Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KEGIATAN MINIPRO

Pengendalian Penyakit Tidak Menular Melalui


Penyelanggaraan Posbindu Penyakit Tidak Menular

Disusun oleh :
Ajmil Irodah

Pembimbing :
dr. Okce Krisnawati

PUSKESMAS TASIKMADU
KABUPATEN KARANGANYAR
2023

1
DAFTAR ISI

BAB I 1
PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang 1
2. Rumusan Masalah 3
3. Tujuan 3
4. Manfaat 4
BAB II 5
TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1. Puskesmas 5
2.2. Posbindu PTM 6
2.3. Identifikasi dan Definisi Penyebab Masalah 14
2.4. Kerangka Konsep Penyebab Masalah 19
2.5. Penentuan Penyebab Masalah 20
BAB III 18
RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN 22
3.1 Desain Kegiatan 22
3.2 Sasaran Kegiatan 22
3.3 Material 23
3.4 Waktu dan Tempat Kegiatan 23
3.5 Pelaksanaan Kegiatan 23
3.6 Kriteria Keberhasilan 24
BAB IV 25
HASIL DAN PEMBAHASAN 25
4.1 HASIL 25
4.2 PEMBAHASAN 26
BAB V 28
KESIMPULAN DAN SARAN 28
5.1 Kesimpulan 28
5.2 Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 30

1
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pusat Kesehatan Masyarakat yang dikenal dengan sebutan Puskesmas
adalah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang bertanggung jawab
atas kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya pada satu atau bagian wilayah
kecamatan. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat dinyatakan bahwa Puskesmas berfungsi
menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya
Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama. Puskesmas merupakan Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dinas kesehatan kabupaten/kota, sehingga
dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, akan mengacu pada kebijakan
pembangunan kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota bersangkutan,
yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) dan Rencana Lima Tahunan dinas kesehatan kabupaten/kota.
Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan untuk memelihara
dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan
yang optimal bagi masyarakat. Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan
kesehatan dasar yang menyelenggarakan upaya kesehatan pemeliharaan,
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif),
yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan.
Konsep kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi
semua fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia termasuk Puskesmas.
Penyakit Tidak Menular (PTM) secara global telah mendapat perhatian
serius dengan masuknya PTM sebagai salah satu target dalam Sustainable
Development Goals (SDGs) 2030 khususnya pada Goal 3: Ensure healthy
lives and well-being. SDGs 2030 telah disepakati secara formal oleh 193
pemimpin Negara pada UN Summit yang diselenggarakan di New York pada

1
25-27 September 2015. Hal ini didasari pada fakta yang terjadi di banyak
negara bahwa meningkatnya usia harapan hidup dan perubahan gaya hidup
juga diiringi dengan meningkatnya PTM.
Program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan. Program
kesehatan diadakan sebagai realisasi dari rencana program kesehatan di
bidang kesehatan yang akan memberikan dampak pada peningkatan
kesehatan. Belum membedakan ruang lingkup penilaian program atas enam
macam, yaitu: Pelaksanaan program, pemenuhan kriteria yang telah
ditetapkan, efektivitas program dan efisiensi program. Penilaian pelaksanaan
program memiliki pertanyaan pokok yang akan dijawab pada penilaian
tentang pelaksanaan program ialah apakah program itu terlaksana atau tidak,
bagaimana pelaksanaannya serta faktor-faktor penopang dan penghambat
apakah yang ditemukan dalam pelaksanaan program.
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM)
merupakan wujud peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini,
monitoring dan tindak lanjut dini faktor risiko penyakit tidak menular secara
mandiri dan berkesinambungan. Kegiatan ini dikembangkan sebagai bentuk
kewaspadaan dini terhadap penyakit tidak menular mengingat hampir semua
faktor risiko penyakit tidak menular tidak memberikan gejala pada yang
mengalaminya. Faktor resiko penyakit tidak menular meliputi merokok,
konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik,
obesitas, stress, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol, serta
menindaklanjuti secara dini faktor resiko yang ditemukan melalui konseling
kesehatan dan segera merujuk ke fasiitas pelayanan kesehatan dasar.
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM)
merupakan salah satu upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang berorientasi
kepada upaya promotif dan preventif dalam pengendalian penyakit tidak
menular dengan melibatkan masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan
dan monitoring-evaluasi. Masyarakat diperankan sebagai sasaran kegiatan,

2
target perubahan, agen pengubah sekaligus sebagai sumber daya. Dalam
pelaksanaan selanjutnya kegiatan posbindu menjadi Upaya Kesehatan
Bersumber Daya Masyarakat (UKBM), dimana kegiatan ini diselenggarakan
oleh masyarakat sesuai dengan sumber daya, kemampuan, dan kebutuhan
masyarakat.
Menurut Kemenkes RI (2014) pelaksanaan Posbindu dilakukan oleh
kader kesehatan yang telah ada atau beberapa orang dari masing-masing
kelompok organisasi/lembaga/tempat kerja yang bersedia menyelenggarakan
Posbindu, yang dilatih secara khusus, dibina atau difasilitasi untuk melakukan
pemantauan faktor risiko PTM di masing-masing kelompok atau
organisasinya. Kriteria kader Posbindu antara lain berpendidikan minimal
SLTA/SMA, mau dan mampu melakukan kegiatan berkaitan dengan
Posbindu.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas maka timbul permasalahan :
a. Upaya peningkatan pengendalian penyakit tidak menular melalui
penyelenggaraan posbindu penyakit tidak menular
b. Kesadaran masyarakat yang masih rendah terkait pengendalian
penyakit tidak menular dalam rangka meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat
c. Kurang efektif dan efisiennya peran kader posbindu dalam
penyelenggaraan posbindu penyakit tidak menular
3. Tujuan
Tujuan Umum
Kader posbindu diharapkan mampu menyelenggarakan kegiatan
posbindu penyakit tidak menular secara mandiri dengan cara melakukan
pemeriksaan sederhana serta melakukan screening awal terhadap faktor
resiko terjadinya penyakit tidak menular pada masyarakat sekitar.

3
Tujuan Khusus
Kader posbindu mampu menyelenggarakan kegiatan posbindu
penyakit tidak menular dengan cara :
1. Melakukan wawancara mengenai faktor resiko penyakit tidak
menular terhadap peserta posbindu
2. Mampu melakukan pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar
perut serta dapat menghitung IMT terhadap peserta posbindu
3. Mampu melakukan pengukuran tekanan darah dengan
menggunakan tensimeter
4. Mampu melakukan pemeriksaan laboratorium sederhana atau
pengukuran gula darah dengan menggunakan glukometer
5. Mampu mengidentifikasi faktor resiko penyakit tidak menular
terhadap peserta posbindu
6. Mampu memberikan edukasi mengenai faktor resiko penyakit
tidak menular kepada peserta posbindu
7. Mampu merujuk peserta posbindu atau melakuakn tindak lanjut
dini kepada peserta posbindu
8. Mampu mengisi hasil layanan posbindu
4. Manfaat
Kegiatan minipro kali ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Menambah wawasan, ketrampilan terhadap kader posbindu
mengenai penyelenggaraan kegiatan posbindu penyakit tidak
menular
2. Mengurangi faktor resiko penyakit tidak menular di Masyarakat
3. Memprioritaskan masalah Upaya Kesehatan Masyarakat di
Puskesmas Tasikmadu.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Puskesmas
2
Puskesmas Tasikmadu memiliki luas wilayah 41,65 km . Terdapat 10
wilayah binaan yang meliputi Desa Buran, Desa Papahan, Desa Ngijo, Desa
Gaum, Desa Suruh, Desa Pandeyan, Desa Karangmojo, Desa Kaling, Desa
Wonolopo, dan Desa Kalijirak dengan total 58 dusun binaan. Jumlah kartu
keluarga (KK) meliputi 21.152 KK yang mencakup 64.394 jiwa penduduk.
Daerah Kecamatan Tasikmadu terdiri atas dataran rendah, yang sebagian besar
adalah wilayahnya adalah lahan pertanian dengan mata penghasilan terbesar
adalah wiraswasta. Puskesmas Tasikmadu memiliki 58 pegawai yang terdiri
dari 4 dokter madya, 1 dokter gigi madya, perawat, bidan, apoteker dan
asisten apoteker, fisioterapis, pranata laboratorium kesehatan, nutrisionis,
sanitarian, dan tenaga non kesehatan lainnya.
Puskesmas Tasikmadu memiliki tugas melaksanakan kebijakan
kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya
dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat serta memiliki fungsi
yang penting dalam mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan
nasional. Fungsi penting tersebut adalah penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat (UKM) tingkat pertama di wilayah kerjanya dan penyelenggaraan
Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Disamping tugas itu berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 43 Tahun
2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat maka kemampuan pelayanan
Upaya Kesehatan Perorangan di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskesmas
Tasikmadu yang juga meliputi pelayanan kesehatan non spesialistik yaitu :
a. Administrasi pelayanan kesehatan
b. Pelayanan promotif dan preventif
c. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis
d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif
e. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
f. Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratorium tingkat pertama
g. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
h. Pelayanan keluarga berencana
Dengan mempertimbangkan peran dan kemampuan UPT Puskesmas
Tasikmadu dalam lima tahun kedepan, UPT Puskesmas Tasikmadu berusaha
memenangkan persaingan dengan cara menjaga mutu layanan kesehatan

5
sesuai standar, meningkatkan sarana prasarana kesehatan, menjaga
profesionalitas tenaga kesehatan, dan memperluas akses bagi semua lapisan
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
UPT Puskesmas Tasikmadu mempunyai jaringan pelayanan kesehatan
yang pada hakekatnya merupakan sarana yang digunakan untuk kegiatan
upaya kesehatan seperti Puskesmas Induk, Puskesmas Pembantu (PUSTU),
Bidan Desa, Pos Kesehatan Desa (PKD), serta Upaya Kesehatan berbasis
Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu Balita, Posyandu Lansia, Posbindu
PTM, yang didukung oleh peran serta masyarakat, dari oleh dan untuk
masyarakat.
Berdasarkan Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) Tahun 2021, cakupan
pelayanan kesehatan di Puskesmas Tasikmadu sebesar 93,4. Capaian tersebut
termasuk baik. Sementara itu, berdasarkan cakupan hasil manajemen dan
mutu Puskesmas Tasikmadu mencapai nilai 9,5 yang berarti baik.
2. Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular)
1. Pengertian
Program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan. Program
kesehatan diadakan sebagai realisasi dari rencana program kesehatan di
bidang kesehatan yang akan memberikan dampak pada peningkatan
kesehatan. Blum membedakan ruang lingkup penilaian program atas enam
macam, yaitu: Pelaksanaan program, pemenuhan kriteria yang telah
ditetapkan, efektivitas program dan efisiensi program. Penilaian pelaksanaan
program memiliki pertanyaan pokok yang akan dijawab pada penilaian
tentang pelaksanaan program ialah apakah program itu terlaksana atau tidak,
bagaimana pelaksanaannya serta faktor-faktor penopang dan penghambat
apakah yang ditemukan dalam pelaksanaan program.
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM)
merupakan wujud peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini,
monitoring dan tindak lanjut dini faktor risiko penyakit tidak menular secara
mandiri dan berkesinambungan. Kegiatan ini dikembangkan sebagai bentuk
kewaspadaan dini terhadap penyakit tidak menular mengingat hampir semua
faktor risiko penyakit tidak menular tidak memberikan gejala pada yang
mengalaminya. Faktor resiko penyakit tidak menular meliputi merokok,
konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik,
obesitas, stress, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol, serta
menindaklanjuti secara dini faktor resiko yang ditemukan melalui konseling
kesehatan dan segera merujuk ke fasiitas pelayanan kesehatan dasar.

6
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM)
merupakan salah satu upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang berorientasi
kepada upaya promotif dan preventif dalam pengendalian penyakit tidak
menular dengan melibatkan masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan
dan monitoring-evaluasi. Masyarakat diperankan sebagai sasaran kegiatan,
target perubahan, agen pengubah sekaligus sebagai sumber daya. Dalam
pelaksanaan selanjutnya kegiatan posbindu menjadi Upaya Kesehatan
Bersumber Daya Masyarakat (UKBM), dimana kegiatan ini diselenggarakan
oleh masyarakat sesuai dengan sumber daya, kemampuan, dan kebutuhan
masyaraka
2. Tujuan
Meningkatkan peran serta masyarakat sehat, berisiko dan penyandang
penyakit tidak menular berusia 15 tahun ke atas
3. Sasaran Kegiatan
Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan
penyandang penyakit tidak menular berusia 15 tahun ke atas
4. Wadah Kegiatan
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM)
dapat dilaksanakan terintegrasi dengan upaya kesehatan bersumber
masyarakat yang sudah ada, di tempat kerja atau klinik di perusahaan, di
lembaga pendidikan, tempat lain dimana masyarakat dalam jumlah tertentu
berkumpul/beraktivitas secara rutin, misalnya di mesjid, gereja klub olahraga,
pertemuan organisasi politik maupun kemasyarakatan. Pengintegrasian yang
dimaksud adalah memadukan pelaksanaan posbindu dengan kegiatan yang
sudah dilakukan meliputi kesesuaian waktu dan tempat serta memanfaatkan
sarana dan tenaga yang sudah ada
5. Pelaku Kegiatan
Pelaksanaan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular
(Posbindu PTM) dilakukan oleh kader kesehatan yang telah ada atau beberapa
orang dari masing-masing kelompok/ organisasi/ lembaga/ tempat kerja yang
bersedia menyelenggarakan posbindu, yang dilatih secara khusus, dibina atau
difasilitasi untuk melakukan pemantauan faktor risiko penyakit tidak menular
di masing-masing kelompok atau organisasinya. Kriteria kader posbindu
antara lain, berpendidikan minimal SLTA, mau dan mampu melakukan
kegiatan berkaitan dengan posbindu.

7
6. Bentuk Kegiatan
Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu
PTM) meliputi 10 (sepuluh) kegiatan :
a. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara
sederhana tentang riwayat penyakit tidak menular pada keluarga
dan diri peserta, aktifitas fisik, merokok, kurang makan sayur dan
buah, potensi terjadinya cedera dan kekerasan rumah tangga, serta
informasi lainnya yang dibutuhkan untuk identifikasi masalah
kesehatan berkaitan dengan terjadinya penyakit tidak menular.
Aktifitas ini dilakukan saat pertama kali kunjungan dan berkala
sebulan sekali.
b. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Masa
Tubuh (IMT), lingkar perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan
darah sebaiknya diselenggarakan 1 bulan sekali. Analisa lemak
tubuh hanya dapat dilakukan pada usia 10 tahun ke atas. Untuk
anak, pengukuran tekanan darah disesuaikan ukuran mansetnya
dengan ukuran lengan atas.
c. Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1
tahun sekali bagi yang sehat, sementara yang beresiko 3 bulan
sekali dan penderita gangguan paru dianjurkan 1 bulan sekali.
Pemeriksaan fungsi paru sederhana sebaiknya dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang telah terlatih. Kegiatan pemeriksaan gula
darah bagi individu sehat paling sedikit diselenggarakan 3 tahun
sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor risiko penyakit tidak
menular atau penyandang diabetes melitus paling sedikit 1 tahun
sekali. Untuk pemeriksaan glukosa darah dilakukan oleh tenaga
kesehatan (dokter/perawat/ bidan/analis laboratorium dan lainnya)
d. Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi
individu sehat disarankan 5 tahun sekali dan bagi yang telah
mempunyai faktor risiko penyakit tidak menular 6 bulan sekali dan
penderita dislipedemia/gangguan lemak dalam darah minimal 3
bulan sekali. Untuk pemeriksaan gula darah dan kolesterol darah
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang ada di lingkungan kelompok
masyarakat tersebut.
e. Kegiatan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
dilakukan sebaiknya minimal 5 tahun sekali bagi individu sehat,
setelah hasil IVA positif, dilakukan tindakan pengobbatan

