Disusun oleh:
dr. Nurul Choviya S
Pendamping:
dr. Ratnasari Tri Sulistyowati
EVALUASI PROGRAM
Oleh:
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan rahmat,
anugerah, dan karunianya sehingga kami bisa menyelesaikan “Evaluasi Program Upaya
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tuberculosis Di Puskesmas Ngadi Tahun 2020” ini
dengan baik sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Kami mengucapkan terima kasih
kepada dr. Ratnasari Tri S selaku pendamping dokter internsip Puskesmas Ngadi, bu Enik selaku
pemegang program beserta staf Puskesmas Ngadi yang membantu kami menyelesaikan evaluasi
program ini.
Kami menyadari bahwa penulisan ini kami masih kurang sempurna. Untuk itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca agar kedepannya
kami dapat memperbaiki dan menyempurnakan tulisan ini. Kami berharap agar laporan kasus
yang kami tulis ini berguna bagi semua orang dan dapat digunakan sebaik-baiknya sebagai
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................... 1
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................ 2
KATA PENGANTAR................................................................................................. 3
DAFTAR ISI................................................................................................................ 4
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 5
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 5
1.2 Tujuan .......................................................................................................................... 6
1.3 Manfaat......................................................................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................... 8
2.1 Metode USG Untuk Menentukan Prioritas Masalah.................................................... 8
2.2 Metode Fishbone Analysis untuk Penentuan Akar Penyebab Masalah........................9
2.3 Metode MIV/C untuk Penentuan Prioritas Penyelesaian Masalah...............................11
BAB III ANALISIS.....................................................................................................12
3.1 Upaya Kesehatan Masyarakat di Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit......12
3.2 Penentuan Prioritas Masalah.........................................................................................12
3.3 Mencari Akar Penyebab Masalah menggunakan Fishbone Analysis...........................13
3.4 Alternatif Solusi............................................................................................................16
3.5 Penentuan prioritas solusi (Tabel MIV/C)....................................................................18
3.6 Rekomendasi Intervensi Program.................................................................................18
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................32
5.1 Kesimpulan...................................................................................................................32
5.2 Saran.............................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................34
4
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi yang telah lama diketahui dan
menjadi penyebab kematian di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri
tuberkulosis yang menyerang organ selain paru-paru.1 Kompleks bakteri akan terus merusak
jaringan hingga dapat menyebabkan kerusakan organ dan berujung pada kematian. 2 Pada
tahun 2017 Indonesia menduduki peringkat ke-3 diantara 5 negara yang mempunyai beban
tuberkulosis yang terbesar yaitu India, China, Indonesia, Philippina and Pakistan.
Berdasarkan Global Report Tuberculosis tahun 2017, secara global kasus baru tuberkulosis
sebesar 6,3 juta, setara dengan 61% dari insiden tuberkulosis (10,4 juta). 3 Tahun 2017
ditemukan jumlah kasus tuberkulosis di Indonesia sebanyak 425.089 kasus, meningkat bila
dibandingkan tahun sebelumnya. Pada triwulan ke 3 tahun 2018 terdapat kasus TB sebanyak
370.838. 4
Kabupaten Kediri, dengan jumlah penduduk yang besar, dapat memberikan kontribusi
yang besar terhadap cakupan program TB di Propinsi Jawa Timur, yang mana pada tahun
2019 target capaian kasus adalah 2753 kasus dan jumlah kasus yang dicapai oleh Kabupaten
Kediri sebanyak 1.891 kasus (68,68%). Sejak tahun 2015 target yang digunakan untuk tidak
hanya pada BTA (+) melainkan semua kasus TB baik Rontgen (+) dan Ekstra paru. 5
Cakupan CDR semua kasus rata-rata Kabupaten pada tahun 2019 mengalami penurunan,
hal ini juga dipengaruhi jumlah absolut target yang berubah setiap tahun, karena
menyesuaikan dengan penemuan kasus sebelumnya serta adanya survey inventory kasus
5
TBC termasuk jumlah Puskesmas yang mencapai target CDR mengalami penurunan. CDR
Puskemas Ngadi pada tahun 2019 hanya mencapai 44% sedangkan pada tahun 2020 hanya
17,4%. Kondisi tersebut menunjukkan masih adanya kemungkinan penemuan penderita baru
BTA positif baru akan meningkat pada periode yang akan datang. Dengan makin banyaknya
penderita TB BTA positif yang ditemukan, diharapkan dapat menurunkan risiko penularan di
masyarakat. 5
Salah satu penyebab tidak tercapainya target adalah pelaksanaan program yang belum
optimal dan angka cakupan yang rendah. Untuk mengetahui kendala dalam pelaksanaan
paru di Puskemas Ngadi Kabupaten Kediri Provinsi Jawa Timur tahun 2020.
