OLEH
Dra. BERNA RATNA SARI. Ak., M.M, C.A
ANDITA PUTRI WARDHANI
Puji Tuhan atas segala nikmat, karunia dan petunjuk-Nya, sehingga Laporan penelitian ini
dapat selesai dengan judul “Analisis Praktek Perataan Laba Perusahaan Manufaktur di Indonesia”.
Penelitian ini merupakan bagian dari salah satu pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi
di Perbanas Institute. Sangat disadari dalam pelaksanaan penelitian ini tidak dapat terselesaikan
tanpa adanya bantuan, dorongan, serta kritikan yang membangun dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, pada Laporan penelitian ini ingin disampaikan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya
pada berbagai pihak, terutama Andita Putri Wardhani sebagai partner dalam penelitian dan
Seperti pepatah, tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa penelitian ini
masih kurang sempurna sehingga sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
Akhir kata, semoga penelitian ini dapat menginspirasi pembaca dengan masukan yang
Halaman
ABSTRAK
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR ix
BAB I PENDAHULUAN 1
HIPOTESIS 7
iv
2.1.8 Financial Leverage 18
v
4.2 Analisis Data 42
Laba 50
Laba 51
Perataan Laba 53
5.1 Kesimpulan 55
5.2 Keterbatasan 56
5.2 Rekomendasi 57
DAFTAR PUSTAKA 58
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.2 Daftar Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi dan Perdagangan
Tabel 4.7 Uji Initial -2 log likelihood untuk Block 0: Beginning Block. 46
vi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vii
BAB I
PENDAHULUAN
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas entitas yang
keputusan ekonomi (PSAK No.1, 2015:3). Dalam Laporan keuangan, kinerja keuangan
mengelola asetnya dan penentu atas tindakan yang lebih lanjut, seperti pembagian laba,
penentuan investasi, dan pembagian hasil.Selain itu, kinerja manager sering juga
didasarkan pada informasi laba sehingga memacu timbulnya prilaku yang tidak sesuai
konsep teori keagenan (Budiasih, 2009). Seorang manajer memiliki informasi yang
Laba yang dihasilkan pada laporan keuangan merupakan laba yang dihasilkan
dengan metode akrual (IAI, 2009). Menurut Dechow dalam Aji dan Mita (2010), laba
akrual dianggap sebagai ukuran yang lebih baik dibandingkan dengan arus kas dari
1
2
berbasis akrual, transaksi ekonomi dan peristiwa lainnya diakui, dicatat, dan disajikan
dalam laporan keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa memperhatikan
Dimana perataan atas laba dilakukan oleh manajemen perusahaan untuk mengurangi
naik turunnya laba, atau mengurangi besarnya variabilitas laba yang dilaporkan pada
laporan keuangan agar sesuai dengan target yang diharapkan. Alasan perataan laba,
Perataan laba dapat menambah bias dalam laporan keuangan dan menggangu
pemakai laporan keuangan dalam mempercayai sepenuhnya atas angka laba hasil
Reporting (atau Treadway Comission) dalam Nugroho (2008) lebih tegas menyatakan
bahwa aktivitas manajemen laba dapat menyesatkan pengguna laporan keuangan dan
kadangkala merupakan indikasi terjadinya tindakan ilegal yang serius dalam pelaporan
keuangan. Namun, tidak semua negara menganggap perataan laba ini merupakan
pekerjaan yang ilegal. Swedia misalnya membenarkan perlakuan ini sepanjang dibuat
secara transparan dan pada hakikatnya hasilnya akan sama dalam jangka panjang.
faktor konsekuensi ekonomi dari pilihan akuntansi dan faktor-faktor laba (Moses, 1987
dalam Sitinjak, 2011). Faktor konsekuensi ekonomi lebih dipengaruhi oleh angka-
angka akuntansi, misalnya Profitabilitas, financial leverage, (Aji dan Mita, 2010),
3
ukuran perusahaan (Santoso, 2012), Debt to Equity Ratio dan Net Profit Margin (Dewi,
akuntansi, sehingga setiap perubahan akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan akan
untuk faktor laba, yang mampu mempengaruhi adalah angka-angka laba itu sendiri
yang akan mendorong perilaku perataan laba oleh manajer. Misalnya perbedaan yang
terjadi pada laba yang diharapkan dengan laba aktual. Semakin besar perbedaan yang
terjadi maka semakin besar motivasi manajer untuk meratakan laba sesuai dengan yang
diharapkan.
