan dalam arti lebih lambatnya proses-proses fisiologis(Rasmanto,
dkk, 2016).

2. Kelembaban Udara

Kelembaban akan berpengaruh terhadap umur nyamuk. Pada kelembaban kurang dari
60% umur nyamuk akan menjadi pendek dan tidak bisa menjadi vektor karena tidak cukup

waktu untuk perpindahan virus darilambung ke kelenjar ludah. Kelembaban optimum bagi
kehidupan nyamuk adalah 70% sampai 90%(Sugandhi, 2007 dalam Arianti dan Athena, 2014)

3. Curah Hujan

Populasi nyamuk Ae. Aegypti biasanya meningkat pada waktu musim hujan, karena
sarang-sarang nyamuk akan terisi oleh air hujan. Peningkatan populasi nyamuk ini akan berarti
meningkatnya kemungkinan bahaya penyakit demam berdarah dengue di daerah
endemisNegara di daerah tropis mempunyai curah hujan yang cukup banyak, minimal sehari
dalam satu bulan
dengan volume curah hujan 30 ml. Ada daerah yang sepanjang tahun mendapat hujan seperti
daerah-daerah tropis di Indonesia, sehingga sangat menguntungkan untuk nyamuk berkembang
biak (Sutaryo, 2004). Outbreak (KLB) dengue biasanya terjadi di daerah endemik dan berkaitan
dengan datangnya musim penghujan. Hal tersebut sejalan dengan peningkatan aktivitas vektor
dengue yang justru terjadi pada musim penghujan (Djunaedi, 2006). Indonesia pengaruh
musim terhadap DBD tidak begitu jelas, tetapi dalam garis besar dapat dikemukakan bahwa
jumlah penderita meningkat antara bulan September sampai Februari yang mencapai
puncaknya pada bulan Januari (Soedarmo, 2000).

4. Keberadaan sampah

Padat Keberadaan sampah padat disekitar rumah merupakan salah satu faktor yang
dapat memicu peningkatan jumlah vektor DBD. Sampah padat seperti kaleng, botol bekas,
sampah tanaman seperti tempurung kelapa, kulit ari coklat, ban motor/mobil bekas yang
tersebar disekitarrumah berpotensi untuk menampung air sehingga dapat sebagaitempat
perkembangbiakan nyamuk (Kemenkes RI, 2011).

5. Keberadaan container

Kontainer merupakan tempat-tempat penampungan air di dalam dan disekitar rumah


yang menjadi tempat perindukan utama nyamuk. Nyamuk Aedes aegyptiberkembangbiak
(perindukan) di tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari dan barang-barang lain
memungkinkan air tergenang yang tidak beralaskan tanah, misalnya:

A. Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari, misalnya: bak mandi


atau WC, tempayan, drum, dan lain-lain
B. Bukan tempat penampungan air (non TPA) yaitu tempat atau barang-barang
yang memungkinkan air tergenang, seperti: tempat minum burung, vas bunga
atau pot tanaman air, kontainer bekas seperti: kaleng bekas dan ban bekas, botol,
tempurung kelapa, plastik, dan lain-lain.
C. Tempat penampungan alami, seperti: lubang potongan bambu, lubang pohon,
lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang, pangkal pohon kulit
pisang (Kemenkes RI, 2011).

B. Faktor Perilaku

1. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007)pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, raba,
dan rasa. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata, telinga, pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(overt behavior). Pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi dan domain
penting seseorang untukmelakukan tindakan (Green, 2005; Notoatmodjo, 2007).

2. Sikap

Menurut Robbins (2015),sikap adalah pernyataan-pernyataan evaluatif baik itu


menyenangkan maupun tidak menyenangkan mengenai objek, orang atau peristiwa. Menurut
Newcomb dalam Notoatmodjo (2007),sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk
bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku.
Sikap masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku
(Notoatmodjo, 2007).

Komponen pokok sikap yang dijelaskan Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007)
diantaranya :

a.Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek

b.Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

c.Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave)Tingkatan sikap terdiri dari:

• Menerima (receiving), dimana orang (subjek) mau dan


memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
• Merespon (Responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan,
dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
• Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau

mendiskusikan suatu masalah.d.Bertanggung jawab (responsible) atas segala


sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko (Notoatmodjo, 2007).

3. Motivasi

Menurut Gibson (1994),motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi


perilaku individu. Menurut Maslow dalam Sunaryo (2004), motivasi merupakan hirerarki
kebutuhan yang terdiri dari lima tingkatan yaitu kebutuhan mempertahankan hidup
(physiological needs), kebutuhan rasa aman (safety needs), kebutuhan sosial (social needs),
kebutuhan akan penghargaan/prestasi (esteem needs), dan kebutuhan untuk

mempertinggikapasitas kerja (self actualisation needs).

Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai terarah untuk


mencapai tujuan kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong seseorang
untuk berusaha mencapai potensi kerja secara maksimal. David C. Mc Cleland (1997)
seperti dikutip Mangkunegara (2011), berpendapat bahwa “Ada hubungan yang positif
antara motif berprestasi dengan pencapaian kerja”. Motif berprestasi adalah suatu dorongan
dalam diri seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik baiknya agar
mampu mencapai prestasi kerja (kinerja) dengan predikat terpuji.

C. Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan dalam hal ini dilihat upaya pencegahan DBD yang dilakukan oleh
jumantik.Jumantik berperan penting dalam upaya pencegahan DBD. Peran jumantik dalam
pencegahan DBD adalah sebagai anggota PJB di rumah-rumah dan tempat umum, memberikan
penyuluhan kepada keluarga dan masyarakat, melakukan PSN bersama warga (Kemenkes,
2012). Tugasjumatik dalam upaya pencegahan DBD dijelaskan sebagai berikut:

1. Pemantauan Jentik Berkala (PJB)

PJB adalah pemantauantempat-tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti yang


dilakukan secara teratur oleh petugas kesehatan atau kader atau jumantikdi rumah warga

dan tempat-tempat umum. PJB dilakukan minimal 1 minggu sekali untuk melihat keberhasilan
PSN DBD baik itu di rumah warga maupun tempat-tempat umum (Kemenkes, 2011). PJBperlu
dilakukan secara rutin sebagai upaya pemberantasan jentik. PJB yang dilakukan seminggu
sekali dapat mempengaruhi ABJ (Chadijah, dkk, 2011; Luthfiana, dkk, 2012).Kunjungan yang
berulang-ulanguntuk pemantauanjentik disertai dengan penyuluhan masyarakat tentang
penyakit DBD diharapkan masyarakat dapat melaksanakan PSN DBD secara teratur dan terus-
menerus(Kemenkes, 2011). Tata cara pelaksanaan PJB yaitu:

a. Periksalah bak mandi/WC, tempayan, drum dan tempat-tempat penampungan air

lainnya.
b. Jika tidak terlihat adanya jentik tunggu sampai kira-kira satu menit, jika ada jentik

pasti akan muncul ke permukaan air untuk bernafas.

c. Gunakan senter apabila wadah air tersebut terlalu dalam dan gelap. (Periksa juga

tempat-tempat berpotensi menjadid.

d. Tempat perkembangbiakan nyamuk misalnya vas bunga, tempat minum burung,

kaleng-kaleng bekas, botol plastik, ban bekas, tatakan pot bunga, tatakan dispenser dan
lain-lain.

10

e. Tempat lain di sekitar rumah yaitu talang/saluran air yang terbuka/tidak


lancar, lubang-lubang pada potongan bambu atau pohon lainnya (Kemenkes RI,

2016).
2. Penyuluhan

Penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang


melalui teknik praktik belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi
perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk
meningkatkan kesadaran akan nilaikesehatan sehingga dengan sadar mau mengubah
perilakunya menjadi perilaku sehat (Muninjaya, 2004).

Penyuluhan tentang penyakit DBD dan cara pencegahannya dilakukan oleh

kader. Tujuan kegiatan penyuluhan adalah memahami tugasnya sebagai kader dalam
mencegah penyakit DBD dan dapat melakukan penyuluhan secara perorangan maupun
penyuluhan kepada kelompok masyarakat.

Langkah–langkah penyuluhan melalui kunjungan rumah dilakukan dengan cara:

➢ Membuat rencana kapan masing-masing rumah/keluarga akan dikunjungi


misalnya untuk jangka waktu 1 bulan.
 Pilihlah waktu yang tepat untuk berkunjung (pada saat keluarga sedang
santai).
➢ Mulailah membicarakan dengan menanyakan sesuatu yang sifatnya
menunjukkan perhatian kepada keluarga itu, misalnya menanyakan keadaan
anak atau anggota keluarga lain.
➢ Selanjutnya menceritakan keadaan atau peristiwa yang ada kaitannya
dengan penyakit DBD misalnya adanya anak tetangga yang sakit DBD
atau di Desa/kelurahan/RWtentang usaha pemberantasan DBD atau berita
di surat kabar /majalah /televisi /radio tentang penyakit DBD dan lain-lain.
➢ Membicarakan tentang penyakit DBD cara penularannya dan lain-lain, serta
memberi penjelasan tentang hal-hal yang ditanyakan tuan rumah dan lain lain.
Gunakan gambar-gambar atau alat peraga untuk lebih memperjelasnya.

11

➢ Mengajak untuk bersama-sama memeriksa tempat penampungan air dan


barang- barang yang dapat menjadi tempat berkembang biak nyamuk Ae.
Aegypti baik didalam maupun diluar rumah :

1) Jika ditemukan jentik maka kepada tuan rumah diberi penjelasan tentang cara yang

tepat/sesuai untuk memberantasnya (3M termasuk abatisasi)

2) Jika tidak ditemukan jentik maka kepada tuan rumah disampaikan pujian
dan memberikan saran untuk terus menjaga agarselalu bebas jentik dan tetap menjaga
kebersihan rumah dan lingkungannya (Kemenkes, 2016).

3. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) DBD

Salah satu tugas jumantik dalam upaya pencegahan DBD adalah menggerakkan
masyarakat dalam PSN DBD secara terus menerus dan berkesinambungan.PSN DBD
merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular DBD
(Aedes aegypti) di tempat perkembangbiakannya untuk mengendalikan populasi nyamuk
Aedes aegypti, sehingga penularan DBD bisa dicegah atau dikurangi (Kemenkes RI, 2005).
Kegiatan PSN bisa dilakukan dengan cara 3M plus yaitu:

a. Menguras tempat-tempat penampungan air secara rutin, seperti bak mandi dan

kolam. Sebab bisa mengurangi perkembangbiakan dari nyamuk itu sendiri atau
memasukan beberapa ikan kecil kedalam kolam atau bak mandi, lalu taburkan serbuk
abate.

b. Menutup tempat-tempat penampungan air, jika setelah melakukan aktivitas yang

berhubungan dengan tempat air sebaiknya ditutup agar nyamuk tidak bisa
mengembang biakkan telurnya kedalam tempat penampungan air. Nyamuk demam
berdarah sangat menyukai air yang bening.

c. Memanfaatkan barang-barang yang bisa memungkinkan genangan air menjadi


barang yang bernilai guna.
d. Menaburkan bubuk abate (larvasidasi) pada tempat-tempat menampung air,
memelihara ikan dan mencegah gigitan nyamuk.

12

e. Menggunakan alat pelindung diri (APD): kelambu, memakai pakaian lengan


panjang, celana panjang, menggunakan anti nyamuk bakar atau semprot, lotion anti
nyamuk, menjaga kebersihan dan kerapian.

f. Pencahayaan dan ventilasi yang baik serta memadai

g. Pengasapan atau fogging yang bermanfaat membunuh nyamuk Aedes dewasa


untuk mencegah penyebaran demam berdarah walaupun tidak sepenuhnya dapat
mengatasi, karena telurnya masih mampu berkembangbiak(Kemenkes RI, 2012).