1.2 Tujuan
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengevaluasi program upaya pencegahan
1.3 Manfaat
A. Bagi Institusi
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi penelitian bagi peneliti yang akan
meneliti selanjutnya.
B. Bagi peneliti
6
1. Merupakan kewajiban dalam melaksanakan tugas internsip
7
BAB II
LANDASAN TEORI
Analisis Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu metode skoring untuk
menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Pada tahap ini masing-masing
masalah dinilai tingkat risiko dan dampaknya. Bila telah didapatkan jumlah skor maka dapat
menentukan prioritas masalah. Langkah skoring dengan menggunakan metode USG adalah
membuat daftar akar masalah, membuat tabel matriks prioritas masalah dengan bobot skoring
1-5 dan nilai yang tertinggi sebagai prioritas masalah. Untuk lebih jelasnya, pengertian
a. Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dan dihubungkan dengan waktu yang
tersedia serta seberapa keras tekanan waktu untuk memecahkan masalah yang menyebabkan
isu tadi.
b. Seriousness
Seberapa serius isu perlu dibahas dan dihubungkan dengan akibat yang timbul dengan
penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang
menimbulkan masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti
bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan masalah lain
adalah lebih serius bila dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri.
c. Growth
8
KRITERIA MATRIKS USG
b. Seberapa serius, kaparahan akibat yang ditimbulkan jika tidak diselesaikan (S = Severity)
c. Seberapa besar kemungkinan akan memburuk jika isu atau masalah dibiarkan saja (G =
Growth)
“Skor = U + S + G”
Untuk semua variable (unsur-unsur U, S dan G) diberikan nilai antara 1 (tidak penting)
sampai dengan 5 (sangat penting), misalkan untuk variable U (Urgensi), urgensi yang paling
tinggi diberikan nilai yang tertinggi (5), sedangkan urgensi terendah diberi nilai 1. Sesuai
5 Sangat penting
4 Penting
3 Netral
2 Tidak penting
dan secara grafik menggambarkan secara detail semua penyebab yang berhubungan dengan
suatu permasalahan. Diagram ini disebut Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram) karena
bentuknya seperti tulang ikan, atau disebut Diagram Ishikawa (Ishikawa Diagram) karena
9
ditemukan oleh Prof. Ishikawa Kaoru dari Universitas Tokyo Jepang pada tahun 1943, dan
mulai dipergunakan pada tahun 1960-an. Diagram ini mengambarkan sebab akibat yang
menunjukkan hubungan antara penyebab dan akibat dari suatu masalah dan berguna dalam
Konsep dasar dari diagram fishbone adalah permasalahan mendasar diletakkan pada
bagian kanan daridiagram atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya. Penyebab
permasalahan digambarkan pada sirip dan durinya. Kategori penyebab permasalahan yang
sering digunakan sebagai start awal meliputi materials (bahan baku), machines and
equipment (mesin dan peralatan), manpower (sumber daya manusia), methods (metode),
penyebab munculnya masalah ini sering disingkat dengan 6M. Penyebab lain dari masalah
selain 6M tersebut dapat dipilih jika diperlukan. Untuk mencari penyebab dari permasalahan,
baik yang berasal dari 6M seperti dijelaskan di atas maupun penyebab yang mungkin lainnya
10
1.3 Metode MIV/C untuk Penentuan Prioritas Penyelesaian Masalah
Metode Reinke juga merupakan metode dengan mempergunakan skor. Nilai skor berkisar
M = Magnitude of the problem yaitu besarnya masalah yang dapat dilihat dari % atau
jumlah / kelompok yang terkena masalah, keterlibatan masyarakat serta kepentingan instansi
terkait.
I = Importancy atau kegawatan masalah yaitu tingginya angka morbiditas dan mortalitas
masalah yang dihadapi. Sensitifitas dapat diketahui dari perkiraan hasil (output) yang
C = Cost yaitu biaya atau dana yang dipergunakan untuk melaksanakan pemecahan
masalah.
Sama seperti metode yang lain dengan menggunakan skor, maka untuk mempermudah
pengerjaan diperlukan adanya tabel. Hasil skor masing-masing masalah kemudian dihitung
dengan rumus:
11
P = (M x V x I) : C
BAB III
ANALISIS
pemeriksaan HIV
U S G
Nomor Masalah Total Ranking
(Urgency) (Seriousness) (Growth)
1 Pelayanan diare balita 2 3 2 7 5
12
2 Kasus TBC yang di
4 5 5 14 1
temukan dan di obati
3 Persentase Pelayanan
orang terduga TBC
yang mendapatkan 5 4 4 13 2
pelayananTBC sesuai
standar
4 Angka Keberhasilan
4 4 4 12 3
pengobatan kasus TBC
5 Orang yang berisiko
terinfeksi HIV
4 3 3 10 4
mendapatkan
pemeriksaan HIV
3.2 Penentuan Prioritas Masalah
13
3.3 Mencari Akar Penyebab Masalah menggunakan Fishbone Analysis
INPUT
Kader TB Adanya pandemi
Jumlah kader khusus banyak yang Covid 19 Keterbatasan lahan Belum tersedia
program TB pada tidak aktif menyebabkan untuk perluasan tempat untuk
setiap desa wilayah program TB tidak ruangan puskesmas pelayanan TB karena
kerja puskesmas berjalan maksimal digunakan untuk
Rendahnya minat
masyarakat untuk
Rendahnya minat Kurang terjaringnya Tidak ada pemisah
pemeriksaan
masyarakat untuk pasien baru TB tidak antara ruang tunggu
sputum
menjadi kader TB berjalan maksimal pasien TB dengan
pasien lainnya
Tim khusus
Adanya pandemi
Penemuan TB
covid- 19
kasus TB mempunyai
menyebabkan Masyarakat kontak
PROSES banyak kegiatan secara aktif erat TB tidak mau
tugas
rangkap atau Pertemuan
program TB Tidak ada kader masih kurang melakukan OUTPUT
ENVIRONTMENT double rutin internal
belum berjalan yang bertanggung pemeriksaan antar
jawab untuk Tidak ada sputum Kurangnya Follow – Up rutin
pemegang
menjemput pasien kegiatan koordinasi antara setiap dan
bulan oleh
Tidak ada target program
terduga TB agar skrining massal petugas ke kader kepada
penjaringan suspek kader belum
segera melakukan untuk kelompok kelurahan maupun pasien TB belum
oleh kader setiap terlaksana
pengobatan di rentan TB ke kecamatan terlaksana
bulannya
puskesmas untuk pengawasan maksimal
kasus TB
Planning Actuating
Organizing Controlling
14
INPUT
Sebab Akibat
Man
- Kurangnya jumlah kader khusus program TB pada setiap desa wilayah kerja puskesmas
- Kader TB banyak yang tidak aktif
- Rendahnya minat masyarakat untuk menjadi kader TB
- Kurangnya kesadaran masyarakat untuk pemeriksaan sputum
Method
Enviroment
15
PROSES
Sebab Akibat
Planning
Organizing
- Tim khusus TB mempunyai tugas rangkap atau double job dengan program lain
Rendahnya cakupan
- Pertemuan rutin internal antar pemegang program dan kader yang belum terlaksana
temuan Tuberculosis di
- Kurangnya koordinasi antara petugas ke kelurahan maupun ke kecamatan untuk pengawasan
Puskesmas Ngadi
kasus TB
Actuating
- Follow – Up rutin setiap bulan oleh kader kepada pasien TB belum terlaksana maksimal
16
3.4 Alternatif Solusi
1. Penyuluhan tentang Pencegahan Meningkatkan pengetahuan Kegiatan di lakukan - Pasien TB dan Rp 500.000,-
Penyakit TB dan Bahaya yang dan kepekaan masyarakat dengan metode keluarganya
diakibatkan oleh Penyakit TB tentang penyakit TB sehingga penyuluhan yang - Masyarakat umum
kepada masyarakat timbul kesadaran masyarakat diberikan oleh dokter - Tokoh Masyarakat
menyeluruh tetapi
mudah dipahami
masyarakat. Peserta
diberikan materi
disimpan dirumah.
