Anda di halaman 1dari 97

PEMANFAATAN TOMOGRAFI KOMPUTER

UNTUK PENGUJIAN KUALITAS LOGAM KUNINGAN

Tesis
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-2

Program Studi Ilmu Fisika


Jurusan Ilmu-Ilmu Matematika
dan Pengetahuan Alam

Diajukan oleh:
NITA HANDAYANI
19991/I-4/1544/03

Kepada:
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2006

i
ii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya
yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan
Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Yogyakarta, Maret 2006

Nita Handayani

iii
“ Manusia yang paling utama adalah orang berilmu
yang beriman yang apabila dibutuhkan orang dia berguna
bagi orang lain dan jika tidak dibutuhkan
orang lain, maka ilmunya berguna bagi dirinya sendiri”
(HR. Al Baihaqi)

Specially for
My dearest husband,
My little baby Ravindra Naufal F.,
Keluarga besar Bp. Moch. Aksin & Bp. H. Sukur

iv
KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahi rabbil ‘alamin. Segala puji bagi Allah, Tuhan yang

memberi petunjuk kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya dan menyesatkan

orang-orang yang mengingkari kebenaran. Penulis merasa sangat bersyukur

karena dengan inayah dan hidayah-Nya penulis diberi kekuatan untuk menyusun

tesis dengan judul “Pemanfaatan Tomografi Komputer Untuk Pengujian Kualitas

Logam Kuningan”. Tesis ini disusun sebagai salah satu prasyarat untuk

memperoleh derajat Sarjana S-2 pada Program Studi Ilmu Fisika, Fakultas MIPA

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan

tesis ini tidak bisa lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Direktur Sekolah Pasca Sarjana UGM dan Pengelola Pasca Sarjana di Jurusan

Fisika Fakultas MIPA UGM.

2. Bp. Dr. Gede Bayu Suparta selaku pembimbing utama, yang telah berkenan

meluangkan waktu untuk membimbing penulis selama penelitian dan

penulisan tesis ini.

3. Bp. Waskito Nugroho, S.Si. M. Si., yang telah banyak membantu dalam

perbaikan software CT Imager dan proses smoothing dalam pengolahan data

hasil penelitian.

v
4. Bp. Drs. I Ketut Swakarma, M.T beserta rekan-rekan, yang telah mengerjakan

Perangkat Kompak Penganalisa Kanal Tunggal (SCA) sebagai salah satu

perangkat pada sistem TK.

5. Bp. Ginting beserta staf karyawan Unit Radiologi RS. Sardjito yang telah

memberikan isotop I131 sebagai sumber radiasi dalam penelitian ini.

6. Rekan-rekan di Laboratorium Grup Riset Fisika Citra: Sdri. Putu Victoria

Maria Risamasu, S.Si, Sdr. Jan Pieter, S.Si dan Sdr. Pius Dian Widi Anggoro,

S.Si.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih terdapat banyak

kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

konstruktif guna penyempurnaan tesis ini. Akhir kata, semoga karya kecil ini

dapat memberi manfaat bagi masyarakat pada umumnya dan civitas akademika

fisika pada khususnya. Amien .

Yogyakarta, Maret 2006

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PENGESAHAN ii
HALAMAN PERNYATAAN iii
HALAMAN PERSEMBAHAN iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR SIMBOL xiii
DAFTAR LAMPIRAN xv
INTISARI xvi
ABSTRACT xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Permasalahan 5
1.3. Batasan Permasalahan 5
1.4. Hipotesa Penelitian 6
1.5. Tujuan Penelitian 6
1.6. Manfaat Penelitian 7
1.7. Tinjauan Pustaka 7
1.8. Rangkuman 10
BAB II LANDASAN TEORI
2.1. Tenaga Sinar Gamma 11
2.2. Interaksi Radiasi Gamma dengan Materi 11
2.2.1. Efek Fotolistrik 12
2.2.2. Hamburan Compton 14
2.2.3. Produksi Pasangan 15
2.2.4. Koefisien Atenuasi Linear 17

vii
2.2.5. Koefisien Atenuasi Massa 18
2.3. Software XCOM Versi 3.1 19
2.4. Sistem TK Generasi I 20
2.4.1. TK Transmisi dan TK Emisi 23
2.4.2. Proses Sampling Sinogram 25
2.4.3. Metode Rekonstruksi Citra 27
2.4.4. Parameter Kualitas Citra 28
2.5. Cor Logam Kuningan 31
2.5.1. Proses Pembuatan Produk Cor Logam 31
Kuningan
2.5.2. Klasifikasi Kuningan 32
2.6. Rangkuman 34
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 35
3.2. Bahan dan Peralatan Penelitian 35
3.2.1. Bahan Penelitian 35
3.2.2. Peralatan Penelitian 36
3.3. Pengambilan Data Penelitian 40
3.3.1. Tahap Persiapan 40
3.3.2. Tahap Eksperimen 42
3.4. Proses Rekonstruksi 46
3.5. Metode Analisis 47
3.5.1. Penentuan Koefisien Serapan Linear Bahan 47
3.5.2. Penentuan Profil Obyek 47
3.5.3. Analisis Citra Rekonstruksi 48
3.6. Rangkuman 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Spektrum Energi Isotop I131 50
4.2. Koefisien Atenuasi Linear Obyek 51
4.3. Profil Obyek 54
4.4. Rekonstruksi Data Hasil Pemayaran 58

viii
4.4.1. Analisis Sinogram 58
4.4.2. Analisis Profil Sinogram 60
4.4.3. Citra Hasil Rekonstruksi 61
4.5. Pembahasan 67
4.6. Rangkuman 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 69
5.2. Saran 71
DAFTAR PUSTAKA 72
LAMPIRAN I 74
LAMPIRAN II 78

ix
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi kuningan menurut Aalco 33

Tabel 2.2 Klasifikasi kuningan menurut AMS Metals Hand Book 33

Tabel 3.1 Daftar tenaga dan intensitas isotop I131 36

Tabel 3.2 Spesifikasi motor langkah 39

Tabel 3.3 Parameter masukan dan parameter pemayaran 43


program Translation Profiler

Tabel 3.4 Parameter pemayaran program Rotation Profiler 44

Tabel 3.5 Parameter pemayaran program Full CT Scanner 45

Tabel 4.1 Nilai koefisien atenuasi linear lima obyek step width 54

Tabel 4.2 Hasil perhitungan distribusi nilai μ pada tampang 64


lintang citra rekonstruksi

Tabel 4.3 Nilai μ hasil simulasi XCOM pada energi 364,5 KeV 67

x
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Skema Proses Efek Fotolistrik 13

Gambar 2.2 Skema Hamburan Compton 14

Gambar 2.3 Skema Proses Produksi Pasangan 16

Gambar 2.4 Grafik Efek Fotolistrik, Hamburan Compton dan 18


Produksi Pasangan

Gambar 2.5 Proses pemayaran menggunakan TK generasi I 21

Gambar 2.6 Skema sistem TK Grup Riset Fisika Citra 24

Gambar 2.7 (a) Sampling sinogram pola square 26


(b) Obyek titik dalam ruang obyek
(c) Sinogram berbentuk sinusoidal

Gambar 2.8 Contoh produk hasil cor logam kuningan 32


(a) Lampu hias (b) komponen mesin

Gambar 3.1 Tempat obyek 36

Gambar 3.2 Skema peluruhan I131 37

Gambar 3.3 Set-up sistem Tomografi Komputer 41

Gambar 3.4 Tampilan program Energy Spectrometer 42

Gambar 3.5 Obyek bentuk step width 43

Gambar 3.6 Tampilan Program Translation Profiler 44

Gambar 3.7 Tampilan Program Full CT Scanner 45

Gambar 3.8 Tampilan program CT Imager 46

Gambar 4.1 Hasil spektroskopi I131 50

Gambar 4.2 Grafik smoothing fungsi intensitas versus posisi 52


piksel dari step width (a) Cu (b) Zn (c) K1 (d) K2
(e) K3

xi
Gambar 4.3 (a) Grafik hubungan antara ln (I0/I) versus tebal 53
bahan (x) (b) Histogram nilai koefisien serapan
linear
Gambar 4.4 Posisi obyek dalam tempat sampel (a) lima obek uji 55
(b) tiga tipe kuningan (c) tiga tipe kuningan + Zn

Gambar 4.5 Hasil Rot-Profiler 5 obyek 55

Gambar 4.6 Hasil Rot-Profiler 3 kuningan 56

Gambar 4.7 Hasil Rot-Profiler 3 kuningan + Zn 57

Gambar 4.8 Perbandingan tampilan sinogram 5 obyek dan 58


histogram (a) aktivitas rendah (b) aktivitas tinggi

Gambar 4.9 Perbandingan profil proyeksi sinogram (a) profil 60


proyeksi baris ke-300 (b) profil proyeksi baris
ke-250

Gambar 4.10 Perbandingan citra hasil rekonstruksi 5 obyek 62


(a) aktivitas rendah (b) aktivitas tinggi

Gambar 4.11 Profil citra obyek (a) Cu (b) K1 63

Gambar 4.12 Histogram perbandingan nilai μ kelima obyek 66


dengan pengujian berbeda

xii
DAFTAR SIMBOL

Be Energi ikat elektron yang terpancar pada proses efek fotolistrik


c Laju cahaya dalam ruang hampa (3x108 m/s)
CT Computed Tomography
eV Elektron Volt
E0 Energi foton datang
+
Ek Energi kinetik positron
E k- Energi kinetik elektron
Eγ Tenaga sinar gamma
f(Eγ) Suatu fungsi energi gamma
h Tetapan Planck = 6,626 x 10-34 Js
HV High Voltage
I0 Intensitas foton sebelum melewati materi
I Intensitas foton setelah melewati materi
κ Probabilitas terjadi produksi pasangan
Lφ (xr) Lintasan berkas radiasi
m0 Massa diam
MeV Mega elektron volt
M jumlah seluruh data proyeksi dalam pemayaran
N Jumlah ray-sum pada setiap data proyeksi
N0 Jumlah atom/m3 dari material yang dilewati partikel
Pφ (xr) Ray-sum
PMT Photo Multiplier Tube
PC Personal Computer
R Jari-jari lingkaran obyek
SCA Single Channel Analyzer
SCFBP Summation Convolution Filtered Back Projection
T Energi kinetik elektron
TK Tomografi Komputer
w Lebar kolimator
x Tebal bahan
xr Jarak pusat lingkaran obyek terhadap lintasan berkas radiasi

xiii
Z Nomor atom material
λ Panjang gelombang sinar gamma
ν Frekuensi
τ Probabilitas efek fotolistrik terjadi per satuan jarak tempuh foton
σ Probabilitas interaksi compton per satuan jarak
θ Sudut hamburan
ϕ Sudut antara elektron compton dengan foton gamma
φ Sudut proyeksi
ρ Kerapatan bahan (g/cm3)
μ Koefisien atenuasi linear

μm Koefisien atenuasi massa


μc Koefisien atenuasi massa total untuk senyawa

μi Koefisien atenuasi massa total dari elemen ke-i

ωi Fraksi bobot dari elemen ke-i dalam senyawa

(r,φ) Posisi obyek dalam koordinat polar


(x,y) Posisi obyek dalam koordinat kartesian
(xr, yr) Posisi obyek dalam koordinat rotasi
(xr, yφ) Koordinat obyek dalam ruang Radon
Δx Lebar langkah pada gerak translasi
Δφ Lebar langkah pada gerak rotasi
[i,j] Posisi piksel pada ruang citra
[n,m] Indeks yang menunjukkan ray-sum ke-n dan proyeksi ke-m

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Nilai koefisien atenuasi massa hasil simulasi software XCOM

LAMPIRAN II Komposisi, sifat-sifat dan aplikasi kuningan

xv
PEMANFAATAN TOMOGRAFI KOMPUTER
UNTUK PENGUJIAN KUALITAS LOGAM KUNINGAN

NITA HANDAYANI
19991/I-4/1544/03

INTISARI

Telah dilakukan penelitian tentang pemanfaatan Tomografi Komputer


untuk pengujian kualitas logam kuningan. Tujuan penelitian adalah mengkaji
kemampuan sistem Tomografi Komputer dengan sumber radiasi isotop I131 untuk
memetakan perbedaan kualitas beberapa tipe logam kuningan. Dalam penelitian
ini, juga dikaji pengaruh besar aktivitas isotop I131 terhadap citra hasil
rekonstruksi.
Pengujian dilakukan dengan cara pemayaran terhadap tiga tipe logam
kuningan, serta dibandingkan dengan logam Cu dan Zn, yang merupakan bahan
utama penyusun kuningan. Penentuan kualitas kuningan diidentifikasi
berdasarkan profil serapan radiasi, distribusi nilai koefisien atenuasi linear (μ)
pada citra, dan kontras citra, sedangkan hasil yang diperoleh dibandingkan dengan
hasil temuan menggunakan program simulasi XCOM. Pengaruh besar aktivitas
isotop I131 dikaji berdasarkan tampilan sinogram dan citra hasil rekonstruksi.
Hasil analisis terhadap data hasil penelitian menunjukkan bahwa kuningan
berkualitas baik mempunyai serapan radiasi yang lebih besar dibandingkan
kuningan kualitas yang kurang baik, yang direpresentasikan oleh nilai μ yang
besar. Dari pengamatan secara visual terhadap citra hasil rekonstruksi diperoleh
bahwa semakin tinggi aktivitas isotop I131 yang digunakan dalam proses
pemayaran, kontras sinogram dan kontras citra rekonstruksi yang dihasilkan
makin tajam.

Kata-kata kunci: tomografi komputer, isotop, kuningan, serapan radiasi

xvi
APPLICATION OF COMPUTED TOMOGRAPHY
TO QUALITY INSPECTION OF BRASS ALLOY

NITA HANDAYANI
19991/I-4/1544/03

ABSTRACT

A research on application of computed tomography to quality inspection


of brass alloy has been done. The aim of the research was to study capability of
computed tomography system with source radiation isotope I131 in order to
mapping different quality of any type of brass alloy. In this research, a study on
the influence of activity of isotope I131 to the reconstructed image has been done.
The inspection has been done by scanning three type of brass alloy, and
comparing to the Cu and Zn metals which are the fundamental substances of brass
alloy. The quality of brass alloy was identified through the profile of absorption
of radiation and the distribution value of linear coefficient attenuation (μ) on the
image and image contrast, while those results were compared to the result of the
XCOM simulation program. The influence of activity isotope I131 was studied by
performance through the sinogram and reconstructed image.
The result showed that the good quality of brass alloy have highest
absorption of radiation than that of the bad quality of brass alloy, which were
represented by the higher value of μ. From the visual observation on the
reconstructed image, it showed that the higher activity of isotope I131 would be
used on the scanning process, the sharper sinogram contrast and reconstructed
image contrast.

Key-words: computed tomography, isotope, brass alloy, absorption of radiation

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sejak abad ke-16 sudah dikenal pengolahan logam di Jawa Tengah dengan

produksi berupa alat-alat pertanian. Dalam perkembangannya, produk yang

dihasilkan semakin bervariasi seiring dengan pangsa pasar yang makin luas dan

kebutuhan konsumen yang makin beragam. Industri cor logam non-fero pada

mulanya berkembang dengan produksi gamelan dan perlengkapan upacara dari

kuningan dan selanjutnya berkembang dengan menghasilkan produk-produk

seperti suku cadang kendaraan bermotor, komponen mesin, perabotan interior,

dan lain-lain (www.jawatengah.go.id, 2005).

Jenis produk cor logam amat potensial untuk dikembangkan karena

pertumbuhan permintaan akan produk ini cenderung meningkat. Harga dan

kualitasnya juga lebih kompetitif dibanding dengan produk luar negeri sehingga

diminati baik konsumen dalam negeri maupun luar negeri. Kualitas cor logam

kuningan ditentukan oleh komposisi penyusunnya. Bahan utama penyusun cor

logam kuningan adalah tembaga (Cu) dan seng (Zn). Untuk menghasilkan

kuningan dengan kualitas bagus maka perbandingan Cu dan Zn harus tepat.

Umumnya, beberapa pengusaha kuningan di daerah Juwana, Pati, Jawa Tengah,

menganggap perbandingan antara Cu dan Zn yang tepat adalah 65%:35%. Dengan

perbandingan ini akan menghasilkan kuningan yang kuat, tahan terhadap korosi,

1
2

mempunyai konduktivitas termal dan konduktivitas listrik yang baik serta

mempunyai warna kuning yang mengkilap.

Seiring dengan persaingan pasar yang semakin ketat, maka para produsen

kuningan berusaha untuk memenangkan pasar dengan cara menjual produk

dengan harga yang lebih murah. Konsekuensinya, kualitas produk yang dijual

menjadi buruk. Para produsen menyiasati dengan mengoplos campuran logam

kuningan dengan logam lain yang lebih murah untuk menekan biaya produksi.

Misalnya dengan menambahkan logam Aluminium (Al), Besi (Fe), Nikel (Ni),

Mangaan (Mn), Timah (Sn) atau timbal (Pb). Cara lain yang digunakan agar

produknya bisa dijual dengan harga murah yaitu dengan mendaur ulang limbah

kuningan (scrab).

Produk kuningan kualitas buruk ini secara fisik mempunyai penampakan

yang hampir sama dengan kuningan kualitas bagus, sehingga sulit dibedakan.

Apalagi jika kuningan tersebut telah difinishing dengan cara melapisi kuningan

dengan logam tahan karat seperti nikel dan krom melalui proses elektroplating.

Kerugian yang diakibatkan oleh kualitas kuningan yang buruk diantaranya

adalah cepat berkarat dan getas (mudah patah). Bahkan menurut Dewi (2005)

logam timbal yang dipakai untuk memperkuat kuningan dari korosi ternyata

berbahaya bagi kesehatan. Konsentrasi tinggi dari timbal dapat merusak jaringan

saraf, fungsi ginjal dan menurunkan tingkat kecerdasan pada anak. Oleh karena

itu, harus ada suatu usaha untuk menginspeksi kuningan yang beredar di pasaran

terutama yang berkaitan dengan peralatan rumah tangga agar tidak menimbulkan

dampak negatif baik bagi para konsumen maupun produsen. Karena dengan
3

adanya “produsen nakal” ini, beberapa pengusaha kuningan yang lain juga turut

dirugikan akibat produk mereka diklaim oleh konsumen. Pengujian yang

dilakukan harus mempunyai efek tak merusak, proses pengujian relatif cepat,

dengan biaya murah dan akurat.

Terdapat suatu alternatif teknik pengujian tak merusak, yaitu melalui

perbandingan karakteristik suatu besaran fisis mikroskopis (misalnya profil

serapan radiasi) antara bahan uji dengan bahan referensi. Salah satu teknik yang

mempunyai kemampuan demikian adalah sistem Tomografi Komputer

(Kusminarto dkk, 1991). Kelebihan lain dari teknik pengujian ini adalah obyek

yang diuji tidak perlu preparasi khusus (material bisa berupa cairan, bubuk, pasta

atau padat), tidak melibatkan zat kimia, pengujian bisa diulang dan secara

kolektif, dapat dipresentasikan secara visual serta dapat diinterpretasikan secara

mikroskopik dan makroskopik.

