Anda di halaman 1dari 149

HASIL PENELITIAN

PENGARUH KEMAMPUAN DAN PENGALAMAN AUDITOR

INVESTIGASI TERHADAP EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROSEDUR

AUDIT DALAM PEMBUKTIAN KECURANGAN

(Studi Kasus Pada Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara)

OLEH

ALFIANSYAH

NIM. B1C1 18 104

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Hasil Penelitian oleh Alfiansyah, ini telah diperiksa dan disetujui oleh
pembimbing untuk diajukan pada panitia Seminar Hasil Penelitian.

Kendari, 2022

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Intihanah, SE., M.Si,QIA Ika Maya Sari, SE., M.Si,Ak

NIP. 19650703 199103 2 002 NIP. 19850901 201504 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Akuntansi

Universitas Halu Oleo

Dr. Husin, SE., M.Si.

2
NIP. 19671220 199512 1 001

DAFTAR ISI

COVER HALAMAN…..........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR SKEMA vii
DAFTAR GAMBAR viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 7
1.3 Tujuan Penelitian 8
1.4 Manfaat Penelitian 8
1.4.1 Manfaat Teoritis: 8
1.5 Ruang lingkup penelitian 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 10
2.1.1 Teori Atribusi 10
2.1.2 Fraud Tree Theory 11
2.1.3 Fraud Triangle Theory 13
2.2 Auditing 14
2.2.1 Pengertian Auditing 14

3
2.2.2 Tujuan Audit 16
2.2.3 Jenis-Jenis Audit 17
2.2.4 Proses Audit 18
2.2.4 Standar audit 20
2.3 Audit Investigasi 22
2.3.1 Pengertian Audit Investigasi 22
2.3.2 Jenis-Jenis audit Investigasi 23
2.3.4 Tujuan Audit Investigasi 24
2.3.5 Teknik-Teknik Audit Investigasi 25
2.3.6 Prinsip-Prinsip Audit Investigasi 26
2.3.7 Sasaran dan target audit investigasi 27
2.3.8 Perbedaan Audit Investigasi 28
2.4 Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pengungkapan Kecuranga.29
2.5 Kecurangan/Fraud 30
2.5.1 Klasifikasi Kecurangan 31
2.6 Hubungan Kemampuan Auditor Investigasi Terhadap Efektivitas
Pelaksanaan Prosedur Audit dalam pengungkapan kecurangan 32
2.7 Hubungan Pengalaman Auditor Investigasi Terhadap Efektivitas
Pelaksanaan Prosedur Audit dalam pengungkapan kecurangan 34
2.8 Penelitian Terdahulu 35
2.9 Kerangka Pikir 40
2.10 Paradigma Penelitian 42
2.11 Hipotesis Penelitian 43
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Objek Penelitian 46
3.2 Populasi dan Sampel 46
3.2.1 Populasi 46
3.2.2 Sampel 47
3.3 Jenis dan Sumber Data 48
3.3.1 Jenis Data 48
3.3.2 Sumber Data 48
3.4 Metode Pengumpulan Data 49
3.4.1 Uji Validitas 50
3.4.2 Uji Reliabilitas 50
3.5 Metode Analisis Data 51

4
3.5.1 Analisis Deskriptif 51
3.5.2 Uji Asumsi Klasik 52
3.5.3 Uji Hipotesis 54
3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 56
3.6.1 Variabel Penelitian 56
3.6.2 Definisi Operasional 56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum 61
4.1.1 Sejarah Singkat Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara 61
4.1.2 Struktur Organisasi 64
4.1.3 Visi dan Misi BPKP Provinsi Sulawesi Tenggara 69
4.2 Hasil Penelitian 70
4.2.1 Tingkat Pengembalian Kuesioner 70
4.2.2 Karakteristik Respoden 71
4.2.3 Deskripsi Variabel Penelitian 74
4.2.4 Uji Validitas dan Uji Realibilitas 80
4.2.5 Analisis Deskriptif 82
4.2.6 Uji Analisis Faktor 84
4.2.7 Profil Variabel Penelitian ditinjau dari Nilai Bobot Faktor dan Mean 86
4.2.7 Uji Asumsi Klasik 88
4.2.8 Analisis Regresi Linier Berganda 93
4.2.9 Uji Hipotesis 95
4.2.10 Koefisien Determinasi 96
4.3 Pembahasan 97
4.3.1 Pengaruh Kemampuan Auditor Investigasi terhadap Efektivitas
Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan. 97
4.3.2 Pengaruh Pengalaman Auditor Investigasi terhadap Efektivitas
Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan. 100
4.3.3 Pengaruh Kemampuan dan Pengalaman Auditor Investigasi Terhadap
Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan. 102
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 105
5.2 Saran 106
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

5
6
DAFTAR TABEL

Hal
Tabel 1.1 Persentase Hasil Pengawasan Investigasi yang dimanfaatkan
dipersidangan...........................................................................................................4
Tabel 3.1 Jumlah Auditor pada BPKP Sulawesi Tenggara Tahun
2022.................47
Tabel 3.2 Kategori Rata-Rata Skor Pernyataan Responden...................................49
Tabel 3.3 Definisi Operasional Variabel................................................................60
Tabel 4.1 Data Persentase Pembagian dan Pengembalian Kuesioner....................70
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin............................71
Tabel 4.3 Karaktersitik Responden Berdasarkan Usia...........................................72
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan...................73
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Lama Bekerja..............74
Tabel 4.6 Rekapitulasi Jawaban Responden atas Variabel Kemampuan Auditor
Investigasi..............................................................................................................75
Tabel 4.7 Rekapitulasi Jawaban Responden atas Variabel pengalaman Auditor
Investigasi..............................................................................................................77
Tabel 4.8 Rekapitulasi Jawaban Responden atas Variabel Efektivitas Pelaksanaan
Proseudur Audit dalam Pembuktian Kecurangan..................................................79
Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas dan Reabilitas.....................................81
Tabel 4.10 Hasil Analisis Deskriptif......................................................................83
Tabel 4.11 Hasil Uji Analisisi Faktor Kemampuan Auditor Investigasi...............84
Tabel 4.12 Hasil Uji Analisis faktor Pengalaman Auditor Investigasi..................85
Tabel 4.13 Hasil Uji Analisis Faktor Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit
dalam Pembuktian Kecurangan..............................................................................86
Tabel 4.14 Persepsi Responden Terhadap Variabel Penelitian..............................87
Tabel 4.15 Hasil Uji Autokorelasi.........................................................................89
Tabel 4.16 Hasil Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov.............................................91
Tabel 4.17 Hasil Uji Multikolinearitas...................................................................92
Tabel 4.18 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda...............................................94
Tabel 4.19 Ringkasan Uji t, Uji F, dan Koefisien Determinasi.............................95

7
DAFTAR SKEMA
Hal
Skema 2.1 Fraud Triangle Theory.......................................................................13
Skema 2.2 Kerangka Pikir....................................................................................41
Skema 2.3 Paradigma Penelitian..........................................................................42
Skema 4.1 Struktur Organisasi.............................................................................69

8
DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar 4.1 Normal Probability Plot.....................................................................90
Gambar 4.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas.............................................................93

9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kecurangan merupakan suatu istilah yang umum, dan mencakup segala

macam cara yang dapat digunakan seseorang dengan keahlian tertentu untuk

mendapatkan keuntungan dari pihak lain dengan melakukan representasi yang

salah. Perkembangannya dari tahun ke tahun selalu meningkat, baik dari jumlah

kasus yang terjadi sampai jumlah kerugian keuangan negara. Korupsi merupakan

salah satu bentuk kecurangan yang terjadi pada organisasi sektor publik maupun

sektor swasta di Indonesia. Tingginya praktek korupsi di Indonesia dipersepsikan

oleh Indeks Persepsi Korupsi (corruption perception index CPI), yang

diumumkan oleh Transparency International, bahwa pada akhir tahun 2020,

Indonesia masih menjadi negara dengan tingkat korupsi yang tinggi. Indonesia

menempati peringkat ke-102 dari 180 negara di dunia, dengan skor 37 dari skala

berdasarkan indikator 0 (sangat korup) hingga 100 yang berarti (sangat bersih)

dimana skor ini turun tiga poin dari tahun 2019 lalu. Di level ASEAN, Indonesia

berada di peringkat lima, berada di bawah Singapura yang memperoleh skor 85,

Brunei Darussalam 60, Malaysia 51 dan Timor Leste 40.

Beberapa kasus korupsi besar yang pernah terjadi di Indonesia, antara lain:

Kasus suap bantuan sosial (bansos) Covid-19 yang menyeret eks Menteri Sosial

Juliari Peter Batubara yang merugikan keuangan negara senilai Rp. 2 triliun,

tindak pidana korupsi di PT Asabri yang merugikan keuangan negara yang

1
2

mencapai Rp. 22,78 triliun yang timbul akibat adanya kecurangan dalam

pengelolaan keuangan dana investasi PT Asabri selama periode 2012-2019, kasus

korupsi E-KTP yang merugikan keuangan negara senilai Rp. 1,52 triliun, dan

masih banyak kasus besar lainnya.

Sesuai dengan amanat Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), merupakan lembaga

pengawasan internal negara yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden,

dengan menekankan agar pembangunan nasional dan anggaran pendapatan dan

belanja negara/daerah dapat dilakukan secara transparan, akuntabel dan bebas dari

korupsi, Presiden membutuhkan fungsi pengendalian intern yang handal dan

sistem pengendalian intern yang memadai.

Tingginya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga yang melakukan

audit dan pengawasan keuangan negara seperti salah satunya BPKP, menjadikan

auditor yang bertugas untuk selalu memperhatikan kualitas audit dengan

menerapkan keefektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pengungkapan

kecurangan. Auditor dituntut harus memiliki kemampuan, integritas, pengalaman

dan independensi dalam melaksanakan tugasnya sehingga dapat melaksanakan

audit secara baik, berkualitas, dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.

Namun, terdapat beberapa kasus dimana hasil audit BPKP diragukan dan

kinerja BPKP yang dianggap lamban. Kasus-kasus tersebut, antara lain.

1. Lembaga Pemerhati Infrastruktur Daerah dan Anti Korupsi Sulawesi Tenggara

(LEPIDAK-SULTRA) menyoroti dan menilai Kinerja BPKP Provinsi

Sulawesi Tenggara lamban dan terkesan tidak serius dalam mengaudit dugaan
3

kerugian negara dari anggaran refocussing APBD Pemda Buton Utara untuk

penanganan dampak Covid-19. Mereka menilai lambanya kinerja hasil audit

BPKP berdampak pada terganjalnya proses hukum kasus terkait dugaan

penyalahgunaan dana covid-19. Anggaran refocussing APBD Buton Utara

untuk penanganan percepatan dan pengendalian covid-19 kurang lebih Rp 19

Milyar yang diduga menimbulkan kerugian negara sesuai temuan di lapangan.

(Tribunbuton.com/2021)

2. Kepolisian Daerah Sulawesi Tenggara menyebut masih menunggu hasil audit

kerugian negara dari BPKP Sulawesi Tenggara. Audit kerugian negara dari

BPKP tersebut mengenai dugaan korupsi dana kas operasional Bank Sultra

cabang pembantu Konawe Kepulauan yang membuat Polda Sultra belum

menangkap eks Kepala Bank Sultra Cabang Konkep, IJP. Sehingga

penyelidikan dugaan korupsi Bank Sultra kini berjalan molor. Untuk diketahui,

kasus dugaan korupsi Bank Sultra telah bergulir sejak Maret 2021 dan BPKP

Sultra telah diminta melakukan audit sejak pertengahan Juni 2021. Dari hasil

pemeriksaan sementara, modus operasi kasus ini berupa pembuatan slip setoran

fiktif senilai Rp. 9,6 Miliar mulai tahun 2018 sampai 2020.

(sultra.tribunnews.com/2021)

Berdasarkan contoh fenomena yang telah disajikan diatas penulis dapat

menarik kesimpulan pada fenomena pertama bahwa kasus-kasus tersebut

membuat masyarakat berpandangan bahwa auditor-auditor BPKP dalam

melaksanakan tugas auditnya tidak memiliki kemampuan dan pengalaman yang

cukup serta ke profesionalnya patut dipertanyakan. Dampak yang ditimbulkan


4

dari hal ini adalah kualitas audit dari BPKP menjadi semakin diragukan, tidak

hanya dari sudut pandang masyarakat, namun juga dari sudut pandang hakim di

dalam proses persidangan. Disamping itu,fenomena lain yang terjadi di BPKP

Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 1.1

Uraian Persentase hasil pengawasan investigasi yang dimanfaatkan

dipersidangan

No Tahun Target Realisasi

1. 2017 40% 42,01%

2. 2018 50% 58,18%

3. 2019 60% 33,33%

4. 2020 100% 97,67%

Sumber: LKj BPKP Perwakilan Sulawesi Tenggara

Berdasarkan tabel 1.1 diatas, dapat dilihat bahwa hasil pengawasan

investigasi yang dimanfaatkan di proses persidangan mulai tahun 2017-2020

realisasinya masih belum maksimal dan target yang konsisten. Hal ini

menunjukan bahwa auditor internal perlu melaksanakan fungsinya sebaik

mungkin dalam hal mendeteksi kecurangan agar dapat meminimalisisr tingkat

kecurangan yang terjadi dengan meningkatkan kemampuan dan pengalaman

auditor investigasi dalam bekerja mendeteki adanya kecurangan.

Salah satu bentuk pengawasan dan penindakan yang dilakukan oleh

melalui BPKP yaitu dengan adanya kegiatan pemeriksaan yang biasa disebut
5

dengan audit. Audit pada umumnya dilakukan sebagai upaya pemerintah untuk

mendeteksi dan mengungkapkan kecurangan yang terjadi pada instansi

pemerintah dan sektor publik melalui audit investigasi dan penerapan ilmu

akuntansi forensik dalam pemeriksaannya.

Salah satu prioritas yang ditetapkan dalam standar pelaksanaan audit

adalah peran dan tanggung jawab auditor yang terkait dengan kehati-hatian

profesional dan kemampuan merupakan kewajiban auditor untuk memastikan

bahwa tidak terdapat kesalah sajian yang bersifat material yang disebabkan oleh

perbuatan kecurangan dan/atau ketidakpatutan. Efektivitas pelaksanaan prosedur

audit investigatif dapat tercapai jika auditor mampu menjalankan setiap tahapan

yang terdapat dalam standar audit. Jika auditor bekerja tanpa standar audit, ia

menempatkan dirinya dalam posisi yang sangat lemah. untuk menunjang

keberhasilannya suatu audit investigasi termasuk memiliki pengetahuan dasar,

keterampilan teknis, dan sikap mental (Tuanakotta 2016:349).

Kemampuan untuk mendeteksi kecurangan tergantung kepada waktu dan

keahlian auditor, untuk itu kemampuan merupakan hal yang penting yang dimiliki

oleh auditor investigatif. Tuanakotta (2016:104) menjelaskan bahwa kemampuan

auditor yang memadai dapat menunjang keberhasilannya, seperti memiliki

pengetahuan dasar, kemampuan teknis dan sikap mental. Hal ini dikarenakan

dalam melaksanakan audit investigatif, auditor harus mengumpulkan bukti-bukti

untuk menentukan ada atau tidaknya kecurangan dan unsur pidana dalam kasus

yang ditangani. Prosedur dan teknik yang digunakan dalam proses penyelidikan

harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam standar yang berlaku.


6

Selain itu, juga dibutuhkan pengalaman auditor yang ditunjukan dengan

jumlah penugasan praktik audit yang pernah dilakukan oleh auditor. Pengalaman

yang dimiliki oleh auditor akan membantu auditor dalam meningkatkan

pengetahuannya mengenai kekeliruan dan kecurangan. Pengalaman auditor dalam

melakukan pemeriksaan laporan keuangan dan penugasan audit di lapangan baik

dari segi lamanya waktu, maupun banyaknya penugasan audit yang pernah di

lakukan

Penelitian yang dilakukan oleh Fransetia Jurjur Benedikta (2019). Hasil

penelitian menunjukan kemampuan auditor investigatif berpengaruh positif

signifikan terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pengungkapan

fraud, sehingga semakin tinggi tingkat kemampuan auditor investigatif, maka

semakin efektif pelaksanaan prosedur audit dalam pengungkapan fraud.

Pengalaman auditor investigatif berpengaruh positif signifikan terhadap

efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pengungkapan fraud, sehingga

semakin baik pengalaman auditor investigatif, maka semakin efektif pelaksanaan

prosedur audit dalam pengungkapan fraud.

Penelitian yang dilakukan oleh Mulyati (2015) di BPKP Provinsi Jawa

Barat Kota Bandung. Menyimpulkan kemampuan auditor investigatif berpengaruh

positif secara signifikan terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam

pembuktian kecurangan yang dilakukan auditor investigatif pada BPKP di Kota

Bandung, semakin tinggi kemampuan auditor investigatif maka efektivitas

pelaksanaan prosedur audit akan meningkat. Pengalaman auditor yang dimiliki

auditor investigatif pada BPKP di Kota Bandung baik. Pengalaman auditor


7

berpengaruh positif secara tidak signifikan terhadap efektivitas pelaksanaan

prosedur audit dalam pembuktian kecurangan. Hal ini berarti bahwa semakin baik

pengalaman audit yang dimiliki auditor dalam melaksanakan tugas audit maka

efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan akan

semakin meningkat.

Berdasarkan hal yang telah diuraikan diatas penelitian ini akan menguji

lebih lanjut mengenai pengaruh kompetensi dan pengalaman auditor terhadap

efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan. Perbedaan

penelitian ini pada penelitian sebelumnya terletak pada objek dan waktu

penelitiannya. Objek penelitian ini dilaksanakan di Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan (BPKP) Provinsi Sulawesi Tenggara pada tahun 2022 dan pada

penelitian ini menggunakan unsur kemampuan dan pengalaman sebagai variabel

independen untuk mengetahui apakah faktorr-faktor tersebut berpengaruh

terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan.

Berdasarkan latar belakang tersebut dan adanya perbedaan-perbedaan hasil

penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya, membuat peneliti

tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Kemampuan dan

Pengalaman Auditor Investigasi Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit

Dalam Pengungkapan Kecurangan pada Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan Provinsi Sulawesi Tenggara”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:
8

1. Apakah kemampuan auditor investigasi berpengaruh signifikan terhadap

efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan?

2. Apakah pengalaman auditor investigasi berpengaruh signifikan terhadap

efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan?

3. Apakah kemampuan dan pengalaman berpengaruh signifikan secara simultan

terhadap efektifitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian

kecurangan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh kemampuan auditor investigasi terhadap

efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan?

2. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman auditor investigasi terhadap

efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan?

3. Untuk mengetahui pengaruh kemampuan dan pengalaman auditor investigasi

secara simultan terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam

pembuktian kecurangan?

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan

khususnya audit investigasi, melatih untuk dapat menguraikan dan membahas

suatu permasalahan secara ilmiah, teoritis, dan sistematis. Serta sebagai tambahan
9

pembelajaran mengenai pembahasan yang terkait. Penelitian ini juga diharapkan

dapat digunakan sebagai referensi dan literatur untuk penelitian yang akan datang.

Serta memberikan sumbangan pemikiran di dalam perkembangan ilmu audit,

khususnya terkait kemampuan dan pengalaman di dalam proses audit.

1.4.2 Manfaat Praktis:

Penelitian ini bertujuan sebagai masukan bagi auditor investigatif yang

bekerja di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Sulawesi

Tenggara untuk terus membuktikan dan mengungkapkan tindak kecurangan yang

ada khususnya di sektor pemerintahan yang dimana diharapkan menjadi bahan

evaluasi bagi auditor untuk meningkatkan kualitas audit. Dan diharapkan

penelitian ini memberikan bukti empiris tentang pengaruh kemampuan dan

pengalaman terhadap efektivitas prosedur audit dalam pengungkapan kecurangan.

1.5 Ruang lingkup penelitian

Untuk lebih terarahnya pembahasan dalam penelitian ini, perlu kiranya

dibatasi agar hasilnya akurat dan tidak bias. Maka peneliti membatasi penelitian

ini hanya pada pengaruh kemampuan auditor investigatif terhadap efektivitas

pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan dan pengaruh

pengalaman auditor investigatif terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit

dalam pembuktian kecurangan.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Atribusi

Teori atribusi mengacu tentang bagaimana seseorang menjelaskan

penyebab perilaku orang lain atau dirinya sendiri yang akan ditentukan apakah

dari internal misalnya sifat, karakter, sikap, dan lain sebagainya, maupun eksternal

misalnya tekanan situasi atau keadaan tertentu yang akan memberikan pengaruh

terhadap perilaku individu.

Menurut Morrisan (2013) teori atribusi menjelaskan bagaimana orang

dapat menyimpulkan penyebab tingkah laku yang dilakukan diri sendiri atau

orang lain. Teori ini menjelaskan tentang bagaimana proses yang terjadi dalam

diri sendiri sehingga dapat memahami tingkah laku orang lain. Dalam penelitian

ini didasarkan pada teori atribusi sebagai dasar untuk mengetahui faktor-faktor

yang mempengaruhi auditor terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit

dalam pengungkapan fraud melalui penerapan prosedur audit investigasi.

Efektivitas dalam pelaksanaan prosedur audit yang efektif membutuhkan faktor-

faktor internal dan eksternal dari diri seorang auditor. Faktor-faktor yang

mempengaruhi efektivitas prosedur audit adalah kemampuan dan pengalaman

auditor, keduanya merupakan faktor yang dimiliki dan eksternal oleh auditor

untuk mencapai efektivitas penerapan prosedur audit dalam membuktikan fraud

atau kecurangan.

10
11

Menurut Association of certified Fraud Examiners (ACFE, 2016)

kecurangan atau fraud adalah perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang

dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan

laporan keliru kepada pihak lain) dilakukan orang-orang dari dalam atau luar

organisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok secara langsung

atau tidak langsung merugikan pihak lain.