Adapun hubungan return on assets dengan perataan laba yaitu karena manajer
melakukan manipulasi laba agar dapat memenuhi target internal. Target internal yang
dimaksud yaitu laba dan target penjualan. Apabila hal tersebut rendah atau menurun
dari tahun sebelumnya, akan mendorong manajer melakukan manipulasi laba agra
perusahaannya memenuhi target internal maka manajer melakukan cara yang tidak
keuntungan atau laba dalam suatu periode tertentu. Hal tersebut sering menjadi acuan
para investor untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan, yang selanjutnya akan
Hubungan tax avoidance dengan perataan laba yaitu adanya persamaan untuk
mengurangi atau meminimalkan pajak dan laba yang diperoleh dari kegiatan operasi
4
perusahaan. Jika pajaknya terlalu besar atau laba terlalu kecil, investor tidak akan
menanam modalnya pada perusahaan. Menurut Frank (2009) dalam Putri (2014),
tindakan yang dilakukan perusahaan untuk mengurangi pendapatan kena pajak melalui
perencanaan pajak baik secara legal (tax avoidance) maupun illegal (tax evasion)
mengakibatkan risiko yang semakin besar yang akan ditanggung oleh pemilik modal,
pada perusahaan tersebut. Hal tersebut yang akan menimbulkan praktik perataan laba.
Dari penelitian sebelumnya tentang ROA yang dilakukan oleh Aji dan Mita
(2010) bahwa ROA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perataan laba,
serta penelitian Santoso (2012) juga mengatakan bahwa ROA tidak berpengaruh
terhadap perataan laba. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Budiasih (2009) dan
Pada variabel financial leverage penelitian Budiasih (2009) dan Widana &
dilakukan oleh Aji dan Mita (2010), serta Fatmawati dan Djajanti (2015) yang
mengalami default (tidak dapat melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo) karena
kesulitan keuangan. Perusahaan yang mengalami hal seperti ini sangat rentan
tindakan Perataan laba yang disusun dengan judul penelitian: “ANALISIS PRAKTIK
1. Data yang digunakan adalah data keuangan selama 4 tahun, yakni periode 2012
– 2015.
laba.
Assets, Tax Avoidance dan financial leverage terhadap praktik Perataan Laba yang
BAB II
KAJIAN TEORI
kinerja keuangan dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi pengguna laporan
Laporan posisi keuangan, Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif lain,
Laporan perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, Catatan Atas Laporan Keuangan
Arus Kas. Dalam akuntansi berbasis akrual, transaksi ekonomi dan peristiwa
lainnya diakui, dicatat, dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat terjadinya
transaksi tersebut, tanpa memperhatikan waktu kas atau setara kas diterima atau
dibayarkan. Dasar akrual dianggap sebagai ukuran yang lebih baik dibandingkan
dengan dasar arus kas (cash basis) dari aktivitas operasi karena akrual mem-
(dari transaksi tunai) dan non kas (akrual). Unsur akrual meliputi discretionary
menetapkan estimasi seperti, penentuan cadangan kerugian atas piutang tak tertagih
dicatat dengan menggunakan standar akuntansi yang dapat dipilih seperti penetapan
(disclosure) dalam Catatan atas Laporan keuangan dapat memperkecil gap antara
manajemen sebagai penyusun Laporan keuangan dan pihak luar yang menggunakan
Laporan keuangan.
merupakan suatu proses yang disengaja, menurut standar akuntansi keuangan untuk
mengarahkan pelaporan laba pada tingkat tertentu. Yang termasuk dalam kategori
manajemen laba terdiri dari taking a bath, income minimization atau minimalisasi
perataan laba.
Kunci dari teori agensi adalah perbedaan tujuan antara prinsipal dan
dari tahun ke tahun dengan memindahkan pendapatan dari tahun-tahun yang tinggi
dijelaskan bahwa perataan laba sebagai fenomena proses manipulasi profil waktu
dari pendapatan atau laporan laba menjadi kurang bervariasi, sambil sekaligus tidak
upaya manajemen untuk menstabilkan laba, karena informasi laba tersebut dapat
laporan keuangan, hal ini yang mengundang manajemen untuk melakukan hal-hal
yang tidak semestinya untuk mengubah laporan laba rugi demi kepentingan pribadi.
Dari berbagai definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perataan laba
Dalam hal ini perataan laba menunjukkan suatu usaha manajemen perusahaan
untuk mengurangi variasi abnormal laba dalam batas-batas yang diizinkan dalam
ekonomi dan psikologis, yaitu mengurangi total pajak terhutang, memperbaiki citra
perusahaan dimata pihak luar bahwa perusahaan tersebut memiliki risiko yang
stabil pula, meningkatkan kepuasan relasi bisnis (Meiden, Carmel dan Mulyani,
2003).
