Anda di halaman 1dari 46

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
1.1 Latar Belakang 3
1.2 Identifikasi Masalah 6
1.3 Rumusan Masalah 6
1.4 Tujuan Penelitian 6
1.4.1 Tujuan Umum 6
1.4.2 Tujuan Khusus 7
1.5 Manfaat Penelitian 7
1.5.1 Manfaat teoritis 7
1.5.2 Manfaat praktis 7
BAB II 8
TINJAUAN PUSTAKA 8
2.1 Konsep Perilaku 8
2.1.1 Definisi Perilaku 8
2.1.2 Jenis-jenis Perilaku 9
2.1.3 Bentuk Perilaku 9
2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku 9
2.1.5 Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku 14
2.1.6 Proses Pembentukan Perilaku 15
2.1.7 Domain Perilaku 15
2.2 Konsep Germas 17
2.2.1 Pengertian 17
2.2.2 Kegiatan Germas 17
2.3 Masyarakat 25
2.3.1 Definisi Masyarakat 25
2.3.2 Ciri-ciri Masyarakat 26
2.3.3 Syarat Fungsional Masyarakat 26
2.3.4 Pembagian Masyarakat 27
2.4 Konsep Puskesmas 27
2.4.1 Definisi Puskesmas 27
2.4.2 Fungsi Puskesmas 28
2.4.3 Visi Puskesmas 29
2.4.5 Misi Puskesmas 30

1
2.5 Kajian Penelitian yang Relevan 31
2.6 Kerangka Berfikir 32
2.6.1 Kerangka Teori 32
2.7 Kerangka Konsep 33
2.8 Hipotesis Penelitian 33
BAB III 34
METODE PENELITIAN 34
3.1 Desain Penelitian 34
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 34
3.2.1 Tempat penelitian 34
3.2.2 Waktu penelitian 34
3.2.3 Sumber Data 34
3.4 Variabel Penelitian 34
3.4.1 Variabel Independen 34
3.4.2 Variabel Dependen 35
3.4.3 Definisi Operasional 35
3.5 Populasi dan Sampel 36
2.5.1 Populasi penelitian 36
3.5.2 Sampel penelitian 36
3.6 Teknik Pengumpulan Data 37
3.6.1 Jarak Ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan 37
3.6.2 Dukungan Keluarga 37
3.6.3 Pengetahuan 37
3.7 Teknik Analisis Data 38
3.8 Etika Penelitian 38
DAFTAR PUSTAKA 39

2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan


oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemampuan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Saat ini, Indonesia
tengah mengalami perubahan pola penyakit yang sering disebut transisi
epidemiologi yang ditandai dengan meningkatnya kematian dan kesakitan akibat
penyakit tidak menular (PTM) seperti stroke, jantung, diabetes dan lain-lain.
Perbaikan lingkungan dan perubahan perilaku kearah yang lebih sehat perlu
dilakukan secara sistematis dan terencana oleh semua komponen bangsa; untuk itu
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) menjadi sebuah pilihan dalam
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang lebih baik (Kemenkes RI, 2017).
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Demi
terwujudnya hal tersebut, maka ditetapkan arah kebijakan pembangunan kesehatan
yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2020–
2024 Bidang Kesehatan, yang mengacu pada lima strategi penting yakni :
Peningkatan Kesehatan ibu dan anak serta kesehatan reproduksi, percepatan
perbaikan gizi masyarakat, peningkatan pengendalian penyakit, peningkatan
pelayanan kesehatan dan pengawasan obat serta makanan serta penguatan
gerakan masyarakat hidup sehat (Germas) (Kemenkes RI, 2020).
Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017 Germas adalah suatu
tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh
seluruh komponen bangsa untuk mewujudkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Mengatasi
masalah kesehatan masih menjadi sebuah tantangan serius di Indonesia. Kini
setidaknya masih ada triple burden atau tiga masalah kesehatan penting terkait
pemberantasan penyakit infeksi, bertambahnya kasus penyakit tidak menular dan
kemunculan kembali jenis penyakit yang seharusnya telah berhasil diatasi
(Kemenkes RI, 2017).

3
Perubahan pola hidup masyarakat yang makin modern menjadi salah satu
dasar GERMAS atau Gerakan Masyarakat Hidup Sehat dicanangkan oleh
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Penyakit menular seperti diare,
tuberkulosa hingga demam berdarah dahulu menjadi kasus kesehatan yang banyak
ditemui; kini telah terjadi perubahan yang ditandai pada banyaknya kasus penyakit
tidak menular seperti diabetes, kanker dan jantung koroner. GERMAS
adalah sebuah gerakan yang bertujuan untuk memasyarakatkan budaya hidup
sehat serta meninggalkan kebiasaan dan perilaku masyarakat yang kurang sehat.
Aksi GERMAS ini juga diikuti dengan memasyarakatkan perilaku hidup bersih sehat
dan dukungan untuk program infrastruktur dengan basis masyarakat (Kemenkes RI,
2017).
Menurut Carli Fertman (Koroh, 2020) perilaku kesehatan dipengaruhi oleh
faktor-faktor individu maupun lingkungan, dan karena itu memiliki dua bagian yang
berbeda. Pertama PRECEDE (Predisposing, Reinforcing, Enabling, Constructs in,
Educational/Ecological, Diagnosis, Evaluation). Kedua PROCEED (Policy,
Regulatory, Organizational, Constructs in, Educational, Enviromental,
Development). Salah satu yang paling baik untuk perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi program promosi kesehatan adalah model Precede- Proceed. Precede
bagian dari fase (1-4) berfokus pada perencanaan program, dan bagian Proceed
fase (5-8) berfokus pada implementasi dan evaluasi. Delapan fase dari model
panduan dalam menciptakan program promosi kesehatan, dimulai dengan hasil
yang lebih umum dan pindah ke hasil yang lebih spesifik. Secara bertahap, proses
mengarah ke penciptaan sebuah program, pemberian program, dan evaluasi
program.
Faktor predisposisi (Predisposing Factors) yaitu faktor yang mempermudah
dan mendasari untuk terjadinya perilaku tertentu.Merupakan anteseden dari perilaku
yang menggambarkan rasional atau motivasi melakukan suatu tindakan, nilai dan
kebutuhan yang dirasakan, berhubungan dengan motivasi individu atau kelompok
untuk bertindak. Mereka sebagian besar berada dalam domain psikologi. Secara
umum,dapat dikatakan faktor predisposisi sebagai pertimbangan-pertimbangan
personal dari suatu individu atau kelompok yang mempengaruhi terjadinya suatu
perilaku. Pertimbangan tersebut dapat mendukung atau menghambat terjadinya
perilaku. Yang termasuk dalam kelompok faktor predisposisi adalah pengetahuan,

4
sikap, nilai-nilai budaya, persepsi,beberapa karakteristik individu, misalnya umur,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pekerjaan (Fertman, 2013).
Berdasarkan teori dasar yang dikembangkan oleh Lawrence Green (1991)
dalam Nursalam (2014), kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh
dua faktor pokok yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku
(non- behavior causes). Sementara faktor perilaku (behavior causes) dipengaruhi
oleh tiga faktor yakni : faktor predisposisi (Predisposing Factors) yang meliputi umur,
pekerjaan, pendidikan, pengetahuan dan sikap, faktor pemungkin (Enabling
Factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik dan jarak ke fasilitas kesehatan, dan
faktor penguat (Reinforcing Factors) yang terwujud dalam dukungan yang diberikan
oleh keluarga maupun tokoh masyarakat (Notoatmodjo, 2014).
Hal ini didukung oleh penelitian uyang dilakukan oleh Darmawan (2018)
tentang Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kunjungan Masyarakat
Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Di Desa Pemecutan Kelod
Kecamatan Denpasar Barat. Dimana didapatkan Faktor - faktor yang berhubungan
secara signifikan dengan pemanfaatan pelayanan posyandu di Desa Pemecutan
Kelod adalah pekerjaan orang tua (p=0,025), pengetahuan orang tua tentang
posyandu (p=0,029), dukungan keluarga (p=0,012) dan dukungan tokoh masyarakat
(p=0,018). Sedangkan faktor - faktor yang tidak berhubungan dengan pemanfaatan
pelayanan posyandu di Desa Pemecutan Kelod adalah umur orang tua (p=0,167),
pendidikan orang tua (p=0,964), sikap orang tua terhadap posyandu (p=0,305) dan
jarak ke posyandu (p=0,092).
Berdasarkan data awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 17 Juni
2021 di Puskesmas Limboto dimana pada tahun 2019 dari 5469 kunjungan untuk
yang kurang melakukan aktifitas fisik 1346 dan yang cukup 4123, makan sayur dan
buah dengan cukup 3799 dan kurang 1670, yang merokok 886 dan yang tidak
merokok 4583 serta yang mengkonsumsi minuman beralkohol 22 dan yang tidak
5447. Pada tahun 2020 dari 3990 kunjungan untuk yang kurang melakukan aktifitas
fisik 981 dan yang cukup 3009, makan sayur dan buah dengan cukup 275 dan
kurang 3715, yang merokok 646 dan yang tidak merokok 3344 serta yang
mengkonsumsi minuman beralkohol 16 dan yang tidak 3976. Berdasarkan hasil
wawancara terhadap 10 pasien yang berkunjung ke Puskesmas Limboto didapatkan
hasil bahwa 6 diantaranya masih merokok dan kurang melakukan aktifitas fisik

5
dikarenakan faktor pekerjaan, jarak ke puskesmas yang cukup jauh serta dukungan
dari keluarga.
Bertolak dari permasalahan diatas, maka peneliti mengangkat masalah ini
sebagai fokus penelitian dengan merumuskan dalam judul “Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Perilaku Germas Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto”

1.2 Identifikasi Masalah

1.2.1 Berdasarkan hasil pengambilan data awal di Wilayah Kerja Puskesmas


Limboto pada tahun 2019 dari 5469 kunjungan untuk yang kurang
melakukan aktifitas fisik 1346 dan yang cukup 4123, makan sayur dan
buah dengan cukup 3799 dan kurang 1670, yang merokok 886 dan yang
tidak merokok 4583 serta yang mengkonsumsi minuman beralkohol 22
dan yang tidak 5447. Pada tahun 2020 dari 3990 kunjungan untuk yang
kurang melakukan aktifitas fisik 981 dan yang cukup 3009, makan sayur
dan buah dengan cukup 275 dan kurang 3715, yang merokok 646 dan
yang tidak merokok 3344 serta yang mengkonsumsi minuman beralkohol
16 dan yang tidak 3976.
1.2.2 Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 pasien yang berkunjung ke
Puskesmas Limboto didapatkan hasil bahwa 6 diantaranya masih
merokok dan kurang melakukan aktifitas fisik dikarenakan faktor
pekerjaan.

