PRESEPTOR
dr. Ermalindawati
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kehadirat Allah SWT, atas berkah, rahmat
dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan case ini dengan judul
“kurangnya pengeahuan masyarakat Terhadap pencegahan dan pemberatasan
Case ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat mempesrlancar pembuatan case ini. Untuk itu
penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam pembuatan case ini.
Penyusun menyadari bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan
kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan case ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................40
BAB V PENUTUP.............................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................45
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia yang cenderung semakin luas distribusinya sejalan dengan
meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti Realitasnya menunjukkan bahwa penyakit
DBD sudah menjadi salah satu masalah rutin dalam pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular di Indonesia. (Depkes RI, Ditjen P2M & PLP, 2007). Kecenderungan kasus DBD ini
makin meningkat dan penyebarannya makin meluas serta sering menimbulkan wabah.
Dampak dari adanya penyakit DBD tidak terbatas pada masalah kesehatan, tetapi dapat
pula mempengaruhi kondisi sosial dan ekonomi masyarakat maupun program pemerintah.
Dampak pada masyarakat termasuk ketidakstabilan kehidupan keluarga karena risiko infeksi,
kematian, rendahnya harapan hidup dan kerugian biaya. Dampak ekonomi yang langsung
dirasakan penduduk adalah biaya pengobatan medis dan non medis. Pengeluaran akibat
penyakit ini (baik biaya langsung maupun tidak langsung yang dikeluarkan untuk mendukung
pengobatan, perawatan penderita, biaya transportasi, pemberantasan, penyuluhan) sebenarnya
bisa dihindari apabila masyarakat mau melakukan sesuatu yang dapat menghindari penyakit
DBD. Depkes RI menjelaskan dalam bukunya Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah Dengue (PSN DBD) oleh jumantik bahwa upaya pemberantasan DBD belum berhasil
di Indonesia, sehingga penyakit ini sering terjadi dan menimbulkan KLB di berbagai daerah.
3
masyarakat untuk berpartisipasiuntuk melakukan pengendalian vektorDBD(Salawati dan
Wardani, 2008; Taviv, 2010; Pratamawati, 2012).
Sesuai dengan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang didapat ialah
bagaimana melaksanakan pencegahan DBD melalui bebas jentik di puskesmas KTK ?
Dengan terselenggaranya Pencegahan dan pemberantasan DBD melalui bebas jentik sekitar
lingkungan di Puskesmas diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
melalui upaya preventif, promotif, dan kuratif yang dilakukan secara terpadu dan
berkesinambungan.
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) oleh jumantik di wilayah kerja Puskesmas KTK
tahun 2019
1.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kepadatan populasi nyamuk Aedes aegyptidi suatu tempat dapat diketahui dengan cara
survei jentikyang diukur menggunakan indeks ABJ.ABJ suatu wilayah bisa diketahui
denganperhitungan sebagai berikut (Kemenkes, 2011):
Pada penelitian ini, faktor yang berhubungan dengan ABJmengadopsi teori HL Blum
yang dikutip Notoatmodjo (2007), dimana derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan hereditas. Faktor yang berhubungan dengan
ABJdijelaskan sebagai berikut:
A. Faktor Lingkungan
1. Suhu Udara
Suhu udara merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi kehidupan
Aedes aegypti. Rata-rata suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25-30°C.Nyamuk
dapat bertahan hidup pada suhu rendah (10°C), tetapi metabolismenya menurun atau bahkan
terhenti bila suhunya turun sampai dibawah suhu kritis 4,5°C. Pada suhu yang lebih tinggi dari
35°C juga mengalami perubahan dalam arti lebih lambatnya proses-proses fisiologis(Rasmanto,
dkk, 2016).