Berdasarkan jenisnya, ada dua jenis praktik perataan laba yaitu real
telah diterapkan untuk menggeser biaya atau pendapatan dari periode ke periode
lainnya.
management (manajemen laba) memiliki cakupan yang lebih luas daripada income
(Fatmawati dan Djajanti, 2015), indeks eckel akan membedakan perusahaan yang
melakukan praktik perataan laba dengan perusahaan yang tidak melakukan praktik
perataan laba. Hasil dari pengukuran indeks eckel ini akan menunjukan adanya
praktik perataan laba jika besarnya kurang dari satu. Rumus Eckel yang digunakan
dalam perataan laba yaitu koefisien variasi dari perubahan laba bersih setelah pajak
Peringkat perataan laba digunakan sebagai proksi praktik perataan laba yang
dilakukan perusahaan. Tindakan perataan laba diukur dengan skala nominal,1 untuk
perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dan 0 untuk perusahaan yang
tidak melakukan praktik perataan laba.Perataan laba memiliki sifat variabel dummy,
a. Pandangan Negatif
Menurut pandangan ini, praktik perataan laba merupakan tindakan yang tidak
Saputra (2009) menyatakan bahwa perataan laba merupakan bentuk manipulasi dari
laporan keuangan.
b. Pandangan Posistif
Menurut pandangan positif, praktik perataan laba merupakan tindakan yang
untuk memuaskan para pemegang saham melalui pelaporan laba yang stabil
sehingga risiko perusahaan menjadi lebih rendah. Berikut ini peneliti yang
berpandangan demikian antara lain, Wang dan William (1994) dalam Saputra
laba. Gordon (1964) dalam Saputra (2009) menjelaskan bahwa kepuasan para
pemegang saham akan meningkat dengan adanya praktik perataan laba yang stabil.
Dapat disimpulkan dari kedua pandangan diatas, bahwa setiap kegiatan ada
sisi negatif dan positifnya tergantung kebutuhan dan sifatnya jika dilakukan
mengarah pada fraud maka itu menjadi pandangan yang negatif dan bahkan banyak
perataan laba. Menurut Hepworth (1953) dalam Putra dan Suardana (2016)
tindakan perataan laba merupakan tindakan yang logis dan rasional bagi manajer
untuk meratakan laba dengan menggunakan cara atau metode akuntansi tertentu.
Alasan seorang manajer melakukan praktik perataan laba (Syahriana, 2006 dalam
Putra dan Suardana, 2016) adalah aliran laba yang merata dapat meningkatkan
keyakinan para investor karena laba yang stabil akan mendukung kebijaksanaan
suatu aliran laba yang stabil dapat mendukung deviden dengan tingkat yang lebih
tinggi daripada suatu aliran laba yang variabel sehingga memberikan pengaruh
yang menguntungkan bagi nilai saham perusahaan seiring dengan turunnya tingkat
kemampuan untuk melawan hakikat laporan laba yang bersifat siklus dan
adalah rasio yang mencerminkan seberapa besar return yang dihasilkan atas uang
yang ditanamkan dalam bentuk aset. ROA diperoleh dengan cara laba bersih setelah
2004 dalam Kurniasih dan Sari, 2013). Laba yang besar akan menarik investor
menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan.
adalah rasio yang menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang bisa diperoleh
dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Karena itu digunakan angka laba
setelah pajak dan rata-rata kekayaan perusahaan. Dengan demikian rasio ini
operasi tersebut.
menyeluruh;
pada profit margin atau assets turnover, baik masing-masing atau keduanya.
atau keduanya dalam rangka usaha untuk memperbesar Return On Asset (ROA).
untuk operasi);
dengan penjualannya.
internal. Dimana target internal adalah laba dan target penjualan. Apabila hal
tersebut rendah atau menurun dari tahun sebelumnya, maka mendorong manajer
dengan itu manajer melakukan cara yang tidak semestinya seperti memperlonggar
ROA yang positif menunjukan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan
jika ROA negatif menunjukan toal aktiva yang dipergunakan tidak memberikan
keuntungan/rugi.
2.1.7 Tax Avoidance
beban pajak dilakukan dengan cara yang dimungkinkan oleh Undang-Undang Pajak
(Kurniasih dan Sari, 2013). Tax avoidance merupakan bagian dari tax planning
secara hukum pajak tidak dilarang meskipun seringkali mendapat sorotan yang
kurang baik dari kantor pajak karena dianggap memiliki konotasi yang negatif
pajak melalui perencanaan pajak baik secara legal (tax avoidance) maupun ilegal
(tax evasion) disebut dengan agresivitas pajak perusahaan (Putri, 2014). Tax
pajak yang belum diatur dalam peraturan perpajakan yang berlaku dan biasanya
melalui kebijakan yang diambil oleh pimpinan perusahaan. Hal ini ada
mengurangi atau bahkan memanipulasi suatu laporan agar perusahaan tidak perlu
membayar lebih besar untuk beban pajaknya dan investor juga tetap ingin
Istilah tax avoidance biasanya diartikan sebagai suatu skema transaksi yang
ketentuan pajak dari suatu negara. Adapun skema penghindaran pajak yang
avoidance).
adalah defensive tax planning. Tax planning sendiri dapat diartikan bahwa bukan
merupakan sesuatu yang keliru atau terlarang. Namun sebuah skema perencanaan
pajak harus diuji apakah skema tersebut sesuai atau melanggar Undang-undang.
