Tesis
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-2
Diajukan oleh:
NITA HANDAYANI
19991/I-4/1544/03
Kepada:
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2006
i
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Nita Handayani
iii
“ Manusia yang paling utama adalah orang berilmu
yang beriman yang apabila dibutuhkan orang dia berguna
bagi orang lain dan jika tidak dibutuhkan
orang lain, maka ilmunya berguna bagi dirinya sendiri”
(HR. Al Baihaqi)
Specially for
My dearest husband,
My little baby Ravindra Naufal F.,
Keluarga besar Bp. Moch. Aksin & Bp. H. Sukur
iv
KATA PENGANTAR
karena dengan inayah dan hidayah-Nya penulis diberi kekuatan untuk menyusun
Logam Kuningan”. Tesis ini disusun sebagai salah satu prasyarat untuk
memperoleh derajat Sarjana S-2 pada Program Studi Ilmu Fisika, Fakultas MIPA
tesis ini tidak bisa lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
1. Direktur Sekolah Pasca Sarjana UGM dan Pengelola Pasca Sarjana di Jurusan
2. Bp. Dr. Gede Bayu Suparta selaku pembimbing utama, yang telah berkenan
3. Bp. Waskito Nugroho, S.Si. M. Si., yang telah banyak membantu dalam
hasil penelitian.
v
4. Bp. Drs. I Ketut Swakarma, M.T beserta rekan-rekan, yang telah mengerjakan
5. Bp. Ginting beserta staf karyawan Unit Radiologi RS. Sardjito yang telah
Maria Risamasu, S.Si, Sdr. Jan Pieter, S.Si dan Sdr. Pius Dian Widi Anggoro,
S.Si.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
konstruktif guna penyempurnaan tesis ini. Akhir kata, semoga karya kecil ini
dapat memberi manfaat bagi masyarakat pada umumnya dan civitas akademika
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PERNYATAAN iii
HALAMAN PERSEMBAHAN iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR SIMBOL xiii
DAFTAR LAMPIRAN xv
INTISARI xvi
ABSTRACT xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Permasalahan 5
1.3. Batasan Permasalahan 5
1.4. Hipotesa Penelitian 6
1.5. Tujuan Penelitian 6
1.6. Manfaat Penelitian 7
1.7. Tinjauan Pustaka 7
1.8. Rangkuman 10
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Tenaga Sinar Gamma 11
2.2. Interaksi Radiasi Gamma dengan Materi 11
2.2.1. Efek Fotolistrik 12
2.2.2. Hamburan Compton 14
2.2.3. Produksi Pasangan 15
2.2.4. Koefisien Atenuasi Linear 17
vii
2.2.5. Koefisien Atenuasi Massa 18
2.3. Software XCOM Versi 3.1 19
2.4. Sistem TK Generasi I 20
2.4.1. TK Transmisi dan TK Emisi 23
2.4.2. Proses Sampling Sinogram 25
2.4.3. Metode Rekonstruksi Citra 27
2.4.4. Parameter Kualitas Citra 28
2.5. Cor Logam Kuningan 31
2.5.1. Proses Pembuatan Produk Cor Logam 31
Kuningan
2.5.2. Klasifikasi Kuningan 32
2.6. Rangkuman 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 35
3.2. Bahan dan Peralatan Penelitian 35
3.2.1. Bahan Penelitian 35
3.2.2. Peralatan Penelitian 36
3.3. Pengambilan Data Penelitian 40
3.3.1. Tahap Persiapan 40
3.3.2. Tahap Eksperimen 42
3.4. Proses Rekonstruksi 46
3.5. Metode Analisis 47
3.5.1. Penentuan Koefisien Serapan Linear Bahan 47
3.5.2. Penentuan Profil Obyek 47
3.5.3. Analisis Citra Rekonstruksi 48
3.6. Rangkuman 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Spektrum Energi Isotop I131 50
4.2. Koefisien Atenuasi Linear Obyek 51
4.3. Profil Obyek 54
4.4. Rekonstruksi Data Hasil Pemayaran 58
viii
4.4.1. Analisis Sinogram 58
4.4.2. Analisis Profil Sinogram 60
4.4.3. Citra Hasil Rekonstruksi 61
4.5. Pembahasan 67
4.6. Rangkuman 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 69
5.2. Saran 71
DAFTAR PUSTAKA 72
LAMPIRAN I 74
LAMPIRAN II 78
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Nilai koefisien atenuasi linear lima obyek step width 54
Tabel 4.3 Nilai μ hasil simulasi XCOM pada energi 364,5 KeV 67
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xi
Gambar 4.3 (a) Grafik hubungan antara ln (I0/I) versus tebal 53
bahan (x) (b) Histogram nilai koefisien serapan
linear
Gambar 4.4 Posisi obyek dalam tempat sampel (a) lima obek uji 55
(b) tiga tipe kuningan (c) tiga tipe kuningan + Zn
xii
DAFTAR SIMBOL
xiii
Z Nomor atom material
λ Panjang gelombang sinar gamma
ν Frekuensi
τ Probabilitas efek fotolistrik terjadi per satuan jarak tempuh foton
σ Probabilitas interaksi compton per satuan jarak
θ Sudut hamburan
ϕ Sudut antara elektron compton dengan foton gamma
φ Sudut proyeksi
ρ Kerapatan bahan (g/cm3)
μ Koefisien atenuasi linear
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xv
PEMANFAATAN TOMOGRAFI KOMPUTER
UNTUK PENGUJIAN KUALITAS LOGAM KUNINGAN
NITA HANDAYANI
19991/I-4/1544/03
INTISARI
xvi
APPLICATION OF COMPUTED TOMOGRAPHY
TO QUALITY INSPECTION OF BRASS ALLOY
NITA HANDAYANI
19991/I-4/1544/03
ABSTRACT
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
Sejak abad ke-16 sudah dikenal pengolahan logam di Jawa Tengah dengan
dihasilkan semakin bervariasi seiring dengan pangsa pasar yang makin luas dan
kebutuhan konsumen yang makin beragam. Industri cor logam non-fero pada
kualitasnya juga lebih kompetitif dibanding dengan produk luar negeri sehingga
diminati baik konsumen dalam negeri maupun luar negeri. Kualitas cor logam
logam kuningan adalah tembaga (Cu) dan seng (Zn). Untuk menghasilkan
perbandingan ini akan menghasilkan kuningan yang kuat, tahan terhadap korosi,
1
2
Seiring dengan persaingan pasar yang semakin ketat, maka para produsen
dengan harga yang lebih murah. Konsekuensinya, kualitas produk yang dijual
kuningan dengan logam lain yang lebih murah untuk menekan biaya produksi.
Misalnya dengan menambahkan logam Aluminium (Al), Besi (Fe), Nikel (Ni),
Mangaan (Mn), Timah (Sn) atau timbal (Pb). Cara lain yang digunakan agar
produknya bisa dijual dengan harga murah yaitu dengan mendaur ulang limbah
kuningan (scrab).
yang hampir sama dengan kuningan kualitas bagus, sehingga sulit dibedakan.
