Anda di halaman 1dari 52

Universitas Kristen Krida Wacana

Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Diare pada Balita


di Puskesmas Kecamatan Tambora
Periode September 2020 sampai dengan Agustus 2021

Oleh :
Welhelmina Bendelina Lobo

Kepanitraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta, September 2021
Universitas Kristen Krida Wacana

Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Diare pada Balita


di Puskesmas Kecamatan Tambora
Periode September 2020 sampai dengan Agustus 2021

Oleh :
Welhelmina Bendelina Lobo
112019080

Kepanitraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jakarta, September 2021
Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Diare pada Balita
di Puskesmas Kecamatan Tambora
Periode September 2020 sampai dengan Agustus 2021

Lembar Persetujuan
Jakarta, September 2021

Pembimbing

Dr. dr. Djap Hadi Susanto, M.Kes.

Penguji I Penguji II

dr. Julianti S, M.Kes dr. Diana Tumilisar


Kata Pengantar

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah evaluasi program yang berjudul
“Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Diare pada Balita di Puskesmas Kecamatan Tambora
Periode September 2020 sampai dengan Agustus 2021” ini. Evaluasi program yang dilaksanakan
sebagai salah satu tugas kepaniteraan klinik Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran
Kristen Krida Wacana ini bertujuan mengetahui tingkat keberhasilan program, permasalahan
pelaksanaan dan cara penyelesaian permasalahan pengendalian penyakit diare.
Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bimbingan yang
telah diberikan dalam rangka penyelesaian evaluasi program ini kepada:
1. dr. Melda Suryana, M.Epid.
2. Dr. dr. Djap Hadi Susanto, M.Kes.
3. dr. E. Irwandy Tirtawidjaja.
4. dr. Ernawaty Tamba, MKM.
5. dr. Julianti Sutanto, M.Kes.
6. dr. Ernawaty Tamba, MKM.
7. Dr. dr. A. Aris Susanto, MS, SpOK.
8. dr. Diana L. Tumilisar.
9. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
10. Drg. Kristiani Dwi Hastuti selaku Kepala UPTD Puskesmas Kecamatan Tambora
11. dr.Nurhayati selaku Pembimbing Dokter Muda UPTD Puskesmas Kecamatan Tambora
12. Tenaga medis, paramedis, dan non paramedis UPTD Puskesmas Kecamatan Tambora
13. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dalam penyusunan evaluasi program ini.
Akhir kata, saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah evaluasi
program ini, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga di
masa mendatang dapat ditingkatkan lebih baik lagi.

Jakarta, September 2021

Penyusun
Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Diare pada Balita
di Puskesmas Kecamatan Tambora
Periode September 2020 sampai dengan Agustus 2021
Welhelmina Bendelina Lobo
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta
Email: welhelmina.2015fk107@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Di berbagai negara penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena angka
kesakitan dan kematian yang masih tinggi. Selain itu, diare masih merupakan penyebab kematian
anak di seluruh dunia. Di dunia, sebanyak 6 juta anak meninggal setiap tahun karena diare, sebagian
kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Hasil kajian morbiditas yang dilakukan oleh Subdit
Diare dan ISPA menunjukkan bahwa angka kesakitan diare pada balita tahun 2012 adalah 900/1.000
balita dengan kematian diare pada balita 75 per 100.000 balita. Evaluasi program pengobatan diare
pada balita dilakukan di Puskesmas Kecamatan Tambora periode September 2020 sampai dengan
Agustus 2021 dengan metode pendekatan sistem didapatkan tidak pernah terjadinya KLB dalam
periode ini dan hasil yang diperoleh dari evaluasi ditemukan dua prioritas masalah yaitu cakupan
pelayanan penderita diare balita sebesar 77,93% dari target 100% dan cakupan penderita diberi oralit
sebesar 89,7% dari target 100%. Untuk itu pihak puskesmas disarankan untuk menambah tenaga
kesahatan, membuat rancangan program khusus untuk penyakit diare, mempunyai ruangan khusus
LROA, menampilkan banyak poster dan pemberian pamflet tentang penyakit diare dan dehidrasi di
puskesmas tambora agar menambah informasi kepada setiap orang yang datang ke puskesmas, serta
penting dilakukan pemantauan terhadap berjalannya kegiatan program oleh Kepala Puskesmas atau
koordinator Pemberantasan Penyakit Menular (P2M).

Kata Kunci : Diare, Program pengendalian penyakit diare, angka kesakitan diare, angka kematian
diare, KLB
Evaluation of Diarrhea Disease Control Program in Toddlers
at the Tambora District Health Center
Period September 2020 to August 2021
Welhelmina Bendelina Lobo
Faculty of Medicine, Krida Wacana Christian University, Jakarta
Email: welhelmina.2015fk107@civitas.ukrida.ac.id

Abstract
In many countries diarrheal disease is still a public health problem because the morbidity and mortality
rates are still high. In addition, diarrhea is still a leading cause of child death worldwide. In the world,
as many as 6 million children die each year due to diarrhea, some of these deaths occur in developing
countries. The results of a morbidity study conducted by the Sub-Directorate of Diarrhea and ARI
showed that the diarrhea morbidity rate in children under five in 2012 was 900/1,000 children under five
with diarrheal mortality at 75 per 100,000 children under five. The evaluation of the diarrhea treatment
program for toddlers was carried out at the Tambora District Health Center for the period September
2020 to August 2021 with the system approach method, it was found that there had never been an
outbreak in this period and the results obtained from the evaluation found two priority problems, namely
the coverage of services for toddlers with diarrhea of 77.93 % of the 100% target and the coverage of
patients given oralite was 89.7% of the 100% target. For this reason, the Public health center is advised
to add health workers, make special program designs for diarrheal diseases, have a special LROA room,
display many posters and give pamphlets about diarrheal diseases and dehydration at the Tambora
health center in order to add information to everyone who comes to the Public health center, and it is
important monitoring of the running of program activities by the Head of the Public health center or the
coordinator of the Communicable Disease Eradication (P2M) is carried out.

Keywords: Diarrhea, diarrheal disease control program, diarrhea morbidity, diarrhea mortality,
outbreaks
Daftar Isi
Kata Pengantar i
Abstrak iii
Abstract iv
Daftar Isi v
Daftar Lampiran vii
Bab I Pendahuluan
1.1.Latar Belakang 1
1.2.Rumusan Masalah 2
1.3.Tujuan Penelitian 3
1.3.1.Tujuan Umum 3
1.3.2.Tujuan Khusus 3
1.4.Manfaat Penelitian 4
1.4.1.Manfaat Bagi Evaluator 4
1.4.2.Manfaat Bagi Perguruan Tinggi 4
1.4.3.Manfaat Bagi Puskesmas 4
1.4.4.Manfaat Bagi Masyarakat 4
1.5.Sasaran 5
Bab II Materi dan Metode
2.1.Materi 6
2.2.Metode 6
Bab III Kerangka Teoritis dan Tolok Ukur Keberhasilan
3.1.Bagan Sistem 7
3.2.Variabel dan Tolak Ukur 8
Bab IV Penyajian Data
4.1.Sumber Data 9
4.2.Data Umum 9
4.2.1.Data Geografis 9
4.2.2.Geologi 10
4.2.3.Data Demografis 10
4.2.4.Data Fasilitas Kesehatan 11
4.2.5.Transportasi 11
4.3.Data Khusus 11
4.3.1.Masukan 13
4.3.2.Proses 17
4.3.3.Keluaran 19
4.3.4.Lingkungan 21
4.3.5.Umpan Balik 22
4.3.6.Dampak 23
Bab V Pembahasan
5.1 Masalah menurut Variabel Keluaran 24
5.2 Masalah menurut Variabel Masukan 24
5.3 Masalah menurut Variabel Proses 26
5.4 Masalah menurut Variabel Lingkungan 27
Bab VI Perumusan Masalah
6.1.Masalah pada Keluaran 28
6.2.Masalah pada Unsur Lain 28
Bab VII Prioritas Masalah
7.1.Keterangan Masalah 29
7.2 Prioritas Masalah 29
Bab VIII Penyelesaian masalah
8.1 Masalah 1 30
8.2 Masalah 2 30
Bab IX Kesimpulan dan Saran
9.1.Kesimpulan 32
9.2.Saran 33
Daftar Pustaka 34
Lampiran 35
Daftar Lampiran
Lampiran I Surat Persetujuan Wawancara
Lampiran II Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tambora
Lampiran III Data Umum Puskesmas Kecamata Tambora
Lampiran IV Data Penyakit Diare di Puskesmas Kecamatan Tambora Periode September 2020-
Agustus 2021
Lampiran V Rencana Terapi dan Tanda-tanda Dehidrasi
Lampiran VI Panduan Dan Cara Membuat Larutan Garam Dan Gula
Lampiran VII Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam Rumah Tangga
Lampiran VIII Syarat Jamban Sehat
BAB I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Di berbagai negara penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan
masyarakat karena angka kesakitan dan kematian yang masih tinggi. Selain itu, diare
masih merupakan penyebab kematian anak di seluruh dunia. Di dunia, sebanyak 6 juta
anak meninggal setiap tahun karena diare, sebagian kematian tersebut terjadi di negara
berkembang. Begitu pula berdasarkan survei rumah tangga, kematian karena diare
diperkirakan menurun. Walaupun angka kematian akibat diare menurun, angka kesakitan
akibat diare masih tinggi terutama di negara berkembang.1 Berdasarkan definisi dari
WHO (World Health Organization), diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang
air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan
frekuensinya lebih sering dari biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari.2
Menurut World Health Organisation (WHO), di negara berkembang pada tahun
2003 diperkirakan 1,87 juta anak balita meninggal karena diare, 8 dari 10 kematian
tersebut pada umur kurang dari dua tahun. Rata-rata anak usia kurang dari tiga tahun di
negara berkembang mengalami episode diare tiga kali dalam setahun.2
Hasil kajian morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare dan ISPA menunjukkan
bahwa angka kesakitan diare pada balita tahun 2012 adalah 900/1.000 balita dengan
kematian diare pada balita 75 per 100.000 balita.3
Di DKI Jakarta, berdasarkan data dari Riskesdas tahun 2018 period prevalence
kejadian diare adalah sebesar 10,0%. Dari data Riskesdas tahun 2018, berdasarkan
karakteristik usia, balita adalah kelompok usia yang paling banyak menderita diare
dengan prevalensi sebesar 11,5%. Sedangkan berdasarkan data dari Kementerian
Kesehatan, Survei Morbiditas Diare Tahun 2010 didapatkan proporsi terbesar penderita
diare pada balita adalah kelompok umur 6 – 11 bulan yaitu sebesar 21,65%.4,5
Pengobatan diare pada balita di tingkat provinsi DKI Jakarta menurut Riskesdas
tahun 2018 yaitu proporsi penggunaan oralit sebesar 39,81%, zinc 30,86%, dan obat anti
diare sebesar 47,79%.4
Sesuai dengan Lima Langkah Tuntaskan Diare (LINTAS Diare) menganjurkan
bahwa semua penderita diare harus mendapatkan oralit maka target penggunaan oralit
adalah 100% dari semua kasus diare yang mendapatkan pelayanan di puskesmas dan
kader. Tahun 2019 secara nasional penggunaan oralit pada balita yaitu sebesar 94,5%.
Tidak tercapainya target tersebut karena pemberi layanan di Puskesmas dan kader belum
memberikan oralit sesuai dengan standar tata laksana yaitu sebanyak 6 bungkus/penderita
diare. Selain itu, masyarakat masih belum mengetahui tentang manfaat oralit sebagai
cairan yang harus diberikan pada setiap penderita diare untuk mencegah terjadinya
dehidrasi. Selain oralit, balita juga diberikan zink yang merupakan mikronutrien yang
berfungsi untuk mengurangi lama dan tingkat keparahan diare, mengurangi frekuensi
buang air besar, mengurangi volume tinja serta menurunkan kekambuhan kejadian diare
pada tiga bulan berikutnya. Penggunaan zink selama 10 hari berturut-turut pada saat
balita diare merupakan terapi diare balita. Pada tahun 2019 cakupan pemberian zink pada
balita diare sebesar 94,7%.6
Pada tingkat provinsi DKI Jakarta, terdapat peningkatan insidensi diare pada
balita yaitu 8,9% pada tahun 2013, dan 11% pada tahun 2018.4 Sasaran pelayanan
penderita diare pada balita yang datang ke sarana kesehatan ditargetkan oleh program
sebesar 20% dari perkiraan jumlah penderita diare pada balita. Pada tahun 2019 cakupan
pelayanan penderita diare pada balita sebesar 40% dari sasaran yang ditetapkan. Oleh
karena itu, perlu dilakukan evaluasi program untuk mengetahui keberhasilan program
pengendalian penyakit diare pada balita di Puskesmas Kecamatan Tambora periode
September 2020 sampai dengan Agustus 2021.7,8

1.1 Rumusan Masalah


1. Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, Survei Morbiditas Diare Tahun 2010
didapatkan proporsi terbesar penderita diare pada balita adalah kelompok umur 6 – 11
bulan yaitu sebesar 21,65%.
2. Berdasarkan data dari Riskesdas tahun 2018 pada karakteristik usia, balita adalah
kelompok usia yang paling banyak menderita diare dengan prevalensi sebesar 11,5%.
3. Berdasarkan Riskesdas tahun 2018 pengobatan diare pada balita di tingkat provinsi DKI
Jakarta yaitu proporsi penggunaan oralit sebesar 39,81%, zinc 30,86%, dan obat anti
diare sebesar 47,79%
4. Hasil kajian morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare dan ISPA menunjukkan bahwa
angka kesakitan diare pada balita adalah 900/1.000 balita dengan kematian diare pada
balita 75 per 100.000 balita.
5. Pada tingkat provinsi DKI Jakarta, terdapat peningkatan insidensi diare pada balita yaitu
8,9% pada tahun 2013, dan 11% pada tahun 2018.
6. Pada tahun 2019 cakupan pelayanan penderita diare pada balita sebesar 40% dari sasaran
yang ditetapkan.
7. Belum diketahuinya keberhasilan program pengendalian penyakit diare di Puskesmas
Kecamatan Tambora periode September 2020 sampai dengan Agustus 2021.

1.2 Tujuan Penelitian


1. Tujuan Umum
Mengetahui keberhasilan program pengendalian penyakit diare pada balita di
Puskesmas Kecamatan Tambora periode September 2020 sampai dengan Agustus 2021
dengan menggunakan pendekatan sistem.
2. Tujuan Khusus
1. Diketahuinya cakupan pelayanan diare balita di Puskesmas Kecamatan Tambora periode
September 2020 sampai dengan Agustus 2021.
2. Diketahuinya cakupan penderita diare diberikan tatalaksana standar di Puskesmas
Kecamatan Tambora periode September 2020 sampai dengan Agustus 2021.
3. Diketahuinya cakupan penderita diberi oralit di Puskesmas Kecamatan Tambora periode
September 2020 sampai dengan Agustus 2021.
4. Diketahuinya cakupan penerita diberi zinc di Puskesmas Kecamatan Tambora periode
September 2020 sampai dengan Agustus 2021.
5. Diketahuinya cakupan penderita diare diinfus di Puskesmas Kecamatan Tambora periode
September 2020 sampai dengan Agustus 2021.
6. Diketahuinya cakupan puskesmas melakukan Layanan Rehidrasi Oral Aktif (LROA) di
Puskesmas Kecamatan Tambora periode September 2020 sampai dengan Agustus 2021.
7. Diketakuinya cakupan pencatatan dan pelaporan kasus diare di Puskesmas Kecamatan
Tambora periode September 2020 sampai dengan Agustus 2021.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Evaluator
1. Menerapkan ilmu yang telah diperoleh saat kuliah mengenai evaluasi program dengan
pendekatan sistem.
2. Melatih serta mempersiapkan diri dalam mengatur suatu program khususnya program
pengendalian penyakit diare pada balita
3. Mengetahui banyaknya kendala yang dihadapi dalam mengambil langkah yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, antara lain perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan
4. Mengembangkan kemampuan untuk berpikir kritis
1.4.2 Bagi perguruan tinggi
1. Mengamalkan Tri Darma Perguruan Tinggi.
2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran sertanya di bidang
kesehatan
3. Mewujudkan Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) sebagai universitas yang
menghasilkan dokter yang berkualitas
1.4.3 Bagi Puskesmas yang Dievaluasi
1. Mengetahui masalah-masalah yang timbul dalam program Puskesmas dan pemecahan
masalahnya.
2. Memperoleh masukan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat
khususnya pada program pengendalian penyakit diare pada balita.
1.4.4 Bagi Masyarakat

1. Mendapatkan pelayanan yang lebih baik dari Puskesmas Kecamatan Tambora


2. Memperoleh pelayanan dan pembinaan mengenai program pengendalian penyakit
diare sehingga meningkatkan peran serta masyarakat dalam ikut melaksanakan
program pemberantasan penyakit diare

1.5 Sasaran
Sasaran dalam program pengendalian diare adalah seluruh penduduk di wilayah
kerja Puskesmas Kecamatan Tambora dengan mengutamakan pelayanan bagi golongan
balita periode September 2020 sampai dengan Agustus 2021.
Bab II
Materi dan Metoda
2.1 Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari laporan bulanan Puskesmas
mengenai program pengendalian penyakit diare di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan
Tambora periode September 2020 sampai dengan Agustus 2021 yang berisi kegiatan seperti
berikut:
1. Penemuan kasus penderita diare pada balita
2. Penetapan diagnosis penyakit diare
3. Pengobatan kasus diare
4. LROA (Layanan Rehidrasi Oral Aktif)
5. Pengelolaan logistik
6. Penyehatan lingkungan : akses dan kualitas air bersih, jamban sehat, dan STBM
7. Pencatatan dan pelaporan

2.2 Metode

Evaluasi program ini dilaksanakan dengan pengumpulan data, analisis data, dan
pengolahan data sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan pelaksanaan
program Pengendalian Diare pada balita di Puskesmas Kecamatan Tambora September 2020
sampai dengan Agustus 2021 dengan cara membandingkan cakupan laporan bulanan
program P2 Diare di UPTD Puskesmas Kecamatan Tambora terhadap tolok ukur yang telah
ditetapkan dan menemukan penyebab masalah dengan menggunakan pendekatan sistem.
BAB III
Kerangka Teoritis

3.1 Bagan Sistem


5
Lingkungan

1 2 3 6

Masukan Proses Keluaran Dampak

4
Umpan balik

Bagan 1. Skematik pendekatan sistem dengan eleman-elemen saling berhubungan

Pendekatan sistem adalah prinsip pokok atau cara kerja yang diterapkan pada waktu
menyelenggarakan pekerjaan administrasi. Sistem terbentuk dari elemen yang saling
berhubungan dan mempengaruhi. Elemen tersebut, yaitu:

1. Masukan (input) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem, dan yang
diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut, dan terdiri dari unsur berikut yang
merupakan variabel dalam melaksanakan evaluasi program Kesehatan Ibu dan Anak yaitu:
● Tenaga (man)
● Dana (money)
● Sarana (material)
● Metode (methods)
● Jadwal (Minute)
● Lokasi kegiatan dan transportasi (Market)
2. Proses (process) adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem yang
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan, yang terdiri dari
unsur berikut merupakan variabel dalam melaksanakan evaluasi program yaitu:
● Perencanaan (planning)
● Organisasi (organization)
● Pelaksanaan (actuating)
● Pengawasan (controlling)
3. Keluaran (output) adalah elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya proses dalam sistem.
4. Umpan balik (feedback) adalah elemen yang merupakan keluaran dari sistem dan sekaligus
sebagai masukan bagi sistem tersebut.
5. Lingkungan (environment) adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola sistem tetapi
mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.
6. Dampak (impact) adalah akibt yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.

3.2 Variabel dan Tolok Ukur

Tolok ukur keberhasilan terdiri atas variabel-variabel : masukan, proses, keluaran,


lingkungan, umpan balik dan dampak yang digunakan sebagai pembanding atau target yang
harus dicapai dalam Program Pengobatan Diare pada balita.

Bab IV
Penyajian Data
4.1 Sumber Data
Sumber data sekunder diperoleh dari :
1. Profil Puskesmas Kecamatan Tambora Tahun 2020
2. Laporan Bulanan Penyakit Diare Puskesmas Kecamatan Tambora periode September
2020 - Agustus 2021
3. Laporan Data Dasar Penyehatan Lingkungan Tahun 2021
4. Wawancara dari petugas kesehatan Puskesmas Kecamatan Tambora

4.2 Data Umum


4.2.1 Data Geografis
1) Lokasi Puskesmas
Puskesmas Kecamatan Tambora terletak di Jalan Krendang Utara No.04,
RT08/RW03, Krendang, Kecamatan Tambora, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus
Ibukota Jakarta 11220. Luas wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tambora yang
terletak di wilayah Jakarta Barat ini memiliki luas wilayah 539,84 ha dengan batas-
batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara

b. Sebelah Timur : Kecamatan Tamansari Jakarta Barat

c. Sebelah Selatan : Kecamatan Gambir Jakarta Pusat

d. Sebelah Barat : Kecamatan Grogol Petamburam Barat

2) Wilayah Administrasi
Secara administrasi wilayah Puskesmas Kecamatan Tambora mempunyai
wilayah kerja 11 (sebelas) Kelurahan, terdiri dari 1082 RT dan 61 RW. Kesebelas
Kelurahan tersebut adalah :

1. Kelurahan Krendang
2. Kelurahan Jembatan Lima
3. Kelurahan Tanah Sereal
4. Kelurahan Tambora
5. Kelurahan Roa Malaka
6. Kelurahan Pekajoan
7. Kelurahan Angke
8. Kelurahan Jembatan Besi
9. Kelurahan Kalianyar
10. Kelurahan Duri Utara
11. Kelurahan Duri Selatan

4.2.2 Geologi

Bentuk tanah di Wilayah Puskesmas Kecamatan Tambora sebagian besar


merupakan dataran rendah, dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan laut.
Puskesmas Kecamatan Tambora memiliki bangunan yang terdiri dari 5 lantai yang
dilengkapi dengan lift serta tangga.

4.2.3 Data Demografis

1. Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tambora pada Tahun


2021 adalah 242.324 jiwa dengan proporsi jumlah penduduk laki-laki sebanyak
126.055 jiwa dan proporsi jumlah penduduk perempuan sebanyak 116.269 jiwa.
2. Jumlah anak bawah lima tahun di wilayah kerja UPTD Puskesmas Kecamatan
Tambora pada Tahun 2021 adalah 16.657 jiwa, 2.622 anak di puskesmas
kecamatan tambora, 2.254 anak di puskesmas kalianyar, 2.899 anak di puskesmas
duri utara, 2.074 anak di puskesmas tanah sereal, 2.254 anak di puskesmas
jembatan besi, 2.086 anak di puskesmas angke, 681 di puskesmas tambora, 141
anak di puskesmas roa malaka, 688 anak di puskesmas pekajoan 1, dan 688 anak
di puskesmas pekajoan 2.

4.2.4 Data Fasilitas Kesehatan


Dari jumlah sarana kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Kecamatan Tambora ada 9 puskesmas kelurahan, 16 klinik pratama, 2 klinik utama,
35 praktik dokter umum, 13 praktik dokter gigi, 5 praktik doker spesialis, 21 apotek
dan 2 toko obat.

4.2.5 Transportasi
Saat ini sudah ada transportasi transportasi umum yang mencakup wilayah
kerja Puskemas, transportasi umum konvensional yaitu angkot dan bajaj, maupun
transportasi pemesanan online melalui aplikasi seperti Go-jek, dan Grab dengan
pilihan berupa motor ataupun mobil dengan harga terjangkau. Dengan adanya
perbaikan sarana jalan cor yang dilakukan oleh pemerintah daerah, kesebelas
puskesmas dapat dicapai dengan kendaraan roda dua dan roda empat pribadi.

4.3 Data Khusus


4.3.1 Masukan
1. Tenaga
Koordinator program 1 orang dan 9 orang sebagai penanggung jawab program
di setiap puskesmas kelurahan.
2. Dana
● Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) : Ada
● Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) : Ada
● Kapitasi : Ada
3. Sarana di puskesmas
Sarana Medis
Stetoskop : 2 buah
Tensimeter : 2 buah
Termometer : 1 buah
Lampu senter : 2 buah
Microtoise : 1 buah
Timbangan berat badan bayi : 1 buah
Timbangan berat badan dewasa : 1 buah

Antibiotik
● Kotrimoksasol : Ada
● Amoksisilin : Ada
● Kloramfenikol : Ada
● Tetracycline : Ada
● Ampisilin : Ada
● Erythromycin : Ada
● Metronidazole : Ada

Obat diare dan antispasmodik


● Diaform : Ada
● Attapulgite : Ada

Oralit
● Untuk tiap penderita di Puskesmas : Ada
● Untuk tiap kader : Tidak ada

Zinc
● Untuk tiap penderita di Puskesmas : Ada
● Untuk tiap kader : Tidak ada

Cairan infus (NaCl, RL, D5%) : Ada

Sarana non-medis
Ruang pendaftaran : Ada
Ruang tunggu : Ada
Ruang periksa : Ada
Ruang obat : Ada
Pojok oralit : Ada
Alat penyuluhan : Ada
SOP penatalaksanaan diare : Ada
Lemari obat : Ada
Tempat tidur pemeriksaan : Ada
Meja : Ada
Kursi : Ada
Kartu, status, alat tulis : Ada
Tempat sampah medis : Ada
Tempat sampah non medis : Ada
Toilet, wastafel, sabun : Ada

4. Metoda
a. Penemuan kasus penderita diare
Penemuan kasus oleh petugas kesehatan puskesmas (dokter,
paramedik terlatih) sewaktu penderita diare datang berobat di MTBS
Puskesmas dan Pustu setiap hari kerja.
b. Penetapan diagnosis penyakit diare
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai SOP
menjelaskan bahwa diare adalah seseorang yang buang air besar
dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air dan
frekuensinya lebih sering (tiga kali atau lebih) dalam satu hari dan
berlangsung kurang dari tujuh hari.
c. Pengobatan kasus diare
Pengobatan kasus diare pada anak dilaksanakan dengan tepat
sesuai SOP mengenai penanganan diare setiap hari kerja di poli MTBS
Puskesmas, yaitu sebagai berikut :
● Diare tanpa dehidrasi (Rencana Terapi A)
● Diare dengan dehidrasi ringan dan sedang (Rencana Terapi B)
● Diare dengan dehidrasi berat (Rencana Terapi C)
● Keterangan : Rencana Terapi A,B,C; tanda-tanda dehidrasi, terdapat
pada lampiran IV
d. LROA (Layanan Rehidrasi Oral Aktif)
LROA (Layanan Rehidrasi Oral Aktif) merupakan salah satu upaya
untuk sarana rehidrasi. Di puskesmas, layanan LROA ini dinamakan
pojok oralit. Pojok oralit dapat didirikan dengan menyiapkan satu
bagian dari ruangan di Puskesmas (sudut ruang tunggu pasien) dengan
1-2 meja kecil dan seorang petugas puskesmas dapat mempromosikan
Upaya Rehidrasi Oral (URO) kepada ibu-ibu yang sedang menunggu
giliran untuk suatu pemeriksaan. Bagi penderita diare yang mengalami
dehidrasi ringan-sedang diobservasi di Pojok Oralit selama 4 jam. Ibu
atau keluarganya akan diajarkan bagaimana cara menyiapkan oralit dan
berapa banyak oralit yang harus diminum oleh penderita.
Keterangan : Cara menyiapkan dan menggunakan larutan oralit dapat
dilihat pada lampiran
e. Pencatatan dan pelaporan
● Pencatatan
- Register pasien yang datang berobat ke Puskesmas.
- Pencatatan laporan harian dan direkap dalam laporan
mingguan
- Hasil penemuan kasus diare, dicatat dalam formulir Sistem
Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
yang dilakukan setiap hari kerja pada jam kerja oleh
petugas.

● Pelaporan
- Dilaporkan ke Dinas Kesehatan setiap bulannya dalam
bentuk laporan bulanan diare.
5. Jadwal
Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan baik penemuan kasus,
penetapan diagnosis penyakit diare, pengobatan kasus diare, dan LROA
dilakukan di Puskesmas kecamatan Tambora setiap hari kerja di poli MTBS.
Pagi mulai pukul 08.00-12.00 dan siang pukul 13.00-14.00.
6. Lokasi kegiatan dan transportasi (Market)
Kegiatan di lakukan di Puskesmas Kecamatan Tambora khususnya
di poli MTBS. Saat ini sudah ada transportasi transportasi umum yang
mencakup wilayah kerja Puskemas, transportasi umum konvensional yaitu
angkot dan bajay, maupun transportasi pemesanan online melalui aplikasi
seperti Go-jek, dan Grab dengan pilihan berupa motor ataupun mobil dengan
harga terjangkau.
4.3.2 Proses
a. Perencanaan
Berikut adalah perencanaan yang didapat evaluator dengan cara melihat keadaan
Puskesmas Tambora dan mewawancarai petugas kesehatan terkait.
● Perencanaan penemuan kasus penderita akan dilakukan di poli MTBS Puskesmas
setiap hari pada jam kerja.
● Perencanaan diagnosis diare akan dilakukan melalui anamnesis dan pemeriksaan
fisik oleh petugas kesehatan di poli MTBS Puskesmas setiap hari pada jam kerja
yang dilakukan sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur)
● Perencanaan pengobatan kasus diare sesuai SOP akan dilakukan sesuai dengan SOP
diare di poli MTBS Puskesmas setiap hari pada jam kerja.
● Perencanaan Layanan Rehidrasi Oral Aktif (LROA) di ruangan MTBS yang
dijalankan oleh petugas kesehatan setiap hari kerja.
● Perencanaan pencatatan dan pelaporan yang direkapitulasi oleh Koordinator P2M
Diare. Hasil penemuan kasus diare kemudian dicatat berupa laporan mingguan.
Pelaporan ke Dinas Kesehatan setiap bulannya dalam bentuk laporan bulanan.

b. Pengorganisasian
Terdapat struktur organisasi tertulis dan ada pembagian tugas dan tanggung
jawab yang jelas dan tertulis.

Bagan: Struktur Organisasi P2 Diare Puskesmas Kecamatan Tambora


Bedasarkan bagan diatas, peran dari masing masing bagian adalah:
Kepala Puskesma
 Sebagai penangung dan pengawas program
 Sebagai evaluator data hasil progam
Koordinator program
 Bertangung jawab untuk memastikan layanan diare sesuai dengan pedoman
pengendalian Diare DEPKES RI
 Menyusun perencanaan operasi, pencatatan dan pelaopran
 Mengawasi pelaksanaan kegiatan
 Evaluasi progam
Petugas Pelaksaan Progam
 Mencatat penderita diare yang berkunjung ke puskesmas
 Melaporkan data ke coordinator
 Pelaksanaan kegiatan penyuluhan mengenai Diare

c. Pelaksanaan
● Penemuan kasus penderita diare yang dilakukan di MTBS Puskesmas dan Pustu
setiap hari pada jam kerja.
● Terlaksananya penetapan diagnosis diare dilakukan melalui anamnesis dan
pemeriksaan fisik oleh petugas kesehatan di poli MTBS Puskesmas setiap hari pada
jam kerja yang dilakukan sesuai SOP (Standar Operasional Prosedur).
● Telaksananya pengobatan berdasarkan SOP yang dilakukan di MTBS Puskesmas dan
Pustu setiap hari pada jam kerja.
● Terlaksananya kegiatan LROA (Layanan Rehidrasi Oral Aktif) di puskesmas
kecamatan Tambora.
● Pencatatan dan Pelaporan, terlaksananya pencatatan yang dicatat dan dilaporkan ke
Dinas Kesehatan dalam bentuk laporan bulanan setiap bulannya oleh koordinator
program tiap bulan.

d. Pengawasan
Laporan dan rapat bulanan sebanyak 12 kali per tahun dan dilakukan secara
berjenjang di setiap jenjang administrasi yaitu Dinas Kesehatan Provinsi,
Kabupaten/Kota, dan Puskesmas.
Penilaian mengenai seluruh hasil kegiatan yang digunakan untuk menentukan
program tahun depan, diadakan 1 tahun sekali. Bila dalam pengawasan ditemukan
masalah, maka akan diberikan saran pemecahan atau bimbingan kepada pengelola
program diare, agar kegiatan program diare dapat dilaksanakan sesuai rencana.

4.3.3 Target
1. Target Penemuan Penderita Balita
● Perkiraan jumlah balita :
= 10% x Jumlah penduduk
= 10% x 40.851
= 4.086 balita
● Perkiraan penderita diare balita :
= Angka kesakitan diare balita x Jumlah balita dalam satu tahun
o Angka kesakitan diare balita didapatkan berdasarkan hasil kajian morbiditas
(Rapid Survei Diare Tahun 2015) yaitu 843/1.000 balita per tahun
= 843/1000 x Jumlah balita
= 843/1000 x 4.086
= 3.445
● Target penemuan penderita diare balita :
= 20% x Perkiraan penderita
= 20% x 3.445
= 689 balita

2. Target Kebutuhan Rutin 1 tahun


● Kebutuhan oralit:
= (Target penemuan penderita diare x 6 bungkus) +cadangan* - stok
*
Cadangan : 10% x target penemuan penderita x 6 bungkus
Stok adalah jumlah oralit terakhir 1.200 sachet
= 689 x 6 + 10% (689 x 6) – 1.200
= 4.134 + 413,4 – 1.200
= 3.347 sachet
● Kebutuhan Zinc
= (Target penemuan penderita diare balita x 10 tablet) + cadangan* – stok
*
Cadangan = 10% x target penemuan penderita penyakit diare balita x 10 tablet
Stok adalah sisa jumlah zinc terakhir yaitu 1.900 tablet
= 689 x 10 + 10% (689 x 10) – 1900
= 6.890 + 689 – 1900
= 5.679 tablet

4.3.4 Keluaran
1) Cakupan pelayanan diare balita
= Jumlah penderita diare balita yang dilayani dalam satu tahun x 100%
Target penemuan penderita diare balita
Jumlah penderita diare balita yang dilayani dalam satu tahun = 537 penderita
Maka, Cakupan Pelayanan Penderita Diare pada balita adalah:
= 537 / 689 x 100%
= 77,93 %
2) Proporsi tatalaksana standar
Jumlah Penderita Diare Mendapat Tatalaksana Standar
x 100 %
Jumlah Penderita Diare Balita Dilayani
= 537 x 100% = 100%
537
3) Proporsi penderita diare balita yang diberi oralit :
Jumlah Penderita Diare Balita DiberiOralit
x 100 %
Jumlah Penderita Diare Balita Dilayani
= 482 x 100% = 89,7%
537
4) Proporsi penderita diare pada balita yang diberi zinc:
Jumlah Penderita Diare Balita Diberi Zinc
x 100 %
Jumlah Penderita Diare Balita Dilayani
= 482 x 100% = 90,5%
537
5) Proporsi penderita diare pada balita diinfus
Jumlah Penderita Diare Balita Diberi RL
x 100 %
Jumlah Penderita Diare Balita Dilayani
= 0 x 100% = 0%
537
6) Layanan Rehidrasi Oral Aktif (LROA) tersedia dan aktif di Puskesmas Kecamatan
Tambora.
7) Cakupan pencatatan dan pelaporan kasus diare di Puskesmas Kecamatan Tambora =
100%

4.3.5 Lingkungan
● Lokasi
Lokasi puskesmas kecamatan tambora cukup strategis, mudah dijangkau oleh
masyarakat dan petugas kesehatan baik dengan kendaraan bermotor roda dua
maupun roda empat.
● Transportasi
Transportasi umum yang mencakup wilayah kerja Puskemas seperti transportasi
umum konvensional yaitu angkot dan bajaj, maupun transportasi pemesanan
online melalui aplikasi dengan pilihan berupa motor ataupun mobil dengan harga
terjangkau sudah dapat di gunakan untuk mengunjung. Dengan adanya perbaikan
sarana jalan cor yang dilakukan oleh pemerintah daerah, puskesmas dapat dicapai
dengan kendaraan roda dua dan roda empat.
● Penyediaan Air Bersih
Bedasarkan data penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum
berkualitas. Jumlah penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum
berkualitas (layak) adalah 242.324 (100%) dari seluruh jumlah penduduk. Namun
setelah dilakukan pemeriksaan kualitas air minum yang memenuhi syarat hanya
30 (26,54%) dari 85 sarana air minum.
● Penyediaan Jamban Keluarga
Jumlah penduduk yang menggunakan jamban sehat permanen di UPTD
Puskesmas Tambora adalah sebanyak 17.278 (20,9%), penduduk yang
menggunakan jamban sehat semi permanen sebanyak 18.241 (22,10%), penduduk
yang menggunakan jamban sharing/MCK sebanyak 33.875 (41%), dan penduduk
yang BABS (Buang Air Besar Sembarangan) sebanyak 11.721 (14,2%) dari total
82.511 jumlah kk.
● Penyehatan Lingkungan
Strategi baru dari Pemerintah Indonesia untuk mencapai target di bidang Sanitasi
adalah dengan pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).
Persentase desa/kelurahan yang melaksanakan STBM sebesar 63,6%.
● Sosial ekonomi
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Tambora Sebagian besar
pendatang dari luar daerah. Ditengah perbedaan suku, agama, dan budaya aktifitas
social dan peribadahan berjalan dengan baik. Mata pencarian penduduk beraneka
ragam, mulai dari buruh, pedagang, wiraswasta, pegawai swasta, pegawai negeri,
dan lain-lain. Pekerjaan sebagai buruh umumnya adalah buruh pabrik dan industri
rumahan yang berupa konveksi yang hampir mendominasi seluruh wilayah yang
ada di kecamatan tambora.

4.3.6 Umpan Balik


● Didapat dari hasil pencatatan dan pelaporan yang lengkap dan sesuai dengan
waktu yang ditentukan akan dapat digunakan sebagai masukan dalam
pemberantasan penyakit diare.
● Pertemuan bulanan antara kepala puskesmas, koordinator P2 diare, dan
pelaksana harian.

4.3.7 Dampak
● Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat diare serta tidak terjadinya
KLB
● Peningkatan derajat kesehatan sesuai Paradigma Sehat
Bab V
Pembahasan

5.1 Masalah menurut Variabel Keluaran


Tabel 5.3 Masalah Menurut Variabel Keluaran
No Variabel Tolak Pencapaian Besar
Ukur Masalah
1 Cakupan Pelayanan diare balita 100% 77,93% 22,07%
2 Cakupan penderita diare diberikan 100% 100% 0%
tatalaksana standar
3 Cakupan penderita diberi oralit 100% 89,7% 10,3%
4 Cakupan penerita diberi zinc 100% 90,5% 9,5%
5 Cakupan penderita diare diinfus 1% 0% 1%
6 Cakupan Pencatatan dan pelaporan kasus 100% 100% 0%
diare

5.2 Masalah menurut Variabel Masukan


Tabel 5.1 Masalah Menurut Variabel Masukan
No Variabel Tolok ukur Pencapaian Masalah
1 Tenaga Koordinator program 1 orang Cakupnya petugas
dan 9 orang sebagai maka program (-)
penanggung jawab program di dapat berjalan
setiap puskesmas kelurahan dengan baik
2 Dana Ada dana APBD,
APBD, Bantuan Operasional BOK, dan kapitasi (-)
Kesehatan (BOK), dan yang dialokasikan
kapitasi untuk program
penyakit diare
3 Sarana Ruang MTBS, apotek, LROA Semua ruangan
(Layanan Rehidrasi Oral disertai alat-alat
Aktif), sarana medis, obat- yang mendukung.
obatan (-)
4 Metode Penemuan kasus penderita
diare balita secara pasif,
penetapan diagnosis,
tatalaksana standar diare,
LROA, penyehatan Sudah sesuai (-)
lingkungan: akses dan kualitas dengan pedoman
air bersih, jamban sehat, dan
STBM, distribusi oralit, zinc,
dan RL, pencatatan dan
pelaporan

5.3 Masalah menurut Variabel Proses

Tabel 5.2 Masalah Menurut Variabel Proses


No Variabel Tolok Ukur Cakupan Masalah
1. Perencanaan Dilaksanakan Tidak adanya
Penyusunan rencana Rencana Usulan
kegiatan dan sasaran Kegiatan (RUK)
yang diharapkan dan Rencana
tercapai. Pelaksanaan (+)
Kegiatan (RPK)
khusus diare,
sehingga
digabungkan
dengan
perencanaan
program penyakit
menular.
2. Pengorganisasian Terdapat pengaturan,
susunan organisasi,
pembagian tugas,
penanggung jawab, dan Sudah terlaksana (-)
adanya koordinasi yang
baik
3. Pelaksanaan Terlaksananya semua Sudah terlaksana (-)
kegiatan sesuai
pedoman
4. Pengawasan Pencatatan dan Dilaksanakan (-)
pelaporan

5.4 Masalah menurut Variabel Lingkungan

Tabel 5.1 Masalah Menurut Variabel Lingkungan

No Variabel Tolok Ukur Cakupan Masalah


Mudah dijangkau
dengan kendaraan
Mudah dan
1. Transportasi dan lokasi bermotor roda dua (-)
murah
maupun roda
empat.
Penyediaan air bersih
- Akses air minum 100% 100% (-)
2. - Kualitas air 100% 26,54% +73,46%
minum

Ada tempat Rumah yang


3. Pengelolaan Sampah pembuangan memiliki tempat (-)
sampah pembungan sampah
Penyediaan jamban
100% 85,8% +14,2%
4. keluarga

Penyehatan lingkungan
5. 100% 63,6% +36,4%
(STBM)
Bab VI
Perumusan Masalah

Dari hasil pembahasan Evaluasi Program Pengendalian Diare pada Balita di UPTD
Puskesmas Kecamatan Tambora Periode September 2020 sampai dengan Agustus 2021
didapatkan beberapa masalah sebagai berikut :

6.1 Masalah pada Keluaran


a) Cakupan pelayanan penderita diare balita sebesar 77,93% dari target 100%
b) Cakupan penderita diberi oralit sebesar 89,7% dari target 100%
c) Cakupan penderita diberi zinc sebesar 90,5% dari target 100%
d) Cakupan penderita diare diinfus sebesar 0% dari target 1%

6.2 Masalah pada Unsur Lain


6.2.1 Proses
● Tidak adanya Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan
(RPK) khusus diare,
6.2.2 Lingkungan
● Kualitas air minum hanya sebesar 26,54% yang berkualitas.
● Hanya 85,8% rumah penduduk yang memiliki sarana jamban sehat.
● Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya STBM yaitu hanya 63.6%.

Bab VII
Prioritas Masalah
1.1 Keterangan Masalah
a) Cakupan pelayanan penderita diare balita sebesar 77,93% dari target 100%
b) Cakupan penderita diberi oralit sebesar 89,7% dari target 100%
c) Cakupan penderita diberi zinc sebesar 90,5% dari target 100%
d) Cakupan penderita diare diinfus sebesar 0% dari target 1%
7.1.2 Prioritas Masalah Dilakukan dengan Menggunakan Metode Sederhana
No. Parameter A B C D
1. Besarnya masalah 3 3 3 1
2. Berat ringannya akibat yang 4 4 3 2
ditimbulkan
3. Keuntungan sosial yang diperoleh 4 3 3 1
4. Teknologi yang tersedia 5 4 4 1
5. Sumber daya yang tersedia 4 4 4 1
Jumlah 20 18 17 6
Derajat Masalah :
1 = tidak penting
2 = kurang penting
3 = cukup penting
4 = penting
5 = sangat penting
Berdasarkan parameter menggunakan metode sederhana di atas, ditemukam dua masalah yang
mejadi prioritas masalah, yaitu :
1. Cakupan pelayanan penderita diare balita sebesar 77,93% dari target 100%
2. Cakupan penderita diberi oralit sebesar 89,7% dari target 100%
Sehingga di bab selanjutnya, akan dibahas cara untuk menyelesaikan kedua masalah tersebut.

Bab VIII
Penyelesaian Masalah

Masalah 1 : Cakupan pelayanan penderita diare balita sebesar 77,93% dari target 100%
Penyebab Masalah :
1. Kurangnya kerjasama dengan fasilitas kesehatan lain sekitar puskesmas.
2. Pengunjung yang datang ke puskesmas rata-rata adalah pengunjung yang kurang mengerti
tentang penyakit diare.
3. Kurang tersedianya informasi seperti lefleat atau poster di puskesmas atau tempat umum
lainnya mengenai penyakit diare, sehingga masyarakat tidak tahu mengenai gejala diare
beserta tanda bahayanya.

Penyelesaian Masalah :
1) Melakukan koordinasi dengan kader, dan fasilitas kesehatan lainnya untuk melakukan
pencatatan terhadap penderita diare yang datang berobat dan melaporkannya kepada
Puskesmas setiap minggu.
2) Pemberian informasi mengenai gejala diare melalui lefleat di setiap kunjungan puskesmas,
pemasangan poster di tempat-tempat pertemuan RT dan RW.

Masalah 2 : Cakupan penderita diberi oralit sebesar 89,7% dari target 100%
Penyebab Masalah :
1. Pencatatan laporan jumlah penderita diare yang diberikan oralit tidak lengkap pada bulan
April 2021
Penyelesaian Masalah :
1. Petugas pencatatan dan pelaporan dihimbau agar lebih teliti dan serius dalam membuat
laporan.

Bab IX
Kesimpulan dan Saran

9.1 Kesimpulan
Dari hasil evaluasi program pengendalian penyakit diare pada balita yang dilakukan
dengan pendekatan sistem di Puskesmas Kecamatan Tambora September 2020 sampai
dengan Agustus 2021, dapat disimpulkan bahwa program ini kurang berhasil karena masih
ditemukan beberapa masalah yang mempengaruhi keberhasilan program ini.
Adapun dari hasil evaluasi Program Pengendalian Penyakit Diare pada Balita di
Puskesmas Kecamatan Tambora periode September 2020 sampai dengan Agustus 2021
didapatkan:
a. Cakupan Pelayanan diare balita sebesar 77,93% dari target 100%
b. Cakupan penderita diare diberikan tatalaksana standar sebesar 100% dari target 100%
c. Cakupan penderita diberi oralit sebesar 89,7% dari target 100%
d. Cakupan penerita diberi zinc sebesar 90,5% dari target 100%
e. Cakupan penderita diare diinfus sebesar 0% dari target 1%, hal ini dapat terjadi karena
tidak ada pasien yang memerlukan infus sebagai tatalaksana rehidrasi.
f. Cakupan Layanan Rehidrasi Oral Aktif (LROA) tersedia dan aktif di Puskesmas
Kecamatan Tambora.
g. Cakupan penyehatan lingkungan : akses terhadap air minum berkualitas sebesar 100%
dengan kualitas air bersih sebesar 26,54%, jamban keluarga sebesar 85,8% dan STBM
sebesar 63,6% dari target 100%
h. Cakupan pencatatan dan pelaporan kasus diare sebesar 100% dari target 100%

Dari semua masalah yang ditemukan, 2 prioritas masalah yang didapatkan adalah :
1. Cakupan pelayanan penderita diare balita sebesar 77,93% dari target 100%
2. Cakupan penderita diberi oralit sebesar 89,7% dari target 100%

9.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang ditujukan kepada Kepala Puskesmas
Kecamatan Tambora dan Ka program diare untuk penyelesaian masalah:
Pertama, kurangnya perencanaan serta monitoring dan evaluasi khusus program diare di
Puskesmas Kecamatan tambora, sehingga evaluasi program diare sesekali dilakukan
bersama evaluasi program ispa, namun tidak khusus membahas tentang bagaimana program
diare tersebut secara khusus. Akan lebih baik jika dibuat rancangan khusus untuk program
penyakit diare serta mengadakan monitoring dan evaluasi agar dapat menilai program yang
telah dilaksanakan.
Kedua, karena masa pandemi yang sedang berlangsung mengakibatkan beberapa program
tidak berjalan dengan baik seperti penyuluhan masyarakat dan pelatihan para kader, akan
lebih baik walaupun ditengah pandemi COVID-19 pihak puskesmas sebaiknya mencari cara
seperti menampilkan banyak poster dan pemberian pamflet tentang penyakit diare dan
dehidrasi di puskesmas tambora agar menambah informasi kepada setiap orang yang datang
ke puskesmas dan harus tetap meluangan waktu untuk melakukan penyuluhan terhadap
masyarakat dan kader mengenai penyakit diare, derajat dehidrasi, penggunaan oralit dan
kebersihan lingkungan secara online.
Melalui saran-saran di atas diharapkan dapat membantu dalam keberhasilan program
Pengendalian Penyakit Diare di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tambora sehingga
permasalahan yang timbul dapat teratasi.

Daftar Pustaka

1. Kementerian Kesehatan RI. Panduan sosialisasi tatalaksana diare balita untuk petugas
kesehatan. Jakarta: 2011.
2. Kementrian Kesehatan RI. Buku pedoman pengendalian penyakit diare. Jakarta: 2013.
3. Kementerian Kesehatan RI. Buletin jendela : Situasi diare di Indonesia. Jakarta: 2011
4. Kementrian Kesehatan RI. Hasil utama riskesdas tahun 2018. Jakarta: 2018.
5. Kementrian Kesehatan RI. Profil kesehatan indonesia tahun 2018. Jakarta 2019
6. (https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-indonesia-2019.pdf) Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019.
KEMENKES RI 2020.
7. Puskesmas Kecamatan Tambora. Profil Puskesmas 2020. Jakarta: 2020.
8. Puskesmas Kecamatan Tambora. Laporan Bulanan 2021. Jakarta: 2020.
Lampiran

Lampiran I
Lampiran II
Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Tambora
Lampiran III
Data Umum Puskesmas Kecamatan Tambora

Tabel 1. Jumlah Penduduk Percakupan di Wilayah Kerja


Puskesmas Kecamatan Tambora

Tabel 2. Klasifikasi Jenis Fasilitas Kesehatan di Wilayah


Kerja Puskesmas Kecamatan Tambora
Tabel 3. Distribusi Sarana Air Minum yang di lakukan Pengawasan
Tabel 4. Distribusi Penduduk dengan Akses terhadap
Fasilitas Sanitasi yang Layak (Jamban Sehat)

Tabel 5. Data Desa yang Melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat


Kecamatan Tambora
Lampiran IV
Data Penyakit Diare di Puskesmas Kecamatan Tambora
Periode September 2020-Desember 2020
Tabel 6. Rekaputasi Laporan Penyakit Diare Puskesmas Kecamatan Tambora

Total Penderita Balita Fasyankes


NO KAB/KOTA dan Kader  Total

L P

1 PKC Tambora 147 91 238

2 PKL Angke 9 7 16

3 PKL Duri Utara 14 8 22

4 PKL Kalianyar 16 18 34

5 PKL Jembatan Besi 13 7 20

6 PKL Tambora 19 3 22

7 PKL Pekojan 1 7 7 14

8 PKL Pekojan 2 11 15 26

9 PKL Roa Malaka 9 7 16

TOTAL 245 163 408

Periode Januari 2021- Agustus 2021


Tabel 7. Rekaputasi Laporan Penyakit Diare Puskesmas Kecamatan Tambora
Total Penderita Balita Fasyankes
NO KAB/KOTA dan Kader
Total
L P

1 PKC Tambora 161 138 299


22 9 31
2 Kalianyar
10 9 19
3 Duri Utara
4 6 10
4 Tanah Sereal
23 9 32
5 Jembatan Besi
16 3 19
6 Angke
4 13 17
7 Tambora
8 4 12
8 Roa Malaka
6 7 13
9 Pekojan 1
18 13 31
10 Pekojan 2

TOTAL 272 211 438

Tabel 8. Distribusi Pemakaian Oralit, Zinc dan RL Penderita

Penderita diare < 5 th Diberi Penderita diare < 5 th Diberi


N Kab/ September 2020-December 2020 Januari 2021-Agustus 2021
o Kota Zinc Rl Oralit Zinc RL
Oralit 0-<6 ≥6 bln- 0-<6 ≥6 bln-
1 - 4 thn 1 - 4 thn
bln <1 th bln <1 th
PKC
1 Tambora 238 25 67 146
0 244 26 62 156 0
2 Kalianyar 10 0 8 2 0 28 0 3 25 0
3 Duri Utara 22 1 5 16 0 16 0 4 12 0
Tanah
4 Sereal - - - -
0 10 1 5 4 0
Jembatan
5 Besi 33 0 1 33
0 31 4 15 12 0
6 Angke 27 1 6 20 0 14 0 5 9 0
7 Tambora 23 0 8 15 0 12 0 0 12 0
Roa
8 Malaka 21 2 5 12
0 9 0 2 7 0
9 Pekojan 1 31 3 5 23 0 11 2 4 5 0
10 Pekojan 2 13 4 8 5 0 23 4 7 12 0
TOTAL 418 36 113 272 0 398 37 107 254 0

Lampiran V
Rencana Terapi dan Tanda-tanda Dehidrasi
Lampiran VI
Panduan Dan Cara Membuat Larutan Garam Dan Gula

● Cuci tangan dengan sabun.


● Ambil garam seujung sendok teh, kemudian masukkan ke dalam gelas belimbing (200 ml).
● Ambil gula sebanyak satu sendok teh, kemudian masukkan ke dalam gelas belimbing tadi.
● Tambahkan air matang hangat dengan tujuan melarutkan gula dan garam, ke dalam gelas
belimbing tadi penuh (200 ml), kemudian aduk hingga larut.
● Kemudian cicipi, untuk mengetahui rasanya terlalu asin apa tidak (mencegah muntah), kalau
sudah pas rasanya, berikan pada bayi atau anak Balita.
Panduan Dan Cara Menggunakan Oralit
● Cuci tangan dengan sabun dan air.
● Tuangkan air matang yang telah dididihkan dan didinginkan sebelum digunakan sebanyak 1
gelas belimbing (200cc).
● Masukkan semua bubuk oralit ke dalam gelas dan aduk hingga larut.
● Minum sesuai kebutuhan dan tetap berikan oralit selagi penderita masih mau meminumnya.

Umur 3 Jam Pertama Selanjutnya setiap kali


diare
6 bulan - 1 tahun 1½ gelas ½ gelas
1 tahun – 5 tahun 3 gelas 1 gelas
5 tahun – 12 tahun 6 gelas 1½ gelas
> 12 tahun dan 12 gelas 2 gelas
dewasa

Lampiran VII
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam Rumah Tangga

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan
atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat
menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktf dalam mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat.
Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang anggota atau penghuninya sudah
menerapkan PHBS dalam kehidupannya sehari-hari yaitu memenuhi 7 indikator PHBS di rumah
tangga dan 3 indikator gaya hidup sehat.
PHBS di rumah tangga diarahkan untuk memberdayakan setiap keluarga atau anggota
rumah tangga agar tahu, mau, dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan
mengupayakan lingkungan yang sehat, mencegah dan menanggulangi masalah-masalah
kesehatan yang dihadapi, memamnfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang ada, serta berperan
aktif mewujudkan kesehatan masyarakatnya dan mengembangkan upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat.
Pembinaan PHBS di rumah tangga bertujuan untuk mempercepat terwujudnya rumah tangga
ber-PHBS untuk menjadi rumah tangga sehat, sebagai salah satus indikator desa siaga yang pada
akhirnya akan mewujudkan desa sehat. Oleh karena itu kegiatan PHBS di rumah tangga
pelaksanaannya dimulai daari lingkungan terkecil, yaitu RT-RW-Dusun/kampung-
Desa/kelurahan, dan seterusnya.
Yang termasuk dalam PHBS Rumah Tangga yaitu :
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan (oleh dokter atau bidan termasuk pendampingan
bidan oleh paraji).
2. Memberi bayi ASI-eksklusif adalah bayi usia 6-12 bulan, tidak diberi makanan dan minuman
lain, kecuali pemberian air putih untuk minum obat pada saat bayi sakit.
3. Menimbang bayi dan balita setiap bulan (menimbang bayi dan balita mulai umur 0 sampai 59
bulan setiap bulan dan dicatat dalam KMS berturut-turut dalam 3 bulan terakhir).
4. Menggunakan air bersih untuk mandi, mencuci, memasak. Air bersih yang digunakan
haruslah memenuhi syarat fisik (tidak berwarna, tidak keruh, tidak berbau) yang dapat
berasal dari air pompa, sumur, mata air terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempat
penampungan kotoran atau limbah.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setiap kali tangan kotor, sebelum makan,
sebelum merawat anak, dan sesudah buang air besar dengan memakai sabun serta air bersih
yang mengalir.
6. Menggunakan jamban sehat dengan tangki septik atau lubang penampungan kotoran sebagai
pembuangan akhir.
7. Memberantas jentik di rumah 1 kali dalam seminggu agar tidak terdapat jentik nyamuk pada
tempat-tempat penampungan air, bak mandi, gentong air, vas bunga, pot bunga / alas pot
bunga, wadah pembuangan air dispenser, dan barang-barang bekas yang dapat menampung
air.
8. Makan sayur dan buah setiap hari.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari minimal 30 menit terus menerus (jalan, lari, senam) dan
kegiatan dalam rumah tangga seperti mencuci pakaian atau mobil, mengepel lantai,
berkebun.
10. Tidak merokok di dalam rumah.
Lampiran VIII
Syarat Jamban

Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang tinja atau
kotoran manusia atau najis bagi suatu keluarga yang lazim disebut kakus atau WC.
Syarat jamban yang sehat sesuai kaidah-kaidah kesehatan adalah sebagai berikut :
● Tidak mencemari sumber air minum
● Tidak berbau tinja dan tidak bebas  dijamah oleh serangga maupun tikus.
● Air seni, air bersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah sekitar olehnya itu lantai
sedikitnya berukuran 1 X 1meter dan dibuat cukup landai, miring kearah lobang jongkok.
● Mudah dibersihkan dan aman penggunaannnya.
● Dilengkapi dengan dinding dan penutup
● Cukup penerangan dan sirkulasi udara.
● Luas ruangan yang cukup
● Tersedia air dan alat pembersih.

Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamban adalah sabagai berikut :
● Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum, dan permukaan tanah
yang ada disekitar jamban
● Menghindarkan berkembangbiaknya/tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah
● Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain
● Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang tidak menyedapkan
● Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah
● Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat setempat

Dalam penetuan letak kakus ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu jarak terhadap sumber
air dan kakus. Penentuan jarak tergantung pada :
● Keadaan daerah datar atau lereng
● Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam
● Sifat, macam dan susunan tanah berpori atau padat, pasir, tanah liat atau kapur
Faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mempengaruhi daya peresapan tanah. Di
Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara sumber air dan lokasi jamban berkisar antara
8 s/d 15meter atau rata-rata 10 meter. Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu
diperhatikan :

● Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah bawah dari letak sumber
air. Andaikata tidak mungkin dan terpaksa di atasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari
15meter dan letak harus agak ke kanan atau kekiri dari letak sumur.
● Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi yang sering digenangi
banjir. Andaikata tidak mungkin, maka hendaknya lantai jamban (diatas lobang) dibuat lebih
tinggidari permukaan air yang tertinggi pada waktu banjir.
● Mudah dan tidaknya memperoleh air.

Dalam ini ada 5 cara pembuatan jamban/kakus yang memenuhi persyaratan tersebut di atas,
yaitu :
● Kakus/jamban sistem cemplung atau galian
● Jamban sistem leher angsa
● Jamban septik tank ganda
● Kakus Vietnam
● Kakus sopa sanda

Anda mungkin juga menyukai