PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Appendisitis merupakan peradangan pada Appendisitis versiformis, yaitu
bervariasi dari 7 sampai 15 cm, dan berdiameter sekitar 1 cm, dan juga
sehingga penanganan yang diberikan dapat dilakukan dengan cepat, tepat, dan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Appendisitis
A. Anatomi dan Fisiologi
1
Apendiks adalah suatu organ yang terdapat pada sekum yang terletak
dari apex sekum, tetapi seiring pertumbuhan dan distensi sekum, apendiks
sering dipakai di masyarakat awan adalah kurang tepat karena usus buntu
distal. Namun, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar di pangkal, dan
kolon asenden.2
2
Apendiks vermiformis disangga oleh mesoapendiks (mesenteriolum)
dibagi 3. Pangkal apendiks terletak 1/3 lateral dari garis tersebut dan
pengukuran garis Lanz. Garis diukur dari SIAS dextra ke SIAS sinistra, lalu
garis dibagi 6. Ujung apendiks terletak pada 1/6 lateral dexter garis
tersebut.2
3
Gambar 1. Letak Titik McBurney’s
dari bagian bawah arteri ileocolica. Arteri pada apendiks termasuk end arteri
arteri ini tersumbat, misal karena adanya trombosis pada infeksi, apendiks
umbilikus.2
4
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari. Lendir tersebut secara
patogenesis Appendisitis.
sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfe di sini kecil sekali bila
B. Definisi
Appendisitis adalah peradangan dari apendiks versiformis, yaitu
dari 7 sampai 15 cm, dan berdiameter sekitar 1 cm, dan juga merupakan
appendicitis akut adalah appendicitis yang terjadi dengan onset akut yang
kanan bawah dengan nyeri tekan lokal dan nyeri alih, nyeri otot yang ada di
limfe, fekalith, tumor apendiks dan cacing ascaris yang dapat menimbulkan
5
memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang secara
C. Epidemiologi
sedanding. Appendisits ditemukan pada semua umur, bayi dan anak sampai
terdapat 15%. Frekuensi mulai menanjak setelah usia 9 hingga 11 tahun dan
tahun. Walaupun appendisitis dapat terjadi pada setiap umur, namun puncak
D. Etiologi
hiperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks, dan cacing askaris yang
diantaranya:1,3
1) Faktor sumbatan (Obstruksi)
Obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya Appendisitis
(90%) yang diikuti oleh infeksi. Obstruksi terjadi pada lumen apendiks.
6
keras (fekalit), hyperplasia jaringan limfoid (60%), 35% karena statis
fekal, tumor apendiks, benda asing dalam tubuh (4%) dan cacing
obstruksi yang paling sering terjadi. Fekalit ditemukan 40% pada kasus
gangrenosa tanpa ruptur dan 90% pada kasus Appendisitis akut dengan
ruptur.
2) Faktor bakteri
Penyebab lain yang diduga menimbulkan appendisitis adalah
7
Viridans streptococci Peptostreptococcus micros
Pseudomonas aeruginosa Bilophila species
Enterococcus Lactobacillus species
sehari-hari. Bangsa kulit putih yang dulunya pola makan rendah serat
mempunyai resiko lebih tinggi dari negara yang pola makannya banyak
hematogen ke apendiks.
E. Patofisiologi
8
sehingga mengakibatkan timbulnya edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi
mukosa. Pada saat inilah terjadi appendisitis akut fokal yang ditandai oleh
keadaan perforasi.
kembali menimbulkan keluhan pada perut kanan bawah. Pada suatu saat
F. Manifestasi Klinis
nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah, yang akan menetap dan
diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat pula keluhan lain seperti
9
anoreksia, malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya pula
terdapat keluhan konstipasi, tak jarang pula terjadi diare, mual, dan muntah.
yang menetap. Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen kanan bawah
akan semakin progresif dan dengan pemeriksaan yang seksama akan dapat
G. Diagnosis
Anamnesis
Nyeri / Sakit perut
appendisitis akut, bila hal ini tidak ada maka diagnosis appendisitis akut
10
Obstipasi karena penderita takut mengejan
datangnya rasa nyeri dan beberapa penderita mengalami diare, hal tersebut
rektum.
Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi, yaitu suhu antara
37,50 – 38,50C tetapi bila suhu lebih tinggi, diduga telah terjadi perforasi.
Pemeriksaan Fisik
perut.
appendicitis perforata
Palpasi : pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri.
Dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan
Tanda Rovsing (Rovsing Sign) : nyeri pada perut kanan bawah saat
Tanda Blumberg (Blumberg Sign) : nyeri pada peur kanan bawah saat
Perkusi : nyeri ketok perut kanan bawah. Jika pekak hepar hilang
11
Pemeriksaan colok dubur : pemeriksaan ini dilakukan pada appendisitis,
Uji tambahan
sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan, kemudian
12
Tanda Obturator (Obturator Sign) : fleksi dan endorotasi sendi
appendisits pelvika.
Pemeriksaan Penunjang
13
Radiologi : terdiri dari pemeriksaan rontgen foto polos, ultrasonografi dan
CT-scan.
Rontgen foto polos, tidak spesifik, secara umum tidak cost effective.
prominent.
14
Gambar 8. Gambaran USG Appendisits
15
Appendisitis dapat ditegakkan dengan skor Alvarado :
Manifestasi Skor
Gejala Adanya migrasi nyeri 1
Anoreksia 1
Mual/muntah 1
Tanda Nyeri RLQ 2
Nyeri lepas 1
Febris 1
Laboratorium Leukositosis 2
Shift to the left 1
Total poin 10
Interpretasi:
Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6
H. Diagnosis Banding
anatomi dari inflamasi Appendix, tingkatan dari proses dari yang simple
sampai yang perforasi, serta umur dan jenis kelamin pasien. 3,4
1) Gastroenteritis.
Nyeri perut sifatnya lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Sering
16
dijumpai adanya hiperperistalsis. Panas dan leukositosis kurang menonjol
2) Demam Dengue
3) Limfadenitis mesenterika.
kanan, serta perasaan mual dan nyeri tekan perut yang sifatnya samar,
4) Kelainan Ovulasi
nyeri yang sama pernah timbul lebih dahulu. Tidak ada tanda radang, dan
5) Salpingitis
akut. Suhu biasanya lebih tinggi daripada appendisitis dan nyeri perut
bagian bawah perut lebih difus. Salpingitis pada wanita biasanya disertai
keputihan dan infeksi urin. Pada colok vagina, akan timbul nyeri hebat di
panggul jika uterus diayunkan. Pada gadis dapat dilakukan colok dubur
17
6) Kehamilan Ektopik Terganggu
tidak me- rientu. Jika ada ruptur tuba atau abortus kehamilan di luar
massa dalam rongga pelvis pada pemeriksaan perut, colok vagina, atau
menentukan diagnosis.
8) Endometriosis Externa
18
seperti divertikulitis Meckel, perforasi tukak duodenum atau lambung,
appendiks.
I. Penatalaksanaan
dilakukan dalam dua cara, yaitu cara terbuka dan cara laparoskopi. Apabila
ada keluhan atau gejala apapun dan pemeriksaan klinis serta pemeriksaan
bedah.3,5
1. Open Appendectomy
19
2) Dibuat sayatan kulit : horizontal atau oblique
a. Pararectal/ Paramedian
ditarik ke
medial
2 lapis
20
Keterangan gambar:
Satu incisi kulit yang rapi dibuat dengan perut mata pisau.
lateral bawah.
Keterangan gambar:
Keterangan gambar:
21
obliquus externus dan internus. Tarikan yang terlalu keras
4) Peritoneum dibuka.
Keterangan gambar:
sekitarnya).
22
Mesoappenddix ditembus dengan sonde kocher dan pada
Keterangan gambar:
Caecum).
23
7) Appendix dipotong di antara ikatan dan klem, puntung diberi
betadine.
dengan jahitan Z.
24
9) Bila no.7 tidak dapat dilakukan, maka Appendix dipotong
2. Laparoscopic Appendectomy
laparoskop.
J. Komplikasi
1) Massa Periapendikular
25
lekuk usus halus. Pada massa periapendikuler dengan pembentukan
appendiks. Hal ini ditandai dengan kenaikan suhu dan frekuensi nadi,
2) Appendisitis Perforata
belum berkembang.
26
Perforasi appendiks akan mengakibatkan peritonitis purulenta
yang ditandai dengan demam tinggi, nyeri makin hebat, nyeri tekan
nanah.
4) Appendisitis Kronik
27
lebih dari dua mingau, terbukti terjadi radang kronik appendiks baik
pasca apendektomi.
total pada lumen appendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama di
K. Prognosis
Bila diagnosis yang akurat disertai dengan penanganan pembedahan
yang tepat, tingkat mortalitas dan morbiditas penyakit ini sangat kecil.
tidak diangkat.1,3
BAB III
KESIMPULAN
sampai 15 cm, dan berdiameter sekitar 1 cm, dan juga merupakan penyebab nyeri
abdomen akut yang paling sering. Appendicitis ditemukan pada semua umur, pada
anak umur kurang dari 1 tahun jarang dilaporkan, tertinggi pada umur 20-30
tahun, setelah itu menurun. Insidensi laki-laki dan perempuan sebanding kecuali
28
Appendisitis disebabkan karena adanya obstruksi pada lumen appendix
DAFTAR PUSTAKA
1. Mansjoer,A., dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid Kedua.
Indonesia.
3. Sjamsuhidajat R, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta : Penerbit
29
4. Grace Pierce A, Borley Neil R. 2006. Surgery at a Glance. 3th ed. Terjemahan
Current Surgical Diagnosis & Treatment. 12th ed. New York : The Mc Graw-
Hill Companies.
30