Anda di halaman 1dari 144

Profil Kesehatan

2019
Kabupaten Lampung Selatan

Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan


Dinas Kesehatan
Jl. Mustafa Kemal No.06 Kalianda, Lampung Selatan
i

Ringkasan Eksekutif

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan tahun 2019 merupakan gambaran


status kesehatan masyarakat dan segala upaya yang sudah dilakukan serta
pencapaian program/kegiatan tahun 2019 oleh Dinas Kesehatan dan jajarannya.
Harapannya profil kesehatan dapat dijadikan sebagai acuan dan penguatan
intervensi suatu kegiatan yang dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Trend capaian berbagai program yang tersusun dalam rencana strategis tahun 2016
– 2021, secara umum berfluktuasi. Pada tahun 2019, Angka Kematian Ibu (AKI)
Kabupaten Lampung Selatan mencapai (42,9%) atau berjumlah 8 kasus, dimana
cakupan ibu nifas mendapat vitamin A di tahun yang sama mencapai 19.559 orang
(99,64%). Angka Kematian Bayi (AKB) di Kabupaten Lampung Selatan sebesar
0,012 per 1.000 KH (24 kasus dengan jumlah 19.396 KH), cakupan neonatal resiko
tinggi (resti) yang ditangani sebesar (61,46%) (1.678 bayi resti). Persentase bayi
dengan ASI eksklusif sebesar 16.199 bayi (41.69%).

Di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2019, pencapaian desa UCI hanya sebesar
71,54% atau sejumlah 187 desa. Cakupan Balita mendapat vitamin A, mencapai
80.286 Balita (94.63%). Angka ini lebih rendah dibandingkan persentase Balita
mendapat vitamin A tahun 2018 yaitu sebesar 83.697 Balita (95.2%).

Persentase balita mengikuti pelayanan Posyandu di tahun 2019 (D/S) mencapai


(85,42%), N/D Balita sebesar (89,2%), BB/U Balita sebesar (3%), TB/U sebesar
(5,9%), BB/TB sebesar (3,5%). Hasil ini belum mencapai target SPM Kabupaten
Lampung Selatan yaitu sebesar 90%.

Jumlah kasus terduga TBC tahun 2019 berjumlah 5.421 orang, Angka kesembuhan
Tuberculosis paru terkonfirmasi bakteriologi sebesar (75,2%) atau berjumlah 1.047
kasus, meningkat dari angka kesembuhan TB di Tahun 2018, yaitu sebesar 90,9%
(974 kasus). Angka kematian akibat TB mencapai (0,2% atau 5 orang). Kasus HIV
dan AIDS tertinggi ditemukan pada golongan usia 25 s.d. 49 tahun, sebanyak
ii

(85,6%). Angka prevalensi kusta di Kabupaten Lampung Selatan sebesar 0,2 per
10.000 penduduk.

Penyakit yang bersumber dari binatang yang masih menjadi perhatian di Kabupaten
Lampung Selatan, seperti DBD dan Malaria. Jumlah kasus DBD mencapai 457
kasus, dan tertinggi berasal dari Puskesmas Branti Raya (82 kasus). Selama 4
(empat) tahun terakhir, periode tahun 2016 s.d. 2019, Trend Kasus DBD di
Kabupaten Lampung Selatan cenderung mengalami peningkatan dengan puncak
tertinggi di tahun 2019 (457 kasus) dan terendah di tahun 2017 (206 kasus).
Sedangkan, Trend API Malaria selama empat tahun terakhir, periode tahun 2016
s.d. 2019, mengalami penurunan menuju angka 0,1 per 1000 penduduk.

Di Kabupaten Lampung Selatan hingga tahun 2019 terdapat 8 kecamatan yang


berstatus 100% memiliki jamban sehat dan telah menjadi desa Stop BABS (Buang
Air Besar Sembarangan) atau yang biasa disebut desa ODF (Open Defecation
Free). Pada tahun 2019 Kabupaten Lampung Selatan belum terdapat desa STBM,
namun desa yang melaksanakan STBM telah mencapai 100% (260 desa). Bila
diurut berdasarkan tingkat urgensinya, terdapat beberapa permasalahan kesehatan
yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2019 yaitu:
masih tingginya kasus kematian ibu dan bayi, ditemukannya kasus gizi buruk dan
stunting, serta penyakit yang bersumber dari binatang (DBD dan Malaria).

Berbagai upaya kesehatan yang telah dilaksanakan dalam rangka meningkatkan


capaian program dan mengatasi permasalahan yang ada antara lain: melaksanakan
delapan program prioritas sesuai urutan permasalahan yang dihadapi, yaitu program
kesehatan keluarga, lingkungan sehat, promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat, upaya kesehatan masyarakat, program sumber daya kesehatan,
pencegahan dan pemberantasan penyakit dan program perbaikan gizi. Strategi dan
langkah yang diambil antara lain: kegiatan keterpaduan antar lintas program dan
lintas sektor, swasembada WC, Posbindu, pengembangan dan pemberdayaan
masyarakat melalui desa sehat (GMDS), yang merupakan revitalisasi upaya
iii

kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) dengan berbagai upaya yaitu


revitalisasi Posyandu, pengembangan dan pembentukan Poskesdes.

Untuk melaksanakan upaya-upaya tersebut maka sangat diperlukan dukungan


anggaran maupun kebijakan yang memadai dari Pemerintah Kabupaten Lampung
Selatan. dukungan lintas sektoral terkait seperti DPRD, dan peran aktif lembaga
swadaya masyarakat dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal.
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh komponen
bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.
Pembangunan kesehatan diselenggarakan berdasarkan pada: 1)
Perikemanusiaan, 2) Pemberdayaan dan kemandirian, 3) Adil dan merata,
serta 4) Pengutamaan dan manfaat. Cara mencapai tujuan pembangunan
kesehatan melalui pengelolaan upaya kesehatan, penelitian dan
pengembangan kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya manusia
kesehatan, sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, manajemen,
informasi dan regulasi kesehatan serta pemberdayaan masyarakat.

Dalam bidang informasi juga telah mengalami perubahan yang mendasar


dimana tuntutan akan terwujudnya sistem informasi yang terpadu sebagai
bagian dari sistem kesehatan daerah diharapkan juga membawa dampak
yang sangat luas terhadap perkembangan daerah secara umum, terlebih
lagi memasuki abad ke-21 dimana banyak perkembangan atau informasi
yang disajikan tidak hanya komitmen regional maupun komitmen nasional
yang dilaksanakan tetapi juga harus mengikuti komitmen global.

Peran informasi kesehatan sangat penting. Hal itu dilihat dari segi
pengadaan data dan informasi dapat dikelompokkan kegiatannya sebagai
berikut: 1) Pengumpulan, validasi, Analisa, dan diseminasi data dan
informasi, 2) Manajemen sistem informasi, 3) Dukungan kegiatan dan
sumber daya untuk unit-unit yang memerlukan, dan 4) Pengembangan
untuk peningkatan mutu sistem informasi kesehatan.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


2

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang


kesehatan pasal 168 bab XIV disebutkan bahwa untuk menyelenggarakan
upaya kesehatan yang efektif dan efisien diperlukan informasi kesehatan.
Sementara dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang
keterbukaan informasi kesehatan sebagai jaminan bagi masyarakat untuk
mendapatkan informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya, serta berhak mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,
mengolah dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis
saluran yang tersedia.

Visi Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan yaitu : “Terwujudnya


Kabupaten Lampung Selatan Yang Sejahtera, Berdaya saing,
Mandiri dan Berakhlak Mulia”. Visi tersebut akan diwujudkan hingga
akhir periode jabatan kepala daerah tahun 2021 dengan semangat “Ayo
Bangun Desa”. Sedangkan misi yang berhubungan dengan tupoksi Dinas
Kesehatan adalah misi ke dua yakni ‘’meningkatkan kualitas sumber daya
manusia melalui pelayanan pendidikan dan kesehatan yang baik,
terjangkau dan proaktif’’, yang salah satu sasarannya adalah peningkatan
derajat kesehatan dan status gizi masyarakat dan misi ke lima yaitu
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, akuntabel, efektif dan
professional.

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional dan mewujudkan


visi dan misi tersebut diperlukan informasi yang valid, akurat dan tepat
waktu, oleh karena itu diperlukan pencatatan dan pengolahan data dalam
suatu Sistem Informasi Kesehatan (SIK). SIK dapat digunakan sebagai
landasan dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan upaya-
upaya kesehatan demi peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Salah
satu bentuk pengembangan dari SIK Kabupaten Lampung Selatan adalah
profil kesehatan Kabupaten Lampung Selatan yang diterbitkan setiap
setahun sekali.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


3

Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi khususnya di Kabupaten


Lampung Selatan, disusunlah buku Profil Kesehatan Kabupaten Lampung
Selatan Tahun 2019. Pada profil kesehatan ini disampaikan gambaran dan
situasi kesehatan, gambaran umum tentang derajat kesehatan dan
lingkungan, situasi upaya kesehatan, dan situasi sumber daya kesehatan.

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Maksud penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun
2019 adalah untuk memantapkan dan mengembangkan sistem informasi
kesehatan, sehingga dapat digunakan secara aplikatif sebagai acuan dalam
manajemen pelaksanaan upaya pelayanan kesehatan

1.2.2 Tujuan
a. Tujuan Umum
Memberikan informasi berkaitan dengan program-program
pembangunan kesehatan, pencapaian pembangunan kesehatan dan
kinerja pembangunan kesehatan.
b. Tujuan Khusus
1) Tersedianya data tentang data geografi, penduduk, pendidikan dan
ekonomi.
2) Evaluasi keberhasilan upaya kesehatan
3) Evaluasi kinerja pembangunan kesehatan
4) Terciptanya suatu sistem informasi kesehatan yang dapat
digunakan sebagai indikator pencapaian program dan kegiatan
kesehatan.

1.3 Sistematika
Sistematika Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019
adalah sebagai berikut:

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


4

Bab-1 : Pendahuluan
Bab I menguraikan tentang gambaran Profil Kesehatan secara
umum yang mencakup wilayah kerja Puskesmas, termasuk
letak geografis secara keseluruhan, administratif dan informasi
umum lainnya. Pada bab ini, juga mengulas faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap Kesehatan meliputi kependudukan,
ekonomi, pendidikan, sosial budaya, perilaku, dan lingkungan.

Bab-2 : Sarana Kesehatan


Bab II menyajikan berbagai indikator mengenai sarana kesehatan,
akses dan mutu pelayanan kesehatan, serta upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat.

Bab-3 : Sumber Daya Manusia Kesehatan


Bab III menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga
kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.

Bab-4 : Pembiayaan Kesehatan


Bab IV berisi tentang anggaran pembiayaan kesehatan, meliputi
jaminan pemerliharaan kesehatan, dana desa, APBD kesehatan.

Bab 5- : Kesehatan Keluarga


Bab V berisi tentang kesehatan ibu, kesehatan anak, kesehatan
usia produktif dan usia lanjut.

Bab 6- : Pengendalian penyakit


Bab VI menyajikan tentang pengendalian penyakit menular
langsung, pengendalian penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi, pengendalian penyakit tular vektor dan zoonotik, dan
pengendalian penyakit tidak menular.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


5

Bab-7 : Kesehatan Lingkungan


Bab VII menguraikan tentang penduduk dengan akses
berkelanjutan terhadap air minum berkualitas (layak), sarana air
minum memenuhi syarat, penduduk dengan akses terhadap
sanitasi yang layak (jamban sehat), desa STBM, tempat-tempat
umum memenuhi syarat kesehatan, tempat pengelolaan
makanan memenuhi syarat kesehatan.

Bab-8 : Penutup
Bab VIII diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu
disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Dinas
Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan di tahun yang
bersangkutan. Selain keberhasilan-keberhasilan yang perlu
dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih
kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan.

1.4 Letak Geografis


Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu kabupaten dari 15
kabupaten/kota di Provinsi Lampung dengan luas kurang lebih 2.007,01
Km2. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105º 14’ – 105º
45’ BT dan 5º 15’ – 6º LS, sehingga merupakan daerah tropis yang
mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan.

Bagian selatan wilayah Kabupaten Lampung Selatan yang berada di ujung


Pulau Sumatera terdapat pelabuhan penyeberangan Bakauheni, yang
merupakan pintu gerbang Pulau Sumatera bagian selatan. Jarak antara
Pelabuhan Bakauheni (Lampung Selatan) dengan Pelabuhan Merak
(Provinsi Banten) kurang lebih 30 kilometer, dengan waktu tempuh kapal
penyeberangan sekitar 2-3 jam.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


6

Gambar 1.1 Peta Administratif Kabupaten Lampung Selatan

Sumber:http://info-kotakita.blogspot.com/2016/11/kota-kota-di-kabupaten-lampung-selatan.html

Peta diatas mengambarkan batas-batas wilayah Kabupaten Lampung


Selatan. Sebelah utara berbatasan dengan wilayah Kabupaten Lampung
Tengah dan Lampung Timur. Sebelah timur berbatasan dengan Selat
Sunda, sebelah selatan berbatasan dengan Kota Bandar Lampung dan
Kabupaten Pesawaran, dan sebelah barat berbatasan dengan Laut Jawa.
Selain wilayahnya berupa daratan Kabupaten Lampung Selatan juga
mempunyai wilayah yang berupa pulau-pulau seperti Pulau Anak
Krakatau, Pulau Sebesi, Pulau Sebuku, Pulau Legundi, Pulau siuncal,
Pulau Rimau dan Pulau Kandang. Secara administratif Kabupaten
Lampung Selatan ber ibu kota di Kalianda, terdiri dari 17 Kecamatan
dengan 256 desa dan 4 kelurahan.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


7

Tabel 1.1. Luas Wilayah, Jumlah Desa/Kelurahan Menurut Kecamatan


Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

LUAS JUMLAH
WILAYAH DESA +
NO. KECAMATAN DESA KELURAHAN
2 KELURAHAN
(km )
1 Penengahan 132,98 22 0 22
2 Bakauheni 57,13 5 0 5
3 Ketapang 108,60 17 0 17
4 Palas 171.39 21 0 21
5 Sragi 81,92 10 0 10
6 Kalianda 161,40 25 4 29
7 Rajabasa 100,39 16 0 16
8 Sidomulyo 122,53 16 0 16
9 Way Panji 38,45 4 0 4
10 Way Sulan 46,54 8 0 8
11 Candipuro 84,69 14 0 14
12 Katibung 175,77 12 0 12
13 Tanjung Sari 103,32 8 0 8
14 Merbau Mataram 113,94 15 0 15
15 Tanjung Bintang 129,72 16 0 16
16 Jati Agung 164,47 21 0 21
17 Natar 213,77 26 0 26
JUMLAH (KAB/KOTA) 2.007.01 256 4 260

Sumber : Lampung Selatan Dalam Angka 2019

1.5 Penduduk
1.5.1 Jumlah penduduk
Kabupaten Lampung Selatan berdasarkan hasil proyeksi penduduk oleh
Pusdatin Kemenkes RI tahun 2019 berjumlah 1.019.789 jiwa terdiri dari
522.483 laki-laki dan 497.306 perempuan. Kepadatan rata-rata penduduk
di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2019 adalah 479,3 jiwa/Km2,
mengalami sedikit penurunan dari tahun sebelumnya 2018 sebesar 499
jiwa/Km². Kecamatan dengan kepadatan tertinggi di Kecamatan Natar
(782,30 jiwa/Km2) dan terendah di Kecamatan Jati Agung (709,47
jiwa/Km2).

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


8

Tabel 1.2 Persentase Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk


Menurut Kecamatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019
Luas Jumlah Penduduk Per Km2
No Kecamatan %
(Km2) 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
1 Penengahan 125,0 6,63 273,97 287,40 290,43 279,45 293,43 284,88 303,16
2 Bakauheni 57,1 2,85 381,59 396,41 400,61 410,54 404,64 419,25 419,25
3 Ketapang 108,6 5,41 438,22 447,50 452,24 456,01 456,78 465,12 465,12
4 Palas 165,6 8,54 320,54 338,61 342,20 330,48 345,63 336,96 348,81
5 Sragi 93,4 4,08 395,52 423,33 427,83 405,21 432,13 413,49 362,51
6 Kalianda 179,8 8,04 519,99 515,99 521,46 543,65 526,69 554,33 497,55
7 Rajabasa 100,4 5,00 213,07 227,95 230,37 220,85 232,68 225,60 225,60
8 Sidomulyo 159,0 6,11 471,57 508,68 514,08 470,02 519,24 479,30 369,40
9 Way Panji 38,5 1,92 433,68 435,58 440,23 441,61 444,66 450,86 450,86
10 Way Sulan 46,5 2,32 469,34 547,46 553,27 485,43 558,81 493,09 493,09
11 Candipuro 84,9 4,22 606,96 660,74 667,76 635,08 674,47 647,95 653,98
12 Katibung 188,6 8,76 362,43 390,58 394,71 380,81 398,68 388,29 361,83
13 Tanjung Sari 103,3 5,15 270,21 273,99 276,88 280,12 279,66 285,16 285,16
Merbau 113,9
14 5,68 418,38 458,40 463,24 427,30 467,89 435,68 435,68
Mataram
15 Tj.Bintang 129,7 6,46 548,72 576,52 582,62 577,48 588,48 588,74 588,74
16 Jati Agung 164,5 8,19 650,86 616,79 623,32 686,04 629,58 699,53 699,53
17 Natar 250,9 10,65 833,91 831,00 839,81 884,90 848,24 902,29 768,82
Jumlah 2.007,01 100 469 484 489,48 489,51 494,40 499 475
Sumber: Pusdatin Kemenkes RI tahun 2019 dan BPS Kab. Lampung Selatan tahun 2019 (diolah).

Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2019


sebanyak 144.440 jiwa dan yang telah mempunyai kartu Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) sebanyak 846.980 jiwa atau 83,6% dari jumlah
seluruh penduduk Kabupaten Lampung Selatan.

1.5.2 Komposisi Penduduk


Komposisi penduduk Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2019
menurut kelompok umur adalah berusia muda (umur 0-14 tahun) sebanyak
28,72 jiwa (28,72%), berusia produktif (umur 15-59 tahun) sebanyak
629.302 jiwa (62,79%) dan berusia lanjut (Umur 60 tahun keatas)
sebanyak 85.154 jiwa (8,5%).

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


9

Tabel 1.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Lampung Selatan


Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2019

Jumlah Penduduk
Kelompok
Rasio
No Umur Laki- Laki-Laki +
Perempuan Jenis
(Tahun) Laki Perempuan
Kelamin
1 0-4 48.087 46.106 94.193 104,30
2 5-9 51.193 48.946 100.139 104,59
3 10 - 14 48.386 45.310 93.696 106,79
4 15 - 19 44.305 40.004 84.309 110,75
5 20 - 24 40.376 36.902 77.278 109,41
6 25 - 29 41.010 38.953 79.963 105,28
7 30 - 34 40.777 38.262 79.039 106,57
8 35 - 39 39.061 37.480 76.541 104,22
9 40 - 44 37.158 35.698 72.856 104,09
10 45 - 49 32.791 31.377 64.168 104,51
11 50 - 54 28.108 27.217 55.325 103,27
12 55 - 59 22.603 22.099 44.702 102,28
13 60 - 64 17.430 16.955 34.385 102,80
14 65 - 69 12.279 11.284 23.563 108,82
15 70 - 74 7.180 7.667 14.847 93,65
16 75+ 7.668 8.614 16.282 89,02
JUMLAH 518.412 492.874 1.011.286 105,18
Sumber: Pusdatin Kemenkes RI dan BPS tahun 2019 (diolah)

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin di Kabupaten Lampung


Selatan tahun 2019 adalah 51,3% laki-laki dan 48,7% perempuan. Rasio
jenis kelamin di Kabupaten Lampung Selatan antara penduduk laki-laki
dan perempuan pada tahun 2019 adalah sebesar 105,18 (sex ratio >100)
yang artinya setiap 100 orang perempuan terdapat 105 laki-laki atau
dengan kata lain jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari perempuan.
Tetapi karena angka sex ratio hanya lebih sedikit dari angka 100 maka hal
ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk laki-laki dan perempuan
relatif sama (seimbang). Dari gambar piramida penduduk dibawah ini
diketahui persentase paling besar pada kelompok umur 5 – 9 tahun, yaitu
9,87% laki-laki dan 9,93% perempuan.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


10

Gambar 1.2 Komposisi Penduduk Kabupaten Lampung Selatan


Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur

Sumber: Pusdatin Kemenkes RI dan BPS (2019, diolah)

1.6 Pendidikan
Pendidikan memegang sebuah peranan penting dalam membangun
peradaban suatu bangsa. Pendidikan dijadikan sebagai satu tolak ukur dari
maju tidaknya suatu bangsa. Semakin tinggi kualitas pendidikan suatu
bangsa maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan rata-rata penduduk
tersebut. Indikator dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah
derajat kesehatan dan panjangnya umur yang terbaca dari angka harapan
hidup (life expectacy rate), parameter kesehatan dengan indikator angka
harapan hidup, mengukur keadaan sehat dan berumur panjang. Pendidikan
yang diukur dengan angka melek huruf rata-rata lamanya sekolah,
parameter pendidikan dengan angka melek huruf dan lamanya sekolah,
mengukur manusia yang cerdas, kreatif, terampil, dan bertaqwa.
Pendapatan yang diukur dengan daya beli masyarakat (purchasing power

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


11

parity), parameter pendapatan dengan indikator daya beli masyarakat,


mengukur manusia yang mandiri dan memiliki akses untuk layak.

Persentase angka melek huruf di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2019


sebesar 97,25% (596.911.942 orang) yang terdiri dari laki-laki sebesar
98,96% (285.783.217,9 orang) dan perempuan sebesar 95,45%
(311.115.396 orang) seperti yang tertera pada tabel lampiran 3.

1.7 Ekonomi
Ekonomi di Negara Indonesia sangatlah penting karena kebutuhan
ekonomi sangat berperan dalam membentuk Negara Indonesia lebih maju
lagi. Dalam lingkup keluarga ekonomi keluarga sangatlah penting karena
hal ini berkaitan dengan sejahtera atau tidaknya sebuah keluarga. Ketika
keluarga itu sejahtera maka akan lebih memperhatikan kualitas hidupnya
tidak terkecuali masalah kesehatannya.

Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Selatan sampai tahun


2013 selalu tumbuh positif, hal ini tampak pada peningkatan nilai tambah
setiap sektor, tetapi pada tahun 2014 sampai tahun 2016 mengalami
penurunan. Pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 meningkat 5,25%.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


14

BAB II
SARANA KESEHATAN

2.1 Sarana Kesehatan


Derajat kesehatan masyarakat dapat tercapai, salah satunya melalui
ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung pelayanan kesehatan.
Sarana kesehatan meliputi balai pengobatan, pusat kesehatan masyarakat,
rumah sakit umum, rumah sakit khusus, praktek dokter, praktek bidan,
toko obat, apotek, laboratorium dan sarana kesehatan lainnya. Sarana
kesehatan berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan dasar atau upaya
kesehatan rujukan dan atau upaya kesehatan penunjang.

2.1.1 Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Lampung Selatan


Tabel 2.1 Jumlah Sarana Kesehatan di Kabupaten Lampung Selatan
Jumlah
No. Sarana Keterangan
(unit)
Pemerintah Provinsi
1 RSUD Bandar Negara Husada 1 Jati Agung
Pemerintah Kabupaten
1 RSUD dr. Bob Bazar, SKM 1 Kalianda
Bakauheni, Penengahan, Ketapang, Rajabasa,
Bumidaya, Sidomulyo, Katibung, Talang
2 UPT Puskesmas Rawat Inap 15
Jawa, Banjar Agung, Sukadamai, Tanjung
Sari, dan Sragi (proses perizinan)

Palas, Way Urang, Kalianda, Tanjung Agung,


Merbau Mataram, Karang Anyar, Hajimena,
3 UPT Puskesmas Non-Perawatan 12
Branti Raya, Way Panji, Way Sulan, Natar,
Kali Asin (proses perizinan)

4 UPTD Tranfusi Darah 1 Kalianda


UPT Laboratorium Kesehatan
5 1 Kalianda
Daerah
6 UPT Instalasi Farmasi 1 Kalianda
7 Puskesmas Pembantu 74 Lampung Selatan
8 Ambulance Puskesmas 51 Lampung Selatan
9 Puskesmas Keliling 38 Lampung Selatan
Swasta
10 RS Natar Medika 1 Natar
11 RS Airan Raya 1 Jati Agung

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


15

Jumlah
No. Sarana Keterangan
(unit)
12 RSIA Hidayah Ibu 1 Kalianda
13 Apotek 69 Lampung Selatan
14 Toko Obat 4 Lampung Selatan
15 Klinik utama 3 Natar
16 Klinik Pratama 62 Lampung Selatan
17 Praktik pengobatan tradisional 4 Lampung Selatan
18 Praktik dokter umum perorangan 13 Lampung Selatan
19 Praktik dokter gigi perorangan 2 Kalianda

Sumber: Seksi Mutu dan Akreditasi Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan

2.1.2 Pelayanan Gawat Darurat Level 1 yang Harus Diberikan Pelayanan


Kesehatan (RS) di Kabupaten Lampung Selatan

Cakupan pelayanan gawat darurat (GADAR) level 1 merupakan salah satu


indikator dalam penilaian pelayanan kesehatan rujukan sesuai dengan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2019 tentang SPM bidang
kesehatan. Sarana kesehatan dengan kemampuan pelayanan gawat darurat
yang dapat diakses masyarakat meliputi Rumah Sakit Umum baik milik
pemerintah maupun swasta, Puskesmas dan balai pengobatan. Seluruh
fasilitas pelayanan Kesehatan di Kabupaten Lampung Selatan memiliki
pelayanan GADAR, baik di rumah sakit umum daerah, rumah sakit swasta
maupun rumah sakit bersalin.

Kemampuan GADAR menurut definisi operasional SPM adalah upaya


cepat dan tepat untuk segera mengatasi puncak kegawatan yaitu henti
jantung dengan resusitas jantung paru otak (Cardio Pulmonary-Cerebral-
Resucitation) agar kerusakan organ yang terjadi dapat dihindarkan atau
ditekan sampai minimal dengan menggunakan bantuan hidup dasar (Basic
Life Support) dan bantuan hidup lanjut (ALS). Sarana kesehatan tersebut
harus memiliki Dokter Umum on site (berada di tempat) selama 24 jam
dengan kualifikasi GELS (General Emergency Life Support) dan/atau
ATLS (Advance Trauma Life Support) serta ACLS (Advance Cardiac Life
Support), yang dilengkapi dengan alat transportasi dan komunikasi.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


16

2.2 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan


2.2.1 Kunjungan ke Sarana Fasilitas Kesehatan

Gambar 2.1 Kunjungan Pasien Rawat Jalan dan Rawat Inap Pada
Puskesmas dan Rumah Sakit, di Kab. Lampung Selatan Tahun 2019

Fasilitas kesehatan yang akan dibahas pada Profil Kesehatan Tahun 2019
ini hanya di Puskesmas dan RSUD H. dr. Bob Bazar, SKM., dikarenakan
adanya keterbatasan data yang diperoleh. Puskesmas sebagai Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama, terdiri dari 2 jenis, yaitu
Puskesmas Rawat Inap dan Puskesmas Non Rawat Inap. Terlepas dari
status Puskesmas Rawat Inap dan Non Rawat Inap, cakupan peserta rawat
jalan didominasi oleh jenis kelamin perempuan (55,6%) yang sebagian
besar di Puskesmas Karang Anyar (8,6%) yaitu sejumlah 43.275 orang.
Lain halnya pada kunjungan peserta rawat inap di RSUD Bob Bazar, SKM
yang didominasi oleh jenis kelamin laki-laki (86%) sejumlah 49.975
orang.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


17

2.2.2 Jumlah Kunjungan Pasien Jiwa


Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dan
dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya (UU Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa).

Terdapat 12 indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM), dimana salah


satunya adalah Pelayanan Kesehatan dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
berat. Berdasarkan data SPM tahun 2019, terdapat sebanyak 1.479 kasus
ODGJ yang telah ditangani di Kabupaten Lampung Selatan.

Masalah kesehatan jiwa di keluarga dan masyarakat semakin meningkat,


terlihat dari banyaknya tindak kekerasan (KDRT), kenakalan remaja (anak
jalanan, kecanduan game, tawuran), penyalahgunaan narkoba, bahkan
begitu mudahnya melakukan tindakan bunuh diri. Kurangnya
pengetahuan, akses yang sulit dijangkau, dan keterbatasan tenaga
kesehatan jiwa merupakan beberapa penyebab gangguan jiwa tidak
terdeteksi di keluarga dan masyarakat.

Berdasarkan data riset kesehatan dasar tahun 2013 dan tahun 2018,
terdapat kenaikan persentase proporsi rumah tangga yang memiliki
anggota dengan skizofrenia/psikologi secara signifikan dari 1,7% menjadi
6%. Kondisi ini sangat memprihatinkan jika tidak dilakukan upaya
pencegahan dan pengendalian serta deteksi dini kesehatan jiwa. Cakupan
pelayanan ODGJ pada tahun 2019, terbanyak di Puskesmas Candipuro
(11,5% atau 164 orang), Puskesmas Karang Anyar (11,2% atau 160 orang)
dan Puskesmas Rawat Inap Tanjung Bintang (10,5% atau 150 orang).

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


18

Gambar 2.2 Presentase Cakupan ODGJ Berat Mendapatkan Pelayanan


Standar di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Seksi Pencegahan dan Penyakit Tidak Menular dan Keswa Dinas Kesehatan, 2019

2.2.3 Angka Kematian Pasien di Rumah Sakit


Gross Death Rate (GDR) adalah angka kematian total pasien rawat inap
yang keluar rumah sakit per 100 penderita keluar hidup dan mati. Indikator
ini menggambarkan kualitas pelayanan suatu rumah sakit secara umum,
meskipun GDR dipengaruhi juga oleh angka kematian ≥ 48 jam yang
umumnya merupakan kasus gawat darurat. GDR rumah sakit di Kabupaten
Lampung Selatan pada tahun 2019 sebesar 17,5%, meningkat bila
dibandingkan tahun 2018 sebesar 14,2%. Namun demikian, capaian GDR
rumah sakit di Kabupaten Lampung Selatan masih di bawah standar mutu
GDR ideal, yaitu 45‰. Netto Death Rate (NDR) adalah angka kematian >
48 jam pasien rawat inap per 100 penderita keluar (hidup+mati). Standar
NDR secara ideal menurut Kementerian Kesehatan tahun 2005 adalah
25‰. Adapun NDR untuk Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019 masih

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


19

berada di bawah standar ideal, yaitu 5‰, meskipun terbilang meningkat


bila dibandingkan tahun 2018 (3,4‰). Jumlah pasien meninggal > 48 jam
di rumah sakit pada tahun 2019 sebanyak 119 pasien terdiri dari pasien
laki-laki sebanyak 43 orang dan pasien perempuan sebanyak 63 orang.

2.2.4 Indikator Kinerja Pelayanan di Rumah Sakit


Indikator kinerja pelayanan rumah sakit diukur menggunakan beberapa
variabel yang saling terkait yaitu pemanfaatan tempat tidur (BOR), rata-
rata tempat tidur dipakai (BTO), rata-rata lama hari perawatan (ALOS),
rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (TOI), persentase pasien
keluar yang meninggal (GDR), dan persentase pasien keluar yang
meninggal < 24 jam (NDR).

Tabel 2.2. Tabel Standar Ideal Kinerja Pelayanan Rumah Sakit

No. Indikator Kinerja Standar Ideal


1 GDR ≤ 45 ‰
2 NDR ≤ 25 ‰
3 BOR 60 – 85%
4 BTO 40 - 50 kali
5 TOI 1 – 3 hari
6 ALOS 6 – 9 hari

Sumber : Kementerian Kesehatan Tahun 2005

a. BOR (Bed Occupancy Rate) adalah persentase pemakaian tempat tidur


pada satu satuan waktu tertentu. BOR dihitung dari jumlah hari perawatan,
jumlah tempat tidur dan jumlah hari dalam satu tahun, dengan standar
ideal sebesar 60 - 85%. Data BOR diperoleh dari RSUD Bob Bazar,
SKM, RSUD Bandar Husada Provinsi Lampung, RS Natar Medika, RS
Airan Raya, dan RSIA Hidayah Ibu. BOR Rumah Sakit di Lampung
Selatan yaitu sebesar 35,2%, masih jauh dari standar ideal persentase

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


20

pemakaian tempat tidur. Trend Bed Occupancy Rate (BOR) periode 5


tahun terakhir menggambarkan data yang fluktuatif, pada tahun 2016
(62,09%) dan tahun 2018 (62,01%) berada pada batas ideal sebelum
akhirnya menurun (35,2%) di bawah batas ideal pada tahun 2019. Angka
BOR rendah menandakan pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit
oleh masyarakat masih rendah.

Gambar 2.3. Trend Bed Occupancy Rate (BOR) Rumah Sakit


di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Subbag. Perencanaan RSUD Bob Bazar, SKM

BTO (Bed Turn Over) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu
periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu
(biasanya dalam periode 1 tahun). BTO rumah sakit di Kabupaten
Lampung Selatan tahun 2019 adalah sebanyak 47 kali dalam satu tahun,
menurun dari tahun 2018 (86 kali). Hal ini menunjukkan bahwa pada
tahun 2019, pemakaian tempat tidur di rumah sakit Kabupaten Lampung
Selatan sudah memenuhi standar ideal yang ditetapkan oleh Kementerian
Kesehatan, yaitu 40-50 kali dalam setahun. Tempat tidur yang digunakan
lebih dari 50 kali, harus dilakukan perawatan yang lebih baik karena
berpengaruh terhadap status kesehatan pasien. Jumlah pasien yang banyak
dirawat dalam setiap tempat tidur berpotensi menimbulkan kuman

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


21

penyakit. Infeksi penyerta bukan tidak mungkin dapat ditimbulkan oleh


kondisi perawatan tempat tidur yang kurang baik.

Gambar 2.4 Trend BTO (Bed Turn Over) Rumah Sakit


di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Subbag. Perencanaan RSUD Bob Bazar, SKM

b. ALOS (Average Lenght of Stay) adalah rata-rata lama rawat (dalam satuan
hari) seorang pasien. Selama periode tahun 2015 sampai dengan tahun
2019, Trend ALOS cenderung meningkat. Pada tahun 2019, ALOS
rumah sakit di Kabupaten Lampung Selatan adalah 3 hari. Hal ini
menunjukkan bahwa rata-rata pasien dirawat di rumah sakit selama 3 hari,
dan dapat dikatakan sudah sesuai dengan standar ALOS ideal, yaitu 3-12
hari.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


22

Gambar 2.5 Trend ALOS (Average Lenght of Stay) Rumah Sakit


di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Subbag. Perencanaan RSUD Bob Bazar, SKM

c. TOI (Turn Over Interval) adalah rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati
dari saat terisi ke saat terisi berikutnya. Ideal TOI rumah sakit 2-3 hari.
Rata-rata hari tidur tidak ditempati periode tahun 2015 sampai dengan
tahun 2018 cenderung stabil, yaitu selama 2 hari. Sedangkan TOI pada
tahun 2019 sebesar 5 hari, yang menunjukkan bahwa rata-rata hari tempat
tidur tidak ditempati rumah sakit di Kabupaten Lampung Selatan melebihi
batas ideal efisiensi penggunaan tempat tidur yang ditetapkan. Hal ini
berarti tempat tidur rumah sakit akan terisi kembali setelah lima hari
kemudian. TOI rumah sakit tersebut masuk dalam kategori TOI belum
ideal. Pada tahun 2018 TOI rumah sakit di Kabupaten Lampung Selatan
sebesar 1,7 hari. Hal ini berarti bahwa tempat tidur rumah sakit sampai
satu hari sudah terisi kembali setelah pemakaian terakhir.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


23

Gambar 2.6. Trend TOI (Turn Over Interval) Rumah Sakit


di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Subbag. Perencanaan RSUD Bob Bazar, SKM

2.2.5 Puskesmas dengan ketersediaan obat vaksin


Ketersediaan obat dan vaksin esensial di 26 Puskesmas di Kabupaten
Lampung Selatan pada tahun 2019 (88,46%), meningkat dari tahun 2018
(16%). Terdapat 3 (tiga) Puskesmas yang belum mencapai standar
ketersediaan obat vaksin, yaitu Puskesmas Palas, Puskesmas Way Sulan,
dan Puskesmas Tanjung Agung. Ketersediaan obat di wilayah kerja dinas
kesehatan Kabupaten Lampung Selatan dinyatakan masih relatif aman
karena masih sesuai dengan kebutuhan pelayanan kesehatan dasar yang
pada unit pelayanan kesehatan yang bersumber dari Laporan Pemakai dan
Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yang terdistribusi sampai ke unit
pelayanan kesehatan dan ketersediaan di instalasi farmasi kabupaten
selengkapnya dapat dilihat pada tabel lampiran 9.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


24

2.3 Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat


2.2.1 Cakupan Posyandu Menurut Strata
Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan masyarakat,
selain sarana kesehatan milik pemerintah dan swasta terdapat pula sarana
kesehatan berupa Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
yang berupa Posyandu, Poskesdes, desa siaga, Pos Obat Desa (POD),
dana sehat, dan Posbindu. Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan
kegiatan yang berkembang dari, oleh dan untuk masyarakat, sehingga
keberlangsungan dan pemenuhan sarana prasarana Posyandu menjadi
tanggung jawab bersama masyarakat disekitarnya.

Kualitas Posyandu dapat dilihat dari kemandiriannya yaitu Posyandu


pratama (Posyandu yang kegiatan pelayanannya belum rutin dan jumlah
kader masih terbatas), Posyandu madya (Posyandu dengan kegiatan lebih
teratur dibandingkan Posyandu pratama dan jumlah kader 5 orang),
Posyandu purnama (Posyandu dengan frekuensi kegiatan lebih dari 8 kali
per tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih, dan cakupan 5
program utamanya yaitu KIA, KB, Gizi, imunisasi, dan penanggulangan
diare lebih dari 50%, serta sudah ada program tambahan), dan Posyandu
mandiri (Sudah dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan 5
program utama sudah bagus, ada program tambahan dan dana sehat
menjangkau 50% KK).

Posyandu di Kabupaten Lampung Selatan berjumlah 1.038 buah, terdiri


dari Posyandu pratama (37 buah), madya (385 buah), purnama (501 buah),
dan mandiri (115 buah). Posyandu yang aktif hanya mencapai (59,3%)
atau berjumlah 616 buah. Namun demikian, cakupan Posyandu tahun
2019 meningkat sebesar (3,2%) dari tahun 2018 yang berjumlah 985 buah.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


25

Gambar 2.7. Jumlah Posyandu di Kabupaten Lampung Selatan


Tahun 2019

Sumber: Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan, 2019

Gambar 2.8 Cakupan Posyandu Aktif


di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber: Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan, 2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


26

2.2.2 Posbindu PTM ( Penyakit Tidak Menular )


Salah satu kegiatan pembinaan terpadu untuk mengendalikan faktor
resiko penyakit tidak menular adalah Posbindu PTM. Kegiatan
tersebut bertujuan meningkatkan kemandirian masyarakat dalam
mendeteksi penyakit degeratif dan memantau faktor resiko PTM
secara berkesinambungan. Selain itu, juga menjangkau masyarakat
yang masih sehat (15-59 tahun dan 60 ke atas) untuk melakukan
skrining kesehatan sesuai standar minimal setahun sekali, mendorong
masyarakat untuk mengakses upaya promotif preventif di Posbindu
PTM.

Kegiatan Posbindu merupakan bentuk intervensi program dengan


memodifikasi perilaku baik secara individu, kelompok maupun
pergerakan masyarakat, mendorong masyarakat yang berpotensi sakit
PTM agar segera dirujuk ke FKTP ( Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama) untuk mendapatkan penanganan sesuai standar, serta
memotivasi masyarakat agar menjadi peserta JKN. Jumlah Posbindu
di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2019 sebanyak 296 buah
yang tersebar di 260 desa/kelurahan.

Pembinaan kegiatan posbindu PTM dilakukan untuk mengetahui atau


mendeteksi faktor risiko PTM, melakukan upaya intervensi faktor
risiko PTM dengan modifikasi perilaku, konseling dan edukasi dan
melakukan rujukan bagi individu berisiko tinggi yang memerlukan
layanan pengobatan lebih lanjut.

Kabupaten lampung selatan memiliki Posbindu sebanyak 296 pos


yang tersebar di 260 desa. Namun demikian, belum semua Posbindu
memiliki kelengkapan saran dan prasarana yang menunjang
berjalannya program, seperti Posbindu KIT. Untuk sementara waktu,
program Posbindu masih memanfaatkan sarana yang ada di
Puskesmas, namun ada juga beberapa yang memanfaatkan Posbindu
kit yang ada secara bergantian.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


27

Gambar 2.9 Jumlah Desa Posbindu di Kabupaten Lampung Selatan


Tahun 2019

Sumber : Seksi Pencegahan danPengendalian Penyakit Tidak Menular dan Keswa Dinas Kesehatan,
2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


28

BAB III
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

3.1 Jumlah dan Rasio Tenaga Medis di Sarana Kesehatan


Kesehatan merupakan hak asasi manusia, artinya, setiap orang mempunyai
hak yang sama dalam memperoleh akses pelayanan kesehatan. Kualitas
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau juga merupakan
hak seluruh masyarakat Indonesia. Dengan berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, dalam rangka melakukan upaya kesehatan
tersebut perlu didukung dengan sumber daya kesehatan, khususnya tenaga
kesehatan yang memadai, baik dari segi kualitas, kuantitas, maupun
penyebarannya.

Pada Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Pasal 1, dijelaskan bahwa


tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang
kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui
pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Berdasarkan data akumulatif yang diperoleh dari seksi sumber daya


kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan, tenaga
kesehatan pada tahun 2019 adalah profesi bidan (765 orang), perawat (589
orang), dan dokter gigi (112 orang). Sedangkan tenaga kesehatan
minoritas berada pada profesi keterapian fisik (8 orang), tenaga teknik
biomedika (14 orang) dan dokter gigi spesialis (16 orang).

Melalui gambar rasio SDM Kesehatan, diketahui bahwa penempatan tenaga


kesehatan belum sesuai dengan kebutuhan di fasilitas pelayanan kesehatan.
Hal ini jika dibiarkan akan terjadi penumpukan dan ketimpangan tenaga
kesehatan tertentu. Pada tahun 2019, rasio tenaga kesehatan terbesar pada
profesi bidan sebesar (76,3), dan perawat (58,8) per 100.000 penduduk. Di

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


29

samping itu, rasio tenaga kesehatan lainnya berada di angka (10) per 100.000
penduduk.

Gambar 3.1 Distribusi Sumber Daya Manusia Kesehatan


di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan Dinas Kesehatan, 2019

Gambar 3.2 Rasio SDM Kesehatan


di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan Dinas Kesehatan, 2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


30

3.2 Data Keadaan dan Status Kepegawaian Sumber Daya Manusia


Kesehatan dan Puskesmas Se-Kab. Lampung Selatan Tahun 2019

Data Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK) Dinas Kesehatan


Kabupaten Lampung Selatan, terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS),
Tenaga Harian Lepas Sukarela (THLS), Pegawai Tidak Tetap (PTT), dan
Tenaga Kerja Sukarela (TKS). Pada tahun 2019, profesi bidan dan perawat
mendominasi dengan status PNS dan TKS.

Tabel 3.1 Data SDMK Dinas Kesehatan dan Puskesmas


se-Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

JENIS SDMK PNS THLS PTT TKS JUMLAH


Struktural (Ka.TU) 23 0 0 0 23
Dokter Umum 44 9 0 6 59
Dokter Gigi 11 0 0 1 12
Bidan 489 30 29 165 713
Perawat 252 23 0 97 372
Perawat Gigi 29 1 0 10 40
Analis Kesehatan 23 1 0 6 30
Penyuluh Kesmas 44 1 0 3 48
Apoteker 13 0 0 1 14
Asisten Apoteker 21 2 0 1 24
Nutrisionis 32 0 0 5 37
Pekarya 21 0 0 0 21
Epid 26 0 0 0 26
Sanitarian 33 2 0 5 40
Perekam Medis 1 0 0 0 1
Fisioterapis 1 0 0 0 1
Asisten Kesehatan 0 0 0 0 0
Non Fungsional 20 29 0 77 126
Jumlah di Puskesmas 1.083 98 29 377 1.587
Jumlah di Dinas Kesehatan 97 13 17 127
Total 1.180 111 29 394 1.714

Sumber : Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan Dinas Kesehatan, 2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


31

Tabel SDMK tersebut menginformasikan bahwa distribusi tenaga


kesehatan di Kabupaten Lampung Selatan masih belum merata, sehingga
terjadi penumpukan pada beberapa jenis SDMK, seperti bidan dan
perawat. Untuk mengatasi permasalahan ini, dibutuhkan analisis jabatan
(Anjab) dengan tepat baik di Dinas Kesehatan maupun Puskesmas.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


32

BAB IV
PEMBIAYAAN KESEHATAN

4.1 Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan


Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi
kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan masyarakat yang layak diberikan kepada setiap orang yang telah membayar
iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah.

Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia


merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan
melalui mekanisme asuransi sosial yang bertujuan agar seluruh penduduk Indonesia
terlindungi dalam sistem asuransi sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan. Perlindungan ini diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran
baik secara mandiri maupun iurannya dibayar oleh pemerintah. Kepesertaan Jaminan
Kesehatan Nasional terdiri dari Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan Bukan Penerima
Bantuan Iuran (Non PBI). Peserta Non PBI terdiri dari Pekerja Penerima Upah
(PPU), Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Bukan Pekerja (BP), sedangkan
peserta PBI terdiri dari fakir miskin dan orang tidak mampu.

Pada tahun 2019 penduduk Kabupaten Lampung Selatan yang telah mendapatkan
jaminan kesehatan sebanyak 81,23% (846.980 orang). Rincian berdasarkan jenis
kepesertaan sebagai berikut :

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


33

Tabel 4.1 Cakupan Jaminan Kesehatan Penduduk


Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

PESERTA JAMINAN
NO JENIS KEPESERTAAN KESEHATAN
JUMLAH %
1 2 3 4
PENERIMA BANTUAN IURAN (PBI)
1 PBI APBN 521.377 50,00
2 PBI APBD 129.886 12,46
SUB JUMLAH PBI 651.263 62,46
NON PBI
1 Pekerja Penerima Upah (PPU) 104.878 10,06
2 Pekerja Bukan Penerima Upah 82.496 7,91
(PBPU)/mandiri
3 Bukan Pekerja (BP) 8.343 0,80
SUB JUMLAH NON PBI 195.717 19,56
JUMLAH (KAB/KOTA) 846.980 81,23

Sumber : Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan Dinas Kesehatan, 2019

4.2 Desa yang Memanfaatkan Dana Desa untuk Kesehatan


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa, dijelaskan bahwa
desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya
disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak
tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Untuk mengoptimalkan penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan


pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan masyarakat
desa, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun
2015 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang
Desa. Melalui Permen Nomor 16 Tahun 2018 yang diterbitkan oleh menteri desa,
pembangunan daerah tertinggal, dan transmigrasi Republik Indonesia, dana desa
memiliki beberapa prioritas yang tercakup dalam 3 ayat di pasal 4. Prioritas tersebut
diharapkan agar desa memiliki arah dan pandangan mengenai pemanfaatan dana desa.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


34

Beberapa prioritas penggunaan dana desa menurut Permen Nomor 16 Tahun 2018
yang tercantum dalam Pasal 4 tersebut adalah sebagai berikut:

Ayat 1: penggunaan dana desa diprioritaskan untuk membiayai pelaksanaan


program dan kegiatan di bidang pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat
desa.

Ayat 2: Pritoritas penggunaan dana desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat digunakan untuk membiayai pelaksanaan program dan kegiatan prioritas
yang bersifat lintas bidang.

Ayat 3: Prioritas penggunaan dana desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2), diharapkan dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat
desa berupa peningkatan kualitas hidup, peningkatan kesejahteraan dan
penanggulangan kemiskinan serta peningkatan pelayanan publik di tingkat desa.

Dari ketiga ayat tersebut dapat diketahui bahwa prioritas penggunaan dana desa tidak
hanya pada program yang bersifat pembangunan fisik saja melainkan juga
peningkatan kualitas SDM atau sumber daya manusia yang berada di desa. Hal ini
tercantum pada ayat 1 yang kemudian dikuatkan kembali pada ayat 3. Prioritas
penggunaan dana desa dalam hal peningkatan kualitas hidup bagi masyarakat desa
tercantum dengan jelas pada pasal 5. Pada Pasal 5 ini dijelaskan bagaimana upaya
tersebut bisa dijalankan seperti pengadaan pembanguan, hingga pengembangan serta
pemeliharaan harta sarana dan prasarana untuk pemenuh kebutuhan seperti
transportasi, energi dan beberapa manfaat kebutuhan lainnya yang tercantum dalam
pasal 5.

Selain itu, lintas bidang yang dimaksud dalam ayat dua adalah bidang pembangunan
desa yang tercantum pada Pasal 5 Permen Nomor 16 Tahun 2018 yakni pada bidang
kesehatan masyarakat, pendidikan dan kebudayaan, transportasi, ekonomi serta
berbagai bidang lainnya yang tercakup pada pasal 5. Dari hasil tabel tersebut di atas,
pencapaian desa yang telah memanfaatkan dana desa yang digunakan oleh 256 desa
dan termasuk 4 kelurahan (Kalianda) di Kabupaten Lampung Selatan 2019,
seluruhnya telah menggunakan dana desa untuk upaya kesehatan bersumber daya

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


35

masyarakat (UKBM) yang minimal dapat digunakan sebanyak 10% , jika lebih
diperbolehkan.

Tabel 4.2 Persentase Desa Yang Memanfaatkan Dana Desa Menurut


Kecamatan dan Puskesmas di Kabupaten Lampung Selatan Tahu 2019

DESA
NO KECAMATAN PUSKESMAS YG MEMANFAATKAN
JUMLAH DANA DESA UNTUK %
KESEHATAN
1 2 3 4 5 6
1 Penengahan Rawat Inap Penengahan 19.855.254.524 1.455.344.468 7
2 Bakauheni Rawat Inap Bakauheni 3.007.309.972 288.200.000 10
3 Ketapang Rawat Inap Ketapang 16.567.737.659 231.370.000 1
4 Palas Palas 1.754.891.175 225.925.920 13
Rawat Inap Bumi Daya 992.892.628 500.277.658 50
5 Sragi Sragi 11.444.846.762 138.000.000 1
6 Kalianda Kalianda 12.127.939.691 1.135.860.501 9
Way Urang 11.554.082.688 637.896.341 6
7 Rajabasa Rawat Inap Rajabasa 14.778.402.942 530.553.666 4
8 Sidomulyo Rawat Inap Sidomulyo 17.755.957.488 309.316.000 2
9 Way Panji Way Panji 3.941.700.504 247.037.750 6
10 Way Sulan Way Sulan 6.655.728.412 335.831.323 5
11 Candipuro Candipuro 13.019.162.572 1.246.376.435 10
12 Katibung Tanjung Agung 1.570.133.922 564.484.932 36
Rawat Inap Katibung 13.426.990.354 96.000.000 1
13 Tanjung Sari Tanjung Sari 8.422.782.443 345.531.700 4
14 Merbau Mataram Merbau Mataram 1.024.158.245 - 0
Rawat Inap Talang Jawa 880.053.492 152.410.000 17
15 Tanjung Bintang Rawat Inap Tanjung Bintang 17.834.544.742 410.877.658 2
16 Jati Agung Karang Anyar 1.300.946.463 250.000.000 19
Rawat Inap Banjar Agung 859.062.198 3.720.040.621 433
17 Natar Natar 1.162.561.803 153.623.000 13
Branti Raya 1.174.347.796 280.212.000 0
Hajimena 1.002.541.356 690.750.000 69
Rawat Inap Sukadamai 1.069.780.052 92.900.000 9
Rawat Inap Tanjung Sari Natar 1.138.823.577 34.000.000 3

JUMLAH (KAB/KOTA) 184.322.633.460 14.072.819.973 8

Sumber : Seksi Promosi dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Kesehatan, 2019

4.3 Pembiayaan Kesehatan


Pembiayaan kesehatan berisikan rekapitulasi perhitungan pembiayaan bidang
kesehatan sehingga anggaran kesehatan tidak hanya di Dinas Kesehatan atau rumah
sakit saja melaikan terdapat juga di organisasi perangkat daerah lainnya seperti Dinas
Lingkungan Hidup, Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Dinas
Pendidikan, Dinas Sosial, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Perternakan, Dinas
Perikanan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa, BPJS dan lain-lain. Adapun
sumber pembiayaan di Kabupaten Lampung Selatan berasal dari APBD Kabupaten,

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


36

APBD Provinsi, APBN, dana hibah dan CSR. Berikut ini akan ditampilkan trend
persentase pembiayaan kesehatan di Kabupaten Lampung Selatan terhadap APBD
Kabupaten Lampung Selatan. Data yang digunakan adalah data realisasi pembiayaan
kesehatan Kabupaten Lampung Selatan.

Besaran anggaran kesehatan pemerintah kabupaten menurut Undang-undang Nomor


36 Tahun 2009 dialokasikan minimal 10% dari APBD diluar gaji. Melalui gambar
4.1 pembiayaan kesehatan periode tahun 2012 s/d 2015 cenderung stabil, tetapi
mengalami penurunan pada tahun 2016, kemudian naik lagi di tahun 2017 s/d 2019
dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2019 dimana cakupan pembiayaan
sebesar 9,49% (Rp 233.889.878.777,00) dari total APBD kabupaten sebesar Rp
2.464.011.209.298,00. Hal ini berarti belum sesuai amanat Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2009. Penurunan alokasi pembiayaan kesehatan ini juga dipengaruhi oleh
adanya penyerapan anggaran yang tidak maksimal, terutama berkaitan dengan DAK
Fisik di tahun sebelumnya yang disebabkan gagal lelang. Dana Alokasi Khusus
(DAK) anggaran kesehatan Kabupaten Lampung Selatan berjumlah Rp
40.694.241.561,00, dengan rincian DAK Fisik sebesar Rp 14.290.601.000,00 DAK
Non Fisik sebesar Rp 26.403.640.561,00.

Gambar 4.1 Proporsi Sumber Biaya Kesehatan


di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


37

Gambar 4.2 Trend Pembiayaan Kesehatan Terhadap APBD


Kabupaten Lampung Selatan

Sumber : Subbag. Program dan Informasi Dinas Kesehatan, 2019

Adapun anggaran Dinas Kesehatan dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan.
Berikut ini ditampilkan trend persentase anggaran di Dinas Kesehatan terhadap APBD
Kabupaten Lampung Selatan.

Gambar 4.3 Trend Anggaran Kesehatan Di Dinas Kesehatan


Terhadap APBD Kabupaten Lampung Selatan

Sumber : Subbag. Program dan Informasi Dinas Kesehatan, 2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


38

BAB V
KESEHATAN KELUARGA

5.1 Kesehatan Ibu


5.1.1 Jumlah dan Angka Kematian Ibu
Mortalitas merupakan salah satu ukuran kesehatan untuk menentukan
angka kematian yang terjadi pada kurun waktu dan tempat tertentu, yang
disebabkan oleh penyakit atau penyebab lainnya. Kejadian kematian di
masyarakat dari waktu ke waktu dapat memberi gambaran perkembangan
derajat kesehatan masyarakat atau dapat digunakan sebagai indikator
dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program
pembangunan kesehatan lainnya. Tingkat kematian secara umum
berhubungan erat dengan tingkat kesakitan, karena umumnya merupakan
akumulasi akhir dari berbagai penyebab terjadinya kematian baik langsung
maupun tidak langsung. Salah satu alat untuk menilai keberhasilan
program pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan selama ini
adalah dengan melihat perkembangan angka kematian dari tahun ke tahun.

Kematian ibu menurut World Health Organization (WHO) adalah


kematian perempuan pada saat hamil atau kematian dalam kurun 42 hari
sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan, yakni
kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau penanganannya,
tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan dan terjatuh.
Jumlah kasus kematian ibu di Kabupaten Lampung Selatan dari tahun ke
tahun sudah mengalami penurunan. Pada tahun 2014 sebanyak 17 kasus
meningkat pada tahun 2015 sebesar 19 kasus, selanjutnya mulai tahun
2016 mengalami penurunan dari tahun ke tahun sampai pada tahun 2019
sebanyak 8 kasus kematian ibu. Berikut ini trend jumlah kasus kematian
ibu di Kabupaten Lampung Selatan dari tahun 2014–2019.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


39

Gambar 5.1 Jumlah Kasus Kematian Ibu Berdasarkan Hasil AMP


Periode Tahun 2014 s/d 2019

Sumber : Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan, 2019

Angka Kematian Ibu (AKI) dapat dihitung dengan jumlah kasus kematian
ibu per 100.000 kelahiran hidup (KH). Dari Gambar 5.2, AKI di
Kabupaten Lampung Selatan mulai tahun 2014 mengalami penurunan dari
tahun ke tahun. AKI di Kabupaten Lampung Selatan dari tahun 2014 s/d
2019 mengalami penurunan dari 92,04 per 100.000 KH di tahun 2014
menjadi 42,73 per 100.000 KH pada tahun 2019. Hal ini menunjukan
bahwa capaian AKI tahun 2014 s/d 2019 sudah mencapai target dari
Renstra Dinas Kesehatan dan target RPJMD Kabupaten Lampung Selatan.

Penyebab kematian ibu pada tahun 2019 berdasarkan hasil Audit Maternal
Perinatal (AMP) adalah eklampsia 62,5 % (5 kasus), perdarahan 25% (2
kasus) dan infeksi 12,5% (1 kasus). Penyebaran kasus kematian ibu pada
tahun 2019 terdapat di wilayah kerja Puskesmas Way Sulan (2 kasus),
Puskesmas Hajimena (1 kasus), Puskesmas Karang Anyar (1 kasus),

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


40

Puskesmas Natar (1 kasus), Puskesmas Tanjung Agung (1 kasus),


Puskesmas Banjar Agung (1 kasus) dan Puskesmas Palas (1 kasus).

Angka kematian ibu disini belum dapat menjadi indikator utama tolak
ukuran Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan dalam menekan
angka kematian ibu, karena hanya dari laporan yang tercatat di fasilitas
kesehatan saja. Selanjutnya untuk menurunkan atau mempertahankan
kondisi ini pada tahun-tahun berikutnya diperlukan beberapa kegiatan
seperti perbaikan status gizi ibu hamil, kesadaran perilaku terhadap PHBS,
kesehatan lingkungan serta peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu
hamil dan tata laksana pertolongan persalinan normal yang optimal serta
mengurangi peran dukun dan meningkatkan peran bidan, sehingga para
bidan di desa sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan ibu dan anak,
dengan meningkatkan keterampilan dan kemampuannya melalui pelatihan
kebidanan dan sejenisnya.

5.1.2 Pelayanan Kesehatan Pada Ibu Hamil


Upaya peningkatan kesehatan ibu dimulai dari usia awal kehamilan hingga
melahirkan, melalui program yang masuk dalam 12 indikator Standar
Pelayanan Minimal (SPM) yang harus diprioritaskan. Cakupan pelayanan
kesehatan pada ibu hamil tahun 2019 sebesar 96,40%, hal ini menunjukan
belum mencapai target SPM sebesar 100%.

5.1.2.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1


Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah kunjungan ibu di usia awal
kehamilan (pada usia 6–12 minggu), dimana pertama kali memeriksakan
kandungan ke petugas kesehatan. Pemeriksaan kehamilan tersebut
meliputi pemeriksaan/pengukuran tinggi badan/berat badan,
pemeriksaan/pengukuran tekanan darah, pemeriksaan/pengukuran tinggi

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


41

fundus, pemberian imunisasi Tetanus Toxoid, pemberian tablet besi/tablet


tambah darah.

Gambar 5.2 Cakupan Kunjungan Pelayanan Ibu Hamil K-1


Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan, 2019

Cakupan kunjungan pelayanan ibu hamil K-1 tahun 2019 sebagian besar
sudah (100%), hanya di beberapa Puskesmas dengan capaian kurang dari
(90%), yaitu Puskesmas Kalianda (85%) dan Puskesmas Rawat Inap Bumi
Daya (82%).

5.1.2.2 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4


K4 adalah gambaran besaran ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan
ibu hamil sesuai standar serta paling sedikit tempat kali kunjungan, (satu kali
pada trimester pertama, satu kali pada trimester kedua, dan dua kali pada
trimester ketiga). Angka ini dapat dimanfaatkan untuk melihat kualitas
pelayanan kesehatan ibu hamil.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


42

Cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan


antenatal sesuai dengan standar paling sedikit 4 kali sesuai jadwal yang
dianjurkan dibandingkan sasaran ibu hamil di satu wilayah kerja pada
waktu satu tahun. Cakupan pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil K4
sebagai indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM).

Gambar 5.3 Cakupan Kunjungan Pelayanan Ibu Hamil K-4


Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan, 2019

Berdasarkan gambar 5.3, cakupan ibu hamil K4 pada tahun 2019 sebagai
sebesar 96,39% (19.853 ibu hamil) mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya 96,57 (20.228 ibu hamil). Hal ini berarti sudah mencapai
target Renstra Dinas Kesehatan yang ditentukan sebesar 96%. Puskesmas
yang cakupan K4 tertinggi adalah Puskesmas Palas (115,06%), sedangkan
yang terendah Puskesmas Kalianda (77,68%).

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


43

5.1.3 Cakupan Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan


Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan adalah perbandingan antara persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, seperti dokter, bidan, perawat, dan
tenaga medis lainnya dengan jumlah persalinan seluruhnya di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu, dan dinyatakan dalam persentase.
Capaian pertolongan persalinan oleh nakes masuk sebagai salah satu
indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM).

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten


Lampung Selatan pada tahun 2019 mencapai 97,16% (19.100 ibu bersalin)
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2018
mencapai 97,15% (19.426 ibu bersalin). Capaian ini sudah melampaui
target Renstra Dinas Kesehatan yang ditentukan sebesar 96%. Hasil
capaian tersebut dapat tercapai berkat kerjasama dari berbagai pihak dan
meningkatnya kesadaran ibu hamil akan pentingnya melakukan persalinan
difasilitas pelayanan kesehatan dan dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
sesuai dengan kompetensinya.

Gambar 5.4 Cakupan Pertolongan Persalinan Kab. Lampung Selatan


Tahun 2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


44

Berdasarkan gambar 5.4, cakupan PN tertinggi dicapai oleh Puskesmas


Palas sebesar (115,29%), sedangkan yang terendah Puskesmas Bumidaya
sebesar (83,43%). Beberapa puskesmas yang masih belum mencapai
target, menjadi prioritas Dinas Kesehatan dalam upaya pendampingan
program di wilayah kerja.

5.1.4 Cakupan Pelayanan Nifas


Kunjungan masa nifas paling sedikit dilakukan sebanyak 4 kali kunjungan
ulang yaitu untuk menilai keadan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk
mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.
Jadwal kunjungan masa nifas adalah :
1. Kunjungan ke - 1 (6-8 jam setelah persalinan)
2. Kunjungan ke - 2 (6 hari setelah persalinan)
3. Kunjungan ke - 3 (2 minggu setelah persalinan)
4. Kunjungan ke – 4 (6 minggu setelah persalinan)

Gambar 5.5 Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Kab. Lampung Selatan


Tahun 2019

Sumber : Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan, 2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


45

Berdasarkan gambar 5.5, cakupan pelayanan nifas pada tahun 2019


sebesar 97,16% (19.100 ibu nifas) mengalami peningkatan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya sebesar 97,15% (19.426 ibu nifas). Cakupan ini
belum mencapai target Renstra Dinas Kesehatan (96%), dengan capaian
pelayanan nifas tertinggi pada Puskesmas Palas (115,29%) dan capaian
terendah adalah Puskesmas Bumidaya (83,43%).

5.1.5 Persentase Ibu Nifas Mendapat Vitamin A


Vitamin A merupakan salah zat penting yang larut dalam lemak dan dalam
hati, tidak dapat di buat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari
luar(essesnsial), berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan
meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit (Kementerian
Kesehatan : 2009). Manfaat kapsul vitamin A untuk ibu nifas adalah
sebagai berikut :
1. Meningkatkan kandungan vitamin A dalam Air Susu Ibu (ASI)
2. Bayi lebih kebal dan jarang kena penyakit infeksi
3. Kesehatan ibu lebih cepat pulih setelah melahirkan.

Ibu nifas harus minum 2 kapsul vitamin A karena:


1. Bayi lahir dengan cadangan vitamin A yang rendah.
2. Kebutuhan bayi akan vitamin A tinggi untuk pertumbuhan dan
peningkatan daya tahan tubuh.
3. Pemberian 1 kapsul vitamin A 200.000 SI warna merah pada ibu
nifas hanya cukup untuk meningkatkan kandungan vitamin A
dalam ASI selama 60 hari
4. Pemberian 2 kapsul vitamin A 200.000 SI warna merah di
harapkan dapat menambah kandungan vitamin A dalam ASI
sampai bayi usia 6 bulan.

Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali,pertama segera


setelah melahirkan,kedua di berikan setelah 24 jam pemberian kapsul
vitamin A pertama (Kementerian Kesehatan RI : 2009). Cakupan ibu

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


46

nifas mendapat vitamin A Kabupaten Lampung Selatan pada Tahun 2019


mencapai 19.559 orang (99,64%). Hasil ini belum mencapai target SPM
yaitu sebesar 100%. Cakupan tersebut lebih tinggi dibanding ibu nifas
mendapat Vitamin A tahun lalu yang hanya sebesar 19.259 bufas
(96.31%). Cakupan ibu nifas mendapatkan vitamin A pada tahun 2019
sebesar 99.64% (19.559 ibu nifas) meningkat dari tahun sebelumnya
sebesar 96.31% (19.259 ibu nifas). Rata-rata capaian cakupan ibu nifas
mendapatkan vitamin A di setiap puskesmas sudah mencapai target
Renstra Dinas Kesehatan yaitu 94%, kecuali Puskesmas Sragi masih
mencapai 91%.
Gambar 5.6 Cakupan Ibu Nifas Dapat Vitamin A
di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber: Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan, 2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


47

5.1.6 Persentase Cakupan Imunisasi Td Ibu Hamil dan Wanita Usia Subur
Tetanus maternal dan neonatal adalah penyakit yang mematikan dan salah
satu penyebab utama kematian bayi. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi
basil tetani yang dalam bentuk spora tahan bertahun–tahun di tanah dan
saluran cerna. Dengan karakter seperti itu maka penyakit TN tidak dapat
dibasmi melainkan hanya dapat ditekan (eliminasi) sehingga kematian bayi
akibat TN dapat ditekan pula. Secara ideal setiap WUS (Wanita Usia
Subur) harus mendapatkan imunisasi TT sebanyak 5 kali (long life) mulai
dari TT1 sampai dengan TT5. Pemberian imunisasi TT bagi WUS dapat
melindungi ibu dan bayi yang akan dilahirkan dari Tetanus maternal dan
neonatorum.

Target upaya eliminasi TN di setiap kabupaten/ kota adalah sebesar <1 per
1000 bayi lahir hidup, sehingga perlu dilakukan akselerasi upaya imunisasi
TT bagi WUS sebanyak lima dosis. Upaya pemberian imunisasi Td
dimulai sejak bayi melalui upaya pencapaian UCI (Universal Child
Imunization) dan bulan imunisasi anak sekolah (BIAS). Riwayat imunisasi
Td untuk WUS adalah lanjutan dari pemberian imunisasi tetanus pada saat
bayi, saat anak sekolah, saat calon pengantin (catin) dan saat hamil.

Gambar 5.7 Cakupan Screening Imunisasi Td2+ Bumil (%)


Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan, 2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


48

Untuk kegiatan imunisasi ibu hamil yang dijadikan indikator pencapaian


hasil kegiatan adalah hasil cakupan imunisasi Td2+. Untuk pencapaian
status Td2+ pada ibu hamil pada tahun 2019 mencapai 71,18%, angka ini
masih dibawah target Renstra Dinas Kesehatan sebesar 85%, ini
dikarenakan belum semua petugas puskesmas paham cara melakukan
screening status Td pada ibu hamil. Hal ini terlihat juga pada cakupan
screening Td WUS tidak hamil seperti terlihat dalam diagram dibawah ini:

Gambar 5.8 Cakupan Screening Imunisasi Td WUS Tidak Hamil (%)


di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan, 2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


49

Gambar 5.9 Cakupan TT2+ Bumil Per Puskesmas


di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan, 2019

Pada gambar 5.9 terlihat bahwa pencapaian imunisasi Td2+ di tingkat


Kabupaten Lampung Selatan tahun 2019 masih dibawah target Renstra
Dinas Kesehatan 85% yaitu sebesar (71.18%).

5.1.7 Persentase Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Tambah Darah


Zat besi merupakan mikroelemen esensial bagi tubuh. Zat ini terutama
diperlukan dalam hemopoboesis (pembentukan darah) yaitu sintesis
hemoglobin (Hb). Hemoglobin (Hb) yaitu suatu oksigen yang
mengantarkan eritrosit berfungsi penting bagi tubuh. Hemoglobin terdiri
dari Fe (zat besi), protoporfirin, dan globin (1/3 berat Hb terdiri dari Fe).

Proses haemodilusi yang terjadi pada masa hamil dan meningkatnya


kebutuhan ibu dan janin, serta kurangnya asupan zat besi lewat makanan
mengakibatkan kadar Hb ibu hamil menurun. Untuk mencegah kejadian
tersebut maka kebutuhan ibu dan janin akan tablet besi harus dipenuhi.
Anemia defisiensi besi sebagai dampak dari kurangnya asupan zat besi
pada kehamilan tidak hanya berdampak buruk pada ibu, tetapi juga

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


50

berdampak buruk pada kesejahteraan janin. Hal tersebut dipertegas dengan


penelitian yang dilakukan yang menyatakan anemia defisiensi besi dapat
menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan kelahiran prematur. Lebih
lanjut dalam penelitian tentang mekanisme biologi dampak pemberian zat
besi pada pertumbuhan janin dan kejadian kelahiran premature melaporkan
anemia dan defisiensi besi dapat menyebabkan ibu dan janin menjadi stres
sebagai akibat diproduksinya corticotropin-releasing hormone (CRH).
Peningkatan konsentrasi CRH merupakan faktor resiko terjadinya
kelahiran prematur, pregnancy-induced hypertension. Disamping itu juga
berdampak pertumbuhan janin.

Pemberian tablet besi (Fe) merupakan salah satu pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada ibu hamil dalam upaya meningkatkan kualitas
kehamilannya dan mempersiapkan persalinan yang sehat dan aman. Pada
tahun 2019 di Kabupaten Lampung Selatan cakupan ibu hamil mendapat
Fe3 sebesar 20.200 bumil (99.91%) lebih tinggi dibandingkan tahun 2018
yaitu sebesar 20.118 bumil (96.04%). Rata-rata cakupan ibu hamil
mendapat Fe3 di 26 Puskesmas dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 5.10 Persentase Ibu Hamil Yang Mendapatkan Tablet Fe


Di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber: Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan, 2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


51

Berdasarkan gambar 5.10 dapat dilihat rata-rata capaian cakupan ibu hamil
di Kabupaten Lampung Selatan mendapat tablet Fe di Puskesmas sudah
mencapai taget Renstra yaitu 95% yaitu sebesar 99,9%.

5.1.8 Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan


Komplikasi kehamilan merupakan suatu penyakit yang timbul dimana saat
seorang wanita sedang mengandung/hamil. Komplikasi kebidanan yang
paling umum adalah tekanan darah tinggi, pre-eklampsia, kelahiran
prematur, keguguran, diabetes, gestasional, anemia, dan infeksi saluran
kemih.

Gambar 5.11. Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan


di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber: Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan, 2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


52

Berdasarkan gambar 5.11, cakupan ibu hamil dengan komplikasi pada


tahun 2019 sebesar 86,78% (3.575 ibu hamil) mengalami kenaikan dari
tahun sebelumnya 83,35 (3.492 ibu hamil). Hal ini berarti masih diatas
target Renstra Dinas Kesehatan yang ditentukan sebesar 80%. Puskesmas
yang cakupan ibu hamil dengan komplikasi tertinggi adalah Puskesmas
Bakauheni (161,74%), sedangkan yang terendah Puskesmas Kalianda
(24,89%).

5.20 Persentase Peserta KB Aktif


Cakupan akseptor aktif adalah pasangan usia subur yang pada saat ini
sedang menggunakan alat/obat kontrasepsi, baik yang menggunakan
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKPJ) maupun Non Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP).

Gambar 5.12 Cakupan Peserta KB Aktif


di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber: Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan, 2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


53

Berdasarkan gambar diatas, cakupan peserta KB Aktif pada tahun 2019


sebesar (70,78%) atau 121.688 peserta KB aktif, mengalami peningkatan
dibandingkan dengan tahun sebelumnnya sebesar (70,05%) atau 118.107
peserta Kb aktif. Capaian tersebut masih dibawah target Renstra Dinas
Kesehatan sebesar 76%. Cakupan pelayanan peserta KB aktif tertinggi
pada Puskesmas Way Panji (125,2%) dan cakupan yang paling rendah
adalah Puskesmas Way Urang (4,6%).

5.2 Kesehatan Anak


5.2.1 Jumlah dan Angka Kematian Bayi (AKB) per-1.000 Kelahiran Hidup
Cakupan kesehatan bayi baru lahir masuk dalam indikator Standar
Pelayanan Minimal (SPM). Tahun 2019, capaian layanan kesehatan bayi
baru lahir sebesar (94,90% atau 1.768 bayi).

AKB merupakan indikator dari derajat kesehatan masyarakat di suatu


wilayah baik pada tatanan kabupaten, provinsi maupun nasional. AKB
menurut WHO adalah jumlah bayi yang meninggal terkait pada fase
kelahiran hingga bayi sebelum berumur 1 tahun yang dihitung per 1.000
kelahiran hidup. AKB di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2019
sebesar 1,28 per 1.000 KH (24 kasus dengan jumlah 18.722 KH) sedikit
menurun dari tahun sebelumnya 1,52 per 1.000 KH (29 kasus dengan
jumlah 19.042 KH).

Trend capaian AKB dari tahun ke tahun sudah mengalami peningkatan, hal
ini ditandai dengan menurunnya AKB dari tahun ke tahun dan selalu
dibawah target Renstra Dinas Kesehatan dan RPJMD Kabupaten Lampung
Selatan.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


54

Gambar 5.13 Jumlah Angka Kematian Bayi (AKB) Kabupaten


Lampung Selatan Tahun 2014 s.d. 2019

Sumber: Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan,2019

Berdasarkan gambar 5.13, penyebab kematian bayi di Kabupaten


Lampung Selatan tahun 2019 adalah Asfiksia (10 kasus), BBLR (5) ,
Kelainan Kongenital (5), dan lain-lain (4 kasus). Penyebaran kasus
kematian bayi pada tahun 2019 hampir disemua wilayah kerja Puskesmas
yang ada di Kabupaten Lampung Selatan. Kasus kematian bayi tertinggi,
Puskesmas Sragi (3), Puskesmas Tanjung Bintang (3), Puskesmas
Bakauheni (3), Puskesmas Palas (3), Puskesmas Banjar Agung (3),
Puskesmas Penengahan (2), Puskesmas Talang Jawa (2), Puskesmas
Kalianda (1), Puskesmas Sukadamai (1), Kasus kematian bayi berdasarkan
kelompok umur tertinggi pada masa perinatal yaitu usia bayi 0-7 hari
sebanyak 22 kasus.

5.2.1 Penanganan Komplikasi Pada Neonatal


Bayi resiko tinggi adalah bayi yang mempunyai kemungkinan lebih besar
untuk menderita sakit atau kematian daripada bayi lain antara lain : bayi
dengan asfiksia, BBLR, kelainan kongenital, hiperbilirubin dll.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


55

Gambar 5.14 Cakupan Komplikasi Neonatus di Kab. Lampung


Selatan Tahun 2019

Sumber: Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan, 2019

Berdasarkan gambar 5.9, cakupan neonatal resiko tinggi (resti) yang


ditangani pada tahun 2019 sebesar (61,46%) atau 1.678 bayi resti sedikit
mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar
(63,05%) atau 2.010 bayi resti. Capaian tersebut masih dibawah target
Renstra Dinas Kesehatan sebesar 80%. Cakupan pelayanan Neonatal resti
tertinggi pada Puskesmas Bakauheni (125,5%) dan cakupan yang paling
rendah adalah Puskesmas Candipuro (34,4%).

5.2.2 Persentase Berat Badan Bayi Lahir Rendah


Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir
dengan berat badan kurang dari 2.500 gram. Cakupan bayi dengan BBLR
pada tahun 2019 mencapai 367 bayi (1.95%) dari jumlah 18.808 bayi baru
lahir pada tahun 2019.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


56

Untuk tahun 2019 hasilnya lebih rendah dibandingkan tahun 2018 yaitu
223 bayi (1.1%) dari jumlah 19.407 bayi baru lahir pada tahun 2018. Rata-
rata cakupan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) di 26
Puskesmas dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 5.15 Cakupan Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah


(BBLR) di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber: Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan, 2019

5.2.3 Cakupan Kunjungan Neonatal 1 (KN1) dan KN lengkap


Kunjungan Neonatal adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan
minimal dua kali untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan
kesehatan neonatal, baik di dalam maupun di luar gedung puskesmas,
termasuk bidan desa, Polindes dan kunjungan ke rumah. KN1 adalah
kunjungan yang dilakukan dalam kurun waktu 6-48 jam setelah bayi lahir.
KN lengkap diberikan kepada bayi.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


57

Gambar 5.16 Cakupan Kunjungan Neonatal 1 (KN1) dan KN


Lengkap di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber: Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan, 2019

Cakupan KN1 tahun 2019 di Kabupaten Lampung Selatan mencapai


(99,6%), tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya, yang sudah
mencapai (100%). Cakupan KN 1, KN 2 dan KN 3 atau kunjungan
neonatal lengkap pada tahun 2019 sebesar 99,6% hampir sama dengan
tahun 2018, yaitu 99,4%.

5.2.4 Persentase Bayi diberi ASI Eksklusif


ASI eksklusif merupakan pemberian ASI saja tanpa tambahan makanan
lain pada bayi berumur nol sampai 6 bulan (DEPKES RI, 2004). ASI
eksklusif atau pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi
ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air
teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, papaya,
bubur susu, biscuit, bubur nasi, dan tim. Hal ini berarti bayi mendapat ASI
eksklusif adalah bayi 0-6 bulan yang diberi ASI saja tanpa makanan atau
cairan lain kecuali obat, vitamin, dan mineral berdasarkan recall 24 jam.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


58

Gambar 5.17 Cakupan Bayi Kurang 6 Bulan Yang diberi ASI Eksklusif
di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber: Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan, 2019

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat cakupan tertinggi Bayi umur 6


bulan mendapat ASI eksklusif dicapai oleh Puskesmas Penengahan yaitu
sebesar 87.8% dan cakupan terendah dicapai oleh Puskesmas Sidomulyo
sebesar 4.3%. Secara keseluruhan, cakupan Balita umur 6 bulan mendapat
ASI Eksklusif tahun 2018 ini baru mencapai 16.199 bayi (41.69%). Hasil
ini belum mencapai target SPM yaitu sebesar 50%.

Inovasi yang telah dilaksanakan untuk mendukung upaya tercapainya ASI


ekslusif adalah :

AKUNG ASIK (Ayah Dukung Asi ekslusif). Inovasi ini bertujuan untuk
membuat kelas yang pesertanya adalah suami dan didalamnya membahas
tentang ASI ekslusif. Sehingga suami dapat mengetahui pengetahuan

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


59

tentang ASI ekslusif dan melakukan perannya dalam mendukung ASI


ekslusif tersebut.

Gemar Kelor yaitu gerakan menanam kelor. Setiap keluarga dianjurkan


untuk menanam kelor terutama ibu hamil untuk persiapan dalam menyusui
nantinya. Karena daun kelor termasuk jenis sayuran yang dapat
merangsang produksi ASI secara alami.

5.2.5 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi


Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan adalah perbandingan antara persalinan yang
ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, seperti dokter, bidan, perawat, dan
tenaga medis lainnya dengan jumlah persalinan seluruhnya di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu, dan dinyatakan dalam persentase.
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten
Lampung Selatan pada tahun 2019 mencapai 97,16% (19.100 ibu bersalin)
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yaitu pada tahun 2018
mencapai 97,15% (19.426 ibu bersalin). Capaian ini sudah melampaui
target Renstra Dinas Kesehatan yang ditentukan sebesar 96%.

Hasil capaian tersebut dapat tercapai berkat kerjasama dari berbagai pihak
dan meningkatnya kesadaran ibu hamil akan pentingnya melakukan
persalinan difasilitas pelayanan kesehatan dan dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang sesuai dengan kompetensinya.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


60

Gambar 5.18 Cakupan Pertolongan Persalinan


di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber: Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan, 2019

Berdasarkan gambar 5.18, cakupan PN yang tertinggi dicapai oleh


Puskesmas Palas sebesar (115,29%), sedangkan yang terendah Puskesmas
Bumidaya sebesar (83,43%), masih adanya beberapa Puskesmas belum
mencapai target yang telah ditentukan menjadi perhatian khusus.

5.2.6 Persentase Desa/ Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)


Universal Child Immunization (UCI) adalah cakupan imunisasi dasar
lengkap bayi secara merata pada bayi di desa/kelurahan. UCI menjadi
gambaran suatu desa/kelurahan dimana ≥ 80% dari jumlah bayi (0-11
bulan) sudah mengikuti program Imunisasi Dasar Lengkap (IDL). UCI
berkaitan dengan herd immunity (kekebalan kelompok) yaitu keadaan
dimana suatu kelompok yang tidak diimunisasi terlindungi oleh kelompok

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


61

yang telah diimunisasi, dalam hal ini adalah bayi dalam suatu desa. Herd
Immunity didapat jika minimal 93% dari jumlah bayi 0-11 bulan yang ada
minimal 92% (239 desa) telah mendapatkan IDL, berdasarkan indikator
program 2019.

Gambar 5.19 Cakupan Universal Child Immunization (UCI)


di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan, 2019

Di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2019, persentase pencapaian desa


UCI hanya mencapai 71,54% (187 desa). Capaian ini belum mencapai
target UCI tahun 2019, yaitu 92%. Penurunan persentase UCI dikarenakan
HB nol yang digunakan adalah indikator HB nol < 24 jam, bukan indikator
total HB nol.

Sementara jika digunakan indikator HB nol total (pencapaian HB nol total


adalah 103,4%), UCI Lamsel telah mencapai target 92%. Penurunan UCI
juga dikarenakan ketersediaan vaksin HB nol dan campak / MR kurang.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


62

5.2.7 Cakupan Imunisasi Dasar Pada Bayi

Gambar 5.20 Persentase Imunisasi Dasar Pada Bayi


Kab. Lampung Selatan Tahun 2019

96,74

Sumber : Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan, 2019

Berdasarkan gambar 5.20 dapat terlihat bahwa capaian imunisasi dasar


pada bayi di tingkat kabupaten tahun 2019 telah melebihi target 95% yaitu
sebesar 101,48%, hanya capaian imunisasi HB nol < 24 Jam yang belum
mencapai target yaitu hanya 92,43%. Secara spesifik terdapat 11 (sebelas)
Puskesmas yang masih merah pencapaiannya yaitu RI Penengahan
(93.3%), Palas (58%), Kalianda (81.7%), RI Sidomulyo (67.79%),
Candipuro (86.32%), RI Katibung (87.59%), RI Talang Jawa (65.10%), RI
Banjar Agung (88.11%), Natar (81.48%), Branti Raya (67.65%) dan
Hajimena (63.39%).

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


63

Gambar 5.21 Persentase Imunisasi Dasar Lengkap Pada Bayi di


Puskesmas Kab. Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatn, 2019

Menurut gambar 5.21, tahun 2019 secara kabupaten persentase IDL sudah
mencapai target 93%. Ada sebanyak 8 Puskesmas yang belum mencapai
target, yaitu Puskesmas Branti Raya (83,51%), Puskesmas Kalianda
(91,62%), Puskesmas RI Talang Jawa (92,16%), Puskesmas Tanjung
Agung (95,48%), Puskesmas RI Tanjung Sari Natar (96,05%), Puskesmas
Hajimena (97,12%), Puskesmas RI Tanjung Bintang (97,7%), dan
Puskesmas Way Sulan (97,83%).

5.2.8 Cakupan Pemberian Vitamin A pada Bayi dan Anak Balita


Kapsul vitamin A adalah kapsul yang mengandung vitamin A dosis tinggi,
yaitu 100.000 Satuan Internasional (SI) untuk bayi umur 6-11 bulan dan
200.000 SI untuk Balita 12-59 bulan. Persentase Balita mendapat kapsul
vitamin A adalah jumlah bayi 6-11 bulan ditambah jumlah Balita 12-59
bulan yang mendapat satu kapsul vitamin A pada periode 6 bulan dibagi

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


64

jumlah seluruh Balita 6-59 bulan yang ada di satu wilayah kabupaten
dalam periode 6 bulan yang didistribusikan setiap Februari dan Agustus
dikali 100%.

Cakupan Balita mendapat vitamin A sebanyak 2 kali per tahun Kabupaten


Lampung Selatan tahun 2019 mencapai 80.286 Balita (94.63%). Angka ini
lebih rendah dibandingkan persentase Balita mendapat vitamin A tahun
2018 yaitu sebesar 83.697 balita (95.2%). Kekurangan vitamin A pada
anak-anak dalam jangka panjang diketahui dapat membuat pertumbuhan
anak terhambat, sehingga tubuh anak menjadi lebih pendek dari teman-
teman sebayanya.

Gambar 5.22 Cakupan Vitamin A Balita


di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan, 2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


65

Berdasarkan gambar 5.16 diatas Puskesmas yang cakupannya tertinggi


yaitu Puskesmas Banjar Agung, Merbau Mataram, Candipuro, Way Panji,
Rajabasa, dan Bumidaya sebesar 100%, dan cakupan terendah dicapai oleh
Puskesmas Tanjung Sari Natar sebesar 77.4%. Rata-rata cakupan Balita
mendapat Vitamin A tahun 2019 Kabupaten Lampung Selatan adalah
sebesar 80.286 balita (94.63%).

5.2.9 Balita yang ditimbang berat badannya (D/S)


Cakupan penimbangan Balita (D/S) di Posyandu merupakan indikator
tinggi/rendahnya partisipasi masyarakat di Posyandu. D/S merupakan
persentase Balita yang ditimbang di Posyandu dibanding seluruh Balita
yang ada di wilayah kerja Posyandu. Cakupan D/S Balita Kabupaten
Lampung Selatan pada Tahun 2019 mencapai 80.206 Balita (85.42%) dari
jumlah sasaran Balita 93.897 Balita. Hasil ini sudah mencapai target SPM
Kabupaten Lampung Selatan yaitu sebesar 85%. Cakupan tersebut lebih
tinggi dibanding D/S tahun lalu yang hanya sebesar 80.419 Balita (84.2%)
dari jumlah sasaran balita 116.749 Balita.

Berdasarkan gambar ini dapat dilihat cakupan tertinggi D/S Balita dicapai
oleh Puskesmas Banjar Agung yaitu sebesar 2.260 balita (95,9,%) dan
cakupan terendah dicapai oleh Puskesmas Kalianda yaitu hanya sebesar
1.825 Balita (59%). Cakupan D/S Balita Kabupaten Lampung Selatan
pada tahun 2018 adalah sebesar 80.206 Balita (85.42%).

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


66

Gambar 5.23 Cakupan Balita yang Ditimbang Berat Badannya (D/S)


di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan, 2019

5.2.10 Balita yang naik berat badannya (N/D)


N/D Balita adalah Balita yang naik berat badannya dibagi dengan jumlah
balita yang ditimbang. Cakupan N/D Balita Kabupaten Lampung Selatan
pada Tahun 2019 mencapai 70.575 Balita (89,2%). Hasil ini belum
mencapai target SPM Kabupaten Lampung Selatan yaitu sebesar 90%.
Cakupan N/D tahun 2019 sedikit lebih tinggi dibanding cakupan tahun
2018 yaitu sebesar 70.588 Balita (87,8%). Rata-rata cakupan N/D Balita di
26 Puskesmas dapat dilihat pada gambar berikut :

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


67

Gambar 5.24 Cakupan N/D Balita di Kabupaten Lampung Selatan


Tahun 2019

Sumber : Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan, 2019

Berdasarkan gambar diatas, dapat dilihat cakupan tertinggi N/D Balita


dicapai oleh Puskesmas Branti Raya yaitu sebesar 3.115 Balita (99,6%)
dan cakupan terendah dicapai oleh Puskesmas Kalianda yang hanya
sebesar 1.225 anbal (78,6%). Rata-rata cakupan N/D’ Balita Kabupaten
Lampung Selatan adalah sebesar 94,81 %.