Hanya yang membedakan antara tax avoidance dan tax evasion adalah legalitasnya,
yaitu tax avoidance bersifat legal, sedangkan tax evasion bersifat ilegal. Dalam
di masing-masing negara.
Dapat disimpulkan bahwa yang membedakan suatu skema perencanaan
pajak termasuk kategori tax avoidance atau tax evasion adalah legalitasnya,
sedangkan dari sisi etis, kedua praktik ini sebenarnya bertentangan dengan maksud
dari undang-undang. Untuk mengetahui tax avoidance digunakan cash effective tax
rate (CETR) adalah dengan membagi Cash Tax Paid (pembayaran pajak secara kas
yang terdapat pada Arus Kas Operasi (laporan arus kas) dibagi dengan Pre Tax
Income (Laba sebelum pajak) pada laporan laba rugi perusahaan. Tingkat CETR
tingkat penghindaran pajak (tax avoidance), sebaliknya jika CETR turun atau
(tax avoidance).
membiayai aktiva perusahaan (kurniasih dan Sari, 2013). Semakin besar tingkat
financial leverage maka dana yang didapat dari hutang semakin besar, dimana
semakin besar hutang yang dimiliki maka semakin besar risiko perusahaan terkait
tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih
besar daripada beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang
tersedia bagi pemegang saham (Sartono, 2001 dalam blogspot Revolusi Ibrahim,
dikenal dua macam leverage, yaitu leverage operasi (operating leverage) dan
tujuan agar keuntungan yang diperoleh lebih besar dari pada biaya aset dan sumber
pemegang saham.
bunga yang tinggi yang pada akhirnya akan mengurangi pembayaran deviden.
laba perusahaan dimana pada perusahaan yang memiliki catatan laba yang stabil,
peningkatan dalam hutang lebih bisa ditoleransi dari pada perusahaan yang
memiliki laba yang tidak stabil. Hal ini yang memicu manajer perusahaan untuk
biaya atas pembelian dan lainnya yang menimbulkan komposisi suatu biaya untuk
Financial Leverage yang akan digunakan yaitu Debt to Equity Ratio (DER)
yang merupakan ukuran yang dipakai dalam menganalisis laporan keuangan untuk
semakin besar dibanding dengan total modal sendiri sehingga berdampak semakin
Penelitian yang dilakukan oleh Igan Budiasih (2009) yang berjudul Faktor-
payout ratio, sedangkan variabel dependennya adalah perataan laba. Alat analisis
Penelitian yang dilakukan oleh Dhamar Yudho Aji dan Aria Farah Mita
Penelitian yang dilakukan oleh Yosika Tri Santoso (2012) yang berjudul
dependennya adalah perataan laba. Alat analisis yang digunakan adalah regresi
logistik. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa variabel NPM, financial
leverage dan DER berpengaruh, sedangkan variabel ROA dan company size tidak
berpengaruh terhadap perataan laba. Tetapi secara simultan variabel NPM, ROA,
Company Size, Financial Leverage dan DER berpengaruh terhadap perataan laba,
serta variabel yang berpengaruh paling dominan dalam praktik perataan laba adalah
financial leverage.
Penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati dan Atik Djajanti (2015) yang
adalah perataan laba. Alat analisis yang digunakan adalah regresi logistik biner.
laba.
5. Lucy Tania Yolanda Putri (2014)
Penelitian yang dilakukan oleh Lucy Tania Yolanda Putri (2014) yang
dependennya adalah agresivitas pajak. Alat analisis yang digunakan adalah regresi
digunakan adalah analisis deskriptif, asumsi klasik, dan regresi panel. Hasil
manajemen menurut (Hepworth: 1953 dalam Dewi, 2012) yaitu: sebagai rekayasa
untuk mengurangi laba dan menaikkan biaya pada periode berjalan yang dapat
permintaan kenaikan upah atau gaji oleh karyawan, memiliki dampak psikologis
pada perekonomian.
