Anda di halaman 1dari 81

SEMINAR ARSITEKTUR

PERANCANGAN RESORT MANDIANGIN ARUNG JERAM


DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK DI
KABUPATEN KAMPAR

Oleh:

Abby Hendriansyah
NIM. 1707114113

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2022
SEMINAR ARSITEKTUR
PERANCANGAN RESORT MANDIANGIN ARUNG JERAM
DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK DI
KABUPATEN KAMPAR

Oleh:

Abby Hendriansyah
NIM. 1707114113

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS RIAU
2022
PERANCANGAN RESORT MANDIANGIN ARUNG JERAM DENGAN
PENDEKATAN ARSITEKTUR BIOKLIMATIK DI KABUPATEN KAMPAR

Abby Hendriansyah
Program Studi Arsitektur Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Universitas Riau

ABSTRAK
Resort adalah penginapan yang dibangun pada lansekap atau tanah luas
yang masih asri dan segar yang masih dikelilingi oleh pemandangan indah dan
masih banyak terdapat pepohonan. Lokasi favorit Resort biasanya ada di
pegunungan, perbukitan, pantai, sungai dan lokasi lain yang memiliki daya Tarik
sendiri. Fasilitas yang terdapat didalam suatu Resort ada beragam seperti kolam
renang, taman bermain, restoran, pusat perbelanjaan yang bertujuan untuk
menunjang kenyamanan pengunjung Resort. Di Provinsi Riau sendiri terdapat
beberapa Resort seperti Tiga dara kampong Hotel dan Resort, Hotel Siak Resort,
dan Bamboo Resort yang cukup terkenal. Tujuan dibangunnya Resort ini adalah
untuk memanjakan pengunjung yang sudah lelah beraktifitas diluar Resort atau
untuk pengunjung datang hanya menikmati fasilitas Resort yang lengkap.
Mandiangin arung jeram merupakan suatu kawasan pariwisata yang popular di
kabupaten Kampar yang menjalankan wisata olahraga arung jeram. Pada objek
wisata ini belum memiliki fasilitas yang lengkap dan sesuai dengan standar tempat
wisata maka diperlukannya Resort sebagai pusat penginapan dan mendukung
fungsi pariwisata pada kawasan tersebut. Pendekatan arsitektur yang ramah
lingkungan, berorientasi pada alam sangat diperlukan maka dipilih pendekatan
arsitektur Bioklimatik. Metode penelitian yang digunakan berupa metode
kualitatif, pengambilan data baik primer maupun sekunder kemudian di analisa
dengan tujuan memiliki fungsi terkait Perancangan Resort Mandiangin Arung
Jeram dengan pendekatan Arsitektur Bioklimatik di kabupaten Kampar, sehingga
mendapat konsep perancangan yang tepat dan berkualitas.

Kata Kunci : Resort, Mandiangin, Arung jeram, Bioklimatik, Pariwisata


i
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
KATA PENGANTAR
ABSTRAK
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB
I
PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 3
1.3. Tujuan 3
1.4. Lingkup/batasan 3
1.4.1. Lingkup 3
1.4.2. Batasan 4
1.5. Kerangka Pikir 5
1.6. Sistematika Pembahasan 7
1.7. Keaslian Penulisan 8
TINJAUAN PUSTAKA 11
2.1. Tinjauan Perancangan Resort 11
2.1.1. Karateristik Resort 11
2.1.2. Fungsi Resort 12
2.1.3. Klasifikasi Hotel Resort 13
2.1.4. Prinsip Desain Resort 17
2.1.5. Pedoman kebutuhan ruang 18
2.2. Tinjauan Tema Perancangan 36
2.2.1. Pengertian Arsitektur Bioklimatik 36
2.2.2. Perkembangan Bioklimatik 37
2.2.3. Prinsip Arsitektur Bioklimatik 37
2.3. Studi Banding Fungsi Perancangan Sejenis 39
2.3.1. Anantara Uluwatu Bali Resort & Spa 39
2.3.2. Four Season Resort at Sayan – Mountain Resort 41
2.3.3. Kampung Ulu Resort di Magelang – Resort Arung jeram 43
2.4. Studi Banding Tema Sejenis 45
2.4.1. Solatis, Singapore 45
2.4.2. Urban Desain, Bioclimatic European School by Atelier3AM. 46
METODE PERANCANGAN 51
ii
3.1. Paradigma Perancangan Arsitektur 51
3.2. Lokasi perancangan Arsitektur 52
3.2.1. Kriteria Perancangan Arsitektur 52
3.2.2. Lokasi perancangan arsitektur 53
3.2.3. Peraturan terkait Perancangan 53
3.3. Metode Operasional Perancangan Arsitektur 56
3.3.1. Sintesa Pustaka 56
3.3.2. Jenis dan metode pengumpulan data 59
3.3.3. Teknik analisis data 60
3.3.4. Metode perancangan 61
BAB IV 62
4.1. Analisis Tapak 62
4.1.1. Analisis Makro Tapak 62
4.1.2. Analisis Mikro Tapak 63
4.2. Analisis Fungsional 64
4.2.1. Analisis Umum 64
4.2.2. Analisis Kegiatan 65
4.2.3. Analisa Program Ruang 65
4.2.4. Organisasi Ruang 65
4.2.5. Analisis Kebutuhan Ruang 66
4.2.6. Penzoningan 66
4.2.7. Analisis Sirkulasi 66
4.2.8. Analisis Lansekap 66
4.2.9. Analisis wisata arung jeram 66
4.3. Analisis Sistem Bangunan 66
4.3.1. Analisis Struktur dan Konstruksi 66
4.3.2. Analisis Sistem Utilitas 66
4.4. Analisis Hubungan Penerapan Tema dan Fungsi Bangunan 66
4.5. Analisis Tampilan Fisik Bangunan 66
4.5.1. Gaya perancangan 67
4.5.2. Gubahan Massa 67
4.5.3. Warna 67
4.5.4. Material 67
4.6. Konsep 67
4.6.1. Konsep Dasar Perancangan 67
4.6.2. Transformasi Konsep Kawasan 67
4.6.3. Konsep rencana Tapak 67
4.6.4. Transformasi Konsep Fungsi Bangunan 67
4.6.5. Penerapan Perletakan Bangunan 67

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 : Kerangka Pikir 6
Gambar 2.1 : Standar Meja Registrasi Tamu 25
Gambar 2.2 : Standar Ruang Tunggu 25
Gambar 2.3 : Standar Kasir 25
Gambar 2.4 : Standar Toilet Disabilitas 26
Gambar 2.5 : Standar Ruang Toilet 26
Gambar 2.6 : Single Room 27
Gambar 2.7 : Twin Room 27
Gambar 2.8 : Triple Room 27
Gambar 2.9 : Suite Room 28
Gambar 2.10 : President Suite Room 28
Gambar 2.11 : Standar Meja Tenis 29
Gambar 2.12 : Standar Ruang Sauna 29
Gambar 2.13 : Potongan lokasi pemancingan 29
Gambar 2.14 : Standar Meja Pengelola 30
Gambar 2.19 : Standar Ukuran Meja Tempat Duduk 31
Gambar 2.20 : Denah kursi dan meja 32
Gambar 2.21 : Standar area makan 33
Gambar 2.16 : Perbandingan ukuran kendaraan 34
Gambar 2.17 : Standar ukuran mobil pribadi 34
Gambar 2.18 : Parkir khusus Disabilitas 34
Gambar 2.15 : Ruang Operator 36
Gambar 2.22 : Anantara Uluwatu 39
Gambar 2.23 : Fasilitas Anantara Uluwatu Bali 40
Gambar 2.24 : Warna yang digunakan 41
Gambar 2.25 : Reception Lobby 41
Gambar 2.26 : Four Season Resort at Sayan 42
Gambar 2.27 : Gazebo pada Kampung Ulu Resort 43
Gambar 2.28 : Bangunan di Kampung Ulu Resort 44
Gambar 2.29 : Arial view exterior bangunan Solar Singapore 46
Gambar 2.30 : Atrium dan landscape bangunan Solar Singapore 46
Gambar 2.31 : Bioclimatic European School 47
Gambar 2.32 : School Courtyard 47
Gambar 2.33 : School Kindergarden 48
iv
Gambar 2.34 : Concept Diagram 48
Gambar 2.35 : Site driagram 49
Gambar 2.36 : Wastewater Treatment and Integration System 49
Gambar 2.37 : Section A1 and Section A3 50
Gambar 3.1 : Potongan sungai tidak bertanggul 55
Gambar 3.2 : Skema alur perancangan 61

v
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Keaslian Penulisan 8


Tabel 2.1 : Tabel Standar usaha Hotel 15
Tabel 2.2 :Tabel Penilaian standar Kelas Hotel 19
Tabel 2.3 :Standar Ruang Lobby 24
Tabel 2.4 : Kebutuhan ruang 25
Tabel 2.5 :Standar ukuran kamar resort 27
Tabel 2.6 :Ruang Olahraga 28
Tabel 2.7 :Standar fasilitas hiburan atau olahraga 29
Tabel 2.8 :Standar ukuran ruang Pengelola 30
Tabel 2.9 : Standar Ruang Meeting Room 31
Tabel 2.12 :Standar Ruang Restoran 31
Tabel 2.10 :Standar Kendaraan 33
Tabel 2.11 :Standar Ruang Karyawan 35
Tabel 2.13 :Standar ukuran Ruang Penyimpanan 35
Tabel 2.14 : Ukuran personal dan area pengamanannya 35
Tabel 3.2 Sintesa Pustaka 57
Tabel 3.3 Jenis dan metode pengumpulan data 59

vi
DAFTAR LAMPIRAN

vii
BAB I
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Resort adalah penginapan yang dibangun pada lansekap atau tanah luas
yang masih asri dan segar yang masih dikelilingi oleh pemandangan indah dan
masih banyak terdapat pepohonan. Keberadaan suatu Resort biasanya dilatar
belakangi oleh keadaan alam tertentu yang dimana pengunjung Resort selain
dapat menikmati kenyamanan yang disediakan Resort juga dapat menikmati
keindahan alam yang menjadi keunikan dari Resort. Maka dari itu pembangunan
suatu Resort biasanya ada di pegunungan, perbukitan, tepi sungai dan pantai yang
memiliki daya Tarik wisata. Fasilitas yang biasanya ada di Resort ada beragam
tergantung keunggulan tempat Resort dibangun, seperti Pesona alam Resort dan
spa di puncak bogor yang menyediakan fasilitas kolam renang, gym dan spa,
hutan pinus, jogging track, restoran coffee and tea dan kamar yang nyaman atau
yang di Pekanbaru seperti Hotel siak Resort yang terdapat di pinggir sungai siak
yang menyediakan taman rimbun dan akses ke sungai untuk menikmati wisata
sungai siak atau ke mall ciputra untuk wisata kota dengan fasilitas lengkap.
Fungsi utama sebuah Resort adalah sebagai penginapan. Fungsi Resort
dibedakan berdasarkan tiga jenis yaitu, fungsi social, fungsi olahraga dan fungsi
kantor. Klasifikasi Resort pun dibedakan berdasarkan letak dan view dari Resort
seperti Mountain Resort, Beach Resort, lake Resort, Village Resort dan lainnya.
River Resort merupakan jenis Resort yang terletak dipinggir aliran sungai. River
Resort ini menyediakan sarana rekreasi yang berhubungan dengan sungai seperti
arung jeram, kayak, memancing dan lain sebagainya. Untuk kasus perancangan ini
dibuatlah suatu River Resort yang didalamnya selain berfungsi untuk
peristirahatan juga memberikan fasilitas arung jeram sebagai fasilitas rekreasi bagi
pengunjung. Aktifitas arung jeram ini juga memiliki standar yang perlu
diperhatikan sesuai dengan Peraturan Mentri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Republik Indonesia Nomor 13 tahun 2014 tentang Standar Usaha Wisata Arung
Jeram.

1
Pada Peraturan Mentri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia
Nomor 13 tahun 2014 tentang Standar Usaha Wisata Arung Jeram diatur standar
fasilitas wisata arung jeram yang berlaku di seluruh Indonesia. Contoh badan
usaha wisata arung jeram yang sudah sesuai dengan peraturan mentri tersebut
adalah CitraElo rafting di Magelang, Jawa barat dan Arung Jeram Rainbow
Rafting di Pemalang. Sedangkan pada Mandiangin Arung jeram yaitu tempat
wisata arung jeram di Kabupaten Kampar yang menjadi Lokus perancangan
belum memiliki fasilitas selengkap itu. Maka dari itu dibutuhkannya Resort yang
merupakan tempat istirahat pengunjung dan sebagai fasilitas yang dapat
menunjang aktifitas arung jeram disana. Menurut Kepala Dinas Pariwisata Dan
Kebudayaan Kabupaten Kampar Zulia Dharma, Wisata arung jeram di sungai
Kopu kawasan Mandiangin ini memiliki potensi luar biasa dan meraih
penghargaan posisi kedua Anugrah Pesona Indonesia (API ) award 2021 sebagai
destinasi Wisata arung jeram kategori Wisata Air.
Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kampar
Mei 2022 mengalami peningkatan jumlah wisatawan 30 persen dari tahun
sebelumnya sebanyak 25.472 wisatawan. Peningkatan jumlah wisatawan ini
dikarenakan peralihan dari masa new normal yang mengakibatkan wisatawan
ingin pergi berlibur. Mandiangin arung jeram termasuk dari sebelas wisata yang
ada di kabupaten XIII Koto Kampar juga mengalami peningkatan. Potensi ini akin
semakin besar jika dibangun Resort yang dapat meng akomodasi semua keperluan
wisatawan di kawasan Mandiangin arung jeram yang terletak di Kabupaten XIII
Koto Kampar.
Kondisi alam yang masih asri, memiliki pemandangan indah dan iklim sejuk
khas karena berdekatan dengan Provinsi Sumatera Barat yang menjadi tempat
perancangan sangat cocok jika menerapkan pendekatan arsitektur yang dapat
memaksimalkan potensi kawasan tersebut. Menurut Suwarno (2021) Pendekatan
arsitektur Bioklimatik merupakan pendekatan yang mensinergikan desain
arsitektural terhadap iklim, psikologi manusia dan dapat membuat desain
arsitektural yang susitanable atau berkelanjutan dan passive cooling sehingga
dapat memaksimalkan kawasan Resort. Melalui pendekatan ini menggabungkan
2
semua analisa pada kawasan dan mewujudkannya menjadi konsep rancangan yang
tanggap dan ramah pada lingkungan.

1.2. Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1) Apa saja fasilitas yang dibutuhkan untuk mendukung fungsi dalam
perancangan Resort Mandiangin Arung jeram?
2) Bagaimana menerapkan Prinsip arsitektur Bioklimatik pada
perancangan Resort Mandiangin arung jeram?
3) Bagaimana merumuskan konsep perancangan yang tepat dalam
memenuhi kebutuhan Resort Mandiangin arung jeram?

1.3. Tujuan
Berdasarkan uraian permasalahan yang dirumuskan maka tujuan penulisan
dari perancangan Resort wisata Mandiangin Arung jeram dengan pendekatan
Arsitektur Bioklimatik adalah sebagai berikut :
1) Menerapkan fasilitas yang mendukung fungsi dalam perancangan
kawasan Resort Mandiangin arung jeram
2) Menerapkan prinsip arsitektur Bioklimatik pada perancangan Resort
Mandiangin arung jeram
3) Menghasilkan suatu konsep perancangan yang tepat dalam
perancangan Resort Mandiangin arung jeram

1.4. Lingkup/batasan
1.4.1. Lingkup
Berdasarkan Latar belakang penulisan, maka penulis membuat lingkup
perancangan agar perancangan kawasan Resort Mandiangin Arung jeram ini lebih
terfokus. Adapun lingkup perancangan sebagai berikut :

3
BAB 2
Lingkup Substansial
Merancang kawasan Resort Mandiangin Arung jeram yang terdiri dari
fasilitas utama, pendukung, dan penunjang yang meliputi masa bangunan
lansekap dan konsep perancangan dengan pedekatan arsitektur Bioklimatik.

BAB 3
Lingkup Wilayah
Lingkup wilayah pada objek perancangan Resort wisata Mandiangin
Arung jeram di persimpangan sungai Kampar dan sungai Kopu di
Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Riau. Pemilihan lokasi
ini didasari oleh keberadaan bentang alam yang sesuai untuk mendukung
fungsi dari perancangan dan terletak di titik akhir pengarungan yang dapat
memberikan akses lebih mudah untuk pengunjung dari berbagai daerah.

3.1.1. Batasan
Berdasarkan tujuan yang telah ditentukan, maka penulis membuat batasan
pada perancangan agar perancangan Resort Mandiangin arung jeram ini lebih
terfokus. Adapun batasan dalam perancangan sebagai berikut :

A. Batasan Objek
Menjadikan kawasan Resort ini memiliki fungsi utama adalah penginapan,
selain itu juga memiliki fungsi Rekreasi dan Komersial

BAB 2
Batasan Skala Kegiatan
1) Penginapan, Resort ini sebagai fasilitas penginapan yang aman dan
nyaman yang menjadi fungsi utama dari perancangan.
2) Rekreasi, Resort ini dijadikan sebagai penunjang untuk menyalurkan
hobbi pengunjung terkait dengan wisata air seperti arung jeram,
memancing dan wahana Outbond.
3) Komersial, Resort ini menjadi penunjang UMKM, masyarakat sekitar
dan pebisnis untuk menjadikannya sebagai wadah dalam berjualan.

4
BAB 3
Batasan Tema
Batasan dalam penggunaan tema dalam perancangan ini yaitu penerapan
prinsip arsitektur Bioklimatik yang lebih ditekankan pada tiga prinsip yaitu
passive cooling, menentukan orientasi, dan Open Plan dalam penerapan
denah bangunan yang dilewati udara dan sinar matahari sehingga tercipta
konsep rancangan yang tanggap dan ramah lingkungan.

3.1. Kerangka Pikir


Kerangka pikir pada proses perancangan Resort Mandiangin arung jeram
dengan pendekatan arsitektur Bioklimatik dimulai dari latar belakang yang ada
sehingga terbentuknya sebuah konsep rancangan adalah sebagai berikut:

5
Gambar 1.1 : Kerangka Pikir

6
3.2. Sistematika Pembahasan
Penerapan pendekatan arsitektur Bioklimatik pada Resort Mandiangin
Arung jeram menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang pokok-pokok pikiran yang melatar belakangi
pemilihan judul, permasalahan, tujuan permasalahan, lingkup bahasan,
batasan permasalahan, kerangka pikir, sistematika pembahasan, serta
keaslian penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Bab ini berisi uraian mengenai definisi Resort, aktifitas wisata dan
olahraga arung jeram, serta pembahasan yang berkaitan dengan
pendekatan Arsitektur Bioklimatik.

BAB III METODE PENELITIAN


Bab ini berisi paradigma perancangan berupa strategi perancangan dan
metode pengumpulan data, tinjauan lokasi berupa latar belakang pemilihan
lokasi, serta alur Perancangan Resort Mandiangin Arung jeram dengan
Pendekatan Arsitektur Bioklimatik Di Kabupaten Kampar.

BAB IV ANALISIS DAN KONSEP PERANCANGAN


Bab ini berisi mengenai analisis tapak, analisis fungsional, analisis sistem
bangunan, analisis sistem utilitas, analisis fisik bangunan, analisis lain
yang dibutuhkan, serta penerapan Arsitektur Bioklimatik pada
perancangan Resort Mandiangin Arung jeram.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini berisi kesimpulan dan saran dalam penerapan Arsitektur
Bioklimatik pada perancangan Resort Mandiangin Arung jeram.

7
3.3. Keaslian Penulisan
Berdasarkan hasil penelusuran berdasarkan judul perancangan dengan judul
Perancangan Resort Mandiangin Arung jeram dengan pendekatan arsitektur
Bioklimatik, setidaknya terdapat beberapa judul yang memiliki keterikatan, antara
lain :
Tabel 1.1 : Keaslian Penulisan
N Perbedaan
Judul Penulis Persamaan
o
1 Resort arung jeram di Aji Nugroho Kesamaan pada Perbedaan pada
sungai Progo hartanto, Fungsi perancangan lokus
Magelang Universitas Islam yang diangkat perancangan
Indonesia, 2004
2 Serayu Extreme Sport Sarwono Edi Kesamaan pada Perbedaan pada
and Resort Priyanto, Fungsi perancangan lokus
Universitas yang diangkat perancangan
Muhamadiyah
Surakarta, 2011
3 Perancangan kawasan Pahmi Iria, Kesamaan Pada jenis Perbedaan pada
Wisata desa Bokor Universitas Riau, lokasi perancangan, fungsi ,
dengan pendekatan 2021 berada ditepian air. pendekatan dan
Arsitektur Tepian Air loksu
perancangan.
4 Hotel Resort dengan Sahrianto, Kesamaan pada Perbedaan pada
pendekatan Arsitektur Universitas Islam fungsi dan gaya lokus
Bioklimatik di Bira Negri Alaudin arsitektur yang perancangan
Kabupaten Makassar, 2018 diangkat
Bulukumbia
5 Perancangan Resort di Irvan Nugraha, Kesamaan pada tema/ Perbedaan pada
pesisir pantai reviola Universitas Riau, gaya arsitektur yang lokus
kota batam dengan 2022 diangkat perancangan
pendekatan arsitektur
bioklimatik
6 Penerapan prinsip M. Romi Kesamaan pada Perbedaan pada
arsitektur bioklimatik Firmansyah, tema/gaya arsitektur fungsi dan lokus
dalam perancangan Universitas Riau, yang diangkat perancangan.
tropical orchid centre 2017

Resort arung jeram di sungai Progo Magelang mewadahi kegiatan wisata


petualangan arung jeram dan kegiatan out bound beserta fasilitas akomodasi. Pada
skripsi yang ditulis oleh Aji Nugroho Hartanto ini dijelaskan bahwa keberadaan
Resort dalam suatu kawasan wisata arung jeram sebagai suatu fasilitas yang dapat
menunjang olahraga arung jeram sendiri dan meningkatkan pariwisata pada
kawasan. Perancangan dalam skripsi ini berkonsepkan geometrical meandering
yang menjadi titik acu dari semua konsep tapak, gubahan massa serta keruangan

8
yang dipadukan dengan pengambilan karakter arung jeram pada desain ruang luar
dan gubahan massa, serta pemanfaatan estetika visual alami sungai dan gunung
sebagai view utama. Skripsi ini membantu penulis dalam Perancangan Kawasan
Resort Mandiangin Arung Jeram Dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik Di
Kabupaten Kampar dalam pembuatan bab 2 dan konsep perancangan.
Skripsi berjudul Serayu Extreme Sport and Resort yang ditulis oleh
Mahasiswa S-1 Universitas Muhammadiyah Surakarta ini menjelaskan tentang
perencanaan atau perancangan suatu kawasan wisata alam dan buatan di sungai
Serayu yang terletak Banjarnegara dengan fasilitas olahraga yang memiliki tingkat
kesulitas tinggi dan penginapan yang berkonsep pada peningkatan efisiensi air,
energy dan material. Didalam skripsi ini dijelaskan bagaimana suatu tempat
wisata arung jeram di desain dan dibuat suatu Resort untuk menginap yang
menjadikan tulisan ini sebagai rujukan atau referensi dalam Perancangan Kawasan
Resort Mandiangin Arung Jeram Dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik Di
Kabupaten Kampar.
Pada Perancangan kawasan Wisata desa Bokor dengan pendekatan
Arsitektur Tepian Air dapat membantu penulis secara lansung yang berkaitan
dengan fungsi perancangan ataupun tema perancangan akan tetapi memberikan
gambaran bagaimana perancangan suatu fasilitas dan Building Converage ataupun
peraturan yang terkait dengan fasilitas tepi air yang bermanfaat pada Perancangan
Kawasan Resort Mandiangin Arung Jeram Dengan Pendekatan Arsitektur
Bioklimatik Di Kabupaten Kampar.
Hotel Resort dengan pendekatan Arsitektur Bioklimatik di Bira Kabupaten
Bulukumbia merupakan fasilitas Resort yang memiliki semua fasilitas akomodasi
dan wisata pada pesisir Pantai Pasir putih yang berjarak 40km dari Kota
kabupaten Bulukumbia. Perancangan hotel Resort ini memiliki fungsi dan tema
pendekatan arsitektur yang sama dengan Perancangan Kawasan Resort
Mandiangin Arung Jeram Dengan Pendekatan Arsitektur Bioklimatik Di
Kabupaten Kampar yang dapat menjadi referensi walaupun dengan lokus yang
berbeda.

9
Perancangan Resort Di Pesisir Pantai Reviola Kota Batam Dengan
Pendekatan Arsitektur Bioklimatik terfokus pada pembuatan Resort tepi pantai
yang bertemakan arsitektur Bioklimatik. Penerapan arsitektur bioklimatik pada
perancangan melalui konsep terumbu karang yang merupakan bentuk kehidupan
dari laut, dengan memanfaatkan iklim pesisir pantai. Hal ini dapat menjadi
referensi dalam penulisan dan pengaplikasian tema perancangan dalam
Perancangan Kawasan Resort Mandiangin Arung Jeram Dengan Pendekatan
Arsitektur Bioklimatik Di Kabupaten Kampar.
Penerapan Prinsip Arsitektur Bioklimatik Dalam Perancangan Tropical
Orchid Centre adalah pada orientasi bangunan , bukaan jendeala, material dinding,
system ventilasi, pembiasan cahaya dan perletakan pintu dan jendela yang
merupakan prinsip arsitektur Bioklimatik yang di jelaskan Yeang pada tahun 1994
yang menjadi dasar dasar prinsip arsitektur Bioklimatik dalam Perancangan
Kawasan Resort Mandiangin Arung Jeram Dengan Pendekatan Arsitektur
Bioklimatik Di Kabupaten Kampar.

10
BAB II
BAB 4
TINJAUAN PUSTAKA

4.1. Tinjauan Perancangan Resort


Resort merupakan penginapan yang dibangun pada lansekap atau tanah luas
yang masih banyak pepohonan dan masih alami yang terletak di kawasan wisata
atau memiliki daya Tarik wisata. Beberapa pengertian Resort yang terkenal
Antara lain :
a. Menurut Mill (2002) Resort merupakan tempat dimana orang pergi untuk
brekreasi.
b. Menurut O’Shannessy et al (2001) mengartikan Resort sebagai sebuah jasa
pariwisata yang setidaknya di dalamnya terdapat lima jenis pelayanan, yaitu
akomodasi, pelayanan makanan dan minuman, hiburan, outlet penjualan,
serta fasilitas rekreasi. Pasar dari usaha Resort ini adalah pasangan (couple),
keluarga (families), pasangan yang berbulan madu (honeymoon couples),
dan juga individu (single).
c. Menurut Gb.Das (2021) , Resort adalah fasilitas penginapan layanan
lengkap yang menyediakan akses ke atau menawarkan berbagai fasilitas dan
fasilitas rekreasi untuk menekankan pengalaman rekreasi. Resor berfungsi
sebagai penyedia utama pengalaman para tamu, sering kali menyediakan
layanan untuk bisnis atau pertemuan, dan secara khas terletak di lingkungan
yang berorientasi pada liburan.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan, Resort merupakan


suatu tempat tinggal yang ditempati untuk bersantai dan menghabiskan waktu
yang terletak dikawasan rekreasi yang memiliki fasilitas lengkap.

4.1.1. Karateristik Resort


Sebagai salah satu tempat yang menyediakan penginapan, fungsi Resort ini
memiliki beberapa karakteristik yang merupakan ciri khas keunikan tersendiri

11
yang berbeda dengan lainnya tergantung lokasi Resort. Karakteristik ini tersendiri
terbagi atas lokasi, fasilitas, segmen pasar, serta arsitektur dan suasana
(Krisnawati, 2014):
A. Lokasi
Lokasi pada dasarnya merupakan tempat yang memiliki daya Tarik
wisata dan memiliki pemandangan yang indah, seperti pegunungan, tepi
sugai, perbukita, tepi pantai dan lain sebagainya yang masih asri dan
memberikan kenyamanan lebih pada pengunjung.
BAB 2
Fasilitas
Fasilitas Resort mengacu pada sarana dan prasarana yang membuat
Resort lebih menarik. Fasilitas Resort ini dibedakan menjadi fasilitas dalam
ruangan (indoor) dan luar ruangan (outdoor) berdasarkan lokasinya.
Fasilitas yang disajikan pada Resort menentukan ketertarikan wisatawan
atau pengunjung dalam memilih suatu Resort. Fasilitas yang menarik harus
memiliki sarana rekreatif dan menyenangkan.
BAB 3
Segmen Pasar
Resort merupakan fasilitas akomodasi untuk wisatawan yang datang
dengan tujuan berlibur, bersenang-senang mengisi waktu luang, untuk
memenuhi tujuan itu diperlukan Resort dengan fasilitas yang bersifat
rekreatif dan pola pelayanan yang memuaskan.
BAB 4
Arsitektur dan suasana
Resort dengan suasana yang nyaman dan arsitektur yang mendukung
tingkat kenyamanan itu akan meningkatkan citra yang bernuansa etnik
sehingga wisatawan yang datang akan cenderung memilih Resort sebagai
tempat tinggal sementara.

4.1.1. Fungsi Resort


Fungsi Resort menurut Mill dan Coltman (2002) adalah sebagai berikut :
a. Fungsi Resort bagi pengguna, adalah untuk kenyamanan berwisata,
kenyamanan menginap atau menikmati fasilitas untuk berekreasi.

12
b. Fungsi Resort bagi pemerintah, adalah meningkatnya pendapatan daerah
dan negara.
c. Fungsi Resort membantu menciptakan sekaligus menambah lapangan
kerja,termasuk jasa Resort, angkutan, industry sandang
pangan,pertanian,hiburan,cendramata dll.
d. Fungsi Resort membantu perkembangan industry – industry kecil seperti
objek wisata,restoren,tempat hiburan,dan objek – objek lainnya.
e. Fungsi Resort menimbulkan rasa saling mengenal serta agar menghargai
antar bangsa,sehingga dapat mempererat hubungan antar manusia

Secara umum fungsi Resort dibedakan menjadi tiga bagian sebagai berikut :
A. Fungsi Primer (Utama)
Merupakan fungsi bangunan sebagai kegiatan utama yang terdapat
dalam bangunan seperti administrasi Check in, Check Out, Lobby, kamar
Resort sebagai tempat menginap, kegiatan rekreasi, dan kegiatan olahraga
pengunjung.
B. Fungsi Sekunder (Pendukung)
Merupakan fungsi bangunan yang bertujuan untuk melengkapi
kebutuhan beraktifitas ataupun mengiringi kegiatan para pengunjung.
Contohnya seperti Meeting Room, Ruang Pengelola, ataupun Ruang untuk
kegiatan karyawan.
C. Fungsi Penunjang (Servis)
Merupakan fungsi yang melingkupi kelengkapan dari fasilitas
Resort yang bertujuan mendukung kegiatan utama dan pendukung.
Kebutuhan ini seperti tempat parkir, Restoran, Toko Kue, Laundry,
Mushola, Gudang dan lainnya.

4.1.2. Klasifikasi Hotel Resort


A. Klasifikasi berdasarkan kelas Hotel Resort
Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Republik
Indonesia Nomor PM.53/HM.001/MPEK/2013 Tentang Standar Usaha Hotel
13
Pasal empat (4) ayat tiga (3), peggolongan kelas hotel terbagi menjadi 5, antara
lain :

a. Hotel bintang satu


b. Hotel bintang dua
c. Hotel bintang tiga
d. Hotel bintang empat
e. Hotel bintang lima

Kriteria Hotel Resort berbintang dapat di klasifikasikan sebagai suatu sistem


penilaian penggolongan kelas hotel. Penilaian tersebut sesuai dengan standar
usaha hotel yang memiliki kriteria mutlak, kriteria tidak mutlak dan persyaratan
dasar.

BAB 2
Persayaratan dasar
Syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh suatu usaha hotel baik yang berupa
sertifikat kelaikan yang dikeluarkan oleh instansi teknis pemerintah serta tanda
daftar usaha pariwisata bidang usaha penyediaan akomodasi jenis usaha hotel.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Republik
Indonesia Nomor PM.53/HM.001/MPEK/2013 Tentang Standar Usaha Hotel
Pasal tujuh (7) ayat satu (1) yang mengatur tentang persyaratan dasar hotel, terdiri
atas :
a. Tanda Daftar Usaha Pariwisata bidang Usaha Penyediaan Akomodasi jenis
Usaha Hotel;
b. Kelaikan fungsi bangunan gedung
c. Keterangan laik sehat
d. Kelaikan kualitas air

14
BAB 3
Kriteria Mutlak
Kriteria Mutlak adalah prasyarat utama mencakup aspek produk, pelayanan
dan aspek pengelolaan usaha hotel yang ditetapkan oleh Menteri harus dipenuhi
oleh usaha hotel untuk dapat disertifikasi. Kriteria Mutlak ini diatur dalam
Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor
PM.53/HM.001/MPEK/2013 Tentang Standar Usaha Hotel pasal Pasal delapan
(8) ayat dua (2) yang dijelaskan dalam lampiran I adalah sebagai berikut :

Tabel 2.2 : Tabel Standar usaha Hotel


NO UNSUR N SUB UNSUR
O
A ASPEK PRODUK
1 Bangunan 1 Tersedia suatu bangunan hotel
2 Penanda Arah 2 Tersedia papan nama hotel
3 Parkir 3 Tersedia tempat parkir dan pengaturan lalu lintasnya
4 Lobby 4 TersediaLobby dengan sirkulasi
udara
danpencahayaan
5 Toilet Umum 5 Tersedia toilet umum
6 Front Office 6 Tersedia Gerai atau meja kursi
7 Fasilitas Makan dan 7 Tersedia ruangmakan dan minum dengan
Minum sirkulasi
udara dan pencahayaan
8 Kamar Tidur Tamu 8 Tersedia kamar tidur dengan
perlengkapannya, termasuk kamar mandi
9 Tersedia denah lokasi kamar dan
petunjuk penyelamatan diri
9 Dapur /Pantry 10 Tersedia dapur dengan perlengkapanya dan
tata letak sesuai dengan kebutuhan
10 Kantor 11 Tersedia Ruang Pimpinan Hotel
12 Tersedia Ruang Karyawan
11 Utilitas 13 Tersedia Instalasi Air Bersih
12 Pengelolaan limbah 14 Tempat penampungan sampah sementara
15 Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
B ASPEK PELAYANAN
1 Kantor Depan 16 Tersedia pelayanan pemesanan kamar,
pendaftaran, penerimaan dan pembayaran
2 Tata Graha 17 Pelayanan pembersihan fasilitas tamu,
fasilitas
publik dan fasilitas karyawan
3 Area Makan dan Minum 18 Tersedia pelayanan penyajian makanan
dan minuman

15
4 Keamanan 19 Tersedia pelayanan keamanan
5 Kesehatan 20 Tersedia pelayanan kesehatan
C ASPEK PENGELOLAAN
1 Organisasi 21 Hotel memiliki struktur oganisasi
22 Hotel memiliki peraturan perusahaan/PKB
2 Manajemen 23 Hotel memiliki program pemeriksaan
kesehatan karyawan
24 Pemeliharaan sanitasi, hygiene dan lingkungan
3 Sumber Daya Manusia 25 Hotel melaksanakan sertifikasi kompetensi karyawan
Jumlah Subunsur Aspek Produk 15
Jumlah Subunsur Aspek Pelayanan 5
Jumlah Subunsur Aspek Pengelolaan 5
JUMLAH TOTAL SUBUNSUR 25
Sumber : Lampiran I dalam Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Republik
Indonesia Nomor PM.53/HM.001/MPEK/2013 Tentang Standar Usaha Hotel.

BAB 4
Kriteria Tidak Mutlak
Kriteria tidak mutlak adalah prasyarat mencakup aspek produk, pelayanan
dan pengelolaan usaha hotel sebagai unsur penilaian dalam menentukan
penggolongan kelas hotel bintang dan penetapan hotel nonbintang yang
ditetapkan oleh Menteri sesuai dengan kondisi usaha hotel. Penjelasan lebih
lengkap terkait dengan kriteria tidak mutlak hotel di jelaskan pada Lampiran II
Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor
PM.53/HM.001/MPEK/2013 Tentang Standar Usaha Hotel.

BAB 5
Klasifikasi berdasarkan letak/lokasi hotel Resort
Klasifikasi Resort terbagi atas letak orientasi view dan lokasi serta
kelengkapan wisata (Nurmalita, 2018). Jenis-jenis Resort ini dibagi atas beberapa,
sebagai berikut:
1) Mountain Resort
Resort yang mengambil daerah pengunungan ini memberikan
pemandangan wisata yang berada di gunung dengan menyediakan fasilitas
yang lebih menekankan pada hiburan alam bersifat alami seperti mendaki
gunung, hiking, panjat tebing dan lainnya. Contoh nya seperti Tetebatu
Mountain Resort di Lombok timur.
16
BAB 2
Beach Resort
Resort ini mengutamakan pada potensi alam yang berada di tepi pantai
dan laut sebagai wisata dengan view yang mengarah langsung kearah pantai
dan menyediakan fasilitas olahraga air sebagai pertimbangan utama.
Contohnya seperti Bintan Pearl Beach Resort di Kepulauan Riau.
BAB 3
Lake Resort
Menyediakan fasilitas yang berada di tepian danau yang tidak hanya
memanfaatkan view tetapi potensi lainnya seperti olahraga air, memancing,
dan kegiatan lainnya. Contohnya seperti Lido Lake Resort di Bogor, jawa
barat.
BAB 4
Village Resort
Resort ini menekankan pada lokasi yang memiliki keunikan dengan
tema etnik lokal dengan melihat kebudayaan sekitar , dan larut kedalam
kehidupan masyarakat pedesaan.Ccontohnya seperti Java Village Resort di
Yogyakarta.
BAB 5
Forest Resort
Terletak di daerah hutan sehingga wisatawan dapat menikmati
pemandangan alam dan juga dapat mempelajari segala yang ada di hutan
seperti flora dan fauna. Biasanya Resort ini di peruntukkan untuk penelitian
dan pendidikan mengenai konservasi hutan lindung.Contohnya seperti
Horison Greeen Forest Resort di Bandung.

5.1.1. Prinsip Desain Resort


Pengembangan Resort di tiap lokasi sebagai suatu tempat wisata memiliki
ciri ataupun karakter yang berbeda. Berikut hal yang perlu di rencanakan dalam
prinsip-prinsip.
A. Kebutuhan dan persyaratan individu dalam kegiatan wisata
1) Suasana tenang kesendirian (Aloneless) dan privasi, tetapi juga
memiliki keterhubungan terhadap interaksi dengan orang lain
2) Berinteraksi dengan lingkungan, dengan budaya baru, dengan
17
memanfaatkan sumber daya alam dan kekhasan suatu tempat
sebaik mungkin.
3) Menyesuaikan fisik bangunan terhadap karakter tapak dan iklim
lingkungan.
B. Pengalaman unik bagi wisatawan
1) Ketenangan (Relaxation), perubahan gaya hidup yang berkaitan
dengan kedekatan alam dan kesempatan untuk relaksasi.
2) Melakukan aktivitas berbeda seperti olahraga dan rekreasi

5.1.2. Pedoman kebutuhan ruang


Menurut Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Republik
Indonesia Nomor PM.53/HM.001/MPEK/2013 Tentang Standar Usaha Hotel.
Klasifikasi standar hotel dan Resort dalam bentuk peraturannya yaitu sama.
Analisis fungsi merupakan aspek dasar dari kebutuhan rancangan Resort
yang akan menentukan sifat atau karakter dari masing-masing fungsi. Berikut
fungsi Resort akan dijelaskan;
A. Fungsi Primer (Utama)
Merupakan fungsi bangunan sebagai kegiatan utama yang terdapat dalam
bangunan seperti administrasi Check in, Check Out, Lobby, kamar Resort
sebagai tempat menginap, kegiatan rekreasi, dan kegiatan olahraga
pengunjung.
B. Fungsi Sekunder (Pendukung)
Merupakan fungsi bangunan yang bertujuan untuk melengkapi kebutuhan
beraktifitas ataupun mengiringi kegiatan para pengunjung. Contohnya
seperti Meeting Room, Ruang Pengelola, ataupun Ruang untuk kegiatan
karyawan.
C. Fungsi Penunjang (Servis)
Merupakan fungsi yang melingkupi kelengkapan dari fasilitas Resort yang
bertujuan mendukung kegiatan utama dan pendukung. Kebutuhan ini
seperti tempat parkir, Restoran, Food Court, Laundry, Mushola, Gudang
dan lainnya.
18
Dalam penentuan kelas hotel bintang ditentukan dengan system point yang
diperoleh dari perkalian 104 sub unsur hotel berbintang yang terdapat pada aspek
produk, pelayanan dan pengelolaan dengan bobot tiap kelas sehingga didapat hasil
nilai minimal pada setiap kelashotel berbintang. Penilaian kelas hotel bintang
dijelaskan dalam Lampiran II Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif
Republik Indonesia Nomor PM.53/HM.001/MPEK/2013 Tentang Standar Usaha
Hotel. Dibawah merupakan contoh beberapa penilaian standar aspek produk
dalam penentuan bintang pada hotel Resort.
Tabel 2.3 :Tabel Penilaian standar Kelas Hotel
1 2
N SUB 4 (SANGAT 5
UNSUR (KURAN (CUKUP 3 (BAIK)
O UNSUR BAIK) (TERBAIK)
G) BAIK)
Kamar tidur kamar luas min. luas min. luas min. luas min. luas min.
tidur tamu 16m2 18m2 20m2 24m2 28m2
1 termasuk
kamar
mandi
kamar Luas Luas Luas Luas Luas
suite minimal minimal minimal 2 minimal 2 minimal 2
1.5 kali 1.5 kali kali kamar kali kamar kali kamar
kamar kamar standar standar standar
standar standar dilengkapi dilengkapi dengan area
dilengkapi dilengkapi area living area living living room
area living area living room yang room yang yang
room. room yang terpisah terpisah dari terpisah dari
Jenis dan terpisah dari kamar kamar tidur. kamar tidur.
jumlah dari kamar tidur. Jenis Terhubung Terhubung
perabot tidur. Jenis dan dengan dengan
lebih baik dan jumlah kamar kamar
dan jumlah perabot standar standar
lengkap perabot lebih baik (adjoining) (adjoining).
daripada lebih baik dan Jenis dan Jumlah
kamar dan lengkap jumlah kamar suite
standar lengkap daripada perabot lebih minimal 3%
daripada kamar baik dan dari
kamar standar lengkap keseluruhan
standar daripada jumlah
kamar kamar. Jenis
standar dan jumlah
perabot lebih
baik dan
lengkap
daripada
kamar
standar
2 fasilitas makan Tersedia Luas Jumlah Luas Ruang Ruang

19
dan minum ruang tidak perlu kursi area cukup cukup
makan sebanding tidak makan luas luas
dan jumlah perlu per kursi dengan dengan
minum kamar sebanding 1.2 m2 jumlah jumlah
dengan tamu, jumlah sebanding kursi kursi
sirkulasi atau kamar dengan yang yang
udara terlalu tamu. 50% sesuai atau sesuai atau
yang banyak Ada akses jumlah lebih 50% lebih 50%
baik (4,8 kursi langsung kamar jumlah jumlah
liter/detik/ untuk kedapur. tamu. kamar tamu. kamar tamu.
orang) area Sirkulasi Sirkulasi Terdapat Terdapat
dan yang udara udara buffet buffet
pencahay terbatas. yang yang untuk untuk
aan yang Akses baik (4,8 baik pelayanan pelayanan
sesuai masuk liter/detik/ (4,8 prasmanan. prasmanan
Peraturan terhalang orang) liter/detik/ Sirkulasi dan atau
(9 watt dan akses dan orang) udara show
atau ke dapur pencahaya dan yang baik kitchen
250 sedikit an yang pencahaya (4,8 (dapur
lux/m2), jauh sesuai an yang liter/detik/or terbuka).
Peraturan sesuai a ng) Sirkulasi
(9 Peraturan dan udara yang
watt atau (9 pencahayaan baik (4,8
250 watt atau yang liter/detik/or
lux/m2) 250 sesuai an
lux/m2) Peraturan g)
(9 dan
watt atau pencahayaan
250 lux/m2) yang
sesuai
Peraturan
(9
watt atau
250 lux/m2),
luas area
duduk
1.2m2/orang
dengan
akses yang
mudah ke
dapur
(area
produksi
makanan)
ruang Ruangan Ruangan Ruangan Ruangan Ruangan
minum(ba sederhana, tidak luas, luas, bersih cukup luas,
r) kurang cukup namun dengan bersih
terawat luas, tidak interior dengan
dan tidak ada yang dapat interior yang
kusam. ada usaha usaha menciptaan dapat
Tersedia penciptaan penciptaan ambiance menciptaan
bar ambiance ambiance yang ambiance
counterse yang yang menyenangk yang
cukup nya menyenan menyenan an, tersedia menyenangk
sesuai gkan gkan. bar Counter an, tersedia
20
kebutuhan Tersedia Tersedia cukup luas bar Counter
operasioni bar bar (spacious) cukup luas
l counter counter (spacious)
secukupny secukupny
a sesuai a sesuai
kebutuhan kebutuhan
operasioni operasioni
l l.
Pilihan Satu Satu Satu Minimal Minimal
sarana pilihan pilihan pilihan dua pilihan, dua pilihan,
olahraga, saja, saja, saja, kondisi alat kondisi alat
rekreasi kondisi kondisi kondisi bekerja baikl bekerja baik
dan alat alat alat dan aman dan aman
kebugaran bekerja bekerja bekerja digunakan. digunakan.
dari: baik dan baik dan baik dan Ruang/area Ruang/area
Fitness aman aman aman dan luas
Centre, digunakan digunakan digunakan bersih dan
3
Kolam . . . peralatan/per bersih,perala
renang; Ruang/are Ruang/are Ruang/are le ngkapan ta
Tenis a dan a dan a dan cukup n/perlengkap
dan bersih bersih bersih tersedia. an
Spa/Refle peralatan/ peralatan/ peralatan/ cukup
ksiologi perle perle perle tersedia
Sarana Olah ngkapan ngkapan ngkapan
raga; rekreasi cukup cukup cukup
dan kebugaran tersedia. tersedia. tersedia.
4 ruang rapat Ruang Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Rapat ruang dan ruang dan ruang dan ruang dan ruang dan
dilengkap kapasitas kapasitas kapasitas kapasitas kapasitas
i dengan terbatas, terbatas, cukup cukup cukup
perlengka perlengka perlengka banyak banyak dan banyak dan
pan dan pan dan pan dan dan luas luas yang luas yang
peralatan peralatan peralatan yang memungkink memungkink
termasuk sederhana sederhana memungki an pilihan an pilihan
audio nkan konfigurasi konfigurasi
visual pilihan kursi kursi
konfiguras peserta peserta
i kursi rapat. rapat.
peserta Digunakan Digunakan
rapat, penyekatan penyekatan
perlengka ruang ruang
pan dan untuk untuk
peralatan fleksibiltas fleksibiltas
baik luas ruang luas ruang
Ruang rapat sesuai rapat sesuai
rapat kebutuhan. kebutuhan.
kedap perlengkapa perlengkapa
suara 30 n dan n dan
– 35 Db. peralatan peralatan
cukup canggih.
baik Ruang rapat
Ruang kedap suara
rapat 30 – 35 Db.
kedap
suara 30 –
21
35 Db
lobby lounge Tersembu Interior Mempuny Lounge Lounge
nyi dan kurang ai akses dapat dapat
kurang tertata langsung diakses diakses
menarik sehingga dari langsung langsung
dan suasana LobbyHot dari lobby, dari lobby,
terkesan yang el terkesan luas terkesan
sempit. tercipta dan dengan besar/luas
kurang berpenam penataan dengan
nyaman pilan furniture penataan
(ambiance dan elemen furniture
) baik interior dan elemen
yang lainnya interior
menarik yang lainnya
dan didesain yang
nyaman. sangat didesain
Kenyaman baikmemberi terbaik
5 an suara kesan yang khusus
45-55 Db menyenangk furniture
atau an. dan elemen
dibawahny Kenyamanan interior
a. suara 45-55 lainnya
Db darimaterial
yangekslusif
dan
terdesain
baik,
memberi
kesan yang
menyenangk
an.
Kenyamanan
suara 45-55
Db
Lobby Lobby Lobby Lobby Lobby Lobby
dengan tidak dapat dapat dapat dapat dapat
sirkulasi diakses diakses diakses diakses diakses
udara dan langsung langsung langsung langsung langsung
pencahay dari pintu dari pintu dari pintu dari pintu dari pintu
aan yang utama utama utama utama utama
baik hotel, hotel, hotel, hotel, hotel,
terkesan terkesan kurang luas luas,
kecilsanga sangat luas, memadai, sirkulasi
t kurang kurang sirkulasi sirkulasi dan
kurang luas, dan dan pencahayaan
luas, sirkulasi pencahaya pencahayaan sesuai
sirkulasi dan an belum belum ketentuan
dan pencahaya sesuai sesuai (sirkulasi
pencahaya an belum ketentuan ketentuan udara
an sesuai (sirkulasi (sirkulasi 30ltr/detik/or
tidak ketentuan udara udara ang
sesuai (sirkulasi 30ltr/detik 30ltr/detik/or dan
ketentuan udara /ora ng a ng pencahayaan
(sirkulasi 30ltr/detik dan dan 350
udara /ora ng pencahaya pencahayaan lux).
22
30ltr/detik dan an 350 Tersedia
/ora ng pencahaya 350 lux). ruang duduk.
dan an lux). Tersedia Kondisi
pencahaya 350 Tersedia ruang duduk. bersih
an lux). ruang Kondisi dan terawat,
350 Tempat duduk. bersih tampilan
lux). duduk Kondisi dan terawat, interior
Tempat terbatas bersih interior memberi
duduk dan menyenangk kesan
seadanya, terawat an mewah
kondisi
kurang
terawat
taman Taman Penataan Penataan Penataan Penataan Penataan
di dalam taman taman taman taman taman
atau di sangat sederhana, cukup dengan jenis dengan jenis
luar sederhana, dengan baik tanaman jenis
bangunan baik dalam jenis dalam atau tanaman
hotel desain tanaman desain bunga yang yang unik
maupun terbatas dan jenis baik dan dan atau
jenis tanaman, serasi, bunga
tanaman serta terlihat yang
dalam indah. terbaik
6 kondisi Dilengkapi dan
cukup penerangan lebih
terawat taman. lengkap,inda
h sesuai
dengan
tema taman.
Dilengkapi
penerangan
yangbaik
dan
serasi
7 parkir Tempat Tempat Tempat Tempat Tempat Tempat
Parkir parkir parkir parkir parkir yang parkir yang
yang dengan dengan luas, terpisah luas, terpisah
tidak luas luas untuk untuk
cukup luas memadai memadai kendaraan kendaraan
dan hanya dan dan roda empat roda
dilengkapi dilengkapi tersedia maupun roda empatmaupu
rambu/mar rambu/mar untuk dua, n roda dua,
ka yang ka yang kendaraan dilengkapi di lengkapi
sangat cukup roda rambu/mark rambu/mark
sederhana jelas. empat a yang a yang
Pengatura maupun baik dengan baik
n lalu roda pengaturan dengan
lintas dua, lalu lintas pe- ngaturan
keluar dilengkapi keluar lalu lintas
masuk rambu/mar masuk keluar ma-
hotel ka yang hotel. suk hotel.
kurang baik, Kondisi Kondisi
beraturan pengatura bersih bersih dan
n lalu mem beri
lintas rasa aman
23
keluar dan
masuk termonitor
hotel
dengan
baik,
dilengkapi
rambu/mar
ka yang
jelas yang
diatur
dengan
baik

24
Sumber : Lampiran II Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi kreatif Republik Indonesia No. PM53/HM.001/MPEK/2013
Tentang Standar usaha Hotel

Keterangan : Pilihan yang dipilih pada perancangan

25
Standar yang digunakan dalam perhitungan dimensi ruang :
1) PM : Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Republik
Indonesia Nomor PM.53/HM.001/MPEK/2013 Tentang Standar Usaha
Hotel
2) TSS : Times Saver Standard For Buildings Types
3) NAD : Neufert Architects Data
4) SB : Studi Banding
5) HDIS : Human Dimension & Interior Spaces
6) HPD : Hotel Planning and Design
7) HMC : Hotel, Motel and Condomonium

A. Fungsi Utama
1) Lobby Dan Ruang Tunggu
Lobby Resort merupakan awal sebelum memasuki ruang kamar
Resort privat maupun umum. Perlu diperhatikan sirkulasi dan perabot yang
menunjang aktivitas, termasuk meja depan sebagai pusat informasi maupun
resepsionis. Ukuran lobby di sesuaikan dengan kebutuhan ruang aktivitas
yang ada di dalamnya.

Tabel 2.4 :Standar Ruang Lobby


NO. Nama Ruang Sumber Standar Yang Digunakan
1. Main Lobby BPDS 0.65-0.9 m2/orang
2. Lounge Area NAD 2,5 m2/orang
3. Receptionist BPDS 10 m2/unit
4. Ruang Kasir NAD 2,75 m2/orang
5. Customer Service NMH 12 m2/unit
6. Lavatory NAD 3,6 m2/orang
Sumber: http://gg.gg/p5fsi

26
Tabel 2.5 : Kebutuhan ruang
NO. NAMA RUANG STANDAR
1. Ruang Registrasi Tamu
Ruang ini merupakan tempat
melayani pengunjung yang
datang untuk menyewa kamar
ataupun kegiatan lainnya

Gambar 2.2 : Standar Meja Registrasi


Tamu
Sumber: NAD

2. Ruang Tunggu
Ruang yang digunakan
pengunjung duduk sambil
menunggu dan juga menyediakan
area perjamuan untuk
pengunjung
Gambar 2.3 : Standar Ruang Tunggu
Sumber: Chiara, 1983

3. Kasir
Berhadapan dengan Registration
Desk yang mana biasanya berada
di areal komersil seperti restoren
ataupun Cafe

Gambar 2.4 : Standar Kasir


Sumber: NAD

27
NO. NAMA RUANG STANDAR
4. WC
Toilet dibagi 3 jenis untuk pria,
wanita dan juga disabilitas

Gambar 2.6 : Standar Ruang Toilet


Sumber: NAD

Gambar 2.5 : Standar Toilet


Disabilitas
Sumber: NAD

BAB 2
Persyaratan Ruang
Ruang untuk buang air besar (WC) :
P = 80-90 cm, L = 150-160 cm, T = 220-240 cm
Ruang untuk buang air kecil (Urinoir) :
L = 70-80 cm, T = 40-45 cm

BAB 3
Sirkulasi dan pencahayaan lobby
Lobby dapat diakses langsung dari pintu utama
hotel, kurang luas, sirkulasi dan pencahayaan belum sesuai
ketentuan
(sirkulasi udara 30ltr/detik/orang dan pencahayaan 350 lux). Tersedia
ruang duduk. Kondisi bersih dan terawat (sumber : PM) Mempunyai
kelembaban 40 - 50 %, dengan taraf pergantian udara yang baik yaitu
mencapai angka 15 air-change per jam (dengan suhu normal toilet 20-27
derajat celcius)

28
BAB 4
Kamar Resort
Kamar Resort digunakan sebagai fasilitas utama untuk penyewaan kamar
bagi pengunjung. Terdapat berbagai jeni-jenis kamar Resort menurut Agustinus
Darsono (2011) yaitu:

Tabel 2.6 :Standar ukuran kamar resort


NO RUANG KAMAR STANDAR
1. Single Room
Kamar standar yang mampu
menampung untuk 1 orang. Dengan
fasilitas kamar tidur, kamar mandi,
dan dapur ukuran kecil. Ukuran
ruang 3,00 m x 5,00 m sudah termsuk
ruang lainnya.
Gambar 2.7 : Single Room
Sumber : Neufert,2013:127

2. Twin Room
Kamar standar yang menyediakan 2
tempat tidur dengan fasilitas sama
dengan single room tetapi ukuran
berbeda yaitu 3,50 m x 6,00 m sudah
termasuk ruang lainnya.

Gambar 2.8 : Twin Room


Sumber : Neufert,2013:127

3. Triple room
Kamar standar yang dilengkapi 2
tempat tidur ataupun satu tempat
tidur jenis double bed dengan
tambahan satu tempat tidur tambahan
untuk tamu. Menyediakan ruangan
seperti kamar tidur, dapur, kamar
mandi dalam, dan balkon. Ukuran
ruang ini 5,00 m x 7,00 m sudah
Gambar 2.9 : Triple Room
memenuhi ruang lainnya.
Sumber : Neufert,2013:127

29
NO RUANG KAMAR STANDAR
4. Suite room
Kamar tidur yang mewah dilengkapi
fasilitas seperti rumah pada
umumnya memiliki ruang tamu,
ruang tidur, dapur dengan luasan
sedang, kolam renang dan kamar
mandi dalam dengan ukuran ruang
5,50 m x 8,00 m.

Gambar 2.10 : Suite Room


Sumber : Neufert,2013:127

5. President Suite room


Ru Kamar yang memiliki ruang
kompleks dan termasuk ruang dengan
harga yang mahal di lengkapi dengan
taman, ruang tamu, ruang keluarga,
dapur yang cukup besar, kolam
renang, kamar mandi dalam, balkon
dan perpustakaan dengan ukuran 7,00
m x 10,00 m

Gambar 2.11 : President Suite Room


Sumber : Neufert,2013:127

Tata udara memenuhi persyaratan sangat baik adalah tidak berbau, tidak
berdebu, suhu 18-28 derajat Celsius kelembaban 40-70 persen, tersedia AC atau
kipas angin, intensitas cahaya 7W/m2 atau 150 lux. (sumber : PM)

BAB 5
Entertainment dan fasilitas olahraga
Sebuah ruangan yang di tujukan untuk menyediakan fasilitas hiburan bagi
pengunjung, berikut beberapa fasilitas hiburan:

Tabel 2.7 :Ruang Olahraga


Ruang Panjang (m) Lebar (m) Tinggi (m) / Diameter (m)
Wahana Arung
jeram
Area memancing
Tenis meja 12,0 m 6,0 m 3,0 m
Sauna 30-45 m2 30-45 m2 4,0 m
Sumber : Neufert , 2013: 177-197

30
Tabel 2.8 :Standar fasilitas hiburan atau olahraga
NO. NAMA RUANG STANDAR
1. Tenis Meja
Permainan olahraga yang dimainkan
dengan menggunakan raket/bet terbuat
dari kayu dilapisi menggunakan karet.

Gambar 2.12 : Standar Meja Tenis


Sumber : Prastiangga, 2019

2. Ruang Sauna
Digunakan pengunjung untuk
membantu tubuh dalam membakar
lebih banyak kalori, sauna juga
merupakan relaksasi yang bagus untuk
jantung.

Gambar 2.13 : Standar Ruang Sauna


Sumber : Neufert & Ernest

3 Arung jeram
Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibekukan, disusun berdasarkan
konsensus semua pihak terkait dengan memperhatikan syaratsyarat kesehatan,
keamanan, keselamatan, lingkungan, perkembangan ilmu pengetahuan. Berikut adalah
Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Nomor 13 Tahun
2014 Tentang Standar Usaha Wisata Arung Jeram yang terdapat pada Lampiran.

4 Outbond Jenis kegiatan outbond:


Menurut Djamaludin Ancok 1. High roof
(2000:3) “outbound adalah kegiatan di 2. Truss fall
alam terbuka (outdoor), outbound juga 3. Flying fox
dapat memacu semangat belajar”. 4. Rappaling
5. Marine Bridge

5 Memancing
Pada saat sekarang memancing selain menjadi kesenangna juga menjadi olahraga dan
memiliki peraturan tersendiri. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (Permen KP)
ini dibentuk untuk melaksanakan ketentuan Pasal 114 ayat (4) Peraturan Pemerintah
Nomor 27 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Bidang Kelautan dan Perikanan. Salah
satu ketentuan yang diatur pada Permen KP ini yaitu mengenai Wisata
Memancing.Adapun tidak semua jenis ikan dapat ditangkap, terdapat pengecualian bagi
ikan yang dilindungi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
dan/atau Appendix CITES.

31
NO. NAMA RUANG STANDAR

Gambar 2.14 : Potongan lokasi pemancingan


Sumber : (Bacskai, 1997)

BAB 6
Fungsi Pendukung
1) Kantor Pengelola
Kantor pengelola adalah ruang yang dijadikan tempat pengelolaan bangunan
secara khusus dan manajemen Resort. Pada ruangan ini ditentukan standar dari
perabot yang dipakai terlihat pada Gambar berikut:

Gambar 2.15 : Standar Meja Pengelola


Sumber: Neufert & Ernest, 2002

Ruangan kantor pengelola ini cukup luas,dilengkapi peralatan kantor standar


modern seperti komputer,printer dan mesin photocopy, facsimile dan akses
internet.
Kantor pengelola dan Pusat layanan Bisnis (Business Center) yang digunakan
oleh karyawan untuk berbagai jenis aktifitas di Resort. Berikut tabel yang
menjelaskan kantor.

Tabel 2.9 :Standar ukuran ruang Pengelola


Ruang Sumber Standar
General Manager TSS 1,33 m2 / orang
Sekretaris TSS 1,8-2,3 m2 / orang
Staff admin HPD 1,8-2,3 m2 / orang
Akuntan HPD 7,5-9,5 m2 / orang
Ruang Arsip HPD 0,02 m2 / orang

32
Ruang Rapat HPD 1,5-2 m2 / orang
Front Office Manager HPD 1,33 m2 / orang
Sumber : http://gg.gg/p5fsz

BAB 2
Function Room
Ruangan ini biasanya dipakai untuk berbagai macam kebutuhan seperti
meeting, rapat, seminar dan lain sebagainya dan ruang ini disebut banquet room.
Area cukup luas dengan area khsusu sebelum perjamuan dimulia (pre-function),
ceiling lumayan tinggi (4-6meter), mempunyai fleksibilitas fungsi/ penggunaan.
Peralatan sesuai kebutuhan, ruangan bersih dan terawat Ruang rapat kedap suara
30 – 35 Db (Sumber : PM). Berikut standar ruang .

Tabel 2.10 : Standar Ruang Meeting Room


Ruang Sumber Standar
Meeting Room HMC 1,1-1,3 m2 / orang
Function room HMC 1,8 m2 / orang
Sumber : http://gg.gg/p5fsu

BAB 3
Restoran
Merupakan tempat yang dapat digunakan pengunjung sebagai lokasi makan
dan disuguhkan tidak hanya restoran saja tetapi juga menyediakan fasilitas seperti
coffee shop, bakery shop ataupun restoran khusus seperti makanan (jepang dan
western).

Tabel 2.11 :Standar Ruang Restoran


Ruang Sumber Standarisasi
Restoran NAD 2,5 m2/orang
Cafe NAD 2,5 m2/orang
Gudang NAD 25 x 0,24 m2/ orang
Bakery NAD 2,5 m2/orang

Sumber: Neufert, 2013 :129

33
Gambar 2.16 : Standar Ukuran Meja Tempat Duduk
Sumber: Neufert, 2013 :119

a. Sistem pencahayaan dan sirkulasi yang baik


Sesuai ketentuan dan Peraturan Menteri Kesehatan dan Menteri Pekerjaan
Umum, intensitas penerangan dapur 300 lux atau 10 watt/m2 dengan
sirkulasi pertukaran udara 10 liter/detik/m2. Temperatur ruang maksimal
25⁰C (sumber : PM)

BAB 2
Food Court
Food court merupakan sebuah tempat makan yang terdiri dari counter-
counter makanan yang menawarkan aneka menu yang bervariasi. Food
court aadalah area makan yang terbuka dan bersifat informal. Area food court
diaplikasikan pada perancangan bertujuan untuk memberikan pelayanan makan
dan minum bagi tamu Resort.
a. Denah meja dan tempat duduk

Gambar 2.17 : Denah kursi dan meja


Sumber : (Ernst & Tjahjadi, 2018)

34
BAB 2
Area Makan
Besar luas 0,83 m2 perorang, makanan yang disajikan terbatas,
dirancang menurut pola yang ada. Pergeseran maju mundur kursi antara
100-200 mm untuk kebutuhan duduk dengan jalur pelayanan dengan jarak
1,350 m (sumber : NAD)

Gambar 2.18 : Standar area makan


Sumber : (Ernst & Tjahjadi, 2018)

BAB 3
Fungsi Penunjang (Servis)
1) Area Parkir
Terletak di depan ruang Lobby yang mana area ini menampung berbagai
jenis kendaraan pengunjung sesuati kebutuhan ruang. Standar ukuran kendaraan
berikut akan di paparkan.
Tabel 2.12 :Standar Kendaraan
Radius Putaran
Jenis Kendaraan Panjang (m) Lebar (m) Tinggi (m)
Lingkaran
Sepeda Motor 2,20 0,70 1,00 1,00
Mobil Pribadi 4,70 1,75 1,65 5,75
Mobil Pribadi ukuran besar 5,00 1,80 2,00 6,00
Bus 11,00 2,50 3,95 10,25
Truk Pengangkut 4,50 1,80 2,00 6,00
Mobil Pengangkut Sampah 1,45 2,50 3,30 9,25
Mobil Pemadam Kebakaran 6,80 2,50 2,80 9,25

35
Sumber : Neufert, 2013:105

Berikut Gambar ilustrasi standar kendaraan.

Gambar 2.19 : Perbandingan ukuran kendaraan


Sumber : Neufert,2013:104-106

Gambar 2.20 : Standar ukuran mobil pribadi


Sumber : Neufert,2013:104-106

Gambar 2.21 : Parkir khusus Disabilitas


Sumber : http://gg.gg/p5fl7

36
BAB 2
Area tata graha
Tata graha adalah salah satu bagian di dalam Resort yang bertugas untuk
mengurusi, membersihkan dan merapikan kelengkapan kamar – kamar tamu
(sumber : www.ilmuperhotelan.my.id/). Tata graha merupakan salah satu aspek
pelayanan/ service yang mutlah harus ada pada suatu Resort yang diberikan oleh
manajemen Resort kepada para tamu Tata graha meliputi beberapa fungsi antara
lain :
a. Pelayanan pembersihan fasilitas tamu, fasilitas publik dan fasilitas
karyawan
BAB 2
Penyiapan Kamar (Turn down services)
BAB 3
Pelayanan Tamu Penting (VIP treatment)
Tempat untuk Karyawan seperti Loker, Mushola, Toilet dan lain-lain.
Standar ruang pekerja dapat dilihat pada tabel.

Tabel 2.13 :Standar Ruang Karyawan


Ruang Sumber Standar
Loker NAD 0,9 m2 / orang
Toilet Karyawan NAD 0,5 m2 / kamar
Mushola NAD 1 m2 / orang
Sumber : Neufert & Ernest, 2013 : 105

BAB 4
Ruang penyimpanan atau gudang material
Ruangan ini digunakan sebagai ruang operasional seperti makanan, minuman,
perlengkapan Resort atau gudang dan sebagainya. Dapat dilihat pada tabel

Tabel 2.14 :Standar ukuran Ruang Penyimpanan


Ruang Sumber Standar
Gudang Makanan HPD 0,1 m2 / kamar
Gudang Minuman NAD 0,18 m2 / kamar
Gudang Pendingin HPD 0,1 m2 / kamar
Gudang bahan NAD 0,14 m2 / kamar
Ruang cuci TSS 0,2 m2 / kamar
Sumber : http://gg.gg/p5fli

37
Tempat penyimpanan bahan makanan harian /daily store yang baik adalah
mempunyai gudang kecil untuk kebutuhan harian, bersih untuk barang kering
(groceries). Perishable food terpisah tempatnya (sumber : PM).

BAB 5
Fasilitas Keamanan
Tabel 2.15 : Ukuran personal dan area pengamanannya
Area / 150 kamar
Pengamanan, wilayah pengamanan 8.0 m2 / orang
Ruang person dan interview 25 m2
Sumber : HPD

BAB 6
Ruang lainnya
Contoh tuang lainnya seperti Ruang Kontrol, ruang perbaikan, tangga, koridor,
pos security, dan sebagainya.

Gambar 2.22 : Ruang Operator


Sumber : fankychristian, 2017

6.1. Tinjauan Tema Perancangan


6.1.1. Pengertian Arsitektur Bioklimatik
Bioklimatik berasal dari kata Bioclimatology yang berarti ilmu yang
mempelajari hubungan antara iklim dan kehidupan. Bioklimatik adalah suatu
konsep yang menggunakan sistem struktur, ruang dan konstruksi bangunan
dimana menjamin kondisi nyaman bagi penghuninya. Penggunaan perangkat
elektro-mekanik digunakan seminimal mungkin dan memaksimalkan pemanfaatan
energi yang telah tersedia dari alam (Nurhasanah, 2016).
Arsitektur dan iklim sangat berkaitan, dalam proses merancang bangunan,
Iklim merupakan salah satu elemen terpenting. Tanpa memperhitungkan Iklim
dari suatu daerah tempat dimana akan dilakukan pembangunan, bangunan yang

38
akan dibangun akan sangat tidak sesuai dan kemungkinan resiko semakin besar.
Menurut Givoni (1998) terdapat empat fitur yang dapat memodifikasi bentuk
interaksi antara bangunan dengan lingkungannya, yaitu:

1. Paparan sinar matahari yang efektif (Effective Solar Exposure)

2. Perolehan panas matahari efektif (Effective Solar Heat Gain)

3. Tingkat perolehan panas konduktif dan konvektif (Conductive and


Convective)

4. Potensi ventilasi alami dan pendinginan pasif bangunan

6.1.2. Perkembangan Bioklimatik


Perkembangan Arsitektur Bioklimatik di mulai pada tahun 1960-an yang
mana arsitektur ini merupakan arsitektur modern yang dipengaruhi dari iklim.
Arsitektur Bioklimatik dapat dicerminkan kembali dari Arsitk Frank Lyod Wright
yang terkenal akan karyanya dengan menyatukan bangunan dengan alam tanpa
merusak lingkungannya dengan prinsip yaitu seni membangun tidak hanya
efisiensinya saja yang dipentingkan tetapi juga ketenangannya, keselarasan,
kebijaksanaan, kekuatan bangunan dan kegiatan sesuai bangunannya. Lalu dengan
falsafah dari “Oscar Niemeyer” yang mengatakan penyesuaian terhadap keadaan
alam dan lingkungan, penguasaan secara fungsional, dan kematangan dalam
pengolahan secara bentuk, bahan dan arsitektur ( Ikaputra, 2019).
Dari Arsitek Frank Lloyd Wright dan Oscar Niemeyer lahirlah arsitek baru
yang mulai memperkenalkan arsitektur Bioklimatik yaitu Victor Olgay pada tahun
1963 dan dilanjutkan oleh Arsitek Kenneth Yeang pada tahun 1990-an
menerapkan pada bangunan tinggi dan mendapatkan penghargaan Aga Khan
Award 1995 dan Award pada tahun 1997 (Nurhasanah, 2016)

6.1.3. Prinsip Arsitektur Bioklimatik


Prinsip arsitektur Bioklimatik pada dasarnya adalah arsitektur yang
berwawasan ilmu Klimatologi/ Ilmu cuaca sehingga desain yang dihasilkan sangat
tanggap terhadap perubahan iklim dan cuaca. Perubahan pada bentukan atap,

39
fasad, lanskap menjadi elemen arsitektural penting dalam desain Pusat Komunitas
Pencinta alam.
Adapun prinsip bioklimatik yang dikemukakan oleh Yeang (1995) yaitu:
1) Menentukan Orientasi
Orientasi pada bangunan bioklimatik dioptimalkan pada sisi selatan dan
utara yang memberikan keuntungan dalam penggunaan ventilasi itu sendiri. Untuk
bangunan di daerah tropis, Yeang menyebutkan bahwa orientasi yang paling baik
ialah diagonal kiri dari arah utara-selatan.
BAB 2
Bukaan Jendela
Umumnya bangunan menjauhkan radiasi matahari yang didapat dari
bukaan-bukaan bangunan. Bukaan jendela sebaiknya menghadap utara atau
selatan. Bila memperhatikan alasan estetika penggunaan curtain wall dapat
diterapkan pada fasad bangunan yang tidak menghadap matahari. Pemakaian
shading dapat menjadi suatu pemecahan untuk mengantisipasi radiasi matahari.
BAB 3
Hubungan dengan Lansekap
Tumbuhan dan lansekap tidak hanya memenuhi faktor estetika namun juga
sebagai ekologi bangunan. Ketika terjadi integrasi antara elemen biotik (tanaman)
dan elemen abiotik (bangunan) dapat memberikan efek dingin pada bangunan,
membantu penyerapan O2 dan pelepasan CO2.
BAB 4
Desain Dinding
Desain dinding bisa berarti sebagai suatu lapisan yang berfungsi sebagai
kulit pelindung bangunan. Material bangunan merupakan salah satu aspek dalam
insolator panas. Penggunaan material yang tepat dan karena bangunan ini
merupakan bangunan yang bersubsidi maka pemilihan material ini juga
mengutamakan efesiensi.
BAB 5
Transisi
Ruang transisi pada bangunan bioklimatik diartikan sebagai suatu zona di
antara interior dan eksterior bangunan. Perwujudan area transisi bisa berupa
atrium atau peletakan di tengah bangunan dan sekeliling bangunan yang berfungsi

40
sebagai ruang udara. kisi–kisi pada atap bangunan nantinya bisa mengarahkan
angin dari atrium ke ruangan-ruangan dalam.
BAB 6
Pembayang Pasif
Pembayangan pasif berarti pembiasan sinar matahari pada dinding yang
menghadap matahari secara langsung sebagai pencahayaan alami sedangkan
penghawaan alami dengan sirkulasi yang baik dapat memberikan kenyamanan
bangunan. Pembayangan pada desain dinding, membuat pembayangan dari plat
aluminium di beberapa bidang bangunan untuk membayangi fasad bangunan.
Pembayangan sinar matahari adalah esensi pembiasan sinar matahari pada dinding
yang menghadap matahari secara langsung (pada daerah tropis berada disisi timur
dan barat).
BAB 7
Open Plan
Denah bangunan sebaiknya ditentukan juga dengan fungsi bangunan yang
akan ditampung. Akan lebih baik terdapat ventilasi atau bukaan alami sebagai
koneksi dari pintu masuk ke luar bangunan. Selain itu dapat sebagai pergerakan
udara dan cahaya yang melewati bangunan.

7.1. Studi Banding Fungsi Perancangan Sejenis


7.1.1. Anantara Uluwatu Bali Resort & Spa

Gambar 2.23 : Anantara Uluwatu


Sumber : blog.baliwww.com, 2015

Anantara uluwatu merupakan salah satu Resort yang menyediakan


ketenangan dan keindahan alam berada di pantai barat di Semenanjung
Bukit Bali. Uluwatu adalah kawasan bukit yang spektakuler, dengan tebing
kapur yang menjulang tinggi di tepi pantai. Resort ini berjarak sekitar 30

41
menit dari Bandara Internasional Ngurah Rai Bali, juga merupakan salah
satu surga bagi peselancar dan memiliki pertunjukan budaya yang menarik
yaitu tari Kecak.
A. Fasilitas

Gambar 2.24 : Fasilitas Anantara Uluwatu Bali


Sumber : blog.baliwww.com, 2015

BAB 2
Fungsi
Resort Anantara Uluwatu merupakan bangunan komersil yang berada
di daerah Pecatu Uluwatu. Resort ini memiliki 60 kamar, 4 ruang suite, dan
12 villa dengan fungsi yang berbeda. Bangunan ini terletak dekat dengan
lokasi pantai dengan daerah terpencil yang cocok untuk suasana privasi.

BAB 3
Konsep
Konsep perancangan dari Anantara Resort, Uluwatu Bali ini adalah
Spiritual Healing yang mengartikan bagaimana menghubungkan ataupun
menciptakan nuansa spiritual menggunakan pendekatan Healing.
Spiritualitas disini tidak hanya berbicara mengenai agama tetapi lebih
terhadap suasana yang mampu memberikan pengunjung ketenangan untuk
berhubungan dengan spirit. Makna Healing sendiri berarti penyembuhan
oleh diri sendiri, orang lain maupun lingkungan sekitar. Pendekatan Healing
terbagi atas 3 unsur yaitu alam, indera dan psikologis.

42
BAB 4
Material
Penggunaan warna pada perancangan ini menggunakan warna alam
yang akan memberikan kesan spiritual dan romantis. Material yang
digunakan berasal dari alam seperti penggunaan kayu, batu marmer, batu
alam, bahkan kerikil. Karena bahan-bahan ini ramah terhadap lingkungan.

Gambar 2.25 : Warna yang digunakan


Sumber : LuluMasturina, 2018

Gambar 2.26 : Reception Lobby


Sumber : LuluMasturina, 2018

4.1.1. Four Season Resort at Sayan – Mountain Resort


Dipilih menjadi  2022 Best Upcountry Resort in Indonesia oleh Travel
+ Leisure (sumber : www.fourseasons.com). Four Seasons Resort Sayan
mencakup kebudayaan dan lanskap Bali dengan cara terbaik secara filosofis

43
dan penuh perasaan. surga di lereng bukit yang luhur di mana manusia, dan
alam bersatu dengan dengan harmoni yang selaras. Hanya berjarak sepuluh
menit berkendara dari pasar Ubud, Four Seasons Sayan adalah tempat yang
menginspirasi untuk menjelajahi jantung budaya Bali atau untuk meditasi
alam. Para tamu disuguhi lembah Sungai Ayung dengan suasana khas
tropisnya. Dari top roof kolam lotus yang menantang gravitasi, properti
mengalir turun bukit ke kolam renang dua tingkat, kantilever di atas sungai,
melalui hutan yang mempesona yang memompakan hanya 3 suite dan 6
villa.
Arsitek : Heah & Co. - London
Pengembang : PT Amanda Arumdhani
Deskripsi : The multiple award winning Resort at Sayan Terraces,
beside the Ayung River.

Gambar 2.27 : Four Season Resort at Sayan


Sumber : www.fourseasons.com

Four Season Resort at Sayan ini dipilih berdasarkan kesamaan fungsi


perancangan yang terletak di pengunungan (Mountain Resort) dan
berdekatan dengan sungai Ayung dengan penerapan fungsi ruang yang
serupa.
A. Fasilitas
Terdapat banyak fasilitas yag tersedia selain 3 suite dan 6 villa di Four
season Resort at Sayan, antara lain :

44
1) Bar dan 4 restaurant termasuk Ayung tarrace restaurant yang khusus
masakan Indonesia
BAB 2
Kolam renang outdoor
BAB 3
Pusat kebugaran dan spa
BAB 4
Perpustakaan dan klub anak-anak
BAB 5
Dan kelengkapan pada fasilitas kamar dan pelayanan

BAB 6
Analisis Konsep
Hotel bintang 5 yang ada di Ubud, Bali ini memiliki konsep arsitektur
Bali dengan pendekatan terhadap lingkungan. . Kota pedesaan tradisional ini
menawarkan pesona berupa landmark budaya, mulai dari kuil kuno dan kuil
Hindu hingga istana kerajaan kuno yang megah dan reruntuhan yang
tertutup lumut. Terinspirasi oleh udara pegunungan yang segar dan festival
Bali yang semarak, Ubud menjadi koloni artistik elit di tahun 1930-an,
menarik pelukis, penulis, dan musisi Eropa terkemuka, dan kini telah
tumbuh menjadi salah satu tempat wisata paling terkenal di Indonesia (juga
karena peran utama dalam film 'Eat, Pray, Love')

6.1.1. Kampung Ulu Resort di Magelang – Resort Arung jeram


Merupakan salah satu rsort arung jeram yang berada di Kabupaten
Magelang, Jawa tengah yang menyajikan fasilitas arung jeram sebagai salah
satu dari fasilitas rekrasi pengunjung Resort. Lokasi Resort ini terletak lebih
kurang 45-60 menit dari Kota Jogja yang dapat ditempuh dengan berbagai
jenis transportasi.

45
Gambar 2.28 : Gazebo pada Kampung Ulu Resort
Sumber www.arungjerammagelang.net

A. Fasilitas
Fasilitas pada Kampung Ulu Resort ini ada berbagai macam, diantaranya
(sumber www.arungjerammagelang.net) :
1) Gazebo Besar 3 unit kapasitas 30 pax/unit
2) Gazebo Kecil 8 unit kapasitas 5 - 10 pax/unit
3) Kamar Mandi 75 unit
4) Outbond dan Paintball
5) Arung jeram
6) Restaurant dengan kapasitas 250 orang
7) Taman dengan air terjun buatan
8) Parkir yang luas kapasitas 25 bus
9) Rumah Joglo utama sebagai Function room dengan kapasitas 300
orang
10) Rumah joglo terbuka dengan kapasitas 150 orang
11) Hotel 15 kamar standart dan 2 kamar besar kapasitas 10 orang
12) Meeting room
13) Mushalla

BAB 2
Konsep Perancangan
Gaya arsitektur yang digunakan adalah arsitektur tradisional Jawa
tengah, dilihat dari penamaan bangunan dan ruangan seperti rumah adat

46
joglo, dan gapura di pintu masuk mirip dengan gapura hindu rumah joglo
Jawa Tengah dan pada beberapa gazebo juga diberi nama sesuai dengan
karakteristik Arsiektur tradisional Jawa tengah yaitu Arjuna, Werkudoro.

Gambar 2.29 : Bangunan di Kampung Ulu Resort


Sumber : i.pinimg.com/

BAB 3
Aktifitas pada Resort
Pada Resort ini menyajikan banyak aktifitas yang dapat menghibur
pengunjung, dan menjadi alasan pengunjung untuk datang ke Kampung Ulu
Resort. Contoh aktifitas nya antara lain :
1) Rafting sungai elo Magelang
2) Rafting sungai Progo Magelang
3) Paintball war games
4) Outbond Games team building
5) VW Tour Borobudur
6) Cycling Tour Borobudur Magelang
7) Glamping Magelang
Dari banyaknya aktifitas yang dapat diakses oleh pengunjung,
Kampung Ulu Resort dijadikan sebagai referensi dalam penataan aktifitas
dalam perancangan Resort arung jeram.

3.1. Studi Banding Tema Sejenis


3.1.1. Solatis, Singapore
Tipe Bangunan : Office & Science Laboratory Building

47
Design Arsitek : TR Hamzah dan Ken Yeang
Solaris adalah gedung perkantoran setinggi 15 lantai yang terletak di
terletak di tepi Central Business District Singapura dalam pengembangan
Fusionopolis, area yang didedikasikan untuk penelitian dan pengembangan
di berbagai bidang.
Pendekatan ketika merancang menara Solaris adalah membuat situs
yang sepenuhnya ekologis. Desain berusaha untuk menciptakan jumlah
ruang hijau layak huni selain bangunan berkelanjutan. Dua menara
dirancang untuk menampung fasilitas penelitian dan pengembangan, yang
terhubung dengan atrium berventilasi pasif, dapat dilihat pada dibawah.

48
Taman sebagai selubung bangunan dan elemen-elemennya, mengurangi
penguatan dan refleksi matahari. Dengan menggunakan sistem dinding
berlapis ganda untuk semakin mengurangi efek paparan sinar matahari.
ETTV (nilai transfer termal eksternal) dari sistem penuh kurang dari 39 watt
per meter persegi.

Gambar 2.30 : Arial view exterior Gambar 2.31 : Atrium dan landscape
bangunan Solar Singapore bangunan Solar Singapore
Sumber : http://www.ctbuh.org/ Sumber : http://www.ctbuh.org/

Atrium memungkinkan penerangan alami ruang-ruang internal di


dalam gedung, dan sepenuhnya didinginkan secara pasif terlihat pada
gambar. Kisi-kisi dikendalikan oleh sensor responsif iklim untuk
menyesuaikannya bila perlu. Sarana irigrasi terdiri dari pengolahan air hujan
berskala besar, dimana air hujan yang dikumpulkan digunakan untuk irigrasi
area vegetasi.
Bangunan ini melakukan pendekatan ekologi, dengan desain yang
berusaha menciptakan ruang hijau serta terdapatnya atrium diantara
tower yang menjadikan sumber cahaya alami dari bangunan. Bangunan
Solaris, mengupayakan untuk menciptakan iklim mikro dalam bangunan
dengan vegetasi dan dinding berlapis sebagai penangakal radiasi panas
matahari masuk dalam bangunan.

3.1.2. Urban Desain, Bioclimatic European School by Atelier3AM.


Desain Sekolah Eropa inovatif dengan menggunakan pendekatan
Arsitektur Bioklimatik, terinspirasi oleh tipologi tapak yang dibentuk
dengan tiga unit bangunan secara terpisah mengartikan pendidikan.
Mengutamakan kendala fisik dari tapak menyajikan orientasi matahari dan
sistem penghawaan yang cukup baik.

Gambar 2.32 : Bioclimatic European School


Sumber : Archdaily, AlisonFuruto, 2013

Iklim yang panas pada tapak di tanggapi dengan penggunaan


pendinginan pasif melalui ventilasi silang, penciptaaan iklim mikro dan
sistem pembuang panas. Dalam mosaik multikulturalisme, beberapa tahap
kehidupan membentuk satu kesatuan yang kohesif, dengan menciptakan
suasana kebersamaan.

Gambar 2.33 : School Courtyard


Sumber : Archdaily, AlisonFuruto, 2013

Material dinding dengan massa putih, jendela vertikal yang tinggi


akan menerangi ruang di dalamnya. Interior sekolah di desain dengan kayu
zaitun yang mendefinisikan dunia bagian dalam sekolah. Sambungan
bangunan ke lanskap menghadirkan dua kondisi yang berbeda yaitu
bangunan tertanam dalam kondisi tapak yang alami dan memberikan
pondasi visual untuk massa putih sehingga lebih lapang dari tampak atas,
maka akan menciptakan area pendidikan luar ruang yang teduh dan
menyehatkan ketika melakukan aktivitas fisik.

50
Gambar 2.34 : School Kindergarden
Sumber : Archdaily, AlisonFuruto, 2013

Desain Konseptual tahap ini dikembangkan melalui ruang belajar


yang dipengaruhi oleh semua usia sekolah (K-12), identitas kolektif perlu
dipertahankan, tetapi tetap membutuhkan kebutuhan spasial, fungsional, dan
sosial yang lebih spesifik dari semua tahapan pendidikan anak. Pengaturan
kelas didasarkan pada gagasan komunitas, yang merupakan berbagai bentuk
“ lingkungan” dimana siswa dapat terlibat dalam kegiatan pendidikan dan
sosial di luar kelas.

Gambar 2.35 : Concept Diagram


Sumber : Archdaily, AlisonFuruto, 2013

Analisa terhadap site memanfaatkan penghawaan alami dikarenakan


berada di lokasi yang dekat dengan perbukitan dan pepohonan hutan.
Memanfaatkan bukaan yang melalui ventilasi maka akan memaksimalkan
penghawaan alami dan meminimalkan energi yang terpakai.

51
Gambar 2.36 : Site driagram
Sumber : Archdaily, AlisonFuruto, 2013

Hubungan yang seimbang antara kompleks dengan lingkungan alam


merupakan bagian dari proyek, dan memerlukan pendekatan holistik
terhadap material, tektonik dan perencanaan pengembangan. Konsep
bioklimatik disusun oleh halaman yang diperkuat adaptasinya dengan ukiran
seni. Terdapat dua faktor yang mempengaruhi strategi dari sekolah ini dan
menetapkan orientasi umum dan massa bangunan : konsistensi arah angin,
serta jumlah jam matahari tahunan Heraklion yang tinggi.
Penggunaan ventilasi silang dan massa termal diatur dalam berbagai
mode, untuk menghadapi musim dingin serta bulan –bulan yang lebih
hangat. Ekosistem pada tapak juga dipertimbangkan secara menyeluruh
untuk keanekaragaman hayati, pemurnian air dan pembuangan hawa panas
serta tujuan lainnya.

Gambar 2.37 : Wastewater Treatment and Integration System


Sumber : Archdaily, AlisonFuruto, 2013

52
Gambar 2.38 : Section A1 and Section A3
Sumber : Archdaily, AlisonFuruto, 2013

53
BAB III
BAB 4
METODE PERANCANGAN

4.1. Paradigma Perancangan Arsitektur


Metode perancangan yang digunakan berdasarkan buku Method in
Architecture, Tom Heath (1984) adalah metode perancangan glass box, artinya
proses kreatif arsitek yang bisa dirunut urutannya mulai dari ide, konsep awal, dan
perjalanannya hingga kebentuk jadi. Glass box adalah metode merancang
berdasarkan analisis dan sintsesis. Setelah menentukan metode perancangan yang
digunakan, sebelum masuk kedalam proses analisis, ditentukan suatu strategi
perancangan yang digunakan. Berdasarkan buku Architectural Research Methods
Oleh Linda N. Groat, David Wang (2013) terdapat 7 strategi perancangan dan
ditetapkan Case Studies and Combined Strategies dengan menkombinasikannya
dengan Simulation Strategies sebagai strategi dalam perancangan arsitektur ini.
Perancangan Resort ini menggunakan paradigma dari pendekatan Arsitektur
Bioklimatik sebagai salah satu tanggapan permasalahan akibat kurangnya fasilitas
wisata pada Kawasan Mandiangin di desa Tanjung yang merupakan salah dua dari
pusat wisata arung jeram yang ada di Provinsi Riau. Permasalahan ini yang
melatar belakangi perancangan dan mempertimbangkan fungsi perancangan yang
sesuai yaitu sebagai resort. Dengan adanya bangunan resort dengan pendekatan
Arsitektur Bioklimatik akan memikat lebih banyak pengujung pada kawasan dan
dapat memberikan kenyamanan,ketenangan dan keamanan pada pengunjung
resort.
Pendekatan arsitektur Bioklimatik memiliki kesesuaian untuk di aplikasikan
pada Resort karena dapat menciptakan suasana bangunan yang responsive
terhadap iklim, lingkungan, kondisi existing sehingga bangunan dapat
mengefisiensi energy dan memaksimalkanna pada batas tertentu yang tidak
merusak lingkungan. Fitur-fitur yang ada pada arsitektur Bioklimatik akan
membuat kawasan terkoneksi dengan lingkungan dan dapat meningkatkan
kualitas dari fungsi Resort dan menunjang semua fasilitas dalam resort.

54
4.2. Lokasi perancangan Arsitektur
4.2.1. Kriteria Perancangan Arsitektur
Pemilihan lokasi perancangan didasarkan pada kemampuan suatu lokasi
dalam pemenuhan kebutuhan Resort dan terkait dengan objek wisata arung jeram.
Kriteria pemilihan objek wisata diatur oleh Direktorat Jendral Pariwisata Republik
Indonesia,antara lain :
A. Attractions/ daya tarik wisata
Daya Tarik wisata adalah segala sesuatu yang mempunyai daya tarik,
keunikan dan nilai yang tinggi, yang menjadi tujuan wisatawan datang ke
suatu daerah tertentu.
1) Keunikan (uniqueness), memiliki keistimewaan dibandingkan tempat
lain.
BAB 2
Keaslian (authenticity), berasal dari daerah itu sendiri
BAB 3
Kelangkaan (scarcity), daya tarik yang jarang dijumpai
BAB 4
Bernilai (worth), memiliki nilai/kesan pada wisatawan

BAB 5
Amenities/ sarana pendukung (Mikro)
Amenities berarti sarana untuk melancarkan pelaksanaan fungsi dan
kemudahan, melingkupi fasilitas yang tersedia.
1) Akomodasi
BAB 2
Makan dan minum/ Logistik
BAB 3
Sanitasi
BAB 4
Aksesibilitas Mikro
BAB 5
Fasilitas aktif
BAB 6
Fasilitas lain

55
BAB 7
Accessibility/ aksesibilitas (Makro)
Aksesibilitas merupakan semua jenis sarana dan prasarana transportasi
yang mendukung pergerakan wisatawan dari daerah asala wisatawan ke
daerah destinasi wisata. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun
2011 pasal 1, pengembangan aksesibilitas pariwisata adalah penyediaan dan
pengembangan pada:
1) Sarana, contohnya Travel agent, Tour operator, Angkutan wisata
BAB 2
Prasarana, contohnya utilitas, aksesibilitas, jaringan pelayanan, jalan
BAB 3
Sistem transportasi, contohnya transportasi umum, atau pribadi atau
transportasi khusus.

3.1.1. Lokasi perancangan arsitektur


Berdasarkan kriteria pemilihan lokasi perancangan diatas, maka terpilihlah
satu lokasi perancangan yang ditetapkan sebagai lokasi perancangan Resort
Mandiangin Arung jeram di kabupaten Kampar dengan pendekatan Arsitektur
Bioklimatik adalah kawasan Ending/Finish/Hilir sungai Kopu yang merupakan
rute arung jeram yang bertepatan di kawasan Mandiangin arung jeram.

Lokasi perancangan
Sumber : Google earth

3.1.2. Peraturan terkait Perancangan


Beberapa peraturan yang digunakan dalam perancangan tersebut antara lain:

56
A. Peraturan Daerah Kabupaten Kampar UU No.4 tahun 2014 tentang
Bangunan Gedung
1) Koefisien Dasar Bangunan (KDB)

a. Penetapan KDB untuk suatu kawasan yang terdiri atas beberapa


kavling/persil dapat dilakukan berdasarkan pada perbandingan total
luas bangunan gedung terhadap total luas kawasan dengan tetap
mempertimbangkan peruntukan atau fungsi kawasan dan daya dukung
lingkungan.

b. Penetapan KDB dibedakan dalam tingkatan KDB tinggi (lebih besar


dari 60% sampai dengan 100%), sedang (30% sampai dengan 60%)
dan rendah (lebih kecil dari 30%). Untuk daerah/kawasan padat
dan/atau pusat kota dapat ditetapkan KDB tinggi atau sedang,
sedangkan untuk daerah/kawasan renggang dan/atau fungsi resapan
ditetapkan KDB rendah.

BAB 2
Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

a. KLB ditentukan atas dasar kepentingan pelestarian


lingkungan/resapan air permukaan dan pencegahan terhadap bahaya
kebakaran, kepentingan ekonomi, fungsi peruntukan, fungsi
bangunan, keselamatan dan kenyamanan bangunan, keselamatan dan
kenyamaan umum.

b. Penetapan KLB untuk suatu kawasan yang terdiri dari beberapa


kavling/persil dapat dilakukan berdasarkan pada perbandingan total
luas bangunan gedung terhadap total luas kawasan dengan tetap
mempertimbangkan peruntukan atau fungsi kawsan dan daya dukung
lingkungan.

BAB 3
Ketinggian Bangunan

a. Ketinggian bangunan gedung meliputi ketentuan mengenai JLB dan

57
KLB yang dibedakan KLB tinggi, sedang dan rendah.

BAB 4
Garis Sempadan Bangunan (GSB)

a. Garis sempadan bangunan gedung mengacu pada rencana tata ruang


wilayah dan/atau rencana tata bangunan dan lingkungan.

b. Penetapan garis sempadan bangunan didasarkan pada pertimbangan


keamanan, kesehatan, kenyamanan dan keserasian dengan
lingkungan dan ketinggian bangunan.

BAB 5
Koefisien Dasar Hijau (KDH)

a. Koefisien Dasar Hijau (KDH) ditentukan atas dasar kepentingan


pelestarian lingkungan/resapan air permukaan.

b. Ketentuan besarnya KDH sebagaimana yang dimaksud disesuaikan


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait

BAB 6
Peraturan Mentri Pekerjaan Umum No.28 /PRT/M/2015 tentang Penetapan
garis sempadan sungai dan garis sempadan danau
Penetapan Garis Sempadan sungai pada kategori sungai tidak
bertanggul diluar kawasan perkotaan terdapat pada pasal 6 Permen PU
No.28 /PRT/M/2015, terdiri atas dua yaitu :sungai besar dengan Luas
daerah aliran sungai lebih besar dari 500 km² dan sungai kecil yang kurang
dari 500 km². Sedangkan sungai Kampar kawasan Mandiangin termasuk
kedalam jenis sungai besar karena luasnya mencapai 21.860 km² dan
memiliki Garis Sempadan sebesar 100 meter dari tepi kiri/kanan palung
sungai disepanjang aliran sungai. Potongan sungai tidak bertanggul dapat
dilihat pada gambar dibawah.

58
Gambar 3.39 : Potongan sungai tidak bertanggul
Sumber : https://tarubali.baliprov.go.id/

Akan tetapi dalam perancangan akan dibuat tanggul sungai untuk


meminimalkan jarak garis sempadan dan memudahkan aktiftas dan
perancangan bangunan lain yang ada dalam kawasan perancnagan Resort.

Gambar 3.40 : Potongan melintang sungai bertanggul


Sumber : https://3.bp.blogspot.com/

BAB 7
Peraturan Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia
Nomor PM.53/HM.001/MPEK/2013 Tentang Standar Usaha Hotel
Peraturan ini terkait dengan klasifikasi hotel dan syarat yang
dibutuhan hotel untuk mencapai kelas bintang tertentu. Digunakan dalam
penentuan fasilitas Hotel Resort pada kasus perancangan Resort
Mandiangin.

59
BAB 8
Peraturan Bupati Pesawaran Nomor 12 Tahun 2018 Tentang Standar Usaha
Wisata Arung Jeram
Peraturan ini merupakan peraturan yang dikeluarkan Bupati
Pesawaran Kabupaten Lampung yang menjadi referensi dalam perancangan
Fasilitas wisata arung jeram.

8.1. Metode Operasional Perancangan Arsitektur


8.1.1. Sintesa Pustaka
Sintesis merupakan suatu rangkuman dari berbagai macam jenis sumber
rujukan yang sejalan dan sesuai dengan kebutuhan penulis di dalam karya tulis
ilmiah.

60
Tabel 3.16 Sintesa Pustaka
Sub
No. Teori Penjelasan
Kajian
1. Pengertian Menurut Gb.Das (2021) , Resort adalah fasilitas penginapan
layanan lengkap yang menyediakan akses ke atau menawarkan
berbagai fasilitas dan fasilitas rekreasi untuk menekankan
pengalaman rekreasi. Resor berfungsi sebagai penyedia utama
pengalaman para tamu, sering kali menyediakan layanan untuk
bisnis atau pertemuan, dan secara khas terletak di lingkungan
yang berorientasi pada liburan.

Karakteristik Menurut Krisnawati (2014), Karakteristik resort terbagi atas


lokasi, fasilitas, segmen pasar, serta arsitektur dan suasana.

Fungsi Secara umum fungsi resort terbagi menjadi tiga yaitu, fungsi
utama, fungsi pendukung dan fungsi penunjang.
Resort

Klasifikasi Klasifikasi resort terbagi dua bagian.


Bagian pertama berdasarkan kelas resort, menurut Peraturan
Menteri Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia
Nomor PM.53/HM.001/MPEK/2013 Tentang Standar Usaha
Hotel Pasal empat (4) ayat tiga (3), peggolongan kelas hotel
terbagi menjadi 5, antara lain :
a. Hotel bintang satu
b. Hotel bintang dua
c. Hotel bintang tiga
d. Hotel bintang empat
e. Hotel bintang lima

Bagian kedua berdasarkan lokasi resort, menurut Nurmalita


(2018) jenis resort terbagi dalam beberapa bagian seperti,
Mountain resort, Beach resort dan lain-lain.

Prinsip Berikut hal yang perlu di rencanakan dalam prinsip-prinsip.


Desain A. Kebutuhan dan persyaratan individu dalam kegiatan
wisata
1) Suasana tenang kesendirian (Aloneless) dan privasi,
tetapi juga memiliki keterhubungan terhadap interaksi
dengan orang lain
2) Berinteraksi dengan lingkungan, dengan budaya baru,
dengan memanfaatkan sumber daya alam dan
kekhasan suatu tempat sebaik mungkin.
3) Menyesuaikan fisik bangunan terhadap karakter tapak
dan iklim lingkungan.

B. Pengalaman unik bagi wisatawan


1) Ketenangan (Relaxation), perubahan gaya hidup yang
berkaitan dengan kedekatan alam dan kesempatan
untuk relaksasi.
2) Melakukan aktivitas berbeda seperti olahraga dan
rekreasi

61
Fasilitas b. Lobby
3

2
Utama c. Kamar Tidur
Fasilitas Perancangan d. Fasilitas Entertain dan Olahraga

Fasilitas a. Kantor Pengelola


Pendukung b. Function room
c. Ruang lainnya

Fasilitas a. Area parker


Penunjang b. Area tata graha
c. Restoran
d. Food court
e. Fasilitas keamanan

Pengertian Menurut Robert Gutman (Architecture From the Outside In:


4

3
Arsitektur dan Selected Essays) mengatakan bahwa arsitektur merupakan kulit
iklim ketiga manusia. Gutman juga mengatakan bahwa arsitektur adalah
suatu lingkungan produksi yang tidak hanya menjembatani
manusia dan lingkungan, tetapi juga sebagai wahana ekspresi
kultural untuk mengatur kehidupan jasmaniah, psikologis.

Jadi Arsitektur dan Iklim sangat berkaitan, dalam proses


merancang bangunan, Iklim merupakan salah satu elemen
terpenting. Tanpa memperhitungkan Iklim dari suatu daerah tempat
dimana akan dilakukan pembangunan, bangunan yang akan
dibangun akan sangat tidak sesuai dan kemungkinan resiko
semakin besar.

Pengertian Bioklimatik berasal dari kata Bioclimatology yang berarti ilmu


Bioklimatik yang mempelajari hubungan antara iklim dan kehidupan.
Arsitektur Bioklimatik

Bioklimatik adalah suatu konsep yang menggunakan sistem


struktur, ruang dan konstruksi bangunan dimana menjamin kondisi
nyaman bagi penghuninya. Penggunaan perangkat elektro-mekanik
digunakan seminimal mungkin dan memaksimalkan pemanfaatan
energi yang telah tersedia dari alam. (Nurhasanah, 2016)

Perkembangan Perkembangan Arsitektur Bioklimatik di mulai pada tahun 1960-an


yang mana arsitektur ini merupakan arsitektur modern yang
dipengaruhi dari iklim. Arsitektur Bioklimatik dapat dicerminkan
kembali dari Arsitk Frank Lyod Wright yang terkenal akan
karyanya dengan menyatukan bangunan dengan alam tanpa
merusak lingkungannya dengan prinsip yaitu seni membangun
tidak hanya efisiensinya saja yang dipentingkan tetapi juga
ketenangannya, keselarasan, kebijaksanaan, kekuatan bangunan
dan kegiatan sesuai bangunannya.

Dari Arsitek Frank Lloyd Wright dan Oscar Niemeyer


lahirlah arsitek baru yang mulai memperkenalkan arsitektur
Bioklimatik yaitu Victor Olgay pada tahun 1963 dan dilanjutkan
oleh Arsitek Kenneth Yeang pada tahun 1990-an menerapkan pada
bangunan tinggi dan mendapatkan penghargaan Aga Khan Award
1995 dan Award pada tahun 1997 (Nurhasanah, 2016)

62
Prinsip Prinsip arsitektur Bioklimatik yang dikemukakan Ken Yeang
arsitektur (1983) adalah:
bioklimatik a. Menentukan orientasi
b. Bukaan jendela
c. Hubungan dengan Landscape
d. Desain dinding
e. Transisi
f. Pembayang pasif
g. Open plan

8.4.1. Jenis dan metode pengumpulan data


Jenis dan metode dalam pengumpulan data terbagi menjadi dua jenis
berdarkan jenis data, terdapat data primer dan sekunder (Architectural Research
Methods, 2013).
Tabel 3.17 Jenis dan metode pengumpulan data
Jenis
Data yang dicari Metode
Data
Primer - Kondisi tapak - Survei Lapangan (Observasi)
- Ukuran tapak Survei lapangan dilakukan dengan cara mengamati
- Analisis Tapak area sekitar site dan mengamati potensi, ukuran, view,
kebisingan, arah angin, dan sebagainya. Data tersebut
digunakan untuk menganalisa dan memaksimalkan
potensi yang terdapat pada site.

- Dokumentasi
Melakukan dokumentasi terhadap hal-hal yang
berhubungan dengan site, suatu perancangan atau hal-hal
yang berhubungan dengan bangunan. Yang dimana
dokumentasi itu sendiri dapat dilaksanakan dengan
berupa seperti foto, video, dan sketsa.

Sekunder - Tinjauan Fungsi - Studi Literatur


Perancangan Studi Literatur dapat dilakukan untuk
- Kebutuhan ruang memperoleh data sekunder yaitu dengan
- Pendekatan Arsitektur mencari studi literatur terkait Kawasan wisata
Bioklimatik sungai baik berupa fungsi ataupun tema. Data
yang diperoleh dengan metode studi literatur
- Standar-standar ruang
dapat melalui jurnal, skripsi/tesis, buku, media.
- Data arsitek, Times saver for building types,
Hotel planning and design, dan lain-lain
Untuk mengetahui standar keruagan dalam
perancangan.
- Peraturan pemerintah, dan undang-undang
Untuk mengetahui ketntuan dalam mebangun, dan
standar dalam pembangunan ruang-ruang dalam hotel.
- Studi banding fungsi dan tema sejenis
Menggunakan 3 bangunan sebgaia studi banding
untuk fungsi sejenis, dan 2 bangunan dengan tema

63
sejenis.

Sekunder - Analisis pada Prinsip Arsitektur Bioklimatik dari Ken Yeang


Prinsip (1984) dengan penyesuaian terhadap iklim setempat
arsitektur - Menentukan orientasi bangunan untuk menciptakan
Bioklimatik konservasi energi
yang akan - Penempatan bukaan jendela mempertimbangkan fungsi
diterapkan ventilasi, perlindungan sinar matahari, penerangan alami,
pada dan area visualisasi.
perancangan. - Membuat ruang transisional di tengah dan disekeliling
bangunan sebagai ruang udara dan atrium.
- Desain pada dinding, peggunaan membran yang
menghubungkan bangunan dengan lingkungan.
- Hubungan terhadap Lansekap, lantai dasar bangunan tropis
seharusnya lebih terbuka dan menggunakan ventilasi alami.
- Menggunakan alat pembayang pasif sebagai esensi
pembiasan sinar matahari pada dinding yang menghadap
matahari langsung. Penyekat panas pada lantai, insolator
panas yang baik pada kulit bangunan dapat mengurangi
pertukaran panas yang terik dengan udara dingin yang
berasal dari dalam bangunan.

8.4.2. Teknik analisis data


Teknik analisis data yang digunakan mengacu pada buku Architectural
Research Methode, Groat and wong (2013) bahwa dalam teknik analisis data
dapat dilihar secara Qualitattive, Quantitative dan Mix. Teknik analisis data dalam
perancangan ini menggunakan teknik analisis data Qualitative. Pada perancangan
Resort Mandiangin ini, analisis didasarkan pada data-data dilapangan yang
dikomparasikan dengan literatur-literatur tentang perancangan arsitektur yang
berhubungan dengan objek rancangan. Analisis data tersebut selain didasarkan
logika, rasional dan juga bersifat ilmiah.
Teknik pengumpulan data dalam perancangan ini menggunakan 3 teknik
yang dikombinasikan dengan strategi yang ditetapkan dalam metode perancangan
(Ratodi, 2017):
3. Teknik survey, survey lansung kelokasi perancangan
4. Teknik Observasi, mengamati apa yang dibutuhkan dalam okasi dan
perancangan dan melakukan analisis SWOT

64
5. Teknik wawancara, melakukan wawancara terhadap masyarakat sekitar
terhadap pengembangan kawasan wisata.

8.4.6. Metode perancangan


Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Kawasan Resort
Mandiangin Arung jeram dengan pendekatan Arsitektur Bioklimatik di Kabupaten
Kampar ini adalah dengan menggunakan metode Qualitative dan menggunakan
strategi Case study and Combined Strategies dengan gabungan Simulation and
Modelling Theory.
Pada strategi Case study and Combined Strategies ini menggunakan teknik
pengumpulan data berdasarkan stud kasus, analisis tentang fungsi perancangan.
Selain itu penggunaan program computer dalam strategi simulasi untuk
mendapatkan bentuk perancangan yang sesuai dengan tema perancangan.Program
komputer yang digunakan untuk menggunakan strategi ini adalah Building
information modeling atau lebih dikenal dengan program BIM. BIM atau Building
Information Modelling adalah suatu sistem atau teknologi yang mencakup
beberapa Informasi penting dalam proses Design, Construction, Maintenance
yang terintegrasi pada pemodelan 3D (sumber :
https://dinaspupr.bandaacehkota.go.id/2020/). Metode ini dapat mengintegrasikan
pendekatan Arsitektur Bioklimatik yang berbasis iklim dan lingkungan kepada
perancangan kawasan Resort Mandiangin Arung Jeram.

Gambar 3.41 : Skema alur perancangan

65
BAB 9
BAB IV
ANALISIS DAN KONSEP PERANCANGAN

9.1. Analisis Tapak


9.1.1. Analisis Makro Tapak
A. Neighborhood Context
Neighborhood context atau Konteks lingkungan didefinisikan sebagai fungsi
dari berbagai variabel yang dipilih dari sudut pandang fisik, operasional, sosial-
ekonomi, lingkungan, dan kelembagaan. Untuk menunjukkan keragaman
kemungkinan hasil kontekstual, serangkaian studi kasus hanya dilakukan pada
salah satu variabel dalam tingkat makro dan mikro (Ali Komaili,2016).

Kedekatan tapak perancangan dengan fasilitas/ objek penting di kecamatan XIII


Koto Kampar, antara lain :

a. Candi Muara Takus : berjarak 8,8 km, 15 menit perjalanan

b. Kantor Kepala desa Tanjung : berjarak 1,8 km, 4 menit perjalanan

c. Kota Pekanbaru : berjarak 123 km, akses melalui


Bangkinang

66
d. Air terjun Batu Hidung :berjarak ±3 km diakses menggunakan Piau
(Kapal transportasi khas Riau), juga merupakan aliran yang dilalui saat
Arung jeram.

e. Titik Start Wisata Arung jeram : berjarak ±5,5 km diakses menggunakan


Piau (Kapal transportasi khas Riau), dekat perbatasan Sumbar-Riau

BAB 2
Linked Potensial

BAB 3
Sirkulasi Wilayah sekitar Tapak

BAB 4
Struktur Spasial Kota

4.1.1. Analisis Mikro Tapak


Lokasi yang dipilih sebagai kawasan wisata tepi sungai adalah Jl. Raya
Tanjung, Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Riau
28453. Pada kawasan ini terdapat beberapa objek wisata antara lain :

a. Mandiangin Arung jeram

b. Rumah Makan Mandiangin

c. Puncak Galaw

d. Outbond area Puncak Galaw


Pada perkembangannya pada awal tahun 2017 sampai 2019 akhir, objek
wisata ini cukup diminati dilihat dari jumlah pengunjung perminggu nya
mencapai 500-1000 orang tergantung hari libur Nasional yang merupakan hasil
wawancara dari Pak epi selaku pengelola wisata Mandiangin Arung jeram. Lalu
diawal persebaran Pandemi Covid-19 jumlah wisatawan menurun dan sampai
sekarang ada beberapa objek wisata seperti Outbond dan Puncak Galaw yang sepi
peminat, untuk Arung Jeram sendiri jumlah wisatawan hanya cukup untuk
membuat objek wisata ini berjalan saja.

67
Ada beberapa hal yang melatar belakangi dipilihnya kawasan ini sebagai
lokasi perancangan kawasan wisata tepi sungai, antara lain:

a. Terdapat Wisata arung jeram satu-satunya yang ada di Provinsi Riau

b. Terdapat pemandangan alam yang luar biasa disepanjang aliran sungai


Kopu

c. Terdapat pilihan wisata lain yang dekat dengan kawasan ini seperti Air
terjun, candi Muara takus, Puncak bukit, wisata explore Gua dam alun-
alun RTH Desa Tanjung.

d. Aksesibilitasnya mudah digapai oleh masyarakat yang tinggal di


Pekanbaru yang mana Pekanbaru merupakan jantung provinsi Riau.

Lokasi perancangan yang terdapat di desa Tanjung, Muara Takus,


Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Riau dengan data fisik
sebagai berikut :

 Luas Lahan :

 Kontur : Berkontur/ terdapat bukit dan dataran


rendah(sungai)

 Garis Sempadan : 100 meter dari tepi sungai.

 Kondisi Existing : Objek Wisata daerah, Alun-alun RTH Desa


Tanjung, Kebun Sawit, Jalan raya

Batas-batas tapak diantara lain :

a. Utara :

b. Barat :

c. Timur :

d. Selatan:

68
A. Analisis Matahari dan Angin
B. Analisis Kontur
C. Analisis Kebisingan
D. Analisis Vegetasi
BAB 5
Analisis View
BAB 6
Analisis Orientasi Tapak

6.1. Analisis Fungsional

6.1.1. Analisis Umum

A. Fungsi Utama

BAB 2
Fungsi Pendukung

BAB 3
Fungsi Pelengkap

3.1.1. Analisis Kegiatan


Analisis pengguna bertujuan untuk mengetahui apa saja yang menjadi
kegiatan didalam kawasan Resort. Pengguna yang terlibat dalam perancangan
Resort antara lain :

Pengunjung umum : -
Pengunjung khusus : -
Pengelola : -
Staff ahli/ teknisi : -

69
Pedagang : -

3.1.2. Analisa Program Ruang

3.1.3. Organisasi Ruang


Organisasi Ruang pada kawasan Resort Mandiangin Arung jeram telah
disususun berdasarkan hubungan antar ruang, pelaku dan kegiatan pada kawasan
Mandiangin. Organisasi ruang tersebut dikelompokkan berdasarkan kegiatan
antara lain fasilitas utama, fasilitas pendukung, fasilitas pengelola dan fasilitas
servis yang dapat dilihat pada gambar dibawah.

3.1.4. Analisis Kebutuhan Ruang


Perhitungan kebutuhan ruang didapat berdasarkan ruang, kapasitas, standar,
jumlah, total dan sumber berdasarkan NAD (Neufert Architect Data), PTIPJU
(Perencanaan Tempat Istirahat pada Jalan Umum), AS (Asumsi) yang dapat
dilihat pada lampiran

3.1.5. Penzoningan

3.1.6. Analisis Sirkulasi

70
3.1.7. Analisis Lansekap

3.1.8. Analisis wisata arung jeram

3.2. Analisis Sistem Bangunan


3.2.1. Analisis Struktur dan Konstruksi

3.2.2. Analisis Sistem Utilitas

3.3. Analisis Hubungan Penerapan Tema dan Fungsi Bangunan

3.4. Analisis Tampilan Fisik Bangunan


3.4.1. Gaya perancangan

3.4.2. Gubahan Massa

3.4.3. Warna

3.4.4. Material

3.5. Konsep
3.5.1. Konsep Dasar Perancangan

3.5.2. Transformasi Konsep Kawasan

3.5.3. Konsep rencana Tapak

71
3.5.4. Transformasi Konsep Fungsi Bangunan

3.5.5. Penerapan Perletakan Bangunan

72

Anda mungkin juga menyukai