Anda di halaman 1dari 62

PENGARUH AKUNTABILITAS, TRANSPARANSI DAN

PENGAWASAN TERHADAP KINERJA ANGGARAN


BERKONSEP VALUE FOR MONEY
(Studi pada Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Papua Barat)

SKRIPSI

Oleh :

Angela Runtuboy

2015 67 033

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PAPUA
MANOKWARI
2022

i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 3
1.3 Tujuan Penelitian 4
1.4 Manfaat Penelitian 4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 5
2.1.1 Konsep Good Corporate Governance 5
2.1.2 Akuntabilitas 7
2.1.3 Transparansi 8
2.1.4 Pengawasan 9
2.1.5 Anggaran Kinerja 9
2.1.6 Konsep Value for Money 10
2.1.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu 12
2.1.8 Kerangka Pemikiran dan Pembangunan Hipotesis 16
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 19
3.2 Rancangan Penelitian 19
3.3 Metode Pengumpulan Data 19
3.4 Jenis dan Sumber Data 20
3.5 Populasi dan Sampel 20
3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 21
3.6.1 Variabel Independen 21
3.6.2 Variabel Dependen 22
3.7 Analisis Data 23
ii
3.7.1 Uji Kualitas data 23
3.7.2 Uji Asumsi Klasik 24
3.7.3 Uji Regresi Linear Berganda 25
3.7.4 Uji Hipotesis 26
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data 27
4.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian 28
4.2.1 Hasil Uji Validasi 28
4.2.2 Hasil Uji Reliabilitas 32
4.3 Analisis Data 33
4.3.1 Hasil Uji Statistik Deskritif 33
4.3.2 Hasil Uji Asumsi Klasik 34
4.3.2.1 Hasil Uji Normalitas 35
4.3.2.2 Hasil Uji Multikolinearitas 36
4.3.2.3 Hasil Uji Heterokedastisitas 37
4.4 Hasil Uji Regresi Linear Berganda 38
4.5 Hasil Uji Hipotesis 40
4.5.1 Hasil Uji F 40
4.5.2 Hasil Uji t 40
4.5.3 Hasil Uji Koefisien Determinasi 42
4.6 Pembahasan 42
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan 47
5..2 Keterbatasan Penelitian 48
5.2 Saran
48

DAFTAR PUSTAKA 50
LAMPIRAN 52

iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu 12
4.1 Penyebaran Kuesioner 27
4.2 Karakteristik Responden 27
4.3 Hasil Uji Validitas Variabel Akuntabilitas 29
4.4 Hasil Uji Validitas Variabel Transparansi 30
4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Pengawasan 31
4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Anggaran Berkonsep Value for
Money 32
4.7 Hasil Uji Reliabilitas 33
4.8 Hasil Uji Statistik Deskriptif 33
4.9 Hasil Normalitas
36
4.10 Hasil Multikolinearitas
37
4.11 Hasil Heteroskedastisitas
38
4.12 Hasil Uji Regresi Linear Berganda 39
4.13 Hasil Uji F
40
4.14 Hasil Uji t
41
4.15 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
42

iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran 17
4.1 Grafik P-Plot 35

v
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Akuntansi sektor publik adalah sistem akuntansi yang dipakai oleh lembaga-
lembaga publik sebagai salah satu pertanggung jawaban kepada publik. Badan
public menerima permintaan dari masyarakat untuk mengelola secara
bertanggungjawab, transparan dan akuntabel.

Akuntabilitas, transparansi dan akuntabilitas sangat diharapkan oleh


masyarakat dalam pengelolaan keuangan daerah. Bentuk akuntabilitas, transparansi
dan akuntabilitas pengelolaan anggaran dalam pelayanan publik adalah terciptanya
hubungan akuntabilitas. Pentingnya akuntabilitas dan transparansi ini terlihat pada
Kepres No. 7 Tahun 1999 di mana pemerintah mewajibkan setiap instansi pusat
maupun daerah sampai Eselon IV, III, dan II untuk penerapan Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP). Sehubungan dengan pentingnya keterbukaan informasi tentang
kegiatan dan aktivitas Pemerintah Daerah, telah diterbitkan juga Undang-Undang
Keterbukaan Informasi Publik (UU-KIP) tentang transparansi kegiatan dan aktivitas
Pemerintah Daerah. Akuntabilitas dan transparansi adalah prinsip-
prinsip di mana semua kegiatan dan pendapatan yang berasal dari pengelolaan
keuangan atau harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada publik sebagai penguasa tertinggi. Karakteristik utama akuntabilitas
dan transparansi pengelolaan keuangan atau anggaran.
Faktor penting bagi terwujudnya good governance adalah pengelolaan anggaran yang
baik. Anggaran sebagai alat untuk perencanaan bisnis yang dinyatakan dalam istilah

1
moneter juga dapat digunakan sebagai kontrol. Agar fungsi perencanaan dan
pengawasan dapat berjalan dengan efektif, maka sistem penganggaran dan pencatatan
penerimaan dan pengeluaran harus dilaksanakan secara cermat dan sistematis.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Dinas Koperasi dan


Usaha Mikro Kecil dan Menengah Provinsi Papua Barat merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari siklus sistem akuntabilitas kinerja, dimana Laporan Akuntabilitas
Kinerja Pemerintah (LAKIP) Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
Provinsi Papua Barat memiliki dua fungsi yakni; pertama, LAKIP merupakan sarana
bagi Dinas Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah (LAKIP) Dinas Koperasi dan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah Provinsi Papua Barat untuk menyampaikan
pertanggung jawaban pelaksanaan program kepada Gubernur Papua Barat; Kedua
LAKIP merupakan sarana evaluasi atas pencapaian Kinerja atas pencapaian kinerja
Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Papua Barat.

Capaian kinerja Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Papua barat diharapkan
dapat dipertahankan bahkan Lebih ditingkatkan lagi pada masa mendatang, baik
melalui perbaikan pelaksanaan tugas maupun melalui penyempurnaan rencana kerja
Dinas.

Kinerja pengelola anggaran yang baik tidak terlepas dari pengawasan atasan.
Pemantauan anggaran diperlukan untuk memastikan bahwa penggunaan anggaran
yang ditetapkan efektif, efisien, dan layak secara ekonomi.

Pengelolaan Anggaran merupakan kegiatan yang dimulai dengan perumusan


rencana kerja, perencanaan pelaksanaan anggaran, pemantauan pelaksanaannya,
masuknya ke dalam sistem akuntansi pemerintah, dan penyusunan rencana.
Manajemen anggaran yang baik adalah prinsip dari Value Money dan
mutlak dilakukan.Penerapan prinsip value for money seharusnya dapat meningkatkan
kinerja sektor publik. Nilai uang adalah prinsip pengelolaan keuangan sektor publik
yang didasarkan pada tiga komponen utama: ekonomi, efisiensi dan efektivitas.
Peningkatan aset dapat dilakukan jika asosiasi memiliki biaya bagian yang paling
minimal untuk mendapatkan yang ideal untuk mencapai tujuan organisasi
(Mardiasmo, 2002).

2
Value for Money adalah konsep dalam pengukuran kinerja. Value for
Money yaitu adalah kinerja sebuah sektor publik yang memberikan informasi apakah
anggaran (dana) yang dibelanjakan yang dikeluarkan menciptakan nilai tertentu bagi
masyarakatnya. Indikator-indikator tersebut adalah ekonomi, efisien, dan efektif.
Menurut Karacan dan Yazei (2015), ekonomi dan efisien merupakan indikator
konsep value for money yang digunakan sebagai dasar dalam penerapan anggaran
berbasis kinerja. Fokus utama pengelolaan keuangan publik terdapat pada
pencapaian kinerja anggaran berbasis value for money. Aspek pendukung kualitas
kinerja yang baik pada pelaksanaan mekanisme akuntabilitas dalam proses
penganggaran adalah partisipasi dan pengawasan baik secara internal maupun
eksternal menjadi (Husaini and Lisnawati, 2013).

Fenomena yang terlihat dalam pengendalian anggaran saat ini adalah


kebutuhan yang kuat akan akuntabilitas publik dan transparansi publik oleh
organisasi sektor publik seperti instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah.
Akuntabilitas publik adalah kewajiban wali amanat untuk menjelaskan, mewakili,
melaporkan, dan mengungkapkan segala kegiatan dan kegiatan yang menjadi
tanggung jawab wali amanat yang berhak dan berwenang menuntut
pertanggungjawaban tersebut. Sementara itu, transparansi bergantung pada arus
informasi yang bebas, di mana semua proses dan informasi pemerintah harus dapat
diakses oleh pihak yang berkepentingan dan informasi yang tersedia cukup untuk
memahami dan mengendalikannya.

Akibat pengelolaan anggaran yang tidak efisien, kebocoran dana, pemborosan


dan kerugian dana yang terus menerus menjadi sorotan organisasi Perangkat Daerah
(OPD) yang merupakan bagian dari sektor publik. Persyaratan baru agar OPD dapat
meningkatkan pelayanan melalui pencapaian value for money dalam melakukan atau
menjalankan aktivitasnya. Value for money merupakan konsep manajemen pelayanan
publik yang didasarkan pada tiga faktor utama, yaitu ekonomi, efisiensi dan
efektivitas. Pengelolaan anggaran terkait dengan Value for Money karena banyak
anggaran yang masih belum terjangkau secara ekonomis (biaya tinggi, hasil minimal,
atau anggaran yang kurang dimanfaatkan sesuai kebutuhan atau prioritas, dan
anggaran).

3
OPD harus mampu memecahkan beberapa masalah yang mengarah pada
praktik penganggaran non value for money. Value for money perlu dijalankan dalam
pengelolaan keuangan daerah karena dalam konteks otonomi daerah, value for money
merupakan jembatan untuk membimbing pemerintah daerah dalam mewujudkan
pemerintahan yang baik, yaitu pemerintahan daerah yang transparan, akuntabel,
ekonomis, efektif dan efisien.

Berdasarkan gambaran tersebut, penelitian ini bermaksud untuk


mengidentifikasi dan menganalisis pengaruh akuntabilitas, transparansi, serta
pengawasan terhadap kinerja anggaran pada dinas koperasi dan UKM di Provinsi
Papua Barat. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh
Andi Lina Maulidiah pada tahun 2012. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya
adalah penelitian ini dilakukan di kantor dinas koperasi dan UKM di Provinsi Papua
Barat, sebuah organisasi sector publik, sedangkan penelitian sebelumnya dilakukan di
Perusahaan Perum Perumnas Regional VII Cabang Sulsel I yang merupakan Badan
Usaha Milik Negara.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis mengajukan judul“Pengaruh


Akuntabilitas, Transparansi, dan Pengawasan terhadap Kinerja Anggaran
Berkonsep Value for Money (Studi pada Dinas Koperasi dan UKM Provinsi
Papua Barat)”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang sebelumnya, maka rumusan masalah penelitian sebagai
berikut:
1. Apakah akuntabilitas berpengaruh terhadap kinerja anggaran berkonsep Value for
Money pada Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Papua Barat ?

2. Apakah transparansi berpengaruh terhadap kinerja anggaran berkonsep Value for


Money pada Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Papua Barat ?

3. Apakah pengawasan berpengaruh terhadap kinerja anggaran berkonsep Value for


Money pada Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Papua Barat ?

4
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengaruh akuntabilitas terhadap kinerja anggaran berkonsep Value
for Money pada Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Papua Barat,
2. Mengetahui pengaruh transparansi terhadap kinerja anggaran berkonsep Value
for Money pada Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Papua Barat, dan
3. Mengetahui pengaruh pengawasan terhadap kinerja anggaran berkonsep Value
for Money pada Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Papua Barat.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini, yaitu:
1. Manfaat praktis
Bagi Pihak Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Papua Barat
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi atau sebagai kontribusi
penyusunan anggaran pelaksanaan dengan konsep value for money dilihat dari
aspek akuntabilitas, transparansi, dan pengawasan.