laba. Dari uraian diatas digambarkan suatu kerangka pemikiran teoritis sebagai
berikut:
14
Gambar 2.1
Perataan Laba
Return on Asset
H1 H1
Praktik Perataan
H2 Tax Avoidance H2
Laba (Indeks
Eckel)
H3 H3
Financial
Leverage
H4
H4: Return on Assets, Tax Avoidance, dan Financial Leverage berpengaruh secara
METODE PENELITIAN
mengetahui pengaruh return on asset, tax avoidance, dan financial leverage terhadap
praktik perataan laba. Jenis penelitian yang digunakan adalah uji hipotesis, dimana
peneliti melakukan uji hipotesis terlebih dahulu mengenai objek penelitian yang akan
Efek Indonesia (BEI) pada periode 2012 – 2015. Namun, peneliti memperkecil unit
manufaktur sektor industri barang konsumsi dan perdagangan serta perusahaan tersebut
harus selalu terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian
akan diteliti secara lebih dalam. Penjelasan disini meliputi definisi, indikator variabel,
jenisnya, yaitu:
37
38
variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas.
Dalam penelitian ini, variabel dependennya adalah perataan laba. Indikator perataan
laba yang digunakan adalah Indeks Eckel (1981). Dengan menggunakan Indeks Eckel
laba dan perusahaan yang kemungkinan tidak melakukan praktik perataan laba.
CV ΔI
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝐸𝑐𝑘𝑒𝑙 =
CVΔS
CV = koefisien variasi dari variabel, yaitu standar deviasi dengan nilai yang
diharapkan
Σ(ΔX−Δx)2
CVΔI atau CVΔS = √ : Δx
n−1
Notasi:
variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel
terikat. Dalam penelitian ini, variabel independen yang akan diteliti adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel
Singka
Variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala
-tan
Diproksikan dengan
ROA, untuk Laba bersih
menunjukkan setelah
Return on kemampuan pajak Laba Bersih Setelah Pajak
ROA Rasio
Asset perusahaan dalam (EAT) Total Aset
menghasilkan laba
pada periode Total Aset
tertentu.
Diproksikan dengan Cash Tax 𝐶𝑎𝑠ℎ 𝑇𝑎𝑥 𝑃𝑎𝑖𝑑
Tax
TA CETR Untuk Paid Nominal
Avoidance 𝑃𝑟𝑒 𝑇𝑎𝑥 𝐼𝑛𝑐𝑜𝑚𝑒
menghitung dengan
40
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari
Sampel merupakan bagian dari sebuah populasi. Penentuan sampel dilakukan dengan
kebutuhan atau kriteria yang telah ditentukan peneliti. Kriteria untuk pemilihan sampel
tersebut adalah:
yang telah ditetapkan diatas maka sampel dalam penelitian ini adalah 34 perusahaan
per tahun sehingga jumlah total untuk seluruh periode pengamatan adalah 136 sampel.
Tabel 3.2
Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder perusahaan publik
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data yang digunakan adalah:
Sumber data yang digunakan ini diperoleh melalui laporan keuangan yang
dipublikasikan oleh BEI yang diunduh melalui situs resmi BEI (www.idx.co.id).
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
oleh BEI, jurnal referensi, dan penelitian terdahulu. Metode ini digunakan untuk
44
memperoleh data yang diperlukan. Dengan data yang terkumpul tersebut dapat
dihitung dan diketahui informasi mengenai tindakan perataan laba (income smoothing).
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
data kuantitatif dengan menggunakan program SPSS versi 23.0 sebagai alat untuk
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat
dari nilai rata-rata (mean), median, modus, standar deviasi, maksimum dan minimum.
data menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah untuk dipahami.
memerlukan uji normalitas atas variabel bebas yang digunakan dalam model, artinya
variabel penjelas tidak harus memiliki distribusi normal, linier, maupun memiliki
varian yang sama dalam setiap grup (Ghozali, 2013). Jadi logistic regression umumnya
variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan variabel dummy
45
(perataan laba). Model statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis (Ghozali,
2013):
p
Ln = b0 + b1 ROA + b2 TA + b3 FL
1−p
Dimana:
Bo = Konstanta
Kesimpulan dari analisis logistik akan ditentukan dari nilai yang muncul dari
program SPSS yang digunakan sebagai alat yang menguji analisis data, pengujian
hipotesis dilakukan dengan mengamati signifikansi nilai (prob. value) dengan tingkat
Langkah pertama menilai overall fit model terhadap data. Beberapa test
statistics diberikan untuk menilai hal ini. Hipotesis untuk menilai model fit (Ghozali,
2013:340) adalah:
46
Dari hipotesis ini jelas bahwa penelitian ini tidak akan menolak hipotesa nol
supaya model fit dengan data. Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi
Merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran pada multiple regession yang
didasarkan pada teknik estimasi likehood dengan nilai maksimum kurang dari satu (1)
koefisien Cox dan Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari nol (0)
sampai satu (1). Ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox dan Snell’s dengan nilai
regression.
Menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model
(tidak ada perubahan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit).
Jika nilai Hosmer and Lemeshow Goodness of fit test statistics sama dengan atau
kurang dari 0.05 ( < 0.05), maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan
signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness fit model tidak
baik karena tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Jika > 0,05 maka hipotesis nol
47
tidak dapat ditolak dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau
dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.
BAB IV
Penelitian ini memiliki objek yang terdiri dari perusahaan manufaktur dan
perusahaan perdagangan yang terdatar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun
2012 sampai dengan tahun 2015. Industri manufaktur dan perdagangan dipilih karena
industri barang konsumsi dan perusahaan perdagangan baik dalam sektor perdagangan
besar barang produksi serta sektor perdagangan eceran yang terdaftar di Bursa Efek
kriteria perusahaan yang menjadi sampel pada penelitian ini sebanyak 30 perusahaan
dalam setiap tahun penelitian sehingga terdapat 120 sampel yang diperoleh dengan
metode purposive sampling. Seleksi sampel dapat dilihat pada Tabel 4.1 sebagai
berikut:
Tabel 4.1
Seleksi Sampel
No Keterangan Jumlah
1 Populasi Awal 93
Perusahaan yang delistingpada periode 2012 sampai
2 (1)
dengan 2015
Perusahaan yang mengalami kerugianpada periode
2 (27)
2012 sampai dengan 2015
35
36
Dalam Tabel 4.2 berikut ini dapat dilihat perusahaan-perusahaan yang menjadi
Tabel 4.2
perusahaan bukan perata laba adalah ≥ 1, sedangkan untuk perusahaan perata laba
variabel laba bersih. Hasil perhitungan Indeks perataan laba (Indeks Eckel) sebagai
berikut:
Tabel 4.3
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa dari 30 perusahaan dengan total
120 sampel, terdapat 52 sampel atau sebesar 43% yang melakukan perataan laba.
Dimana dalam satu perusahaan dengan tahun yang berbeda bisa saja melakukan
Peringkat perataan laba digunakan sebagai proksi praktik perataan laba yang
perusahaan yang melakukan praktik perataan laba dan 0 untuk perusahaan yang tidak
Pyridam Farma (PYFA), perusahaan Tempo Scan Pasific (TSPC), perusahaan Tunas
Adiprana (CSAP), dan perusahaan Sona Topas Tourism Industry (SONA). Jadi ada 9
perusahaan atau sebesar 30% yang melakukan praktik perataan laba selama periode
pengamatan berlangsung.
42
Analisis data penelitian ini menggunakan program SPSS versi 23.0, dan
Microsoft Office Excel 2010. Berikut adalah hasil dari uji statistik deskriptif:
Tabel 4.4
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Return on Asset 120 .01 .43 .1130 .09247
Tax Avoidance 120 .00 1.03 .3152 .15963
Financial Leverage 120 .18 3.71 1.1449 .96686
Perataan Laba 120 0 1 .43 .498
Valid N (listwise) 120
Sumber: Hasil olah data SPSS
0,43dengan standar deviasi sebesar 0,498. Perataan Laba yang paling tinggi sebesar 1,
standar deviasi sebesar 0,9247. ROA maksimum sebesar 0,43 dimiliki oleh PT
Unilever Indonesia Tbk pada tahun 2014 dan ROA minimum sebesar 0,01dimiliki oleh
43
oleh PT Lautan Luas Tbk dan PT Catur Sentosa Adiprana Tbk pada tahun 2015 dan
CETR minimum sebesar 0,00 dimiliki oleh PT Matahari Putra Prima Tbk pada tahun
2013.
sebesar 1,1449 dengan standar deviasi sebesar 0,96686. DER maksimum sebesar
DER minimum sebesar 0,18 dimiliki oleh PT Ace Hardware Indonesia Tbk pada tahun
2012.
Untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh return on asset, tax avoidance dan
financial leverage terhadap praktik perataan laba pengujian hipotesis dalam penelitian
ini menggunakan model regresi logistik biner. Pengujian ini dilakukan pada tingkat
Uji ini dapat digunakan untuk melihat kenormalan dengan identifikasi jika nilai
p-value lebih besar dari alpha, maka asumsi kenormalan dapat diterima. (Purwoto dan
Wahyuni, 2009).
Tabel 4.5
sebesar 0,231, tax avoidance sebesar 0,131 dan financial leverage sebesar 0,202.
