SKRIPSI
Oleh :
Angela Runtuboy
2015 67 033
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 5
2.1.1 Konsep Good Corporate Governance 5
2.1.2 Akuntabilitas 7
2.1.3 Transparansi 8
2.1.4 Pengawasan 9
2.1.5 Anggaran Kinerja 9
2.1.6 Konsep Value for Money 10
2.1.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu 12
2.1.8 Kerangka Pemikiran dan Pembangunan Hipotesis 16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 19
3.2 Rancangan Penelitian 19
3.3 Metode Pengumpulan Data 19
3.4 Jenis dan Sumber Data 20
3.5 Populasi dan Sampel 20
3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 21
3.6.1 Variabel Independen 21
3.6.2 Variabel Dependen 22
3.7 Analisis Data 23
ii
3.7.1 Uji Kualitas data 23
3.7.2 Uji Asumsi Klasik 24
3.7.3 Uji Regresi Linear Berganda 25
3.7.4 Uji Hipotesis 26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data 27
4.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian 28
4.2.1 Hasil Uji Validasi 28
4.2.2 Hasil Uji Reliabilitas 32
4.3 Analisis Data 33
4.3.1 Hasil Uji Statistik Deskritif 33
4.3.2 Hasil Uji Asumsi Klasik 34
4.3.2.1 Hasil Uji Normalitas 35
4.3.2.2 Hasil Uji Multikolinearitas 36
4.3.2.3 Hasil Uji Heterokedastisitas 37
4.4 Hasil Uji Regresi Linear Berganda 38
4.5 Hasil Uji Hipotesis 40
4.5.1 Hasil Uji F 40
4.5.2 Hasil Uji t 40
4.5.3 Hasil Uji Koefisien Determinasi 42
4.6 Pembahasan 42
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan 47
5..2 Keterbatasan Penelitian 48
5.2 Saran
48
DAFTAR PUSTAKA 50
LAMPIRAN 52
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu 12
4.1 Penyebaran Kuesioner 27
4.2 Karakteristik Responden 27
4.3 Hasil Uji Validitas Variabel Akuntabilitas 29
4.4 Hasil Uji Validitas Variabel Transparansi 30
4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Pengawasan 31
4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Anggaran Berkonsep Value for
Money 32
4.7 Hasil Uji Reliabilitas 33
4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif 33
4.9 Hasil Normalitas
36
4.10 Hasil Multikolinearitas
37
4.11 Hasil Heteroskedastisitas
38
4.12 Hasil Uji Regresi Linear Berganda 39
4.13 Hasil Uji F
40
4.14 Hasil Uji t
41
4.15 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
42
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 17
4.1 Grafik P-Plot 35
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akuntansi sektor publik adalah sistem akuntansi yang dipakai oleh lembaga-
lembaga publik sebagai salah satu pertanggung jawaban kepada publik. Badan
public menerima permintaan dari masyarakat untuk mengelola secara
bertanggungjawab, transparan dan akuntabel.
1
moneter juga dapat digunakan sebagai kontrol. Agar fungsi perencanaan dan
pengawasan dapat berjalan dengan efektif, maka sistem penganggaran dan pencatatan
penerimaan dan pengeluaran harus dilaksanakan secara cermat dan sistematis.
Capaian kinerja Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Papua barat diharapkan
dapat dipertahankan bahkan Lebih ditingkatkan lagi pada masa mendatang, baik
melalui perbaikan pelaksanaan tugas maupun melalui penyempurnaan rencana kerja
Dinas.
Kinerja pengelola anggaran yang baik tidak terlepas dari pengawasan atasan.
Pemantauan anggaran diperlukan untuk memastikan bahwa penggunaan anggaran
yang ditetapkan efektif, efisien, dan layak secara ekonomi.
2
Value for Money adalah konsep dalam pengukuran kinerja. Value for
Money yaitu adalah kinerja sebuah sektor publik yang memberikan informasi apakah
anggaran (dana) yang dibelanjakan yang dikeluarkan menciptakan nilai tertentu bagi
masyarakatnya. Indikator-indikator tersebut adalah ekonomi, efisien, dan efektif.
Menurut Karacan dan Yazei (2015), ekonomi dan efisien merupakan indikator
konsep value for money yang digunakan sebagai dasar dalam penerapan anggaran
berbasis kinerja. Fokus utama pengelolaan keuangan publik terdapat pada
pencapaian kinerja anggaran berbasis value for money. Aspek pendukung kualitas
kinerja yang baik pada pelaksanaan mekanisme akuntabilitas dalam proses
penganggaran adalah partisipasi dan pengawasan baik secara internal maupun
eksternal menjadi (Husaini and Lisnawati, 2013).
3
OPD harus mampu memecahkan beberapa masalah yang mengarah pada
praktik penganggaran non value for money. Value for money perlu dijalankan dalam
pengelolaan keuangan daerah karena dalam konteks otonomi daerah, value for money
merupakan jembatan untuk membimbing pemerintah daerah dalam mewujudkan
pemerintahan yang baik, yaitu pemerintahan daerah yang transparan, akuntabel,
ekonomis, efektif dan efisien.
4
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengaruh akuntabilitas terhadap kinerja anggaran berkonsep Value
for Money pada Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Papua Barat,
2. Mengetahui pengaruh transparansi terhadap kinerja anggaran berkonsep Value
for Money pada Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Papua Barat, dan
3. Mengetahui pengaruh pengawasan terhadap kinerja anggaran berkonsep Value
for Money pada Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Papua Barat.
2. Manfaat teoritis
a. Sebagai sarana Untuk memperluas informasi ilmiah dan mengembangkan
pemanfaatan ilmu pengetahuan pada tingkat hipotetis dan terapan; dan
b. Menjadi tolak ukur bagi individu yang berkepentingan untuk menilai dampak
akuntabilitas, transparansi, dan pengawasan terhadap pengelolaan anggaran
pemerintah daerah.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
pelayanannya harus dilaksanakan sesuai dengan atau sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Hukum dan peraturan harus dapat
melindungi hak azasi manusia, khususnya hak-hak kelompok minoritas.
3. Asas Transparansi
Asas transparansi berarti bahwa semua penyelenggara pemerintahan harus
terbuka kepada masyarakat umum, baik dalam pengambilan keputusan
dan perumusan kebijakan maupun dalam pelaksanaan dan
pengawasannya, terutama setiap orang yang berkaitan dengan suatu
keputusan perlu memiliki akses untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan.
4. Asas Responsivitas
Asas responsivitas berarti bahwa aparatur pemerintah harus cepat
bertindak atau merespon harapan, tuntutan, keluhan, dan penderitaan
masyarakat yang dinyatakan secara langsung atau tidak langsung.
5. Asas Orientasi Konsensus
Asas orientasi konsensus merupakan kelengkapan dari prinsip partisipasi
yaitu pengambilan keputusan secara musyawarah untuk mufakat dengan
melibatkan sebanyak mungkin anggota serta memperhatikan kepentingan
semua unsur atau stakeholders.
6. Asas Keadilan dan Kewajaran
Asas keadilan dan kewajaran berarti distribusi tugas dan kewenangan,
kewajiban dan hak harus dilakukan secara adil (equity) dan wajar (fair)
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.
Setiap anggota harus dapat merasakan diperlakukan sama dengan yang
lain, memperoleh imbalan proporsional terhadap kontribusinya, serta
memperoleh kesempatan untuk berkembang dan meningkatkan
kesejahteraannya.
7. Asas Efisiensi dan Efektivitas
Asas efisiensi dan efektivitas berarti bahwa dalam setiap pelaksanaan
tugas harus mengupayakan penggunaan sehemat mungkin sumber-sumber
yang terbatas dan mencapai hasil seoptimal mungkin, sasaran atau tujuan
organisasi. Penggunaan sumber-sumber harus tetap mengacu pada
kelestarian lingkungan.
8. Asas Akuntabilitas
7
Asas akuntabilitas artinya bahwa semua pelaksanaan tugas, penggunaan
sumber daya dan wewenang harus dapat dipertanggungjawabkan,
transparan dan terbuka untuk audit atau inspeksi pemangku kepentingan
atau independen.
9. Asas Visi Strategis
Asas visi strategis artinya perlu menyiapkan strategi untuk
mengimplementasikan setiap tugas dan relevan dengan visi dan misi
organisasi.
2.1.2 Akuntabilitas
Pada umumnya, dalam semua rencana pengeluaran, dewan umumnya
memasukkan tanggung jawab publik atau akuntabilitas publik. Hal ini tercermin
dalam makna tanggung jawab atau akuntabilitas yang mendasar untuk efisiensi dan
efektivitas. Relevansi tanggung jawab atau akuntabilitas dalam pengelolaan
anggaran ditunjukkan dengan tingkat kepatuhan terhadap prosedur hukum untuk
membentuk keputusan administrasi publik yang harus dipatuhi pejabat publik dan
otoritas publik. Akuntabilitas mencakup adanya mekanisme untuk meyakinkan
politisi dan pejabat pemerintah atas tindakan mereka dalam penggunaan sumber daya
publik dan kinerja perilaku mereka. Akuntabilitas juga terkait erat dengan tanggung
jawab atas kelangsungan latihan dalam mencapai tujuan atau sasaran strategi atau
program.
Akuntabilitas adalah tindakan mengambil tanggung jawab untuk mencapai
tujuan secara teratur dalam pelaksanaan kebijakan untuk pengelolaan potensi sumber
daya yang dipercayakan kepada suatu organisasi. (PP No. 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintah).
Dengan demikian, tanggung jawab mencakup komitmen untuk
mempresentasikan dan melaporkan setiap kegiatan dan latihan yang dihasilkan di
bidang administrasi moneter kepada atasan/pimpinan. Untuk situasi ini, istilah
kewajiban dilihat menurut perspektif aktivitas pengendalian dalam mencapai tujuan.
Dalam dunia birokrasi, tanggung jawab atau akuntabilitas suatu instansi
pemerintah merupakan ekspresi dari kewajiban suatu instansi pemerintah terhadap
berhasil atau lalai menjalankan misi kantor yang bersangkutan.
8
Dapat disimpulkan dengan sangat baik bahwa tanggung jawab atau akuntabilitas
adalah upaya untuk menjelaskan semua kegiatan dan hasil kinerja suatu entitas
kepada para pemangku kepentingannya.
2.1.3 Transparansi
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang SAP, “Transparansi berarti
wujud pemberian informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat luas
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengakses secara
terbuka dan menyeluruh atas pertangggungjawaban pemerintah berupa laporan tanpa
ada yang dirahasiakan dari publik dalam setiap proses pengelolaan keuangan yang
dapat dipercayakan kepada organisasi dan ketaatannya pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku”.
Istilah transparansi yang dapat dipahami sebagai ketersediaan informasi yang
lengkap, akurat dan tepat waktu tentang kebijakan publik dan perumusannya (Haris,
2007).
Menurut Mardiasmo (2002:6), “transparansi yaitu keterbukaan pemerintah
dalam membuat kebijakan-kebijakan keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan
diawasi oleh DPRD dan masyarakat”.
Asas transparansi menurut Werimon dkk (2007) meliputi dua aspek, yaitu:
komunikasi publik dengan hak akses publik atas informasi. Pemerintah harus mampu
menjalin komunikasi yang mendalam dengan masyarakat tentang berbagai isu yang
terkait dengan pembangunan masyarakat. Publik berhak mengetahui apa yang
dilakukan pemerintah dalam menjalankan fungsinya. Werimon (2007) mengatakan
kerangka konseptual untuk meningkatkan transparansi organisasi sektor publik
membutuhkan empat hal khususnya:
1. adanya sistem pelaporan keuangan;
2. keberadaan sistem pengukuran kinerja;
3. melakukan audit sektor publik; dan
4. beroperasinya saluran akuntabilitas publik (channel of accountability).
2.1.4 Pengawasan
Pengawasan (controlling) adalah siklus pemeriksaan dengan menilai
kegiatan untuk menjamin bahwa suatu kegiatan dilakukan yang mendorong
pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, membuat langkah yang
bermanfaat terhadap kegiatan yang menyimpang atau kurang tepat dengan tujuan
yang diajukan untuk mencapai tujuan (Sukirno, 2004).
Secara umum, pengawasan mencakup semua kegiatan dan tindakan untuk
memastikan bahwa pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai dengan rencana, aturan, dan
tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan adalah pelaksanaan optimal dari
perencanaan dan pelaksanaan, serta pengelolaan seluruh proses kegiatan pemeriksaan
yang ditujukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.
Pada dasarnya pengawasan bermaksud untuk melihat apa yang sebenarnya
terjadi dan membedakannya dengan apa yang seharusnya terjadi. Dengan asumsi
hambatan atau penyimpangan ditemukan, diharapkan dapat segera mengidentifikasi
penyimpangan atau hambatan tersebut dan mengambil tindakan korektif. Tindakan
korektif ini diharapkan tetap dapat mencapai pelaksanaan kegiatan yang terkena
dampak secara optimal (Pratuvaliandry, 2004:19).
10
2.1.5 Anggaran Kinerja
Penataan dalam perencanaan penting karena perencanaan adalah tindakan
yang membagi-bagikan aset moneter terbatas untuk membiayai pengeluaran
pemerintah, yang seringkali tidak terbatas. Kerangka perencanaan yang berbeda telah
dibuat untuk memenuhi berbagai kebutuhan, termasuk administrasi moneter,
pengaturan dewan, prioritas subsidi, dan tanggung jawab publik.
Menurut Nordiawan (2006:48), “anggaran dapat dikatakan sebagai
pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu
tertentu dalam ukuran finansial.” Dengan demikian, pengertian anggaran secara kasar
adalah pernyataan tentang hasil yang dinilai yang akan dicapai dalam periode tertentu
dan dikomunikasikan dengan ukuran moneter.
Perubahan moneter daerah melibatkan perubahan pendanaan pemerintah
daerah, termasuk perubahan pendapatan. Perubahan bea juga akan berdampak secara
langsung mempengaruhi kebutuhan keuangan daerah. Perubahan rencana
pengeluaran bukan hanya perubahan mendasar dalam APDB, tetapi di sisi lain diikuti
oleh perubahan dalam proses kesiapan rencana keuangan. Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di era otonomi daerah dibuat dengan
metodologi yang efektif.
Pelaksanaan kerangka rencana keuangan yang diselesaikan selama kesiapan
konstruksi hierarki otoritas publik harus sesuai dengan program otoritas otoritas
publik. Tindakan ini juga mencakup bukti yang dapat dikenali dari unit kerja yang
bertanggung jawab untuk pelaksanaan program, serta ID petunjuk pelaksanaan yang
bertindak sebagai tolok ukur untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Rencana pengeluaran untuk keperluan penyelenggaraan kegiatan umum
dikomunikasikan dalam satuan uang dan juga dapat digunakan sarana pengelolaan.
Agar persiapan dan kemampuan pemeriksaan berjalan dengan sukses, maka
penganggaran dan pengeluaran harus dilakukan secara cermat dan sistematis.
Perencanaan dengan pendekatan berbasis kinerja menggaris bawahi gagasan
nilai yang signifikan untuk uang tunai atau memeriksa hasil eksekusi. Pendekatan ini
juga menjunjung tinggi instrumen untuk mengenali dan fokus pada target serta cara
yang efisien dan masuk akal untuk menangani arah independen. Untuk memenuhi
komponen ini, perencanaan berbasis eksekusi dilengkapi dengan metode perencanaan
ilmiah.
11
Dalam perencanaan berbasis kinerja, asosiasi atau unit otoritas harus
mengantisipasi pelaksanaan yang konsisten, serta perencanaan berdasarkan
kemampuan, proyek, kegiatan, dan kategori pengeluaran, namun juga merencanakan
pelaksanaannya secara berkelanjutan. Kinerja menggabungkan antara lain,
konsekuensi dari tugas yang diselesaikan dan efek samping dari program yang telah
ditentukan sebelumnya.
Value for Money adalah pusat dari pengukuran kinerja dalam organisasi
pemerintah. input, output, dan hasil merupakan penilaian pelaksanaan pemerintah
yang harus dilihat secara bersama-sama. 3E atau ekonomi, efisiensi dan efektivitas
program dan kegiatan adalah titik fokus utama dalam menciptakan indikator kinerja.
Ekonomis berarti menemukan dan mengeluarkan aset secara produktif dan hati-hati
untuk mencapai hasil yang paling ekstrem, sedangkan efisiensi menyiratkan
pencapaian tujuan dan target secara efektif..
Value for Money adalah gagasan untuk mengawasi asosiasi area publik
dengan mempertimbangkan 3 faktor utama, yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas
(Mardiasmo, 2002:4), di mana implikasi dari ketiga gagasan tersebut adalah:
1. Ekonomi, dapatkan kontribusi kualitas yang konsisten dengan biaya paling
rendah. Masalah keuangan menyinggung sejauh mana asosiasi area publik
dapat membatasi pemanfaatan aset dengan menghindari pengeluaran yang tidak
efisien dan boros;
2. Efisiensi, untuk mencapai hasil yang paling ekstrim pada informasi tertentu,
atau menggunakan kontribusi paling sedikit untuk mencapai hasil tertentu.
Kemahiran adalah proporsi perbandingan hasil/masukan dengan pedoman atau
tujuan pameran yang ditetapkan; dan
3. Efektivitas, sejauh mana hasil yang diatur telah dicapai untuk tujuan yang
dinyatakan, kelangsungan hidup pada dasarnya adalah korelasi hasil dengan
hasil.
12
2.1.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
13
Jayapura) di Kota akan semakin
Jayapura. tinggi. Sedangkan
Kabupaten transparansi
Jayapura. mempengaruhi
Jumlah sampel kinerja anggaran:
dalam penelitian pendekatan value
ini kurang lebih for money, artinya
100 orang semakin tinggi
tingkat
transparansi maka
kinerja anggaran
semakin tinggi.
Pengawasan
mempengaruhi
kinerja anggaran
berdasarkan value
for money.
Artinya dengan
peningkatan
pengawasan maka
kinerja anggaran
juga akan
meningkat
14
mengumpulkan, kualitas penerapan
menyajikan, dan prinsip-prinsip
membandingkan Good Corporate
data untuk Governance
mendapatkan bagi karyawan
gambaran yang untuk dapat
jelas tentang apa mencapai tujuan
yang Anda perusahaan
selidiki dan
untuk menarik
kesimpulan
yang dapat
berdampak
signifikan pada
kinerja
keuangan
perusahaan
Anda, Anda
bisa
mendapatkan
gambaran
tentang apa
yang dilakukan
perusahaan
Anda.
15
4 Nadia Garini Pengaruh Metode analisis Hasil survei
(2011) Transparansi dan yang menunjukkan
Fakultas Akuntabilitas digunakan bahwa
Ekonomi terhadap Kinerja adalah transparansi dan
Jurusan Instansi Pemerintah metode akuntabilitas
Akuntansi pada Dinas Kota deskriptif dan berjalan
UNIKOM Bandung verifikatif bersamaan.
Bandung Tentang kinerja
dinas Kota
Bandung.
transparansi
Bertanggung
jawab pada saat
yang sama 67,2%
kontribusi atau
dampak Kinerja
Dinas Kota
Bandung.
Transparansi dapat
berdampak
signifikan pada
kinerja Pelayanan
Kota Bandung
Menjamin
Transparansi
Kontribusi atau
dampak 3,2%
Kinerja Dinas
Kota Bandung.
Setelah itu
Akuntabilitas
memiliki dampak
besar pada kinerja
16
Pelayanan di Kota
Bandung,
Akuntabilitas
memberikan
kontribusi atau
dampak sebesar
33,0% terhadap
kinerja Pelayanan
di Kota Bandung
17
2.1.9 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang telah diketahui dalam suatu masalah
terhubungkan secara pasti. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis
antara variabel-variabel penelitian yaitu variabel bebas/independen dan variabel
terikat/dependen. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
variabel independen (X), yaitu akuntabilitas, transparansi, dan pengawasan,
sedangkan variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah kinerja anggaran
berkonsep Value for Money. Kerangka konsep penelitian ini adalah pengaruh
akuntabilitas, transparansi, dan pengawasan terhadap kinerja Anggaran berkonsep
Value for Money. Kerangka konseptual dalam penelitian ini ditunjukkan pada gambar
2.1. berikut.
Akuntabilitas (X1)
Pengawasan (X3)
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
18
yang dilakukan oleh Fernandes (2015) menujukkan bahwa tanggung jawab atau
akuntabilitas pada dasarnya mempengaruhi kinerja anggaran berkonsep value for
money. Pada umumnya, semua anggaran selalu berkaitan dengan tanggung jawab
atau akuntabilitas publik. Pengelolaan keuangan membutuhkan tanggung jawab atau
akuntabilitas di mana ada peningkatan minat untuk pelaksanaan tanggung atau
akuntabilitas publik baik oleh organisasi sektor publik pusat maupun daerah
(Mahmud.F.A, 2013) terlepas dari permintaan untuk tanggung jawab atau
akuntabilitas area publik terkait dengan persyaratan untuk transparansi dan
memberikan data kepada publik untuk memenuhi hak publik dalam halnya
pengelolaan anggaran. Dari uraian akuntabilitas terhadap kinerja anggaran berkonsep
value for money, maka diajukan hipotesis pertama sebagai beriku:
H1: Akuntabilitas berpengaruh terhadap kinerja anggaran berkonsep Value for
Money pada Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Papua Barat
19
3. Pengaruh Pengawasan terhadap Kinerja Anggaran Berkonsep Value for
Money
Pengawasan atau monitoring pada dasarnya adalah mengamati apa yang
sebenarnya terjadi dan membandingkannya dengan apa yang seharusnya terjadi.
Apabila ditemukan penyimpangan atau kendala dalam penganggaran, diharapkan
dapat segera mengidentifikasi penyimpangan atau kendala tersebut sehingga dapat
dilakukan tindakan korektif. Dengan adanya tindakan koreksi ini, maka diharapkan
pelaksanaan kegiatan yang bersangkutan dapat tercapai secara maksimal. Hal ini
didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Anugriani (2014), yang
menunjukkan bahwa pengawasan atau monitoring berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. Dari uraian pengawasan
terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money, maka diajukan hipotesis ketiga
sebagai berikut:
H3: Pengawasan berpengaruh terhadap kinerja anggaran berkonsep Value for
Money pada Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Papua Barat
20
BAB III
METODE PENELITIAN
21
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data persepsi responden tentang
akuntabilitas, transparansi, pengawasan dan kinerja anggaran berkonsep value for
money.
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi meliputi pengumpulan data dengan mempelajari benda-
benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, maupun literatur (Arikunto,
2002). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang referensi terkait
variabel yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain akuntabilitas,
transparansi, pengawasan serta kinerja anggaran yang berbasis value for money.
24
3.6.2 Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kinerja
Angggaran berkonsep Value for Money yang diwakili oleh (Y). Kinerja Anggaran
berkonsep Value for Money adalah pusat dari kinerja pemerintah dalam pengelolaan
anggaran. Pengukuran variabel kinerja Anggaran berkonsep Value for Money
menggunakan kuesioner dengan skala yang digunakan adalah skala sikap Likert dan
skala ukur Interval. Setiap elemen dari setiap variabel menjadi dasar untuk membuat
kuesioner yang jawabannya dievaluasi sebagai berikut:
6. Sangat Tidak Setuju (STS) = diberi skor 1
7. Tidak Setuju (TS) = diberi skor 2
8. Netral (N) = diberi skor 3
9. Setuju (S) = diberi skor 4
10. Sangat Setuju (SS) = diberi skor 5
25
apakah alat ukur tersebut akan mendapatkan pengukuran yang tetap
konsisten jika pengukuran diulang kembali.
2. Uji Multikolinearitas
Menurut Priyatno (2012:151), multikolinearitas adalah kondisi dimana
model regresi menemukan adanya hubungan yang ideal atau mendekati
sempurna antara variabel-variabel independen. Uji multikolinearitas
diharapkan dapat memutuskan apakah ada hubungan linear antara variabel
independen dalam model regresi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinearitis maka dilakukan dengan melihat nilai tolerance value dan
variance inflantion factor (VIF). Nilai tolerance value mengukur perubahan
variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel
independen lainya. Oleh karena itu, nilai tolerance yang rendah sama dengan
nilai VIF tinggi karena VIF = 1/tolerance value. Nilai yang biasa digunakan
untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance value
26
<0,10 atau sama dengan nilai VIF >10 maka tidak terjadi multikolinearitas
amtara variabel independennya (Ghozali, 2013).
3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah suatu kondisi dimana terjadi disparitas
perubahan dari nilai sisa yang dimulai dari satu persepsi kemudian ke persepsi
berikutnya. Model regresi yang layak adalah tidak terjadinya
heteroskedastisitas (Priyatno, 2012:158). Model regresi yang layak adalah
yang homokedatisitas atau tidak terjadi homokedatisitas. Jaminan ada atau
tidak adanya heteroskedastisitas harus dilakukan dengan uji Glejser. Pada uji
Glejser, diketahui terdapat tanda terjadi heteroskedastisitas jika variabel
independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen. Jika
probabilitas signifikan diatas tingkat kepercayaan 5% maka model regresi
tidak mengundung adanya heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).
Keterangan:
Y = Kinerja Anggaran berkonsep Value for Money
a = Konstanta
27
X1 = Akuntabilitas
X2 = Transparansi
X3 = Pengawasan
b1,b2, b3 = Koefisien Regresi
e = Standar Error (5%)
2. Uji t
28
variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai
yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua data yang diharapkan untuk memprediksi variasi variabel dependen
(Ghozali, 2011).
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1
Penyebaran Kuesioner
Tabel 4.2
Karakteristik Responden
Frekuensi Persentase
Keterangan
55 100%
Jenis Laki-Laki 32 58%
kelamin Perempuan 23 42%
Usia 20-30 Tahun 1 2%
31-40 Tahun 32 58%
41-50 Tahun 17 31%
51-60 Tahun 5 9%
Pendidikan SLTA 16 29%
Terakhir Diploma 3 1 2%
S1 35 64%
30
S2 3 5%
Pada tabel 4.2 menunjukkan karakteristik responden dari 55 kuesioner yang
digunakan dalam pengolahan data, di mana pegawai berjenis kelamin laki-laki lebih
dominan (58%) daripada pegawai yang berjenis kelamin perempuan. Para pegawai
terdiri dari berbagai tingkatan usia, dimana rentang usia 31-40 tahun lebih dominan
(58%), sedangkan untuk pendidikan terakhir pegawai di Dinas Koperasi dan UKM
Provinsi Papua Barat dominan (64%) memiliki pendidikan akhir Strata Satu (S1).
31
berarti semua indikator pada kuesioner tersebut dinyatakan valid. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini:
Tabel 4.3
Hasil Uji Validitas Variabel Akuntabilitas
Item / pernyatan
r - hitung r - tabel Keterangan
ke
X1.1 0,488 0,266 Valid
X1.2 0,893 0,266 Valid
X1.3 0,813 0,266 Valid
X1.4 0,893 0,266 Valid
X1.5 0,509 0,266 Valid
X1.6 0,813 0,266 Valid
X1.7 0,736 0,266 Valid
X1.8 0,646 0,266 Valid
X1.9 0,680 0,266 Valid
Sumber : Data Diolah, 2022
Pada outuput hasil nilai korelasi dapat dilihat pada kolom nilai korelasi
diketahui korelasi X1.1 dengan skor 0,488. Lihat juga pada korelasi X1.2, X1.3 dan
seterusnya hingga X1.9 semuanya menunjukkan nilai korelasi di atas nilai r tabel
0,266, maka dapat disimpulkan bahwa semua konstruk pertanyaan dari variabel
akuntabilitas dinyatakan valid.
Pada uji validitas yang dilakukan pada variabel transparansi (X2) yang dapat
dilihat pada kolom korelasi, diketahui bahwa semua nilai r-hitung lebih besar dari r-
tabel, yang berarti semua indikator pada kuesioner tersebut dinyatakan valid. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini:
32
Tabel 4.4
Item / pernyatan
r - hitung r - tabel Keterangan
ke
X2.1 0,874 0,266 Valid
X2.2 0,625 0,266 Valid
X2.3 0,688 0,266 Valid
X2.4 0,625 0,266 Valid
X2.5 0,688 0,266 Valid
X2.6 0,814 0,266 Valid
X2.7 0,440 0,266 Valid
X2.8 0,874 0,266 Valid
X2.9 0,814 0,266 Valid
Sumber : Data Diolah, 2022
Pada outuput hasil nilai korelasi dapat dilihat pada kolom nilai korelasi
diketahui korelasi X2.1 dengan skor 0,874. Lihat juga pada korelasi X2.2, X2.3 dan
seterusnya hingga X2.9 semuanya menunjukkan nilai korelasi di atas nilai r tabel
0,266 maka dapat disimpulkan bahwa semua konstruk pertanyaan dari variabel
transparansi dinyatakan valid.
Pada uji validitas yang dilakukan pada variabel pengawasan (X3) yang dapat
dilihat pada kolom korelasi, diketahui bahwa semua nilai r-hitung lebih besar dari r-
tabel, artinya semua indikator pada kuesioner tersebut dinyatakan valid. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini
33
Tabel 4.5
Item / pernyatan
r - hitung r - tabel Keterangan
ke
X3.1 0,751 0,266 Valid
X3.2 0,751 0,266 Valid
X3.3 0,426 0,266 Valid
X3.4 0,398 0,266 Valid
X3.5 0,624 0,266 Valid
X3.6 0,604 0,266 Valid
X3.7 0,476 0,266 Valid
X3.8 0,476 0,266 Valid
X3.9 0,630 0,266 Valid
Sumber : Data Diolah, 2022
Pada outuput hasil nilai korelasi dapat dilihat pada kolom nilai korelasi
diketahui korelasi X3.1 dengan skor 0,751. Lihat juga pada korelasi X3.2, X3.3 dan
seterusnya hingga X3.9 semuanya menunjukkan nilai korelasi di atas nilai r tabel
0,266 maka dapat disimpulkan bahwa semua konstruk pertanyaan dari variabel
pengawasan dinyatakan valid.
Pada uji validitas yang dilakukan pada variabel kinerja anggaran berkonsep
value for money (Y) dapat dilihat pada kolom korelasi, diketahui bahwa semua nilai
r-hitung lebih besar dari r-tabel, artinya semua indikator pada kuesioner tersebut
dinyatakan valid. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini:
34
Tabel 4.6
Item / pernyatan
r - hitung r - tabel Keterangan
ke
Y1 0,332 0,266 Valid
Y2 0,374 0,266 Valid
Y3 0,614 0,266 Valid
Y4 0,368 0,266 Valid
Y5 0,763 0,266 Valid
Y6 0,466 0,266 Valid
Y7 0,804 0,266 Valid
Y8 0,811 0,266 Valid
Y9 0,698 0,266 Valid
Y10 0,404 0,266 Valid
Y11 0,335 0,266 Valid
Sumber : Data Diolah, 2022
Pada outuput hasil nilai korelasi dapat dilihat pada kolom nilai korelasi
diketahui korelasi Y1 dengan skor 0,332. Lihat juga pada korelasi Y2, Y3 dan
seterusnya hingga Y.11 semuanya menunjukkan nilai korelasi di atas nilai r tabel
0,266 maka dapat disimpulkan bahwa semua konstruk pertanyaan dari variabel kinerja
anggaran berkonsep value for money dinyatakan valid.
35
dilihat dari hasil statistik Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali, 2013).
Tabel 4.7
Chronbach’s
Variabel Keterangan
Alpha
Akuntabilitas 0.884 Reliabel
Transparansi 0.884 Reliabel
Pengawasan 0.884 Reliabel
Kinerja Anggaran Berkonsep 0.808
Reliabel
Value for Money
Sumber : Data Diolah, 2022
Tabel 4.8
36
skor 5 memiliki skor tertinggi dan 1 memiliki skor terendah. Akuntabilitas
memiliki nilai terkecil (minimum) sebesar 11 dan nilai terbesar (maximum)
sebesar 238. Rata-rata cara pandang pegawai terhadap akuntabilitas yang
dimiliki oleh 55 responden pegawai menunjukkan hasil yang positif sebesar
34.36. Nilai standar deviasi akuntabilitas adalah sebesar 6.117 (di bawah rata-
rata), artinya akuntabilitas memiliki tingkat variasi data yang rendah.
2. Transparansi (X2) dapat diukur menggunakan kuesioner terdiri dari 9
pertanyaan dengan skala likert yang terdiri dari 5 alternatif jawaban, dimana
skor 5 memiliki skor tertinggi dan 1 memiliki skor terendah. Transparansi
memiliki nilai terkecil (minimum) sebesar 22 dan nilai terbesar (maximum)
sebesar 196. Rata-rata cara pandang pegawai terhadap transparansi yang
dimiliki oleh 55 responden pegawai menunjukkan hasil yang positif sebesar
33.00. Nilai standar deviasi transparansi adalah sebesar 6.891 (di bawah rata-
rata), artinya transparansi memiliki tingkat variasi data yang rendah.
3. Pengawasan (X3) dapat diukur menggunakan kuesioner terdiri dari 9
pertanyaan dengan skala likert yang terdiri dari 5 alternatif jawaban, dimana
skor 5 memiliki skor tertinggi dan 1 memiliki skor terendah. Pengawasan
memiliki nilai terkecil (minimum) sebesar 26 dan nilai terbesar (maximum)
sebesar 251. Rata-rata cara pandang pegawai terhadap pengawasan yang
dimiliki oleh 55 responden pegawai menunjukkan hasil yang positif sebesar
37.31. Nilai standar deviasi pengawasan adalah sebesar 4.264 (di bawah rata-
rata), artinya pengawasan memiliki tingkat variasi data yang rendah.
4. Kinerja anggaran berkonsep value for money (Y) dapat diukur menggunakan
kuesioner terdiri dari 11 pertanyaan dengan skala likert yang terdiri dari 5
alternatif jawaban, dimana skor 5 memiliki skor tertinggi dan 1 memiliki skor
terendah. Kinerja anggaran berkonsep value for money memiliki nilai terkecil
(minimum) sebesar 11 dan nilai terbesar (maximum) sebesar 309. Rata-rata
cara pandang pegawai terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money
yang dimiliki oleh 55 responden pegawai menunjukkan hasil yang positif
sebesar 36.22. Nilai standar deviasi kinerja anggaran berkonsep value for
money adalah sebesar 4.264 (di bawah rata-rata), artinya kinerja anggaran
berkonsep value for money memiliki tingkat variasi data yang rendah.
1. Metode Grafik
Grafik P-plot pada gambar 4.1 menunjukkan sebaran data (titik) disekitar
garis regresi dan sebaran titik-titik data searah sepanjang diagonal, maka
dapat disimpulkan bahwa model regresi layak digunakan karena memenuhi
asumsi normalitas.
38
Gambar 4.1.
Grafik p-plot Uji Normalitas
2. Metode Uji One Sample Kolomogorov Smirnov (KS) Test
Tabel 4.9
Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui nilai signifikasi 0,227 > 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa nilai residual berdistribusi normal.
Inflation Factor (VIF). Nilai yang umum dipakai untuk menunjukan adanya
multikolinearitas adalah nilai Tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF <10
maka tidak terjadi multikolinieritas antara variabel independennya (Ghozali, 2013.)
39
Tabel 4.10
Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
t Sig.
Coefficients Coefficients Statistics
Model
Std.
B Beta Tolerance VIF
Error
1 (Constant) 15.118 4.643 3.256 0.002
Data tersebut dapat diketahui bahwa nilai VIF dari masing-masing variabel
independen memiliki nilai kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,10.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini terbebas dari gejala
multikolinieritas antar variabelnya.
40
Table 4.11
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Analisis regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini untuk
membandingkan pengaruh akuntabilitas terhadap kinerja anggaran berkonsep value
for money, pengaruh transparansi terhadap kinerja anggaran berkonsep value for
money, dan pengaruh pengawasan terhadap kinerja anggaran berkonsep value for
money. Hasil analisis regresi linier berganda ditunjukkan pada tabel di bawah ini:
41
Tabel 4.12
Unstandardized
Coefficients
Model
Std.
B
Error
1 (Constant) 15.118 4.643
Akuntabilitas 0.305 0.16
Transparansi 0.124 0.138
Pengawasan 0.174 0.142
Sumber : SPSS, 2022
1. Nilai konstanta (a) bernilai positif sebesar 15.118, hal ini menunjukkan
pengaruh yang searah antara variabel independen dan variabel dependen. Jika
semua variabel independen yang meliputi akuntabilitas (X1), transparansi
(X2), dan pengawasan (X3) bernilai 0 persen atau tidak mengalami perubahan
, maka nilai kinerja anggaran berkonsep value for money adalah 15.118.
2. Nilai koefisien regresi variabel akuntabilitas (X1) bernilai positif sebesar
0.305. Nilai tersebut menunjukkan pengaruh positif (searah) antara variabel
akuntabilitas dengan kinerja anggaran berkonsep value for money. Hal ini
artinya jika variabel akuntabilitas mengalami kenaikan sebesar 1%, maka
kinerja anggaran berkonsep value for money juga akan mengalami kenaikan
sebesar 0.305. Dengan asumsi variabel lainnya tetap konstan.
3. Nilai koefisien regresi variabel transparansi (X2) bernilai positif sebesar
0.124. Nilai tersebut menunjukkan pengaruh positif (searah) antara variabel
42
transparansi dengan kinerja anggaran berkonsep value for money. Hal ini
artinya jika variabel transparansi mengalami kenaikan sebesar 1%, maka
kinerja anggaran berkonsep value for money juga akan mengalami kenaikan
sebesar 0.124. Dengan asumsi variabel lainnya tetap konstan.
4. Nilai koefisien regresi variabel pengawasan (X3) bernilai positif sebesar
0.174. Nilai tersebut menunjukkan pengaruh positif (searah) antara variabel
pengawasan dengan kinerja anggaran berkonsep value for money. Hal ini
artinya jika variabel pengawasan mengalami kenaikan sebesar 1%, maka
kinerja anggaran berkonsep value for money juga akan mengalami kenaikan
sebesar 0.174. Dengan asumsi variabel lainnya tetap konstan.
Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel bebas atau independen secara
simultan mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak signifikan dengan variabel
terikat atau dependen. Hipotesis diterima apabila nilai probabilitas signifikan < 0,05
yang berarti model regresi dapat mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2012).
Tabel 4.13
Hasil Uji F
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression 2364.001 4 591.000 5.409 .002b
Residual 3824.374 35 109.268
Total 6188.375 53
Sumber : SPSS, 2022
Dari tabel 4.12 diketahui nilai sigifikan < 0,05 yaitu sebesar 0,002 sehingga
dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel akuntabilitas, transparansi dan
pengawasan berpengaruh terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money.
43
4.5.2 Hasil Uji t
Tabel 4.14
Hasil Uji t
Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model t Sig.
Std.
B Beta
Error
1 (Constant) 15.118 4.643 3.256 0.002
Akuntabilitas 0.305 0.16 0.387 1.908 0.042
Transparansi 0.124 0.138 0.178 0.900 0.032
Pengawasan 0.174 0.142 0.154 1.229 0.025
Sumber : SPSS, 2022
Tabel 4.13 menunjukkan hasil pengujian hipotesis secara parsial untuk setiap
variabel independen sebagai berikut
44
pengawasan berpengaruh terhadap kinerja anggaran berkonsep value for
money, sehingga hipotesis H3 diterima.
Tabel 4.15
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Std. Error
R Adjusted
Model R of the
Square R Square
Estimate
1 .637a 0.406 0.371 3.82370
Data Primer: SPSS, 2022
Besarnya nilai Adjusted R Square (R2) adalah 0,406. Hasil uji statistik ini
menunjukkan bahwa kemampuan variabel akuntabilitas, transparansi dan
pengawasan dalam menerangkan variasinya perubahan variabel dependen sebesar
40,6%, sedangkan sisanya 59,4% diterangkan oleh faktor-faktor lain di luar model
regresi yang dianalisis.
4.6. Pembahasan
46
Berdasarkan analisis data uji hipotesis t, menunjukan bahwa hipotesis kedua
diterima, yang bermakna bahwa ada pengaruh transparasi terhadap kinerja anggaran
berkonsep value for money. Artinya, semakin transparan suatu entitas, semakin baik
kinerja anggarannya. Menanggapi tuntutan transparansi yang diatur melalui undang-
undang, maka Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Papua Barat secara resmi
mempublikasikan media yang ada, baik cetak maupun online. Transparansi memang
dibangun di atas kebebasan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan bagi
publik dalam arti informasi yang menyangkut kepentingan publik harus diperoleh
secara langsung oleh mereka yang membutuhkannya. Untuk mendapakan
membangun kepercayaan publik terhadap suatu intansi, maka harus ada keterbukaan
memperoleh informasi mengenai kegiatan suatu instansi.
47
Hal ini juga didukung oleh penelitian yang diarahkan oleh Rezky (2014) yang
menunjukkan bahwa keterusterangan sangat mempengaruhi pelaksanaan rencana
pengeluaran dengan gagasan nilai uang yang signifikan.
48
temuan Wiguna, dkk. (2015) menunjukkan bahwa pengawasan berpengaruh
signifikan terhadap kinerja pemerintahan daerah. Hasil penelitian oleh Rezky (2014)
yang kemudian diperkuat oleh Wandari (2015), menunjukkan bahwa pengawasan
berpengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja anggaran dengan konsep
value for money. Adanya pengawasan ini memungkinkan untuk menghindari
praktek-praktek yang menyimpang, sehingga dapat dikatakan bahwa pengawasan
yang baik akan meningkatkan kinerja anggaran dengan optimalisasi sumber daya.
49
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
4. Dari hasil analisis regresi linear berganda dalam penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang cukup erat antara akuntabilitas,
transparansi, dan pengawasan terhadap kinerja anggaran berkonsep Value
for Money.
50
5.2. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi
hasilnya. Keterbatasan penelitian ini adalah:
51
independen yang mempengaruhi kinerja anggaran dengan konsep value
for money, seperti: penggunaan teknologi informasi dan response time.
Selain itu, disarankan untuk menambah jumlah sampel penelitian lagi
untuk memantapkan hasil penelitian dan memperhatikan ketepatan
pemilihan kuesioner. Selain itu jumlah sampel yang diteliti sebaiknya
diperbanyak lagi untuk memperkuat hasil penelitian serta memperhatikan
ketepatan pemilihan kuesioner.
2. Melengkapi metode penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan
dan melakukan wawancara secara langsung agar memperoleh data yang
lebih akurat.
52
DAFTAR PUSTAKA
53
Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS.
Yogyakarta: Universitas Diponegoro
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21
Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
54
Husain, H. and L. Lisnawati (2013). Analisis Pengaruh Akuntabilitas dan
Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah
Daerah.FAIRNESS3(1): 23-40.
https://accounting.binus.ac.id/2019/12/10/prinsip-corporate-governance/
https://eprints.umm.ac.id/36481/3/jiptummpp-gdl-retnadewiw-49492-3-babii.pdf
https://docplayer.info/213963966-Analisa-pengaruh-kualitas-website-eresource
stikom-edu-terhadap-kepuasan-pengguna-berdasarkan-metode-webqual-4-
0.html
Pieris, John dan Nizam Jim Wiryawan. 2008. Etika Bisnis & Good Corporate
Governance, Edisi Kedua. Jakarta: Pelangi Cendekia.
Prasetyo, Bambang & Lina Miftahul Jannah. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif,
Teori, dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Pratuvaliandry. 2004. Analisis Kinerja Badan Pengawas Daerah Kota Pare-Pare
dalam Pelaksanaan Pengawasan di Pemerintah Kota Pare-Pare. Makassar:
Universitas Hasanuddin.
55
Priyatno, Dwi. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Purnomo, Putri. 2018. Akuntabilitas,Transparansi, Pengawasan dan Kinerja
Anggaran Berkonsep Value for Money. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan
Vol. 6 No.3.
Putri, R. R., & Subardjo, A. (2017). Pengaruh akuntabilitas, transparansi, dan
pengawasan terhadap kinerja anggaran pada sektor publik. Jurnal Ilmu & Riset
Akuntansi, 6(12), 1–19.
56
Warsito, Hermawan. 1992. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Wandari, I. T. (2015). Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, Ketepatan Waktu dan
Pengawasan Internal terhadap Kinerja Anggaran berkonsep Value for Money
pada instansi Pemerintah kabupaten Buleleng. Skripsi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Undiksha.
57