Anda di halaman 1dari 39

PERBEDAAN EFIKASI DIRI PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA ANGKATAN 2021 YANG MENONTON


FILM MOTIVASI DAN TIDAK

Dosen Pengampu:
Deasyanti, Ph. D.
Fildzah Rudyah Putri, M.Si

Disusun Oleh:
Kurniati 1801620107
Maura Afnes Syifa 1801620088
Paulina Natasya Hermina 1801620051
Roza Alifia Aegista 1801620100

FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2022
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Identifikasi Masalah 4
1.3. Pembatasan Masalah 4
1.4. Rumusan masalah 4
1.5. Tujuan Penelitian 4
1.6. Manfaat Penelitian 4
1.6.1. Manfaat Teoritis 4
1.6.2. Manfaat Praktis 5
1.6.2.1 Bagi Subjek 5
1.6.2.2 Bagi Instansi 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6


2.1 Efikasi Diri 6
2.1.1 Pengertian Efikasi Diri 6
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi diri 6
2.1.3 Dimensi Efikasi Diri 7
2.2 Film Motivasi 8
2.2.1 Pengertian Film Motivasi 8
2.2.2 Karakteristik Film Motivasi 9
2.3 Hubungan Antar Variabel 10
2.4 Kerangka Berpikir 10
2.5 Hipotesis Penelitian 11
2.6 Hasil Penelitian yang Relevan 11

BAB III METODE PENELITIAN 14


3.1. Tipe penelitian 14
3.2. Desain penelitian 14
3.3. Identifikasi dan Operasionalisasi Variabel Penelitian 15
3.3.1. Variabel Terikat (Dependent Variable) 15
3.3.2. Variabel Bebas (Independent Variable) 16
3.3.3. Variabel Sekunder (Extraneous Variable) 16
3.4. Populasi dan Subjek Penelitian 16
3.5. Teknik Pengumpulan Data 17
3.5.1 Instrumen Penelitian 18
3.5.2 Validitas Instrumen 18
3.5.3 Reliabilitas Instrumen 18
3.6. Prosedur Penelitian 19
3.7. Analisis Data 20

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 21

i
4.1 Gambaran Responden 21
4.2 Prosedur Penelitian 22
4.2.1 Persiapan Penelitian 22
4.2.2 Pelaksanaan Penelitian 24
4.2.2.1 Waktu Penelitian 24
4.2.2.2 Tempat Pelaksanaan 24
4.3 Hasil Analisis Data 26
4.3.1 Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest Self Efficacy Kelompok Eksperimen 26
4.3.2 Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest Self Efficacy Kelompok Kontrol 27
4.3.3 Uji Normalitas 27
4.3.4 Uji Homogenitas 28
4.3.5 Uji Hipotesis 29
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian 29
4.5 Keterbatasan Penelitian 30

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 32


5.1 Kesimpulan 32
5.2 Implikasi 32
5.3 Saran 32
5.3.1 Bagi Subjek 32
5.3.2 Bagi Orang Tua 32
5.3.3 Bagi Peneliti Selanjutnya 32

DAFTAR PUSTAKA 34

LAMPIRAN 35

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di masa sekarang perkembangan film semakin maju didukung dengan teknologi
yang semakin canggih. Film merupakan sebuah karya cipta seni dan budaya yang
merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas
sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan bahan
hasil penemuan teknologi lainnya melalui proses proses elektronik dengan atau tanpa
yang dapat dipertunjukkan dengan sistem Proyeksi mekanik dan elektronik (UU
8/1992). Film dapat digunakan sebagai media komunikasi massa yang memberikan efek
positif dan negatif baik secara langsung atau tidak langsung kepada penonton.
Kekuatan dan kemampuan film menjangkau banyak segmen sosial, lantas membuat
para ahli film memiliki potensi untuk mempengaruhi khalayaknya (Sobur, 2004:127).
Dari jangkauan setiap film memiliki pengaruh yang cukup signifikan kepada
penontonnya, seperti film motivasi yang berisikan tentang perjalanan atau kisah hidup
dari seorang tokoh. Dengan suatu film motivasi dapat membantu terciptanya budaya
baru serta media yang lebih efektif di kalangan masyarakat, serta film juga menjadi
lebih menyatu dengan media lain seperti buku, musik, dan televisi (Jowet dan Linton,
1980 dalam Mc Quail, 2011:37).
Pada dasarnya setiap individu memiliki efikasi diri, yang merupakan evaluasi
seseorang terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas,
mencapai tujuan, atau mengatasi hambatan (Baron & Byrne, 2004). Dengan adanya
efikasi diri dapat menimbulkan rasa kepercayaan seseorang atas kemampuannya dalam
menguasai situasi dan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan Santrock (2007).
Dalam menumbuhkan rasa percaya diri atas kemampuan yang dimiliki individu di masa
sekarang dapat dilakukan dengan melihat contoh nyata yang dikemas dalam bentuk
visual menggunakan media yang mudah diakses yaitu dalam bentuk film. Jenis film
sendiri terdapat berbagai variasi genre, dengan variasi film inilah dapat memberikan
kesempatan media film sebagai sarana pembelajaran yang mudah didapat oleh
masyarakat terkhusus mahasiswa. Salah satunya film yang dapat dijadikan
pembelajaran adalah film pendek dengan tema motivasi yang berisikan kisah inspiratif,

1
serta membangkitkan semangat kepada mahasiswa agar dapat mencapai efikasi diri
dengan optimal.
Bandura mengungkapkan (dalam, Dahar 2011) perilaku menonton, melihat,
mengamati merupakan salah satu bentuk dari proses belajar kognitif yang dituangkan
dalam bentuk tindakan. Dalam belajar mengamati (observational learning) berpengaruh
terhadap tingkah laku seseorang melalui imitasi dan modelling (Santrock, 2011). Dari
proses mengamati dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh yang cukup besar dari film dan
media terhadap tingkah laku seseorang, hal tersebut dikarenakan tampilan visual serta
audio yang ditayangkan dalam bentuk yang menarik dan tidak bosan sehingga
penontonnya lebih mudah mengingat makna tersirat dari sebuah film atau berita. Seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa film dapat menjadi media komunikasi dalam
menyampaikan perasaan atau makna tersirat mulai dari kehidupan nyata seseorang
hingga fantasi yang tidak terpikirkan sebelumnya. Setiap aspek film dapat membantu
para penontonnya untuk lebih mengeksplorasi perasaan ataupun menyadarkan cerminan
diri mereka ketika melihat suatu adegan yang ditampilkan, hal tersebut menimbulkan
berbagai macam ekspresi penonton ketika menonton film, seperti menangis, tertawa,
terkesima, dan ekspresi lainnya.
Film memiliki berbagai jenis genre, seperti komedi, horor, drama, dokumenter,
action, dan lain sebagainya. Pada penelitian kali ini peneliti memilih genre film drama
yang bertemakan motivasi untuk diberikan perlakuan kepada subjek. Genre drama
dipilih karena tema mengedepankan ketertarikan perasaan sehingga para penonton lebih
meresapi cerita atau kejadian yang menimpa tokoh di dalam film tersebut (Askurifai,
2003). Selain itu film dengan genre drama alur cerita yang diciptakan membuat
penonton seakan-akan berada di dalam film tersebut sehingga menimbulkan perasaan
emosi seperti sedih, marah, atau bahkan sangat kesal. Selain itu film dijadikan media
untuk pembelajaran dengan banyak pengalaman dan juga cerita inspiratif yang
ditayangkan. Dengan menonton film dapat menimbulkan keinginan seseorang untuk
melakukan perilaku yang ditayangkan, jika perilaku di dalam film bersifat positif maka
akan berdampak baik pula kepada penontonnya.
Pada penelitian ini film yang ditayangkan adalah film pendek (short movie) yang
dimana film tersebut berisikan kisah tokoh yang sederhana dan komplek dengan durasi
dibawah 60 menit. Mengenai konten yang terdapat di film pendek berisikan kebebasan