Sedangkan nilai signifikansi menunjukkan hasil sebesar 0,000 pada seluruh variabel,
yang berarti bahwa nilai signifikansinya lebih kecil dari α sebesar 0,05. Hal ini berarti
variabel dependen dalam penelitian ini bersifat variable dummy. Berdasarkan hasil
pengolahan data dengan program SPSS 23.0. Pengujian hipotesis ini dimaksudkan
untuk mengetahui apakah return on asset, tax avoidance dan financial leverage
Tabel 4.6
menunjukkan nilai Wald hitung sebesar 5,049 lebih besar dari nilai chi-square tabel
dengan df 1 sebesar 3,841 dan nilai probabilitasnya 0,025 < 0,05. Dari hasil ini berarti
effective tax rate) menunjukkan nilai Wald hitung sebesar 10,750 apabila dibandingkan
dengan nilai chi-square tabel dengan df 1 sebesar 3,841 maka nilai Wald hitung > nilai
46
chi-square tabel (10,750< 3,841) dan nilai probabilitas sebesar 0,001< 0,05. Maka Ho2
bahwa nilai Wald hitung sebesar 10,462 lebih besar dari nilai chi-squaretabel dengan
df 1 sebesar 3,841 dan nilai probabilitasnya 0,001< 0,05. Dari hasil ini berarti Ho3
Dari hasil pengujian ini terdapat variabel yang paling dominan yaitu tax
avoidance dan financial leverage, karena memiliki nilai probabilitas lebih kecil sebesar
0,001 dibandingkan dengan return on asset yang memiliki nilai probabilitas lebih
besar. Semakin kecil nilai probabilitas maka semakin kuat pengaruhnya terhadap
praktik perataan laba. Berdasarkan pengujian ini, dibentuk persamaan garis regresi
sebagai berikut:
Tabel 4.7
Iteration Historya,b,c
Coefficients
Iteration -2 Log likelihood Constant
Step 0 1 164.216 -.267
2 164.216 -.268
47
3 164.216 -.268
a. Constant is included in the model.
b. Initial -2 Log Likelihood: 164.216
c. Estimation terminated at iteration number 3 because
parameter estimates changed by less than .001.
Sumber: Hasil olah data SPSS
Tabel 4.8
Iteration Historya,b,c,d
-2 Log Coefficients
Iteration likelihood Constant ROA CETR DER
Step 1 1 135.755 -.302 -4.495 4.076
-.648
2 133.708 -.143 -7.126 5.077
-.882
3 133.619 -.054 -7.978 5.235
-.942
4 133.619 -.048 -8.032 5.242
-.946
5 133.619 -.048 -8.032 5.242
-.946
a. Method: Enter
b. Constant is included in the model.
c. Initial -2 Log Likelihood: 164.216
d. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter
estimates changed by less than .001.
Sumber: Hasil olah data SPSS
Berdasarkan tabel di atas, terdapat dua nilai -2 log likelihood yaitu pada block
number= 0 dan block number= 1. Angka -2 log likelihood pada block number= 0 adalah
sebesar 164,216 sedangkan pada block number= 1 adalah sebesar 133,619. Dengan
demikian terjadi penurunan dari 164,216 menjadi 133,619. Penurunan yang terjadi
adalah sebesar 30,597. Penurunan angka -2 log likelihood ini menunjukkan model
regresi logistik yang baik (Ghozali, 2013), sehingga penelitian ini fit atau sesuai dengan
data.
48
Tabel 4.9
Model Summary
-2 Log Cox & Snell R Nagelkerke R
Step likelihood Square Square
1 133.619a .225 .302
a. Estimation terminated at iteration number 5 because
parameter estimates changed by less than .001.
Sumber: Hasil olah data SPSS
Cox & Snell R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R
Square pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood
dengan nilai maksimum kurang dari 1 sehingga sulit untuk diinterpretasikan. Oleh
karena itu, Nagelkerke R Square yang merupakan modifikasi dari Cox & Snell untuk
memastikan bahwa nilainya bervariasi dari nol (0) sampai satu (1). Dapat dilihat dari
Tabel 4.8, nilai Cox & Snell R Square sebesar 0,225 dan nilai Nagelkerke R Square
sebesar 0,302 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh
Tabel 4.10
and Lemeshow’s Goodness of Fit Test sebesar 6,019 dengan probabilitas atau nilai
signifikansi sebesar 0,645 lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan
Ho diterima, yang artinya tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang
diprediksi dengan klasifikasi yang diamati dan model regresi logistik ini mampu
Tabel 4.11
Uji Simultan
Uji simultan (Omnibus Tests) ini bertujuan untuk mengetahui apakah return on
perataan laba. Hasil pengujian omnibus test (pengujian simultan), dapat dilihat dari 2
cara yaitu dengan nilai chi-square hitung dengan df 3 nilai chi-square sebesar 30,597
lebih besar dari chi-square tabel sebesar 7,815 dan dengan melihat nilai tingkat
signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka dari kedua uji tersebut dapat
dikatakan Ho ditolak. Artinya, variabel return on asset, tax avoidance dan financial
50
smoothing).
