Anda di halaman 1dari 148

LAPORAN

KULIAH KERJA
PRAKTEK

PROYEK PEMBANGUNAN LABORATORIUM TERPADU JURUSAN


KEPERAWATAN DAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK
TAHAP 1 YANG DILAKSANAKAN OLEH CV. ANANDA PRATAMA

Disusun Oleh :

Nama : ROY WINNERSON S

NIM : 21319043

Nomor KKP :

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SERANG RAYA
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Kuliah Kerja Praktek

Kebutuhan untuk membentuk mahasiswa yang utuh dan siap pakai berujung

pada dilakukannya suatu pengamatan terhadap dunia kerja dalam bidang yang

sesuai dengan disiplin ilmu yang dibutuhkan mahasiswa. Dalam bangku

perkuliahan, mahasiswa hanya dibekali teori-teori ilmu teknik sipil dan melihat

gambaran umum saja tanpa melihat aplikasinya di lapangan.

Adanya Kuliah Kerja Praktek, mahasiswa diharapkan dapat memahami etos

kerja yang baik. Hal ini tentunya membantu mahasiwa untuk mendapatkan

gambaran mengenai cara kerja yang baik dan disiplin, sehingga kelak mahasiswa

dapat menjadi pekerja yang handal dalam bidangnya, dan mampu untuk

menembus ketatnya persaingan dunia kerja yang ada saat ini.

Kuliah Kerja Praktek merupakan salah satu syarat untuk menempuh studi

akhir yang wajib ditempuh oleh mahasiswa semester VII Program Studi Teknik

Sipil Fakultas Teknik Universitas Serang Raya, kegiatan ini dilakukan berupa

pengamatan pada sebuah proyek, dengan ketentuan standarifikasi yang ditetapkan

oleh lembaga Universitas Serang Raya.

Dalam Kuliah Kerja Praktek ini penulis mendapat kesempatan untuk

mengamati sekaligus mengembangkan kreatifitas pada Proyek Pembangunan Lab

Terpadu Jurusan Keperawatan Dan Tlm Tahap 1 . Hal ini dikarenakan penulis ingin

mengaplikasikan mata kuliah yang telah didapatkan selama perkuliahan di

Universitas Serang Raya.

1
2

1.2 Tujuan Kuliah Kerja Praktek

Tujuan hasil penulisan selama melaksanakan Kuliah Kerja Praktek adalah

sebagai berikut:

1 Dapat mengetahui kondisi pekerjaan di lapangan secara langsung dan nyata

seperti pelaksanaan bangunan teknik sipil, manajemen konstruksi, organisasi

proyek pada pelaksanaan proyek.

2 Menambah wawasan mengenai dunia konstruksi tentang permasalahan –

permasalahan yang sering terjadi di lapangan.

3 Mampu mengaplikasikan teori – teori dan praktek yang pernah didapatkan

dibangku perkuliahan serta membandingkan dengan kondisi dilapangan.

4 Sebagai bekal mahasiswa untuk turut serta dalam dunia kerja dan membuka

komunikasi yang baik antara masyarakat yang bergerak dalam dunia

konstruksi.

5 Memberikan mahasiswa pengalaman di dunia pekerjaan konstruksi.

1.3 Waktu Pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek

Waktu pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek selama 1 bulan (30 hari kalender)

dimulai sejak tanggal 28 November 2022 hingga 28 Desember 2022. Dengan

dilakukan sebanyak 15 kali kunjungan dalam satu bulan. Bertempat di Proyek

Pembangunan Laboratorium Terpadu Jurusan Keperawatan Dan Teknologi

Laboratorium Medik Tahap 1, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang.


3

1.4 Manfaat Kuliah Kerja Praktek

Manfaat yang dicapai dari pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek adalah :

1 Mengetahui kegiatan yang berada di lingkungan proyek.

2 Mengetahui dengan jelas kondisi di lapangan proyek pembangunan, sehingga

tidak asing lagi setelah turut serta dalam dunia kerja.

3 Khusus dalam pekerjaan konstruksi, dapat mengaplikasikan teori di kelas

terhadap kondisi di lapangan.

4 Menumbuhkan sikap mandiri dan kritis sehingga mahasiswa dapat

mengembangkan kreatifitasnya di lapangan serta membuka sarana informasi

pada dunia konstruksi.

1.5 Kegiatan Kerja Praktek

Setelah kegiatan prosedur, administrasi dan perizinan pada Proyek

Pembangunan Laboratorium Terpadu Jurusan Keperawatan Dan Teknologi

Laboratorium Medik Tahap 1, mahasiswa dapat mengikuti kegiatan dilapangan

sebagai berikut:

1 Pekerjaan Kolom

2 Pekerjaan Balok

3 Pekerjaan Plat lantai


4

1.6 Latar Belakang Proyek

Proyek Pembangunan Laboratorium Terpadu Jurusan Keperawatan Dan

Teknologi Laboratorium Medik Tahap 1, yang berlokasi di Jln .Dr . Sitanala,

RT.002/RW.003, Karang Sari, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang, Banten

merupakan sarana pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Keperawatan Politeknik

Kesehatan Banten. Pembangunan ini merupakan salah satu metode pembelajaran

untuk menambah ilustrasi dalam bangku perkuliahan maupun praktikum.

Laboratorium ini di bangun agar dapat membantu mahasiswa untuk meningkatkan

cara belajar yang efektif dengan fasilitas yang lebih lengkap. Pada proyek

pembangunan gedung ini termasuk konstruksi berat dengan jumlah enam lantai

yang menggunakan pondasi dalam, yaitu tiang pancang. Dalam perencanaan

pondasi yang akan digunakan kondisi tanah sangatlah penting, maka terlebih

dahulu dilakukan penyelidikan tanah dengan metode statis yaitu standart penetrasi

test (SPT) pada proyek pembangunan tersebut. Hal ini bertujuan untuk

mendapatkan gambaran lapisan tanah berdasarkan jenis dan warna tanah melalui

pengamatan secara visual, sifat-sifat tanah, dan karakteristik tanah. Penyelidikan

tanah ini juga dapat digunakan untuk menghitung daya dukung. Kondisi tanah

pada Laboratorium Fakultas Keperawatan berupa silt, lempung dan pasir. Tanah

pasir merupakan tanah yang sangat permeable dan tanah yang tidak kompresibel,

sehingga proses penurunan akan terjadi sangat cepat dan penurunannya kecil.

Sedangkan tanah lempung merupakan tanah yang kenyang air dan bersifat sangat

kompresibel sehingga penurunan yang terjadi bisa bertahun-tahun dan penurunan

yang terjadi lebih besar dibandingkan tanah pasir. Merencanakan bangunan

bertingkat banyak dari segi struktur memerlukan pertimbangan yang matang,

terutama bila suatu gedung bertingkat dirancang


5

tahan terhadap gempa maka pertimbangan struktur ini akan mempengaruhi

perencana dalam menentukan alternative perencanaannya, misalnya jenis pondasi,

tata letak kolom, tata letak balok, panjang dan bentang (JhonsonTambunan, 2012)

Beni Bustami (2005), tanah mempunyai kapasitas dukung yang berbeda – beda

dari setiap daerah. Kapasitas daya dukung ini sangat penting dalam suatu

perencanaan pondasi konstruksi bangunan. Kondisi tanah menentukan pondasi

apa yang cocok pada bangunan tersebut sehingga dalam perhitungan dan

perencanaan pondasi harus memenuhi syarat – syarat yang telah ditetapkan agar

pondasi mampu memikul beban – beban dan gaya – gaya yang bekerja untuk

diteruskan kelapisan tanah. Arifin (2008), dasar perhitungan pondasi tiang

pancang dan pondasi bored pile di antaranya daya dukung single pile dan group

pile, analisa gaya geser negatif, karena mengakibatkan beban tambahan, secara

umum pondasi tiang pancang atau pondasi bored pile mempunyai ketentuan

antara lain : untuk meneruskan gaya vertikal yang bekerja padanya untuk di

teruskan kelapisan tanah pendukung; dengan adanya hubungan antara kepala tiang

yang satu dengan lainnya mampu menahan bentuk ke arah mendatar. Dalam

desain hendaknya diperhatikan perubahan daya dukung yang mungkin terjadi di

lapangan, oleh karena itu hendaknya konstruksi didesain untuk berbagai

kemungkinan faktor aman baik selama masa konstruksi, pasca konstruksi, dan

angka keamanan selama masa penggunaan konstruksi (Alwan dan Indarto, 2010).

Pengaruh tanah lempung dan tanah pasir merupakan salah satu faktor terhadap

daya dukung tahan bangunan, oleh karena itu laporan tugas KKP ini akan

menganalisis kembali pondasi tiang pancang pada tanah lunak dan tanah pasir

serta perbandingan yang terjadi apabila pada kondisi tanah tersebut digunakan

pondasi bored pile dari segi kapasitas daya dukung kedua pondasi tersebut.
6

1.7 Tujuan Proyek

Peranan laboratorium(TLM) dalam pendidikan kesehatan memang sangat

penting. Betapa tidak laboratorium(TLM) sebagai sarana kesehatan umum sangat

menunjang para mahasiswa untuk meningkatkan cara belajar yang efektif dengan

fasilitas yang lebih lengkap. Laboratorium(TLM) dijadikan sebagai tempat

melakukan berbagai kegiatan kesehatan medis karena memang memiliki sarana

dan prasarana yang lengkap untuk menunjang berbagai kegiatan kesehatan medis

yang dilaksanakan oleh para mahasiswa maupun dosen.

Tujuan Proyek Pembangunan Laboratorium Terpadu Jurusan Keperawatan

Dan Teknologi Laboratorium Medik Tahap 1, adalah sebagai sarana dan

prasarana pembelajaran mahasiswa untuk mempraktekkan dan mengilustrasikan

materi kesehatan sesuai standar kesehatan nasional.

1.8 Data Proyek

Tahapan penyelenggaraan proyek pembangunan secara menyeluruh dimulai

dari perencanaan, perancangan, pelaksanaan pembangunan fisik sampai dengan

pemanfaatannya harus dikerjakan secara sistematik. Di dalam proses atau tahapan

ini terdapat bermacam-macam unsur pendukung yang saling berkaitan satu sama

lain. Unsur – unsur yang membentuk suatu ikatan kerjasama dimana masing –

masing mempunyai peran, fungsi, dan tanggung jawab yang jelas. Tujuan yang

hendak dicapai pada dasarnya adalah efisiensi yang optimum dari tenaga, waktu,

dan biaya proyek terhadap hasil yang diperoleh.


7

Data Proyek Pembangunan Laboratorium Terpadu Jurusan

Keperawatan Dan Teknologi Laboratorium Medik Tahap 1, Kota

Tangerang, Banten sebagai berikut :

8.1 Nama Proyek : Proyek Pembangunan Laboratorium


Terpadu Jurusan Keperawatan Dan
Teknologi Laboratorium Medik Tahap 1
8.2 Lokasi Proyek : Jln .Dr . Sitanala, RT.002/RW.003, Karang
Sari, Kecamatan Neglasari, Kota
Tangerang, Banten 42122
8.3 Luas Lahan Proyek : ± 1728 m2

8.4 Luas Bangunan : ± 1256 m2

8.5 Fungsi Bangunan : Laboratorium Terpadu (TLM)

8.6 Pemilik Proyek : Politeknik Kesehatan Banten

7. Nilai Proyek : Rp. 7.046.128.466,25,-

8 Waktu Pelaksanaan : 26 Oktober 2022

9 Konsultan Perencana : PT Sumber Rejeki Pramesti

10 Arsiktektur : Yosi Ananda, ST

11 Quantity Surveyor : CV. Ananda Pratama

12 Kontraktor Pelaksana : CV. Ananda Pratama

13 Konsultan MK : CV. Nura Karya Konsultan

14 Sumber Dana : Kementerian Kesehatan RI


8

1.9 Lokasi Proyek

Secara geografis, letak Proyek Pembangunan Laboratorium Terpadu

Jurusan Keperawatan Dan Teknologi Laboratorium Medik Tahap 1, yang

berlokasi di Jln .Dr . Sitanala, RT.002/RW.003, Karang Sari, Kecamatan

Neglasari, Kota Tangerang, Banten 42122.

Gambar 1.1 Peta Lokasi Proyek

Sumber: Google Maps

Gambar 1.2 Lokasi Proyek

Sumber: Google Maps


BAB II

PRA PELAKSANAAN

2.1 Pelelangan

2.1.1 Pengertian Pelelangan

Menurut Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor

213/PMK.06/2020 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang Pasal 1 ayat (1)

menyebutkan: ”Lelang adalah penjualan barang yang terbuka untuk umum

dengan penawaran harga secara tertulis dan/ atau lisan yang semakin

meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi, yang didahului

dengan Pengumuman Lelang”.

Artinya, saat ini Lelang dapat dilakukan dengan menggunakan media

elektronik melalui internet atau Lelang Online. Dalam peraturan Menteri

Keuangan, yang dimaksud dengan Lelang adalah penjualan barang yang

terbuka untuk umum dengan penawaran harga secara tertulis dan/atau lisan

yang semakin meningkat atau menurun untuk mencapai harga tertinggi yang

didahului dengan pengumuman lelang.

2.1.2 Jenis-Jenis Pelelangan

Jenis-jenis Pelelangan berdasarkan keputusan Presiden No.

12 Tahun 2021, sebagai berikut:

1 Pelelangan umum, yaitu pengadaan barang/jasa yang dilakukan secara

terbuka (untuk umum) dengan pengumuman secara luas melalui media

cetak dan papan pengumuman resmi (bila mungkin melalui media

elektronik) sehingga masyarakat luas/dunia usaha yang berminat dan

8
9

membubuhi kualifikasi dapat mengikutinya. Bila calon penyedia

barang/jasa diketahui terbatas jumlahnya karena karakteristik,

kompleksitas, dan/atau kecanggihan teknologi pekerjaannya, dan/atau

kelangkaan tenaga ahli atau terbatasnya perusahaan yang mampu

melaksanakan pekerjaan tersebut, pengadaan barang/jasa tetap dilakukan

dengan cara pelelangan.

2 Pelelangan terbatas, yaitu hanya pada peserta yang dundang. Basana

sudah terdaftar dalam daftar rekanan dan dianggap mampu memenuh

kebutuhan yang diminta.

3 Pemilihan Langsung, yaitu kegiatan pengadaan barang/jasa tanpa melalui

pelelangan dan hanya diikuti oleh penyedia barang/jasa yang memenuhi

syarat.

4 Penunjukan Langsung, yaitu pelelangan barang/jasa dengan cara

menunjuk langsung kepada satu penyedia jasa barang/jasa.

5 Swakelola, yaitu pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan

dan diawasi sendiri dengan menggunakan tenaga sendiri, alat sendiri, atau

upah borongan tenaga.

2.1.3 Syarat Pelelangan

Berdasarkan Perpres No. 12/2021, penilaian terhadap kriteria

penyedia jasa konstruksi yang dilakukan oleh panitia lelang meliputi 3 (tiga)

aspek (Wahyudin dkk, 2004), yaitu:


10

a Segi administrasi

meliputi syarat untuk memenuhi ketentuan peraturan perundang-

undangan untuk menjalankan usaha atau kegiatan sebagai penyedia jasa

kosntruksi, memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis, dan

manajerial untuk menyediakan jasa pelaksanaan, tidak dalam

pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang

dihentikan dan atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama

perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana, secara hukum

mempunyai kapasitas menandatangani kontrak, sudah memenuhi

kewajiban perpajakan terakhir, dibuktikan dengan melampirkan Surat

Pajak Tahunan (SPT), Pajak Penghasilan (PPh) terakhir, dan salinan

surat setoran pajak, dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir penuh

memperoleh pekerjaan jasa pelaksanaan baik di lingkungan pemerintah

maupun swasta termasuk pengalaman sub kontrak, kecuali penyedia jasa

konstruksi yang baru berumur 3(tiga) tahun, memiliki sumber daya

manusia, modal, peralatan, dan fasilitas lain yang diperlukan dalam

pengadaan jasa konstruksi, tidak masuk dalam daftar hitam, memiliki

alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan pos, dan khusus 11

untuk penyedia jasa konstruksi orang atau perseorangan sama dengan di

atas kecuali syarat kelima.


11

b Segi teknis

meliputi metode pelaksanaan pekerjaan yang memenuhi persayaratan

substantif yang ditetapkan dalam dokumen lelang, jadwal waktu

pelaksanaan yang ditetapkan, jenis, kapasitas, komposisi, dan jumlah

peralatan minimal, spesifikasi teknis, personil inti yang ditetapkan, dan

bagian pekerjaan yang disubkan,

c Segi harga

meliputi koreksi artimatik terhadap harga penawaran yang masuk, daftar

kuantitas dan harga satuan setiap jenis atau item pekerjaan, dan analisis

harga satuan pekerjaan utama.

Pada umumnya pengajuan atau pemasukan dokumen lelang harus

menyertakan informasi yang berkaitan dengan kategori seperti berikut

ini antara lain ( Gransberg, 1997):

c.1 Pendekatan teknis.

c.2 Kemampuan manajemen.

c.3 Kemampuan finansial.

c.4 Pengalaman terdahulu.

c.5 Kinerja masa lalu.

c.6 Metode pelaksanaan.

c.7 Informasi harga proyek.


12

2.1.4 Tata Cara Pelelangan

Menurut ( Anis, 2016 ): Tata cara pelelangan bertujuan agar kegiatan

pelelangan dilakukan dengan urutan yang sistematis dan tertib. Tahap ini

terdiri atas:

1 Panitia pelelangan wajib melakukan pra kualifikasi bagi calon peserta

lelang yang akan mengikuti pelelangan sesuai dengan dokumen

prakualifikasi yang telah diberikan kepada calon peserta lelang.

Prakualifikasi bertujuan untuk mengidentifikasi kemampuan dan ruang

lingkup pekerjaan, maka diperlukan prakwalifikasi badan-badan

organisasi seperti konsultan perencana, pengawas maupun pemborong.

Calon peserta lelang yang berminat mengikuti pelelangan wajib

mengambil dokumen prakualifikasi yang dilakukan oleh panitia. Peserta

prakualifikasi tidak boleh dipungut biaya. Pelaksanaan prakwalifikasi

calon peserta lelang dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1.a Panitia meneliti dan menilai data kualifikasi calon peserta lelang

dengan ketentuan sebagaimana mestinya.

1.b Sertifikasi penyedia barang/jasa yang dikeluarkan asosiasi

perusahaan/profesi digunakan sebagai salah satu acuan untuk

memudahkan panitia melakukan prakualifikasi.

1.c Panitia melakukan penelitian dan penilaian meliputi:

c.1 Kemampuan dari segi administrasi dan financial.

c.2 Kemampuan dari segi peralatan.

c.3 Kemampuan sumber daya manusia.


13

c.4 Pengalaman dan prestasi kerja.

c.5 Calon peserta yang dinyatakan lulus dalam tahap prakualifikasi

dicatat untuk diundang mengikuti pelelangan.

2 Pihak pemberi tugas membentuk panitia lelang yang sekurang-

kurangnya beranggotakan 5 orang dari tim konsultan dengan tugas

sebagai berikut:

2.a Mengkoordinasikan penyusunan Dokumen Lelang yang berisi

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) serta gambar-gambar

perencanaan, menyusun dan menetapkan tatacara penilaian

terhadap penawaran, syarat peserta pelelangan, serta perkiraan

harga.

2.b Mengumumkan segala sesuatu mengenai pelelangan melalui media

masa (untuk pelelangan terbuka) dimana didalam pengumuman

tercantum:

b.1 Latar belakang proyek yaitu uraian singkat yang memuat nama

proyek, pemberi tugas, direksi, maksud dan tujuan serta

lingkup proyek, lokasi, dan jadwal mulai.

b.2 Tanggal dan tempat pengambilan dokumen lelang

b.3 Penggantian uang dokumen lelang

b.4 Tanggal dan tempat rapat klarifikasi/penjelasan (pre-bid

meeting) dan kunjungan ke lokasi yang dilakukan beberapa hari

setelah menerima dokumen lelang.

b.5 Jaminan lelang (bid bond).


14

3 Pengumuman Lelang

Cara yang dipakai untuk mengumumkan pelelangan sebuah

proyek biasanya memakai iklan di media massa yang ditujukan kepada

publik seperti misalnya lewat surat kabar, majalah teknis profesi dan

sebagainya. Bila proyeknya bersifat internasional, maka iklannya dibuat

dalam bahasa inggris dan juga melalui bantuan kedutaan asing yang ada.

Pelelangan dibagi dua yaitu tender terbuka dan tender tertutup.

Tender Terbuka adalah tender yang diumum-kan kepada publik,

dimana pekerjaan proyek tersebut dapat dikerjakan oleh umum.

Tentunya oleh badan-badan yang sudah lulus pra-kualifikasi. Biasanya

tender terbuka dilakukan oleh proyek-proyek pemerintah dan perusahaan

swasta yang besar. Dalam undangan untuk tender terbuka yang

diiklankan, disebutkan antara lain apa hakekat pekerjaannya, siapa

pemiliknya, dan siapa pemberi dananya (misalnya dana proyek yang

dipinjam dari bank luar negeri). Para peminat dapat mengambil

dokumen tender dari proyek yang akan dilelang dan setelah

mempelajari-nya sampailah pada tahapan yang ketiga yaitu Rapat

Penjelasan Pekerjaan.

Tender tertutup merupakan kebalikan dari tender terbuka, dimana

pekerjaan yang akan dilelangkan hanya dapat dikerjakan oleh beberapa

badan yang sudah dikenal dan memiliki kekhususan tersendiri (keahlian

khusus yang belum dimiliki badan lain).


15

Pemberitahuannya lewat surat undangan/ secara lisan, lewat

telepon dan sebagainya. Proyek konstruksi dengan cara tender tertutup

ini banyak dilakukan oleh pihak swasta dan pemerintah yg membangun

proyek yang sifatnya rahasia.

4 Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwyzing)

Pertemuan ini diadakan untuk tatap muka antara para peminat

pekerjaan/calon kontraktor dengan pihak pemilik. Dalam hal ini pemilik

diwakili oleh konsultan perencana. Biasanya untuk proyek-proyek

pemerintah rapat ini diselenggarakan oleh panitia pelelangan.

Pembicaraan berkisar kepada dua bidang yaitu bidang administratif dan

bidang teknis proyek.

Pada bidang administratif dijelaskan akan persyaratan-

persyaratan yang tercantum dalam dokumen tender seandainya terdapat

hal-hal yang masih meragukan. Persyaratan administrasi yang disertakan

oleh peserta lelang adalah sebagai berkut:

4.a Neraca perusahaan terakhir

4.b Izin usaha

4.c Pengalaman-pengalaman

4.d Daftar peralatan yang diperlukan

4.e Surat Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

4.f Referensi bank (jika bank luar negeri harus mendapat rekomendasi

dari Bank Indonesia)

4.g Surat jaminan penawaran.


16

Pada bidang teknis proyek dijelaskan antara lain modifikasi baru

atau ukuran-ukuran gambar yang tidak cocok dengan yang tertulis dalam

spesifikasi teknis pelaksanaan, gambar-gambar konstruksi yang sulit di

mengerti atau dibaca serta kesalahan-kesalahan tulis yang terjadi.

Hasil dari pertemuan ini dibuatkan Berita Acara Penjelasan

(aanwijzing) dan ditanda tangani oleh dua wakil dari calon peserta

pekerjaan, tergantung dari peraturan pelelangan setempat. Dokumen

Berita Acara ini kemudian menjadi bagian yang mengikat sebagai

dokumen tender tambahan (addendum).

Seandainya pada rapat penjelasan pekerjaan yg pertama ini

dirasakan belum menyelesaikan semua masalah pelelangan dengan

tuntas, maka dapat diadakan pertemuan yang kedua. Biasanya hal itu

dapat terjadi setelah diadakan peninjauan ke lapangan oleh calon peserta.

Peninjauan ke lapangan oleh calon kontraktor sebelum mereka membuat

penawarannya amat penting artinya. Banyak hal-hal yang tidak dapat

dilihat dengan jelas di lapangan.

Cara penyerahan dokumen penawaran harus dicantumkan dalam

dokumen lelang. Ada 3 cara penyerahan dokumen penawaran dari

peserta kepada panitia lelang, yaitu:

a Sistem Satu Sampul

Sistem Satu Sampul merupakan keseluruhan dokumen penawaran,

yang mencakup surat penawaran dan persyaratan, dimasukkan ke dalam

satu sampul.
17

b Sistem dua sampul

Sampul Pertama berisi persyaratan administrasi dan teknis, dan

pada sampul ditulis Data Administrasi dan Teknis. Sampul Kedua berisi

perhitungan harga penawaran dan, dan pada sampul ditulis Data Harga

Penawaran. Kedua sampul tersebut dimasukkan dalam satu sampul lain

yang disebut Sampul Penutup.

c Sistem dua tahap

c.1 Tahap I

Peserta hanya memasukkan sampul pertama yang berisi

persyaratan administrasi dan teknis. Setelah dilakukan evaluasi oleh

panitia pelelangan dan dinyatakan lolos, maka dilakukan tahap II.

c.2 Tahap II

Peserta yang lolos tahap I memasukkan sampul kedua yang

berisi harga penawaran sesuai waktu yang ditentukan.

5 Pembukaan dokumen tender

Pembukaan dokumen tender untuk setiap sistem dapat dilakukan

dengan:

5.a Sistem satu sampul Panitia membuka kotak dan sampul dokumen

penawaran dari setiap peserta dan membacanya di hadapan para

peserta. Selanjutnya dilakukan analisis harga penawaran secara detail

bagi peserta yang syarat administrasinya memenuhi kriteria.


18

5.b Sistem dua sampul Panitia membuka kotak dan sampul penutup yang

berisi sampul I dan sampul II di hadapan para peserta. Selanjutnya isi

dari sampul I dibacakan didepan para peserta sedangkan sampul II

disimpan oleh panitia dan baru dibuka bila peserta yang

bersangkutan lulus evaluasi administratif. Peserta yang lolos pada

sampul I akan diundang kembali untuk mengikuti pembukaan

sampul II dan panitia menganalisis harga penawaran secara

mendetail.

5.c Sistem dua tahap Panitia membuka kotak dan sampul I dan dibaca di

hadapan peserta. Sampul II baru boleh diserahkan kepada panitia bila

peserta telah dinyatakan lolos tahap I. Peserta yang lolos tahap I

diundang kembali untuk menyampaikan sampul II dan panitia hanya

mempertimbangkan calon pemenang dari harga penawaran yang

terendah.

6 Proses Evaluasi Tender

Pada proyek-proyek yang besar, kadang-kadang terdapat data

penawaran yang meragukan dan umumnya calon kontraktor dimintai

keterangan secara tertulis (clarification letters).

Jangka waktu evaluasi bisa memakan waktu beberapa hari atau

lebih. Sistem evaluasi bisa bermacam-macam caranya dan umumnya cara

yang banyak dipakai yaitu dengan cara sistem bobot/sistem skoring.


19

Masing masing aspek dari calon kontraktor diberi nilai, misalnya

metode kerjanya, peralatan yang dipakai, kwalifikasi personil yang akan

di-pakai, bonafiditas perusahaan, harga penawarannya, kelengkapan

administrasinya dan lain-lain. Calon kontraktor yang paling banyak

mengumpulkan angka biasanya yang ditunjuk sebagai calon pemenang.

7 Penetapan Dan Penunjukan Pemenang

Untuk proyek-proyek pemerintah, berdasarkan hasil evaluasi

diatas, maka Panitia pelelangan menetapkan calon-calon pemenang yang

diusulkan kepada instansi yang berwenang, yang ke-mudian menetapkan

pemenangnya.

Dari hasil keputusan pemenang tadi, panitia Pelelangan

mengumumkan hasilnya. Bila tidak ada sanggahan atau penolakan atau

apabila semua sanggahan telah dijawab maka tugas panitia Pelelangan

telah selesai.

Dalam Proyek Pembangunan Lab Terpadu Jurusan Keperawatan

Dan Tlm Tahap 1 ini, terdapat tahap pelelangan yaitu Pelelangan Umum

bersifat terbuka.

2.1.5 Prinsip Dasar Pelelangan

Proses pengadaan perusahan jasa konstruksi ini diatur oleh

keputusan presiden terutama digunakan dilingkungan proyek pemerintah.

Prinsip dasar pelelangan diharuskan diantaranya:


20

a Efisiensi

Pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan

daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu

sesingkat – singkatnya dan dapat dipertanggung jawabkan.

b Efektif

Pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah

ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar – besarnya sesuai

sasaran yang ditetapkan.

c Terbuka dan Bersaing

Pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi penyedia barang/jasa yang

memenuhi persyaratan dan dialakukan melalui persaingan yang sehat di

antara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat/kriteria

tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan.

d Transparan

Berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa

termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil

evaluasi, penetapan calon penyedia barang/jasa, sifatnya terbuka bagi

peserta penyedia barang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas

dan umumnya.

e Adil/Tidak Diskriminatif

berarti memberikan perlakuan yang sama bagi calon penyedia barang/jasa

yang tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepda pihak tertentu,

dengan cara atau alasan apapun.


21

f Akuntabel

Berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat

bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintah dan pelayanan

masyarakat sesuai prinsip – prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam

pengadaan barang/jasa. Pemilihan penyedi barang/jasa pemborong/jasa

lainnya pada prinsipnya dilakukan melalui metode pelelangan umum.

2.2 Analisis Harga

Menurut AHSP SNI, analisa harga satuan pekerjaan adalah pedoman baku

alat untuk menghitung harga standard satuan pekerjaan konstruksi. Yang

dimaksud harga satuan pekerjaan adalah harga satuan setiap pekerjaan dalam

pekerjaan konstruksi.

Ruang lingkup pekerjaan konstruksi meliputi pekerjaan bangunan gedung,

bangunan air, jalan, jembatan, galangan kapal, bandara, bangunan konstruksi baja,

ternasuk bangunan rumah tinggal.

Harga Satuan Pekerjaan akan berbeda antara daerah satu dengan daerah

yang lain, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan harga pasaran bahan dan

harga/upah tenaga kerja yang berlaku di setiap daerah. Jadi dalam menghitung dan

menyusun Anggaran Biaya suatu proyek, harus berpedoman pada harga satuan

bahan dan upah tenaga kerja di pasaran dan di lokasi pekerjaan yang akan dibuat.
22

Tabel 2.1 Rekapitulasi Harga Pekerjaan Proyek Pembangunan Lab Terpadu Jurusan
Keperawatan Dan Tlm Tahap 1,

NO URAIAN

TOTAL

1 PEKERJAAN PERSIAPAN Rp 17.495.901,40


2 PEKERJAAN STRUKTUR Rp 3.663.102.357,51
3 PEKERJAAN ARSITEKTUR Rp 3.083.172.324,96
4 PEKERJAAN PLUMBING Rp 183.522.162,20
PEKERJAAN ELEKTRIKAL
5 Rp 425.771.416,30
ARUS KUAT
TOTAL RP 7.328.064.160,30
PEKERJAAN NON STANDAR( 11%) RP 907.300.577,15
JUMLAH TOTAL Rp 8.248.187.065,22
PEMBULATAN Rp 8.248.187.000,00

2.3 Struktur Organisasi Proyek

Dalam suatu proyek pasti memerlukan sistem koordinasi yang efektif dan

efisien, yang bertujuan untuk mewujudkan kelancaran dan lebih terjaminnya

pelaksanaan suatu proyek. Struktur suatu organisasi juga merupakan bagian dari

manajemen atau pengelolaan suatu proyek, dimana manajemen itu sendiri adalah

suatu cara pengelolaan suatu kegiatan yang memiliki tujuan tertentu.

2.3.1 Pengertian Organisasi Proyek

Menurut Ervianto (2004) , definisi dari organisasi adalah bersatunya

kegiatan – kegiatan dari dua individu atau lebih di bawah satu koordinasi,

dan berfungsi mempertemukan menjadi satu tujuan. Organisasi dalam

proyek konstruksi merupakan hal yang sangat penting. Dalam organisasi

suatu proyek terdapat makna usaha, kerjasama, dan tujuan yang ingin

dicapai.
23

2.3.2 Struktur Organisasi

Proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang

berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya

tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau deliverable yang

kriteria mutunya telah di gariskan dengan jelas (Suharto, 1995).

Adapun susunan struktur organisasi dalam Proyek pembangunan

Hotel Grand G7 yaitu sebagai berikut:

Project Manager
Yosi Ananda, ST

Gambar 2.1 Struktur Organisasi Proyek

Sumber : Data Proyek


24

Semua unsur yang terlibat dalam penanganan Proyek Pembangunan

Lab Terpadu Jurusan Keperawatan Dan Tlm Tahap 1, adalah CV. Ananda

Pratama dan CV Nura Karya Konsultan.

1 Pemilik proyek (Owner)

Menurut (Ervianto, 2005) Pemilik proyek atau pemberi tugas adalah

orang atau badan yang memiliki proyek dan memberikan pekerjaan kepada

pihak penyedia jasa dan yang membayar biaya pekerjaan tersebut. Pemberi

tugas dalam surat perjanjian pemborongan adalah sebagai pihak pertama dan

dapat mengambil keputusan sepihak untuk mengambil alih pekerjaan yang

dilakukan, dengan cara menulis surat kepada kontraktor apabila terjadi hal-

hal diluar kontrak yang ditetapkan dalam undang-undang didalam surat

perjanjian kerja (SPK). Pemberi tugas juga berwenang untuk

memberitahukan hasil lelang secara tertulis kepada kontraktor.

Menurut Ervianto (2005) tugas dan wewenang pemilik proyek adalah :

1.a Menunjuk penyedia jasa (konsultan dan kontraktor).

1.b Meminta laporan secara perodik mengenai pelaksanaan pekerjaan

yang telah dilakukan oleh penyedia jasa.

1.c Memberikan fasilitas baik sarana dan prasarana yang dibutuhkan

oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.

1.d Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.

1.e Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia

jasa sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuah

bangunan.
25

1.f Ikut mengawasi jalanya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan

dengan cara menempatkan atau menunjuk suatu badan atau orang

untuk bertindak atas nama pemilik.

1.g Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan (bila terjadi).

1.h Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai

dilaksanakan oleh penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan

apa yang dikehendaki.

1.i Memberikan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing

kontraktor.

1.j Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak dengan cara

memberitahukan secara tertulis kepada kontraktor jika telah terjadi

hal-hal di luar kontrak yang ditetapkan.

2 Konsultan Perencana

Menurut (Ervianto, 2005) Konsultan perencana adalah suatu badan

hukum atau perorangan yang diberi tugas oleh pemberi tugas untuk

merencanakan dan mendesain bangunan sesuai dengan keinginan pemilik

proyek. Selain itu juga memberikan saran dan pertimbangan akan segala

sesuatu yang berhubungan dengan perkembangan proyek tersebut.

Perencana juga bertugas untuk memberikan jawaban dan penjelasan atas

hal-hal yang kurang jelas terhadap gambar rencana dan rencana kerja dan

syarat-syarat. Perencana juga harus membuat gambar revisi bila terjadi

perubahan-perubahan rencana dalam proyek. Pekerjaan perencanaan

meliputi perencanaan arsitektur, struktur, mekanikal dan elektrikal,


26

anggaran biaya serta 10 memberikan saran yang diperlukan dalam

pelaksanaan pembangunan.

Menurut (Ervianto, 2005) Tugas dan kewajiban konsultan perencana adalah:

2.a Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar

rencana, rencana kerja, syarat-syarat, dan hitungan struktur, rencana

anggaran biaya.

2.b Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pemilik proyek,

konsultan supervisi, dan kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan.

2.c Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan.

2.d Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.

2.e Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-

hal yang kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja, dan

syarat-syarat.

3 Kontraktor Pelaksana

Menurut (Ervianto, 2005) Kontraktor Pelaksana adalah orang atau badan

hukum yang menerima pekerjaan dan menyelenggarakan pelaksanaan

pekerjaan sesuai dengan biaya yang telah ditetapkan berdasarkan gambar

rencana, peraturan, dan syarat-syarat yang telah ditetapkan.

Menurut (Ervianto, 2005) Tugas dan wewenang kontraktor pelaksana

adalah:

3.a Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, peraturan,

syaratsyarat, risalah penjelasan pekerjaan, yang ditetapkan oleh

pemilik proyek.
27

3.b Membuat gambar-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan

manajemen konstruksi.

3.c Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian, minggunan,

dan bulanan kepada konsultan manajemen konstruksi.

3.d Menyediakan alat keselamatan kerja dan keamanan di lokasi proyek.

3.e Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah

diselesaikan sesuai dengan ketetapan yang berlaku.

4 Konsultan Pengawas

Menurut (Ervianto, 2005) Konsultan pengawas adalah suatu badan

hukum atau perorangan baik swasta atau instansi pemerintah yang berfungsi

sebagai badan yang bertugas mengawasi dan mengontrol jalannya proyek

agar mencapai hasil kerja yang optimal menurut persyaratan yang ada.

Menurut (Ervianto, 2005) Tugas konsultan pengawas antara lain :

4.a Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah

ditetapkan.

4.b Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodik dalam

pelaksanaan pekerjaan.

4.c Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan.

4.d Mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran

informasi antar berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan

lancar.

4.e Menghidari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta

menghindari pembengkakan biaya.


28

4.f Mengatasi dan memecahkan persoalan yang timbul di lapangan agar

dicapai hasil akhir sesuai dengan yang diharapkan dengan kuwalitas,

kuwantitas serta waktu pelaksanaan yang ditetapkan.

4.g Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan

kontraktor.

4.h Menghentikan sementara bila terjadi penyimpangan dari peraturan

yang berlaku.

4.i Menyusun laporan kemajuan pekerjaan (harian, mingguan, bulanan).

4.j Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan tambah atau

berkurangnya pekerjaan.

Project Manager
Yosi Ananda, ST

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Owner

Sumber : Data Proyek


29

1 Project manager

Menurut Body of Knowledge Guide (2001) mengatakan bahwa Project

Manager adalah sesorang yang bertanggung jawab dalam mengurus sebuah

proyek. Project Manager pada Proyek Pembangunan Lab Terpadu Jurusan

Keperawatan Dan Tlm Tahap 1, adalah Yo si Ananda, ST . Project manager

mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

1.a Memahami lingkup dan persyaratan pekerjaan yang tercakup dalam

dokumen kontrak.

1.b Menyusun tim proyek dan mendefinisikan tugas serta tanggung

jawab dari masing-masing personil di lingkungan proyek.

1.c Menyusun rencana pelaksanaan konstruksi proyek secara keseluruhan

dan mengantisipasi masalah di dalam proyek.

1.d Menyusun jadwal waktu pelaksanaan serta sistem untuk

pengendaliannya.

1.e Menyusun rencana alokasi sumber daya manusia, alat, material dan

biaya untuk pelaksanaan proyek secara efektif dan efisien.

1.f Mendelegasikan detail rencana kerja, mengkoordinir pelaksanaan

kerja dan melakukan kontrol secara periodik dari seluruh

bawahannya.

1.g Mengadakan ikatan kerja, mengkoordinir pelaksanaan kerja dan

melakukan kontrol secara periodik para sub-kontraktor, supplier dan

mandor.
30

1.h Mengkoordinir penyusunan rencana anggaran biaya proyek dan

pengajuan cash flow termasuk sistem pengendalian dan evaluasi

biaya proyek.

1.i Melaksanakan program pengendalian mutu, waktu, dan biaya

pelaksanaan proyek termasuk penerapan standardisasi, rencana

inspeksi dan tes yang diperlukan.

1.j Melaksanakan dan mengikuti semua sistem dan prosedur yang telah

ditetapkan oleh perusahaan.

1.k Melaporkan progres pelaksanaan proyek serta menentukan sistem

pelaporannya.

1.l Mengkoordinir pengajuan dan pelaksanaan pekerjaan tambah

maupun kurang dari perpanjangan waktu serta menghitung biayanya

apabila terjadi perubahan terhadap kontrak.

1.m Menerapkan program kebersihan, kerapihan, dan ketertiban di

lingkungan proyek dan ruang kerjanya.

1.n Melaksanakan upaya keamanan dan keselamatan terhadap

orang/barang/perlatan dan lingkungan selama pelaksanaan proyek

yang dipimpinnya.

1.o Mengkoordinir keutuhan proyek terhadap cacat-cacat yang terjadi,

baik cacat konstruksi maupun cacat karena kesalahan desain.

1.p Melaksanakan tugas-tugas lain yang ditetapkan oleh direktur

operasional maupun direktur utama sehubungan dengan pelaksanaan

proyek.
31

2 Site Manager

Menurut Husen (2008) Site Manager bertanggung jawab secara langsung

kepada Project manager. Site manager adalah pembantu project manager

dalam memeriksa secara rinci pekerjaan di lapangan dan mengeluarkan

instruksi di lapangan kepada subkontraktor sesuai dengan rencana kerja dan

mutu yang telah disetujui.

Tugas dan wewenang dari Site Operation Manager adalah sebagai

berikut:

2.a Mengkoordinasikan pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

2.b Melaksanakan kegiatan sesuai dokumen kontrak.

2.c Memotivasi pelaksana agar mampu bekerja dengan tingkat

efisiensi dan efektifitas yang tinggi.

2.d Menetapkan rencana dan petunjuk pelaksanaan untuk

keperluan pengendalian dan pelaksanaan pekerjaan.

Dalam pelaksanaan di lapangan, Site Manager dibantu oleh QualityControl,

Kepala Teknik, Kepala Operasional, dan Keuangan-Logistik.

3 Surveyor

Menurut Husen (2008) Surveyor orang yang bertanggung jawab

terhadap pekerjaan yang berhubungan dengan marking. Jadi tugas dan

tanggung jawab surveyor adalah sebagai berikut :

3.a Mengontrol elevasi atau center line.

3.b Pengawasan dan pengukuran terhadap kolom, balok, dan plat agar

sesuai dengan ketinggian yang terdapat dalam gambar.


32

3.c Pengawasan dan pengukuran terhadap soldier pile apabila dinding

retaining wall belum dilakukan pengecoran, karena berpotensi

terhadap adanya penggeseran tanah.

4 Drafter

Menurut Husen (2008) Drafter adalah orang yang membantu planner

dalam merealisasikan perubahan gambar rencana dari konsultan perencana

menjadi suatu bentuk fisik berupa gambar yang digambar dengan software

autocad. Tugas dan kewajiban drafter adalah sebagai berikut :

4.a Membuat gambar kerja yang diperlukan dalam suatu proyek

(shopdrawing).

4.b Membuat gambar kerja setelah pelaksanaan proyek (as built

drawing).

4.c Membuat detail-detail gambar seperti tampak dan potongan.

5 Technical

Menururut Soetari (2014) Technical adalah seseorang yang ditugaskan

merencanakan suatu suatu pembangunan dengan perhitungan dan gambar

yang kongktir. Tugas dan tanggung jawabnya yaitu :

5.a Menyiapkan metode kerja yang digunakan sebagai acuan di lapangan

berupa alat, dan matrial.

5.b Memeriksa tahapan pekerjaan dilapangan.

5.c Memeriksa gambar kerja.

5.d Memeriksa dokumen material dll.


33

5.e Bekerja sama dengan superivisor terkait melakukan monitoring dan

pengadaan material.

Melaksanakan koordinasi teknis dengan pihak konsultan pengawas dan

subkontraktor terkait.

6 Chief Worker

Menurut Soetari (2014) Chief Worker memiliki tugas dan tanggung

jawab mengatur dan mengawasi pekerjaan agar sesuai dengan metode

pelaksanaan dan urutan pekerjaan yang telah ditentukan, mempersiapkan

pekerjaan agar dilaksankan dalam kondisi yang aman dan sesuai standar

prosedur keselamatan kerja, melakukan koordinasi dan komunkiasi dengan

project manager sehubungan dengan pekerjaan tersebut, dan memonitoring

pelaksanaan sistem keselamatan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan.

7 Mechanic

Menurut Husen (2008) Mechanic adalah orang yang mengatur kegiatan

operasional mekanik. Tugas dan kewajiban adalah sebagai berikut :

7.a Membuat perencanaan kegiatan operasional Mekanik.

7.b Mengatur kegiatan operasional Mekanik.

7.c Melaksanakan kegiatan operasional Mekanik.

7.d Mengontrol pelaksanaan operasional Mekanik.


34

8 Struktur Supervisor

Menurut Husen (2008) Struktur supervisor memiliki tugas sebagai


berikut :
8.a Melakukan pengawasan pekerjaan struktur yang dilakukan di
lapangan.
8.b Menanggapi segala permasalahan pekerjaan struktur dari mandor
atau pekerja.
8.c Mempertimbangkan hasil pekerjaan struktur atau mengecek
pekerjaan struktur.
8.d Mengetahui tujuan segala pekerjaan struktur di lapangan.

9 Arsitektur Supervisor

Menurut Husen (2008) Arsitektur supervisor memiliki tugas sebagai


berikut :
9.a Melakukan pengawasan pekerjaan arsitekturyang dilakukan di
lapangan.
9.b Menanggapi segala permasalahan pekerjaan arsitektur dari mandor
atau pekerja.
9.c Mempertimbangkan hasil pekerjaan arsitektur atau mengecek
pekerjaan arsitektur.
9.d Mengetahui tujuan segala pekerjaan arsitektur di lapangan.

10 Logistik

Menurut Soetari (2014) Logistik adalah orang yang bertugas untuk

mencatat kedatangan matreial dan mengatur pemulangan material sesuai

schedule, ikut mejaga material dan alat selama pekerjaan berlangsung.


35

2.4 Perhitungan Konstruksi

Struktur suatu bangunan yang direncanakan harus mampu menahan beban,

baik beban vertikal (beban mati dan beban hidup) maupun beban horisontal

(beban gempa dan beban angin), tanpa mengalami perubahan bentuk yang

berarti.

Dalam perencanaan Proyek Pembangunan Hotel Grand G7 ini dilakukan

tahapan, mulai dari perencanaan pekerjaan struktur atas, yaitu dari atap, balok,

dan kolom. Kemudian pekerjaan struktur bawah, merupakan struktur yang

menerima beban dari struktur atas yaitu pondasi.

Adapun standar yang diapakai dalam Proyek Pembangunan Lab Terpadu

Jurusan Keperawatan Dan Tlm Tahap 1, didasarkan pada peraturan-peraturan

yang berlaku di Indonesia antara lain :

1 Keppres 29/1984 dengan lampiran-lampirannya.

2 Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Pembangunan di Indonesia atau

Algemene Voorwaarden voor de Uitvoering bij Aaneming van Openbare

Warken (AV) 1941.

3 Keputusan-keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitrase Teknik dari

Dewan Teknik Pembangunan Indonesia (DTPI).

4 Persyaratan Beton Struktural Untuk Bangunan Gedung SNI 2847:2013.

5 Spesifikasi Desain Untuk Konstruksi Kayu SNI 7973:2013.

6 Peraturan Semen Portland SNI 15-2049-2004.

7 Beban Minimum Untuk Perancangan Bangunan Gedung Dan Struktur

lain SNI 1727:2013.

8 Spesifikasi Untuk Bangunan Gedung Baja Struktural SNI 1729:2015.


36

9 American Society for Testing and Materials (ASTM).

10 American Association of State Highway Officials (ASSHO)

11 Badan Standarisasi Nasional Indonesia (BSN).

Pedoman – pedoman tersebut sesuai yang tercantum dalam Rencana Kerja

& Syarat-syarat Teknis (RKS) Pekerjaan Struktur Proyek Pembangunan Lab

Terpadu Jurusan Keperawatan Dan Tlm Tahap 1,

2.5 Pembebanan Struktur

Dalam perencanaan komponen struktur terutama struktur beton bertulang

harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

Perhitungan Untuk Bangunan Gedung SK SNI 03-2847-2002 (BSN, 2002a).

Beban–beban yang harus diperhitungkan untuk perencanaan suatu struktur adalah

beban mati, beban hidup, beban angin, beban gempa, dan kombinasi dari beban–

beban tersebut.

Berdasarkan buku pedoman Peraturan Pembebanan Indonesia untuk

Gedung 1983, beban–beban yang mempengaruhi struktur bangunan adalah sebagai

berikut:

1 Beban Mati (Dead Load)

Beban Mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang

bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian–

penyelesaiannya, mesin–mesin serta peralatan tetap yang merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari gedung itu.


37

2 Beban hidup (Live Load)

Beban Hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau

penggunaan suatu gedung, dan kedalamnya termasuk beban–beban pada

lantai yang berasal dari barang–barang yang dapat berpindah, mesin–mesin

serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

struktur dan dapat diganti selama masa hidup gedung itu, sehingga

mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap tersebut.

3 Beban Angin

Beban angin adalah beban yang bekerja pada bangunan atau bagiannya

karena adanya selisih tekanan udara (hembusan angin kencang). Beban

angin ini ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan

tekanan negatif (isapan angin), yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang

bangunan yang ditinjau.

4 Beban Gempa (Eartquake Load)

Beban Gempa adalah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada

gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah

akibat gempa tersebut. Dalam hal pengaruh gempa pada struktur gedung

ditentukan berdasarkan analisis dinamik, maka yang diartikan dengan

gempa disini adalah gaya–gaya didalam struktur tersebut yang terjadi oleh

gerakan tanah akibat gempa itu.


38

2.6 Perencanaan Terhadap Gempa

Suatu bangunan gedung harus direncanakan tahan terhadap gempa sesuai

dengan peraturan yang ada yaitu SNI 03-1726-2003. Ada beberapa hal yang harus

diperhatikan dalam perencanaan gempa yaitu wilayah gempa, kategori gedung,

jenis sistem struktur gedung, dan daktilitas.

2.6.1 Wilayah Gempa

Sesuai dengan SNI 03-1726-2003, Indonesia terbagi dalam 6

wilayah gempa. Wilayah gempa 1 dan 2 adalah termasuk wilayah dengan

tingkat kegempaan yang rendah, wilayah gempa 3 dan 4 adalah wilayah

dengan tingkat kegempaan menengah dan wilayah 5 dan 6 dengan tingkat

kegempaan tinggi. Jakarta termasuk dalah wilayah gempa 3 dengan tingkat

kegempaan menengah.

Gambar 2.3 Peta Wilayah Gempa Indonesia


Sumber: SNI – 03 – 1726 – 2002.
39

2.6.2 Kategori Gedung

Untuk berbagai kategori gedung yang sesuai dengan SNI 03-1726-

2003 Gambar Tabel 1 dibagi menjadi 5 kategori gedung. Untuk berbagai

kategori gedung, bergantung pada tingkat kepentingan gedung pasca gempa,

pengaruh gempa terhadapnya harus dikalikan dengan suatu faktor

Keutamaan I. Gedung Pembangunan Lab Terpadu Jurusan Keperawatan

Dan Tlm Tahap 1 ,ini termasuk dalam kategori gedung penting pasca gempa

Gambar 2.4 Tabel Faktor Keutamaan I


Sumber: SNI – 03 – 1726 – 2002.

2.6.3 Daktilitas

Tata Cara Perencanaan Ketahanan untuk bangunan gedung SNI 03-

1726- 2002 pasal 3.13, memberikan pengertian daktilitas dan faktor

daktilitas sebagai berikut ini :


40

Daktilitas adalah kemampuan gedung untuk mengalami simpangan

pascaelastik yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat beban

gempa diatas beban gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan

pertama, sambil mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup,

sehingga struktur gedung tetap berdiri, walaupun sudah berada dalam

kondisi di ambang keruntuhan.

Faktor daktilitas struktur gedung adalah rasio antara simpangan

maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana pada saat

mencapai kondisi di ambang keruntuhan δm dan simpangan struktur gedung

pada saat terjadinya pelelehan pertama δy.

2.6.4 Tingkat Daktilitas

Mengenai tingkatan daktilitas, Tata Cara Perencanaan Struktur

Ketahanan Gempa untuk bangunan gedung SNI 03-1726-2002,

mengklasifikasikan tingkat daktilitas sebagai berikut :

4.1 Daktail penuh adalah suatu tingkat daktilitas struktur

gedung, di mana strukturnya mampu mengalami simpangan

pasca-elastik pada saat mencapai kondisi diambang keruntuhan

yang paling besar, yaitu dengan mencapai nilai faktor daktilitas

sebesar 5,3 (SNI 03-1726-2002 pasal 3.1.3.3).

4.2 Daktail parsial adalah seluruh tingkat daktilitas struktur

gedung dengan nilai faktor daktilias diantara untuk struktur

gedung yang elastik penuh sebesar 1,5 dan untuk struktur gedung

yang daktail penuh sebesar 5,0 (SNI 03-1726-2002 pasal 3.1.3.4).


41

4.3 Elastik penuh adalah suatu tingkat daktilitas struktur

gedungdengan nilai faktor daktilitas sebesar 1,0.

2.7 Perencanaan Kolom

Menurut (Dipohusodo, 1994) Kolom adalah komponen struktur bangun

yang tugas utamanya adalah menyangga beban aksial tekan vertikal dengan

bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral kecil.

Perencanaan kolom pada Proyek Pembangunan Lab Terpadu Jurusan

Keperawatan Dan Tlm Tahap 1, ini ditunjukkan oleh gambar 2.5 dan gambar 2.6

Gambar 2.5 menjelaskan mengenai Detail kolom yang digunakan dalam Proyek

Pembangunan Lab Terpadu Jurusan Keperawatan Dan Tlm Tahap 1,. Pada

gambar 2.6 menunjukkan gambar denah kolom. Spesifikasi kolom yang

digunakan adalah sebagai berikut :

1 Mutu Beton : K-350

2 Pembesian : BJTD – 40

3 Mutu Baja : fy = 400 Mpa

Gambar 2.5 Detail Kolom


Sumber : Data Proyek
42

Gambar 2.6 Denah Kolom


Sumber : Data Proyek

2.7.1 Rumus Kolom

Rumus untuk Kolom – kolom yang tidak dibebani gaya – gaya

lintang dan momen lentur hanya terhadap sumbu x, harus memenuhi

syarat sebagai berikut


:
43

HAL 43 LAPORAN KKP


44

2.8 Perencanaan Balok

Menurut (Dipohusodo, 1994) Balok merupakan elemen struktur yang

menyalurkan beban – beban dan plat lantai ke kolom penyangga vertikal. Balok

adalah batang struktural yang menahan gaya–gaya yang bekerja dalam arah

transversal terhadap sumbunya yang mengakibatkan terjadinya momen lentur

dan gaya geser sepanjang bentangnya. Berdasarkan jenis keruntuhannya,

keruntuhan yang terjadi pada balok dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok

sebagai berikut ini :

1 Penampang balanced.

Tulangan tarik mulai leleh tepat pada saat beton mencapai regangan

batasnya dan akan hancur karena tekan. Pada awal terjadinya keruntuhan,

regangan tekan yang diijinkan pada saat serat tepi yang tertekan adalah

0,003, sedangkan regangan baja sama dengan regangan lelehnya yaitu εy =

fy/Es.

2 Penampang over-reinforced.

Keruntuhan ditandai dengan hancurnya beton yang tertekan. Pada awal

keruntuhan, regangan baja εs yang terjadi masih lebih kecil daripada

regangan lelehnya εy. Dengan demikian tegangan baja fs juga lebih kecil

daripada daripada tegangan lelehnya εy, kondisi ini terjadi apabila

tulangan yang digunakan lebih banyak daripada yang diperlukan dalam

keadaan balanced.
45

3 Penampang under-reinforced.

Keruntuhan ditandai dengan terjadinya leleh pada tulangan baja.

Tulangan baja ini terus bertambah panjang dengan bertambahnya regangan

εy. Kondisi penampang yang demikian dapat terjadi apabila tulangan tarik

yang dipakai pada balok bertulang kurang dari yang diperlukan dibawah

kondisi balanced (Nawy, 1990).

Pada Proyek Pembangunan Lab Terpadu Jurusan Keperawatan Dan Tlm

Tahap 1 ini, Detail balok ditunjukan oleh Gambar 2.7 yang merupakan

detail Balok dengan spesifikasi yang digunakan adalah sebagai berikut :

3.1 Mutu Beton : K-350

3.2 Pembesian : BJTD – 40

3.3 Mutu Baja : fy = 400 Mpa

Gambar 2.7 Detail Balok


Sumber : Data Proyek
46

Gambar 2.8 Denah Balok

Sumber : Data Proyek

2.8.1 Rumus Balok

Dalam perencanaan komponen struktur balok – kolom, diatur dalam

SNI 03-1729-2002 pasal 11.3 yang menyatakan bahwa suatu komponen

struktur yang mengalami momen lentur dan gaya aksial harus direncanakan

untuk memenuhi ketentuan sebagai berikut :

2.9 Perencanaan Pelat Lantai

Menurut (Dipohusodo, 1994) Pelat merupakan panel – panel beton

bertulang yang mungkin bertulangan dua atau satu arah saja, tergantung sistem

strukturnya. Apabila nilai perbandingan antara panjang dan lebar plat tidak lebih

dari 2, digunakan penulangan dua arah.


47

Plat lantai atau slab merupakan suatu konstruksi yang menumpang pada

balok atau menumpu langsung pada core wall. Plat lantai direncanakan mampu

menahan beban mati dan beban hidup pada waktu pelaksanaan konstruksi

maupun pada waktu gedung dioperasikan, serta berfungsi sebagai diafragma

untuk menjaga kestabilan konstruksi, atau dapat disimpulkan fungsi dari plat

lantai tersebut sebagai berikut :

1 Memisahkan ruangan bangunan secara horizontal.


2 Menahan beban yang bekerja padanya.

3 Sebagai diafragma untuk kestabilan konstruksi.


4 Menyalurkan beban ke balok di bawahnya.

Gambar 2.9 Denah Pelat Lantai Basement 1


Sumber : Data Proyek

Gambar 2.10 Denah Pelat Lantai 2 - 6


Sumber : Data Proyek

Hal 49
BAB III

PELAKSANAAN

3.1 Spesifikasi Teknis Bahan, Alat dan Tenaga Kerja

Pelaksanaan proyek harus dilakukan secara professional dan harus

berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait terutama konsultan pengawas agar

proyek yang dikerjakan sesuai dengan keinginan pemilik (owner) dan sesuai dengan

waktu yang telah ditemukan sebelumnya. Dalam pelaksanaan proyek harus meliputi

spesifikasi teknis bahan, alat, dan tenaga kerja.

3.1.1 Spesifikasi Teknis Bahan

Spesifikasi teknis bahan merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan

sebuah pembangunan karena dapat mempegaruhi kekuatan struktur bangunan.

Berikut adalah hal yang harus diperhatikan dalam menentukan spesifikasi bahan

diantaranya adalah:

1.ASumber dan Macam Material

Kontraktor harus mengajukan daftar tertulis kepada pengawas untuk

mendapatkan persetujuan tentang nama perusahaan, tepat asal (sumber)

material. Sebelum memberi persetujuan, pengawas dapat minta didatangkan

contoh barang, material atau bahan baku untuk keperluan pemeriksaan.

50
51

1.B Penyimpanan Material

Material harus disimpan sedemikian rupa agar mutunya tidak menjadi

berkurang. Penyimpanan hendaknya dilandasi dengan lantai keras, bersih dan

diberi atap dinding. Cara penyusunan material harus diatur sedemikian rupa

sehingga mudah untuk diadakan pemeriksaan sewaktu-waktu. Demikian juga

penyimpanannya diatur sehingga pengambilannya dapat diatur datangnya

material tersebut.

Spesifikasi teknis bahan yang digunakan dalam Proyek Proyek

Pembangunan Lab Terpadu Jurusan Keperawatan Dan Tlm Tahap 1, ini adalah

sebagai berikut:

1 Beton Ready Mix

Dalam penggunaan Beton Ready Mix banyak keuntungan dari

pemakaiannya karena lebih praktis dan tidak membutuhkan tenaga kerja, cepat

dalam pengolahannya dan dengan mutu yang terjamin. Sebelum memulai

pembangunan, pihak owner terlebih dahulu menentukan perubahaan beton

ready mix yang akan digunakan. Setelah itu pihak konsultan yang memeriksa

kualitas dan mutu perusahaan yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan.
52

Dalam Proyek Pembangunan Lab Terpadu Jurusan Keperawatan Dan

Tlm Tahap 1, ini konsultan memilih PT. Indocement Tunggal Prakasa.

Untuk beton site mix menggunakan semen menggunakan semen tigaroda.

Semen harus memenuhi kriteria peraturan Portland cement SNI 2049:2015

dan SNI 2847:2013.

Gambar 3.1 Beton Ready Mix


Sumber: Dokumentasi Lapangan

Dibawah ini adalah trial send mix Proyek Pembangunan Lab


Terpadu Jurusan Keperawatan Dan Tlm Tahap 1,:

Tabel 3.1 Trial Send Mix


Mutu Beton Semen (kg) Pasir (kg) Kerikil (kg) Air (liter) w/c ratio
7.4 MPa (K 100) 247 869 999 215 0.87
9.8 MPa (K 125) 276 828 1012 215 0.78
12.2 MPa (K 150) 299 799 1017 215 0.72
14.5 MPa (K 175) 326 760 1029 215 0.66
16.9 MPa (K 200) 352 731 1031 215 0.61
19.3 MPa (K 225) 371 698 1047 215 0.58
21.7 MPa (K 250) 384 692 1039 215 0.56
24.0 MPa (K 275) 406 684 1026 215 0.53
26.4 MPa (K 300) 413 681 1021 215 0.52
28.8 MPa (K 325) 439 670 1006 215 0.49
31.2 MPa (K 350) 448 667 1000 215 0.48
Sumber: Data Proyek
53

2 Pembesian Pile Cap

Penggunaan pembesian pile cap di gunakan untuk pondasi agar lebih kuat

dalam menahan beban dari atas. Besi tulangan, semua pekerjaan tulangan harus

dari mutu BJTD-40 (Ø16, Ø19, Ø22). Menurut SNI 1729:2015 yaitu baja

lunak dengan tegangan leleh 400 Mpa.

Gambar 3.2 Pembesian Pile Cap


Sumber: Dokumentasi Lapangan

3 Pasir

Pasir adalah bahan material butiran. Butiran pasir umumnya berukuran

antara 0,0625 sampai 2 milimeter. Materi pembentuk pasir adalah silicon

dioksida, tetapi di beberapa pantai tropis dan subtropis umunya dibentuk dari

batu kapur.
54

Jenis – jenis pasir:

1 Pasir urug: digunakan untuk memasang level lantai, sebagai landasan kerja,

atau urug pondasi.

2 Pasir pasang: digunakan untuk memasang bata dan plester.

3 Pasir putih Bangka: digunakan untuk campuran beton kekuatan tinggi, juga

untuk plester. Tingkat kekasarannya membuat penggunaan semen yang

lebih ekonomis dan setting yang lebih cepat.

Gambar 3.3 Material Pasir


Sumber: Data Proyek

4 Semen

Semen yang di gunakan pada Proyek Pembangunan Lab Terpadu Jurusan

Keperawatan Dan Tlm Tahap 1, ini adalah menggunakan semen gresik dan

weber perekat beton ringan. Penggunaan semen gresik dan weber ini juga

sudah masuk spesifikasi tertentu, atau sesuai petunjuk pengawas.


55

Gambar 3.4 Semen


Sumber: Dokumentasi Lapangan

5 Air

Air yang digunakan harus bersih dan jernih tidak mengandung minyak atau

garam serta zat-zat yang merusak beton atau baja tulangan. Dalam hal ini

sebaiknya di gunakan air bersih yang dapat di minum.

6 Kawat bendrat

Kawat bendrat kegunaannya sebagai pengikat rangkaian tulangan-tulangan

antara satu tulangan dengan tulangan yang lainnya baik untuk tulangan kolom,

balok, slab, shearwall, atau pun rangkaian tulangan lainnya sehingga

membentuk suatu rangkaian struktur yang siap dicor.


56

Selain itu, kawat bendrat juga dapat digunakan untuk hal-hal lain, seperti

pengikat besi beton decking pada tulangan serta mengikat material-material

lain.
Gambar 3.5 Kawat bendrat
Sumber: Dokumentasi Lapangan

7 Papan partikel

Kegunaan kayu pada proyek ini adalah untuk bekisting plat lantai dan

balok. Papan partikel terbuat dari campuran keping kayu (wood chips) yang di

campur dengan lem resin sintesis dan di pres atau ditekan menjadi lembaran-

lembaran keras dengan ketebalan tertentu.

Gambar 3.6 Papan partikel


Sumber: Dokumentasi Lapangan
57

8 Perancah (scaffolding)

Perancah merupakan konstruksi pembantu pada pekerjaan bangunan yang

mencapai 2 meter dan tidak dapat dijangkau oleh pekerja. Perancah suatu

struktur sementara yang digunakan untuk menyangga manusia dan material

dalam konstruksi gedung dan bangunan besar lainnya. Perancah yang

digunakan

dalam proyek ini yaitu pipa besi.

Gambar 3.7 Perancah (Scaffolding)

Sumber: Dokumentasi Lapangan

9 Pengikat Sengkang Lateral

Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral merupakan kolom beton

yang ditulangi dengan dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada

jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah leteral. Tulangan

ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh di

tempatnya.
58

Gambar 3.8 Sengkang Lateral


Sumber: Dokumentasi Lapangan
10. Beton Decking

Beton decking atau tahu beton adalah beton atau spesi yang dibentuk

sesuai dengan ukuran selimut beton yang diinginkan. Biasanya berbentuk

kotak-kotak atau silinder. Dalam pembuatannya, diisikan kawat bendrat pada

bagian tengah yang nantinya dipakai sebagai pengikat pada tulangan.

Beton decking berfungsi untuk menjaga tulangan agar sesuai dengan

posisi yang diinginkan. Bisa dibilang berfungsi untuk membuat selimut beton

sehingga besi tulangan akan selalu diselimuti beton yang cukup, sehingga

didapatkan kekuatan maksimal dari bangunan yang dibuat. Selain itu, selimut

beton juga menjaga agar tulangan pada beton tidak berkarat (korosi).
59

Gambar 3.9 Beton decking


Sumber: Dokumentasi Lapangan

11 Tulangan Cakar Ayam

Tulangan cakar ayam digunakan sebagai pembatas antara tulangan plat

lantai atas dan lantai bawah agar jarak antar tulangan tetap. Untuk mendapatkan

hasil pekerjaan plat yang maksimal, kebersihan tulangan cakar ayam harus

diperhatikan.

Tulangan cakar ayam tidak boleh mengalami korosi karena akan

mengurangi kekuatannya. Pada Proyek Pembangunan Lab Terpadu Jurusan

Keperawatan Dan Tlm Tahap 1,, tulangan cakar ayam diperoleh dari hasil

fabrikasi oleh tukang besi. Jarak antar cakar ayam yang dipasang yaitu 70 cm.

Cakar ayam yang digunakan memisahkan tulangan atas dan tulangan bawah

dengan jarak 70 mm atau 7 cm.


60

Gambar 3.10 Tulangan Cakar Ayam


Sumber: Dokumentasi Lapangan
12 Besi Tulangan

Pembesian struktur pada proyek ini menggunakan BJTD 40 dengan

berbagai ukuran yaitu (diameter 10 mm, 13 mm, 16 mm, 19 mm, 22 mm). Besi

tulangan ini digunakan untuk penulangan balok, plat, kolom, tangga, dinding

parapet, dinding core wall baik untuk tulangan utama maupun sengkang.

Pengadaannya dilakukan sesuai dengan kondisi pekerjaan dilapangan, oleh

karena itu apabila ada kekurangan material maka pihak pelaksana dapat

mengajukan pemesanan untuk kemudian diberikan kepada pihak logistik untuk

dipesankan. Sedangkan, untuk penyimpanan baja tulangan pada proyek ini,

dilakukan di tempat terbuka, di dekat bar cutter dan bar bender untuk

memudahkan proses fabrikasi.


61

Persediaan dan penyimpanan tulangan diletakkan diatas bantalan kayu

diatas tanah dan juga dilindungi dengan tenda atau terpal dengan tujuan atau

terpal dengan tujuan untuk menghindari korosi pada tulangan karena reaksi

dengan air tanah. Besi-besi tulangan ini memiliki mutu (Fy) 400 Mpa, yang

sebelum masuk proyek sudah menjalani tes uji besi di Pusat Penelitian

Informasi dan Teknologi (PUSPITEK).

Gambar 3.11 Besi Tulangan


Sumber: Dokumentasi Lapangan

3.1.2 Spesifikasi Alat

1 Excavator

Excavator adalah alat berat yang terdiri dari beberapa bagian yang masing-

masing memiliki fungsi tersendiri. Alat berat yang biasanya di dominasi warna

kuning tersebut terdiri dari bahu (boom), lengan (arm), keranjang atau alat

pengeruk (bucket), kabin dan tracker. Kabin berada di atas tracker yang hadir di

lengkapi dengan roda rantai.


62

Gambar 3.12 Excavator


Sumber: Dokumentasi
Lapangan

2 Genset

Genset adalah sebuah perangkat penghasil daya listrik alternative, ketika

suplai pasokan daya listrik dari industri pembangkit listrik padam/off, atau

keadaan dimana tidak ada pasokan jaringan listrik di daerah tersebut atau juga

biasa digunakan ketika diperlukan daya listrik tambahan.

Gambar 3.13 Genset


Sumber: Dokumentasi
Lapangan
63

3 Truck Mixer

Truck mixer atau biasa juga disebut dengan truk molen memiliki beragam

jenis dengan fungsi sama, yaitu mengangkut beton dari pabrik semen ke lokasi

konstruksi sambil menjaga konsistensi beton agar tetap cair dan tidak mengeras

dalam perjalanan. Truk jenis ini adalah alat transportasi khusus untuk beton cor

curah siap pakai (ready mix concrete) yang dirancang untuk mengangkut

campuran beton curah siap pakai dari batching plant (pabrik olahan beton) ke

lokasi pengecoran.

Gambar 3.14 Truck Mixer


Sumber: Dokumentasi
Lapangan

4 Bar Bender dan Bar Cutter

Bar bender adalah alat yang digunakan untuk membengkokan baja

tulangan dalam berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan. Cara kerja

alat ini adalah baja yang akan dibengkokan dimasukkan di antara poros tekan

dan poros
64

pembengkok kemudian diatur sudutnya sesuai dengan sudut bengkok yang

diinginkan dan panjang pembengkokannya. Kapasitas penggunaanya maksimal

menggunkan dimensi tulangan maksimal D32 mm.

Bar cutter yaitu alat pemotong baja tulanan sesuai ukuran yang di

inginkan. Pada proyek ini di gunakan bar cutter listrik. Keuntungan dari bar

cutter listrik di bandingkan bar cutter manual adalah bar cutter listrik dapat

memotong besi tulangan dengan diameter besar dan dengan mutu baja cukup

tinggi.

Gambar 3.15 Bar Cutter


Sumber: Dokumentasi

Lapangan
Gambar 3.16 Bar Bender
Sumber: Dokumentasi
Lapangan
65

5 Las Listrik

Las listrik digunakan untuk mengikat/menyambung besi/baja. Las listrik

tidak boleh digunakan dalam pekerjaan struktur seperti penulangan. Contoh

penggunaan las listrik adalah untuk membuat penyangga untuk pengerjaan

penulangan kolom. Selain itu, untuk penyambungan pipa saat pengerjaan

mekanikal elektrikal. Las listrik yang digunakan adalah las listrik dengan

kapasitas maksimal 160 Ampere. Sedangkan elektroda yang digunakan adalah

elektroda dengan diameter 1,5 mm.

Gambar 3.17 Las Listrik


Sumber: Dokumentasi Lapangan
66

6 Cutting wheel machine

Prinsip kerja alat ini baik untuk besi/baja, yaitu dengan cara menggerakkan

pegangan cutting wheel ke bawah, sehingga bidang yang runcing mengenai

benda yang akan dipotong. Kemudian, benda akan terpotong karena

ketajamannya.

Gambar 3.18 Cutting wheel machine


Sumber: Dokumentasi Lapangan

7 Alat Pendukung

Alat pendukung adalah yang di gunakan untuk mendukung kelancaran

suatu pekerjaan kontruksi. Adapun alat-alat tersebut adalah alat alat

laboratorium, lampu lapangan, katrol, gergaji, selang, gegep, terpal, sendok

semen, ember, tang, bor tangan, meteran, drum air, dan lain-lain.
67

3.1.3 Spesifikasi Tenaga Kerja

Tenaga Kerja merupakan salah satu unsur penting dalam pelaksanaan

suatu proyek karena pengaruhnya yang cukup besar terhadap biaya dan waktu

penyelesaian suatu pekerjaan proyek. Namun perlu diperhatikan juga bahwa

manusia merupakan sumber daya yang komplek dan sulit diprediksi sehingga

diperlukan adanya usaha dan pemikiran lebih mendalam dalam pengelolaan

tenaga kerja. Dalam manajemen tenaga kerja terdapat proses pengambilan

keputusan yang berhubungan dengan:

1 Penentuan ukuran dan jumlah tenaga kerja

2 Recruitment dan pembagian tenaga kerja kedalam kelompok kerja

3 Komposisi tenaga kerja untuk setiap jenis pekerjaan

4 Pengendalian jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan selama proyek

berlangsung

5 Perencanaan, penjadwalan, pengarahan, dan pengawasan kegiatan

tenaga kerja.

Dalam hal ini tenaga kerja yaitu semua orang yang terlibat dalam

pelaksanaan suatu proyek, baik dari yang ahli/profesional sampai tenaga kerja

pemborong/buruh.
68

Penempatan tenaga kerja harus disesuaikan antara keahlian tertentu

sehingga pekerjaan yang dihasilkan menjadi efisien dan efektif. Dalam

pelaksanaan pekerjaan tenaga kerja dibagi beberapa bagian sebagai berikut:

1 Tenaga kerja ahli adalah pegawai yang ditempatkan dalam pekerjaan

proyek yang sedang berlangsung. Jenis tenaga kerja ini memegang

peranan yang penting terhadap sistem koordinasi dan sistem manajemen

dengan tenaga kerja lainnya untuk menghasilkan prestasi yang baik dalam

pelaksanaan pekerjaan. Tenaga kerja ahli meliputi Ahli Pondasi, Ahli

Quantity Surveyor, Ahli Struktur, Ahli Mekanikal Elektrikal, Ahli

Arsiktektur, Ahli K3, Ahli Manajemen Kontruksi.

2 Mandor dituntut untuk memiliki pengetahuan teknis dalam taraf tertentu,

misalnya: dapat membaca gambar konstruksi, dapat membuat perhitungan

ringan, dapat membedakan kualitas bahan bangunan yang akan digunakan,

menangani pekerjaan acuan, pembesian, pengecoran, dan mengawasi

pekerjaan tenaga kerja bawahannya.

3 Tenaga tukang, harus ahli dalam bidangnya berdasarkan pengalaman dan

cara kerja yang sederhana.


69

3.2 Metode dan Prosedur Pelaksanaan

Menurut (Boodei, 2013) Untuk mencapai keberhasilan dalam hal mutu, efisiensi

waktu dan optimalisasi biaya pelaksanaan, dimana pelaksanaan harus dapat

merealisasikan pekerjaan sesuai waktu yang telah di tentukan, biaya yang telah di

anggarkan dan kualitas pekerjaan sesuai dengan yang diinginkan pihak pengguna

anggaran, sebagai upaya untuk terlaksananya rencana proyek tersebut, maka berikut

ini susunan metode dan prosedur pelaksanaan.

3.2.1 Metode

a Pekerjaan persiapan

Pekerjaan persiapan ini meliputi pembuatan direksi keet, gudang bahan,

pagar sementara dari seng, dan sarana sanitasi pekerja juga di area kerja,

peralatan kerja, air kerja, dan listrik kerja, keamanan proyek dan pos jaga

penggunaan daya PLN, dan pembersihan lapangan dan daerah kerja.

b Pekerjaan Bekisting

b.1 Metode Bekisting Kayu

Metode bekisting kayu adalah metode pekerjaan bekisting yang

menggunakan bahan utama papan partikel (plywood). Metode bekisting

kayu ini di gunakan untuk pembuatan bekisting plat lantai, bekisting

balok dan bekisting tangga.


70

b.2 Metode Bekisting Plat

Metode bekisting plat adalah metode dimana pekerjaan bekisting

yang menggunakan bahan utama plat baja, dengan ketebalan 1,5 cm.

Metode bekisting plat ini di gunakan untuk pembuatan bekisting kolom.

c Pekerjaan Pembesian

1) Metode Tulangan Sepihak

Metode tulangan sepihak adalah metode pekerjaan pembesian yang

dilakukan dengan cara memasang tulangan pada bagian tengah kolom,

dengan posisi lurus atau miring, seperti sengkang, metode tulangan

sepihak ini digunakan untuk pembuatan kolom.

d Pekerjaan pengecoran

1) Metode Cor Konvesional

Metode Cor Konvesional adalah metode dimana pengecoran

dilakukan langsung diarea yang sudah di pilih untuk dilakukan

pengecoran.

e Pekerjaan pengukuran

1 Metode pengukuran Theodolit

Metode pengukuran theodolit adalah metode yang dilakukan dengan

alat bantu theodolit. Dimana metode ini digunakan untuk pengukuran

antar
71

as kolom serta pengukuran untuk bekisting kolom, dengan arah bidang

horisontal.

2 Metode pengukuran Waterpass

Metode pengukuran Waterpass adalah alat yang digunakan untuk

megukur atau menentukan sebuah benda atau garis dalam posisi rata baik

pengukuran secara vertikal maupun horizontal.

3.2.2 Prosedur Pelaksanaan

1 Tahap Perencanaan

1.a Pembuatan Rencana Kerja (Kurva S)

Menurut Radjatadoe (2012) Penjadwalan proyek merupakan salah

satu elemen hasil perencanaan, yang dapat memberikan informasi tentang

jadwal rencana dan kemajuan proyek dalam hal kinerja sumber daya

biaya, tenaga kerja, peralatan dan material serta rencana durasi proyek

dan progress waktu untuk penyelesaian proyek. Untuk rencana kerja

(Kurva S) sebagai acuan dalam pelaksaan di lapangan di lampirkan dalam

dokumen teknis.

Manfaat penjadwalan proyek yaitu:

a.1 Memberikan pedoman terhadap unit pekerja kegiatan mengenai

batasbatas waktu untuk mulai dan akhir dari masing-masing

tugas.
72

a.2 Memberikan sarana bagi manajemen untuk koordinasi secara

sistematis dan realistis dalam penentuan alokasi prioritas

terhadap sumber daya dan waktu.

a.3 Memberikan sarana untuk menilai kemajuan pekerjaan.

a.4 Menghindari pemakaian sumber daya yang berlebihan, dengan

harapan proyek dapat selesai sebelum waktu yang ditetapkan.

a.5 Memberikan kepastian waktu pelaksanaan proyek.

a.6 Merupakan sarana penting dalam pengendalian proyek.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penjadwalan proyek yaitu:

1 Sasaran dan tujuan proyek.

2 Keterkaitan dengan proyek lain agar terintegrasi dengan master

schedule.

3 Dana yang diperlukan dan dana yang tersedia

4 Waktu yang diperlukan, waktu yang tersedia, serta perkiraan

waktu yang hilang dan hari-hari libur

5 Susunan dan jumlah kegiatan proyek serta keterkaitan di

antaranya

6 Kerja lembur dan pembagian shift kerja untuk mempercepat

proyek
73

7 Sumber daya yang diperlukan dan sumber daya yang tersedia

8 Keahlian tenaga kerja dan kecepatan mengerjakan tugas.

1.b Pelaksanaan Pengurusan Ijin Kerja

Dalam pelaksanaan pekerjaan menerapkan standarisasi prosedur

sesuai dengan system mutu yang di miliki serta memberitahukan atau izin

setiap akan melaksanakan pekerjaan, agar kemudian hari tidak terjadi hal-

hal yang tidak diinginkan serta untuk menghindari dari pekerjaan

bongkar pasang yang akan mengakibatkan terjadinya keterlambatan serta

penambahan biaya dalam pekerjaan.

1.c Gambar Kerja (Shop Drawing)

Sebelum memulai pekerjaan di buat gambar kerja (shop drawing)

yang detail dan di ajukan kepihak konsultan pegawas untuk mendapatkan

persetujuan. Gambar kerja dibuat berdasarkan gambar perencana, dan

setelah mendapat persetujuan dari konsultan pengawas di serahkan

kepada pelaksana untuk di laksanakan di lapangan.

1.d Material atau Bahan

Guna menjaga mutu hasil pelaksanaan material atau bahan yang akan

di pergunakan, diajukan contoh untuk mendapat persetujuan dari pihak

konsultan pengawas. Semua material yang akan dipergunakan untuk


74

pekerjaan ini sedapat mungkin di lengkapi dengan spesifikasi dari

produsen sesuai dengan brosur serta mengacu kepada persyaratan.

2 Tahapan Pekerjaan

Dalam proyek pembangunan gedung, tahapan pelaksanaan harus sesuai

dengan prosedur agar menghasilkan pekrjaan yang baik. Proyek

Pembangunan Hotel Grand G7 memiliki beberapa tahapan dalam

pelaksanaan pekerjaan, yaitu :

2.a Pemasangan bekisting

2.b Pembesian

2.c Pengecoran

3.3 Pekerjaan Balok dan Plat Lantai

Pekerjaan balok dan lantai biasanya dilakukan secara bersamaan dikarenakan

memiliki mutu beton yang sama. Pekerjaan ini dikerjakan secara bertahap, mulai dari

pemasangan bekisting hingga curing.

3.3.1 Pekerjaan Bekisting Balok

Pekerjaan bekisting balok dilakukan setelah scaffolding dipasang dan di

setting terhadap ketinggian balok. Scaffolding digunakan untuk menunjang

balok dan pelat lantai. Pengunaan scaffolding perlu memperhatikan spesifikasi

kekuatan dan ukuran dari kapasitas yang diperbolehkan oleh pabrik


75

pengeluarannya. Pekerjaan bekisting pelat dilakukan bersama-sama dengan

pekerjan bekisting balok.

Untuk itu sistem pengerjaannya tidak berbeda jauh dengan balok. Pelat

juga memerlukan sokongan dan penunjang, bedanya balok memiliki berat

sendiri lebih besar dari pelat lantai. Sehingga scaffolding pada balok dibuat

lebih kokoh dengan pemasang cross brace lebih banyak.

Berdasarkan Supervisor Structure, langkah-langkah pekerjaan bekisting

balok adalah sebagai berikut:

a Pasang jack base dan main frame terlebih dahulu sebagai penunjang utama.

Sebagai pengaku dipasang Cross brace pada main frame.

b Selanjutnya dipasang U-head pada main frame dan atur agar tingginya dapat

menunjang balok sesuai tinggi yang direncanakan.

c Antara U-head diberi batang besi berupa DoubleUNP (5x10) yang langsung

menunjang besi bekisting (bodeman hollow)

d Digunakan papan plywood (t=15mm) untuk badan balok dan (t=12mm)

untuk bagian bodeman balok yang sudah diperrnis sebagai bekisting dan

diberi bodeman hollow.


76

e Pemasangan bekisting balok dimulai dari bekisting sisi bawah balok yang

dipaku pada bodeman hollow pekerjaan ini mengunakan waterpass. Ini

dilakukan untuk mengamati ketepatan ketinggian bodeman hollow.

f Bekisting pada sisi samping diperkaku dengan tierod, beam clamp, dan

wingnut. Tierod yang digunakan pada balok sebenarnya sama dengan yang

digunakan pada kolom, hanya kedua-duanya lebih pendek dan diletakan

miring lalu dikunci dengan wingnut.

g Untuk balok dengan tinggi lebih dari 60 cm perlu dipasang wingnut dan

tierod, di sisi samping balok pada setiap jarak tertentu untuk mencegah

lendutan yang berlebihan.

h Bekisting pada sisi samping dapat dilepas setelah 24 jam. Sedangkan sisi

bawah yang ditunjang scaffolding diperbolehkan dibongkar seluruhnya

setelah pengecoran lantai pada tingkat ketiga dari lantai yang akan

dibongkar sudah berumur satu minggu atau sekitar 28 hari.

Berdasarkan Supervisor Structure langkah-langkah pekerjaan bekisting

plat lantai adalah sebagai berikut:

a Pasang joint pin dahulu sebagi penyangga utama. Jika terdapt kekurangan

tinggi dipakai U-head selanjutnya diberi batang besi berupa

DoubleUNP(5x10) yang langsung menunjang hollow.


77

b Untuk pemasangan papan plywood (t=12mm) sebagai bekisting pelat

digunakan hollow (5x10) supaya papan bekisting plywood tidak meledut.

c Hollow disusun sejajar satu sama lain dan tegak lurus balok. Jarak antaranya

perlu dihitung berdasarkan daya dukung kekuatannya. Selain itu semakin

panjang papan bekisting yang akan di sokong jarak antara hollow semakin

dekat.

d Setelah hollow disusun, diatasnya diletakan papan bekisting plywood.

Penyusunan papan perlu dilakukan seefisien mungkin agar tidak banyak

lembaran papan yang terpotong.

e Sambungan antara papan yang satu dengan yang lainnya dihubungkan

dengan sepotong kayu yang dipakukan pada kedua tepi papan tersebut.

f Pembongkaran bekisting dapat dilakukan setelah 28 hari atau setelah

pengecoran lantai pada tingkat ketiga dari lantai yang akan dibongkar sudah

berumur satu minggu.

Gambar 3.19 Bekisting balok dan plat lantai


Sumber: Dokumentasi Lapangan
78

3.3.2 Pekerjaan Pembesian

Pada balok tulangan lentur dipasang di atas dan bawah. Jumlah tulangan

terdapat lebih banyak pada daerah tarik karena yang menahan gaya tarik adalah

tulangan baja. Sehingga pada daerah tarik ini diusahakan tidak ada sambungan

tulangan. Jika tidak memungkinkan, sambungan tulangan boleh dipasang di

daerah tarik dengan panjang penyaluran sesuai ketentuan dengan pengikatan

kawat pada sambungan yang kuat serta pembengkokan pada ujung tulangan

sebagai kail.

Pelat lantai dirakit sebagai tulangan lentur. Pemasangan dilakukan

bersamaan dengan perakitan tulangan balok. Tulangan lentur pelat dibagi

menjadi tulangan lentur lapangan dan tumpuan. Pembagian tumpuan dan

lapangan mengikuti perencanaan.

Daerah tarikan di tumpuan balok terdapat pada bagian atas sepanjang ¼

bentang, sedangkan di lapangan terdapat pada bagian bawah sepanjang ½

bentang. Pada daerah tumpuan ini sengkang dipasang lebi rapat. Sengkang

diikat dengan kawat mengeliling tulangan lentur sebagai pengaku terhadap gaya

geser. Berbeda dengan kolom, tulangan balok dan pelat dipasang setelah

bekisting balok sudah selesai atau jadi setengah. Pada proyek ini tulangan

dipasang setelah bekisting sudah selesai dipasang baik samping maupun bawah.
79

Gambar 3.20 Sambungan pembesian kolom, balok dan plat lantai.


Sumber: Dokumentasi Lapangan

3.3.3 Pekerjaan Pegecoran


Pengecoran di kolom dilakukan setinggi elevasi lantai yang telah

ditentukan. Pada pengecoran pelat lantai ditandai dengan besi siku dan kawat

ayam sebagai stop cor sehingga beton tidak mengalir ke lokasi yang belum siap

dicor.

Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum dan saat pengecoran :

a Sebelum pelaksanaan pengecoran, semua alat yang akan digunakan dan

bagian struktur yang akan dicor harus bersih dari tanah, minyak dan beton

kering sebelumnya, serta air yang membanjiri perlu dipompa keluar.

Pembersihan dari tanah, kawat besi dan debu umunya mengunakan air

compressor.
80

b Pemberian space untuk plumbing, angkur serta material lainnya yang akan

tertanam di dalam beton harus sudah terpasang serta telah diperiksa dan

disetujui.

c Beton ready mix yang datang akan diperiksa oleh supervisor dan orang dari

SGG beton. Dilakukan slump test jika memenuhi yang diiginkan baru boleh

dilakukan pengecoran dan diambil setiap 35m 3 atau lima truck mixer untuk

pengecoran balok dan pelat, sample pada truk yang sama untuk tes

laboratorium diambil lima sample. Sample ini akan diuji kekuatannya saat

berumur tujuh hari, 14 hari, 21 hari dan 28 hari.

d Beton akan mengering dalam kisaran waktu dua sampai tiga jam sehingga

perlu di perhitungkan lama waktu yang diperlukan diperjalanan, kemacetan

truk yang akan dialami dan waktu pelaksanan sampai selesai seluruhnya.

Adukan beton ready mix tidak boleh ditambahkan air, walaupun beton mulai

mengering.

e Pengecoran beton pelat lantai dan balok menggunakan teknik memompa

beton ke atas lalu di tumpahkan diatas pelat dan balok.

f Dipakai vibrator/pengetar untuk memadatkan adukan beton agar mengisi

penuh sudut, dan sekeliling besi tulangan tanpa meninggalkan rongga-

rongga, tetapi agar tidak terjadi pengendapan material perlu diperhatikan


81

waktu pengetaran hanya sekitar lima sampai 15 detik. Usahakan agar

vibrator tidak mengenai besi atau bekisting karena dapat terjadi pelonggaran

ikatan kawat pada besi dan sengkang.

g Pembuatan beton decking memiliki ketentuan dan aturan dalam SNI. Mutu

tahu beton juga perlu dibuat sesuai mutu adukan beton nantinya.

h Pada sambungan dibuat miring dan kasar atau diberi kawat ayam agar beton

lebih mudah melekat.

i Sesaat sebelum pengecoran dilakukan pembersihan air, sampah, lumpur, dan

sejenisnya. Sebelumnya harus dilakukan penghitungan terhadap volume

beton yang akan dicor untuk memperkirakan jumlah mix design yang akan

dipesan.

j Pada saat perjalanan truckmixer berputar berlawanan arah jarum jam jika

dilihat dari belakang mobil. Sehingga adukan beton tidak keluar.

k Saat pengeluaran beton ready mix ke concrete pump truk diputar searah

jarum jam jika dilihat dari belakang.

l Pengecoran pelat juga merupakan tahap yang sangat penting dalam

pengerjaan suatu proyek, karena jika terjadi kesalahan saat persiapan

pengecoran perlu dilakukan pembongkaran ulang dan pergantian tulangan


82

dengan tulangan baru. untuk itu diperlukan persetujuan konsultan,

kontraktor dan owner sebelum pengecoran dimulai.

Gambar 3.21 Pekerjaan Pengecoran kolom


Sumber: Dokumentasi Lapangan
3.3.4 Pekerjaan Curing Balok dan Pelat

Setelah dilakukan pengecoran pada balok maka beton akan mulai menjadi

keras. Oleh karena itu pengeringan beton sebelum waktunya perlu dihindari,

pengeringan ini dapat terjadi karena penguapan air akibat angin dan cuaca

panas. Sehingga beton menjadi retak-retak dan menyusut setelah dingin. Untuk

itu perlu dijaga agar suhu dalam tidak berubah. Hal ini yang menyebabkan perlu

adanya perawatan dan perlindungan (curing) beton. Ada tiga metode pada

curing beton yaitu:

a Memakai chemical curing compound. Tetapi zat kimia ini cukup mahal

sehingga jarang dipakai.


83

b Menutup supaya tidak ada penguapan. dapat ditutup dengan plastik

ataupun styrofoam .

c Disiram dengan air bersih agar beton tetap lembab. Penyiraman minimal

1-2 kali sehari.

3.4 Pekerjaan Kolom

Kolom merupakan suatu elemen struktur bangunan yang berfungsi menyangga

beban aksial tekan vertikal dan lateral dan meneruskannya ke pondasi. Pembuatan

kolom dilakukan dengan tahap-tahap berikut:

3.4.1 Penentuan As (Marking)

Hal pertama yang perlu dilakukan ialah pengukuran dan pematokan

titik- titik as kolom berupa marking. Tujuannya adalah sebagai dasar

penentuan letak bekisting tulangan kolom. Alat yang digunakan dalam

penentuan as kolom adalah theodolite. Garis bantu berupa marking lurus

pada plat lantai atau yang biasa disebut garis pinjaman membantu dalam

penentuan as kolom ini. Untuk mengetahui kesejajaran antara kolom lantai

bawah ke kolom lantai atas dibuat lubang pada pelat lantai yang nantinya akan

ditutup kembali.
84

3.4.2 Fabrikasi Tulangan

Langkah pertama yang dilakukan adalah pemotongan. Tulangan baja

kolom dipotong sesuai dengan panjang yang diperlukan. Alat yang digunakan

dalam pemotongan tulangan kolom adalah bar cutter.

Gambar 3.22 Pemotongan tulangan menggunakan bar cutter


Sumber: Dokumentasi Lapangan

Tahap selanjutnya tulangan dibengkokan sesuai kebutuhan dengan

menggunakan bar bender. Setelah tulangan dipotong dan dibengkokkan

kemudian tulangan kolom dirakit sesuai dengan kriteria desain.

Gambar 3.23 Tulangan dibengkokan menggunakan bar bender


Sumber: Dokumentasi Lapangan
85

3.4.3 Pekerjaan Pembesian

Tulangan kolom terdiri dari tulangan lentur dan sengkang. Umumnya

selalu dipakai tulangan lentur four faces pada ke empat sisi kolom karena

momen yang bekerja pada kolom umumnya dua arah. Dalam perencanaannya

sering diadakan pengecilan kolom pada tiap lantai karena beban yang

ditanggung kolom semakin ke atas akan semakin kecil. Pengecilan kolom ini

dilakukan dengan membengkokkan tulangan pada overlap ke arah dalam

sampai menjadi sesuai ukuran pengecilan kolom. panjang tulangan stek yang

digunakan untuk bagian sambungan antar kolom (kolom bagian atas dan

kolom bagian bawah) tergantung mutu beton dan dimensi tulangan yang

digunakan.

Pada bagian atas dan bawah kolom tulangan sengkang dipasang lebih

rapat, sedangkan bagian tengah lebih jarang. Hal ini dilakukan karena geser

lintang ditengah lebih kecil dari ditepi yang menjadi tumpuan. Tulangan

lentur kolom dipasang sepanjang besi, sehingga tiap lantai ada sambungan

kolom. Pada pembesian kolom supaya kolom mendapatkan selimut beton

sesuai perencanaan maka selain menggunkan beton decking, ada pula sepatu

kolom berbentuk siku yang dilas pada bagian bawah kolom


86

Gambar 3.24 Pembesian kolom


Sumber: Dokumentasi Lapangan

3.4.4 Pekerjaan Bekisting

Terdapat perbedaan urutan pekerjaan dalam pemasangan bekisting

kolom. Pada balok dan pelat lantai pembesian dipasang setelah bekisting

selesai. Tetapi pada kolom bekisting dipasang setelah pembesian selesai.

Batas tinggi bekisting kolom merupakan elevasi tinggi balok.

Langkah-langkah pekerjaan bekisting kolom adalah sebagai berikut:

a Potong papan plywood (t= 18 mm) untuk keempat sisi kolom.

b Pada tiap potongan papan dipasang hollow (5x10) dalam arah memanjang,

agar posisi bekisting berada tepat, perlu di buat sepatu kolom dikeempat

sisi kolom paling bawah. Profilsiku digunakansetinggi 5 cm.

c Pasang papan yang sudah dipasang joist pada keempat sisi kolom.
87

d Untuk mengikat keempat papan, pasang waller hollow dalam arah

melintang. Banyaknya waller hollow pada tiap papan perlu dihitung.

Sebelumnya di sisi bawah waller perlu di buat dudukan waller, dudukan

ini memakai besi 10 dan besi ini di las pada hollow.

e Selanjutnya pada waller hollow diikat dan di kunci oleh tierod dan wingnut.

f Pemasangan kicker hanya dilakukan pada kedua sisi kolom yang

bersihkan, disetiap sisinya terdapat 4 buah kicker yang terletak di sebelah

atas 2 buah dan bawah 2 buah. Sebelah bawah dimaksudkan untuk

mengatur dan mengunci ketepatan letak posisi bekisting. Kicker yang atas

dikerjakan setelah bagian bawah pas. Kicker atas dimaksudkan untuk

mengunci posisi vertikal bekisting. Ujung dari kicker dipaku ke waller,

sedangkan ujung lain dikaitkan pada besi polos yang ditanam di pelat

lantai saat pengecoran. Umumnya jarak standar horizontal antara ujung

kicker adalah 1.6 m.

g Untuk memastikan bekisting lurus atau tidak, dilakukan pemeriksaan

bekisting kolom dengan menggunakan unting-unting


88

Gambar 3.25 Bekisting kolom


Sumber: Dokumentasi Lapangan

3.4.5 Pekerjaan Pengecoran

Setelah bekisting kolom disetel sehingga posisinya benar-benar lurus.

Pekerjaan pengecoran kolom juga dilakukan dengan menggunakan concrete

bucket yang diangkat oleh tower crane. Tahap-tahap persiapan pekerjaan

pengecoran kolom:

a Pengecekan elevasi tulangan kolom dan overlapping dari sambungan

tulangan.

b Melakukan pembersihan lokasi kolom dengan air compressor sisa–sisa

potongan kawat besi dan debu.

c Memasang form work atau bekisting.


89

d Menyiapkan concrete vibrator yang akan digunakan dalam proses

pengecoran.

e Menyiapkan concrete bucket. Setelah itu, maka pengecoran siap untuk

dilaksanakan.

Tahapan pekerjaannya adalah sebagai berikut :

1 Pengecekan slump dari mix concrete yang dibawa dengan menggunakan

truk mixer.

2 Pengecoran kolom dilakukan dengan menggunakan bantuan vibrator, agar

beton menjadi lebih padat.

3 Pengecekan ketinggian kolom agar sesuai dengan ketinggian yang

diinginkan.

4 Saat pengecoran kolom pada bagian atas permukaan kolom yang nantinya

akan menjadi sambungan antara kolom bawah dan atas perlu dibuat

perkasaran permukaan beton. Perkasaran ini dibuat dengan membuat

guratan-guratan saat pengecoran mulai kering mengunakan besi tulangan.

Sesaat sebelum pengecoran, sambungan ini akan diberikan calbon sebagai

perekat antar beton.


BAB IV

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

4.1 Pengawasan Proyek

Suatu kegiatan pengawasan / monitoring suatu proyek supaya proyek bisa

berjalan dengan lancar dan mendapatkan mutu yang baik, penggunaan biaya dan

waktu serta evaluasi atau pengambilan langkah-langkah yang diperlukan pada saat

pelaksanaan, agar proyek dapat selesai sesuai dengan yang direncanakan.

4.1.1 Pengertian Pengawasan

Menurut Tery (2006) mengartikan pengawasan sebagai

mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi

prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tindakan-tindakan korektif

sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Konsultan pengawas adalah pihak yang ditunjuk oleh pemilik proyek

(owner) untuk pelaksanakan pekerjaan pengawasan. Konsultan pengawas

dapat berupa badan usaha atau perorangan. Perlu sumber daya manusia yang

ahli dibidangnya masing-masing seperti teknik sipil, arsitektur, mekanikal

elektrikal dan lain-lain sehingga sebuah bangunan dapat dibangun dengan

baik dalam waktu cepat dan efisien.

Konsultan pengawas biasa diadakan pada proyek bangunan dengan

skala besar seperti gedung bertingkat tinggi, bagian ini bisa merangkap

dalam hal management konstruksi atau MK namun perbedaanya adalah MK

mengelola jalannya proyek dari mulai perencanaan, pelaksanaan sampai

berakhirnya proyek sedangkan konsultan pengawas hanya bertugas

90
91

mengawasi jalannya pelaksanaan proyek saja. dalam kondisi nyata

dilapangan diperlukan kerjasama yang baik antara konsultan pengawas

dengan kontraktor agar bisa saling melengkapi dalam pelaksanaan

pembangunan sehingga tidak ada pihak yang dirugikan misalnya kontraktor

dibatasi oleh waktu dalam melaksanakan pekerjaan jadi akan sangat

terpengaruh dari proses aproval material atau shop drawing dari konsultan

pengawas.

4.1.2 Tugas dan tanggung jawab pengawas

Menurut Tery (2006) Tugas dan tanggung jawab pengawas secara

teknis yaitu dengan menjalankan pelaksanaan kualitas, bahan, peralatan,

tenaga, hasil pekerjaan, waktu, serta cara-cara pelaksanaan sesuai dengan

perjanjian pemborong. Dalam melaksanakan pengawsan diproyek hal–hal

yang harus diperhatikan diantaranya adalah:

2.1 Pengawasan terhadap gambar proyek

Pengawasan terhadap gambar memegang peranan yang tidak kalah

pentingnya, dimana setiap pekerjaan lapangan harus sesui dengan

spesifikasi gambar. Setiap proses pembuatan gambar juga harus

melalui proses pemeriksaan.

Pembuatan Shop drawing dilakukan oleh kontraktor pelaksana,

kemudian dilakukan pemeriksaan yang dilakukan oleh konsultan

pengawas. Pada pengawasan terhadap shop drawing ini terdapat tiga

parameter yang menyatukan status gambar, yaitu:


92

a Approved

Artinya shop drawing disetujui untuk dijadikan pedoman

pelaksanaan dilapangan.

b Approved as note

Artinya shop drawing disetujui dengan catatan-catatan yang

ada untuk dijadikan pedoman pelaksanaan di lapangan.

c Not Approved

Artinya gambar shop drawing tidak disetujui, maka kontraktor

harus melakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan kesalahan

dan catatan yang ada.

2.2 Pengawasan Pekerjaan Form Work / Bekisting

Pengawasan pekerjaan form work adalah pengawasan terhadap

pelaksanaan pembuatan bekisting. Yang merupakan pelaksanaan

pekerjaan form work adalah pengawasan terhadap elevasi lantai,

pinjaman as, dimensi bekisting, kekokohan scaffolding dan support,

pemeriksaan bahan bekisting yang memenuhi syarat, dan pelaksanaan

pengawasan pekerjaan lapangan.

Pentingnya pengawasan terhadap pekerjaan form work karena

pekerjaan ini yang akan memberikan bentuk pekerjaan pembesian dan

pekerjaan beton. Sehingga pekerjaan from work harus dilaksanakan

sesuai dengan spesifikasi shop drawing.


93

2.3 Pengawasan Pekerjaan Pembesian

Setelah pengawasan pekerjaan form work, diisyaratkan pula untuk

pemeriksaan mutu besi beton yang digunakan, Besi beton yang dipakai

dalam bangunan harus memenuhi persyaratan terhadap metode pengujian

dan pemeriksaan untuk bermacam-macam mutu baja beton (yang luas

penampang batang dalam mm² telah eksak ditentukan) sehingga batang

mengalami putus.

2.4 Pengawasan Terhadap Mutu Beton

Selama masa pelaksanaan mutu beton dan mutu pelaksanaan perlu

diawasi dan diperiksa secara continue dengan jalan membuat dan

menerima benda uji yang diambil dari campuran beton. Dimana bentuk

dan ukuran dari benda uji yang akan dipergunakan dapat mempengaruhi

kekuatan tekan dari beton. Penggunaan beton pada proyek ini adalah

beton siap pakai (ready mix) karena melihat factor efisiensi pembuatan

beton tersebut.

Sebelum dipergunakan, terlebih dahulu diadakan pengetesan dengan

pengujian kekentalan adukan beton ke dalam kubus atau silinder untuk

diperiksa kekuatan beton terhadap gaya tekan. Sebagai perbandingan

kekuatan tekan pada berbagai benda uji.


94

2.5 Pengawasan Terhadap Pekerjaan Pasangan, Plesteran, dan Acian

dinding.

Selama masa pelaksanaan pekerjaan finishing arsitektur juga sangat

perlu pengawasan yang tinggi, seperti pada pekerjaan pasangan dinding

mulai dari mutu adukan, air yang digunakkan, kelurusan dan kerapihan

pasangan, sebab apabila terjadi kesalahan akan membuang waktu dan

biaya. Selanjutnya pekerjaan plesteran dan acian, apabila pekerjaan

pasangan lurus dan rapi maka ketebalan plesteran menjadi efisien karena

ketebalan plesteran rata-rata sama.

2.6 Pengawasan Terhadap Pekerjaan Pasangan Lantai (Keramik).

Pekerjaan terhadap pekerjaan finishing lantai keramik juga sangat

penting untuk menjaga kualitas pemasangan dalam hal ini kerataan

pemasangan dan adukan perekat keramik agar apabila pasangan keramik

sudah kering tidak keropas. Disisi lain kualitas material keramik itu

sendiri juga sangat berpengaruh dalam kerapian pemasangan lantai

keramik.

2.7 Pengawasan Terhadap Pekerjaan Pengecatan.

Pengawasan pekerjaan ini perlu diperketat dalam hal pencampuran cat

dengan pengencer cat dan tentunya material cat itu sendiri jangan sampai

berubah dari spesifikasi yang telah ditentukan. Untuk

mengaplikasikannya biasanya cat harus menutupi warna acian dinding

hingga tidak ada bayangan warna acian yang ditimpa oleh cat itu sendiri.

Untuk pengecetan dinding luar dilapisi lagi dengan sealer alkali guna

melindungi cat dari panas dan hujan agar cat tidak mudah pudar.
95

2.8 Pengawasan terhadap Pekerjaan Finishing Lainnya

Seperti halnya pengawasan terhadap pekerjaan diatas, jadi semua

pekerjaan seharusnya memerlukan pengawwasan agar terkontrol, karena

apabila terjadi kesalahan segera terdeteksi. Dalam hal ini seperti pada

pekerjaan pembuatan dan pemasangan kusen pintu dan jendela,

pemasangan asesoris lainnya, juga saluran air bersih dan kotor.

Sedangkan Tugas dan tanggung jawab pengawas secara administrasi

yaitu:

1 Menyelenggarakan surat-menyurat yang berkaitan dengan

pelaksanaan proyek. Contohnya dengan menerima dan menyiapkan

berita Acara sehubungan dengan penyelesaian pekerjaan di lapangan,

serta untuk keperluan pembayaran angsuran.

2 Membuat laporan berkala mengenai kegiatan pembangunan kepada

pemberi tugas. Contohnya dengan mempersiapkan formulir, laporan

harian, laporan mingguan dan laporan bulanan, membuat berita acara

kemajuan pekerjaan, penyerahan pertama dan kedua serta formulir-

formulir lainnya yang diperlukan untuk kebutuhan dokumen

pembangunan, serta keperluan pendaftaran sebagai bangunan gedung

negara.

3 Mencatat, memeriksa dan menyiapkan daftar volume dan nilai

pekerjaan, serta penambahan atau pengurangan pekerjaan guna

keperluan pembayaran.
96

4.2 Pengendalian Proyek

Pengendalian proyek menurut Nurhayati (2010) menjelaskan bahwa sebuah

proyek dapat diartikan sebagai upaya atau aktivitas yang diorganisasikan untuk

mencapai tujuan, sasaran dan harapan-harapan penting dengan menggunakan

anggaran dana serta sumber daya yang tersedia, yang harus diselesaikan dalam

jangka waktu tertentu. Sebelum memahami tentang pengendalian pelaksanaan

proyek, maka harus memahami pengertian dan dasar hukum yang

memayungi/sebagai acuan dalam pelaksanaan.

Pengendalian proyek adalah proses dari memonitor, mengevaluasi dan

membandingkan hasil yang direncanakan dengan hasil yang senyatanya untuk

menentukan kemajuan terhadap biaya proyek, jadwal dan tujuan teknis kinerja,

sebagus mungkin seperti halnya penyesuaian strategi proyek dengan tujuan

organisasi pemilik proyek tersebut.

Pengendalian Proyek dilaksanakan secara umum dapat dikelompokan

sebagai berikut:

1 Pengendalian Mutu.

2 Pengendalian Waktu

3 Pengendalian Biaya.
97

4.2.1 Teori Pengendalian Mutu

1.1 Pengendalian Mutu Material Dan Bahan Bangunan

1.a Uji test slump

Uji test slump adalah pengujian untuk mengetahui kadar air

dalam beton yang berhubungan dengan mutu beton. Pengujian test

slump dilakukan satu kali setiap mixer truck datang dan diharapkan

nilai slump yang diperoleh adalah 10 ± 2 cm yang mengacu pada SNI

03-1972-2008. Test slump bertujuan untuk kelancaran pelaksanaan

pengecoran.

Jika terlalu kental maka akan merusak concrete pump dan susah

masuk ke celah-celah tulangan, jika terlalu encer maka akan

menurunkan kualitas mutu beton yang dihasilkan. Uji test slump

dilakukan dengan cara :

1 Uji test slump menggunakan kerucut Abrams bagian bawah

berdiameter 30 cm, bagian atas berdiameter 10 cm.

2 Adukan beton dimasukan ke kerucut Abrams sebanyak tiga lapis

dan tiap lapis ditusuk menggunakan tongkat baja berdiameter 16

mm, panjang 60 cm, sebanyak 10 kali.

3 Setelah terisi penuh dan diratakan diamkan selama 30 menit

4 Kerucut ditarik vertikal ke atas sehingga adukan beton turun, dan

dicek berapa ketinggian cetakan beton yang diperoleh.


98

Gambar 4.1 Uji Test Slump


Sumber: Dokumentasi Lapangan

Gambar 4.2 Beton uji kuat tekan


Sumber: Dokumentasi Lapangan

Gambar 4.3 Mesin uji kuat tekan


Sumber: Dokumentasi Lapangan
99

Gambar 4.4 Proses uji kuat tekan


Sumber: Dokumentasi Lapangan

1.2 Pengendalian mutu pekerjaan

Dalam pengendalian mutu pekerjaan, penekanan yang diberikan

adalah pada pekerjaan beton bertulang untuk pekerjaan struktur dan

untuk pekerjaan finishing arsitektur pemakaian jenis-jenis material

finishing sesuai spesifikasi teknis dan approval material yang telah

disetujui oleh pemilik, serta campuran spesi yang sesuai spesifikasi.

Dan tidak kalah pentingnya pengawasan terhadap gambar kerja.

1.3 Pengendalian Terhadap Gambar proyek

Pada proyek bangunan, gambar memegang peranan yang sangat

penting. Ide dan perencanaan semuanya dituangkan dalam sebuah

gambar teknik. Dari gambar inilah dipecahkan metode pelaksanaan

pekerjaan hingga suatu bangunan dapat terelisasi.


100

Adapun beberapa jenis gambar teknik pada suatu proyek

bangunan adalah sebagai berikut:

a Gambar Tender

Gambar tender adalah gambar yang dimiliki pemilik (owner)

yang dibuat untuk menganalisa dan membuat Rencana Anggaran

Biaya (RAB) pada suatu proyek yang akan dikerjakan.

b Gambar For Construction

Gambar for construction adalah gambar yang digunakan sebagai

pedoman untuk membuat gambar detail pelaksanaan konstruksi (shop

drawing).

c Gambar Shop Drawing

Gambar Shop Drawing adalah gambar yang dibuat oleh

kontraktor dengan pedoman gambar for construction yang digunakan

sebagai pedoman atau dasar pelaksanaan pekerjaan di lapangan.

d Gambar As Built Drawing

Gambar As Built Drawing adalah gambar actual pelaksanaan

setelah proses pekerjaan lapangan selesai dikerjakan.

4.2.2. Teori Pengendalian Waktu

Menurut (Ahadi: 2011) pengawasan dan pengendalian waktu atau

bisa kita sebut dengan penjadwalan merupakan alat yang diperlukan guna

menyelesaikan suatu proyek. Untuk proyek dengan beberapa kegiatan, tahap

pelaksanaan umumnya dapat dibayangkan sehingga penjadwalan tidak

begitu mutlak dilakukan.


101

Akan tetapi berbeda masalahnya pada proyek berskala besar dimana

selain jumlah kegiatan yang sangat banyak dan rumitnya ketergantungan

antar kegiatan tidak mungkin lagi diolah dalam pikirran. Penjadwalan dan

pengontrolan menjadi rumit, jadi sangatlah penting agar kegiatan dapat

dilakukan dengan efektif dan efisien.

Penjadwalan adalah berfikir secara mendalam melalui berbagai

persoalan-persoalan, menguji jalur-jalur yang logis, menyusun berbagai

macam tugas yang menghasilkan suatu kegiatan lengkap, dan menuliskan

macam-macam kegiatan dalam kerangka yang logis dan rangkaian waktu

yang tepat.

Unsur utama dari penjadwalan adalah peramalan (forecasting),

walaupun perlu disadari bahwa perubhan-perubahan dapat saja terjadi

dimasa mendatang dan akan mempengaruhi pola rencananya sendiri.

Penjadwalan Proyek memiliki beberapa teknik yang biasa digunakan, antara

lain:

1 Bar Chart

Bar Chart diperkenalkan oleh Henry I. Gantt dan Frederick W. Taylor

pada awal 1900. Bar Chart adalah sekumpulan daftar kegiatan yang disusun

dalam kolom arah vertikal. Kolom arah horizontal menunjukkan skala

waktu. Saat mulai dan akhir dari sebuah kegiatan dapat terlihat dengan jelas,

sedangkan durasi kegiatan digambarkan oleh panjangnya diagram batang.


102

Proses penyusunan Bar Chart dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

a Daftar item kegiatan, yang berisi seluruh jenis kegiatan pekerjaan yang

ada dalam rencana pelaksanaan pembangunan.

b Urutan pekerjaan, dari daftar item kegiatan itu disusun urutan

pelaksanaan pekerjaan berdasarkan prioritas item kegiatan yang akan

dilaksanakan lebih dahulu dan item kegiatan yang akan dilaksanakan

kemudian, tanpa mengesampingkan kemungkinan pelaksanaan

pekerjaan-pekerjaan secara bersamaan.

c Waktu pelaksanaan pekerjaan, adalah jangka waktu pelaksanaan dari

seluruh kegiatan yang dihitung dari permulaan kegiatan sampai dengan

seluruh kegiatan berakhir. Waktu pelaksanaan pekerjaan diperoleh dari

penjumlahan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan setiap item

kegiatan.

Bar Chart memiliki sejumlah kelebihan dan kekurangan dibandingkan

dengan sistem penjadwalan lainnya. Kelebihan-kelebihan Bar Chart sangat

membantu perencanaan jadwal pada tahap pendahuluan suatu proyek

konstruksi dan perekayasaan, yang sering terjadi perubahan.

Keuntungan dan manfaat Bar Chart antara lain:

a Bentuk grafiknya dan mudah dimengerti oleh semua tingkat manajemen,

sehingga dapat diterima dan digunakan dalam pelaksaan secara luas.


103

b Merupakan alat perencanaan dan penjadwalan yang baik, hanya

memerlukan sedikit penyempurnaan (revisi) dan pembaharuan dibanding

sistem-sistem yang canggih.

Sedangkan keterbatasan dan kelemahan Bar Chart antara lain:

a). Hubungan antara masing-masing aktivitas tidak bisa dilihat dengan jelas.

b). Diagram batang tidak memadai untuk dipakai dalam pekerjaan

pengawasan, karena aktivitas-aktivitas yang menentukan kecepatan

waktu tidak terlihat dengan jelas.

c Alternatif untuk memperbaiki jadwal pelaksanaan kegiatan lainnya tidak

dapat dibaca pada diagram batang.

d Apabila terdapat satu atau beberapa aktivitas mengalami keterlambatan,

maka gambaran keseluruhan sulit untuk diketahui secara tepat sejauh

mana hal tersebut akan mempengaruhi jadwal keseluruhan proyek.

2 Kurva S atau Hanumm Curve

Kurva S secara grafis adalah penggambaran kemajuan kerja (bobot %)

kumulatif pada sumbu vertikal terhadap waktu pada sumbu horisontal.

Kemajuan kegiatan biasanya diukur terhadap jumlah uang yang telah

dikeluarkan oleh proyek. Perbandingan kurva “S” rencana dengan kurva

pelaksanaan memungkinkan dapat diketahuinya kemajuan pelaksanaan

proyek apakah sesuai, lambat, ataupun lebih dari yang direncanakan.


104

3 Critical Path Method (CPM)

CPM dikembangkan pada tahun 1957 oleh J.E Kelly dari Remington

Rand dan M.R Walker dari DuPont untuk membantu pembangunan dan

pemeliharaan pabrik kimia di DuPont (Prasetya dan Lukiastuti, 2009).

Solusi CPM yang diadopsi oleh Kelly pada dasarnya berasal dari “Linear

Programming” dan menggunakan notasi “I-J” untuk menggambarkan

hubungan antar kegiatan (Weaver, 2006). Sekarang ini penjadwalan dengan

menggunakan CPM sudah jarang dijumpai, dan pada umumnya hanya

ditemukan di paper-paper akademik yang mana perhitungannya dilakukan

secara manual (Weaver, 2006).

CPM disebut juga analisis jalur kritis, merupakan analisis jaringan

proyek yang digunakan untuk memperkirakan total durasi (umur) proyek.

Jalur kritis proyek adalah sekumpulan aktivitas yang menentukan waktu

paling cepat selesainya proyek. Jalur ini merupakan jalur terpanjang pada

diagram jaringan dan memiliki slack dan float minimal. Slack dan float

adalah sejumlah waktu tunda aktivitas (waktu kelonggaran), tanpa menunda

atau mengganggu selesainya proyek secara keseluruhan.

CPM terdiri atas anak panah dan lingkaran/segiempat. Anak panah

menggambarkan kegiatan atau aktivitas, sedangkan lingkaran atau

segiempatmenggambarkan kejadian (event). Kejadian (event) di awal anak

panah disebut “I”, sedangkan kejadian (event) di akhir anak panah disebut

“J” (Ervianto, 2005). Setiap activity on arrow merupakan suatu kesatuan

dari seluruh kegiatan sehingga kejadian (event) “J” kegiatan sebelumnya

juga
105

merupakan kejadian (event) “I” kegiatan berikutnya, seperti yang disajikan

pada Gambar 4.5 berikut.

Gambar 4.5 Event dan Aktivitas CPM


Sumber: Ervianto, 2005

Di mana :

i.j = Nomor Peristiwa

X = Nama Kegiatan

EET = Earliest Event Time (Saat Paling Awal Kegiatan)

LET = Latest Event Time (Saat Paling Lambat Kegiatan)

D = Durasi Kegiatan

ES = Earliest Start Time (Saat Paling Cepat untuk mulai kegiatan)

EF = Earliest Finish Time (Saat Paling Cepat untuk akhir kegiatan)

LS = Latest Start Time (Saat Paling Lambat untuk mulai kegiatan)

LF = Latest Finish Time (Saat Paling Lambat untuk akhir

kegiatan)

Dari penjelasan diatas, maka sekitar kegiatan pengawasan dan

pengendalian terhadap waktu pekerjaan proyek dapat menjadi suatu

tantangan bagi manajer proyek untuk dapat mencapai sasaran proyek dengan

baik.
106

1 Laporan harian

Laporan harian adalah laopran kegiatan pekerjaan proyek yang

terlaksana dalam satu hari yang bertujuan untuk mempermudah

penyusunan laporan mingguan. Laporan harian berisi jenis pekerjaan,

alat dan bahan yang digunakan dalam pekerjaan dan jumlah pekerja.

2 Laporan mingguan

Laporan mingguan adalah laporan kegiatan pekerjaan proyek yang

terlaksana dalam satu minggu. Laporan mingguan disusun berdasarkan

laporan harian selama satu minggu. Dari hasil laporan mingguan akan

diperoleh kumulatif prestasi pekerjaan untuk time schedule pelaksanaan

maka akan diketahui jika terjadi keterlambatan atau kemajuan dalam

proyek tersebut.

3 Laporan bulanan

Laporan bulanan disusun berdasarkan laporan mingguan dalam

suatu proyek. Laporan bulanan juga dikerjakan untuk mengetahui

gambaran baik itu kemajuan maupun keterlambatan dalam suatu proyek

dan berhubungan dengan time schedule.

4.2.3 Teori Pengendalian Biaya

Pada suatu proyek, manajer proyek perlu memperhatikan tentang

anggaran yang telah ditetapkan dalam perencanaan proyek, manajer tidak

dapat menafsirkan bahwa sebesar anggaran itulah akhir biaya proyek.

Anggaran adalah suatu perkiraan yang disusun berdasarkan informasi yang

tersedia pada saat pembuatan anggaran.


107

Ada beberapa asumsi yang digunakan untuk merumuskan

ketidakpastian yang dihadapi proyek sehingga menjadi bagian dari anggaran

proyek. Oleh sebab itu, rencana proyek yang dibuat sebelum dimulai dan

dituangkan dalam Petunjuk Operasional (PO) haruslah memuat sifat:

a Rencana proyek yang mengalami perubahan selama proyek itu berjalan

b Rencana proyek dapat menjadi landasan bersama semua pihak dalam

komunikasi mengenai proyek selama masa kerja proyek.

Dengan dimilikinya sifat-sifat ini dalam rencana proyek, semua

pihak akan dapat mengetahui bahwa anggaran proyek dapat meningkat lebih

besar selama proyek berjalan dan dapat pula realisasi biaya proyek lebih

kecil dari pada anggarannya setelah proyek selesai asalkan proyek tersebut

dapat berjalan secara efektif dan efisien.

4.2.4 Dasar Hukum Pengendalian Proyek

Dasar hukum dari pengendalian pelaksanaan proyek, meliputi

peraturan perundang-undangan terkait proyek konstruksi, yaitu:

4.1Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi;

4.2Undang-undang sektor terkait, yang mengatur tentang jalan dan

jembatan, sumber daya air, bangunan gedung, perumahan dan

kawasan permukiman, dsb.

4.3Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang

Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;


108

4.4Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan

Keempat Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan

Barang dan Jasa Pemerrintah.

4.3 Pembayaran Termin dan Serah Terima Pekerjaan

Penyusunan kontrak jasa pemborongan adalah kegiatan menyusun kontrak

paket pekerjaan jasa pemborongan yang dilakukan oleh pihak pengguna jasa /

panitia dan penyedia jasa pemborongan yang telah ditunjuk pada proses

pelaksanaan lelang. Dalam menyusun kontrak, pengguna dan penyedia jasa

pemborongan mengacu kepada dan berdasarkan naskah draft kontrak yang ada

dalam dokumen penawaran dan dokumen lainnya seperti dokumen berita acara

hasil pembukaan dokumen usulan, berita acara evaluasi, berita acara klarifikasi

dan negosiasi, berita acara penetapan calon penyedia jasa pemborongan, dan

keputusan penunjukan penyedia jasa pemborongan dari pihak pengguna, dan

sebagainya.

Sistem kontrak yang dipilih adalah sistem kontrak yang telah ditentukan

pada naskah draft kontrak yang ada dalam dokumen permintaan usulan.

Pemilihan sistem kontrak yang digunakan tersebut disesuaikan dengan jenis, sifat,

dan nilai pengadaan jasa pemborongan yang bersangkutan.

Pasal 30 Keppres No. 80 Tahun 2003 mengatur ketentuan mengenai jenis

kontrak pengadaan barang dan jasa sebagai berikut:

1 Kontrak Lumpsum

Keppres 80/2003 menguraikan bahwa Kontrak lump sum adalah kontrak

pengadaan barang/jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu

tertentu, dengan jumlah harga yang pasti dan tetap, dan semua resiko yang
109

mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan sepenuhnya ditanggung

oleh penyedia barang/jasa.

Sistem kontrak ini lebih tepat digunakan untuk pembelian barang dengan

contoh yang jelas, atau untuk jenis pekerjaan konstruksi yang perhitungan

volumenya untuk masing-masing unsur/jenis pekerjaan sudah dapat diketahui

dengan pasti berdasarkan gambar rencana dan spesifikasi teknisnya. Harga yang

mengikat dalam kontrak sistem ini adalah total penawaran harga.

Pembayaran dilakukan secara bertahap berdasarkan tahap penyelesaian

pekerjaan jasa pemborongan, misalnya dalam jasa pekerjaan pembangunan

rumah, pembayaran pertama sebesar 20% setelah pekerjaan pondasi selesai.

Pembayaran kedua sebesar 30% setelah pekerjaan pembuatan dinding dan

selanjutnya.

Definisi ini tidak jauh berbeda dengan Perpres 54/2010 sebagaimana diubah

melalui Perpres 70/2012 bahwa Kontrak Lump Sum merupakan Kontrak

Pengadaan Barang/Jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu

tertentu sebagaimana ditetapkan dalam Kontrak, dengan ketentuan sebagai

berikut:

1.a Jumlah harga pasti dan tetap serta tidak dimungkinkan penyesuaian harga;

1.b Semua risiko sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia Barang/Jasa;

1.c Pembayaran didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan

sesuai dengan isi Kontrak;

1.d Sifat pekerjaan berorientasi kepada keluaran (output based);

1.e Total harga penawaran bersifat mengikat; dan

1.f Tidak diperbolehkan adanya pekerjaan tambah/kurang.


110

2 Kontrak Harga Satuan

Kontrak harga satuan adalah kontrak pengadaan barang/jasa atas

penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, berdasarkan harga

satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan

spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan

sementara, sedangkanpembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama

atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia

barang/jasa.

Untuk sistem kontrak harga satuan, pekerjaan tambah/kurang dimungkinkan

berdasarkan hasil pengukuran bersama atas pekerjaan yang diperlukan.

Pertimbangan untuk memilih dengan cara ini adalah karena untuk keakuratan

pengukuran volume pekerjaan yang tinggi diperlukan survei dan penelitian yang

sangat mendalam, detail dan sampel yang banyak, waktu yang lama sehingga

biaya sangat besar, padahal pengukuran juga lebih mudah dalam pelaksanaan,

dipihak lain pekerjaan sangat mendesak dan harus segera dilaksanakan, sehingga

untuk pekerjaan yang sifat kondisinya seperti hal tersebut tidak tepat bila

digunakan kontrak dengan Sistem lump sum.

a Harga Satuan pasti dan tetap untuk setiap satuan atau unsur pekerjaan

dengan spesifikasi teknis tertentu;

b Volume atau kuantitas pekerjaannya masih bersifat perkiraan pada saat

Kontrak ditandatangani;

c Pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume

pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh Penyedia Barang/Jasa;

dan
111

d Dimungkinkan adanya pekerjaan tambah/kurang berdasarkan hasil

pengukuran bersama atas pekerjaan yang diperlukan.

3 Kontrak Gabungan Lump Sum Dan Harga Satuan

Kontrak gabungan lump sum dan harga satuan adalah kontrak yang

merupakan gabungan dua sifat kontrak yaitu lump sum dan harga satuan dalam

satu pekerjaan yang diperjanjikan.

Yang patut diperhatikan sejak awal dalam Daftar Kuantitas dan Harga

(DKH) penetapan item yang bersifat Harga Satuan atau Lumpsum harus

ditentukan terlebih dahulu. Hal ini penting terkait proses sejak pemilihan

penyedia yaitu pada proses koreksi aritmatik. Kekeliruan yang terjadi adalah hal

ini tidak dengan jelas tertuang dalam dokumen pemilihan/pelelangan.

4 Kontrak Terima Jadi

Kontrak terima jadi adalah kontrak pengadaan barang/jasa pemborongan

atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah

harga pasti dan tetap sampai seluruh bangunan/konstruksi, peralatan dan jaringan

utama maupun penunjangnya dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan kriteria

kinerja yang telah ditetapkan.

Sistem ini lebih tepat digunakan untuk membeli suatu barang atau industri

jadi yang hanya diperlukan sekali saja, dan tidak mengutamakan kepentingan

untuk alih (transfer) teknologi selanjutnya.

Jika boleh disimpulkan Kontrak Terima Jadi atau Turn Key ini bersifat

lumpsum murni yaitu termin fisik dan pembayaran hanya 1 kali yaitu pada saat

progres fisik 100%.


112

5 Kontrak Persentase

Kontrak persentase adalah kontrak pelaksanaan jasa konsultansi di bidang

konstruksi atau pekerjaan pemborongan tertentu, dimana konsultan yang

bersangkutan menerima imbalan jasa berdasarkan persentase tertentu dari nilai

pekerjaan fisik konstruksi/ pemborongan tersebut.

Kontrak Persentase merupakan Kontrak Pengadaan Jasa Konsultansi/Jasa

Lainnya, dengan ketentuan sebagai berikut:

5.a Penyedia Jasa Konsultansi/Jasa Lainnya menerima imbalan berdasarkan

persentase dari nilai pekerjaan tertentu; dan

5.b Pembayarannya didasarkan pada tahapan produk/keluaran yang dihasilkan

sesuai dengan isi Kontrak.

Kontrak persentase dapat bersifat lumpsum dapat juga bersifat harga satuan,

sangat tergantung pada jenis pekerjaan. Untuk yang bersifat lumpsum biasanya

diterapkan pada biaya langsung personil sehingga untuk yang bersifat lumpsum

personil dibayar berdasarkan output pekerjaan yang disepakati bukan satuan

waktu pekerjaan.

Bukan berarti biaya langsung personil tidak bisa bersifat satuan, bisa saja

tergantung pada klausul kontrak dimana PPK menganggap output pekerjaan

tergantung pada tingkat kehadiran personil bersangkutan sehingga pembayaran

personil berdasarkan satuan waktu (bulan/Minggu/hari).


113

Untuk yang bersifat satuan umumnya juga untuk biaya non personil Dimana

dikenal metode pembayaran at cost berdasarkan riil pengeluaran. Sehingga untuk

jenis kontrak persentase dapat bersifat gabungan (lumpsum dan satuan),

lumpsum murni ataupun harga satuan murni.


114

BAB V

TUGAS

KHUSUS

5.1 Analisa Gaya geser dasar dan Gaya horizontal ekivalen statik

Analisis statik ekivalen merupakan salah satu metode menganalisis struktur

Gedung terhadap pembebanan gempa dengan menggunakan beban gempa

nominal statik ekivalen. Menurut Standar Perencana Ketahanan Gempa untuk

struktur bangunan Gedung (SNI – 1726 – 2002), analisis statik ekivalen cukup

dapat dilakukan pada Gedung yang memiliki struktur beraturan.

5.1.1 Gaya Geser Dasar (V) Beban Ekivalen Statik

1.1 Data Beban Ekivalen Statik

1.a Jenis Bangunan : Gedung Hotel

1.b Lokasi : Jakarta Pusat

1.c Wilayah Gempa 3

1.d Jenis Tanah : Tanah Sedang

1.e Parameter Daktilitas : Daktail Penuh

1.f Kolom : 2 kolom tepi dan 2 kolom tengah

1.g Bentang Kolom :8m

1.h Tinggi Kolom :4m

i. Lantai : 1-4 b/h = 50/70

5-8 b/h = 50/65

9-11 b/h = 50/60

j Mutu Beton : 25 MPa


115

k Modulus Elastik Beton : 239700 kg/cm^2

l Beban Terbagi Merata : lt 1-10 = 3,3 t/m

lt 11 = 2,7 t/m

m Fakktor Reduksi Beban R : 8,5

2,7 t/m
50/60 60/70 3,3 t/m
50/60 60/70 3,3 t/m
50/60 60/70 3,3 t/m
50/65 60/75 3,3 t/m
50/65 60/75 3,3 t/m
50/65 60/75 3,3 t/m
50/65 60/75 3,3 t/m
50/70 60/80 3,3 t/m
50/70 60/80 3,3 t/m
50/70 60/80 3,3 t/m
50/70 60/80
4m

8m 4m 8m

Gambar 5.1 Ilustrasi Gedung Hotel Grand G7

Sumber: Data Perhitungan Pribadi

1.2 Berat Total Struktur (Wt)

Wt = ( 8+4+8 ) x 2,7 + ( 8+4+8 ) x 3,3 x 10

= ( 20 ) x 2,7 + ( 20 ) x 3,3 x 10

= 54 + 660

= 714 t
116

1.3 Periode Getar Alami Struktur (T)

T = 0,06 x H3/4 H = 4 x 11 = 44 m

= 0,06 x (44)3/4

= 0,06 x 17,0834

= 1,025004 = 1,025 detik

1.4 Spektrum Respon Disain

Gambar 5.2 Peta Wilayah Gempa Indonesia


Sumber: SNI – 03 – 1726 – 2002.

Gambar 5.3 Respons Spektrum Gempa Rencana


Sumber: SNI – 03 – 1726 – 2002.
117

1.5 Koefisien Gempa Dasar (C)

C = 0,33 / T

= 0,33 / 1,025

= 0,322

1.6 Faktor Keutamaan Bangunan (I)

Gedung Hotel Grand G7 Jakarta ini termasuk dalam kategori gedung

umum, maka I = 1,0

Gambar 5.4 Tabel Faktor Keutamaan I


Sumber: SNI – 03 – 1726 – 2002.

1.7 Gaya Geser Dasar (V)

= 𝑡

=
118

5.1.2 Gaya Horizontal Ekivalen Statik

2.1 Data Gaya Horizontal Ekivalen Statik

1.a Tinggi Bangunan : 44 m

1.b Lebar Bangunan : 20 m

c. H/B : 2,2

d. K : 1,2625

e. Interpolasi Linier : Sb x = T, Sb y = K

0,5 1

2,5 2

1,025 1,2625

1,025 − 0,5
1+ ( 2 − 1)
2,5 − 0,5

0,525
1+ ( 1)
2
1 + 0,2625

1,2625

2.2 Berat Setiap Lantai (wi)

Wi = Total bentang x Beban per lantai

W11 = (8 + 4 + 8) m x 2,7 t/m

= 20 m x 2,7 t/m

= 54 t
119

W10 = (8 + 4 + 8) m x 3,3 t/m

= 20 m x 3,3 t/m

= 66 t

W9 s/d W1 = W10

2.3 Tingi Lantai (hi)

h11 = 11 x 4 m

= 44 m

h10 = 10 x 4 m

= 40 m

h9 =9x4m

= 36 m

h8 =8x4m

= 32 m

h7 =7x4m

= 28 m

h6 =6x4m

= 24 m

h5 =5x4m

= 20 m

h4 =4x4m

= 16 m
120

h3 =3x4m

= 12 m

h2 =2x4m

=8m

h1 =1x4m

=4m

2.4 Wi x hi^k

Lt11 = 54 x 44 ^ 1,2625

= 6415,83

Lt10 = 66 x 40 ^ 1,2625

= 6952,56

Lt9 = 66 x 36 ^ 1,2625

= 6086,62

Lt8 = 66 x 32 ^ 1,2625

= 5245,61

Lt7 = 66 x 28 ^ 1,2625

= 4431,81

Lt6 = 66 x 24 ^ 1,2625

= 3648,05

Lt5 = 66 x 20 ^ 1,2625

= 2897,97

Lt4 = 66 x 16 ^ 1,2625

= 2186,48
121

Lt3 = 66 x 12 ^ 1,2625

= 1520,58

Lt2 = 66 x 8 ^ 1,2625

= 911,371

Lt1 = 66 x 4 ^ 1,2625

= 379,878

2.5 Gaya Horizontal Ekivalen Statik (Fi)


=
∑ ℎ

6415,83
11 = 27,05
40676,8
= 4,27 𝑡
6952,56
10 = 27.05
40676,8
= 4,62 𝑡
6086,62
9= 27.05
40676,8
= 4,05 𝑡
5245,61
8= 27.05
40676,8
= 3,49 𝑡
4431,81
7= 27.05
40676,8
= 2,95 𝑡
122

3648,05
6= 27.05
40676,8
= 2,43 𝑡
2897,97
5= 27.05
40676,8
= 1,93 𝑡

2186,48
4= 27.05

3=

2=

1=

2.6 Cek p
123

Tabel 5.1 Tabel Kekakuan Kolom


Kolom Tepi Kolom Tengah Inersia Ix Inersia Ix K K K
Tipe
(Cm) (Cm) Kolom Tepi Kolom Tengah Kolom Tepi Kolom Tengah
Kolom Total
(cm^4) (cm^4) (kg/cm) (kg/cm)
3 50 60 60 70 900000 1715000 40449.38 77078.53 235055.81
2 50 65 60 75 1144270.833 2109375 51427.82 94803.22 292462.09
1 50 70 60 80 1429166.667 2560000 64232.11 115056 358576.22

Tabel 5.2 Tabel Perhitungan

Tingkat wi hi Fi Shear Storey K di yi Wi.yi^2 Fi.yi


wi.hi^k
Ke (t) (m) (t) (t) Kolom (cm) (cm) (kg cm^2) (kg cm)
11 54 44 6415.8288 4.27 4.27 235.05 0.018 0.683 25.162096 2.91218
10 66 40 6952.5589 4.62 8.89 235.05 0.038 0.664 29.138569 3.07182
9 66 36 6086.6152 4.05 12.94 235.05 0.055 0.627 25.914644 2.53609
8 66 32 5245.6074 3.49 16.43 292.46 0.056 0.572 21.561011 1.99364
7 66 28 4431.8081 2.95 19.38 292.46 0.066 0.515 17.531212 1.51881
6 66 24 3648.0487 2.43 21.80 292.46 0.075 0.449 13.313842 1.08951
5 66 20 2897.9728 1.93 23.73 292.46 0.081 0.375 9.2611559 0.72184
4 66 16 2186.4795 1.45 25.18 358.57 0.070 0.293 5.6838699 0.42666
3 66 12 1520.5834 1.01 26.19 358.57 0.073 0.223 3.2889362 0.22571
2 66 8 911.37066 0.61 26.80 358.57 0.075 0.150 1.4886186 0.09101
1 66 4 379.87847 0.25 27.05 358.57 0.075 0.075 0.3756542 0.01906
714 40676.752 27.05 152.71961 14.6063
124

Gambar 5.5 Grafik Gaya Horizontal (Fi)


Sumber: Data Perhitungan Pribadi

0
.
8

0
.
7

0
.
6

0
.

Gambar 5.6 Grafik Simpangan (Yi)


Sumber: Data Perhitungan Pribadi
BAB VI

PEMBAHASAN

6.1 Uraian Umum

Sebuah proyek kontruksi pasti mengharapkan seluruh pelaksanaannya

berjalan dengan lancar. Akan tetapi ada hal-hal yang menjadi penghambat atau

menjadi permasalahan dalam sebuah proyek kontruksi khususnya tanggung jawab

pihak pengawas dalam mengontrol setiap pekerjaan. Permasalahan tersebut bisa

terjadi akibat kondisi alam, pelaksaan teknik, jumlah tenaga, keterlambatan

pekerjaan dan lain sebagainya. Permasalahan yang timbul harus segera mungkin

diatasi agar pelaksanaan proyek dapat berjalan lancar sesuai rencana. Berikut ini

adalah beberapa permasalahan dan solusi yang terjadi dalam pembangunan proyek

Hotel Grand G7 Pasar Baru, Jakarta Pusat :

1.1 Permasalahan Cuaca.

1.2 Permasalahan teknis dalam pekerjaan.

1.3 Permasalahan keterlambatan kerja.

6.2 Permasalahan Cuaca

Menurut (Winarso, 2003) Cuaca merupakan bentuk awal yang dihubungkan

dengan penafsiran dan pengertian akan kondisi fisik udara sesaat pada suatu

lokasi dan suatu waktu, kondisi alam yang tidak dapat diprediksi ketepatannya.

Cuaca yang baik atau buruk dapat terjadi sewaktu-waktu. Akan tetapi dengan

terjadinya cuaca yang buruk saat proses pelaksanaan berlangsung, maka akan

menghambat jalannya pekerjaan. Permasalahan yang terjadi ketika cuaca buruk

terjadi adalah :

124
125

1 Proyek pembangunan infrastuktur terpaksa berhenti sementara

menunggu hujan reda, atau tetap melanjutkan pekerjaan dengan

memasang tenda/terpal.

2 Waktu pembangunan dapat mundur dari jadwal rencana apabila hujan

terus menerus diluar perkiraan sehingga menghambat berjalannya

proyek.

3 Pengecoran terpaksa dihentikan jika hujan mengguyur deras, maka

pihak kontraktor akan menanggung biaya ready mix yang sudah

terkirim ke proyek.

4 Memungkinkan terjadinya banjir pada lokasi proyek jika hujan

dalam intensitas tinggi, sehingga menghambat jalannya proyek.

Solusi penyelesaian permasalahnya adalah bila sebuah proyek

pembangunan mengalami permasalahan tentang cuaca maka hal yang perlu

dilakukan adalah pihak kontraktor meminta toleransi kepada pihak Owner

untuk mengajukan perubahan rencana pekerjaan. Dimana cuaca sudah

membaik akan dilakukan penambahan pekerja atau lembur. Agar rencana

pekerjaan dapat kembali berjalan dengan baik dan ketertinggalan pekerjaan

dapat kembali dikejar sesuai rencana.


126

Gambar 6.1 Banjir diarea proyek


Sumber: Dokumentasi Lapangan

6.3 Permasalahan Teknis Dalam Pelaksanaan

Menurut (Westra 2002) pelaksanaan adalah sebagai usaha-usaha yang

dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah

dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi segala kebutuhan alat-alat yang

diperlukan, siapa yang akan melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya dan

kapan waktu dimulainya. Pelaksanaan dari setiap pekerjaan menggunakan metode

kerja yang berbeda-beda. Dalam setiap proyek pembangunan tidak semua

pekerjaan dilaksanakan sesuai teknis atau metode yang ada pasti ada kesalahan.

Terkadang ada hal-hal dilapangan yang membuat itu terjadi. Adapun

permasalahannya dalam pelaksanaan :

1 Pekerjaan Kolom

Dalam pekerjaan kolom proyek ini terdapat masalah dalam pengadaaan alat

dan pengecoran. Dikarenakan ruang di lokasi terbilang cukup sempit maka proses

pengecoran tidak menggunakan alat berat seperti concrete pump truck ataupun

concrete bucket, maka pekerjaan kolom dilakukan secara manual dengan cara

membawa ready mix per ember menggunakan katrol. Dengan demikian maka

pekerjaan pengecoran kolom terbilang cukup lambat.


127

2 Pekerjaan Balok

Masalah yang terdapat di pekerjaan balok tidak jauh berbeda dengan

pekerjaan kolom, yaitu karena pengecorannya dilakukan secara manual.

3 Pekerjaan Plat Lantai

Pekerjaan ini tidak mengalami kendala di proses pembesian, tetapi

masalahnya terdapat pada proses pengecoran, dikarenakan tidak menggunakan

alat berat ketika proses pengecoran.

Solusinya penyelesaian permasalahannya adalah bila sebuah proyek

pembangunan mengalami permasalahan tentang kesalahan teknis dalam pekerjaan

maka hal yang dilakukan adalah pihak kontraktor melakukan survei di daerah

yang menyewakan alat tersebut dan hal yang harus dilakukan pihak kontraktor

meminta toleransi kepada pihak owner untuk mengajukan perbaikan, karena pihak

kontraktor sebisa mungkin akan langsung memperbaiki, agar hasil yang sudah

diperbaiki sebisa mungkin sesuai dengan hasil yang direncanakan.

Gambar 6.2 Pengecoran manual


Sumber: Dokumentasi Lapangan
128

6.4 Permasalahan Keterlambatan Pekerjaan

Pelaksanaan pekerjaan yang tepat waktu akan menghasilkan proyek kontruksi

yang baik pula. Dalam setiap proyek kontruksi pasti ada permasalahan yang

dihadapi. Salah satunya adalah permasalahan keterlambatan dalam pekerjaan

kontruksi. Keterlambatan pekerjaan ini bisa di akibatkan oleh bebarapa faktor,

antara lain :

a Cuaca yang buruk

b Berkurangnya jumlah tenaga kerja

c Keterlambatan pengiriman bahan material

d Rusaknya peralatan pekerjaan

Solusi penyelesian permasalahnya adalah bila sebuah proyek pembangunan

mengalami permasalahan tentang keterlambatan pekerjaan maka hal yang perlu

dilakukan adalah pihak kontraktor mencari tambahan pekerja apabila kekurangan

pekerja dan menambahkan jam kerja (lembur) agar keterlambatan pekerjaan dapat

dikejar, tetapi semua itu harus atas seijin dari pihak pengawas.

Gambar 6.3 Rusaknya alat Bore Pile


Sumber: Dokumentasi Lapangan
BAB VII

KESIMPULAN DAN

SARAN

7.1 Kesimpulan

Setelah mahasiswa menyelesaikan Kuliah Kerja Praktek selama satu bulan

( dua belas kali kunjungan proyek ), cukup banyak pengalaman yang didapat pada

pembangunan Hotel Grand G7 Pasar Baru, Jakarta Pusat. Adapun yang dapat

penulis simpulkan sebagai berikut :

1 Letaknya yang nyaman di Jakarta Pusat, Hotel Grand G7 Pasar baru adalah

tempat yang ideal untuk menjelajah ibu kota. Dengan lokasi yang nyaman,

Hotel ini menawarkan akses yang mudah ke tempat tujuan hanya dengan

berjarak 5 menit ke Pasar Baru, 10-15 menit ke JIEXPO Kemayoran, Stasiun

Gambir, Istana kepresidenan, kantor pemerintahan dan hanya 40 menit untuk

sampai ke Bandar Udara Soekarno Hatta.

2 Proyek pembangunan Hotel Grand G7 ditujukan untuk sarana akomodasi

tempat menginap sementara bagi para tamu yang datang dari berbagai tempat,

tidak hanya sebagai tempat menginap saja, tapi juga menyediakan tempat untuk

melakukan pertemuan bisnis, seminar, tempat berlangsungnya pesta pernikahan

(resepsi), lokakarya, musyawarah nasional dan kegiatan lainnya.


129
130

3 Proyek pembangunan Hotel Grand G7 ini sempat mengalami keterlambatan

dikarenakan beberapa faktor seperti :

3.a Terjadinya bencana banjir dilokasi proyek.

3.b Lockdown karena pandemi COVID-19.

3.c Ruang kerja yang cukup sempit sehingga tidak memungkinkan alat berat

beroperasi.

4 Dalam pembangunan suatu proyek diperlukan keahlian dari tim manajemen

kontruksi untuk dapat mengendalikan mutu, waktu dan biaya agar dapat

mencapai target yang owner inginkan.

5 Hotel Grand G7 merupakan aset pribadi perusahaan PT. Sumber Rejeki

Pramesti, dan pelaksanaan proyek ini sepenuhnya dilakukan oleh PT. Sumber

Rejeki Pramesti itu sendiri.

6 Pengawas selalu berada di lokasi proyek setiap harinya sehingga hal ini dapat

mengurangi kesalahan proyek yang tidak sesuai rencana.

7.2 Saran-saran

Setelah mahasiswa menyelesaikan Kuliah Kerja Praktek selama satu bulan

(dua belas kali kunjungan proyek), cukup banyak pengalaman yang didapat pada

pembangunan Hotel Grand G7 Pasar Baru, Jakarta Pusat. Adapun yang dapat

penulis Sarankan sebagai berikut :


131

1 Selama pelaksanaan Kuliah Kerja Praktek (KKP) mahasiswa mengalami

hambatan mengenai data proyek. Selain itu pihak owner tidak banyak

memberikan datanya dikarenakan data tersebut bersifat rahasia perusahaan.

Sebaiknya mahasiswa diberikan bimbingan mengenai perizinan permintaan

data, jika tidak mendapatkan data sekalipun sebaiknya diberi jalan keluar yang

baik. Sehingga mahasiswa mendapatkan pelajaran yang seharusnya didapat

dengan maksimal.

2 Apabila terjadi keterlambatan pekerjaan maka pihak pelaksana harus

melakukan crash program untuk mengejar keterlembatan.

3 Sebaiknya pihak pengawas dan pihak pelaksana lebih komunikatif dalam hal

pekerjaan agar tiap pekerjaan dapat terlaksana sesuai harapan dan rencana.

4 Keamanan. Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) untuk seluruh pekerja di

lapangan harus ditingkatkan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan

serta terciptanya zero accident.


DAFTAR PUSTAKA

Alat berat www.ilmusipil.com

Balyani, Tata, Scribd. Tata Cara Pelelangan. www.scribd.com

Ervianto. Wulfram I, 2004. “Teori Aplikasi Manajemen Proyek Kontruksi.


Yogyakarta, Andi Yogyakarta.

Husen, Abrar. 2011. Manajemen Konstruksi Edisi Kedua Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

http://e-journal.uajy.ac.id/3185/3/2TS10563.pdf

http://repository.uin-suska.ac.id/7063/4/BAB%20III.pdf

http://repository.untag-sby.ac.id/673/3/BAB%202.pdf

https://simantu.pu.go.id/epel/edok/e99f9_Manajemen_Pengendalian_Pelaksanaan
_Proyek.pdf

https://www.pengadaan.web.id/2020/02/pondasi-bored-pile.

https://www.situstekniksipil.com/2017/11/definisi-pelelangan-atau-tender.html

Patmadjaja, Harry, 1999. “Model Strategi Penawaran Untuk Proyek Kontruksi di


Indonesia, Dimensi Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra Volume 1 Nomor 1.

SNI – 1726 – 2002.

Soewartojo, J., 1995, Korupsi, Pola Kegiatan dan penindakannya serta Peran
Pengawasan dalam Penganggulangan, Restu Agung, Jakarta.
LAMPIRAN 1
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
LAMPIRAN 6
LAMPIRAN 7
LAMPIRAN 8

Anda mungkin juga menyukai