Disusun Oleh
Eric Yesaya
112019024
i
Universitas Kristen Krida Wacana
Disusun Oleh
Eric Yesaya
112019024
ii
Evaluasi Program Pengendalian HIV dengan Pendekatan Sistem di
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Palmerah pada Periode
Oktober 2020 Sampai September 2021
Lembar Persetujuan
Disetujui 2021
Pembimbing
Penguji 1 Penguji 2
iii
Kata Pengantar
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan evaluasi program ini. Evaluasi
program ini dilaksanakan dalam rangka menjalankan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Kristen
Krida Wacana. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi program pengendalian
HIV di puskesmas Kecamatan Palmerah pada periode Oktober 2020 sampai
September 2021. Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
atas bimbingan yang telah diberikan dalam penyelesaian penelitian ini kepada:
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam evaluasi program ini,
oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga di
masa mendatang dapat ditingkatkan lebih baik lagi.
Penyusun
iv
Evaluasi Program Pengendalian HIV dengan Pendekatan Sistem di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Palmerah pada Periode Oktober 2020 Sampai
September 2021
Eric Yesaya
eric.2013fk151@civitas.ukrida.ac.id
Abstrak
v
Evaluation of the HIV Control Program with a System Approach in the Work Area
of the Palmerah District Health Center from October 2020 to September 2021
Eric Yesaya
eric.2013fk151@civitas.ukrida.ac.id
vi
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan.........................................................................................iii
Kata Pengantar................................................................................................iv
Abstrak............................................................................................................v
Daftar Isi..........................................................................................................vii
Bab I Pendahuluan........................................................................................1
2.1 Materi....................................................................................................5
2.2 Metode..................................................................................................5
vii
4.1 Sumber Data..........................................................................................8
4.3.2 Proses............................................................................................26
4.3.4 Lingkungan...................................................................................41
4.3.6 Dampak.......................................................................................42
viii
7.1 Prioritas Masalah...............................................................................47
9.1 Kesimpulan........................................................................................50
9.2 Saran..................................................................................................50
Daftar Pustaka..............................................................................................51
Lampiran......................................................................................................52
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut WHO, HIV terus menjadi masalah kesehatan masyarakat global yang
utama, sejauh ini telah merenggut 36,3 juta nyawa. Diperkirakan ada 37,7 juta orang
yang hidup dengan HIV pada akhir tahun 2020, dimana lebih dari dua pertiganya
(25,4 juta) berada di Wilayah Afrika. Pada tahun 2020, 680.000 orang meninggal
karena penyebab terkait HIV dan 1,5 juta orang tertular HIV. Di Indonesia
berdasarkan Pusdatin Kemenkes pada tahun 2019 dilaporkan jumlah kasus HIV di
Indonesia mencapai 50.282 kasus dengan jumlah kematian mencapai 0,59%. DKI
Jakarta menempati urutan kedua provinsi terbanyak dengan kasus HIV yaitu 6701
kasus HIV.2
1
Permenkes Nomor 21 Tahun 2013 tentang penanggulangan HIV dan AIDS
meliputi penanggulangan HIV dan AIDS secara komprehensif dan berkesinambungan
yang terdiri atas promosi kesehatan, pencegahan, diagnosis, pengobatan dan
rehabilitasi terhadap individu, keluarga, dan masyarakat. Pengaturan Penanggulangan
HIV dan AIDS bertujuan untuk menurunkan hingga meniadakan infeksi HIV baru,
menurunkan hingga meniadakan kematian yang disebabkan oleh keadaan yang
berkaitan dengan AIDS, meniadakan diskriminasi terhadap ODHA, meningkatkan
kualitas hidup ODHA dan mengurangi dampak sosial ekonomi dari penyakit HIV dan
AIDS pada individu, keluarga dan masyarakat.3
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui masalah, penyebab masalah dan penyelesaian masalah pada
Program Pengendalian HIV di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Palmerah pada
Tahun 2020 dengan pendekatan sistem.
2
2. Diketahui cakupan penderita HIV yang sedang menjalani pengobatan
dengan ARV di wilayah Puskesmas Kecamatan Palmerah pada periode
Oktober 2020 sampai September 2021.
3. Diketahui cakupan angka VCT di wilayah Puskesmas Kecamatan
Palmerah pada periode Oktober 2020 sampai September 2021.
4. Diketahui cakupan angka Provider Initiated Testing and Counseling
(PITC) di wilayah Puskesmas Kecamatan Palmerah pada periode Oktober
2020 sampai September 2021.
5. Diketahui cakupan Layanan Alat Suntik Steril (LASS) bagi penasun di
wilayah Puskesmas Kecamatan Palmerah pada periode Oktober 2020
sampai September 2021.
6. Diketahui cakupan pasien ko-infeksi TB-HIV di wilayah Puskesmas
Kecamatan Palmerah pada periode Oktober 2020 sampai September 2021.
7. Diketahui cakupan profilaksis kotrimoksasol di wilayah Puskesmas
Kecamatan Palmerah pada periode Oktober 2020 sampai September 2021.
8. Diketahui cakupan pengobatan IMS di wilayah Puskesmas Kecamatan
Palmerah pada periode Oktober 2020 sampai September 2021.
9. Diketahui cakupan Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) di
wilayah Puskesmas Kecamatan Palmerah pada periode Oktober 2020
sampai September 2021.
10. Diketahui cakupan pencatatan dan pelaporan program pengendalian HIV
di wilayah Puskesmas Kecamatan Palmerah pada periode Oktober 2020
sampai September 2021.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator
1. Menerapkan ilmu kesehatan masyarakat yang diperoleh selama
perkuliahan.
2. Mendapatkan pengalaman dan pengetahuan tentang evaluasi program
pengendalian HIV di wilayah Puskesmas Kecamatan Palmerah.
3
3. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam menjalankan program
pengendalian HIV di puskesmas dan mengembangkan kemampuan
berpikir kritis.
4
BAB II
2.1 Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini berupa laporan hasil kegiatan
puskesmas mengenai Program Pengendalian HIV di Puskesmas Kecamatan Palmerah
pada periode Oktober 2020 sampai September 2021, yang terdiri dari:
2.2 Metode
5
BAB III
KERANGKA TEORI
Suatu sistem terdiri dari gabungan elemen-elemen yang saling terhubung oleh
suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai satu kesatuan organisasi dalam upaya
mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Terdapat enam kelompok bagian atau
elemen, yaitu:
Masukan adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut. Terdiri dari tenaga (man),
dana operasional (money), sarana (material), metode (method), jangka waktu
pelaksanaan (minute), mesin atau peralatan yang digunakan (machine), sasaran
masyarakat yang menjadi target program (market) dan informasi (information).
2. Proses (process)
Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Mulai dari
6
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan
pemantauan (controlling).
3. Keluaran (output)
Keluaran adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan langsung dari
berlangsungnya proses dalam sistem atau hasil langsung (keluaran) suatu sistem.
4. Lingkungan (environment)
Lingkungan adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi
mempunyai pengaruh besar terhadap sistem. Terbagi atas dua, lingkungan fisik dan
non fisik.
Umpan balik adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari
sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut, berupa pencatatan dan
pelaporan yang lengkap, monitoring dan rapat bulanan.
6. Dampak (impact)
Tolok ukur merupakan nilai acuan atau standar yang telah ditetapkan dan
digunakan sebagai target yang harus dicapai pada tiap-tiap variabel sistem yang
meliputi masukan, proses, keluaran, lingkungan dan umpan balik pada program
pengendalian HIV di wilayah Puskesmas Kecamatan Palmerah pada periode Oktober
2020 sampai September 2021.
7
BAB IV
PENYAJIAN DATA
Sumber data dalam evaluasi ini berasal dari data sekunder berupa:
8
Kecamatan Palmerah memiliki luas hanya 5,79 % terhadap wilayah Kota
Administrasi Jakarta Barat. Kecamatan Palmerah, seperti umumnya daerah lain di
kota Administrasi Jakarta Barat merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-
rata 7 meter di atas permukaan laut, dan terletak pada posisi 106°22’42” s/d 106°
58’18” BT dan 5°19’12” s/d 6°23’54” LS, dengan luas wilayah berdasarkan SK
Gubernur Nomor 171 Tahun 2007 adalah 750,59 Ha atau 7.52 km2. Batas-batas
wilayah:
LUAS PUSKESMAS
NO KELURAHAN RW RT
(km )
2
(kelurahan)
1 Kemanggisan 2.33 1 9 114
2 Palmerah 2.11 2 17 176
3 Slipi 0.97 2 7 80
4 Kota Bambu Utara 0.63 1 9 108
5 Kota Bambu Selatan 0.61 1 9 83
6 Jatipulo 0.87 2 10 150
KEC. PALMERAH 7.52 9 61 711
Tabel 1.1 Luas Wilayah, Jumlah Kelurahan, Rukun Warga dan Rukun Tetangga menurut Kelurahan
Tahun 2020
9
Jumlah penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan Palmerah
pada Tahun 2020 adalah 207.114 jiwa dengan proporsi jumlah penduduk laki-laki
sebanyak 105.877 jiwa dan proporsi jumlah penduduk perempuan sebanyak 101.237
jiwa dan total 72.722 KK. Pembagian jumlah penduduk berdasarkan kelurahan dapat
dilihat pada tabel 1.2
Tabel 1.2 Jumlah Penduduk Menurut Kelurahan Di Kecamatan Palmerah Kota Administrasi Jakarta
Barat Tahun 2020
Jumlah sarana kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Palmerah
ada 9 puskesmas kelurahan, 5 tempat klinik praktek umum, 30 tempat praktek dokter
gigi, 17 tempat praktek dokter mandiri, 6 apotek dan bidan praktek mandiri ada 3
tempat. Sarana Pendidikan Jumlah sarana pendidikan TK yang ada di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Palmerah ada 52 buah. Jumlah sarana pendidikan SD dan
Madrasah Ibtidaiyah yang ada di Wilayah Puskesmas Kecamatan Palmerah ada 49
buah. Jumlah sarana pendidikan SMP yang ada di Wilayah Puskesmas Kecamatan
Palmerah ada 18 buah. Jumlah sarana pendidikan SMA yang ada di Wilayah
Puskesmas Kecamatan Palmerah ada 12 buah.
10
Tenaga dalam program pengendalian HIV di Puskesmas Kecamatan Palmerah
terdiri dari satu orang dokter sebagai kordinator program, satu orang sebagai pegawai
pencatatan dan administrasi, satu orang sebagai perawat serta LSM yang bertugas
membantu dalam program pencegahan di masyarakat.
No Nama Peralatan
1 Mikroskop Binokuler
2 Rotator
3 Centrifuge
4 Mikropipet 5-50 ul
5 Spekulum
6 Anoskopi
7 Bed Gynekologi
8 Lampu Periksa
9 Tromol Set
10 Sterilisator
11 Lemari Pendingin dengan Thermometer
12 Rak Pewarnaan
13 Slide Box
14 Oksigen Set
15 Lampu Spiritus
16 Torniquet
17 Holder Pronto
18 Cool Box Container
11
b) Bahan Habis Pakai
12
dan kecelakaan kerja. Penyebaran informasi tidak menggunakan gambar atau
foto yang menyebabkan ketakutan, stigma dan diskriminasi serta perlu
menekankan manfaat tes HIV dan pengobatan ARV. Penyebaran informasi
juga perlu disesuaikan dengan budaya dan bahasa atau kebiasaan masyarakat
setempat.
3) Pemberian ARV
13
Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan /Rumah Sakit pada saat
penanganan infeksi oportunistik. Pasien perlu diberikan informasi tentang cara
minum obat dengan bahasa yang mudah dimengerti, sesuai dengan latar
belakang pendidikan dan budaya setempat. Petugas mendukung pasien untuk
minum obat secara patuh dan teratur dengan melakukan analisis faktor
pendukung dan penghambat. Pemberian informasi efek samping obat
diberikan tanpa membuat pasien takut minum obat.
Obat ARV diminum seumur hidup dan perlu diberikan sedini mungkin
setelah memenuhi persyaratan terapi untuk mencegah pasien masuk ke
stadium lebih lanjut. Terapi ARV pada kekebalan tubuh yang rendah
meningkatkan kemungkinan timbulnya Sindroma Pulih Imun (SPI).
