Milenial merupakan generasi yang lahir antara 2 milenium. Rata-rata generasi milenial
berusia 20 tahun. Menurut Haroviz (2012), generasi Y atau yang disebut sebagai ggenerasi
millenial adalah sekelompok anak-anak muda yang lahir pada awal tahun 1980 hingga awal
tahun 2000 an. Generasi milenial atau yang sering juga disebut dengan generasi Y ini mereka
lebih fleksibel terhadap hal-hal yang baru dan segala kemungkinan yang mungkin terjadi,
sehingga sering digambarkan sebagai generasi yang sangat nyaman dengan perubahan,
mereka juga lebih nyaman dengan keberagaman, teknologi, dan komunikasi online untuk
tetap terkoneksi dengan teman-temanya. Generasi ini lebih paham tentang passion, percaya
diri, dan lahir dengan berbagai kemudahan teknologi. Akan tetapi, generasi ini lebih
mengedepankan work of balance dan tidak suka didikte. Hal ini kemungkinan terjadi karena
generasi ini lebih awas dengan apa yang terjadi di sekelilingnya. Dengan kemudahan
teknologi yang ada, generasi milenial akan lebih cepat menerima informasi yang ada di
sekelilingnya dan mencerna fenomena-fenomena sosial yang ada. Generasi milenial
memerlukan seorang leader yang mampu memberi arahan yang baik dalam aspek
kehidupannya. Bukannya seorang boss yang hanya dapat memerintah tanpa arahan yang
jelas. Karakter dari generasi milenial ini menyebabkan munculnya sekelompok orang yang
sering dilabeli sebagai social justice warrior (SJW). SJW adalah kumpulan orang yang sering
menghakimi orang lain yang berbeda pendapat. Padahal generasi milenial ini lebih kritis
terhadap fenomena-fenomena sosial yang terjadi di lingkungannya.
Generasi milenial juga adalah generasi yang dapat dibilang cukup jauh dari sejarah
terbentuknya pancasila dan bangsa Indonesia. Hal ini terjadi karena ilmu sejarah yang tidak
didapatkan dengan cukup baik yang dapat disebabkan mereka lahir pada lahir tahun 1990-an
dimana pada saat itu banyak terjadi kebencian kebencian ekstrim sehingga banyak dari
dimensi sejarah yang kurang didapatkan secara mandalam, misalnya nilai nilai dari pacasila
ataupun dari metode pembelajaran sejarah yang tidak relevan dari kehidupan sehari-hari
mereka.
Dewasa ini, banyak generasi milenial yang kurang mengamalkan nilai-nilai Pancasila.
Hal ini dapat dikarenakan karena generasi milenial tidak tertarik dengan metode pembelajaran
yang dogmatis, cenderung monoton dan terkesan tidak relevan dengan keseharian mereka.
Generasi milenial adalah generasi yang sangat peka dan kritis terhadap fenomena sosial yang
terjadi di masyarakat. Milenial lebih banyak bertanya mengenai isu-isu ataupun masalah
social yang sedang terjadi ditambah dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat sehingga
mereka sangat mudah dan cepat untuk mendapatkan informasi. Namun pada kenyataannya
banyak generasi milenial yang justru memberikan kritik tanpa landasan sehingga terkesan
tidak pancasialis. Untuk itulah diperlukan sebuah metode untuk menerapakan kembali nilai-
nilai Pancasila agar para generasi milenial ini tetap menjadi generasi yang kritis tetapi tetap
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Generasi milenial ingin segala sesuatu bersifat instan,
proses yang minimal tetapi hasil cukup maksimal sehingga perlu diberikan poin-poin penting
untuk merefleksikan dirinya. Poin penting ini berguna untuk mengasah critical thinking agar
milenial dapat berpikir dengan logis tetapi tidak ‘bertentangan’ dengan pancasila. Milenial
merupakan genarasi yang cenderung memiliki pandangan dan pendapat tersendiri terhadap
fenomena social yang sedang terjadi. Dalam pemebalajaran disekolah atau perguruan tinggi,
metode yang sebelumnya dilakukan sudah tidak relevan dengan karakteristik generasi
milenial, mereka tidak bisa didikte. Metode pembelajaran yang seharusnya dilakukan kepada
generasi milenial adalah mengaitkan isu-isu dan masalah yang sedang menjadi pembicaraan
public dan dekat dengan keseharian mereka sehingga menarik perhatian untuk mereka
cermati yang kemudian diberikan refleksi bahwa didalam isu dan masalah tersebut
sebenarnya terkandung nilai nilai dari Pancasila.
Generasi milenial dan generasi boomer sebenarnya tidak dapat dibandingkan. Karena
tidak ada yang lebih baik antara dua generasi yang berbeda zaman dan pola sosialnya. Yang
benar adalah generasi milenial dan generasi boomer perlu adaptasi satu sama lain agar nilai-
nilai pancasila dapat dipahami dan dilestarikan dengan baik. Generasi milenial lebih
menginginkan ideologi yang terbuka agar lebih mudah di dekatkan dengan kehidupan sehari-
hari. Akan tetapi, sebelum itu perlu pengenalan terhadap nilai-nilai pancasila terlebih dahulu,
baru kemudian terapkan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara
generasi milenial. Karena seharusnya, pancasila merupakan ideologi yang dapat mengarahkan
kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia.
Kelompok 2