Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN KERJA MANDIRI TERPANTAU

Sturktur Geologi Bawah Permukaan Berdasarkan


Interpretasi Metode Geomagnetik di Daerah Cekungan
Banyumas

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Badan Geologi, Pusat Survei
Geologi
JL. Dipenogoro No.57, Citarum Bandung, TLP. (022)7272601

Septian Tri Cahyo


1157030063

FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KERJA MANDIRI TERPANTAU

STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN


INTERPRETASI METODE GEOMAGNETIK DI DAERAH
CEKUNGAN BANYUMAS

Oleh:
Septian Tri Cahyo
1157030063
Disetujui dan disahkan ,
Pada tanggal ........................

Dosen Pembimbing , Pembimbing Lapangan ,

Mada Sanjaya W.S., Ph.D Accep Handyarso, S.T,M.T.


NIP. 198510112009121005 NIP. 198312092009011001

Mengetahui ,
Ketua Jurusan , Fisika

Dr. Yudha Satya Perkasa


NIP. 197911172011011005

i
ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang Sturktur Geologi Bawah Permukaan Ber-


dasarkan Interpretasi Metode Geomagnetik di Daerah Cekungan Banyumas
.Metode geomagnetik adalah salah satu metode geofisika yang digunakan un-
tuk memeriksa struktur batuan dibawah permukaan bumi. Penelitian ini dipe-
lajari dengan menggunakan pengaruh kontur kelanjutan atas didasarkan pada
pengurangan data kutub atau bisa di bilang Reduction To Pole (RTP).Metode
penelitian dilakukan studi lintasan-lintasan di daerah penelitian yang muncul
geologi karakteristik fisik. Dengan cara digitize pada peta kontur magne-
tik lembar Majenang. Agar didapatkan hasil pemodelan yang nantinya akan
diinterpretasikan bagaimana bentuk dan jenis lapisan tanah tersebut. Kata
Kunci:geomagnetik , digitize , RTP , pemodelan.

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur bagi Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan laporan yang berju-
dul "Sturktur Geologi Bawah Permukaan Berdasarkan Interpretasi Me-
tode Geomagnetik di Daerah Cekungan Banyumas ¨ dapat diselesaikan.
Dalam penyelesaian penelitian dan penulisan laporan ini, penulis mengucapk-
an terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak, khususnya kepada::

1. Allah SWT atas segara rahmat dan kemudahana yang melimpah se-
hingga kami dapat melaksanakan Kerja Mandiri Terpantau (KMT) ini
dengan baik tanpa kekurangan suatu apapun.

2. Bapak Accep Handyarso, S.T,M.T.selaku pembimbing Kerja Mandiri


Terpantau (KMT) yang telah banyak memberikan bimbingan, nasehat,
serta arahan kepada penulis.

3. Seluruh Staf dan Personalia Pusat Survei Geologi yang telah ikut mem-
bantu memberikan bimbingan kepada penulis.

4. Mada Sanjaya WS, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, nasehat, serta arahan kepada penulis.

5. Bapak Dr.Yudha Satya Perkasa, M.Si selaku Ketua Jurusan yang telah
memberikan ijin kepada kami untuk melaksanakan Kerja Mandiri Ter-
pantau (KMT) ini.

6. Ucapan terimakasih kepada segenap jajaran dosen, staf jurusan Fisika


dan staf fakultas Sains dan Teknologi.

7. Secara khusus penulis mengucapkan terimakasih kepada Orangtua ter-


cinta yang selalu mendukung, mendoakan dan memberikan banyak pe-
ngorbanan berupa materi maupun non materi.

8. Ucapan terimkasih kepada Sutari Yusuf yang telah membantu membe-


rikan support kepada penulis selama melaksanakan Kerja Mandiri Ter-
pantau.

9. Ucapan terimakasih kepada rekan kerja praktik, Jajang Nurjaman dan


M.Idzul Wilsa.

iii
Penulis menyadari bahwa laporan Kerja Mandiri Terpantau (KMT) ini masih
jauh dari kata sempurna. Penulis berharap semoga laporan ini dapat membe-
rikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca Aamiin.

Bandung, 28 Juli 2018


Penulis

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i

ABSTRAK ii

DAFTAR ISI vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR TABEL viii

1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2 Maksud dan Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.3 Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.4 Kegunaan Kerja Praktek . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.5 Sistematika Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
1.6 Waktu dan Tempat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3

2 TEORI DASAR 4
2.1 Medan Magnet Bumi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
2.2 Teori Dasar Magnetik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
2.3 Medan Magnet . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
2.4 Momen Magnetik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
2.5 Suseptibilitas Magnetik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12

3 METODOLOGI PRAKTEK 16
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan . . . . . . . . . . . . . . . . 16
3.1.1 Waktu Pelaksanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
3.2 Alat dan Bahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
3.3 Prosedur Praktik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
3.3.1 Persiapan Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
3.3.2 Reduksi ke Kutub . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
3.3.3 Membuat Database Pada Geosoft Oasis Montaj 8.3 . . 25
3.3.4 Mengubah Derajat Menjadi UTM . . . . . . . . . . . 26
3.3.5 Memotong Lintasan Dengan Interval Tertentu . . . . . 27
3.3.6 Pengolahan Data Menggunakan Software Numeri . . . 29

v
3.3.7 Analisis Spectrum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30
3.3.8 Pemisahan Residual Regional Dengan Moving Average 30

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 33


4.1 Hasil Praktik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33
4.2 Pembahasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
4.2.1 Permodelan 2D Anomali RTP . . . . . . . . . . . . . 34

5 PENUTUP 38
5.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 38
5.2 Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39

DAFTAR PUSTAKA 39

vi
DAFTAR GAMBAR

2.1 Sifat kemagnetan bumi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 5


2.2 Sifat magnet . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15

3.1 Silsilah Pusat Survei Geologi . . . . . . . . . . . . . . . . . . 17


3.2 Lambang Pusat Survei Geologi . . . . . . . . . . . . . . . . . 19
3.3 Struktur organisasi Pusat Survei Geologi . . . . . . . . . . . . 22
3.4 Proses digitize pada software surfer . . . . . . . . . . . . . . . 23
3.5 Proses grid pada software Surver . . . . . . . . . . . . . . . . 24
3.6 Proses perubahan ke RTP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 25
3.7 Membuat database pada Geosoft Oasis Montaj 8.3 . . . . . . 26
3.8 Merubah derajat menjadi UTM . . . . . . . . . . . . . . . . . 26
3.9 Hasil grid koordinat UTM . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27
3.10 Data yang didapat dari hasil pemotongan . . . . . . . . . . . . 28
3.11 Pengolahan data menggunakan software Numeri . . . . . . . . 29
3.12 Proses pengolahan data dengan software Numeri . . . . . . . 29
3.13 Plot grafik spektrum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30
3.14 Grid Math untuk memisahkan anomali residual . . . . . . . . 31
3.15 Pemisahan anomali regional . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31
3.16 Pemodelan menggunakan GYM-SYS . . . . . . . . . . . . . 32

4.1 Anomali Magnetik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33


4.2 Anomali RTP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 33
4.3 Anomali Residual . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34
4.4 Gambar lintasan pemodelan 2d anomali RTP . . . . . . . . . 35
4.5 Gambar lintasan pemodelan 2d anomali RTP lintasan 1 . . . . 35
4.6 Gambar lintasan pemodelan 2d anomali RTP lintasan 2 . . . . 36

vii
DAFTAR TABEL

2.1 Batuan dan mineral . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13

viii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kerja praktek (KP) merupakan salah satu matakuliah wajib yang bertuju-
an untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmu-
ilmu yang diperoleh selama perkuliahan. Pengembangan kemampuan terse-
but dapat dilaksanakan melalui suatu badan atau instansi yang menerapkan
ilmu fisika dalam ruang lingkup Fisika bumi adalah Pusat Survei Geologi
(PSG).
Pusat Survei Geologi merupakan salah satu unit teknis di bawah Badan
Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Pusat Survei Geo-
logi menyimpan sebagian besar dokumen hasil penyelidikan mineral dan geo-
logi dari berbagai pelosok wilayah Indonesia, berupa pustaka (laporan, terbit-
an, peta) dan percontoh (batuan, mineral, fosil). Selain menyimpan dokumen
hasil penyelidikan dan pemetaan geologi, juga mewarisi dan merawat semua
dokumen hasil penyelidikan dan pemetaan geologi dan bahan tambang yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga pendahulunya, mulai dari Dienst Van Het
Mijnwezen (1850-1922) sampai dengan Puslitbang Geologi (1978-2005),dan
Pusat Survei Geologi juga melakukan pengidentifikasian data dan pengem-
bangan metode-metode geologi untuk menunjang pengolahan data geologi.
Adanya kaitan antara aplikasi ilmu Fisika sains dengan kegiatan Bidang
Geosains ini merupakan suatu hal yang menjadi alsan sekaligus melatarbela-
kangi untuk untuk melakukan kerja praktek di Pusat Survei Geologi (PSG).
Setelah melakukan kerja praktek, mahasiswa diharapkan mampu menerapkan
ilmu yang di peroleh selama perkuliahan, sekaligus mendapatkan pengalaman
kerja sebagai bekal untuk menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya
Metode magnetik adalah salah satu cabang dari beberapa metode geofisi-
ka yang ada. Metode geomagnetik atau sering disebut dengan metode magne-
tik yaitu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui kondisi bawah
permukaan bumi yang memanfaatkan sifat dari kemagnetan bebatuan yang
identifikasinya oleh kerentanan sifat magnet dari batuan tersebut. Variasi in-
tensitas magnetik dipermukaan bumi disebabkan oleh adanya anomali benda
yang termagnetisasi dibawaah permukaan bumi. Metode magnetik dilakukan
berdasarkan anomali geomagnetik yang diakibatkan oleh perbedaan kontras
strukturbawah permukaan bumi dari daerah disekelilingnya. Perbedaan kon-

1
tras itu diakibatkan oleh adanya kelainan distribusi mineral dan batuan diper-
mukaan bumi. Alat yang digunakan pada metode magnetik yaitu magneto-
meter yang berfungsi untuk mengukur anomali geomagnet. Alat ini sangat
sensitif terhadap perubahan, sangat berpengaruh terhadap benda di sekitar,
contohnya yaitu benda yang mengandung semacam logam.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan Tujuan:

1. Mengetahui bagaimana pemrosesan data metode magnetik daerah ce-


kungan banyumas

2. Mengetahui bagaimana prosses pemodelan 2D bawah permukaan loka-


si pengamatan

3. Mengetahui bagaimana proses pemisahan anomali regional dan residual


untuk lokasi cekungan banyumas

1.3 Rumusan Masalah

Batasan masalah untuk penelitian ini adalah pengolahan data peta sebaran
anomali magnetik untuk daerah Majenang untuk permodelan 2D bawah per-
mukaan lokasi cekungan Banyumas

1. Bagaimana cara mengolah data metode magnetik untuk cekungan ba-


nyumas

2. Bagaimana pemodelan 2D dibawah permukaan lokasi cekungan banyu-


mas

3. Mempelajari bagaimana cara pemisahan anomali regional dan residual


untuk lokasi cekungan banyumas

1.4 Kegunaan Kerja Praktek

Manfaat kerja praktek sendiri adalah untuk mengaplikasikan ilmu yang dida-
pat dalam perkuliahan, untuk meningkatkan kemampuan maahasiswa dalam
bidang keilmuan dan keprofesian.

2
1.5 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dari penelitian ini diuraikan sebagai berikut.


Pembahasan pokok dari penelitian ini untuk setiap bab diuraikan secara sing-
kat. BAB I Pendahuluan. Mendeskripsikan mengenai latar belakang pene-
litian, tujuan, ruang lingkup, rumusan masalah, metode pengumpulan data,
sistematika penulisan, serta jadwal dan lokasi pnelitian.
BAB II Tinjauan Pustaka. Berisi tentang konsep dasar penelitian dan perkem-
bangan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
BAB III Metode Penelitian. Berisi tentang proses penelitian yang dilakukan.
BAB IV Hasil dan Pembahasan. Berisi tentang hasil dari penelitian berikut
dengan pembahasan dan analisanya.
BAB V Penutup. Berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian beserta saran
untuk pengembangan selanjutnya.

1.6 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 06 Juni sampai 31 Juli 2018 bertem-
pat di Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Badan Geologi, Pusat
Survei Geologi

3
BAB 2
TEORI DASAR

2.1 Medan Magnet Bumi

Magnet bumi merupakan bagian dari dalam bumi. Diyakini bahwa arus lis-
trik mengalir dalam inti besi cair dari bumi dan menghasilkan medan magnet.
Kerapatan fluks magnet B sekitar 0, 6x10−4 W b/m2 (0, 062nT ) di kutub utara
magnet dansekitar 0, 5x10−4 W b/m2 (0, 05nT ) di garis lintang 40o . Sumbu
simpal arus magnetik efektifberada pada 11o dari sumbu rotasi bumi.(Afandi
et al., 2013) Kuat medan magnet yang terukur di permukaan bumi sebagian
besarberasal dari dalam bumi mencapai lebih dari 90%. Sedangkan sisanya
adalah magnet dari kerak bumi yang menjadi target dalam eksplorasi geofi-
sika dan medan dari luar bumi. Medan magnet dari dalam bumi merupakan
bagian yang terbesar, maka medan ini sering juga disebut medan utama yang
dihasilkan oleh adanya aktivitas didalam inti bumi bagian luar (Afandi et al.,
2013).
Arah pergerakan medan adalah menuju permukaan bumi sehingga terjadi
perubahan dari vertikal ketika dikutub utara yang bergerak secara inward, ke-
mudian menjadi horizontal yang bergerak secara northward ketika diekuator
dan akhirnya berubah vertikal yang bergerak secara outward ketika dikutub
selatan. Garis fiktif pada permukaan bumi yang terletak di tengah-tengah an-
tara dua kutub disebut ekuator magnetik didefinisikan sebagai garis penghu-
bung titik-titik dengan inklinasi sama dengan nol (Nurinaya , Rustan Efendi,
2015). Pada permukaan bumi, jarum magnet bebas berputar dan mengorien-
tasikan dirinya sesuai dengan arahmedan magnet tempat itu Medan magnet
bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga elemen medan
magnet bumi yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitas kemagne-
tannya (?).
Parameter fisis tersebut meliputi sudut diantara garis gaya magnet dan per-
mukaan bumi di sebut magnetik inclination (Nurinaya , Rustan Efendi, 2015).
◦ ◦
Cakupan inklinasinya dari 90 pada sumbu magnetik sampai 0 pada equator
magnetik, dimana garis gayanya pararel terhadap permukaan. Jarum kom-
pas berputar mengikuti arah arah horizontal menunju ke kutub magnet, hal
tersebut mengindikasikan komponen lokal horizontal dari medan magnet bu-
mi. Perbedaan derajat tingkat dan arah antara arah utara sebenarnya dan utara
magnet dan titik yang dtentukan di permukaan tersebut (Dafiqiy Ya’lu Ulin

4
Nuhai, 2011).
Suatu batang magnet yang di gantung bebas akan senantiasa mengarah ke
utara-selatan. Hal ini diperkirakan karna bumi bersikap selaku magnet rak-
sasa yang ujung-ujungnya yaitu kutub magnet bumi yang didekat kutub utara
sebagai kutub utara magnet bumi, maka kutub magnet yang mengarah ke uta-
ra adalah kutub selatan. Itulah jenis-jenis muatan magnet yang disebut kutub
magnet utara dan kutub magnet selatan.dalam penerbangan, perkapalan, serta
penjeljahan hutan belantara, orang lazim memakai batang magnet kecil yang
dapat bergerak bebas didalam bidang horizontal untuk mengetahui arah uta-
ra dan arah selatan. Batang magnet kecil atau alat penunjuk arah tersebut di
kenal dengan nama kompas (Lecourt, 2004).
Seperti halnya untuk permukaan bumi orang-orang membuat garis-gasir
meridian dengan kutub-kutub bumi selaku ujung-ujungnya. Karna letak ku-
tub magnet bumi tidak bertempatan dengan letak kutub geografis bumi, maka
garis meridian magnet bumi tidak sejajar dengan garis meridian geografis bu-
mi, sudut antara garis meridian magnet bumi dengan garis meridian geografis
bumi disebut deklinasi. Nilai deklinasi tergandung dari tempatnya di bumi
(Arif & Lepong, 2016).

Gambar 2.1: Sifat kemagnetan bumi


(Arif & Lepong, 2016)

5
Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga
elemen medan magnet bumi yang dapat di ukur yaitu meliputi arah dan inten-
sitas kemagnetannya. Menurut Yamane (1997) Parameter fisis itu meliputi:

1. Deklinasi (D) Merupakan sudut antara utara magnetik dengan kompo-


nen horizontal yang diitung dari utara menuju timur.

2. Inklinasi (I) Merupakan sudut antara medan magnet total dengan bidang
horizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal
ke bawah.

3. Intensitas horizontal (H) Adalah besar dari medan magnet ada bidang
horizontal.

4. Medan magnet total (F) Adalah besar dari vektor medan magnet total.
Medan magnet bumi merupakan suatu besaran vektor, maka besaran
ini dapat diuraikan menjadi komponen-komponennya. Setiap titik di
permukaan bumi memiliki elemen yang berbeda-beda tergantung pada
letak titik tersebut (Yamane & Takasugi, 1997).

Pada tahun 1983 Gauss pertama kali melakukan analisa harmonik dari medan
magnet bumi untuk mengamati sifat-sifatnya. Analisa selanjutnya yang di-
lakukan para ahli mengacu pada kesimpulan umum yang dibuat oleh Gauss
yaitu menurut (Yamane & Takasugi, 1997).

1. Intensitas medan magnet bumi hampir seluruhnya berasal dari dalam


bumi.

2. Medan yang teramati di permukaan bumi dapat di dekati dengan per-


samaan harmonik yag pertama yang berhubungan dengan potensial di-

kutub dipusat bumi. Dikutub ini mempunyai sudut kemiringan 11, 5
terhadap sumbu geografi (Yamane & Takasugi, 1997),

Sumber medan magnet bumi secara umum di bagi menjadi tiga, yaitu medan
magnet utama bumi, medan luar, dan medan anomali:

1. Medan magnet utama (mainfield ) Secara teoritis medan magnet utama


bumi disebabkan oleh sumber dari dalam dan luar bumi. Medan magnet
dari dalam bumi diduga dibangkitkan oleh perputaran aliran arus dalam
inti bagian luar bumi yang bersifat cair dan konduktif. Medan magnet
utama bumi berubah terhadap waktu, dan variasinya relatif kecil, ma-
ka untuk menyergamkan nilai-nilai medan utama magnet bumi, di buat

6
standar magnet yang disebut Internasional Geomagnnetics Reference
Field (IGRF). Nilai medan magnet utama ditentukan berdasarkan ke-
sepakatan internasional dibawah pengawasan International Association
of Geomagnetic and Aeronomi (IAGA). IGRF diperbaharui tiap lima
tahun sekalidan diperoleh dari hasill pengukuran rata-rata pada daerah
luasan sekitar 1 juta km2 yang dilakukan dalam waktu satu tahun (Nu-
rinaya , Rustan Efendi, 2015).

2. Medan magnet luar (external field) Medan magnet bumi dipengaruhi


juga oleh medan dari luar. Medan ini sumber dari luar bumi yang me-
rupakan hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultra
violet dari matahari. Karna sumber medan luar ini berhubungan dengan
arus listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di atmosfer, maka
perubahan medan ini terhadap waktu jauh lebih cepat daripada med-
an magnet utama dan berubah terhadap waktu. Menurut (White et al.,
1997) beberapa sumber medan luar antara lain:
a. Perubahan konduktivitas listrik lapisan atmosfer dengan siklus 11
tahun dan berkolerasi dengan aktifitas matahari.
b. Variasi harian dengan periode 24 jam yang berhubungan dengan pa-
sang surut matahari dan mempunyai rage 30nT dan dipengaruhi oleh
aksi matahari pada lapisan ionosfer.
c. Badai magnetik (magnetic strom) yang bersifat acak yang merupak-
an gangguan transient dengan amplitudo sebesar 1000 nT pada sebuah
garis lintang. Puncak badai magnetik, praktis eksplorasi dengan meng-
gunakan metode magnetik tidak berguna.

3. Anomali Magnetik Lokal Ini terjadi didekat permukaan kerak bumi dan
merupakan penyebab perubahan dalam medan magnet utama, yang bi-
asanya lebih kecil daripada medan utama serta relatif konstan terhadap
waktu dan tempat. Perubahan inidapat dihubungkan dengan perubahan
kandungan mineral magnetik dalam batuan-batuan dekat permukaan.
Biasanya anomali ini cukup besar, hingga besar magnet menjadi lebih
besar dua kali lipat daripada medan utama lokal. Anomali ini disebabk-
an oleh gangguan lokal yang ada di kerak bumi, dan anomali tersebut
adalah yang menjadi tujuan utama dalam penyelidikan geomagnet.
Pada umumnya medan anomali tidak menyebar pada daerah yang luas
karena letak sumbernya tidak terlalu dalam sepertihalnya dalam meto-
de gravitasi. Medan magnet lokal sering disebut juga dengan medan

7
magnet anomali (crustal field). Medan magnet ini dihasilkan oleh ba-
tuan yang mengandung mineral bermagnet seperti (Fe2Ti04) dan lain-
lain yang berada di kerak bumi. Potensial magnet di suatu titik yang
disebabkan oleh batuan yang mempunyai momen magnetisasi dipole
persatuan volume (M) adalah:

Jika M konstan dengan arah k, maka:

Sehingga persamaan menjadi:

Karena medan magnet anomali jauh lebih kecil jika dibandingkan de-
ngan medan magnet utama, maka medan magnet anomali terukur pada
arah medan magnet utama. Jika komponen adalah delta T maka:

Dimana a adalah arah dari medan magnet utama, dengan kata lain:

Dimana I adalah inklinasi dan λ deklinasi tehadap y,

4. Variasi medan magnet Variasi magnet berubah terhadap waktu yang


beragam ordernya dari milik detik sampai ratusan tahun. Variasi medan

8
magnet bumi terhadap waktu ini dikelompokan menjadi vriasi sekuler
dan variasi harian). variasi sekuler merupakan variasi yang ditimbulk-
an karna adanya perubahan internal bumi, dimana perubahannya sangat
lambat (orde puluhan sampai ratusan tahun) untuk bisa mempengaru-
hi nilai medan magnet. Variasi Diurnal merupakan variasi yang secara
domminan ditimbulkan oleh gangguan matahari. Radiasi ultra violet
matahari menimbulkan ionisasi lapisan Ionosfer. Ionisasi dan elektron
yang terlempar dari matahari juga akan menimbulkan fluktuasi arus se-
bagai sumber medan magnet. Sifat perubahan harian bersifat acak tapi
periodik dengan periode rata-rata sekitar panjang hari (24 jam). Periode
perubahan berkisar 10-30λ. Variasi lain yakni adanya badai magnetik
yang diakibatkan oleh aktivitas matahari, bersifat acak, bernilai besar
sehingga dapat mengacaukan data pengamat (Lecourt, 2004).

2.2 Teori Dasar Magnetik

Metode geomagnet merupakan salah satu metode fisika untuk eksplorasi


bawa hpermukaan bumi yang banyak digunakan untuk mengeksplorasi bawah
permukaan bumi yang banyak digunakan untuk mengeksplorasi mineral dan
batuan. Metode geomagnet merupakan salah satu metode geofisika yang di-
gunakan untuk surfei pendahuluan pada eksplorasi minyak bumi, panas bumi,
batuan mineral maupun untuk keperluan pemantauan (monitoring) gunung
berapi. Metode ini juga dapat digunakan untuk eksplorasi bawah permuka-
an seperti sesar, lipatan, intrusi batuan beku atau kubah garam dan reservoir
geothermal. Pada eksplorasi geofisika lingkungan, metode magnetik hanhya
akan memberikan gambaran secara umum. Burger dkk menyebutkan bahwa
metode magnetik dapat digunakan untuk mengetahui kedalaman dan struktur
permukaan, sehingga pengukuran dapat diperoleh dengan mudah untuk studi
lokal dan regional. Metode ini digunakam untuk mengukur sifat kerentanan
magnet batuan (Lecourt, 2004).
Kerentanan magnet batuan tergantung dari kandungan mineral yang ber-
sifat magnetik, misalnya magnetit atau ilmenit didalam batuan. Batuan sedi-
men umumnya mempunyai angka kerentanan magnet yang rendah, sedangk-
an batuan dasar umumnya lebih tinggi. Batuan yang mengandung unsur besi
atau batuan ultra basa mempunyai angka kerentanan magnet yang tinggi. Su-
rvei magnetik merupakan metoda eksplorasi geofisika yang mengukur medan
magnet bumi di setiap titik yang ada di muka bumi. Penggunaan metode
magnetik berdasarkan pada adanya anomali medan magnetik bumi yang dia-

9
kibatkan oleh adanya perbedaan sifat kemagnetan dari berbagai macam batu-
an (White et al., 1997).
Metoda magnetik merupakan metoda pengolahan data potensial untuk
memperoleh gambaran bawah permukaan bumi atau berdasarkan karakteris-
tik magnetiknya. Metode ini didasarkan pada pengukuran intensitas medan
magnet pada batuan yang timbul karena pengaruh dari medan magnet bumi
saat batuan itu terbentuk. Dalam metode geomagnetik ini, bumi diyakini se-
bagai batang magnet raksasa dimana medan magnet utama bumi dihasilkan.
Kerak bumi menghasilkan medan magnet jauh lebih kecil daripada medan
utama magnet yang dihasilkan bumi secara keseluruhan. Teramatinya medan
magnet pada bagian bumi tertentu, biasanya disebut anomali magnetik yang
dipengaruhi suseptibilitas batuan tersebut dan remanen magnetiknya. Berda-
sarkan pada anomali magnetik batuan ini, pendugaan sebaran batuan yang
dipetakan baik secara lateral maupun vertikal. Eksplorasi menggunakan me-
tode magnetik, pada dasarnya terdiri atas tiga tahap : akuisisi data lapangan,
prosesing, interpretasi. Setiap tahap terdiri dari beberapa perlakuan atau kegi-
atan. Pada tahap akuisisi, dilakukan penentuan titik pengamatan dan pengu-
kuran dengan satu atau dua alat. Untuk koreksi data pengukuran dilakukan
pada tahap processing. Koreksi pada metode magnetik terdiri atas koreksi
harian (diurnal), koreksi topografi (terrain) dan koreksi lainnya. Sedangkan
untuk interpretasi dari hasil pengolahan data dengan menggunakan software
diperoleh peta anomali magnetik (White et al., 1997).
Metode geomagnetik juga mempunyai kesamaan latar belakang fisika de-
ngan metode gravitasi. Kedua metode tersebut sama-sama berdasar pada teori
medan potensial, sehingga keduanya sering disebut sebagai metode potensi-
al. Akan tetapi, ditinjau dari parameter besaran fisika yang terkait keduanya
mempunyai perbedaan yang mendasar. Pada metode geomagnet harus di-
pertimbangkan variasi besar dan arah vektor magnetisasi. Sedangkan dalam
metode gravitasi hanya ditinjau variasi besar vektor percepatan gravitasi. Me-
tode geomagnet ini bekerja berdasarkan pengukuran variasi kecil intensitas
medan magnet di permukaan bumi. Variasi ini disebabkan oleh kontras sifat
kemagnetan (suspebilitas) antar batuan didalam kerak bumi (termasuk dida-
lam kemagnetan induksi dan kemagnetan permanen), sehingga menimbulkan
medan magnet bumi yang tidak homogen, bisa disebut juga sebagai atau suatu
anomali magnetik. Variasi medan magnetik dapat disebabkan adanya peru-
bahan struktur geologi dibawah permukaan bumi (Nurinaya , Rustan Efendi,
2015).

10
Menurut (Nurinaya , Rustan Efendi, 2015) dasar peninjauan anomali dari
metode magnetik adalah gaya Coulomb antara dua kutub magnet m1 dan m2
(e.m.u) yang berjarak r (cm) dalam bentuk: F = ( 1q1rc2 r(dyne) (2.6)
41
Dimana F adalah gaya yang bekerja diantara dua magnet dengan muatan med-
an magnet q1 Dan µ adalah permeabilitas suatu medium dengan satuan Henry
per meter Hm−1 ). Dalam medium hampa permeabilitas mutlak sama dengan
µ0 yang nilainya 4Π x 10−7 Hm−1 . Tidak seperti kasus gravitasi, meskipun
persamaannya mirip, gaya antara kedua kutub magnet ini bisa bernilai (+)
yang berarti tolak-menolak dengan negatif (-) berarti Tarik menarik. Kon-
stanta µ0 adalah permeabilitas untuk ruang hampa tidak berdimensi. Besarnya
dalam satuan SI adalah 4Πx10−7 Ampere
N ewton
2.

2.3 Medan Magnet

Kuat medan (H) adalah gaya pada satuan kutub magnetik m1 jika diletakan
pada titik dalam medan magnet yang merupakan hasil dari kuat kutub menurut
(Nurinaya , Rustan Efendi, 2015) :

2.4 Momen Magnetik

Kutub magnet selalu berpasangan (dipole) yakni kutub (+) dan kutub negatif
(-), dipisahkan oleh jarak l. Momen magnetik (M) didefinisikan sebagai:

H merupakan sebuah vektor pada arah vektor unt berarah r dari kutub ne-
gatif menuju kutub positif. Momen magnet mempunyai satuan dalam CGS,
yakni Gauss.cm3 atau emu dan dalam satuan SI mempunyai satuan A.m3 .
Arah momen magnetik dari atom material non magnetik tidak beraturan se-
hingga momen magnetik resultannya bernilai nol. Didalam material-material
yang bersifat magnet arah momen magnetiknya sehingga momen magnetik
resultannya tidak bernilai nol (Nurinaya , Rustan Efendi, 2015). Menurut
(Afandi et al., 2013) Intensitas magnetik merupakan besaran yang menyatak-
an berapa besar intensitas keteraturan atau kesearahan arah momen-momen

11
magnetik dalam suatu material sebagai akibat dari pengaruh medan magnet
luar yang melingkupinya. Intensitas magnetisasi (I) didefinisikan sebagai mo-
men magnetik per unit volume:

Satuan magnetisasi dalam CGS adalah Gauss atau emu.cm3 dan dalam SI
adalah Am−1 .

2.5 Suseptibilitas Magnetik

Intensitas magnetik pada batuan sebagian disebabkan oleh induksi dari mag-
netik bumi dan yang lain oleh adanya magnetisitas permanen. Intensitas dari
induksi geomagnetik akan bergantung pada suseptibilitas magnetik batuan-
nya dan gaya magnetnya, serta intensitas permanennya berdasarkan sejarah
geologi batu tersebut (Nurinaya , Rustan Efendi, 2015).
Besaran ini digunakan untuk menentukan tingkat pengaruh medan mag-
net terhadap suatu benda, dinyatakan sebagai lambang K yang dirumuskan
dengan persamaan. Besaran yang tak berdiensi ini merupakan parameter da-
sar yang digunakan dalam metode magnetik. Nilai suseptibilitas magnetik
dalam ruang hampa sama dengan nol karna hanya benda berwujud yang da-
pat termagnetisasi (Nurinaya , Rustan Efendi, 2015).
Suseptibilitas magnetik bisa diartikan sebagai derajat kemagnetan suatu
material. Harga k pada batuan semakin besar apabila pada batuan semakin
banyak dijumpai mineral-mineral yang bersifat magnetik. Jika suatu benda
merada dalam medan magnet, maka akan timbul medan magnet baru dalam
benda (induksi), yang menghasilkan anomali medan magnet. Sehingga de-
ngan adanya batuan didalamnya mengandung meniral magnetik, medan mag-
net normal bumi akan mengalami gangguan yang disebabkan oleh anoma-
li medan magnet sebagai hasil magnetisasi batuan (Fitria, Laela; Yulianto,
Tony; Harmoko, 2015).
Jika suatu benda merada dalam medan magnet, maka akan timbul med-
an magnet baru dalam benda (induksi), yang menghasilkan anomali medan
magnet. Sehingga dengan adanya batuan didalamnya mengandung meniral
magnetik, medan magnet normal bumi akan mengalami gangguan yang dise-
babkan oleh anomali medan magnet sebagai hasil magnetisasi batuan (Nuri-
naya , Rustan Efendi, 2015)

12
Tabel 2.1: Batuan dan mineral

(Nurinaya , Rustan Efendi, 2015)

Sifat magnetisasi batuan atau suseptibilitas pada batuan beraneka ragam,


tergatung pada pembentukan batuan itu sendiri seperti pada gambar tabel 2.1
ini diantaranya menurut (Lecourt, 2004)

1. Feromagnetik Suseptibilitas magnetik material tidak bergantung pada


temperature Curie karena material-material atom mempunyai momen
magnet dan interaksi antara atom terdekatnya sangat kuat, kombina-
si orbit elektron dan gerak spin nya menghasilnkan magnet yang ku-
at.material feromagnetik dibagi lagi menjadi beberapa macam yaitu fer-

13
romagnetik , anti feromagnrtik, dan ferrimagnetik. Nilai k ferromagne-
tik positif dan tidak tergantung pada temperature Curie, karena material-
material atom mempunyai momen magnet dan interaksi antara atom
terdekatnya sangat kuat. tipe ini dibagi lagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a.Ferromagnetik(besi, nikel, kobalt) jarang dalam bentuk murni.
b.Antiferromagnetik. Ini merupakan material yang tidak umum.
c.Ferrimagnetik. Material ini muncul dalam bentuk garnet ferrit dan
magnetik.

2. Paramagnetik Paramagnetik ini medan magnetnya hanya akan ada ji-


ka diamagnetisasi oleh medan magnet dan luarnya dihilangkan, maka
pengaruh medannya dihilangkan juga. Karna pengaruh termal, maka
gerak elektronnya menjadi random kembali dan nilai K positif dan ber-
banding terbalik dengan temperature mutlak. Jumlah elektron adalah
ganjil, momen magnet pada paramagnetik ini searah dengan medan po-
larisasi dan induksi magnetiknya bernilai kecil karna hanya sebagian
kecil spin tervalensiasi.(Lecourt, 2004)

3. Diamagnetik Material diamagnetik mempunyai harga suseptibilitas mag-


netik karena harga suseptibilitas negatif maka intensitas induksi akan
berlawanan arah dengan gaya magnetnya. Semua material menunjuk-
an respon sebagai diamagnetik ketika ia berada dalam medan magnet
(Lecourt, 2004).
Jika nilai dari K negatif, maka intensitas induksinya akan berlawanan
arah dengan gaya magnetnya/medan polarisasi. Semua material me-
nunjukan respon sebagai diamagnetik ketika berada dalam medan mag-
netik. Contoh batuannya:kuarsa, marmer, graphite, rock salt, air, kayu
dan beberapa bahan organik lainnya seperti minyak dan plastik dan be-
berapa logam diantaranya tembaga. Jumlah elektron dalam atomnya
genap dan semuanya sudah saling berpasangan, sehingga efek magne-
tisasinya paling kuat dalam medan polarisasi sperti pada gambar 2.2
(Fitria, Laela; Yulianto, Tony; Harmoko, 2015).

14
(Fitria, Laela; Yulianto, Tony; Harmoko, 2015)

Gambar 2.2: Sifat magnet

15
BAB 3
METODOLOGI PRAKTEK

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Berikut ini waktu dan tempat pelaksanaan Kerja Praktek (KP):

3.1.1 Waktu Pelaksanaan

Kerja Praktek (KP) dilaksanakan terhitung mulai dari tanggal 4 - 8 Juni 2018,
kemudian dilanjutkan kembali pada tanggal 25 Juni sampai 28 Juli 2018.
Tempat Pelaksanaan Tempat Kerja Praktek (KP) ini dilaksanakan di Instsansi
Kebumian, yaitu Pusat Survei Geologi (PSG) yang beralamat di Jl. Dipenego-
ro No. 57 Bandung 40122. Berikut profil singkat mengenai Instansi tersebut:

Sejarah Pusat Survei Geologi

Pusat Survei Geologi (PSG) adalah salah satu unit teknis yang berada di ba-
wah lembaga Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) dan bertempat di Jl. Diponegoro No. 57 Bandung 40122.

16
Gambar 3.1: Silsilah Pusat Survei Geologi

Berdasarkan silsilah Pusat Survei Geologi (Lihat Gambar 3.1 ), dalam per-
jalanan sejarahnya Pusat Survei Geologi yang sekarang dikenal ini telah ber-
evolusi melewati tiga kurun waktu. Dimulai dari Dienst van het Mijnwezen
yang berdiri pada masa pemerintahan Hindia Belanda (1820). Setelah pro-
klamasi kemerdekan Republik Indonesia, institusi ini berganti nama menjadi
Direktorat Geologi yang kemudian pada tahun 1979 menjadi Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi atau disingkat Puslitbang Geologi (1978 sam-
pai 2005), dan sejak tahun 2006 menjadi Pusat Survei Geologi (PSG) (Fitria,
Laela; Yulianto, Tony; Harmoko, 2015).
Pusat Survei Geologi menyimpan sebagian besar dokumen hasil penyeli-
dikan mineral dan geologi dari berbagai pelosok wilayah di Indonesia. Hal

17
tersebut dapat berupa pustaka (laporan, terbitan, peta) dan percontoh (batuan,
mineral, fosil). Selain menyimpan dokumen hasil penyelidikan dan pemeta-
an geologi, juga mewarisi dan merawat semua dokumen hasil penyelidikan,
pemetaan geologi dan bahan tambang yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
pendahulunya, mulai dari Dienst van het Mijnwezen (1850-1922) sampai Pus-
litbang Geologi (1978-2005) (Fitria, Laela; Yulianto, Tony; Harmoko, 2015).
Penelitian dan pengembangan geologi di Indonesia diawali dari Dienst
van het Mijnwezen dengan dipaparkannya teori undasi, penemuan lajur ano-
mali gayaberat free air negatif, dan penemuan fosil hominid oleh ilmuwan
Belanda sekitar pada tahun 1850 (Fitria, Laela; Yulianto, Tony; Harmoko,
2015).
Pada tahun 1946, Direktorat Geologi memulai suatu program yang berisi
pemetaan geologi sistematik, eksplorasi mineral logam dan mineral industri,
survei hidrogeologi dan geologi teknik, serta penyelidikan dan pemantauan
gunung api. Program pemetaan gayaberat sistematik tersebut dimulai pada
tahun 1964. Sejak tahun 1979, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
atau Puslitbang Geologi mulai merangkum berbagai hasil program kegiatan
yang telah dilakukan menjadi paket-paket data dan informasi mengenai ke-
bumian yang berupa peta-peta geologi digital, serta paket data geologi Irian
Jaya (Papua) dan Kalimantan. Kegiatan penelitian dan pengembangan (li-
tbang) tentang kebumian ini dimulai dengan penajaman fokus pada pencari-
an sumber-sumber baru mengenai energi dan mineral, serta aspek lingkung-
an dan kebencanaan. Hasil-hasil litbang berupa data dan informasi tentang
potensi-potensi kebumian setiap wilayah di Indonesia. Informasi tersebut di-
sebarluaskan kepada para pemangku kepentingan (stakeholder), kalangan in-
dustri, dan masyarakat luas (Fitria, Laela; Yulianto, Tony; Harmoko, 2015).

Logo, Visi dan Misi Pusat Survei Geologi

Berikut adalah logo, paparan visi dan misi dari Pusat Survei Geologi:

1. Lambang

18
Gambar 3.2: Lambang Pusat Survei Geologi

Badan Geologi seperti logo pada gambar 3.2 merupakan salah satu unit
eselon I dalam lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Me-
neral (ESDM) yang bertugas memberikan pelayanan informasi geolo-
gi.(Fitria, Laela; Yulianto, Tony; Harmoko, 2015).

2. Visi Geologi untuk Perlindungan dan Kesejahteraan Masyarakat.

3. Misi a. Mempromosikan geologi untuk sebagai kepentingan perenca-


naan dan penataan wilayah.
b. Mengungkap potensi geo-resources (sumber daya geologi): minyak,
gas, panas bumi, air tanah, serta potensi geologi lainnya.
c. Mengungkap potensi bencana geologi bagi kepentingan perlindung-
an manusia dan potensi ekonomi.
d. Mendorong penerapan geo-resources bagi kepentingan konservasi
dan potensi geologi serta perlindungan lingkungan.

Tugas dan Fungsi Pusat Survei Geologi

Sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No. 13 Tahun 2006, Pusat


Survei Geologi memiliki tugas dan fungsi. Pusat Survei Geologi mem-
punyai tugas dalam bentuk penelitian, penyelidikan, pelayanan, dan su-
rvei dalam bidang pemetaan, geosains, serta sumber daya minyak dan
gas bumi. Dalam menjalankan tugasnya, yaitu melaksanakan peneliti-

19
an dan pelayanan dalam bidang geologi, Pusat Survei Geologi memiliki
fungsi sebagai berikut:

(a) Penyusunan kebijakan teknis penelitian dan penyelidikan di bi-


dang pemetaan, geosains, serta sumber daya minyak dan gas bu-
mi.
(b) Perumusan kebijakan pelayanan di bidang pemetaan, geosains,
serta sumber daya minyak dan gas bumi.
(c) Pelaksanaan penelitian, penyelidikan, dan pelayanan dalam bi-
dang pemetaan, geosains, serta sumber daya minyak dan gas bumi.
(d) Penyusunan norma dan standar, prosedur, dan kriteria dalam bi-
dang pemetaan, geosains, serta sumber daya minyak dan gas bu-
mi.
(e) Pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi dalam bi-
dang penelitian, penyelidikan, dan pelayanan di bidang pemetaan,
geosains, serta sumber daya minyak dan gas bumi.
(f) Pemantauan, evaluasi dan pelaporan, pelaksanaan tugas peneliti-
an, penyelidikan, dan pelayanan dalam bidang pemetaan, geosa-
ins, serta sumber daya minyak dan gas bumi.
(g) Pelaksanaan urusan ketatausahaan, kerumahtanggaan, perencana-
an, administrasi keuangan, informasi dan kepegawaian pusat.

Badan Hukum Pusat Survei Geologi

Pusat Survei Geologi (PSG) merupakan Instansi Pemerintahan dalam


salah satu unit teknis di bawah Badan Geologi, Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Instansi Pemerintahan adalah se-
butan kolektif meliputi satuan kerja atau satuan organisasi Kementerian
atau Departemen, Lembaga Pemerintah non Departemen, Kesekretari-
atan Lembaga Tinggi Negara, dan Instansi pemerintahan lainnya baik
pusat maupun daerah, seperti Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Dalam pedoman.
Penyusunan Penetapan Kinerja Daerah, Instansi Pemerintah adalah unit
organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas dan fungsi sesuai ke-
tentuan yang berlaku. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) secara penuh memegang 4 Direktorat, yaitu Direktorat Jende-
ral Minyak dan Gas Bumi, Direktorat Jenderal Listrik dan Pemanfaatan

20
Energi, Direktorat Jenderal Mineral, dan Direktorat Jenderal Badan Ge-
ologi.
Direktorat Jenderal Badan Geologi memiliki 5 Divisi yang bergerak di-
bawahnya, diantaranya Sekretariat Badan Geologi, Pusat Sumber Daya
Mineral, Batubara dan Panas Bumi, Pusat Air Tanah dan Geologi Ta-
ta Lingkungan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, dan
Pusat Survei Geologi. Setiap divisi memiliki tugas, pelayanan, visi dan
misi yang berbeda. Dalam melaksanakan tugasnya setiap divisi saling
membutuhkan, baik dalam berupa data, maupun laporan hasil peneliti-
an.

Struktur Organisasi dan Job Description Pusat Survei Geologi

Pusat Survei Geologi memiliki divisi dengan tugasnya masing-masing.


Berikut adalah struktur organisasi dan susunan komponen unit kerja di
Pusat Survei Geologi dan deskripsi tugasnya:

(a) Bagian Tata Usaha Bagian ini mempunyai tugas melaksanakan pe-
nyusunan rencana kerja dan anggaran, urusan keuangan, kerja sa-
ma, kepegawaian, umum, hukum, dan pengelolaan informasi.
(b) Bidang Pemetaan Bidang ini memiliki tugas melaksanakan penyi-
apan penyusunan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, kri-
teria, rencana, program, evaluasi, pelaporan, pelaksanaan pemeta-
an, penelitian, penyelidikan, perekayasaan, pengelolaan basis data
di bidang pemetaan.
(c) Bidang Geosains Bidang ini memiliki tugas melaksanakan penyi-
apan penyusunan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, kri-
teria, rencana, program, evaluasi, pelaporan, pelaksanaan pemeta-
an, penelitian, penyelidikan, perekayasaan, pemodelan, bimbing-
an teknis, dan pengelolaan basis data di bidang geologi dan geofi-
sika.
(d) Bidang Sumber Daya Minyak dan Gas Bumi Bidang ini memili-
kii tugas melaksanakan penyiapan penyusunan kebijakan teknis,
norma, standar, prosedur, kriteria, rencana, program, evaluasi, pe-
laporan, pelaksanaan pemetaan, penelitian, penyelidikan, pereka-
yasaan, pemodelan, dan pengelolaan basis data di bidang sumber
daya minyak dan gas bumi.

21
(e) Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan Fungsional di-
antaranya terdiri atas jabatan penyelidik bumi, pengamat gunung
api, peneliti, perekayasa, teknisi litkayasa, survesor pemetaan, per-
encana, pranata humas, perancang peraturan perundang-undangan,
analisis kepegawaian, pranata komputer, pustakawan, dan arsipa-
ris, yang diangkat dan diatur berdasarkan peraturan perundang-
undangan sperti pada gambar 3.3.

Gambar 3.3: Struktur organisasi Pusat Survei Geologi

3.2 Alat dan Bahan

Pada dasarnya, prosedur pelaksanaan metode Magnetik merupakan proses un-


tuk mendapatkan data akuisisi hingga mencapai hasil akhir. Hal tersebut dapat
dilakukan dengan melibatkan komponen-komponen utama dan perlengkapan
pendukung lainnya, serta meliputi beberapa tahapan pengukuran yaitu seba-
gai berikut:

1) Magnetometer
2) Tongkat
3) Tas untuk membawa alat
4) GPS
5) Petunjuk waktu
6) Alat tulis
7) Kamera
8) Magnetic calculator
9) Software geodoft Oasis Montaj 8.3
10) Software Surfer
11) Software Numeri

22
3.3 Prosedur Praktik

3.3.1 Persiapan Data

Persiapan data yang dilakukan yaitu dengan mencari peta anomali magnetik
cekungan banyumas pada lembar majenang. Kemudian dilakukan digitize
dengan software surver 12 untuk mendapatkan koordinat dan juga anomali
magnetik pada koordinat tersebut dengan skala mGal. peta diimport kedalam
software Surfer 12, kemudian diregistrasikan koordinat sesuai dengan peta,
lalu di digitize dengan besarnya anomali magnetik seperti pada gambar 3.4 di
bawah.

Gambar 3.4: Proses digitize pada software surfer

Hasil digitize tersebut di simpan dan di gabungkan dalam satu file Excel
untuk kemudian di Grid dalam software Surfer 12 untuk melihat apakah ha-
sil digitize sama dengan peta anomali magnrtik sebelumnya atau tidak. Jika
kurang maka digitize harus ditambahkan agar garis grid lebih halus.

23
Gambar 3.5: Proses grid pada software Surver

Hasil digitize pada gambar 3.5 tersebut di simpan dan di gabungkan da-
lam satu file Excel untuk kemudian di grid dalam software Surfer 12 untuk
melihat apakah hasil digitze sama dengan peta anomali magnetik sebelumnya
atau tidak. Jika kurang maka digitize harus ditambahkan agar garis grid lebih
halus.

3.3.2 Reduksi ke Kutub

Metode reduksi ke kutub atau Reduction To Pole magnetic (RTP) bumi da-
pat mengurangi salah satu tahap yang rumit dari proses interpretasi, dimana
anomali medan magnet menunjukan langsung menunjukan langsung posisi
bendanya. Dengan cara memasukan hasil grid seperti pada gambar 3.6.

24
Gambar 3.6: Proses perubahan ke RTP

Setelah itu akan di dapatkan hasil inklinasi dan deklinasi yang nantinya
akan di gunakan untuk proses selanjutnya.

3.3.3 Membuat Database Pada Geosoft Oasis Montaj 8.3

Data grid yang sudah selesai didigit dijadikan database menggunakan sof-
tware Geosoft Oasis Montaj 8.3 agar bisa diproses lebih lanjut seperti pada
gambar 3.7.

25
Gambar 3.7: Membuat database pada Geosoft Oasis Montaj 8.3

3.3.4 Mengubah Derajat Menjadi UTM

Gambar 3.8: Merubah derajat menjadi UTM

Karena hasil digitize seperti pada gambar 3.8 merupakan koordinat dalam
derajat maka hasil tersebut harus diubah menjadi bentuk UTM untuk memu-

26
dahkan proses berikutnya. Grid koordinat UTM untuk mengetahui hasil peta
dalam bentuk koordinat UTM sperti pada gambar 3.9.

Gambar 3.9: Hasil grid koordinat UTM

3.3.5 Memotong Lintasan Dengan Interval Tertentu

Peta hasil grid seperti pada gambar 3.9 dipotong menjadi beberapa lintasan
dengan interval atau jarak tertentu. Pemotongan dilakukan untuk mendapatk-
an koordinat x dan y sesuai dengan jarak dan juga besar anomali magnetik
pada koordinat tersebut. Pemotongan tersebut dilakukan dengan cara mem-
buat database baru pada software Geosoft Oasis Montaj, kemudian menggu-
nakan Tool Grid Profile dan diatur interval atau jarak sesuai kebutuhan data
itu sendiri. Pemotongan lintasan itu sendiri minimal dalam satu map dipotong
menjadi 10 lintasan dengan 5 lintasan vertikal dan 5 lintasan horizontal.

27
Gambar 3.10: Data yang didapat dari hasil pemotongan

Data yang didapat dari hasil pemotongan seperti pada gambar 3.10 adalah
koordinat x UTM, y UTM dan besarnya nilai anomali magnetik pada koordi-
nat tersebut. Dari data tersebut kemudian dibuat data jarak dengan menggu-
nakan rumus Phytagoras, sehingga didapat 2 data yaitu jarak dan besarnya
anomali magnetik yang kemudian dijadikan file dengan ekstensi xy untuk ke-
mudian diproses dalam software numeri.

28
3.3.6 Pengolahan Data Menggunakan Software Numeri

Gambar 3.11: Pengolahan data menggunakan software Numeri

Dari data pemotongan seperti pada gambar 3.11 tersebut kemudian xy dipro-
ses menggunakan software numeri untuk mendapatkan bilangan real, imagi-
ner, dan frekuensi. Software ini mengubah frekuensi waktu menjadi frekuensi
domain dengan menggunakan transformasi Fourier. Pengolahan dengan Nu-
meri dilakukan dengan cara menginput file xy kedalam folder software Nu-
meri yang kemudian file tersebut dipanggil pada software Numeri tersebut.
Kemudian dilakukan Transformasi balik, DFT dan FFT pada software ter-
sebut, hingga didapatkan data bilangan real, imaginer, dan frekuensi seperti
pada gambar 3.12.

Gambar 3.12: Proses pengolahan data dengan software Numeri

29
3.3.7 Analisis Spectrum

Data hasil pengolahan numeri kemudian diproses dalam excel. Menggunakan


persamaan Phytagoras, lalu didapatkan amplitude gelombang, yang kemu-
dian akan digunakan untuk mencari ln A dengan menggunakan persamaan
antara amplitude dengan gelombang. Dari ln A tersebut dapat juga dicari
gelombang dengan menggunakan persamaan Blakely, yang selanjutnya dida-
patkan lebar jendela. Dari data tersebut kemudian diambil data ln A dan bi-
langan gelombang untuk diplot menjadi grafik yang kemudian dianalisis zona
regional dan zona residualnya untuk didapatkan KC dan lebar jendela seperti
pada gambar 3.13.

Gambar 3.13: Plot grafik spektrum

Dari plot tersebut dapat terlihat zona regional dan residual yang di tunjuk-
an dengan warna merah dan juga zona residual dengan warna abu-abu beserta
kedalamannya h. Perhitungan KC dan lebar jendela Setelah didapatkan ke-
dalaman zona regional dan juga residual, maka data tersebut dikumpulkan
dengan data lain berupa KC tersebut. Data tersebut diratakan dan didapatkan
untuk lebar jendela itu sendiri 35, karna lebar jendela tersebut harus dibulatk-
an dan harus bilangan ganjil

3.3.8 Pemisahan Residual Regional Dengan Moving Average

Anomali regional dengan kondisi geologi umum yang dominan pada da-
erah sekitar pengambilan data. Anomali regional dicirikan dengan anomali
frekuensi rendah. Untuk pemisahan anomali regional yang digunakan ada-
lah metode Moving average, sesuai dengan data yang ada yaitu berupa rata-
rata. Pemisahan itu sendiri menggunakan software surver 12, dan dengan
menggunakan grid database koordinat UTM. Database tersebut di expor da-

30
lam ekstensi. CSV lalu di grid dengan diatur spasi sesuai dengan interval
pemotongan lintasan yaitu sebesar 500. Hasil grid tersebut kemudian difil-
ter dengan menggunakan filter Moving average, dan di atur nilainya dengan
rata-rata lebar jendela yaitu 35 seperti pada gambar 3.14.

Gambar 3.14: Grid Math untuk memisahkan anomali residual

Sedangkan anomali residual adalah kebalikan dari anomali regional, yaitu


anomali dengan frekuensi tinggi dan memiliki informasi mengenai anoma-
li dangkal. Pemisahan anomali residual sendiri yaitu dengan menggunakan
Grid math, yaitu dengan mengurangi frekuensi pada database UTM yang te-
lah di grid dengan anomali regional yang didapat sebelumnya sehingga dida-
patkan anomali residual seperti pada gambar 3.15.

Gambar 3.15: Pemisahan anomali regional

31
Pemodelan

Gambar 3.16: Pemodelan menggunakan GYM-SYS

Permodelan seperti pada gambar 3.16 menggunakan menu GM-SYS pada sof-
tware Geosoft Oasis Montaj 8.3. permodelan dilakukan untuk membuat sebu-
ah penampang 2D. Permodelan ini sendiri dilakukan dengan cara menentukan
banyaknya poin dalam satu lintasan. untuk kali ini dibuat lintasan sebanyak
10 lintasan, yaitu 5 lintasan untuk anomali magnetik dan 5 lintasan untuk ano-
mali residual. Setelah menentukan banyaknya poin, maka cocokan poin pada
penampang permodelan dengan poin yang menjadi anomali lintasan tersebut
sehingga didapat model penampang bawah tanah pada lintasan tersebut.

32
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktik

Gambar 4.1: Anomali Magnetik

Gambar 4.2: Anomali RTP

33
Gambar 4.3: Anomali Residual

4.2 Pembahasan

Untuk mendapatkan hasil pemodelan seperti gambar 4.1, 4.2, 4.3 dilakukan
menggunakan GM-SYS pada software Geosoft Oasis Montaj 8.3, didapat 2
lintasan. Yaitu lintasan pada anomali rtp dan anomali residual. Lintasan di
buat berpotongan agar menghasilkan penampang 2D yang saling menguatkan
disetiap perpotongan lintasannya. Kedua lintasan ini di fokuskan pada suatu
titik besar pada anomali yang paling tinggi.

4.2.1 Permodelan 2D Anomali RTP

Permodelan di fokuskan untuk melihat sebuah titik anomali RTP yang ting-
gi. Kedua lintasan dibuat menyilang, untuk memodelkan titik tersebut. Titik
yangakan ditinjau, dilihat dari peta geologi berada pada formasi kumbang,
dimana formasi tersebut mempunyai etruktur breksi gunung berapi andesit,
pejal dan tidak berlapis, termasuk beberapa aliran lahar dan retas yang bersu-
sunan sama. Lintasan 1 dari barat daya kea rah timur laut. Lintasan tersebut
dipilih untuk memodelkan anomali tinggi hingga rendah, dimana pada lintas-
an tersebut melewati berbagai anomali, mulai dari yang tinggi hingga rendah.
Lintasan 2 dibuat dari arah ternggara ke arah barat laut. Lintasan tersebut di-
buat memotong agar dapat melihat sebuah anomali dengan nilai tinggi. Lin-
tasan ini juga dipilih karna lintasan tersebut melewati titik yg mempunyai

34
anomali tinggi seperti pada gambar 4.4.(White et al., 1997)

Gambar 4.4: Gambar lintasan pemodelan 2d anomali RTP

Lintasan 1

Gambar 4.5: Gambar lintasan pemodelan 2d anomali RTP lintasan 1

35
Pada lintasan yang pertama pada gambar 4.5 dilakukan pemodelan denga
menggunakan dua literature rapat massa yaitu lapisan batuan sedimen dan
batuan beku. Dengan nilai densitas 5 gm/cc untuk lapisan sedimen dan 3,5
gm/cc untuk lapisan batuan beku, dengan penempatan lapisan batuan sedimen
diatas lapisan dari batuan beku. Dari hasil pemodelan didapat penampang
model 2D dibawah tanah dengan batas lapisan menurun dari kedalaman 1 km
hingga kedalaman sekitar 8 km. Dari model tersebut bisa diinterpretasikan
lebih lanjut untuk mengetahui apakah itu sebuah patahan turun atau naik dan
sebagainya perlu dilakukan analisis lebih lanjut. Untuk pemodelan lintasan 1
memiliki nilai eror 16,084%.

Lintasan 2

Gambar 4.6: Gambar lintasan pemodelan 2d anomali RTP lintasan 2

Pada lintasanyang kedua seperti pada gambar 4.6 ini menggunakan literatu-
re densitas dari dua lapisan seperti pada lintasan pertama yaitu lapisan sedi-
men dan lapisan batuan beku. Lintasan kedua sendiri mempunyai titik potong
dengan lintasan pertama. Pada jarak 14-44 km itu mempunyai kedalaman
batas lapisan yang hampir sama dengan lintasan pertama pada jarak 10-14
dengan kedalaman sekitar 6-7 km, dengan hasil permodelan batas lapisan ter-
lihat menurun, atau memperkuat permodelan lintasan pertama. Namun untuk
mengetahui apa yang terdapat pada kedalaman itu sendiri diperlukan interpre-

36
tasi lebih lanjut. Untuk permodelan lintasan 2 mempunyai nilai eror sebesar
5,061%.(Yamane & Takasugi, 1997)

37
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Teori kemagnetan bumi, sebuah magnet yang bebas bergerak ternyata sela-
lu menempatkan dirinya menurut arah utara-selatan. Hal ini menunjukan bah-
wa di permukaan bumi terdapat medan gaya yang mempengaruhi kutub-kutub
magnet tersebut. Magnet didalam kompas pada umumnya tidak dapat menun-
jukan utara utara-selatan tetapi agak menyimpang. Sebab letak kutub-kutub
magnet bumi tidak tepat pada kutub-kutub bumi, oleh karna itu garis-garis
gaya magnet tidak berimpit arahnya dengan arah utara selatan. Penyimpang-
an dari arah utara-selatan yang sebenarnya ini disebut inklinasi. Besarnya
deklinasi ini dinyatakan dengan sudut antara arah utara sebenarnya arah uta-
ra yang di tunjukan oleh magnet. Sudut yang dibentuk oleh magnet dengan
garis mendatar disebut inklinasi. Adanya inklinasi ini disebabkan garis-garis
gaya magnet bumi, ternyata tidak sejajar dengan permukaan bumi. maka dari
itu data yang kami dapatkan harus melewati tahap Reduction To Pole Agar
mendapatkan data lebih baik. Anomali dengan panjang gelombang besar di
sebut anomali regional. Anomali ini sangat penting untuk memahami struktur
lapisan tanah. Sedangkan anomali dengan panjang gelombang rendah yang
berasal dari anomali massa disekitar daerah eksplorasi disebut anomali resi-
dual. Pemisahan anomali regional dan residual sangat penting sekali dalam
tahap interpretasi kontur gravitasi ini. Analisa didasarkan pada oleh sleksi
profil pada suatu struktur atau bisa juga distribusi dua dimensi dari peta ano-
mali magnetik. Salahsatu cara pemisahan anomali adalah dengan menggu-
nakan metode polynomial. Pemodelan menggunakan menu GM-SYS dalam
software Geosoft Montaj 8.3. sebelum pemodelan data anomali diolah de-
ngan menggunakan metode RTP karna letak kutub-kutub magnet bumi tidak
tepat pada kutub-kutub bumi metode ini dilakukan agar hasil data lebih halus.
Setelah itu pemodelan dilakukan membuat sebuah penampang 2D. pemodel-
an ini sendiri dilakukan dengan cara ditentukan dulu banyaknya point dalam
satu lintasan. Untuk kali ini dibuat lintasan sebanyak 2 lintasan, yaitu lin-
tasan untuk anomali RTP. Dari pemodelan itu sendiri didapatkan nilai eror
masing-masing 16,084% dan 5,061 %.

38
5.2 Saran

Agar hasil lebih bagus dan lebih akurat lagi sebaiknya pemrosesan dilakukan
dengan metode yang lain agar data dan hasil lebih akurat.

39
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, A., Maryanto, S., & Rachmansyah, A. (2013). Identifikasi Reservoar


Daerah Panasbumi Dengan Metode Geomagnetik Daerah Blawan Keca-
matan Sempol Kabupaten Bondowoso. Jurnal Neutrino, 6(2), 2–4.

Arif, Z., & Lepong, P. (2016). Deliniasi Prospek Bijih Besi dengan Meng-
unakan Metode Geomagnetik (Lokasi Penelitian Pelaihari, Kab Tanah La-
ut, Kalimantan Selatan). Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA
Unmul, 18(3), 450–455.

Dafiqiy Ya’lu Ulin Nuhai. (2011). Pemodelan Struktur Bwah Permukaan


Daerah Sumber Air Panas Songgoriti Kota Batu Berdasarkan Data Geo-
magnetik. Jurnal Neutrino, 4(4), 178–187.

Fitria, Laela; Yulianto, Tony; Harmoko, U. (2015). Data Geomagnetik Pada


Daerah Mata Air Panas Jatikurung Kabupaten Semarang. Jurusan Fisika,
Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang, 4(4),
285–290.

Lecourt, E. (2004). Penampang Anomali Geomagnetik Dan Geolistrik Dae-


rah Panas Bumi Bongongoayu, Gorontalo. Psychoterapia, 4(3), 77–81.

Nurinaya , Rustan Efendi, S. . (2015). Studi Zona Mineralisasi Menggunakan


Metode Geomagnetik Di Desa Siliwangi Kecamatan Lore Peore Kabupaten
Poso. Gravitasi, 14(1), 1–6.

White, S. N., Chave, A. D., & Filloux, J. H. (1997). A look at galvanic


distortion in the Tasman Sea and the Juan de Fuca plate. Journal of Geo-
magnetism and Geoelectricity, 49(11-12), 1373–1386.

Yamane, K., & Takasugi, S. (1997). Data processing procedures for Minami-
Kayabe magnetotelluric soundings. Journal of Geomagnetism and Geoele-
ctricity, 49(11-12), 1697–1715.

40

Anda mungkin juga menyukai