Laporan Penelitian
Disusun untuk memenuhi tugas akhir guna mencapai gelar sarjana
di bidang ilmu teknik kimia
oleh
Ryan Varyan (2000620094)
Natalia Synta Dewi (2000620132)
Pembimbing:
Dr. Ir. Budi Husodo Bisowarno, M.Eng.
Tony Handoko, ST.
ITAS KA
RS
E
TO
U NIV
L IK
PA
R
A
AH G
YA N
i
LEMBAR PENGESAHAN
CATATAN / KOMENTAR :
ii
Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Katolik Parahyangan
SURAT PERNYATAAN
Pernyataan ini kami buat dengan sebenar-benarnya dan jika pernyataan ini tidak
sesuai dengan kenyataan, maka kami bersedia menanggung sanksi sesuai peraturan
yang berlaku.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji, hormat, dan syukur hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa yang
telah mencurahkan segala berkat dan anugerah-Nya kepada penulis sehingga
penelitian ini dapat diselesaikan. Penelitian ini disusun sebagai salah satu
persyaratan untuk memenuhi pendidikan sarjana Strata-1 Jurusan Teknik Kimia
Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.
Dalam penulisan laporan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Budi Husodo Bisowarno, M.Eng selaku pembimbing I.
2. Tony Handoko, S.T. selaku pembimbing II.
3. Bapak Hendrik Tunriallu dari PT. International Coatings.
4. Bapak Kokoh dari PT. International Coatings.
5. Ir. Heryanto Tanurachman dan Ibu Novi dari PD & Biro Teknik Menara .
6. Saudara Angelica Tanisia, Ridwan, Andi Bing Toro, Meta, dan Alfred yang
telah memberi masukan dalam penyusunan penelitian.
7. Keluarga penulis yang telah memberikan dorongan moral dan material kepada
penulis.
8. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis mengharapkan kritik dan saran membangun dari para pembaca
demi kesempurnaan penelitian ini. Akhir kata penulis berharap laporan ini dapat
berguna bagi semua pihak.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PENGESAHAN ii
SURAT PERNYATAAN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
INTISARI ix
ABSTRACT x
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tema Sentral Masalah 2
1.3 Identifikasi Masalah 2
1.4 Hipotesis 3
1.5 Tujuan 3
1.6 Manfaat 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1 Coatings 5
2.2 Liquid Coatings 5
2.3 Powder Coatings 7
2.4 Bahan Penyusun Powder Coatings 13
2.4.1 Resin 13
2.4.2 Pigmen 15
2.4.3 Filler 17
2.4.4 Ekstender 17
2.4.5 Curing Agent 17
2.4.6 Bahan Aditif 18
2.5 Pembuatan Powder Coatings dengan Ekstruder 18
2.6 Pembuatan Powder Coatings dengan VAMP 20
2.7 Pembuatan Powder Coatings dengan Atomisasi 21
v
2.8 Aplikasi Powder Coatings 25
2.9 Analisis 27
DAFTAR PUSTAKA 55
LAMPIRAN A PROSEDUR ANALISIS 57
LAMPIRAN B PERHITUNGAN DESAIN TANGKI 58
LAMPIRAN C GAMBAR PERALATAN ANALISIS 59
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
INTISARI
Coatings adalah suatu proses pelapisan suatu bahan menggunakan zat lain dengan
tujuan dekoratif dan fungsional. Pada mulanya digunakan coatings jenis liquid.
Karena solvent yang digunakan menghasilkan polusi maka dikembangkan coatings
yang berbentuk serbuk dinamakan powder coatings. Powder coatings adalah suatu
serbuk pelapis yang tidak mengandung pelarut.
Pembuatan powder coatings ada beberapa cara. Pada saat ini proses yang biasa
digunakan umumnya ialah dengan menggunakan ekstruder. Tahapan pembuatan
powder coatings dengan ekstruder ialah premixing, ekstrusi, grinding, dan sieving.
Selain menggunakan ekstruder, ada pula yang menggunakan proses VAMP. Proses
ini menggunakan CO2 pada titik superkritisnya sebagai medium untuk melelehkan
resin. Saat ini akan dicoba suatu metode baru yang memiliki jumlah tahap lebih
sedikit bila dibandingkan dengan proses ekstruder dan tidak perlu menggunakan
CO2 untuk melelehkan resinnya. Proses ini dinamakan proses atomisasi. Proses ini
akan menggabungkan tahap premixing dan ekstrusi menjadi satu tahap tanpa
mengurangi kualitas powder coatings yang dibuat dengan ekstruder. Pada penelitian
ini akan dirancang suatu tangki premixing untuk digunakan pada pembuatan powder
coatings dengan menggunakan atomisasi.
Bahan penyusun powder coatings terdiri dari resin, pigmen, curing agent, filler, dan
bahan aditif. Pada penelitian ini akan digunakan dua macam resin yaitu resin epoksi
dan poliester, pigmen menggunakan titanium dioksida, filler BaSO4, bahan aditif
uni resi flow dan Benzoin. Untuk variasi yang akan dilakukan pada penelitian ini
meliputi jumlah pengaduk dan lama pengadukan. Powder coatings yang telah jadi
akan dianalisis ukurannya, ketebalannya, kekilapannya, dan daya tahan terhadap
impact.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tangki premixing yang telah
dirancang dapat digunakan untuk pembuatan powder coatings. Hal-hal yang
mempengaruhi kualitas powder yang dihasilkan ialah formula powder coatings,
ukuran powder, jumlah pengaduk, dan lama pengadukan. Jenis pengaduk yang
cocok digunakan pada penelitian ini adalah pengaduk yang biasa digunakan untuk
membuat kue. Media pemanas yang digunakan pada penelitian ini adalah oli.
Jumlah pengaduk yang paling baik ialah 2 buah. Hampir semua powder yang
diperoleh menghasilkan gloss yang baik. Ukuran powder yang digunakan pada saat
aplikasi ialah 100 mesh.
ix
ABSTRACT
There are some alternatives to produce powder coatings. Generally, most people use
extruder to produce powder coatings. The extruder stage consists of several stages
such as premixing, extruding, grinding, and sieving. Beside of extruder process,
there is another process called VAMP (Valve and Micro Pump). This process use
CO2 in its supercritical point to melt the resin. This research will use new methods
with less number of stages compared with the extruder process and this process does
not need CO2 to melt the resins. This process will combine the premixing and
extruding become one stage without reducing the powder quality. In this research,
we are designing a premixing tank to produce powder coatings with atomization.
Powder coatings consist of resins, pigments, curing agents, filler, and additives. This
research will use two kinds of resins, that is epoxy resins and polyester resins.
Titanium dioxide is use as pigments, BaSO4 as filler, uni resi flow and benzoin as
additives. Variations in this research are the number of mixers and the time length
of mixing. The analysis being made to the powder are the particle size, the film
thickness, the glossness, and the durability of impact.
From this research, we conclude that the premixing tank can be used to make
powder coatings. Some factors affecting the powder quality are the powder coatings
formula, the particle size, the number of mixers being used, and the time length of
mixing. The types of mixer which is compatible in this research is the one we used
to make cakes. The heating media being used in this research is oil. The number of
mixers being used are two. Almost all powder produces good glossy quality. The
powder particle size being used is 100 mesh.
x
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.4 Hipotesis
1. Pembuatan powder coatings dapat dilakukan dengan cara atomisasi.
2. Alat premixing yang dirancang mampu membuat campuran menjadi homogen.
3. Pemanasan pada tahap premixing yang tepat adalah pada suhu 110 oC.
1.5 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mempelajari proses pembuatan powder coatings dengan menggunakan proses
atomisasi
2. Merancang alat premixing yang tepat untuk pembuatan powder coatings
dengan atomisasi.
3. Mengetahui kondisi mixing yang tepat untuk pembuatan powder.
4. Mengaplikasikan powder coatings terhadap suatu bahan untuk mengetahui
ketahanan dan kualitas powder coatings tersebut.
5. Mempelajari cara analisis powder.
1.6 Manfaat
Kegunaan dan manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Bagi masyarakat, powder coatings dapat mengurangi tingkat polusi yang
dihasilkan oleh coatings pada umumnya.
2. Bagi ilmu pengetahuan, pembuatan powder coatings dengan atomisasi dapat
membuat suatu terobosan baru bagi perkembangan proses pembuatan powder
coatings.
4
3. Bagi dunia industri, atomisasi akan memberi alternatif baru dalam proses
pembuatan powder coatings, dan
4. Bagi negara, powder coatings dapat mendapat menambah devisa negara
karena dapat dijadikan sebagai komoditi ekspor.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Coatings
Proses coatings adalah suatu proses pelapisan terhadap permukaan suatu
bahan (surface treatment). Tujuan dari pelapisan ini adalah untuk dekoratif dan
untuk fungsional, yaitu memberikan perlindungan terhadap korosi dan sinar
ultraviolet, untuk insulasi, dan untuk meningkatkan daya tahan suatu material.
Ada berbagai jenis coatings, diantaranya adalah cat, varnish, lacquer,
semir dan enamel. Perbedaan dari jenis-jenis coatings ini terdapat pada unsur-
unsur penyusunnya, material yang akan dilapisi, dan ketahanan terhadap hasil
pelapisannya.
Perkembangan coatings semakin meningkat dari tahun ke tahun. Seiring
dengan perubahan peraturan pemerintah dan permasalahan pencemaran
lingkungan hidup, industri coatings harus melakukan perubahan terhadap proses
dan produk yang mengandung bahan-bahan berbahaya, seperti pelarut organik dan
resin TGIC. Perubahan dilakukan dengan mengganti pelarut organik dengan air.
Namun pemakaian water based coatings ini juga belum memberikan hasil yang
maksimal untuk pelapisan suatu bahan Perubahan yang meningkat pesat adalah
mengubah wujud liquid menjadi bubuk (powder)
Tetapi, water based coatings belum memberikan hasil yang maksimal untuk
pelapisan suatu bahan.
2000
1800
1600
1400
1200
kapasitas
1000
(1juta pounds)
800
600
400
200
0
1962 1966 1969 1972 1975 1980 1984 1988 1992 1996 2000
tahun
seringkali dipilih saat diperlukan coatings yang memiliki daya tahan dan
kekenyalan yang tinggi.
b) Thermosetting Powder
Sifat-sifat powder ini adalah membentuk crosslink pada fasa curing
dengan bantuan curing agent, mempunyai sifat adhesi yang besar, resin-
resinnya bersifat merugikan karena terjadi ikatan-ikatan antar
monomernya sehingga selalu dijaga temperaturnya. Contoh : resin epoksi,
poliester dan akrilik. Powder ini lebih diinginkan karena membentuk
lapisan film yang tipis (20-80 ), sehingga cocok untuk dekoratif. Proses
pengaplikasiannya relatif mudah karena sebelumnya hanya diperlukan
pembersihan material. Crosslink yang terbentuk pada fasa curing
memproduksi material dengan berat molekul yang lebih besar. Berat
molekul yang besar inilah yang membuat thermosetting powder tidak
mudah meleleh jika dipanaskan.
Powder coatings dapat berkembang dari tahun ke tahun karena memiliki
keuntungan sebagai berikut :
b) Powder coatings dapat digunakan pada berbagai substrat, baik logam
maupun non-logam. Hanya saja, untuk pengaplikasian pada substrat non-
logam diperlukan suhu curing yang lebih rendah daripada suhu curing
untuk substrat logam.
c) Mengandung konsentrasi padatan yang lebih banyak karena bebas pelarut.
Hal ini juga mengakibatkan berkurangnya polusi dan bahaya kebakaran.
d) Tidak menghasilkan bau pada saat pengaplikasian.
e) Lebih efisien. Untuk suatu daerah pelapisan, diperlukan jumlah powder
coatings yang lebih sedikit daripada pelapisan menggunakan wet paint,
karena pelapisan dengan powder coatings lebih merata sekalipun untuk
bentuk substrat yang tidak beraturan.
f) Menghemat tenaga kerja. Pada umumnya, pabrik powder coatings dapat
dioperasikan dengan tenaga kerja yang lebih sedikit daripada pabrik wet
paint dengan kapasitas yang sama.
13
terhadap bahan kimia tertentu, tahan terhadap korosi, dan tahan terhadap
perubahan suhu. Namun kekurangan resin epoksi adalah strukturnya lebih
rapat sehingga coatings yang dihasilkan akan kaku.
b. Resin Poliester
Resin poliester dibagi menjadi dua macam kelompok, yaitu:
a. Saturated polyesters
Ciri dari kelompok ini ialah polimer alifatik atau aromatik yang berikatan
dengan grup hidroksil atau karboksil.
b. Unsaturated polyesters
Secara fungsional, jenis ini memiliki kemiripan dengan jenis saturated,
namun mengandung ikatan yang unsaturated yang timbul pada waktu
sintesis.
Resin poliester yang digunakan untuk pembuatan thermosetting powder
coatings hampir semuanya menggunakan jenis saturated, baik yang gugus
karboksil maupun gugus hidroksil. Meskipun demikian, versi heterofungsional
yang mengandung dua grup reaktif yang berbeda dapat digunakan. Yang menjadi
masalah adalah bagaimana memperoleh komposisi parameter yang benar untuk
resin poliester sehingga dapat diperoleh hasil coatings yang bagus dan
memuaskan karena sifat resin polyester strukturnya renggang dan coatings yang
dihasilkan rapuh.
Untuk menghasilkan suatu coatings yang baik dapat pula menggabungkan
kedua resin ini dengan suatu perbandingan yang tepat antara jumlah resin epoksi
dan resin poliester agar sifatnya saling melengkapi.
2.4.2. Pigmen
Pigmen merupakan zat penghasil warna pada powder yang dihasilkan.
Pigmen biasanya terdiri dari dua macam, yaitu organik dan inorganik. Untuk
kebanyakan pengguna powder coatings, fungsi utama dari coatings ialah untuk
mewarnai produk yang dibuatnya sebagai tahap finishing. Ada pula yang
menggunakan powder coatings untuk menghiasi interior yang letaknya cukup
mudah dijangkau untuk pengaplikasian, sehingga mengubah warnanya menjadi
16
warna yang diinginkan dan bersinar. Secara umum, sifat dari kedua macam
pigmen dapat dilihat pada Tabel 2.3.
1. Pigmen Inorganik
Pigmen ini terdiri dari beberapa macam, misalnya iron oxides, lead
chromates, chromium oxide, cadmium, ultramarine blues, mixed-phase
titanates dan mixed-phase metal, titanium dioxide dan carbon black.
Namun penggunaan pigmen jenis ini sangat terbatas disebabkan
kandungan racun yang terdapat pada pigmen jenis ini dan juga telah diatur
segala ketentuan-ketentuan mengenai pemakaian pigmen ini demi
kelestarian lingkungan hidup.
2. Pigmen Organik
Pigmen ini cukup banyak, namun hanya sedikit yang cocok dengan
pewarnaan dalam powder coatings. Meskipun karakteristik warna yang
dihasilkan oleh pigmen organik dipengaruhi oleh komposisi kimia,
keefektifan pigmen dalam menghasilkan warna bergantung pada ukuran
partikel ketika terdispersi.
17
2.4.3. Filler
Filler digunakan untuk mengisi pori-pori atau ruang kosong pada coatings
sehingga coatings lebih kuat dan permukaan yang dihasilkan pada saat
pengaplikasian akan lebih rata.
2.4.4. Ekstender
Ekstender memiliki keunggulan sedikit lebih baik dari filler dan memiliki
beberapa hiding power. Kegunaannya lebih pada pewarnaan.
Premixing
Cyclone
Ekstruder Sieving
Conveyor Powder
Oversize particle
resin dan membiarkan bahan mentah lainnya menjadi bercampur. Fluida tersebut
diaduk hingga homogen dan dikeluarkan melalui nozzle ke tangki penyimpanan.
Tahap ini bertindak sebagai pengatur besar partikel untuk powder yang telah
terbentuk. Bahan yang terlalu besar akan dikirim ke mill untuk di-grinding.
Sebagai alternatif, semua bahan dapat digiling secara konvensional setelah
dikeluarkan dari tangki bertekanan. Beberapa keuntungan dari proses VAMP ini
adalah diantaranya mengenai pengaturan besar partikel yang baik.
Pembuatan powder coatings dengan VAMP ini tidak lagi digunakan karena
pertimbangan dari segi ekonomi dan efisiensi proses. Gas CO2 diperlukan dalam
jumlah yang banyak, sedangkan harga gas CO2 mahal. Proses VAMP tidak efisien
karena pelelehan resin hanya dapat berlangsung jika gas CO2 telah mencapai titik
superkritisnya.
Proses pembuatan powder coatings dengan atomisasi dapat dilihat pada Gambar
2.3
Tahap-tahap proses :
1. Tahap Penimbangan Bahan Baku
Pada tahap ini, dilakukan penimbangan bahan baku pembuatan
powder coatings berdasarkan formula yang telah dibuat. Kesalahan jumlah
dalam formula dapat menyebabkan hasil yang berbeda dengan yang
diinginkan. Bahan baku ini berbentuk granula.
2. Tahap Premixing dan Pemanasan
Tahap premixing dan pemanasan dilakukan dalam tangki
premixing. Semua bahan baku yang telah ditimbang tadi dicampur menjadi
satu, sambil diaduk dan dilakukan pemanasan hingga meleleh dan
berbentuk pasta. Gumpalan gumpalan pigmen juga harus dapat
dipecahkan. Tujuan pengadukan adalah agar partikel-partikel besar dari
masing-masing bahan baku terpecah menjadi partikel-pertikel yang lebih
kecil dengan menggunakan mixer. Sambil diaduk, campuran bahan-baku
23
Pasta akan masuk pada bagian atas spray chamber dan mengenai
nozzle yang berputar. Pasta yang keluar dari lubang nozzle disemprot
dengan udara dingin, sehingga akan berbentuk powder. Waktu kontak
antara tetes-tetes pasta dengan udara pendingin dapat di atur dengan
mengatur beda tekan aliran campuran dan udara pendingin. Ukuran
powder yang terbentuk sangat ditentukan oleh ukuran nozzle yang
digunakan. Beberapa hal yang harus diperhatikan agar proses pembuatan
spray berhasil adalah sifat fisik umpan (viskositas) yang akan
mempengaruhi jenis atomizer, beda tekan, diameter nozzle, laju alir, waktu
kontak, jenis media pendingin, dan temperatur.
4. Tahap Sieving
Powder yang dihasilkan akan keluar dari bagian bawah spray
chamber dan dilanjutkan dengan proses sieving. Proses ini bertujuan untuk
menjaga keseragaman ukuran powder yang dihasilkan. Seharusnya powder
yang keluar dari nozzle ukurannya seragam, namun kadang terjadi
penggumpalan di dalam spray chamber. Bila ukuran tidak seragam, maka
pada saat diaplikasikan powder akan membentuk coatings yang tebalnya
tidak merata. Powder yang lolos dari siever dapat digunakan untuk proses
coatings. Powder yang tidak lolos dapat dihaluskan dengan ball mill
kemudian kembali lagi ke proses sieving.
Pengatomisasian umpan adalah kunci sukses sebuah spray dryer [Karel,
1975]. Untuk memperoleh hasil pengeringan yang berukuran seragam, partikel
feed harus berukuran kecil (10-90 mm). Pengatomisasian menggunakan nozzle.
Ada tiga jenis nozzle yang sering digunakan, yaitu : pressure nozzle, fluid nozzle
dan rotating wheels/rotating disc. Pada pressure nozzle, liquid dipompakan pada
temperatur tinggi tinggi dengan laju alir tertentu melalui orifice berdiameter kecil.
Prinsip kerja nozzle ini adalah menggunakan energi tekan untuk mengatomisasi.
Fluid nozzle, menggunakan gas (udara/steam) dengan tekanan rendah untuk
mengalirkan liquid sedikit demi sedikit. Prinsip kerja fluid nozzle adalah atomisasi
dengan menggunakan energi kinetik, sedangkan rotating disc menggunakan
energi sentrifugal.
25
Pada skala industri lebih sering digunakan rotating disc. Rotating disc
dapat berbentuk plane, vane, dan cup dengan diameter 0,3 m dan kecepatan putar
50-200 rps. Feed dialirkan ke bagian tengah nozzle untuk kemudian disemprotkan.
Nozzle banyak digunakan untuk menghasilkan kabut dalam partikel granular yang
cukup besar yang kering. Rotary disc atomization memproduksi kabut yang halus
untuk memperoleh powder yang lebih halus.
Pemilihan atomizer bergantung pada sifat fisik umpan dan spesifikasi
produk yang diinginkan. Kadang-kadang digunakan beberapa buah nozzle jika
tower yang digunakan sangat tinggi, pada kasus ini lebih baik digunakan rotary
disc atomizer memiliki laju alir yang tinggi, dapat mencegah terjadinya abrasi
pada umpan, mencegah terjadinya penyumbatan, umpan yang dialirkan memiliki
tekanan rendah dan pengontrolan kabutan lebih mudah digunakan.
Kelebihan metoda atomisasi dibandingkan dengan metoda ekstrusi adalah
waktu operasi yang lebih singkat dan luas permukaan bahan yang akan
didinginkan lebih besar. Waktu operasi yang lebih singkat disebabkan oleh waktu
tinggal saat atomisasi lebih singkat Bahan yang didinginkan pada atomisasi
berupa partikel sedangkan pada ekstrusi berupa plat tipis, diharapkan dengan luas
permukaan yang lebih besar akan menyebabkan proses pendinginan menjadi lebih
sempurna.
2.9 Analisis
Tujuan dari pelapisan suatu permukaan dengan powder coatings adalah
untuk meningkatkan daya tahan dan melindungi suatu bahan dari berbagai
gangguan dan kerusakan yang mungkin terjadi. Oleh sebab itu, powder coatings
harus memenuhi standar dan kualitas sebagai berikut :
a) Daya tahan terhadap korosi.
Kelembaban udara dapat menyebabkan suatu bahan menjadi korosif dan
mudah berkarat. Untuk melindungi bahan dari korosivitas udara,
digunakan powder coatings yang mempunyai kandungan seng tinggi pada
primer coatnya.
b) Daya tahan terhadap bahan kimia
Komponen-komponen penyusun coatings harus dijaga agar tidak bereaksi
dengan bahan kimia yang juga melapisi suatu bahan. Misalnya oli
pelumas, gasoline dan antibeku digunakan untuk melapisi suatu bahan
untuk pembersih, dan keperluan lainnya yang akan mengalami kontak
langsung dengan coatings.
c) Insulasi listrik
Umumnya powder coatings dapat digunakan sebagai insulator listrik yang
baik. Tetapi dalam penggunaannya dibuatuhkan suatu uji ketahanan
coatings terhadap arus listrik. Jika telah dipastikan bahwa coatings
28
tersebut memang tahan terhadap arus listrik, maka baru dapat digunakan
sebagai insulator pada alat-alat elektronik.
d) Daya tahan terhadap panas
Suatu hasil pelapisan akan mengalami kontak langsung dengan temperatur.
Oleh sebab itu, dalam pengguanaannya dibutuhkan suatu ketahanan
terhadap temperatur yang tinggi dalam jangka waktu tertentu. Akibat
temperatur yang tinggi, suatu coatings dapat mengalami degradasi yang
dapat mereduksi keawetan coatings tersebut. Hal ini akan sangat penting,
terutama jika bahan-bahan yang akan dilapisi adalah bahan yang memang
harus mengalami kontak langsung dengan temperatur yang sangat tinggi
dan digunakan pada lingkungan terbuka.
e) Daya tahan terhadap kotoran
Analisis terhadap hasil powder maupun hasil pelapisan dengan powder
untuk spesifikasi ini sangat diperlukan, terutama untuk menentukan
keseragaman kualitas produk hasil pelapisan. Ada dua macam metoda
analisis yang dapat dilakukan, yaitu analisis penampilan dan kontrol
terhadap kualitas. Analisis penampilan dilakukan untuk mengetahui
kesesuaian pelapisan dengan penggunaan bahan yang akan dilapisi.
Kontrol terhadap kualitas dilakukan untuk memastikan keseragaman
kualitas produk yang dihasilkan maupun setelah diaplikasikan.
f) Daya tahan terhadap abrasi
Powder coatings digunakan terutama pada peralatan yang mengalami
abrasi, misalnya mebel di perpustakaan, rumah, perkantoran, dan
pertokoan. Powder coatings sendiri mempunyai daya tahan yang tinggi
terhadap abrasi.
g) Daya tahan terhadap impact
Powder coatings harus dapat melindungi suatu barang dari tumbukan,
karena sesuai dengan fungsinya, coatings yang dihasilkan harus tahan
terhadap tumbukan oleh benda-benda di sekitarnya.
29
BAB III
BAHAN DAN METODE
Pada bab ini akan dibahas tentang bahan, peralatan yang akan digunakan, dan
metode yang digunakan dalam menyusun rancangan percobaan.
3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian
3.1.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi bahan baku
utama dan bahan baku penunjang.
a. Bahan Baku Utama
Bahan baku utama yang digunakan dalam percobaan ini ialah resin
poliester, resin epoksi, bahan aditif (Benzoin dan uni resi flow), pigmen
putih (TiO2), pigmen biru, dan filler (Blanc fixe). Formulasi yang
digunakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1.
3.1.2 Peralatan
Alat-alat yang akan digunakan pada penelitian ini ialah :
1. mixer : 1 buah
2. tangki premixing : 1 buah
3. stabilizer : 1 buah
4. gelas kimia : 1 buah
5. spatula : 1 buah
6. timbangan analitis : 1 buah
7. termometer alkohol : 1 buah
8. termometer air raksa 200 oC : 2 buah
9. gelas kimia : 3 buah
10. gelas ukur : 1 buah
11. material yang akan dilapisi : 6 buah
12. oven : 1 buah
Hasil akhir dari percobaan ini berupa powder digunakan untuk melapisi
permukaan plat besi. Powder disemprotkan ke permukaan plat besi dengan
menggunakan spray gun hingga merata, kemudian dipanaskan di dalam oven
hingga powder meleleh.
a. Analisis fisik
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui warna dan ukuran partikel
powder coatings yang dihasilkan. Untuk analisis warna akan digunakan
indra penglihatan.
Lama penelitian adalah sekitar lima bulan dengan jadwal kerja dapat dilihat pada
Tabel 3.2.
3 Percobaan
4 Analisis
5 Pembahasan
6 Penyelesaian laporan
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Semua bahan penyusun powder coatings dimasukkan ke dalam tangki yang telah
dilengkapi pemanas. Alat premixing dirangkai seperti pada Gambar 4.1. Alat ini
dilengkapi dengan pengontrol temperatur dan kecepatan pengaduk. Mula-mula
temperatur diatur pada nilai yang diinginkan, lalu thermocouple dimasukkan ke
dalam tangki. Pada rangkaian alat ini terdapat beberapa kekurangan, antara lain
pengaturan temperatur yang kurang baik, jenis pengaduk yang digunakan, dan
tidak terdapatnya saluran keluaran pasta.
Pengaturan temperatur campuran masih kurang baik karena heater
berkontak langsung dengan campuran. Ketika campuran telah mencapai suhu
yang diinginkan, pengontrol langsung mematikan arus listrik ke heater, namun
temperatur di dalam tangki masih terus naik. Hal ini diketahui dengan melakukan
pengukuran temperatur campuran dengan dua jenis termometer, yaitu termometer
raksa dan termometer alkohol. Misalnya pada saat temperatur di-set 130 oC,
temperatur campuran di dalam tangki ketika diukur dengan termometer tidak
menunjukkan temperatur sebesar 130 oC, melainkan lebih besar dari 180 oC yang
merupakan suhu curing-nya. Tidak tepatnya pengukuran temperatur campuran
dengan temperatur yang telah di-set disebabkan masih adanya kalor yang tersisa
pada heater walaupun heater telah dimatikan. Hal ini mengakibatkan temperatur
campuran di dalam tangki tidak dapat dijaga konstan sehingga dapat merusak
campuran bahan penyusun powder coatings. Campuran bahan penyusun powder
coatings telah mencapai temperatur curing-nya sehingga campuran yang mula-
mula berbentuk pasta berubah menjadi keras.
Jenis pengaduk yang digunakan pada tahap premixing kurang sesuai. Hal
ini diketahui dengan melakukan pengamatan ketika campuran diaduk. Pada saat
diaduk, terlihat bahwa campuran tidak tercampur. Campuran hanya berputar di
bagian tengah tangki yang terdekat dengan impeller. Selain itu tipe pengaduk
yang digunakan tidak cocok untuk pasta karena memberikan pola aliran ke arah
radial saja.
Pada tangki premixing yang lama tidak terdapat saluran keluaran pasta
yang telah diaduk ke spray chamber. Pada pembuatan powder coatings dengan
atomisasi, setelah campuran menjadi homogen di tahap premixing, pasta yang
37
14 cm
30 cm
Tangki kecil
Tangki besar
Tampak atas
Mixer +
pengaduk
Tangki
kecil
Thermocouple
Pemanas 2
Jenis
pengaduk
Oli
Pengontrol pemanas
temperatur
Pemanas 1
Tangki Saluran
besar keluaran
Alat-alat tersebut dirangkai sedemikian rupa seperti pada Gambar 4.2. Pada skema
ini digunakan 2 tangki yang berbeda ukuran. Tangki kecil berdiameter 14 cm dan
tingginya 15 cm. Hal ini berdasarkan pertimbangan volume untuk 2 kg campuran.
Tinggi tangki yang digunakan pada penelitian ini adalah 15 cm sehingga masih
terdapat ruang kosong agar tidak meluap pada saat diaduk. Selain itu, tangki ini
masih dapat dipergunakan untuk campuran yang jumlahnya lebih banyak dari
kapasitas desainnya. Perhitungan desain tangki dapat dilihat pada Lampiran B.
Tangki besar diisi dengan media pemanas yang akan memanaskan tangki
kecil yang diletakkan di dalam tangki besar. Tangki kecil akan diisi dengan
bahan-bahan penyusun powder coatings. Pada tangki kecil dibuat sebuah lubang
39
pemanas tersebut diharapkan dapat menyerap panas yang masih tersisa di heater
walaupun telah dimatikan.
Mixer yang digunakan ialah jenis mixer yang biasa digunakan untuk
membuat adonan roti atau kue. Hal ini berdasarkan pertimbangan bahwa
campuran powder coatings yang telah dipanaskan akan berubah wujudnya
menjadi pasta. Sifat dari pasta ini sangat viskos dan lengket. Bila digunakan
pengaduk biasa, pencampuran menjadi tidak homogen. Mixer untuk adonan roti
atau kue telah dirancang khusus untuk mengaduk campuran seperti pasta. Oleh
sebab itu, mixer jenis ini mampu mencampur semua bahan penyusun powder
coatings di dalam tangki kecil menjadi homogen. Pada penelitian ini digunakan 2
macam pengaduk. Jenis pengaduk dapat dilihat pada Gambar 4.5
Media pemanas yang digunakan ialah oli karena oli memiliki titik didih
sekitar 200 oC. Pada mulanya campuran diperkirakan dapat meleleh pada suhu
sekitar 60 oC. Oleh karena itu, digunakan media pemanas air. Setelah dilakukan
percobaan, ternyata resin tidak meleleh pada suhu 60 oC. Saat temperatur set point
42
dinaikkan menjadi 90 oC, resin belum meleleh, sedangkan air telah mulai
mendidih. Diperkirakan titik leleh resin berada di atas 90 oC dan tidak dapat
menggunakan air sebagai media pemanas. Kemudian digunakan media pemanas
oli karena titik didihnya sekitar 200 oC, sehingga dapat digunakan untuk
memanaskan campuran hingga suhu di atas 100 oC. Tahap pemanasan oli sebagai
media pemanas dapat dilihat pada Gambar 4.8.
2. Tempuhan 2
Bahan Baku : Resin Akrilik Resin Epoksi
Media Pemanas : Oli
Jumlah heater : 1 buah
Kedua Tangki Ditutup
Tabel 4.3 Hasil Penelitian Tempuhan 2
No. T set point T campuran T oli Keterangan
(oC) (oC) (oC)
1 280 120 150 mulai menjadi pasta
2 300 130 160 campuran menjadi lebih cair
3 325 140 168 lebih cair lagi
4 350 154 181 paling cair
3. Tempuhan 3
Bahan Baku : Resin Akrilik Resin Epoksi
Media Pemanas : Oli
Jumlah heater : 2 buah
Kedua Tangki Ditutup
Tabel 4.4 Hasil Penelitian Tempuhan 3
No. T set point T campuran T oli Keterangan
(oC) (oC) (oC)
1 350 91 120 mulai menjadi pasta
2 350 145 180 campuran menjadi lebih cair
Campuran yang terdiri dari semua bahan penyusun powder coatings dengan
perbandingan pigmen merah : pigmen putih 60 : 40 diaduk dengan menggunakan
mixer. Campuran berubah menjadi pasta yang berwarna merah muda. Dapat dilihat
44
4. Tempuhan 4
Bahan Baku : Resin Poliester Resin Epoksi dengan
perbandingan pigmen biru : pigmen putih =
60 : 40
Media Pemanas : Oli
Jumlah heater : 2 buah
Kedua Tangki Ditutup
Tabel 4.5 Hasil Penelitian Tempuhan 4
T
No. T set point campuran T oli Keterangan
(oC) (oC) (oC)
1 325 37 62 Resin belum meleleh
2 325 52 81 Resin belum meleleh
3 325 70 120 Resin mulai meleleh
4 325 82 140 mulai menjadi pasta
5 325 120 160 campuran menjadi lebih cair
yaitu sekitar 120 oC. Tetapi waktu yang diperlukan untuk memanaskan oli sebagai
media pemanas yang kemudian akan memanaskan campuran cukup lama, yaitu
sekitar 2 jam. Oleh sebab itu, pada Tempuhan 3 ditambahkan suatu pemanas baru
(berupa koil dengan daya 600 W) yang mampu mempercepat pemanasan menjadi
sekitar 1 jam. Namun pada Tempuhan 3 ini masih terdapat kekurangan, yaitu
kurang panjangnya batang pengaduk, sehingga impeller tidak dapat mencapai
dasar tangki. Dari ketiga Tempuhan ini, campuran telah menjadi homogen. Hal ini
dapat diketahui dari warna campuran yang merata (berwarna merah muda).
Tempuhan 4, yang merupakan inti dari penelitian ini, menggunakan formula
untuk resin poliester dan resin akrilik. Campuran yang digunakan terdiri dari dua
jenis pigmen yaitu pigmen biru dan pigmen putih dengan perbandingan 60 : 40.
Tujuan digunakannya pigmen berwarna ialah untuk mengetahui kehomogenan
campuran ketika diaduk karena bahan-bahan penyusun powder coatings lainnya
berwarna putih. Bahan-bahan penyusun powder coatings dapat dilihat pada
Gambar 4.9.
Dapat dilihat pada gambar di atas, bahan yang berwarna putih adalah resin
poliester, pigmen putih (TiO2), blanc fixe, benzoin, dan flow agent. Bahan yang
berwarna bening adalah resin epoksi. Sedangkan bahan yang berwarna biru tua
adalah pigmen biru.
Pasta yang terbentuk diaduk dengan memvariasikan waktu pengadukan,
yaitu 5 menit, 10 menit, dan 20 menit. Setelah diaduk selama waktu tertentu, pasta
dialirkan dari tangki premixing melalui saluran keluaran. Pasta tersebut kemudian
46
Gambar 4.10 Campuran bahan penyusun powder coatings yang mulai meleleh
Lembaran tipis (flakes) dan flakes yang telah dihancurkan dapat dilihat pada
Gambar 4.12 dan Gambar 4.13.
47
Analisis yang dilakukan meliputi analisis fisik, analisis ketebalan, analisis gloss /
kekilapan, dan analisis daya tahan terhadap impact (benturan). Dari hasil analisis
fisik diperoleh ukuran powder sekitar 100 mesh dan berwarna biru muda yang
merata di setiap butiran powder. Hasil analisis lainnya dapat dilihat pada Tabel
4.6.
Tabel 4.6 Hasil Analisis Powder
Analisis Ketebalan Analisis Impact
No. Plat Analisis Gloss
(m) Keterangan Beban (kg)
5'A 35-45 2.4 - 2.4 Tidak Lulus 30
10'A 70-82 30.1 - 29 Tidak dilakukan -
20'A 66-73 36.6 - 35.7 Tidak Lulus 40
5'B 60-81 69.2 - 56.4 Tidak Lulus 40
10'B 78-81 75.8 - 75.7 Tidak Lulus 40
20'B 81-86 77.3 - 76.8 Tidak Lulus 40
Keterangan :
A : Menggunakan 1 pengaduk.
B : Menggunakan 2 pengaduk.
warna powder yang sama setiap bagiannya. Dari hasil analisis fisik diketahui
bahwa jumlah pengaduk dan lama pengadukan tidak mempengaruhi ukuran
powder dan warna powder yang dihasilkan.
kekilapan lapisan film adalah MicroGloss 60 Sheen. Gambar alat tersebut dapat
dilihat pada Lampiran C. Standar kekilapan suatu permukaan film yang dilapisi
dengan powder coatings dapat dilihat pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Standar Kekilapan Permukaan Film
Kekilapan Keterangan
> 90 High Gloss
60 - 80 Gloss
50 - 60 Satin
Dari hasil analisis gloss, diketahui bahwa lapisan film yang diperoleh
dengan menggunakan 2 buah pengaduk mempunyai kekilapan yang baik, karena
rentang gloss yang diperoleh berada dalam rentang standar gloss yang ditetapkan
oleh pabrik. Sedangkan pada pengadukan dengan 1 pengaduk, rentang gloss yang
dihasilkan jauh di bawah standar. Hal ini dapat disebabkan oleh pengadukan yang
kurang merata sehingga campuran menjadi kurang homogen dan bahan aditif
tidak terdispersi secara merata ke seluruh bagian pasta. Selain itu, waktu
pengadukan juga mempengaruhi derajat gloss lapisan film. Semakin lama waktu
pengadukan semakin baik pula gloss pada lapisan film yang dihasilkan. Waktu
pengadukan yang terlalu singkat akan menyebabkan kurang tercampurnya seluruh
bahan penyusun powder coatings sehingga pasta yang diperoleh belum homogen.
Hal ini terbukti dengan membandingkan hasil pengukuran gloss pada masing-
masing plat. Plat yang dilapisi dengan powder yang diperoleh dengan waktu
pengadukan yang lebih lama menghasilkan rentang gloss yang lebih baik.
Dari hasil analisis impact, dapat diketahui bahwa semua plat tidak lulus uji
terhadap beban yang digunakan, padahal seharusnya lapisan film pada permukaan
plat tersebut mampu menahan benturan yang disebabkan oleh beban. Semua plat
yang permukaannya terkena beban, lapisan filmnya retak. Hal ini disebabkan oleh
formula yang digunakan pada saat penelitian kurang baik dan terlalu umum,
sehingga kualitas powder yang dihasilkan juga kurang baik. Seharusnya jumlah
bahan aditif yang digunakan diperbanyak lagi, sehingga diperoleh kualitas powder
yang baik dan memiliki sifat adhesitivitas yang lebih baik lagi. Dengan demikian,
powder tersebut mampu menahan beban yang diberikan pada saat dilakukan uji
ketahanan terhadap impact.
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Alat premixing baru yang telah dirancang dapat digunakan untuk
pembuatan powder coatings dengan baik.
2. Tangki yang cocok digunakan untuk tangki premixing adalah tangki
dengan spesifikasi :
a. 2 buah tangki dengan ukuran yang berbeda yang dilengkapi
pemanas dan pengontrol temperatur.
b. Menggunakan jenis pengaduk yang biasa digunakan untuk
membuat kue dan jumlahnya 2 buah.
3. Media pemanas yang digunakan pada penelitian ini adalah air dan oli,
namun yang paling cocok untuk penelitian ini adalah oli.
4. Titik leleh campuran pada formula yang digunakan pada penelitian ini
adalah 110 oC.
5. Variasi waktu p3engadukan pasta adalah 5, 10, dan 20 menit. Yang
memberikan hasil terbaik adalah dengan pengadukan selama 20 menit
karena lebih homogen.
6. Hal yang mempengaruhi ketebalan lapisan film adalah ukuran powder
dan teknik aplikasi.
7. Hal yang mempengaruhi gloss adalah jumlah pengaduk dan waktu
pengadukan.
8. Hal yang mempengaruhi daya tahan terhadap impact adalah formula
powder coatings.
54
5.2 Saran
Saran yang dapat diajukan untuk kelanjutan dari penelitian ini antara lain:
1. Mixer yang digunakan sebaiknya diberi dudukan khusus sedemikian
rupa pada tangki premixing sehingga tidak perlu dipegang dengan
tangan.
2. Sebaiknya pada saat diaduk tangki kecil diberi penutup sehingga
campuran yang masih berbentuk serbuk tidak berhamburan keluar.
3. Untuk memperoleh kualitas powder yang lebih baik, sebaiknya dicari
formula lain dengan jumlah zat aditif yang lebih banyak.
4. Sebelum dimasukkan ke tangki premixing, bahan-bahan penyususn
powder coatings sebaiknya diaduk terlebih dahulu.
5. Untuk membersihkan tangki premixing sebaiknya menggunakan
pelarut MEK dengan cara direndam dahulu selama beberapa jam.
55
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis J Christi, Transport Unit and Unit Operations, 3rd ed., Prentice Hall
Int., ed., New Jersey, 1993.
Howard, J.P. Paint and Resin Technology, Vol 27, No. 2, hal 77-80, 1998.
Picecky, J. Bulletin S-217. Milk droplets : Their creation and drying. Niro
Atomizer Ltd. Copenhagen, 305 Gladsaxevej. DK-2860, Sborg
Denmark. Bull. S-217
Powder R&D, The Role of Additives in Powder Coatings, Industrial of Paint and
Powder, www.ippmagazine.com, Vol. 1, No. 1, 1990.
Robert H. Perry and Don Green, Perrys Chemical Engineers Handbook, 6th ed.,
McGraw Hill Book Co., New York, 1985.
Satas, D and Tracton, A, Arthur: Coatings Technology Handbook, 2nd ed., Marcel
Dekker, Inc. New Jersey, 2001.
LAMPIRAN A
PROSEDUR ANALISIS
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C
1. Analisis Ketebalan
Nama Alat : Thicknessmeter Sheen
2. Analisis Gloss
Nama Alat : Glossmeter 60 Sheen