Dalam penelitian ini, teori atribusi membantu menentukan faktor-faktor

yang menentukan kinerja auditor dalam tercapainya efektivitas pelaksanaan

prosedur audit. Seperti yang disebutkan sebelumnya, banyak faktor dalam diri

auditor yang berpengaruh kepada kemampuan auditor, yang mana kemampuan

tersebut merupakan kemampuan dalam implementasi pengetahuan yang dimiliki

serta penggunaan pengalaman-pengalaman auditor di masa lalu, dimana faktor

tersebut merupakan kunci agar tercapainya efektivitas pelaksanaan prosedur audit

dalam pembuktian kecurangan.

2.1.2 Fraud Tree Theory

Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) menggambarkan

occupational fraud dalam bentuk fraud tree. Fraud tree ini menjelaskan tentang

mekanisme dari fraud dalam hubungan kerja. Theodorus M. Tuanakotta (2016)

menjelaskan, occupational fraud tree ini mempunyai tiga cabang utama, yaitu

sebagai berikut:
12

a. Korupsi (Corruption)

Korupsi merupakan kegiatan yang dilakukan oleh satu orang atau lebih

yang dimana kegiatan tersebut bertujuan untuk memperoleh keuntungan

pribadi. Ada empat jenis korupsi yang dapat dilakukan yaitu:

1. Konflik Kepentingan (Conflicts of Interest).

2. Penyuapan (Bribery).

3. Persenan Ilegal (Illegal Gratuities).

4. Pemerasan Ekonomi (Economic Extortion).

b. Penyalahgunaan Aset (Asset Misappropriation)

Penyalahgunaan aset merupakan kecurangan yang melibatkan aset suatu

perusahaan dan mengacu pada pencurian yang dilakukan oleh pegawai

internal dalam suatu organisasi.

c. Kecurangan Pencatatan (Fraudulent Statements)

Fraud ini sangat dikenal para auditor yang melakukan general audit

(opinion audit) dimana fraud ini terjadi karena adanya salah saji

(misstatements baik overstatement maupun understatement) yaitu menyajikan

pendapatan lebih tinggi dari yang sebenarnya maupun sebaliknya.

Kecurangan ini juga menggambarkan fraud dalam menyusun laporan non-

keuangan, yaitu penyampaian laporan non-keuangan yang tidak sebenarnya,

melakukan pemalsuan atau memutar balikan keadaan. Bisa tercantum dalam

dokumen yang dipakai untuk keperluan intern maupun extern.


13

2.1.3 Fraud Triangle Theory

Tekanan

Kesempatan Pembenaran

Skema 2.1

Nurhayanto (2013), mengungkapkan konsep yang menyatakan alasan

seseorang melakukan fraud, yaitu karena disebabkan oleh adanya:

1. Tekanan (pressure), untuk melakukan kecurangan lebih banyak tergantung

pada kondisi individu, seperti sedang menghadapi masalah keuangan, suatu

kondisi dimana ingin memenuhi gaya hidupnya, faktor motivasi juga menjadi

salah satu faktor karena adanya tekanan untuk dapat selalu menunjukan

kinerja yang baik sesuai dengan target-target tuntutan kerja yang ada.

2. Kesempatan (opportunity), peluang yang memungkinan fraudi terjadi karena

adanya kesempatan misalnya seperti internal control suatu organisasi yang

lemah, kurangnya pengawasan, dan penyalahgunaan wewenang. Dengan

urutan paling sering terjadi adalah: terlalu mempercayai bawahan; kelemahan

prosedur otorisasi dan persetujuan manajemen; kurangnya penjelasan dalam

informasi keuangan pribadi ; tidak ada pemisahan antara pemberian

wewenang dan penjagaan aset; tidak ada pengecekan independen terhadap


14

kinerja; kurangnya perhatian terhadap uraian secara rinci (detail); tidak ada

pemisahan antara pemegang aset dan fungsi pencatatan; tidak ada pemisahan

tugas akuntansi; kurang jelasnya pemberian wewenang; departemen/bagian

jarang diperiksa; pernyataan tidak ada benturan kepentingan tidak

disyaratkan; dan dokumen dan pencatatan kurang memadai.

3. Pembenaran (rationalization), terjadi dalam hal seseorang atau sekelompok

orang membangun pembenaran atas kecurangan yang dilakukan. Pelaku fraud

biasanya mencari alasan pembenaran bahwa apa yang dilakukannya bukan

pencurian atau kecurangan. Alasan terjadinya kecurangan seperti ini misalnya

adanya kebutuhan yang mendesak, gaji yang rendah, dan berpikir bahwa apa

yang mereka ambil adalah pinjaman dan dapat menggantinya suatu saat.

Dibutuhkan auditor yang kompeten dalam mendeteksi dan membuktikan

terjadinya kecurangan. Teori diatas menjadi dasar bagi auditor investigatif dalam

mengevaluasi untuk membuktikan suatu kecurangan yang terjadi. Auditor

investigatif harus memiliki kemampuan yang memadai untuk mengungkap suatu

kecurangan.

2.2 Auditing

2.2.1 Pengertian Auditing

Auditing adalah ilmu yang digunakan untuk mengevaluasi pengendalian

internal yang dirancang untuk memberikan perlindungan dan pengamanan untuk

mendeteksi terjadinya penipuan dan penyelewengan yang dilakukan oleh

seseorang atau perusahaan. Proses audit sangat diperlukan suatu perusahaan,

karena melalui proses ini seorang auditor dapat memberikan pernyataan


15

kewajaran atau kesesuaian laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang

berlaku umum. Berikut ini beberapa pengertian audit menurut pendapat para ahli:

Menurut Sukrisno Agoes (2017:3) auditing merupakan suatu pemeriksaan

yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen terhadap

laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan

pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan dapat memberikan

pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

Sedangkan Menurut Arens (2015:2) adalah pengumpulan dan evaluasi

bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian

antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan.

Dari pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa audit adalah suatu

proses untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara sistematis dan objektif

mengenai pernyataan tentang kegiatan dan peristiwa ekonomi, laporan keuangan,

pengawasan intern, dan catatan akuntansi sebuah perusahaan yang dilakukan

secara independen dan kompeten, dengan maksud untuk menentukan tingkat

kesesuaian antara pernyataan dan kriteria yang telah ditentukan, serta

penyampaian hasilnya berupa informasi kepada pemakai kepentingan. Dalam

auditnya, auditor harus dapat selalu melaksanakan tugas secara sistematik untuk

memperoleh bukti-bukti informasi yang nantinya akan menjadi dasar pernyataan

yang akan disajikan dan mengevaluasinya secara objektif yaitu tidak memihak

kepada pemberi kerja (manajemen) maupun pihak ketiga (pemakai hasil audit).
16

2.2.2 Tujuan Audit

Menurut Tuanakotta (2016:84) mengemukakan bahwa tujuan audit adalah

mengangkat tingkat kepercayaan dari pemakai laporan keuangan yang dituju,

terhadap laporan keuangan itu. Tujuan itu dicapai dengan pemberian opini oleh

auditor mengenai apakah laporan keuangan disusun dalam segala hal yang

material sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan berlaku.

Menurut Arens dkk (2015:168) tujuan audit adalah untuk menyediakan

pemakai laporan keuangan suatu pendapat yang diberikan oleh auditor tentang

apakah laporan keuangan yang disajikan secara wajar dalam semua hal yang

material, sesuai dengan kerangka kerja akuntansi keuangan yang berlaku.

Pendapat auditor ini menambah tingkat keyakinan pengguna yang bersangkutan

terhadap laporan keuangan.

Perusahaan perlu memiliki pengendalian internal untuk memastikan

pencapaian tujuan yang direncanakan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka

dalam pelaksanaan kegiatan harus diawasi dan sumber daya ekonomi yang

dimiliki harus digunakan dan dan kerahkan sebaik mungkin. Berdasarkan

beberapa definisi audit yang telah dijelaskan diatas, kita dapat melihat tujuan audit

yang dimana pada umumnya menentukan keandalan dan kelengkapan informasi

keuangan, kepatuhan terhadap kebijakan, hukum, prosedur dan juga keamanan

aset. Oleh karena itu, tujuan audit mengharuskan akuntan memberi pendapat

mengenai kesesuaian pelaporan keuangan yang tepat sesuai standar audit yang

berlaku.
17

2.2.3 Jenis-Jenis Audit

Dalam melakukan audit, ada beberapa jenis audit sesuai dengan tujuan

audit yang dilakukan oleh auditor. Menurut Sukrisno Agoes (2017:11) dari jenis

pemeriksaan, pemeriksaan dapat dibedakan menjadi:

1. Manajemen Audit (Operational Audit)

Suatu tinjauan operasi perusahaan, termasuk kebijakan akuntansi

dan kebijakan operasi yang ditentukan oleh manajemen untuk mengetahui

apakah operasi tersebut telah dilakukan secara efisien, efektif dan ekonomis.

Yang dimaksud dengan efisien disini adalah dapat mencapai hasil yang telah

ditetapkan sebelumnya. Efektif mampu menyelesaikan target sesuai dan

bermanfaat sesuai waktu yang telah ditentukan. Ekonomis adalah dengan

pengorbanan serendah mungkin untuk mencapai hasil terbaik atau dapat

dilaksanakan dengan biaya seminimal mungkin.

2. Pemeriksaan Ketaatan (Compliance Audit)

Pemeriksaan untuk menentukan apakah perusahaan mematuhi

peraturan-peraturan dan kebijakan yang berlaku yang telah ditetapkan pihak

intern perusahaan (manajemen, dewan komisaris) maupun pihak eksternal

(Pemerintah, Bapepam, Bank Indonesia, Direktorat Jenderal Pajak, dan lain-

lain) Pemeriksaan bisa dilakukan oleh KAP ataupun bagian internal audit.

3. Pemeriksaan Intern (Internal Audit)

Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian audit internal perusahaan,

baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, dan

kepatuhan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Pemeriksaan


18

umum yang telah dilakukan auditor internal biasanya lebih baik daripada

pemeriksaan umum oleh KAP. Auditor internal biasanya tidak mengomentari

kewajaran laporan keuangan, karena pihak luar perusahaan

mempertimbangkan bahwa auditor internal merupakan staff internal yang

dimiliki oleh perusahaan yang dikhawatirkan menjadi tidak independen.

Laporan auditor internal berisi temuan mengenai pemeriksaan mengenai

penyimpangan dan kecurangan, kelemahan dalam pengendalian internal,

beserta saran-saran perbaikannya.

4. Computer Audit

Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data

akuntansi dengan menggunakan Electronic Data Processing (EDP) sistem.

2.2.4 Proses Audit

Prosedur audit pada awalnya disiapkan pada tahap perencanaan

berdasarkan risiko yang dinilai sesuai dengan lingkungan pengendalian internal

serta pengendalian internal atas laporan keuangan. Prosedur audit adalah suatu

teknik yang dapat digunakan oleh auditor untuk mengevaluasi bahan atau bukti-

bukti yang mencukupi dan kompeten. Menurut Arens, Elder dan Beasley

(2015:226-228) beberapa prosedur audit yang digunakan saat pengendalian

adalah:

1. Perencanaan dan perancangan metode audit

Ada dua pertimbangan utama yang mempengaruhi jenis metode

yang digunakan oleh auditor, yaitu: pengumpulan bukti audit yang cukup

untuk tanggung jawab profesional auditor, dan biaya pengumpulan bukti


19

audit tersebut harus serendah mungkin. Mengingat kewajiban untuk

mengumpulkan bukti audit yang berkualitas dan mengendalikan biaya audit

dalam mengembangkan rencana audit. Rencana audit harus menghasilkan

metode audit yang efektif dengan tingkat biaya audit yang wajar. Perencanaan

dan perancangan metode audit dapat dibagi menjadi beberapa bagian. Dua

bagian dari rencana tersebut meliputi:

i. Memahami strategi bisnis pelanggan dan menangani serta

mengevaluasi risiko.

ii. Memahami pengendalian internal dan mengevaluasi risiko

pengendalian.

2. Melaksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas

transaksi.

Ketika auditor mengurangi penilaian risiko pengendalian

berdasarkan identifikasi pengendalian, ia dapat lebih mempersempit ruang

lingkup audit ke beberapa area keakuratan informasi laporan keuangan yang

terkait langsung dengan hal-hal tersebut harus didukung oleh pengumpulan

berbagai bukti audit. Untuk menyesuaikan kembali, maka auditor harus me

nguji efektivitas pengendalian ini. Prosedur yang terkait dengan jenis

pengujian ini sering disebut uji pengendalian (test of control). Auditor juga

harus mengevaluasi catatan berbagai transaksi yang dilakukan oleh pelanggan

dengan memverifikasi nilai moneter dari berbagai transaksi. Verifikasi ini

disebut pengujian substantif transaksi.

3. Melaksanakan Prosedur analitis dan uji rincian saldo


20

Prosedur analisis menggunakan perbandingan dan berbagai

hubungan untuk mengevaluasi apakah saldo akun atau data lain yang

ditampilkan adalah wajar. Pengujian perincian saldo adalah berbagai prosedur

khusus yang dirancang untuk menguji salah saji moneter dari akun-akun

dalam laporan keuangan.

4. Melengkapi proses audit dan menerbitkan laporan audit

Setelah akuntan publik menyelesaikan semua prosedur untuk setiap

tujuan audit dan setiap akun dalam laporan keuangan, penting untuk

menghubungkan semua informasi yang diperoleh untuk menarik kesimpulan

keseluruhan tentang apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar.

Ini adalah proses yang sangat subjektif yang bergantung sepenuhnya pada

pertimbangan profesional auditor. Dalam praktiknya, auditor akan terus

menggabungkan semua informasi yang diperoleh selama proses audit.

Penggabungan akhir adalah suatu penyajian akhir pada saat akhir penugasan

audit. Saat suatu proses audit telah selesai dilakukan, akuntan publik harus

menerbitkan sebuah laporan audit untuk melengkapi laporan keuangan yang

dipublikasikan klien.

2.2.4 Standar audit

Auditor harus berpedoman pada standar pemeriksaan audit untuk

mencapai tujuan audit yang dimana merupakan kriteria atau ukuran dalam

pelaksanaan akuntan. Standar audit yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan

Indonesia dalam Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) BPK RI No. 01

Januari 2017 adalah sebagai berikut:


21

1. Standar umum

a) Audit harus dilakukan oleh satu orang atau lebih dengan pengetahuan

dan pelatihan profesional yang memadai sebagai auditor.

b) Auditor harus menjaga independensi semua hal yang berkaitan dengan

bisnis dan sikap mental.

c) Dalam melakukan audit dan menyusun laporan, auditor harus

menggunakan keterampilan profesionalnya dengan cermat dan teliti.

2. Standar Pekerja Lapangan

a) Pekerjaan harus direncanakan dengan baik, dan jika menggunakan

asisten, harus diawasi dengan baik.

b) Pengendalian internal harus dipahami sepenuhnya untuk merencanakan

audit dan menentukan sifat, waktu, dan ruang lingkup pengujian yang

akan dilakukan.

c) Bukti audit yang cukup dan memadai harus diperoleh melalui

pemeriksaan, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi

sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan audit.

3. Standar Pelaporan

a) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan disusun sesuai

dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

b) Laporan audit harus menunjukkan atau menjelaskan apakah terdapat

ketidaksesuaian antara penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan


22

laporan keuangan periode berjalan dengan penerapan prinsip akuntansi

tersebut pada periode sebelumnya.

c) pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus memadai,

Kecuali dinyatakan lain dalam laporan audit,

d) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai

laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan

demikian tidak dapat diberikan. Dengan adanya standar, sehingga hasil

pemeriksaanya dapat memberikan keyakinan yang penuh oleh para

pengguna jasa auditor baik pihak internal maupun pihak eksternal.

2.3 Audit Investigasi

2.3.1 Pengertian Audit Investigasi

Audit investigasi merupakan audit dengan tujuan khusus untuk

membuktikan dugaan penyimpangan dalam bentuk kecurangan, pengeluaran

ilegal, atau penyalahgunaan wewenang di bidang pengelolaan keuangan negara

yang memenuhi tindak pidana korupsi, kolusi dan nepotisme serta ditindaklanjuti

oleh instansi wewenang yaitu kejaksaan. (KEPIRJEN-SK-103-K-801_ITJEN-

2016).

Sesuai dengan Pedoman Penugasan Bidang Investigasi (PPBI), yang

ditetapkan dengan Peraturan Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan nomor 17 tahun 2017 Tentang Pedoman Penugasan Bidang

Investigasi, audit investigatif adalah proses mencari, menemukan, dan

mengumpulkan bukti secara sistematis yang bertujuan mengungkapkan terjadi


23

atau tidaknya suatu perbuatan dan pelakunya guna dilakukan tindakan hukum

selanjutnya.

Audit investigatif sebagai kegiatan pemeriksaan dengan lingkup tertentu,

periodenya tidak dibatasi, lebih spesifik pada area-area pertanggungjawaban yang

diduga mengandung inefisiensi atau indikasi penyalahgunaan wewenang, dengan

hasil audit berupa rekomendasi untuk ditindaklanjuti bergantung pada derajat

penyimpangan wewenang yang ditemukan.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa audit investigatif

merupakan suatu kegiatan mencari, mendeteksi, mengevaluasi, menemukan,

memeriksa dan mengumpulkan bukti-bukti sehingga auditor dapat

mengungkapkan terjadi atau tidak terjadinya kecurangan yang disampaikan di

laporan hasil audit dengan menggunakan pendekatan dan teknik audit investigatif

yang kemudian akan ditindak lanjuti sesuai dengan peraturan perundangan yang

berlaku.

2.3.2 Jenis-Jenis audit Investigasi

Menurut fitrawansyah (2015:22) terdapat dua macam audit investigatif

yaitu:

a. Audit Investigasi Proaktif

Audit investigasi proaktif adalah audit yang dilakukan pada entitas

yang mempunyai risiko-risiko penyimpangan, tetapi entitas tersebut dalam

proses awal auditnya belum tidak didahului oleh informasi tentang adanya

indikasi penyimpangan yang dapat menimbulkan berbagai potensi kerugian

keuangan.
24

b. Audit Investigasi Reaktif

Audit investigasi reaktif mengandung langkah-langkah pencarian

dan pengumpulan bukti-bukti yang diperlukan untuk mendukung

dugaan/sangkaan awal tentang indikasi adanya penyimpangan yang

dapat/berpotensi menimbulkan kerugian keuangan/kekayaan negara dan/atau

perekonomian negara. Istilah reaktif itu sendiri didasarkan pada fakta bahwa

auditor melakukan reaksi untuk memvalidasi bukti-bukti indikasi

penyimpangan tersebut.

2.3.4 Tujuan Audit Investigasi

Menurut Tuanakotta (2016:315), tujuan audit investigatif adalah sebagai

berikut:

1. Memberhentikan manajemen. Tujuan utamanya adalah sebagai teguran keras

bahwa manajemen tidak mampu mempertanggungjawabkan kewajiban

fidusianya. Kewajiban fidusia ini termasuk mengawasi dan mencegah

terjadinya kecurangan oleh karyawan.

2. Memeriksa, mengumpulkan, dan menilai cukup dan relevannya bukti. Tujuan

ini akan menekankan bisa diterimanya bukti-bukti sebagai alat bukti untuk

meyakinkan hakim di pengadilan. Konsepnya adalah forensic evidence, dan

bukan sekedar bukti audit.

3. Melindungi reputasi dari karyawan yang tidak bersalah. Misalnya dalam

pemberitaan di media massa bahwa karyawan yang tidak bermasalah.

Misalnya dalam pemberitaan di media massa bahwa karyawan di bagian

produksi menerima uang suap. Tanpa investigasi, reputasi dari semua


25

karyawan di bagian produksi akan tercemar. Investigasi mengungkapkan

siapa yang bersalah. Mereka yang tidak bersalah terbebas dari tuduhan.

4. Menemukan dan mengamankan dokumen yang relevan untuk investigasi.

Banyak bukti dalam kejahatan keuangan berupa dokumen. Kalau banyak

dokumen disusun untuk membunyikan kejahatan, atau kalau dokumen ini

dapat memberi petunjuk kepada pelaku dan penanggung jawab kecurangan,

maka tujuan dari investigasi ini adalah menjaga keutuhan dokumen. Ruang

kerja harus diamankan, tidak boleh ada orang masuk keluar tanpa izin,

dokumen harus diindeks dan dicatat.

5. Menemukan aset yang digelapkan dan mengupayakan pemulihan dari

kerugian yang terjadi. Ini meliputi penelusuran rekening bank, pembekuan

rekening, izin-izin untuk proses penyitaan dan atau penjualan aset, dan

penentuan kerugian yang terjadi.

6. Memastikan bahwa semua orang, terutama mereka yang diduga menjadi

pelaku kejahatan, mengerti kerangka acuan dari investigasi tersebut,

harapannya adalah bahwa mereka bersedia bersikap kooperatif dalam

investigasi itu.

7. Memastikan bahwa pelaku kejahatan tidak bisa lolos dari perbuatannya

2.3.5 Teknik-Teknik Audit Investigasi

Tuanakotta (2016:312-350) menyatakan bahwa teknik audit adalah cara-

cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran penyajian laporan keuangan.

Teknik yang dipakai dalam audit investigatif sama dengan audit pada umumnya,

dengan fokus diarahkan kepada pembuktian ada atau tidaknya fraud atau
26

perbuatan melawan hukum lainnya dan pengumpulan bukti hukum untuk

menentukan apakah seseorang melakukan atau tidak melakukan fraud. Terdapat

tujuh teknik audit investigatif menggunakan teknik audit yakni:

1. Memeriksa fisik (physical examination).

2. Meminta konfirmasi (confirmation).

3. Memeriksa dokumen (documentation).

4. Review analitikal (analytical review).

5. Meminta informasi lisan atau tertulis dari auditee (inquiries of the auditee).

6. Menghitung kembali (reperformance).

7. Mengamati (observation).

2.3.6 Prinsip-Prinsip Audit Investigasi

Menurut Tuanakotta (2010:351) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip

audit investigatif yaitu:

1. Investigasi adalah tindakan mencari kebenaran.

2. Kegiatan investigasi mencakup pemanfaatan sumber-sumber bukti yang dapat

mendukung fakta yang dipermasalahkan.

3. Semakin kecil selang antara waktu terjadinya tindak kejahatan dengan waktu

untuk merespon maka kemungkinan bahwa suatu tindak kejahatan dapat

terungkap akan semakin besar.

