MINI PROJECT
Disusun Oleh :
dr. SUPRIYADI
Pendamping:
PUSKESMAS SAROLANGUN
KABUPATEN SAROLANGUN
PROVINSI JAMBI
2019
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan mini project yang berjudul
“Gambaran Sikap Dan Tindakan Penderita Hipertensi Dalam Upaya Mencegah
Tekanan Darah Tidak Terkontrol Di Puskesmas Tanjunganom Tahun 2018”.
Tugas ini merupakan syarat dalam menyelesaikan program internsip.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Sarolangun April
2019 Penulis
dr.Supriyadi
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
DAFTAR LAMPIRAN vi
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Tujuan Penelitian 3
1.3.1. Tujuan Umum 3
1.3.2. Tujuan Khusus 3
1.4. Manfaat Penelitian 3
iii
3.5.1 Analisa Univariat 20
3.5.2 Analisa Bivariat 20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC VII ............................. 8
Tabel 2.2 Klasifikasi Tekanan Darah menurut WHO/ISH ......................... 9
Tabel 2.3 Pemeriksaan Penunjang sebagai evaluasi awal ........................... 16
Tabel 4.1 Wilayah UPTD Puskesmas Tanjunganom ................................... 22
Tabel 4.2 Puskesmas Pembantu Puskesmas Tanjunganom ........................ 22
Tabel 4.3 Pondok Bersalin Desa Puskesmas Tanjunganom ........................ 23
Tabel 4.4 Sumber Daya Kesehatan Puskesmas Tanjunganom ................... 24
Tabel 4.5 Karakteristik Pendidikan............................................................... 26
Tabel 4.6 Distribusi Sikap Pnederita Hipertensi Dalam Upaya Mencegah
Tidak Tekontrolnya Tekanan Darah di Puskesmas Tanjunganom
Tahun 2018 ...................................................................................... 27
Tabel 4.7 Distribusi Tindakan Pnederita Hipertensi Dalam Upaya
Mencegah Tidak Tekontrolnya Tekanan Darah di Puskesmas
Tanjunganom Tahun 2018 ............................................................. 27
Tabel 4.8 Pendidikan Penderita Hipertensi berdasarkan Sikap Di
Puskesmas Tanjunganom Tahun 2018 .......................................... 28
Tabel 4.9 Pendidikan Penderita Hipertensi berdasarkan Tindakan Di
Puskesmas Tanjunganom Tahun 2018 .......................................... 29
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2 Dokumentasi
Lampiran 3 Leaflet
vi
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan penyebab
kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar The
Silen Killer karena hipertensi merupakan pembunuh tersembunyi yang
penyebab awalnya tidak diketahui atau tanpa gejala sama sekali, hipertensi
bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain,
bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung, stroke dan ginjal.
WHO menetapkan hipertensi sebagai faktor risiko nomor tiga
penyebab kematian didunia dan bertanggung jawab terhadap 62%
timbulnya kasus stroke 49% timbulnya serangan jantung dan tujuh juta
kematian premature tiap tahunnya. Di dunia, hampir 1 milyar orang atau 1
dari 4 orang dewasa menderita hipertensi. Tekanan darah tinggi
merupakan penyakit kronis yang bisa merusak organ tubuh manusia.
Setiap tahun darah tinggi menjadi penyebab 1 dari 7 kematian (7 juta
pertahun) di samping menyebabkan kerusakan jantung, mata, otak dan
ginjal.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dari 70%
penderita hipertensi yang di ketahui hanya 25% yang mendapat
pengobatan, dan hanya 12,5% yang diobati dengan baik (adequately
treated cases) diperkirakan sampai tahun 2025 tingkat terjadinya tekanan
darah tinggi akan bertambah 60%, dan akan mempengaruhi 1,56 milyar
penduduk di seluruh dunia.
Menurut AHA (American Heart Assosiation) di Amerika tekanan
darah tinggi ditemukan satu dari setiap tiga orang atau 65 juta orang dan
285 atau 59 juta orang mengidap hipertensi. Semua orang yang mengidap
hipertensi hanya satu pertiganya yang mengetahui keadaanya dan hanya
61% medikasi, dari penderita yang mendapat medikasi hanya satu pertiga
mencapai target darah yang optimal/normal.
Di Asia penelitian di kota Taiwan, Taiwan menunjukan hasil
sebagai berikut : Penelitian pada usia diatas 65 tahun dengan kriteria
1
hipertensi berdasarkan Jivve ditemukan prevalensi hipertensi sebesar
60,4% (laki-laki 59,1%) dan perempuan (61,9%), yang sebelumnya telah
terdiagnosis hipetensi adalah 91,1% (laki-laki 29,4% dan perempuan
33,1%) hipertensi yang baru terdiagnosis adalah 29,3% (laki-laki 29,7%
dan perempuan 28,8%). Berdasarkan sensus nasional 2005 tingkat
kejangkitan darah tinggi di Tiongkok mencapai 18,8% bertambah 31%
dibandingkan dengan tahun 1991.
Hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga tahun 2008, prevalensi
hipertensi di Indonesia cukup tinggi, 83 per 1.000 anggota rumah tangga,
pada tahun 2009 sekitar 15-20% masyarakat Indonesia menderita
hipertensi. Prevalensi hipertensi di Indonesia, pada laki-laki dari 134
(13,6%) naik menjadi 165 (16,5%), hipertensi pada perempuan dari 174
(16,0%) naik menjadi 176 (17,6%).
Berdasarkan data penyakit terbanyak di seluruh rumah sakit
Provinsi Jawa Timur 2010 terjadi 4,89% kasus hipertensi esensial dan
1,08% kasus hipertensi sekunder. Menurut STP (Surveilans Terpadu
Penyakit) Puskesmas di Jawa Timur total penderita hipertensi di Jawa
Timur tahun 2011 sebanyak 285.724 pasien. Jumlah tersebut terhitung
mulai bulan Januari hingga September 2011. Dengan jumlah penderita
tertinggi pada bulan Mei 2011 sebanyak 46.626 pasien (Dinkes Jatim,
2011).
Prevalensi penyakit ini di Propinsi Jawa Timur sebesar 26,2%
masih melebihi prevalensi nasional (Kemenkes RI., 2013). Berdasarkan
data 5 besar penyakit tidak menular di Banyuwangi tahun 2013, penyakit
hipertensi menduduki rangking pertama sebesar 19.878 (41,39%) kasus,
disusul diabetes, asma, penyakit jantung koroner, penyakit stroke dan
ginjal.
Berdasarkan data dari rekapan kunjungan pasien selama tahun
2017 tersebut bahwa kasus penyakit di Puskesmas Tanjunganom terdapat
8175 kasus. Pada bulan Desember 2017, di Puskesmas Tanjunganom
menduduki peringkat kedua yaitu 697 kasus setelah penyakit ISPA.
2
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian terhadap penderita hipertensi dengan judul
Gambaran Sikap dan Tindakan Penderita Hipertensi Dalam Upaya
Mencegah Tidak Terkontrolnya Tekanan Darah di Puskesmas
Tanjunganom Tahun 2018.
3
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan agar masyarakat tahu dan mengerti
tentang cara mencapai tekanan darah terkontrol pada penyakit hipertensi.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi Puskesmas
Tanjunganom dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan
khususnya penyakit hipertensi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sikap
Menurut Notoatmodjo sikap merupakan reaksi atau respon
seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek.
Menurut Newcomb seorang ahli psikologi sosial bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan “pre-disposisi”
tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan
merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang dibuka lebih dapat dijelaskan
lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu
sebagai suatu penghayatan terhadap suatu objek.
Dalam kegiatan lain Allport menjelaskan bahwa sikap itu
mempunyai 3 komponen pokok, yakni :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terahdap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang
utuh (total attitude) dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,
berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkat,
yakni:
1. Menerima (receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang
terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian itu terhadap
ceramah-ceramah.
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
5
Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan
tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah adalah
berarti orang menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
6
2.3 Hipertensi
2.3.1 Pengertian
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan
darah didalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa
gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan
meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung
dan kerusakan ginjal.
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi (Hypertension) adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada
pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang
berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita
yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi
140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi.
Secara sederhana, hipertensi diartikan sebagai keadaan dimana tekanan
darah meningkat. Tekanan darah merupakan ukuran kekuatan darah saat menekan
dinding pembuluh darah arteri, pembuluh nadi yang menghantarkan darah ke
seluruh tubuh.
2.3.2 Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik,
hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated systolic
hypertension) merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan
tekanan diastolik dan umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik
berkaitan dengan tingginya tekanan pada arteri apabila jantung berkontraksi
(denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan tekanan maksimum dalam arteri
dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai tekanan atas yang
nilainya lebih besar.
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan
tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan
pada anak-anak dan dewasa muda. Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh
7
darah kecil menyempit secara tidak normal, sehingga memperbesar tahanan
terhadap aliran darah yang melaluinya dan meningkatkan tekanan diastoliknya.
Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri bila jantung berada dalam
keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi campuran merupakan
peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik.
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:
1) Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 90 % kasus.
Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas
susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekskresi Na,
peningkatan Na dan Ca intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko,
seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
2) Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 10% kasus.
Penyebab spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom Cushing,
feokromositoma, koartasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan,
dan lain-lain.
Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on
Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC
VII), klasifikasi hipertensi pada orang dewasa dapat dibagi menjadi kelompok
normal, prehipertensi, hipertensi derajat I dan derajat II. (Tabel 2.1)
Tabel 2.1
Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII
Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Klasifikasi Tekanan Darah
(mmHg) (mmHg)
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120 –139 80 –89
Hipertensi derajat I 140 –159 90–99
Hipertensi derajat II ≥ 160 ≥ 100
8
Tabel 2.2
Klasifikasi tekanan darah menurut WHO / ISH
Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Tekanan Darah
Darah Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
2.3.3 Etiologi
Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Jika seseorang memiliki orang tua atau
saudara yang memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita
tekanan darah tinggi lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan
darah tinggi lebih tinggi pada kembar identik daripada yang kembar tidak identik.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk
masalah tekanan darah tinggi.
9
2. Usia
3. Garam
4. Kolesterol
Faktor ini bisa dikendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam darah
Anda, dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal
ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan
meningkat. Kendalikan kolesterol Anda sedini mungkin.
5. Obesitas/Kegemukan
Faktor ini bisa dikendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas 30
persen berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan
darah tinggi.
6. Stres
Faktor ini bisa dikendalikan. Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga
dapat memicu tekanan darah tinggi.
7. Rokok
10
8. Kafein
Faktor ini dikendalikan. Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun
minuman cola bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.
9. Alkohol
b. Hipertensi apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai risiko besar
untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan
jantung, gagal jantung dan gagal ginjal.
11
Jika timbul hipertensinya berat atau menahun dan tidak terobati, bisa
timbul gejala berikut:
1) Sakit kepala
2) Kelelahan
3) Jantung berdebar-debar
4) Mual
5) Muntah
6) Sesak nafas
7) Gelisah
8) Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.
9) Telinga berdenging
10) Sering buang air kecil terutama di malam hari.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati
hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
2.3.5 Patosifisiologi
Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah
secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk
mempertahankan kestabilan tekanan darah dalam jangka panjang reflek
kardiovaskular melalui sistem saraf termasuk sistem kontrol yang bereaksi segera.
Kestabilan tekanan darah jangka panjang dipertahankan oleh sistem yang
mengatur jumlah cairan tubuhyang melibatkan berbagai organ terutama ginjal.
1) Perubahan anatomi dan fisiologi pembuluh darah
Aterosklerosis adalah kelainan pada pembuluh darah yang ditandai dengan
penebalan dan hilangnya elastisitas arteri. Aterosklerosis merupakan proses
multifaktorial. Terjadi inflamasi pada dinding pembuluh darah dan terbentuk
deposit substansi lemak, kolesterol, produk sampah seluler, kalsium dan berbagai
substansi lainnya dalam lapisan pembuluh darah. Pertumbuhan ini disebut plak.
Pertumbuhan plak di bawah lapisan tunika intima akan memperkecil lumen
pembuluh darah, obstruksi luminal, kelainan aliran darah, pengurangan suplai
oksigen pada organ atau bagian tubuh tertentu.
12
Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam
pengontrolan pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah
vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi
endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer
2) Sistem renin-angiotensin
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin
II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). Angiotensin
II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui
dua aksi utama.
a. Meningkatkan sekresi Anti-Diureti Hormon (ADH) dan rasa haus.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke
luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya.
Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan
cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat,
yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
b. Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi
ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan
darah.
3) Sistem saraf simpatis
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah.
13
2.3.6 Diagnosis Hipertensi
Evaluasi pasien hipertensi mempunyai tiga tujuan:
1) Mengidentifikasi penyebab hipertensi.
2) Menilai adanya kerusakan organ target dan penyakit kardiovaskuler,
beratnya penyakit, serta respon terhadap pengobatan.
3) Mengidentifikasi adanya faktor risiko kardiovaskuler yang lain atau
penyakit penyerta, yang ikut menentukan prognosis dan ikut menentukan
panduan pengobatan.
Data yang diperlukan untuk evaluasi tersebut diperoleh dengan cara
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Peninggian
tekanan darah kadang sering merupakan satu-satunya tanda klinis hipertensi
sehingga diperlukan pengukuran tekanan darah yang akurat. Berbagai faktor
yang mempengaruhi hasil pengukuran seperti faktor pasien, faktor alat dan
tempat pengukuran.
1) Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan meliputi tingkat hipertensi dan lama
menderitanya, riwayat dan gejala-gejala penyakit yang berkaitan seperti
penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler dan lainnya.Apakah
terdapat riwayat penyakit dalam keluarga, gejala yang berkaitan dengan
penyakit hipertensi, perubahan aktifitas atau kebiasaan (seperti merokok,
konsumsi makanan, riwayat dan faktor psikososial lingkungan keluarga,
pekerjaan, dan lain-lain). Dalam pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran
tekanan darah dua kali atau lebih dengan jarak dua menit, kemudian diperiksa
ulang di kontrolateralnya.
2) Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik harus diperhatikan bentuk tubuh, termasuk
berat dan tinggi badan. Pada pemeriksaan awal, tekanan darah diukur pada
kedua lengan, dan dianjurkan pada posisi terlentang, duduk, dan berdiri
sehingga dapat mengevaluasi hipotensi postural. Pasien yang berusia kurang
dari 30 tahun sebaiknya juga diukur tekanan arterinya di ekstremitas bawah,
setidaknya satu kali. Laju nadi juga dicatat.
14
Palpasi leher dilakukan untuk meraba pembesaran tiroid dan penilaian
terhadap tanda hipo- atau hipertiroid serta memeriksa adanya distensi vena.
Pemeriksaan pembuluh darah dapat menggambarkan penyakit pembuluh
darah dan sebaiknya mencakup funduskopi, auskultasi untuk mencari bruit
pada arteri karotis dan arteri femoralis serta palpasi pada pulsasi femoralis dan
kaki. Retina merupakan jaringan yang arteri dan arteriolnya dapat diperiksa
secara langsung. Seiring dengan peningkatan derajat beratnya hipertensi dan
penyakit aterosklerosis, terjadi perubahan progresif pada pemeriksaan
funduskopi, yaitu adanya peningkatan refleks cahaya arteriol, defek
pertukaran arteriovenosus, hemoragik, eksudat, dan pada pasien dengan
hipertensi maligna dapat ditemukan papiledema.
Pemeriksaan pada jantung dapat menunjukkan abnormalitas dari laju
dan ritme jantung, peningkatan ukuran, heave perikordial, murmur serta bunyi
jantung ketiga dan keempat. Pembesaran jantung kiri dapat dideteksi dengan
iktus kordis yang membesar dan bergeser ke lateral. Pemeriksaan paru dapat
ditemukan rhonki basah halus dan tanda bronkospasme. Pemeriksaan
abdomen untuk menemukan adanya bruit renal atau abdominal, pembesaran
ginjal atau adanya pulsasi aorta yang abnormal. Bruit abdomen, khususnya
bruit yang lateralisasi dan melebar sepanjang sistol ke diastol, meningkatkan
kemungkinan adanya hipertensi renovaskular. Dilakukan juga pemeriksaan
pada ekstremitas untuk mengevaluasi edema atau hilangnya pulsasi arteri
perifer. Pemeriksaan fisik sebaiknya termasuk pemeriksaan saraf.
3) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang sebagai evaluasi inisial pada penderita hipertensi
meliputi pengurukan funsi ginjal, elektrolit serum, glukosa puasa, dan lemak
dapat diulang kembali setelah pemberian agen antihipertensi dan selanjutnya
sesuai dengan indikasi klinis.Pemeriksaan laboratorium ekstensif diperlukan pada
pasien dengan hipertensi yang resisten terhadap obat dan ketiga evaluasi klinis
mengarah pada bentuk kedua dari hipertensi.
15
Tabel 2.3 Pemeriksaan Penunjang sebagai evaluasi awal
Sistem Pemeriksaan
2.3.7 Penatalaksaan
1. Umum
Setelah diagnose hipertensi ditegakkan dan diklasifikasikan
menurut golongan atau derajatnya, maka dapat dilakukan dua strategi
penatalaksanaan dasar yaitu :
a. Non farmakologi, yaitu tindakan untuk mengurangi faktor risiko yang
telah diketahui akan menyebabkan atau menimbulkann komplikasi,
misalnya menghilangkan obesitas, menghentikan kebiasaan merokok,
alcohol, dan mengurangi asupan garam serta rileks.
b. Farmakologi, yaitu memberikan obat anti hipertensi yang telah terbukti
kegunaannya dan keamanannya bagi penderita. Obat-obatan yang
digunakan pada hipertensi adalah :
Diuretik, contohnya furosemide, triamferena, spironolactone
Beta blockers, contohnya metaprolol, atenolol, timolol
ACE-inhibitor, contohnya lisinopril, captopril, quinapril
Alpha-blockers, contohnya prazosin, terazosin
Antagonis kalsium, contohnya diltiazem, amlodipine, nifedipine
Vasodilator-direct, contohnya minixidil, mitralazine
Angiotensin reseptor antagonis, contohnya losartan
False-neurotransmitter, contohnya clodine, metildopa, guanabers
16
2. Khusus
Upaya terapi khusus ditujukan untuk penderita hipertensi sekunder
yang jumlahnya kurang lebih 10% dari total penderita hipertensi. Tanda-
tanda dan penyebab hipertensi perlu dikenali sehingga penderita dapat di
rujuk lebih dini dan terapi yang tepat dapat dilakukan dengan cepat. Perlu
pemeriksaan dengan sarana yang canggih.
17
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk
menggambarkan sikap dan tindakan penderita hipertensi upaya mencegah
tidak terkontrolnya tekanan darah di Puskesmas sarolangun Tahun 2019.
18
3.4 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
1. Tehnik Pengumpulan Data
Data diperoleh dari pengisian kuesioner yang telah disiapkan oleh
peneliti.
2. Editing
Editing adalah penyuntingan dilakukan secara langsung oleh peneliti
terhadap kuesioner. Tujuan dari editing ini adalah untuk memastikan
bahwa data yang diperoleh yaitu kuesionernya semua telah diisi, relevan,
dan dapat dibaca dengan baik.
3. Coding
Coding yaitu hasil jawaban setiap pertanyaan diberi kode sesuai
dengan petunjuk coding. Pemberian kode dilakukan untuk
menyederhanakan data yang diperoleh.
4. Processing
Setelah semua isian terisi dan benar, langkah selanjutnya adalah
memproses data agar dapat dianalisa. Proses data dilakukan dengan cara
mengentry data hasil kuesioner ke computer
5. Cleaning
Cleaning yaitu kegiatan pengecekan kembali data-data yang sudah
dientry apakah ada kesalahan atau tidak.
19
3.5.1 Analisa Univariat
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Profil Komunitas Umum
Puskesmas Tanjunganom adalah salah satu Puskesmas Rawat Inap
dan PONED yang ada di Kabupaten Nganjuk. Puskesmas Tanjunganom
didirikan oleh Pemerintah Kabupaten Nganjuk pada tanggal 01 Juni 1976
dan saat itu bernama Balai Pengobatan. Surat keputusan pembentukan
puskesmas terbit pada tahun 1976 berdasarkan Peraturan Bupati Nomor:
89 tahun 1976.
Puskesmas Tanjunganom yang semula merupakan Puskesmas
Rawat Jalan mengalami peningkatan menjadi Puskesmas Rawat Inap pada
tahun 1998 dan menjadi Puskesmas Rawat Inap Plus PONED sejak taun
2014 sampai saat ini.
4. 2 Data Geografis
Puskesmas Tanjunganom berlokasi di Kelurahan Warujayeng,
Kecamatan Tanjunganom. Puskesmas Tanjunganom merupakan salah satu
UPTD Dinas Kesehatan Daerah Kabupaten Nganjuk yang beralamat di
Jln. A.Yani no 25. Kecamatan Tanjunganom.
Puskesmas Tanjunganom memiliki wilayah dataran rendah dengan
luas wilayah 70 km2. Puskesmas Tanjunganom merupakan puskesmas di
wilayah perbatasan antara Kabupaten Madiun, Kabupaten Kediri,
Kabupaten Jombang dan Kabupaten Bojonegoro. Terletak di sisi utara
Gunung Wilis. Puskesmas Tanjunganom berada di kota Kecamatan
dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Baron.
b. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Pace.
c. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Gondang.
d. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Prambon.
21
4. 3 Data Demografik
Puskesmas Tanjunganom memiliki jumlah penduduk total sebesar
111.904 jiwa dengan rincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak 55.376
jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 56.528 jiwa.
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Tanjunganom mencakup 14 desa dan 2
kelurahan, meliputi :
No DESA No DESA
22
2. 9 Pondok Bersalin Desa ( POLINDES ) :
NO NAMA POLINDES
1 Polindes Sonobekel
2 Polindes Getas
3 Polindes Wates
4 Polindes Sidoharjo
5 Polindes Tanjunganom
6 Polindes Kampungbaru
7 Polindes Demangan
8 Polindes Pulorejo
9 Polindes Warujayeng
Tabel 4.3 Pondok Bersalin Desa Puskesmas Tanjunganom
23
- Tata Usaha 19
- Sopir 0
- Bidan PTT 7
Tabel 4.4 Sumber Daya Kesehatan Puskesmas Tanjunganom
24
3. Upaya Kesehatan Unggulan
a. POSKESTREN
b. ODF dengan Lima Pilar
c. GEBRAK
Kegiatan yang dilaksanakan di dalam gedung dibagi menjadi 2
(pelayanan), yaitu :
1. Pelayanan Administratrif,
Pelayanan administratif di Puskesmas Tanjunganom meliputi
adanya struktur organisasi, data kepegawaian, inventarisasi sarana dan
prasarana baik medis, alat tulis kantor, mebel dan elektronik.
Pelayanan administratif untuk masyarakat meliputi, data
pengunjung, status pasien baik rawat jalan maupun rawat inap, register-
register (data ibu hamil, ibu melahirkan, bayi, balita, lansia, akseptor
KB, kasus KLB), pencatatan dan pelaporan kegiatan serta evaluasi
program.
2. Pelayanan Pengobatan
Pelayanan pengobatan kepada masyarakat sebagai bentuk
pelayanan kuratif meliputi kasus emergency, pengobatan penyakit akut
dan pengobatan penyakit kronis. Jenis-jenis pelayanan yang dilakukan
di Puskesmas Tanjunganom, yaitu:
a. Pelayanan Rawat Inap
b. Pelayanan UGD
c. Pelayanan Persalinan (PONED)
d. Pelayanan Poli Umum
e. Pelayanan Poli Kesehatan Gigi & Mulut
f. Pelayanan Poli Kesehatan Ibu dan Anak (Pemeriksaan kehamilan,
konsultasi kesehatan Reproduksi Wanita)
g. Pelayanan Poli Pelayanan Keluarga Berencana
h. Pelayanan Imunisasi
i. Pelayanan IVA, IMS dan HIV/AIDS
j. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
k. Pelayanan Laboratorium
25
l. Pelayanan Konseling Gizi
m. Klinik Sanitasi
Kegiatan luar gedung adalah pelayanan yang diberikan langsung
kepada masyarakat yang berkaiatan dengan masalah kesehatan
masyarakat baik sebagai upaya preventif/ pencegahan, promotif/
promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan/ pembinaan, follow up dari
kegiatan yang berkaitan dengan program pembangunan kesehatan,
meliputi :
a. Kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU)
b. Kegiatan Penyuluhan Kelompok
c. Kegiatan Pembinaan Kader Kesehatan
d. Kegiatan Penjaringan Anak Sekolah (Sekrening SD, SMP, SMU)
e. Kegiatan Imunisasi Anak Sekolah
f. Kegiatan surveilans Kasus Kejadian Luar Biasa/ KLB seperti kasus
Demam Berdarah, Deare, Pnemonia, Campak, Polio, Kejadian Pasca
Imunisasi (KIPI)
g. Kegiatan Pemantauan Jentik
h. Kegiatan Kunjungan Rumah Untuk Kasus Ibu Hamil Resiko, Balita
Gizi Buruk, Penyakit Menular (tuberkulosis Paru, Kusta, HIV/ AIDS)
i. Kegiatan Sanitasi Lingkungan
26
Dari Tabel 4.5 diatas menunjukan bahwa penderita hipertensi lebih
banyak lulusan SD sejumlah 17 responden (44,7%) dari 38 responden
(100%).
2. Gambaran Sikap Penderita Hipertensi di Puskesmas Tanjunganom
Tahun 2018 Dalam Upaya Mencegah Tekanan Darah Tidak Terkontrol
Tabel 4.6
Distribusi Sikap Penderita Hipertensi Dalam Upaya Mencegah Tidak
Terkontrolnya Tekanan Darah di Puskesmas Tanjunganom
Tahun 2018.
Sikap Frekuensi Persentase (%)
Positif 34 89,5
Negatif 4 10,5
Total 38 100
27
4.6.2 Analisis Bivariat
Tabel 4.8
Distribusi Pendidikan Penderita Hipertensi berdasarkan
Sikap Di Puskesmas Tanjunganom Tahun 2018
Pendidikan
No. Sikap SD SMP SMA D2 S1 F %
F % F % F % F % F %
1. Positif 14 36,8 12 31,6 5 13,2 1 2,6 2 5,3 34 89,5
2. Negatif 3 7,9 0 0 1 2,6 0 0 0 0 4 10,5
Total 17 44,7 12 31,6 6 15,8 1 2,6 2 5,3 38 100
28
4.7 Pembahasan
4.7.1 Analisis Univariat
a. Gambaran Sikap Penderita Hipertensi Upaya Mencegah Tekanan Darah
Tidak Terkontrol Pada Penyakit Hipertensi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden hipertensi yang memiliki
sikap positif dalam upaya mencegah kekambuhan penyakit hipertensi
berjumlah 34 responden (89,5%) dan penderita hipertensi yang memiliki sikap
negatif dalam upaya mencegah kekambuhan penyakit hipertensi berjumlah 4
responden (10,5%). Hal ini menununjukan bahwa sikap responden sudah
positif meskipun masih ada 4 responden yang mempunyai sikap negatif.
Berdasarkan sikap responden terdapat 89,5% yang bersikap positif, hal ini
dikarenakan pengetahuan yang baik dari responden tentang upaya pencegahan
tekanan darah tidak terkontrol. Responden mengerti bila tekanan darah tinggi
yang tidak terkontrol bila tidak di kontrol dapat menimbulkan dampak yang
lebih buruk bagi kesehatan sehingga dari kuesioner diketahui banyak
responden yang mengambil sikap positif dalam upaya mencegah tekanan
darah tidak terkontrol pada penyakit hipertensi.
Menurut Notoatmodjo sikap merupakan salah satu domain perilaku
kesehatan yang dapat diartikan sebagai suatu reaksi atau respon seseorang
yang masih tertutup suatu stimulus/objek. Sedangkan menurut Newcomb
sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan
merupakan pelaksana motif tertentu sikap belum otomatis terwujud dalam
bentuk praktek (overt behavior) untuk terwujud suatu sikap agar menjadi
perbuatan nyata (praktek) diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi
yang memungkinkan antara lain fasilitas dan dukungan keluarga.
b. Gambaran Tindakan Penderita Hipertensi Tentang Upaya Mencegah
Tekanan Darah Tidak Terkontrol Pada Penyakit Hipertensi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden yang baik upayanya
dalam mencegah kekambuhan penyakit hipertensi berjumlah 32 responden
(84,2%) dan responden yang kurang baik dalam upaya pencegahan tidak
terkontrolnya tekanan darah penyakit hipertensi berjumlah 6 responden
(15,8%). Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar responden sudah baik
29
upayanya dalam mencegah tekanan darah tidak terkontrol pada penyakit
hipertensi. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : adanya
kemauan dari responden untuk sembuh/mengontrol kesehatanya, kesadaran
dari responden akan pentingnya upaya mencegah kekambuhan penyakit
hipertensi, dan adanya dukungan keluarga dalam memotivasi responden untuk
melakukan usaha dalam mencegah kekambuhan penyakit hipertensi, serta
perhatian keluarga atau orang-orang terdekat dari responden akan berpengaruh
besar dalam keinginanya untuk sembuh.
Menurut Notoatmodjo tindakan merupakan aplikasi dari sikap seseorang
individu yang juga tidak terlepas dari pengetahuan individu itu sendiri. Sikap
membuat seseorang positif terhadap nilai-nilai kesehatan tetapi tidak selalu
terwujud dalam suatu tindakan nyata, hal ini disebabkan oleh beberapa alasan
antara lain tergantung pada situasi saat itu, mengacu kepada pengalaman
seseorang dan juga orang lain serta dipengaruhi juga oleh nilai-nilai yang ada
di masyarakat tersebut. Selain itu perilaku seseorang juga dipengaruhi oleh
beberapa hal antara lain lingkungan, sarana kesehatan dan perilaku petugas
kesehatan.
4.7.2 Analisis bivariat
a. Gambaran Pendidikan Penderita Hipertensi berdasarkan Sikap Di
Puskesmas Tanjunganom Tahun 2018
Dari hasil penelitian gambaran pendidikan penderita hipertensi dalam
upaya mencegah tidak terkontrolnya tekanan darah berdasarkan sikap bahwa
dari 38 responden yang menunjukkan sikap positif dengan pendidikan SD
terdapat 14 orang (38,6%), sikap positif dengan pendidikan SMP terdapat 12
orang (31,6%), sikap positif dengan pendidikan SMA terdapat 5 orang
(13,2%), sikap positif dengan pendidikan D2 terdapat 1 orang (2,6%), dan
sikap positif dengan pendidikan S1 terdapat 2 orang (5,3%).
Dilihat dari sikap negatif dengan pendidikan SD terdapat 3 orang (7,9%),
sikap negatif dengan pendidikan SMA terdapat 1 orang (2,6%), dan sikap
negative dengan pendidikan SMP, D2, S1 tidak ada.
30
b. Gambaran Pendidikan Penderita Hipertensi berdasarkan Tindakan Di
Puskesmas Tanjunganom Tahun 2018
Dari hasil penelitian gambaran pendidikan penderita hipertensi dalam
upaya mencegah tidak terkontrolnya tekanan darah berdasarkan tindakan
bahwa dari 38 responden yang menunjukkan tindakan baik dengan pendidikan
SD terdapat 12 orang (31,6%), tindakan baik dengan pendidikan SMP
terdapat 12 orang (31,6%), tindakan baik dengan pendidikan SMA terdapat 6
orang (15,8%), tindakan baik dengan pendidikan D2 tidak ada, dan tindakan
baik dengan pendidikan S1 terdapat 2 orang (5,3%).
Dilihat dari tindakan kurang baik dengan pendidikan SD terdapat 5 orang
(13,2%), tindakan kurang baik dengan pendidikan D2 terdapat 1 orang (2,6%),
dan tindakan kurang baik dengan pendidikan SMP, SMA, S1 tidak ada.
31
BAB V
5.1 Kesimpulan
Dari data yang berhasil dikumpulkan dalam penelitian ini telah
diperoleh Distribusi Sikap dan Tindakan Penderita Hipertensi di Puskesmas
Tanjunganom Tahun 2018 dalam Upaya Mencegah Tekanan Darah Tidak
Terkontrol sebagai berikut:
1. Sikap penderita hipertensi yang memiliki sikap positif dalam upaya
mencegah tidak terkontrolnya tekanan darah sejumlah 34 responden
(89,5%) dan negatif sejumlah 4 responden (10,5%).
2. Tindakan penderita hipertensi yang memiliki tindakan baik dalam upaya
mencegah tidak terkontrolnya tekanan darah sejumlah 32 responden
(84,2%) dan responden yang kurang baik dalam upaya pencegahan
kekambuhan penyakit hipertensi berjumlah 6 responden (15,8%).
3. Gambaran pendidikan penderita hipertensi berdasarkan sikap bahwa dari
38 responden yang menunjukkan sikap positif lebih banyak dengan
pendidikan SD terdapat 14 orang (38,6%) dan sikap negative lebih
banyak dengan pendidikan SD terdapat 3 orang (7,9%).
4. Gambaran pendidikan penderita hipertensi berdasarkan tindakan bahwa
dari 38 responden yang menunjukkan tindakan baik lebih banyak dengan
pendidikan SD dan SMP terdapat masing-masing 12 orang (31,6%)
lulusan SD dan 12 orang (31,6%) lulusan SMP. Dan tindakan kurang baik
dengan pendidikan SD terdapat 5 orang (13,2%).
5.2 Saran
1. Untuk Masyarakat
Bagi penderita hipertensi agar lebih rajin dalam memeriksakan
tekanan darahnya ke pelayanan kesehatan terdekat atau rumah sakit serta
mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan kesehatan untuk mencegah
kekambuhan penyakit hipertensi serta dapat termotivasi untuk
menghindari hal-hal yang dapat menambah penyakit hipertensi menjadi
32
lebih parah lagi misalnya menghindari makanan yang mengandung lemak
seperti gorengan, daging kambing, santan, mengurangi konsumsi garam
dapur, minuman yang mengandung kafein, alcohol, merokok, malas
berolahraga, serta menjauhi stress.
2. Untuk Petugas Kesehatan
Diharapkan bagi petugas kesehatan agar dapat lebih meningkatkan
sosialisasi tentang penyakit tekanan darah tinggi dan memberikan
penyuluhan tentang upaya mencegah kekambuhan penyakit hipertensi
secara dini dan tindakan apa saja yang harus dilakukan jika tekanan darah
meningkat serta menjelaskan pentingnya memeriksakan tekanan darah
secara teratur ke pelayanan kesehatan terdekat.
33
DAFTAR PUSTAKA
34
LAMPIRAN
LEMBAR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN
Nama :
Umur :
Alamat :
Responden
( )
KUESIONER PENELITIAN
Identitas
Petunjuk pengisian
Isilah data berikut ini dengan benar
a. Tanggal pengisian kuesioner :
b. Nama :
c. Umur :
d. Pendidikan :
e. Alamat :
f. Jenis Kelamin :
g. Lama Terkena Hipertensi :
A. Aspek Sikap
Petunjuk pengisian :
Berilah tanda (√) pada kolom yang paling sesuai dengan pilihan anda!
Keterangan “
S : Setuju TS : Tidak Setuju
No Pertanyaan S TS
1 Jika merasa pusing dan tengkuk terasa berat dalam
jangka waktu yang lama sebaiknya memeriksakan diri ke
pelayanan kesehatan terdekat.
2 Penderita hipertensi sebaiknya memeriksakan tekanan
darah secara teratur tiap bulan dan mengontrol pola
3 makan.
Kurang istirahat dan banyak beban pikian dapat
4 menyebabkan tekanan darah meningkat.
Penderita tekanan darah tinggi boleh melakukan olahraga
5 ringan seperti jogging, bersepeda dan berenang.
Konsumsi garam tidak perlu dihindari bagi penderita
6 hipertensi.
Mengurangi makanan yang mengandung lemak seperti
gorengan, dan makanan yang bersantan perlu dilakukan
7 oleh penderita hipertensi.
Jika istirahat cukup tetapi masih pusing, teruskan saja
8 minum obat anti hipertensi tidak perlu ke puskesmas.
Menurunkan berat badan secara bertahap bisa
9 mengurangi risiko tekanan darah tinggi.
Mengkonsumsi makanan seperti daging kambing dapat
10 meningkatkan tekanan darah tinggi.
Dukungan keluarga sangat penting perananya dalam
keberhasilan penderita hipertensi dalam menjalankan
dietnya