Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Badan Geologi, Pusat Survei
Geologi
JL. Dipenogoro No.57, Citarum Bandung, TLP. (022)7272601
FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh:
Septian Tri Cahyo
1157030063
Disetujui dan disahkan ,
Pada tanggal ........................
Mengetahui ,
Ketua Jurusan , Fisika
i
ABSTRAK
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur bagi Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan laporan yang berju-
dul "Sturktur Geologi Bawah Permukaan Berdasarkan Interpretasi Me-
tode Geomagnetik di Daerah Cekungan Banyumas ¨ dapat diselesaikan.
Dalam penyelesaian penelitian dan penulisan laporan ini, penulis mengucapk-
an terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak, khususnya kepada::
1. Allah SWT atas segara rahmat dan kemudahana yang melimpah se-
hingga kami dapat melaksanakan Kerja Mandiri Terpantau (KMT) ini
dengan baik tanpa kekurangan suatu apapun.
3. Seluruh Staf dan Personalia Pusat Survei Geologi yang telah ikut mem-
bantu memberikan bimbingan kepada penulis.
4. Mada Sanjaya WS, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan, nasehat, serta arahan kepada penulis.
5. Bapak Dr.Yudha Satya Perkasa, M.Si selaku Ketua Jurusan yang telah
memberikan ijin kepada kami untuk melaksanakan Kerja Mandiri Ter-
pantau (KMT) ini.
iii
Penulis menyadari bahwa laporan Kerja Mandiri Terpantau (KMT) ini masih
jauh dari kata sempurna. Penulis berharap semoga laporan ini dapat membe-
rikan manfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca Aamiin.
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN i
ABSTRAK ii
DAFTAR ISI vi
1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1
1.2 Maksud dan Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.3 Rumusan Masalah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.4 Kegunaan Kerja Praktek . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2
1.5 Sistematika Penulisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
1.6 Waktu dan Tempat Penelitian . . . . . . . . . . . . . . . . . . 3
2 TEORI DASAR 4
2.1 Medan Magnet Bumi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
2.2 Teori Dasar Magnetik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 9
2.3 Medan Magnet . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
2.4 Momen Magnetik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
2.5 Suseptibilitas Magnetik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12
3 METODOLOGI PRAKTEK 16
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan . . . . . . . . . . . . . . . . 16
3.1.1 Waktu Pelaksanaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16
3.2 Alat dan Bahan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22
3.3 Prosedur Praktik . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
3.3.1 Persiapan Data . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23
3.3.2 Reduksi ke Kutub . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24
3.3.3 Membuat Database Pada Geosoft Oasis Montaj 8.3 . . 25
3.3.4 Mengubah Derajat Menjadi UTM . . . . . . . . . . . 26
3.3.5 Memotong Lintasan Dengan Interval Tertentu . . . . . 27
3.3.6 Pengolahan Data Menggunakan Software Numeri . . . 29
v
3.3.7 Analisis Spectrum . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 30
3.3.8 Pemisahan Residual Regional Dengan Moving Average 30
5 PENUTUP 38
5.1 Kesimpulan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 38
5.2 Saran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 39
DAFTAR PUSTAKA 39
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
BAB 1
PENDAHULUAN
Kerja praktek (KP) merupakan salah satu matakuliah wajib yang bertuju-
an untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam menerapkan ilmu-
ilmu yang diperoleh selama perkuliahan. Pengembangan kemampuan terse-
but dapat dilaksanakan melalui suatu badan atau instansi yang menerapkan
ilmu fisika dalam ruang lingkup Fisika bumi adalah Pusat Survei Geologi
(PSG).
Pusat Survei Geologi merupakan salah satu unit teknis di bawah Badan
Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Pusat Survei Geo-
logi menyimpan sebagian besar dokumen hasil penyelidikan mineral dan geo-
logi dari berbagai pelosok wilayah Indonesia, berupa pustaka (laporan, terbit-
an, peta) dan percontoh (batuan, mineral, fosil). Selain menyimpan dokumen
hasil penyelidikan dan pemetaan geologi, juga mewarisi dan merawat semua
dokumen hasil penyelidikan dan pemetaan geologi dan bahan tambang yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga pendahulunya, mulai dari Dienst Van Het
Mijnwezen (1850-1922) sampai dengan Puslitbang Geologi (1978-2005),dan
Pusat Survei Geologi juga melakukan pengidentifikasian data dan pengem-
bangan metode-metode geologi untuk menunjang pengolahan data geologi.
Adanya kaitan antara aplikasi ilmu Fisika sains dengan kegiatan Bidang
Geosains ini merupakan suatu hal yang menjadi alsan sekaligus melatarbela-
kangi untuk untuk melakukan kerja praktek di Pusat Survei Geologi (PSG).
Setelah melakukan kerja praktek, mahasiswa diharapkan mampu menerapkan
ilmu yang di peroleh selama perkuliahan, sekaligus mendapatkan pengalaman
kerja sebagai bekal untuk menghadapi dunia kerja yang sesungguhnya
Metode magnetik adalah salah satu cabang dari beberapa metode geofisi-
ka yang ada. Metode geomagnetik atau sering disebut dengan metode magne-
tik yaitu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui kondisi bawah
permukaan bumi yang memanfaatkan sifat dari kemagnetan bebatuan yang
identifikasinya oleh kerentanan sifat magnet dari batuan tersebut. Variasi in-
tensitas magnetik dipermukaan bumi disebabkan oleh adanya anomali benda
yang termagnetisasi dibawaah permukaan bumi. Metode magnetik dilakukan
berdasarkan anomali geomagnetik yang diakibatkan oleh perbedaan kontras
strukturbawah permukaan bumi dari daerah disekelilingnya. Perbedaan kon-
1
tras itu diakibatkan oleh adanya kelainan distribusi mineral dan batuan diper-
mukaan bumi. Alat yang digunakan pada metode magnetik yaitu magneto-
meter yang berfungsi untuk mengukur anomali geomagnet. Alat ini sangat
sensitif terhadap perubahan, sangat berpengaruh terhadap benda di sekitar,
contohnya yaitu benda yang mengandung semacam logam.
Batasan masalah untuk penelitian ini adalah pengolahan data peta sebaran
anomali magnetik untuk daerah Majenang untuk permodelan 2D bawah per-
mukaan lokasi cekungan Banyumas
Manfaat kerja praktek sendiri adalah untuk mengaplikasikan ilmu yang dida-
pat dalam perkuliahan, untuk meningkatkan kemampuan maahasiswa dalam
bidang keilmuan dan keprofesian.
2
1.5 Sistematika Penulisan
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 06 Juni sampai 31 Juli 2018 bertem-
pat di Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Badan Geologi, Pusat
Survei Geologi
3
BAB 2
TEORI DASAR
Magnet bumi merupakan bagian dari dalam bumi. Diyakini bahwa arus lis-
trik mengalir dalam inti besi cair dari bumi dan menghasilkan medan magnet.
Kerapatan fluks magnet B sekitar 0, 6x10−4 W b/m2 (0, 062nT ) di kutub utara
magnet dansekitar 0, 5x10−4 W b/m2 (0, 05nT ) di garis lintang 40o . Sumbu
simpal arus magnetik efektifberada pada 11o dari sumbu rotasi bumi.(Afandi
et al., 2013) Kuat medan magnet yang terukur di permukaan bumi sebagian
besarberasal dari dalam bumi mencapai lebih dari 90%. Sedangkan sisanya
adalah magnet dari kerak bumi yang menjadi target dalam eksplorasi geofi-
sika dan medan dari luar bumi. Medan magnet dari dalam bumi merupakan
bagian yang terbesar, maka medan ini sering juga disebut medan utama yang
dihasilkan oleh adanya aktivitas didalam inti bumi bagian luar (Afandi et al.,
2013).
Arah pergerakan medan adalah menuju permukaan bumi sehingga terjadi
perubahan dari vertikal ketika dikutub utara yang bergerak secara inward, ke-
mudian menjadi horizontal yang bergerak secara northward ketika diekuator
dan akhirnya berubah vertikal yang bergerak secara outward ketika dikutub
selatan. Garis fiktif pada permukaan bumi yang terletak di tengah-tengah an-
tara dua kutub disebut ekuator magnetik didefinisikan sebagai garis penghu-
bung titik-titik dengan inklinasi sama dengan nol (Nurinaya , Rustan Efendi,
2015). Pada permukaan bumi, jarum magnet bebas berputar dan mengorien-
tasikan dirinya sesuai dengan arahmedan magnet tempat itu Medan magnet
bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga elemen medan
magnet bumi yang dapat diukur yaitu meliputi arah dan intensitas kemagne-
tannya (?).
Parameter fisis tersebut meliputi sudut diantara garis gaya magnet dan per-
mukaan bumi di sebut magnetik inclination (Nurinaya , Rustan Efendi, 2015).
◦ ◦
Cakupan inklinasinya dari 90 pada sumbu magnetik sampai 0 pada equator
magnetik, dimana garis gayanya pararel terhadap permukaan. Jarum kom-
pas berputar mengikuti arah arah horizontal menunju ke kutub magnet, hal
tersebut mengindikasikan komponen lokal horizontal dari medan magnet bu-
mi. Perbedaan derajat tingkat dan arah antara arah utara sebenarnya dan utara
magnet dan titik yang dtentukan di permukaan tersebut (Dafiqiy Ya’lu Ulin
4
Nuhai, 2011).
Suatu batang magnet yang di gantung bebas akan senantiasa mengarah ke
utara-selatan. Hal ini diperkirakan karna bumi bersikap selaku magnet rak-
sasa yang ujung-ujungnya yaitu kutub magnet bumi yang didekat kutub utara
sebagai kutub utara magnet bumi, maka kutub magnet yang mengarah ke uta-
ra adalah kutub selatan. Itulah jenis-jenis muatan magnet yang disebut kutub
magnet utara dan kutub magnet selatan.dalam penerbangan, perkapalan, serta
penjeljahan hutan belantara, orang lazim memakai batang magnet kecil yang
dapat bergerak bebas didalam bidang horizontal untuk mengetahui arah uta-
ra dan arah selatan. Batang magnet kecil atau alat penunjuk arah tersebut di
kenal dengan nama kompas (Lecourt, 2004).
Seperti halnya untuk permukaan bumi orang-orang membuat garis-gasir
meridian dengan kutub-kutub bumi selaku ujung-ujungnya. Karna letak ku-
tub magnet bumi tidak bertempatan dengan letak kutub geografis bumi, maka
garis meridian magnet bumi tidak sejajar dengan garis meridian geografis bu-
mi, sudut antara garis meridian magnet bumi dengan garis meridian geografis
bumi disebut deklinasi. Nilai deklinasi tergandung dari tempatnya di bumi
(Arif & Lepong, 2016).
5
Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh parameter fisis atau disebut juga
elemen medan magnet bumi yang dapat di ukur yaitu meliputi arah dan inten-
sitas kemagnetannya. Menurut Yamane (1997) Parameter fisis itu meliputi:
2. Inklinasi (I) Merupakan sudut antara medan magnet total dengan bidang
horizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal
ke bawah.
3. Intensitas horizontal (H) Adalah besar dari medan magnet ada bidang
horizontal.
4. Medan magnet total (F) Adalah besar dari vektor medan magnet total.
Medan magnet bumi merupakan suatu besaran vektor, maka besaran
ini dapat diuraikan menjadi komponen-komponennya. Setiap titik di
permukaan bumi memiliki elemen yang berbeda-beda tergantung pada
letak titik tersebut (Yamane & Takasugi, 1997).
Pada tahun 1983 Gauss pertama kali melakukan analisa harmonik dari medan
magnet bumi untuk mengamati sifat-sifatnya. Analisa selanjutnya yang di-
lakukan para ahli mengacu pada kesimpulan umum yang dibuat oleh Gauss
yaitu menurut (Yamane & Takasugi, 1997).
Sumber medan magnet bumi secara umum di bagi menjadi tiga, yaitu medan
magnet utama bumi, medan luar, dan medan anomali:
6
standar magnet yang disebut Internasional Geomagnnetics Reference
Field (IGRF). Nilai medan magnet utama ditentukan berdasarkan ke-
sepakatan internasional dibawah pengawasan International Association
of Geomagnetic and Aeronomi (IAGA). IGRF diperbaharui tiap lima
tahun sekalidan diperoleh dari hasill pengukuran rata-rata pada daerah
luasan sekitar 1 juta km2 yang dilakukan dalam waktu satu tahun (Nu-
rinaya , Rustan Efendi, 2015).
3. Anomali Magnetik Lokal Ini terjadi didekat permukaan kerak bumi dan
merupakan penyebab perubahan dalam medan magnet utama, yang bi-
asanya lebih kecil daripada medan utama serta relatif konstan terhadap
waktu dan tempat. Perubahan inidapat dihubungkan dengan perubahan
kandungan mineral magnetik dalam batuan-batuan dekat permukaan.
Biasanya anomali ini cukup besar, hingga besar magnet menjadi lebih
besar dua kali lipat daripada medan utama lokal. Anomali ini disebabk-
an oleh gangguan lokal yang ada di kerak bumi, dan anomali tersebut
adalah yang menjadi tujuan utama dalam penyelidikan geomagnet.
Pada umumnya medan anomali tidak menyebar pada daerah yang luas
karena letak sumbernya tidak terlalu dalam sepertihalnya dalam meto-
de gravitasi. Medan magnet lokal sering disebut juga dengan medan
7
magnet anomali (crustal field). Medan magnet ini dihasilkan oleh ba-
tuan yang mengandung mineral bermagnet seperti (Fe2Ti04) dan lain-
lain yang berada di kerak bumi. Potensial magnet di suatu titik yang
disebabkan oleh batuan yang mempunyai momen magnetisasi dipole
persatuan volume (M) adalah:
Karena medan magnet anomali jauh lebih kecil jika dibandingkan de-
ngan medan magnet utama, maka medan magnet anomali terukur pada
arah medan magnet utama. Jika komponen adalah delta T maka:
Dimana a adalah arah dari medan magnet utama, dengan kata lain:
8
magnet bumi terhadap waktu ini dikelompokan menjadi vriasi sekuler
dan variasi harian). variasi sekuler merupakan variasi yang ditimbulk-
an karna adanya perubahan internal bumi, dimana perubahannya sangat
lambat (orde puluhan sampai ratusan tahun) untuk bisa mempengaru-
hi nilai medan magnet. Variasi Diurnal merupakan variasi yang secara
domminan ditimbulkan oleh gangguan matahari. Radiasi ultra violet
matahari menimbulkan ionisasi lapisan Ionosfer. Ionisasi dan elektron
yang terlempar dari matahari juga akan menimbulkan fluktuasi arus se-
bagai sumber medan magnet. Sifat perubahan harian bersifat acak tapi
periodik dengan periode rata-rata sekitar panjang hari (24 jam). Periode
perubahan berkisar 10-30λ. Variasi lain yakni adanya badai magnetik
yang diakibatkan oleh aktivitas matahari, bersifat acak, bernilai besar
sehingga dapat mengacaukan data pengamat (Lecourt, 2004).
9
kibatkan oleh adanya perbedaan sifat kemagnetan dari berbagai macam batu-
an (White et al., 1997).
Metoda magnetik merupakan metoda pengolahan data potensial untuk
memperoleh gambaran bawah permukaan bumi atau berdasarkan karakteris-
tik magnetiknya. Metode ini didasarkan pada pengukuran intensitas medan
magnet pada batuan yang timbul karena pengaruh dari medan magnet bumi
saat batuan itu terbentuk. Dalam metode geomagnetik ini, bumi diyakini se-
bagai batang magnet raksasa dimana medan magnet utama bumi dihasilkan.
Kerak bumi menghasilkan medan magnet jauh lebih kecil daripada medan
utama magnet yang dihasilkan bumi secara keseluruhan. Teramatinya medan
magnet pada bagian bumi tertentu, biasanya disebut anomali magnetik yang
dipengaruhi suseptibilitas batuan tersebut dan remanen magnetiknya. Berda-
sarkan pada anomali magnetik batuan ini, pendugaan sebaran batuan yang
dipetakan baik secara lateral maupun vertikal. Eksplorasi menggunakan me-
tode magnetik, pada dasarnya terdiri atas tiga tahap : akuisisi data lapangan,
prosesing, interpretasi. Setiap tahap terdiri dari beberapa perlakuan atau kegi-
atan. Pada tahap akuisisi, dilakukan penentuan titik pengamatan dan pengu-
kuran dengan satu atau dua alat. Untuk koreksi data pengukuran dilakukan
pada tahap processing. Koreksi pada metode magnetik terdiri atas koreksi
harian (diurnal), koreksi topografi (terrain) dan koreksi lainnya. Sedangkan
untuk interpretasi dari hasil pengolahan data dengan menggunakan software
diperoleh peta anomali magnetik (White et al., 1997).
Metode geomagnetik juga mempunyai kesamaan latar belakang fisika de-
ngan metode gravitasi. Kedua metode tersebut sama-sama berdasar pada teori
medan potensial, sehingga keduanya sering disebut sebagai metode potensi-
al. Akan tetapi, ditinjau dari parameter besaran fisika yang terkait keduanya
mempunyai perbedaan yang mendasar. Pada metode geomagnet harus di-
pertimbangkan variasi besar dan arah vektor magnetisasi. Sedangkan dalam
metode gravitasi hanya ditinjau variasi besar vektor percepatan gravitasi. Me-
tode geomagnet ini bekerja berdasarkan pengukuran variasi kecil intensitas
medan magnet di permukaan bumi. Variasi ini disebabkan oleh kontras sifat
kemagnetan (suspebilitas) antar batuan didalam kerak bumi (termasuk dida-
lam kemagnetan induksi dan kemagnetan permanen), sehingga menimbulkan
medan magnet bumi yang tidak homogen, bisa disebut juga sebagai atau suatu
anomali magnetik. Variasi medan magnetik dapat disebabkan adanya peru-
bahan struktur geologi dibawah permukaan bumi (Nurinaya , Rustan Efendi,
2015).
10
Menurut (Nurinaya , Rustan Efendi, 2015) dasar peninjauan anomali dari
metode magnetik adalah gaya Coulomb antara dua kutub magnet m1 dan m2
(e.m.u) yang berjarak r (cm) dalam bentuk: F = ( 1q1rc2 r(dyne) (2.6)
41
Dimana F adalah gaya yang bekerja diantara dua magnet dengan muatan med-
an magnet q1 Dan µ adalah permeabilitas suatu medium dengan satuan Henry
per meter Hm−1 ). Dalam medium hampa permeabilitas mutlak sama dengan
µ0 yang nilainya 4Π x 10−7 Hm−1 . Tidak seperti kasus gravitasi, meskipun
persamaannya mirip, gaya antara kedua kutub magnet ini bisa bernilai (+)
yang berarti tolak-menolak dengan negatif (-) berarti Tarik menarik. Kon-
stanta µ0 adalah permeabilitas untuk ruang hampa tidak berdimensi. Besarnya
dalam satuan SI adalah 4Πx10−7 Ampere
N ewton
2.
Kuat medan (H) adalah gaya pada satuan kutub magnetik m1 jika diletakan
pada titik dalam medan magnet yang merupakan hasil dari kuat kutub menurut
(Nurinaya , Rustan Efendi, 2015) :
Kutub magnet selalu berpasangan (dipole) yakni kutub (+) dan kutub negatif
(-), dipisahkan oleh jarak l. Momen magnetik (M) didefinisikan sebagai:
H merupakan sebuah vektor pada arah vektor unt berarah r dari kutub ne-
gatif menuju kutub positif. Momen magnet mempunyai satuan dalam CGS,
yakni Gauss.cm3 atau emu dan dalam satuan SI mempunyai satuan A.m3 .
Arah momen magnetik dari atom material non magnetik tidak beraturan se-
hingga momen magnetik resultannya bernilai nol. Didalam material-material
yang bersifat magnet arah momen magnetiknya sehingga momen magnetik
resultannya tidak bernilai nol (Nurinaya , Rustan Efendi, 2015). Menurut
(Afandi et al., 2013) Intensitas magnetik merupakan besaran yang menyatak-
an berapa besar intensitas keteraturan atau kesearahan arah momen-momen
11
magnetik dalam suatu material sebagai akibat dari pengaruh medan magnet
luar yang melingkupinya. Intensitas magnetisasi (I) didefinisikan sebagai mo-
men magnetik per unit volume:
Satuan magnetisasi dalam CGS adalah Gauss atau emu.cm3 dan dalam SI
adalah Am−1 .
Intensitas magnetik pada batuan sebagian disebabkan oleh induksi dari mag-
netik bumi dan yang lain oleh adanya magnetisitas permanen. Intensitas dari
induksi geomagnetik akan bergantung pada suseptibilitas magnetik batuan-
nya dan gaya magnetnya, serta intensitas permanennya berdasarkan sejarah
geologi batu tersebut (Nurinaya , Rustan Efendi, 2015).
Besaran ini digunakan untuk menentukan tingkat pengaruh medan mag-
net terhadap suatu benda, dinyatakan sebagai lambang K yang dirumuskan
dengan persamaan. Besaran yang tak berdiensi ini merupakan parameter da-
sar yang digunakan dalam metode magnetik. Nilai suseptibilitas magnetik
dalam ruang hampa sama dengan nol karna hanya benda berwujud yang da-
pat termagnetisasi (Nurinaya , Rustan Efendi, 2015).
Suseptibilitas magnetik bisa diartikan sebagai derajat kemagnetan suatu
material. Harga k pada batuan semakin besar apabila pada batuan semakin
banyak dijumpai mineral-mineral yang bersifat magnetik. Jika suatu benda
merada dalam medan magnet, maka akan timbul medan magnet baru dalam
benda (induksi), yang menghasilkan anomali medan magnet. Sehingga de-
ngan adanya batuan didalamnya mengandung meniral magnetik, medan mag-
net normal bumi akan mengalami gangguan yang disebabkan oleh anoma-
li medan magnet sebagai hasil magnetisasi batuan (Fitria, Laela; Yulianto,
Tony; Harmoko, 2015).
Jika suatu benda merada dalam medan magnet, maka akan timbul med-
an magnet baru dalam benda (induksi), yang menghasilkan anomali medan
magnet. Sehingga dengan adanya batuan didalamnya mengandung meniral
magnetik, medan magnet normal bumi akan mengalami gangguan yang dise-
babkan oleh anomali medan magnet sebagai hasil magnetisasi batuan (Nuri-
naya , Rustan Efendi, 2015)
12
Tabel 2.1: Batuan dan mineral
13
romagnetik , anti feromagnrtik, dan ferrimagnetik. Nilai k ferromagne-
tik positif dan tidak tergantung pada temperature Curie, karena material-
material atom mempunyai momen magnet dan interaksi antara atom
terdekatnya sangat kuat. tipe ini dibagi lagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a.Ferromagnetik(besi, nikel, kobalt) jarang dalam bentuk murni.
b.Antiferromagnetik. Ini merupakan material yang tidak umum.
c.Ferrimagnetik. Material ini muncul dalam bentuk garnet ferrit dan
magnetik.
14
(Fitria, Laela; Yulianto, Tony; Harmoko, 2015)
15
BAB 3
METODOLOGI PRAKTEK
Kerja Praktek (KP) dilaksanakan terhitung mulai dari tanggal 4 - 8 Juni 2018,
kemudian dilanjutkan kembali pada tanggal 25 Juni sampai 28 Juli 2018.
Tempat Pelaksanaan Tempat Kerja Praktek (KP) ini dilaksanakan di Instsansi
Kebumian, yaitu Pusat Survei Geologi (PSG) yang beralamat di Jl. Dipenego-
ro No. 57 Bandung 40122. Berikut profil singkat mengenai Instansi tersebut:
Pusat Survei Geologi (PSG) adalah salah satu unit teknis yang berada di ba-
wah lembaga Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) dan bertempat di Jl. Diponegoro No. 57 Bandung 40122.
16
Gambar 3.1: Silsilah Pusat Survei Geologi
Berdasarkan silsilah Pusat Survei Geologi (Lihat Gambar 3.1 ), dalam per-
jalanan sejarahnya Pusat Survei Geologi yang sekarang dikenal ini telah ber-
evolusi melewati tiga kurun waktu. Dimulai dari Dienst van het Mijnwezen
yang berdiri pada masa pemerintahan Hindia Belanda (1820). Setelah pro-
klamasi kemerdekan Republik Indonesia, institusi ini berganti nama menjadi
Direktorat Geologi yang kemudian pada tahun 1979 menjadi Pusat Penelitian
dan Pengembangan Geologi atau disingkat Puslitbang Geologi (1978 sam-
pai 2005), dan sejak tahun 2006 menjadi Pusat Survei Geologi (PSG) (Fitria,
Laela; Yulianto, Tony; Harmoko, 2015).
Pusat Survei Geologi menyimpan sebagian besar dokumen hasil penyeli-
dikan mineral dan geologi dari berbagai pelosok wilayah di Indonesia. Hal
17
tersebut dapat berupa pustaka (laporan, terbitan, peta) dan percontoh (batuan,
mineral, fosil). Selain menyimpan dokumen hasil penyelidikan dan pemeta-
an geologi, juga mewarisi dan merawat semua dokumen hasil penyelidikan,
pemetaan geologi dan bahan tambang yang dilakukan oleh lembaga-lembaga
pendahulunya, mulai dari Dienst van het Mijnwezen (1850-1922) sampai Pus-
litbang Geologi (1978-2005) (Fitria, Laela; Yulianto, Tony; Harmoko, 2015).
Penelitian dan pengembangan geologi di Indonesia diawali dari Dienst
van het Mijnwezen dengan dipaparkannya teori undasi, penemuan lajur ano-
mali gayaberat free air negatif, dan penemuan fosil hominid oleh ilmuwan
Belanda sekitar pada tahun 1850 (Fitria, Laela; Yulianto, Tony; Harmoko,
2015).
Pada tahun 1946, Direktorat Geologi memulai suatu program yang berisi
pemetaan geologi sistematik, eksplorasi mineral logam dan mineral industri,
survei hidrogeologi dan geologi teknik, serta penyelidikan dan pemantauan
gunung api. Program pemetaan gayaberat sistematik tersebut dimulai pada
tahun 1964. Sejak tahun 1979, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi
atau Puslitbang Geologi mulai merangkum berbagai hasil program kegiatan
yang telah dilakukan menjadi paket-paket data dan informasi mengenai ke-
bumian yang berupa peta-peta geologi digital, serta paket data geologi Irian
Jaya (Papua) dan Kalimantan. Kegiatan penelitian dan pengembangan (li-
tbang) tentang kebumian ini dimulai dengan penajaman fokus pada pencari-
an sumber-sumber baru mengenai energi dan mineral, serta aspek lingkung-
an dan kebencanaan. Hasil-hasil litbang berupa data dan informasi tentang
potensi-potensi kebumian setiap wilayah di Indonesia. Informasi tersebut di-
sebarluaskan kepada para pemangku kepentingan (stakeholder), kalangan in-
dustri, dan masyarakat luas (Fitria, Laela; Yulianto, Tony; Harmoko, 2015).
Berikut adalah logo, paparan visi dan misi dari Pusat Survei Geologi:
1. Lambang
18
Gambar 3.2: Lambang Pusat Survei Geologi
Badan Geologi seperti logo pada gambar 3.2 merupakan salah satu unit
eselon I dalam lingkungan Kementerian Energi dan Sumber Daya Me-
neral (ESDM) yang bertugas memberikan pelayanan informasi geolo-
gi.(Fitria, Laela; Yulianto, Tony; Harmoko, 2015).
19
an dan pelayanan dalam bidang geologi, Pusat Survei Geologi memiliki
fungsi sebagai berikut:
20
Energi, Direktorat Jenderal Mineral, dan Direktorat Jenderal Badan Ge-
ologi.
Direktorat Jenderal Badan Geologi memiliki 5 Divisi yang bergerak di-
bawahnya, diantaranya Sekretariat Badan Geologi, Pusat Sumber Daya
Mineral, Batubara dan Panas Bumi, Pusat Air Tanah dan Geologi Ta-
ta Lingkungan, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, dan
Pusat Survei Geologi. Setiap divisi memiliki tugas, pelayanan, visi dan
misi yang berbeda. Dalam melaksanakan tugasnya setiap divisi saling
membutuhkan, baik dalam berupa data, maupun laporan hasil peneliti-
an.
(a) Bagian Tata Usaha Bagian ini mempunyai tugas melaksanakan pe-
nyusunan rencana kerja dan anggaran, urusan keuangan, kerja sa-
ma, kepegawaian, umum, hukum, dan pengelolaan informasi.
(b) Bidang Pemetaan Bidang ini memiliki tugas melaksanakan penyi-
apan penyusunan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, kri-
teria, rencana, program, evaluasi, pelaporan, pelaksanaan pemeta-
an, penelitian, penyelidikan, perekayasaan, pengelolaan basis data
di bidang pemetaan.
(c) Bidang Geosains Bidang ini memiliki tugas melaksanakan penyi-
apan penyusunan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, kri-
teria, rencana, program, evaluasi, pelaporan, pelaksanaan pemeta-
an, penelitian, penyelidikan, perekayasaan, pemodelan, bimbing-
an teknis, dan pengelolaan basis data di bidang geologi dan geofi-
sika.
(d) Bidang Sumber Daya Minyak dan Gas Bumi Bidang ini memili-
kii tugas melaksanakan penyiapan penyusunan kebijakan teknis,
norma, standar, prosedur, kriteria, rencana, program, evaluasi, pe-
laporan, pelaksanaan pemetaan, penelitian, penyelidikan, pereka-
yasaan, pemodelan, dan pengelolaan basis data di bidang sumber
daya minyak dan gas bumi.
21
(e) Kelompok Jabatan Fungsional Kelompok Jabatan Fungsional di-
antaranya terdiri atas jabatan penyelidik bumi, pengamat gunung
api, peneliti, perekayasa, teknisi litkayasa, survesor pemetaan, per-
encana, pranata humas, perancang peraturan perundang-undangan,
analisis kepegawaian, pranata komputer, pustakawan, dan arsipa-
ris, yang diangkat dan diatur berdasarkan peraturan perundang-
undangan sperti pada gambar 3.3.
1) Magnetometer
2) Tongkat
3) Tas untuk membawa alat
4) GPS
5) Petunjuk waktu
6) Alat tulis
7) Kamera
8) Magnetic calculator
9) Software geodoft Oasis Montaj 8.3
10) Software Surfer
11) Software Numeri
22
3.3 Prosedur Praktik
Persiapan data yang dilakukan yaitu dengan mencari peta anomali magnetik
cekungan banyumas pada lembar majenang. Kemudian dilakukan digitize
dengan software surver 12 untuk mendapatkan koordinat dan juga anomali
magnetik pada koordinat tersebut dengan skala mGal. peta diimport kedalam
software Surfer 12, kemudian diregistrasikan koordinat sesuai dengan peta,
lalu di digitize dengan besarnya anomali magnetik seperti pada gambar 3.4 di
bawah.
Hasil digitize tersebut di simpan dan di gabungkan dalam satu file Excel
untuk kemudian di Grid dalam software Surfer 12 untuk melihat apakah ha-
sil digitize sama dengan peta anomali magnrtik sebelumnya atau tidak. Jika
kurang maka digitize harus ditambahkan agar garis grid lebih halus.
23
Gambar 3.5: Proses grid pada software Surver
Hasil digitize pada gambar 3.5 tersebut di simpan dan di gabungkan da-
lam satu file Excel untuk kemudian di grid dalam software Surfer 12 untuk
melihat apakah hasil digitze sama dengan peta anomali magnetik sebelumnya
atau tidak. Jika kurang maka digitize harus ditambahkan agar garis grid lebih
halus.
Metode reduksi ke kutub atau Reduction To Pole magnetic (RTP) bumi da-
pat mengurangi salah satu tahap yang rumit dari proses interpretasi, dimana
anomali medan magnet menunjukan langsung menunjukan langsung posisi
bendanya. Dengan cara memasukan hasil grid seperti pada gambar 3.6.
24
Gambar 3.6: Proses perubahan ke RTP
Setelah itu akan di dapatkan hasil inklinasi dan deklinasi yang nantinya
akan di gunakan untuk proses selanjutnya.
Data grid yang sudah selesai didigit dijadikan database menggunakan sof-
tware Geosoft Oasis Montaj 8.3 agar bisa diproses lebih lanjut seperti pada
gambar 3.7.
25
Gambar 3.7: Membuat database pada Geosoft Oasis Montaj 8.3
Karena hasil digitize seperti pada gambar 3.8 merupakan koordinat dalam
derajat maka hasil tersebut harus diubah menjadi bentuk UTM untuk memu-
26
dahkan proses berikutnya. Grid koordinat UTM untuk mengetahui hasil peta
dalam bentuk koordinat UTM sperti pada gambar 3.9.
Peta hasil grid seperti pada gambar 3.9 dipotong menjadi beberapa lintasan
dengan interval atau jarak tertentu. Pemotongan dilakukan untuk mendapatk-
an koordinat x dan y sesuai dengan jarak dan juga besar anomali magnetik
pada koordinat tersebut. Pemotongan tersebut dilakukan dengan cara mem-
buat database baru pada software Geosoft Oasis Montaj, kemudian menggu-
nakan Tool Grid Profile dan diatur interval atau jarak sesuai kebutuhan data
itu sendiri. Pemotongan lintasan itu sendiri minimal dalam satu map dipotong
menjadi 10 lintasan dengan 5 lintasan vertikal dan 5 lintasan horizontal.
27
Gambar 3.10: Data yang didapat dari hasil pemotongan
Data yang didapat dari hasil pemotongan seperti pada gambar 3.10 adalah
koordinat x UTM, y UTM dan besarnya nilai anomali magnetik pada koordi-
nat tersebut. Dari data tersebut kemudian dibuat data jarak dengan menggu-
nakan rumus Phytagoras, sehingga didapat 2 data yaitu jarak dan besarnya
anomali magnetik yang kemudian dijadikan file dengan ekstensi xy untuk ke-
mudian diproses dalam software numeri.
28
3.3.6 Pengolahan Data Menggunakan Software Numeri
Dari data pemotongan seperti pada gambar 3.11 tersebut kemudian xy dipro-
ses menggunakan software numeri untuk mendapatkan bilangan real, imagi-
ner, dan frekuensi. Software ini mengubah frekuensi waktu menjadi frekuensi
domain dengan menggunakan transformasi Fourier. Pengolahan dengan Nu-
meri dilakukan dengan cara menginput file xy kedalam folder software Nu-
meri yang kemudian file tersebut dipanggil pada software Numeri tersebut.
Kemudian dilakukan Transformasi balik, DFT dan FFT pada software ter-
sebut, hingga didapatkan data bilangan real, imaginer, dan frekuensi seperti
pada gambar 3.12.
29
3.3.7 Analisis Spectrum
Dari plot tersebut dapat terlihat zona regional dan residual yang di tunjuk-
an dengan warna merah dan juga zona residual dengan warna abu-abu beserta
kedalamannya h. Perhitungan KC dan lebar jendela Setelah didapatkan ke-
dalaman zona regional dan juga residual, maka data tersebut dikumpulkan
dengan data lain berupa KC tersebut. Data tersebut diratakan dan didapatkan
untuk lebar jendela itu sendiri 35, karna lebar jendela tersebut harus dibulatk-
an dan harus bilangan ganjil
Anomali regional dengan kondisi geologi umum yang dominan pada da-
erah sekitar pengambilan data. Anomali regional dicirikan dengan anomali
frekuensi rendah. Untuk pemisahan anomali regional yang digunakan ada-
lah metode Moving average, sesuai dengan data yang ada yaitu berupa rata-
rata. Pemisahan itu sendiri menggunakan software surver 12, dan dengan
menggunakan grid database koordinat UTM. Database tersebut di expor da-
30
lam ekstensi. CSV lalu di grid dengan diatur spasi sesuai dengan interval
pemotongan lintasan yaitu sebesar 500. Hasil grid tersebut kemudian difil-
ter dengan menggunakan filter Moving average, dan di atur nilainya dengan
rata-rata lebar jendela yaitu 35 seperti pada gambar 3.14.
31
Pemodelan
Permodelan seperti pada gambar 3.16 menggunakan menu GM-SYS pada sof-
tware Geosoft Oasis Montaj 8.3. permodelan dilakukan untuk membuat sebu-
ah penampang 2D. Permodelan ini sendiri dilakukan dengan cara menentukan
banyaknya poin dalam satu lintasan. untuk kali ini dibuat lintasan sebanyak
10 lintasan, yaitu 5 lintasan untuk anomali magnetik dan 5 lintasan untuk ano-
mali residual. Setelah menentukan banyaknya poin, maka cocokan poin pada
penampang permodelan dengan poin yang menjadi anomali lintasan tersebut
sehingga didapat model penampang bawah tanah pada lintasan tersebut.
32
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
33
Gambar 4.3: Anomali Residual
4.2 Pembahasan
Untuk mendapatkan hasil pemodelan seperti gambar 4.1, 4.2, 4.3 dilakukan
menggunakan GM-SYS pada software Geosoft Oasis Montaj 8.3, didapat 2
lintasan. Yaitu lintasan pada anomali rtp dan anomali residual. Lintasan di
buat berpotongan agar menghasilkan penampang 2D yang saling menguatkan
disetiap perpotongan lintasannya. Kedua lintasan ini di fokuskan pada suatu
titik besar pada anomali yang paling tinggi.
Permodelan di fokuskan untuk melihat sebuah titik anomali RTP yang ting-
gi. Kedua lintasan dibuat menyilang, untuk memodelkan titik tersebut. Titik
yangakan ditinjau, dilihat dari peta geologi berada pada formasi kumbang,
dimana formasi tersebut mempunyai etruktur breksi gunung berapi andesit,
pejal dan tidak berlapis, termasuk beberapa aliran lahar dan retas yang bersu-
sunan sama. Lintasan 1 dari barat daya kea rah timur laut. Lintasan tersebut
dipilih untuk memodelkan anomali tinggi hingga rendah, dimana pada lintas-
an tersebut melewati berbagai anomali, mulai dari yang tinggi hingga rendah.
Lintasan 2 dibuat dari arah ternggara ke arah barat laut. Lintasan tersebut di-
buat memotong agar dapat melihat sebuah anomali dengan nilai tinggi. Lin-
tasan ini juga dipilih karna lintasan tersebut melewati titik yg mempunyai
34
anomali tinggi seperti pada gambar 4.4.(White et al., 1997)
Lintasan 1
35
Pada lintasan yang pertama pada gambar 4.5 dilakukan pemodelan denga
menggunakan dua literature rapat massa yaitu lapisan batuan sedimen dan
batuan beku. Dengan nilai densitas 5 gm/cc untuk lapisan sedimen dan 3,5
gm/cc untuk lapisan batuan beku, dengan penempatan lapisan batuan sedimen
diatas lapisan dari batuan beku. Dari hasil pemodelan didapat penampang
model 2D dibawah tanah dengan batas lapisan menurun dari kedalaman 1 km
hingga kedalaman sekitar 8 km. Dari model tersebut bisa diinterpretasikan
lebih lanjut untuk mengetahui apakah itu sebuah patahan turun atau naik dan
sebagainya perlu dilakukan analisis lebih lanjut. Untuk pemodelan lintasan 1
memiliki nilai eror 16,084%.
Lintasan 2
Pada lintasanyang kedua seperti pada gambar 4.6 ini menggunakan literatu-
re densitas dari dua lapisan seperti pada lintasan pertama yaitu lapisan sedi-
men dan lapisan batuan beku. Lintasan kedua sendiri mempunyai titik potong
dengan lintasan pertama. Pada jarak 14-44 km itu mempunyai kedalaman
batas lapisan yang hampir sama dengan lintasan pertama pada jarak 10-14
dengan kedalaman sekitar 6-7 km, dengan hasil permodelan batas lapisan ter-
lihat menurun, atau memperkuat permodelan lintasan pertama. Namun untuk
mengetahui apa yang terdapat pada kedalaman itu sendiri diperlukan interpre-
36
tasi lebih lanjut. Untuk permodelan lintasan 2 mempunyai nilai eror sebesar
5,061%.(Yamane & Takasugi, 1997)
37
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Teori kemagnetan bumi, sebuah magnet yang bebas bergerak ternyata sela-
lu menempatkan dirinya menurut arah utara-selatan. Hal ini menunjukan bah-
wa di permukaan bumi terdapat medan gaya yang mempengaruhi kutub-kutub
magnet tersebut. Magnet didalam kompas pada umumnya tidak dapat menun-
jukan utara utara-selatan tetapi agak menyimpang. Sebab letak kutub-kutub
magnet bumi tidak tepat pada kutub-kutub bumi, oleh karna itu garis-garis
gaya magnet tidak berimpit arahnya dengan arah utara selatan. Penyimpang-
an dari arah utara-selatan yang sebenarnya ini disebut inklinasi. Besarnya
deklinasi ini dinyatakan dengan sudut antara arah utara sebenarnya arah uta-
ra yang di tunjukan oleh magnet. Sudut yang dibentuk oleh magnet dengan
garis mendatar disebut inklinasi. Adanya inklinasi ini disebabkan garis-garis
gaya magnet bumi, ternyata tidak sejajar dengan permukaan bumi. maka dari
itu data yang kami dapatkan harus melewati tahap Reduction To Pole Agar
mendapatkan data lebih baik. Anomali dengan panjang gelombang besar di
sebut anomali regional. Anomali ini sangat penting untuk memahami struktur
lapisan tanah. Sedangkan anomali dengan panjang gelombang rendah yang
berasal dari anomali massa disekitar daerah eksplorasi disebut anomali resi-
dual. Pemisahan anomali regional dan residual sangat penting sekali dalam
tahap interpretasi kontur gravitasi ini. Analisa didasarkan pada oleh sleksi
profil pada suatu struktur atau bisa juga distribusi dua dimensi dari peta ano-
mali magnetik. Salahsatu cara pemisahan anomali adalah dengan menggu-
nakan metode polynomial. Pemodelan menggunakan menu GM-SYS dalam
software Geosoft Montaj 8.3. sebelum pemodelan data anomali diolah de-
ngan menggunakan metode RTP karna letak kutub-kutub magnet bumi tidak
tepat pada kutub-kutub bumi metode ini dilakukan agar hasil data lebih halus.
Setelah itu pemodelan dilakukan membuat sebuah penampang 2D. pemodel-
an ini sendiri dilakukan dengan cara ditentukan dulu banyaknya point dalam
satu lintasan. Untuk kali ini dibuat lintasan sebanyak 2 lintasan, yaitu lin-
tasan untuk anomali RTP. Dari pemodelan itu sendiri didapatkan nilai eror
masing-masing 16,084% dan 5,061 %.
38
5.2 Saran
Agar hasil lebih bagus dan lebih akurat lagi sebaiknya pemrosesan dilakukan
dengan metode yang lain agar data dan hasil lebih akurat.
39
DAFTAR PUSTAKA
Arif, Z., & Lepong, P. (2016). Deliniasi Prospek Bijih Besi dengan Meng-
unakan Metode Geomagnetik (Lokasi Penelitian Pelaihari, Kab Tanah La-
ut, Kalimantan Selatan). Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA
Unmul, 18(3), 450–455.
Yamane, K., & Takasugi, S. (1997). Data processing procedures for Minami-
Kayabe magnetotelluric soundings. Journal of Geomagnetism and Geoele-
ctricity, 49(11-12), 1697–1715.
40