Anda di halaman 1dari 11

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH IM 04.

01
RUMAH SAKIT TK IV IM 07.01

MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PELAYANAN TB DOTS


DI RUMAH SAKIT TK IV IM 07.01 LHOKSEUMAWE

TAHUN 2019
MONITORING DAN EVALUASI TB DOTS
TAHUN 2019

A. Pendahuluan

Di Indonesia, penyebaran Tuberculosis dari tahun ketahun mengalami


kecenderungan peningkatan 2 – 5%. Peningkatan terutama terjadi beberapa
tahun terakhir pada periode 1997 – 2002, bersamaan dengan krisis ekonomi
yang melanda Indonesia. Setiap tahun, di Indonesia diperkirakan terdapat
262.000 penderita baru.1 Penanggulangan tuberkulosis (TB) mengalami
banyak kemajuan, bahkankini, hamper mendekati target Millenium
Development Goals (MDGs). Target MDGs padatahun 2015 adalah 222 per
100.000 penduduk untuk rasio penderita TB. Indonesia pada tahun 2008 telah
mencapa iprevalensi TB 253 per 100.000 penduduk.
Angka kematian TB pada tahun 2008 juga menurun tajam menjadi 38
per 100.000 penduduk dibandingkan tahun 1990 sebesar 92 per 100.000
penduduk. Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia, kini
penanggulangan TB di Indonesia menjadi lebih baik. Data statistik World
Health Organization (WHO) menunjukkan pada tahun 2009 peringkat
Indonesia turun dari peringkat ketiga menjadi peringkat kelima dunia dengan
jumlah insiden TB tertinggi setelah India, China, Afrika Selatan, dan Nigeria.
Beberapa hasil dan pencapaian program TB, angka keberhasilan pengobatan
TB di Indonesia naik sebesar 91% pada tahun 2008. Target pencapaian
angka penemuan kasus TB Paruatau Case Detection Rate (CDR) tahun 2009
telah mencapai 73,1%.
Insiden TB Paru sejak tahun 1998 – 2005 memperlihatkan trend yang
menurundan rata-rata penurunan insiden TB Paru positif tahun 2005 – 2007
adalah 2,4%.2 Departemen Kesehatan Republik Indonesia menetapkan
kebijakan operasional program pemberantasan TB paru dengan target angka
kesembuhan minimal 85% dari semua penderita Basil Tahan Asam (BTA)
positif yang ditemukan. Konversi minimal 85% dan target cakupan penemuan
penderita/kasus tahun 2007 adalah 74% dari perkiraan semua penderita baru
BTA positif. Dalam jangka panjang diharapkan angka kesakitan dan kematian
penyakit ini dapat ditekan dengan cara memutus mata rantai penularannya,
sehingga penyakit TB tidak lagi merupakan masalah kesehatan di Indonesia

Untuk menunjang keberhasilan program penanggulangan TB diperlukan


adanya data epidemiologi penyakit TB. Data tersebut dapat diperoleh melalui
kegiatan surveilans epidemiologi TB. Surveilans TB berperan untuk
menyediakan data yang valid bagi manajemen kesehatan untuk menentukan
tindakan yang tepat dalam penaggulangan dan pengendalian TB (Dinkes,
Prov, Jateng, 2006). Serta berperan untuk membantu meningkatkan
manajemen kasus serta monitoring program P2TB (Depkes, 2003)

B. Pengumpulan dan Pengolahan Data


Pengumpulan data TB dikerjakan ditingkat puskesmas/rumah sakit dan
di tingkat kabupaten/kota, sehingga instrumennnya terbagi 2, Tahapan dalam
mengumpulkan dan mengolah data TB di rumah sakit yaitu sebagai berikut:
1. Instrumen pengumpulan data TB
Instrumen program P2TB terdiri dari 13 formulir yang harus diisi oleh
semua pelaksana program TB baik di Puskesmas ataupun di rumah sakit
(Nizar, 2010 ; Depkes, 2009) yaitu:
a. TB-01 adalah kartu pengobatan pasien TB yang diisi oleh petugas TB
b. TB-02 merupakan kartu identitas pasien
c. TB-04 merupakan register laboraorium TB yang diisi oleh petugas
laboratorium
d. TB-05 merupakan formulir permohonan laboratorium TB untuk
pemeriksaan dahak yang diisi oleh petugas BP dan kemudian dijawab
oleh petugas laboratorium mengenai hasil laboratorim
e. TB-06 merupakan daftar tersangka atau suspek yang diperiksa dahak
SPS dan diisi oleh petugas di Poliklinik/BP guna menjaring suspek TB
f. TB-09 merupakan formulir rujukan/pindah pasien yang diisi oleh
petugas BP
g. TB-10 merupakan formulir hasil akhir pengobatan dari pasien TB
pindahan/rujukan
Formulir yang digunakan oleh petugas di Dinkes kabupaten/Kota dalam
mencatat dan melaporkan menurut Nizar (2010) adalah sebagai berikut:

a. TB-03 merupakan register TB Kabupaten


b. TB-07 merupakan laporan Triwulan penemuan dan pengobatan pasien
TB
c. TB-08 merupakan laporan Triwulan hasil pengobatan TB
d. TB-11 merupakan laporan Triwulan hasil konversi dahak akhir tahap
inensif
e. TB-12 merupakan formulir pemeriksaan sediaan untuk uji silang dan
analisis hasil uji silang Kabupaten
f. TB-13 berisi laoran OAT

2. Cara pengumpulan data


Data program TB dapat dilakukan dengan menggunakan sistem
surveilans pasif melalui penjaringan di BP puskesmas, pustu, atau bidan
desa (Nizar, 2010; Depkes, 2009). Pengumpulan data dengan instrumen di
atas merupakan tugas dan wewenang tiap level pelaksana.
Puskesmas/rumah saki sebagai bagian dari pengumpulan data untuk
mengisi atau melngkapi daftar isian formulir. Sedangkan wasor
kabupaten/kota yaitu melaksanakan pengendalian keteraturan pengobatan
setiap triwulan, memeriksa kelengkapan dan kebenaran data yang
dikumpulkan oelh puskesmas/rumah sakit, mengisi formulir TB-03,
memberikan nomor register kabupaten pada form TB-01, selain itu juga
mengevaluasi cakupan program dan membina petugas untuk
meningkatkan kinerja dengan membahas permasalahan dan hambatan
yang dihadapi dengan metode pemecahan masalah melalui pendekatan
sistem yang benar dan utuh (Nizar, 2010).
Pengumpulan data ini bila dilihat dari sesi surveilans termasuk
dalam surveilans aktif. Akan tetapi, ada juga wasor Kabupaten/Kota yang
mengerjakannya secara pasif. Kelemahannya ialah wasor tidak dapat
membina petugas mengenai cakupan program dan ini terjadi apabila luas
daerah binaan lebih dari 20 unit puskesmas (Nizar, 2010).
3. Pengolahan data TB
Pengolahan data TB di tingkat kabupaten/kota dilakukan oleh
wasor TB. Data yang diolah yaitu data yang bersumber dari TB-03 dan
dikelola sesuai kebutuhan. Untuk mempermudah dalam pengolahan data,
wasor mengembangkan formulir unuk mengklasifikasi data menurut orang
lengkap dengan jenis kelamin dan kelompok usia, menurut waktu dan
tempat yang dirinci menuru sumber data (Nizar, 2010).

4. Monitoring dan evaluasi surveilans TB


Evaluasi terhadap sistem surveilans perlu dipersiapkan untuk
melihat kemanfaatan dan kemajuan sistem surveilans yang telah dibentuk
terhadap sasaran yang diharapkan. Tujuan dari evaluasi adalah
meningkatkan sumber-sumber yang terkandung dalam bidang kesehatan
secara maksimal melalui pengembangan sistem surveilans yang efektif
dan efisien (Depkes, 2003). Selain itu, tujuan evaluasi sistem surveilans
dalam kesehatan masyarakat yaitu untuk memastikan permasalahan
penting dari keefektifan dari suatu sistem surveilans. Dalam menilai sistem
perlu mempertimbangkan indikator yang dapat digunakan untuk menilai
kinerja surveilans yang meliputi indikator input, process, dan output yang
dikembangkan.

5. Monitoring dan evalusi


Monitoring dilakukan untuk mengetahui keberhasilan ataupun
kendala yang ada dalam pelaksanaan siste surveilans dan utamanya
dilakukan terhadap proses dan output surveilans. Dengan adanya kegiatan
monitoring diharapkan sistem manajemen daat segera diketahui
kelemahannya, sehingga dapat segera diperbaiki. Melalui kegiatan
evaluasi dapat ditentukan strategi penyusunan perencanaan kegiatan
surveilans di tahun berikutnya. Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan
melalui kegiatan pertemuan, kunjungan, penerapan kendali mutu dan
seminar. Dalam melakukan kegiatan monitoring dan evaluasi kinerja unit
surveilans disesuaikan dengan setiap tahapan sistem, yaitu berupa
indikator input, indikator proses dan indikator output. Indikator tersebut
disesuaikan dengan jenis kegiatan surveilans dan kondisi setempat
(Depkes, 2003).
Evaluasi terhadap sistem surveilans dilakukan dengan tujuan untuk
memastikan bahwa masalah kesehatan masyarakat yang ada memerlukan
kegiatan surveilan dengan sistem yang efektif dan efisien, sehingga
pemanfaatan sumber daya di bidang kesehatan dapat ditingkatkan.
Evaluasi surveilans kesehatan masyarakat harus dilaksanakan secara
teratur dan dapat menghasilkan suatu rekomendasi untuk meningkatkan
kualitas, efisiensi, dan kegunaan dari sistem surveilans yang ada. Evaluasi
ini berfokus pada bagaiman sistem berjalan sesuai tujuan (Depkes, 2003).

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran dan evaluasi input sistem surveilans
penemuan suspek TB di Rumah Sakit Tk IV IM 07.01 Lhokseumawe.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran dan evaluasi tenaga pelaksana pada
input sistem surveilans TB di Rumah Sakit Tk IV IM 07.01
Lhokseumawe.
b. Untuk mengetahui gambaran dan evaluasi material (sarana dan
prasarana) pada input sistem surveilans TB di Rumah Sakit Tk IV IM
07.01 Lhokseumawe.
c. Untuk mengetahui gambaran dan evaluasi meode pada input sistem
surveilans TB di Rumah Sakit Tk IV IM 07.01 Lhokseumawe.
d. Untuk mengetahui gambaran dan evaluasi money (pendanaan) pada
input sistem surveilans TB di Rumah Sakit Tk IV IM 07.01
Lhokseumawe.
Data Pasien TB Paru TW I, II, dan III Tahun 2019 Rumah Sakit TK IV IM 07.01
Lhokseumawe

50 CDR
45
45
BTA
40 39
40 Positif (+)
BTA
35 Negatif (-)
30
28 BTA
27 Konversi
25
25 CR

20 DO
15 15
15
12 Pindah
10 10 9 9
10 8 Berobat
7
3 Kambuh
5
2
0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 EP
0
Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah pasien CDR pada TW 1 yaitu sebanyak

40 orang, jumlah BTA Positif (+) sebanyak 15 orang, jumlah BTA Negatif (-) 25 orang,

jumlah EP sebanyak 2 orang, jumlah BTA konversi sebanyak 15 orang, jumlah pasien

pindah sebanyak 7 orang, jumlah pasien yang putus obat sebanyak 1 orang dan jumlah

pasien yang masih dalam pengobatan sebanyak 33 orang. Pada TW 2 jumlah pasien

CDR sebanyak 37 orang, jumlah BTA Positif (+) 10 orang, jumlah BTA Negatif (-) 27

orang, jumlah EP 6 orang, jumlah BTA konversi 10 orang. Dan pada TW 3 jumlah pasien

CDR sebanyak sebanyak 37 orang, jumlah BTA+ 9 orang, jumlah BTA- 28 orang, jumlah

EP 8 orang, jumlah BTA konversi 9 orang, jumlah pasien pindah sebanyak 3 orang,

jumlah pasien yang sembuh sebanyak 2 orang, dan jumlah pasien yang lengkap berobat

sebanyak sebanyak 1 orang.


Data Pasien TB Paru Laki-Laki dan Perempuan Bulan Januari S/D September
2019 Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe

25
16
14 10 Laki-
20
laki
6
8
15
6 7
Perem
9 8 puan
10
3 2 6
6 6 5
5 4
5 3

0
Januari Februari Maret April Mai Juni Juli Agustus September

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa pada bulan Januari jumlah pasien laki-laki

sebanyak 16 orang dan jumlah pasien perempuan sebanyak 6 orang. Pada bulan

Februari jumlah pasien laki-laki sebanyak 3 orang dan jumlah pasien perempuan

sebanyak 3 orang. Pada bulan Maret jumlah pasien laki-laki sebanyak 6 orang dan

jumlah pasien perempuan sebanyak 6 orang. Pada bulan April jumlah pasien laki-laki

sebanyak 2 orang dan jumlah pasien perempuan sebanyak 5 orang. Pada bulan Mai

jumlah pasien laki-laki sebanyak 14 orang dan jumlah pasien perempuan sebanyak 4

orang. Pada bulan Juni jumlah pasien laki-laki sebanyak 8 orang dan jumlah pasien

perempuan sebanyak 6 orang.


Pada bulan Juli jumlah pasien laki-laki sebanyak 6 orang dan jumlah pasien

perempuan sebanyak 9 orang. Pada bulan Agustus jumlah pasien laki-laki sebanyak 7

orang dan jumlah pasien perempuan sebanyak 5 orang. Dan pada bulan September

jumlah pasien laki-laki sebanyak 10 orang dan jumlah pasien perempuan sebanyak 8

orang.

Lhokseumawe , 30 September 2019

Mengetahui,
Ketua Tim DOTS

dr. Arif Puguh Santoso, Sp.Pd, M.Kes


Mayor Ckm NRP 11030001780475

Anda mungkin juga menyukai