2
kreativitas bagi pembuat serta memberikan variasi untuk para penonton. Hal tersebut
sejalan dengan alasan peneliti memilih menayangkan film pendek dikarenakan jumlah
durasi yang tidak terlalu lama namun makna dari cerita film secara tersirat mudah
diterima oleh penonton. Jenis film pendek banyak diproduksi oleh mahasiswa ataupun
sekelompok orang lainnya sebagai batu loncatan untuk memproduksi film cerita
panjang ataupun film layar lebar. Tema dari film pendek motivasi yang ingin
ditayangkan peneliti mengandung unsur efikasi diri dari tokoh film tersebut. Dalam
menumbuhkan efikasi diri dibutuhkan contoh nyata juga kepercayaan diri seseorang
untuk melakukan suatu hal yang akan dicapai dengan melalui berbagai hambatan.
Tidak jarang para remaja akhir di masa sekarang lebih menyukai pembelajaran
dengan media berbentuk visual dan audio seperti menonton video pembelajaran melalui
platform sosial media. Hal ini turut dilakukan oleh mahasiswa Psikologi Universitas
Negeri Jakarta angkatan 2021 yang dimana telah melakukan pembelajaran secara daring
dengan menonton video pembelajaran ataupun film dengan berbagai genre yang
diminati. Berdasarkan pengamatan genre film yang paling diminati remaja adalah genre
film drama, horor, dan komedi. Hal tersebut sesuai dengan genre film yang ingin
ditayangkan oleh peneliti kepada responden berupa film bergenre drama bertemakan
motivasi yang terdapat unsur efikasi diri dari tokoh film tersebut, serta film bergenre
komedi juga akan diberikan kepada responden sebagai bentuk pengalihan dari
kelompok yang akan diamati.
Sehingga berdasarkan penjelasan diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang
Pengaruh Pengaruh Film Motivasi terhadap Efikasi diri pada Mahasiswa FPPSI
Universitas Negeri Jakarta angkatan 2021.

3
1.2. Identifikasi Masalah
1. Bagaimana gambaran self efficacy pada mahasiswa FPPsi UNJ angkatan 2021?
2. Apakah terdapat pengaruh antara film bertema motivasi terhadap self efficacy
mahasiswa FPPsi UNJ angkatan 2021?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada self efficacy kelompok yang
menonton film motivasi dan yang tidak menonton film motivasi?

1.3. Pembatasan Masalah


Berdasarkan identifikasi masalah diatas, penelitian ini dibatasi pada perbedaan
yang signifikan pada self efficacy mahasiswa Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas
Negeri Jakarta angkatan 2021 yang menonton film motivasi dan yang tidak menonton
film motivasi

1.4. Rumusan masalah


Berdasarkan pembatasan masalah diatas maka rumusan masalah yang akan
diteliti pada penelitian ini adalah “Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada self
efficacy kelompok yang menonton film motivasi dan yang tidak menonton film
motivasi?”

1.5. Tujuan Penelitian


Penelitian eksperimental ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah
terdapat perbedaan yang signifikan pada self efficacy kelompok yang menonton film
motivasi dan yang tidak menonton film motivasi mahasiswa.

1.6. Manfaat Penelitian


Berdasarkan pada pemaparan diatas, maka manfaat penelitian ini sebagai
berikut:
1.6.1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah dan memperkaya khasanah
keilmuan pada bidang psikologi, khususnya mengenai cara meningkatkan efikasi diri
pada remaja akhir.

4
1.6.2. Manfaat Praktis
1.6.2.1 Bagi Subjek
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi informasi mengenai pengaruh
film dalam efikasi diri
1.6.2.2 Bagi Instansi
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan bagi institusi sebagai
pertimbangan untuk menjadikan film sebagai media dalam efikasi diri terutama pada
mahasiswa.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Efikasi Diri
2.1.1 Pengertian Efikasi Diri
Bandura (2001) dalam Feist & Feist (2017) mendefinisikan efikasi diri
keyakinan individu akan kemampuannya sendiri dalam mengendalikan kinerja dan
keadaan lingkungan. Meski demikian, Bandura juga menegaskan bahwa efikasi diri
berbeda dengan ekspektasi diri akan keberhasilan. Istilah efikasi digunakan ketika
individu yakin atas kapasitas diri mereka sendiri untuk melakukan tindakan tertentu,
sedangkan ekspektasi digunakan ketika individu memperkirakan kemungkinan akan
hasil dari perilaku itu. Selain itu, Tingkatan efikasi diri pada individu akan
mempengaruhi tindakan individu itu sendiri. Orang dengan efikasi diri tinggi lebih
mungkin untuk bertindak dan berhasil daripada mereka yang memiliki efikasi diri
rendah (Bandura, 1997 dalam Feist & Feist, 2017).

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi efikasi diri


Terdapat 4 faktor yang mempengaruhi self efficacy menurut Bandura, yaitu
(Bandura, 1997 dalam Feist & Feist, 2017):
1. Pengalaman penguasaan (mastery experience)
Bandura menyatakan bahwa pengalaman penguasaan atau pencapaian yang
diraih individu sebelumnya merupakan faktor terkuat yang mempengaruhi
efikasi diri. Lebih lanjut terdapat enam komponen dari pengalaman penguasaan,
yaitu: 1) Kinerja yang baik; 2) Keberhasilan melakukan tugas secara individu; 3)
Perasaan telah memberikan upaya maksima; 4) Efek dari kegagalan dibawah
tekanan tinggi tidak melemahkan diri seperti halnya saat berada dalam kondisi
maksimal; 5) Kegagalan sebelum pengalaman penguasaan memberikan dampak
negatif yang lebih besar daripada setelah meraih pengalaman penguasaan; 6)
Kegagalan memberi dampak kecil pada efikasi diri, terutama ketika memiliki
harapan sukses yang tinggi.
2. Model sosial (social modeling)
Model sosial bersumber dari momen menyaksikan individu lain. Semakin mirip
individu tersebut dengan diri kita, maka akan semakin berpengaruh terhadap

6
efikasi diri. Ketika model sosial meraih pengalaman keberhasilan, maka efikasi
diri kita akan meningkat. Sebaliknya jika model sosial meraih kegagalan, maka
efikasi diri kita akan menurun
3. Persuasi sosial (social persuasion)
Persuasi atau ajakan orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri saat berada
pada situasi yang tepat. Tak hanya itu, persuasi ini akan semakin mempengaruhi
efikasi ketika bersumber dari orang yang dipercaya, memiliki status dan otoritas,
dan memiliki kinerja yang sukses.
4. Keadaan fisik dan emosional (physical and emotional states)
Keadaan fisik dan emosional memberikan pengaruh terhadap tingkatan efikasi
diri individu. Misalnya, ketika individu mengalami ketakutan yang hebat,
kecemasan akut, atau tingkat stres yang tinggi cenderung memiliki efikasi yang
lebih rendah. Tak hanya itu, kondisi ini juga dapat berupa gairah emosional,
seperti fobia. Semakin tinggi gairah seseorang umumnya akan semakin rendah
efikasi diri. Hal ini karena tingginya gairah emosional yang didapat dari kondisi
seperti fobia akan menghalangi individu untuk mengerjakan tugas kompleks.
Akibatnya individu akan mengalami penurunan pada efikasi diri.

2.1.3 Dimensi Efikasi Diri


Bandura (1997) dalam Haloho (2018) membagi efikasi diri ke dalam tiga
dimensi. Berikut penjabarannya:
a. Magnitude
Magnitude merupakan keyakinan individu atas kapasitasnya dalam menangani
suatu kesulitan tugas. Ketika individu memiliki efikasi diri yang tinggi, maka
cenderung memilih mengerjakan tugas yang menurutnya sulit untuk dihadapi.
Hal ini karena efikasi diri yang tinggi akan mempengaruhi individu untuk
merasa bahwa dirinya mampu menghadapi kesulitan tersebut.
b. Generality
Generality merupakan keyakinan individu terhadap kemampuannya dalam
menghadapi variasi tugas. Ketika memiliki efikasi tinggi, individu cenderung
meyakini bahwa dirinya dapat mengerjakan berbagai tugas dengan segala situasi.

7
Berbeda halnya dengan individu pada umumnya yang cenderung merasa hanya
bisa mengerjakan tugas dan kondisi tertentu.
c. Strength
Strength merupakan kualitas keyakinan individu tentang seberapa kuat dirinya
dalam menghadapi tekanan dan bertahan dalam menyelesaikan suatu tugas.
Ketika keyakinan individu kuat, maka dirinya akan lebih merasa mampu dan
tekun menghadapi berbagai macam kesulitan.

2.2 Film Motivasi


2.2.1 Pengertian Film Motivasi
Menurut Undang-Undang mengenai perfilman, film dapat didefinisikan sebagai
karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang
dibuat berdasarkan kaidah sinematografi dengan atau tanpa suara dan dapat
ditayangkan. Beberapa asas sinematografi yang perlu diperhatikan sebagai pembuat
suatu film yaitu, perekaman pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau
bahan hasil penemuan teknologi lainnya. Selanjutnya, Yasri dan Mulyani (2016)
mengemukakan bahwa film adalah sebuah media yang berguna menyampaikan cerita
dalam bentuk audio-visual sebagai gambaran dari cerita kehidupan dan
pengembangan emosi suatu narasi yang disusun untuk menyampaikan sebuah
konsep. Berdasarkan dari uraian-uraian sebelumnya didapatkan bahwa film motivasi
merupakan media komunikasi massa yang mengandung unsur inspiratif yang diberikan
melalui stimulus audio dan visual dan berguna untuk menyampaikan cerita serta suatu
konsep yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dan dapat memberikan edukasi serta
efek terapeutik.
Bandura (dalam Dahar, 2011) memaparkan bahwa dalam perilaku menonton,
melihat dan mengamati terjadi proses belajar dan penyerapan menggunakan gambaran
kognitif dan tindakan. Proses ini memuat empat tahapan, yaitu perhatian, mengingat,
reproduksi gerak dan dorongan/motivasi. Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan
bahwa film dapat menjadi media yang baik dan sangat berpengaruh bagi individu
dibandingkan dengan media lainnya dikarenakan audio dan juga visual yang terdapat
dalam film membantu penonton untuk merasa tidak bosan dan dapat mengingat lebih
baik dikarenakan adanya format yang menarik pula.

8
Film motivasi menginformasikan gambaran-gambaran yang terjadi dalam film,
sehingga hal ini dapat berpengaruh pada individu yang menonton dan memberikan
kesempatan pada penonton untuk dapat memahami juga mengeksplorasi keinginan,
dorongan dan kekuatan dalam diri masing-masing.

2.2.2 Karakteristik Film Motivasi


Marsick (2010) memaparkan, bahwa pemilihan film motivasi sebagai terapeutik
perlu diperhatikan dari segi kebutuhan subjek dan aspek pemilihan film. Menurut
Hesley dan Hesley (2001) terdapat beberapa aspek dalam memilih film, yaitu sebagai
berikut:
a. Tokoh utama yang inspiratif
Film yang dipilih hendaknya memiliki tokoh panutan yang menginspirasi agar
dapat mempengaruhi kepercayaan diri subjek terhadap dirinya sendiri dan dapat
memotivasi subjek untuk melakukan tindakan yang didasari oleh kepercayaan
akan kemampuan yang ia miliki.
b. Konten yang sesuai
Penting untuk menyesuaikan konten film yang akan diberikan pada subjek.
Dalam penelitian ini pemberian perlakuan menonton film motivasi ditujukan
untuk melihat pengaruhnya pada efikasi diri subjek.
c. Minat dan ketertarikan penonton
Dalam pemilihan film motivasi yang ingin diputarkan haruslah
mempertimbangkan minat dan ketertarikan personal subjek. Film yang
diputarkan tidak boleh berdurasi terlalu lama hingga bisa membuat subjek
bosan, tidak monoton dan memiliki alur cerita yang menarik.
d. Karakter dalam film yang dapat menyelesaikan masalah
Karakter dalam film yang dipilih harus punya kemampuan dalam menyelesaikan
masalah yang terjadi pada film dengan baik. Hal ini harus dapat dipandang
inspiratif bagi subjek agar dapat memicu peningkatan motivasi dan kepercayaan
akan diri.
e. Pesan tidak langsung
Pesan yang terkandung dalam film berbentuk pesan tidak langsung. Hal tersebut

9
dimaksudkan agar subjek dapat memaknai sendiri arti dan informasi yang ingin
disampaikan oleh film.
f. Tema yang menginspirasi
Tema film yang ditayangkan harus dapat menginspirasi agar dapat
mempengaruhi motivasi dan efikasi diri subjek penelitian.

2.3 Hubungan Antar Variabel


Efikasi diri merupakan keyakinan individu atas kemampuan dirinya sendiri
dalam mengatasi suatu masalah dan situasi. Dalam faktor efikasi diri, beberapa
diantaranya terdapat model sosial dan persuasi sosial yang dapat mempengaruhi tingkat
efikasi diri.
Proses peningkatan self efikasi seseorang ini dapat dilakukan dengan
menayangkan film motivasi. Sudah banyak penelitian yang memaparkan bahwa film
memiliki efek edukasi. Penelitian ini ingin melihat efektivitas penayangan film motivasi
kepada subjek untuk melihat peningkatan efikasi diri lewat pengaruh model sosial dan
persuasi sosial yang terkandung dalam film.

2.4 Kerangka Berpikir

10
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ada, maka hipotesis yang peneliti ajukan dalam
penelitian ini adalah:
​ Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada self efficacy kelompok
yang menonton film motivasi dengan yang tidak menonton film motivasi.
​ Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan pada self efficacy kelompok yang
menonton film motivasi dengan yang tidak menonton film motivasi.

2.6 Hasil Penelitian yang Relevan
Berikut beberapa penelitian terdahulu yang telah membahas mengenai pengaruh
film pada aspek psikologis tertentu:
1. Penelitian berjudul “Efektivitas Film Motivasi untuk Menurunkan
Kecemasan pada Remaja yang Menghadapi Ujian SBMPTN”.
Yusmita, Fitriatul Masruroh, Riza Faishol. Institut Agama Islam
Ibrahimy, Jurnal 2022. Penelitian ini dilaksanakan di sekretariat
Hipermata di Kota Makassar. Penelitian ini merupakan penelitian
eksperimental dengan one group pretest posttest design. Penggunaan
desain ini ditujukan untuk melihat efektivitas pemberian perlakuan
berupa film motivasi yang ditetapkan sebagai variabel independen untuk
menurunkan kecemasan pada remaja yang ingin menghadapi ujian
SBMPTN di . Dengan membandingkan hasil skor pretest dan posttest
pada 6 subjek dan uji Mann Whitney dan Wilcoxon menggunakan SPSS
For Windows 22,0., ditemukan bahwa kecemasan sebelum menonton
film motivasi lebih tinggi dibanding kecemasan setelah menonton film
motivasi. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian tontonan film motivasi
efektif dalam menurunkan kecemasan pada remaja yang ingin
menghadapi ujian SBMPTN.
2. Penelitian berjudul “Efektivitas Terapi Film Dalam Meningkatkan
Percaya Diri”. Yoga Anggi Ardhana. Universitas Mulawarman,
Jurnal 2021. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 31 Samarinda
dengan 60 siswa sebagai subjek penelitian yang diambil menggunakan
metode purposive sampling. Penelitian ini merupakan penelitian

11
eksperimental dengan non-randomized pre test-post test control group
design. Penggunaan desain ini ditujukan untuk efektivitas terapi film
dalam meningkatkan kepercayaan diri dengan membandingkan hasil
pretest dan posttest dari kelompok kontrol dan eksperimen. Pengukuran
pada penelitian ini menggunakan skala percaya diri oleh lauster (1978)
pada pretest dan posttest serta menggunakan modul semiotika dari film
yang dipilih sebagai media terapi pada proses follow up. Dengan
melakukan pengujian paired t-test menggunakan SPSS, ditemukan
bahwa ditemukan perbedaan atau peningkatan percaya diri antara
sebelum dan sesudah pemberian perlakuan pada kelompok eksperimen.
Sementara itu, pada kelompok kontrol tidak ditemukan adanya
perbedaan atau peningkatan percaya diri antara sebelum dan sesudah
pemberian. Hal ini berarti terdapat peningkatan kemampuan percaya diri
siswa setelah dilakukan terapi film pada siswa kelas VII SMP Negeri 31
Samarinda.
3. Penelitian berjudul “Efektivitas Terapi Film Dalam Meningkatkan
Harga Diri”. Nikmatul Hidayati Solikhatin, Hairani Lubis.
Universitas Mulawarman, Jurnal 2021. Penelitian ini dilaksanakan di
SMP Negeri 31 Samarinda dengan 60 siswa sebagai subjek penelitian
yang diambil menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini
merupakan penelitian eksperimental dengan non-randomized pre
test-post test control group design. Penggunaan desain ini ditujukan
untuk melihat apakah ada perbedaan antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberi perlakuan tontonan film,
sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan tontonan film.
Pengukuran pada penelitian ini menggunakan skala harga diri pada
pretest dan posttest dengan 4 alternatif piliham jawaban: sangat sesuai
(SS), sesuai (S), tidak sesuai (TS), dan sangat tidak sesuai (STS). Dengan
melakukan pengujian paired t-test menggunakan SPSS 24.0 for windows,
ditemukan bahwa hasil hipotesis H1 diterima dan H0 ditolak, artinya
subjek yang diberikan terapi film mengalami peningkatan harga diri pada
kelompok eksperimen. Sementara itu, pada kelompok kontrol tidak

12
ditemukan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak, artinya subjek yang tidak
diberikan terapi film juga mengalami peningkatan harga diri. Hal ini
berarti terdapat peningkatan harga diri siswa setelah dilakukan terapi
film pada siswa kelas VIII SMP Negeri 31 Samarinda.

13
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tipe penelitian


Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kuantitatif.
Penelitian kuantitatif menurut paparan Wiratna (2014), penelitian kuantitatif merupakan
bentuk penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang diperoleh dari hasil
pengukuran. Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan adalah metode
penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen merupakan metode penelitian
yang digunakan untuk mencari pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap variabel
lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono, 2009).

3.2. Desain penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Pretest-Posttest Control Group
Design dimana desain melibatkan 2 kelompok yaitu Kelompok Kontrol dan Kelompok
Eksperimen. Pada kelompok kontrol akan diberikan pretest selanjutnya manipulasi
placebo berupa pemberian film komedi yang tidak memiliki unsur motivasi dan efikasi
diri, dan terakhir dilakukan post-test. Untuk kelompok eksperimen akan diberikan
pretest, selanjutnya pemberian manipulasi berupa penayangan film motivasi, dan
terakhir post-test. Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah efikasi diri.
Pada penelitian ini peneliti memberikan teknik kontrol kepada subjek Kelompok
Kontrol dan Kelompok Eksperimen. Adapun kontrol dari subyek yang diberikan dalam
penelitian ini adalah usia, kondisi kesehatan fisik, tingkat pendidikan, kondisi jaringan
internet dan pernah atau belumnya menonton film yang peneliti ingin tayangkan. Selain
itu, dilakukan juga kontrol kondisi yang mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian
seperti isi dan durasi film yang ditonton serta waktu dilaksanakannya penelitian.
Perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini adalah menonton film. Adapun Media
dan alat pendukung lainnya yang dibutuhkan adalah perangkat elektronik seperti
handphone atau laptop yang tersambung internet. Sesi penelitian dilakukan sebanyak 1
kali pertemuan dimana kelompok eksperimen diberi satu tontonan film. Sementara itu,
kelompok kontrol diberikan perlakuan plasebo di mana film yang diberikan tidak
mengandung unsur efikasi diri.

14
Tabel Pretest-Posttest Control Group Design

Kelompok Pretest Manipulasi Post-test

Kelompok Eksperimen O1 X1 O3

Kelompok Kontrol O2 X2 O4

Keterangan:
O1 = Pretest Kelompok Eksperimen
O2 = Pretest Kelompok Kontrol
X1 = Perlakuan Kelompok Eksperimen
X2 = Perlakuan Plasebo Kelompok Kontrol
O3 = Post-test Kelompok Eksperimen
O4 = Post-test Kelompok Kontrol

3.3. Identifikasi dan Operasionalisasi Variabel Penelitian


Pengidentifikasian variabel dilakukan dengan menentukan variabel-variabel
yang ada di dalam penelitian. Variabel-variabel yang terbagi pada penelitian ini
berjumlah tiga variabel yang berjenis: variabel terikat (Dependent Variable), variabel
bebas (Independent Variable) dan variabel sekunder (Extraneous Variable).
3.3.1. Variabel Terikat (Dependent Variable)
Menurut pemaparan Sugiyono (2004), variabel terikat merupakan variabel yang
terkena pengaruh dari data karena adanya variabel bebas. Adapun variabel terikat pada
penelitian ini yang merupakan efikasi diri.
● Definisi Konseptual Efikasi Diri
Self efficacy merupakan keyakinan seseorang atas kemampuan diri sendiri untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan.
● Definisi Operasional Efikasi Diri
Efikasi diri merupakan skor hasil pengukuran pengisian instrumen self efficacy
melalui tiga dimensi, yaitu magnitude (tingkat), generality (generalisasi), dan
strength (kekuatan) yang pada penelitian ini diukur menggunakan skala likert 1
(Sangat Tidak Setuju/STS) sampai 4 (Sangat Setuju/SS) untuk pertanyaan
favorable dan skala likert 1 (Sangat Setuju/SS) sampai 4 (Sangat Tidak
Setuju/STS) untuk pertanyaan unfavorable.

15
3.3.2. Variabel Bebas (Independent Variable)
Menurut pemaparan Sugiyono (2015), variabel bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab dari perubahan variabel terikat. Adapun
variabel bebas pada penelitian ini yang merupakan film motivasi.
● Definisi Konseptual Film Motivasi.
Film motivasi merupakan media komunikasi massa dengan stimulus audio dan
visual yang mengandung unsur inspiratif dan dibuat berdasarkan asas
sinematografi.
● Definisi Operasional Film Motivasi
Film yang akan diberikan pada penelitian ini adalah film pendek yang berjudul
“Aku Penggerak Mimpi 1 dan 2” yang didalamnya mengandung aspek motivasi
terkait efikasi diri yang akan dilaksanakan satu kali dengan durasi kurang lebih
50 menit.

3.3.3. Variabel Sekunder (Extraneous Variable)


Menurut Fraenkel (2006), variabel sekunder atau variabel luar adalah
variabel-variabel bebas lain yang dapat mempengaruhi variabel terikat dalam suatu
penelitian. Terdapat beberapa variabel sekunder dalam penelitian ini yaitu, usia,
pendidikan, jaringan dan waktu pemutaran film.
Variabel sekunder ini dapat dikontrol agar tidak menjadi pengaruh bagi variabel
terikat pada penelitian. Peneliti mengontrolnya dengan cara menentukan kriteria yang
perlu dipenuhi pada partisipan, seperti partisipan harus berusia 18 hingga 21 tahun,
berkuliah di Fakultas Psikologi UNJ angkatan 2021 dan memiliki jaringan bagus yang
stabil. Peneliti juga menggunakan zoom meeting agar waktu pelaksanaan dan
pemutaran film pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dilaksanakan
secara serentak.

3.4. Populasi dan Subjek Penelitian


Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Remaja akhir berusia 18-21 tahun
2. Mahasiswa Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Jakarta angkatan
2021

16
3. Bersedia menjadi partisipan dalam penelitian yang dibuktikan melalui informed
consent dan mengikuti seluruh kegiatan pada sesi menonton film
4. Memiliki kondisi fisik yang sehat
5. Belum pernah menonton film yang akan disajikan dan mengikuti penelitian
serupa. Hal ini dimaksudkan agar semua partisipan yang ikut serta dalam
penelitian ini tidak memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai self efficacy
dari partisipan lainnya
6. Memiliki koneksi internet yang bagus

3.5. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti yaitu dengan pemberian form
dengan skala. Skala merupakan suatu alat ukur berupa pertanyaan atau pernyataan yang
memiliki stimulus untuk mengungkap indikator perilaku sehingga mampu memancing
jawaban yang dapat menggambarkan diri responden dan kemudian dapat
diinterpretasikan (Azwar 2010). Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian
ini adalah skala self efficacy Bandura yang telah diadaptasi oleh Eristan Melyana (2018)
yang terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable, item-item disusun dengan
memperhatikan keseimbangan pernyataan positif dan negatif. Skala dari self efficacy
terdiri dari 25 item dengan 11 pernyataan favorable dan 14 pernyataan unfavorable.
Item favorable memiliki nilai dari 1 (Sangat Tidak Setuju), sampai 4 (Sangat Setuju).
Sedangkan item unfavorable memiliki nilai 1 (Sangat setuju) hingga 4 (Sangat Tidak
Setuju). Kemudian skala self efficacy ini disusun berdasarkan tiga dimensi, yaitu
magnitude (tingkat), generality (generalisasi), dan strength (kekuatan).
Skala self efficacy diberikan kepada kelompok pembanding dan kelompok
eksperimen berupa pre-test dan post test, yang tujuannya untuk mengukur tingkat self
efficacy pada responden saat sebelum dan sesudah diberi perlakuan berupa menonton
film pendek. Pada penelitian ini menggunakan skala likert yaitu skala yang digunakan
untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial, Sugiyono (2012:93). Skala likert berisi 4 alternatif jawaban
yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).

17
3.5.1 Instrumen Penelitian
Blueprint Instrumen Self Efficacy

No. Dimensi Favorable Unfavorable Total

1. Magnitude 1, 11 8, 12, 16, 22 6


(tingkat)

2. Generality 2, 10, 13, 18, 4, 5, 9, 15, 24 10


(generalisasi) 23

3. Strength 6, 7, 17, 19 3, 14, 20, 21, 9


(kekuatan) 25

Total 11 14 25

3.5.2 Validitas Instrumen


Validitas merupakan sejauh mana alat ukur yang digunakan dapat secara tepat
dan cermat menjalankan fungsinya (Azwar, 2012 dalam Iqbal, 2018). Proses uji
validitas dalam skala ini dilakukan Eristan (2018) dengan 50 mahasiswa sebagai sampel
pengujian. Pengujian skala self efficacy pada November 2018 di Kampus Mrican dan
Paingan Universitas Sanata Dharma. Tiap item pada skala ini diuji menggunakan SPSS
versi 21.0. Item dinyatakan valid apabila r ≥ 0.30 (Supratiknya, 2014 dalam Melyana,
2018). Dari pengujian tersebut, item skala self efficacy yang semula 30 item menjadi 25
item. Item-item tersebut, yaitu nomor 4, 15, 18, 20, 23. Lima item tersebut digugurkan
karena item total correlation (r )nya berada dibawah 0.30. Dengan begitu total item soal
yang dipertahankan berjumlah 25 dengan rincian: 6 item dimensi magnitude, 10 item
dimensi generality, 9 item strength.

3.5.3 Reliabilitas Instrumen


Reliabilitas mengacu pada konsistensi hasil penggunaan alat ukur yang
mengarah pada kecermatan pengukuran (Azwar, 2012 dalam Iqbal, 2018). Pengujian
reliabilitas instrumen ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 20.0 for Windows.
Hasil dari uji reliabilitas ini nantinya akan dibandingkan dengan kriteria reliabilitas
menurut Guilford. Berikut penjabarannya:

18
Tabel Karakteristik Reliabilitas Guilford

No Koefisien Reliabilitas Kriteria

1 >0,9 Sangat Reliabel

2 0,7-0,9 Reliabel

3 0,4-0,69 Cukup Reliabel

4 0,2-0,39 Kurang Reliabel

5 <0,2 Tidak Reliabel

Berdasarkan pengujian skala self efficacy yang telah dilakukan Melyana (2018)
diperoleh hasil berikut:
Tabel Hasil Uji Reliabilitas

Dimensi Koefisien Reliabilitas Kriteria

Magnitude 0.650 Cukup Reliabel

Generality 0,799 Reliabel

Strength 0,806 Reliabel


Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa terdapat 1 dimensi pada skala
yang berada pada kategori cukup reliabel dan 2 dimensi lainnya berada pada kategori
reliabel. Meski demikian, Melyana (2018) juga telah melakukan pengujian koefisien
alpha berstrata yang ditujukan untuk melihat reliabilitas alat ukur secara keseluruhan
tidak hanya tiap dimensi. Dari pengukuran tersebut diperoleh koefisien alpha sebesar
0,906. Koefisien alpha yang mendekati koefisien 1, mengindikasikan bahwa reliabilitas
alat ukur secara keseluruhan berada pada kategori baik.

3.6. Prosedur Penelitian


Berikut adalah beberapa prosedur penelitian yang dilakukan oleh peneliti :
- Kelompok dibagi menjadi 2 yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
- Kelompok Eksperimen: Pretest, pemberian perlakuan dengan memutar film
pendek yang terdapat unsur motivasi, Post-test

19
- Kelompok Kontrol: Pretest, pemberian perlakuan dengan memutar film komedi
yang tidak memiliki unsur efikasi diri, Post-test
- Peneliti melakukan conference call via discord/zoom dan dibagi menjadi 2 room
(kelompok kontrol dan kelompok eksperimen), kemudian menayangkan film
pendek tersebut
- Sebelum film pendek diputar responden akan diberikan pre-test terlebih dahulu
- Memberikan perlakukan kepada kelompok eksperimen dengan menayangkan
film pendek yang terdapat unsur self efficacy
- Setelah menonton film pendek dan pemberian perlakuan, responden akan
diberikan post test.

3.7. Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-t atau
Independent Sample T-test yang merupakan uji komparatif atau uji beda untuk
mengetahui adakah perbedaan mean atau rerata yang bermakna antara dua kelompok
bebas yang berskala interval atau rasio. Dua kelompok bebas yang dimaksud disini
adalah dua kelompok yang tidak berpasangan, artinya sumber data berasal dari subjek
yang berbeda.

20
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Responden


Subjek penelitian yang menjadi peserta berjumlah 16 orang yang terbagi
menjadi 8 kelompok eksperimen dan 8 kelompok kontrol. Peserta dari kelompok
eksperimen dan kontrol yang masing-masing berjumlah 8 orang mengikuti seluruh
rangkaian yang terdiri dari 1 sesi dalam 1 kali pertemuan. Gambaran 16 peserta yang
menjadi peserta penelitian sebagai berikut:

Karakteristik Subjek Berdasarkan Usia

No Usia Jumlah Presentase

1 18 8 50%

2 19 5 31,5%

3 20 3 18,75%

Total 16 100%

Tak hanya itu, karakteristik subjek juga dibagi berdasarkan jenis kelamin.
Berikut karakteristik subjek berdasarkan jenis kelamin:

Karakteristik Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Perempuan 14 87,5%

2 Laki-laki 2 12,5%

Total 16 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa persebaran subjek berdasarkan


usia terdiri atas 8 orang berusia 18 tahun (50%), 5 orang berusia 19 tahun (31,2%), dan
3 orang berusia 20 tahun (18,75%). Sementara itu, dari segi jenis kelamin, subjek terdiri
atas 14 orang berjenis kelamin perempuan (87,5%) dan 2 orang berjenis kelamin
laki-laki (12,5%). Dengan begitu, total subjek penelitian ini berjumlah 16 orang dengan
persentase 100%.

21
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian diatas, maka dapat diketahui yang
terdiri dari data nilai tertinggi, nilai terendah, media (titik tengah), mean (nilai rata-rata),
modus (nilai terbanyak), range (jangkauan), standar deviasi dan varians dengan hasil
analisis sebagai berikut:

Deskripsi Data Nilai Pretest dan Posttest pada Kelompok Eksperimen dan
Kelompok Kontrol

Hasil Nilai

Kelompok Kelompok
Keterangan Eksperimen Kontrol

Pretest Posttest Pretest Posttest

Nilai tertinggi (max) 66 94 75 98

Nilai terendah (min) 52 59 52 57

Jangkauan (range) 14 35 23 41

Nilai rata-rata (mean) 59,125 82 61 69,75

Nilai tengah (median) 60 84,5 60 67

Nilai terbanyak (modus) - 94 60 -

Standar deviasi 5,08 12,91 6,39 13,54

Varians 25,84 166,57 40,86 183,36


Tabel di atas menunjukkan adanya perbedaan pada skor hasil pretest dan posttest
dari kelompok eksperimen yang menonton film motivasi dengan kelompok kontrol
yang tidak menonton film motivasi.

4.2 Prosedur Penelitian


Pada prosedur penelitian ini, terbagi menjadi 2 tahapan, yaitu tahap persiapan
penelitian dan tahap pelaksanaan penelitian.
4.2.1 Persiapan Penelitian
Hal-hal yang dipersiapkan pada saat penelitian :
1. Peneliti melakukan identifikasi masalah dengan melakukan pengamatan terlebih
dahulu mengenai topik yang menarik. Kemudian peneliti memilih topik

22
permasalahan mengenai efficacy diri terhadap film pendek yang mengandung
unsur motivasi.
2. Peneliti melakukan konsultasi dengan dosen pengampu terkait topik dan judul
penelitian yang dilakukan
3. Peneliti mendiskusikan judul film pendek yang ingin ditayangkan dan kriteria
subjek yang ingin diteliti, yaitu mahasiswa/i psikologi universitas negeri jakarta
angkatan 2021
4. Peneliti melakukan konsultasi kembali kepada dosen pengampu, serta
menentukan sistematika penerapan eksperimen terhadap subjek
5. Peneliti menetapkan film pendek yang akan ditayangkan kepada subjek.
a. Tema
Film yang ditayangkan bertema sesuai dengan judul penelitian yaitu
terdapat unsur motivasi yang dapat meningkatkan efficacy diri.
b. Durasi
Film pendek yang peneliti berikan dipertimbangkan durasinya dengan
maksimal 120 menit, agar subjek dapat berkonsentrasi dan tidak merasa
bosan.
c. Unsur lain
Film pendek tidak mengandung unsur SARA, penyimpangan, ataupun
kekerasan baik verbal atau non verbal.
6. Peneliti membuat broadcast poster beserta link informed consent yang kemudian
disebarkan untuk diisi oleh subjek yang bersedia menjadi responden penelitian.
7. Peneliti melakukan uji coba penelitian kepada 18 subjek mahasiswa/i psikologi
universitas negeri jakarta yang sudah bersedia mengisi informed consent
penelitian.
8. Peneliti menyusun hasil data penelitian yang didapat dengan memberikan
perlakuan menonton film pendek motivasi guna mengetahui pengaruh efficacy
diri subjek.

23
4.2.2 Pelaksanaan Penelitian
4.2.2.1 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada 29 April 2022. Pelaksanaan kegiatan menonton
film pendek terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol, kemudian uji coba penelitian dilakukan pada jam 13.00 sampai 14.15 WIB.

4.2.2.2 Tempat Pelaksanaan


Kegiatan penelitian ini dilakukan melalui platform zoom meeting. Pemilihan
platform zoom meeting sebagai wadah pelaksanaan penelitian dipertimbangkan karena
beberapa hal :
1. Zoom meeting sudah familiar dan mudah diakses
2. Terdapat banyak fitur yang mudah digunakan serta membantu proses penelitian
(seperti breakout room, share screen, dan recording)
3. Dapat menampung banyak partisipan
Pelaksanaan kegiatan menonton film pendek bertemakan motivasi, akan
dijabarkan lebih lanjut, sebagai berikut :
1. Pada tanggal 29 April 2022 peneliti merimender serta mengirimkan link zoom di
grup subjek. Setelah peneliti memastikan semua subjek telah bergabung di zoom
peneliti melakukan sesi pembukaan dan perkenalan diri serta penjelasan singkat
mengenai tujuan penelitian eksperimen yang dilakukan.
2. Setelah perkenalan dan penjelasan penelitian, peneliti membagi 18 subjek
menjadi 2 kelompok (8 kelompok eksperimen dan 8 kelompok kontrol).
Kemudian peneliti membuat breakout room yang memisahkan antar kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.
3. Sebelum kegiatan menonton dimulai peneliti memberikan link post-test yang
wajib diisi oleh subjek dalam waktu 10 menit. Selanjutnya peneliti memutarkan
film pendek yang berjudul “Aku Penggerak Mimpi 1 dan 2” yang bergenre
motivasi (pada kelompok eksperimen) dengan durasi 51 menit 16 detik dan film
pendek berjudul “Positif” yang bergenre komedi (pada kelompok kontrol)
dengan durasi 38 menit 21 detik .

24
4. Setelah semua subjek selesai menonton film yang ditayangkan, peneliti
memberikan link post-test yang wajib diisi oleh subjek guna mengetahui
pemahaman atas perlakuan yang sudah diberikan.
5. Sesi penutupan dengan mendokumentasi kegiatan berupa foto bersama dengan
semua subjek yang sudah bersedia menjadi responden penelitian.

25
4.3 Hasil Analisis Data
4.3.1 Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest Self Efficacy Kelompok Eksperimen
Berikut adalah hasil data pretest dan posttest yang diperoleh sebelum dan setelah
kelompok eksperimen diberikan perlakuan:

No. Pre Test Post Test

1. 66 94

2. 62 82

3. 64 94

4. 53 87

5. 61 94

6 52 70

7. 59 59

8. 56 76

Total 473 656

Skor Rata-rata Kelompok eksperimen

Pengukuran Mean (Rata-rata)

Pre Test 59.125

Post Test 82

Selisih 22.875

Total skor pre test pada kelompok eksperimen adalah 473 dengan Mean
(rata-rata) sebesar 59.125. Lalu, total skor post test pada kelompok eksperimen adalah
656 dengan Mean (rata-rata) sebesar 82. Dengan begitu setelah diberikannya perlakuan
menonton film motivasi berjudul “Aku Penggerak Mimpi 1” dan “Aku Penggerak
Mimpi 2”, skor Mean self efficacy pada kelompok eksperimen berubah dari 59.125 ke
82 dengan selisih sebesar 22.875.

26
4.3.2 Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest Self Efficacy Kelompok Kontrol
Berikut adalah hasil data pretest dan posttest yang diperoleh sebelum dan setelah
kelompok kontrol diberikan perlakuan plasebo:

No. Pre Test Post Test

1. 75 76

2. 57 60

3. 63 98

4. 53 75

5. 60 58

6 61 69

7. 59 65

8. 60 57

Total 488 558

Skor Rata-rata Kelompok Kontrol

Pengukuran Mean (Rata-rata)

Pre Test 61

Post Test 69.75

Selisih 8.75

Total skor pretest pada kelompok kontrol adalah 488 dengan Mean (rata-rata)
sebesar 61. Lalu, total skor post test pada kelompok eksperimen adalah 558 dengan
Mean (rata-rata) sebesar 69.75. Dengan begitu setelah diberikannya perlakuan
menonton film komedi berjudul “Positif” skor Mean self efficacy pada kelompok
kontrol berubah dari 61 ke 69.75 dengan selisih sebesar 8.75.

4.3.3 Uji Normalitas


Uji normalitas merupakan pengujian data yang berguna untuk mengetahui
apakah data berdistribusi normal atau tidak (Imam Ghazali, 2011:29). Pengolahan data

27
untuk uji normalitas ini dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 25.0
menggunakan Uji Shapiro-Wilk dikarenakan jumlah sampel kurang dari 50.

Kelas Statistics df Sigs. α

Hasil Pre Eksperimen 0.144 8 0.719 0.05

Post Eksperimen 0.199 8 0.231 0.05

Pre Kontrol 0.252 8 0.088 0.05

Post Kontrol 0.197 8 0.140 0.05

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan sesuai pada tabel diatas didapatkan


nilai Signifikansi (Sig.) Pre Eksperimen adalah 0.719, Post Eksperimen 0.231, Pre
Kontrol 0.088 dan Post Kontrol 0.140 dimana seluruhnya Sig. > (α = 0.05). Sehingga
dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.

4.3.4 Uji Homogenitas


Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah varians dari dua atau lebih
kelompok bersifat homogen (sama) atau heterogen (tidak sama) (Agus Arianto:2007).
Untuk pengolahan data pada uji homogenitas ini dilakukan dengan bantuan program
SPSS versi 25.0.

Levene df1 df2 Sig. α


Statistics

Hasil Based on Mean 2.662 3 28 0.067 0.05

Based on Median 2.316 3 28 0.097 0.05

Based on Median and 2.316 3 19.218 0.108 0.05


with adjusted df

Based on trimmed 2.514 3 28 0.079 0.05


Mean

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan sesuai pada tabel diatas didapatkan


nilai Signifikansi (Sig.) Based on Mean adalah 0.067 dimana Sig. > (α = 0.05).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa data bersifat homogen (sama).

28
4.3.5 Uji Hipotesis

Uji hipotesis pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat
perbedaan skor self efficacy pada kelompok yang menonton film motivasi dan yang
tidak. Hipotesis pada penelitian ini adalah :
Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada self efficacy kelompok yang
menonton film motivasi dengan yang tidak menonton film motivasi.
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan pada self efficacy kelompok yang
menonton film motivasi dengan yang tidak menonton film motivasi.
Analisis data yang dilakukan adalah analisis Independent Sample T-Test yang
dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 25.0. Berikut adalah hasil
uji hipotesis dengan analisis Independent Sample T-Test:

Levene’s Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Error Lower Upper


Difference Difference

Hasil Self Equals variances 0.007 0.936 1.852 14 0.085 12.250 6.614 -1.936 26.435
Efficacy assumed

Equals variances 1.852 3.968 0.085 12.250 6.614 -1.936 26.435


not assumed

Berdasarkan perhitungan hasil uji analisis Independent Sample T-Test pada tabel
diatas didapatkan Signifikansi 2 tailed (Sig. 2-tailed) adalah sebesar 0.0825 dimana Sig.
(2-tailed) > (α = 0.05) sehingga Ho diterima dan Ha ditolak dan dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada self efficacy kelompok yang
menonton film motivasi dengan yang tidak menonton film motivasi.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian


Berdasarkan analisa data di atas, terdapat peningkatan rata-rata skor tes pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimen terdapat
kenaikan rata-rata sebesar 22,78 dari rata-rata skor pretest yang semula 59,12 menjadi
82 pada rata-rata skor posttest. Sementara itu, pada kelompok kontrol terdapat kenaikan
rata-rata sebesar 8,75 dari rata-rata skor pretest yang semula 61 menjadi 69,75 pada
rata-rata skor posttest. Dengan begitu, dapat dikatakan bahwa kelompok eksperimen
memiliki peningkatan skor rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol.

29
Namun, berdasarkan hasil uji hipotesis Independent Sample T-test menggunakan
SPSS for Windows 25.0 diperoleh hasil yang menyatakan bahwa Ho diterima dan Ha
ditolak. Hal ini berarti tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok kontrol dan
eksperimen. Dari penjabaran singkat hasil penelitian diatas berarti tidak ada perbedaan
signifikan pada self-efficacy antara kelompok yang menonton film motivasi dengan
kelompok yang tidak menonton film motivasi.

4.5 Keterbatasan Penelitian


Dalam penelitian ini, penulis menemukan beberapa keterbatasan yang dapat
mempengaruhi kondisi dari penelitian yang dilakukan,antara lain adalah dalam
keterbatasan sampel yang bisa didapatkan hal ini terjadi karena kesulitan dalam
menemukan subjek penelitian yang dilakukan secara daring, sehingga jumlah subjek
yang bisa didapatkan hanya 16 orang. Selain itu juga keterbatasan peneliti melakukan
eksperimen secara daring melalui media (Zoom),dimana peneliti maupun subjek
mengalami kendala jaringan yang kurang baik yang dapat mempengaruhi penelitian.
Selanjutnya, mempertimbangkan hasil penelitian yang didapat, terdapat
beberapa faktor yang dirasa mempengaruhi tidak adanya perbedaan signifikan
self-efficacy antara kelompok kontrol dan eksperimen setelah pemberian perlakuan pada
penelitian ini. Antara lain faktor pemilihan film, kendala dari subjek, dan frekuensi
pemberian perlakuan. Berikut penjabarannya:
1. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Hesley dan Hesley (2001) pemilihan film
dalam memberi perlakuan harus memenuhi karakteristik, seperti tokoh utama
yang inspiratif, konten yang sesuai, minat dan ketertarikan penonton, karakter
dalam film yang dapat menyelesaikan masalah, pesan tidak langsung, dan tema
yang menginspirasi. Pada fim yang digunakan pada kelompok eksperimen, yaitu
film “Aku Penggerak Mimpi” telah dipilih berdasarkan pertimbangan keenam
karakteristik tersebut. Namun, dalam penelitian ini tidak ada tahap identifikasi
awal dengan expert apakah filmnya mengandung keseluruhan karakteristik
tersebut atau tidak. Terlebih lagi, tidak dapat dipungkiri bahwa pada
karakteristik “ketertarikan penonton” dapat bersifat subjektif (bergantung pada
selera, kondisi, dan situasi personal) sehingga pemaknaan film yang diberikan
akan memberi pengaruh yang berbeda pada tiap individu.

