Anda di halaman 1dari 110

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI (+PR)

Disusun oleh :
Kelompok 2 / Kelas E / Ganjil / 2020-2021

Sungsang Jalu Pamungkas 20511238


Muhammad Nizam Rizandy 20511239
Rafi Abdurahman Fahmy 20511241
Rifdatun Nabilah 20511243
Muhammad Faiz AM 20511244

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2021
2

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI (+PR)

Disusun oleh :
Kelompok 2 / Kelas E / Ganjil / 2020-2021

Sungsang Jalu Pamungkas 20511238


Muhammad Nizam Rizandy 20511239
Rafi Abdurahman Fahmy 20511241
Rifdatun Nabilah 20511243
Muhammad Faiz AM 20511244

Telah di periksa dan di setujui oleh :

Dosen pengampu, Asisten praktikum,

Ir. Helmy Akbar Bale M.T. Ainur Rifa Aliifa


Tanggal : Tanggal :
3

CATATAN KONSULTASI LAPORAN

TANDA
NO TANGGAL KONSULTASI
TANGAN
1. 7 Desember 2020 Konsultasi Bab 2
2. 10 Desember 2020 Konsultasi Bab 1 dan 2
3. 11 Desember 2020 Acc Bab 1 dan 2
4. 21 Desember 2020 Konsultasi Bab 4
5. 22 Desember 2020 Acc Bab 4
6. 24 Desember 2020 Konsultasi Bab 3 dan Bab 5
7. 27 Desember 2020 Acc Bab 5
8. 29 Desember 2020 Acc Bab 3

BERITA ACARA PRAKTIKUM


TEKNOLOGI BAHAN BANGUNAN
4

SEMESTER GANJIL 2020/2021

KELOMPOK 2/GANJIL/2020-2021

DOSEN PENGAMPU : IR. HELMY AKBAR BALE M.T.


ASISTEN PRAKTIKUM : AINUR RIFA ALIIFA
KELAS :E

PARAF/TANGGAL PARAF/TANGGAL
NO PRAKTIKUM
ASISTEN DOSEN
1. UJI PROPERTI
AGREGAT
MIX DESIGN DAN
2. PEMBUATAN SAMPEL
UJI BETON
3.
PENGUJIAN BETON

4.
PENGUJIAN BAJA

5.
PENGUJIAN KAYU

KARTU KONSULTASI PRAKTIKUM


5

KELAS :E
KELOMPOK : 2
N
NAMA MAHASISWA NO. MAHASISWA
O
1 Sungsang Jalu Pamungkas 20511238
2 Muhammad Nizam Rizandy 20511239
3 Rafi Abdurahman Fahmy 20511241
4 Rifdatun Nabilah 20511243
5 Muhammad Faiz AM 20511244

JUDUL LAPORAN PRAKTIKUM

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI (+PR)

MATA KULIAH : TEKNOLOGI BAHAN KONSTRUKSI


DOSEN PENGAMPU : IR. HELMY AKBAR BALE M.T.
ASISTEN PRAKTIKUM : AINUR RIFA ALIIFA
TAHUN AKADEMIK : GANJIL 2020-2021

Indonesia, 30 Desember 2020


Asisten Praktikum,

AINUR RIFA ALIIFA

KATA PENGANTAR
6

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga Laporan Teknologi Bahan Konstruksi ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah
berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga laporan ini bisa disusun
dengan baik, diantaranya :
1. Ir. Helmy Akbar Bale M.T. selaku dosen pengampu mata kuliah Teknologi Bahan
Konstruksi.
2. Ainur Rifa Aliifa selaku asisten dosen mata kuliah Teknologi Bahan Konstruksi.
3. Teman-teman dan pihak-pihak lainnya yang tidak dapat kami sebutkan satu
persatu.
Kami juga berharap dengan adanya makalah ini memberikan pengetahuan
mengenani bahan bahan konstruksi yang menjadikan struktur bangunan itu
menjadi baik dan mumpuni dalam bidang konstruksi.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa laporan ini masih jauh dari
kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya laporan selanjutnya yang lebih baik lagi.

Tertanda,
Penulis
7

DAFTAR ISI

CATATAN KONSULTASI LAPORAN iii


BERITA ACARA PRAKTIKUM iv
KARTU KONSULTASI PRAKTIKUM v
JUDUL LAPORAN PRAKTIKUM v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xiii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan 2
1.3 Manfaat 2
BAB II BAHAN PENYUSUN BETON 3
2.1 Pendahuluan 3
2.2 Agregat Halus 3
2.2.1 Pendahuluan 3
2.2.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus 3
2.2.3 Pemeriksaan Modulus Halus Butir (MHB) / Analisa Saringan Agregat Halus 6
2.2.4 Pemeriksaan Berat Volume Gembur Agregat Halus 10
2.2.5 Pemeriksaan Berat Volume Padat Agregat Halus 12
2.2.6 Uji Kandungan Lumpur Dalam Pasir (Yang Melewati Ayakan No. 200) 15
2.3 Agregat Kasar 16
2.3.1 Pendahuluan 16
2.3.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar 17
2.3.3 Pemeriksaan Modulus Halus Butir (MHB) / Analisa Saringan Agregat Kasar 19
2.3.4 Pemeriksaan Berat Volume Gembur Agregat Kasar 23
2.3.5 Pemeriksaan Berat Volume Padat Agregat Kasar 25
BAB III PEMBUATAN BETON 28
3.1 Pendahuluan 28
3.2 Perencanaan Campuran Beton (Mix Design) 28
3.2.1 Maksud dan tujuan 28
3.2.2 Data yang diperlukan 28
8

3.2.3 Langkah Perhitungan (metode SNI 03-2834-2000) 28


3.2.4 Analisa Perencanaan 37
3.2.5 Hasil Perencanaan 38
3.2.6 Kesimpulan 41
3.3 Pembuatan Beton Segar 41
3.3.1 Maksud dan Tujuan 41
3.3.2 Alat 41
3.3.3 Bahan 42
3.3.4 Cara Pembuatan 42
3.3.6 Analisis pengujian 44
3.3.7 Pembahasan 45
3.3.8 Kesimpulan 45
3.4 Pengujian Beton Keras 46
3.4.1 Pengujian Kuat Desak Beton 46
3.4.2 Pengujian Modulus Elastis Beton 50
3.4.3 Pengujian Kuat Tarik Belah Beton 55
3.4.4 Pengujian Kuat Lentur Beton 58
3.4.5 Pengujian Hammer Test 60
BAB IV BAJA 65
4.1 Pendahuluan 65
4.2 Pengujian Kuat Tarik Baja Tulangan 65
4.2.1 Maksud dan Tujuan 65
4.2.2 Alat 65
4.2.3 Bahan 66
4.2.4 Prosedur Pengujian 66
4.2.5 Hasil Pengujian 67
4.2.6 Analisis Perhitungan 69
4.2.7 Pembahasan 76
4.2.8 Kesimpulan 76
4.3. Pengujian Geser Lintang Baja Tulangan 76
4.3.1 Maksud dan Tujuan 76
4.3.2 Alat 76
4.3.3 Benda Uji 76
4.3.4 Prosedur Pengujian 76
4.3.5 Hasil Pengujian 77
9

4.4.6 Analisis Pengujian 77


4.3.7 Pembahasan 78
4.3.8 Kesimpulan 78
BAB V KAYU 79
5.1 Pendahuluan 79
5.2 Pengujian Tarik Kayu Searah Serat 79
5.2.1 Maksud dan Tujuan 79
5.2.2 Alat 79
5.2.3 Bahan Uji 79
5.2.4 Cara Pengujian 80
5.2.5 Hasil Pengujian 80
5.2.6 Analisis Pengujian 81
5.2.7 Pembahasan 83
5.2.8 Kesimpulan 83
5.3 Pengujian Geser Kayu Searah Serat 83
5.3.1 Maksud dan Tujuan 83
5.3.2 Alat 84
5.3.3 Bahan 84
5.3.4 Prosedur Pengujian 84
5.3.5 Hasil Pengujian 84
5.3.6 Analisis Pengujian 86
5.3.7 Pembahasan 86
5.3.8 Kesimpulan 87
5.4 Pengujian Desak Kayu Searah Serat 87
5.4.1 Maksud dan Tujuan 87
5.4.2 Alat 87
5.4.3 Bahan 87
5.4.4 Cara Pengujian 87
5.4.5 Hasil Pengujian 88
5.4.6 Analisis pengujian 89
5.4.7 Pembahasan 92
5.4.8 Kesimpulan 93
5.5 Pengujian Kuat Lentur 93
5.5.1 Maksud dan Tujuan 93
5.5.2 Alat 93
10

5.5.3 Bahan 93
5.5.4 Cara Pengujian 93
5.5.5 Hasil Pengujian 94
5.5.6 Analisis Pengujian 95
5.5.7 Pembahasan 95
5.5.8 Kesimpulan 96
LAMPIRAN 97
11

Daftar Tabel
Tabel 3.2 Perkiraan Kekuatan Tekan (Mpa) Beton Dengan Faktor Air Semen, Dan Agregat Kasar Yang
Biasa Dipakai Di Indonesia
Tabel 3.3 Perkiraan Kadar Air Bebas (Kg / M3 ) Yang Dibutuhkan Untuk Beberapa Tingkat Kemudahan
Pengerjaan Adukan Beton
Tabel 3.5 Perencanaan Campuran Metode SNI 03-2834-2000 36
43
Table 3.7 Ukuran dan Berat Cetakan Kubus Dan Balok 43
Table 3.8 Hasil Analisis Pengujian 45
Tabel 3.9 Dimensi Benda Uji Silinder 47
Tabel 3.10 Pengujian Kuat Desak Silinder 47
Tabel 3.11 Sket Benda Uji Silinder 47
Tabel 3.12 Dimensi Benda Uji Kubus 47
Table 3.13 Pengujian Kuat Desak Kubus 47
Tabel 3.15 Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Uji Desak Silinder 49
Table 3.16 Data Pembacaan Dial Pengujian Modulus Elastisitas 51
Tabel 3.17 Data Hasil Analisis Pengujian Modulus Elastisitas 53
Tabel 3.18 Data Pengujian Kuat Tarik Belah Beton 56
Tabel 3.19 Data Pengujian Kuat Tarik Belah Beton 56
Tabel 3.20 Sketsa Benda Uji Silinder 57
Tabel 3.21 Hasil Analisis Pengujian Kuat Tarik Belah Beton 57
Tabel 3.23 Sketsa Benda Uji Lentur Beton 59
12

Daftar Gambar
Gambar 3.5 Grafik Persen Pasir Terhadap Kadar Total Agregat Yang Dianjurkan Untuk Ukuran Butir
Maksimum 40 mm
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu bangunan pada umumnya dibangun dari banyak elemen. Jika dikelompokkan sesuai
dengan fungsinya, elemen terbagi menjadi elemen struktur dan elemen non-struktur. Elemen
struktur merupakan bagian bangunan yang dijadikan struktur utama yang menjadikan sebuah
struktur tetap kokoh dan dapat menahan beban dan gaya yang terjadi terhadapnya. Dengan kata
lain, elemen struktur merupakan bagian yang menentukan sebuah bangunan dapat berdiri kokoh
dan juga aman. Beberapa contohnya adalah kolom, balok, pondasi, rangka atap dan dinding geser.
Elemen non-struktur adalah bagian bangunan serta menjadi beban bagi elemen struktural.
Contohnya sendiri seperti dinding, tangga dan penutup atap.
Elemen-elemen ini terbuat dari beberapa material seperti kayu, baja, beton, aluminium dan
bahan lain yang bisa digunakan. Untuk memilih bahan yang akan digunakan perlu
mempertimbangkan kegunaan dan biayanya telah didirikan. Material elemen struktur harus
memiliki material yang kokoh dengan menggunakan material seperti baja atau beton. Bahan
elemen non-struktural ini bisa bervariasi karena tidak mempengaruhi kekuatan langsung struktur.
Teknologi bahan bangunan adalah prinsip ilmiah di bidang teknik sipil. Dengan kata lain,
teknologi adalah rangkaian prinsip atau prosedur yang dihasilkan melalui penelitian atau
eksperimen. Pada saat yang sama, bahan dapat menjadi atau akan menjadi lebih berguna sesuai
dengan kebutuhannya. Oleh karena itu, secara umum teknologi bahan bangunan merupakan salah
satu cabang ilmu yang membahas dan mempelajari perilaku bahan yang biasa digunakan dalam
pembuatan bahan konstruksi dan prosedur dalam gedung dan penggunaannya.
Menurut SNI 2000, beton merupakan bahan bangunan, Kombinasi agregat dan pengikat
semen (termasuk pasir, kerikil, dan air). Beton memiliki karakteristik ketahanan tekan yang kuat
dan kekuatan tarik yang lemah.
Menurut SNI 2000, baja merupakan paduan antara besi dan karbon, Dibandingkan dengan
suplementasi besi, kandungan karbonnya lebih rendah. Secara umum baja dibedakan menjadi dua
golongan yaitu baja keras dan baja karbon rendah. Penggunaan baja dalam teknik sipil digunakan
sebagai tulangan, rangka atau bahan bangunan.
Menurut SNI 2000 kayu adalah salah satu elemen konstruksi yang mudah didapat dan
tersedia dalam jumlah yang relatif banyak. Kekuatan kayu untuk menahan gaya tarik,geser
maupun desak yang cukup tinggi mengakibatkan kayu banyak digunakan dalam bahan konstruksi.
Kayu merupakan mechanical property yang bervariasi dan berbeda-beda untuk kayu yang berasal
2

dari suatu bagian pohon dengan pohon yang berasal dari bagian pohon yang sama. Kegunaan kayu
dalam konstruksi bangunan sebagai rangka untuk bangunan skala kecil dan juga untuk membantu
pelaksanaan dalam konstruksi.

1.2 Tujuan
Tujuan dari dibuatnya laporan ini adalah untuk pengenalan dan pengertian tentang
teknologi bahan konstruksi yang meliputi baja, beton dan kayu agar mahasiswa program studi
teknik sipil universitas islam indonesia dapat mengerti tentang bahan-bahan dan dapat
mengaplikasikannya di lapangan serta berguna di dunia kerja nantinya.

1.3 Manfaat
Manfaat dari laporan ini adalah agar dapat mengenal dan mengetahui tentang pengertian
teknologi bahan konstruksi dan bahan konstruksi bangunan lainnya.
3

BAB II
BAHAN PENYUSUN BETON

2.1 Pendahuluan
Beton merupakan hasil campuran Semen Portland (PC), agregat halus (Pasir), agregat kasar
(kerikil), dan air dengan atau tanpa bahan tambahan (admixtures) dengan proporsi masing-masing
bahan tertentu. Campuran beton awalnya berbentuk plastis, tapi setelah dituang ke dalam cetakan
dan dibiarkan akan mengeras seperti batuan. Hal ini terjadi karena adanya peristiwa kimiawi
antara PC dan air yang terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama sehingga akan bertambah
keras seiring bertambah umurnya beton. Beton yang sudah mengeras dapat disebut dengan batu
tiruan. batu tiruan bentuknya cukup padat karena rongga-rongganya telah terisi dengan butiran-
butiran halus, sedangkan pori-pori antara agregat halus dan agregat kasar diisi oleh pasta semen,
dan fungsi utama pasta semen adalah sebagai pengikat antara butiran-butiran sehingga agregat
saling mengikat.

2.2 Agregat Halus


2.2.1 Pendahuluan

Agregat digunakan sebagai pengisi campuran mortar atau beton. Salah pengisinya tersebut
adalah agregat halus atau biasa disebut pasir. Pada umumnya, agregat halus memiliki karakteristik
ukuran butir kurang dari 4,80 mm. Beberapa fungsi dari agregat halus yaitu membantu semen
dalam merekatkan agregat kasar, memberikan keseragaman campuran, dan mencegah terjadi
segregasi antara semen dan agregat kasar.
Butiran-butiran agregat halus harus kekal, yaitu tidak pecah atau hancur oleh pengaruh
cuaca seperti terik matahari dan terpisah oleh kandungan lumpur yang terdapat pada agregat halus
maksimal 5%. Yang dimaksud lumpur adalah bagian yang lolos saringan 0,060 mm atau saringan
200. Berat jenis curah adalah 4 perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang
isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25 °C. Berat jenis jenuh kering
permukaan (SSD) adalah perbandingan antara berat agregat jenuh kering permukaan dan berat air
suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam kondisi jenuh pada suhu 25 °C. Berat jenis semu
adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat air suling yang isinya sama dengan isi
agregat dalam keadaan kering pada suhu 25 °C. Penyerapan adalah perbandingan berat air yang
dapat diserap pori terhadap berat agregat kering, dinyatakan dalam persen.
2.2.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Halus
1. Maksud dan Tujuan
4

Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat jenis
curah, berat jenis kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis semu dan angka penyerapan air
dalam agregat halus/pasir.
Tujuan pengujian ini adalah agar mahasiswa dapat memahami tentang kondisi dan klasifikasi
agregat serta cara mencari data untuk mendapatkan angka untuk berat jenis curah, berat jenis
kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis semu dan angka penyerapan air dalam agregat
halus/pasir.
2. Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian berat jenis agregat halus adalah sebagai berikut:
a. Timbangan kapasitas 2500 gram atau lebih, dengan ketelitian 0.1 gram
b. Piknometer kapasitas 500 ml
c. Kerucut terpancung, diameter atas (40 ±3) mm, diameter bawah (90 ±3) mm dan tinggi (75
±3) mm, terbuat dari logam dengan tebal minimum 0.80 mm
d. Saringan No. 4 (4,75 mm)
e. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi benda uji sampai suhu
(110±5)oC
f. Pengukur suhu dengan ketelitian pembacaan 1oC
g. Talam/cawan
h. Bejana Tempat air
i. Desikator
3. Bahan
Benda uji adalah agregat yang lolos Saringan No. 4 (4,75 mm) diperoleh dari alat pemisah
contoh atau cara perempat (quartering) sebanyak 500 gram.
4. Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian dalam pengujian berat jenis adalah sebagai berikut:
a. Siapkan talam kosong, kemudian timbang dan catat beratnya
b. Ambil pasir dalam keadaan SSD sebanyak 500 gram
c. Timbang piknometer kosong dan catat (B)
d. Isi piknometer dengan air sampai dengan tanda batas kemudian timbang beratnya dan catat
e. Buang air yang ada di piknometer
f. Isi piknometer dengan air dan pasir yang sudah ditimbang. Jika ada gelembung udara,
goyangkan piknometer sampai tidak terlihat gelembung di cairannya.
g. Isi piknometer dengan air sampai sisa gelembung terkeluar semua.
h. Posisikan air yang ada di piknometer pada garis batas
i. Timbang piknometer + air + pasir, dan catat (Bt)
j. Keluarkan air dan pasir dari piknometer,
5

k. Pasir dari piknometer diletakkan ke talam yang sebelumnya dipakai. Jangan lupa diberi
label
l. Masukkan talam ke dalam oven dengan temperatur kurang lebih 110 oc selama kurang lebih
24 jam
m. Keluarkan talam dari oven, timbang dan catat beratnya pasir kering mutlak (Bk)
5. Hasil Pengujian
Dari pengujian, didapatkan hasil pengujian yang dapat dilihat di Tabel 2.1

Tabel 2.1 Pengujian Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Halus

Uraian Hasil Pengamatan

Berat pasir kering mutlak (Bk), gr 480,8 gram

Berat pasir kondisi jenuh kering muka (SSD), 500 gram


gr

Berat piknometer berisi pasir dan air (Bt), gr 991,5 gram

Berat piknometer berisi air (B), gr 690,89 gram

6. Analisis Pengujian
Analisis pengujian mencari berat jenis dan penyerapan air agregat halus sebagai berikut:
Bk
a. Berat Jenis Curah =
B+500−Bt
480,8
=
690,89+500−991,5
= 2,41
500
b. Berat Jenis Jenuh Kering Permukaan =
B+500−Bt
500
=
690,89+500−991,5
= 2,51
Bk
c. Berat Jenis Semu =
Bt + Bk−Bt
480,8
=
690,89+480,8−991,5
= 2,67
500−Bk
d. Penyerapan = x 100 %
Bk
6

500−480,8
= x 100 %
480,8
= 3,99 %
Keterangan :
Bk : Berat pasir kering mutlak (gram)
B : Berat piknometer berisi air (gram)
Bt : Berat piknometer berisi pasir dan air (gram)
7. Pembahasan
Menurut SNI 2000 beton adalah sebuah bahan bagunan yang dibuat dari kombinasi agregat dan
pengikat semen diantaranya adalah pasir, kerikil dan air. Berat jenis curah adalah perbandingan
antara berat agregat kering dan berat air suling sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh
pada suhu 25oC. Berat jenis jenuh kering permukaan (SSD) adalah perbandingan antara berat
agregat jenuh kering permukaan dan berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam
keadaan jenuh pada suhu 25oC. Penyerapan adalah perbandingan berat air yang dapat diserap
pori terhadap berat agregat kering. Didapatkan secara berurutan berat jenis curah, berat jenis
jenuh kering permukaan (SSD), berat jenis semu dan penyerapan air agregat halus sebagai
berikut : 2,41, 2,51, 2,67, 3,99%. Berdasarkan SNI 03-1969-1990 batas minimum dan
maksimum berat jenis agregat halus sebesar 2.5 – 2.7. Berat jenis yang didapatkan tidak sesuai
dengan ketentuan yang ada dalam peraturan SNI 03-1969-1990. Faktor yang dapat
menyebabkan ketidaksesuaian ini salah satunya adalah akibat ketidaktelitian pengamat dan
juga kesalahan dari alat timbang itu sendiri. Sedangkan untuk penyerapan air memiliki syarat
kurang dari 5% sehingga dalam pengujian tersebut telah sesuai.
8. Kesimpulan
Dalam pengujian kali ini didapatkan data Berat jenis curah sebesar = 2,41, Berat jenis jenuh
kering permukaan (SSD) = 2,51, Berat jenis semu sebesar = 2,67, penyerapan air sebesar =
3,99% Dalam pengujian tersebut, data yang diuji dalam Pemeriksaan Berat Jenis Agregat
Halus tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tetapi pada Penyerapan Air Agregat Halus
sudah sesuai.
2.2.3 Pemeriksaan Modulus Halus Butir (MHB) / Analisa Saringan Agregat Halus
1. Maksud dan Tujuan
Maksud dari metode ini sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan pembagian butir
(gradasi) agregat halus dengan saringan.
Tujuan pengujian ini adalah agar mahasiswa dapat memahami tentang cara pengujian serta
klasifikasi agregat halus berdasarkan butirannya.
2. Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian modulus halus butir adalah sebagai berikut :
a. Timbangan kapasitas 2500 gram atau lebih, dengan ketelitian 0.2 gram
7

b. Satu set saringan : 9,5mm (3/8), 4,75 mm (No. 4), 2,36 mm (No. 8), 1,18 mm (No. 16), 0.6
mm (No. 30), 0.30 mm (No. 50), 0,15 mm (No. 100), talam dan tutup saringan
c. Alat pemisah contoh
d. Mesin pengguncang/penggetar saringan
e. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi benda uji sampai suhu
(110±5)oC
f. Kain lap, Talam, sikat kawat kuningan halus, kuas, dan lain-lain
3. Bahan
Benda uji adalah agregat yang lolos Saringan No. 4 (4,75 mm) sebanyak 2000 gram
4. Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian dalam pemeriksaan modulus halus adalah sebagai berikut :
a. Siapkan satu set saringan yang telah tersusun dari lubang ayakan terbesar ke terkecil
b. Ambil pasir yang lolos Saringan No. 4 sebanyak 2000 gram
c. Masukkan pasir ke set saringan dan ayak saringan dengan mesin selama 10 - 15 menit,
pastikan sudah terpasang dengan baik
d. Timbang berat tertinggal per lubang ayakan saringan dan dicatat.
5. Hasil Pengujian
Dari pengujian, didapatkan hasil pengujian yang dapat dilihat di Tabel 2.2

Tabel 2.2 Modulus Halus Butir / Analisa Saringan Agregat Halus

Lubang ayakan Berat Tertinggal Berat Tertinggal Berat Tertinggal Persen Lolos
(mm) (gram) (%) Kumulatif Kumulatif
(%) (%)

40,00 0 0.00% 0.00% 100.00%

20,00 0 0.00% 0.00% 100.00%

10,00 0 0.00% 0.00% 100.00%

4,80 32 1.60% 1.60% 98.40%

2,40 289 14.49% 16.09% 83.91%

1,20 317 15.89% 31.98% 68.02%

0,60 582 29.17% 61.15% 38.85%

0,30 497 24.91% 86.07% 13.93%

0,15 189 9.47% 95.54% 4.46%

Sisa 89 4.46% 100.00% 0.00%


8

Jumlah 1995 292.43%

6. Analisis Pengujian
a. Berat tertinggal
1) Lubang ayakan 4,80 mm = 32 gram
2) Lubang ayakan 2,40 mm = 289 gram
3) Lubang ayakan 1,20 mm = 317 gram
4) Lubang ayakan 0,60 mm = 582 gram
5) Lubang ayakan 0,30 mm = 497 gram
6) Lubang ayakan 0,15 mm = 189 gram
7) Sisa agregat halus = 89 gram
8) Jumlah keseluruhan agregat halus = 1995 gram
b. Berat Tertinggal (%)
1) Lubang ayakan 4,80 mm = 32 gram x 100% / 1995
= 1,60 %
2) Lubang ayakan 2,40 mm = 289 gram x 100% / 1995
= 14,49 %
3) Lubang ayakan 1,20 m = 317 gram x 100% / 1995
= 15,89 %
4) Lubang ayakan 0,60 mm = 582 gram x 100% / 1995
= 29,17 %
5) Lubang ayakan 0,30 mm = 497 gram x 100% / 1995
= 24,91 %
6) Lubang ayakan 0,15 mm = 189 gram x 100% / 1995
= 9,47 %
7) Sisa agregat halus = 102 gram x 100% / 1995
= 4,46 %
c. Berat tertinggal kumulatif (%)
Jumlah berat tertinggal (%) setiap saringan kumulatif
1) Lubang ayakan 4,80 mm = 1,60 %
2) Lubang ayakan 2,40 mm = 1,60 % + 14,49 %
= 16,09 %
3) Lubang ayakan 1,20 mm = 16,09 % + 15,89 %
= 31,98 %
4) Lubang ayakan 0,60 mm = 31,98 % + 29,17 %
= 61,15 %
9

5) Lubang ayakan 0,30 mm = 61,15 % + 24,91 %


= 86,07 %
6) Lubang ayakan 0,15 mm = 86,07 % + 9,47 %
= 95,54 %
7) Sisa agregat halus = 95,54 % + 4,46 %
= 100,00 %
d. Persen lolos kumulatif (%)
1) Lubang ayakan 4,80 mm = 100 % - 1,60
= 98,40 %
2) Lubang ayakan 2,40 mm = 100 % - 16,09 %
= 83,91 %
3) Lubang ayakan 1,20 mm = 100 % - 31,98 %
= 68,02 %
4) Lubang ayakan 0,60 mm = 100 % - 61,15 %
= 38,85 %
5) Lubang ayakan 0,30 mm = 100 % - 86,07 %
= 13,93 %
6) Lubang ayakan 0,15 mm = 100 % - 95,54 %
= 4,46 %
7) Sisa agregat halus = 100 % - 100 %
=0%
e. Hasil Analisis Modulus Halus Butir (MHB)
∑ Berat tertinggal kumulatif (%)
1) Modulus Halus Butir (MHB) =
100
292,43 %
=
100
= 2,9243
2) Pasir masuk daerah = II
3) Jenis pasir = Pasir agak keras
4) Grafik saringan agregat halus dapat dilihat pada Gambar 2.1
10

Gambar 2.1 Grafik Analisa Saringan Agregat Halus

7. Pembahasan
Analisa saringan adalah penentuan persentase berat butiran agregat yang lolos dari satu set
saringan, kemudian angka angka persentase digambarkan pada grafik pembagian butir.
Modulus halus butir adalah suatu indeks yang dipakai untuk mengukur kehalusan atau
kekasaran butir-butir agregat. Pada pengujian analisa saringan didapatkan modulus halus butir
sebesar 2,9243. Gradasi agregat halus masuk dalam daerah II dan sesuai dengan kriteria daerah
II sehingga ditetapkan pada daerah II. Jenis pasir adalah pasir agak pasir. Sesuai dengan SNI
03- 1968- 1990 batas minimum dan maksimum modulus halus agregat halus sebesar 1.5 – 3.8.
Sehingga pengujian telah sesuai dengan syarat yang ada.
8. Kesimpulan
Dari hasil pengujian Modulus Halus Butir (MHB) / Analisa saringan agregat halus diperoleh
bahwa benda uji masuk pada daerah II yang merupakan pasir agak kasar dan modulus halus
butir MHB-nya adalah 2,9243. Pada Pengujian kali ini telah sesuai dan masuk syarat SNI 03-
1968-1990.
2.2.4 Pemeriksaan Berat Volume Gembur Agregat Halus
1. Maksud dan Tujuan
Maksud dari metode ini sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat volume
padat/gembur agregat halus.
Tujuan pengujian ini adalah agar mahasiswa dapat memahami tentang cara pengujian serta
klasifikasi agregat kasar berdasarkan berat volume.
2. Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian berat volume gembur adalah sebagai berikut :
a. Timbangan kapasitas 2500 gram atau lebih, dengan ketelitian 0.1% dari berat contoh
11

b. Silinder/tabung kapasitas 5 liter


c. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi benda uji sampai suhu
(110±5)oC
d. Talam, sekop, dan lain-lain
3. Bahan
Pengujian ini dilakukan pada agregat halus/pasir dan sejenisnya yaitu agregat yang lolos No
4 (4,75 mm).
4. Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian dalam pemeriksaan berat volume gembur adalah sebagai berikut :
1
a. Siapkan silinder, ukur dimensinya, dan hitung volumenya ( V = π d2t )
4
b. Timbang berat silinder kosong dan catat
c. Masukkan pasir ke dalam silinder hingga penuh, kemudian ratakan
d. Timbang berat silinder dengan pasir dan catat
5. Hasil Pengujian
Dari pengujian, didapatkan hasil pengujian yang dapat dilihat di Tabel 2.3

Tabel 2.3 Hasil Pengujian Berat Volume Gembur Agregat Halus

Uraian Hasil Pengujian

Berat Tabung (w )1 10250 gram

Berat Tabung + Agregat SSD (w ) 2 17550 gram

Diameter Tabung (d) 15 cm

Tinggi Tabung (t) 29,93 cm

6. Analisis Pengujian
Berikut merupakan perhitungan berat isi gembur agregat halus
a. Perhitungan Berat Agregat (w3)
Berat Agregat = w2 - w1
= 17550 - 10250
= 7300 gram
b. Perhitungan Volume Tabung (V)
12

1
Volume Tabung = π d2t
4

1
= π (15)2(29,93)
4
= 5289,0676 cm3
c. Perhitungan Berat Volume Gembur
w3
Berat Agregat =
v

7300
=
5289,0676
= 1,3802 gram/cm3

Tabel 2.4 Hasil Analisis Berat Volume Gembur Agregat Halus

Uraian Hasil Pengujian

Berat Tabung (w1) 10250 gram

Berat Tabung + Agregat Kering Tungku (w2) 17550 gram

Berat Agregat (w3) 7300 gram

Volume Tabung (V) 5289,0676 cm3

w3 1,3802 gram/cm3
Berat Volume Gembur ( )
v

7. Pembahasan
Dalam proses pengujian ini, agregat tidak dipadatkan yang menyebabkan adanya rongga atau
celah di dalam cetakan silinder tersebut, sehingga berat volume didapat dari nilai index massa
per satuan volume dalam kondisi gembur. Dari perhitungan berat silinder sebelum dan setelah
diisi agregat, diperoleh berat agregat sebesar 7300 gram. Kemudian didapat berat volume
gembur sebesar 1,3802 gram/cm3.
8. Kesimpulan
Dari hasil pengujian diatas, didapatkan hasil berat volume gembur sebesar 1,3802 gram/cm 3.
Syarat berdasarkan spesifikasi SNI 03-4804-1998 batas minimum dan maksimum pengujian
berat volume gembur adalah 1,2 – 2,7 gram/cm 3. Pada pengujian ini, berat beton volume
gembur telah memenuhi syarat.
2.2.5 Pemeriksaan Berat Volume Padat Agregat Halus
1. Maksud dan Tujuan
13

Maksud dari pengujian ini adalah sebagai acuan dalam pengujian untuk menentukan berat
volume padat agregat halus.
Tujuan dari pengujian ini adalah agar mahasiswa dapat memahami tentang cara pengujian serta
klasifikasi agregat halus.
2. Alat
Alat yang digunakan dalam pemeriksaan berat volume padat agregat halus adalah sebagai
berikut:
a. Timbangan kapasitas 2500 gram atau lebih, dengan ketelitian 0.1% dari berat contoh
b. Silinder/tabung kapasitas 5 liter
c. Alat penumbuk dengan diameter 16 mm dan panjang 600 mm
d. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi benda uji sampai suhu
(110±5)oC
e. Talam, sekop, dan lain-lain
3. Bahan
Pengujian ini dilakukan pada agregat halus/pasir dan sejenisnya yaitu agregat yang lolos No.4
(4,75 mm). Bahan yang digunakan adalah agregat halus kondisi jenuh kering muka (SSD).
4. Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian dalam pemeriksaan berat volume padat adalah sebagai berikut :
1
a. Siapkan silinder, ukur dimensinya, dan hitung volumenya ( V= π d2t )
4
b. Timbang berat silinder kosong dan catat
c. Memasukkan pasir tiap 1/3 bagian dan menumbuk tiap bagian sebanyak 25 kali secara
merata, mengerjakannya sampai volume penuh, dan meratakan bagian atasnya. Lakukan di
tempat yang datar
d. Timbang berat silinder dengan pasir dan catat
5. Hasil Pengujian
Dari pengujian didapatkan hasil pengujian pada Tabel 2.5 berikut ini

Tabel 2.5 Hasil Pengujian Berat Volume Padat Agregat Halus

Uraian Hasil Pengujian

Berat Tabung (w1) 10250 gram

Berat Tabung + Agregat SSD (w2) 19460 gram

Diameter Tabung (d) 15 cm

Tinggi Tabung (t) 29,93 cm


14

6. Analisis Pengujian
Berikut merupakan perhitungan berat volume padat agregat halus adalah sebagai berikut :
a. Perhitungan Berat Agregat (w3)
Berat Agregat = w2 - w1
= 19460 - 10250
= 9210 gram
b. Perhitungan Volume Tabung (V)
1
Volume Tabung = π d2t
4

1
= π (15)2(29,93)
4
= 5289,0676 cm3
c. Perhitungan Berat Volume Padat
w3
Berat Agregat =
v

9210
=
5289,0676
= 1,7413 gram/cm3

Tabel 2.6 Hasil Analisis Berat Volume Padat Agregat Halus

Uraian Hasil Pengujian

Berat Tabung (w1) 10250 gram

Berat Tabung + Agregat Kering Tungku (w2) 17550 gram

Berat Agregat (w3) 9210 gram

Volume Tabung (V) 5289,0676 cm3

w3 1,7413 gram/cm3
Berat Volume Padat( )
v

7. Pembahasan
Dalam proses pengujian ini, agregat dipadatkan sebanyak 25 kali per ⅓ isi silinder atau
cetakan yang menyebabkan tidak adanya rongga atau celah di dalam cetakan silinder tersebut.
Sehingga berat volume didapat dari nilai indeks massa per satuan volume dalam kondisi padat.
Dari perhitungan berat silinder sebelum dan setelah diisi agregat, diperoleh berat agregat
sebesar 9210 gram. Kemudian didapat berat volume padat sebesar 1,7413 gram/cm 3.
15

8. Kesimpulan
Dari hasil pengujian diatas, didapatkan hasil berat volume padat sebesar 1,7413 gram/cm 3.
Syarat berdasarkan spesifikasi SNI 03-4804-1998 batas minimum dan maksimum pengujian
berat volume padat adalah 1,2 – 2,7 gram/cm 3. Pada pengujian ini, berat beton volume padat
telah memenuhi syarat.
2.2.6 Uji Kandungan Lumpur Dalam Pasir (Yang Melewati Ayakan No. 200)
1. Maksud dan Tujuan
Metode pengujian ini dimaksud sebagai acuan dalam pengujian untuk menentukan persentase
kandungan lumpur dalam pasir sebagai syarat untuk bahan konstruksi.
Metode ini bertujuan agar mahasiswa dapat memahami tentang cara pengujian serta klasifikasi
agregat halus sebagai syarat untuk bahan konstruksi, serta pencarian data kandungan lumpur
dalam pasir yang dinyatakan dalam persen.
2. Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian kandungan lumpur adalah sebagai berikut :
a. Timbangan kapasitas 2500 gram atau lebih, dengan ketelitian 0.1% dari berat contoh
b. Saringan 75 mikron (No. 200)
c. Tempat air untuk pencucian atau saluran air mengalir
d. Cawan, sendok
e. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi benda uji sampai suhu
(110±5)oC
f. Kain lap, dan lain-lain
3. Benda Uji
Benda uji adalah agregat kering yang lolos saringan No. 4 (4,75 mm) sebanyak 500 gram
4. Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian dalam pengujian kandungan lumpur dalam pasir adalah sebagai berikut:
a. Siapkan talam. Kemudian timbang,dan catat beratnya
b. Ambil pasir dalam kondisi kering yang lolos Saringan No. 4 sebanyak 500 gram (W1)
c. Letakkan pasir diatas saringan No. 200
d. Alirkan air diatas saringan secara merata, hingga hasil pencucian menjadi jernih dan bersih
e. Letak kan sisa pasir yang ada pada saringan ke dalam talam, pastikan tidak ada pasir yang
tertinggal
f. Diberikan label, setelah itu dimasukkan ke dalam Oven dengan temperatur kurang lebih
110oC selama kurang lebih 24 jam atau sampai berat seperti awal
g. Timbang berat pasir (W2)
5. Hasil Pengujian
Dari pengujian didapatkan hasil pengujian pada Tabel 2.7 di bawah ini
16

Tabel 2.7 Hasil Pengujian Uji Kandungan Lumpur

Uraian Hasil Pengamatan

Berat agregat halus kering (W1), gr 500 gram

Lanjutan Tabel 2.7 Hasil Pengujian Uji Kandungan Lumpur

Berat agregat halus kering setelah dicuci (W2), gr 478,2 gram

6. Analisis Pengujian
Analisis pengujian untuk mendapatkan nilai kandungan lumpur adalah sebagai berikut :
w1−w2
a. Berat yang lolos Saringan No. 200 = x 100 %
w1

500−478,2
= x 100 %
500
= 4,36 %

Tabel 2.8 Hasil Analisa Uji Kandungan Lumpur

Uraian Hasil Pengamatan

Berat agregat halus kering (W1), gr 500 gram

Berat agregat halus kering setelah dicuci (W2), gr 478,2 gram

Persentase lolos Saringan No. 200 4,36 %

7. Pembahasan
Lumpur merupakan gumpalan yang dapat menutupi agregat, sehingga apabila agregat dengan
kadar lumpur yang tinggi dapat mempengaruhi daya lekat pasta semen sehingga dapat
mengurangi kekuatan beton pada suatu bangunan. Oleh karena itu berdasarkan SNI 03-4142-
1996, sudah terdapat aturan yang berlaku untuk kadar lumpur pada suatu agregat halus yakni ≤
5%. Dari hasil pengujian diatas, telah diperoleh persentase kandungan lumpur pada suatu
agregat yang diujikan sebesar 4,36 %. Jadi pada pengujian ini, persentase kandungan lumpur
telah memenuhi syarat.
8. Kesimpulan
Dari hasil analisa pengujian berat yang lolos Saringan No. 200, diperoleh hasil persentase
kandungan lumpur sebesar 4,36 %. Nilai tersebut sudah sesuai dengan aturan SNI 03-4142-
1996 yaitu kadar lumpur di dalam pasir adalah ≤ 5%.
17

2.3 Agregat Kasar


2.3.1 Pendahuluan
Agregat kasar adalah kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batuan atau berupa batu pecah
yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butiran antara 5 - 40 mm.
2.3.2 Pemeriksaan Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar
1. Maksud dan Tujuan
Metode pengujian ini bermaksud sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan berat
jenis kering permukaan jenuh (SSD), berat jenis semu dan angka penyerapan air dalam agregat
kasar.
Tujuan dari pengujian ini adalah agar mahasiswa dapat memahami tentang kondisi dan
klasifikasi agregat serta cara mencari data untuk mendapatkan angka untuk berat jenis curah,
berat jenis kering permukaan (SSD), berat jenis semu dan angka penyerapan air didalam
agregat kasar.
2. Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian berat jenis dan penyerapan agregat kasar adalah sebagai
berikut:
a. Timbangan dengan kapasitas 20000 gram atau lebih, dengan ketelitian 0.1 gram dan
dilengkapi dengan penggantung keranjang
b. Keranjang kawat ukuran 3,35 mm ( No. 6) atau 2,36 mm ( No. 8) dengan kapasitas ±5000
gram
c. Tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan, tempat ini harus
dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air tetap
d. Alat pemisah
e. Saringan No. 4 (4.75 mm)
3. Benda Uji
Uji Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan No. 4 (4,75 mm) diperoleh dari alat
pemisah contoh atau cara perempat (quartering) sebanyak 5000 gram.
4. Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian dalam pemeriksaan berat jenis dan penyerapan air adalah sebagai berikut :
a. Timbang Pan
b. Ambil agregat kasar sebanyak 5000 gram
c. Masukkan ke dalam keranjang dan rendam di dalam air
d. Goncang kan agar udara yang terjebak keluar
e. Timbang berat agregat kasar di dalam air
f. Pindahkan ke pan dan masukkan ke dalam oven dengan temperatur kurang lebih 110oc
selama kurang lebih 24 jam
g. Keluarkan dari oven, timbang dan catat
18

5. Hasil Pengujian
Dari pengujian didapatkan hasil pengujian pada Tabel 2.9 di bawah ini

Tabel 2.9 Hasil Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air Agregat Kasar

Uraian Hasil Pengamatan

Berat agregat kering mutlak (Bk), gr 4815 gram

Berat agregat kasar SSD (Bj), gr 5000 gram

Berat agregat kasar dalam air (Ba), gr 3002,5 gram

6. Analisis Pengujian
Analisis pengujian mencari berat jenis dan penyerapan air agregat kasar sebagai berikut :
Bk
a. Perhitungan berat jenis curah =
Bj−Ba

4815
=
5000−3002,5
= 2,41
Bj
b. Perhitungan berat jenis jenuh permukaan (SSD) =
Bj−Ba
5000
=
5000−3002,5
= 2,50
Bk
c. Perhitungan jenis semu =
Bk−Ba

4815
=
4815−3002,5
= 2,66
(Bj−Bk )
d. Perhitungan penyerapan air = x 100 %
Bk

(5000−4815)
= x 100 %
4815
= 3,84 %
Keterangan :
Bk : Berat kerikil kering mutlak (gram)
19

Bj : Berat agregat kasar SSD (gram)


Ba : Berat agregat kasar dalam air (gram)
7. Pembahasan
Berat jenis curah merupakan perbandingan antara berat agregat jenuh kering permukaan dan
berat air suling yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25 oC,Berat
Jenis Semu adalah perbandingan antara berat agregat kering dan berat suling yang isinya sama
dengan isi agregat dalam keadaan kering pada suhu 25 oC. Berat jenis Jenuh Kering Permukaan
(SSD) adalah perbandingan antara berat agregat jenuh kering permukaan dan berat air suling
yang isinya sama dengan isi agregat dalam keadaan jenuh pada suhu 25 oC ,dan penyerapan
merupakan perbandingan berat air yang dapat diserap pori terhadap berat agregat kering.
Menurut SNI 03-1750-1990 Spesifikasi berat jenis agregat adalah sebesar 2,5 – 2,7, sedangkan
dari hasil analisis yang dilakukan tersebut, hasil berat jenis curah yakni 2,41 tidak memenuhi
standar menurut SNI 03-1750-1990, sedangkan hasil analisis berat jenis jenuh kering
permukaan (SSD) sebesar 2,50 sudah memenuhi standar menurut SNI 03-1750-1990. Adapun
kemungkinan faktor hasil berat jenis curah tidak memenuhi standar yakni kesalahan pada saat
pembacaan alat timbang. Sedangkan untuk penyerapan air memiliki syarat kurang dari 5%
sehingga dalam pengujian tersebut telah sesuai.
8. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan uji berat jenis didapat bahwa benda uji agregat kasar didapatkan berat
jenis curah sebesar 2,41, berat jenis jenuh permukaan (SSD) yakni sebesar 2,50, berat jenis
semu senilai 2,66 , dan penyerapan air yakni 3,84 %. Dalam pengujian tersebut, data yang diuji
dalam Pemeriksaan Berat Jenis Agregat Kasar tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Tetapi pada pengujian Penyerapan Air Agregat Kasar sudah sesuai.
2.3.3 Pemeriksaan Modulus Halus Butir (MHB) / Analisa Saringan Agregat Kasar
1. Maksud dan tujuan
Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan pembagian
butir (gradasi) agregat kasar dengan saringan
Tujuan pengujian ini adalah agar mahasiswa dapat memahami tentang cara pengujian serta
klasifikasi agregat kasar berdasarkan butirannya.
2. Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian modulus halus butir agregat kasar adalah sebagai
berikut:
a. Timbangan kapasitas 20000 gram atau lebih, 24
b. Satu set saringan : 9,5mm (3/8”), 4,75 mm (No. 4), 2,36 mm (No. 8), 1,18 mm (No. 16),
0.6 mm (No. 30), 0.30 mm (No. 50), 0,15 mm (No. 100), pan dan tutup saringan
c. Alat pemisah contoh
d. Mesin pengguncang/penggetar saringan
20

e. Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu sampai suhu (110±5)oC


f. Pan
g. Sikat kawat kuningan halus atau kuas

3. Benda Uji
Benda uji adalah agregat kasar sebanyak 5000 gram
4. Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian dalam pengujian modulus halus butir agregat kasar adalah sebagai berikut:
a. Siapkan satu set saringan yang telah tersusun dari lubang ayakan terbesar ke terkecil
b. Ambil agregat kasar sebanyak 5000 gram
c. Masukkan pasir ke set saringan dan ayak saringan dengan mesin selama 10 - 15 menit.
pastikan sudah terpasang dengan baik
d. Timbang berat tertinggal per lubang ayakan saringan dan dicatat.
5. Hasil pengujian
Berikut hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 2.1

Tabel 2.10 Hasil Pengujian Modulus Halus Butir Agregat Kasar

Lubang ayakan Berat Tertinggal Berat Tertinggal Berat Tertinggal Persen Lolos
(mm) (gram) (%) Kumulatif Kumulatif
(%) (%)

40,00 0 0.00% 0.00% 100.00%

20,00 2273 45.55% 45.55% 54.45%

10,00 1834 36.75% 82.30% 17.70%

4,80 811 16.25% 98.56% 1.44%

2,40 32 0.64% 99.20% 0.80%

1,20 23 0.46% 99.66% 0.34%

0,60 0 0.00% 0.00% 0.34%

0,30 0 0.00% 0.00% 0.34%

0,15 0 0.00% 0.00% 0.34%

Sisa 17 0.34% 100.00% 0.00%

Jumlah 4990 824.25%

6. Analisis Pengujian
21

a. Berat tertinggal
1) Lubang ayakan 4,80 mm = 32 gram
2) Lubang ayakan 2,40 mm = 289 gram
3) Lubang ayakan 1,20 mm = 317 gram
4) Lubang ayakan 0,60 mm = 582 gram
5) Lubang ayakan 0,30 mm = 497 gram
6) Lubang ayakan 0,15 mm = 189 gram
7) Sisa agregat kasar = 89 gram
8) Jumlah keseluruhan agregat kasar = 1995 gram
b. Berat tertinggal kumulatif (%)
Jumlah berat tertinggal (%) setiap saringan kumulatif = Berat tertinggal (%) + Berat
tertinggal kumulatif sebelumnya (%)
1) Lubang ayakan 40,00 mm =0
2) Lubang ayakan 20,00 mm = 45.55% + 0%
= 45.55%
3) Lubang ayakan 10,00 mm = 36.75% + 45.55%
= 82.30%
4) Lubang ayakan 4,80 mm = 16.25% + 82.30%
= 98.56%
5) Lubang ayakan 2,40 mm = 0.64% + 98.56%
= 99.20%
6) Lubang ayakan 1,20 mm = 0.46% + 99.20%
= 99.66%
7) Lubang ayakan 0,60 mm = 99.66% + 0%
= 99.66%
8) Lubang ayakan 0,30 mm = 99.66% + 0%
= 99.66%
9) Lubang ayakan 0,15 mm = 99.66% + 0%
= 99.66%
10) Sisa agregat halus = 99.66% + 0.34%
= 100%
c. Persen lolos kumulatif (%)
1) Lubang ayakan 40,00 mm = 100% - 0 %
= 100%
2) Lubang ayakan 20,00 mm = 100% - 45,55%
= 54,45%
22

3) Lubang ayakan 10,00 mm = 100% - 82,30%


= 17,70%
4) Lubang ayakan 4,80 mm = 100% - 98,56%
= 1,44%
5) Lubang ayakan 2,40 mm = 100% - 99,20%
= 0,80%
6) Lubang ayakan 1,20 mm = 100% - 99,66%
= 0,34%
7) Lubang ayakan 0,60 mm = 100% - 99,66%
= 0,34%
8) Lubang ayakan 0,30 mm = 100% - 99,66%
= 0,34%
9) Lubang ayakan 0,15 mm = 100% - 99,66%
= 0,34%
10) Sisa agregat halus = 100% - 100%
= 0%
d. Hasil Analisis Modulus Halus Butir (MHB)
1) Modulus Halus Butir (MHB)

∑ Berat tertinggal kumulatif (%)


=
100

824,25 %
=
100
= 8,2425
2) Kerikil masuk daerah = 40 mm
3) Grafik saringan agregat kasar dapat dilihat pada Gambar 2.11
23

Gambar 2.2 Grafik Analisa Saringan Agregat Kasar

7. Pembahasan
Analisa saringan adalah penentuan persentase berat butiran agregat yang lolos dari satu set
saringan, lalu angka-angka persentase digambarkan pada grafik pembagian butir. Modulus
halus butir adalah suatu indeks yang dipakai untuk mengukur kehalusan atau kekasaran butir-
butir agregat. Pada pengujian analisa saringan ini didapatkan Modulus Halus Butir sebesar
8,2425. Gradasi agregat kasar masuk dalam daerah ukuran 40 mm tetapi pada lubang ayakan
20,00 mm tidak memenuhi syarat batas atas dan juga batas bawah, tetapi lubang ayakan yang
lain sesuai dengan kriteria daerah ukuran 40 mm, sehingga ditetapkan pada daerah ukuran 40
mm. Ketidaksesuaian ini dapat terjadi karena ketidaktelitian penguji saat membaca alat uji atau
adanya agregat yang tersangkut di saringan. Sesuai dengan SNI 03-1968-1990 batas minimum
dan maksimum modulus halus agregat halus sebesar 5-8, Sehingga pengujian tidak sesuai
dengan persyaratan.
8. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan Modulus Halus Butir (MHB), didapatkan bahwa nilai Modulus Halus
Butir (MHB) dari agregat kasarnya adalah 8,2425, dan Sesuai dengan SNI 03-1968-199,
pengujian ini tidak sesuai atau tidak memenuhi persyaratan.
2.3.4 Pemeriksaan Berat Volume Gembur Agregat Kasar
1. Maksud dan Tujuan
Maksud dari metode ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pengujian untuk menentukan berat
volume gembur agregat kasar.
Tujuan pengujian ini adalah agar mahasiswa dapat memahami tentang cara pengujian serta
klasifikasi agregat kasar berdasarkan berat volume.
24

2. Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut.
a. Timbangan kapasitas 20000 gram atau lebih dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh
b. Silinder/tabung kapasitas 10 liter
c. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi benda uji sampai suhu (110 ± 5)oC
d. Talam, sekop, dan lain-lain.
3. Bahan
Benda uji adalah agregat kasar (kerikil) yang telah dikeringkan dengan oven
4. Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian dalam pemeriksaan berat volume gembur adalah sebagai berikut :
1
a. Siapkan silinder, ukur dimensinya, dan hitung volumenya ( V= πd❑2 t )
4
b. Timbang berat silinder kosong dan catat
c. Masukkan kerikil ke dalam silinder hingga penuh, kemudian ratakan
d. Timbang berat silinder dengan pasir dan catat
5. Hasil Pengujian
Ini merupakan tabel hasil dari pengujian yang telah dilakukan.

Tabel 2.11 Hasil Pengujian Berat Volume Gembur Agregat Kasar

Uraian Hasil Pengujian

Berat Tabung (w1) 10210 gram

Berat Tabung + Agregat SSD (w2) 16793 gram

Diameter Tabung (d) 14,92 cm

Tinggi Tabung (t) 29,91 cm

6. Hasil Analisa
Berikut merupakan perhitungan berat isi gembur agregat kasar
a. Perhitungan Berat Agregat (w3)
Berat Agregat = w2 - w1
= 16793 - 10210
= 6583 gram
b. Perhitungan Volume Tabung (V)
25

1
Volume Tabung = π d2t
4

1
= π (14,92)2 (29,91)
4
= 5229,3046 cm3
c. Perhitungan Berat Volume Gembur
w3
Berat Agregat =
v

6583
=
5289,0676
= 1,2589 gram/cm3

Tabel 2.12 Hasil Analisis Berat Volume Gembur Agregat Kasar

Uraian Hasil Pengujian

Berat Tabung (w1) 10210 gram

Berat Tabung + Agregat Kering Tungku (w2) 16793 gram

Berat Agregat (w3) 6583 gram

Volume Tabung (V) 5229,3046 cm3

w3 1,2589 gram/cm3
Berat Volume Gembur ( )
v

7. Pembahasan
Berat volume gembur agregat kasar merupakan nilai indeks dari massa agregat kasar per satuan
volume, dengan agregat kasar dalam kondisi gembur atau tanpa pemadatan. Dalam pengujian
ini didapat massa silinder (W1) adalah sebesar 10210 gram, massa silinder ditambah agregat
kering tungku (W2) adalah sebesar 16793 gram, sehingga didapat massa agregat (W3) adalah
sebesar 6583 gram. Diketahui silinder berdiameter 14,92 cm dengan tinggi 29,91 cm memiliki
volume (V) sebesar 5229,3046 c𝑚3. Dari data yang didapat kita dapat melakukan perhitungan
berat volume gembur agregat kasar dengan rumus massa agregat dibagi dengan volume silinder
(W3/V), sehingga didapat nilai berat volume gembur agregat kasar adalah sebesar 1,2589
gram/cm3. Nilai ini memenuhi spesifikasi berat volume gembur agregat kasar yang tercantum
pada SNI 03-4804- 1998 yaitu berat volume gembur agregat kasar harus berada pada rentang
1,2 sampai 1,7. Berat volume gembur agregat kasar harus memiliki nilai yang lebih rendah
26

daripada volume padat agregat kasar, karena pada berat volume gembur agregat kasar terdapat
rongga yang masih memungkinkan untuk diisi agregat.
8. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, didapatkan nilai berat volume gembur agregat
kasar yang memenuhi spesifikasi SNI 03-4804-1998 yaitu sebesar 1,2589 gram/cm3.
2.3.5 Pemeriksaan Berat Volume Padat Agregat Kasar
1. Maksud dan Tujuan
Maksud dari metode ini dimaksudkan sebagai acuan dalam pengujian untuk menentukan berat
volume padat agregat kasar.
Tujuan pengujian ini adalah agar mahasiswa dapat memahami tentang cara pengujian serta
klasifikasi agregat kasar berdasarkan berat volume.
2. Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut.
a. Timbangan kapasitas 20000 gram atau lebih dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh
b. Silinder/tabung kapasitas 10 liter
c. Alat penumbuk dengan diameter 16 mm dan panjang 600 mm
d. Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk memanasi benda uji sampai suhu (110 ± 5)o𝐶
e. Talam, sekop, dan lain-lain.
3. Bahan
Benda uji adalah agregat kasar (kerikil) yang telah dikeringkan.
4. Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian dalam pemeriksaan berat volume padat adalah sebagai berikut :
1
a. Siapkan silinder, ukur dimensinya, dan hitung volumenya ( V = π d2t )
4
b. Timbang berat silinder kosong dan catat
c. Memasukkan kerikil tiap 1/3 bagian dan menumbuk tiap bagian sebanyak 25 kali secara
merata, mengerjakannya sampai volume penuh, dan meratakan bagian atasnya. Lakukan di
tempat yang datar
d. Timbang berat silinder dengan kerikil dan catat
5. Hasil Pengujian
Dari pengujian didapatkan hasil pengujian pada Tabel 2.14 berikut ini

Tabel 2.13 Hasil Pengujian Berat Volume Padat Agregat Kasar

Uraian Hasil Pengujian

Berat Tabung (w1) 10210 gram

Berat Tabung + Agregat SSD (w2) 19420 gram


27

Diameter Tabung (d) 14,92 cm

Tinggi Tabung (t) 29,91 cm

6. Hasil Analisa
Berikut merupakan perhitungan berat volume padat agregat kasar adalah sebagai berikut :
a. Perhitungan Berat Agregat (w3)
Berat Agregat = w2 - w1
= 19420 - 10210
= 9210 gram
b. Perhitungan Volume Tabung (V)
1
Volume Tabung = π d2t
4

1
= π (14,92)2 (29,91)
4
= 5229,3046 cm3
c. Perhitungan Berat Volume Padat
w3
Berat Agregat =
v

9210
=
5229,3046
= 1,7612 gram/cm3
Tabel 2.14 Hasil Analisis Berat Volume Padat Agregat Kasar

Uraian Hasil Pengujian

Berat Tabung (w1) 10210 gram

Berat Tabung + Agregat Kering Tungku (w2) 19420 gram

Berat Agregat (w3) 9210 gram

Volume Tabung (V) 5229,3046 cm3

w3 1,7612 gram/cm3
Berat Volume Padat( )
v

7. Pembahasan
Berat volume padat agregat kasar merupakan indeks dari massa agregat kasar per satuan
volume dengan agregat kasar dalam kondisi padat/dipadatkan. Dalam pengujian kali ini didapat
28

massa silinder (W1) adalah sebesar 10210 gram, massa silinder ditambah massa agregat kering
tungku (W2) adalah sebesar 19420 gram, sehingga didapat massa agregat (W3) adalah sebesar
9210 gram. Diketahui silinder berdiameter 14,92 cm dengan tinggi 29,91 cm memiliki volume
(V) sebesar 5229,3046 cm3 . Dari data yang didapat kita dapat melakukan perhitungan berat
volume padat agregat kasar dengan rumus massa agregat dibagi dengan volume silinder
(W3/V), sehingga didapat nilai berat volume padat agregat kasar adalah sebesar 1,7612
gram/cm3. Nilai ini tidak memenuhi spesifikasi berat volume padat agregat kasar yang
tercantum dalam SNI 03-4804-1998 yaitu berat volume padat agregat kasar harus berada pada
rentang 1,2 sampai 1,7 gram/cm3. Berat volume padat agregat kasar harus memiliki nilai yang
lebih tinggi daripada berat volume gembur agregat kasar, karena pada berat volume padat
agregat kasar ruang yang ada diminimalisir dengan cara pemadatan sehingga sangat minimal
ruang kosong atau bahkan tidak ada ruang yang tak terisi agregat kasar.
8. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan, didapat nilai berat volume padat agregat kasar
tidak memenuhi SNI 03-4804-1998 yaitu sebesar 1,7612 gram/ cm3.

BAB III
PEMBUATAN BETON

3.1 Pendahuluan

Beton merupakan hasil campuran dari bahan penyusun yang terdiri dari bahan semen
hidrolik (portland cement), agregat kasar, agregat halus, air dan bahan tambah (admixture). Untuk
mengetahui dan mempelajari perilaku elemen gabungan (bahan bahan penyusun beton) kita
memerlukan pengetahuan mengenai karakteristik masing masing komponen.
Kelebihan yang dimiliki beton antara lain adalah kuat tekan besar, tahan terhadap air,
tahan lama, harganya relatif murah, bahan batu mudah diperoleh dan tidak mengalami
pembusukan. Selain memiliki kelebihan, beton juga memiliki kelemahan antara lain kuat tariknya
rendah, karena menggunakan semen hidrolik beton cenderung retak, kualitas tergantung cara
pelaksanaan di lapangan dan struktur / elemen beton sulit dipisahkan.
29

Untuk mendapatkan beton yang baik salah satunya adalah menggunakan bahan
penyusunan yang memenuhi persyaratan dari bahan pembentukan beton, karenanya itu perlu
dilakukan pembahasan dan pengujian bahan dalam laboratorium.

3.2 Perencanaan Campuran Beton (Mix Design)


3.2.1 Maksud dan tujuan

Maksud : sebagai aturan dalam pengujian untuk merencanakan suatu beton dan menentukan
seberapa besar kuat tekan maupun kuat tarik beton rata rata dalam konstruksi.
Tujuan : agar mahasiswa dapat merencanakan suatu perhitungan dalam pembuatan suatu
beton dalam takaran atau kapasitas berapapun dengan maksud tujuan beton direncanakan.
3.2.2 Data yang diperlukan

Berikut ini merupakan data-data yang diperlukan dalam perencanaan campuran beton :
1. Kuat tekan yang disyaratkan f’c = 23 Mpa untuk umur beton 28 hari
2. Semen yang digunakan semen portland tipe I
3. Tinggi slump yang disyaratkan 60-180
4. Ukuran butiran agregat maksimum 40mm
5. Susunan butiran agregat halus termasuk ke dalam gradasi daerah 2
6. Berat jenis agregat halus : 2,63 gram / cm3 (batu alami)
7. Berat jenis agregat kasar : 2,51 gram / cm3 (batu pecah)
3.2.3 Langkah Perhitungan (metode SNI 03-2834-2000)

Berikut ini merupakan langkah-langkah perhitungan mix design


1. Tentukan kuat tekan beton disyaratkan f’c pada umur tertentu. (21 Mpa)
2. Hitung deviasi standar yang tergantung pada volume pembetonan yang akan dibuat dan mutu
pekerjaan untuk mencari nilai tambah (M). Namun karena pada tabel 1.benda uji yang dibuat
kurang dari 15 maka diambil bahwa M nya tidak kurang dari 12 Mpa.

Tabel 3.1 Faktor Penggali untuk Deviasi Standar Bila Data Hasil Uji yang Tersedia Kurang
dari 30

Jumlah pengujian Faktor pengendali deviasi standar

Kurang dari 15 Lihat butir 4.2.3.1 1)


(5)
15
1,16
20
1,08
25
1,03
30 atau lebih
30

1,00

3. Nilai tambah (M) = 1,64 . s


S = deviasi standar. Karena perancang dianggap seorang pemula, maka standar deviasinya
dianggap 7 dan M bisa juga didapatkan dengan rumus (M) = 1,64 . 7 = 11,48~12 Mpa
4. Kuat tekan beton rata-rata yang ditargetkan : f’cr = f’c + M. F’cr = 23 + 12 = 35 Mpa
5. Jenis semen, ditetapkan (Tipe 1)
6. Jenis agregat yang digunakan : ditetapkan contoh
a. Agregat halus (pasir) alami dengan berat jenis sebesar 2,63 gram / cm 3
b. Agregat kasar (kerikil) berupa batupecah dengan berat jenis sebesar 2,51 gram / cm3
7. Faktor air semen
a. Tentukan nilai kuat tekan pada umur 28 hari dengan menggunakan tabel 2, sesuai dengan
semen dan agregat yang akan dipakai. (untuk semen tipe 1 dan agregat kasar dengan batu
pecah didapatkan kuat tekan (Mpa) dengan fas = 0,5 sebesar 37 Mpa

Tabel 3.2 Perkiraan Kekuatan Tekan (Mpa) Beton Dengan Faktor Air Semen, Dan Agregat
Kasar Yang Biasa Dipakai Di Indonesia

b. Lihat grafik 1 (pada modul) untuk benda uji berbentuk silinder atau grafik 2 untuk benda uji
berbentuk kubus.
c. Tarik garis tegak lurus ke atas melalui faktor air semen 0,5 sampai memotong kurva kuaat
tekan yang ditentukan pada sub butir 1 diatas (sampai memotong)
d. Tarik garis lengkung melalui titik pada sub butir 3 secara proporsional
e. Tarik garis mendatar melalui nilai kuat tekan yang ditargetkan sampai memotong kurva
baru ditentukan pada sub butir 4 diatas (fc’r = 35 Mpa)
f. Tarik garis tegak lurus ke bawah melalui titik potong tersebut untuk mendapatkan faktor air
semen yang diperlukan. (didapat 0,52)
g. Tetapkan faktor air semen maksimum (dapat ditetapkan sebelumnya atau tidak). Jika nilai
31

faktor air semen yang diperoleh dari butir 7 diatas lebih kecil dari yang dikehendaki, maka
yang dipakai yang terendah.

Gambar 3.1 Grafik Hubungan Antara Kuat Tekan Dan Faktor Air Semen
(Benda Uji Berbentuk Silinder Diameter 150 Mm, Tinggi 300 Mm)

Catatan untuk mencari nilai fas:


1. Jika benda uji berbentuk silinder, maka gunakan grafik 1 dan bandingkan dengan nilai fas
yang diperoleh dari kondisi lingkungan (tabel 4, tabel 5, dan tabel 6), atau nilai fas
maksimum, gunakan nilai terkecil. (fas yang digunakan 0,52 karena < daripada 0,6)
2. Jika benda uji berbentuk kubus, maka menggunakan grafik 2 (pada modul) dan bandingkan
dengan nilai fas yang diperoleh dari kondisi lingkungan (tabel 4, tabel 5, tabel 6), atau nilai
fas maksimum, gunakan nilai fas terkecil.
3. Tetapkan Slump (60-180)
4. Tetapkan ukuran agregat maksimum
5. Tetapkan ukuran agregat maksimum (40mm)
6. Tentukan nilai kadar air bebas dari tabel 3
Sehingga jumlah air yang diperlukan dapat dihitung menggunakan rumus berikut:
2/3 Wh + 1/3 Wk
Wh : perkiraan jumlah air untuk agregat halus (tabel 3)
Wk : perkiraan jumlah air untuk agregat kasar
32

Tabel 3.3 Perkiraan Kadar Air Bebas (Kg / M3 ) Yang Dibutuhkan Untuk Beberapa Tingkat
Kemudahan Pengerjaan Adukan Beton

Catatan koreksi suhu udara : untuk suhu diatas 25 °C kenaikan 5 °C harus ditambah air 5 liter
per m2 adukan beton.
Pada tabel 3 didapat dengan ukuran maksimum agregat 40 mm dan slump 60-180 mm.,
perkiraan kebutuhan air per meter kubik beton batu tak dipecahkan (agregat halus) sebesar
175 mm dan batu pecah (agregat kasar) sebesar 205 mm sehingga perhitungan menjadi :
2 1
175+ 205=185 Kg
3 3
7. Hitung jumlah semen yang besarnya adalah kadar semen adalah kadar air bebasdibagi faktor
air semen.
Kadar air bebas
Kadar semen =
Faktor air semen( fas)
185
Kadar semen = =355,7692308 kg
0,52
8. Jumlah semen maksimum jika tidak diterapkan, dapat diabaikan.
9. Tentukan jumlah semen seminimum mungkin. Jika tidak tabel 4.5.6 jumlah semen yang
diperoleh dari perhitungan jika perlu disesuaikan. Jenis pembetonan dianggap didalam
ruangan dan keadaan keliling non korosif, sehingga jumlah semen minimum 275 kg per m 3
beton sedangkan nilai fas maksimum sebesar 0,6. Sehingga kadar semen sebanyak
355,7692308 kg dan fas sebesar 0,52 telah memenuhi syarat
33

Tabel 3.4 Persyaratan Jumlah Semen Minimum Dan Faktor Air Semen Maksimum Untuk
Berbagai Macam Pembetonan Dalam Lingkungan Khusus

10. Tentukan faktor air semen yang disesuaikan jika jumlah semen berubah karena lebih kecil dari
jumlah semen minimum yang ditetapkan (atau lebih besar dari jumlah semen maksimum yang
disyaratkan), maka faktor air semen harusdiperbanyak kembali.
11. Tentukan susunan butir agregat halus (pasir kalau agregat halus sudah dikenal dan sudah
dilakukan analisa ayak menurut standar yang berlaku, maka kurva dari pasir ini dapat
dibandingkan dengan kurva kurva yang tertera dalam grafik 3 sampai 6 atau gabungan pasir
pasir tersebut. (telah ditentukan susunan butir agregat halus ada pada gradasi 2
34

Gambar 3.2 Grafik Gradasi Agregat Halus

Gambar 3.3 Grafik Gradasi Agregat Kasar


35

Gambar 3.4 Grafik Gradasi Agregat Gabungan

12. Tentukan susunan agregat kasar menurut grafik 7,8 atau 9 bila lebih dari satu macam agregat
kasar gabungan.
13. Tentukan persentase pasir dengan perhitungan atau menggunakan grafik 13 sampai 15 (paa
modul), dengan diketahui ukuran butir agregat maksimum menurut butir 10, slump menurut
butir 9, faktor air semen menurut butir 15 dan daerah susunan butir 16, maka jumlah
persentase pasir yang diperlukan dapat dibaca pada grafik. Jumlah ini adalah jumlah
seluruhnya dari pasir atau fraksi agregat yang lebih halus dari 5 mm. Dalam hal ini maka
jumlah agregat halus yang diperlukan harus dikurangi.
Contoh :
Mencari persentase agregat halus/pasir (agregat lebih kecil dari 4,8 mm). presentase agregat
halus dicari dengan menggunakan grafik 15 (ukuran butiran maksimum 40 mm)

Gambar 3.5 Grafik Persen Pasir Terhadap Kadar Total Agregat Yang Dianjurkan Untuk
Ukuran Butir Maksimum 40 mm
• Dari grafik 15, dengan nilai slump 60 – 130 mm, fas = 0,52 dan susunan butir agregat
halus pasir C (gabungan) masuk daerah gradasi 2, diperoleh persentase agregat halus
kisaran 33,25% - 42% (gambar)
• Nilai yang digunakan dapat diambil diantara kedua nilai tersebut, biasanya diambil nilai
rata-rata, dalam hal ini diambil nilai (33,25% + 42%)/2 = 37,625%
• Jumlah (37,625%) ini adalah jumlah dari pasir atau agregat < 4,8 mm
• Di indonesia, agregat kasar yang digunakan sering masih mengandung agregat yang
ukurannya < 4,8% dalam jumlah > 5%. Karena itu jumlah agregat halus dalam agregat
36

kasar harus dikurangi.


• Dalam contoh ini, presentase agregat halus dalam agregat kasar cukup kecil, sehingga
dapat diabaikan
14. Hitung berat jenis relatif agregat
( Bj agr halus× % agr halus ) +(Bj agr kasar × % agr kasar)
Bj relatif =
100 %
( 2,63 ×39 % ) +(2,51 ×61 %)
Bj relatif = =2,5568
100 %
15. Tentukan berat isi beton menurut grafik 16 sesuai dengan kadar air bebas yang sudah
ditemukan dari tabel 3 dan berat jenis relatif dari agregat gabungan pada butir 18.

Gambar 3.6 Grafik Kadar Air Bebas

Kadar agregat gabungan = 2343 - 355,7692308 – 185 = 1802,230769 kg/m3


16. Hitung kadar agregat halus yang besarnya adalah hasil kali persen pasir butir 18 dengan
agregat gabungan butir 21.
Kadar agregat halus = 39 x 1802,230769 / 100 = 702,87 kg/m3
17. Hitung kadar agregat kasar yang besarnya adalah kadar agregat gabungan butir 21 dikurangi
kadar agregat halus butir 22, dari langkah-langkah tersebut diatas butir 1 sampai dengan 23
sudah dapat diketahuisusunan campuran bahan bahan untuk 1 m3 beton.
Kadar agregat kasar = 1802,230769 – 702,87 = 1099,360769
18. Proporsi campuran, kondisi agregat dalam keadaan jenuh kering permukaan.
37

Semen : Air : Agregat kasar : Agregat halus (dalam kg/m3)


355,7692308 : 185 : 1099,360769 : 702,87
3.2.4 Analisa Perencanaan

Proporsi campuran teoritis ( Agregat kondisi SSD) setiap m3 355,7692308 : 185 : 702,87 :
1099,360769
1. Semen : 355,7692308
2. Air : 185
3. Agregat halus : 702,87
4. Agregat kasar :1099,360769
3.2.5 Hasil Perencanaan

Perencanaan yang dibuat


1. Volume Campuran Uji
a. Benda uji berbentuk silinder 3 buah, diameter 150 mm dan tinggi 300 mm.
Volume = 0,25 × π × d2 × t = 0,25 × π × 0,152 × 0,3
= 0,005301 m3
Volume 3 silinder = 0,005301 × 3
= 0,0159 m3
b. Benda uji berbentuk kubus 1 buah panjang sisi 150 mm.
Volume kubus = s × s × s = 0,15 × 0,15 × 0,15
= 0,003375 m3
c. Benda uji berbentuk balok 1 buah, panjang 400 mm, lebar 100 mm, tinggi 100 mm.
Volume balok = p × l × t = 0,4 × 0,1 × 0,1
= 0,004 m3
d. Jumlah benda uji = 5 buah.
Volume total = 0,0159 + 0,003375 + 0,004
= 0,023278
2. Untuk praktikum tambahan proporsi campuran dengan angka penyusutan. Angka penyusutan
campuran sekitar 10% - 20%, diambil 15%. Proporsi setiap campuran uji :
a. Semen = 355,7692308 × 0,023278
= 8,281 kg
b. Air = 185 × 0,023278
= 4,306 kg
c. Agregat kasar = 1099,360769 × 0,023278
= 25,590 kg
d. Agregat halus = 702,87 × 0,023278
38

= 16,361 kg
3. Proporsi campuran dengan angka penyusutan sebesar 15%
a. Setiap m3
1) Semen = 355,7692308 × 1,15
= 409,13462 kg/m3
2) Air = 185 × 1,15
= 212,75 kg/m3
3) Agregat kasar = 1099,360769 × 1,15
= 1264,2649 kg/m3
4) Agregat halus = 702,87 × 1,15
= 808,3005 kg/m3
b. Setiap campuran uji
1) Semen = 8,281 × 1,15
= 9,52315 kg
2) Air = 4,306 × 1,15
= 4,9519 kg
3) Agregat kasar = 25,590 × 1,15
= 29,4285 kg
4) Agregat halus = 16,361 × 1,15
= 18,81515 kg
4. Buatlah campuran uji, ukur dan catatlah besarnya slump serta kekuatan tekan yang
sesungguhnya, perhatikan hal berikut :
a. Jika harga yang didapat sesuai dengan harga yang diharapkan, maka susunan campuran
beton itu dikatakan baik. Jika tidak, maka campuran perlu dibetulkan.
b. Kalau slumpnya ternyata terlalu tinggi atau rendah, maka kadar air perlu dikurangi atau
ditambah (demikian juga kadar semennya, karena faktor air semen harus dijaga agar tetap
tak berubah)
c. Jika kekuatan beton dari campuran ini terlalu tinggi atau rendah, maka factor air semen
dapat atau harus ditambah dikurangi sesuai dengan grafik 1 atau 2

Tabel 3.5 Perencanaan Campuran Metode SNI 03-2834-2000

No Uraian Nilai Tabel/Grafik

Kuat Tekan Yang Disyaratkan (F'c)


1 23 Mpa Ditetapkan
(Benda Uji Silinder)
39

2 Deviasi Standar (S) 7 Ditetapkan

3 Nilai Tambah (M) 12 Mpa. 1,64 . 7 = 11,48

F’cr = 21 + 12
4 Kuat Tekan Yang Ditargetkan (F'cr) 35 Mpa
=33 Mpa

5 Jenis Semen Portland Tipe I Ditetapkan

Lanjutan Tabel 3.5 Perencanaan Campuran Metode SNI 03-2834-2000

Jenis Agregat

6 Kasar Batu Pecah Ditetapkan

Halus Alami Ditetapkan

7 Faktor Air Semen 0,52 Grafik 1

8 Faktor Air Semen Maksimum 0,6 Tabel 4

9 Slump 60-180 Mm Tabel 3

10 Ukuran Agregat Maksimum 40 Mm Ditetapkan

11 Kadar Air Bebas 185 Tabel 3

12 Jumlah Semen 355,7692308 Hit. No 12

13 Jumlah Semen Maksimum - -

14 Jumlah Semen Minimum 275 Tabel 4

15 Jumlah Semen Dipakai 355,7692308 Jumlah Semen

16 Faktor Air Semen Yang Disesuaikan 0,52 Tetap

17 Susunan Butir Agregat Halus Daerah Gradasi 2 Ditetapkan


40

18 Berat Jenis Agregat Halus 2,63 Diketahui

19 Berat Jenis Agregat Kasar 2,52 Diketahui

20 Persen Agregat Halus 39% Grafik 13,14,15

21 Berat Jenis Relatif Agregat SSD 2,5 Hitungan No. 19

22 Berat Isi Beton 2343 Grafik 16


Lanjutan Tabel 3.5 Perencanaan Campuran Metode SNI 03-2834-2000

23 Kadar Agregat Gabungan 1802,230769 Hit. No 21

24 Kadar Agregat Halus 702,87 Hit. No 22

25 Kadar Agregat Kasar 1099,360769 Hit. No 23

Proporsi Campuran Teoritis (Agregat Kondisi SSD)

26 Setiap M3 355,769 185 702,87 1099,360

Setiap
8,282 4,306 16,362 25,592
Campuran Uji

Proporsi Campuran Dengan Angka Penyusutan Sebesar 15%

27 Setiap M3 409,134 212,75 808,3 1264,263

Setiap
9,52437 4,952 18,816 29,431
Campuran Uji

3.2.6 Kesimpulan
Dari perhitungan yang telah dilakukan untuk membuat beton segar sejumlah 5 buah dengan
bentuk yakni : 3 buah silinder, 1 kubus, 1 balok didapatkan kebutuhan semen sebanyak 9,52437
kg, air sebanyak 4,952 kg, agregat halus sebanyak 18,816 kg, agregat kasar sebanyak 29,595 kg.

3.3 Pembuatan Beton Segar


3.3.1 Maksud dan Tujuan
Maksud : metode ini dimaksudkan sebagai acuan dasar untuk proses pembuatan beton
dengan baik dan mendapatkan beton yang workable.
41

Tujuan : tujuan perencanaan ini adalah agar mahasiswa dapat menentukan jumlah air yang
keluar selang 15 menit selama 1 jam, menentukan campuran adukan beton yang workable,
menentukan nilai slump.
3.3.2 Alat
Alat-alat yang digunakan untuk membuat campuran beton adalah :
1. Mixer beton
2. Timbangan kasar atau halus
3. Gelas ukur
4. Cetakan silinder
5. Talam
6. Alat uji slump
7. Penggaris
8. Ember
9. Sekop/cetok
10. Pipet penyedot.
3.3.3 Bahan

Bahan-bahan untuk membuat beton segar yaitu semen, air, agregat kasar (kerikil)
dan agregat halus (pasir) sesuai dengan jumlah yang telah dihitung dalam mix design.
3.3.4 Cara Pembuatan
1. Persiapan Cetakan/Bekisting
a. Bersihkan cetakan dari kerak/sisa-sisa beton atau kotoran lain dengan skrap.
b. Kencangkan pengunci/baut cetakan agar ukurannya tidak berubah dan tidak bocor.
kemudian bagian yang dalam yang diisi beton diolesi oli bekas dengan menggunakan
kuas agar cetakan mudah dibuka.
c. Persiapkan tempat untuk menaruh benda uji (permukaan rata dan terlindungi) agar
diperoleh hasil uji yang maksimal.
2. Proses Pembuatan Beton
a. Kondisikan agregat halus/pasir dan agregat kasar/kerikil/split dalam keadaan SSD
(Saturated Surface Dry) agar dalam pengerjaan pencampuran beton tidak perlu
menambah atau mengurangi air (jumlah air sesuai rencana).
b. Timbang setiap bahan sesuai perhitungan, serta tambahkan 10 – 20% setiap bahan untuk
mengantisipasi kekurangan akibat menempel pada dinding mixer, dll.
c. Timbang masing-masing cetakan silinder, kubus dan balok, sebelum diisi beton
segar/basah.
d. Campurkan/masukkan ke dalam mixer bahan pembentuk beton secara kering sedikit-
sedikit atau secukupnya, kemudian air dan seterusnya.
42

e. Sebaiknya sisakan air sedikit pada waktu pencampuran bahan pembentuk beton, sebagai
koreksi.
f. Setelah campuran homogen, tuang adukan ke talam dan segera di lakukan uji slump.
g. Apabila nilai slump telah memenuhi/sesuai rencana, langsung masukkan adukan beton
ke dalam cetakan yang telah disiapkan, dengan cara masukkan/isi cetakan setiap 1/3
bagian tinggi cetakan, kemudian ditusuk- tusuk 25 kali merata, sampai penuh.
Pemadatan dapat juga dilakukan dengan menggunakan vibrator/meja getar dan atau
dengan palu karet yang dipukulkan pada bagian luar dinding cetakan. Pemadatan ini
dimaksudkan agar beton menjadi padat, tanpa rongga-rongga baik didalam maupun
diluar/permukaan beton.
h. Ratakan permukaan beton dengan cetok atau alat perata lain agar permukaan rata,
sehingga pada saat di uji desak seluruh permukaan menerima gaya desak yang sama
besar.
i. Timbang cetak beton + cetakan dalam kondisi basah.
j. Tunggu selama 1 jam awal, kemudian ambil air yang keluar dari beton (air yang tidak
bereaksi dengan semen) dengan menggunakan pipet, peristiwa ini disebut bleeding.
k. Catat dan sertakan dalam laporan jumlah air (milliliter/cc) yang keluar tersebut.
l. Setelah 24 jam, buka cetakan dengan hati-hati dan beri tanda/kode agar tidak tertukar
dengan benda uji lain
m. Rawat benda uji dengan cara direndam dalam air atau ditutup dengan karung basah atau
dengan cara disiram air selama umur perawatan.
n. Keringkan benda uji, dengan cara 24 jam sebelum pengujian dikeluarkan dari rendaman
atau buka tutup karung basah atau diberhentikan penyiraman.
3.3.5 Hasil Pengujian
Adapun bahan-bahan penyusun yang digunakan untuk pengujian sebesar
1. Semen : 9,17 kg
2. Air : 4,95 kg
3. Pasir : 17,85 kg
4. Kerikil : 29,59 kg

Table 3.6 Ukuran dan Berat Cetakan Silinder

Uraian Silinder 1 Silinder 2 Silinder 3

Diameter (cm) 15,06 15,03 14,96

Tinggi (cm) 30,01 30,11 30,3


Berat Cetakan Kosong (kg) 11,11 12,15 11,51
Berat Cetakan + Betan (kg) 24,42 25,11 13,10
43

Table 3.7 Ukuran dan Berat Cetakan Kubus Dan Balok

Uraian Kubus Balok

Panjang (cm) 15,03 40,01

Lebar (cm) 15,03 10,05

Tinggi (cm) 15,11 10,08

Berat Cetakan Kosong (kg) 4,71 7,92

Berat Cetakan + Beton (kg) 13,41 17,81

3.3.6 Analisis pengujian


1. Silinder 1
a. Berat cetakan + beton = 24,22 kg
b. Berat cetakan kosong = 11,11 kg
c. Berat beton = 13,11 kg
Berat Beton
d. Berat volume silinder beton =
Volume
13,11
=
0,0053
= 2473,58 kg/m3
2. Silinder 2
a. Berat cetakan + beton = 25,11 kg
b. Berat cetakan kosong = 12,15 kg
c. Berat beton = 12,96 kg
Berat Beton
d. Berat volume silinder beton =
Volume
12,96
=
0,0053
= 2445,28 kg/m3
3. Silinder 3
a. Berat cetakan + beton = 24,61 kg
b. Berat cetakan kosong = 11,51 kg
c. Berat beton = 13,10 kg
Berat Beton
d. Berat volume silinder beton =
Volume
44

13,10
=
0,0052
= 2521,11 kg/m3
4. Kubus
a. Berat cetakan + beton = 13,41 kg
b. Berat cetakan kosong = 4,7 kg
c. Berat beton = 8,7 kg
Berat Beton
d. Berat volume silinder beton =
Volume
8,7
=
0,0034
= 2558,82 kg/m3
5. Balok
a. Berat cetakan + beton = 17,81 kg
b. Berat cetakan kosong = 7,9 kg
c. Berat beton = 9,8 kg
Berat Beton
d. Berat volume silinder beton =
Volume
9,8
=
0,004
= 2472,50 kg/m3

6. Berat volume rata-rata =


∑ Berat Volume Beton
Jumlah Benda Uji
12471,29
=
5
= 2494,25 kg/m3

Table 3.8 Hasil Analisis Pengujian


Silinder Silinder Silinder
Uraian Kubus Balok
1 2 3
Berat Cetakan
11,11 12,15 11,51 4,7 7,9
Kosong (kg)
Berat Cetakan +
24,22 25,11 24,61 13,41 17,81
Beton (kg)

Berat Beton (kg) 13,11 12,96 13.1 8,7 9.8


45

Volume (m3) 0,0053 0,0053 0,0052 0,0034 0,004

Berat Volume (kg/m3) 2473,58 2445,28 2521,11 2558,82 2472,5

Berat Volume Rerata


2494,25
(kg/m3)

3.3.7 Pembahasan 
Kondisi SSD (Saturated Surface Dry) merupakan kondisi agregat jenuh air tetapi
permukaannya kering. Pada kondisi ini agregat tidak menyerap air dan juga tidak menambah air
pada campuran. sedangkan Pengujian slump merupakan suatu uji empiris/metode yang digunakan
untuk menentukan konsistensi/kekakuan dari campuran suatu beton segar (fresh concrete).
Berdasarkan hasil percobaan tersebut diperoleh slump sebesar 11 cm, dan syarat slump yang harus
dipenuhi yaitu 6-18 cm. Pada praktikum kali ini target slump ditentukan yaitu 10 ± 2 cm. Jika
dihubungkan dengan target slump, maka hasil uji slump ini sudah sesuai dengan yang ditargetkan.
3.3.8 Kesimpulan
Hasil percobaan menunjukkan nilai slump sekitar 11 cm, berat volume silinder 1 sebesar
24753,28 (kg/m3), berat volume silinder 2 sebesar 2445,28 (kg/m3), berat volume silinder 3 sebesar
2521,11 (kg/m3)berat volume kubus sebesar 2558,82 (kg/m3)berat volume balok sebesar
2472,5(kg/m3), sehingga berat volume rata-rata beton adalah sebesar 2494,25 (kg/m3).

3.4 Pengujian Beton Keras


3.4.1 Pengujian Kuat Desak Beton
1. Maksud dan Tujuan

Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam pengujian untuk menentukan kuat tekan
(compressive strength) beton dengan benda uji berbentuk 60 silinder atau kubus yang dibuat
dan dimatangkan (curing) di laboratorium maupun di lapangan.
Tujuan pengujian ini untuk memperoleh nilai kuat tekan beton dengan prosedur yang benar.
2. Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian desak beton ini adalah sebagai berikut :
a. Timbangan
b. Jangka Sorong/Kaliper
c. Mesin Tekan, kapasitas sesuai dengan kebutuhan
d. Alat pelapis (capping)
3. Benda Uji
46

Benda Uji adalah silinder dan beton yang dibuat dan dimatangkan (curring) di laboratorium
atau di lapangan.
4. Cara pengujian
Cara pengujian dalam pengujian kuat desak beton adalah sebagai berikut
a. Ambil benda uji yang akan ditentukan kuat tekannya dari bak perendaman/pematangan
(curring) 24 jam sebelum pengujian, kemudian bersihkan dari kotoran dan ukur benda uji.
b. Timbang dan ukur benda uji.
c. Lapislah (couting) permukaan atas dan bawah benda uji dengan mortar Belerang.
d. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris
e. jalankan mesin tekan dengan penambahan beban yang konstan, sekitar 2 sampai 4kg/cm2
per detik.
f. Lakukan pembebanan sampai benda uji hancur, dan catat beban maksimum yang terjadi
selama pemeriksaan benda uji.
g. Gambarkan bentuk pecah dan catatlah keadaan benda uji. 5. Hasil Pengujian Berikut ini
merupakan data hasil pengujian kuat desak beton.
5. Hasil Pengujian
Berikut ini merupakan data hasil pengujian desak beton.

Tabel 3.9 Dimensi Benda Uji Silinder


Uraian Silinder 1 Silinder 2
Diameter (mm) 149,6 mm 150,2 mm
Tinggi (mm) 301,5 mm 304 mm
Uraian Silinder 1 Silinder 2
Beban maksimum (N) 439000 N 412000 N
Lama pengujian (detik) 182 detik 179 detik
Tabel 3.11 Sket Benda Uji Silinder
Sebelum pengujian Sesudah pengujian

Uraian Kubus
47

Panjang (Mm) 150 Mm


Lebar (Mm) 150 Mm
Tinggi (Mm) 149,6 Mm

Table 3.13 Pengujian Kuat Desak Kubus


Uraian Kubus
Beban Maksimum (N) 689000
Lama Pengujian (Detik) 162 Detik

6. Analisis pengujian
Hasil analisis perhitungan kuat tekan beton dapat dilihat pada urain berikut :
a. Perhitungan kuat desak silinder 1
1) Beban maksimum (P) = 439000 N
1
2) Luas penampang (A) = π d2
4
1
= x π x 149,62
4
= 17577,3366 mm2
P
b. Kuat desak =
A
439000
=
17577,3366
= 24,98 MPa
c. Perhitungan kuat desak silinder 2
1) Beban maksimum (P) = 412000 N
1
2) Luas penampang (A) = π d2
4
1
= x π x 150,22
4
= 17718,6140 mm2
P
3) Kuat desak =
A
412000
=
17718,6140
= 23,25 MPa
d. Perhitungan kuat desak kubus.
1) Beban maksimum (P) = 689000
2) Luas penampang (A) =sxx
= 150 x 150
48

= 2250,0000 mm2
P
3) Kuat desak = x angka konversi
A
689000
=
2250,0000
= 24,50 MPa
e. Perhitungan kuat desak rata-rata

Kuat desak rata-rata =


f ' cs 1+ f ' cs 2+ f ' cs3
3
24,98+23,25+24.50
=
3
= 24,24 MPa
7. Rekapitulasi Hasil Analisis Pengujian Kuat Desak Beton

Rekapitulasi hasil analisis pengujian kuat desak beton dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.15 Rekapitulasi Hasil Pengolahan Data Uji Desak Silinder


Uraian Silinder 1 Silinder 2 Kubus
Beban maksimum (N) 439000 412000 689000
Lama pengujian (detik) 182 179 162
Luas penampang (mm2) 17577,3366 17718,6140 2250,0000
Kuat desak (MPa) 24,98 23,25 24,50
Kuat desak rata-rata (MPa) 24,24

8. Pembahasan
Beton adalah material struktur bangunan yang mempunyai kelebihan kuat menahan gaya
desak, tetapi mempunyai kelemahan, yaitu nilai kuat tariknya rendah hanya 9% - 15% dari
kuat desaknya. Kuat tekan beton adalah besarnya beban per satuan luas, yang menyababkan
benda uji beton hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin
tekan. Pada percobaan Kuat tekan beton atau kuat desak beton (f’c) ini akan diuji dengan
menggunakan 3 benda uji, yaitu benda uji berbentuk silinder 1 dengan diameter 14,96 cm,
tinggi 30,15 cm. Benda uji berbentuk silinder 2 dengan diameter 15,02 cm, tinggi 30,40 cm.
Dan benda uji berbentuk kubus dengan ukuran panjang 15,00 cm, lebar 15,00 cm, dan tinggi
14,96 cm. dan semua benda uji ini diuji pada umur 28 hari dengan tingkat pembebanan
tertentu. Selama 28 hari beton uji akan disimpan dalam ruangan bertemperatur tetap dengan
kelembapan 100% .
Dari percobaan pengujian kuat desak beton ini didapatkan hasil percobaan pada beberapa
benda uji yang pertama untuk benda uji 1 berbentuk silinder didapatkan data untuk beban
49

maksimum (N) adalah 439000 N, Lama pengujian (detik) adalah 182 detik, Luas penampang
(mm2) adalah 17577,3366, Kuat desak (MPa) adalah 24,98 MPa. dan untuk benda uji kedua
berbentuk silinder didapatkan hasil data; beban maksimum (N) adalah 412000 N, Lama
pengujian (detik) adalah 179 detik, Luas penampang (mm2) adalah 17718,6140, Kuat desak
(MPa) adalah 23,25 MPa, dan untuk benda uji ketiga berbentuk kubus didapatkan hasil data;
beban maksimum (N) adalah 689000 N, Lama pengujian (detik) adalah 162 detik, Luas
penampang (mm2) adalah 2250,0000, Kuat desak (MPa) adalah 24,50MPa. sehingga
didapatkan nilai Kuat desak rata-rata (MPa) yaitu : 24,24MPa. Nilai kuat desak yang
direncanakan untuk percobaan ini adalah 20 Mpa. Berdasarkan hasil pengujian dapat
dikatakan bahwa benda uji silinder 1 dan silinder 2 belum memenuhi belum memenuhi kuat
desak rencana. Namun pada benda uji kubus sudah memenuhi kuat desak rencana. Pada benda
uji silinder 1 dan 2 memiliki nilai kuat desak yang hampir memenuhi kuat desak rencana,
namun belum mencapai target, hal ini disebabkan pada saat pengujian mungkin adanya
kesalahan dalam menimbang atau pada saat uji desak menggunakan mesin tekan dan
sebagainya.
9. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat pada percobaan kali ini kuat desak pada benda uji silinder 1
memiliki nilai kuat desak sebesar 24,98 MPa, pada benda uji silinder 2 memiliki nilai kuat
desak sebesar 23,25 MPa, dan benda uji kubus memiliki nilai kuat desak sebesar 24,50
MPa.pada percobaan kali ini benda uji silinder dan benda uji silinder semua benda uji
memenuhi kuat desak yang direncanakan, namun pada benda uji kubus telah memenuhi nilai
kuat desak yang direncanakan yaitu sebesar 20,12 MPa.
3.4.2 Pengujian Modulus Elastis Beton
1. Maksud dan Tujuan
Maksud pengujian ini adalah sebagai acuan dan pegangan dalam melaksanakan uji modulus
elastisitas pada beton. Tujuan dari pengujian ini adalah mendapatkan nilai modulus
elastisitasnya untuk keperluan perencanaan struktur beton.
2. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah :
a. Mesin uji tekan yang mempunyai ketelitian 10 KN
b. Kompresometer ekstensometer yang mampu mengukur
c. Jangka sorong
d. Timbangan kapasitas 20000 gram
3. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah : beton silinder
4. Prosedur pengujian Adapun prosedur pengujian yang dilakukan adalah :
50

a. Mengukur diameter benda uji pada 3 posisi, lalu diambil rata-ratanya dan diukur tinggi
benda ujinya
b. Menimbang berat benda uji
c. Memasang alat kompresometer-ekstensometer pada benda uji dengan benar dan kokoh,
kemudian alat pengukur deformeter (dial gauge) dipasang pada posisi yang tepat
d. Meletakan benda uji yang telah diberi alat ukur deformetri ada mesin uji tekan
e. Menyalakan mesin uji tekan dan memberikan pembebanan secara teratur dengan kecepatan
pembebanan antara 207 sampai dengan 275 kips/detik sampai benda uji hancur atau sampai
mesin uji tidak memberikan beban lagi
f. Membaca dan mencatat tegangan/deformasi setiap peningkatan beban sebesar 10 KN
5. Hasil Pengujian
Berikut tabel pembacaan dial pengujian modulus elastisitas.

Table 3.16 Data Pembacaan Dial Pengujian Modulus Elastisitas


Beban (kN) Pembacaan dial silinder
10 9
20 20
30 25
40 31
50 45
60 55
70 66
80 78
90 89
100 93
110 104
120 115
130 128
140 145
150 154
160 180
170 192
180 211
190 218
200 232
210 250
220 271
230 291
240 305
250 326
260 349
270 372
280 402
51

290 432
300 462
310 540
320 590
330 625
340 693
Lanjutan Table 3.16 Data Pembacaan Dial Pengujian Modulus Elastisitas
Beban (kN) Pembacaan dial silinder
350 752
360 870
345 921
330 950
310 1010

6. Analisis pengujian
a. Beban maksimum = 360 KN ~ 360,000 N
b. Luas penampang = 17718.61398
c. Kuat desak = 23 MPa
d. Beban 10 KN = 10 KN
= 10,000 N
e. Pembacaan dial = 9 x 10-3
= 0,09 mm
f. ∆ l sebenarnya = (10/2) x 10-3
= 5 x 10-3
1) Tegangan = P/A
10000
=
17718,61398
= 0,56437823 MPa
2) Regangan = ∆ l/Lo
= 0,045/200
= 0,000025 mm
g. Beban 20 KN = 20 KN
= 20,000 N
h. Pembacaan dial = 20 x 10-3
= 0,02 mm
i. ∆ l sebenarnya = (20/2) x 10-3
= 10 x 10-3
1) Tegangan = P/A
20000
=
17718,61398
52

= 1,12875646 mm
2) Regangan = ∆ l/Lo
= 0,01/200
= 0,00005 mm
Tabel 3.17 Data Hasil Analisis Pengujian Modulus Elastisitas
Ekstiometer ∆ L sebenarnya Tegangan Regangan
kN N
…x10^-3 (1/2∆L) mm (P/A) MPa (∆L/Lo)
10 10,000 9 0,0045 0,5643 0,000025
20 20, 000 20 0,01 1,1287 0,00005
30 30, 000 25 0,0125 1,6931 0,0000625
40 40, 000 31 0.0155 2,2575 0,0000775
50 50, 000 45 0,0225 2,8218 0,0001125
60 60, 000 55 0.0275 3,3862 0,0001375
70 70, 000 66 0,033 3,9506 0,000165
80 80, 000 78 0,039 4,5150 0,000195
90 90, 000 89 0,0445 5,0794 0,0002225
100 100, 000 83 0,0465 5,6437 0,0002325
110 110, 000 104 0,052 62081 0,00026
120 120, 000 115 0,0575 6,7725 0,0002875
130 130, 000 128 0,064 7,3369 0,00032
140 140, 000 145 0,0725 7,9012 0,0003625
150 150, 000 154 0,077 8,4645 0,000385
160 160, 000 180 0,09 9,0300 0,00045
170 170, 000 192 0,096 9,5944 0,00048
180 180, 000 211 0,1055 10,1588 0,0005275
190 190, 000 218 0,109 10,7231 0,0000545
200 200, 000 232 0,116 11,2875 0,00058
210 210, 000 250 0,125 11,8519 0,000625
220 220, 000 271 0,1355 12,4163 0,0006775
230 230, 000 291 0,1455 12,9806 0,0007275
240 240, 000 305 0,1525 13,5450 0,0007675
250 250, 000 326 0,163 14,1094 0,000815
260 260, 000 349 0,1745 14,6738 0,0008725
270 270, 000 372 0,186 15,2382 0,00093
280 280, 000 402 0.201 15,8025 0,001005
290 290, 000 432 0,216 16,3669 0,00108
300 300, 000 462 0,231 16,9313 0,001155
310 310, 000 540 0,27 17,4957 0,00135
320 320, 000 590 0,295 18,0601 0,001475
330 330, 000 625 0,3125 18,6244 0,0015625
340 340, 000 693 0,3465 19,1886 0,0017325
350 350, 000 752 0,376 19,7532 0,00188
360 360, 000 870 0,435 20,3176 0,002175
53

345 345, 000 921 0,4605 19,4710 0,0023025


330 330, 000 950 0,475 18,6244 0,002375
310 310, 000 1010 0,505 17,4957 0,002525

Gambar 3.7 Diagram Hubungan Tegangan Rengangan


Berdasarkan grafik diatas dihitung besar nilai modulus elastisitasnya. Modulus
elastisitasnya. Modulus elastisitas beton adalah nilai tegangan dibagi regangan dalam
kondisi elastis. Kondisi elastis adalah kondisi dimana tegangan 40% beton maksimum.
a. Beban maksimum = 360 KN
b. Tegangan dalam kondisi elastisitas = 40/100 x 360 = 144 KN ~ 144,000 N
Sehingga didapat dalam kondisi elastis.
σ 2 = 7,901 MPa ε 2 = 0,0003625mm
Selanjutnya dari titik elastisitas tersebut ditarik garis lurus sejajar titik titik di
bawahnya. Kemudian diambil tiga titik sejajar di bawahnya mewakili titik lainnya
sehingga didapat nilai:
σ 1 = 1,6931MPa ε 2 = 0,0000625 mm
Adapun berdasarkan grafik diatas didapat perhitungan sebagai berikut :
σ2
1) Modulus elastisitas =
ϵ2
7,901
=
0,0003625
= 21796,67647 MPa
2) Perhitungan nilai koreksi
54

σ 2−σ 1 σ2
=
ε 2−ϵ 1 ϵ 2± x
7,901−1,6931 σ2
=
0,0003625−0,0000625 ϵ 2± x
6,20816 7,9013
=
0,0003 0,0003625± x
7,9013
20693,86844 =
0,0003625± x
7,9013
0,0003625 ± x =
20693,8644
0,0003625 ± x = 0,000381818
± x = 0,000381818 – 0,0003625
x = 0,000019318
7. Pembahasan
Modulus elastisitas beton adalah nilai tegangan dibagi regangan beton
dalam kondisi elastis. Dimana nilai tegangan mencapai 40% dari kuat tekan
maksimum. Ada beberapa hal yang mempengaruhi modulus elastisitas beton antara
lain sebagai berikut ini: Kelembaban: Beton dengan kandungan air yang lebih
tinggi memiliki modulus elastisitas yang juga lebih tinggi daripada beton dengan
spesifikasi yang sama. Agregat: Nilai modulus dan proporsi volume agregat dalam
campuran mempengaruhi modulus elastisitas beton. Semakin tinggi modulus
agregat dan semakin besar proporsi agregat dalam beton, semakin tinggi pula
modulus elastisitas beton tersebut. Umur Beton: Modulus elastisitas beton meningkat seiring
pertambahan umur beton seperti halnya kuat tekannya, namun modulus elastisitas meningkat
lebih cepat daripada kekuatannya. Mix Design: Beton Jenis beton memberikan nilai E
(modulus elastisitas) yang berbeda-beda pada umur dan kekuatan yang sama. faktor- faktor
yang dapat mempengaruhi nilai modulus elastisitas adalah pembuatan campuran, proses
pembuatan dan perawatan beton yang belum sesuai. Selain itu, dalam pengujian ini faktor yang
dapat mempengaruhi nilai modulus adalah ketepatan dalam pengujian konstan pembebanan
yang konstan dan sesuai metode SNI. Nilai modulus elastisitas secara teoritis dapat dihitung
dengan rumus sebagai berikut:

σc=4700 √ F ' c
= 4700 √ 23
= 22540, 408 MPa
8. Kesimpulan
55

Berdasarkan pengujian modulus elastisitas yang dilakukan pada benda uji silinder beton maka
di dapatkan nilai modulus elastisitas sebesar 22540,408 MPa.

3.4.3 Pengujian Kuat Tarik Belah Beton


1. Maksud & Tujuan
Maksud dari metode pengujian ini sebagai acuan dalam pengujian untuk mengetahui kuat tarik
belah beton.
Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui nilai kuat tarik belah beton pada benda uji.
2. Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian kuat tarik belah beton adalah sebagai berikut :
a. Mesin uji tekan
b. Timbangan
c. Jangka sorong
d. Stopwatch
3. Bahan
Bahan yang digunakan adalah silinder beton.
4. Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian dalam pengujian kuat tarik belah beton adalah sebagai berikut:
a. Mengukur dan menimbang benda uji
b. Memasukkan benda uji ke dalam mesin uji. Diletakkan secara horizontal
c. Menjalankan mesin uji dengan pembebanan konstan dan memulai stopwatch pada saat
angka pada layar mesin mulai bergerak
d. Mencatat berat maksimum serta waktu pengujian
e. Menggambar sketsa benda uji
5. Hasil Pengujian
Berikut ini tabel data pengujian kuat tarik belah beton.

Tabel 3.18 Data Pengujian Kuat Tarik Belah Beton

Uraian Silinder

Diameter 15,12 cm
Tinggi 30,00 cm
Berat 13,20 kg
Berikut tabel data dari hasil pengujian kuat tarik belah beton :

Tabel 3.19 Data Pengujian Kuat Tarik Belah Beton

Uraian Silinder
56

Beban Maksimum 124 KN


Lama Pengujian 33 Detik

Berikut tabel sketsa benda uji pada silinder :

Tabel 3.20 Sketsa Benda Uji Silinder


Sebelum Uji Setelah Uji

6. Analisis Pengujian
Analisis pengujian kuat tarik belah beton adalah sebagai berikut :
a. Beban maksimum (P) P = 124 KN
P = 124000 N

124000
P=
9,81

P = 12640,1631Kg

b. Kuat tarik belah (fct)


2p 2.124000
Kuat tarik belah dalam MPa = = = 1.74 MPa
πLD π .30 .15,12
= Kuat tarik MPa x 10,2
= 1,74 x 10,2
= 17,75 kg/cm2

Berikut tabel data dari hasil analisis pengujian kuat tarik belah beton

Tabel 3.21 Hasil Analisis Pengujian Kuat Tarik Belah Beton


Uraian Hasil Pengamatan
57

124 KN
Beban maksimum
12640,16 kgf
Lama pengujian 33 detik
1,74 Mpa
Kuat tarik belah
17,75 kg/cm2

7. Pembahasan
Kuat tarik belah beton adalah kemampuan menahan gaya tarik belah pada suatu beton yang
diujikan apabila diuji, beton sangat kecil pada nilai kuat tariknya, tetapi berbanding terbalik
pada nilai kuat desak beton yang tinggi. Dalam praktikum percobaan ini, didapat nilai kuat
terik belah beton sebesar 1,74 MPa.
8. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis data didapat nilai sebagai berikut:
Beban maksimum = 124 KN
= 124000 N
Kuat tarik belah beton = 1,74 MPa
3.4.4 Pengujian Kuat Lentur Beton
1. Maksud dan Tujuan
Maksud dari metode pengujian ini sebagain acuan dan pegangan dalam melaksanakan
pengujian kuat lentur beton
2. Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian kuat lentur beton adalah sebagai berikut :
a. Mesin uji tekan
b. Alat ukur/penggaris
c. Jangka sorong/caliber
d. Timbangan
e. Gerinda, peralatan kaping
3. Bahan
Bahan yang digunakan adalah balok beton
4. Prosedur pengujian
Prosedur pengujian dalam pengujian kuat lentur beton adalah sebagai berikut :
a. Menggukur dimensi benda uji menggunakan jangka sorong
b. Menimbang berat benda uji
c. Menggaris sejauh 10% dibuat dari jarak bentang diluar titik perletakan beban
d. Benda uji diletakan kedalam benda uji
e. Menemppatkan benda uji tepat pada pusat tumpuan dengan satu beban titik
f. Mesin uji dijalankan dan beban maksimum pembebanan dicatat
g. Jarak bidang patah ke tumpuan terdekat diukur dan dicatat
58

h. Menggambar sketsa benda uji setelah pembebanan


5. Hasil pengujian
Berikut ini tabel data pengujian kuat lentur beton :

Tabel 3.22 Data Pengujian Kuat Lentur Beton

Uraian Hasil pengujian


Lebar benda uji (mm) 100,00
Tinggi benda uji (mm) 100,20
Panjang benda uji (mm) 400,10
Berat benda uji (kg) 9,04
Berat volume (kg/m3) 2254,93

Lanjutan Tabel 3.22 Data Pengujian Kuat Lentur Beton

Uraian Hasil pengujian


Panjang bentang (mm) 300
Jarak beban ke tumpuan (mm) 150
Beban maksimum (kgf) 1282
Jarak bidang patah ketumpuan (mm) 100,95
Lebar tampang patah (b) (mm) 100,30
Tinggi tampang patah (h) (mm) 100.20
Kuat lentur (MPa) 5,62

Berikut tabel skets pada benda uji :

Tabel 3.23 Sketsa Benda Uji Lentur Beton

Sebelum Uji Setelah Uji

6. Analisis pengujian
Analisis pengujian kuat lentur beton adalah sebagai berikut :
a. Volume benda uji (V)
Volume =pxlxt
59

= 100,00 x 100,20 x 400,10


= 4009002 mm3
= 4,009002 x 10-3m3
b. Berat volume
Berat bendauji
Berat volume =
V
9,04
=
4,009002 x 10−3
= 2254,93 kg
c. Beban maksimum
Beban maksimum = 1282
= 1282 x 9,81
= 12576,42 N
= 12,57642 KN
d. Kuat lentur
3 x Pmaks x g x c
Kuat lentur =
2 x b x h2
3 x 1282 x 9,81 x 300
=
2 x 100,30 x 100,202
= 5,82 MPa
7. Pembahasan
Kuat lentur beton adalah kemampuan beton menahan gaya arah tegak lurus sumbu yang
diberikan pada balok beton tersebut dinyatakan dalam MPa. Dalam praktikum ini didapat nilai
kuat lentur beton sebesar 5,82 MPa.
8. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan pada analisis data, didapat nilai beban maksimum sebesar
12,57642 KN. Kemudian didapat juga besar kuat lentur beton sebesar 5,82 MPa.

3.4.5 Pengujian Hammer Test


1. Maksud dan Tujuan
Maksud dari metode ini pengujian ini sebagai acuan dan pegangan dalam melaksanakan
pengujian kekerasan permukaan beton
Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui nilai kuat beban beton untuk keperluan
pengedalian beton yang bermutu
2. Alat
Alat yang digunakan dalam pengujian kuat lentur beton adalah Hammer Test.
3. Bahan
60

Bahan yang digunakan adalah balok beton.


4. Prosedur pengujian
Prosedur pengujian Hammer Test adalah sebagai berikut
a. Meletakan Hammer Test pada permukaan benda uji dengan posisi tegak lurus
a. Menekan beton dengan arah tegak lurus bidang uji sampai terjadi pukulan pada titik uji, lalu
tekan tombol pada Hammer Test
b. Menggulang prosedur hingga 10 kali di titik yang berbeda
c. Mencatat nilai pembacaan
5. Hasil pengujian
Berikut tabel data pengujian Hammer Test :

Tabel 3.24 Data Pengujian Hammer Test


Elemen struktur Balok Balok
Sudut pukulan -90o -90o
Pukulan ke- Nilai lenting kanan (R) Nilai lenting kiri (R)
1 21 20
2 22 20
3 23 21
4 20 22
5 19 25
6 24 26
7 25 23
8 23 25
9 22 23
10 24 24
Jumlah data 10 10
R maksimum 25 26
R minimum 19 10
R rata-rata 22 26

6. Analisis pengujian
Analisis pengujian Hammer Test adalah sebagai berikut :
a. Simpangan Baku Kanan
1) Titik ke - 1 = (R1 - Rrata-rata)2
= (21 - 22)2
=1
2) Titik ke - 2 = (R2 - Rrata-rata)2
= (22 - 22)2
61

=0
3) Titik ke - 3 = (R3 - Rrata-rata)2
= (23 – 22)2
=1
4) Titik ke - 4 = (R4 - Rrata-rata)2
= (20 – 22)2
=4
5) Titik ke - 5 = (R5 - Rrata-rata)2
= (19 – 22)2
=9
6) Titik ke - 6 = (R6 - Rrata-rata)2
= (24 – 22)2
=4
7) Titik ke - 7 = (R7 - Rrata-rata)2
= (25 – 22)2
=9
8) Titik ke - 8 = (R8 - Rrata-rata)2
= (23 – 22)2
=1
9) Titik ke – 9 = (R9 - Rrata-rata)2
= (22 – 22)2
=0
10) Titik ke – 10 = (R10 - Rrata-rata)2
= (24 – 22)2
=4
11) Simpangan baku total = 1 + 0 + 1 + 4 + 9 + 4 + 9 + 1 + 0 + 4 = 34

∑ ( R 1−R rata−rata)2
12) Simpangan baku =
√ n−1
34
=
√ 10−1
= 1,94365
simpangan baku
13) Koefisien variasi = x 100
R rata−rata
1,94365
= x 100
22
= 8,834772
b. Simpangan baku kiri
62

1) Titik ke – 1 = (R1 - Rrata-rata)2


= (20 – 23)2
=9
2) Titik ke – 2 = (R2 - Rrata-rata)2
= (20 – 23)2
=9
3) Titik ke – 3 = (R3 - Rrata-rata)2
= (21 – 23)2
=4
4) Titik ke – 4 = (R4 - Rrata-rata)2
= (22 – 23)2
=1
5) Titik ke – 5 = (R5 - Rrata-rata)2
= (25 – 23)2
=4
6) Titik ke – 6 = (R6 - Rrata-rata)2
= (26 – 23)2
=9
7) Titik ke – 7 = (R7 - Rrata-rata)2
= (23 – 23)2
=0
8) Titik ke – 8 = (R8 - Rrata-rata)2
= (25 – 23)2
=4
9) Titik ke – 9 = (R9 - Rrata-rata)2
= (23 – 23)2
=0
10) Titik ke – 10 = (R10 - Rrata-rata)2
= (24 – 23)2
=1
11) Simpangan baku total = 9 + 9 + 4 + 1 + 4 + 9 + 0 + 4 + 0 + 1 = 41

∑ ( R 1−R rata−rata)2
12) Simpangan baku =
√ n−1
41
=
√ 10−1
= 2,13437
63

simpangan baku
13) Koefisien variasi = x 100
R rata−rata
2,13437
= x 100
23
= 9,27986565

Gambar 3.8 Grafik Hammer Test

7. Pembahasan
Pengujian Hammer Test bertujuan untuk memperkirakan nilai kuat tekan beton yang dimiliki
oleh balok beton tersebut. Pada pelaksanaanya Hammer Test dilaksanakan sebaknyak 10 titik
di sisi kiri balok beton.
Dalam pengujian kali ini didapatkan kuat tekan pada lenting kanan sebesar 18,00 MPa dan
kuat tekan lenting kiri sebesar 17,5 MPa sehingga nilai perkiraan kuat tekan beton rata-rata
sebesar 17,75 MPa.
8. Kesimpulan
Dari pengujian Hammer Test ini diperoleh nilai simpangan baku lenting kanan sebesar 1,94
MPa sedangkan pada lenting kiri sebesar 2,13 MPa nilai koefisiensi variasi lenting kanan
sebesar 8,83 dan pada lenting kiri 9,27. Serta diperoleh nilai perkiraan kuat tekan beton pada
lenting kanan sebesar 18,00 MPa dan kuat tekan lenting kiri sebesar 17,5 MPa sehingga nilai
perkiraan kuat tekan betpn rata-rata sebesar 17,75 MPa.
64

BAB IV
BAJA

4.1 Pendahuluan
Besi baja atau yang biasa disebut dengan baja adalah paduan antara besi dan besi karbon,
dengan kandungan karbonnya lebih rendah dari besi tuang, namun lebih banyak dari besi tempa.
Berdasarkan kandungan karbon, baja terbagi menjadi :
1. Baja sangat lunak (deed steel) : kandungan karbon ≤0.10 %
2. Baja lunak (low carbon steel) : kandungan karbon 0.10 - 0.25 %
3. Baja sedang (medium carbon steel) : kandungan karbon 0.25 - 0.70 %
4. Baja keras (high carbon steel) : kandungan karbon 0.70 - 1.50 %
Dalam bidang konstruksi, baja secara umum dibagi menjadi dua kelompok yaitu baja keras dan
lunak (struktur). Dalam hal ini, fokusnya lebih pada tulangan baja sebagai magang di
Laboratorium Material Teknik di Fakultas Teknik FTSP UII Sipil. Baja tulangan atau sering
disebut besi cor beton, berbentuk beton bulat telur bulat dengan permukaan halus atau ulir / rusuk
(defom). Simbol yang digunakan pada tulangan baja biasa adalah BJTP dan untuk tulangan berulir
itu BJTD.

4.2 Pengujian Kuat Tarik Baja Tulangan


4.2.1 Maksud dan Tujuan
Maksud dari metode ini adalah sebagai panduan dalam praktikum dalam praktikum pengujian
tarik baja tulangan di laboratorium.
Tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat memahami tentang cara pengujian serta
mengetahui data yang dihasilkan seperti batas elastic, batas leleh, kuat tarik, tegangan leleh, batas
sebanding, modulus elastisitas, modulus kenyal, batas regangan pada 0.02 dan 0.02 offset, serta
kualitas bahan
4.2.2 Alat
Dalam praktikum ini terdapat alat yang akan digunakan sebagai berikut :
1. Mesin Universal Testing Machine kapasitas 30 ton merk Shimadzu
2. Timbangan kapasitas 5000 gram atau lebih dengan ketelitian 0.1 % dari berat contoh (khusus
baja tulangan ulir/deform)
3. Sketmat/jangka sorong
4. Strainnometer
5. Jangka manual
65

6. Penggaris, spidol, amplas, dan lain-lain.

4.2.3 Bahan
Bahan Uji adalah batang baja beton yang mempunyai bentuk dan dimensi tertentu
(proporsional antara panjang dan luas penampang) yang dibuat/diambil dari contoh-contoh baja
beton.

Gambar 4.1 Benda Uji


Keterangan :
Lt : Panjang Total Benda Uji (Mm)
Lo : Panjang Ukur Awal Benda Uji (Mm)
Do : Diameter Awal Benda Uji (Terkecil) (Mm)
D : Diameter Contoh Asli (Mm)
Lj / H : Panjang Bagian Benda Uji Yang Terjepit Mesin Tarik (Mm)
R : Jari-Jari Cekungan, Bagian Benda Uji Konis
M : Panjang Bebas Benda Uji (Mm)
Ao : Luas Penampang Benda Uji Semula (Mm2)
4.2.4 Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian dalam pengujian kuat tarik baja tulangan adalah sebagai berikut:
1. Siapkan benda uji, apabila kotor/berkarat bersihkan dengan amplas/lap.
2. Ukur dimensi benda uji dengan jangka sorong dan tentukan tanda-tanda sesuai form pengisian
data.
66

3. Tentukan panjang awal (lo) dan diberi tanda, kemudian pasang alat pembaca regangan
(strainometer) pada titik yang telah ditentukan. Pemberian tanda dapat menggunakan spidol
atau penitik.
4. Lakukan pengujian dengan dipandu teknis/laboran dan atau asisten dengan mencatat semua
hasil uji.
5. Apabila alat pembaca regangan sebelum pengujian selesai tidak lagi mampu membaca
pertambahan panjang (panjangnya terbatas hanya sampai 10 mm), maka pembacaan regangan
diganti dengan jangka manual dengan posisi jangka sama dengan penempatan strainometer
sebagai patokan.
6. Setelah benda uji putus, satukan lagi kedua bagian benda uji, kemudian ukur panjang setelah di
uji (Lu), diameter tempat putus (du) dan amati jenis putusnya.
4.2.5 Hasil Pengujian
Dari hasil pengujian yang telah dilakukan didapatkan hasil pengujian sebagai berikut :
1. Panjang baja tulangan keseluruhan = 510 mm
2. Panjang pada bagian kecil (bidang uji) = 110 mm
3. Diameter bagian kecil (bidang uji) = 10,6 mm
4. Diameter bagian besar (diameter pengenal) = 15,6 mm
5. Luas penampang (bidang uji) = 88,24733764 mm²
6. Panjang ukuran awal (Lo) = 52,98219051 mm
Jarak tanda / titik pada benda uji dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan hasil pembacaan regangan
dapat dilihat pada Tabel 4.2 dibawah ini :

Tabel 4.1 Jarak Tanda atau Titik pada Benda Uji


Jarak Antar Titik Sebelum (mm) Sesudah (mm)
0–1 11 12,1
0–2 22 24,2
0–3 33 36,3
0–4 44 48,4
0–5 55 60.5
0–6 66 72,6
0–7 77 84,7
0–8 88 96,8
0–9 99 108,9
0 – 10 110 121
67

Tabel 4.2 Hasil Pembacaan Regangan Pengujian Kuat Tarik Baja dengan Menggunakan
Jangka (Pertambahan Panjang setiap 0.5 mm)
Beban Ekstensometer Beban Ekstensometer
Kgf (∆ L) x 102 mm Kgf (∆ L) x 102 mm
100 0,0 2300 4,44
200 0,0 2400 5
300 0,0 2500 5,5
400 0,0 2600 6
500 0,0 2700 6,4
600 0,2 2800 6,7
700 0,5 2900 7,1
800 1 3000 7,6
900 1,25 3100 8,1
1000 1,50 3200 8,7
1100 2 3300 9
1200 2,2 3550 28
1300 2,5 3400 46
1400 3 3300 67
1500 3,1 3700 81
1600 3,2 3800 92
1700 3,3 3900 104
1800 3,2 4000 123
1900 3,2 4100 132
2000 3,4 4200 154
2100 4 4300 172
2200 4,2

Tabel 4.3 Pengujian Dial Manual Menggunakan Jangka


Beban (Kgf) Panjang Jangka (mm)
4315 55
4510 56
4620 57
4790 58
4840 59
4930 60
4930 61
Lanjutan Tabel 4.3 Pengujian Dial Manual Menggunakan Jangka
4930 62
4850 63
4630 64

Dari hasil pengujian dan pembacaan regangan didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Beban Leleh Atas (LA) = 34825,5 N; pembacaan strainometer 28 x10 −2 mm; lama pengujian :
3,5 menit
2. Beban Leleh Bawah (LB) = 36297 N; pembacaan strainometer 46 x10 −2 mm.; lama pengujian :
4,17 menit
3. Beban Maksimum (P) = 4930 kgf;
68

4. Panjang setelah diuji (Lu) = 63,4 mm


Dibawah ini merupakan sketsa benda uji sebelum dan setelah diuji kuat tarik. Dapat dilihat
pada tabel 4.4 sebagai berikut;

Tabel 4.4 Sketsa Benda Uji Sebelum Dan Setelah Dilakukan Uji Kuat Tarik

4.2.6 Analisis Perhitungan


Adapun analisis perhitungan yang dilakukan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1. Panjang Ukuran Awal (Lo)
Lo = 5,64 √ 0,25 x π x d 2
= 5,64 √ 0,25 x π x 1,062
= 5,3 cm
2. Perhitungan Konversi Dari Jangka Ke Strainometer (dial)
Panjang Jangka 5,5 cm
Δ sebenarnya = (5,5 cm – 5,3 cm) x 10
= 2 mm
Untuk beban selanjutnya dilakukan perhitungan yang sama, sehingga diperoleh data seperti
pada tabel 4.5 dan 4.6
3. Kuat Tarik maksimum (Pu)
P max
Pu =
Ao
4930 x 9,81
=
88,2473
= 548,04 Mpa
4. Kuat Tarik leleh (Fy)
Beban Leleh Bawah
Fy =
Ao
36297
=
88,2473
69

= 411,309 Mpa

5. Regangan Maksimum (εmax)

Lu−Lo
εmax =
Lo
x 100%

63,4−52,9
= x 100%
52,9
= 20%
6. Konsentrasi Penampang
Ao−Au
S = x 100%
Ao
88,2473−59,4
= x 100%
88,2473
= 33%
7. Perhitungan Tegangan Regangan Pada Beban 1000 kgf
a. Beban (N) = 1000 x 9,81 = 9810 N
b. Pembacaan dial = 1,5
c. Δl sebenarnya = 1,5 × 10-2 = 0,015 mm
P 9810
d. Tegangan (Ơ) = = = 111,165 Mpa
A o 88,2473
Δl 0,015
e. Regangan (ε) = = = 0,00028 mm
Lo 52,98
Untuk Beban Selanjutnya dapat dilakukan dengan perhitungan yang sama sehingga
diperoleh data seperti Tabel 4.5 dan 4.6 dibawah ini

Tabel 4.5 Hasil Analisis Pengujian Kuat Tarik Baja

Beban Ekstensiometer ∆ Sebenarnya Tegangan (Ơ) Regangan (g)

Kgf N (∆ L) ....10^2mm ∆L mm (P/A) Mpa (∆L/Lo)


70

100 981 0,0 0 11,116 0.00000000

200 1962 0,0 0 22.233 0.00000000

300 2943 0,0 0 33.349 0.00000000

400 3924 0,0 0 44.466 0.00000000

500 4905 0,0 0 55.582 0.00000000

600 5886 0,2 0,002 66.699 0.00003775

700 6867 0,5 0,005 77.815 0.00009437

800 7848 1 0,01 88.932 0.00018874

900 8829 1,25 0,0125 100.048 0.00023593

1000 9810 1,50 0,015 111.165 0.00028311

1100 10791 2 0,02 122.281 0.00037749

1200 11772 2,2 0,022 133.398 0.00041523

Lanjutan Tabel 4.5 Hasil Analisis Pengujian Kuat Tarik Baja

1300 12753 2,5 0,025 144.514 0.00047186

1400 13734 3 0.03 155.631 0.00056623

1500 14715 3,1 0.031 166.747 0.00058510


71

1600 15696 3,2 0.032 177.864 0.00060398

1700 16677 3,3 0.032 188.980 0.00060398

1800 17658 3,2 0.032 200.097 0.00060398

1900 18639 3,2 0.032 211.213 0.00060398

2000 19620 3,4 0.034 222.330 0.00064173

2100 20601 4 0.04 233.446 0.00075497

2200 21582 4,2 0.042 244.563 0.00079272

2300 22563 4,44 0.044 255.679 0.00083047

2400 23544 5 0.05 266.796 0.00094371

2500 24525 5,5 0.055 277.912 0.00103808

2600 25506 6 0.06 289.029 0.00113246

Lanjutan Tabel 4.5 Hasil Analisis Pengujian Kuat Tarik Baja

2700 26487 6,4 0.064 300.145 0.00120795

2800 27468 6,7 0.067 311.262 0.00126458

2900 28449 7,1 0.071 322.378 0.00134007

3000 29430 7,6 0.076 333.494 0.00143444

3100 30411 8,1 0.081 344.611 0.00152882


72

3200 31392 8,7 0.087 355.727 0.00164206

3300 32373 9 0.09 366.844 0.00169868

3550 34825.5 28 0.28 394.635 0.00528479

3400 33354 46 0.46 377.960 0.00868216

3300 32373 67 0.67 366.844 0.01264576

3700 36297 81 0.81 411.310 0.01528816

3800 37278 92 0.92 422.426 0.01736433

3900 38259 104 1.04 433.543 0.01962924

4000 39240 123 1.23 444.659 0.02321535

Lanjutan Tabel 4.5 Hasil Analisis Pengujian Kuat Tarik Baja

4100 40221 132 1.32 455.776 0.02491403

4200 41202 154 1.54 466.892 0.02906637

4300 42183 172 1.72 478.009 0.03246374

Tabel 4.6 Hasil Analisis Pengujian Kuat Tarik Baja Pembacaan Jangka

Beban (Kgf) Beban (N) Panjang Regangan Tegangan


Jangka (mm)

4315 42330.15 55 0.04 479.68

4510 44243.1 56 0.06 501.35


73

4620 45322.2 57 0.08 513.58

4790 46989.9 58 0.09 532.48

4840 47480.4 59 0.11 538.04

4930 48363.3 60 0.13 548.04

4930 48363.3 61 0.15 548.04

4930 48363.3 62 0.17 548.04

4850 47578.5 63 0.19 539.15

Lanjutan Tabel 4.6 Hasil Analisis Pengujian Kuat Tarik Baja Pembacaan Jangka

4630 45420.3 64 0.21 514.69

Berdasarkan Tabel 4.5 dan 4.6 diatas maka didapatkan grafik seperti dibawah ini :

Gambar 4.2 Grafik Tegangan dan Regangan Uji Tarik Baja

Modulus elastisitas baja dapat dicari dengan pembuatan grafik perbandingan antara
tegangan dan regangan. Kemudian dari grafik dapat dilakukan perhitungan untuk mencari nilai
modulus elastisitas baja. Perhitungan dapat dilihat dari kemiringan grafik tegangan-regangan pada
bagian yang linier terhadap sumbu horizontal atau sumbu regangan yang besarnya selalu tetap dari
0 sampai batas tertentu pada grafik. Titik sebelum titik batas leleh atas merupakan nilai tegangan 2
74

(𝜎2) dan regangan 2 (𝜀2) dengan tegangan 2 sebesar 366,844 MPa dan regangan 2 sebesar
0,001698684. Kemudian dari titik regangan 2 dan tegangan 2 tersebut ditarik garis lurus sejajar
dengan titik dibawahnya dan diambil 5 titik sejajar dibawahnya. Hasil yang diperoleh dapat
dilakukan perhitungan sebagai berikut :

Modulus elastisitas :

σ2 366,844
= =215957,765 Mpa
ε 2 0,001698684

Koreksi

366,844−66,699 366,844
=
0,001698684−0,000037749 0,001698684 ± x

366,844
180708,4=
0,001698684 ± x

± x=0,000331

4.2.7 Pembahasan

Kuat tarik baja merupakan besarnya gaya tarik yang bekerja pada saat benda uji mencapai
puncak pembebanan dan sebelum benda uji putus. Dalam grafik regangan dan tegangan baja
terbagi menjadi empat zona yaitu zona elastis, zona plastis, zona strain hardening, dan zona
necking. Zona elastis merupakan zona dimana benda uji diberikan pembebanan dan dihentikan
maka benda uji tersebut masih akan kembali ke bentuk semula. Sedangkan untuk zona plastis
adalah zona dimana tidak terjadi penambahan tegangan namun hanya terdapat penambahan
regangan. Pada zona ini, benda uji apabila dilakukan pembebanan lalu dihentikan maka benda uji
tidak akan kembali ke bentuk semulanya. Setelah melewati kedua zona ini maka akan melewati
zona strain hardening. Pada zona tersebut nilai tegangan dan regangan sudah tidak linier. Nilai
tegangan akan bertambah hingga mencapai kondisi maksimum. Setelah melewati kondisi
maksimum maka tegangan akan turun secara signifikan sampai baja putus atau disebut zona
necking.
4.2.8 Kesimpulan
Dari Pengujian ini diperoleh nilai kuat tarik leleh baja sebesar 411,309 Mpa, kuat tarik
maksimum baja sebesar 548,04 MPa, nilai modulus elastisitas baja sebesar 215957,765 Mpa Mpa
dengan nilai koreksi sebesar 0,000331.
75

4.3. Pengujian Geser Lintang Baja Tulangan


4.3.1 Maksud dan Tujuan
Metode ini dimaksudkan sebagai panduan dalam praktikum pengujian geser baja tulangan
di laboratorium.
Tujuan dari dilakukannya pengujian ini adalah agar mahasiswa dapat memahami tentang
cara pengujian serta mengetahui kira-kira kondisi di lapangan pada struktur yang mengalami
pembebanan seperti praktikum di laboratorium.
4.3.2 Alat
Adapun peralatan yang digunakan sebagai berikut :
1. Mesin tekan merk Ele tipe ADR 3000
2. Sketmat/jangka sorong
3. Alat bantu khusus geser baja
4. Stopwatch, dll.
4.3.3 Benda Uji
Benda uji adalah batang baja tulangan atau benda uji bekas uji tarik baja
tulangan.
4.3.4 Prosedur Pengujian
Prosedur pengujian dalam pengujian geser lintang baja tulangan adalah sebagai berikut :

1. Siapkan benda uji, apabila kotor atau berkarat bersihkan dengan amplas atau lap.
2. Ukur dimensi benda uji dengan jangka sorong dan tentukan tanda sesuai dengan
form pengisian data,
3. Lakukan pengujian dengan dipandu teknisi/laboran dan atau asisten dengan
mencatat semua hasil uji : beban maksimum dan waktu pengujian.
4.3.5 Hasil Pengujian
Dari praktikum yang telah dilakukan didapatkan data hasil pengujian seperti
tabel berikut ini.

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Kuat Geser Baja

Uraian Geser Tunggal Geser Ganda

Beban Maksimum (kN) 108 210

Lama Pengujian (detik) 21 32


76

4.4.6 Analisis Pengujian


1. Luas Tampang benda uji = 0,25 x π x D²

= 0,25 x π x 15,60

= 191,13 mm2
P maks
2. Kuat Geser Tunggal =
Luas Tampang

108.000
=
191,13

= 565,05 Mpa

3. Tegangan Geser Tunggal = 0,58 x Kuat Geser Tunggal

= 0,58 x 565,05

= 327,73 Mpa
P maks
4. Kuat Geser Ganda =
2 x Luas Tampang

210.000
=
2 x 191,13

= 549,35 Mpa
5. Tegangan Geser Ganda = 0,58 x Kuat Geser Ganda

= 0,58 x 549,36

= 318,62 Mpa
4.3.7 Pembahasan
Pengujian geser tunggal adalah pengujian yang dilakukan dengan menggunakan satu sisi
baja untuk menahan beban. Sedangkan untuk pengujian geser ganda ialah pengujian yang
dilakukan dengan menggunakan dua sisi baja untuk menahan beban.
4.3.8 Kesimpulan
Dari pengujian ini diperoleh nilai kuat geser tunggal baja sebesar 565,05 MPa dan kuat
geser ganda baja sebesar 549,35 MPa. sehingga dapat disimpulkan dari pengujian ini bahwa nilai
kuat geser tunggal lebih besar daripada nilai uji geser ganda.
77

BAB V
KAYU

5.1. Pendahuluan

Kayu merupakan salah satu elemen konstruksi yang mudah di dapat dan tersedia dalam
jumlah banyak. Kekuatan kayu untuk menahan gaya tarik, desak maupun geser yang cukup tinggi
mengakibtakan kayu banyak dipergunakan dalam bagian konstruksi. Kayu mempunyai mechanical
property yang sangat bervariasi disbanding berasalh dari bagian lain dari pohon yang sama.
Kayu mempunyai kuat tarik tertinggi untuk arah sejajar (pararel) arah serat atau arah aksial,
dibanding kuat tarik tegak lurus serat, demikian juga kuat tekannya. Sedangkan dalam menahan
gaya geser, kayu mempunyai kekuatan yang tinggi dalam menahan gaya geser tegak lurus arah
serat. Pada kayu umumnya terjadi failure sudah terjadi sebelu, terjadinya failure karena geser
tegak lurus arah serat

5.2 Pengujian Tarik Kayu Searah Serat


5.2.1 Maksud dan Tujuan

Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam praktikum geser kayu searah serat di
labortorium.
Tujuan dari dilakukannya pengujian ini adalah agar mahasiswa dapat memahami tentang
cara pengujian serta mengetahui kalsifikasi kelas/mutu kayu antara lain dapat mengetahui kuat
tarik, kadar air/kadar lengas, berat jenis kering udara, berat jenis kering tungku, persentase kayu
teras dan kayu gubal, serta lingkaran tahun (gelang tahun).
5.2.2 Alat

Adapun peralatan yang digunakan pada pengujian ini adalah :


1. Mesin tarik kapasitas 30 ton, merk shimadzu
2. Sketmat/jangka sorong
3. Alat khusus tarik kayu 93
4. Oven yang dilengkapi pengatur suhu maks 2500
5. Pengaris siku, gergaji
6. Stopwatch, dll
7. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
5.2.3 Bahan Uji

Benda uji berupa potongan kayu dengan diemnsi dan bentuk tertentu yang sudah dibuat
sedemikian rupa.
78

5.2.4 Cara Pengujian

Berikut ini tahap – tahap pengujian tarik kayu :


1. Siapkan benda uji, amati apakah ada yang cacat.
2. Ukur dimensi benda uji dengan jangka sorong dan tentukan tanda sesuai dengan orm pengisian
data.
3. Lakukan pegujian dengan dipandu teknisi/laboran dan atau asisten dengan mencatat semua
hasil uji (beban maksimum dan waktu pengujian).
4. Amati bagian yang putus.
5. Potonglah sebagian benda uji kayu yang tidak rusak. Tibang dan ukur dimensi potongan kayu.
6. Beri tanda/kode pada kayu gar tidak tertukar dengan yang lain. Masukan potongan kayu ke
dalam oven selama 24 jam.
7. Setelah 24 jam, keluarkan potongan benda uji dan letakkan dalam desikator untuk mendiginkan
agar benda uji tidak berubah beratnya. Lalu timbang dan ukur sesuai pada form pengisian.
5.2.5 Hasil Pengujian

Dari praktikum yang kami lakukan didapat data sebagai berikut ini :
1. Jenis kayu : kamper
2. Persentase kayu teras : 80%
3. Persentase kayu gubal : 20%
4. Gelang tahun : 2 cm
5. Cacat kayu :-
Hasil pengukuran benda uji pengujian kuat tarik kayu dapat dilihat pada tabel 5.1 di bawah
ini.

Titik Lebar (cm) Tebal (cm)


1 3 1,77
2 2,8 1,75
3 2,81 1,7
4 2,62 1,66
5 2,2 1,6
6 2,05 1,55
7 1,7 1,46
Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Benda Uji

Lanjutan Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Benda Uji


Titik Lebar (cm) Tebal (cm)
8 1,3 1,33
79

9 1,22 1,15
10 1,05 1,05
11 0,89 1
12 1,1 1,07
13 1,3 1,16
14 1,73 1,14
15 2,1 1,34
16 2,23 1,43
17 2,24 1,51
18 2,65 1,61
19 2,76 1,71
20 3 1,74

Untuk hasil dari pengujian dapat dilihat pada Tabel 5.2 di bawah ini

Beban maksimum 1430 kgf


Lama pengujian 2,11 detik
Putus di antara 9 dan 13
Luas tampang rata – rata 3,10954 cm2
Tabel 5.2 Hasil Pengujian

5.2.6 Analisis Pengujian

Dalam pengujian ini dilakukan perhitungan sebagai berikut :


Luas tampang titik 1 = lebar x tebal
= 3 x 1,77
= 5,31 cm2
Untuk luas tampang titik titik selanjutnya dapat dihitung dengan cara yang sama seperti luas
tampang titik 1. Sama seperti luas tampang titik 1 berikut hasil perhitungannya yang terdapat pada
tabel di bawah ini.

Luas ( cm2)
Titik Lebar (cm) Tebal (cm)

1 3 1,77 5,31
2 2,8 1,75 4,9
3 2,81 1,7 4,777
4 2,62 1,66 4,3492
5 2,2 1,6 3,52
80

6 2,05 1,55 3,1775


7 1,7 1,46 2,482
8 1,3 1,33 1,729
9 1,22 1,15 1,403
10 1,05 1,05 1,1025
11 0,89 1 0,89
12 1,1 1,07 1,177
13 1,3 1,16 1,508
14 1,73 1,14 1,9722
15 2,1 1,34 2,814
16 2,23 1,43 3,1889
17 2,44 1,51 3,6844
18 2,65 1,61 4,2665
19 2,76 1,71 4,7196
20 3 1,74 5,22
Tabel 5.3 Hasil Pengujian Kuat Tarik Kayu

Jumlah total luas


Luas tampang rata – rata =
n
62,1908
=
20
= 3,10954 cm2
P
Kuat tarik dalam Mpa =
A
1430 x 9.81
=
310,954
= 45,1137467 Mpa
P
Kuat tarik dalam Kg/cm2 =
A
1430
=
3,10954
= 442,565855 Kg/cm2
Panjang penyusutan arah Tangensial = Panjang sebelum oven – Panjang setelah di oven
81

= 2,38 cm – 2,1 cm
= 0,28 cm
Panjang penyusutan arah Radial = Panjang sebelum oven – Panjang setelah di oven
= 5,33 cm – 5,17 cm
= 0,16 cm
Panjang penyusutan arah Aksial = Panjang sebelum oven – Panjang setelah di oven
= 5,4 cm – 5,29 cm
= 0,11 cm
5.2.7 Pembahasan

Pengujian kuat tarik merupakan pengujian untuk memperoleh nilai kuat tarik kayu, dan
pada pengujian dilakukan selama 2 menit 11 detik dengan letak putus tarik kayu, dan pada
pengujian dilakukan selama 2 menit 11 detik dengan letak putus berada diantara titik 9 dan 13
dengan beban tarik maksimum 1430 kgf dan luas tampang 3,10954 cm 2. Pada pengujian susut
yang dilakukan dengan cara dikeringkan dalam oven, di dapat ukuran untuk arah tangensial, radial,
dan aksial masing – masing mengalami penyusutan sebanyak 0.28 cm (tangesial), 0,16 cm (radial),
dan 0,11cm (aksial).
5.2.8 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, didapatkan nilai
beban maksimum sebesar 1430 kgf atau jika dikonversi ke satuan Newton sebesar 14028,3 N.
sehingga diperoleh nilai kuat tarik maksimum sebesar 45,1137467 Mpa atau 442,565855 Kg/cm 2
dan Pada pengujian susut, penyusutan terbesar ada di arah tangensial dengan besar penyusutan
sebanyak 0,28 cm.

5.3 Pengujian Geser Kayu Searah Serat


5.3.1 Maksud dan Tujuan

Metode ini dimaksudkan sebagai pegangan dalam praktikum pengujian geser kayu searah
serat di laboratorium.
Tujuan pengujian ini adalah agar mahasiswa dapat memahami tentang cara pengujian serta
mengetahui klasifikasi kelas/mutu kayu antara lain dapat mengetahui kuat geser, kadar air/kadar
lengas, berat jenis kering udara, berat jenis kering tungku, persentase kayu teras dan kayu gubal,
serta lingkaran tahun (gelang tahun).
5.3.2 Alat

Adapun peralatan yang digunakan adalah


1. Mesin UTM merk Shimadzu Kapasitas 30 ton atau mesin tekan Ele tipe ADR 3000 kapasitas
3000 KN
2. Sketmat/ jangka sorong
82

3. Alat khusus geser kayu


4. Oven yang dilengkapi pengatur suhu maks 2500
5. Penggaris siku, gergaji
6. Stopwatch
7. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram
5.3.3 Bahan

Benda uji berupa potongan kayu dengan dimensi dan bentuk tertentu yang sudah dibuat
sedemikian rupa.
5.3.4 Prosedur Pengujian

Berikut ini tahap – tahap pengujian geser kayu searah serat :


1. Siapkan benda uji, amati apakah ada yang cacat.
2. Ukur dimensi benda uji dengan jangka sorong dan tentuukan tanda sesuai dengan form
pengisian data.
3. Lakukan pengujian dengan dipandu teknisi/laboran dan atau asisten dengan mencaatat semua
hasil uji : beban maksimum dan waktu pengujian.
4. Potonglah sebgaian benda uji kayu yang tidak rusak. Timbang dan ukur dimensi potongan
kayu. Lalu bersihkan dengan amplas agar terlihat jelas gelang tahun.
5. Beri tanda/ kode pada kayu agara tidak tertukar dengan yang lain.masukan potongan kayu ke
dalam oven selama 36 jam.
6. Setelah 36 jam,keluarkan potongan benda uji dan letakkan dalam desikator untuk
mendinginkan agar benda uji tidak berubah beratnya. Lalu timbang dan ukur sesuai pada form
pengisian.
7. Setelah 36 jam keluarkan potongan benda uji dan letakkan dalam desikator untuk
mendinginkan agar benda uji tidak berubah beratnya.
8. Timbang dan ukur benda uji potongan kayu, posisi pengukuran sesuai dengan pada waktu
sebelum dimasukan ke oven.
5.3.5 Hasil Pengujian

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Kayu jenis : Kamper
2. Presentase kayu teras : 80%
3. Persentase kayu gubal : 10%
4. Lingkaran tahun : 2 cm
5. Cacat kayu :-
Dibawah ini Tabel 5.4 Hasil Pengujian Kuat Geser Kayu dan Tabel 5.5 Sket benda uji
pengujian kuat geser kayu.
83

Tabel 5.4 Hasil Pengujian Kuat Geser Kayu

Uraian Benda uji

Panjang sejajar serat (cm) 6,5

Lebar tegak lurus serat (cm) 3,42

Beban Max (KN) 24,53481

Lama Pengujian (detik) 10.8

Sebelum di uji Setelah di uji

Tabel 5.5 Sket Benda Uji Pengujian Kuat Geser Kayu

Di bawah ini merupakan hasil pengujian kuat geser kayu setelah diuji dapat dilihat pada
Tabel 5.6 Hasil Pengujian Kuat Geser Kayu.

Tabel 5.6 Hasil Pengujian Kuat Geser Kayu

Uraian Benda Uji

Beban Max (KN) 24,53481

Luas Penampang (Mm2 ) 2223

Lanjutan Tabel 5.6 Hasil Pengujian Kuat Geser Kayu

Uraian Benda Uji

Kuat Geser Max (Mpa) 11,037

Lama Pengujian (detik) 10,8


84

5.3.6 Analisis Pengujian

Dalam pengujian Kuat Geser Kayu dapat dilakukan perhitungan analisis sebagai berikut :
1. Beban maksimum (P) = 24,53481KN
24534,81
=
9,81
= 2501 kgf
2. Luas penampang =pxl
= 6,5 x 3,42
= 22,23 cm2
= 2223 mm2
P
3. Kuat geser kayu ( Mpa ) =
A
24534,81
=
2233
= 11,037 Mpa
4. Panjang penyusutan arah Tangensial = Panjang sebelum oven – Panjang setelah di oven
= 2,38 cm – 2,1 cm
= 0,28 cm
5. Panjang penyusutan arah Radial = Panjang sebelum oven – Panjang setelah di oven
= 5,33 cm – 5,17 cm
= 0,16 cm
6. Panjang penyusutan arah Aksial = Panjang sebelum oven – Panjang setelah di oven
= 5,4 cm – 5,29 cm
= 0,11 cm
5.3.7 Pembahasan

Pengujian kuat geser kayu merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kuat
geser maksimum sebesar 11,037 Mpa, kadar air/kadar lengas sebesar 17 % berat jenis kering udara
sebesar 0,671, berat jenis kering tungku sebesar 0,705, persentase kayu teras/ kayu galih, dan kayu
gubal, serta lingkaran gelang tahun pada benda uji. Pengujian susut pada pengujian kuat geser
kayu yang dilakukan dengan cara yang sama, yaitu dikeringkan dalam oven. Setelah itu, didapat
ukuran untuk arah tangensial, radial, dan aksial dan masing – masing mengalami penyusutan
sebanyak 0,28 cm (tangesial), 0,16 cm (radial), dan 0,11 cm (aksial).
5.3.8 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan didapatkan nilai
beban maksimum pada kayu ini adalah 2501 kgf atau 24534,81 N dengan lama pengujian selama
10,8 menit , sehingga diperoleh nilai kuat geser maksimum 11,037 Mpa. Untuk uji susut terbesar
85

ada di arah tangensial dengan besar penyusutan sebanyak 0,28 cm, sama seperti pada uji tarik
kayu.

5.4 Pengujian Desak Kayu Searah Serat


5.4.1 Maksud dan Tujuan

Metode ini dimaksudkan sebagia pegangan dalam praktikum pengujian desak kayu searah
serat di laboratorium.
Tujuan pengujian ini adalah agara mahasiswa dapat memahami tentang cara pengujian serta
memmahami klasifikasi serta memahami klasifikasi kelas/mutu kayu antara lain dapat mengetahui
kuat desak kadar air/kadar lengas, berat jenis kering udara, berat jenis kering tungku, persentase
kayu teras dan kayu gubal, serta lingkungan tahun (gelang tahun).
5.4.2 Alat

Adapun peralatan yang digunakan adalah :


1. Mesin UTM merk shimadzu kapasitas 30 ton atau mesin tekan Ele tipe ADR 3000 kapasitas
3000 KN
2. Sketmat/ jangka orong
3. Alat khusus tarik kayu (ekstensometer)
4. Oven yang dilengkapi pengatuh suhu maks 2500
5. Penggaris siku,gergaji
6. Stopwatch, dll.
5.4.3 Bahan

Benda uji beurpa potongan kayu dengan dimensi dan bentuk tertentu yang sudah dibuat
sedemikian rupa.
5.4.4 Cara Pengujian

Berikut ini merupakan tahap – tahap pengujian desak kayu searah serat :
1. Siapkan benda uji, amati apakah ada yang cacat.
2. Ukur dimensi benda uji dengan jangka sorong dan tentukan tanda sesuai dengan form
pengisian data, berikan tanda/titik/ garis pada benda uji untuk memudahkan pemasangan alat
regangan (ekstensometer).
3. Lakukan pegujian dengan dipandu teknisi/laboran dan atau asisten dengan mencatat semua
hasil uji : beban maksimum dan waktu pengujian.
4. Amati bagian yang putus.
5. Potonglah sebagian benda uji kayu yang tidak rusak. Timbang dan ukur dimensi potongan
kayu.
6. Beri tanda/kode pada kayu agar tidak tertukar dengan yang lain. Masukan potongan kayu ke
dalam oven selama 24 jam
86

7. Stelah 24 jam, keluarkan potongan benda uji dan letakan dalam desikator untuk mendinginkan
agar benda uji tidak berubah beratnya. Lalu timbang dan ukur sesuai pada form pengisian.
5.4.5 Hasil Pengujian

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 5.7 Hasil Pengamatan Uji Desak Kayu

Beban Extensiometer

KN N ∆L ...10¯2 mm

0.00 0.00 0.00


10 10.000 5,00

20 20.000 9,00

30 30.000 11,00

40 40.000 13,00

50 50.000 15,00

60 60.000 17,00

70 70.000 20,00

80 80.000 22,00

90 90.000 25,00

100 100.000 28,00

110 110.000 30,00

120 120.000 33,00

130 130.000 36,00

Selain data tersebut didapatkan data benda uji sebagai berikut :


1. Kayu jenis : kamper
2. Persentase kayu teras : 80%
3. Persentasi kayu gubal : 20%
4. Lingkaran tahun : 2 cm
5. Cacat kayu :-
Dimensi benda uji
87

Panjang (P) : 6,2 cm


Lebar (L) : 4,8 cm
Tinggi (T) : 20 cm
Sedangkan data potongan benda uji dapat dilihat pada tabel 5.8 potongan benda uji setelah di uji :

Ukuran Sebelum Di Oven Setelah Di Oven Selisih

6,85 6,71 0,14


Panjang (cm)
5,86 4,52 1,34
Lebar (cm)
5,81 4,67 1,14
Tinggi (cm)
4,83 4,33 0,5
Garis Tangen (cm)
4,7 4,56 0,14
Garis Radial (cm)
4,5 4,4 0,01
Garis Aksial (cm)
89,98 77,81 12,17
Berat (g)
233,219 141,637 91,582
Volume (cm3)
Tabel 5.8 Potongan Benda Uji Setelah di Uji

5.4.6 Analisis pengujian

Dalam pengujian ini di dapat dilakukan perhitungan sebagai berikut :


1. Panjang awal (lo) = 10,04 cm
2. Luas penampang (A) =PxL
= 6,2 x 4,8 = 29,760 cm2
P maks 157000,000
3. Kuat desak maksimum = = = 52,755Mpa
A 29,760
4. Perhitungan untuk beban 10 KN
a. Beban (N) = 10,000
b. Pembacaan dial = 1,00 mm
c. ∆ Lsebenarnya = 0,03 mm
P 10,000
d. Tegangan = = = 3,36
A 2976
∆ l 0,03
e. Regangan = = = 0,000249
Lo 10,04
5. Perhitungan untuk beban 20 KN
88

a. Beban (N) = 20,000


b. Pembacaan = 3,00 mm
c. ∆ L sebenarnya = 0,05 mm
P 20,000
d. Tegangan = = = 6,72
A 2976
∆L 0,05
e. Regangan = = = 0,000448
Lo 10,04
Untuk data selanjutnya dilakukan perhitungan yang sama sehingga diperoleh hasil seperti tabel di
bawah ini :

Beban Extensiometer ∆L Sebenarnya Tegangan (σ) Regangan (ε)

KN N ∆L ...10¯2 mm ∆L mm (P/A) Mpa (∆L/Lo)

0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.000000

10 10,000.00 5,00 0,03 3,36 0.0000249

20 20,000.00 9,00 0,05 6,72 0.000448

30 30,000.00 11,00 0,06 10,08 0.000548

40 40,000.00 13,00 0,07 13,44 0.000647

50 50,000.00 15,00 0,08 16,80 0.000747

60 60,000.00 17,00 0,09 20,16 0,000847

70 70,000.00 20,00 0,10 23,52 0,000996

80 80,000.00 22,00 0,11 26,88 0,001096

90 90,000.00 25,00 0,13 30,24 0,001245

100 100,000.00 28,00 0,14 33,60 0,001394

110 110,000.00 30,00 0,15 36,96 0,001494

120 120,000.00 33,00 0,17 40,32 0,001643

130 130,000.00 36,00 0,18 43,68 0,001793


Tabel 5.9 Hasil Perhitungan Desak Kayu

Beban
Ekstensiomet ∆L Tegangan (𝜎) Regangan (ε)
89

er Sebenarnya
KN N ∆L ...10-2 ∆L mm (P/A) Mpa (∆L/L0)

14 140,000.0 40,00 0,20 47, 0,0019


0 0 04 92
15 150,000.0 46,00 0,23 50, 0,0022
0 0 40 91
15 158,000.0 55,00 0,28 52, 0,0027
8 0 76 39
15 150,000.0 63,00 0,32 50, 0,0031
0 0 40 37
Lanjutan Tabel 5.9 Hasil Perhitungan Desak Kayu

Dari tabel perhitungan di atas dapat di peroleh grafik seperti berikut

Gambar 5.1 Grafik Regangan dan Tegangan Kayu

Berdasakan grafik diatas didapatkan


Beban maksimun = 157 KN dengan tegangan 52,76
40
Tegangan dalam kondisi elastis = ×157000,000
100
= 63800
Sehingga didapatkan
90

σ 2 = 20,16
ε 2 = 0.000847
Selanjutnya dari titik elastis tersebut ditarik garis lurus sejajar titik dibawahnya, kemudian di ambil
3 titik sejajar sehingga di dapatkan :
σ 1= 6,72
ε 1 = 0.000448
Adapun dari data tersebut dapat dilakukan perhitungan :
σ2 20,16
1. Modulus Elastis = = = 23801,652289 Mpa
ε 2 0,000847
σ 2−σ 1 σ2
2. Nilai koreksi = =
ε 2−ε 1 ε 2± x
20,16−6,72 20,16
= =
0,000847−0,000448 0,000847 ± x
20,16
= 33736,55914 =
0,000847 ± x
= 0,0000249Mpa
1
3. Modulus kenyal = ×σ 2 × ε 2
2
1
= ×20,16 × 0,000847
2
= 0,00853776 Mpa
4. Panjang penyusutan arah Tangensial = Panjang sebelum oven – Panjang setelah di oven
= 4,83 cm – 4,33 cm
= 0,5 cm
5. Panjang penyusutan arah Radial = Panjang sebelum oven – Panjang setelah di oven
= 4,7 cm – 4,56 cm
= 0,14 cm
6. Panjang penyusutan arah Aksial = Panjang sebelum oven – Panjang setelah di oven
= 4,5 cm – 4,4cm
= 0,1 cm
5.4.7 Pembahasan

Dari pengujian desak kayu, benda uji yang digunakan dapat menerima beban maksimal
sebesar 157000,000 N, memiliki nilai tegangan 1 sebesar 6,72 Mpa regangan 1 sebesar 0,000448,
tengangan 2 sebesar 20,16 Mpa, rengangan 2 sebesar 0,000847. Untuk pengujian susut dilakukan
dengan cara yang sama seperti sebelumnya yaitu dengan dikeringkan dalam oven. Setelah itu,
91

didapat ukuran untuk arah tangensial, radial, dan aksial masing – masing mengalami penyusutan
sebanyak 0.5 cm (tangesial), 0,14 cm (radial), dan 0,1cm (aksial).
5.4.8 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, didapatkan nilai
beban maksimum pada kayu ini adalah 157000,000 N, sehingga diperoleh nilai kuat desak sebesar
52,755 Mpa, modulus elastisitas sebesar 23801,65289 Mpa, dan angka koreksi yakni -0,000249
Mpa Dan untuk pengujian susut terbesar ada di arah tangensial sama seperti kedua uji sebelumnya,
dengan besar penyusutan sebanyak 0,5 cm

5.5 Pengujian Kuat Lentur


5.5.1 Maksud dan Tujuan

Metode ini dimaksudkan sebgai pengangan dalam praktikum pengujian lentur kayu di
laboratorium
Tujuan pengujian ini adalah agar mahasiwa dapat memahami tentang cara pengujian serta
nilai kuat lentur kayu.
5.5.2 Alat

Adapun peralatan yang digunakan adalah


1. Mesin uji lentur yang dapat memberikan beban dengan kecepatan kontinu dalam satu kali
gerakan, tanpa memberikan beban efek kejut dan mempunyai ketelitian pembacaan maksimum
0,5 KN.
2. Dua buah balok tumpuan, satu buah blok beban ( untuk pengujian dengan sitem satu beban ),
atau satu buah blok dengan dua titik beban yang berjarak tertantu untuk pengujian dengan
system dua beban terpusat dari mesin uji tekan,. Dimana baik blok bbeban maupun blok
tumbuhan yang menempel pada benda uji harus merupakan stengah silinder yang sumunya
berimpit dengan sumbu batang putar bola blok tumpuan rol dan dapat berputar minimal 45o.
ketidakrataan permukaan balok maksimal 0,05 mm.
3. Alat ukur panjang, rol meter dan jangka sorong.
4. Amplas atau kertas gosok.
5.5.3 Bahan

Berikut adalah bahan – bahan yang digunakan :


1. Benda uji berbentuk balok dengan ukuran panjang 760 mm, lebar 50mm dan tinggi 50 mm.
2. Benda uji harus bebas cacat, bebas dari mata kayu, gubal, retakan, lubang, jamur, rapuh, dan
tidak memuntir.
3. Untuk satu jenis kayu jumlah benda uji tidak boleh kurang dari 5 buah
4. Kadar air kayu maksimal 20%
92

5.5.4 Cara Pengujian

Berikut ini merupakan ahap – tahap pengujian lentur kayu :


1. Siapkan benda uji, amati apakah ada yang cacat.
2. Ukur dimensi benda uji dengan jangka sorong, panjang, lebar, dan tinggi kemudian beri nomor
benda uji.
3. Beri tanda/titik/ garis pada benda uji untuk memudahkan pemasangan pada tumpuan dan letak
beban, lalu ukur jarak tumpuan / bentang dan jarak beban dari masing – masing tumpuan.
4. Lakukan pengujian dengan di pandu teknisi/ laboran dan asisten dengan mencatat semua data
hasil uji, beban maksimum dan waktu engujian serta bentuk keretakan.
5. Potong sebagian benda uji kayu yang tidak rusak. Setelah itu dirapikan atau digosok dengan
amplas untuk memperjelas atau memudahkan pengamatan gelang tahun.
6. Timbang dan ukur dimensi kayu potongan tersebut. Agar memudahkan pengukuran berikutnya
jangan lupa memberikan tanda garis panjang ( P) , lebar (L), tebal/ tinggi ( T), tangengsial (tg ),
radial (rd), aksial (ak) serta kelompok dan kelas agar tidak tertukar dengan kelompok lain.
7. Masukan potongan kayu benda uji yang sudah ditimbang dan diukur ke dalam tungku/ oven
selama 36 jam.
8. Setelah 36 jam, keluarkan potongan benda uji dan letakan dalam desikator untuk mendinginkan
agar benda uji tidak berubah beratnya.
9. Timbang dan ukur benda uji potongan kayu, posisi pengukuran sesuai dengan waktu sebelum
dimasukan oven.
5.5.5 Hasil Pengujian

Hasil pengujian kuat lentur kayu dapat dilihat pada Tabel 5.10 di bawah ini :
Tabel 5.10 Hasil Pengujian Kuat Lentur Kayu

Uraian Hasil Pengujian

Lebar Benda Uji 45

Tinggi Benda Uji 67

Panjang Benda Uji 711

Berat Benda Uji 1,4228

Panjang Bentang 500

Jarak Beban P ke Tumpuan 250


93

Beban Maksimum 1510

Jarak bidang retak ke tumpuan 168

bentuk retakan setelah pengujian Retak Miring

Kuat Lentur 27,49888617

Lanjutan Tabel 5.10 Hasil Pengujian Kuat Lentur Kayu

5.5.6 Analisis Pengujian

Adapun perhitungan yang dilakukan dalam pengujian ini adalah sebagai berikut ini :
1. Beban maksimum = P x 9,81
= 1510 x 9,81
= 14813,10
3×P×L
2. Kuat lentur =
2× b ×h2

3× 14813,1× 250
=
2× 45 ×67 2
= 27,49888617 Mpa
3. Panjang penyusutan arah Tangensial = Panjang sebelum oven – Panjang setelah di oven
= 4,83 cm – 4,33 cm
= 0,5 cm
4. Panjang penyusutan arah Radial = Panjang sebelum oven – Panjang setelah di oven
= 4,7 cm – 4,56 cm
= 0,14 cm
5. Panjang penyusutan arah Aksial = Panjang sebelum oven – Panjang setelah di oven
= 4,5 cm – 4,4 cm
= 0,1 cm
5.5.7 Pembahasan

Pengujian kuat lentur kayu merupakan pengujian untuk memperoleh nilai kuat lentur kayu,
dan pada pengujian ini dilakukan pada kayu kamper dengan persentase kayu teras 90% dan kayu
gubal 10%, serta memiliki gelang tahun sebanyak 2 buah. Pada pengujian ini, didapatkan hasil
bentuk retakannya adalah retak miring. Untuk pengujian susut yang terakhir menggunakan cara
yang sama dengan 3 pengujian sebelumnya dan didapat masing – masing besar arahnya yaitu 0,5
cm untuk arah tangensial, 0,14 cm untuk arah radial dan 0,1 cm untuk arah aksial.
94

5.5.8 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, didapatkan nilai
beban maksimum pada kayu ini adalah 1510 kgf, sehingga diperoleh nilai kuat lentur sebesar
27,49888617 Mpa dan untuk pengujian susut di lentur kayu didapatkan nilai susut yang paling
besar berada pada arah tangensial yang merupakan arah penyusutan searah dengan arah lingkaran
tahun sebesar 0,5 cm.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Grafik Tegangan-Regangan Uji Desak Beton
97

Lampiran 2 Grafik Tegangan-Regangan Uji Tarik Baja


98

Lampiran 3 Regangan-Tegangan Uji Desak Kayu

Anda mungkin juga menyukai