SILVIA NOVA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SURABAYA
2022
MATERI KUALIFIKASI
HALAMAN JUDUL
SILVIA NOVA
UNIVERSITAS AIRLANGGA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM DOKTOR
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SURABAYA
2022
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH viii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Kajian Masalah 9
1.3 Rumusan Masalah 12
1.4 Tujuan Penelitian 12
1.4.1 Tujuan Umum 12
1.4.2 Tujuan Khusus 12
1.5 Manfaat Penelitian 13
1.5.1 Manfaat Teoritis 13
1.5.2 Manfaat Praktis 14
1.6 Rencana Temuan Baru (Novelty) 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 15
2.1 Defenisi Kesehatan Mental 15
2.1.1Teori Model Kesehatan Transdomain
2.1.2Teori Kesehatan Mental Maslaw dan Mittlemenn
2.2 Ciri-ciri Orang yang memiliki Kesehatan Mental 23
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental 26
2.4 Kegiatan untuk Meningkatkan Kesehatan Mental 26
2.5 Dukungan Sosial 27
2.5.1 Definisi dukungan sosial 27
2.5.2 Bentuk Dukungan Sosial 33
2.5.3 Sumber-sumber Dukungan Sosial 39
2.5.4 Pentingnya Dukungan Sosial 40
2.5.5 Faktor-faktor yang menghambat pemberian Dukungan Sosial 41
2.5.6 Fungsi Dukungan Sosial 41
2.5.7 Dukungan sosial sebagai kognisi atau fakta sosial 42
2.6 Kekerasan terhadap anak 42
2.6.1 Pengertian Kekerasan terhadap anak 42
2.7 Pengertian Kekerasan Emosional 44
2.8 Bentuk emotional abuse 45
2.9 Faktor-faktor yang mempengaruhi emotional abuse 46
2.10 Tanda dan gejala yang mengalami emotional abuse 48
2.11 Dampak emotional abuse 48
2.12 Pengukuran emotional abuse 50
2.13 Pengertian Anak 51
2.14 Konsep Perilaku
2.15 Perilaku Menurut Berbagai Aliran
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 56
3.1 Kerangka Konseptual Penelitian 56
3.2 Hipotesis 57
BAB IV METODE PENELITIAN 58
4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian 58
4.1.1 Tahap I 58
4.1.2 Tahap II
4.2 Lokasi dan waktu Penelitian 58
4.3 Populasi, Besar Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel Penelitian 59
4.3.1 Populasi dan Sampel Penelitian 59
4.3.2 Besar Sampel 59
4.3.3 Teknik pengambilan sampel Error! Bookmark not defined.
4.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 59
4.5 Instrumen yang digunakan 61
4.6 Kerangka Operasional 62
4.7 Pengolahan Data dan Analisa Data 63
4.8 Metode Analisis Data 64
DAFTAR PUSTAKA 66
Lampiran 69
DAFTAR TABEL
Theoretical Mapping 69
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN, DAN ISTILAH
BAB 1
PENDAHULUAN
selalu menjadi topik utama dalam pemberitaan di berbagai media massa yang
cenderung meningkat dalam tiga tahun terakhir. Kasus kekerasan anak yang
dilaporkan pada tahun 2019 sejumlah 27.266 kasus, dan tahun 2020 meningkat
menjadi 27.479 kasus. Sedangkan tahun 2021 dilaporkan terdapat 33.876 kasus
penderitaan bisa secara fisik, psikis, seksual dan atau penelantaran termasuk
Kekerasan dalam bentuk fisik maupun non fisik (verbal) terhadap anak
perilaku dan emosi anak. Anak yang tumbuh dengan kekerasan verbal orang
menyalahkan diri sendiri dan memiliki emosi yang labil (Muarifah et al.,
2020).
1
2
menjadi pelindung bagi anak itu sendiri, misalnya orang tua, kerabat dekat,
anak antara lain adanya riwayat orangtua mengalami kekerasan saat kecil,
perlu dikontrol dan dihukum, dari hukuman tersebut banyak tindakan orang
bentuk kekerasan pada anak salah satunya adalah kekerasan emosional berupa
kata-kata yang banyak didapatkan oleh anak dari orang tua. Kekerasan kata-
kata akan berdampak negatif, khususnya pada mental anak. Begitu pentingnya
kekerasan kata-kata oleh orang tua pada anak usia sekolah mengakibatkan
gangguan psikologis juga terkait dalam proses belajar mereka (Lestary, 2016).
sebagai perilaku tidak layak yang mengakibatkan kerugian atau bahaya secara
fisik, psikologis, atau finansial, baik yang dialami individu maupun kelompok.
emosional. Kekerasan pada anak yang sering kali tidak disadari oleh orang tua
sakit hati hingga membuat anak berfikir seperti yang kerap diucapkan oleh
orang tuanya. Anak akan meniru perilaku dari orang yang lebih dewasa dan hal
itu akan selalu diingat (Huraerah, 2018). Berikut data kekerasan pada semua
kelompok umur:
dari jumlah penduduk Indonesia, yaitu sekitar 85 juta jiwa. Masih banyak
orang dewasa yang memandang anak sebagai objek kekerasan yang tentunya
termasuk dalam kategori yang tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa pada
perlindungan anak, namun pada kenyataannya masih banyak orang tua yang
pada anak selama tidak berlebihan dan tidak melukai anak secara fisik adalah
hal yang wajar dan dibolehkan dalam pendidikan anak. Hal ini menyebabkan
kasus kekerasan terhadap anak terus menerus terjadi secara berulang (Risma et
al., 2020).
Afrika, Asia, dan Amerika Utara mengalami kekerasan dalam satu tahun
kabupataen/ kota dengan sampel 75.000 rumah tangga yang hasilnya disajikan
untuk tingkat nasional dan provinsi hasil surveinya yang terkait dengan
kekerasan dalam 12 bulan terakhir ada 47,74 % dan kekerasan emosional 13,35
selalu meningkat setiap tahun hasil pemantauan KPAI dari 2015 sampai 2017,
terjadi peningkatan yang signifikan tahun 2015 kekerasan terhadap anak terjadi
6000 kasus kekerasan terhadap anak, 2016 ada 1.314 danpada 2017 ada 1.403
ada hubungan kekerasan verbal orang tua dengan gangguan perilaku pada
perilaku yang terjadi pada remaja dan semakin rendah kekerasan verbal maka
2016).
membuat anak menjadi lebih agresif, dan orang dewasa menjadi musuh.
Menurut UNICEF (United for Children) tahun 2016, 80% anak usia 2 hingga
berakibat buruk bagi perkembangannya pada masa remaja dan dewasa nanti
dan perilaku anak mungkin akan menjadi antisosial. Kemungkinan lain adalah
anak akan terlibat dalam penganiayaan baik secara fisik maupun emosional
(Moffat, 2003).
6
bahwa semakin tinggi kekerasan emosional yang diterima oleh seorang anak,
Kekerasan emosional yang diterima anak, maka makin kecil risikonya dalam
4.369 kasus, pada 2020 ada 6.519 kasus dan 2021 mencapai 5.953 kasus.
Tahun 2021 dengan rincian kasus pemenuhan hak anak 2.971 kasus dan
perlindungan khusus anak 2.982 kasus. Di Indonesia pada masa pandemi covid
Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) menerima lebih dari 4.600 laporan
kekerasan terhadap anak selama Januari-Juni 2020, dari jumlah tersebut 1.111
anak yang mengalami kekerasan fisik, 979 anak mengalami kekerasan psikis,
anak dan 346 anak mejadi korban penelantaran. Kekerasan tersebut, 58,80%
kerap kali melakukan kekerasan terhadap anak dibandingkan orang tua laki-
laki (ayah) (Maknun, 2016). Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga
melakukan survey terpisah antara orang tua laki-laki dan perempuan, yang
2020).
pendidikan dan kesehatan di dalam keluarga terutama pada anak. Sebagai suatu
Kesehatan mental pada anak bukan hanya diartikan sebagai kondisi mental
Anak dengan kesehatan mental yang baik akan memiliki karakteristik positif,
dan bangkit dari keadaan sulit. Jika kesehatan mental pada masa anak-anak
kurang baik dapat menyebabkan gangguan perilaku yang lebih serius akibat
ketidak seimbangan mental dan emosional serta kehidupan sosial anak yang
Dukungan sosial yang mereka dapat terutama dukungan dari orang tua yang
masyarakat
medik, Medikolegal
dilakukan, namun angka kekerasan pada anak tidak serta merta menurun dari
tahun ke tahun. Di sisi lain sosialisasi tentang pencegahan kekerasan pada anak
sebagai upaya promotif dan preventif terjadinya kekerasan pada anak sudah
Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak (KtPA). Salah satu langkah yang
edukasi tersebut terlalu singkat, sehingga praktik kekerasan pada anak yang
9
dilaporkan masih tinggi. Oleh karena itu pada penelitian ini peneliti ingin
Anak (Simfoni PPA) menerima lebih dari 4.600 laporan kekerasan terhadap
anak selama Januari-Juni 2020, dari jumlah tersebut 1.111 anak yang
mengalami kekerasan fisik, 979 anak mengalami kekerasan psikis, 2.556 anak
sebagai berikut:
10
FAKTOR INTERNAL
BIOLOGIS:
1. Otak
2. Endokrin
3. Genetik
4. Sensori
5. Kehamilan
PSIKOLOGIS:
1. Pengalaman
2. Proses
Belajar
3. Kebutuhan
KEKERASAN
KESEHATAN MENTAL
EMOSIONAL PADA
ORANG TUA
ANAK:
FAKTOR EKSTERNAL
1. Angka kejadian
kekerasan
SOSIAL BUDAYA:
emosional: 7906
1. Stratifikasi
sosial Kasus (23,33 % )
2. Keluarga (Riskesdes, 2021)
3. Perubahan
sosial
LINGKUNGAN:
1. Lingkungan
fisik
2. Lingkungan
biologis
3. Lingkungan
Sosial
oleh Praditama, Sandhi, Nurhadi, dan Atik Catur Budiarti (2016). Penelitian
kekerasan terhadap anak sulit diungkap ke ruang publik, dan latar belakang
11
dan Toth mengatakan bahwa perlakuan keras orangtua terhadap anak tidak
hanya disebabkan oleh satu faktor saja (Santrock, 2007). Faktor lain seperti
perlakuan tersebut.
orang tua laki-laki dan perempuan, yang menunjukan bahwa orang tua laki-laki
sendiri dan emosi labil (Moore & Pepler, 2013). Kekerasan pada anak
bukan menjadi perlakuan untuk diterapkan pada anak usia dini mengingat
orang tua?
orang tua?
orang tua?
tua
Berdasarkan tujuan umum, maka tujuan khusus yang ingin dicapai pada
orang tua.
orang tua.
orang tua
dukungan sosial
kesehatan mental guna mencegah kekerasan emosional orang tua terhadap anak
TINJAUAN PUSTAKA
berfikir, berperasaan dan bertindak individu yang efisien dan efektif dalam
15
16
hidupnya;
dan mengontrol sres dan emosi di dalam kehidupan agar tetap bisa
2.1.1 Teori Model Kesehatan Transdomain. Model ini dibangun di atas tiga
domain kesehatan seperti yang dijelaskan oleh WHO dan Huber et al dan
tumpang tindih dan pertimbangan empiris, moral, dan hukum yang dibahas
dalam penelitian ini. Ada tiga domain kesehatan (yaitu, fisik, mental, dan
dan adaptasi dasar (hak asasi manusia). Ada empat bidang integrasi atau
sinergi dinamis antara domain dan contoh bagaimana konsep inti kesehatan
mengatakan bahwa kebutuhan fisik pada dasar harus dipenuhi terlebih dahulu
sebelum seorang individu dapat menyadari potensi penuhnya atau disebut sebagai
aktualisasi diri. Salah satu kritik yang ada pada teori Abraham Maslow adalah
tidak adanya basis atas batasan-batasan aktualisasi diri yang dimaksud olehnya
seorang individu.
18
disusunnya merupakan kondisi yang sehat secara psikologis atau dalam istilah self
berikut:
19
b. Adequate self evaluation atau kemampuan menilai diri sendiri yang memadai.
Kemampuan dalam menilai diri sendiri ini mencakup beberapa hal, yaitu:
2. Merasa ada nilai yang sebanding antar kondisi diri sebenarnya tau disebut
3. Memiliki perasaan berguna akan diri sendiri dengan bentuk perasaan yang
5. Mampu mengenal beberapa hal secara sosial dan personal tidak dapat diterima
bermasyarakat
yang memadai dengan orang lain. Hal ini ditandai oleh beberapa hal yaitu:
lain.
20
d. Efficient contact with reality atau memiliki kontak yang efisien dengan realitas
yang ada. Dalam hal ini, kontak terbagi dalam tiga aspek, yaitu fisik, sosial dan
2. Memiliki pandangan yang luas dan realistis terhadap dunia dengan disertai
kegagalan.
tidak dapat diubah atau dimodifikasi serta dapat bekerjasama tanpa merasa
e. Adequate bodyly desires and ability to gratify them atau keinginan jasmani
yang memadai dan kemampuan untuk memuaskannya. Ini ditandai oleh beberapa
hal, yaitu:
1. Sikap yang sehat terhadap fungsi fisik yang dimaksudkan dengan menerima
fungsi fisik yang ada dan bukan dikuasai oleh fungsi fisik tersebut.
kehidupan seperti makan, tidur, dan kondisi pulih setelah mengalami kelelahan.
3. Kehidupan seksual yang wajar dan keinginan yang sehat untuk memuaskan diri
yang diinginkan.
2. Memiliki penilaian yang realistis kepada diri sendiri baik penilaian mengenai
3. Memiliki kemampuan untuk menilai diri sendiri secara jujur dengan mampu
menerima kondisi yang ada pada diri sendiri secara apa adanya serta
mengakui dan menerima bahwa hasrat atau pikiran yang ada meskipun
2. Memiliki prinsip moral serta pendapat pribadi yang tidak terlalu berbeda
h. Adequate of life goal atau memiliki tujuan hidup yang wajar. Tujuan hidup
1. Memiliki tujuan hidup yang sama atau sesuai dengan dirinya sendiri serta
3. Tujuan tersebut bersifat baik untuk sendiri serta masyarakan secara luas.
pengalaman. Kemampuan untuk belajar dari pengalam hidup yang dialami oleh
dari pengalaman yang dimiliki. Selain itu, kemampuan belajar dari pengalaman
tuntutan kelompok. Dalam memuaskan tuntutan kelompok maka ada beberapa hal
serta kesetiaan.
5. Memiliki minat dalam melakukan aktivitas atau kegiatan yang disukai oleh
kelompoknya.
yang memadai dari kelompok maupun budaya. Emansipasi yang memadai yang
hal lainnya merupakan buruk berdasarkan dari penilaian diri sendiri tanpa
2. Mampu bergantung pada pandangan kelompok dalam beberapa hal yang ada.
Pada prinsipnya, kesehatan mental tidak bisa disama ratakan dari satu
tempat dengan tampat yang lain, setiap kebudayaan memiliki standarnya masing-
yang mememiliki kesehatan mental yang baik. Ciri-ciri itu sebagai berikut:
24
9. Memiliki keyakinan diri dan assessment diri yang baik kepada diri sendiri.
meliputi 3 bagian penting. Prinsip pertama meliputi 11 prinsip yand dilandasi atas
penyesuaian mental yang tidak terlepas dari kesehatan fisik dalam menjaga
25
meningkatkan intelektual, meningktan relisasi diri dan harga diri yang sehat,
dalalam kehidupan
Prinsip terakhir meliputi dua hal yang berlandaskan pada hubungan antara
kesadaran terhadap keberadaan tuhan sebagai zat yang dimana semua harapan
2 faktor secara umum yang mempengaruhi kesehatan mental yaitu internal dan
politik, adat kebiasaan, lingkungan. Diantara kedua faktor utama diatas, yang
oleh beberapa faktor baik internal ataupun eksternal. Kesehatan mental sangat
mental. 2) waktu luang untuk tatap muka. Tatap muka yang dimaksud adalah
tatap muka dengan menjalin hubungan dengan orang lain dalam hal yang
27
digunakan untuk kegiatan fisik, sosial dan relaksasi. 4) waktu cukup untuk
untuk beristirahat. Jika waktu istirahat mereka kurang dari itu maka
mereka akan tidak merasa bersemangat untuk bersekolah. Rasa kantuk yang
mereka benar- benar terlatih mereka kan menjadi lebih tenang dan relak.
Dukungan Sosial adalah informasi atau umpan balik dari orang lain yang
dihormati, dan dilibatkan dalam jaringan komunikasi dan kewajiban yang timbal
balik (King, 2012: 226). Sedangkan menurut Ganster, dkk., (dalam Apollo &
Cahyadi, 2012: 261) dukungan sosial adalah tersedianya hubungan yang bersifat
28
Selanjutnya, dukungan sosial menurut Cohen & Syme (dalam Apollo &
Cahyadi, 2012: 261) adalah sumber-sumber yang disediakan orang lain terhadap
lanjut dukungan sosial menurut House & Khan (dalam Apollo & Cahyadi, 2012:
Isnawati & Suhariadi, 2013: 3) dukungan sosial mengacu pada berbagai sumber
orang lain. Dukungan sosial timbul oleh adanya persepsi bahwa terdapat orang
orang yang akan membantu apabila terjadi suatu keadaan atau peristiwa yang
menaikkan perasaan positif serta mengangkat harga diri. Kondisi atau keadaan
29
anggota suatu jaringan yang memiliki beberapa kewajiban timbal balik (Cobb,
1976). Dukungan sosial juga bisa dilihat sebagai kegiatan sehari-hari yang
Terdapat dua jenis dukungan sosial, ditinjau dari cara pengukurannya, yaitu
dukungan
psikologis dan tujuan seseorang dipenuhi oleh jejaring sosialnya (Berscheid &
Regan, 2005). Jenis dukungan sosial fungsional yang sering digunakan ialah
dan panduan; serta dukungan instrumental, dalam bentuk materi seperti uang
Aspek penting lainnya dari dukungan sosial ialah perceived support, yaitu
dengan enacted support atau dukungan yang diberikan secara aktual oleh sang
tersebut dilakukan secara sukarela dan dilandasi oleh motif yang tidak
egois), mood, dan kepuasan pernikahan (Fincham & Bradburry, 1990; Cutrona &
Suhr, 1994). Oleh karena itu, untuk dapat memahami proses dukungan sosial,
dan evaluasi dari dukungan sosial (Sarason, Sarason, Gurung, 2001). Seperti yang
31
perasaan, dan perilaku orang lain; atau memfasilitasi cara mengatasi masalah
dukungan yang diberikan atau diterima dengan konsep lainnya seperti rasa
lapisan lapisan tersebut saling mempengaruhi dapat dilihat pada gambar di bawah
ini:
ontogenics
mikrosystem
exosystem
makrosystem
berkaitan dengan kekerasan pada anak. Faktor-faktor tersebut antara lain masa
32
terhadap perkembangan anak, dan kesehatan mental orangtua (Zigler dan Hall,
1989). Salah satu isu yang cukup berkembang adalah mengenai sejarah masa kecil
orangtua. Orangtua yang mengalami pola asuh dengan kekerasan apakah ketika
dewasa akan menjadi pelaku kekerasan. Cicchetti dan Barnett (dalam Scannapieco
di masa kecil. Representasi mental meliputi sistem afek, kognitif, dan harapan
anggota keluarga, hubungan suami-istri, kondisi kesehatan anak (Zigler dan Hall,
mental lebih beresiko untuk menjadi korban kekerasan orangtua. Anak yang
Kemudian, dalam sistem keluarga, faktor anak dan keluarga saling berinteraksi.
faktor ini tidak berdiri sendiri. Anak dapat mempengaruhi orangtua tetapi kondisi
Lapisan exosystem mengaitkan anak dan keluarga pada sistem yang lebih
stress bagi orangtua yang dapat mempengaruhi pola asuh orang tua (Zigler dan
kekerasan terhadap anak. Lapisan macrosystem adalah lapisan terluar yang terus-
sekolah, dan kekerasan yang terjadi di masyarakat (Zigler dan Hall, 1989).
perlu dilakukan secara holistik dan keterlibatan semua pihak yang ada di
lingkungan sekitar. Dukungan sosial juga merupakan suatu umpan balik dari
orang lain yang menunjukkan bahwa seseorang dicintai dan perhatikan, dihargai,
merupakan suatu peranan yang sangat besar guna mewujudkan sumber daya
Beberapa bentuk sosial menurut Cohen & Hoberman (dalam Isnawati &
1. Appraisal Support
2. Tangiable support
Yaitu bantuan yang nyata yang berupa tindakan atau bantuan fisik dalam
menyelesaikan tugas
4 Self esteem support Dukungan yang diberikan oleh orang lain terhadap
perasaan kompeten atau harga diri individu atau perasaan seseorang sebagai
5 Belonging support
Menunjukkan perasaan diterima menjadi bagian dari suatu kelompok dan rasa
kebersamaan.
Dukungan sosial memiliki tiga jenis manfaat, yaitu bantuan yang nyata,
informasi, dan dukungan emosional menurut Taylor (dalam King 2012: 226-227):
Keluarga dan teman dapat memberikan berbagai barang dan jasa dalam
situasi yang penuh stres. Misalnya, hadiah makanan seringkali diberikan setelah
kematian keluarga muncul, sehingga anggota keluarga yang berduka tidak akan
memasak saat itu ketika energi dan motivasi mereka sedang rendah. Bantuan
instrumental itu bisa berupa penyediaan jasa atau barang selama masa stres.
Sedangkan menurut Apollo & Cahyadi (2012: 261) bantuan yang nyata disebut
dengan bentuk bantuan instrumental, yaitu berupa bantuan uang dan kesempatan.
35
2) Informasi
beban kerja dan menganjurkan cara-cara beginya untuk mengelola waktu lebih
efisien atau mendelegasikan tugas lebih efektif. Bantuan informasi ini bisa
pemberitahuan tentang informasi mengenai pelaksanaan tes, dan hal tersebut akan
sangat membantu. Informasi mungkin sportif jika ia relevan dengan penilaian diri,
seperti pemberian nasehat tentang apa yang harus dilakukan. (Taylor, dkk., 2009:
555). Sedangkan menurut Apollo & Cahyadi (2012: 261) dukungan informatif
informasi.
3) Dukungan emosional
Dalam situasi penuh stres, individu seringkali menderita secara emosional dan
dan keluarga dapat menenangkan seseorang yang berada dibawah stres bahwa ia
adalah orang yang berharga yang dicintai oleh orang lain. Mengetahui orang lain
Cahyadi, 2012: 261). Perhatian emosional yang diekspresikan melalui rasa suka,
cinta atau empati, misalnya ketika dalam pertengkaran dengan seorang yang
36
dicintai, maka ekspresi perhatian darai kawan sangatlah membantu. (Taylor, dkk.,
2009: 555). Kemudian terdapat satu tambahan lagi dari bentuk-bentuk dari
1) Modifikasi lingkungan
dan membandingkan dengan orang lain. (Apollo & Cahyadi, 2012: 261) Menurut
Smet, (1994: 136) terdapat empat jenis atau dimensi dukungan sosial, yaitu
penegasan)
positif untuk orang itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan ata
perasaan individu, dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain,
orang-orang memberi pinjaman uang kepada orang itu atau menolong dengan
saran-saran atau umpan balik. Sarafino (dalam Purba, dkk., 2007: 82-83)
mengungkapkan pada dasarnya ada lima jenis dukungan sosial, adalah sebagai
berikut:
37
a. Dukungan emosi
terhadap individu. Biasanya, dukungan ini diperoleh dari pasangan atau keluarga,
b. Dukungan penghargaan
yang positif pada individu, dorongan untuk maju, atau persetujuan akan gagasan
atau perasaan individu dan perbandingan yang positif individu dengan orang lain.
Biasanya dukungan ini diberikan oleh atasan atau rekan kerja. Dukungan jenis ini,
Dukungan jenis ini meliputi bantuan secara langsung. Biasanya dukungan ini,
lebih sering diberikan oleh teman atau rekan kerja, seperti bantuan untuk
barang-barang (materi) atau adanya pelayanan dari orang lain yang dapat
d. Dukungan informasi
38
Dukungan jenis ini meliputi pemberian nasehat, saran atau umpan balik
kepada individu. Dukungan ini, biasanya diperoleh dari sahabat, rekan kerja,
atasan atau seorang profesional seperti dokter atau psikolog. Adanya dukungan
informasi, seperti nasehat atau saran yang pernah mengalami keadaan yang serupa
anggota dari kelompok tertentu dan memiliki minat yang sama rasa kebersamaan
persahabatan dan kontak sosial dengan orang lain. Hal tersebut juga akan
masalah yang dihadapinya atau dengan meningkatkan suasana hati yang positif.
Menurut Apollo & Cahyadi (2012: 261) manfaat dukungan sosial adalah
sosial tinggi akan mengalami hal-hal positif dalam hidupnya, mempunyai self
esteem yang tinggi dan self concept yang lebih baik, serta kecemasan yang lebih
rendah.
39
Apollo & Cahyadi, 2012: 261) adalah orang tua, saudara kandung, anak-anak,
kerabat, pesangan hidup, sahabat rekan sekerja, dan juga tetangga. Hal yang sama
juga diungkapkan oleh Wentzel dalam (Apollo & Cahyadi, 2012: 261) bahwa
yang berarti bagi individu, seperti keluarga, teman dekat, pasangan hidup, rekan
Dukungan sosial dapat berasal dari pasangan atau patner, anggota keluarga,
kawan, kontak sosial dan masyarakat, teman sekelompk, jamaah gereja atau
masjid, dan teman kerja atau atasan anda di tempat kerja. (Taylor, dkk., 2009:
555). Sedangkan menurut Tarmidi & Kambe (2010: 217-218) dukungan sosial
dukungan sosial orang tua adalah dukungan yang diberikan oleh orang tua
remaja, gambaran diri yang positif, harga diri, percaya diri, motivasi dan
kesehatan mental. Dukungan sosial orang tua dapat dibagi menjadi dua hal, yaitu
dukungan yang bersifat positif dan dukungan yang bersifat negatif. Dukungan
positif adalah perilaku positif yang ditunjukkan oleh orang tua, dukungan yang
bersifat negatif adalah perilaku yang dinilai negatif yang dapat mengarahkan pada
Sosial bisa efektif dalam mengatasi tekanan psikologis pada masa sulit dan
hidup sehat, dan membantu pemulihan dari sakit hanya ketika hubungan itu
terlihat”. Ketika kita mengetahui bahwa ada orang lain yang akan membantu kita,
kita merasa ada beban emosional, yang mengurangi efektivitas dukungan sosial
yang kita trima. Tetapi ketika dukungan sosial itu diberikan secara diam-diam,
secara otomatis, berkat hubungan baiik kita, maka ia dapat mereduksi stres dan
Ahyani (2012: 25) dukungan sosial selalu mencakup dua hal yaitu sebagai berikut:
berdasarkan kualitas).
Hal itu erat hubungannya dengan ketepatan dukungan sosial yang diberikan,
dalam arti bahwa orang yang menerima sangat merasakan manfaat bantuan bagi
1. Penarikan diri dari orang lain, disebabkan karena harga diri yang rendah,
ketakutan untuk dikritik, pengaharapan bahwa orang lain tidak akan menolong,
seperti menghindar, mengutuk diri, diam, menjauh, tidak mau meminta bantuan.
2. Melawan orang lain, seperti sikap curiga, tidak sensitif, tidak timbal balik,
dan agresif.
3. Tindakan sosial yang tidak pantas, seperti membicarakan dirinya secara terus
menerus, menganggu orang lain, berpakaian tidak pantas, dan tidak pernah merasa
puas.
dukungan sosial sebagai salah satu di antara fungsi pertalian (atau ikatan) sosial.
stres.
mendukung) itu berhubungan secara positif dengan kesehatan. Hal ini akan
Definisi operasional tentang dukungan sosial dalam konteks ini berasal dari
“ .... Dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal adan/atau non
verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau
didapat karfena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek
dukungan sosial itu terdiri atas informasi yang menuntut orang meyakini bahwa ia
diurus dan disayangi setiap infromasi apapun dari lingkungan sosial yang
dari the UN Convention on the Rights of the Child and the World Report
4. Pengabaian dan penelantaran: segala bentuk kelalaian yang melanggar hak anak
menjadi pelindung bagi anak itu sendiri, minsalnya orang tua, kerabat dekat,
tetangga, hingga guru. Kekerasan terhadap anak menjadikan anak tidak berdaya
Salah satu kekerasan yang tidak disadari orang tua adalah menyalahkan anak
konkret kekerasan atau pelanggaran jenis ini yaitu; penggunaan kata-kata kasar,
(Suyanto, 2019).
perhatian, mengabaikan anak itu. Ia membiarkan anak basah atau lapar karena
ibu terlalu sibuk atau tidak ingin diganggu waktu itu. Ia boleh jadi mengabaikan
dapat berakibat buruk bagi perkembangannya pada masa remaja dan dewasa
nanti dan perilaku anak mungkin akan menjadi antisosial. Kemungkinan lain
adalah anak akan terlibat dalam penganiayaan baik secara fisik maupun
emosional.
pengaruh buruk dan terus menerus pada perkembangan emosional anak, yang
meliputi penggunaan bahasa yang mengandung arti bahwa anak tidak beharga
atau tidak disayang, tidak cakap, dan semua yang menggambarkan harapan
orang tua yang tidak sesuai dengan usia anak dan perkembangan anak, sampai
diantaranya:
1) Penolakan
Orang tua mengatakan kepada anak bahwa dia tidak diinginkan, mengusir
2) Tidak diperhatikan
anak, sukar memberi kasih sayang, atau bahkan tidak menyadari akan kehadiran
anaknya.
3) Ancaman
4) Isolasi
46
Bentuknya dapat berupa orang tua tidak mengizinkan anak mengikuti semua
5) Pembiaran
Membiarkan anak terlibat penyalah gunaan obat dan alkohol, berlaku kejam
diantaranya:
1) Faktor Intern
untuk melakukan sesuatu tetapi karena sempitnya pengetahuan orang tua anak
dipaksa melakukan dan ketika memang belum bisa dilakukan orang tua menjadi
marah, membentak dan mencaci anak. Orang tua yang mempunyai harapan-
tindakan kekerasan pada anak. Serta kurangnya pengetahuan orang tua tentang
situasi pencetus terjadinya kekerasan pada anak. Semua tindakan kepada anak
akan direkam dalam alam bawah sadar mereka dan akan dibawa sampai kepada
masa dewasa. Anak yang mendapat perilaku kejam dari orang tuanya akan
menjadi agresif dan setelah menjadi orang tua akan berlaku kejam pada anaknya.
Orang tua yang agresif akan melahirkan anak-anak yang agresif, yang pada
gilirannya akan menjadi orang dewasa yang agresif pula. Gangguan mental
2) Faktor Ekstern
a) Faktor ekonomi
tekanan hidup atau ekonomi. Pengangguran, PHK, dan beban hidup lain kian
memperparah kondisi itu. Faktor kemiskinan dan tekanan hidup yang selalu
makhluk lemah, rentan, dan dianggap sepenuhnya milik orang tua, sehingga
b) Faktor lingkungan
48
kekerasan verbal. Televisi sebagai suatu media yang paling efektif dalam
berpotensial paling tinggi untuk mempengaruhi perilaku kekerasan orang tua pada
anak.
Anak yang mengalami emotional abuse memiliki tanda dan gejala seperti
gambaran diri yang buruk, tingkah laku agresif, depresi, menarik diri, merusak
1) Gangguan emosi
Terdapat beberapa gangguan emosi pada korban kekerasan orang tua, seperti
emosi. Beberapa anak menjadi agresif atau bermusuhan dengan orang dewasa,
Anak yang mendapat perlakuan salah merasa dirinya jelek, tidak dicintai,
tidak dikendaki, muram, tidak bahagia dan tidak mampu menyenangi aktifitas.
3) Agresif
Anak yang mendapat perlakuan salah lebih agresif terhadap teman sebayanya.
Sering tindakan agresif tersebut meniru tindakan orang tua mereka atau
konsep diri.
4) Hubungan sosial
5) Bunuh diri
Tindak kekerasan pada anak akan menyebabkan stres mental yang dialami
oleh remaja. Stres mental ini apabila tidak tertangani maka akan berkembang
menjadi percobaan bunuh diri sehingga akan menyebabkan perilaku bunuh diri
oleh remaja.
6) Akibat lain
berat atau panik, depresi anak mengalami sakit fisik dan bermasalah disekolah
Selain itu Rini (2011) berpendapat bahwa dampak dari emotional abuse
merasa bersalah atau malu, depresi atau ansietas, penilaian rendah terhadap
mengalami tingkat emotional abuse yang rendah, sebaliknya semakin renda skor
emotional abuse. Alat ukur ini dibuat oleh Wayanwiriawan. Dalam angket
yaitu: Selalu (SS), Sering (S), Kadang-kadang (KK), dan Tidak Pernah (TP). Nilai
emotional abuse di hasil skor > 55, mengalami emotional abuse jika hasil skor
≤ 55.
Tidak sayang dan dingin misalnya menunjukan sedikit atau tidak sama
menyatakan bahwa anak tidak baik, tidak berharga, jelek atau sesuatu didapat
dari kesalahan.
Tidak mengindahkan atau menolak anak bisa berupa: tidak memperhatikan anak,
memberi respon dingin, mengurung dalam kamar gelap. Mengikat anak dikursi
etimologi diartikan manusia yang masih kecil ataupun manusia yang belum
muda dalam umur muda dalam jiwa dan pejalanan hidupnya karena mudah
belum mencapai usia 21 (dua puluh satu) tahun atau belum menikah. ada juga
(enam belas) tahun, oleh karena itu apabila ia tersangkut dalam perkara
Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang
mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain, berjalan, berbicara, menangis,
merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari
luar. Perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu (Sujarwanto & Rofiah, 2019):
1. Perilaku tertutup
bentuk terselubung atau tertutup. Respons atau reaksi terhadap stimulus ini
yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat
2. Perilaku terbuka
tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati dan dilihat oleh
orang lain.
53
Menurut aliran yang dipelopori oleh Sigmund Freud ini adalah makhluk
Fokus aliran ini adalah totalitas kepribadian manusia bukan pada bagian-
rasa.Manusia dalam teori tersebut dianggap sebagai kertas putih atau meja
1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang
masyarakat, sarana.
2. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang
1. Menghargai (valuing)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih nya dengan
Walyani, 2015).
anak diantaranya faktor intern dan ekstern. Faktor intern terdiri dari
dan mengkaji tentang kesehatan mental orang tua serta adanya dukungan
BAB III
variabel penelitian yaitu, antara variable dependen yang akan diamati atau
merupakan kondisi yang sehat secara psikologis atau dalam istilah self
1991)
3.2 Hipotesis
2. Ada pengaruh faktor sosial budaya terhadap kesehatan mental orang tua.
5. Ada pengaruh kesehatan mental orang tua terhadap Perilaku orang tua
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1.1 Tahap 1
4.1.2 Tahap 2
Penelitian ini bertujuan untuk diskusi pakar dan menyusun modul tentang
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah orang tua siswa/i dan anak
1) Kriteria inklusi:
a. Ibu yang memiliki anak usia 3 sampai 11 tahun karena ibu lebih dominan
c. Kooperatif
adalah teori menurut Roscoe (1975) mengajukan aturan umum (rule of thumb)
yaitu 5-10 kali jumlah variabel bebas yang diteliti. Adapun variabel bebas yang
1975)
objek atau fenomena (A, Aziz, 2011). Adapun definisi operasional dalam
kuesioner, Teknik pengumpulan data yang dipilih peneliti yaitu data primer,
buat berisi tentang model kesehatan mental guna mencegah kekerasan verbal
orang tua terhadap anak berbasis dukungan sosial, lembar observasi dan
variable dependen.
63
1. Editing
waktu pengambilan data, nama dan alamat tidak dimasukan dalam table
2. Coding
Coding atau pemberian kode ini sangat berguna dalam memasukan data
(data entri).
3. Entriatauprocessing
4. Tabulating
1. Analisi Univariat
2. Dukungan Sosial
2. Analisis Bivariat
terhadap anak sebagai variable dependen. Tabel yang digunakan lebih dari
DAFTAR PUSTAKA
Apollo & Cahyadi, Andi. (2012). Konflik Peran Ganda Perempuan Menikah
Yang Bekerja Ditinjau Dari Dukungan Sosial Keluarga Dan Penyesuaian
Diri. Widya Warta. No. 02. ISSN 0854-1981. 254-271.
Armiyanti, I., Aini, K., & Apriana, R. (2017). Pengalaman Verbal Abuse Oleh
Keluarga Pada Anak Usia Sekolah Di Kota Semarang. Jurnal Keperawatan
Soedirman, 12(1), 12. https://doi.org/10.20884/1.jks.2017.12.1.714
Cohen, S., Hoberman, H. (1983). Positive Events And Social Support As Buffers
Of Life Change Stress. Journal of Apllied Social Psychology. 13. 99-125
Fakhriyani Vidya Diana. (2019). Kesehatan Mental. Duta Media Publishing. ISSN
978-623-7161-34-9
Julia, P., & Anwar, F. (2021). Analisis Strategi Pembinaan Kesehatan Mental
Oleh Guru Pengasuh Sekolah Berasrama Di Aceh Besar Pada Masa Pandemi.
Jurnal Edukasi Bimbingan Konseling, Vol. 7, No. 1, 2021 Hal : 64 s.d 83.
https://jurnal.ar-raniry.ac.id
KPAI. (2020a). Hasil Survei KPAI Soal Kekerasan Fisik dan Psikis Terhadap
Anak Sama Pandemi Covid 19.
www.kompas.com.https://amp.kompas/nasional/read/2020/11/19/23214821/h
asil-survei-kpai-soal- kekerasan-fisik-dan-psikis-terhdap-anak-selama
Eijgermans, D. G. M., Fang, Y., Jansen, D. E. M. C., Bramere, W. M., Raat, H. &
Jansen, W. (2021). Individual and contextual determinants of children’s and
adolescents’ mental health care use: A systematic review. Elsevier: Children
and Youth Services Review. 131,
https://doi.org/10.1016/j.childyouth.2021.106288, sitasi 7 September 2022.
http://ejurnal.stikeseub.ac.id/index.php/jkeb/article/view/94
Lestary, T. (2016). Verbal Abuse Dampak buruk dan Solusi Penanganannya pada
Anak (Cetakan pe). Yogyakarta: Psikosain.
Maknun, L. (2016). Kekerasan Terhadap Anak Oleh Orang Tua yang Stress.
Jurnal Harkat: Media Komunikasi Gender, 12(2), 117-124.
https://doi.org/10.15408/harkat.v12i2.7565
Muarifah, A., Wati, D. E., & Puspitasari, I. (2020). Identifikasi Bentuk dan
Dampak Kekerasan pada Anak Usia Dini di Kota Yogyakarta. Jurnal
Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 4(2), 757.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v4i2.451
Pusdatin Kemenkes RI. (2018a). Data KPAI tentang Kekerasan Pada Anak.
Septiawan, H. (2016). Hubungan Antara Verbal Abuse Oleh Orang Tua dengan
Perilaku Agresif Pada Remaja DI SMK Negeri 1 Sedayu Bantul Yogyakarta.
Retrieved from http://repository.unjaya.ac.id/603/
Indonesia.
Taylor, Shelley E, dkk. (2009). Psikologi Sosial. Ed. 12. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Tarmidi & Rambe, Ade Riza Rahma. (2010). Korelasi Antara Dukungan Sosial
Orang Tua dan Sel-derected Learning pada siswa SMA. Jurnal Psikologi.
No. 2. Vol. 37. 216-223.
Zigler, E & Hall, N. W. 1989. Physical child abuse in America: past, present, and
future. In
Zhang, L., Cai, C., Wang, Z., Tao, M., Liu, X., & Craig, W. (2019). Adolescent-to-
mother psychological aggression: The role of father violence and maternal
parenting style. Elsevier: Child Abuse & Neglect. 98,
https://doi.org/10.1016/j.chiabu.2019.104229, sitasi 31 Agustus 2022.
70
Lampiran
THEORETICAL MAPPING
Source: Jurnal
dan pemerintah.
3. Perilaku Kekerasan Ibu terhadap Deskriptif kualitatif dengan 1. Salah satu dampak Kekerasan yang
Anak Selama Pandemi Covid 19, pendekatan studi kasus negatif pandemi covid dialkukan ibu dengan
2021 terjadinya kekerasan berbagai alasan dan
pada anak dalam faktor
berbagai bentuk
seperti emosional
2. Pengetahuan ibu yang
kurang tentang
kekerasan Verbal
4. Kekerasan Verbal pada Anak, Jenis tulisan ini tulisan yang 1. Kekerasan verbal yang Penyebab terjadinya
2019 bersifat literatur review dan studi dilakukan secara lisan kekerasan verbal
pustaka. secara terus menerus pendapatan orang tua,
hingga menyebabkan pengetahuan,
terhambatnya lingkungan
perkembangan pada
anak usia dini
2. Penganiayaan secara
emosional dengan
kekerasan verbal akan
menyebabkan
gangguan emosi pada
anak
5. Pengaruh Pola Asuh dan Jenis penelitian yang digunakan 1. Adanya pengaruh Pola asuh dan kekerasan
Kekerasan Verbal terhadap dalam penelitian ini adalah langsung pola asuh verbal pada anak
kepercayaan Diri, 2019 penelitian Kuantitatif Asosiatif. terhadap kepercayaan berpengaruh terhadap
diri kepercayaan diri
2. Terdapatnya pengaruh
kekerasan verbal
dengan kepercayaan
diri
6. Gambaran Verbal Abuse Orang Penelitian yang digunakan adalah 1. Mayoritas responden Verbal Abuse yg
Tua pada Anak Usia Sekolah deskriptif. mengalami Verbal didapatkan yaitu
Abuse dibentak, dipanggil dgn
teriakan dan nada keras
serta kata-kata kasar,
menjelekkan anak, dan
menghukum
7. Identifikasi Bentuk dan Dampak Peneliti menggunakan angket 1. Kesadaran orang tua Alasan orang tua
Kekerasan pada Anak Usia Dini untuk melakukan pengambilan bahwasanya melakukan kekerasan
dikota Yogyakarta data lalu menganalisanya secara seharusnya kekerasan terhadap anak untuk
statistik dan menguraikna secara terhadap anak tidak mendisiplinkan anak.
deskriptif. dilakukan
2. Namun responden
masih melakukan
kekerasan terhadap
anak dalam berbagai
bentuk
8. Hubungan Perilaku Verbal Abuse Jenis penelitian yang digunakan 1. Orang tua yg tidak Adanya hubungan
Orang Tua dengan Perilaku dalam penelitian ini adalah melakukan Verbal Verbal Abuse orang tua
Bullying pada Anak Usia Sekolah penelitian Kuantitatif (deskriptif Abuse memiliki anak dengan perilaku
korelasional) dengan prilaku bullying pada anak
bullying ringan
2. Sedangka orang tua
yang melakukan
72
Verbal Abuse
memiliki anak dengan
perilaku bullying berat
9. Hubungan Verbal Abuse orang tua Jenis penelitian yang digunakan 1. Adanya pengaruh Besarnya peran orang
dengan Perkembangan Kognitif dalam penelitian ini adalah Verbal Abuse dengan tua dalam
pada Anak Usia Sekolah Di SD penelitian Kuantitatif dengan perkembangan kognitif perkembangan kognitif
Inpres Tempok Kecamatan studi deskriptif korelasi pada anak anak
Tompaso
10. Children of divorce evaluate Data dianalisis menggunakan 1. Semakin sering konflik Semakin banyak
their quality of life: The pemodelan linier hierarkis orang tua yang intensitas konflik
moderating effect of dengan model campuran dirasakan pada waktu semakin rendah
psychological processes yang lama, semakin evaluasi anak terhadap
The Hebrew University, JDC rendah evaluasi anak- kualitas hidup mereka
Hill, POB, 3886, Jerusalem anak terhadap kualitas Kualitas Anak-anak dari
9103702, Israel hidup mereka. orang tua yang
2. Karena konflik orang bercerai kualitas hidup
tua dan bercerai dapat mereka mengacu pada
berimplikasi kepada berbagai faktor risiko
kesejahteraan anak. dan ketahanan.
11. Hubungan Persepsi Siswa Siswi penelitian kuantitatif 1. Persepsi siswa dan Siswa-siswi mengetahui
Sekolah Dasar Terhadap Perilaku siswi kelas 6 terhadap dan memahami tentang
Kekerasan Oleh Orang Tua Di kekerasan anak adalah perilaku kekerasan oleh
Kota Jambi, Iis Hartini, Suandi & siswa- siswi tersebut orang tua, siswa-siswi
Fuad Muchlis, 2020 memahami aspek tersebut merasa sedih
kognisi, afeksi dan apabila mengalami
konasi (>80%) perilaku kekerasan oleh
orang tua. Tidak setuju
kegiatan/perbuatan
kekerasan baik secara
fisik, psikis maupun
seksual oleh orang tua.
Jenis kekerasan yang
paling banyak dialami
adalah kekerasan psikis
karena masalah
ekonomi.
12. Faktor-faktor penyebab orang tua Metode penelitian ini adalah 2. Faktor-faktor yang Faktor yang
melakukan kekerasan verbal pada penelitian kepustakaan (library berhubungan dengan menyebabkan orang tua
anak usia Dini, Erniwati, Wahidah research) yang disebut dengan kejadian kekerasan melakukan kekerasan
Fitriani, 2020 penelitian kepustakaan dengan verbal pada anak usia pada anak diantaranya
data-data yang didapat dari pra-sekolah adalah faktor intern dan
perpustakaan baik berupa umur, pengetahuan, ekstern. Faktor intern
ensklopedia, skripsi, tesis, sikap, pengalaman, dan terdiri dari tingkat
disertasi, buku, jurnal, dokumen, lingkungan. pengetahuan orang tua
kamus, dan majalah. Sumber dan pengalaman
data penelitian ini diperoleh dari orang tua. Faktor
literature berupa jurnal yang ekstern terdiri dari
relevan yang terdiri dari 5 jurnal tingkat ekonomi dan
yang memiliki variable yang faktor lingkungan.
sesuai dengan topik penelitian.
Teknik pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah dokumentasi
yaitu mencari data mengenai
variable berupa artikel atau jurnal.
13. Faktor – faktor Yang Penelitian kuantitatif dengan 3. Hasil penelitian Faktor yang
73
15. Pelecehan Verbal Anak dan Efek Menggunakan desain retrospektif 1. Individu yang telah Mengidentifikasi
psikologinya pada Orang Dewasa, dilecehkan secara beberapa kemungkinan
Lani Thomason, 2018 verbal mengalami efek jangka panjang
rasa tidak aman dan dari kekerasan verbal
mempengaruhi pada masa kanak-
keadaan emosional kanak. Pentingnya
dan kesehatan pendidikan kepada
mental. orang tua tentang
pengaruh jangka
panjang dari kata-kata
orang tua
16. “It's just broken branches”: phenomenological studies Phenomenological penelitian ini
Child welfare-affected mothers' analysis of the life mengungkapkan bukti
dual experiences of insecurity histories of child welfare trauma kompleks yang
and striving for resilience in the af- fected mothers didapat dari
aftermath of complex trauma uncovered evidence of pengalamannya diasuh
and familial substance abuse complex trauma and dalam keluarga dengan
familial substance penyalahgunaan
abuse history, through obat/zat (narkoba). Para
which resilience in the ibu juga mengalami
midst of im- mense banyak trauma dalam
insecurity emerged. kehidupan mereka,
Mothers experienced mulai dari pelecehan
multiple traumas in dan penelantaran, serta
their lives, from abuse kekerasan yang mereka
and neglect to intimate terima dari pasangan.
partner violence. lahir dan diasuh dalam
keluarga dengan
penyalahgunaan obat
terlarang menambah
dampak signifikan bagi
ibu dalam menjalankan
perannya dalam
mengasuh anak-anaknya
17. Adolescent to Mother Methods: Participants were Hasil dalam penelitian ini Hasil dalam penelitian
Psychological Aggression: The 1134 students from 7 to 12 menunjukkan bahwa ini menunjukkan bahwa
Role of Father Violence and grade (M = 14 years, SD = langkah pertama untuk langkah pertama untuk
Maternal Parenting Style 1.5) in Qingdao located in mengakhiri agresi mengakhiri agresi
Shandong Province in east side psikologis remaja psikologis remaja
of China where the Confucian terhadap ibu dimulai dari terhadap ibu dimulai
Culture began. The ayah menunjukkan rasa dari ayah menunjukkan
instruments used were a hormat kepada kakek- rasa hormat kepada
demographics questionnaire, nenek dan memiliki kakek-nenek dan
adolescent-to-mother hubungan yang sehat memiliki hubungan
psychological aggression dengan kakek-nenek, yang sehat dengan
questionnaire, father’s violent yang akan memberikan kakek-nenek, yang akan
behavior questionnaire and contoh bagaimana anak memberika1n contoh
maternal parenting style berinteraksi dengan ibu bagaimana anak
questionnaire. mereka dan bagaimana berinteraksi dengan ibu
berperilaku dengan tradisi mereka dan bagaimana
moral . Langkah kedua berperilaku dengan
adalah menghentikan tradisi moral . Langkah
perilaku kekerasan fisik kedua adalah
ayah kepada ibu. Langkah menghentikan perilaku
ketiga adalah membangun kekerasan fisik ayah
75