1.3 Rumusan Masalah

Dari uraian masalah di atas maka dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apa
Saja Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Germas pada Masyarakat
Diwilayah Kerja Puskesmas Limboto?”

1.4 Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum


Adapun yang menjadi tujuan penelitian untuk mengetahui faktor apa saja
yang Mempengaruhi Perilaku Germas pada Masyarakat Diwilayah Kerja
Puskesmas Limboto.

6
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi faktor jarak rumah ke Puskesmas pada
Masyarakat Diwilayah Kerja Puskesmas Limboto
2. Untuk mengidentifikasi faktor dukungan sosial keluarga pada Masyarakat
Diwilayah Kerja Puskesmas Limboto
3. Untuk mengidentifikasi faktor pengetahuan pada Masyarakat Diwilayah
Kerja Puskesmas Limboto

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat teoritis


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis
khususnya tambahan ilmu bagi dunia kesehatan.
1.5.2 Manfaat praktis
1. Bagi pelayanan kesehatan
Sebagai acuan bagi petugas atau pemegang program untuk mengevaluasi
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku germas pada masyarakat.
2. Bagi Institusi
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan institusi dalam proses belajar
dan menjadi informasi untuk pengembangan sistem pembelajaran agar lebih
baik.
3. Bagi Peneliti
Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan peneliti dalam proses belajar
dan menjadi informasi untuk pengembangan sistem pembelajaran.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perilaku

2.1.1 Definisi Perilaku


Perilaku adalah segenap manifestasi hayati individu dalam berinteraksi
dengan lingkungan, mulai dari perilaku yang paling nampak sampai yang tidak
tampak, dari yang dirasakan sampai paling yang tidak dirasakan (Okviana,
2015). Perilaku merupakan hasil daripada segala macam pengalaman serta
interaksi manusia dengan lingkunganya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respon/reaksi seorang
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya
(Notoatmojo, 2012). Sedangkan menurut Wawan (2013) Perilaku merupakan
suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan
tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku adalah kumpulan berbagai faktor
yang saling berinteraksi.
Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk
hidup) yang bersangkutan. Jadi, perilaku manusia pada hakikatnya adalah
tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang
sangat luas. Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar.Teori ini disebut teori S-O-R (stimulus-
organisme-respon) (Notoatmodjo, 2012).
Skiner (1938) dalam Notoatmodjo (2012) merumuskan bahwa perilaku
merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar). Pengertian ini dikenal dengan teori „S-O‟R” atau “Stimulus-Organisme-
Respon”. Respon dibedakan menjadi dua yaitu:
1. Respon respondent atau reflektif
Adalah respon yang dihasilkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu.
Biasanya respon yang dihasilkan bersifat relatif tetap disebut juga eliciting stimuli.
Perilaku emosional yang menetap misalnya orang akan tertawa apabila
mendengar kabar gembira atau lucu, sedih jika mendengar musibah, kehilangan
dan gagal serta minum jika terasa haus.

2. Operan Respon

8
Respon operant atau instrumental respon yang timbul dan berkembang
diikuti oleh stimulus atau rangsangan lain berupa penguatan. Perangsang
perilakunya disebut reinforcing stimuli yang berfungsi memperkuat respon.
Misalnya, petugas kesehatan melakukan tugasnya dengan baik dikarenakan gaji
yang diterima cukup, kerjanya yang baik menjadi stimulus untuk memperoleh
promosi jabatan.
2.1.2 Jenis-jenis Perilaku
Jenis-jenis perilaku individu menurut Okviana (2015):
1. Perilaku sadar, perilaku yang melalui kerja otak dan pusat susunan saraf,
2. Perilaku tak sadar, perilaku yang spontan atau instingtif,
3. Perilaku tampak dan tidak tampak,
4. Perilaku sederhana dan kompleks,
5. Perilaku kognitif, afektif, konatif, dan psikomotor.
2.1.3 Bentuk Perilaku
Perilaku dibedakan menjadi dua yaitu perilaku yang tertutup (covert
behavior) dan perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku tertutup merupakan
respon seseorang yang belum dapat untuk diamati secara jelas oleh orang lain.
Sedangkan perilaku terbuka merupakan respon dari seseorang dalam bentuk
tindakan nyata sehingga dapat untuk diamati lebih jelas dan mudah (Fitriani,
2013).
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2012), dilihat dari bentuk respons
terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua.
1. Bentuk pasif /Perilaku tertutup (covert behavior)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau
tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran dan sikap yang terjadi pada
seseorang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara
jelas oleh orang lain.
2. Perilaku terbuka (overt behavior)
Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan
atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain.
2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan (Notoatmodjo, 2012)
menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu

9
faktor perilaku (behaviorcauses) dan faktor diluar perilaku (non behaviour
causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor
yaitu:
1. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
a. Pengetahuan apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui
proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif,
maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) daripada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang dalam hal ini pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif
mempunyai tingkatan. Untuk lebih jelasnya, bahasan tentang pengetahuan
akan dibahas pada bab berikutnya.
b. Sikap Menurut Zimbardo dan Ebbesen, sikap adalah suatu predisposisi
(keadaan mudah terpengaruh) terhadap seseorang, ide atau obyek yang
berisi komponen-komponen cognitive, affective danbehavior (dalam
Linggasari, 2008). Terdapat tiga komponen sikap, sehubungan dengan
faktor-faktor lingkungan kerja, sebagai berikut:
1) Afeksi (affect) yang merupakan komponen emosional atau perasaan.
2) Kognisi adalah keyakinan evaluatif seseorang. Keyakinan-keyakinan
evaluatif, dimanifestasi dalam bentuk impresi atau kesan baik atau buruk
yang dimiliki seseorang terhadap objek atau orang tertentu.
3) Perilaku, yaitu sebuah sikap berhubungan dengan kecenderungan
seseorang untuk bertindak terhadap seseorang atau hal tertentu dengan
cara tertentu.
Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:
menerima (receiving), menerima diartikan bahwa subjek mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan. Merespon (responding), memberikan
jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang
diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Menghargai (valuing), mengajak
orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu
indikasi sikap tingkat tiga. Bertanggungjawab (responsible), bertanggungjawab
atas segala suatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap
yang memiliki tingkatan paling tinggi manurut Notoatmodjo (2012).

10
2. Faktor pemungkin (enabling factor), yang mencakup lingkungan fisik, tersedia
atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana keselamatan kerja,
misalnya ketersedianya alat pendukung, pelatihan dan jarak ke fasyankes (≤3
KM = dekat serta >3 KM = jauh (Permenkes No 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat)).
3. Faktor penguat (reinforcement factor), faktor-faktor ini meliputi undang-
undang, peraturan-peraturan, pengawasan dan dukungan keluarga \karena
dukungan keluarga bisa menjadi faktor yang dapat berpengaruh dalam
menentukan keyakinan dan nilai kesehatan seseorang serta menentukan
program pengobatan yang akan mereka terima. Keluarga juga akan
memberikan dukungan dan membuat keputusan mengenai suatu perawatan
dengan anggota keluarga yang sakit. Derajat dimana seseorang terisolisasi
dari pendampingan orang lain, isolasi sosial, secara negatif sangat
berpengaruh dengan kepatuhan (Notoatmodjo, 2012).
Sedangkan faktor yang dapat mempengaruhi perilaku menurut Sunaryo
(2004) dalam Hariyanti (2015) dibagi menjadi 2 yaitu
1. Faktor Genetik atau Faktor Endogen Faktor genetik atau faktor keturunan
merupakan konsep dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku
makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalam individu (endogen), antara
lain:
a. Jenis Ras
Semua ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda dengan
yang lainnya, ketiga kelompok terbesar yaitu ras kulit putih (Kaukasia), ras kulit
hitam (Negroid) dan ras kulit kuning (Mongoloid).
b. Jenis Kelamin
Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan
melakukan pekerjaan sehari-hari, pria berperilaku berdasarkan pertimbangan
rasional. Sedangkan wanita berperilaku berdasarkan emosional.
c. Sifat Fisik
Perilaku individu akan berbeda-beda karena sifat fisiknya.
d. Sifat Kepribadian
Perilaku individu merupakan manifestasi dari kepribadian yang dimilikinya
sebagai pengaduan antara faktor genetik dan lingkungan. Perilaku manusia tidak
ada yang sama karena adanya perbedaan kepribadian yang dimiliki individu.