4. Auditor mengumpulkan fakta-fakta sehingga bukti-bukti yang diperolehnya

tersebut dapat memberikan kesimpulan sendiri/bercerita.

5. Bukti fisik merupakan bukti nyata. Bukti tersebut sampai kapanpun akan

selalu mengungkap hal yang sama.


27

2.3.7 Sasaran dan target audit investigasi

Karyono (2013:133) Mengatakan bahwa dalam pelaksanaan audit

investigatif ditentukan sasaran dan target secara cermat agar tujuan audit dapat

tercapai secara efektif dan efisien. Adapun sasaran audit investigasi adalah:

1. Subjek yaitu pelaku, saksi, dan ahli. Dalam mengungkap terjadinya fraud

harus diungkap siapa pelakunya sehingga pelaku fraud merupakan subjek

utama. Hasil audit investigasi kemungkinan besar akan ditindaklanjuti ke

litigasi, sehingga auditor harus dapat menunjukkan subjek yang dapat

dijadikan saksi dan pemberi keterangan ahli pada proses pengadilan.

2. Objek, yang menjadi sasaran audit investigasi adalah hasil kecurangan dan

sarana yang dipakai untuk melakukan tindak kecurangan.

3. Modus operandi, atau cara melakukan kecurangan yang mengungkap urutan

atau proses kecurangannya, unsur pelanggaran hukum/aturan, kapan dan

dimana terjadinya.

Lebih lanjut Karyono (2013:133) menjelaskan untuk mencapai sasaran

tersebut dilakukan pengumpulan bukti dengan berbagai teknik audit dan teknik

investigasi. Target audit investigatif antara lain:

1. Mengamankan kekayaan organisasi atau entitas yang menjadi korban

kecurangan. Target ini merupakan target preventif sebab meskipun audit

investigasi merupakan tindakan represif, tetapi mempunyai daya kerja

preventif berupa pengamanan organisasi.

2. Mengamankan aset hasil kecurangan. Aset hasil kecurangan akan

memperkuat pembuktian dalam audit investigasi dan akan dijadikan barang


28

bukti apabila hasil auditnya ditindaklanjuti ke tingkat litigasi. Pengamanan

aset hasil kecurangan tidak menjadi tugas auditor investigasi, namun pada

proses auditnya kemungkinan dapat diperoleh barang bukti itu. Mengingat

besar kemungkinan disembunyikan oleh pelaku bila tidak segera diamankan

dan perlunya dilakukan tindakan pencegahan, maka masalah pengamanan

aset hasil kecurangan menjadi target dalam audit investigasi.

3. Menindak para pelakunya. Pelaksanaan tidak dilakukan oleh auditor, auditor

memberikan rekomendasi terkait dengan tindak lanjut yang harus dilakukan.

2.3.8 Perbedaan Audit Investigasi

Secara umum, audit adalah untuk memverifikasi keaslian dan kewajaran

catatan keuangan entitas, tetapi investigasi adalah untuk membuktian fakta-fakta

tertentu, menemukan fakta, dan untuk menemukan kebenaran. Ruang lingkup

audit didasarkan pada standar audit, sedangkan ruang lingkup investigasi tunduk

pada ketentuan perikatan. Audit Investigastif merupakan audit dengan tujuan

tertentu atau yang biasa disebut “ADTT” merupakan audit yang dilakukan dengan

khusus diluar audit keuangan dan audit kinerja. ADTT dilakukan oleh auditor

eksternal yaitu BPK, atau APIP (Aparat Pengawasan Intern Pemerintah) selaku

auditor internal pemerintah yang terdiri dari BPKP dan Inspektorat yang berada di

Kementrian/Lembaga serta di Pemerintah Daerah. Berikut ini adalah perbedaan

utama antara audit dan audit investigasi:

1. Proses pemeriksaan laporan keuangan suatu entitas dan kemudian

memberikan pendapat independen di atasnya disebut audit. Mempelajari buku

dengan cermat dan detail untuk menemukan kebenaran disebut penyelidikan.


29

2. Audit adalah pemeriksaan umum, dan investigasi bersifat kritis.

3. Bukti yang diperoleh dari proses audit bersifat menyakinkan, sedangkan sifat

bukti dari proses investigasi bersifat final.

4. Audit dilakukan setiap tahun, tetapi audit investigasi dilakukan sesuai

kebutuhan organisasi. Untuk audit investigasi karena memang dasar dari audit

ini adalah perintah dari Pimpinan Tertinggi atas hal-hal khusus, atau misalnya

adanya permintaan audit kepada BPKP atau Inpektorat Jendral sehingga dapat

melakukan audit atas permintaan tersebut

2.4 Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pengungkapan

Kecurangan

Menurut Mardiasmo (2017:134) Efektivitas adalah ukuran berhasil

tidaknya pencapaian tujuan suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu

organisasi mencapai tujuan maka organisasi tersebut telah berjalan dengan efektif.

Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak (outcome)

dari keluaran (Output) program dalam mencapai tujuan program. Semakin besar

kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau sasaran yang

ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi.

Semakin dekat prestasi mereka terhadap prestasi yang diharapkan maka

mereka dinilai semakin efektif. Sementara efektivitas ialah seberapa baik

pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan keluaran sesuai

dengan yang diharapkan. Artinya, apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan

sesuai perencanaan, baik dalam waktu, biaya, maupun mutunya maka dapat

dikatakan efektif (Ravianto, 2014)


30

Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa efektivitas sejauh mana suatu

organisasi dapat melakukan tingkat keefektifan dalam mencapai tujuan secara

optimal dalam mengukur kemampuan efisiensi. Kemungkinan bagi seorang

auditor untuk mengungkapkan kecurangan yang terjadi tergantung pada

efektivitas pelaksanaan prosedur auditnya, dimana tercapainya tujuan audit

investigasi yang dilakukan dengan menerapkan prosedur dan teknik-teknik audit

didukung oleh kemampuan dan pengalaman yang cukup memadai untuk menjadi

seorang auditor investigatif.

Efektivitas pelaksanaan prosedur audit investigasi ini dapat tercapai

apabila auditor memiliki kemampuan dan pengalaman yang cukup untuk dapat

memenuhi standar-standar pelaksanaannya. Menurut Wahono (2011:1)

menyimpulkan prosedur audit dimulai dengan tahap penelaahan informasi awal,

perencanaan pemeriksaan investigatif, pelaksanaan pemeriksaan investigatif,

pelaporan dan tindak lanjut. Bila tidak memiliki kemampuan dan pengalaman

yang cukup, auditor lebih baik mundur dalam menerima tugas karena terdapat

kemungkinan hasil investigasi tidak akan maksimal.

2.5 Kecurangan/Fraud

Menurut Karyono (2013:4) kecurangan didefinisikan sebagai penipuan

yang disengaja umumnya diterangkan sebagai kebohongan, penjiplakan, dan

pencurian. Fraud dapat dilakukan terhadap pelanggan, kreditor, pemasok, banker,

investor, penjamin asuransi, dan pemerintah.

Kecurangan adalah perbuatan yang mengandung unsur kesengajaan, niat,

menguntungkan diri sendiri atau orang lain, penipuan, penyembunyian atau


31

penggelapan, dan penyalahgunaan kepercayaan yang bertujuan untuk memperoleh

keuntungan secara tidak sah yang dapat berupa uang, barang/harta, jasa dan tidak

membayar jasa, yang dilakukan oleh satu individu atau lebih dari pihak yang

bertanggung jawab atas tata kelola, pegawai, atau pihak ketiga. (Badan Pemeriksa

Keuangan Republik Indonesia, 2017)

Menurut Association of certified Fraud Examiners (ACFE, 2016)

kecurangan atau fraud adalah perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang

dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan

laporan keliru kepada pihak lain) dilakukan orang-orang dari dalam atau luar

organisasi untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau kelompok secara langsung

atau tidak langsung merugikan pihak lain.

Kecurangan dapat mencakup penyimpangan dan implikasi perilaku yang

melanggaran hukum (perilaku ilegal), hal-hal tertentu, seperti penipuan atau

penyesatan kepada pihak lain, yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam dan

luar organisasi. Kecurangan dirancang untuk mendapatkan keuntungan baik

pribadi maupun kelompok yang memanfaatkan peluang-peluang secara tidak

jujur, yang secara langsung maupun tidak langsung merugikan orang lain.

2.5.1 Klasifikasi Kecurangan

The Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) atau Asosiasi

Pemeriksa Kecurangan Bersertifikat dalam Tuanakotta (2016:195-204) membagi

fraud (kecurangan) dalam 3 (tiga) jenis atau tipologi berdasarkan perbuatan, yaitu:

1. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)


32

Kecurangan Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai

kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji

material Laporan Keuangan yang merugikan investor dan kreditor.

Kecurangan ini dapat bersifat finansial atau kecurangan non finansial.

2. Penyimpangan atas Aset (Asset Misappropriation)

Asset misappropriation meliputi penyalahgunaan/pencurian aset

atau harta perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan bentuk fraud yang

paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat

diukur/dihitung (defined value).

3. Korupsi (Corruption)

Jenis fraud ini yang paling sulit dideteksi karena menyangkut kerja

sama dengan pihak lain seperti suap dan korupsi, di mana hal ini merupakan

jenis yang terbanyak terjadi di negara-negara berkembang yang penegakan

hukumnya lemah dan masih kurang kesadaran akan tata kelola yang baik

sehingga faktor integritasnya masih dipertanyakan. Fraud jenis ini sering kali

tidak dapat dideteksi karena para pihak yang bekerja sama menikmati

keuntungan.

2.6 Hubungan Kemampuan Auditor Investigasi Terhadap Efektivitas

Pelaksanaan Prosedur Audit dalam pengungkapan kecurangan

Menurut Theodorus M. Tuanakotta (2016:104) kemampuan auditor

investigatif yaitu sebagai auditor harus memiliki kemampuan yang unik.

Disamping keahlian teknis, seorang auditor investigatif yang sukses mempunyai

kemampuan mengumpulkan fakta-fakta dari berbagai saksi secara adil, tidak


33

memihak, mengikuti ketentuan perundang-undangan, dan akurat serta mampu

melaporkan fakta-fakta itu secara akurat dan lengkap. Kemampuan untuk

memastikan kebenaran dari fakta yang dikumpulkan dan kemudian

melaporkannya dengan akurat dan lengkap adalah sama pentingnya. Pemeriksa

fraud adalah gabungan antara pengacara, akuntan, kriminolog dan detektif (atau

investigator).

Menurut Tuanakotta (2016:104) mengatakan bahwa bagi auditor yang

melakukan audit investigasi wajib memenuhi persyaratan kemampuan/keahlian

yang meliputi pengetahuan dasar bidang yang terkait dan sikap mental dalam diri

auditor untuk menarik kesimpulan hasil audit.

Menurut Tuanakotta (2016:104) Auditor investigatif yang sukses

mempunyai kemampuan mengumpulkan fakta-fakta dari berbagai saksi secara

fair, tidak memihak, shahih (mengikuti perundang-undangan), dan akurat serta

mampu melaporkan fakta-fakta itu secara akurat dan lengkap. Seiring dengan

pengetahuan khusus tentang teknik mencari tahu kecurangan, seseorang

membutuhkan kesabaran dan pola pikir analitis. Auditor investigasi harus melihat

melampaui angka dan memahami substansi situasinya. seorang auditor yang akan

melaksanakan audit investigatif, wajib memiliki pengetahuan dasar, kemampuan

teknis dan sikap mental.

Dalam Standar Umum Asosiasi Auditor Intern Pemerintah (AAIPI) (2014)

dituliskan bahwa dalam melakukan penugasan audit harus dilakukan dengan

kemampuan. kemampuan auditor dapat ditafsirkan dengan sebagian perihal

bersifat wajib memiliki pembelajaran, pengetahuan, kemampuan, keahlian,


34

pengalaman, perilaku sikap dan kompetensi lain yang dibutuhkan dalam

melaksanakan penugasan serta memenuhi tanggung jawabnya. Tidak hanya itu,

auditor wajib mempertahankan kompetensi melalui pembelajaran serta pelatihan

berkepanjangan agar dapat menjamin kompetensi yang dimiliki

berkesinambungan dengan kebutuhan organisasi. Jika seorang auditor memiliki

kompetensi yang cukup dan terus mengembangkan kompetensinya, auditor telah

memenuhi persyaratan. Auditor juga harus selalu meningkatkan kemampuan dan

keahlian dalam segala hal yang menyangkut pemeriksaan.

Auditor investigatif juga tidak hanya harus memiliki kemampuan memadai

dalam bidang audit dan akuntansi, melainkan juga harus memahami hukum dan

peraturan perundang-undangan (Karyono, 2013:132).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

kemampuan auditor investigatif adalah kesanggupan yang tercermin dari kualitas

dan keterampilan seorang auditor investigatif dalam melaksanakan proses audit

dengan baik untuk menemukan, mengungkapkan, mendeteksi, mengevaluasi dan

membuktikan apabila terjadi kecurangan.

2.7 Hubungan Pengalaman Auditor Investigasi Terhadap Efektivitas

Pelaksanaan Prosedur Audit dalam pengungkapan kecurangan

Menurut Kayo (2013) pengalaman auditor investigasi dapat diperoleh

melalui pengalaman kerja yang cukup, baik dalam audit umum, audit operasional,

audit kinerja, maupun audit dengan tujuan tertentu atau audit investigatif.

Pengalaman seorang auditor investigatif diperlukan untuk membantu auditor

dalam mengetahui kekeliruan pencatatan, membantu dalam menganalisis masalah


35

beserta pemecahannya. Dengan memiliki banyak pengalaman, auditor diharapkan

dapat memberikan pengaruh positif, terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur

audit dalam pengungkapan kecurangan.

Pengalaman yang dimaksud sebagai faktor seorang auditor investigasi

dalam melakukan pengungkapan kecurangan yaitu pengalaman yang telah

dimiliki dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan dan penugasan audit di

lapangan baik dari aspek lamanya waktu audit maupun banyaknya penugasan

audit yang diterima dan pernah dilakukan. Dengan memiliki pengalaman yang

cukup, auditor akan lebih percaya diri untuk melaksanakan proses audit dan

mengungkapkan kecurangan. Auditor yang memiliki tingkat pengalaman yang

berbeda dengan auditor yang lain akan berbeda pula pada tingkat pengetahuan

yang dimiliki dalam melaksanakan prosedur audit khususnya dalam mendeteksi

dan mengungkapkan kecurangan (Ramadhany, 2015).

2.8 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan acuan untuk penelitian selanjutnya, yang

mana penelitian-penelitian tersebut digunakan untuk membandingkan hasil

penelitiannya. Adapun beberapa penelitian terdahulu yang menjadi landasan

dalam melakukan penelitian ini diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Mulyati, Pupung Purnamasari, Hendra Gunawan (2015).

Jurnal penelitian terdahulu ini berjudul Pengaruh Kemampuan Auditor

Investigasi dan Pengalaman Auditor Inverstigasi Terhadap Efektivitas

Pelaksanaan Prosedur Audit Dalam Pembuktian kecurangan. Tujuan penelitian

adalah untuk menguji dan mengetahui pengaruh kemampuan auditor investigatif


36

dan pengalaman auditor terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam

pembuktian kecurangan. Penelitian dilakukan pada Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Jawa Barat Kota Bandung.

Metode yang digunakan adalah metode survey dengan teknik pengumpulan data

kuesioner. Uji analisis menggunakan analisis regresi berganda. Hasil Penelitian

yang diperoleh yaitu Kemampuan auditor investigatif pada BPKP di Kota

Bandung sangat tinggi. Secara parsial Kemampuan Auditor Investigatif

berpengaruh positif secara signifikan terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur

audit dalam pembuktian kecurangan yang dilakukan auditor investigatif pada

BPKP di Kota Bandung, semakin tinggi kemampuan auditor investigatif maka

efektivitas pelaksanaan prosedur audit akan meningkat. Pengalaman auditor yang

dimiliki auditor investigatif pada BPKP di Kota Bandung baik. Secara parsial

Pengalaman Auditor berpengaruh positif secara tidak signifikan terhadap

efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan. Hal ini

berarti bahwa semakin baik pengalaman audit yang dimiliki auditor dalam

melaksanakan tugas audit maka efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam

pembuktian kecurangan akan semakin meningkat. Kemampuan auditor

investigatif dan Pengalaman Auditor secara simultan berpengaruh signifikan

secara bersama-sama terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam

Pembuktian Kecurangan oleh auditor investigatif pada BPKP di Kota Bandung.

2. Fransetia Jurjur Benedikta N, Lennty Carolina (2019).

Jurnal Penelitian Terdahulu ini berjudul Pengaruh Kemampuan dan

Pengalaman Auditor Forensik Investigatif Terhadap Efektivitas Pelaksanaan


37

Prosedur Audit. Hasil penelitian ini menunjukan kemampuan auditor investigatif

berpengaruh positif signifikan terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit

dalam pengungkapan fraud, sehingga semakin tinggi tingkat kemampuan auditor

investigatif, maka semakin efektif pelaksanaan prosedur audit dalam

pengungkapan fraud. Pengalaman auditor investigatif berpengaruh positif

signifikan terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pengungkapan

fraud, sehingga semakin baik pengalaman auditor investigatif, maka semakin

efektif pelaksanaan prosedur audit dalam pengungkapan fraud.

3. Sahreza Harahap, Friska Debora maria (2020).

Jurnal penelitian ini berjudul Pengaruh Pengalaman Dan Kemampuan

Pemeriksa Investigatif Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit

Investigasi Dengan Skeptisisme Sebagai Variabel Moderasi studi pada Badan

Pengawasan Mahkamah Agung RI. Hasil Penelitian ini yaitu Pengalaman dan

kemampuan pemeriksa investigatif berpengaruh positif signifikan terhadap

efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pengungkapan fraud, sehingga

semakin tinggi pengalaman dan kemampuan pemeriksa investigatif, maka

semakin efektif pelaksanaan prosedur audit dalam pengungkapan fraud. Variabel

skeptisme juga menunjukkan hasil yang memperkuat faktor kemampuan

pemeriksaan dalam melaksanakan prosedur audit dalam pengungkapan fraud,

sehingga perilaku skeptis sebagai variabel moderasi menghasilkan pengaruh

positif signifikan terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur pengungkapan fraud.

Penelitian ini memperoleh hasil yang berbeda ketika variabel skeptisme

memoderasi variabel pengalaman. Hasil menunjukkan bahwa variabel skeptisme


38

memperlemah pengaruh variabel pengalaman terhadap efektivitas prosedur audit

investigatif.

4. Agung Kresna Yogaswara Antonio Lameng, Anak Agung Ngurah Bagus

Dwirandra (2018).

Jurnal penelitian terdahulu ini berjudul Pengaruh Kemampuan,

Pengalaman, dan Independensi Auditor Pada Efektivitas Pelaksanaan Prosedur

Audit Investigasi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh

kemampuan, pengalaman, dan independensi auditor pada efektivitas pelaksanaan

prosedur audit investigatif. Penelitian dilakukan pada Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Bali dengan sampel 39

auditor yang ditentukan dengan metode purposive sampling. Data dikumpulkan

dengan kuesioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Regresi

Linear Berganda. Dengan hasil penelitian yaitu dapat disimpulkan bahwa

kemampuan auditor berpengaruh positif pada efektivitas pelaksanaan prosedur

audit investigatif, yang bermakna bahwa semakin memadai kemampuan auditor,

semakin efektif pula pelaksanaan prosedur audit investigatif. Pengalaman auditor

berpengaruh positif pada efektivitas pelaksanaan prosedur audit investigatif, yang

bermakna bahwa semakin berpengalaman seorang auditor, semakin efektif pula

pelaksanaan prosedur audit investigatif. Independensi auditor berpengaruh positif

pada efektivitas pelaksanaan prosedur audit investigatif, yang bermakna bahwa

semakin independen seorang auditor, semakin efektif pula pelaksanaan prosedur

audit investigatif.
39

5. Nada Firanita Dewi, Rudi Ginting, Yoyoh Guritno (2020).

Jurnal ini berjudul Pengaruh Kompetensi, Pengalaman, Independensi Dan

Skeptisme Profesional Auditor Terhadap Pelaksanaan Prosedur Audit Investigatif

Dalam Pengungkapan Kecurangan Pada BPKP Pusat. Hasil dari penelitian ini

yaitu Kompetensi Auditor secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

pelaksanaan prosedur audit investigasi dalam pengungkapan kecurangan.

Kompetensi sebagai dasar dalam pelaksanaan prosedur pemeriksaan. Pengalaman

Auditor secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap audit investigasi

dalam pengungkapan kecurangan. Karena dalam pelaksanaannya auditor lebih

mengedepankan skeptisisme profesional dengan kompetensi yang memadai dalam

pelaksanaan prosedur audit investigasi dalam pengungkapan kecurangan.

Independensi Auditor berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan prosedur audit

investigasi, hal ini karena independensi menjadi hal utama dalam pelaksanaan

prosedur audit investigasi. Skeptisisme profesional Auditor berpengaruh

signifikan terhadap pelaksanaan prosedur audit investigasi dalam pengungkapan

kecurangan, karena berkaitan erat dengan pelaksanaan prosedur audit investigasi.

6. Wijayanti (2016).

Penelitian ini berjudul Pengaruh Kemampuan dan Sikap Auditor

Investigatif Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit Dalam Pembuktian

Kecurangan. Hasil dari penelitian ini yaitu Dari hasil analisis data dan pengujian

hipotesis dapat disimpulkan bahwa Kemampuan dan Sikap auditor investigatif

secara parsial tidak berpengaruh positif signifikan namun terdapat hubungan yang

kuat karena koefisien korelasi bernilai positif sehingga semakin baik kemampuan
40

dan sikap auditor investigatif semakin baik juga efektivitas pelaksanaan prosedur

audit dalam pembuktian kecurangan.

7. Arika Hannah Pratiwi (2015).

Penelitian ini berjudul Pengaruh Kemampuan Auditor Investigatif

Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit Dalam Pengungkapan Internal

Fraud. Hasil dari penelitian ini adalah Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

kemampuan auditor investigatif di Badan Pemeriksa Keuangan Republik

Indonesia Tahun 2015 sudah baik karena sudah memiliki kemampuan teknis,

kemampuan non teknis, dan kemampuan khusus sehingga efektivitas pelaksanaan

prosedur audit dalam pengungkapan internal fraud sudah berjalan dengan baik.

