Anda di halaman 1dari 54

RANCANGAN OBSERVASI & WAWANCARA

KEMANDIRIAN BERMAIN PADA ANAK DENGAN USIA 4-6 TAHUN


DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL IV

Disusun Oleh :
Istighfarahriza Yunita Mariandi (202010230311474)

Dosen Pengampu :
Susanti Prasetyaningrum, M.Psi
Zakiyah Rahmani, S.Psi., M.Psi
Adthyatman Prabowo, S.Psi., M.Psi.
Asisten Laboratorium :
Bakhtiar
Danny Shevarivo Pratama

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Rancangan observasi kemandirian Bermain sebagai
salah satu tugas dari mata kuliah Observasi. dan salam tak lupa pula kami haturkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW. yang telah mengantarkan kita kepada dinul
Islam, Beliaulah sang revolusioner sejati.

Rancangan Observasi Kemandirian Bermain ini dibuat dari hasil observasi dan wawancara
dalam jangka waktu tertentu sehingga menghasilkan suatu laporan yang bisa dipertanggung
jawabkan hasilnya. Kami ucapkan banyak terima kasih kepada Ibu Susanti Prasetyaningrum,
M.Psi dan Zakiyah Rahmani, S.Psi., M.Psi selaku Dosen mata kuliah psikologi observasi.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa Rancangan hasil observasi ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan penyusunan Rancangan hasil observasi selanjutnya. Besar
harapan kami kiranya Rancangan hasil observasi ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya
dan bagi pembaca pada umumnya.

Malang, 10 Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 3
BAB I 5
PENDAHULUAN 5
1.1. Latar Belakang 5
1.2. Rumusan Masalah 6
1.3. Tujuan 6
BAB II 7
LANDASAN TEORI 7
2.1 Kemandirian 7
2.1.1 Pengertian Kemandirian 7
2.1.2 Aspek-Aspek Kemandirian 7
2.1.3 Faktor-faktor Kemandirian 8
2.1.4 Bentuk-Bentuk Kemandirian 8
2.2 Bermain 9
2.2.1 Pengertian Bermain 9
2.2.2. Tipe-tipe Permainan 9
2.2.3 Teori Bermain 10
BAB III 12
METODE ASESMEN 12
3.1 Metode Observasi 12
3.1.1 Definisi Operasional 12
3.1.2 Aspek, Indikator Perilaku, dan Target Perilaku 12
3.1.3 Jenis Observasi 14
3.1.4 Teknik Pencatatan Data 14
3.1.5 Alat yang Digunakan 14
3.1.6 Langkah Observasi 15
Langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum observasi yaitu : 15
3.1.7 Subjek Observasi 15
3.1.8 Observer 15
3.1.9 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 16
3.2 Metode Wawancara 16
3.2.1 Aspek, Indikator Perilaku, dan Pertanyaan Wawancara. 16
3.2.2 Jenis Wawancara 19
3.2.3 Langkah Wawancara 19
3.2.4 Subjek Wawancara 20
3.2.5 Interviewer 20
3.2.6 Waktu dan Tempat Pelaksanaan 20
BAB IV 21
HASIL ASESMEN 21
4.1 Hasil Observasi 21
4.1.1 Gambaran Umum Subjek Observasi 21
4.1.2 Hasil Observasi 21
4.1.3 Kesimpulan 46
4.2 Hasil Wawancara 47
4.2.3 Kesimpulan 50
BAB V 51
PEMBAHASAN 51
BAB VI 53
PENUTUP 53
6.1 Kesimpulan 53
6.2 Evaluasi dan Saran 53
6.2.1 Evaluasi 53
6.2.2 Saran 53
DAFTAR PUSTAKA 54
LAMPIRAN 55
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Proses pendidikan dapat berlangsung di dalam keluarga, sekolah


dan masyarakat. Pendidikan pada masa prasekolah sangat penting
diberikan untuk menanamkan pondasi yang kuat sebagai dasar untuk
berpijak menentukan keberhasilan anak di masa yang mendatang. Pada
tahap perkembangan anak usia prasekolah, anak mulai menguasai
berbagai keterampilan fisik, bahasa, dan anak pun mulai memiliki rasa
percaya diri untuk mengeksplorasi kemandiriannya Menurut Hurlock
(Nugraha & Mirawati, 2019). Menurut Rochwidowati & Widyana (2016)
perkembangan anak melalui salah satu tugas dimana ia mampu
melakukan kemandiriaan, dimana ia dapat belajar dan melakukan
aktivitas tanpa bantuan orang lain, dan bergantung pada dirinya sendiri.
Anak dengan yang kurang mandiri dapat berdampak pada sulitnya anak
menyelesaikan tugasnya secara mandiri dan selalu membutuhkan orang
lain dalam mengambil sebuah keputusan dalam hidup. Menurut Sa’diyah
(2017) kegiatan bermain pada anak sangat lekat dengan kemandirian
sehingga anak dapat dengan mudah berinteraksi, bekerja sama, dan
berkomunikasi dengan teman dan lingkungan disekitarnya, karena
kemandirian juga mempengaruhi harga diri seorang anak.
Masa prasekolah merupakan masa bermain, hampir seluruh
kegiatan pada usia prasekolah perlu menyertakan unsur belajar melalui
kegiatan bermain. Bermain adalah kegiatan yang menyenangkan untuk
sang anak dan bermanfaat untuk meningkatkan potensi-potensi yang
dimilikinya secara utuh, yaitu mencakup aspek perkembangan sosial,
emosi, dan kepribadian. Melalui kegiatan tersebut, anak dapat
mengembangkkan laju stimulasi baik dari luar maupun dari dalam dan
memanifestasikan potensi tersebut dalam memecahkan permasalahan
yang mereka hadapi (Khadijah & Armanila , 2017). Menurut Hurlock
(dalam Fauziddin, 2017) bermain merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan oleh anak dengan spontan, perasaan gembira, tidak memiliki
tujuan ekstrinsik, melibatkan peran aktif anak,memiliki hubungan
sistematik dengan hal–hal di luar bermain seperti perkembangan
kreativitas, dan merupakan interaksi antara anak dengan
lingkungannya, serta memungkinkan anak untuk beradaptasi dengan
lingkungan tersebut. Dalam jurnal Ester, Setiawan, dan Mulia (2020)
yang berjudul Metode Bermain Salah Satu Metode Pembelajaran untuk
Anak menyatakan bahwa dengan bermain anak-anak juga dapat
mengembangkan fisik, motorik, sosial, emosi, kognitif, daya cipta
(kreativitas), bahasa, perilaku, ketajaman pengindraan, melepaskan
ketegangan, dan terapi bagi fisik, mental maupun gangguan
perkembangan lainnya. Jadi sikap kemandirian sangatlah baik
dikembangkan sejak anak usia dini melalui pendidikan atau stimulasi dari
orang-orang yang ada disekitarnya dan pengalaman yang ia diperoleh.
Pentingnya penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran
perkembangan kemandirian bermain pada anak usia 4-6 tahun dari aspek
kognitif, afektif, dan psikomotor untuk dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan intervensi atau perbaikan pada anak prasekolah.
1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran perkembangan kemandirian bermain dari aspek


kognitif, afektif dan psikomotorik pada anak dengan usia 4-6 tahun?

1.3. Tujuan

Mengetahui bagaimana gambaran perkembangan kemandirian bermain


dari aspek kognitif, afektif dan psikomotorik pada anak dengan usia 4-6
tahun.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Kemandirian

2.1.1 Pengertian Kemandirian

Menurut Erikson (dalam Sari & Rasyidah, 2019) kemandirian


adalah usaha untuk melepaskan diri dari orang tua dengan maksud untuk
menemukan dirinya melalui proses mencari identitas ego, yaitu
perkembangan kearah individualitas yang mantap dan berdiri sendiri.

Kemandirian yang terdapat dalam diri seorang anak dapat


menunjang mereka untuk mengatur diri sendiri seperti pengambilan
keputusan, pemecahan masalah, percaya diri, keterampilan sosial, dan
interpersonal intelijen (Rusmayadi & Herman, 2019). Kemandirian anak
usia dini, berfokus pada kemampuan mereka untuk menjalankan aktivitas
atau tugas sehari-hari dengan sendiri atau dengan bantuan yang sangat
sedikit sesuai dengan tahap perkembangan atau kapasitasnya dan harus
dikenalkan sejak usia dini. Karakter mandiri pada anak usia dini adalah
usaha yang dilakukan anak untuk meningkatkan nilai moral dan
kepribadian anak, terutama dalam kemampuan untuk melakukan tugas dan
aktivitas sesuai kebutuhan dan tahapan usianya (Wulandari et al., 2018)

2.1.2 Aspek-Aspek Kemandirian

Menurut Gea (dalam Ni'matuzahroh, & Prasetyaningrum, 2018) terdapat 3


aspek kemandirian yaitu:

a. Aspek Kognitif : aspek ini berhubungan dengan perspektif dan


keyakinan individu, dan berhubungan juga dengan kemampuan
dalam menyelesaikan masalah. dan kemandirian berpikir menjadi
proses yang paling komplek menurut steinberg (dalam Nurhayati,
2011).
b. Aspek afektif : aspek yang berhubungan dengan perasaan individu
mengenai sesuatu seperti hasrat, keinginan ataupun kehendak yang
kuat terhadap suatu kebutuhan, misalnya keinginan seorang anak
untuk berhasil melakukan sebuah tugas sederhana, seperti
menggunakan sepatu dan baju sendiri.
c. Aspek psikomotor : aspek yang berhubungan dengan perilaku
yang dilakukan individu untuk memenuhi kebutuhannya, seperti
halnya tindakan anak yang berinisiatif belajar menggunakan
sesuatu sendiri karena dia tidak ingin selalu tergantung pada orang
tuanya sendiri atau pengasuh (Puspita, 2014).

2.1.3 Faktor-faktor Kemandirian

Menurut Nuranisa dkk (2018) terdapat dua faktor yang


mempengaruhi anak usia dini dalam meningkatkan kemandirian, yaitu :
1. Faktor internal, yaitu faktor yang ada pada diri anak itu sendiri yang
mencakup:
a) Emosi, faktor ini ditunjukan dengan kemampuan mengontrol emosi
dan tidak tergantungnya kebutuhan emosi dari orang tua.
b) Intelektual, faktor ini ditunjukan dengan kemampuan untuk
mengatasi berbagai masalah yang dihadapi.
2. Faktor eksternal, yaitu mencakup hal-hal yang datang atau ada dari luar
diri anak itu sendiri yaitu mencakup lingkungan, karakteristik sosial,
stimulus, pola asuh, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak dan
orang tua, serta pendidikan orang tua.

2.1.4 Bentuk-Bentuk Kemandirian

Steinberg (dalam Nuranisa dkk, 2018) mengelompokkan


kemandirian anak menjadi tiga bentuk, yaitu:
1. Kemandirian emosi, yaitu aspek kemandirian yang berhubungan dengan
perubahan kedekatan atau keterikatan hubungan emosional individu,
terpenting dengan orangtua atau orang dewasa lainnya yang banyak
melakukan interaksi dengannya. Contoh kemandirian emosi
diantaranya yaitu, hubungan antara anak dengan orang tua berubah
sangat cepat, terlebih lagi setelah anak memasuki masa remaja seiring
dengan meningkatkan kemandirian sang anak dalam merawat diri sendiri,
sehingga perhatian orangtua pun terhadap anak semakin berkurang.
2. Kemandirian kognitif, yaitu mandiri dalam bertindak dan bebas untuk
melakukan sesuatu sendiri tanpa terlalu bergantung pada orang lain.
3. Kemandirian nilai, yaitu kebebasan anak mendefinisikan sesuatu
benar-salah, baik-buruk dengan merujuk pada apa yang berguna bagi
dirinya.

2.2 Bermain

2.2.1 Pengertian Bermain

Bermain adalah kegiatan sehari-hari anak. Bermain juga


merupakan proses pembelajaran merujuk pada pernyataan Romini dan
Harefa (2020) yang menyatakan bahwa lingkungan adalah proses belajar
anak, baik di sekolah, di taman bermain maupun di rumah .

2.2.2. Tipe-tipe Permainan

Perspektif kontemporer mengenai bermain dapat menekankan pada


aspek kognitif maupun sosial dari bermain Sumaroka & Bornstein
(Santrock, 2011).
a. Permainan Sensorimotor dan Praktis Permainan Sensorimotor
(sensorimotor play)
Perilaku yang dilakukan para bayi untuk mendapatkan
kenikmatan dan melatih skema sensorimotor mereka.
b. Permainan Praktis (practice play)
Kegiatan bermain yang menyertakan pengulangan dari
tingkah laku yang terjadi ketika sejumlah keterampilan baru yang
sedang dipelajari atau ketika anak dituntut untuk menguasai fisik
maupun mental dan mengkoordinasi keterampilannya yang
diperlukan untuk sebuah permainan atau olahraga.
c. Permainan Pura-pura/Simbolik (pretense/symbolic play)
Kegiatan bermain ketika anak mengubah lingkungan fisik
menjadi simbol.
d. Permainan Sosial (social play)
Kegiatan bermain yang melibatkan interaksi sosial dengan
teman sebaya.
e. Permainan Konstruktif (constructive play)
Permainan yang menggabungkan antara aktivitas
sensorimotor dengan aktivitas repetitif yang disertai dengan
representasi ide-ide simbolik. Bermain konstruktif terjadi ketika
anak-anak terlibat dalam kreasi yang bersifat regulasi diri atau di
dalam konstruksi pada sebuah produk atau sebuah penyelesaian
masalah.

2.2.3 Teori Bermain

Menurut Ester dan Gaumalia (2020) Terdapat tiga teori bermain


modern yang digunakan untuk dasar bermain dalam tahapan
perkembangan anak.
1. Teori Psikoanalisis Sigmund Freud dan Erik Erikson,
mengemukakan bahwa bermain anak yang merupakan alat penting
sebagai sarana meluapkan emosi dan dapat digunakan untuk
meningkatkan self-esteem pada anak yang dapat mendominasi
tubuhnya dan meningkatkan keterampilan sosial.
2. Teori Perkembangan Kognitif merupakan teori yang digunakan
untuk menguji kegiatan bermain anak-anak yang berhubungan
dengan perkembangan kecerdasan, dan memiliki perspektif yaitu
setiap manusia memiliki hubungan dengan pola struktur kognitif
baik mental atau fisik, yang dapat menjadi acuan perilaku dan
aktivitas kecerdasan seseorang yang sangat terkait dengan tahapan
pertumbuhan anak, alias kecerdasan (intelegensi) dan afektif
berjalan selalu berdampingan.
3. Teori dari Vygotsky, memberatkan hubungan sosial sebagai suatu
yang sangat mempengaruhi kognitif, karena anak dapat
mempelajari suatu pengetahuan/ pengalaman dalam dunia sosial
dan berintegrasi menjadi bagian dari perkembangan kognitif.
Aspek kognitif meningkat pada saat bermain, yaitu anak mampu
meningkatkan perhatian dan konsentrasinya, mampu memunculkan
kreativitas, mampu berpikir divergen, melatih ingatan, meningkatkan
perspektif, dan mengembangkan kemampuan berbahasa. Konsep abstrak
yang memerlukan kemampuan kognitif juga terbentuk melalui bermain,
dan dinyatakan ke dalam kehidupan sehari-hari anak, sehingga anak
mampu memahami dunia di sekitarnya.
BAB III
METODE ASESMEN
3.1 Metode Observasi
3.1.1 Definisi Operasional
Kemandirian merupakan sebuah perilaku dimana anak mampu
melakukan sesuatu sesuai dengan kesanggupan tanpa bantuan dari orang
tua. Mandiri juga dapat diartikan dimana anak dapat mengambil keputusan
serta bersosialisasi dengan orang lain tanpa ditemani orang tua, dan
mampu mengendalikan emosi bahkan dapat merasakan simpati terhadap
orang lain. Bermain merupakan aktivitas yang lebih sering dilakukan oleh
anak-anak dengan perasaan gembira, dan melibatkan peran aktif sang anak
untuk belajar dan dapat membantu dalam proses pengembangan baik
sosial, kognitif, dan emosi. Kemandirian bermain merupakan kegiatan
anak dalam mengembangkan kemampuan seperti kreativitas, keberanian
dengan rasa percaya diri sehingga ia dapat belajar melakukan aktivitas
tanpa bantuan orang lain. Sehingga Kemandirian bermain merupakan
keadaan dimana seorang anak mampu berkreasi atau bermain dengan
permainannya sendiri tanpa ada bantuan dari orang lain dalam
mengembangkan kemampuanya.
Melalui tiga aspek kemandirian yaitu kognitif, afektif dan
psikomotor. Kognitif merupakan kemampuan anak dalam menyelesaikan
masalah dan kemandirian berpikir dalam bermain . Afektif merupakan
suatu keinginan atau kehendak anak melakukan sesuatu untuk memenuhi
suatu kebutuhan selama bermain. Psikomotor merupakan perilaku yang
dilakukan oleh anak untuk memenuhi kebutuhannya selama bermain.
3.1.2 Aspek, Indikator Perilaku, dan Target Perilaku
Kami menggunakan kata kerja operasional berdasarkan teori bloom (dalam
Das, Mandal, & Basu., 2021) sebagai indikator perilaku pada anak untuk
dilakukan observasi.
No. ASPEK INDIKATOR TARGET PERILAKU

1. Kognitif ● Menjelaskan -Anak mampu menghitung jumlah


K ● Menunjukkan mainan yang disediakan
● Menghitung -Anak mampu menanyakan /
● Mengurutkan mengatakan jika ia tidak mampu
● Menyusun melakukan permainannya
● Mengelompokkan -Anak dapat menghitung jumlah
benda yang diberikan
-Anak dapat mendeskripsikan
permainan dan menjelaskan
mengenai mainan
-Anak dapat menyusun mainan (cth :
puzzle, Balok)
-Anak dapat mengurutkan mainan cth
: terkecil-terbesar / sebaliknya
-Anak mengelompokkan berdasarkan
jenis-jenis mainan

2. Afektif ● Memilih -Anak dapat memilih mainan yang ia


● Mematuhi suka
● Mengubah -Anak mampu mengekspresikan diri
● Menyukai terhadap mainan (tersenyum, sedih,
marah)
-Anak berani mengajak orang lain
bermain
-Anak takut mengajak orang lain
untuk ikut bermain-
-Anak mematuhi apa yang
diinstruksikan
-Mengubah bentuk mainan
No. ASPEK INDIKATOR TARGET PERILAKU

3. Psikomotor ● Membersihkan -Anak mampu mengatur mainan yang


● Membuat ia mainkan agar terlihat lebih cantik
● Mengemas -Anak mampu membersihkan mainan
● Mengatur yang telah ia gunakan
● Mengambil -Anak mampu mengambil barang
● Mengangkat tanpa bantuan orang lain
-Anak mampu merapikan/mengemas
barang dan mainan yang telah
dipakai
-Anak mampu mengangkat dan
memindahkan mainan

3.1.3 Jenis Observasi


Jenis observasi yang kami gunakan pada penelitian kali ini adalah
jenis observasi Partisipan dan Sistematis. Dimana peneliti juga ikut serta
dengan subjek dalam melakukan kegiatan, serta telah menyiapkan
rancangan penelitian dan mengamati subjek berdasarkan indikator yang
telah dirancang sebelumnya (Prasetyaningrum & Ni’matuzahroh, 2014)

3.1.4 Teknik Pencatatan Data


Pada penelitian ini kami menggunakan teknik pencatatan data
dengan metode pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Menurut Sugiyono
(2017) pendekatan kuantitatif adalah pendekatan yang menghasilkan data
dalam bentuk angka-angka atau skor. Teknik pencatatan data kuantitatif
yang kami gunakan yaitu event sampling dan tabel checklist

3.1.5 Alat yang Digunakan


● Alat Tulis
● Lembar Indikator, Pencatatan data, Informed Consent
● Alat Perekam Gambar dan Suara (HP, Kamera,dsb)
3.1.6 Langkah Observasi
Langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum observasi yaitu :
a. Menyusun rancangan penelitian observasi
b. Menentukan subjek, tempat, dan tanggal observasi yang sesuai
dengan tujuan penelitian
c. Mengajukan persetujuan kepada subjek observasi / wali berupa
informed consent sebelum melakukan penelitian
d. Melakukan observasi sesuai dengan rancangan yang telah disusun
e. Melakukan pencatatan hasil observasi
f. Menyusun laporan hasil observasi
3.1.7 Subjek Observasi
Pada penelitian ini kami menggunakan teknik purposive sampling
untuk mendapatkan subjek, Menurut Sugiyono (2013) Teknik purposive
sampling merupakan teknik yang digunakan untuk memilih subjek dengan
kriteria/ ciri-ciri tertentu sesuai dengan tujuan peneliti. Pada penelitian ini
kami memilih subjek penelitian dengan ciri-ciri Anak berusia 4-6 Tahun
dengan kepribadian ceria dan mudah berinteraksi dengan orang lain,
dengan jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Pengamatan subjek dapat
di lakukan di rumah maupun di sekolah.
3.1.8 Observer
Pada penelitian ini akan dilakukan observasi oleh lima Observer, yaitu :

Nama NIM

Istighfarahriza Yunita Mariandi (202010230311474)

Peran observer pada penelitian kali ini sebagai pengamat perilaku


anak dengan usia 4-6 tahun berdasarkan indikator serta lembar kerja yang
telah terlampir. Dan observer akan melakukan pengamatan secara
langsung dengan turun ke lapangan.
3.1.9 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

No. Hari/Tgl Waktu Durasi Tempat Metode Kegiatan

1. Kamis, 6 07.00 - 60 Menit TK Observasi Bermain di


Januari 09.00 WIB Aisyiyah Sentra
2022 Bustanul Balok,
Athfal IV Mainan
Lego

2. Jum’at, 7 07.00 - 60 Menit TK Observasi Bermain di


Januari 09.00 WIB Aisyiyah Sentra
2022 Bustanul Balok,
Athfal IV Bermain
Balok

3.2 Metode Wawancara


3.2.1 Aspek, Indikator Perilaku, dan Pertanyaan Wawancara.

No. Aspek Indikator Pertanyaan

1. Kognitif ● Menjelaskan -Apakah (nama) bisa


● Menunjukkan menjelaskan /mendeskripsikan
● Menghitung setiap benda atau mainan yang ia
● Mengurutkan mainkan atau hanya benda atau
● Menyusun mainan tertentu saja yang bisa ia
● Mengelompok deskripsikan ?
kan
-Apakah dalam setiap permainan
(nama) aktif menanyakan
mengenai permainan yang akan
ia mainkan ?
-Apakah (Nama) memiliki
kemampuan menghitung lebih
baik dibanding dengan teman-
temannya ?

-Jika pada skala 1-5 Seberapa


kreatifkah (Nama) dalam
bermain ?

2. Afektif ● Memilih -Berapa lama waktu anak berada


● Mematuhi di sekolah ?
● Mengubah
● Menyukai -Berapa lama waktu yang
dikhususkan untuk bermain pada
anak?

-Apakah ada kondisi dimana


seorang anak enggan untuk ikut
bermain ?
-Jika iya, Biasanya hal tersebut
terjadi karena apa ?

-Alat permainan apa saja yang


Ibu guru berikan di sekolah yang
disukai oleh anak?

-Apa kegunaan mainan tersebut


untuk kemandirian Bermain Pada
anak?
-Dalam memberikan mainan
apakah Ibu / Bapak punya
pertimbangan khusus?

Jika iya, apa saja


pertimbangannya?

3. Psikomotor ● Membersihkan -Apakah (Nama) sering


● Membuat mengalami kesulitan/ enggan
● Mengemas dalam
● Mengatur mengemas/mengembalikan
● Mengambil mainan yang telah ia gunakan ?
● Mengangkat

-Bagaimana cara dalam


mengajarkan atau memberitahu
untuk membereskan mainan yang
telah (nama) gunakan?

- Apakah ada cara khusus yang


harus dilakukan pada (nama)
agar (nama) secara mandiri mau
untuk membereskan mainannya
sendiri?

-Apakah ada hambatan dalam


membentuk kemandirian bermain
(nama) dari segi psikomotornya?

- Jika ada, bisa tolong dijelaskan


apa saja faktor penghambat
tersebut?

- Sejauh ini, apakah ada


perbedaan atau keterlambatan
(nama) dalam perkembangan
kemandirian bermainnya
dibandingkan dengan temannya
yang lain (seperti (nama)
kesulitan dalam mengambil atau
memindahkan mainanya)?

3.2.2 Jenis Wawancara


Jenis wawancara yang kami lakukan pada penelitian ini yaitu jenis
wawancara semi-terstruktur karena cenderung menggunakan pertanyaan
terbuka, dan interviewer dapat menambah dan mengembangkan
pertanyaan sesuai dengan hasil temuan di lapangan berdasarkan hasil
observasi sehingga dapat memenuhi tujuan dari penelitian.

3.2.3 Langkah Wawancara


Langkah-langkah yang harus dilakukan sebelum wawancara yaitu :
-Menentukan tema atau topik wawancara
-Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada interviewer
-Menentukan Identitas interviewee
-Meminta kesediaan narasumber untuk melakukan wawancara
-Menyiapkan alat yang dibutuhkan baik berupa alat tulis, alat rekam, dll
-Melakukan Wawancara
-Melakukan pencatatan data
-Menyusun laporan hasil wawancara
3.2.4 Subjek Wawancara
Penelitian ini melibatkan Guru dari subjek Observasi sebagai
subjek wawancara, sebagai salah satu metode untuk penggalian informasi
lebih mendalam mengenai subjek observasi anak-anak dengan usia 4-6
tahun dan mendapatkan informasi detail yang tidak didapatkan ketika
dilakukan observasi.

3.2.5 Interviewer
Pada penelitian ini akan dilakukan Interview oleh 5 Interviewer, yaitu :

Nama NIM

Istighfarahriza Yunita Mariandi (202010230311474)

Peran Interviewer pada penelitian kali ini sebagai menggali


informasi mengenai perilaku anak dengan usia 4-6 tahun kepada Guru
berdasarkan indikator serta lembar kerja yang telah terlampir. Dan
Interviewer akan melakukan Interview secara langsung dengan turun ke
lapangan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian.

3.2.6 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

No. Waktu Tempat Pelaksanaan

1. Kamis, 6 Januari TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL IV SIDOARJO


2022
BAB IV
HASIL ASESMEN
4.1 Hasil Observasi
4.1.1 Gambaran Umum Subjek Observasi
a. Nama : AZC
b. Usia : 6 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-Laki
d. Sekolah : TK Aisyiyah Bustanul Athfal IV Sidoarjo
e, Deskripsi Umum : AZC merupakan anak laki-laki berusia 6 tahun,
berambut pendek cepak, kurus, dan memiliki kulit berwarna sawo matang.
AZC merupakan siswa TK B Aisyiyah Bustanul Athfal IV Sidoarjo. Ia
biasa menggunakan tas punggung berwarna abu-abu dengan ukuran yang
besar, dan bergambar spiderman. Pada tanggal 6 Januari 2022 AZC
menggunakan seragam dengan atasan batik berwarna kehijauan serta
celana hijau, Ia juga menggunakan masker berwarna biru langit. Dan pada
tanggal 7 Januari 2022 AZC menggunakan seragam olahraga dengan
atasan berwarna kuning dan celana panjang berwarna hijau, ia juga
menggunakan masker berwarna biru tua.

4.1.2 Hasil Observasi


a. Hari ke-1
Nama : AZC Waktu : 6-7 Januari 2022
Usia : 6 tahun Pengamat : Istighfarahriza
Yunita Mariandi
No Target Perilaku Data Yang Relevan Interpretasi
.
1. Anak dapat Subjek dapat mengikuti Subjek
mendeskripsikan instruksi observer untuk memiliki
permainan dan bermain mainan yang telah kemampuan
menjelaskan disediakan dan mampu kognitif sesuai
mengenai menjelaskan mengenai dengan
mainan. rangkaian lego yang ia buat usianya karena
bahwa ia membuat pesawat mampu
dengan satu pilot sebagai menjelaskan
pengemudinya, dan dan
menjelaskan mengenai mendeskripsik
bangunan balok yang ia susun an mainan
dan mengatakan bahwa ia yang ia buat
membuat mall dengan dengan jelas
gerbang untuk masuk dan dapat
pengunjungnya, lalu ia juga dipahami.
menjelaskan bahwa ia pada
awalnya ingin membuat
susunan balok tersebut
menjadi kebun binatang
namun hewan mainan yang
akan ia gunakan tidak ada.
Anak mampu Subjek kekurangan lego saat Subjek mampu
menanyakan / merangkai lego yang ia mengatakan
mengatakan jika gunakan untuk bermain, Ia ketika subjek
ia tidak mampu juga sempat mencari hewan- mengalami
melakukan hewan mainan yang ingin ia kesulitan dan
permainannya. gunakan namun Ia tidak mampu
menemukannya. Subjek mencari jalan
mengatakan hal tersebut keluar
kepada observer dan tidak sehingga
segan bertanya kepada subjek dapat
gurunya mengenai mainan tetap
tersebut dan berusaha untuk melanjutkan
mencari jalan keluar dengan mainan yang
mencari lego di tumpukan sedang subjek
keranjang yang lain. rangkai dan
susun. Subjek
memiliki
kemampuan
kognitif yang
baik sesuai
dengan
usianya.
3. Anak mampu Observer meminta Subjek Kemampuan
menghitung untuk menghitung banyaknya kognitif yang
jumlah mainan lego pada rangkaian lego dimiliki oleh
yang disediakan. yang ia gunakan untuk subjek sesuai
membuat pesawat, dan dengan
Observer sempat usianya, dan
memperhatikan Subjek subjek mampu
menghitung balok yang ia menghitung
masukkan ke dalam keranjang jumlah mainan
untuk ia gunakan bermain. yang ia
Subjek mampu menghitung gunakan, dan
mainan-mainan tersebut menyebutkan
dengan benar, namun jumlahnya
membutuhkan subjek dengan benar.
membutuhkan waktu yang
sedikit lebih lama ketika ia
menghitung lego yang ia
gunakan untuk membuat
pesawat.
4. Anak dapat Observer memerintahkan Subjek mampu
menghitung subjek untuk menghitung menghitung
jumlah benda jumlah lego yang tidak jumlah mainan
yang diberikan. digunakan, dan menghitung yang telah
kembali balok yang telah disiapkan oleh
subjek susun dengan observer. Dan
menunjuk balok tersebut dan mampu
menghitung mainan-mainan menghitung
tersebut sesuai dengan jumlah mainan
jumlahnya secara benar dan tersebut
tepat. dengan benar.
Sehingga
subjek
memiliki
kemampuan
kognitif yang
sangat baik.
5. Anak dapat Observer memberikan Subjek
mengurutkan instruksi kepada subjek untuk memiliki
mainan cth : mengurutkan mainan baik kemampuan
terkecil-terbesar / lego ataupun balok sesuai kognitif yang
sebaliknya. dengan ukuran mereka mulai baik, karena
dari yang terbesar dan mampu
terkecil. Subjek mampu mengurutkan
mengurutkan mainan-mainan mainan lego
tersebut sesuai dengan dan menunjuk
ukurannya dengan benar dan sesuai ukuran
tepat. balok sesuai
dengan
instruksi
berdasarkan
ukuran dari
yang terbesar
hingga terkecil
dengan benar.
6. Anak dapat Ketika diberi instruksi oleh Subjek mampu
menyusun Mainan observer untuk menyusun menyusun
mainan lego subjek mainan
memperlihatkan kemampuan menjadi
dalam merangkai mainan lego bentuk yang
hingga membentuk sebuah sesuai dengan
pesawat dengan struktur yang imajinasinya
mirip dengan pesawat, serta mengenai
subjek juga mampu menyusun pesawat dan
balok menjadi sebuah mall, subjek
bangunan yang membentuk mampu
persegi panjang dan cukup menyusun lego
besar menyerupai sebuah mall tersebut
sesuai dengan keinginannya. dengan
struktur yang
hampir sesuai
dengan
struktur asli
pesawat. Dan
mampu
menyusun
balok tersebut
hingga
membentuk
sebuah
bangunan.
Yang mana
kemampuan
kognitif subjek
sudah sesuai
dengan anak
seusianya.
7. Anak Ketika bermain bermain  Pada hari-1
mengelompokkan
balok, subjek tidak hanya perilaku
berdasarkan jenis- menggunakan mainan balok, subjek tidak
jenis mainan tapi subjek menggunakan muncul.
batu-batu kecil warna-warni  Subjek
dan pohon-pohonan. Lalu memiliki
ketika permainan usai subjek kemampuan
mengelompokkan kumpulan kognitif
balok, kumpulan batu-batu yang baik
keci untuk dikembalikan ke karena
tempat yang sesuai dengan mampu
mainan tersebut. mengelomp
okkan
maiann
sesuai jenis
mainan
yang telah
subjek
gunakan
dengan
sangat baik.

8. Anak dapat Subjek mampu menjawab Subjek mampu


memilih mainan pertanyaan dari observer menyampaikan
yang ia suka. mengenai mainan yang mainan apa
sedang ia sukai yaitu bermain yang ia sukai,
lego dan bermain balok. Dan dan subjek
Subjek sendiri yang memilih mampu
mainan-mainan yang ingin ia memilih
mainkan. mainan
berdasarkan
apa yang
subjek minati.
Kemampuan
afektif subjek
dapat terlihat
dari perilaku
ini, sehingga
subjek
memenuhi
aspek afektif
anak
sesusianya.
9. Anak berani Subjek berani mengajak Ketika subjek
mengajak orang temannya untuk ikut bermain berani untuk
lain bermain. mainan yang ingin ia mainkan menyampaikan
yakni lego, dan subjek juga keinginannya
mengajak temannya untuk maka subjek
mengambil keranjang ketika menunjukkan
ingin bermain balok sebelum bahwa ia
menyusun balok-balok memiliki
tersebut. kemampuan
kognitif dan
afektif yang
baik dimana
subjek mampu
menyampaikan
keinginannya
untuk bermain
bersama, dan
mengajak
temannya
untuk bermain
lego dan
menyusun
balok bersama
subjek.
10. Anak takut Subjek tidak takut dalam Subjek
mengajak orang mengajak orang lain untuk merupakan
lain untuk ikut ikut bermain dengannya. anak yang
bermain. pemberani
sehingga tidak
segan untuk
mengajak
orang lain
bermain
bersama
dengannya.
Yang mana hal
ini sesuai
dengan aspek
afektif
kemandirian
11. Anak mematuhi Subjek mampu mengikuti Subjek
apa yang perkataan observer dengan memiliki
diinstruksikan. baik, dan mematuhi apa yang kemampuan
observer perintahkan seperti kognitif dalam
menjelaskan mengenai memahami
mainan, menghitung jumlah instruksi , dan
mainan, membereskan mainan memiliki
setelah digunakan. Subjek kemauan untuk
mampu mematuhi instruksi melaksanakan
yangdi berikan oleh observer instruksi
dan juga oleh ibu gurunya. tersebut sesuai
dengan aspek
afektif
kemandirian
pada anak.
Dari perilaku
selama
bermain,
subjek
merupakan
anak yang
penurut dan
mau mematuhi
apa yang
diperintahkan
oleh
observer/guru.
12. Anak mengubah Ketika bermain lego subjek Subjek
bentuk mainan sempat beberapa kali mengubah
sesuai yang ia mengubah bentuk mainan, bentuk mainan
sukai. sebelum pada akhirnya ia lego beberapa
mampu menyusun pesawat, Ia kali karena
juga mengubah bentuk merasa kurang
susunan balok yang ia buat sesuai dengan
yang awalnya memberntuk apa yang ia
kebun binatang menjadi inginkan,
sebuah mall karena alasan hingga pada
bahwa orang tuanya sering akhirnya ia
mengajaknya ke mall. membuat
bentuk yang
sesuai dengan
keinginannya.
Pada perilaku
ini subjek
memenuhi
ketiga aspek
kemandirian
yakni kognitif,
afektif, dan
psikomotorik.
13. Anak tersenyum Subjek terkadang tertawa dan Subjek merasa
ketika bermain tersenyum ketika bermain senang dan
mainan yang ia mainan yang sedang ia menikmati
sukai mainkan dengan temannya ketika
seperti saat Subjek merangkai memainkan
lego dan menyusun balok- permainan
balok yang ia gunakan utuk lego yang
bermain. merupakan
mainan yang
subjek sukai,
subjek merasa
enjoy ketika
memainkan
mainan
tersebut.
Subjek juga
merasa excited
ketika bermain
mainan yang
subjek sukai.
Respon
tersenyum
yang dilakukan
oleh subjek
menjadi
indikator
bahwa subjek
merasa senang.
14. Anak bersedih Perilaku tidak muncul Subjek tidak
ketika bermain merasa sedih
mainan yang tidak ketika
ia sukai bermain,
karena ia
memilih
sendiri mainan
yang ingin ia
mainkan.
15. Anak marah Perilaku tidak muncul. Subjek tidak
ketika bermain merasa marah
mainan. ketika
bermain. Ia
merupakana
anak yang
sabar dan
memiliki
problem-
solving yang
baik sehingga
ia mampu
mengambil
jalan keluar
lain,
dibandingkan
marah ketika
sesuatu tidak
sesuai dengan
apa yang ia
harapkan,
subjek juga
mampu
mengontrol
emosi dengan
baik.
16. Anak mampu Subjek mampu mengikuti Subjek
membersihkan instruksi dari observer untuk memiliki
mainan yang telah membersihkan mainan- kemampuan
ia gunakan. mainan yang telah digunakan motorik yang
dan berserakan untuk baik karena
dimasukkan kembali ke dalam dapat
box/keranjang mainan yang membersihkan
telah disediakan, maupun mainan yang
dikembalikan ke dalam Rak telah ia
balok yang sudah disediakan gunakan, dan
lalu setelah itu diletakkan memiliki
kembali ke tempat semula tanggung
setelah subjek menyelesaikan jawab akan
permainan. mainan yang
telah ia
gunakan.
17. Anak membuat Subjek mampu menjawab Anak memiliki
bentuk tertentu pertanyaan observer kemampuan
menggunakan mengenai bentuk apa yang kognitif dan
Lego dan Balok dibuat oleh subjek psikomotor
menggunakan lego dan balok yang baik
yang sedang ia mainkan. karena mampu
Subjek menejelaskan membuat
mengenai bentuk pesawat bentuk
yang ia buat dan memiliki menggunakan
tembak pada pesawatnya, lego. Anak
subjek juga menjelaskan juga mampu
mengenai bentuk mall yang berimajinasi
telah ia buat menggunakan dengan baik,
balok-balok dan membentuk dan
sebuah bangunan. membentuk
susunan balok
yang ia
inginkan dan
membentuk
sebuah struktur
yang sesuai
dengan
aslinya, ia juga
memiliki
kemampuan
psikomotorik
yang baik
karena dapat
mengangkat
balok-balok
tersebut untuk
membuat
bentuk-bentuk
tertentu.
18. Anak mampu Ketika permainan telah Subjek
merapikan/menge selesai, Subjek membereskan memiliki
mas barang dan lego dan balok, dan mainan- kemampuan
mainan yang telah mainan yang telah ia gunakan psikomotorik
dipakai dan subjek letakkan ke dalam yang baik
kotak yang telah disediakan. karena mampu
Lalu subjek mengembalikan mengemas
kotak tersebut ke tempat mainan yang
dimana tumpukan box berisi telah ia pakai,
mainan diletakkan di pojok dan subjek
ruangan, serta memiliki rasa
mengembalikan balok ke rak tanggung
yang telah disediakan. jawab karena
telah
menggunakan
mainan.
19. Anak mampu Subjek sempat mengubah Subjek mampu
mengatur mainan bentuk pesawat beberapa kali, mengatur
yang ia mainkan karena ia ingin mengubah mainan agar
agar terlihat lebih warna lego yang ia dapat agar terlihat lebih
cantik. memiliki warna yang lebih cantik. Subjek
serasi. Dan Subjek juga memiliki
meletakkan batuan warna kemampuan
warni pada luar susunan balok afektif yang
yang ia susun untuk hiasan dimana ia
pada mall yang telah ia buat. berusaha
membuat
mainannya
terlihat lebih
bagus.
20. Anak mampu Observer mengamati Subjek dinilai
mengambil barang bahwasanya subjek mampu mandiri karena
tanpa bantuan mengambil mainan pada dapat
orang lain. tumpukan box yang terletak mengambil
di ujung ruangan, dan mampu barang tanpa
mengangkat balok-balok dari bantuan orang
rak dan ia menggunakan lain,dan
keranjang sebagai alat Subjek
bantunya dalam mengambil memiliki
balok-balok tersebeut kemampuan
sebelum kemudian ia susun psikomotor
menjadi susunan yang ia yang baik
inginkan. karena ia
mampu
mengambil
mainan.
21. Anak mampu Subjek mampu mengikuti Subjek
mengangkat dan instruksi dari observer untuk memiliki
memindahkan mengangkat mainan yang kemampuan
mainan. telah ia gunakan untuk psikomotor
dikembalikan ke pada yang baik,
tempatnya, Subjek juga karena mampu
mampu mengangkat mainan mengangkat
yang telah ia rangkai, dan dan
memindahkan balok-balok memindahkan
yang akan ia gunakan dari rak mainan yang
ke tempatnya untuk telah ia rangkai
menyusun balok dan dan ia susun.
mengembalikan ke psikomotorik
tempatnya. yang baik , ia
juga dapat
memindahkan
dan
mengangkat
balok-balok
yang lumayan
berat. Dan ia
menggunakan
keranjang
untuk
mengangkat
lebih dari satu
balok agar
lebih efektif
permainan.

4.1.3 Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan selama dua hari, Subjek
AZC merupakan anak laki-laki berusia enam tahun yang memiliki tingkat
kemandirian bermain yang tinggi, Subjek memenuhi semua subjek perilaku yang
mengindikasikan kemandirian bermain anak usia pra-sekolah. Subjek juga
merupakan anak yang memiliki kemampuan untuk beripikir baik dan kritis, AZC
memiliki kemampuan berimajinasi yang baik dan mampu menuangkannya ke
dalam permainan. AZC juga memiliki kemampuan memahami dan menyampaikan
dengan sangat baik. Ia juga tidak segan untuk mengajak orang lain disekitarnya
untuk berinteraksi. AZC juga tidak segan untuk menyampaikan keinginannya
kepada orang disekitar, dan mampu memahami instruksi dengan baik dan
memiliki rasa tanggung jawab akan barang-barang atau mainan yang telah ia
gunakan. Dari hasil observasi yang telah dilakukan AZC memenuhi tiga aspek
kemandirian yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik.
4.2 Hasil Wawancara
4.2.1 Deskripsi Hasil Wawancara
No. Aspek Data yang Relevan Interpretasi
1. Kognitif Berdasarkan hasil wawancara Anak memiliki
dengan subjek yang merupakan kemampuan
wali kelas dari AZC , AZC kognitif yang baik
memiliki kemampuan yang baik, sesuai dengan usia
serta pemahaman yang sesuai anak pra-sekolah.
dengan anak seusianya terlebih Dimana Anak
lagi ketika melakukan sebuah mampu untuk
permainan. Ia merupakan pribadi mengeksplorasi
yang cenderung pendiam sehingga apa yang ingin ia
perlu adanya interaksi dahulu agar ketahui, dan
dia mau menjelaskan apa yang memiliki
sedang ia mainkan, dan dia dapat kemandirian
menjelaskan apa yang sedang ia dalam hal berpikir.
mainkan dengan jelas. Dalam Anak ia telah
kesehariannya AZC dan anak menunjukkan
murid lainnya cenderung untuk perilaku
dibiarkan mengksplorasi mainan- kemandirian
mainan yang ada, dan tidak diberi dalam bermain,
batasan untuk melatih sejauh mana berhitung, dan
perkembangan kognitifnya. Jika menyampaikan
diibaratkan dari skala 1-5 sesuatu kepada
kekreatifan yang dimiliki oleh orang lain yang
AZC adalah 4. AZC juga mampu berhubungan
menghitung jumlah mainan yang dengan mainan
sedang ia mainkan sesuai dengan yang ia mainkan.
anak seusianya. Anak memiliki Anak memiliki
kelebihan dalam menghapalkan kelebihan dalam
surat-surat pendek, sehingga guru hal menghafal
dari AZC mengikutkan serta pada dibandingkan
lomba tahfidz dan menang dengan temannya hingga
predikat juara 1. dapat menjuari
komba tahfidz.
2. Afektif Keseharian anak di sekolah Anak memiliki
kebanyakan di habiskan untuk kemampuan
bermain, dimana anak afektif yang baik
menghabiskan waktu di sekolah dimana ia mampu
selama dua setengah jam mulai mengikuti
puku 07.00 WIB hingga 09.30 kegiatan
WIB. Waktu yang setiap harinya pembelajaran
anak gunakan untuk bermain dengan baik dan
4.2.3 Kesimpulan
Berdasarkan hasil wawancara di atas dengan guru , AZC merupakan anak
yang cenderung pendiam namun tetap aktif, dan memiliki kemampuan kognitif
yang baik dalam berpikir, berhitung, menyampaikan pemikirannya. AZC juga
merupakan anak yang memiliki kemampuan yang baik dalam hal menghapal
khususnya dalam tahfidz al-qur’an. AZC juga merupakaan anak yang memiliki
kemampuan afektif sesuai dengan anak seusianya, ia mampu mematuhi peraturan
yang ada disekolah, serta mengekspresikan dirinya. Ia juga memiliki kemampuan
psikomotorik yang sangat baik untuk anak seusianya karena ia mampu untuk
membersihkan, mengemas, dll. berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan
maka dapat disimpulkan bahwa AZC memenuhi target indikator perilaku
kemandirian bermain sesuai dengan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dan
tidak memiliki hambatan dalam perkembangannya, sehingga dapat dikatakan ia
mandiri dalam bermain.
BAB V
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil turun lapangan yang telah dilakukan selama dua kali,
AZC merupakan anak yang memiliki kemampuan kemandirian bermain yang
sangat baik, hal ini ditunjukka melalui perilaku yang muncul selama dilakukan
observasi selama dua hari ketika AZC melakukan permainan. Kegiatan turun
lapang dilakukan untuk mengetahui kemandirian bermain pada anak usia pra-
sekolah. Tipe-tipe permainan yang digunakan juga berfokus pada aspek bermain
menurut Sumaroka & Bornstein (Santrock,2011) yang mana anak bermain
permainan praktis seperti bermain lego dan balok, yang mana fungsinya agar anak
mampu mengembangkan keterampilan baru agar anak mampi menguasai fisik,
mental, dan mampu mengkoordinasi keterampilannya dalam bermain, anak juga
melakukan permainan sosial yang mana melibatkan interaksi sosial dengan teman
sebaya nya, serta memainkan permainan konstruktif dimana ketika ia bermain
lego dan balok ia bisa menyalurkan ide-ide yang ia pikirkan kedalam sebuah
konstruksi pada sebuah produk atau bahkan penyelesaian masalah seperti saat
AZC mampu membuat pesawat dengan lego, dan membuat mall menggunakan
balok.
Kemampuan kemandirian pada AZC ini memenuhi aspek sesuai dengan
Gea (dalam Ni'matuzahroh, & Prasetyaningrum, 2018) yakni aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik. Aspek kognitif sendiri merupakan pandangan yang
memiliki hubungan denagn kemampuan individu dalam problem solving dan
kemandirian berpikir. AZC sendiri selama bermain menunjukkan adanya perilaku
yang masuk ke dalam aspek kognitif, dan dipresentasikan dari berbagai perilaku
yaitu ketika anak berhasil merangkai lego, dan mampu menjelaskan dengan jelas
mengenai bentuk apa yang telah ia buat. Ia juga dapat menghitung, menyusun
serta mengurutkan mainan yang sedang ia mainkan. AZC mampu berpikir
mengenai jalan keluar ketika ia menghadapi masalah saat bermain lego. Pada saat
ia bermain balok ia juga mampu mengelompok mainan-mainan yang telah ia
gunakan.
Aspek afektif sendiri merupakan suatu perasaan yang dimiliki individu
dalam memenuhi sesuatu ketika bermain. Dimana perilaku yang meliputi aspek
positif yakni AZC mau memilih mainan yang ia sukai, Mematuhi apa yang
diperintahkan oleh guru dan observer, AZC juga mengubah mainan sesuai dengan
bentuk yang ia inginkan sesuai dengan imajinasi yang ia miliki. AZC merupakan
anak yang patuh sehingga ia dapat melakukan instruksi dengan baik. Ia juga
memiliki keberanian untuk menyampaikan perasaanya mengenai apa yang ia
mainkan. Berdasarkan perilaku dari AZC maka ia memenuhi target perilaku aspek
afektif yang sesuai dengan usianya.
Dan aspek psikomotorik merupakan perilaku atau tindakan dimana
individu melakukan untuk memenuhi sesuatu, jika digambarkan pada perilaku
AZC ia mampu untuk membersihkan dan mengemas mainan yang telah ia
gunakan, membuat bentuk mainan, mengatur mainan yang ia gunakan agar terlihat
lebih cantik, dan mamou mengangkat dan mengambil barang secara mandiri. Hal
ini menunjukkan bahwasanya AZC memiliki kemampuan motorik yang baik dan
sudah sesuai dengan anak seusiannya.
AZC sendiri merupakan anak usia 6 tahun pada masa prasekolah yang
memiliki kemandirian yang baik, menurut Nuranisa dkk (2018) kemandirian anak
ini dipengaruhi oleh dua faktor baik berupa faktor internal dan eksternal. Ia
merupakan anak yang mampu mengontrol emosi dengan baik dan memiliki
kemampuan intelektual yang dapat terlihat ketika ia mencari jalan keluar saat lego
yang ia inginkan tidak dapat ia gunakan. Adapun juga pembiasaan yang dilakukan
oleh guru di sekolah dan juga orang tua menjadifaktor eksternal untuk AZC dalam
membentuk kemandirian bermain.
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara maka dapat disimpulkan
bahwa subjek memiliki kemampuan kemandirian bermain yang baik dan sudah
sesuai dengan aspek-aspek kemandirian bermain yakni kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Subjek mampu memenuhi target perilaku kemandirian bermain,
Serta tidak adanya hambatan perkembangan pada subjek baik mengenai kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Perkembangan kemandirian pada subjek sudah sesuai
dengan anak berusia 6 tahun dan sedang berada pada masa pra-sekolah.

6.2 Evaluasi dan Saran


6.2.1 Evaluasi
Pada penelitian ini, masih banyak kekurangan yang dilakukan oleh peneliti
mengenai tahapan observasi dan wawancara, salah satunya ialah peneliti kurang
memiliki persiapan dalam hal pengambilan media sebagai bahan / pengambilan
data dan partisipan agar lebih optimal. Peletakan alat rekam yang kurang strategis
sehingga diketahui oleh partisipan. Sehingga partisipan sempat dengan sadar
mendatangi kamera tersebut dan menanyakan mengenai kegunaan kamera yang
diletakkan tersebut. Serta peletakan kamera yang terkadang masih sering
menutupi partisipan sehingga menghasilkan gambar yang kurang jelas.

6.2.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian observasi dan wawancara kemandirian
bermain anak dengan usia 4-6 tahun diharapkan dapat menambah wawasan bagi
pembaca selanjutnya. Adapun saran bagi penelitian selanjutnya yakni menyiapkan
peralatan perekaman agar hasil /data yang didapat lebih maksimal sehingga tidak
mempengaruhi peneliti dalam melakukan pencatatan mengenai aspek-aspek yang
dibutuhkan untuk diamati.
DAFTAR PUSTAKA
Danauwiyah, N. M., & Dimyati. (2021). Kemandirian Anak Usia
Dini di Masa Pandemi Covid19. Jurnal Obsesi: Jurnal Pendidikan Anak
Usia Dini, 6(2), 588-600. 10.31004/obsesi.v6i2.994
Das, S., Mandal, S. K. D., & Basu, A. (2021). Classification of
Action Verbs of Bloom’s Taxonomy Cognitive Domain: An Empirical
Study. Journal of Education, 1-13.
https://doi.org/10.1177/00220574211002199
Ester, & Giamulia, D. S. (2020). Metode Bermain Salah satu
Metode Pembelajaran Untuk Anak. Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan
Pendidikan Kristen), 3(1), 35-45.
https://jurnal.sttkn.ac.id/index.php/Veritas/article/view/103
Khadijah, & Armanila. (2017). Bermain dan permainan anak usia
dini. Perdana Mulya Sarana.
http://repository.uinsu.ac.id/8459/1/BERMAIN%20AUD.pdf
Nazariah, & Andrian, R. (2018). PENDEKATAN
KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN PADA
PROSES PEMBELAJARAN. Pedagogik: Jurnal Ilmiah Pendidikan dan
Pembelajaran, 5(2).
https://ejournal.unmuha.ac.id/index.php/pedagogik/article/download/
589/65
Ni'matuzahroh, & Prasetyaningrum, S. (2018). OBSERVASI:
TEORI DAN APLIKASI DALAM PSIKOLOGI. UMMPress.
Nugraha, R., & Mirawati. (2019). PERMAINAN HURUF DAN
KATA SEBAGAI UPAYA STIMULASI KEMAMPUAN MEMBACA
PERMULAAN PADA ANAK TAMAN KANAK-KANAK. Early
Childhood : Jurnal Pendidikan, 3 (2), 72-81.
Nuranisa, L., Triani, M., Hidayah, W. A., Aurelia, P. M., Sanusi,
D. A., Khoeriyah, N. N., Fatwa, E. F., & Khomaeny. (2018). PUZZLE
SEBAGAI MEDIA BERMAIN UNTUK MELATIH KEMANDIRIAN
ANAK USIA DINI. Jurnal Pendidikan : Early Childhood, 2(2a).
https://doi.org/10.35568/earlychildhood.v2i2a.286
Rochwidowati, N. S., & Widyana, R. (2016). PENINGKATAN
KEMANDIRIAN ANAK USIA PRASEKOLAH DENGAN
PEMBERIAN PENGUKUH POSITIF. 49-65. http://ejurnal.mercubuana-
yogya.ac.id/index.php/psikologi/article/view/348
Sa'diyah, R. (2017, April 1). PENTINGNYA MELATIH
KEMANDIRIAN ANAK. KORDINAT, XVI No.1, 31-46.
journal.uinjkt.ac.id/index.php/kordinat/article/view/6453/3949
Sari, D. R., & Rosyidah, A. Z. (2019). PERAN ORANG TUA
PADA KEMANDIRIAN ANAK USIA DINI. Jurnal Pendidikan : Early
Childhood, 3(1). https://doi.org/10.35568/earlychildhood.v3i1.441
Sugiyono. (2017). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, R&D.
Bandung, Indonesia: CV Alfabeta.
LAMPIRAN

a. Rancangan Hasil Observasi dan Wawancara


https://drive.google.com/file/d/194UFSt5dNDCq6NpHXO--N6l-kra99s6q/view?
usp=sharing

b. Hasil Rekaman
 https://drive.google.com/file/d/1yfgBD_j2k7LLmhwjbGkG2-

bjCoDgPpg5/view?usp=sharing

 https://drive.google.com/file/d/19Z0NCIDbn0p9t4-

SDdehxihpgqyrQoEm/view?usp=sharing

 https://drive.google.com/file/d/

1LC1meOCsYV1SThYzaseCNHWF_ZWzfiuI/view?usp=sharing
c. Lampiran Foto
c. Lembar

Informed

Consent

https://

d rive.google.com/

f ile/d/

1 KfxE_MT0ODIP

x IkjIVs40Dlcie8m

Y Re_/view?

usp=sharing
d. Verbatim

1. Guide Interview
Opening
Selamat pagi Ibu, perkenalakn nama saya Istighfarahriza Yunita Mariandi dari
jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Pada kesempatan kali ini saya bertugas untuk mewawancarai salah satu wali
guru dari subjek observasi saya sebelumnya yang bernama Azid sebagai subjek
wawancara yang dimana hasil wawancara ini dipergunakan untuk menempuh
tugas dari mata kuliah wawancara ini, sebelumnya apakah Ibu bersedia untuk
menjadi subjek dalam kegiatan wawancara ini? .Untuk estimasi waktunya
sendiri kurang lebih 10 sampai 20 menit dengan tema kemandirian bermain
pada anak usia 4-6 tahun dengan dua puluh satu pertanyaan. Dalam penulisan
dan pelaporan hasil wawancara ini dapat dipermudah dengan media perekam
yang dapatt menjadi sumber data yang relevan untuk di kaji, apakah Ibu
bersedia?. Baik terima kasih Ibu sebelumnya, wawancara ini dapat kita
langsungkan saja.
Body
Aspek Indikator Pertanyaan

Kognitif  Menjelaskan  Apakah (nama) bisa


 Menunjukkan menjelaskan /mendeskripsikan
 Menghitung setiap benda atau mainan yang
 Mengurutkan
ia mainkan atau hanya
 Menyusun
 Mengelompokkan benda /mainan tertentu saja
yang bisa ia deskripsikan ?
 Jika anak tersebut mampu
menjelaskan, apakah anak
tersebut dapat
mendeskripsikannya dengan
jelas? 
 Apakah dalam setiap
permainan (nama) aktif
menanyakan mengenai
permainan yang akan ia
mainkan ?
 Apakah (Nama) memiliki
kemampuan menghitung lebih
baik dibanding dengan teman-
temannya?
 Jika pada skala 1-5 Seberapa
kreatifkah (Nama) dalam
bermain ?

Afektif  Memilih  Berapa lama waktu anak


 Mematuhi berada di sekolah?
 Mengubah   Berapa lama waktu yang
 Menyukai
dikhususkan untuk bermain
pada anak? 
 Apakah ada kondisi dimana
seorang anak enggan untuk
ikut bermain ?
 Jika iya, Biasanya hal tersebut
terjadi karena apa ?
 Alat permainan apa saja yang
Ibu guru berikan di sekolah
yang disukai oleh anak? 
 Apa kegunaan mainan tersebut
untuk kemandirian Bermain
Pada anak?
 Dalam memberikan mainan
apakah Ibu / Bapak punya
pertimbangan khusus? 
 Jika iya, apa saja
pertimbangannya? 
Psikomotor  Membersihkan  Apakah (Nama) sering
 Membuat mengalami kesulitan/ enggan
 Mengemas dalam
 Mengatur
mengemas/mengembalikan
 Mengambil
 Mengangkat mainan yang telah ia gunakan ?
 Bagaimana cara dalam
mengajarkan atau memberitahu
untuk membereskan mainan
yang telah (nama) gunakan?
 Apakah ada cara khusus yang
harus dilakukan pada (nama)
agar (nama) secara mandiri
mau untuk membereskan
mainannya sendiri?
 Apakah ada hambatan dalam
membentuk kemandirian
bermain (nama) dari segi
psikomotornya?
 Jika ada, bisa tolong dijelaskan
apa saja faktor penghambat
tersebut?
 Sejauh ini, apakah ada
perbedaan  atau keterlambatan
(nama) dalam perkembangan
kemandirian bermainnya
dibandingkan dengan
temannya yang lain (seperti
(nama) kesulitan dalam
mengambil atau memindahkan
mainanya)?

Closing
Mungkin sekian ini saja pertanyaan yang dapat saya ajukan. Sebelumnya saya
berterima kasih banyak kepada Ibu yang sudah bersedia menjadi subjek
wawancara saya dan memberi banyak informasi terkait pertanyaan yang saja
ajukan. Data ini akan saya gunakan untuk kepentingan tugas wawancara ini. Lebih
dan kurang saya mohon maaf apabila ada kesalahan dalam kegiatan kali ini. Sekali
lagi terima kasih ya bu.
P : Tadi kan sudah melakukan main sama Azid sama Eza, kira-kira ee di kesehariannya itu
Azid sama Eza itu apakah selalu bisa mejelaskan benda-benda sama mainan yang dia
mainkan atau ngga ? 
S : Kebetulan Azid sama Eza bisa
P : Ohh bisa
S : Hmm 
P : Disuruh cerita tentang benda-bendanya ini apa itu bisa ? 
S : Bisa, semuanya mereka bisa. Kebetulan yang diambil yang mereka bisa. 
P : Biasanya jelas gitu atau agak kurang gitu bu kalau misalkan disuruh jelaskan ini apa ee
agak yang belum tau atau asal nyeplos aja atau gimana ? 
S : Mereka kosakatanya sudah ngerti mungkin mereka tinggal langsung jelaskan, kalo
kosakata yang baru itu masih bingung. Kan kita juga banyak mengenalkan. 
P : Kalau misalkan ada maianan baru gitu bu atau ga mainan yang mungkin belum tau itu,
ee dia suka nanya ga sih bu, ini mainannya gimana atau ga gitu ini harus gimana mainnya
itu dia aktif bertanya atau harus dijelaskan dulu ? 
S : Kalau disini itu jarang ada anak nanya itu jarang, mereka bereksplorasi sendiri. Ada ini,
ini bisa dipake untuk apa itu dia yang logika sendiri. Memang disini sistemnya seperti itu
dari pembelajarannya. Kayak in ikan anak-anak disuruh bangun, tapi bahannya disediakan
kan macem-macem, jadi dia mikir “oh ini bisa di pake untuk ini di pake untuk ini” jadi dia
tidak kalo pensil untuk menulis ngga hanya untuk nulis bisa dipake bangun. 
P : jadi lebih meningkat eksplornya anak-anak 
S : iya, bukan dari manfaatnya itu secara spesifik ya tapi dia bisa menggunakan itu untuk
hal-hal yang lain gitu, entah pensil itu di buat untuk bangun rumah atau apa 
P : terus kalau untuk kemampuan menghitung kayak menghitung gampanglah mainan ini
jumlahnya ada berapa itu pasti bisakan 
S : kalo dipastiin sudah pasti bisa, kalo spesifiknya saya kurang tau, tapi InshaAllah bisa
untuk Eza sama Azid 
P : Kalau Azid itu kira-kira kalau ee dari sisi kreatifnya kalau misalkan dia lagi main gitu
bu kalau skala 1-5 menurut ibu berapa ? 
S : Kalau dari kreatifnya ya, masih 4 
P : Kalau Eza ? 
S : Sama, kalau dia banyak ceritanya. Kalau Azid lebih banyak diemnya. Kalau sudah
waktunya baru dia 
P : berarti Azid sama Eza itu disiri dari TK eh dari Playgroup ? 
S : Kebetulan dari Playgroup dua-duanya. 
P : Biasanya kalau misalkan dalam satu hari itu, mainnya itu berapa lama Bu ? Kalau
misalkan membiarkan adek-adeknya eksplor
S : Kalau main sentra bisa 90 menit. Sudah masuk waktunya mai sentra itu 90 menit. Satu
jam setengah 
P : Biasanya ada ga waktu dimana Eza atau ga Azid itu gamau main gitu pernah gab u kira-
kira selama tiga tahun disini 
S : Belum pernah 
P : Kalau misalkan dikasih waktu 90 menit di sentra main, biasanya dia “duhh bu lagi
males gitu atau apa” 
S : anak-anak kalau sudah bangun sudah selesai 
P : Ohh, selalu ikut main ? 
S : Selalu, dia antusiasnya tinggi 
P : Biasanya kalo dari sentra-sentra yang paling disukai anak-anak itu sentra apa sih bu? 
S : Tadi kalau yang Eza itu tadikan cerita bahan-bahan alam tadi
P : itu di atas berarti ? 
S : Iya di atas 
P : kalau Azid bisanya dimana bu 
S : kalau Azid sempet ga ditanya anaknya 
P : Tapi biasanya ee yang paling anak-anak excited banget itu mainnya 
S : Semuanya 
P : Semuanya, masa – masa main 
S : Kan menarik bagi anak-anak. Kalau Eza tadi kan memang punya punya satu yang lebih
menarik tuh kan dari bahan alam tadi karena bahan-bahan alamnya ada batunya ada
pasirnya, macem-macem. 
P : Biasanya kalau mainan kaya gini tuh ada pertimbangan khusus ga bu ? misalkan
dibeliin lego tu biar anak-anak bisa apa 
S : kita kan pake steem, steem itu kan kita menyiapkan bahan, jadi bahan yang
sesungguhnya sama bahan yang tidak sesungguhnya. Nah itu tadi, kalau kita cari bahan
sesungguhnya dulu. Missal kita mau bikin apa atau kita siapkan bahan yang sesungguhnya
ditambah bahan yang kemungkinan tidak bisa di pake tapi dibalik itu kadang anak itu dia
bisa imajinasinya lebih banyak daripada kita kira, dia biasa bikin dengan bahan yang tidak
mungkin bisa. Mungkin pertimbangannya cuma di jumlah. Kalau muridnya 15, kita
menyiapkannya lebih dari 15.
P : Ohh heem , satu kelasnya sendiri rata-rata isinya berapa bu ?
S : Kalo untuk tahun ini 11,12 biasanya sampe 15 maksimal.
P : Itu satu, yang tadi satu kelas ?
S : Itu satu kelas hee, kan muter, biasanya 15.
P : eee ini, ee lama waktu di sekolah itu berapa lama bu ? mereka di sekolah berapa lama ?
S : Jam 7 sampai setengah 10.
P : ooh setengah sepuluh, berarti dua jam seteengah 
S : heeh, 2 jam setengah.
P : Satu jamnya untuk kayak tadi ngaji.
S : iya, tadi 20 menit untuk lagu, terus ngaji, berapa yaa, gak apal hehe ada di RPP nya,
terus 90 menit untuk main sentra, terus 15 nenit untuk penutupan.
P : Penutupannya nanti balik lagi kesini begitu bu ?
S : endaak, di kelas masing-masing. 
P : mm di kelas masing-masing 
S : ya beres-beres dan recalling nya, 15 menit, pokoe 20 menitan lagu, 20 menitan ngaji.
P : Biasanya kalo Eza sama Azid main itu, kan biasanya mereka beresin sendiri ataau
perlu..?
S : Beresin sendiri
P : ohh beresin sendiri, tapi mereka pernah gak bu ngebiarin mainannya aja ?
S : Ya pernah, Cuma kan “Ayoo diberesin” gitu ya diberesin.
P : Oh tapi kalo misalkaan.. 
S : Mungkin kalo lagi gopoh sama temennyaaa gitu di taruh biasanyakan
P : Ohhhh tergantung kondisi ya , tapi biasanya kan kalo ibunya suruh mereka mau beresin 
S : Karena dia juga terbiasa 
P : ohhh hoo iya tadi diaa... 
S : pulang begitu sudah bersihh 
P : ohhh iyaa bersiin sendiri tadi..
S : Meskipun balok buuuanyak yang dipake ya diberesin
P : o yaudaa diberesin lagi.. 
S : iyaa 
P : hooh hoooh
S : Pembiasaan dari awal 
P : Apalagi disininya dari PG 
S : Iya jadi sudah terbiasa
P : Ada cara khusus gak bu, misalkan nyuruh adek-adeknya gitu ee.. untuk beresin barang,
ngasih intruksi begitu , ada cara khusus ga? Atau ... 
S : ini... misalkan dia gamau beres beres kasih konsekuennya , kalo gamau ya.. pasti besok
gak main gituu 
P : ohh , konsekuensi ya berarti ya
S : sudah sih begitu ajaa. Tapi ya alhamdulillah se, gapernah sampe gak beresin 
P : heeh... 
S : palingan yang anak PG itu yang masiiih..
P : ohh ya masiih 
S : kan usianya masih kecil 
P : heem 
S : Sebenernya  dateng, mainan, waktunya masuk ya diberesin. Waktu anak-anak pulang
begitu pasti bersih
P : Di atas itu, sentra alam sama.. ?
S : Banyak, ada 4 Sentra Alam, Persiapan, IMTAQ, Bermain peran , Tapi bermain peran
hari ini kosooong
P : ohh kosooong, untung kita gadapet bermain peran 
S : Besook .., Main perannya pura-pura apasee… pengelolaan pepayaa
P : oooo
S : Bikin Eskrim , Smoothed gituu 
P : ooh , jadi bahannya itu ?
S : endak, pura-pura
P : ohh diaduk, pake cangkir gituu??
S : eee iyaa , jadi eksplorasi , ada bahan kaya gini dipake apa yaa 
P : ohhh…. ,heeh hee ohh berarti dibagi yah buuuk, kaya siapa yang mau jadi penjualnyaaa
P : Oh jadi dalam satu tema itu dibagi lagi jadi ada yang ngolahnya, ada yang jualnyaa..
S : Jadikan ada 5 sentra, dan dibawah ini kebetulan ada budidaya pepaya, yang dimain
peran itu olahan , terus yang di bahan alam itu apa yooo, manfaat kayae, Kalo di
perlengkapan sama ini kaya bagian-bagian, jenis-jenis, kaya persiapan dan IMTAQ 
P : ehmmm heeh heeh 
S : Jadi mainnya di sesuaikan. 
P : ehhh apa ini .., Kira-kira ada perbedaan ga bu ketikaa dalam membentuk kemandirian
bermain ini? kemandirian bermain mereka itu, mereka ini Azid sama di Eza Khususnya ?
S : Gaada sih, sesuai dari  usianyaa itu sih. Sama pembiasaan sih. Jadi pembiasaan tuh
misalnya “ Bu, saya lagi ngetreng anak ini,supaya pembiasaan kemandirian beres-beres”
semua bu guru harus taat, harus  sama, jadi kita gabisa disini dikencengi, disana itu engga.
jadi harus.. 
P : harus…
S : Harus kompak gitu…
P : Berarti semua guru memperhatikan satu persatu ya bu jadinya.. 
S : Iya.. semua guru kan kenal sama semua anak, karenakan kita muter, jadi ga TK Beee
semua sama guru itu kenaaal. Anaknya kenal semua guru, gurunya kenal semua anaak 
P : Perlakuannya juga sama bu ?
S : Sama, Anak berkebutuhan khusus juga sama.. karena kitakan hanya menerimanya
sebagai sosialisasi dengan teman sebaya, kitakan gaada guru khusus, jadi harus dengan
embel-embel temoat dia terapi, kalo dia ga terapi kita gak berani, kan ada satu.. 
P : Ehmm heem heem , Gibran tadi yah bu.. Tapi kayanya dia suka main legoo 
S : Gibran itu, hmm iya beneeer, mainnya lego yang warna biru ?
P : ohh biruu, ahh iya tadi dia main lego di depan hehehe pagi-pagi 
S : Iyaa, belom bisa perbaiki juga.. 
P : Tapi kalo misalkan yang  Gibran itu , mainnya tetep main bu ? maksudnya yang kek
sama temennya itu. 
S : Iyaa , diajak main yah main. main… cuman yah mood nya dia kan beda sama yang lain,
dikasih taunya jugaa bedaa. 
P : Lebih aktif gituu
S: Dan itu Gibran biasanya, “Bu Gibran Jangan dikendorin” kalo lagi bareng-bareng,
karena kalo sampe nangis pun harus tetep, karena itu pesen dari terapinya. Karena kita tetep
konsultasi ama terapinya
P : Ohh iya bener 
P : Udah ini terakhir, Sebentar mencerna duluu hehe 
S : hehehe kenapa ? bingung pertanyaannya ta ?
P : heheh iya bu mencerna dulu pertanyaan yang ini  hehe 
S : Pertanyaan dari sana ta itu ?
P : Kita yang merancang pertanyaannya buuu
S : Tapi bingung-bingung dewe hahah
P : Iya, setelah dirancang duluu baru di apa dii…. diajuin sama dosennya setelah udah acc
baru kita bisaa turun lapangaan gituu 
P: kan rancangan sama di situasi dan kondisinya beda yah buu..
P : Azid sama Eza itu kalo  misalkan dibandingkan samaa temen-temennya termasuk yang 
gimana sih bu anaknya ?
S : Sama sih disini sebenernya, kalo Azid ituu, dia punya ini..apa  diadisini itu kita strength
di hapalannya, dia sering ikut lomba di Tahfidznya
P : mmm Masyaallah 
S : Kalo Eza ituu, ya itu tadi kan. sebenernya dia juga ikut,cuman kalo diajak, pernah kita
ikutkan lomba itu ngguyaa ngguyuuu gituu loo hehhehe 
P : ohh iyaa hehehe anaknya gituu 
S : iyaa celelekaan orangnyaa
P : ohh iya bener-bener, kaya yang cheerful bangeet.. tadi sholaat kakinya goyaaang-
goyaang 
S : Habis ikut lomba fashion juara 1 ituuu , Ezaaa
P : ohh , Juara satu buu ? Lomba apa buu ? 
S : Fashion.. 
P : Fashion show ?? 
S : iyaaa
P : ohh pantesaa, iya sih buuuu, cocok. Ekspresif. Tadi pas pertama pagi kita liaat ganteng
bangeet loo
S : iyaa, dia mirip sama mamanyaa, itu bundanyaa temenku sekolaaha duluu
S: Waktu ketemu pertamaa , loooh kamu lek sinii ta ? yowes aku tak nitip anakku
P : Gaya apa ? Masa gaya ninja, Ekspresif yah anaknya Eza ituu 
S : Iya nggguanteng
P : Sukak ngobrol gituu … 
S : ngecemess
P  : hehehehe , terus tadi dia bilaang “capek aku ngomong terus”.
S : yang tadi hehe “ aku capek loo ngomong teros, tadi ada divideonyaa , diyang terakhir
nanti tak kirimin
P : Kalo si Azid itu dia tipe yang lebih diem gitu ya ?
S : iya kalo Azid itu tipe yang gak banyak omong , tapi kalo ada yang tanya yah dijawab

Anda mungkin juga menyukai