Inovasi yang akan dilakukan untuk mencegah stunting atau kurang gizi
kronik pada Balita adalah Gertak SIceting (Gerakan Aksi Cegah
Stunting) yang akan dilaksanakan pada semua OPD ( organisasi Perangkat
Daerah ) yang meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. Pertemuan koordinasi dan advokasi lintas program/sektor dalam


rangka penurunan AKI dan AKB
b. Kegiatan pemantauan pertumbuhan balita bagi kader posyandu

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


68

c. Pertemuan tentang gizi seimbang menuju keluarga sadar gizi bagi


bidan dan kader
d. Monitoring dan evaluasi dalam ranga percepatan penurunan stunting di
puskesmas
e. Pertemuan surveilans gizi berbasis aplikasi FPPGBM tingkat
kabupaten
f. Pertemuan Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA) bagi petugas
kesehatan
g. Gerakan atasi cegah stunting di 14 Puskesmas lokus.
h. Kampanye deklarasi stunting
i. Pertemuan konvergensi dan koordinasi lintas sektor untuk mendukung
kegiatan stunting
j. Pertemuan orientasi advokasi kemitraan bagi pengelola pondok
pesantren dalam mendukung program kesehatan.
k. Pertemuan koordinasi Penguatan UKBM
l. Pertemuan Konsolidasi penguatan STBM Stunting di 17 kecamatan.
m. Pertemuan pelatihan komunikasi antar pribadi
n. Pertemuan tentang 1000 HPK bagi lintas sektor dan program.

5.2.11 Pelayanan kesehatan Balita


Cakupan Kunjungan Anak Balita adalah kunjungan anak Balita yang
berumur 1–5 tahun yang mendapat pelayanan kesehatan.

Cakupan kunjungan anak balita pada tahun 2019 sebesar (94,87% atau
72102 anak Balita), mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya sebesar 90,80% (69985 Anak Balita). Dan sudah di atas SPM
(90%), Cakupan pelayanan kunjungan anak balita tertinggi pada
Puskesmas Natar (139,8%) dan cakupan yang paling rendah adalah
Puskesmas Katibung (0 %).

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


69

Gambar 5.25 Cakupan Pelayanan Balita di Kab. Lampung Selatan


Tahun 2019

Sumber : Seksi Kesga dan Gizi Dinas Kesehatan, 2019

5.2.12 Pelayanan Kesehatan Pada Usia Pendidikan Dasar


Kegiatan pemeriksaan kesehatan (penjaringan) siswa SD dan setingkat
telah secara rutin dilaksanakan setiap tahunnya serta dilaksanakan pada
awal tahun ajaran SD/MI. Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan meliputi
pemeriksaan hygiene sanitasi perorangan. Selain melakukan pemeriksaan,
juga dilakukan penyuluhan kepada siswa agar dapat belajar menjaga
kebersihan dan kesehatan. Bila ditemukan siswa yang perlu mendapatkan
penanganan lebih lanjut, maka diberikan rujukan untuk pemeriksaan di
Puskesmas.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


70

Gambar 5.26 Cakupan Pelayanan Kesehatan Pada Usia Pendidikan


Dasar Di Kab. Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Seksi Kesga dan Gizi tahun 2019

Cakupan pelayanan kesehatan pada usia pendidikan dasar di Kabupaten


Lampung Selatan tahun 2019 mencapai (98,60% atau 116.165 anak) dari
sasaran SPM sebesar 177.815 anak.

Sebanyak 645 SD/MI yang ada di wilayah kerja Puskesmas, hanya (98%)
yang mendapatkan pelayanan kesehatan. Rincian jumlah siswa per
Puskesmas dapat dilihat pada tabel 45 lampiran. Keberhasilan dalam
penjaringan tersebut akibat peran lintas sektor terkait sudah berjalan
dengan baik, kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) sudah berjalan
disekolah-sekolah, pelaporan dan pencatatan sudah baik.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


71

5.2.13 Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak SD dan Setingkat
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD dan setingkat, bertujuan
untuk mengatasi masalah kesehatan gigi dan mulut siswa sekolah dasar.
Upaya-upaya yang dilakukan meliputi upaya promotif yaitu dengan
memberikan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan siswa di
bidang kesehatan gigi dan mulut. Upaya preventif seperti sikat gigi dengan
pasta gigi berfluoride, kumur-kumur larutan fluor, topikal aplikasi dengan
larutan fluor, fissure sealent. Upaya kuratif berupa penambalan gigi yang
karies dan pencabutan gigi susu yang sudah goyang.

Gambar 5.27 Cakupan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut


Tingkat SD/Setingkat Di Kab. Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber: Seksi Yankes Primer dan Kestrad Dinas Kesehatan, 2019

Melalui gambar 5.27 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 52% murid
SD/MI di Kabupaten Lampung Selatan telah mendapatkan pelayanan
kesehatan, dimana dari (27%) murid dianjurkan mendapatkan perawatan
lanjutan, tetapi hanya sebesar 21% yang mendapatkan perawatan.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


72

Gambar 5.28 Jumlah Kasus Gigi dan Mulut Pada Anak SD/MI
Di Kab. Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber: Seksi Yankes Primer dan Kestrad Dinas Kesehatan, 2019

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak SD dan setingkat di


Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2019 sebanyak 358 kasus gigi,
menurun bila dibandingkan dengan tahun 2018 sejumlah 2.937 kasus gigi.
Dimana persentase kasus gigi terbanyak ditemukan pada wilayah kerja
Puskesmas Rawat Inap Ketapang (98%).

5.3 Kesehatan Usia Produktif dan Usia Lanjut


Pelayanan kesehatan usia produktif adalah pelayanan kesehatan usia
15–59 tahun sesuai standar. Pelayanan tersebut meliputi:
a. Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun diberikan sesuai
kewenanganya oleh: dokter, bidan, perawat, nutrisionis/tenaga gizi,
petugas pelaksana Posbindu PTM terlatih.
b. Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun dilakukan di
Puskesmas dan jaringannya (Posbindu PTM) serta fasilitas

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


73

pelayanan kesehatan lainnya yang bekerja sama dengan pemerintah


daerah.
c. Pelayanan skrining kesehatan usia15–59 tahun minimal dilakukan
satu tahun sekali.
d. Pelayanan skrining kesehatan usia 15–59 tahun meliputi deteksi
kemungkinan obesitas dilakukan dengan memeriksa tinggi badan
dan berat badan serta lingkar perut, deteksi hipertensi dengan
memeriksa tekanan darah sebagai pencegahan primer, deteksi
kemungkinan Diabetes Melitus menggunakan tes cepat gula darah,
deteksi gangguan mental emosional dan perilaku, pemeriksaan
ketajaman penglihatan, pemeriksaan ketajaman pendengaran,
deteksi dini kanker dilakukan melalui pemeriksaan payudara klinis
dan pemeriksaan IVA khusus untuk wanita usia 30–59 tahun.

Pengunjung yang ditemukan menderita kelainan wajib ditangani atau


dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu menanganinya.
Pelayanan kesehatan rutin bagi Usila (usia = 60 tahun keatas) sangat
diperlukan. Hal ini dikarenakan pada masa tersebut merupakan masa
rawan timbulnya masalah kesehatan. Selain fungsi saraf pusat sensorik,
motorik dan kognitif resiko terjadinya gangguan kardiovaskuler juga mulai
meningkat.

Pelayanan kesehatan tersebut dapat diberikan di sarana kesehatan terdekat


seperti Puskesmas, Pustu, Polindes/PKD atau di Posyandu Lansia. Seiring
dengan bertambahnya umur harapan hidup (UHH) maka keberadaan para
lanjut usia tidak dapat diabaikan begitu saja, karena dengan meningkatnya
kualitas hidup Usila maka beban ketergantungan dan biaya kesehatan yang
ditimbulkannya akan semakin berkurang. Jumlah penduduk usia produktif
yang terjaring pada tahun 2019, sebanyak 317.396 orang, terdiri dari
88.074 orang perempuan dan 229.883 orang laki-laki.

Pelayanan kesehatan usia produktif dan lansia masuk dalam 12 indikator


Standar Pelayanan Minimal (SPM). Capaian indikator pelayanan
kesehatan produktif di Kabupaten Lampung Sehatan tahun 2019 adalah

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


74

50,05 % atau 317.396 orang. Sedangkan untuk pelayanan kesehatan usia


lanjut sebesar 60,06% atau 53.500 orang.

Gambar 5.29 Jumlah Penduduk Usia Produktif Menurut Jenis


Kelamin di Kab. Lampung Selatan Pada Tahun 2019

Sumber : Seksi Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Dinas Kesehatan Tahun 2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


75

Gambar 5.30 Cakupan Pelayanan Skrining Kesehatan


di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Seksi Penyakit Tidak Menular (PTM) Tahun 2019

Berdasarkan gambar 5.30, diketahui bahwa cakupan pelayanan skrining


kesehatan di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2019 sebanyak 317.957
orang, dengan jumlah terbanyak dari Puskesmas Rawat Inap Ketapang
sebanyak 33.140 orang dengan 22.535 orang memiliki resiko penyakit
degeneratif.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


76

BAB VI
PENGENDALIAN PENYAKIT

6.1 Pengendalian Penyakit Menular Langsung


Penyakit menular adalah penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit
tertentu atau oleh produk toxin yang didapatkan melalui penularan bibit
penyakit atau toxin yang diproduksi oleh bibit penyakit, baik virus, bakteri,
parasite, atau jamur. Sebagian besar penyakit menular yang ada di Indonesia
dapat dicegah oleh vaksinansi serta penerapan pola hidup bersih dan sehat.
Penyakit menular terjadi karena adanya interaksi antara agent penyakit
(mikroorganisme hidup), manusia, dan lingkungan. Ketidakseimbangan
antara ketiga faktor tersebut memicu timbulnya penyakit pada suatu
individu.

Penyakit menular dapat ditularkan baik secara langsung maupun tidak


langsung. Penularan secara langsung terjadi ketika kuman pada orang yang
sakit berpindah melalui kontak fisik, misalnya lewat sentuhan dan ciuman,
melalui udara saat bersin dan batuk, atau melalui kontak dengan cairan
tubuh seperti urine dan darah. Orang yang menularkannya bisa saja tidak
memperlihatkan gejala dan tidak tampak seperti orang sakit, apabila dia
hanya sebagai pembawa (carrier) penyakit.

6.1.1 Cakupan Orang Terduga TBC Mendapatkan Pelayanan Kesehatan


Sesuai Standar
TBC (Tuberculosis) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit Tuberculosis (TB) sampai saat ini
masih menjadi masalah kesehatan masyarakat karena merupakan salah satu
penyakit infeksi pembunuh utama yang menyerang golongan usia produktif
dan anak – anak serta golongan sosial ekonomi lemah.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


77

Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain : Mycobacterium


tuberculosis, M.africanum, Mycobacterium bovis, Mycobacterium Leprae
dsb. Bakteri tersebut juga sebagai bakteri tahan asam (BTA). Kelompok
bakteri Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa
menimbulkan gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT
(Mycobacterium Other Than Tuberculosis) yang terkadang bisa
mengganggu penegakan diagnosis dan pengobatan TB.

Sumber penularan adalah pasien TB terutama pasien yang mengandung


kuman TB dalam dahaknya. Pada waktu batuk atau bersin, pasien
menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet
nuclei/percik renik). Infeksi akan terjadi apabila seseorang menghirup udara
yang mengandung percikan dahak yang infeksius. Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak yang mengandung kuman
sebanyak 0 – 3.500 Mycobacterium tuberculosis. Sedangkan kalau bersin
dapat mengeluarkan sebanyak 4.500 – 1.000.000 M. tuberculosis.

Terdapat 4 tahapan perjalanan alamiah penyakit tahapan tersebut meliputi


tahap paparan, infeksi, menderita sakit dan meninggal dunia, sebagai
berikut:
1. Paparan
Peluang peningkatan paparan terkait dengan :
• Jumlah kasus menular di masyarakat.
• Peluang kontak dengan kasus menular.
• Tingkat daya tular dahak sumber penularan.
• Intensitas batuk sumber penularan.
• Kedekatan kontak dengan sumber penularan.
• Lamanya waktu kontak dengan sumber penularan.
2. Infeksi
Reaksi daya tahan tubuh akan terjadi setelah 6–14 minggu setelah infeksi.
Lesi umumnya sembuh total namun dapat saja kuman tetap hidup dalam

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


78

lesi tersebut (dormant) dan suatu saat dapat aktif kembali tergantung dari
daya tahun tubuh manusia. Penyebaran melalui aliran darah atau getah
bening dapat terjadi sebelum penyembuhan lesi.

3. Faktor Risiko
Faktor risiko untuk menjadi sakit TB adalah tergantung dari:
• Konsentrasi/jumlah kuman yang terhirup
• Lamanya waktu sejak terinfeksi
• Usia seseorang yang terinfeksi
• Tingkat daya tahan tubuh seseorang. Seseorang dengan daya tahan
tubuh yang rendah diantaranya infeksi HIV AIDS dan malnutrisi (gizi
buruk) akan memudahkan berkembangnya TB Aktif (sakit TB).
• Infeksi HIV. Pada seseorang yang terinfeksi TB, 10% diantaranya
akan menjadi sakit TB. Namun pada seorang dengan HIV positif akan
meningkatkan kejadian TB. Orang dengan HIV berisiko 20-37 kali
untuk sakit TB dibandingkan dengan orang yang tidak terinfeksi HIV,
dengan demikian penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.

Penyebab utama yang mempengaruhi meningkatnya beban capaian TB


antara lain:
1. Belum optimalnya pelaksanaan program TB selama ini diakibatkan
karena masih kurangnya komitmen pelaksana pelayanan, pengambil
kebijakan, dan pendanaan untuk operasional, bahan serta sarana
prasarana.
2. Belum memadainya tata laksana TB terutama di Fasyankes yang
belum menerapkan layanan TB sesuai dengan standar pedoman
nasional dan ISTC seperti penemuan kasus/diagnosis yang tidak
baku, paduan obat yang tidak baku, tidak dilakukan pemantauan
pengobatan, tidak dilakukan pencatatan dan pelaporan yang baku.
3. Masih kurangnya keterlibatan lintas program dan lintas sektor dalam
penanggulangan TB baik kegiatan maupun pendanaan.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


79

4. Belum semua masyarakat dapat mengakses layanan TB khususnya di


Daerah Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK), serta daerah
risiko tinggi seperti daerah kumuh di perkotaan, pelabuhan, industri,
lokasi permukiman padat seperti pondok pesantren, asrama, barak
dan lapas/rutan.
5. Belum memadainya tatalaksana TB sesuai dengan standar baik
dalam penemuan kasus/diagnosis, paduan obat, pemantauan
pengobatan, pencatatan dan pelaporan.
6. Besarnya masalah kesehatan lain yang bisa berpengaruh terhadap
risiko terjadinya TB secara signifikan seperti HIV, gizi buruk,
Diabetes mellitus, merokok, serta keadaan lain yang menyebabkan
penurunan daya tahan tubuh.
7. Meningkatnya jumlah kasus TB Resistant Obat (TB-RO) yang akan
meningkatkan pembiayaan program TB.
8. Faktor sosial seperti besarnya angka pengangguran, rendahnya
tingkat pendidikan dan pendapatan per kapita, kondisi sanitasi,
papan, sandang dan pangan yang tidak memadai yang berakibat pada
tingginya risiko masyarakat terjangkit TB.
(Sumber : Kementerian Kesehatan RI, 2017)

Setiap orang dengan penyakit Tuberculosis mendapatkan pelayanan


sesuai standar. Pemerintah Kabupaten/Kota mempunyai kewajiban
untuk memberikan pelayanan kesehatan sesuai standar kepada seluruh
orang dengan TB sebagai upaya pencegahan di wilayah kerjanya.
Pelayanan Tuberculosis sesuai standar adalah pelayanan kesehatan
diberikan kepada seluruh orang dengan TB yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan sesuai kewenangannya di fasilitas kesehatan tingkat pertama
(Puskesmas dan jaringannya) dan di fasilitas kesehatan tingkat lanjut
baik pemerintah maupun swasta.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


80

Orang terduga TB adalah seseorang yang mempunyai keluhan atau


gejala klinis mendukung TB (suspect TB). Dalam rangka meningkatkan
penjaringan terduga TB perlu ditingkatkan keterlibatan semua tenaga
kesehatan di unit pelayanan kesehatan (Pustu, Bides, BP/klinik Swasta
dan DPM). Adanya sosialisasi berkelanjutan tentang tatalaksana kasus
TB yang didukung dana baik Puskesmas maupun kabupaten. Dengan
melakukan kegiatan jejaring internal dan eksternal TB.

Survei Kontak ke keluarga dan lingkungan sekitar pasien TB harus


dilakukan untuk mencari kemungkinan orang yang menularkan atau
orang yang mungkin tertular. Dengan melakukan kegiatan survey
kontak. Keterlibatan semua komponen baik pemerintah, masyarakat,
LSM, media dan sebagainya dalam kepedulian terhadap program,
terutama dalam penyampaian informasi yang tepat bagi masyarakat
luas, sehingga mau dan mampu untuk datang kepelayanan kesehatan
untuk memeriksakan kesehatannya terutama yang sakit dengan gejala
bukan batuk biasa.

Salah satunya dengan melakukan kegiatan pembentukan pos TB desa.


Memotivasi petugas di Puskesmas dan meningkatkan kapasitas petugas
dengan melakukan BIMTEK. Peningkatan peran pembinaan dan
monitoring dan evaluasi baik ditingkat unit pelayanan hingga ditingkat
provinsi. Terutama peran dan fungsi manajemen organisasi dalam
mengelola semua aktifitas yang berhubungan dengan program
pengendalian penyakit TB di wilayah kerjanya masing-masing secara
berkesinambungan, dengan melakukan MONEV TB.

Di Kabupaten Lampung Selatan, pada tahun 2019 ditemukan kasus


orang terduga TB mencapai lebih dari angka 400 orang, yaitu di
Puskesmas Natar (735 orang), Puskesmas Merbau Mataram (554
orang), Puskesmas Rawat Inap Ketapang (439 orang), Puskesmas

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


81

Rawat Inap Tanjung Bintang (429 orang), Rawat Inap Tanjung Sari
(415 orang).

Gambar 6.1 Jumlah Orang Terduga TBC Mendapatkan


Pelayanan Kesehatan Sesuai Standar Tahun 2019

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan, 2019

6.1.2 Case Notification Rate (CNR)


CNR adalah angka penemuan kasus baru TBC yang ditemukan dan
dilaporkan diantara 100.000 penduduk yang ada di suatu wilayah
tertentu. Angka notifikasi kasus/CNR jika dikumpulkan secara serial
atau berturutan, akan menggambarkan kecenderungan (trend)
meningkat atau menurunnya penemuan kasus dari tahun ke tahun di
suatu wilayah. Tahun 2019, jumlah kasus TB tertinggi di Kabupaten

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


82

Lampung Selatan ditemukan di Puskesmas Karang Anyar (159


orang), Puskesmas Rawat Inap Tanjung Bintang (146 orang), dan
Puskesmas Candipuro (145 orang). CNR tahun 2019 (227 per
100.000 penduduk) meningkat dari CNR tahun 2018 (223 per
100.000 penduduk).

Gambar 6.2 CNR Seluruh Kasus TB di Kab. Lampung Selatan


Tahun 2019

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan, 2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


83

6.1.3 Cakupan Penemuan Kasus TBC Anak


TB Paru pada anak mencerminkan transmisi TB Paru yang terus terjadi
di populasi. Secara umum, tantangan utama dalam program
pengendalian TB Paru anak adalah kecenderungan diagnosis yang
berlebihan (overdiagnosis), masih adanya underdiagnosis,
penatalaksanaan kasus yang kurang tepat, pelacakan kasus yang belum
rutin dilaksanakan serta pelaporan pasien TB Paru anak usia 0-14 tahun
belum optimal. Masalah ini masih memerlukan perhatian yang lebih
baik dalam program pengendalian TB Paru.

Gambar 6.3 Persentase Kasus TB Anak Usia 0-14 Tahun


di Kab. Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan, 2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


84

Proporsi pasien TB anak adalah angka yang menggambarkan pasien TB


anak (< 15 tahun) diantara seluruh pasien TB yang tercatat. Angka ini
sebagai parameter ketepatan diagnosis TB Anak. Angka ini berkisar
15%, apabila lebih dari batas tersebut akan overdiagnosis. Pada tahun
2019 cakupan penemuan kasus Tuberculosis anak mencapai (25,1%)
dengan kasus terbanyak dari Puskesmas Rawat Inap Tanjung Bintang
(11 anak), Puskesmas Rawat Inap Tanjung Sari Natar (10 anak).

6.1.4 Angka Kesembuhan (Cure Rate) Tuberkulosis Paru Terkonfirmasi


Bakteriologi
Kasus TB terkonfirmasi secara bakteriologis adalah seseorang yang
hasil pemeriksaan spesimennya menunjukkan hasil positif, baik itu
pemeriksaan mikroskopis, biakan atau tes cepat yang diakui WHO.
Angka kesembuhan adalah angka yang menunjukkan prosentase pasien
baru TB paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan (baik yang
sembuh maupun pengobatan lengkap) diantara pasien baru TB
paru BTA positif yang tercatat. Dengan demikian angka ini merupakan
penjumlahan dari angka kesembuhan dan angka pengobatan lengkap.

Angka kesembuhan Tuberculosis paru terkonfirmasi bakteriologi tahun


2019 di Lampung Selatan (75,2%) atau berjumlah 1.047 kasus,
meningkat dari angka kesembuhan TB di tahun 2018, yaitu sebesar
90,9% (974 kasus). Presentase angka kesembuhan terkonfirmasi
bakteriologi tertinggi di Puskesmas Rawat Inap Katibung sebesar 188%
(45 kasus) dan terendah di Puskesmas Way Panji 53% (47 kasus).
Untuk lebih rinci dapat dilihat dari gambar dibawah ini :

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


85

Gambar 6.4 Angka Kesembuhan (Cure Rate) Tuberkulosis


Paru Terkonfirmasi Bakteriologi Tahun 2019

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan, 2019

6.1.5 Angka Pengobatan Lengkap (Complete Rate) Semua Kasus


Tuberculosis
Pengobatan lengkap (complete rate) adalah pasien Tuberkulosis yang
telah menyelesaikan pengobatan secara lengkap dimana pada salah satu
pemeriksaan sebelum akhir pengobatan hasilnya negatif namun tanpa
ada bukti hasil pemeriksaan bakteriologis pada akhir pengobatan.
Angka pengobatan lengkap 26 Puskesmas dapat dilihat dari gambar
dibawah ini :

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


86

Gambar 6.5 Angka Pengobatan Lengkap (Complete rate) Kasus TB di


Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan, 2019

Pada tahun 2019 angka pengobatan lengkap di Kabupaten Lampung


Selatan mencapai (51,6%) dari 2.293 kasus TBC yang terdaftar dan
diobati, meningkat dibandingkan angka pengobatan lengkap tahun 2018
(21,6%) dari 2.234 kasus TBC.

