Anda di halaman 1dari 26

MENINGKATKAN

KOMUNIKASI TERAUPETIK
UNTUK KONSELOR
Rr. Nia Paramita Yusuf, M.Si., M.Psi., Psikolog
Rr. Nia Paramita Yusuf
Kulon Progo, 02 September 1986
@nia_psikolog

• S1 – Psikologi UM (S.Psi)
• S2 – Psikologi Sains UMM (M.Si)
• S2 - Psikologi Profesi UMM (M.Psi., Psikolog)

Aktif menjadi praktisi psikolog


di rumah sakit, perusahaan,
komunitas dan pembicara
INTRODUCE
Manusia merupakan individu yg unik, bukan
miniatur orang dewasa, pribadi dengan haknya
sendiri dan kapasitas untuk menjadi orang
dewasa yang unik.
Kemampuan komunikasi pd individu dipengaruhi
oleh keluarga, tingkat perkembangan dan
intelektual.
• Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang
direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan konseli
dan membina hubungan yang terapeutik antara
konseli dan konselor.
• Komunikasi terapeutik juga dapat dipersepsikan
sebagai proses interaksi antara konselor yang
membantu konseli mengatasi stress sementara
untuk hidup lebih berharga, motivasi diri,
menyesuaikan dengan sesuatu yang tidak dapat
diubah dan mengatasi hambatan psikologis yang
menghalangi realisasi diri.
PENGIRIM PENERIMA

PESAN
UMPAN BALIK
Menurut Stuart dan Sundeen (1995), fungsi komunikasi
terapeutik adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan tingkat kemandirian konseli melalui proses


realisasi diri, penerimaan diri dan rasa hormat terhadap diri
sendiri.
2. Identitas diri yang jelas dan rasa integritas yang tinggi.
3. Kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang
intim dan saling tergantung dan mencintai.
4. Meningkatkan kesejahteraan konseli dengan peningkatan fungsi
dan kemampuan memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan
personal yang realistik.
Karakteristik Komunikasi Terapeutik
Menurut Arwani (2002),

Keikhlasan (genuiness)
mempunyai kesadaran mengenai sikap yang dipunyai terhadap
konseli sehingga mampu belajar untuk mengkomunikasikan
secara tepat. Contents
Title
Empati (empathy)
perasaan pemahaman dan penerimaan terhadap perasaan
yang dialami konseli dan kemampuan merasakan dunia pribadi Contents
konseli
Title Contents
Title
Kehangatan (warmth)
Suasana yang hangat, permisif dan tanpa adanya ancaman
menunjukkan adanya rasa penerimaan Sehingga lebih mudah Contents
mengekspresikan perasaannya secara lebih mendalam. Title
Komunikasi Terapeutik
Sesuai Tumbuh Kembang

1. Bayi (0-1) tahun


2. Toddler (1-3 th) dan pra sekolah (3-5 th)
3. Anak usia 5-10 tahun
4. Anak usia 10-19 tahun (remaja)
5. Individu Dewasa
BAYI (0-1) TAHUN

Bahasa yang digunakan non verbal :


Mengerakan tangan, kaki,dan badan

Menunjukkan sikap menangis ketika


merasa kurang nyaman
TODDLER (1-3 th) dan PRA SEKOLAH (3-5
th)

Anak belum mampu bicara secara fasih,


sangat egosentris
Kata-kata sederhana, singkat, istilah
familiar
Memberitahu apa yang terjadi pada dirinya.
Pandangan sejajar
Reinforcement positif (pelukan, tepuk
tangan, hadiah)
Memberi kesempatan untuk bereksplorasi
Bicara pelan
senang Bergambar atau bercerita.
ANAK USIA 6-10 TAHUN

Anak sangat peka terhadap stimulus


Anak sering bertanya dan ingin
penjelasan
Gunakan kata sederhana yang spesifik
sesuai dengan kemampuan kognitifnya.
Gunakan bahasa yang dapat dimengerti
anak dan berikan contoh yang jelas
sesuai dengan perkembangan
kognitifnya.
USIA 10-19 TAHUN
Menginjak masa remaja → fase transisi, pola pikir
&tingkah laku peralihan dr anak2 menjadi dewasa
Omongan teman lebih dipercaya disbanding orang
tua
Sudah lebih mampu berkomunikasi dengan orang
dewasa.
Mampu berkomunikasi dengan orang dewasa,
pembedaharaan kata >3000 kata dikuasai dan
mampu berpikir konkret
Berdiskusi atau curah pendapat sama teman
sebaya.
Hindari beberapa pertanyaan yang dapat
menimbulkan rasa malu.
Jaga kerahasiaan dalam komunikasi ( masa transisi
dlm bersikap dewasa ).
USIA 20-DEWASA
Orang dewasa telah memiliki sikap tertentu,
pengetahuan tertentu
BUKAN seperti gelas kosong. Mereka menganut
value dan prinsip sendiri berdasarkan pengalaman,
pengetahuan, sikap kemapanan, harga diri dan
aktualisasi diri.
Memegang asas saling percaya
Membutuhkan adanya saling timbal balik dari
komunikasi yang dibuat
BAGAIMANA CARA BERKOMUNIKASI
PADA konseli USIA ANAK s.d. REMAJA

1. Melalui org ketiga : tidak langsung bertanya pada konseli


2. Bercerita : pergunakan bahasa yg mudah dimengerti
4. Meminta untuk menyebutkan keinginan : mengetahui apa
keinginan / keluhan.
5. Pro / kontra :mengetahui perasaan konseli dan pikiran
konseli (mengajukan pertanyaaan hal positif dan negatif )
6. Menulis : bila konseli tidak dpt mengungkapkan perasaan
secara verbal.
7. Menggambar : konseli akan mengungkapkannya apabila
gambar yg ditulisnya ditanya tentang maksudnya.
BAGAIMANA CARA BERKOMUNIKASI
PADA konseli DEWASA
1. Penyampaian langsung yang tidak membuat salah persepsi
2. Menjaga keseimbangan komunikasi → tidak ada yang
mendominasi
3. Melakukan komunikasi timbal balik → menghindari salah
persepsi
4. Membuat suasana saling menghargai → menghargai
pendapat, perasaan, pikiran, gagasan dan system nilai.
5. Membuat suasana saling percaya → hindari secara langsung
penyangkalan
6. Buat suasana terbuka → saling mendukung untuk
kesembuhan. Ekspresi wajah, gerak tubuh, nada suara
adalah tanda tentang status emosional
TAHAPAN KOMUNIKASI TERAUPETIK
1. Tahap Prainteraksi
01 Mengumpulkan data tentang konseli dgn
mempelajari status atau bertanya kepada ortu, org
terdekat ttg masalah yg ada.
2. Tahap Perkenalan
02 Memberi salam dan senyum pada konseli,melakukan
validasi , mencari kebenaran data yg ada, mengobservasi,
memperkenalkan nama dengan tujuan, waktu dan
menjelaskan kerahasiaan konseli
01
3. Tahap Kerja
03 Memberi kesempatan pada konseli untuk bertanya ,
karena akan memberitahu tentang hal yang kurang
dimengerti dlm komunikasi, menanyakan keluhan
utama. 02
4. Tahap Terminasi
Menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi
proses dan hasil, memberikan reinforcement positif,
tindak lanjut, dan mengakhiri wawancara dengan cara
yang baik 04
TAHAP PRAORIENTASI

Konselor dapat mengumpulkan informasi terlebih dahulu


mengenai konseli sebelum berkomunikasi. Informasi bisa
didapat dari:
❖ Teman / sahabat
❖ Keluarga
❖ Orang tua
❖ Dokumen
❖ Media social
❖ dll
TAHAP ORIENTASI
Konselor membangun hubungan yang saling percaya
(ditunjukkan dengan nada suara & mimik muka.

Kendala tahapan ini : perilaku resistif → perilaku yang


menghambat keterlibatan. Dapat diatasi dengan sikap caring,
saling percaya, tdk menghakimi.

Muncul karena :
• Sulit mengenali kebutuhan utk meminta bantuan
• Ketergantungan mengungkapkan karena rasa takut muncul
• Tidak nyaman karana masalahnya diikut campuri orang lain
TAHAP KERJA • Merupakan tahapan inti dari keseluruhan proses
komunikasi teraupetik.
• Tujuan tahapan ini adalah untuk mengatasi masalah dan
mencari solusi secara Bersama antara Konselor dan
konseli.

• Terdapat subfase :
• IDENTIFIKASI MASALAH
• Active listening
• Membantu konseli mendefinisikan masalah yg dihadapi
• Bagaimana cara mengatasi masalah
• Mengevaluasi cara / alternatif pemecahan masalah yg
dipilih

• EKSPLOITASI
• Memandu konseli mengkaji perasaan dan responnya
• Mendorong perkembangan kesadaran diri
• Menyimpilkan percakapan dengan konseli
TAHAP TERMINASI

• Merupakan tahap terakhir dari komunikasi.


• Membuat rencana
• Melakukan kontrak untuk follow up
HARAPANNYA MUNCUL KESADARAN DIRI
UNTUK BERKEMBANG
Teknik Komunikasi Terapeutik
Mendengar dengan penuh perhatian
. Konselor harus mendengarkan masalah yang disampaikan oleh konseli untuk
mengetahui perasaan, pikiran dan persepsi konseli / konseli itu sendiri. Sikap 01
yang dibutuhkan untuk menjadi pendengar yang baik adalah menatap matanya
saat berbicara, tidak menyilangkan kaki dan tangan, hindari gerakan yang tidak
perlu dan condongkan tubuh kearah lawan bicara

Menunjukkan penerimaan / Diam.


Mendukung dan menerima dengan tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan
dan tidak menilai. Menerima bukan berarti menyetujui. Menerima berarti
02
mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan.
Diam disini untuk memberi kesempatan konseli / konseli menceritakan
permsalahannya. Jangan diam kemudian memunculkan mimic rejection pada
pernyataan konseli / konseli

Pertanyaan Terbuka
Untuk memancing konseli mengungkapkan masalahnya 03
Cth. “bagaimana perasaan mu hari ini ?”
Apa yang sedang kamu pikirkan ?

Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.


Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik 04
mengenai masalah yang telah disampaikan oleh konseli. Oleh sebab itu,
sebaiknya pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan masalah yang sedang
dihadapi. Cth. Kira-kira kejadiannya bagaimana ?

Uripni dkk (2002)


•Teknik Komunikasi Terapeutik
Parafrasing
Melalui pengulangan kembali kata-kata konseli, seorang Konselor memberikan
umpan balik bahwa Konselor mengerti pesan konseli dan berharap komunikasi 05
dilanjutkan.
Cth. ”Jadi permasalahan utamanya adalah......, benar begitu ya ?”

Refleksi
Memastikan Konselor memahami permasalahan dari siawa
Cth: “apakah hal itu membuatmu merasa marah?”
06

Konfrontasi
Membantu Konselor ia tidak konsisten antara perasaan, sikap dan tingkah laku
Cth: “anda mengatakan bahwa anda marah, tetapi anda tersenyum ?”
07

Uripni dkk (2002)


HAMBATAN KOMUNIKASI TERAUPETIK

Perbedaan budaya:
Tingkat perkembangan
Konselor harus menyadari pola interaksi : tingkat perkembangan konseli
tipikal pada berbagai budaya titik setiap diperlukan dalam pemahaman pesan
budaya menggunakan bahasa yang
berbeda-beda

Gender: Perbedaan pengetahuan:


pengiriman, penerimaan, dan Konselor secara konsisten menilai
penafsiran pesan dapat bervariasi tingkat pengetahuan pilihan untuk
antara pria dan wanita. menentukan cara terbaik dalam
memperbaiki defisit pengetahuan

Status kesehatan: Jarak Emosional


komunikasi dipengaruhi oleh perubahan : Konselor memelihara hubungan
persepsi sensorik seperti hilangnya antara konseli tanpa memandang
penglihatan atau pendengaran atau status mereka, sehingga dapat
bahkan mudah marah mengurangi jarak emosional

Anda mungkin juga menyukai