Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

TINEA VERSIKOLOR

1. Definisi

Tinea versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan


oleh Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit kronis yang
ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya
menyerang badan dan kadang- kadang terlihat di ketiak, sela paha,tungkai atas,
leher, muka dan kulit kepala. Nama lainnya adalah pitiriasis versikolor atau
panu.1
Tinea versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan
oleh Malasezia furfur dan pityrosporum orbiculare. Infeksi ini bersifat
menahun, ringan, dan biasanya tanpa peradangan. Tinea versikolor ini
mengenai muka, leher, badan, lengan atas, ketiak, paha, dan lipatan paha.1
Tinea versikolor adalah infeksi jamur supervisial yang ditandai dengan
adanya makula dikulit, skuama halus disertai rasa gatal.4

Gambar 2.1. Tinea Versikolor


(diambil dari kepustakaan no 2)

2. Epidemiologi

Tinea versikolor lebih sering terjadi di daerah tropis dan mempunyai


kelembaban tinggi. Walaupun kelainan kulit lebih terlihat pada orang berkulit

3
gelap, namun angka kejadian tinea versikolor sama di semua ras. Menyerang
hampir semua usia terutama remaja, terbanyak pada usia 16-40 tahun.
Beberapa penelitian mengemukakan angka kejadian pada pria dan wanita
dalam jumlah yang seimbang.5

3. Etiologi

Penyebab penyakit ini adalah Malassezia furfur (Pityrosporum


orbiculare) yang merupakan “lipophilic yeast”, dimana dalam keadaan biasa
adalah flora normal yang terdapat pada permukaan kulit. Malassezia furfur
yang berbentuk ragi / spora dapat berubah menjadi patogen dalam bentuk
filamen / hifa oleh faktor predisposisi sebagai berikut
 Endogen : defisiensi immun (immunodeffisiensi), kulit berminyak,
hiperhidrosis, genetika, dan malnutrisi.
 Eksogen : suhu tinggi, kelembapan udara, keringat, higiene, oklusi pakaian
dan penggunaan emolient yang berminyak.6,7

Gambar 2.2. Gambaran morfologi malassezia furfur


(diambil dari kepustakaan no 7)

4. Patogenesis

Pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan timbulnya


tinea versicolor ialah Pityrosporum orbiculare yang berbentuk bulat atau
Pityrosporum ovale yang berbentuk oval. Malassezia furfur merupakan fase
spora dan miselium. Malassezia berubah dari bentuk blastospore ke bentuk

4
mycelial. Hal ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi. Malassezia memiliki
enzim oksidasi yang dapat merubah asam lemak pada lipid yang terdapat pada
permukaan kulit menjadi asam dikarboksilat. Asam dikarboksilik ini
menghambat tyrosinase pada melanosit epidermis dan dapat mengakibatkan
hipomelanosit. Tirosinase adalah enzim yang memiliki peranan penting dalam
pembentukan melanin.3,7,8

5. Diagnosis

5.1 Gambaran Klinis

Tinea versikolor dapat terjadi dimana saja di permukaan kulit, lipat


paha, ketiak, leher, punggung, dada, lengan, wajah, dan tempat-tempat tak
tertutup pakaian.4
Biasanya timbul makula dalam berbagai ukuran dan warna, ditutupi
sisik halus dengan rasa gatal, atau tanpa keluhan dan hanya gangguan
kosmetik saja. Warna setiap lesi bervariasi dari hampir putih sampai coklat
kemerahan atau berwarna coklat kekuningan dengan kata lain terlihat
sebagai bercak-bercak berwarna-warni. Bentuk lesi tidak teratur, berbatas
tegas sampai difus dengan ukuran lesi dapat milier, lentikuler, numuler
sampai plakat. Ada dua bentuk yang sering dijumpai :

1. Bentuk makuler: berupa bercak yang agak lebar, dengan squama halus
diatasnya, dan tepi tidak meninggi.

2. Bentuk folikuler: seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambut.4

Lesi berbentuk tidak teratur sampai teratur, berbatas jelas sampai


difus, ditutupi sisik halus dengan rasa gatal (ringan), atau asimtomatik
(tanpa gejala atau tanpa keluhan), dan hanya gangguan kosmetik saja.
Pasien sering melaporkan bahwa lesi kulit yang terlibat tidak menjadi
gelap seperti kulit pada bagian tubuh yang lain di musim panas. Keluhan
gatal, meskipun ringan, merupakan salah satu alasan penderita datang
berobat. 9

5
Gambar 2.3. Tinea versikolor menunjukkan lesi hiperpigmentasi dalam
lesi Kaukasia (kiri) dan hipopigmentasi dalam Aborijin Australia (kanan).
(diambil dari kepustakaan no 7)

5.2 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan langsung dengan KOH 10%


Pemeriksaan ini memperlihatkan kelompok sel ragi bulat
berdinding tebal dengan miselium kasar, sering terputus-putus (pendek-
pendek), yang akan lebih mudah dilihat dengan penambahan zat warna
tinta parker blue-black atau biru laktofenol. Gambaran ragi dan
miselium tersebut sering dilukiskan sebagai “meat ball and spageti”.9
Bahan-bahan kerokan kulit diambil dengan cara mengerok bagian
kulit yang mengalami lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan dengan kapas
alcohol 70%, lalu dikerok dengan skapel steril dan jatuhnya ditampung
dalam lempeng-lempeng steril. Sebagian dari bahan tersebut diperiksa
langsung dengan KOH 10% yang di beri tinta parker biru hitam,
dipanaskan sebentar, ditutup dengan gelas penutup dan diperiksa di
bawah mikroskop. Bila penyebabnya memang jamur, maka akan
terlihat garis yang memiliki indeks bias lain dari sekitarnya dan jarak-
jarak tertentu dipisahkan oleh sekat-sekat atau seperti butir-butir yang
bersambung seperti kalung. Pada tinea versikolor hifa tampak pendek-

6
pendek, bercabang, terpotong-potong, lurus atau bengkok dengan spora
yang berkelompok.9

Gambar 2.4. Gambaran meatball and spaghetti appearance


(Diambil dari kepustakaan no 9)

b. Pemeriksaan dengan sinar wood


Pemeriksaan dengan sinar wood, dapat memberikan perubahan warna
seluruh daerah lesi sehingga batas lesi lebih mudah dilihat. Daerah yang
terkena infeksi akan memperlihatkan flouresensi warna kuning
keemasan sampai orange.1

6. DIAGNOSIS BANDING

a. Pityriasis Alba
Pitiriasis Alba merupakan suatu kelainan kulit yang biasanya terdapat
pada anak-anak dan dewasa muda. Lesi berbentuk oval, bulat, atau plak
irreguler yang berwarna merah, merah muda, atau warna yang sama dengan
kulit. Ia biasanya mempunyai sisik dengan batas dengan yang tidak jelas.
Lesi pityriasis alba umumnya mengenai pipi dan dagu, tungkai dan tubuh
jarang terlibat. Lesi pityriasis alba biasanya mempunyai ukuran 0,5-2 cm
diameter tetapi bisa menjadi lebih besar jika lesi mengenai tubuh.2

7
Gambar 2.5. Lesi pada penyakit pityriasis alba.
(Diambil dari kepustakaan no 2)

b. Dermatitis Seboroik
Dermatitis seboroik umumnya mengenai daerah yang berambut.
Penampilan kulit kepala yang terkena dermatitis seboroik bervariasi dari
ringan, bercak bersisik yang luas, bisa menjadi tebal dan mengeras. Plak
jarang terjadi. Lesi hipopigmentasi dapat dilihat pada individu yang berkulit
gelap. Distribusi lesi umumnya terjadi pada daerah berminyak dan berambut
di kepala dan leher, seperti kulit kepala, dahi, alis, bulu mata lipatan
nasolabial, jenggot, dan kulit postaurikuler.5,7

Gambar 2.6. Lesi pada penyakit dermatitis seboroik.


(Diambil dari kepustakaan no 7)

8
c. Vitiligo
Vitiligo adalah suatu kelainan kulit akibat gangguan pigmentasi
(hipomelanosis) idiopatik. Pada penyakit vitiligo, batas bercak bersifat
tegas, tidak bersisik, lesi lebih luas, dan depigmentasi menyeluruh. Walau
bagaimanapun, kadang-kadang agak sukar untuk membedakan vitiligo
dengan daerah pucat tidak bersisik pada tinea versikolor yang sudah
dirawat. Lesi mempunyai ukuran dari milimeter ke sentimeter. Lesi awal
paling sering terjadi pada tangan, lengan, kaki, badan, dan wajah.2,7

Gambar 2.7. Lesi pada penyakit vitiligo


(Diambil dari kepustakaan no 7)

7. PENATALAKSANAAN

7.1 Penatalaksanaan secara umum

Edukasi pada pasien tinea versikolor : 3,6


1. Meningkatkan kebersihan perorangan
2. Tidak berada di lingkungan yang panas dan lembab
3. Mengurangi kegiatan yang menimbulkan keringat yang banyak
4. Setelah beraktivitas usahakan segera mandi
5. Mandi menggunakan sabun dan handuk bersih dan kering.
6. Segera mengganti pakaian yang kering apabila berkeringat banyak

9
7. Gunakan pakaian longgar dan menyerap keringat
8. Melakukan pengobatan sesuai anjuran dokter dan kontrol apabila
keluhan belum sembuh.

7.2 Penatalaksanaan secara khusus


Ada banyak cara pengobatan secara khusus pada pengobatan tinea
versikolor dapat berupa topikal maupun sistemik antara lain :2,4
a. Topikal
Karena koloni jamur ini pada permukaan kulit, maka pengobatan
topikal sangat efektif.
 Bentuk makular : salep Whitfield atau larutan natrium tiosulfas
20% dioleskan setiap hari.
 Bentuk folikular : dapat dipakai tiosulfas natrikus 20-30%.
 Obat-obat anti jamur golongan imidazole (ekonazol, mikonazol,
klotrimazol, dan tolsiklat) dalam krim atau salep 1-2% juga
berkhasiat.
 Sampo selenium sulfide (1,8%) atau lotion selenium sulfide
(2.5%) dioleskan pada bercak selama 15-30 menit, sebelum
mandi, digunakan 2-3 kali selama satu minggu.
 Sampo ketokonazol digunakan sama seperti selenium sulfide.
b. Sistemik
Terapi sistemik diaplikasi jika tinea versikolor sering kambuh
atau gagal dengan pengobatan topical dan juga pada lesi yang luas.
Obat yang diberikan adalah :
a. Ketokonazol
Dosis : 200mg/hari selama 10 hari.
b. Itraconazol
Dosis : 100mg/hari selama 2 minggu.

10
8. PROGNOSIS

Prognosisnya baik dalam hal kesembuhan bila pengobatan dilakukan


menyeluruh, tekun, dan konsisten, serta faktor predisposisi dapat dihindari.
Pengobatan harus diteruskan 2 minggu setelah fluoresensi negative dengan
pemeriksaan lampu Wood dan sediaan langsung negative. 1,4

11

Anda mungkin juga menyukai