perataan laba dan memiliki koefisien yang positif. ROA termasuk dalam rasio
pengembalian yang dihasilkan atas setiap rupiah uang yang ditanamkan dalam bentuk
aset (Murhadi, 2013). Maka dapat dinyatakan bahwa semakin tinggi profitabilitas yang
dimiliki oleh perusahaan maka manajemen mudah untuk mengatur labanya atau
melakukan perataan laba dan manajemen terlihat memiliki kinerja baik apabila dinilai
dari tingkat laba yang mampu dihasilkan (Fatmawati dan Djajanti, 2015).
Hubungan yang terjadi antara return on asset dengan perataan laba yaitu
manajer melakukan manipulasi laba agar dapat memenuhi target internal. Target
internal yang dimaksud yaitu laba dan target penjualan. Apabila hal tersebut rendah
atau menurun dari tahun sebelumnya, akan mendorong manajer melakukan manipulasi
laba agar perusahaannya memenuhi target internal maka manajer melakukan cara yang
tidak semestinya seperti memperlonggar standar kredit, membuat penjualan fiktif, dan
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Budiasih (2009) dan Fatmawati dan
Tetapi penelitian ini bertentangan dengan penelitian Aji dan Mita (2010) bahwa
ROA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perataan laba. Hal tersebut
disebabkan bahwa, penelitian dari Aji dan Mita yang menggunakan model jones
perataan laba sedangkan penelitian ini menggunakan model indeks eckel. Penelitian
Santoso (2012) juga mengatakan bahwa ROA tidak berpengaruh terhadap perataan
laba.
Variabel tax avoidance yang diproksikan oleh cash effective tax rate (CETR)
memiliki pengaruh yang signifikan dan memiliki nilai koefisien positif. Menurut
Oktagiani (2015) mengatakan bahwa tax avoidance merupakan bagian dari tax
avoidance secara hukum pajak tidak dilarang meskipun seringkali mendapat sorotan
yang kurang baik dari kantor pajak karena dianggap memiliki konotasi yang negatif.
Hubungan yang terjadi diantara variabel ini yaitu adanya persamaan untuk
mengurangi atau meminimalkan pajak dan laba yang diperoleh dari kegiatan operasi
perusahaan, jika pajaknya terlalu besar atau labanya terlalu kecil para investor tidak
akan memanfaatkan situasi ini untuk memanfaatkan aktiva pajak tangguhan untuk
menutupi tagihan pajak tahun berikutnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa meningkatnya
CETR, maka berkurang penghindaran pajak dan sebaliknya jika menurun CETR, maka
Penelitian ini hampir serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri (2014)
meneliti tentang pengaruh manajemen laba terhadap agresivitas pajak perusahaan yang
diukur agresivitas pajak dengan ETR, sedangkan manajemen laba yang diukur dengan
discretionary accrual. Dari hasil analisis data statistik melalui SPSS dapat dilihat
pengujian hipotesis bahwa variabel manajemen laba yang berpengaruh positif namun
agresivitas pajak perusahaan. Hal ini memberikan bukti bahwa selama periode
sebagai upaya penghindaran pajak, dimana semakin besar income decreasing yang
dilakukan maka perusahaan tersebut juga terindikasi berperilaku agresif terhadap pajak
perusahaan.
arah positif. Nilai p-value dari cash effective tax rate yang berada di bawah tingkat
memiliki pengaruh yang signifikan dan memiliki nilai koefisien yang positif. DER
menunjukkan perbandingan antara hutang dan ekuitas perusahaan, semakin tinggi DER
Hal yang akan menimbulkan praktik perataan laba yaitu apabila perusahaan
memiliki hutang yang besar mengakibatkan risiko yang semakin besar yang akan
ditanggung oleh pemilik modal, sehingga dapat menyebabkan turunnya minat investor
Penelitian ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Aji dan Mita
(2010), serta Fatmawati dan Djajanti (2015) yang menyatakan bahwa financial
dapat melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo) karena kesulitan keuangan.
Perusahaan yang mengalami hal seperti ini sangat rentan melakukan praktik perataan
laba.
Berbeda dengan penelitian Budiasih (2009) dan Widana & Yasa (2013) yang
terhadap perataan laba. Hal tersebut berarti bahwa pada penelitian yang dilakukan
Budiasih, rata-rata perusahaan sampel memiliki tingkat hutang yang rendah atau
dengan kata lain perusahaan tidak bergantung pada hutang dalam membiayai aktiva
perusahaannya.