Disusun Oleh:
Jasmine Naura Kamila 201907000179
Shirleen Saputra 202007000053
Blanca Natalie 202007000085
Juanita Bintang Natalina 202007000106
Anindha Widyanti 202007000171
DAFTAR ISI 1
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
I.1. Latar Belakang 3
I.2. Tujuan Pelatihan 7
I.2.1. Tujuan Umum 7
I.2.2. Tujuan Khusus 7
I.2.2.1 Aspek Kognitif 7
I.2.2.2 Aspek Afektif 8
I.2.2.3 Aspek Psikomotor 8
I.3. Manfaat Pelatihan 8
I.4. Target Peserta Pelatihan 8
BAB II 9
LANDASAN TEORI 9
II.3. Mindfulness dan Stres 10
II.4. Metode dan Manfaat 12
II.4.1 Body Scan 12
II.4.2. Grounding 13
II.4.3 Sitting Meditation 14
BAB III 15
METODE PELATIHAN 15
III.1 Deskripsi Kegiatan 15
III.2 Target Pelatihan 15
III.3 Pembawa Materi 15
III.4 Tempat dan Jadwal Pelaksanaan Kegiatan 16
III.5 Kegiatan Pelatihan 18
BAB IV
EVALUASI 46
IV.1. Rancangan Evaluasi level Reaksi 46
IV.2. Rancangan Evaluasi level Belajar 47
IV.3. Rancangan Evaluasi level Perilaku 52
IV.4. Rancangan Evaluasi Proses 55
BAB V
REFLEKSI INDIVIDU DAN KELOMPOK 57
V.1. Refleksi Individu 57
Jasmine Naura Kamila 201907000179 57
Shirleen Saputra 202007000053 58
Blanca Natalie 202007000085 59
1
Juanita Bintang Natalina 202007000106 60
Anindha Widyanti 202007000171 61
V.2. Refleksi Kelompok 62
DAFTAR PUSTAKA 65
LAMPIRAN 70
2
BAB I
PENDAHULUAN
Virus Corona (Covid-19) pertama ditetapkan sebagai pandemi oleh World Health
Organization (WHO) pada 11 Maret 2020 (Cucinotta & Vanelli, 2020). Berdasarkan surat
edaran dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) nomor 36962/MPK.A/
HK/2020, seluruh kegiatan belajar mengajar termasuk perkuliahan harus dilakukan dari jarak
jauh (Kemendikbud, 2020). Hal tersebut dilakukan oleh Kemendikbud untuk mencegah
penyebaran Covid-19 di lingkungan perguruan tinggi.
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menyebabkan beban perkuliahan yang diterima
mahasiswa bertambah (Jannah, 2021). Selain perlu memahami materi kuliah dan dituntut
untuk lebih aktif dalam belajar, mahasiswa juga perlu berhadapan dengan hambatan
perkuliahan lain. Secara umum, hambatan yang ditemui mahasiswa dalam perkuliahan
berpusat pada segi akademik seperti materi kuliah yang sulit dipahami, lingkungan eksternal
mahasiswa seperti keluarga, intrapersonal seperti relasi pertemanan, dan interpersonal yaitu
relasi dengan diri mahasiswa sendiri (Musabiq & Karimah 2018).
Untuk mengetahui permasalahan yang dialami Mahasiswa Fakultas Psikologi Atma
Jaya angkatan 2021, kelompok telah mengadakan Training Need Analysis (TNA), yaitu
proses mengidentifikasi dan mengurangi kesenjangan antara pengetahuan, keterampilan, dan
performa aktual dengan pengetahuan, keterampilan, dan performa yang diinginkan lewat
menganalisis, mengumpulkan data, dan wawancara (Lawson, 2015). Pertama, kami
menggunakan metode survei, yakni menyebarkan kuesioner daring melalui Google Form
yang berisi pertanyaan terbuka untuk melihat masalah/hambatan yang dialami dan upaya
mengatasi, pengalaman, dan perasaan mereka dalam perkuliahan.
3
Kami memperoleh 48 partisipan yang sebagian berasal dari mahasiswa FP UAJ
angkatan 2021. Dari 48 responden tersebut, diperoleh masalah-masalah sebagai berikut: 31
orang (64.5%) mengalami hambatan segi akademik yaitu sulit memahami materi, nilai
kurang baik, dosen menjelaskan materi terlalu cepat, tugas menumpuk, 23 orang (48%)
mengalami stres, 19 orang (39%) mengalami masalah dengan teman di kelompok, 12 orang
(25%) mengalami kesulitan membagi waktu, dan 3 orang (6%) mengalami hambatan teknis.
Selanjutnya, kami melakukan TNA lanjutan dengan metode wawancara sebanyak dua
kali agar lebih mendapatkan gambaran yang rinci dari setiap partisipan yang bersedia. Dalam
TNA lanjutan pertama, kami tidak menggali lebih dalam tentang hambatan akademik karena
permasalahan seperti kesulitan memahami materi, dosen mengajar terlalu cepat dan
sebagainya tidak dapat diselesaikan melalui pelatihan. Sebaliknya, kami memutuskan untuk
menggali lebih dalam tentang hambatan yaitu stres, yang merupakan hambatan kedua
terbanyak berdasarkan hasil survei. Adapun kami menggali lebih dalam tentang dampak dan
bagaimana upaya mereka menyikapi hambatan tersebut dengan mewawancarai kembali 20
dari 48 partisipan survei satu per satu.
Menurut Lazarus (1966) sendiri, stres adalah hubungan antara individu dengan
lingkungan yang dinilai oleh individu membebani atau melebihi sumber daya yang dimiliki
dan dapat membahayakan kesejahteraannya. Individu akan berusaha mengatasi stres yang
dialami dengan melakukan emotional-focused coping dan problem-focused coping (Lazarus,
1966). Oleh karena itu, pada wawancara TNA pertama, kami menggunakan pertanyaan yang
dibentuk dengan melihat domain dari coping stres, yakni upaya mengatasi hambatan yang
sifatnya emosional dan di luar emosional.
Dari hasil survei dan wawancara, sebagian partisipan merasa bahwa mereka
merasakan perubahan yang signifikan antara kesulitan dan kompleksitas materi perkuliahan
di semester 2 ini dengan pengalaman perkuliahan di semester sebelumnya. Kesulitan dalam
segi akademik membuat beberapa partisipan wawancara merasa stres dan mengganggu jam
tidur, makan dan lainnya karena overthinking. Berdasarkan hasil wawancara pertama,
partisipan memiliki hambatan yang tidak hanya berasal dari segi akademik, mereka juga
perlu membagi waktu dengan kegiatan kepanitiaan di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM)
karena perlu melengkapi kewajiban pemenuhan syarat Satuan Kredit Partisipasi (SKP) agar
dapat mengambil skripsi. Selain itu, sebagian mahasiswa memiliki aktivitas lain di luar
kegiatan perkuliahan, seperti bekerja sampingan, magang, atau menjadi relawan. Banyaknya
tanggung jawab menjadi salah satu penyebab mahasiswa merasa stres. Hal ini sejalan dengan
Ross et al. (1999) yang menyatakan bahwa stres dapat terjadi karena adanya tanggung jawab
4
yang meningkat. Saat ini, sebagian besar mahasiswa 2021 (58.3%) partisipan survei sendiri
aktif mengikuti UKM dan kegiatan kepanitiaan.
Selain itu, dalam dinamika perkuliahan, banyaknya tugas yang dilakukan secara
berkelompok memberikan tantangan baru bagi mahasiswa. Sebagian besar partisipan
wawancara menceritakan ada anggota kelompok yang pasif, kurang komunikatif dan tidak
memiliki inisiatif membuat sebagian mahasiswa merasa terbebani, stres, lelah, kesal, dan
perasaan negatif lain.
Pembelajaran daring juga menyebabkan sulit fokus, suntuk, khawatir, dan beban baru
dari lingkungan keluarga. Partisipan wawancara menceritakan bahwa mereka merasa kesal
dan stres karena terganggu dengan adanya beban ganda karena orang rumah yang meminta
membantu pekerjaan rumah ketika sedang kelas. Akibat stres yang dirasakan, mahasiswa
lebih mudah merasa lelah dan demotivasi, sehingga seringkali menunda pekerjaan yang
mengakibatkan pekerjaan menumpuk. Selain itu, banyak juga yang menyalahkan dirinya
sendiri dan menjadi lebih emosional.
Untuk mengurangi dampak negatif dari stres yang dirasakan, individu dapat
melakukan coping. Jenis coping stress pertama yang dapat dilakukan menurut Lazarus dan
Folkman (1984), adalah emotion focused coping (EFC). EFC umumnya digunakan ketika
stressor dipersepsikan ada di luar kontrol individu (Lazarus & Folkman, 1984). Misalnya,
stressor mahasiswa berdasarkan hasil wawancara adalah jumlah tugas dari dosen yang
menumpuk dan teman kelompok yang tidak kooperatif.
Menurut Green, Choi, & Kane (2010) dalam Gibbons (2015), terdapat dua jenis EFC,
yaitu active dan avoidant coping. Active emotional coping dapat berupa positive reframing,
penggunaan dukungan emosional dan instrumental, humor, dan penerimaan diri (Carver,
1997, dalam Gibbons, 2015). Berdasarkan hasil survei, cara active emotional coping yang
digunakan adalah melihat kata-kata motivasi dan hal positif, dan bercerita ke teman. Namun,
penggunaan jenis coping ini berdasarkan hasil survei tidak sebanyak jenis coping lain, seperti
distraction.
Sebaliknya, avoidance-based coping mencakup semua upaya yang dilakukan untuk
mengarahkan perhatian jauh dari tekanan emosional. Strategi dari coping ini yang biasa
dilakukan adalah denial, mendistraksi diri, perilaku disengagement, melampiaskan,
menyalahkan diri sendiri, dan penggunaan zat-zat terlarang (Gibbons et al., 2009 dalam
Gibbons, 2015). Coping yang mayoritas (62.5%) digunakan oleh partisipan survei adalah
mendistraksi diri, misalnya dengan mendengar lagu ketika merasa kesal, tidur jika mood
buruk, mendengarkan lagu untuk mengalihkan pikiran, membersihkan rumah dan lainnya.
5
Sementara itu, Problem Focused Coping (PFC) mencakup semua upaya aktif yang
dilakukan untuk mengelola situasi stres sehingga secara langsung mengurangi stres. Cara
coping ini bertujuan untuk mengurangi atau menyingkirkan penyebab stres dengan strategi
kemampuan untuk mengelola sumber stres, mencari informasi atau bantuan dalam mengatasi
situasi yang ada, dan melepaskan diri dari situasi yang menimbulkan stres (Carroll, 2013).
Misalnya, PFC yang dilakukan partisipan untuk menghadapi stressor jumlah tugas yang
menumpuk adalah menulis jadwal di Google Calendar dan memasang alarm.
Pada wawancara TNA lanjutan kedua, kami berusaha menggali lebih dalam strategi
coping mahasiswa dengan mewawancarai tujuh partisipan survei, hingga memperoleh
gambaran mendetail tentang cara partisipan mengelola emosinya dalam situasi yang dipenuhi
dengan tekanan dan apa efek yang dirasakan setelahnya.
Secara umum, partisipan yang menggunakan cara mendistraksi diri hanya merasakan
ketenangan sesaat karena tidak perlu memikirkan stressor yang ada. Namun, ketika harus
kembali menghadapi stressor tersebut, mereka tetap merasa lelah dan tidak bersemangat.
Mereka seringkali merasa sulit fokus karena masih terbayang-bayang dengan stressor.
Adapun partisipan lain yang merasa sulit untuk menghentikan pikiran negatif yang ada, dan
berakhir dengan menyalahkan diri di tengah malam sehingga kekurangan tidur. Beberapa dari
mereka menyatakan bahwa coping yang dilakukan memang membuat mereka merasa lebih
baik untuk beberapa saat, tapi karena stressor datang terus menerus dan semakin meningkat
seiring bertambahnya semester, mereka tetap merasa lelah dan tertekan sehingga sering
merasa demotivasi. Sebagian dari partisipan juga ada yang merasa bosan dengan cara coping
yang digunakan, dan ingin menerapkan cara coping yang lain.
Dapat disimpulkan bahwa mayoritas mahasiswa/i Fakultas Psikologi angkatan 2021
menggunakan coping mendistraksi diri. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gibbons et al.
(2009, dalam Gibbons, 2015), metode coping mendistraksi diri ini menunjukkan keadaan
psikologis yang lebih buruk karena membuat individu menumpuk emosi dan pikiran negatif
dari stres yang dirasakan. Coping ini merupakan cara mengatasi stres yang juga tidak efektif
untuk jangka panjang (Gibbons, 2010 dalam Gibbons, 2015).
