Anda di halaman 1dari 7

Nama : Rosdiah May Reka

NPM : A1L019066

Kelas : 4B
Mata Kuliah : Konseling Individual
Dosen Pengampu : Vira Afriyati, M.Pd. Kons

Laporan Bacaan Materi Minggu Keempat


Keterampilan Dasar Dalam Hubungan KP (Lanjutan)

1. 3M
Menurut Martha Syaflina (2012) dalam memberikan konseling, konselor haruslah
mengenal teknik konseling dan berkomunikasi dengan si klien agar kliennya bisa
mengerti dan mau menerima masukan dan juga puas dengan pelayanan si
konselor. Namun, pada hakikatnya, bukanlah konselor yang akan memecahkan
masalah klien itu, tapi klien itu sendiri, konselor ini hanya sebagai perantara
terpecahkannya masalah si klien.

Ada tiga teknik yang pernah dipakai oleh para konselor untuk bisa membantu
klien memecahkan masalahnya, tapi sebetulnya bukan membantu tapi menjadi
perantara bagi klien karena mereka diliputi perasaan ragu. Teknik ini dikenal
dengan Teknik 3M, yaitu: mendengarkan, memahami dan merespon.

1) Mendengarkan
Dalam proses mendengar, kita hanya menangkap sebagian dari informasi yang
dibicarakan atau didengar. Kita juga tidak bisa untuk menangkap secara pasti apa
yang sedang diperdengarkan. Seakan-akan kita hanya mendengar seperti angin
lalu saja. Biasanya orang yang kebiasaan hanya mendengar, berita yang
disampaikannya kepada orang lain bersifat isu atau berita yang kurang jelas.

Hal ini sangat harus dihindari oleh para konselor, karena konselor haruslah
mendengar dengan penuh apa yang sebenarnya dibicarakan oleh klien sehingga
konselor bisa memberikan perantara untuk memecahkan masalah klien tersebut.
Kalau konselor hanya mendengar saja, itu tidak kurang lebih dari mencemooh
pembicaraan klien, sehingga klien tidak mau lagi curhat dan konsultasi dengan
kita. Kita hanya dianggap sebagai orang yang membosankan (Martha Syaflina
2012).
2) Memahami
Dengan berusaha memahami klien, kita juga mendapatkan pelajaran dan
pengalaman dari diri mereka. Memahami dengan sepenuh hati dan mengambil
kesimpulan dari pembicaraan klien itu penting agar kita tidak salah dalam
mengarahkan klien tersebut.

3) Merespon
Menurut Martha Syaflina (2012) merespon itu artinya memberikan sinyal kepada
klien bahwa kita telah serius dalam mendengarkan pembicaraan dan keluhannya.
Ada beberapa kata untuk merespon, yaitu :

a. Hmm
b. Lalu
c. Selanjutnya Bagaimana?
d. Terus?

Merespon juga harus membuat klien percaya dengan kita bahwa kita hanya tidak
mendengarkan dia tapi memang serius dalam mendengarkannya. Kita juga bisa
merespon dengan isyarat mata dan tangan dengan cara digerakkan matanya atau
dikedipkan. Dengan gerakan tangan, membuat dia lebih bersemangat untuk
bercerita sehingga kita bisa mencari akar masalahnya. Disamping itu, Yosita
Maulina (2012) menambahkan ciri-ciri merespon yang tepat dan positif, yaitu :
Menjadikan klien senang sehingga dapat mendorongnya untuk berbicara lebih
banyak tentang masalahnya & dapat membantu klien mendalami perasaan dan
fikiran yang berhubungan dengan masalahnya, dapat mengarahkan klien untuk
mengubah sikap, pandangan, kebiasaan dan tingkah laku yang menyebabkan
timbulnya masalah, bahasanya jelas, sederhana dan padat, tidak membuat klien
tersinggung atau mempertahankan diri

2. Membuka Diri
Menurut Johnson (dalam Supratiknya, 1995) Pembukaan diri atau self-disclosure
adalah mengungkapkan reaksi atau tanggapan kita terhadap situasi yang sedang
kita hadapi serta memberikan informasi tentang masa lalu atau yang berguna
untuk memahami tanggapan kita dimasa kini tersebut. Tanggapan terhadap orang
lain atau terhadap kejadian tertentu lebih melibatkan perasaan. Membuka diri
berarti membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap sesuatu yang telah
dikatakan atau dilakukannya, atau perasaan kita terhadap kejadian-kejadian yang
baru saja kita saksikan.
Menurut Johnson (dalam Supratiknya, 1995) pembukaan diri memiliki dua sisi,
yaitu bersikap terbuka terhadap orang lain dan bersikap terbuka bagi yang lain.
Kedua proses yang bisa berlangsung secara serentak itu apabila terjadi pada kedua
belah pihak akan membuahkan relasi yang terbuka antara kita dan orang lain.

Manfaat Membuka Diri

Menurut Johnson (dalam Supratiknya, 1995) beberapa dampak dan manfaat


pembukaan diri terhadap hubungan antar pribadi adalah sebagai berikut :

a) Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua orang.
b) Semakin kita bersikap terbuka kepada orang lain, semakin orang lain tersebut
akan menyukai diri kita. Akibatnya, Ia akan semakin membuka diri terhadap diri
kita.
c) Orang yang rela membuka diri kepada orang lain terbukti cenderung memiliki
sifat yang terbuka, kompeten, ekstrover, fleksibel, adaptif dan intelegen.
d) Pembukaan diri merupakan dasar relasi komunikasi intim dengan diri sendiri dan
orang lain.
e) Membuka diri berarti bersikap realistis. Maka pembukaan diri harus jujur, tulus,
dan autentik.

Sedangkan Nilam Widyarini (2009: 102-103) mengemukakan keterbukaaan diri


memiliki manfaat bagi masing-masing individu maupun bagi hubungan antara
kedua belah pihak. Dengan membuka diri dan membalas keterbukaan kita dapat
meningkatkan hubungan dengan orang lain. Secara rinci manfaatnya adalah :

1) Meringankan

Berbagi dengan orang lain mengenai diri atau persoalan yang kita hadapi, dapat
memberikan kondisi psikologis yang meringankan. Contohnya cerita tentang
ketidakmampuan menghadapi ujian atau berakhirnya hubungan dengan seseorang.
Bagaimana kita mengatasi hal itu? Bagaimana pandangan orang lain? Dengan
membuka diri kita memperolah tambahan perspektif yang membantu diri sendiri.

2) Membantu Validasi (menguji ketepatan) persepsi terhadap realita

Dengan sudut pandang sendiri kita mungkin cendrung menggunakan ukuran yang
idealis menurut diri sendiri. Bila kita mengkomunikasikan hal tersebut dengan
seseorang yang tepat (yang memberikan simpati, suportif, dpat dipercaya, dan
pendengar yang baik), kita tidak hanya mendapatkan persetujuan, tetapi juga
informasi yang diperlukan untuk lebih memahami diri sendiri, yang kita perlukan
agar memahami dunia secara lebih realistis.

3) Mengurangi ketegangan dan stress

Bila kita menghadapi tegangan dan stress karena suatu hal bila tidak diungkapkan
akan berkembang menjadi eksplosif (mudah meledak). Sebaliknya bila
diungkapkan kepada orang lain kita akan menemukan jalan keluar. Andaikan
tidak mendapatkan jalan keluar, setidaknya lebih ringan karena kita merasa tidak
sendirian.

4) Meringankan Fisik

Terdapat keterkaitan antara pikiran dengan sistem tubuh kita. Adanya pengaruh
positif pada pikiran (akibat dari pengungkapan diri) berakibat pada fisik. Berbagi
atau mengungkapkan diri dengan orang lain, membuat stress kita berkurang,
kecemasan berkurang, dan meredakan pula detak jantung dan tekanan darah.
Dengan kata lain pengungkapan diri dapat berpengaruh positif terhadap kesehatan
fisik selain emosi.

5) Alur komunikasi yang lebih jelas

Dengan menunjukkan keinginan untuk membuka diri terhadap orang lain, dan
menghargai pengungkapan diri orang lain, berarti kita meningkatkan kemampuan
untuk memahami sudut pandang atau perspektif yang berbeda. Dengan demikian
kita akan lebih percaya diri untuk mengklarifikasi niat-niat atau makna-makna
dari orang lain.

6) Mempererat hubungan

Keterbukaan mengembangkan rasa senang yang semakin meningkatkan


keterbukaan dan berakibat makin kuatnya rasa senang. Tanpa pengungkapan diri
tingkat keeratan hubungan dan kepercayaan berada pada level rendah. Dengan
keterbukaan dihasilkan kepercayaan, dan dengan kepercayaan dihasilakan kerja
sama.

Kendala/Hambatan dalam Membuka Diri

Tidak semua orang memiliki keberanian membuka diri dalam menjalin sebuah
hubungan dengan orang lain atau pertemanan. Membuka diri merupakan langkah
awal yang sangat penting. Tanpa adanya keberanian membuka diri, tidak akan
terjadi proses saling berbicara-mendengarkan, yang merupakan tindakan nyata
yang dilakukan oleh orang-orang dalam menjalin hubungan dengan orang lain
(persahabatan). Tanpa keterbukaan diri, hubungan yang dikembangkan dengan
orang lain merupakan hubungan superficial (Nilam Widyarini, 2009).

Hubungan yang secara merupakan ciri khas yang ada dalam jalinan pertemanan
atau hubungan dengan orang lain. Apabila seseorang mengalami hambatan untuk
membuka diri, terdapat dua kemungkinan penyebab hambatan tersebut. Pertama,
hambatan itu mungkin sekali disebabkan perasaan tertekan, marasa tidak
berharga, dan takut mendapatkan respon yang kurang positif. Kedua, mingkin
orang tersebut merasa berbeda dengan orang lain, karena pola pikirnya yang
berbeda, lebih canggih atau lebih rumit, sehingga orang lain dianggap kurang
memahami (Nilam Widyarini, 2009).

3. Sikap Dalam Hubungan Konseling


5 sifat-sikap kepribadian konselor yang sangat penting
1. Empati
Yang dimaksud empati adalah perasaan dimana kita ikut merasakan dan
memahami orang lain (menurut kamus besar Bahasa Indonesia). Atau lebih
gampangnya empati berarti menempatkan diri seolah-olah menjadi seperti orang
lain. Konselor harus empati sebab empati digunakan untuk meningkatkan kualitas
komunikasi antar individu. Dengan empati konselor dapat merasakan secara
mendalam apa yang dirasakan oleh konseli tanpa kehilangan identitas dirinya
sehingga mempermudah konselor untuk membantu konseli menyelesaikan
masalah yang sedang dialami. Upaya yang perlu dilakukan agar dapat menjadi
empati adalah dengan mendengarkan orang lain dengan hati. Tidak sekadar
mendengar “apa” yang konseli sampaikan tetapi mendengarkan “bagaimana”
konseli menyampaikannya. Memperhatikan bahasa tubuh yang digunakan
konseli, karena bahasa tubuh lebih menggambarkan bagaimana perasaan yang
sebenarnya.

2. Jujur
Yang dimaksud jujur adalah kata-kata atau sikap yang mencerminkan keadaan
yang sesungguhnya. Tidak ditutupi atau bahkan tidak menipu. Jujur adalah energi
positif. Menyatakan sesuatu dengan langsung, spontan, lugas, apa adanya (Sawitri
Supardi Sadarjoen,seorang psikolog). Konselor harus jujur sebab seorang
konselor harus terbuka, otentik, dan sejati dalam penampilannya. Kejujuran
sangat penting karena :
1) Transparasi atau keterbukaan memudahkan konselor dan kliennya berinteraksi
dalam suasana keakraban psikologis.
2) Kejujuran memungkinkan konselor untuk memberikan umpan balik yang belum
diperhalus.
3) Kejujuran konselor merupakan ajakan sejati kepada klien untuk menjadi jujur.
4) Konselor dapat menjadi model bagaimana menjadi manusia jujur dengan cara-
cara konstruktif.
Upaya yang perlu dilakukan agar dapat menjadi jujur adalah menguasai diri dan
menyadari perasaan-perasaan yang ada pada diri. belajar membedakan berbagai
perasaan yang hinggap dalam diri tanpa harus menyangkalnya atau menutup-
nutupinya.

3. Membuka Diri
Yang dimaksud membuka diri adalah penampilan perasaan, sikap, pendapat, dan
pengalaman-pengalaman pribadi konselor untuk kebaikan konseli. Konselor
mengungkapkan diri sendiri dan membagikan dirinya kepada konseli dengan
mengungkapkan beberapa pengalaman yang berarti yang bersangkutan dengan
masalah konseli. Konselor harus membuka diri sebab konseli akan lebih nyaman
berinteraksi dengan konselor yang memiliki pribadi seperti itu. Karena terbuka,
konseli pun akan menjadi lebih terbuka, dan akhirnya hubungan berlangsung
lebih akrab dan saling percaya. Dengan perasaan nyaman konseli akan
menceritakan semua masalah yang sedang dialaminya. Upaya yang perlu
dilakukan agar dapat menjadi lebih membuka diri adalah bersikap lebih terbuka
dan menghargai apa yang diungkapkan orang lain terutama konseli.

4. Pendengar yang aktif


Yang dimaksud pendengar yang aktif adalah konselor mendengarkan dengan baik
setiap detail dari penjelasan yang diungkapkan konseli. Konselor memperhatikan
dengan penuh perhatian tanpa mengganggu konseli. Dan selanjutnya memberikan
beberapa pertanyaan untuk mendukung data tentang masalah konseli.
Konselor harus menjadi pendengar yang aktif sebab :
a. Menunjukan dengan penuh kepedulian.
b. Merangsang dan memberanikan klien untuk beraksi secara spontan terhadap
konselor.
c. Menimbulkan situasi yang mengajarkan.
d. Klien membutuhkan gagasan-gagasan baru.
Upaya yang perlu dilakukan agar dapat menjadi pendengar aktif adalah fokus
memperhatikan apa yang diungkapkan oleh konseli. Dan memberikan tanggapan
positif terhadap apa yang diungkapkan konseli.

5. Dapat dipercaya
Yang dimaksud dapat dipercaya adalah seorang konselor bukan sebagai suatu
ancaman bagi konseli akan tetapi sebagai pihak yang memberikan rasa aman.
Konselor harus menjadi dapat dipercaya sebab :
a. Kepercayaan terhadap konselor diperlukan dalam mencapai tujuan essensial
konseling.
b. Untuk memberikan jaminan kerahasiaan klien dalam konseling.

Sumber Referensi Bacaan


1) https://timetable258.wordpress.com/2012/12/15/5-sifat-sikap-kepribadian-
konselor-yang-sangat-penting/
2) https://binham.wordpress.com/2012/01/24/kesadaran-diri/amp/
3) Widyarini, Nilam. (2009). Kunci Pengembangan Diri. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo
4) https://konserissumbar.wordpress.com/2015/12/02/teknik-3m-dalam-
konseling/amp/

Anda mungkin juga menyukai