8
krioterapi, diulangi setelah 6 bulan, jika hasil IVA negatif
dilakukan pemeriksaan ulang 5 tahun, namun bila hasil IVA positif
dilakukan tindakan pengobatan krioterapi kembali. Pemeriksaan
IVA dilakukan oleh bidan/dokter yang telah terlatih dan tatalaksana
lanjutan dilakukan oleh dokter terlatih di puskesmas
f. Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfetamin
urin bagi kelompok pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan(dokter, perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya).
g. Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap
pelaksanaan posbindu. Hal ini penting dilakukan karena
pemantauan faktor risiko kurang bermanfaat bila masyarakat tidak
tahu cara mengendalikannya.
h. Kegiatan aktifitas fisik atau olahraga bersama, sebaiknya tidak
hanya dilakukan jika ada penyelenggaraan posbindu namun perlu
dilakukan rutin setiap minggu.
i. Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di
wilayahnya dengan pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk
upaya respon cepat sederhana dalam penanganan pra rujukan.
7. Pengelompokan Tipe Posbindu
Berdasarkan jenis kegiatan deteksi dini, pemantauan dan tindak
lanjut yang dapat dilakukan oleh posbindu, maka dapat dibagi menjadi
2 kelompok tipe posbindu, yaitu:
a. Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM)
dasar meliputi pelayanan deteksi dini faktor risiko sederhana, yang
dilakukan dengan wawancara terarah melalui penggunaan
instrument untuk mengidentifikasi riwayat penyakit tidak menular
dalam keluarga dan yang telah diderita sebelumnya, perilaku
beresiko, potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah
tangga, pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut,
Indeks Masa Tubuh (IMT), alat analisa lemak tubuh, pengukuran
tekanan darah, pemeriksaan uji fungsi paru sederhana serta
penyuluhan mengenai pemeriksaan payudara sendiri.
b. Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM)
utama yang meliputi pelayanan Posbindu PTM Dasar ditambah
pemeriksaan gula darah, kolesterol total dan trigliserida,
pemeriksaan klinis payudara, pemeriksaan IVA (Inspeksi Asam
Asetat), pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes amfetamin

9
urin bagi kelompok pengemudi umum, dengan pelaksana tenaga
kesehatan terlatih (Dokter, bidan, perawat kesehatan/tenaga analis
laboratorium/lainnnya) di desa atau kelurahan, kelompok
masyarakat, lembaga/institusi. Untuk penyelenggaraan posbindu
utama dapat dipadukan dengan pos Kesehatan Desa atau
Kelurahan siaga aktif, maupun di kelompok
masyarakat/lembaga/institusi yang tersedia tenaga kesehatan
tersebut sesuai dengan kompetensinya.
8. Kemitraan
Dalam penyelenggaraan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit
Tidak Menular (Posbindu PTM) tatanan desa/kelurahan perlu
dilakukan kemitraan dengan forum desa/kelurahan Siaga, industry, dan
klinik swasta untuk mendukung implementasi dan pengembangan
kegiatan. Kemitraan dengan forum desa/kelurahan siaga aktif, pos
kesehatan desa/kelurahan serta klinik swasta bermanfaat bagi posbindu
untuk komunikasi dan koordinasi dalam mendapatkan dukungan dari
pemerintah daerah.
Dukungan dapat berupa sarana/prasarana lingkungan yang
kondusif untuk menjalankan pola hidup sehat misalnya fasilitas
olahraga atau sarana pejalan kaki yang aman dan sehat. Melalui klinik
desa siaga (jika sudah ada) dapat dikembangkan sistem rujukan dan
dapat diperoleh bantuan teknis medis untuk pelayanan kesehatan.
Sebaliknya bagi forum desa siaga penyelenggaraan posbindu
merupakan akselerasi pencapaian desa/kelurahan siaga aktif.
Kemitraan dengan industri khususnya industri farmasi
bermanfaat dalam pendanaan dan fasilitas alat. Misalnya pemberian
alat glukometer, tensimeter, sangat bermanfaat untuk pelaksanaan
posbindu dengan standar lengkap. Sedangkan kemitraan dengan klinik
swasta, bagi posbindu bermanfaat untuk memperoleh bantuan tenaga
untuk pelayanan medis atau alat kesehatan lainnya. Bagi klinik swasta,
kontribusinya dalam penyelenggaraan posbindu dapat meningkatkan
citra dan fungsi sosialnya.
3. Langkah-Langkah Penyelengaraan Posbindu PTM
1. Persiapan
Kabupaten/Kota berperan untuk melakukan inisiasi dengan berbagai
rangkaian kegiatan ;

10
a. Langkah persiapan diawali dengan pengumpulan data dan
informasi besaran masalah PTM, sarana-prasarana pendukung dan
sumber daya manusia. Hali ini dapat diambil dari data RS
kabupaten/kota, puskesmas, profil kesehatan daerah, riskesdas atau
hasil survey lainnya. Informasi tersebut dipergunakan oleh
fasilitator sebagai bahan advokasi untuk mendapatkan dukungan
kebijakan maupun dukungan pendanaan sebagai dasar perencanaan
kegiatan posbindu
b. Selanjutnya dilakukan identifikasi kelompok potensial, baik
ditingkat kabupaten/kota maupun lingkup puskesmas. Klompok
potensial antara lain kelompok/organisasi masyarakat, tempat
kerja, sekolah, koperasi, klub olahraga, karang taruna dan
kelompok lainnya. Kepada kelompok masyarakat potensial terpilih
dilakukan sosialisasi tentang besarnya masalah penyakit tidak
menular, dampaknya bagi masyarakat dan dunia usaha, strategi
pengendalian serta tujuan dan manfaat posbindu. Hal ini dilakukan
sebagai advokasi agar diperoleh dukungan dan komitmen dalam
menyelenggarakan posbindu. Apabila jumlah kelompok potensial
terlalu besar pertemuan sosialisasi dan advokasi dapat dilakukan
beberapa kali. Dari pertemuan sosialisasi tersebut diharapkan telah
teridentifikasi kelompok/ lembaga/ organisasi yang bersedia
menyelenggarakan posbindu.
c. Tindak lanjut yang dilakukan pengelola program di kabupaten/kota
adalah melakukan pertemuan koordinasi dengan kelompok
potensial yang bersedia menyelenggarakan posbindu. Pertemuan
ini diharapkan mengahasilkan kesepakatan bersama berupa
kegiatan penyelenggaraan posbindu, yaitu:
● Kesepakatan menyelenggarakan posbindu
● Menetapkan kader dan pembagian peran, fungsinya sebagai
tenaga pelaksana posbindu.
● Menetapkan jadwal pelaksanaan posbindu.
● Merencanakan besaran dan sumber pembiayaan.
● Melengkapi sarana dan prasarana.
● Menetapkan tipe posbindu sesuai kesepakatan dan
kebutuhan.
● Menetapkan mekanisme kerja antara kelompok potensial
dengan petugas kesehatan pembinanya.

11
Dalam pelaksanaan posbindu, Puskesmas berperan untuk
a. Memberikan informasi dan sosialisasi tentang PTM (termasuk
DM), upaya pengendalian serta manfaat bagi masyarakat, kepada
pimpinan wilayah misalnya camat, kepala desa/lurah
b. Mempersiapkan sarana dan tenaga di puskesmas dalam menerima
rujukan dari posbindu.
c. Memastikan ketersediaan sarana, buku pencatatan hasil kegiatan
dan lainnya untuk kegiatan posbindu di kelompok potensial yang
telah bersedia menyelenggarkan posbindu.
d. Mempersiapkan pelatihan tenaga pelaksana posbindu.
e. Menyelenggarkan pelatihan bersama pengelola program di
kabupaten/kota
f. Mempersiapkan mekanisme pembinaan.
g. Mengidentifikasi kelompok potensial untuk menyelenggarkan
posbindu serta kelompok yang mendukung terselenggaranya
posbindu, misalnya swasta/dunia usaha, PKK, LPM, koperasi desa,
yayasan kanker, yayasan Jantung Indonesia, organisasi profesi
seperti PPNI, PPPKMI, PGRI, serta lembaga pendidikan misalnya
Fakultas Kedokteran, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Fakultas
Psikologi, Fakultas Keperawatan dan lainnya
2. Pelatihan PTM Tenaga Pelaksana/Kader Posbindu PTM
Tujuan pelatihan penyakit tidak menular pada posbindu :
a. Memberikan pengetahuan tentang penyakit tidak menular, faktor
risiko, dampak, dan pengendalian penyakit tidak menular.
b. Memberikan pengetahuan tentang posbindu.
c. Memberikan kemampuan dan keterampilan dalam memantau
faktor risiko penyakit tidak menular. Memberikan keterampilan
dalam melakukan konseling serta tindak lanjut
3. Kegiatan Kader / Pelaksana Posbindu
a. Pelaksanaan Posbindu PTM
a. Waktu Penyelenggaraan
Posbindu PTM dapat diselenggarkan dalam sebulan sekali, bila
diperlukan dapat lebih dari 1 kali dalam sebulan untuk kegiatan
pengendalian faktor risiko PTM lainnya, misalnya olahraga bersama,
sarasehan dan lainnya. Hari dan waktu yang dipilih sesuai dengan
kesepakatan serta dapat saja disesuaikan dengan situasi dan kondisi
setempat

12
b. Tempat
Tempat pelaksanaan sebaiknya berada pada lokasi yang mudah
dijangkau dan nyaman bagi peserta. Posbindu PTM dapat
dilaksanakan pada salah satu rumah warga, balai desa/ kelurahan, salah
satu kios di pasar, salah satu ruang perkantoran/klinik perusahaan,
ruangan khusus di sekolah, salah satu ruangan di dalam lingkungan
tempat ibadah, atau tempat tertentu yang disediakan oleh masyarakat
secara swadaya
c. Pelaksanaan Kegiatan
Pos pelayanan terpadu penyakit penyakit menular dilaksanakan
dengan 5 tahapan layanan yang disebut sistem 5 meja, namun dalam
situasi kondisi tertentu dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan
kesepakatan bersama. Kegiatan tersebut berupa pelayanan deteksi dini
dan tindak lanjut sederhana serta monitoring terhadap faktor risiko
penyakit tidak menular, termasuk rujukan ke puskesmas.
d. Pembiayaan
Dalam mendukung terselengggaranya posbindu, diperlukan
pembiayaan yang memadai baik dana mandiri dari perusahaan,
kelompok masyarakat/lembaga atau dukungan dari pihak lain yang
peduli terhadap persoalan penyakit tidak menular di wilayah
masing-masing. Puskesmas juga dapat memanfaatkan sumber-sumber
pembiayaan yang potensial. Pembiayaan ini untuk mendukung dan
memfasilitasi Posbindu PTM, salah satunya melalui pemanfaatan
Bantuan Operasional Kesehatan. Pembiayaan bersumber daya dari
masyarakat dapat melalui Dana Sehat atau mekanisme pendanaan
lainnya. Dana juga bisa didapat dari lembaga donor yang umumnya
didapat dengan mengajukan proposal/usulan kegiatan
e. Pencatatan dan Pelaporan
Buku pencatatan diperlukan untuk mencatat identitas dan keterangan
lain mencakup nomor, No KTP/ kartu identitas lainnya, nama, umur,
dan jenis kelamin. Buku ini merupakan dokumen/file data pribadi
peserta yang berguna untuk konfirmasi lebih lanjut jika suatu saat
diperlukan. Melalui buku ini, dapat diketahui karakteristik peserta
secara umum. Buku Pencatatan Faktor Risiko PTM diperlukan untuk
mencatat semua kondisi faktor risiko PTM dari setiap anggota/peserta.
Buku ini merupakan alat bantu mawas diri bagi koordinator dan
seluruh petugas Posbindu dalam mengevaluasi kondisi faktor risiko.

13
2.2. Identifikasi Masalah
Masalah terjadi saat terdapat kesenjangan antara capaian dan target
yang diharapkan. Dalam pelaksanaan program puskesmas, terdapat beberapa
indikator dan target yang telah ditentukan. Indikator, target, dan capaian
tersebut dapat dilihat pada PKP. Di Puskesmas Tasikmadu PKP Tahun 2021
telah dituntaskan. Berdasarkan data yang ada, dilakukan identifikasi dan
analisis dengan melihat capaian dan target yang sebelumnya sudah ditentukan.
Dari data PKP Tahun 2021, terdapat beberapa indikator yang belum mencapai
target disamping itu berdasarkan data PKP Tahun 2021 Semester I beberapa
Berikut ini adalah beberapa indikator yang belum mencapai target berdasarkan
PKP Tahun 2021:

Tabel 1. Identifikasi dan Definisi Masalah


Upaya Kesehatan Tahun 2021
Masyarakat Target Capaian Keterangan
(%) (%)
Pendataan PHBS Tempat-Tempat Umum 100 28 Belum Tercapai
(TTU)
Pendataan PHBS tempat kerja 100 85 Belum Tercapai
Desa siaga aktif mandiri 20 50 Belum Tercapai
Media informasi kesehatan yang berfungsi 100 75 Belum Tercapai
Persentase pelayanan kesehatan usia lanjut 100 60 Belum Tercapai
(>60 th)
Persentase rumah tangga yang mengonsumsi 98 94 Belum Tercapai
garam beryodium
Bayi mendapat ASI eksklusif (0-6 bulan) 64 97 Belum Tercapai
Penemuan penderita TB semua type 90 13 Belum Tercapai
Orang terduga TB mendapatkan pelayanan 100 14 Belum Tercapai
sesuai standar
Penemuan kasus TB anak (0-14 tahun) 7 0 Belum Tercapai
Penderita pneumonia pada balita yang 60 1 Belum Tercapai
ditemukan
Penderita diare yang ditemukan 80 16 Belum Tercapai
Ibu hamil yang diberikan konseling dan 100 72 Belum Tercapai
testing Triple Eliminasi (HIV, Sifilis, Hepatitis
B)
Imunisasi dasar lengkap 95 92 Belum Tercapai
Imunisasi lanjutan MR 90 50 Belum Tercapai
Perempuan usia 30-50 tahun yang dideteksi 30 1 Belum Tercapai

14
dini kanker serviks dan payudara
Desa/kelurahan yang melaksanakan kegiatan 100 70 Belum Tercapai
Posbindu PTM
Pelayanan kesehatan penderita hipertensi 100 93 Belum Tercapai

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, terdapat 18 indikator yang


belum mencapai target keberhasilannya berdasarkan irisan PKP Tahun 2021.
Dari 18 indikator tersebut dilakukan analisis lebih dalam untuk mencari
prioritas masalah yang kemudian akan dilakukan intervensi pada masalah
tersebut. Analisis dilakukan menggunakan USG (Urgency, Seriousness, and
Growth) Matrix yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2. USG Matrix untuk Menentukan Prioritas Masalah
No Upaya Kesehatan Urgency Seriousness Growth Total
1 Pendataan PHBS Tempat-Tempat Umum 2 2 2 6
(TTU)
2 Pendataan PHBS tempat kerja 2 3 2 7

3 Desa siaga aktif Mandiri 2 3 1 6


4 Media Informasi kesehatan yang berfungsi 2 2 1 5

5 Persentase Pelayanan kesehatan Usia 3 3 3 9


Lanjut (> 60 tahun)
6 Persentase rumah tangga yang 2 3 3 8
mengkonsumsi garam beryodium
7 Bayi mendapat asi eksklusif ( 0-6 bln ) 4 4 3 11

8 Penemuan penderita TB semua Type 3 4 4 11


9 Orang terduga TB mendapatkan 3 3 3 9
pelayanan sesuai standart
10 Penemuan Kasus TBC anak ( umur 0-14 3 4 3 10
Tahun)
11 Penderita pneumonia pada balita yang 3 2 2 7
ditemukan
12 Penderita Diare yang ditemukan 2 1 2 5

13 Ibu hamil yang diberikan konseling dan 3 3 3 9


testing Triple Eliminasi (HIV, Sifilis, dan
Hepatitis B)

15
14 Imunisasi Dasar Lengkap 3 3 3 10
15 Imunisasi Lanjutan MR 2 2 3 7
16 Perempuan usia 30- 50 tahun yang 1 2 2 5
dideteksi dini kanker serviks dan payudara

17 Desa / kelurahan yang melaksanakan 4 4 4 12


kegiatan Posbindu PTM

18 Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi 2 1 2 5

Berdasarkan hasil penilaian prioritas penyebab masalah di atas,


terdapat beberapa masalah dengan nilai Urgency, Seriousness, dan Growth
yaitu belum tercapainya Desa atau kelurahan yang melaksanakan kegiatan
Posbindu PTM. Dengan demikian prioritas masalah yang diharapkan dapat
diselesaikan oleh dokter internship adalah belum tercapainya Desa atau
kelurahan yang melaksanakan kegiatan Posbindu PTM di Puskesmas
Tasikmadu.
2.3. Identifikasi dan Definisi Penyebab Masalah

Dalam menentukan penyebab masalah belum tercapainya kegiatan


pelaksanaan posbindu di Puskesmas Tasikmadu, dilakukan identifikasi kemungkinan
penyebab masalah yang ada. Identifikasi penyebab masalah ini dicari berdasarkan
hasil wawancara dengan penanggung jawab Posbindu, yaitu Ibu Nur Sulistyowati,
A.Md.Bid. Identifikasi dimulai dengan melihat penyebab dari segi input berupa
analisis pada aspek men, money, material, dan method. Kemudian identifikasi
dilanjutkan dari segi proses yang meliputi aspek planning, organizing, actuating, dan
controlling. Selain itu, identifikasi juga dilakukan dengan melihat aspek lingkungan
eksternal yang turut berperan dalam menyebabkan masalah. Secara keseluruhan
identifikasi dan definisi penyebab masalah disajikan pada Tabel 3 dibawah ini:

16
Tabel 3. Identifikasi dan Definisi Penyebab Masalah
Aspek Kemungkinan Target atau Indikator Realita (Ketercapaian) Definisi Penyebab
Penyebab atau Ekspektasi yang Masalah
Masalah Seharusnya Dicapai

1. Man Jumlah tenaga Dalam Peremenkes Satu tenaga kesehatan Tidak ada masalah
Kesehatan yang Nomor 43 Tahun 2019 tidak hanya bertaggung
tidak mencukupi Pasal 17, puskesmas jawab terhadap satu
kebutuhan setidaknya harus program, akan tetapi juga
memiliki dokter dan/atau bertugas dalam kegiatan
dokter layanan primer, pelayanan UKP dan
dokter gigi, tenaga UKM lainnya
Kesehatan lainnya
(perawat, bidan, tenaga
promosi kesehatan dan
ilmu perilaku, tenaga
sanitasi lingkungan,
nutrisionis, apoteker
dan/atau tenaga teknis
kefarmasian, dan ahli
teknologi laboratorium
medik) dan tenaga non
kesehatan.

2. Money Kurang/ tidak -Kader mendapatan Puskesmas Tasikmadu Tidak ada alokasi dana
adanya alokasi reward dan Dinas Kesehatan untuk kader Posbindu
dana khusus (konsumsi/transportasi) Karanganyar belum PTM
untuk kader rutin setiap bulan menganggarkan dana
khusus untuk kader
Posbindu PTM

3. Materi Belum adanya Tersedianya media Setiap posbindu meiliki Kurang efektifnya
al media edukasi edukasi dan skrining buku kohort pencatatan pencatatan pada buku
yang dapat mandiri yang dapat hasil pemeriksaan kohort
dibawa dan dilakukan secara awam Posbindu PTM
dipergunakan baik oleh kader
kader secara
umum yang
membahas
khusus mengenai
PTM

Kurangnya Ibu ibu kader dapat Masing – masing ibu Tidak ada masalah
transportasi berangkat ke Posbindu kader sudah memiliki alat
untuk melakukan transportasi ataupun
screening PTM mempunyai pihak yang
mengantar

17
Kurangnya -Media edukasi Media edukasi dan ajakan Belum ada media tentang
media edukasi diharapkan ada di setiap untuk hadir Posbindu dan PTM khususnya tentang
terkait lokasi Posbindu melakukan screening HIpertensi yang
pentingnya PTM dilakukan melalui ditampilkan ke
datang ke -Media edukasi grup Whatsapp bidan masyarakat secara umum
Posbindu PTM diharapkan disampaikan wilayah dengan para ibu
kepada masyarakat ibu kader
secara luas agar paham
tentang pentingnya
mengikuti kegiatan
Posbindu PTM
-Media edukasi
diharapkan mudah
diakses dan mudah
dipahami masyarakat

4. Metho Kurangnya Rutin dilakukan Sosialisasi dilakukan Posbindu PTM sudah


d sosialisasi ke sosialisasi kepada kepada ibu ibu kader dilaksanakan rutin namun
masyarakat masyarakat terkait PTM Posbindu saat pelatihan dirasa kurang efektif
terkait PTM di masing-masing desa kader Posbindu di
hingga dusun dan masing-masing desa
kampung melalui penyuluhan

5. Planni Belum adanya Seluruh ibu kader di Pemeriksaan PTM Tidak ada masalah
ng target jumlah Posbindu PTM di dilakukan di Puskesmas
peserta yang wilayah kerja Puskesmas Tasikmadu maupun di
perlu harus Tasikmadu harus dapat fasilitas kesehatan lain
datang ke melakukan pemeriksaan
Posbindu dasar mengenai PTM

6. Organi Penjadwalan Sudah ada penjadwalan Penjadwalan terkadang Penjadwalan Posbindu


zing Posbindu PTM Posbindu PTM setiap berubah-ubah PTM yang kurang
yang belum desa setiap bulan terorganisasi dengan baik
terorganizir
secara baik

7. Actuati Posbindu PTM Pemeriksaan dasar PTM Pemeriksaan dilakukan Posbindu belum
ng belum dilakukan dilakukan pada semua saat Posbindu PTM yang dilakukan secara
secara peserta POsbindu di terdapat di masing menyeluruh di masing
menyeluruh wilayah kerja Puskesmas masing dusun masing dusun
Tasikmadu

8. Contro Evaluasi Peserta Posbindu di Belum ada evaluasi Belum ada umpan balik
lling pelaksanaan survey terkait kepuasan dari peserta dari peserta maupun
kegiatan pelaksanaan kegiatan Posbindu. Selama ini kader terkait pelaksaan
Posbindu PTM Pobindu PTM hanya evaluasi kepuasan Posbindu
yang dilakukan pelanggan secara umum
oleh kader untuk seluruh kegiatan di
Puskesmas Tasikmadu

18
Laporan Laporan pelaksanaan Sudah dilakukan laporan Tidak ada masalah
pertanggung program secara rutin rutin untuk evaluasi
jawaban capaian Posbindu PTM
pelaksanaan
Posbindu PTM

9. Lingk Kurangnya Masyarakat paham akan Kesadaran masyarakat di Kurangnya kesadaran


ungan kesadaran PTM dan memiliki wilayah kerja Puskesmas masyarakat terkait PTM
masyarakat kemauan untuk datang Tasikmadu terkait khususnya hipertensi
terkait ke Posbindu setiap pentingnya datang ke
pentingnya bulannya Posbindu PTM belum
datang ke merata
Posbindu PTM

Kurangnya Peserta aktif mendatangi Peserta perlu diingatkan Kurangnya pengetahuan


motivasi dan Posbindu untuk dan dihimbau untuk peserta akan pentingnya
partisipasi dalam melakukan screening mendatangi Posbindu datang ke Posbindu dan
mengikuti PTM PTM guna melakukan melakukan screening
Posbindu PTM screening PTM PTM

Kurangnya Ketua RT, RW, Karanga Perangkat Desa Tidak ada masalah
dukungan dari Taruna, Bayan, Lurah, mendukung kegiatan
stakeholder di Camat mendukung dan Posbindu PTM
masing-masing menyediakan sarana
desa prasarana guna
meningkatkan kesadaran
masyarakat akan
pentingnya datang ke
Posbindu guna
melakukan screening
PTM

2.4. Kerangka Konsep Penyebab Masalah

Berikut merupakan kerangka konsep penyebab masalah yang telah


diidentifikasi dan didefinisikan dalam bentuk fishbone berdasarkan Tabel 3 diatas.
Gambar 1. Kerangka konsep berbentuk tulang ikan yang menggambarkan berbagai

19
2.5. Penentuan Penyebab Masalah

Tabel 4. Penentuan Prioritas Penyebab Masalah


No Aspek Penyebab Masalah U S G Total
1. Men Kurangnya SDM yang fokus pada posbindu PTM 4 4 5 13
Belum adanya media edukasi yang dapat dibawa dan dipergunakan kader
secara umum yang membahas khusus mengenai PTM 3 3 4 10
2. Material
Belum ada buku kohort untuk pencatatan hasil posbindu PTM 3 3 3 9
Kurangnya sosialisasi ke masyarakat terkait PTM 2 2 2 6
3. Method

Penjadwalan Posbindu PTM yang belum terorganizir secara baik 2 2 3 7


4. Organizing

Posbindu PTM belum dilakukan secara menyeluruh 2 3 2 7


5. Actuating
Belum ada evaluasi pelaksanaan kegiatan Posbindu PTM yang dilakukan
oleh kader 2 2 2 6
6. Controlling
Kurangnya kesadaran masyarakat terkait pentingnya datang ke Posbindu
PTM 3 3 3 9

Kurangnya motivasi dan partisipasi dalam mengikuti Posbindu PTM 3 3 3 9

7. Environtment

20
Catatan : Pada kolom dan baris pada tabel 4, latar merah menunjukkan aspek
pada segi input, latar kuning aspek dari segi proses dan latar hijau menunjukkan
aspek lingkungan. Latar putih menunjukkan penyebab masalah yang diprioritaskan
berdasarkan USG Matrix
Berdasarkan hasil prioritas penyebab masalah di atas, nilai USG paling
banyak terdapat pada aspek Man yaitu kurangnya SDM yang fokus terhadap
pelaksanaan posbindu PTM. Sehingga, penyebab masalah yang diangkat untuk dapat
dilakukan intervensi pada masalah kurangnya SDM yang fokus terhadap pelaksanaan
posbindu PTM di Wilayah Puskesmas Tasikmadu adalah dengan diadakannya
pelatihan khusus kader posbindu PTM. Penyebab masalah selanjutnya disusul dari
aspek material yaitu Belum adanya media edukasi yang dapat dibawa dan
dipergunakan kader secara umum yang membahas khusus mengenai PTM. Hal
tersebut mungkin berhubungan dengan penyebab masalah dengan nilai USG tertinggi
pertama

21
BAB III

RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN


3.1 Desain Kegiatan
Metode yang digunakan berupa memberikan pelatihan kepada kader
kader posbindu PTM. materi yang disampaikan pada pelatihan kader antara
lain : Memberikan pengetahuan tentang penyakit tidak menular, faktor risiko,
dampak, dan pengendalian penyakit tidak menular, memberikan pengetahuan
tentang posbindu, memberikan kemampuan dan keterampilan dalam
melakukan pemeriksaan dasar (menimbang berat badan, mengukur tinggi
badan, mengukur lingkar perut, mengukur tekanan darah dengan
menggunakan tensimeter digital dan melakukan pemeriksaan laboratorium
sederhana dengan menggunakan glukometer) serta memantau faktor risiko
penyakit tidak menular, dan memberikan keterampilan dalam melakukan
konseling serta tindak lanjut
3.2 Sasaran Kegiatan
Sasaran intervensi yang dituju adalah semua kader posbindu PTM
yang sudah mengikuti pelatihan kader. Adapun pelaksana intervensi yang
akan melakukan penilaian terhadap kader posbindu PTM meliputi:
1) Dokter Internship Puskesmas Tasikmadu sebagai penyuluh
2) Dokter Pendamping Internship Puskesmas Tasikmadu sebagai
penasehat penyuluh
3) Penanggung jawab dan pelaksana program posbindu PTM di
Puskesmas Tasikmadu sebagai penyuluh
4) Bidan desa Wonolopo sebagai penyuluh

22
3.3 Material
Alat yang digunakan dalam pelatihan kader berupa buku panduan
pelaksanaan posbindu dan leaflet untuk media edukasi yang dapat digunakan
kader untuk mengedukasi peserta posbindu, sedangkan alat yang digunakan
dalam intervensi ini adalah lembar penilaian dengan menggunakan ceklis
penilaian. Ceklis penilaian berisi langkah langkah pelaksanaan posbindu

3.4 Waktu dan Tempat Kegiatan

Hari, tanggal : Senin-Sabtu, menyesuaikan jadwal posbindu PTM masing


masing dusun
Waktu : 09.00
Tempat : Rumah bayan setempat
3.5 Pelaksanaan Kegiatan

Kegaiatan diawali dengan pemberian materi pelatihan kepada seluruh kader


posbindu yang telah ditunjuk dari masing masing dusun. Kegaiatan pelatihan
kader dilakukan di balai Desa Wonolopo pada tanggal 20 Januari 2023,
kegaiatan pelatihan kader meliputi: Memberikan pengetahuan tentang penyakit
tidak menular, faktor risiko, dampak, dan pengendalian penyakit tidak menular,
memberikan pengetahuan tentang posbindu, memberikan kemampuan dan
keterampilan dalam melakukan pemeriksaan dasar (menimbang berat badan,
mengukur tinggi badan, mengukur lingkar perut, mengukur tekanan darah
dengan menggunakan tensimeter digital dan melakukan pemeriksaan
laboratorium sederhana dengan menggunakan glukometer) serta memantau
faktor risiko penyakit tidak menular, dan memberikan keterampilan dalam
melakukan konseling serta tindak lanjut kemudian pelatihan dilanjutkan oleh
pemegang program posbindu berupa cara pengisian layanan hasil posbindu.
Kemudian pada bulan berikutnya pada saat pelaksanaan posbindu penyuluh
memulai melakukan penilaian terhadap kader kader posbindu yang sedang

23
bertugas, penilaian yang diberikan adalah dengan memberikan nilai pada setiap
poin yang dilakukan kader posbindu. Adapun nilai yang diberikan pada setiap
poin adalah:
● 0 Tidak dilakukan
● 1 Dilakukan, tapi belum sempurna
● 2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan
karena situasi yang tidak memungkinkan.
3.6 Kriteria Keberhasilan

Kriteria keberhasilan :
1) Kader posbindu dapat melakukan kegiatan posbindu sesuai dengan
alur pelaksanaan kegiatan posbindu.
2) Kader posbindu dapat melakukan wawancara mengenai faktor resiko
PTM kepada peserta posbindu.
3) Kader posbindu dapat melakukan pengukuran berat badan, tinggi
badan, lingkar perut, melakukan pemeriksaan tekanan darah dengan
menggunakan tensimeter serta dapat melakukan pemeriksaan
laboratorium sederhana dengan menggunakan glukometer.
4) Kader posbindu dapat memberikan edukasi kepada peserta posnbindu
PTM

24
5) Kader posbindu dapat merujuk peserta posbindu PTM ke fasilitas
kesehatan tingkat pertama apabila saat kegiatan posbindu ditemukan
hasil yang tidak normal pada saat pemeriksaan

Evaluasi terbagi menjadi tiga, yaitu evaluasi input, evaluasi proses,


dan evaluasi output. Hasil dari evaluasi input adalah diskusi terlaksana pada
waktu dan tempat yang sesuai dan diikuti oleh kader posbindu. Hasil evaluasi
proses kader posbindu, diskusi berjalan kondusif. Hasil evaluasi output adalah
kesepakatan kader posbindu untuk melakukan kegiatan posbindu secara rutin
dan waktunya tidak bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan lainnya.
Penilaian dilakukan oleh internsip untuk menilai kader dalam 2 bulan

25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 HASIL
A. Kegiatan Pelaksanaan
Kegiatan Mini Project diawali dengan pemberian materi pelatihan kepada
seluruh kader posbindu yang telah ditunjuk dari masing masing dusun. Kegaiatan
pelatihan kader dilakukan di balai Desa Wonolopo pada tanggal 20 Januari 2023,
kegaiatan pelatihan kader meliputi: Memberikan pengetahuan tentang penyakit
tidak menular, faktor risiko, dampak, dan pengendalian penyakit tidak menular,
memberikan pengetahuan tentang posbindu, memberikan kemampuan dan
keterampilan dalam melakukan pemeriksaan dasar (menimbang berat badan,
mengukur tinggi badan, mengukur lingkar perut, mengukur tekanan darah dengan
menggunakan tensimeter digital dan melakukan pemeriksaan laboratorium
sederhana dengan menggunakan glukometer) serta memantau faktor risiko
penyakit tidak menular, dan memberikan keterampilan dalam melakukan
konseling serta tindak lanjut kemudian pelatihan dilanjutkan oleh pemegang
program posbindu berupa cara pengisian layanan hasil posbindu. Kemudian pada
bulan berikutnya pada saat pelaksanaan posbindu penyuluh memulai melakukan
penilaian terhadap kader kader posbindu yang sedang bertugas, penilaian yang
diberikan adalah dengan memberikan nilai pada setiap poin yang dilakukan kader
posbindu. Adapun nilai yang diberikan pada setiap poin adalah:
0 Tidak dilakukan
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan
karena situasi yang tidak memungkinkan

26
B. Gambaran Tingkat Pengetahuan Kader Posbindu

C. Gambaran Pelaksanaan Posbindu

27
D. Gambaran Jumlah Peserta Yang Hadir Posbindu Dan Yang Dirujuk

4.2 PEMBAHASAN

Pelaksanaan kegiatan pelatihan kader posbindu jika ditinjau dari hasil pretest
dan post test tiap dusun tidak berdampak dikarenakan peneliti lupa memberikan
lembar pretest diawal sehingga lembar pretest dan post test dikerjakan dalam waktu
bersamaan setelah kegiatan pelatihan berlangsung. Berdasar pengamatan di lapangan,
para kader posbindu sebagian besar sudah dapat melaksanakan kegiatan posbindu
secara mandiri meskipun dalam pelaksanaanya ditemukan beberapa kendala seperti
kader yang bertugas tidak hadir, dan pelaksanaan waktu bersamaan dengan adanya
kegiatan posyandu balita sehingga mengakibatkan suasana yang tidak kondusif dan
tidak fokus dikarenakan apabila ada salah satu kader yang tidak hadir maka kader
yang lain melakukan dua tugas dalam satu waktu.

28
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan

Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM) merupakan


wujud peran serta masyarakat dalam kegiatan deteksi dini, monitoring dan tindak
lanjut dini faktor risiko penyakit tidak menular secara mandiri dan
berkesinambungan. Kegiatan ini dikembangkan sebagai bentuk kewaspadaan dini
terhadap penyakit tidak menular mengingat hampir semua faktor risiko penyakit tidak
menular tidak memberikan gejala pada yang mengalaminya. Faktor resiko penyakit
tidak menular meliputi merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak
sehat, kurang aktivitas fisik, obesitas, stress, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol,
serta menindaklanjuti secara dini faktor resiko yang ditemukan melalui konseling
kesehatan dan segera merujuk ke fasiitas pelayanan kesehatan dasar. Hal ini menjadi
kesempatan untuk melaksanakan pelatihan kepada kader kader posbindu.

Kegiatan posbindu dimaksudkan untuk meningkatkan antusiasme masyarakat


yang berumur 15-59 tahun dalam berpartisipasi aktif di Posbindu PTM dalam rangka
meningkatkan kewaspadaan dini terhadap penyakit tidak menular mengingat hampir
semua faktor resiko penyakit tidak menular tidak memberikan gejala pada yang
mengalaminya. Kegiatan pelatihan kader posbindu diharapkan berdampak
meningkatkan capaian penyelenggaraan posbindu penyakit tidak menular.

5.2 Saran

1. Sebaiknya semua kader mampu melaksanakan kegiatan posbinduu sehingga


apabila ada kader yang berhalangan hadir dapat menggantikan tugas yang lainnya
dengan baik

29
2. Sebaiknya kegiatan posbindu waktunya tidak bersamaan dengan kegiatan posyandu
balita sehingga tidak terjadi tumpang tindih peserta yang hadir dalam satu pertemuan.

30
Daftar Pustaka

1. WHO. Global Status report on noncommunicable Disease 2014.


2. Kemenkes RI. Modul Training Of Trainer (TOT) Pelayanan Terpadu Penyakit
Tidak Menular (PTM) di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Jakarta
2016
3. Kemenkes RI. Pusdatin Penyakit Tidak Menular. Jakarta 2012.
4. Kemenkes RI. Petunjuk Teknis Posbindu PTM. Jakarta: Kemenkes RI; 2012.
5. Kemenkes RI. PERMENKES RI No. 71 Tahun 2015 Tentang Penyakit Tidak
Menular 2015.
6. Buku Pintar Kader Posbindu. Direktorat Jendral Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular. 2019
7. Petujuk Teknis Pos Pembinaan terpadu Bagi Kader. Direktorat Jendral
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular. 2019

31
FORM RUJUKAN POSBINDU PTM
No. ...../............/......

POSBINDU : LESTARI
RT : ................... RW : ................ KEL : .......................................................
KEC : ..................................................KAB : ..............................................
PROVINSI : ...............................................................................................

Yth.
Petugas Pengelola Program PPTM
Puskesmas ...............................................................................................
Di ..............................................................................................................

Bersama ini kami sampaikan :


NAMA : ................................................................................
UMUR : ................................................................................
JENIS KELAMIN: ................................................................................
ALAMAT : ................................................................................

Dengan
Masalah kesehatan : ................................................................................
Penanganan yang sudah dilakukan ..........................................................
..................................................................................................................
..................................................................................................................

Mohon untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.


Demikian disampaikan dan mohon hasil tindak lanjut dapat disampaikan ke
kami. Terima Kasih

.....................................,.........../............/20........
Yang merujuk,

Kader Posbindu

32
SOAL PRE TEST PELATIHAN KADER POSBINDU PTM

1. Faktor resiko penyebab Penyakit Tidak Menular yang dapat diubah adalah :
A. Umur
B. Jenis Kelamin
C. Kurang aktifitas fisik
D. Keturunan
2. Faktor resiko penyebab Penyakit Tidak Menular yang tidak dapat diubah
adalah:
A. Umur
B. Minum Alkohol
C. Lingkungan
D. Merokok
3. Konsumsi makanan yang mengandung tinggi garam dapat menyebabkan :
A. DM
B. Diare
C. Flu
D. Hiperetensi
4. Salah satu penyebab kanker paru adalah :
A. Alkohol
B. Gula
C. Garam
D. Merokok
5. Angka yang menunjukkan status gizi seseorang adalah :
A. BB
B. TB
C. IMT
D. LP

33
6. Posbindu singkatan dari :
A. Pos pelayanan terpadu
B. Pos pelayanan balita
C. Pos pembinaan lansia
D. Pos Pembinaan Terpadu
7. Kegiatan Posbindu menggunakan system :
A. 3 meja
B. 4 meja
C. 5 meja
D. 6 meja
8. Kegiatan wawancara kebiasaan perilaku factor resiko PTM dilakukan di meja
ke :
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
9. Pemeriksaan tekanan darah dan lab darah dilakukan di meja :

A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
10. Kegiatan konseling dan pencatatan dilakukan di meja :

A. 1
B. 2
C. 3
D. 5

34
PENILAIAN
KETERAMPILAN PEMERIKSAAN BERAT BADAN, TINGGI BADAN,
LINGKAR PERUT, TEKANAN DARAH DAN PEMERIKSAAN KADAR
GULA DARAH

No Aspek Keterampilan Yang Dinilai Skor

Mengukur Berat Badan 0 1 2

Ambil timbangan dari kotak karton dan keluarkan dari


bungkus plastiknya

Letakkan alat timbangan pada lantai yang keras dan datar

Peserta Posbindu yang akan ditimbang diminta membuka alas


kaki dan jaket serta mengelurakan isi kantong yang berat seperti
kunci

Pastikan timbangan pada nilai pengukuran pada angka “0”

Persilahkan peserta naik ke alat timbangan dengan posisi kai


tepat di tengah tengah alat timbangan tetapi tidak menutupi
jendela kaca

Perhatikan posisi kaki peserta posbindu tepat ditengah alat


timbang, sikap tenang (jangan bergerak-gerak) dan kepala tidak
menunduk (lurus kedepan)

Jarum dikaca jendela alat timbang akan bergerak dan tunggu


sampai diam atau tidak berubah

Catat angka yang ditunjuk oleh jarum berhenti dan isikan pada
buku monitoring PTM

Minta peserta psobindu turun dari alat timbangan

Untuk menimbang peserta Posbindu berikutnya, ulangi


prosedur dari awal

Pengukuran Tinggi Badan

Pasang alat pengukur tinggi badan (dapat menggunakan pita


meteran, microtoise, dan lain-lain).

35
Minta peserta melepaskan alas kaki (sandal/sepatu), topi
(penutup kepala).

Peserta diminta berdiri tegak.

Posisi kepala dan bahu bagian belakang, lengan, pantat dan


tumit menempel pada dinding tempat pita meteran terpasang.

Pandangan lurus ke depan, dan tangan dalam posisi


tergantung bebas.

Baca angka tinggi badan tepat pada bagian atas kepala.

Catat hasil pengukuran ke dalam Buku Monitoring FR PTM.

Pengukuran Lingkar Perut

Jelaskan pada peserta tujuan pengukuran lingkar perut dan


tindakan apa saja yang akan dilakukan dalam pengukuran.

Raba tulang rusuk paling bawah peserta dan tandai sebagai


batas atas pengukuran.

Raba ujung lengkung tulang pangkal paha/panggul dan tandai


sebagai batas bawah pengukuran.Tetapkan titik tengah di antara
batas atas dan batas bawah dan tandai sebagai titik tengah
pengukuran.

Minta peserta untuk berdiri tegak dan bernafas


dengan normal (ekspirasi normal).

Lakukan pengukuran lingkar perut dimulai/ diambil dari titik


tengah kemudian secara sejajar horizontal melingkari pinggang
dan perut kembali menuju titik tangah di awal pengukuran.

Apabila peserta mempunyai perut yang gendut ke bawah,


pengukuran mengambil bagian yang paling buncit lalu
berakhir pada titik tengah tersebut lagi. Pita pengukur tidak
boleh melipat.

Pengukuran Tekanan Darah

36
Duduk bersandar dengan tenang, lengan dan siku menempel
di atas meja.

Telapak tangan menghadap ke atas.

Lengan baju tidak dilipat.

Kaki tidak menyilang. Telapak kaki rata menyentuh lantai.

Letak manset sejajar dengan posisi jantung, kira-kira 2 jari di


atas siku.

Jangan bergerak dan berbicara selama pengukuran.

Masukkan ujung pipa manset pada bagian alat.

Perhatikan arah masuknya perekat manset.

Pakai manset, perhatikan arah selang.

Tekan tombol “START/STOP” untuk mengaktifkan alat.

Lakukan pengukuran 2x dengan jeda 1-2 menit

Apabila hasil pengukuran satu dan kedua terdapat selisih >


10 mmHg, ulangi pengukuran ketiga setelah istirahat selama
10 menit dengan melepaskan manset pada lengan.

Sebelum melakukan pengukuran tekanan darah, peserta


sebaiknya menghindari kegiatan aktivitas fisik seperti
olahraga, merokok, dan makan, minimal 30 menit sebelum
pengukuran. Dan juga duduk beristirahat setidaknya 5-15
menit sebelum pengukuran.

Hindari melakukan pengukuran dalam kondisi stres.


Pengukuran sebaiknya dilakukan dalam ruangan yang tenang
dan dalam kondisi tenang dan posisi duduk

Jika pengukuran selesai, manset akan mengempis kembali

37
dan hasil pengukuran akan muncul.

Tekan “START/STOP” untuk mematikan alat. Jika Anda


lupa untuk mematikan alat, maka alat akan mati dengan
sendirinya dalam 5 menit.

Catat angka sistolik, diastolik dan denyut nadi hasil


pengukuran tersebut pada buku formulir hasil pengukuran
dan pemeriksaan

Pengukuran Kadar Gula Darah

Cara Penggunaan Jarum Pena

Putar ujung penutup pena ke angka-angka yang sesuai


dengan tebal tipisnya kulit jari tangan.

Lepaskan penutup instrumen.

Masukkan jarum ke dalam pena. Putar pelindung penutup pena.

Pasang penutup pena dan putar pada posisinya. Bunyi klik


menan- dakan pena siap digunakan.

Tempelkan dan tekan pena pada bagian pinggir ujung jari


tangan.

Lepaskan penutup dan lancet yang telah digunakan.

Pemeriksaan dengan Glukometer (disesuaikan dengan jenis


gluko- meter).

Masukkan chip yang terdapat pada tabung strip tes ke alat


gluko- meter.

Bersihkan ujung jari (jari manis/jari tengah/telunjuk) dengan


kapas yang telah diberi alkohol 70%, keringkan.

Masukkan strip tes bila gambar strip tes telah muncul.

Tusukkan jarum khusus/ lancet pada ujung jari secara tegak


lurus, cepat dan tidak terlalu dalam.

38
Tekan ujung jari ke arah luar.

Usap tetesan darah pertama dengan menggunakan kapas


kering

Sentuhkan satu/dua tetes darah sampai memenuhi tengah


area/ tanda pada strip tes.

Baca hasil pemeriksaan glukosa darah yang muncul.

Penilain Aspek

Jumlah Skor

Penjelasan :
0 Tidak dilakukan
1 Dilakukan, tapi belum sempurna
2 Dilakukan dengan sempurna, atau bila aspek tersebut tidak dilakukan
karena situasi yang tidak memungkinkan

39
SOAL POST TEST PELATIHAN KADER POSBINDU PTM

1. Faktor resiko penyebab Penyakit Tidak Menular yang dapat diubah adalah :
A. Umur
B. Jenis Kelamin
C. Kurang aktifitas fisik
D. Keturunan
2. Faktor resiko penyebab Penyakit Tidak Menular yang tidak dapat diubah
adalah:
A. Umur
B. Minum Alkohol
C. Lingkungan
D. Merokok
3. Konsumsi makanan yang mengandung tinggi garam dapat menyebabkan :
A. DM
B. Diare
C. Flu
D. Hiperetensi
4. Salah satu penyebab kanker paru adalah :
A. Alkohol
B. Gula
C. Garam
D. Merokok
5. Angka yang menunjukkan status gizi seseorang adalah :
A. BB
B. TB
C. IMT
D. LP
6. Posbindu singkatan dari :
A. Pos pelayanan terpadu
B. Pos pelayanan balita
C. Pos pembinaan lansia
D. Pos Pembinaan Terpadu
7. Kegiatan Posbindu menggunakan system :
A. 3 meja
B. 4 meja
C. 5 meja
D. 6 meja
8. Kegiatan wawancara kebiasaan perilaku factor resiko PTM dilakukan di meja
ke :
A. 1

40
B. 2
C. 3
D. 4
9. Pemeriksaan tekanan darah dan lab darah dilakukan di meja :
A. 1
B. 2
C. 3
D. 4
10. Kegiatan konseling dan pencatatan dilakukan di meja :
A. 1
B. 2
C. 3
D. 5

41

Anda mungkin juga menyukai