Anda di halaman 1dari 53

Diagnosis Komunitas

DIAGNOSIS KOMUNITAS WILAYAH KERJA


PUSKESMAS KALIDONI PALEMBANG

Kepaniteraan Klinik IKM-IKK


Periode 17 Juli – 10 September
2023

Oleh :

Siti Nadila Afista, S.Ked 04084822225110


Ria Shafira, S.Ked 04084822225116

Pembimbing :
Agita Diora Fitri, S.Kom, M.KKK, HIU
dr. Hj. Apriyanti, M.Kes
dr. Chitra Anggraini

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT ILMU


KEDOKTERAN KOMUNITAS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
SRIWIJAYA 2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan

DIAGNOSIS KOMUNITAS WILAYAH KERJA


PUSKESMAS KALIDONI

Oleh :

Siti Nadila Afista, S.Ked 04084822225110


Ria Shafira, S.Ked 04084822225116

Telah diterima sebagai salah satu tugas dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik
Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.

Palembang, Agustus 2023

Mengetahui

Kepala Bagian IKM-IKK FK Unsri


dr. Emma Novita, M.Kes ...............................................

Dosen Pembimbing Lapangan


Agita Diora Fitri, S.Kom, M.KKK, HIU ...............................................

Kepala Puskesmas Kalidoni


dr. Hj. Apriyanti, M.Kes ................................................

Dokter Pembimbing Puskesmas Kalidoni


dr. Chitra Anggraini ................................................

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan ke hadirat Tuhan YME karena atas berkah
dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan diagnosis komunitas yang
berjudul “Diagnosis Komunitas Wilayah Kerja Puskesmas Kalidoni
Palembang”. Laporan diagnosis komunitas ini disusun sebagai salah satu syarat
Kepaniteraan Klinik di Bagian/Departemen Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Kepala
Bagian IKM-IKK FK Unsri, dr. Emma Novita, M.Kes, Kepala Puskesmas
Kalidoni Palembang, dr. Hj. Apriyanti, M. Kes, dokter pembimbing Puskesmas
Kalidoni, dr. Chitra Anggraini, dosen pembimbing lapangan, bu Agita Diora Fitri,
S.Kom, M.KKK, HIU beserta staf - staf Puskesmas Kalidoni Palembang, teman-
teman dan semua pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan
laporan akhir ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan
akhir ini disebabkan keterbatasan kemampuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan demi
perbaikan penulisan di masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat
memberi manfaat dan pelajaran bagi kita semua.

Palembang, Agustus 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 3
1.2.1 Tujuan Umum 3
1.2.2 Tujuan Khusus 3
1.3 Manfaat 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4
2.1 Batasan Kesehatan Masyarakat 4
2.2 Faktor yang Memengaruhi Derajat Kesehatan 4
2.3 Masalah Kesehatan di Indonesia 6
2.3.1 Analisis Situasi 32
2.3.2 Identifikasi Masalah 33

2.3.3 Penentuan Prioritas Masalah 33


2.3.4 Mencari Akar Penyebab Masalah 35
2.3.5 Alternatif Pemecahan Masalah 35
2.3.6 Penyusunan Rencana Kerja Terpadu 36
BAB III ANALISIS SITUASI 39
3.1 Profil Puskesmas 39
3.1.1 Batas Wilayah Kerja 40
3.1.2 Kependudukan 41
3.1.3 Fasilitas Pendidikan 41
3.1.4 Fasilitas Kesehatan 41
3.1.5 Jenis Pelayanan 42
3.1.6 Visi, Misi, Motto, Kebijakan Mutu dan Tata Nilai 44
3.2 Analisa Situasi Derajat Kesehatan Masyarakat 45
3.2.1 Sepuluh Penyakit Terbanyak 45
3.3 Kinerja Sistem Kesehatan/Program Kesehatan 46
3.3.1 Data Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PIS-PK)46
3.3.2 Data Capaian Standar Pelayanan Minimal 47
3.3.3 Program Pencegahan dan Pengendalian penyakit (P2P) Menular
dan Tidak Menular
3.3.4 Program Pelayanan Imunisasi 48
BAB IV DIAGNOSIS KOMUNITAS DAN RENCANA KEGIATAN DAN
ANGGARAN KESEHATAN TERPADU 50
4.1 Strategi Penentuan Informan dan Identifikasi Keluarga 50
4.2 Penentuan Prioritas Masalah 56
4.3 Identifikasi Masalah 58
4.4 Penentuan Akar Penyebab Masalah dengan Bantuan Kerangka
Fishbone 60
4.5 Alternatif Pemecahan Masalah 61
4.6 Rencana Usulan Kegiatan 63
4.7 Rencana Pelaksanaan Kegiatan 67
BAB V KESIMPULAN 69
5.1 Kesimpulan 69
5.2 Saran 69
DAFTAR PUSTAKA 71
BAB I
PENDAHULUA
N

1.1 Latar Belakang


Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perseorangan (UKP)
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah
kerjanya. Untuk mewujudkan derajat kesehatan bagi masyarakat diselenggarakan
upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan
(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan (kuratif), dan
pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara menyeluruh,
terpadu, dan berkesinambungan.1,2
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 Tahun 2019
tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, tugas Puskesmas ialah untuk mencapai
tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung
terwujudnya kecamatan sehat. Oleh sebab itu, salah satu wewenang yang
diberikan pada Puskesmas termasuk melaksanakan perencanaan berdasarkan
analisis masalah kesehatan masyarakat. Hal ini dapat dilakukan melalui diagnosis
komunitas.2 Diagnosis komunitas (public health assessment) adalah suatu
kegiatan yang dilakukan untuk menentukan masalah yang terdapat dalam
komunitas melalui suatu studi. Diagnosis komunitas sendiri merupakan suatu
komponen penting dalam perencanaan program kesehatan. Kegiatan ini menilai
dan menghubungkan masalah, kebutuhan, keinginan, dan fasilitas yang ada dalam
komunitas. Dari hubungan keempat hal tersebut, dipikirkan suatu solusi atau
intervensi untuk pemecahan masalah yang ada dalam komunitas tersebut.1,2
Dalam penerapannya, penggunaan diagnosis komunitas dalam suatu
program kesehatan digunakan untuk berperan sebagai referensi data kesehatan
dalam suatu wilayah, menyediakan gambaran secara keseluruhan mengenai
masalah kesehatan pada komunitas lokal dan penduduknya, merekomendasikan
intervensi yang akan
dijadikan prioritas dan solusi pemecahan masalah yang mampu laksana,
mengindikasi alokasi sumber daya dan mengarahkan rencana kerja di masa depan,
menciptakan peluang dari kolaborasi antar program, lintas sektoral dan
keterlibatan media, dan pembentukan dasar indikator keberhasilan dari evaluasi
program kerja kesehatan.3
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Kalidoni merupakan puskesmas
yang berada di Kecamatan Kalidoni dengan 2 wilayah kerja yaitu, Kelurahan
Kalidoni dan kelurahan Sei Selayur. Berdasarkan data Puskesmas Kalidoni yang
diperoleh saat ini, terjadi peningkatan kasus terjadinya tuberkulosis di Kelurahan
Kalidoni dan Sei Selayur. Pada tahun 2023 ditemukan adanya 10 kasus
tuberkulosis di Kelurahan Kalidoni dan Sei Selayur terhitung sampai bulan
Agustus 2023.8 Mengingat pentingnya pencegahan dan penanganan tuberkulosis
oleh karena itu, perlu dilakukan diagnosis komunitas pada wilayah Puskesmas
Kalidoni.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis akan mengidentifikasi masalah
kesehatan yang ditemukan dan mencari faktor-faktor risiko, penyebab, faktor
determinan yang mempengaruhi masalah-masalah dari beberapa penyakit yang
ditemukan pada masyarakat, serta menentukan intervensi atau alternatif
pemecahan masalah terhadap masalah yang telah ditemukan di wilayah kerja
Puskesmas Kalidoni Kota Palembang.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Menegakkan diagnosis komunitas di wilayah kerja Puskesmas Kalidoni
melalui konsep-konsep epidemiologi terapan.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mengidentifikasi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Kalidoni
2. Menetapkan prioritas masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas
Kalidoni
3. Menetapkan alternatif pemecahan masalah kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas Kalidoni
4. Tercapainya hasil yang diharapkan

1.3 Manfaat
1. Memberikan data mengenai penyebab masalah kesehatan di wilayah
kerja Puskesmas Kalidoni
2. Mengetahui faktor-faktor risiko penyebab penyakit di wilayah kerja
Puskesmas Kalidoni
3. Menjadi tolak ukur tenaga kesehatan dan kader untuk meningkatkan
kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Kalidoni
4. Menambah pengetahuan dokter muda mengenai cara penegakkan
diagnosis komunitas
BAB II

TINJAUANPUSTAKA

2.1 Batasan Kesehatan Masyarakat


Masalah kesehatan adalah kesenjangan antara standar yang diharapkan ada
di masyarakat dengan kondisi kesehatan masyarakat yang sesungguhnya ditemui.
Menurut epidemiologi, penentuan masalah (medis dan non medis) di komunitas
harus memakai indikator yang merepresentasikan permasalahan komunitas/
masyarakat. Berikut adalah indikator status kesehatan yang biasa dipakai untuk
menggambarkan masalah kesehatan di komunitas:5,6
1. Angka kematian (mortality rate)
2. Angka kesakitan (morbidity rate)
3. Angka kecacatan (disability rate)
Selain indikator diatas terdapat indikator lain yang sering dipergunakan
misalnya:
1. Indikator jangkauan pelayanan kesehatan, misalnya cakupan ibu hamil
yang mendapat pelayanan ANC.
2. Rasio petugas kesehatan-penduduk, misalnya rasio dokter: penduduk
3. Indikator kesehatan lingkungan, misalnya persentase penduduk yang
mendapat air bersih
4. Indikator sosio-demografi (komposisi/struktur/distribusi, income per
kapita, angka buta huruf, dll)
Masalah kesehatan suatu komunitas dapat diketahui dengan melakukan
survei yaitu mengumpulkan data-data sesuai indikator diatas. Kegiatan ini akan
memakan waktu lama dan biaya yang banyak. Oleh karena itu sebagai pendekatan
awal ada cara lain yang dapat digunakan yaitu dengan menganalisis laporan
penyakit/kematian yang ada di suatu wilayah. Data ini bisa diperoleh dari hasil
penelitian kesehatan atau laporan tahunan puskesmas. Dalam keadaan tertentu,
masalah kesehatan dapat pula ditanyakan kepada orang orang yang dianggap

4
mempunyai pengetahuan dalam hal ini, misalnya pimpinan puskesmas, kepala
daerah (camat, lurah) atau orang orang yang bergerak dalam bidang kesehatan.5

2.2 Faktor yang Memengaruhi Derajat Kesehatan


Teori Blum (1974) menyebutkan terdapat empat faktor yang mempengaruhi
derajat kesehatan, yakni faktor perilaku, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan
genetik.7

1. Faktor perilaku
Perilaku seseorang memiliki peranan penting dalam menjaga status
kesehatan, karena kesadaran dalam pribadi seseorang harus dimunculkan
untuk mencapai budaya hidup bersih dan sehat sehingga terhindar dari
berbagai penyakit.7
2. Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan salah satu sumber berkembangnya suatu
penyakit yaitu karena kondisi sanitasi lingkungan yang buruk dan dapat
membahayakan kesehatan masyarakat kita. Penumpukan sampah yang
tidak dikelola dengan benar dapat menjadi penyebab. Tempat pelayanan
kesehatan sendiri memiliki beberapa program terkait dengan
pemeliharaan sanitasi lingkungan untuk mencegah terjadinya berbagai
penyakit seperti diare, namun masih terkendala dengan jumlah tenaga
kesehatan lingkungan yang masih kurang memadai.7
3. Faktor Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang menjadi penunjang dalam meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkualitas dan
terbaik sangat dibutuhkan masyarakat untuk mencegah dan menurunkan
tingkat kematian yang disebabkan karena diare.7
4. Faktor Genetik
Faktor genetik mengarah kepada kondisi individu yang berkaitan dengan
asal- usul keluarga, ras, dan jenis golongan darah.7
Gambar 2. 1. Konsep H.L. Blum terkait Faktor yang Memengaruhi Derajat Kesehatan. 7

2.3 Masalah Kesehatan di Indonesia


Program Prioritas Nasional di Indonesia terfokus pada 6 aspek, yaitu
terkait dengan AKI/AKB, pencegahan stunting, imunisasi, penanggulangan TB,
pencegahan dan pengendalian penyakit baik menular maupun tidak menular, dan
kesehatan jiwa.8
1. Angka Kematian Ibu (AKI)
Angka Kematian Ibu (AKI) adalah jumlah kematian perempuan
pada saat hamil atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak
terminasi kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat
persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena kehamilannya atau
pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab-sebab lain per 100.000
kelahiran hidup. Dalam RPJMN 2020-2024, pemerintah menargetkan
penurunan AKI dari status awal 305 per 100.000 kelahiran hidup
menjadi
183 per 100.000 kelahiran hidup.8 Menurut data, penyebab utama
kematian ibu adalah hipertensi kehamilan dan perdarahan postpartum.
Selain itu, kondisi yang sering kali menyebabkan kematian ibu adalah
penanganan komplikasi, anemia, diabetes, malaria, dan umur yang
terlalu muda. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah melakukan program
pembangunan puskesmas, diiringi pula dengan peningkatan kualitas
pelayanannya. Pemerintah juga sedang menciptakan pola
keanekaragaman makanan untuk gizi ibu hamil. Program KB yang
dicanangkan juga digunakan untuk menurunkan angka kematian ibu.8
2. Kematian Bayi, Balita dan Remaja
Angka Kematian Bayi (AKB) menunjukkan banyaknya kematian
bayi usia 0 tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu
atau dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum
mencapai usia satu tahun yang dinyatakan dengan per 1000 kelahiran
hidup. AKB mengalami penurunan signifikan sebesar 35% dari 68
kematian per 1.000 kelahiran hidup pada 1991 menjadi 24 kematian per
1.000 kelahiran hidup pada tahun 2017. Pengetahuan ibu soal kehamilan
serta perawatan anak semasa hamil menjadi faktor penting yang
memengaruhi penurunan angka kematian bayi. Indikator ini akan
dianggap semakin baik bila realisasinya lebih kecil atau lebih rendah
dari yang ditargetkan.8
3. Gizi Buruk
Masalah gizi di Indonesia masih sangat kompleks yang tidak
hanya masalah kekurangan gizi. Namun, masalah kelebihan gizi juga
menjadi persoalan yang harus ditangani dengan serius. Kondisi stunting
(pendek) sendiri disebabkan oleh kemiskinan dan pola asuh yang tidak
tepat sehingga mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang
secara maksimal, mudah sakit, maupun berdaya saing rendah. Masalah
ini paling fatal menyerang anak-anak karenagangguan pertumbuhan
yang serius ini bisa merusak masa depan.Untuk mengatasi masalah
stunting, pemerintah mengadakan program sosialisasi kepada
masyarakat agar dididik untuk memahami pentingnya gizi bagi ibu dan
anak. Pemerintah menetapkan fokus pada1000 hari pertama kehidupan,
terhitung sejak konsepsi hingga anak berusia 2 tahun.8
4. Penyakit Menular
Masalah penyakit menular juga masih mendominasi kesehatan
Indonesia. Prioritas utama pemerintah adalah membasmi HIV/AIDS,
tuberkulosis, malaria, DBD, influenza, dan flu burung. Indonesia juga
masih belum sepenuhnya mampu mengendalikan penyakit seperti kusta,
filariasis, dan leptospirosis. Strategi pemerintah dalam memberantas
masalah ini adalah dengan meningkatkan vaksin dan imunisasi, seperti
polio, Tuberkulosis, difteri, pertusis, hepatitis B, dan tetanus. Strategi ini
terbukti ampuh, karena pada tahun 2014 Indonesia sudah dinyatakan
bebas polio. Untuk mengendalikan penyakit HIV/AIDS, pemerintah
mengadakan sejumlah persiapan yang mencakup tata laksana
penanganan pasien, tenaga kesehatan, pelayanan kesehatan (khususnya
rumah sakit), dan laboratorium kesehatan. Selain itu, untuk menurunkan
tingginya risiko penyakit menular, pemerintah juga mengembangkan
Early Warningand Respons System (EWARS) atau Sistem
Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR). Melalui sistem EWARS ini,
diharapkan ada peningkatan dalam deteksi dini dan respons terhadap
peningkatan tren kasus penyakit tertentu. Sistem tersebut juga semakin
digencarkan karena banyaknya penyakit baru yang bermunculan, seperti
SARS dan flu burung. Penyakit penyakit baru ini pada umumnya adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus yang berasal dari binatang.8
5. Penyakit Tidak Menular
Beberapa tahun ini, masalah penyakit tidak menular telah menjadi
beban utama di Indonesia. Saat ini Indonesia memang mengalami
tantangan dua kali lipat, yaitu penyakit tidak menular dan penyakit
menular. Penyakit tidak menular yang paling banyak menyerang
masyarakat Indonesia meliputi hipertensi, diabetes mellitus, kanker, dan
penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Selain itu, jumlah kematian
akibat rokok juga terus meningkat. Strategi pemerintah dalam
menanggulangi masalah ini adalah dengan melaksanakan Pos
Pembinaan Terpadu Pengendalian Penyakit Tidak Menular (Posbindu
PTM), sebagai
upaya memonitor dan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular
di masyarakat. Deteksi dini sangat penting, karena sebagian besar
masyarakat Indonesia tidak menyadari bahwa dirinya menderita
penyakit tidak menular. Oleh karena itu, pemerintah juga berencana
untuk meningkatkan sosialisasi dan program jaminan kesehatan seperti
BPJS. 8
6. Kesehatan Jiwa
Permasalahan kesehatan jiwa di Indonesia sangat besar dan
menimbulkan beban kesehatan yang signifikan. Berdasarkan data, lebih
dari 14 juta jiwa masyarakat Indonesia menderita gangguan mental dan
emosional. Sementara itu, lebih dari 400.000 orang menderita gangguan
jiwa berat. Masalah gangguan jiwa di Indonesia berkaitan dengan
masalah perilaku, dan sering kali berujung pada kondisi yang
membahayakan diri seperti bunuh diri. Dalam satu tahun, terdapat 1.170
kasus bunuh diri dan jumlahnya terus meningkat. Untuk menanggulangi
hal ini, pemerintah memprioritaskan pengembangan Upaya Kesehatan
Jiwa Berbasis Masyarakat (UKJBM) yang ujung tombaknya adalah
puskesmas. Program ini bekerja sama dengan masyarakat, untuk
mencegah meningkatnya gangguan jiwa. Pada tahun 2021, Menteri
Kesehatan memfokuskan enam masalah kesehatan yang kemudian
disebutsebagai Program Nasional. Enam kegiatan prioritas tersebut
diantaranya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB), pencegahan
stunting, peningkatan oengendalian penyakit menular dan tidak menular,
serta penguatan health security untuk penanganan pandemi, penguatan
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) serta peningkatan sistem
kesehatan nasional.8
2.4.1 Analisis Situasi
Dalam meningkatkan kinerja dan mutu perencanaan program kesehatan
diperlukan suatu proses perencanaan yang menghasilkan rencana yang
komprehensif dan holistik. Adapun langkah pokok pemecahan masalah ini terdiri
atas analisis situasi, identifikasi masalah, menentukan prioritas masalah,
penyusunan alternatif pemecahan masalah dan penyusunan rencana kerja. Analisis
situasi sebagai langkah awal dalam perencanaan dilakukan untuk memperoleh
gambaran masalah kesehatan yang ada di suatu wilayah tertentu serta
mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi masalah kesehatan tersebut.
Faktor-faktor ini dapat berupa faktor risiko lingkungan, sosial, perilaku,
pendidikan, kependudukan dan pelayanan kesehatan. Tujuan dari analisis situasi
adalah memperoleh hasil yang digunakan sebagai tolak ukur dalam merencanakan
rumusan pemecahan masalah kesehatan.1
Kegiatan surveilans bertujuan untuk mempelajari gambaran epidemiologi
dari kasus tuberkulosis2, sehingga dapat menjawab pertanyaan Who, Where,
When, Why dan How. Bila pertanyaan tersebut tidak bisa dijawab oleh data
surveilans, maka fungsi surveilans telah gagal dalam memberikan informasi
tentang adanya suatu masalah kesehatan. Apabila masalah tidak dapat diketahui
dengan jelas, maka upaya yang dilakukan dalam mengatasi masalah kesehatan
tidak terarah dan terkendali, hal ini sama halnya dengan menembak dalam
kegelapan. Oleh sebab itu dalam melakukan analisa data harus bisa menjawab
pertanyaan tersebut dengan memperhatikan beberapa komponen berikut:
a. Who (Person): Orang yang terserang dapat didasarkan kepada kelompok
umur, jenis kelamin, status imunisasi, atau status gizi penderita Tuberkulosis
b. Where (Place): Tempat kejadian, bisa digambarkan berdasarkan RW, Desa,
Kecamatan atau Kabupaten/Kota, kondisi wilayah (urban, rural)
c. When (Time): Waktu kejadian penyakit yang bisa ditetapkan berdasarkan
minggu, bulan atau tahun.
d. Why (Kenapa): Mengapa terjadi peningkatan kasus, hal ini lebih mengarah
pada analisis faktor risiko seperti masalah program imunisasi,
keterjangkauan fasilitas kesehatan oleh masyarakat, status gizi, dll.
e. How (Bagaimana): Apabila masalah sudah dapat diketahui, maka tindakan
selanjutnya adalah merumuskan upaya penanggulangan dalam mengatasi
masalah tersebut.

2.4.2 Identifikasi Masalah


Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Identifikasi
masalah dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang dikelompokkan
menurut jenis program, cakupan, mutu, ketersediaan sumber daya.

Tabel 2.1. Contoh Tabel Identifikasi Masalah10

No Program Target Pencapaian Masalah


1
.
2.
3.
dst

2.7.1 Penentuan Prioritas Masalah


Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan prioritas
masalah kesehatan yaitu metode matematika, metode Delbeque dan Delphi,
metode Bryant dan metode USG. Penetapan penggunaan metode tersebut
diserahkan kepada masing-masing Puskesmas.4
Metode USG merupakan salah satu cara menetapkan urutan prioritas
masalah dengan teknik scoring. Proses untuk metode USG dilaksanakan dengan
memperhatikan urgensi dari masalah, keseriusan masalah yang dihadapi, serta
kemungkinan bekembangnya masalah tersebut semakin besar. Masing-masing
kriteria ditetapkan dengan skor 1-5. Setelah itu tingkat urgensi (U) dikalikan
dengan tingkat keseriusan (S) dan tingkat perkembangan (G). Prioritas masalah
diurutkan berdasarkan hasil perkalian yang paling besar dari ketiga hal tersebut
dan disusun dalam bentuk matriks.8
Analisis Urgency, Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu metode
skoring untuk menyusun urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Pada tahap
ini masing-masing masalah dinilai tingkat risiko dan dampaknya. Langkah skoring
dengan menggunakan metode USG adalah membuat daftar akar masalah,
membuat tabel matriks prioritas masalah dengan bobot skoring 1-5 dan nilai yang
tertinggi sebagai prioritas masalah. Untuk lebih jelasnya, pengertian urgency,
seriousness, dan growth dapat diuraikan sebagai berikut:3
1. Urgency
Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dan dihubungkan dengan
waktu yang tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tuntuk
memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi.
2. Seriousness
Seberapa serius isu perlu dibahas dan dihubungkan dengan akibat yang
timbul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan isu
tersebut atau akibat yang menimbulkan masalah lain kalau masalah
penyebab isu tidak dipecahkan.
3. Growth
Seberapa kemungkinan-kemungkinannya isu tersebut menjadi
berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin
memburuk kalau dibiarkan

Daftar U S G Total Prioritas


Masalah Masalah
Masalah 1

Masalah 2

Gambar 2. 7. Tabel USG.3


2.7.2 Mencari Akar Penyebab Masalah
Alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menentukan
akar penyebab masalah, menggunakan metode Fishbone dan metode Pohon
Masalah. Diagram fishbone mengidentifikasi sebab-sebab potensial dari
suatu masalah dan menganalisis masalah tersebut berdasarkan kategori 6M,
yaitu: machine, man, material, method, measurement dan mother nature.
Langkah pertama pembuatan fishbone adalah sebagai berikut:10,11
a. Menyepakati pernyataan masalah yang diinterpretasikan sebagai
“effect” atau masalah yang secara visual dalam fishbone seperti kepala
ikan.
b. Mengidentifikasi kategori 6M.
c. Menemukan sebab-sebab potensial terjadinya suatu masalah dengan
cara brainstorming.
d. Mengkaji sebab-sebab yang paling mungkin menjadi akar permasalah
kesehatan.

Gambar 2. 8. Metode Fishbone.3

2.7.3 Alternatif Pemecahan Masalah


Menetapkan cara pemecahan masalah dapat dilakukan dengan membuat
kesepakatan di antara anggota Tim, didahului brainstorming (curah pendapat).
Bila tidak terjadi kesepakatan, maka Tabel atau matriks cara pemecahan masalah
di atas dapat digunakan. Langkah-langkah pemecahan masalah sebagai berikut:3
● Brainstorming (curah pendapat). Dilaksanakan untuk membangkitkan
ide/gagasan/pendapat tentang suatu topik atau masalah tertentu dari
setiap anggota Tim dalam rentang waktu yang singkat dan bebas dari
kritik.
● Kesepakatan di antara anggota Tim, berdasarkan hasil dari curah
pendapat (brainstorming). Hasil kesepakatan dipergunakan sebagai
bahan penyusunan Rencana Tahunan.

N Masal Pri Alterna Peme Sasar Tar


o ah orit tif cah an get
as Pemec an
Ma
ah an Masal
sal
ah Masala ah
h Terpil
ih
1
.
2
.

Gambar 2. 9. . Alternatif Pemecahan Masalah. 3

2.7.4 Penyusunan Rencana Kerja Terpadu


Rencana kerja terpadu terdiri atas rencana usulan kegiatan dan rencana
pelaksanaan kegiatan. Upaya kesehatan yang dilakukan harus sesuai dengan
tujuan, target dan sasaran yang disesuaikan dengan anggaran yang dimiliki.
Pelaksanaan upaya kesehatan dijadwalkan agar lebih efektif dan efisien.3
RUK yang disusun perlu diperjuangkan untuk mendapatkan dukungan
pembiayaan sesuai dengan sumber pembiayaan yang dicantumkan dalam RUK
tersebut. Untuk memperoleh dukungandana APBD, RUK Puskesmas perlu
dijabarkan dalam dalam bentuk RKA (Rencana Kegiatan Anggaran). Setelah
tahapan RUK selesai dilakukan, tahap selanjutya adalah penyusunan Rencana
Pelaksanaan Kegiatan (RPK). Penyusunan RPK dilaksanakan melalui pendekatan
keterpaduan lintas program dan sektor dalam lingkup siklus kehidupan.
Keterpaduan dimaksudkan agar tidak akan terjadi missed opportunity, kegiatan
Puskesmas dapat terselenggara secara efisien, efektif, bermutu, dan target prioritas
yang ditetapkan pada perencanaan dapat tercapai. Tahap penyusunan
RencanaPelaksanaan Kegiatan untuk UKM Esensial dan UKM Pengembangan,
UKP, pelayanan Perkesmas, pelayanan kefarmasian, semuanya dilaksanakan
secara bersama, terpadu dan terintegrasi. Langkah langkah penyusunan RPK
dapat diringkas sebagai berikut:3
1. Mempelajari alokasi kegiatan dan biaya yang sudah disetujui.
2. Membandingkan alokasi kegiatan yang disetujui dengan Rencana
Usulan Kegiatan (RUK) yang diusulkan dan situasipada saat
penyusunan RPK.
3. Menyusun rancangan awal, rincian dan volume kegiatan yang akan
dilaksanakan serta sumber daya pendukung menurut bulan dan lokasi
pelaksanaan.
4. Mengadakan Lokakarya Mini Tahunan untuk membahas kesepakatan
RPK.
5. Membuat RPK yang telah disusun dalam bentuk matriks.

Gambar 2. 10. . Matriks Rencana Pelaksanaan Kegiatan Puskesmas. 3


Gambar 2. 11. Siklus Perencanaan di Dinas Kabupaten/Kota.. 3
BAB III
ANALISIS SITUASI

3.1 Profil Puskesmas


Puskesmas Kalidoni berdiri pada tahun 1979 dan direhab pada tahun 2019,
Puskesmas Kalidoni beralamat di Jl. Talang Gading No. 78 RT.07, Kecamatan
Kalidoni Kota Palembang. Wilayah kerjaPuskesmas Kalidoni terdiri dari 2 (dua)
Kelurahan yaitu KelurahanKalidoni dan Sungai Selayur yang luasnya ± 101 km2.
Keadaan geografi wilayah kerja Puskesmas Kalidoni yang terdiri dari:
1. Tanah rawa-rawa : 30%
2. Dataran rendah : 40%
3. Dataran setengah tinggi : 30%
Sebelah Timur Berbatasan dengan Kelurahan Sungai Selincah Kecamatan
Kalidoni, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Sungai Buah Kecamatan
Ilir Timur II, sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan 2 ilir Kecamatan Ilir
Timur II, dan sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Bukit Sangkal dan
kelurahan Sri Mulya Kecamatan Sako.16
Tenaga kesehatan di Puskesmas Kalidoni meliputi dokterumum, dokter gigi,
perawat, bidan, dan dokter muda. Akses menuju Puskesmas Kalidoni dapat
ditempuh dengan mobil ataupun sepeda motor pribadi. Lokasi Puskesmas
Kalidoni berdekatan dengan beberapa komplek perumahan, beberapa sekolah dan
lokasi puskesmas ini juga cukup jauh dari pusat keramaian seperti pasar dan
terminal. Oleh karenaitu, sangat diperlukan usaha keras dari pihak puskesmas
untukmerangkul kunjungan pasien.16
Puskesmas Kalidoni mempunyai luas tanah 3.105 m2dan luas bangunan
1300 m2, serta mempunyai 3 pustu yaitu Pustu Margoyoso dengan luas tanah 300
m2dan luas bangunan 70 m2, Pustu Harapan Jaya dengan luas tanah 388,8 m2dan
luas bangunan 70 m2, dan Pustu Iswahyudi dengan luas tanah 300 m2 dan luas
bangunan 70 m2.16
Puskesmas Kalidoni berdiri pada tahun 1979 pernah direhab pada tahun
2008 dan 2019, dan sudah beberapa kali mengalami pergantian Pimpinan
Puskesmas.

39
Daftar pimpinan Puskesmas Kalidoni dari tahun 1979 s/d sekarang adalah sebagai
berikut:16

Tabel 3.1 Daftar Pimpinan Puskesmas Kalidoni. 16


No Nama Dokter Periode Tahun
.
1. dr. Emi Chodijah 1979 s/d 1980

2. dr. Emmy Heryati 1980 s/d 1985

3. dr. Siti Mirza Nuriya 1985 s/d 1987

4. dr. Halimah 1987 s/d 1992

5. dr. Agustini 1992 s/d 1998

6. dr. Sri Mariawati 1998 s/d 2006

7. dr. H. Ezrin Noer 2006 s/d 2010

8. dr. Hj. Dovi Yuniarti 2010 s/d 2021

9. dr. Hj. Apriyanti, M.Kes 2022 s/d sekarang

3.1.1 Batas Wilayah Kerja


Puskesmas Kalidoni mempunyai batas wilayah kerja:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Sri Mulya/Lebong Gajah
Kecamatan Sematang Borang
2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan 2 Ilir Kecamatan Ilir
Timur II
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sungai Selincah
Kecamatan Kalidoni
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sungai Buah Kecamatan
Ilir Timur II
Dalam sistem administrasi Puskesmas Kalidoni masuk dalam wilayah
Kecamatan Kalidoni dengan wilayah kerja 101,7 km2, yang terdiri dari 2
kelurahan yaitu Kelurahan Kalidoni terdapat 8 Rukun Warga dan 50 Rukun
Tetangga dan Kelurahan Sungai Selayur terdapat 8 Rukun Warga dan 41 Rukun
Tetangga.16

3.1.2 Kependudukan
Berikut adalah data kependudukan berdasarkan jenis kelamin di wilayah
kerja Puskesmas Kalidoni tahun 2023:16

Tabel 3.2 Jumlah Kependudukan.16


Jenis kelamin Kelurah Total
an
Kalido Sungai
ni Selayur
Laki-laki 15.441 15.210 30.6
51
Perempu 10.224 10.417 20.6
an 41
Total 25.665 25.627 51.2
92

3.1.3 Fasilitas Pendidikan.16


1. Jumlah TK/ PAUD 21 TK/PAUD
2. Jumlah SD Negeri/ Swasta 14 SD
3. Jumlah Sekolah Menengah Pertama 4 SMP
4. Jumlah Sekolah Menengah Atas 2 SMA

3.1.4 Fasilitas Kesehatan.16


1. Puskesmas 1 buah
2. Puskesmas Pembantu 3 buah
3. Poskeskel 1 buah
4. Posyandu Balita 27 buah
5. Posyandu Lansia 5 buah
6. Dokter/Bidan/BP Swasta 8 buah
7. Pengobatan Tradisional 1 buah
Puskesmas Kalidoni terletak kurang strategis karena tidak terletak pada
jalan besar yang merupakan lalu lintas transport dari segala jurusan, melainkan
dalam sebuah jalan kecil, sehingga kalau sudah menjelang siang hari jarang
terlihat kendaraan angkutan umum lalu lalang di jalan yangdimaksud. Puskesmas
Kalidoni dapat dicapai oleh pasien dari daerah- daerah wilayah kerjanya
dijangkau dengan menggunakan kendaraan roda dua, roda tiga (becak) atau
kendaraan roda empat tetapi terbatas pada beberapa kelurahan.16
Keadaan lingkungan tempat tinggal warga di Kelurahan Kalidoni dan
Kelurahan Sei Selayur cukup beragam. Secara garis besar, rumah-rumah
penduduk tampak berdekatan satu sama lain dengan diselingi kebun sederhana
milik pribadi. Kondisi sosial ekonomi warga di Kelurahan Kalidoni dan
Kelurahan Sei Selayur cenderung sama, yakni sebagian besar bekerja sebagai
buruh harian lepas, bekerja di bengkel dan pemulung.16
Kelurahan Kalidoni didapatkan data bahwa sebagian lingkungan tempat
tinggal masyarakat tampak cukup baik, sebagian lainnya tampak kurang baik.
Masalah lainnya yang ditemukan pada tempat tinggal masyarakat berupa padatnya
penduduk, penumpukkan sampah, dan gaya hidup masyarakat yang kurang baik.
Tampak beberapa hewan peliharaan unggas seperti ayam dan burung diletakkan di
depan atau di dalam rumah. Penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)
yang ditemukanjuga masih kurang di masyarakat.16
Masyarakat di Kelurahan Kalidoni dan Kelurahan Sei Selayur sebagian
besar dengan latar belakang riwayat pendidikan beragam mulai dari tamat SD,
SMP, hingga SMA. Jenis rumah masyarakat di Kelurahan Kalidoni dan Kelurahan
Sei Selayur beragam, sebagian ada yang terdiri atas rumah permanen, sebagian
lainnya juga dijumpai rumah semi permanen. Sebagian besar rumah menggunakan
air sumur untuk MCK dan air PDAM. Namun, masih terdapat berapa rumah yang
belum memiliki sumber air bersih.16

3.1.5 Jenis Pelayanan


Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat, Puskesmas Kalidoni
memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut melalui upaya kesehatan perorangan
(UKP), upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan pengembangan,
yaitu:16
1. Upaya Kesehatan Perorangan
a. Poli Umum
b. Poli Gigi
c. Poli KIA/KB
d. Poli Anak/MTBS
e. Unit Gizi, Sanitasi, Promosi Kesehatan (Promkes)
f. Poli TB
g. Unit Laboratorium
h. Unit Farmasi
i. Pelayanan Gawat Darurat
j. Poli ISPA
k. Poli VCT
2. Upaya Kesehatan Masyarakat
a. Pelayanan KIA-KB
b. Layanan Promosi Kesehatan
c. Pelayanan Kesehatan Lingkungan
d. Pelayanan Gizi
e. Pelayanan Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit (P2P)
f. Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Perkemas)
3. Upaya Kesehatan Pengembangan
a. Pelayanan Kesehatan Jiwa
b. Pelayanan Kesehatan Olahraga
c. Pelayanan Kesehatan Kerja (UKK)
d. Pelayanan Lansia
e. Pelayanan Kesehatan HIV
f. Pelayanan Kesehatan gigi masyarakat
g. Pelayanan Kesehatan tradisonal

Seluruh program kegiatan tersebut berjalan di dalam gedung dan di luar


gedung. Untuk di dalam gedung difasilitasi dengan adanya ruang dan peralatan
yang memadai, program kerja, sumber daya manusia yang selalu ditingkatkan
kemampuannya dan protap-protap sebagai standar pelayanannya.16

3.1.6 Visi, Misi, Motto, Kebijakan Mutu dan Tata Nilai


Untuk menunjang keberhasilan Puskesmas Kalidoni dalam rangka
pelayanan kesehatan pada masyarakat, maka seluruh kegiatan harus berpedoman
pada Visi, Misi, Kebijakan Mutu, dan Tata Nilai Puskesmas Kalidoni serta
pelaksanaannya harus berpedoman pada Protap-protap (Standar Pelayanan) yang
telah dibakukan.16
1. Visi
Menjadi Puskesmas yang Bermutu dan Profesional Menuju Masyarakat
Sehat 2023
2. Misi
a. Meningkatkan Profesionalisme Pegawai
b. Meningkatkan Sarana Dan Prasarana Kesehatan yang Bermutu
c. Meningkatkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
d. Meningkatkan Capaian Program Puskesmas Kalidoni
3. Motto
Sehat, Semangat, Bahagia
4. Kebijakan Mutu
Bertekad mewujudkan masyarakat sehat dengan mengintegrasikan
upaya pelayanan perorangan dan pelayanan masyarakat yang
mengutamakan keselamatan pasien dengan manajemen yang bermutu
dan profesional.
8. Tata Nilai
AMANAT
a. Aman
Memberikan jaminan keamanan baik kepada pasien, pemberi
layanan maupun masyarakat sekitar wilayah kerja Puskesmas
Kalidoni.
Bekerja sesuai prosedur yang telah ditetapkan
b. Adil
Menyediakan pelayanan yang seragam tanpa membeda bedakan jenis
kelamin, suku, tempat tinggal, agama dan status ekonomi
c. Tepat waktu
Bekerja dengan disiplin tepat waktu,pelayanan harus dilakukan
dengan waktu dan cara yang tepat, menggunakan peralatan yang
tepat dan biaya yang tepat, pelaporan hasil pekerjaan

3.2 Analisa Situasi Derajat Kesehatan Masyarakat


3.2.1 Sepuluh Penyakit Terbanyak
Melalui pengamatan terhadap angka kesakitan umum di bulan Januari 2022
s/d Januari 2023 dapat diketahui bahwa sepuluh penyakit terbanyak pada
kunjungan rawat jalan Puskesmas Kalidoni Palembang.17

Tabel 3.3 Sepuluh Penyakit Terbanyak di Puskesmas Kalidoni Periode Januari 2022-
Januari 2023.17
N NAMA PENYAKIT JUMLAH
o. KASUS
1 ISPA 3292
.
2 Hipertensi esensial 2843
.
3 DM tipe II 1701
.
4 Gastritis 849
.
5 Polimyalgia reumatik 503
.
6 Dermatitis Kontak Alergika 430
.
7 TB 137
.
8 Gastroentritis 129
.
9 Artritis 65
.
1 Gagal jantung akut dan kronis 51
0.
Tot 10000
al
3.3 Kinerja Sistem Kesehatan/Program Kesehatan
3.3.1 Data Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PIS-PK)
Data PIS-PK Puskesmas Kalidoni bulan Mei tahun 2023 ditampilkan pada
tabel berikut:18

Tabel 3.4 Data PIS-PK Puskesmas Kalidoni Bulan Mei Tahun 2023. 18
Indikat Target Capaian
or (%) (%)

1. Keluarga mengikuti program KB 100 77,32%

2. Persalinan Ibu di fasilitas pelayanan 100 95,22%


Kesehatan
3. Bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap 100 100,00%

4. Bayi mendapatkan ASI Eksklusif 100 99,36%

5. Pertumbuhan Balita dipantau 100 98,78%

6. Penderita TB Paru yang berobat sesuai 100 73,86%


standar
7. Penderita hipertensi yang berobat teratur 100 58,90%

8 Penderita gangguan jiwa berat, 100 34,00%


diobati dan tidak ditelantarkan

9. Anggota keluarga tidak ada yang merokok 100 78,53%

1 Keluarga sudah menjadi anggota JKN 100 94,68 %


0.
1 Keluarga memiliki akses/ 100 99,38%
1.
menggunakan sarana air bersih

1 Keluarga memiliki 100 99,37%


2.
akses/menggunakan jamban keluarga
3.3.2 Data Capaian Standar Pelayanan Minimal
Berdasarkan merupakan data capaian SPM pada Januari tahun 2023 di
Puskesmas Kalidoni:19

Tabel 3.5 Data Capaian SPM pada Bulan Mei Tahun 2023 di Puskesmas Kalidoni. 19
N SP Target( Capaian(
o. M %) %)
1 Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil Sesuai 100 41,92
Standar
2 Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin 100 42,51
sesuai standar

3 Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir 98 42,30


sesuai standar

4 Pelayanan Kesehatan Balita sesuai standar 100 42,52

5 Pelayanan Kesehatan pada Usia 100 76,15


Pendidikan Dasar sesuai
standar
6 Pelayanan Kesehatan pada Usia 100 42,14
Produktif sesuai standar

7 Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut 100 41,71


sesuai standar

8 Pelayanan Kesehatan penderita 100 46,27


Hipertensi sesuai standar

9 Pelayanan kesehatan penderita 100 45,61


Diabetes Melitus (DM)sesuai
standa
1 Pelayanan kesehatan Orang Dengan 100 42,06
0 Gangguan Jiwa(ODGJ) berat sesuai
standar
1 Pelayanan kesehatan orang 100 44,33
1 dengan Tuberculosis
(TB)sesuai standar
1 Pelayanan kesehatan orang dengan 100 35,49
2 risiko terinfeksi HIVsesuai
standar
BAB IV
DIAGNOSIS KOMUNITAS DAN RENCANA KEGIATAN
DAN ANGGARAN KESEHATAN TERPADU

4.1 Strategi Penentuan Informan dan Identifikasi Keluarga


Populasi yang dipilih ditentukan berdasarkan data kasus Tuberkulosis pada
wilayah kerja Puskesmas Kalidoni ditemukan adanya 1 pasien, pasien tersebut
berada pada RT 21 Kelurahan Kalidoni. Tim Puskesmas Kalidoni kemudian
melakukan home visit untuk memeriksa kesehatan dan wawancara kepada
keluarga pasien untuk mengetahui masalah yang ada. Wawancara tersebut
bertujuan untuk mengambil data kesehatan dan memberikan gambaran umum
situasi lingkungan tempat tinggal. Data kemudian dikumpulkan dan dibuat
deskripsi keluarga secara umum, assessment pribadi, assessment lingkungan dan
assessment perilaku. Data kemudian diuraikan dalam bentuk narasi, tabel dan
poin-poin seperti yang akan dijelaskan selanjutnya.

1. Keluarga Tn. KAR


a. Pengenalan Anggota Keluarga
Keluarga Tn. KAR terdiri dari Tn. KAR sebagai kepala keluarga,
Ny. S sebagai istri, dan terdiri dari 4 orang anak. Tn. KAR
merupakan pedagang di pasar 26 Palembang. Tn. KAR tinggal
serumah dengan istrinya, Ny. S, satu orang anaknya dan ketiga
cucunya yang bertempat tinggal di RT 21.
b. Assessment Pribadi

Gambar 4. 1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Tn. KAR
- Status : Kepala Keluarga
- Usia : 75 tahun
- Pekerjaan : Pedagang
- Agama : Islam
- BB : 51 kg
- TB : 165 cm
- Status Gizi : Gizi Baik

Riwayat Genetik
Riwayat penyakit genetik tidak ditemukan pada pasien ini.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat penyakit yang sama sebelumnya tidak ada.

Genogram
Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Sakit

Gaya Hidup
Tn. KAR sehari-hari melakukan kegiatan berjualan di
pasar. Tn. KAR lebih sering melakukan aktivitas di luar rumah dari
pagi hingga sore hari. Tn. KAR sering ke masjid untuk sholat dan
mengaji. Tn. KAR tidak merokok namun ia sering terpapar asap
rokok di lingkungan sekitar tempat kerja.

Diet

Tn. KAR sehari-harinya mengkonsumsi makanan yang


dimasak oleh istrinya seperti nasi, sayur seperti jagung dan bayam,
serta protein yang didapatkan dari ikan, telur, ayam dengan porsi
yang cukup 3 kali dalam sehari.

Riwayat Penyakit yang diderita


Pada bulan januari 2023, Tn. KAR didiagnosa diabetes
mellitus tipe 2 dan menggunakan insulin secara rutin sejak saat itu.
Pada bulan Juni 2023, kondisi kesehatan Tn. KAR menurun
disertai keluhan sulit BAK dan batuk berdahak yang tidak
membaik dengan mengkonsumsi obat. Tn. KAR kemudian berobat
lalu di katakan menderita BPH dan direncanakan untuk operasi
pada bulan Juli 2023. Sebelum operasi, pasien mengeluhkan batuk
berdahak, berat badan menurun dan sering berkeringat saat malam
hari, kemudian dilakukan rontgen dan pemeriksaan tes cepat
molekuler didapatkan hasil + TBC

Pada tanggal 15 Agustus 2023, Pasien membawa hasil tes


ke Puskesmas Kalidoni dan didiagnosis dengan Tuberkulosis.
Pasien diberikan pengobatan OAT fase intensif selama 6 bulan.

Assessment Lingkungan
Rumah pasien Tn. KAR terdiri dari satu lantai, berdinding
semen dan berlantai keramik. Atap rumah Tn. KAR terbuat dari
plafon. Ny. S selaku istri pasien mengatakan rumah pasien
sesekali disapu dan dibersihkan. Jarak antara rumah Tn. KAR
dengan rumah tetangganya juga diasumsikan dekat. Lingkungan
rumah Tn. KAR juga berada di lingkungan yang padat penduduk.
Hal ini merupakan faktor risiko terjadinya Tuberkulosis.
Rumah Tn. KAR terdiri dari ruang tamu, dua kamar tidur,
ruang dapur, dan satu kamar mandi. Pada ruang tamu, terdapat
dua buah jendela berukuran sedang yang ditutup menggunakan
gorden, terdapat lubang ventilasi (luas lubang ventilasi
diasumsikan < 5% luas bangunan), terdapat dua buah lampu
sebagai sumber pencahayaan serta karpet yang dibersihkan 2
bulan sekali. Di ruang tamu terdapat satu buah lemari kayu, satu
buah kursi panjang, tiga buah kursi kecil dan satu buah meja.
Terdapat juga barang-barang pribadi seperti foto-foto yang
tergantung di dinding dan karpet-karpet yang tersusun di sudut
ruang tamu. Pada kedua kamar tidur, masing-masing terdapat dua
jendela yang ditutup menggunakan gorden dan terdapat lubang
ventilasi (luas lubang ventilasi diasumsikan < 5% luas bangunan).
Antara ruang tamu dan kamar tidur yang pertama dibatasi oleh
dinding. Ruang dapur dan ruang makan berada di dua tempat
yang berbeda, dibatasi oleh dinding yang di tutup menggunakan
gorden. Pada ruang makan terdapat satu buah meja makan dan
empat kursi. Pada ruang dapur terdapat satu buah lemari
pendingin, satu buah dispenser, dan peralatan dapur yang
sebagian tersusun rapi. Sumber air minum pada keluarga ini
berasal dari air PDAM yang di masak sendiri. Sirkulasi di ruang
dapur diasumsikan baik karena ada lubang ventilasi dan
pencahayaan diasumsikan cukup baik karena terdapat lampu
diruangannya.
Kamar mandi di rumah ini berjumlah satu dan terletak di
dapur, dengan dinding sebagian semen dan sebagian keramik
semen dan lantai kamar mandi berupa keramik sehingga
penyerapan air di kamar mandi diasumsikan baik. Kamar mandi
ini berfungsi sebagai tempat mandi, buang air kecil dan buang air
besar. Di dalam kamar mandi terdapat jamban keluarga. Sumber
air untuk MCK menggunakan air PDAM yang ditampung di
dalam bak yang terbuat dari keramik. Menurut pengakuan
keluarga, bak tersebut dikuras dan dibersihkan tiap kurang lebih 3
kali sebulan.
Berdasarkan hasil pengamatan, ventilasi pada rumah
pasien diasumsikan kurang baik. Apabila ventilasi kurang baik,
dapat terjadi pembebasan udara ruangan dari bakteri-bakteri,
terutama bakteri patogen juga menjadi terhambat karena
sedikitnya aliran udara yang terjadi sehingga kelembapan ruangan
meningkat. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan
Kesehatan Perumahan, luas ventilasi alamiah yang permanen
minimal 10% dari luas lantai.

Pencahayaan yang masuk ke dalam ruangan rumah


diasumsikan cukup baik. Terdapat lampu di setiap ruangan
sebagai sumber pencahayaan. Menurut Permenkes RI
No.1077/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Penyehatan Udara
dalam Ruang, pencahayaan alami dan atau buatan langsung
maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan
intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan
mata.

Dari segi keadaan rumah dan lingkungan sekitar, risiko


terjadinya penyakit dapat terjadi akibat jarak antar rumah yang
terlalu dekat dan faktor kelembaban di dalam rumah. Hal tersebut
berpotensi sumber penularan penyakit.

Gambar 4. 2. Dapur
Gambar 4. 3. Ruang Keluarga

Assessment Perilaku
Pasien bekerja sehari-hari sebagai pedagang di Pasar 26 Ilir.
Pasien mengatakan tidak merokok namun lingkungan kerja pasien
banyak dikelilingi perokok aktif sehingga membuat pasien menjadi
perokok pasif. Pasien juga mengatakan banyak teman kerjanya
yang mengalami batuk pilek. Semenjak terdiagnosis Diabetes
Mellitus, pasien memutuskan untuk tidak bekerja. Selama di
rumah, pasien menghabiskan waktu dengan cucunya dan sering
mengikuti kegiatan di masjid.

Rangkuman Hasil Assessment


Dari hasil assessment yang telah dilakukan pada Tn. KAR,
keluhan yang didapatkan adalah Tuberkulosis. Faktor resiko
terjadinya keluhan tersebut adalah penyakit sistemik yang sudah
diderita sebelumnya berupa DM dan lingkungan tempat bekerja.

4.2 Penentuan Prioritas Masalah


Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisis data di
wilayah kerja puskesmas Kalidoni, terdapat tiga daftar masalah.
Prioritas masalah ditentukan dengan menggunakan metode USG;
menentukan tingkat urgensi (U), tingkat keseriusan (S), tingkat
perkembangan (G). Masing-masing kriteria ditetapkan dengan
nilai 1-5 secara subjektif kemudian nilai masing-masing kriteria
dikalikan. Prioritas masalah diurutkan berdasarkan hasil yang
paling besar dari ketiga hal tersebut.
Tabel 4.1 Penentuan Prioritas Masalah dengan Metode USG
Urgency Seriousness Growth
No. Masalah Total
(U) (S) (G)
1. Pelayanan kesehatan 4 3 3 36
penderita hipertensi
sesuai standar
2. Pelayanan kesehatan 4 4 5 80
orang dengan resiko
terinfeksi TB sesuai
standar
3. Pelayanan kesehatan 4 2 2 16
penderita diabetes
mellitus (DM) sesuai
standar
4. Pelayanan kesehatan 4 4 3 48
orang dengan resiko
terinfeksi HIV sesuai
standar

Keterangan:
a. Urgency: Urgency dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah
tersebut diselesaikan.
b. Seriousness: Seriousness dilihat dari dampak masalah tersebut terhadap
produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, dan membahayakan sistem
atau tidak.
c. Growth: Seberapa kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang
dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk kalau
dibiarkan.
Berdasarkan penentuan prioritas di atas, didapatkan bahwa prioritas
masalah di Puskesmas Kalidoni yang akan dicari akar penyebab masalah serta
alternatif dalam pemecahan masalah adalah Tuberkulosis.

4.3 Identifikasi Masalah


Setelah prioritas masalah didapatkan, langkah selanjutnya adalah penentuan
penyebab masalah. Dalam teori Blum (1974), dijelaskan terdapat 4 faktor utama
yang mempengaruhi derajat kesehatan. Keempat faktor tersebut saling
berinteraksi dan mempengaruhi kesehatan perorangan dan derajat kesehatan
masyarakat. Beberapa faktor ini meliputi genetik dari keluarga, lingkungan sekitar
seperti sosial masyarakat, ekonomi yang berkembang, politik dan budaya
setempat, perilaku termasuk gaya hidup individu, dan pelayanan kesehatan (jenis
cakupan dan kualitas). Status kesehatan yang baik akan tercapai bila keempat
faktor tersebut berjalan optimal. Faktor yang paling besar memberikan pengaruh
terhadap tinggi rendahnya status kesehatan adalah faktor lingkungan dan perilaku.
Oleh karena itu, perlu diupayakan terciptanya lingkungan dan perilaku yang sehat.
Penyebab masalah dalam diagnosis komunitas ini akan dianalisis
berdasarkan teori Blum, yaitu dari aspek: genetik, lingkungan, perilaku, dan
pelayanan kesehatan.

Salah satu metode yang dapat dipergunakan dalam mencari akar penyebab
masalah yaitu diagram sebab akibat dari Ishikawa (diagram tulang ikan/fish
bone). Alat ini merupakan cara terbaik untuk mengidentifikasi kemungkinan
penyebab secara terfokus.
4.4 Penentuan Akar Penyebab Masalah dengan Bantuan Kerangka Fishbone

terlalu monoton

Gambar 4.4 Kerangka Fishbone permasalahan Tuberkulosis di wilayah Puskesmas Kalidoni.


4.5 Alternatif Pemecahan Masalah
Tabel 4.4 Alernatif Pemecahan Masalah

Alternatif Pemecahan
Faktor Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah Masalah Terpilih
Manu - Tidak patuh minum obat dan - Melakukan pemantauan dan kontrol - Melakukan pemantauan dan
sia melakukan kontrol kesehatan berkala terhadap penderita TB untuk kontrol berkala terhadap
(Man) - Perilaku hidup tidak sehat melakukan pemeriksaan kesehatan rutin penderita TB untuk
- Terpapar dengan orang yang berkala melakukan pemeriksaan
terinfeksi TB dalam waktu lama di - Pelacakan pasien TB Paru di lingkungan kesehatan rutin berkala
lingkungan kerja dan rumah kerja Puskesmas - Menyelenggarakan pelatihan
- Meremehkan gejala batuk yang - Kemitraan dengan Unit Kesehatan Kerja dan seminar
diderita
tertentu untuk melakukan skrining pada dalam
- Merasa takut dan malu untuk
seluruh pekerjanya meningkatkan perilaku gidup
memeriksakan diri dengan
- Menyelenggarakan pelatihan dan seminar sehat
stigma masyarakat yang buruk
tentang TB dalam meningkatkan perilaku gidup sehat - Pemetaan penderita TB Paru
- Kurangnya kader TB kurang memadai - Pemetaan penderita TB Paru
- Menambah jumlah kader TB
Metod - Kurangnya partisipasi masyarakat - Melakukan pembinaan rutin terhadap kader - Melakukan pembinaan rutin
e saat dilakukan penyuluhan karena mengenai TB dan bagaimana cara untuk terhadap kader mengenai TB
(Meth penyuluhan dirasa kurang menarik memberikan edukasi kepada masyarakat dan bagaimana cara untuk
od)
- Penyuluhan mengenai TB dilakukan memberikan edukasi kepada
dengan cara yang mudah dimengerti dan masyarakat
menarik, seperti menggunakan poster dan - Penyuluhan mengenai TB
leaflet dilakukan dengan ara yang
- Membuat video edukasi mengenai TB yang mudah dimengerti dan
dapat ditayangkan di layar TV ruang menarik, seperti
tunggu menggunakan poster dan
puskesmas leaflet
Sarana - Tes TCM dan rontgen thorax tidak - Penyediaan test TCM di puskesmas - Bekerja sama dengan rumah
dan tersedia - Penyediaan rontgen thorax di Puskesmas sakit di wilayah kerja
Prasaran - Pada beberapa tempat, jarak - Bekerja sama dengan rumah sakit di puskesmas untuk dapat
a fasilitas kesehatan masih mengadakan
wilayah kerja puskesmas untuk dapat
(Materi tergolong jauh mengadakan pemeriksaan tuberkulin dan
al) - Kurang tersedianya media rontgen thorax pemeriksaan tuberkulin dan
informasi tentang TB rontgen thorax
Environment - Rumah penduduk yang padat dan - Melakukan penyuluhan terkait rumah sehat, - Melakukan penyuluhan terkait
kumuh PHBS, dan etika batuk. rumah sehat, PHBS, dan etika
- Ventilasi di rumah dan tempat kerja batuk.
yang jarang dibuka
- Kurangnya pencahayaan dari
sinar matahari di rumah dan tempat
kerja
- Kurangnya pergantian sirkulasi udara di
rumah dan tempat kerja
- Kurangnya penerapan PHBS dan etika
batuk
4.6 Rencana Usulan Kegiatan
Tabel 4.5 Rencana Usulan Kegiatan

Pena Kebutuhan Sumb


Sumber
nggu er
Targ Daya Waktu Kebutuh Indikat
Kegiatan Tujuan Sasaran ng Mitra Kerja Dan
et Tenaga Pelaksana an or
Jawa a
Sasar Al an Anggar Kinerj
b at
an an a
Skrining Untuk Masyara Lansia PJ Pot Dokter Kader, Januari Pot Meningkat Biaya
Terduga meningkatk kat dengan TB spu , Lintas – sputum ka n Operasio
TB di an capaian gejala tu Promk sektor Desem (48 x 1 derajat nal
Posyandu TB dan batuk m, es, ber tahun, 10 Kesehatan Kesehata
Lansia penemuan berdahak Be Analis orang) , masyarakat n (BOK)
kasus TB 2 minggu, nsi , 4 hari / Bensin ,
pasien n Kader, bulan (Kendara Menemuka
dengan (K RT/R an) n kasus TB
penyakit en W, secra dini
sistemik dar Fasyank serta
seperti a es di tercapainy
DM an) wilker a target
Puskes SPM
mas program
TBC
Investiga Untuk Masyara Keluarga PJ Pot Dokter Kader, Januari Pot Investigasi Biaya
si Kontak mencegah kat dan TB spu , Lintas – sputum ke rumah Operasio
Pasien terjadinya masyara tu Promk sektor Desem (36 x 1 penderita, nal
TB BTA penularan kat di m, es, ber tahun, 10 pelacakan Kesehata
(+) penyakit sekitar Be Analis orang) , kontak n (BOK)
TBC rumah nsi , 3 hari / Bensin erat,
penderita n Kader, bulan (Kendara pengambil
(K RT/R an) an sputum,
en W, KIE,
dar Fasyank pemeriksaa
a es di n BTA
an) wilker
Puskes
mas
Pelacaka Untuk Masyara Pasien P Bensin Dokt Kader, Januari Bensin Meningkat Biaya
n TB menceg kat TB J (Kend er, Lintas – (Kendara ka n Operasio
Mangkir ah putus T ara an) Anali sektor Desem an) derajat nal
terjadin obat B s, ber Kesehatan Kesehata
ya RT/R dan Pasien n (BOK)
putus W, 1 hari / TBC tidak
obat Fasyank bulan putus
es di minum
wilker obat
Puskes
mas
Kunjunga Untuk Masyara Penderita P Bensin Dokter Kader, Januari Bensin Memanta Biaya
n rumah membantu kat TBC, J (Kend , Lintas – (Kendara u Operasio
untuk pengawasan Keluarga T ara an) Promk sektor Desem an) penelanan nal
terapi pasien TBC / Kontak B es, ber obat Kesehata
pencegah selama Erat Analis secara n (BOK)
an TBC, pengobatan , 2 hari / teratur,
pemantau hingga Kader, bulan mengingat
an minum sembuh RT/R ka n untuk
obat TBC W, periksa
Fasyank dahak
es di ulang
wilker sesuai
Puskes jadwal,
mas pengawas
an
efek
Pemberda Mengajak Kader Sem P Mic, Kader Kader September Poster (10 Meningkat Biaya
ya an Kader ua J poster, dan dan lembar, 12 ka n Operasio
kader dalam Susp T laptop/ Masyara masyara x derajat nal
masyarak melakukan ect B Hp kat kat 1 Kesehatan Kesehata
at dalam penjaringan TBC Kamer tahun), masyarakat n (BOK)
pencegah terduga TB a, narasum ,
an dan Interne ber Menemuka
penyakit penemuan t n kasus TB
menular kasus TB secra dini
TBC serta
tercapainy
a target
SPM
program
TBC
Pemberda Mengajak Kader Pasien P Mic, Kader Kader, November Poster Pasien Biaya
ya an Kader dalam dan TBC J poster, , keluarga lembar, 2 TBC Operasio
kader pemangawas Keluaga T laptop/ keluar pasien x 1 tahun, minum nal
masyarak an menelan Pasien B Hp ga narasumbe obat Kesehata
at untuk obat selama Kamer pasie r teratur n (BOK)
melakuka pengobatan a, n sampai
n Interne tuntas
kegiatan t
Pengawas
an
Minum
Obat
Pengambil Untuk Masyarak Semua P Bensin Anali Pihak Januari Bensin Semua Biaya
an data ke meningkat at suspect J (Kend s, klinik – (Kendara data Operasio
DPM/ respon TBC T ara an) Prom yang Desem an) terlapork nal
Klinik terhadap dan B kes bersangkut ber an dan Kesehata
kasus TBC pasien an terverfika n (BOK)
dan TB si dalam
pengoptimal SITB
an
penggunaa
n aplikasi
SITB
4.7 Rencana Pelaksanaan Kegiatan
Tabel 4.6 Rencana Pelaksanaan Kegiatan

Targ Penanggu Volu Rincian Lokasi


Kegiatan Tujuan Sasaran Jadwal Biaya
et ng me Pelaksana Pelaksanaan
Sasar Jawab Kegiat an
an an
Keluarg Investigasi ke
Untuk a dan rumah Rumah
Investigasi
mencegah masyara 3 kali penderita, Penderita TBC
kontak TBC Masyara PJ. 36 Rp
terjadinya kat di setiap pelacakan dan
BTA (+) kat TB Kali 6.120.000
penularan sekitar bulanny kontak erat, Lingkungan
penyakit TBC rumah a pengambilan Sekitar
penderit sputum, KIE,
a pemeriksaan
BTA
0%
Untuk
(Tidak
mencegah Pelacakan
Pelacakan ada
kegagalan Pender 1 kali kasus mangkir, Rumah
kasus penderita PJ. 12 Rp
pengobatan ita setiap penyuluhan Penderit
mangkir yang TB Kali 1.800.000
TBC dan TBC bulanny dan a TBC
TBC mengala
mencecah a komunikasi
mi
munculnya risiko
kegagala
kasus TB MDR
n
pengobat
an)
Kunjunga Memantau
0%
n rumah penelanan obat
Untuk (Tidak
untuk Penderita secara teratur,
membantu ada
terapi pengawasan TBC, penderita PJ. 24 2 kali mengingatkan Rumah Rp
pencegah pasien TBC Keluarga yang TB Kali setiap untuk periksa Penderit 3.600.000
an TBC, selama / Kontak mengala bulanny dahak ulang a TBC
pemantauan pengobatan Erat mi a sesuai jadwal,
minum obat hingga sembuh kegagala pengawasan
TBC n efek
pengobat
an)
samping
obat
(OAT),
KIE
Sosialisasi
kegiatan
Pemberdaya
5 orang penemuan
an kader
Untung kader di kasus aktif
masyarakat Ruang
meningkatkan setiap 1 kali TBC,
dalam Kader PJ. 12 Kali Pertemuan Rp 660.000
penjaringan keluarah setiap penemuan
pencegahan TB Puskesmas
suspek TBC an, total bulanny kasus oleh
penyakit Multiwahana
10 kader a Kader,
menular
monitoring
TBC
dan diskusi
kendala
pelaksanaan
kegiatan
Pemberdaya
an kader
Penyuluhan
masyarakat
Bulan tentang Ruang
untuk Untuk Kader 10 Kader
PJ. 2 Kali Agustus pengawasan Pertemuan Rp 444.000
melakukan membina kader dan dan 14
TB dan minum obat Puskesmas
kegiatan sebagai PMO Keluar PMO
Novembe dan diskusi Multiwahana
Pengawasan ga
r
Minum
Obat
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Diagnosis komunitas memiliki tujuan untuk mendapatkan pemecahan


masalah yang diawali oleh keluarga. Diagnosis Komunitas dapat ditegakkan yang
dilalui oleh berapa tahapan, yaitu identifikasi masalah, penentuan prioritas,
identifikasi akar masalah, alternatif pemecahan masalah, rencana kegiatan dan
evaluasi.
Berdasarkan data Puskesmas Kalidoni, pelayanan kesehatan pada orang
terduga TB masih belum mencapai standar sehingga menjadi suatu masalah yang
perlu diselesaikan.
Sejalan dengan teori H.L. Blum mengenai kesehatan komunitas, penyebab
pelayanan kesehatan pada populasi risiko tinggi HIV/AIDS yang belum
mencapai standar di Puskesmas Kalidoni dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
berasal dari lingkungan internal (man, method, material) puskesmas maupun
lingkungan eksternal (environment) ada di masyarakat.
a. Faktor Internal
1) Man: Petugas tidak optimal dalam menemukan kasus TB baru dan
petugas tidak melakukan follow up terduga TB yang dahaknya belum
diambil karena kurangnya koordinasi lintas program untuk
membantu petugas dalam menemukan kasus baru maupun
melakukan follow up pada terduga TB yang sebelumnya belum dapat
mengeluarkan dahak sehingga dapat terjaring lebih banyak kasus TB.
2) Method: Eksplorasi tempat pemeriksaan yang diduga banyak kasus
TB masih kurang dan pembinaan khusus untuk semua pemegang
program dan kader mengenai materi penyuluhan TB tidak ada. Selain
itu, SOP yang disahkan oleh Puskesmas mengenai upaya pencegahan
dan penanggulangan TB di fasilitas pelayanan kesehatan dan metode
pengeluaran sputum yang benar belum tersosialisasikan secara
optimal dan juga penetapan kriteria diagnosis TB yang belum sesuai.
3) Material: media edukasi seperti leaflet, talkshow, dan video pendek
belum dioptimalkan. Selain itu, tes tuberkulin yang tidak tersedia di
puskesmas merupakan salah satu faktor internal.

b. Faktor Eksternal
Temuan yang didapatkan pada masyarakat adalah kurangnya pengetahuan
masyarakat mengenai TB sehingga masyarakat memiliki stigma negatif
dan malu untuk berobat jika memiliki gejala klinis TB. Selain itu, jumlah
dan pengetahuan kader TB yang kurang juga dapat menyebabkan
penemuan kasus TB paru yang belum optimal.
DAFTARPUSTAKA

1. Card AJ. Moving Beyond the WHO Definition of Health: A New Perspective for
an Aging World and the Emerging Era of Value‐Based Care‟. World Med Heal
Policy J. 2017;9(1):127–37.
2. Republik Indonesia. 2009. Undang-undang republik Indonesia nomor 36 tahun
2009 tentang kesehatan. Jakarta: Kementerian riset, teknologi dan pendidikan
tinggi.
3. Card A. Moving Beyond the WHO Definition of Health: A New Perspective for
an Aging World and the Emerging Era of Value‐Based Care. J World Heal Policy.
2017;
4. Prihartono J. Buku Keterampilan Klinis Ilmu Kedokteran Komunitas. Jakarta:
Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2014.
5. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Permenkes RI no 1501 Tahun 2010
tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan
Upaya Penanggulangannya.
6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat.
2014.
7. Puskesmas Kalidoni. Data Kasus DBD Perbulan Puskesmas Kalidoni. Palembang;
2023.
8. Blum H. Planning For health, development and aplication of social
changestheory. Human Science Press. New York; 1974.
9. Khariri, Andriani L. Dominasi Penyakit Tidak Menular dan Pola Makan Yang
Tidak Sehat. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. 2020;6(1):624–7.
10. Mboi N, Murty Surbakti I, Trihandini I, Elyazar I, Houston Smith K, Bahjuri Ali
P, et al. On the road to universal health care in Indonesia, 1990–2016: a
systematic analysis for the Global Burden of Disease Study 2016. Lancet
11. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta: PT Rineka Cipta,
Edisi I Cetakan I; 2012.
12. Agunawan. Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Kejadian Penyakit Campak Pada
Anak Balita di Desa Saung Naga Kecamatan Baturaja Barat Kabupaten Ogan
Komering Ulu Baturaja Sumatra Selatan. Fakultas Kesehatan Masyarakat.
Universitas Diponegoro. Semarang; 2014.
13. Puskesmas Kalidoni. Profil Kesehatan Puskesmas Kalidoni Tahun 2021. 2021;
(78):100.

14. Puskesmas Kalidoni. Laporan Sepuluh Penyakit Terbanyak Puskesmas Kalidoni


Tahun 2022. 2022.
15. Puskesmas Kalidoni. Capaian Indikator Kinerja UKM Essensial dan
Pengembangan Puskesmas Kalidoni Bulan Januari Tahun 2023. Palembang; 2023.
16. Puskesmas Kalidoni. Laporan Standar Pelayanan Minimal Puskesmas Kalidoni
Bulan April 2023. Palembang; 2023.

Anda mungkin juga menyukai