PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu Communis yang berarti
membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih.
Semua individu mempunyai kebutuhan dasar untuk menjalin hubungan dengan orang
lain dalam menjalani hidupnya. Komunikasi merupakan upaya individu dalam
menjaga dan mempertahankan individu untuk tetap berinteraksi dengan orang lain.
Komunikasi seseorang adalah suatu proses yang melibatkan perilaku dan interaksi
antar indivud dalam berhubungan dengan yang lain.
Komunikasi interpersonal merupakan proses pengiriman dan penerimaan
pesan diantara dua orang atau diantara sekelompok kecil orang dengan berbagai efek
dan umpan balik. Komunikasi interpersonal juga merupakan suatu pertukaran yaitu
tindakan menyampaikan dan menerima pesan secara timbal balik.
Dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada klien, komunikasi antar
tenaga kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan
informasi tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan
perawat dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antara perawat
berjalan dengan baik.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada makalah ini
adalah apa saja yang harus diperhatikan dalam menjalin hubungan/komunikasi
interpersonal antara sesama perawat?
C. Tujuan
Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjalin hubungan atau
komunikasi interpersonal antara sesama perawat agar berjalan dengan baik.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
C. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membangun komunikasi
interpersonal yang efektif:
1. Menciptakan ketertarikan dan menangkap perhatian.
Sudah menjadi sifat dasar manusia bahwa mereka lebih cenderung
tertarik dengan dirinya sendiri daripada orang lain. Oleh karena itu, salah satu
hal yang bisa kita lakukan agar orag lain menjadi tertarik dengan kita adalah
dengan menimbulkan ketertarikan kita terhadap orang tersebut. Dengan kata
lain, berhentilah untuk membicarakan semua hal yang berkaitan dengan diri
kita, namun cobalah untuk lebih memberikan perhatian pada lawan bicara
kita. Ajaklah dia untuk mendiskusikan segala hal mengenai dirinya, seperti
model pakaian yang ia sukai ataupun olahraga-olahraga yang ia gemari.
Sejenak kita lupakan diri kita sendiri. Dengan menciptakan ketertarikan
terhadap orang tersebut sebenarnya kita telah melakukan salah satu upaya
mengumpulkan informasi mengenai lawan bicara kita. Dengan begitu, sedikit
demi sedikit dapat membuka tabir misteri lawan bicara kita dan membuat kita
memiliki pengetahuan dalam menyikapi lawan bicara kita dikemudian hari.
Selain itu, manfaat dari poin ini adalah membuat lawan bicara kita
merasa nyaman apabila berhadapan dengan kita. Ia akan merasa diperhatikan.
Akan tetapi, dalam upaya menciptakan ketertarikan ini hendaknya kita juga
memperhatikan hal-hal tertentu yang kira-kira tidak membuat lawan bicara
kita merasa seperti diinvestigasi. Memulai pembicaraan dengan
mendiskusikan masalah cuaca, kemacetan lalu lintas, ataupun hal-hal umum
lainnya kadang membuat lawan bicara menjadi bosan. Hal ini juga perlu
diperhatikan adalah sebaiknya kita tidak mengungkit-ungkit masalah-masalah
yang sensitif seperti agama, ras, dan hal-hal tabu lainnya sesuai dengan daerah
asal dimana lawan bicara kita berasal.
3
2. Membangun rasa simpati
Maksudnya adalah bagaimana membangun suatu lingkungan
komunikasi dimana lawan bicara kita merasa percaya saat berbicara dengan
kita. Cara-caranya antara lain dengan membuat suasana yang hangat saat
berkomunikasi, menghilangkan suasana superior dan inferior, yakni bisa
dengan kontak mata yang hangat dan bersahabat, menirukan bahasa tubuh
lawan bicara, ataupun dengan menyebut nama lawan bicara kita berulang-
ulang untuk menunjukkan rasa hormat kita padanya.
3. Percaya diri
Percaya diri sangat penting dalam berkomunikasi. Saat kita memiliki
kepercayaan diri, maka kita akan membangun gambar (image) diri kita kepada
orang lain, akan tetapi kurangnya kepercayaan diri membuat kita akan
dipandang sebagai orang yang memiliki posisi yang lemah. Terkadang,
kurang percaya diri membuat kita sendiri menjadi tidak nyaman dalam
berkomunikasi, gugup, gemetaran dan merasa setiap apa yang kita utarakan
adalah hal-hal yang sama sekali tidak berguna.
Kekhawatiran mengenai pandangan orang lain terhadap kita dan
berjuta-juta pikiran negative lainnya dapat membuat komunikasi berjalan
buruk karena kita hanya sibuk berurusan dengan ketakutan kita sendiri.
Sebaliknya, percaya diri saat berkomunikasi dapat menciptakan energy yang
positif. Komunikasi menjadi lancar dan jelas bahwa kita dapat mempengaruhi
lawan bicara hanya dengan bermodalkan kepercayaan diri. Bagaimana
mungkin kita dapat membuat orang lain percaya dengan apa yang kita
utarakan apabila kita sendiri tidak memiliki kepercayaan kepada diri sendiri
saat mengutarakan hal tersebut.
4
Diam dan mendengar disini bukan berarti kita mendengar secara pasif.
Akan tetapi, kita berusaha untuk mendengar secara aktif, memberi respon-
respon positif terhadap topic yang disampaikan orang lain sembari sekali-
sekali menimpali dengan pertanyaan-pertanyaan relevan yang menunjukkan
bahwa kita memperhatikan apa yang sedang dibicarakan. Bayangkan, betapa
menjengkelkannya bila harus berlama-lama bicara dengan seorang yang terus
menerus berbicara ini itu tanpa memberikan kesempatan kepada orang lain
untuk berbicara. Hal yang harus diperhatikan adalah kita tetap berusaha untuk
membedakan antara pendiam dan diam aktif. Orang yang pendiam kadang
juga menjengkelkan. Akan tetapi, bertanya, mendengarkan, dan diam dalam
hal ini tidak menunjukkan bahwa kita adalah seorang yang pendiam, namun
lebih kepada menempatkan diri untuk lebih banyak mencermat topik yang
sedang dibicarakan. Proporsi diam dan bicara dapat kita sesuaikan sendiri
dengan kondisi yang ada. Seorang yang mampu berkomunikasi dengan baik
manakala dia mampu menggunakan kemampuan bertanya, mendengar dan
diam pada saat yang tepat.
6. Optimisme
Optimisme menekan pada hal-hal yang positif yang didiskusikan
dalam suatu komunikasi. Adakalanya dalam suatu komunikasi yang terjadi
setiap harinya, terdapat banyak hal negative yang dijadikan topik
pembiacaraan, seperti kesedihan, kekecewaan, dan kemarahan. Komunikator
yang baik tentu akan berusaha untuk menggiring setiap pembicaraan kea rah
yang positif. Dengan kata lain, komunikator yang baik dapat memberikan
5
respon postif yang dapat membuat komunikasi tidak hanya selalu berpikiran
pada hal-hal yang negative sehingga suasana optimispun dapat tercipta. Itulah
yang membedakan komunikator yang baik dengan orang yang hanya sekedar
pandai bicara.
Orang yang sekedar pandai bicara tidak serta merta dikatakan sebagai
seorang yang pintar dalam komunikasi interpersonal, akan tetapi dalam
komunikasi yang baik memiliki kemampuan dasar yang juga melibatkan
talenta sosial. Itulah mengapa, banyak orang yang pandai bicara namun
mereka tidak cukup disukai dalam komunikasi. Mereka sangat pintar
merangkai kata namun mereka selalu dihindari untuk ditemui karena
komunikasi interpersonal bukan sekedar kemampuan untuk berorasi dan
berdiskusi, namun lebih dari itu semua, komunikasi interpersonal
membutuhkan empati dan simpati yang membuat orang lain merasa nyaman
dan dihargai.
6
6. Sesuaikan volume suara saat berbicara. Hindari berteriak keras atau berbisik-
bisik, tidak akan menyenangkan untuk berbicara yang panjang.
7
yang efektif dan meningkatkan keselamatan pasien. SBAR juga dapat digunakan
secara efektif untuk meningkatkan serah terima antara shift atau antara staf di
daerah klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan semua anggota tim kesehatan
untuk memberikan masukan ke dalam situasi pasien termasuk memberikan
rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan untuk diskusi antara anggota tim
kesehatan atau tim kesehatan lainnya. Adapun keuntungan dari penggunaan
metode SBAR adalah:
1. Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.
2. Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham
akan kondisi pasien.
3. Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki keamanan pasien.
Komunikasi efektif SBAR dapat diterapkan oleh semua tenaga kesehatan,
diharapkan semua tenaga kesehatan maka dokumentasi tidak terpecah sendiri-
sendiri. Diharapkan dokumentasi catatan perkembangan pasien terintegrasi
dengan baik. Sehingga tenaga kesehatan lain dapat mengetahui perkembangan
pasien.
1. Situation: Bagaimana situasi yang akan dibicarakan atau dilaporkan?
a. Mengidentifikasi nama diri petugas dan pasien
b. Diagnosa medis
c. Apa yang terjadi dengan pasien
2. Background: Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan
dengan situasi?
a. Obat saat ini dan alergi
b. Tanda-tanda vital yang terbaru
c. Hasil Laboratorium: tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil tes
sebelumnya untuk perbandingan
d. Riwayat medis
e. Temuan klinis terbaru
3. Assessment: Berbagai hasil penilaian klinis perawat
a. Apa temuan klinis?
b. Apa analisis dan pertimbangan perawat?
c. Apakah masalah ini parah atau mengancam kehidupan?
8
4. Recommendation: Apa yang perawat inginkan terjadi dan kapan?
a. Apa tindakan atau rekomendasi yang diperlukan untuk memperbaiki
masalah?
b. Apa solusi yang bisa perawat tawarkan kepada petugas kesehatan yang
lain?
c. Apa yang perawat butuhkan dari petugas kesehatan lain untuk
memperbaiki kondisi pasien?
d. Kapan waktu yang perawat harapkan tindakan ini terjadi?
Adapun contoh komunikasi efektif SBAR antara Shift dinas atau serah terima:
1. Situation (S) :
Nama: Tn. A umur 35 tahun, tanggal masuk 7 Mei 2019 sudah 3 hari
perawatan,
DPJP: dr. Setyoko
Diagnosa medis: Gagal ginjal kronik.
Masalah keperawatan:
a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit lebih
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
9
2. Background (B) :
Pasien bedrest total, urine 50 cc/24 jam, balance cairan 1000 cc/24
jam.
Mual tetap ada selama dirawat, ureum 300 mg/dl.
Pasien program HD 2x seminggu Senin dan Kamis.
Terpasang infuse NaCl 0 tetes/menit.
Dokter sudah menjelaskan penyakitnya tentang gagal ginjal kronik.
Diet: rendah protein 1 gram
3. Assessment (A) :
Kesadaran composmentis, TD 150/80 mmHg, Nadi 100x/menit,
oedema padaekstremitas bawah, tidak sesak napas, urine sedikit,
eliminasi feses baik.
Hasil laboratorium terbaru: Hb 9 mg/dl, albumin 3 ureum 237 mg/dl
Pasien masih mengeluh mual
4. Recommendation (R) :
Awasi balance cairan
Batasi asupan cairan
Konsul ke dokter untuk pemasangan dower kateter
Pertahankan pemberian diuretic injeksi furosemit 3 x 1 amp
Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar pasien
Jaga aseptic dan antiseptic setiap melakukan prosedur
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Komunikasi interpersonal memiliki fungsi untuk meningkatkan hubungan
antara sesama perawat, mengurangi potensi konflik dan berbagi pengetahuan atau
pengalaman kerja dengan sesama perawat. Untuk menjalin komunikasi
interpersonal antara sesama perawat agar berjalan dengan baik perawat harus
mengetahui dan melakukan hal-hal yang perlu dilakukan dalam berkomunikasi.
Dalam makalah ini, kami menuliskan hal-hal yang dapat membantu untuk
mengembangkan komunikasi interpersonal seseorang.
B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini kami mengajak pembaca untuk membangun
komunikasi interpersonal yang efektif dan beretika kepada sesame perawat. Isi
makalah dan beberapa pembahasan di atas tidak sepenuhnya sempurna, untuk itu
kami mohon kepada para pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran yang
baik. Harap maklum jika terdapat adanya beberapa kejanggalan dan ketidak
sempurnaan makalah. Atas perhatian para pembaca, kami mengucapkan terima
kasih.
11
DAFTAR PUSTAKA
A. a.d
12