Disusun Oleh :
NPM : 190117571
Disusun Oleh:
Stevenson Wicaksana
190117571
Program Studi: Arsitektur
Surabaya, …………………
Mengetahui
Ketua Program Studi Sarjana Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta
ii
KATA PENGANTAR
Pertama-tama puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmatnya saya dapat
menjalani kerja praktik dengan sehat walafiat hingga menyelesaikan laporan Kerja Praktik
yang berjudul “Perencanaan dan Perancangan Masterplan Gedung Massa 2 Pabrik di
Mojokerto” dalam rangka untuk menyelesaikan tugas wajib mata kuliah Kerja Praktik di
Universitas Atma Jaya Yogyakarta pada tahun ajaran 2021/2022 semester genap dengan
tepat waktu. Laporan ini masih jauh dari kata sempurna, namun banyak pihak yang telah
membantu saya sehingga laporan ini dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu saya ingin
mengucapkan terima kasih kepada pihak yang terlibat dalam proses pengerjaan laporan
Kerja Praktik ini :
1. Dr. Vincentia Reni Vitasurya, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing Kerja Praktik yang
sudah membimbing, menjelaskan teknis Kerja Praktik, dan memberikan saran dan masukan
selama kegiatan kerja praktik berlangsung.
2. Bapak Budi Kurniawan, ST. selaku Kepala Budi Kurniawan Interior + Architecture / BK
Studio yang membimbing dan memberikan banyak wejangan selama kerja praktik di BK
Studio.
3. Ibu Dewi Lestari selaku HRD Budi Kurniawan Interior + Architecture / BK Studio yang
mendampingi dan mengizinkan saya untuk melakukan kerja praktik di BK Studio.
4. Ibu Naomi Pratiwi, ST. selaku Project Manager Budi Kurniawan Interior + Architecture
/ BK Studio yang membimbing dan memberikan arahan kepada saya dalam menjalani
proses kerja praktik.
5. Tim Arsitek Budi Kurniawan Studio yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang
telah membantu saya dalam menyelesaikan tugas kerja praktik.
6. Olvine Erdianti sebagai rekan Kerja Praktik yang ikut berdiskusi dalam proses kerja
praktik dan merancang laporan kerja praktik ini.
Akhir kata saya mohon maaf apabila terdapat kekurangan dan kesalahan kata pada
penulisan laporan Kerja Praktik ini. Saya berharap semoga laporan ini dapat menjadi
manfaat bagi pembaca.
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................................32
4.1 Metode Kerja Praktek .................................................................................................... 32
4.1.1 Progres Tahapan Kerja Praktek Sebagai Drafter ............................................ 32
4.1.2 Progres Tahapan Kerja Praktek Sebagai Desainer ......................................... 32
4.1.3 Progres Tahapan Kerja Praktek Sebagai Desainer dan Drafter .................... 32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................................33
5.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 33
5.2 Saran .............................................................................................................................. 34
BAB VI EVALUASI DIRI............................................................................................35
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................36
LAMPIRAN ..................................................................................................................37
1. Surat Diterima Kerja Praktik
2. Surat Selesai Kerja Praktik
3. Logbook Kerja Praktik
4. Absensi Asistensi Kerja Praktik
5. Nilai dari Instansi Kerja Praktik
6. Dokumen Pekerjaan Kerja Praktik
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
dalamnya. Sedangkan client memiliki ketertarikan tersendiri terhadap adanya
satwa rusa. Lokasinya yang berada di Mojokerto menjadikan bangunan
memiliki konsep berdasarkan filosofi dari kota Mojokerto sendiri.
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu menerapkan teori dan ilmu pengetahuan yang telah didapat
selama di bangku perkuliahan pada saat kerja dan praktek langsung di lapangan.
2. Menambah pengetahuan dan wawasan baru di bidang arsitektur serta yang
berkaitan dengan perencanaan dan perancangan bangunan.
3. Memperoleh pengalaman kerja secara langsung di lapangan.
4. Melatih disiplin dan profesionalisme pada saat terjun ke dunia kerja.
5. Mampu bekerja sama dalam tim dan membangun hubungan yang baik dengan
anggota lain.
2
1.4 Manfaat
Manfaat yang didapat saat melakukan kerja praktik tentu cukup berlimpah
terutama mengenai dunia kerja dalam bidang arsitektur. Yang pertama adalah sikap
disiplin yang terbentuk karena budaya akan instansi yang membiasakan untuk tidak
menunja pekerjaan sekecil apapun dan menghargai waktu. Kedua, belajar untuk
menjadi pribadi yang fleksibel dan dapat berbaur dengan lingkungan baru pada saat
masuk ke dunia kerja. Ketiga, memperoleh tambahan pengetahuan, wawasan, dan
ilmu baru yang diajarkan langsung pada saat kerja praktik. Sekiranya ketiga hal di
atas adalah manfaat utama yang diperoleh saat melakukan kerja praktik selama kurang
lebih 4 bulan.
3
BAB II
DESKRIPSI INSTANSI TEMPAT KERJA PRAKTIK
4
BAB III
5
adalah suatu proses menentukan apa yang ingin dicapai pada masa yang akan datang
serta menetapkan tahapan tahapan yang dibutuhkan untuk mencapainya.
Perancangan menurut KBBI tak jauh berbeda dengan perencanaan, yakni
mengenai proses, perbuatan merancang. Menurut Sommerville dalam buku Agus
Mulyanto (2009 : 259) proses perancangan bisa melibatkan pengembangan beberapa
model sistem pada tingkat abstraksi yang berbeda-beda. Menurut Soetam Rizky (2011
: 140) perancangan adalah sebuah proses untuk mendefinisikan sesuatu yang akan
dikerjakan dengan menggunakan teknik yang bervariasi serta di dalamnya melibatkan
deskripsi mengenai arsitektur serta detail komponen dan juga keterbatasan yang akan
dialami dalam proses pengerjaannya.
Proses perencanaan dan perancangan arsitektur pada dasarnya menyangkut 3 hal
pokok (Udijanto Pawitro dalam Jurnal “Pemahaman Keterkaitan Teori Arsitektur –
Kegiatan Perancangan dan Kritik Karya”, 2009), yaitu :
1. Langkah-langkah atau tahapan-tahapan atau prosedur kegiatan yang semestinya
dilakukan dalam perancangan arsitektur, sehingga didapatkan persiapan, proses,
dan hasil perancangan yang baik.
2. Pengetahuan dasar dan lanjut tentang kaidah-kaidah/prinsip-prinsip/acuan
bagaimana kegiatan perancangan yang ‘baik’ dan ‘benar’ itu dilakukan dalam
bidang arsitektur.
3. Wawasan/pengetahuan lanjut dalam memberi corak/warna terhadap kegiatan
perancangan arsitektur yang dilakukan – sehingga hasil rancangannya dapat
memberikan ‘nilai tambah’.
Tahapan dalam proses perancangan menurut Ikatan Arsitek Indonesia pada buku
“Pedoman Hubungan Kerja Antara Arsitek dengan Pengguna Jasa” Pasal 36
(IAI,2007,p.24) adalah :
6
b. Pada tahap ini arsitek melakukan persiapan perancangan yang meliputi
pemeriksaan seluruh data serta informasi yang diterima, membuat analisis
dan pengolahan data yang menghasilkan :
o Program Rancangan yang disusun arsitek berdasarkan pengolahan data
primer maupun sekunder serta informasi lain untuk mencapai Batasan
tujuan proyek serta kendala persyaratan/ketentuan pembangunan yang
berlaku. Setelah program rancangan diperiksa dan mendapat
persetujuan pengguna jasa, selanjutnya digunakan sebagai dasar untuk
konsep rancangan.
o Konsep Rancangan yang merupakan dasar pemikiran dan
pertimbangan-pertimbangan semua bidang terkait (baik struktur,
mekanikal, elektrikal, dan atau bidang keahlian lain bila diperlukan)
yang melandasi perwujudan gagasan rancangan yang menampung
semua aspek, kebutuhan, tujuan, biaya, dan kendala proyek. Setelah
mendapatkan persetujuan dari pengguna jasa konsep ini merupakan
dasar perancangan tahap selanjutnya.
(B.) Tahap 2 : Tahap Pra-rancangan / Skematik Desain
Tahap Pra-rancangan / Skematik Desain menurut “Pedoman Hubungan Kerja
Antara Arsitek dengan Pengguna Jasa” Pasal 37 (IAI, 2007, p.25) adalah :
Pada tahap ini berdasarkan konsep Rancangan yang paling sesuai dan dapat
memenuhi persyaratan program perancangan, arsitek Menyusun pola dan gubahan
bentuk arsitektur yang diwujudkan dalam gambar-gambar. Sedangkan nilai
fungsional dalam bentuk diagram-diagram. Aspek kualitatif lainnya serta aspek
kuantitatif seperti perkiraan luas lantai, informasi penggunaan bahan, sistem
konstruksi, biaya, dan waktu pelaksanaan pembangunan disajikan dalam bentuk
laporan tertulis maupun gambar-gambar. Setelah diperiksa dan mendapat
persetujuan dari pengguna jasa, arsitek akan melakukan tahap selanjutnya. Sasaran
tahap ini adalah untuk :
7
o Mendapatkan pola dan gubahan bentuk rancangan yang tepat, waktu
pembangunan yang paling singkat, serta biaya yang paling ekonomis.
o Memperoleh kesesuaian pengertian yang lebih tepa tatas konsep rancangan
serta pengaruhnya terhadap kelayakan lingkungan.
o Menunjukkan keselarasan dan keterpaduan konsep rancangan terhadap
ketentuan Rencana Tata Kota dalam rangka perizinan.
