Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS SUMBERDAYA NIKEL BERDASARKAN JARAK

DAERAH PENGARUH LUBANG BOR PADA


PT PRIMA SENTOSA ALAM LESTARI
KABUPATEN MOROWALI

PROPOSAL PENELITIAN

RIVALDI BAYU PRAYUDHA


093 2015 0223

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2021

i
HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS SUMBERDAYA NIKEL BERDASARKAN JARAK DAERAH


PENGARUH LUBANG BOR PADA PT PRIMA SENTOSA ALAM
LESTARI KABUPATEN MOROWALI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik (S-1)
pada program studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas
Muslim Indonesia

Disetujui Oleh,

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Alfian Nawir, S.Si., M.T., IPP Ir. Firdaus, S.T., M.T
nips. 109 14 1308 Nips. 109 18 1499

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Pertambangan

Ir. Firman Nullah Yusuf, S.T., M.T., IPP


109 10 1032

ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.


Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia serta
nikmat-Nya yang diberikan kepada kita baik itu berupa nikmat keislaman, nikmat
kesehatan serta nikmat kesempatan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
penelitian tugas akhir yang berjudul “Analisis Sumberdaya Nikel Berdasarkan
Jarak Daerah Pengaruh Lubang Bor Pada PT PRIMA SENTOSA ALAM
LESTARI Kabupaten Morowali” yang kemudian menjadi salah satu bukti telah
melaksanakan proposal penelitian tugas akhir dan syarat kelulusan untuk mata kuliah
tugas akhir serta syarat untuk menyelesaikan program studi strata satu (S1) pada
Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas
Muslim Indonesia. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan
kepada:

1. Bapak Ir. Firman Nullah Yusuf, S.T., M.T., IPP., selaku Ketua Program Studi
Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim
Indonesia.
2. Bapak Ir. Alfian Nawir, S.Si., MT., IPP., selaku Pembimbing Pertama dalam
penelitian tugas akhir
3. Ir. Firdaus, S.T., M.T selaku Pembimbing Kedua dalam penelitian tugas akhir.
4. Para Dosen Program Studi Teknik Pertambangan yang telah mendampingi,
membimbing dan membantu dalam penelitian tugas akhir.
5. Teman-Teman Mahasiswa Teknik Pertambangan Angkatan 2015 Universitas
Muslim Indonesia yang selalu setia membantu baik dalam suka maupun duka.
6. Orang Tua tercinta yang telah memberikan dukungan doa, materi, dan moral.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari titik
kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan dukungan dan berupa kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Billahi Taufik Walhidayah, Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.

Makassar, Agustus 2021

iii
Penulis

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR TABEL vii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Maksud Dan Tujuan 2
1.4 Batasan Masalah 2
1.5 Manfaat Penelitian 3
1.6 Alat Dan Bahan 3
1.7 Waktu,Lokasi Dan Kesampaian Daerah 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1 Endapan Nikel Laterit 6
2.1.1 Genesa Nikel Laterit 6
2.1.2 Profil Nikel Laterit 6
2.2 Klasifikasi Sumberdaya Dan Cadangan Mineral 9
2.2.1 Sumberdaya Mineral (Mineral Resources) 9
2.2.2 Cadangan Mineral ( Minerel Reserves) 10
2.3 Variogram dan Semivariogram.................................................................10
2.4 Metode Inverse distance weighted (IDW) 12
2.5 Geomorfologi Daerah Penelitian 15
2.4.1 Fisiografi Bungku 15
2.4.2 Stratigrafi Lembar Bungku 15
2.4.3 Tektonika dan Struktur Geologi 16
BAB III METODOLOGI PENILTIAN 17
3.1 Tahap Pendahuluan 17
3.1.1 Persiapan Administrasi 17
3.1.2 Studi Pustaka 17

v
3.2 Tahap Pengambilan Data 17
3.2.1 Jenis Data 17
3.2.2 Sumber Data 18
3.3 Tahap Pengolahan Data 18
3.3.1 Akumulasi Data… 18
3.3.2 Analisa Statistik..........................................................................................18
3.3.3 Metode Inverse distance weighted (IDW)….............................................18
3.4 Tahap Penyajian Data 19
3.4.1 Tahap Penulisan Laporan 19
3.4.2 Seminar 19
BAB IV RENCANA ANGGARAN DAN JADWAL KEGIATAN......................21
4.1 Rencana Anggaran Biaya 21
4.2 Jadwal Kegiatan 21
DAFTAR PUSTAKA 22

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Tunjuk Lokasi .........................................................................5


Gambar 2.1 Profil nikel laterit ............................................................................8
Gambar 2.2 Hubungan antara klasifikasi sumberdaya dan cadangan ................9
Gambar 2.3 Komponen variogram atau semivariogram.....................................12
Gambar 2.3 Contoh penaksiran metode IDW 13
Gambar 2.4 Peta geologi daerah bungku 16
Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapan dan Metodologi Penelitian… 20

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Rencana Anggaran Biaya 21


Tabel 4.2 Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian 21

vii
i
BAB I
PENDAHULUAN

1.3 Latar Belakang


Sumberdaya mineral adalah suatu konsentrasi atau keterjadian dari material
yang memiliki nilai ekonomi di atas kerak bumi, dengan bentuk, kualitas, dan
kuantitas tertentu yang memiliki prospeksi yang beralasan untuk dapat diekstraksi
secara ekonomis. Lokasi, kuantitas, kadar, karakteristik geologi dan kemenerusan
dari sumberdaya mineral haruslah dapat diketahui, diestimasi atau diinterpretasikan
berdasarkan bukti-bukti dan pengetahuan geologi yang spesifik. Sumberdaya mineral
dikelompokkan lagi berdasarkan tingkat keyakinan geologinya ke dalam kategori
Tereka, Terunjuk dan Terukur.
Terbukti berdasarkan pemetaan Badan Geologi pada Juli 2020, Indonesia
memiliki sumberdaya bijih nikel sebesar 11.887 juta ton (tereka 5.094 juta ton,
tertunjuk 5.094 juta ton, terukur 2.626 ton, hipotetik 228 juta ton) dan cadangan bijih
sebesar 4.346 juta ton (terbukti 3.360 juta ton dan terikira 986 juta ton). Untuk total
sumberdaya logam mencapai 174 juta ton dan 68 juta ton cadangan logam (KESDM,
2020).
Area Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara punya potensi
yang besar di Indonesia sampai dengan saat ini. Kegiatan eksplorasi nikel harus terus
berjalan agar Indonesia bisa lebih mandiri dalam produksi nikel. Seiring dengan
besarnya potensi sumberdaya mineral nikel laterit, diperlukan estimasi untuk dapat
menghitung sumberdaya sebelum proses penambangan berlangsung (Rafsanjani, M.
R, 2016).
Estimasi sumberdaya berperan penting dalam menentukan kuantitas dan
kualitas dari suatu endapan. Metode estimasi sumberdaya nikel laterit yang
digunakan peneliti yaitu metode Inverse distance weighted (IDW). Metode Inverse
distance weighted (IDW) adalah salah satu dari metode penaksiran dengan
pendekatan blok model yang sederhana dengan mempertimbangkan titik
disekitarnya. Asumsi dari metode ini adalah nilai interpolasi akan lebih mirip pada
data sampel yang dekat dari pada yang lebih jauh. Metode ini biasanya digunakan
dalam industri pertambangan karena mudah untuk digunakan.

1
PT Prima Sentosa Alam Lestari merupakan salah satu industri yang bergerak
pada penambangan nikel laterit yang berlokasi di Desa Bahomakmur, Kecamatan
Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Kekurangan informasi pada
lokasi baru yaitu belum adanya penentuan jarak optimal pengaruh lubang bor dalam
melakukan perhitungan jumlah sumberdaya dan potensi cadangan bahan galian yang
akan ditambang. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian jarak daerah pengaruh
lubang bor optimal untuk menghitung jumlah sumberdaya dan menentukan potensi
cadangan yang dimiliki pada lokasi baru agar perusahaan memiliki informasi jumlah
sumberdaya yang dapat dilakukan proses penambangan selanjutnya.

1.4 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini, adalah sebagai berikut:
1. Berapa jarak daerah pengaruh optimal lubang bor dalam melakukan
interpolasi menggunakan metode IDW?
2. Bagaimana menghitung jumlah sumberdaya nikel menggunakan metode IDW
(Inverse distance weighted)?
1.3 Maksud Dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini adalah mempelajari dan menentukan jarak
pengaruh optimal interpolasi metode IDW untuk menghitung jumlah sumberdaya
nikel laterit pada PT Prima Sentosa Alam Lestari yang merupakan salah satu industri
penambangan nikel laterit yang berlokasi di Desa Bahomakmur, Kecamatan
Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui jumlah sumberdaya nikel laterit
menggunakan metode Inverse distance weighted (IDW) berdasarkan jarak daerah
pengaruh optimal lubang bor.

1.4 Batasan Masalah


Batasan masalah pada penelitian ini berfokuskan pada penentuan jarak
optimal daerah pengaruh dalam melakukan interpolasi menggunakan metode IDW
untuk menentukan jumlah sumberdaya nikel laterit.

2
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari hasil penelitian yaitu:
1. Sebagai masukan terhadap pihak perusahaan dengan cara melakukan estimasi
sumberdaya di daerah IUP perusahaan sebelum melakukan atau memulai
kegiatan penambangan.
2. Dapat meminimalisir faktor-faktor penyebab ketidaksesuaian hasil
pengeboran terhadap estimasi sumberdaya sehingga kegiatan penambangan
berjalan sesuai dengan rencana.

1.6 Alat Dan Bahan


a. Alat
Perlatan yang digunakan saat penelitian, yaitu :
1. Alat tulis menulis;
2. Kalkulator;
3. Laptop;
4. Perlengkapan Safety;
5. Software Microsoft Office
6. Software Sgems
7. Software Surpac 6.5.1.
b. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penyusunan skripsi, yaitu :
1. Kerta Hvs A4;
2. Tinta Print.

1.7 Waktu,Lokasi Dan Kesampaian Daerah


Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 Mei sampai pada 20 Juni 2021 di
PT Prima Sentosa Alam Lestari. Secara administratif wilayah penambangan terletak
di Desa Bahomakmur, Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Provinsi
Sulawesi Tengah. Secara geografis terletak pada Garis Lintang Selatan dan Garis
Bujur Timur mulai 02º 41' 14.9" LS - 02º 41' 31.18"LS dan 121º 56' 11.44" BT -
121º 56' 24.94" BT .
Untuk mencapai daerah penelitian dapat dilakukan melalui perjalanan darat
lintas Trans Sulawesi dari Kota Makassar Sulawesi Selatan ke arah utara menuju
Kabupaten Morowali Provinsi Sulawesi Tengah. Jarak Makassar hingga Morowali

3
±722 km yang ditempuh selama ±24 jam melalui perjalanan darat . peta tunjuk lokasi
dapat dilihat pada gambar dibawah ini (Gambar 1.1)

4
Gambar 1.1 Peta Tunjuk Lokasi

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Endapan Nikel Laterit


2.1.1 Genesa Nikel Laterit
Endapan nikel laterit merupakan bijih yang dihasilkan dari proses pelapukan
batuan ultrabasa yang ada di atas permukaan bumi. Istilah Laterit sendiri diambil dari
bahasa Latin “later” yang berarti batubata merah. Laterit adalah produk sisa dari
pelapukan kimia batuan di permukaan bumi, dimana berbagai mineral asli atau
primer mengalami ketidakstabilan karena adanya air, kemudian larut atau pecah dan
membentuk mineral baru yang lebih stabil. Laterit penting sebagai batuan induk
untuk endapan bijih yang ekonomis (Kurniadi, A., dkk., 2018).
Proses terbentuknya nikel laterit dimulai dari adanya pelapukan yang intensif
pada batuan peridotit atau batuan induk. Batuan induk akan terjadi perubahan
menjadi serpentinit akibat adanya larutan hidrotermal pada waktu pembekuan
magma atau proses serpentinisasi. Kemudian terjadi pelapukan (kimia dan fisika )
menyebabkan terjadi dekomposisi pada batuan induk. Sebagian unsur Ca, Mg, dan Si
akan mengalami dekomposisi dan beberapa terkayakan secara supergen ( Ni, Mn, Co,
Zn). Terkayakan secara relative ( Fe, Cr, Al, Ti, S, dan Cu). Air resapan yang
mengandung CO2 yang berasal dari udara meresap sampai ke permukaan tanah
meliputi mineral primer seperti olivin, serpentin, dan piroksen. Air meresap secara
perlahan sampai batas antara zona limonit dan zona saprolit, kemudian mengalir
secara lateral, kemudian lebih banyak didominasi oleh transportasi larutan secara
horizontal. Untuk bahan-bahan yang sukar atau tidak mudah larut akan tinggal pada
tempatnya dan sebagian turun ke bawah bersama larutan sebagai larutan koloid.
Batuan-batuan seperti Fe, Ni, dan Co akan membentuk konsentrasi residual dan
konsentrasi celah pada zona yang disebut dengan zona saprolit, berwarna coklat
kuning kemerahan (Kurniadi, A., dkk., 2018).

2.1.2 Profil Nikel Laterit


Profil Nikel laterit pada umumnya adalah terdiri dari 4 zona gradasi sebagai
berikut (Kurniadi, A., dkk., 2018) :

6
1. Tanah penutup atau top soil (biasanya disebut “Iron Capping”) tanah residu
berwarna merah tua yang merupakan hasil oksidasi yang terdiri dari masa
hematit, geotit serta limonit. Kadar besi yang terkandung sangat tinggidengan
kelimpahan unsur Ni yang sangat rendah.
2. Zona Limonit berwarna merah coklat atau kuning, berukuran butir halus
hingga lempungan, lapisan kaya besi dari limonit soil yang menyelimuti
seluruh area.
3. Zona lapisan antara atau “Silica Boxwork” Zona ini jarang terdapat pada
batuan dasar (bedrock) yang terserpentinisasi. Berwarna putih - orange chert,
quartz, mengisi sepanjang rekahan dan sebagian menggantikan zona terluar
dari unserpentine fragmen peridotit, sebagian mengawetkan struktur dan
tekstur dari batuan asal. Terkadang terdapat mineral opal, magnesit.
Akumulasi dari garnierit - pimelit di dalam boxwork mungkin berasal dari
nikel yang kaya akan silika.
4. Zona saprolit merupakan campuran dari sisa-sisa batuan, bersifat pasiran,
saprolitic rims, vein dari garnierite, nickeliferous quartz, mangan dan pada
beberapa kasus terdapat silika boxwork, bentukan dari suatu zona transisi dari
limonit ke bedrock. Terkadang terdapat mineral quartz yang mengisi rekahan,
mineral - mineral primer yang terlapukan, chlorit. Garnierite di lapangan
biasanya diidentifikasi sebagai “colloidal talk” dengan lebih atau kurang
nickeliferous serpentine. Struktur dan tekstur batuan asal masih terlihat.
5. Batuan dasar (bedrock) tersusun atas bongkahan atau blok dari batuan induk
yang secara umum sudah tidak mengandung mineral ekonomis (kadarnya
sudah mendekati atau sama dengan batuan dasar). Bagian ini merupakan
bagian terbawah dari profil laterit.

7
Gambar 2.1 Profil nikel laterit (Kurniadi, A., dkk., 2018)

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan bijih nikel laterit ini


adalah sebagai berikut :
1. Batuan asal terbentuk endapan nikel laterit dari batuan ultra basa yang
terdapat elemen Ni pada olivin dan piroksen.
2. Struktur yang umum dijumpai pada zona laterit nikel adalah struktur kekar
(joint).
3. Iklim, pergantian musim kemarau dan musim penghujan di mana terjadi
kenaikan dan penurunan permukaan air tanah juga dapat menyebabkan
terjadinya proses pemisahan dan akumulasi unsur-unsur.
4. Proses pelarutan kimia dan vegetasi, adalah unsur dan senyawa yang
membantu mempercepat proses pelapukan batuan menjadi soil. Air tanah
yang mengandung CO2 memegang peranan penting didalam proses
pelapukan kimia.
5. Topografi yang landai akan mempunyai kesempatan untuk mengadakan
penetrasi lebih dalam melalui rekahan-rekahan atau pori - pori batuan.
6. Waktu yang cukup lama akan mengakibatkan pelapukan yang cukup intensif
karena akumulasi unsur nikel cukup tinggi. Waktu lateritisasi tiap ketebalan 1
mm membutuhkan waktu sekitar 100 tahun (Kurniadi, A., dkk., 2018).

8
2.2 Klasifikasi Sumberdaya Dan Cadangan Mineral
Berdasarkan pemetaan Badan Geologi pada Juli 2020, Indonesia memiliki
sumberdaya bijih nikel sebesar 11.887 juta ton (tereka 5.094 juta ton, tertunjuk
5.094 juta ton, terukur 2.626 ton, hipotetik 228 juta ton) dan cadangan bijih sebesar
4.346 juta ton (terbukti 3.360 juta ton dan terikira 986 juta ton). Untuk total
sumberdaya logam mencapai 174 juta ton dan 68 juta ton cadangan logam.
Indonesia sendiri telah menempatkan diri sebagai produsen bijih nikel
terbesar di dunia pada tahun 2019. Dari 2,67 juta ton produksi nikel di seluruh
dunia, Indonesia telah memproduksi 800 ribu ton, jauh mengungguli Filipina (420
ribu ton Ni), Rusia (270 ton Ni), dan Kaledonia Baru (220 ribun ton Ni) (KESDM,
2020).
Keyakinan Geologi (Geological Assurance) adalah tingkat keyakinan
mengenai endapan mineral yang meliputi ukuran, bentuk, sebaran, kuantitas dan
kualitasnya sesuai dengan tahap eksplorasinya (SNI 4726-2011).

Gambar 2.2 Hubungan antara klasifikasi sumberdaya dan cadangan (SNI


4726-2011)

2.2.1 Sumberdaya Mineral (Mineral Resources)


Sumberdaya Mineral (Mineral Resource) adalah suatu konsentrasi atau
keterjadian dari material yang memiliki nilai ekonomi pada atau di atas kerak bumi,
dengan bentuk, kualitas, dan kuantitas tertentu yang memiliki keprospekan yang
beralasan untuk pada akhirnya dapat diekstraksi secara ekonomis.

9
a. Sumberdaya Mineral Tereka (Inferred Mineral Resource)
Sumberdaya Mineral Tereka adalah sumberdaya mineral yang tonase, kadar,
dan kandungan mineral dapat diestimasi dengan tingkat – keyakinan geologi
rendah.
b. Sumberdaya Mineral Terunjuk (Indicated Mineral Resource)
Sumberdaya Mineral Terunjuk adalah sumberdaya mineral yang tonase,
densitas, bentuk, dimensi, kimia, kadar dan kandungannya dapat diestimasi dengan
tingkat - keyakinan geologi medium.
c. Sumberdaya Mineral Terukur (Measured Mineral Resource)
Sumberdaya Mineral Terukur adalah sumberdaya mineral yang tonase,
densitas, bentuk, dimensi, kimia, kadar dan kandungannya dapat diestimasi dengan
tingkat - keyakinan geologi tinggi (SNI 4726-2011).

2.2.2 Cadangan Mineral ( Minerel Reserves)


Cadangan Mineral (Mineral Reserve) adalah cebakan bahan galian yang
telah diketahui ukuran, bentuk, sebaran, kualitas dan kuantitasnya dan secara
ekonomi, teknik, hukum, lingkungan dan sosial dapat ditambang pada saat
perhitungan dilakukan.
a. Cadangan Terkira (Probable Reserves)
Cadangan Terkira adalah bagian sumberdaya mineral tertunjuk yang
ekonomis untuk ditambang, dan dalam beberapa kondisi, juga merupakan bagian
dari sumberdaya mineral terukur.
b. Cadangan Terbukti (Proved Reserves)
Cadangan Terbukti adalah bagian dari sumberdaya mineral terukur yang
ekonomis untuk ditambang (SNI 4726-2011).

2.3 Variogram dan Semivariogram


Variogram adalah grafik variansi terhadap jarak (lag) sedangkan
semivariogram adalah setengah kuantitas dari semiariogram. Variogram menentukan
ukuran dari variansi yang digunakan untuk menentukan jarak dimana nilai-nilai data
pengamatan menjadi tidak ada kolerasinya. Estimasi variogram memiliki peran yang
menentukan, misalnya dalam penentuan nilai-nilai optimal dari bobot setiap sampel.
Cara yang paling alami untuk membandingkan dua nilai, Z(x) dan Z(x+h) pada dua
poin x dan x+h pada nilai yang mutlak seharusnya mempertimbangkan nilai rata-rata

1
[Z(x)-Z(x+h)] (Purnomo, H., & Sumarjono, E, 2015).

1
Komponen-komponen yang terdapat pada variogram dan semivariogram antara lain
sebagai berikut:
1. Range adalah jarak dimana variogram adalah sebuah dataran tinggi atau
sebuah masa stabil. Jarak dimana variogram mencapai nilai sill. Pendapat lain
mengemukakan bahwa range adalah jarak antara lokasi - lokasi dimana pengamatan -
pengamatannya terlihat independen, yakni ragamnya tidak mengalami suatu
kenaikan. Grafik variogram range dinyatakan dengan lambang “a” yaitu jarak pada
sumbu horizontal mulai dari titik nol sampai titik proyeksi perubahan variogram dari
miring ke mendatar. Pada jarak range ini variabel dipengaruhi oleh posisi. Batas
range, antara nilai Z(s) dengan nilai lain akan terdapat korelasi. Besarnya korelasi
dari satu nilai ke nilai lain akan erkurang sesuai dengan bertambah jaraknya. Jadi
range
2. Sill adalah masa stabil suatu variogram yang mencapai rangenya disebut
dengan sill. Sill mendeskripsikan dimana variogramnya menjadi suatu wilayah yang
datar, yakni ragamnya juga tidak mengalami suatu kenaikan.
3. Nugget effect ketidakmenerusan pada pusat variogram terhadap garis vertikal
yang melompat dari nilai 0 pada pusat ke nilai variogram pada pemisahan jarak
terkecil disebut dengan nugget effect. Rasio nugget effect terhadap sill seringkali
disebut sebagai nugget effect relative. Nugget effect dapat berupa kesalahan
sistematis atau biasanya kesalahan yang dibuat oleh manusia, kesalahan membaca
alat, kesalahan sampling, dll disebut dengan nugget effect. Adapun klasifikasi
perbandingan nugget ratio yaitu :
a. Low nugget ratio : < 25%
b. Medium nugget ratio : 25% - 50%
c. High nugget ratio : 50% - 75%
d. Extreme nugget ratio : > 75% akan mempengaruhi korelasi spasialnya.
Adapun rumus nugget ratio, adalah sebagai berikut (Purnomo, H., &
Sumarjono, E, 2015) :
Nugget ratio = 𝐶0
𝐶+𝐶0

1
Gambar 2.3 Komponen variogram atau semivariogram (Purnomo, H., &
Sumarjono, E, 2015)

2.4 Metode Inverse distance weighted (IDW)


Metode Inverse distance weighted (IDW) adalah salah satu dari metode
penaksiran dengan pendekatan blok model yang sederhana dengan
mempertimbangkan titik disekitarnya. Asumsi dari metode ini adalah nilai interpolasi
akan lebih mirip pada data sampel yang dekat dari pada yang lebih jauh. Bobot
(weight) akan berubah secara linier sesuai dengan jaraknya dengan data sampel.
Bobot ini tidak akan dipengaruhi oleh letak dari data sampel.
Metode ini biasanya digunakan dalam industri pertambangan karena mudah
untuk digunakan. Pemilihan nilai pada power sangat mempengaruhi hasil interpolasi.
Nilai power yang tinggi akan memberikan hasil seperti menggunakan interpolasi
nearest neighbor dimana nilai yang didapatkan merupakan nilai dari data point
terdekat (Bargawa, W. S, 2018).

1
Gambar 2.4 Contoh penaksiran metode IDW (Bargawa, W. S, 2018)

Kerugian dari metode IDW adalah nilai hasil interpolasi terbatas pada nilai
yang ada pada data sampel. Pengaruh dari data sampel terhadap hasil interpolasi
disebut sebagi isotropik. Dengan kata lain, karena metode ini menggunakan rata-rata
dari data sampel sehingga nilainya tidak bisa lebih kecil dari minimum atau lebih
besar dari data sampel. Jadi, puncak bukit atau lembah terdalam tidak dapat
ditampilkan dari hasil interpolasi model ini. Untuk mendapatkan hasil yang baik,
sampel data yang digunakan harus rapat yang berhubungan dengan variasi lokal. Jika
sampelnya agak jarang dan tidak merata, hasilnya kemungkinan besar tidak sesuai
dengan yang diinginkan.

Secara garis besar metode ini adalah sebagai berikut ;


1. Suatu cara penaksiran dimana harga rata-rata titik yang ditaksir merupakan
kombinasi linear atau harga rata-rata bobot (weighted average) dari data-data lubang
bor disekitar titik tersebut. Data di dekat titik yang ditaksir memperoleh bobot yang
lebih besar, sedangkan data yang jauh dari titik yang ditaksir bobotnya lebih kecil.
Bobot ini berbanding terbalik dengan jarak data dari titik yang ditaksir.
2. Pilihan dari pangkat yang digunakan (ID1, ID2, ID3, …) berpengaruh
terhadap hasil taksiran. Semakin tinggi pangkat yang digunakan, hasilnya akan
semakin mendekati hasil yang lebih baik (Rafsanjani, M. R, 2016).

1
Metode seperjarak merupakan kombinasi linear atau harga rerata tertimbang
(weighted average) dari kadar komposit di sekitar blok, yang didefinisikan sebagai
berikut (Bargawa, W. S, 2018) :
𝑛
F(Zx)=∑ 𝑤𝑖 𝑧𝑖
𝑖=
1
[ ]𝑝
Dimana, Wi= 𝑛 𝑑𝑖 1 𝑝
∑ [ ]
𝑗=1 𝑑𝑗

𝑛
Dengan Syarat, ∑ 𝑤𝑖 = 1, 𝑝 > 1
𝑖=

Bobot seperjarak dapat dijelaskan sebagai berikut (berlaku untuk n > 0) :


a. Seperjarak pangkat satu didefinisikan
1

w= 𝑑 1
∑𝑑
b. Seperjarak kuadrat (Inverse distance weighted). Pada pembobotan ini contoh
dengan jarak paling dekat membobot paling besar. Penyelesaian bobot IDW
menggunakan persamaan:
1
(𝑑 ) 2
1
w ∑
(𝑑)2

c. Seperjarak kubik (Inverest Distance Cubed, ID3), mempunyai persamaan


sebagai berikut:
1
(𝑑 ) 3
1
w ∑
(𝑑)3

Keterangan :
F(𝑍X) = Kadar yang ditaksir
𝑤𝑖 = Bobot contoh (weighted average) titik data
𝑍𝑖 = Kadar contoh titik data
d = Jarak titik yang ditaksir

1
2.5 Geomorfologi Daerah Penelitian
2.5.1 Fisiografi Bungku
Morfologi di daerah Lembar Bungku dapat dibagi menjadi lima bagian, yakni
dataran rendah, dataran menengah, pebukitan menggelombang, karst serta
pegunungan. Morfologi dataran rendah umumnya mempunyai ketinggian antara 0-50
m mdpl. Morfologi dataran menengah menempati daerah sekitar Desa Tokolimbu
juga Tosea. Sedangkan morfologi pebukitan menggelombang, berketinggian antara
100 - 400 m mdpl dan morfologi karst memiliki ketinggian antara 400-800 m mdpl,
dicirikan oleh adanya pebukitankasar, sungai bawah tanah maupun dolina. Pola
Aliran Sungai umumnya meranting. Beberapa sungai memiliki pola hampir sejajar,
yaitu Sungai Bahodopi, Sungai Bahomohoni juga Sungai Wosu.
2.5.2 Stratigrafi Lembar Bungku
Satuan batuan di Lembar Bungku dapat dikelompokkan atau ditempatkan
dalam dua mendala, yaitu Mendala Banggai-Sula dan Mendala Sulawesi Timur
(Sukamto, 1975a).
a. Aluvium (Qa) : lumpur, lempung, pasir, kerikil, serta kerakal.
b. Formasi Tokala (TRJt) : perselingan batugamping klastika, batu pasir sela,
wake, serpih, napal, lempung pasiran dengan sisipan argilit.
c. Formasi Nanaka (Jn) : konglomerat, batupasir mikaan, serpih dan lensa
batubara.
d. Formasi Masiku (JKm) : batusabak, serpih, flit, batupasir, batugamping
denganbuncak rijang. Batusabak, berwarna kelabu sampai coklat kehitaman,
berlapis baik, padat.
e. Formasi Salodik (Tems) : kalsilutit, batugamping pasiran, napal, batupasir
juga rijang.
f. Formasi Matano (Km) : kalsilutit, napal, serpih dan rijang. Kalsilutit, berbutir
halus, berwarna kelabu, padat-keras, lapisannya baik, tebal lapisan berkisar
antara 10 - 15 cm.
g. Formasi Tomata (Tmpt) : perselingan batupasir konglomerat, batulempung,
tufadengan sisipan lignit.
h. Kompleks Ultramafik (Ku) : harzburgit, lherzolit, wehrlit, websterit,
serpentinit, dunit, diabas dan batuan gabro.

1
2.5.3 Tektonika dan Struktur Geologi
Struktur utama di lembar Bungku berupa patahan (sesar) dan lipatan. Sesar
meliputi sesar turun, sesar geser, sesar naik maupun sesar sungkup. Penyesaran
diduga berlangsung sejak Mesozoikum. Lipatan yang terdapat di Lembar ini
tergolong lipatan terbuka, tertutup, maupunpergentengan.
Kekar terdapat dalam hampir semua satuan batuan, tetapi terutama
dalam batuan beku maupun batuan sedimen Mesozoikum. Sejarah pengendapan
batuan sedimen serta perkembangan tektonik di Lembar Bungku diduga sangat erat
hubungannya dengan perkembangan Mendala Banggai-Sula yang sudah terkratonkan
pada akhir Paleozoikum.

Gambar 2.5. peta geologi daerah bungku (Amstrong F. Sompotan 2012)

1
BAB III
METODOLOGI PENILTIAN

3.1 Tahap Pendahuluan


Tahapan ini merupakan kegiatan pendahuluan yang dilakukan dengan tujuan
mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan penelitian yang akan dilaksanakan,
beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu:
3.1.1 Persiapan Administrasi
Pada tahapan persiapan administrasi berupa pengurusan persyaratan dari
program studi dan fakultas, sebelum penyusunan hasil penelitian serta pengurusan
surat rekomendasi penelitian sebelum melakukan penelitian.
3.1.2 Studi Pustaka
Pada penelitian ini, penulis melakukan beberapa kegiatan guna memperlancar
penyelesaian di dalam penulisan penelitian ini, dengan mempelajari literatur -
literatur yang berhubungan dengan penulisan penelitian dan mengutip hal - hal
penting yang diperlukan dalam penulisan ini.

3.2 Tahap Pengambilan Data


Tahap pengambilan data merupakan tahap kegiatan pengambilan seluruh data
Lapangan yang dibutuhkan untuk pengolahan data penelitian.
3.2.1 Jenis Data
Pada penelitian ini penulis menggunakan metode observasi dengan cara
melakukan pengumpulan data melalui pengamatan langsung atau peninjauan secara
cermat di lokasi penelitian.
Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung di lapangan pada objek
penelitian, antara lain :
 Dokumentasi
 Data lubang bor (Data assay, collar, survey, dan geologi)

1
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang pengumpulan dan pengolahan dilakukan oleh
orang lain dan pakai sumber data tambahan, antara lain:
 Peta Lokasi Penelitian
 Literatur yang berhubungan dengan lokasi penelitian
3.2.2 Sumber Data
Data-data yang digunakan dalam penulisan laporan penelitian ini diperoleh
langsung dari pengamatan di lapangan. Data - data yang sudah ada sebelumnya yang
diperoleh dari perusahaan PT Prima Sentosa Alam Lestari.

3.3 Tahap Pengolahan Data


Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu :

3.3.1 Akumulasi Data


Tahapan ini merupakan proses pengambilan data primer yaitu data lubang bor
pada PT Prima Sentosa Alam Lestari. Data lubang bor kemudian diolah dengan
bantuan software Microsoft Excel. Data lubang bor dikelompokkan menjadi 4 data,
antara lain :
 Data assay, data kadar nikel lubang bor
 Data collar, data titik koordinat dan kedalaman lubang bor
 Data geologi, data zona laterisasi
 Data survey, data kedalaman,kemiringan dan arah pengeboran
3.3.2 Analisa Statistik
Tahapan analisa statistik menggunakan metode analisa variogram. Data
lubang bor dibuatkan geologi database yang kemudian dipisahkan berdasarkan zona
laterisasinya menjadi 2 data composite yaitu composite limonit dan composite
saprolit. Data composite yang telah dibuat akan digunakan untuk tahapan fitting
variogram. Dari tahapan fitting variogram akan diperoleh jarak optimal daerah
pengaruh lubang bor. Tahap ini dikerjakan dengan bantuan software surpac 6.5.1
3.3.3 Metode Inverse distance weighted (IDW)
Database lubang bor diolah menjadi bentuk blok model kemudian dilakukan
perhitungan estimasi sumberdaya nikel menggunakan metode Inverse distance
weighted (IDW) berdasarkan jarak daerah pengaruh optimal lubang bor.Pada tahapan
ini juga akan dilakukan perbandingan estimasi jumlah sumberdaya berdasarkan

1
besaran jarak daerah pengaruh lubang bor Tahapan ini dikerjakan dengan bantuan
software Surpac 6.5.1.

3.4 Tahap Penyajian Data

3.4.1 Tahap penulisan laporan


Seluruh hasil penelitian baik dalam bentuk hasil pengambilan data maupun
pengolahan data serta hasil interpretasi data yang dilakukan, kemudian
dirampungkan kembali, setelah dievaluasi kemudian dituangkan dalam bentuk
tulisan ilmiah berupa laporan penelitian yang disusun sesuai dengan aturan penulisan
yang berlaku pada Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Muslim Indonesia.

3.4.2 Seminar
Tahap ini akan dilakukan saat presentasi mengenai tugas akhir yang telah
dibuat dan disusun setelah kegiatan penelitian. Diagram tahap penelitian dapat dilihat
pada gambar dibawah ini (Gambar 3.1)

1
Gambar 3.1 Diagram Alir Tahapan dan Metodologi Penelitian

2
BAB IV
RENCANA ANGGARAN DAN JADWAL KEGIATAN

4.1 Rencana Anggaran Biaya


Rencana anggaran biaya yang dibutuhkan selama penelitian didasarkan pada
tahap persiapan hingga penyusunan skripsi adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Rencana Anggaran Biaya
No. Uraian Biaya
1 Transportasi Rp. 750.000
2 Konsumsi Rp. 50.000
3 Perlengkapan Rp. 100.000
4 Penyusunan Skripsi Rp. 300.000
5 Biaya Tak Terduga Rp. 80.000
Total Rp. 1.280.000

4.2 Rencana Jadwal Kegiatan


Penelitian ini dilaksanakan pada 8 Mei 2021 sampai pada 20 Juni 2021
yang dimulai dari tahap persiapan sampai seminar akhir. Jadwal kegiatan dapat
dilihat dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian.

2
DAFTAR PUSTAKA

Armstrong, F. S. 2012. “Struktur Geologi Sulawesi”. Institut Teknologi Bandung


(ITB).
Bargawa, W. S. 2018. Edisi Kedelapan Perencanaan Tambang. Yogyakarta: Kilau
Book.
Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral. 2020. “Hilirisasi Nikel Ciptakan
Nilai Tambah dan Daya Tahan Ekonomi”. Diakses pada 15 Juni 2021, dari
https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/hilirisasi-nikel-ciptakan-
nilai-tambah-dan-daya-tahan-ekonomi.
Kurniadi, A., Rosana, M. F., & Yuningsih, E. T. 2018. “Karakteristik Batuan Asal
Pembentukan Endapan Nikel Laterit di Daerah Madang dan Serakaman
Tengah”. Geoscience Journal, 2(3), 221-234.
Purnomo, H., & Sumarjono, E. 2015. “Geologi Dan Estimasi Sumber Daya Nikel
Laterit Menggunakan Metode Ordinary Kriging di Blok R”, Kabupaten
Konawe–Sulawesi Tenggara. ReTII.
Rafsanjani, M. R. 2016. “Estimasi Sumberdaya Bijih Nikel Laterit Dengan
Menggunakan Metode IDW Di Provinsi Sulawesi Tenggara”. Jurnal
Geomine, 4(1).
SNI 4726:2011., “Pedoman Pelaporan, Sumberdaya dan Cadangan Mineral”. Badan
Standar Nasional Indonesia
Sukamto, R. 1975. “Geologi daerah Kepulauan Banggai dan Sula”. Geologi
Indonesia, 2(3), 23-28

Anda mungkin juga menyukai