2.3 Juru Pemantau Jentik (Jumantik)

Juru Pemantau Jentik yang disingkat Jumantik merupakan warga masyarakat


setempat yang dilatih untuk memeriksa keberadaan jentik di tempat-tempat penampungan
air. Jumantik merupakan salah satu bentuk gerakan atau partisipasi aktif dari masyarakat

dalam mencegah kejadian penyakit DBD yang sampai saat ini masih belum dapat diberantas
tuntas (Kemenkes RI, 2012). Jumantik mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

a. Membuat rencana atau jadwal kunjungan seluruh rumah yang ada di wilayah
kerjanya.

b. Memberikan penyuluhan (perorangan atau kelompok) dan melaksanakan


pemberantasan jentik di rumah-rumah atau bangunan.

c. Berperan sebagai penggerak dan pengawas masyarakat dalam PSN DBD.

d.Membuat catatan atau rekapitulasi hasil pemantauanjentik.

e.Melaporkan hasil pemantauanjentik ke puskesmas sebulan

sekali.

f.Bersama supervisor, melakukan pemantauan wilayah setempat (PWS) dan pemetaan


per RW hasil pemantauanjentik sebulan sekali(Kemenkes, RI, 2012).

Kader jumantik direkrut dari masyarakat yang berfungsi sebagai penggerak dalam
PSNDBD. Beberapa kriteria jumantik yang direkrut adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan minimal SMA atau sederajat
13

b. Berasal dari desa/kelurahan yang bersangkutan

c. Belum atau tidak mempunyai pekerjaan tetap

d. Mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab

e. Mampu menjadi motivator bagi masyarakat di tempat tinggalnya

f. Mampu bekerja sama dengan petugas puskesmas dan masyarakat (Kemenkes


RI, 2012).

2.4 Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia yang cenderung semakin luas distribusinya sejalan dengan
meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti Realitasnya menunjukkan bahwa penyakit
DBD sudah menjadi salah satu masalah rutin dalam pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular di Indonesia. (Depkes RI, Ditjen P2M & PLP, 2007). Kecenderungan kasus DBD ini
makin meningkat dan penyebarannya makin meluas serta sering menimbulkan wabah.

Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue yang sampai saat ini dikenal dengan empat
serotype (Dengue-1, Dengue-2, Dengue-3, dan Dengue-4), termasuk dalam grup B antropoda
Borne Virus (Arbovirus). Keempat serotype virus ini telah ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia. Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Dengue-3 sangat berkaitan
dengan kasus DBD berat dan merupakan serotype virus yang paling luas distribusinya disusul
oleh Dengue-2, Dengue-1 dan Dengue-4. (Depkes RI Ditjen PP & PL, 2005)

Diagnosis

Diagnosis klinis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO terdiri dari
kriteria klinis dan laboratoris. Penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi
diagnosis yang berlebihan (over diagnosis).

14
Kriteria Klinis :
a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari.

b. Terdapat manifestasi pendarahan, sekurang-kurangnya uji Tourniquet (Rumple Leede) positif.

c. Pembesaran hati (hepatomegali)


d. Syok Kriteria

laboratoris :
1. Trombositopenia (jumlah trombosit ≤ 100.000/μl)
2. Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit ≥ 20%

Ekologi dan Bionomik Nyamuk

a) Telur

Telur berwarna hitam dengan ukuran ± 0,80 mm, berbentuk oval yang mengapung satu persatu
pada permukaan air yang jernih, atau menempel pada dinding tempat penampungan air. Masa
perkembangan embrio selama 48 jam pada lingkungan yang hangat dan lembab. Setelah
perkembangan embrio sempurna, di dalam telur embrio dapat bertahan pada keadaan kering
dalam waktu yang lama (lebih dari satu tahun) pada suhu -2°C sampai 42oC . Telur menetas
bila berada pada wadah yang tergenang air, namun tidak semua telur menetas dalam waktu
yang bersamaan. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100
butir. (Depkes RI, 2005)

b) Jentik dan Pupa

Jangka waktu perkembangan jentik tergantung pada suhu, ketersediaan makanan, dan kepadatan

jentik dalam kontainer. Dalam kondisi optimal, waktu yang dibutuhkan dari telur menetas
hingga menjadi nyamuk dewasa adalah tujuh hari, termasuk dua hari masa pupa. Sedangkan
pada suhu
rendah dibutuhkan waktu beberapa minggu. Kepompong (pupa) berbentuk seperti `koma`.
Bentuknya lebih besar namun lebih ramping dibanding larva (jentik) nya. Pupa nyamuk ini
berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata - rata pupa nyamuk lain.

15
c) Nyamuk Dewasa

Sesaat setelah menjadi dewasa, nyamuk akan segera kawin dan nyamuk betina yang telah
dibuahi akan mencari makan dalam waktu 24–36 jam kemudian. Darah merupakan sumber
protein terpenting untuk pematangan telur. Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil jika
dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik -
bintik putih pada bagian badan dan kaki. Nyamuk Aedes aegypti jantan menghisap cairan
tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan hidupnya sedangkan yang betina menghisap darah.
Nyamuk betina ini menyukai darah manusia daripada binatang (bersifat antropofilik).

d) Kebiasaan Menghisap Darah

Sebagai spesies yang aktif siang hari nyamuk betina mempunyai dua waktu aktifitas menggigit,
yaitu beberapa jam di pagi hari dan beberapa jam sebelum gelap, 2 puncak aktivitas antara
pukul
09.00 – 10.00 dan 16.00-17.00. Puncak aktifitas menggigit tergantung pada lokasi dan musim.
Bila saat menghisap darah seseorang nyamuk merasa terganggu, Aedes aegypti dapat
menghisap darah lebih dari satu orang.

e) Kebiasaan Hinggap

Aedes aegypti lebih menyukai beristirahat di tempat yang gelap, tempat tersembunyi di dalam
rumah atau bangunan, termasuk tempat tidur, kloset, kamar mandi dan dapur. Walaupun
jarang, juga ditemukan di luar rumah di tanaman atau tempat berlindung lainnya. Tempat
beristirahat di dalam rumah adalah di bawah perabotan, benda - benda yang digantung seperti
baju, tirai, dinding.

f) Masa Hidup

Nyamuk Aedes Aegypti mengalami metamorphosis sempurna yaitu telur – jentik –


kepompong (Pupa). Telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu ± 2 hari setelah
telur terendam air. Stadium jentik biasanya berlangsung 6-8 hari, stadium kepompong
berlangsung 2-4 hari. Pertumbuhan dari telur menjadi nyamuk dewasa selama 9–10
hari.