2.9 Kerangka Pikir

Model penelitian ini dapat menjelaskan deskripsi masalah yang

akan dipelajari secara singkat. Model penelitian dapat digambarkan sebagai

berikut:
41

Skema 2.2
Kerangka Pikir
Pengaruh Kemampuan dan Pengalaman Auditor Investigasi terhadap efektivitas pelaksanaan
Prosedur Audit dalam pembuktian kecurangan Pada Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) Perwakilan Sulawesi Tenggara
Studi Empirik

● Penelitian Fransetia Jurjur


(2019) membuktikan bahwa
kemampuan dan pengalaman
auditor investigatif berpengaruh
positif signifikan terhadap
efektivitas pelaksanaan prosedur
audit dalam pengungkapan
fraud.
● Penelitian Sahreza Harahap
(2020) membuktikan bahwa
kemampuan dan pengalaman
pemeriksa investigatif
berpengaruh positif signifikan
terhadap efektivitas pelaksanaan
prosedur audit.
● Penelitian Agung Kresna (2018)
membuktikan bahwa
kemampuan, Pengalaman dan
Independensi auditor
investigatif berpengaruh
signifikan terhadap efektivitas
pelaksanaan prosedur audit

Studi Teoritis

● Kemampuan Auditor
42

● Pengalaman Auditor

● Efektivitas Pelaksanaan
Prosedur Audit Dalam
Pembuktian Kecurangan

Rumusan Masalah

Hipotesis

Analisis Regresi Linear Berganda

Hasil dan Pembahasan


43

2.10 Paradigma Penelitian


Berdasarkan yang telah dikemukakan di atas, maka paradigma penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Skema 2.3
Paradigma Penelitian

H3

Kemampuan Auditor
(X1) H1

Efektivitas Pelaksanaan
Prosedur Audit dalam
Pembuktian Kecurangan
(Y)

Pengalaman Auditor H2
(X2)

Keterangan:

: Variabel

: Parsial

: Simultan

Penelitian ini menggunakan 2 variabel bebas (independen) yaitu

Kemampuan Auditor dan Pengalaman Auditor serta 1 variabel terikat (dependen)

yaitu Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan.


44

2.11 Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2017:63), hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena

jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum

didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan

masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.

Menurut Tuanakotta (2016), auditor investigatif yang sukses mempunyai

kemampuan mengumpulkan fakta-fakta dari berbagai saksi secara fair, tidak

memihak, shahih (mengikuti perundang-undangan), dan akurat serta mampu

melaporkan fakta-fakta itu secara akurat dan lengkap. Kemampuan-kemampuan

yang dimiliki oleh seorang auditor investigatif tersebut sangat diperlukan, baik

dalam mempercepat proses audit, juga menentukan efektivitas dalam pelaksanaan

prosedur audit dalam pengungkapan fraud.

Penelitian yang dilaksanakan oleh Mulyati, Pupung dan Hendra Gunawan

(2019) dengan sampel auditor yang bekerja di BPKP Perwakilan Jawa Barat Kota

Bandung. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kemampuan auditor dalam

menginvestigasi berpengaruh positif signifikan terhadap efektivitas penerapan

prosedur audit untuk membuktikan kecurangan.

Menurut Agung Kresna Yogaswara Antonio Lameng dan Anak Agung

Ngurah Bagus Dwirandra (2018) dengan penelitian yang dilakukan pada Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Bali


45

dengan sampel 39 auditor menyimpulkan bahwa bahwa kemampuan auditor

berpengaruh positif pada efektivitas pelaksanaan prosedur audit investigatif, yang

bermakna bahwa semakin memadai kemampuan auditor, semakin efektif pula

pelaksanaan prosedur audit investigatif.

H1 : Kemampuan Auditor Investigatif berpengaruh signifikan terhadap

efektivitas pelaksanaan prosedur audit terhadap pembuktian kecurangan.

Seorang auditor harus memiliki pengalaman yang memadai yang akan

membantu dirinya di dalam melaksanakan tugas audit investigatif. Oleh karena

itu, bertambahnya pengalaman auditor dalam melakukan investigasi, diharapkan

jumlah jenis-jenis kecurangan yang diketahui auditor tersebut semakin banyak,

sehingga auditor tersebut memiliki keunggulan dalam mendeteksi kecurangan.

Penelitian oleh Mulyati (2015) menyatakan bahwa, pengalaman auditor

berpengaruh positif terhadap pelaksanaan prosedur audit investigasi. Hasil ini juga

didukung oleh hasil penelitian Aulia (2013), Nada Firanita Dewi (2020), Fransetia

Jurjur Benedikta (2019) dan Sahreza Harahap (2020).

Dengan memiliki banyak pengalaman, auditor diharapkan dapat

memberikan pengaruh positif terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit

dalam pembuktian kecurangan.

H2 : Pengalaman auditor investigatif berpengaruh signifikan terhadap

efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan.

Efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam rangka menjalankan audit

investigasi, seorang auditor investigatif harus memiliki kemampuan dalam hal

kemampuan dasar, kemampuan teknis, dan sikap mental. Kemampuan ini sangat
46

berpengaruh dalam memperoleh bukti-bukti yang diperlukan dalam pemeriksaan.

Selain kemampuan auditor investigatif pengalaman auditor juga akan

meningkatkan ketelitian dalam melakukan pelaksanaan prosedur audit.

Pelaksanaan prosedur audit yang dilakukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi

akan menghasilkan laporan audit yang efektif serta berkualitas. Pengalaman

seorang auditor menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keahlian yang

dimiliki auditor karena seorang auditor yang lebih berpengalaman akan lebih

cepat tanggap dalam membuktikan kecurangan yang terjadi, dengan

bertambahnya pengalaman auditor juga akan meningkatkan ketelitian dalam

melakukan pelaksanaan prosedur audit.

Dengan memiliki kemampuan dan pengalaman, auditor diharapkan dapat

memberikan pengaruh positif terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit

dalam pembuktian kecurangan.

Penelitian oleh Mulyati (2015) menyatakan bahwa kemampuan dan

pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap pelaksanaan prosedur audit

investigasi. Hasil ini juga didukung oleh Fransetia Jurjur Benedikta (2019).

H3 : Kemampuan dan Pengalaman Auditor Investigatif berpengaruh

signifikan secara simultan terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit

dalam pembuktian kecurangan.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah di Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan yang beralamat di Jl. Balai Kota No.15, Pondambea, Kecamatan

Kadia, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Objek dari penelitian adalah

kemampuan auditor investigasi sebagai variabel independen (X 1) dan pengalaman

auditor investigasi sebagai variabel independen (X2), terhadap efektivitas

pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan sebagai variabel

dependen (Y). Alasan penelitian ini dilaksanakan di BPKP Provinsi Sulawesi

Tenggara karena merupakan salah satu lembaga negara yang memiliki

kewenangan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku untuk melakukan

audit investigatif terhadap keuangan dan pembangunan daerah.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2017:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh auditor yang bertugas di BPKP

Sulawesi Tenggara berjumlah 52 orang.

46
47

Tabel 3.1

Jumlah Auditor Pada BPKP Sulawesi Tenggara Tahun 2021

No Jabatan Jumlah

1. Auditor Madya/Korwas 10

2. Auditor Muda 8

3. Auditor Pertama 19

4. Auditor Penyelia 5

5. Auditor Pelaksana 7

6. Auditor Pelaksana Lanjutan 3

Jumlah 52

Sumber: BPKP Perwakilan Sulawesi Tenggara 2022

3.2.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2017: 81) sampel adalah bagian atau jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik penarikan sampel pada

penelitian ini menggunakan sampling jenuh atau biasa disebut dengan metode

sensus, dimana semua populasi dijadikan sebagai unit analisis.

Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah

nonprobability sampling dengan teknik yang diambil yaitu sampling jenuh

(sensus). Menurut Arikunto (2013:104) jika jumlah populasinya kurang dari 100

orang, maka jumlah sampelnya diambil secara keseluruhan, tetapi jika


48

populasinya lebih besar dari 100 orang, maka bisa diambil 100 orang, maka bisa

diambil 10-15% atau 20-25% dari jumlah populasinya.

Karena jumlah populasinya tidak lebih besar dari 100 orang, maka penulis

mengambil 100% jumlah populasi auditor yang ada pada BPKP Sulawesi

Tenggara yaitu sebanyak 52 orang responden. Dengan demikian, penggunaan

seluruh populasi tanpa harus menarik sampel penelitian sebagai unit observasi

disebut sebagai teknik sensus.

3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Jenis Data

1. Data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk bilangan atau angka. Ini

merupakan keterangan atau informasi pada umumnya bersifat

menggolongkan (Sugiarto, 2017: 176). Dalam penelitian ini, data kualitatif

berupa uraian penjelasan dari variabel dan pernyataan dalam kuesioner

yang akan diklasifikasikan ke dalam kategori menggunakan skala likert.

2. Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk bilangan atau angka

(Sugiarto, 2017: 178). Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah jawaban

responden atas pertanyaan kuesioner yang diukur menggunakan skor dari

skala Likert.

3.3.2 Sumber Data

Data primer, yaitu data yang secara langsung dikumpulkan oleh pihak

yang melaksanakan penelitian (Sugiarto, 2017: 205). Data primer yang digunakan

dalam penelitian ini yaitu jawaban atas kuesioner yang dibagikan kepada
49

responden, yang merupakan auditor yang bekerja di BPKP Provinsi Sulawesi

Tenggara.

Data sekunder, yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung oleh pihak

yang melaksanakan penelitian (Sugiarto, 2017:205). Dalam penelitian ini, data

sekunder berupa profil dan data lainnya yang bersumber dari buku-buku referensi.

3.4 Metode Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Dalam penelitian ini, skala pengukuran yang digunakan adalah

skala Likert dengan penulisan analisis kuantitatif menggunakan pertanyaan

dan skor sebagai berikut :

a. Skor 5 untuk jawaban Sangat Setuju (SS).

b. Skor 4 untuk jawaban Setuju (S).

c. Skor 3 untuk jawaban Kurang Setuju (KS).

d. Skor 2 untuk jawaban Tidak Setuju (TS).

e. Skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju (STS).

Sebelum instrumen digunakan maka terlebih dahulu dilakukan pengujian

terhadap instrumen tersebut dengan menguji validitas dan reliabilitasnya. Uji

validitas dan reliabilitas dilakukan untuk menguji kuesioner layak untuk

digunakan sebagai instrumen penelitian.

Nilai rata-rata pembobotan atau nilai skor jawaban responden yang

diperoleh diklasifikasikan ke dalam rentang skala kategori nilai yang disajikan

sebagai berikut :

Kategori Rara-Rata Skor Pernyataan Responden


50

Nilai Rata-rata Skor Jawaban Makna Kategori/Interpretasi

1,00 – 1,80 Sangat Rendah/ tidak baik

1,80> - 2,60 Rendah/ Kurang baik

2,60> - 3,40 Sedang/ Cukup baik

3,40 – 4,20 Tinggi/ Baik

4,20> Sangat Tinggi/ Sangat Baik

Sumber : Solimun et al 2017

2. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik penelitian dimana mengumpulkan

data- data yang diperlukan sehubungan dengan penelitian misalnya struktur

organisasi, tugas dan tanggung jawab auditor, pangkat dan golongan, dan

jenis kelamin.

3. Studi kepustakaan

Studi Kepustakaan merupakan data dan informasi yang dibutuhkan

dan diperoleh dari berbagai referensi atau literatur seperti jurnal, media

cetak, dokumen arsip dan sumber bacaan lainnya yang berkaitan dengan

penelitian.

3.4.1 Uji Validitas

Uji Validitas digunakan untuk menunjukan tingkat keandalan atau

ketepatan suatu alat ukur. Menurut Sugiyono (2017:172) valid berarti instrumen

tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.


51

Uji validitas digunakan untuk melihat sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur

intrumen

dikatakan valid. Pengujiannya dilakukan dengan menggunkan program IBM

SPSS Statistic 25. Setelah pengujian dilakukan maka diperoleh hasil bahwa

seluruh instrumen telah memenuhi syarat (valid).

3.4.2 Uji Reliabilitas

Menurut Lupiyoadi dan Ikhsan (2015:54), reliabilitas mengandung

pengertian bahwa suatu indikator cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai

alat pengumpul data. Reliabel artinya dapat dipercaya jadi dapat diandalkan dan

reliabilitas menunjuk pada tingkat keandalan.

Dapat disimpulkan bahwa uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui

seberapa jauh hasil pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran

lebih dari satu kali terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur

sama.

Pengujian ini diukur menggunakan Formula Cronbach’s Alpha (α) dengan

bantuan aplikasi SPSS. Dari hasil pengukuran variabel dapat dikatakan reliable

jika memberikan nilai Cronbach’s Alpha (α) lebih dari 0,60.

3.5 Metode Analisis Data

Teknik analisis data adalah suatu teknik atau prosedur untuk menguji

hipotesis penelitian. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah statistik
52

deskriptif, dimana statistik deskriptif digunakan untuk memberikan deskripsi

suatu data yang dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, dan maksimum

minimum. Selain itu menggunakan pengujian analisis statistik, uji asumsi klasik,

dan model persamaan regresi berganda.. Aktivitas dalam analisis data ini yaitu:

3.5.1 Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh

gambaran atau deskripsi umum dari variabel penelitian mengenai nilai rata-rata

(mean), standar deviasi, maksimum, minimum, sum. Pengujian ini dilakukan

untuk mempermudah dalam memahami variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian (Imam, 2013: 19). Statistik deskriptif digunakan untuk mengetahui

tendensi sentral (mean, median dan modus) dari sekumpulan data hasil kuesioner.

Uji statistik deskriptif akan dilakukan dengan menggunakan aplikasi SPSS Versi

25.

3.5.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik terhadap model regresi digunakan agar dapat

mengetahui apakah model regresi tersebut merupakan model regresi yang baik

atau tidak (Rambat dan Ridho, 2015: 134). Uji asumsi klasik yang dilakukan

meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas dan uji heteroskedastisitas.

a) Uji Normalitas Data

Uji normalitas dipakai dalam menentukan data yang sudah

dikumpulkan tersebut berdistribusi normal atau tidak. (Imam, 2013 : 160).

Model regresi dapat dikatakan baik apabila model regresi yang memiliki nilai

residual yang mengikuti berdistribusi normal. Uji normalitas dideteksi dengan


53

analisis normal probability plot, dan analisis statistik non-parametrik

Kolmogorov-Smirnov Z (1-Sample K-S) yang menunjukkan bahwa variabel

akan terdistribusi secara normal maupun tidak normal. Dapat dikatakan

normal jika hasil analisis nilai sig > 0.05 maka model regresi dikatakan

normal.

b) Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regreesi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan

kesalahan penggangu pada periode t-1. Munculnya gejala autokorelasi dalam

regresi linier dengan metode Ordinary Least Squars (OLS) akan

mengakibatkan melebarnya interval keyakinan sehingga uji signifikansi

kurang kuat atau penaksir OLS akan menimbulkan distorsi terhadap nilai

parameter sebenarnya. Deteksi adanya autokorelasi dapat dilihat dari nilai

Durwin-Watson (D-W). Untuk Mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi

maka dilakukan pengujian Durbin-Watson dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Angka D-W dibawah -2 ada auto korelasi positif

2. Angka D-W dibawah -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi

3. Angka D-W dibawah +2 berarti ada autokorelasi negatif

c) Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi mempunyai korelasi antara variabel bebas (independen). Model

regresi yang baik seharusnya antara variabel bebas tidak terjadi korelasi.

Untuk mengetahui data tersebut terdapat ataupun tidak terdapat


54

multikolinearitas di dalam model regresi. Menurut Imam (2013 : 105), dapat

dilakukan dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10 dan

tolerance > 0,10.

d) Uji Heteroskedastisitas,

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varian untuk semua pengamatan pada

model regresi. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain tetap, maka disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik

adalah yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada atau

tidaknya heteroskedastisitas digunakan uji glejser. Uji glejser di uji dengan

cara meregresi variabel dependen dengan nilai absolut dari residual

(Abs_Res). Jika hasil pengujian diperoleh nilai sig > 0,05 maka tidak terjadi

heteroskesdastisitas (Imam, 2013 : 139).

3.5.3 Uji Hipotesis

a) Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Uji statistik t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen secara parsial. Untuk mengetahui

apakah berpengaruh secara signifikan dari variabel masing-masing

independen pada variabel dependen, maka nilai signifikan t dibandingkan

dengan derajat kepercayaannya. Apabila nilai signifikansi t lebih kecil dari α

(0,05) maka dapat dikatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara

variabel bebas terhadap variabel terikat.

b) Uji Signifikan Simultan (Uji F)


55

Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan apakah variabel

independen secara simultan mempunyai pengaruh terhadap variabel

dependen. Apabila nilai signifikan < 0.05 maka hipotesis diterima yang

artinya variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen.

Sebaliknya, apabila nilai signifikan > 0.05 maka hipotesis ditolak yang

artinya variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

c) Koefisien determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur sejauh

mana kemampuan model menerangkan variasi variabel dependen. Nilai

koefisien determinasi (antara 0 dan 1) menunjukkan persentase pengaruh dari

variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R 2 yang kecil berarti

kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel terikat amat terbatas,

jika R2=1 berarti variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat.

d) Analisis Regresi Berganda

Metode analisis regresi berganda berfungsi untuk mengetahui

seberapa besar pengaruh atau hubungan antara variabel independent (X) yang

terdiri dari Kemampuan Auditor (X 1) dan Pengalaman Auditor (X2) dan

terhadap variabel dependent (Y) yaitu Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit

Dalam Pembuktian Kecurangan. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui

adakah pengaruh Kemampuan dan Pengalaman Terhadap Efektivitas

Pelaksanaan Prosedur Audit Dalam Pembuktian Kecurangan. Model

persamaan yang dapat diformulasikan sebagai berikut :


56

Y = α + β1X1 + β2X2 + e

Keterangan :

Y = Efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian

kecurangan

α = Konstanta

β = Koefisien regresi

X1 = Kemampuan auditor investigasi

X2 = Pengalaman auditor investigasi

E = Error

3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.6.1 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu variabel bebas

(Independen) dan variabel terikat (Dependen).

a. Variabel bebas (Independent), yaitu Kemapuan Auditor Investigasi (X 1)

dan Pengalaman Auditor Investigasi (X2).

b. Variabel Terikat (Dependen), Yaitu Efektivitas Pelaksanaan Prosedur

Audit dalam Pembuktian Kecurangan (Y).

3.6.2 Definisi Operasional

1. Kemampuan Auditor Investigasi (X1)

Kemampuan Auditor yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kesanggupan yang tercermin dari kualitas dan keterampilan seorang auditor


57

investigatif dalam melaksanakan proses audit dengan baik untuk menemukan,

mengungkapkan, mendeteksi, mengevaluasi dan membuktikan apabila terjadi

kecurangan juga harus memahami hukum dan peraturan perundang-undangan

hukum dan peraturan perundang-undangan. Indikator kemampuan auditor

(X1) yaitu:

a. Pengetahuan Dasar

Sub indikator:

1. Memiliki background Ilmu Akuntansi dan Auditing.

2. Menguasai teknik dan sistem pengendalian intern.

3. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik.

4. Memiliki pengetahuan tentang investigasi.

5. Menjaga kerahasiaan sumber informasi.

6. Memiliki pengetahuan tentang bukti, bahwa bukti harus relevan dan

kompeten.

7. Mengetahui dan memahami tentang cyber crime

8. Memiliki jiwa skeptisme professional, sikap yang mencakup pikiran

yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis.

9. Berwawasan luas untuk menambah pengalaman dalam menindak

lanjuti kasus yang akan datang.

b. Kemampuan Teknis

Sub indikator:

1. Pengetahuan Terhadap IT

2. Auditor harus mengetahui kontruksi hukum (undang-undang).


58

3. Mempunyai pengetahuan tentang tindak pidana korupsi.

4. Mampu bertindak objektif dan independen, serta netral dan selalu

menjunjung asas praduga tak bersalah.

5. Memiliki kemampuan membuat hipotesis.

6. Mampu mengumpulkan dan untuk membuktikan hipotesis.

c. Sikap Mental

Sub indikator:

1. Mengikuti standar audit investigatif.

2. Bersikap independen.

3. Bersifat bebas dengan skeptis professional.

4. Bersifat kritis.

Indikator diukur dengan skala likert 1 sampai dengan 5, dari sangat

tidak setuju sampai dengan sangat setuju.

2. Pengalaman Auditor Investigasi (X2)

faktor seorang auditor investigasi dalam melakukan pengungkapan

kecurangan yaitu pengalaman yang telah dimiliki dalam melakukan

pemeriksaan laporan keuangan dan penugasan audit di lapangan baik dari

aspek lamanya waktu audit maupun banyaknya penugasan audit yang

diterima dan pernah dilakukan. Dengan memiliki pengalaman yang cukup,

auditor akan lebih percaya diri untuk melaksanakan proses audit dan

mengungkapkan kecurangan. Dalam penelitian ini, pengalaman auditor

investigatif diukur dengan indikator sebagai berikut:

a. Intensitas atau banyaknya tugas pemeriksaan


59

1. Mampu belajar dari kegagalan dan keberhasilan

2. Memilii ketelitian dan kecermatan dalam menyelesaikan tugas

3. Mampu menyelesaikan tugas dengan cepat

b. Pengalaman kerja

Sub Indikator:

1. Mampu mendeteksi kekeliruan atau kesalahan.

2. Mampu mengatasi permasalahan.

3. Mampu mendapatkan informasi relevan untuk mengambil

keputusan.

4. Lama Bekerja, sehingga banyak pengalaman pemeriksaan dan

memahami entitas pemeriksaan.

5. Mengembangkan karir.

Indikator diukur dengan skala likert 1 sampai dengan 5, dari sangat

tidak setuju sampai dengan sangat setuju.

3. Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian


Kecurangan (Y)
Efektivitas pelaksanaan prosedur audit investigasi ini dapat
tercapai apabila auditor memiliki kemampuan dan pengalaman yang cukup
untuk dapat memenuhi standar-standar pelaksanaannya. prosedur audit
dimulai dengan tahap penelaahan informasi awal, perencanaan pemeriksaan
investigatif, pelaksanaan pemeriksaan investigatif, pelaporan dan tindak
lanjut.
a. Prosedur Audit Investigasi

Sub indikator:

1. Standar perencanaan pemeriksaan.


60

2. Standar pelaksanaan pemeriksaan.

3. Standar pelaporan pemeriksaan.

4. Tindak lanjut pemeriksaan.

b. Teknik Audit Investigasi

Sub indikator:

1. Pengujian fisik (physical examination).

2. Konfirmasi (confirmation).

3. Pemeriksaan dokumen (documentation).

4. Review analitikal (analytical review).

5. Meminta informasi lisan atau tertulis dari auditee (inquiries of the

auditee).

6. Menghitung kembali (reperformance).

7. Mengamati (observation).

Indikator diukur dengan skala likert 1 sampai dengan 5, dari sangat

tidak setuju sampai dengan sangat setuju.

Tabel 3.2
Definisi Operasional Variabel

Instrumen
Variabel Indikator Skala
Penelitian

Variabel Independen

1. Kemampuan Dasar
Kemampuan
2. Kemampuan Teknis Angket Interval
Auditor (X1)
3. Sikap Mental

Pengalaman 1. Intensitas atau Banyaknya Angket Interval


Auditor (X2) Tugas Pemeriksaan
61

2. Pengalaman Kerja

Variabel Dependen

Efektivitas
Pelaksanaan 1. Prosedur Audit Investigatif
Prosedur Audit Angket Interval
dalam Pembuktian 2. Teknik Audit Investiatif
Kecurangan (Y)
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum


4.1.1 Sejarah Singkat Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

(BPKP) Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara

Sejarah BPKP tidak dapat dilepaskan dari sejarah panjang perkembangan

lembaga pengawasan sejak sebelum era kemerdekaan. Dengan besluit Nomor 44

tanggal 31 Oktober 1936 secara eksplisit ditetapkan bahwa Djawatan Akuntan

Negara (Regering Accountantsdienst) bertugas melakukan penelitian terhadap

pembukuan dari berbagai perusahaan negara dan jawatan tertentu. Dengan

demikian, dapat dikatakan aparat pengawasan pertama di Indonesia adalah

Djawatan Akuntan Negara (DAN). Secara struktural DAN yang bertugas

mengawasi pengelolaan perusahaan negara berada di bawah Thesauri Jenderal

pada Kementerian Keuangan. Dengan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 1961

tentang Instruksi bagi Kepala Djawatan Akuntan Negara (DAN), kedudukan DAN

dilepas dari Thesauri Jenderal dan ditingkatkan kedudukannya langsung di bawah

Menteri Keuangan. DAN merupakan alat pemerintah yang bertugas melakukan

semua pekerjaan akuntan bagi pemerintah atas semua departemen, jawatan, dan

instansi di bawah kekuasaannya. Sementara itu fungsi pengawasan anggaran

dilaksanakan oleh Thesauri Jenderal. Selanjutnya dengan Keputusan Presiden

Nomor 239 Tahun 1966 dibentuklah Direktorat Djendral Pengawasan Keuangan

Negara (DDPKN) pada Departemen Keuangan. Tugas DDPKN (dikenal

61
62

kemudian sebagai DJPKN) meliputi pengawasan anggaran dan pengawasan badan

usaha/jawatan, yang semula menjadi tugas DAN dan Thesauri Jenderal. DJPKN

mempunyai tugas melaksanakan pengawasan seluruh pelaksanaan anggaran

negara, anggaran daerah, dan badan usaha milik negara/daerah. Berdasarkan

Keputusan Presiden Nomor 70 Tahun 1971 ini, khusus pada Departemen

Keuangan, tugas Inspektorat Jendral dalam bidang pengawasan keuangan negara

dilakukan oleh DJPKN.

Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tanggal 30 Mei 1983. DJPKN

ditransformasikan menjadi BPKP, sebuah lembaga pemerintah non departemen

(LPND) yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

Salah satu pertimbangan dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun

1983 tentang BPKP adalah diperlukannya badan atau lembaga pengawasan yang

dapat melaksanakan fungsinya secara leluasa tanpa mengalami kemungkinan

hambatan dari unit organisasi pemerintah yang menjadi obyek pemeriksaannya.

Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tersebut menunjukkan bahwa

Pemerintah telah meletakkan struktur organisasi BPKP sesuai dengan proporsinya

dalam konstelasi lembaga-lembaga Pemerintah yang ada. BPKP dengan

kedudukannya yang terlepas dari semua departemen atau lembaga sudah barang

tentu dapat melaksanakan fungsinya secara lebih baik dan obyektif. Tahun 2001

dikeluarkan Keputusan Presiden Nomor 103 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non

Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah,terakhir dengan Peraturan

Presiden No 64 tahun 2005. Dalam Pasal 52 disebutkan, BPKP mempunyai tugas


63

melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan keuangan dan

pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.Pendekatan yang dilakukan BPKP diarahkan lebih bersifat preventif atau

pembinaan dan tidak sepenuhnya audit atau represif. Kegiatan sosialisasi, asistensi

atau pendampingan, dan evaluasi merupakan kegiatan yang mulai digeluti BPKP.

Sedangkan audit investigatif dilakukan dalam membantu aparat penegak hukum

untuk menghitung kerugian keuangan negara.

Pada masa reformasi ini BPKP banyak mengadakan Memorandum of

Understanding (MoU) atau Nota Kesepahaman dengan pemda dan

departemen/lembaga sebagai mitra kerja BPKP. MoU tersebut pada umumnya

membantu mitra kerja untuk meningkatkan kinerjanya dalam rangka mencapai

goodgovernance. Sesuai arahan Presiden RI tanggal 11 Desember 2006, BPKP

melakukan reposisi dan revitalisasi fungsi yang kedua kalinya. Reposisi dan

revitalisasi BPKP diikuti dengan penajaman visi, misi, dan strategi. Visi BPKP

yang baru adalah "Auditor Intern Pemerintah yang Proaktif dan Terpercaya dalam

Mentransformasikan Manajemen Pemerintahan Menuju Pemerintahan yang Baik

dan Bersih". Pada akhir 2014, sekaligus awal pemerintahan Jokowi, peran BPKP

ditegaskan lagi melalui Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan. BPKP berada dibawah dan

bertanggung jawab langsung kepada Presiden dengan tugas menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang pengawasan keuangan negara/ daerah dan

pembangunan nasional.
64

Presiden juga mengeluarkan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor

9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian Intern dan

Keandalan Penyelenggaraan Fungsi Pengawasan Intern Dalam Rangka

Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat dengan menugaskan Kepala Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk melakukan pengawasan

dalam rangka meningkatkan penerimaan negara/daerah serta efisiensi dan

efektivitas anggaran pengeluaran negara/ daerah, meliputi: a. audit dan evaluasi

terhadap pengelolaan penerimaan pajak, bea dan cukai; b. audit dan evaluasi

terhadap pengelolaan Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Instansi Pemerintah,

Badan Hukum lain, dan Wajib Bayar; c. audit dan evaluasi terhadap pengelolaan

Pendapatan Asli Daerah; d. audit dan evaluasi terhadap pemanfaatan aset negara/

daerah; e. audit dan evaluasi terhadap program/kegiatan strategis di bidang

kemaritiman, ketahanan energi, ketahanan pangan, infrastruktur, pendidikan, dan

kesehatan; f. audit dan evaluasi terhadap pembiayaan pembangunan

nasional/daerah; g. evaluasi terhadap penerapan sistem pengendalian intern dan

sistem pengendalian kecurangan yang dapatmencegah, mendeteksi, dan

menangkal korupsi; h. audit investigatif terhadap penyimpangan yang berindikasi

merugikan keuangan negara/daerah untuk memberikan dampak pencegahan yang

efektif; i. audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan negara/daerah dan

pemberian keterangan ahli sesuai dengan peraturan perundangan.

4.1.2 Struktur Organisasi

Susunan struktur organisasi BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara

terdiri:
65

1. Kepala Perwakilan.

2. Bagian Tata Usaha. Mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rencana

dan program pengawasan, urusan kepegawaian, keuangan, urusan dalam,

perlengkapan, rumah tangga, pengelolaan perpustakaan, dan pelaporan hasil

pengawasan.

Tugas dan fungsi Bidang Tata Usaha BPKP Perwakilan Sulawesi

Tenggara meluputi:

a. Penyusunan rencana dan program pengawasan

b. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan, persuratan, urusan

dalam, perlengkapan dan rumah tangga

c. Pengelolaan kepustakaan

d. Penyusunan laporan berkala hasil pengawasa

3. Bidang Instansi Pemerintah Pusat (IPP) mempunyai tugas melaksanakan

penyusunan rencana, program, pelaksanaan pengawasan instansi pusat, dan

pinjaman/bantuan luar negeri yang diterima pemerintah pusat, serta

pengawasan penyelenggaraan akuntabilitas instansi pemerintah pusat dan

evaluasi hasil pengawasan.

Tugas dan fungsi fungsi Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah Pusat

BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara meliputi:

a. Pengawasan lintas sektoral bidang perekonomian

b. Pengawasan atas permintaan stakeholders bidang perekonomian

c. Pengawasan atas proyek pinjaman hutang luar negeri (PHLN)

d. Pengawasan lintas sektoral Bidang Polsoskam


66

e. Pengawasan Bendahara Umum Negara Bidang Polsoskam

f. Permintaan atas permintaan presiden Bidang Polsoskam

g. Bimbingan teknis/asistensi penyusunan laporan keuangan instansi

pemerintah

h. Optimalisasi penerimaan negara

i. Pengawasan atas permintaan stakeholders Biodang Polsoskam

j. Pembinaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah

4. Bidang Akuntabilitas Pemerintah Daerah (APD). Mempunyai tugas

melaksanakan penyusunan rencana, program, dan pengawasan instansi

pemerintah daerah atas permintaan daerah serta pelaksanaan pengawasan

penyelenggaraan akuntabilitas, dan evaluasi hasil pengawasan.

Mengacu pada tugas dan fungsi serta wewenang BPKP seperti

yang diatus pada PP 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern

Pemerintah (SPIP) dan sesuai dengan peran sebagai Auditor Internal

Pemerintah yang meliputi consulting dan assurenace.

Bidang Akuntabilitas Pemerintah Daerah (APD) BPKP Perwakilan

Provinsi Sultra, antara lain:

a. Asistensi Pengelolaan Keuangan Daerah/Barang Milik Daerah mulai

dari Penganggaran sampai dengan Pertanggungjawaban dan

Implementasi SIMDA Keuangan/PMD/Pendapatan sebagai alat

bantu bagi Pemerintah Daerah;


67

b. Asistensi dalam Implementasi Probity Audit atas Pengadaan Barang

Jasa yang strategis dan bernilai material, mulai dari perencanaan

sampai dengan pemanfaatan;

c. Asistensi Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi

Pemerintah (SAKIP);

d. Asistensi Implementasi SPIP.

e. Asistensi Penyusunan Action Plan terhadap hasil audit.

f. Asistensi Sistem Informasi Keuangan Desa (SISKEUDES)

5. Bidang Akuntan Negara (AN). Mempunyai tugas melaksanakan

penyusunan rencana, program, dan pelaksanaan pemeriksaan serta laporan

governance dan evaluasi pelaksanaan good corporate akuntabilitas kinerja

badan usaha milik negara, Pertamina, cabang usaha Pertamina, kontraktor

bagi hasil, dan kontrak kerja sama, badan- badan lain yang di dalamnya

terdapat kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik daerah atas

permintaan daerah, serta evaluasi hasil pengawasan.

Tugas dan fungsi Bidang Akuntan Negara BPKP Perwakilan

Provinsi Sultra, dengan produk layanan sebagai berikut:

a. Audit Kinerja PDAM;

b. Bimtek/Asistensi Penerapan SAK-ETAP PDAM;

c. Asistensi Penyusunan Corporate Plan;

d. Asistensi Sistem Informasi Akuntansi (SIA) PDAM;

e. Asistensi Majanemen Asset;

f. Asistensi KPI;
68

g. Asistensi Penyusunan Syarat Administrasi BLUD;

h. Evaluasi Kinerja BLUD RSUD;

i. Asistensi Penyusunan Laporan Keuangan BLUD;

j. Bimtek/Asistensi Penerapan GCG BUMD;

k. Asistensi Penyusunan Laporan Keuangan BUMD;

l. Sosialisasi dan Asistensi Manajemen Resiko;

m. Audit Tujuan Tertentu.

6. Bidang Investigasi. Bidang ini mempunyai tugas melaksanakan penyusunan

rencana, program, dan pelaksanaan pemeriksaan terhadan indikasi

penyimpangan yang merugikan negara, badan usaha milik negara, dan

badan-badan lain yang di dalamnya terdapat kepentingan pemerintah,

pemeriksaan terhadap hambatan kelancaran pembangunan dan pemberian

bantuan pemeriksaan pada instansi penyidik dan instansi pemerintah

lainnya.

Tugas dan fungsi Bidang Investigasi Perwakilan BPKP Provinsi

Sultra meliputi:

a. Sosialisasi masalah korupsi

b. Bimtek/asistensi implementasi FCP

c. Kajian pengawasan

d. Audit investigasi atas HKP, Eskalasi dan Klaim

e. Audit investigasi, perhitungan kerugian negara, dan pemberian

keterangan ahli atas permintaan Instansi Penyidik

f. Audit investigasi atas permintaan Instansi lainnya.


69

Bidang program, Pelaporan, dan Pembinaan APIP (P3A).

Mempunyai tugas terlaksananya dukungan capaian kinerja unit Perwakilan

BPKP Sulawesi Tenggara melalui perencanaan dan pelaporan hasil

pengawasan serta terlaksananya pengelolaan dan pembinaan JFA dan APIP

secara efektif dan optimal sesuai dengan kebutuhan stakeholders.

Skema 4.1

Struktur Organisasi BPKP Perwakilam Sulawsi Tenggara

Kepala Perwakilan

Bidang Tata Usaha

Kasubag Kasubag Kasubag


Kepegawaian Keuangan Umum

Korwas Korwas Korwas Korwas Korwas


Bidang Bidang Bidang Bidang Bidang
IPP APD Akuntan Investigasi P3A
Negara

4.1.3 Visi dan Misi BPKP Provinsi Sulawesi Tenggara

4.1.3.1 Visi BPKP Provinsi Sulawesi Tenggara

Auditor Internal Pemerintah Republik Indonesia Berkelas Dunia untuk

Meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan dan Pembangunan Nasional.

4.1.3.2 Misi BPKP Provinsi Sulawesi Tenggara


70

1. Menyelenggarakan Pengawasan Intern terhadap akuntabilitas pengelolaan

dan pembangunan nasional guna mendukung tata kelola pemerintahan dan

korporasi yang bersih dan efektif

2. Membina penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah yang

efektif, dan

3. Mengembangkan kapasistas pengawasan intern pemerintah yang profesional

dan kompeten.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1 Tingkat Pengembalian Kuesioner

Data penelitian ini dari hasil jawaban atas kuesioner yang dibagikan

kepada auditor BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara yang berjumlah 52

kuesioner. Adapun pembagian dan pengembalian kuesioner penelitian ditunjukan

pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Deskripsi Data Persentase Pembagian Dan Pengembalian Kuesioner

No Uraian Jumlah Persentase

(rangkap) (%)

1. Kuesioner yang dibagi 52 100

2. Kuesioner yang tidak kembali 7 13,46

3. Kuesioner yang kembali 45 86,54

4. Kuesioner yang tidak dapat dianalisis 0 0

5. Kuesioner yang dapat dianalisis 45 86,54

Sumber : Data Hasil Pengembalian Kuesioner Tahun 2022


71

Tabel 4.1 di atas menunjukan bahwa persentase kuesioner yang kembali

(responden rate) adalah sebesar 86,54% atau 45 dari total kuesioner yang

dibagikan sebanyak 52 kuesioner. Kuesioner yang dapat dianalisis berjumlah 45

kuesioner dengan persentase sebesar 86,54%, 7 kuesioner (13,46%) yang tidak

kembali dikarenakan responden yaitu auditor tidak mengisi kuesioner tersebut

hingga batas yang ditentukan. Penelitian yang dilakukan pada BPKP Perwakilan

Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari 3 variabel dengan item pertanyaan yang

diajukan kepada responden dan memberikan persentase pada jawaban yang

diberikan oleh responden tersebut

4.2.2 Karakteristik Respoden

Karakteristik responden dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis kelamin,

usia, pendidikan dan masa kerja.

1. Karakteristik berdasarkan Jenis Kelamin

Hasil penelitian yang dilakukan atas kuesioner yang disebarkan kepada 45

responden di BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara, maka diperoleh data

untuk karakteristik Jenis Kelamin Responen sebagai berikut:

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi (Orang) Persentase (%)

Laki-Laki 27 60

Perempuan 18 40

Jumlah 45 100

Sumber: Data Primer diolah 2022


72

Tabel 4.2 di atas dapat dikemukakan bahwa jumlah responden laki-laki

mayoritas lebih banyak dibandingkan perempuan, dimana jumlah laki-laki

sebanyak 27 orang atau 60% dari total responden dan perempuan sebanyak 18

orang atau 40% dari total jumlah responden yaitu 45 orang.

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Berdasarkan 45 kuesioner yang diperoleh kembali dari responden yang

merupakan Auditor BPKP Perwakilan Sulawesi Tenggara, maka diperoleh

gambaran umum tentang jumlah responden berdasarkan usia. Sebagaimana yang

terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Menurut Usia Jumlah Responden Persentase (%)

21-30 17 37,8

31-40 19 42,2

41-50 7 15,6

>50 2 4,4

Jumlah 45 100

Sumber: Data Primer diolah 2022

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dapat diketahui bahwa 45 orang BPKP yang

menjadi responden dalam penelitian ini, menunjukan bahwa mayoritas responden

berada pada usia 31-40 tahun yaitu sebanyak 19 orang dengan tingkat persentase

42,2%. Pada rentan usia 21-30 tahun sebanyak 17 orang dengan tingkat persentase

37,8%, untuk usia 41-50 tahun sebanyak 7 orang dengan tingkat persentase 15,6%

dan pada tingkat >50 tahun merupakan rentan usia minoritas pada responden
73

penelitian ini, yakni sebanyak 2 orang dengan tingkat persentase 4,4%.

Berdasarkan data diatas, dapat dikatakan bahwa responden pada BPKP

Perwakilan Sulawesi Tenggara secara umum dalam usia atau masa produktif.

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan 45 kuesioner yang diperoleh kembali dari responden yang

merupakan auditor BPKP Perwakilan Sulawesi Tenggara, maka diperoleh

gambaran umum tentang jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan

sebagaimana yang terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Menurut Tingkat Jumlah Responden Persentase


Pendidikan

D-III 17 37,8

S-1 23 51,1

S-2 4 8,9

S-3 1 2,2

Jumlah 45 100

Sumber: Data Primer diolah 2022

Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa auditor BPKP yang

menjadi responden dalam penelitian ini mayoritas memiliki tingkat pendidikan S1

sebanyak 23 (51,1%), pendidikan D-III sebanyak 17 orang (37,8%) dan S3


74

(2,2%). Berdasarkan persentase data diatas menunjukan bahwa tingkat pendidikan

responden memadai yaitu tingkat pendidikan adalah sarjana strata satu sehingga

memungkinkan untuk meningkatkan kinerja BPKP Perwakilan Sulawesi

Tenggara.

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Lama Bekerja

Berdasarkan 45 kuersioner yang diperoleh kembali dari responden yang

merupakan audior yang bekerja di Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan Perwakilan Sulawesi Tenggara, maka diperoleh gambaran umum

tentang jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikan. Sebagaimana yang

terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Lama Bekerja

Menurut Tingkat Jumlah Responden Persentase


Lama Bekerja

1-5 22 48,9

6-10 15 33,3

>15 8 17,8

Jumlah 45 100

Sumber: Data Primer diolah 2022


75

Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui bahwa auditor BPKP yang menjadi

responden dalam penelitian ini seluruhnya berada pada tingkat lama bekerja pada

rentan 1-5 tahun yakni sebanyak 22 orang (48,9%), rentan 6-10 tahun yakni

sebanyak 15 orang (33,3) dan rentan >15 tahun yakni 8 orang (17,8). Berdasarkan

data diatas, dapat dikatakan bahwa responden pada BPKP Perwakilan Sulawesi

Tenggara memiliki masa kerja yang relatif baru sehingga diharapkan mampu

menerapkan disiplin ilmu dengan baik dan dapat meningkatkan kinerja BPKP

Perwakilan Sulawesi Tenggara.

4.2.3 Deskripsi Variabel Penelitian

Deskripsi variabel penelitian ini bertujuan untuk mengiterpretasikan

distribusi frekuensi jawaban responden. Adapun jawaban responden dikategorikan

dalam lima kategori dengan menggunakan kategori likert. Masing-masing skala

mempunyai penilaian dari sangat tidak setuju ke sangat setuju yang dituangkan

dalam pilihan jawaban kuesioner. Dalam memberikan makna penilaian secara

empiris, variabel penelitian ini mengadopsi prinsip pembobotan yang

dikemukakan oleh Solimun (2017).

1. Variabel Kemampuan Auditor Investigasi (X1)

Variabel Kemampuan Auditor Investigasi (X1) diukur dengan

menggunakan 19 butir item pertanyaan dari 3 indikator yaitu kemampuan dasar

(X1.1), kemampuan teknis (X1.2), dan sikap mental (X1.3). Rekapitulasi jawaban atas

pernyataan responden diuraikan sebagai berikut:

Tabel 4.6
76

Rekapitulasi jawaban responden atas Variabel Kemampuan Auditor

Investigasi (X1)

Item Frekuensi Jawaban Responden (f) & Persentase (%) Rata-


(Butir STS (1) TS (2) KS (3) S (4) SS (5) Rata Kategori
) F % F (%) F (%) F (%) F (%) Skor
Sangat
X1.1.1 0 0 0 0,00 4 8,89 21 46,67 20 44,44 4,36 Baik
X1.1.2 0 0 0 0,00 5 11,11 28 62,22 12 26,67 4,16 Baik
Sangat
X1.1.3 0 0 0 0,00 2 4,44 33 73,33 10 22,22 4,18 Baik
Sangat
X1.1.4 0 0 0 0,00 1 2,22 33 73,33 11 24,44 4,22 Baik
Sangat
X1.1.5 0 0 0 0,00 3 6,67 16 35,56 26 57,78 4,51 Baik
Sangat
X1.1.6 0 0 0 0,00 2 4,44 24 53,33 19 42,22 4,38 Baik
X1.1.7 0 0 0 0,00 6 13,33 29 64,44 10 22,22 4,09 Baik
Sangat
X1.1.8 0 0 0 0,00 2 4,44 26 57,78 17 37,78 4,33 Baik
Sangat
X1.1.9 0 0 0 0,00 3 6,67 29 64,44 13 28,89 4,22 Baik
Sangat
Rata-Rata Indikator Pengetahuan Dasar (X1.1) 4,27 Baik
X1.2.1 0 0,00 0 0,00 6 13,33 27 60,00 12 26,67 4,13 Baik
X1.2.2 0 0,00 0 0,00 8 17,78 30 66,67 7 15,56 3,98 Baik
X1.2.3 0 0,00 0 0,00 8 17,78 26 57,78 11 24,44 4,07 Baik
Sangat
X1.2.4 0 0,00 0 0,00 0 0,00 30 66,67 15 33,33 4,33 Baik
X1.2.5 0 0,00 0 0,00 7 15,56 33 73,33 5 11,11 3,96 Baik
X1.2.6 0 0,00 0 0,00 5 11,11 33 73,33 7 15,56 4,04 Baik
Rata-Rata Indikator Kemampuan Teknis (X1.2) 4,09 Baik
X1.3.1 0 0,00 0 0,00 1 2,22 30 66,67 14 31,11 3,98 Baik
X1.3.2 0 0,00 0 0,00 4 8,89 19 42,22 22 48,89 4,07 Baik
Sangat
X1.3.3 0 0,00 0 0,00 3 6,67 34 75,56 8 17,78 4,33 Baik
X1.3.4 0 0,00 0 0,00 2 4,44 38 84,44 5 11,11 3,96 Baik
Sangat
Rata-Rata Indikator Sikap Mental (X1.3) 4,22 Baik
Rata-Rata Variabel Kemampuan Auditor Investigasi (X1) 4,19 Baik
Sumber: Data Primer diolah tahun 2022
77

Tabel 4.6 menunjukkan pernyataan responden pada variable Kemampuan

Auditor Investigasi (X1) dengan nilai persepsi rata-rata sebesar 4,19 termasuk

dalam kategori baik. Dari persepsi responden tersebut tampak bahwa indikator

Pengetahuan Dasar (X1.1) dan Sikap Mental (X1.3) termasuk dalam kategori

Sangat baik sehingga mendapat perhatian yang lebih kuat di bandingkan dengan

Kemampuan Teknis (X1.2)

Indikator Pengetahuan Dasar (X1.1) menurut tanggapan responden

termasuk dalam kategori baik dengan nilai rata-rata sebesar 4,27 termasuk dalam

kategori sangat baik. Hal tersebut menjelaskan bahwa Pengetahuan Dasar dapat

mempengaruhi Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit Dalam Pengungkapan

Kecurangan di BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara.

Indikator Kemampuan Teknis (X1.2) menurut tanggapan responden

termasuk dalam kategori sangat baik dengan nilai rata-rata sebesar 4,09 termasuk

dalam kategori baik. Hal tersebut menjelaskan bahwa Kemampuan Teknis dapat

mempengaruhi Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit Dalam Pembuktian

Kecurangan di BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara.

Indikator Sikap Mental (X1.3) menurut tanggapan responden termasuk

dalam kategori baik dengan nilai rata-rata sebesar 4,22 termasuk dalam kategori

sangat baik. Hal tersebut menjelaskan bahwa Sikap Mental dapat mempengaruhi

Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit Dalam Pengungkapan Kecurangan di

BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara.

2. Variabel Pengalaman Auditor Investigasi (X2)

Variabel Pengalama Kerja (X2) diukur dengan menggunakan 9 butir item


pernyataan dari 2 indikator yaitu Intensitas atau banyaknya tugas pemeriksaan
78

(X2.1), Pengalaman Kerja (X2.2), Rekapitulasi jawaban atas pernyataan


responden diuraikan sebagai berikut:
Tabel 4.7
Rekapitulasi Jawaban Responden atas Variabel Pengalaman Auditor
Investigasi (X2)
Ite Frekuensi Jawaban Responden (f) & Persentase Ra Keterang
m (%) ta- an
(Buti STS TS N (3) S (4) SS(5) Ra
r) (1) (2) ta
F % F % F % F % F % Sk
or
X2.1 0 0, 0 0, 0 0,0 2 57, 1 42, 4,4 Sanga
.1 00 00 0 6 78 9 22 2 t Baik
X2.1 0 0, 0 0, 3 6,6 2 55, 1 37, 4,3 Sangat
.2 00 00 7 5 56 7 78 1 Baik
X2.1 0 0, 0 0, 4 8,8 2 53, 1 37, 4,2 Sangat
.3 00 00 9 4 33 7 78 9 Baik
Rata-rata Indikator Intensitas atau banyaknya Tugas 4,3 Sang
Pemeriksaan (X2.1) 4 at
Baik
X2.2 0 0, 0 0, 3 6,6 2 57, 1 35, 4,2 Sangat
.1 00 00 7 6 78 6 56 9 Baik
X2.2 0 0, 0 0, 2 4,4 2 60, 1 35, 4,3 Sangat
.2 00 00 4 7 00 6 56 1 Baik
X2.2 0 0, 0 0, 0 0,0 3 71, 1 28, 4,2 Sanga
.3 00 00 0 2 11 3 89 9 t Baik
X2.2 0 0, 0 0, 1 2,2 2 57, 1 40, 4,3 Sangat
.4 00 00 2 6 78 8 00 8 Baik
X2.2 0 0, 0 0, 14 31, 1 35, 1 33, 4,0
Baik
.5 00 00 11 6 56 5 33 2
X2.2 0 0, 0 0, 2 4,4 2 64, 1 31, 4,2 Sangat
.6 00 00 4 9 44 4 11 7 Baik
Rata-rata Indikator Pengalaman Kerja (X2.2) 4,2 Sanga
7 t Baik
Rata-rata Variabel Pengalaman Auditor Investigasi (X2) 4,3 Sanga
1 t Baik
Sumber : Data Primer diolah tahun 2022

Tabel 4.7 terkait pernyataan responden pada variabel Pengalaman Auditor

Investigasi (X2) dengan nilai persepsi rata-rata sebesar 4,31 termasuk dalam
79

kategori sangat baik.Dari persepsi responden tersebut tampak bahwa indikator

Intensitas atau Banyaknya Tugas Pemeriksaan (X2.1) mendapat perhatian yang

lebih kuat dibandingkan dengan Pengalaman Kerja (X2.2)

Intensitas atau Banyaknya Tugas Pemeriksaan (X2.1) menurut tanggapan

responden termasuk dalam kategori sangat baik dengan nilai rata-rata sebesar 4,34

termasuk dalam kategori sangat baik. Hal ini mengandung makna bahwa

Intensitas atau Banyaknya Tugas Pemeriksaan auditor pada BPKP Perwakilan

Provinsi Sulawesi Tenggara tergolong sangat baik. Hal tersebut menjelaskan

bahwa Intensitas atau Banyaknya tugas pemeriksaan auditor akan berdampak baik

terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit Dalam Pembuktian Kecurangan.

Pengalaman Kerja (X2.2) menurut tanggapan responden termasuk

dalam kategori baik dengan nilai rata-rata sebesar 4,27 termasuk dalam kategori

sangat baik. Hal ini mengandung bahwa auditor pada BPKP Perwakilan Provinsi

Sulawesi Tenggara memiliki pengalaman kerja yang tegolong sangat baik.

Pengalaman kerja merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi

pengalaman auditor investigas. Hal tersebut menjelaskan bahwa banyaknya

pengalaman kerja akan berdampak terhadap Efektivitas Pelaksanaan Proseudur

Audit dalam Pembuktian Kecurangan.

3. Variabel Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian

Kecurangan
80

Variabel Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan

(Y) diukur dengan menggunakan 12 butir item pernyataan dari 2 indikator yaitu

Prosedur Audit Investigasi (Y1.1) dan Teknik Audit Investigasi (Y1.2).

Rekapitulasi jawaban atas pernyataan responden diuraikan sebagai berikut:

Tabel 4.8

Rekapitulasi Jawaban Responden atas Efektivitas Pelaksanaan Prosedur

Audit dalam Pembuktian Kecurangan (Y)

Ite Frekuensi Jawaban Responden (f) & Persentase Rat Kateg


m (%) a- ori
(Buti STS TS N (3) S (4) SS(5) rata
r) (1) (2) Sko
F % F % F % F % F % r
Y1.1 0 0, 0 0, 0 0,0 3 68, 1 31, 4,31 Sangat
.1 00 00 0 1 89 4 11 Baik
Y1.1 0 0, 0 0, 0 0,0 2 62, 1 37, 4,38 Sangat
.2 00 00 0 8 22 7 78 Baik
Y1.1 0 0, 0 0, 1 2,2 3 66, 1 31, 4,29 Sangat
.3 00 00 2 0 67 4 11 Baik
Y1.1 0 0, 0 0, 0 0,0 3 77, 1 22, 4,22 Sangat
.4 00 00 0 5 78 0 22 Baik
Rata-rata Indikator Prosedur Audit Investigasi (Y1.1) 4,30 Sangat
Baik
Y1.2 0 0, 0 0, 0 0,0 3 80, 9 20, 4,20 Baik
.1 00 00 0 6 00 00
Y1.2 0 0, 0 0, 2 4,4 2 60, 1 35, 4,31 Sangat
.2 00 00 4 7 00 6 56 Baik
Y1.2 0 0, 0 0, 1 2,2 3 66, 1 31, 4,29 Sangat
.3 00 00 2 0 67 4 11 Baik
Y1.2 0 0, 0 0, 0 0,0 3 66, 1 33, 4,33 Sangat
.4 00 00 0 0 67 5 33 Baik
Y1.2 0 0, 0 0, 0 0,0 3 73, 1 26, 4,27 Sangat
.5 00 00 0 3 33 2 67 Baik
Y1.2 0 0, 0 0, 2 4,4 3 66, 1 28, 4,24 Sangat
.6 00 00 4 0 67 3 89 Baik
Y1.2 0 0, 0 0, 0 0,0 3 75, 1 24, 4,24 Sangat
.7 00 00 0 4 56 1 44 Baik
Y1.2 0 0, 0 0, 1 2,2 2 62, 1 35, 4,33 Sangat
81

.8 00 00 2 8 22 6 56 Baik
Rata-rata Indikator Teknik Audit Investigasi (Y1.2) 4,28 Sanga
t Baik
Rata-Rata Variabel Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit Sanga
4,29
dalam Pengungkapan Kecurangan (Y) t Baik
Sumber: Data Primer diolah 2022

4.2.4 Uji Validitas dan Uji Realibilitas

intrumen dikatan

valid. Pengujiannya dilakukan dengan menggunkan program IBM SPSS Statistic

25. Setelah pengujian dilakukan maka diperoleh hasil bahwa seluruh instrumen

telah memenuhi syarat (valid).

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana suatu alat ukur

dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reabilitas instrumen akan diuji dengan

koefisien cronbach alpha. Bila dari hasil pengujian instrumen diperoleh nilai

koefisien >0,60 maka instrumen yang digunakan dianggap reliabel. Setelah

pengujian dilakukan maka diperoleh hasil bahwa seluruh instrumen telah

memenuhi syarat (reliabel). Hasil koefisien korelasi dan cronbach alpha untuk

menguji validitas dan reliabilitas penggunaan item pernyataan dari indikator

variabel sebagai berikut :


82

Tabel 4.9
Rekapitulasi Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
Indikator Ite Koefisis Si Ket Cronba Ket.
Variabel m en g. . ch
Variabel
korelas Alph
i a
X1.1 0,356 0,0
.1 0
Kemampuan
X1.1 0,443 0,0
Auditor
.2 0
Investigasi
X1.1 0,648 0,0
(X1)
.3 0
X1.1 0,559 0,0
.4 0
Pengetahuan Dasar X1.1 0,630 0,0 Reliabe
(X1.1) .5 0 Valid 0,698
l
X1.1 0,312 0,0
.6 0
X1.1 0,421 0,0
.7 0
X1.1 0,529 0,0
.8 0
X1.1 0,471 0,0
.9 0
X1.2 0,445 0,0
.1 0
X1.2 0,620 0,0
.2 0
X1.2 0,669 0,0
Kemampuan .3 0
Reliabe
Teknis (X1.2) X1.2 0,408 0,0 Valid 0,700
l
.4 0
X1.2 0,586 0,0
.5 0
X1.2 0,414 0,0
.6 0
Sikap Mental X1.3 0,795 0,0 Valid 0,779 Reliabe
(X1.3) .1 0 l
X1.3 0,893 0,0
83

.2 0
X1.3 0,502 0,0
.3 0
X1.3 0,572 0,0
.4 0
X2. 0,707 0,
Intensitas atau 1.1 00 Vali 0,768 Reliab
Banyaknya Tugas X2. 0,691 0, d el
Pemeriksaan 1.2 00
(X2.1) X2. 0,689 0,
1.3 00
X2. 0,673 0,
2.1 00
Pengalaman X2. 0,632 0,
Auditor 2.2 00
Investigasi X2. 0,482 0,
Pengalaman 2.3 00
(X2) Reliab
Kerja X2. 0,700 0, Valid 0,763
el
(X2.2) 2.4 00
X2. 0,747 0,
2.5 00
X2. 0,726 0,
2.6 00
Y.1. 0,713 0,
1 00 Vali 0,790 Reliab
Prosedur Y.1. 0,694 0, d el
Audit 2 00
Investigasi Y.1. 0,798 0,
(Y.1.1) 3 00
Y.1. 0,708 0,
Efektivitas 4 00
Pelaksanaan
Y.2. 0,528 0,
Prosedur 1 00
Audit dalam
Y.2. 0,682 0,
Pengungkapa 2 00
n
Teknik Audit Y.2. 0,681 0,
Kecurangan 3 00
(Y) Investigasi Reliab
Y.2. 0,636 0, Valid 0,755
(Y.1.2) el
4 00
Y.2. 0,547 0,
5 00
Y.2. 0,659 0,
6 00
Y.2. 0,653 0,
7 00
84

Y.2. 0,634 0,
8 00
Sumber: Data Primer diolah 2022

Tabel 4.9 diatas menunjukan hasil uji validitas dari seluruh instrument

memiliki nilai koefisien korelasi (r) > 0,30 dan nilai signifikan dari seluruh

instrumen berada dibawah α = 0,05 atau dengan tingkat kepercayaan 95%,

sehingga dapat disimpulkan bahwa semua item pertanyaan yang digunakan

sebagai instrument dalam penelitian ini adalah valid. Kemudian hasil uji reabilitas

menunjukan nilai koefisien alpha dari seluruh item pertanyaan yang dijadikan

sebagai instrument dalam riset ini berada di atas cut of value > 0,60 yang berarti

semua item pertanyaan yang digunakan adalah realibel (dapat dipercaya

keandalannya). Hasil uji validitas dan reabilitas instrument penelitian dapat

disimpulkan bahwa seluruh item pertanyaan yang digunakan adalah valid dan

reliabel atau dapat dikatakan kuesioner yang digunakan layak digunakan sebagai

instrument untuk melakukan pengukuran setiap variabel.

4.2.5 Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif dalam penelitian ini disajikan untuk memberikan

informasi mengenai karakteristik variabel-variabel penelitian, antara lain

minimum, maksimum, mean dan standar deviasi. Pengukuran rata-rata (mean)

merupakan cara yang paling umum digunakan untuk mengukur nilai sentral dari

suatu distribusi data. Sedangkan, standar deviasi merupakan perbedaan nilai data

yang diteliti dengan nilai rata-ratanya.


85

Tabel 4.10

Hasil Analisis Deskriptif

Descriptive Statistics
Maximu Std.
N Minimum m Mean Deviation
X1 45 3,49 4,65 4,1909 ,23747
X2 45 3,67 4,93 4,3064 ,35869
Y1 45 3,88 5,00 4,2900 ,28829
Valid N (listwise) 45
Sumber: Data Primer diolah 2022

Berdasarkan tabel 4.10 di atas, maka dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Kemampuan Auditor Investigatif (X1) menunjukkan nilai minimum yaitu

3,49 dan nilai maksimumnya yaitu 4,65. Mean untuk kemampuan auditor

investigatif adalah 4,1909 , hal ini berarti rata-rata kemampuan auditor

investigatif adalah sebesar 4,1909. Standar deviasinya 0,23747 hal ini berarti

terjadi penyimpangan kemampuan auditor investigatif terhadap nilai rata-

ratanya yaitu sebesar 0,23747

2. Pengalaman Auditor Investigatif (X2) menunjukkan nilai minimum yaitu

3,67 dan nilai maksimumnya yaitu 4,93. Mean untuk pengalaman auditor

investigatif adalah 4,3064 hal ini berarti rata-rata pengalaman auditor

investigatif adalah sebesar 4,3064. Standar deviasinya ,35869 hal ini berarti

terjadi penyimpangan pengalaman auditor investigatif terhadap nilai rata-

ratanya yaitu sebesar 0,35869

3. Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit Dalam Pembuktian Kecurangan (Y)

menunjukkan nilai minimum yaitu 3,88 dan nilai maksimumnya yaitu 5,00.
86

Mean untuk efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian

kecurangan adalah 4,2900 hal ini berarti rata-rata efektivitas pelaksanaan

prosedur audit dalam pembuktian kecurangan adalah sebesar 4,2900. Standar

deviasinya 0,28829 hal ini berarti terjadi penyimpangan efektivitas

pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan terhadap nilai rata-

ratanya yaitu sebesar 0,28829

4.2.6 Uji Analisis Faktor

Uji analisis faktor merupakan uji yang digunakan untuk melihat faktor

mana dari indikator-indikator yang ada pada sebuah variabel yang dominan

mempengaruhi terbentuknya variabel tersebut. Berdasarkan hasil analisis faktor

Kaisar-Meyen-Olkin Measure Of Sampling Adequacy (KMO MSA) terhadap

indikator-indikator dari variabel. Adapun hasil analisis faktor sebagai berikut :

1. Kemampuan Auditor Investigasi

Tabel 4.11

Hasil uji Analisis Faktor Variabel Kemampuan Auditor Investigasi

Loading KMO
N Indikator Sig
o Factor MSA
1. Pengetahuan Dasar 0,78
6 0,000
2. Kemampuan Teknis 0,73
0,642
5
3. Sikap Mental 0,74
8
Sumber: Data Primer diolah 2022

Tabel 4.11 menunjukkan bahwa hasil uji analisis factor untuk Tiga

indikator tersebut adalah sangat signifikan membentuk variabel kemampuan

auditor investigasi dengan nilai signifikan 0,000 yang berarti bahwa keseluruhan
87

indikator sangat berarti terhadap variabel Kemampuan Auditor. Jika dilihat dari

uji Kaisar- Meyen-Olkin Measure Of Sampling Adequacy (KMO MSA) diperoleh

nilai 0,642 diatas 0,50 artinya proses analisis tiga indikator indikator variabel

kemapuan auditor investigasi dapat dilanjutkan. Adapun faktor yang paling

dominan membentuk variabel Kemampuan Auditor Investigasi adalah indikator

pengetahuan dasar (X1.1) dengan loading factor sebesar 0,786

2. Pengalaman Auditor Investigasi

Tabel 4.12

Hasil Uji Analisis Faktor Variabel Pengalaman Auditor Investigasi

Loading KMO
N Indikator Sig
o Factor MSA
1. Intensitas atau banyaknya tugas 0,92
pemeriksaan 9 0,500 0,000
2. Pengalaman Kerja 0,92
9
Sumber: Data Primer diolah 2022

Tabel 4.12 menunjukkan bahwa hasil uji analisis faktor untuk kedua

indikator tersebut signifikan membentuk variabel pengalaman auditor investigasi

dengan nilai signifikansi 0,000 yang berarti bahwa keseluruhan indikator sangat

berarti terhadap variabel pengalaman auditor. Jika dilihat dari uji KaisarMeyen-

Olkin Measure Of Sampling Adequacy (KMO MSA) diperoleh nilai 0,500 diatas

0,50 artinya proses analisis kedua indikator variabel pengalaman auditor dapat

dilanjutkan. Adapun faktor yang membentuk variabel pengalaman auditor yaitu

kedua indikator tersebut dengan sama-sama memperoleh loading factor sebesar

0,929
88

3. Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan

Tabel 4.13

Hasil Uji Analisis Faktor variabel Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit

dalam pembuktian kecurangan

Loading KMO
N Indikator Sig
o Factor MSA
1. Prosedur Audit Investigasi 0,88
7 0,500 0,000
2. Teknik Audit Investigasi 0,88
7
Sumber: Data Primer diolah 2022

Tabel 4.13 menunjukkan bahwa hasil uji analisis faktor untuk kedua

indikator tersebut signifikan membentuk variabel Efektivitas Pelaksanaan

Prosedur Audit dengan nilai signifikansi 0,000 yang berarti bahwa keseluruhan

indikator sangat berarti terhadap variabel efektivitas Pelaksanaan prosedur audit.

Jika dilihat dari uji KaisarMeyen-Olkin Measure Of Sampling Adequacy (KMO

MSA) diperoleh nilai 0,500 diatas 0,50 artinya proses analisis kedua indikator

variabel efektivitas pelaksanaan prosedur audit dapat dilanjutkan. Adapun faktor

yang membentuk variabel efektivitas pelaksanaan prosedur audit yaitu kedua

indikator tersebut dengan sama-sama memperoleh loading factor sebesar 0,887

4.2.7 Profil Variabel Penelitian ditinjau dari Nilai Bobot Faktor dan Mean

Bagian berikut menjelaskan perbandingan antara rata-rata indikator dan

hasil bobot faktor dan mean menggunakan software IBM SPSS statistics 25. Hal
89

ini dimaksud untuk mendeskripsikan setiap indikator yang memberikan kontribusi

yang signifikan sebagai pembentuk variabel. Nilai rata-rata mencerminkan

persepsi responden terhadap indikator penelitian, sedangkan bobot faktor

menggambarkan kontribusi indikator dalam membentuk variabel. Persepsi responden

terhadap indikator-indikator variabel penelitian ditinjau dari nilai bobot faktor dan

nilai mean dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.14

Persepsi Responden Terhadap Variabel Penelitian

Bobot
Variabel Indikator Mean
Faktor
Kemampuan Pengetahuan Dasar 0,61 4,27
Auditor Investigasi 8
(X1) Kemampuan Teknis 0,54 4,09
0
Sikap Mental 0,55 4,22
9
Pengalaman Intensitas atau Banyaknya 0,86 4,34
Auditor Investigasi Tugas Pemeriksaan 4
(X2) Pengalaman Kerja 0,86 4,27
4
Efektivitas Prosedur Audit Investigasi 0,78 4,30
Pelaksanaan 7
Prosedur Audit
dalam Teknik Audit Investigasi 0,78 4,28
Pembuktian 7
Kecurangan
(Y)
Sumber : Data Primer diolah tahun 2022

Tabel 4.14 menjelaskan tentang persepsi auditor terhadap tiap-tiap indikator

variabel penelitian berdasarkan nilai analisis faktor dan rata-rata (mean).

Pembahasan dilakukan terhadap ke tiga variabel yaitu (1) Kemampuan Auditor


90

Invetigasi (2) Pengalaman Auditor Investigasi, dan (3) Efektivitas Pelaksanaan

Prosedur Audit. Hasil uji nilai bobot faktor untuk variable Kemampuan Auditor

Investigasi terlihat bahwa Pengetahuan Dasar yang paling mempengaruhi dalam

kemampuan auditor investigasi, dimana indikator ini merupakan yang tertinggi

membentuk variable kemampuan Auditor Investigasi. Hasil mean dari indikator

tersebut menunjukkan rata-rata skor 4,27. Hal Tersebut dapat disimpulkan hawa

pada BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara, auditor senantiasa

menerapkan pengetahuan dasar melalui kemampuan auditor yang diperoleh pada

saat menjalankan tugasnya.

Hasil uji nilai bobot faktor untuk variable pengalaman auditor investigasi

terlihat bahwa kedua indikator tersebut memiliki nilai yang sama yaitu 0, 864

dalam mempengaruhi pengalaman auditor. Hasil mean dari indikator tersebut

menunjukkan ratarata skor 4,34 dan 4,27. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa

pada BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara, auditor mengenali

pengalaman audit melalui intensitas atau banyaknya tugas pemeriksaan dan

pengalaman kerja yang diperoleh pada saat menjalankan tugasnya.

Hasil uji nilai bobot faktor untuk variabel efektivitas pelaksanaan prosedur

audit terlihat bahwa kedua indikator tersebut memiliki nilai yang sama yaitu 0,787

dalam mempengaruhi Efektivitas pelaksanaan prosedur audit. Hasil mean dari

indikator tersebut menunjukkan ratarata skor 4,30 dan 4,28. Hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa pada BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara dalam

melaksanakan audit senantiasa memperhatikan kesesuaian terhadap standar audit

dan teknik audit investigasi.


91

4.2.7 Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi Klasik Adalah pengujian yang dilakukan untuk menilai apakah

dalam model regresi terdapat masalah asumsi klasik. Untuk menghasilkan model

regresi yang tidak bias dan yang terbaik maka harus dipenuhi beberapa asumsi

klasik sebagai berikut:

1. Autokorelasi

Uji Autokorelasi dilakukan untuk menguji apakah suatu model regresi

linier terdapat korelasi antara residual (kesalahan penggangu) dari suatu periode

ke periode lainnya. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi

atau korelasi serial. Deteksi adanya autokorelasi dapat dilihat dari nilai Durwin-

Watson (D-W) seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 4.15

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb
Mod R Adjusted R Std. Error of Durbin-
el R Square Square the Estimate Watson
1 ,741a ,548 ,527 ,19829 1,617
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y1
Sumber: Data Primer diolah tahun 2022

Untuk Mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi maka dilakukan

pengujian Durbin-Watson dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Angka D-W dibawah -2 ada auto korelasi positif

2. Angka D-W dibawah -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi


92

3. Angka D-W dibawah +2 berarti ada autokorelasi negatif

Berdasarkan output summary sebagaimana pada angka Durbin-Watson (D-

W) adalah 1,617 dimana angka tersebut berada diantara -2 sampai +2 yang berati

tidak terjadi autokorelasi.

2. Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,

variabel dependen dan variabel independen berdistribusi normal atau tidak. Model

regresi yang baik adalah yang berdistribusi norman atau mendekati normal. Untuk

menguji normalitas ini dapat diketahui dari tampilan grafik Normal Probability

Plot (P-P Plot Test) dan grafik histogram. Jika data menyebar disekitar diagonal

dan mengikuti arah gatif diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah

garif diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas, kemudian

pada menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov yang biasa disebut dengan

K-S yang tersedia dalam program SPSS. Kriteria yang digunakan adalah dengan

membandingkan antara tingkat signifikansi yang didapat dengan tingkat alpha

yang digunakan, dimana data dapat dikatakan berdistribusi normal apabila sig. >

0,05

Gambar 4.1

Normal Probability Plot


93

Sumber: Data Primer diolah tahun 2022

Gambar 4.1 Normal Probaility Plot diatas, terlihat bahwa titik-titik

menyebar disekitar gatris diagonal, serta penyebaranya mengikuti arah garis

diagonal. Sehingga model regresi layak dipakai untuk memperediksi Efektivitas

Pelaksanaan Prosedur Audit Dalam Pembuktian Kecurangan di BPKP Perwakilan

Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan masukan variabel bebasnya.

Tabel 4.16

Hasil Uji Statistik Kolmogorov-Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardi
zed
Residual
N 45
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. ,19372843
Deviation
Most Extreme Absolute ,108
Differences Positive ,108
Negative -,085
Test Statistic ,108
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200
Sumber: Data Primer diolah tahun 2022
94

Berdasarkan hasil uji statistik pada tabel 4.16 di atas, terlihat nilai

signifikansi dari unstandardized residual lebih besar dari 0,05 yaitu sebesar 0,200

sehingga dapat disimpulkan data yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi

normal.

3. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Untuk mendeteksi adanya

multikolinearitas di dalam model regresi dapat dilihat dari hubungan antar

variabel bebas yang ditunjukan oleh angka tolerance dan variance inflation factor

(VIF). Apabila angka tolerance > 0,10 dan VIF < 10 maka menunjukkan tidak

terjadinya multikonearitas dalam model regresi seperti pada tabel berikut :

Tabel 4.17

Hasil Uji Multikolinearitas

Collinearity
Statistics
Toleran VI
ce F

,834 1,
19
9
,834 1,
19
9

Tabel 4.17 menunjukkan bahwa angka tolerance untuk masing-masing

variabel dalam penelitian ini berada diatas 0,10 dan nilai VIF berada dibawah 10.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada kolerasi antar variabel bebas sehingga dapat

disimpulkan tidak terjadi multikolinearitas.

4. Uji Heterokedastistas
95

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah suatu model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan kepengamatan

lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka

disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model

regresi yang baik ialah tidak terjadi heterokedastisitas.

Uji heterokedastisitas dilakukan melalui scatter plot (diagram pencar).

Homokedastisitas dari variabel bebas terhadap variabel terikat terpenuhi apabila

nilai residual dan nilai prediksinya tidak membentuk pola tertentu dan menjauhi

angka skala 0. Hasil analisis data menunjukkan diagram pancar yang dihasilkan

sebagai berikut:

Gambar 4.2

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Data Primer diolah 2022

Gambar 4.3 scatter plot diatas, terlihat secara visual nilai residual dan nilai

prediksinya tidak membentuk pola tertentu (acak), sehingga dapat dikatakan

bahwa model regresi dalam penelitian ini terbebas dari masalah

heteroskedastisitas dan model ini layak digunakan untuk memprediksi efektivitas


96

pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan berdasarkan masukan

variabel bebasnya.

4.2.8 Analisis Regresi Linier Berganda

Data hasil penelitian pada uraian deskripsi variabel, maka digunakan

metode regresi linier berganda yang diolah dengan menggunakan program IBM

SPSS Statistic 25, hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh

dari variabel Kemampuan Auditor Inversigasi dan Pengalaman Auditor

Investigasi terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit Dalam Pembuktian

Kecurangan. Dan dari hasil pengolahan diperoleh nilai sebagaimana yang

tercantum dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.18

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Coefficientsa
Standardiz
ed
Unstandardized Coefficient Collinearity
Coefficients s Statistics
Std. Toleran
Model B Error Beta t Sig. ce VIF
1 (Consta ,694 ,551 1,258 ,215
nt)
X1 ,423 ,138 ,349 3,070 ,004 ,834 1,199
X2 ,423 ,091 ,527 4,641 ,000 ,834 1,199
a. Dependent Variable: Y1
Sumber: Data Primer diolah 2022

Berdasarkan Tabel 4.18 diatas maka dapat diperoleh persamaan Sebagai Berikut:

Y= 0,694 + 0,423 + 0,423 + e


97

1. Konstanta dengan nilai 0,694 memiliki arti bahwa apabila variabel

independen Kemampuan Auditor Investigasi dan Pengalaman Auditor

Investigasi sama dengan nol, maka variabel dependen Efektivitas

Pelaksanaan Prosedur Audit Dalam Peningkatan Kecurangan akan

meningkat sebesar 0,694.

2. Koefisien X1 sebesar 0,423 memiliki arti bahwa apabila Kemampuan

Auditor Investigasi meningkat sebesar 1 dan pengalaman Auditor

Investigasi dianggap konstan, maka Efektivitas Pelaksanaan Prosedur

Audit Dalam Peningkatan Kecurangan akan meningkat sebesar 0,423

3. Koefisien X2 sebesar 0,423 memiliki arti bahwa apabila variable

Kemampuan Auditor Investigasi meningkat sebesar 1 dan variabel

pengalaman Auditor Investigasi dianggap konstan, maka Efektivitas

Pelaksanaan Prosedur Audit Dalam Pembuktian Kecurangan akan

meningkat sebesar 0,423

4.2.9 Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan membandingkan t-hitung

dengan t-tabel dan nilai t-sig dengan α : 0,05. Apabila t-hitung > t-tabel atau t-sig

< dari α : 0,05, maka diterima H1 atau tolak H0. Sebaliknya, apabila t-hitung< t

tabel atau t- sig > dari α : 0,05 maka tolak H1 atau terima H0

Tabel 4.19

Ringkasan Uji t, Uji F, dan Koefisien Determinasi

Persamaan
Variab thitu Ttabel Sig. Fhitung Ftabel Sig R.
ng
el . Square
X1 3.0 2.037 0,0 25,503 3,23 0,0 0,548
98

70 04
X2 4.6 2.037 0,0 00
41 00
Sumber: Data Primer diolah 2022

1. H1 : Kemampuan Auditor Investigasi berpengaruh signifikan terhadap

Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan

Tabel 4.19 menunjukkan bahwa t-hitung untuk variabel

Kemampuan Auditor Investigasi sebesar 3.070 > dari t-tabel yaitu sebesar

2.037 atau dengan tingkat signifikansi sebesar 0.004 < dari α = 0,05, maka

dari hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa H1 diterima atau H0

ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa Kemampuan Auditor Investigasi secara

parsial berpengaruh signifikan terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur

Audit Dalam Pembuktian Kecurangan pada BPKP Perwakilan Provinsi

Sulawesi Tenggara.

2. H2 : Pengalaman Auditor Investigasi berpengaruh signifikan terhadap

Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit Dalam Pembuktian Kecurangan

Tabel 4.19 menunjukkan bahwa t-hitung untuk variabel

pengalaman kerja sebesar 4.641 > dari t-tabel yaitu sebesar 2.037 atau dengan

tingkat signifikansi sebesar 0.000 < dari α = 0,05, maka dari hasil pengujian

tersebut dapat disimpulkan bahwa H1 diterima atau H0 ditolak. Hal ini

menunjukkan bahwa Pengalaman Auditor Investigasi secara parsial

berpengaruh signifikan terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit

Dalam Pembuktian Kecurangan pada BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi

Tenggara.
99

3. H3 : : Kemampuan Auditor Investigasi dan Pengalaman Auditor

Investigasi berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Efektivitas

Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pengkungkapan Kecurangan

Tabel 4.19 menunjukan bahwa F hitung = 25,503 > F tabel = 3,23

dengan nilai sig. = 0,00 lebih kecil dari nilai a = 0,05. Maka dari hasil

pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa H3 diterima atau H0 ditolak. Hal

ini menunjukkan bahwa Kemampuan Auditor Investigasi dan Pengalaman

Auditor Investigasi bersama-sama atau simultan berpengaruh signifikan

terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian

Kecurangan di BPKP Provinsi Sulawesi Tenggara.

4.2.10 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi dimaksudkan untuk mengetahui besarnya kontribusi

Kemampuan Auditor Investigasi dan Pengalaman Auditor Investigasi terhadap

Efektivitas Pelaksaan Prosedur Audit dalam Pengungkapan Kecurangan, dengan

melihat nilai koefisien determinasinya (r2). Pada tabel 4. diketahui besarnya r2

(R- Square) = 0,548 menunjukkan bahwa besarnya pengaruh langsung variabel

Kemampuan Auditor Investigasi (X1) dan Pengalaman Auditor Investigasi (X2)

terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan

(Y) adalah sebesar 54,8%. Hal ini berarti bahwa ada variabel epsilon (ɛ) sebesar

45,2% yang mempengaruhi variabel Y namun tidak diukur dalam penelitian ini

misalnya seperti Independensi, Profesionalisme dan whistleblower.


100

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengaruh Kemampuan Auditor Investigasi terhadap Efektivitas

Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kemampuan auditor

investigasi berpengaruh signifikan terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur

Audit dalam Pembuktian Kecurangan. Artinya , Hal ini menunjukkan bahwa jika

kemampuan audit yang dilakukan auditor BPKP Provinsi Sulawesi tenggara

maka akan semakin meningkat efektivitas pelaksanaan prosedur audit, semakin

meningkat yang artinya bahwa dengan kemampuan audit yang tinggi maka

auditor mampu melaksanakan langkah-langkah audit dengan baik sehingga dapat

menghasilkan laporan audit yang berkualitas.

Kemampuan auditor investigasi yang ada di BPKP Perwakilan Provinsi

Sulawesi Tenggara memiliki pengaruh signifikan terhadap efektivitas pelaksanaan

prosedur audit dalam pembuktian kecurangan, hal ini menunjukkan bahwa

kemampuan auditor di BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara dalam

menangani kasus sudah sangat baik sehingga audit investigasi dapat dilakukan

dengan tepat waktu dan efektif.

Indikator Pengetahuan Dasar di BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi

Tenggara termasuk dalam kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa

pengetahuan dasar auditor di BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara

menunjukkan bahwa auditor dalam melaksanakan tugasnya menerapkan ilmu

auditing, menguasai teknik pengendalin intern, berkomunikasi dengan baik,

mengetahui audit investigasi, menjaga kerahasiaan, pengetahuan tentang bukti,


101

memahami cyber crime, memiliki jiwa skeptisme profesional, dan berwawasan

luas. Hal tersebut berdampak baik terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit

dalam pembuktian kecurangan.

Indikator Kemampuan Teknis di BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi

Tenggara termasuk dalam kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa seorang

auditor dalam bekerja menerapkan pengetahuan IT, mengetahui hukum,

kemampuan membuat hipotesis, dan membuktikan hipotesis. Hal tersebut akan

berdampak baik terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam

pembuktian kecurangan.

Indikator Sikap Mental di BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara

termasuk dalam kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa seorang auditor

dalam bekerja menerapkan standar audit investigasi, bersikap independen, bebas

dengan skeptisme professional, dan bersikap kritis. Hal tersebut akan berdampak

baik terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian

kecurangan.

Hal ini didukung juga Fransetia Jurjur (2019) dalam penelitiannya yang

berjudul pengaruh kemampuan dan pengalaman auditor forensik invesetigasi

terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit menjelaskan bahwa efektivitas

pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan dapat di pengaruhi oleh

adanya kemampuan auditor yang telah dibuat pada saat pelaksanaan. Hal ini

membuktikan bahwa dibutuhkan adanya pengetahuan, kemampuan teknis dan

sikap mental yang baik dengan memberikan pelatihan-pelatihan dalam upaya

meningkatkan kemampuan dalam investigasi, khususnya bagi auditor-auditor


102

muda yang berada di lingkungan BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara

untuk mencapai kemampuan professional yang merata dalam melakukan

pemeriksaan investigasi.

Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyati

(2015) yang berjudul kemampuan auditor investigasi dan pengalaman auditor

investigasi terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian

kecurangan, Sahreza Harahap (2020) pengaruh pengalaman dan kemampuan

pemeriksa investigatif terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit investigasi

dengan skeptisme sebagai variabel moderasi dan Nada Firanita Dewi (2020) yang

menunjukkan bahwa kemampuan auditor investigasi berpengaruh signifikan

terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan

Hasil Penelitian juga di dukung oleh teori atribusi menurut Morrisan

(2013) menjelaskan bagaimana orang dapat menyimpulkan penyebab tingkah

laku yang dilakukan diri sendiri atau orang lain. Teori ini menjelaskan tentang

bagaimana proses yang terjadi dalam diri sendiri sehingga dapat memahami

tingkah laku orang lain. Teori tersebut mengindikasikan bahwa untuk

melaksanakan prosedur audit yang efektif dibutuhkan kemampuan auditor

investigasi, diantaranya: pengetahuan dasar, kemampuan teknis dan sikap mental.

Kemampuan tersebut sangat diperlukan untuk melaksanakan prosedur audit dalam

memperoleh bukti- bukti yang diperlukan dalam pembuktian kecurangan.


103

4.3.2 Pengaruh Pengalaman Auditor Investigasi terhadap Efektivitas

Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa pengalaman auditor

investigasi berpengaruh dan signifikian terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur

audit dalam pembuktin kecurangan pada BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi

Tenggara. Hal ini mengindikasi bahwa semakin berpengalaman auditor di BPKP

Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara maka akan semakin berkualitas hasil

auditnya.

Indikator Intensitas atau banyaknya tugas pemeriksaan auditor bekerja di

BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara adalah item yang paling

mendominasi dalam variabel pengalaman auditor investigasi pada kategori sangat

baik. Hal ini bisa dilihat dari rata-rata skor tanggapan responden terhadap item ini

yang berada pada kategori sangat baik. Artinya bahwa mayoritas pegawai di

BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara merasa dengan mengatasi

intensitas atau banyaknya tugas pemeriksaan dengan efektif sebagai auditor dapat

mempengaruhi pengalaman auditor yang dimiliki serta berdampak pada

efektivitas pelaksanaan prosedur audit yang dihasilkan.

Indikator Pengalaman Kerja pada BPKP perwakilan Provinsi Sulawesi

Tenggara sudah baik. Hal ini bisa dilihat dari rata-rata jawaban responden

terhadap item ini yang berada dikategori sangat baik. Pengalaman kerja

memberi peluang auditor mengaudit entitas dengan latar belakang yang sama

sehingga dapat membuatnya menjadi lebih cepat dan lebih baik dalam

menyelesaikan tugas-tugasnya.
104

Berkaitan dengan karasteristik responden, faktor usia juga dapat

membentuk pengalaman seseorang. Seorang auditor yang telah berumur 30-50

tahun tentu memiliki lebih banyak pengalaman dibandingkan dengan auditor

yang masih muda karena auditor pada usia tersebut lebih matang dalam berpikir

dengan banyaknya hal yang telah dilewati. Selain itu, tingkat pendidikan juga

membuat pengalaman seorang auditor betambah. Auditor dengan tingkat

pendidikan diatas S2 tentu memiliki lebih banyak pengetahuan dan

pengalaman dibandingkan dengan auditor lulusan S1.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mulyati (2015) yang

berjudul Pengaruh Kemampuan Auditor Investigasi dan Pengalaman Auditor

Inverstigasi Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit Dalam

Pembuktian kecurangan dan Fransetia Jurjur Benedikta (2020) yang berjudul

Pengaruh Kemampuan dan Pengalaman Auditor Forensik Investigatif Terhadap

Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit menunjukkan bahwa pengalaman auditor

investigasi mmiliki pengaruh yang signifikan terhadap efektivitas pelaksanaan

prosedur audit dalam pembuktian kecurangan, artinya auditor yang

berpengalaman cenderung lebih ahli dan memiliki pemahaman yang lebih baik

dalam pemeriksaan laporan keuangan, sehingga hasil auditnya lebih berkualitas.

Hasi penelitian juga didukung oleh Teori Atribusi menjelaskan efektivitas

dalam pelaksanaan prosedur audit yang efektif membutuhkan faktor-faktor

internal dan eksternal dari diri seorang auditor. Faktor-faktor yang mempengaruhi

efektivitas prosedur audit adalah salah satunya pengalaman auditor. Pengalaman


105

merupakan faktor yang dimiliki dan eksternal oleh auditor untuk mencapai

efektivitas penerapan prosedur audit dalam membuktikan fraud atau kecurangan.

4.3.3 Pengaruh Kemampuan dan Pengalaman Auditor Investigasi Terhadap

Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan.

Hasil pengujian hipotesis menunjukan bahwa Kemampuan dan Pengalaman

Auditor Investigasi bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Efektivitas

pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan pada BPKP Perwakilan

Sulawesi Tenggara.

Indikator prosedur audit investigasi pada BPKP Perwakilan Provinsi

Sulawesi Tenggara termasuk dalam kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan

bahwa auditor di BPKP Pewakilan Provinsi Sulawesi Tenggara dalam

melaksanakan audit dengan mengikuti prosedur audit yang berlaku. Auditor

diharuskan untuk menyatakan dalam setiap laporan bahwa kegiatan kegiatannya

dilaksanakan sesuai dengan standar serta kode etik yang berlaku.

Indikator teknik audit investigasi termasuk dalam kategori sangat baik. Hal

ini menunjukkan bahwa auditor di BPKP Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara

melaksanakan pengujian fisik, pemeriksaan dokumen, review analitikal dengan

baiik dalam melaksanakan audit. Dengan kata lain Teknik Audit Investigasi audit

intern di BPKP Provinsi Sulawesi Tenggara telah tepat waktu, lengkap, akurat,

objektif, meyakinkan, konstruktif, jelas, serta ringkas dan singkat. Laporan hasil

penugasan audit intern sementara tersebut bukan merupakan pengganti laporan

hasil penugasan audit intern akhir, tetapi mengingatkan kepada pejabat terkait

terhadap hal yang membutuhkan perhatian segera dan memungkinkan pejabat


106

tersebut untuk memperbaikinya sebelum laporan hasil penugasan audit intern

akhir diselesaikan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat di pahami bahwa Kemampuan Auditor

memiliki pengaruh dalam meningkatkan efektivitas pelaksanaan prosedur audit

dalam pembuktian kecurangan. Efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam

rangka menjalankan audit investigasi, seorang auditor investigatif harus memiliki

kemampuan dalam hal kemampuan dasar, kemampuan teknis, dan sikap mental.

Kemampuan ini sangat berpengaruh dalam memperoleh bukti-bukti yang

diperlukan dalam pemeriksaan.

Selain kemampuan auditor investigasi pengalaman auditor juga akan

meningkatkan ketelitian dalam melakukan pelaksanaan prosedur audit.

Pelaksanaan prosedur audit yang dilakukan dengan tingkat ketelitian yang tinggi

akan menghasilkan laporan audit yang efektif serta berkualitas. Pengalaman

seorang auditor menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi keahlian yang

dimiliki auditor karena seorang auditor yang lebih berpengalaman akan lebih

cepat tanggap dalam membuktikan kecurangan yang terjadi, dengan

bertambahnya pengalaman auditor juga akan meningkatkan ketelitian dalam

melakukan pelaksanaan prosedur audit. Selain itu, pengalaman auditor juga

merupakan faktor yang menentukan kualitas hasil audit. Semakin banyak jumlah

jam terbang seorang auditor, tentunya dapat memberikan hasil audit yang

berkualitas daripada seorang auditor yang baru memulai karirnya. Hal ini

dikarenakan pengalaman akan membentuk keahlian seseorang baik secara teknis

maupun secara psikis.


107

Penelitian oleh Mulyati (2015) Pengaruh Kemampuan Auditor Investigasi

dan Pengalaman Auditor Inverstigasi Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur

Audit Dalam Pembuktian kecurangan.menyatakan bahwa kemampuan dan

pengalaman auditor berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan prosedur audit

investigasi. Hasil ini juga didukung oleh Fransetia Jurjur Benedikta (2019) yang

berjudul Pengaruh Kemampuan dan Pengalaman Auditor Forensik Investigatif

Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil

penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil

kesimpulan atas pengaruh kemampuan dan pengalaman auditor investigasi

terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan,

sebagai berikut:

1. Kemampuan auditor investigasi secara parsial berpengaruh positif dan

signifikan terhadap efektivitas pelakanaan prosedur audit dalam pembuktian

kecurangan. Hal ini menjelaskan bahwa semakin baik kemampuan seorang

auditor investigasi, maka semakin tinggi efektivitas pelaksanaan prosedur

audit dalam pembuktian kecurangan. Dengan demikian kemampuan auditor

seperti pengetahuan dasar, kemampuan teknis, dan sikap mental sangatlah

penting karena dapat memberikan dampak baik terhadap efektivitas

pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan.

2. Pengalaman auditor investigasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap

efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian kecurangan. Hal ini

berarti bahwa semakin berpengalaman seorang auditor maka akan

mempengaruhi tingkat pelaksanaan suatu pekerjaan yang semakin baik

dengan kata lain kualitas audit yang dihasilkan akan semakin lebih baik.

3. Kemampuan dan pengalaman auditor investigasi secara simultan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam

105
106

pembuktian kecurangan. Hal ini menunjukan bahwa auditor investigasi

memiliki dan menerapkan kemampuan dan pengalaman yang baik dalam

melakukan tugasnya.

5.2 Saran

Beberapa saran dan rekomendasi yang diajukan oleh penulis berdasarkan

simpulan dan hasil ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Badan Pengawasan keuangan dan pembangunan (BPKP) Perwakilan

Provinsi Sulawesi Tenggara, perlu selalu memperhatikan dan meningkatkan

kemampuan dan pengalaman kerja para auditor dengan terus memberikan

pelatihan-pelatihan yang ada kaitanya dengan peningkatan kinerja prosedur

audit.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan evaluasi bagi auditor BPKP

Perwakilan Sulawesi Tenggara dalam meningkatkan kinerjanya.

3. Bagi Penelitian selanjutnya

a. Penelitian ini juga bisa dilanjutkan dengan menambahkan variabel lain

misalnya yaitu Indenpenden, Whistleblower, ataupun profesionalisme.

b. Perlu ditambahkan metode wawancara langsung pada masing-masing

responden dalam upaya mengumpulkan data, sehingga dapat

menghindari kemungkinan responden tidak objektif dalam mengisi

kuesioner.
DAFTAR PUSTAKA

ACFE Indonesia Chapter #111. (2016). Survai Fraud Indonesia, Association of


Certified fraud Examiners.

Achyarsyah, P., & Rani, M. (2020). Pengaruh Akuntansi Forensik dan Audit
Investigatif Terhadap Pengungkapan Kecurangan Pelaporan Keuangan.
(Studi pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia).

Agoes, Sukrisno. (2017). Auditing : Petunjuk Praktik Pemeriksaan Akuntan


Publik. Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.

Arens A. Alvin, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. (2015). Auditing dan Jasa
Assurance Pendekatan Terintegrasi. Jilid 1. Edisi Lima Belas. Jakarta:
Erlangga.

Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia. 2017. Standar Pemeriksaan


Keuangan Negara (SPKN). Jakarta, Penerbit: BPK RI.

Carolina, L. (2019). Pengaruh kemampuan dan Pengalaman Auditor Forensik


Investigatif Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit.
In Prosiding Seminar Nasional Pakar (pp. 2-34).

Fernando, Reinhard (2017). Pengaruh kompetensi, pengalaman kerja, integritas,


independensi, dan gaya kepemimpinan terhadap kualitas audit pada
BPKP Sulawesi Tenggara. (Universitas Hasanuddin Makassar).

Firanita, Nada & Ginting, Rudi & Yoyoh (2020). Pengaruh Kompetensi,
Pengalaman, Independensi Dan Skeptisisme Profeisonal Auditor
Terhadap Pelaksanaan Prosedur Audit Investigasi Dalam Pengungkapan
Kecurangan Pada Bpkp Pusat.

Fitrawansyah, (2015). Fraud & Auditing. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM


SPSS 21 Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.

Harahap, S., & Maria, F. D. (2020, April). Pengaruh Pengalaman dan


Kemampuan Pemeriksa Investigatif Terhadap Efektivitas Pelaksanaan
Prosedur Audit Investigatif Dengan Skeptisme Sebagai Variabel
Moderasi. In Prosiding Seminar Nasional Pakar (pp. 2-15).

Karyono. (2013). Forensic Fraud. Yogyakarta: CV. Andi.

Kayo, Sutan Amrizal. (2013). Audit Forensik Penggunaan dan Kompetensi


Auditor dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Yogyakarta:
Graha Ilmu.

KEPIRJEN-SK-103-KP-801-ITJEN-2016: Tentang Pedoman Penugasan Audit


Investigatif.

Lameng, A. K. Y. A., & Dwirandra, A. A. N. B. (2018). Pengaruh Kemampuan,


Pengalaman dan Independensi Auditor pada Efektivitas Pelaksanaan
Prosedur Audit Investigatif. E-Jurnal Akuntansi, 22(1), 187-215.

Lupiyoadi, Rambat dan Ikhsan, Ridho Bramulya. (2015). Praktikum Metode Riset
Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Mardiasmo. (2017). Efisiensi dan Efektifitas. Jakarta: Andy.

Mawandil, Risno (2021). Tersangka Korupsi di Bank Sultra Belum Ditangkap,


Polisi beralasan Menunggu Hasil Audit BPKP.
https://sultra.tribunnews.com/amp/2021/07/15/tersangka-korupsi-di-bank-
sultra-belum-ditangkap-polisi-beralasan-menunggu-hasil-audit-bpkp?
page=2 . Diakses pada tanggal 28 Oktober 2021.

Morrisan, (2013). Teori komunikasi individu hingga massa. (Jakarta: Prenada


Media Group).

Nurharyanto. (2013). Sistem Kendali Kecurangan (Fraud) Perbankan: Konsepsi,


Asesmen Risiko dan Penerapan Kebijakan Anti-Fraud. Jakarta: Tinta
Creative Production.

Patunru, L. A. (2014) Pengaruh Kemampuan Auditor Terhadap Efektivitas


Pelaksanaan Prosedur Audit Investigatif Kecurangan (Studi Kasus pada
Perwakilan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Provinsi
Sulawesi Selatan Tahun 2014) (Hasanuddin University).

Peraturan BPK RI Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Standar Pemeriksaan Keuangan


Negara.

Peraturan Kepala BPKP Nomor 17/K/D6/2017 tentang Pedoman Penugasan


Bidang Investigasi (PPBI).
Pradnyawati, P. N (2019). Pengaruh kemampuan dan pengalaman auditor
investigatif terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam
pembuktian kecurangan (Studi Kasus Pada Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan Provinsi Bali).

Pratiwi, A. H. Pengaruh Kemampuan Auditor Investigatif terhadap Efektivitas


Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pengungkapan Internal Fraud (Studi
Kasus Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Tahun
2015) (Doctoral dissertation, Bakrie University).

Purnamasari, P., & Gunawan, H. (2019). Pengaruh kemampuan dan pengalaman


auditor investigasi terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam
pembuktian kecurangan (Survey pada BPKP Perwakilan Provinsi Jawa
Barat Kota Bandung).

Rahmayani, L. (2014). Pengaruh kemampuan auditor, skeptisme profesional


auditor, teknik audit dan whistleblower terhadap efektivitas pelaksanaan
audit investigasi dalam pengungkapan kecurangan (Doctoral dissertation,
Riau University).

Ramadhan, Ardito. (2021). Indeks Persepsi Korupsi Indonesia pada 2020 Turun
Jadi 37, Peringkat 102 Dunia.
https://nasional.kompas.com/read/2021/01/28/14120521/indeks-persepsi-
korupsi-indonesia-pada-2020-turun-jadi-31-peringkat-102-di/. Diakses
pada tanggal 27 Oktober 2021.

Ramadhany, F. (2015). Pengaruh Pengalaman, Independensi, Skeptisme


Profesional, Kompetensi, dan Komunikasi Interpersonal Auditor Kap
terhadap Pendeteksian Kecurangan (Studi Empiris pada Kap di Wilayah
Pekanbaru, Medan, dan Batam). Jurnal Online Mahasiswa Fakultas
Ekonomi Universitas Riau, 2.

Ravianto J. (2014). Produktivitas dan Pengukuran. Jakarta: Binaman Aksara.

Rosalia, B. (2015). Pengaruh Kemampuan dan Pengalaman Auditor Terhadap


Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit Investigatif Kecurangan (Survey
pada 31 Auditor yang berkerja di 13 Kantor Akuntan Publik di Kota
Bandung) (Doctoral dissertation, Fakultas Ekonomi Unpas).

Standar Umum Asosiasi Auditor Intern Pemerintah (AAIP)


https://inspektorat.gorontaloprov.go.id › ...PDF: STANDAR AUDIT
INTERN PEMERINTAH INDONESIA. Diakses 30 September 2021.

Sugiarto. (2017). Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Penerbit ANDI.


Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta, CV.

Tribunbuton. (2021) Kinerja BPKP Sultra disorot sudah dilayangkan permintaan


audit.
https://tribunbuton.com/2021/03/kinerja-bpkp-disorot-sudah-dilayangkan-
surat-permintaan-audit/. Diakses 10 Oktober 2021.

Tuanakotta, Theodorus M. (2016) Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi.


Edisi II. Jakarta: Salemba Empat.

Wahono, Sugeng, (2011). Audit Investigasi, Universitas Narotama, Surabaya.

Wijayanti, T. (2014). Pengaruh kemampuan dan sikap auditor investigatif


terhadap efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian
kecurangan (studi kasus pada auditor investigatif di BPK Provinsi Jawa
Timur Surabaya) (Doctoral dissertation, Universitas Negeri Malang).
LAMPIRAN
Lampiran 1

KUESIONER PENELITIAN

Yth:

Bapak/Ibu/Saudara/I Auditor

Di Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi Tenggara

Sehubungan dengan penyelesaian tugas akhir kuliah (Skripsi) sebagai salah


satu syarat untuk mendapatkan gelar S1, maka dengan ini saya:
Nama : Alfiansyah
NIM : B1C1 18 104
Fakultas/ Jurusan : Fakultas Ekonomi dan Bisnis / Akuntansi
Universitas : Universitas Haluoleo

Melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kemampuan dan Pengalaman


Auditor Investigasi Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam
Pembuktian Kecurangan (Studi Kasus Pada Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Sulawesi Tenggara”.

Memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/I untuk mengisi kuesioner ini


dengan lengkap dan jujur. Adapun tujuan dari pengisian kuesioner ini hanya untuk
kepentingan ilmiah sehingga segala informasi, identitas, dan data yang diisi akan
dijaga kerahasiaannya.

Demikian pengantar kuesioner penelitian ini, atas perhatian dan kerjasama


dari Bapak/Ibu/Saudara/I, saya ucapkan terimakasih.

Hormat Saya,

Alfiansyah
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER

Dalam studi ini, efektivitas pelaksanaan prosedur audit dalam pembuktian


kecurangan berarti prosedur audit yang harus dilalui dan dilaksanakan dengan
baik, yang dimulai dengan tahap penelaahan informasi awal, perencanaan
pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan yang sesuai dengan standar, penggunaan
teknik audit, serta pelaporan dan tindak lanjut sampai dengan pembuktian di
pengadilan, yang semuanya berpedoman pada standar audit yang telah ditetapkan.

Tujuan utama dari kuesioner ini adalah untuk menguji dan menganalisis
Pengaruh Kemampuan Auditor Investigatif dan Pengalaman Auditor Investigatif
Terhadap Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pembuktian Kecurangan.

Kuesioner ini terdiri dari 4 (empat) bagian. Satu bagian pertama berisi tentang profil responden

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

KS : Kurang Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju


B
AGIAN 1
P

Karakteristik Individu

1. Nama :

2. Jenis Kelamin Pria Wanita


:
3. Umur :

4. Jabatan :

5. Latar Belakang Diploma 3 (D3) Strata 2 (S2)


Pendidikan :

Strata 1 (S1) Strata 3 (S3)

Lainnya..........

6. Lamanya pengalaman sebagai auditor yang telah Anda miliki:

Lebih dari 6 - 9 Tahun < 1 Tahun


15 Tahun

10 – 15 Tahun 1 – 5 Tahun
Untuk bagian 2-4 dibawah ini, silahkan menjawab dengan memberi tanda cek () untuk jawaban yang

BAGIAN 2 K
S
N Kemampuan Auditor SS S TS ST
(4
o (5) (3 (2) S
)
) (1)
Dalam melakukan audit anda menerapkan
1
Ilmu Auditing.
Anda melakukan pemahaman Standar
2
Operasional Prosedur (SOP).
Rekan mengerti setiap perkataan yang anda
3
katakan pada saat pemeriksaan.
Anda Memiliki pengetahuan tentang investigasi
4
Anda merahasiakan segala sesuatu yang
5
berkaitan dengan informasi yang telah
diperoleh
6 Anda melakukan evaluasi suatu bukti
7 Anda memahami tentang masalah Cyber Crime
Anda melakukan penelusuran lebih serius
8 dengan sikap curiga profesional (professional
skeptisisme).
Anda melakukan analisis kasus sebelumnya
9
agar menambah wawasan atas kasus yang akan
datang.
Anda Menggunakan tenaga ahli IT
10
Anda mengetahui tentang hukum (undang-
1 undang) yang berkaitan dengan kasus yang
1 ditangani.
Anda mengacu pada Undang-
1
Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
2
Anda bersikap independen dalam menghadapi
1
3 suatu kasus
Setelah melakukan audit, anda memperoleh
1 hipotesis pada suatu tahap penyidikan
4
Data-data dikumpulkan untuk membuktikan
1
5 hipotesis.
Anda melaksanakan audit sesuai standar yang
1 berlaku umum
6
Anda memiliki sikap tidak mudah mempercayai
1 setiap pernyataan/jawaban yang diberikan oleh
7 tersangka setelah menemukan beberapa bukti
yang berkaitan dengan kasus yang dihadapi.
Pada saat investigasi anda memiliki sikap
mental yang bebas dari pengaruh pihak luar
1
sehingga dapat bersikap tidak memihak dalam
8
memberikan pendapat.
Auditor melakukan evaluasi secara kritis
1 terhadap bukti-bukti audit.
9
Sumber : A.Arini Lestari Patunru (2014)

BAGIAN 3
N Pengalaman Auditor K S
S
o SS S TS T
(4
(5) (3 (2) S
)
)
(1)
Banyaknya tugas yang dihadapi memberikan
1 kesempatan untuk belajar dari kegagalan dan
keberhasilan yang pernah dialami.
Banyaknya tugas pemeriksaan membutuhkan
2 ketelitian dan kecermatan dalam
menyelesaikannya.
Banyaknya tugas yang diterima dapat memacu
3 auditor untuk menyelesaikan pekerjaan dengan
cepat dan tanpa terjadi penumpukan tugas.
Kekeliruan dalam pengumpulan dan pemilihan
4 bukti serta informasi dapat menghambang
proses penyelesaian pekerjaan
Semakin lama bekerja sebagai auditor, semakin
5 dapat mendeteksi kesalahan yang dilakukan
obyek pemeriksaan.
Semakin banyak pengalaman yang dimiliki
6 auditor, semakin besar kemampuan auditor
dalam mengatasi setiap permasalahan yang ada.
Semakin lama bekerja, semakin dapat
7 mengetahui informasi yang relevan untuk
mengambil keputusan.
Semakin lama menjadi auditor, semakin
8 mengerti menghadapi entitas pemeriksaan
dalam memperoleh data dan informasi yang
dibutuhkan
Pengalaman dalam pekerjaan pada umumnya
9
dapat mengembangkan karir.
Sumber : Ika Sukriah Akram Biana Adha Inapty (2010)
BAGIAN 4
K
Efektivitas Pelaksanaan Prosedur ST
N SS S S TS
Audit Dalam Pembuktian S
o (5) (4) (3 (4)
Kecurangan )
(5)
Auditor menerapkan prosedur audit
1
dalam melaksanakan pemeriksaan.
Program audit yang telah disusun
2
mempermudah pembagian tugas bagi tim
auditor
Dalam pelaksanaan audit , auditor dituntut
3 untuk mengembangkan teknik-tekniknya
secara tepat.
Laporan hasil audit disusun dengan tepat
4
waktu.
Pihak BPKP melaksanakan pemantauan atas
5 tindak lanjut rekomendasi yang telah diberikan
kepada penegak hukum.
Auditor memeriksa fisik dengan menghitung
6
berbagai komponen dalam laporan keuangan.
Auditor meminta konfirmasi kepada auditee
7 untuk menegaskan kebenaran
atau
ketidakbenaran suatu informasi.
Auditor memeriksa dokumen termasuk
8 informasi yang diolah kemudian disimpan
secara elektronik (digital).
Auditor mempunyai gagasan untuk melakukan
9
review analitycal.
Auditor meminta informasi baik secara lisan
1
0 maupun tertulis kepada auditee.
Auditor melaksanakan perhitungan
1
kembali (mengecek kebenaran
1
perhitungan).
Auditor memberikan rekomendasi mengenai
1 bagaimana mengelola risiko terjadinya
2 kecurangan dengan tepat
Sumber : A.Arini Lestari Patunru (2014)

Terimakasih atas kesediaan Bapak/Ibu dalam mengisi kuesioner/angket


yang saya berikan, semoga dapat bermanfaat, secara khusus bagi peneliti
sebagai mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir di Universitas Haluoleo,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi.
1. Tabulasi Data Kemampuan Auditor Investigasi (X1)

61
2. Tabulasi Data Pengalaman Auditor Investigasi

61
3. Tabulasi Data Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit Dalam Pembuktian Kecurangan (Y)

61
Lampiran 3 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas

Uji Validitas dan Reabilitas Variabel Kemampuan Auditor Investigasi (X1)

Indikator Pengetahuan Dasar (X1.1)

61
Indikator Kemampuan Teknis (X1.2)
Indikator Sikap Mental (X1.3)
Uji Validitas dan Reabilitas Variabel Pengalaman Auditor Investigasi (X2)

Indikator Intensitas atau banyaknya tugas pemeriksaan (X2.1)


Indikator Pengalaman Kerja (X2.2)
Uji Validitas dan Reabilitas Variabel Efektivitas Pelaksanaan Prosedur
Audit dalam Pembuktian Kecurangan (Y)

Indikator Prosedur Audit Investigasi (Y1.1)


Indikator Teknik Audit Investigasi (Y1.2)
Lampiran 4 Hasil Uji Analisis Deskriptif

Lampiran 5 Hail Uji Analisis Faktor

Variabel Kemampuan Auditor Investigasi (X1)


Variabel Pengalaman Auditor Investigasi (X2)

Variabel Efektivitas Pelaksanaan Prosedur Audit dalam Pengungkapan


Kecurangan (Y)
Lampiran 6 Hasil Uji Asumsi Klasik

1. Autokorelasi

2. Normalitas
3. Multikolinearitas

4. Heterokedastistas

Lampiran 7 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda

Lampiran 8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R Square)


Lampiran 9 Hasil Uji t

Lampiran 10 Hasil Uji f

Anda mungkin juga menyukai