Tomografi Komputer (TK) merupakan pengembangan dari sistem

tomografi konvensional (radiografi). Tomografi berasal dari kata tomogram yang

diadopsi dari bahasa Yunani, yaitu kata “tomos” yang artinya potongan (belahan)

dan kata “gramma” yang artinya tulisan. Tomografi merupakan suatu teknik

pencitraan struktur internal obyek dengan memetakan distribusi besaran fisis

(koefisien serapan linear) tanpa merusak dan membelah obyek secara fisik (non

destructive testing). Konsep dasar dari teknik TK adalah kemampuan rekonstruksi

atau mengumpulkan tampang lintang dari struktur internal sebuah obyek dari

beberapa proyeksi berkas yang terkolimasi dari radiasi yang melalui obyek

(Morgan, 1983).
4

Pemakaian TK sebagai piranti uji tak merusak sangat bermanfaat untuk

aplikasi industri, terutama untuk gugus kendali mutu dan menentukan kerapatan

dari suatu material (Kusminarto dkk, 1991). Teknik tomografi juga dapat

digunakan untuk menguji kualitas produk tertentu, dimana penampilan fisiknya

hampir sama. Tidak seperti pencitraan medis, perkembangan TK untuk industri

relatif lambat. Hal ini karena secara umum industri tidak dapat menggunakan

peralatan TK standar karena keanekaragaman komponen atau produk, baik dalam

ukuran, bentuk maupun kerapatannya. Untuk aplikasi non-medis sistem TK yang

digunakan merupakan TK generasi I.

Sistem TK generasi I yang ada di Grup Riset Fisika Citra UGM telah

dikembangkan secara bertahap tingkat sensitivitasnya dan telah diaplikasikan oleh

Yulianti (2002) untuk memetakan kerapatan bahan cair berupa madu, oli dan

minyak goreng. Penelitian dilanjutkan oleh Nugroho (2005) dengan menginspeksi

adanya penyimpangan karakteristik fisis terhadap oli pelumas. Pada dasarnya

sistem TK dengan sumber Cs137 telah mampu memetakan kerapatan bahan cair,

namun perbedaan citra hasil rekonstruksi beberapa obyek secara visual belum

tampak jelas. Hal ini dikarenakan terlalu besarnya energi radiasi gamma dari Cs137

yaitu 662 KeV.

Berdasarkan pemaparan di atas maka pada penelitian ini berupaya untuk

menguji kemampuan TK generasi I dalam memetakan kerapatan cor logam

kuningan dengan menggunakan energi radiasi gamma yang lebih kecil yaitu

dengan sumber isotop I131 yang mempunyai energi 364 KeV. Sumber isotop I131

ini diperoleh dari Unit Radiologi Rumah Sakit DR. Sardjito Yogyakarta dengan
5

aktivitas yang relatif kecil. Diharapkan dengan pemakaian sumber isotop I131

kualitas citra yang dihasilkan lebih bagus.

1.2. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang dijabarkan di atas, maka rumusan

permasalahan pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana rancang bangun sistem TK yang dapat digunakan untuk

pengujian sampel campuran logam?

2. Mampukah sistem TK dengan sumber isotop I131 diterapkan untuk

memetakan logam kuningan?

3. Bagaimana pengaruh aktivitas isotop I131 terhadap citra hasil pemayaran

dengan sistem TK?

1.3. Batasan Permasalahan

Batasan penelitian ini adalah:

1. Uji penerapan TK melalui pengukuran koefisien serapan linear ( μ )

bersifat kuantitatif mutlak.

2. Kualitas logam kuningan ditentukan berdasarkan hasil analisis visual

berbasis profil obyek, sinogram dan citra hasil rekonstruksi TK.

3. Sampel yang diuji adalah kuningan tipe I, tipe II dan tipe III. Ketiga

sampel uji ini dibandingkan dengan logam Cu dan Zn yang merupakan

komponen utama penyusun logam kuningan.


6

4. Pembandingan nilai μ hasil penelitian dan nilai μ referensi hanya

mengacu pada tren yang tercipta pada kelima obyek uji, bukan nilainya

secara kuantitatif.

5. Penelitian ini menggunakan sistem TK generasi I yang dikembangkan oleh

Grup Riset Fisika Citra Fakultas MIPA UGM.

6. Kompromi dilakukan terhadap ukuran kolimator, ukuran sumber (bukan

point source), aktivitas radiasi, dan waktu pencacahan.

7. Sumber radiasi yang digunakan adalah isotop I131 berbentuk cairan dengan

aktivitas yang relatif lemah, yaitu sekitar 0,75 mCi dan 2,8 mCi.

1.4. Hipotesa Penelitian

Dalam penelitian ini diajukan hipotesa sebagai berikut:

1. Kuningan dengan kualitas yang berbeda dapat diidentifikasi dengan

menggunakan sistem TK berdasarkan profil serapan radiasi serta distribusi

nilai koefisien serapan linear (μ).

2. Besar aktivitas sumber radiasi I131 yang digunakan dalam sistem TK

mempengaruhi kualitas citra hasil rekonstruksi. Semakin tinggi aktivitas

sumber, maka citra yang dihasilkan semakin baik karena fluktuasi foton

semakin kecil.

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Merancang bangun sistem TK untuk pengujian campuran logam.


7

2. Mengetahui kemampuan sistem TK dengan sumber isotop I131 dalam

memetakan campuran logam seperti kuningan.

3. Mengetahui pengaruh besar aktivitas isotop I131 terhadap citra yang

dihasilkan sistem TK.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Dapat memberikan pengetahuan tentang kemampuan sistem TK dalam

memetakan campuran logam.

2. Dapat memberikan pengetahuan tentang penggunaan isotop I131 sebagai

sumber radiasi dalam teknik TK.

3. Dapat mengetahui perbedaan profil dan citra rekonstruksi dari beberapa

tipe kuningan dengan kualitas yang berbeda.

4. Dapat mengetahui pengaruh besarnya aktivitas isotop I131 terhadap citra

hasil rekonstruksi.

1.7. TINJAUAN PUSTAKA

Tomografi Komputer merupakan suatu teknik pengujian yang tak merusak

(Non Destructive Testing Technique) menggunakan sinar-x atau sinar gamma, dan

citra yang dihasilkan merupakan distribusi kerapatan massa dalam tampang

lintang atau irisan dari obyek yang direkonstruksi (Kak dan Slaney, 1988).

Pada tahun 1917, Radon memberikan sumbangan formulasi matematik

untuk merekonstruksi sebuah fungsi 2-dimensi dari sejumlah integral garis fungsi
8

tersebut dalam bidang 2-dimensi, yang disebut transformasi Radon (Herman,

1980). Pada tahun 1921, seorang fisikawan Perancis, Andre Edmund Marie

Bocage membuat peralatan tomografi dari tabung sinar-x dan film fotografi yang

digerakkan dalam arah berlawanan dan sejajar. Metode ini menghasilkan citra

pada film fotografi yang terfokus untuk satu bidang dalam obyek (Kouris dkk,

1982).

Aplikasi fisika dari konsep rekonstruksi dari beberapa proyeksi digunakan

oleh R.N Bracewell untuk merekonstruksi peta dari emisi gelombang mikro

matahari dari data yang diperoleh dengan mengukur radiasi dalam deretan pita

yang melalui permukaan matahari. Metode rekonstruksi kemudian dikembangkan

oleh De Rosier dan Klug, Gordon, Bender dan Herman, Gilbert dan Smith, serta

Peters dan Bates (Suparta, 1999).

Godrey N. Hounsfield dari Laboratorium Penelitian Pusat EMI di Inggris

berhasil mengembangkan perangkat tomografi komputer transmisi sinar-x (Wells

dkk, 1994). Sistem TK yang dirancang dikenal sebagai TK generasi I (TK

translasi-rotasi). Sistem TK terus berkembang, sampai saat ini sudah terdapat TK

generasi V dan yang terakhir yaitu sistem TK 3-D spiral atau helical.

Perkembangan ini didasarkan pada peningkatan jumlah detektor, penyempurnaan

sistem radiasi, mekanisme pengambilan data dan peningkatan kecepatan proses

pengumpulan data.

Dalam perkembangannya, sistem TK lebih banyak dimanfaatkan di bidang

medis daripada industri. Pemanfaatan TK untuk diagnosa medis dikenalkan oleh

Hounsfield pada awal tahun 1970. TK yang pertama ini dibatasi untuk pencitraan
9

otak atau kepala dan scanner untuk seluruh tubuh yang mulai dikenal sekitar

tahun 1980. Untuk sistem diagnosa medis menggunakan TK generasi ketiga atau

keempat, dan yang terbaru menggunakan scanner helical 3-D.

Teknik TK telah diaplikasikan oleh Davis dkk untuk menguji kandungan

uap air dalam kayu dan oleh Elliot digunakan untuk memperoleh informasi

tentang komposisi kimia, kerapatan dan data dimensional. Grimm dkk

memanfaatkan TK untuk menguji wadah sampah radioaktif dan pada tahun 1993,

Bonadics dan Avril melakukan pengujian terhadap obyek arkeologi (Suparta,

1999). Yulianti (2002) memanfaatkan TK untuk pemetaan kerapatan bahan cair.

Dalam bidang industri, TK 3-D telah diaplikasikan untuk menginspeksi

atau quality control dari komponen pendukung industri. Misalnya untuk quality

control dalam industri besi tuang. Dengan visualisasi 3-D maka cacat internal

dalam besi tuang dapat dideteksi.

Pengujian kerapatan logam dengan ukuran obyek makro menggunakan

teknik TK pernah dilakukan oleh Severinus (1995). Dari hasil penelitiannya

diperoleh nilai koefisien serapan untuk bahan aluminium, besi dan tembaga.

Hasil yang diperoleh hampir sama dengan nilai koefisien serapan yang ada dalam

pustaka, yaitu hanya terjadi penyimpangan relatif sebesar 5%.

Pada penelitian ini, akan dilakukan pengujian kualitas cor logam kuningan

secara tak merusak menggunakan teknik TK. Pengujian ini perlu dilakukan karena

selama ini di pasaran terdapat beberapa jenis kuningan dengan kualitas berbeda,

dengan bentuk fisik yang hampir sama. Studi awal ini berupaya untuk menguji
10

kemampuan TK generasi I dalam memetakan kerapatan cor logam kuningan

menggunakan sumber isotop I131 yang berbeda aktivitasnya.

1.8. Rangkuman

Pada bab ini telah dijabarkan tentang latar belakang masalah, rumusan

masalah, batasan-batasan masalah, hipotesa penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian serta tinjauan pustaka. Pada bab selanjutnya akan diuraikan teori-teori

terkait yang akan digunakan sebagai landasan dalam menganalisa dan

pembahasan data hasil penelitian.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Tenaga Sinar Gamma

Sinar gamma merupakan radiasi gelombang elektromagnetik yang dapat

ditinjau sebagai paket-paket catu tenaga yang disebut sebagai foton gamma.

Satuan untuk menyatakan tenaga sinar gamma adalah elektron Volt (eV). Satu eV

adalah tenaga yang diterima oleh sebuah elektron yang dipercepat melalui suatu

medan listrik dengan beda potensial sebesar 1 Volt.

Tenaga sinar gamma dapat dihitung menggunakan rumus Planck:

hc
Eγ = (2.1)
λ

dengan Eγ = tenaga sinar gamma

λ = panjang gelombang sinar gamma

h = tetapan Planck

c = laju cahaya dalam ruang hampa

Sinar gamma merupakan foton yang dipancarkan dari inti atom yang mengalami

perubahan spontan atau foton yang terjadi ketika dua zarah yaitu elektron dan

positron bergabung.

2.2. Interaksi Radiasi Gamma dengan Materi

Pada saat radiasi gamma melewati suatu materi, maka akan terjadi

interaksi antara radiasi tersebut dengan materi yang dilewatinya. Ada tiga proses

11
12

interaksi utama yang menyebabkan foton gamma dihamburkan atau diserap,

sehingga intensitasnya berkurang setelah melewati materi. Ketiga proses interaksi

tersebut adalah efek fotolistrik, hamburan Compton dan produksi pasangan. Dari

ketiga proses tersebut akan dihasilkan pembebasan elektron dari atom-atom

materi yang berinteraksi dengan sinar gamma.

2.2.1. Efek Fotolistrik

Mekanisme interaksi efek fotolistrik dominan pada energi foton dibawah

0,1 MeV. Dalam proses interaksi efek fotolistrik, seluruh energi foton terserap

oleh salah satu elektron yang terikat kuat oleh atom dan kemudian elektron

tersebut dipancarkan keluar dari atom.

Elektron yang terpancar dari atom dinamakan fotoelektron dan mempunyai energi

sebesar:

T = hv − Be (2.2)

dengan T = energi kinetik elektron

hv = energi foton

Be = energi ikat elektron yang terpancar

Dari rumus diatas terlihat bahwa interaksi fotolistrik dapat terjadi jika energi foton

sekurang-kurangnya harus sama dengan energi ikat elektron yang berinteraksi.

Mekanisme efek fotolistrik diikuti oleh terpancarnya sinar-x karakteristik dan

elektron Auger. Proses ini terjadi akibat kecenderungan untuk mengisi

kekosongan yang ditinggalkan oleh fotoelektron oleh salah satu elektron yang

berada pada kulit dengan tingkat energi yang lebih tinggi.


13

fotoelektron
Sinar gamma
θ

K
L
M

Gambar 2.1 Skema Proses Efek Fotolistrik

Probabilitas terjadinya efek fotolistrik dapat dinyatakan sebagai tampang

lintang fotolistrik atau koefisien fotolistrik yang dirumuskan sebagai berikut

(Tsoulfanidis, 1983):

Zn
τ = aN 0 m [1 − θ (Z )] (2.3)

dengan τ = probabilitas terjadinya efek fotolistrik per satuan jarak tempuh foton

a = konstanta, tidak tergantung Z dan Eγ

m,n = konstanta dengan nilai antara 3 sampai 5 (tergantung pada Eγ )

N0 = jumlah atom/m3 dari material yang dilewati partikel

Z = nomor atom material

θ = sudut antara sinar gamma datang dan fotoelektron

Arti penting efek fotolistrik dalam spektrometri gamma adalah bahwa foton

gamma monoenergetik yang berinteraksi dengan materi (detektor) akan

menghasilkan fotoelektron yang monoenergetik pula.


14

2.2.2. Hamburan Compton

Hamburan Compton adalah gejala yang timbul dalam proses interaksi

antara foton dengan elektron bebas atau dengan elektron yang tidak terikat secara

kuat pada atomnya yang menghasilkan foton hamburan dengan energi lebih

rendah dari foton datang serta elektron Compton. Foton gamma hanya akan

menyerahkan sebagian tenaganya pada elektron dan kemudian terhambur menurut

sudut θ terhadap arah gerak foton gamma mula-mula.

Proses ini dianggap sebagai interaksi elastik karena masih ada energi ikat yang

harus dilawan meskipun sangat kecil.

Elektron
Sinar gamma K Compton
ϕ L
θ M

Foton
terhambur
Gambar 2.2 Skema Hamburan Compton

Elektron yang terpental dalam hamburan Compton mempunyai energi

kinetik awal sebesar:

α (1 − cosθ )
T = hv − hv ' = hv (2.4)
1 + α (1 − cosθ )

hv
dimana α =
mc 2
15

Energi yang dipindahkan dari foton datang kepada elektron Compton akan

maksimal jika terjadi tumbukan frontal dengan θ = 1800 atau:

hv
Tmax = (2.5)
1 + ( 12α )

Jika sudut antara elektron Compton dengan foton gamma mula-mula disebut ϕ ,

maka hubungan antara ϕ dan θ dinyatakan sebagai:

cot ϕ = (1 + α ) tan (θ 2 ) (2.6)

Probabilitas terjadinya hamburan Compton dapat dinyatakan sebagai

tampang lintang Compton atau koefisien Compton yang tergantung pada cacah

elektron yang tersedia atau nomor atom materi, yang dirumuskan sebagai berikut

(Tsoulfanidis, 1983):

σ = N 0 Zf (Eγ ) (2.7)

dengan σ = probabilitas terjadinya interaksi Compton per satuan jarak

f (Eγ ) = suatu fungsi Eγ

2.2.3. Produksi Pasangan

Produksi pasangan terjadi jika foton datang dengan tenaga cukup tinggi

melalui medan listrik yang sangat kuat di sekitar inti atom. Foton datang

seluruhnya diserap dan kemudian terbentuk pasangan elektron dan positron

dengan energi kinetik total tepat sama dengan energi foton datang. Massa elektron

dan positron masing-masing setara dengan tenaga sebesar 0,511 MeV.


16

0,511 MeV

positron
Sinar gamma
elektron
+
e

K 0,511 MeV
-
e

Gambar 2.3 Skema Proses Produksi Pasangan

Dengan demikian produksi pasangan terjadi jika tenaga foton gamma lebih dari

1,022 MeV. Jika foton datang dengan tenaga lebih besar dari 1,022 MeV maka

kelebihan tenaga akan dibagikan kepada elektron dan positron dalam bentuk

tenaga gerak sesuai persamaan berikut:

+ −
E0 = 2m0c 2 + Ek + Ek (2.8)

+ −
Ek dan Ek adalah tenaga gerak positron dan elektron.

Proses produksi pasangan ini harus memenuhi ketiga hukum kekekalan, yaitu:

hukum kekekalan massa dan tenaga, hukum kekekalan muatan listrik, dan hukum

kekekalan momentum.

Positron adalah zarah yang tidak stabil dan mempunyai umur yang sangat pendek.

Segera setelah terbentuk, positron akan bergabung dengan elektron disekitarnya

dan menyerahkan tenaga geraknya. Kedua zarah yang bergabung diubah menjadi

dua foton dengan tenaga masing-masing sebesar 0,511 MeV dan dipancarkan

dalam arah berlawanan. Peristiwa ini disebut proses anihilasi.


17

Probabilitas terjadinya produksi pasangan sebanding dengan kuadrat

nomor atom dan tenaga foton gamma, yaitu sebesar (Susetyo, 1988):

⎛ 2 Eγ ⎞
κ = 6.1010 Z 2 ⎜⎜ 3 log − 8⎟

2 (2.9)
⎝ m0c ⎠

dengan κ = probabilitas terjadinya produksi pasangan

f (Eγ , Z ) = suatu fungsi yang tergantung pada Eγ dan Z

2.2.4. Koefisien Atenuasi Linear

Suatu berkas gamma yang melalui materi akan berinteraksi dengan materi

melalui ketiga proses di atas. Sebagai hasilnya, berkas gamma akan mengalami

penurunan intensitas atau terjadi pelemahan. Besarnya probabilitas pelemahan

yang dialami sinar gamma juga dapat dinyatakan sebagai koefisien atenuasi linear

(μ) yang merupakan jumlahan dari probabilitas fotolistrik, hamburan Compton

dan produksi pasangan, yang dirumuskan sebagai berikut (Tsoulfanidis, 1983):

μ =τ +σ +κ (2.10)

Berkas sinar gamma terkolimasi dengan intensitas awal I 0 setelah

melewati material setebal x akan mempunyai intensitas akhir sebesar:

I = I 0 e − μx (2.11)

Persamaan di atas menunjukkan bahwa intensitas radiasi yang ditransmisikan

menurun secara eksponensial terhadap ketebalan bahan (x).

Probabilitas foton melewati material setebal x tanpa tumbukan Compton

adalah e −σx , dimana σ = σ a + σ b adalah koefisien atenuasi linear total untuk


18

hamburan Compton, yang merupakan penjumlahan dari koefisien difusi

(hamburan) Compton dan koefisien absorbsi (serapan) Compton.. Demikian pula

probabilitas tidak terjadinya interaksi fotolistrik adalah e −τx dan probabilitas tidak

terjadi tumbukan produksi pasangan adalah e −κx (Evans, 1955).

Koefisien pelemahan adalah ukuran jumlah foton primer yang

berinteraksi. Koefisien ini berbeda dengan koefisien serapan yang nilainya lebih

kecil dan merupakan ukuran energi yang diserap oleh medium.

Gambar 2.4 Grafik Efek Fotolistrik, Hamburan Compton


dan poduksi Pasangan

Dari grafik diatas terlihat bahwa tumbukan fotolistrik menjadi dominan hanya

untuk energi hv kecil dan Z besar. Produksi pasangan menjadi penting hanya

untuk energi hv besar dan Z besar. Tumbukan Compton mendominasi dalam

semua domain dari tingkat energi hv untuk semua Z.

2.2.5. Koefisien Atenuasi Massa

Koefisien atenuasi massa adalah koefisien atenuasi linear (μ = cm )−1

dibagi dengan kerapatan bahan (ρ = g cm3 ) . Koefisien atenuasi massa


19

merupakan nilai yang lebih fundamental karena tidak tergantung pada kerapatan

dan keadaan fisik (gas, cair atau padat) dari material penyerap. Hal ini karena

interaksi fundamental dinyatakan sebagai tampang lintang per atom dan jika

dikalikan dengan jumlah atom per gram diperoleh koefisien serapan massa secara

langsung. Besar koefisien atenuasi massa suatu bahan dapat dihitung dengan

menggunakan rumusan berikut:

μ (m −1 )
μ m (m 2 kg ) =
ρ (kg m3 ) (2.12)

Sedangkan koefisien atenuasi massa total untuk suatu campuran atau senyawa

dihitung dengan rumus:

μ c (m 2 kg ) = ∑ ω i μi (m 2 kg ) (2.13)
i

dengan μ c = koefisien pelemahan massa total untuk senyawa

ω i = fraksi bobot dari elemen ke-i dalam senyawa

μi = koefisien pelemahan massa total dari elemen ke-i

2.3. Software XCOM Versi 3.1

Software XCOM Versi 3.1 dibuat oleh M. J. Berger dan J. H. Hubbell pada

tanggal 23 Juli 1999. Program ini dapat digunakan untuk menentukan besarnya

tampang lintang (barn/atom), koefisien atenuasi massa (cm2/g) dan koefisien

interaksi parsial dari suatu unsur maupun senyawa. Dengan memasukkan

karakterisasi zat (berupa nomor atom atau simbol suatu unsur, formulasi kimia

senyawa ataupun campuran senyawa) maka akan muncul daftar tabel dari nilai

koefisien interaksi parsial dan koefisien atenuasi massa yang dicari.


20

Contoh hasil simulasi program XCOM untuk bahan logam Cu, Zn dan

kuningan ditampilkan dalam Lampiran I. Dari hasil output dapat dicari besarnya

nilai atenuasi massa dari setiap bahan sesuai dengan energi yang digunakan. Nilai

ini selanjutnya digunakan sebagai referensi dan pembanding dari nilai koefisien

atenuasi linear dari hasil pemayaran menggunakan sistem TK.

2.4. Sistem TK Generasi I

Sistem TK generasi I merupakan desain yang paling sederhana dan

mampu menghasilkan citra yang paling akurat. Sistem TK ini terdiri dari sebuah

sumber radiasi yang terkolimasi dan sebuah detektor. Obyek digerakkan dalam

arah translasi dan rotasi terhadap sumber dan detektor, sehingga sistem TK ini

sering disebut sebagai TK translasi-rotasi. Dengan menggunakan berkas

terkolimasi dan sebuah detektor, maka radiasi terhambur yang terdeteksi akan

berkurang dan hal ini akan memberikan hasil pengukuran dari koefisien atenuasi

linear yang akurat (Wells dkk, 1997). Kelemahan dari TK translasi-rotasi yaitu

perlu waktu yang lama untuk proses pemayaran.

Teknik tomografi didasarkan pada teorema yang menyatakan bahwa jika

semua integral garis yang melalui fungsi 2-D diketahui, maka fungsi itu dapat

direkonstruksi secara tepat dari integral garis–integral garis tersebut. Integral garis

[μ (x, y )] dapat diperoleh dengan melewatkan berkas radiasi sinar yang

terkolimasi melalui sebuah obyek. Integral garis dari μ ( x, y ) ditentukan dengan

mengukur intensitas sinar yang datang (I 0 ) dan intensitas sinar yang

ditransmisikan (I ) .
21

Gambar 2.5 Proses pemayaran menggunakan TK generasi I

Skema proses pemayaran menggunakan sistem TK generasi I ditunjukkan

pada Gambar 2.5. Variabel x menunjukkan arah gerak translasi dari sistem

sumber-detektor dan sumbu φ menunjukkan arah rotasi. Obyek terletak di dalam

lingkaran dengan jari-jari R. Fungsi μ ( x, y ) di dalam obyek diasumsikan malar,

sedangkan di luar lingkaran obyek bernilai nol (Herman, 1980; Kouris dkk, 1982).

Pada kerangka diam, berkas radiasi menembus obyek melalui titik tertentu

(r ,φ ) dalam koordinat polar atau (x, y ) dalam koordinet kartesian. Pada kerangka
rotasi, berkas radiasi membentuk sudut φ terhadap kerangka diam, sehingga titik

yang dilalui berkas dinotasikan dengan (xr , yr ) . Hubungan matematis antara

kerangka diam dan kerangka rotasi adalah sebagai berikut:


22

xr = x cos φ + y sin φ
(2.14)
yr = − x sin φ + y cos φ

xr adalah jarak pusat lingkaran obyek terhadap lintasan berkas sinar yang nilainya

bisa positif atau negatif.

Pada kedudukan awal, sumber radiasi dan detektor diletakkan sejajar,

kemudian digerakkan secara translasi dan rotasi sedemikian rupa sehingga

diperoleh informasi yang lengkap dari distribusi serapan radiasi dalam obyek.

Gerak translasi mencakup kedudukan dari –R sampai +R. Intensitas radiasi yang

ditransmisikan ditentukan oleh integral garis dari koefisien pelemahan linear

sepanjang lintasan sinar. Intensitas radiasi akan mengalami penurunan secara

eksponensial ketika melewati obyek seperti yang dirumuskan oleh Hukum Beer-

Lambert dalam persamaan berikut:

⎡ ⎤
I = I 0 exp ⎢− ∫ μ ( xr , yr )⎥ dyr (2.15)
⎢⎣ Lφ ( x r ) ⎥⎦

Sebuah ray-sum dapat didefinisikan sebagai integral garis dari koefisien

pelemahan linear sepanjang lintasan sinar dari sumber ke detektor, yaitu:

⎛I ⎞
Pφ ( xr ) = ln⎜ 0 ⎟ = ∫( μ) (x , y )dy
r r r (2.16)
⎝I ⎠ Lφ x r

Ray-sum dapat pula didefinisikan sebagai intensitas radiasi yang diteruskan oleh

obyek dan ditangkap detektor pada satu kedudukan sumber-detektor. Sekumpulan

ray-sum yang dihasilkan dari satu gerak translasi dengan lebar langkah Δx dalam

satu arah sudut pandang sumber-detektor disebut proyeksi. Sedangkan data


23

proyeksi merupakan sekumpulan ray-sum yang diperoleh selama proses

pemayaran dari berbagai arah sudut pandang dengan langkah rotasi sebesar Δφ .

Kumpulan integral garis dapat digambarkan dalam ruang koordinat

( xr , yφ ) atau Ruang Radon yang disebut sinogram. Setiap titik pada sinogram

merupakan sebuah ray-sum yang dinyatakan dalam derajat keabuan (grey level)

dan setiap baris pada sinogram adalah satu proyeksi. Data sinogram ini

selanjutnya direkonstruksi untuk menghasilkan citra yang merupakan pemetaan

dari distribusi koefisien pelemahan linear μ ( x, y ) .

2.4.1. TK Transmisi dan TK Emisi

Berdasarkan metode yang digunakan dalam pengambilan data, sistem TK

dibagi menjadi dua yaitu TK transmisi dan TK emisi. Pada TK transmisi, radiasi

berasal dari luar obyek. Radiasi yang telah mengalami serapan saat melewati

obyek kemudian ditangkap oleh detektor. Citra dihasilkan dari distribusi koefisien

serapan linear obyek. Metode ini sering disebut sebagai CT Scan (Computed

Tomography Scanner). Skema instrumentasi dasar sistem TK Transmisi generasi

I Grup Riset Fisika Citra ditampilkan dalam Gambar 2.6.

TK emisi (ECT, Emission Computed Tomography) merupakan suatu

teknik pencitraan untuk memperoleh citra tampang lintang transaxial berdasarkan

pada distribusi sinar gamma (radionuklida) yang dipancarkan dari dalam obyek.

Pada metode TK emisi, pengambilan data dapat dilakukan dengan dua cara. Yang

pertama dengan memasukkan bahan radioaktif ke dalam obyek. Cara yang kedua

dengan membuat obyek menjadi radioaktif, diantaranya melalui metode aktivasi


24

neutron, reaksi nuklir dan menggunakan piranti akselerator. Metode ini banyak

digunakan dalam industri untuk menguji kualitas bahan (Dhani, 1995).

Meja Pemayar Kolimator

Detektor
HV
NaI (Tl)

Sumber radiasi Obyek


Sistem
Pencacah
Pengendali Data
PC Motor
Langkah Antarmuka
Sistem
Pencacah

Gambar 2.6 Skema sistem TK Transmisi Grup Riset Fisika Citra

Secara umum TK emisi dikelompokkan menjadi dua pendekatan. Yang

pertama TK emisi sinar gamma (Gamma Ray Emission Computed Tomography),

yang sering disebut sebagai Single-Photon Counting (SPC) atau Single-Photon

Emission Computed Tomography (SPECT). Teknik ini berdasar pada distribusi

radionuklida yang meluruh dan memancarkan sinar gamma secara langsung. Yang

kedua yaitu Positron Emission Computed Tomography yang disebut juga sebagai

Positron Emission Tomography (PET) dan Annihilation Coincidence Detection

(ACD). Teknik ini berdasar pada distribusi radionuklida yang meluruh dan

memancarkan positron. Selanjutnya positron mengalami interaksi dengan sebuah

elektron, dimana positron dan elektron akan lenyap serta muncul dua foton yang

bergerak pada arah berlawanan (1800) (Knoll, 1983).


25

Peralatan dasar TK emisi pada umumnya sama dengan TK transmisi, yang

membedakan hanya letak sumber radiasinya. Sistem akuisisi data mencakup

sumber radiasi, detektor radiasi dan motor langkah untuk menggerakkan obyek.

Sistem elektronik dan komputer berfungsi mencatat dan memproses data serta

melaksanakan proses rekonstruksi citra.

2.4.2. Proses Sampling Sinogram

Proses pemayaran pada TK generasi I cenderung memerlukan waktu yang

lama. Oleh karena itu, perlu diperhatikan optimasi terhadap kemampuan mekanis

sistem TK, resolusi pemayaran, resolusi detektor, kinerja sistem akuisisi data dan

sistem pencacah. Parameter-parameter ini menentukan jumlah data optimal

supaya representasi obyek oleh sinogram dapat optimal.

Proses pemayaran pada dasarnya merupakan proses untuk mendapatkan

satu set lengkap transformasi Radon dari suatu tampang lintang obyek yang

merupakan gambaran dari fungsi distribusi koefisien serapan μ (x,y). Satu set

transformasi Radon merupakan sekumpulan data proyeksi, sedangkan proyeksi

terdiri dari sekumpulan data ray-sum pada sudut φ tertentu sepanjang –R ≤ xr ≤

+R dengan R adalah jari-jari lingkaran obyek. Titik pusat lingkaran obyek berada

ditengah-tengah lintasan translasi yaitu pada xr = 0. Gerak rotasi Δφ melingkupi

daerah 0 ≤φ ≤ 2π (Suparta, 1999).

Proses sampling dilakukan sedemikian hingga resolusi spatial sinogram

pada arah xr dan yφ sama yaitu sebesar RΔφ = w 2 dengan w adalah lebar
26

kolimator. Jumlah langkah translasi dan rotasi ini sangat menentukan kualitas

citra yang dihasilkan.

Pada sampling pola square, sebuah titik obyek akan menghasilkan lintasan

sinusoidal dalam ruang Radon. Data transformasi Radon hasil sampling ini

disebut sinogram. Setiap baris dalam sinogram adalah satu proyeksi yang

merupakan kumpulan ray-sum pada sudut φ tertentu. Gambar 2.7 menunjukkan

representasi obyek dalam ruang Radon dan sinogram dari obyek titik.

Gambar 2.7 (a) Sampling sinogram pola square, (b) Obyek titik dalam
ruang obyek, (c) Sinogram berbentuk sinusoidal

Jika terdapat N buah ray-sum pada setiap proyeksi, maka jumlah ray-sum per

proyeksi adalah:

2R
N= (2.17)
Δxr

4R
dengan Δxr = w 2 , sehingga: N =
w

Jika setiap pemayaran menghasilkan M buah proyeksi, maka jumlah proyeksi

dapat dihitung sesuai dengan langkah rotasi Δφ , yaitu:


27


M = (2.18)
Δφ

4πR
dengan Δyφ = RΔφ = w 2 , sehingga: M =
w

Jumlah total data pada proses sampling pola square adalah:

16πR 2
N square = M × N = (2.19)
w2

Data sinogram ini dapat disimpan dalam bentuk format matriks M × N . Baris

matriks menyatakan proyeksi M dan kolom matriks menyatakan ray-sum N.

2.4.3. Metode Rekonstruksi Citra

Proses rekonstruksi dilakukan setelah diperoleh satu set data sinogram

hasil pemayaran, sehingga diperoleh citra tampang lintang obyek. Pada dasarnya

proses rekonstruksi merupakan proses proyeksi balik dari ruang sinogram (ruang

Radon) ke ruang citra (ruang kartesian). Pengolahan data sinogram dilakukan

dengan bantuan PC melalui software CT Imager 1.0. Dengan bantuan software

ini, dapat dipilih filter yang akan digunakan untuk merekonstruksi obyek. Besar

nilai koefisien serapan dari setiap piksel juga dapat diperoleh.

Pada penelitian ini metode rekonstruksi yang digunakan adalah metode

SCFBP (Summation Convolution Filtered Back Projection) karena prosesnya

relatif cepat. Metode rekonstruksi ini terdiri atas dua tahapan yaitu proses

konvolusi oleh filter konvolusi terhadap proyeksi dalam sinogram dan proses

proyeksi balik proyeksi hasil konvolusi dari ruang sinogram ke ruang citra

(Suparta, 1999).
28

Secara analitik, proses ini dapat dituliskan dalam persamaan:

π
μ ( x, y ) = ∫ p' ( xr ,φ )dφ (2.20)
0


dengan: p' ( xr ,φ ) = ∫ p(x ' ,φ )h(x
r r − xr ')dxr ' = p( xr ' ,φ ) * h(xr − xr ') (2.21)
−∞

Tanda * merupakan simbol operator konvolusi, p’ (xr ,φ) adalah proyeksi yang

sudah terkonvolusi dan h(xr) adalah fungsi konvolusi yang berperan sebagai filter

frekuensi tinggi (high pass filter). Pemilihan jenis filter disesuaikan dengan data

sinogram yang diperoleh dari hasil pemayaran. Penggunaan jenis filter yang tepat

akan memberikan citra rekonstruksi yang baik.

Secara praktis, bentuk komputasi diskrit dari persamaan (20) dan (21) dapat

dinyatakan dengan persamaan (Suparta, 1999):

m = M −1
μ [i, j ] = Δφ ∑ p'[i cos(mΔφ ) + j sin (mΔφ ), m] (2.22)
m=0

n '= + N
dan p' [n, m] = Δxr ∑ p[n' , m]h[n − n'] (2.23)
n '= − N

Indeks piksel [i,j] menunjukkan posisi piksel pada ruang citra dengan jangkauan

− 1 2 N ≤ i, j ≤ 1
2 N , sedangkan [n,m] adalah indeks yang menunjukkan ray-sum

ke-n dan proyeksi ke-m dengan jangkauan untuk n dam m masing-masing adalah

− 12 N ≤ n ≤ 1
2 N dan 0 < m < ( M − 1) .

2.4.4. Parameter Kualitas Citra

Citra secara matematis dapat dipandang sebagai peta distribusi spasial

parameter fisis f(x,y) dalam bidang 2 dimensi tampang lintang suatu obyek yang
29

tegak lurus terhadap sumbu z (Suparta, 1999). Parameter fisis yang dipetakan

adalah koefisien atenuasi linear μ yang merupakan fungsi intensitas atau aktivitas

dari sumber radiasi. Besar aktivitas sumber radiasi mempengaruhi jumlah foton

yang diemisikan. Semakin besar aktivitas sumber radiasi maka jumlah foton yang

diemisikan semakin besar pula. Jumlah foton emisi menentukan nilai fluktuasi

statistik foton dari sumber radiasi, yaitu besarnya sekitar ± n dengan n adalah

jumlah cacah foton. Semakin besar jumlah cacah menyebabkan prosentase

fluktuasi foton semakin berkurang, sehingga kualitas citra menjadi lebih baik.

Kualitas citra hasil rekonstruksi dapat diidentifikasi berdasarkan parameter

berikut:

a). Sinogram

Sinogram merupakan representasi dari transformasi nilai koefisien serapan

linear μ (x,y) pada posisi tertentu ke ruang Radon. Sumbu horisontal pada

sinogram menunjukkan langkah translasi xr dalam daerah pemayaran dari –R

sampai +R. Sumbu vertikal pada sinogram menunjukkan langkah rotasi φ dari 0

sampai 2 π .

Kontras sinogram menunjukkan kemampuan akuisisi data sistem TK

dalam menyajikan detail obyek internal dengan adanya profil perubahan kontras

pada sinogram. Perubahan kontras pada sinogram muncul akibat adanya

perbedaan intensitas sumber radiasi yang diserap oleh obyek dalam proses

pemayaran. Oleh karena itu kontras sinogram berkaitan dengan nilai koefisien

atenuasi linear dari obyek yang diuji, lebar berkas radiasi dan rasio antara

intensitas radiasi awal dan intensitas radiasi yang ditransmisikan.


30

Profil kekontrasan pada sinogram ditunjukkan dalam gray level atau

derajat keabuan, yaitu perubahan warna dari hitam ke putih. Untuk intensitas

terukur yang tinggi (serapan radiasi kecil) ditampilkan sebagai warna hitam, dan

intensitas terukur yang rendah (serapan radiasi besar) ditampilkan sebagai warna

putih (terang).

Analisis terhadap profil sinogram secara kualitatif dapat dilakukan dengan

pengamatan secara visual pada representasi derajat keabuan sinogram, sedangkan

analisis secara kuantitatif diperoleh dari profil ray-sum. Dalam konteks ini, yang

dianalisa adalah profil ray-sum, bukan profil intensitas foton. Alasannya adalah

untuk menghilangkan sifat gayut waktu pada jumlah cacah foton yang terdeteksi

dari sumber radioisotop, dimana aktivitasnya merupakan fungsi waktu. Dengan

memplot nilai ray-sum terhadap posisi piksel akan diperoleh profil proyeksi

sinogram.

b). Citra Rekonstruksi

Kontras citra adalah perbedaan informasi yang dibawa relatif terhadap

latarnya sedangkan kontras obyek adalah kontras alami yang ditentukan oleh

perbedaan ketebalan, densitas massa, nomor atom dan ketergantungan pada energi

foton radiasi. Resolusi dari kontras citra menyatakan kemampuan suatu perangkat

sistem TK untuk mendeteksi perbedaan yang sangat kecil dari koefisien atenuasi

linear suatu obyek dengan latar yang serba sama. Resolusi kontras merupakan

fungsi ukuran dan bentuk dari obyek (Morgan, 1983).

Analisis terhadap kontras citra secara kualitatif dapat dilakukan dengan

pengamatan citra secara visual berdasarkan distribusi nilai μ sedangkan analisis


31

secara kuantitatif dilakukan dengan membandingkan profil dan distribusi nilai μ

terhadap posisi piksel.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kontras citra yang dihasilkan

oleh sistem TK. Diantaranya yaitu sistem kolimasi berkas radiasi dari sumber,

adanya hamburan radiasi, kontras obyek, proses pengkondisian sinyal serta proses

rekonstruksi.

2.5. Cor Logam Kuningan

Kuningan pada dasarnya merupakan campuran logam antara tembaga (Cu)

dan seng (Zn). Beberapa pengusaha kadang menambahkan sedikit elemen logam

pencampur lainnya untuk meningkatkan sifat-sifat yang menguntungkan.

Kuningan kualitas baik mempunyai tahanan korosi yang tinggi, konduktivitas

listrik dan konduktivitas panas yang baik serta mempunyai daya rentang yang

tinggi, sehingga cocok untuk pembuatan benda tempa (Matweb, 2005).

2.5.1. Proses Pembuatan Produk Cor Logam Kuningan

Proses pembuatan produk cor logam kuningan melalui beberapa tahapan.

Pertama, membuat cetakan awal yang terbuat dari lilin. Lilin ini dibentuk seperti

pola atau cetakan yang diinginkan. Cetakan dibungkus dengan tanah liat,

kemudian dipanaskan agar lilin mencair sampai yang tersisa tanah liat. Lewat

lubang kecil, logam panas yang cair hasil peleburan Cu dan Zn dimasukkan ke

dalam cetakan. Setelah logam dalam cetakan dingin, cetakan dibongkar sehingga
32

diperoleh sebuah produk yang masih kasar untuk kemudian dihaluskan (finishing).

Contoh produk-produk cor logam ditampilkan pada Gambar 2.9.

(a) (b)
Gambar 2.9 Contoh produk hasil cor logam kuningan (a) Lampu hias
(b) komponen mesin

2.5.2. Klasifikasi Kuningan

Menurut Aalco (2005a), sebuah lembaga yang bergerak dalam pengujian

logam, kuningan dibagi menjadi dua jenis berdasarkan prosentase seng (Zn)

dalam campuran logam. Campuran logam alpha, dengan jumlah seng kurang dari

37% dan campuran logam alpha/beta dengan jumlah seng 37% - 45%.

Kode, penamaan dan prosentase unsur penyusun kuningan menurut Aalco,

ditampilkan dalam Tabel 2.1. Sifat-sifat mekanik dan fisika, penandaan kuningan,

tahanan terhadap korosi serta aplikasi dari tipe-tipe kuningan di atas dijabarkan

dalam Lampiran II.

Klasifikasi kedua yaitu menurut AMS Metals Hand Book, yang

membedakan kuningan menjadi dua berdasarkan prosentase tembaga (Cu) dalam


33

campuran logam. Untuk jumlah tembaga lebih dari 64% dinamakan kuningan

alpha dan untuk jumlah tembaga kurang dari 64% dinamakan kuningan beta.

Kode, penamaan dan prosentase unsur penyusun kuningan menurut AMS Metals

Hand Book ditampilkan dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.1. Klasifikasi kuningan menurut Aalco


Kuningan alpha
Kadar (%)
Kode Cu Zn Pb
CZ 131 62 36 2

Kuningan alpha/beta
Kadar (%)
Kode Penamaan Cu Zn Mn Sn Fe Pb Al
CZ 108 Kuningan kuning 63 37 - - - - -
CZ 114 Manganese Bronze 57 40 1.5 0.75 0.75 - -
CZ 121 - 58 39 - - - 3 -
CZ 130 - 57 39 - - - 3 0.5

Tabel 2.2. Klasifikasi kuningan menurut AMS Metals Hand Book


Kuningan alpha
Kadar (%)
Kode Penamaan Cu Zn
C22000 Kuningan komersial 90 10
C23000 Kuningan merah 85 15
C24000 Kuningan rendah 80 20
C26000 Kuningan peluru 70 30
Kuningan beta
Kadar (%)
Kode Penamaan Cu Zn
C27000 Kuningan kuning 65 35
C28000 Logam Muntz 60 40
34

Kuningan alpha unggul karena kemampuannya untuk menahan tekanan

pada pengerjaan dalam keadaan dingin, sedangkan kuningan beta mudah

pengerjaannya jika pada kondisi panas. Kuningan beta ini mempunyai daya

rentang dan tingkat kekerasan yang tinggi dibandingkan kuningan alpha.

Untuk kuningan tipe I yang dipakai dalam eksperimen ini, termasuk dalam

kategori kuningan kuning (C27000) karena mempunyai komposisi 65% Cu dan

35% Zn. Sedangkan untuk kuningan tipe II dan tipe III tidak termasuk dalam

kategori di atas. Pembuatan sampel terbatas pada tipe kuningan yang diproduksi

oleh sentra industri kuningan di daerah Juwana, Pati, Jawa Tengah.

2.6. Rangkuman

Pada bab ini telah dijelaskan tentang interaksi sinar gamma dengan materi,

koefisien atenuasi linear, koefisien atenuasi massa, Software XCOM Versi 3.1,

unjuk kerja sistem TK generasi I, proses sampling sinogram serta metode

rekonstruksi citra yang digunakan untuk memperoleh citra tampang lintang obyek.

Juga dipaparkan tentang pembuatan cor logam kuningan dan klasifikasinya.

Pada bab selanjutnya akan dijabarkan tentang metodologi penelitian untuk

memperoleh data hasil pemayaran dan sinogram. Data ini kemudian diolah dan

direkonstruksi untuk mendapatkan citra tampang lintang obyek. Dari hasil

pemayaran dapat diperoleh profil masing-masing obyek, sehingga hasil itu dapat

digunakan sebagai referensi dalam penentuan kualitas kuningan yang diuji.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Grup Riset Fisika Citra Jurusan

Fisika FMIPA UGM Yogyakarta.

Penelitian berlangsung selama kurang lebih 7 bulan, mulai dari bulan Juni

2005 sampai dengan Desember 2005.

3.2. Bahan dan Peralatan Penelitian

3.2.1. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cor logam kuningan

yang dibuat di sentra industri pengecoran logam di Juwana, Pati, Jawa Tengah.

Ada lima jenis bahan yang digunakan yaitu:

a). Kuningan Tipe I (K1) dengan komposisi Cu:Zn = 65%:35%.

b). Kuningan Tipe II (K2) dengan komposisi Cu:Zn:Al:Sn = 65%:30%:4%:1%.

c). Kuningan Tipe III (K3) yang berasal dari limbah kuningan (scrab).

d). Logam Cu

e). Logam Zn

Kuningan K1 merupakan sampel kuningan dengan kualitas baik, sehingga

dalam penelitian ini digunakan sebagai obyek referensi. Sedangkan kuningan K2

dan K3 merupakan obyek yang diuji. Semua obyek diletakkan dalam wadah yang

terbuat dari bahan flexyglass berbentuk silinder dengan diameter 3 cm, seperti

35
36

yang ditunjukkan pada Gambar 3.1. Dalam eksperimen, obyek yang diuji tidak

perlu dipreparasi dengan bahan kimia dan proses pemayaran dilakukan secara

berkelompok, sehingga proses pengujiannya relatif cepat dan dengan biaya

murah.

K2

K1

K3

Cu
Zn

Gambar 3.1 Tempat obyek

3.2.2. Peralatan Penelitian

1). Sumber Radiasi

Sumber radiasi yang digunakan dalam penelitian adalah Iodium-131 (I131)

yang mempunyai waktu paruh 8,08 hari. Besar energi dan intensitas isotop I131

ditunjukkan dalam Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Daftar tenaga dan intensitas isotop I131


Isotop Waktu Paruh Energi (KeV) Intensitas (%)
I131 8,08 hari 364 80,9
637 9,3
722 2,8

Dalam penelitian digunakan energi 364 KeV karena mempunyai intensitas

yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat energi yang lain. Skema peluruhan

untuk transisi utama I131 ditunjukkan dalam Gambar 3.2.


37

Gambar 3.2 Skema peluruhan I131

Pemilihan isotop I131 sebagai sumber radiasi karena dua alasan. Yang

pertama, rancangan awal penelitian yaitu untuk membandingkan citra hasil TK

emisi dan TK transmisi. Oleh karena hasil pemayaran (sinogram) dengan metode

TK emisi hanya menunjukkan limited view angle projection, maka selanjutnya

penelitian hanya difokuskan dengan metode TK transmisi. Alasan kedua bahwa

dalam aplikasi sistem TK, masih jarang menggunakan sumber radiasi berupa

isotop. Sehingga penelitian ini merupakan langkah awal untuk membuktikan

bahwa isotop bisa digunakan sebagai sumber radiasi sistem TK untuk

menginspeksi aneka macam logam.

Aktivitas I131 yang digunakan dalam penelitian adalah 0,75 mCi dan 2,8

mCi. Sumber radiasi gamma dari I131 disuntikkan ke kapas yang ditempatkan

dalam suatu kontainer timbal dengan diameter lubang 2 mm. Sehingga tidak perlu

kolimator untuk menghasilkan berkas radiasi yang berbentuk pensil. Kolimator

hanya dipasang dimuka detektor, yaitu menggunakan timbal berbentuk silinder

dengan diameter 10 cm, tebal 3 cm dan diameter lubang 5 mm. Pemasangan

kolimator ini bertujuan untuk mengurangi efek hamburan radiasi.


38

2). Sistem Pencacah Radiasi

Sinyal listrik hasil konversi sistem detektor sebelum masuk SCA (Single

Channel Analyzer) diperkuat oleh suatu unit pre-Amplifier dan amplifier

sedemikian sehingga sinyal pulsa tersebut berada pada level 0 – 10 V. SCA yang

digunakan dalam penelitian ini adalah SCA yang berbasis mikrokontroller yang

dihubungkan ke sistem komputer melalui port USB. Pemilihan ini didasarkan

pada pertimbangan fleksibilitas dan kecepatan akuisisi data radiasi yang sesuai.

Sinyal yang ditangkap oleh detektor akan dikondisikan sehingga diperoleh

sinyal output yang sesuai dengan keperluan spektroskopi. Sinyal kemudian

diseleksi oleh unit pemilih batas noise (GND), unit pemilih batas bawah (LLV)

dan unit pemilih batas atas (ULV). Pemilihan level pada semua unit tersebut

dilakukan dengan suatu DAC yang dapat diperintah oleh suatu mikrokontroller

AVR. Hasil pemilihan lalu diumpankan pada suatu rangkaian flip-flop untuk

dicacah dan dibaca dengan mikrokontroller AVR. Hasil pembacaan diteruskan ke

notebook melalui komunikasi serial MAX 232 (Swakarma dan Suparta, 2005).

Jumlah kanal pada SCA sebenarnya adalah 4096. Dalam pembuatan software,

jumlah kanal ini direduksi menjadi 4000 kanal, sehingga besarnya resolusi per

kanal adalah 10 V/4000 kanal = 2,5 mV/ kanal.

3). Sistem Motor Langkah

Sistem motor langkah dipasang pada meja pemayar yaitu ditengah-tengah

sumber radiasi dan detektor yang memungkinkan obyek bergerak secara translasi

dan rotasi. Spesifikasi motor langkah ditunjukkan dalam Tabel 3.2.


39

Tabel 3.2 Spesifikasi motor langkah


Parameter sistem TK Spesifikasi
Resolusi translasi 0,2 mm
Resoluasi rotasi 0,144 deg
Translasi total eff 40 mm
Diameter Image Circle 30 mm
Window 10V/4096 kanal
Resolusi sinogram M×N
Waktu cacah 1 sec

4). Sistem Deteksi

Pada penelitian ini, sistem deteksi menggunakan detektor NaI(Tl)

BICRON model 212/2p dengan seri BT-778 berbasis pre-Amplifier CANBERRA

model 20072 dengan seri 117830 dan menggunakan Osiloskop KENWOOD 20

MHz CS-1021 untuk memantau kualitas pulsa radiasi. HV Power Supply diset

pada 900 V untuk mensuplai tegangan kerja yang diperlukan detektor.

Prinsip kerja dari sistem deteksi ini yaitu sebagai berikut. Jika sinar

gamma yang dipancarkan oleh isotop I131 mengenai kristal natrium iodida pada

detektor NaI(Tl), maka akan terjadi mekanisme interaksi fotolistrik, hamburan

Compton atau produksi pasangan. Elektron-elektron yang dihasilkan dari

mekanisme ini menyebabkan keadaan tereksitasi pada atom-atom kristal. Proses

eksitasi ini akan diikuti dengan proses deeksitasi dalam bentuk pancaran cahaya

(kelipan). Intensitas cahaya kelipan sebanding dengan tenaga elektron hasil

interaksi. Cahaya kelipan tersebut akan menumbuk fotokatoda sehingga


40

dihasilkan fotoelektron yang cacahnya sebanding dengan intensitas cahaya

kelipan.

Selanjutnya fotoelektron dilipatgandakan oleh PMT (Photo Multiplier

Tube). Di dalam PMT terdapat dinoda-dinoda yang mempunyai tegangan tinggi

dan diatur sedemikian hingga tegangan dinoda yang di belakang selalu lebih

tinggi daripada tegangan dinoda yang didepannya. Sebuah PMT biasanya

mempunyai sepuluh tingkat dinoda atau lebih. Elektron-elektron hasil pelipatan

dibentuk sebagai pulsa listrik (arus). Pulsa keluaran dari PMT tersebut sebanding

dengan tenaga radiasi gamma. Jadi, tinggi pulsa keluaran PMT akan sebanding

dengan cacah fotoelektron yang dilepaskan dari fotokatoda. Namun pulsa listrik

ini masih lemah, sehingga perlu diproses lagi dalam penguat utama. Setelah itu,

SCA akan memilih batas-batas pulsa yang bersesuaian dengan tenaga radiasi

gamma tertentu yang telah mengenai sintilator yang akan dideteksi oleh sistem

pencacah radiasi.

3.3. Pengambilan Data Penelitian

3.3.1. Tahap Persiapan

a). Tahap persiapan dimulai dengan pengecekan alat-alat yang akan digunakan

dalam penelitian. Kemudian alat-alat diset-up seperti pada Gambar 3.3.

b). Centering posisi lubang sumber radiasi dan lubang kolimator detektor

dilakukan dengan bantuan laser pointer. Hal ini bertujuan agar intensitas

radiasi yang diterima detektor dapat mencapai maximum.


41

c). Meja pemayar dioff-set (translation off-set dan rotation off-set) agar

kedudukan meja pemayar berada pada satu garis lurus dengan lubang

sumber radiasi dan lubang kolimator detektor.

1 2 3

4
5

Gambar 3.3 Set-up sistem Tomografi Komputer (1) sumber radiasi (2) meja pemayar
(3) detektor + PMT (4) High Voltage Power Supply (5) DC Power Supply
(6) Notebook (7) Sistem pencacah radiasi

d). Spektroskopi energi sumber radiasi

Tujuan dari spektroskopi yaitu untuk memperoleh spektrum energi dari

sumber radiasi isotop I131 yang digunakan dalam penelitian. Caranya

dengan melakukan pencacahan tanpa obyek, menggunakan bantuan

program Energy Spectrometer yang ditunjukkan dalam Gambar 3.4.


42

Gambar 3.4 Tampilan program Energy Spectrometer

3.3.2. Tahap Eksperimen

Pada proses pengambilan data penelitian ini, ada beberapa tahapan yang

dilakukan. Yang pertama, pengambilan data intensitas radiasi sebagai fungsi

ketebalan bahan untuk menentukan koefisien atenuasi linear obyek yang diuji.

Kedua, pengambilan data intensitas radiasi dari obyek uji untuk mendapatkan

profil obyek secara sederhana. Ketiga, proses pemayaran (full scanning) obyek uji

untuk memperoleh sinogram dan citra obyek setelah direkonstruksi.

1). Penentuan Nilai Koefisien Atenuasi Linear Obyek

Obyek yang akan diuji berbentuk step width, seperti yang ditunjukkan

dalam Gambar 3.5. Pengambilan data intensitas radiasi sebagai fungsi ketebalan

bahan dilakukan dengan bantuan program Translation Profiler seperti yang

ditampilkan pada Gambar 3.6. Obyek di atas meja pemayar bergerak secara

translasi, yang tegaklurus terhadap sumber radiasi dan detektor. Data yang

diperoleh berbentuk matriks baris × kolom berukuran 2 × 101, yang menyatakan


43

jumlah data proyeksi yaitu 2 dan jumlah ray-sum pada setiap data proyeksi

sebanyak 101. Data disimpan dalam memori notebook dengan filename

berekstensi *.lin.
5mm

5mm

30 mm

Gambar 3.5 Obyek bentuk step width

Parameter masukan dan parameter pemayaran untuk program Translation Profiler

ditunjukkan dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Parameter masukan dan parameter pemayaran


program Translation Profiler
Parameter Masukan Spesifikasi
Resolusi High
Diameter obyek 30 mm
Waktu paparan tiap ray-sum 1000 msec
Energi window 500 mV
Kanal energi 36
Parameter Pemayaran Spesifikasi
Jumlah ray-sum per proyeksi 101
Jumlah proyeksi 2
Interval waktu 100 sec
Langkah translasi 0,30 mm
Langkah rotasi 180 deg
VLL 0 mV
VUL 450 mV
44

Gambar 3.6 Tampilan Program Translation Profiler

2). Penentuan Profil Obyek

Obyek yang diuji berbentuk silinder dengan diameter 5 mm. Kelima obyek

ditempatkan dalam tabung flexyglass, dengan sumber radiasi berada ditengah

tabung. Tabung diletakkan di atas meja pemayar dan hanya bergerak secara rotasi

di muka detektor. Pengambilan data intensitas radiasi sebagai fungsi posisi piksel

dilakukan dengan bantuan program Rotation Profiler dimana tampilannya sama

seperti yang ditampilkan pada Gambar 3.6. Data yang diperoleh berbentuk

matriks baris × kolom. Data disimpan dalam memori notebook dengan filename

berekstensi *.lin. Parameter masukan sama seperti yang ditunjukkan pada Tabel

3.3, sedangkan parameter pemayaran ditunjukkan pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Parameter pemayaran program Rotation Profiler


Parameter Pemayaran Spesifikasi
Jumlah ray-sum per proyeksi 400
Jumlah proyeksi 2
Interval waktu 100 sec
Langkah translasi 0,07 mm
Langkah rotasi 0,90 deg
45

3). Proses Pemayaran Obyek (Full CT Scanner)

Obyek yang diuji berupa silinder dan ditempatkan dalam tabung flexy

glass, dengan sumber radiasi berada diluar tabung. Jarak obyek dengan sumber

radiasi dan detektor dibuat sedekat mungkin untuk mengurangi efek hamburan

radiasi. Pengambilan data proyeksi dilakukan dengan program Full CT Scanner

seperti yang ditampilkan pada Gambar 3.7.

Gambar 3.7 Tampilan Program Full CT Scanner

Parameter masukan sama seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.3, sedangkan

parameter pemayaran pada proses pemayaran obyek dengan program Full CT

Scanner ditunjukkan dalam Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Parameter pemayaran program Full CT Scanner


Parameter Pemayaran Spesifikasi
Jumlah ray-sum per proyeksi 127
Jumlah proyeksi 400
Interval waktu 1000 msec
Langkah translasi 0,02 mm
Langkah rotasi 0,90 deg
46

Dari hasil pemayaran akan diperoleh data yang berupa matriks baris ×

kolom. Jumlah baris bersesuaian dengan langkah rotasi dan menyatakan jumlah

data proyeksi yang diperoleh. Jumlah kolom bersesuaian dengan langkah translasi

dan menyatakan jumlah ray-sum pada setiap data proyeksi. Dalam penelitian,

diperoleh data dengan matriks 400 × 127 karena menggunakan resolusi High.

Waktu pencacahan yaitu setiap satu detik, sehingga untuk menghasilkan ray-sum

sebanyak 127 dan proyeksi sebanyak 400 dibutuhkan waktu 35,3 jam.

Data disimpan dalam memori notebook dengan filename berekstensi *.att.

Sinogram hasil pemayaran selanjutnya akan diolah dan direkonstruksi untuk

mendapatkan citra obyek.

3.4. Proses Rekonstruksi

Proses rekonstruksi dilakukan dengan bantuan software CT Imager seperti

yang ditampilkan pada Gambar 3.8.

Gambar 3.8 Tampilan program CT Imager


47

Prinsip kerja proses ini yaitu data proyeksi dikonvolusi dengan filter yang bisa

dipilih dalam program yang tersedia. Proyeksi hasil konvolusi ini selanjutnya

diproyeksibalikkan ke ruang citra (ruang kartesian) sehingga diperoleh citra

obyek.

3.5. Metode Analisis

3.5.1. Penentuan Koefisien Atenuasi Linear Bahan

Koefisien atenuasi bahan dihitung berdasarkan data intensitas radiasi

sebagai fungsi ketebalan bahan dari sampel berbentuk step width. Jika I0 diketahui

maka I dapat dihitung untuk beberapa tingkat ketebalan bahan (x).

Dari Hukum Lambert: I = I 0 exp(− μx )

I0
Dapat diturunkan bentuk persamaan baru: ln = μx
I

Dari persamaan di atas terlihat bahwa nilai koefisien atenuasi linear (μ)

merupakan gradien grafik hubungan antara ln (I 0 I ) versus x. Nilai μ hasil

eksperimen selanjutnya dibandingkan dengan nilai μ hasil simulasi software

XCOM.

3.5.2. Penentuan Profil Obyek

Dari hasil pemayaran akan diperoleh grafik fungsi intensitas versus posisi

piksel yang merupakan profil dari obyek uji. Besarnya serapan radiasi tiap obyek

ditunjukkan oleh cekungan dalam grafik, dimana profilnya berbeda untuk obyek

yang berbeda. Dari hasil uji ini diharapkan sistem TK dapat digunakan untuk
48

mengidentifikasi produk yang hampir sama secara fisik, melalui profil obyek.

Proses pengujian ini bersifat kualitatif, berdasarkan pada perbandingan profil

serapan radiasi antara obyek uji terhadap obyek referensi serta sangat efektif

karena hanya memerlukan waktu yang relatif singkat, yaitu 30 menit untuk

resolusi High.

3.5.3. Analisis Citra Rekonstruksi

Data proyeksi hasil pemayaran yang berbentuk matriks diolah

menggunakan program CT Imager1.0. Dalam penelitian ini dipilih filter

Hamming karena memberikan hasil citra rekonstruksi yang paling bagus

dibanding filter yang lain. Filter Hamming ini cocok untuk merekonstruksi obyek

dengan sebaran kerapatan yang relatif homogen dan perbedaan kontras yang

rendah. Dari proses ini akan diperoleh citra obyek.

Analisis citra hasil rekonstruksi meliputi analisis sinogram, profil

sinogram serta citra hasil rekonstruksi.

a). Sinogram. Sinogram yang diperoleh dari hasil pemayaran dengan

menggunakan sumber radiasi aktivitas tinggi dan aktivitas rendah dianalisa

secara visual untuk diperbandingkan kontrasnya.

b). Profil Sinogram. Analisis profil sinogram dilakukan dengan membandingkan

grafik profil proyeksi, yaitu dengan mencuplik data proyeksi pada baris

tertentu. Dalam grafik akan tampak profil ray-sum untuk sumber radiasi

aktivitas tinggi dan aktivitas rendah.


49

c). Citra Hasil rekonstruksi. Citra yang dihasilkan dari proses rekonstruksi

selanjutnya dianalisis secara visual berdasarkan bentuk dan kontras atau

ketajaman citranya. Analisis bentuk obyek dilakukan dengan peninjauan

secara kualitatif. Citra hasil rekonstruksi yang ditampilkan dalam program CT

Imager diperbandingkan dengan bentuk tampang lintang obyek aslinya.

3.6. Rangkuman

Pada bab ini telah dijabarkan tentang bahan dan peralatan eksperimen

beserta spesifikasinya, cara kerja peralatan, tehnik pengambilan data dan metode

analisis hasil eksperimen. Pada bab selanjutnya akan disajikan tentang data hasil

eksperimen serta pembahasannya.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Spektrum Energi Isotop I131

Spektrum energi I131 hasil spektroskopi ditunjukkan dalam Gambar 4.1.

Grafik spektrum energi menunjukkan hubungan antara jumlah cacah versus

nomor kanal. Dari hasil spektroskopi dengan lebar window 80 mV diperoleh

puncak spektrum tertinggi berada pada kanal 36, dengan jumlah cacah 196.

Menurut teori, isotop I131 mempunyai 3 puncak energi yaitu pada 364 KeV, 637

KeV dan 722 KeV (Lihat Tabel 3.1). Sehingga dapat disimpulkan bahwa puncak

spektrum pada kanal 36 bersesuaian dengan energi 364 KeV. Sedangkan energi

637 KeV dan 722 KeV secara berturut-turut berada pada kanal 58 dan 60 dengan

intensitas yang lebih rendah.

Gambar 4.1 Hasil spektroskopi I131

Pada proses pemayaran selanjutnya dipilih kanal 36 (energi 364 KeV)

yang mempunyai intensitas paling tinggi diantara energi yang dihasilkan. Energi

50
51

ini sekaligus cukup rendah sehingga diharapkan dapat berinteraksi dengan logam

kuningan.

Grafik Counting Profiler pada Gambar 4.1 menunjukkan tingkat

kestabilan dari sistem pencacah radiasi. Dengan membuka lebar window sebesar

500 mV diperoleh nilai cacah sekitar 800.

4.2. Koefisien Atenuasi Linear Obyek

Dari data hasil pemayaran dengan program Translation Profiler diperoleh

data berbentuk matriks dan grafik hubungan antara jumlah cacah versus posisi

piksel. Dari eksperimen diperoleh dua proyeksi, dengan jumlah 101 ray-sum per

proyeksi. Setiap raysum dicuplik dengan jarak 0,3 mm/piksel. Grafik hasil

pemayaran untuk lima obyek ditunjukkan dalam Gambar 4.2. Berdasarkan

persamaan Lambert, nilai koefisien atenuasi linear merupakan gradien dari grafik

fungsi ln(I0/I) versus tebal bahan (x). Oleh karena itu, grafik pada Gambar 4.2

dikonversi dulu menjadi grafik fungsi ln(I0/I) versus tebal bahan (x).

Grafik hubungan antara ln(I0/I) terhadap tebal bahan (x) untuk lima obyek

ditampilkan pada Gambar 4.3. Berdasarkan tampilan grafik terlihat bahwa K3

mempunyai nilai ray-sum [ln(I0/I)] yang lebih besar dibanding obyek yang lain.

Sedangkan untuk empat obyek lainnya mempunyai nilai ray-sum yang hampir

sama.
52

325 325
300 300
275 275
ju m la h c a c a h

ju m la h c a c a h
250 250
225 225
200 200
175 175
150 150
125 125
-50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50
posisi piksel posisi piksel

(a) (b)

325 325

300 300

275 275
ju m la h c a c a h

ju m la h c a c a h

250 250

225 225
200 200
175 175
150 150
125 125
-50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50
posisi piksel posisi piksel

(c) (d)
325
300
275

250
jumlah cacah

225
200
175

150
125
100
-50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50
posisi piksel

(e)

Gambar 4.2 Grafik smoothing fungsi intensitas versus posisi piksel dari
step width (a) Cu (b) Zn (c) K1 (d) K2 (e) K3
53

1.2

0.8
ln (I0/I)

0.6

0.4 `
0.2

0
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
tebal bahan (x=cm )

Linear (K2) Linear (K3) Linear (K1) Linear (Cu) Linear (Zn)

(a)

Nilai koefisien atenuasi linear


cm-1
0.3

0.25

0.2

0.15

0.1

0.05

0
Cu Zn K1 K2 K3

(b)
Gambar 4.3 (a) Grafik hubungan antara ln (I0/I) versus tebal bahan (x)
(b) Histogram nilai koefisien atenuasi linear

Dari hasil analisis linieritas grafik diperoleh nilai μ untuk kelima obyek

seperti yang disajikan dalam Tabel 4.1. Hasil pengukuran nilai μ menggunakan

step width ini memberikan informasi secara kuantitatif. Logam Cu mempunyai

nilai μ yang lebih tinggi dibandingkan logam Zn. Sedangkan untuk ketiga tipe
54

kuningan yang mempunyai nilai μ paling tinggi adalah K1. Obyek uji K2 dan K3

mempunyai nilai μ yang lebih kecil dari K1. Besarnya nilai μ yang diperoleh

dipengaruhi oleh banyaknya unsur penyusun atau komposisi masing-masing

obyek.

Tabel 4.1 Nilai koefisien atenuasi linear lima obyek step width
Obyek Nilai μ (cm-1)
Cu 0,240
Zn 0,198
K1 0,232
K2 0,214
K3 0,206

Dari tabel di atas tampak bahwa untuk ketiga jenis kuningan ada pola tren

penurunan nilai μ. Kuningan dengan kualitas baik mempunyai nilai μ yang lebih

tinggi daripada kuningan kualitas kurang baik. Besarnya nilai μ ditandai dengan

besarnya serapan radiasi dalam obyek. Nilai μ hasil regresi linear dari grafik

selanjutnya diperbandingkan dengan hasil pemetaan distribusi nilai μ citra serta

nilai μ hasil simulasi menggunakan software XCOM.

4.3. Profil Obyek

Proses pemayaran menggunakan program Rotation Profiler bertujuan

untuk memperoleh profil serapan radiasi obyek dengan pengujian secara

berkelompok. Obyek mengalami pemayaran secara bersama-sama dengan gerakan

rotasi sebesar 3600. Pada eksperimen ini, dilakukan tiga kali pengujian, yaitu
55

menggunakan lima obyek, tiga tipe kuningan dan tiga tipe kuningan + logam Zn.

Posisi obyek dalam tempat sampel pada proses pemayaran ditampilkan dalam

Gambar 4.4.

Zn K3 Zn K3
K3 K1

Cu
Cu K2
udara K2 K1 K2
K1

Sumber radiasi I131


(a) (b) (c)

Gambar 4.4 Posisi obyek dalam tabung (a) lima obyek uji
(b) tiga tipe kuningan (c) tiga tipe kuningan + Zn

i
n
t
e
n
s
i
t
a
s

K3
K2 K1 Cu Zn

Gambar 4.5 Hasil Rot-Profiler 5 obyek

Grafik hasil Rotation Profiler lima obyek ditampilkan pada Gambar 4.5.

Profil serapan radiasi tidak tampak jelas perbedaannya. Kelima obyek mempunyai

intensitas serapan radiasi yang hampir sama. Hal ini karena letak obyek-obyek
56

yang saling berdekatan sehingga efek hamburan radiasi menjadi besar. Argumen

lain yaitu dimungkinkan terjadinya overlapping berkas radiasi yang terdeteksi

oleh sistem pencacah. Oleh karena itu, eksperimen diulangi dengan menggunakan

empat obyek dalam satu tempat sampel. Perlakuan ini bertujuan untuk membuat

jarak antar obyek agak berjauhan untuk mengurangi efek hamburan radiasi.

Hasil pemayaran untuk ketiga tipe kuningan ditampilkan pada Gambar

4.6. Dari grafik profiler tampak bahwa K1 mempunyai serapan radiasi paling

besar. Intensitas awal yang terukur sebesar 870, setelah melewati obyek K1

intensitasnya berkurang menjadi 509. Sedangkan pada K2 dan K3 berturut-turut

intensitasnya menurun menjadi 564 dan 624. Pada tempat obyek yang kosong

(udara) juga menunjukkan adanya serapan radiasi dengan intensitas yang lebih

kecil dibandingkan dengan serapan radiasi ketiga tipe kuningan.

i
n
t
e
n
s
i
t udara
a
s K3

K2
K1

Gambar 4.6 Hasil Rot-Profiler 3 kuningan

Sebagai perbandingan untuk menguji keakuratan hasil eksperimen, maka

pemayaran diulangi dengan menggunakan tiga tipe kuningan + logam Zn. Grafik

hasil pemayaran ditampilkan pada Gambar 4.7. Dari grafik tampak bahwa
57

besarnya serapan radiasi ketiga kuningan hampir sama nilainya dengan hasil yang

diperoleh pada Gambar 4.6, yaitu K1 mempunyai serapan radiasi yang paling

tinggi. Nilai serapan radiasi pada logam Zn adalah paling kecil dibandingkan

serapan radiasi ketiga kuningan. Hasil ini sesuai dengan yang diperoleh pada hasil

analisis grafik pada Tabel 4.1.

i
n
t
e
n
s
i
t
a
s

K2 K1 Zn K3

Gambar 4.7 Hasil Rot-Profiler 3 kuningan + Zn

Dengan demikian, dapat dijustifikasi bahwa program Rotation Profiler

dapat membedakan obyek yang hampir sama yang diuji secara berkelompok

berdasarkan besar serapan radiasi. Aplikasi lebih lanjut yaitu program ini dapat

digunakan untuk inspeksi mutu produk berdasarkan profil serapan radiasi relatif

terhadap obyek standar. Karena proses pengujiannya secara berkelompok, maka

prosesnya relatif cepat dan dapat menghemat biaya.


58

4.4. Rekonstruksi Data Hasil Pemayaran

4.4.1. Analisis Sinogram

Analisis sinogram dilakukan secara kualitatif, yaitu dengan

membandingkan kontras sinogram secara visual. Proses pemayaran obyek

dilakukan sebanyak dua kali, dengan perbedaan aktivitas sumber radiasi I131 yang

digunakan, yaitu masing-masing sebesar 0,75 mCi (aktivitas rendah) dan 2,8 mCi

(aktivitas tinggi). Sinogram hasil pemayaran ditampilkan dalam Gambar 4.8.

(a) (b)
Gambar 4.8 Perbandingan tampilan sinogram lima obyek dan histogram
(a) aktivitas rendah (b) aktivitas tinggi

Dari hasil pengamatan secara visual terlihat adanya perbedaan kontras

dalam derajat keabuan antara penggunaan sumber radiasi dengan aktivitas tinggi

dan aktivitas rendah. Untuk intensitas terukur yang tinggi (serapan radiasi kecil)
59

ditampilkan dengan warna gelap, yang bersesuaian dengan nilai ray-sum yang

besar, sedangkan untuk intensitas terukur yang rendah (serapan radiasi besar)

ditampilkan dengan warna terang, yang sesuai dengan nilai ray-sum yang kecil.

Pada sinogram tampak ada lima lengkung sinusoidal yang bersesuaian

dengan jumlah obyek yang mengalami pemayaran. Setiap lengkung menunjukkan

bahwa obyek mengalami proses pemayaran dalam arah rotasi sebesar 3600.

Kelima lengkung sinusoidal saling tumpang tindih sehingga tampak membentuk

seperti rajutan tali.

Dari kedua sinogram tampak adanya perbedaan kontras sinogram hasil

pemayaran antara penggunaan sumber radiasi aktivitas tinggi dan aktivitas rendah.

Sinogram hasil pemayaran dengan aktivitas tinggi tampak lebih jelas daripada

sinogram hasil pemayaran dengan aktivitas rendah. Hal ini karena pengaruh dari

perbedaan aktivitas sumber radiasi I131 yang digunakan dalam proses pemayaran.

Semakin besar aktivitas sumber radiasi yang digunakan dalam proses pemayaran,

maka cacah fotoelektron yang terdeteksi juga semakin besar. Begitu juga

sebaliknya, jika aktivitas sumber radiasi kecil maka intensitas yang dihasilkan

juga kecil. Sehingga intensitas radiasi yang diserap menjadi berbeda, yang

mengakibatkan muncul sebagai kontras sinogram. Perbedaan pada derajat

keabuan terlihat juga pada histogram intensitas radiasi versus derajat keabuan

yang ditampilkan pada Gambar 4.8.


60

4.4.2. Analisis Profil Sinogram

Perbedaan antara penggunaan sumber radiasi dengan aktivitas tinggi dan

aktivitas rendah dapat diamati secara jelas pada perbandingan grafik profil

proyeksi sinogram seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 4.9.

Profil Proyeksi Baris ke-300


1.2

0.8
Ray-sum

0.6

0.4

0.2

0
-63 -53 -43 -33 -23 -13 -3 7 17 27 37 47 57
Pos is i Pik s e l
aktivitas rendah aktivitas tinggi

(a)

Profil Proyeksi baris 250


1.2

0.8
ray-sum

0.6

0.4

0.2

0
-63 -53 -43 -33 -23 -13 -3 7 17 27 37 47 57
pos is i pik s e l
aktivitas rendah aktivitas tinggi

(b)
Gambar 4.9 Perbandingan profil proyeksi sinogram (a) profil proyeksi
baris ke-300 (b) profil proyeksi baris ke-250

Profil proyeksi dibuat dengan pencuplikan data proyeksi ke-300 dan data

proyeksi ke-250 untuk setiap sinogram. Dari grafik perbandingan profil proyeksi

sinogram diatas terlihat bahwa penggunaan aktivitas rendah menghasilkan nilai-


61

nilai ray-sum yang lebih besar dibandingkan nilai-nilai ray-sum pada aktivitas

tinggi. Hal ini tampak pada kedua profil proyeksi sinogram. Sehingga besar

aktivitas sumber radiasi yang digunakan mempengaruhi profil ray-sum pada

sinogram.

Besar aktivitas sumber radiasi juga mempengaruhi fluktuasi cacah foton

terdeteksi. Pada penggunaan aktivitas rendah tampak dalam Gambar 4.9, nilai

fluktuasi statistik cacah foton lebih besar dibandingkan nilai fluktuasi foton pada

aktivitas tinggi. Hal ini terkait dengan jumlah cacah foton awal yang diemisikan

n
sumber radiasi, dimana prosentase rumusan besar fluktuasi adalah × 100%
n

dengan n adalah jumlah cacah foton. Jika nilai n kecil maka prosentase fluktuasi

menjadi besar. Besar fluktuasi ini akan mempengaruhi kualitas citra rekonstruksi

yang dihasilkan. Hal ini juga bersesuaian dengan tampilan sinogram pada

aktivitas tinggi terlihat lebih tajam daripada sinogram pada aktivitas rendah.

4.4.3. Citra Hasil Rekonstruksi

Analisis citra hasil rekonstruksi dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

Analisis secara kualitatif yaitu dengan membandingkan kontras citra berdasarkan

derajat keabuan. Untuk derajat keabuan yang kecil (warna gelap) menyatakan

nilai μ yang kecil sedangkan derajat keabuan yang tinggi (warna terang)

menyatakan nilai μ yang besar. Analisis secara kuantitatif dilakukan dengan

meghitung nilai μ pada setiap piksel dalam citra obyek yang ditampilkan oleh

program CT Imager.
62

Citra hasil rekonstruksi dari hasil proses pemayaran secara berkelompok

untuk kelima obyek dengan aktivitas sumber radiasi yang berbeda ditunjukkan

dalam Gambar 4.10.

K2

K1
K3

Cu
Zn

(a) (b)

Gambar 4.10 Perbandingan citra hasil rekonstruksi lima obyek


(a) aktivitas rendah (b) aktivitas tinggi

Dari perbandingan citra yang ditampilkan tampak bahwa citra hasil

pemayaran dengan aktivitas tinggi mempunyai kontras citra yang lebih bagus,

dengan tampang lintang yang hampir sesuai dengan bentuk obyek asli. Pemakaian

aktivitas sumber radiasi yang tinggi juga dapat memetakan udara (lubang di

tengah-tengah tempat obyek) yang ditunjukkan dengan derajat keabuan yang kecil
63

(warna gelap) dengan nilai μ mendekati nol (μ udara menurut pustaka = 0,135 ×

10-3 cm-1).

Berdasarkan pengamatan visual pada Gambar 4.10 (b), tampak bahwa

pada obyek Cu kontras citra terlihat paling tajam dibandingkan obyek yang lain.

Demikian pula pada obyek kuningan, dimana K1 mempunyai kontras citra yang

lebih tajam dibandingkan kontras citra pada K2 dan K3. Kontras citra secara

kuantitatif direpresentasikan dalam distribusi nilai μ pada tampang lintang citra

hasil rekonstruksi.

(a)

(b)
Gambar 4.11 Profil citra obyek (a) Cu (b) K1
64

Untuk pemakaian sumber radiasi dengan aktivitas rendah, citra yang

dihasilkan kurang jelas dan cenderung kabur. Tampang lintang obyek yang

dihasilkan juga tidak sesuai dengan bentuk obyek yang asli. Hal ini berkaitan

dengan fluktuasi cacah foton yang besar pada penggunaan aktivitas rendah, seperti

tampak pada profil proyeksi sinogram pada Gambar 4.9. Sehingga dapat

dikatakan bahwa pemakaian isotop I131 dengan aktivitas rendah tidak mampu

digunakan untuk memetakan kerapatan cor logam dengan baik.

Contoh profil citra obyek hasil rekonstruksi ditunjukkan dalam Gambar

4.11. Dengan mencuplik proyeksi pada baris tertentu, diperoleh profil dari

tampang lintang obyek. Pada Gambar 4.11 (a) tampak garis melewati pusat obyek

Cu dan tepi obyek Zn, sehingga dalam profil citra tampak 2 buah puncak. Puncak

yang tinggi merupakan representasi dari profil Cu dan puncak rendah merupakan

representasi dari profil Zn. Sehingga dapat dikatakan bahwa distribusi nilai μ

terkonsentrasi di pusat obyek. Hal ini juga terlihat pada Gambar 4.11 (b).

Dari hasil perhitungan distribusi nilai μ pada tampang lintang citra,

diperoleh nilai μ rata-rata untuk setiap obyek yang disajikan dalam Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Hasil perhitungan distribusi nilai μ pada tampang


lintang citra rekonstruksi
Nilai Koefisien Serapan Linear μ±Δμ ( cm-1)
Obyek Aktivitas tinggi Aktivitas rendah
Cu 2,60 ± 0,04 2,46 ± 0,05
Zn 2,16 ± 0,04 2,02 ± 0,01
K1 2,49 ± 0,05 2,25 ± 0,04
K2 2,37 ± 0,06 2,16 ± 0,04
K3 2,32 ± 0,05 2,09 ± 0,06
65

Dari Tabel 4.2 tampak bahwa nilai μ pada aktivitas tinggi lebih besar

dibandingkan nilai μ pada aktivitas rendah untuk obyek yang sama. Hal ini

berkaitan dengan distribusi nilai-nilai ray-sum pada tampang lintang citra serta

fluktuasi cacah foton. Pada aktivitas rendah, nilai μ tidak terdistribusi secara tepat

sesuai dengan tampang lintang obyek.

Pada tabel di atas terlihat bahwa logam Cu mempunyai nilai μ yang lebih

besar dibandingkan logam Zn. Jika diperhatikan dari tampilan citra pada Gambar

4.6 terlihat citra Cu lebih terang daripada citra Zn. Hal ini berkaitan dengan

kemampuan penyerapan radiasi yang tergantung pada kerapatan suatu unsur.

Berdasarkan pustaka nilai kerapatan (ρ = g/cm3) untuk Cu dan Zn masing-masing

sebesar 8,96 g/cm3 dan 7,14 g/cm3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin

besar nilai kerapatan suatu unsur maka serapan radiasinya akan semakin besar

pula.

Untuk ketiga tipe kuningan juga tampak bahwa K1 mempunyai nilai μ

yang lebih besar dibandingkan K2 dan K3. Perbedaan nilai μ antara obyek

referensi (K1) dan obyek uji (K2 dan K3) dikarenakan komposisi unsur penyusun

masing-masing obyek berbeda, sehingga kerapatannya juga berbeda. Berdasarkan

perhitungan matematis, besar kerapatan untuk obyek K1 dengan komposisi Cu:Zn

= 65%:35% adalah 8,323 g/cm3. Sedangkan untuk K2 dengan komposisi

Cu:Zn:Al:Sn = 65%:30%:4%:1% mempunyai nilai kerapatan sebesar 8,147 g/cm3.

Nilai kerapatan untuk K3 tidak dapat dihitung karena komposisi unsur penyusun

untuk K3 tidak diketahui. Sebagai informasi, jenis unsur penyusun K3 lebih

banyak dari K2, dimana terdapat unsur tambahan seperti Fe, Mn dan Pb.
66

Tren penurunan nilai μ untuk ketiga kuningan ini sesuai dengan hasil

perhitungan nilai μ menggunakan step width yang disajikan pada Tabel 4.1. Nilai-

nilai μ ini selanjutnya diperbandingkan dengan nilai μ hasil simulasi dengan

program XCOM yang ditunjukkan dalam Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Nilai μ hasil simulasi XCOM pada energi 364,5 KeV
Obyek Nilai μm (cm2/g) Nilai μ (cm-1)
Cu 9,8610 × 10-2 0,883
Zn 10,0585 × 10-2 0,718
K1 9,9145 × 10-2 0,825
K2 9,9320 × 10-2 0,809
K3 - -

Perbandingan nilai koefisien serapan linear


3
2.5
2 step w idth

1.5 XCOM

1 aktivitas rendah

0.5 aktivitas tinggi

0
Cu Zn K1 K2 K3

Gambar 4.12. Histogram perbandingan nilai μ kelima obyek dengan


pengujian yang berbeda

Hasil simulasi XCOM juga menunjukkan bahwa Cu mempunyai nilai μ

yang lebih tinggi dibandingkan obyek yang lain. Demikian pula K1 mempunyai

nilai μ yang lebih tinggi dibandingkan dengan K2. Nilai μ untuk K3 tidak dapat
67

dieksekusi dengan program XCOM karena komposisi unsur penyusun K3 tidak

diketahui.

Perbandingan nilai μ berdasarkan perhitungan yang berbeda untuk kelima

obyek ditunjukkan dalam Gambar 4.12. Dari Tabel 4.3 dan histogram pada

Gambar 4.12 terlihat pola tren penurunan nilai μ pada K1, K2 dan K3. Demikian

pula untuk nilai μ pada obyek Cu lebih tinggi dibandingkan nilai μ pada Zn. Dari

hasil perbandingan tersebut dapat dijustifikasi bahwa tren nilai μ yang diperoleh

dari hasil eksperimen sesuai dengan referensi. Namun, seperti ditegaskan pada

batasan masalah, bahwa perbandingan nilai μ hasil penelitian ini bersifat

kuantitatif mutlak.

4.5. Pembahasan

Dari keseluruhan proses perbandingan yang telah dilakukan dalam

penelitian ini, telah menunjukkan bahwa sistem TK dapat digunakan untuk

mengidentifikasi campuran logam yang mempunyai perbedaan nilai μ yang relatif

kecil. Perbedaan nilai μ ini terlihat pada hasil analisis linieritas ln(I0/I) versus

tebal bahan (x), profil obyek dan hasil pemetaan distribusi nilai μ pada tampang

lintang citra obyek. Kemampuan identifikasi sistem TK didasarkan pada

perbedaan nilai besaran fisis μ antara obyek referensi dan obyek uji, yang mana

secara visual obyek-obyek tersebut mempunyai penampakan fisik yang hampir

sama.

Pada tampilan sinogram dan citra rekonstruksi, tampak bahwa penggunaan

isotop I131 dengan aktivitas rendah menghasilkan kontras sinogram dan kontras
68

citra yang belum jelas. Begitu pula tampak pada tampilan profil sinogramnya,

fluktuasi nilai-nilai raysum masih tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa

pemakaian isotop I131 dengan aktivitas rendah belum dapat memetakan campuran

logam kuningan dengan baik. Untuk mendapatkan hasil yang bagus dalam

pengujian campuran logam kuningan, sebaiknya menggunakan isotop I131 dengan

aktivitas tinggi, yaitu sekitar 2,8 mCi untuk obyek berdiameter ± 5mm. Karena

berdasarkan hasil penelitian, pemakaian aktivitas 2,8 mCi pada ketebalan bahan

±5mm telah memberikan kontras sinogram dan kontras citra yang terang serta

tampang lintang citra rekonstruksi sesuai dengan bentuk obyek aslinya.

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa isotop I131 dengan tenaga 364 KeV dapat digunakan untuk

menginspeksi logam kuningan. Namun, untuk mendapatkan kualitas citra yang

lebih optimal masih diperlukan perbaikan pada sistem akuisisi data, terutama pada

sumber radiasi yang tidak berupa berkas pensil juga pada kolimator detektor yang

berdiameter 5 mm. Karena dengan kondisi ini kemungkinan terjadinya hamburan

radiasi masih besar.

4.6. Rangkuman

Pada bab ini telah dibahas mengenai analisis terhadap data penelitian yang

meliputi koefisien pelemahan linear obyek uji, profil obyek, sinogram, profil

sinogram serta analisis terhadap citra hasil rekonstruksi. Hasil analisa data dan

pembahasan ini selanjutnya akan digunakan sebagai bahan rumusan kesimpulan

yang akan disajikan pada bab berikutnya.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian beserta pembahasan yang telah dijabarkan

pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Rancang-bangun perangkat pengujian kualitas campuran logam kuningan

dapat dilakukan dengan memanfaatkan sistem TK generasi I yang

menggunakan sumber isotop I131 (Eγ=364 KeV). Proses pengujian dapat

dilakukan tanpa melakukan preparasi kimia terhadap sampel, dan dapat

dilakukan secara berkelompok sehingga proses pengujian dapat hemat waktu

dan, mungkin, hemat biaya pengujian.

2. Nilai koefisien atenuasi μ, sampel kuningan yang diperoleh berdasarkan hasil

analisis linieritas grafik fungsi ln(I0/I) versus tebal bahan (x), menunjukkan

bahwa kuningan kualitas baik cenderung mempunyai nilai μ yang lebih besar

dibandingkan kuningan kualitas kurang baik.

3. Hasil kajian terhadap profil serapan radiasi menunjukkan bahwa kuningan

kualitas baik mempunyai serapan radiasi yang lebih besar dibandingkan

kuningan kualitas kurang baik.

4. Hasil pemetaan distribusi nilai μ pada tampang lintang citra menggunakan

teknik TK menunjukkan bahwa kuningan kualitas baik juga cenderung

mempunyai nilai μ yang lebih besar dibandingkan kuningan kualitas kurang

baik.

69
70

5. Kecenderungan hasil yang diperoleh baik dengan cara analisis linieritas grafik

ln(Io/It) versus x, profil serapan obyek, dan pencitraan tomografi komputer

memiliki kesepadanan dengan hasil simulasi XCOM.

6. Pengaruh besarnya aktivitas isotop I131 dapat diamati berdasarkan analisis

sinogram, profil sinogram dan citra hasil rekonstruksi. Penggunaan isotop I131

beraktivitas lebih tinggi cenderung menghasilkan kontras sinogram yang lebih

tajam, profil proyeksi dengan fluktuasi yang kecil, dan citra hasil rekonstruksi

yang jelas sesuai dengan tampang lintang obyek aslinya. Sedangkan

penggunaan isotop I131 beraktivitas rendah, menghasilkan kontras sinogram

yang kurang tajam, profil proyeksi dengan fluktuasi besar, dan tampang

lintang citra hasil rekonstruksi yang tidak sesuai dengan obyek aslinya.

7. Dari hasil pengujian terhadap kelima sampel secara kuantitatif diperoleh nilai

μ sebagai berikut:

Obyek Nilai Koefisien Serapan Linear (μ = cm-1)


μ1 μ2 μ3 μ4
Cu 0,240 2,60 2,46 0,883
Zn 0,198 2,16 2,02 0,718
K1 0,232 2,49 2,25 0,825
K2 0,214 2,37 2,16 0,809
K3 0,206 2,32 2,09 -
Keterangan: μ1 = nilai μ hasil analisis grafik
μ2 = hasil distribusi nilai μ pada citra dengan aktivitas tinggi
μ3 = hasil distribusi nilai μ pada citra dengan aktivitas rendah
μ 4 = nilai μ hasil eksekusi program simulasi XCOM.
71

5.2. Saran

1. Perlu pengembangan lebih lanjut tentang pemakaian isotop sebagai sumber

radiasi dalam sistem TK, terutama untuk inspeksi mutu beberapa produk

sejenis yang dilakukan secara bersamaan, misalnya untuk keperluan sistem

pemasokan bahan kuningan kepada pengusaha logam kuningan, sehingga

diharapkan hasil penelitian ini dapat diterapkan untuk menginspeksi mutu

bahan produk dalam suatu industri.

2. Ukuran isotop I131 yang digunakan sebagai sumber radiasi dalam sistem TK

perlu dibuat dalam bentuk point source agar dapat menghasilkan berkas pensil

serta dapat mengurangi dampak hamburan radiasi.

3. Dalam pemanfaatan sistem TK untuk inspeksi campuran logam, diperlukan

isotop I131 dengan aktivitas tinggi agar lubang kolimator dapat diperkecil dan

waktu akuisisi data dapat lebih dipersingkat.

4. Perlu dikembangkan software khusus yang dirancang untuk menginspeksi

produk dengan waktu pemayaran yang lebih singkat.


DAFTAR PUSTAKA

Aalco, 2005a, “Brass CZ108/CW508L”, www.aalco.co.uk/technical/datasheets/


aalco_datasheet_Br_alloy_ CZ108.pdf, tanggal akses 1 September 2005.

Aalco, 2005b, “High Tensile Brass CZ114/CW721R”, www.aalco.co.uk/


technical/datasheets/aalco_datasheet_Br_alloy_CZ114.pdf, tanggal
akses 1 September 2005.

Aalco, 2005c, “Brass CZ121&CZ121M”, www.aalco.co.uk/technical/datasheets/


aalco_datasheet_Br_alloy_CZ121.pdf , tanggal akses 1 September 2005.

Aalco, 2005d, “Brass CZ130/CW624N”, www.aalco.co.uk/technical/datasheets/


aalco_ datasheet_Br_alloy_CZ130.pdf, tanggal akses 1 September 2005.

Aalco, 2005e, “Brass CZ131/CW606N”, www.aalco.co.uk/technical/datasheets/


aalco_datasheet_Br_alloy_CZ131.pdf, tanggal akses 1 September 2005.

Dewi, T., 2005, “Ketika Logam Mudah Keropos”, Majalah Tempo, 28 Maret,
Hal: 90 – 91.

Dhani, A., 1995 “Tomografi Dengan CT Scanner dan NMR Imaging”, Jurnal
Jurusan Fisika, No.18, Hal: 26 – 41.

Evans, R. D., 1955, The Atomic Nucleus, Mc Graw Hill, New York.

Herman, G. T., 1980, Image Reconstruction From Projections: The Fundamentals


of Computerized Tomography, Academic Press, New York.

Kak, A. C., dan Slaney, M., 1988, “Principle of Computerized Tomographic


Imaging”, IEEE Press, The Institute of Electrical and Electronics
Engineers, New York, USA.

Knoll, G. F., 1983, “Single Photon Emission Computed Tomography”,


Proceedings of The IEEE Vol.71 No. 3, March, pp. 320-329.

Kouris, K., Spyrou, N. M., dan Jackson, D. F., 1982, Imaging With Ionizing
Radiations, Surrey University Press Guilford, United Kingdom.

Kusminarto, Agung B. S. U., dan G. B. Suparta, 1991, “Sistem Tomografi


Komputer Sebagai Alat Uji Tak Merusak Untuk Menentukan Distribusi
Koefisien Serapan dalam Sampel”, Laporan Lembaga Penelitian, UGM,
Yogyakarta.

72
73

Matweb, 2005, “How Alloying Elements Affect The Properties of Copper”,


http://www.matweb.com/reference/cuspes1.asp, tanggal akses 1 Agustus
2005.

Morgan, C. L., 1983, Basic Principles of Computed Tomography, University Park


Press, Baltimore.

Nugroho, B. S., 2005, “Identifikasi Penyimpangan Karakteristik Serapan Gamma


Pada Oli Pelumas Dengan Tomografi Komputer” Skripsi S-1, UGM,
Yogyakarta.

Pemerintah Propinsi Jawa Tengah, 2005, “Cor Logam”, http://www.jawatengah.


go.id /loader.php?SUB=unggulan&DATA=cor_logam, tanggal akses:
10 September 2005.

Severinus, D., 1995, “Tomografi Transmisi Menggunakan Foton Gamma Cs137”,


Tesis S-2, UGM, Yogyakarta.

Suparta, G. B., 1999, “Focusing Computed Tomography Scanner”, Ph.D Thesis,


Monash University, Victoria, Australia.

Susetyo, W., 1988, Spektrometri Gamma dan Penerapannya Dalam Analisis


Pengaktifan Neutron, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Swakarma, I. K., and G. B. Suparta, 2005, “Perangkat Kompak Penganalisa Kanal


Tunggal”, Makalah 3rd Kentingan Physics Forum, Solo, 24 September,
Hal: 44 – 46.

Tsoulfanidis, N., 1983, Measurement and Detection of Radiation, Hemisphere


Publishing Corporation, New York.

Wells, P., Smith, R., dan Suparta, G. B., 1997, “Sampling The Sinogram in
Computed Tomography”, Materials Evaluations (7), Juli, pp. 772 – 776.

Wells, P., J. Davis,., dan Morgan, M., 1994, “Computed Tomography”, Material
Forum 18, pp. 111 – 133.

Yulianti, D., 2002, “Metode Pemetaan Kerapatan Bahan Cair Dengan


Menggunakan Tomografi Komputer”, Tesis-S2, UGM, Yogyakarta.
74

LAMPIRAN I

Nilai Koefisien Atenuasi Massa Hasil Simulasi Software XCOM

Software XCOM adalah free software, tersedia di Laboratorium Grup Riset Fisika Citra,

FMIPA UGM. Hasil eksekusi dari program XCOM untuk obyek Cu, Zn, Kuningan tipe I

dan kuningan tipe II adalah sebagai berikut:

COPPER (CU)
Constituents (Atomic Number:Fraction by Weight)
29:1.00000

Cross Sections and Attenuation Coefficients


(Note that 1 b(arn) = 10**(-24) cm2)

PHOTON SCATTERING PHOTO- PAIR PRODUCTION TOTAL ATTENUATION


ENERGY COHERENT INCOHER. ELECTRIC IN IN WITH WITHOUT
ABSORPTION NUCLEAR ELECTRON COHERENT COHERENT
FIELD FIELD SCATT. SCATT.
(MeV) (b/atom) (b/atom) (b/atom) (b/atom) (b/atom) (cm2/g) (cm2/g)

1.000E-03 5.333E+02 6.241E-01 1.115E+06 0.000E+00 0.000E+00 1.057E+04 1.057E+04


1.047E-03 5.309E+02 6.713E-01 9.842E+05 0.000E+00 0.000E+00 9.333E+03 9.328E+03
1.096E-03 5.285E+02 7.216E-01 8.695E+05 0.000E+00 0.000E+00 8.245E+03 8.240E+03
29 L1 1.096E-03 5.285E+02 7.216E-01 9.856E+05 0.000E+00 0.000E+00 9.345E+03 9.340E+03
1.500E-03 5.071E+02 1.146E+00 4.657E+05 0.000E+00 0.000E+00 4.418E+03 4.413E+03
2.000E-03 4.775E+02 1.679E+00 2.268E+05 0.000E+00 0.000E+00 2.154E+03 2.149E+03
3.000E-03 4.164E+02 2.730E+00 7.860E+04 0.000E+00 0.000E+00 7.488E+02 7.449E+02
4.000E-03 3.587E+02 3.722E+00 3.629E+04 0.000E+00 0.000E+00 3.473E+02 3.439E+02
5.000E-03 3.075E+02 4.633E+00 1.973E+04 0.000E+00 0.000E+00 1.899E+02 1.870E+02
6.000E-03 2.638E+02 5.467E+00 1.193E+04 0.000E+00 0.000E+00 1.156E+02 1.131E+02
8.000E-03 1.975E+02 6.932E+00 5.341E+03 0.000E+00 0.000E+00 5.255E+01 5.068E+01
8.979E-03 1.737E+02 7.557E+00 3.859E+03 0.000E+00 0.000E+00 3.829E+01 3.664E+01

29 K 8.979E-03 1.737E+02 7.557E+00 2.919E+04 0.000E+00 0.000E+00 2.783E+02 2.767E+02


1.000E-02 1.530E+02 8.152E+00 2.263E+04 0.000E+00 0.000E+00 2.160E+02 2.145E+02
1.500E-02 9.283E+01 1.030E+01 7.711E+03 0.000E+00 0.000E+00 7.405E+01 7.317E+01
2.000E-02 6.394E+01 1.159E+01 3.491E+03 0.000E+00 0.000E+00 3.380E+01 3.319E+01
3.000E-02 3.555E+01 1.299E+01 1.103E+03 0.000E+00 0.000E+00 1.091E+01 1.058E+01
4.000E-02 2.241E+01 1.360E+01 4.770E+02 0.000E+00 0.000E+00 4.862E+00 4.649E+00
5.000E-02 1.548E+01 1.383E+01 2.464E+02 0.000E+00 0.000E+00 2.613E+00 2.466E+00
6.000E-02 1.139E+01 1.386E+01 1.428E+02 0.000E+00 0.000E+00 1.593E+00 1.485E+00
8.000E-02 6.959E+00 1.366E+01 5.989E+01 0.000E+00 0.000E+00 7.630E-01 6.970E-01
1.000E-01 4.691E+00 1.332E+01 3.037E+01 0.000E+00 0.000E+00 4.585E-01 4.140E-01
1.500E-01 2.228E+00 1.236E+01 8.806E+00 0.000E+00 0.000E+00 2.217E-01 2.006E-01
2.000E-01 1.294E+00 1.148E+01 3.680E+00 0.000E+00 0.000E+00 1.559E-01 1.437E-01
3.000E-01 5.931E-01 1.011E+01 1.109E+00 0.000E+00 0.000E+00 1.119E-01 1.063E-01
4.000E-01 3.384E-01 9.102E+00 4.921E-01 0.000E+00 0.000E+00 9.413E-02 9.092E-02
5.000E-01 2.182E-01 8.335E+00 2.710E-01 0.000E+00 0.000E+00 8.363E-02 8.156E-02
6.000E-01 1.522E-01 7.723E+00 1.710E-01 0.000E+00 0.000E+00 7.625E-02 7.481E-02
8.000E-01 8.602E-02 6.797E+00 8.721E-02 0.000E+00 0.000E+00 6.606E-02 6.524E-02
1.000E+00 5.517E-02 6.117E+00 5.427E-02 0.000E+00 0.000E+00 5.901E-02 5.848E-02
1.022E+00 5.283E-02 6.052E+00 5.155E-02 0.000E+00 0.000E+00 5.834E-02 5.784E-02
1.250E+00 3.536E-02 5.473E+00 3.485E-02 8.463E-03 0.000E+00 5.261E-02 5.228E-02
1.500E+00 2.458E-02 4.976E+00 2.511E-02 4.246E-02 0.000E+00 4.803E-02 4.780E-02
2.000E+00 1.384E-02 4.248E+00 1.545E-02 1.594E-01 0.000E+00 4.205E-02 4.191E-02
2.044E+00 1.325E-02 4.196E+00 1.492E-02 1.713E-01 0.000E+00 4.166E-02 4.153E-02
3.000E+00 6.152E-03 3.343E+00 8.359E-03 4.388E-01 1.170E-03 3.599E-02 3.593E-02
4.000E+00 3.461E-03 2.789E+00 5.618E-03 6.983E-01 4.776E-03 3.318E-02 3.315E-02
5.000E+00 2.216E-03 2.409E+00 4.198E-03 9.272E-01 9.512E-03 3.177E-02 3.175E-02
6.000E+00 1.539E-03 2.129E+00 3.340E-03 1.131E+00 1.460E-02 3.108E-02 3.106E-02
7.000E+00 1.130E-03 1.914E+00 2.767E-03 1.312E+00 1.968E-02 3.080E-02 3.078E-02
8.000E+00 8.655E-04 1.742E+00 2.360E-03 1.474E+00 2.460E-02 3.074E-02 3.073E-02
9.000E+00 6.839E-04 1.601E+00 2.055E-03 1.621E+00 2.931E-02 3.084E-02 3.083E-02
75

SENG (ZN)
Constituents (Atomic Number:Fraction by Weight)
30:1.00000

Cross Sections and Attenuation Coefficients


(Note that 1 b(arn) = 10**(-24) cm2)
PHOTON SCATTERING PHOTO- PAIR PRODUCTION TOTAL ATTENUATION
ENERGY COHERENT INCOHER. ELECTRIC IN IN WITH WITHOUT
ABSORPTION NUCLEAR ELECTRON COHERENT COHERENT
FIELD FIELD SCATT. SCATT.
(MeV) (b/atom) (b/atom) (b/atom) (b/atom) (b/atom) (cm2/g) (cm2/g)

1.000E-03 5.694E+02 7.145E-01 1.681E+05 0.000E+00 0.000E+00 1.553E+03 1.548E+03


1.010E-03 5.688E+02 7.256E-01 1.643E+05 0.000E+00 0.000E+00 1.518E+03 1.513E+03
1.020E-03 5.683E+02 7.369E-01 1.606E+05 0.000E+00 0.000E+00 1.484E+03 1.479E+03

30 L3 1.020E-03 5.683E+02 7.369E-01 3.823E+05 0.000E+00 0.000E+00 3.526E+03 3.521E+03


1.031E-03 5.677E+02 7.500E-01 5.191E+05 0.000E+00 0.000E+00 4.786E+03 4.781E+03
1.043E-03 5.671E+02 7.633E-01 7.045E+05 0.000E+00 0.000E+00 6.493E+03 6.488E+03

30 L2 1.043E-03 5.671E+02 7.633E-01 8.940E+05 0.000E+00 0.000E+00 8.239E+03 8.233E+03


1.116E-03 5.630E+02 8.471E-01 8.456E+05 0.000E+00 0.000E+00 7.793E+03 7.788E+03
1.194E-03 5.584E+02 9.376E-01 8.000E+05 0.000E+00 0.000E+00 7.373E+03 7.368E+03
30 L1 1.194E-03 5.584E+02 9.376E-01 9.111E+05 0.000E+00 0.000E+00 8.396E+03 8.391E+03
1.500E-03 5.402E+02 1.294E+00 5.233E+05 0.000E+00 0.000E+00 4.824E+03 4.819E+03
2.000E-03 5.078E+02 1.846E+00 2.573E+05 0.000E+00 0.000E+00 2.374E+03 2.370E+03
3.000E-03 4.435E+02 2.864E+00 8.980E+04 0.000E+00 0.000E+00 8.311E+02 8.270E+02
4.000E-03 3.842E+02 3.825E+00 4.159E+04 0.000E+00 0.000E+00 3.866E+02 3.831E+02
5.000E-03 3.316E+02 4.728E+00 2.266E+04 0.000E+00 0.000E+00 2.118E+02 2.087E+02
6.000E-03 2.861E+02 5.562E+00 1.372E+04 0.000E+00 0.000E+00 1.290E+02 1.264E+02
8.000E-03 2.158E+02 7.032E+00 6.155E+03 0.000E+00 0.000E+00 5.874E+01 5.675E+01
9.659E-03 1.743E+02 8.074E+00 3.624E+03 0.000E+00 0.000E+00 3.506E+01 3.345E+01

30 K 9.659E-03 1.743E+02 8.074E+00 2.735E+04 0.000E+00 0.000E+00 2.536E+02 2.520E+02


1.000E-02 1.674E+02 8.268E+00 2.513E+04 0.000E+00 0.000E+00 2.331E+02 2.315E+02
1.500E-02 1.013E+02 1.049E+01 8.702E+03 0.000E+00 0.000E+00 8.117E+01 8.024E+01
2.000E-02 6.963E+01 1.185E+01 3.957E+03 0.000E+00 0.000E+00 3.719E+01 3.655E+01
3.000E-02 3.886E+01 1.333E+01 1.258E+03 0.000E+00 0.000E+00 1.207E+01 1.171E+01
4.000E-02 2.453E+01 1.399E+01 5.461E+02 0.000E+00 0.000E+00 5.384E+00 5.158E+00
5.000E-02 1.693E+01 1.424E+01 2.829E+02 0.000E+00 0.000E+00 2.892E+00 2.737E+00
6.000E-02 1.246E+01 1.428E+01 1.644E+02 0.000E+00 0.000E+00 1.760E+00 1.646E+00
8.000E-02 7.608E+00 1.409E+01 6.913E+01 0.000E+00 0.000E+00 8.365E-01 7.664E-01
1.000E-01 5.133E+00 1.374E+01 3.513E+01 0.000E+00 0.000E+00 4.973E-01 4.501E-01
1.500E-01 2.441E+00 1.276E+01 1.022E+01 0.000E+00 0.000E+00 2.341E-01 2.116E-01
2.000E-01 1.418E+00 1.186E+01 4.283E+00 0.000E+00 0.000E+00 1.617E-01 1.487E-01
3.000E-01 6.507E-01 1.045E+01 1.294E+00 0.000E+00 0.000E+00 1.141E-01 1.082E-01
4.000E-01 3.715E-01 9.411E+00 5.753E-01 0.000E+00 0.000E+00 9.539E-02 9.197E-02
5.000E-01 2.396E-01 8.619E+00 3.171E-01 0.000E+00 0.000E+00 8.450E-02 8.230E-02
6.000E-01 1.672E-01 7.988E+00 2.001E-01 0.000E+00 0.000E+00 7.695E-02 7.541E-02
8.000E-01 9.447E-02 7.031E+00 1.022E-01 0.000E+00 0.000E+00 6.656E-02 6.569E-02
1.000E+00 6.060E-02 6.327E+00 6.358E-02 0.000E+00 0.000E+00 5.941E-02 5.885E-02
1.022E+00 5.803E-02 6.260E+00 6.040E-02 0.000E+00 0.000E+00 5.874E-02 5.821E-02
1.250E+00 3.885E-02 5.661E+00 4.083E-02 9.179E-03 0.000E+00 5.295E-02 5.260E-02
1.500E+00 2.700E-02 5.147E+00 2.940E-02 4.586E-02 0.000E+00 4.834E-02 4.809E-02
2.000E+00 1.520E-02 4.394E+00 1.808E-02 1.714E-01 0.000E+00 4.235E-02 4.221E-02
2.044E+00 1.455E-02 4.340E+00 1.746E-02 1.842E-01 0.000E+00 4.196E-02 4.183E-02
3.000E+00 6.759E-03 3.458E+00 9.773E-03 4.706E-01 1.210E-03 3.634E-02 3.628E-02
4.000E+00 3.803E-03 2.885E+00 6.563E-03 7.480E-01 4.940E-03 3.360E-02 3.356E-02
5.000E+00 2.434E-03 2.492E+00 4.902E-03 9.925E-01 9.839E-03 3.225E-02 3.223E-02
6.000E+00 1.690E-03 2.202E+00 3.898E-03 1.209E+00 1.511E-02 3.160E-02 3.159E-02
7.000E+00 1.242E-03 1.980E+00 3.229E-03 1.402E+00 2.035E-02 3.138E-02 3.136E-02
8.000E+00 9.509E-04 1.802E+00 2.753E-03 1.576E+00 2.544E-02 3.138E-02 3.137E-02
9.000E+00 7.514E-04 1.656E+00 2.397E-03 1.733E+00 3.032E-02 3.152E-02 3.151E-02
1.000E+01 6.086E-04 1.535E+00 2.122E-03 1.875E+00 3.495E-02 3.175E-02 3.175E-02
1.100E+01 5.030E-04 1.431E+00 1.903E-03 2.004E+00 3.934E-02 3.202E-02 3.201E-02
1.200E+01 4.227E-04 1.342E+00 1.724E-03 2.123E+00 4.348E-02 3.233E-02 3.233E-02
1.300E+01 3.601E-04 1.265E+00 1.576E-03 2.232E+00 4.739E-02 3.266E-02 3.266E-02
1.400E+01 3.105E-04 1.196E+00 1.451E-03 2.334E+00 5.112E-02 3.300E-02 3.299E-02
1.500E+01 2.705E-04 1.136E+00 1.345E-03 2.429E+00 5.465E-02 3.335E-02 3.335E-02
1.600E+01 2.377E-04 1.082E+00 1.252E-03 2.518E+00 5.801E-02 3.370E-02 3.370E-02
1.800E+01 1.879E-04 9.886E-01 1.101E-03 2.682E+00 6.424E-02 3.441E-02 3.441E-02
2.000E+01 1.522E-04 9.117E-01 9.825E-04 2.828E+00 6.992E-02 3.510E-02 3.509E-02
2.200E+01 1.258E-04 8.468E-01 8.868E-04 2.960E+00 7.513E-02 3.576E-02 3.576E-02
2.400E+01 1.057E-04 7.913E-01 8.080E-04 3.079E+00 7.993E-02 3.639E-02 3.639E-02
2.600E+01 9.003E-05 7.430E-01 7.421E-04 3.189E+00 8.436E-02 3.700E-02 3.700E-02
2.800E+01 7.763E-05 7.009E-01 6.861E-04 3.289E+00 8.849E-02 3.757E-02 3.757E-02
76

KUNINGAN TIPE I
Constituents (Atomic Number:Fraction by Weight)
29:0.65000 30:0.35000

Partial Interaction Coefficients and Total Attenuation Coefficients

PHOTON SCATTERING PHOTO- PAIR PRODUCTION TOTAL ATTENUATION


ENERGY COHERENT INCOHER. ELECTRIC IN IN WITH WITHOUT
ABSORPTION NUCLEAR ELECTRON COHERENT COHERENT
FIELD FIELD SCATT. SCATT.
(MeV) (cm2/g) (cm2/g) (cm2/g) (cm2/g) (cm2/g) (cm2/g) (cm2/g)

1.000E-03 5.120E+00 6.147E-03 7.410E+03 0.000E+00 0.000E+00 7.415E+03 7.410E+03


1.010E-03 5.116E+00 6.243E-03 7.218E+03 0.000E+00 0.000E+00 7.223E+03 7.218E+03
1.020E-03 5.111E+00 6.341E-03 7.031E+03 0.000E+00 0.000E+00 7.036E+03 7.031E+03
30 L3 1.020E-03 5.111E+00 6.341E-03 7.746E+03 0.000E+00 0.000E+00 7.751E+03 7.746E+03
1.031E-03 5.105E+00 6.454E-03 7.992E+03 0.000E+00 0.000E+00 7.997E+03 7.992E+03
1.043E-03 5.100E+00 6.570E-03 8.400E+03 0.000E+00 0.000E+00 8.405E+03 8.400E+03

30 L2 1.043E-03 5.100E+00 6.570E-03 9.010E+03 0.000E+00 0.000E+00 9.015E+03 9.010E+03


1.069E-03 5.087E+00 6.832E-03 8.552E+03 0.000E+00 0.000E+00 8.557E+03 8.552E+03
1.096E-03 5.074E+00 7.103E-03 8.122E+03 0.000E+00 0.000E+00 8.127E+03 8.122E+03

29 L1 1.096E-03 5.074E+00 7.103E-03 8.837E+03 0.000E+00 0.000E+00 8.842E+03 8.837E+03


1.144E-03 5.050E+00 7.584E-03 8.154E+03 0.000E+00 0.000E+00 8.159E+03 8.154E+03
1.194E-03 5.025E+00 8.090E-03 7.531E+03 0.000E+00 0.000E+00 7.536E+03 7.531E+03
30 L1 1.194E-03 5.025E+00 8.090E-03 7.889E+03 0.000E+00 0.000E+00 7.894E+03 7.889E+03
1.500E-03 4.865E+00 1.123E-02 4.555E+03 0.000E+00 0.000E+00 4.560E+03 4.555E+03
2.000E-03 4.578E+00 1.629E-02 2.226E+03 0.000E+00 0.000E+00 2.231E+03 2.226E+03
3.000E-03 3.995E+00 2.605E-02 7.736E+02 0.000E+00 0.000E+00 7.776E+02 7.737E+02
4.000E-03 3.448E+00 3.526E-02 3.576E+02 0.000E+00 0.000E+00 3.611E+02 3.576E+02
5.000E-03 2.963E+00 4.378E-02 1.946E+02 0.000E+00 0.000E+00 1.976E+02 1.946E+02
6.000E-03 2.547E+00 5.160E-02 1.177E+02 0.000E+00 0.000E+00 1.203E+02 1.178E+02
8.000E-03 1.912E+00 6.537E-02 5.274E+01 0.000E+00 0.000E+00 5.472E+01 5.281E+01
8.979E-03 1.681E+00 7.126E-02 3.811E+01 0.000E+00 0.000E+00 3.987E+01 3.818E+01

29 K 8.979E-03 1.681E+00 7.126E-02 1.941E+02 0.000E+00 0.000E+00 1.959E+02 1.942E+02


9.313E-03 1.612E+00 7.316E-02 1.781E+02 0.000E+00 0.000E+00 1.798E+02 1.781E+02
9.659E-03 1.544E+00 7.506E-02 1.632E+02 0.000E+00 0.000E+00 1.648E+02 1.633E+02

30 K 9.659E-03 1.544E+00 7.506E-02 2.397E+02 0.000E+00 0.000E+00 2.413E+02 2.397E+02


1.000E-02 1.482E+00 7.687E-02 2.204E+02 0.000E+00 0.000E+00 2.220E+02 2.205E+02
1.500E-02 8.984E-01 9.726E-02 7.555E+01 0.000E+00 0.000E+00 7.654E+01 7.565E+01
2.000E-02 6.183E-01 1.096E-01 3.426E+01 0.000E+00 0.000E+00 3.499E+01 3.437E+01
3.000E-02 3.442E-01 1.230E-01 1.085E+01 0.000E+00 0.000E+00 1.132E+01 1.097E+01
4.000E-02 2.171E-01 1.289E-01 4.699E+00 0.000E+00 0.000E+00 5.045E+00 4.827E+00
5.000E-02 1.499E-01 1.311E-01 2.430E+00 0.000E+00 0.000E+00 2.711E+00 2.561E+00
6.000E-02 1.103E-01 1.314E-01 1.410E+00 0.000E+00 0.000E+00 1.651E+00 1.541E+00
8.000E-02 6.739E-02 1.296E-01 5.917E-01 0.000E+00 0.000E+00 7.887E-01 7.213E-01
1.000E-01 4.544E-02 1.263E-01 3.003E-01 0.000E+00 0.000E+00 4.721E-01 4.267E-01
1.500E-01 2.159E-02 1.173E-01 8.719E-02 0.000E+00 0.000E+00 2.260E-01 2.045E-01
2.000E-01 1.254E-02 1.089E-01 3.647E-02 0.000E+00 0.000E+00 1.580E-01 1.454E-01
3.000E-01 5.751E-03 9.596E-02 1.100E-02 0.000E+00 0.000E+00 1.127E-01 1.070E-01
4.000E-01 3.282E-03 8.640E-02 4.886E-03 0.000E+00 0.000E+00 9.457E-02 9.129E-02
5.000E-01 2.116E-03 7.913E-02 2.691E-03 0.000E+00 0.000E+00 8.393E-02 8.182E-02
6.000E-01 1.476E-03 7.332E-02 1.698E-03 0.000E+00 0.000E+00 7.650E-02 7.502E-02
8.000E-01 8.344E-04 6.453E-02 8.666E-04 0.000E+00 0.000E+00 6.623E-02 6.540E-02
1.000E+00 5.352E-04 5.807E-02 5.392E-04 0.000E+00 0.000E+00 5.915E-02 5.861E-02
1.022E+00 5.125E-04 5.746E-02 5.122E-04 0.000E+00 0.000E+00 5.848E-02 5.797E-02
1.250E+00 3.430E-04 5.196E-02 3.463E-04 8.172E-05 0.000E+00 5.273E-02 5.239E-02
1.500E+00 2.384E-04 4.724E-02 2.494E-04 4.094E-04 0.000E+00 4.814E-02 4.790E-02
2.000E+00 1.342E-04 4.033E-02 1.534E-04 1.534E-03 0.000E+00 4.215E-02 4.202E-02
2.044E+00 1.285E-04 3.984E-02 1.482E-04 1.649E-03 0.000E+00 4.176E-02 4.163E-02
3.000E+00 5.968E-05 3.174E-02 8.299E-05 4.220E-03 1.111E-05 3.611E-02 3.605E-02
4.000E+00 3.358E-05 2.648E-02 5.576E-05 6.713E-03 4.534E-05 3.333E-02 3.329E-02
5.000E+00 2.150E-05 2.287E-02 4.166E-05 8.911E-03 9.031E-05 3.194E-02 3.191E-02
6.000E+00 1.493E-05 2.021E-02 3.314E-05 1.086E-02 1.386E-04 3.126E-02 3.125E-02
7.000E+00 1.096E-05 1.817E-02 2.745E-05 1.260E-02 1.868E-04 3.100E-02 3.099E-02
8.000E+00 8.397E-06 1.654E-02 2.341E-05 1.416E-02 2.335E-04 3.096E-02 3.096E-02
9.000E+00 6.635E-06 1.520E-02 2.039E-05 1.557E-02 2.783E-04 3.108E-02 3.107E-02
1.000E+01 5.374E-06 1.408E-02 1.805E-05 1.685E-02 3.208E-04 3.128E-02 3.128E-02
1.100E+01 4.441E-06 1.314E-02 1.619E-05 1.801E-02 3.611E-04 3.153E-02 3.152E-02
1.200E+01 3.732E-06 1.232E-02 1.467E-05 1.908E-02 3.992E-04 3.182E-02 3.181E-02
1.300E+01 3.180E-06 1.160E-02 1.341E-05 2.006E-02 4.351E-04 3.212E-02 3.212E-02
1.400E+01 2.742E-06 1.098E-02 1.235E-05 2.098E-02 4.693E-04 3.245E-02 3.245E-02
77

KUNINGAN TIPE II
Constituents (Atomic Number:Fraction by Weight)
13:0.04000 29:0.65000 30:0.30000 50:0.01000

Partial Interaction Coefficients and Total Attenuation Coefficients

PHOTON SCATTERING PHOTO- PAIR PRODUCTION TOTAL ATTENUATION


ENERGY COHERENT INCOHER. ELECTRIC IN IN WITH WITHOUT
ABSORPTION NUCLEAR ELECTRON COHERENT COHERENT
FIELD FIELD SCATT. SCATT.
(MeV) (cm2/g) (cm2/g) (cm2/g) (cm2/g) (cm2/g) (cm2/g) (cm2/g)

50 L3 3.929E-03 3.413E+00 3.547E-02 3.795E+02 0.000E+00 0.000E+00 3.829E+02 3.795E+02


4.000E-03 3.377E+00 3.611E-02 3.622E+02 0.000E+00 0.000E+00 3.656E+02 3.622E+02
4.156E-03 3.299E+00 3.749E-02 3.262E+02 0.000E+00 0.000E+00 3.296E+02 3.263E+02
50 L2 4.156E-03 3.299E+00 3.749E-02 3.292E+02 0.000E+00 0.000E+00 3.325E+02 3.292E+02
4.308E-03 3.224E+00 3.882E-02 2.987E+02 0.000E+00 0.000E+00 3.020E+02 2.987E+02
4.465E-03 3.148E+00 4.018E-02 2.710E+02 0.000E+00 0.000E+00 2.742E+02 2.711E+02

50 L1 4.465E-03 3.148E+00 4.018E-02 2.725E+02 0.000E+00 0.000E+00 2.757E+02 2.725E+02


5.000E-03 2.902E+00 4.467E-02 2.003E+02 0.000E+00 0.000E+00 2.032E+02 2.003E+02
6.000E-03 2.495E+00 5.253E-02 1.212E+02 0.000E+00 0.000E+00 1.238E+02 1.213E+02
8.000E-03 1.874E+00 6.636E-02 5.435E+01 0.000E+00 0.000E+00 5.629E+01 5.442E+01
8.979E-03 1.648E+00 7.228E-02 3.928E+01 0.000E+00 0.000E+00 4.100E+01 3.936E+01

29 K 8.979E-03 1.648E+00 7.228E-02 1.953E+02 0.000E+00 0.000E+00 1.970E+02 1.954E+02


9.313E-03 1.580E+00 7.418E-02 1.791E+02 0.000E+00 0.000E+00 1.808E+02 1.792E+02
9.659E-03 1.514E+00 7.608E-02 1.642E+02 0.000E+00 0.000E+00 1.657E+02 1.642E+02

30 K 9.659E-03 1.514E+00 7.608E-02 2.297E+02 0.000E+00 0.000E+00 2.313E+02 2.298E+02


1.000E-02 1.453E+00 7.790E-02 2.112E+02 0.000E+00 0.000E+00 2.127E+02 2.113E+02
1.500E-02 8.817E-01 9.826E-02 7.229E+01 0.000E+00 0.000E+00 7.327E+01 7.239E+01
2.000E-02 6.067E-01 1.105E-01 3.276E+01 0.000E+00 0.000E+00 3.348E+01 3.287E+01
2.920E-02 3.520E-01 1.230E-01 1.121E+01 0.000E+00 0.000E+00 1.168E+01 1.133E+01

50 K 2.920E-02 3.520E-01 1.230E-01 1.157E+01 0.000E+00 0.000E+00 1.204E+01 1.169E+01


3.000E-02 3.376E-01 1.237E-01 1.071E+01 0.000E+00 0.000E+00 1.117E+01 1.083E+01
4.000E-02 2.131E-01 1.295E-01 4.650E+00 0.000E+00 0.000E+00 4.992E+00 4.779E+00
5.000E-02 1.472E-01 1.316E-01 2.409E+00 0.000E+00 0.000E+00 2.688E+00 2.541E+00
6.000E-02 1.083E-01 1.319E-01 1.400E+00 0.000E+00 0.000E+00 1.640E+00 1.532E+00
8.000E-02 6.615E-02 1.300E-01 5.891E-01 0.000E+00 0.000E+00 7.852E-01 7.191E-01
1.000E-01 4.459E-02 1.267E-01 2.995E-01 0.000E+00 0.000E+00 4.708E-01 4.262E-01
1.500E-01 2.119E-02 1.175E-01 8.724E-02 0.000E+00 0.000E+00 2.259E-01 2.048E-01
2.000E-01 1.231E-02 1.091E-01 3.658E-02 0.000E+00 0.000E+00 1.580E-01 1.457E-01
3.000E-01 5.646E-03 9.610E-02 1.106E-02 0.000E+00 0.000E+00 1.128E-01 1.072E-01
4.000E-01 3.222E-03 8.652E-02 4.922E-03 0.000E+00 0.000E+00 9.467E-02 9.144E-02
5.000E-01 2.078E-03 7.923E-02 2.715E-03 0.000E+00 0.000E+00 8.402E-02 8.195E-02
6.000E-01 1.450E-03 7.342E-02 1.714E-03 0.000E+00 0.000E+00 7.658E-02 7.513E-02
8.000E-01 8.194E-04 6.461E-02 8.755E-04 0.000E+00 0.000E+00 6.631E-02 6.549E-02
1.000E+00 5.256E-04 5.815E-02 5.448E-04 0.000E+00 0.000E+00 5.922E-02 5.869E-02
1.022E+00 5.033E-04 5.753E-02 5.176E-04 0.000E+00 0.000E+00 5.855E-02 5.805E-02
1.250E+00 3.369E-04 5.202E-02 3.499E-04 8.047E-05 0.000E+00 5.279E-02 5.245E-02
1.500E+00 2.342E-04 4.730E-02 2.519E-04 4.031E-04 0.000E+00 4.819E-02 4.795E-02
2.000E+00 1.318E-04 4.038E-02 1.549E-04 1.510E-03 0.000E+00 4.218E-02 4.204E-02
2.044E+00 1.262E-04 3.988E-02 1.496E-04 1.622E-03 0.000E+00 4.178E-02 4.166E-02
3.000E+00 5.862E-05 3.178E-02 8.369E-05 4.150E-03 1.112E-05 3.608E-02 3.602E-02
4.000E+00 3.298E-05 2.651E-02 5.619E-05 6.600E-03 4.540E-05 3.325E-02 3.321E-02
5.000E+00 2.111E-05 2.290E-02 4.196E-05 8.760E-03 9.042E-05 3.181E-02 3.179E-02
6.000E+00 1.466E-05 2.024E-02 3.336E-05 1.068E-02 1.388E-04 3.110E-02 3.109E-02
7.000E+00 1.077E-05 1.819E-02 2.763E-05 1.239E-02 1.871E-04 3.081E-02 3.080E-02
8.000E+00 8.247E-06 1.656E-02 2.356E-05 1.392E-02 2.338E-04 3.074E-02 3.073E-02
9.000E+00 6.516E-06 1.522E-02 2.051E-05 1.531E-02 2.786E-04 3.083E-02 3.082E-02
1.000E+01 5.278E-06 1.410E-02 1.816E-05 1.657E-02 3.212E-04 3.101E-02 3.101E-02
1.100E+01 4.362E-06 1.315E-02 1.628E-05 1.770E-02 3.616E-04 3.124E-02 3.123E-02
1.200E+01 3.666E-06 1.234E-02 1.475E-05 1.875E-02 3.997E-04 3.151E-02 3.150E-02
1.300E+01 3.123E-06 1.162E-02 1.348E-05 1.972E-02 4.357E-04 3.179E-02 3.179E-02
1.400E+01 2.693E-06 1.100E-02 1.241E-05 2.063E-02 4.699E-04 3.211E-02 3.210E-02
1.500E+01 2.346E-06 1.044E-02 1.151E-05 2.147E-02 5.024E-04 3.242E-02 3.242E-02
1.600E+01 2.062E-06 9.943E-03 1.071E-05 2.225E-02 5.333E-04 3.274E-02 3.274E-02
1.800E+01 1.629E-06 9.084E-03 9.420E-06 2.370E-02 5.906E-04 3.338E-02 3.338E-02
2.000E+01 1.320E-06 8.377E-03 8.405E-06 2.498E-02 6.429E-04 3.401E-02 3.401E-02
2.200E+01 1.091E-06 7.781E-03 7.586E-06 2.615E-02 6.908E-04 3.463E-02 3.463E-02
2.400E+01 9.164E-07 7.271E-03 6.911E-06 2.721E-02 7.350E-04 3.522E-02 3.522E-02
2.600E+01 7.808E-07 6.828E-03 6.348E-06 2.818E-02 7.758E-04 3.579E-02 3.579E-02
2.800E+01 6.733E-07 6.440E-03 5.868E-06 2.907E-02 8.138E-04 3.633E-02 3.633E-02
3.000E+01 5.865E-07 6.099E-03 5.456E-06 2.989E-02 8.492E-04 3.684E-02 3.684E-02
4.000E+01 3.299E-07 4.846E-03 4.037E-06 3.324E-02 9.964E-04 3.909E-02 3.909E-02
78

LAMPIRAN II

Komposisi, Sifat-sifat dan Aplikasi Kuningan

™ Komposisi Kimia

Tabel 1. Komposisi kimia kuningan

% CZ108 CZ114 CZ121 CZ130 CZ131


Cu 63 57 58 55-57 62
Pb - - 3 1.6-3.0 2
Sn - 0.75 - - -
Fe - 0.75 - - -
Al - - - 0.05-0.5 -
Mn - 1.5 - - -
Zn Balance Balance Balance Balance Balance
Si - - - - -
Ni - - - - -

™ Sifat-sifat Mekanik

Tabel 2. Sifat-sifat mekanik kuningan

Grade CZ108 CZ114 CZ121 CZ130 CZ131


Tensile Strength (MPa) 275 500 410 350-420 380
Proof Stress 0.2% (MPa) - 250 200 150-220 210
Elongation A5 (%) 45 15 20 30-20 25
Hardness (EH) VPN 160 140-175 130-150 100-130 110-130
Hardness (Ann) VPN 80 - - - -
Hardness (Half Hard) VPN 110 - - - -
79

™ Sifat-sifat Fisika

Tabel 3. Sifat-sifat fisika kuningan

Property CZ108 CZ114 CZ121 CZ130 CZ131


3
Density (g/cm ) 8.44 8.36 8.47 8.44 8.5
0
Melting Point ( C) 916 865 875 890 885
Modulus of Elasticity (GPa) 103.4 96.5 97 105
Thermal Expansion 20.5x10-6 20.9 x 10-6
/K at 1000C
0
C at 20-3000C
Thermal Conductivity 116 88.3 123 109 115
(W/m.K)
(at 200C) (at 200C) (at 1000C) (at 100°C)
Electrical Resistivity (Ω.m) 0.090x10-6 0.062x10-6 0.066x10-6

™ Penandaan Campuran Logam

Tabel 4. Penandaan kuningan

CEN BS UNS ISO


CW508L CZ108 C27200 CuZn37
CW721R CZ114 C67500
CZ121 CuZn39Pb3
CW614N C38500
BS2874
CW624N CuZn43Pb2Al
CZ130 C3800
CW623N CuZn43Pb2
CW606N CZ131 C35300 CuZn37Pb2
80

™ Sifat-sifat lain

Tabel 5. Tahanan korosi dan aplikasi kuningan

Tipe Kuningan Tahanan Korosi Aplikasi


CZ108 Tahanan terhadap korosi bagus di • Paku
berbagai lingkungan. Tidak cocok • Rantai
digunakan dengan asam asetat/cuka, • Sekrup
amonia basah atau persenyawaan amonia, • Radiator
air keras dan asam sendawa. • Penukar panas

CZ114 Penambahan Tin pada komposisi CZ114 • Aplikasi arsitektur


dapat meningkatkan tahanan kuningan • Komponen dengan
terhadap korosi dalam air laut dan kekuatan tinggi
lingkungan yang agak asam. • Katup-katup
• Batang katup
• Benda-benda/perabot
• Perabot kapal

CZ121 Kuningan tipe CZ121 mempunyai tahanan • Komponen-komponen


yang bagus terhadap korosi. mesin kecepatan tinggi
• Extrusi arsitektu
• Kunci
• Engsel

CZ130 Kuningan tipe CZ130 mempunyai tahanan • Benda-benda


korosi yang baik di dalam lingkungan. • Bagian-bagian
• Instrumen
• Alat-alatlistrik
• Engsel

CZ131 Kuningan tipe CZ131 mempunyai tahanan • Alat pengunci


yang bagus terhadap korosi di dalam • Rivet
semua lingkungan. • Alat-alat domestik
• Teknik otomotif
• Perabot rumah
• Bagian-bagian seluk
beluk seperti komponen
jam

Anda mungkin juga menyukai