Anda di halaman 1dari 71

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS INQUIRY LEARNING

MATERI KONDUKTIVITAS UNTUK MAHASISWA


PENDIDIKAN KIMIA FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

SKRIPSI

oleh
Vika Nurjanah
NIM:06101281621015
Program Studi Pendidikan Kimia

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBARiv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR LAMPIRAN vi
ABSTRAK vii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 3

1.3 Tujuan Penelitian 4

1.4 Manfaat Penelitian 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5


2.1 Bahan Ajar 5

2.2 Jenis-Jenis Bahan Ajar 5

2.3 Modul 6

2.4 Karakteristik Modul 7

2.5 Model Pembelajaran Inquiry 8

2.6 Penelitian Pengembangan 12

2.6.1 Model Penelitian Pengembangan 4-D 14

2.6.2 Kelebihan Model 4-D 16

2.8 Konduktivitas 16

2.8.1 Pengukuran Hantaran Jenis Larutan 17

2.8.2 Konduktivitas Molar 17

BAB III METODE PENELITIAN 17


3.1 Jenis Penelitian 17

3.2 Subjek dan Objek Penelitian 17

ii
Universitas Sriwijaya

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian 17

3.4 Prosedur Penelitian 17

3.5 Teknik Pengumpulan Data 25

3.5.1 WalkThrough 25

3.5.2 Angket25

3.6. Analisa Data 26

3.6.1 Analisa Data Deskriptif Kualitatif 26

3.6.2 Analisa Data Statistik Inferensial 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 29


4.1 Hasil Penelitian 29

4.1.1 Define (Pendefinisian) 29

4.1.2 Design (Perancangan) 31

4.1.3 Development (Pengembangan) 37

4.1.4 Disseminate (Penyebaran) 49

4.2 Pembahasan 49

BAB V KESIMPULAN 64
5.1 Kesimpulan 64

5.2 Saran 64

DAFTAR PUSTAKA 66

iii
Universitas Sriwijaya

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Diagram Alir Penelitian Pengembangan 4D.............................23


Gambar 2 Kegiatan pada tahap Developmental testing 1...........................45
Gambar 3 Kegiatan pada tahap Developmental testing 2...........................47

iv
Universitas Sriwijaya

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kategori Skor V Aiken..................................................................26


Tabel 2 Intrepretasi Kappa menurut Altman 1991.....................................27
Tabel 3 Kriteria Koefisien Cronbach’s Alpha............................................28
Tabel 4 Hasil Angket Pra penelitian...........................................................30
Tabel 5 Rancangan Awal untuk Kegiatan Belajar 1..................................33
Tabel 6 Rancangan Awal untuk Kegiatan Belajar 2..................................34
Tabel 7 Hasil Evaluasi Mandiri, Rekan Sejawat, dan Dosen Pembimbing36
Tabel 8 Komentar dan saran dari Ahli Desain...........................................37
Tabel 9 Hasil Validasi Desain Menggunakan ‘Aiken................................39
Tabel 10 Hasil Validasi Desain Menggunakan Kappa...............................40
Tabel 11 Komentar dan Saran dari Ahli Pedagogik/Bahasa......................40
Tabel 12 Hasil Validasi Bahasa/Pedagogik Menggunakan ‘Aiken...........42
Tabel 13 Hasil Validasi Bahasa/Pedagogik Menggunakan Kappa............42
Tabel 14 Komentar dan Saran Validator....................................................43
Tabel 15 Hasil Validasi Materi Menggunakan ‘Aiken...............................44
Tabel 16 Hasil Validasi Materi Menggunakan Kappa...............................44
Tabel 17 Komentar dan Saran pada tahap Developmental testing 1.........45
Tabel 18 Perhitungan Cronbach’s Alpha Developmental testing 1...........46
Tabel 19 Komentar dan Saran pada tahap Developmental testing 2.........47
Tabel 20 Perhitungan Cronbach’s Alpha Developmental testing 2...........48

v
Universitas Sriwijaya

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Angket Pra Penelitian.........................................................................69


Lampiran 2 Validasi Ahli Desain 1........................................................................67
Lampiran 3 Surat Keterangan Validasi Ahli Desain 1...........................................72
Lampiran 4 Validasi Ahli Desain 2........................................................................73
Lampiran 5 Surat Keterangan Vakidasi Ahli Desain 2..........................................76
Lampiran 6 Validasi Ahli Bhasa/Pedagogik 1.......................................................77
Lampiran 7 Surat Keterangan Validasi Ahli Bahasa/Pedagogik 1........................80
Lampiran 8 Validasi Ahli Bahasa/Pedagogik 2.....................................................81
Lampiran 9 Surat Keterangan Validasi Ahli Bahasa/Pedagogik 2........................84
Lampiran 10 Validasi Ahli Materi 1......................................................................85
Lampiran 11 Surat Keterangan Validasi Ahli Materi 1.........................................88
Lampiran 12 Validasi Ahli Materi 2......................................................................89
Lampiran 13 Surat Keterangan Validasi Ahli Materi 2.........................................92
Lampiran 14 Angket Developmental testing 1......................................................94
Lampiran 15 Angket Developmental testing 2....................................................101
Lampiran 16 Rekapitulasi Penilaian Hasil Validasi Menggunakan ‘Aiken........105
Lampiran 17 Rekapitulasi Hasil Angket Developmental testing 1......................107
Lampiran 18 Rekapitulasi Hasil Angket Developmental Testing 2......................107
Lampiran 19 Usulan Judul Skripsi.......................................................................109
Lampiran 20 SK Pembimbing..............................................................................110
Lampiran 21 Surat Izin Penelitian........................................................................112
Lampiran 22 Jadwal dan Waktu Kegiatan Penelitian..........................................113

vi
Universitas Sriwijaya

ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk
menghasilkan Modul Berbasis Inquiry Learning Materi Konduktivitas untuk
Mahasiswa Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya yang valid dan praktis, dengan menggunakan model 4D
(Define, Design, Develop and Disseminate). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kevalidan desain menurut koefisien ‘Aiken sebesar 0,83 dengan kategori tinggi
dan nilai koefisien Kappa sebesar 0,92 dengan kategori sangat baik, kevalidan
bahasa menurut koefisien ‘Aiken sebesar 0,92 dengan kategori tinggi dan nilai
koefisien Kappa sebesar 0,84 dengan kategori sangat baik, dan kevalidan materi
menurut koefisien ‘Aiken sebesar 0,89 dengan kategori tinggi dan nilai koefisien
Kappa sebesar 1,00 dengan kategori sangat baik. Skor kepraktisan pada tahap uji
produk I diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,93 dengan kategori tinggi
dan pada tahap uji produk II diperoleh nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,60
dengan kategori sedang. Berdasarkan skor yang diperoleh tersebut menunjukkan
bahwa modul yang dihasilkan telah memenuhi kriteria valid dan praktis.
Kata Kunci : Penelitian pengembangan, modul, inquiry learning, konduktivitas
ABSTRACT
This research is development research that aimed to produce module based on
Inquiry Learning of conductivity for chemical education students FKIP Srwijaya
University which is valid and practical by model used was the 4D (Define,
Design, Develop, and Disseminate). The result validity of design are 0,83 of
‘Aiken coefficient which categorized as high and 0,92 of Kappa coefficient which
categorized as very good, the validity of language are 0,92 of ‘Aiken coefficient
which categorized as high and 0,84 of Kappa coefficient which categorized as
very good, the validity of content are 0,89 of ‘Aiken coefficient which categorized
as high and 1,00 of Kappa coefficient which categorized as very good. Practical
score in developmental testing I of cronbach’s alpha is 0,93 which categorized as
high and in developmental testing II of cronbach’s alpha is 0,60 which categorized
as being. Based on score get it show that the module resulting has met the
categorized valid and practical.
Keywords : Research development, module, inquiry learnqing, conductivity

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan ajar merupakan salah satu faktor penting dalam keefektifan sebuah
pembelajaran. Menurut Hamid dkk. (2008) bahan ajar adalah seperangkat materi
yang dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran yang disusun secara
sistematis sehingga terciptanya lingkungan belajar yang menyenangkan dan
memudahkan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Kurangnya
bahan ajar dalam suatu pembelajaran tentunya akan memengaruhi kualitas
pembelajaran itu sendiri. Dalam konteks pendidikan di Perguruan Tinggi, bahan
ajar yang digunakan oleh mahasiswa biasanya diperoleh dari dosen yang
mengajar(Arsanti, 2018).
Pada proses pembelajaran mata kuliah Kimia Larutan di Program Studi
Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas
Sriwijaya, mahasiswa memperoleh bahan ajar dari dosen untuk menunjang proses
pembelajaran yang berlangsung. Dari data nilai mahasiswa pada mata kuliah
Kimia Larutan, sebanyak 26,31% mendapatkan kategori nilai cukup dan yang
mendapatkan kategori nilai sangat baik hanya sebanyak 7,89% serta 65,78%
mahasiswa mendapatkan kategori nilai baik. Dari data tersebut dapat dilihat
bahwa hanya sedikit mahasiswa yang mendapat nilai sangat baik dan terdapat
cukup banyak yang mahasiswa mendapat nilai yang cukup.
Berdasarkan angket pra penelitian yang telah dibagikan kepada 52
mahasiswa pendidikan kimia tahun akademik 2017 kelas Inderalaya dan kelas
Palembang yang pernah mengambil mata kuliah Kimia Larutan, sebanyak 88,5%
mahasiswa menyatakan mata kuliah Kimia Larutan adalah mata kuliah yang sulit
untuk dipahami. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa mahasiswa masih kesulitan
memahami materi dalam mata kuliah Kimia Larutan.

1
Universitas Sriwijaya

Dalam kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan, selama ini bahan ajar
yang digunakan berupa sebuah slide power point dan sebuah file materi bahan
ajar berbahasa inggris yang didalamnya hanya memuat sedikit materi dan sulit
untuk dipahami oleh mahasiswa. Misalnya saja mengenai materi konduktivitas,
didalam bahan ajar tersebut hanya sedikit sekali yang memuat materi
konduktivitas, padahal materi konduktivitas adalah materi yang diajarkan diawal
perkuliahan yang akan berkesinambungan dengan materi selanjutnya. Dengan
adanya bahan ajar yang sedikit ini, mahasiswa mengalami kesulitan dalam
memahami materi. Menurut Aryani (2017) kesulitan yang dihadapai mahasiswa
ini salah satunya dapat disebabkan oleh kurangnya referensi bahan ajar dalam
kegiatan pembelajaran.
Untuk mengatasi permasalahan diatas, maka diperlukan sebuah bahan ajar
yang mudah dipahami oleh mahasiswa dan dapat digunakan untuk belajar secara
mandiri. Hal ini dilandaskan dari angket pra penelitian yang menyatakan bahwa
100% mahasiswa membutuhkan bahan ajar yang disusun dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dipahami oleh mahasiswa. Adapun bahan ajar yang sesuai
dengan karakteristik tersebut adalah sebuah modul. Menurut Mulyasa dalam
Budiono dan Susanto (2006) modul merupakan paket belajar mandiri yang
meliputi serangkaian pengalaman belajar yang direncanakan serta dirancang
secara sistematis untuk membantu peserta didik mencapai tujuan belajar. Hal ini
sesuai dengan karakteristik bahan ajar yang diperlukan. Modul yang akan dibuat
hendaknya dapat membantu mahasiswa mengembangkan penguasaan
keterampilan dalam proses kognitif, memperoleh pengetahuan secara individual
sehingga membangkitkan motivasi belajar mahasiswa, memberikan peluang untuk
berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan masing-masing
(Helmizan,2013). Modul yang dibuat juga harus sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik mahasiswa, data dari angket pra penelitian menunjukkan sebanyak
80,76% mahasiswa aktif dalam kegiatan perkuliahan mata kuliah kimia larutan
apabila dilihat dari indikator keaktifan mahasiswa.Artinya, mahasiswa sudah aktif
dalam kegiatan pembelajaran dan mereka membutuhkan sebuah model
pembelajaran yang dapat menunjang keaktifan mereka untuk mengembangkan

2
Universitas Sriwijaya

kemampuan berpikir dan intelektual sesuai dengan kemampuan masing-masing..


Model pembelajaran yang cocok dan sesuai dengan karakter dan kebutuhan
mahasiswa adalah model pembelajaran inquiry learning.
Menurut Bimerdin dkk. (2015) model pembelajaran inquiry learning
dapat mengembangkan kemampuan berfikir mahasiswa secara sistematis, logis,
dan kritis, serta dapat mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian
dari proses mental. Dalam model pembelajaran ini, mahasiswa tidak hanya
dituntut agar menguasai materi pembelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat
menggunakan potensi yang dimilikinya.
Sebelumnya, Mastina (2017) telah melakukan penelitian dengan
menggunakan model inquiry learning dalam pengembangan modul pembelajaran
Geografi berbasis inkuiri untuk meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa
dan hasil penelitiannya menyatakan bahwa modul Geografi berbasis inkuiri
terbukti efektif digunakan dalam meningkatkan argumentasi siswa. Hal ini juga
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bimerdin dkk. (2015) dengan
menggunakan model inquiry learning dalam pengembangan modul berbasis
inquiry learning untuk pembelajaran menyunting karangan. Hasil penelitiannya
menyatakan bahwa penggunaan model inquiry learning dapat membentuk pola
pikir siswa lebih kritis, logis, dan ilmiah yang ditunjukkan ketika merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan bukti-bukti berupa data, menguji
hipotesis, dan menarik kesimpulan secara ilmiah.
Berdasarkan uraian diatas, maka dipilih judul “Pengembangan Modul
Berbasis Inquiry Learning Materi Konduktivitas Untuk Mahasiswa
Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sriwijaya”. Peneliti berharap modul
berbasis inquiry learning pada materi ini dapat mempermudah mahasiswa untuk
memahami materi yang disampaikan oleh dosen pada saat kegiatan pembelajaran
berlangsung maupun pada saat mahasiswa belajar mandiri.

I.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah di dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3
Universitas Sriwijaya

1. Bagaimana mengembangkan modul berbasis Inquiry Learning materi


Konduktivitas yang valid?
2. Bagaimana mengembangkan modul berbasis Inquiry Learning materi
Konduktivitas yang praktis?

I.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, tujuan dari
penelitian pengembangan ini adalah “untuk menghasilkan modul berbasis Inquiry
Learning materi Konduktivitas yang valid dan praktis”

I.4 Manfaat Penelitian


Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu sebagai
berikut:
a. Bagi mahasiswa
Dapat membantu mahasiswa dalam memahami materi Konduktivitas mata
kuliah Kimia Larutan
b. Bagi Dosen
Dapat menjadi alternatif bahan ajar berupa modul yang dapat digunakan
dalam proses pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi lebih
variatif dan memudahkan dosen dalam menyampaikan materi
c. Bagi peneliti lain
Dapat menjadi referensi yang relevan dalam pengembangan bahan ajar
pada materi lain atau pada bidang studi lain

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Bahan Ajar


Bahan ajar merupakan salah satu bagian yang penting dalam kegiatan
pembelajaran dan merupakan bagian dari sumber belajar. Menurut Widodo dan
Jasmadi dalam Lestari (2013) bahan ajar adalah seperangkat alat pembelajaran
yang didalamnya berisi materi pembelajaran, metode pembelajaran, batasan-
batasan, dan cara mengevaluasi pembelajaran yang didesain secara sistematis dan
menarik untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yakni mencapai kompetensi dan
subkompetensi dengan segala kompleksitasnya.
Menurut Maryani dalam Annake (2013) bahan ajar adalah sebuah
perangkat materi yang disusun secara sistematis baik dalam bentuk tertulis
maupun tidak tetulis sehingga tercipta lingkungan atau suasana yang
memungkinkan siswa untuk belajar. Baik guru ataupun peserta didik memerlukan
bahan ajar dalam proses pembelajaran dikarenakan dalam bahan ajar terdapat
kompetensi yang akan dikuasai oleh peserta didik. Jadi dapat disimpulkan bahwa
bahan ajar adalah semua bentuk sumber belajar yang digunakan dalam proses
pembelajaran yang disusun sedemikian rupa untuk menunjang kegiatan
pembelajaran.

II.2 Jenis-Jenis Bahan Ajar


Menurut Andi Prastowo (2012), bahan ajar berdasarkan bentuknya
dikelompokkan menjadi empat macam, yaitu bahan ajar cetak, bahan ajar dengar,
bahan ajar pandang dengar, dan bahan ajar interaktif.
1. Bahan ajar cetak merupakan sejumlah bahan ajar yang berbentuk kertas
yang digunakan untuk keperluan pembelajaran atau untuk menyampaikan
sebuah informasi. Misalnya buku, modul, handout, lembar kerja peserta
didik, brosur, foto atau gambar, dan lain-lain.
5
Universitas Sriwijaya

2. Bahan ajar dengar atau program audio merupakan sistem pembelajaran


yang menggunakan sinyal radio secara langsung, yang mana dapat
dimainkan atau didengarkan oleh seseorang atau sekelompok orang.
Mislanya kaset, radio, compact disk audio.

3. Bahan ajar pandang dengar (audiovisual) merupakan kombinasi sinyal


audio dengan gambar bergerak secara sekuensial. Misalnya film, video
compact disk.

4. Bahan ajar interaktif yakni kombinasi dari dua atau lebih media (audio,
teks, grafik, gambar, animasi, dan video) yang kemudian dimanipulasi oleh
penggunanya atau diberi perlakuan untuk mengendalikan suatu perintah
atau perilaku alami dari suatu presentasi. Misalnya compact disk
interactive.

II.3 Modul
Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara utuh
dan sistematis yang didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan
belajar yang spesifik (Daryanto, 2013). Modul adalah sebuah bahan ajar yang
disusun dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai tingkat
pengetahuan agar peseta didik dapat belajar secara mandiri.
Daryanto & Dwicahyono (2014) mengemukakan bahwa modul merupakan
bahan ajar yang terprogram dan disusun sedimikian rupa yang disajikan secara
sistematis, terpadu, dan teperinci. Modul merupakan salah satu bahan ajar cetak
yang berfungsi sebagai bahan ajar mandiri. Penggunaan modul dalam proses
pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam
proses pembelajaran meskipun tanpa kehadiran pendidik
Sebuah modul disusun dengan tujuan tertentu, diantaranya yaitu agar
peserta didik secara mandiri, dan agar peran seorang pendidik tidak terlalu
dominan dan otoriter dalam kegiatan pembelajaran. Modul juga berperan dalam
proses pengakomodasian berbagai tingkat dan kecepatan belajar peserta didik.
Untuk peserta didik yang memiliki kecepatan belajar tinggi, maka mereka dapat
belajar lebih cepat serta menyelesaikan modul dengan lebih cepat pula.

6
Universitas Sriwijaya

Sebaliknya, untuk peserta didik yang kecepatan belajarnya agak lambat maka
mereka dipersilahkan untuk mengulanginya kembali. Penggunaan modul juga
dapat membantu peserta didik mengukur sendiri tingkat penguasaan materi yang
telah mereka pelajari.

II.4 Karakteristik Modul


Menurut Daryanto & Dwicahyono (2014) untuk menghasilkan modul yang
baik, pengembangan modul harus memperhatikan karateristik dari modul, yaitu :
a. Self Instruction
Self instruction ini memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dan
tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instruction, maka
modul tersebut harus memuat tujuan pembelajaran yang jelas dan dikemas dalam
unit-unit kegiatan yang spesifik, terdapat contoh yang mendukung penjelasan
materi, dan terdapat latihan soal yang dapat mengukur tingkat kemampuan peserta
didik serta modul juga harus disusun dengan bahasa yang mudah dipahami dan
komunikatif.
Materi pembelajaran dalam modul juga harus terkait dengan konteks
kegiatan dan lingkungan peserta didik, dan pada bagian akhir terdapat rangkuman
materi pembelajaran. Sebuah modul juga harus dilengkap dengan instrumen
penilaian, kemudian terdapat umpan balik atas penilaian peserta didik sehingga
peserta didik mengetahui tingkat penguasaan materi. Terakhir, didalam modul
juga harus dicantumkan informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang
mendukung materi pembelajaran.
b. Self Contained
Sebuah modul dikategorikan self contained apabila seluruh materi
pembelajaran yang dibutuhkan termuat dalam modul tersebut. Hal ini bertujuan
untuk memberikan kesempatan peserta didik mempelajari materi pembelajaran
secara tuntas, sebab materi belajar harus dikemas kedalam satu kesatuan yang
utuh. Apabila harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu standar
kompetensi/kompetensi dasar, maka pembagian atau pemisahan materi harus

7
Universitas Sriwijaya

memperhatikan keluasan standar kompetensi/kompetensi dasar yang harus


dikuasai oleh peserta didik.
c. Berdiri Sendiri (Stand Alone)
Karakteristik modul stand alone berarti modul yang dibuat tidak
bergantung pada bahan ajar atau media lain, atau tidak harus digunakan bersama-
sama dengan bahan ajar atau media lain. Dengan adanya modul, peserta didik
tidak perlu bahan ajar yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas
pada modul tersebut. Apabila peserta didik masih menggunakan bahan ajar lain
selain modul yang digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak dikategorikan
sebagai modul yang berdiri sendiri.
d. Adaptif
Sebuah modul dapat dikatakan adaptif apabila modul tersebut sesuai
dengan perkembangan ilmu pengethauan dan teknologi serta bersifat
fleksibel/luwes jika digunakan di berbagai perangkat keras (hardware). Oleh
karena itu, sebuah modul harus memilikifaya adaptasi yang tinggi.
e. Bersahabat/Akrab (User Friendly)
Sebuah modul hendaknya memuat instruksi dan paparan informasi yang
bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk didalamnya
kemudahan pemakainya dalam merespon dan mengakses modul tersebut sesuai
dengan keinginannya. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti,
serta menggunakan istilah yang umum digunakan, merupakan salah satu bentuk
user friendly.

II.5 Model Pembelajaran Inquiry


Menurut Trianto dalam Gunarto (2013) konsep model pembelajaran adalah
suatu pola atau perencanaan yang digunakan sebagai acuan dalam merencanakan
pembelajaran di kelas. Sebuah model pembelajaran akan mengacu pada
pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, yaitu diantaranya tahapan dalam
pembelajaran, tujuan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan
didalam kelas.

8
Universitas Sriwijaya

Model pembelajaran inquiry merupakan model yang digunakan untuk


mempersiapkan peserta didik dalam situasi untuk melakukan eksperimen mandiri
secara luas untuk melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri, serta menghubungkan
penemuan yang satu dengan penemuan yang lain, dan membandingkan apa yang
ditemukannya dengan yang ditemukan peserta didik lain (Mulyasa, 2005).
Menurut Wina Sanjaya dalam Damayanti (2014) terdapat tiga karakteristik
dalam model pembelajaran inquiry learning yaitu (1) model pembelajran inkuiri
lebih menekankan kepada aktivitas peserta didik secara maksimal untuk mencari
dan menemukan, artinya dalam model ini menempatkan peserta didik berperan
sebagai subjek belajar, (2) seluruh aktivitas yang dilakukan oleh peserta didik
diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari sesuatu yang
dipertanyakan atau rumusan masalah, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan
sikap percaya diri (self believe) peserta didik, (3) tujuan dari penggunaan model
pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan
berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan
intelektual sebagai bagian dari proses mental.
Menurut Sanjaya (2006) langkah-langkah dalam model pembelajaran
inquiry learning adalah sebagai berikut:
1. Orientasi
Pada langkah ini suasana kelas dikondisikan agar mahasiswa siap
melaksanakan proses pembelajaran dengan cara memacu dan mahasiswa untuk
berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi merupakan langkah yang sangat
penting, karena keberhasilan pembelajaran inkuiri sangat tergantung pada
kemauan mahasiswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam
memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam tahap orientasi
adalah :
a. Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat
dicapai.
b. Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa
untuk mencapai tujuan. Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri

9
Universitas Sriwijaya

serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah merumuskan masalah sampai
dengan merumuskan kesimpulan.
c. Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan
dalam rangka memberikan motivasi belajar mahasiswa.
2. Merumuskan Masalah
Pada langkah ini dosen mengarahkan mahasiswa pada suatu persoalan yang
mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang
mahasiswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu. Proses berpikir dan mencari
jawaban teka-teki itulah yang sangat penting dalam model inkuiri. Oleh karena itu
melalui proses tersebut mahasiswa akan memperoleh pengalaman yang sangat
berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan masalah adalah:
a. Masalah hendaknya dirumuskan sendiri oleh mahasiswa. Mahasiswa akan
memiliki motivasi belajar yang tinggi manakala dilibatkan dalam
merumuskan masalah yang hendak dikaji.
b. Masalah yang dikaji adalah masalah yang mengandung teka-teki dan
jawabannya pasti.
c. Konsep-konsep dalam masalah adalah konsep-konsep yang sudah
diketahui terlebih dahulu oleh mahasiswa. Artinya, sebelum masalah itu
dikaji lebih jauh melalui proses inkuiri, pendidik perlu yakin terlebih dahulu
bahwa siswa sudah memiliki pemahaman tentang konsep-konsep yang ada
dalam rumusan masalah.
3. Mengajukan Hipotesis
Kemampuan atau potensi individu untuk berpikir pada dasarnya sudah
dimiliki sejak individu itu lahir. Potensi berpikir tersebut dimulai dari kemampuan
setiap individu untuk menebak atau mengira-ngira dari suatu permasalahan. Salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kemampuan berhipotesis
adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong
mahasiswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan
berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

10
Universitas Sriwijaya

4. Mengumpulkan Data
Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses
mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses
pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar,
akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi
berpikirnya. Oleh sebab itu, tugas dan peran seorang dosen dalam tahapan ini
adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mendorong mahasiswa
untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan.
5. Menguji Hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari
tingkat keyakinan mahasiswa atas jawaban yang diberikan. Disamping itu,
menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.
Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan
argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
6. Merumuskan Kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Kadang banyaknya jawaban yang
diperoleh menyebabkan kesimpulan yang diputuskan tidak fokus terhadap
masalah yang hendak dipecahkan. Karena itu, untuk mencapai kesimpulan yang
akurat dosen harus mampu menunjukkan pada mahasiswadata mana yang relevan.
Model pembelajaran inquiry learning merupakan suatu model pembelajaran
yang mana kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik dimulai dari
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji
hipotesis dan menarik kesimpulan. Bimerdin dkk. (2016) telah melakukan
penelitian menggunakan model inquiry learning dalam pengembangan modul
berbasis inkuiri untuk pembelajaran menyunting karangan. Hasil penelitiannya
menyatakan bahwa penggunaan model inkuiri akan dapat membentuk pola pikir
siswa lebih kritis, logis, dan ilmiah yang ditunjukkan ketika merumuskan masalah,

11
Universitas Sriwijaya

merumuskan hipotesis, mengumpulkan bukti-bukti berupa data, dan menarik


kesimpulan secara ilmiah.
Penelitian yang relevan juga dilakukan oleh Mastina (2017) dengan model
inquiry learning dalam pengembangan modul pembelajaran Geografi berbasis
Inkuiri untuk meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa dan hasil
penelitiannyamenyatakan bahwa modul Geografi berbasis Inkuiri hasil
pengembangan efektif digunakan dalam meningkatkan argumentasi siswa..

II.6 Penelitian Pengembangan


Menurut Borg & Gall dalam Sukiman (2012) penelitian pengembangan
adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi
suatu produk pendidikan. Dalam penelitian pengembangan terdapat langkah
penelitian yang berisi kajian tentang temuan penelitian produk yang akan
dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan-temuan tersebut,
dan melakukan uji coba lapangan sesuai dengan latar dimana produk tersebut akan
dipakai serta melakukan revisi terhadap hasil uji coba.
Fokus kajian pada penelitian pengembangan ini adalah pada bidang desain
atau rancangan baik berupa model desain dan desain bahan ajar. Penelitian
pengembangan bertujuan untuk menghasilkan produk baru melalui proses
pengembangan sehingga makna dari penelitian pengembangan adalah suatu proses
atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam penelitian pengembangan, terdapat beberapa jenis model penelitian
pengembangan diantaranya yaitu model pengembangan 4-D, ADDIE. Rowntree,
dan model pengembangan Dick and Carey.
Model 4-D merupakan singkatan dari Define, Design, Development, dan
Dissemination yang dikembangkan oleh Thiagarajan pada tahun1974 (dalam
Winarni,2018). Model 4-D sering digunakan dalam pengembangan bahan ajar
seperti modul, LKPD, dan buku ajar (Winarni,2018). Tahapan dalam model
pengembangan ini terdiri dari tahap define, design, development, dan
disseminatation. Tahap define memiliki empat tahap yaitu analisis kurikulum,

12
Universitas Sriwijaya

analisis karakteristik peserta didik, analisis materi dan merumuskan tujuan.


Tahap design juga memiliki empat tahap diantaranya penyusunan tes, pemilihan
media, pemilihan format, dan rancangan awal. Selanjutnya pada tahap
development dilakukan expert appraisal atau validasi dengan ahli dan dilanjutkan
developmental testing atau uji coba produk. Setelah itu produk akan disebarkan
pada tahap dissemination.
Model ADDIE merupakan singkatan dari Analysis Design Development
Implementation dan Evaluations. Model pengembangan ADDIE biasanya
digunakan untuk berbagai macam bentuk pengembangan produk contohnya
pengembangan strategi pembelajaran, pengembangan model pembelajaran,
pengembangan media pembelajaran dan pengembangan bahan ajar (Pribadi,
2010). Model pengembangan ADDIE dikembangkan dengan tujuan untuk
merancang sistem pembelajaran.
Prosedur pengembangan menurut Rowntree terdiri atas tiga tahapan yaitu
tahap perencanaan (planning), tahap pengembangan (development), dan tahap
evaluasi (evaluation) (Rachman, dkk., 2017).
Model Dick and Carey merupakan model prosedural yaitu model
deskriptif yang mempunyai alur atau langkah-langkah yang wajib diikuti untuk
menghasilkan suatu produk pengembangan. Menurut Setyosari (2013) dalam
model Dick and Carey terdiri atas sepuluh langkah, yaitu:(1) Analisis kebutuhan
dan tujuan, (2) Analisis pembelajaran, (3) Analisis pembelajar dan konteks, (4)
Merumuskan tujuan performasi, (5) Mengembangkan instrument, (6)
Mengembangkan strategi pembelajaran, (7) Mengembangkan dan memilih bahan
pembelajaran, (8) Merancang dan melakukan evaluasi formatif, (9) Melakukan
revisi, dan (10) Evaluasi sumatif.
Dari beberapa jenis model-model penelitian pengembangan yang sudah di
jelaskan di atas, adapun model pengembangan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah model 4-D. Model penelitian pengembangan 4-D terdiri dari empat
tahap yaitu Define (Pendefinisian), Design (Perancangan), Develop
(Pengembangan), dan Disseminate (Penyebarluasan).

13
Universitas Sriwijaya

II.6.1 Model Penelitian Pengembangan 4-D


Model 4-D merupakan singkatan dari Define, Design, Development, dan
Dissemination yang dikembangkan oleh Thiagarajan pada tahun 1974 (dalam
Winarni, 2018). Menurut Winarni (2018) kegiatan-kegiatan setiap tahap dalam
model 4-D yaitu:
a. Define (Pendefinisian)
Pada tahap ini dilakukan kegiatan untuk menetapkan dan mendefinisikan
syarat-syarat pengembangan. Dalam model lain, tahap ini sering disebut tahap
analisis kebutuhan. Ada 4 kegiatan yang dilakukan dalam tahap define yaitu:
1. Analisis Kurikulum
Pada tahap awal, peneliti perlu mengkaji kurikulum yang digunakan saat
kegiatan pembelajaran. Analisis kurikulum ini digunakan untuk menetapkan
kompetensi bahan ajar yang akan akan dikembangkan.
2. Analisis Karakteristik Peserta Didik
Peneliti harus mengetahui karateristik peserta didik yang akan
menggunakan bahan ajar. Karateristik peserta didik perlu diketahui untuk
menyusun bahan ajar yang sesuai dengan kemampuan akademik dan
kebutuhan dari peserta didik.
3. Analisis materi
Analisis materi dilakukan dengan mendefinisikan materi utama yang
perlu diajarkan yaitu dengan mengumpulkan dan memilih materi yang relevan,
kemudian menyusunnya kembali secara sistematis.
4. Merumuskan Tujuan
Langkah sebelum menulis bahan ajar yaitu merumuskan tujuan
pembelajaran dan kompetensi yang hendak diajarkan. Hal ini untuk
membatasi peneliti supaya tidak menyimpang dari tujuan semula pada saat
sedang menuliskan bahan ajar.
b. Design (Perancangan)
Ada 4 langkah dalam tahap design, diantaranya:
1. criterian eferenced test (Penyusunan tes)

14
Universitas Sriwijaya

Menyusun tes sebagai tindakan pertama untuk mengetahui kemampuan


awal peserta didik dan sebagai alat evaluasi setelah implementasi bahan ajar
2. media selection (Pemilihan media)
Memilih media yang sesuai dengan materi dan karateristik peserta didik.
3. Format selection (Pemilihan format)
Pemilihan bentuk format penyajian perangkat pembelajaran disesuaikan
dengan media atau model pembelajaran yang digunakan.
4. initial design (Rancangan awal)
Membuat penyajian materi dengan media dan langkah-langkah
pembelajaran yang telah dirancang.
Dalam tahap perancangan, peneliti sudah membuat produk awal
(prototype) atau rancangan produk. Sebelum rancangan (design) produk di
lanjutkan ke tahap berikutnya, rancangan produk misalnya berupa bahan ajar,
model, dan lain-lain perlu divalidasi. Validasi rancangan produk dilakukan oleh
teman sejawat, dosen pembimbing atau guru dari keahlian yang sama.
c. Develop (Pengembangan)
Ada 2 kegiatan dalam tahap develop, yaitu:
1. Expert appraisal (Penilaian para ahli)
Expert appraisal adalah teknik untuk melakukan validasi atau menilai
produk. Dalam tahap ini dilakukan oleh para ahli pada bidangnya.
2. Developmental testing (Uji coba produk)
Developmental testing adalah uji coba produk dilakukan dengan menguji
isi dari keterbacaan produk oleh peserta didik yang akan menggunakan produk
tersebut. Hasil pengujian kemudian digunakan untuk revisi sehingga produk
benar-benar telah memenuhi kebutuhan pengguna. Untuk mengetahui efektifitas
produk tersebut dalam meningkatkan hasil belajar, kegiatan dilakukan
dengan memberi soal-soal latihan.
d. Disseminate (Penyebarluasan)
Dilakukan dengan sosialisasi produk melalui pendistribusian dalam jumlah
terbatas kepada tenaga pendidik dan peserta didik. Pendistribusian ini dilakukan

15
Universitas Sriwijaya

untuk memperoleh respon dan umpan balik terhadap produk yang telah
dikembangkan.
Penelitian dengan model 4-D sebelumnya telah dilakukan oleh Setyadi, dkk
(2017) dengan judul penelitian pengembangan modul pembelajaran biologi
berbasis pendekatan saintifik untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rijal (2013) dengan judul
pengembangan modul pembelajaran Kimia SMA berorientasi karakter yang jika
dilihat dari hasil analisis validasi para ahli menunjukkan perangkat modul
pembelajaran berorientasi karakter berada dalam kategori valid, serta dari hasil
analisis pengamatan keterlaksanaan perangkat menunjukkan bahwa modul
pembelajaran berorientasi karakter memenuhi kriteria praktis.
II.6.2 Kelebihan Model 4-D
Kelebihan dari model 4-D diantaranya bahwa model ini lebih jelas,
lengkap, terarah, terstruktur, sistematis dan menuntun pengembang dari awal
hingga proses akhir produk yang dihasilkan. Model pengembangan 4-D menurut
Thiagarajan ini merupakan model pengembangan perangkat pembelajaran yang
secara detail menjelaskan langkah-langkah operasional pengembangan perangkat,
sehingga dalam pengembangan perangkat pembelajaran, model Thiagarajan lebih
terperinci dan lebih sistematis (Winarni, 2018).
Adapun alasan peneliti menggunakan model 4-D selain dari kelebihan
yang dimilikinya adalah bahwa model pengembangan ini lebih tepat digunakan
sebagai dasar untuk mengembangkan perangkat pembelajaran bukan untuk
mengembangkan sistem pembelajaran dan uraiannya tampak lebih lengkap dan
sistematis, kemudian. pada tahap development peneliti dapat dengan leluasa
melakukan uji coba dan revisi berkai-kali sampai diperoleh perangkat
pembelajaran dengan kualitas yang maksimal (final).

2.8 Konduktivitas

Daya hantar listrik atau konduktivitas merupakan ukuran seberapa kuat


suatu larutan dapat menghantarkan listrik. Konduktivitas digunakan untuk
pengukuran larutan/cairan elektrolit. Kosentrasi elektrolit sangat menentukan

16
Universitas Sriwijaya

besarnya konduktivitas. Pembawa muatan dapat berupa elektron seperti logam,


dapat pula berwujud ion positif dan ion negatif seperti dalam larutan elektrolit dan
lelehan garam. Pembawa muatan yang berwujud logam disebut dengan elektrolit
metalik, sedangkan pembawa muatan yang berupa larutan disebut dengan
elektrolit ionik. Perpindahan muatan dapat terjadi bila terdapat beda potensial
antara satu tempat dengan tempat yang lain, karena arus mengalir dari potensial
tinggi ke potensial rendah.

2.8.1 Pengukuran Hantaran Jenis Larutan


Arus listrik yang dibawa oleh ion-ion disebut sebagai hantaran. Hantaran
jenis suatu larutan elektrolit tidak dapat diukur secara langsung, yang dapat
diukur langsung adalah tahanan dari suatu larutan elektrolit. Selanjutnya
hantaran jenis dapat diukur dengan menggunakan persamaan berikut.

dimana A adalah daerah elektrode, l adalah jarak antara elektrode dan 


adalah hantaran jenis. Perbandingan l/A dikenal sebagai konstanta sel (k sel)
yang harganya dihitung dengan mengukur hantaran KCl (dalam air) yang
sudah diketahui hantaran jenisnya.
Hambatan atau R dari suatu larutan elektrolit tidak dapat diukur dengan
baik jika digunakan arus searah, karena akan terjadi peristiwa elektrolisis yang
menyebabkan perubahan konsentrasi elektrolit dan penumpukan hasil elektrolisis
pada elektrode dan akan mengubah tahanan larutan. Untuk menghilangkan hal
tersebut, digunakan arus bolak-balik. Elektrode yang digunakan adalah platina
yang dilapisi platina hitam.

2.8.2 Konduktivitas Molar


Suatu larutan dengan konsentrasi yang berbeda akan mempunyai hantaran
jenis yang berbeda karena sevolume larutan dengan konsentrasi yang berbeda
mengandung jumlah ion yang berbeda. Karena itu untuk memperoleh ukuran

17
Universitas Sriwijaya

kemampuan mengangkut listrik dari sejumlah tertentu elektrolit, didefinisikan

konduktivitas molar .
m

dengan C konsentrasi elektrolit. (Perhatikan bahwa konduktivitas molar


bukan hantaran jenis per mol, melainkan hantaran jenis per satuan
konsentrasi molar).

18
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan model 4-D
(define, design, develop, dissemination). Namun penelitian ini dilakukan hanya
sampai pada tahap ketiga yaitu tahap develop, tahap disseminate tidak peneliti
lakukan. Hal ini dikarenakan peneliti tidak melakukan uji efektifitas modul.
Alasan peneliti tidak melakukan uji efektifias modul yaitu disesuaikan dengan
tujuan penelitian yaitu menghasilkan modul yang valid dan praktis.

3.2 Subjek dan Objek Penelitian


Subjek dalam penitian ini adalah mahasiswa angkatan 2017 Program Studi
Pendidikan Kimia Universitas Sriwijaya yang telah mengambil mata kuliah Kimia
Larutan, sedangkan objeknya adalah Modul berbasis Inquiry Learning materi
Konduktivitas.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2019 hingga Februari 2020
yang bertempat di Program Studi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sriwijaya.

3.4 Prosedur Penelitian


Dalam penelitian pengembangan modul Konduktivitas berbasis Inquiry
Learning, tahap-tahap yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut.
1. Tahap Define (Pendefinisian)

17
Universitas Sriwijaya

Adapun tahapan yang dilakukan peneliti pada tahap define adalah sebagai
berikut.
a. Analisis Kurikulum
Peneliti menganalisis kurikulum yang digunakan pada program studi
Pendidikan Kimia FKIP Unsri. Selanjutnya, peneliti menganalisis RPS mata
kuliah Kimia Larutan yang digunakan apakah sudah sesuai dengan kurikulum
yang digunakan atau tidak.
b. Analisis Karakteristik Mahasiswa
Peneliti menyebarkan angket pra penelitian yang telah disiapkan kepada
52 orang mahasiswa Pendidikan Kimia FKIP Unsri tahun akademik 2017
kelas Palembang dan kelas Inderalaya yang sudah pernah mengambil mata
kuliah Kimia Larutan. Pertanyaan pada angket pra penelitian mengacu untuk
mengetahui kebutuhan bahan ajar dan karakteristik dari mahasiswa sehingga
dapat ditentukan bahan ajar yang cocok untuk digunakan dikelas dan mengenai
model pembelajaran yang akan digunakan.Setelah angket dikumpulkan
kembali, peneliti menganalisis hasil angket dengan menghitung persentase
skala Guttman, sehingga diperoleh hasil persentase karakteristik dan
kebutuhan mahasiswa.
c. Analisis Materi
Peneliti menganalisis RPS mata kuliah Kimia Larutan dan bahan ajar
yang digunakan sebelumnya. Dari hasil analisis peneliti memilih materi utama
yang perlu untuk dikembagkan bahan ajarnya kemudian disesuaikan dengan
kompetensi dan capaian pembelajaran pada RPS.
d. Merumuskan Tujuan
Peneliti menganalisis capaian pembelajaran dari materi utama yang
terdapat pada RPS agar peneliti dapat merumuskan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai pada bahan ajar yang dikembangkan.
2. Tahap Design
Prosedur penelitian pada tahap design ini adalah sebagai berikut.

18
Universitas Sriwijaya

a. Penyusunan Tes
Peneliti menganalisis materi untuk menentukan soal-soal yang sesuai
untuk digunakan pada bahan ajar. Soal yang disusun dapat dalam bentuk essay
yang terdapat di setiap akhir kegiatan belajar dan diakhir pembelajaran. Dalam
menyusun soal-soal peneliti menyesuaikannya dengan tujuan pembelajaran.
b. Pemilihan bahan ajar
Peneliti memilih bahan ajar yang sesuai dengan hasil analisis materi
dan karakteristik peserta didik.
c. Pemilihan Format
Peneliti memilih format model pembelajaran dari bahan ajar yang
dikembangkan berdasarkan hasil analisis karakteristik mahasiswa.
d. Rancangan Awal
Peneliti merancang bahan ajar mengikuti langkah-langkah model
pembelajaran yang digunakan, dan dilengkapi dengan dua kegiatan belajar
sesuai dengan sub materi.
Sebelum lanjut ke tahap development, modul yang sudah dikembangkan
dievaluasi secara mandiri (self evaluation) bersama dengan rekan sejawat dan
dosen pembimbing sehingga dihasilkan prototype 1.
3. Tahap Development
Prosedur penelitian pada tahap development ini adalah sebagai berikut.
a.Expert appraisal
Peneliti menyiapkan lembar validasi yang sesuai dengan pedoman pada
modifikasi standar penilaian buku teks dari BNSP tahun 2014 dan modifikasi
instrumen penilaian pendidikan profesi guru (PPG). Setelah itu peneliti
menghubungi validator materi, desain dan bahasa/pedagogik. Peneliti
melakukan validasi secara walkthrough. Pada tahap ini, prototype 1 akan
divalidasi oleh validator desain, validator bahasa/pedagogik, dan validator
materi. Validator desain terdiri dari satu dosen program studi Pendidikan
Kimia yaitu EA dan satu dosen Program studi Pendidikan Kimia. Validator
bahasa/pedagogik terdiri dari dua dosen Program Studi Pendiidkan Kimia

19
Universitas Sriwijaya

yaitu RE dan ARI. Validator materi terdiir dari dua dosen Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yaitu ZF dan AM.
Prosedur validasi secara walk through yaitu:
1) Peneliti memberikan prototype 1 kepada validator materi, validator
desain dan validator bahasa/pedagogik
2) Validator materi, validator desain dan validator bahasa/pedagogik
mengevaluasi materi, desain, dan bahasa yang digunakan dalam modul
dari halaman per halaman dengan kemudian memberikan komentar dan
saran perbaikan kepada peneliti
3) Peneliti melakukan perbaikan terhadap modul tersebut dengan
mempertimbangkan komentardan saran yang diberikan oleh ahli
4) Setelah diperbaiki, peneliti meminta ahli untuk mengevaluasi kembali
materi yang terdapat didalam modul, ahli desain untuk mengevaluasi
kembali desain dari modul, dan ahli pedagogik untuk mengevaluasi
kembali serta memberikan komentar dan saran kepada peneliti
5) Peneliti melakukan perbaikan lagi terhadap modul tersebut dengan
mempertimbangkan komentar dan saran yang diberikan oleh ahli sampai
modul dianggap benar menurut validator
6) Setelah modul dianggap sudah benar, baru peneliti memberikan angket
kepada validator untuk diisi. Tujuan pengisian angket untuk mengetahui
valid tidaknya modul yang sudah dikembangkan oleh peneliti.
Hasil akhir dari tahap ini adalah prototype 2 yaitu modul yang siap untuk
diujicobakan kepada tiga orang mahasiswa.
b. Developmental testing (Uji coba Produk)
Tahap developmental testing ini terbagi menjadi dua tahap yaitu
developmental testing 1 dan developmental testing 2. Adapun
prosedur penelitiannya yaitu sebagai berikut.
1) Developmental testing 1 (Uji coba Produk 1)
Uji coba produk yang pertama dilakukan kepada tiga mahasiswa tahun
akademik 2017 Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Unsri Inderalaya yang
mewakili kelompok dengan tingkat kemampuan rendah, sedang dan tinggi secara

20
Universitas Sriwijaya

walkhthrough dan diakhiri dengan pengisian angket. Prosedur yang digunakan


yaitu:
a) Peneliti memberikan Prototype 2 kepada tiga mahasiswa
b) Peneliti dan mahasiswa secara bersama-sama menganalisis isi
modul baik dari aspek desain, aspek bahasa dan aspek materi dari
halaman per halaman
c) Tiga orang mahasiswa memberikan komentar dan saran dari sudut
pandang mahasiswa mengenai Prototype 2
d) Peneliti melakukan perbaikan terhadap modul tersebut,
dengan mempertimbangkan komentar dan saran yang diberikan
oleh tiga mahasiswa tersebut
e) Setelah diperbaiki, peneliti meminta kembali tiga orang
mahasiswa untuk memberikan komentar terhadap modul
f) Jika modul sudah dianggap sesuai baik , selanjutnya tiga
mahasiswa tersebut diminta untuk mengisi angket developmental
testing 1.
Hasil akhir dari tahap developmental testing 1 adalah prototype 3 yang
siap untuk diuji kepraktisannya kepada sembilan mahasiswa.
2) Developmental testing 2 (Uji coba Produk 2)
Pada tahap ini, uji coba produk 2 dilakukan pada sembilan mahasiswa
tahun akademik 2017 program studi Pendidikan Kimia FKIP Unsri kelas
Inderalaya yang mewakili tingkat kemampuan rendah, sedang dan tinggi.
Prosedur yang digunakan yaitu:
1. Kesembilan mahasiswa diberikan prototype 3 dan angket penilaian
kepraktisan modul
2. Kesembilan mahasiswa diminta untuk membaca dan memahami isi
dari prototype 3 yang sudah diberikan.
3. Setelah membaca isi modul, kesembilan mahasiswa diminta
untuk memberikan penilaian dengan mengisi angket kepraktisan
modul yang sudah diberikan

21
Universitas Sriwijaya

4. Saran dan komentar secara umum dari setiap mahasiswa dapat


ditulis pada kolom komentar/saran yang ada pada bagian akhir
angket kepraktisan.
Hasil akhir dari tahap ini adalah modul yang valid dan praktis.
Selanjutnya modul siap untuk diuji efektifitasnya. Namun uji efektifitas dari
modul tidak dilakukan oleh peneliti karena tujuan dari penelitian ini adalah
menghasilkan modul yang valid dan praktis.
4. Tahap Disseminate
Tahap disseminate ini belum dilakukan oleh peneliti. Hal ini
disebabkan karena modul yang dikembangkan adalah modul yang valid dan
praktis. Untuk sampai pada tahap disseminate harus dilakukan uji efektifitas
modul dengan prosedur berikut.
a. Melakukan uji coba modul pada kelas yang sebenarnya
b. Memberikan soal post-test pada saat sebelum menggunakan modul
dan diikuti soal pre-test setelahnya
Adapun diagram alir penelitian pengembangan 4D dapat dilihat pada Gambar 1
berikut

22
Universitas Sriwijaya

Define (Pendefinisan)
- Analisis Kurikulum
- Analisis Karakteristik Peserta Didik
- Analisis Materi
- Merumuskan Tujuan

Design (Perancangan)
- Pemilihan Tes
- Pemilihan Media Self Evaluation
Revisi
- Pemilihan Format
- Rancangan Produk Prototype 1

Development
(Pengembangan)
Valid
Expert appraisal
Tidak
Revisi
Prototype 2
Tidak Developmental
testing 1
Praktis

Developmental Tidak
Revisi
testing 2
Praktis

Dihasilkan Modul berbasis inquiry learning yang valid dan praktis

Gambar 1 Diagram Alir Penelitian Pengembangan 4D

23
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut.

3.5.1 WalkThrough
Walkthrough merupakan suatu metode untuk mengevaluasi setiap langkah
yang diperlukan untuk mencari suatu masalah (Pratama dkk., 2018). Jadi,
walkthrough adalah suatu cara penelitian untuk mengevaluasi atau memvalidasi
suatu prototype atau rancangan dan sasarannya bisa jadi satu orang atau beberapa
perwakilan dari kelompok. Pengumpulan data dengan cara walk through
dilaksanakan pada tahap expert appraisal dan developmental testing I. Data
yang diperoleh berupa saran dan komentar dari ahli desain, ahli materi dan ahli
pedagogik dan tiga orang mahasiswa sebagai masukan untuk perbaikan
modul. Data yang diperoleh bersifat kualitatif.

3.5.2 Angket
Angket merupakan salah satu teknik pengumpulan data penelitian yang
dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiono, 2013). Lembar angket pra
penelitian dibuat dengan skala Guttman sedangkan lembar angket validasi dibuat
dalam skala Likert 1-4 untuk menghindari jawaban yang bias atau ragu-ragu.
Angket yang dibuat menggunakan skala likert. yang terdiri dari 4 item, yaitu
sangat baik (SB) dengan nilai 4, baik (B) dengan nilai 3, tidak baik (TB) dengan
nilai 2, sangat tidak baik (STB) dengan nilai 1 (Sugiyono, 2017).
Pengumpulan data ini dilakukan pada tahap define dengan memberikan
angket kepada 52 mahasiswa pendidikan kimia yang sudah mengambil mata
kuliah Kimia Larutan untuk mengetahui karakteristik mahasiswa berkaitan dengan
perlu atau tidaknya pengembangan bahan ajar baru sesuai dengan perubahan
kurikulum.Selanjutnya, angket juga diberikan untuk mengetahui kevalidan dan
kepraktisan modul berbasis inquiry learning yang dikembangkan. Angket
diberikan langsung kepada ahli pada tahap expert appraisal dan kepada
mahasiswa pada tahap developmental testing. Pada developmental testing 1

25
Universitas Sriwijaya

angket diberikan kepada tiga mahasiswa dan pada developmental testing 2 angket
diberikan kepada sembilan mahasiswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda.
Data yang didapatkan dari angket ini adalah data yang bersifat kuantitatif.

3.6. Analisa Data

3.6.1 Analisa Data Deskriptif Kualitatif


Analisa deskriptif kualitatif ini digunakan untuk menilai kevalidan pada
tahap expert appraisal (validasi ahli) dengan menggunakan rumus V Aiken.

V= (Aiken,1985)

dengan keterangan:
s = r −lo
lo = angka penilaian validitas yang terendah (misalnya 1)
c = angka penilaian validitas tertinggi (misalnya 4)
r = angka yang diberikan oleh penilai
Aiken (1985) merumuskan formula V Aiken untuk menghitung validitas
isi yang didasarkan pada hasil penelitian dari penilaian ahli terhadap suatu aspek
dari segi sejauh mana aspek tersebut mewakili indikator penilaian. Dalam
pengembangan modul isi, aspek yang peneliti ukur diantaranya yaitu aspek
desain, aspek bahasa/pedagogik, dan aspek materi. Tujuannya yaitu untuk
mengetahui sejauh untuk menghitung nilai yang diberikan validator untuk
mengetahui kevalidan dari modul yang kemudian hasilnya disesuaikan dengan
kategori skor V Aiken pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1 Kategori Skor V Aiken

Rentang Skor Kategori


0,68-1,00 Tinggi
0,34-0,67 Sedang
0,00-0,33 Rendah
(Aiken, 1985)

26
Universitas Sriwijaya

3.6.2 Analisa Data Statistik Inferensial


3.6.2.1 Analisa Data Kesepakatan/Kesahan/Kevalidan
Setelah dilakukan uji kevalidan menggunakan V Aiken, data yang
diperoleh pada tahap expert appraisal kemudian dilakukan uji statistik inferensial
secara Kappa menggunakan SPSS 20. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
kesepakatan/kesahan dari kedua ahli mengenai kevalidan dari modul yang
dikembangkan. Uji secara Kappa ini dilakukan untuk melihat kesepatakan dari
kedua ahli dengan meilhat satur per satu indikator penilaian modul baik pada
aspek desain, aspek bahasa/pedagogik, dan aspek materi apakah pada setiap butir
indikator terdapat kesepakatan dari kedua ahli yang dihitung secara Kappa
menggunakan SPSS 20. Nilai koefisien Kappa yang diperoleh dari perhitungan
SPSS 20 selanjutnya diinterpretasi dengan nilai Kappa menurut Altman pada
Tabel 2 berikut.
Tabel 2 Intrepretasi Kappa menurut Altman 1991

No Rentang Nilai Kappa Kekuatan Kesepakatan


1 ≤ 0,20 Buruk
2 0,21 - 0,40 Kurang dari sedang
3 0,41 - 0,60 Sedang
4 0,61 - 0,80 Baik
5 0,81 - 1,00 Sangat baik

3.6.2.2 Analisa Data Kepraktisan


Data dari angket pada tahap developmental testing baik pada
developmental testing 1 ataupun developmental testing 2 dianalisis menggunakan
rumus Cronbach’s Alpha pada aplikasi SPSS 20. Uji Cronbach’s Alpha ini
bertujuan untuk untuk mengukur kepraktisan dari penilaian responden terhadap
modul berbasis inquiry learning yang telah dikembangakan.
Nilai yang telah diperoleh pada tahap developmental testing dihitung
secara Kappa kemudian diinterpretasikan dengan kriteria koefisien nilai
Cronbach’s Alpha yang disajikan dalam tabel berikut.

27
Universitas Sriwijaya

Tabel 3 Kriteria Koefisien Cronbach’s Alpha

No. Rentang Nilai Kriteria Penilaian


1 < 0,20 Sangat Rendah
2 0,21-0,40 Rendah
3 0,41-0,60 Sedang
4 0,61-0,80 Tinggi
5 0,81-1,00 Sangat Tinggi
(Hair, dkk, 2014)

28
Universitas Sriwijaya

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


Pada penelitian ini produk yang dihasilkan adalah modul berbasis inquiry
learning yang valid dan praktis dengan model 4-D yang terdiri dari tahap Define,
Design, Development dan Disseminate, akan tetapi tahap disseminate tidak
peneliti lakukan. Hasil dari masing masing tahap penelitian akan disajikan di
bawah ini.

4.1.1 Define (Pendefinisian)


Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut.
1. Analisis Kurikulum
a. Mahasiswa pada angkatan 2014, 2015, dan 2016 menggunakan
kurikulum 2014 revisi dan tidak terdapat mata kuliah Kimia Larutan
b. Mahasiswa pada angkatan 2017 menggunakan kurikulum 2017 revisi
dan terdapat mata kuliah Kimia Larutan
c. Pada kurikulum 2014 revisi tidak terdapat mata kuliah Kimia Larutan
yang ada adalah mata kuliah Kimia Fisika, namun pada kurikuum
2017 namanya berubah menjadi Kimia Larutan dengan materi yang
diajarkan kurang lebih sama.
d. Mata kuliah Kimia Larutan merupakan mata kuliah dengan bobot 2
sks yang diajarkan pada semester ganjil dengan prasyarat mahasiswa
sudah mengambil mata kuliah Kimia Fisika
2. Analisis Karakteristik Mahasiswa
Dari angket yang telah dibagikan kepada 52 mahasiswa diperoleh hasil
dalam Tabel 4 sebagai berikut.

29
Universitas Sriwijaya

Tabel 4 Hasil Angket Pra penelitian

No. Pernyataan Jumlah Persentase


Mahasiswa
Ya Tidak Ya Tidak
1. Saya menyukai mata kuliah Kimia 32 20 61,5% 38,5%
Larutan
2. Mata kuliah kimia larutan adalah 46 6 88,5% 11,5%
mata kuliah yang sulit dipahami
3. Saya memperhatikan penjelasan 49 3 94,2% 5,8%
dosen dengan baik
4. Saya bertanya kepada dosen apabila 40 12 76,9% 23,01%
terdapat materi yang belum saya
mengerti
5. Saya memberikan pendapat saya 30 22 57,7% 42,3%
apabila ada pertanyaan dari dosen
6. Saya memberikan pendapat saya 49 3 94,2% 5,8%
ketika sedang berdiskusi atau dalam
mengerjakan tugas kelompok
7. Saya menangggapi jawaban dari 42 10 80,7% 19,3%
teman saya apabila berbeda
8. Buku cetak adalah satu-satunya 5 47 9,6% 90,4%
bahan ajar yang digunakan dalam
mata kuliah kimia larutan
9. Saya membutuhkan bahan ajar yang 52 0 100% 0%
mudah dipahami sehingga dapat
digunakan untuk belajar mandiri
10. Saya membutuhkan bahan ajar yang 52 0 100% 0%
disusun dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti
11. Bahan ajar yang digunakan 25 27 48,1% 51,9%
membuat saya mudah memahami
materi kimia larutan
12. Setujukah anda jika bahan ajar yang 52 0 100% 0%
digunakan dalam kegiatan
pembelajaran adalah bahan ajar
berbasis inquiry learning
13. Saya pernah mendengar tentang 52 0 100% 0%
model pembelajaran inquiry learning

3. Analisis Materi
a. Mata kuliah Kimia Larutan diajarkan selama 16 kali pertemuan
dengan 9 bahan kajian atau materi pembelajaran

30
Universitas Sriwijaya

b. Bahan ajar yang digunakan selama ini adalah sebuah file pdf
berbahasa inggris yang didalamnya memuat tidak banyak materi
pembelajaran
c. Materi konduktivitas merupakan materi yang diajarkan diawal
perkuliahan dengan waktu 150 menit yang akan menjadi dasar untuk
materi-materi selanjutnya
d. Dalam memahami materi konduktivitas dalam larutan, perlu dipelajari
juga mekanisme penghantaran listrik dalam larutan, hantaran jenis
larutan, konduktivitas molar larutan elektrolit serta penggunaan
pengukuran konduktivitas untuk menentukan pKa
4. Merumuskan Tujuan
a. Pada akhir capaian pembelajaran materi konduktivitas larutan
mahasiswa harus mampu menjelaskan dan menghitung konduktivitas
molar larutan elektrolit dan menggunakan pengukuran konduktivitas
untuk menentukan pKa
b. Tujuan pembelajaran dari materi konduktivitas, mahasiswa
diharapkan mampu:
1.) Menjelaskan konsep mekanisme konduktivitas dalam larutan
dengan benar
2.) Menghitung hantaran jenis larutan elektrolit dengan tepat
3.) Menghitung konduktivitas molar larutan elektrolit dengan tepat
4.) Menggunakan pengukuran konduktivitas untuk menentukan pKa.

4.1.2 Design (Perancangan)


Hasil yang diperoleh pada tahap ini sebagai berikut.
1. Penyusunan tes
a. Jelaskan mekanisme konduktivitas dari larutan larutan NaCl pada
gambar dibawah ini dengan elektroda A dan elektrode D dari tembaga
dengan sumber arus searah B dengan elektroda karbon.

31
Universitas Sriwijaya

b. Hambatan larutan KCl 0,1 M dalam suatu sel hantaran adalah 325 ꭥ
dan hantaran jenisnya adalah 1,29 ꭥ m-1. Jika hambatan larutan NaCl
0,05 M dalam sel yang sama adalah 752,4 ꭥ, hitunglah hantaran jenis
larutan NaCl.
c. Hantaran jenis larutan yang mengandung 0,745 g KCl dalam 0,1 dm3
air pada 25° adalah 1,288 ꭥ m-1 . Jika besaran elektrode adalah 1,12 x
1,35 cm2 dan jarak antar elektrode adalah 1,45 cm, hitunglah
konduktivitas, hambatan, dan konduktivitas molar dari larutan tersebut.
d. Konstanta disosiasi n asam butirat pada 25°C adalah 1,515 x 10-5 dan
konduktivitas molar pada pengenceran tak hingga 382,42 x 10-4 ꭥ mol-1
m2. Hitunglah nilai pKa dan hantaran jenis asam pada larutan 0,01 M.
e. Larutan HOAc 0,01 M, pada suhu 298 K tahanan R= 0,022 Ω.
Tahanan R pada sel = 31,60 Ω dan Λ∞ dari Tabel = 390,5 Ω-1 cm2 mol-
1
, hitunglah pKa.
2. Pemilihan bahan ajar
Mahasiswa membutuhkan bahan ajar yang disusun dengan bahasa yang
mudah dimengerti dan dapat digunakan untuk belajar secara mandiri.
Bahan ajar yang sesuai adalah modul.
3. Pemilihan format
Pengembangan bahan ajar berupa modul ini mengikuti langkah-langkah
model pembelajaran Inquiry Learning
4. Rancangan awal
Adapun rancangan awal modul dapat dilihat pada Tabel 5 untuk kegiatan
belajar 1 dan pada Tabel 6 untuk kegiatan belajar 2 di bawah ini.

32
Universitas Sriwijaya

Tabel 5 Rancangan Awal untuk Kegiatan Belajar 1

No Sintak Model Inquiry Rancangan Awal Modul


. Learning

1.
Orientasi

2.
Merumuskan Masalah

3.
Merumuskan Hipotesis

33
Universitas Sriwijaya

4.
Mengumpulkan Data

5.
Menguji Hipotesis

6.
Merumuskan Kesimpulan

Tabel 6 Rancangan Awal untuk Kegiatan Belajar 2

No Sintak Model Inquiry Rancangan Awal Modul


. Learning

34
Universitas Sriwijaya

1. Orientasi

2. Merumuskan Masalah

3. Merumuskan Hipotesis

4. Mengumpulkan Data

35
Universitas Sriwijaya

5. Menguji Hipotesis

6. Merumuskan Kesimpulan

5. Self Evaluation
Hasil dari self evaluation dapat dilihat dalam Tabel 7 di bawah ini.

Tabel 7 Hasil Evaluasi Mandiri, Rekan Sejawat, dan Dosen Pembimbing

No. Komentar dan Saran Hasil Perbaikan/Revisi


1.

- Buat cover dengan -Cover telah diperbaiki dengan


menggunakan photoshop atau menggunakan aplikasi photoshop
corel draw agar mendapat
hasil yang lebih bagus

36
Universitas Sriwijaya

4.1.3 Development (Pengembangan)


1. Expert appraisal (Penilaian para ahli)
a. Validasi Desain
Hasil yang diperoleh dari validasi desain dapat dilhat dalam Tabel 8 di
bawah ini.
Tabel 8 Komentar dan saran dari Validator Desain

No Komentar dan Saran Hasil Perbaikan/Revisi


1.

Untuk komposisi penulisan nama Sudah diperbaiki sesuai komentar


penulis modul harusnya rata kiri dan saran, penulisan nama penulis
modul dibuat rata kiri

37
Universitas Sriwijaya

2.

Untuk garis header footer Sudah diperbaiki sesuai komentar


dan
dan saran, pada bagian tas diganti
sebaiknya menggunakan garis lurus
garis lurus dan garis pada bagian
disalah satunya saja bawah dihapus
3.

Perbaiki kerapian dan tulisan grafik Sudah diperbaiki sesuai komentar


dan saran, grafik dirapikan dengan
paint untuk menghilangkan garis
dan coretan yang tidak perlu

38
Universitas Sriwijaya

4.

Tambahkan identitas tabel Sudah ditambahkan identitas tabel

5. Font terlihat monoton, sebaiknya Sudah diperbaiki sesuai komentar


dan saran, font lebih divariasikan
divariasikan lagi
tidak hanya times new roman

Hasil validasi desain dengan menggunakan rumus V Aiken dapat dilihat


pada Tabel 9 di bawah ini.
Tabel 9 Hasil Validasi Desain Menggunakan ‘Aiken

Validator V Rata-rata Kategori


Validator 1(EA) 0.80 0.83 Tinggi
Validator 2(KW) 0.86

39
Universitas Sriwijaya

Hasil penilaian dari para validator desain juga dihitung dengan fomula
Kappa menggunakan aplikasi SPSS 20. Hasil dari analisis validasi desain dengan
menggunakan Kappa disajikan dalam Tabel 10 di bawah ini.
Tabel 10 Hasil Validasi Desain Menggunakan Kappa

Desain_1 * Desain_2 Crosstabulation


Count

Desain_2

3.00 4.00 Total

Desain_1 3.00 2 1 3

4.00 0 2 2
Total 2 3 5

Symmetric Measures

Asymp. Std.
Value Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Measure of Agreement Kappa .615 .318 1.491 .036


N of Valid Cases 5

b. Validasi Bahasa/Pedagogik
Hasil dari validasi bahasa/pedagogik dari ahli dapat dilihat pada Tabel 11
di bawah ini.

40
Universitas Sriwijaya

Tabel 11 Komentar dan Saran dari Validator Pedagogik/Bahasa

No Komentar dan Saran Hasil Perbaikan/Revisi


1. Penulisan tujuan harus Sudah diperbaiki sesuai komentar dan
menggunakan rumus ABCD saran
(Audience, Behaviour,
Condition, Degree)

2. Perhatikan tanda titik diujung Sudah diperbaiki sesuai saran yaitu


kalimat, misalnya saja pada dengan menambahkan tanda titik
bagian penjelasan deskripsi diujung kalimat.
umum

3. Perhatikan rata kanan kiri antar Sudah diperbaiki sesuai saran, paragraf
paragraf agar terlihat rapi telah diatur rata kanan kiri

41
Universitas Sriwijaya

Hasil validasi desain dengan menggunakan rumus V Aiken dapat dilihat


pada Tabel 12 di bawah ini.
Tabel 12 Hasil Validasi Bahasa/Pedagogik Menggunakan ‘Aiken

Validator V Rata-rata Kategori


Validator 1(ARI) 0.91 0.91 Tinggi
Validator 2(RE) 0.91

Hasil dari analisis validasi pedagogik/bahasa dengan menggunakan Kappa


disajikan dalam Tabel 13 di bawah ini.
Tabel 13 Hasil Validasi Bahasa/Pedagogik Menggunakan Kappa
Bahasa_1 * Bahasa_2 Crosstabulation

Bahasa_2 Total

3.00 4.00

3.00 3 1 4
Bahasa_1
4.00 1 11 12
Total 4 12 16

42
Universitas Sriwijaya

Symmetric Measures

Value Asymp. Std. Approx. Tb Approx. Sig.


Error a

Measure of
Kappa .667 .217 2.667 .008
Agreement
N of Valid Cases 16

c. Validasi Materi
Hasil validasi materi dari ahli dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini.
Tabel 14 Komentar dan Saran Validator

No. Komentar dan Saran Hasil Perbaikan/Revisi


1. Pada bagian deskripsi umum, Sudah di perbaiki sesuai saran
sebaiknya langsung menjelaskan
mengenai konduktivitas

2. Pada indikator pembelajaran kata Sudah di perbaiki sesuai saran


“memahami” pada kalimat yaitu ‘mahasiswa dapat
‘mahasiswa dapat memahami konsep menjelaskan konsep mekanisme
mekanisme konduktivitas dalam konduktivitas dalam larutan’
larutan’ diganti dengan kata
menjelaskan
3. Pada gambar 1.1, keterangan Sudah di perbaiki sesuai saran,
“elektroda Cu” sebaiknya dihapus kata “elektrode Cu sudah dihapus
karena sudah terdapat dibagian
penjelasan
4. Pada halaman 9, kata “elektroda dan Sudah di perbaiki sesuai saran, ,

43
Universitas Sriwijaya

sebagainya” dihapus kata “elektroda dan sebagainya”


sudah dihapus
5. Sebaiknya penulisan simbol lebih Sudah diperbaiki sesuai saran,
diperhatikan lagi karena beberapa penulisan simbol dan rumus yang
simbol dari rumus masih buram kurang jelas sudah diperbaiki
6. Pada halaman 14, dalam tabel Sudah di perbaiki sesuai saran,
“Pengaruh konsentrasi terhadap kata suhu sudah diganti dengan
konduktivitas KCl” kata suhu diganti temperatur
dengan temperatur

Hasil validasi materi dengan menggunakan rumus V Aiken dapat dilihat


pada Tabel 15 di bawah ini.
Tabel 15 Hasil Validasi Materi Menggunakan ‘Aiken

Validator V Rata-rata Kategori


Ahli 1(AM) 0.89 0.89 Tinggi
Ahli 2(ZF) 0.89

Hasil dari analisis validasi materi dengan menggunakan Kappa disajikan


dalam Tabel 16 di bawah ini.
Tabel 16 Hasil Validasi Materi Menggunakan Kappa

Materi_1 * Materi_2 Crosstabulation


Count

Materi_2 Total

3.00 4.00

3.00 1 0 1
Materi_1
4.00 0 2 2
Total 1 2 3

Symmetric Measures

Value Asymp. Std. Approx Approx. Sig.


Error a
. Tb

44
Universitas Sriwijaya

Measure of
Kappa 1.000 .000 1.732 .046
Agreement
N of Valid Cases 3

2. Developmental testing (Uji Coba Produk)


Produk yang didapatkan dari tahap expert appraisal adalah prototype 1
yang sudah di validasi oleh ahli. Tahap uji coba produk melibatkan tiga orang
mahasiswa dan sembilan orang mahasiswa tahun akademik 2017 Pendidikan
Kimia FKIP Unsri kelas Inderalaya.
1. Developmental testing 1 (Uji coba produk 1)
Kegiatan pada tahap uji coba developmental testing 1 dapat dilihat pada
Gambar 4.1 di bawah ini.

Gambar 2 Kegiatan pada tahap Developmental testing 1


Hasil dari walkthrough dari mahasiswa berupa saran dan komentar dan
selanjutnya dijadikan sebagai acuan untuk merevisi modul, yang dapat dilihat
pada Tabel 17 berikut.
Tabel 17 Komentar dan Saran pada tahap Developmental testing 1

Mahasiswa Komentar dan Saran


Mahasiswa 1 Modul ini sudah menarik warnanya tidak terlalu mencolok,
tetapi marginnya terlalu ke kanan dan margin atas terlalu

45
Universitas Sriwijaya

besar. Ada satu kalimat yang tidak diakhiri dengan tanda


titiknya yaitu pada halaman 7 baris kedua. Pada halaman 9
sebaiknya ditambah keterangan larutan CuSO4 dan terdapat
kesalahan penulisan nomor dihalaman 3 seharusnya “3
merumuskan hipotesis” bukan “4. Merumuskan hipotesis”
Mahasiswa 2 Penulisan dalam modul sudah baik, namun terdapat posisi
tulisan yang tidak tepat penggunaan shape nya.
Mahasiswa 3 Secara keseluruhan modul sudah baik, hanya saja terdapat
gambar yang buram.

Nilai yang diberikan oleh tiga orang mahasiswa dihitung dengan


menggunakan SPSS 20. Hasil perhitungan cronbach’s alpha dapat dilihat pada
Tabel 18 berikut.
Tabel 18 Perhitungan Cronbach’s Alpha Developmental testing 1

Case Processing Summary

N %

Valid 3 100.0

Cases Excluded a
0 .0

Total 3 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.930 10

2. Developmental testing 2 (Uji coba produk 2)


Kegiatan pada tahap uji coba developmental testing 2 dapat dilihat pada
Gambar 4.2 di bawah ini.

46
Universitas Sriwijaya

Gambar 3 Kegiatan pada tahap Developmental testing 2


Hasil dari walkthrough dari mahasiswa berupa saran dan komentar dan
selanjutnya dijadikan sebagai acuan untuk merevisi modul, yang dapat dilihat
pada Tabel 19 berikut.
Tabel 19 Komentar dan Saran pada tahap Developmental testing 2

Mahasiswa Komentar dan Saran


Mahasiswa 1 Terdapat gambar yang buram dan pemilihan warna yang
belum terlalu tepat, selebihnya modul sudah bagus
Mahasiswa 2 Gambar grafik konduktivitas molar terhadap berbagai
konsentrasi masih sedikit buram
Mahasiswa 3 Modul yang dibuat sudah baik dan sudah bisa menarik
minat belajar mahasiswa, Desain yang dibuat pada modul
sudah menarik, kolaborasi warna yang digunakan sudah
tepat, tapi margin yang digunakan masih terlalu ke bawah
sehingga footer bawah terlalu dekat dengan isi modul.
Bahasa soal yang terdapat pada modul sudah mudah untuk
dipahami
Mahasiswa 4 Pada halaman 3 terdapat kesalahan penulisan dan ada
beberapa warna yang tidak terlalu jelas yaitu pada gambar
dan rumus
Mahasiswa 5 Indikator dan isi modul sudah baik dan sinkron, namun di

47
Universitas Sriwijaya

beberapa materi gambar terlihat tidak jelas atau sedikit


buram dan warna modul kurang menarik perhatian untuk
membaca modul
Mahasiswa 6 Modul sudah baik tapi masih ada gambar yang buram dan
rumus serta lambang yang sedikit buram
Mahasiswa 7 Modul ini sudah baik, gambar serta tabelnya sudah baik
tetapi ada satu gambar yang terlihat kurang baik sehingga
kurang jelas yaitu gambar 1.3. Selain itu semuanya sudah
baik.
Mahasiswa 8 Pada halaman 3 terdapat kesalahan penulisan pada kata
“menyampaiakan” yang seharusnya “menyampaikan”
Mahasiswa 9 Modul sudah sangat baik, sudah menjelaskan sesuai dengan
materi sebenarnya

Hasil penilaian mahasiswa terhadap kepraktisan modul yang telah


dikembangkan selanjutnya dihitung dengan menggunakan SPSS 20. Hasil
perhiungan cronbach’s alpha dapat dilihat pada Tabel 20 berikut.
Tabel 20 Perhitungan Cronbach’s Alpha Developmental testing 2

Case Processing Summary


N %

Valid 9 100.0

Cases Excludeda 0 .0

Total 9 100.0

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.603 10

48
Universitas Sriwijaya

4.1.4 Disseminate (Penyebaran)


Tahap disseminate ini belum dilakukan oleh peneliti. Hal ini disebabkan
modul yang dikembangkan adalah modul yang valid dan praktis belum sampai
pada tahap keefektifannya.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan data dan analisisnya, terjadi perubahan kurikulum pada
program studi Pendidikan Kimia FKIP Unsri dari kurikulum 2014 revisi menjadi
kurikulum 2017 revisi. Perubahan kurikulum yang digunakan juga menyebabkan
perubahan mata kuliah yaitu terdapatnya mata kuliah baru yang diterapkan di
program studi pendidikan kimia, misalnya mata kuliah Kimia Larutan. Kimia
Larutan adalah mata kuliah wajib bagi mahasiswa Pendidikan Kimia FKIP Unsri
yang dilaksanakan pada semester 3 dengan bobot 2 sks serta kurikulum yang
digunakan di program studi Pendidikan Kimia telah sesuai dengan Kerangka
Kualifikasi Nasional Indonesia dan mengacu pada Standar Nasional Perguruan
Tinggi. Hal ini dapat dilihat dari RPS mata kuliah Kimia Larutan yang digunakan
juga telah sejalan dengan kurikulum yang digunakan dan dibuat oleh dosen
pengampuh mata kuliah Kimia Larutan yang disusun pada bulan Agustus 2019.
Untuk menganalisi karateristik mahasiswa dilakukan penyebaran angket
kepada 52 orang mahasiswa yang sudah pernah mengambil mata kuliah Kimia
Larutan. Hasilnya yaitu sebanyak 61,5% mahasiswa yang menyukai mata kuliah
Kimia Larutan. Sebanyak 88,5% menyatakan mata kuliah kimia larutan adalah
mata kuliah yang sulit dipahami. Pada pernyatan nomor 3, 4, 5, 6, dan 7 yang
merupakan indikator keaktifan mahasiswa menunjukkan bahwa mahasiswa sudah
aktif dalam kegiatan pembelajaran yang berlangsung, dapat dilihat dari persentase
yang lebih dari 50% dari kelima indikator keaktifan tersebut dan apabila dirata-
ratakan dari kelima indikator 80,76% mahasiswa aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Kemudian sebanyak 100% mahasiswa menyatakan membutuhkan
bahan ajar yang disusun dengan bahasa sederhana dan mudah dipahami sehingga
dapat digunakan untuk belajar secara mandiri serta sebanyak 100% mahasiswa
menyatakan juga menyetujui jika bahan ajar yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran adalah bahan ajar berbasis inquiry learning. Dari analisa hasil

49
Universitas Sriwijaya

angket mahasiswa diatas, mahasiswa memerlukan sebuah bahan ajar yang disusun
dengan bahasa yang mudah dipahami dan dapat digunakan untuk belajar secara
mandiri serta dapat mengembangkan penguasaan keterampilan mahasiswa dalam
proses belajar, memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan
kemampuan masing-masing.
Dalam memilih materi pada modul berbasis inquiry learning yang
dikembangkan dilakukan analisi materi dengan melihat materi yang terdapat pada
RPS mata kuliah Kimia Larutan. Mata kuliah Kimia Larutan diajarkan selama 16
kali pertemuan dengan 9 bahan kajian atau materi pembelajaran. Materi
konduktivitas merupakan materi yang diajarkan diawal perkuliahan dengan waktu
150 menit yang akan menjadi dasar untuk materi-materi selanjutnya dan dalam
bahan ajar sebelumnya masih sedikit menjelaskan mengenai materi konduktivitas.
Dalam memahami materi konduktivitas khususnya konduktivitas dalam larutan,
perlu dipelajari juga mekanisme penghantaran listrik dalam larutan, hantaran jenis
larutan, konduktivitas molar larutan elektrolit serta penggunaan pengukuran
konduktivitas untuk menentukan pKa. Hal ini bertujuan agara mahasiswa mampu
menjelaskan konsep mekanisme konduktivitas dalam larutan dengan benar,
menghitung hantaran jenis larutan elektrolit dengan tepat, menghitung
konduktivitas molar larutan elektrolit dengan tepat dan mahasiswa dapat
menggunakan pengukuran konduktivitas untuk menentukan pKa dari larutan
elektrolit lemah.
Selanjutnya modul berbasis inquiry learning materi konduktivitas didesain
sesuai aturan teknik penyusunan modul staf UNY mengenai cakupan yang harus
ada dalam sebuah modul. Hal pertama yang dilakukan peneliti adalah menyusun
tes yang berupa soal essay. Modul yang dikembangkan memiliki dua kegiatan
belajar dan diakhiri dengan tes yang terdiri dari lima soal essay. Kemudian, modul
yang dikembangkan mengikuti format model pembelajaran inquiry learning.
Langkah-langkah model pembelajaran inquiry learning yaitu orientasi,
merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji
hipotesis, dan merumuskan kesimpulan.

50
Universitas Sriwijaya

Pada kegiatan belajar 1 yaitu mengenai konduktivitas, mekanisme


konduktivitas dalam larutan dan menghitung hantaran jenis dari suatu larutan
elektrolit. Kegiatan belajar pada modul terdapat langkah-langkah model inquiry
learning. Mahasiswa diberikan gambaran umum mengenai materi konduktivitas
yakni pengertian dari konduktivitas, cara mengukur konduktivitas larutan, dan
mekanisme penghantaran arus listrik. Setelah itu, mahasiswa diminta untuk duduk
berkelompok dan menganalisis sebuah tabel yaitu tabel pengaruh konsentrasi
terhadap konduktivitas larutan KCl pada temperatur konstan. Hasil analisis
berupa rumusan masalah dari tabel dan wacana yang disediakan. Dari rumusan
masalah yang diperoleh, mahasiswa diminta untuk merumuskan hipotesis
berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki. Kemudian, masing-masing
mahasiswa didalam kelompoknya diminta untuk mencari informasi didalam
modul untuk menjawab rumusan masalah yang ada. Hal ini bertujuan untuk
merangsang mahasiswa agar berpartisipasi dan bekerja sama dalam mencari
jawaban dari masalah yang ada. Kemudian, hipotesis yang telah mereka buat diuji
dengan cara masing-masing dari kelompok maju kedepan kelas secara bergantian
dan mengemukakan hasil dari hipotesis mereka untuk kemudian dibahas secara
bersama-sama dengan arahan dari dosen. Selanjutnya, hasil dari diskusi dengan
jawaban yang benar dirumuskan menjadi suatu kesimpulan. Hal yang sama juga
berlaku untuk kegiatan belajar 2, tetapi dengan materi pembelajaran yang berbeda
yaitu mengenai konduktivitas molar larutan elektrolit dan pengukuran
konduktivitas untuk menentukan pKa dengan diberikan data larutan KCl dan
larutan NH4OH pada pengenceran tak hingga serta disajikan pula grafik
konduktivitas larutan elektrolit lemah dan larutan elektrolit kuat terhadap akar
konsentrasi pada pengenceran tak hingga untuk dianalisis pada tahap merumuskan
masalah.
Setelah dihasilkan rancangan awal produk yang berupa prototype I, modul
dievaluasi madiri (self evaluation) bersama rekan sejawat, dan dosen pembimbing.
Pada tahap self evaluation diperoleh saran dan komentar berupa cover modul
sebaiknya dibuat dengan aplikasi photoshop atau corel draw untuk menghasilkan
cover dengan variasi warna dan bentuk yang lebih bagus. Setelah itu, peneliti

51
Universitas Sriwijaya

memperbaiki modul sesuai dengan saran dan komentar yang diberikan. Modul
yang sudah direvisi berupa prototype I siap untuk divalidasi dan diuji
kepraktisannya.
Modul yang berupa prototype I kemudian divalidasi oleh ahli dengan
tujuan untuk memberikan nilai terhadap kevalidan modul. Penilaian kevalidan
pada tahap expert appraisal melibatkan dua ahli materi yaitu AM dan ZF, 2 ahli
desain yaitu EA dan KW, serta 2 ahli bahasa yaitu ARI dan RE.
Pada tahap validasi modul ini, peneliti berpedoman pada lembar validasi
yang disusun dengan beracuan pada modifikasi standar penilaian buku teks dari
BNSP tahun 2014 dan modifikasi instrumen penilaian pendidikan profesi guru
(PPG). BNSP dan instrumen penilaian PPG sendiri telah menyiapkan deskripsi
pada tiap butir penilaian yang digunakan sebagai acuan dalam menilai kualitas
dari suatu modul. Kualitas modul yang dikembangkan oleh peneliti dilihat dari
segi materi, desain dan bahasa yang digunakan pada modul tersebut.
Penilaian dari aspek desain dalam modul berbasis model inquiry learning
ditinjau dari daya tarik sampul atau cover, kesesuaian huruf yang digunakan,
keseimbangan komposisi tata letak (judul, pengarang dan logo) modul, penyajian
gambar, dan penyajian tabel. Hasil dari walkthrough dengan ahli desain yaitu
perlu diperbaiki komposisi penulisan nama penulis modul harusnya rata kiri. Pada
garis header dan footer sebaiknya menggunakan garis lurus saja agar tidak
menganggu fokus dalam membaca modul, pada gambar 1.3 grafik yang ada
memiliki gambar yang buram sebaiknya dibuat ulang agar terlihat lebih jelas.
Pada orientasi kegiatan belajar 1 terdapat tabel tanpa identitas, sehingga perlu
ditambahkan identitas tabel. Selanjutnya font yang digunakan terlalu monoton,
sehingga perlu diperbaiki agar lebih menarik. Komentar dan saran yang
diberikan oleh ahli pada tahap walkthrough ini selanjutnya di revisi oleh peneliti.
Modul yang sudah di revisi sesuai dengan saran komentar dari ahli kemudian
diberikan kembali kepada ahli untuk di periksa kembali, untuk selanjutnya dinilai
kevalidan modul dengan mengisi angket yang sudah disiapkan oleh peneliti.
Berdasarkan angket penilaian kevalidan modul yang sudah diisi oleh ahli
materi selanjutnya di analisa secara deskriptif kualitatif dan statistik inferensial.

52
Universitas Sriwijaya

Pertama, analisa data secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan rumus


‘Aiken diperoleh nilai akhir dari ahli desain sebesar 0,83 yang masuk kategori
tinggi. Kedua, data angka yang diperoleh selanjutnya di analisa secara statistik
inferensial yaitu dilihat kesepakatan/kesahan modul secara Kappa dengan
menggunakan SPSS 20 dan diperoleh nilai Kappa 0,61 dengan kategori Kappa
baik yang artinya modul yang dikembangkan adalah sah (valid).
Penilaian bahasa/pedagogik yang digunakan dalam modul berbasis model
inquiry learning ditinjau dari indikator yang pertama yaitu kesesuaian kalimat
dengan kaidah Bahasa Indonesia dengan deskriptor kalimat sesuai dengan kaidah
bahasa indonesia yang benar, ejaan sesuai dengan kaidah bahasa indonesia, tanda
baca sesuai dengan kaidah bahasa indonesia. Indikator kedua yaitu lugas dan
komunikatif, dengan deskriptor kalimat yang digunakan dapat mewakili informasi
yang ingin disampaikan, istilah yang digunakan adalah istilah teknis yang telah
baku digunakan dalam kimia larutan, bahasa yang digunakan mudah dipahami.
Indikator ketiga yaitu komponen kompetensi yang ada pada modul dengan
deskriptor kriteria isi modul relevan dengan capaian pembelajaran mata kuliah
dan sub-capaian pembelajaran mata kuliah kimia larutan, tujuan pembelajaran
sesuai dengan indikator pembelajaran mata kuliah kimia larutan. Indikator
keempat yaitu menumbuhkan rasa ingin tahu dengan deskriptor kegiatan belajar
yang disajikan menuntut mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah, kegiatan
belajar yang disajikan menuntut mahasiswa berpikir kritis. Indikator yang kelima
yaitu kegiatan belajar di modul diakhiri dengan sintak inquiry learning yakni
orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data,
menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan.
Hasil walkthrough dari ahli bahasa/pedagogik yaitu penulisan tujuan
pembelajaran harus menggunakan teknik ABCD (audience, behaviour, condition,
degree), dan lebih diperhatikan tanda titik diujung kalimat. Komentar dan saran
yang diberikan oleh ahli pada tahap walkthrough ini selanjutnya di revisi oleh
peneliti. Modul yang sudah di revisi sesuai dengan saran komentar dari ahli
kemudian diberikan kembali kepada ahli untuk di cek kembali, untuk selanjutnya

53
Universitas Sriwijaya

dinilai kevalidan modul dengan mengisi angket yang sudah disiapkan oleh
peneliti.
Berdasarkan angket penilaian kevalidan modul yang sudah diisi oleh ahli
bahsa/pedagogik selanjutnya di analisa secara deskriptif kualitatif dan statistik
inferensial. Pertama, analisa data secara deskriptif kualitatif dengan
menggunakan rumus ‘Aiken diperoleh nilai akhir dari ahli bahasa/pedagogik
sebesar 0,91 yang masuk kategori tinggi. Kedua, data angka yang diperoleh
selanjutnya di analisa secara statistik inferensial yaitu dilihat kesepakatan/kesahan
modul secara Kappa dengan menggunakan SPSS 20 dan diperoleh nilai Kappa
0,66 dengan kategori Kappa baik yang artinya modul yang dikembangkan adalah
sah (valid).
Penilaian aspek materi yang digunakan dalam modul berbasis model
inquiry learning ditinjau dari indikator yang pertama yaitu kesesuaian materi
dengan kompetensi dengan deskriptor materi yang disajikan sesuai dengan
capaian pembelajaran mata kuliah, materi yang disajikan sesuai dengan sub-
capaian pembelajaran mata kuliah, materi yang disajikan sesuai dengan indikator
pembelajaran, materi yang disajikan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Indikator
yang kedua yaitu keakuratan materi kimia dengan deskriptor yaitu materi yang
disajikan dalam modul disusun secara sistematis, konsep-konsep yang disajikan
dalam modul sesuai dengan materi konduktivitas, fakta dan data sudah
menggambarkan materi konduktivitas, dan simbol kimia ditulis dengan benar.
Sealnjutnya indikator yang ketiga dengan keakuratan soal dalam modul,
kesesuaian isi soal dengan tujuan pembelajaran, latihan soal berbasis inquiry
learning, evaluasi soal berbasis inquiry learning, dan bahasa soal mudah
dipahami.
Hasil walkthrough dari ahli materi yaitu pada bagian deskripsi umum,
sebaiknya langsung menjelaskan mengenai konduktivitas, pada indikator
pembelajaran kata “memahami” pada kalimat “mahasiswa dapat memahami
konsep mekanisme konduktivitas dalam larutan” diganti dengan kata menjelaskan
sehinggan menjadi ”mahasiswa dapat menjelaskan konsep mekanisme
konduktivitas dalam larutan” dan pada gambar 1.1, keterangan “elektroda Cu”

54
Universitas Sriwijaya

sebaiknya dihapus karena sudah terdapat dibagian penjelasan. Selanjutnya, pada


halaman 14, dalam tabel “Pengaruh konsentrasi terhadap konduktivitas KCl” kata
suhu diganti dengan temperatur. Komentar dan saran yang diberikan oleh ahli
pada tahap walkthrough ini selanjutnya di revisi oleh peneliti. Modul yang sudah
di revisi sesuai dengan saran komentar dari ahli kemudian diberikan kembali
kepada ahli untuk di periksa kembali, untuk selanjutnya dinilai kevalidan modul
dengan mengisi angket yang sudah disiapkan oleh peneliti.
Berdasarkan angket penilaian kevalidan modul yang sudah diisi oleh ahli
materi selanjutnya di analisa secara deskriptif kualitatif dan statistik inferensial.
Pertama, analisa data secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan rumus
‘Aiken diperoleh nilai akhir dari validator materi sebesar 0,89 yang masuk
kategori tinggi. Kedua, data angka yang diperoleh selanjutnya di analisa secara
statistik inferensial yaitu dilihat kesepakatan/kesahan modul secara Kappa dengan
menggunakan SPSS 20 dan diperoleh nilai Kappa 1,00 dengan kategori Kappa
sangat baik yang artinya modul yang dikembangkan adalah sah (valid).
Kemudian dilanjutkan dengan developmental testing 1 untuk mendapatkan
nilai kepraktisan modul yang sebelumnya sudah di validasi oleh ahli. Uji coba
produk I ini dilakukan dengan tiga orang mahasiswa pendidikan kimia Fkip Unsri
semester 6 kelas Inderalaya yang berinisial ADA, YH, dan ES. Mahasiswa yang
dipilih pada tahap ini adalah mahasiswa yang mempunyai kemampuan tinggi,
sedang dan rendah. Kemampuan mahasiswa yang dipilih dilihat dari nilai mata
kuliah Kimia Larutan. Tahap ini menggunakan walkthrough, yaitu tiga orang
mahasiswa diberikan modul yang telah dikembangkan oleh peneliti dan bersama
peneliti membaca isi dari modul, melihat ada tidaknya penulisan yang salah dalam
modul, dan bertanya jika ada kata-kata yang kurang jelas dan sulit dipahami. Pada
akhir tahap walkthrough, tiga orang mahasiswa diminta untuk mengisi jawaban
dari pertanyaan yang ada pada angket kepraktisan.
Modul selanjutnya di revisi mengikuti saran dan komentar dari tiga orang
mahasiswa. Setelah tahap walktrough selesai, selanjutnya tiga orang mahasiswa
memberikan nilai terhadap kepraktisan modul dengan mengisi angket kepraktisan
yang sudah peneliti siapkan. Angket kepraktisan yang diberikan adalah angket

55
Universitas Sriwijaya

kepraktisan yang mengikuti skala Likert 1-4. Berdasarkan angket penilaian


kepraktisan modul yang sudah diisi oleh tiga orang mahasiswa selanjutnya di
analisa secara statistik inferensial. Data angka yang diperoleh di analisa secara
statistik inferensial untuk melihat kepraktisan modul dengan melihat nilai dari
cronbach’s alpha yang dihitung dengan menggunakan SPSS 20 dan mendapatkan
hasil sebesar 0,93. Artinya secara signifikan modul yang dikembangkan adalah
praktis dengan kategori tinggi.
Hasil akhir dari expert appraisal dan developmental testing I adalah
prototype 2 yang siap untuk di ujicoba ke tahap selanjutnya yaitu ujicoba dengan
sembilan orang mahasiswa dengan inisial DN, RM, AA, REW, PIOS, RA, LM,
TMJS, dan MEI. Sembilan orang mahasiswa tersebut terdiri dari satu mahasiswa
berkemampuan tinggi, empat mahasiswa berkemampuan sedang, dan empat
mahasiswa berkemampuan rendah. Setiap mahasiswa diberikan modul yang telah
dikembangkan oleh peneliti kemudian diberikan waktu untuk membaca dan
memahami isi modul tersebut. Selanjutnya, mahasiswa diberikan angket
kepraktisan untuk diisi. Pada tahap ini tidak menggunakan walkthrough, tetapi
mahasiswa dapat menuliskan komentar dan saran secara umum pada lembar akhir
di angket kepraktisan. Berdasarkan angket penilaian kepraktisan modul yang
sudah diisi oleh sembilan orang mahasiswa selanjutnya di analisis secara statistik
inferensial.
Data angka yang diperoleh di analisa secara statistik inferensial untuk
melihat kepraktisan modul dengan melihat nilai dari cronbach’s alpha yang
dihitung dengan menggunakan SPSS 20. Hasil perhiungan menggunakan SPSS 20
adalah 0,60. Artinya secara signifikan modul yang dikembangkan adalah praktis
dengan kategori sedang. Modul yang dikembangkan telah praktis.
Hasil data yang diperoleh dari tahap developmental testing 1 memiliki
rentang yang cukup jauh dengan data yang diperoleh pada tahap developmentasl
testing 2. Pada tahap developmental testing 1 diperoleh nilai cronbach’s alpha
sebesar 0,93 sedangkan pada tahap developmentasl testing 2 diperoleh nilai
cronbach’s alpha sebesar 0,60. Hal ini disebabkan karena dalam pengambilan
data subjek penelitian yang kurang tepat. Dalam pengambilan data pada tahap

56
Universitas Sriwijaya

developmental testing 1 subjek penelitiannya adalah tiga mahasiswa dengan


kategori tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah sedangkan pada saat
pengambilan data data pada tahap developmental testing 2 subjek penelitiannya
adalah sembilan mahasiswa dengan kategori tingkat kemampuan tinggi sebanyak
satu orang, empat orang mahasiswa dengan tingkat kemampuan sedang dan empat
orang mahasiswa dengan tingkat kemampuan rendah. Hal ini dapat
mempengaruhi hasil data yang didapatkan karena komposisi dari subjek penelitian
kurang tepat yaitu lebih banyak mahasiswa dengan kemampuan rendah dan
sedang yang seharusnya dilakukan dengan komposis yang tepat yaitu tiga orang
mahasiswa dengan tingkat kemampuan tinggi, tiga orang mahasiswa dengan
tingkat kemampuan sedang, dan tiga orang mahasiswa dengan tingkat
kemampuan rendah.
Hasil penelitian ini merupakan modul yang valid dan praktis, sehingga
modul yang dihasilkan belum bisa untuk disebarkan. Hal ini dikarenakan belum
dilakukan uji efektifitas dari modul. Uji efektifitas modul tidak dapat dilakukan
peneliti disebabkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan modul
yang valid dan praktis.
Dari pembahasan di atas, maka didapatkan modul yang valid dan praktis.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bimerdin dkk. (2016)
yang menggunakan model inquiry learning dalam pengembangan modul berbasis
inkuiri untuk pembelajaran menyunting karangan. Hasil penelitiannya
menyatakan bahwa penggunaan model inkuiri akan dapat membentuk pola pikir
siswa lebih kritis, logis, dan ilmiah yang ditunjukkan ketika merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan bukti-bukti berupa data, dan
menarik kesimpulan secara ilmiah. Penelitian yang relevan juga dilakukan oleh
Mastina (2017) dengan model inquiry learning dalam pengembangan modul
pembelajaran Geografi berbasis Inkuiri untuk meningkatkan kemampuan
berargumentasi siswa dan hasil penelitiannyamenyatakan bahwa modul Geografi
berbasis Inkuiri hasil pengembangan efektif digunakan dalam meningkatkan
argumentasi siswa.

57
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulan

bahwa:

1. Modul berbasis Inquiry Learning materi konduktivitas yang telah


dikembangkan terkategori valid/sah dengan hasil analaisa deskriptif
menggunakan rumus ‘Aiken untuk ahli desain 0,83 (tinggi), ahli bahasa
0,91 (tinggi) dan ahli materi 0,89 (tinggi) dan menggunakan analisa
statistik inferensial uji kesahan/kesepakatan menggunakan SPSS 20
dengan skor Kappa untuk ahli desain 0,61 (baik), ahli bahasa 0,66 (baik)
dan ahli materi 1,00 (sangat baik).
2. Kepraktisan modul berbasis Inquiry Learning materi konduktivitas yang
dikembangkan terkategor praktis dengan hasil analisa statistik inferensial
uji kepraktisan menggunakan SPSS 20 dengan skor chronbach’s alpha
pada tahap developmental testing 1 adalah 0,93 (tinggi), dan skor
chronbach’s alpha pada developmental testing 2 adalah 0,60 (sedang).

5.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Hasil dari penelitian yang telah diperoleh sebaiknya digunakan
mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran
2. Bagi dosen
Hasil dari penelitian sebaiknya digunakan sebagai bahan ajar
pendamping buku teks mata kuliah Kimia Larutan
3. Bagi Peneliti lain

64
Universitas Sriwijaya

Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti hendaknya dapat


dilanjutkan oleh peneliti lain dengan melakukan uji efektifitas dari
modul yang telah dikembangkan.

65
Universitas Sriwijaya

DAFTAR PUSTAKA

Adriani, N. dan Friska S. S. (2017). Pengembangan Modul Ajar Kimia Unsur


Berbasisi Inkuiri Terbimbing Fase Development untuk Mahasiswa
Pendidikan Kimia. Jurnal Zarah. 5(2): 44-47.

Aiken, L. R. (1985). Three Coefficients foe Analyzing The Reliability, and


Validity of Ratings. Educational and Psychological Measurement. 45

Altman, D. G. (1991). Practical Statistic for medical research. London: Chapman


& Hall.

Annake, S. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Web Materi Sistem


Ekskresi Kelas XI IPA SMAN 4 Malang.Skripsi. Malang: Universitas
Negeri Malang.

Aryani, F. (2017). Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar dalam Mengikuti


Mata Pelajaran Pembuatan Pola Siswa Kelas X SMK Muhammadiyah 1
Tempel. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Arsanti, M. (2018). Pengembangan Bahan Ajar Mata Kuliah Penulisan Kreatif


Bermuatan Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Religius bagi Mahasiswa
Prodi PBSI, FKIP, UNISSULA. Jurnal Kredo.1(2): 71-72.

Bimerdin,dkk.(2015). Pengembangan Modul Berbasis Inkuiri untuk Pembelajaran


Menyunting Karangan. Jurnal Bahasa, Sastra dan Pembelajaran.2(1): 85

Budiono, E. dan Hadi S. (2006). Penyusunan dan Penggunaan Modul


Pembelajaran Berdasar Kurikulum Berbasis Kompetensi Sub Pokok
Bahasan Analisa Kuantitatif untuk Soal-Soal Dinamika Sederhana Pada
Kelas X Semester I SMA. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 4(2):80.

Damayanti, I. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Sekolah Dasar.
JPGSD.2(3).
Daryanto. (2013). Menyusun Modul Bahan ajar untuk Persiapan Guru dalam
Mengajar. Yogyakarta: Gava Media.

Daryanto dan Dwicahyono. (2014). Pengembangan Perangkat Pembelajaran


(Silabus, RPP, PHB, Bahan Ajar). Yogyakarta: Gava Media.
Gunarto. (2013). Model dan Metode Pembelajaran. Semarang: UNISSULA Press.

66
Universitas Sriwijaya

Irfandi, dkk. (2018). Pengembangan Modul Kimia Berbasis Learning Cycle -5E
pada Materi Ikatan Kimia. Jurnal Kimia dan Pendidikan, 7.

Hair, J. F., Black, W. C., Babin, B. J., & Anderspn, R.E. (2014). Multivariate
Data Analysis. USA: Pearson Education Limited.

Hake, R. R. (1998). Interactive Engagement v.s. Traditional Methods : Six-


Thousand Student Survey of Mechanics Test Data For Introductory
Physics Courses. American Journal of Physics. 66(1).

Hamid, dkk. (2008). Pembelajaran Bahasa Arab (Pendekatan, Metode, Strategi,


dan Media. Malang: UIN Press.

Helmizan.(2013). Peningkatan Aktivitas Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial


Model Inkuiri Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 13 Nyanyum. Skripsi.
Pontianak: FKIP Universitas Tanjungpura.

Lestari, I. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Padang:


Akademia Permata.

Mastina, L.(2017). Pengembangan Modul Pembelajaran Geografi Berbasis Inkuiri


untuk Meningkatkan Kemampuan Berargumentasi Siswa. Tesis. Bandar
Lampung:Unila.

Mulyasa, E. (2005). Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Pembelajaran


Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyatiningsih, E. (2011). Riset Terapan Bidang Pendidikan dan Teknik.


Yogyakarta: UNY Press.

Prastowo, A. (2012). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:


Diva Press.

Pratama, dkk. (2018). Uji Usability Situs WEB Academic Information System
(AIS) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dengan Metode Cognitive
Walkthrough Pada Penilaian Dosen.
https://www.researchgate.net/publication/326534874. Diakses pada 05
Januari 2020.
Pribadi, B. A. (2010). Model desain sistem pembelajaran. Jakarta: Dian Rakyat.

67
Universitas Sriwijaya

Rachman, F. A., Ahsanunnisa, R., & Nawawi, E. (2017). Pengembangan lkpd


berbasis berfikir kritis materi kelarutan dan hasil kelarutan pada mata
pelajaran kimia di SMA. Alkimia. 1 (1): 16-25

Rahdiyanta. (2016). Teknik penyusunan modul. http://staff.uny.ac.id/


sites/default/files/penelitian/dr-dwi-rahdiyanta-mpd/20-teknik-penyusunan
-modul.pdf. Diakses pada 05 Januari 2020.

Rijal, S. (2013). Pengembangan Modul Pembelajaran Kimia Sma Berorientasi


Karakter. Jurnal Nalar Indonesia.1(1):4.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses


Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Grup.

Setyadi, dkk. (2017). Pengembangan Modul Pembelajaran Biologi Berbasis


Pendekatan Saintifik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Journal of
EST.3(2):105.
Setyosari, P. 2013. Metode penelitian pendidikan dan pengembangan. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Alfabeta.

Sukiman. (2012). Pengembangan Media Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka


Insan Madani.
Sukmadinata, N. S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Tegeh, M., dan Kirna, M. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Metode Penelitian
Pendidikan dengan ADDIE Model. Jurnal IKA. Universitas Pendidikan
Ganesha Singaraja , 14(1).
Winarni, E. W. (2018). Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Jakarta: Erlangga.

68
Universitas Sriwijaya

69

Anda mungkin juga menyukai