(C.) Tahap 3 : Tahap Pengembangan Rancangan
Tahap Pengembangan Rancangan menurut “Pedoman Hubungan Kerja Antara
Arsitek dengan Pengguna Jasa” Pasal 38 (IAI, 2007, p.26) adalah :
Pada tahap Pengembangan Rancangan, arsitek bekerja atas dasar pra-rancangan
yang tekah disetujui oleh pengguna jasa untuk menentukan :
o Sistem konstruksi dan struktur bangunan, sistem mekanikal-elektrikal,
serta disiplin terkait lainnya dengan mempertimbangkan kelayakan dan
kelaikannya baik terpisah maupun secara terpadu.
o Bahan bangunan akan dijelaskan secara garis besar dengan
mempertimbangkan nilai manfaat, ketersediaan bahan, konstruksi, dan
nilai ekonomi.
o Perkiraan biaya konstruksi akan disusun berdasarkan sistem bangunan,
semuanya disajikan dalam bentuk gambar, diagram sistem, dan laporan
tertulis.
o Setelag diperiksa dan mendapat persetujuan dari pengguna jasa, hasil
pengembangan rancangan ini dianggap sebagai rancangan akhir dan
digunakan oleh arsitek sebagai dasar untuk memulai tahap selanjutnya.
8
(D.)Tahap 4 : Tahap Pembuatan Gambar Kerja
Tahap Pembuatan Gambar Kerja menurut “Pedoman Hubungan Kerja Antara
Arsitek dengan Pengguna Jasa” Pasal 39 (IAI, 2007, p.27) adalah :
Pada tahap ini, berdasarkan hasil pengembangan rancangan yang telah disetujui
pengguna jasa, arsitek menerjemahkan konsep rancangan yang terkandung dalam
pengembangan rancangan tersebut ke dalam gambar-gambar dan uraian-uraian
teknis yang terinci sehingga secara tersendiri maupun secara keseluruhan dapat
menjelaskan proses pelaksanaan dan pengawasan konstruksi. Arsitek menyajikan
dokumen pelaksanaan dalam bentuk gambar-gambar kerja dan tulisan spesifikasi
dan syarat-syarat teknik pembangunan yang jelas, lengkap, dan teratur, serta
perhitungan kuantitas pekerjaan dan perkiraan biiaya pelaksanaan pembangunan
yang jelas, tepat, dan terinci. Setekah diperiksa dan mendapat persetujuan dari
pengguna jasa, Gambar kerja yang dihasilkan ini dianggap sebagai rancangan
akhir dan siap digunakan untuk proses selanjutnya.
Sasaran tahap ini adalah :
o Untuk memperoleh kejelasan teknik pelaksanaan konstruksi, agar konsep
rencangan yang tergambar dan dimaksud dalam Pengembangan
Rancangan dapat diwujudkan secara fisik dengan mutu yang baik.
o Untuk memperoleh kejelasan kuantitatif, agar biaya dan waktu
pelaksanaan pembangunan dapat dihitung dengan seksama dan dapat
dipertanggungjawabkan.
o Untuk melengkapi kejelasan teknis dalam bidang administrasi pelaksanaan
pembangunan dan memenuhi persyaratan yuridis yang terkandung dalam
dokumen pelelangan dan dokumen perjanjian/kontrak kerja konstruksi.
(E.) Tahap 5 : Tahap Proses Pengadaan Pelaksana Konstruksi
Tahap Proses Pengadaan Pelaksana Konstruksi menurut “ Pedoman Hubungan
Kerja Antara Arsitek dengan Pengguna Jasa” Pasal 40 (IAI, 2007, p.28) adalah:
a. Penyapan Dokumen Pengadaan Pelaksana Konstruksi
Pada tahap ini, arsitek mengolah hasil pembuatan Gambar Kerja ke dalam
bentuk format Dokumen Pelelangan yang dilengkapi dengan tulisan Uraian
Rencana Kerja dan Syarat-Syarat teknis pelaksanaan pekerjaan – (RKS)
serta Rencana Anggaran Biaya (RAB) termasuk Daftar Volume (Bill of
9
Quantity / BQ). Sehingga secara tersendiri maupun keseluruhan dapat
mendukung proses :
o Pemilihan pelaksana konstruksi
o Penugasan pelaksana konstruksi
o Pengawasan pelaksanaan konstruksi
o Perhitungan besaran luas dan volume serta biaya pelaksanaan
pembangunan yang jelas
b. Pada Tahap Pelelangan arsitek membantu pengguna jasa secara
menyeluruh atau secara sebagian dalam :
o Mempersiapkan Dokumen Pelelangan
o Melakukan prakualifikasi seleksi pelaksana konstruksi
o Membagikan Dokumen Pelelangan kepada peserta/lelang
o Memberikan penjelasan teknis dan lingkup pekerjaan
o Menerima penawaran biaya dari pelaksana konstruksi
o Melakukan penilauan atas penawaran tersebut
o Memberikan nasihat dan rekomendasi pemilihan Pelaksanaan
Konstruksi kepada pengguna jasa
o Menyusun Perjanjian Kerja Konstruksi antara Pengguna Jasa dan
Pelaksana Konstruksi
Untuk memperoleh penawaran biaya dan waktu konstruksi yang wajar dan
memenuhi persyaratan teknis pelaksanaan pekerjaan sehingga konstruksi dapat
dipertanggungjawabkan dan dilaksanakan dengan baik dan benar.
10
b. Dalam hal ini, arsitek tidak terlibat dalam kegiatan pengawasan harian atau
menerus.
c. Penanganan pekerjaan pengawasan berkala dilakukan paling banyak 1
(satu) kali dalam 2 (dua) minggu atay sekurang-kurangnya 1 (satu) kali
dalam sebulan.
d. Apabila lokasi pembangunan berada di luar kota tempat kedianam arsitek,
maka biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan perjalanan arsitek
ke lokasi pembangunan, wajib diganti oleh pengguna jasa sesuai dengan
ketentuan yang berlaku atau yang ditetapkan dan disepakati bersama
sebelumnya.
Sasaran tahap ini adalah :
o Membantu pengguna jasa dalam merumuskan kebihaksanaan dan
memberikan pertimbangan-pertimbangan untuk mendapatkan keputusan
tindakan pada waktu pelaksanaan konstruksi, khususnya masalah-masalah
yang erat kaitannya dengan rancangan yang dibuat oleh arsitek.
o Untuk membantu Pengawas Terpadu atau MK khususnya dalam
menanggulangi masalah-masalah konstruksi yang berhubungan dengan
rancangan yang dibuat oleh arsitek.
o Untuk turut memastikan bahwa pelaksanaan konstruksi deilakukan sesuai
dengan ketentuan mutu yang terkandung dalam rancangan yang dibuat
oleh arsitek.
11
Proses perancangan menurut America Institute of Architect (AIA) dalam buku
“The Architect’s Handbook of Professional Practice, 15th Edition.” (AIA, 2013, p.657)
terdapat beberapa tahapan dalam proses perancangan antara lain :
(A.)Pemahaman
Desain Arsitektur adalah sesuatu yang menentukan dan membedakan keahlian
dalam praktek arsitektural. Ini melibatkan penerjemahan kebutuhan dan aspirasi
klien ke dalam bentuk bangunan melalui penciptaan gambar dan spesifikasi yang
menentukan pekerjaan, Ketelitian yang diperlukan penting untuk hasil yang
sukses. Apa saja yang perlu dipahami dalam mendesain :
o Program Ruang
o Site Perencanaan
o Konteks Bangunan
o Regulasi Bangunan
o Keberlanjutan Suatu Bangunan
o Teknologi Bangunan
12
(B.) Tahap Sintesis
Tahap sintesis merupakan tahapan untuk menganalisis dan mengidektifikasi hal
apa yang paling strategis untuk bisa dieksplorasi untuk meghasilkan sebuah desain
yag baik. Sintesis adalah proses penyusun desain yang bersifat kolaboratif, Hal ini
sering melibatkan tim professional dari pada satu arsitek.
o Menetapkan tujuan
o Konsultasi
o Memprioritaskan Analisis
o Membuat Logika yang Generatif
o Perulangan
o Evaluasi
Dua hal diatas merupakan tahapan yang harus dilalui untuk menemukan suatu
konsep perancangan bangunan. Selain itu, dalam buku pedoman “ The Architect's
Handbook of Professional Practice, 15th Edition.” (AIA, 2013, p.660) secara
ketentuan dalam pedoman America Institute of Architect (AIA) fase dari proses
sebuah desain perencanaan meliputi:
1. Skematik desain
2. Pengembangan desain
3. Dokumen konstruksi
4. Penawaran dan negosiasi
5. Administrasi kontrak konstruksi
Berikut ini merupakan perincian dari setiap proses perancangan bangunan dalam
buku pedoman “ The Architect's Handbook of Professional Practice, 15th Edition.”
(AIA, 2013, p.660) antara lain:
13
skala umum didominasi. Pendekatan estetika di awal dianalisis dan dibahas.
Berikut ini adalah proses yang harus dilakukan dalam tahapan skematik desain.
a. Konferensi dengan pemiliknya
b. Analisis kebutuhan proyek : analisis dan konsep program, analisis lokasi,
analisis ruang dan biaya, studi iklim
c. Analisis regulasi bangunan
d. Diagram studi pad persyaratan ruang
e. Analisis data survey dan data utilitas
f. Skema studi desain dan solusi yang disarankan
g. Perencanaan desain skematis
h. Sketsa dan model pembelajaran
i. Deskripsi proyek umum
j. Konsep struktur bangunan
k. Perkiraan biaya awal
l. Penyajian dokumen desain skematis kepada pemilik
(D.)Tahap Pengembangan Rancangan
Pada tahap ini, desain skematik menjadi tahap arsitektural yang spesifik dengan
konfigurasi yang melibatkan bagian perencanaan. Oleh larena itu, hal tersebut
penting untuk meninjau kembali tujuan proyek, prioritas, dan logika generative
yang dibuktikan dalam desain skematik untuk melihat bahwa keputusan desain
dibuat dan rincian yang dikembangkan selama fase ini tetap selaras. Pada proses
ini, tahapan yang dilakukan antara lain :
a. Presentasi dengan pemilik
b. Penyusunan persyaratan proyek
c. Formulasi sistem teknik sipil
d. Formulasi sistem struktur
e. Formulasi sistem mekanik dan kelistrikan
f. Pemilihan bahan bangunna utama
g. Penyusunan dokumen DD, rencana, elevasi, pembuatan bagian profil,
spesifikasi dalam garis besar, uraian teknik listrik, mekanik, teknik sipil,
dan sistem structural.
h. Perspektif, sketsa atau model
14
i. Perkiraan biaya awal
j. Jadwal peralatan
k. Meninjau rencana dengan instansi terkait
l. Presentasi dokumen DD kepada pemilik
(E.) Tahap Dokumentasi Konstruksi
Pada akhir fase ini, dokumentasi cukup jelas dan lengkap untuk dokumen
kontraktur konstruksi dalam menetapkan harga untuk konstruksi dan membangun
proyek. Dokumentasi meliputi gambar, dokumen referensi, kodifikasi spesifikasi
teknis, dan persyaratan kontrak dan administrasi untuk proyek ini. Kebanyakan
dokumen-dokumen ini diinformasikan oleh dengan logika generatif yang
ditetapkan pada awal proyek. Penyempurnaan dan penyelesaiannya melibatkan
keputusan desain yang konsisten, tidak hanya teknis yang sesuai kompetensi. Pada
proses ini tahapan yang dilakukan antara lain adalah:
a. Presentasi dengan pemilik
b. Pengembangan kondisi detil utama
c. Diagram studi tentang sistem mekanik dna kelistrikan utama
d. Diagram studi tentang konstruksi dan structural utama
e. Gambar dan spesifikasi kerja arsitektural
f. Spesifikasi gambar pekerjaan konstruksi
g. Spesifikasi gambar kerja struktural
h. Spesifikasi teknik kerja gambar kerja
i. Spesifikasi gambar kerja kelistrikan
j. Biaya konsultan khusus
k. Pembaharuan perkiraan biaya konstruksi
l. Penyampaian dokumen konstruksi ke instansi yang berwenang
m. Presentasi dokumen CD kepada pemilik
(F.) Tahap Negosiasi Konstruksi dan Administrasi Konstruksi
Tahap negosiasi dan administrasi adalah tahap yangdilakukan setelah semua
desain dan dokumen konstruksi selesai dilakukan. Pada tahap ini yang dilakukan
adalah:
15
a. Tahap konstruksi
1. Konferensi pra konstruksi
2. Administrasi konstruksi arsitektur
3. Administrasi konstruksi sipil
4. Administrasi konstruksi struktural
5. Administrasi konstruksi mekanikal dan listrik
6. Administrasi konstruksi peralatan
7. Pengecekan dan persetujuan gambar
8. Substitusi bahan arsitektur
9. Sistem rekayasa substitusi material
10. Pewarnaan bahan/material
11. Pengubahan prosedur pemesanan
12. Memeriksa dan menyetujui perkiraan berkala
13. Laporan kemajuan ke pemilik
14. Pemeriksaan pra akhir
15. Prosedur dan laporan penerimaan akhir
16. Inspeksi terakhir
17. Administrasi penjaminan berkal
b. Bidding/Tahap Negosiasi
1. Presentasi dengan pemilik
2. Iklan untuk tawaran
3. Penyusunan proposal tawaran
4. Produksi kembali dan distribusi rencana dan spesifikasi
5. Penyusunan tambahan
6. Pertanyaan kontraktor dan informasi selama penawaran
7. Prosedur dan formulir pembukaan barang
8. Persiapan kontrak konstruksi
16
3.2.2 Pengertian dan Tata Letak Pabrik
17
Tata Letak Pabrik adalah pengaturan fasilitas-fasilitas produksi dalam sebuah
pabrik agar proses dapat berlangsung ;lancer terutama aspek aliran material dari satu
proses ke proses berikutnya (Wignjosoebroto, 1991). Pengertian tata letak pabrik
menurut Asdjudiredja (1990), merupakan pengaturan serta penempatan alat-alat,
manusia maupun fungsi-fungsi lainnya dalam kegiatan produksi dengan tujuan untuk
memperoleh penggunaan ruangan yang efisien dan aliran proses yang optimal.
Menurut Ahyari (1998), tata letak dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
Suatu pabrik tidak saja terdiri dari mesin-mesin, namun termasuk juga service
area, tempat penerimaan dan pengiriman bahan, bengkel, penyimpanan suku cadang,
gudangm dan sebagainya. Tata letak juga harus memerhatikan efisiensi dan keamanan
para pekerja (Peter dan Timmerhaus, 2003)
Di Amerika Serikat, Food and Drug Administration (FDA), badan yang mengatur
industry kosmetik, mendefinisikan kosmetik sebagai “produk yang dimaksudkan
untuk digunakan pada tubuh manusia untuk membersihkan, mempercantik,
mempromosikan daya Tarik, atau mengubah enampilan tanpa memengaruhi struktur
dan fungsi tubuh.”
Menurut standar sertifikasi CPKB (Cara Pembuatan Kosmetika yang Baik), berikut
kaidah bangunan dan fasilitas yang sesuai :
18
1. Upaya yang efektif harus dilakukan untuk mencegah kontaminasi dari lingkungan
sekitar dan hama.
2. Produk kosmetik dan produk perbekalan kesehatan rumah tangga yang
mengandung bahan yang tidak berbahaya dapat menggunakan sarana dan
peralatan yang sama secara bergilir asalkan dilakukan usaha pembersihan dan
perawatan untuk menjain agar tidak terjadi kontaminasi silang dan risiko campur
baur.
3. Garis pembatas, tirai plastic penyekat yang fleksibel berupa tali atau pita dapat
digunakan untuk mencegah terjadinya campur baur.
4. Hendaknya disediakan ruang ganti pakaian dan fasilitasnya. Toilet harus terpisah
dari area produksi guna mencegah terjadinya kontaminasi.
5. Apabila memungkinkan hendaklah disediakan area tertentu, antara lain :
a. Penerimaan material
b. Pengambilan contoh material
c. Penyimpanan barang datang dan karantina
d. Gudang bahan awal
e. Penimbangan dan penyerahan
f. Pengolahan
g. Penyimpanan produk ruahan
h. Pengemasan
i. Karantina sebelum produk dinyatakan lulus
j. Gudang produk jadi
k. Tempat bongkar muat
l. Laboratorium tempat pencucian peralatan
6. Permukaan dinding dan langit-langit hendaknya halus dan rata serta mudah
dirawat dan dibersihkan. Lantai di area pengolahan harus mempunyai permukaan
yang mudah dibersihkan dan disanitasi.
7. Saluran pembuangan air harus mempunyai ukuran memadai dan dilengkapi
dengan bak kontrol serta dapat mengalir dengan baik.
8. Lubang untuk pemasukan dan pengeluaran udara dan pipa-pipa salurannya
hendaknya dipasang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah timbulnya
pencemaran terhadap produk.
19
9. Bangunan hendaknya mendapat penerangan yang efektif dan mempunyai
ventilasi yang sesuai untuk kegiatan dalam bangunan.
10. Pipa, fitting lampu, lubang ventilasi, dan perlengkapan lain di area produksi harus
dipasang sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya ceruk yang sukar
dibersihkan dan sebaiknya dipasang di luar area pengolahan.
11. Laboratorium hendaknya terpisah secara fisik dan area produksi.
12. Persyaratan gudang :
a. Area gudang hendaknya mempunyai luas yang memadai dengan penerangan
yang sesuai, diaturm dan diberi perlengkapan sedemikian rupa sehingga
memungkinkan penyimpanan bahan dan produk dalam keadaan kering,
bersih, dan rapi.
b. Area gudang hendaknya harus memungkinkan pemisahan antara kelompok
material dan produk yang dikarantina
c. Apabila diperlukan hendeknya disediakan gudang khusus dimana suhu dan
kelembabannya dapat dikendalikan serta terjamin kemananannya.
d. Penyimpanan bahan pengemas / barang cetakan hendaklah ditata sedemikan
rupa dehingga masing-masing tabet yang berbeda, demikian pula bahan
cetakan lain tersimpan terpisah untuk mencegah terjadinya campur baur.
Kata NEO atau NEW berarti baru atau hal yang baru, sedangkan kata vernacular
berasal dari kata vernaculus (bahasa latin) yang berarti asli. Istilah arsitektur
vernakular yang berkembang di dunia konstruksi pada dasarnya merupakan
pengembangan arsitektur tradisional yang terbentuk oleh tradisi turun temurun, tanpa
adanya pengaruh luar. Seiring berkembangnya teknologi dalam dunia konstruksi pada
era arsitektur modern, karya arsitektural pun mulai mengedepankan nilai fungsional
dari sebuah bangunan dan tidak lagi menggunakan unsur-unsur budaya setempat
seperti pada arsitektur vernakular, sehingga adanya kemunculan paham baru yakni
arsitektur Post Modern. Dalam perkembangan arsitektur post-modern, terdapat 6
aliran yang muncul, salah satunya ialah arsitektur Neo-Vernakular. Arsitektur Neo-
Vernakular merupakan suatu paham dari aliran Arsitektur Post-Modern yang lahir
20
sebagai respon dan kritik atas modernism yang mengutamakan nilai rasionalisme dan
fungsionalisme yang dipengaruhi perkembangan teknologi industri. Arsitektur Neo-
Vernakular merupakan arsitektur yang konsepnya pada prinsipnya
mempertimbangkan kaidah-kaidah normative, kosmologis, peran serta budaya local
dalam kehidupan masyarakat serta keselarasan antara bangunan, alam, dan
lingkungan. Arsitektur Neo-Vernakular adalah suatu penerapan elemen arsitektur yang
telah ada, baik fisik (bentuk, konstruksi) maupun nonfisik (konsep, filosofi, tata ruang)
dengan tujuan melestarikan unsur-unsur local yang telah terbentuk secara empiris oleh
sebuah tradisi yang kemudian sedikit atau banyaknya mengalami pembaharuan
menuju suatu karya yang lebih modern atau maju tanpa mengesempingkan nilai0nilai
tradisi setempat (Tjok Pradnya Putra, 2014)
1. Penerapan unsur budaya dan lingkungan setempat pada elemen fisik bangunan
(zonasi, blockplan, detail, struktur, dan ornament)
2. Penerapan elemen nonfisik seperti budaya pola piker, kepercayaan, dan tata letak
yang mengacu pada makro kosmos. Elemen nonfisik ini biasanya
diimplementasikan ke dalam konsep perancangan.
3. Prinsip-prinsip bangunan Vernakular tidak diterapkan secara murni, melainkan
mengalami pengaruh perkembangan teknologi yang menghasilkan karya baru
dengan mengutamakan penampilan visualnya.
21
1. Hubungan langsung, hubungan dengan arsitektur setempat yang disesuaikan
dengan nilai-nilai atau fungsi dari bangunan sekarang.
2. Hubungan abstrak, meliputi interpretasi ke dalam bentuk bangunan yang dapat
dipakai melalui analisa tradisi budaya dan peninggalan arsitektur.
3. Hubungan Lansekap, merupakan hubungan dengan lingkungan sekitar seperti
kondisi fisik termasuk topografi dan iklim.
4. Hubungan Kontemporer, meliputi pemilihan penggunaan teknologi yang sesuai
dengan kebutuhan pada masa sekarang.
5. Hubungan Masa Depan, merupakan perancangan yang memiliki keberlanjutan
atau bersifat sustainable dalam mengantisipasi kondisi yang akan datang.
Menurut Deddy Erdiono dalam Jurnal Sabua Vol.3, No.3:32-39, 2011 berjudul
Arsitektur Modern (Neo) Vernakular di Indonesia, menyatakan bahwa terdapat 4
(empat) pendekatan yang harus diperhatikan terkait dengan bentuk dan makna dalam
perancangan bangunan, yaikut :
3.2.5 Fasad
Fasad artinya sebagian bidang dari depan sebuah bangunan yang bisa menentukan
gaya dan karakteristik arsitektur. Dengan kata lain, karakter atau ciri sebuah rumah
atau bangunan lainnya bisa ditebak dari bentuk fasadnya. Contohnya di kawasan Asia,
desain fasad rumah minimalis di kawasan ini memiliki ciri khas berupa atap
yang dilengkapi tritisan. Menurut seorang arsitek bernama Rob Krier, komposisi
fasad juag harus mempertimbangkan syarat fungsional. Krier (1998) pun
menjabarkan komponen penting dari sebuah fasad sebagai suatu keseluruhan.
Komponen fasad dinataranya adalah pintu, jendela, dinding, sun shading, teritisan.
22
3.3 Pengamatan Lapangan
3.3.1 Data Site
Lokasi : Jl. Raya Jetis Km. 43 Banjarsari Jetis Mojokerto, Jawa Timur, Sidogede,
Perning, Kec, Jetis, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur 61352
Gambar 3.3.1
Lokasi Perancangan
Sumber : https://goo.gl/maps/t7WboAx3gUgRBr459
23
Dari hasil pengamatan foto di lapangan dan data masterplan eksisting yang diberikan
oleh biro arsitektur saya manfaatkan dan gunakan sebagai pertimbangan dan panduan
awal untuk melakukan pengembangan dan perencanaan desain pabrik PT Kitoshindo
International Biotech tersebut. Kondisi masterplan eksisting masih terdapat beberapa
denah yang belum dirapikan dan direvisi hasil diskusi dengan pemilik proyek. Selain
itu juga masih terdapat eksterior berupa fasad dan interior berupa tatanan pada denah
juga masih terdapat beberapa spot yang perlu direvisi.
24
3.4 Penyelesaian Proyek
3.4.1 Progres Tahapan Kerja Praktek
25
Revisi gambar tampak massa 2
26
Revisi gambar rencana detail arsitektur massa 2 lantai 6
Dari data pekerjaan saya di atas beberapa pekerjaan yang saya lakukan adalah untuk
merevisi denah terutama di lantai 6 yang belum sesuai dengan rancangan dari tim
desainer. Pada denah saya menambahkan beberapa bukaan yang menghadap ke area
tengah denah karena terdapat beberapa vegetasi. Selain itu bukaan ini juga tentunya dapat
menyalurkan sirkulasi udara yang baik ke dalam ruang-ruang tersebut.
27
Desain lobby teppan massa 2 lantai 6
28
Desain area toilet massa 2 lantai 6
Dari data pekerjaan saya di atas pada bagian desain, saya mendapat tugas untuk
mendesain 3 ruang pada lantai 6 yakni ruang teppan, ruang lobby, dan area toilet. Pada
bagian ruang teppan saya memberikan usulan untuk menambahkan unsur berbau oriental
sehingga dapat sesuai dengan konsep keseluruhan pada lantai tersebut. Lalu pada ruang
lobby saya dan tim desainer dari BK Studio yang membantu juga mendiskusikan terkait
terdapatnya bukaan pada sisi samping dari kursi untuk menunggu. Hal ini dimaksudkan
agar memberi sirkulasi udara yang baik pada area tersebut. Pada area toilet saya hanya
memberikan usulan-usulan desain berupa perubahan material agar lebih sesuai dengan
palet warna dan suasana dari keseluruhan lantai tersebut.
29
Tampak Fasad massa 4 6 8
Potongan Massa 4 6 8
Dari data pekerjaan saya di atas pada bagian desain dan draft akhir, awalnya saya
mendapat tugas untuk mendesain fasad atau disebut kulit luar dari bangunan Gedung
massa 4, 6, 8 yang uniknya belum memiliki denah di dalamnya. Setelah diskusi dan
melakukan pembahasan dengan rekan di kantor, saya memutuskan untuk mengerjakan
desain ini dengan mengacu pada konteks sekitar bangunan yang mana terdapat area
penangkaran dan banyak ditumbuhi vegetasi. Pada sisi bangunan yang menghadap area
penangkaran tersebut saya memberikan bukaan sebagai salah satu tambahan untuk view
dari dalam bangunan dan sirkulasi udara yang baik. Setelah mendesain dan telah
disetujui, saya diminta untuk melanjutkan ke proses drafting yang mana meliputi
gambar kerja denah, tampak dan potongan. Pada bagian ini pun saya mendapat banyak
masukan yang menjadikan hasil dari drafting lebih menarik dan sangat baik.
30
3.4.3 Progres Tahapan Komunikasi di Tempat Kerja Praktek
Komunikasi dengan rekan kerja yang berada di studio disampaikan secara lisan
dan langsung. Diskusi pun juga berlangsung secara lisan tatap muka dengan rekan
kerja lain dan senior yang bekerja di satu instansi. Untuk pengumpulan progress dan
revisi dilakukan pengumpulan secara online via Microsoft teams. Selain itu juga
beberapa kali melakukan tanya jawab via platform Whatsapp.
31
BAB IV
PEMBAHASAN
32
BAB V
5.1 Kesimpulan
Pelaksanaan Kerja Praktek selama empat bulan pada Instansi Biro Arsitek dan
Interior Budi Kurniawan yang berlokasi di Kota Surabaya dengan proyek utama
yang dikerjakan yakni masterplan gedung massa 2 pabrik di Mojokerto
memberikan pengalaman dan pengetahuan bagi saya pribadi mengenai hal-hal
yang langsung berkaitan dengan perancangan dan perencanaan proyek dalam
bidang arsitektur. Selain itu, ada beberapa hal yang dapat diambil menjadi
kesimpulan selama melakukan Kerja Praktek antara lain :
33
5.2 Saran
Pelaksanaan Kerja Praktek selama empat bulan pada Instansi Biro Arsitek dan
Interior Budi Kurniawan yang berlokasi di Kota Surabaya dengan proyek utama
yang dikerjakan yakni masterplan gedung massa 2 pabrik di Mojokerto
memberikan pengalaman dan pengetahuan bagi saya pribadi mengenai hal-hal
yang langsung berkaitan dengan perancangan dan perencanaan proyek dalam
bidang arsitektur. Walau terbilang waktunya relatif singkat, namun saya memiliki
beberapa saran yang mungkin nantinya dapat dipertimbangkan agar dapat
semakin baik kedepannya, antara lain :
34
BAB VI
EVALUASI DIRI
35
DAFTAR PUSTAKA
Bab VII Lokasi dan Tata Letak Pabrik. Diakses pada 25 Mei 2022
http://repository.wima.ac.id/9991/8/BAB%207.pdf
36
LAMPIRAN
37