2. Manfaat teoritis
a. Sebagai sarana Untuk memperluas informasi ilmiah dan mengembangkan
pemanfaatan ilmu pengetahuan pada tingkat hipotetis dan terapan; dan
b. Menjadi tolak ukur bagi individu yang berkepentingan untuk menilai dampak
akuntabilitas, transparansi, dan pengawasan terhadap pengelolaan anggaran
pemerintah daerah.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Konsep Good Corporate Governance
Good Corporate Governance dapat dicirikan sebagai kepemerintahan yang
bersih dan layak, sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Administrasi
mencakup wilayah yang luas, meliputi bidang politik, moneter dan sosial, mulai dari
penyusunan strategi dan pengambilan keputusan hingga pelaksanaan dan
pengecekan. Pemerintahan politik mengacu pada proses pembuatan kebijakan.
Pemerintahan ekonomi mengacu pada proses pengambilan keputusan di sektor
ekonomi yang meningkatkan kesejahteraan, pemerataan, mengurangi kemiskinan,
dan meningkatkan kualitas hidup. Administrasi mengandung pengertian bahwa
pelaksanaan setiap bidang dan tahapan pemerintahan harus diselesaikan secara nyata
dan efektif.
Administrasi politik menyinggung proses pembuatan pengaturan.
Administrasi keuangan menyinggung siklus dinamis di bidang moneter yang lebih
mengembangkan bantuan pemerintah, nilai, pengurangan kemiskinan, dan bekerja
pada kepuasan pribadi. Organisasi mengandung pengertian bahwa pelaksanaan setiap
bidang dan tahapan pemerintahan harus diselesaikan secara nyata dan efektif.
Menurut Pieris dan Jim (2008), asas “Good Corporate Governance dapat
diartikan sebagai kepemerintahan yang baik atau penyelenggaraan pemerintahan
yang bersih dan efektif, sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku”.
1. Asas Partisipasi
Pedoman dukungan menekankan kontribusi semua mitra dalam arah dan
pembuatan strategi, rencana strategi dan pelaksanaan program, dan tindak
lanjut. Investasi harus dimungkinkan melalui delegasi langsung.
2. Asas Hukum dan Aturan (rule of law)
Asas hukum dan aturan (rule of law) menyiratkan bahwa semua
pengaturan administrasi harus dinyatakan dalam peraturan perundang-
undangan sesuai dengan tingkat urgensinya yaitu pada Undang-Undang,
Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, dan

Peraturan Daerah. Kinerja semua instansi pemerintah beserta tugas dan

6
pelayanannya harus dilaksanakan sesuai dengan atau sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Hukum dan peraturan harus dapat
melindungi hak azasi manusia, khususnya hak-hak kelompok minoritas.
3. Asas Transparansi
Asas transparansi berarti bahwa semua penyelenggara pemerintahan harus
terbuka kepada masyarakat umum, baik dalam pengambilan keputusan
dan perumusan kebijakan maupun dalam pelaksanaan dan
pengawasannya, terutama setiap orang yang berkaitan dengan suatu
keputusan perlu memiliki akses untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan.
4. Asas Responsivitas
Asas responsivitas berarti bahwa aparatur pemerintah harus cepat
bertindak atau merespon harapan, tuntutan, keluhan, dan penderitaan
masyarakat yang dinyatakan secara langsung atau tidak langsung.
5. Asas Orientasi Konsensus
Asas orientasi konsensus merupakan kelengkapan dari prinsip partisipasi
yaitu pengambilan keputusan secara musyawarah untuk mufakat dengan
melibatkan sebanyak mungkin anggota serta memperhatikan kepentingan
semua unsur atau stakeholders.
6. Asas Keadilan dan Kewajaran
Asas keadilan dan kewajaran berarti distribusi tugas dan kewenangan,
kewajiban dan hak harus dilakukan secara adil (equity) dan wajar (fair)
sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku.
Setiap anggota harus dapat merasakan diperlakukan sama dengan yang
lain, memperoleh imbalan proporsional terhadap kontribusinya, serta
memperoleh kesempatan untuk berkembang dan meningkatkan
kesejahteraannya.
7. Asas Efisiensi dan Efektivitas
Asas efisiensi dan efektivitas berarti bahwa dalam setiap pelaksanaan
tugas harus mengupayakan penggunaan sehemat mungkin sumber-sumber
yang terbatas dan mencapai hasil seoptimal mungkin, sasaran atau tujuan
organisasi. Penggunaan sumber-sumber harus tetap mengacu pada
kelestarian lingkungan.
8. Asas Akuntabilitas
7
Asas akuntabilitas artinya bahwa semua pelaksanaan tugas, penggunaan
sumber daya dan wewenang harus dapat dipertanggungjawabkan,
transparan dan terbuka untuk audit atau inspeksi pemangku kepentingan
atau independen.
9. Asas Visi Strategis
Asas visi strategis artinya perlu menyiapkan strategi untuk
mengimplementasikan setiap tugas dan relevan dengan visi dan misi
organisasi.

2.1.2 Akuntabilitas
Pada umumnya, dalam semua rencana pengeluaran, dewan umumnya
memasukkan tanggung jawab publik atau akuntabilitas publik. Hal ini tercermin
dalam makna tanggung jawab atau akuntabilitas yang mendasar untuk efisiensi dan
efektivitas. Relevansi tanggung jawab atau akuntabilitas dalam pengelolaan
anggaran ditunjukkan dengan tingkat kepatuhan terhadap prosedur hukum untuk
membentuk keputusan administrasi publik yang harus dipatuhi pejabat publik dan
otoritas publik. Akuntabilitas mencakup adanya mekanisme untuk meyakinkan
politisi dan pejabat pemerintah atas tindakan mereka dalam penggunaan sumber daya
publik dan kinerja perilaku mereka. Akuntabilitas juga terkait erat dengan tanggung
jawab atas kelangsungan latihan dalam mencapai tujuan atau sasaran strategi atau
program.
Akuntabilitas adalah tindakan mengambil tanggung jawab untuk mencapai
tujuan secara teratur dalam pelaksanaan kebijakan untuk pengelolaan potensi sumber
daya yang dipercayakan kepada suatu organisasi. (PP No. 71 Tahun 2010 tentang
Standar Akuntansi Pemerintah).
Dengan demikian, tanggung jawab mencakup komitmen untuk
mempresentasikan dan melaporkan setiap kegiatan dan latihan yang dihasilkan di
bidang administrasi moneter kepada atasan/pimpinan. Untuk situasi ini, istilah
kewajiban dilihat menurut perspektif aktivitas pengendalian dalam mencapai tujuan.
Dalam dunia birokrasi, tanggung jawab atau akuntabilitas suatu instansi
pemerintah merupakan ekspresi dari kewajiban suatu instansi pemerintah terhadap
berhasil atau lalai menjalankan misi kantor yang bersangkutan.

8
Dapat disimpulkan dengan sangat baik bahwa tanggung jawab atau akuntabilitas
adalah upaya untuk menjelaskan semua kegiatan dan hasil kinerja suatu entitas
kepada para pemangku kepentingannya.

2.1.3 Transparansi
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang SAP, “Transparansi berarti
wujud pemberian informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat luas
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengakses secara
terbuka dan menyeluruh atas pertangggungjawaban pemerintah berupa laporan tanpa
ada yang dirahasiakan dari publik dalam setiap proses pengelolaan keuangan yang
dapat dipercayakan kepada organisasi dan ketaatannya pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku”.
Istilah transparansi yang dapat dipahami sebagai ketersediaan informasi yang
lengkap, akurat dan tepat waktu tentang kebijakan publik dan perumusannya (Haris,
2007).
Menurut Mardiasmo (2002:6), “transparansi yaitu keterbukaan pemerintah
dalam membuat kebijakan-kebijakan keuangan daerah sehingga dapat diketahui dan
diawasi oleh DPRD dan masyarakat”.
Asas transparansi menurut Werimon dkk (2007) meliputi dua aspek, yaitu:
komunikasi publik dengan hak akses publik atas informasi. Pemerintah harus mampu
menjalin komunikasi yang mendalam dengan masyarakat tentang berbagai isu yang
terkait dengan pembangunan masyarakat. Publik berhak mengetahui apa yang
dilakukan pemerintah dalam menjalankan fungsinya. Werimon (2007) mengatakan
kerangka konseptual untuk meningkatkan transparansi organisasi sektor publik
membutuhkan empat hal khususnya:
1. adanya sistem pelaporan keuangan;
2. keberadaan sistem pengukuran kinerja;
3. melakukan audit sektor publik; dan
4. beroperasinya saluran akuntabilitas publik (channel of accountability).

Selain itu, anggaran yang disiapkan oleh eksekutif dikatakan memenuhi


kriteria berikut:
1. terdapat pengumuman kebijakan anggaran,
9
2. tersedia dokumen anggaran dan mudah diakses,
3. tersedia laporan pertanggungjawaban yang tepat waktu,
4. terakomodasinya suara/usulan rakyat,
5. terdapat sistem pemberian informasi kepada publik.
Transparansi atau keterbukaan di sektor publik merupakan jaminan atau
kebebasan bagi setiap orang untuk mmendapatkan data tentang pemerintahan,
termasuk data tentang strategi, pergantian peristiwa dan pelaksanaan pengaturan
tersebut, serta hasil yang didapat (Mardiasmo, 2018).
Maka, dapat dipahami transparansi adalah keterbukaan pemerintahan dalam
memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumber daya publik
kepada pihak-pihak yang membutuhkan informasi. Prinsip dasar asas transparansi
adalah untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan aspek kebijakan pemerintah,
Menyediakan kebijakan pemerintah, materi dan informasi terkait Dengan cara yang
mudah diakses dan dimengerti oleh para pemangku kepentingan.

2.1.4 Pengawasan
Pengawasan (controlling) adalah siklus pemeriksaan dengan menilai
kegiatan untuk menjamin bahwa suatu kegiatan dilakukan yang mendorong
pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya, membuat langkah yang
bermanfaat terhadap kegiatan yang menyimpang atau kurang tepat dengan tujuan
yang diajukan untuk mencapai tujuan (Sukirno, 2004).
Secara umum, pengawasan mencakup semua kegiatan dan tindakan untuk
memastikan bahwa pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai dengan rencana, aturan, dan
tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan adalah pelaksanaan optimal dari
perencanaan dan pelaksanaan, serta pengelolaan seluruh proses kegiatan pemeriksaan
yang ditujukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.
Pada dasarnya pengawasan bermaksud untuk melihat apa yang sebenarnya
terjadi dan membedakannya dengan apa yang seharusnya terjadi. Dengan asumsi
hambatan atau penyimpangan ditemukan, diharapkan dapat segera mengidentifikasi
penyimpangan atau hambatan tersebut dan mengambil tindakan korektif. Tindakan
korektif ini diharapkan tetap dapat mencapai pelaksanaan kegiatan yang terkena
dampak secara optimal (Pratuvaliandry, 2004:19).

10
2.1.5 Anggaran Kinerja
Penataan dalam perencanaan penting karena perencanaan adalah tindakan
yang membagi-bagikan aset moneter terbatas untuk membiayai pengeluaran
pemerintah, yang seringkali tidak terbatas. Kerangka perencanaan yang berbeda telah
dibuat untuk memenuhi berbagai kebutuhan, termasuk administrasi moneter,
pengaturan dewan, prioritas subsidi, dan tanggung jawab publik.
Menurut Nordiawan (2006:48), “anggaran dapat dikatakan sebagai
pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu
tertentu dalam ukuran finansial.” Dengan demikian, pengertian anggaran secara kasar
adalah pernyataan tentang hasil yang dinilai yang akan dicapai dalam periode tertentu
dan dikomunikasikan dengan ukuran moneter.
Perubahan moneter daerah melibatkan perubahan pendanaan pemerintah
daerah, termasuk perubahan pendapatan. Perubahan bea juga akan berdampak secara
langsung mempengaruhi kebutuhan keuangan daerah. Perubahan rencana
pengeluaran bukan hanya perubahan mendasar dalam APDB, tetapi di sisi lain diikuti
oleh perubahan dalam proses kesiapan rencana keuangan. Rencana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) di era otonomi daerah dibuat dengan
metodologi yang efektif.
Pelaksanaan kerangka rencana keuangan yang diselesaikan selama kesiapan
konstruksi hierarki otoritas publik harus sesuai dengan program otoritas otoritas
publik. Tindakan ini juga mencakup bukti yang dapat dikenali dari unit kerja yang
bertanggung jawab untuk pelaksanaan program, serta ID petunjuk pelaksanaan yang
bertindak sebagai tolok ukur untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Rencana pengeluaran untuk keperluan penyelenggaraan kegiatan umum
dikomunikasikan dalam satuan uang dan juga dapat digunakan sarana pengelolaan.
Agar persiapan dan kemampuan pemeriksaan berjalan dengan sukses, maka
penganggaran dan pengeluaran harus dilakukan secara cermat dan sistematis.
Perencanaan dengan pendekatan berbasis kinerja menggaris bawahi gagasan
nilai yang signifikan untuk uang tunai atau memeriksa hasil eksekusi. Pendekatan ini
juga menjunjung tinggi instrumen untuk mengenali dan fokus pada target serta cara
yang efisien dan masuk akal untuk menangani arah independen. Untuk memenuhi
komponen ini, perencanaan berbasis eksekusi dilengkapi dengan metode perencanaan
ilmiah.
11
Dalam perencanaan berbasis kinerja, asosiasi atau unit otoritas harus
mengantisipasi pelaksanaan yang konsisten, serta perencanaan berdasarkan
kemampuan, proyek, kegiatan, dan kategori pengeluaran, namun juga merencanakan
pelaksanaannya secara berkelanjutan. Kinerja menggabungkan antara lain,
konsekuensi dari tugas yang diselesaikan dan efek samping dari program yang telah
ditentukan sebelumnya.

2.1.6 Konsep Value for Money

Value for Money adalah pusat dari pengukuran kinerja dalam organisasi
pemerintah. input, output, dan hasil merupakan penilaian pelaksanaan pemerintah
yang harus dilihat secara bersama-sama. 3E atau ekonomi, efisiensi dan efektivitas
program dan kegiatan adalah titik fokus utama dalam menciptakan indikator kinerja.
Ekonomis berarti menemukan dan mengeluarkan aset secara produktif dan hati-hati
untuk mencapai hasil yang paling ekstrem, sedangkan efisiensi menyiratkan
pencapaian tujuan dan target secara efektif..
Value for Money adalah gagasan untuk mengawasi asosiasi area publik
dengan mempertimbangkan 3 faktor utama, yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas
(Mardiasmo, 2002:4), di mana implikasi dari ketiga gagasan tersebut adalah:
1. Ekonomi, dapatkan kontribusi kualitas yang konsisten dengan biaya paling
rendah. Masalah keuangan menyinggung sejauh mana asosiasi area publik
dapat membatasi pemanfaatan aset dengan menghindari pengeluaran yang tidak
efisien dan boros;
2. Efisiensi, untuk mencapai hasil yang paling ekstrim pada informasi tertentu,
atau menggunakan kontribusi paling sedikit untuk mencapai hasil tertentu.
Kemahiran adalah proporsi perbandingan hasil/masukan dengan pedoman atau
tujuan pameran yang ditetapkan; dan
3. Efektivitas, sejauh mana hasil yang diatur telah dicapai untuk tujuan yang
dinyatakan, kelangsungan hidup pada dasarnya adalah korelasi hasil dengan
hasil.

12
2.1.7 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

No Penelitian Judul Metode Hasil Penelitian


1 Purnomo, B., & Akuntabilitas, Metode analisis Temuan evaluasi
Putri, C. (2018). Transparansi, data model internal
Pengawasan dan menggunakan menunjukkan
Kinerja Anggaran metode partial bahwa di Satuan
Berkonsep Value least squares Kerja Perangkat
For Money (PLS) dengan Daerah (SKPD)
bantuan Bandung,
software beberapa
SmartPLS. akuntabilitas,
transparansi, dan
pengawasan
berpengaruh
signifikan
terhadap kinerja
anggaran.
2 Arifani, C., PENGARUH metode yang Hasil penelitian
Salle, A., & AKUNTABILITAS, digunakan menunjukkan
Rante, A. (2018 TRANSPARANSI adalah bahwa
DA purposive akuntabilitas tidak
PENGAWASAN sampling berpengaruh
TERHADAP dengan kriteria terhadap kinerja
KINERJA sampel yaitu anggaran
ANGGARAN Kepala Dinas, berdasarkan value
BERBASIS Kepala Bagian for money, artinya
VALUE FOR Keuangan, dan semakin tinggi
MONEY (Studi Bendahara tingkat
Empiris pada masing-masing akuntabilitas maka
Pemerimtah Kota OPD yang ada kinerja anggaran

13
Jayapura) di Kota akan semakin
Jayapura. tinggi. Sedangkan
Kabupaten transparansi
Jayapura. mempengaruhi
Jumlah sampel kinerja anggaran:
dalam penelitian pendekatan value
ini kurang lebih for money, artinya
100 orang semakin tinggi
tingkat
transparansi maka
kinerja anggaran
semakin tinggi.
Pengawasan
mempengaruhi
kinerja anggaran
berdasarkan value
for money.
Artinya dengan
peningkatan
pengawasan maka
kinerja anggaran
juga akan
meningkat

3 Andi Lina Pengaruh Penerapan Metode yang Setelah melakukan


Maulidiah Prinsip Good digunakan penelitian, penulis
(2012) Jurusan Corporate adalah metode menyimpulkan
Akuntansi Governance deskriptif bahwa perusahaan
Fakultas terhadap Kinerja komparatif yaitu harus lebih
Ekonomi Keuangan metode yang mensosialisasikan
Universitas Perusahaan melihat dan pentingnya tata
Hasanuddin Perum Perumnas menggambarkan kelola perusahaan
Makassar Regional VII Cab. lingkungan yang baik dan
Sulsel I dengan meningkatkan

14
mengumpulkan, kualitas penerapan
menyajikan, dan prinsip-prinsip
membandingkan Good Corporate
data untuk Governance
mendapatkan bagi karyawan
gambaran yang untuk dapat
jelas tentang apa mencapai tujuan
yang Anda perusahaan
selidiki dan
untuk menarik
kesimpulan
yang dapat
berdampak
signifikan pada
kinerja
keuangan
perusahaan
Anda, Anda
bisa
mendapatkan
gambaran
tentang apa
yang dilakukan
perusahaan
Anda.

15
4 Nadia Garini Pengaruh Metode analisis Hasil survei
(2011) Transparansi dan yang menunjukkan
Fakultas Akuntabilitas digunakan bahwa
Ekonomi terhadap Kinerja adalah transparansi dan
Jurusan Instansi Pemerintah metode akuntabilitas
Akuntansi pada Dinas Kota deskriptif dan berjalan
UNIKOM Bandung verifikatif bersamaan.
Bandung Tentang kinerja
dinas Kota
Bandung.
transparansi
Bertanggung
jawab pada saat
yang sama 67,2%
kontribusi atau
dampak Kinerja
Dinas Kota
Bandung.
Transparansi dapat
berdampak
signifikan pada
kinerja Pelayanan
Kota Bandung
Menjamin
Transparansi
Kontribusi atau
dampak 3,2%
Kinerja Dinas
Kota Bandung.
Setelah itu
Akuntabilitas
memiliki dampak
besar pada kinerja

16
Pelayanan di Kota
Bandung,
Akuntabilitas
memberikan
kontribusi atau
dampak sebesar
33,0% terhadap
kinerja Pelayanan
di Kota Bandung

5 Ridwan Pengaruh Penerapan Penelitian ini Hasil uji hipotesis


Frediawan Prinsip Good adalah metode dilakukan dengan
(2008) Corporate pemeriksaan menggunakan uji-t
Governance dan dengan tingkat
terhadap Kinerja menggambarkan signifikansi 5%,
Keuangan lingkungan atau menunjukkan
Perusahaan (Studi situasinya penolakan Ho
Kasus pada PT tampak nyata di untuk menerima
Jamsostek Kantor perusahaan Ha, karena uji t > t
Cabang II Bandung) dengan cara tabel = 3,147 >
mengumpulkan, 2,132
menyajikan, dan menunjukkan
menganalitis penerapan prinsip
data, sehingga good corporate
diperoleh governance
gambaran yang (GCG) Sangat
jelas berpengaruh
tentang objek terhadap kinerja
yang diteliti keuangan
agar dapat perusahaan.
diambil suatu
kesimpulan

17
2.1.9 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian
Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana
hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang telah diketahui dalam suatu masalah
terhubungkan secara pasti. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis
antara variabel-variabel penelitian yaitu variabel bebas/independen dan variabel
terikat/dependen. Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
variabel independen (X), yaitu akuntabilitas, transparansi, dan pengawasan,
sedangkan variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah kinerja anggaran
berkonsep Value for Money. Kerangka konsep penelitian ini adalah pengaruh
akuntabilitas, transparansi, dan pengawasan terhadap kinerja Anggaran berkonsep
Value for Money. Kerangka konseptual dalam penelitian ini ditunjukkan pada gambar
2.1. berikut.

Akuntabilitas (X1)

Kinerja Anggaran berkonsep


Transparansi (X2) Value for Money (Y)

Pengawasan (X3)

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, dapat dibangun hipotesis sebagai


berikut:

1. Pengaruh Akuntabilitas terhadap Kinerja Kinerja Anggaran Berkonsep


Value for Money
Kebebasan untuk mengumpulkan informasi merupakan aspek fundamental dari
tanggung jawab. Artinya, data yang berkaitan dengan kepentingan publik dapat
diperoleh secara langsung (Aprianti dan Riharjo, 2017). Untuk mengatasi hubungan
antara akuntabilitas dan kinerja anggaran berkonsep value for money, hasil penelitian

18
yang dilakukan oleh Fernandes (2015) menujukkan bahwa tanggung jawab atau
akuntabilitas pada dasarnya mempengaruhi kinerja anggaran berkonsep value for
money. Pada umumnya, semua anggaran selalu berkaitan dengan tanggung jawab
atau akuntabilitas publik. Pengelolaan keuangan membutuhkan tanggung jawab atau
akuntabilitas di mana ada peningkatan minat untuk pelaksanaan tanggung atau
akuntabilitas publik baik oleh organisasi sektor publik pusat maupun daerah
(Mahmud.F.A, 2013) terlepas dari permintaan untuk tanggung jawab atau
akuntabilitas area publik terkait dengan persyaratan untuk transparansi dan
memberikan data kepada publik untuk memenuhi hak publik dalam halnya
pengelolaan anggaran. Dari uraian akuntabilitas terhadap kinerja anggaran berkonsep
value for money, maka diajukan hipotesis pertama sebagai beriku:
H1: Akuntabilitas berpengaruh terhadap kinerja anggaran berkonsep Value for
Money pada Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Papua Barat

2. Pengaruh Transparansi terhadap Kinerja Anggaran Berkonsep Value for


Money
Transparansi adalah keterbukaan akses dan pengumpulan informasi, adanya
laporan pengelolaan anggaran yang diterbitkan secara berkala, dan untuk
menginformasikan kepada publik tentang kemajuan proses pemerintahan (Putri dan
Subardjo, 2017). Fernandes (2015), menyatakan bahwa transparansi moneter
(keterbukaan) dapat lebih mengembangkan pelaksanaan kinerja anggaran dengan
menggunakan konsep value of money untuk membuat rencana keuangan yang
normal. Kebijakan anggaran pemerintah adalah perhitungan yang signifikan dari
pelaksanaan rencana pengeluaran yang bermanfaat. Semakin transparan kebijakan itu
sendiri, semakin mudah bagi masyarakat umum untuk mengakses informasi. Hal ini
didukung oleh penelitian Anugriani (201 ) yang menunjukkan bahwa transparansi
konsep value of money berpengaruh positif terhadap kinerja anggaran. Dari uraian
transparansi terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money, maka diajukan
hipotesis kedua sebagai berikut:
H2: Transparansi berpengaruh terhadap kinerja anggaran berkonsep Value for
Money pada Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Papua Barat

19
3. Pengaruh Pengawasan terhadap Kinerja Anggaran Berkonsep Value for
Money
Pengawasan atau monitoring pada dasarnya adalah mengamati apa yang
sebenarnya terjadi dan membandingkannya dengan apa yang seharusnya terjadi.
Apabila ditemukan penyimpangan atau kendala dalam penganggaran, diharapkan
dapat segera mengidentifikasi penyimpangan atau kendala tersebut sehingga dapat
dilakukan tindakan korektif. Dengan adanya tindakan koreksi ini, maka diharapkan
pelaksanaan kegiatan yang bersangkutan dapat tercapai secara maksimal. Hal ini
didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Anugriani (2014), yang
menunjukkan bahwa pengawasan atau monitoring berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money. Dari uraian pengawasan
terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money, maka diajukan hipotesis ketiga
sebagai berikut:
H3: Pengawasan berpengaruh terhadap kinerja anggaran berkonsep Value for
Money pada Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Papua Barat

20
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Papua
Barat yang berlokasi di Andai, Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat. Waktu
penelitian dilaksakan selama 1 bulan yaitu dari bulan Mei hingga Juni 2022.

3.2 Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menguji hipotesis
yang telah disusun. Penelitian kuantitatif diperlukan untuk menggunakan angka-
angka, mulai dari mengumpulkan data, menginterpretasikan angka-angka tersebut
dan memberikan hasil. Penelitian kuantitatif ini menggunakan pendekatan
korelasional. Pendekatan korelasional adalah jenis penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel atau lebih yang diukur, ada
tidaknya hubungan, seberapa dekat hubungan tersebut, dan seberapa dekat hubungan
tersebut. penting atau tidak (Suharsimi,2002).

3.3 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan dalam
kelancaran dan keberhasilan suatu penelitian. Dalam penelitian ini, metode
pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Angket atau Kuesioner


Kuesioner atau angket adalah suatu teknik pengumpulan data melalui suatu
formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada seseorang atau
sekelompok orang guna memperoleh jawaban atau tanggapan dan informasi yang
diperlukan bagi peneliti (Mardalis: 2008: 66). Penelitian ini menggunakan angket
atau kuesioer, daftar pertanyaannya disusun dalam bentuk pertanyaan pilihan
berganda (multiple choice questions) dan pertanyaan terbuka (open question).

21
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data persepsi responden tentang
akuntabilitas, transparansi, pengawasan dan kinerja anggaran berkonsep value for
money.

2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi meliputi pengumpulan data dengan mempelajari benda-
benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, maupun literatur (Arikunto,
2002). Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang referensi terkait
variabel yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain akuntabilitas,
transparansi, pengawasan serta kinerja anggaran yang berbasis value for money.

3.4 Jenis dan Sumber Data


3.4.1 Jenis Data
Jenis penelitian ini yang digunakan adalah penelitian kuantitatif.
Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menggunakan angka dalam
penyajian data dan analisis yang menggunakan uji statistik. Data kuantitatif,
berupa nilai atau skor responden terhadap pertanyaan angket.

3.4.2 Sumber Data


Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data yang
diperoleh secara langsung dari hasil penelitian lapangan. Data primer dalam
penelitian ini berupa informasi atas jawaban kuesioner yang akan diisi oleh
pegawai Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Papua Barat.

3.5 Populasi dan Sampel


3.5.1 Populasi
Menurut Warsito (1992), populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang
dapat meliputi manusia, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa, sebagai
sumber data dengan ciri-ciri tertentu dalam suatu penelitian. Populasi yang
digunakan sebagai objek penelitian dalam penelitian ini adalah keseluruhan pegawai
pada Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Papua Barat yang berjumlah 55 pegawai.
22
3.5.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto,
2002). Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
sampling jenuh, yaitu teknik pengambilan sampel yang mengambil sampel dari
seluruh anggota populasi (Sugiyono, 2011). Sampel dalam penelitian ini adalah
keseluruhan pegawai pada Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Papua Barat yang
berjumlah 55 pegawai.

3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


Definisi operasional memberikan pemahaman tentang ide atau variabel
dengan menentukan aktivitas atau tindakan yang diharapkan untuk mengukurnya.
Penelitian ini menggunakan variabel independen dan variabel dependen.

3.6.1 Variabel Independen


Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi
penyebab berubahnya atau berkembangnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono,
2019). Pengukuran variabel ini bertujuan untuk instrumen yang telah dikembangkan
oleh Siregar (2011). Variabel independen dalam penelitian ini antara lain:
1. Variabel X1 adalah akuntabilitas
Implikasi dari akuntabilitas dalam penelitian ini adalah akuntabilitas publik,
dimana pihak pemegang amanah (agent) berkewajiban untuk
mempertanggungjawabkan, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan
semua aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak
pemberi amanah (principal). Indikator akuntabilitas adalah mencegah
penyalahgunaan kekuasaan, mematuhi hukum, proses dan
pertanggungjawaban anggaran, memberian pelayan publik yang tepat waktu,
responsif dan murah biaya, pertimbangan baik atau tujuan hasil dengan biaya
minimal. Skala yang digunakan adalah skala sikap Likert dengan skala ukur
Interval, untuk peniliaiannya adalah sebagai berikut :
1. Sangat Tidak Setuju (STS) = diberi skor 1
2. Tidak Setuju (TS) = diberi skor 2
23
3. Netral (N) = diberi skor 3
4. Setuju (S) = diberi skor 4
5. Sangat Setuju (SS) = diberi skor 5

2. Variabel X2 adalah transparansi


Transparansi adalah asas yang menjamin bahwa setiap orang mempunyai
akses atau kebebasan untuk mendapatkan data tentang organisasi
pemerintahan, terutama dalam hal strategi, perbaikan dan pelaksanaan
pengaturan pemerintahan dan hasil yang didapat. Indikator transparansi
adalah sistem kebijakan anggaran yang terbuka, dokumen anggaran yang
dapat diakses, pelaporan pertanggungjawaban yang tepat waktu,
pertimbangan suara rakyat, dan sistem penyediaan informasi kepada publik.
Skala yang digunakan adalah Skala Sikap Likert, dengan skala pengukuran
interval yang dinilai sebagai berikut:
1. Sangat Tidak Setuju (STS) = diberi skor 1
2. Tidak Setuju (TS) = diberi skor 2
3. Netral (N) = diberi skor 3
4. Setuju (S) = diberi skor 4
5. Sangat Setuju (SS) = diberi skor 5

3. Variabel X3 adalah pengawasan


Pengawasan adalah proses pemantauan kegiatan untuk memastikan bahwa
kegiatan tersebut dilakukan dengan cara yang ditargetkan, dan bahwa tujuan
yang dimaksud tercapai dengan mengevaluasi, bertindak secara kooperatif
pada kegiatan yang menyimpang dari atau tidak sepenuhnya memenuhi tujuan
yang dimaksudkan. Indikator monitoring adalah monitoring input, monitoring
proses, dan monitoring output. Skala yang digunakan adalah Skala Sikap
Likert, dengan skala pengukuran interval yang dinilai sebagai berikut:
1. Sangat Tidak Setuju (STS) = diberi skor 1
2. Tidak Setuju (TS) = diberi skor 2
3. Netral (N) = diberi skor 3
4. Setuju (S) = diberi skor 4
5. Sangat Setuju (SS) = diberi skor 5

24
3.6.2 Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kinerja
Angggaran berkonsep Value for Money yang diwakili oleh (Y). Kinerja Anggaran
berkonsep Value for Money adalah pusat dari kinerja pemerintah dalam pengelolaan
anggaran. Pengukuran variabel kinerja Anggaran berkonsep Value for Money
menggunakan kuesioner dengan skala yang digunakan adalah skala sikap Likert dan
skala ukur Interval. Setiap elemen dari setiap variabel menjadi dasar untuk membuat
kuesioner yang jawabannya dievaluasi sebagai berikut:
6. Sangat Tidak Setuju (STS) = diberi skor 1
7. Tidak Setuju (TS) = diberi skor 2
8. Netral (N) = diberi skor 3
9. Setuju (S) = diberi skor 4
10. Sangat Setuju (SS) = diberi skor 5

3.7 Analisis Data

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai


berikut:

3.7.1 Uji Kualitas data


Pengujian instrumen penelitian dalam penelitian ini meliputi
pengujian dan pengukuran angket. Informasi yang didapat tidak akan berguna
jika alat yang digunakan dalam pengumpulan data tidak memiliki derajat
keaslian (validity) dan tingkat kepercayaan (reliability).

a. Uji Validitas atau Kesahihan


Validitas adalah ketepatan item atau perangkat data ketika mengukur apa
yang sedang diukur. Ini menunjukkan bantuan item dalam
mengungkapkan apa yang ingin ungkapkan (Priyatno, 2012:110).

b. Uji Reliabilitas atau Keandalan


Menurut Priyatno (2012:177), uji reliabilitas digunakan untuk
menentukan konsistensi alat ukur berupa kuesioner, skala, atau angket,

25
apakah alat ukur tersebut akan mendapatkan pengukuran yang tetap
konsisten jika pengukuran diulang kembali.

3.7.2 Uji Asumsi Klasik


1. Uji Normalitas
Uji normalitas data menguji apakah nilai residual yang diperoleh dari
regresi berdistribusi normal. Model regresi yang layak memiliki residual yang
berdistribusi normal (Priyatno, 2012:144). Ada dua strategi uji normalitas
sebagai berikut:
1) Metode grafik
Yaitu untuk menguji distribusi data pada sumber diagonal pada grafik
Normal P-Plot of regression standardized residual ternormalisasi
(Priyatno, 2012:144). Berikut ini berlaku sebagai dasar pengambilan
keputusan: Jika titik-titik tersebut berada di sekitar diagonal, maka model
regresi memenuhi asumsi normalitas.
2) Metode Uji One Sample Kolmogorov Smirnov.
Uji ini digunakan untuk menentukan sebaran data, apakah data
terdistribusi normal (Priyatno, 2012:147). Pengujian ini diselesaikan
dengan membandingkan probabilitas yang didapat dan taraf tingkat
kepentingan atau signifiksi 0,05. Jika nilai signifikan hitung > 0,005
maka data tertribusi normal (Ghozali, 2013).

2. Uji Multikolinearitas
Menurut Priyatno (2012:151), multikolinearitas adalah kondisi dimana
model regresi menemukan adanya hubungan yang ideal atau mendekati
sempurna antara variabel-variabel independen. Uji multikolinearitas
diharapkan dapat memutuskan apakah ada hubungan linear antara variabel
independen dalam model regresi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinearitis maka dilakukan dengan melihat nilai tolerance value dan
variance inflantion factor (VIF). Nilai tolerance value mengukur perubahan
variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel
independen lainya. Oleh karena itu, nilai tolerance yang rendah sama dengan
nilai VIF tinggi karena VIF = 1/tolerance value. Nilai yang biasa digunakan
untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance value
26
<0,10 atau sama dengan nilai VIF >10 maka tidak terjadi multikolinearitas
amtara variabel independennya (Ghozali, 2013).

3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah suatu kondisi dimana terjadi disparitas
perubahan dari nilai sisa yang dimulai dari satu persepsi kemudian ke persepsi
berikutnya. Model regresi yang layak adalah tidak terjadinya
heteroskedastisitas (Priyatno, 2012:158). Model regresi yang layak adalah
yang homokedatisitas atau tidak terjadi homokedatisitas. Jaminan ada atau
tidak adanya heteroskedastisitas harus dilakukan dengan uji Glejser. Pada uji
Glejser, diketahui terdapat tanda terjadi heteroskedastisitas jika variabel
independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen. Jika
probabilitas signifikan diatas tingkat kepercayaan 5% maka model regresi
tidak mengundung adanya heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).

3.7.3 Uji Regresi Linear Berganda


Analisis regresi linear berganda merupakan analisis yang mengukur besarnya
pengaruh antara setidaknya dua atau lebih variabel independen terhadap satu variabel
dependen untuk memprediksi variabel dependen dengan menggunakan variabel
independen (Priyatno, 2012:127). Dalam penelitian ini, variabel independen (bebas)
yang digunakan adalah akuntabilitas, transparansi, dan pengawasan, sedangkan
variabel dependen (terikat) adalah kinerja anggaran berkonsep Value for Money. Jadi
persamaan untuk analisis regresi linear bergandanya adalah sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e

Keterangan:
Y = Kinerja Anggaran berkonsep Value for Money
a = Konstanta

27
X1 = Akuntabilitas
X2 = Transparansi
X3 = Pengawasan
b1,b2, b3 = Koefisien Regresi
e = Standar Error (5%)

3.7.4 Uji Hipotesis


1. Uji F
Uji koefisen regresi secara umumnya menunjukkan apakah variabel
independen secara keseluruhan atau bersama-sama mempengaruhi variabel
dependen. Kriteria pengujian yang digunakan terdiri dari membandingkan nilai
signifikan yang diperoleh dengan tingkat signifikan yag telah ditetapkan yaitu
0,05. Jika nilai signifikan < 0,05 maka variabel independen kemungkinan besar
mempengaruhi variabel dependen atau hipotesis diakui atau diterima (Ghozali,
2013).

2. Uji t

Pengujian regresi parsial (t test) bertujuan untuk melihat apakah variabel


bebas (independen) secara individu mempunyai pengaruh terhadap variabel
terikat (dependen), dengan asumsi variabel bebas lainnya konstan (Ghozali,
2013). Apabila nilai signifikan < 0,05 maka variabel independen mampu
mempengaruhi variabel dependen secara parsial. Selain itu dengan
membandingkan t hitung dengan t tabel dengan ktiteria sebagai berikut :
a) Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak
b) Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima

3. Uji Koefisien Determinasi ( )


Uji koefisien determinasi ( ) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kapasitas model untuk menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien
determinasi antara 0 dan 1. Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel-

28
variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai
yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua data yang diharapkan untuk memprediksi variasi variabel dependen
(Ghozali, 2011).

29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Responden dalam penelitian ini adalah keseluruhan pegawai yang bekerja di


Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Papua Barat yaitu sebanyak 55 orang. Kuisioner
yang disebar adalah sejumlah 55 kuesioner. Dari keseluruhan kuesioner yang dibagi,
keseluruhan kuesioner kembali. Rincian penyebaran kuesioner ditampilkan dalam
tabel 4.1. di bawah ini:

Tabel 4.1
Penyebaran Kuesioner

No. Keterangan Jumlah (Kuesioner) %

1. Kuesioner disebar ke responden 55 100

2. Kuesioner kembali dan dapat diolah 55 100

Dalam penelitian ini, dapat dilihat karakteristik responden berdasarkan jenis


kelamin, usia, dam tingkat pendidikan terakhir yang ditampilkan dalam tabel 4.2 di
bawah ini:

Tabel 4.2

Karakteristik Responden

Frekuensi Persentase
Keterangan
55 100%
Jenis Laki-Laki 32 58%
kelamin Perempuan 23 42%
Usia 20-30 Tahun 1 2%
31-40 Tahun 32 58%
41-50 Tahun 17 31%
51-60 Tahun 5 9%
Pendidikan SLTA 16 29%
Terakhir Diploma 3 1 2%
S1 35 64%

30
S2 3 5%
Pada tabel 4.2 menunjukkan karakteristik responden dari 55 kuesioner yang
digunakan dalam pengolahan data, di mana pegawai berjenis kelamin laki-laki lebih
dominan (58%) daripada pegawai yang berjenis kelamin perempuan. Para pegawai
terdiri dari berbagai tingkatan usia, dimana rentang usia 31-40 tahun lebih dominan
(58%), sedangkan untuk pendidikan terakhir pegawai di Dinas Koperasi dan UKM
Provinsi Papua Barat dominan (64%) memiliki pendidikan akhir Strata Satu (S1).

4.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan pengujian instrumen penelitian uji validasi


dan uji reliabilitas yang bertujuan untuk mengetahui pernyataan pada alat ukur
(kuesioner) telah valid dan reliabel. Berikut ini adalah hasil dari uji validitas dan
reliabilitas dalam penelitian ini.

4.2.1 Hasil Uji Validitas


Uji validitas digunakan untuk mengetahui validitas atau kelayakan kuesioner
penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data. Dalam pengujian ini, kami
menggunakan prinsip korelasi atau menghubungkan setiap skor variabel X dengan
skor total variabel Y. Dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1. Jika nilai r hitung > dari nilai r tabel, maka kuesioner tersebut dinyatakan
valid
2. Jika nilai r hitung < dari nilai r tabel, maka kuesioner tersebut dinyatakan
tidak valid.
Pengujian Validitas dilakukan untuk memeriksa setiap variabel yaitu
akuntabilitas (X1), transparansi (X2), pengawasan (X3) dan kinerja anggaran
berkonsep value for money (Y) dengan menggunakan SPSS 26. Jika hasil
perhitungan dari masing-masing variabel menghasilkan r-hitung lebih besar daripada
r-tabel maka data yang diperoleh dapat dianggap valid, sedangkan jika hasil r-hitung
lebih kecil daripada r-tabel maka data yang diperoleh tidak valid.
Nilai r-tabel pada tabel r statistik didapatkan sebesar 0,266. Pada uji
validitas yang dilakukan pada variabel akuntabilitas (X1) yang dapat dilihat pada
kolom korelasi, diketahui bahwa semua nilai r-hitung lebih besar dari r-tabel, yang

31
berarti semua indikator pada kuesioner tersebut dinyatakan valid. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini:

Tabel 4.3
Hasil Uji Validitas Variabel Akuntabilitas
Item / pernyatan
r - hitung r - tabel Keterangan
ke
X1.1 0,488 0,266 Valid
X1.2 0,893 0,266 Valid
X1.3 0,813 0,266 Valid
X1.4 0,893 0,266 Valid
X1.5 0,509 0,266 Valid
X1.6 0,813 0,266 Valid
X1.7 0,736 0,266 Valid
X1.8 0,646 0,266 Valid
X1.9 0,680 0,266 Valid
Sumber : Data Diolah, 2022

Pada outuput hasil nilai korelasi dapat dilihat pada kolom nilai korelasi
diketahui korelasi X1.1 dengan skor 0,488. Lihat juga pada korelasi X1.2, X1.3 dan
seterusnya hingga X1.9 semuanya menunjukkan nilai korelasi di atas nilai r tabel
0,266, maka dapat disimpulkan bahwa semua konstruk pertanyaan dari variabel
akuntabilitas dinyatakan valid.

Pada uji validitas yang dilakukan pada variabel transparansi (X2) yang dapat
dilihat pada kolom korelasi, diketahui bahwa semua nilai r-hitung lebih besar dari r-
tabel, yang berarti semua indikator pada kuesioner tersebut dinyatakan valid. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4 di bawah ini:

32
Tabel 4.4

Hasil Uji Validitas Variabel Transparansi

Item / pernyatan
r - hitung r - tabel Keterangan
ke
X2.1 0,874 0,266 Valid
X2.2 0,625 0,266 Valid
X2.3 0,688 0,266 Valid
X2.4 0,625 0,266 Valid
X2.5 0,688 0,266 Valid
X2.6 0,814 0,266 Valid
X2.7 0,440 0,266 Valid
X2.8 0,874 0,266 Valid
X2.9 0,814 0,266 Valid
Sumber : Data Diolah, 2022

Pada outuput hasil nilai korelasi dapat dilihat pada kolom nilai korelasi
diketahui korelasi X2.1 dengan skor 0,874. Lihat juga pada korelasi X2.2, X2.3 dan
seterusnya hingga X2.9 semuanya menunjukkan nilai korelasi di atas nilai r tabel
0,266 maka dapat disimpulkan bahwa semua konstruk pertanyaan dari variabel
transparansi dinyatakan valid.

Pada uji validitas yang dilakukan pada variabel pengawasan (X3) yang dapat
dilihat pada kolom korelasi, diketahui bahwa semua nilai r-hitung lebih besar dari r-
tabel, artinya semua indikator pada kuesioner tersebut dinyatakan valid. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini

33
Tabel 4.5

Hasil Uji Validitas Variabel Pengawasan

Item / pernyatan
r - hitung r - tabel Keterangan
ke
X3.1 0,751 0,266 Valid
X3.2 0,751 0,266 Valid
X3.3 0,426 0,266 Valid
X3.4 0,398 0,266 Valid
X3.5 0,624 0,266 Valid
X3.6 0,604 0,266 Valid
X3.7 0,476 0,266 Valid
X3.8 0,476 0,266 Valid
X3.9 0,630 0,266 Valid
Sumber : Data Diolah, 2022

Pada outuput hasil nilai korelasi dapat dilihat pada kolom nilai korelasi
diketahui korelasi X3.1 dengan skor 0,751. Lihat juga pada korelasi X3.2, X3.3 dan
seterusnya hingga X3.9 semuanya menunjukkan nilai korelasi di atas nilai r tabel
0,266 maka dapat disimpulkan bahwa semua konstruk pertanyaan dari variabel
pengawasan dinyatakan valid.

Pada uji validitas yang dilakukan pada variabel kinerja anggaran berkonsep
value for money (Y) dapat dilihat pada kolom korelasi, diketahui bahwa semua nilai
r-hitung lebih besar dari r-tabel, artinya semua indikator pada kuesioner tersebut
dinyatakan valid. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini:

34
Tabel 4.6

Hasil Uji Validitas Variabel Kinerja Anggaran berkonsep Value for


Money

Item / pernyatan
r - hitung r - tabel Keterangan
ke
Y1 0,332 0,266 Valid
Y2 0,374 0,266 Valid
Y3 0,614 0,266 Valid
Y4 0,368 0,266 Valid
Y5 0,763 0,266 Valid
Y6 0,466 0,266 Valid
Y7 0,804 0,266 Valid
Y8 0,811 0,266 Valid
Y9 0,698 0,266 Valid
Y10 0,404 0,266 Valid
Y11 0,335 0,266 Valid
Sumber : Data Diolah, 2022

Pada outuput hasil nilai korelasi dapat dilihat pada kolom nilai korelasi
diketahui korelasi Y1 dengan skor 0,332. Lihat juga pada korelasi Y2, Y3 dan
seterusnya hingga Y.11 semuanya menunjukkan nilai korelasi di atas nilai r tabel
0,266 maka dapat disimpulkan bahwa semua konstruk pertanyaan dari variabel kinerja
anggaran berkonsep value for money dinyatakan valid.

4.2.2 Hasil Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan


indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau dapat
dipercaya jika respon seseorang terhadap suatu pernyataan konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu (Ghozali, 2013). Tingkat reliabilitas suatu konstruk/variabel dapat

35
dilihat dari hasil statistik Cronbach Alpha (α). Suatu variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 (Ghozali, 2013).

Tabel 4.7

Hasil Uji Reliabilitas

Chronbach’s
Variabel Keterangan
Alpha
Akuntabilitas 0.884 Reliabel
Transparansi 0.884 Reliabel
Pengawasan 0.884 Reliabel
Kinerja Anggaran Berkonsep 0.808
Reliabel
Value for Money
Sumber : Data Diolah, 2022

4.3. Analisis Data

4.3.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif

Tabel 4.8

Hasil Uji Statistik Deskriptif

N Min Max Mean Std. Deviation

Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic


Akuntabilitas 55 11 238 34.36 1.770 6.117
Transparansi 55 22 196 33.00 .405 6.891
Pengawasan 55 26 251 37.31 .558 4.264
Kinerja Anggaran VfM 55 11 309 36.22 .720 4.822
Valid N (listwise) 55

Sumber : Data Diolah, 2022

1. Akuntabilitas (X1) dapat diukur menggunakan kuesioner terdiri dari 9


pertanyaan dengan skala likert yang terdiri dari 5 alternatif jawaban, dimana

36
skor 5 memiliki skor tertinggi dan 1 memiliki skor terendah. Akuntabilitas
memiliki nilai terkecil (minimum) sebesar 11 dan nilai terbesar (maximum)
sebesar 238. Rata-rata cara pandang pegawai terhadap akuntabilitas yang
dimiliki oleh 55 responden pegawai menunjukkan hasil yang positif sebesar
34.36. Nilai standar deviasi akuntabilitas adalah sebesar 6.117 (di bawah rata-
rata), artinya akuntabilitas memiliki tingkat variasi data yang rendah.
2. Transparansi (X2) dapat diukur menggunakan kuesioner terdiri dari 9
pertanyaan dengan skala likert yang terdiri dari 5 alternatif jawaban, dimana
skor 5 memiliki skor tertinggi dan 1 memiliki skor terendah. Transparansi
memiliki nilai terkecil (minimum) sebesar 22 dan nilai terbesar (maximum)
sebesar 196. Rata-rata cara pandang pegawai terhadap transparansi yang
dimiliki oleh 55 responden pegawai menunjukkan hasil yang positif sebesar
33.00. Nilai standar deviasi transparansi adalah sebesar 6.891 (di bawah rata-
rata), artinya transparansi memiliki tingkat variasi data yang rendah.
3. Pengawasan (X3) dapat diukur menggunakan kuesioner terdiri dari 9
pertanyaan dengan skala likert yang terdiri dari 5 alternatif jawaban, dimana
skor 5 memiliki skor tertinggi dan 1 memiliki skor terendah. Pengawasan
memiliki nilai terkecil (minimum) sebesar 26 dan nilai terbesar (maximum)
sebesar 251. Rata-rata cara pandang pegawai terhadap pengawasan yang
dimiliki oleh 55 responden pegawai menunjukkan hasil yang positif sebesar
37.31. Nilai standar deviasi pengawasan adalah sebesar 4.264 (di bawah rata-
rata), artinya pengawasan memiliki tingkat variasi data yang rendah.
4. Kinerja anggaran berkonsep value for money (Y) dapat diukur menggunakan
kuesioner terdiri dari 11 pertanyaan dengan skala likert yang terdiri dari 5
alternatif jawaban, dimana skor 5 memiliki skor tertinggi dan 1 memiliki skor
terendah. Kinerja anggaran berkonsep value for money memiliki nilai terkecil
(minimum) sebesar 11 dan nilai terbesar (maximum) sebesar 309. Rata-rata
cara pandang pegawai terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money
yang dimiliki oleh 55 responden pegawai menunjukkan hasil yang positif
sebesar 36.22. Nilai standar deviasi kinerja anggaran berkonsep value for
money adalah sebesar 4.264 (di bawah rata-rata), artinya kinerja anggaran
berkonsep value for money memiliki tingkat variasi data yang rendah.

4.3.2 Hasil Uji Asumsi Klasik


37
Sebelum data dianalisis menggunakan analisis regresi sederhana, data terlebih
dahulu data diuji dengan menggunakan uji asumsi klasik yang terdiri dari uji
Normalitas, Multikolinearitas dan Heteroskedastisitas. Uji asumsi klasik diperlukan
agar data yang dimasukkan dalam model regresi dapat memenuhi ketentuan dan
syarat dalam regresi. Perhitungan semua uji asumsi klasik dilakukan dengan
menggunakan program SPSS versi 26.

4.3.2.1 Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal


atau tidak. Uji ini dilakukan menggunakan uji statistic kolmogrov-smirnov
test,dengan nilai signifikan >0,05 (Ghozali, 2011). Hasil uji normalitas dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Metode Grafik

Grafik P-plot pada gambar 4.1 menunjukkan sebaran data (titik) disekitar
garis regresi dan sebaran titik-titik data searah sepanjang diagonal, maka
dapat disimpulkan bahwa model regresi layak digunakan karena memenuhi
asumsi normalitas.

38
Gambar 4.1.
Grafik p-plot Uji Normalitas
2. Metode Uji One Sample Kolomogorov Smirnov (KS) Test

Tabel 4.9

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 55
Normal Parametersa,b Mean .0000000
Std. Deviation 3.71596884
Most Extreme Differences Absolute .127
Positive .127
Negative -.093
Test Statistic .127
Asymp. Sig. (2-tailed) .227c
Exact Sig. (2-tailed) .310
Point Probability .000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber : SPSS, 2022

Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui nilai signifikasi 0,227 > 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa nilai residual berdistribusi normal.

4.3.2.2 Hasil Uji Multikolinearitas

Pengujian ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi menemukan


adanya korelasi antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
multikolinearitas maka dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance ffjJFf

Inflation Factor (VIF). Nilai yang umum dipakai untuk menunjukan adanya
multikolinearitas adalah nilai Tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai VIF <10
maka tidak terjadi multikolinieritas antara variabel independennya (Ghozali, 2013.)

39
Tabel 4.10

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinearity
t Sig.
Coefficients Coefficients Statistics
Model
Std.
B Beta Tolerance VIF
Error
1 (Constant) 15.118 4.643 3.256 0.002

Akuntabilitas 0.305 0.16 0.387 1.908 0.062 0.283 3.539

Transparansi 0.124 0.138 0.178 0.9 0.372 0.299 3.343

Pengawasan 0.174 0.142 0.154 1.229 0.225 0.174 1.352


Sumber : SPSS, 2022

Data tersebut dapat diketahui bahwa nilai VIF dari masing-masing variabel
independen memiliki nilai kurang dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,10.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini terbebas dari gejala
multikolinieritas antar variabelnya.

4.3.2.3 Hasil Uji Heterokedastisitas

Uji Heteroskedastisitas untuk mengetahui apakah ada penyimpangan dari


asumsi klasik heteroskedastisitas, yaitu ketidaksamaan varian residual untuk semua
pengamatan dalam model regresi. Uji Glejser digunakan untuk mengetahui ada
tidaknya heteroskedastisitas. Pada uji Glejser, terdapat indikasi terjadi
heteroskedastisitas apabila variabel independen.

Berpengaruh signifikan secara statistik terhadap variabel depeneden. Jika


probabilitas signifikan diatas tingkat kepercayaan 0.05, maka model regresi tidak
mengandung adanya heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).

40
Table 4.11
Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel Sig. Keterangan

Akuntabilitas 0.228 Homokedastisitas


Transparansi 0.413 Homokedastisitas
Pengawasan 0.101 Homokedastisitas
Kinerja Anggaran VfM 0.150 Homokedastisitas
Sumber: Data diolah, 2022

Menunjukkan bahwa nilai signifikan masing-masing variabel lebih besar dari


0,05 sehingga variabel akuntabilitas, transparansi, pengawasan dan kinerja anggaran
berkonsep value for money tidak terjadi gejala Heteroskedastisitas.

4.4 Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Dalam buku Imam Ghozali (2013), Gujarati (2003) menggambarkan analisis


regresi sebagai variabel dependen (terikat) pada satu atau lebih variabel independen
(variabel bebas) dengan tujuan untuk memperkirakan atau memprediksi mean yang
didefinisikan sebagai investigasi ketergantungan, variabel terikat berdasarkan nilai
variabel bebas yang diketahui.

Analisis regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini untuk
membandingkan pengaruh akuntabilitas terhadap kinerja anggaran berkonsep value
for money, pengaruh transparansi terhadap kinerja anggaran berkonsep value for
money, dan pengaruh pengawasan terhadap kinerja anggaran berkonsep value for
money. Hasil analisis regresi linier berganda ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

41
Tabel 4.12

Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Unstandardized
Coefficients
Model
Std.
B
Error
1 (Constant) 15.118 4.643
Akuntabilitas 0.305 0.16
Transparansi 0.124 0.138
Pengawasan 0.174 0.142
Sumber : SPSS, 2022

Berdasarkan Tabel 4.11 dapat dibuat persamaan regresi linier berganda


sebagai berikut:

Y = 15.118+ 0.305X1 + 0.124X2 + 0.174X3 + 0.05

Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Nilai konstanta (a) bernilai positif sebesar 15.118, hal ini menunjukkan
pengaruh yang searah antara variabel independen dan variabel dependen. Jika
semua variabel independen yang meliputi akuntabilitas (X1), transparansi
(X2), dan pengawasan (X3) bernilai 0 persen atau tidak mengalami perubahan
, maka nilai kinerja anggaran berkonsep value for money adalah 15.118.
2. Nilai koefisien regresi variabel akuntabilitas (X1) bernilai positif sebesar
0.305. Nilai tersebut menunjukkan pengaruh positif (searah) antara variabel
akuntabilitas dengan kinerja anggaran berkonsep value for money. Hal ini
artinya jika variabel akuntabilitas mengalami kenaikan sebesar 1%, maka
kinerja anggaran berkonsep value for money juga akan mengalami kenaikan
sebesar 0.305. Dengan asumsi variabel lainnya tetap konstan.
3. Nilai koefisien regresi variabel transparansi (X2) bernilai positif sebesar
0.124. Nilai tersebut menunjukkan pengaruh positif (searah) antara variabel

42
transparansi dengan kinerja anggaran berkonsep value for money. Hal ini
artinya jika variabel transparansi mengalami kenaikan sebesar 1%, maka
kinerja anggaran berkonsep value for money juga akan mengalami kenaikan
sebesar 0.124. Dengan asumsi variabel lainnya tetap konstan.
4. Nilai koefisien regresi variabel pengawasan (X3) bernilai positif sebesar
0.174. Nilai tersebut menunjukkan pengaruh positif (searah) antara variabel
pengawasan dengan kinerja anggaran berkonsep value for money. Hal ini
artinya jika variabel pengawasan mengalami kenaikan sebesar 1%, maka
kinerja anggaran berkonsep value for money juga akan mengalami kenaikan
sebesar 0.174. Dengan asumsi variabel lainnya tetap konstan.

4.5 Hasil Uji Hipotesis

4.5.1 Hasil Uji F

Uji F digunakan untuk menguji apakah variabel bebas atau independen secara
simultan mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak signifikan dengan variabel
terikat atau dependen. Hipotesis diterima apabila nilai probabilitas signifikan < 0,05
yang berarti model regresi dapat mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2012).

Tabel 4.13
Hasil Uji F
Sum of Mean
Model Squares df Square F Sig.
1 Regression 2364.001 4 591.000 5.409 .002b
Residual 3824.374 35 109.268
Total 6188.375 53
Sumber : SPSS, 2022

Dari tabel 4.12 diketahui nilai sigifikan < 0,05 yaitu sebesar 0,002 sehingga
dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel akuntabilitas, transparansi dan
pengawasan berpengaruh terhadap kinerja anggaran berkonsep value for money.

43
4.5.2 Hasil Uji t

Uji t atau test of significance digunakan untuk mengetahui apakah pengaruh


variabel independen terhadap variabel dependen bersifat menentukan atau tidak,
dengan kriteria berdasarkan nilai signifikan < 0,05 maka variabel independen
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen dan sebaliknya
(Santoso, 2000).

Tabel 4.14
Hasil Uji t

Coefficients
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model t Sig.
Std.
B Beta
Error
1 (Constant) 15.118 4.643 3.256 0.002
Akuntabilitas 0.305 0.16 0.387 1.908 0.042
Transparansi 0.124 0.138 0.178 0.900 0.032
Pengawasan 0.174 0.142 0.154 1.229 0.025
Sumber : SPSS, 2022

Tabel 4.13 menunjukkan hasil pengujian hipotesis secara parsial untuk setiap
variabel independen sebagai berikut

1. Variabel akuntabilitas (X1) mempunyai nilai t hitung sebesar 1.908 ,dengan


nilai signifikan sebesar 0,042. Karena nilai signifikan < 0,05, maka variabel
akuntabilitas berpengaruh terhadap kinerja anggaran berkonsep value for
money, sehingga hipotesis H1 diterima.
2. Variabel transparansi (X2) mempunyai nilai t hitung sebesar 0,900, dengan
nilai signifikan sebesar 0,032. Karna nilai signifikan > 0,05, maka variabel
transparansi berpengaruh terhadap kinerja anggaran berkonsep value for
money, sehingga hipotesis H2 diterima.
3. Variabel pengawasan (X3) mempunyai nilai t hitung sebesar 1,229, dengan
nilai signifikan sebesar 0,025. Karena nilai signifikan < 0,05, maka variabel

44
pengawasan berpengaruh terhadap kinerja anggaran berkonsep value for
money, sehingga hipotesis H3 diterima.

4.5.3. Hasil Uji Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada dasarnya mengukur seberapabaik suatu


model dapat menjelaskan variansi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi
berkisar antara nol dan satu. Nila R2 yang kecil berarti berarti kemampuan variabel –
variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel –
variabel independen memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013).

Tabel 4.15
Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)
Model Summaryb
Std. Error
R Adjusted
Model R of the
Square R Square
Estimate
1 .637a 0.406 0.371 3.82370
Data Primer: SPSS, 2022

Hasil uji koefisien determinasi menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi


(R) sebesar 0.637. Hal ini berarti hubungan antar variabel independen dengan
variabel dependen sebesar 63.7%. Dari nilai tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen kuat.

Besarnya nilai Adjusted R Square (R2) adalah 0,406. Hasil uji statistik ini
menunjukkan bahwa kemampuan variabel akuntabilitas, transparansi dan
pengawasan dalam menerangkan variasinya perubahan variabel dependen sebesar
40,6%, sedangkan sisanya 59,4% diterangkan oleh faktor-faktor lain di luar model
regresi yang dianalisis.

4.6. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data sebelumnya, maka pembuktian hipotesis


dapat dijelaskan sebagai berikut :
45
1. Pengaruh akuntabilitas terhadap kinerja anggaran berkonsep value for
money

Berdasarkan analisis data dari pengujian hipotesis t, menunjukan bahwa


hipotesis pertama yaitu bahwa ada pengaruh akuntabilitas terhadap kinerja anggaran
berkonsep value for money. Semakin kuat dan tinggi akuntabilitas pemerintah maka,
akan mempengaruhi hasil kinerja anggaran pemerintah. Oleh karena itu Dinas
Koperasi dan UKM Provinsi Papua Barat harus terus berbenah untuk meningkatkan
dan mempertahankan prinsip akuntabilitas yakni prinsip pertanggungjawaban atas
hasil kinerja anggaran agar dapat menjadikan pemerintah lebih baik lagi.

Menurut Ardita (2018) efektivitas kegiatan dalam mencapai sasaran atau


strategi erat kaitannya dengan tanggung jawab atau akuntabilitas. Akuntabilitas
publik mencakup komitmen hukum untuk melayani atau memfasilitasi pengawas atau
pematau independent yang berhak untuk melaporkan penemuan atau data tentang
pengelolaan keuangan atas permintaan pemerintah tingkat tinggi. Dengan
menerapkan akuntabilitas yang kuat, pejabat dan lembaga pemerintah mengelola
anggarannya secara efisien, efisien dan efektif, serta konsekuensi dari tujuan tertentu,
terutama kinerja pemerintah yang harus disadari oleh masyarakat umum dan akan
berusaha untuk mencapai hasilnya..

Menurut Purnomo (2018) akuntabilitas berpengaruh terhadap kinerja anggaran


berkonsep value for money dan sudah diterapkan. Oleh karena itu, semakin baik
akuntabilitas yang diterapkan, maka dalam pencapaian kinerja anggaran berkonsep
value for money akan semakin tinggi pula. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wandari (2015) yang menemukan bahwa
akuntabilitas mempengaruhi kinerja anggaran berkonsep value for money. Semakin
akuntabel pelaksanaannya, maka kinerja anggaran berkonsep value for money
semakin baik. Memang untuk menghasilkan kinerja anggaran yang baik, hasil
laporan keuangan memerlukan akuntabilitas anggaran. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiyanningrum (2017) kesimpulan dari
penelitiannya adalah akuntabilitas signifikan mempengaruhi pengelolaan anggaran.

2. Pengaruh transparansi terhadap kinerja anggaran berkonsep value for


money

46
Berdasarkan analisis data uji hipotesis t, menunjukan bahwa hipotesis kedua
diterima, yang bermakna bahwa ada pengaruh transparasi terhadap kinerja anggaran
berkonsep value for money. Artinya, semakin transparan suatu entitas, semakin baik
kinerja anggarannya. Menanggapi tuntutan transparansi yang diatur melalui undang-
undang, maka Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Papua Barat secara resmi
mempublikasikan media yang ada, baik cetak maupun online. Transparansi memang
dibangun di atas kebebasan untuk mengumpulkan informasi yang diperlukan bagi
publik dalam arti informasi yang menyangkut kepentingan publik harus diperoleh
secara langsung oleh mereka yang membutuhkannya. Untuk mendapakan
membangun kepercayaan publik terhadap suatu intansi, maka harus ada keterbukaan
memperoleh informasi mengenai kegiatan suatu instansi.

Menurut Arifani (2018), kebebasan dalam memperoleh informasi tentang


penyelenggaraan pemerintahan, misalnya informasi tentang kebijakan,
perkembangan pemerintahannya, pelaksanaannya hingga hasil yang dicapai
merupakan prinsip atau asas transparansi. Alat yang digunakan untuk
mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan kebijakan, meningkatkan akuntabilitas
dan, meningkatkan kepercayaan publik adalah transparansi dalam angggaran yang
merupakan sarana mencegah penyalahgunaan anggaran seperti korupsi

Menurut Purnomo (2018), kinerja anggaran berkonsep value for money


berdampak positif apabila sepenuhnya transparansi diterapkan. Karena itu, dalam
penerapannya semakin baik, maka kinerja anggaran berkonsep value for money pula
semakin baik. Hasil dari penelitian Wardani (2015) sesuai dengan penelitian yang
dilakukan ini, yang menyatakan bahwa untuk menghasilkan anggaran yang
direncanakan harus keterbukaan (transparansi) dalam kesiapan rencana pengeluaran
dapat lebih mengembangkan pelaksanaan rencana pengeluaran dengan konsep value
for money. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar transparansi, maka
semakin tinggi kemampuan perencanaan keuangan dengan konsep value for money.
Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rezky (2014) yang
menunjukkan bahwa transparansi sangat mempengaruhi pelaksanaan kinerja
anggaran berkonsep value for money.

47
Hal ini juga didukung oleh penelitian yang diarahkan oleh Rezky (2014) yang
menunjukkan bahwa keterusterangan sangat mempengaruhi pelaksanaan rencana
pengeluaran dengan gagasan nilai uang yang signifikan.

3. Pengaruh pengawasan terhadap kinerja anggaran berkonsep value for


money

Berdasarkan analisis data uji hipotesis t, menunjukan bahwa hipotesis ketiga


diterima, yang bermakna bahwa ada pengaruh terhadap kinerja anggaran berkonsep
value for money dari pemantauan (pengawasan). Artinya semakin banyak yang
diawasi yang dilakukan suatu unit maka kinerja anggaran akan semakin efektif.
Proses pengawasan dilakukan oleh pengawas di luar pemerintahan dan pengawas di
dalam pemerintahan. Pengendalian eksternal pemerintah dilakukan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), sedangkan pengawasan intern pemerintah dilakukan
oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP). Pengawasan sangatlah
diperlukan untuk menjaga agar pelaksanaan kegiatan pemerintahan berjalan sesuai
dengan perencanaan dan sesuai dengan ketentuan peraturan berlaku.

Menurut Ardita (2017), pengawasan terhadap pelaksaanaan harus dilakukan,


untuk memastikan bahwa semua kebijakan publik yang terkait dengan siklus
anggaran dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
dan berorientasi pada prioritas publik. Namun, sebelum memasuki tahap
implementasi, anggota dewan harus memantau pelaksana anggaran, anggota telah
dapat mendeteksi apakah ada penyimpangan alokasi anggaran atau terjadi kebocoran.
Pemantauan (pengawasan) anggaran daerah yang dilakukan untuk meminimalkan
kebocoran dari anggaran daerah, dengan mengunakan metode akuntasi (pembukuan)
dan metode pemantauan (pengawasan) keuangan daerah yang sesuai dengan
peraturan undang-undangan yang berlaku bagi instansi pemantauan eksternal.

Menurut Purnomo (2018), kinerja anggaran berkonsep value for money


berpengaruh positif jika pengawasan yang telah dilakukan sangat baik. Oleh karena
itu, semakin baik penerapan pengawasan maka semakin baik pula capaian kinerja
anggaran berkonsep value for money. Itu sebabnya, apabila dalam penerapannya
semakin baik, maka dalam pencapaian kinerja anggaran berkonsep value for money
pula semakin baik. Melalui pengawasan ini dimaksudkan untuk mencegah atau
mengoreksi penyimpangan dari pelaksanaan kegiatan. Hal ini juga didukung oleh

48
temuan Wiguna, dkk. (2015) menunjukkan bahwa pengawasan berpengaruh
signifikan terhadap kinerja pemerintahan daerah. Hasil penelitian oleh Rezky (2014)
yang kemudian diperkuat oleh Wandari (2015), menunjukkan bahwa pengawasan
berpengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja anggaran dengan konsep
value for money. Adanya pengawasan ini memungkinkan untuk menghindari
praktek-praktek yang menyimpang, sehingga dapat dikatakan bahwa pengawasan
yang baik akan meningkatkan kinerja anggaran dengan optimalisasi sumber daya.

49
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh akuntabilitas,


transparansi, dan pengawasan terhadap kinerja anggaran Value for Money pada
Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Papua Barat. Berdasarkan analisis yang
dilakukan, dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Akuntabilitas mempengaruhi kinerja anggaran berkonsep Value for Money.


Akuntabilitas adalah salah satu elemen kunci untuk mencapai Good
Corporate Governance dimana pemerintah diminta untuk
mempertanggungjawabkan hasil dari program-program yang telah
dilaksanakan sehingga dapat dinilai apakah pemerintah berjalan sesuai
dengan elemen kunci perwujudan Good Corporate Governance yaitu
ekonomis, efisien dan efektif.

2. Transparansi mempengaruhi kinerja anggaran berkonsep Value for Money,


dalam hal ini anggaran harus mampu memberikan informasi yang jelas
tentang tujuan, sasaran, hasil, dan manfaat dari kegiatan atau proyek yang
dianggarkan.

3. Pengawasan mempengaruhi kinerja anggaran berkonsep Value for Money.


Pengawasan aktivitas itu sendiri adalah sistem yang dianggarkan untuk
memantau aktivitas manajerial, dengan membandingkan kinerja yang
direncanakan dan aktual.

4. Dari hasil analisis regresi linear berganda dalam penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang cukup erat antara akuntabilitas,
transparansi, dan pengawasan terhadap kinerja anggaran berkonsep Value
for Money.

50
5.2. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi
hasilnya. Keterbatasan penelitian ini adalah:

a. Alat yang diberikan kepada responden untuk mengukur kinerja akuntabilitas


suatu entitas akuntansi adalah alat yang pada umumnya setiap responden
menilai sendiri dan memberikan gambaran menyeluruh tentang organisasi
tempat dia bekerja. Oleh karena itu, pemberian nilai yang salah sangat
mungkin menyebabkan variabel tidak dapat diukur dengan sempurna.
b. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner atau angket.
Hanya sedikit wawancara yang dilakukan dengan responden. Tanggapan yang
diperoleh belum tentu menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
5.3. Saran
Dengan mempertimbangkan keterbatasan penelitian ini, beberapa saran yang
dapat diberikan sebagai berikut:

a. Bagi Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Papua Barat


1. Hendaknya lebih teliti dalam menghasilkan menyusun kinerja anggaran
dengan konsep value for money.
2. Pada tataran operasional, sebaiknya memerhatikan akuntabilitas dan
transparasi yang mampu untuk menangani pengelolaan dan pelaporan
kinerja anggaran berkonsep value for money dan pemahaman yang luas
dalam akuntansi sektor publik.
3. Diperlukan perbaikan lebih lanjut dari sistem pengawasan serta
ketepatan waktu menindak lanjuti setiap hasil temuan agar kinerja
anggaran berkonsep value for money yang dihasilkan periode selanjutnya
lebih baik.
b. Bagi Penelitian Selanjutnya
1. Dari segi akademis, penelitian ini hanya memasukkan tiga variabel, Oleh
karena itu, peneliti selanjutnya sebaiknya melengkapi variabel

51
independen yang mempengaruhi kinerja anggaran dengan konsep value
for money, seperti: penggunaan teknologi informasi dan response time.
Selain itu, disarankan untuk menambah jumlah sampel penelitian lagi
untuk memantapkan hasil penelitian dan memperhatikan ketepatan
pemilihan kuesioner. Selain itu jumlah sampel yang diteliti sebaiknya
diperbanyak lagi untuk memperkuat hasil penelitian serta memperhatikan
ketepatan pemilihan kuesioner.
2. Melengkapi metode penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan
dan melakukan wawancara secara langsung agar memperoleh data yang
lebih akurat.

52
DAFTAR PUSTAKA

Arifani, C., Salle, A., & Rante, A. (2018). PENGARUH AKUNTABILITAS,


TRANSPARANSI DA PENGAWASAN TERHADAP KINERJA
ANGGARAN BERBASIS VALUE FOR MONEY (Studi Empiris pada
Pemerimtah Kota Jayapura). Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Daerah, 13(1).

Antosius, F. Alijoyo. 2003. Corporate Governance, Edisi Kesatu. Jakarta:


Prenhalindo.

Anugriani, Mulia, Rezki. 2014. Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, dan


Pengawasan Terhadap Kinerja Anggaran Berkonsep Value For Money Pada
Instansi Pemerintah diKabupaten Bone. Skripsi. Fakultas Ekonomi Jurusan
Akuntansi Universitas Hassanudin,Makasar

Aprianti, E. R., & Riharjo, I. B. (2017). Pengaruh akuntabilitas, transparansi dan


pengawasan terhadap kinerja pelaksanaan anggaran pada instansi pemerintah.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, 6(12),

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:


PT Rineka Cipta.

ARDITA, ELSA. Pengaruh Transparansi, Akuntabilitas, Dan Pengawasan


Terhadap Kinerja Anggaran Berkonsep Value for Money Pada Instansi
Pemerintah Di Kabupaten Ogan Ilir. 2017. PhD Thesis. POLITEKNIK
NEGERI SRIWIJAYA.

Agus Purnomo Sidi, Widiya Dewi Anjaningrum,2018, Pengaruh Orientasi Pasar,


Inovasi Dan Kreativitas Produk Terhadap Kinerja Industri Kreatif Untuk
Mencapai Keunggulan Bersaing (Studi pada Industri Kreatif yang Tergabung
dalam Malang Creative Fusion), Jurnal Ilmiah Bisnis dan Ekonomi Asia ISSN
2620-875X (Online) ISSN 0126-1258,32.

53
Bastian, Indra. 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Jakarta: Penerbit
Erlangga.

Baswir, Revrisond. 1999. Akuntansi Pemerintahan Indonesia. Yogyakarta: BPFE


Yogyakarta.

Buku Pedoman Penguatan Pengamanan Program Pembangunan Daerah, Badan


Perencanaan Pembangunan Nasional & Departemen Dalam Negeri. 2002.

Faisal. 2003. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja


Keuangan. Makalah SNA X.

FA.Mahmud. 2013. Pengaruh Value For Money terhadap Akuntabilitas Publik:


Gorontalo

Fernandes, Wanda. 2015. Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi Dan Pengawasan


Terhadap Kinerja Anggaran Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar.
Jurnal Fekon Vol. 2 No.2

Frediawan, Ridwan. 2008. Pengaruh Penerapan Prinsip Good Corporate Governance


terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan (Studi Kasus pada PT Jamsostek
Kantor Cabang II Bandung. Bandung: Fakultas Ekonomi Universitas
Widyatama.

Garini, Nadia. 2011. Pengaruh Transparansidan Akuntabilitas terhadap Kinerja


Instansi Pemerintah pada Dinas Kota Bandung. Bandung: Fakultas Ekonomi
Jurusan Akuntansi UNIKOM.

Gaspersz, Vincent. 1998. Manajemen Produktivitas Total. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama.

Ghozali, Imam. 2011. “Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS”.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2012. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS.
Yogyakarta: Universitas Diponegoro

Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21
Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

54
Husain, H. and L. Lisnawati (2013). Analisis Pengaruh Akuntabilitas dan
Transparansi Pengelolaan Keuangan Daerah terhadap Kinerja Pemerintah
Daerah.FAIRNESS3(1): 23-40.

https://accounting.binus.ac.id/2019/12/10/prinsip-corporate-governance/

https://eprints.umm.ac.id/36481/3/jiptummpp-gdl-retnadewiw-49492-3-babii.pdf

https://docplayer.info/213963966-Analisa-pengaruh-kualitas-website-eresource
stikom-edu-terhadap-kepuasan-pengguna-berdasarkan-metode-webqual-4-
0.html

Karacan, E. and K. Yazici (2015). Performance-Based Budget Arrangements, the


Implementation Process and Advancements in Turkey.International Journal
of Business and Social Science 6(4): 62-79.

Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.


Mardiasmo, 2006. Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui
Akuntansi Sektor Publik : Suatu Sarana Good Governance. Jurnal Akuntansi
Pemerintahan Vol. 2, No. 1, Mei 2006.
Mardiasmo, 2018. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta
Mardalis. 2008. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
Aksara.
Maulidiah, Andi Lina. 2012. Pengaruh Penerapan Prinsip Good Corporate
Governance terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perum Perumnas Regional
VII Cab. Sulsel I. Makassar: Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Hasanuddin.
Nordiawan, Deddi. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 71 Tahun 2010/SAP

Pieris, John dan Nizam Jim Wiryawan. 2008. Etika Bisnis & Good Corporate
Governance, Edisi Kedua. Jakarta: Pelangi Cendekia.
Prasetyo, Bambang & Lina Miftahul Jannah. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif,
Teori, dan Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Pratuvaliandry. 2004. Analisis Kinerja Badan Pengawas Daerah Kota Pare-Pare
dalam Pelaksanaan Pengawasan di Pemerintah Kota Pare-Pare. Makassar:
Universitas Hasanuddin.

55
Priyatno, Dwi. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Purnomo, Putri. 2018. Akuntabilitas,Transparansi, Pengawasan dan Kinerja
Anggaran Berkonsep Value for Money. Jurnal Riset Akuntansi dan Keuangan
Vol. 6 No.3.
Putri, R. R., & Subardjo, A. (2017). Pengaruh akuntabilitas, transparansi, dan
pengawasan terhadap kinerja anggaran pada sektor publik. Jurnal Ilmu & Riset
Akuntansi, 6(12), 1–19.

Rahmatika, N., & Agus, R. PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD


CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA KEUANGAN
PERUSAHAAN (Studi pada PT Angkasa Pura II). Jurnal Akuntansi (Media
Riset Akuntansi & Keuangan), 3(2), 148-156.

Rezky, A. Mulya. (2014). Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, dan Pengawasan


terhadap Kinerja Anggaran berkonsep Value for Money pada Instansi
pemerintah di Kabupaten Bone. Skripsi Universitas Hasanuddin Makassar.

Sadono, Sukirno. (2004). Makroekonomi, Teori Pengantar,PT Raja Grafindo


Persada, Jakarta.
Setiyanningrum, I., & Isroah, I. (2017). Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, Dan
Pengawasan Terhadap Kinerja Anggaran Dengan Konsep Value For Money
Pada Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Di Yogyakarta. Jurnal Profita:
Kajian Ilmu Akuntansi, 5(3).
Siregar, Evelin dan Hartini Nara. 2011. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Sugiyono. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2019. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alphabet

Terry, George R, dan Leslie W. Rue. 2005. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: PT


Bumi Aksara.
Tunggal, Iman, Sjahputra, dan Amin Widjaya Tunggal. 2002. Memahami Konsep
Corporate Governance, Edisi Kedua. Jakarta: Harvarindo.

56
Warsito, Hermawan. 1992. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Wandari, I. T. (2015). Pengaruh Akuntabilitas, Transparansi, Ketepatan Waktu dan
Pengawasan Internal terhadap Kinerja Anggaran berkonsep Value for Money
pada instansi Pemerintah kabupaten Buleleng. Skripsi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Undiksha.

Werimon, Simson, Imam Ghozali, & M. Nasir, 2007. Pengaruh Partisipasi


Masyarakat dan Transparansi Kebijakan Publik Terhadap Hubungan Antara
Pengetahuan Dewan TentangAnggaran Dengan Pengawasan Keuangan
Daerah (APBD)

57

Anda mungkin juga menyukai