Daripada menghindari emosi dan pikiran negatif, individu dapat menggunakan
mindfulness yang dapat meningkatkan kesadaran terhadap emosi dan pikiran tanpa berlarut di
dalamnya sehingga dapat menurunkan kecemasan (Afandi, 2007; Toneatto et al., 2007;
Romadhoni & Widiatie, 2020). Mindfulness juga dapat meningkatkan proses afektif, regulasi
emosi, dan menurunkan stres (Nielsen & Kaszniak, 2006). Mindfulness sendiri merupakan
6
kemampuan individu pada menyadari dan menerima kondisi fisik, perasaan dan pikirannya,
serta keadaan saat ini.
Pelatihan mindfulness ini menjadi penting dan diperlukan mengingat mayoritas
partisipan (62.5%) menggunakan metode mendistraksi diri, dan diketahui bahwa metode ini
tidak efektif untuk jangka panjang dan menyebabkan kondisi psikologis yang buruk
(Gibbons, 2010 dalam Gibbons, 2015). Padahal beban perkuliahan tentunya akan bertambah
seiring peningkatan semester. Apabila cara individu merespon beban (stressor) tersebut
kurang baik, maka akan meningkatkan dampak negatif yang diterima mahasiswa di semester
selanjutnya. Maka dari itu, kami memutuskan untuk mengadakan pelatihan dengan tema
manajemen stres berbasis mindfulness karena caranya yang dapat digunakan kapan saja dan
dimanapun. Kami mengadakan pelatihan ini dengan harapan kemampuan individu untuk
mampu mengontrol keadaan emosinya dan stres yang dialami dapat meningkat apabila
diiringi peningkatan kualitas kesadaran diri (mindfulness), agar lebih siap dalam menghadapi
stressor di semester selanjutnya.
7
I.2.2.2 Aspek Afektif
a. Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta pelatihan diharapkan mampu
memilih untuk mendemonstrasikan konsep sadar diri di masa kini
(aware and being in a present moment) dan penerimaan diri terhadap
kondisi emosi dan pikiran (acceptance) sesuai dengan konsep
mindfulness dari Germer et al. (2005) dalam mengelola stres di
rutinitas perkuliahan.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
9
Mcleod (2017) memaparkan penjelasan setiap aspek dalam daur belajar Kolb sebagai
berikut. Concrete Experience (CE) adalah suatu pengalaman konkret yang dialami oleh
individu. Pengalamannya bisa berupa suatu pengalaman yang baru atau suatu reinterpretasi
dari pengalaman masa lalu. Reflective Observation (RO) mengacu pada observasi reflektif
yang dilakukan oleh individu saat mengalami suatu pengalaman. Pada tahap ini, individu
mencoba untuk mengaitkan pengalaman yang baru dengan ilmu pengetahuan yang sudah
diketahui olehnya.
Abstract Conceptualization (AC) menandakan individu sudah belajar dari
pengalamannya. Refleksi yang dilakukan menjadi suatu ide baru, atau memodifikasi sesuatu
yang sudah dipelajari sebelumnya. Active Experimentation (AE) adalah tahap individu
mempraktekkan refleksi yang sudah didapati. Individu akan mengaplikasikan ilmu barunya
ke dunia dan melihat apa yang terjadi (konsekuensi dari aksinya).
10
kunci elemen dari mindfulness dapat meningkatkan resiliensi terhadap stres yang dialami dan
mengembangkan kemampuan untuk memiliki koping yang efektif (Donald et al., 2016).
Mindfulness sendiri adalah kemampuan dasar manusia untuk hadir sepenuhnya, sadar
akan dimana ia berada dan apa yang ia lakukan, dan tidak terlalu reaktif atau kewalahan
dengan apa yang terjadi di sekitarnya. Menurut Germer (2009), semua latihan mindfulness
memiliki tiga elemen yang saling berkaitan sebagai kunci: (1) awareness, (2) being in the
present moment, dan (3) acceptance.
Mindfulness secara alami melibatkan awareness, yang merupakan bagian dari
mindfulness. Awareness merupakan kesadaran akan kondisi diri sendiri yang meliputi sensasi
fisik, emosi, dan perasaan diri sendiri. Awareness memungkinkan kita untuk melewati proses
berpikir tanpa penilaian tertentu. Awareness merupakan proses yang mengajarkan kita untuk
mengklasifikasikan pikiran mana yang merupakan emosi, dan pikiran mana yang hanya
berupa monolog diri dari stimulus yang berlebihan. Dengan kata lain, awareness seperti
semacam filter, yang apabila cukup kuat, dapat memungkinkan seorang individu dengan
mudah membedakan pikiran mana yang relevan untuk ditindaklanjuti, dan pikiran mana yang
intrusif yang sebenarnya mengganggu kehidupan sehari-hari (Mike, 2022).
Dasar dibalik konsep awareness ini adalah karena orang mudah untuk terjebak dalam
pikiran mereka, dan hal itu menyebabkan mereka tertekan secara emosional dan mental.
Mempelajari awareness dapat mengajarkan individu akan tingkat detachment yang
memungkinkan mereka untuk menyaksikan emosi mereka sendiri tanpa terhanyut dalamnya.
Dengan kata lain, Sense of awareness yang kuat dapat mencegah diri dari overthinking
terhadap hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan berlarut-larut (Mike, 2022).
Elemen yang kedua, yaitu berada di masa sekarang, atau “here and now,” berarti kita
sadar dan mindful dengan apa yang terjadi saat ini, tidak terdistraksi oleh pikiran-pikiran
masa lalu atau kekhawatiran akan masa depan (Thum, 2008). Istilah ini diberi label “being in
the present moment”. Beberapa bentuk sederhana dari “being in the present moment” adalah
fokus dengan satu kegiatan, memperhatikan lingkungan sekitar, dan tidak membuka media
sosial (Cuncic, 2021).
Elemen mindfulness yang ketiga, yaitu acceptance, didefinisikan Germer (2009)
sebagai kemampuan individu untuk mampu memiliki suatu pandangan positif mengenai siapa
dirinya yang sebenarnya, hal ini tidak dapat muncul dengan sendirinya melainkan harus
dikembangkan oleh individu. Sedangkan menurut Hurlock (1979) acceptance merupakan
sejauh mana individu mampu menyadari karakteristik kepribadian yang dimilikinya dan
bersedia untuk hidup dengan karakteristik tersebut.
11
II.4. Metode dan Manfaat
II.4.1 Body Scan
Hasil penelitian Yadav (2017) menunjukkan bahwa brief mindfulness dengan
praktek body scan efektif untuk menurunkan stres pada pasien ketergantungan
alkohol. Ussher, dkk. (2012) menggunakan brief mindfulness dengan praktek body
scan terbukti dapat menurunkan stres pada pasien dengan nyeri kronis. Praktek body
scan dipilih dikarenakan body scan merupakan komponen kunci dari mindfulness,
yang mengajarkan fokus pada momen saat ini dengan mengobservasi nafas, sensasi
tubuh, dengan menerima apa pun yang disadari tanpa menghakiminya (Kabat-Zinn,
2005). Stahl dan Goldstein (2010) juga menyebutkan bahwa hubungan yang kuat dan
signifikan antara mindfulness dan pengurangan stres ini berpusat di dalam hubungan
pikiran dan tubuh. Berdasarkan hasil penelitian dari Call, dkk. (2013) didapatkan hasil
bahwa body scan lebih signifikan menurunkan stres.
Dalam praktek body scan ini peserta diminta untuk memerhatikan perasaan
yang sedang dialami dan tempat dimana peserta menahan stresnya. Jika terasa sesak,
sakit, atau tekanan yang sedang dirasakan, peserta diminta untuk terus melanjutkan
pernapasan melalui apapun yang sedang dirasakan. Hal ini dapat membantu untuk
melepaskan ketegangan dalam tubuh, dan lebih sadar akan di masa depan sehingga
peserta juga dapat melepaskan apa yang sedang dirasakan. Praktek body scan ini
dapat dilakukan setiap kali peserta sedang merasa stres, atau dapat juga dilakukan
secara rutin.
Pengaplikasian praktek body scan ini dapat diawali dengan peserta mencari
posisi yang nyaman untuk membantu badan lebih rileks dan lebih mudah untuk
melakukan body scan. Selanjutnya, peserta dapat mengambil nafas yang dalam, dan
memperlambat pernapasan sampai masuk ke dalam ritme yang stabil. Dalam proses
ini peserta dapat membawa kesadaran ke kaki lalu dilanjut dengan mengamati sensasi
apa yang muncul pada bagian tubuh yang sedang di observasi. Peserta juga dapat
memvisualisasikan ketegangan meninggalkan tubuh melalui nafas dan menguap ke
udara. Lalu lakukan body scan ini keseluruh bagian tubuh dengan bergerak bertahap
ke atas dari bagian kaki sampai mencapai bagian atas kepala. Apabila sehari-hari
peserta tidak mempunyai waktu yang banyak, body scan dapat dilakukan dengan versi
singkat. Prosesnya dapat dilakukan dengan teknik duduk sembari menyadari bagian
tubuh mana yang tegang, dibandingkan dengan body scan biasanya yang berpindah
dari bagian tubuh satu ke bagian tubuh lainnya. Hal ini akan semakin mudah
12
dilakukan semakin sering body scan meditation dilakukan. Teknik body scan ini dapat
meningkatkan kesadaran tubuh, kesadaran akan stres, dan meningkatkan relaksasi.
II.4.2. Grounding
Dalam mindfulness, grounding mengacu pada kemampuan untuk kembali ke
momen saat ini dengan perhatian penuh (sustained attention). Strateginya
bermacam-macam dengan durasi yang bervariasi juga, namun pada pelatihan yang
akan dibawakan kelompok, teknik grounding yang akan dilakukan adalah teknik
grounding 5-4-3-2-1 (Smith, 2018).
Sebelum memulai latihan ini, peserta diminta untuk memperhatikan napas
mereka terlebih dahulu. Napas yang lambat, dalam, dan panjang dapat membantu
peserta dalam mempertahankan rasa tenang atau kembali lagi ke keadaan yang lebih
tenang. Setelah para peserta telah merasa nyaman dan sudah bernapas secara lebih
stabil, peserta dapat diarahkan untuk melihat sekeliling ruangan mereka dan
menyebutkan lima hal yang dapat mereka lihat di sekitar mereka. Contohnya, peserta
dapat melihat sebuah lukisan di dinding dan diminta untuk memikirkan mengenai
bagaimana lukisan tersebut terlihat bagi mereka. Selanjutnya, peserta diminta untuk
berkonsentrasi pada empat hal yang dapat dirasakan. Contohnya, peserta menyadari
angin yang bertiup melalui rambut mereka atau bagaimana sinar matahari terasa pada
kulit mereka. Para peserta dapat mengatakan, ‘Saya bisa merasakan sofa yang saya
duduki’ (Smith, 2018).
Pada langkah berikutnya, peserta diminta untuk menyebutkan tiga hal yang
dapat didengar peserta di sekitar mereka. Misalnya, peserta menyadari lalu lintas di
latar belakang atau beberapa burung yang berkicau di pohon terdekat. Kemudian,
peserta diminta untuk memperhatikan dua hal yang dapat mereka cium di sekitar
mereka. Sebagai ilustrasi, mungkin peserta dapat memperhatikan bau rerumputan atau
mungkin bau parfum yang menyebar. Apabila peserta tidak dapat mencium bau
apapun di sekitar mereka, peserta dapat menyebutkan aroma yang mereka sukai,
seperti aroma bunga atau aroma roti yang baru dipanggang. Pada langkah terakhir,
peserta dapat berkonsentrasi pada satu hal yang dapat mereka rasakan. Apabila
peserta tidak dapat merasakan apapun, maka peserta dapat menyebutkan perasaan
yang mereka sukai (Smith, 2018).
13
II.4.3 Sitting Meditation
Ketika menerapkan mindfulness, individu diajak untuk memfokuskan
kesadaran kepada suatu hal, misalnya pada sensasi pernafasan atau fokus pada
keadaan tubuh saat itu. Meditasi dapat dilakukan hampir dimana saja bahkan ketika
kita sedang duduk, berikut metode untuk melaksanakan sitting meditation.
Menentukan postur tubuh, ada beberapa pose yang bisa kita gunakan ketika
melakukan meditasi duduk, seperti duduk bersila, duduk di kursi atau duduk berlutut.
Pastikan postur tubuh tegak tetapi tidak tegang, bahu rileks, mata setengah tertutup,
pandangan 45 derajat melihat ke arah lantai dan tangan diletakkan dekat perut.
Ketika melakukan meditasi, pastikan diri kita untuk mengambil nafas melalui
hidung lalu mengeluarkannya kembali melalui mulut dengan durasi dua kali lebih
panjang contoh, tiga detik tarik nafas enam detik buang nafas. Ketika sedang
mempraktekkan pernapasan ini alangkah baiknya dilakukan dengan keadaan tenang
agar tidak mengganggu orang lain. Yang lebih penting adalah melakukan pernapasan
secara rileks dan alami.
Pikiran menjadi aspek penting ketika melakukan meditasi, teknik meditasi
membantu kita pikiran kita menjadi jernih ketika menjalani masa sekarang. Beberapa
metode untuk membantu memfokuskan pikiran saat meditasi antara lain, ketika
menarik nafas bersihkan berbagai macam pikiran, ketika membersihkan pikiran secara
terus menerus maka perlahan tubuh akan menjadi rileks, jika merasakan sebuah emosi
kembali fokus dan menggunakan teknik pernapasan, kita dapat menggunakan metode
ini sekitar 10 menit setiap durasi dan bisa diperpanjang menjadi 20 atau 30 menit.
Dengan dilakukannya sitting meditation individu mampu berlatih untuk
memperhatikan pikiran, emosi dan sensasi yang dirasakan dengan rasa ingin tahu,
keterbukaan, penerimaan, dan tanpa penilaian.
14
BAB III
METODE PELATIHAN
15
● 2 Master of Ceremony (MC): bertugas sebagai pembawa acara, serta
memberikan instruksi dan memimpin ice breaking.
● 3 fasilitator klasikal: bertugas sebagai pembicara materi di mainroom pada sesi
1-3
● 4 fasilitator kelompok: bertugas di breakout room pada sesi 1-3 bagian latihan
dan sharing.
● 1 support system: bertugas sebagai time-keeper, melakukan share screen PPT,
serta sound selama pelatihan serta, me-admit peserta untuk masuk ke ZOOM.
16
masuk ke dalam breakout room untuk mencoba praktik sitting meditation yang akan dipandu
oleh fasilitator kelompok masing-masing. Setelah melakukan praktik sitting meditation,
peserta diminta untuk sharing di dalam kelompok dan setelah itu peserta kembali berkumpul
di main room. Setelah peserta menyelesaikan ketiga sesi pelatihan, peserta berkumpul di
main room selama 20 menit untuk melakukan sesi sharing terakhir. Pada penutupan ini
fasilitator juga memberikan peserta penugasan sebelum mengakhiri pelatihan. Setelah selesai
memberikan tugas, kegiatan pelatihan ditutup dengan foto bersama untuk dokumentasi.
17
III.5 Kegiatan Pelatihan
III.5.1 TABEL CE (Concrete Experience)
Sesi I
Definisi Operasional Konstruk: Mindfulness merupakan derajat kemampuan individu pada menyadari dan menerima kondisi fisik, perasaan dan
pikirannya, serta keadaan saat ini.
Kesadaran Kemampuan untuk ● Individu mampu ● Individu mampu ● Peserta menerima pemaparan materi tentang
(awareness) menyadari kondisi menyadari kondisi menyadari dirinya stress dan mindfulness melalui presentasi dan
diri sendiri saat ini fisik yang sedang dengan memperhatikan mendapat booklet (konseptualisasi).
yang timbul dengan dialami. sensasi fisik yang ● Peserta diberikan kesempatan bertanya
memberikan ● Individu mampu sedang dialami ketika mengenai materi yang telah dipaparkan.
perhatian. menyadari emosi melaksanakan sesi ● Peserta mengikuti mini games untuk menguji
yang sedang latihan. pemahaman terhadap materi yang telah
dialami. ● Individu mampu dipaparkan (eksperimentasi).
● Individu mampu menyadari emosi yang ● Peserta masuk ke dalam kelompok kecil, lalu
menyadari pikiran sedang dialami ketika diberikan waktu latihan untuk mencoba body
yang muncul. melaksanakan sesi scan secara individu, kemudian
● Individu mampu latihan. merefleksikan pengalaman latihan dengan
fokus terhadap ● Individu mampu menjawab pertanyaan yang diberikan di
kondisi saat ini. menyadari pikiran yang booklet (pengalaman).
muncul ketika ● Terdapat kegiatan sharing bersama fasilitator
melaksanakan sesi di room masing-masing yang dilaksanakan
latihan. setelah latihan, di mana partisipan
● Ketika sedang sadar, menceritakan apa yang diperoleh selama
individu mampu untuk latihan sesuai dengan jawaban yang ditulis di
18
tidak melakukan booklet dan materi yang diberikan (refleksi).
kegiatan lain yang
mendistraksi diri.
Sesi II
Berada di Kemampuan untuk ● Individu mampu ● Mampu memperhatikan ● Peserta menerima pemaparan materi tentang
kondisi saat menunjukkan menyadari kondisi lingkungan sadar kini dan grounding melalui presentasi
ini (being in kesadaran terhadap lingkungan sekitar saat sedang (konseptualisasi).
the present tempat kita berada, sekitarnya melakukan grounding. ● Peserta diberikan kesempatan untuk bertanya
moment) kegiatan yang ● Individu mampu ● Tidak melakukan lebih mengenai materi yang telah dipaparkan.
sedang dilakukan, memberikan dari satu aktivitas secara ● Peserta mengikuti mini games untuk menguji
dan orang-orang atensi atas apa bersamaan saat sedang pemahaman terhadap materi yang telah
yang berada bersama yang sedang melakukan grounding. dipaparkan (eksperimentasi).
kita pada waktu yang dikerjakan ● Peserta masuk ke dalam kelompok kecil, lalu
sedang dialami. diberikan waktu latihan untuk mencoba
grounding secara individu, kemudian
merefleksikan pengalaman latihan dengan
menjawab pertanyaan yang diberikan di
booklet (pengalaman).
● Terdapat kegiatan sharing bersama fasilitator
di room masing-masing yang dilaksanakan
setelah latihan, di mana partisipan
menceritakan apa yang diperoleh selama
latihan sesuai dengan jawaban yang ditulis di
booklet dan materi yang diberikan (refleksi).
19
Sesi III
Penerima Kemampuan ● Individu mampu ● Individu tidak melakukan kegiatan ● Peserta menerima pemaparan materi
an diri penerimaan individu menerima emosi lain ketika sedang melakukan tentang penerimaan diri terhadap
(acceptan terhadap reaksi fisik, yang ada tanpa sitting meditation. peristiwa yang dialami melalui
ce) emosi dan pikiran berupaya untuk ● Individu berusaha tidak presentasi (konseptualisasi).
yang terjadi tanpa mendistraksi diri. menyalahkan diri sendiri ketika ● Peserta diberikan kesempatan
upaya untuk merasakan emosi tertentu saat bertanya mengenai materi yang telah
mengontrol atau sedang melakukan sitting dipaparkan.
mendistraksikannya. meditation. ● Peserta mengikuti mini games untuk
menguji pemahaman terhadap materi
● Individu tidak ● Individu berusaha tidak yang telah dipaparkan
berusaha menyalahkan diri sendiri ketika (eksperimentasi).
mengendalikan merasakan pikiran tertentu saat ● Peserta masuk ke dalam kelompok
pikiran yang sedang melakukan sitting kecil, lalu diberikan waktu latihan
muncul. meditation. untuk mencoba sitting meditation
secara individu, kemudian
● Individu tidak ● Individu tidak memaksakan diri merefleksikan pengalaman latihan
berusaha untuk merasakan emosi yang dengan menjawab pertanyaan yang
mengendalikan positif saat merasakan emosi yang diberikan di booklet (pengalaman).
perasaan yang negatif. ● Terdapat kegiatan sharing bersama
muncul. fasilitator di room masing-masing
yang dilaksanakan setelah latihan, di
● Individu bersikap ● Individu merasa bahwa emosi yang
mana partisipan menceritakan apa
terbuka terhadap muncul menjelang sitting
yang diperoleh selama latihan sesuai
perasaan yang meditation adalah hal yang wajar.
dengan jawaban yang ditulis di
muncul.
booklet dan materi yang diberikan
● Individu bersedia ● Individu sadar akan pikiran yang (refleksi).
merasakan berlalu lalang saat melakukan ● Peserta menerima tugas untuk berlatih
20
perasaan yang sitting meditation. mindfulness di rumah
muncul. ● Individu sadar akan perasaan yang (eksperimentasi).
muncul saat melakukan sitting
meditation.
● Individu sadar akan sensasi yang
dirasakan tubuh saat melakukan
sitting meditation.
Sesi Tujuan khusus sesi Metode Breakdown aktivitas Durasi Alat dan Bahan
Opening Memperkenalkan peserta - ● Peserta memasuki waiting room dan 25 menit Alat
dengan fasilitator, mengisi mengerjakan pre-test (10-15 menit ● Laptop
pre-test dan harapan, dan sebelum mulai) ● Powerpoint
memaparkan kegiatan ● Pengisian pre-test jika belum (5
● ZOOM
yang akan dilakukan menit)
selama pelatihan kepada ● Sambutan MC dan perkenalan ● Jaringan internet
peserta. fasilitator (3 menit) ● Group LINE
● Pemaparan one-day learning ● Google Forms
objective dan rundown (3 menit) Bahan
● Peserta menuliskan harapan yang ● Formulir Pre-test
ingin dicapai dari pelatihan (4 menit) (https://docs.google.com/forms/d/1X
● Ice breaking (10 menit) ovLH4_-iMvAVHNfdmrUD7Dhj_bv
HUakUuX-IUFYmLI/edit)
● Link Grup LINE
● Link ZOOM
● Materi PPT
21
Sesi 1: Peserta dapat memahami Live 1. Pemaparan singkat tentang materi 75 menit Alat:
Awareness apa itu awareness, cara lecturing, stress (5 menit) ○ Laptop
melatihnya dan melakukan roleplay, 2. Pemaparan materi tentang ○ koneksi internet
body scan asesmen, mindfulness secara general dan ○ ZOOM
diskusi awareness (25 menit) ○ Website Quizizz.com
kelompok 3. QNA (5 menit) Bahan:
4. Minigame 1 (8 menit) ● Materi Power Point
5. Share screen pembagian kelompok, ● Soal minigames 1 di quizizz
Peserta masuk BOR (2 menit) ● Booklet Mindfulness
6. Body scan + refleksi (15 menit) ● Lagu yang diputar selama
7. Sesi sharing (15 menit) kegiatan body scan
(https://youtu.be/hdmvMc7TZ
n0)
Sesi 2: Peserta dapat memahami Live 1. Live lecturing (6 menit) 43 menit Alat (Sarana dan Prasarana):
Being in apa itu being in the lecturing, 2. Demonstrasi video (3 menit) ● Laptop,
the present present moment, cara demonstrasi, 3. Praktik grounding dan mengisi ● koneksi internet,
moment melatihnya dan melakukan roleplay, refleksi pribadi (12 menit) ● ZOOM,
grounding asesmen, 4. Sesi sharing (15 menit) ● website quizizz.com
diskusi 5. Minigame dengan quizziz.com (7 Bahan (Materi):
kelompok menit) ● Materi PPT untuk live
lecturing
● Demonstrasi Video dan
instruksi latihan
(https://youtu.be/30VMIEmA1
14)
● Soal minigame di quizizz
● Booklet materi untuk
grounding dan refleksi
Sesi 3: Peserta dapat memahami Live 1. Ice breaking (10 menit) 55 menit Alat :
Self-accep apa yang dimaksud lecturing, 2. Pemaparan materi tentang ● Laptop,
22
tance dengan self-acceptance, roleplay, acceptance + QNA + minigame 3 ● koneksi internet,
dan cara mengaplikasikan asesmen, (12 menit) ● ZOOM,
dalam kehidupan diskusi 3. Peserta masuk BOR (3 menit) ● website quizizz.com
sehari-hari kelompok 4. Sitting meditation + refleksi (12 Bahan (Materi):
menit) ● Materi PPT untuk live
5. Sesi sharing (15 menit) lecturing
6. Peserta kembali ke main room (3 ● Soal minigame di quizizz
menit) ● Booklet materi untuk
acceptance dan refleksi
23
● Pengisian pre-test jika belum (5 menit) (MC)
● Sambutan MC dan perkenalan fasilitator (3 menit)
● Pemaparan one-day learning objective dan rundown (3 menit)
● Peserta menuliskan harapan yang ingin dicapai dari pelatihan (4 menit)
● Ice breaking (10 menit)
24
● Peserta kembali ke main room (3 menit)
25
○ Link ZOOM
○ Materi PPT
Prosedur Kegiatan:
1. Persiapan sebelum hari H
a. Fasilitator membuat powerpoint untuk pelatihan
b. Peserta mengisi google forms (20-27 Mei 2022)
c. Peserta masuk ke dalam grup LINE (20-28 Mei 2022)
d. Fasilitator menyiapkan meeting room ZOOM untuk hari pelaksanaan (28 Mei 2022)
e. Fasilitator melakukan gladi resik sebelum kegiatan dilaksanakan
2. Persiapan hari H
a. Fasilitator membagikan link ZOOM kepada peserta
b. Fasilitator membagikan link google form untuk registrasi ulang
c. Fasilitator membolehkan peserta join link pada pukul 12.50
b. Sesi Opening
PIC: Anindha Widyanti
Tujuan Khusus sesi: Peserta berkenalan dengan fasilitator
Waktu: 20 menit
Kelompok aktivitas:
1. Pre-test (5 menit)
2. Perkenalan fasilitator (3 menit)
3. Pemaparan one-day objective, peraturan, dan rundown (3 menit)
26
4. Pengisian harapan dan kekhawatiran (4 menit)
5. Ice breaking (10 menit)
Alat Bahan
● Alat
○ Laptop
○ Koneksi internet
○ Powerpoint
○ Website Mentimeter
○ Website Google Form
○ ZOOM
● Bahan
○ Multibuzz website
○ Pertanyaan di Mentimeter
○ Link g-form pre-test
Materi kegiatan:
Pengisian pre-test Formulir pre-test Peserta yang belum mengisi link pre-test sebelum MC (Anindha dan Juanita) 5 menit
dengan Google Form masuk ZOOM diberi waktu untuk mengisi link.
Perkenalan Fasilitator Powerpoint Fasilitator berkenalan kepada peserta MC (Anindha dan Juanita) 3 menit
Pemaparan one-day Powerpoint Pemateri memaparkan apa saja one-day objective, MC (Anindha dan Juanita) 3 menit
objective, rundown, rundown, dan tata tertib dari pelatihan
27
dan tata tertib
Pengisian harapan Powerpoint Pemateri memberi link menti untuk peserta menulis MC (Anindha dan Juanita) 4 menit
dan kekhawatiran harapan dan kekhawatirannya
Ice breaking Powerpoint Peserta bermain tebak gambar MC (Anindha dan Juanita) 10 menit
Prosedur Kegiatan:
● Pengisian link pre-test
○ Peserta yang baru datang diberi waktu untuk mengisi pre-test bila belum mengisi sebelum memasuki meeting ZOOM.
● Perkenalan fasilitator
○ Salah satu fasilitator membantu share screen lalu memperkenalkan dirinya bersama dengan fasilitator lainnya.
■ Fasilitator memperkenalkan nama.
● Juanita Bintang sebagai Patrick
● Anindha Widyanti sebagai Spongebob
● Jasmine Naura K. sebagai Squidward
● Blanca Natalie sebagai Mr. Krabs
● Shirleen Saputra sebagai Larry
● Pemaparan one-day objective dan rundown
○ Salah satu fasilitator membantu share screen, sambil dilakukan pemaparan one-day objective dan rundown oleh pemateri.
○ One-day objective:
■ Peserta mampu memahami konsep sadar diri,
■ Peserta mampu memahami cara melakukan body scan, grounding, dan sitting meditation.
28
■ Peserta mampu mengetahui cara mengaplikasikan konsep sadar diri dengan teknik body scan, grounding, dan sitting
meditation.
○ Rundown :
29
● Pengisian harapan dan kekhawatiran peserta
○ Peserta diberi link mentimeter dengan pertanyaan sebagai berikut:
■ “Apa saja harapan Anda dalam mengikuti pelatihan ini?”
■ “Apa saja kekhawatiran Anda dalam mengikuti pelatihan ini?”
● Ice breaking
○ Salah satu fasilitator membantu share screen, sambil MC memandu games tebak gambar.
■ Instruksi games:
● Peserta diberi link multibuzz sebagai indikator ingin menjawab.
● Pada link host multibuzz, akan terpampang siapa yang paling pertama memencet buzzer.
● Peserta yang memencet pertama akan diminta untuk menyalakan mikrofon dan menjawab.
○ Peserta mengikuti permainan dengan menggunakan multibuzz untuk tanda ingin menjawab.
30
c. Sesi 1: Awareness
PIC: Shirleen Saputra
Tujuan Khusus: Peserta dapat memahami apa itu mindfulness, awareness, cara melatihnya, dan melakukan body scan
Waktu: 13.25-14.40
Alat dan Bahan:
● Alat
○ Laptop
○ koneksi internet
○ ZOOM
○ Website Quizizz.com
● Bahan
○ Materi Power Point
○ Soal minigames 1 di quizizz (https://quizizz.com/join/quiz/628f9310e4ad4b001d261c8e/start?studentShare=true)
○ Booklet Mindfulness
○ Lagu yang diputar selama kegiatan body scan (https://youtu.be/hdmvMc7TZn0)
Kelompok aktivitas:
1. Live lecturing (25 menit)
2. Minigame dengan quizziz.com (8 menit)
3. Praktik body scan dan refleksi (20 menit)
4. Sharing (15 menit)
Metode: Live lecturing, asesmen, roleplay, dan diskusi (sharing)
31
Materi kegiatan:
Materi Bentuk Materi Bentuk Kegiatan Peserta Nama Fasilitator Durasi
Live lecturing Powerpoint Seluruh peserta menyimak dan berinteraksi dengan pemateri Shirleen & Blanca 25 menit
tentang
awareness
Minigame 1 Quizziz Seluruh peserta mengisi pertanyaan singkat berkaitan dengan materi yang Shirleen 8 menit
telah dipaparkan di live lecturing menggunakan quizziz
Praktik body kegiatan latihan Peserta mencoba mempraktekkan body scan secara individual di tempat Anindha, Juanita, 20 menit
scan dan pribadi, dan masing-masing dan merefleksikan pengalaman mereka di booklet. Shirleen, Blanca
refleksi booklet Kegiatan akan dilakukan di breakout room.
Sharing kegiatan Setiap peserta secara bergantian membagikan pengalaman mereka Anindha, Juanita, 15 menit
mengenai latihan yang telah dilakukan dengan berinteraksi dengan Shirleen, Blanca
fasilitator.
Prosedur:
● Live lecturing tentang mindfulness dan awareness
○ Salah satu fasilitator kelompok melakukan share screen power point materi mengenai awareness sambil dilakukan live lecturing
oleh fasilitator utama selama 25 menit.
■ Fasilitator utama akan menjelaskan mengenai awareness, yang merupakan bagian dari mindfulness yang dapat membantu
kita untuk lebih mindful dengan menyadari pikiran-pikiran, emosi dan sensasi fisik yang ada.
32
■ Fasilitator utama akan menjelaskan langkah-langkah agar dapat meningkatkan awareness, yaitu melalui langkah-langkah
STOP, OBSERVE, dan RETURN.
● Minigames 1
○ Peserta mengikuti minigames 1 dengan mengisi quizziz berkaitan dengan materi yang telah dipaparkan selama 8 menit
● Praktik body scan dan refleksi
○ Peserta memasuki breakout room selama 2 menit
○ Fasilitator kelompok memperkenalkan diri dan memberikan gambaran mengenai kegiatan body scan yang akan dilaksanakan.
■ Di BOR masing-masing fasilitator kelompok akan menjelaskan bahwa kelompok akan belajar untuk aware/sadar terhadap
diri kita sendiri.
■ Fasilitator kelompok akan menjelaskan mengenai body scan yang merupakan kegiatan fokus terhadap bagian tubuh
tertentu, dengan kunci dari body scan ini adalah aware, sadarin apapun yang ada, dan fokus. Seandainya anggota
kelompok merasa terdistraksi, fasilitator kelompok akan memandu mereka untuk kembali fokus ke apa yang lagi
diobserve.
■ Fasilitator kelompok kemudian menjelaskan manfaat melakukan body scan secara rutin, yaitu reaksi terhadap stress akan
lebih berkurang karena sudah lebih terbiasa dengan sensasi, perasaan dan emosi yang dialami.
○ Kemudian peserta akan melakukan body scan selama 8 menit sesuai dengan instruksi yang diberikan fasilitator sebagai berikut :
Stop Instruksi awal Kita mulai dengan mencari posisi duduk yang nyaman, bisa duduk sila atau kedua kaki menyentuh lantai di bawah,
(Tutup mata) kedua telapak tangan bisa ditaruh di atas paha... diusahakan agar duduk tegak.. kemudian tutuplah mata ketika sudah
siap. sadari nafas teman-teman, rilekskan pundak, rilekskan kelopak mata, lalu rilekskan rahang.
Observe Telapak kaki Coba untuk memberi perhatian kepada telapak kaki. Jika kaki Anda menyentuh lantai, coba perhatikan sensasi dari
lantai. Apa dingin? Namun, jika Anda duduk bersila, coba perhatikan sensasi yang sedang dirasakan. Apakah panas?
Tahan perhatian disitu dan benar-benar rasakan sensasi yang muncul.
33
Paha Selanjutnya teman-teman rilekskan, beri perhatian dan rasakan, pada paha teman-teman... kemudian rilekskan, beri
perhatian dan rasakan sensasi apa yang muncul... apakah muncul rasa gatal? ataukah tegang? mungkin ada rasa panas
karena teman-teman duduk di kursi? fokus kembali ke apa yang teman-teman sedang rasakan. jika ada
perasaan-perasaan lain.. bisa disadari juga.. lalu kembali fokus ke sensasi paha yang sedang teman-teman rasakan..
apabila teman-teman sudah siap..
Bokong Pindahkan perhatian ke bokong, rasakan sensasi selagi melakukan pernapasan. rasakan apakah kalian merasakan
sensasi hangat, rasakan juga sensasi gesekan antara celana dan alas kalian duduk, dan apakah berat badan kalian
bertumpu kekiri atau kekanan?
Punggung Lalu, pindahkan perhatian ke punggung belakang, rasakan seluruh punggung belakang, rasakan sensasi punggung dan
rilekskan punggung kalian. Coba perhatikan sensasi yang muncul. Apa punggung Anda terasa tegang atau pegal? Apa
punggung Anda berkeringat? Pertahankan fokus pada punggung Anda sambil kembali rileks dan bernafas.
Lengan Saat ini teman-teman rasakan, rilekskan, dan perlahan pindahkan fokus ke lengan teman-teman ke lengan...
teman-teman boleh rasakan apakah lengan kalian hari ini mungkin terasa berat, pegal, dan tegang... coba rasakan
sensasinya agar terasa lebih ringan dan semakin rileks... atur kembali dan sadari nafas.. fokus terhadap sensasi yang
teman-teman sedang rasakan.
Telapak Jika sudah siap, perlahan pindahkan fokus teman-teman ke telapak tangan.. dan rasakan sensasi yang ada.. jika
tangan teman-teman meletakan tangan di atas paha, rasakan sensasi yang ada.. mungkin teman-teman merasa panas? atau
merasa dingin karena tangan bertemu dengan kulit paha.. rasakan sensasi yang ada.. atur napas perlahan-lahan..
Kepala Sekarang, alihkan fokus kalian perlahan ke kepala.. Rasakan sensasi apa yang ada di kepala. Mungkin ada hembusan
angin dari AC karena kalian duduk dekat AC... atau mungkin juga ada sensasi panas karena kalian lagi gak nyalain
AC? Atau ada sensasi lain yang kalian rasakan? (hening)
Sensasi di kepala mungkin agak susah dirasakan, tapi diusahakan tetap fokus.. yang terpenting adalah sudah dicoba
dirasakan. (hening) Jika ada pikiran-pikiran yang mengganggu, sadari saja.. jangan berlarut dalam pikiran itu, kembali
fokus. Mungkin akan ada sensasi dingin atau merasa kepala nyut-nyutan? sadari saja apa yang ada.. kembali
fokus..(hening sebentar)
Return Kembali Saat sudah siap, atur napas perlahan-lahan dan jika teman-teman sudah siap, silahkan membuka mata.
34
sadar
○ Peserta melakukan refleksi dengan mengisi booklet yang telah diberikan selama 7 menit
● Sharing
○ Fasilitator kelompok memandu peserta dalam melakukan sharing satu sama lain berdasarkan pertanyaan reflektif yang diberikan.
○ Poin sharing:
■ Sensasi fisik apa yang dirasakan?
■ Emosi apa yang muncul selama melakukan body scan?
■ Pikiran apa yang muncul selama melakukan body scan?
■ Apakah ada yang melakukan kegiatan lain selama melakukan body scan?
■ Apa saja yang telah dipelajari selama sesi latihan ini?
■ Apakah ada yang ingin ditanyakan dari materi yang telah dipaparkan maupun mengenai body scan?
35
● Bahan (Materi):
○ Materi PPT untuk live lecturing
○ Demonstrasi Video dan instruksi latihan (https://youtu.be/30VMIEmA114)
○ Soal minigame di quizizz untuk post test
○ Booklet materi untuk grounding dan refleksi
Kelompok aktivitas:
● Live lecturing (6 menit)
● Demonstrasi video (3 menit)
● Praktik grounding dan mengisi refleksi pribadi (12 menit)
● Sharing (15 menit)
● Minigame dengan quizziz.com sebagai post test (7 menit)
Metode: Live lecturing, roleplay praktik grounding, diskusi sharing pengalaman latihan
36
Minigame 2 quizziz Seluruh peserta mengisi pertanyaan singkat berkaitan dengan materi Blanca 7 menit
yang telah dipaparkan di live lecturing menggunakan quizziz
Prosedur Kegiatan
● Live lecturing tentang being in the present moment
○ Salah satu fasilitator kelompok melakukan share screen power point materi, sambil dilakukan live lecturing oleh fasilitator utama
selama 7 menit
■ Fasilitator utama akan menjelaskan mengenai being in the present moment, yang merupakan bagian dari mindfulness yang
dapat membantu kita untuk lebih sadar dan mindful dengan apa yang terjadi saat ini, tidak terdistraksi oleh pikiran masa
lalu atau kekhawatiran akan masa depan.
■ Fasilitator utama juga menjelaskan mengenai perbedaan being in the present moment dan auto pilot dengan contoh
sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
● Auto pilot adalah perilaku tidak menyadari kegiatan, sehingga terbawa dalam keadaan saat ini, sering kali lupa
waktu dan sulit mengontrol perilaku.
○ Contoh perilaku TIDAK being in a present moment dan termasuk autopilot:
■ Scroll Tiktok/Instagram berjam-jam
■ Checkout keranjang Shopee berlebihan kalau payday
■ Main game hingga lupa tidur
■ Fasilitator utama akan menjelaskan mengenai cara-cara untuk berada di present moment. Misalnya dengan grounding.
Fasilitator juga akan menjelaskan bagaimana cara melakukan grounding secara singkat.
37
■ Fasilitator juga akan memaparkan alternatif cara lain yang dapat digunakan, seperti mindful eating secara singkat. Mindful
eating dapat diterapkan dengan menyadari apa yang sedang dikonsumsi dan proses mengonsumsi makanan, termasuk
menyadari lingkungan sekitar kondisi diri saat makan.
○ Demonstrasi melalui video pendukung mengenai grounding akan diputar setelah live lecturing selama 3 menit.
● Praktik grounding dan refleksi
○ Fasilitator memastikan apakah sudah tidak ada pertanyaan, dan menjawab pertanyaan yang ada jika ada selama 3 menit. Jika tidak
ada pertanyaan, mengingatkan kembali untuk tetap fokus selama latihan dan jika ada perasaan atau pikiran lain, berfokus pada
apa yang sedang diamati saja. Kemudian, fasilitator juga perlu mengingatkan peserta untuk mengingat hal apa yang ditemui
selama latihan grounding karena akan dituliskan di booklet ketika refleksi.
○ Peserta melakukan grounding selama 5-6 menit dengan panduan instruksi yang dibuat berdasarkan referensi dari
https://youtu.be/FQtDdNHswLY
■ Instruksi: Duduklah dengan posisi tegak. Mulai bernapaslah perlahan.. dari hidung.., dan keluarkan lewat mulut
teman-teman. Sekarang, arahkan pandangan kalian pada lingkungan sekitar. Temukan 5 hal yang teman-teman lihat di
sekitar... Misalnya, kalian melihat jam dinding di kamar.. laptop di depan kalian.. Dinding kamar.. Lantai.. atau hal lain
(hening sejenak). Kemudian, temukan 4 hal yang dapat kalian sentuh. Misalnya, celana kalian.. kulit telapak tangan.. jika
sedang duduk di kursi, sentuhlah permukaan kursi yang kalian duduki dan rasakan sensasi sentuhannya. Atau rasakan
lantai jika kaki kalian sedang menyentuh lantai (hening sejenak). Sekarang, arahkan fokus kalian pada suara yang ada di
sekitar. Temukan dan dengarkan 3 suara di sekitar kalian. Misalnya, suara jam dinding di kamar.. suara fan laptop kalian..
suara angin dari AC, atau juga mungkin suara tetangga (hening sejenak). Jika pikiran kalian memikirkan hal lain,
kembalikan fokus pada apa yang kalian sedang dengarkan saat ini saja. Kemudian, arahkan fokus kalian pada 2 wangi
yang kalian bisa cium, misalnya parfum baju kalian.. atau wangi kulit kalian (hening sejenak). Terakhir, temukan dan
rasakan rasa apa yang kalian rasakan di mulut. Jika sedang tidak memakan makanan, bisa rasakan saja perasaan apa yang
38
sedang kalian rasakan selama mengikuti latihan grounding. Jika sudah... atur napas teman-teman kembali.. dan mari kita
lanjutkan dengan menuliskan refleksi pada booklet yang disediakan.
○ Peserta melakukan refleksi dengan mengisi booklet selama 4 menit
● Sharing
○ Fasilitator kelompok memandu peserta melakukan sharing satu sama lain berdasarkan pertanyaan reflektif yang diberikan selama
15 menit, dan menyimpulkan. Peserta lain juga dapat membagikan pengalaman di kolom chat.
■ Poin sharing:
● Hal apa yang dilihat ketika berlatih?
● Tekstur apa yang disentuh ketika berlatih?
● Bunyi apa yang tadi ketika berlatih?
● Wangi apa yang dicium baunya tadi?
● Rasa apa yang dirasakan tadi? Jika tidak ada, emosi apa yang dirasakan selama latihan?
● Bagaimana perasaan setelah grounding?
● Hambatan apa yang kalian temui selama latihan?
● Hal baru apa yang diperoleh dari latihan?
● Minigames 2
○ Peserta mengikuti minigames 2 dengan mengisi quizizz berkaitan dengan materi yang telah dipaparkan selama 7 menit (bagian
dari post test)
e. Sesi 3: Acceptance
PIC: Juanita Bintang
Tujuan Khusus sesi : Peserta dapat memahami apa itu acceptance cara melatihnya, dan bagaimana cara melakukan sitting meditation.
39
Waktu : 15.43 - 16.38
Alat bahan :
● Alat
○ Laptop
○ koneksi internet
○ ZOOM
○ website quizizz.com
● Bahan (Materi):
○ Materi PPT untuk live lecturing
○ Soal minigame di quizizz
○ Booklet materi untuk acceptance dan refleksi
Kelompok aktivitas :
● Live lecturing (6 menit)
● Minigame dengan quizizz.com (7 menit) sebagai bagian dari post test
● Praktik sitting meditation dan mengisi refleksi pribadi (12 menit)
● Sharing (15 menit)
Metode: Live lecturing, roleplay praktik sitting meditation, diskusi sharing pengalaman latihan, game menggunakan quizziz.com
40
Pemaparan materi Power point Seluruh peserta menyimak dan berinteraksi dengan pemateri Juanita 5 menit
Acceptance
Minigame 3 Quizizz Seluruh peserta mengisi pertanyaan singkat berkaitan dengan materi Juanita 5 menit
yang telah dipaparkan di live lecturing menggunakan quizizz
Praktik sitting Kegiatan latihan Peserta mencoba mempraktekkan sitting meditation secara individual Anindha, Blanca, 12 menit
meditation & pribadi, dan di tempat masing-masing dan merefleksikan pengalaman mereka di Shirleen, Jasmine
refleksi booklet booklet. Kegiatan akan dilakukan di breakout room.
Sesi sharing Kegiatan Setiap peserta secara bergantian membagikan pengalaman mengenai Anindha, Blanca, 15 menit
latihan yang telah dilakukan lewat berinteraksi dengan fasilitator. Shirleen, Jasmine
Prosedur Kegiatan :
● Pemaparan materi acceptance
○ Peserta memasuki main room
○ Peserta akan menyimak materi acceptance yang disampaikan pemateri, dan peserta juga bisa berinteraksi dengan pemateri
(dengan memberikan pertanyaan)
■ Fasilitator utama menjelaskan mengenai penerimaan diri. Menjelaskan mengapa setiap orang harus bisa menerima diri
masing-masing, menjelaskan bagaimana ciri-ciri penerimaan diri yang baik, dan menjelaskan apa saja faktor yang dapat
mempengaruhi penerimaan diri setiap individu.
■ Fasilitator kelompok juga akan menjelaskan bagaimana cara untuk melakukan sitting meditation dan mempraktekkan
secara langsung di dalam kelompok breakout room.
● Minigame 3
○ Peserta mengikuti minigame 3 dengan mengerjakan quizizz berkaitan dengan materi yang telah dipaparkan selama 7 menit
41
● Praktik sitting meditation dan refleksi
○ Instruksi :
■ Sebelum memulai meditasi, sebaiknya teman-teman memilih tempat meditasi yang nyaman terlebih dahulu. Pilihlah
tempat yang paling minim gangguan, lalu mulailah duduk dengan nyaman. Tidak ada aturan khusus dalam duduk,
teman-teman boleh duduk di lantai atau di kursi. Namun, pastikan untuk duduk dengan posisi punggung tegap.
Teman-teman bisa meletakkan tangan di dada, paha, maupun lutut. Jika posisi dudukmu sudah nyaman, teman-teman bisa
mulai memejamkan mata dan memperhatikan napasmu. teman-teman tidak perlu mengendalikan napas, cukup bernapas
secara alami saja.
■ Perhatikan hembusan angin yang melakukan sirkulasi dalam tubuhmu dan dengarkan bunyinya. Teman-teman juga bisa
menghitung jumlah napasmu jika itu bisa membantumu lebih fokus. Kalaupun ada dorongan kuat untuk bernapas secara
dalam, sebisa mungkin cobalah untuk mengurungkan niat tersebut. Saat bermeditasi, hal yang paling penting adalah
teman-teman fokus pada apa yang terjadi di tubuh kalian saat ini.
■ Saat matamu terpejam, mungkin pikiranmu akan melanglang buana—tugas yang belum selesai, masa lalu yang
menganggu, atau sebagainya. Hal itu sangat wajar dan kamu tidak perlu mengkhawatirkan atau menilai negatif dirimu
sendiri karenanya. Kamu bisa mengatasinya dengan menyadari pikiran yang mengganggu, berhenti memikirkannya, lalu
kembali ke masa sekarang dan melanjutkan meditasi.
■ Meski sebenarnya bernapas secara natural saja sudah cukup, kamu juga bisa mengendalikan napasmu jika merasa kurang
fokus saat bermeditasi.
■ Coba latih dirimu untuk bernapas dalam-dalam menggunakan teknik bernapas 4-7-8 yang dipopulerkan Dr. Andrew Weil.
■ Pertama, bernapaslah melalui hidung selama 4 detik. Kemudian, tahan napas selama 7 detik. Setelah itu, keluarkan
napasmu secara perlahan melalui mulut selama 8 detik. Kamu juga bisa mengulangi langkah-langkah tersebut jika merasa
masih belum bisa fokus.
42
■ Usai melakukan meditasi, jangan cepat-cepat beranjak. Gunakan kesempatan ini untuk menikmati momen di mana kamu
menyadari dirimu seutuhnya.
■ Tersenyumlah dengan tulus, lalu terimalah segala emosi positif dan negatif dalam tubuhmu.
● Sesi sharing
○ Fasilitator kelompok memandu peserta melakukan sharing satu sama lain berdasarkan pertanyaan reflektif yang diberikan.
■ Poin sharing:
● Sensasi fisik apa yang dirasakan?
● Emosi apa yang muncul selama melakukan sitting meditation?
● Pikiran apa yang muncul selama melakukan sitting meditation?
● Apakah ada yang melakukan kegiatan lain selama melakukan sitting meditation?
● Apa saja yang telah dipelajari selama sesi latihan ini?
● Apakah ada yang ingin ditanyakan dari materi yang telah dipaparkan maupun mengenai sitting meditation?
f. Benang Merah
PIC : Jasmine Naura Kamila
Tujuan Khusus : Melakukan sesi sharing untuk peserta dan review kembali apa yang sudah didapatkan dari keseluruhan pelatihan
Waktu : 16.38-16.58
Alat dan Bahan :
● Alat
○ Laptop
○ Koneksi Internet
○ ZOOM
43
● Bahan (materi)
○ Form evaluasi
○ Penugasan melalui booklet
● Kelompok aktivitas :
○ Debriefing (7 menit)
○ Pengisian evaluasi (5 menit)
○ Penugasan (5 menit)
○ Penutupan dan foto bersama (3 menit)
Metode : -
Debriefing kegiatan Pemateri akan menanyai beberapa partisipan tentang pengalaman Jasmine 7 menit
mereka selama pelatihan, mereview singkat materi yang sudah
dipelajari pada pelatihan ini dan menyimpulkan apa yang sudah
diperoleh selama pelatihan
Pengisian evaluasi form evaluasi Peserta memberikan penilaian dan umpan balik terkait jalannya Jasmine 5 menit
pelatihan yang sudah dilakukan.
Penugasan Booklet Peserta akan diberi penugasan melalui booklet Jasmine 5 menit
Penutupan dan foto Zoom Penutupan pelatihan dan melakukan foto bersama untuk dokumentasi Jasmine 3 menit
bersama
Prosedur Kegiatan
● Debriefing (benang merah)
44
○ Peserta memasuki mainroom ZOOM
○ Fasilitator melakukan debriefing dengan menunjuk beberapa peserta untuk menceritakan pengalaman setelah mengikuti pelatihan
yang dilakukan selama 7 menit
○ Poin debriefing:
■ Apa yang telah kalian dapatkan setelah mengikuti pelatihan?
■ Apa saja yang kalian pelajari selama memasuki breakout room?
■ Apakah kalian memiliki perbedaan dalam merasakan emosi sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan?
■ Apakah kalian akan mencoba untuk mempraktekkan kembali teknik mindfulness dalam kehidupan sehari-hari?
○ Kemudian, fasilitator akan mengulang kembali inti yang dipelajari setelah mengikuti pelatihan mindfulness dan menyimpulkan
pengalaman peserta setelah mengikuti rangkaian pelatihan selama 2 menit
● Pengisian form evaluasi
○ Fasilitator akan memberikan form evaluasi dan mempersilahkan peserta untuk mengisi form selama 5 menit
● Penugasan
○ Fasilitator akan memberikan penugasan mengenai pelatihan melalui booklet yang diberikan melalui group selama 5 menit
■ Booklet akan diberikan melalui grup line atau chat zoom
■ Peserta diwajibkan untuk mengisi refleksi di booklet pada lembar yang sudah disediakan
■ Booklet akan dikumpulkan di google drive sesuai dengan tenggat waktu yang diberikan
● Penutupan dan foto bersama
○ Pemateri akan melakukan penutupan pelatihan mindfulness dan melakukan foto bersama melalui Zoom selama 3 menit
■ Fasilitator akan memberikan apresiasi untuk peserta karena sudah mengikuti pelatihan dengan baik
■ Peserta dan fasilitator akan melakukan foto bersama untuk dokumentasi
■ Fasilitator secara bersamaan mengucapkan terima kasih kepada peserta yang hadir
45
BAB IV
EVALUASI
46
7. Bagaimana penilaian Anda terhadap KEJELASAN penyampaian materi mengenai
Acceptance yang dilakukan oleh Patrick (Juanita) sebagai Fasilitator Utama? (Bentuk
skala likert dengan keterangan, 1:Sangat buruk 2:Buruk, 3:Cukup baik, 4:Baik, 5:
Sangat baik)
8. Mengapa Anda memberikan penilaian demikian di atas? (Bentuk isian)
9. Menurut Anda, hal apa yang sudah baik dari pelatihan ini? (Bentuk isian)
10. Menurut Anda, hal apa yang perlu ditingkatkan dari pelatihan ini? (Bentuk isian)
11. Apakah ada saran yang ingin Anda sampaikan? (Bentuk isian)
12. Tuliskan kesan dan pesan yang ingin Anda sampaikan! (Bentuk isian)
47
b. Meditasi
c. Yoga
d. Lari
e. Mencuci tangan
2. Mindfulness dapat membantu kita untuk berfokus pada
a. Masa lalu
b. Masa kini
c. Masa depan
d. Masa kini dan masa depan
e. Semua jawaban benar
3. Jika kita mulai terdistraksi berpikir mengenai hal-hal lain ketika meditasi, kita
sebaiknya:
a. Mulai kembali dari awal
b. Fokus kembali pada pernafasan
c. Mencari lokasi yang berbeda
d. Mencoba pose meditasi yang berbeda
e. Menambah waktu latihan meditasi
4. Serupa dengan memainkan instrumen musik, mindful meditation..
a. Memerlukan equipment yang spesial
b. Harus dilakukan sendiri
c. Terlalu sulit untuk kebanyakan orang
d. Semakin sering dilakukan, kemampuan semakin meningkat
5. Ketika menyikat gigi secara mindful, kita dapat berfokus pada:
a. Tugas besar psikometri
b. Makanan yang akan disantap
c. Jerawat baru
d. Sensasi dari pasta gigi
e. Gerakan tangan menggosok gigi
6. Mindfulness adalah....
a. Memiliki sebuah mind full of thoughts
b. Menaruh perhatian dalam kehidupan pada masa kini
c. Kemampuan untuk bersikap tenang setiap saat
d. Berfokus pada hal negatif dan hanya mengabaikannya
7. Manakah dari berikut ini yang merupakan contoh dari mindfulness?
48
a. Daydreaming
b. Meluangkan waktu untuk melihat matahari terbenam
c. Berharap kita di rumah ketika di sekolah
d. Saya tidak tahu!
e. Makan perlahan
8. Latihan mindfulness seperti apa yang dapat dilakukan dalam situasi dimana Anda
merasa stres?
a. Mindful breathing
b. Visualization (membayangkan objek, event, tujuan tertentu yang ingin
dicapai)
c. Mindful coloring
d. Mindful running
9. Komponen mindfulness adalah…
a. Acceptance
b. Awareness
c. Conscientiousness
d. Calm
e. Present Experience
10. Tahapan untuk aware adalah…
a. Stop
b. Relax
c. Observe
d. Continue
e. Return
11. Apa pentingnya being in the present moment?
a. Agar tetap terhubung dengan diri sendiri
b. Membantu melawan kecemasan, ketakutan, dan pikiran-pikiran yang
berlebihan
c. Karena manusia sering dalam “autopilot mode”
d. Semua jawaban benar
e. Tidak ada jawaban benar
12. Pernyataan yang tepat mengenai being in the present moment adalah…
a. Melupakan masa lalu
b. Melupakan masa depan
49
c. Fokus terhadap masa kini
d. Membantu menyeimbangkan masa lalu, masa depan, dan masa kini
13. Perilaku mana yang menunjukkan being in the present moment?
a. Menghabiskan uang tabungan untuk checkout Shopee berlebihan
b. Tidak tidur karena galau memikirkan topik pelatihan
c. Makan sambil mengerjakan proposal pelatihan
d. Menyadari gerakan tangan mengetik di laptop
14. Manakah dari pernyataan berikut yang bukan merupakan bagian dari latihan
grounding?
a. Menggunakan indera penglihatan untuk melihat lukisan di dinding
b. Menggunakan indera pendengaran untuk menyadari suara lalu lintas di latar
belakang
c. Menggunakan indera pengecap untuk merasakan makanan yang disantap
d. Menggunakan indera pendengaran untuk mendengar konser 88rising
15. Self Acceptance adalah…
a. Kemampuan bersikap tenang
b. Kemampuan dan keinginan individu untuk hidup dengan segala
karakteristik diri individu
c. Tidak memikirkan diri sendiri
d. Menaruh perhatian dalam kehidupan pada masa kini
16. Apa saja yang TIDAK termasuk dalam ciri-ciri self acceptance?
a. Menerima kekurangan diri apa adanya
b. Memandang dirinya secara positif
c. Makan sambil mendengarkan lagu
d. Tidak memaksakan pikiran negatif menjadi positif
17. Mana sajakah dibawah ini yang termasuk dalam proses sitting meditation?
a. Memilih tempat meditasi yang nyaman
b. Mengendalikan napas jika merasa kurang fokus saat bermeditasi
c. Merasakan sensasi gatal di paha dan mengambil minyak kayu putih
d. Setelah bermeditasi, jangan langsung cepat-cepat beranjak karena masih
ada proses menyadarkan diri
50
Shirleen yaitu praktik berlatih body scan, grounding dan sitting meditation. Ketiga praktik
tersebut dilakukan di breakout room. Melalui ini, kelompok berharap peserta dapat
memahami perubahan dan menunjukkan proses belajarnya dalam level yang konkret.
Menurut Soewarno (1981), proses adalah sesuatu tuntutan perubahan dari suatu
peristiwa perkembangan sesuatu yang dilakukan secara terus-menerus. Setiap proses
yang berjalan selalu menghasilkan sesuatu. Hasil yang diciptakan tersebut bisa berupa
hasil yang memang diinginkan atau hasil yang tidak diinginkan. Untuk mengevaluasi cara
latihan, kelompok menyebarkan booklet yang berisikan komponen mindfulness beserta
pertanyaan refleksi terkait body scan, sitting meditation dan grounding yang akan diisi pada
seusai melakukan praktik setiap sesi.
Pertanyaan yang dilampirkan pada refleksi booklet adalah sebagai berikut :
● Saat body scan aku merasakan sensasi fisik…
● Saat body scan aku merasakan perasaan (atau emosi) …
● Saat body scan aku memikirkan…
● Apa yang dipelajari setelah melakukan body scan?
● Saat grounding aku merasakan sensasi fisik…
● Saat grounding aku merasakan perasaan (atau emosi)...
● Saat grounding aku memikirkan…
● Apa yang dipelajari setelah melakukan grounding?
● Saat sitting meditation aku merasakan sensasi fisik…
● Saat sitting meditation aku merasakan perasaan (atau emosi)...
● Saat sitting meditation aku memikirkan…
● Apa yang dipelajari setelah melakukan sitting meditation?
Keberhasilan praktik tak luput dari antusiasme, minat dan fokus peserta dalam
menjalani latihan ini. Dalam melakukan praktik body scan, grounding serta sitting meditation
dapat dikatakan berhasil apabila peserta merasakan adanya perbedaan dari segi fisik atau
emosi dan merasa puas dengan penjelasan mengenai instruksi yang disampaikan fasilitator.
Untuk mengetahui tingkat perubahan, sensasi dan emosi yang dirasakan, peserta akan
mengisi refleksi dengan pertanyaan yang sudah dipaparkan di dalam booklet. Evaluasi ini
akan menjadi gambaran untuk kelompok untuk mengetahui sejauh mana peserta menangkap
materi dan instruksi yang sudah diberikan fasilitator, juga sejauh mana peserta mampu
merasakan perbedaan di dalam dirinya.
51
IV.3. Rancangan Evaluasi level Perilaku
Pada level perilaku, partisipan diharapkan mampu menerapkan apa yang dipelajari
dalam kehidupan sehari-hari dan terdapat peningkatan kemampuan setelah partisipan
mengikuti pelatihan dan menerapkan (Chan, 2010). Dalam konteks pelatihan mindfulness
untuk menghadapi stres kuliah, partisipan pelatihan diharapkan memiliki perilaku lebih
mindful dalam menjalani aktivitas perkuliahan. Artinya, pada level ini, dari perilaku-perilaku
belum mindful, berubah menjadi lebih mindful.
Untuk mengevaluasi perilaku partisipan dalam level Kirkpatrick’s model yang ketiga
ini, seluruh partisipan akan diminta untuk melakukan penugasan di rumah selama 1 bulan,
kemudian setelah menyelesaikan penugasan, tiap partisipan akan mengikuti wawancara. Pada
penugasan yang diberikan, partisipan diminta untuk mencoba teknik-teknik mindfulness yang
telah diajarkan lewat pelatihan yaitu body scan, grounding, dan sitting meditation dalam
keseharian. Aktivitas dilakukan pada waktu yang sama, yakni pagi dan/atau malam hari agar
tidak menyita waktu kuliah partisipan dan jadwal berlatih lebih mudah diingat. Partisipan
akan melakukan latihan dengan panduan sebagai berikut:
3 Minggu, 12 Juni 2022: Grounding (5 menit, pagi hari), Body scan (10 menit, malam hari)
Senin, 13 Juni 2022: Sitting meditation (7 menit, malam hari)
Selasa, 14 Juni 2022: Grounding (5 menit, pagi hari), Body scan (10 menit, malam hari)
Rabu, 15 Juni 2022: Sitting meditation (7 menit, malam hari)
Kamis, 16 Juni 2022: Grounding (5 menit, pagi hari), Body scan (10 menit, malam hari)
Jumat, 17 Juni 2022: Sitting meditation (7 menit, malam hari)
Sabtu, 18 Juni 2022: Grounding (5 menit, pagi hari), Body scan (10 menit, malam hari)
52
4 Minggu, 19 Juni 2022: Sitting meditation (10 menit, malam hari)
Senin, 20 Juni 2022: Grounding (5 menit, pagi hari), Body scan (10 menit, malam hari)
Selasa, 21 Juni 2022: Sitting meditation (10 menit, malam hari)
Rabu, 22 Juni 2022: Grounding (5 menit, pagi hari), Body scan (10 menit, malam hari)
Kamis, 23 Juni 2022: Sitting meditation (10 menit, malam hari)
Jumat, 24 Juni 2022: Grounding (5 menit, pagi hari), Body scan (10 menit, malam hari)
Sabtu, 25 Juni 2022: Sitting meditation (10 menit, malam hari)
Durasi latihan grounding hanya 3 dan 5 menit karena prosesnya hanya sebentar.
Sementara itu, body scan dan sitting meditation juga dilakukan secara bertahap agar
partisipan lebih merasa nyaman dalam masa-masa penerapan. Adapun latihan dilakukan
setiap hari agar membentuk sebuah kebiasaan. Durasi latihan yang dituliskan dalam panduan
juga hanya merupakan durasi perkiraan, dan partisipan dipersilakan untuk berlatih lebih dari
durasi latihan yang diharapkan. Di luar dari latihan rutin, partisipan juga diingatkan untuk
menjaga menyadari dan fokus dalam setiap kegiatan sehari-hari yang dilakukan.
Setiap hari setelah latihan partisipan diminta meluangkan waktu 10 menit, menuliskan
hasil latihan yang telah dilakukan dalam microsoft word, sama seperti ketika berlatih
teknik-teknik mindfulness selama pelatihan. Partisipan menggunakan panduan berikut:
53
● Durasi latihan
Being in the present moment 1. Ceritakan proses salah satu pengalaman latihan
1. Mampu memperhatikan kondisi lingkungan grounding yang kamu telah lakukan!
sekitar saat sedang melakukan grounding. 2. Dari latihan secara keseluruhan, apakah kamu
2. Tidak melakukan lebih dari satu aktivitas sudah menemukan hal-hal yang dapat dilihat,
secara bersamaan saat sedang melakukan didengar, atau lainnya di sekitar kamu?
grounding 3. Bagaimana latihan grounding berdampak
terhadap diri kamu secara fisik dan psikologis?
Self-acceptance tolong delete yg dobel/gk guna 1. Ceritakan proses salah satu pengalaman latihan
1. Individu tidak melakukan kegiatan lain sitting meditation yang kamu telah lakukan!
ketika sedang melakukan sitting meditation. 2. Bagaimana cara kamu menyikapi
2. Individu berusaha tidak menyalahkan diri pikiran-pikiran yang berlalu lalang selama
sendiri ketika merasakan emosi tertentu latihan?
saat sedang melakukan sitting meditation. 3. Bagaimana cara kamu menyikapi emosi yang
3. Individu berusaha tidak menyalahkan diri kamu rasakan selama latihan?
sendiri ketika merasakan pikiran tertentu 4. Bagaimana latihan sitting meditation
saat sedang melakukan sitting meditation. berdampak terhadap diri kamu secara fisik dan
4. Individu tidak memaksakan diri untuk psikologis?
merasakan emosi yang positif saat
merasakan emosi yang negatif.
54
5. Individu merasa bahwa emosi yang muncul
menjelang sitting meditation adalah hal
yang wajar.
6. Individu sadar akan pikiran yang berlalu
lalang saat melakukan sitting meditation.
7. Individu sadar akan perasaan yang muncul
saat melakukan sitting meditation.
8. Individu sadar akan sensasi yang dirasakan
tubuh saat melakukan sitting meditation.
Hambatan dalam latihan rutin secara keseluruhan 1. Hambatan apa yang Anda alami selama latihan?
2. Bagaimana cara Anda menyikapi hambatan
tersebut?
Perubahan cara menghadapi stressor perkuliahan 1. Bagaimana cara Anda mengambil jeda dari
dan kehidupan kehidupan perkuliahan saat ini?
2. Bagaimana cara yang Anda lakukan untuk
menghadapi stressor selama kuliah?
Dampak yang dirasakan dalam kehidupan setelah 1. Bagaimana cara Anda dalam berupaya
rutin menerapkan mindfulness terhadap fisik dan menyadari berbagai kegiatan sehari-hari?
psikologis 2. Bagaimana cara Anda dalam upaya fokus
dalam melakukan kegiatan sehari-hari?
3. Ketika merasakan emosi negatif dalam
keseharian, bagaimana cara Anda
menyikapinya?
4. Ketika memikirkan hal tertentu, bagaimana cara
Anda menyikapinya?
5. Perubahan apa yang Anda rasakan dari segi
fisik setelah menerapkan latihan mindfulness
dalam kehidupan sehari-hari?
6. Perubahan apa yang Anda rasakan dari segi
psikologis setelah menerapkan latihan
mindfulness dalam kehidupan sehari-hari?
Hambatan yang dialami dalam upaya menjadi 1. Hambatan apa yang Anda alami ketika Anda
mindful dalam keseharian berusaha untuk bersikap mindful dalam
keseharian?
2. Bagaimana cara Anda menyikapi hambatan
tersebut?
55
Dalam form evaluasi, diberikan juga kolom untuk peserta memberikan kesan dan
pesan mereka setelah mengikuti kegiatan. Kelompok juga mencantumkan pertanyaan
mengenai penilaian terhadap fasilitator yang bentuknya serupa dengan rancangan evaluasi
level reaksi, yaitu survei bentuk skala likert dengan keterangan, 1: Tidak Jelas, 2: Kurang
Jelas, 3: Cukup Jelas, 4: Jelas, 5: Sangat jelas. Dalam penilaian ini diberikan pertanyaan
secara keseluruhan terhadap fasilitator utama dan fasilitator kelompok. Peserta juga diminta
untuk memberikan alasan mereka, dalam memberikan penilaian tersebut. Pertanyaan yang
diberikan pada peserta, antara lain :
1. Secara keseluruhan, bagaimana penguasaan fasilitator kelompok Anda terhadap
materi?
2. Mengapa Anda memberikan penilaian demikian di atas?
3. Bagaimana penilaian Anda terhadap kejelasan penyampaian materi mengenai Stress
dan Mindfulness yang dilakukan oleh Krab (Blanca) sebagai fasilitator utama?
4. Mengapa Anda memberikan penilaian demikian diatas?
Kelompok juga membuat rancangan evaluasi terhadap peserta melalui observasi kami
akan keaktifan peserta dalam kegiatan pelatihan mindfulness ini. Keaktifan partisipasi peserta
dapat diukur dari intensitas respon peserta terhadap fasilitator baik secara langsung yaitu dari
on mic maupun tidak langsung yaitu dari chat Zoom Meeting. Selain dari peserta, evaluasi
juga dilakukan terhadap fasilitator sendiri. Evaluasi terhadap fasilitator dilakukan dalam
bentuk diskusi. Setelah kegiatan pelatihan mindfulness berakhir, para fasilitator tetap tinggal
dalam Zoom Meeting, berkumpul untuk evaluasi pelatihan yang baru saja dilaksanakan
dengan kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Dalam diskusi ini masing-masing
fasilitator akan menyampaikan evaluasi masing-masing saat berada di main room, breakout
room, dan teknis-teknis yang dilakukan.
Setiap fasilitator menyampaikan kritik dan saran terhadap kinerja diri sendiri juga
terhadap fasilitator lain selama menjalani pelatihan mindfulness ini. Kritik dan saran yang
disampaikan dicatat dalam satu file bersama yang bisa dibuka oleh setiap fasilitator kapan
saja. Proses evaluasi ini dilakukan untuk mengetahui apa yang perlu ditingkatkan oleh
fasilitator dalam melaksanakan pelatihan.
56
BAB V
REFLEKSI INDIVIDU DAN KELOMPOK
Refleksi Kelompok
Secara keseluruhan, kelompok mendapat banyak pelajaran dari pengalaman pertama
kali membuat pelatihan. Misalnya, mengenai cara melakukan TNA. Mulai dari menyusun
pertanyaan survei, wawancara, hingga mengetahui juga tahapan ADDIE model. Dalam
proses TNA, kelompok sempat kaget karena tidak ada di antara kami yang berpengalaman
dalam bidang pelatihan. Meskipun ada salah satu anggota kelompok yang merupakan anggota
baru UKM MAPLE, tetapi belum pernah mengikuti TFT (training for trainers). Oleh karena
itu, proses menentukan topik pelatihan menjadi sangat sulit mengingat topik yang harus
berbeda antar kelompok, dan seluruh anggota kelompok yang kebingungan, tidak memiliki
ide rancangan topik lain.
Awalnya kami juga ingin melakukan TNA ke salah satu UKM, tetapi karena menurut
pengurus UKM tersebut masalah yang ada di dalam UKM hanya yang sudah diambil
kelompok lain, akhirnya kami memutuskan untuk mengubah sasaran populasi menjadi
mahasiswa/i FP UAJ 2021. Meski sudah mengganti sasaran populasi, kami masih bolak-balik
mengganti rancangan topik yang akan disasar ke populasi. Dari komunikasi asertif,
leadership, hingga akhirnya keputusan dijatuhkan ke manajemen stres. Kami juga
memutuskan untuk melakukan TNA lanjutan karena berdasarkan feedback yang diperoleh
dari Mba Angel, urgensi dan masalah perlu difokuskan lebih tajam. Untuk TNA lanjutan,
kami memutuskan untuk membagikan kembali kuesioner yang sudah direvisi kepada
sebagian mahasiswa/i FPUAJ 2021 yang sudah mengisi survei, hingga memperoleh seluruh
data lengkap. Kami juga memutuskan untuk melakukan wawancara.
Meskipun sudah menerima feedback dari asdos, kesulitan terbesar yang kami rasakan
selama TNA adalah keterbatasan topik. Apabila kami memiliki wawasan tentang topik
pelatihan lain yang memang bersifat psikologis dan tidak diambil oleh kelompok lain, tentu
penyelesaian tahap TNA akan menjadi lebih mudah.
Selain itu, ketika sempat terfokus pada manajemen stres, kami juga kesulitan untuk
menentukan pelatihan seperti apa yang akan diberikan, mengingat sebenarnya cara
menghadapi stressor sudah dimiliki oleh setiap mahasiswa/i FPUAJ 2021 dengan
preferensinya masing-masing. Kami melihat kembali data yang sudah kami kumpulkan dan
menemukan kesamaan pola cara menghadapi stres, yakni dengan aktivitas-aktivitas distraksi.
57
Akhirnya, kami memutuskan untuk melakukan wawancara lagi menggali sisi mindfulness
partisipan. Kami akhirnya lega karena hasil yang kami peroleh juga mendukung untuk
merancang pelatihan mindfulness sebagai upaya meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
menghadapi stressor.
Kelompok yang disusun secara acak juga mengharuskan kami untuk cepat beradaptasi
dengan dinamika kelompok meski belum begitu saling mengenal satu sama lain. Salah satu
hal yang menjadi hambatan bagi kelompok adalah jadwal kerja kelompok yang seringkali
bertabrakan dengan jadwal lain. Akibatnya, dalam proses pengerjaan paper pelatihan maupun
persiapan try out pelatihan, terdapat perbedaan tingkat pemahaman dan kecepatan
pengerjaan. Hal yang telah dilakukan kelompok untuk mengatasi hambatan ini adalah
membagi beban kerja agar setiap anggota memperoleh bagian masing-masing, sehingga
meskipun tidak hadir dalam call, masih bisa melakukan bagian masing-masing dan tetap
terupdated.
Penyusunan materi juga berjalan dengan cukup lancar karena seluruh anggota
kelompok berusaha mencari bagiannya masing-masing dan saling membantu menyelesaikan
materi. Kelompok juga melakukan 3x percobaan gladi sebelum hari H serta latihan pribadi
sebelum menjalankan try out.
Dalam pengerjaan serangkaian tugas pelatihan ini dinamika kerja kelompok kami di
awal masih perlu ditingkatkan, karena kelompok pelatihan ini disusun secara acak. Namun
dengan berbagai macam cara dan strategi, kelompok menemukan solusi yang pas untuk
mengerjakan tugas ini dengan alur yang nyaman. Semakin berjalannya waktu, kinerja
kelompok semakin terlihat dan semakin bertambah dalam mengerjakan rangkaian pelatihan
ini. Dengan kinerja yang diberikan penuh oleh setiap anggota kelompok. Sampai pada saat
melaksanakan try out pelatihan mindfulness, kelompok mendapatkan feedback yang sangat
baik dari peserta dan juga asisten dosen yang mengamati jalannya try out pelatihan kami.
Dalam try out ini seluruh peserta memberikan keaktifan mereka dari awal hingga akhir
kegiatan. Setiap peserta juga mengikuti kegiatan yang kami berikan dengan baik, dan hasil
dari pelatihan ini peserta jadi lebih memahami apa itu mindfulness.
Ketika try out dilaksanakan kami merasa dinamika kelompok kami sangat baik. Setiap
anggota kelompok dapat melakukan perannya dengan baik, dua MC melakukan bagiannya
dengan baik dan dapat meriahkan acara, mereka yang memaparkan materi menguasai materi
yang disampaikan, dan untuk bagian yang mengurus teknis juga menangani dengan baik.
Walaupun tersendat–sendat dalam menjalankan prosesnya tetapi ketika try out selesai
58
dilaksanakan, kerja keras kelompok terbayarkan dan yang kelompok harus lakukan adalah
melanjutkan menyusun paper dan modul untuk dua sesi berikutnya.
Pada proses penyusunan paper untuk ujian akhir semester, lagi-lagi kelompok harus
beradaptasi dengan jadwal hidup masing-masing anggota. Meskipun begitu, kelompok
kembali pada strategi pembagian tugas untuk mempercepat proses penyusunan. Kelompok
juga banyak diskusi satu sama lain mengenai apa saja yang harus ditambahkan dan diperbaiki
menurut ketentuan dan feedback dari asisten dosen.
Selama menjalani kerja kelompok yang panjangnya satu semester ini, kelompok telah
melalui banyak hal bersama-sama. Terutama capek bersama, burnt out bersama, mereceh
bersama, dan juga bersenang-senang bersama. Kami pun juga belajar dari materi yang kita
bawa untuk mengurangi rasa stres masing-masing, seolah-olah memberi pelatihan kepada diri
sendiri juga.
59
DAFTAR PUSTAKA
Brown, K. W., & Ryan, R. M. (2003). The benefits of being present: mindfulness and its role
in psychological well-being. Journal of personality and social psychology, 84(4), 822.
Cucinotta, D., & Vanelli, M. (2020). WHO declares Covid-19 a pandemic. Acta Biomedica
Atenei Parmensis, 91(1), 157–160. https://doi.org/10.23750/abm.v91i1.9397
Cuncic, A. (2021, November 10). How do you live in the present? Verywell Mind.
https://www.verywellmind.com/how-do-you-live-in-the-present-5204439
Davis, D. M., & Hayes, J. A. (2012). What are the benefits of mindfulness? American
Psychological Association. https://www.apa.org/monitor/2012/07-08/ce-corner
Donald, J. N., Atkins, P. W. B., Parker, P. D., Christie, A. M., & Ryan, R. M. (2016). Daily
stress and the benefits of mindfulness: Examining the daily and longitudinal relations
between present-moment awareness and stress responses. Journal of Research in
Personality, 65, 30–37. https://doi.org/10.1016/j.jrp.2016.09.002
Germer, C. K. (2005). Mindfulness: What is it? What does it matter? Dalam C. K. Germer, R.
D. Siegel, & P. R. Fulton (Eds.), Mindfulness and psychotherapy (pp. 3–27). Guilford
Press.
Germer, C. K. (2009). The mindful path to self-compassion: Freeing yourself from destructive
thoughts and emotions. The Guilford Press.
Goleman, D (1998). Working With Emotional Intelligence. New York: Bantam Books.
60
Harvard Medical School. (2016, January 16). 8 steps to mindful eating. Harvard Health.
https://www.health.harvard.edu/staying-healthy/8-steps-to-mindful-eating
Jannah, M. (2021). Pengaruh pembelajaran via online selama pandemi covid-19 terhadap
tingkat stress mahasiswa tingkat akhir fakultas kedokteran universitas
muhammadiyah makassar [Skripsi, Universitas Muhammadiyah Makassar]. Digital
Library Unismuh Makassar.
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/13256-Full_Text.pdf
Kemp, E. (2022, January 7). When to Stop Using Distractions as a Coping Mechanism.
Medium.
https://medium.com/genius-in-a-bottle/when-to-stop-using-distractions-as-a-coping-m
echanism-4ad0ed5bef59
Kollman, D. M., Brown, T. A., & Barlow, D. H. (2009). The Construct Validity of
Acceptance: A Multitrait-Multimethod Investigation. Behavior Therapy, 40(3),
205–218. doi:10.1016/j.beth.2008.06.002
Lazarus, R. S., & Folkman, S. (1984). Stress, appraisal, and coping. Springer Publishing
Company.
Lewin, K. (1947). Frontiers in group dynamics: II. Channels of group life; social planning
and action research. Human Relations, 1, 143-153.
61
Mcleod, S. (2015). Stress management techniques. Simply Psychology.
https://www.simplypsychology.org/stress-management.html
Mcleod, S. (2017, February 5). Kolb’s learning styles and experiential learning cycle. Simply
Psychology. https://www.simplypsychology.org/learning-kolb.html
Molinari, E., Spatola, C., Cappella, E., & Castelnuovo, G. (2014). The present moment and
giving oneself as a gift. Journal for Perspectives of Economic Political and Social
Integration, 19(1–2), 229–241. https://doi.org/10.2478/v10241-012-0019-1
Musabiq, S., & Karimah, I. (2018). Gambaran stress dan dampaknya pada mahasiswa.
Insight: Jurnal Ilmiah Psikologi, 20(2), 74–83.
https://doi.org/10.26486/psikologi.v20i2.240
Mike, G. (2022, April 14). Mindfulness vs. Awareness: Is There a Difference? Yogigo.
https://yogigo.com/mindfulness-vs-awareness-difference/
Ramandini, F. (2018). Gambaran stress mahasiswa baru terhadap pendidikan diploma III
keperawatan di universitas muhammadiyah kalimantan timur [Skripsi, Universitas
Muhammadiyah Kalimantan Timur]. UMKT Digital Repository.
https://dspace.umkt.ac.id/bitstream/handle/463.2017/597/Feby%20Ramandini--.pdf?s
equence=1&isAllowed=y
Romadhoni, R. W. & Widiatie, W. (2020). Pengaruh terapi mindfulness terhadap tingkat stres
remaja di Panti Asuhan Al-Hasan Watugaluh Diwek Jombang. Jurnal Edunursing,
4(2), 77-86. https://www.journal.unipdu.ac.id/index.php/edunursing/article/view/2312
62
Ross, S., Niebling, B., & Heckert, T. (1999). Sources of stress among college students.
College Student Journal, 33(2), 321-327.
https://psycnet.apa.org/record/1999-03006-021
Sarina N.Y. (2012). Hubungan antara stress akademis dan psychological well being pada
mahasiswa tahun pertama universitas indonesia [Skripsi, Universitas Indonesia].
Universitas Indonesia Library.
https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20320114-S-Nendra%20Yelena%20Sarina.pdf
Sentanu, E. (2009). Quantum ikhlas: The power of positive feeling. PT Elex Media
Komputindo.
Smith, S. (2018, April 10). 5-4-3-2-1 coping technique for anxiety. www.urmc.rochester.edu.
https://www.urmc.rochester.edu/behavioral-health-partners/bhp-blog/april-2018/5-4-3
-2-1-coping-technique-for-anxiety.aspx
Suhendra, D. S. (2009). Pengembangan alat ukur coping stress untuk pelajar sekolah
menengah atas (SMA) [Skripsi, Universitas Tarumanagara]. Repository UNTAR.
http://repository.untar.ac.id/10150/1/Skripsi.pdf
Sulastoyo, P., Lailatushifah, S.N. (2008). Mindfulness dan depresi pada remaja putri.
https://fpsi.mercubuana-yogya.ac.id/wp-content/uploads/2012/06/jurnal-noor2008_Mi
ndfullness.pdf
Toneatto, T., Vettese, L., & Nguyen, L. (2007). The role of mindfulness in the
cognitive-behavioural treatment of problem gambling. Journal of Gambling Issues,
19(19), 91–100. https://doi.org/10.4309/jgi.2007.19.12
Wahyudi, R., Bebasari, E., & Nazriati, E. (2017). Gambaran tingkat stress pada mahasiswa
fakultas kedokteran universitas riau tahun pertama. Jurnal Ilmu Kedokteran, 9(2),
107–113. https://doi.org/10.26891/jik.v9i2.2015
63
Yadav, S. (2017). Effectiveness of Mindfulness Based Body Scan Meditation: A Case Study
of Alcohol Dependence Patient. International Journal of Indian Psychology, 4(3),
58-64.
64
LAMPIRAN
KUESIONER TNA
A. Informed consent
1. Apakah Anda bersedia mengisi kuesioner ini? (Ya/Tidak)
B. Data Diri
2. Nama lengkap
3. NIM
4. Asal Kampus
5. Ceritakan kesibukan Anda di DALAM universitas akhir-akhir ini
6. Ceritakan kesibukan Anda di LUAR universitas akhir-akhir ini
C. Pengalaman selama kuliah
7. Ceritakan pengalaman menyenangkan yang Anda alami selama perkuliahan.
8. Bagaimana dampak dari pengalaman menyenangkan tersebut terhadap Anda?
9. Ceritakan pengalaman kurang menyenangkan yang Anda alami selama menjalani
perkuliahan.
10. Bagaimana dampak dari pengalaman kurang menyenangkan tersebut terhadap Anda?
D. Perasaan selama perkuliahan
11. Apa saja perasaan positif yang Anda rasakan selama menjalani perkuliahan?
12. Ceritakan mengapa Anda merasa demikian pada pertanyaan sebelumnya.
13. Sudah berapa lama dan seberapa sering Anda merasakan perasaan positif tersebut?
14. Apa yang telah Anda lakukan untuk mengelola perasaan-perasaan positif tersebut?
15. Apa saja perasaan negatif yang Anda rasakan selama menjalani perkuliahan?
16. Ceritakan mengapa Anda merasa demikian pada pertanyaan sebelumnya.
17. Sudah berapa lama dan seberapa sering Anda merasakan perasaan negatif tersebut?
18. Apa yang telah Anda lakukan untuk mengelola perasaan-perasaan negatif tersebut?
19. Bagaimana perasaan-perasaan tersebut mempengaruhi Anda?
E. Hambatan dan upaya yang telah dilakukan
20. Ceritakan apa saja hambatan yang pernah Anda temui selama menjalani perkuliahan.
21. Apa dampak yang Anda rasakan dari hambatan tersebut?
22. Ceritakan cara yang telah Anda lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut.
23. Bagaimana hasil yang Anda rasakan setelah mencoba mengatasi hambatan tersebut?
F. Kesediaan kontak selanjutnya
24. Apakah Anda bersedia untuk dihubungi lebih lanjut? Kontak yang dapat dihubungi?
65
PANDUAN WAWANCARA TNA LANJUTAN 1
1 Pengalaman kurang ● Ceritakan pengalaman kurang menyenangkan yang Anda alami selama menjalani perkuliahan.
menyenangkan ○ Bagaimana dampak dari pengalaman kurang menyenangkan tersebut terhadap Anda?
○ Dari pengalaman kurang menyenangkan yang kamu ceritakan sebelumnya, apakah ada
pengalaman lain?
2 Hambatan dalam ● Ceritakan apa saja hambatan yang pernah Anda temui selama menjalani perkuliahan.
perkuliahan ○ Apa dampak yang Anda rasakan dari hambatan tersebut?
1 Perasaan negatif yang ● Apa saja perasaan negatif yang Anda rasakan selama menjalani perkuliahan?
dirasakan ○ Ceritakan mengapa Anda merasa demikian pada pertanyaan sebelumnya.
○ Sudah berapa lama dan seberapa sering Anda merasakan perasaan negatif tersebut?
→ Apa penyebab mengapa bisa merasakan perasaan negatif tersebut?
○ Bagaimana dampak dari perasaan positif tersebut terhadap kondisi fisik dan psikologis Anda?
66
No Subdimensi Pertanyaan
1 Emotional-focused ● Apa yang telah Anda lakukan untuk mengelola perasaan-perasaan negatif tersebut? (pertanyaan follow
coping up dari perasaan negatif yang dirasakan)
● Bagaimana dampak dari upaya yang telah Anda lakukan mengelola perasaan negatif tersebut?
● Apakah pernah ada hambatan dalam mengelola perasaan negatif tersebut?
● Pernah gagal gak buat manage perasaan negatif tersebut?
2 Problem-focused ● Ceritakan cara yang telah Anda lakukan untuk mengatasi hambatan tersebut (pertanyaan follow up dari
coping hambatan perkuliahan)
● Bagaimana hasil dari upaya yang Anda ceritakan sebelumnya?
1 Sadar diri ● Fokus terhadap ● Apa perbedaan yang Anda rasakan mengenai kuliah di semester 1-2?
(awareness) kegiatan yang ● Emosi apa yang sering Anda rasakan selama semester ini?
sedang ○ Apa yang terjadi ketika Anda merasakan emosi tersebut?
2 Pengalaman dilakukan ○ Apa yang Anda lakukan jika mengalami emosi tersebut?
masa kini
● Tidak ○ Apa yang Anda pikirkan?
(present
experience) berlarut-larut ● Ceritakan pengalaman Anda selama perkuliahan yang membuat Anda menjadi tertekan
dalam emosi ○ Ketika dalam tekanan seberapa baik Anda dapat fokus?
3 Penerimaan maupun ○ Upaya apa yang Anda biasa lakukan ketika berada di situasi yang penuh
diri pikiran yang tekanan?
(acceptance) ada ○ Seberapa sering Anda melakukan hal itu?
● Tidak ○ Mengapa Anda memilih kegiatan itu untuk menghadapi situasi tersebut?
mendistraksi ○ Apa yang Anda pikirkan ketika berada dalam situasi tertekan?
67
diri dari emosi ○ Bagaimana dampak dari situasi tersebut?
dan pikiran di
masa kini ● Ceritakan pengalaman ketika Anda mendengarkan teman yang sedang bercerita
○ Apa yang Anda lakukan pada saat itu?
○ Apakah Anda pernah mengalami gangguan ketika sedang mendengarkan teman
bercerita?
■ Jika ada, gangguan apa yang Anda alami?
● Bagaimana cara Anda mengambil jeda dari kehidupan perkuliahan saat ini?
● Apakah ada masalah mengenai perkuliahan yang sedang mengganggu Anda saat ini?
○ Seberapa sering Anda memikirkan masalah tersebut?
○ Sudah berapa lama Anda memikikan masalah tersebut?
○ Bagaimana dampak yang Anda rasakan setelah memikirkan permasalahan
tersebut?
■ Bagaimana dampak dari memikirkan masalah tersebut terhadap
kehidupan sehari-hari Anda?
○ Menurut Anda, mengapa Anda tidak bisa berhenti memikirkan masalah
tersebut?
○ Bagaimana upaya Anda untuk mengatasi pikiran-pikiran terhadap masalah
tersebut?
● Apakah Anda pernah bercerita kepada orang terdekat tentang masalah yang sedang
dialami? (pertanyaan ini ditujukan untuk melihat upaya untuk mengatasi overthinking)
○ Jika pernah, bagaimana tanggapan mereka?
○ Kalau mereka memberi masukan, apa masukan tersebut membantu Anda?
○ Bagaimana perasaan Anda setelah bercerita kepada orang terdekat?
68