16

Umur nyamuk betina dapat mencapai 2–3 bulan. Selama musim hujan, jangka waktu
hidup lebih lama, resiko penularan virus lebih besar.
17

BAB III

HASIL

KEGIATAN

3.1 Profil Puskesmas KTK


3.1.1 Keadaan Geografi dan Demografi
Puskesmas KTK merupakan salah satu puskesmas yang ada di Kota Solok

kecamatan Lubuk Sikarah tepatnya di kelurahan KTK kota Solok, yang luas daerahnya
6,40 km2 yang terdiri dari 4 kelurahan yaitu:

1. Kelurahan KTK yang luasnya : 1,35 km2


2. Kelurahan IX korong luasnya : 1,50 km2
3. Kelurahan Aro IV korong luasnya : 1,25 km2
4. Kelurahan Simpang Rumbio : 2,30 km2

Puskesmas KTK berpenduduk 16.238 jiwa dengan 4.663 KK dengan jumlah penduduk
perkelurahan sebagai berikut:

Jumlah penduduk

No Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah

1 IX Korong 1006 989 1.995

2 KTK 1.361 1.350 2.711

3 Aro IX Korong 1.627 1.630 3.257

4 Simpang Rumbio 4.140 4.135 8.275

Jumlah 8.134 8.104 16.238

Tabel 3.1 Data Kependudukan

Semua kelurahan dapat ditempuh dengan kendraan roda empat, jarak puskesmas dengan
Ibu Kota Solok 2 km.

18

Dengan batas wilayah kerja :


- Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan kubung
- Sebelah Utara berbatasan dengan koto panjang
- Sebelah Timur berbatasan dengan kecamatan kubung
- Sebelah selatan berbatsan dengan kecamatan kubung.
Gambar 3.1 Peta Wilayah Kerja Puskemas KTK

3.1.2 Jenis Pelayanan Puskesmas KTK Tahun 2018


Upaya kesehatan Masyarakat di Puskesmas KTK telah mengacu kepada
Permenkes No 75 tahun 2014 yaitumeliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan
upaya kesehatan masyarakat pengembangan

a. Pelayanan Rawat Jalan


1. Loket pendaftaran.
2. Poli Lansia
3. Poli Umum.
4. Poli Ibu
5. Poli Anak

19

6. Poli KB
7. Poli Gigi
8. Konsultasi Gizi.
9. Klinik VCT / IMS
10. Pelayanan Imunisasi.
11. Klinik Sanitasi
12. Ruang Refraksi
13. Ruang Tindakan
b. Pelayanan Penunjang

1. Laboratorium.
2. Apotik
c. Pelayanan UKM
1. Esensial
a. Promkes / UKS
b. KIA / KB
c. Gizi
d. Kesling
e. P2P
f. Perkesmas
2. Pengembangan
a. Lansia
b. Jiwa
c. Indra
d. PKPR
e. UKK
f. UKGS/UKGM
Puskesmas KTK merupakan Puskesmas Santun Lansia di mana semua pelayanan rawat
jalan untuk Lansia dilaksanakan dalam satu gedung, terpisah dengan rawat jalan lainnya
kecuali untuk pelayanan loket. Sedangkan program inovatif di Puskesmas KTK adalah “Posbindu
Yang Terintegrasi Dengan UKS” yang dilaksanakan di MAN Model Kota Solok.

20

3.1.3 Visi dan Misi


1. Visi:
Menjadi pusat layanan yang profesional dan bermutu dibidang kesehatan dasar dan
memandirikan masyarakat untuk hidup sehat di wilayah kerja puskesmas KTK .

2. Misi:
1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses layanan kesehatan dasar melalui
perbaikan yang berkesinambungan
2. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik perorangan , keluarga
maupun masyarakat serta lingkungan di wilayah kerjanya

3. Mendorong kemandirian keluarga dan masyarakat untuk hidup sehat melalui


upaya kegiatan promotif , preventif, dan peran aktif masyarakat dalam
peningkatan
pemberdayaan
4. Menjamin terselenggaranya upaya kesehatan yang paripurna berdasarkan
profesional,pemerataan,bermutu dan keterjangkauan pelayanan kesehatan.
5. Meningkatkan kerjasama lintas sektor dalam pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya
3. Janji Pelayanan
 “Melayani dengan sepenuh hati”
4. Motto
 “KTK ASRI (Komunikatif, Taqwa, Kreatif, Aman, Senyum, Rapi, Inovatif )
5. Tata Nilai Puskesmas KTK
1. Jujur

2. Disiplin

3. Ramah

4. Kerjasama Tim

5. Taqwa

6. Integritas yang tinggi

21

6. Budaya Kerja Puskesmas KTK


SENYUM Senantiasa menampilkan keramahan
dalam
memberikan pelayanan.
KOMUNIKATIF Mampu memberikan informasi kesehatan
kepada
masyarakat dengan benar

AMAN Dalam memberkan pelayanan selalu


mengutamakan keamanan baik untuk diri petugas,
pasien dan
lingkungan kerja.

RAPI Berpenampilan rapi diri dan rapi lingkungan


tempat
AKTIF Dalam melaksanakan tugas selalu didasari atas
keyakinan dan penuh percaya diri bahwa apa yang
dilaksanakan akan membawa kemajuan dan
manfaat baik ke intern maupun ke ekstern.

MELAYANI Memberikan pelayanan kesehatan yang merata


membedakan status sosial, suku, ras, serta
agama.
INOVATIF Usaha untuk mendayagunakan pemikiran dan
kemampuan imajinasi dalam menghasilkan pelayanan
yang baik bagi
pasien.
Tabel 3.2 Budaya Kerja Puskesmas KTK

3.1.4 Sosial Budaya

1. Agama
Puskesmas KTK berpenduduk mayoritas beragama islam.

22

2. Suku
Sebagian besar masyarakatnya suku minang.

3. Mata Pencaharian
Masyarakat Puskesmas KTK bermata pencaharian sebagai pegawai, pedagangdan
petani.
4. Sarana Kependidikan
Sarana pendidikan yang terdapat di wilayah KTK cukup lengkap:

No KELURAHAN Jumlah Sekolah


TK SD SMP SLTA
1 KTK - 2 1 -
2 ARO 2 3 - -
3 Simpang Rumbio 3 3 1 2
4 IX korong 1 1 1 -
Total 6 8 3 2

Tabel 3.3 Fasilitas Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas KTK Tahun 2018

3.1.5 Sumber Daya Kesehatan


Tenaga Kesehatan
Tenaga kesehatan yang ada diwilayah Puskesmas KTK sudah cukup memadai,
yang masih kurang adalah tenaga non kesehatan.

