Anda di halaman 1dari 65

Universitas Kristen Krida Wacana

Evaluasi Program Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis


Di Puskesmas Kelurahan Grogol I
Periode Maret 2022 sampai dengan Februari 2023

Oleh
Sixtus Resa Tandisau
112020011

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta 2023

i
Evaluasi Program Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis di
Puskesmas Kelurahan Grogol I Periode Maret 2022 sampai dengan
Februari 2023

LEMBAR PENGESAHAN

Disetujui

Pembimbing

(Dr.dr. A. Aris Susanto, MS, Sp.OK)

Penguji I Penguji II

(Prof. Dr. dr. Rachmadhi Purwana, SKM) (dr. Melda Suryana, M.Epid)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat yang telah diberikan
sehingga makalah evaluasi program ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah
evaluasi program dengan judul “Evaluasi Program Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tuberkulosis di Puskesmas Kelurahan Grogol I, Kecamatan Grogol
Petamburan Periode Bulan Maret 2022 sampai dengan Februari 2023” ini ditujukan
untuk memenuhi salah satu tugas dalam menjalani Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kesehatan Komunitas Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Kristen
Krida Wacana, yang berlokasi di Puskesmas Kelurahan Grogol I, Kecamatan
Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, tugas ini tidak dapat terselesaikan dengan baik. Oleh
karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. dr. Ernawati Tamba, MKM, selaku KSMF Departemen IKK FKIK


UKRIDA.

2. Dr.dr. A. Aris Susanto, MS, Sp.OK, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan banyak masukan.

3. Prof. Dr. dr. Rachmadhi Purwana, SKM, selaku dosen penguji I yang telah
menguji dan memberikan masukan untuk evaluasi program ini.

4. dr. Melda Suryana, M.Epid, selaku dosen penguji II yang telah menguji
dan memberikan masukan untuk evaluasi program ini.

5. drg. Wahyu Ari Kissanti selaku Kepala Puskesmas Kelurahan Grogol I


yang telah memberikan izin dan bantuan selama proses
pelaksanaanevaluasi program ini dilaksanakan.

6. dr. Lulu Nofila selaku Koordinator Program Pencegahan dan Pengendalian


Tuberkulosis di Puskesmas Kelurahan Grogol I yang telah banyak
memberikan bantuan dalam proses pelaksanaan evaluasi program ini.

7. Kakak Kurniasih, A.Md.Kep, selaku anggota Program Pencegahan dan


Pengendalian Tuberkulosis di Puskesmas Kelurahan Grogol I yang telah
banyak memberikan bantuan dalam proses pelaksanaan evaluasi program

iii
ini.

8. Semua pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu dan telah
turut serta dalam membantu dan memberikan dukungan serta
bantuandalam proses pelaksanaan evaluasi program ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas semua
kebaikan yang telah dokter-dokter dan kakak-kakak sekalian yang telah
membantu terlaksananya evaluasi Program Pencegahan dan Pengendalian
Tuberkulosis ini. Semoga makalah evaluasi program ini juga dapat membawa
manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 27 Maret 2023

Sixtus Resa Tandisau

iv
ABSTRAK

Evaluasi Program Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis di Puskesmas Kelurahan


Grogol I Periode Maret 2022 sampai dengan Februari 2023

Sixtus Resa Tandisau

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Krida


Wacana Email: sixtus.2013fk183@civitas.ukrida.ac.id

Indonesia tahun 2021 menduduki urutan ke-2 kasus TB terbanyak dan terbesar di dunia setelah
India. Target program penanggulangan TB nasional adalah eliminasiTB pada tahun 2035 dan
Indonesia bebas TB pada tahun 2050. Proporsi angka kejadian tuberkulosis di Jakarta Barat sendiri
sebanyak 18,45% yaitu yang tertinggike-3 dari keseluruhan angka kejadian tuberkulosis yang ada
di DKI Jakarta. Evaluasi program pencegahan dan pengendalian tuberkulosis di Puskesmas
Kelurahan Grogol I pada bulan Januari sampai dengan Desember 2021 dilakukan dengan
membandingkan data cakupan program dengan tolok ukuryang ditetapkan menggunakan
pendekatan sistem. Pada evaluasi program ini didapatkan dua masalah yaitu Cakupan angka
keberhasilan pengobatan TB (Success Rare/SR) di sebanyak 58,3% dengan besarnya masalah
41,7% dan cakupan pembinaan dan evaluasi kader TB dengan besarnya masalah 100%. Dengan
data ini, diharapkan evaluasi program ini dapat menjadi masukan dan terjadi peningkatan terhadap
cakupan program P2TB.

Kata Kunci: tuberkulosis, evaluasi program, penemuan kasus tb, proporsi pasien TB anak

v
ABSTRACT
Evaluation of the Tuberculosis Prevention and Control Program at the Grogol I Subdistrict
Health Center
Period March 2022 to February 2023
Sixtus Resa Tandisau
Faculty of Medicine and Health Sciences, Krida Wacana
Christian University Email:
sixtus.2013fk183@civitas.ukrida.ac.id
Indonesia occupies the 2nd position with the most TB cases and the biggest in the
world after India. The target for the national TB control program is to eliminate
TB in 2035 and Indonesia to be free of TB in 2050. The proportion of the incidence
of tuberculosis in West Jakarta itself is 18.45%, which is the 3rd highest of the total
incidence of tuberculosis in DKI Jakarta. Evaluation of the tuberculosis
preventionand control program at the Grogol I Subdistrict Health Center from
January to December 2022 was carried out by comparing program coverage data
with benchmarks set using a systems approach. Two problems were found in this
program evaluation, namely the success rate (SR)) of 58.3% with a problem size of
41.7%; and the coverage of the development and evaluation of the TB cadre with
problem size of 100%. Withthis data, it is hoped that the evaluation of this program
can become input and increase the coverage of the P2TB program.

Keywords: tuberculosis, systems approach, TB case finding, proportion of


pediatrics TB patients

vi
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL………………………………………………………………………………i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………..ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….iii
ABSTRAK………………………………………………………………………….v
ABSTRACT……………………………………………………………………….vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………………...vii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………….............................1
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………...1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………..2
1.3 Tujuan……………………………………………………………………….3
1.3.1 Tujuan Umum……………………………………………………...3
1.3.2 Tujuan Khusus……………………………………………………..3
1.4 Manfaat……………………………………………………………………...4
1.4.1 Bagi evaluator……………………………………………………...4
1.4.2 Bagi Pergururan Tinggi………………………………………….....4
1.4.3 Bagi Puskesmas Kelurahan Grogol 1……………………………....4
1.4.4 Bagi Masyarakat……………………………………………………5
1.5 Saran…………………………………………………………………………5
BAB II MATERI DAN METODE…………………………………………………6
2.1 Materi…………………………………………………………………………6
2.2 Metode………………………………………………………………………..7
BAB III KERANGKA TEORI…………………………………………………….8
3.1 Kerangka Teori……………………………………………………………….8
3.2 Tolok Ukur……………………………………………………………………9
BAB IV PENYAJIAN DATA…………………………………………………….10
4.1 Sumber Data………………………………………………………………….10
4.2 Data Umum…………………………………………………………………..11
4.2.1 Data Geografi………………………………………………………….11
4.2.2 Data Demografis………………………………………………………12
4.2.3 Data Fasilitas Layanan Kesehatan…………………………………….12
4.2.4 Data Fasilitas Pendidikan……………………………………………..12
4.2.5 Data Transportasi……………………………………………………..13
4.2.6 Pekerjaan Penduduk…………………………………………………..13
4.3 Data Khusus………………………………………………………………….14
4.3.1 Masukan (Input)………………………………………………………14
4.3.2 Proses…………………………………………………………………22
4.3.3 Keluaran (Output)…………………………………………………….29
4.3.4 Lingkungan…………………………………………………………...38
vii
4.3.5 Umpan Balik…………………………………………………………39
4.3.6 Dampak………………………………………………………………39
BAB V PEMBAHASAN MASALAH…………………………………………….40
5.1 Masalah dari Variabel Keluaran……………………………………….. …..40
5.2 Masalah dari Variabel Masukan…………………………………………….41
5.3 Masalah dari Variabel Proses……………………………………………….43
5.4 Masalah dari Variabel Lingkungan………………………………………....44
BAB VI PERUMUSAN MASALAH……………………………………………..46
6.1 Masalah Keluaran…………………………………………………………...46
6.2 Masalah Proses……………………………………………………………...46
6.3 Masalah Masukan…………………………………………………………...46
6.4 Masalah Lingkungan………………………………………………………..46
BAB VII PRIORITAS MASALAH……………………………………………...47
7.1 Masalah menurut Keluaran…………………………………………………47
7.2 Prioritas Masalah…………………………………………………………...47
BAB VIII PENYELESAIAN MASALAH………………………………………48
8.1 Masalah Pertama…………………………………………………………...48
8.2 Masalah Kedua……………………………………………………………..49
BAB IX PENUTUP……………………………………………………………….50
9.1 Kesimpulan…………………………………………………………………50
9.2 Saran………………………………………………………………………..50
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..51
LAMPIRAN……………………………………………………………………….52

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis (TBC) adalah salah satu penyakit menular yang dapat menginfeksi
semua kalangan mulai dari bayi, anak-anak, remaja sampai lansia dan menimbulkan
kesakitan dan kematian lebih dari 1 juta orang setiap tahun. Penyakit ini disebabkan oleh
bakteri patogen yang disebut Mycobacterium tuberculosis (MTB). Pada kebanyakan
orang, TB menginfeksi paru, namun dapat juga ditemukan pada hampir semua organ
tubuh seperti otak, tulang belakang, dan ginjal.1
Menurut WHO (2021), setiap tahunnya kurang lebih 10 juta orang mengidap
tuberkulosis dengan rincian 5,6 juta diantaranya ialah laki-laki, 3,3 juta perempuan, dab
1,1 juta kasus TB pada anak. Disamping bahwa TB merupakan penyakit yang dapat
dicegah dan disembuhkan, 1,5 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat
Tuberkulosis dan menjadikannya sebagai salah satu pembunuh penyakit menular teratas
di dunia.2
Indonesia menduduki urutan ke-2 kasus TB terbanyak dan terbesar di dunia
setelah Negara India. Di Indonesia terdapat tiga provinsi dengan kasus TB paling tinggi
yaitu pada Provinsi Papua dengan prevalensi 0,77% diikuti oleh Provinsi Banten dan
Jawa Barat. Target program penanggulangan Tb nasional adalah eliminasi TB pada
tahun 2035 dan Indonesia bebas TB pada tahun 2050.2
Sementara menurut KEMENKES RI pada tahun 2021 total kasus TB berjumlah
824.000 diantaranya 42.187 merupakan kasus TB anak dan sebanyak 8.268 kasus TB
Resisten Rifampisin atau Multi Drugs Resistent (MDR) yang tercatat angka
keberhasilan pengobatannya pada tahun 2021 sejumlah 86%. Jumlah pasien meninggal
pada tahun 2021 sebanyak 15.186 orang dan sebanyak 8.344 kasus TB dengan HIV.
Provinsi DKI Jakarta, kasus penyakit TB berdasarkan SITB (Sistem Infomasi
Tuberkulosis) terus meningkat setiap tahunnya. Pada akhir tahun 2018 rata-rata terdapat
kenaikan kasus TB (12.34%), terdapat 32.540 kasus TB dengan 3,99% sembuh dan
0,66% meninggal. Data RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2018 melaporkan
prevalensi penyakit TB di Provinsi DKI Jakarta sebesar 0,51% dan lebih besar dari
prevalensi TB secara nasional yaitu 0,42%. Prevalensi TB paru tertinggi di Jakarta
berada di Kota Jakarta Pusat 0,88% diikuti Kota Jakarta Barat 0,76%. 3,4 Hal tersebut

1
bermakna bahwa jumlah kasus TB baru dan relaps yang diketahui dan mendapat
penanganan (treatment coverage) hanya 54% dari estimasi kasus TB tahun 2021. Target
treatment coverage dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2021
sebanyak 85%, namun berdasarkan cakupan pengobatan TB di Indonesia mulai periode
Januari sampai dengan Desember 2021 khususnya di DKI Jakarta baru mencapai 61%.
Cakupan keberhasilan pengobatan TB di DKI Jakarta masih sebanyak 78%, dimana
angka tersebut belum memenuhi target nasional yang telah ditetapkan yaitu sebanyak
90%.6 Proporsi angka kejadian tuberkulosis di Jakarta Barat sendiri sebanyak 18,45%
yaitu yang tertinggi ke-3 dari keseluruhan angka kejadian tuberkulosis yang ada di DKI
Jakarta.5

Tahun 2030 semua negara yang tergabung dalam anggota Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB) memiliki agenda Sustainable Development Goals (SDGs) yang
bertujuan untuk perdamaian dan kemakmuran bagi manusia dan planet bumi. Saat ini
terdapat 17 tujuan pembangunan berkelanjutan yang mendesak semua negara untuk
melakukan kemitraan global mengakhiri kemiskinan dan kekurangan lainnya seiring
dengan strategi yang meningkatkan mutu kesehatan, pendidikan, mengurangi
ketidaksetaraan, meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengatasi perubahan iklim dan
bekerja untuk melastikan hutan dan lautan.
Salah satu program dalam SDGs ialah END TB yang memiliki tujuan
mengakhiri epidemi TB di seluruh dunia. Program END TB memiliki 3 indikator
keberhasilan, yaitu berkurangnya insidens TB di dunia sebanyak 80% pada tahun 2030
jika dibandingkan pada tahun 2015, serta berkurangnya mortalitas sebanyak 90% pada
tahun 2030, dan 0 (nol) biaya yang dikeluarkan oleh penderita TB dalam rangka
pengobatan penyakitnya. Indonesia tergolong 1 dari 14 negara berbeban tinggi dalam
TB, TB-HIV, dan MDR-TB. Oleh karena itu program penanggulangan TB di Indonesia
menekankan tidak hanya pencegahan namun juga menanggulangi MDR-TB dan
mengevaluasi penderita TB dengan HIV.6
Berdasarkan data-data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang
menunjukkan bahwa cakupan keberhasilan pengobatan TB di DKI Jakarta masih
sebanyak 78%, dimana angka tersebut belum memenuhi target nasional yang telah
ditetapkan yaitu sebanyak 90%, oleh karena itu penulis berkeinginan untuk melakukan
penulisan makalah evaluasi program mengenai Program Pencegahan dan Pengendalian
Tuberkulosis di Puskesmas Kelurahan Grogol I periode Maret 2022 sampai dengan
Februari 2023.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Menurut WHO tahun 2021, diperkirakan terdapat 10,6 juta orang menderitaTB
di seluruh dunia. Tahun 2021 Indonesia sendiri menduduki posisi ke- 2 dengan
proporsi jumlah TB terbesar setelah India.
2. Berdasarkan KEMENKES RI tahun 2021 total kasus TB di Indonesia sendiri
sebanyak 824.000 orang. Dari angka tersebut hanya 443.235 orang yang
ternotifikasi sebagai kasus TB, 8.268 pasien TB yang
terkonfirmasiTB-RR/MDR,
42.187 TB anak, 8.344 TB-HIV dan 15.186 pasien TB yang meninggal.
3. Target treatment coverage dari KEMENKES RI tahun 2021 sebanyak 85%,
namun berdasarkan cakupan pengobatan TB di Indonesia mulai periode Januari
sampai dengan Desember 2021 khususnya di DKI Jakartabaru mencapai 61%.
Cakupan keberhasilan pengobatan TB di DKI Jakarta masih sebanyak 78%
dimana angka tersebut belum memenuhi target nasional yang telah ditetapkan
yaitu sebanyak 90%. Proporsi angka kejadian tuberkulosis di Jakarta Barat
sendiri sebanyak 18,45% yaitu yang tertinggi ke-3 dari keseluruhan angka
kejadian tuberkulosis yang ada di DKI Jakarta.

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Menilai pelaksanaan dari program pencegahan dan pengendalian penyakit


tuberkulosis di Puskesmas Kelurahan Grogol I pada bulan Januari 2022
sampai dengan Desember 2022 dengan pendekatan sistem.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya cakupan setiap orang terduga TB yang mendapatkanpelayanan


sesuai standar.
2. Diketahuinya cakupan angka penemuan kasus TB atau Case DetectionRate

(CDR).

3. Diketahuinya cakupan pasien TB yang mendapatkan pengobatan sesuai


standar.
4. Diketahuinya cakupan angka keberhasilan program TB atau SuccessRate

3
(SR).

5. Diketahuinya cakupan pasien TB yang mengetahui status HIV.

6. Diketahuinya cakupan pasien TB yang diawasi oleh Pengawas MenelanObat


(PMO).
7. Diketahuinya cakupan proporsi TB anak.

8. Diketahuinya cakupan tentang penyuluhan mengenai penyakit TB.

9. Diketahuinya cakupan pembinaan dan evaluasi kader kesehatan.

10. Diketahuinya cakupan pencatatan dan pelaporan mengenai TB.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi evaluator

1. Menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh


selama menjalaniperkuliahan dan membandingkan dengan keadaan
sebenarnya di lingkunganmasyarakat.
2. Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan mengenai evaluasi program
pencegahandan pengendalian TB di wilayah Puskesmas Kelurahan Grogol
I.
3. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam menjalankan program di
puskesmas dan mengembangkan kemampuan untuk berpikir secara kritis.

1.4.2 Bagi Perguruan Tinggi

1. Ikut andil dalam mewujudkan FKIK Ukrida sebagai masyarakat ilmiah


dalam peran sertanya di bidang kesehatan masyarakat
2. Ikut andil mewujudkan FKIK Ukrida sebagai Fakultas Kedokteran yang
menghasilkan dokter-dokter yang berkualitas dan memiliki kepedulian
tinggi terhadap kesehatan masyarakat

1.4.3 Bagi Puskesmas Kelurahan Grogol I

Agar puskesmas dapat mengetahui masalah yang timbul dalam program


pengendalian TB sehingga menjadi bahan masukan bagi Puskesmas Kelurahan

4
Grogol I berupa hasil evaluasi program dan beberapa saran sederhana untuk
pencapaian keberhasilanprogram kerja yang terdapat di puskesmas.

1.4.4 Bagi Masyarakat

1. Menambah pengetahuan dan informasi bagi masyarakat Kelurahan


Grogol Isehingga dapat memutuskan rantai penularan penyakit TB.

2. Meningkatkan peran masyarakat yang ambil bagian sebagai kader untuk


meningkatkanprogram-program pengendalian penyakit TB.

1.5 Sasaran

Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I pada bulan 2022


sampai dengan Desember 2022

5
BAB II
MATERI DAN METODE

2.1 Materi
Materi yang dievaluasi dalam program berupa catatan hasil kegiatan mengenai
Program Pencegahan dan Pengendalian Tuberkulosis (P2TB) di Puskesmas
Kelurahan Grogol I, Jakarta Barat periode Januari 2022 sampai dengan Desember
2022 dan wawancara dengan penanggung jawab program P2TB dengan materi
yang diambil meliputi:

1. Catatan cakupan setiap orang yang terduga TB yang mendapat pelayanan


standar di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I pada Maret 2022
sampai dengan Februari 2023.
2. Catatan cakupan angka penemuan kasus TB (Case Detection Rate) di Wilayah
Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I pada Januari 2022 sampai dengan
Desember 2022.
3. Catatan cakupan penderita TB yang mendapat pengobatan sesuai standar di
Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I pada Januari 2022 sampai
dengan Desember 2022.
4. Catatan cakupan angka keberhasilan pengobatan TB (Success Rate) di Wilayah
Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I pada Januari 2022 sampai dengan
Desember 2022.
5. Catatan cakupan pasien TB yang mengetahui status HIV di Wilayah Kerja
Puskesmas Kelurahan Grogol I pada Januari 2022 sampai dengan Desember
2022.
6. Catatan cakupan penderita TB yang diawasi Pengawas Minum Obat (PMO) di
Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I pada Januari 2022 sampai
dengan Desember 2022.
7. Catatan angka penemuan kasus TB resistensi obat di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Grogol I pada Januari 2022 sampai dengan Desember 2022.
8. Catatan cakupan proporsi pasien TB anak diantara seluruh pasien TB di
Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I pada Januari 2022 sampai
dengan Desember 2022.

6
9. Catatan cakupan penyuluhan mengenai TB di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Grogol I pada Januari 2022 sampai dengan Desember 2022.
10. Catatan cakupan pembinaan dan evaluasi kader kesehatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Kelurahan Grogol I pada Januari 2022 sampai dengan Desember
2022.
11. Catatan cakupan pencatatan dan pelaporan mengenai TB di Wilayah Kerja
Puskesmas Kelurahan Grogol I pada Januari 2022 sampai dengan Desember
2022

2.2 Metode

Metode yang digunakan dalam evaluasi program ini adalah metode pendekatan
sistem yang dilakukan mulai dari pengumpulan data, pengelompokkan data, pengolahan
data, dan analisis data, sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan
pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian penyakit TB di Puskesmas Kelurahan
Grogol I pada Januari 2022 sampai dengan Desember 2022 dengan cara membandingkan
cakupan hasil program terhadap tolok ukur yang ditetapkan oleh dinas kesehatan,
menemukan penyebab masalah dan memberikan saran sebagai pemecahan masalah.

7
BAB III
KERANGKA TEORI
3.1 Kerangka Teori

Bagan 1. Teori pendekatan sistem

Bagan di atas menerangkan bahwa sistem adalah gabungan dari elemen-elemen


yang saling dihubungkan oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu
kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan. Terdapat
enam kelompok bagian atau elemen, yaitu:
1. Masukan (input)
Masukan adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem
dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut. Terdiri
dari tenaga (man), dana operasional (money), sarana (material), metode
(method), jangka waktu pelaksanaan (minute), mesin atau peralatan yang
digunakan (machine), sasaran masyarakat yang menjadi target program
(market) dan informasi (information).

2. Proses (process)
Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem
dan berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang
direncanakan. Mulai dari perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pelaksanaan (actuating) dan pemantauan (controlling).

3. Keluaran (output)
Keluaran adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan langsung
dari berlangsungnya proses dalam sistem atau hasil langsung (keluaran)
suatu sistem.
8
4. Lingkungan (environment)
Lingkungan adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem
tetapi mempunyai pengaruh besar terhadap sistem. Terbagi atas dua,
lingkungan fisik dan non fisik.

5. Umpan balik (feedback)


Umpan balik adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan
keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut
serta sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut, berupa pencatatan
dan pelaporan yang lengkap, monitoring dan rapat bulanan.

6. Dampak (impact)
Dampak merupakan akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.

3.2 Tolok Ukur


Tolok ukur merupakan standar atau nilai acuan yang ditetapkan dan
digunakan sebagai target yang harus dicapai pada tiap elemen atau variabel
sistem (masukan, proses, keluaran, umpan balik, lingkungan dan dampak).
Tolok ukur yang dipakai dalam mengevaluasi program pencegahan dan
pengendalian tuberkulosis ini disesuaikan dengan ketentuan yang digunakan
Puskesmas Kelurahan Grogol I. Tolak ukur ini digunakan sebagai pembanding
atau cakupan minimal yang harus dicapai dalam program pencegahan dan
penanggulangan tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I
periode Maret 2022 sampai dengan Februari 2023.

9
BAB IV
PENYAJIAN DATA

4.1 Sumber Data


Sumber data yang dugunakan dalam penulisan evaluasi program ini diambil
berdasarkan data sekunder yang telah ada, terdiri dari:
1. Data geografi dan demografi di Puskesmas Kelurahan Grogol I periode Maret
2022 sampai dengan Februari 2023.
2. Catatan cakupan setiap orang terduga tuberkulosis yang mendapat pelayanan
sesuai standar di Puskesmas Kelurahan Grogol I periode Maret 2022 sampai
dengan Februari 2023.
3. Catatan angka penemuan kasus TB (Case Detection Rate = CDR) di
Puskesmas Kelurahan Grogol I periode Maret 2022 sampai dengan Februari
2023.
4. Catatan angka penderita TB yang mendapat pengobatan sesuai standar di
Puskesmas Kelurahan Grogol I periode Maret 2022 sampai dengan Februari
2023.
5. Catatan angka keberhasilan pengobatan TB (Treatment Success Rate = TSR)
di Puskesmas Kelurahan Grogol I periode Maret 2022 sampai dengan Februari
2023.
6. Catatan pasien TB yang mengetahuinya status HIV di Puskesmas Kelurahan
Grogol I periode Maret 2022 sampai dengan Februari 2023.
7. Catatan penderita TB yang diawasi oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) di
Puskesmas Kelurahan Grogol I periode Maret 2022 sampai dengan Februari
2023.
8. Catatan proporsi pasien TB anak diantara seluruh pasien TB di Puskesmas
Kelurahan Grogol I periode Maret 2022 sampai dengan Februari 2023.
9. Catatan penyuluhan mengenai TB di Puskesmas Kelurahan Grogol I periode
Maret 2022 sampai dengan Februari 2023.
10. Catatan pembinaan dan evaluasi kader kesehatan TB di Puskesmas Kelurahan
Grogol I periode Maret 2022 sampai dengan Februari 2023.

10
4.2 Data Umum
4.2.1 Data Geografis
Peta Wilayah Kelurahan Grogol

Kelurahan Grogol satu terletak di kecamatan Grogol Petamburan


merupakan kota administrasi di wilayah Jakarta Barat dengan luas wilayah +
1.22 Km² yang terdiri dari 10 RW, dan 114 RT.

Kelurahan Grogol berbatasan dengan batas wilayah sebagai berikut :


Sebelah Utara : Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta
Barat
Sebelah Selatan : Kelurahan Kyai Tapa , Jakarta Barat

Sebelah Timur : Kelurahan Jelambar, Jakarta Barat

Sebelah Barat : Kelurahan Kalianyar, Jakarta Pusat

Gambar 4.1. Peta Wilayah Kelurahan Grogol

Kelurahan Grogol terletak di kecamatan Grogol Petamburan merupakan kota


administrasi di wilayah Jakarta Barat dengan luas wilayah + 1.22 Km² yang terdiri
dari 10 RW, dan 114 RT.
Kelurahan Grogol berbatasan dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kelurahan Jelambar Baru, Jakarta
Barat
Sebelah Selatan : Kelurahan Kyai Tapa , Jakarta Barat

11
Sebelah Timur : Kelurahan Jelambar, Jakarta Barat

Sebelah Barat : Kelurahan Kalianyar, Jakarta Pusat

12
4.2.2 Data Demografis
Secara ringkas data demografi di Kelurahan Grogol 1 sebagai wilayah kerja sebagai
berikut Jumlah penduduk 20.612 Jiwa dengan kepadatan penduduk 238 Jiwa/Km, jumlah
rumah tangga 6946 rumah tangga dan rata-rata besar keluarga 3 Jiwa/Rumah Tangga.

4.2.3 Data Fasilitas Layanan Kesehatan


Fasilitas Layanan kesehatan yang tersedia di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan
Grogol I, terdiri dari:

 Puskesmas Induk yaitu Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan

 1 ruang loket pendaftaran

 1 ruang skrining dan pemeriksaan umum

 1 ruang tindakan

 1 ruang kepala Puskesmas

 1 ruang poli kesehatan gigi dan mulut

 1 ruang poli KIA, KB dan poli imunisasi

 0 ruang poli gizi

 0 ruang kesehatan lingkungan

 0 ruang poli TB

 1 gudang umum

 2 kamar mandi

 1 tempat parkir kendaraan

4.2.4 Data Fasilitas Pendidikan


Fasilitas pendidikan yang tersedia di kelurahan kelapa dua terdiri dari jenjang
pendidikan anak usia dini (PAUD), Taman kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau Sederajat, Sekolah Menengah Atas
(SMA) atau Sederajat. Rincian fasilitas pendidikan yang tersedia, antara lain:
 PAUD : 1 sekolah

13
 TK : 0 sekolah

 SD Negeri : 1 sekolah

 SD Swasta : 0 sekolah

 SMP Negeri : 0 sekolah

 SMP Swasta : 1 sekolah

 SMA Swasta : 1 sekolah

 SMKN : 0 sekolah

 Madrasah Tsanawiyah : 1 sekolah

 Madrasah Aliyah : 1 sekolah

 Madrasah Itidaiyah : 0 sekolah

 Akademi Perguruan Tinggi : 0 sekolah

4.2.5 Data Transportasi


Transportasi yang sering digunakan masyarakat Kelurahan Grogol I meliputi
transportasi pribadi maupun umum. Transportasi pribadi yang sering digunakan
meliputi motor atau mobil pribadi. Sedangkan transportasi umu yang digunakan
masyarakat meliputi transportasi offline (angkot, ojek konvensional, bajaj) dan
online (aplikasi secara daring). Transportasi ini juga sangat memudahkan
masyarakat untuk menjangkau fasilitas kesehatan yang ada.

4.2.6 Pekerjaan Penduduk


Sebagian besar penduduk di Kelurahan Kelapa Grogol I memiliki pekerjaan
sebagai wiraswasta, Karyawan, Pegawai Negeri Sipil (PNS), pegawaI non PNS,
dan lain-lain.

14
4.3 Data Khusus
4.3.1 Masukan (Input)

a. Tenaga (Man)

Tenaga dalam program pengendalian tuberkulosis Puskesmas


Kelurahan Grogol I terdiri dari:
Penanggung Jawab P2TB : 1 orang

Dokter Pelayanan : 1 orang

Perawat (merangkap pada pencatatan dan


pelaporan)

Petugas Apotek
Petugas Pengawas Minum Obat : 2 orang kader
(Kader TB) dan keluarga
pasien

Kader TB : 1 orang

b. Anggaran/Dana (Money)

Anggaran yang digunakan dalam program pencegahan dan pengendalian TB


di Puskesmas Kelurahan Grogol I yaitu bersumber dari:
 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

 Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

c. Sarana (Material)

 Medis

1. Stetoskop : Tersedia

2. Tensimeter Digital : Tersedia

3. Termometer Digital : Tersedia

4. Timbangan Digital : Tersedia

5. Alat Ukur Tinggi Badan : Tersedia

6. Spuit : Tersedia

15
7. Handscoon (steril/nonsteril) : Tersedia

8. Alkohol Swab : Tersedia

9. Bed : Tersedia

10. Oxymeter : Tersedia

11. Pot Sputum : Tersedia

12. OAT : Tersedia


13. Tabung Oksigen : Tersedia

 Non-medis
1. Ruang pemeriksaan dan tindakan
2. Wastafel dan sabun cair di ruang pemeriksaan
3. Alat tulis
4. Meja, kursi, lemari besi dan kayu
5. Komputer dan printer
6. Kursi roda
7. Rekam medis pasien
8. Poster atau leaflet tentang tuberkulosis
9. Formulir pencatatan P2TB
 TB01 : kartu pengobatan pasien TB
 TB02 : kartu identitas pasien TB
 TB03 : buku registrasi
 TB05 : formulir pemeriksaan dahak
 TB06 : daftar terduga (suspek) diperiksa dahak
 TB09 : formulir rujukan atau pindah pasien TB
 TB10 : formulir hasil akhir pengobatan pasien pindahan

d. Metode (Method)

Program yang digalakan oleh WHO dalam upaya pencegahan dan


pengendalian TB ialah dengan merekomendasikan strategi Directly
Observed Treatment Shortcourse (DOTS). DOTS adalah suatu strategi
atau kegiatan penatalaksanaan TB yang memiliki 5 komponen kunci,
16
antara lain yaitu:
 Komponen politis yaitu peningkatan dan kesinambungan pendanaan

 Penemuan kasus melalui pemeriksaan dahak secara


mikroskopis yang mutunya terjamin dan error rate tidak
melebihi 5%

 Pengobatan standar dengan supervisi dan dukungan bagi pasien

 Sistem pengelolaan dan ketersediaan dan OAT yang efektif

 Sistem monitoring, pencatatan dan pelaporan yang


memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasoen
dan kinerja program.

1. Penemuan Pasien Terduga TB

Penemuan pasien TB dilakukan melalui serangkaian kegiatan mulai dari


penjaringan terhadap pasien terduga TB, pemeriksaan fisik dan
laboratorium, menentukan menentukan diagnosis, menentukan klasifikasi
penyakit serta tipe pasien TB, sehingga dapat dilakukan pengobatan
hingga sembuh. Strategi penemuan pasien TB dapat dilakukan secara
pasif, intensif, aktif dan masif. Penemuan pasien TB secara pasif intensif
di fasilitas kesehatan dengan jejaring layanan TB melalui Public-Private
Mix (PPM), dan kolaborasi berupa kegiatan TB-HIV, TB-DM, TB-Gizi,
Pendekatan Praktis Kesehatan Paru (PAL = Practical Approach to Lung
health), Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), Manajemen Terpadu
Dewasa Sakit (MTDS). Sedangkan penemuan pasien TB secara aktif
dan/atau masif berbasis keluarga dan masyarakat, dapat dibantu oleh
kader dari Posyandu, pos TB desa, tokoh masyarakat, dan tokoh agama.
Yaitu dengan cara: a) Investigasi kontak pada paling sedikit 10-15 orang
kontak erat dengan pasien TB; b) Penemuan di tempat khusus
(Lapas/Rutan, tempat kerja, asrama, pondok pesantren, sekolah, panti
jompo); c) Penemuan di populasi berisiko (tempat penampungan
pengungsi, daerah kumuh).
2. Penegakkan Diagnosis TB

Penegakkan diagnosis diambil berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang

17
berupa pemeriksaan dahak, pemeriksaan radiologi dan uji tuberkulin pada
TB anak. Pemeriksaan radiologis dapat dilakukan dengan cara
menggunakan pemeriksaan dahak mikroskopis langsung. Dahak
dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan yaitu berupa
dahak sewaktu dan pagi. Pada pasien dengan gejala TB tetapi hasil
pemeriksaan

dahak negatif, dilakukan pemeriksaan rongten dada untuk menunjang


pemeriksaan sebelumnya. Pada pasien terduga TB anak dilakukan uji
tuberkulin (Mantoux test) untuk melengkapi skoring TB pada anak.
3. Pengobatan TB Paru Sesuai Panduan OAT

Obat anti-tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam


pengobatan TB. Pengobatan TB merupakan salah satu upaya paling
efisien untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dari bakteri penyebab TB.
Pengobatan yang adekuat harus memenuhi prinsip:
a. Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat
mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya
resistensi
b. Diberikan dalam dosis yang tepat

c. Ditelan secara teratur dan diawasi secara langsung oleh PMO


(pengawas menelan obat) sampai selesai masa pengobatan
d. Pengobatan diberukan dalam jangka waktu yang cukup terbagi
dalam tahap awal serta tahap lanjutan untuk mencegah kekambuhan.

Pengobatan TB harus selalu meliputi pengobatan tahap awal dan tahap


lanjutan. Tahap awal adalah pengobatan yang diberikan setiap hari.
Panduan pengobatan pada tahap ini adalah dimaksudkan untuk secara
efektif menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan
meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil kuman yang telah resisten
sejak sebelum mendapatkan pengobatan secara efektif. Pengobatan tahap
awal dilakukan pada semua pasien baru, harus diberikan selama 2 bulan
dan umumnya dengan pengobatan yang teratur dan tanpa penyulit
lainnya, daya penularan sudah menurun setelah dilakukan pengobatan
dalam 2 minggu pertama.

18
Pengobatan tahap lanjutan bertujuan untuk membunuh sisa-sisa dari
kuman Mycobacterium tuberculosis yang masih ada di dalam tubuh
pasien, khususnya yang persisten sehingga pasien dapat sembuh dan
mencegah terjadinya kekambuhan. Durasi tahap lanjutan selama 4 bulan.
Pada fase lanjutan seharusnya obat diberikan setiap hari. Berikut panduan
OAT yang

digunakan di Indonesia:

 Kategori I: 2RHZE/4RH3 diberikan untuk pasien baru (Pasien TB


paru terkonfirmasi bakteriologis, pasien TB paru terdiagnosis
klinis, dan pasien TB ekstra paru)
 Kategori II: 2RHZE(S)/RHZE/5RH(RH)3E3 (Relaps BTA positif;
gagal BTA positif; pengobatan terputus)
 Kategori III: 2RHZ/4RH3 (kasus baru BTA negatif/rongten positif
sakit ringan; TB ekstra paru ringan)
 Sisipan: 1RHZE (bila pada akhir fase intensif, pengobatan pasien
baru BTA positif dengan kategori 1 atau pasien BTA positif
pengobatan ulang dengan kategori 2, hasil pemeriksaan dahak
masih BTA positif)
 Kategori anak: Paket KDT anak berdasarkan berat badan2RHZ/4RH

4. Pengawasan Langsung Menelan Obat (DOT)

PMO bertujuan agar dapat membantu pasien agar patuh dalam meminum
obat dan mencegah terjadinya resistensi serta membantu pasien agar cepat
pulih dan sembuh. PMO harus memiliki beberapa syarat agar pasien dapat
memiliki rasa nyaman dan percaya, yaitu seseorang yang dikenal,
seseorang yang dipercaya dan disetujui oleh petugas kesehatan dan juga
pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien, tinggal dekat
bersama pasien, dan bersedia untuk membantu pasien dengan sukarela,
bersedia dilatih untuk mendapatkan penyuluhan bersama-sama dengan
pasien oleh petugas kesehatan. PMO dapat berasal dari petugas kesehatan
(bidan, perawat, sanitarian, juru imunisasi, dll), kader kesehatan guru,
tokoh masyarakat, tokoh agama dan anggota keluarga.
19
PMO memiliki kewajiban untuk mengawasi pasien TB agar menelan obat
TB secara teratur hingga pengobatannya selesai, memberikan dorongan
serta motivasi agar pasien mau minum obat teratur, mengingatkan pasien
untuk melakukan pemeriksaan dahak pada waktu yang telah ditentukan
oleh petugas kesehatan dan memberikan penyuluhan kepada pasien dan
keluarga

yang memiliki gejala-gejala mencurigakan TB untuk segera


memeriksakan diri ke unit pelayanan kesehatan terdekat.
5. Pemantauan Keberhasilan Program TB

Pemantauan keberhasilan dari program orang dewasa dilaksanakan


dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis pemantauan
pengobatan dilakukan juga dengan pemeriksaan dahak sewaktu dan pagi.
Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif jika ke dua uji dahak tersebut
negatif. Jika salah satu atau kedua uji positif, hasil pemeriksaan ulang
dahak dinyakatan positif. Hasil dari pemeriksaan mikroskopis semua
pasien sebelum dimulainya pengobatan harus dicatat.
Pemeriksaan dahak ulang pasien TB yang terkonfirmasi bakteriologis
merupakan hal yang penting untuk menilai hasil kemajuan pengobatan.
Setelah pengobatan tahap awal, tanpa memperhatikan hasil pemeriksaan
ulang dahak apakah masih BTA positif atau sudah negatif, pasien harus
memulai pengobatan tahap lanjutan.
6. TB Resisten Obat

Resisten obat tuberkulosis adalah keadaan dimana kuman Mycobacterium


tuberculosis yang sudah tidak dapat lagi dibunuh oleh obat anti-
tuberkulosis. Terdapat lima kategori resistensi OAT, yaitu:
 Mono-resisten dimana terjadi resistensi terhadap salah satu OAT.

 Poli-resisten ialah terjadi resisten terhadap lebih dari satu OAT.

 Multi Drug Resistence (MDR) saat terjadi resisten terhadap


isoniazid dan rifampisin dengan atau tanpa OAT lini pertama yang
lain misalnya reisten RH, RHE, RHES.
 Ekstensively drug resistence dimana TB MDR disertai resisten
terhadap salah satu obat golongan fluorokuinolon dan salah satu

20
OAT injeksi lini kedua sepeti kapreomisin, kanamisin,
danamikasin.
 TB resisten terhadap rifampisin (RR) yaitu resisten terhadap
rifampisin yang terdeteksi menggunakan metode fenotipe atau
genotipe dengan atau tanpa resistensi OAT lainnya.
 Kriteria orang yang masuk kategori terduga resisten obat adalah jika
pasienTB gagal pengobatan terhadap pengobatan OAT lini ke 2,
pengobatan kategori 2 yang tidak konversi setelah 3 bulan
pertama, riwayat pengobatanTB yang tidak sesuai dengan standar,
pengobatan OAT kategori 1 gagal dan tetap positif setelah 3 bulan,
kasus kambuh, infeksi TB dan HIV yang tidakrespon terhadap
pengobatan OAT.

7. TB-HIV

Diagnosis TB paru dengan orang dengan HIV-AIDS (ODHA) tidak jauh


berbeda dengan orang dengan HIV negatif, yaitu dengan menggunakan
metode pemeriksaan bakteriologis dan klinis. Pemeriksaan dahak
menggunakan mikroskopis pada pasien TB-HIV sering memberikan hasil
negatif, oleh karena itu perlu pemeriksaan lanjutan atau tambahan seperti
pemeriksaan TCM Xpert MTB/RIF yang juga dapat memberikan hasil
apakah ada atau tidaknya resistensi terhadap OAT Rifampisin sehingga
tatalaksana yang diberikan dapat menjadi lebih tepat.
Apabila pasien TB-HIV sedang menjalani pengobatan dengan
menggunakan ARV, maka sebaiknya pengobatan TB tidak dilakukan atau
diberikan di fasilitas pelayanan kesehatan dasar, melainkan merujuk
pasien ke RS rujukan untuk pengobatan ARV-nya.

8. Penyuluhan TB

Penyuluhan merupakan bagian penting dari program P2TB yang


dilakukan sebagai bentuk promosi kesehatan bagi orang yang sehat
maupun kepada pasien TB, yang dapat dilakukan baik secara individu
maupun kelompok. Orang yang dapat melakukan penyuluhan dapat
berupa petugas kesehatan, kader kesehatan yang terlatih kepada
masyarakat di tiap lingkungan dan keluarga serta kepada pasien, terutama
21
pada pasien yang datang ke puskesmas untuk pengobatan dan
pengambilan obat.

Untuk melakukan penyuluhan kepada masyarakat di tiap lingkungan


dibutuhkan beberapa alat penunjang seperti poster, leaflet, dan brosur atau
media elektronik seperti proyektor dan sebagainya. Kegiatan penyuluhan
penyakit TB mulai dari penyebab, cara penularan, gejala hingga cara

pencegahan seperti memakai masker, melakukan etika batuk yang benar,


konsumsi makanan bergizi, memberikan pencahayaan yang cukup ke
dalam rumah, dan rutin berolahraga.

9. Pembinaan dan Evaluasi Kader Kasehatan

Kegiatan pembinaan dan evaluasi dilakukan agar setiap kader kesehatan


dapat memberikan informasi yang tepat kepada pasien dan juga
masyarakat di lingkungan kerjanya. Kader kesehatan diwajibkan untuk
mampu memahami dan mengetahui konsep penyakit TB, cara yang tepat
sebagai PMO untuk pasien yang sedang menjalani pengobatan,
keterampilan komunikasi dan bagaimana kasus atau keadaan TB di
Wilayah Kerja Puskesmas. Tenaga kesehatan juga diharapkan dapat
melakukan pelatihan rutin agar setiap kader kesehatan dapat
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilannya dalam rangka
meningkatkan kompetensi serta kinerja dari petugas TB agar dapat
mengenali dan melakukan investigasi kepada pasien TB untuk
mengarahkan pasien agar melakukan pengobatan ke fasilitas pelayanan
dasar.

10. Pencatatan dan Pelaporan

Seluruh fasyankes yang menangani kasus TB harus mencatat kasus TB


yang ditanganinya dan melaporkan kepada Puskesmas/Dinas Kesehatan.
Pencatatan dan Pelaporan kasus TB dilaksanakan melalui:
a. Puskesmas, B/BKPM dan RS menggunakan SITT/SITB.

b. FKTP non Puskesmas (DPM dan klinik)


melaporkan kasus TB melalui:
 SITT/SITB
22
- Bagi DPM dan klinik yang memiliki akses SITT/SITB.

- WIFI TB bagi daerah yang memiliki akses internet,


DPM dan klinik dapat melaporkan kasus TB dengan
menggunakan Wifi TB yang sudah terkoneksi langsung
dengan SITT/SITB.

 Manual

- Bagi yang tidak memiliki akses terhadap kedua aplikasi


di atas, DPM dan klinik dapat melaporkan kasus TB
melalui format pelaporan yang standar ke Puskesmas
maupun melalui media komunikasi lain yang disepakati
(misalnya telepon, SMS, WhatsApp Group, dan
sebagainya).
- Puskesmas melakukan pencatatan kasus yang telah
dilaporkan dari media komunikasi lain ke dalam format
pelaporan yang standar, serta mengisi kolom asal
rujukan.

c. Khusus fasilitas kesehatan layanan TB RO dan/atau


memiliki alat TCM menggunakan e-TB Manager.
d. Fasilitas penunjang kesehatan dilakukan secara manual
dan elektronik dalam format yang standar.

Pencatatan kasus TB dilakukan dengan mengikuti format dan formulir


dari P2TB, seperti kartu pengobatan pasien (TB01), kartu identitas pasien
(TB02), buku registrasi pasien (TB03), formulir pemeriksaan dahak
(TB05), daftar suspek yang diperiksa dahak (TB06), formulir rujukan atau
pindah pasien (TB09), formulir hasil akhir pengobatan pasien pindahan
(TB10), formulir kunjungan rumah pasien TB RO dan SO. Pelaporan
dilakukan menggunakan sistem yang dilakukan secara online melalui
SistemInformasi Tuberkulosis (SITB) dengan berdasarkan data yang
dicatat dalam formulir P2TB oleh petugas.

23
4.3.2 Proses

a. Perencanaan

 Penemuan Pasien Terduga TB

Penemuan pasien yang terduga TB dilakukan secara pasif-intensif dan


aktif-masif. Penemuan orang terduga TB secara pasif dilakukan sesuai
dengan jadwal pelayanan yang ada di Puskesmas oleh dokter dan petugas
TB di Puskesmas Kelurahan Grogol I. Penemuan secara aktif dilakukan
dengan melakukan investigasi kontak oleh kader TB. Setiap pasien atau
pengunjung Puskesmas yang memiliki gejala seperti batuk akan segera
diarahkan ke Poli ISPA untuk diperiksa terlebih dahulu oleh dokter, dan
jika dicurigai sebagai terduga pasien TB maka akan diarahkan lagi untuk
pemeriksaan dahak.
 Penegakkan Diagnosis TB
Penegakkan diagnosis dapat dilakukan kepada setiap orang yang
memiliki gejala klinis atau orang yang terduga TB melalui wawancara
atau anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan penunjang di
Puskesmas Kelurahan Grogol I. Setiap pasien yang akan memeriksakan
dahak akan dicatat dalam formulir TB05 oleh petugas, dan pasien akan
diberikan masing-masing dua pot dahak dengan penjelasan bagaimana
cara mengeluarkan dahak dan kapan waktu pengambilan sampel dahak
yang benar.
 Pengobatan TB Paru Sesuai Panduan OAT
Pemberian pengobatan TB berdasarkan kategori pasien akan dilakukan
setiap satu hingga dua bulan sekali oleh dokter dengan bantuan petugas
TB atau perawat Puskesmas Kelurahan Grogol I. Pengobatan TB terbagi
menjadi pengobatan tahap awal dan tahap lanjutan.
 Pengawasan Menelan Obat (PMO)

24
Kegiatan PMO dilakukan agar dapat meningkatkan kepatuhan pasien TB
dalam minum obat dikarenakan pengobatan TB memakan waktu yang
cukup lama hingga berbulan-bulan lamanya dan juga memiliki beberapa
efek samping yang dapat timbul, sehingga pasien sering kali tidak ingin
meminum obat. Selain itu diharapkan ketika pasien patuh meminum obat
maka hal-hal yang tidak diinginkan seperti terjadinya komplikasi dan
resistensi obat dapat dihindari. Kegiatan pengawasan menelan obat
dilakukan setiap hari yang disetujui oleh petugas kesehatan dan pasien
TB itu sendiri.

 Pemantauan Keberhasilan Pengobatan TB

Tingkat keberhasilan pengobatan TB dilihat dari pemeriksaan


mikrobiologis dahak. Pemeriksaan ini dilakukan pada akhir tahap awal
pengobatan, bulan ke lima dan akhir dari pengobatan bulan ke enam.
Spesimen dahak atau sputum dibawa ke Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan untuk dilakukan pemeriksaan, dikarenakan belum
tersedianya fasilitas pemeriksaan sputum atau TCM di Puskesmas
Kelurahan Grogol I.
 Tuberkulosis Resisten OAT
Setiap pasien TB yang memiliki satu atau lebih dari sembilan kriteria
terduga atau suspek TB resisten obat dilakukan TCM MTB/RIF. Apabila
ditemukan pasien yang dicurigai mengalami TB resisten OAT, pasien
akan dilakukan rujukan ke Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan
untuk dilakukan pemeriksaan dahak.
 Tuberkulosis dengan HIV
Pasien baru TB yang ditemukan di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan
Grogol I juga akan dilakukan pemeriksaan HIV. Apabila hasilnya positif,
maka pengobatan akan dilanjutkan atau di rujuk ke Puskesmas
Kecamatan Grogol Petamburan atau dapat di rujuk ke Rumah Sakit yang
memiliki fasilitas yang lebih memadai untuk dilakukan tindakan
pengobatan yang tepat olehdokter spesialis.
 Penyuluhan tentang TB
Penyuluhan bertujuan agar seluruh masyarakat di lingkungan kerja

25
Wilayah Puskesmas Kelurahan Grogol I dapat memahami tentang
penyakit TB. penyuluhan dilakukan paling sedikit 1 kali dalam setahun,
tepatnya pada hari TB sedunia yang jatuh pada bulan Maret di Puskesmas
Kelurahan Grogol I.
 Pembinaan dan Evaluasi Kader Kesehatan TB
Pembinaan, pelatihan dan evaluasi kader Kesehatan dilakukan sebanyak
1 kali dalam setahun. Pembinaan dilakukan di Puskesmas Kelurahan
Grogol I oleh coordinator dan penanggung jawab program P2TB.

 Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan pasien TB telah tercatat dalam formulir TB yang sudah
tersedia di Puskesmas Kelurahan Grogol I. Pencatatan oleh petugas TB di
Puskesmas dan data yang telah tercatat akan dilampirkan atau dilaporkan
ke dalam sistem pelaporan yang sudahtersedia secara online melalui
Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB) yang dapat diakses dengan cara
memasukkan username dan kata sandi.

b. Pengorganisasian

Struktur organisasi yang terdapat dalam pelayanan tuberkulosis di


Puskesmas Kelurahan Grogol I yaitu:

Kepala Puskesmas
drg. Wahyu Ari Kassanti

26
Koordinator dan Pelaksana P2TB
dr. Lulu Noflia

Anggota Program P2TB Farmasi


Kader P2TB
Kurniasih, A.Md.Kep Iis Haryanti

Gambar 3. Struktur organisasi


program P2TB
Setiap bagian dari struktur organisasi memiliki peran dan tugasnya
masing- masing dalam pelayanan tuberkulosis, diantaranya yaitu:
1. Kepala Puskesmas

 Penanggung jawab program yang dilaksanakan

 Pengawas langsung dari pelaksanaan kegiatan P2TB

 Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan P2TB di


Wilayah Kerja
2. Koordinator program P2TB

 Bertanggung jawab terhadap seluruh pelayanan TB dan


memastikan agar program berkualitas sesuai dengan pedoman
nasional pencegahan dan pengendalian tuberkulosis
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
 Memberikan pengobatan dan tatalaksana pada pasien TB

 Menyusun perencanaan kebutuhan operasional

 Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan program

3. Anggota program P2TB

 Sebagai pelaksana kegiatan


dan kelompok
27
 Melakukan pencatatan dan pelaporan melalui SITB mengenai
data pasien yang datang berobat ke Puskesmas
4. Petugas farmasi

 Menyediakan pelayanan obat-obatan anti-tuberkulosis

 Pelayanan informasi obat pada pasien, keluarga


pasien, dan tenaga kesehatan
 Sebagai pengawas efek samping dari OAT

5. Kader TB

 Membantu investigasi penemuan kasus terduga TB

 Merujuk pasien terduga TB ke Puskesmas

 Sebagai Pengawas Menelan Obat (PMO)

c. Pelaksanaan

 Penemuan Pasien Terduga TB

Penemuan pasien terduga TB dilakukan secara intensif yang


dilakukan sesuai
 Penegakkan Diagnosis TB
Dilakukannya penegakkan diagnosis TB berdasarkan kunjungan
pasien bergejala yang datang ke Puskesmas pada jadwal
pelayanan Puskesmas, kemudian dilakukan pemeriksaan
tambahan atau penunjang. Setiap pasien yang terkonfirmasi
secara bakteriologis dan klinis dilakukan pencatatan dalam
buku registasi pasien TB (TB03).
 Pengobatan TB Sesuai Panduan OAT
Pengobatan TB sesuai panduan OAT dilaksanakan pada saat
jadwal pelayanan Puskesmas. Pemberian OAT disediakan
dalam bentuk paket (awal/lanjutan/kategori 1/kategori 2) agar
memudahkan dokter dan petugas TB memberikan OAT,
efesiensi waktu dan meningkatkan angka kapatuhan dalam
pengobatan.

28
 Pengawasan Menelan Obat (OAT)
Pengawasan menelan obat telah dilaksanakan sesuai dengan
pedoman pencegahan dan pengendalian tuberkulosis yang
diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan RI. Kegiatan
pengawasan minum obat dilakukan oleh kader dan keluarga
pasien sendiri yang telah mendapatkan konseling terkait
pengobatan pasien.
 Pemantauan Keberhasilan Pengobatan TB
Pemantauan keberhasilan pengobatan TB pada setiap pasien TB
telah dilakukan sesuai dengan pedoman pencegahan dan
pengendalian tuberkulosis yang diterbitkan oleh Kementerian

Kesehatan RI, yaitu setiap akhir pengobatan TB akan dilakukan


pemeriksaan dahak ulang. Keberhasilan ditentukan melalui
hasil pemeriksaan dahak ulang negatif selama dua kali berturut-
turut (pagi dan sewaktu).
 Tuberkulosis Resisten OAT
Ditemukannya kasus TB resisten OAT di Wilayah Kerja
Puskesmas Kelurahan Grogol I akan segera dirujukke
Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan untuk diperiksakan
TCM MTB/RIF. Tidak ditemukan hasil atau data pasien yang
resisten terhadap OAT di Puskesmas Kelurahan Grogol I,
karena hasil pemeriksaan TCM MTB/RIF dicatat dan
dilaporkan ke Puskesmas Kelurahan Grogol I.
 TB-HIV
Setiap pasien terduga TB yang dihasilkan pemeriksaannya
positif dilakukan pemeriksaan tambahan HIV. Jika positif maka
akan dilakukan rujukan ke Rumah Sakit untuk tindakan
pengobatan. Pasien dengan TB-HIV akan dilakukan pencatatan
dan dilaporkan dalam laporan TB-HIV.
 Penyuluhan TB
Penyuluhan mengenai penyakit TB dilakukan secara
perorangan dan kelompok. Secara kelompok dilakukan
penyuluhan 2 kali dalam setahun yaitu 1 kali dibulan Maret
ketika hari TB sedunia dan dibulan November. Sedangkan
29
penyuluhan secara individu dilakukan secara pasif ketika pasien
berkunjung ke Puskesmas untuk melakukan pengobatan.
 Pembinaan dan Evaluasi Kader Kesehatan TB
Kegiatan pembinaan dan evaluasi setiap kader TB di Wilayah
Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I sudah dilakukan sesuai
dengan pedoman pencegahan dan pengendalian tuberkulosis
yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan RI dan telah
dilaksanakan sebanyak 1 kali pada bulan Juni.
 Pencatatan dan Pelaporan SITB

Pencatatan dan pelaporan penyakit tuberkulosis di Puskesmas


Kelurahan Grogol I telah dilakukan sesuai dengan pedoman
pencegahan dan pengendalian tuberkulosis yang diterbitkan
oleh Kementerian Kesehatan RI oleh petugas melaluiSistem
Informasi TB dan formulir TB.

d. Pengawasan
Pengawasan dilakukan secara rutin dan berkala di Puskesmas oleh
koordinator dan anggota program P2TB dengan tujuan mengetahui dan
juga menilai apakah program yang berjalan sudah sesuai dengan rencana
pelaksanaan program. Setiap penanggung jawab program membuat
laporan tertulis tentang hasil kegiatannya. Laporan dibuat berdasarkan
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu (SP2TP) secara rutin. Hasil
pencatatan dari setiap bagian yang berkaitan dengan program diberikan
kepada kepala Puskesmas.

4.3.3 Keluaran (Output)

1. Cakupan setiap orang terduga TB yang mendapatkan pelayanan


sesuai standar di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I
periode Maret 2022 sampai dengan Februari 2023.

30
Tabel 4.1 Jumlah orang terduga TB yang mendapatkan pelayanan sesuai
standar di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I
Periode Maret 2022 sampai dengan Februari 2023
Bulan Jumlah (Orang)
Maret 5
April 9
Mei 5
Juni 33
Juli 18
Agustus 6
September 3
Oktober 3
November 7
Desember 5
Januari 22
Februari 14
Jumlah Total 130

Dari tabel tersebut diketahui bahwa terduga TB di Wilayah Kerja


Puskesmas Kelurahan Grogol I sebanyak 130 orang. Kemudian
dilakukan perhitungan keberhasilan berdasarkan pedoman dengan
rumus:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑢𝑔𝑎 𝑇𝐵 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑟𝑖𝑘𝑠𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑢𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑢𝑟𝑢𝑛


𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑎𝑡𝑢 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑢𝑔𝑎 𝑇𝐵 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑢𝑟𝑢𝑛 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑠𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑎
× 100%

130
× 100% = 100% (𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 100%)
130
Keterangan:
Jumlah orang terduga TB yang dilakukan pemeriksaan penunjang dalam
kurun waktu satu tahun = 130 orang

31
Jumlah orang yang terduga TB dalam kurun waktu tahun yang sama =
130 orang
Hasil perhitungan adalah sebesar 100%, sehingga dari hasil tersebut
diketahui cakupan setiap orang terduga TB yang mendapatkan pelayanan
sesuai standar mencapai target sesuai PKP Puskesmas Kelurahan Grogol I.

2. Cakupan angka penemuan kasus TB (Case Detection Rate/CDR) di


Wilayah Puskesmas Kelurahan Grogol I periode Maret 2022 sampai
dengan Februari 2023

Tabel 4.2 Jumlah angka penemuan kasus TB (Case Detection


Rate/CDR)di Wilayah Puskesmas Kelurahan Grogol I periode Maret
2022 sampai dengan Februari 2023
Bulan Jumlah (Orang)
Maret 1
April 0
Mei 2
Juni 1
Juli 0
Agustus 3
September 0
Oktober 1
November 2
Desember 0
Januari 1
Februari 2
Jumlah Total 13

Dari tabel tersebut diketahui pasien TB di Wilayah Kerja Puskesmas


Kelurahan Grogol I adalah sebanyak 13 orang, dengan
perkiraan jumlah pasien baru BTA positif berdasarkan target

32
sasaran yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I
sebanyak 11 orang. Sehingga didapatkan hasil dengan perhitungan rumus:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑇𝐵 𝑝𝑎𝑟𝑢 𝐵𝑇𝐴 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑘𝑎𝑛

𝑃𝑒𝑟𝑘𝑖𝑟𝑎𝑎𝑛 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑏𝑎𝑟𝑢 𝑇𝐵 𝑃𝑎𝑟𝑢 𝐵𝑇𝐴 𝑝𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓

13
× 100% = 118,18% (𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 100%)
11

Hasil perhitungan adalah sebesar 118,18%, sehingga dari hasil tersebut


diketahui cakupan pasien TB yang mendapatkan pengobatan sesuai
standar mencapai target sesuai PKP Puskesmas Kelurahan Grogol I.
3. Cakupan pasien TB yang mendapat pengobatan sesuai standar di
Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I periode Maret 2022
sampai dengan Februari 2023.

Tabel 4.3 Jumlah pasien TB yang mendapat pengobatan sesuai


standar diWilayah Puskesmas Kelurahan Grogol I periode Maret
2022 sampai dengan Februari 2023.
Bulan Jumlah (Orang)
Maret 1
April 0
Mei 2
Juni 1
Juli 0
Agustus 3
September 0
Oktober 1
November 2
Desember 0
Januari 1
Februari 2
Jumlah Total 13

33
Dari tabel tersebut diketahui pasien TB yang mendapatkan pengobatan
sesuai standar di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I adalah
sebanyak 18 orang. Kemudian dilakukan perhitungan keberhasilan
berdasarkan pedoman dengan rumus:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑇𝐵 𝑦𝑎𝑛𝑔


𝑑𝑖𝑜𝑏𝑎𝑡𝑖 × 100

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑇𝐵 𝑦𝑎𝑛𝑔


𝑑𝑖𝑐𝑎𝑡𝑎𝑡

13
× 100% = 100% (𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 100%)
13

Hasil perhitungan adalah sebesar 100%, sehingga dari hasil tersebut


diketahui cakupan pasien TB yang mendapatkan pengobatan sesuai
standarmencapai target sesuai PKP Puskesmas Kelurahan Grogol I.

4. Cakupan angka keberhasilan pengobatan TB (Success Rate/SR) di


Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I periode Maret 2022
sampai dengan Februari 2023.

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑠𝑒𝑚𝑏𝑢ℎ + 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑜𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑙𝑒𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝


× 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑇𝐵 𝑝𝑎𝑟𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑜𝑏𝑎𝑡𝑖 𝑑𝑎𝑛
𝑑𝑖𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑘𝑎𝑛

7
× 100% = 53,8% (𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 100%)
13

Hasil perhitungan adalah sebesar 53,8 %, sehingga dari hasil tersebut

34
diketahui angka keberhasilan pengobatan TB (Success Rate/SR) belum
mencapai target sesuai PKP Puskesmas Kelurahan Grogol I. Sehingga
dicari besaran masalah sebagai berikut:

𝐸−
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ (𝐶𝐷𝑅) = 𝑂 × 100%

13 − 7
𝐵𝑒𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ (𝐶𝐷𝑅) = × 100% = 46,2%
13

35
Keterangan:
E = Expected/target
O = Observed/capaian

Kesimpulan yang didapat adalah besar capaian yang memenuhi target

adalah 53,8 dengan besaran masalah 46,2%.

5. Cakupan pasien TB yang mengetahui status HIV-nya di Wilayah Kerja


Puskesmas Kelurahan Grogol I periode Maret 2022 sampai dengan Februari
2023

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑇𝐵 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑙𝑎𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑘𝑟𝑖𝑛𝑖𝑛𝑔


𝐻𝐼𝑉 × 100%

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑇𝐵 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑐𝑎𝑡𝑎𝑡

13
× 100% = 100% (𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 100%)
13

Hasil perhitungan adalah sebesar 100%, sehingga dari hasil tersebut


diketahui jumlah pasien TB yang mengetahui status HIV-nya
mencapai target sesuai PKP Puskesmas Kelurahan Grogol I.

6. Cakupan pasien TB yang diawasi PMO di Wilayah Kerja


Puskesmas Kelurahan Grogol I periode Maret 2022 sampai dengan
Februari 2023.

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑇𝐵 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑤𝑎𝑠𝑖


𝑃𝑀𝑂 × 100%

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑇𝐵 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑜𝑏𝑎𝑡𝑖

36
13
× 100% = 100% (𝑡𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 100%)
13

Hasil perhitungan adalah sebesar 100%, sehingga dari hasil tersebut


diketahui jumlah pasien TB yang diawasi PMO mencapai target
sesuai
PKPPuskesmas Kelurahan Grogol I.

7. Cakupan proporsi pasien TB anak diantara seluruh pasien TB di


Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I periode Maret 2022
sampai dengan Februari 2023.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑇𝐵 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛


× 100%
𝑃𝑒𝑟𝑘𝑖𝑟𝑎𝑎𝑛 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑇𝐵 𝑎𝑛𝑎𝑘 (12% 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑎𝑠𝑢𝑠 𝑇𝐵)

0
× 100% = 0% (𝑇𝑎𝑟𝑔𝑒𝑡 0%)
2

Perhitungan persentase yang didapatkan adalah 0%, hal ini dikarenakan tidak
adanya kasus TB anak yang datang ke Puskesmas Grogol I bulan Maret 2022
sampai dengan Februari 2023.

8. Cakupan penyuluhan mengenai TB di Wilayah Kerja Puskesmas


Kelurahan Grogol I periode Maret 2022sampai dengan Februari 2023

Cakupan pelaksanaan penyuluhan mengenai TB di Wilayah Kerja


Puskesmas Kelurahan Grogol I adalah sebanyak 2 kali pada bulan
maret dan agustus dari target per tahun sebanyak 2 kali. Sehingga dari
hasil tersebut diketahui cakupan penyuluhan mengenai TB di Wilayah
Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I mencapai target sesuai PKP
Puskesmas Kelurahan Grogol I.

37
9. Cakupan pembinaan dan evaluasi kader TB di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Grogol I periode Maret 2022 sampai dengan Februari 2023
Cakupan pelaksanaan penyuluhan kelompok di Puskesmas Kelurahan
Grogol I periode Maret 2022 sampai dengan Februari 2023 tidak ada
kegiatan dengan target sebanyak 1 kali setiap tahunnya. Jadi, besar
masalah 100 persen.

10. Cakupan pencatatan dan pelaporan mengenai TB di Wilayah Kerja


Puskesmas Kelurahan Grogol I periode Maret 2022 sampai Februari 2023

Semua pencatatan dan pelaporan tuberkulosis melalui SITB dilaksanakan dengan capaian
100% sesuai dengan target yang ditetapkan dalam PKP Puskesmas Kelurahan Grogol I.

38
4.3.4 Lingkungan

a. Fisik

a. Lokasi

Puskesmas Kelurahan Grogol I terletak di Jalan dr. Nurdin I No.

35 RT. 008/007, Kelurahan Grogol, Kecamatan Grogol Petamburan,


Jakarta Barat, DKI Jakarta.
b. Pemukiman

Wilayah Kelurahan Grogol I merupakan wilayah yang padat


penduduk. Tidak terdapat data mengenai kelembaban udara, ventilasi,
dan pencahayaan tiap-tiap hunian atau rumah di Wilayah Kerja
Puskesmas Kelurahan Grogol I.
c. Fasilitas kesehatan

Fasilitas kesehatan lain selain Puskesmas, terdapat klinik praktik


dokter umum maupun spesialis, praktik mandiri dokter umum
maupundokter gigi, praktik mandiri bidan, dan apotek.
b. Non-Fisik

a. Mata pencarian

Mata pencaharian sebagian besar penduduk Kelurahan Grogol yaitu


wiraswasta, PNS, pegawai non PNS, dll.
b. Pendidikan

Tingkat pendidikan terakhir mayoritas penduduk Kelurahan Grogol


yaitu SMA atau sederajat.
c. Sosial budaya

Stigma masyarakat serta rendahnya pengetahuan tentang penyakit TB


mempengaruhi terhadap kurangnya minat masyarakat untuk melakukan
skrining dan juga pengobatan TB

39
d. Pandemi COVID-19
Adanya pandemi COVID-19 berpengaruh pada kegiatan program pencegahan
dan pengendalian TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I,
terutama pada program-program yang mengharuskan untuk mengumpulkan
orang banyak seperti kegiatan penyuluhan maupun tindakan pengobatan TB.

4.3.5 Umpan Balik

a. Terdapat kegiatan pencatatan dan pelaporan mengenai program


pencegahan dan pengendalian TB setiap bulannya.
b. Terdapat kegiatan rapat kerja (Lokakarya mini bulanan) yang membahas
mengenai laporan kegiatan program pencegahan dan pengendalian TB
setiap bulannya yang bertujuan untuk monitoring dan evaluasi program
yang telah dan sedang berjalan.

4.3.6 Dampak

a. Langsung
Turunnya prevalensi, angka kematian, dan angka kesakitan akibat
tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I. Namun hal
tersebut belum dapat dinilai.

b. Tak langsung
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal serta
menjadikan TB tidak lagi menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Namun
hal tersebut belum dapat dinilai.

40
BAB V
PEMBAHASAN MASALAH

5.1 Masalah Berdasarkan Variabel Keluaran

Tabel 5.1 Masalah Menurut Variabel Keluaran


Tolok Ukur Pencapaia Besar
No Variabe n
l Masalah
(%)
Cakupan angka orang
1 70 100 0
terduga TB
Cakupan angka
2 11 12 0
penemuan kasus (CDR)
Cakupan angka

3 pasien TB yang 12 12 0
mendapat
pengobatan sesuai
standar
Cakupan keberhasilan
4 12 7 41,7
pengobatan (TSR)
Cakupan pasien TB
5 yang 12 12 0
mengetahui status
HIV- nya
Cakupan pasien TB
6 yang 12 12 0
diawasi PMO
Cakupan proporsi pasien
7 0 0 0
TB anak
Cakupan penyuluhan
8 1 1 0
mengenai TB
Cakupan pelatihan dan
10 pembinaan 1 0 100%
kader
kesehatan

41
Cakupan pencatatan dan
11 Tercapai Tercapai 0
pelaporan TB (P2TB)

42
5.2 Masalah Berdasarkan Variabel Proses

Tabel 5.2 Masalah Menurut Variabel Proses


N Variabel Tolok Ukur Pencapaian Besar
o Masalah
Dilaksanakan
penyusunan
1 Perencanaan rencana Ada (-)
kegiatan dan perencanaan

sasaran yang secara

diharapkan tertulis

tercapai
Terdapat
pengaturan,
susunan
organisasi,
2 Pengorganisasian Sudah (-)
pembagian terlaksana
tugas,
penanggung
jawab dan
adanya
koordinasi
yang
baik
Sudah
terlaksana,
tetapi masih
Terlaksanan kurang
3 Pelaksanaan ya semua maksimal (+)
kegiatan terutama
sesuai akibat
pedoman kurangnya
kader dan
adanya
pembatasan

43
mobilitas
akibat adanya
pandemi
COVID 19
Pencatatan
4 Pengawasan dan Sudah (-)
pelaporan terlaksana

44
5.3 Masalah Berdasarkan Variabel Masukan

Tabel 5.3 Masalah Menurut Variabel Masukan


Besar
No Variabel Tolok Ukur Pencapaian
Masalah
Belum
1 Tenaga (Man) Ada (+)
maksimal
APBD dan Tersedia dan
2 Dana (Money) (-)
BOK tercukupi
Ada sarana Tersedia dan
3 Materi (Material) (+)
dan prasarana tercukupi
Sesuai dengan Sudah sesuai
4 Metode (Method) (-)
buku dengan buku
pedoman pedoman

45
5.4 Masalah Berdasarkan Variabel Lingkungan

Tabel 5.4 Masalah Menurut Variabel Lingkungan

Besar
No Variabel Tolok Ukur Pencapaian
Masal
ah
- Lokasi - Padat
strategis penduduk
Fisik dan mudah
- Lokasi diakses
Puskesmas - Tidak
(+)
padat
1 - Pemukiman
pendudu
- Sarana
k
transportasi
- Mudah
- Fasilitas didapat
Kesehatanlain
- Mudah
ditemui
Non fisik - Mudah
mendapat
- Mata
kan
2 pencaharian pekerjaan Tidak ada data (+)
- Pendidikan - Minimal
wajib
sekolah 12
tahun
- Tingkat
- Seluruh
masyarakat pengetah
uan
di Wilayah
Kerja masyarak
at
Puskesmas
Kelurahan mengenai
Sosial Budaya Grogol I TB masih (+)
memiliki belum
3 merata
tingkat
pengetahuan
yang
baik mengenai
TB

46
- Seluruh - Terhenti
kegiatan atau
pelayanan tertundany
pengobatan a kegiatan
dapat pelayanan
berjalan pengobatan
dengan baik TB
- Penyuluhan - Kegiatan
Pandemi COVID-19 (+)
mengenai penyuluhan
penyakit TB mengenai
4
di TB terbatas
masyarakat hanya
serta kepada dilakukan
pasien dan kepada
keluraga sebagian
pasien dapat kelompok
terlaksana masyarakat

47
BAB VI
PERUMUSAN MASALAH

Beberapa masalah yang ditemukan dalam evalusai program pencegahan dan


pengendalian tuberkulosis di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I periode
Maret 2022 sampai dengan Februari 2023, yaitu sebagai berikut:

6.1 Masalah Keluaran

1. Cakupan angka keberhasilan pengobatan TB (Success Rare/SR) di Wilayah


Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I sebanyak 53,8% dari target 100%.
Besarnya masalah 46,2%.
2. Cakupan pembinaan dan evaluasi kader TB di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Grogol I
6.2 Masalah Proses

3. Pasien yang sudah lengkap pengobatannya namun tidak melakukan


pemeriksaan dahak ulang pasien TB yang terkonfirmasi bakteriologis
merupakan hal yang penting untuk menilai hasil kemajuan pengobatan.
4. Belum terlaksananya Kegiatan pembinaan dan evaluasi kader TB di wilayah
kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I.
6.3 Masalah Masukan

5. Terbatasnya jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Kelurahan


Grogol I yang bertugas dalam program pencegahan dan pengendalian
tuberkulosis yang tidak sebanding dengan besarnya jumlah penduduk yang
ada di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I.
6. Terbatasnya jumlah kader TB yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Grogol I.
6.4 Masalah Lingkungan
7. Kepadatan penduduk yang cukup tinggi.

8. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit TB.

9. Situasi pandemi COVID 19 menyebabkan beberapa kegiatan Puskesmas


terhenti atau tertunda terutama kegiatan yang memerlukan pengumpulan
massa.

48
BAB VII
PRIORITAS MASALAH

7.1 Masalah menurut keluaran

1. Cakupan angka keberhasilan pengobatan TB (Success Rare/SR) di Wilayah


Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I sebanyak 53,8% dari target 100%.
Besarnya masalah 46,2%.
2. Cakupan pembinaan dan evaluasi kader TB di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Grogol I.

7.2 Prioritas masalah


Dengan menggunakan salah satu teknik yaitu metode sederhana,
didapatkan hanya dua prioritas masalah saja yang harus diselesaikan pada tahap
keluaran. Jika pada tahapan perumusan masalah, hanya ada dua masalah, jadi
tidak terdapat prioritas masalah. Jadi pada evaluasi program ini tidak dilakukan
prioritas masalah.

BAB VIII
PENYELESAIAN MASALAH

8.1 Masalah Pertama


Cakupan angka keberhasilan pengobatan TB (Success Rare/SR) di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Grogol I sebanyak 53,8% dari target 100%. Besarnya masalah 46,2%.

8.1.1 Penyebab Masalah


1. Keberhasilan Pengobatan kasus TB tidak dapat berjalan secara maksimal bila pasien yang
sudah lengkap pengobatannya namun tidak melakukan pemeriksaan dahak ulang pada pasien
TB yang terkonfirmasi bakteriologis dikarenakan sudah merasa sembuh, tidak dapat
49
mengeluarkan dahak lagi, dan juga karena pengobatan yang membutuhkan waktu beberapa
bulan cukup panjang sehingga kadang pasien berhenti sebelum lengkap pengobatan baik karena
sengaja ataupun tidak sengaja.
2. Belum terlaksananya kegiatan penyuluhan secara berkelompok kepada sebagian besar
masyarakat akibat adanya pembatasan mobilitas dan jumlah orang yang diperbolehkan untuk
mengikuti kegiatan penyuluhan TB.
3. Terbatasnya jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Kelurahan Grogol I yang bertugas
dalam program pencegahan dan pengendalian tuberkulosis yang tidak sebanding dengan
besarnya jumlah penduduk yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I
4. Terbatasnya jumlah kader TB yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I.

8.1.2 Penyelesaian Masalah

1. Meningkatkan upaya pengobatan kasus TB di masyarakat dengan menggunakan protokol


pencegahan infeksi COVID 19 dengan melakukan follow up hasil pemeriksaan ulang.

2. Melakukan kegiatan penyuluhan mengenai TB melalui daring atau online kepada masyarakat di
Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I.
3. Usulan penambahan jumlah tenaga kesehatan yang bertugas pada program pencegahan dan
pengendalian tuberkulosis di Puskesmas Kelurahan Grogol I
4. Usulan penambahan jumlah kader TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I.
8.2 Masalah Kedua
Cakupan pembinaan dan evaluasi kader TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I.
Besarnya masalah 100%

8.2.1 Penyebab Masalah

1. Kader TB yang terlatih banyak yang tidak aktif


2. Terbatasnya jumlah kader TB yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I.
3. Belum terlaksananya kegiatan penyuluhan secara berkelompok kepada sebagian besar
masyarakat akibat adanya pembatasan mobilitas dan jumlahorang yang diperbolehkan untuk
mengikuti kegiatan penyuluhan TB.
4. Terbatasnya jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Kelurahan grogol I yang bertugas
dalam program pencegahan dan pengendalian tuberkulosis yang tidak sebanding dengan

50
besarnya jumlah penduduk yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I.

8.2.2 Penyelesaian Masalah

1. Meningkatan pedekatan kepada kader berupa pendanaan kader agar dapat terhadap
masyarakat.

2. Melakukan kegiatan penyuluhan mengenai TB melalui daring atau


online kepada masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I
3. Usulan penambahan jumlah tenaga kesehatan yang bertugas pada program pencegahan
dan pengendalian tuberkulosis di Puskesmas Kelurahan Grogol I.
4. Usulan penambahan jumlah kader TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol 1.

BAB IX
PENUTUP

9.1 Kesimpulan

Berdasarkan evaluasi program yang telah dilaksanakan terhadap program pencegahan dan
pengendalian TB di Puskesmas Kelurahan Grogol I periode Maret 2022 sampai dengan Februari
2023 diperoleh 2 prioritas masalah dalamevaluasi ini, yaitu cakupan angka Cakupan angka
keberhasilan pengobatan TB (Success Rare/SR) di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I
sebanyak 53,8% dari target 100%. Besarnya masalah 46,2% dan cakupan pembinaan dan evaluasi
kader TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I. Besarnya masalah 100%
Masalah tersebut didapatkan akibat adanya beberapa faktor baik dari segi masukan,proses
hingga keluaran sehingga pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian tuberkulosis di
Puskesmas Kelurahan grogol I belum dapat terlaksana dengan maksimal.

9.2 Saran

Berdasarkan evaluasi program pencegahan dan pengendalian TB yang telah dilaksanakan,


terdapat beberapa saran yang dapat diberikan kepada Yang Terhormat Kepala Puskesmas Kelurahan

51
Grogol I, yaitu:
1. Meningkatkan kembali upaya pengobatan kasus TB di masyarakat dengan tetap menggunakan
protokol pencegahan infeksi COVID 19.
2. Meningkatkan kembali upaya promotif dengan melakukan kegiatan penyuluhan mengenai penyakit
TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I oleh petugas kesehatan ataupun kader-kader TB
melalui media elektronik secara daring agar dapat menjadi alternatif selain penyuluhan berkelompok
secara langsung di masa Pandemi COVID 19.
3. Usulan penambahan jumlah tenaga kesehatan yang bertugas pada program pencegahan dan
pengendalian tuberkulosis di Puskesmas Kelurahan Grogol I.
4. Usulan penambahan jumlah kader TB di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Grogol I.

52
DAFTAR PUSTAKA

1. Yanti B. Penyuluhan Pencegahan Penyakit Tuberkulosis (TBC) Era New Normal.


Jurnal Pengabdian Masyarakat. 2021; 4(1): 326
2. WHO. Global tuberculosis report.Geneva:World Health Organization;2021.h.15
3. Rita E, Hasyim UH, Suryatih A, Widiastuti E, Isro A. Penanggulangan tuberculosis
pada masa pandemic di kelurahan kwitang dengan peningkatan kemampuan kader.
2021;3(2): 77-82.
4. KEMENKES RI. Laporan Provinsi DKI Jakarta Riskesdas 2018. Jakarta:Lembaga
Penerbit Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.2019
5. Badan Pusat Statistik Provinsi DKI Jakarta. Jumlah kasus penyakit menurut
Provinsi/Kabupaten/Kota dan jenus penyakit 2021. Jakarta: Badan Pusat Statistik
Provinsi DKI Jakarta. 2021. Diakses Maret 2023. Available at
https://jakarta.bps.go.id/indicator/30/504/1/jumlah-kasus- penyakit-menurut-
provinsi-kabupaten-kota-dan-jenis-penyakit-.html.
6. United Nations. The sustainable development goals report.United
Nations;2022.h.10

53
LAMPIRAN
Lampiran 1. Loket Pendaftaran dan Poli Umum

54
Lampiran 2. Kartu Pengobatan TB

55
Lampiran 3. SITB

56
Lampiran 4. Surat Persetujuan Evaluasi

57

Anda mungkin juga menyukai