2. Kelembaban Udara
Kelembaban akan berpengaruh terhadap umur nyamuk. Pada kelembaban kurang dari
60% umur nyamuk akan menjadi pendek dan tidak bisa menjadi vektor karena tidak cukup
waktu untuk perpindahan virus darilambung ke kelenjar ludah. Kelembaban optimum bagi
kehidupan nyamuk adalah 70% sampai 90%(Sugandhi, 2007 dalam Arianti dan Athena, 2014)
3. Curah Hujan
Populasi nyamuk Ae. Aegypti biasanya meningkat pada waktu musim hujan, karena
sarang-sarang nyamuk akan terisi oleh air hujan. Peningkatan populasi nyamuk ini akan berarti
meningkatnya kemungkinan bahaya penyakit demam berdarah dengue di daerah
endemisNegara di daerah tropis mempunyai curah hujan yang cukup banyak, minimal sehari
dalam satu bulan
dengan volume curah hujan 30 ml. Ada daerah yang sepanjang tahun mendapat hujan seperti
daerah-daerah tropis di Indonesia, sehingga sangat menguntungkan untuk nyamuk berkembang
biak (Sutaryo, 2004). Outbreak (KLB) dengue biasanya terjadi di daerah endemik dan berkaitan
dengan datangnya musim penghujan. Hal tersebut sejalan dengan peningkatan aktivitas vektor
dengue yang justru terjadi pada musim penghujan (Djunaedi, 2006). Indonesia pengaruh
musim terhadap DBD tidak begitu jelas, tetapi dalam garis besar dapat dikemukakan bahwa
jumlah penderita meningkat antara bulan September sampai Februari yang mencapai
puncaknya pada bulan Januari (Soedarmo, 2000).
4. Keberadaan sampah
Padat Keberadaan sampah padat disekitar rumah merupakan salah satu faktor yang
dapat memicu peningkatan jumlah vektor DBD. Sampah padat seperti kaleng, botol bekas,
sampah tanaman seperti tempurung kelapa, kulit ari coklat, ban motor/mobil bekas yang
tersebar disekitarrumah berpotensi untuk menampung air sehingga dapat sebagaitempat
perkembangbiakan nyamuk (Kemenkes RI, 2011).
5. Keberadaan container
B. Faktor Perilaku
1. Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007)pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, raba,
dan rasa. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata, telinga, pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang
(overt behavior). Pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi dan domain
penting seseorang untukmelakukan tindakan (Green, 2005; Notoatmodjo, 2007).
2. Sikap
Komponen pokok sikap yang dijelaskan Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007)
diantaranya :
3. Motivasi
C. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan dalam hal ini dilihat upaya pencegahan DBD yang dilakukan oleh
jumantik.Jumantik berperan penting dalam upaya pencegahan DBD. Peran jumantik dalam
pencegahan DBD adalah sebagai anggota PJB di rumah-rumah dan tempat umum, memberikan
penyuluhan kepada keluarga dan masyarakat, melakukan PSN bersama warga (Kemenkes,
2012). Tugasjumatik dalam upaya pencegahan DBD dijelaskan sebagai berikut:
dan tempat-tempat umum. PJB dilakukan minimal 1 minggu sekali untuk melihat keberhasilan
PSN DBD baik itu di rumah warga maupun tempat-tempat umum (Kemenkes, 2011). PJBperlu
dilakukan secara rutin sebagai upaya pemberantasan jentik. PJB yang dilakukan seminggu
sekali dapat mempengaruhi ABJ (Chadijah, dkk, 2011; Luthfiana, dkk, 2012).Kunjungan yang
berulang-ulanguntuk pemantauanjentik disertai dengan penyuluhan masyarakat tentang
penyakit DBD diharapkan masyarakat dapat melaksanakan PSN DBD secara teratur dan terus-
menerus(Kemenkes, 2011). Tata cara pelaksanaan PJB yaitu:
lainnya.
b. Jika tidak terlihat adanya jentik tunggu sampai kira-kira satu menit, jika ada jentik
c. Gunakan senter apabila wadah air tersebut terlalu dalam dan gelap. (Periksa juga
kaleng-kaleng bekas, botol plastik, ban bekas, tatakan pot bunga, tatakan dispenser dan
lain-lain.
10
2016).
2. Penyuluhan
kader. Tujuan kegiatan penyuluhan adalah memahami tugasnya sebagai kader dalam
mencegah penyakit DBD dan dapat melakukan penyuluhan secara perorangan maupun
penyuluhan kepada kelompok masyarakat.
11
1) Jika ditemukan jentik maka kepada tuan rumah diberi penjelasan tentang cara yang
2) Jika tidak ditemukan jentik maka kepada tuan rumah disampaikan pujian
dan memberikan saran untuk terus menjaga agarselalu bebas jentik dan tetap menjaga
kebersihan rumah dan lingkungannya (Kemenkes, 2016).
Salah satu tugas jumantik dalam upaya pencegahan DBD adalah menggerakkan
masyarakat dalam PSN DBD secara terus menerus dan berkesinambungan.PSN DBD
merupakan kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk penular DBD
(Aedes aegypti) di tempat perkembangbiakannya untuk mengendalikan populasi nyamuk
Aedes aegypti, sehingga penularan DBD bisa dicegah atau dikurangi (Kemenkes RI, 2005).
Kegiatan PSN bisa dilakukan dengan cara 3M plus yaitu:
a. Menguras tempat-tempat penampungan air secara rutin, seperti bak mandi dan
kolam. Sebab bisa mengurangi perkembangbiakan dari nyamuk itu sendiri atau
memasukan beberapa ikan kecil kedalam kolam atau bak mandi, lalu taburkan serbuk
abate.
berhubungan dengan tempat air sebaiknya ditutup agar nyamuk tidak bisa
mengembang biakkan telurnya kedalam tempat penampungan air. Nyamuk demam
berdarah sangat menyukai air yang bening.
12
dalam mencegah kejadian penyakit DBD yang sampai saat ini masih belum dapat diberantas
tuntas (Kemenkes RI, 2012). Jumantik mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:
a. Membuat rencana atau jadwal kunjungan seluruh rumah yang ada di wilayah
kerjanya.
sekali.
Kader jumantik direkrut dari masyarakat yang berfungsi sebagai penggerak dalam
PSNDBD. Beberapa kriteria jumantik yang direkrut adalah sebagai berikut:
a. Pendidikan minimal SMA atau sederajat
13
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia yang cenderung semakin luas distribusinya sejalan dengan
meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Disebabkan oleh virus dengue dan
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti Realitasnya menunjukkan bahwa penyakit
DBD sudah menjadi salah satu masalah rutin dalam pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular di Indonesia. (Depkes RI, Ditjen P2M & PLP, 2007). Kecenderungan kasus DBD ini
makin meningkat dan penyebarannya makin meluas serta sering menimbulkan wabah.
Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue yang sampai saat ini dikenal dengan empat
serotype (Dengue-1, Dengue-2, Dengue-3, dan Dengue-4), termasuk dalam grup B antropoda
Borne Virus (Arbovirus). Keempat serotype virus ini telah ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia. Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Dengue-3 sangat berkaitan
dengan kasus DBD berat dan merupakan serotype virus yang paling luas distribusinya disusul
oleh Dengue-2, Dengue-1 dan Dengue-4. (Depkes RI Ditjen PP & PL, 2005)
Diagnosis
Diagnosis klinis DBD ditegakkan berdasarkan kriteria diagnosis menurut WHO terdiri dari
kriteria klinis dan laboratoris. Penggunaan kriteria ini dimaksudkan untuk mengurangi
diagnosis yang berlebihan (over diagnosis).
14
Kriteria Klinis :
a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari.
laboratoris :
1. Trombositopenia (jumlah trombosit ≤ 100.000/μl)
2. Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari peningkatan hematokrit ≥ 20%
a) Telur
Telur berwarna hitam dengan ukuran ± 0,80 mm, berbentuk oval yang mengapung satu persatu
pada permukaan air yang jernih, atau menempel pada dinding tempat penampungan air. Masa
perkembangan embrio selama 48 jam pada lingkungan yang hangat dan lembab. Setelah
perkembangan embrio sempurna, di dalam telur embrio dapat bertahan pada keadaan kering
dalam waktu yang lama (lebih dari satu tahun) pada suhu -2°C sampai 42oC . Telur menetas
bila berada pada wadah yang tergenang air, namun tidak semua telur menetas dalam waktu
yang bersamaan. Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100
butir. (Depkes RI, 2005)
Jangka waktu perkembangan jentik tergantung pada suhu, ketersediaan makanan, dan kepadatan
jentik dalam kontainer. Dalam kondisi optimal, waktu yang dibutuhkan dari telur menetas
hingga menjadi nyamuk dewasa adalah tujuh hari, termasuk dua hari masa pupa. Sedangkan
pada suhu
rendah dibutuhkan waktu beberapa minggu. Kepompong (pupa) berbentuk seperti `koma`.
Bentuknya lebih besar namun lebih ramping dibanding larva (jentik) nya. Pupa nyamuk ini
berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata - rata pupa nyamuk lain.
15
c) Nyamuk Dewasa
Sesaat setelah menjadi dewasa, nyamuk akan segera kawin dan nyamuk betina yang telah
dibuahi akan mencari makan dalam waktu 24–36 jam kemudian. Darah merupakan sumber
protein terpenting untuk pematangan telur. Nyamuk dewasa berukuran lebih kecil jika
dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan bintik -
bintik putih pada bagian badan dan kaki. Nyamuk Aedes aegypti jantan menghisap cairan
tumbuhan atau sari bunga untuk keperluan hidupnya sedangkan yang betina menghisap darah.
Nyamuk betina ini menyukai darah manusia daripada binatang (bersifat antropofilik).
Sebagai spesies yang aktif siang hari nyamuk betina mempunyai dua waktu aktifitas menggigit,
yaitu beberapa jam di pagi hari dan beberapa jam sebelum gelap, 2 puncak aktivitas antara
pukul
09.00 – 10.00 dan 16.00-17.00. Puncak aktifitas menggigit tergantung pada lokasi dan musim.
Bila saat menghisap darah seseorang nyamuk merasa terganggu, Aedes aegypti dapat
menghisap darah lebih dari satu orang.
e) Kebiasaan Hinggap
Aedes aegypti lebih menyukai beristirahat di tempat yang gelap, tempat tersembunyi di dalam
rumah atau bangunan, termasuk tempat tidur, kloset, kamar mandi dan dapur. Walaupun
jarang, juga ditemukan di luar rumah di tanaman atau tempat berlindung lainnya. Tempat
beristirahat di dalam rumah adalah di bawah perabotan, benda - benda yang digantung seperti
baju, tirai, dinding.
f) Masa Hidup
16
Umur nyamuk betina dapat mencapai 2–3 bulan. Selama musim hujan, jangka waktu
hidup lebih lama, resiko penularan virus lebih besar.
17
BAB III
HASIL
KEGIATAN
kecamatan Lubuk Sikarah tepatnya di kelurahan KTK kota Solok, yang luas daerahnya
6,40 km2 yang terdiri dari 4 kelurahan yaitu:
Puskesmas KTK berpenduduk 16.238 jiwa dengan 4.663 KK dengan jumlah penduduk
perkelurahan sebagai berikut:
Jumlah penduduk
Semua kelurahan dapat ditempuh dengan kendraan roda empat, jarak puskesmas dengan
Ibu Kota Solok 2 km.