Apalagi jika kuningan tersebut telah difinishing dengan cara melapisi kuningan
dengan logam tahan karat seperti nikel dan krom melalui proses elektroplating.
adalah cepat berkarat dan getas (mudah patah). Bahkan menurut Dewi (2005)
logam timbal yang dipakai untuk memperkuat kuningan dari korosi ternyata
berbahaya bagi kesehatan. Konsentrasi tinggi dari timbal dapat merusak jaringan
saraf, fungsi ginjal dan menurunkan tingkat kecerdasan pada anak. Oleh karena
itu, harus ada suatu usaha untuk menginspeksi kuningan yang beredar di pasaran
terutama yang berkaitan dengan peralatan rumah tangga agar tidak menimbulkan
dampak negatif baik bagi para konsumen maupun produsen. Karena dengan
3
adanya “produsen nakal” ini, beberapa pengusaha kuningan yang lain juga turut
dilakukan harus mempunyai efek tak merusak, proses pengujian relatif cepat,
serapan radiasi) antara bahan uji dengan bahan referensi. Salah satu teknik yang
(Kusminarto dkk, 1991). Kelebihan lain dari teknik pengujian ini adalah obyek
yang diuji tidak perlu preparasi khusus (material bisa berupa cairan, bubuk, pasta
atau padat), tidak melibatkan zat kimia, pengujian bisa diulang dan secara
diadopsi dari bahasa Yunani, yaitu kata “tomos” yang artinya potongan (belahan)
dan kata “gramma” yang artinya tulisan. Tomografi merupakan suatu teknik
(koefisien serapan linear) tanpa merusak dan membelah obyek secara fisik (non
atau mengumpulkan tampang lintang dari struktur internal sebuah obyek dari
beberapa proyeksi berkas yang terkolimasi dari radiasi yang melalui obyek
(Morgan, 1983).
4
aplikasi industri, terutama untuk gugus kendali mutu dan menentukan kerapatan
dari suatu material (Kusminarto dkk, 1991). Teknik tomografi juga dapat
relatif lambat. Hal ini karena secara umum industri tidak dapat menggunakan
Sistem TK generasi I yang ada di Grup Riset Fisika Citra UGM telah
Yulianti (2002) untuk memetakan kerapatan bahan cair berupa madu, oli dan
sistem TK dengan sumber Cs137 telah mampu memetakan kerapatan bahan cair,
namun perbedaan citra hasil rekonstruksi beberapa obyek secara visual belum
tampak jelas. Hal ini dikarenakan terlalu besarnya energi radiasi gamma dari Cs137
kuningan dengan menggunakan energi radiasi gamma yang lebih kecil yaitu
dengan sumber isotop I131 yang mempunyai energi 364 KeV. Sumber isotop I131
ini diperoleh dari Unit Radiologi Rumah Sakit DR. Sardjito Yogyakarta dengan
5
aktivitas yang relatif kecil. Diharapkan dengan pemakaian sumber isotop I131
3. Sampel yang diuji adalah kuningan tipe I, tipe II dan tipe III. Ketiga
mengacu pada tren yang tercipta pada kelima obyek uji, bukan nilainya
secara kuantitatif.
7. Sumber radiasi yang digunakan adalah isotop I131 berbentuk cairan dengan
aktivitas yang relatif lemah, yaitu sekitar 0,75 mCi dan 2,8 mCi.
sumber, maka citra yang dihasilkan semakin baik karena fluktuasi foton
semakin kecil.
hasil rekonstruksi.
(Non Destructive Testing Technique) menggunakan sinar-x atau sinar gamma, dan
lintang atau irisan dari obyek yang direkonstruksi (Kak dan Slaney, 1988).
untuk merekonstruksi sebuah fungsi 2-dimensi dari sejumlah integral garis fungsi
8
1980). Pada tahun 1921, seorang fisikawan Perancis, Andre Edmund Marie
Bocage membuat peralatan tomografi dari tabung sinar-x dan film fotografi yang
digerakkan dalam arah berlawanan dan sejajar. Metode ini menghasilkan citra
pada film fotografi yang terfokus untuk satu bidang dalam obyek (Kouris dkk,
1982).
oleh R.N Bracewell untuk merekonstruksi peta dari emisi gelombang mikro
matahari dari data yang diperoleh dengan mengukur radiasi dalam deretan pita
oleh De Rosier dan Klug, Gordon, Bender dan Herman, Gilbert dan Smith, serta
generasi V dan yang terakhir yaitu sistem TK 3-D spiral atau helical.
pengumpulan data.
Hounsfield pada awal tahun 1970. TK yang pertama ini dibatasi untuk pencitraan
9
otak atau kepala dan scanner untuk seluruh tubuh yang mulai dikenal sekitar
tahun 1980. Untuk sistem diagnosa medis menggunakan TK generasi ketiga atau
uap air dalam kayu dan oleh Elliot digunakan untuk memperoleh informasi
memanfaatkan TK untuk menguji wadah sampah radioaktif dan pada tahun 1993,
atau quality control dari komponen pendukung industri. Misalnya untuk quality
control dalam industri besi tuang. Dengan visualisasi 3-D maka cacat internal
diperoleh nilai koefisien serapan untuk bahan aluminium, besi dan tembaga.
Hasil yang diperoleh hampir sama dengan nilai koefisien serapan yang ada dalam
Pada penelitian ini, akan dilakukan pengujian kualitas cor logam kuningan
secara tak merusak menggunakan teknik TK. Pengujian ini perlu dilakukan karena
selama ini di pasaran terdapat beberapa jenis kuningan dengan kualitas berbeda,
dengan bentuk fisik yang hampir sama. Studi awal ini berupaya untuk menguji
10
1.8. Rangkuman
Pada bab ini telah dijabarkan tentang latar belakang masalah, rumusan
penelitian serta tinjauan pustaka. Pada bab selanjutnya akan diuraikan teori-teori
LANDASAN TEORI
ditinjau sebagai paket-paket catu tenaga yang disebut sebagai foton gamma.
Satuan untuk menyatakan tenaga sinar gamma adalah elektron Volt (eV). Satu eV
adalah tenaga yang diterima oleh sebuah elektron yang dipercepat melalui suatu
hc
Eγ = (2.1)
λ
h = tetapan Planck
Sinar gamma merupakan foton yang dipancarkan dari inti atom yang mengalami
perubahan spontan atau foton yang terjadi ketika dua zarah yaitu elektron dan
positron bergabung.
Pada saat radiasi gamma melewati suatu materi, maka akan terjadi
interaksi antara radiasi tersebut dengan materi yang dilewatinya. Ada tiga proses
11
12
tersebut adalah efek fotolistrik, hamburan Compton dan produksi pasangan. Dari
0,1 MeV. Dalam proses interaksi efek fotolistrik, seluruh energi foton terserap
oleh salah satu elektron yang terikat kuat oleh atom dan kemudian elektron
Elektron yang terpancar dari atom dinamakan fotoelektron dan mempunyai energi
sebesar:
T = hv − Be (2.2)
hv = energi foton
Dari rumus diatas terlihat bahwa interaksi fotolistrik dapat terjadi jika energi foton
kekosongan yang ditinggalkan oleh fotoelektron oleh salah satu elektron yang
fotoelektron
Sinar gamma
θ
K
L
M
(Tsoulfanidis, 1983):
Zn
τ = aN 0 m [1 − θ (Z )] (2.3)
Eγ
dengan τ = probabilitas terjadinya efek fotolistrik per satuan jarak tempuh foton
Arti penting efek fotolistrik dalam spektrometri gamma adalah bahwa foton
antara foton dengan elektron bebas atau dengan elektron yang tidak terikat secara
kuat pada atomnya yang menghasilkan foton hamburan dengan energi lebih
rendah dari foton datang serta elektron Compton. Foton gamma hanya akan
Proses ini dianggap sebagai interaksi elastik karena masih ada energi ikat yang
Elektron
Sinar gamma K Compton
ϕ L
θ M
Foton
terhambur
Gambar 2.2 Skema Hamburan Compton
α (1 − cosθ )
T = hv − hv ' = hv (2.4)
1 + α (1 − cosθ )
hv
dimana α =
mc 2
15
Energi yang dipindahkan dari foton datang kepada elektron Compton akan
hv
Tmax = (2.5)
1 + ( 12α )
Jika sudut antara elektron Compton dengan foton gamma mula-mula disebut ϕ ,
tampang lintang Compton atau koefisien Compton yang tergantung pada cacah
elektron yang tersedia atau nomor atom materi, yang dirumuskan sebagai berikut
(Tsoulfanidis, 1983):
σ = N 0 Zf (Eγ ) (2.7)
Produksi pasangan terjadi jika foton datang dengan tenaga cukup tinggi
melalui medan listrik yang sangat kuat di sekitar inti atom. Foton datang
dengan energi kinetik total tepat sama dengan energi foton datang. Massa elektron
0,511 MeV
positron
Sinar gamma
elektron
+
e
K 0,511 MeV
-
e
Dengan demikian produksi pasangan terjadi jika tenaga foton gamma lebih dari
1,022 MeV. Jika foton datang dengan tenaga lebih besar dari 1,022 MeV maka
kelebihan tenaga akan dibagikan kepada elektron dan positron dalam bentuk
+ −
E0 = 2m0c 2 + Ek + Ek (2.8)
+ −
Ek dan Ek adalah tenaga gerak positron dan elektron.
Proses produksi pasangan ini harus memenuhi ketiga hukum kekekalan, yaitu:
hukum kekekalan massa dan tenaga, hukum kekekalan muatan listrik, dan hukum
kekekalan momentum.
Positron adalah zarah yang tidak stabil dan mempunyai umur yang sangat pendek.
dan menyerahkan tenaga geraknya. Kedua zarah yang bergabung diubah menjadi
dua foton dengan tenaga masing-masing sebesar 0,511 MeV dan dipancarkan
nomor atom dan tenaga foton gamma, yaitu sebesar (Susetyo, 1988):
⎛ 2 Eγ ⎞
κ = 6.1010 Z 2 ⎜⎜ 3 log − 8⎟
⎟
2 (2.9)
⎝ m0c ⎠
Suatu berkas gamma yang melalui materi akan berinteraksi dengan materi
melalui ketiga proses di atas. Sebagai hasilnya, berkas gamma akan mengalami
yang dialami sinar gamma juga dapat dinyatakan sebagai koefisien atenuasi linear
μ =τ +σ +κ (2.10)
I = I 0 e − μx (2.11)
probabilitas tidak terjadinya interaksi fotolistrik adalah e −τx dan probabilitas tidak
berinteraksi. Koefisien ini berbeda dengan koefisien serapan yang nilainya lebih
Dari grafik diatas terlihat bahwa tumbukan fotolistrik menjadi dominan hanya
untuk energi hv kecil dan Z besar. Produksi pasangan menjadi penting hanya
merupakan nilai yang lebih fundamental karena tidak tergantung pada kerapatan
dan keadaan fisik (gas, cair atau padat) dari material penyerap. Hal ini karena
interaksi fundamental dinyatakan sebagai tampang lintang per atom dan jika
dikalikan dengan jumlah atom per gram diperoleh koefisien serapan massa secara
langsung. Besar koefisien atenuasi massa suatu bahan dapat dihitung dengan
μ (m −1 )
μ m (m 2 kg ) =
ρ (kg m3 ) (2.12)
Sedangkan koefisien atenuasi massa total untuk suatu campuran atau senyawa
μ c (m 2 kg ) = ∑ ω i μi (m 2 kg ) (2.13)
i
Software XCOM Versi 3.1 dibuat oleh M. J. Berger dan J. H. Hubbell pada
tanggal 23 Juli 1999. Program ini dapat digunakan untuk menentukan besarnya
karakterisasi zat (berupa nomor atom atau simbol suatu unsur, formulasi kimia
senyawa ataupun campuran senyawa) maka akan muncul daftar tabel dari nilai
Contoh hasil simulasi program XCOM untuk bahan logam Cu, Zn dan
kuningan ditampilkan dalam Lampiran I. Dari hasil output dapat dicari besarnya
nilai atenuasi massa dari setiap bahan sesuai dengan energi yang digunakan. Nilai
ini selanjutnya digunakan sebagai referensi dan pembanding dari nilai koefisien
mampu menghasilkan citra yang paling akurat. Sistem TK ini terdiri dari sebuah
sumber radiasi yang terkolimasi dan sebuah detektor. Obyek digerakkan dalam
arah translasi dan rotasi terhadap sumber dan detektor, sehingga sistem TK ini
terkolimasi dan sebuah detektor, maka radiasi terhambur yang terdeteksi akan
berkurang dan hal ini akan memberikan hasil pengukuran dari koefisien atenuasi
linear yang akurat (Wells dkk, 1997). Kelemahan dari TK translasi-rotasi yaitu
semua integral garis yang melalui fungsi 2-D diketahui, maka fungsi itu dapat
direkonstruksi secara tepat dari integral garis–integral garis tersebut. Integral garis
ditransmisikan (I ) .
21
pada Gambar 2.5. Variabel x menunjukkan arah gerak translasi dari sistem
sedangkan di luar lingkaran obyek bernilai nol (Herman, 1980; Kouris dkk, 1982).
Pada kerangka diam, berkas radiasi menembus obyek melalui titik tertentu
(r ,φ ) dalam koordinat polar atau (x, y ) dalam koordinet kartesian. Pada kerangka
rotasi, berkas radiasi membentuk sudut φ terhadap kerangka diam, sehingga titik
xr = x cos φ + y sin φ
(2.14)
yr = − x sin φ + y cos φ
xr adalah jarak pusat lingkaran obyek terhadap lintasan berkas sinar yang nilainya
diperoleh informasi yang lengkap dari distribusi serapan radiasi dalam obyek.
Gerak translasi mencakup kedudukan dari –R sampai +R. Intensitas radiasi yang
eksponensial ketika melewati obyek seperti yang dirumuskan oleh Hukum Beer-
⎡ ⎤
I = I 0 exp ⎢− ∫ μ ( xr , yr )⎥ dyr (2.15)
⎢⎣ Lφ ( x r ) ⎥⎦
⎛I ⎞
Pφ ( xr ) = ln⎜ 0 ⎟ = ∫( μ) (x , y )dy
r r r (2.16)
⎝I ⎠ Lφ x r
Ray-sum dapat pula didefinisikan sebagai intensitas radiasi yang diteruskan oleh
ray-sum yang dihasilkan dari satu gerak translasi dengan lebar langkah Δx dalam
pemayaran dari berbagai arah sudut pandang dengan langkah rotasi sebesar Δφ .
( xr , yφ ) atau Ruang Radon yang disebut sinogram. Setiap titik pada sinogram
merupakan sebuah ray-sum yang dinyatakan dalam derajat keabuan (grey level)
dan setiap baris pada sinogram adalah satu proyeksi. Data sinogram ini
dibagi menjadi dua yaitu TK transmisi dan TK emisi. Pada TK transmisi, radiasi
berasal dari luar obyek. Radiasi yang telah mengalami serapan saat melewati
obyek kemudian ditangkap oleh detektor. Citra dihasilkan dari distribusi koefisien
serapan linear obyek. Metode ini sering disebut sebagai CT Scan (Computed
pada distribusi sinar gamma (radionuklida) yang dipancarkan dari dalam obyek.
Pada metode TK emisi, pengambilan data dapat dilakukan dengan dua cara. Yang
pertama dengan memasukkan bahan radioaktif ke dalam obyek. Cara yang kedua
neutron, reaksi nuklir dan menggunakan piranti akselerator. Metode ini banyak
Detektor
HV
NaI (Tl)
radionuklida yang meluruh dan memancarkan sinar gamma secara langsung. Yang
kedua yaitu Positron Emission Computed Tomography yang disebut juga sebagai
(ACD). Teknik ini berdasar pada distribusi radionuklida yang meluruh dan
elektron, dimana positron dan elektron akan lenyap serta muncul dua foton yang
sumber radiasi, detektor radiasi dan motor langkah untuk menggerakkan obyek.
Sistem elektronik dan komputer berfungsi mencatat dan memproses data serta
lama. Oleh karena itu, perlu diperhatikan optimasi terhadap kemampuan mekanis
sistem TK, resolusi pemayaran, resolusi detektor, kinerja sistem akuisisi data dan
satu set lengkap transformasi Radon dari suatu tampang lintang obyek yang
merupakan gambaran dari fungsi distribusi koefisien serapan μ (x,y). Satu set
+R dengan R adalah jari-jari lingkaran obyek. Titik pusat lingkaran obyek berada
pada arah xr dan yφ sama yaitu sebesar RΔφ = w 2 dengan w adalah lebar
26
kolimator. Jumlah langkah translasi dan rotasi ini sangat menentukan kualitas
Pada sampling pola square, sebuah titik obyek akan menghasilkan lintasan
sinusoidal dalam ruang Radon. Data transformasi Radon hasil sampling ini
disebut sinogram. Setiap baris dalam sinogram adalah satu proyeksi yang
representasi obyek dalam ruang Radon dan sinogram dari obyek titik.
Gambar 2.7 (a) Sampling sinogram pola square, (b) Obyek titik dalam
ruang obyek, (c) Sinogram berbentuk sinusoidal
Jika terdapat N buah ray-sum pada setiap proyeksi, maka jumlah ray-sum per
proyeksi adalah:
2R
N= (2.17)
Δxr
4R
dengan Δxr = w 2 , sehingga: N =
w
2π
M = (2.18)
Δφ
4πR
dengan Δyφ = RΔφ = w 2 , sehingga: M =
w
16πR 2
N square = M × N = (2.19)
w2
Data sinogram ini dapat disimpan dalam bentuk format matriks M × N . Baris
hasil pemayaran, sehingga diperoleh citra tampang lintang obyek. Pada dasarnya
proses rekonstruksi merupakan proses proyeksi balik dari ruang sinogram (ruang
ini, dapat dipilih filter yang akan digunakan untuk merekonstruksi obyek. Besar
relatif cepat. Metode rekonstruksi ini terdiri atas dua tahapan yaitu proses
konvolusi oleh filter konvolusi terhadap proyeksi dalam sinogram dan proses
proyeksi balik proyeksi hasil konvolusi dari ruang sinogram ke ruang citra
(Suparta, 1999).
28
π
μ ( x, y ) = ∫ p' ( xr ,φ )dφ (2.20)
0
∞
dengan: p' ( xr ,φ ) = ∫ p(x ' ,φ )h(x
r r − xr ')dxr ' = p( xr ' ,φ ) * h(xr − xr ') (2.21)
−∞
Tanda * merupakan simbol operator konvolusi, p’ (xr ,φ) adalah proyeksi yang
sudah terkonvolusi dan h(xr) adalah fungsi konvolusi yang berperan sebagai filter
frekuensi tinggi (high pass filter). Pemilihan jenis filter disesuaikan dengan data
sinogram yang diperoleh dari hasil pemayaran. Penggunaan jenis filter yang tepat
Secara praktis, bentuk komputasi diskrit dari persamaan (20) dan (21) dapat
m = M −1
μ [i, j ] = Δφ ∑ p'[i cos(mΔφ ) + j sin (mΔφ ), m] (2.22)
m=0
n '= + N
dan p' [n, m] = Δxr ∑ p[n' , m]h[n − n'] (2.23)
n '= − N
Indeks piksel [i,j] menunjukkan posisi piksel pada ruang citra dengan jangkauan
− 1 2 N ≤ i, j ≤ 1
2 N , sedangkan [n,m] adalah indeks yang menunjukkan ray-sum
ke-n dan proyeksi ke-m dengan jangkauan untuk n dam m masing-masing adalah
− 12 N ≤ n ≤ 1
2 N dan 0 < m < ( M − 1) .
parameter fisis f(x,y) dalam bidang 2 dimensi tampang lintang suatu obyek yang
29
tegak lurus terhadap sumbu z (Suparta, 1999). Parameter fisis yang dipetakan
adalah koefisien atenuasi linear μ yang merupakan fungsi intensitas atau aktivitas
dari sumber radiasi. Besar aktivitas sumber radiasi mempengaruhi jumlah foton
yang diemisikan. Semakin besar aktivitas sumber radiasi maka jumlah foton yang
diemisikan semakin besar pula. Jumlah foton emisi menentukan nilai fluktuasi
statistik foton dari sumber radiasi, yaitu besarnya sekitar ± n dengan n adalah
fluktuasi foton semakin berkurang, sehingga kualitas citra menjadi lebih baik.
berikut:
a). Sinogram
linear μ (x,y) pada posisi tertentu ke ruang Radon. Sumbu horisontal pada
sampai +R. Sumbu vertikal pada sinogram menunjukkan langkah rotasi φ dari 0
sampai 2 π .
dalam menyajikan detail obyek internal dengan adanya profil perubahan kontras
perbedaan intensitas sumber radiasi yang diserap oleh obyek dalam proses
pemayaran. Oleh karena itu kontras sinogram berkaitan dengan nilai koefisien
atenuasi linear dari obyek yang diuji, lebar berkas radiasi dan rasio antara
derajat keabuan, yaitu perubahan warna dari hitam ke putih. Untuk intensitas
terukur yang tinggi (serapan radiasi kecil) ditampilkan sebagai warna hitam, dan
intensitas terukur yang rendah (serapan radiasi besar) ditampilkan sebagai warna
putih (terang).
analisis secara kuantitatif diperoleh dari profil ray-sum. Dalam konteks ini, yang
dianalisa adalah profil ray-sum, bukan profil intensitas foton. Alasannya adalah
untuk menghilangkan sifat gayut waktu pada jumlah cacah foton yang terdeteksi
memplot nilai ray-sum terhadap posisi piksel akan diperoleh profil proyeksi
sinogram.
latarnya sedangkan kontras obyek adalah kontras alami yang ditentukan oleh
perbedaan ketebalan, densitas massa, nomor atom dan ketergantungan pada energi
foton radiasi. Resolusi dari kontras citra menyatakan kemampuan suatu perangkat
sistem TK untuk mendeteksi perbedaan yang sangat kecil dari koefisien atenuasi
linear suatu obyek dengan latar yang serba sama. Resolusi kontras merupakan
oleh sistem TK. Diantaranya yaitu sistem kolimasi berkas radiasi dari sumber,
adanya hamburan radiasi, kontras obyek, proses pengkondisian sinyal serta proses
rekonstruksi.
dan seng (Zn). Beberapa pengusaha kadang menambahkan sedikit elemen logam
listrik dan konduktivitas panas yang baik serta mempunyai daya rentang yang
Pertama, membuat cetakan awal yang terbuat dari lilin. Lilin ini dibentuk seperti
pola atau cetakan yang diinginkan. Cetakan dibungkus dengan tanah liat,
kemudian dipanaskan agar lilin mencair sampai yang tersisa tanah liat. Lewat
lubang kecil, logam panas yang cair hasil peleburan Cu dan Zn dimasukkan ke
dalam cetakan. Setelah logam dalam cetakan dingin, cetakan dibongkar sehingga
32
diperoleh sebuah produk yang masih kasar untuk kemudian dihaluskan (finishing).
(a) (b)
Gambar 2.9 Contoh produk hasil cor logam kuningan (a) Lampu hias
(b) komponen mesin
logam, kuningan dibagi menjadi dua jenis berdasarkan prosentase seng (Zn)
dalam campuran logam. Campuran logam alpha, dengan jumlah seng kurang dari
37% dan campuran logam alpha/beta dengan jumlah seng 37% - 45%.
ditampilkan dalam Tabel 2.1. Sifat-sifat mekanik dan fisika, penandaan kuningan,
tahanan terhadap korosi serta aplikasi dari tipe-tipe kuningan di atas dijabarkan
campuran logam. Untuk jumlah tembaga lebih dari 64% dinamakan kuningan
alpha dan untuk jumlah tembaga kurang dari 64% dinamakan kuningan beta.
Kode, penamaan dan prosentase unsur penyusun kuningan menurut AMS Metals
Kuningan alpha/beta
Kadar (%)
Kode Penamaan Cu Zn Mn Sn Fe Pb Al
CZ 108 Kuningan kuning 63 37 - - - - -
CZ 114 Manganese Bronze 57 40 1.5 0.75 0.75 - -
CZ 121 - 58 39 - - - 3 -
CZ 130 - 57 39 - - - 3 0.5
pengerjaannya jika pada kondisi panas. Kuningan beta ini mempunyai daya
Untuk kuningan tipe I yang dipakai dalam eksperimen ini, termasuk dalam
35% Zn. Sedangkan untuk kuningan tipe II dan tipe III tidak termasuk dalam
kategori di atas. Pembuatan sampel terbatas pada tipe kuningan yang diproduksi
2.6. Rangkuman
Pada bab ini telah dijelaskan tentang interaksi sinar gamma dengan materi,
koefisien atenuasi linear, koefisien atenuasi massa, Software XCOM Versi 3.1,
rekonstruksi citra yang digunakan untuk memperoleh citra tampang lintang obyek.
memperoleh data hasil pemayaran dan sinogram. Data ini kemudian diolah dan
pemayaran dapat diperoleh profil masing-masing obyek, sehingga hasil itu dapat
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian berlangsung selama kurang lebih 7 bulan, mulai dari bulan Juni
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cor logam kuningan
yang dibuat di sentra industri pengecoran logam di Juwana, Pati, Jawa Tengah.
c). Kuningan Tipe III (K3) yang berasal dari limbah kuningan (scrab).
d). Logam Cu
e). Logam Zn
dan K3 merupakan obyek yang diuji. Semua obyek diletakkan dalam wadah yang
terbuat dari bahan flexyglass berbentuk silinder dengan diameter 3 cm, seperti
35
36
yang ditunjukkan pada Gambar 3.1. Dalam eksperimen, obyek yang diuji tidak
perlu dipreparasi dengan bahan kimia dan proses pemayaran dilakukan secara
murah.
K2
K1
K3
Cu
Zn
yang mempunyai waktu paruh 8,08 hari. Besar energi dan intensitas isotop I131
yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat energi yang lain. Skema peluruhan
Pemilihan isotop I131 sebagai sumber radiasi karena dua alasan. Yang
emisi dan TK transmisi. Oleh karena hasil pemayaran (sinogram) dengan metode
dalam aplikasi sistem TK, masih jarang menggunakan sumber radiasi berupa
Aktivitas I131 yang digunakan dalam penelitian adalah 0,75 mCi dan 2,8
mCi. Sumber radiasi gamma dari I131 disuntikkan ke kapas yang ditempatkan
dalam suatu kontainer timbal dengan diameter lubang 2 mm. Sehingga tidak perlu
Sinyal listrik hasil konversi sistem detektor sebelum masuk SCA (Single
sedemikian sehingga sinyal pulsa tersebut berada pada level 0 – 10 V. SCA yang
digunakan dalam penelitian ini adalah SCA yang berbasis mikrokontroller yang
pada pertimbangan fleksibilitas dan kecepatan akuisisi data radiasi yang sesuai.
diseleksi oleh unit pemilih batas noise (GND), unit pemilih batas bawah (LLV)
dan unit pemilih batas atas (ULV). Pemilihan level pada semua unit tersebut
dilakukan dengan suatu DAC yang dapat diperintah oleh suatu mikrokontroller
AVR. Hasil pemilihan lalu diumpankan pada suatu rangkaian flip-flop untuk
notebook melalui komunikasi serial MAX 232 (Swakarma dan Suparta, 2005).
Jumlah kanal pada SCA sebenarnya adalah 4096. Dalam pembuatan software,
jumlah kanal ini direduksi menjadi 4000 kanal, sehingga besarnya resolusi per
sumber radiasi dan detektor yang memungkinkan obyek bergerak secara translasi
MHz CS-1021 untuk memantau kualitas pulsa radiasi. HV Power Supply diset
Prinsip kerja dari sistem deteksi ini yaitu sebagai berikut. Jika sinar
gamma yang dipancarkan oleh isotop I131 mengenai kristal natrium iodida pada
eksitasi ini akan diikuti dengan proses deeksitasi dalam bentuk pancaran cahaya
kelipan.
dan diatur sedemikian hingga tegangan dinoda yang di belakang selalu lebih
dibentuk sebagai pulsa listrik (arus). Pulsa keluaran dari PMT tersebut sebanding
dengan tenaga radiasi gamma. Jadi, tinggi pulsa keluaran PMT akan sebanding
dengan cacah fotoelektron yang dilepaskan dari fotokatoda. Namun pulsa listrik
ini masih lemah, sehingga perlu diproses lagi dalam penguat utama. Setelah itu,
SCA akan memilih batas-batas pulsa yang bersesuaian dengan tenaga radiasi
gamma tertentu yang telah mengenai sintilator yang akan dideteksi oleh sistem
pencacah radiasi.
a). Tahap persiapan dimulai dengan pengecekan alat-alat yang akan digunakan
b). Centering posisi lubang sumber radiasi dan lubang kolimator detektor
dilakukan dengan bantuan laser pointer. Hal ini bertujuan agar intensitas
c). Meja pemayar dioff-set (translation off-set dan rotation off-set) agar
kedudukan meja pemayar berada pada satu garis lurus dengan lubang
1 2 3
4
5
Gambar 3.3 Set-up sistem Tomografi Komputer (1) sumber radiasi (2) meja pemayar
(3) detektor + PMT (4) High Voltage Power Supply (5) DC Power Supply
(6) Notebook (7) Sistem pencacah radiasi
Pada proses pengambilan data penelitian ini, ada beberapa tahapan yang
ketebalan bahan untuk menentukan koefisien atenuasi linear obyek yang diuji.
Kedua, pengambilan data intensitas radiasi dari obyek uji untuk mendapatkan
profil obyek secara sederhana. Ketiga, proses pemayaran (full scanning) obyek uji
Obyek yang akan diuji berbentuk step width, seperti yang ditunjukkan
dalam Gambar 3.5. Pengambilan data intensitas radiasi sebagai fungsi ketebalan
ditampilkan pada Gambar 3.6. Obyek di atas meja pemayar bergerak secara
translasi, yang tegaklurus terhadap sumber radiasi dan detektor. Data yang
jumlah data proyeksi yaitu 2 dan jumlah ray-sum pada setiap data proyeksi
berekstensi *.lin.
5mm
5mm
30 mm
Obyek yang diuji berbentuk silinder dengan diameter 5 mm. Kelima obyek
tabung. Tabung diletakkan di atas meja pemayar dan hanya bergerak secara rotasi
di muka detektor. Pengambilan data intensitas radiasi sebagai fungsi posisi piksel
seperti yang ditampilkan pada Gambar 3.6. Data yang diperoleh berbentuk
matriks baris × kolom. Data disimpan dalam memori notebook dengan filename
berekstensi *.lin. Parameter masukan sama seperti yang ditunjukkan pada Tabel
Obyek yang diuji berupa silinder dan ditempatkan dalam tabung flexy
glass, dengan sumber radiasi berada diluar tabung. Jarak obyek dengan sumber
radiasi dan detektor dibuat sedekat mungkin untuk mengurangi efek hamburan
Parameter masukan sama seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.3, sedangkan
Dari hasil pemayaran akan diperoleh data yang berupa matriks baris ×
kolom. Jumlah baris bersesuaian dengan langkah rotasi dan menyatakan jumlah
data proyeksi yang diperoleh. Jumlah kolom bersesuaian dengan langkah translasi
dan menyatakan jumlah ray-sum pada setiap data proyeksi. Dalam penelitian,
diperoleh data dengan matriks 400 × 127 karena menggunakan resolusi High.
Waktu pencacahan yaitu setiap satu detik, sehingga untuk menghasilkan ray-sum
sebanyak 127 dan proyeksi sebanyak 400 dibutuhkan waktu 35,3 jam.
Prinsip kerja proses ini yaitu data proyeksi dikonvolusi dengan filter yang bisa
dipilih dalam program yang tersedia. Proyeksi hasil konvolusi ini selanjutnya
obyek.
sebagai fungsi ketebalan bahan dari sampel berbentuk step width. Jika I0 diketahui
I0
Dapat diturunkan bentuk persamaan baru: ln = μx
I
Dari persamaan di atas terlihat bahwa nilai koefisien atenuasi linear (μ)
XCOM.
Dari hasil pemayaran akan diperoleh grafik fungsi intensitas versus posisi
piksel yang merupakan profil dari obyek uji. Besarnya serapan radiasi tiap obyek
ditunjukkan oleh cekungan dalam grafik, dimana profilnya berbeda untuk obyek
yang berbeda. Dari hasil uji ini diharapkan sistem TK dapat digunakan untuk
48
mengidentifikasi produk yang hampir sama secara fisik, melalui profil obyek.
serapan radiasi antara obyek uji terhadap obyek referensi serta sangat efektif
karena hanya memerlukan waktu yang relatif singkat, yaitu 30 menit untuk
resolusi High.
dibanding filter yang lain. Filter Hamming ini cocok untuk merekonstruksi obyek
dengan sebaran kerapatan yang relatif homogen dan perbedaan kontras yang
grafik profil proyeksi, yaitu dengan mencuplik data proyeksi pada baris
tertentu. Dalam grafik akan tampak profil ray-sum untuk sumber radiasi
c). Citra Hasil rekonstruksi. Citra yang dihasilkan dari proses rekonstruksi
3.6. Rangkuman
Pada bab ini telah dijabarkan tentang bahan dan peralatan eksperimen
beserta spesifikasinya, cara kerja peralatan, tehnik pengambilan data dan metode
analisis hasil eksperimen. Pada bab selanjutnya akan disajikan tentang data hasil
puncak spektrum tertinggi berada pada kanal 36, dengan jumlah cacah 196.
Menurut teori, isotop I131 mempunyai 3 puncak energi yaitu pada 364 KeV, 637
KeV dan 722 KeV (Lihat Tabel 3.1). Sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak
spektrum pada kanal 36 bersesuaian dengan energi 364 KeV. Sedangkan energi
637 KeV dan 722 KeV secara berturut-turut berada pada kanal 58 dan 60 dengan
yang mempunyai intensitas paling tinggi diantara energi yang dihasilkan. Energi
50
51
ini sekaligus cukup rendah sehingga diharapkan dapat berinteraksi dengan logam
kuningan.
kestabilan dari sistem pencacah radiasi. Dengan membuka lebar window sebesar
data berbentuk matriks dan grafik hubungan antara jumlah cacah versus posisi
piksel. Dari eksperimen diperoleh dua proyeksi, dengan jumlah 101 ray-sum per
proyeksi. Setiap raysum dicuplik dengan jarak 0,3 mm/piksel. Grafik hasil
persamaan Lambert, nilai koefisien atenuasi linear merupakan gradien dari grafik
fungsi ln(I0/I) versus tebal bahan (x). Oleh karena itu, grafik pada Gambar 4.2
dikonversi dulu menjadi grafik fungsi ln(I0/I) versus tebal bahan (x).
Grafik hubungan antara ln(I0/I) terhadap tebal bahan (x) untuk lima obyek
mempunyai nilai ray-sum [ln(I0/I)] yang lebih besar dibanding obyek yang lain.
Sedangkan untuk empat obyek lainnya mempunyai nilai ray-sum yang hampir
sama.
52
325 325
300 300
275 275
ju m la h c a c a h
ju m la h c a c a h
250 250
225 225
200 200
175 175
150 150
125 125
-50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50
posisi piksel posisi piksel
(a) (b)
325 325
300 300
275 275
ju m la h c a c a h
ju m la h c a c a h
250 250
225 225
200 200
175 175
150 150
125 125
-50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50
posisi piksel posisi piksel
(c) (d)
325
300
275
250
jumlah cacah
225
200
175
150
125
100
-50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50
posisi piksel
(e)
Gambar 4.2 Grafik smoothing fungsi intensitas versus posisi piksel dari
step width (a) Cu (b) Zn (c) K1 (d) K2 (e) K3
53
1.2
0.8
ln (I0/I)
0.6
0.4 `
0.2
0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
tebal bahan (x=cm )
Linear (K2) Linear (K3) Linear (K1) Linear (Cu) Linear (Zn)
(a)
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
Cu Zn K1 K2 K3
(b)
Gambar 4.3 (a) Grafik hubungan antara ln (I0/I) versus tebal bahan (x)
(b) Histogram nilai koefisien atenuasi linear
Dari hasil analisis linieritas grafik diperoleh nilai μ untuk kelima obyek
seperti yang disajikan dalam Tabel 4.1. Hasil pengukuran nilai μ menggunakan
nilai μ yang lebih tinggi dibandingkan logam Zn. Sedangkan untuk ketiga tipe
54
kuningan yang mempunyai nilai μ paling tinggi adalah K1. Obyek uji K2 dan K3
mempunyai nilai μ yang lebih kecil dari K1. Besarnya nilai μ yang diperoleh
obyek.
Tabel 4.1 Nilai koefisien atenuasi linear lima obyek step width
Obyek Nilai μ (cm-1)
Cu 0,240
Zn 0,198
K1 0,232
K2 0,214
K3 0,206
Dari tabel di atas tampak bahwa untuk ketiga jenis kuningan ada pola tren
penurunan nilai μ. Kuningan dengan kualitas baik mempunyai nilai μ yang lebih
tinggi daripada kuningan kualitas kurang baik. Besarnya nilai μ ditandai dengan
besarnya serapan radiasi dalam obyek. Nilai μ hasil regresi linear dari grafik
rotasi sebesar 3600. Pada eksperimen ini, dilakukan tiga kali pengujian, yaitu
55
menggunakan lima obyek, tiga tipe kuningan dan tiga tipe kuningan + logam Zn.
Posisi obyek dalam tempat sampel pada proses pemayaran ditampilkan dalam
Gambar 4.4.
Zn K3 Zn K3
K3 K1
Cu
Cu K2
udara K2 K1 K2
K1
Gambar 4.4 Posisi obyek dalam tabung (a) lima obyek uji
(b) tiga tipe kuningan (c) tiga tipe kuningan + Zn
i
n
t
e
n
s
i
t
a
s
K3
K2 K1 Cu Zn
Grafik hasil Rotation Profiler lima obyek ditampilkan pada Gambar 4.5.
Profil serapan radiasi tidak tampak jelas perbedaannya. Kelima obyek mempunyai
intensitas serapan radiasi yang hampir sama. Hal ini karena letak obyek-obyek
56
yang saling berdekatan sehingga efek hamburan radiasi menjadi besar. Argumen
oleh sistem pencacah. Oleh karena itu, eksperimen diulangi dengan menggunakan
empat obyek dalam satu tempat sampel. Perlakuan ini bertujuan untuk membuat
jarak antar obyek agak berjauhan untuk mengurangi efek hamburan radiasi.
4.6. Dari grafik profiler tampak bahwa K1 mempunyai serapan radiasi paling
besar. Intensitas awal yang terukur sebesar 870, setelah melewati obyek K1
intensitasnya menurun menjadi 564 dan 624. Pada tempat obyek yang kosong
(udara) juga menunjukkan adanya serapan radiasi dengan intensitas yang lebih
i
n
t
e
n
s
i
t udara
a
s K3
K2
K1
pemayaran diulangi dengan menggunakan tiga tipe kuningan + logam Zn. Grafik
hasil pemayaran ditampilkan pada Gambar 4.7. Dari grafik tampak bahwa
57
besarnya serapan radiasi ketiga kuningan hampir sama nilainya dengan hasil yang
diperoleh pada Gambar 4.6, yaitu K1 mempunyai serapan radiasi yang paling
tinggi. Nilai serapan radiasi pada logam Zn adalah paling kecil dibandingkan
serapan radiasi ketiga kuningan. Hasil ini sesuai dengan yang diperoleh pada hasil
i
n
t
e
n
s
i
t
a
s
K2 K1 Zn K3
dapat membedakan obyek yang hampir sama yang diuji secara berkelompok
berdasarkan besar serapan radiasi. Aplikasi lebih lanjut yaitu program ini dapat
digunakan untuk inspeksi mutu produk berdasarkan profil serapan radiasi relatif
dilakukan sebanyak dua kali, dengan perbedaan aktivitas sumber radiasi I131 yang
digunakan, yaitu masing-masing sebesar 0,75 mCi (aktivitas rendah) dan 2,8 mCi
(a) (b)
Gambar 4.8 Perbandingan tampilan sinogram lima obyek dan histogram
(a) aktivitas rendah (b) aktivitas tinggi
dalam derajat keabuan antara penggunaan sumber radiasi dengan aktivitas tinggi
dan aktivitas rendah. Untuk intensitas terukur yang tinggi (serapan radiasi kecil)
59
ditampilkan dengan warna gelap, yang bersesuaian dengan nilai ray-sum yang
besar, sedangkan untuk intensitas terukur yang rendah (serapan radiasi besar)
ditampilkan dengan warna terang, yang sesuai dengan nilai ray-sum yang kecil.
bahwa obyek mengalami proses pemayaran dalam arah rotasi sebesar 3600.
pemayaran antara penggunaan sumber radiasi aktivitas tinggi dan aktivitas rendah.
Sinogram hasil pemayaran dengan aktivitas tinggi tampak lebih jelas daripada
sinogram hasil pemayaran dengan aktivitas rendah. Hal ini karena pengaruh dari
perbedaan aktivitas sumber radiasi I131 yang digunakan dalam proses pemayaran.
Semakin besar aktivitas sumber radiasi yang digunakan dalam proses pemayaran,
maka cacah fotoelektron yang terdeteksi juga semakin besar. Begitu juga
sebaliknya, jika aktivitas sumber radiasi kecil maka intensitas yang dihasilkan
juga kecil. Sehingga intensitas radiasi yang diserap menjadi berbeda, yang
keabuan terlihat juga pada histogram intensitas radiasi versus derajat keabuan
aktivitas rendah dapat diamati secara jelas pada perbandingan grafik profil
0.8
Ray-sum
0.6
0.4
0.2
0
-63 -53 -43 -33 -23 -13 -3 7 17 27 37 47 57
Pos is i Pik s e l
aktivitas rendah aktivitas tinggi
(a)
0.8
ray-sum
0.6
0.4
0.2
0
-63 -53 -43 -33 -23 -13 -3 7 17 27 37 47 57
pos is i pik s e l
aktivitas rendah aktivitas tinggi
(b)
Gambar 4.9 Perbandingan profil proyeksi sinogram (a) profil proyeksi
baris ke-300 (b) profil proyeksi baris ke-250
Profil proyeksi dibuat dengan pencuplikan data proyeksi ke-300 dan data
proyeksi ke-250 untuk setiap sinogram. Dari grafik perbandingan profil proyeksi
nilai ray-sum yang lebih besar dibandingkan nilai-nilai ray-sum pada aktivitas
tinggi. Hal ini tampak pada kedua profil proyeksi sinogram. Sehingga besar
sinogram.
terdeteksi. Pada penggunaan aktivitas rendah tampak dalam Gambar 4.9, nilai
fluktuasi statistik cacah foton lebih besar dibandingkan nilai fluktuasi foton pada
aktivitas tinggi. Hal ini terkait dengan jumlah cacah foton awal yang diemisikan
n
sumber radiasi, dimana prosentase rumusan besar fluktuasi adalah × 100%
n
dengan n adalah jumlah cacah foton. Jika nilai n kecil maka prosentase fluktuasi
menjadi besar. Besar fluktuasi ini akan mempengaruhi kualitas citra rekonstruksi
yang dihasilkan. Hal ini juga bersesuaian dengan tampilan sinogram pada
aktivitas tinggi terlihat lebih tajam daripada sinogram pada aktivitas rendah.
derajat keabuan. Untuk derajat keabuan yang kecil (warna gelap) menyatakan
nilai μ yang kecil sedangkan derajat keabuan yang tinggi (warna terang)
meghitung nilai μ pada setiap piksel dalam citra obyek yang ditampilkan oleh
program CT Imager.
62
untuk kelima obyek dengan aktivitas sumber radiasi yang berbeda ditunjukkan
K2
K1
K3
Cu
Zn
(a) (b)
pemayaran dengan aktivitas tinggi mempunyai kontras citra yang lebih bagus,
dengan tampang lintang yang hampir sesuai dengan bentuk obyek asli. Pemakaian
aktivitas sumber radiasi yang tinggi juga dapat memetakan udara (lubang di
tengah-tengah tempat obyek) yang ditunjukkan dengan derajat keabuan yang kecil
63
(warna gelap) dengan nilai μ mendekati nol (μ udara menurut pustaka = 0,135 ×
10-3 cm-1).
pada obyek Cu kontras citra terlihat paling tajam dibandingkan obyek yang lain.
Demikian pula pada obyek kuningan, dimana K1 mempunyai kontras citra yang
lebih tajam dibandingkan kontras citra pada K2 dan K3. Kontras citra secara
hasil rekonstruksi.
(a)
(b)
Gambar 4.11 Profil citra obyek (a) Cu (b) K1
64
dihasilkan kurang jelas dan cenderung kabur. Tampang lintang obyek yang
dihasilkan juga tidak sesuai dengan bentuk obyek yang asli. Hal ini berkaitan
dengan fluktuasi cacah foton yang besar pada penggunaan aktivitas rendah, seperti
tampak pada profil proyeksi sinogram pada Gambar 4.9. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pemakaian isotop I131 dengan aktivitas rendah tidak mampu
4.11. Dengan mencuplik proyeksi pada baris tertentu, diperoleh profil dari
tampang lintang obyek. Pada Gambar 4.11 (a) tampak garis melewati pusat obyek
Cu dan tepi obyek Zn, sehingga dalam profil citra tampak 2 buah puncak. Puncak
yang tinggi merupakan representasi dari profil Cu dan puncak rendah merupakan
representasi dari profil Zn. Sehingga dapat dikatakan bahwa distribusi nilai μ
terkonsentrasi di pusat obyek. Hal ini juga terlihat pada Gambar 4.11 (b).
diperoleh nilai μ rata-rata untuk setiap obyek yang disajikan dalam Tabel 4.2.
Dari Tabel 4.2 tampak bahwa nilai μ pada aktivitas tinggi lebih besar
dibandingkan nilai μ pada aktivitas rendah untuk obyek yang sama. Hal ini
berkaitan dengan distribusi nilai-nilai ray-sum pada tampang lintang citra serta
fluktuasi cacah foton. Pada aktivitas rendah, nilai μ tidak terdistribusi secara tepat
Pada tabel di atas terlihat bahwa logam Cu mempunyai nilai μ yang lebih
besar dibandingkan logam Zn. Jika diperhatikan dari tampilan citra pada Gambar
4.6 terlihat citra Cu lebih terang daripada citra Zn. Hal ini berkaitan dengan
sebesar 8,96 g/cm3 dan 7,14 g/cm3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin
besar nilai kerapatan suatu unsur maka serapan radiasinya akan semakin besar
pula.
yang lebih besar dibandingkan K2 dan K3. Perbedaan nilai μ antara obyek
referensi (K1) dan obyek uji (K2 dan K3) dikarenakan komposisi unsur penyusun
Nilai kerapatan untuk K3 tidak dapat dihitung karena komposisi unsur penyusun
banyak dari K2, dimana terdapat unsur tambahan seperti Fe, Mn dan Pb.
66
Tren penurunan nilai μ untuk ketiga kuningan ini sesuai dengan hasil
perhitungan nilai μ menggunakan step width yang disajikan pada Tabel 4.1. Nilai-
Tabel 4.3 Nilai μ hasil simulasi XCOM pada energi 364,5 KeV
Obyek Nilai μm (cm2/g) Nilai μ (cm-1)
Cu 9,8610 × 10-2 0,883
Zn 10,0585 × 10-2 0,718
K1 9,9145 × 10-2 0,825
K2 9,9320 × 10-2 0,809
K3 - -
1.5 XCOM
1 aktivitas rendah
0
Cu Zn K1 K2 K3
yang lebih tinggi dibandingkan obyek yang lain. Demikian pula K1 mempunyai
nilai μ yang lebih tinggi dibandingkan dengan K2. Nilai μ untuk K3 tidak dapat
67
diketahui.
obyek ditunjukkan dalam Gambar 4.12. Dari Tabel 4.3 dan histogram pada
Gambar 4.12 terlihat pola tren penurunan nilai μ pada K1, K2 dan K3. Demikian
pula untuk nilai μ pada obyek Cu lebih tinggi dibandingkan nilai μ pada Zn. Dari
hasil perbandingan tersebut dapat dijustifikasi bahwa tren nilai μ yang diperoleh
dari hasil eksperimen sesuai dengan referensi. Namun, seperti ditegaskan pada
kuantitatif mutlak.
4.5. Pembahasan
kecil. Perbedaan nilai μ ini terlihat pada hasil analisis linieritas ln(I0/I) versus
tebal bahan (x), profil obyek dan hasil pemetaan distribusi nilai μ pada tampang
perbedaan nilai besaran fisis μ antara obyek referensi dan obyek uji, yang mana
sama.
isotop I131 dengan aktivitas rendah menghasilkan kontras sinogram dan kontras
68
citra yang belum jelas. Begitu pula tampak pada tampilan profil sinogramnya,
pemakaian isotop I131 dengan aktivitas rendah belum dapat memetakan campuran
logam kuningan dengan baik. Untuk mendapatkan hasil yang bagus dalam
aktivitas tinggi, yaitu sekitar 2,8 mCi untuk obyek berdiameter ± 5mm. Karena
berdasarkan hasil penelitian, pemakaian aktivitas 2,8 mCi pada ketebalan bahan
±5mm telah memberikan kontras sinogram dan kontras citra yang terang serta
disimpulkan bahwa isotop I131 dengan tenaga 364 KeV dapat digunakan untuk
lebih optimal masih diperlukan perbaikan pada sistem akuisisi data, terutama pada
sumber radiasi yang tidak berupa berkas pensil juga pada kolimator detektor yang
4.6. Rangkuman
Pada bab ini telah dibahas mengenai analisis terhadap data penelitian yang
meliputi koefisien pelemahan linear obyek uji, profil obyek, sinogram, profil
sinogram serta analisis terhadap citra hasil rekonstruksi. Hasil analisa data dan
5.1. Kesimpulan
analisis linieritas grafik fungsi ln(I0/I) versus tebal bahan (x), menunjukkan
bahwa kuningan kualitas baik cenderung mempunyai nilai μ yang lebih besar
baik.
69
70
5. Kecenderungan hasil yang diperoleh baik dengan cara analisis linieritas grafik
sinogram, profil sinogram dan citra hasil rekonstruksi. Penggunaan isotop I131
tajam, profil proyeksi dengan fluktuasi yang kecil, dan citra hasil rekonstruksi
yang kurang tajam, profil proyeksi dengan fluktuasi besar, dan tampang
lintang citra hasil rekonstruksi yang tidak sesuai dengan obyek aslinya.
7. Dari hasil pengujian terhadap kelima sampel secara kuantitatif diperoleh nilai
μ sebagai berikut:
5.2. Saran
radiasi dalam sistem TK, terutama untuk inspeksi mutu beberapa produk
2. Ukuran isotop I131 yang digunakan sebagai sumber radiasi dalam sistem TK
perlu dibuat dalam bentuk point source agar dapat menghasilkan berkas pensil
isotop I131 dengan aktivitas tinggi agar lubang kolimator dapat diperkecil dan
Dewi, T., 2005, “Ketika Logam Mudah Keropos”, Majalah Tempo, 28 Maret,
Hal: 90 – 91.
Dhani, A., 1995 “Tomografi Dengan CT Scanner dan NMR Imaging”, Jurnal
Jurusan Fisika, No.18, Hal: 26 – 41.
Evans, R. D., 1955, The Atomic Nucleus, Mc Graw Hill, New York.
Kouris, K., Spyrou, N. M., dan Jackson, D. F., 1982, Imaging With Ionizing
Radiations, Surrey University Press Guilford, United Kingdom.
72
73
Wells, P., Smith, R., dan Suparta, G. B., 1997, “Sampling The Sinogram in
Computed Tomography”, Materials Evaluations (7), Juli, pp. 772 – 776.
Wells, P., J. Davis,., dan Morgan, M., 1994, “Computed Tomography”, Material
Forum 18, pp. 111 – 133.
LAMPIRAN I
Software XCOM adalah free software, tersedia di Laboratorium Grup Riset Fisika Citra,
FMIPA UGM. Hasil eksekusi dari program XCOM untuk obyek Cu, Zn, Kuningan tipe I
COPPER (CU)
Constituents (Atomic Number:Fraction by Weight)
29:1.00000
SENG (ZN)
Constituents (Atomic Number:Fraction by Weight)
30:1.00000
KUNINGAN TIPE I
Constituents (Atomic Number:Fraction by Weight)
29:0.65000 30:0.35000
KUNINGAN TIPE II
Constituents (Atomic Number:Fraction by Weight)
13:0.04000 29:0.65000 30:0.30000 50:0.01000
LAMPIRAN II
Komposisi Kimia
Sifat-sifat Mekanik
Sifat-sifat Fisika
Sifat-sifat lain