Anda di halaman 1dari 35

EVALUASI PROGRAM

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TUBERCULOSIS

DI PUSKESMAS NGADI TAHUN 2020

Disusun oleh:
dr. Nurul Choviya S

Pendamping:
dr. Ratnasari Tri Sulistyowati

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PERIODE I FEBRUARI 2021
UPTD PUSKESMAS NGADI
KABUPATEN KEDIRI
LEMBAR PENGESAHAN

EVALUASI PROGRAM

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TUBERCULOSIS

DI PUSKESMAS NGADI TAHUN 2020

Oleh:

dr. Nurul Choviya S

Disusun sebagai salah satu persyaratan tugas

Program Internsip Dokter Indonesia

Mengetahui dan Menyetujui


Pendamping Internsip
UPTD Puskesmas Ngadi,

dr. Ratnasari Tri Sulistyowati


NIP. 198103102011012008

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu melimpahkan rahmat,

anugerah, dan karunianya sehingga kami bisa menyelesaikan “Evaluasi Program Upaya

Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tuberculosis Di Puskesmas Ngadi Tahun 2020” ini

dengan baik sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Kami mengucapkan terima kasih

kepada dr. Ratnasari Tri S selaku pendamping dokter internsip Puskesmas Ngadi, bu Enik selaku

pemegang program beserta staf Puskesmas Ngadi yang membantu kami menyelesaikan evaluasi

program ini.

Kami menyadari bahwa penulisan ini kami masih kurang sempurna. Untuk itu kami

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca agar kedepannya

kami dapat memperbaiki dan menyempurnakan tulisan ini. Kami berharap agar laporan kasus

yang kami tulis ini berguna bagi semua orang dan dapat digunakan sebaik-baiknya sebagai

sumber informasi. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Kediri, Juni 2021

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................... 1
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................ 2
KATA PENGANTAR................................................................................................. 3
DAFTAR ISI................................................................................................................ 4
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 5
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 5
1.2 Tujuan .......................................................................................................................... 6
1.3 Manfaat......................................................................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................... 8
2.1 Metode USG Untuk Menentukan Prioritas Masalah.................................................... 8
2.2 Metode Fishbone Analysis untuk Penentuan Akar Penyebab Masalah........................9
2.3 Metode MIV/C untuk Penentuan Prioritas Penyelesaian Masalah...............................11
BAB III ANALISIS.....................................................................................................12
3.1 Upaya Kesehatan Masyarakat di Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit......12
3.2 Penentuan Prioritas Masalah.........................................................................................12
3.3 Mencari Akar Penyebab Masalah menggunakan Fishbone Analysis...........................13
3.4 Alternatif Solusi............................................................................................................16
3.5 Penentuan prioritas solusi (Tabel MIV/C)....................................................................18
3.6 Rekomendasi Intervensi Program.................................................................................18
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................32
5.1 Kesimpulan...................................................................................................................32
5.2 Saran.............................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................34

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi yang telah lama diketahui dan

menjadi penyebab kematian di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri

Mycobacterium tuberculosis dan biasanya menyerang paru-paru, meskipun terdapat

tuberkulosis yang menyerang organ selain paru-paru.1 Kompleks bakteri akan terus merusak

jaringan hingga dapat menyebabkan kerusakan organ dan berujung pada kematian. 2 Pada

tahun 2017 Indonesia menduduki peringkat ke-3 diantara 5 negara yang mempunyai beban

tuberkulosis yang terbesar yaitu India, China, Indonesia, Philippina and Pakistan.

Berdasarkan Global Report Tuberculosis tahun 2017, secara global kasus baru tuberkulosis

sebesar 6,3 juta, setara dengan 61% dari insiden tuberkulosis (10,4 juta). 3 Tahun 2017

ditemukan jumlah kasus tuberkulosis di Indonesia sebanyak 425.089 kasus, meningkat bila

dibandingkan tahun sebelumnya. Pada triwulan ke 3 tahun 2018 terdapat kasus TB sebanyak

370.838. 4

Kabupaten Kediri, dengan jumlah penduduk yang besar, dapat memberikan kontribusi

yang besar terhadap cakupan program TB di Propinsi Jawa Timur, yang mana pada tahun

2019 target capaian kasus adalah 2753 kasus dan jumlah kasus yang dicapai oleh Kabupaten

Kediri sebanyak 1.891 kasus (68,68%). Sejak tahun 2015 target yang digunakan untuk tidak

hanya pada BTA (+) melainkan semua kasus TB baik Rontgen (+) dan Ekstra paru. 5

Cakupan CDR semua kasus rata-rata Kabupaten pada tahun 2019 mengalami penurunan,

hal ini juga dipengaruhi jumlah absolut target yang berubah setiap tahun, karena

menyesuaikan dengan penemuan kasus sebelumnya serta adanya survey inventory kasus

5
TBC termasuk jumlah Puskesmas yang mencapai target CDR mengalami penurunan. CDR

Puskemas Ngadi pada tahun 2019 hanya mencapai 44% sedangkan pada tahun 2020 hanya

17,4%. Kondisi tersebut menunjukkan masih adanya kemungkinan penemuan penderita baru

BTA positif baru akan meningkat pada periode yang akan datang. Dengan makin banyaknya

penderita TB BTA positif yang ditemukan, diharapkan dapat menurunkan risiko penularan di

masyarakat. 5

Salah satu penyebab tidak tercapainya target adalah pelaksanaan program yang belum

optimal dan angka cakupan yang rendah. Untuk mengetahui kendala dalam pelaksanaan

program penanggulangan TB paru di Puskesmas Ngadi tersebut perlu dilakukan evaluasi.

Penelitian ini bertujuan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan program penanggulangan TB

paru di Puskemas Ngadi Kabupaten Kediri Provinsi Jawa Timur tahun 2020.

1.2 Tujuan

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengevaluasi program upaya pencegahan

dan pengendalian penyakit tuberculosis di Puskesmas Ngadi pada tahun 2020.

1.3 Manfaat

A. Bagi Institusi

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi penelitian bagi peneliti yang akan

meneliti selanjutnya.

2. Dapat memberikan informasi mengenai kinerja program pencegahan dan pengendalian

penyakit tuberculosis di Puskemas Ngadi

B. Bagi peneliti

6
1. Merupakan kewajiban dalam melaksanakan tugas internsip

2. Menambah pengetahuan peneliti mengenai kinerja program pencegahan dan pengendalian

penyakit tuberculosis di Puskemas Ngadi

7
BAB II

LANDASAN TEORI

1.1 Metode USG untuk Penentuan Prioritas Masalah

Analisis Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu metode skoring untuk

menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Pada tahap ini masing-masing

masalah dinilai tingkat risiko dan dampaknya. Bila telah didapatkan jumlah skor maka dapat

menentukan prioritas masalah. Langkah skoring dengan menggunakan metode USG adalah

membuat daftar akar masalah, membuat tabel matriks prioritas masalah dengan bobot skoring

1-5 dan nilai yang tertinggi sebagai prioritas masalah. Untuk lebih jelasnya, pengertian

urgency, seriousness, dan growth dapat diuraikan sebagai berikut :6

a. Urgency

Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dan dihubungkan dengan waktu yang

tersedia serta seberapa keras tekanan waktu untuk memecahkan masalah yang menyebabkan

isu tadi.

b. Seriousness

Seberapa serius isu perlu dibahas dan dihubungkan dengan akibat yang timbul dengan

penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang

menimbulkan masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan. Perlu dimengerti

bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah yang dapat menimbulkan masalah lain

adalah lebih serius bila dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri.

c. Growth

Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang dikaitkan

kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau dibiarkan.

8
KRITERIA MATRIKS USG

Penetapan masalah dengan teknik criteria matriks : 6

a. Seberapa mendesak isu itu harus dibahas dan diselesaikan (U = Urgency)

b. Seberapa serius, kaparahan akibat yang ditimbulkan jika tidak diselesaikan (S = Severity)

c. Seberapa besar kemungkinan akan memburuk jika isu atau masalah dibiarkan saja (G =

Growth)

“Skor = U + S + G”

Untuk semua variable (unsur-unsur U, S dan G) diberikan nilai antara 1 (tidak penting)

sampai dengan 5 (sangat penting), misalkan untuk variable U (Urgensi), urgensi yang paling

tinggi diberikan nilai yang tertinggi (5), sedangkan urgensi terendah diberi nilai 1. Sesuai

dengan tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1. Keterangan pemberian Skor

5 Sangat penting

4 Penting

3 Netral

2 Tidak penting

1 Sangat tidak Penting

1.2 Metode Fishbone Analysis untuk Penentuan Akar Penyebab Masalah

Fishbone diagram merupakan suatu alat visual untuk mengidentifikasi, mengeksplorasi,

dan secara grafik menggambarkan secara detail semua penyebab yang berhubungan dengan

suatu permasalahan. Diagram ini disebut Diagram Tulang Ikan (Fishbone Diagram) karena

bentuknya seperti tulang ikan, atau disebut Diagram Ishikawa (Ishikawa Diagram) karena

9
ditemukan oleh Prof. Ishikawa Kaoru dari Universitas Tokyo Jepang pada tahun 1943, dan

mulai dipergunakan pada tahun 1960-an. Diagram ini mengambarkan sebab akibat yang

menunjukkan hubungan antara penyebab dan akibat dari suatu masalah dan berguna dalam

brainstorming karena dapat menyusun ide-ide yang muncul. 6

Konsep dasar dari diagram fishbone adalah permasalahan mendasar diletakkan pada

bagian kanan daridiagram atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya. Penyebab

permasalahan digambarkan pada sirip dan durinya. Kategori penyebab permasalahan yang

sering digunakan sebagai start awal meliputi materials (bahan baku), machines and

equipment (mesin dan peralatan), manpower (sumber daya manusia), methods (metode),

Mother Nature/environment (lingkungan), dan measurement (pengukuran). Keenam

penyebab munculnya masalah ini sering disingkat dengan 6M. Penyebab lain dari masalah

selain 6M tersebut dapat dipilih jika diperlukan. Untuk mencari penyebab dari permasalahan,

baik yang berasal dari 6M seperti dijelaskan di atas maupun penyebab yang mungkin lainnya

dapat digunakan teknik brainstorming. Seperti contoh di bawah ini : 6

10
1.3 Metode MIV/C untuk Penentuan Prioritas Penyelesaian Masalah

Metode Reinke juga merupakan metode dengan mempergunakan skor. Nilai skor berkisar

1-5 atas serangkaian kriteria : 6

M = Magnitude of the problem yaitu besarnya masalah yang dapat dilihat dari % atau

jumlah / kelompok yang terkena masalah, keterlibatan masyarakat serta kepentingan instansi

terkait.

I = Importancy atau kegawatan masalah yaitu tingginya angka morbiditas dan mortalitas

serta kecenderunagn dari waktu ke waktu.

V = Vulnerability yaitu sensitif atau tidaknya pemecahan masalah dalam menyelesaikan

masalah yang dihadapi. Sensitifitas dapat diketahui dari perkiraan hasil (output) yang

diperoleh dibandingkan dengan pengorbanan (input) yang dipergunakan.

C = Cost yaitu biaya atau dana yang dipergunakan untuk melaksanakan pemecahan

masalah.

P = Prioritas atau pemecahan masalah.

Sama seperti metode yang lain dengan menggunakan skor, maka untuk mempermudah

pengerjaan diperlukan adanya tabel. Hasil skor masing-masing masalah kemudian dihitung

dengan rumus:

11
P = (M x V x I) : C

BAB III

ANALISIS

Nomor Upaya Target Capaian Kesenjangan

1 Pelayanan diare balita 100% 36,6% 63,4%

2 Kasus TBC yang di temukan dan di obati 80% 17,4% 62,6%

3 Persentase Pelayanan orang terduga TBC yang 100% 2,7% 97,3%

mendapatkan pelayananTBC sesuai standar

4 Angka Keberhasilan pengobatan kasus TBC 90% 11,5% 78,5%

5 Orang yang berisiko terinfeksi HIV mendapatkan 100% 32,9% 67,1%

pemeriksaan HIV

2. 1 Upaya Kesehatan Masyarakat di Bidang Pencegahan dan Pengedalian Penyakit

U S G
Nomor Masalah Total Ranking
(Urgency) (Seriousness) (Growth)
1 Pelayanan diare balita 2 3 2 7 5

12
2 Kasus TBC yang di
4 5 5 14 1
temukan dan di obati
3 Persentase Pelayanan
orang terduga TBC
yang mendapatkan 5 4 4 13 2
pelayananTBC sesuai
standar
4 Angka Keberhasilan
4 4 4 12 3
pengobatan kasus TBC
5 Orang yang berisiko
terinfeksi HIV
4 3 3 10 4
mendapatkan
pemeriksaan HIV
3.2 Penentuan Prioritas Masalah

13
3.3 Mencari Akar Penyebab Masalah menggunakan Fishbone Analysis

Man Method Material

INPUT
Kader TB Adanya pandemi
Jumlah kader khusus banyak yang Covid 19 Keterbatasan lahan Belum tersedia
program TB pada tidak aktif menyebabkan untuk perluasan tempat untuk
setiap desa wilayah program TB tidak ruangan puskesmas pelayanan TB karena
kerja puskesmas berjalan maksimal digunakan untuk
Rendahnya minat
masyarakat untuk
Rendahnya minat Kurang terjaringnya Tidak ada pemisah
pemeriksaan
masyarakat untuk pasien baru TB tidak antara ruang tunggu
sputum
menjadi kader TB berjalan maksimal pasien TB dengan
pasien lainnya

Tim khusus
Adanya pandemi
Penemuan TB
covid- 19
kasus TB mempunyai
menyebabkan Masyarakat kontak
PROSES banyak kegiatan secara aktif erat TB tidak mau
tugas
rangkap atau Pertemuan
program TB Tidak ada kader masih kurang melakukan OUTPUT
ENVIRONTMENT double rutin internal
belum berjalan yang bertanggung pemeriksaan antar
jawab untuk Tidak ada sputum Kurangnya Follow – Up rutin
pemegang
menjemput pasien kegiatan koordinasi antara setiap dan
bulan oleh
Tidak ada target program
terduga TB agar skrining massal petugas ke kader kepada
penjaringan suspek kader belum
segera melakukan untuk kelompok kelurahan maupun pasien TB belum
oleh kader setiap terlaksana
pengobatan di rentan TB ke kecamatan terlaksana
bulannya
puskesmas untuk pengawasan maksimal
kasus TB
Planning Actuating
Organizing Controlling

14
INPUT

Sebab Akibat
Man

- Kurangnya jumlah kader khusus program TB pada setiap desa wilayah kerja puskesmas
- Kader TB banyak yang tidak aktif
- Rendahnya minat masyarakat untuk menjadi kader TB
- Kurangnya kesadaran masyarakat untuk pemeriksaan sputum
Method

- Adanya pandemi Covid 19 menyebabkan program TB tidak berjalan maksimal


- Kurang terjaringnya pasien baru TB
Rendahnya cakupan
Material
temuan Tuberculosis di
Puskesmas Ngadi
- Belum tersedia tempat untuk pelayanan TB karena digunakan untuk swab dan vaksinasi covid
- Tidak ada pemisah antara ruang tunggu pasien TB dengan pasien lainnya
- Keterbatasan lahan untuk perluasan ruangan puskesmas

Enviroment

- Pandemi Covid – 19 menyebabkan rasa takut masyarakat untuk berobat ke puskemas


- Anggapan masyarakat yang takut di kucilkan jika sakit TB
- Kurangnya promosi kesehatan terkait pencegahan penularan penyakit TB
- Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit TB mulai dari gejala hingga pengobatannya

15
PROSES

Sebab Akibat
Planning

- Adanya pandemi covid- 19 menyebabkan banyak kegiatan program TB belum berjalan


- Tidak ada target penjaringan suspek oleh kader setiap bulannya
- Tidak ada kader yang bertanggung jawab untuk menjemput pasien terduga TB agar segera
melakukan pengobatan di puskesmas

Organizing

- Tim khusus TB mempunyai tugas rangkap atau double job dengan program lain
Rendahnya cakupan
- Pertemuan rutin internal antar pemegang program dan kader yang belum terlaksana
temuan Tuberculosis di
- Kurangnya koordinasi antara petugas ke kelurahan maupun ke kecamatan untuk pengawasan
Puskesmas Ngadi
kasus TB

Actuating

- Penemuan kasus TB secara aktif masih kurang


- Tidak ada kegiatan skrining massal untuk kelompok rentan TB
- Masyarakat kontak erat TB tidak mau melakukan pemeriksaan sputum
Controlling

- Follow – Up rutin setiap bulan oleh kader kepada pasien TB belum terlaksana maksimal

16
3.4 Alternatif Solusi

No Solusi Masalah Tujuan Deskripsi Peserta/Sasaran Biaya

1. Penyuluhan tentang Pencegahan Meningkatkan pengetahuan Kegiatan di lakukan - Pasien TB dan Rp 500.000,-

Penyakit TB dan Bahaya yang dan kepekaan masyarakat dengan metode keluarganya

diakibatkan oleh Penyakit TB tentang penyakit TB sehingga penyuluhan yang - Masyarakat umum

kepada masyarakat timbul kesadaran masyarakat diberikan oleh dokter - Tokoh Masyarakat

dalam penemuan suspek TB dan Koordinator TB - Seluruh staff

dan kemauan masyarakat dengan menjelaskan puskesmas

untuk pemeriksaan sputum tentang TB secara

menyeluruh tetapi

mudah dipahami

masyarakat. Peserta

diberikan materi

melalui slide dan juga

leaflet agar bisa

disimpan dirumah.

Penyuluhan

menyesuaikan kegiatan

17
di masyarakat seperti

posyandu balita

ataupun lansia,

vaksinansi, prolanis,

senam dan lain

sebagainya. Adanya

pandemi covid

membatasi jumlah

peserta penyuluhan

sehingga alternatif lain

bisa dengan

membagikan leaflet

kepada masyarakat.

2. Sosialisasi deteksi dini TB Meningkatkan pengetahuan Kegiatan di lakukan - Kader TB Rp 1.000.000,-

kepada kader dan petugas dan kepatuhan kader serta dengan metode - Petugas Puskemas

Puskemas Ngadi petugas kesehatan terhadap penyuluhan yang Ngadi

SOP kasus TB agar diberikan oleh dokter

membantu menjelaskan dan Koordinator TB

kepada masyarakat dan dengan menjelaskan


18
menambah cakupan kasus TB tentang TB mulai dari

pencegahan sampai

pengobatannya, SOP

Deteksi dini TB,

Pentingnya peran kader

TB di masyarakat.

Peserta diberikan

materi melalui slide dan

juga guidebook agar

bisa disimpan dirumah.

3.5 Penentuan prioritas solusi (Tabel MIV/C)

Effectivity
Nomor Alternatif Penyelesaian Masalah C MxIxV/C
M I V

1. Penyuluhan tentang Pencegahan Penyakit TB 4 3 3 3 12

dan bahaya yang diakibatkan oleh Penyakit TB

kepada masyarakat

2. Sosialisasi deteksi dini TB kepada kader TB dan 5 4 4 4 20

19
petugas Puskemas Ngadi

3.6 Rekomendasi Intervensi Program

Judul Sosialisasi Pencegahan dan Deteksi Dini TB kepada kader TB dan petugas Puskesmas diwilayah kerja Puskesmas

Ngadi Kabupaten Kediri

Penyebab Masalah - Angka cakupan TB di Puskemas yang masih rendah

- Kader TB wilayah kerja puskemas Ngadi banyak yang tidak aktif

- Kurangnya minat masyarakat menjadi kader TB

- Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang TB dan pentingnya pemeriksaan sputum

- Perlunya kerjasama seluruh petugas Puskesmas seperti Bidan Desa, PJ Pustu dan Polindes untuk membantu

mendeteksi dini adanya TB di wilayahnya

- Perlunya edukasi dan konseling pada masyarakat mengenai Penyakit TB

Tujuan - Meningkatkan capaian cakupan TB di Puskesmas

- Meningkatkan kemauan masyarakat menjadi kader TB yang aktif dalam pelaksanaan kegiatan TB

- Meningkatkan pengetahuan pentingnya pemeriksaan sputum sebagai bentuk pencegahan penyebaran TB

- Keikutsertaan Bidan Desa, PJ Pustu Polindes dalam deteksi dini TB

- Penyuluhan maupun tanya jawab langsung mengenai TB bisa disampaikan oleh petugas puskemas

Rincian Kegiatan - Pemaparan tentang pencegahan dan pengobatan TB dimasyarakat

20
- Penularan dan Komplikasi TB yang patut di waspadai

- Pentingnya peran kader dan petugas puskemas dalam penanggulangan TB

- Pembagian Jobdesk Kader TB dan petugas puskemas di masyarakat

- Tanya Jawab permasalahan TB di masyarakat

- Refreshing kader dan petugas puskemas untuk meningkatkan semangat kerja

Tempat Puskesmas Ngadi

Waktu Diagendakan 1x setahun

Estimasi Biaya 1.000.000 untuk keperluan :

- snack dan makanan selama 2 hari

- print guidebook deteksi dini TB

Metode Evaluasi - Daftar hadir peserta

- Pretest dan Posttest Materi seusai yang pemaparan

- Keaktifan diskusi antara peserta dan pemateri

Indikator - Peningkatkan keaktifan kader TB dan petugas puskemas

Keberhasilan - Angka cakupan target TB mengalami kenaikan

- Penurunan terjangkit TB di wilayah kerja Puskesmas Ngadi

- Masyarakat lebih sadar dan peka dengan penyakit TB

21
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada tahun 2017 Indonesia menduduki peringkat ke 3 diantara 5 negara yang

mempunyai beban tuberkulosis yang terbesar yaitu India, China, Indonesia, Philippina

dan Pakistan. Berdasarkan Global Report Tuberculosis tahun 2017, secara global kasus

baru tuberkulosis sebesar 6,3 juta, setara dengan 61% dari insiden tuberkulosis (10,4

juta).3 Tahun 2017 ditemukan jumlah kasus tuberkulosis di Indonesia sebanyak 425.089

kasus, meningkat bila dibandingkan tahun sebelumnya. Pada triwulan ke 3 tahun 2018

kejadian kasus TB terdapat sebanyak 370.838 kasus yang ternotifikasi TB.4

Kenaikan kasus Tuberkulosis di Indonesia membuat pemerintah untuk melakukan

penanggulangan dengan cara membuat program yang disebut program Pencegahan dan

Penanggulangan TB (P2TB). Pencegahan dan Penanggulangan TB (P2TB) adalah segala

upaya kesehatan yang mengutamakan aspek promotif dan preventif, tanpa mengabaikan

aspek kuratif dan rehabilitatif yang ditujukan untuk melindungi kesehatan masyarakat,

menurunkan angka kesakitan, kecacatan atau kematian, memutuskan penularan,

mencegah resistensi obat dan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan akibat

Tuberkulosis.4

Permenkes Nomor 67 Tahun 2016 menyebutkan bahwa indikator utama yang

digunakan untuk menilai pencapaian strategi nasional penanggulangan TB di tingkat

Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pusat, antara lain: 1) Cakupan pengobatan semua kasus

TB (case detection rate/CDR) yang diobati; 2) Angka notifikasi semua kasus TB (case

notification rate/CNR) yang diobati per 100.000 penduduk; 3) Angka keberhasilan

pengobatan pasien TB semua kasus; 4) Cakupan penemuan kasus resistan obat; 5) Angka

keberhasilan pengobatan pasien TB resistan obat; 6) Persentase pasien TB yang

22
mengetahui status HIV. Dari ke 6 indikator tersebut, pemerintah lebih menekankan pada

pencapaian indikator penemuan kasus (CDR) dan keberhasilan pengobatan Tuberkulosis

sebagai tolak ukur dalam pencapaian keberhasilan program Pencegahan dan

Penanggulangan Tuberkulosis (P2TB) di Indonesia.8

Pada tahun 2020 di Puskemas Ngadi tidak berhasil mencapai target capaian penemuan

kasus TB. Setelah dilakukan analisis masalah menggunakan Metode Fishbone analisis

diketahui penyebab sebagai berikut :

A. INPUT

- Man

Sumber daya manusia (SDM) atau tenaga Puskesmas Ngadi sudah memiliki

tim khusus program TB, diantaranya pemegang program, dokter, perawat, analis

laboratorium serta masyarakat guna membantu tenaga kesehatan baik dalam

penemuan kasus maupun penanganan kasus. Hal ini sesuai dengan pedoman

penanggulangan TB bahwa puskesmas harus menetapkan dokter, perawat, dan analis

laboratorium terlatih yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program

Penanggulangan TB Paru. Latar belakang pendidikan khususnya petugas P2TB

minimal S1 dan D3 sedangkan kader TB tidak memiliki kompetensi dan pendidikan

khusus hanya mau mengabdi saja. Tenaga kesehatan pelaksana program

penanggulangan TB di puskesmas Ngadi sudah mencukupi namun masih ditemukan

tenaga kesehatan yang melakukan tugas ganda atau double job dengan program lain

seperti memegang program Infeksi Seksual Menular (IMS), HIV AIDS dan TB.

Jumlah kader TB yang kurang di wilayah puskemas Ngadi serta banyak yang

tidak aktif dalam kegiatan penanggulangan TB mungkin disebabkan karena

kurangnya minat dan pengetahuan kader tentang pentingnya pencegahan TB di

lingkungannya sehingga kader masih kurang peka untuk lebih aktif lagi. Hal ini juga

23
berpengaruh terhadap rendahnya minat masyarakat untuk melakukan pemeriksaan

sputum karena kurangnya edukasi dari para kader yang paham akan TB. Idha

Setyowati (2018) menemukan bahwa pelatihan merupakan salah satu upaya

peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan petugas dapat meningkatkan

kompetensi dan kinerja petugas sehingga perlu diadakan pelatihan kader lebih rutin

untuk memunculkan minat sehingga kinerja lebih baik lagi.9

- Method

Standar Operasional Prosedur (SOP) TB Puskesmas Ngadi sudah memenuhi

kriteria dari dinkes kabupaten, hal ini menunjang penatalaksanaan program kerja.

Mukhadiono (2011) yang menyatakan bahwa adanya standar operasional prosedur

pelayanan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas pelayanan. Jadi

terwujudnya kualitas pelayanan tidak lepas kaitannya dengan prosedur pelayanan

petugas dalam memberikan pelayanan kepada pasien.10

Akan tetapi pada prosesnya pencapaian angka cakupan TB masih rendah pada

tahun 2020 karena adanya pandemi Covid-19 yang banyak membatasi gerak kerja

puskesmas ke masyarakat sehingga angka terjaringnya pasien TB turun drastis. Selain

itu adanya pandemi Covid-19 juga menyebabkan penundaan kegiatan seperti

kunjungan / investigasi kontak TB, pertemuan PMO dan penyuluhan TB di setiap

desa wilayah kerja puskemas Ngadi.

- Material

Sarana dan prasarana di Puskesmas Ngadi belum tersedia ruang poliklinik

khusus TB (poli DOTS) yang berada diluar gedung puskesmas agar terhindar dari

penyakit nosocomial. Ruangan sementara ada dihalaman belakang puskemas yang

saat ini masih digunakan untuk swab dan vaksinasi covid sehingga selama pandemi

ini pelayanan pasien TB diperantarai oleh PMO setiap bulannya dengan rutin

24
melaporkan kondisi dan BB pasien. Ruang poli DOTS berisi ruang pemeriksaan

pasien TB dan beberapa alat medis khusus pasien TB berupa masker bedah, respirator

N95, sarung tangan, lemari penyimpanan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dan ruang

pembuangan dahak (Pojok Dahak). Hal ini karena keterbatasan lahan puskemas untuk

pembangunan poli khususu TB.

Puskemas Ngadi sudah memiliki ruang laboratorium berisi pot dahak, either

alcohol, jarum suntik, reagensia, alat mikroskop binokuler, box slide, lemari

penyimpanan dahak, namun tidak ada alat Tes Cepat Molekuler (TCM). Sudah

tersedia formulir TB untuk administrasi pencatatan dan pelaporan berupa form TB.01

sampai TB.10. Sarana dan Prasarana program P2TB di Puskesmas Ngadi masih

kurang memadahi.

- Enviroment

Kunjungan masyarakat ke fasilitas kesehatan mengalami penurunan selama

masa pandemi Covid-19. Mereka enggan memeriksakan diri ke puskesmas karena

takut tertular virus corona. Ditambah lagi dengan pembatasan gerak puskesmas untuk

memberikan penyuluhan tentang TB semakin menurunkan pengetahuan masyarakat

tentang pencegahan penularan TB.

Adanya budaya masyarakat yang takut dikucilkan bila diketahui menderita

penyakit TB paru sehingga berpotensi untuk menularkan penyakitnya. Banyak

masyarakat yang masih memiliki budaya meludah di sembarang tempat sehingga bila

menderita TB paru rentan menularkan pada orang sekitarnya. Menurut WHO, bahwa

dalam meningkatkan perilaku masyarakat pemerintah dapat memfasilitasi faktor

predisposing, enabling dan reinforcement pada masyarakat. Enabling faktor dalam

penyediaaan sarana dan prasarana dalam upaya pencegahan penularan TB paru,

contoh menyediakan masker khusus pasien TB, memberikan leaflet tentang cara

25
batuk dan membuang dahak yang benar. Peningkatan program pasif case finding oleh

petugas kesehatan menjadi proactive case finding oleh kader yang memerlukan

pelatihan. Faktor predisposisi, dalam hal ini bagaimana pemerintah menyediakan

tenaga kesehatan, provider baik dengan membentuk banyak kader kesehatan penyuluh

penyakit TB paru. Faktor penguat/reinforcement, adanya kepemilikan kartu

BPJS/Jamkesda untuk penderita TB paru.11

B. PROSES

- Planning

Proses perencanaan program penanggulangan TB Puskesmas Ngadi dilakukan

oleh semua tim khusus TB (tim DOTS) agar dapat berkolaborasi antara pemegang

program dengan petugas kesehatan yang lain dalam membentuk jadwal pelaksanaan

kegiatan dan di samping itu dalam pengadaan rapat selalu perwakilan dari UKP dan

UKM.

Format proses perencanaan yang dilakukan secara tertulis dibuat oleh masing-

masing pemegang program sesuai dengan kebutuhan lapangan, setelahnya akan

dikumpulkan ke administrasi manajemen (admen) yang nantinya dijadikan satu

dengan perencanaan program lain. Perencanaan tersebut akan di selaraskan dengan

anggaran yang didapat dan dijadikan satu dalam Rencana Kegiatan Tahunan (RKT)

Puskesmas pertahunnya. Penetapan indikator harus ada peningkatan target program

setiap tahunnya seperti indikator cakupan penemuan kasus TB setiap tahun harus naik

contohnya tahun 2018 sebesar 60% tapi tahun 2019 sebesar 70%. Strategi yang

dilakukan guna mencapai setiap indikatornya adalah dengan melakukan kegiatan

program tersebut meliputi, penjaringan suspek oleh kader ditarget harus berapa kasus

perminggunya, pengiriman dahak, setelahnya jika positif TB para kader yang

26
bertanggung jawab diwilayah tersebut menjemput bola untuk segera dilakukan

pengobatan sesuai dengan dosis penderita TB.

Adanya pandemi Covid-19 membatasi pelaksanaan kegiatan TB sehingga

mengurangi angka temuan kasus suspek. Kurang aktifnya kader menyebabkan target

penjaringan suspek TB tidak berjalan serta tidak ada yang bertanggung jawab

memantau pasien untuk pengobatan di puskemas. Akhirnya pengawasan pengobatan

dilakukan oleh petugas TB di Puskesmas.

- Organizing

Secara umum puskesmas sudah memiliki struktur organisasi dan pembagian

penanggung jawab setiap program. Pembagian tugas dijalankan sesuai penanganan

kasus yang ada di lapangan, apabila di lapangan membutuhkan tenaga medis maka

penanggungjawab tenaga medis dari program tersebut yang akan menangani kasus,

dan dari puskesmas sudah menyesuaikan tupoksi masing-masing petugas sesuai

profesinya. Akan tetapi masih ada pemegang program yang double job dengan

program lain. Satrianegara dalam penelitian tahun 2014 menemukan bahwa

pelaksanaan fungsi pengorganisasian pada suatu organisasi tidak akan efektif apabila

ada tugas rangkap yang dikerjakan staf.12

Agenda rapat internal antara pemegang program dan kader masih belum

maksimal. Rapat eksternal rutin dengan pihak kelurahan dan kecamatan terkait

program penanggulangan TB bisa Kepala Puskesmas atau diwakili oleh Pemegang

Program, belum rutin dilaksanakan karena saat ini masih fokus kegiatan vaksinasi

Covid-19.

- Actuating

27
Kegiatan penemuan kasus secara aktif dilakukan dengan cara investigasi dan

pemeriksaan kasus kontak, skrining massal terutama kelompok rentan dan kelompok

beresiko. Puskesmas Ngadi sudah melibatkan masyarakat khususnya kader TB, tetapi

saat ini kader TB banyak yang tidak aktif. Kendala penemuan kasus secara aktif yaitu

terduga TB (kontak erat) enggan memberikan dahak kepada kader TB, terduga TB

menolak merasa dirinya merasa sehat dan tidak tertular penyakit TB. Skrining massal

terutama kelompok rentan dan kelompok orang beresiko belum dilakukan oleh

Puskesmas Ngadi, hal ini disebabkan karena jumlah penduduk tidak sebanding

dengan jumlah tenaga kesehatan yang ada di puskesmas.

Kegiatan penemuan kasus secara pasif dilakukan dengan cara melibatkan

banyak lintas sektor. Puskesmas Ngadi sudah melibatkan beberapa lintas sektor

seperti DPM (Dokter Praktek Mandiri) dan BPM (Bidan Praktek Mandiri) untuk

melaporkan pasien suspek TB di wilayah kerja puskesmas Ngadi yang periksa di

tempat prakteknya. Meskipun penemuan secara pasif ini belum terlaksana maksimal

untuk pelaporannya.

- Controlling

Kegiatan pencatatan dan pelaporan program Penanggulangan TB di

Puskesmas Ngadi dilakukan 2 kali oleh tim TB Puskemas, dimana laporan pertama

yaitu aplikasi Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) dan pencatatan manual di form

TB.. Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) dalam pelaksanaan program

penanggulangan TB, dilakukan melalui laporan setiap 3 bulan sekali yang sudah

diagendakan oleh Dinkes untuk menilai pencatatan dan pelaporan kerja petugas P2TB

serta memantau pelaksanaan program. Follow-Up kader kepada pasien TB juga belum

28
terlaksana maksimal sehingga petugas harus mengawasi satu persatu pasien TB di

puskesmas.

C. OUTPUT

Cakupan penemuan kasus/CDR di Puskesmas Ngadi pada pelaksanaan program

Penanggulangan TB tahun 2020 sebesar 17,4%, hal tersebut menunjukkan bahwa masih

kurang dari target sebesar 80%.

Berdasarkan pemaparan evaluasi dan analisis pelaksanaan penanggulangan TB di

puskemas Ngadi terdapat permasalahan utama yaitu kurang aktifnya peran kader dalam

kegiatan TB di puskemas. Hal ini perlu dilakukan intervensi lebih lanjut agar kader dapat

menunjukkan kinerja yang lebih baik sehingga dapat membantu meningkatkan angka

cakupan TB sesuai target.

Keterlibatan masyarakat dalam upaya pengendalian TB, sesuai dengan pernyataan

WHO memiliki dampak signifikan dibandingkan hanya dilakukan pemerintah. Partisipasi

aktif masyarakat meliputi bantuan terhadap identifikasi dan diagnosa pasien TB sehingga

rentang waktu yang dibutuhkan lebih cepat. Bantuan diperlukan terutama di kalangan

kelompok miskin atau rentan yang biasanya tidak memiliki akses ke layanan TB.

Dukungan lain yang harus diberikan meliputi tindakan peningkatan kesadaran pasien TB

untuk menjalani perawatan dan pengobatan sesuai ketetapan serta menghilangkan stigma

di masyarakat terhadap pasien TB agar diperoleh hasil pengobatan yang baik, dalam hal

ini terjadinya kesembuhan.3

Penelitian di Nigeria yang mengatakan alat yang paling efektif untuk mengatasi

keyakinan yang salah dan stigma terhadap pasien TB adalah komunikasi dan mobilisasi

sosial yang dilakukan oleh masyarakat salah satunya kader TB. Kurangnya pengetahuan

mengenai penyebab, tandatanda dan pengobatan TB memiliki potensi untuk

29
meningkatkan stigmatisasi pasien TB yang pada akhirnya dapat menurunkan tingkat

deteksi pasien TB.13

Partisipasi masyarakat memiliki hubungan yang erat terhadap penanggulangan

tuberkulosis. Desa yang memiliki partisipasi masyarakat yang tinggi akan lebih banyak

yang dapat melampaui target CDR lebih besar atau sama dengan 70 persen bila

dibandingkan dengan desa yang partisipari masyarakatnya lebih rendah. Signifikansi

pemberdayaan masyarakat terhadap jangkauan deteksi kasus TB, dikarenakan adanya

kader sebagai elemen yang memberikan kontribusi positif. 14 Kader kesehatan merupakan

anggota masyarakat yang sudah dilatih dan bekerja secara sukarela dalam membantu

program penanggulangan TB. Penemuan kasus TB di lingkup wilayah kerjanya serta

menjalankan fungsi pendampingan di masyarakat, merupakan tugas kader TB. Ruang

lingkup tanggung jawab kader menjelaskan dasar kontribusinya yang besar.15

Kader dalam hubungannya dengan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM),

merupakan motor penggerak utama. Kemampuan kader menggerakkan masyarakat

menjadi indikator keberhasilan penyampaian pesan-pesan kesehatan kepada masyarakat.

Keberhasilan kader mensugesti masyarakat dikarenakan merupakan bagian dari

masyarakat dan tinggal di lingkungan yang sama.16 Pemenuhan tanggung jawab sebagai

kader memerlukan adanya prinsip sehingga hambatan yang didapatkan di lapangan tidak

akan menghalangi kader melaksanakan tugas. Prinsip utama yang harus dipegang kader

bahwa pasien TB harus diobati, tidak diabaikan, harus disembuhkan karena penyakit TB

harus di tekan menjadi serendah mungkin (di eliminasi). Kehadiran kader TB

menginduksi modifikasi perilaku masyarakat dengan destinasi pengimplementasian pola

hidup bersih dan sehat.17

30
Penurunan jumlah anggota masyarakat terinfeksi TB, merupakan tujuan jangka

pendek yang ingin dicapai untuk selanjutnya menghilangkan kejadian kasus baru TB.

Dampak yang ingin dicapai, memerlukan kerja keras semua pihak termasuk kader

kesehatan, dan membutuhkan waktu untuk melihat efektifitasnya. Tindakan memutus

rantai penularan TB merupakan bagian dari pengetahuan yang harus dimiliki kader

sehingga kerja yang dilakukan memberikan hasil nyata.4

Kader yang paham bahwa peningkatan jumlah pasien TB setiap tahun diikuti dengan

membesarnya kerugian yang ditimbulkan juga mengerti bahwa hal ini berkaitan dengan

mudahnya terjadi penularan. Perpindahan kuman dari satu individu ke individu lain,

sudah sangat dipahami oleh kader sehingga menjadi hal yang diinformasikan kepada

masyarakat ketika melakukan interaksi. Pemahaman yang baik akan sangat membantu

tindakan-tindakan pencegahan yang terus dilakukan meskipun petugas kesehatan tidak

memantau kinerja kader setiap saat.

31
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1 Kesimpulan

Setelah dilakukan evaluasi Program Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Tuberculosis di Puskesmas Ngadi pada tahun 2020 maka dapat di simpulkan bahwa

terdapat kendala utama dalam pelaksanaannya yaitu ketidakaktifkan kader dalam proses

penemuan kasus secara aktif serta follow-up pasien TB yang belum optimal. Selain itu,

adanya pandemi Covid -19 pada tahun 2020 di Indonesia juga menyebabkan keterbatasan

pelaksaan kegiatan TB di masyarakat, meningkatkan ketakutan masyarakat untuk

mendatangi fasilitas kesehatan karena takut tertular covid-19 serta masyarakat engga

memeriksaan kesehatannya akibat takut terdiagnosis covid-19.

1.2 Saran

- Perlu diadakannya Sosialisasi TB berbentuk refreshing kepada kader dan petugas

puskemas untuk meningkatkan pengetahuan terkait kegiatan penemuan maupun penanganan

kasus.

- Pembagian leaflet serta penyuluhan mengenai gejala dan bahaya TB dalam jumlah

terbatas pada pasien TB dan keluarga serta masyarakat untuk mengingatkan bahwa di

Indonesia angka TB masih tinggi yang membutuhkan kontribusi semua pihak untuk

menurunkan angka kesakitan akibat TB

- Mempertahankan koordinasi dan komunikasi yang sudah ada dan terus ditingkatkan

jejaring layanan TB

32
- Meningkatkan penemuan kasus melalui ACF (Active Case Finding) dan melakukan

skrining massal atau deteksi dini kasus TB bersama dengan Kader Posyandu atau ibu-ibu

PKK, dll.

- Pembentukkan kelompok pendukung tuberkulosis dengan melibatkan masyarakat dan

beberapa pihak seperti Camat, Lurah, Ketua RW/RT, Organisasi Masyarakat, Tokoh

Masyarakat yang diberi nama kelompok peduli TB (KP-TB).

33
DAFTAR PUSTAKA

1. N K, Raghavendra, Jallgidad K. Study of Prevalence of Cor Pulmonale in Patients with


Pulmonary Tuberculosis with Reference to ECG , Echocardiographic Changes and
Radiological Extent of the Disease. Int J Med Res. 2016;1(3):27–9. 2

2. Wahyuningsih E. Pola Klinik Tuberkulosis Paru di RSUP Dr. Kariadi Semarang Periode
Juli 2012 - Agustus 2013 [Internet]. Universitas Diponegoro; 2014. Available from:
http://eprints.undip.ac.id/44615/

3. WHO. Global Tuberculosis Report 2017. 2017.

4. Kemenkes RI. (2017). Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI.

5. Pemerintah Dinas Kesehatan Kabupaten Kediri, 2019, Profil kesehatan Kab Kediri tahun
2019

6. Kotler, Philip, 2001, Manajemen Pemasaran di Indonesia : Analisis, Perencanaan,


Implementasi dan Pengendalian, Jakarta, Salemba Empat

7. Tim Modul Sistem Pelayanan Kesehatan Primer, 2020, Modul Evaluasi Program (Bagian
Modul Sistem Pelayanan Kesehatan Primer), Jakarta : Medical Education Unit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia

8. Menteri Kesehatan. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 67 Tahun


2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis

9. Setyowati, Idha. Saraswati, Lintang. Sakundarno, Mateus. 2018 Gambar Faktor-Faktor


Yang Terkait Dengan Kinerja Petugas Dalam Penemuan Kasus Pada Program
Tuberkulosis Paru Di Kabupaten Grobogan. Jurnal Kesehatan Masyarakat UNDIP

10. Mukhadiono. 2011. Pengaruh Prosedur Dan Fasilitas Pelayanan Terhadap Kualitas
Pelayanan Peserta Program Jamkesmas Di Puskesmas I Cilongok. Jurnal Keperawatan
Soedirman Volume 6, No. 1. Poltekkes Semarang

11. Niniek L. Pratiwi, Betty R, dan Rachmat Hargono, 2012, Faktor Determinan Budaya
Kesehatan Dalam Penularan Penyakit TB Paru, Buletin Penelitian Sistem Kesehatan –
Vol. 15 No. 1 Januari 2012: 26–37

12. Satrianegara, M, F. Organisasi Dan Manajemen Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Penerbit


Salemba Medika. 2014

13. Balogun, M., Sekoni, A., Meloni, S.T., Odukoya, O., Onajole, A., Longe-Peters O.,
Ogunsola, F. & Kanki, P.J. (2015). Trained community volunteer improve tuberculosis
knowledge and attitudes among adults in a periurban community in southwest Nigeria.
The American journal of tropical medicine and hygiene, 92(3), 625-632.

34
14. Reviono, Sulaeman ES, Murti B. Modal Sosial dan Partisipasi Masyarakat dalam
Penemuan Penderita Tuberkulosis. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional.
2013;7(11):495-501.

15. Kemenkes RI. (2016). Tuberkulosis: Temukan, Obati Sampai Sembuh. Pusat Data dan
Informasi Kementrian Kesehatan RI.

16. Maryunani, A. (2013). Perilaku hidup bersih dan Sehat (PHBS) untuk mahasiswa dan
petugas kesehatan. Jakarta : CV Trans Info Media.

17. Harris, D., Harrahap, J., Masrul, Alona, I., Machmud, R., & Iswara, L. (2018) Ujian
kesabaran melawan TB. Jaringan Kesejahteraan/Kesehatan Masyarakat (JKM), 2(1).

35

Anda mungkin juga menyukai