11
e. Bakat Pembawaan
Bakat menurut Notoatmodjo (2012) dikutip dari William B. Micheel (1960)
adalah kemampuan individu untuk melakukan sesuatu lebih sedikit sekali
bergantung pada latihan mengenai hal tersebut.
f. Intelegensi
Intelegensi sangat berpengaruh terhadap perilaku individu, oleh karena itu
kita kenal ada individu yang intelegensi tinggi yaitu individu yang dalam
pengambilan keputusan dapat bertindak tepat, cepat dan mudah. Sedangkan
individu yang memiliki intelegensi rendah dalam pengambilan keputusan akan
bertindak lambat.
2. Faktor Eksogen atau Faktor Dari Luar Individu
Faktor yang berasal dari luar individu antara lain:
a. Faktor Lingkungan
Lingkungan disini menyangkut segala sesuatu yang ada disekitar individu.
Lingkungan sangat berpengaruh terhadap individu karena lingkungan merupakan
lahan untuk perkembangan perilaku. Menurut Notoatmodjo (2012), perilaku itu
dibentuk melalui suatu proses dalam interkasi manusia dengan lingkungan.
1) Usia
Menurut Sarwono (2013), usia adalah faktor terpenting juga dalam
menentukan sikap individu, sehingga dalam keadaan diatas responden akan
cenderung mempunyai perilaku yang positif dibandingkan umur yang dibawahnya.
Menurut Hurlock (2015) masa dewasa dibagi menjadi 3 periode yaitu masa
dewasa awal (18-40 tahun), masa dewasa madya (41-60 tahun) dan masa dewasa
akhir (>61 tahun). Menurut Santrock (2003) dalam Apritasari (2018), orang dewasa
muda termasuk masa transisi, baik secara fisik, transisi secara intelektual, serta
transisi peran sosial.Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncaak
dari perkembangan sosial masa dewasa.
2) Pendidikan
Kegiatan pendidikan formal maupun informal berfokus pada proses belajar
dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku, yaitu dari tidak tahu menjadi tahu,
dari tidak mengerti menjadi mengerti dan tidak dapat menjadi dapat. Menurut
Notoatmodjo (2012), pendidikan mempengaruhi perilaku manusia, beliau juga
mengatakan bahwa apabila penerimaan perilaku baru didasari oleh pengetahuan,
kesadaran, sikap positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Dengan

12
demikian semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang maka semakin tepat
dalam menentukan perilaku serta semakin cepat pula untuk mencapai tujuan
meningkatkan derajat kesehatan.
3) Pekerjaan
Bekerja adalah salah satu jalan yang dapat digunakan manusia dalam
menemukan makna hidupnya. Dalam berkarya manusia menemukan sesuatu
serta mendapatkan penghargaan dan pencapaian pemenuhan diri. Sedangkan
menurut Nursalam (2014) pekerjaan umumnya merupakan kegiatan yang menyita
waktu dan kadang cenderung menyebabkan seseorang lupa akan kepentingan
kesehatan diri.
4) Agama
Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk dalam konstruksi
kepribadian seseorang sangat berpengaruh dalam cara berpikir, bersikap,
bereaksi dan berperilaku individu.
5) Sosial Ekonomi
Lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang adalah
lingkungan sosial, lingkungan sosial dapat menyangkut sosial. Menurut Nasirotun
(2013) status sosial ekonomi adalah posisi dan kedudukan seseorang di
masyarakat berhubungan dengan pendidikan, jumlah pendapatan dan kekayaan
serta fasilitas yang dimiliki. Menurut Sukirno (Notoatmodjo, 2012) pendapatan
merupakan hasil yang diperoleh penduduk atas kerjanya dalam satu periode
tertentu, baik harian, mingguan, bulanan atau tahunan. Pendapatan merupakan
dasar dari kemiskinan. Pendapatan setiap individu diperoleh dari hasil kerjanya.
Sehingga rendah tingginya pendapatan digunakan sebagai pedoman kerja.
Mereka yang memiliki pekerjaan dengan gaji yang rendah cenderung tidak
maksimal dalam berproduksi. Sedangkan masyarakat yang memiliki gaji tinggi
memiliki motivasi khusus untuk bekerja dan produktivitas kerja mereka lebih baik
dan maksimal.
6) Kebudayaan
Kebudayaan diartikan sebagai kesenian, adat-istiadat atau peradaban
manusia, dimana hasil kebudayaan manusia akan mempengaruhi perilaku
manusia itu sendiri.

3. Faktor-Faktor Lain

13
Faktor ini dapat disebutkan antara lain sebagai berikut: susunan saraf pusat,
persepsi dan emosi. Green (1980) berpendapat lain tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku, antara lain (Nursalam, 2014):
a. Faktor lain mencakup pengetahuan dan sikap seseorang terhadap
kesehatan tradisi dan kepercayaan seseorang terhadap hal-hal yang terkait
dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut seseorang tingkat pendidikan, tingkat
sosial ekonomi dan sebagainya.
b. Faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat, termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini
sesuai dengan teori Azwar tahun 1995 (Nursalam, 2014), bahwa berbagai bentuk
media massa seperti : radio, televisi, majalah dan penyuluhan mempunyai
pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan seseorang.
Sehingga semakin banyak menerima informasi dari berbagai sumber maka akan
meningkatkan pengetahuan seseorang sehingga berperilaku ke arah yang baik.
c. Faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama
termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat atau
pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan manurut Novita (2012).
2.1.5 Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku
Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang
digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Bentuk–
bentuk perilaku dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
1. Perubahan alamiah (Neonatal chage) :
Perilaku manusia selalu berubah sebagian perubahan itu disebabkan karena
kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan
lingkungan fisik atau sosial, budaya dan ekonomi maka anggota masyarakat
didalamnya yang akan mengalami perubahan.
2. Perubahan Rencana (Plane Change) :
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh
subjek.
3. Kesediaan Untuk Berubah (Readiness to Change) :
Apabila terjadi sesuatu inovasi atau program pembangunan di dalam
masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk

14
menerima inovasi atau perubahan tersebut (berubah perilakunya).Tetapi sebagian
orang sangat lambat untuk menerima perubahan tersebut.Hal ini disebabkan
setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda
(Notoatmodjo, 2012).
2.1.6 Proses Pembentukan Perilaku
Menurut Notoadmodjo (2012), dari pengalaman dan penelitian terbukti
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan. Penelitian Roger (1974)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku
baru), di dalam diri orang tersebut tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
1. Awareness
Orang (subyek) menyadari dalam dalam arti dapat mengetahui stimulus
(obyek) terlebih dahulu.
2. Interest
Orang ini sudah mulai tertarik kepada stimulus yang diberikan. Sikap
subyek sudah mulai timbul.
3. Evaluation
Orang tersebut mulai menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya sendiri. Berarti sikap responden sudah mulai lebih baik.
4. Trial
Orang (subyek) mulai mencoba perilaku baru sesuai dengan apa yang
dikehendaki stimulus.
5. Adoption
Orang (subyek) tersebut telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Apabila penerimaan perilaku baru melalui tahap seperti diatas, yang
didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng.
2.1.7 Domain Perilaku
Berdasarkan dari Teori Bloom, perilaku dibagi menjadi tiga yaitu cognitive
domain, affective domain, dan psicomotor domain (Notoatmodjo, 2012). Dalam
perkembangan selanjutnya para ahli pendidikan dan untuk kepetingan
pengukuran hasil, ketiga domain tersebut diukur dari :
1. Cognitive Domain diukur dari pengetahuan (knowledge)

15
Pengetahuan adalah hasil dari suatu proses pembelajaran seseorang
terhadap sesuatu baik itu yang didengar maupun yang dilihat (Fitriani, 2011).
Tercakup dalam 6 tingkatan, yaitu :
a. Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya.Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini merupakan mengingat
kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan suatu materi
tersebut secara benar.
c. Aplikasi (appication)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (yang sebenarnya).
d. Analisis (analysis)
Kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih
ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-
bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f. Evaluasi (evaluation)
Tingkat pengetahuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
2. Affective Domain diukur dari sikap (attituade)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Alport (1954) yang dikutip Notoatmodjo
(2012) menjelaskan bahwa sikap memiliki 3 komponen pokok yaitu :
a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
c. Kecenderungan untuk bertindak (tend tobrhave).
Sikap belum tentu terwujud dalam bentuk tindakan. Untuk mewujudkan
sikap menjadi suatu tindakan diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi

16
yang memungkinkan, seperti fasilitas atau sarana dan prasarana.
3. Psicomotor Domain diukur dari praktik atau tindakan (practice)
Menurut Notoatmodjo (2012), praktik atau tindakan ini dapat dibedakan
menjadi beberapa tingkatan :
a. Praktik terpimpin (guided respons)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih
tergantung pada tuntutan atau menggunakan panduan.
b. Praktik secara mekanisme (mechanism)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan
sesuatu hal secara otomatis.
c. Adopsi (adoption)
Suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Artinya apa yang
telah dilakukan tidak sekedar ritunitas atau mekanisme saja, tetapi sudah
dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.
Cara menilai prakik dapat diartikan melalui observasi, check list dan
kuesioner. Check list berisi daftar variabel yang akan dikumpulkan datanya.
Selain menggunakan obsevasi, check list, penilaian praktik juga dapat dilakukan
dengan kuesioner (Arikunto, 2013).