KEADAAN SDM KESEHATAN DI PUSKESMAS KTK

KEADAAN DESEMBER 2019


JUMLAH

NO. JENIS SDMK PPPK/ SUKARELA SUKARE TOTA


PNS PTT
KONTRAK KONTRAK LA L

23

1 Dokter umum 3 3

2 Dokter Gigi 1 1

3 Perawat 14 3 4 0 21

4 Bidan 12 1 2 4 0 19

5 Tenaga Kesmas 5 5

6 Tenaga Kesling 1 1

Ahli
Laboratorium
7 Medik 2 3

8 Tenaga Gizi 2 2 0 4

Tenaga
9 Kefarmasian 0

Apoteker 0 0

Asisten Apoteker 2 2

11 Perawat Gigi 1 0 1

12 Perekam medis 0 0

13 Refraksi Optisi 1 1

Tekhnisi
14 Eletromedik 1 1

15 Fisioterapi 1 1
Tenaga
16 Administrasi 2 0 0 2

24

17 Dll 3 3

48 7 2 11 0 67

Tabel 3.4 Tenaga kerja puskesmas KTK

3.1.6 Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana di wilayah kerja Puskesmas KTK adalah sebagai berikut:

1. Puskesmas pembantu sebanyak : 3 buah


2. Pos Kesehatan Kelurahan sebanyak : 4 buah
3. Laboratorium sebanyak : 1 buah
4. Rumah Paramedis sebanyak : 3 buah
5. Rumah Dokter sebanyak : 1 buah

3.2 Gambaran Umum Program-Program Kesehatan Masyarakat


Upaya kesehatan layanan dasar yang diselenggarakan puskesmas meliputi:
3.2.1 Identifikasi Masalah Kesehatan Masyarakat
3.2.1.1 Target dan Capaian Program Puskesmas KTK Tahun 2019

Hasil Kegiatan Program Puskesmas KTK Sampai Bulan Desember 2019

3.1 UPAYA KESEHATAN ESENSIAL


I. Promosi kesehatan
A. Kegiatan yang dilakukan :
 Penyuluhan di posyandu
 Penyuluhan ke sekolah
 Penyuluhan Keliling
 Pelaksanaan kegiatan Kelurahan Siaga
➢ SMD dan MMK dengan pendekatan Keluarga (PIS- PK)
B. Hasil Kegiatan :

No Kegiatan Pencapaian Target

1 Penyuluhan di posyandu 34 kali 34 kali


25

2 Penyuluhan ke sekolah 14 kali 14 kali

3 Penyuluhan Keliling 60 kali 60 kali

4 Kelurahan Siaga Aktif 100 % 100 %

5. IKS Wilayah Kerja Puskesmas 0,362 0,300

II. Program UKS


A. Kegiatan yang dilakukan adalah :
➢ Skrining murid kelas 1 SD/SLTP/SLTA
 Pembinaan Sekolah Sehat
 Pelatihan Dokter Kecil (kader kesehatan sekolah)
 Peyuluhan dan konsultasi ke sekolah
B. Hasil Kegiatan :

No Kegiatan Pencapaian Target

1 Cakupan skrining SD/SLTP/SLTA 92 % 100 %

2 Pelatihan dokter kecil 100 % 100 %

3 Pembinaan sekolah sehat 100 % 100 %

3.1.2 Kesehatan Lingkungan


A. Kegiatan yang dilakukan :

➢ Inspeksi sanitasi dasar


➢ Rumah sehat
 Pemeriksaan TTU dan TPM
➢ STBM
 Pembinaan dan pengawasan kwalitas air
 Penyuluhan hygiene sanitasi ke sekolah

B. Hasil Kegiatan

26
No Kegiatan Pencapaian Target

1 Akses air bersih 96,80 % 95 %

2 Jamban keluarga 100 % 95 %

3 Pembuangan limbah 82,11 % 90 %

4 Pengeloaan sampah 80,34 % 90 %


5 Rumah sehat 76,82 % 90 %

6 TTU 83,91 % 65 %

7 TPM 60,87 % 65 %

3.1.3 Kesehatan Ibu dan Anak serta KB

A. Kegiatan yang dilakukan pada program ini :


a. Program Kesehatan Ibu
➢ Kelas ibu hamil
 Pelayanan ANC
➢ Kunjungan bumil resti
➢ Kunjungan nifas
 Pemantauan stiker P4K/ANC berkwalitas
➢ Otopsi verbal
 Pembinaan BPS

b. Program Kesehatan Anak


➢ Kunjungan Neonatus
 Pelaksanaan MTBS/MTBM
➢ DDTK
➢ Kelas Ibu Balita
➢ Kunjungan rumah balita bermasalah
➢ LBI

27
c. Program Keluarga Berencana
 Pelaksanaan KIE/penyuluhan
 Pelayanan KB
 Penanganan komplikasi ringan

B. Hasil Kegiatan

a. Program Kesehatan Ibu

No Kegiatan Pencapaian Target

1 Cakupan K1 98,9 100 %


2 Cakupan K4 95 % 95 %
3 Persalinan di Faskes 85,6 % 89 %
Persalinan komplikasi obstetri yang
4 100 % 80 %
ditangani
5 Kunjungan nifas 3 (KF3) 85,6 % 90 %

6 Deteksi bumil resti oleh nakes 80,0 % 100 %

7 Deteksi bumil resti oleh masyarakat 74,7 % 100 %


8 Kematian bumil/bulin/bufas 0 0

b. Program Kesehatan Anak

No Kegiatan Pencapaian Target

1 Cakupan Neonatus 85,6 % 90 %


3 Cakupan KN lengkap 85,6 % 90 %
4 Cakupan Pelayanan komplikasi 100 % 90 %
neonatus (PKN )
5 Cakupan Kunjungan Bayi Lengkap 93,1 % 89 %
6 Cakupan Kunjungan Anak Balita 91,2 % 90 %
7 Cakupan DDTK bayi 4 kali pertahun 93,1 % 90 %
8 Cakupan DDTK balita 2 kali pertahun 91,2 % 90 %
9 DDTK APRAS 2 kali pertahun 55,9 % 60 %

28

No Kegiatan Pencapaian Target

10 Pelayanan kesehatan anak balita 91,2 % 90 %


11 Jumlah kematian 1 0
neonatus
12 Jumlah kematian bayi 1 0
13 Jumlah kematian balita 0 0

c. Program Keluarga Berencana

No Kegiatan Pencapaian Target


1 Peserta KB aktif 73,6 79 %
2 Penangan komplikasi ringan 100 % 100 %

3.1.4 Perbaikan Gizi Masyarakat


A. Kegiatan yang dilakukan :
 Penimbangan massal dan pemberian vitamin A (bulan Februari dan Agustus)
 Pengukuran status gizi murid TK/PAUD
 Pengukuran status gizi siswa SD, SLTP dan SLTA
 Pemantauan status gizi sekolah yang mendapat PMT-AS
 Pendistribusian Obat cacing dan Vit A
➢ Kunjungan rumah balita gizi kurang dan buruk serta bumi KEK
 Pemberian PMT pemulihan
 Pemantauan posyandu
 Pelaksanaan TFC
 Pendataan Kadarzi
➢ Kelas MP-ASI

29

➢ Kelas gizi
 Pemberian tablet besi ibu hamil dan pemberian vitamin A ibu nifas
 Pemantauan pertumbuhan balita
B. Hasil Kegiatan

No Kegiatan Pencapaian Target


1 Cakupan D/S 82,6 % 87 %
balita
2 Cakupan N/D balita 83,7 % 87 %

3 Cakupan Balita Gizi Buruk yang 100 % 100 %


mendapatkan perawatan
4 Cakupan Bayi kurang 6 bulan 84,55 % 47 %
mendapatkan ASI eksklusif
5 Cakupan balita 6- 59 bulan 88,35 % 89 %
mendapatkan kapsul vitamin A
6 Cakupan rumah tangga mengkonsumsi 98,3 % 95 %
garam beryodium
7 Cakupan ibu hamil dapat ITO minimal 92 % 95 %

90 tablet
8 Persentase balita kurus yang 85 % 85 %
mendapatkan makanan tambahan
9 Cakupan vitamin A ibu nifas 83,6 82 %
10 Cakupan ibu hamil KEK yang 91,7 % 80 %
mendapatkan makanan tambahan
11 Balita yang mempunyai buku 85 % 100 %
KIA/KMS
12 Balita ditimbang yang tidak naik berat 12,5 % 6%
badannya
13 Balita ditimbang yang tidak naik berat 4,4 % 2%
badanya dua kali berturut - turut
14 Balita dibawah garis merah 0,6 % 0,4 %
15 Ibu hamil anemia 4,6 % 20 %

30

No Kegiatan Pencapaian Target


16 Persentase bayidengan berat badan 3,5 % 1,4 %
rendah (BBLR)

3.1.5 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit


A. Kegiatan yang dilakukan :
a. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TBC
 Penyuluhan TB pada pemuda dan masyarakat lainnya
 Penjaringan suspek dan penemuan penderita TB BTA positif
 Penyuluhan TB pada penderita dan pasien yang diduga TB
➢ Survey dan pemetaan wilayah TB
 Pelacakan kasus kontak
 Pelaksanaan PMO
 Pemantauan gizi penderita TB

b. Pencegahan dan Pemberantasan DBD


 Penyuluhan penyakit, pencegahan, dan pemberantasan DBD
kepada masyarakat
 Pemantauan jentik oleh kader Jumantik
 Pemberian bubuk abate pada masyarakat yang dimonitoring
oleh petugas Surveilans puskesmas.
➢ Melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) pada kasus
positif DBD
➢ Melakukan Fogging pada kasus yang dianggap perlu

c. Penemuan dan Penanggulangan Kasus ISPA dan Pneumonia

➢ Melakukan penyuluhan ISPA dan Pneumonia pada pasien


yang tersangka Pneumonia
 Pencatatan dan pelaporan kasus ISPA dan Pneumonia
yang berkunjung ke puskesmas

31

➢ Melakukan kunjungan rumah pada pasien tersangka Pneumonia


➢ Melakukan rujukan kasus pada Pneumonia sedang-berat
d. Penemuan dan Penanggulangan Diare
 Penyuluhan tentang diare dan cara penanggulangan diare
di rumah sebelum dan sesudah dibawa ke pelayanan
kesehatan kepada tokoh masyarakat dan kader posyandu.
 Penemuan dan penatalaksanaan kasus diare.
➢ Melakukan rujukan kasus pada diare dengan dehidrasi
sedang- berat.

Melakukan penyelidikan epidemiologi pada kasus diare
berdampak KLB.
e. Pelaksanaan Program VCT dan IMS
➢ Melakukan penyuluhan VCT dan IMS pada masyarakat.
➢ Melakukan kerja sama dengan LSM dalam penjaringan
masyarakat beresiko.
➢ Melakukan pemeriksaan VCT dan IMS pada klien yang
datang sendiri atau diantar oleh penjangkaunya (LSM) ke
puskesmas.
➢ Melakukan pemeriksaan VCT dan HIV pada ibu hamil.
➢ Melakukan mobile VCT dan IMS di kampus dan instansi
yang berminat.
➢ Melakukan tindak lanjut pada kasus-kasus posiif VCT dan IMS.
f. Penemuan dan Penanganan Kasus Rabies :
 Penyuluhan bahaya penyakit Rabies dan penanggulangan dini
kasus gigitan hewan tersangka Rabies bagi petugas dan
tokoh masyarakat.
 Pemberian vaksin anti Rabies (VAR) dan serum anti
Rabies (SAR) pada kasus sesuai indikasi.
➢ Melakukan monitoring dan evaluasi pada pasien yang
mendapat VAR dan SAR.
g. Program Penyakit Tidak Menular (PPTM)

32

➢ Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus yang


tergolong penyakit tidak menular di poli.
➢ Melakukan pemeriksaan dan pembinaan calon jemaah haji.
➢ Melakukan sosialisasi tentang deteksi dini penyakit kanker
leher rahim dan kanker payudara kepada masyarakat.
➢ Melakukan pemeriksaan deteksi dini kanker leher rahim dan
kanker payudara wanita yang sudah pernah berhubungan
seksual terutama yang berumur 30 tahun sampai dengan 50
tahun.
➢ Melakukan konseling pra IVA dan pra krioterapi.
➢ Melakukan tindakan krioterapi pada pasien IVA positif yang

kandidat krio.
➢ Melakukan rujukan kasus tumor atau benjolan payudara.
➢ Melakukan rujukan kasus curiga kanker leher rahim atau
kasus IVA positif lesi luas (bukan kandidat krio).
➢ Melakukan pembinaan kegiatan Posbindu di kelurahan.
h. Program Imunisasi
➢ Melakukan pemberian imunisasi dasar di puskesmas dan di
posyandu.
➢ Melakukan sosialisasi dan pemberian boster imunisasi .

Melakukan swepping pada sasaran yang tidak datang
ke posyandu dan dievaluasi tiap triwulan.
➢ Melakukan Bias Campak pada anak kelas 1 SD tiap tahun.
➢ Melakukan Bias DT/TT pada anak SD kelas 1 sampai
dengan kelas 3 tiap tahun.
➢ Melakukan TT WUS di SMA dan posyandu tiap tahun

B. Hasil Kegiatan
a. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TBC

No Kegiatan Pencapaian Target


1 Cakupan pemeriksaan suspect 35,7 % 51 %

33

suspect
2 Penemuan kasus TB 20,8 % 51 %
3 Angka konversi 90 % 100 %
4 Angka kesembuhan 100 % 100 %

b. Pencegahan dan Pemberantasan DBD.

No Kegiatan Pencapaian Target


1 Angka bebas jentik (ABJ) 85 % 95 %
2 Penemuan kasus DBD 15 kasus -
3 Penanganan kasus DBD 100 % 100 %

4 Kematian akibat DBD 0 0

c. Penemuan dan Penanggulangan ISPA dan Pneumonia

No Kegiatan Pencapaian Target


1 Penemuan kasus Pneumonia 51 % 95 %
2 Kasus Pneumonia yang dirujuk 0 -
3 Kematian akibat Pneumonia 0 0
d. Penemuan dan Penanggulangan Kasus Diare

No Kegiatan Pencapaian Target

1 Penemuan kasus Diare 265 -

2 Pemakaian oralit 100 % 100 %

3 Kasus Diare yang dirujuk 0 -

4 Kematian akibat Diare 0 0

34

e. Pelaksanaan Program VCT dan IMS

No Kegiatan Pencapaian Target

1 Pemeriksaan VCT 354 orang -

2 Jumlah HIV reaktif 0 -

3 Jumlah HIV indeterminate 1 orang -

4 Pemeriksaan IMS 224 orang -

5 Jumlah IMS yang positif 6 orang -

6 orang
6 Pasien IMS yang diobati 100 %
(100 %)

7 Ibu hamil yang diperiksa HIV 98,4 % 100 %

8 Ibu Hamil yang HIV reaktif 0 -

Ibu hamil yang HIV


9 0 -
indeterminate

Penderita TB yang dikonseling


10 80 % 100 %
HIV

f. Penemuan dan Penanganan Kasus Rabies

No Kegiatan Pencapaian Target

1 Kasus gigitan oleh 19 kasus -


binatang
penular Rabies
2 Penanganan kasus gigitan 100 % 100 %

3 Kasus Rabies pada manusia 0 0

g. Program Penyakit Tidak Menular (PPTM)

35

No Kegiatan Pencapaian Target

Cakupan deteksi dini Ca.


1 27 % 100 %
Mamme dan Ca. Cerviks

2 Kasus tumor jinak pada Mamme 3 kasus -

3 Kasus curiga kanker Mamme 0 -

4 Kelainan lain pada Mamme 0 -

5 Kasus IVA positif 0 -

6 Kasus curiga kanker serviks - -

7 Kelainan lain pada serviks 8 -

8 Jumlah Posbindu yang aktif 5 5

Jumlah kader Posbindu yang


9 20 orang 20 orang
aktif

h. Program Imunisasi

No Kegiatan Pencapaian Target


1 Kontak pertama

a. HB0 95,4 % 95 %
b. BCG 95,4 % 95 %
c. PENTAVALEN 1 95,4 % 95 %
d. Polio 1 95,4 % 95 %
e. IPV 74,4 % 95 %
2 Kontak lengkap
a. PENTAVALEN 3 95,1 % 95 %
b. Polio 4 95,1 % 95 %
c. Campak / MR 85,9 % 95 %

36

No Kegiatan Pencapaian Target


3 Imunisasi Lanjutan (BOOSTER)
a. PENTAVALEN 89,2 % 95 %
b. Campak/ MR 77 % 95 %
4 BIAS Campak anak SD
5 BIAS DT/TD anak SD 68 % 95 %

3.2.2 Perioritas Penetapan Masalah

Identifikasi masalah dilakukan melalui analisis data sekunder, observasi dan


wawancara dengan kepala puskesmas dan penanggung wab program di puskesmas KTK.
Terdapat lima upaya kesehatan masyarakat esensial yang dijalankan, yaitu promosi kesehatan,
kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, perbaikan gizi
masyarakat serta pencegahan dan pengendalian penayakit. Identifikasi masalah dilakukan
pada masing-masing rogram wajib puskesmas KTK. Pada program esensial tersebut masih
terdapat kesenjangan antara target, dipilih lima masalah dengan skor tertinggi berdasarkan
skala prioritas Urgens, Seriousnes, Growth (USG). Penilaian lima masalah tersebut ditentukan
berdasarkan laporan tahunan puskesmas, wawancara dengan pemegang program, serta
observasi langsung lapangan. Permasalahan ini tidak hanya dilihat dari kesenjangan antara
target dan pencapaian, tetapi juga dilihat dari Urgens, Seriousnes, Growth (USG).

Uraian permasalahan kesehatan yang dipilih tersebut yaitu :

1. Rendahnya cakupan imunisasi DT/TD anak SD diwilayah puskesmas KTK pada


tahun 2018
2. Rendahnya cakupan imunisasi MR diwilayah puskesmas KTK pada tahun 2018
3. Rendahnya pencapaian penemuan kasus pneumonia di wilayah puskesmas KTK
pada tahun 2018
4. Rendahnya pencapaian penemuan kasus TB di wilayah puskesmas KTK pada tahun 2018
5. Rendahnya pencapaian angka bebas jentik di wilayah puskesmas KTK pada tahun 2018
Beberapa masalah yang ditemukan di puskesmas KTK harus ditentukan prioritas
masalahnya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan puskesmas. Upaya yang dilakukan
37

untuk menentukan prioritas masalah tersebut adalah menggunakan teknik skoring sebagai
berikut:
1. Urgensi (merupakan masalah yang penting untuk
diselesaikan) Nilai 1 : tidak cepat
Nilai 2 : kurang
cepat Nilai 3 : cukup
cepat Nilai 4 : cepat
Nilai 5 : sangat cepat
2. Seriousness (tingkat keseriusan
masalah) Nilai 1 : tidak cepat
Nilai 2 : kurang
cepat Nilai 3 : cukup
cepat Nilai 4 : cepat
Nilai 5 : sangat cepat

3. Growth (tingkat perkembangan


masalah) Nilai 1 : tidak cepat
Nilai 2 : kurang
cepat Nilai 3 : cukup
cepat Nilai 4 : cepat
Nilai 5 : sangat cepat

3.2.3 Penilaian Prioritas Masalah Program di puskesmas KTK

Berdasarkan keseluruhan program yang belum tercapai target, dipilih lima masalah
yang memiliki skor tertinggi berdasarkan sklah prioritas USG. Penilaian masalah yang
memiliki skor tertinggi berdasarkan data laporan tahunan puskesmas dan wawancara dengan
pemegang program. Permasalahan ini tidak hanya dilihat dari kesenjangan antara target dan
pencapaian, tetapi juga dilihat dari Urgens, Seriousnes, Growth (USG).

Masalah U S G P Prioritas

38
Rendahnya pencapaian angka bebas jentik di 4 4 5 80 P1
wilayah puskesmas KTK pada tahun 2019

Rendahnya pencapaian penemuan kasus 4 4 4 64 P2


pneumonia di wilayah puskesmas KTK pada tahun
2019

Rendahnya pencapaian penemuan kasus TB 3 3 3 36 P3


di wilayah puskesmas KTK pada tahun 2019

Rendahnya pencapaian deteksi dini Ca. Mammae 3 3 3 36 P4


dan Ca. Cervix di wilayah puskesmas KTK pada
tahun 2019

Rendahnya pencapaian peserta KB aktif di wilayah 3 2 3 18 P5


puskesmas KTK pada tahun 2019

Diagram Sebab Akibat dari Ishikawa

( Fishbone) Rendahnya pencapaian angka bebas jentik (ABJ) diwilayah


puskesmas KTK pada tahun 2019
MANUSIA METODE

Kurangya
penyeluhuan dari
lintas sektor

Kurangnya pemahaman
masyarakattentang angka 39
bebas jentik
Rendahnya
pencapaian angka
bebas jentik (ABJ)
diwilayah puskesmas
KTK pada tahun
keberadaan 2019
sampah yang
Tidak ada padat disekitar
masalah Tidak ada rumah
masalah

Tempat penampungan
Adanya tempat air keperluan sehari-
penampungan hari : WC dan
SARANA alami : pelepah drum.
DANA
daun tumbuhan

LINGKUNGAN

BAB IV
PEMBAHASAN

Dari hasil penyebab masalah didapatkan tidak sesuai alur pencapaianangka bebas
jentikdi wilayah puskesmas KTK Kota Solok.Dari penemuan tersebut, penulis dapat merancang
penetapan alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman

tentang angka bebas jentik.

4.2 Penetapan Alternatif Pemecahan Masalah

Tabel 4.2 Pemecahan masalah

N Variabel Penyebab Alternatif Terpilih

40

Alternatif Pemecahan
o Faktor Penyebab Masalah
Penyebab Masalah
1. Manusia Kurangnya • Mengadakan
Mengadakan
pemahaman sosialisasi dengan sosialisasi dengan

masyarakat menggunakan sarana menggunakan


tentang audiovisual dalam sarana
audiovisual dalam
angka menyampaikan menyampaikan
bebas jentik sosialisasi sosialisasi

2. Dana • Tidak - -

terdapat
masalah
yang begitu
bearti pada
pencapaian
angka
bebas jentik

3. Sarana • Tidak - -

terdapat
masalah
yang begitu

bearti pada
pencapaian
angka
bebas jentik

4 Lingkunga • keberadaan • Memberikan Memberikan

41

n sampah penyuluhan tentang penyuluhan tentang


yang padat angka bebas jentik angka bebas jentik
disekitar
rumah
• Adanya
tempat
penampung
an alami :
pelepah
daun
tumbuhan
• Tempat
penampung
an air
keperluan
sehari-hari
: WC dan

drum

5 Metode • Tidak ada Tingkatkan kerja Tingkatkan kerja


dukungan sama dengan sama dengan
lintas keluarga,perawat, keluarga,perawat,
sektor bidan dokter bidan dokter
atau tenaga atau tenaga
medis lainya medis lainya

4.3 Plan of Action

42

Berdasarkan alternatif pemecahan masalah diatas, penulis membuat beberapa


perencanaan kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang angka bebas
jentik di wilayah puskesmas KTK Kota Solok.

Tabel 4.3 Rencana Kegiatan

NO Kegiatan Tujuan Sasaran Lokasi Volume Pelaksanaan


Kegiatan

1. Memberikan Memberikan Semua Aula 1 kali Petugas


informasi/sosialisas informasi dan Kader Puskesmas dalam 1 kesehatan,
i tentang bebas pengetahuan tahun / dokter muda

Anda mungkin juga menyukai