18
19
6. Poli KB
7. Poli Gigi
8. Konsultasi Gizi.
9. Klinik VCT / IMS
10. Pelayanan Imunisasi.
11. Klinik Sanitasi
12. Ruang Refraksi
13. Ruang Tindakan
b. Pelayanan Penunjang
1. Laboratorium.
2. Apotik
c. Pelayanan UKM
1. Esensial
a. Promkes / UKS
b. KIA / KB
c. Gizi
d. Kesling
e. P2P
f. Perkesmas
2. Pengembangan
a. Lansia
b. Jiwa
c. Indra
d. PKPR
e. UKK
f. UKGS/UKGM
Puskesmas KTK merupakan Puskesmas Santun Lansia di mana semua pelayanan rawat
jalan untuk Lansia dilaksanakan dalam satu gedung, terpisah dengan rawat jalan lainnya
kecuali untuk pelayanan loket. Sedangkan program inovatif di Puskesmas KTK adalah “Posbindu
Yang Terintegrasi Dengan UKS” yang dilaksanakan di MAN Model Kota Solok.
20
2. Misi:
1. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses layanan kesehatan dasar melalui
perbaikan yang berkesinambungan
2. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan baik perorangan , keluarga
maupun masyarakat serta lingkungan di wilayah kerjanya
2. Disiplin
3. Ramah
4. Kerjasama Tim
5. Taqwa
21
1. Agama
Puskesmas KTK berpenduduk mayoritas beragama islam.
22
2. Suku
Sebagian besar masyarakatnya suku minang.
3. Mata Pencaharian
Masyarakat Puskesmas KTK bermata pencaharian sebagai pegawai, pedagangdan
petani.
4. Sarana Kependidikan
Sarana pendidikan yang terdapat di wilayah KTK cukup lengkap:
Tabel 3.3 Fasilitas Pendidikan di Wilayah Kerja Puskesmas KTK Tahun 2018
23
1 Dokter umum 3 3
2 Dokter Gigi 1 1
3 Perawat 14 3 4 0 21
4 Bidan 12 1 2 4 0 19
5 Tenaga Kesmas 5 5
6 Tenaga Kesling 1 1
Ahli
Laboratorium
7 Medik 2 3
8 Tenaga Gizi 2 2 0 4
Tenaga
9 Kefarmasian 0
Apoteker 0 0
Asisten Apoteker 2 2
11 Perawat Gigi 1 0 1
12 Perekam medis 0 0
13 Refraksi Optisi 1 1
Tekhnisi
14 Eletromedik 1 1
15 Fisioterapi 1 1
Tenaga
16 Administrasi 2 0 0 2
24
17 Dll 3 3
48 7 2 11 0 67
B. Hasil Kegiatan
26
No Kegiatan Pencapaian Target
6 TTU 83,91 % 65 %
7 TPM 60,87 % 65 %
27
c. Program Keluarga Berencana
Pelaksanaan KIE/penyuluhan
Pelayanan KB
Penanganan komplikasi ringan
B. Hasil Kegiatan
28
29
➢ Kelas gizi
Pemberian tablet besi ibu hamil dan pemberian vitamin A ibu nifas
Pemantauan pertumbuhan balita
B. Hasil Kegiatan
90 tablet
8 Persentase balita kurus yang 85 % 85 %
mendapatkan makanan tambahan
9 Cakupan vitamin A ibu nifas 83,6 82 %
10 Cakupan ibu hamil KEK yang 91,7 % 80 %
mendapatkan makanan tambahan
11 Balita yang mempunyai buku 85 % 100 %
KIA/KMS
12 Balita ditimbang yang tidak naik berat 12,5 % 6%
badannya
13 Balita ditimbang yang tidak naik berat 4,4 % 2%
badanya dua kali berturut - turut
14 Balita dibawah garis merah 0,6 % 0,4 %
15 Ibu hamil anemia 4,6 % 20 %
30
31
32
kandidat krio.
➢ Melakukan rujukan kasus tumor atau benjolan payudara.
➢ Melakukan rujukan kasus curiga kanker leher rahim atau
kasus IVA positif lesi luas (bukan kandidat krio).
➢ Melakukan pembinaan kegiatan Posbindu di kelurahan.
h. Program Imunisasi
➢ Melakukan pemberian imunisasi dasar di puskesmas dan di
posyandu.
➢ Melakukan sosialisasi dan pemberian boster imunisasi .
➢
Melakukan swepping pada sasaran yang tidak datang
ke posyandu dan dievaluasi tiap triwulan.
➢ Melakukan Bias Campak pada anak kelas 1 SD tiap tahun.
➢ Melakukan Bias DT/TT pada anak SD kelas 1 sampai
dengan kelas 3 tiap tahun.
➢ Melakukan TT WUS di SMA dan posyandu tiap tahun
B. Hasil Kegiatan
a. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TBC
33
suspect
2 Penemuan kasus TB 20,8 % 51 %
3 Angka konversi 90 % 100 %
4 Angka kesembuhan 100 % 100 %
34
6 orang
6 Pasien IMS yang diobati 100 %
(100 %)
35
h. Program Imunisasi
a. HB0 95,4 % 95 %
b. BCG 95,4 % 95 %
c. PENTAVALEN 1 95,4 % 95 %
d. Polio 1 95,4 % 95 %
e. IPV 74,4 % 95 %
2 Kontak lengkap
a. PENTAVALEN 3 95,1 % 95 %
b. Polio 4 95,1 % 95 %
c. Campak / MR 85,9 % 95 %
36
untuk menentukan prioritas masalah tersebut adalah menggunakan teknik skoring sebagai
berikut:
1. Urgensi (merupakan masalah yang penting untuk
diselesaikan) Nilai 1 : tidak cepat
Nilai 2 : kurang
cepat Nilai 3 : cukup
cepat Nilai 4 : cepat
Nilai 5 : sangat cepat
2. Seriousness (tingkat keseriusan
masalah) Nilai 1 : tidak cepat
Nilai 2 : kurang
cepat Nilai 3 : cukup
cepat Nilai 4 : cepat
Nilai 5 : sangat cepat
Berdasarkan keseluruhan program yang belum tercapai target, dipilih lima masalah
yang memiliki skor tertinggi berdasarkan sklah prioritas USG. Penilaian masalah yang
memiliki skor tertinggi berdasarkan data laporan tahunan puskesmas dan wawancara dengan
pemegang program. Permasalahan ini tidak hanya dilihat dari kesenjangan antara target dan
pencapaian, tetapi juga dilihat dari Urgens, Seriousnes, Growth (USG).
Masalah U S G P Prioritas
38
Rendahnya pencapaian angka bebas jentik di 4 4 5 80 P1
wilayah puskesmas KTK pada tahun 2019
Kurangya
penyeluhuan dari
lintas sektor
Kurangnya pemahaman
masyarakattentang angka 39
bebas jentik
Rendahnya
pencapaian angka
bebas jentik (ABJ)
diwilayah puskesmas
KTK pada tahun
keberadaan 2019
sampah yang
Tidak ada padat disekitar
masalah Tidak ada rumah
masalah
Tempat penampungan
Adanya tempat air keperluan sehari-
penampungan hari : WC dan
SARANA alami : pelepah drum.
DANA
daun tumbuhan
LINGKUNGAN
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil penyebab masalah didapatkan tidak sesuai alur pencapaianangka bebas
jentikdi wilayah puskesmas KTK Kota Solok.Dari penemuan tersebut, penulis dapat merancang
penetapan alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
40
Alternatif Pemecahan
o Faktor Penyebab Masalah
Penyebab Masalah
1. Manusia Kurangnya • Mengadakan
Mengadakan
pemahaman sosialisasi dengan sosialisasi dengan
2. Dana • Tidak - -
terdapat
masalah
yang begitu
bearti pada
pencapaian
angka
bebas jentik
3. Sarana • Tidak - -
terdapat
masalah
yang begitu
bearti pada
pencapaian
angka
bebas jentik
41
drum
42