2.2 Konsep Germas

2.2.1 Pengertian
Germas merupakan suatu tindakan sistematis dan terencana yang
dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan
kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan
kualitas hidup. Pelaksanaan Germas harus dimulai dari keluarga, karena
keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian
(Kemenkes RI, 2017).
2.2.2 Kegiatan Germas
Germas dapat dilakukan dengan cara: Melakukan aktifitas fisik,
Mengonsumsi sayur dan buah, Tidak merokok, Tidak mengonsumsi alkohol,
Memeriksa kesehatan secara rutin, Membersihkan lingkungan, dan
Menggunakan jamban. Pada tahap awal, Germas secara nasional dimulai
dengan berfokus pada tiga kegiatan, yaitu: 1) Melakukan aktivitas fisik 30 menit
per hari, 2) Mengonsumsi buah dan sayur; dan 3) Memeriksakan kesehatan

17
secara rutin (Kemenkes RI, 2017).
Tiga kegiatan tersebut dapat dimulai dari diri sendiri dan keluarga,
dilakukan saat ini juga, dan tidak membutuhkan biaya yang besar, tutur Menkes.
Germas merupakan gerakan nasional yang diprakarsai oleh Presiden RI yang
mengedepankan upaya promotif dan preventif, tanpa mengesampingkan upaya
kuratif-rehabilitatif dengan melibatkan seluruh komponen bangsa dalam
memasyarakatkan paradigma sehat. Untuk menyukseskan Germas, tidak bisa
hanya mengandalkan peran sektor kesehatan saja. Peran Kementerian dan
Lembaga di sektor lainnya juga turut menentukan, dan ditunjang peran serta
seluruh lapisan masyarakat. Mulai dari individu, keluarga, dan masyarakat dalam
mempraktekkan pola hidup sehat, akademisi, dunia usaha, organisasi
kemasyarakatan, dan organisasi profesi dalam menggerakkan anggotanya untuk
berperilaku sehat; serta Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah dalam
menyiapkan sarana dan prasarana pendukung, memantau dan mengevaluasi
pelaksanaannya (Kemenkes RI, 2017).
Salah satu dukungan nyata lintas sektor untuk suksesnya Germas,
diantaranya Program Infrastruktur Berbasis Masyarakat (IBM) Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang berfokus pada pembangunan
akses air minum, sanitasi, dan pemukiman layak huni, yang merupakan
infrastruktur dasar yang mendukung Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
dan Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam hal keamanan pangan.
Dalam kehidupan sehari-hari, praktik hidup sehat merupakan salah satu wujud
Revolusi Mental. Germas mengajak masyarakat untuk membudayakan hidup
sehat, agar mampu mengubah kebiasaan-kebiasaan atau perilaku tidak sehat.
Untuk itu, Pemerintah RI diwakili Menteri Koordinator Bidang Pembangunan
Manusia dan Kebudayaan RI, Puan Maharani, mencanangkan Germas pada 15
November 2016 di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta. Tidak hanya di Bantul,
Germas juga dicanangkan di sembilan wilayah lainnya, yaitu: Kabupaten Bogor
(Jawa Barat), Kabupaten Pandeglang (Banten), Kota Batam (Kepulauan Riau),
Kota Jambi (Jambi), Surabaya (Jawa Timur), Madiun (Jawa Timur), Pare-pare
(Sulawesi Selatan), Kabupaten Purbalingga (Jawa Tengah), Kabupaten Padang
Pariaman (Sumatera Barat).

Sampai saat ini Germas terdapat 7 program inti yaitu: 1) Melakukan

18
aktivitas fisik; 2) Mengonsumsi buah dan sayur; 3) Memeriksakan kesehatan
secara rutin; 4) Tidak merokok; 5) Tidak mengkonsumsi alkohol; 6)
Membersihkan lingkungan dan 7) Menggunakan jamban (Kemenkes RI, 2017)
1. Melakukan aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang
menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan
kesehatan fisik, mental, dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat
dan bugar sepanjang hari. Bisa berupa kegiatan sehari-hari, yaitu: berjalan kaki,
berkebun,kerja di taman, mencuci pakaian, mencuci mobil, mengepellantai, naik
turun tangga, membawa belanjaan. Bisa berupa olah raga, yaitu: push-up, lari
ringan, bermain bola,berenang, senam, bermain tenis, yoga, fitness, angkat
beban/berat.
Aktivitas fisik dilakukan secara teratur paling sedikit 30 menit dalam sehari,
sehingga dapat menyehatkan jantung, paru-paru serta alat tubuh lainnya. Jika
lebih banyak waktu yang digunakan untuk beraktivitas fisik maka manfaat yang
diperoleh juga lebih banyak. Jika kegiatan ini dilakukan setiap hari secara teratur
maka dalam waktu 3 bulan ke depan akan terasa hasilnya. Lakukan secara
bertahap hingga mencapai 30 menit. Jika belum terbiasa dapat dimulai dengan
beberapa menit setiap haridan ditingkatkan secara bertahap. Lakukan aktivitas
fisik sebelum makan atau 2 jam sesudah makan. Awali aktivitas fisik dengan
pemanasan dan peregangan. Lakukan gerakan ringan dan secara perlahan
ditingkatkan sampaisedang. Jika sudah terbiasa dengan aktivitas tersebut,
lakukan secara rutinpaling sedikit 30 menit setiap hari.
Perubahan gaya hidup ” sedentary” merupakan gaya hidup dimana gerak
fisik yang dilakukan minimal sedang beban kerja mental maksimal. Keadaan ini
besar pengaruhnya terhadap tingkat kesehatan termasuk keadaan gizi
seseorang dan selanjutnya berakibat sebagai penyebab dari berbagai penyakit.
Latihan fisik secara teratur ke dalam kegiatan sehari-hari adalah penting untuk
mencegah hipertensi dan penyakit jantung (Sunita, 2013).
Gaya hidup juga bisa memengaruhi kerentanan fisik terutama karena
kurangnya aktivitas fisik akibatnya timbul penyakit yang sering diderita antara lain
diabetes melitus atau kencing manis, penyakit jantung, hipertensi, kanker atau
keganasan dan lain-lain. Gaya hidup pada jaman modern ini telah mendorong
orang mengubah gaya hidupnya seperti jarang bergerak karena segala sesuatu

19
atau pekerjaan dapat lebih mudah dikerjakan dengan adanya teknologi yang
modern seperti mencuci dengan mesin cuci, menyapu lantai dengan mesin
penyedot debu, bepergian dengan kendaraan walupun jaraknya dekat dan bisa
dilakukan dengan jalan kaki. Gaya hidup seperti itu tidak baik untuk kesehatan
karena tubuh kita menjadi manja, karena kurang bergerak, sehingga tubuh
menjadi lembek dan rentan penyakit.
Untuk menciptakan hidup yang sehat segala sesuatu yang kita lakukan
tidak boleh berlebihan karena hal tersebut bukannya menjadikan lebih baik
tetapi sebaliknya akan memperburuk keadaan. Jadi lakukan atau kerjakanlah
sesuatu hal itu sesuai dengan kebutuhan. (Kemenkes RI, 2016).
Olahraga dapat digolongkan dalam bentuk statis dan dinamis. Olahraga
dinamis mampu meningkatkan aliran darah sehingga sangat menunjang
pemeliharaan jantung dan sistem pernafasan. Sedangkan olahraga apapun baik
untuk kesehatan kita seperti senam, berenang, jalan kaki, yoga, waitangkung,
karena dapat bersosialisasi, berjumpa dengan teman-teman, dan mendapat
kenalan baru, mengadakan kegiatan lainnya, seperti bisa berwisata dan makan
bersama. Kebanyakan olahraga dilakukan pada pagi hari setelah subuh. Dimana
udara masih bersih. Berolah raga dapat menurunkan kecemasan dan
mengurangi perasaan depresi dan merasa rendah diri. Selain fisik sehat jiwa juga
terisi, membuat kita merasa mudah dan sehat di usia tua (Koswara, 2013).
Sejumlah studi menunjukkan bahwa olahraga teratur, mengurangi faktor
resiko terhadap penyakit jantung koroner, termasuk hipertensi. Kemampuan
aktivitas fisik yang berhubungan dengan kesehatan akan mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk berfungsi secara baik, komponen tersebut antara lain
efisiensi kardiovaskuler, kelenturan, pengendalian gerak badan dan pengurangan
stress (Soerharto, 2014).
Usia bertambah, tingkat jasmani akan turun. Penurunan kemampuan akan
semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat lansia kemampuan akan
turun antara 30-50%. Oleh karena itu, bila lansia ingin berolahraga harus memilih
sesuai dengan umur kelompoknya, dengan kemungkinan adanya penyakit.
Olahraga lansia perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban
ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalsistenik, tidak
kompetitif atau bertanding. Beberapa contoh olah raga yang sesuai dengan
batasan diatas yaitu, jalan kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada

20
unsur jalan kaki misalnya golf, lintas alam, mendaki bukit, senam dengan faktor
kesulitan kecil dan olahraga yang bersifat rekreatif dapat diberikan. Dengan
latihan otot manlansia dapat menghambat laju perubahan degeneratif
(Kemenkes RI, 2016).
2. Mengonsumsi buah dan sayur
Kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia
dalam memenuhi kebutuhan akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan
pemilihan makanan. Kebiasaan makan akan dipengaruhi oleh beberapa hal,
antara lain kesenangan, budaya, agama, taraf ekonomi, lingkungan alam dan
sejak dahulu makanan juga dianggap sebagai lambang kekuasaan dan
persahabatan.
Sayuran merupakan bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
(bahan makanan nabati). Bagian tumbuhan yang dapat dimakan dan dijadikan
sayur adalah daun, batang, bunga dan buah muda sehingga dapat dikatakan
bahwa semua bagian tumbuhan dapat dijadikan sayur (Sumoprastowo, 2011).
Dalam hidangan orang Indonesia, sayur mayur adalah sebagai makanan pokok
pemberi serat dalam hidangan serta pembasah karena umumnya dimasak
berkuah (Santoso, 2014).
Buah adalah organ pada pertumbuhan berbunga yang merupakan
perkembangan lanjutan dari bakal buah (ovarium). Buah-buahan merupakan
santapan terakhir dalam suatu acara makan atau dapat dimakan kapan saja
untuk mendapatkan rasa manis. Buah biasanya dimakan mentah, tetapi dapat
juga diolah atau diawetkan (Santoso, 2014).
Sayur merupakan sumber vitamin A, vitamin C, asam folat, magnesium,
kalium dan serat serta tidak mengandung lemak dan kolesterol. Sayuran daun
berwarna hijau, dan sayuran berwarna jingga seperti wortel dan tomat
mengandung lebih banyak provitamin A berupa betakaroten daripada sayuran
tidak berwarna. Sayuran berwarna hijau disamping itu kaya akan kalsium, zat
besi, asam folat, dan vitamin C. Contoh sayuran berwarna hijau adalah bayam,
kangkungm daun singkong, daun kacang, daun katuk dan daun pepaya.
Semakin hijau warna daun, semakin kaya akan zat-zat gizi (Sunita, 2013).
Sayuran juga dikenal sebagai bahan pangan yang mempunyai banyak
khasiat bagi kehidupan manusia. Sayur mempunyai fungsi yang sama dalam
tubuh yaitu sebagai penyedia vitamin dan mineral. Di dalam sayuran hijau dan

21
kuning juga terdapat karotenoid dimana bila kita hanya sedikit mengonsumsi
karotenoid maka risiko terserang kanker paru-paru semakin tinggi. Kandungan
antioksidan yang banyak terdapat dalam sayuran juga sangat penting di dalam
melawan radikal bebas dan zat-zat karsinogenik (Gusti, 2014).
Sayur juga dikonsumsi untuk memberi rasa segar dan melancarkan proses
menelan makanan karena biasanya sayur dihidangkan dalam bentuk kuah.
Dianjurkan sayuran yang dikonsumsi setiap hari terdiri dari campuran sayuran
daun, kacang-kacangan dan sayuran berwarna jingga. Porsi sayuran dalam
bentuk tercampur yang dianjurkan sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak
150 – 200 gram (Sunita, 2013).
Seperti sayuran , buah pun merupakan kebutuhan penting untuk tubuh kita.
Buah-buahan merupakan sumber vitamin dan mineral, tetapi pada jenis buah-
buahan tersebut juga menghasilkan cukup banyak energi. Buah-buahan
biasanya dipergunakan sebagai pencuci mulut. Pada umumnya, buah pencuci
mulut memberikan rasa manis dan kadang-kadang memberikan rasa asam.
Rasa manis ini berasal dari sukrosa, glukosa, maltosa atau fruktosa. Yang
mengandung fruktosa, buah akan terasa manis, sedangkan yang mengandung
glukosa dan maltosa kurang begitu manis (Wirakusumah, 2015).
Kandungan serat pada buah sangat berpengaruh dalam pencernaan. Serat
juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan karena sifat fisik dan sifat
fisiologisnya. Sifat fisik yang penting adalah volume dan massa, kemampuan
mengikat air dan ketahanan terhadap fermentasi oleh bakteri sehingga serat
sangat dibutuhkan oleh tubuh (Jahari, 2013). Secara keseluruhan, buah
merupakan sumber vitamin A, vitamin C, kalium dan serat. Buah tidak
mengandung natrium, lemak kecuali alpokat) dan kolesterol. Porsi buah yang
dianjurkan sehari untuk dewasa dalah sebanyak 200-300 gram (Sunita, 2013).
Dengan mengonsumsi buah, tubuh akan dibersihkan dari racun makanan,
dengan kata lain, buah dapat mencegah kanker, diabetes, wasir, dan juga
anemia). Warna pada buah dan sayur bukanlah sekedar pembeda jenis antara
buah yang satu dengan lainnya. Lebih dari itu, warna buah dan sayur merupakan
sumber informasi kandungan nutrisinya. Buah dan sayur berwarna merah tua
bahkan hampir mendekati ungu umumnya mengandung anthocyanin yang
merupakan jenis antioksidan yang mampu menghambat terbentuknya gumpalan
dalam pembuluh darah, sehingga risiko penyakit jantung dan stroke berkurang

22
(Winarto, 2014)
.
Buah berwarna merah mengindikasikan kandungan antisianin dan likopen.
Antisianin berguna untuk mencegah infeksi dan kanker kandung kemih,
sedangkan likopen memngahmbat fungi kemunduran fisik dan mental agar tidak
mudah pikun. Sedangkan sayuran yang berwarna merah menandakan sayuran
mengandung flavonoid yang berfungsi sebagai antikanker. Selain itu, buah yang
berwarna jingga dan semua buah-buahan yang memiliki daging buah berwarna
jingga mengandung betakaroten. Di dalam tubuh betakaroten berfungsi
menghambat proses penuaan dan meremajakan sel -sel tubuh. Selain itu,
betakaroten yang ada di dalam tubuh berbah menjadi vitamin A yang akan
memacu sistem kekebalan sehingga tidak mudah terserang penyakit.
Buah berwarna kuning mengandung Kalium, unsur nutrisi yang sangat
bermanfaat untuk mencegah stroke dan jantung koroner, sedangkan jenis
sayuran yang berwarna kuning diyakini mampu memerangi katarak, serangan
jantung dan stroke. Buah berwarna hijau banyak mengandung asam alegat yang
ampuh menggempur berbagai bibit sel kanker. Asal alegat juga mampu
menormalkan tekanan darah, sedangkan sayuran berwarna hijau banyak
mengandung vitamin C dan B Kompleks. Selain itu juga besar kandungan zat
besi, kalsium, magnesium, fosfor, betakaroten dan serat. Kekurangan sayuran
berwarna hijau menyebabkan kulit menjadi kasar dan bersisik.
Ada lagi sayuran dan buah yang berwarna putih. Meskipun hanya sedikit
mengandung antioksidan, namun kandungan serat dan vitamin C dalam buah
dan sayur berwarna putih relatif tinggi. Selain ampuh menjaga kesehatan sistem
pencernaan, sayuran berwarna putih dapat meningkatkan ketahanan tubuh.
(Ayu, 2012).
3. Memeriksakan kesehatan secara rutin
Pemeriksaan/ skrining kesehatan secara rutin merupakan upaya promotif
preventif yang diamanatkan untuk dilaksanakan oleh bupati/walikota sesuai
Permendagri no 18/ tahun 2016 dengan tujuan untuk: mendorong masyarakat
mengenali faktor risiko PTM terkait perilaku dan melakukan upaya pengendalian
segera ditingkat individu, keluarga dan masyarakat; mendorong penemuan faktor
risiko fisiologis berpotensi PTM yaitu kelebihan berat badan dan obesitas, tensi
darah tinggi, gula darah tinggi, gangguan indera dan gangguan mental;

23
mendorong percepatan rujukan kasus berpotensi ke FKTP dan sistem rujukan
lanjut dengan tujuan untuk (Kemenkes RI, 2017):
a. Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan mendeteksi faktor risiko
bersama yang menjadi penyebab terjadinya Penyakit Tidak Menular terutama
Jantung, Kanker, Diabetes dan Penyakit Paru kronis yaitu Diet tidak sehat
(kurang mengkonsumsi sayur dan buah, mengkonsumsi makanan tinggi garam,
gula, lemak dan diet gizi tidak seimbang), kurang beraktifitas fisik 30 menit
setiap hari, menggunakan tembakau/rokok serta mengkonsumsi alkohol.
b. Mendorong dan menggerakkan masyarakat untuk melakukan modifikasi
perilaku berisiko tersebut diatas menjadi perilaku hidup sehat mulai dari
individu, keluarga dan masyarakat sebagai upaya pencegahan PTM.
c. Mendeteksi masyarakat yang mempunyai risiko hipertensi dan diabetes mellitus
serta mendorong rujukan ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama untuk
ditatalaksana lebih lanjut sesuai standar.
d. Mengurangi terjadinya komplikasi, kecacatan dan kematian prematur akibat
penyakit tidak menular karena ketidaktahuan/keterlambatan untuk mendeteksi
PTM utamanya Hipertensi dan Diabetes Mellitus pada tahap dini.
e. Mendorong dan menggerakkan masyarakat khususnya para ibu untuk
memeriksakan diri agar terhindar dari kanker leher rahim dan kanker payudara
dengan deteksi dini tes IVA/SADANIS.
Adapun sasaran program ini yaitu :
1 Setiap individu/ penduduk usia > 15 tahun.
2 Seluruh Desa/kelurahan di setiap kabupaten/ kota
Kegiatan Pemeriksaan/skrining kesehatan secara rutin sebagai upaya
pencegahan yang harus dilakukan oleh setiap penduduk usia >15 tahun keatas
untuk mendeteksi secara dini adanya faktor risiko perilaku yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit Jantung, Kanker, Diabetes dan penyakit paru
kronis, ganguan indera serta gangguan mental.
Untuk pelaksanaan program tersebuat ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan :
a. Kriteria:
1) Setiap warga negara Indonesia usia 15 - 59 tahun mendapatkan pemeriksaan/
skrining kesehatan sesuai standar. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib

24
memberikan Skrining Kesehatan Sesuai Standar pada warga negara usia 15 –
59 tahun di wilayah kerjanya
2) Pelayanan pemeriksaan/ skrining kesehatan usia >15 tahun keatas diberikan,
sesuai kewenanganya, oleh : Dokter; Bidan; Perawat; Nutrisionis/Tenaga Gizi.
Petugas Pelaksana Posbindu PTM terlatih
3) Pelayanan pemeriksaan/skrining kesehatan dilakukan di Puskesmas dan
jaringannya (Posbindu PTM) serta fasilitas pelayanan kesehatan lainnya yang
bekerja sama dengan Pemerintah Daerah.
4) Pemeriksaan/ skrining kesehatan usia15 tahun keatas dilakukan minimal
dilakukan satu tahun sekali.
3 Pemeriksaan/ skrining kesehatan sesuai standar usia 15-59 tahun meliputi:
a. Deteksi faktor risiko riwayat penyakit PTM keluarga dan faktor risiko perilaku
(merokok dan terpapar asap rokok, diet tidak sehat, tidak beraktifitas fisik 30
menit perhari, mengkonsumsi alkohol)
b. Deteksi kemungkinan Obesitas dilakukan dengan memeriksa Tinggi Badan dan
Berat Badan serta lingkar perut.
c. Deteksi Hipertensi dengan memeriksa tekanan darah sebagai pencegahan
primer.
d. Deteksi kemungkinan Diabetes Mellitus menggunakan tes cepat gula darah.
e. Deteksi Gangguan Mental Emosional Dan Perilaku.
f. Pemeriksaan ketajaman penglihatan
g. Pemeriksaan ketajaman pendengaran
h. Deteksi dini kanker dilakukan melalui pemeriksaan payudara klinis dan
pemeriksaan IVA khusus untuk wanita usia 30 – 59 tahun.
i. Individu yang ditemukan mempunyai faktor risiko perilaku atau menderita
kelainan wajib ditangani atau dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
mampu menanganinya.

2.3 Masyarakat

2.3.1 Definisi Masyarakat


Salah satu definisi dari masyarakat pada awalnya adalah " a union of
families" atau masyarakat merupakan gabungan atau kumpulan dari keluarga-
keluarga. Awal dari masyarakat pun dapat kita katakan berasal dari hubungan
antar individu, kemudian kelompok yang lebih membesar lagi menjadi suatu

25
kelompok besar orang-orang yang disebut dengan masyarakat (Khairuddin, 2013).
Masyarakat adalah suatu kesatuan yang selalu berubah yang hidup karena
proses masyarakat. Masyarakat terbentuk melalui hasil interaksi yang kontinyu
antar individu. Dalam kehidupan bermasyarakat selalu dijumpai saling pengaruh
mempengaruhi antar kehidupan individu dengan kehidupan bermasyarakat
(Soetomo, 2012).
2.3.2 Ciri-ciri Masyarakat
Suatu masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan bersama manusia,
yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Manusia yang hidup bersama sekurang-kurangnya terdiri dari dua orang.
b. Bergaul dalam waktu cukup lama, sebagai akibat hidup bersama itu, timbul
sistem komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar
manusia.
c. Adanya kesadaran bahwa setiap manusia merupakan bagian dari suatu
kesatuan.
d. Menghasilkan kebudayaan yang mengembangkan kebudayaan
2.3.3 Syarat Fungsional Masyarakat
Suatu masyarakat akan dapat dianalisa dari sudut syarat-syarat
fungsionalnya, yaitu :
a. Fungsi adaptasi yang menyangkut hubungan antara masyarakat sebagai
sistem sosial dengan sub - sistem organisme perilaku dan dengan dunia
fisiko organik. Hal ini secara umum menyangkut penyesuaian masyarakat
terhadap kondisi-kondisi dari lingkungan hidupnya
b. Fungsi integrasi hal ini mencakup jaminan terhadap koordinasi yang
diperlukan antara unit-unit dari suatu sistem sosial, khususnya yang
berkaitan dengan kontribusi pada organisasi dan berperannya keseluruhan
sistem.
c. Fungsi mempertahankan pola hal ini berkaitan dengan hubungan antara
masyarakat sebagai sistem sosial dengan sub - sistem kebudayaan. Hal itu,
berarti mempertahankan prinsip - prinsip tertinggi dari masyarakat. Oleh
karena itu diorientasikan pada realita yang terakhir.
d. Fungsi pencapaian tujuan. Hal ini menyangkut hubungan antar masyarakat
sebagai sistem sosial dengan sub - sistem aksi kepribadian. Fungsi ini
menyangkut penentuan tujuan - tujuan yang sangat penting bagi

26
masyarakat, dan mobilisasi masyarakat untuk mencapai tujuan-tujuan
tersebut.
2.3.4 Pembagian Masyarakat
Cara terbentuknya masyarakat mendatangkan pembagian dalam :
a. Masyarakat paksaan, umpamanya negara, masyarakat tawanan, masyarakat
pengungsi atau pelarian dan sebagainya kedalam (kelompoknya) bersifat
Gemeinschaft keluar bersifat Gesellschaft.
b. Masyarakat merdeka yang terbagi dalam :
1) Masyarakat alam yaitu yang terjadi dengan sendirinya. Suku golongan atau
suku yang bertalian karena darah atau keturunan umumnya yang masih
sederhana sekali kebudayaannya dalam keadaan terpencil atau tak
mudah berhubungan dengan dunia luar umumnya bersifat Gemeinschaft.
2) Masyarakat budidaya terdiri karena kepentingan keduniaan atau
kepercayaan (keagamaan) antara lain kongsi perekonomian, koperasi,
gereja dan sebagainya umumnya bersifat Gessellsechaft

2.4 Konsep Puskesmas

2.4.1 Definisi Puskesmas


Menurut Azwar (2012), pengertian puskesmas yaitu suatu unit pelaksana
fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat
pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat
pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya
secara menyeluruh terpadu yang berkesinambungan pada suatu masyarakat yang
bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu.
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi
kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan
masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat di samping memberikan
pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok (Kemenkes RI, 2016). Puskesmas merupakan unit
pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab
menyelenggarakan pembangunan kesehatan di wilayah kerja (Effendi, 2013).
Pelayanan kesehatan yang diberikan puskesmas merupakan pelayanan yang
menyeluruh yang meliputi pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan),
promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan).

27
Pelayanan tersebut ditujukan kepada semua penduduk dengan tidak membedakan
jenis kelamin dan golongan umur, sejak dari pembuahan dalam kandungan
sampai tutup usia (Effendi, 2013).
Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai
pusat pembangunan kesehatan, psat pembinaan peran serta masyarakat dalam
bidang kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang
menyelenggarakan kegiatannya yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah
tertentu (Bambang, 2013).
2.4.2 Fungsi Puskesmas
Puskesmas memiliki wilayah kerja yang meliputi satu kecamatan atau
sebagian dari kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan
geografi dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam
menentukan wilayah kerja puskesmas. Menurut Trihono (2015) ada tiga fungsi
pokok utama yang diemban puskesmas dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan (PKD) kepada seluruh target/sasaran masyarakat diwilayah kerjanya,
yakni sebagai berikut:
1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
a. Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya
agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan
b. Aktif meminta dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan
setiap program pembangunan diwilayah kerjanya (Mubarak, 2012).
2. Pusat pemberdayaan masyarakat
Berupaya agar perorangan, terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan
masyarakat memiliki perilaku berikut.
a. Sadar, mau, dan mampu melayani diri sendiri serta masyarakat untuk hidup
sehat.
b. Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan, termasuk
pembiayaan.
c. Ikut menetapkan, menyelenggarakan, dan memantau pelaksanaan program
kesehatan.
d. Membina peran serta masyarakat, termasuk swasta, untuk melaksanakan
kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri
e. Memberikan petunjuk kepada masyarakat tentang bagaimana menggali dan
menggunakan sumber daya ada secara efektif dan efisien.

28
3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama, yaitu menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tingkat pertama (primer) secara menyeluruh terpadu
anberkisanambungan (kontinu) mencakup pelayanan kesehatan perorangan
dan pelayanan kesehatan masyarakat
4. Pelayanan kesehatan perorangan
5. Pelayanan kesehatan masyarakat
Menurut Effendi (2013) ada beberapa proses dalam melaksanakan fungsi
tersebut yaitu merangsang masyarakat termasuk swasta untuk melaksanakan
kegiatan dalam rangka menolong dirinya sendiri, memberikan petunjuk kepada
masyarakat tentang bagaimana menggali dan menggunakan sumber daya yang
ada secara efektif dan efisien, memberikan bantuan yang bersifat bimbingan teknis
materi dan rujukan medis maupun rujukan kesehatan kepada masyarakat dengan
ketentuan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan memberikan
pelayanan kesehatan langsung kepada masyarakat, bekerja sama dengan sektor-
sektor yang bersangkutan dalam melaksanakan program puskesmas.
2.4.3 Visi Puskesmas
Berdasarkan PMK No. 39 Tahun 2016 pasal 6 dijelaskan bahwa
Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan visi:
1. melakukan pendataan kesehatan seluruh anggota keluarga;
2. membuat dan mengelola pangkalan data Puskesmas;
3. menganalisi merumuskan intervensi masalah kesehatan dan menyusun
rencana Puskesmas;
4. melaksanakan kunjungan rumah dalam upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif;
5. melaksanakan pelayanan kesehatan (dalam dan luar gedung) melalui
pendekatan siklus hidup;dan
6. melaksanakan Sistem Informasi dan Pelaporan Puskesmas
Keluarga sehat yang ingin dicapai mencakup empat indikator utama.
1. Lingkungan sehat
2. Perilaku sehat
3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu.
4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan.
Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi

29
pembangunan kesehatan puskesmas di atas, yakni terwjudnya kecamatan sehat
sesuai dengan situasi atau kondisi masyarakat dan wilayah kecamatan melalui
pembangunan pusat kesehatan antaralain:
1. Masyarakat hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat,
2. Memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata,
3. Memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik
Indonesia (Mubarak, 2012).
2.4.5 Misi Puskesmas
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi
tersebut adalah sebagai berikut.
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembangunan sector lain yang
diselenggarakan di wilayah kerjanya agar memperhatikan aspek kesehatan,
yakni pembangunan yang tidak menimbulkan dampak negative terhadap
kesehatan,setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku masyarakat.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya. Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan
masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di
bidang kesehatan melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju
kemandirian untuk hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu pemerataan, dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. Puskesmas akan selalu
berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai dengan standar
dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan
kesehatan, serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana sehingga dapat
dijangkau oleh seluruh anggota masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga, dan
masyarakat beserta lingkungannya. Puskesmas akan selalu berupaya
memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah menyembuhkan
penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, dan masyarakat
yang berkunjung atau bertempat tinggal di wilayah kerjanya tanpa
diskriminasi. Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan yang dilakukan

30
puskesmas menerapkan kemajuan pula aspek lingkungan dari yang
bersangkutan (Mubarak, 2012).

2.5 Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian uyang dilakukan oleh Darmawan (2018) tentang Faktor - Faktor


Yang Mempengaruhi Perilaku Kunjungan Masyarakat Terhadap Pemanfaatan
Pelayanan Posyandu Di Desa Pemecutan Kelod Kecamatan Denpasar Barat.
Dimana didapatkan Faktor - faktor yang berhubungan secara signifikan dengan
pemanfaatan pelayanan posyandu di Desa Pemecutan Kelod adalah pekerjaan
orang tua (p=0,025), pengetahuan orang tua tentang posyandu (p=0,029),
dukungan keluarga (p=0,012) dan dukungan tokoh masyarakat (p=0,018).
Sedangkan faktor - faktor yang tidak berhubungan dengan pemanfaatan
pelayanan posyandu di Desa Pemecutan Kelod adalah umur orang tua (p=0,167),
pendidikan orang tua (p=0,964), sikap orang tua terhadap posyandu (p=0,305) dan
jarak ke posyandu (p=0,092).
Penelitian yang dilakukan oleh Dewi, E. (2020) tentang Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Dalam Pencegahan Penularan Covid-19.
Desain yang digunakan pada penelitian ini deskriptif korelasi. Dalam penelitian ini
menggunakan variabel independen dan dependen. Populasi dari Penelitian ini
adalah masyarakat binaan Ners Stikes William Booth. Sampel yang digunakan 70
orang dengan menggunakan teknik total sampling. Pengambilan data dengan
kuisioner. Data diperoleh dari hasil kuisoner, data yang terkumpul ditabulasi
dengan tabel dan dikonfirmasikan dalam bentuk tabel. Dari hasil penelitian ini
didapatkan hasil dari empat faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan
penularan Covid-19 yakni factor usia, tingkat Pendidikan, pekerjaan, sosial
ekonomi dan tingkat pengetahuan, ternyata faktor tingkat pengetahuan yang
mempengaruhi perilaku pencegahan penularan Covid-19. Berdasarakan hasil
penelitian ini sehingga untuk meningkatkan perilaku pencegahan penularan Covid-
19 diperlukan Pendidikan kesehatan kepada masyarakat secara terus-menerus
dan berkesinambungan.

2.6 Kerangka Berfikir

31
2.6.1 Kerangka Teori

Perilaku merupakan tindakan atau Masyarakat


aktivitas dari manusia itu sendiri
yang mempunyai bentangan
yang sangat luas
PERILAKU GERMAS

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku :


jarak ke fasilitas kesehatan,
dukungan yang diberikan oleh keluarga
pengetahuan

a. Melakukan aktivitas fisik


b. Mengonsumsi buah dan
sayur
c. Memeriksakan
kesehatan secara rutin
d. Tidak Merokok
e. Tidak Mengonsumsi
Gambar 2.1 Kerangka Teori minuman beralkohol

Sumber : [ CITATION Not12 \l 1057 ], (Kemenkes RI, 2017)

2.7 Kerangka Konsep

32
Jarak Ke Faskes
Perilaku Germas
Dukungan Keluarga

Pengetahuan

Gambar 2 bagian kerangka konsep


Keterangan

Variabel Bebas :

Variabel Terikat :

Pengaruh :

2.8 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai


berikut :
1. Ada pengaruh antara faktor jarak rumah ke fasilitas kesehatan dengan
perilaku Germas pada Masyarakat Diwilayah Kerja Puskesmas Limboto
2. Ada pengaruh antara faktor dukungan sosial keluarga dengan perilaku
Germas pada Masyarakat Diwilayah Kerja Puskesmas Limboto
3. Ada pengaruh antara faktor pengetahuan dengan perilaku Germas pada
Masyarakat Diwilayah Kerja Puskesmas Limboto

BAB III
METODE PENELITIAN

33
3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian, yang


memungkinkan pemaksimalan kontrol beberapa faktor yang bisa mempengaruhi
akurasi suatu hasil. Istilah desain penelitian digunakan dalam dua hal yakni desain
penelitian merupakan suatu strategi penelitian dalam mengidentifikasi
permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan data, dan desain
penelitian digunakan untuk mendefinisikan struktur dimana penelitian dilaksanakan
(Notoatmodjo, 2012).
Jenis penelitian ini survey analitik dengan desain penelitian yang dilakukan
yaitu penelitian deskriptif untuk melihat gambaran antar variabel suatu penelitian .
Dimana pada penelitian ini akan melihat gambaran dari faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku Germas pada masyarakat.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat penelitian


Penelitian ini telah dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto
3.2.2 Waktu penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2021.
3.2.3 Sumber Data
Penelitian ini merupakan penilitian deskriptif dengan menggunakan
kuesioner. Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data primer dan
sekunder (Susanti, 2013). Data sekunder dilakukan dengan mengambil data dari
keluarga dan petugas sedangkan data primer diperoleh melalui hasil kuesioner
secara langsung yang diisi oleh responden. Data primer yang diperoleh meliputi
karakteristik responden yaitu umur, pendidikan, Status pekerjaan dan kepatuhan
germas.
3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Independen


Variabel bebas (Independent variable) disebut juga variable sebab yaitu
karakteristik dari subjek yang dengan keberadaanya menyebabkan perubahan
pada variable lainnya (Dharma, 2013). Variabel independen dalam penelitian ini
adalah jarak ke fasilitas kesehatan,dukungan yang diberikan oleh keluarga,
pengetahuan

34
3.4.2 Variabel Dependen
Variabel terikat (Dependent variable) adalah variable akibat atau variable
yang akan berubah akibat pengaruh atau perubahan terjadi pada variable
independen (Dharma, 2013). Variabel dependen dalam penelitian ini adalan
Germas: 1. Melakukan aktivitas fisik;
2. Mengonsumsi buah dan sayur
3. Memeriksakan kesehatan secara rutin;
4. Tidak merokok dan
5. Tidak mengonsumsi minuman beralkohol.

3.4.3 Definisi Operasional


Teori atau konsep yang telah dijabarkan dalam bentuk variabel penelitian
tersebut agar variabel tersebut mudah dipahami, diukur, atau diamati dalam bentuk
definisi operasional (Suyanto, 2012). Definisi operasional dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.1 Definisi Operasional Penelitian
No Variabel Definisi Alat ukur Skala Hasil
.
Dukungan Dukungan keluarga Skala Likert
keluarga merupakan pemberian Pernyataan
(Independen) dorongan, motivasi Kuesioner Ordinal positif :
atau semangat serta 1. Selalu: 4
nasehat kepada pasien 2. Sering: 3
agar rutin 3.Kadang-
melaksanakan germas kadang: 2
4.Tidak pernah:
1
Pernyataan
negatif
1. Selalu : 1
2. Sering :2
3.Kadang–
kadang : 3
4. Tidak
pernah : 4
≥50 % = Baik
<50 % =
Kurang

Merupakan jarak antara Kuesioner Ordinal ≤3KM = dekat


Jarak ke rumah pasien dengan >3KM = jauh
fasilitas lokasi puskesmas
kesehatan

35
(Independen) Pengetahuan Kuesioner Ordinal ≥50 % = Baik
masyarakat tentang <50 % =
Pengetahun germas Kurang
(Independe
n)
1. Germas Germas merupakan Lembar Ordinal ≥50% =
(Dependen) program pemerintah Ceklis Melakukan
untuk mengatasi <50 % = Tidak
masalah status Melakukan
kesehatan dengan tiga
program utama yaitu
melakukan aktivitas fisik,
mengonsumsi buah dan
sayur dan memeriksakan
kesehatan rutin.

3.5 Populasi dan Sampel

2.5.1 Populasi penelitian


Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2016). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh masyarakat sasaran germas (Seluruh masyarakat
terutama ibu hamil, pekerja dan lansia) yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Limboto.
3.5.2 Sampel penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan penelitian tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya keterbatasan dana, tenaga dan waktu
maka penelitian dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode non probability
sampling. Non probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang
tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Cara yang digunakan
adalah convenience sampling yaitu sebuah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan saja, peneliti memilih populasi berdasarkan yang dirasa bersedia untuk
menjadi responden dan dapat memberikan informasi yang dibutuhkan (Sugiyono,
2016) dengan kriteria inklusi sebagai berikut:
a. Masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas Limboto

36
b. Masyarakat yang bersedia menjadi responden
c. Masyarakat yang berada di lokasi pada saat penelitian
Kriteria eksklusi :
a. Masyarakat dengan umur di bawah 26 tahun
b. Kuesioner yang tidak terisi lengkap
c. Masyarakat yang tidak terdaftar di fasyankes Puskesmas Limboto

3.6 Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini merupakan penilitian deskriptif dengan menggunakan lembar
ceklis. Data yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data primer dan
sekunder (Susanti, 2013). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu pada
keluarga, petugas serta lembar ceklis oleh responden. Pengumpulan untuk data
primer, peneliti menggunakan kuesioner dengan beberapa alternatif jawaban
berupa sakala likert. Menurut Sujarweni (2015) skala likert adalah skala untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial.
3.6.1 Jarak Ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Jarak Ke fasyankes menggunakan lembar isian dengan keterangan ≤3 KM =
dekat serta >3 KM = jauh (Permenkes No 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat)
3.6.2 Dukungan Keluarga
Berikut merupakan bobot penilaian yang digunakan untuk mengukur dengan
skala likert, yaitu: Pernyataan positif : Skor 4-1 untuk jawaban pertanyaan selalu,
Sering, Kadang-kadang dan Tidak pernah .Pernyataan negatif : Skor 1-4 untuk
jawaban pertanyaan selalu, Sering, Kadang-kadang dan Tidak pernah. Dengan
hasil uji validitas semua nilai r hitung lebih besar dari r tabel. Dimana r tabel pada
uji validitas ini 0,553 dengan N=15 sedangkan untuk uji reabilitas Cronbach’s
Alpha sebesar 0,8 (reliabilitas tinggi).
3.6.3 Pengetahuan
Berikut merupakan bobot penilaian yang digunakan untuk mengukur dengan
skala gutmann, yaitu: jika jawaban benar diberi skor 1 dan jawaban salah diberi
skor 0. Kuesioner ini diadopsi dari penelitian Monalia Irawan (Hubungan
pengetahuan dan motivasi dengan penerapan program germas pada masyarakat
diwilayah kerja puskesmas mandiangin kota bukittinggi tahun 2018).

