SKRIPSI
oleh
Vika Nurjanah
NIM:06101281621015
Program Studi Pendidikan Kimia
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBARiv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR LAMPIRAN vi
ABSTRAK vii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
2.3 Modul 6
2.8 Konduktivitas 16
ii
Universitas Sriwijaya
3.5.1 WalkThrough 25
3.5.2 Angket25
4.2 Pembahasan 49
BAB V KESIMPULAN 64
5.1 Kesimpulan 64
5.2 Saran 64
DAFTAR PUSTAKA 66
iii
Universitas Sriwijaya
DAFTAR GAMBAR
iv
Universitas Sriwijaya
DAFTAR TABEL
v
Universitas Sriwijaya
DAFTAR LAMPIRAN
vi
Universitas Sriwijaya
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk
menghasilkan Modul Berbasis Inquiry Learning Materi Konduktivitas untuk
Mahasiswa Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya yang valid dan praktis, dengan menggunakan model 4D
(Define, Design, Develop and Disseminate). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kevalidan desain menurut koefisien ‘Aiken sebesar 0,83 dengan kategori tinggi
dan nilai koefisien Kappa sebesar 0,92 dengan kategori sangat baik, kevalidan
bahasa menurut koefisien ‘Aiken sebesar 0,92 dengan kategori tinggi dan nilai
koefisien Kappa sebesar 0,84 dengan kategori sangat baik, dan kevalidan materi
menurut koefisien ‘Aiken sebesar 0,89 dengan kategori tinggi dan nilai koefisien
Kappa sebesar 1,00 dengan kategori sangat baik. Skor kepraktisan pada tahap uji
produk I diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,93 dengan kategori tinggi
dan pada tahap uji produk II diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,60
dengan kategori sedang. Berdasarkan skor yang diperoleh tersebut menunjukkan
bahwa modul yang dihasilkan telah memenuhi kriteria valid dan praktis.
Kata Kunci : Penelitian pengembangan, modul, inquiry learning, konduktivitas
ABSTRACT
This research is development research that aimed to produce module based on
Inquiry Learning of conductivity for chemical education students FKIP Srwijaya
University which is valid and practical by model used was the 4D (Define,
Design, Develop, and Disseminate). The result validity of design are 0,83 of
‘Aiken coefficient which categorized as high and 0,92 of Kappa coefficient which
categorized as very good, the validity of language are 0,92 of ‘Aiken coefficient
which categorized as high and 0,84 of Kappa coefficient which categorized as
very good, the validity of content are 0,89 of ‘Aiken coefficient which categorized
as high and 1,00 of Kappa coefficient which categorized as very good. Practical
score in developmental testing I of cronbach’s alpha is 0,93 which categorized as
high and in developmental testing II of cronbach’s alpha is 0,60 which categorized
as being. Based on score get it show that the module resulting has met the
categorized valid and practical.
Keywords : Research development, module, inquiry learnqing, conductivity
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Universitas Sriwijaya
Dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, selama ini bahan ajar
yang digunakan berupa sebuah slide power point dan sebuah file materi bahan
ajar berbahasa inggris yang didalamnya hanya memuat sedikit materi dan sulit
untuk dipahami oleh mahasiswa. Misalnya saja mengenai materi konduktivitas,
didalam bahan ajar tersebut hanya sedikit sekali yang memuat materi
konduktivitas, padahal materi konduktivitas adalah materi yang diajarkan diawal
perkuliahan yang akan berkesinambungan dengan materi selanjutnya. Dengan
adanya bahan ajar yang sedikit ini, mahasiswa mengalami kesulitan dalam
memahami materi. Menurut Aryani (2017) kesulitan yang dihadapai mahasiswa
ini salah satunya dapat disebabkan oleh kurangnya referensi bahan ajar dalam
kegiatan pembelajaran.
Untuk mengatasi permasalahan diatas, maka diperlukan sebuah bahan ajar
yang mudah dipahami oleh mahasiswa dan dapat digunakan untuk belajar secara
mandiri. Hal ini dilandaskan dari angket pra penelitian yang menyatakan bahwa
100% mahasiswa membutuhkan bahan ajar yang disusun dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dipahami oleh mahasiswa. Adapun bahan ajar yang sesuai
dengan karakteristik tersebut adalah sebuah modul. Menurut Mulyasa dalam
Budiono dan Susanto (2006) modul merupakan paket belajar mandiri yang
meliputi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan serta dirancang
secara sistematis untuk membantu peserta didik mencapai tujuan belajar. Hal ini
sesuai dengan karakteristik bahan ajar yang diperlukan. Modul yang akan dibuat
hendaknya dapat membantu mahasiswa mengembangkan penguasaan
keterampilan dalam proses kognitif, memperoleh pengetahuan secara individual
sehingga membangkitkan motivasi belajar mahasiswa, memberikan peluang untuk
berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan masing-masing
(Helmizan,2013). Modul yang dibuat juga harus sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik mahasiswa, data dari angket pra penelitian menunjukkan sebanyak
80,76% mahasiswa aktif dalam kegiatan perkuliahan mata kuliah kimia larutan
apabila dilihat dari indikator keaktifan mahasiswa.Artinya, mahasiswa sudah aktif
dalam kegiatan pembelajaran dan mereka membutuhkan sebuah model
pembelajaran yang dapat menunjang keaktifan mereka untuk mengembangkan
2
Universitas Sriwijaya
3
Universitas Sriwijaya
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4. Bahan ajar interaktif yakni kombinasi dari dua atau lebih media (audio,
teks, grafik, gambar, animasi, dan video) yang kemudian dimanipulasi oleh
penggunanya atau diberi perlakuan untuk mengendalikan suatu perintah
atau perilaku alami dari suatu presentasi. Misalnya compact disk
interactive.
II.3 Modul
Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh
dan sistematis yang didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan
belajar yang spesifik (Daryanto, 2013). Modul adalah sebuah bahan ajar yang
disusun dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat
pengetahuan agar peseta didik dapat belajar secara mandiri.
Daryanto & Dwicahyono (2014) mengemukakan bahwa modul merupakan
bahan ajar yang terprogram dan disusun sedimikian rupa yang disajikan secara
sistematis, terpadu, dan teperinci. Modul merupakan salah satu bahan ajar cetak
yang berfungsi sebagai bahan ajar mandiri. Penggunaan modul dalam proses
pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
proses pembelajaran meskipun tanpa kehadiran pendidik
Sebuah modul disusun dengan tujuan tertentu, diantaranya yaitu agar
peserta didik secara mandiri, dan agar peran seorang pendidik tidak terlalu
dominan dan otoriter dalam kegiatan pembelajaran. Modul juga berperan dalam
proses pengakomodasian berbagai tingkat dan kecepatan belajar peserta didik.
Untuk peserta didik yang memiliki kecepatan belajar tinggi, maka mereka dapat
belajar lebih cepat serta menyelesaikan modul dengan lebih cepat pula.
6
Universitas Sriwijaya
Sebaliknya, untuk peserta didik yang kecepatan belajarnya agak lambat maka
mereka dipersilahkan untuk mengulanginya kembali. Penggunaan modul juga
dapat membantu peserta didik mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang
telah mereka pelajari.
7
Universitas Sriwijaya
8
Universitas Sriwijaya
9
Universitas Sriwijaya
serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai
dengan merumuskan kesimpulan.
c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan
dalam rangka memberikan motivasi belajar mahasiswa.
2. Merumuskan Masalah
Pada langkah ini dosen mengarahkan mahasiswa pada suatu persoalan yang
mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang
mahasiswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Proses berpikir dan mencari
jawaban teka-teki itulah yang sangat penting dalam model inkuiri. Oleh karena itu
melalui proses tersebut mahasiswa akan memperoleh pengalaman yang sangat
berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan masalah adalah:
a. Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh mahasiswa. Mahasiswa akan
memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam
merumuskan masalah yang hendak dikaji.
b. Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki dan
jawabannya pasti.
c. Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah
diketahui terlebih dahulu oleh mahasiswa. Artinya, sebelum masalah itu
dikaji lebih jauh melalui proses inkuiri, pendidik perlu yakin terlebih dahulu
bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada
dalam rumusan masalah.
3. Mengajukan Hipotesis
Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah
dimiliki sejak individu itu lahir. Potensi berpikir tersebut dimulai dari kemampuan
setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira dari suatu permasalahan. Salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis
adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong
mahasiswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan
berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
10
Universitas Sriwijaya
4. Mengumpulkan Data
Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses
mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses
pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar,
akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi
berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran seorang dosen dalam tahapan ini
adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong mahasiswa
untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
5. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari
tingkat keyakinan mahasiswa atas jawaban yang diberikan. Disamping itu,
menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.
Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan
argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
6. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Kadang banyaknya jawaban yang
diperoleh menyebabkan kesimpulan yang diputuskan tidak fokus terhadap
masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang
akurat dosen harus mampu menunjukkan pada mahasiswadata mana yang relevan.
Model pembelajaran inquiry learning merupakan suatu model pembelajaran
yang mana kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik dimulai dari
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji
hipotesis dan menarik kesimpulan. Bimerdin dkk. (2016) telah melakukan
penelitian menggunakan model inquiry learning dalam pengembangan modul
berbasis inkuiri untuk pembelajaran menyunting karangan. Hasil penelitiannya
menyatakan bahwa penggunaan model inkuiri akan dapat membentuk pola pikir
siswa lebih kritis, logis, dan ilmiah yang ditunjukkan ketika merumuskan masalah,
11
Universitas Sriwijaya
12
Universitas Sriwijaya
13
Universitas Sriwijaya
14
Universitas Sriwijaya
15
Universitas Sriwijaya
untuk memperoleh respon dan umpan balik terhadap produk yang telah
dikembangkan.
Penelitian dengan model 4-D sebelumnya telah dilakukan oleh Setyadi, dkk
(2017) dengan judul penelitian pengembangan modul pembelajaran biologi
berbasis pendekatan saintifik untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rijal (2013) dengan judul
pengembangan modul pembelajaran Kimia SMA berorientasi karakter yang jika
dilihat dari hasil analisis validasi para ahli menunjukkan perangkat modul
pembelajaran berorientasi karakter berada dalam kategori valid, serta dari hasil
analisis pengamatan keterlaksanaan perangkat menunjukkan bahwa modul
pembelajaran berorientasi karakter memenuhi kriteria praktis.
II.6.2 Kelebihan Model 4-D
Kelebihan dari model 4-D diantaranya bahwa model ini lebih jelas,
lengkap, terarah, terstruktur, sistematis dan menuntun pengembang dari awal
hingga proses akhir produk yang dihasilkan. Model pengembangan 4-D menurut
Thiagarajan ini merupakan model pengembangan perangkat pembelajaran yang
secara detail menjelaskan langkah-langkah operasional pengembangan perangkat,
sehingga dalam pengembangan perangkat pembelajaran, model Thiagarajan lebih
terperinci dan lebih sistematis (Winarni, 2018).
Adapun alasan peneliti menggunakan model 4-D selain dari kelebihan
yang dimilikinya adalah bahwa model pengembangan ini lebih tepat digunakan
sebagai dasar untuk mengembangkan perangkat pembelajaran bukan untuk
mengembangkan sistem pembelajaran dan uraiannya tampak lebih lengkap dan
sistematis, kemudian. pada tahap development peneliti dapat dengan leluasa
melakukan uji coba dan revisi berkai-kali sampai diperoleh perangkat
pembelajaran dengan kualitas yang maksimal (final).
2.8 Konduktivitas
16
Universitas Sriwijaya
17
Universitas Sriwijaya
konduktivitas molar .
m
18
BAB III
METODE PENELITIAN
17
Universitas Sriwijaya
Adapun tahapan yang dilakukan peneliti pada tahap define adalah sebagai
berikut.
a. Analisis Kurikulum
Peneliti menganalisis kurikulum yang digunakan pada program studi
Pendidikan Kimia FKIP Unsri. Selanjutnya, peneliti menganalisis RPS mata
kuliah Kimia Larutan yang digunakan apakah sudah sesuai dengan kurikulum
yang digunakan atau tidak.
b. Analisis Karakteristik Mahasiswa
Peneliti menyebarkan angket pra penelitian yang telah disiapkan kepada
52 orang mahasiswa Pendidikan Kimia FKIP Unsri tahun akademik 2017
kelas Palembang dan kelas Inderalaya yang sudah pernah mengambil mata
kuliah Kimia Larutan. Pertanyaan pada angket pra penelitian mengacu untuk
mengetahui kebutuhan bahan ajar dan karakteristik dari mahasiswa sehingga
dapat ditentukan bahan ajar yang cocok untuk digunakan dikelas dan mengenai
model pembelajaran yang akan digunakan.Setelah angket dikumpulkan
kembali, peneliti menganalisis hasil angket dengan menghitung persentase
skala Guttman, sehingga diperoleh hasil persentase karakteristik dan
kebutuhan mahasiswa.
c. Analisis Materi
Peneliti menganalisis RPS mata kuliah Kimia Larutan dan bahan ajar
yang digunakan sebelumnya. Dari hasil analisis peneliti memilih materi utama
yang perlu untuk dikembagkan bahan ajarnya kemudian disesuaikan dengan
kompetensi dan capaian pembelajaran pada RPS.
d. Merumuskan Tujuan
Peneliti menganalisis capaian pembelajaran dari materi utama yang
terdapat pada RPS agar peneliti dapat merumuskan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai pada bahan ajar yang dikembangkan.
2. Tahap Design
Prosedur penelitian pada tahap design ini adalah sebagai berikut.
18
Universitas Sriwijaya
a. Penyusunan Tes
Peneliti menganalisis materi untuk menentukan soal-soal yang sesuai
untuk digunakan pada bahan ajar. Soal yang disusun dapat dalam bentuk essay
yang terdapat di setiap akhir kegiatan belajar dan diakhir pembelajaran. Dalam
menyusun soal-soal peneliti menyesuaikannya dengan tujuan pembelajaran.
b. Pemilihan bahan ajar
Peneliti memilih bahan ajar yang sesuai dengan hasil analisis materi
dan karakteristik peserta didik.
c. Pemilihan Format
Peneliti memilih format model pembelajaran dari bahan ajar yang
dikembangkan berdasarkan hasil analisis karakteristik mahasiswa.
d. Rancangan Awal
Peneliti merancang bahan ajar mengikuti langkah-langkah model
pembelajaran yang digunakan, dan dilengkapi dengan dua kegiatan belajar
sesuai dengan sub materi.
Sebelum lanjut ke tahap development, modul yang sudah dikembangkan
dievaluasi secara mandiri (self evaluation) bersama dengan rekan sejawat dan
dosen pembimbing sehingga dihasilkan prototype 1.
3. Tahap Development
Prosedur penelitian pada tahap development ini adalah sebagai berikut.
a.Expert appraisal
Peneliti menyiapkan lembar validasi yang sesuai dengan pedoman pada
modifikasi standar penilaian buku teks dari BNSP tahun 2014 dan modifikasi
instrumen penilaian pendidikan profesi guru (PPG). Setelah itu peneliti
menghubungi validator materi, desain dan bahasa/pedagogik. Peneliti
melakukan validasi secara walkthrough. Pada tahap ini, prototype 1 akan
divalidasi oleh validator desain, validator bahasa/pedagogik, dan validator
materi. Validator desain terdiri dari satu dosen program studi Pendidikan
Kimia yaitu EA dan satu dosen Program studi Pendidikan Kimia. Validator
bahasa/pedagogik terdiri dari dua dosen Program Studi Pendiidkan Kimia
19
Universitas Sriwijaya
yaitu RE dan ARI. Validator materi terdiir dari dua dosen Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yaitu ZF dan AM.
Prosedur validasi secara walk through yaitu:
1) Peneliti memberikan prototype 1 kepada validator materi, validator
desain dan validator bahasa/pedagogik
2) Validator materi, validator desain dan validator bahasa/pedagogik
mengevaluasi materi, desain, dan bahasa yang digunakan dalam modul
dari halaman per halaman dengan kemudian memberikan komentar dan
saran perbaikan kepada peneliti
3) Peneliti melakukan perbaikan terhadap modul tersebut dengan
mempertimbangkan komentardan saran yang diberikan oleh ahli
4) Setelah diperbaiki, peneliti meminta ahli untuk mengevaluasi kembali
materi yang terdapat didalam modul, ahli desain untuk mengevaluasi
kembali desain dari modul, dan ahli pedagogik untuk mengevaluasi
kembali serta memberikan komentar dan saran kepada peneliti
5) Peneliti melakukan perbaikan lagi terhadap modul tersebut dengan
mempertimbangkan komentar dan saran yang diberikan oleh ahli sampai
modul dianggap benar menurut validator
6) Setelah modul dianggap sudah benar, baru peneliti memberikan angket
kepada validator untuk diisi. Tujuan pengisian angket untuk mengetahui
valid tidaknya modul yang sudah dikembangkan oleh peneliti.
Hasil akhir dari tahap ini adalah prototype 2 yaitu modul yang siap untuk
diujicobakan kepada tiga orang mahasiswa.
b. Developmental testing (Uji coba Produk)
Tahap developmental testing ini terbagi menjadi dua tahap yaitu
developmental testing 1 dan developmental testing 2. Adapun
prosedur penelitiannya yaitu sebagai berikut.
1) Developmental testing 1 (Uji coba Produk 1)
Uji coba produk yang pertama dilakukan kepada tiga mahasiswa tahun
akademik 2017 Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Unsri Inderalaya yang
mewakili kelompok dengan tingkat kemampuan rendah, sedang dan tinggi secara
20
Universitas Sriwijaya
21
Universitas Sriwijaya
22
Universitas Sriwijaya
Define (Pendefinisan)
- Analisis Kurikulum
- Analisis Karakteristik Peserta Didik
- Analisis Materi
- Merumuskan Tujuan
Design (Perancangan)
- Pemilihan Tes
- Pemilihan Media Self Evaluation
Revisi
- Pemilihan Format
- Rancangan Produk Prototype 1
Development
(Pengembangan)
Valid
Expert appraisal
Tidak
Revisi
Prototype 2
Tidak Developmental
testing 1
Praktis
Developmental Tidak
Revisi
testing 2
Praktis
23
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut.
3.5.1 WalkThrough
Walkthrough merupakan suatu metode untuk mengevaluasi setiap langkah
yang diperlukan untuk mencari suatu masalah (Pratama dkk., 2018). Jadi,
walkthrough adalah suatu cara penelitian untuk mengevaluasi atau memvalidasi
suatu prototype atau rancangan dan sasarannya bisa jadi satu orang atau beberapa
perwakilan dari kelompok. Pengumpulan data dengan cara walk through
dilaksanakan pada tahap expert appraisal dan developmental testing I. Data
yang diperoleh berupa saran dan komentar dari ahli desain, ahli materi dan ahli
pedagogik dan tiga orang mahasiswa sebagai masukan untuk perbaikan
modul. Data yang diperoleh bersifat kualitatif.
3.5.2 Angket
Angket merupakan salah satu teknik pengumpulan data penelitian yang
dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiono, 2013). Lembar angket pra
penelitian dibuat dengan skala Guttman sedangkan lembar angket validasi dibuat
dalam skala Likert 1-4 untuk menghindari jawaban yang bias atau ragu-ragu.
Angket yang dibuat menggunakan skala likert. yang terdiri dari 4 item, yaitu
sangat baik (SB) dengan nilai 4, baik (B) dengan nilai 3, tidak baik (TB) dengan
nilai 2, sangat tidak baik (STB) dengan nilai 1 (Sugiyono, 2017).
Pengumpulan data ini dilakukan pada tahap define dengan memberikan
angket kepada 52 mahasiswa pendidikan kimia yang sudah mengambil mata
kuliah Kimia Larutan untuk mengetahui karakteristik mahasiswa berkaitan dengan
perlu atau tidaknya pengembangan bahan ajar baru sesuai dengan perubahan
kurikulum.Selanjutnya, angket juga diberikan untuk mengetahui kevalidan dan
kepraktisan modul berbasis inquiry learning yang dikembangkan. Angket
diberikan langsung kepada ahli pada tahap expert appraisal dan kepada
mahasiswa pada tahap developmental testing. Pada developmental testing 1
25
Universitas Sriwijaya
angket diberikan kepada tiga mahasiswa dan pada developmental testing 2 angket
diberikan kepada sembilan mahasiswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda.
Data yang didapatkan dari angket ini adalah data yang bersifat kuantitatif.
V= (Aiken,1985)
dengan keterangan:
s = r −lo
lo = angka penilaian validitas yang terendah (misalnya 1)
c = angka penilaian validitas tertinggi (misalnya 4)
r = angka yang diberikan oleh penilai
Aiken (1985) merumuskan formula V Aiken untuk menghitung validitas
isi yang didasarkan pada hasil penelitian dari penilaian ahli terhadap suatu aspek
dari segi sejauh mana aspek tersebut mewakili indikator penilaian. Dalam
pengembangan modul isi, aspek yang peneliti ukur diantaranya yaitu aspek
desain, aspek bahasa/pedagogik, dan aspek materi. Tujuannya yaitu untuk
mengetahui sejauh untuk menghitung nilai yang diberikan validator untuk
mengetahui kevalidan dari modul yang kemudian hasilnya disesuaikan dengan
kategori skor V Aiken pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1 Kategori Skor V Aiken
26
Universitas Sriwijaya
27
Universitas Sriwijaya
28
Universitas Sriwijaya
BAB IV
29
Universitas Sriwijaya
3. Analisis Materi
a. Mata kuliah Kimia Larutan diajarkan selama 16 kali pertemuan
dengan 9 bahan kajian atau materi pembelajaran
30
Universitas Sriwijaya
b. Bahan ajar yang digunakan selama ini adalah sebuah file pdf
berbahasa inggris yang didalamnya memuat tidak banyak materi
pembelajaran
c. Materi konduktivitas merupakan materi yang diajarkan diawal
perkuliahan dengan waktu 150 menit yang akan menjadi dasar untuk
materi-materi selanjutnya
d. Dalam memahami materi konduktivitas dalam larutan, perlu dipelajari
juga mekanisme penghantaran listrik dalam larutan, hantaran jenis
larutan, konduktivitas molar larutan elektrolit serta penggunaan
pengukuran konduktivitas untuk menentukan pKa
4. Merumuskan Tujuan
a. Pada akhir capaian pembelajaran materi konduktivitas larutan
mahasiswa harus mampu menjelaskan dan menghitung konduktivitas
molar larutan elektrolit dan menggunakan pengukuran konduktivitas
untuk menentukan pKa
b. Tujuan pembelajaran dari materi konduktivitas, mahasiswa
diharapkan mampu:
1.) Menjelaskan konsep mekanisme konduktivitas dalam larutan
dengan benar
2.) Menghitung hantaran jenis larutan elektrolit dengan tepat
3.) Menghitung konduktivitas molar larutan elektrolit dengan tepat
4.) Menggunakan pengukuran konduktivitas untuk menentukan pKa.
31
Universitas Sriwijaya
b. Hambatan larutan KCl 0,1 M dalam suatu sel hantaran adalah 325 ꭥ
dan hantaran jenisnya adalah 1,29 ꭥ m-1. Jika hambatan larutan NaCl
0,05 M dalam sel yang sama adalah 752,4 ꭥ, hitunglah hantaran jenis
larutan NaCl.
c. Hantaran jenis larutan yang mengandung 0,745 g KCl dalam 0,1 dm3
air pada 25° adalah 1,288 ꭥ m-1 . Jika besaran elektrode adalah 1,12 x
1,35 cm2 dan jarak antar elektrode adalah 1,45 cm, hitunglah
konduktivitas, hambatan, dan konduktivitas molar dari larutan tersebut.
d. Konstanta disosiasi n asam butirat pada 25°C adalah 1,515 x 10-5 dan
konduktivitas molar pada pengenceran tak hingga 382,42 x 10-4 ꭥ mol-1
m2. Hitunglah nilai pKa dan hantaran jenis asam pada larutan 0,01 M.
e. Larutan HOAc 0,01 M, pada suhu 298 K tahanan R= 0,022 Ω.
Tahanan R pada sel = 31,60 Ω dan Λ∞ dari Tabel = 390,5 Ω-1 cm2 mol-
1
, hitunglah pKa.
2. Pemilihan bahan ajar
Mahasiswa membutuhkan bahan ajar yang disusun dengan bahasa yang
mudah dimengerti dan dapat digunakan untuk belajar secara mandiri.
Bahan ajar yang sesuai adalah modul.
3. Pemilihan format
Pengembangan bahan ajar berupa modul ini mengikuti langkah-langkah
model pembelajaran Inquiry Learning
4. Rancangan awal
Adapun rancangan awal modul dapat dilihat pada Tabel 5 untuk kegiatan
belajar 1 dan pada Tabel 6 untuk kegiatan belajar 2 di bawah ini.
32
Universitas Sriwijaya
1.
Orientasi
2.
Merumuskan Masalah
3.
Merumuskan Hipotesis
33
Universitas Sriwijaya
4.
Mengumpulkan Data
5.
Menguji Hipotesis
6.
Merumuskan Kesimpulan
34
Universitas Sriwijaya
1. Orientasi
2. Merumuskan Masalah
3. Merumuskan Hipotesis
4. Mengumpulkan Data
35
Universitas Sriwijaya
5. Menguji Hipotesis
6. Merumuskan Kesimpulan
5. Self Evaluation
Hasil dari self evaluation dapat dilihat dalam Tabel 7 di bawah ini.
36
Universitas Sriwijaya
37
Universitas Sriwijaya
2.
38
Universitas Sriwijaya
4.
39
Universitas Sriwijaya
Hasil penilaian dari para validator desain juga dihitung dengan fomula
Kappa menggunakan aplikasi SPSS 20. Hasil dari analisis validasi desain dengan
menggunakan Kappa disajikan dalam Tabel 10 di bawah ini.
Tabel 10 Hasil Validasi Desain Menggunakan Kappa
Desain_2
Desain_1 3.00 2 1 3
4.00 0 2 2
Total 2 3 5
Symmetric Measures
Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.
b. Validasi Bahasa/Pedagogik
Hasil dari validasi bahasa/pedagogik dari ahli dapat dilihat pada Tabel 11
di bawah ini.
40
Universitas Sriwijaya
3. Perhatikan rata kanan kiri antar Sudah diperbaiki sesuai saran, paragraf
paragraf agar terlihat rapi telah diatur rata kanan kiri
41
Universitas Sriwijaya
Bahasa_2 Total
3.00 4.00
3.00 3 1 4
Bahasa_1
4.00 1 11 12
Total 4 12 16
42
Universitas Sriwijaya
Symmetric Measures
Measure of
Kappa .667 .217 2.667 .008
Agreement
N of Valid Cases 16
c. Validasi Materi
Hasil validasi materi dari ahli dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini.
Tabel 14 Komentar dan Saran Validator
43
Universitas Sriwijaya
Materi_2 Total
3.00 4.00
3.00 1 0 1
Materi_1
4.00 0 2 2
Total 1 2 3
Symmetric Measures
44
Universitas Sriwijaya
Measure of
Kappa 1.000 .000 1.732 .046
Agreement
N of Valid Cases 3
45
Universitas Sriwijaya
N %
Valid 3 100.0
Cases Excluded a
0 .0
Total 3 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.930 10
46
Universitas Sriwijaya
47
Universitas Sriwijaya
Valid 9 100.0
Cases Excludeda 0 .0
Total 9 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alpha
.603 10
48
Universitas Sriwijaya
49
Universitas Sriwijaya
angket mahasiswa diatas, mahasiswa memerlukan sebuah bahan ajar yang disusun
dengan bahasa yang mudah dipahami dan dapat digunakan untuk belajar secara
mandiri serta dapat mengembangkan penguasaan keterampilan mahasiswa dalam
proses belajar, memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan
kemampuan masing-masing.
Dalam memilih materi pada modul berbasis inquiry learning yang
dikembangkan dilakukan analisi materi dengan melihat materi yang terdapat pada
RPS mata kuliah Kimia Larutan. Mata kuliah Kimia Larutan diajarkan selama 16
kali pertemuan dengan 9 bahan kajian atau materi pembelajaran. Materi
konduktivitas merupakan materi yang diajarkan diawal perkuliahan dengan waktu
150 menit yang akan menjadi dasar untuk materi-materi selanjutnya dan dalam
bahan ajar sebelumnya masih sedikit menjelaskan mengenai materi konduktivitas.
Dalam memahami materi konduktivitas khususnya konduktivitas dalam larutan,
perlu dipelajari juga mekanisme penghantaran listrik dalam larutan, hantaran jenis
larutan, konduktivitas molar larutan elektrolit serta penggunaan pengukuran
konduktivitas untuk menentukan pKa. Hal ini bertujuan agara mahasiswa mampu
menjelaskan konsep mekanisme konduktivitas dalam larutan dengan benar,
menghitung hantaran jenis larutan elektrolit dengan tepat, menghitung
konduktivitas molar larutan elektrolit dengan tepat dan mahasiswa dapat
menggunakan pengukuran konduktivitas untuk menentukan pKa dari larutan
elektrolit lemah.
Selanjutnya modul berbasis inquiry learning materi konduktivitas didesain
sesuai aturan teknik penyusunan modul staf UNY mengenai cakupan yang harus
ada dalam sebuah modul. Hal pertama yang dilakukan peneliti adalah menyusun
tes yang berupa soal essay. Modul yang dikembangkan memiliki dua kegiatan
belajar dan diakhiri dengan tes yang terdiri dari lima soal essay. Kemudian, modul
yang dikembangkan mengikuti format model pembelajaran inquiry learning.
Langkah-langkah model pembelajaran inquiry learning yaitu orientasi,
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji
hipotesis, dan merumuskan kesimpulan.
50
Universitas Sriwijaya
51
Universitas Sriwijaya
memperbaiki modul sesuai dengan saran dan komentar yang diberikan. Modul
yang sudah direvisi berupa prototype I siap untuk divalidasi dan diuji
kepraktisannya.
Modul yang berupa prototype I kemudian divalidasi oleh ahli dengan
tujuan untuk memberikan nilai terhadap kevalidan modul. Penilaian kevalidan
pada tahap expert appraisal melibatkan dua ahli materi yaitu AM dan ZF, 2 ahli
desain yaitu EA dan KW, serta 2 ahli bahasa yaitu ARI dan RE.
Pada tahap validasi modul ini, peneliti berpedoman pada lembar validasi
yang disusun dengan beracuan pada modifikasi standar penilaian buku teks dari
BNSP tahun 2014 dan modifikasi instrumen penilaian pendidikan profesi guru
(PPG). BNSP dan instrumen penilaian PPG sendiri telah menyiapkan deskripsi
pada tiap butir penilaian yang digunakan sebagai acuan dalam menilai kualitas
dari suatu modul. Kualitas modul yang dikembangkan oleh peneliti dilihat dari
segi materi, desain dan bahasa yang digunakan pada modul tersebut.
Penilaian dari aspek desain dalam modul berbasis model inquiry learning
ditinjau dari daya tarik sampul atau cover, kesesuaian huruf yang digunakan,
keseimbangan komposisi tata letak (judul, pengarang dan logo) modul, penyajian
gambar, dan penyajian tabel. Hasil dari walkthrough dengan ahli desain yaitu
perlu diperbaiki komposisi penulisan nama penulis modul harusnya rata kiri. Pada
garis header dan footer sebaiknya menggunakan garis lurus saja agar tidak
menganggu fokus dalam membaca modul, pada gambar 1.3 grafik yang ada
memiliki gambar yang buram sebaiknya dibuat ulang agar terlihat lebih jelas.
Pada orientasi kegiatan belajar 1 terdapat tabel tanpa identitas, sehingga perlu
ditambahkan identitas tabel. Selanjutnya font yang digunakan terlalu monoton,
sehingga perlu diperbaiki agar lebih menarik. Komentar dan saran yang
diberikan oleh ahli pada tahap walkthrough ini selanjutnya di revisi oleh peneliti.
Modul yang sudah di revisi sesuai dengan saran komentar dari ahli kemudian
diberikan kembali kepada ahli untuk di periksa kembali, untuk selanjutnya dinilai
kevalidan modul dengan mengisi angket yang sudah disiapkan oleh peneliti.
Berdasarkan angket penilaian kevalidan modul yang sudah diisi oleh ahli
materi selanjutnya di analisa secara deskriptif kualitatif dan statistik inferensial.
52
Universitas Sriwijaya
53
Universitas Sriwijaya
dinilai kevalidan modul dengan mengisi angket yang sudah disiapkan oleh
peneliti.
Berdasarkan angket penilaian kevalidan modul yang sudah diisi oleh ahli
bahsa/pedagogik selanjutnya di analisa secara deskriptif kualitatif dan statistik
inferensial. Pertama, analisa data secara deskriptif kualitatif dengan
menggunakan rumus ‘Aiken diperoleh nilai akhir dari ahli bahasa/pedagogik
sebesar 0,91 yang masuk kategori tinggi. Kedua, data angka yang diperoleh
selanjutnya di analisa secara statistik inferensial yaitu dilihat kesepakatan/kesahan
modul secara Kappa dengan menggunakan SPSS 20 dan diperoleh nilai Kappa
0,66 dengan kategori Kappa baik yang artinya modul yang dikembangkan adalah
sah (valid).
Penilaian aspek materi yang digunakan dalam modul berbasis model
inquiry learning ditinjau dari indikator yang pertama yaitu kesesuaian materi
dengan kompetensi dengan deskriptor materi yang disajikan sesuai dengan
capaian pembelajaran mata kuliah, materi yang disajikan sesuai dengan sub-
capaian pembelajaran mata kuliah, materi yang disajikan sesuai dengan indikator
pembelajaran, materi yang disajikan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Indikator
yang kedua yaitu keakuratan materi kimia dengan deskriptor yaitu materi yang
disajikan dalam modul disusun secara sistematis, konsep-konsep yang disajikan
dalam modul sesuai dengan materi konduktivitas, fakta dan data sudah
menggambarkan materi konduktivitas, dan simbol kimia ditulis dengan benar.
Sealnjutnya indikator yang ketiga dengan keakuratan soal dalam modul,
kesesuaian isi soal dengan tujuan pembelajaran, latihan soal berbasis inquiry
learning, evaluasi soal berbasis inquiry learning, dan bahasa soal mudah
dipahami.
Hasil walkthrough dari ahli materi yaitu pada bagian deskripsi umum,
sebaiknya langsung menjelaskan mengenai konduktivitas, pada indikator
pembelajaran kata “memahami” pada kalimat “mahasiswa dapat memahami
konsep mekanisme konduktivitas dalam larutan” diganti dengan kata menjelaskan
sehinggan menjadi ”mahasiswa dapat menjelaskan konsep mekanisme
konduktivitas dalam larutan” dan pada gambar 1.1, keterangan “elektroda Cu”
54
Universitas Sriwijaya
55
Universitas Sriwijaya
56
Universitas Sriwijaya
57
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
bahwa:
5.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Hasil dari penelitian yang telah diperoleh sebaiknya digunakan
mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran
2. Bagi dosen
Hasil dari penelitian sebaiknya digunakan sebagai bahan ajar
pendamping buku teks mata kuliah Kimia Larutan
3. Bagi Peneliti lain
64
Universitas Sriwijaya
65
Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA
66
Universitas Sriwijaya
Irfandi, dkk. (2018). Pengembangan Modul Kimia Berbasis Learning Cycle -5E
pada Materi Ikatan Kimia. Jurnal Kimia dan Pendidikan, 7.
Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., & Anderspn, R.E. (2014). Multivariate
Data Analysis. USA: Pearson Education Limited.
Pratama, dkk. (2018). Uji Usability Situs WEB Academic Information System
(AIS) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dengan Metode Cognitive
Walkthrough Pada Penilaian Dosen.
https://www.researchgate.net/publication/326534874. Diakses pada 05
Januari 2020.
Pribadi, B. A. (2010). Model desain sistem pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.
67
Universitas Sriwijaya
Tegeh, M., dan Kirna, M. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Metode Penelitian
Pendidikan dengan ADDIE Model. Jurnal IKA. Universitas Pendidikan
Ganesha Singaraja , 14(1).
Winarni, E. W. (2018). Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Jakarta: Erlangga.
68
Universitas Sriwijaya
69