Anda di halaman 1dari 68

Laporan Seminar

Analisis Tingkat Kepuasan Penghuni Rumah Susun Sederhana Sewa


Mahasiswa (Rusunawa) Universitas Diponegoro Terhadap Aspek Kualitas
Desain serta Ketersediaan Sarana, Prasarana, dan Utilitas Umum

DOSEN KOORDINATOR MATA KULIAH


Ir. Dhanoe Iswanto, M.TA

DOSEN PEMBIMBING
Dr. Ir. Edi Purwanto, M.T.

OLEH
Aprilea Sofiastuti Ariadi
20102114120048

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017


LEMBAR PENGESAHAN

SEMINAR ARSITEKTUR

Nama : Aprilea Sofiastuti Ariadi


NIM : 21020114120048
Judul Seminar : Analisis Tingkat Kepuasan Penghuni Rumah Susun
Sederhana Sewa Mahasiswa (Rusunawa) Universitas
Diponegoro Terhadap Aspek Kualitas Desain serta
Ketersediaan Sarana, Prasarana, dan Utilitas Umum

Telah disidangkan pada

Hari : Kamis
Tanggal : 18 Mei 2017
Tempat : Lab. Perancangan Kota, Departemen Arsitektur Undip

Semarang, 22 Mei 2017

Dosen Koordinator Dosen Pembimbing Seminar


Mata Kuliah Seminar

Ir. Dhanoe Iswanto, M.TA Dr. Ir. Edi Purwanto, M.T.


NIP. 19571222 198703 1001 NIP. 19631231 199003 1002

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT karena karunia-Nya laporan
seminar dengan judul “Analisis Tingkat Kepuasan Penghuni Rumah Susun
Sederhana Sewa Mahasiswa (Rusunawa) Universitas Diponegoro Terhadap Aspek
Kualitas Desain serta Ketersediaan Sarana, Prasarana, dan Utilitas Umum” sebagai
salah satu persyaratan dalam mata kuliah Seminar tahun 2017 di Jurusan Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam proses penyusunan laporan ini, terutama kepada:
1. Dr. Ir. Edi Purwanto, M.T. selaku dosen pembimbing mata kuliah Seminar,
2. Ir. Dhanoe Iswanto, M.TA selaku koordinator mata kuliah Seminar 2017,
3. Orang Tua dan keluarga penyusun yang telah mendukung dan memotivasi,
4. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penyusunan laporan seminar ini.

Penyusun berharap semoga laporan ini bisa bermanfaat bagi penyusun dan pihak-
pihak yang membaca laporan ini.

Semarang, 18 Mei 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN I

KATA PENGANTAR II

DAFTAR ISI III

DAFTAR GAMBAR V

DAFTAR TABEL VII

BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 LATAR BELAKANG 1
1.2 RUMUSAN MASALAH 3
1.3 TUJUAN PENELITIAN 3
1.4 MANFAAT PENELITIAN 3
1.5 BATASAN PENELITIAN 3
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN 3
1.7 ALUR PIKIR 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6


2.1 RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA MAHASISWA 6
2.1.1 PENGERTIAN RUSUNAWA 6
2.1.2 KRITERIA RUSUNAWA 6
2.1.3 TUJUAN RUSUNAWA 7
2.1.4 SASARAN RUSUNAWA 7
2.2 EVALUASI PASCA HUNI 7
2.2.1 PENGERTIAN EVALUASI PASCA HUNI 7
2.2.2 MANFAAT DAN KEUNTUNGAN EVALUASI PASCA HUNI 8
2.2.3 TAHAPAN EVALUASI PASCA HUNI 9
2.3 KEPUASAN PENGHUNI 10
2.4 TEORI ADAPTASI 10
2.5 TEORI PERILAKU DALAM ARSITEKTUR 11
2.6 FAKTOR-FAKTOR PENILAIAN KEPUASAN PENGHUNI 12
2.6.1 ASPEK KUALITAS DESAIN BANGUNAN RUSUNAWA 13
2.6.2 ASPEK SARANA, PRASARANA, DAN UTILITAS UMUM BANGUNAN RUSUNAWA 13
2.7 LANDASAN TEORI 14

BAB 3 METODE PENELITIAN 15


3.1 PENDEKATAN PENELITIAN 15
3.2 METODE YANG DIPILIH 15
3.3 TAHAPAN PENELITIAN 15
3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA 16
3.5 SAMPEL/RESPONDEN 17
3.6 ANALISIS DATA 18
3.7 KAJIAN DAN PEMBAHASAN 18
3.8 WAKTU PENELITIAN 18

BAB 4 DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 19

iii
4.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 19
4.2 DATA 23
4.2.1 DATA YANG DIPEROLEH DARI HASIL KUESIONER 23
4.2.2 DATA YANG DIPEROLEH DENGAN METODE WAWANCARA 24
4.2.3 DATA YANG DIPEROLEH DARI HASIL PENGAMATAN 26

BAB 5 ANALISIS DATA & PEMBAHASAN 36


5.1 ANALISIS DATA 36
5.2 PEMBAHASAN 42
5.2.1 KUALITAS DESAIN BANGUNAN 42
5.2.2 SARANA, PRASARANA, DAN FASILITAS UMUM 46
5.2.3 ADAPTASI PENGHUNI RUSUNAWA 48

BAB VI KESIMPULAN 51
6.1 KESIMPULAN HASIL PENELITIAN 51
6.2 REKOMENDASI 52

DAFTAR PUSTAKA 54

LAMPIRAN 56

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 1 Kondisi selasar/selasar di Gedung C Rusunawa Undip 2


Gambar 1 2 Kondisi selasar/selasar di Gedung D Rusunawa Undip 2
Gambar 1 3 Alur Pikir Penelitian 5
Gambar 4 1 Citra Satelit Rusunawa Undip 19
Gambar 4 2 Denah Tipikal Bangunan Gedung Rusunawa Undip 20
Gambar 4 3 Site Plan Gedung A Rusunawa Undip 20
Gambar 4 4 Fasad Gedung B Rusunawa Universitas Diponegoro 21
Gambar 4 5 Suasana Mandiri Corner Gedung C Rusunawa Universitas
Diponegoro 21
Gambar 4 6 Suasana Ruang Belajar Bersama Gedung A Rusunawa Universitas
Diponegoro 21
Gambar 4 7 Suasana Kamar Unit di Gedung C Rusunawa Universitas
Diponegoro 22
Gambar 4 8 Suasana Kamar Mandi Unit di Gedung C Rusunawa Universitas
Diponegoro 22
Gambar 4 9 Salah satu kamar di gedung D 26
Gambar 4 10 Salah satu kamar di gedung B 26
Gambar 4 11 Ilustrasi layout unit di gedung A 27
Gambar 4 12 Ilustrasi layout unit di gedung C 27
Gambar 4 13 Ilustrasi layout unit di gedung B dan D 28
Gambar 4 14 Bunk Bed unit di rusunawa yang kasurnya tidak digunakan di dipan 28
Gambar 4 15 Denah Letak Tangga pada Gedung Rusunawa (Tipikal) 29
Gambar 4 16 Denah Ruangan Lantai Dasar 29
Gambar 4 17 Perbedaan ketinggian pail lantai kamar mandi 30
Gambar 4 18 Pantry di unit gedung D 30
Gambar 4 19 Pantry di unit gedung B 30
Gambar 4 20 Tempat jemur di gedung D 31
Gambar 4 21 Tempat jemur di gedung C 31
Gambar 4 22 Tempat jemur di gedung B 31
Gambar 4 23 Tempat jemur di gedung A 31
Gambar 4 24 Keadaan selasar gedung C yang dipakai sebagai tempat jemur 32
Gambar 4 25 Keadaan selasar gedung D 32
Gambar 4 26 Dinding struktural dengan bahan beton 32
Gambar 4 27 Lantai unit rusunawa 32
Gambar 4 28 Tangga Luar bangunan 33
Gambar 4 29 Keadaan tangga yang berlumut 33
Gambar 4 30 MCB tiap unit 33
Gambar 4 31 Kabel listrik menuju unit 33
Gambar 4 32 Saluran air hujan di gedung rusunawa Undip (tipikal) 34
Gambar 4 33 Gerbang Rusunawa Undip dan Pos Satpam 34
Gambar 4 34 Shaft Air Bersih Rusunawa 35
Gambar 4 35 Keadaan Jalan Lingkungan Rusunawa pada Malam Hari 35
Gambar 4 36 Rumus Interval Kepercayaan 41
Gambar 4 37 Interval Nilai Berdasarkan Perbedaan Nilai Rata-rata 41

v
Gambar 4 38 Interval kategori variabel desain bangunan 41
Gambar 4 39 Interval kategori variabel sarana dan prasarana 41

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Variabel dan Indikator Kepuasan Penghuni 14
Tabel 3.2 Jumlah Penghuni Rusunawa Undip 17
Tabel 5.1 Perhitungan Skor dan Rata-rata Deskripsi Data Variabel
Sarana, Prasarana, dan Fasilitas Umum 37
Tabel 5.2 Kriteria Penilaian Faktor 37
Tabel 5.3 Tingkat Kepuasan Kualitas Desain Bangunan Sesuai Profil
Responden 38
Tabel 5.4 Tingkat Kepuasan Sarana, Prasarana dan Fasilitas Umum Sesuai
Profil Responden 38
Tabel 5.5 Urutan Tingkat Kepuasan berdasarkan Variabel Kualitas Desain
Bangunan 39
Tabel 5.6 Urutan Tingkat Kepuasan berdasarkan Variabel Sarana,
Prasarana, dan Fasilitas Umum 40

vii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia, tidak semua warga negara dapat menempuh pendidikan tinggi setelah
menyelesaikan pendidikan menengahnya. Berdasarkan data dari Badan Pusat
Statistik (2016), Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi di Indonesia terus
meningkat dari tahun ke tahun, bahkan meningkat hampir dua kali lipat dalam jangka
waktu sepuluh tahun (11,06% pada tahun 2005 dan 20,89% pada tahun 2015).
Meskipun begitu, angka ini masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan APK
pada jenjang pendidikan lainnya seperti SD, SMP, dan SMA.

Beberapa hal yang mempengaruhi rendahnya APK Perguruan Tinggi di Indonesia


adalah faktor ekonomi dan tidak meratanya persebaran Perguruan Tinggi yang
memadai di Indonesia. Data dari Kemenristekdikti menunjukkan bahwa 9 dari 10
Perguruan Tinggi terbaik di Indonesia terletak di Pulau Jawa (Kementerian Riset,
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, 2016). Hal ini kemudian menyebabkan
masyarakat dari daerah yang kurang memiliki akses ke Perguruan Tinggi yang baik,
merantau ke daerah dengan Perguruan Tinggi yang baik.

Mahasiswa yang banyak berdatangan dari berbagai daerah ini pun membutuhkan
tempat tinggal. Tempat kos dan asrama memang sudah banyak ada dan tersedia,
namun dibutuhkan alternatif lain yang lebih murah. Oleh karena itu Kementerian
Negara Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mencanangkan program
pembangunan asrama dan rumah susun sederhana sewa bagi mahasiswa, siswa,
dan santri.

Di Universitas Diponegoro sendiri sudah terdapat fasilitas rumah susun sederhana


sewa bagi mahasiswa. Bangunan ini memiliki 4 lantai dengan 4 massa gedung yang
aktif dihuni, dengan luasan kurang lebih 4247 m2. Total jumlah mahasiswa yang
menempati rusunawa ini sekitar 1.000 mahasiswa yang siap ditampung tiap
tahunnya (Sukawi et. al., 2016). Penelitian ini berusaha mengukur tingkat kepuasan
penghuni terhadap aspek kualitas desain bangunan dan ketersediaan sarana
prasarana pada rumah susun sederhana sewa mahasiswa Undip. Desain bangunan

1
berwujud bentuk fisik bangunan, sehingga yang akan dinilai adalah kepuasan
penghuni terhadap wujud fisik. Faktor penilaian lainnya adalah ketersediaan sarana,
prasarana, dan utilitas umum.

Menurut pengamatan awal peneliti pada beberapa gedung Rusunawa Undip, kondisi
yang ditemui di Rusunawa Undip adalah sebagai berikut:

Gambar 1 1 Kondisi selasar/selasar di Gedung C Rusunawa Undip

(Sumber: hasil survey)

Gambar 1 2 Kondisi selasar/selasar di Gedung D Rusunawa Undip

(Sumber: hasil survey)

2
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat kepuasan penghuni di Rumah Susun Sederhana Sewa
Mahasiswa Universitas Diponegoro terhadap aspek kualitas desain serta
ketersediaan sarana, prasarana, dan utilitas umum?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengukur tingkat kepuasan penghuni di Rumah Susun Sederhana
Sewa Mahasiswa Universitas Diponegoro berdasarkan aspek kualitas desain
bangunan serta ketersediaan sarana, prasarana, dan utilitas umum.
2. Untuk memberikan rekomendasi untuk desain-desain Rumah Susun
Sederhana Sewa Mahasiswa di masa yang akan datang.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang ingin diambil dari penelitian ini adalah untuk mengukur tingkat
kepuasan penghuni Rumah Susun Sederhana Sewa Mahasiswa di Universitas
Diponegoro berdasarkan aspek kualitas desain bangunan dan ketersediaan sarana
prasarana serta mencoba memberikan rekomendasi untuk desain-desain Rumah
Susun Sederhana Sewa Mahasiswa di masa mendatang.

1.5 Batasan Penelitian


Dalam laporan penelitian ini, penulis akan mengukur tingkat kepuasan penghuni
Rumah Susun Sederhana Sewa Mahasiswa di Universitas Diponegoro berdasarkan
aspek kualitas desain bangunan dan ketersediaan sarana prasarana. Selain itu,
peneliti juga mencoba memberikan rekomendasi untuk desain-desain Rumah Susun
Sederhana Sewa Mahasiswa di masa mendatang.

1.6 Sistematika Penulisan


BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
1.5 Lingkup Penelitian
1.6 Sistematika Pembahasan
1.7 Alur Pikir
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

3
2.1 Teori yang berkaitan dengan penelitian
2.2 Struktur Landasan Teori
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
3.2 Metode yang dipilih
3.3 Tahapan Penelitian
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.5 Metode Pembahasan
3.6 Sampel/Responden
3.7 Waktu Penelitian
BAB 4 DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
4.2 Data
BAB 5 ANALISIS DATA & PEMBAHASAN
5.1 Analisis Data
5.2 Pembahasan
BAB 6 KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan Hasil Penelitian
6.2 Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

1.7 Alur Pikir


Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan alur pikir yang akan
dijelaskan melalui bagan di bawah ini:

4
Gambar 1 3 Alur Pikir Penelitian

Pengumpulan Data dan Sampel


berdasarkan observasi langsung
maupun studi literatur.

Mengevaluasi Sampel sesuai


dengan studi literatur.

Interpretasi dan analisis

Memberikan rekomendasi
terhadap permasalahan yang
ditemui

Kesimpulan

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Susun Sederhana Sewa Mahasiswa

2.1.1 Pengertian Rusunawa


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rumah susun berarti bangunan yang
direncanakan dan digunakan sebagai tempat kediaman oleh beberapa keluarga
serta mempunyai tingkat minimum dua lantai dengan beberapa unit hunian.

Dengan mengacu pada Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 9


/PERMEN/M/2008 Tentang Pedoman Bantuan Pembangunan Rumah Susun
Sederhana Sewa Pada Lembaga Pendidikan Tinggi Dan Lembaga Pendidikan
Berasrama, dapat diartikan bahwa Rumah Susun Sederhana Sewa Mahasiswa
adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan
yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam
arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-
masing digunakan secara terpisah, status penguasaanya sewa serta dibangun
dengan mengunakan dana Angaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dengan fungsi utamanya sebagai hunian
yang diperuntukkan kepada mahasiswa.

2.1.2 Kriteria Rusunawa


Kriteria rumah susun tercantum dalam Pasal 35 Undang-Undang Republik
Indonesia nomor 20 tahun 2011. Tata bangunan yang meliputi persyaratan,
peruntukan lokasi, serta intensitas dan arsitektur bangunan, serta keandalan
bangunan yang meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan,
dan kemudahan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Kemudian,
dalam Pasal 36 undang- undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2011,
tertulis bahwa ketentuan tata bangunan dan keandalan bangunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Namun, karena peraturan menteri yang mengacu pada
undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2011 tentang rumah susun
belum disahkan dan masih belum dipublikasikan maka perancangan rumah

6
susun dapat berpedoman pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05
Tahun 2007 Tentang Rumah Susun Sederhana, dan SNI yang berlaku.

Sedangkan kriteria rumah susun sewa sederhana mahasiswa tercantum dalam


Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 9 /PERMEN/M/2008, yang
meliputi penyediaan asrama bagi mahasiswa/siswa/santri.

2.1.3 Tujuan Rusunawa


Memberikan fasilitasi berupa bangunan Rusunawa sehingga mendorong
lembaga pendidikan tinggi untuk memenuhi kebutuhan asrama bagi mahasiswa.

2.1.4 Sasaran Rusunawa


Mahasiswa khususnya untuk tahun ajaran pertama.

2.2 Evaluasi Pasca Huni

2.2.1 Pengertian Evaluasi Pasca Huni


Evaluasi Purna Huni atau Post Occupancy Evaluation adalah proses evaluasi
terhadap bangunan dengan cara sistematis dan teliti setelah bangunan selesai
dibangun dan telah dipakai untuk beberapa waktu (Hermanto, 2000).

Post Occupancy Evaluation merupakan istilah sekaligus jenis kegiatan yang


baru berkembang dalam bidang arsitektur dalam tiga dekade terakhir ini. Namun
demikian kegiatan yang dilaksanakan di dalam istilah tersebut sebenarnya
bukanlah kegiatan yang baru sama sekali dalam perancangan arsitektur paling
tidak secara informal. Perancangan arsitektur berkembang karena adanya
kegiatan evaluasi terhadap hasil perancangan yang telah dibangun dan
digunakan. Kekurangan dan kelebihan yang didapatkan dalam penggunaan
fasilitas hasil perancangan tadi kemudian menjadi masukan bagi perancangan-
perancangan berikutnya (Danisworo, 1989).

Evaluasi pasca huni berfokus pada tiga faktor–evaluasi teknis, evaluasi


fungsional, dan evaluasi perilaku (Rabinowitz, 1997):
• Evaluasi teknis. Bangunan harus memberikan perlindungan yang pokok
dan lingkungan yang memungkinkan bertahan. Tempat-tempat
perlindungan sebelumnya menciptakan suatu “bagian dalam” untuk

7
menahan bagian luar (unsur-unsur dan hewan) tetap “bagian luar”.
Elemen-elemen evaluasi ini adalah:
• Peraturan Bangunan
• Ketentuan di Luar Peraturan
• Dinding Luar
• Atap
• Pengamanan Kebakaran
• Penyelesaian Interior
• Penerangan
• Akustik
• Pemanasan, Ventilasi, Pengkondisian Udara
• Evaluasi Fungsional. Faktor-faktor fungsional adalah aspek-aspek suatu
bangunan yang langsung menunjang kegiatan-kegiatan dan prestasi
organisasi mereka. Elemen-elemen evaluasi ini adalah:
• Pengelompokan Berdasarkan Lokasi
• Sirkulasi
• Faktor-faktor Manusiawi
• Penyimpanan
• Keluwesan dan Perubahan
• Evaluasi Perilaku. Faktor-faktor perilaku menekankan hubungan antara
perilaku dan lingkungan fisik. Beberapa soal yang dijelajahi dalam bidang
ini adalah: Apakah bangunan digunakan seperti yang dimaksudkan
dalam rancangan asli? Bagaimanakah ukuran fasilitas mempengaruhi
para pemakainya? Apa yang terkandung dalam citra bangunan bagi para
pemakai dan masyarakat? Bagaimanakah kedekatan (proksimitas)
bidang-bidang dalam bangunan mempengaruhi frekuensi
penggunaannya? Apakah konfigurasi kamar-kamar dan bahan-bahan
mempengaruhi perilaku pemakai?

2.2.2 Manfaat dan Keuntungan Evaluasi Pasca Huni


Menurut Danisworo (1989) manfaat dan keuntungan dilakukannya POE
tergantung pada organisasi klien dan kerangka waktu, dapat dbagi atas manfaat
dan keuntungan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.
Keuntungan jangka pendek adalah keuntungan yang didapat dari pemanfaatan
langsung temuan suatu proses POE, yang meliputi:

8
• Identifikasi dan solusi masalah dalam fasilitas yang bersangkutan
• Pengelolaan fasilitas yang tanggap terhadap nilai pemakai
• Peningkatan pemanfaatan ruang
• Peningkatan sikap pemakai bangunan melalui partisipasinya dalam proses
evaluasi
• Memberi pengertian akan implikasi perubahan yang dilandasi penghematan
biaya terhadap performance
• Memberi masukan dan pengertian lebih baik akan konsekuensi suatu
rancangan

Keuntungan jangka menengah berkaitan dengan pengambilan keputusan


penting di dalam pelaksanaan membangun, yang meliputi:
• Memberi kemampuan adaptasi fasilitas terhadap perubahan pertumbuhan
organisasi, termasuk pemanfaatan kembali bangunan bagi penggunaan
yang berbeda.
• Kemungkinan penghematan yang signifikan dalam proses membangun dan
selama life cycle bangunan.

Keuntungan jangka pajang meliputi pemanfaatan dan masukan selanjutnya hasil


POE bagi penggunaan dalam industri bangunan secara luas yang meliputi:
• Peningkatan jangka panjang dalam performance bangunan.
• Peningkatan kepustakaan perihal database, standar, kriteria dan pedoman
perancangan.
• Peningkatan pengukuran performance bangunan secara kuantitatif.

2.2.3 Tahapan Evaluasi Pasca Huni


Menurut Preiser (1995), evaluasi pasca huni memiliki tiga tahapan penting,
yaitu:
1. Tahap pertama adalah pengamatan lapangan, dimana peneliti mencatat
data lapangan agar mampu memetakan masalah yang terjadi.
2. Tahap kedua adalah proses evaluasi yang mendalam yang selanjutnya
melakukan rekomendasi tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah yang ada.
3. Tahap ketiga adalah menggunakan rekomendasi pada tahap kedua guna
merumuskan konsep dan desain baru.

9
2.3 Kepuasan Penghuni
Menurut Pamungkas (2010), kepuasan penghuni berkaitan dengan harapan
penghuni terhadap kualitas bangunan yang ditempati. Kepuasan penghuni akan
tercapai jika harapan akan kualitas bangunan sama dengan kondisi nyata yang
didapatkan dan dirasakan penghuni. Sehingga harapan penghuni akan tempat
hunian, semestinya menjadi suatu standar bagi pengembang dalam
memberikan kawasan hunian yang nyaman.

2.4 Teori Adaptasi


Kepuasan penghuni akan tempat dan ruang yang dihuninya tidak lepas dari
pemahaman manusia terhadap lingkungannya. Perilaku manusia merupakan
pusat perhatian dalam hubungan antara manusia dengan lingkungannya.
Manusia menginderakan objek di lingkungannya, hasil penginderaan tersebut
kemudian disebut dengan persepsi (Bell dalam Pandelaki et.al., 2015).

Persepsi merupakan proses untuk memperoleh informasi tentang lingkungan


seseorang (Lang dalam Pandelaki et.al., 2015). Persepsi bisa berubah-ubah
karena adanya proses fisiologik. Dalam hal interaksi manusia dengan
lingkungannya, manusia akan selalu berusaha untuk memperoleh keselarasan
dengan lingkungannya. Hal ini dimungkinkan dengan adanya kemampuan
kognitif untuk mengadakan reaksi-reaksi tertentu terhadap lingkungan yang
memuat hal-hal tertentu terhadap lingkungan yang menarik minatnya dalam
memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Proses hubungan dengan lingkungan
yang terjadi sejak individu berinteraksi melalui penginderaan sampai dengan
terjadinya reaksi, digambarkan dalam skema persepsi oleh Bell (dalam
Pandelaki et.al., 2015) sebagai berikut:


Gambar 2 1 Skema Persepsi

Sumber: Bell dalam Pandelaki et.al., 2015

10
Hasil interaksi manusia dengan objek menghasilkan persepsi individu tentang
objek tersebut. Jika persepsi berada dalam batas optimal, maka individu
dikatakan dalam keadaan homeo statis, yaitu keadaan yang serba seimbang
dan biasanya selalu ingin dipertahankan oleh setiap individu karena menimbul-
kan perasaan yang menyenangkan. Sebaliknya, jika objek dipersepsikan
sebagai di luar batas optimal, maka individu akan mengalami stres, terjadi
peningkatan energi, sehingga harus dilakukan coping untuk menyesuaikan
lingkungan pada kondisi dirinya. Penyesuaian diri individu terhadap
lingkungannya disebut dengan adaptasi, sedangkan penyesuaian lingkungan
terhadap individu disebut adjustment (Pandelaki, et.al., 2015).

Perilaku penyesuaian individu terhadap lingkungan merupakan upaya


mengurangi ketidaksesuaian dalam suatu lingkungan untuk meningkatkan
harmoni. Menurut Bell dalam Purwaningsih et.al. (2011) mengemukakan bahwa
tindakan yang dilakukan oleh individu dalam upaya untuk mengurangi
ketidaksesuaian dibedakan menjadi 3 jenis adaptasi yaitu:
• Adaptasi by adjustment, yaitu tindakan menolak atau melawan terhadap
lingkungan dengan melakukan perubahan-perubahan fisik lingkungan
guna menambah keselarasan antara individu dengan lingkungan fisiknya.
• Adaptasi by reaction, yaitu tindakan mengurangi konflik dengan
menyesuaikan diri sehingga terjadi keselarasan antara lingkungan dengan
individu.
• Adaptasi by withdrawal, yaitu tindakan mengurangi tekanan lingkungan
dengan melakukan migrasi atau pindah ke tempat lain.

2.5 Teori Perilaku Dalam Arsitektur


• Visibiliitas
Visibilitas adalah kemampuan dapat melihat tanpa terhalang secara
visual pada objek yang dituju. Visibilitas berkaitan dengan "jarak" yang
dirasakan oleh manusia. Namun jarak yang dirasakan tersebut bukan
hanya jarak secara dimensional geometris saja, tetapi menyangkut
persepsi visual dimana sesorang merasa ada tidaknya halangan untuk
mencapai objek yang dituju (Hasselgren dalam Kadir, 2004).

11
• Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah ukuran kemudahan dalam melakukan perjalanan
dari lokasi tempat tingga ke lokasi pelayanan yang dibutuhkan. Ukuran
kemudahan dinyatakan dalam indeks aksesibilitas (Magribi et.al., 2004).

2.6 Faktor-Faktor Penilaian Kepuasan Penghuni


Menurut Setiadi (2015), kualitas bangunan dan kelengkapan sarana prasarana rusun
merupakan variabel independen yang menjadi elemen suatu atribut rusun.
• Kualitas Bangunan
Kepuasan penghuni terhadap atribut kualitas bangunan berkorelasi dengan
variabel lain, diantaranya karakteristik fisik bangunan rusun. Walaupun
secara umum penghuni rusun sewa berasal dari kelompok bawah, dengan
tingkat kemampuan ekonomi yang relatif terbatas sehingga tidak banyak
memiliki pilihan dan ekspektasi yang tinggi, namun bila mereka diberi pilihan
tidak berarti mereka akan menerima begitu saja bila harus tinggal di dalam
bangunan yang tidak layak. Tipe rusun tertentu memiliki satu kamar disertai
dengan dapur dan kamar mandi kolektif. Tipe rusun lain memiliki dua kamar
dengan kamar mandi dan dapur masing- masing. Karakteristik pada tipe
tertentu rusun berkorelasi positif berbeda-beda dengan tingkat kepuasan,
seperti bentuk dan jumlah kamar, luas bangunan.

• Kelengkapan Sarana dan Prasarana Rusun


Karena disubsidi, tidak berarti bahwa pelayanan yang diterima penyewa
rusun sewa berbeda dengan pelayanan yang diterima tipe rumah sewa tidak
bersubsidi lainnya (rusun milik). Kedua tipe hunian tersebut tetap
membutuhkan berbagai kelengkapan sarana, prasarana dan fasilitas yang
sama, walaupun berbeda dalam kualitas dan kuantitas. Variabel seperti
kuantitas air bersih yang mencukupi, daya listrik yang memadai, pengelolaan
sampah yang tuntas, perawatan terhadap kebersihan dan keindahan
bangunan berkorelasi positif dengan kepuasan terhadap Atribut Sarana dan
Prasarana. Semakin baik fasilitas yang diberikan maka semakin kuat korelasi
positifnya dengan tingkat kepuasan penghuni.

12
2.6.1 Aspek Kualitas Desain Bangunan Rusunawa
Menurut Pamungkas et.al. (2012), untuk menciptakan kepuasan penghuni,
produk bangunan dengan seluruh bagiannya haruslah berkualitas.

Faktor kualitas bangunan, menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum


nomor 05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah
Susun Sederhana Bertingkat Tinggi, memiliki persyaratan teknis dalam:
1. Struktur Bangunan.
2. Proteksi Bahaya Petir dan Listrik.
3. Kesehatan Bangunan Gedung, seperti sistem penghawaan, sistem
pencahayaan, sistem air minum dan sanitasi.
4. Penggunaan Bahan Bangunan.
5. Kenyamanan, yang meliputi:
• Kenyamanan Ruang Gerak dalam Bangunan Gedung.
• Kenyamanan Kondisi Udara dalam Ruang.
• Kenyamanan Pandangan.
• Kenyamanan Terhadap Tingkat Getaran dan Kebisingan.
6. Kemudahan Bangunan, yang meliputi hubungan ke, dari, dan di dalam
bangunan Rusunawa.

2.6.2 Aspek Sarana, Prasarana, dan Utilitas Umum Bangunan Rusunawa


Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2011 tentang
Rumah Susun, yang dimaksud dengan “sarana” adalah fasilitas dalam
lingkungan hunian rumah susun yang berfungsi untuk mendukung
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan
ekonomi meliputi sarana sosial ekonomi (pendidikan, kesehatan, peribadatan
dan perniagaan) dan sarana umum (ruang terbuka hijau, tempat rekreasi,
sarana olahraga, tempat pemakaman umum, sarana pemerintahan, dan lain-
lain).

Sedangkan yang dimaksud dengan “prasarana” adalah kelengkapan dasar


fisik lingkungan hunian rumah susun yang memenuhi standar tertentu untuk
kebutuhan tempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan nyaman meliputi:
• jaringan jalan
• drainase
• sanitasi

13
• air bersih
• tempat sampah

Dan yang dimaksud dengan “utilitas umum” adalah kelengkapan penunjang


untuk pelayanan lingkungan hunian rumah susun yang mencakup jaringan
listrik, jaringan telepon, dan jaringan gas.

2.7 Landasan Teori


Setelah melakukan kajian pustaka, dapat dirumuskan bahwa dari dua variabel
(kualitas desain serta ketersediaan sarana, prasarana, dan fasilitas umum)
dapat dibatasi menjadi beberapa poin indikator, yang nantinya akan digunakan
untuk menghimpun data, yaitu:

Tabel 2.1 Variabel dan Indikator Kepuasan Penghuni

Variabel Indikator
Kualitas Desain 1. Pengaturan tata letak (layout) unit
Bangunan 2. Fasilitas pendukung (kamar mandi, pantry,
tempat cuci jemur) unit
3. Pencahayaan di dalam unit
4. Ventilasi udara di dalam unit
5. Tinggi langit-langit unit
6. Pengaturan letak ruangan-ruangan di dalam
gedung
7. Penggunaan bahan bangunan gedung
8. Ukuran selasar
9. Letak tangga
10. Desain tangga
Sarana, Prasarana, 1. Pelayanan keamanan
dan Fasilitas Umum 2. Penyediaan jaringan air
3. Penyediaan jaringan listrik
4. Penyediaan jaringan internet
5. Ketersediaan tempat pembuangan sampah
sementara
6. Ketersediaan penerangan jalan lingkungan
7. Saluran air hujan (drainase)

14
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian


Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dari data kuesioner sebagai
sumber data utamanya, dengan pendekatan kualitatif berupa observasi dan
wawancara sebagai sumber data penunjang (studi pendahuluan).

3.2 Metode yang Dipilih


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Pengamatan awal (studi pendahuluan) berupa wawancara dengan beberapa
penghuni dan observasi langsung.
2. Penyebaran kuesioner tertutup kepada penghuni Rusunawa Undip. Kemudian
data kuesioner tersebut dianalisis untuk menggambarkan sebaran data serta
memberikan kesimpulan tingkat kepuasan penghuni beserta rekomendasi dari
peneliti.

3.3 Tahapan Penelitian


Secara garis besar, tahapan penelitian ini adalah sebagai berikut:
• Persiapan
1. Melakukan bimbingan
2. Melakukan studi literatur
3. Melakukan pengamatan awal berupa wawancara bersama beberapa
penghuni Rusunawa Undip serta observasi
4. Menyusun variabel
5. Mempelajari karakteristik penelitian
6. Membuat kuesioner
7. Uji coba dan evaluasi kuesioner
8. Penyempurnaan kuesioner

• Pelaksanaan
1. Menyebarkan kuesioner tertutup
2. Menganalisis data
3. Menarik kesimpulan dan mengajukan rekomendasi

15
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data penelitian ini adalah:
Data Primer
• Pengamatan/Observasi
Obrservasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak
hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga
dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi,
kondisi). Observasi dilakukan pada tahap studi pendahuluan dan sebagai
data penunjang dalam pembahasan.
• Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun
peneliti terhadap narasumber atau sumber data. Wawancara pada
penelitian ini dilakukan sebagai studi pendahuluan dan sebagai data
penunjang dalam pembahasan.
• Kuesioner
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan kepada orang lain
yang dijadikan responden untuk dijawab. Pada penelitian ini, kuesioner
ddistribusikan melalui dua cara, yaitu secara langsung dan elektronik
menggunakan Google Forms. Pertimbangan penggunaan Google Forms
sebagai metode untuk memudahkan dalah pengumpulan data di gedung A
dan B.

Variabel yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan penghuni


Rusunawa undip dibagi menjadi 2 variabel. Setiap variabel tersebut terdiri
atas beberapa indikator. (Lihat Tabel 2.1) Penilaian variabel menggunakan
Skala Likert dengan 5 kategori penilaian, yaitu sangat setuju (bobot 5),
setuju (bobot 4), cukup setuju (bobot 3), tidak setuju (bobot 2), dan sangat
tidak setuju (bobot 1).

Data Sekunder
• Studi Literatur
Studi literatur digunakan sebagai acuan utama terhadap analisis tingkat
kepuasan penghuni rusunawa Universitas Diponegoro, berupa
pengumpulan data yang dilakukan dengan mencari informasi yang terdapat

16
pada buku, jurnal, artikel, tesis, peraturan pemerintah, undang-undang,
serta data dari internet yang berhubungan dengan topik.

3.5 Sampel/Responden
Sampel penelitian adalah penghuni Rumah Susun Sederhana Sewa Mahasiswa di
Universitas Diponegoro. Jumlah populasi penghuni Rusunawa Undip adalah sebagai
berikut:

Tabel 3 2 Jumlah Penghuni Rusunawa Undip

Gedung Penghuni (orang)


A 150
B 154
C 172
D 192
Total 668
Sumber: Badan Pengelola Rusunawa Undip, 2017

Untuk menentukan jumlah sampel (responden) dari populasi penghuni Rusunawa


Undip, digunakanlah rumus Slovin (Sevilla, 2007), sebagai berikut:

𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒 !
dimana
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Dengan menggunakan rumus di atas, dan dengan batas toleransi kesalahan sebesar
0,1 (10%) didapatkan 86 responden untuk penelitian ini dengan perhitungan:

668
𝑛=
1 + 668 x 0,1!

n =86.9
dibulatkan menjadi 86.

17
3.6 Analisis Data
Analisis data hasil kuesioner dilakukan dengan metode statistika sederhana. Setelah
melalui analisis statistika sederhana, dilakukan kategorisasi.

3.7 Kajian dan Pembahasan


Membahas temuan-temuan dengan menggunakan teori yang ada dalam kajian
pustaka.

3.8 Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan dalam rentang waktu sejak tanggal 29 Maret 2017 sampai
dengan 7 Mei 2017.

18
BAB 4
DESKIRIPSI OBJEK PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Rumah Susun Sederhana Sewa Mahasiswa Universitas Diponegoro atau Rusunawa
Undip terletak di dalam kawasan kampus Universitas Diponegoro, tepatnya di
Kelurahan Bulusan, Kecamatan Tembalang, Kota Semarang.

Gambar 4 1 Citra Satelit Rusunawa Undip

Sumber: Google Maps

Rusunawa Undip terdiri atas 4 unit bangunan gedung yang sekarang aktif ditempati
dan satu unit gedung baru yang rencananya akan mulai ditempati di tahun ajaran
2017/2018. Setiap gedung memuat 28 unit pada masing-masing lantai 2, 3, dan 4,
dengan fasilitas umum di lantai dasar. Kamar yang disewakan berupa kamar tipe 21
dan dapat menampung 3 mahasiswa. Fasilitas yang ada di dalam kamar adalah
tempat tidur, lemari, meja belajar, dan kursi belajar. Pada gedung-gedung tertentu
seperti gedung C dan D, di dalam kamar terdapat kamar mandi dan pantry kecil.
Rusunawa Undip ini memiliki fasilitas umum seperti Mandiri Corner dan BTN Corner
(yang merupakan ruang belajar dan diskusi bersama), kantin, gedung parkir,
mushola, lapangan olahraga, ruang serbaguna dan hotspot internet, pelayanan
keamanan 24 jam, sarana air bersih berupa sumur artetis, proteksi kebakaran, klinik
kesehatan, dan bimbingan kemahasiswaan.

19
Gambar 4 2 Denah Tipikal Bangunan Gedung Rusunawa Undip

Sumber: Badan Pengelola Rusunawa Undip

Gambar 4 3 Site Plan Gedung A Rusunawa Undip

Sumber: Badan Pengelola Rusunawa Undip

20
Gambar 4 4 Fasad Gedung B Rusunawa Gambar 4 5 Suasana Mandiri Corner Gedung
Universitas Diponegoro C Rusunawa Universitas Diponegoro

sumber: hasil survey sumber: hasil survey

Gambar 4 6 Suasana Ruang Belajar Bersama Gedung A Rusunawa Universitas Diponegoro

sumber: hasil survey

21
Gambar 4 7 Suasana Kamar Unit di Gedung C Rusunawa Universitas Diponegoro

sumber: hasil survey

Gambar 4 8 Suasana Kamar Mandi Unit di Gedung C Rusunawa Universitas Diponegoro

sumber: hasil survey

22
4.2 Data

4.2.1 Data yang diperoleh dari Hasil Kuesioner


Setelah melalui proses penyebaran kuesioner, data yang didapatkan adalah 31
responden yang menjawab kuesioner secara langsung (kuesioner fisik) dan 67
responden yang menjawab kuesioner melalui media elektronik (Google Forms).
Data tersebut kemudian diuji validitasnya, didapatkan data akhir yang valid
sebanyak 86.

Tabel 4 1 Tabulasi Data Variabel Desain Bangunan

Frekuensi Data
No Indikator
STS TS N S SS

1 Pengaturan Tata Letak (Layout) Unit 12 26 45 3

Fasilitas Pendukung (Kamar Mandi,


2 3 23 33 26 1
Pantry, Tempat Cuci Jemur) Unit

3 Pencahayaan Di Dalam Unit 1 11 13 47 14

4 Ventilasi Udara Di Dalam Unit 7 14 49 16

5 Tinggi Langit-Langit Unit 1 15 24 40 6


Pengaturan Letak Ruangan-Ruangan
6 1 15 40 25 5
Di Dalam Gedung
Penggunaan Bahan Bangunan
7 6 23 31 22 4
Gedung
8 Desain Selasar 9 24 17 31 5
9 Letak Tangga 3 13 17 49 4
10 Desain Tangga 19 28 17 19 3
Jumlah responden (n) = 86

Tabel 4 2 Tabulasi Data Variabel Sarana, Prasarana, dan Fasilitas Umum

Frekuensi Data
No Indikator
STS TS N S SS
1 Pelayanan Keamanan 14 7 20 26 19
2 Penyediaan Jaringan Air 15 38 17 14 2

3 Penyediaan Jaringan Listrik 5 18 41 22

4 Penyediaan Jaringan Internet 51 25 9 1

23
Ketersediaan Tempat Pembuangan
5 2 22 31 30 1
Sampah Sementara
Ketersediaan Penerangan Jalan
6 40 32 6 8
Lingkungan

7 Saluran Air Hujan (Drainase) 4 10 24 40 8

Jumlah responden (n) = 86

4.2.2 Data yang diperoleh dengan Metode Wawancara


Tata Letak Unit
Menurut beberapa penghuni yang telah diwawancarai (sumber: wawancara
dengan Rizky Aulia, 3 Mei 2017 dan Vina Rismayanti, 7 Mei 2017),
kebanyakan penghuni mengubah layout unit, terutama pada unit dengan bunk
bed. Penghuni merasa malas untuk naik dan tidur di atas, sehingga kasur yang
seharusnya ada di atas meja belajar dan lemari diturunkan ke lantai jika ingin
digunakan untuk tidur, dan dipan yang tidak ada kasurnya digunakan untuk
menyimpan barang

Pengaturan Letak Ruangan-Ruangan dalam Gedung


Menurut wawancara dengan penghuni rusunawa (sumber: wawancara dengan
Wulan Handayani, 29 Maret 2017) di gedung C dan D, mushola sangat jarang
digunakan untuk sholat berjamaah. Para penghuni lebih memilih untuk sholat
di kamarnya masing-masing. Hal ini dapat dipengaruhi juga oleh letak mushola
yang berada di lantai paling bawah dan berada di pojok, sehingga penghuni
enggan menggunakan mushola tersebut.

Fasilitas Pendukung (Kamar Mandi, Pantry, Tempat Cuci Jemur) Unit


Berdasarkan wawancara dengan salah satu penghuni rusunawa (sumber:
wawancara dengan Wulan Handayani, 29 Maret 2017), permasalahan yang
dikeluhkan pada kamar mandi dalam unit adalah elevasi kamar mandi dan WC
yang lebih tinggi dibandingkan elevasi unit hunian. Jika keran dinyalakan untuk
mengisi ember, saat ember sudah penuh, air akan meluber dan membanjiri
lantai unit.

Berdasarkan wawancara dengan penghuni gedung C (sumber: wawancara


dengan Wulan Handayani, 29 Maret 2017, dan Dewi Eka, 26 April 2017),
tempat jemur di gedung C kapasitasnya kecil, sehingga baju-baju yang tidak
tertampung di tempat jemur kemudian dijemur di selasar. Selain itu, penghuni

24
berpendapat bahwa menjemur baju di selasar lebih cepat kering daripada
menjemur baju di tempat yang telah disediakan.

Penggunaan Bahan Bangunan Gedung


Keluhan penghuni tentang bahan bangunan adalah di bahan penutup lantai
unit rusunawa. Menurut wawancara dengan salah satu penghuni rusunawa
(sumber: Wawancara dengan Fitri, 26 April 2017), lantai unit rusunawa terbuat
dari plester tanpa keramik. Penghuni bisa membeli sendiri tikar plastik untuk
menutup lantai plester. Namun, pada beberapa unit, penghuni tidak perlu
membeli lagi tikar plastik karena sudah ada peninggalan dari penghuni-
penghuni sebelumnya. Karena bahannya yang dari plesteran ditutup tikar
plastik, lantai unit relatif lebih susah dibersihkan daripada lantai keramik biasa.

Letak Tangga
Keluhan dari penghuni ada pada dua tangga di sisi kanan dan kiri bangunan.
Tangga ini tidak ditutup dinding dan tidak ada teritisan yang cukup panjang
untuk menghalau tampias air hujan, sehingga saat hujan tangga tergenang air.
Karena sering tergenang air, tangga yang berbahan plester ekspos menjadi
mudah berlumut, dengan plester yang sudah lepas-lepas (sumber: wawancara
dengan Hana Fauza Rahmawati, 26 April 2017). Penghuni pun enggan
melewati tangga di samping kiri dan kanan bangunan, dan lebih memilih untuk
melewati tangga di tengah bangunan jika sedang hujan.

Jaringan Air Bersih


Keluhan penghuni rusunawa adalah, air bersih sering tidak mengalir (sumber:
Wawancara dengan Dewi Eka, 26 April 2017). Hal ini mungkin disebabkan oleh
sumur yang hanya ada dua, yaitu satu di dekat gedung A dan hanya menjadi
sumber air untuk gedung A, dan satu sumur di belakang gedung B yang
menjadi sumber air untuk gedung B, C, dan D (sumber: Wawancara dengan
Pak Kari, 6 April 2017).

Ketersediaan Penerangan Jalan Lingkungan


Penerangan jalan lingkungan di wilayah rusunawa undip pada malam hari
sangat kurang, sehingga banyak area di rusunawa yang gelap. Keadaan ini
membuat penghuni merasa kurang aman berjalan di sekitar rusunawa pada
malam hari tanpa ditemani beberapa orang (sumber: Wawancara dengan
Matheus Tata, 26 April 2017).

25
Penyediaan Jaringan Internet
Jaringan internet (wifi) di gedung rusunawa hanya tersedia di lantai dasar saja,
di ruang belajar bersama. Tetapi, wifi bisa digunakan untuk mengakses internet
hanya wifi di ruang belajar gedung A saja. Sedangkan, di gedung B, C, dan D,
wifinya tidak dapat diakses dan tidak ada koneksi (sumber: Wawancara
dengan Nadia, 26 April 2017).

Pelayanan Keamanan
Satpam memiliki jadwal jaga dengan sistem shift. Pada satu shift terdapat 2
satpam jaga, yang bertugas menjaga seluruh wilayah rusunawa (sumber:
Wawancara dengan Pak Kari, 6 April 2017).

Ketersediaan Tempat Pembuangan Sampah Sementara


Sampah buangan sehari-hari dari masing-masing unit dikumpulkan ke tempat
sampah besar yang ada di tiap lantai gedung rusunawa. Kemudian, tempat
sampah besar rutin dikosongkan dan dibersihkan oleh petugas kebersihan
badan pengelola rusunawa Undip (sumber: Wawancara dengan Rizky Aulia, 3
Mei 2017).

4.2.3 Data yang diperoleh dari Hasil Pengamatan



Ventilasi Udara dan Penghawaan Alami

Gambar 4 9 Salah satu kamar di gedung D Gambar 4 10 Salah satu kamar di gedung B

Sumber: Dokumentasi penghuni Sumber: Dokumentasi penghuni


rusunawa rusunaw

26

Pengaturan Tata Letak Unit

Di gedung A, layout unit berbeda dengan


ketiga gedung lainnya. Perbedaan ini terlihat
di letak kamar mandi dan WC yang tidak
menyatu di dalam kamar, melainkan berada
di luar kamar dan bersifat komunal. Unit
hanya berisikan pantry (nomor 1 pada
gambar) dengan dua bunk bed dan meja
belajar.

Gambar 4 11 Ilustrasi layout unit di gedung A

Sumber: ilustrasi penulis berdasarkan dokumentasi penghuni

Unit di gedung C memiliki kamar mandi dan


WC pribadi di dalam kamar (nomor 2 dan 3
pada gambar) dan pantry (nomor 1 pada
gambar). Perabotan yang ada adalah dua
buah bed dan dua buah meja belajar.
Tempat cuci jemur berada di bawah jendela
yang menghadap ke luar bangunan (nomor
5 pada gambar).

Gambar 4 12 Ilustrasi layout unit di gedung C

Sumber: ilustrasi penulis berdasarkan hasil survey

27
Layout unit di gedung B dan D mirip,
dilengkapi dengan kamar mandi dan WC
yang ada di dalam kamar (nomor 2 dan 3
pada gambar), pantry (nomor 1 pada
gambar), dan tempat jemur (nomor 5 pada
gambar). Perabotan yang digunakan adalah
dua bunk bed dengan meja belajar di bawah
masing-masing bed.

Gambar 4 13 Ilustrasi layout unit di gedung B dan D

Sumber: ilustrasi penulis berdasarkan hasil survey


Gambar 4 14 Bunk Bed unit di rusunawa yang kasurnya tidak digunakan di dipan

Sumber: dokumentasi penghuni rusunawa

28
Letak Tangga

Terdapat 3 buah tangga di gedung rusunawa, satu tangga indoor terletak di
bagian tengah gedung dan dua tangga outdoor yang terletak di samping kanan
dan kiri gedung, seperti dapat dilihat pada denah di bawah ini.

Gambar 4 15 Denah Letak Tangga pada Gedung Rusunawa (Tipikal)

Sumber: Badan Pengelola Rusunawa

Pengaturan Letak Ruangan-Ruangan Di Dalam Gedung



Bangunan gedung rusunawa Undip terdiri atas 4 lantai, dengan fasilitas
umumnya berada di lantai dasar, dengan lantai 2-4 terdiri atas unit-unit hunian.
Fasilitas umum yang ada dapat dilihat di denah berikut:

Gambar 4 16 Denah Ruangan Lantai Dasar

Sumber: Hasil survey

29
Fasilitas Pendukung (Kamar Mandi, Pantry, Tempat Jemur) Unit

Gambar 4 17 Perbedaan ketinggian pail lantai kamar mandi

Sumber: Hasil survey

Gambar 4 18 Pantry di unit gedung D

Sumber: Dokumentasi penghuni rusunawa

Gambar 4 19 Pantry di unit gedung B

Sumber: Dokumentasi penghuni rusunawa

30

Dapat dilihat dari foto di bawah ini bahwa tempat jemur tiap unit terletak di
dinding yang menghadap ke bagian luar gedung, sehingga sirkulasi udara dan
sinar matahari dapat masuk. Di gedung B, C, dan D, tempat jemur ditutup
dengan lembaran polikarbonat agar tidak mengganggu pandangan. Di gedung
A, tempat jemur ditutup dengan grill atau teralis.

Gambar 4 20 Tempat jemur di gedung D


Gambar 4 21 Tempat jemur di gedung C
Sumber: Hasil survey
Sumber: Hasil survey

Gambar 4 22 Tempat jemur di gedung Gambar 4 23 Tempat jemur di gedung


B A

Sumber: Hasil survey Sumber: Hasil survey

Ditemui penghuni yang menjemur pakaian tidak pada tempat jemuran yang
semestinya, seperti di selasar. Hal ini banyak ditemukan terjadi di gedung C.
Hal ini tidak terjadi di gedung D, seperti yang tampak pada foto berikut.

31
Gambar 4 24 Keadaan selasar gedung C Gambar 4 25 Keadaan selasar gedung D
yang dipakai sebagai tempat jemur
Sumber: Hasil survey
Sumber: Hasil survey



Bahan Bangunan

Gambar 4 27 Lantai unit rusunawa


Gambar 4 26 Dinding struktural dengan Sumber: hasil survey
bahan beton

Sumber: hasil survey


Desain Tangga

Gambar 4 28 Tangga Luar bangunan Gambar 4 29 Keadaan tangga yang


berlumut
Sumber: hasil survey
Sumber: hasil survey

Jaringan Listrik

Gambar 4 30 MCB tiap unit Gambar 4 31 Kabel listrik menuju unit

Sumber: hasil survey Sumber: hasil survey


Saluran Air Hujan

Gambar 4 32 Saluran air hujan di gedung rusunawa Undip (tipikal)

Sumber: Badan Pengelola Undip




Pelayanan Keamanan

Gambar 4 33 Gerbang Rusunawa Undip dan Pos Satpam

Sumber: hasil survey

34
Penyediaan Jaringan Air Bersih

Gambar 4 34 Shaft Air Bersih Rusunawa

Sumber: hasil survey

Penerangan Jalan Lingkungan

Gambar 4 35 Keadaan Jalan Lingkungan Rusunawa pada Malam Hari

Sumber: hasil survey

35

BAB 5

ANALISIS DATA & PEMBAHASAN

5.1 Analisis Data


Penilaian variabel kuesioner menggunakan Skala Likert dengan 5 kategori penilaian,
yaitu sangat setuju (bobot 5), setuju (bobot 4), cukup setuju (bobot 3), tidak setuju
(bobot 2), dan sangat tidak setuju (bobot 1) (Hadi & Hardi, 2015). Kemudian dihitung
rata-ratanya, untuk kemudian menjadi parameter kepuasan dan ketidakpuasan tiap
indikator.

Tabel 5 1 Perhitungan Skor dan Rata-rata Data Variabel Desain Bangunan

Frekuensi Data Total Rata-


No Indikator
STS TS N S SS Skor rata

1 Pengaturan Tata Letak (Layout) Unit 0 12 26 45 3 297 3.45

Fasilitas Pendukung (Kamar Mandi,


2 3 23 33 26 1 257 2.99
Pantry, Tempat Cuci Jemur) Unit

3 Pencahayaan Di Dalam Unit 1 11 13 47 14 320 3.72

4 Ventilasi Udara Di Dalam Unit 0 7 14 49 16 332 3.86

5 Tinggi Langit-Langit Unit 1 15 24 40 6 293 3.41


Pengaturan Letak Ruangan-Ruangan
6 1 15 40 25 5 276 3.21
Di Dalam Gedung
Penggunaan Bahan Bangunan
7 6 23 31 22 4 253 2.94
Gedung
8 Desain Selasar 9 24 17 31 5 257 2.99
9 Letak Tangga 3 13 17 49 4 296 3.44
10 Desain Tangga 19 28 17 19 3 217 2.52
Jumlah responden (n) = 86 Skor Total 2798
Mean Hipotetik = 30 Rata-rata Skor Total 32.53
Standar Deviasi Total 34.62

36
Tabel 5 1 Perhitungan Skor dan Rata-rata Deskripsi Data Variabel Sarana, Prasarana, dan
Fasilitas Umum

Frekuensi Data Total Rata-


No Indikator
STS TS N S SS Skor rata
1 Pelayanan Keamanan 14 7 20 26 19 287 3.34
2 Penyediaan Jaringan Air 15 38 17 14 2 208 2.42

3 Penyediaan Jaringan Listrik 0 5 18 41 22 338 3.93

4 Penyediaan Jaringan Internet 51 25 9 1 0 132 1.53

Ketersediaan Tempat Pembuangan


5 2 22 31 30 1 264 3.07
Sampah Sementara
Ketersediaan Penerangan Jalan
6 40 32 6 8 0 154 1.79
Lingkungan

7 Saluran Air Hujan (Drainase) 4 10 24 40 8 296 3.44

Jumlah responden (n) = 86 Skor Total 1679


Mean Hipotetik = 18.5 Rata-rata Skor Total 19.52
Standar Deviasi Total 77.03

Untuk menentukan tingkat kepuasan tiap indikator, nilai rata-rata


dimasukkan dalam kategori jawaban tiap responden, yang diperoleh dari
selisih nilai tertinggi dikurangi nilai terendah dari jawaban kuesioner lalu
dibagi jumlah tingkatan kategori yang diinginkan (Harianto & Prasetyo,
2010). Kategori dibagi menjadi 3 kelas, sehingga interval kategori didapat
dari:
(5 − 1)
𝑛=
3
𝑛 = 1.33

Kriteria penilaian tiap variabel disajikan pada tabel 5.3.


Tabel 5 2 Kriteria Penilaian Faktor

Interval Kriteria Penilaian


1 – 2.33 Tidak Puas
2.34 – 3.67 Sedang
3.68 – 5 Puas

37
Tabel 5 3 Tingkat Kepuasan Kualitas Desain Bangunan Sesuai Profil Responden

Frekuensi Tingkat
Rata-
Profil Responden Responden Skor Kepua
rata
STS TS N S SS san
0-1 Tahun 6 37 62 75 20 20 666 3.33 Sedang
Lama
1-2 Tahun 12 52 63 106 7 24 764 3.18 Sedang
Tinggal di
2-3 Tahun 15 66 78 131 30 32 1055 3.30 Sedang
Rusunawa
3-4 Tahun 3 18 32 38 9 10 332 3.32 Sedang

Total 36 173 235 350 66 86

A 0 2 5 22 7 19 142 3.94 Puas

Gedung B 10 36 42 46 16 15 472 3.15 Sedang

yang Dihuni C 12 54 87 126 21 30 990 3.30 Sedang

D 11 45 82 74 8 22 683 3.10 Sedang

Total 33 137 216 268 52 86

Tabel 5 4 Tingkat Kepuasan Sarana, Prasarana dan Fasilitas Umum Sesuai Profil Responden

Frekuensi Respon Rata- Tingkat


Profil Responden Skor
den rata Kepuasan
STS TS N S SS
0-1 Tahun 21 29 33 42 15 20 421 3.01 Sedang
Lama
1-2 Tahun 30 46 32 52 8 24 466 2.77 Sedang
Tinggal di
2-3 Tahun 47 44 35 79 19 32 651 2.91 Sedang
Rusunawa
3-4 Tahun 8 19 14 21 8 10 212 3.03 Sedang

Total 106 138 114 194 50 86

A 8 13 71 15 26 19 437 3.29 Sedang

Gedung B 22 27 27 25 4 15 277 2.64 Sedang

yang Dihuni C 46 49 36 60 19 30 587 2.80 Sedang

D 31 28 36 54 5 22 436 2.83 Sedang

Total 107 117 170 154 54 86

38
Tabel berikut mengurutkan tingkat kepuasan tiap indikator dari nilai rata-
rata tertinggi sampai indikator dengan nilai rata-rata terendah dalam
variabel, berdasarkan tabel deskripsi data (tabel 5.1 dan 5.2). Untuk
menentukan tingkat kepuasan tiap indikator, nilai rata-rata dimasukkan
dalam kategori jawaban yang sudah ditentukan sebelumnya (tabel 5.3).
Urutan tingkat kepuasan disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 5 5 Urutan Tingkat Kepuasan berdasarkan Variabel Kualitas Desain Bangunan

Variabel Kualitas Desain Bangunan


Tingkat
Indikator Rata-rata Peringkat
Kepuasan
Ventilasi udara di dalam unit 3.86 Puas 1

Pencahayaan di dalam unit 3.72 Puas 2

Pengaturan tata letak (layout) unit 3.45 Sedang 3

Letak tangga 3.44 Sedang 4

Tinggi langit-langit unit 3.41 Sedang 5

Pengaturan letak ruangan-ruangan di


3.21 Sedang 6
dalam gedung

Fasilitas pendukung (kamar mandi, pantry,


2.99 Sedang 7
tempat cuci jemur) unit

Desain selasar 2.99 Sedang 7

Bangunan gedung 2.94 Sedang 8

Desain tangga 2.52 Sedang 9

39
Tabel 5 6 Urutan Tingkat Kepuasan berdasarkan Variabel Sarana, Prasarana, dan Fasilitas Umum

Variabel Sarana, Prasarana, dan Fasilitas Umum


Tingkat
Indikator Rata-rata Peringkat
Kepuasan

Penyediaan jaringan listrik 3.93 Puas 1

Saluran air hujan (drainase) 3.44 Sedang 2

Pelayanan keamanan 3.34 Sedang 3

Ketersediaan tempat pembuangan


3.07 Sedang 4
sampah sementara

Penyediaan jaringan air 2.42 Sedang 5

Tidak
Ketersediaan penerangan jalan lingkungan 1.79 6
Puas

Tidak
Penyediaan jaringan internet 1.53 7
Puas

Dari analisis tersebut di atas terlihat bahwa indikator dengan peringkat terendah dari
variabel kualitas desain bangunan adalah tingkat kepuasan terhadap desain tangga,
dan indikator dengan peringkat terendah dari variabel sarana, prasarana, dan
fasilitas umum adalah tingkat kepuasan terhadap penyediaan jaringan internet.

Untuk menentukan tingkat kepuasan variabel secara keseluruhan, menggunakan


kategori berdasarkan signifikansi perbedaan nilai rata-rata teoritis dari skala dan nilai
rata-rata sampel (Azwar dalam Hadi et. al., 2015).

40
Gambar 4 36 Rumus Interval Kepercayaan

Sumber: Azwar dalam Hadi et.al., 2015

Hasil rumus tersebut berupa interval nilai yang digambarkan sebagai berikut:


Gambar 4 37 Interval Nilai Berdasarkan Perbedaan Nilai Rata-rata

Sumber: Hadi et.al., 2015

Data-data yang digunakan dalam rumus ini diambil dari tabel deskripsi data yang
sudah dijabarkan sebelumnya (Tabel 5.1 dan 5.2).

Gambar 4 38 Interval kategori variabel desain bangunan

Gambar 4 39 Interval kategori variabel sarana dan prasarana

Hasil dari perhitungan kategori tiap variabel menunjukkan bahwa tingkat kepuasan
penghuni terhadap variabel kualitas desain bangunan adalah puas dan sarana
prasarana adalah sedang.

41
5.2 Pembahasan

5.2.1 Kualitas Desain Bangunan


Ventilasi Udara di Dalam Unit
Hasil kuesioner menunjukkan bahwa penghuni rusunawa puas dengan
ventilasi udara yang ada di unit yang dihuni, dengan rata-rata 3.86. Bukaan
lubang udara ada di dua sisi dinding unit, yaitu satu jendela nako di samping
pintu masuk unit (menghadap ke pantry) dengan bovenlicht di atasnya, satu
bovenlicht di atas pintu masuk unit, tiga jendela pivot di dinding yang
menghadap ke luar bangunan gedung dengan masing-masing satu bovenlicht
di atasnya.

Hal ini sesuai dengan ketentuan penghawaan alami yang diatur dalam SNI 03-
6572-2001 tentang Tata cara perancangan sistem ventilasi dan pengkondisian
udara pada bangunan gedung:
“Ventilasi alami yang disediakan harus terdiri dari bukaan permanen, jendela,
pintu atau sarana lain yang dapat dibuka, dengan:
1. jumlah bukaan ventilasi tidak kurang dari 5% terhadap luas lantai ruangan
yang membutuhkan ventilasi; dan
2. arah yang menghadap ke:
a. halaman berdinding dengan ukuran yang sesuai, atau daerah yang
terbuka keatas.
b. teras terbuka, pelataran parkir, atau sejenis; atau
c. ruang yang bersebelahan”

Pencahayaan Alami di Dalam Unit


Dari hasil kuesioner, penghuni rusunawa puas dengan pencahayaan di dalam
unit rusunawa dengan rata-rata 3.72 Untuk pencahayaan alami, jendela yang
ada pada unit yaitu satu jendela nako pada sisi depan unit yang menghadap ke
selasar dan tiga jendela pivot di dinding yang menghadap ke luar bangunan
gedung sudah cukup memberikan pencahayaan alami di dalam unit pada siang
hari.

Hal ini sesuai dengan ketentuan pencahayaan yang diatur dalam SNI 03-2396-
2001 tentang yang berbunyi:
“Pencahayaan alami siang hari dapat dikatakan baik apabila

42
a. pada siang hari antara jam 08.00 sampai dengan jam 16.00 waktu
seternpat terdapat cukup banyak cahaya yang masuk ke dalam
ruangan.
b. distribusi cahaya di dalam ruangan cukup merata dan atau tidak
menimbulkan kontras yang mengganggu.”

Pengaturan Tata Letak (Layout) Unit


Hasil kuesioner menunjukkan bahwa tingkat kepuasan penghuni rusunawa
terhadap tata letak unit yang mereka huni sedang, ditunjukkan dengan rata-
rata 3.45. Pengaturan tata letak unit tidak diatur dalam standar dan menjadi
kebijakan pengembang. Temuan hasil wawancara dan pengamatan
menunjukkan adanya perubahan layout unit oleh penghuni, yang akan dibahas
lebih lanjut dalam subbab 5.2.3.

Letak Tangga
Tingkat kepuasan penghuni terhadap letak tangga sedang, ditunjukkan dengan
rata-rata 3.44. Keberadaan tiga tangga yang tersebar merata, satu di bagian
tengah dan dua di bagian kanan dan kiri bangunan mudah diakses oleh semua
penghuni dari semua unit. Hal ini sudah sesuai dengan persyaratan
kemudahan hubungan vertikal seperti tercantum dalam Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 05/PRT/M/2007 yang berbunyi: “Jumlah, ukuran, dan
konstruksi sarana hubungan vertikal harus berdasarkan fungsi luas bangunan,
dan jumlah pengguna ruang, serta keselamatan penghuni bangunan gedung.”

Tinggi Langit-Langit Unit


Tingkat kepuasan penghuni terhadap tinggi langit-langit tergolong sedang,
ditunjukkan dengan rata-rata 3.41. Berdasarkan hasil pengukuran di lapangan,
tinggi langit-langit unit di rusunawa Undip adalah 3 meter. Tinggi langit-langit
unit tidak diatur dalam standar.

Pengaturan Letak Ruangan-Ruangan Di Dalam Gedung


Tingkat kepuasan penghuni terhadap pengaturan letak ruangan-ruangan di
dalam gedung sedang, ditunjukkan dengan rata-rata 3.21. Ruangan-ruangan
komunal semuanya terletak di lantai dasar, sesuai dengan SNI 03-7013-2004
tentang Tata Cara Perencanaan Fasilitas Lingkungan Rumah Susun
Sederhana, rumah susun pada lantai dasar digunakan sebagai fasilitas

43
kegiatan ekonomi atau budaya, sedangkan pada lantai Iainnya sebagian besar
berfungsi sebagai tempat tinggal dan kegiatan sosial.

Menurut hasil wawancara, penghuni gedung C dan D enggan menggunakan


mushola untuk shalat berjamaah dan lebih memilih untuk shalat di unitnya
masing-masing karena letak mushola yang terletak di lantai dasar, pojok
bangunan. Sesuai dengan teori perilaku dalam arsitektur menurut Maghribi
et.al. (2015), aksesibilitas adalah ukuran kemudahan dalam melakukan
perjalanan dari lokasi tempat tinggal ke lokasi pelayanan yang dibutuhkan.
Penyebab dari keengganan penghuni dapat disebabkan oleh aksesibilitas
menuju mushola tersebut dari unit penghuni yang rendah.

Fasilitas Pendukung (Kamar Mandi, Pantry, Tempat Jemur) Unit


Tingkat kepuasan penghuni terhadap fasilitas pendukung unit seperti kamar
mandi, pantry, dan tempat jemuran sedang, berada di peringkat 7 dengan rata-
rata 2.99.

Meskipun telah memenuhi standar ketinggian elevasi KM/WC yang diatur


dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 05/PRT/M/2007, yang
berbunyi: “Elevasi KM/WC dinaikkan terhadap elevasi ruang unit hunian, hal ini
berkaitan dengan mekanikal-elektrikal untuk menghindari sparing air bekas dan
kotor menembus pelat lantai.”, menurut hasil wawancara, penghuni memiliki
keluhan tentang ketinggian elevasi KM/WC dibandingkan dengan unit dan
telah mengungkapkan permasalahan yang timbul, seperti air yang meluber ke
dalam unit.

Terdapat satu pantry pada tiap unit. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2007 yang berbunyi: “Satuan rumah susun
sekurang-kurangnya harus dilengkapi dengan dapur, kamar mandi dan
kakus/WC.”

Sedangkan untuk tempat jemur yang disediakan sudah memenuhi syarat,


seperti yang diatur pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 60 Tahun
1992 tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun Pasal 27 yang
berbunyi: “Tempat jemuran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1),
secara fungsional harus sudah dipergunakan, memenuhi persyaratan

44
keamanan, kebersihan dan tidak mengganggu pandangan serta dapat
menjamin terjadinya sirkulasi udara dan penetrasi sinar matahari yang cukup.”

Tetapi, setelah dilakukan pengamatan, penghuni juga menjemur di selasar


gedung. Alasan mengapa penghuni juga menjemur di selasar telah
diungkapkan melalui wawancara dengan beberapa penghuni. Fenomena ini,
dalam teori perilaku dalam arsitektur dapat digolongkan kedalam fenomena
visibilitas seperti yang dikemukakan Hasselgren (dalam Kadir, 2004). Baju-baju
yang dijemur dan digantung di tempat yang bukan semestinya (di selasar)
mengganggu pandangan dan menurunkan kemudahan penglihatan baik
penghuni gedung maupun orang-orang yang berkepentingan di gedung
tersebut, seperti badan pengelola, dan lain-lain.

Desain Selasar
Tingkat kepuasan penghuni terhadap lebar selasar sedang, ditunjukkan
dengan rata-rata 2.99. Di rusunawa Undip jika dilihat dari denahnya, lebar
selasar adalah sebesar 1.2 meter dan dilengkapi dengan railing besi. Hal ini
sesuai dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2007
yang berbunyi:
• Ukuran koridor/selasar sebagai akses horizontal antarruang
dipertimbangkan berdasarkan fungsi koridor, fungsi ruang, dan jumlah
pengguna, minimal 1.2 m.
• Railling/pegangan rambat balkon dan selasar harus mempertimbangkan
faktor privasi dan keselamatan dengan memperhatikan estetika sehingga
tidak menimbulkan kesan masif/kaku, dilengkapi dengan balustrade dan
railing.

Penggunaan Bahan Bangunan Gedung


Tingkat kepuasan penghuni terhadap penggunaan bahan bangunan gedung
sedang, ditunjukkan dengan rata-rata 2.94.

Meskipun telah memenuhi standar bahan bangunan penutup lantai yang diatur
dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2007 yang
berbunyi: “Penutup lantai tangga dan selasar menggunakan keramik,
sedangkan penutup lantai unit hunian menggunakan plester dan acian tanpa
keramik kecuali KM/WC”, menurut hasil wawancara, penghuni
mengungkapkan keluhannya tentang bahan penutup lantai.

45
Desain Tangga
Tingkat kepuasan penghuni terhadap desain tangga tergolong sedang,
ditunjukkan dengan rata-rata 2.52. Walaupun begitu, indikator desain tangga
menempati peringkat terakhir dari indikator-indikator lainnya. Keluhan dari
penghuni adalah pada tangga di samping kiri dan kanan bangunan yang tidak
tertutup teritisan memadai sehingga terjadi kerusakan akibat air hujan, dan air
hujan yang menggenang. Aspek ini tidak diatur dalam standar. Meskipun ada
keluhan, penghuni masih terlihat menggunakan tangga di samping kanan dan
kiri bangunan.

5.2.2 Sarana, Prasarana, dan Fasilitas Umum


Penyediaan Jaringan Listrik
Penghuni rusunawa puas dengan jaringan listrik yang disediakan, ditunjukkan
dengan rata-rata 3.93. Ini berarti, jaringan listrik yang disediakan sesuai
dengan kebutuhan penghuni. Hal ini memenuhi ketentuan jaringan listrik yang
diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 60 Tahun 1992
tentang Persyaratan Teknis Pembangunan Rumah Susun Pasal 29 yang
berbunyi: “Jaringan listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1),
merupakan bagian dari sistem pelayanan perkotaan, daerah atau wilayah
terdiri dari: alat pengukur dan pembatas, sekering, dapat berupa saklar, fitting
dan stop kontak pada setiap satuan rumah susun sesuai dengan kebutuhan.”

Saluran Air Hujan (Drainase)


Tingkat kepuasan penghuni terhadap saluran air hujan tergolong sedang,
ditunjukkan dengan rata-rata 3.44. Air hujan dari atap kemudian ditampung di
saluran air hujan dan bak kontrol yang ada di tepi luar lantai dasar bangunan,
kemudian disalurkan ke sumur resapan dan saluran kota. Hal ini sesuai
dengan ketentuan sistem penyaluran air hujan yang diatur dalam Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2007 yang berbunyi:
a. Setiap bangunan rusuna bertingkat tinggi dan pekarangannya harus
dilengkapi dengan sistem penyaluran air hujan.
b. Sistem penyaluran air hujan harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah, permeabilitas
tanah, dan ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota.

46
Pelayanan Keamanan
Tingkat kepuasan penghuni terhadap pelayanan keamanan tergolong sedang,
ditunjukkan dengan rata-rata 3.34.

Pusat keamanan terdapat pada pos satpam yang berada di gerbang utama
Rusunawa Undip. Pintu gerbang rusunawa dikunci pukul 00.00, sehingga
penghuni yang belum pulang selepas pukul 00.00 tidak diperbolehkan masuk.
Untuk tamu, jam malam adalah pukul 22.00. Setelah pukul 22.00, semua tamu
diminta untuk meninggalkan rusunawa. Tamu juga tidak diperbolehkan untuk
masuk ke dalam unit rusunawa, dan hanya diperbolehkan di lantai dasar saja
(di ruang bersama). Pelayanan keamanan tidak diatur dalam standar.

Ketersediaan Tempat Pembuangan Sampah Sementara


Tingkat kepuasan penghuni terhadap pelayanan keamanan tergolong sedang,
ditunjukkan dengan rata-rata 3.07. Sistem pembuangan sampah adalah
kolektif per lantai gedung rusunawa yang kemudian dikumpulkan oleh petugas
kebersihan. Hal ini sesuai dengan persyaratan Tempat Sampah,
Penampungan Sampah, dan/atau Pengolahan Sampah yang diatur dalam
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2007 yang berbunyi:
• Pertimbangan fasilitas penampungan diwujudkan dalam bentuk
penyediaan tempat penampungan kotoran dan sampah pada masing-
masing bangunan rusuna bertingkat tinggi, yang diperhitungkan
berdasarkan jumlah penghuni, dan volume kotoran dan sampah.
• Bagi pengembang perumahan wajib menyediakan wadah sampah, alat
pengumpul dan tempat pembuangan sampah sementara, sedangkan
pengangkutan dan pembuangan akhir sampah bergabung dengan
sistem yang sudah ada.

Penyediaan Jaringan Air


Tingkat kepuasan penghuni terhadap pelayanan keamanan tergolong sedang,
ditunjukkan dengan rata-rata 2.42. Sumber air bersih rusunawa adalah sumur
artetis yang kemudian disalurkan ke gedung-gedung rusunawa. Berdasarkan
hasil wawancara, sumur yang menyuplai air ada dua, yaitu satu untuk gedung
A dan satu untuk gedung B, C, dan D. Penghuni mengungkapkan keluhannya
tentang penyediaan air bersih saat wawancara, yaitu air sering mati.
Penyediaan air bersih di rusunawa tidak diatur dalam standar, tetapi yang

47
diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum no. 05/PRT.M/2007 adalah
penyediaan jaringan air minum. Kuantitas dari air bersih yang disediakan juga
tidak diatur dalam standar.

Ketersediaan Penerangan Jalan Lingkungan


Penghuni tidak puas terhadap penerangan jalan lingkungan, ditunjukkan
dengan rata-rata 1.79. Penerangan jalan hanya ada di bagian tengah
rusunawa, dari gerbang menuju gedung parkir, dan dari gedung-gedung
rusunawa itu sendiri. Di jalan sekitar gedung, penerangan jalan sangat
minimal. Di lingkungan sekitar rusunawa pun, seperti di jalan akses ke
rusunawa, penerangan juga sangat minimal, bahkan tidak ada.

Penerangan ruang luar gedung rusunawa diatur dalam Peraturan Menteri


Pekerjaan Umum no. 05/PRT/M/2007 yang berbunyi:
• Pencahayaan ruang luar bangunan harus disediakan dengan
memperhatikan karakter lingkungan, fungsi dan arsitektur bangunan.
• Pencahayaan yang dihasilkan harus memenuhi keserasian dengan
pencahayaan dari dalam bangunan dan pencahayaan dari jalan umum.
• Pencahayaan yang dihasilkan dengan telah menghindari penerangan
ruang luar yang berlebihan, silau, visual yang tidak menarik, dan telah
memperhatikan aspek operasi dan pemeliharaan.
Standar yang ada lebih menekankan pada aspek arsitektural pencahayaan luar
gedung.

Penyediaan Jaringan Internet


Penghuni tidak puas terhadap penyediaan jaringan internet, ditunjukkan
dengan rata-rata 1.53. Ketidakpuasan penghuni terhadap penyediaan jaringan
internet diungkapkan dalam wawancara. Menurut penghuni, jaringan internet
sangat penting untuk mengerjakan tugas dan belajar.

5.2.3 Adaptasi Penghuni Rusunawa



Setelah pembahasan tiap-tiap variabel dan indikatornya, ditemukan bahwa pada
beberapa indikator yang ada, penghuni rusunawa melakukan adaptasi dan
adjustment untuk menyelaraskan harapan dengan kenyataan yang mereka huni.

48
Sesuai dengan teori Bell (dalam Pandelaki, Purwanto, Olivia, & Agung, 2015),
indikator Ventilasi Udara, Pencahayaan Alami, dan Penyediaan Listrik,
penghuni berada pada kondisi homeo statis, dimana persepsi mereka terhadap
indikator-indikator tersebut berada pada kondisi optimal. Pada indikator-indikator
ini, sesuai dengan pernyataan Pamungkas (2010), harapan sama dengan
kondisi nyata yang didapatkan dan dirasakan penghuni, sehingga dicapailah
kepuasan penghuni.

Pada indikator Fasilitas Pendukung (Kamar Mandi, Pantry, Tempat Jemur)


Unit, Penggunaan Bahan Bangunan Gedung, dan Pengaturan Layout Unit
sesuai dengan teori Bell (dalam Purwaningsih et.al., 2011) penghuni rusunawa
melakukan adaptasi by adjustment, karena penghuni melakukan intervensi pada
ligkungan yang dihuninya untuk menciptakan keselarasan antara harapan dan
kenyataan. Maka dari itu, tingkat kepuasan ketiga indikator ini, walaupun
menempati peringkat yang rendah, masih tergolong ‘sedang’. Usaha penghuni
untuk coping dengan lingkungannya berhasil.

Fasilitas Pendukung (Kamar Mandi, Pantry, Tempat Jemur) Unit


Penghuni melakukan adjustment pada tempat jemur di rusunawa. Keluhan
penghuni atas tempat jemur di gedung C yang kapasitasnya kecil membuat
penghuni coping dengan menjemur baju-baju di selasar alih-alih di tempat yang
telah disediakan untuk menjemur. Pengalihfungsian selasar sebagai tempat
jemur oleh penghuni dapat dikatakan sebagai suatu adaptasi by adjustment.

Penggunaan Bahan Bangunan Gedung


Penghuni melakukan adaptasi by adjustment terhadap bahan bangunan gedung
rusunawa. Ketidakpuasan penghuni atas bahan penutup lantai yang berupa
plesteran, penghuni melakukan coping dengan cara melapisi lantai plesteran
dengan tikar plastik.

Pengaturan Layout Unit


Sesuai dengan hasil pengamatan dan hasil wawancara bersama penghuni,
penghuni melakukan adaptasi by adjustment pada layout unit, terutama pada
unit yang menggunakan bunk bed. Adaptasi by adjustment ini sesuai dengan
teori adaptasi oleh Bell (dalam Pandelaki et.al., 2015). Penghuni melakukan
coping terhadap ketidaknyamanannya atas penggunaan bunk bed dengan cara
menurunkan kasur ke lantai untuk kemudian tidur di kasur.

49
Desain Tangga
Indikator desain tangga, walaupun masih tergolong ‘sedang’, menempati
peringkat terakhir dalam urutan tingkat kepuasan variabel kualtias desain
bangunan. Tangga di samping kanan dan kiri rentan terkena air hujan karena
tidak memiliki teritisan yang cukup panjang. Hal ini menyebabkan sejumlah
kerusakan pada fisik tangga seperti lumut dan air yang menggenang. Karena hal
ini, penghuni pun menghindari penggunaan tangga di samping kanan dan kiri
bangunan, dan lebih memilih untuk melewati tangga di tengah bangunan. Dalam
kasus ini, penghuni melakukan adaptasi by reaction.

Pada indikator yang menunjukkan ketidakpuasan penghuni seperti


Ketersediaan Penerangan Jalan Lingkungan dan Penyediaan Jaringan
Internet, usaha penghuni untuk coping gagal. Harapan pun tidak sama dengan
kondisi nyata yang didapatkan dan dirasakan penghuni, sehingga penghuni
merasa tidak puas.

50
BAB VI

KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan Hasil Penelitian


• Berdasarkan profil penghuni dari 86 responden kuesioner di Rusunawa Undip
dilihat dari lamanya tinggal di rusunawa, paling banyak adalah penghuni yang
sudah tinggal 2-3 tahun sebesar 37.21%, diikuti dengan 1-2 tahun sebesar
27.91%, 0-1 tahun sebesar 23,26% kemudian paling sedikit yaitu 3-4 tahun
sebesar 11.61%.
• Tingkat kepuasan penghuni terhadap kualitas desain bangunan berdasarkan
lama tinggal di rusunawa pada 4 kategori sama, yaitu masuk dalam kategori
sedang.
• Tingkat kepuasan penghuni terhadap sarana, prasarana, dan fasilitas umum
berdasarkan lama tinggal di rusunawa sama, yaitu masuk dalam kategori
sedang.
• Berdasarkan profil penghuni dari 86 responden kuesioner di Rusunawa Undip
dilihat dari gedung yang dihuni, paling banyak adalah penghuni gedung C
sebesar 34,88%, diikuti dengan penghuni gedung D sebesar 25.58%,
penghuni gedung A sebesar 22.09%, dan penghuni gedung B sebesar
17.44%.
• Tingkat kepuasan penghuni terhadap kualitas desain bangunan berdasarkan
gedung yang dihuni menunjukkan bahwa penghuni gedung A puas dengan
kualitas desain bangunannya, sedangkan penghuni gedung B, C, D, sedang.
• Tingkat kepuasan penghuni terhadap sarana, prasarana, dan fasilitas umum
berdasarkan gedung yang dihuni termasuk dalam kategori sedang.
• Hasil analisis menyatakan bahwa tingkat kepuasan penghuni secara
keseluruhan terhadap kualitas desain bangunan di rusunawa Undip tergolong
puas. Rata-rata skor variabel kualitas desain bangunan sebesar 32.53
terletak pada kategori puas, dengan margin tipis 0.53 poin dari ambang batas
bawah kategori puas (32).
• Indikator dengan tingkat kepuasan penghuni dalam variabel kualitas desain
bangunan (berurutan dari yang mempunyai nilai rata-rata tertinggi sampai
terendah):
1. Ventilasi Udara di Dalam Unit
2. Pencahayaan di dalam Unit
3. Tata Letak (layout) unit

51
4. Letak Tangga
5. Tinggi Langit-langit Unit
6. Pengaturan Letak Ruangan-ruangan di dalam Gedung
7. Fasilitas Pendukung (kamar mandi, pantry, tempat cuci jemur) unit
8. Desain Selasar
9. Penggunaan bahan bangunan gedung
10. Desain tangga
• Hasil analisis menyatakan bahwa tingkat kepuasan penghuni secara
keseluruhan terhadap sarana, prasarana, dan fasilitas umum di rusunawa
Undip tergolong sedang. Rata-rata skor variabel kualitas desain bangunan
sebesar 19.52 terletak kategori tengah/sedang dalam interval kategori.
• Indikator dengan tingkat kepuasan penghuni dalam variabel sarana,
prasarana, dan utilitas umum (berurutan dari yang mempunyai nilai rata-rata
tertinggi sampai terendah):
1. Penyediaan jaringan listrik
2. Saluran air hujan (drainase)
3. Pelanyanan keamanan
4. Ketersediaan tempat pembuangan sampah sementara
5. Penyediaan jaringan air
6. Ketersediaan penerangan jalan lingkungan
7. Penyediaan jaringan internet
• Pada indikator yang penghuni tergolong puas, penghuni ada pada kondisi
homeo statis, dan harapan penghuni selaras dengan kenyataan yang
dihadapinya, dalam hal ini berupa unit dan gedung yang dihuninya.
• Penghuni rusunawa terlihat melakukan coping dengan lingkungannya berupa
adaptasi by reaction dan adaptasi by adjustment pada beberapa indikator
yang tingkat kepuasannya tergolong sedang.
• Pada indikator yang penghuni tidak puas, penghuni tidak melakukan coping
atau usaha coping-nya gagal sehingga memunculkan ketidakpuasan.

6.2 Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat direkomendasikan beberapa hal
sebagai berikut:
• Dalam perancangan rusunawa, selain memperhatikan standar yang ada
juga harus memperhatikan harapan penghuni.

52
• Penerangan jalan lingkungan perlu disediakan dan dirancang dengan
baik di rusunawa. Penerangan jalan lingkungan, pada malam hari akan
berpengaruh pada sense of security penghuninya.
• Penyediaan jaringan internet pada Rumah Susun Sederhana Mahasiswa
sangat penting untuk menunjang kegiatan belajar dan mengerjakan
tugas. Jika dana yang ada tidak mencukupi untuk menyediakan jaringan
internet yang dapat dijangkau ke semua unit, bisa disediakan hanya di
ruang belajar bersama, tetapi harus benar-benar mendapatkan
maintenance yang baik.
• Untuk desain kamar mandi dan WC dapat didesain dengan pintu yang
dinaikkan beberapa centimeter agar air tidak meluber keluar, walaupun
elevasi lantai kamar mandi lebih tinggi dibandingkan lantai unit, seperti
dalam standar.
• Untuk desain tangga, terutama pada tangga yang berada pada sisi
bangunan, seharusnya tetap mendapatkan perlindungan dari hujan dan
panas yang baik. Selain untuk kenyamanan penghuni, perlindungan ini
juga untuk keawetan bahan bangunan. Pada tangga yang didesain semi-
outdoor dapat ditutup dengan susunan bata atau breezeblocks (roster).
Bisa juga dengan menggunakan atap dengan teritisan yang sangat lebar.
Dengan begitu, tangga masih mendapatkan perlindungan yang baik.
• Untuk penelitian selanjutnya tentang tingkat kepuasan penghuni Rumah
Susun Sederhana Sewa Mahasiswa dapat mempertimbangkan profil
latar belakang penghuni, karena hal ini sangat berpengaruh dalam
kemampuan penghuni untuk melakukan coping dan tingkat
kepuasannya.

53
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2016, Agustus 22). Retrieved Maret 10, 2017, From Badan
Pusat Statistik: Https://Www.Bps.Go.Id/Linktabelstatis/View/Id/1525

Danisworo, M. (1989). Post Occupancy Evaluation, Pengertian Dan Metodologi,


Makalah Seminar. Jakarta: Universitas Trisakti.

Hadi, A. K., & Hardi, J. (2015) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan


Penghuni Terhadap Desain Bangunan Dan Sarana Prasarana Di Perumahan Bojong
Menteng Indah. Jakarta: Universitas Mercu Buana.

Harianto, F., & Prasetyo, F. A. (2010). Analisis Tingkat Kepuasan Penghuni Rumah
Di Perumahan Puri Surya Jaya Gedangan Sidoarjo. Seminar Nasional Teknik Sipil VI
ITS. ISBN 978–979–99327–5–4.

Hermanto, S. (2000). Analisa Evaluasi Pasca Huni Gedung P Universitas Kristen


Petra Surabaya. Surabaya: Fakultas Teknik Universitas Kristen Petra Surabaya.

Kadir, I. (2004, Juli). Studi Perilaku Pada Sub Terminal Terban Yogyakarta.
Metropilar , 26-32.

Kementerian Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi. (2016, Agustus 18).


Kemenristekdikti Umumkan Peringkat Perguruan Tinggi 2016. Retrieved Maret 2017,
11, From
Http://Kelembagaan.Ristekdikti.Go.Id/Index.Php/2016/08/18/Kemenristekdikti-
Umumkan-Peringkat-Perguruan-Tinggi-2016/

Magribi, L. M., & Suhardjo, A. (2004). Aksesibilitas Dan Pengaruhnya Terhadap


Pembangunan Di Perdesaan: Konsep Model Sustainable Accessibility Pada
Kawasan Perdesaan Di Propinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Transportasi , 4 (2), 149-
160.

Pamungkas. (2010). Kriteria Kepuasan Tinggal Berdasarkan Respon Penghuni


Rusunawa Cokrodirjan Kota YogyakartA. Semarang: Universitas Diponegoro.

Pandelaki, E., Purwanto, E., Olivia, D., & Agung, W. (2015). Faktor-Faktor
Pembentuk Kinerja Spasial Kaitannya Dengan Kepuasan Penghuni. Modul , 15 (2),
85-106.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2007. Tentang Pedoman


Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi.
Http://Birohukum.Pu.Go.Id/Uploads/DPU/2007/Permenpu5-2007.Pdf. Diakses
Tanggal 30 Maret 2017.

54
Peraturan Menteri Negara Perumahan Rakyat Nomor 9/PERMEN/M/2008. Tentang
Pedoman Bantuan Pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa Pada Lembaga
Pendidikan Tinggi Dan Lembaga Pendidikan Berasrama. Http://Storage.Jak-
Stik.Ac.Id/Produkhukum/Perumahanrakyat/Permen%2009%20Tahun%202008.Pdf.
Diakses Tanggal 5 Maret 2017.

Preiser, W. (1995). Post Occupancy Evaluation; How To Make Building Work Better.
Bradford: Van Nostrand Reinhold.

Purwaningsih, E., Tukiran, & Giyarsih, S. R. (2011). Penyesuaian Diri Penghuni


Rumah Susun Terhadap Lingkungan Tempat TinggaL . Majalah Geografi Indonesia ,
150-161. ISSN 0125-1790.

Rabinowitz, H. (1997). Evaluasi Pascahuni. In J. Snyder, Pengantar Arsitektur (Pp.


538-556). Jakarta: Erlangga.

Setiadi, H. A. (2015). Analisis Faktor Berpengaruh Terhadap Kepuasan Penghuni


Rumah Susun Sewa Studi Kasus Rumah Susun Sewa Kemayoran . Jurnal
Permukiman , 10 (1), 19-36.

Sevilla, C. (2007). Research Methods. Quezon City: Rex Printing Company.

Sukawi, Hardiman, G., DA, N., & P, Z. A. (2016). Evaluasi Sistem Proteksi
Kebakaran Pada Bangunan Rumah Susun (Studi Kasus: Rusunawa Undip). Modul ,
16.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2011. Tentang Rumah Susun.


Retrieved Maret 7, 2017. From
Http://Www.Perumnas.Co.Id/Download/Prodhukum/Undang/UU-20-
2011%20RUMAH%20SUSUN.Pdf.

55
Lampiran 1

Kuesioner Tingkat Kepuasan Penghuni Rusunawa Undip

Nama :
NIM :
Prodi :
Gedung yang dihuni :A/B/C/D
Lama Tinggal di
Rusunawa Undip : 0-1 Tahun / 1-2 Tahun / 2-3 Tahun / 3-4 Tahun

Beri tanda centang (✔) pada tanggapan yang sesuai.

No. Tanggapan
Sangat
Pernyataan Tidak Sangat
Tidak Netral Setuju
Setuju Setuju
Setuju
Tata letak dalam unit yang
1. saya huni membuat saya
merasa nyaman.
Fasilitas pendukung (kamar
mandi, pantry, tempat cuci
2. jemur) di unit yang saya huni
sudah memadai dan memiliki
kualitas yang baik.
Pencahayaan dalam unit
3.
yang saya huni cukup terang.
Udara di unit yang saya huni
4. cukup segar dan udara
mengalir dengan lancar.
Langit-langit di unit yang
saya huni cukup tinggi
5.
dibandingkan dengan
panjang dan lebar unit.
Pengaturan letak ruangan-
ruangan di dalam gedung
6.
rusunawa mudah untuk
dijangkau.
Bahan bangunan yang
7. digunakan gedung rusunawa
cukup bagus kualitasnya.
Lebar koridor di depan unit
yang saya huni cukup lebar
8. untuk saya lalui sehari-hari,
dan jika berpapasan dengan
penghuni lain tetap nyaman.
Letak tangga di gedung
rusunawa yang saya huni
9.
mudah dijangkau dari unit
saya.
Tangga di gedung rusunawa
yang saya huni sudah cukup
10. terlindung dari hujan, dengan
railing yang memadai, dan
tidak licin.

56
No. Tanggapan
Sangat
Pernyataan Tidak Sangat
Tidak Netral Setuju
Setuju Setuju
Setuju
Pelayanan keamanan di
rusunawa membuat saya
11.
merasa aman tinggal di
rusunawa.
Jaringan air di rusunawa
12.
lancar, setiap saat.
Jaringan listrik di rusunawa
13. sudah memenuhi kebutuhan
saya.
Jaringan internet di rusunawa
sudah cukup cepat dan dapat
14. menjangkau berbagai tempat
di rusunawa, terutama unit
yang saya huni.
Tempat pembuangan
sampah sementara rusunawa
15.
dapat menampung buangan
sampah saya sehari-hari.
Jalan lingkungan rusunawa
16. sudah dilengkapi dengan
penerangan yang memadai.
Saluran air hujan (drainase)
rusunawa sudah baik dan
17.
tidak terjadi banjir akibat
hujan.

Semarang, April 2017

( )

57
Lampiran 2

BERITA ACARA SIDANG SEMINAR

Dengan ini menyatakan bahwa telah dilaksanakan Sidang Seminar TKA 141
Semester 6 dengan judul: “Analisis Tingkat Kepuasan Penghuni Rumah Susun
Sederhana Sewa Mahasiswa (Rusunawa) Universitas Diponegoro Terhadap Aspek
Kualitas Desain serta Ketersediaan Sarana, Prasarana, dan Utilitas Umum” pada:

Hari : Kamis
Tanggal : 18 Mei 2017
Waktu Sidang : 11.50-12.15 WIB
Tempat Sidang : Lab. Perancangan Kota, Departemen Arsitektur Undip

Penyaji
Nama : Aprilea Sofiastuti Ariadi
Nim : 21020114120048
Judul : Analisis Tingkat Kepuasan Penghuni Rumah Susun
Sederhana Sewa Mahasiswa (Rusunawa) Universitas
Diponegoro Terhadap Aspek Kualitas Desain serta
Ketersediaan Sarana, Prasarana, dan Utilitas Umum

Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Edi Purwanto, M.T.

Tim Pembahas
Pembahas 1
Keke Amalia Husni NIM 21020114120004

Pembahas 2
Sharfina Bella Pahleva Wahyono NIM 21020114120086

Pelaksanaan Sidang seminar dengan judul “Analisis Tingkat Kepuasan


Penghuni Rumah Susun Sederhana Sewa Mahasiswa (Rusunawa) Universitas
Diponegoro Terhadap Aspek Kualitas Desain serta Ketersediaan Sarana, Prasarana,
dan Utilitas Umum” berlangsung selama 25 menit. Adapun rincian pelaksanaan
sidang tersebut adalah sebagai berikut:

58
Pukul 11.50-12.05 presentasi dilakukan oleh penyaji selama kurang lebih 15
menit menggunakan media presentasi powerpoint dan proyektor berisi paparan
pokok-pokok materi. Pukul 12.05-12.15 dilakukan sesi tanya jawab, diskusi, dan
pemberian saran oleh pembimbing. Adapun rincian pelaksanaan sesi tanya jawab,
diskusi dan saran oleh pembimbing adalah sebagai berikut:

Tanya Jawab
1. Nama : Keke Amalia Husni
Nim : 21020114120004

Pertanyaan
Apakah durasi/waktu lamanya tinggal penghuni di rusunawa tersebut dapat
dipengaruhi oleh tingkat kepuasan terhadap kualitas bangunan?

Jawaban
Menurut saya bisa saja, karena hasil perbincangan dengan beberapa teman yang
dulunya tinggal di rusunawa tetapi sekarang sudah pindah, memang kebanyakan
hal yang dikeluhkan sama dengan keluhan penghuni seperti yang sudah
diwawancarai. Tapi, teman-teman yang masih bertahan tinggal di rusunawa Undip
mengedepankan faktor ekonomi karena biaya sewa di rusunawa Undip murah.
Sesuai dengan teori adaptasi, bisa saja teman-teman yang kemudian pindah dari
rusunawa gagal melakukan coping.

2. Nama : Sharfina Bella Pahleva Wahyono


Nim : 21020114120086

Pertanyaan
Tingkat kepuasan terhadap kualitas desain kan yang puas berada di gedung A
sedangkan di gedung B, C, dan D sedang, didapatkan dari hasil kuesioner.
Apakah dari hasil pengamatan terdapat perbedaan antara gedung A dan gedung
lainnya?

Jawaban
Dari hasil perbincangan dengan Badan Pengelola Rusunawa Undip, gedung A
adalah gedung rusunawa yang pertama kali dibangun di Undip, sedangkan
gedung B, C, dan D belakangan. Gedung A juga memiliki layout unit dan denah

59
yang berbeda dengan gedung-gedung lainnya. Unit di gedung A kamar mandinya
di luar.

Masukan Dari Dosen Pembimbing


• Tujuan yang ada di latar belakang dan di tujuan penelitian belum konsisten.
Perlu diperbaiki agar konsisten.
• Masukan yang tidak mengikat, yaitu untuk mencari data latar belakang masing-
masing penghuni yang menjadi responden, karena latar belakang tempat tinggal
penghuni sebelum menghuni rusunawa Undip bisa saja mempengaruhi tingkat
kepuasan dan kemampuan beradaptasi penghuni tersebut. Penghuni yang
berasal dari daerah dan dari kota, dengan kondisi tempat tinggal sebelumnya
yang berbeda, akan mempunyai tingkat kepuasan dan kemampuan beradaptasi
yang berbeda. Latar belakang responden ini menjadi penting ketika responden
tidak bersifat homogen, lain halnya dengan penelitian dua teman yang lain yang
respondennya memiliki latar belakang yang seragam.

60

Anda mungkin juga menyukai