Pemberian ARV, dilakukan khususnya pada daerah dengan epidemi meluas
dan dapat dilakukan di tingkat puskesmas oleh perawat/bidan terlatih di
bawah tanggung jawab dokter terdekat. ARV diberikan kepada pasien sebulan
sekali untuk mengontrol kepatuhan minum obat. Pemberian obat ARV dapat
diberikan sampai tiga bulan bila pasien sudah stabil dengan riwayat kepatuhan
minum obat yang tinggi. Penggunaan rejimen ARV sebisa mungkin yang
mudah untuk pasien seperti kombinasi dosis tetap (KDT: Tenofovir-
Lamivudin-Efavirenz) Bila tersedia pemeriksaan laboratorium maka dapat
dilakukan pemeriksaan untuk menjadi dasar memulai ARV, namun bila tidak
tersedia, terapi ARV tidak boleh ditunda.
Semua pasien dengan CD4 < 350 sel/ml, apapun stadium klinisnya;
14
Semua ibu hamil
Pasien HIV (+) yang tinggal pada daerah epidemi meluas seperti
Papua dan Papua Barat
Sakit berat atau stadium 4 kecuali kandidiasis esofagus dan ulkus herpes
simpleks.
Tenofovir (TDF)300 mg
TDF+FTC 300mg/200mg
TDF+3TC+EFV300mg/150mg/600mg
15
Rejimen yang digunakan di tingkat FKTP adalah rejimen lini pertama dengan
pilihan:
4) Pemeriksaan VCT
5) Pemeriksaan PITC
16
pertumbuhan suboptimal atau malnutrisi di wilayah epidemi luas, atau anak
dengan malnutrisi yang tidak menunjukan respon yang baik dengan
pengobatan nutrisi yang adekuat dan laki-laki dewasa yang meminta
sirkumsisi sebagai tindakan
pencegahan HIV.
petugas lapangan.
17
Sarana dan prasarana:
material yang dibagikan dalam satu paket terdiri dari: alat suntik yang
biasa digunakan oleh penasun sejumlah yang dibutuhkan untuk 1 minggu,
kapas beralkohol, media KIE, kondom.
sarung tangan karet tebal untuk mengambil alat suntik bekas di lapangan.
masker.
media KIE.
18
minggu. Kemungkinan terjadinya efek samping obat perlu dipantau.
Pengobatan diberikan dengan menggunakan rejimen yang mengandung
Efavirenz.
b. Dokter
c. Perawat
d. Petugas laboratorium
e. Petugas farmasi
f. Konselor
g. Manajer kasus
h. Kelompok dukungan
19
Tugas Pokja di tingkat Faskes :
20
Pelayanan TB-HIV yang diharapkan adalah layanan TB dan HIV terintegrasi
pada satu Faskes (one stop service) di lokasi dan waktu yang sama, yaitu
pasien TB-HIV mendapatkan akses layanan untuk TB dan HIV sekaligus
dalam satu unit dalam satu Faskes.
8) Profilaksis Kotrimoksasol
21
Terdapat dua macam profilaksis, yaitu:
9) Pengobatan IMS
22
Pemutakhiran dilakukan tiap 1–2 tahun sekali, sehingga puskesmas
dapat menentukan dan menjalankan upaya pencegahan dan pengendalian IMS
yang akan dilakukan. Puskesmas yang di wilayah kerjanya terdapat hotspot,
melakukan penapisan IMS bekerjasama dengan para pengelola hotspot atau
LSM. Minimal pada 80% populasi kunci dilakukan pemeriksaan IMS secara
rutin setidaknya setiap 3 bulan. Kerjasama dengan para pengelola dan pemilik
bar/panti pijat agar mereka dapat mendukung penapisan dan pengobatan IMS
secara rutin. FKTP melakukan tata laksana IMS melalui pendekatan sindrom
dan pemeriksaan laboratorium sederhana dengan hasil pada hari yang sama.
Apabila fasilitas terbatas dapat menggunakan pendekatan sindrom saja.
Seluruh pasien IMS diberikan pengobatan sesuai dengan pedoman termasuk
pemberian kondom sebagai paket pengobatan dan informasi pencegahan.
Lakukan pemeriksaan dan pengobatan pasangan seksual pasien IMS. Semua
tatalaksana kasus IMS wajib dicatat dalam rekam medis atau
didokumentasikan dengan lembar pencatatan SIHA. Pencatatan dilakukan
secara rutin dan evaluasi secara internal. Hasil evaluasi disampaikan kepada
para pemangku kepentingan di wilayah kerja puskesmas. Diseminasi hasil
evaluasi disampaikan juga kepada pengelola hotspot dan komunitas populasi
kunci.
4. Flukonazol 150 mg
5. Metronidasol 500 mg
6. Eritromisin 500 mg
23
Salah satu cara penularan HIV adalah dari ibu HIV positif ke bayinya,
dimana penularan ini dapat berlangsung mulai dari kehamilan, persalinan
maupun menyusui. Faktor penyebab penularan yang terpenting adalah jumlah
virus dalam darah sehingga perlu mendeteksi ibu hamil HIV positif dan
memberikan pengobatan ARV seawal mungkin sehingga kemungkinan bayi
tertular HIV menurun. Pelaksanaan kegiatan PPIA diintegrasikan pada
layanan KIA, Keluarga Berencana (KB) dan Konseling Remaja.
Menghitung/memperkirakan jumlah sasaran ibu hamil yang akan dites HIV
dan sifilis serta perempuan usia reproduksi (15-49 tahun), termasuk remaja,
pasangan usia subur (PUS) dan populasi kunci. Pemberian KIE tentang HIV-
AIDS dan IMS serta kesehatan reproduksi, baik secara individu atau
kelompok kepada masyarakat dilakukan dengan sasaran khusus perempuan
usia reproduksi.
24
teratur > 6 bulan atau diketahui kadar viral load < 1000 kopi/mm3 pada
minggu ke-36. Semua bayi lahir dari ibu HIV harus diberi ARV Profilaksis
(Zidovudin) sejak hari pertama (umur 12 jam) selama 6 minggu. Pemberian
kotrimoksasol profilaksis bagi bayi yang lahir dari ibu dengan HIV dimulai
pada usia enam minggu, dilanjutkan hingga diagnosis HIV dapat disingkirkan
atau hingga usia 12 bulan. Semua bayi lahir dari ibu HIV harus dirujuk ke
rumah sakit terdekat untuk pemantauan dan mendapatkan perawatan lanjutan.
25
puskesmas Hasil dari pelaksanaan semua kegiatan monitoring dan evaluasi
dilaporkan kepada Dinas Kesehatan Kab/kota.
Pengisian form rekam medis dilakukan secara lengkap dan baik pada
seluruh layanan dengan menggunakan formulir standar. Form rekam medis
diisi kedalam aplikasi elektronik (SIHA) setiap hari. Rekam medis di FKTP
harus disimpan pada tempat yang telah ditentukan dengan rapi dan terjaga
kerahasiaannya. Verifikasi data rekam medis dilakukan antar poli/unit di
dalam satu fasilitas kesehatan.
4.3.2 Proses
4.3.2.1 Perencanaan
1) Upaya Pencegahan HIV di masyarakat
Pemeriksaan HIV dilakukan dari berbagai pintu seperti poli IMS, TB, Catin,
hingga ibu hamil melalui pengambilan darah pasien. Kemudian darah pasien
diteteskan pada reagen HIV R1. Apabila reagen R1 positif, maka perlu
dikonfirmasi dengan dua reagen lain (R2 dan R3). Bila hasil reagen negatif,
26
maka tidak perlu dikonfirmasi lagi dengan reagen lain. Tes HIV dilakukan
setiap hari Senin – Jumat pukul 08.00-15.00 WIB di laboratorium puskesmas
Kecamatan Palmerah.
3) Pemberian ARV
Semua pasien dengan CD4 < 350 sel/ml, apapun stadium klinisnya;
Obat-obatan ARV yang digunakan meliputi TLD, TLE, Duviral, Neviral, dan
Alluvia.
4) Pemeriksaan VCT
5) Pemeriksaan PITC
Pasien dengan kecurigaan HIV misalnya terdapat gejala jamur, gonore atau
27
diare kronik akan ditawarkan untuk tes darah atas inisiatif petugas. PITC
dilakukan dari berbagai poli baik dari poli IMS, TB, Catin hingga Ibu hamil.
Apabila hasil tes HIV positif maka pasien akan dikonsulkan ke poli IMS
untuk diberikan terapi ARV. PITC dilakukan setiap hari Senin – Jumat pukul
08.00-15.00 WIB.
Layanan Alat Suntik Steril dilakukan melalui pembagian alat suntik steril
dilakukan secara rutin setiap bulannnya pada tempat-tempat penasun yaitu di
Kelurahan Kota Bambu Selatan RW 3.
8) Profilaksis Kotrimoksasol
9) Pengobatan IMS
Diagnosis serta terapi pasien IMS dilakukan di poli IMS sesuai dengan
panduan. Layanan poli IMS dilakukan pukul 08.00-15.00 WIB.
28
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) dilakukan dengan
memeriksa HIV pada semua ibu hamil pada trimester pertama maupun
trimester ketiga. Bila hasilnya positif pasien akan diterapi sesuai dengan
pedoman terapi HIV pada ibu hamil.
Pengisian form rekam medis dilakukan secara lengkap dan baik pada seluruh
layanan dengan menggunakan formulir standar. Form rekam medis diisi
kedalam aplikasi elektronik (SIHA) setiap hari. Rekam medis di FKTP harus
disimpan pada tempat yang telah ditentukan dengan rapi dan terjaga
kerahasiaannya. Verifikasi data rekam medis dilakukan antar poli/unit di
dalam satu fasilitas kesehatan.
29
4.3.2.2 Pengorganisasian
Kepala Puskesmas
Kecamatan Palmerah
Pelaksana Program:
Imas
Pencatatan dan Pelaporan:
Teddy
30
Sebagai penanggung jawab keseluruhan dari pada program.
Sebagai pengawas dari pelaksanaan kegiatan P2P HIV.
Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan P2P HIV di wilayah
kerja.
Koordinator Program:
4.3.2.3 Pelaksanaan
31
3) Pemberian ARV
4) Pemeriksaan VCT
Pelayanan VCT dilakukan di poli IMS setiap hari Senin-Jumat pukul 08.00-
15.00 WIB di puskesmas Kecamatan Palmerah.
5) Pemeriksaan PITC
PITC dilakukan dari berbagai poli baik dari poli IMS, TB, Catin hingga Ibu
hamil. Apabila hasil tes HIV positif maka pasien akan dikonsulkan ke poli
IMS untuk diberikan terapi ARV. PITC dilakukan setiap hari Senin – Jumat
pukul 08.00-15.00 WIB.
8) Profilaksis Kotrimoksasol
32
9) Pengobatan IMS
Diagnosis serta terapi pasien IMS dilakukan di poli IMS sesuai dengan
panduan.
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) dilakukan sesuai dengan
perencanaan yakni memeriksa HIV pada semua ibu hamil pada trimester
pertama maupun trimester ketiga.
33
2. Cakupan Penemuan Kasus Baru HIV di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Palmerah pada Periode Oktober 2020 Sampai September
2021
Tabel 4.1. Jumlah Penemuan Kasus Baru HIV di Wilayah Kerja Puskesmas
Kecamatan Palmerah pada Periode Oktober 2020 Sampai September 2021.
Cakupan penemuan kasus baru HIV adalah sebesar 59 kasus baru. Target
penemuan kasus baru HIV di Puskesmas Kecamatan Palmerah sebesar 52
kasus baru sehingga cakupan sudah memenuhi target.
34
November 165
Desember 173
2021 Januari 172
Februari 172
Maret 172
April 177
Mei 173
Juni 173
Juli 176
Agustus 182
September 179
Total 2075 orang
35
Mei 213
Juni 353
Juli 212
Agustus 388
September 447
Total 3521 orang
36
Total 3999 orang
Cakupan pemeriksaan Layanan Alat Suntik Steril adalah sebesar 2780 alat
suntik. Target Layanan Alat Suntik Steril pada Puskesmas Kecamatan
Palmerah sebesar 2476 alat suntik sehingga cakupan sudah mencapai target
yang ditetapkan.
37
7. Cakupan Penemuan dan Penanganan Ko-infeksi TB-HIV di Wilayah
Kerja Puskesmas Kecamatan Palmerah pada Periode Oktober 2020
Sampai September 2021.
38
Tahun Bulan Jumlah Profilaksis Kotrimoksasol
2020 Oktober 13
November 13
Desember 11
2021 Januari 11
Februari 12
Maret 12
April 15
Mei 12
Juni 10
Juli 10
Agustus 11
September 10
Total 140 kasus
39
Mei 184
Juni 343
Juli 190
Agustus 276
September 291
Total 3174 kasus
Tabel 4.9 Jumlah Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) di
Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Palmerah pada Periode Oktober 2020
Sampai September 2021.
40
Total 3863 kasus
Cakupan PPIA adalah sebesar 3863 kasus. Diketahui target PPIA pada
Puskesmas Kecamatan Palmerah sebesar 4000 orang sehingga cakupan belum
mencapai target yang ditetapkan.
4.3.4 Lingkungan
Fisik
1. Lokasi
Puskesmas Kecamatan Palmerah membawahi 6 kelurahan dan 9
Puskesmas Kelurahan, yaitu: Puskesmas Kelurahan Jati Pulo I, Puskesmas
Kelurahan Jati Pulo II, Puskesmas Kelurahan Kemanggisan, Puskesmas
Kelurahan Kota Bambu Selatan, Puskesmas Kelurahan Kota Bambu
Utara, Puskesmas Kelurahan Palmerah I, Puskesmas Palmerah II,
Puskesmas Kelurahan Slipi I, Puskesmas Kelurahan Slipi II. Puskesmas
Kecamatan Pelmerah terletak pada lokasi yang mudah dijangkau.
2. Hot Spot HIV
41
Tidak terdapat data lengkap mengenai tempat-tempat populasi kunci HIV
seperti panti pijat. Terdapat tempat penasun di Kelurahan Kota Bambu
Selatan RW 3.
Non Fisik
1. Pendidikan
Tidak terdapat data mengenai pendidikan penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Kecamatan Palmerah.
2. Sosial Budaya
Tidak terdapat data lengkap mengenai komunitas populasi kunci seperti
waria, LSL, penasun.
3. Pandemi COVID-19
Kegiatan pencegahan di masyarakat yaitu dokling yang terhenti akibat
situasi pandemi saat ini, sehingga mempengaruhi pelaksanaan dari
program pengendalian HIV di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Palmerah.
4.3.6 Dampak
1. Langsung
Menurunnya angka kematian, angka kesakitan dan prevalensi penderita
HIV: belum dapat dinilai.
2. Tidak Langsung
42
Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat secara optimal: belum dapat
dinilai.
43
BAB V
PEMBAHASAN MASALAH
44
11 Cakupan Monitoring Setahun sekali Dilaksanakan 0%
dan Evaluasi
45
penanggung jawab dan
adanya koordinasi yang
baik.
3 Pelaksanaan
Program Dokling Dilaksanakan Tidak (+)
dilaksanakan
(situasi
pandemi
COVID-19)
2 Non fisik
Pendidikan Tidak ada Tidak terdapat data (+)
hambatan mengenai pendidikan.
46
BAB VI
PERUMUSAN MASALAH
47
BAB VII
PRIORITAS MASALAH
No Parameter Masalah
A B C D E
1 Besar masalah 5 3 2 4 1
2 Berat ringan akibat yang 4 3 2 3 1
ditimbulkan
3 Keuntungan sosial karena 4 4 3 4 1
selesainya masalah
4 Teknologi yang tersedia 5 5 3 3 1
5 Sumber daya yang tersedia untuk 5 5 4 3 1
menyelesaikan masalah
Jumlah 23 20 14 17 5
Keterangan: 5 = Sangat penting, 4 = Penting, 3 = Cukup penting, 2 = Kurang penting,
1 = Sangat kurang penting.
48
2. Cakupan Pemeriksaan VCT dengan besar masalah 11,975%.
49
BAB VIII
PENYELESAIAN MASALAH
a. Tempat-tempat hot spot seperti panti pijat menjadi sepi dan tidak mendapat
izin dari Polres untuk menyelenggarakan kegiatan dokling pada napi karena
situasi pandemi Covid-19.
a. Adanya anggota LSM yang tidak aktif dalam melakukan pendampingan serta
follow up populasi kunci.
50
BAB IX
PENUTUP
9.1 Kesimpulan
8.2 Saran
51
DAFTAR PUSTAKA
52
LAMPIRAN
53
54
55
56
57
58