Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN UTS OBSERVASI DAN WAWANCARA

INTIMACY TERHADAP LAWAN JENIS PADA WANITA DEWASA AWAL

1. Identitas Observer dan Interviewer


No. NIM Nama Mahasiswa Peran

1. 1801621190 Salma Inayatul Hidayah Observer 1 dan Interviewer 1

2. 1801621003 Dewi Ratna Wulan Observer 2 dan Interviewer 2

3. 1801621025 Dhea Sri Yusniati Observer 3 dan Interviewer 3

4. 1801621030 Meyanti Monica Purba Observer 4 dan Interviewer 4

5. 1801621002 Neneng Salma Observer 5 dan Interviewer 5

Observasi dan wawancara yang akan dilakukan ini berada dalam bidang Psikologi:
Perkembangan

2. Identitas Responden
2.1. Nama Responden : AS
2.2. Jenis Kelamin Responden : Perempuan
2.3. Alamat Responden : Kebon Jeruk
2.4. Usia Responden : 21
2.5. Pekerjaan Responden : Mahasiswa
2.6. Hubungan Responden dengan Salah Satu Observer/Interviewer : Teman

3. Latar Belakang Masalah


Setiap manusia dalam kehidupannya pasti menjalani tahapan perkembangan,
salah satu tahap perkembangan tersebut adalah masa dewasa awal. Dimana pada masa
ini mereka telah melewati masa anak-anak dan remaja, dan telah memiliki
pengalaman yang dapat menjadi bekal untuk bermasyarakat dengan orang dewasa
lainnya. Salah satu tugas perkembangan yang penting bagi dewasa awal adalah
menjalin hubungan intim. Menurut Erikson (dalam Papalia, Old, & Feldman, 2008)
tugas perkembangan dewasa awal untuk menjalin hubungan intim berkaitan dengan
krisis intimacy vs isolation. Pada tahap dewasa awal ini, individu berusaha
memperoleh intimasi yang dapat diwujudkan melalui komitmen terhadap suatu
hubungan dengan orang lain, baik dalam hubungan pacaran atau menikah dengan
lawan jenis. Pada wanita dewasa awal yang mengalami kendala saat berada dalam
tahapan ini akan menyebabkan tidak terselesaikannya tugas perkembangan dengan
baik, bisa jadi ia tidak mampu membentuk komitmen tersebut dan akan merasa
terisolasi sehingga ia tidak dapat menjalin hubungan intim dengan orang lain.
Intimasi merupakan pengalaman yang ditandai dengan adanya kedekatan,
kehangatan dan komunikasi yang mungkin disertai atau tanpa melibatkan kontak
seksual (Rosenbluth & Steil, dalam Papalia, Old, & Feldman, 2008). Partisipan dalam
penelitian ini merupakan seorang wanita dewasa awal yang telah menjalin hubungan
sejak lama. Dikatakan bahwa seseorang akan menjadi lebih intim jika saling ada
keterbukaan satu sama lain. Peneliti melakukan penelitian ini dilatarbelakangi untuk
melihat apakah proses perkembangan yang dilalui wanita dewasa awal dalam intimasi
pada lawan jenis berjalan dengan baik atau malah mengalami kendala. Peneliti juga
ingin melihat bagaimana wanita dewasa awal dapat melakukan keintiman dengan
lawan jenis, serta adakah faktor khusus yang mempengaruhi intimasi dalam suatu
hubungan baik sama teman ataupun orang terdekatnya.
Setiap orang akan memiliki masalah intimacy dengan pasangan atau orang
terdekatnya. Namun, bukan berarti mereka tidak memiliki kedekatan, rasa kasih
sayang, atau hubungan yang baik. Sebab, setiap orang memiliki pengalaman hidup
yang berbeda-beda dan lingkungan juga memberikan peranan bagaimana seseorang
memiliki pandangan hidup.
Maka dari itu kelompok kami ingin melakukan wawancara dan observasi
sebagai bentuk untuk mengetahui masalah dalam tahapan perkembangan intimacy
terhadap lawan jenis pada wanita dewasa awal.

4. Tujuan Observasi dan Wawancara


4.1 Tujuan Umum
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka kami bertujuan untuk mengetahui
mengenai intimacy terhadap lawan jenis pada wanita dewasa awal.
4.2 Tujuan Khusus
4.2.1 Tujuan Observasi
Untuk melihat dan mengamati muncul atau tidaknya intimacy terhadap
lawan jenis pada wanita dewasa awal berdasarkan target perilaku yang telah
ditentukan.
4.2.2 Tujuan Wawancara
Untuk mengetahui lebih lanjut dan mencari tahu lebih dalam mengenai
apa faktor dan aspek yang mempengaruhi intimacy terhadap lawan jenis pada
wanita dewasa awal.

5. Landasan Teoritik
5.1. Teori
5.1.1 Definisi Intimasi
Erikson berpendapat pembentukan hubungan intim ini merupakan
tantangan utama yang dihadapi oleh orang yang memasuki masa dewasa.
Dalam tahapan perkembangan, intimasi adalah kualitas interaksi sosial
berdasarkan interpretasi timbal balik dari individu. Gagasan keintiman
bergantung pada cara individu mendefinisikan, membangun, dan
mengekspresikan keintiman dalam budaya yang berbeda (Hahn, 2018:1).
5.1.2. Aspek dalam Intimasi
Menurut Master (1992), untuk memahami proses terbentuknya
intimacy dalam sebuah hubungan, intimacy memiliki beberapa aspek, yaitu
(dalam Mohammad, 2015:11)
1. Memahami (Caring)
Memahami (caring) adalah bentuk sikap atau perasaan yang dimiliki
terhadap orang lain, yang secara umum dihubungkan dengan kuatnya
perasaan positif terhadap orang tersebut.
2. Berbagi (Sharing)
Berbagi (sharing) meliputi pemikiran, perasaan dan pengalaman antar
individu dalam menjalani hubungan. Salah satu kunci dalam
mengembangkan sebuah intimacy adalah self-disclosure, keinginan
untuk bisa mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakan.
3. Kepercayaan
Proses self-disclosure tergantung pada tingkatan sejauh mana
kepercayaan pada orang yang dipilih untuk melakukan self-disclosure.
Kepercayaan memiliki persamaan dengan berbagi, yang akan
berkembang dengan seiring berjalannya waktu.
4. Komitmen
Komitmen merupakan kelanjutan dari aspek saling mempercayai.
Selanjutnya kedua individu yang menjadi pasangan ini akan
berkeinginan mempertahankan intimacy yang sudah terbentuk dalam
hal apapun.
5. Kejujuran
Kejujuran adalah hal yang penting dalam intimacy, meskipun terlalu
jujur terkesan kurang baik dalam hubungan. Namun, kejujuran adalah
pondasi adanya kepercayaan.
6. Empati
Empati merupakan perasaan atau kemampuan seseorang untuk
merasakan apa yang dialami oleh pasangannya. Dalam segi emosional,
pikiran ataupun sikap tanpa harus membicarakannya.
7. Kelembutan
Salah satu yang paling sering ditolak dalam sebuah intimacy adalah
kelembutan hati yang bisa dicapai melalui pembicaraan atau dengan
bahasa tubuh.
5.1.3. Faktor Penyebab terjadi nya Intimasi
Intimacy tidak hanya dilihat sebatas kuantitas hubungan, tapi juga
kualitas hubungan yang terjalin. Intimacy bisa terjalin, karena beberapa faktor,
yaitu (Atwater, 1989, dalam Nuryani, 2010):
1. Adanya latar belakang kehidupan yang tidak berbeda
2. Status sosial ekonomi yang tidak jauh berbeda
3. Adanya kesamaan minat
4. Memiliki kebiasaan yang sama

5.2. Observasi
5.2.1. Definisi Operasional Perilaku Target

No. Perilaku Target Definisi Operasional

1. Memahami (caring) Berpikiran positif terhadap


pasangannya

2. Berbagi (sharing) Menutupi rahasia pribadi

3. Kepercayaan Berbagi informasi, perasaan,


pikiran tanpa rasa takut
4. Komitmen Tidak melanggar perjanjian satu
sama lain

5. Kejujuran Berusaha berperilaku dan berkata


apa adanya

6. Empati Mengerti kondisi pasangan dengan


bahasa tubuh, seperti membiarkan
ia menangis saat sedih dan tidak
memaksa untuk bercerita

7. Kelembutan Memeluk, atau memegang tangan


saat sedang bersama

5.3. Wawancara
5.3.1. Perencanaan/Struktur Wawancara
Perencanaan atau struktur wawancara merupakan desain yang
digunakan untuk menentukan topik wawancara, menentukan narasumber
untuk mengumpulkan informasi seperti data yang akan ditanyakannya, dan
jenis wawancara yang akan digunakan.
Esterberg (2002) mengemukakan beberapa macam wawancara, yaitu
wawancara terstruktur, semiterstruktur, dan tidak terstruktur. Dalam penelitian
ini menggunakan wawancara semi terstruktur. Beberapa ciri wawancara semi
terstruktur adalah pertanyaan terbuka, namun terdapat batasan tema dan alur
pembicaraan, kecepatan wawancara dapat diprediksi, fleksibel namun
terkontrol dalam hal pertanyaan atau jawaban, terdapat pedoman wawancara
yang digunakan sebagai patokan dalam alur, urutan, serta penggunaan
kata-kata. Teknik wawancara semi terstruktur digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data terkait bentuk keintiman subjek dengan lawan jenis.
Alasan memilih wawancara semi terstruktur ini karena wawancara ini
memungkinkan penambahan pertanyaan baru dan memberikan pemahaman
yang lebih mendalam terkait konteks yang sedang dibahas dalam sesi
wawancara.
5.3.2. Tingkat Interaksi
Menurut Walgito (1990) dalam Dayakisni & Hudaniyah (2015),
menjelaskan interaksi adalah hubungan antara satu individu dengan individu
lainnya sehingga terbentuk hubungan timbal balik mengenai informasi.
Sedangkan tingkat interaksi dalam wawancara adalah tingkatan komunikasi
dan interaksi dalam melakukan wawancara antara kedua pihak yang terlibat.
Pada penelitian ini kami merencanakan untuk menggunakan tingkat
interaksi II karena tingkat interaksi ini bersifat setengah aman yang menggali
topik-topik yang bersifat pribadi dan kontroversial sehingga diharapkan
narasumber dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya, meskipun tidak
sepenuhnya terbuka.
5.3.3. Pendekatan Wawancara
Pendekatan pada wawancara merupakan teknik pendekatan yang
dilakukan dalam proses tanya jawab dengan responden. Pada penelitian ini
kami berencana untuk memilih salah satu pendekatan non direktif dalam
wawancara. Non-direktif atau tidak langsung adalah proses dalam wawancara
dimana Interviewer memegang kontrol pada topik yg dibahas dalam
wawancara, panjang dan lamanya wawancara dan formalitas wawancara.
Pertanyaan berupa open ended question dan bersifat netral untuk memberikan
keleluasaan kepada interviewee dalam memberi respon.

6. Rancangan Pelaksanaan Observasi


6.1. What:

No. Perilaku Target Definisi Operasional

1. Memahami (caring) Berpikiran positif terhadap pasangannya

2. Berbagi (sharing) Menutupi rahasia pribadi

3. Kepercayaan Berbagi informasi, perasaan, pikiran tanpa


rasa takut

4. Komitmen Tidak melanggar perjanjian satu sama lain

5. Kejujuran Berusaha berperilaku dan berkata apa


adanya

6. Empati Mengerti kondisi pasangan dengan bahasa


tubuh, seperti membiarkan ia menangis
saat sedih dan tidak memaksa untuk
bercerita

7. Kelembutan Memeluk, atau memegang tangan saat


sedang bersama
6.2. Who: Yang akan diobservasi adalah responden yang berinisial AS. dan yang akan
mengobservasi secara langsung ada Salma Inayatul Hidayah sebagai Observer 1,
Dewi Ratna Wulan sebagai Observer 2, Dhea Sri Yusniati sebagai Observer 3,
Meyanti Monica Purba sebagai Observer 4, dan Neneng Salma sebagai Observer 5.
6.3. When: Observasi responden akan dilakukan secara langsung sebanyak 3 kali dan
dalam situasi yang berbeda, yaitu pada Rabu, 12 April 2023 (pada siang hari), lalu
selang seminggu pada Rabu, 19 April 2023 (pada siang hari), dan yang ketiga sama
seperti sebelumnya yaitu selang seminggu pada hari Rabu, 26 April 2023 (siang hari).
6.4. Where: Lokasi dilakukannya observasi berada di kampus responden yaitu di
Universitas Muhammadiyah Hamka yang beralamat di Jl. Limau II No.2, RT.3/RW.3,
Kramat Pela, Kota Jakarta Selatan, DKI Jakarta 12130, semua observasi akan
dilakukan di tempat yang sama.
6.5. How: Metode pencatatan yang digunakan dalam observasi ini adalah Narrative
atau Narrative Recording, merupakan teknik pengumpulan (pencatatan) data oleh
observer dengan kejadian dan urutan kejadiannya sebagaimana yang terjadi pada
situasi nyata. Teknik ini membantu formulasi deskripsi yang komprehensif akan
perilaku individu. Kami menggunakan teknik ini karena kami ingin melihat
perilaku-perilaku apa saja yang dikeluarkan atau dimunculkan dan kami juga ingin
melihat bagaimana respon responden mengenai apakah proses perkembangan yang
dilalui wanita dewasa awal dalam intimasi pada lawan jenis berjalan dengan baik atau
malah mengalami kendala. Dan kami juga ingin melihat bagaimana wanita dewasa
awal dapat melakukan keintiman dengan lawan jenis, serta adakah faktor khusus yang
mempengaruhi intimasi dalam suatu hubungan baik sama teman ataupun orang
terdekatnya. Observasi yang akan kami lakukan secara luring, yaitu bertemu secara
langsung dengan responden, maka dari itu kami menggunakan metode ini karena
ingin melihat tanggapan serta perilaku yang dimunculkan oleh responden. Adapun
jenis Narrative Recording yang kami pilih yaitu Anecdotal Recording, yaitu
pencatatan yang mencakup apapun yang tampak relevan bagi observer, cara ini tidak
membutuhkan kerangka waktu, pengkodean, atau pengkategorian tertentu dan
Running Recording, yaitu teknik dimana observer mencatat perilaku yang muncul dari
responden.

6.6. Bentuk Observation Sheet (lembar) O1 dan O2


Lampirkan di halaman.
7. Rancangan Pelaksanaan Wawancara
7.1. Bentuk Wawancara
Bentuk wawancara yang kami pilih adalah wawancara tradisional karena kami
akan melaksanakan wawancara secara tatap muka dengan narasumber.
7.2. Situasi Wawancara
● Pihak yang memulai wawancara: Wawancara akan dimulai oleh interviewer 1
dengan mengajukan pertanyaan pembuka. Setelah itu interviewer 2, 3, 4, 5
akan melanjutkan memberikan pertanyaan kepada narasumber secara
bergantian sesuai dengan interview guide yang telah disediakan dan
dilengkapi dengan probing agar data yang dihasilkan lebih mendalam dan
detail.
● Waktu: Wawancara direncanakan akan dilakukan pada Sabtu 25 Maret 2023.
● Tempat: Wawancara direncanakan akan dilakukan secara langsung di Coffee
Shop.
● Lingkungan sekitar: Berdasarkan apa yang telah direncanakan, kami akan
melakukan wawancara tatap muka di Coffee Shop terdekat dengan rumah
narasumber. Diperkirakan lingkungan tempat wawancara akan berlangsung
ramai karena dilakukan pada hari libur sehingga menimbulkan kebisingan
pengunjung Coffee Shop lainnya. Oleh karena itu, agar proses wawancara
berjalan lancar, diharapkan interviewer fokus pada proses wawancara dan
memperhatikan volume suara agar kedua belah pihak dapat mendengar dengan
jelas.

Anda mungkin juga menyukai