6.1.6 Angka Keberhasilan Pengobatan (success rate) Semua Kasus TBC


Angka keberhasilan pengobatan adalah jumlah pasien Tuberkulosis
semua kasus yang sembuh dan pengobatan lengkap diantara semua
kasus Tuberkulosis yang diobati dan dilaporkan. Angka keberhasilan

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


87

pengobatan (Success Rate) terdiri dari angka kesembuhan (Cure Rate)


dan pengobatan lengkap TB paru (Complete Rate). Pada tahun 2019
angka keberhasilan pengobatan TB paru di Kabupaten Lampung
Selatan sebesar (97,3%), meningkat dibandingkan dengan angka
keberhasilan pengobatan TB paru tahun 2018 (65,2%). Angka
keberhasilan pengobatan 26 Puskesmas dapat dilihat dari gambar di
bawah ini :

Gambar 6.6 Angka Keberhasilan Pengobatan TBC


di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan, 2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


88

6.1.7 Jumlah Kematian Selama Pengobatan Tuberkulosis


Selama proses pengobatan, tidak menutup kemungkinan terjadinya
kematian pada pasien TB. Pada tahun 2019, angka kematian di
Kabupaten Lampung Selatan mencapai (0,2% atau 5 orang) dari total
keseluruhan sebanyak 2.293 kasus TB. Sebanyak 2 kematian berasal
dari Puskesmas Rawat Inap Tanjung Sari Natar, dan 3 kematian lainnya
dari Puskesmas Rawat Inap Sukadamai, Puskesmas Natar serta
Puskesmas Karang Anyar.

Gambar 6.7 Angka Kematian Selama Pengobatan TBC


di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan, 2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


89

6.1.8 Persentase Penemuan Penderita Pneumonia pada Balita


Pneumonia Balita adalah Balita yang mengalami batuk dan atau
kesukaran bernapas dan hasil perhitungan napas, usia 0-2 bulan ≥ 60
kali/menit, usia 2-12 bulan ≥ 50 kali/menit, usia 12-59 bulan ≥ 40
kali/menit. Penumonia berat adalah Tarikan Dinding Dada Ke Dalam
(TDDK) atau saturasi oksigen < 90. Penemuan penderita Pneumonia
adalah Balita dengan Pneumonia yang ditemukan dan diberikan
tatalaksana sesuai standar di sarana kesehatan di satu wilayah dalam
waktu satu tahun.

Gambar 6.8 Persentase Penemuan Penderita Pneumonia Balita


di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan, 2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


90

Berdasarkan gambar 6.8, diketahui bahwa cakupan penemuan penderita


Pneumonia Balita di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2019
mencapai 1.828 kasus (85,6%), lebih tinggi dari tahun 2018 (71,7%
atau 1.602 kasus).

6.1.9 Puskesmas Yang Melakukan Tatalaksana Standar Pneumonia


Minimal 60%
Jumlah Puskesmas yang melakukan tata laksana standar minimal 60%.
Misalnya jika kabupaten ada 10 Puskesmas dan yang melaksanakan tata
laksana standar minimal 60% ada 5 puskesmas maka jumlah Puskesmas
yang melakukan tatalaksana standar adalah 5 Puskesmas. Di Kabupaten
Lampung Selatan tahun 2019 Puskesmas yang melakukan tata laksana
standar Pneumonia sudah 100% yaitu 26 Puskesmas.

6.1.10 Jumlah Kasus HIV dan AIDS


Penemuan kasus penyakit HIV/AIDS seperti fenomena gunung es.
Kasus yang ditemukan hanya sebagian kecil dari keseluruhan kasus
yang belum ditemukan. Sampai dengan saat ini masih merupakan fase
pencarian atau penemuan kasus. AIDS (Acquired Immuno Deficiency
Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan
menurunnya imunitas tubuh sebagai akibat dari serangan HIV (Human
Imunodeficiency Virus) yang menyebabkan seorang penderita mudah
diserang berbagai macam penyakit infeksi (Infeksi Oportunistik).

Penyakit HIV/AIDS merupakan new emerging disease dan menjadi


pandemi di semua kawasan beberapa tahun terakhir ini. Penyakit ini
terus menunjukkan peningkatan yang signifikan meskipun berbagai
pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan. Makin tinggi
mobilitas penduduk antar wilayah, meningkatnya perilaku seksual yang
tidak aman, dan meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui jarum
suntik merupakan faktor yang secara simultan memperbesar risiko

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


91

dalam penyebaran HIV/AIDS. Tahun 2019, kasus HIV dan AIDS


tertinggi ditemukan pada golongan usia 25 s/d 49 tahun, sebanyak
85,6%.
Gambar 6.9 Proporsi Kasus HIV Dan AIDS Berdasarkan
Kelompok Umur Di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan, 2019

Upaya pengendalian HIV dan AIDS harus memperhatikan nilai-nilai


agama kemasyarakatan dan kegiatannya diarahkan untuk
mempertahankan dan memperkokoh ketahanan dan kesejahteraan
keluarga. Mengingat luasnya respon dan permasalahan, maka upaya
pengendalian AIDS harus dilakukan melalui suatu gerakan nasional
bersama sektor dan komponen lain. Upaya pengendalian HIV dan
AIDS harus menghormati harkat dan martabat manusia serta
memperhatikan keadilan dan kesetaraan gender serta upaya-upaya
terpadu dari peningkatan perilaku hidup sehat, pencegahan penyakit,

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


92

pengobatan dan perawatan berdasarkan data dan fakta ilmiah serta


dukungan terhadap ODHA.

Upaya pengendalian HIV dan AIDS diselenggarakan oleh masyarakat,


pemerintah, dan LSM berdasarkan prinsip kemitraan. Masyarakat dan
LSM menjadi pelaku utama sedangkan pemerintah berkewajiban
mengarahkan, membimbing dan menciptakan suasana yang mendukung
terselenggaranya upaya pengendalian HIV dan AIDS. Upaya
pengendalian HIV dan AIDS diutamakan pada kelompok masyarakat
berperilaku risiko tinggi tetapi harus pula memperhatikan kelompok
masyarakat yang rentan, termasuk yang berkaitan dengan pekerjaannya
dan kelompok marginal terhadap penularan HIV dan AIDS.

Pemerintah pusat bertugas melakukan regulasi dan standarisasi secara


nasional kegiatan program AIDS dan pelayanan bagi ODHA.
Pencapaian target program nasional juga memperhatikan komitmen dan
target internasional.
1. Strategi
a. Meningkatkan dan mengembangkan program (Program
Expansion Strategy) dengan memfokuskan akses layanan
bermutu (KTS, PDP, IMS, PDB, PMTCT, dan lain-lain),
penguatan jejaring layanan, pelibatan semua penyedia layanan
(care provider) dan merespon tantangan baru seperti drug
resistance, kolaborasi TB-HIV.
b. Meningkatkan dan memperkuat kebijakan dan kepemilikan
program melalui regulasi, standarisasi layanan program,
mobilisasi dan harmonisasi sumber daya dan alokasi
pembiayaan
c. Meningkatkan dan memperkuat sistem kesehatan dan
manajemen program, melalui peningkatan kapasitas program,

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


93

pengembangan SDM program yang profesional, manajemen


logistik, kegiatan M & E program dan promosi program.
d. Meningkatkan dan menguatkan sistem informasi strategis
melalui pengembangan kegiatan surveilans generasi kedua,
penelitian operasional untuk memperoleh data dan informasi
bagi pengembangan program pengendalian HIV dan AIDS.
e. Memberdayakan ODHA dan masyarakat dalam upaya
pencegahan, perawatan, dukungan, pengobatan dan upaya
kegiatan program lainnya.

2. Target
a. 100 % ODHA yang ditemukan dan memenuhi syarat
pengobatan menerima ARV.
b. 95 % ODHA patuh minum ARV selama 1 tahun.
c. Konseling tes HIV sukarela
d. Jumlah orang yang berumur 15 tahun atau lebih yang menerima
konseling dan tes HIV dan mengetahui hasilnya
e Persentase perempuan dan laki-laki berumur 15-49 tahun yang
ditesting HIV dan mengetahui hasilnya dalam 12 bulan terakhir.
3. Persentase orang berumur 15-49 tahun yang mengetahui status
HIV nya.
4. Persentase anak muda berumur 15-24 tahun yang terinfeksi HIV
5. Jumlah warga binaan pemasyarakatan yang mengikuti konseling
dan Tes HIV Sukarela.

3. Pencegahan Unit Pelayanan


a. Persentase sarana kesehatan yang memberikan pengobatan
suntikan dengan alat suntik baru, disposible, alat suntik pakai.
b. Persentase darah donor HIV dilakukan screening.
c. Persentase darah donor sifilis dilakukan screening.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


94

4. IMS
a. Menurunkan prevalensi sifilis dikalangan kelompok resiko
tinggi menjadi < 1 %
b. Menurunkan prevalensi infeksi gonorhoe dikalangan
kelompok resiko tinggi menjadi < 1 %

6.1.11 Jumlah Kematian karena AIDS


AIDS adalah Acquired Immune Deficiency Syndrome) dewasa bila
terdapat 2 gejala mayor dan 1 gejala minor dan tidak ada sebab-sebab
immunosupresi yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat atau
etiologi lainnya. Kasus pada anak bila terdapat paling sedikit 2 gejala
mayor dan 2 gejala minor dan tidak ada sebab-sebab immunosupresi
yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat atau etiologi lainnya.
Jumlah kematian karena AIDS di Lampung Selatan tahun 2019
sebanyak 1 kasus dengan kelompok umur 20-29 tahun.

6.1.12 Persentase Diare Ditemukan dan Ditangani Pada Semua Umur


Penyakit Diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia, karena masih sering timbul dalam bentuk kejadian luar
biasa (KLB), dan disertai dengan kematian yang tinggi, terutama di
Indonesia bagian timur. Kasus Diare di Kabupaten Lampung Selatan
pada tahun 2019 berada di bawah target yang ditentukan yaitu
sebanyak 18.435 kasus dari target 27.173 kasus. Angka kesakitan
Diare pada tahun 2019 sebesar 843 per 1.000 penduduk. Jumlah
kasus Diare terbanyak ditemukan di Puskesmas Rawat Inap
Sukadamai (153,4% atau 1.187 kasus) dan Puskesmas Rawat Inap
Rajabasa (136,3% atau 837 kasus).

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


95

Gambar 6.10 Persentase Kasus Diare Pada Semua Umur yang


Ditangani Menurut Puskesmas di Kab. Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan, 2019

Target program pemberantasan penyakit Diare yang ingin dicapai


yaitu:
1. Penemuan penderita sebanyak 10 % dari perkiraan angka
kesakitan Diare. (Jumlah perkiraan penderita adalah 270 per
1000 penduduk).
2. Penderita Diare yang ditemukan 100% ditangani.

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam pemberantasan penyakit


Diare yaitu:
a. Advokasi dan sosialisasi
b. Promosi Kesehatan kepada masyarakat
c. Penanganan penderita penyakit Diare sesuai tatalaksana

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


96

standar
d. Surveilans Epidemiologi
e. Upaya pencegahan yang melibatkan lintas program, lintas sektor
dan masyarakat
f. Pengelolaan logistik sebagai sarana penunjang program
g. Pemantauan dan evaluasi secara berkala.

6.1.13 Persentase Diare ditemukan dan ditangani pada Balita


Diare merupakan penyakit yang tidak boleh disepelekan, terutama jika
Diare itu disertai dengan komplikasi atau gejala lain seperti muntah
terus menerus. Penyebab Diare terutama pada anak perlu diwaspadai
sebab jangan sampai anak terkena Diare. Selain bisa membuat berat
badan menurun dengan cepat, anak yang terkena Diare bisa terkena
dehidrasi. Diare ini ditandai dengan buang air besar yang encer dan
mirip dengan air. Tanda lainnya adalah orang yang menderita Diare
akan buang air besar lebih dari satu kali. Jika sudah dehidrasi, anak
yang terkena Diare harus segera mendapatkan perawatan khusus.
Bahkan sebelum sampai dehidrasi, anak yang Diare harus segera
mendapatkan petolongan medis.

Kasus Diare Balita yang ditangani pada tahun 2019 mencapai 6.821
kasus (43,1%), dengan kasus terbanyak dari Puskesmas Rawat Inap
Sukadamai (100,8%), Puskesmas Natar (82,1%) dan Puskesmas
Rawat Inap Rajabasa (81,8%).

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


97

Gambar 6.11 Persentase Kasus Diare Pada Balita yang Ditangani


Menurut Puskesmas di Kabupaten Lampung Selatan
Tahun 2019

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan, 2019

6.1.14 Angka penemuan kasus baru Kusta (NCDR)


Penyakit Kusta merupakan penyakit yang sangat ditakuti oleh
masyarakat karena sering kali mengakibatkan mutilasi pada anggota
tubuh terutama bagian kaki. Kusta atau lepra merupakan penyakit yang
disebabkan oleh Mycobacterium leprae termasuk bakteri gram negatif
yang tahan asam. Mengingat Kusta merupakan penyakit kronis dengan
masa inkubasi yang panjang berdampak pada eliminasi Kusta yang sulit
tercapai dalam waktu dekat.

Penemuan penderita baru (Case Finding) Kusta di Kabupaten Lampung


Selatan dilaksanakan secara pasif dan secara aktif, untuk penemuan

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


98

secara aktif melalui kontak survei dilakukan pada semua kasus baru yang
ditemukan harus dilakukan pemeriksaan kontak menggunakan dana yang
ada di Puskesmas dan dana dari APBD. Sedangkan penemuan penderita
secara pasif malalui pemeriksaan secara sukarela suspect Kusta yang
datang ke Puskesmas dan dilaksanakan secara terpadu dengan pengelola
program Kusta Puskesmas dan dokter Puskesmas yang dilaksanakan
setiap tahun. Prevalence rate Kusta di Kabupaten Lampung Selatan pada
tahun 2019 sebesar 1,3 per 10.000 penduduk. Tata laksana kasus untuk
penderita yang telah ditemukan kemudian dilakukan pengobatan
menggunakan regimen Multi Drug Terephy (MDT) sesuai dengan
rekomendasi WHO. Untuk jumlah kasus yang ditangani di Kabupaten
Lampung Selatan dari tahun ke tahun dapat dilihat pada tabel di bawah
ini :

Gambar 6.12 Perbandingan Jumlah Kasus Baru Kusta dari


Tahun 2016 s/d 2019

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan, 2019

1. Masalah dan Kendala


a. Masih terdapat Puskesmas yang belum mencapai target
eliminasi Kusta Belum semua Puskesmas melaporkan hasil

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


99

kegiatan program Kusta secara rutin dan tempat waktu ke


kabupaten.
b. Kemampuan petugas pengelola program P2 Kusta Puskesmas
untuk mendiagnosa dan menangani penderita Kusta masih perlu
ditingkatkan.
c. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit Kusta
sehingga Kusta sering ditemukan terlambat / sudah mengalami
kecacatan.
d. Dokter yang sudah dilatih program Kusta baru 4 orang dan dari
26 Puskesmas dan yang 1 sudah pindah tugas, baru 4
Puskesmas yang mempunyai tenaga Pengelola program Kusta
Puskesmas yang sudah dilatih mengenai program Kusta dan
sekarang tinggal 1 orang yang memegang program Kusta.

2. Rencana Tindak Lanjut


a. Menghimbau agar semua Puskesmas mengirimkan laporan
program Kusta untuk setiap bulannya dan memperbaiki sistem
pencatatan dan pelaporan baik di tingkat Puskesmas maupun di
kabupaten.
b. Meningkatkan penemuan penderita baik secara pasif maupun
secara aktif melalui kontak survei guna meningkatkan cakupan
penemuan penderita dan menekan penyebaran penyakit Kusta,
terutama untuk Puskesmas yang mempunyai PR > dari 1/10.000
penduduk dengan menggunakan dana yang ada pada kabupaten
maupun Puskesmas.
c. Mengusulkan petugas Puskesmas maupun kabupaten untuk
mengikuti pelatihan yang ada baik di tingkat Provinsi dan
tingkat nasional.
d. Menghimbau Puskesmas untuk melaksanakan kegiatan program
P2 Kusta dengan menggunakan dana yang bisa dimanfaatkan di
Puskesmas.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


100

e. Menekankan kepada Puskesmas supaya semua penderita yang


ditemukan ditangani sesuai dengan tatalaksana yang ada.

6.1.15 Persentase Kasus Baru Kusta Anak 0-14 Tahun


Kusta atau lepra adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh infeksi
bakteri Mycobacterium leprae. Diagnosis dini dan pengobatan
dengan obat kombinasi (MDT atau Multi Drug Therapy), penting
dalam menghilangkan penyakit ini. Apabila tidak diobati, Kusta dapat
menyebabkan kerusakan progresif dan permanen pada kulit, saraf,
anggota badan dan mata anak.

Penatalaksanaan kasus Kusta yang buruk dapat juga menyebabkan


Kusta menjadi progresif. Bakteri Mycobacterium leprae ini
mengalami proses pembelahan cukup lama antara 2–3 minggu. Daya
tahan hidup kuman Kusta mencapai 9 hari di luar tubuh manusia.
Kuman Kusta memiliki masa inkubasi 2–5 tahun bahkan juga dapat
memakan waktu lebih dari 5 tahun. Pada tahun 2019, tidak ditemukan
kasus Kusta baru di Kabupaten Lampung Selatan pada anak usia 0 –
14 tahun.

6.2 Pengendalian Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi


Salah satu tujuan dari SDGs (Sustainable Development Goals) dalam rangka
pencegahan dan pemberantasan penyakit adalah menurunkan angka kematian
bayi. Upaya efektif untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak adalah
melalui imunisasi. Upaya imunisasi di Indonesia telah dilakukan sejak tahun
70-an pada bayi dan anak, merupakan program untuk memenuhi konvensi
hak anak yang diberlakukan sejak 2 September 1990 oleh PBB. Maka
imunisasi sebagai upaya nyata pencegahan efektif terhadap penyakit infeksi
yang dapat menyebabkan kematian dan kecacatan pada anak, pemerintah
bersama para orangtua berkewajiban memberikan upaya kesehatan terbaik
demi tumbuh kembang anak.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


101

Semua anak punya hak untuk mendapatkan perlindungan. Undang-Undang


Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dengan jelas menyatakan bahwa setiap
anak berhak memperoleh imunisasi dasar sesuai dengan ketentuan untuk
menghindari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), yaitu
Polio, campak, Hepatitis B, Tetanus, Pertusis, Difteri, pneumonia dan
meningitis. Imunisasi merupakan suatu cara untuk meningkatkan kekebalan
seseorang secara aktif terhadap penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar
dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya sakit ringan. Anak yang
telah diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai penyakit penyebab
kecacatan dan kematian seperti yang telah tersebut di atas. Pelayanan
imunisasi diberikan pada sasaran yang sehat, untuk itu sebelum pemberian
imunisasi dilakukan screening terlebih dahulu terkait status kesehatan
sasaran. Dalam hal ini semua anak dengan status sehat termasuk anak cacat,
harus mendapatkan imunisasi.

6.2.1 Acute Flaccid Paralysis (AFP) Non Polio Per 100.000 Penduduk <
15 Tahun
Gambar 6.13 Kasus AFP yang Ditemukan Menurut Puskesmas
di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan, 2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


102

Penemuan kasus AFP (non polio) yang ditemukan di Kabupaten


Lampung Selatan tahun 2019 sebanyak 15 kasus atau AFP Rate 4,7
per 100.000 penduduk usia < 15 tahun menurun dari tahun
sebelumnya, sebesar 6,9 per 100.000 atau 22 kasus. Penyebaran kasus
AFP tertinggi terdapat di Puskesmas Rawat Inap Penengahan
sebanyak 4 kasus. Penemuan kasus AFP ini juga karena adanya
dukungan dari surveilans aktif Rumah Sakit dan Puskesmas.
Disamping hal tersebut berjalannya sistem pelaporan dengan
menggunakan EWARS (Early Warning Respon System) dan
mengoptimalkan surveilans berbasis masyarakat dengan
memberdayakan kader di desa sehat (GMDS) dan Poskesdes sebagai
unit terdepan dalam mengoptimalkan apabila ditemukan kasus AFP,
sehingga apabila ditemukan kasus AFP di masyarakat segera
dilaporkan dan ditindaklanjuti dengan pengambilan sampel feces
dalam waktu kurang dari 2 minggu, untuk diperiksa secara
laboratorium. Pada tahun 2019 sampel yang dikirim ke Laboratorium
semua dinyatakan AFP non polio.

6.2.2 Jumlah dan CFR Difteri


Difteri merupakan penyakit yang menyebabkan gangguan selaput lendir
hidung dan juga tenggorokan. Difteri disebabkan oleh infeksi
bakteri Corynebacterium diphtheriae. Difteri pada anak umumnya
terjadi pada mereka yang tidak memiliki gizi baik, hidup di lingkungan
kotor, dan tidak memiliki riwayat imunisasi yang lengkap. Difteri pada
anak perlu segera diobati. Penyakit ini bisa menular dengan cepat
melalui kontak fisik dengan seseorang yang terkena difteri, barang yang
terkontaminasi bakteri, atau bisa juga melalui percikan ludah dari batuk
dan bersin yang tidak sengaja terhirup. Penyakit Difteri dapat dicegah
dengan pemberian imunisasi DPT1, DPT2 Dan DPT3. Pada tahun
2019, di Kabupaten Lampung Selatan tidak ditemukan kasus Difteri.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


103

6.2.3 Jumlah Pertusis dan Hepatitis B


Batuk rejan, juga dikenal sebagai pertusis, adalah penyakit pernapasan
yang sangat menular melalui mulut dan hidung. Biasanya, batuk rejan
ditandai dengan batuk parah yang disertai suara tarikan napas bernada
tinggi. Batuk rejan mudah menular namun vaksin seperti DtaP (Difteri,
tetanus, acelullar pertussis) dan Tdap (Tetanus, difteri, acelullar
pertussis) dapat membantu pencegahan pada anak-anak dan dewasa.