Penyuluhan
menyesuaikan kegiatan
17
di masyarakat seperti
posyandu balita
ataupun lansia,
vaksinansi, prolanis,
sebagainya. Adanya
pandemi covid
membatasi jumlah
peserta penyuluhan
bisa dengan
membagikan leaflet
kepada masyarakat.
kepada kader dan petugas dan kepatuhan kader serta dengan metode - Petugas Puskemas
pencegahan sampai
pengobatannya, SOP
TB di masyarakat.
Peserta diberikan
Effectivity
Nomor Alternatif Penyelesaian Masalah C MxIxV/C
M I V
kepada masyarakat
19
petugas Puskemas Ngadi
Judul Sosialisasi Pencegahan dan Deteksi Dini TB kepada kader TB dan petugas Puskesmas diwilayah kerja Puskesmas
- Perlunya kerjasama seluruh petugas Puskesmas seperti Bidan Desa, PJ Pustu dan Polindes untuk membantu
- Meningkatkan kemauan masyarakat menjadi kader TB yang aktif dalam pelaksanaan kegiatan TB
- Penyuluhan maupun tanya jawab langsung mengenai TB bisa disampaikan oleh petugas puskemas
20
- Penularan dan Komplikasi TB yang patut di waspadai
21
BAB IV
PEMBAHASAN
mempunyai beban tuberkulosis yang terbesar yaitu India, China, Indonesia, Philippina
dan Pakistan. Berdasarkan Global Report Tuberculosis tahun 2017, secara global kasus
baru tuberkulosis sebesar 6,3 juta, setara dengan 61% dari insiden tuberkulosis (10,4
juta).3 Tahun 2017 ditemukan jumlah kasus tuberkulosis di Indonesia sebanyak 425.089
kasus, meningkat bila dibandingkan tahun sebelumnya. Pada triwulan ke 3 tahun 2018
penanggulangan dengan cara membuat program yang disebut program Pencegahan dan
upaya kesehatan yang mengutamakan aspek promotif dan preventif, tanpa mengabaikan
aspek kuratif dan rehabilitatif yang ditujukan untuk melindungi kesehatan masyarakat,
mencegah resistensi obat dan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan akibat
Tuberkulosis.4
Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pusat, antara lain: 1) Cakupan pengobatan semua kasus
TB (case detection rate/CDR) yang diobati; 2) Angka notifikasi semua kasus TB (case
pengobatan pasien TB semua kasus; 4) Cakupan penemuan kasus resistan obat; 5) Angka
22
mengetahui status HIV. Dari ke 6 indikator tersebut, pemerintah lebih menekankan pada
Pada tahun 2020 di Puskemas Ngadi tidak berhasil mencapai target capaian penemuan
kasus TB. Setelah dilakukan analisis masalah menggunakan Metode Fishbone analisis
A. INPUT
- Man
Sumber daya manusia (SDM) atau tenaga Puskesmas Ngadi sudah memiliki
tim khusus program TB, diantaranya pemegang program, dokter, perawat, analis
penemuan kasus maupun penanganan kasus. Hal ini sesuai dengan pedoman
tenaga kesehatan yang melakukan tugas ganda atau double job dengan program lain
seperti memegang program Infeksi Seksual Menular (IMS), HIV AIDS dan TB.
Jumlah kader TB yang kurang di wilayah puskemas Ngadi serta banyak yang
lingkungannya sehingga kader masih kurang peka untuk lebih aktif lagi. Hal ini juga
23
berpengaruh terhadap rendahnya minat masyarakat untuk melakukan pemeriksaan
sputum karena kurangnya edukasi dari para kader yang paham akan TB. Idha
kompetensi dan kinerja petugas sehingga perlu diadakan pelatihan kader lebih rutin
- Method
kriteria dari dinkes kabupaten, hal ini menunjang penatalaksanaan program kerja.
Akan tetapi pada prosesnya pencapaian angka cakupan TB masih rendah pada
tahun 2020 karena adanya pandemi Covid-19 yang banyak membatasi gerak kerja
- Material
khusus TB (poli DOTS) yang berada diluar gedung puskesmas agar terhindar dari
saat ini masih digunakan untuk swab dan vaksinasi covid sehingga selama pandemi
ini pelayanan pasien TB diperantarai oleh PMO setiap bulannya dengan rutin
24
melaporkan kondisi dan BB pasien. Ruang poli DOTS berisi ruang pemeriksaan
pasien TB dan beberapa alat medis khusus pasien TB berupa masker bedah, respirator
N95, sarung tangan, lemari penyimpanan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dan ruang
pembuangan dahak (Pojok Dahak). Hal ini karena keterbatasan lahan puskemas untuk
Puskemas Ngadi sudah memiliki ruang laboratorium berisi pot dahak, either
alcohol, jarum suntik, reagensia, alat mikroskop binokuler, box slide, lemari
penyimpanan dahak, namun tidak ada alat Tes Cepat Molekuler (TCM). Sudah
tersedia formulir TB untuk administrasi pencatatan dan pelaporan berupa form TB.01
sampai TB.10. Sarana dan Prasarana program P2TB di Puskesmas Ngadi masih
kurang memadahi.
- Enviroment
takut tertular virus corona. Ditambah lagi dengan pembatasan gerak puskesmas untuk
masyarakat yang masih memiliki budaya meludah di sembarang tempat sehingga bila
menderita TB paru rentan menularkan pada orang sekitarnya. Menurut WHO, bahwa
contoh menyediakan masker khusus pasien TB, memberikan leaflet tentang cara
25
batuk dan membuang dahak yang benar. Peningkatan program pasif case finding oleh
petugas kesehatan menjadi proactive case finding oleh kader yang memerlukan
tenaga kesehatan, provider baik dengan membentuk banyak kader kesehatan penyuluh
B. PROSES
- Planning
oleh semua tim khusus TB (tim DOTS) agar dapat berkolaborasi antara pemegang
program dengan petugas kesehatan yang lain dalam membentuk jadwal pelaksanaan
kegiatan dan di samping itu dalam pengadaan rapat selalu perwakilan dari UKP dan
UKM.
Format proses perencanaan yang dilakukan secara tertulis dibuat oleh masing-
anggaran yang didapat dan dijadikan satu dalam Rencana Kegiatan Tahunan (RKT)
setiap tahunnya seperti indikator cakupan penemuan kasus TB setiap tahun harus naik
contohnya tahun 2018 sebesar 60% tapi tahun 2019 sebesar 70%. Strategi yang
program tersebut meliputi, penjaringan suspek oleh kader ditarget harus berapa kasus
26
bertanggung jawab diwilayah tersebut menjemput bola untuk segera dilakukan
mengurangi angka temuan kasus suspek. Kurang aktifnya kader menyebabkan target
penjaringan suspek TB tidak berjalan serta tidak ada yang bertanggung jawab
- Organizing
kasus yang ada di lapangan, apabila di lapangan membutuhkan tenaga medis maka
penanggungjawab tenaga medis dari program tersebut yang akan menangani kasus,
profesinya. Akan tetapi masih ada pemegang program yang double job dengan
pelaksanaan fungsi pengorganisasian pada suatu organisasi tidak akan efektif apabila
Agenda rapat internal antara pemegang program dan kader masih belum
maksimal. Rapat eksternal rutin dengan pihak kelurahan dan kecamatan terkait
Program, belum rutin dilaksanakan karena saat ini masih fokus kegiatan vaksinasi
Covid-19.
- Actuating
27
Kegiatan penemuan kasus secara aktif dilakukan dengan cara investigasi dan
pemeriksaan kasus kontak, skrining massal terutama kelompok rentan dan kelompok
beresiko. Puskesmas Ngadi sudah melibatkan masyarakat khususnya kader TB, tetapi
saat ini kader TB banyak yang tidak aktif. Kendala penemuan kasus secara aktif yaitu
terduga TB (kontak erat) enggan memberikan dahak kepada kader TB, terduga TB
menolak merasa dirinya merasa sehat dan tidak tertular penyakit TB. Skrining massal
terutama kelompok rentan dan kelompok orang beresiko belum dilakukan oleh
Puskesmas Ngadi, hal ini disebabkan karena jumlah penduduk tidak sebanding
banyak lintas sektor. Puskesmas Ngadi sudah melibatkan beberapa lintas sektor
seperti DPM (Dokter Praktek Mandiri) dan BPM (Bidan Praktek Mandiri) untuk
tempat prakteknya. Meskipun penemuan secara pasif ini belum terlaksana maksimal
untuk pelaporannya.
- Controlling
Puskesmas Ngadi dilakukan 2 kali oleh tim TB Puskemas, dimana laporan pertama
yaitu aplikasi Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) dan pencatatan manual di form
penanggulangan TB, dilakukan melalui laporan setiap 3 bulan sekali yang sudah
diagendakan oleh Dinkes untuk menilai pencatatan dan pelaporan kerja petugas P2TB
serta memantau pelaksanaan program. Follow-Up kader kepada pasien TB juga belum
28
terlaksana maksimal sehingga petugas harus mengawasi satu persatu pasien TB di
puskesmas.
C. OUTPUT
Penanggulangan TB tahun 2020 sebesar 17,4%, hal tersebut menunjukkan bahwa masih
puskemas Ngadi terdapat permasalahan utama yaitu kurang aktifnya peran kader dalam
kegiatan TB di puskemas. Hal ini perlu dilakukan intervensi lebih lanjut agar kader dapat
menunjukkan kinerja yang lebih baik sehingga dapat membantu meningkatkan angka
aktif masyarakat meliputi bantuan terhadap identifikasi dan diagnosa pasien TB sehingga
rentang waktu yang dibutuhkan lebih cepat. Bantuan diperlukan terutama di kalangan
kelompok miskin atau rentan yang biasanya tidak memiliki akses ke layanan TB.
Dukungan lain yang harus diberikan meliputi tindakan peningkatan kesadaran pasien TB
untuk menjalani perawatan dan pengobatan sesuai ketetapan serta menghilangkan stigma
di masyarakat terhadap pasien TB agar diperoleh hasil pengobatan yang baik, dalam hal
Penelitian di Nigeria yang mengatakan alat yang paling efektif untuk mengatasi
keyakinan yang salah dan stigma terhadap pasien TB adalah komunikasi dan mobilisasi
sosial yang dilakukan oleh masyarakat salah satunya kader TB. Kurangnya pengetahuan
29
meningkatkan stigmatisasi pasien TB yang pada akhirnya dapat menurunkan tingkat
tuberkulosis. Desa yang memiliki partisipasi masyarakat yang tinggi akan lebih banyak
yang dapat melampaui target CDR lebih besar atau sama dengan 70 persen bila
kader sebagai elemen yang memberikan kontribusi positif. 14 Kader kesehatan merupakan
anggota masyarakat yang sudah dilatih dan bekerja secara sukarela dalam membantu
masyarakat dan tinggal di lingkungan yang sama.16 Pemenuhan tanggung jawab sebagai
kader memerlukan adanya prinsip sehingga hambatan yang didapatkan di lapangan tidak
akan menghalangi kader melaksanakan tugas. Prinsip utama yang harus dipegang kader
bahwa pasien TB harus diobati, tidak diabaikan, harus disembuhkan karena penyakit TB
30
Penurunan jumlah anggota masyarakat terinfeksi TB, merupakan tujuan jangka
pendek yang ingin dicapai untuk selanjutnya menghilangkan kejadian kasus baru TB.
Dampak yang ingin dicapai, memerlukan kerja keras semua pihak termasuk kader
rantai penularan TB merupakan bagian dari pengetahuan yang harus dimiliki kader
Kader yang paham bahwa peningkatan jumlah pasien TB setiap tahun diikuti dengan
membesarnya kerugian yang ditimbulkan juga mengerti bahwa hal ini berkaitan dengan
mudahnya terjadi penularan. Perpindahan kuman dari satu individu ke individu lain,
sudah sangat dipahami oleh kader sehingga menjadi hal yang diinformasikan kepada
masyarakat ketika melakukan interaksi. Pemahaman yang baik akan sangat membantu
31
BAB V
1.1 Kesimpulan
Tuberculosis di Puskesmas Ngadi pada tahun 2020 maka dapat di simpulkan bahwa
terdapat kendala utama dalam pelaksanaannya yaitu ketidakaktifkan kader dalam proses
penemuan kasus secara aktif serta follow-up pasien TB yang belum optimal. Selain itu,
adanya pandemi Covid -19 pada tahun 2020 di Indonesia juga menyebabkan keterbatasan
mendatangi fasilitas kesehatan karena takut tertular covid-19 serta masyarakat engga
1.2 Saran
kasus.
- Pembagian leaflet serta penyuluhan mengenai gejala dan bahaya TB dalam jumlah
terbatas pada pasien TB dan keluarga serta masyarakat untuk mengingatkan bahwa di
Indonesia angka TB masih tinggi yang membutuhkan kontribusi semua pihak untuk
- Mempertahankan koordinasi dan komunikasi yang sudah ada dan terus ditingkatkan
jejaring layanan TB
32
- Meningkatkan penemuan kasus melalui ACF (Active Case Finding) dan melakukan
skrining massal atau deteksi dini kasus TB bersama dengan Kader Posyandu atau ibu-ibu
PKK, dll.
beberapa pihak seperti Camat, Lurah, Ketua RW/RT, Organisasi Masyarakat, Tokoh
33
DAFTAR PUSTAKA
2. Wahyuningsih E. Pola Klinik Tuberkulosis Paru di RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode
Juli 2012 - Agustus 2013 [Internet]. Universitas Diponegoro; 2014. Available from:
http://eprints.undip.ac.id/44615/
4. Kemenkes RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI.
5. Pemerintah Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, 2019, Profil kesehatan Kab Kediri tahun
2019
7. Tim Modul Sistem Pelayanan Kesehatan Primer, 2020, Modul Evaluasi Program (Bagian
Modul Sistem Pelayanan Kesehatan Primer), Jakarta : Medical Education Unit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
10. Mukhadiono. 2011. Pengaruh Prosedur Dan Fasilitas Pelayanan Terhadap Kualitas
Pelayanan Peserta Program Jamkesmas Di Puskesmas I Cilongok. Jurnal Keperawatan
Soedirman Volume 6, No. 1. Poltekkes Semarang
11. Niniek L. Pratiwi, Betty R, dan Rachmat Hargono, 2012, Faktor Determinan Budaya
Kesehatan Dalam Penularan Penyakit TB Paru, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan –
Vol. 15 No. 1 Januari 2012: 26–37
13. Balogun, M., Sekoni, A., Meloni, S.T., Odukoya, O., Onajole, A., Longe-Peters O.,
Ogunsola, F. & Kanki, P.J. (2015). Trained community volunteer improve tuberculosis
knowledge and attitudes among adults in a periurban community in southwest Nigeria.
The American journal of tropical medicine and hygiene, 92(3), 625-632.
34
14. Reviono, Sulaeman ES, Murti B. Modal Sosial dan Partisipasi Masyarakat dalam
Penemuan Penderita Tuberkulosis. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.
2013;7(11):495-501.
15. Kemenkes RI. (2016). Tuberkulosis: Temukan, Obati Sampai Sembuh. Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI.
16. Maryunani, A. (2013). Perilaku hidup bersih dan Sehat (PHBS) untuk mahasiswa dan
petugas kesehatan. Jakarta : CV Trans Info Media.
17. Harris, D., Harrahap, J., Masrul, Alona, I., Machmud, R., & Iswara, L. (2018) Ujian
kesabaran melawan TB. Jaringan Kesejahteraan/Kesehatan Masyarakat (JKM), 2(1).
35