37
3.7 Teknik Analisis Data

Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan


menggunakan bantuan komputerisasi dengan menggunakan SPSS.
1. Analisa Univariat
Analisa univariat yaitu bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya
menggunakan distribusi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2012).
Setiap variabel independen yaitu Germas dan variabel dependen faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku dengan mempresentasikan hasil yang didapatkan.

3.8 Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti mengajukan permohonan ijin


kepada kepala Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Gorontalo untuk
mendapatkan persetujuan, kemudian kuisioner diberikan kepada subjek yang
diteliti dengan menekankan pada masalah etika yang meliputi (Aziz, 2013):
1. Informed consent
Lembar persetujuan penelitian diberikan pada responden, tujuannya adalah
subjek mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti
selama pengumpulan data.Subjek yang bersedia diteliti menandatangani
lembar persetujuan dan peneliti tidak memaksa serta tetap menghormati
haknya.
2. Anonymity
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak mencantumkan
nama subjek pada lembar pengumpulan data (lembar ceklis) yang diisi oleh
subjek. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu.
3. Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden yang dijadikan sampel dalam penelitian
dijamin oleh peneliti dan hanya informasi tertentu saja yang ditampilkan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

38
Aziz. 2013. Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisis Data. Jakarta: Salemba
Medika.

Azwar. 2012. Sikap Manusia Teori Dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Darmawan. 2018. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kunjungan Masyarakat


Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Posyandu Di Desa Pemecutan Kelod
Kecamatan Denpasar Barat

Dewi, E. 2020. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Masyarakat Dalam


Pencegahan Penularan Covid-19

Effendi. 2013. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan . Praktek dalam


Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Fertman. 2013. Buku Ajar Keperawatan Keluarga, Riset, Teori Dan Praktek. Jakarta: EGC

Hurlock. 2015. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan. Rentang Hidup Jakarta:


Erlangga

Kemenkes RI. 2016. Buku Panduan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).
Jakarta : Kemenkes RI.

Kemenkes RI. 2017. Warta Kesmas. Jakarta : Kemenkes RI


Kemenkes RI. 2020. Rencana Pembangunan Jangka Menengah bidang Kesehatan.
Jakarta : Kemenkes RI

Monalia Irawan. 2018. Hubungan pengetahuan dan motivasi dengan penerapan program
germas pada masyarakat diwilayah kerja puskesmas mandiangin kota bukittinggi
tahun 2018

Mubarak. 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba
Medika

Notoatmodjo. 2014. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Notoatmojo. 2012. Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. 2014. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.


Okviana. 2015. Hubungan Antara Konformitas Dengan Kecenderungan Perilaku Bullying.
Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sarwono. 2013. Psikologi Remaja, Jakarta: PT. Raja Grafindo.


Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sujarweni. 2015. SPSS Untuk Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Baru


Susanti. 2013. Metode Penelitian Sosial. Jakarta : Kencana
Suyanto. 2012. Statistik Kesehatan. Nuha Medika. : Yogyakarta

39
Trihono. 2015. Manajemen Puskesmas Berbasis Paradigma Sehat. Jakarta: CV. Sagung
Seto

Wawan. 2013. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia,
Yogyakarta : Nuha Medika

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth.

Bapak/Ibu/Saudara (i) selaku Calon Responden

40
Di Tempat

Dengan hormat,

Saya yang bernama Sri Indarwati Kadir: (Mahasiswa UMGo), akan melakukan

penelitian yang berjudul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Germas Masyarakat Di

Wilayah Kerja Puskesmas Limboto”

Hasil penelitian ini akan berguna menjadi bahan masukan bagi instansi pelayanan

kesehatan guna meningkatkan pelayanan kesehatan.

Kiranya saudara bersedia menjadi responden pada penelitian ini dengan cara bersedia

menjawab beberapa pertanyaan dalam kuesioner. Saya minta saudara untuk menan-

datangani lembar persetujuan yang ada.

Atas perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.

Gorontalo, 2021

Responden Peneliti

( ) Sri Indarwati Kadir

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

41
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia jika anak saya turut

berpartisipasi sebagai responden penelitian yang dilakukan oleh Sri Indarwati Kadir:

(Mahasiswa UMGo), dengan judul penelitian “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Germas Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas Limboto”

Tanda tangan saya menunjukkan bahwa saya telah diberi informasi dan memutuskan

untuk berpartisipasi dalam penelitian.

Gorontalo, 2021

Responden

Lampiran 3

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS

42
ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
Alamat :Jl. Prof. DR. H. MansoerPateda, DesaPentadioTimurKab .Gorontalo
Website :http://www.umgo.ac.id/Email : info@umgo.ac.id Tlp./fax(0435)
881135881136

Kuesioner
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Germas Masyarakat Di Wilayah Kerja
Puskesmas Limboto
1. Nama :
2. JK :
3. Umur :
4. Pendidikan :
5. Alamat :
6. Jarak Rumah ke Puskesmas :

1 Dukungan Keluarga LS KD TP
2 Keluarga menganjurkan saya untuk berhenti mengikuti
program germas
3 Keluarga memberikan kepercayaan kepada saya, bahwa
saya dapat mengikuti program germas
4 Keluarga kurang mampu menjadi tempat untuk saya
menceritakan masalah yang saya hadapi, sehingga saya
memilih mengikuti program germas sebagai tempat untuk
memecahkan masalah.
4 5 V Keluarga kurang memberikan perhatian kepada saya, s
e hingga saya mengikuti program germas
6 K Keluarga saya memberikan pujian atas usaha saya untuk
m Mengikuti program germas
6 K Keluarga memiliki waktu luang untuk mendengarkan s
a Saya bercerita mengai kendala untuk mengikuti
program g Germas
7 K Keluarga tidak marah pada saat, saya tidak mengikuti pr
o Program germas
8 K Keluarga tidak perduli kepada saya jika saya tidak m e n
gi kuti program germas.
9 K Keluarga memberikan waktu kepada saya untuk m e ngi
kuti kegiatan yang positif yaitu mengikuti program germas
Keluarga menyarankan saya untuk memilih teman
pergaulan yang baik agar saya mengikuti program germas
Keluarga memberi tahu kepada saya tentang semua
informasi manfaat mengikuti program germas
12Keluarga menasehati saya untuk menaati aturan yang ada
dirumah yaitu mengikuti program germas
13 Keluarga memberitahu kepada saya tetang cara untuk rajin
mengikuti program germas

43
Pertanyaan Yang Berhubungan Dengan Pengetahuan Responden Tentang Program
Germas
Pengertian Germas
1. Apa kepanjangan dari Germas
a. Gerakan masyarakat sehat
b. Gerakan sulit masyarakat
c. Gerakan mudah sehat
d. Gerakan ringan masyarakat
2. Germas adalah
a. Suatu olahraga yang gerakannya sulit dilakukan
b. Gerakan olahraga berat yang mudah dilakukan
c. Gerakan bersama yang memiliki beberapa tujuan mulai menurunkan beban
penyakit menular dan penyakit tidak menular.
d. Olahraga ringan yang mudah dilakukan dan tidak memberatkan
Tujuan germas
3. Apakah tujuan dari germas tersebut?
a. Menjaga tubuh dalam keadaan aehat dan aktif
b. Membina dan meningkatkan kesehatan serta kebugaran
c. Jawaban semua benar
Manfaat germas
4. Apakah manfaat dari melakukan germas adalah
a. Mempersulit melakukan kegiatan sehari-hari
b. Mempersulit unutk menyesuiakan kesehatan jasmanidalam kehidupan
c. Mempermudah melakukan kegiatan sehari-hari
5. Manfaat dari aktivitas fisik adalah
a. Ketahanan Fisik
b. Menjaga Kesehatan
c. Kebugaran
d. Semua jawaban benar
6. Aktivitas olahraga ini dapat membantu tubuh kita agar ?
a. Bugar dan segar
b. Bugar dan sakit otot
c. Kuat
d. Sehat

44
Kegiatan germas
7. Apakah manfaat dari kegiatan mengkonsumsi buah dan sayur tersebut ?
a. Makan buah bersama
b. Bazar buah dan sayur
c. Lomba menyusun menu sayuran
d. Kampanye makan buah dan sayur
e. Semua jawaban benar
8. Dibawah ini aktivitas fisik kecuali adalah
a. Keberdayaguna mandiri
b. Latihan pendinginan
c. Latihan pemanasan
d. latihan inti
9. Dibawah ini kegiatan pemeriksaan kesehatan adalah
a. mengindetifikasi penyakit tidak menular (hipertensi)
b. mengindetifikasi penyakit menular
c. mengidetifikasi penyakit karena tidak imunisasi
d. semua jawaban salah
10. Dibawah ini gerakan aktivitas fisik adalah
a. ketahanan fisik
b. menjaga kesehatan
c. menjaga kebugaran
d. semua jawaban salah
11. Aktivitas fisik sebaiknya dilakukan adalah
a. Setiap Hari
b. Sekali 2 Minggu
c. Sekali Seminggu
d. Bila Ingat Saja
12. Permeriksaan kesehatan ini khususnya hipertensi dilakukan adalah
a. setiap hari
b. sekali sebulan
c. sekali 2 bulan
d. bila ingat saja
13. Tempat pelayana kesehatan yang dapat dilakukan unutk pemeriksaan fisik
adalah

45
a. puskesmas
b. posyandu
c. rumah bidan
d. rumah sakit

46

Anda mungkin juga menyukai