30
2. Selain itu, proses pemberian perlakuan pada eksperimen ini juga dilakukan
secara daring via Zoom meeting. Kemungkinan kendala subjek seperti sinyal
atau perangkat yang tiba-tiba berkendala juga turut berpotensi menghambat
penyampaian pesan yang diberikan oleh film.
3. Terakhir, frekuensi pemberian film pada penelitian ini hanya dilakukan sekali.
Untuk memberi pengaruh yang signifikan, peneliti seharusnya memberikan film
dengan dalam beberapa sesi. Sebagaimana yang dikutip dari Nikmarijal (2021)
pemberian film untuk memberi pengaruh signifikan pada subjek seharusnya
diberikan secara bertahap dengan ketentuan film dalam setiap sesinya
mengandung indikator yang ingin dikembangkan terlebih dahulu.

31
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pengolahan data menggunakan uji
Independent Sample T-Test sebelumnya dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha
ditolak yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada self efficacy
kelompok yang menonton film motivasi dengan yang tidak menonton film motivasi.

5.2 Implikasi
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini, efikasi diri
kelompok yang menonton film motivasi dengan kelompok yang tidak menonton film
motivasi tidak memiliki perbedaan. Untuk itu, pada penelitian selanjutnya dapat lebih
diperhatikan pada pemilihan film motivasi, kendala yang mungkin terjadi dari subjek,
dan frekuensi pemberian perlakuan.

5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mengajukan beberapa saran yang
mungkin dapat bermanfaat bagi beberapa pihak lain, antara lain:
5.3.1 Bagi Subjek
Subjek dapat memahami lebih jauh lagi tentang pentingnya efikasi diri yang
dapat membantu untuk mengerjakan sesuatu dan menguasai situasi.

5.3.2 Bagi Orang Tua


Orang tua diharapkan dapat mendampingi anak-anak mereka dalam memilih dan
menonton film agar tidak salah dalam memilih tayangan. Hal ini berguna untuk
menghindari tayangan negatif yang dapat memberi dampak bagi anak.

5.3.3 Bagi Peneliti Selanjutnya


Bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian mengenai perbedaan efikasi diri
pada kelompok yang berbeda, disarankan untuk lebih memperhatikan faktor pemilihan

32
film motivasi, faktor kendala yang mungkin terjadi dari subjek, dan faktor frekuensi
pemberian perlakuan yang dianggap kurang dimaksimalkan pada penelitian kami.

33
DAFTAR PUSTAKA

Ardhana, Y. A. (2021). Efektivitas Terapi Film Dalam Meningkatkan Percaya Diri.


Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi, 9(3), 461-471.
Erlyana, Y., & Bonjoni, M. (2017). Perancangan Film Pendek “Tanya Sama Dengan”.
Rupa Rupa, 3(2).
Haloho, Eristan Melyana Br. (2018). Pengaruh Menulis Keberhasilan Terhadap Self
Efficacy. Skripsi. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Yogyakarta.
Iqbal, E. A. (2018). Hubungan Dukungan Sosial Dengan Efikasi Diri Pada Mahasiswa
Baru (Doctoral dissertation, Universitas Islam Riau).
Kurniawan, T. H., Purworini, D., MM, S. S., & Palupi, M. A. (2013). Eksploitasi Tubuh
Perempuan Yang Berperan Sebagai Suster Dalam Film-Film Horor Indonesia
(Analisis Isi Eksploitasi Tubuh Perempuan yang Berperan Sebagai Suster dalam
Film Horor Indonesia Suster Keramas II dan Bangkitnya Suster Gepeng)
(Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Kusumadewi, Nur Hapsyah. (2019). Efektivitas Film Bertema Penerimaan Diri
Terhadap Peningkatan Penerimaan Diri pada Wanita Tuna Susila di Balai
rehabilitasi Sosial Watunas Mulya Jaya. Skripsi. Universitas Negeri Jakarta.
Jakarta.
Nikmarijal. (2021). Bimbingan dan Konseling Menggunakan Teknik Cinematherapy
untuk mereduksi Keyakinan Negatif (Thesis, Universitas Pendidikan Indonesia).
Patria, B. (2011). LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
PUSAT PELAYANAN RESTORASI DAN REPARASI DI YOGYAKARTA (Doctoral
dissertation, UAJY).
Setiyoningsih, P. R. (2017). Analisis Isi Pesan Motivasi Dalam Film Merry Riana:
Mimpi Sejuta Dolar Karya Alberthiene Endah (Doctoral dissertation)
Solikhatin, N. H., & Lubis, H. (2021). Efektivitas Terapi Film Dalam Meningkatkan
Harga Diri. Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi, 9(3), 535-547.
Yusmita, Y., Masruroh, F., & Faishol, R. (2022). EFEKTIVITAS FILM MOTIVASI
UNTUK MENURUNKAN KECEMASAN PADA REMAJA YANG
MENGHADAPI UJIAN SBMPTN. INCARE, International Journal of
Educational Resources, 2(6), 604-613.

34
LAMPIRAN

O1 Instrumen Self Efikasi

No. Pertanyaan SS S TS STS

1. Saya merasa sulit memperoleh hasil yang


baik karena ketidakmampuan saya.

2. Saya merasa khawatir ketika diminta


mengerjakan tugas yang belum pernah
saya kerjakan.

3. Saya mampu melakukan berbagai tugas


dalam waktu bersamaan.

4. Saat saya menghadapi tugas yang sulit,


saya memilih untuk membiarkannya.

5. Saya merasa ragu-ragu ketika menghadapi


berbagai tugas.

6. Saya mudah putus asa ketika menghadapi


hambatan.

7. Saya yakin mampu meraih cita-cita


dengan kemampuan yang saya miliki.

8. Saya berhasil meraih kesuksesan pada


berbagai bidang yang saya inginkan.

9. Saya mendapatkan hasil yang memuaskan


karena kemampuan saya.

10. Saya kesulitan mengerjakan suatu tugas


meskipun tugas tersebut menurut orang
lain mudah.

11. Saya merasa takut ketika harus


menyelesaikan beberapa tugas sekaligus.

12. Saya merasa gagal ketika saya tidak


berhasil menyelesaikan tugas sulit.

13. Saya mampu melakukan tugas baru yang


belum pernah saya kerjakan.

14. Tugas yang sulit membuat saya malas


untuk menyelesaikannya.

35
15. Saya mampu mengerjakan tugas yang
sama seperti yang dikerjakan orang lain.

16. Saya akan menerima tugas baru meskipun


saya sedang mengerjakan tugas lain.

17. Saya pesimis mampu meraih kesuksesan


dalam berbagai bidang.

18. Saya menyerah bila mengerjakan tugas


yang sulit.

19. Saya siap untuk menghadapi berbagai


tugas apapun.

20. Saya yakin mampu menyelesaikan tugas


meskipun banyak tantangan yang saya
hadapi.

21. Saya kesulitanmengembangkan


kemampuan dalam bidang lain.

22. Saya takut mencoba hal baru karena


kegagalan yang pernah saya alami.

23. Saya ragu-ragu dengan kemampuan yang


saya miliki.

24. Kesuksesan saya pada suatu bidang


mendorong saya untuk melakukannya
kembali pada bidang lain.

25. Saya mampu melakukan tugas yang


menurut orang lain sulit.

36

Anda mungkin juga menyukai