Oleh:
DIAH KUSUMANINGRUM
NPM : 2128021008
A. Latar Belakang
Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih
tinggi kasusnya di masyarakat. Tuberkulosis berdampak luas terhadap kualitas hidup dan
ekonomi bahkan mengancam keselamatan jiwa manusia. Tuberkulosis dapat diderita oleh
siapa saja, orang dewasa atau anak-anak dan dapat mengenai seluruh organ tubuh kita,
walaupun yang banyak diserang adalah organ paru.
Tuberkulosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
Tuberkulosis. Pasien dapat dikatakan suspek/terduga Tuberkulosis jika terdapat gejala atau
tanda Tuberkulosis yang meliputi batuk produktif lebih dari 2 minggu dan disertai dengan
gejala pernafasan (sesak nafas, nyeri dada, hemoptisis) dan atau gejala tambahan meliputi
tidak nafsu makan, penurunan berat badan, keringat malam, dan mudah lelah). Sedangkan
yang dimaksud dengan kasus Tuberkulosis pasti adalah pasien Tuberkulosis dengan
ditemukan Mycobacterium Tuberkulosis. Yang diidentifikasi dari spesimen klinik
(Dahak,,jaringan, cairan tubuh, usap tenggorokan, dll) dan kultur.
Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Indonesia
merupakan negara dengan beban Tuberkulosis terbanyak ketiga di dunia setelah India dan
China. Tuberkulosis merupakan satu dari 10 penyebab kematian dan penyebab utama agen
infeksius. Pada Tahun 2020 diperkirakan 845.000 orang di Indonesia jatuh sakit akibat
Micobacterium Tuberculosis. Namun dari angka tersebut hanya 357.199 kasus yang
ternotifikasi dengan angka kematian akibat TBC tercatat 13.947 jiwa. Angka Notifikasi
kasus ini masih sangat jauh dari angka perkiraan kasus TBC di Indonesia yang juga berarti
ada ribuan kasus TBC yang belum ditemukan dan akan berpotensi menimbulkan kasus
baru.. Situasi akan semakin berat akibat dampak pandemi Covid 19 yang melanda sejak
2020 hingga sekarang.
Sejak merebaknya Covid-19 di Indonesia, muncul tantangan baru dalam
penanggulangan TBC,seperti upaya penemuan kasus yang tersendat, bahakan dibeberapa
layanan Kesehatan kegiatan tersebut dihentikan karena pembatasn social, anggaran yang
lebih difokuskan untuk penanggulanagn covid-19 dan sarana serta prasarana penanganan
TBC yang dialihfungsikan untuk penanganan covid-19.
Mengacu pada WHO Global TB Recport tahun 2020, 10 juta orang di dunia menderita
Tuberculosis (TBC) dan menyebabkan 1,2 juta orang meninggal setiapa tahunnya.
Komitmen Indonesia untuk mencapai eliminasi TBC tahun 2030 yaitu menurunkan insiden
TBC menjadi 65/100.000 penduduk. Hasil kegiatan program P2 TBC di Kota Metro tahun
2021 yaitu cakupan penemuan kasus sebanyak 1737 kasus dengan angka Case Detection
Rate (CDR) sebesar 37,93 % dengan jumlah kasus 374 kasus. Angka notifikasi semua
kasus TBC (Case Notification rate) sebesar 217,30 kasus per 100.000 penduduk. Angka
keberhasilan pengobatan pasien TBC semua kasus (Succes Rate) pada tahun 2020 sebesar
94,86 % .
Permasalahan TB paru yang ada memerlukan upaya pengendalian yang memadai dan
komprehensif melalui promosi, deteksi dini, pengobatan dan rehabilitasi. Upaya tersebut
perlu didukung dengan penyediaan data dan informasi yang tepat dan akurat secara
sistematis dan terusmenerus melalui sistem surveilans yang baik. Surveilans kesehatan
masyarakat merupakan suatu kegiatan yang dilakukan terus menerus dan sistematis kegiatan
pengumpulan, analisis, dan interpretasi data, serta diseminasi informasi yang dihasilkan.
Hasil kegiatan surveilans akan dapat digunakan sebagai masukan untuk dapat mengurangi
morbiditas, mortalitas serta meningkatkan derajat kesehatan. Dengan sistem surveilans
yang baik maka program pencegahan dan pengendalian TBC dapat berlangsung lebih efektif
baik dalam hal perencanaan, pengendalian, maupun monitoring dan evaluasi program.
Evaluasi terhadap suatu sistem surveilans perlu dilakukan untuk dapat menilai
kualitas sistem yang ada. Sebab evaluasi merupakan kegiatan yang penting dalam proses
pembuatan kebijakan yang dapat membantu meningkatkan kinerja dan produktivitas terkait
dengan program kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kualitas sistem
surveilans TB yang diimplemetasikan di Dinas Kesehatan Kabupaten Gresik berdasarkan
komponen sistem dan penilaian menurut atribut sistem surveilans, agar dapat diberikan
saran rekomendasi yang sesuai.
B. Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk Mendeskripsikan kualitas sistem surveilans TB yang
diimplemetasikan di Dinas Kesehatan Kota Metro berdasarkan komponen sistem surveilans,
agar dapat diberikan saran rekomendasi yang sesuai.
BAB II
PENGUMPULAN DATA
A. Sumber data
Data dan atau informasi terkait pelaksanaan surveilans TB di Dinas
Kesehatan Kota metro dilakukan wawancara pada pemegang program TB dan
menggunakan dokumen yang berasal dari laporan penemuan dan pengobatan pasien
TB, laporan hasil pengobatan pasien TB, laporan hasil pemeriksaan dahak
mikroskopis akhir tahap awal, register TB, data dasar terkait sumber daya manusia
(SDM).
Hasil kegiatan program P2 TBC di Kota Metro Sampai bulan Juni tahun 2022 yaitu
cakupan penemuan kasus sebanyak 204 kasus dengan target 985 sehingga angka
Treatment Coverage sebesar 20.7%.
Data yang digunakan dalam pembuatan makalah surveillance epidemiologi
ini bersumber dari aplikasi Sistem Informasi Tuberkulosis Dinas Kesehatan Kota
Metro. Di Kota Metro terdapat 9 Rumah Sakit (RSUD A Yani, RSU Mardi Waluyo,
RSU Islam, RSU Muhamadiyah, RSIA AMC, RSU Permata Hati, RSB Asih, RS
Azizah dan RSUD Sumbersari Bantul). Semua Rumah Sakit telah melakukan MOU
untuk melakukan pengobatan penderita TBC dengan Strategi DOTS.
Dalam pelaksanaan program pelayanan kesehatan dasar, Kota Metro
memiliki 11 Puskesmas di 5 kecamatan dan 5 Puskesmas pembantu. Kota Metro
mempunyai 2 RS Pemerintah, 7 RS umum/Ibu dan anak/bersalin swasta, 1 lembaga
permasyarakatan, 2 Laboratorium Swasta, 16 Klinik Swasta dan 76 Dokter Praktek
Swasta serta 2 Faskes pemeriksa TCM yaitu RSUD A Yani dan Puskesmas Iring
Mulyo,
B. Penyajian Data
1. Angka Treatment Coverage
Jumlah suspek yang diperiksa dahaknya diantara 100.000 penduduk pada satu
wilayah dalam satu tahun. Angka penjaringan suspek ini digunakan untuk mengetahui
upaya penemuan pasien dalam suatu wilayah tertentu, dengan memperhatikan
kecenderungan dari waktu ke waktu.
Pada Tahun 2022 Sampai dengan bulan Juni 2022 didapatkan angka treatment
coverage sebesar 204 dari target yang telah ditentukan 985. Sehingga capaian angka
penjarigan suspect sebesar 20,71%.
BAB III
ANALISIS DAN INTERPERTASI DATA
BAB VI
PEMBUATAN LAPORAN, REKOMENDASI TINDAK LANJUT DAN DISEMINASI
DATA
Tidakan yang Harus Dilakukan sebagai Pencegahan Terhadap peningkatan Insiden Rate TB
Paru
Melaksanakan Deteksi Dini Terhadap Kejadian TB Paru pada Masyarakat dengan resiko
Tinggi
Melaksanakan Promosi Kesehatan Tentang Cara Penularan TB
melaksanakan Promosi Kesehatan Tentang Pencegahan TB Paru
Melaksanakan Survei Kontak Terhadap Masyarakat yang tinggal di sekitar pasien dengan
TB BTA Positif
Melakukan Pemantauan secara Pro aktif terhadap Pasien yang sedang dalam masa treatment
coverage untuk mencegah terjadinya kejadian putus obat