Hepatitis B adalah infeksi serius pada hati yang disebabkan oleh virus
hepatitis B (HBV). Hepatitis B bisa menyebabkan kondisi akut dan
kronis pada pasien. Jika sudah memasuki level kronis, penyakit ini bisa
membahayakan nyawa penderitanya. Jika tidak segera ditangani,
pendertia hepatitis B kronis berisiko terkena sirosis, kanker hati, atau
gagal hati. Hepatitis B sulit dikenali karena gejala-gejalanya tidak
langsung terasa dan bahkan ada yang sama sekali tidak muncul. Karena
itulah, banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya telah
terinfeksi. Virus ini biasanya berkembang selama 1-5 bulan sejak
terjadi pajanan terhadap virus sampai kemunculan gejala pertama. Pada
tahun 2019 di Kabupaten Lampung Selatan tidak ditemukan kasus
Pertussis dan Hepatitis B pada anak-anak.

6.2.4 Jumlah dan CFR Tetanus Neonatorum


Tetanus neonatorum adalah penyakit infeksi yang menyerang susunan
saraf pusat bayi berusia antara 0 hingga 1 bulan. Penyakit ini juga
dikenal dengan nama lockjaw, karena salah satu gejalanya mulut bayi
sukar dibuka seperti terkunci akibat kekakuan pada otot-otot di sekitar
rongga mulut dan rahang. Akibatnya bayi menjadi sulit mengisap ASI.
Bayi juga akan mengalami kejang-kejang. Penyakit ini sering
disebabkan pemotongan dan perawatan tali pusat yang tidak bersih dan
bisa terjadi di rumah. Penyebabnya adalah bakteri Clostridium Tetani.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


104

Pada tahun 2019 di Kabupaten Lampung Selatan tidak ditemukan kasus


Tetanus neonatorum.

6.2.5 Jumlah Suspek Campak


Penyakit Campak (Rubella, Campak 9 hari, Measles) adalah suatu
infeksi virus yang sangat menular yang ditandai dengan demam, batuk,
konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam
kulit. Penyakit ini disebabkan karena infeksi virus campak
golongan Paramixovirus. Penyakit yang sangat menular (infeksius)
disebabkan oleh virus RNA dari genus Morbilivirus, dari keluarga
Paramyxoviridae yang mudah mati karena panas dan cahaya. Gejala
klinis campak adalah demam (panas) dan ruam (rash) ditambah dengan
batuk/pilek atau mata merah. Penularan infeksi terjadi karena
menghirup percikan ludah penderita campak. Penderita bisa
menularkan infeksi ini dalam waktu 2 - 4 hari sebelum timbulnya ruam
kulit dan 4 hari setelah ruam kulit ada. Pada tahun 2019 di Kabupaten
Lampung Selatan tidak ditemukan kasus suspek Campak.

6.2.6 Persentase KLB ditangani < 24 Jam


Kejadian luar biasa adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
kesakitan dan/atau kematian yang bermakna secara epidemiologi pada
suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang
dapat menjurus pada terjadinya wabah. Penanggulangan KLB kurang
dari 24 jam sejak laporan W1 diterima sampai penyelidikan dilakukan
dengan catatan selain formulir W1 dapat juga berupa faximili atau
telepon. Tabel 6.1 menunjukkan bahwa pada tahun 2019 terdapat 2
(dua) kasus KLB keracunan makanan di Kabupaten Lampung Selatan,
yang bertempat di SDN 4 Triharjo Kecamatan Merbau Mataram, dan
Desa Ruguk Kecamatan Ketapang.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


105

Tabel 6.1 KLB di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

KLB DI DESA/KELURAHAN
PUSKESMAS
JUMLAH DITANGANI %
<24 JAM
Rawat Inap Penengahan 0 0 0
Rawat Inap Bakauheni 0 0 0
Rawat Inap Ketapang 1 1 100
Palas 0 0 0
Rawat Inap Bumi Daya 0 0 0
Sragi 0 0 0
Kalianda 0 0 0
Way Urang 0 0 0
Rawat Inap Rajabasa 0 0 0
Rawat Inap Sidomulyo 0 0 0
Way Panji 0 0 0
Way Sulan 0 0 0
Candipuro 0 0 0
Tanjung Agung 0 0 0
Rawat Inap Katibung 0 0 0
Tanjung Sari 0 0 0
Merbau Mataram 1 1 100
Rawat Inap Talang Jawa 0 0 0
Rawat Inap Tanjung Bintang 0 0 0
Karang Anyar 0 0 0
Rawat Inap Banjar Agung 0 0 0
Natar 0 0 0
Branti Raya 0 0 0
Hajimena 0 0 0
Rawat Inap Sukadamai 0 0 0
Rawat Inap Tanjung Sari Natar 0 0 0
Jumlah 2 2 100

Sumber : Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan, 2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


106

6.3 Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik


6.3.1 Angka kesakitan dan kematian Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemoragic


Fever (DHF) sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah pasien serta
semakin luas penyebarannya. Penyakit DBD ini ditemukan hampir di
seluruh belahan dunia terutama di negara–negara tropik dan subtropik,
baik sebagai penyakit endemik maupun epidemik. Jumlah kasus DBD
di Kabupaten Lampung Selatan tahun 2019 mencapai 457 kasus, dan
tertinggi berasal dari Puskesmas Branti Raya (82 kasus). Sebaliknya di
Puskesmas Bakauheni tidak ditemukan kasus DBD (0 kasus).

Gambar 6.14 Incidence Rate DBD Kabupaten Lampung Selatan


Tahun 2016 s/d 2019

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan, 2019

Gambar 6.17 menunjukkan bahwa selama 4 tahun terakhir, periode


tahun 2016 s/d 2019. Trend kasus DBD di Kabupaten Lampung Selatan
cenderung mengalami peningkatan dengan puncak tertinggi di tahun
2019 (457 kasus) dan terendah di tahun 2017 (206 kasus).

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


107

Upaya yang dilakukan untuk menurunkan kasus DBD antara lain


sosialisasi mengenai DBD, pembentukan JUMANTIK (Juru pemantau
jentik), pelaksanaan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), kampanye
GERTAK DBD dan penyuluhan pentingnya periksa segera ke fasilitas
kesehatan ketika ada tanda-tanda DBD. Selain itu mengubah pola pikir
masyarakat yang menganggap bahwa fogging merupakan cara ampuh
untuk memberantas DBD sehingga mengesampingkan PSN yang
sebenarnya merupakan cara yang paling efektif untuk memberantas
DBD. Fogging hanya dilakukan pada kondisi dimana terjadi ledakan
jumlah nyamuk dewasa, namun tidak dapat mematikan telur dan jentik
nyamuk Aedes aegypti. Case Fatality Rate (CFR) DBD tertinggi di
Kabupaten Lampung Selatan tahun 2019 berasal dari Puskesmas Rawat
Inap Tanjung Bintang (9,1%).

6.3.2 Angka Kesakitan Malaria per-1.000 Penduduk


Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium yang disebarkan oleh
gigitan nyamuk Anopheles betina. Setelah gigitan nyamuk tersebut,
parasit masuk ke dalam tubuh dan menempati organ hati, di mana
parasit dapat tumbuh dan berkembang biak. Malaria menyebar melalui
gigitan nyamuk dan dapat mematikan jika tidak ditangani dengan benar.
Malaria jarang sekali menular secara langsung dari satu orang ke orang
lainnya. Penularannya bisa terjadi jika ada kontak dengan darah
pengidap atau janin yang bisa terinfeksi karena tertular dari darah ibu.

Tujuan program pemberantasan penyakit adalah untuk mencegah


terjangkitnya penyakit dan menurunkan angka kesakitan dan angka
kematian serta mencegah akibat buruk dari terjangkitnya penyakit, baik
penyakit menular maupun tidak menular. Upaya yang dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut adalah dengan melaksanakan program-
program yang melibatkan seluruh pelaksana program di semua kegiatan
secara lintas program dan lintas sektoral. Indikator sebuah daerah bebas

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


108

malaria adalah annual parasite incidence (API) di bawah 1 per 1.000


penduduk, tidak terdapat kasus malaria pada penduduk lokal yang tidak
pernah bepergian, dan adanya pengamatan ketat keluar-masuknya
penduduk di wilayah terkait. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 293/MENKES/SK/IV/2009 tanggal 28 April 2009
tentang eliminasi Malaria di Indonesia untuk mewujudkan masyarakat
yang hidup sehat, terbebas dari penularan malaria secara bertahap
sampai tahun 2030.

Untuk menilai sejauh mana perkembangan pelayanan program P2


Malaria, maka selama pelaksanaan program dilakukan pemantauan
melalui bimbingan teknis dan supervisi serta mengevaluasi laporan-
laporan secara periodik. Data yang di evaluasi sebelumnya telah
dilakukan pengolahan dan analisa data terlebih dahulu. Hasil evaluasi
digunakan untuk menyusun rencana kegiatan program untuk periode
berikutnya, sehingga diharapkan masalah dan kendala yang dihadapi
pada tahun yang dievaluasi dapat diminimalisir di tahun yang akan
datang.

Di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2019 terdapat 2 kecamatan


dan 8 desa endemis Malaria yaitu adalah Kecamatan Katibung (Desa
Ranggai) dan Kecamatan Rajabasa (Desa Canti, Banding, Rajabasa,
Sukaraja, Way Muli, Way Muli Timur, dan Kunjir). Situasi Malaria
Kabupaten Lampung Selatan per kabupaten menunjukkkan penurunan
dan di bawah angka target nasional, bila kita breakdown ke Puskesmas,
maka ada Puskesmas yang masih tinggi angka kejadian Malarianya
yaitu Puskesmas Rawat Inap Katibung dengan angka 83 kasus positif
Malaria, dan Puskesmas Rajabasa dengan angka 44 kasus positif
Malaria. Dengan adanya program pengendalian penyakit Malaria di
Kabupaten Lampung Selatan, mempermudah dalam hal pemantauan
trend penyakit Malaria, baik penyebaran dari segi orang, tempat dan
waktu, sehingga memudahkan pihak terkait dalam mengambil
kebijakan.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


109

Setiap individu yang tinggal di daerah endemik Malaria yang menderita


demam atau memiliki riwayat demam dalam 48 jam terakhir atau
tampak anemia, wajib diduga Malaria tanpa mengesampingkan
penyebab demam yang lain. Setiap individu yang tinggal di daerah non
endemik Malaria yang menderita demam atau riwayat demam dalam 7
hari terakhir dan memiliki risiko tertular Malaria, wajib diduga Malaria.
Risiko tertular Malaria termasuk riwayat bepergian ke daerah endemik
Malaria atau adanya kunjungan individu dari daerah endemik Malaria
di lingkungan tempat tinggal penderita.

Malaria positif adalah seseorang dengan hasil pemeriksaan sediaan


darah positif malaria berdasarkan pengujian mikroskopis ataupun Rapid
Diagnostic Test (RDT). Kasus Malaria konfirmasi terbagi menjadi
kasus Malaria indigenous, kasus Malaria impor dan kasus Malaria
konfirmasi asimtomatis. Di Lampung Selatan trend API Malaria selama
empat tahun terakhir, periode tahun 2016 s/d 2019, mengalami
penurunan menuju angka 0,1 per 1.000 penduduk.

Gambar 6.15 Trend Annual Paracite Incidence (API)


di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2016 s/d 2019

Sumber : Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan, 2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


110

6.4 Pengendalian Penyakit Tidak Menular


6.4.1 Persentase Penderita Hipertensi Yang Mendapatkan Pelayanan
Kesehatan Sesuai Standar
Pada pelayanan pandu PTM, penderita hipertensi diprediksi berisiko
mengalami penyakit jantung dan pembuluh darah (penyakit jantung,
stroke, dan penyakit pembuluh darah perifer) dalam kurun waktu 10
tahun mendatang dengan carta prediksi resiko. Prediksi dinilai
berdasarkan apakah subjek yang diperiksa merupakan penderita
Diabetes Mellitus atau tidak, jenis kelamin, usia penderita, riwayat
merokok, tekanan darah (TD) sistolik, dan kadar kolesterol. Warna
kotak menentukan besar risiko untuk mengalami PJPD dalam kurun
waktu 10 tahun mendatang dan diklasifikasikan menjadi 4 resiko
Setiap klasifikasi risiko memiliki alur tatalaksana yang berbeda.

Gambar 6.16 Persentase Penderita Hipertensi Yang Mendapatkan


Pelayanan Kesehatan Sesuai Standar

Sumber : Seksi Pengendalian Pencegahan dan Penyakit Tidak Menular dan Keswa
Dinas Kesehatan, 2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


111

Pada tahun 2019 seperti yang tertera pada gambar 6.22, penderita
hipertensi di Kabupaten Lampung Selatan dilayani sesuai standar
mencapai (63,4%) dengan capaian tertinggi berasal dari Puskesmas
Rawat Inap Talang Jawa (100,8%) dan Puskesmas Candipuro
(104,6%). Adapun kriteria Pandu PTM adalah : (1) Telah memiliki
tenaga terlatih, (2) Melaksanakan Carta Prediksi Risiko, dan (3)
Melaksanakan kegiatan posbindu PTM di masyarakat.

6.4.2 Persentase Penderita DM Yang Mendapatkan Pelayanan


Kesehatan Sesuai Standar

Grafik 6.17 Persentase Kasus DM Yang Mendapat Pelayanan


Kesehatan Sesuai Standar Tahun 2019

Sumber : Seksi Pengendalian Pencegahan dan Penyakit Tidak Menular dan Keswa
Dinas Kesehatan, 2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


112

Diabetes melitus (DM) atau kencing manis adalah kondisi kronis dan
berlangsung seumur hidup yang memengaruhi kemampuan tubuh
dalam menggunakan energi dari makanan yang telah dicerna. Ada dua
jenis utama dari penyakit ini yaitu Diabetes Melitus Tipe 1 dan
Diabetes Melitus Tipe 2. Sebanyak 350 juta orang di seluruh dunia
mengidap penyakit Diabetes ini. Sekitar 3-4 juta orang meninggal
karena kadar gula darah yang tinggi pada 2004. Lebih dari 80 persen
kematian akibat penyakit Diabetes terjadi di negara dengan tingkat
penghasilan menengah dan rendah.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kematian


akibat DM akan meningkat dua kali lipat selama periode 2005–2030.
Persentase kasus DM di Kabupaten Lampung Selatan yang
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar pada tahun 2019
mencapai (93,5%), dengan cakupan pelayanan tertinggi berasal dari
Puskesmas Merbau Mataram (200,4%). Tingginya angka ini
dimungkinkan terdapat kesalahan pencatatan dan pelaporan, seperti
adanya penderita DM yang tercatat 2 kali.

6.4.3 Persentase deteksi dini kanker leher rahim dan kanker payudara
Kanker leher rahim merupakan masalah kesehatan yang penting bagi
wanita di seluruh dunia. Hampir semua kanker leher rahim secara
langsung berkaitan dengan infeksi sebelumnya dari salah satu atau
lebih virus Human Papiloma Virus (HPV), salah satu IMS yang paling
sering terjadi di dunia. Infeksi HPV sering kali tidak menimbulkan
gejala. Tanda–tanda infeksi yang paling umum adalah bintik–bintik
kecil berwarna merah muda yang muncul di sekitar kelamin dan terasa
gatal atau panas seperti terbakar.

Deteksi dini kanker payudara dilakukan dengan pemeriksaan payudara


klinis (SADANIS) yaitu pemeriksaan payudara oleh petugas

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


113

kesehatan sambil mengajarkan kepada ibu/klien untuk melakukan


SADARI setiap bulannya.
Gambar 6.18 Persentase Cakupan Deteksi Dini Ca Serviks dan
Ca Payudara di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Seksi Pengendalian Pencegahan dan Penyakit Tidak Menular dan Keswa
Dinas Kesehatan, 2019

Tahun 2019, jumlah perempuan yang mengikuti deteksi dini Ca


Serviks dan Ca payudara di Kabupaten Lampung Selatan mencapai
10.959 orang, dimana cakupan tertinggi berasal dari Puskesmas Way
Sulan (39%), dan terendah di Puskesmas Way Panji (0%).

6.4.4 Persentase IVA positif pada perempuan usia 30-50 tahun


Inspeksi Visual Asam Asetat ( IVA) merupakan cara sederhana untuk
mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin. Laporan hasil
konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat mendeteksi lesi
tingkat pra kanker dengan sensitifitas sekitar 66-69% dan spesifitas

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


114

sekitar 64-98%. Sedangkan nilai prediksi positif dan nilai prediksi


negatif masing-masing antara 10-20% dan 92-97%.
Pemeriksaan IVA merupakan pemeriksaan skrining dari pap smear
karena biasanya murah, praktis, sangat mudah untuk dilaksanakan dan
peralatan sederhana serta dapat serta dapat dilaksanakan selain dokter
ginekologi. Tujuan pemeriksaan IVA adalah untuk mengurangi
morbiditas dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus
yang ditemukan untuk mengetahui kelainan pada leher rahim.
Cakupan IVA positif di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019
mencapai (0,4%), dimana Puskesmas Rawat Inap Bakauheni memiliki
cakupan IVA positif tertinggi (3,5% atau 30 kasus) diantara 25
Puskesmas lainnya.

Gambar 6.19 Persentase IVA Positif Di Kab. Lampung Selatan


Tahun 2019

Sumber : Seksi Pengendalian Pencegahan dan Penyakit Tidak Menular dan Keswa
Dinas Kesehatan, 2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


115

6.4.5 Persentase Tumor/Benjolan Payudara pada Perempuan 30-50


Tahun yang Diskrining

Benjolan payudara adalah jaringan lain yang tumbuh di dalam


payudara. Tekstur benjolan tersebut tergantung pada jenisnya. Sebagai
contoh, ada benjolan yang teraba padat, atau berisi cairan. Meskipun
sebagian besar benjolan payudara bersifat jinak (non-kanker), akan
tetapi benjolan juga bisa merupakan suatu tanda kanker payudara. Oleh
karena itu, sangat penting untuk segera memeriksakan diri, bila ada
benjolan yang tumbuh di payudara. Tahun 2019, cakupan skrining
tumor/benjolan payudara pada perempuan berusia 30–50 tahun di
Kabupaten Lampung Selatan mencapai (0,8% atau 94 orang) dengan
persentase skrining tertinggi dari Puskesmas Rawat Inap Talang Jawa
(81,4% atau 35 orang).

Gambar 6.20 Persentase Tumor/Benjolan Payudara Pada Perempuan


30-50 Tahun Yang Diskrining Tahun 2019

Sumber : Seksi Pengendalian Pencegahan dan Penyakit Tidak Menular dan Keswa
Dinas Kesehatan, 2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


116

BAB VII
KESEHATAN LINGKUNGAN

7.1 Persentase Penduduk dengan Akses Berkelanjutan Terhadap Air Minum


Berkualitas (Layak)

Salah satu target dalam tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable


Development Goals/SDGs) pada sektor lingkungan hidup adalah memastikan
masyarakat mencapai akses universal air bersih dan sanitasi yang layak.
Universal akses dalam sektor air minum dan sanitasi diharapkan dapat
tercapai pada tahun 2030. Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya
berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk
dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Air minum
merupakan air yang dikonsumsi manusia dalam memenuhi kebutuhan cairan
tubuh.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010


tentang Persyaratan Kualitas Air Minum, air minum adalah air yang melalui
proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum. Pada Permenkes tersebut juga
disebutkan bahwa penyelenggara air minum wajib menjamin air minum yang
diproduksinya aman bagi kesehatan. Dalam hal ini penyelenggara air minum
diantaranya adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN)/Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta, usaha perorangan, kelompok
masyarakat, dan/atau individual yang menyelenggarakan penyediaan air
minum.

Air minum yang aman (layak) bagi kesehatan adalah air minum yang
memenuhi persyaratan secara fisik, mikrobiologis, kimia, dan radioaktif.
Secara fisik, air minum yang sehat adalah tidak berbau, tidak berasa, tidak
berwarna serta memiliki total zat padat terlarut, kekeruhan, dan suhu sesuai

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


117

ambang batas yang ditetapkan. Secara mikrobiologis, air minum yang sehat
harus bebas dari bakteri E. Coli dan total bakteri koliform. Secara kimiawi,
zat kimia yang terkandung dalam air minum seperti besi, aluminium, klor,
arsen, dan lainnya harus di bawah ambang batas yang ditentukan. Secara
radioaktif, kadar gross alpha activity tidak boleh melebihi 0,1 becquerel per
liter (Bq/l) dan kadar gross.

Untuk mendukung kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat, rumah


tangga harus memiliki akses air minum layak dan bersih. Kebutuhan air
minum, tidak hanya dilihat dari kuantitasnya tetapi juga dari kualitas air
minum. Pemenuhan kebutuhan air minum di rumah tangga dapat diukur dari
akses air minum layak beberapa faktor yang berpengaruh terhadap akses air
minum layakdiantaranya adalah:
1. Jenis sumber air utama yang digunakan untuk diminum;
2. Jenis sumber air utama yang digunakan untuk memasak, mandi, dan
mencuci;
3. Jarak sumber air ke penampungan limbah/kotoran/tinja terdekat ≥ 10
meter.
Dalam rangka mencapai program tersebut dibutuhkan komitmen seluruh
pelaku pengawasan air minum dan sanitasi serta diperlukan advokasi yang
dapat meningkatkan keterlibatan aktif oleh seluruh pihak.Program
pembangunan air minum dan sanitasi dikabupaten lampung selatan telah
dilaksanakan dengan baik melalui kejasama oleh BPSPAM PAMSIMAS
sejak tahun 2014. Hingga saat ini telah terbangun 97 sambungan air minum
(SAM) berupa sumur bor/ gravitasi mata airyang dibangun oleh pamsimas
yang tersebar di 69 Desa dari 15 Kecamatan dengan jumlah 4.277 sambungan
rumah atau 17.108 pengguna. Adapun peningkatan penduduk dengan akses
air minum layak pada Kabupaten Lampung Selatan yaitu sebagai berikut;

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


118

Gambar 7.1 Persentase Penduduk Yang Memiliki Akses Air Minum


Layak Tahun 2015-2019

Sumber : Seksi Kesehatan Lingkungan Kesehatan Kerja dan Olahraga Dinas Kesehatan, 2019

Gambar 7.2 Persentase Penduduk Dengan Akses Berkelanjutan


Terhadap Air Minum Berkualitas (Layak) Kab. Lampung Selatan
Tahun 2019

Target Renstra
2019 (85%)

Sumber : Seksi Kesehatan Lingkungan Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2019

Dari gambar 7.2 menunjukkan bahwa pada Kabupaten Lampung Selatan,


persentase rumah tangga dengan akses air minum layak sebesar 85%, hal ini

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


119

telah mencapai target Renstra Dinas Kesehatan 2019 yaitu sebesar 85%.
Persentase Puskesmas dengan rumah tangga yg memiliki akses air minum
layak yang mencapai target yaitu terdapat pada 14 Puskesmas, sedangkan 12
Puskesmas lainnya belum mencapai target Renstra Dinas Kesehatan tahun
2019.

Pengawasan kualitas air minum diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan


Nomor736/MENKES/PER/VI/2010 tentang Tata Laksana dan Pengawasan
Kualitas Air Minum, Pada data diatas secara Kabupaten tahun 2019 sarana
yang dilakukan pengawasan Kualitas Air minum yaitu 54% (248 sarana),
terdapat 67% (166 sarana air minum ) yang beresiko rendah dan sedang, serta
39.1% (97 sarana) diantaranya diambil sampel airnya sebagai pelaksanaan
pengawasan sarana air minum. Hal tersebut telah mencapai target Renstra
Kementerian Kesehatan tahun 2019 yaitu 40%. Belum semua Puskesmas
mencapai target Renstra Kemenkes tahun 2019. Adapun Puskesmas yang
belum mencapai target yaitu Puskesmas RI Rajabasa (38%), Puskesmas Palas
(32%), Puskesmas RI Talang Jawa (29%), Puskesmas Candipuro (26%), dan
Puskesmas Way Panji dengan persentase hanya 25%.

Gambar 7.3 Persentase Sarana Air Minum Yang dilakukan Pengawasan


Tahun 2019

Target
Renstra
2019 (40%)

Sumber : Seksi Kesehatan Lingkungan Kesehatan Kerja dan Olahraga Dinas Kesehatan, 2019

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


120

Melalui sarana yang telah di lakukan IKL (Inspeksi Kesehatan Lingkungan)


dan yang dinyatakan sebagai sarana air minum dgn resiko rendah+ sedang,
tidak semua sarana yang dilakukan pemeriksaan Laboraturium hanya 21.2%
(97 sarana) yang dilakukan pengambilan sampel/pemeriksaan laboraturium
dengan hasil 62,9% (61 sarana) yang sesuai dengan ambang batas kesehatan.
Terbatasnya pemeriksaan sampel air ini terkait dengan pendanaan yang masih
minim untuk pengujian sampel air.

Upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan Akses penduduk yang


memiliki akses air minum layak adalah pengaktifan kembali POKJA AMPL
Kabupaten, koordinasi oleh lintas program dan sektoral maupun lembaga
swasta dalam pencapaian akses air minum layak, pelatihan pada petugas
sanitasi dalam melakukan pengambilan sampel air, melakukan pelatihan dan
penyuluhan pada penyelenggara sarana air minum dan masyarakat dalam cara
pengolahan dan pengamanan air yang sesuai standar kesehatan.

7.2 Akses Terhadap Fasilitas Sanitasi Yang Layak (Jamban Sehat)


Sanitasi layak merupakan kebutuhan dasar manusia selain air bersih. Sanitasi
Layak ini merupakan salah satu poin dalam tujuan pembangunan
berkelanjutan (sustainable development goals/SDGs) pada sektor lingkungan
hidup adalah memastikan masyarakat mencapai akses universal air bersih dan
sanitasi.

Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan


maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan
buangan berbahaya lainnyadengan harapan usaha ini akan menjaga dan
meningkatkan kesehatan manusia. Sanitasi yang baik merupakan elemen
penting yang menunjang kesehatan manusia. Definisi sanitasi dari WHO
adalah tindakan pencegahan penyakit dengan memutus dan mengendalikan
faktor lingkungan yang menjadi rantai penularan penyakit. Indikator sanitasi
layak disini adalah jamban sehat.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


121

Gambar 7.4 Persentase Keluarga dengan Akses Terhadap Fasilitas


Sanitasi Yang Layak (Jamban Sehat) Tahun 2019

Sumber : Seksi Kesehatan Lingkungan Kesehatan Kerja dan Olahraga Dinas Kesehatan,
2019

Pada tahun 2019 persentase penduduk yang memiliki akses sanitasi layak di
Kabupaten Lampung Selatan sudah mencapai 100 % (263.219 KK). Akses
jamban sehat mengalami peningkatan dari tahun- tahun sebelumnya yakni
92.1% pada tahun 2018, 85% pada tahun 2017 dan 68,1% pada tahun 2016
namun akses sanitasi layak/ jamban sehat pada tahun ini sudah mencapai
target Renstra tahun 2019 yaitu 100%.

Peningkatan jamban yang memenuhi syarat (akses sanitasi layak) dipengaruhi


oleh kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan Program
Swasembada WC yang dicanangkan di Kabupaten Lampung selatan serta

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


122

diterapkan di desa dengan dibantu sanitarian, bidan desa, kader kesehatan


serta dukungan dari tokoh masyarakat/ perangkat desa yang ada. Disamping
itu kegiatan arisan jamban oleh wirausaha mikro yang didukung oleh BMT
serta adanya kegiatan pelatihan pembuatan jamban sangat berpengaruh besar
dalam meningkatkan kepemilikan jamban sehat pada masyarakat.

Pada tahun 2019 Kabupaten Lampung Selatan mendeklarasikan Kabupaten


ODF (Open Defecation Free) yang berarti bahwa kabupaten tersebut semua
warganya sudah mempunyai akses jamban sehat. Di Kabupaten Lampung
Selatan hingga tahun 2019 terdapat 8 kecamatan yang berstatus 100%
memiliki jamban sehat dan telah menjadi desa Stop BABS (Buang Air Besar
Sembarangan) atau yang biasa disebut desa ODF(Open Defecation Free), hal
tersebut dapat terlaksana karena adanya Kerjasama Dinas Kesehatan dengan
Lintas Sektoral dan adanya pendampingan dari Lembaga SNV Indonesia
dalam mempercepat desa ODF serta adanya kegiatan pelatihan pembuatan
jamban pada desa/ Kecamatan, hal ini mendorong kemandirian masyarakat
dalam pembangunan jamban sehat. Namun pada Kabupaten Lampung Selatan
masih terdapat 9 kecamatan yang dibeberapa desa pada wilayahnya masih
terdapat warga yang belum memiliki jamban sehat/BAB masih sharing pada
tetangga terdekat.

7.3 Persentase Desa STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Sanitasi


Total Berbasis Masyarakat (STBM), yang dimaksud dengan STBM adalah
pendekatan untuk mengubah perilakuhigienis dan sanitasi melalui
pemberdayaan masyarakat dengan cara pemicuan. Penyelenggaraan STBM
bertujuan untuk mewujudkan perilaku yang higienis dan saniter secara
mandiri dalam rangkameningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.Strategi STBM merupakan strategi yang berfokus pada
perubahan perilaku, penciptaan kebutuhan dan meningkatkan supply pasar
untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Dalam pelaksanaan STBM berpedoman pada lima pilar sebagai berikut:

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


123

1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBABS).


2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS).
3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMMRT).
4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga (PSRT).
5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga (PLCRT).
STBM digunakan sebagai sarana pemerintah dalam pencapaian akses sanitasi
menuju universal access padaakhir tahun 2019. Dalam Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 3 Tahun 2014, strategi penyelenggaraan Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat (STBM) meliputi 3 (tiga) komponen yang saling
mendukung satu denganyang lain yang disebut dengan 3 komponen sanitasi
total yaitu:
1. Penciptaan lingkungan yang kondusif (enabling environment);
2. Peningkatan kebutuhan sanitasi (demand creation);
3. Peningkatan penyediaan akses sanitasi (supply improvement);

Desa STBM adalah desa yang telah mencapai 100% penduduk melaksanakan
5 Pilar STBM. Desa yang melaksanakan STBM adalah desa yang
terverifikasi melaksanakan salah satu pilar dari program STBM. Desa yang
terverifikasi sebagai desa melaksanakan STBM adalah dengan memenuhi
kriteria sebagai berikut :

1. Telah dilakukan pemicuan STBM (upaya untuk menuju perubahan


perilaku masyarakat yang hygiene dan saniter melalui pemberdayaan
masyarakat dengan metode partisipatori berprinsip padapendekatan CLTS
(Community-Led Total Sanitation).
2. Telah memiliki natural leader (anggota masyarakat baik individu maupun
kelompok masyarakatyang memotori gerakan STBM di masyarakat
tersebut).
3. Telah memiliki Rencana Kerja Masyarakat (RKM).

Pada tahun 2019 Kabupaten Lampung Selatan belum terdapat desa STBM,
namun desa yang melaksanakan STBM telah mencapai 100% (260 desa).

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


124

Gambar 7.5 Persentase Desa Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis


Masyarakat di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Seksi Kesehatan Lingkungan Kesehatan Kerja dan Olahraga Dinas Kesehatan, 2019

Pada diagram diatas dapat diketahui data desa yang melaksanakan STBM
per-tahun dengan jumlah seluruh desa/kelurahan di Lampung Selatan adalah
260 desa. Pada tahun 2019 seluruh desa telah melaksanakan STBM atau
dengan jumlah 260 desa/kelurahan, angka ini telah mencapai target Rencana
Strategis (Renstra) Dinas Kesehatan Lampung Selatan tahun 2019 yaitu 260
desa/kelurahan.

Desa yang melaksanakan STBM selalu meningkat setiap tahun yaitu pada
tahun 2015 hanya 57% (149 desa), tahun 2016 yaitu 62% (161 desa), dan
pada tahun ini terdapat 1 desa ODF yaitu desa Banyumas Kecamatan
Candipuro, pada tahun 2017 desa yang melaksanakan STBM mencapai 193
desa atau mengalami peningkatan 12% dari tahun sebelumnya dan juga
terdapat 27 desa dinyatakan telah ODF yaitu desa Gandri, Klaten, Pisang
(pada Kecamatan Penengahan), Sumber Jaya (Kecamatan Jati Agung), Puji
Rahayu (Kecamatan Merbau Mataram) serta semua desa (14 desa) yang ada
di Kecamatan Candipuro dan semua desa (8 desa) yang ada di Kecamatan
Tanjung Sari.

Sedangkan pada tahun 2018 persentase desa melaksanakan STBM mencapai


86,5% (225 desa) diantaranya 84 desa telah ODF yaitu 6 desa pada
Kecamatan Penengahan, 8 desa pada Kecamatan Ketapang, 11 desa pada
Kecamatan Palas, 3 desa pada Kecamatan Kalianda, 3 desa pada Kecamatan
Rajabasa, 2 desa pada Kecamatan Sidomulyo, 1 desa pada Kecamatan Way
Sulan, 14 desa pada Kecamatan Candipuro, 8 desa pada Kecamatan Tanjung

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


125

Sari, 5 desa pada Kecamatan Merbau Mataram,11 desa pada Kecamatan


Tanjung Bintang, 5 desa pada Kecamatan Jati Agung dan 7 desa pada
Kecamatan Natar, pada tahun 2019 desa yang melaksanakan STBM mencapai
100% dan juga diikuti 8 kecamatan yang telah mendeklarasikan desanya
100% memiliki jamban sehat / telah Open Defecation Free.

Namun dalam upaya pencapaian target Universal Access 2019 (akses sanitasi
layak) masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi diantaranya adalah
proses peningkatan perubahan perilaku pada masyarakat cenderung
membutuhkan waktu serta kurangnya SDM dalam pendampingan kepada
masyarakat untuk menerapkan perilaku yang lebih sehat dalam kehidupan
sehari-hari secara berkesinambungan,dalam hal ini dibentuklah kerjasama
lintas program dan sektoral dalam rangka mempercepat target desa ODF
dengan harapan pada tahun mendatang, masyarakat telah memiliki jambah
sehat pada setiap rumah dan juga menjaga perilaku agar tidak buang air besar
sembarangan.

Pada Kabupaten Lampung Selatan dalam rangka pencapaian target desa ODF
memiliki program inovatif yaitu SWASEMBADA WC. Program ini
merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat desa yang salah satu tujuanya
adalah menggerakan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program
pembangunan kesehatan lingkungan dimana masyarakat diberikan
penyuluhan mengenai STBM khususnya pilar-1, dan sebagai program yang
berada ditengah masyarakat dan bersentuhan langsung dengan masyarakat
diperlukan tim penggerak yang mampu menebar inspirasi, motivasi dan
mengawal secara tekhnik pelaksanaan program dilapangan yang berasal dari
masyarakat itu sendiri oleh karena itu dibentuklah tentara STBM sebagai
penggerak dan pendampingan pada masyarakat.

Dalam rangka mengembangkan dan menyebarluaskan pembelajaran yang


diperoleh dalam pelaksanaan SWASEMBADA WC, tentara STBM didukung
oleh pemerintah daerah serta Lembaga SNV Indonesia membentuk sekolah
SWASEMBADA WC yang mana hal ini menjadi sebuah wadah sebagai
tempat mengumpulkan pembelajaran dan informasi yang diharapkan dapat

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


126

ditularkan kepada berbagai pihak baik didalam maupun luar daerah.


Meskipun masih terdapat masyarakat yang melakukan BAB sharing/
menumpang pada tetangga terdekat namun melalui program Inovatif ini telah
banyak berhasil mengubah pengetahuan dan perilaku masyarakat yang masih
buang air besar sembarangan dan tidak memiliki jamban menjadi masyarakat
yang mandiri/sadar untuk membangun serta memiliki jamban sehat dirumah
masing – masing.

7.4 Persentase Tempat-tempat Umum (TTU) Yang Memenuhi


Tempat-Tempat Umum (TTU) adalah tempat atau sarana umum yang
digunakan untuk kegiatan masyarakat dan diselenggarakan oleh
pemerintah/swasta atau perorangan, antara lain pasar rakyat, sekolah,
fasyankes, tempat ibadah dan tempat umum lainnya. TTU dinyatakan sehat
apabila memenuhi persyaratan fisiologis, psikologis, dan dapat mencegah
penularan penyakit antar pengguna, penghuni, dan masyarakat sekitarnya
serta memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya masalah kesehatan.

Pelayanan yang diberikan pada sarana TTU adalah pembinaan dan


pemeriksaan laik hygiene sanitasi tempat tempat umum. Pengawasan tempat
umum ini merupakan usaha untuk mengawasi kegiatan yang berlangsung
ditempat – tempat umum terutama erat hubunganya dengan timbulnya/tempat
penularan suatu penyakit mengingat tempat tempat umum banyak yang
mengunjungi, sehingga pengawasan TTU ini sangat dibutuhkan. Adapun
item yang harus dimiliki pada sarana TTU yaitu sarana air bersih,
pengelolaan sampah yang memenuhi syarat, toilet memenuhi syarat, SPAL
memenuhi syarat kesehatan, sarana cuci tangan, ventilasi yang baik, luas
lantai/ruangan yang sesuai dengan banyaknya pengunjung serta pencahayaan
yang sesuai.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


127

Gambar 7.6 Persentase sarana Tempat – Tempat Umum Memenuhi


Syarat Tahun 2019

Sumber : Seksi Kesehatan Lingkungan Kesehatan Kerja dan Olahraga Dinas Kesehatan, 2019

Pada tahun 2019 sarana tempat-tempat umum yang memenuhi syarat


kesehatan di Lampung Selatan yaitu sebanyak 1654 sarana (66%) hal ini telah
mencapai target Renstra Dinas Kesehatan yaitu 54%. Jumlah TTU pada tahun
ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun 2018 yaitu 631 sarana dan tahun
2017 hanya 556 sarana), meskipun puskesmas di Lampung Selatan telah
memiliki peralatan pengukuran parameter kualitas lingkungan yang lengkap,
namun penyehatan tempat- tempat umum belum dapat dilakukan menyeluruh
dikarenakan terkendala pada anggaran. Pembiayaan kegiatan pengawasan
sarana TTU masih terbatas, dan masih belum optimalnya koordinasi, baik
lintas program maupun lintas sektoral serta pada institusi terkait.

Pengawasan TTU ini dilakukan untuk memutus rantai penyebaran atau


penularan penyakit akibat sanitasi yang buruk dikarena TTU merupakan
tempat berkumpulnya masyarakat. Penyuluhan dan pembinaan tekhnis TTU
Harus dilakukan secara kontinu demi meningkatkan kesadaran pemilik/
pengelola TTU tersebut dalam mengelola sarana TTU yang memenuhi syarat
serta meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga Kebersihan
Lingkungan pada TTU.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


128

7.5 Persentase Tempat Pengelolaan Makanan

Sebagai salah satu jenis tempat pelayanan umum yang mengolah dan
menyediakan makanan bagi masyarakat banyak, maka Tempat Pengelolaan
Makanan (TPM) memiliki potensi yang cukup besaruntuk menimbulkan
gangguan kesehatan atau penyakit bahkan keracunan akibat dari makanan
yang dihasilkannya. TPM adalah usaha pengelolaan makanan yang meliputi
jasaboga atau katering, rumahmakan dan restoran, depot air minum, kantin,
dan sentra makanan jajanan.

Pelaksanaan kegiatan higiene sanitasi pangan merupakan salah satu aspek


dalam menjaga keamanan pangan yang harus dilaksanakan secara terstruktur
dan terukur dengan kegiatan, sasaran dan ukuran kinerja yang jelas, pada
pelaksanaan pengawasan TPM belum semua dapat terjangkau karena masih
terbatasnya anggaran sanitasi dalam rangka kegiatan pengawasan tempat
pengolahan makanan, dan dalam pengawasan TPM masih banyaknya
pengelola yang belum peduli dan memahami pentingnya mengajukan
pembuatan sertifikat layak higiene sanitasi yang dikeluarkan oleh dinas
Kesehatan.

Item persyaratan higiene sanitasi TPM yang harus dipenuhi berdasarkan


Kepmenkes Nomor.1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang persyaratan hygiene
sanitasi rumah makan dan restoran meliputi:
1. persyaratan lokasi dan bangunan,
2. persyaratan fasilitas sanitasi,
3. persyaratan dapur, rumah makan, dan gudang makanan,
4. persyaratan bahan makanan dan makanan jadi,
5. persyaratan pengolahan makanan,
6. persyaratan penyimpanan bahan makanan dan makanan jadi,
7. persyaratan penyajian makanan jadi,
8. persyaratan peralatan yang digunakan

Pada gambar 7.7 diatas menyajikan data persentase TPM memenuhi syarat di
Kabupaten Lampung Selatan. Dimana cakupan total TPM memenuhi syarat

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


129

yaitu 47,5%, dalam hal ini untuk Capaian TPM Memenuhi syarat telah
mencapai target Renstra tahun 2019 yaitu 32%. Dan capaian ini mengalami
peningkatan dari tahun 2018 yaitu 46,2%. Walaupun peningkatan cakupan
sarana TPM ini tidak signifikan namun hal ini telah menunjukan adanya
kesadaran dari pengelola/ pemilik Tempat pengelolaan makanan (TPM)
dalam melakukan perbaikan sarana sanitasi pada tempat usahanya. Dalam hal
ini tidak lepas dari peran petugas kesehatan/sanitarian yang melakukan
pembinaan serta penyuluhan tentang hygiene sanitasi pangan pada pemilik
dan pengelola sarana TPM.

Gambar 7.7 Persentase Tempat Pengelolaan Makanan Memenuhi Syarat


Di Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Sumber : Seksi Kesehatan Lingkungan Kesehatan Kerja dan Olahraga Dinas Kesehatan, 2019

Kegiatan penyehatan TPM harus terus dilaksanakan secara


berkesinambungan guna memutus rantai penyebaran penyakit yang
bersumber dari aktifitas pengolahan makanan/minuman yang dikarenakan
penjamah tidak mengetahui/ tidak mengikuti prosedur pengolahan sesuai
aturan kesehatan. Kegiatan ini juga dilaksanakan guna mengurangi
penyalahgunaan dalam penggunaan bahan berbahaya pada proses pengolahan
makanan serta kegiatan pelatihan bagi penjamah makanan harus tetap
diselenggarakan guna memberikan pengetahuan tentang personal hygiene

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


130

pada pengelola dan pengetahuan tentang hygiene sanitasi pangan juga sangat
erat hubunganya dalam menghindari kasus keracunan serta memutus
penularan penyakit akibat dari personal hygiene yang masih belum terjaga,
sarana sanitasi yang tidak memenuhi syarat dan juga peralatan yang
digunakan belum berstandar SNI ataupun memenuhi syarat kesehatan.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


131

BAB VIII
PENUTUP

8.1 Kesimpulan
8.1.1 Secara umum hasil capaian program di Kabupaten Lampung
Selatan Tahun 2019 menunjukkan peningkatan apabila
dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

8.1.2 Permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh Pemerintah Kabupaten


Lampung Selatan pada tahun 2019 yaitu: masih ditemukannya
kasus kematian ibu dan bayi, kasus gizi buruk dan stunting, serta
penyakit yang bersumber dari binatang (DBD dan Malaria).

8.1.3 Trend pembiayaan kesehatan terhadap APBD Kabupaten Lampung


Selatan periode tahun 2012 s.d. 2019 cenderung meningkat,
meskipun sempat mengalami penurunan pada tahun 2019 (9,49%)
dibandingkan tahun sebelumnya, 2018 (10%). Namun demikian,
trend anggaran kesehatan di Dinas Kesehatan mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun.

8.2 Saran
8.2.1 Berbagai upaya kesehatan yang telah dilaksanakan dalam rangka
meningkatkan capaian program dan mengatasi permasalahan yang
ada antara lain: melaksanakan delapan program prioritas sesuai
urutan permasalahan yang dihadapi, yaitu program kesehatan
keluarga, lingkungan sehat, promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat, upaya kesehatan masyarakat, program sumber daya
kesehatan, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan program
perbaikan gizi.

8.2.2 Diperlukannya upaya meningkatkan kesinambungan program


unggulan yang sudah berjalan, salah satunya dalam penurunan

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019


132

kasus stunting dan perbaikan gizi balita melalui Program


Swaembada Gizi dan Program Gertak SIceting (Gerakan Aksi
Cegah Stunting).

8.2.3 Sangat diperlukan dukungan anggaran maupun kebijakan yang


memadai dari Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan. Dukungan
lintas sektoral terkait seperti DPRD, dan peran aktif lembaga
swadaya masyarakat dalam upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang optimal.

Profil Kesehatan Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai