Anda di halaman 1dari 156

LAPORAN

KULIAH KERJA PRAKTEK

PROYEK PEMBANGUNAN LABORATORIUM TERPADU JURUSAN


KEPERAWATAN DAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
TAHAP 1 YANG DILAKSANAKANOLEH CV. ANANDA PRATAMA

Disusun Oleh :

Nama : ROY WINNERSON S

NIM : 21319043

Nomor KKP :

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SERANG RAYA
2023
PERSETUJUAN

PROYEK PEMBANGUNAN LABORATORIUM TERPADU


JURUSAN KEPERAWATAN DAN TEKNOLOGI
LABORATORIUM MEDIK TAHAP 1 YANG DILAKSANAKAN
OLEH CV. ANANDA PRATAMA

Nama : Roy Winnerson Silaban


NIM : 21319043
Program Studi : Teknik Sipil

Serang, Februari 2023


Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing
Pada tanggal :

Disahkan Oleh:

Pembimbing Lapangan Pembimbing KKP


CV. Ananda Pratama

Yosi Ananda ST, Dessy Triana S.T.,MT


Project Manager NIDN: 1004127401
PENGESAHAN

Kuliah Kerja Praktek Dinyatakan Lulus Setelah Diseminarkan

Program Studi Teknik Sipil

Fakultas Teknik

Universitas Serang Raya (UNSERA)

Tanggal : (isi dengan tanggal seminar)

Pukul : ...... s/d......... WIB (isi dengan waktu seminar)

Judul : PROYEK PEMBANGUNAN LABORATORIUM


TERPADU JURUSAN KEPERAWATAN DAN
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK TAHAP
1 YANG DILAKSANAKANOLEH CV. ANANDA
PRATAMA
Nama : ROY WINNERSON SILABAN
NIM : 21319043

Serang, Februari 2023

Penguji :

( Dessy Triana S.T., MT )


NIDN: 1004127401
PENGESAHAN

Laporan Kuliah Kerja Praktek

PROYEK PEMBANGUNAN LABORATORIUM TERPADU


JURUSAN KEPERAWATAN DAN TEKNOLOGI LABORATORIUM
MEDIK TAHAP 1 YANG DILAKSANAKAN OLEH CV. ANANDA
PRATAMA

Nama : Roy Winnerson Silaban


NIM : 21319043
Program Studi : Teknik Sipil

Disahkan Oleh :

Dekan Fakultas Teknik Ketua Program Studi


Teknik Sipil

Wahyu Oktri Widyarto, ST., MT Arbi Parianta Lukman, SST., MT


NIDN: 0405108401 NIDN: 0427028903
PERSEMBAHAN

LAPORAN KKP INI KU PERSEMBAHKAN KEPADA:

TUHAN YM E YANG SELALU KU HARAPKAN KASIH DAN


KARUNIA-NYA.

AYAH DAN MAMAH TERCINTA

YANG TELAH MEMBERIKAN KASIH SAYANG

MENDIDIK DAN MEMBERIKAN KESEMPATAN KEPADAKU

UNTUK BELAJAR

KINI SETELAH MASA PERJUANGAN ITU BERLALU, AKU BERSYUKUR


MENJADI SALAH SATU BIMBINGANMU. SEKALI LAGI KUUCAPKAN
TERIMA KASIH UNTUK SEMUA KRITIKAN DAN TUNTUTAN YANG
TELAH DIBERIKAN.

SAHABAT,
YANG MENCIPTAKAN KETULUSAN, KEJUJURAN,
KEBERANIAN, KEPERCAYAAN, DAN KESETIAAN

TEMAN,
TANPA INSPIRASI, DORONGAN, DAN DUKUNGAN YANG TELAH
KALIAN BERIKAN KEPADA SAYA, SAYA MUNGKIN BUKAN APA-APA
SAAT INI.
ABSTRAKSI

Roy Winnerson Silaban, “ Proyek Pembangunan Laboratorium Terpadu


Jurusan Keperawatan Dan Teknologi Laboratorium Medik Tahap 1
Yang Dilaksanakan Oleh CV. Ananda Pratama”.

Laporan KKP Program Studi Teknik Sipil, UNSERA, di bawah bimbingan


Dessy Triadi S.T., MT., Februari 2023. 60 halaman + 105 + halaman
lampiran.

Kebutuhan untuk membentuk mahasiswa yang utuh dan siap pakai


berujung pada dilakukannya suatu pengamatan terhadap dunia kerja
dalam bidang yang sesuai dengan disiplin ilmu yang dibutuhkan
mahasiswa. Dalam bangku perkuliahan, mahasiswa hanya dibekali teori-
teori ilmu teknik sipil dan melihat gambaran umum saja tanpa melihat
aplikasinya di lapangan. Adanya Pembangunan Laboratorium Terpadu
Jurusan Keperawatan Dan Teknologi Laboratorium Medik Tahap 1 ini
mahasiswa dapat belajar dan menerapkan teori teori ilmu teknik sipil
dilapangan. Proyek Pembangunan Laboratorium Terpadu Jurusan Keperawatan
Dan Teknologi Laboratorium Medik Tahap 1 Yang Dilaksanakan Oleh CV.
Ananda Pratama selaku kontraktor pelaksana, CV. Nura Karya Konsultan
selaku konsultan pengawas, PT. Berkah Teknik Konsultan selaku
konsultan perencana dilapangan, dan proyek ini milik Politeknik
Kesehatan Banten selaku Owner.

Sebuah proyek konstruksi pasti mengharapkan seluruh


pelaksanaannya berjalan dengan lancar. Akan tetapi ada hal-hal yang
menjadi penghambat atau menjadi permasalahan dalam sebuah proyek
konstruksi khususnya tanggung jawab pihak pengawas dalam
mengontrol setiap pekerjaan. Permasalahan tersebut bisa terjadi akibat
kondisi alam, pelaksanaan teknik, jumlah tenaga, keterlambatan
pekerjaan dan lain sebagainya. Permasalahan yang timbul harus segera
mungkin diatasi agar pelaksanaan proyek dapat berjalan lancar sesuai
rencana.

Pelaksanaan proyek harus dilakukan secara profesional dan harus


berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait, agar proyek yang
dikerjakan sesuai dengan keinginan pemilik (owner) dan sesuai dengan
waktu yang telah ditemukansebelumnya.

Kata kunci: Kuliah Kerja Praktek, Teknik Sipil, Teknologi Laboratorium


Medik , Pembangunan Laboratorium Terpadu
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME, yang telah memberikan rahmat


dan hidayahNYA kepada kita sekalian, khususnya kepada penulis,
sehingga Laporan KKP dengan judul “PROYEK PEMBANGUNAN
LABORATORIUM TERPADU JURUSAN KEPERAWATAN DAN
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK TAHAP 1 YANG
DILAKSANAKAN OLEH CV. ANANDA PRATAMA” dapat terselesaikan
dengan baik.
Didalam penyelesaiannya penulis banyak sekali dibantu oleh
beberapapihak, oleh karenanya pada kesempatan ini, penulis mengucapkan
rasa terima kasihkepada:
1. Tuhan YME yang selalu memberikan kekuatan kepada penulis,
khususnya pada saat penyelesaian laporan KKP ini yang walaupun
dalam diri ini banyak sekaliberbuat salah dan dosa kepadaMU.

2. Ayah dan Mamah tercinta yang selalu ikhlas dan penuh dengan
kesabaran membesarkan dan mendidik penulis selama ini. Ayah dan
Mamah semoga kasih selalu menyertaimu.

3. Bapak Drs. H. Hamdan, MM sebagai Rektor UNSERA.

4. Bapak Wahyu Oktri Widyarto, ST., MT sebagai Dekan Fakultas Teknik.

5. Bapak Arbi Parianta Lukman, SST., MT sebagai Ketua Program Studi


Teknik Sipil.

6. Ibu Dessy Triana S.T., MT sebagai Dosen Pembimbing.

7. Bapak Yosi Ananda S.T selaku Pembimbing Lapangan.

8. Seluruh Staf CV. Ananda Pratama yang terlibat dalam Proyek


Pembangunan Laboratorium Terpadu Jurusan Keperawatan Dan Teknologi
Laboratorium Medik Tahap 1 , Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang.
9. Seluruh Dosen Teknik Sipil dan Staf Fakultas Teknik UNSERA.

Menyadari kodratnya sebagai seorang manusia yang tak pernah


luput dari kesalahan dan kekurangan, penulis yakin masih banyak
kesalahan dan kekurangan yang terdapat pada laporan KKP ini, baik dari
segi penulisan maupun penyajiannya.Oleh karenanya saran dan kritik yang
sifatnya membangun sangatlah penulis harapkan. Sehingga kesalahan dan
kekurangan tersebut dapat diperbaiki padapenyusunan berikutnya.

Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat


bagi semuapihak khususnya Penulis.

Serang, Februari 2023

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN ii

PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN iii

ABSTRAKSI vi

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR GAMBAR xiv

DAFTAR TABEL xvii

DAFTAR LAMPIRAN xviii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan Kerja Praktek 2

1.3 Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek 2

1.4 Manfaat Kerja Prakte 3

1.5 Kegiatan Kerja Praktek 3

1.6 Latar Belakang Proyek 4

1.7 Tujuan Proyek 5

1.8 Data Proyek 5

1.9 Lokasi Proyek 7

ix
BAB II PRA PELAKSANA

2.1 Pelelangan 8

2.1.1 Pengertian Pelelangan 8

2.1.2 Jenis-Jenis Pelelangan 8

2.1.3 Syarat Pelelangan 9

2.1.4 Tata Cara Pelelangan 12

2.1.5 Prinsip Dasar Pelelangan 19

2.2 Analisis Harga 21

2.3 Struktur Organisasi Proyek 22

2.3.1 Pengertian Organisasi Proyek 22

2.3.2 Struktur Organisasi 23

2.4 Perhitungan Kontruksi 35

2.5 Pembebanan Bangunan 36

2.6 Perencanaan Terhadap Gempa 38

2.6.1 Wilayah Gempa 38

2.6.2 Kategori Gedung 39

2.6.3 Daktilitas 39

2.6.4 Tingkat Daktilitas 40

2.7 Perencanaan Kolom 41

2.7.1 Rumus Kolom 42

2.8 Perencanaan Balok 44

2.8.1 Rumus Balok 46

x
2.9 Perencanaan Pelat Lantai 46

2.9.1 Rumus Plat Lantai 49

BAB III PELAKSANAAN

3.1 Spesifikasi Teknis Bahan, Alat, dan Tenaga Kerja 50

3.1.1 Spesifikasi Teknis Bahan 50

3.1.2 Spesifikasi Alat 61

3.1.3 Spesifikasi Tenaga Kerja 67

3.2 Metode dan Prosedur Pelaksanaan 69

3.2.1 Metode 69

3.2.2 Prosedur Pelaksanaan 71

3.3 Pekerjaan Balok dan Plat Lantai 74

3.3.1 Pekerjaan Bekisting Balok 74

3.3.2 Pekerjaan Pembesian 78

3.3.3 Pekerjaan Pegecoran 79

3.3.4 Pekerjaan Curing Balok dan Pelat 82

3.4 Pekerjaan Kolom 83

3.4.1 Penentuan As (Marking) 83

3.4.2 Fabrikasi Tulangan 84

3.4.3 Pekerjaan Pembesian 85

3.4.4 Pekerjaan Bekisting 86

3.4.5 Pekerjaan Pengecoran 88

xi
BAB IV PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

4.1 Pengawasan Proyek 90

4.1.1 Pengertian Pengawasan 90

4.1.2 Tugas dan Tanggung Jawab Pengawas 91

4.2 Pengendalian Proyek 96

4.2.1 Teori Pengendalian Mutu 97

4.2.2 Teori Pengendalian Waktu 100

4.2.3 Teori Pengendalian Biaya 106

4.2.4 Dasar Hukum Pengendalian Proyek 107

4.3 Pembayaran Termin dan Serah Terima Pekerjaan 108

BAB V TUGAS KHUSUS

5.1 Analisa Gaya geser dasar dan Gaya horizontal ekivalen statik…114

5.1.1 Gaya Geser Dasar (V) Beban Ekivalen Statik 114

5.1.2 Gaya Horizontal Ekivalen Statik 118

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Uraian Umum 124

6.2 Permasalahan Cuaca 124

6.3 Permasalahan Teknis Dalam Pelaksanaan 126

6.4 Permasalahan Keterlmabatan Kerja 128

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan 129

7.2 Saran 130

xii
DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiii
DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Gambar 1.1 Peta Lokasi Proyek.............................................................. 7

Gambar 1.2 Lokasi Proyek ..................................................................... 7

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Proyek ................................................ 23

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Owner ................................................. 28

Gambar 2.3 Peta Wilayah Gempa Indonesia ......................................... 38

Gambar 2.4 Tabel Faktor Keutamaan I .................................................. 39

Gambar 2.5 Detail Kolom ...................................................................... 41

Gambar 2.6 Denah Kolom ..................................................................... 42

Gambar 2.7 Detail Balok ....................................................................... 45

Gambar 2.8 Potongan Portal .................................................................. 46

Gambar 2.9 Denah Pelat Lantai Basement 1 .......................................... 47

Gambar 2.10 Denah Pelat Lantai Mezanin ............................................ 47

Gambar 2.11 Denah Pelat Lantai 1 ......................................................... 48

Gambar 2.12 Denah Pelat Lantai Atap .................................................. 48

Gambar 2.13 Denah Pelat Lantai Lift .................................................... 48

Gambar 3.1 Beton Ready Mix ………………………………………... 52

Gambar 3.2 Pembesian Pile Cap ……………………………………… 53

Gambar 3.3 Material Pasir ……………………………………………. 54

Gambar 3.4 Semen ……………………………………………………. 55

Gambar 3.5 Kawat bendrat ……………………………………………. 56

xiv
Gambar 3.6 Papan partikel ………………………………………… 56

Gambar 3.7 Perancah (Scaffolding) ……………………………….. 57


Gambar 3.8 Sengkang Lateral …………………………………...… 58

Gambar 3.9 Beton decking ……………………………………..….. 59

Gambar 3.10 Tulangan Cakar Ayam ……………………….……… 60

Gambar 3.11 Besi Tulangan ………………………………….……. 61

Gambar 3.12 Excavator …………………...……………………….. 62

Gambar 3.13 Genset ……...………………………………………... 62

Gambar 3.14 Truck Mixer …...……………………………………. 63

Gambar 3.15 Bar Cutter …...………………………………………. 64

Gambar 3.16 Bar Bender ………...………………………………... 64

Gambar 3.17 Las Listrik ……………...…………………………… 65

Gambar 3.18 Cutting wheel machine …...…………………………. 66

Gambar 3.19 Bekisting balok dan plat lantai .................................... 77

Gambar 3.20 Sambungan pembesian kolom, balok dan plat lantai... 79

Gambar 3.21 Pekerjaan Pengecoran kolom ..................................... 82

Gambar 3.22 Pemotongan tulangan kolom menggunakan bar cutter 84

Gambar 3.23 Tulangan dibengkokan menggunakan bar bender ...... 84

Gambar 3.24 Pembesian kolom ....................................................... 86

Gambar 3.25 Bekisting kolom ......................................................... 88

Gambar 4.1 Uji Test Slump .............................................................. 98

Gambar 4.2 Beton uji kuat tekan ..................................................... 98

Gambar 4.3 Mesin uji kuat tekan ..................................................... 98

xv
Gambar 4.4 Proses uji kuat tekan ..................................................…. 99

Gambar 4.5 Event dan Aktivitas CPM .............................................. 105


Gambar 5.1 Ilustrasi Gedung Hotel Grand G7 ............................….. 115

Gambar 5.2 Peta Wilayah Gempa Indonesia ................................…. 116

Gambar 5.3 Respons Spektrum Gempa Rencana .........................…. 116

Gambar 5.4 Tabel Faktor Keutamaan I .............................................. 117

Gambar 5.5 Grafik Gaya Horizontal (Fi) ......................................…. 124

Gambar 5.6 Grafik Simpangan (Yi) ...............................................… 124

Gambar 6.1 Banjir diarea proyek ...................................................…. 126

Gambar 6.2 Pengecoran manual .....................................................… 127

Gambar 6.3 Rusaknya alat Bore Pile ..............................................… 128

xvi
DAFTAR TABEL

HALAMAN
Tabel 2.1 Rencana dan Anggaran Biaya Pekerjaan Proyek Pembangunan

Laboratorium Terpadu Jurusan Keperawatan dan Teknologi Laboratorium

Medik........................................................................................................... 22

Tabel 3.1 Trial Send Mix............................................................................. 48

Tabel 5.1 Tabel Kekakuan Kolom........................................................... 123

Tabel 5.2 Tabel Perhitungan.................................................................... 123

xvii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Nota Dinas

Lampiran 2 Data Proyek

Lampiran 3 Surat Dari Prodi ke Proyek

Lampiran 4 Surat Balasan Penerimaan dari Proyek

Lampiran 5 Daftar Presensi kehadiran

Lampiran 6 Surat Pernyataan selesai Kerja Praktek

Lampiran 7 Dokumen Proyek

Lampiran 8 Surat Penilaian dari Proyek

xviii
20

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kuliah Kerja Praktek

Kebutuhan untuk membentuk mahasiswa yang utuh dan siap pakai

berujung pada dilakukannya suatu pengamatan terhadap dunia kerja dalam

bidang yang sesuai dengan disiplin ilmu yang dibutuhkan mahasiswa.

Dalam bangku perkuliahan, mahasiswa hanya dibekali teori-teori ilmu

teknik sipil dan melihat gambaran umum saja tanpa melihat aplikasinya di

lapangan.

Adanya Kuliah Kerja Praktek, mahasiswa diharapkan dapat

memahami etos kerja yang baik. Hal ini tentunya membantu mahasiwa

untuk mendapatkan gambaran mengenai cara kerja yang baik dan disiplin,

sehingga kelak mahasiswa dapat menjadi pekerja yang handal dalam

bidangnya, dan mampu untuk menembus ketatnya persaingan dunia kerja

yang ada saat ini.

Kuliah Kerja Praktek merupakan salah satu syarat untuk menempuh

studi akhir yang wajib ditempuh oleh mahasiswa semester VII Program

Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Serang Raya, kegiatan ini

dilakukan berupa pengamatan pada sebuah proyek, dengan ketentuan

standarifikasi yang ditetapkan oleh lembaga UniversitasSerang Raya.

Dalam Kuliah Kerja Praktek ini penulis mendapat kesempatan untuk

mengamati sekaligus mengembangkan kreatifitas padaProyek

Pembangunan Laboratorium Terpadu Jurusan Keperawatan Dan Teknologi


21

Laboratorium Medik Tahap 1. Hal ini dikarenakan penulis ingin

mengaplikasikan mata kuliah yang telah didapatkan selama perkuliahan di

Universitas Serang Raya.

1.2 Tujuan Kuliah Kerja Praktek

Tujuan hasil penulisan selama melaksanakan Kuliah Kerja Praktek

adalah sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui kondisi pekerjaan di lapangan secara langsung dan

nyata seperti pelaksanaan bangunan teknik sipil, manajemen konstruksi,

organisasi proyek pada pelaksanaan proyek.

2. Menambah wawasan mengenai dunia konstruksi tentang permasalahan –

permasalahan yang sering terjadi di lapangan.

3. Mampu mengaplikasikan teori – teori dan praktek yang pernah

didapatkan dibangku perkuliahan serta membandingkan dengan kondisi

dilapangan.

4. Sebagai bekal mahasiswa untuk masuk dalam dunia kerja dan membuka

komunikasi yang baik antara masyarakat yang berkecimpung dalam

dunia konstruksi.

5. Memberikan mahasiswa pengalaman di pekerjaan konstruksi.

1.3 Waktu Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek

Waktu pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek selama 1 bulan (30 hari

kalender) dimulai sejak tanggal 28 November 2022 hingga 17 Desember

2022. Dengan dilakukan sebanyak 15 kali kunjungan dalam satu bulan.


22

Bertempat di Proyek Pembangunan Laboratorium Terpadu Jurusan

Keperawatan Dan Teknologi Laboratorium Medik Tahap 1.

1.4 Manfaat Kuliah Kerja Praktek

Manfaat yang dicapai dari pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek adalah :

1. Mengetahui kegiatan yang berada di lingkungan proyek.

2. Mengetahui dengan jelas kondisi di lapangan proyek pembangunan,

sehingga tidak asing lagi setelah turut serta di dunia kerja.

3. Khusus dalam pekerjaan konstruksi, dapat mengaplikasikan teori di

kelas terhadap kondisi di lapangan.

4. Menumbuhkan sikap mandiri dan kritis sehingga mahasiswa dapat

mengembangkan kreatifitasnya di lapangan serta membuka sarana

informasi pada dunia konstruksi.

1.5 Kegiatan Kerja Praktek

Setelah kegiatan prosedur, administrasi dan perizinan pada Proyek

Pembangunan Laboratorium Terpadu Jurusan Keperawatan Dan Teknologi

Laboratorium Medik Tahap 1, mahasiswa dapat mengikuti kegiatan

dilapangan sebagai berikut:

1. Pekerjaan Kolom

2. Pekerjaan Balok

3. Pekerjaan Plat lantai


23

1.6 Latar Belakang Proyek

Proyek Pembangunan Laboratorium Terpadu Jurusan Keperawatan Dan


Teknologi Laboratorium Medik Tahap 1, yang berlokasi di Jln .Dr . Sitanala,
RT.002/RW.003, Karang Sari, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang, Banten
merupakan sarana pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Keperawatan Politeknik
Kesehatan Banten. Pembangunan ini merupakan salah satu metode pembelajaran
untuk menambah ilustrasi dalam bangku perkuliahan maupun praktikum.
Laboratorium ini di bangun agar dapat membantu mahasiswa untuk meningkatkan
cara belajar yang efektif dengan fasilitas yang lebih lengkap
Visi Nasional pembangunan jangka panjang memiliki tujuan terciptanya
manusia yang sehat, cerdas, produktif, dan berakhlak mulia serta masyarakat yang
makin sejahtera dalam pembangunan yang berkelanjutan. Presiden terpilih
sebagaimana tertuang dalam RPJMN 2020-2024 telah menetapkan Visi Presiden
yaitu “Terwujudnya Indonesia Maju Yang Berdaulat, Mandiri, dan
Berkepribadian, Berlandaskan Gotong Royong”. Kementerian Kesehatan
menjabarkan visi Presiden di bidang kesehatan guna menciptakan manusia yang
sehat, produktif, mandiri, dan berkeadilan dengan Tujuan Strategis, yakni: 1).
Peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pendekatan siklus hidup, 2).
Penguatan pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, 3). Peningkatan pencegahan
dan pengendalian penyakit dan pengelolaan kedaruratan kesehatan masyarakat, 4).
Peningkatan sumber daya kesehatan dan 5). Peningkatan tata kelola pemerintahan
yang baik, bersih dan inovatif.
Peningkatan sumber daya manusia Kesehatan yang professional dan
kompeten di bidangnya, memerlukan suatu upaya guna menjamin mutu institusi
pendidikan tenaga kesehatan. Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang merupakan
Institusi Pendidikan Tinggi yang dibentuk oleh Kementerian Kesehatan
mempunyai tugas meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pendidikan
kesehatan dengan berbagai disiplin ilmu seperti Keperawatan, Sanitasi
Lingkungan, Kebidanan, Teknologi Laboratorium Medis (TLM), Kesehatan Gigi,
Gizi Farmasi dan Teknik Gigi.
24

1.7 Tujuan Proyek

Peranan laboratorium(Teknologi Laboratorium Medik) dalam

pendidikan kesehatan memang sangat penting. Betapa tidak

laboratorium (TLM) sebagai sarana kesehatan umum sangat

menunjang para mahasiswa untuk meningkatkan cara belajar yang

efektif dengan fasilitas yang lebih lengkap. Laboratorium(TLM)

dijadikan sebagai tempat melakukan berbagai kegiatan kesehatan

medis karena memang memiliki sarana dan prasarana yang lengkap

untuk menunjang berbagai kegiatan kesehatan medis yang

dilaksanakan oleh para mahasiswa maupun dosen.

Tujuan Proyek Pembangunan Laboratorium Terpadu Jurusan

Keperawatan Dan Teknologi Laboratorium Medik Tahap 1, adalah

sebagai sarana dan prasarana pembelajaran mahasiswa :

1. Untuk mempraktekkan dan mengilustrasikan materi kesehatan

sesuai standar kesehatan nasional.

2. Terbentuknya mahasiswa unggul,mandiri, dan bermoral

3. Terlaksananya Peningkatan Jasa Layanan Penelitian

4. Tercapainya Peningkatan Pendayagunaan sarana pendidikan

untuk layanan masyarakat.

1.8 Data Proyek

Tahapan penyelenggaraan proyek pembangunan secara menyeluruh

dimulai dari perencanaan, perancangan, pelaksanaan pembangunan fisik

sampai dengan pemanfaatannya harus dikerjakan secara sistematik.


25

Di dalam proses atau tahapan ini terdapat bermacam-macam unsur

pendukung yang saling berkaitan satu sama lain. Unsur – unsur yang

membentuk suatu ikatan kerjasama dimana masing – masing mempunyai

peran, fungsi, dan tanggung jawab yang jelas. Tujuan yang hendak dicapai

pada dasarnya adalah efisiensi yang optimum dari tenaga, waktu, dan

biaya proyek terhadap hasil yang diperoleh. Data Proyek Pembangunan

Laboratorium Terpadu Jurusan Keperawatan Dan Teknologi

Laboratorium Medik Tahap 1, Kecamatan Neglasari, Tangerang sebagai

berikut :

1. Nama Proyek : Proyek Pembangunan Laboratorium


Terpadu Jurusan Keperawatan Dan
Teknologi Laboratorium Medik Tahap 1

2. Lokasi Proyek : Jln .Dr . Sitanala, RT.002/RW.003,


Karang Sari, Kecamatan Neglasari, Kota
Tangerang,Banten 42122

3. Luas Lahan Proyek : ± 1728 m2

4. Luas Bangunan : ± 1256 m2

5. Fungsi Bangunan : Laboratorium Terpadu ( Teknologi


Laboratorium Medik)

6. Pemilik Proyek : Politeknik Kesehatan Banten

7. Nilai Proyek : Rp. 7.046.128.466,25,-

8. Waktu Pelaksanaan : 26 Oktober 2022

9. Konsultan Perencana : PT. Berkah Teknik Konsultan

10. Kontraktor Pelaksana : CV. Ananda Pratama


26

11. Konsultan Pengawas : CV. Nura Karya Konsultan

12. Sumber Dana : Kementerian Kesehatan RI

1.9 Lokasi Proyek


Secara geografis, letak Proyek Pembangunan Laboratorium
Terpadu Jurusan Keperawatan Dan Teknologi Laboratorium
Medik Tahap 1, yang berlokasi di Jln.Dr.Sitanala,
RT.002/RW.003, Karang Sari, Kecamatan Neglasari, Kota
Tangerang, Banten 42122.

Gambar 1.1 Peta Lokasi Proyek

Sumber: Google Maps

Gambar 1.2 Gambar Proyek


Sumber: Google Maps
28

BAB II

PRA PELAKSANAAN

2.1 Pelelangan

2.1.1 Pengertian Pelelangan

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 213/PMK.06/2022 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang

Pasal 1 ayat (2) menyebutkan: ”Lelang adalah penjualan barang

yang terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis

dan/ atau lisan yang semakin meningkat atau menurun untuk

mencapai harga tertinggi, yang didahului dengan Pengumuman

Lelang”.

Artinya, saat ini Lelang dapat dilakukan dengan

menggunakan mediaelektronik melalui internet atau Lelang Online.

Dalam peraturan Menteri Keuangan, yang dimaksud dengan Lelang

adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum dengan

penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan yang semakin

meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi yang

didahului dengan pengumuman lelang.

2.1.2 Jenis-jenis Pelelangan

Jenis-jenis Pelelangan berdasarkan keputusan Presiden No.12


Tahun 2021, Pasal 1 ayat ( 35 - 40 ) sebagai berikut:
1. Pembelian secara Elektronik yang selanjutnya disebut E-
purchasing adalah tata cara pembelian barang/jasa meialui
29

sistem katalog elektronik atau toko daring.


2. Tender adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya.
3. Seleksi adalah metode permilihan untuk mendapatkan Penyedia
Jasa Konsultansi.
4. Tender/Seleksi Internasional adalah pemilihan Penyedia dengan
peserta pemilihan dapat berasal dari Pelaku Usaha nasional dan
Pelaku Usaha asing.
5. Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan untuk
mendapatkan Penyedia Barang Pekerjaan Konstruksi/Jasa
Konsultansi/Jasa Lainnya dalam keadaan tertentu.
6. Pengadaan langsung Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya
adalah metode pemilihan untuk mendapatkan Penyedia
Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang bernilai paling
banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).
7. Pengadaan Langsung Jasa Konsultansi adalah metode pemilihan
untuk mendapatkan Penyedia Jasa Konsultansi yang bernilai
paling banyak Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).
8. E-reverse Auction adalah metode penawaran harga secara
berulang.

2.1.3 Syarat Pelelangan

Berdasarkan Perpres No. 12/2021, penilaian terhadap

kriteria penyedia jasa konstruksi yang dilakukan oleh panitia lelang

meliputi 3 (tiga)aspek (Halim dkk, 2015), yaitu :

a. Segi administrasi

meliputi syarat untuk memenuhi ketentuan peraturan

perundang- undangan untuk menjalankan usaha atau kegiatan

sebagai penyedia jasa kosntruksi, memiliki keahlian,


30

pengalaman, kemampuan teknis, dan manajerial untuk

menyediakan jasa pelaksanaan, tidak dalam pengawasan

pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang

dihentikan dan atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama

perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana, secara

hukum mempunyai kapasitas menandatangani kontrak, sudah

memenuhi kewajiban perpajakan terakhir, dibuktikan dengan

melampirkan Surat Pajak Tahunan (SPT), Pajak Penghasilan

(PPh) terakhir, dan salinan surat setoran pajak, dalam kurun

waktu 4 (empat) tahun terakhir penuh memperoleh pekerjaan

jasa pelaksanaan baik di lingkungan pemerintah maupun swasta

termasuk pengalaman sub kontrak, kecuali penyedia jasa

konstruksi yang baru berumur 3(tiga) tahun, memiliki sumber

daya manusia, modal, peralatan, dan fasilitas lain yang

diperlukan dalam pengadaan jasa konstruksi, tidak masuk dalam

daftar hitam, memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat

dijangkau dengan pos, dan khusus 11 untuk penyedia jasa

konstruksi orang atau perseorangan sama dengan di atas kecuali

syarat kelima.

b. Segi teknis

meliputi metode pelaksanaan pekerjaan yang memenuhi

persayaratan substantif yang ditetapkan dalam dokumen lelang,

jadwal waktu pelaksanaan yang ditetapkan, jenis, kapasitas,


31

komposisi, dan jumlah peralatan minimal, spesifikasi teknis,

personil inti yang ditetapkan, dan bagian pekerjaan yang

disubkan,

c. Segi harga

meliputi koreksi artimatik terhadap harga penawaran yang

masuk, daftar kuantitas dan harga satuan setiap jenis atau item

pekerjaan, dan analisis harga satuan pekerjaan utama.

Pada umumnya pengajuan atau pemasukan dokumen lelang

harus menyertakan informasi yang berkaitan dengan kategori

seperti berikut ini antara lain ( Laurent, 2020):

1. Pendekatan teknis.

2. Kemampuan manajemen.

3. Kemampuan finansial.

4. Pengalaman terdahulu.

5. Kinerja masa lalu.

6. Metode pelaksanaan.

7. Informasi harga proyek.


32

2.1.4 Tata Cara Pelelangan

Menurut ( Anis, 2016 ) dalam Peraturan Menteri Keuangan

Republik Indonesia Nomor 213 / PMK . 06 / 2020 : Tata cara

pelelangan bertujuan agar kegiatan pelelangan dilakukan dengan

urutan yang sistematis dan tertib. Tahap ini terdiri atas:

1. Panitia pelelangan wajib melakukan pra kualifikasi bagi calon

peserta lelang yang akan mengikuti pelelangan sesuai dengan

dokumen prakualifikasi yang telah diberikan kepada calon

peserta lelang. Prakualifikasi bertujuan untuk mengidentifikasi

kemampuan dan ruang lingkup pekerjaan, maka diperlukan

prakwalifikasi badan-badan organisasi seperti konsultan

perencana, pengawas maupun pemborong. Calon peserta

lelang yang berminat mengikuti pelelangan wajib mengambil

dokumen prakualifikasi yang dilakukan oleh panitia. Peserta

prakualifikasi tidak boleh dipungut biaya. Pelaksanaan

prakwalifikasi calon peserta lelang dilakukan dengan cara

sebagai berikut:

a. Panitia meneliti dan menilai data kualifikasi calon peserta

lelang dengan ketentuan sebagaimana mestinya.

b. Sertifikasi penyedia barang/jasa yang dikeluarkan asosiasi

perusahaan/profesi digunakan sebagai salah satu acuan

untuk memudahkan panitia melakukan prakualifikasi.


33

c. Panitia melakukan penelitian dan penilaian meliputi:

1) Kemampuan dari segi administrasi dan financial.

2) Kemampuan dari segi peralatan.

3) Kemampuan sumber daya manusia.

4) Pengalaman dan prestasi kerja.

5) Calon peserta yang dinyatakan lulus dalam tahap

prakualifikasi dicatat untuk diundang mengikuti

pelelangan.

2. Pihak pemberi tugas membentuk panitia lelang yang sekurang-

kurangnya beranggotakan 5 orang dari tim konsultan dengan

tugas sebagai berikut:

a. Mengkoordinasikan penyusunan Dokumen Lelang yang

berisi Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) serta

gambar-gambar perencanaan, menyusun dan menetapkan

tatacara penilaian terhadap penawaran, syarat peserta

pelelangan, serta perkiraan harga.

b. Mengumumkan segala sesuatu mengenai pelelangan

melalui media masa (untuk pelelangan terbuka) dimana

didalam pengumumantercantum:

1) Latar belakang proyek yaitu uraian singkat yang

memuat nama proyek, pemberi tugas, direksi, maksud

dan tujuan serta lingkup proyek, lokasi, dan jadwal

mulai.
34

2) Tanggal dan tempat pengambilan dokumen lelang

3) Penggantian uang dokumen lelang

4) Tanggal dan tempat rapat klarifikasi/penjelasan (pre-

bid meeting) dan kunjungan ke lokasi yang dilakukan

beberapa harisetelah menerima dokumen lelang.

5) Jaminan lelang (bid bond).

3. Pengumuman Lelang

Cara yang dipakai untuk mengumumkan pelelangan

sebuah proyek biasanya memakai iklan di media massa yang

ditujukan kepada publik seperti misalnya lewat surat kabar,

majalah teknis profesi dan sebagainya. Bila proyeknya bersifat

internasional, maka iklannya dibuat dalam bahasa inggris dan

juga melalui bantuan kedutaan asing yang ada. Pelelangan

dibagi dua yaitu tender terbuka dan tender tertutup.

Tender Terbuka adalah tender yang diumum-kan kepada

publik, dimana pekerjaan proyek tersebut dapat dikerjakan oleh

umum. Tentunya oleh badan-badan yang sudah lulus pra-

kualifikasi. Biasanya tender terbuka dilakukan oleh proyek-

proyek pemerintah dan perusahaan swasta yang besar. Dalam

undangan untuk tender terbuka yang diiklankan, disebutkan

antara lain apa hakekat pekerjaannya, siapa pemiliknya, dan

siapa pemberi dananya (misalnya dana proyek yang dipinjam

dari bank luar negeri). Para peminat dapat mengambil


35

dokumen tender dari proyek yang akan dilelang dan setelah

mempelajari-nya sampailah pada tahapan yang ketiga yaitu

Rapat Penjelasan Pekerjaan.

Tender tertutup merupakan kebalikan dari tender terbuka,

dimanapekerjaan yang akan dilelangkan hanya dapat dikerjakan

oleh beberapa badan yang sudah dikenal dan memiliki

kekhususan tersendiri (keahlian khusus yang belum dimiliki

badan lain).

Pemberitahuannya lewat surat undangan/ secara lisan,

lewat telepon dan sebagainya. Proyek konstruksi dengan cara

tender tertutup ini banyak dilakukan oleh pihak swasta dan

pemerintah yg membangun proyek yang sifatnya rahasia.

4. Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwyzing)

Pertemuan ini diadakan untuk tatap muka antara para

peminat pekerjaan/calon kontraktor dengan pihak pemilik.

Dalam hal ini pemilik diwakili oleh konsultan perencana.

Biasanya untuk proyek-proyek pemerintah rapat ini

diselenggarakan oleh panitia pelelangan. Pembicaraan berkisar

kepada dua bidang yaitu bidang administratif dan bidang teknis

proyek.

Pada bidang administratif dijelaskan akan persyaratan-

persyaratan yang tercantum dalam dokumen tender seandainya

terdapat hal-hal yang masih meragukan. Persyaratan


36

administrasi yang disertakan oleh peserta lelang adalah sebagai

berkut:

a. Neraca perusahaan terakhir

b. Izin usaha

c. Pengalaman-pengalaman

d. Daftar peralatan yang diperlukan

e. Surat Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

f. Referensi bank (jika bank luar negeri harus mendapat

rekomendasidari Bank Indonesia)

g. Surat jaminan penawaran.

Pada bidang teknis proyek dijelaskan antara lain

modifikasi baru atau ukuran-ukuran gambar yang tidak cocok

dengan yang tertulis dalam spesifikasi teknis pelaksanaan,

gambar-gambar konstruksi yang sulit di mengerti atau dibaca

serta kesalahan-kesalahan tulis yang terjadi.

Hasil dari pertemuan ini dibuatkan Berita Acara

Penjelasan (aanwijzing) dan ditanda tangani oleh dua wakil dari

calon peserta pekerjaan, tergantung dari peraturan pelelangan

setempat. Dokumen Berita Acara ini kemudian menjadi bagian

yang mengikat sebagai dokumen tender tambahan (addendum).

Seandainya pada rapat penjelasan pekerjaan yg pertama

ini dirasakan belum menyelesaikan semua masalah pelelangan

dengan tuntas, maka dapat diadakan pertemuan yang kedua.


37

Biasanya hal itu dapat terjadi setelah diadakan peninjauan ke

lapangan oleh calon peserta.Peninjauan ke lapangan oleh calon

kontraktor sebelum mereka membuat penawarannya amat

penting artinya. Banyak hal-hal yang tidak dapat dilihat dengan

jelas di lapangan.

Cara penyerahan dokumen penawaran harus

dicantumkan dalam dokumen lelang. Ada 3 cara penyerahan

dokumen penawaran dari peserta kepada panitia lelang, yaitu:

a. Sistem Satu Sampul

Sistem Satu Sampul merupakan keseluruhan dokumen

penawaran, yang mencakup surat penawaran dan persyaratan,

dimasukkan ke dalam satu sampul.

b. Sistem dua sampul

Sampul Pertama berisi persyaratan administrasi dan teknis,

dan pada sampul ditulis Data Administrasi dan Teknis. Sampul

Kedua berisi perhitungan harga penawaran dan, dan pada

sampul ditulis Data Harga Penawaran. Kedua sampul tersebut

dimasukkan dalam satu sampul lain yang disebut Sampul

Penutup.

c. Sistem dua tahap

1) Tahap I

Peserta hanya memasukkan sampul pertama yang berisi

persyaratan administrasi dan teknis. Setelah dilakukan


38

evaluasi olehpanitia pelelangan dan dinyatakan lolos, maka

dilakukan tahap II.

2) Tahap II

Peserta yang lolos tahap I memasukkan sampul kedua

yangberisi harga penawaran sesuai waktu yang ditentukan.

5. Pembukaan dokumen tender

Pembukaan dokumen tender untuk setiap sistem dapat

dilakukan dengan:

a. Sistem satu sampul Panitia membuka kotak dan sampul

dokumen penawaran dari setiap peserta dan membacanya di

hadapan para peserta. Selanjutnya dilakukan analisis harga

penawaran secara detail bagi peserta yang syarat

administrasinya memenuhi kriteria.

b. Sistem dua sampul Panitia membuka kotak dan sampul

penutup yangberisi sampul I dan sampul II di hadapan para

peserta. Selanjutnya isidari sampul I dibacakan didepan para

peserta sedangkan sampul II disimpan oleh panitia dan baru

dibuka bila peserta yang bersangkutan lulus evaluasi

administratif. Peserta yang lolos pada sampul I akan

diundang kembali untuk mengikuti pembukaan sampul II

dan panitia menganalisis harga penawaran secara mendetail.

c. Sistem dua tahap Panitia membuka kotak dan sampul I dan

dibaca di hadapan peserta. Sampul II baru boleh diserahkan


39

kepada panitia bila peserta telah dinyatakan lolos tahap I.

Peserta yang lolos tahap I diundang kembali untuk

menyampaikan sampul II dan panitia hanya

mempertimbangkan calon pemenang dari harga penawaran

yang terendah.

6. Proses Evaluasi Tender

Pada proyek-proyek yang besar, kadang-kadang terdapat

data penawaran yang meragukan dan umumnya calon kontraktor

dimintai keterangan secara tertulis (clarification letters).

Jangka waktu evaluasi bisa memakan waktu beberapa

hari atau lebih. Sistem evaluasi bisa bermacam-macam caranya

dan umumnya carayang banyak dipakai yaitu dengan cara sistem

bobot/sistem skoring.

Masing masing aspek dari calon kontraktor diberi nilai,

misalnya metode kerjanya, peralatan yang dipakai, kwalifikasi

personil yang akan di-pakai, bonafiditas perusahaan, harga

penawarannya, kelengkapan administrasinya dan lain-lain. Calon

kontraktor yang paling banyak mengumpulkan angka biasanya

yang ditunjuk sebagai calon pemenang.

7. Penetapan Dan Penunjukan Pemenang

Untuk proyek-proyek pemerintah, berdasarkan hasil

evaluasi diatas, maka Panitia pelelangan menetapkan calon-calon

pemenang yang diusulkan kepada instansi yang berwenang, yang


40

ke-mudian menetapkan pemenangnya.

Dari hasil keputusan pemenang tadi, panitia Pelelangan

mengumumkan hasilnya. Bila tidak ada sanggahan atau

penolakan atau apabila semua sanggahan telah dijawab maka

tugas panitia Pelelangan telah selesai.

Dalam Proyek Pembangunan Laboratorium Terpadu

Jurusan Keperawatan Dan Teknologi Laboratorium Medik

Tahap 1 , ada tahap pelelangan yaitu Pelelangan Umum

( Terbuka ).

2.1.5 Prinsip Dasar Pelelangan

Proses pengadaan perusahan jasa konstruksi ini diatur oleh

keputusan presiden terutama digunakan dilingkungan proyek

pemerintah. Prinsip dasar pelelangan menurut Peraturan Presiden

Pasal 6 ayat (16) Tahun 2018 diharuskan diantaranya:

a. Efisien

Pengadaan barang/jasa diusahakan menggunakan dana yang

minimal dan mencapai hasil proyek yang maksimal dan dapat

dipertanggung jawabkan oleh pihak terkait. (Peraturan LKPP

Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah).

b. Efektif

Pengadaan barang/jasa proyek yang dilaksanakan harus


41

sesuai tujuan, hasil dan manfaat yang sebesar-besarnya bagi

masyarakat tanpa memedulikan biaya yang harus atau sudah

dikeluarkan sesuai dengan sasaran yang ditelah di tetapkan.

(Peraturan LKPP Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah).

c. Terbuka

Pengadaan barang/jasa terbuka bagi pelaksana/pengawas

yang memenuhi persyaratan dan melakukan persaingan yang

sehat diantara para penyedia barang/jasa berdasarkan ketentuan

dan prosuder yang jelas dan tranparan. (Peraturan LKPP Nomor

12 Tahun 2021 Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah).

d. Transparan dan Bersaing

Pengadaan barang/jasa suatu proyek dimana keputusan

yang diambil dan pelaksanaan nya dilakukan dengan cara yang

mengikuti aturan yang ditetapkan oleh lembaga termasuk semua

informasi mengenai barang/jasa, separate administrasi

pengadaan, tata cara evaluasi, penetapan calon

penyedia/pengawas barang dan jasa yang sifatnya terbuka dan

diketahui oleh semua masyarakat dan bagi pihakpihak yang

terkait yang ingin mengikuti pelelangan tersebut. (Peraturan

LKPP Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Pedoman Pelaksanaan

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah).


42

e. Adil/Tidak Diskriminatif

Pengadaan barang/jasa memberi perlakuan yang sama terhadap

para penyedia barang/jasa dan dimana tidak mengarah untuk

memberi keuntungan kepada pihak yang tertentu, dengan cara

dan atau alasan apapun. (Peraturan LKPP Nomor 12 Tahun 2021

Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah).

f. Akuntabel

Pengadaan barang/jasa harus mencapai sasaran baik fisik,

keuangan, maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan

konstruksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam

pengadaan barang/jasa. (Peraturan LKPP Nomor 12 Tahun 2021

Tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah).

2.2 Analisis Harga

Menurut AHSP SNI 2020 di dalam (Peraturan Menteri Pupr RI no.1

Tahun 2022) , analisa harga satuan pekerjaan adalah pedoman baku alat

untuk menghitung harga standard satuan pekerjaan konstruksi. Yang

dimaksud harga satuan pekerjaan adalah harga satuan setiap pekerjaan

dalam pekerjaan konstruksi.

Ruang lingkup pekerjaan konstruksi meliputi pekerjaan bangunan

gedung, bangunan air, jalan, jembatan, galangan kapal, bandara,

bangunan konstruksi baja,ternasuk bangunan rumah tinggal.


43

Harga Satuan Pekerjaan akan berbeda antara daerah satu

dengan daerah yang lain, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan

harga pasaran bahan dan harga/upah tenaga kerja yang berlaku di setiap

daerah. Jadi dalam menghitung dan menyusun Anggaran Biaya suatu

proyek, harus berpedoman pada harga satuan bahan dan upah tenaga

kerja di pasaran dan di lokasi pekerjaan yang akan dibuat.

Tabel 2.1 Rekapitulasi Harga Pekerjaan Proyek Pembangunan Laboratorium


Terpadu Jurusan Keperawatan Dan Teknologi Laboratorium Medik Tahap 1.

NO URAIAN

TOTAL
REKAPITULASI

1 PEKERJAAN PERSIAPAN Rp 17.495.901,40


2 PEKERJAAN STRUKTUR Rp 3.663.102.357,51
3 PEKERJAAN ARSITEKTUR Rp 3.083.172.324,96
4 PEKERJAAN PLUMBING Rp 183.522.162,20
5 PEKERJAAN ELEKTRIKAL Rp 425.771.416,30
ARUS KUAT
TOTAL RP 7.328.064.160,30
PEKERJAAN NON STANDAR( 11%) RP 907.300.577,15
JUMLAH TOTAL Rp 8.248.187.065,22
PEMBULATAN Rp 8.248.187.000,00
Sumber : Data Proyek

2.3 Struktur Organisasi Proyek

Dalam suatu proyek pasti memerlukan sistem koordinasi yang

efektif dan efisien, yang bertujuan untuk mewujudkan kelancaran dan

lebih terjaminnya pelaksanaan suatu proyek. Struktur suatu organisasi

juga merupakan bagian dari manajemen atau pengelolaan suatu proyek,

dimana manajemen itu sendiri adalah suatu cara pengelolaan suatu


44

kegiatan yang memiliki tujuan tertentu.

2.3.1 Pengertian Organisasi Proyek

Menurut Suwinardi (2014) , definisi dari organisasi adalah

Organisasi merupakan bagian dari suatu manajemen proyek, yang

akan membuat suatu organisasi dapat mencapai tujuannya.

2.3.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-

mekanisme formal dengan mana organisasi dikelola. Struktur

organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola

tetap hubunganhubungan di antara fungsi-fungsi, bagianbagian atau

posisi-posisi, maupun orang yang menunjukkan kedudukan, tugas

wewenang dan tanggung jawab yang berbeda beda dalam suatu

organisasi (Suwinardi,2014).

Adapun susunan struktur organisasi dalamPekerjaan Proyek

Pembangunan Laboratorim Terpadu Jurusan Keperawatan Dan

Teknologi Laboratorium Medik Tahap 1, yaitu sebagai berikut:

POLITEKNIK
KESEHATAN
BANTEN

PT. BERKAH CV.NURA KARYA


CV. ANANDA
TEKNIK KONSULTAN
PRATAMA
KONSULTAN
45

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Proyek

Sumber : Data Proyek

Semua unsur yang terlibat dalam penanganan Pekerjaan

Proyek Pembangunan Laboratorim Terpadu Jurusan Keperawatan

Dan Teknologi Laboratorium Medik Tahap 1 ini adalah CV. Ananda

Pratama dan CV Nura Karya Konsultan.

1. Pemilik proyek (Owner)

Menurut Dimyati dan Nurjaman (2014). “ Pemilik proyek

disebut juga sebagai pemberi tugas, owner atau bowheer adalah suatu

badan usaha atau perorangan, baik pemerintah maupun swasta yang

memiliki, memberikan pekerjaan, serta membiayai suatu proyek

dalam pembangunan suatu bangunan”. Tugas, wewenang, dan

tanggung jawab pemilik proyek adalah :

1. Menunjuk dan mengangkat wakilnya bagi kebutuhan perencana

dan pelaksanaan. Dalam hal ini mengangkat kontraktor pelaksana,

pengawas proyek yang telah terpilih melalui sistem lelang.

2. Mengesahkan keputusan yang menyangkut biaya, mutu, dan

waktu pelaksanaan.

3. Menyelesaikan perselisihan menyangkut proyek yang terjadi

antara bawahannya dengan pihak pemborong.

4. Menyediakan dan mengusahakan pendanaan bagi kontraktor


pelaksana.
46

5. Memberikan keputusan terhadap perubahan waktu

pelaksanaan dengan memperhatikan pertimbangan yang diberikan

oleh konsultannya.

a. Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi).

b. Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai

dilaksanakan oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai

dengan apa yang dikehendaki.

c. Memberikan hasil lelang secara tertulis kepada masing-

masing kontraktor.

d. Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara

memberitahukan secara tertulis kepada kontraktor jika telah

terjadi hal-hal di luar kontrak yang ditetapkan.

2. Konsultan Perencana

Menurut Dimyati dan Nurjaman (2014) Konsultan

Perencana adalah pihak yang ditunjuk oleh pemberi tugas

atau klien untuk melaksanakan pekerjaan proyek

perencanaan dalam hal ini bangunan. Konsultan perencana

dapat berupa perorangan atau badan usaha baik swasta

maupun pemerintah.

 Mengadakan penyesuaian keadaan lapangan dengan


keinginan pemilik proyek /klien.
 Membuat gambar kerja pelaksanaan atau detail engineering
47

design (DED).

 Membuat Rencana kerja dan syarat – sayarat pelaksanaan


bangunan (RKS ) sebagai pedoman bagi pelaksana proyek.
 Membuat rencana anggaran biaya (RAB) proyek.
 Memproyeksikan keinginan – keinginan atau ide – ide
pemilik proyek ke dalam desain bangunan.
 Melakukan penyesuaian desain bila terjadi kesalahan
pelaksanaan pekerjaan dilapangan yang tidak
memungkinkan untuk dilaksanakan.
 Mempertanggungjawabkan desain dan perhitungan struktur

jika terjadi kegagalan konstruksi.

3. Kontraktor Pelaksana

Menurut Dimyati dan Nurjaman (2014). “ Kontraktor

pelaksana adalah perusahaan berbadan hukum yang bergerak

dalam bidang pelaksanaan pemborongan. Kontraktor dapat

berupa perseorangan ataupun badan hukum, baik pemerintah

maupun swasta yan telah ditetapkan dari pemilik proyek

serta telah menandatangani Surat Perjanjian Kontrak (SPK).

Kontraktor pelaksana ini bekerja dengan mengacu pada

gambar kerja (bestek), rencan kerja, dan syarat-syarat (RKS)

yang telah disusun sebelumnya” Kegiatan dari kontraktor

pelaksana, yaitu: Adapun hak dan kewajiban kontraktor adalah:

1. Melaksanakan semua kesepakatan yang ada dalam kontrak

kerja,baik dari segi scheduling pelaksanaan maupun masa


48

pemeliharaan.

2. Mematuhi dan melaksanakan segala petunjuk yang

diberikan oleh direksi.

3. Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor pelaksana harus

membuat dan menyerahkan gambar kerja (shop drawing)

serta metode kerja.

4. Menyedakan tenaga kerja, bahan, perlengkapan, dan jasa

yang diperlukan sesuai dengan spesifikasi teknis dan

gambar yang telah ditentukan dengan memperhatikan :

a) Biaya pelaksanaan.

b) Waktu pelaksanaan.

c) Kulaitas pekerjaan.

d) Kuantitas pekerjaan.

e) Keamanan kerja.

5. Membuat laporan harian, mingguan, dan bulanan yang

diserahkan kepada direksi.

6. Bertanggung jawab atas kualitas dan mutu pekerjaan.

7. Membayar ganti rugi akibat kecelakaan yang terjadi pada

waktu pelaksanaan pekerjaan.

8. Berhak menerima sejumlah biaya pelakasanaan pekerjaan

yang telah selesai dari pemberi tugas dengan

kesepakatan yang tercantum dari kontrak kerja.


49

9. Kontraktor pelaksana harus menyusun sebuah struktur

organisasi yang didalamnya tercantum alur-alur pemberian

perintah kerja atau tugas pada masing-masing jabatan

untuk bekerja dengan maksimal dan tidak terjadi over -

lapping tanggung jawab, untuk kelancaran pelaksanaan

pekerjaan, kontraktor pelaksana dibantu sub - sub

kontraktor yang ditunjuk oleh kontraktor pelaksana yang

berupa perseorangan maupun badan hukum.

4. Konsultan Pengawas

Menurut Dimyati dan Nurjaman (2014). “Konsultan

pengawas adalah organsasi atau perorangan yang bersifat

multidisiplin yang bekerja untuk dan atas nama pemilik proyek

(owner). Pengawas harus mampu bekerja sama dengan konsultan

perencana dalam suatu proyek”. Pengawas preoyek memiliki

kegiatan sebagai berikut:

1. Melakukan pengawasan berkala serta memberikan pengarahan,

petunjuk, dan penjelasan kepada pelaksana konstruksi serta

meneliti hasil-hasil yangtelah dikerjakan.

2. Memberikan rekomendasi progress report pekerjaan pelaksana

untuk meminta dana pemilik proyek (owner) untuk

membiayai pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.


50

3. Memberikan teguran dan/ atau peringatan kepada pelaksana

konstruksi apabila dalam pelaksanaan pekerjaan terjadi

penyimpangan dari spesifikasi dan gambar-gambar teknis.

4. Mempersiapkan, mengawasi, dan melaporkan hasil pelaksanaan

proyek kepada pemilik proyek (owner).

Gambar 2.5 Struktur Organisasi Konsultan Pengawas

Sumber : Data Konsultan Pengawas 2022

Adapun Tugas masing-masing bagian adalah:

1. Supervisor Engineer, Pimpinan Tim Supervisor Konsultan di

lokasi proyek yang bertanggung jawab kepada pimpro

dimana timnya ditugaskan untuk melaksanakan tugas-tugas

pembantuan pengawas.

2. Admin, Mempersiapkan segala Dokumen dan Administrasi


51

yang di butuhkan.

3. Quality Engineer, Mengendalikan mutu bahan dan mutu

material, mutu hasil pelaksanaan pekerjaan memenuhi

syarat/ketentuan dalam dokumen kontrak proyek.

4. Quantity Engineer, Melakukan pengawasan terhadap

pekerjaan kontraktor apakah sudah sesuai dengan kuantitas

yang telah ditentukan dan menolak pekerjaan yang kuantitas

nya tidak sesuai.

5. Labboratorium Technician, Melakukan analisis pengujian

mutu dan melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan

pemeriksaan mutu agar sesuai dengan dokumen kontrak, serta

melaporkan setiap permasalahan mutu bahan kepada site

engineer.

6. Inspector (Pengawas), Bertanggungjawab terutama atas

pengendalian kegiatan yang berhubungan dengan desain,

pengukuran volume bahan dan hasil pekerjaan sesuai

mutu/spesifikasi sebagai dasar pembayaran prestasi pekerjaan

yang dilaksanakan oleh Kontraktor berdasarkan ketentuan

dan persyaratan yang ditentukan dalam dokumen kontrak.

7. Surveyor

1) Membantu Kegiatan survey dan pengukuran diantaranya

pengukuran topografi apangan dan melakukan

penyusunan danpenggambaran data-data lapangan.


52

2) Mencatat dan mengevaluasi hasil pengukuran yang telah

dilakukan sehingga dapat meminimalisir kesalahan dan

melakukan koreksi dan pencegahannya.

3) Mengawasi survei lapangan yang dilakukan kontraktor

untuk memastikan pengukuran dilaksanakan dengan

prosedur yang benardan menjamin data.

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Owner

Sumber : Data Owner

1. Project manager

Menurut Body of Knowledge Guide (2001) mengatakan bahwa

Project Manager adalah sesorang yang bertanggung jawab dalam

mengurus sebuah proyek. Project Manager pada Proyek

Pembangunan Laboratorium Terpadu Jurusan Keperawatan dan

Teknologi Laboratorium Medik tahap 1 adalah Yosi Ananda, ST.


53

Project manager mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai

berikut:

a) Memahami lingkup dan persyaratan pekerjaan yang tercakup

dalam dokumen kontrak.

b) Menyusun tim proyek dan mendefinisikan tugas serta

tanggung jawab dari masing-masing personil di lingkungan

proyek.

c) Menyusun rencana pelaksanaan konstruksi proyek secara

keseluruhandan mengantisipasi masalah di dalam proyek.

d) Menyusun jadwal waktu pelaksanaan serta sistem untuk

pengendaliannya.

e) Menyusun rencana alokasi sumber daya manusia, alat,

material dan biaya untuk pelaksanaan proyek secara efektif

dan efisien.

f) Mendelegasikan detail rencana kerja, mengkoordinir

pelaksanaan kerja dan melakukan kontrol secara periodik

dari seluruh bawahannya.

g) Mengadakan ikatan kerja, mengkoordinir pelaksanaan kerja

dan melakukan kontrol secara periodik para sub-kontraktor,

supplier dan mandor.

h) Mengkoordinir penyusunan rencana anggaran biaya proyek

dan pengajuan cash flow termasuk sistem pengendalian dan

evaluasi biaya proyek.


54

i) Melaksanakan program pengendalian mutu, waktu, dan

biaya pelaksanaan proyek termasuk penerapan standardisasi,

rencana inspeksi dan tes yang diperlukan.

j) Melaksanakan dan mengikuti semua sistem dan prosedur

yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

k) Melaporkan progres pelaksanaan proyek serta menentukan

sistempelaporannya.

l) Mengkoordinir pengajuan dan pelaksanaan pekerjaan

tambah maupun kurang dari perpanjangan waktu serta

menghitung biayanya apabila terjadi perubahan terhadap

kontrak.

m) Menerapkan program kebersihan, kerapihan, dan ketertiban

dilingkungan proyek dan ruang kerjanya.

n) Melaksanakan upaya keamanan dan keselamatan terhadap

orang/barang/perlatan dan lingkungan selama pelaksanaan

proyek yang dipimpinnya.

o) Mengkoordinir keutuhan proyek terhadap cacat-cacat yang

terjadi, baik cacat konstruksi maupun cacat karena kesalahan

desain.

p) Melaksanakan tugas-tugas lain yang ditetapkan oleh direktur

operasional maupun direktur utama sehubungan dengan

pelaksanaan proyek.
55

2. Site Manager

Menurut Husen (2008) Site Manager bertanggung jawab secara

langsung kepada Project manager. Site manager adalah pembantu

project manager dalam memeriksa secara rinci pekerjaan di

lapangan dan mengeluarkan instruksi di lapangan kepada sub-

kontraktor sesuai dengan rencana kerja dan mutu yang telah

disetujui.

Tugas dan wewenang dari Site Operation Manager adalah

sebagai berikut:

a) Mengkoordinasikan pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

b) Melaksanakan kegiatan sesuai dokumen kontrak.

c) Memotivasi pelaksana agar mampu bekerja dengan tingkat

efisiensidan efektifitas yang tinggi.

d) Menetapkan rencana dan petunjuk pelaksanaan untuk

keperluanpengendalian dan pelaksanaan pekerjaan.

Dalam pelaksanaan di lapangan, Site Manager dibantu oleh Quality

Control, Kepala Teknik, Kepala Operasional, dan Keuangan-Logistik.

3. Surveyor

Menurut Husen (2008) Surveyor orang yang bertanggung

jawab terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan marking. Jadi

tugas dan tanggung jawab surveyor adalah sebagai berikut :

a) Mengontrol elevasi atau center line.

b) Pengawasan dan pengukuran terhadap kolom, balok, dan


56

plat agarsesuai dengan ketinggian yang terdapat dalam

gambar.

c) Pengawasan dan pengukuran terhadap soldier pile apabila

dinding retaining wall belum dilakukan pengecoran, karena

berpotensi terhadap adanya penggeseran tanah.

4. Drafter

Menurut Husen (2008) Drafter adalah orang yang membantu

planner dalam merealisasikan perubahan gambar rencana dari

konsultan perencana menjadi suatu bentuk fisik berupa gambar

yang digambar dengan software autocad. Tugas dan kewajiban

drafter adalah sebagai berikut :

a) Membuat gambar kerja yang diperlukan dalam suatu proyek

(shopdrawing).

b) Membuat gambar kerja setelah pelaksanaan proyek (as built

drawing).

c) Membuat detail-detail gambar seperti tampak dan potongan.

5. Technical

Menururut Soetari (2014) Technical adalah seseorang yang

ditugaskan merencanakan suatu suatu pembangunan dengan

perhitungan dan gambar yang kongktir. Tugas dan tanggung

jawabnya yaitu :

a) Menyiapkan metode kerja yang digunakan sebagai acuan di


57

lapanganberupa alat, dan matrial.

b) Memeriksa tahapan pekerjaan dilapangan.

c) Memeriksa gambar kerja.

d) Memeriksa dokumen material dll.

e) Bekerja sama dengan superivisor terkait melakukan

monitoring danpengadaan material.

Melaksanakan koordinasi teknis dengan pihak konsultan

pengawas dan subkontraktor terkait.

6. Chief Worker

Menurut Soetari (2014) Chief Worker memiliki tugas dan

tanggung jawab mengatur dan mengawasi pekerjaan agar sesuai

dengan metode pelaksanaan dan urutan pekerjaan yang telah

ditentukan, mempersiapkan pekerjaan agar dilaksankan dalam

kondisi yang aman dan sesuai standar prosedur keselamatan kerja,

melakukan koordinasi dan komunkiasi dengan project manager

sehubungan dengan pekerjaan tersebut, dan memonitoring

pelaksanaan sistem keselamatan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan.

7. Mechanic

Menurut Husen (2008) Mechanic adalah orang yang mengatur

kegiatan operasional mekanik. Tugas dan kewajiban adalah sebagai

berikut :

a) Membuat perencanaan kegiatan operasional Mekanik.

b) Mengatur kegiatan operasional Mekanik.


58

c) Melaksanakan kegiatan operasional Mekanik.

d) Mengontrol pelaksanaan operasional Mekanik.

8. Struktur Supervisor

Menurut Husen (2008) Struktur supervisor memiliki tugas


sebagaiberikut :
a) Melakukan pengawasan pekerjaan struktur yang dilakukan di
lapangan.
b) Menanggapi segala permasalahan pekerjaan struktur dari
mandoratau pekerja.
c) Mempertimbangkan hasil pekerjaan struktur atau mengecek
pekerjaan struktur.
d) Mengetahui tujuan segala pekerjaan struktur di lapangan.

9. Arsitektur Supervisor

Menurut Husen (2008) Arsitektur supervisor memiliki tugas


sebagaiberikut :
a) Melakukan pengawasan pekerjaan arsitekturyang dilakukan
dilapangan.
b) Menanggapi segala permasalahan pekerjaan arsitektur dari
mandoratau pekerja.
c) Mempertimbangkan hasil pekerjaan arsitektur atau
mengecek pekerjaan arsitektur.
d) Mengetahui tujuan segala pekerjaan arsitektur di lapangan.

10. Logistik

Menurut Soetari (2014) Logistik adalah orang yang

bertugas untuk mencatat kedatangan matreial dan mengatur

pemulangan material sesuaischedule, ikut mejaga material dan alat


59

selama pekerjaan berlangsung.

2.4 Perhitungan Konstruksi

Struktur suatu bangunan yang direncanakan harus mampu

menahan beban, baik beban vertikal (beban mati dan beban hidup)

maupun beban horisontal (beban gempa dan beban angin), tanpa

mengalami perubahan bentuk yang berarti.

Dalam perencanaan Proyek Pembangunan Hotel Grand G7 ini

dilakukan tahapan, mulai dari perencanaan pekerjaan struktur atas, yaitu

dari atap, balok, dan kolom. Kemudian pekerjaan struktur bawah,

merupakan struktur yang menerima beban dari struktur atas yaitu

pondasi.

Adapun standar yang diapakai dalam Proyek Pembangunan

Laboratorium Terpadu Jurusan Keperawatan Dan Teknologi

Laboratorium Medik Tahap 1.didasarkan pada peraturan-peraturan yang

berlaku di Indonesia antara lain :

1. Keppres 29/1984 dengan lampiran-lampirannya.

2. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Pembangunan di

Indonesia atau Algemene Voorwaarden voor de Uitvoering bij

Aaneming van Openbare Warken (AV) 1941.

3. Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrase

Teknik dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI).

4. Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung SNI


60

2847:2013.

5. Spesifikasi Desain Untuk Konstruksi Kayu SNI 7973:2013.

6. Peraturan Semen Portland SNI 15-2049-2004.

7. Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan Gedung Dan

Struktur lain SNI 1727:2013.

8. Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural SNI 1729:2015.

9. American Society for Testing and Materials (ASTM).

10. American Association of State Highway Officials (ASSHO)

11. Badan Standarisasi Nasional Indonesia (BSN).

Pedoman – pedoman tersebut sesuai yang tercantum dalam

Rencana Kerja & Syarat-syarat Teknis (RKS) Proyek Pembangunan

Laboratorium Terpadu Jurusan Keperawatan Dan Teknologi

Laboratorium Medik Tahap 1.

2.5 Pembebanan Struktur

Dalam perencanaan komponen struktur terutama struktur beton

bertulang harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam

Tata Cara Perhitungan Untuk Bangunan Gedung SK SNI 03-2847-2002

(BSN, 2002a). Beban–beban yang harus diperhitungkan untuk

perencanaan suatu struktur adalah beban mati, beban hidup, beban angin,

beban gempa, dan kombinasi dari beban– beban tersebut.

Berdasarkan buku pedoman Peraturan Pembebanan Indonesia

untuk Tata Cara Perhitungan Untuk Bangunan Gedung SK SNI 03-2847-

2002, beban–beban yang mempengaruhi struktur bangunan adalah


61

sebagai berikut:

1. Beban Mati (Dead Load)

Beban Mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung

yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan,

penyelesaian– penyelesaiannya, mesin–mesin serta peralatan tetap

yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung itu.

2. Beban hidup (Live Load)

Beban Hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian

atau penggunaan suatu gedung, dan kedalamnya termasuk beban–

beban pada lantai yang berasal dari barang–barang yang dapat

berpindah, mesin–mesin serta peralatan yang tidak merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari struktur dan dapat diganti

selama masa hidup gedung itu, sehingga mengakibatkan

perubahan dalam pembebanan lantai dan atap tersebut.

3. Beban Angin

Beban angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau

bagiannya karena adanya selisih tekanan udara (hembusan angin

kencang). Beban angin ini ditentukan dengan menganggap adanya

tekanan positif dan tekanan negatif (isapan angin), yang bekerja

tegak lurus pada bidang-bidangbangunan yang ditinjau.


62

4. Beban Gempa (Eartquake Load)

Beban Gempa adalah semua beban statik ekivalen yang

bekerja pada gedung atau bagian gedung yang menirukan

pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa tersebut. Dalam hal

pengaruh gempa pada struktur gedung ditentukan berdasarkan

analisis dinamik, maka yang diartikan dengan gempa disini adalah

gaya–gaya didalam struktur tersebut yang terjadi oleh gerakan

tanah akibat gempa itu.Perencanaan Terhadap Gempa

Suatu bangunan gedung harus direncanakan tahan terhadap gempa

sesuai dengan peraturan yang ada yaitu SNI 03-1726-2003. Ada beberapa

hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan gempa yaitu wilayah

gempa, kategori gedung, jenis sistem struktur gedung, dan daktilitas.

2.6.1 Wilayah Gempa

Sesuai dengan SNI 03-1726-2003, Indonesia terbagi dalam 6

wilayah gempa. Wilayah gempa 1 dan 2 adalah termasuk

wilayah dengan tingkat kegempaan yang rendah, wilayah gempa

3 dan 4 adalah wilayah dengan tingkat kegempaan menengah

dan wilayah 5 dan 6 dengan tingkat kegempaan tinggi. Jakarta

termasuk dalah wilayah gempa 3 dengan tingkat kegempaan

menengah.
63

Gambar 2.3 Peta Wilayah Gempa Indonesia


Sumber: SNI – 03 – 1726 – 2002.

2.6.2 Kategori Gedung

Untuk berbagai kategori gedung yang sesuai dengan SNI

03-1726- 2003 Gambar Tabel 1 dibagi menjadi 5 kategori gedung.

Untuk berbagai kategori gedung, bergantung pada tingkat

kepentingan gedung pasca gempa, pengaruh gempa terhadapnya

harus dikalikan dengan suatu faktor Keutamaan I. Proyek

Pembangunan Laboratorium Terpadu Jurusan Keperawatan Dan

Teknologi Laboratorium Medik Tahap 1, Tangerang ini termasuk

dalam kategori gedung umum.


64

Gambar 2.4 Tabel Faktor Keutamaan I


Sumber: SNI – 03 – 1726 – 2002.

2.6.3 Daktilitas

Tata Cara Perencanaan Ketahanan untuk bangunan gedung

SNI 03- 1726- 2002 pasal 3.13, memberikan pengertian daktilitas

dan faktor daktilitas sebagai berikut ini :

Daktilitas adalah kemampuan gedung untuk mengalami

simpangan pascaelastik yang besar secara berulang kali dan bolak-

balik akibat beban gempa diatas beban gempa yang menyebabkan

terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan

dan kekakuan yang cukup, sehingga struktur gedung tetap berdiri,

walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan.

Faktor daktilitas struktur gedung adalah rasio antara

simpangan maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa

rencana pada saat mencapai kondisi di ambang keruntuhan δm dan

simpangan struktur gedung pada saat terjadinya pelelehan pertama

δy.

2.6.4 Tingkat Daktilitas

Mengenai tingkatan daktilitas, Tata Cara Perencanaan

Struktur Ketahanan Gempa untuk bangunan gedung SNI 03-1726-

2002, mengklasifikasikan tingkat daktilitas sebagai berikut :

1. Daktail penuh adalah suatu tingkat daktilitas struktur

gedung, di mana strukturnya mampu mengalami


65

simpangan pasca-elastik pada saat mencapai kondisi

diambang keruntuhan yang paling besar, yaitu dengan

mencapai nilai faktor daktilitas sebesar 5,3 (SNI 03-

1726-2002 pasal 3.1.3.3).

2. Daktail parsial adalah seluruh tingkat daktilitas struktur

gedung dengan nilai faktor daktilias diantara untuk

struktur gedung yang elastik penuh sebesar 1,5 dan

untuk struktur gedung yang daktail penuh sebesar 5,0

(SNI 03-1726-2002 pasal 3.1.3.4).

3. Elastik penuh adalah suatu tingkat daktilitas struktur

gedungdengan nilai faktor daktilitas sebesar 1,0.

2.7. Perencanaan Kolom

Menurut (Selfiyana T, 2023) Kolom adalah komponen struktur

bangun yang tugas utamanya adalah menyangga beban aksial tekan

vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali

dimensi lateral kecil.

Perencanaan kolom pada Proyek Pembangunan Laboratorium

Terpadu Jurusan Keperawatan Dan Teknologi Laboratorium Medik

Tahap 1. ini ditunjukkan oleh gambar 2.5 dan gambar 2.6 Gambar 2.5

menjelaskan mengenai Detail kolom yang digunakan dalamProyek

Pembangunan Laboratorium Terpadu Jurusan Keperawatan Dan

Teknologi Laboratorium Medik Tahap 1. Padagambar 2.6 menunjukkan

gambar denah kolom. Spesifikasi kolom yang digunakan adalah sebagai


66

berikut :

1. Mutu Beton : K-350

2. Pembesian : BJTD – 40

3. Mutu Baja : fy = 400 Mpa

Gambar 2.5 Detail Kolom


Sumber : Data Proyek

Gambar 2.6 Denah Kolom


Sumber : Data Proyek

2.7.1 Rumus Kolom


67

Rumus untuk Kolom – kolom yang tidak dibebani gaya –

gayalintang dan momen lentur hanya terhadap sumbu x, harus

memenuhi

syarat sebagai
berikut : ��

�� + � �� ≤�
� �
�� − 1 ��

�� ≤�

� ��
+ ≤�
� ��

N = F uraian diatas = gaya normal


68

Kolom – kolom yang tidak dibebani gaya – gaya lintang dan

momen lenturhanya terhadap sumbu x, harus memenuhi syarat

sebagai berikut :
[����2 + ���]
�� � + � �� ≤�
� �
�� − 1 ��
� [��2 + ���]
+ ≤�
� ��

Kolom – kolom yang tidak dibebani gaya – gaya lintang dan

momen lenturhanya terhadap sumbu y, harus memenuhi syarat

sebagai berikut :

� �� ��
�� + �� ≤�
� �� − 1 ��

� � ��
� ≤� . + ≤�
�� � ��

Kolom – kolom yang tidak dibebani gaya – gaya lintang dan

momen lenturhanya terhadap sumbu y, harus memenuhi syarat

sebagai berikut :

�� � + �� �� [����2 + ���] ≤ �
� � −1 �
� �

� [��2
+ ���] ≤�
+



69

2.8. Perencanaan Balok

Menurut (Kurniawati, 2023) Balok merupakan elemen struktur

yang menyalurkan beban – beban dan plat lantai ke kolom penyangga

vertikal. Balok adalah batang struktural yang menahan gaya–gaya yang

bekerja dalam arah transversal terhadap sumbunya yang

mengakibatkan terjadinya momen lentur dan gaya geser sepanjang

bentangnya. Berdasarkan jenis keruntuhannya, keruntuhan yang terjadi

pada balok dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok sebagai berikut

ini :

1. Penampang balanced.

Tulangan tarik mulai leleh tepat pada saat beton mencapai

regangan batasnya dan akan hancur karena tekan. Pada awal

terjadinya keruntuhan, regangan tekan yang diijinkan pada saat

serat tepi yang tertekan adalah 0,003, sedangkan regangan baja

sama dengan regangan lelehnya yaitu εy =fy/Es.

2. Penampang over-reinforced.

Keruntuhan ditandai dengan hancurnya beton yang tertekan.

Pada awal keruntuhan, regangan baja εs yang terjadi masih lebih

kecil daripada regangan lelehnya εy. Dengan demikian tegangan

baja fs juga lebih kecil daripada daripada tegangan lelehnya εy,

kondisi ini terjadi apabila tulangan yang digunakan lebih banyak

daripada yang diperlukan dalam keadaan balanced.


70

3. Penampang under-reinforced.

Keruntuhan ditandai dengan terjadinya leleh pada tulangan

baja. Tulangan baja ini terus bertambah panjang dengan

bertambahnya regangan εy. Kondisi penampang yang demikian

dapat terjadi apabila tulangan tarik yang dipakai pada balok

bertulang kurang dari yang diperlukan dibawah kondisi balanced

(Wulan A, 2023).

Pada Proyek Pembangunan Laboratorium Terpadu Jurusan

Keperawatan Dan Teknologi Laboratorium Medik Tahap 1 ini,

Detail balok ditunjukan oleh Gambar 2.7 yang merupakan detail

Balok dengan spesifikasi yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Mutu Beton : K-350

2. Pembesian : BJTD – 40

3. Mutu Baja : fy = 400 Mpa

Gambar 2.7 Detail Balok

Sumber : Data Proyek


71

Gambar 2.8 Potongan Portal

Sumber : Data Proyek

2.8.1 Rumus Balok

Dalam perencanaan komponen struktur balok – kolom,

diatur dalam SNI 03-1729-2002 pasal 11.3 yang menyatakan

bahwa suatu komponen struktur yang mengalami momen lentur

dan gaya aksial harus direncanakan untuk memenuhi ketentuan

sebagai berikut :
�� � ��� ���
Untuk < 0,2maka � + ( + )
≤ 1,0
∅�� 2∅�� ∅���� ∅����

�� 8 ���
Untuk < 0,2 maka ��
+ + ) ≤ 1,0
���
(
∅�� 2∅�� 9 ∅���� ∅����
72

2.9. Perencanaan Pelat Lantai

Menurut (Salong R, 2023) Pelat merupakan panel – panel beton

bertulang yang mungkin bertulangan dua atau satu arah saja, tergantung

sistem strukturnya. Apabila nilai perbandingan antara panjang dan lebar

plat tidak lebih dari 2, digunakan penulangan dua arah.

Plat lantai atau slab merupakan suatu konstruksi yang

menumpang pada balok atau menumpu langsung pada core wall. Plat

lantai direncanakan mampu menahan beban mati dan beban hidup pada

waktu pelaksanaan konstruksi maupun pada waktu gedung dioperasikan,

serta berfungsi sebagai diafragma untuk menjaga kestabilan konstruksi,

atau dapat disimpulkan fungsi dari plat lantai tersebut sebagai berikut :

1. Memisahkan ruangan bangunan secara horizontal.


2. Menahan beban yang bekerja padanya.

3. Sebagai diafragma untuk kestabilan konstruksi.


4. Menyalurkan beban ke balok di bawahnya.

Gambar 2.9 Denah Pelat Lantai Basement 1


Sumber : Data Proyek
73

Gambar 2.10 Denah Pelat Lantai Mezanin


Sumber : Data Proyek

Gambar 2.11 Denah Pelat Lantai 1


Sumber : Data Proyek
74

Gambar 2.12 Denah Pelat Lantai Atap


Sumber : Data Proyek

Gambar 2.13 Denah Pelat Lantai Lift


Sumber : Data Proyek

2.9.1 Rumus Plat Lantai

Untuk menentukan tebal plat lantai, berdasarkan peraturan

SNI 03- 2847-2002 pasal 15.3.6, rasio kekakuan lentur balok

terhadap plat lantai ditentukan dengan langkah sebagai berikut :

Sisi balok
induk B1
��� ��
��1 =
�����

Sisi balok
anak BA
�����
��� =
�����

Rasio kekakuan rata


– rata
��1 + ��2+��2 + ���
�� =
4
Berdasarkan peraturan SNI 03-2847-2002 pasal

11.5.3.(3).(c) mengatur tebal plat lantai minimun dengan balok


75

yang menghubungkan tumpuan pada semua sisinya tidak boleh

kurang dari hmin, dimana tebal minimum pelat lantai dengan am >

2 dihitung sebagai berikut :

1 ��
( 0.8
� + )
ℎ= 1500
36 + 9�
BAB III

PELAKSANAAN

3.1 Spesifikasi Teknis Bahan, Alat dan Tenaga Kerja

Pelaksanaan proyek harus dilakukan secara profesional dan harus

berkoordinasidengan berbagai pihak terkait terutama konsultan pengawas agar

proyek yang dikerjakan sesuai dengan keinginan pemilik (owner) dan sesuai

dengan waktu yang telah ditemukan sebelumnya. Dalam pelaksanaan proyek

harus meliputi spesifikasi teknis bahan, alat, dan tenaga kerja.

3.1.1 Spesifikasi Teknis Bahan

Spesifikasi teknis bahan merupakan hal yang penting dalam

pelaksanaan sebuah pembangunan karena dapat mempegaruhi kekuatan

struktur bangunan (Abshari, A 2023). Berikut adalah hal yang harus

diperhatikan dalam menentukan spesifikasi bahan diantaranya adalah:

A. Sumber dan Macam Material

Kontraktor harus mengajukan daftar tertulis kepada pengawas untuk

mendapatkan persetujuan tentang nama perusahaan, tepat asal (sumber)

material. Sebelum memberi persetujuan, pengawas dapat minta

didatangkan contoh barang, material atau bahan baku untuk keperluan

pemeriksaan.

50
78

B. Penyimpanan Material

Material harus disimpan sedemikian rupa agar mutunya tidak

menjadi berkurang. Penyimpanan hendaknya dilandasi dengan lantai

keras, bersih dan diberi atap dinding. Cara penyusunan material harus

diatur sedemikian rupa sehingga mudah untuk diadakan pemeriksaan

sewaktu-waktu. Demikian juga penyimpanannya diatur sehingga

pengambilannya dapat diatur datangnya material tersebut.

Spesifikasi teknis bahan yang digunakan dalam Proyek

Pembangunan Laboratorim Terpadu Jurusan Keperawatan Dan

Teknologi Laboratorium Medik Tahap 1, ini adalah sebagai berikut:

1. Beton Ready Mix

Menurut (Harkhoni A, dkk 2020) Beton Ready Mix menjadi salah

satu bahan pokok dalam pelaksanaan proyek. Dalam penggunaan Beton

Ready Mix banyak keuntungan dari pemakaiannya karena lebih praktis

dan tidak membutuhkan tenaga kerja, cepat dalam pengolahannya dan

dengan mutu yang terjamin. Sebelum memulai pembangunan, pihak

owner terlebih dahulu menentukan perubahaan beton ready mix yang

akan digunakan. Setelah itu pihak konsultan yang memeriksa kualitas

dan mutu perusahaan yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan.


79

Dalam Proyek Pembangunan Laboratorim Terpadu Jurusan

Keperawatan Dan Teknologi Laboratorium Medik Tahap 1, ini

konsultan memilih PT. Indocement Tunggal Prakasa. Untuk beton site

mix menggunakan semen menggunakan semen tigaroda. Semen harus

memenuhi kriteria peraturan Portland cement SNI 2049:2015 dan SNI

2847:2013.

Gambar 3.1 Beton Ready Mix


Sumber: Dokumentasi Lapangan

Dibawah ini adalah trial send mix Proyek Pembangunan Laboratorim


Terpadu Jurusan Keperawatan Dan Teknologi Laboratorium Medik
Tahap 1:
Tabel 3.1 Trial Send Mix
Mutu Beton Semen (kg) Pasir (kg) Kerikil (kg) Air (liter) w/c ratio
7.4 MPa (K 100) 247 869 999 215 0.87
9.8 MPa (K 125) 276 828 1012 215 0.78
12.2 MPa (K 150) 299 799 1017 215 0.72
14.5 MPa (K 175) 326 760 1029 215 0.66
16.9 MPa (K 200) 352 731 1031 215 0.61
19.3 MPa (K 225) 371 698 1047 215 0.58
21.7 MPa (K 250) 384 692 1039 215 0.56
24.0 MPa (K 275) 406 684 1026 215 0.53
26.4 MPa (K 300) 413 681 1021 215 0.52
28.8 MPa (K 325) 439 670 1006 215 0.49
31.2 MPa (K 350) 448 667 1000 215 0.48
Sumber: Data Proyek
80

2. Pembesian Pile Cap

Menurut ( Putera , A.T.dkk 2019) Pile cap merupakan salah satu

elemen penting dari suatu struktur. Penggunaan pembesian pile cap di

gunakan untuk pondasi agar lebih kuat dalam menahan beban dari atas.

Besi tulangan, semua pekerjaan tulangan harusdari mutu BJTD-40 (Ø16,

Ø19, Ø22). Menurut SNI 1729:2015 yaitu baja lunak dengan tegangan

leleh 400 Mpa.

Gambar 3.2 Pembesian Pile Cap


Sumber: Dokumentasi Lapangan

3. Pasir

Menurut ( Rubiono, G . 2019) Pasir adalah bahan material butiran.

Butiran pasir umumnya berukuran antara 0,0625 sampai 2 milimeter.

Materi pembentuk pasir adalah silicon dioksida, tetapi di beberapa

pantai tropis dan subtropis umunya dibentuk dari batu kapur.

Jenis – jenis pasir:

1. Pasir urug: digunakan untuk memasang level lantai, sebagai


81

landasan kerja,atau urug pondasi.

2. Pasir pasang: digunakan untuk memasang bata dan plester.

3. Pasir putih Bangka: digunakan untuk campuran beton kekuatan

tinggi, juga untuk plaster. Tingkat kekasarannya membuat

penggunaan semen yang lebihekonomis dan setting yang lebih cepat.

Gambar 3.3 Material Pasir


Sumber: Data Proyek

4. Semen

Semen merupakan bahan baku utama dalam pembangunan

infrastruktur. Infrastruktur yang baik ditunjang dari proses produksi

semen yang baik juga, sehingga dibutuhkan engineer yang berkompeten

dalam proses produksi semen (Safaruddin, 2022). Semen yang di

gunakan pada Proyek Pembangunan Laboratorium Terpadu Jurusan

Keperawatan Dan Teknologi Laboratorium Medik Tahap 1 ini adalah

menggunakan semen gresik dan weber perekat beton ringan.

Penggunaan semen gresik dan weber ini juga sudah masuk spesifikasi

tertentu, atau sesuai petunjuk pengawas.


82

Gambar 3.4 Semen


Sumber: Dokumentasi Lapangan

5. Air

Salah satu sumber energi yang terpenting di dunia ini adalah air.

Ketersediaan air yang cukup secara kuantitas, kualitas, dan Kontinuitas

sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia (Kristiadi.dkk 2019).

Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak

atau garam serta zat-zat yang merusak beton atau baja tulangan. Dalam

hal ini sebaiknya di gunakan air bersih yang dapat di minum.

6. Kawat bendrat

Kawat bendrat kegunaannya sebagai pengikat rangkaian tulangan-

tulangan antara satu tulangan dengan tulangan yang lainnya baik untuk

tulangan kolom, balok, slab, shearwall, atau pun rangkaian tulangan

lainnya sehingga membentuk suatu rangkaian struktur yang siap

dicor.(Dafrimon,2019)
83

Selain itu, kawat bendrat juga dapat digunakan untuk hal-hal lain,

seperti pengikat besi beton decking pada tulangan serta mengikat

material-material lain.

Gambar 3.5 Kawat bendrat


Sumber: Dokumentasi Lapangan

7. Papan partikel

Papan partikel merupakan salah satu produk komposit yang telah

banyak dikembangkan. Papan partikel yang dikembangkan diharapkan

mampu memaksimalisasi bahan baku kayu dan bahan berlignoselulosa

lainnya. (Ridwan.dkk 2020)

Kegunaan kayu pada proyek ini adalah untuk bekisting plat

lantai dan balok. Papan partikel terbuat dari campuran keping kayu

(wood chips) yang di campurdengan lem resin sintesis dan di pres atau

ditekan menjadi lembaran-lembaran keras dengan ketebalan tertentu.


84

Gambar 3.6 Papan partikel


Sumber: Dokumentasi Lapangan

8. Perancah (scaffolding)

Perancah merupakan konstruksi pembantu pada pekerjaan bangunan

yang mencapai 2 meter dan tidak dapat dijangkau oleh pekerja.

Perancah suatu struktur sementara yang digunakan untuk menyangga

manusia dan material dalam konstruksi gedung dan bangunan besar

lainnya. Perancah yang digunakan dalam proyek ini yaitu pipa besi.

(Udi Subagyo, 2019)

Gambar 3.7 Perancah (Scaffolding)


Sumber: Dokumentasi Lapangan
85

9. Pengikat Sengkang Lateral

Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral merupakan kolom

beton yang ditulangi dengan dengan batang tulangan pokok memanjang,

yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah

leteral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok

memanjang agar tetap kokoh di tempatnya.( Basuki Anondho,2021)

Gambar 3.8 Sengkang Lateral


Sumber: Dokumentasi Lapangan

10. Beton Decking


86

Beton decking atau tahu beton adalah beton atau spesi yang

dibentuk sesuaidengan ukuran selimut beton yang diinginkan. Biasanya

berbentuk kotak-kotak atau silinder. Dalam pembuatannya, diisikan

kawat bendrat pada bagian tengah yang nantinya dipakai sebagai

pengikat pada tulangan ( Fransisko Tunas,2020)

Beton decking berfungsi untuk menjaga tulangan agar sesuai

dengan posisi yang diinginkan. Bisa dibilang berfungsi untuk membuat

selimut beton sehingga besi tulangan akan selalu diselimuti beton yang

cukup, sehingga didapatkan kekuatan maksimal dari bangunan yang

dibuat. Selain itu, selimut beton juga menjaga agar tulangan pada beton

tidak berkarat (korosi).

Gambar 3.9 Beton decking


Sumber: Dokumentasi Lapangan

11. Tulangan Cakar Ayam

Tulangan cakar ayam digunakan sebagai pembatas antara tulangan

plat lantai atas dan lantai bawah agar jarak antar tulangan tetap. Untuk
87

mendapatkan hasil pekerjaan plat yang maksimal, kebersihan tulangan

cakar ayam harus diperhatikan ( Masrul Huda.dkk 2020)

Tulangan cakar ayam tidak boleh mengalami korosi karena akan

mengurangi kekuatannya. Pada Proyek Pembangunan Laboratorium

Terpadu Jurusan Keperawatan Dan Teknologi Laboratorium Medik

Tahap 1, tulangancakar ayam diperoleh dari hasil fabrikasi oleh tukang

besi. Jarak antar cakar ayam yang dipasang yaitu 70 cm. Cakar ayam

yang digunakan memisahkan tulangan atas dan tulangan bawah dengan

jarak 70 mm atau 7 cm.

Gambar 3.10 Tulangan Cakar Ayam


Sumber: Dokumentasi Lapangan

12. Besi Tulangan


88

Pembesian struktur pada proyek ini menggunakan BJTD 40 dengan

berbagai ukuran yaitu (diameter 10 mm, 13 mm, 16 mm, 19 mm, 22

mm). Besi tulangan ini digunakan untuk penulangan balok, plat, kolom,

tangga, dinding parapet, dinding core wall baik untuk tulangan utama

maupun sengkang (Rahelina Ginting, 2019). Pengadaannya dilakukan

sesuai dengan kondisi pekerjaan dilapangan, oleh karena itu apabila ada

kekurangan material maka pihak pelaksana dapat mengajukan

pemesanan untuk kemudian diberikan kepada pihak logistik untuk

dipesankan. Sedangkan, untuk penyimpanan baja tulangan pada proyek

ini, dilakukan di tempat terbuka, di dekat bar cutter dan bar bender

untuk memudahkan proses fabrikasi.

Persediaan dan penyimpanan tulangan diletakkan diatas bantalan

kayu diatas tanah dan juga dilindungi dengan tenda atau terpal dengan

tujuan atau terpal dengan tujuan untuk menghindari korosi pada

tulangan karena reaksi dengan air tanah. Besi-besi tulangan ini memiliki

mutu (Fy) 400 Mpa.


89

Gambar 3.11 Besi Tulangan


Sumber: Dokumentasi Lapangan

3.1.2 Spesifikasi Alat

1. Excavator

Excavator adalah alat berat yang terdiri dari beberapa bagian yang

masing- masing memiliki fungsi tersendiri. Alat berat yang biasanya di

dominasi warna kuning tersebut terdiri dari bahu (boom), lengan (arm),

keranjang atau alat pengeruk (bucket), kabin dan tracker. Kabin berada

di atas tracker yang hadir dilengkapi dengan roda rantai. ( Noto Royan,

2021)
90

Gambar 3.12 Excavator


Sumber: Dokumentasi Lapangan
2. Genset

Genset adalah sebuah perangkat penghasil daya listrik alternative,

ketika suplai pasokan daya listrik dari industri pembangkit listrik

padam/off, atau keadaan dimana tidak ada pasokan jaringan listrik di

daerah tersebut atau juga biasa digunakan ketika diperlukan daya listrik

tambahan.( Iwan Susanto, 2022)

Gambar 3.13 Genset


Sumber: Dokumentasi Lapangan
91

3. Truck Mixer

Truck mixer atau biasa juga disebut dengan truk molen memiliki

beragam jenis dengan fungsi sama, yaitu mengangkut beton dari pabrik

semen ke lokasi konstruksi sambil menjaga konsistensi beton agar tetap

cair dan tidak mengeras dalam perjalanan. Truk jenis ini adalah alat

transportasi khusus untuk beton cor curah siap pakai (ready mix concrete)

yang dirancang untuk mengangkut campuran beton curah siap pakai

dari batching plant (pabrik olahan beton) ke lokasi pengecoran.( Dedy

Darmawan, 2021)

Gambar 3.14 Truck Mixer


Sumber: Dokumentasi Lapangan

4. Bar Bender dan Bar Cutter

Menurut ( Boy,W.2021)Bar bender adalah alat yang digunakan

untuk membengkokan baja tulangandalam berbagai macam sudut sesuai

dengan perencanaan. Cara kerja alat ini adalah baja yang akan

dibengkokan dimasukkan di antara poros tekan dan poros


92

pembengkok kemudian diatur sudutnya sesuai dengan sudut bengkok

yang diinginkan dan panjang pembengkokannya. Kapasitas

penggunaanya maksimal menggunkan dimensi tulangan maksimal D32

mm.

Bar cutter yaitu alat pemotong baja tulanan sesuai ukuran yang di

inginkan.Pada proyek ini di gunakan bar cutter listrik. Keuntungan dari

bar cutter listrik di bandingkan bar cutter manual adalah bar cutter

listrik dapat memotong besi tulangan dengan diameter besar dan dengan

mutu baja cukup tinggi.

Gambar 3.15 Bar Cutter


Sumber: Dokumentasi Lapangan
93

Gambar 3.16 Bar Bender


Sumber: Dokumentasi Lapangan

5. Las Listrik

Menurut ( Gumara, R. A. dkk 2021)Las listrik digunakan untuk

mengikat/menyambung besi/baja. Las listrik tidak boleh digunakan

dalam pekerjaan struktur seperti penulangan. Contoh penggunaan las

listrik adalah untuk membuat penyangga untuk pengerjaan penulangan

kolom. Selain itu, untuk penyambungan pipa saat pengerjaan mekanikal

elektrikal. Las listrik yang digunakan adalah las listrik dengan kapasitas

maksimal 160 Ampere. Sedangkan elektroda yang digunakan adalah

elektroda dengan diameter 1,5 mm.

Gambar 3.17 Las Listrik


Sumber: Dokumentasi Lapangan

6. Cutting wheel machine

Prinsip kerja alat ini baik untuk besi/baja, yaitu dengan cara

menggerakkan pegangan cutting wheel ke bawah, sehingga bidang yang


94

runcing mengenai benda yang akan dipotong. Kemudian, benda akan

terpotong karena ketajamannya.( Akhmad Syarief, 2019)

Gambar 3.18 Cutting wheel machine


Sumber: Dokumentasi Lapangan

7. Alat Pendukung

Alat pendukung adalah yang di gunakan untuk mendukung

kelancaran suatu pekerjaan kontruksi. Adapun alat-alat tersebut adalah

alat alat laboratorium, lampu lapangan, katrol, gergaji, selang, gegep,

terpal, sendok semen, ember, tang, bor tangan, meteran, drum air, dan

lain-lain. ( Nikk Rozy, 2020)

3.1.3 Spesifikasi Tenaga Kerja

Menurut ( Parinduri, A.S. 2019) Tenaga Kerja merupakan salah

satu unsur penting dalam pelaksanaan suatu proyek karena pengaruhnya

yang cukup besar terhadap biaya dan waktu penyelesaian suatu pekerjaan

proyek. Namun perlu diperhatikan juga bahwa manusia merupakan


95

sumber daya yang komplek dan sulit diprediksi sehingga diperlukan

adanya usaha dan pemikiran lebih mendalam dalam pengelolaan tenaga

kerja. Dalam manajemen tenaga kerja terdapat proses pengambilan

keputusan yangberhubungan dengan:

1. Penentuan ukuran dan jumlah tenaga kerja

2. Recruitment dan pembagian tenaga kerja kedalam kelompok kerja

3. Komposisi tenaga kerja untuk setiap jenis pekerjaan

4. Pengendalian jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan selama

proyek berlangsung

5. Perencanaan, penjadwalan, pengarahan, dan pengawasan

kegiatan tenaga kerja.

Dalam hal ini tenaga kerja yaitu semua orang yang terlibat dalam

pelaksanaan suatu proyek, baik dari yang ahli/profesional sampai tenaga

kerja pemborong/buruh.

Penempatan tenaga kerja harus disesuaikan antara keahlian tertentu

sehingga pekerjaan yang dihasilkan menjadi efisien dan efektif. Dalam

pelaksanaanpekerjaan tenaga kerja dibagi beberapa bagian sebagai berikut:

1. Tenaga kerja ahli adalah pegawai yang ditempatkan dalam

pekerjaan proyek yang sedang berlangsung. Jenis tenaga kerja ini

memegang peranan yang penting terhadap sistem koordinasi dan

sistem manajemen dengan tenaga kerja lainnya untuk

menghasilkan prestasi yang baik dalam pelaksanaan pekerjaan.


96

Tenaga kerja ahli meliputi Ahli Pondasi, Ahli Quantity Surveyor,

Ahli Struktur, Ahli Mekanikal Elektrikal, AhliArsiktektur, Ahli K3,

Ahli Manajemen Kontruksi.

2. Mandor dituntut untuk memiliki pengetahuan teknis dalam taraf

tertentu, misalnya: dapat membaca gambar konstruksi, dapat

membuat perhitungan ringan, dapat membedakan kualitas bahan

bangunan yang akan digunakan, menangani pekerjaan acuan,

pembesian, pengecoran, dan mengawasi pekerjaan tenaga kerja

bawahannya.

3. Tenaga tukang, harus ahli dalam bidangnya berdasarkan

pengalaman dan cara kerja yang sederhana.

3.2 Metode dan Prosedur Pelaksanaan

Menurut (Boodei, 2013) Untuk mencapai keberhasilan dalam hal mutu,

efisiensi waktu dan optimalisasi biaya pelaksanaan, dimana pelaksanaan harus

dapat merealisasikan pekerjaan sesuai waktu yang telah di tentukan, biaya

yang telah di anggarkan dan kualitas pekerjaan sesuai dengan yang diinginkan

pihak pengguna anggaran, sebagai upaya untuk terlaksananya rencana proyek

tersebut, maka berikut ini susunan metode dan prosedur pelaksanaan.

3.2.1 Metode

a. Pekerjaan persiapan

Pekerjaan persiapan ini meliputi pembuatan direksi keet, gudang


97

bahan, pagar sementara dari seng, dan sarana sanitasi pekerja juga di

area kerja, peralatan kerja, air kerja, dan listrik kerja, keamanan

proyek dan pos jaga penggunaan daya PLN, dan pembersihan

lapangan dan daerah kerja.( Soemanto,2020)

b. Pekerjaan Bekisting

1. Metode Bekisting Kayu

Metode bekisting kayu adalah metode pekerjaan bekisting

yang menggunakan bahan utama papan partikel (plywood).

Metode bekisting kayu ini di gunakan untuk pembuatan bekisting

plat lantai, bekisting balokdan bekisting tangga.( Anisa, D 2021)

2. Metode Bekisting Plat

Metode bekisting plat adalah metode dimana pekerjaan

bekisting yang menggunakan bahan utama plat baja, dengan

ketebalan 1,5 cm. Metode bekisting plat ini di gunakan untuk

pembuatan bekisting kolom.( Jermias, T 2020)

c. Pekerjaan Pembesian

1) Metode Tulangan Sepihak

Metode tulangan sepihak adalah metode pekerjaan

pembesian yang dilakukan dengan cara memasang tulangan pada

bagian tengah kolom, dengan posisi lurus atau miring, seperti

sengkang, metode tulangan sepihak ini digunakan untuk

pembuatan kolom.(Yance Syarif,2022)


98

d. Pekerjaan pengecoran

1) Metode Cor Konvesional

Metode Cor Konvesional adalah metode dimana pengecoran

dilakukan langsung diarea yang sudah di pilih untuk dilakukan

pengecoran.( Andri, N 2022)

e. Pekerjaan pengukuran

1) Metode pengukuran Theodolit

Metode pengukuran theodolit adalah metode yang dilakukan

dengan alat bantu theodolit. Dimana metode ini digunakan untuk

pengukuran antar as kolom serta pengukuran untuk bekisting

kolom, dengan arah bidang horisontal. ( Kustini, I dkk,2022)

2) Metode pengukuran Waterpass

Metode pengukuran Waterpass adalah alat yang digunakan

untuk megukur atau menentukan sebuah benda atau garis dalam

posisi rata baik pengukuran secara vertikal maupun horizontal.

( Kustini, I dkk,2022)

3.2.2 Prosedur Pelaksanaan

1. Tahap Perencanaan

a. Pembuatan Rencana Kerja (Kurva S)

Menurut( Febriana, Wahyudin. dkk 2021).Penjadwalan proyek

merupakan salah satu elemen hasil perencanaan. Yang dapat

memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan


99

proyek dalam hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja,

peralatan dan material serta rencana durasi proyek dan progres

waktu untuk menyelesaikan proyek. Dalam proses penjadwalan,

penyusunan kegiatan dan hubungan antar kegiatan dibuat lebih

terperinci dan sangat detail.Manfaat penjadwalan proyek yaitu:

1. Memberikan pedoman terhadap unit pekerja kegiatan

mengenaibatas batas waktu untuk mulai dan akhir dari

masing-masing tugas.

2. Memberikan sarana bagi manajemen untuk koordinasi

secara sistematis dan realistis dalam penentuan alokasi

prioritas terhadapsumber daya dan waktu.

3. Memberikan sarana untuk menilai kemajuan pekerjaan.

4. Menghindari pemakaian sumber daya yang berlebihan,

dengan harapan proyek dapat selesai sebelum waktu yang

ditetapkan.

5. Memberikan kepastian waktu pelaksanaan proyek.

6. Merupakan sarana penting dalam pengendalian proyek.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penjadwalan proyek yaitu:

1. Sasaran dan tujuan proyek.

2. Keterkaitan dengan proyek lain agar terintegrasi dengan

master schedule.
100

3. Dana yang diperlukan dan dana yang tersedia

4. Waktu yang diperlukan, waktu yang tersedia, serta

perkiraanwaktu yang hilang dan hari-hari libur

5. Susunan dan jumlah kegiatan proyek serta keterkaitan di

antaranya

6. Kerja lembur dan pembagian shift kerja untuk

mempercepat proyek.

7. Sumber daya yang diperlukan dan sumber daya yang


tersedia

8. Keahlian tenaga kerja dan kecepatan mengerjakan tugas.

b. Pelaksanaan Pengurusan Ijin Kerja

Dalam pelaksanaan pekerjaan menerapkan standarisasi

prosedur sesuai dengan system mutu yang di miliki serta

memberitahukan atau izin setiap akan melaksanakan pekerjaan,

agar kemudian hari tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

serta untuk menghindari dari pekerjaan bongkar pasang yang akan

mengakibatkan terjadinya keterlambatan serta penambahan biaya

dalam pekerjaan.( Manoppo, F.B. dkk 2022)

c. Gambar Kerja (Shop Drawing)

Sebelum memulai pekerjaan di buat gambar kerja (shop

drawing) yang detail dan di ajukan kepihak konsultan pegawas

untuk mendapatkan persetujuan. Gambar kerja dibuat berdasarkan


101

gambar perencana, dan setelah mendapat persetujuan dari

konsultan pengawas di serahkan kepada pelaksana untuk di

laksanakan di lapangan. ( Riyadi S, 2022)

d. Material atau Bahan

Guna menjaga mutu hasil pelaksanaan material atau bahan

yang akan di pergunakan, diajukan contoh untuk mendapat

persetujuan dari pihak konsultan pengawas. Semua material yang

akan dipergunakan untuk pekerjaan ini sedapat mungkin di

lengkapi dengan spesifikasi dari produsen sesuai dengan brosur

serta mengacu kepada persyaratan.( Windarta, W dkk 2022)

2. Tahapan Pekerjaan

Dalam proyek pembangunan gedung, tahapan pelaksanaan harus

sesuai dengan prosedur agar menghasilkan pekerjaan yang baik

( Saputra, R dkk 2022). Proyek Pembangunan Laboratorim Terpadu

Jurusan Keperawatan Dan Teknologi Laboratorium Medik Tahap 1

memiliki beberapa tahapan dalam pelaksanaan pekerjaan, yaitu :

a. Pemasangan bekisting

b. Pembesian

c. Pengecoran

3.3 Pekerjaan Balok dan Plat Lantai

Pekerjaan balok dan lantai biasanya dilakukan secara bersamaan

dikarenakan memiliki mutu beton yang sama. Pekerjaan ini dikerjakan secara
102

bertahap, mulai dari pemasangan bekisting hingga curing.( Yatmadi, D. dkk

2022).

3.3.1 Pekerjaan Bekisting Balok

Menurut ( Putra, F. dkk .2022) Pekerjaan bekisting balok

dilakukan setelah scaffolding dipasang dan di setting terhadap ketinggian

balok. Scaffolding digunakan untuk menunjang balok dan pelat lantai.

Pengunaan scaffolding perlu memperhatikan spesifikasi kekuatan dan

ukuran dari kapasitas yang diperbolehkan oleh pabrik pengeluarannya.

Pekerjaan bekisting pelat dilakukan bersama-sama dengan pekerjan

bekisting balok.

Untuk itu sistem pengerjaannya tidak berbeda jauh dengan balok.

Pelat juga memerlukan sokongan dan penunjang, bedanya balok memiliki

berat sendiri lebih besar dari pelat lantai. Sehingga scaffolding pada

balok dibuat lebih kokoh dengan pemasang cross brace lebih banyak.

Berdasarkan Supervisor Structure, langkah-langkah pekerjaan

bekisting balok adalah sebagai berikut:

a. Pasang jack base dan main frame terlebih dahulu sebagai penunjang

utama. Sebagai pengaku dipasang Cross brace pada main frame.

b. Selanjutnya dipasang U-head pada main frame dan atur agar

tingginya dapatmenunjang balok sesuai tinggi yang direncanakan.

c. Antara U-head diberi batang besi berupa DoubleUNP (5x10) yang

langsung menunjang besi bekisting (bodeman hollow)


103

d. Digunakan papan plywood (t=15mm) untuk badan balok dan

(t=12mm) untukbagian bodeman balok yang sudah diperrnis sebagai

bekisting dan diberi bodeman hollow.

e. Pemasangan bekisting balok dimulai dari bekisting sisi bawah balok

yang dipaku pada bodeman hollow pekerjaan ini mengunakan

waterpass. Ini dilakukan untuk mengamati ketepatan ketinggian

bodeman hollow.

f. Bekisting pada sisi samping diperkaku dengan tierod, beam clamp,

dan wingnut. Tierod yang digunakan pada balok sebenarnya sama

dengan yang digunakan pada kolom, hanya kedua-duanya lebih

pendek dan diletakan miring lalu dikunci dengan wingnut.

g. Untuk balok dengan tinggi lebih dari 60 cm perlu dipasang wingnut

dan tierod, di sisi samping balok pada setiap jarak tertentu untuk

mencegah lendutan yang berlebihan.

h. Bekisting pada sisi samping dapat dilepas setelah 24 jam. Sedangkan

sisi bawah yang ditunjang scaffolding diperbolehkan dibongkar

seluruhnya setelah pengecoran lantai pada tingkat ketiga dari lantai

yang akan dibongkarsudah berumur satu minggu atau sekitar 28 hari.

Berdasarkan Supervisor Structure langkah-langkah pekerjaan

bekisting plat lantai adalah sebagai berikut:

a. Pasang joint pin dahulu sebagi penyangga utama. Jika terdapt


104

kekurangan tinggi dipakai U-head selanjutnya diberi batang besi

berupa DoubleUNP(5x10) yang langsung menunjang hollow.

b. Untuk pemasangan papan plywood (t=12mm) sebagai bekisting pelat

digunakan hollow (5x10) supaya papan bekisting plywood tidak

meledut.

c. Hollow disusun sejajar satu sama lain dan tegak lurus balok. Jarak

antaranya perlu dihitung berdasarkan daya dukung kekuatannya.

Selain itu semakin panjang papan bekisting yang akan di sokong

jarak antara hollow semakin dekat.

d. Setelah hollow disusun, diatasnya diletakan papan bekisting


plywood.

Penyusunan papan perlu dilakukan seefisien mungkin agar tidak

banyak lembaran papan yang terpotong.

e. Sambungan antara papan yang satu dengan yang lainnya dihubungkan

dengan sepotong kayu yang dipakukan pada kedua tepi papan

tersebut.

f. Pembongkaran bekisting dapat dilakukan setelah 28 hari atau setelah

pengecoran lantai pada tingkat ketiga dari lantai yang akan

dibongkar sudah berumur satu minggu.


105

Gambar 3.19 Bekisting balok dan plat lantai


Sumber: Dokumentasi Lapangan

3.3.2 Pekerjaan Pembesian

Menurut ( Rochmah, N.dkk. 2022) Pada balok tulangan lentur

dipasang di atas dan bawah. Jumlah tulangan terdapat lebih banyak pada

daerah tarik karena yang menahan gaya tarik adalah tulangan baja.

Sehingga pada daerah tarik ini diusahakan tidak ada sambungan

tulangan. Jika tidak memungkinkan, sambungan tulangan boleh

dipasang di daerah tarik dengan panjang penyaluran sesuai ketentuan

dengan pengikatan kawat pada sambungan yang kuat serta

pembengkokan pada ujung tulangan sebagai kail.

Pelat lantai dirakit sebagai tulangan lentur. Pemasangan dilakukan

bersamaan dengan perakitan tulangan balok. Tulangan lentur pelat

dibagi menjadi tulangan lentur lapangan dan tumpuan. Pembagian

tumpuan dan lapangan mengikuti perencanaan.

Daerah tarikan di tumpuan balok terdapat pada bagian atas


106

sepanjang ¼bentang, sedangkan di lapangan terdapat pada bagian

bawah sepanjang ½bentang. Pada daerah tumpuan ini sengkang dipasang

lebi rapat. Sengkang diikat dengan kawat mengeliling tulangan lentur

sebagai pengaku terhadap gaya geser.Berbeda dengan kolom, tulangan

balok dan pelat dipasang setelah bekisting balok sudah selesai atau

jadi setengah. Pada proyek ini tulangandipasang setelah bekisting sudah

selesai dipasang baik samping maupun bawah.

Gambar 3.20 Sambungan pembesian kolom, balok dan plat lantai.


Sumber: Dokumentasi Lapangan

3.3.3 Pekerjaan Pegecoran


Menurut ( Santika , D . dkk.2022) Pengecoran di kolom dilakukan

setinggi elevasi lantai yang telah ditentukan. Pada pengecoran pelat

lantai ditandai dengan besi siku dan kawat ayam sebagai stop cor

sehingga beton tidak mengalir ke lokasi yang belum siapdicor.

Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum dan saat pengecoran :

a. Sebelum pelaksanaan pengecoran, semua alat yang akan digunakan


107

dan bagian struktur yang akan dicor harus bersih dari tanah, minyak

dan beton kering sebelumnya, serta air yang membanjiri perlu

dipompa keluar. Pembersihan dari tanah, kawat besi dan debu

umunya mengunakan aircompressor.

b. Pemberian space untuk plumbing, angkur serta material lainnya yang

akan tertanam di dalam beton harus sudah terpasang serta telah

diperiksa dan disetujui.

c. Beton ready mix yang datang akan diperiksa oleh supervisor dan

orang dari SGG beton. Dilakukan slump test jika memenuhi yang

diiginkan baru boleh dilakukan pengecoran dan diambil setiap 35m3

atau lima truck mixer untuk pengecoran balok dan pelat, sample pada

truk yang sama untuk tes laboratorium diambil lima sample. Sample

ini akan diuji kekuatannya saat berumur tujuh hari, 14 hari, 21 hari

dan 28 hari.

d. Beton akan mengering dalam kisaran waktu dua sampai tiga jam

sehingga perlu di perhitungkan lama waktu yang diperlukan

diperjalanan, kemacetan truk yang akan dialami dan waktu

pelaksanan sampai selesai seluruhnya. Adukan beton ready mix tidak

boleh ditambahkan air, walaupun beton mulaimengering.

e. Pengecoran beton pelat lantai dan balok menggunakan teknik

memompa beton ke atas lalu di tumpahkan diatas pelat dan balok.

f. Dipakai vibrator/pengetar untuk memadatkan adukan beton agar


108

mengisi penuh sudut, dan sekeliling besi tulangan tanpa

meninggalkan rongga- rongga, tetapi agar tidak terjadi

pengendapan material perlu diperhatikan waktu pengetaran hanya

sekitar lima sampai 15 detik. Usahakan agar vibrator tidak mengenai besi

atau bekisting karena dapat terjadi pelonggaran ikatan kawat pada besi dan

sengkang.

g. Pembuatan beton decking memiliki ketentuan dan aturan dalam SNI.

Mutu tahu beton juga perlu dibuat sesuai mutu adukan beton

nantinya.

h. Pada sambungan dibuat miring dan kasar atau diberi kawat ayam

agar betonlebih mudah melekat.

i. Sesaat sebelum pengecoran dilakukan pembersihan air, sampah,

lumpur, dan sejenisnya. Sebelumnya harus dilakukan penghitungan

terhadap volume beton yang akan dicor untuk memperkirakan

jumlah mix design yang akan dipesan.

j. Pada saat perjalanan truckmixer berputar berlawanan arah jarum jam

jika dilihat dari belakang mobil. Sehingga adukan beton tidak keluar.

k. Saat pengeluaran beton ready mix ke concrete pump truk diputar

searah jarumjam jika dilihat dari belakang.

l. Pengecoran pelat juga merupakan tahap yang sangat penting dalam

pengerjaan suatu proyek, karena jika terjadi kesalahan saat persiapan

pengecoran perlu dilakukan pembongkaran ulang dan pergantian


109

tulangan dengan tulangan baru. untuk itu diperlukan persetujuan konsultan,

kontraktordan owner sebelum pengecoran dimulai.

Gambar 3.21 Pekerjaan Pengecoran kolom


Sumber: Dokumentasi Lapangan

3.3.4 Pekerjaan Curing Balok dan Pelat

Menurut ( Nauly,A.dkk.2022) Setelah dilakukan pengecoran pada

balok maka beton akan mulai menjadikeras. Oleh karena itu pengeringan

beton sebelum waktunya perlu dihindari, pengeringan ini dapat terjadi

karena penguapan air akibat angin dan cuaca panas. Sehingga beton

menjadi retak-retak dan menyusut setelah dingin. Untuk itu perlu dijaga

agar suhu dalam tidak berubah. Hal ini yang menyebabkan perlu adanya

perawatan dan perlindungan (curing) beton. Ada tiga metode pada

curing beton yaitu:

a. Memakai chemical curing compound. Tetapi zat kimia ini cukup

mahal sehingga jarang dipakai.

b. Menutup supaya tidak ada penguapan. dapat ditutup dengan


110

plastikataupun styrofoam .

c. Disiram dengan air bersih agar beton tetap lembab. Penyiraman

minimal1-2 kali sehari.

3.4 Pekerjaan Kolom

Menurut ( Restiwi, N 2022) Kolom merupakan suatu elemen struktur

bangunan yang berfungsi menyangga beban aksial tekan vertikal dan lateral

dan meneruskannya ke pondasi . Pembuatan kolom dilakukan dengan tahap-

tahap berikut:

3.4.1 Penentuan As (Marking)

Hal pertama yang perlu dilakukan ialah pengukuran dan

pematokan titik- titik as kolom berupa marking. Tujuannya adalah

sebagai dasar penentuan letak bekisting tulangan kolom. Alat yang

digunakan dalam penentuan as kolom adalah theodolite. Garis bantu

berupa marking lurus pada plat lantai atau yang biasa disebut

garis pinjaman membantu dalam penentuan as kolom ini. Untuk

mengetahui kesejajaran antara kolom lantai bawah ke kolomlantai atas

dibuat lubang pada pelat lantai yang nantinya akan ditutup

kembali.(Ginting, R.dkk.2022)

3.4.2 Fabrikasi Tulangan

Langkah pertama yang dilakukan adalah pemotongan. Tulangan

baja kolom dipotong sesuai dengan panjang yang diperlukan. Alat


111

yang digunakan dalam pemotongan tulangan kolom adalah bar cutter.

Gambar 3.22 Pemotongan tulangan menggunakan bar cutter


Sumber: Dokumentasi Lapangan

Tahap selanjutnya tulangan dibengkokan sesuai kebutuhan

dengan menggunakan bar bender. Setelah tulangan dipotong dan

dibengkokkan kemudian tulangan kolom dirakit sesuai dengan

kriteria desain.

Gambar 3.23 Tulangan dibengkokan menggunakan bar bender


Sumber: Dokumentasi Lapangan
112

3.4.3 Pekerjaan Pembesian

Menurut (Fauziah, M. dkk. 2021) Tulangan kolom terdiri dari

tulangan lentur dan sengkang. Umumnya selalu dipakai tulangan lentur

four faces pada ke empat sisi kolom karena momen yang bekerja pada

kolom umumnya dua arah. Dalam perencanaannya sering diadakan

pengecilan kolom pada tiap lantai karena beban yang ditanggung

kolom semakin ke atas akan semakin kecil. Pengecilan kolom ini

dilakukan dengan membengkokkan tulangan pada overlap ke arah

dalam sampai menjadi sesuai ukuran pengecilan kolom. panjang

tulangan stek yang digunakan untuk bagian sambungan antar kolom

(kolom bagian atas dan kolom bagian bawah) tergantung mutu beton

dan dimensi tulangan yang digunakan.

Pada bagian atas dan bawah kolom tulangan sengkang dipasang

lebih rapat, sedangkan bagian tengah lebih jarang. Hal ini dilakukan

karena geser lintang ditengah lebih kecil dari ditepi yang menjadi

tumpuan. Tulangan lentur kolom dipasang sepanjang besi, sehingga

tiap lantai ada sambungan kolom. Pada pembesian kolom supaya

kolom mendapatkan selimut beton sesuai perencanaan maka selain

menggunkan beton decking, ada pula sepatu kolom berbentuk siku

yang dilas pada bagian bawah kolom


113

Gambar 3.24 Pembesian kolom


Sumber: Dokumentasi Lapangan

3.4.4 Pekerjaan Bekisting

Terdapat perbedaan urutan pekerjaan dalam pemasangan

bekisting kolom. Pada balok dan pelat lantai pembesian dipasang

setelah bekisting selesai. Tetapi pada kolom bekisting dipasang setelah

pembesian selesai. Batas tinggi bekisting kolom merupakan elevasi

tinggi balok.( Guspari, O.dkk.2022)

Langkah-langkah pekerjaan bekisting kolom adalah sebagai berikut:

a. Potong papan plywood (t= 18 mm) untuk keempat sisi kolom.

b. Pada tiap potongan papan dipasang hollow (5x10) dalam arah

memanjang, agar posisi bekisting berada tepat, perlu di buat sepatu

kolom dikeempat sisi kolom paling bawah. Profilsiku

digunakansetinggi 5 cm.

c. Pasang papan yang sudah dipasang joist pada keempat sisi kolom.
114

d. Untuk mengikat keempat papan, pasang waller hollow dalam arah

melintang. Banyaknya waller hollow pada tiap papan perlu

dihitung. Sebelumnya di sisi bawah waller perlu di buat dudukan

waller, dudukan ini memakai besi 10 dan besi ini di las pada

hollow.

e. Selanjutnya pada waller hollow diikat dan di kunci oleh tierod dan
wingnut.

f. Pemasangan kicker hanya dilakukan pada kedua sisi kolom yang

bersihkan, disetiap sisinya terdapat 4 buah kicker yang terletak di

sebelah atas 2 buah dan bawah 2 buah. Sebelah bawah

dimaksudkan untuk mengatur dan mengunci ketepatan letak posisi

bekisting. Kicker yang atas dikerjakan setelah bagian bawah pas.

Kicker atas dimaksudkan untuk mengunci posisivertikal bekisting.

Ujung dari kicker dipaku ke waller, sedangkan ujung lain dikaitkan

pada besi polos yang ditanam di pelat lantai saat pengecoran.

Umumnya jarak standar horizontal antara ujung kicker adalah 1.6

m.

g. Untuk memastikan bekisting lurus atau tidak, dilakukan

pemeriksaan bekisting kolom dengan menggunakan unting-unting.


115

Gambar 3.25 Bekisting kolom


Sumber: Dokumentasi Lapangan

3.4.5 Pekerjaan Pengecoran

Setelah bekisting kolom disetel sehingga posisinya benar-benar

lurus. Pekerjaan pengecoran kolom juga dilakukan dengan

menggunakan concrete bucket yang diangkat oleh tower crane (Mara,

J 2022). Tahap-tahap persiapan pekerjaan pengecoran kolom:

a. Pengecekan elevasi tulangan kolom dan overlapping dari

sambungantulangan.

b. Melakukan pembersihan lokasi kolom dengan air compressor

sisa–sisapotongan kawat besi dan debu.

c. Memasang form work atau bekisting.


116

d. Menyiapkan concrete vibrator yang akan digunakan dalam proses

pengecoran.

e. Menyiapkan concrete bucket. Setelah itu, maka pengecoran

siap untukdilaksanakan.

Tahapan pekerjaannya adalah sebagai berikut :

1) Pengecekan slump dari mix concrete yang dibawa dengan

menggunakan truk mixer.

2) Pengecoran kolom dilakukan dengan menggunakan bantuan

vibrator, agarbeton menjadi lebih padat.

3) Pengecekan ketinggian kolom agar sesuai dengan ketinggian yang

diinginkan.

4) Saat pengecoran kolom pada bagian atas permukaan kolom yang

nantinya akan menjadi sambungan antara kolom bawah dan atas

perlu dibuat perkasaran permukaan beton. Perkasaran ini dibuat

dengan membuat guratan-guratan saat pengecoran mulai kering

mengunakan besi tulangan. Sesaat sebelum pengecoran,

sambungan ini akan diberikan calbon sebagai perekat antar beton.


BAB IV

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

4.1 Pengawasan Proyek

Suatu kegiatan pengawasan / monitoring suatu proyek supaya proyek

bisa berjalan dengan lancar dan mendapatkan mutu yang baik, penggunaan

biaya dan waktu serta evaluasi atau pengambilan langkah-langkah yang

diperlukan pada saatpelaksanaan, agar proyek dapat selesai sesuai dengan

yang direncanakan( Taufik, Yofi 2022 ).

4.1.1 Pengertian Pengawasan

Menurut Amir (2021) mengartikan Pengawasan adalah

merupakan pemeriksaan terhadap penggunaan tata laksana yang

berlaku dalam pelaksanaan tugas agar terhindar dari

penyimpangannya. Pengertian lain dari pengawasan adalah usaha

mengevaluasi data/fakta proyek, dengan disertai kewenangan

menjalankan SOP memberikan Petunjuk untuk tindakan turun

tangan (PT3).

Menurut (Akbardin,J.dkk.2022) Konsultan Pengawas adalah

badan hukum yang mengajukan penawaran harga untuk jasa

pengawasan pekerjaan, yang telah ditunjuk sebagai pemenang oleh

panitia lelang atau penyandang dana / Pemilik dan telah

menandatangi kontrak untuk melaksanakan pekerjaan pengawasan.


4.1.2 Tugas dan Wewenang pengawas

a. Menurut Akbardin, J.dkk (2022) Tugas dan wewenang pengawas :


1. Melaksanakan pengawasan pekerjaan pelaksanaan konstruksi
sesuai dengan prinsip dan kebijakan Pemberi Tugas.
2. Membantu Pemberi Tugas dalam pengawasan pekerjaan
pelaksanaan konstruksi sesuai dengan: Perencanaan, Spesifikasi,
dan Dokumen kontrak.
b. Wewenang Pengawas :
1. Mendapat pendelegasian beberapa kewewenangan dari Pemberi
Tugas sebagai Engineer Referensentative.
Kewenangan meliputi :
a.Wewenang Pemberi Tugas dalam masalah teknis atau
administrasi sesuai dokumen kontrak.
b.Keputusan tentang pembiayaan teknis dan administrasi
yang tidak tercantum dalam dokumen kontrak.

4.2 Pengendalian Proyek

Pengendalian proyek konstruksi adalah proses upaya untuk

memanajemen semua tahapan didalam kegiatan proyek konstruksi agar

proyek tersebut sesuai dengan acuan perencanaan dan standar yang telah

ditentukan, sehingga adanya kontrol kesesuaian antara perencanaan dan

pelaksanaan guna untuk mencapai sasaran yang optimal (Hafizh, 2018).

4.2.1 Teori Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu adalah suatu system yang mengendalikan


metode kerja dan hasil akhir suatu pekerjaan (Berlian,O.P.dkk
2021). Pengendalian mutu terdiri atas:
Pengendalian mutu material Berdasarkan SNI 2847 : 2019
Pasal 26.4 Persyaratan material dan pencampuran beton,
A.Pencampuran beton Berdasarkan SNI 2847 : 2013 Pasal 5.8
Pencampuran
B.Pengecoran beton Berdasarkan SNI 2847 : 2013 Pasal 5.10
Pengecoran,
C.Perawatan beton Berdasarkan SNI 2847 : 2013 Pasal 5.11
Perawatan,
D.Pengujian beton Seperti slump test dan tes kuat tekan beton

1. Pengendalian Mutu Material Dan Bahan Bangunan

a. Uji test slump

Uji test slump adalah pengujian untuk mengetahui kadar

air dalam beton yang berhubungan dengan mutu beton.

Pengujian test slump dilakukan satu kali setiap mixer truck

datang dan diharapkan nilai slump yang diperoleh adalah 10 ±

2 cm yang mengacu pada SNI 03-1972-2008. Test slump

bertujuan untuk kelancaran pelaksanaan pengecoran.

Jika terlalu kental maka akan merusak concrete pump

dan susah masuk ke celah-celah tulangan, jika terlalu encer

maka akan menurunkan kualitas mutu beton yang dihasilkan.

Uji test slump dilakukan dengan cara :

1) Uji test slump menggunakan kerucut Abrams bagian

bawah berdiameter 30 cm, bagian atas berdiameter 10 cm.

2) Adukan beton dimasukan ke kerucut Abrams sebanyak

tiga lapis dan tiap lapis ditusuk menggunakan tongkat

baja berdiameter 16 mm, panjang 60 cm, sebanyak 10 kali.

3) Setelah terisi penuh dan diratakan diamkan selama 30


menit

4) Kerucut ditarik vertikal ke atas sehingga adukan beton

turun, dan dicek berapa ketinggian cetakan beton yang

diperoleh.

Gambar 4.1 Uji Test Slump


Sumber: Dokumentasi Lapangan

Gambar 4.2 Beton uji kuat tekan


Sumber: Dokumentasi Lapangan
Gambar 4.3 Mesin uji kuat tekan
Sumber: Dokumentasi Lapangan

Gambar 4.4 Proses uji kuat tekan


Sumber: Dokumentasi Lapangan

2. Pengendalian mutu pekerjaan

Menurut ( Wacono, S. 2022) Dalam pengendalian mutu

pekerjaan, penekanan yang diberikan adalah pada pekerjaan

beton bertulang untuk pekerjaan struktur dan untuk pekerjaan

finishing arsitektur pemakaian jenis-jenis material finishing

sesuai spesifikasi teknis dan approval material yang telah

disetujui oleh pemilik, serta campuran spesi yang sesuai

spesifikasi. Dan tidak kalah pentingnya pengawasan terhadap

gambar kerja.
3. Pengendalian Terhadap Gambar proyek

Menurut ( Winata, J.dkk 2022) Pada proyek bangunan,

gambar memegang peranan yang sangat penting. Ide dan

perencanaan semuanya dituangkan dalam sebuah gambar

teknik. Dari gambar inilah dipecahkan metode pelaksanaan

pekerjaan hingga suatu bangunan dapat terelisasi. Adapun

beberapa jenis gambar teknik pada suatu proyek bangunan

adalah sebagai berikut:

a) Gambar Tender

Gambar tender adalah gambar yang dimiliki pemilik

(owner) yangdibuat untuk menganalisa dan membuat Rencana

Anggaran Biaya (RAB) pada suatu proyek yang akan

dikerjakan.

b) Gambar For Construction

Gambar for construction adalah gambar yang digunakan

sebagai pedoman untuk membuat gambar detail pelaksanaan

konstruksi (shop drawing).

c) Gambar Shop Drawing

Gambar Shop Drawing adalah gambar yang dibuat oleh

kontraktor dengan pedoman gambar for construction yang

digunakan sebagai pedoman atau dasar pelaksanaan pekerjaan

di lapangan.

d) Gambar As Built Drawing


Gambar As Built Drawing adalah gambar actual

pelaksanaan setelah proses pekerjaan lapangan selesai

dikerjakan.

4.2.2. Teori Pengendalian Waktu

Menurut ( Saputra, N. dkk 2021) Pengawasan dan

pengendalian waktu atau bisa kita sebut dengan Penjadwalan

merupakan salah satu hal yang sangat penting dan perlu di

perhatikan. Dalam penjadwalan tidak hanya pengalokasian waktu

yang tersedia yang dipertimbangkan,

tapi juga mempertimbangkan keterbatasan-keterbatasan lain

agar penyelesaian suatu proyek dapat optimal. dengan adanya

penjadwalan dapat diketahui jadwal rencana serta kemajuan proyek.

Dari sana akan diketahui apakah proyek telah berjalan degan baik

atau tidak, dan apakah telah sesuai dengan yang direncanakan.

Penjadwalan dibuat dengan mengikuti perkembangan dalam

pelaksanaan proyek, karena satu proyek dengan proyek yang lainnya

berbeda-beda. Hal ini dilakukan agar didapat penjadwalan yang

realistis sesuai dengan kondisi proyek yang ada sehingga alokasi

sumber daya serta durasi waktunya sesuai dengan sasaran dan tujuan

proyek. Dalam

proses penjadwalan, penyusunan kegiatan dan hubungan

antar kegiatan haruslah dibuat dengan detil agar dapat membantu

dalam evaluasi proyek.( Saputra, N. dkk 2021)


Unsur utama dari penjadwalan adalah peramalan (forecasting),

walaupun perlu disadari bahwa perubhan-perubahan dapat saja terjadi

dimasa mendatang dan akan mempengaruhi pola rencananya sendiri.

Penjadwalan Proyek memiliki beberapa teknik yang biasa digunakan,

antara lain:

1. Bar Chart

Bar Chart diperkenalkan oleh Henry I. Gantt dan Frederick W.

Taylor pada awal 1900. Bar chart atau bagan balok adalah

sekumpulan daftar kegiatan yang disusun dalam kolom arah vertikal,

dan skala waktu disusun dalam kolom arah horizontal. Saat mulai

dan akhir dari sebuah kegiatan dapat terlihat dengan jelas sedangkan

durasi kegiatan digambarkan oleh panjangnya diagram batang

( Wijaya, C. dkk 2022).

Proses penyusunan Bar Chart dilakukan dengan langkah-langkah

sebagaiberikut:

a) Daftar item kegiatan, yang berisi seluruh jenis kegiatan pekerjaan

yang ada dalam rencana pelaksanaan pembangunan.

b) Urutan pekerjaan, dari daftar item kegiatan itu disusun urutan

pelaksanaan pekerjaan berdasarkan prioritas item kegiatan yang

akan dilaksanakan lebih dahulu dan item kegiatan yang akan

dilaksanakan kemudian, tanpa mengesampingkan kemungkinan

pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan secarabersamaan.

c) Waktu pelaksanaan pekerjaan, adalah jangka waktu pelaksanaan


dari seluruh kegiatan yang dihitung dari permulaan kegiatan

sampai dengan seluruh kegiatan berakhir. Waktu pelaksanaan

pekerjaan diperoleh dari penjumlahan waktu yang dibutuhkan

untuk menyelesaikan setiap item kegiatan.

Bar Chart memiliki sejumlah kelebihan dan kekurangan

dibandingkan dengan sistem penjadwalan lainnya. Kelebihan-

kelebihan Bar Chart sangat membantu perencanaan jadwal pada

tahap pendahuluan suatu proyek konstruksi dan perekayasaan, yang

sering terjadi perubahan.

Keuntungan dan manfaat Bar Chart antara lain:

a). Bentuk grafiknya dan mudah dimengerti oleh semua tingkat

manajemen,sehingga dapat diterima dan digunakan dalam

pelaksaan secara luas.

b). Merupakan alat perencanaan dan penjadwalan yang baik, hanya

memerlukan sedikit penyempurnaan (revisi) dan pembaharuan

dibandingsistem-sistem yang canggih.

Sedangkan keterbatasan dan kelemahan Bar Chart antara lain:

a). Hubungan antara masing-masing aktivitas tidak bisa dilihat

dengan jelas.

b). Diagram batang tidak memadai untuk dipakai dalam pekerjaan

pengawasan, karena aktivitas-aktivitas yang menentukan

kecepatan waktu tidak terlihat dengan jelas.


c). Alternatif untuk memperbaiki jadwal pelaksanaan kegiatan

lainnya tidak dapat dibaca pada diagram batang.

d). Apabila terdapat satu atau beberapa aktivitas mengalami

keterlambatan, maka gambaran keseluruhan sulit untuk diketahui

secara tepat sejauh mana hal tersebut akan mempengaruhi jadwal

keseluruhan proyek.

2. Kurva S atau Hanumm Curve

Menurut ( Kusnadi, dkk 2023) Kurva S adalah kurva yang

munghubungkan antara persentase kegiatan atau pekerjaan yang

dicapai dengan waktu kegiatan atau pekerjaan. Kurva S Pengandali

ini akan menggambarkan hubungan atau penjumlahan antara

kemajuan pelaksanaan pekerjaan secara kumulatif (dalam persen 0%

- 100%) pada sumbu Y dan waktu pelaksanaan pekerjaan.

Hampir dalam semua proyek, baik swasta maupun pemerintah,

telah lama menggunakan kurva S sebagai metode perencanaan dan

kendali waktu dalam pemantauan atau monitoring pelaksanaan

proyek. Kurva ini digunakan untuk pengendalian pelaksanaan proyek

dengan memakai kombinasi grafik hubungan waktu pelaksanaan

proyek yang berbentuk “s” dan tonggak kemajuan (milestone)..

3. Critical Path Method (CPM)

Dalam metode CPM (Critical Path Method) dikenal dengan

adanya jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponen-

komponen kegiatan dengan total waktu terlama. Jalur kritis terdiri


dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai

kegiatan terakhir proyek, melalui kegiatan-kegiatan dengan waktu

pelaksanaan terlama. Jadi lintasan kritis adalah lintasan yang paling

menentukan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan.

(Iffiginiaa, 2019)

CPM terdiri atas anak panah dan lingkaran/segiempat. Anak

panah menggambarkan kegiatan atau aktivitas, sedangkan lingkaran

atau segiempatmenggambarkan kejadian (event). Kejadian (event) di

awal anak panah disebut “I”, sedangkan kejadian (event) di akhir

anak panah disebut “J” (Ervianto, 2005). Setiap activity on arrow

merupakan suatu kesatuan dari seluruh kegiatan sehingga kejadian

(event) “J” kegiatan sebelumnya juga merupakan kejadian (event)

“I” kegiatan berikutnya, seperti yang disajikan pada Gambar 4.5

berikut.

Gambar 4.5 Event dan Aktivitas CPM


Sumber: Ervianto, 2005

Di mana :

i.j = Nomor Peristiwa

X = Nama Kegiatan

EET = Earliest Event Time (Saat Paling Awal Kegiatan)


LET = Latest Event Time (Saat Paling Lambat Kegiatan)

D = Durasi Kegiatan

ES = Earliest Start Time (Saat Paling Cepat untuk mulai kegiatan)

EF = Earliest Finish Time (Saat Paling Cepat untuk akhir kegiatan)

LS = Latest Start Time (Saat Paling Lambat untuk mulai kegiatan)

LF = Latest Finish Time (Saat Paling Lambat untuk akhir kegiatan)

Dari penjelasan diatas, maka sekitar kegiatan pengawasan

dan pengendalian terhadap waktu pekerjaan proyek dapat menjadi

suatu tantangan bagi manajer proyek untuk dapat mencapai sasaran

proyek dengan baik.

1. Laporan harian

Laporan harian adalah laporan kegiatan pekerjaan proyek

yang terlaksana dalam satu hari yang bertujuan untuk

mempermudah penyusunan laporan mingguan. Laporan harian

berisi jenis pekerjaan, alat dan bahan yang digunakan dalam

pekerjaan dan jumlah pekerja.

2. Laporan mingguan

Laporan mingguan adalah laporan kegiatan pekerjaan

proyek yang terlaksana dalam satu minggu. Laporan mingguan

disusun berdasarkan laporan harian selama satu minggu. Dari

hasil laporan mingguan akan diperoleh kumulatif prestasi

pekerjaan untuk time schedule pelaksanaanmaka akan diketahui


jika terjadi keterlambatan atau kemajuan dalam proyek tersebut.

3. Laporan bulanan

Laporan bulanan disusun berdasarkan laporan mingguan

dalam suatu proyek. Laporan bulanan juga dikerjakan untuk

mengetahui gambaran baik itu kemajuan maupun keterlambatan

dalam suatu proyekdan berhubungan dengan time schedule.

4.2.3 Teori Pengendalian Biaya

Menurut ( Abrar, A.dkk 2023) Pada suatu proyek, manajer

proyek perlu memperhatikan tentang anggaran yang telah ditetapkan

dalam perencanaan proyek, manajer tidak dapat menafsirkan bahwa

sebesar anggaran itulah akhir biaya proyek. Anggaran adalah suatu

perkiraan yang disusun berdasarkan informasi yang tersedia pada

saat pembuatan anggaran.

Ada beberapa asumsi yang digunakan untuk merumuskan

ketidakpastian yang dihadapi proyek sehingga menjadi bagian dari

anggaran proyek. Oleh sebab itu, rencana proyek yang dibuat

sebelum dimulai dan dituangkan dalam Petunjuk Operasional (PO)

haruslah memuat sifat:

a. Rencana proyek yang mengalami perubahan selama proyek itu


berjalan.

b. Rencana proyek dapat menjadi landasan bersama semua pihak

dalam komunikasi mengenai proyek selama masa kerja proyek.

Dengan dimilikinya sifat-sifat ini dalam rencana proyek,


semua pihak akan dapat mengetahui bahwa anggaran proyek dapat

meningkat lebih besar selama proyek berjalan dan dapat pula

realisasi biaya proyek lebih kecil dari pada anggarannya setelah

proyek selesai asalkan proyek tersebut dapat berjalan secara efektif

dan efisien.

4.2.4 Dasar Hukum Pengendalian Proyek

Dasar hukum dari pengendalian pelaksanaan proyek,

meliputi peraturan perundang-undangan terkait proyek

konstruksi, yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa

Konstruksi;

2. Undang-undang sektor terkait, yang mengatur tentang

jalan dan jembatan, sumber daya air, bangunan gedung,

perumahan dankawasan permukiman, dsb.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang

Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;

4. Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang

Perubahan Keempat Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pengadaan Barangdan Jasa Pemerrintah.

5. Peraturan Pemerintah RI No 14 Tahun 2021 Tentang

Peraturan Pelaksanaan UU No 2 Tahun 2017.


4.3 Pembayaran Termin dan Serah Terima Pekerjaan

Menurut ( Supadang, R.I 2022) Penyusunan kontrak jasa

pemborongan adalah kegiatan menyusun kontrak paket pekerjaan jasa

pemborongan yang dilakukan oleh pihak pengguna jasa / panitia dan

penyedia jasa pemborongan yang telah ditunjuk pada proses pelaksanaan

lelang. Dalam menyusun kontrak, pengguna dan penyedia jasa

pemborongan mengacu kepada dan berdasarkan naskah draft kontrak yang

ada dalam dokumen penawaran dan dokumen lainnya seperti dokumen

berita acara hasil pembukaan dokumen usulan, berita acara evaluasi, berita

acara klarifikasi dan negosiasi, berita acara penetapan calon penyedia jasa

pemborongan, dan keputusan penunjukan penyedia jasa pemborongan dari

pihak pengguna, dan sebagainya.

Sistem kontrak yang dipilih adalah sistem kontrak yang telah

ditentukan padanaskah draft kontrak yang ada dalam dokumen permintaan

usulan. Pemilihan sistem kontrak yang digunakan tersebut disesuaikan

dengan jenis, sifat, dan nilai pengadaan jasa pemborongan yang

bersangkutan.

Perpres No. 12 Tahun 2021 mengatur ketentuan mengenai jenis

kontrak pengadaan barang dan jasa sebagai berikut:

1. Kontrak Lumpsum

Peppres 12/2021 menguraikan bahwa Kontrak Lumsum sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a, ayat (2) huruf a, ayat (3) huruf a, dan

ayat (a) huruf a merupakan Kontrak dengan ruang lingkup pekerjaan dan
jumlah harga yang pasti dan tetap dalam batas waktu tertentu, dengan

ketentuan sebagai berikut:

a. semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia;

b. berorientasi kepada keluaran; dan

c. pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang

dihasilkan sesuai dengan Kontrak.

Sistem kontrak ini lebih tepat digunakan untuk pembelian barang

dengan contoh yang jelas, atau untuk jenis pekerjaan konstruksi yang

perhitungan volumenya untuk masing-masing unsur/jenis pekerjaan sudah

dapat diketahui dengan pasti berdasarkan gambar rencana dan spesifikasi

teknisnya. Harga yang mengikat dalam kontrak sistem ini adalah total

penawaran harga.

Pembayaran dilakukan secara bertahap berdasarkan tahap

penyelesaian pekerjaan jasa pemborongan, misalnya dalam jasa pekerjaan

pembangunan rumah,pembayaran pertama sebesar 20% setelah pekerjaan

pondasi selesai. Pembayaran kedua sebesar 30% setelah pekerjaan

pembuatan dinding dan selanjutnya.

Definisi ini tidak jauh berbeda dengan Perpres 54/2010 sebagaimana

diubah melalui Perpres 12/2021 bahwa Kontrak Lump Sum merupakan

Kontrak Pengadaan Barang/Jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan

dalam batas waktu tertentu sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak,

dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian


harga;
b. Semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia Barang/Jasa;

c. Pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang

dihasilkan sesuaidengan isi Kontrak;

d. Sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (output based);

e. Total harga penawaran bersifat mengikat; dan

f. Tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang.

2. Kontrak Harga Satuan

( Hartati,G.dkk.2022) Kontrak Harga Satuan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b dan ayat (2) huruf b merupakan Kontrak Pengadaan

Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dengan harga satuan yang

tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis

tertentu atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu yang

telah ditetapkan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. volume atau kuantitas pekerjaannya masih bersifat perkiraan pada saat


Kontrak ditandatangani;

b. pembayaran berdasarkan hasil pengukuran bersama atas realisasi


volume pekerjaan; dan

c. nilai akhir Kontrak ditetapkan setelah seluruh pekerjaan diselesaikan.

3. Kontrak Gabungan Lump Sum Dan Harga Satuan

( Komariah, I.dkk. 2022) Kontrak Gabungan Lumsum dan Harga

Satuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)huruf c dan ayat (2) huruf c

merupakan Kontrak Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/jasa


Lainnya gabungan Lumsum dan Harga Satuan dalam 1 (satu) pekerjaan

yang diperjanjikan.

Yang patut diperhatikan sejak awal dalam Daftar Kuantitas dan Harga

(DKH) penetapan item yang bersifat Harga Satuan atau Lumpsum harus

ditentukan terlebih dahulu. Hal ini penting terkait proses sejak pemilihan

penyedia yaitu pada proses koreksi aritmatik. Kekeliruan yang terjadi

adalah hal ini tidak dengan jelas tertuang dalam dokumen

pemilihan/pelelangan.

4. Kontrak Payung

Kontrak Payung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d dan ayat

(3) huruf c dapat berupa kontrak harga satuan dalam periode waktu

tertentu untuk barang/jasa yang belum dapat ditentukan volume

dan/atau waktu pengirimannya pada saat Kontrak ditandatangani.

5. Kontrak Persentase

Kontrak Putar Kunci sebagaimana dimaksud pada ayat (21 huruf d)

merupakan suatu perjanjian mengenai pembangunan suatu proyek

dalam hal Penyedia setuju untuk membangun proyek tersebut secara

lengkap sampai selesai termasuk pemasangan semua perlengkapannya

sehingga proyek tersebut siap dioperasikan atau dihuni.

6. Kontrak Biaya Plus lmbalan

Kontrak Biaya Plus Imbalansebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

e dan ayat (2) huruf e merupakan jenis Kontrak yang digunakan untuk
Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya dalam rangka

penanganan keadaan darurat dengan nilai Kontrak merupakan

perhitungan Cari biaya aktual ditarnbah imbalan dengan persentase

tetap atas biaya aktual atau imbalan dengan jumlah tetap..


BAB V

TUGAS KHUSUS

5.1 Pembebanan Struktur Balok Lantai 2 dan RAB


Balok merupakan bagian struktur bangunan yang penting dan bertujuan
untuk memikul beban transversal yang dapat berupa beban lentur, geser maupun
torsi. Sistem post and beam dimana elemen struktur horizontal diletakan
sederhana di atas dua elemen struktur vertikal merupakan konstruksi dasar yang
pernah digunakan oleh arsitek sejak dulu. Pada sistem tersebut secara sederhana
balok digunakan sebagai elemen penting dalam konstruksi. Beban vertikal berupa
beban mati dan beban hidup yang diterima plat lantai, berat sendiri balok dan
berat dinding penyekat yang di atasnya. Sedangkan beban horizontal berupa
beban angin dan gempa. Oleh karena itu perencanaan balok yang efisien,
ekonomis dan aman sangat penting untuk suatu struktur bangunan terutama
struktur bertingkat tinggi atau struktur berskala besar.

Gambar Detail Penulangan Balok Lantai 2


Sumber : Data Proyek
Gambar Detail Penulangan Balok Lantai 2
Sumber : Data Proyek

Desain Balok
Langkah - Langkah Perencanan
1) Menghitung gaya–gaya dalam yang terjadi pada balok.
2) Menentukan penulangan
3) Menghitung nilai ratio tulangan (ρ)
4) Memeriksa kekuatan penampang
5) Merencanakan sengkang

Data Perhitungan
1) Data Material
Beton K 300
fc’ = 25 Mpa
Tulangan Baja
D ≤ 13 mm, fy BJTP = 240 Mpa
D ≥ 13 mm, fy BJTD = 390 Mpa
2) Data Dimensi
Ketika membuat perencanaan dalam bentuk laporan tiap lantai harus di tampilkan,
semua tipe balok termasuk dimensinya, dimensi adalah lebar dan tinggi balok
tersebut, b = lebar, h = tinggi.

Untuk tulisan ini saya hanya menampilkan satu lantai. Berikut adalah tabel balok
tersebut.

Tabel Balok Lantai 2

Dimensi
Type Balok Satuan
B h
B1 300 600 mm
B2 250 500 mm
B3 200 400 mm

3) Data Pembebanan
Saat merencanakan struktur gedung terutama salah satu elemen dari struktur
gedung tersebut harus diperhitungkan pembebanan yang terjadi tiap lantai, mulai
dari lantai paling tinggi sampai lantai dasar.

Saudara juga harus mempunyai Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk Rumah


dan Gedung untuk melihat beberapa intesitas beban mati dan beban hidup untuk
bangunan gedung.

Salah satu contoh, genangan air hujan 2 cm, maka 2 cm dikalikan dengan intesitas
beban mati air hujan yang terdapat pada tabel PPPURG, begitu juga untuk berat
lagit – langit, berat adukan spesi dan yang lainya.

Untuk pembebanan Lantai Atap yaitu:


Beban hidup
Beban hidup pada lantai atap = 100 kg/m2
Berat air hujan (2 cm) : (0,02 x 1000) kg/m2 = 20 kg/m2 +
Total = 130 kg/m2

Beban hidup terpusat pada kolom K4B1 = 7,33 m2 x 130 kg/m2 = 952,9 kg
Beban hidup terpusat pada kolom K3B1 = 9,355 m2 x 130 kg/m2 = 1216,15 kg
Beban hidup terpusat pada kolom K3B2 = 7,33 m2 x 130 kg/m2 = 952,9 kg
Beban hidup terpusat pada kolom K2B1 = 2,27 m2 x 130 kg/m2 = 295,1 kg
Beban hidup terpusat pada kolom K2B2 = 2,27 m2 x 130 kg/m2 = 295,1 kg
Beban hidup terpusat pada kolom K2B3 = 9,355 m2 x 130 kg/m2 = 1216,15 kg

Beban Mati
Pada lantai atap
Berat pasangan kanopi = 150 kg/m2
Berat langit – langit dan penggantung: (11 + 7) kg/m2 = 27 kg/m2
Total = 177 kg/m2

Beban mati terpusat pada kolom K4 B1 = 7,33 m2 x 177 kg/m2 = 1297,41 kg


Beban mati terpusat pada kolom K3B1 = 9,355 m2 x 177 kg/m2 = 1655,835 kg
Beban mati terpusat pada kolom K3B2 = 7,33 m2 x 177 kg/m2 = 1297,41 kg
Beban mati terpusat pada kolom K2B1 = 2,27 m2 x 177 kg/m2 = 401,79 kg
Beban mati terpusat pada kolom K2B2 = 2,27 m2 x 177 kg/m2 = 401,79 kg
Beban mati terpusat pada kolom K2B3 = 9,355 m2 x 177 kg/m2 = 1655,835 kg

Lantai Dua
Untuk lantai dua juga sama seperti lantai yang lainya, pembebanan yang ada pada
lantai dua dikalikan intesitas dan di totalkan.
Beban hidup
Beban hidup untuk restoran = 250 kg/m2
Beban Mati Tambahan Pada lantai
Berat penutup lantai = 24 kg/m2
Berat adukan spesi (2 cm) : (2 x 21) kg/m2 = 42 kg/m2
Berat langit – langit dan penggantung: (11 + 7) kg/m2 = 27 kg/m2
Total = 93 kg/m2

Pada balok
Berat kaca (3 mm) : (3 x 10) = 30 kg/m

Lantai Satu
Beban hidup
Beban hidup untuk restoran = 250 kg/m2

Beban Mati Tambahan


Pada lantai
Berat penutup lantai = 24 kg/m2
Berat adukan spesi (2 cm) : (2 x 21) kg/m2 = 42 kg/m2
Berat langit – langit dan penggantung: (11 + 7) kg/m2 = 27 kg/m2
Total = 93 kg/m2

Pada balok
Berat kaca (3 mm) : (30 x 10) = 30 kg/m

Perhitungan Beban Gempa


Untuk Perhitungan beban gempa ekivalen pembaca bisa mengacu pada SNI –
1726 – 2002 atau yang terbaru tahun 2013, ini adalah rujukan untuk perencanaan
gempa untuk bangunan gedung.
Tabel dibawah menunjukan berat stuktur yang dianalisi, berat tiap lantai dikalikan
tinggi antar lantai (Wi) adlah berat dan (hi) tinggi antar lantai/tinggi tiap elevasi,
berat tiap lantai diperoleh dari sap2000 dengan cara di ungroup karena pengerjaan
menggunakan software tersebut lebih cepat.

Tabel perhitungan beban gempa ekivalen mengacu pada SNI – 1726 – 2002

Lantai Wi (kg) hi (kg) Wi . hi


Lantai Atap (W3) 14396,32 3 43188,96
Lantai 2 (W2) 31389,435 3 94168,305
Lantai 1 (W1) 31389,435 3 94168,305
∑W 77175,19 ∑ W.h 231525,57

Perhitungan gempa ekivalen dilakukan tiap lantai, saya sarankan untuk


perhitungan dengan SAP2000 lebih cepat dan hemat waktu. Setelah selesai untuk
perhitungan beban gempa ekivalen untuk tiap lantai kemudian menghitung beban
gempa tiap joint. Teknisnya kalau perencanaan teknis balok dirangkum alurnya
sebagai berikut:

1) Data Perhitungan
Berupa data material, seperti mutu beton yang digunakan, tulangan baja yang
digunakan baja tulangan diameter (BJTD) dan baja tulangan polos (BJTP).

2) Data Dimensi
Yang dimaksud data dimensi adalah dimensi balok yang digunakan tiap lantai,
penyajian laporanya dibuatkan tabel tiap lantai yang berisi tipe balok dan
dimensinya.
3) Data Pembebanan
Data pembebanan berupa beban yang terjadi pada bangunan gedung tersebut,
mulai dari lantai paling atas sampai lantai dasar, beban mati, beban hidup
dimasukan untuk dijumlahkan.

4) Perhitungan Beban Gempa


Perhitungan beban gempa ekivalen untuk tiap lantai
a) Beban gempa tiap joint
b) Menghitung Gaya Dalam Pada Portal
c) Perhitungan Balok Portal.

Dihitung untuk balok yang akan ditinjau, seperti balok terpanjang dan memiliki
dimensi paling besar/balok induk, untuk menentukan kebutuhan tulangan adalah
sebagai berikut:

Diketahui:
Penampang balok 200 x 400
Selimut beton (d’) = 50 mm
Momen (+) lapangan = 3012,758 kgm = 30127580 Nmm
Momen (-) tumpuan = 6025,515 kgm = 60255150 Nmm
fy = 390 Mpa
fc’ = 25 Mpa

Setelah diketahui kebutuhan tulangan dan diameter tulangan untuk selanjutnya


menghitung control tegangan dan kekuatan balok.

Ketika merencanakan struktur gedung, baik itu keseluruhan atau hanya beberapa
item, misalnya balok, menganalisis menggunakan sap2000 atau etabs tentu lebih
hemat waktu, hanya membuat pemodelan sesuai dengan gambar perencanaan
kemudian tinggal memasukan beban termasuk gempa.
146

BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Uraian Umum

Sebuah proyek kontruksi pasti mengharapkan seluruh pelaksanaannya

berjalandengan lancar. Akan tetapi ada hal-hal yang menjadi penghambat

atau menjadi permasalahan dalam sebuah proyek kontruksi khususnya

tanggung jawab pihak pengawas dalam mengontrol setiap pekerjaan.

Permasalahan tersebut bisa terjadi akibat kondisi alam, pelaksaan teknik,

jumlah tenaga, keterlambatan pekerjaan danlain sebagainya. Permasalahan

yang timbul harus segera mungkin diatasi agar pelaksanaan proyek dapat

berjalan lancar sesuai rencana. Berikut ini adalah beberapa permasalahan

dan solusi yang terjadi dalam Proyek Pembangunan Laboratorium Terpadu

Jurusan Keperawatan Dan Teknologi Laboratorium Medik Tahap 1,

Kecamatan Neglasari, Tangerang :

1. Permasalahan Cuaca.

2. Permasalahan teknis dalam pekerjaan.

3. Permasalahan keterlambatan kerja.

6.2 Permasalahan Cuaca

Cuaca artinya bentuk pertama yang dihubungan menggunakan

penafsiran serta pengertian syarat fisik udara sesaat pada suatu waktu

maupun lokasi. Iklim adalah syarat selanjutnya serta kumpulan syarat

145
147

cuaca yang kemudian disusun serta dihitung hingga bentuk rata –

rata syarat cuaca pada kurun tertentu. Cuaca yang baik atau buruk dapat

terjadi sewaktu-waktu.

Akan tetapi dengan terjadinya cuaca yang buruk saat proses

pelaksanaan berlangsung, maka akan menghambat jalannya pekerjaan.

Permasalahan yang terjadi ketika cuaca buruk terjadi adalah :

1. Proyek pembangunan infrastuktur terpaksa berhenti sementara

menunggu hujan reda, atau tetap melanjutkan pekerjaan dengan

memasang tenda/terpal.

2. Waktu pembangunan dapat mundur dari jadwal rencana apabila

hujan terus menerus diluar perkiraan sehingga menghambat

berjalannya proyek.

3. Pengecoran terpaksa dihentikan jika hujan mengguyur deras,

maka pihak kontraktor akan menanggung biaya ready mix yang

sudah terkirimke proyek.

Solusi penyelesaian permasalahnnya adalah bila sebuah proyek

pembangunan mengalami permasalahan tentang cuaca maka hal yang

perlu dilakukan adalah pihak kontraktor meminta toleransi kepada

pihak Owner untuk mengajukan perubahan rencana pekerjaan.

Dimana cuaca sudah membaik akan dilakukan penambahan pekerja

atau lembur. Agar rencana pekerjaan dapat kembali berjalan dengan

baik dan ketertinggalan pekerjaan dapat kembali dikejar sesuai

rencana.
148

6.3 Permasalahan Teknis Dalam Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau penerapan dari sebuah

rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi

biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap. Dalam

setiap proyek pembangunan tidak semua pekerjaan dilaksanakan sesuai

teknis atau metode yang ada pasti ada kesalahan. Terkadang ada hal-hal

dilapangan yang membuat itu terjadi. Adapun permasalahannya dalam

pelaksanaan :

1. Pekerjaan Kolom

Dalam pekerjaan kolom proyek ini terdapat masalah dalam pengadaaan

alat dan pengecoran. Dikarenakan ruang di lokasi terbilang cukup sempit

maka proses pengecoran tidak menggunakan alat berat seperti concrete

pump truck ataupun concrete bucket, maka pekerjaan kolom dilakukan

secara manual dengan cara membawa ready mix per ember menggunakan

katrol. Dengan demikian maka pekerjaan pengecoran kolom terbilang

cukup lambat.

2. Pekerjaan Balok

Masalah yang terdapat di pekerjaan balok tidak jauh berbeda dengan

pekerjaankolom, yaitu karena pengecorannya dilakukan secara manual.

3. Pekerjaan Plat Lantai

Pekerjaan ini tidak mengalami kendala di proses pembesian, tetapi

masalahnya terdapat pada proses pengecoran, dikarenakan tidak

menggunakan alat berat ketikaproses pengecoran.


149

Solusinya penyelesaian permasalahannya adalah bila sebuah proyek

pembangunan mengalami permasalahan tentang kesalahan teknis dalam

pekerjaan maka hal yang dilakukan adalah pihak kontraktor melakukan

survei di daerah yang menyewakan alat tersebut dan hal yang harus

dilakukan pihak kontraktor meminta toleransi kepada pihak owner untuk

mengajukan perbaikan, karena pihak kontraktor sebisa mungkin akan

langsung memperbaiki, agar hasil yang sudah diperbaiki sebisa mungkin

sesuai dengan hasil yang direncanakan.

6.4 Permasalahan Keterlambatan Pekerjaan

Pelaksanaan pekerjaan yang tepat waktu akan menghasilkan proyek

kontruksi yang baik pula. Dalam setiap proyek kontruksi pasti ada

permasalahan yang dihadapi. Salah satunya adalah permasalahan

keterlambatan dalam pekerjaan kontruksi. Keterlambatan pekerjaan ini

bisa di akibatkan oleh bebarapa faktor, antara lain :

a. Cuaca yang buruk

b. Berkurangnya jumlah tenaga kerja

c. Keterlambatan pengiriman bahan material

d. Rusaknya peralatan pekerjaan

Solusi penyelesian permasalahnya adalah bila sebuah proyek

pembangunan mengalami permasalahan tentang keterlambatan pekerjaan

maka hal yang perlu dilakukan adalah pihak kontraktor mencari tambahan
150

pekerja apabila kekurangan pekerja dan menambahkan jam kerja (lembur)

agar keterlambatan pekerjaan dapat dikejar, tetapi semua itu harus atas

seijin dari pihak pengawas.


152

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Setelah mahasiswa menyelesaikan Kuliah Kerja Praktek selama satu

bulan ( 15 kali kunjungan proyek ), cukup banyak pengalaman yang

didapat pada Proyek Pembangunan Laboratorium Terpadu Jurusan

Keperawatan Dan Teknologi Laboratorium Medik Tahap 1, Kecamatan

Neglasari, Tangerang. Adapun kesimpulan yang dapat penulis sampaikan

sebagai berikut :

1. Kegiatan Kerja Praktik bertujuan mengetahui kesesuaian teori dengan

praktik di lapangan, mengetahui metode kerja yang digunakan dalam

setiap pekerjaan, mengetahui permasalahan yang ada di lapangan, dan

untuk mempelejari hal-hal baru di lapangan.

2. Proyek Pembangunan Laboratorim Terpadu Jurusan Keperawatan Dan

Teknologi Laboratorium Medik Tahap 1, merupakan gedung yang

difungsikan sebagai Laboratorium Terpadu. Owner dari proyek ini

adalah Politeknik Kesehatan Banten yang digarap oleh kontraktor CV.

Ananda Pratama dengan nilai kontrak sebagai berikut

132
153

Nilai kontrak : Rp 8.248.187.065,22 – LPSE

Waktu pelaksanaan : 90 Hari (hari kalender)

Waktu pemeliharaan : 15 Hari (hari kalender)

Gedung ini memiliki luas lahan proyek sebesar ± 1.728 m2 dan luas

bangunan ± 1256 m2.

3. Proyek Pembangunan Laboratorim Terpadu Jurusan Keperawatan Dan

Teknologi Laboratorium Medik Tahap 1 ini sempat mengalami

keterlambatan dikarenakan beberapa faktor seperti :

a. Terjadinya cuaca buruk dilokasi proyek.

b. Ruang kerja yang cukup sempit sehingga menyulitkan alat berat

beroperasi.

4. Dalam pembangunan suatu proyek diperlukan keahlian dari tim

manajemen kontruksi untuk dapat mengendalikan mutu, waktu dan

biaya agar dapat mencapai target yang owner inginkan.

5. Pengawas selalu berada di lokasi proyek setiap harinya sehingga hal ini

dapat mengurangi kesalahan pelaksanaan proyek yang tidak sesuai

rencana.

7.2 Saran-saran

Setelah mahasiswa menyelesaikan Kuliah Kerja Praktek selama satu

bulan (lima belas kali kunjungan proyek), cukup banyak pengalaman yang

didapat pada Proyek Pembangunan Lab Terpadu Jurusan Keperawatan

Dan Tlm Tahap 1, Kecamatan Neglasari, Tangerang. Adapun yang dapat


154

penulis sarankan sebagai berikut :

1. Apabila terjadi keterlambatan pekerjaan ( pekerja, material dan alat

berat ) maka pihak pelaksana harus melakukan crash program untuk

mengejar keterlambatan proyek.

2. Sebaiknya pihak pengawas dan pihak pelaksana lebih komunikatif

dalam hal koordinasi agar tiap pekerjaan dapat terlaksana sesuai

harapan dan rencana.

3. Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) untuk seluruh pekerja di

lapangan harus ditingkatkan untuk mencegah hal-hal yang tidak

diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA

Alat berat www.ilmusipil.com

Balyani, Tata, Scribd. Tata Cara Pelelangan. www.scribd.com

Ervianto. Wulfram I, 2004. “Teori Aplikasi Manajemen Proyek


Kontruksi.Yogyakarta, Andi Yogyakarta.

Husen, Abrar. 2011. Manajemen Konstruksi Edisi Kedua Jilid 2. Jakarta:


Erlangga.
http://e-journal.uajy.ac.id/3185/3/2TS10563.pdf
http://repository.uin-suska.ac.id/7063/4/BAB%20III.pdf

http://repository.untag-sby.ac.id/673/3/BAB%202.pdf
https://simantu.pu.go.id/epel/edok/e99f9_Manajemen_Pengendalian_Pelaks
anaan_Proyek.pdf
https://www.pengadaan.web.id/2020/02/pondasi-bored-pile.
https://www.situstekniksipil.com/2017/11/definisi-pelelangan-atau-
tender.html
Patmadjaja, Harry, 1999. “Model Strategi Penawaran Untuk Proyek
Kontruksi diIndonesia, Dimensi Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra
Volume 1 Nomor 1.
SNI – 1726 – 2002.
Soewartojo, J., 1995, Korupsi, Pola Kegiatan dan penindakannya serta
PeranPengawasan dalam Penganggulangan, Restu Agung, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai