Anda di halaman 1dari 26

MINI PROJECT

Pembentukan Santri Husada dan Penggiatan Jumat Bersih


sebagai Upaya Penanggulangan Penyakit Skabies
di Pondok Pesantren Miftahul Ulum
Desa Sukorejo Kabupaten Lumajang

Pembimbing:
dr. Tjahjo Bagus Eko Kasmanto

Disusun oleh:
dr. Alif Musdalifa
dr. Fahmi Abdullah
dr. Nur Fahmi Febrian Salma

PUSKESMAS ROGOTRUNAN
DINAS KESEHATAN KABUPATEN LUMAJANG
PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,


Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya, penulisan miniproject ini dapat selesai sesuai rencana
yang diharapkan. Sholawat serta salam tak lupa, kami haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang mengikutinya
hingga hari kiamat, semoga kita semua mendapat syafa’atnya di akhirat kelak.
Penelitian miniproject berjudul “Pembentukan Santri Husada dan
Penggiatan Jumat Bersih sebagai Upaya Penanggulangan Penyakit Skabies di
Pondok Pesantren Miftahul Ulum Desa Sukorejo Kabupaten Lumajang”, diajukan
untuk memenuhi persyaratan Progam Internsip Dokter Indonesia Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini terselesaikan karena adanya
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itulah pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada:
1. dr.Tjahjo, selaku pembimbing kami di Puskesmas Rogotrunan
2. Pak Kyai Pondok Pesantren Miftahul Ulum yang telah memberikan kami ijin
untuk melakukan miniproject
3. Mas Rofiq dan Mbak Rahma, selaku penanggung jawab santri/santriwati PP.
Miftahul Ulum yang telah membantu dan mendampingi kami selama
pelaksanaan miniproject.
4. Seluruh staf Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang yang telah memberikan
pengarahan dalam pelaksanaan miniproject ini.
5. Seluruh staf Puskesmas Kunir, yang telah memberikan pengarahan dan
pengetahuan tentang program-program di Puskesmas.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Saran dan
kritik yang membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan
laporan ini. Kami berharap laporan ini bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Lumajang, Maret 2022
Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Penulis
1.4.2 Manfaat Bagi Puskesmas
1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skabies
2.1.1 Definisi
2.1.2 Patogenesis
2.1.3 Manifestasi Klinis
2.1.4 Diagnosis
2.1.5 Pengobatan dan Pencegahan
2.1.6 Faktor yang Berhubungan dengan Skabies
2.2 Penyuluhan
2.2.1 Definisi
2.2.2 Prinsip
2.2.3 Tujuan
2.2.4 Metode dan Proses Komunikasi
2.3 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
2.3.1 Definisi
2.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
2.3.3 Tatanan PHBS di Pondok Pesantren
BAB III EVALUASI PROGRAM
3.1 Alur Pemecahan Masalah
3.2 Identifikasi Cakupan Program
3.3 Analisa Prioritas Masalah
3.4 Identifikasi Penyebab Masalah
3.5 Alternatif Pemecahan Masalah
BAB IV METODE DIGNOSTIK KOMUNITAS
BAB V HASIL INTERVENSI DAN PEMBAHASAN
BAB VI PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.2 Tujuan Khusus
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Bagi Penulis
1.4.2 Manfaat Bagi Puskesmas
1.4.3 Manfaat Bagi Masyarakat

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Skabies
2.2 Penyuluhan
2.3 Per
2.3 Skabies
2.1.7 Definisi
2.1.8 Patogenesis
2.1.9 Manifestasi Klinis
2.1.10 Diagnosis
2.1.11 Pengobatan dan Pencegahan
2.1.12 Faktor yang Berhubungan dengan Skabies
2.4 Penyuluhan
2.2.5 Definisi
2.2.6 Prinsip
2.2.7 Tujuan
2.2.8 Metode dan Proses Komunikasi

BAB III
EVALUASI PROGRAM

3.1 Alur Pemecahan Masalah


Studi ini dilakukan dengan panduan alur pemecahan masalah (lihat
Gambar X). Langkah pertama dilakukan identifikasi masalah. Dari beberapa
masalah akan dipilih satu untuk menjadi prioritas utama. Konfirmasi penyebab
masalah yang paling mungkin dilakukan dengan wawancara dan observasi.
Setelah diketahui mengenai penyebab masalah maka dilakukan alternatif
pemecahan masalah yang kemudian direncanakan penerapan pemecahan masalah
dalam tabel Plan of Action.
Gambar X. Alur Pemecahan Masalah

3.2 Identifikasi Cakupan Program


Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis data Standar Pelayanan
Minimal Puskesmas Kunir Tahun 2021, didapatkan beberapa yang belum
mencapai hasil yang ditargetkan. Komponen-komponen tersebut dapat dilihat
pada Tabel X.

Tabel X. Daftar Pencapaian Program Puskesmas Kunir Tahun 2021.


Indikator Target (%) Pencapaian (%)
Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes 100 33.33
Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi 100 43
Pelayanan Kesehatan Penderita TB 100 68.6
Pelayanan Kesehatan Penderita HIV 100 64.4
Pelayanan Kesehatan Pondok Pesantren 100 0
Keterangan: TB, tuberkulosis; HIV, human immunidefficiency virus.

3.3 Analisa Prioritas Program


Penentuan prioritas masalah kesehatan dapat menggunakan metode CARL.
Metode ini digunakan untuk menentukan prioritas masalah secara kualitatif
dengan menentukan skor atas kriteria tertentu. CARL merupakan singkatan dari
Capability, Assessibility, Readiness, dan Leverage. Capability merupakan
kemampuan sumber daya, dana, alat dan sebagainya. Assessibility adalah
kemudahan dalam penanganan masalah. Readiness merupakan kesiapan dari
sumber daya manusia, motivasi, kompetensi, dan sasaran/masyarakat. Leverage
adalah pengaruh masalah yang satu terhadap yang lain. Penggunaan metode ini
menekankan pada kemampuan untuk pengelola program (Tyas, 2020).
Penentuan masalah kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kunir
didasarkan pada hasil diskusi dengan pihak Puskesmas dengan metode CARL
(lihat Tabel X). Berdasaran metode tersebut, didapatkan prioritas masalah urutan
pertama adalah pelayanan kesehatan pondok pesantren.

Tabel X. Daftar Pencapaian Program Puskesmas Kunir Tahun 2021.


Indikator C A R L Total Ranking
Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes 5 3 4 5 300 II
Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi 5 3 4 5 300 III
Pelayanan Kesehatan Penderita TB 3 3 3 5 135 IV
Pelayanan Kesehatan HIV 2 1 2 5 20 V
Pelayanan Kesehatan Pondok Pesantren 5 4 5 5 500 I
Keterangan: C, Capability; A, Assessibility; R, Readiness; L Leverage; TB, tuberkulosis;
HIV, human immunidefficiency virus.

Langkah selanjutnya untuk menentukan permasalahan terkait pelayanan


kesehatan pondok pesantren, kami melakukan survei pendahuluan terhadap 6
pondok pesantren yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kunir. Kami
melakukan wawancara dan observasi terhadap pemimpin pondok dan
santri/santriwati. Dari hasil wawancara dan observasi hampir semua mengeluhkan
mengenai masalah kulit khususnya skabies (gudik). Kami fokus melakukan
pengabdian masyarakat di Pondok Pesantren Miftahul Ulum, Sukosari, Lumajang
karena angka kejadian skabies masih tinggi, pengetahuan tentang skabies yang
kurang, kebersihan diri dan sanitasi lingkungan masih kurang baik.

3.4 Identifikasi Penyebab Masalah


Ada beberapa faktor yang menimbulkan kesenjangan antara target dan
hasil yang dicapai. Adapun identifikasi faktor penyebab masalah skabies di
pondok pesantren Miftahul Ulum, Sukorejo, Lumajang dapat dipetakan dalam
diagram fishbone dibawah ini.

Gambar X. Diagram Fishbone Skabies di Pondok Pesantren Miftahul Ulum

3.5 Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah


Adapun beberapa alternatif pemecahan masalah mengenai masalah
penyakit Skabies di Pondok Pesantren Miftahul Ulum, Desa Sukorejo, Kabupaten
Lumajang dapat dilihat di Tabel X.

Tabel X. Alternatif Pemecahan Masalah.


No. Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
Tidak ada kader kesehatan
1 Pembentukan Santri Husada
(santri husada)
Kurangnya kesadaran individu
2 untuk mengobati penyakit
dengan baik dan tuntas
Tidak ada sosisalisasi tentang Penyuluhan tentang Skabies
3
penyakit skabies
Kurangnya pengetahuan santri
4
tentang skabies
Kurangnya kesadaran individu
5 dalam menjaga kebersihan
individu Penyuluhan tentang PHBS
Kurangnya pengetahuan santri
6
tentang PHBS
7 Kurangnya media informasi Pembuatan booklet tentang Skabies
tentang penyakit skabies dan dan PHBS
PHBS
Lingkungan pondok yang
8
kotor
Penggiatan Jumat Bersih
Tidak ada tindakan membasmi
9
sumber penyakit
Pembentukan Poskestren (Pondok
Program poskestren tidak
10 Pesantren belum siap sarana dan
berjalan
prasarana)
Penyediaan alat-alat kebersihan oleh
11 Kurangnya alat-alat kebersihan
pihak Pondok Pesantren
Barang individu yang dipakai Penyediaan barang individu oleh
12
bersama masing-masing santri/santriwati
Tidak adanya kamar khusus Penyediaan kamar khusus untuk santri
13 untuk santri yang terkena yang terkena skabies oleh pihak
skabies Pondok Pesantren

Berdasarkan alternatif pemecahan masalah diatas, maka yang dapat kami


realisasikan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah pembentukan kader
kesehatan (santri husada), penyuluhan tentang Skabies dan PHBS, serta
Penggiatan Jumat Bersih.
BAB IV
METODE DIAGNOSTIK KOMUNITAS

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif observasional, yaitu


menggambarkan atau melukiskan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang
tampak atau sebagaimana adanya (Putri et al., 2021). Kegiatan ini dilakukan di
Pondok Pesantren Miftahul Ulum yang terletak di Desa Sukorejo, Kabupaten
Lumajang. Pelaksanaan kegiatan selama bulan Januari – Maret 2022. Metode
yang digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah penyuluhan,
simulasi dan role play. Sasaran dalam kegiatan ini yaitu santri/santriwati pondok
pesantren Miftahul Ulum, Sukorejo, Lumajang. Adapun tahapan pelaksanaan
pengabdian masyarakat ini, yaitu:
a. Fase Persiapan
Pada fase ini dilakukan pengumpulan data dari puskesmas Kunir.
Pengumpulan data tersebut untuk keperluan identifikasi masalah. Dari
identifikasi masalah, didapatkan prioritas masalah terkait kesehatan
pondok pesantren. Setelah didapatkan prioritas masalah, dilakukan
koordinasi dengan pemegang program kesehatan pondok pesantren
Puskesmas Kunir terkait pelaksanaan pengabdian masyarakat di bidang
program tersebut.
Untuk mengetahui permasalahan kesehatan pondok pesantren,
langkah awal kegiatan pengabdian masyarakat ini dengan melakukan
identifikasi masalah menggunakan pembagian kuisioner serta wawancara
dengan pimpinan pondok pesantren dan beberapa santri/santriwati untuk
menguatkan identifikasi masalah. Dari langkah tersebut diperoleh prioritas
masalah kesehatan pondok pesantren yaitu kurang pemahaman tentang
Skabies pada santri/santriwati di Pondok Pesantren Miftahul Ulum
Sukorejo. Langkah selanjutnya yang dilakukan dalam kegiatan pengabdian
masyarakat ini adalah pembentukan kader kesehatan dari santri/santriwati.
Pemilihan kader diharapkan mewakili setiap kamarnya, memiliki kemauan
untuk jadi kader dan orang yang berpengaruh di kamarnya. Kader yang
telah terbentuk nantinya berperan untuk mendukung dan motivasi teman
sekamar, pendukung skrining dan pedeteksian kasus, serta pelaksana
tindak lanjut dalam penanganan kasus Skabies.
b. Fase Pelaksanaaan
Sebelum melakukan perannya, kader kesehatan yang terpilih akan dilatih
oleh pelaksana pengabdian. Kader kesehatan akan diberikan bekal pengetahuan
melalui kegiatan penyuluhan. Beberapa materi yang disampaikan dalam kegiatan
penyuluhan berupa penjelasan tentang Skabies, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS). Materi disampaikan dengan menggunakan media presentasi slide PPT.
Sebelum diberikan materi, kader kesehatan terlebih dahulu mengerjakan soal
pretest yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan awal peserta tentang
penyakit Skabies. Setelah diberikan materi, kader kesehatan juga mengerjakan
soal post-test yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan peserta setelah
diberikan penyuluhan tentang penyakit Skabies. Pada kegiatan simulasi dan role
play, kader kesehatan diminta untuk mengikuti simulasi bagaimana cara
melakukan pendidikan kesehatan kepada teman sebaya (peer group), kemudian di
pertemuan berikutnya peserta melakukan role play langsung kepada teman
sekamarnya. Pada kegiatan kegiatan simulasi dan role play, kader kesehatan akan
dibantu dengan penggunaan media lembar balik yang berisi tentang Skabies dan
PHBS.
c. Fase Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan dua metode, yaitu evaluasi proses dan evaluasi
hasil. Evaluasi proses terdiri dari pelaksanaan setiap aktivitas, kehadiran peserta,
antusias peserta, keaktifan, media dan strategi yang digunakan pada setiap
aktivitas. Evaluasi hasil terdiri dari pengetahuan tentang Skabies. Evaluasi
kegiatan dengan menggunakan indikator tingkat pengetahuan Skabies.
Pengetahuan Skabies diukur dengan kuisioner pada saat sebelum dan setelah
pemberian penyuluhan kesehatan. Kuisioner pengetahuan terdiri dari 20
pertanyaan dengan pilihan jawaban benar dan salah. Tingkat pengetahuan
dikategorikan menjadi dua yaitu pengetahuan baik jika responden memiliki skor
AA, dan pengetahuan kurang baik jika responden memiliki skor AA. Analisa data
dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan membandingkan
skor pengetahuan sebelum dan setelah pemberian penyuluhan kesehatan. Indikator
keberhasilan dari kegiatan ini adalah terbentuknya santri husada, terlaksananya
penyuluhan dan jumat bersih.
Tabel X. Table of Action
Kebutuhan
Penanggung
Indikator Sasaran Anggaran
Jawab dan Waktu Tempat
No. Upaya Tujuan Kerja / dan Target dan Sumber
Kebutuhan Pelaksanaan Pelaksanaan
Keluaran Sasaran Pembiayaa
SDM
n
Penanggung
Terealisasinya Penanggung
Menbentuk kerja sama Kesepakatan jawab program
kader skabies di jawab Bulan
1. dengan pemegang program rencana kerja Poskestren dan Dana Pribadi PKM Kunir
pondok pesantren program Januari 2022
Poskestren sama Dokter
(santri husada) Poskestren
Internsip
Advokasi, koordinasi dan Penanggung
Ketua dan
sosialisasi Program Terealisasinya jawab program
Pengurus Pondok
Pembentukan Santri Husada Program Poskestren,
Kesepakatan dan Pondok Pesantren
dan Penggiatan Jumat Pembentukan Santri Pengurus Bulan
2. kesinambungan Pesantren Dana Pribadi Miftahul
Bersih sebagai Upaya Husada dan Pondok Januari 2022
program Miftahul Ulum
Pengendalian Skabies Penggiatan Jumat Pesantren,
Ulum Sukorejo
kepada Pihak Pondok Bersih Dokter
Sukorejo
Pesantren Internsip
Santri dan
Pengurus Pondok
Pemilihan santri Terpilihnya santri Santriwati
Pondok Pesantren
dan santriwati dan santriwati Pondok Bulan
3. Pembentukan Santri Husada Pesantren dan Dana Pribadi Miftahul
sebagai kader sebagai antri Pesantren Januari 2022
Dokter Ulum
kesehatan skabies husada Miftahul
Internsip Sukorejo
Ulum
Pengurus Pondok
Peningkatan
Penyuluhan tentang Skabies Peningkatan nilai Santri Pondok Pesantren
pengetahuan santri Bulan
4. dan PHBS kepada Santri post test Santri husada yang Pesantren dan Dana Pribadi Miftahul
husada tentang Januari 2022
Husada Husada terpilih Dokter Ulum
skabies dan PHBS
Internsip Sukorejo
Santri Husada
Pengurus Pondok
Pemberdayaan berperan aktif
pondok, Santri Bulan Pesantren
Sosialisasi Gerakan Jumat santri husada dalam sebagai Santri
5. husada, Dana Pribadi Februari Miftahul
Bersih kepada santri husada pengendalian pemimpin dan husada
Dokter 2022 Ulum
skabies penggerak Jumat
Internsip Sukorejo
Bersih
Terealisasi Seluruh warga
Keikutsertaan Pondok
Penggiatan umat Seluruh pondok
seluruh warga Pesantren
Pelaksanaan Program Bersih sebagai warga pesantren, Bulan Maret
6. pondok pesantren Dana Pribadi Miftahul
Penggiatan Jumat Bersih Upaya pondok Santri husada, 2022
dalam kegiatan Ulum
Pengendalian pesantren Dokter
Jumat Bersih Sukorejo
Skabies Internsip
7. Pelatihan komunikasi, Pemberdayaan Terlaksana Santri Pengurus Dana Pribadi Bulan Maret Pondok
husada,
pendidikan
Seluruh pondok, Santri Pesantren
informasi dan edukasi santri santri husada kesehatan oleh
santri- husada, Miftahul
husada tentang skabies dan sebagai edukator santri husada ke 2022
santriwati Dokter Ulum
PHBS kesehatan santri-santriwati
penghuni Internsip Sukorejo
lainnya
pondok
BAB V
HASIL INTERVENSI DAN PEMBAHASAN

Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan pembentukan kader


kesehatan pondok (santri husada), memberikan penyuluhan terhadap santri
husada, simulasi dan role play pendidikan kesehatan dari santri husada terhadap
santri-santriwati pondok pesantren. Tahap pertama yang dilakukan oleh tim kami
adalah melakukan survei lokasi dan analisis situasi di Pondok Pesantren Miftahul
Ulum Desa Sukorejo. Dari langkah tersebut diperoleh prioritas masalah kesehatan
pondok pesantren yaitu kurang pemahaman tentang Skabies pada santri/santriwati
di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Sukorejo. Langkah selanjutnya pembentukan
kader kesehatan dari santri/santriwati. Kader yang telah terbentuk nantinya
berperan untuk mendukung dan motivasi teman sekamar, pendukung skrining dan
pedeteksian kasus, serta pelaksana tindak lanjut dalam penanganan kasus Skabies.
Adapun data mengenai karakteristik kader kesehatan (santri husada) yang terpilih
dapat dilihat pada tabel X. Pada kegiatan ini terpilih 21 orang untuk menjadi
santri husada, dimana 10 orang dari santri dan 11 orang dari santriwati. Rerata
usia peserta adalah 17.33 tahun (SD = 1.59) dimana masuk kategori remaja
dengan mayoritas kelas 2 SMA/SMK dan Lulusan SMA/SMK.

Tabel X. Karakteristik Responden


Karakteristik Frekuensi (n=21) Persentase (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 11 52.38
Perempuan 10 47.62
Usia
Remaja awal (12 – 16 tahun) 5 23.81
Remaja akhir (17 – 25 tahun) 16 76.19
Rerata ± SD 17.33 ± 1.59
Kelas
3 SMP 1 4.76
1 SMA/SMK 5 23.81
2 SMA/SMK 6 28.57
3 SMA/SMK 3 14.29
Lulus 6 28.57

Penyakit skabies merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah


utama di lingkungan pondok pesantren (Amalia et al, 2020). Faktor kondisi
lingkungan, perilaku hidup dan pengetahuan santri sangat menmpengaruhi
kejadian ini (Rachmawaty et al., 2018). Edukasi tentang penyakit skabies dan
PHBS perlu dilakukan untuk mengendalikan penyakit tersebut di sekitar
lingkungan pondok pesantren (Amalia et al., 2020). Pendidikan kesehatan Skabies
yang telah diberikan kepada santri husada nantinya dapat diteruskan kepada
seluruh masyarakat Pondok Pesantren sehingga meningkatkan pengetahuan
mengenai Skabies (Yani, 2019). Sebelum melakukan perannya, kader kesehatan
akan diberikan bekal pengetahuan melalui kegiatan penyuluhan. Santri husada
diberika pre-test sebelum kegiatan penyuluhan dan post-test setelah kegiatan
penyuluhan.
Berdasarkan hasil laporan pre-test dan post-test yang ditampilkan pada
tabel X, dapat diketahui bahwa penyuluhan kesehatan di Pondok Pesantren
Miftahul Ulum mengalami peningkatan selama penyuluhan berlangsung. Hal
tersebut terlihat dari hasil rerata pre-test sebesar 62.38 ± 14.29, dikarenakan santri
dan santriwati belum mengetahui tentang skabies dan PHBS, kemudian
mengalami peningkatan dari hasil rerata post-test sebesar 69.81 ± 11.17,
dikarenakan santri dan santriwati sudah mulai memahami tentang skabies dan
PHBS. Dari tabel X, dapat diketahui bahwa penyuluhan ini mengalami
peningkatan sebesar 7.43. Hal ini menunjukkan bahwa penyuluhan
meningkatakan pengetahuan santri husada tentang skabies dan PHBS.

Tabel X. Hasil Pre-test dan Post-test


Minimu
Pengetahuan Rentang Skor Maksimum Mean ± SD Selisih
m
Pre-test 40 - 80 40 80 62.38 ± 14.29
7.43
Post-test 45 - 85 45 85 69.81 ± 11.17

Peningkatan pengetahuan terjadi setelah diberikan penyuluhan merupakan


satu cara untuk dapat menilai dari aspek kemampuan yang dicapai oleh sasaran
didik sebagai akibat adanya proses belajar. Pengetahuan merupakan hasil
penginderaan seseorang dari belum tahu menjadi tahu dan aspek pentik dalam
membentuk tindakan seseorang. Dari hasil kegiatan menggambarkan bahwa
pengetahuan santri husada menjadi lebih baik setelah diberikan penyuluhan
karena sumber risiko skabies berasal dari lingkungan pondok pesantren mereka
dan mereka melihat secara langsung saat teman mereka terkena skabies ini
(Kurniasari et al., 2021).
Pada kegiatan simulasi dan role play, kader kesehatan diminta untuk
mengikuti simulasi bagaimana cara melakukan pendidikan kesehatan kepada
teman sebaya (peer group), kemudian di pertemuan berikutnya peserta melakukan
role play langsung kepada teman sekamarnya. Pada kegiatan kegiatan simulasi
dan role play, kader kesehatan akan dibantu dengan penggunaan media lembar
balik yang berisi tentang Skabies dan PHBS.
Kegiatan role play ini bertujuan agar santri husada mencoba melakukan
perannya sebagai pendidik sebaya (Peer Educator). Pendidik sebaya (Peer
Educator) merupakan seseorang yang sudah mendapatkan pelatihan dan
mempunyai komitmen serta motivasi untuk memberikan edukasi dan sebagai
narasumber bagi teman sebaya. Pendidikan kesehatan dengan model peer group
dapat mempengaruhi peningkatan terhadap pengetahuan dan sikap teman
sebayanya (Saraswati et al., 2021). Hal ini dikarenakan peer educator dapat saling
berbagi pengetahuan dan pengalaman melalui kegiatan sehari-hari yang dapat
diterapkan dalam norma, nilai dan kepercayaan. Selain itu, remaja cenderung akan
mudah dipengaruhi teman sebayanya. Selain itu, pada peer group support
individu akan saling mendukung dan memberikan semangat satu sama lain.
Gerakan Jumat Bersih merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
higenitas sanitasi Pondok Pesantren (Sukana 2010). Gerakan tersebut dilakukan
untuk menimbulkan kesadaran santriwan dan santriwatu akan kepedulian menjaga
lingkungan pondok secara disiplin. Jumat Bersih merupakan salah satu agenda
mingguan di Pondok Pesantren Miftahul Ulum. Namun dalam penerapannya,
agenda ini dilakukan tapi dalam pelaksanaannya masih asal-asalan sehingga
tujuan untuk meningkatkan kebersihan pondok belum tercapai. Penggiatan
gerakan jumat bersih ini menjadi salah satu intervensi yang kami lakukan untuk
mencapai tujuan itu. Sebagaimana yang kita ketahui, kebersihan lingkungan juga
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kejadian skabies di lingkungan
pondok.
Intervensi penggiatan Jumat Bersih dilaksanakan mulai bulan Februari
sampai dengan bulan Maret. Pada kegiatan ini, kami meminta bantuan santri
husada untuk mengkoordinasi teman-teman santri dalam kegiatan tersebut. Para
santri dibagi tugas kebersihan seperti membersihkan kamar, membersihkan
lingkungan sekitar kamar, membuang sampah, membersihkan sarana dan
prasarana lainnya yang berada disekitar pondok. Pada evaluasi tiap minggunya,
tampak antusias santri-santriwati dalam kegiatan jumat bersih. Santri husada
menjalankan tugasnya dalam mengkoordinasi teman-teman. Dari kegiatan itu,
membuat lingkungan pondok menjadi lebih bersih daripada pertama kali kami
melakukan survei lokasi.
Tyas RC. 2020. Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan dan Jenis
Intervensi di RW 13 dan RW 14 Kelurahan Ampel Kecamatan Semampir
Surabaya Tahun 2018. JPK, 18:1. Januari 2020. Halaman 10-13.
BAB VI
REKAPITULASI HASIL
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai