Anda di halaman 1dari 44

Laporan Tugas Matakuliah Psikologi Pendidikan

Judul:
Perencanaan dan Pembelajaran/Pelayanan Bimbingan dan Konseling Siswa Berdasarkan Pendekatan Psikologi
pada Masa Pandemi Covid-19

Disusun oleh:
Meidy Andrean – 1908015167

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2021

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
1.1. Latar Belakang.........................................................................................1
1.2. Tujuan......................................................................................................2
1.3. Manfaat....................................................................................................2
BAB II ANALISIS DATA DAN MASALAH.............................................3
2.1 Hasil Wawancarra.....................................................................................3
2.2 Kesimpulan Hasil Wawancara..................................................................4
2.3 Hasil Observasi.........................................................................................5
2.4 Kesimpulan Hasil Observasi.....................................................................5
2.5 Analisa Data & Masalah...........................................................................6
BAB III PERENCANAAN PEMBELAJARAN ATAU LAYANAN.......7
3.1 Teori tentang Permasalahan......................................................................7
3.2 Bentuk Layanan yang Akan Dilakukan....................................................8
BAB IV PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ATAU LAYANAN........9
4.1 Prosedur Pemberian Layanan...................................................................9
4.2 Proses Pelaksanaan.................................................................................10
BAB V PENUTUP......................................................................................13
5.1 Kesimpulan.............................................................................................13
5.2 Saran.......................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1 Absensi......................................................................................12
Lampiran 2 Penilaian Orangtua/Wali Siswa.................................................13
Lampiran 3 Dokumentasi Proses Pengambilan Data....................................14
Lampiran 4 Panduan Wawancara.................................................................15
Lampiran 5 Panduan Observasi…………………………………………….21
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang , Alhamdulillah
puji serta syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
nikmat-Nya kepada kita semua, sehingga kita masih diberi kesempatan untuk merasakan
nikmat atas segala kesempurnaan ciptaan-Nya. Shalawat serta salam semoga Allah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya dan kepada kita
selaku umatnya Aamiin.

Alhamdulillah , segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan ini, didalam pembuatan laporan ini penulis
mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu penulis
menyelesaikan laporan ini terutama kepada kedua orang tua yang telah memberikan bantuan
moral maupun materi yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada penulis. Dan
juga kepada dosen pengampu mata kuliah Psikologi Pendidikan penulis yaitu Ibu Annisa
Rizky Andriany, M.Psi., Psikolog. Dan juga siswa bimbingan saya yaitu Muhammad Umar
Fathan.

Dengan selesainya Laporan Tugas Akhir ini penulis berharap dapat menjadi laporan yang
sesuai dengan tujuannya walaupun masih memiliki banyak kesalahan di dalamnya. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan juga saran pembaca laporan ini agar menjadi
laporan yang lebih baik. InshaAllah hal-hal yang tertera dalam laporan ini dapat menjadi
manfaat untuk para pembaca.

Bogor, 20 Juni 2021

Meidy Andrean
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Menurut WHO, pandemi adalah skala penyebaran penyakit yang terjadi secara global di seluruh dunia.
Namun, ini tidak memiliki sangkut paut dengan perubahan pada karakteristik penyakitnya, sebagaimana
dilaporkan The Guardian. Pandemi juga memiliki level yang lebih tinggi dibanding epidemi atau keadaan
ketika suatu penyakit menyebar dengan cepat di antara banyak orang dan dalam jumlah lebih banyak dibanding
yang normal terjadi. Selain itu, seperti kita ketahui bersama bahwa pandemic ini banyak berdampak negative
ke beberapa sector, salah satunya adalah sector pendidikan yang semakin kesini semakin sulit untuk mengerti
system yang diterapkan secara proporsional dan juga tervalidasi. Covid-19 merupakan penyakit dengan tingkat
penyebaran yang tergolong cepat. Penyakit ini disebabkan oleh virus Corona yang secara khusus menyerang
sistem pernafasan manusia (Rothan & Byrareddy, 2020). Pengendalian penyakit menular dapat dilakukan
dengan meminimalisir kontak antara orang yang terinfeksi dengan orang-orang yang rentan ditulari (Caley,
Philp, & McCracken, 2008). Menjaga jarak untuk mengurangi kontak fisik yang berpotensi menularkan
penyakit dikenal dengan istilah social distancing (Bell et al., 2006). Menurut Heidjrachman dan Husnah
(1997:77) pendidikan adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan pengetahuaan umum seseorang termasuk di
dalam peningkatan penguasaan teori dan keterampilan, memutuskan dan mencari solusi atas persoalan-
persoalan yang menyangkut kegiatan di dalam mencapai tujuannya, baik itu persoalan dalam dunia pendidikan
ataupun kehidupan sehari-hari. Sedangkan menurut Notoadmodjo (2003:77), kalau pendidikan formal dalam
suatu organisasi merupakan suatu proses pengembangan kemampuan kearah yang diinginkan oleh organisasi
yang bersangkutan.

Dengan begitu, pendidikan merupakan pondasi dasar dalam meraih cita-cita yang tinggi, fenomena di zaman
sekarang yang mau tidak mau , suka tidak suka kita harus menyesuaikan, menghadapi, dan beradaptasi dengan
perkembangan zaman dan permasalahan yang terjadi terutama dalam hal pendidikan. Karena itu tugas kita
semua sebagai manusia, system pendidikan yang dilakukan secara daring banyak berdampak kepada proses
psikologis, fisik atau jasmani, dan juga kebiasaan yang menjadi sebuah hal yang otomatis dalam hal belajar.
Terlebih belajar online sekarang, terjadi suatu kesenjangan atau ketidakseimbangan antara system atau
mekanisme penerapan pendidikan. Walaupun di sisi lain, kita pun harus bisa membantu dan mendorong untuk
menuju siswa yang berprestasi. Sulitnya konsentrasi, dan sulitnya untuk melakukan pekerjaan sekolah dengan
cepat itu merupakan permasalahan yang seiring dialami oleh siswa saat ini ketika belajar online. Malas dalam
belajar, sulit konsentrasi, dan lingkungan atau kebiasaan diberi atau didorong itu merupakan sebuah
permasalahan spesifik yang dialami siswa sekarang saat ini, terlebih perkembangan kanak-kanak tengah yang
masih butuh untuk dorongan , walaupun di sisi lain tanggung jawab dia sebagai siswa merupakan kewajiban
yang harus ia penuhi scara mandiri. Disinilah letak peran guru, orang tua, ataupun lingkungan yang lain dalam
membentuk anak di tingkat pendidikan, karena sejatinya anak ini memiliki potensi uniknya dalam melejitkan
dirinya sesuai versi terbaik dirinya. Menurut Adair (2007 : 192) Motivasi adalah apa yang membuat orang
melakukan sesuatu, tetapi arti yang lebih penting dari kata ini adalah bahwa motivasi adalah apa yang membuat
orang benar-benar berusaha dan mengeluarkan energi demi apa yang mereka lakukan. Definisi yang sederhana
dari kata ‘motivasi’ mungkin "membuat orang mengerjakan apa yang harus dikerjakan dengan rela dan baik.
Menurut asal katanya, konsentrasi atau concentrate (kata kerja) berarti memusatkan, dan dalam bentuk kata
bentuk kata benda, concentration artinya pemusatan. Konsentrasi adalah pemusatan pikiran pada suatu hal
dengan cara menyampingkan hal-hal lain yang tidak berhubungan. Siswa yang berkonsentrasi belajar dapat
diamati dari beberapa tingkah lakunya ketika proses belajar mengajar. Menurut pendapat lain konsentrasi yaitu
kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada persoalan yang sedang dihadapi. Konsentrasi
memungkinkan individu untuk terhindar dari pikiran-pikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk
memecahkan persoalan yang sedang dihadapi. Pada kenyataannya, justru banyak individu yang tidak mampu
berkonsentrasi ketika menghadapi tekanan. Perhatian mereka malah terpecahpecah dalam berbagai arus
pemikiran yang justru membuat persoalan menjadi semakin kabur dan tidak terarah. Dalam hidup ini,
sesungguhnya manusia selalu belajar. Belajar, bukan saja melibatkan penguasaan kemampuan akademik
semata, tetapi melibatkan emosi, interaksi sosial, dan perkembangan kepribadian. Para ahli memberikan
definisi yang beragam pada kata “belajar”. Belajar (learning) menurut Hilgard dan Bower adalah perubahan
tingkah laku seseorang terhadap suatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya secara berulang-
ulang dalam situasi itu, di mana perubahan dalam tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar
kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan,
pengaruh obat, dan sebagainya). Sementara Morgan mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang
relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari latihan atau pengalaman. Dengan demikian,
kata kunci dari belajar adalah perubahan, baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Perubahan itu ada
karena individu melakukan latihan dan pengalaman. Memang belajar adalah aktivitas yang kompleks dan tidak
bisa diamati secara instan. Ada siswa yang kelihatannya konsentrasi menyimak pelajaran, tetapi setelah diberi
pertanyaan dia tidak mengerti materi yang baru disampaikan guru. Sesungguhnya ia belum atau tidak belajar.
Para ahli psikologi mengemukakan beberapa teori belajar yang merupakan hasil eksperimentasi dan
penyelidikan ilmiah. Di sini akan dijelaskan tiga teori, yaitu teori Classical Conditioning, teori Cognitive
Learning, dan teori Social Learning.

Ditetapkannya Covid-19 sebagai pandemi global oleh WHO membuat pemerintah di berbagai negara
mengambil sikap tegas untuk memutus rantai penyebaran Covid19. Begitupun dengan pemerintahan di
Indonesia yang menerapkan pemberlakuan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang salah satu isinya
yaitu pembatasan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Mulai pertengahan maret tahun 2020, kegiatan
belajar- mengajar diganti melalui system daring atau yang lebih dikenal dengan istilah daring, dan meniadakan
kegiatan pembelajaran tatap muka langsung di sekolah. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya
kerumunan yang berpotensi mempercepat menyebaran virus. Tetapi, karena tidak adanya persiapan ataupun
perencanaan yang matang untuk pelaksanaan pembelajaran daring ini, kualitas pendidikan di Indonesia,
terutama untuk jenjang Sekolah Dasar hingga Menengah justru mengalami penurunan. Sebagian besar dari
tenaga pendidik maupun peserta didik masih mengalami kebingungan tentang apa yang harus mereka lakukan
untuk melaksanakan pembelajaran secara daring, yang jelas mungkin sangat berbeda dengan proses
pembelajaran yang selama ini diterapkan dengan tatap muka di sekolah. Proses pembelajaran yang harus
dilakukan secara daring tentu membutuhkan dukungan perangkat seperti gawai atau smartphone, atau bisa juga
menggunakan laptop yang dapat mengakses informasi jarak jauh. Penyebab permasalahan belajar siswa itu
sendiri menjadi kurang efektif adalah dengan diberlakukan system pembelejaran online ini yang sangat
beragam macam bisa mempengaruhi perilaku dan hasrat ataupun antusiasme dalam siswa. Ruangan yang
berbeda dengan kondisi, situasi, dan lingkungan yang bisa tertuju kepada pendidikan siswa yang terkadang
sadar tidak sadar itu sangat berbeda jauh perbedaannya dengan belajar di sekolah, yang sejatinya di sekolah itu
sudah dalam setting pengkondisian dalam belajar, dan memfasilitasi atau mendukung tempat untuk focus
belajar. Namun, sebaliknya ketika siswa berada pada situasi, kondisi dan pengkonsdisian yang tidak
mendukung atau mendrong gairah, antusiasi, motivasi siswa, karena dirinya sulit terganggu dengan hal lain
yang berada aktifitas dirumah, yang menghasilkan kurangnya tingkat konsentrasi belajar siswa, dan kurangnya
motivasi internal dalam murid, dan juga penyesuaian adaptasi terhadap belajar system yang baru yaitu online.

Jadi permasalahan yang akan diangkat dalam program ini adalah siswa yang memiliki masalah dalam
motivasi belajar, konsentrasi belajar, dan terkait kedisplinan atau keteraturan dalam waktu belajar, dan juga
ekologi selama pembelajaran via daring di masa pandemi covid-19, ketidaktertarikan dan ketidaktahuan
manfaat pada siswa kepada belajar dan kesulitan untuk fokus dalam belajar. Program ini bersifat bimbingan
individual, yang mana nantinya berbentuk psikoedukasi kepada siswa yang memiliki masalah dalam dirinya
sulit untuk ada kemauan atau antusias dalam belajar, karena ketika dijelaskan atau diperintahkan gurunya
membaca buku, ia tidak membacanya dan sehingga menjadi tidak faham apa yang disampaikan gurunya
tersebut, terlebih ibunya yang mendorong dan juga kakanya yang terus membimbing siswa ini untuk tidak
malas dalam belajar, tidak mengulang pelajaran-pelajaran yang dipelajari, dan tidak menangkap apa yang
disampaikan guru, dan juga terdapat suatu aktifitas yang membuatnya merasa ngantuk atau bosan terhadap
pembelajaran system online ini. Walaupun ibunya sudah memerintahkan untuk membaca atau untuk
menumbuhkan belajar yang tinggi, tetap ia masih dalam posisi harus didorong terlebih dahulu, jadi tidak ada
inisiatif dalam dirinya, seakan akan selalu difasilitasi mengenai proses pembelajaran dan harus didampingi agar
produktif. Selain itu kurangnya kemauan belajar pada siswa yang berkaitan dengan motivasi belajar sehingga
menjadi kurang inisiatif ditambah dengan masih belum beradaptasi dengan beban belajar yang sekarang yakni
SMP dan system pembelajaran yang secara daring ini pun berpengaruh.
Maka dari itu, melalui program ini diharapkan bisa membantu meningkatkan kualitas psikologis, social,
emosional, dan intelektual siswa agar menjadi siswa yang berperan aktif dalam lingkungan sekolah sesuai
dengan kemampuan atau minat bakatnya baik dalam ruang lingkup akademik maupun non akademik. Karena
kegiatan belajar secara daring ini memang merupakan suatu hal yang tergantung individu itu sendiri untuk bisa
beradaptasi atau menurunkan, sehingga hanya menjadi suatu tugas siswa yang tidak memikirkan jauh lebih
dalam mengenai urgensi sekolah. Selanjutnya, berdasarkan permasalahan yang sudah digali atau diketahui dari
hasil observasi, wawancara, dengan itu laporan ini disusun untuk membantu siswa dalam membangun dan
mendorong siswa dalam meningkatkan kemauan belajar dan meningkatkan konsentrasi saat belajar terutama di
kelas online ini , agar bisa mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk diasah secara konsisten. Serta
pendekatan yang akan digunakan kepada klien serta peran lulusan psikologi dalam dalam mengatasi
permasalahan klien mengenai perencanaan dan pengeksekusian lalu diakhiri dengan pengelolaan emosi secara
holistic dalam memecahkan masalah klien.

1.1.1 Deskripsi Sekolah


Tentang sekolah tempat siswa menimba ilmu, merupakan salah satu sekolah dasar swasta islam yang terletak di
Kota Bogor lebih tepatnya di Jln. Bojong Neros, RT.03/RW.07, Curug, Kec. Bogor Barat, Jawa Barat.
VISI SEKOLAH
Terwujudnya peserta didik yang beriman, berakhlak Qur’ani dan Cendekia.
MISI SEKOLAH
1.Mengajarkan Al-Qur’an sesuai tahapannya
2.Menanamkan sikap berbudi pekerti luhur berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah
3.Mendidik dan mengajarkan ilmu pengetahuan secara komprehensif
4.Mengembangkan potensi peserta didik melalui program ekstrakurikuler
5.Mengembangkan fasilitas sekolah dan media pembelajaran yang memadai
1.2 Tujuan
Disusunnya laporan praktitk konseling ini memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengatahui sekaligus memahami terkait proses pembelajaran online learning ini.
2. Menerapkan percencanaan laporan ini dengan persiapan yang matang untuk melakukan aksi
tersebut yang nantinya akan diolah sebagai data kami dalam melakukan sebuah program
psikoedukasi. Jadi, perkembangan selanjutnya bisa diterapkan secara konsisten oleh murid,
sehingga perlunya disini program terstruktur dan berdampak yang tidak hanya jangka pendek tapi
juga jangka panjang.
3. Untuk mengetahui bentuk layanan yang tepat kepada siswa atau klien yang kelanjutannya bisa
menjadi suatu tolak ukur dalam mengeksekusi dan mengelola prencanaan itu sendiri.
4. Sebagai bentuk pengumpulan laporan tugas akhi rmata kuliah psikologi pendidikan.
5. Untuk menyadarkan kepada siswa betapa pentingnya pendidikan yang dimaksimalkan dengan
sebaik-baiknya.

1.3Manfaat
1. Untuk siswa, manfaat yang akan didapatkan untuk siswa itu sendiri in syaa Allah dari adanya
bimbingan dan konseling ini berupa perubahan secara potensial, performa, dan juga emosi yang dimana
ketiga aspek ini ditujukan demi terwujudnya pengembangan kepribadian yang dapat berpartisipasi dan
berperan di sekolah untuk menjadi siswa yang progresif dan optimalisasi.
2. Untuk Orang tua, manfaat yang didapatkan oleh orang tua ialah guna menjadi teladan bagi keluarga
untuk anak pautan hati. Dengan kesabaran, keteguhan, dan keyakinan dalam mendidik anak yang
berproses dan bertahap untuk berubah ke arah yang lebih baik lagi.
3. Untuk penulis, manfaat yang akan didapat oleh penulis sendiri melalui program yang dilakukan ini
bisa menerapkan ilmu yang dilakukan saat konseling ini yang secara kontinuitas dengan segenap
kemampuan yang bertahap dapat dipraktekan ke dalam program-program berikutnya untuk
mempunyai kompetensi psikologi yang maksimal ketika sudah lulus ataupun sebelum lulus,
sehingga bisa mempersiapkan dunia karir dari sekarang dari sisi manapun.
BAB II
ANALISA DATA DAN MASALAH
2.1 Hasil Wawancara
No. Pertanyaan Respon Anak Respon Orang Respo Kesimpulan
Tua n Wali
Kelas
1. Selama pembelajaran Ga enak, gabisa Klien lebih - Dapat
banyak disimpulkan dari
online berlangsung saat ketemu temen, dan
malesnya atau wawancara itu
ini, pasti ada suatu kalau belajar suka mageran dan bahwa anak
sulit untuk mengalami
perubahan yang dialami. tidak mengerti atau
inisiatif ketika emosi negative
Bisa ceritakan bagaimana sulit difahami. Dan dalam atau kurang
pembelajaran, stabil ketika
perasaan klien saat lebih seru ke
mungkin yang belajar daring
belajar online ini? sekolah dilakukan ini, dan juga ada
masih belum hal yang kurang
faham dimengerti.
manfaatnya,
dan tidak tahu
harus mulai
darimana.
2. Mengenai proses Suruh absen, doa Sistem Berdasarkan
pembelajaran, dari awal dengan dikirimkan pembelajarann kesimpulan,
masuk pagi sampai oleh ketua kelas. ya secara bahwa dalam
selesai jam pelajaran, itu Lalu yang lainnya daring seperti proses
apa saja yang dilakukan? mendengarkan anak-anak pembelajaran
sambil ngikutin, lalu yang lain,dan secara daring ini
yang selanjutnya menurut saya menggunakan
belajar bisa lewat juga gurunya media zoom dan
zoom atau grup udh sangat whatsapp grup
whatsapp. Melalui professional dengan urutan
whatsapp itu dikirim dalam hal dari awl masuk
foto, vn materi. Dan mengatasi hingga selesai
juga memberikan belajar media belajar.
tugas. social online
ini.
3. Masuk SD IT, apakah ada Disuruh umi buat Saaya, sangat Jadi, klien lebih
las an dan tujuan untuk masuk sekolah ini menyukai memiliki
masuk sekolah ini? sekolah ini, dorongan dari
karena luar atau factor
menurutnya yang kuat dalam
sekolahnya menjalani
bagus, murah, sekolah itu
dan berbeda adalah dari luar.
dari sekolah Artinya,
yang lainnya. kurangnya atau
akan
menurunnya
tingkat motivasi
belajar klien
seiring waktu,
jika ga punya
tujuan.
4. Selain aktifitas sekolah, Bantuin ibu di Klien dalam Klien, lebih
apakah ada aktifitas lain warung, menghafal hal menghafal condong ke
yang klien lakukan? al-qur’an sudah cukup aktifitas di
baik dan cepat. dalam rumah,
Walaupun di dan kurang suka
bidang keluar rumah.
akademiknya
kurang, tapi
ketika
menghafal
bagus dan
cepat.
5. Media yang digunakan Bisa menggunakan Biasanya klien, Jadi, disaat
selain zoom itu apa youtube lebih kepada daring seperti
biasanya? menonton ini, tidak jauh
youtube yang namanya
melalui video dari youtube,
yang WA, dll. Ketika
ditampilkan ada suatu tools
dengan grup dalam media,
whatsapp. yang tadi paling
sering
digunakan.
5. Jam berapa biasa stay di Jam setengah 7 Klien diamati Kesimpulannya
depan handphone untuk bang, fathan udah terkadang suka adalah bahwa
melakukan pelajaran? siap untuk rebahan juga klien terkadang
melakukan absen. ketika abis mudah
Jam 7 nya mulai. absen terpengaruh oleh
hal-hal di luar
dirinya yan
gmembuat
sulitnya focus
dalam belajar.
6. Fathan lebih seneng di Pernah bang, Masalah tugas, Perlunya
metode belajar auditory ngerjain tugas waktu klien atau keinginan dan
kan ya, pernah ga fathan itu mepet dengan fathan harus kemauan yang
itu dikasih tugas, yang waktunya tapi masih didukung oleh dikembangkan
harus dikumpulin jam 12 bisa dikirim. factor penguat oleh fathan
misalkan, pernah ga dan diingatkan sendiri, melalui
ngerjain tugasnya telat? tugas tugas yang
diberikan.
7. Abis istirahat kan Ngga pernah, tapi Biasanya dia Klien sudah
biasanya kita pengen pernah masih diluar suka main bola masuk ke tahap
jalan jalan dlu kemana belum masuk ke sama adek- adaptasi belajar
gitu. Pernah ga fathan kamar, masih stay di adeknya, atau daring yang
nunda-nunda dulu gitu hp. terkadang pemula, karena
ketika istirahat? ngelakuin hal masih terhambat
lain dulu, trus atau terpengaruh
udah masuk oleh factor luar.
masih di luar
ruangan sambil
dengerin vn.
8. Pelajaran di akhir itu kan Biasa aja, ga terlalu Ia lebih biasa Bahwa ia seperti
ditutup lewat doa, seneng sih. biasa saja biasa biasa saja
bagaimana perasaan ekspresinya walaupun kelas
fathan ketika setelah ketika sudah udah beres,
beres belajar secara beres belajar. tidak terlalu
daring? ingin cepat-
cepat.
9. Fathan kalau zoom dari Tergantung Klien kadang- Klien menutup
awal masuk sampe beres pelajaran yang make kadang off camera ketika
itu on cam terus kah? zoom, dan juga off cam ketika ada ada hal penting
camnya ketika yang ingin yang ingin
hanya ingin ke dilakukan itu dilakukan.
kamar mandi. penting.
10. Kalau belajar dari zoom Gatau, tergantung Pagi sampai Sekolah
itu biasanya berapa lama? pelajarannya. siang jam 12 biasanya dari
atau jam 1 an. pagi jam 7
ampai jam 12.
11. Ada temen-temen fathan Ada, dan itu Temen-temen Teman-teman
yang membuat fathan temennya ga terlalu fathan karena yang belum
bias terdorong untuk deket masih daring, berkenalan
belajar lebih baik lagi? jadi belum secara langsung
terlalu kenal akan berbeda
deket. dengan teman-
teman yang
berkenalan
secara langsung.
12. Ortu fathan pernahkah Iya pernah, pas guru Menyuruh Lebih kepada
marahin fathan ketika lagi nerangin. klien untuk memberikan
fathan lagi malas- Fathan ga buka buku baca buku dan instruksi ketika
malasan? menyimak. suatu hal itu
penting dang a
dilakukan oleh
klien.
13. Di sekolah ini kan udah Ada, di tugas. Lebih Biasanya klien Beban sekolah
agak berbeda dari SD ke banyak beban diberi tugas lebih berat dan
SMP. Menurut fathan tugasnya dan sulit. yang sangat semakin sulit
belajar di smp sekarang, berbeda dari yang diharuskan
yang berat atau padat itu biasanya, dan siswa bias
bagi fathan ada ga? menurut ortu berproses dan
juga bahwa beradaptasi
masa atau dengan kondisi
beban nya yang ada.
sekarang udah
berbeda dari
sebelumnya di
SD, mungkin
itu juga yang
membuat
fathan kaget
dan perlu
berproses.
14. Siapa tokoh panutan Lionel Messi. Klien nonton Suka bidang
fathan? Yang diidolakan. bola sering olahraga dan
sampe-sampe panutannya
malam juga adalah tokoh
mau. pemain bola,
yaitu Lionel
Messi.

15. Belajar paling efektif Hari jum’at kalau Klien lebih Belajar yang
menurut fathan itu kapan? dari hari, kalau dari suka belajar paling efektif
waktu setiap pagi pagi dan ada menurut klien
lebih efektif dan waktu belajar adalah di hari
enjoy. di pagi hari. jum’at jika
dalam harinya,
sedangkan
dalam waktu
tiap pagi.
13. Belajar paling efektif Hari jum’at kalau Klien lebih Belajar yang
menurut fathan itu kapan? dari hari, kalau dari suka belajar paling efektif
waktu setiap pagi pagi dan ada menurut klien
lebih efektif dan waktu belajar adalah di hari
enjoy. di pagi hari. jum’at jika
dalam harinya,
sedangkan
dalam waktu
tiap pagi.
16. Siapa guru yang paling Ustadzah Ria, guru Ustadzah ria Menurut klien,
fathan seneng dan suka di bahasa arab. tu, ngajarinnya ia lebih senang
sekolah? enak banget belajar dengan
dan juga ustadzah ria
professional. yaitu guru
Tahu mana bahasa arab.
yang tepat.

17. Selain, bahasa arab ada Enakan bahasa arab, Klien lebih Bahwa ia lebih
pelajaran hafalan yang walaupun ipa juga seneng dan senang belajar
fathan senengin kah? kadang-kadang cepet hafalan menghafal,
nangkep. suratnya udah walaupun ga
lumayan. semuanya yang
bisa ia hafal.
18. Dari mata pelajaran Bahasa Indonesia Ia kurang di Lebih seneng ke
umum nih, yang fathan mtk dan masih pelajaran bahasa
seneng antara IPA, MTK, agak males Indonesia.
Bahasa Indonesia, itu gitu kalau ada
yang seneng yang mana ? soal mtk.
19. Siapa guru yang paling Ustadzah Ria, guru Ustadzah ria Menurut klien,
fathan seneng dan suka di bahasa arab. tu, ngajarinnya ia lebih senang
sekolah? enak banget belajar dengan
dan juga ustadzah ria
professional. yaitu guru
Tahu mana bahasa arab.
yang tepat.
20.. Belajar menurut fathan Yang pilihan kedua, Klien lebih Lebih suka ada
lebih enak mana ketika jadi hp itu tetep suka tidak fasilitas social
mau ujian sebelumnya. harus ada dan tetep disita atau untuk terdorong
Apakah segala media dibuka dengan tidak diberi suatu hal yang
ataupun benda yang di tujuan untuk belajar punishment, menjadi focus.
fathan itu ga dari medsos. melainkan
dipergunakan dulu atau harus
dimatikan dan disita. difasilitasi
Aatau tetep ada fasilitas
itu dalam tanda kutip
dipakai untuk belajar dan
menambah referensi?
16. Siapa guru yang paling Ustadzah Ria, guru Ustadzah ria Menurut klien,
fathan seneng dan suka di bahasa arab. tu, ngajarinnya ia lebih senang
sekolah? enak banget belajar dengan
dan juga ustadzah ria
professional. yaitu guru
Tahu mana bahasa arab.
yang tepat.

2.2 Kesimpulan Hasil Wawancara


Dapat disimpulkan, bahwa klien merupakan siswa SMP IT Zaid Bin Tsabit yang baru buka dan ia memiliki
minat atau potensi ke arah olaharaga ataupun bidang non akademik. Terlihat, dari segi pola asuh klien dari
orang tuanya Nampak masih kurang menempatkan atau mengasah potensi anaknya ke yang sebenar-benarnya,
dan klien pun masih kurang dalam hal bersosialisasi dengan orang lain, sehingga ia hanya memiliki teman yang
sedikit atau tidak banyak dan sangat sulit untuk terbuka dengan orang lain walaupun orang itu sudah lumayan
deket. Dalam sekolah daring seperti ini, klien lebih menurun dari kualitas belajarnya, karena ia termasuk orang
yang gaya belajarnya auditory, dan di sekolahnya atau di kelasnya lebih banyak grup whatsapp. Yang sejatinya
itu masih belum efektif dan optimal bagi siswa yang memiliki motivasi rendah atau dikit. Dan juga ditambah
ruangan atau desain lingkungan yang sangat mempengaruhi belajarnya klien, sehingga sangat perlu ekstra dan
cerdik dalam membuat atau mensenikan tempat agar focus kita saat belajarnya dan juga maksimal. Dari sesi
wawancara yang udh dijalankan, selain itu juga fathan lebih suka hal-hal yang berkaitan dengan bahasa-bahasa,
olahraga, dan juga lebih kepada jiwa jiwa yang siap belajar hal-hal yang sudah terstruktur, dalam menghafal
pun fathan lebih suka karena sering muroj’ah yang sudah dibiasakan dari sekolahnya. Dan ia masih kurang
aktif dalam belajarnya Fathan merupakan seorang murid yang rajin dalam sekolahnya dan juga penurut ataupun
mengikuti dan sopan kepada guru terutama kepada orang tuanya, akan lebih bagus jika fathan meneruskan apa
yang sudah pernah didapat, salah satunya adalah dengan mencoba konsisten, walaupun fathan lebih sulit
beradaptasi Karena itu merupakan sesuatu hal yang wajib dan harus kita jadikan tolak ukur ke depannya.
Fathan memiliki keluarga yang sangat perhatian dan juga memiliki suatu dukungan yang kuat dalam
pendidikan walauppun orang tuanya berdagang warung nasi dirumah. Fathan termasuk cenderung orang yang
lebih senang jika ada sesuatu yang diharuskan serius tidak dikekang atau diberikan punishment, melainkan
difasilitasi dan didukung atau diberi reward agar belajarnya efektif, walaupun disisi lain di belajar secara daring
ini membuat fathan menjadi ada suatu kendala dalam belajarnya yaitu sulitnya untuk focus karena setting
pengkondisian rumah dan juga banyaknya rasa malas dalam diri ataupun lingkungan yang kurang mendukung
fathan menjadi pembelajar yang efektif. Dalam kesiapan belajar pun fathan sudah memperlihatkan cara
kesiapan yang aktif dan tida telat, lalu dalam hal metode belajar yang baik pun fathan sendiri sudah tau, tapi
jika kita berpikir secara luwes dan aktif, kita akan menemukan sesuatu yang baru dan itu bermanfaat buat diri
kita. Fathan telah mengukur kadar atau porsi kapasitas kemampuannya sudah sejauh mana, walaupun belum
sepenuhnya. Dalam hal belajar yang dijalankan fathan secara daring selama kurang lebih setahun ini, ada
banyak hal-hal yang berdampak kepada hal yang positif maupun negative, salah satunya adalah terdistract
dengan lingkungan rumahnya dan sulutnya komunikasi dengan teman, sulitnya untuk memahami apa yang
disampaikan guru saat belajar, dari hasil wawancara itu ternyata disebabkan oleh dua factor, baik dari factor
eksternal atau lingkungan, dan juga internal atau dalam diri fathan. Maka dari itu, hasil wawancaranya
menandakan bahwa fathan tidak terlalu malas,cumin belum bisa beradaptasi dengan system pembelajaran
sekarang dan juga masih ada effort nya untuk belajar secara antusiasme.
Dari segi pemberian materi oleh guru juga, fathan masih cenderung berantusias ketika adanya zoom
kebanding hanya di grup, yang bisa mengganggu atau berdampak kepada tidak fokusnya fathan dan bisa
melakukan pekerjaan yang lainnya. Maka fathan berusaha untuk bisa focus dengan keadaan yang diharuskan
focus yaitu dengan memakai headset, dan manfaat atau apa yang ingin didapatkan dan diinginkan dari pelajaran
itu sendiri fathan masih bingung, karena ketika ditanya tujuan masuk sekolah itu adalah, disuruh oleh orang
tuanya, bukan dari kemauannya sendiri. Dan itu sebenarnya berefek kepada performa dia di sekolah itu dalam
melakukan aktifitas, kegiatan, ataupun pendidikan. Tiada lain orang tuanya pun harus mengerti potensi
anaknya, di wawancara itu terlihat fathan masih kaku dengan saya.
2.3 Hasil Observasi
No. Aspek yang diamati Keterangan

1. Penampilan Klien berpenampilan dengan setelan seragam


putih biru dengan rambutnya yang tersisir rapih
warna hitam, kerah terpasang sampai leher.
Dengan kulit nya sawo matang dan wajahnya
menatap layar hp untuk melakukan zoom
meeting.

2. Proses Belajar E-Learning Saat belajar berlangsung, klien menghadap hp


untuk melakukan zoom meeting bersama guru
dengan disiapkannya buku dan alat tulis di
depannya. Sistemnya adalah menggunakan zoom
meeting atau grup whatsapp, video call yang
masing-masing tergantung gurunya. Pagi-pagi
abssen terlebih dahulu, berdoa, mulai pelajaran , di
seling waktu belajar setoran murojaah, lalu istirahat,
dan masuk lagi lalu pulang. Durasi belajarnya dari
pagi sampai siang jam 12an.
3. Tugas yang dikerjakan Dalam penugasan, setiap mata pelajaran biasanya
tergantung dalam pemberian tugas. Secara umum
tugasnya bisa berupa video, catatan yang dikirim
dan diupload ke gurunya. Biasanya dalam
pengerjaannya terkadang klien harus didorong dulu
untuk inisiatif mengerjakan tugas. Tapi, klien juga
mengerjakan tugas dengan usaha terlebih dahulu,
setidaknya ada yang dikerjakan terlebih dahulu
sebelum minta tolong ke kakanya, biasanya yang
susah soalnya.
4. Hubungan emosional dengan keluarga Cukup baik, karena ibunya dan ayahnya sangat
perhatian terhadap fathan, terlebih di kondisi yang
seperti saat ini sedang terjadi covid-19. Fathan pun
didukung, difasilitasi, dan dibimbing sedikit untuk
diarahkan dalam belajar. Hubungannya dengan
orang tua sangat dekat, terutama dengan ibunya.
Yaitu ia sangat mirip dengan ibunya, dan juga
seringnya berkomunikasi atau ibunya sering
menginstruksikan dan mengawasi fathan ketika
belajar, Dan terlihat dengan ibunya asyik-asyik aja
yang sudah lumayan bisa ngobrol atau ngomong
banyak. Orang yang disegani fathan adalah ibunya,
jadi ketika da tugas pun fathan nurut.

Hubungan dengan kakanya juga cukup baik, karena


kakanya termasuk seseorang yang aktif dan juga
pembantu fathan ketika mengalam tugas yang sulit,
kakanya juga perhatian dan peduli terhadap adik-
adaiknya termasuk fathan. Siap membantu fathan
dalam mengerjakan tugasnya, jadi ada hubungan
yang baik antara fathan dan kakanya, kadang-
kadang bercanda ataupun melakuan kegiatan
bersama dan menonton tv.

Hubungan dengan adik-adiknya sangat baik, karena


seringnya atau rutinnya fathan latihan bola dirumah
dengan adiknya, fathan juga merupakan kaka yang
bisa mencontohkan baik kepada adik-adiknya.
Fathan tidak terlalu banyak bicara
5. Aktifitas di luar jam sekolah Aktifitasnya yaitu membantu orang tua di warung
nasi dengan ayahnya atupun kakaknya. Dalam
keseharian fathan juga mengafalkan surat dari
sekolah yang nantinya akan disetorkan tiap harinya.
Fathan juga suka bermain bola di ruang tamu
bersama adiknya, dan juga bermain ps ataupun
bermain hp di ruang tamu bersama-sama dengan
tidak lama-lama. Ada les badminton di hari libur
biasanya juga.
6. Lingkungan tempat klien belajar Lingkungan tempat belajarnya adalah di kamar itu ,
yaitu dekat dengan ruang tamu. Ruangan ini kurang
kondusif dalam hal belajar, karena di samping
kamarnya ini ruang tamu yang biasanya dipake
tempat bermain adiknya dan dibelakang dapur di
depan warung, sehingga banyak suara bising yang
sulit terkendalikan, dan juga ngetok-ngetok pintu
untuk memanggil atau mengajak bercanda kepada
fathan.

2.4 Kesimpulan Observasi


No Aspek yang diamati Keterangan
.
1. Penampilan Dari segi penampilan, klien terlihat memakai
baju dan celana yang rapih. Yang terlihat
bahwa bajunya bersih dan muka ataupun
sisirnya pun tahu. Klien pun memiliki tinggi
yang cukup walaupun badannya agak kurus,
tapi ia sehat secara fisik yaitu tidak sakit.
2. Proses belajar E-Learning Proses belajarnya itu dimulai dari jam set 7
absen sampai penutupan jam 12 an
menggunakan zoom meeting atau grup
whatsapp, kalau lewat grup masih bisa ditunda
sebentar. Sedangkan lewat zoom meeting
harus on cam dan serius memperhatikan yang
disampaikan guru.
3. Tugas yang dikerjakan Masalah tugas, ia mengerjakan dengan
semaksimal mungkin, namun di sisi lain ia
terkadang dibantu diberi petunjuk dalam
mengerjakan tugas, ada tugas berbentuk video
atau yg lainnya yang dikumpulkan atau
sebagai catatan satu lagi urut dikumpulkan.
4. Hubungan emosional dengan keluarga Hubungannya cukup baik dengan
keluarganya, terlihat dari kedekatan oleh sang
ibu atau ayah atau kaka kepada adiknya,
dengan bercanda-canda ataupun duduk
bersama, jadi ada nya suatu keharmonisan.
5. Aktitfitas di luar jam sekolah Melakukan lebih banyak aktifitas di dalam
rumah dan juga mmebantu orang tua, lebih
dikiti dia kuasai,
6. Lingkungan tempat klien belajar Sulit untuk kondusif dalam ruangan yang
seadanya walaupun besar, tapi masih banyak
gangguan yang lainnya dari segi
pengkondisian atau setting ruangan belajar.

2.5Analisa Data dan Masalah


Asessment data dan masalah telah dijalankan selama tiga hari untuk mengumpulkan data terkait permasalah
gangguan belajar klien. Adapun metode yang dipakai adalah dengan observasi dan wawancara yang dilakukan
selama tiga hari. Dimana saya melakukan sebuah observasi dengan struktur dan juga dengan wawancara yang
dilakukan dengan struktur, analisa data dan masalah yang dilewati merupakan suatu bahan penting yang bisa
sebagai bahan melejitkan kualitas diri manusia itu sendiri, jika digunakan dengan sebaik-baiknya. Menjadi
observeenya adalah klien saya sendiri, dan interviewee nya ibu, kaka, dan ayahnya untuk memperkuat datanya
tersebut. Dari beberapa rangkaian assessment yang dilakukan, dapat ditemukan permasalahan dalam belajarnya
adalah terkait motivasi internal dan eksternal yang mempengaruhinya menjadi belajar kurang efektif, serta
permasalahan yang lainnya adalah pengkondisian lingkungan atau setting lingkungan yang kurang memadai
atau membuatnya terdistract dalam belajarnya. Karena cukup jauh perbedaan spesifik antara belajar di kelas
dengan belajar dirumah, dan juga dengan situasi yang seperti sekarang ini, membuat motivasi nya menurun
baik secara internal maupun eksternal, sehingga pembelajaran e-learning ini sebenarnya sebuah cara atau jalan
kita memilih untuk ketertinggalan atau terus maju menghadapi dan beikhtiar kepada Allah agar diberi petunjuk.
Keresahan ini diutarakan oleh siswa itu sendiri, bahwa ia lebih suka bertatap muka kebanding lewat zoom yang
terkadang sulit juga untuk mengontrol perbuatan yang buruk. Sehingga dari guru pun hanya memenuhi
kewajibannya tanpa memperhatikan efek lain di luar dirinya yang terkadang-kadang menjadi sebuah
boomerang kepada diri kita. Tidak hanya satu, ternyata dari sebuah penelitian pun banyak siswa yang
mengalamki hal seperti itu.
Mеnurut Uno (2007:39), Motivаsi dаpаt diаrtikаn sеbаgаi dorongаn intеrnаl dаn еkstеrnаl dаlаm diri
sеsеorаng yаng diindikаsikаn dеngаn аdаnyа: hаsrаt dаn minаt, dorongаn dаn kеbutuhаn, hаrаpаn dаn citа-citа,
pеnghаrgааn dаn pеnghormаtаn. Motivasi itu sendiri merupakan sebuah dorongan yang terdapat dalam diri
manusia baik yang dipengaruhi dari dalam dirinya yaitu internal maupun dipengaruhi dari luar dirinya yaitu
eksternal sehingga terbentuklah sebuah perilaku aksi dalam keseharian hidup kita yang berisi dari hasrat dan
minat kita kea rah yang kita inginkan atau tujukan dan juga merupakan kebutuhan dan cita-cita yang didasari
atas dasar prinsip atau life value seseorang untuk menuju kepada penghargaan diri dan penghormatan, yang
dampak jangka panjangnya adalah bisa sabar dan melihat secara jeli ataupun teliti. Dengan adanya motivasi
seseorang atau pelajar yang melakukan aktifitas di sekolah misalkan sudah ditentukan SOP nya oleh gurunya
untuk melakukan kompetensi yang diiinginkan tapi pelajar ini belum punya atau sedang tidak ingin sombong,
namun jika kita punya motivasi itu bisa menajdi sebuah pengungkit atau pemacu dalam sebuah pergerakan
awal. Belajar merupakan aktivitas yang sangat penting bagi perkembangan individu. Belajar akan terjadi setiap
saat dalam diri seseorang, dimanapun dan kapanpun proses belajar dapat terjadi. Belajar tidak hanya terjadi di
bangku sekolah, tidak hanya terjadi ketika siswa berinteraksi dengan guru, tidak hanya ketika seseorang belajar
membaca, menulis dan berhitung. Belajar bukan hanya seperti ketika seseorang belajar sepeda, belajar menjahit
atau belajar mengoperasikan komputer. Belajar bisa terjadi dalam semua aspek kehidupan. Belajar sudah
terjadi sejak anak lahir bahkan sebelum lahir atau dikenal dengan pendidikan pranatal, dan akan terus berlanjut
hingga ajal tiba.
Motivasi belajar dipengaruhi oleh faktor Eksternal dan Internal seperti yang diungkapkan oleh Bandura
(Schunk, 2012) melalui konsep reciprocal determinism nya bahwa tingkah laku manusia terbentuk dari
interaksi timbal balik yang terus menerus antara determinan kognitif (Person), Tingkahlaku (Behavioral), dan
Lingkungan (Enviroment) yang artinya seseorang menentukan atau mempengaruhi tingkah lakunya dengan
mengkontrol kekuatan lingkungan, tetapi orang tersebut juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan tersebut.
Person dan Behavioral merupakan faktor Internal sedangkan Lingkungan merupakan faktor Eksternal. Faktor
Eksternal yang mempengaruhi motivasi belajar salah satunya adalah dukungan sosial orangtua. Dukungan
sosial adalah suatu kenyamanan, perhatian, penghargaan, ataupun bantuan yang diterima individu dari orang-
orang yang berada di sekeliling individu. Dukungan sosial dapat berupa dukungan emosional/penghargaan
(Emotional/Esteem Support), dukungan instrumental (Tangiable/Instrumental Support), dukungan informasi
(Informational Support), dan dukungan persahabatan (Companionship Support) (Sarafino, 2011). Dukungan
sosial datang dari berbagai pihak, salah satunya adalah keluarga. Dukungan yang paling besar didalam
lingkungan keluarga bersumber dari orang tua. Dukungan sosial ini berkaitan dengan motivasi. Berbagai
dukungan social mempengaruhi motivasi seseorang dalam belajar.

BAB III
PERENCANAAN PEMBELAJARAN DAN PELAYANAN

3.1 Teori tentang Permasalahan


3.1.1 Motivasi Belajar
Dalam belajar adakalanya malas adakalanya semangat dan ada juga yang selalu semangat dengan
antusiasme yang tinggi , atau ada juga yang selalu malas dan tidak menempatkan rasa malas itu sesuai dengan
kondisi yang seharusnya ditempatkan, maksudnya mala situ menjadi sebuah efek negative bagi dirinya yang
berdampak kerugian serta tidak bertanggung jawab dalam memenuhi peran, salah satu factor penyebab mala
situ sendiri adalah kuranngya atau sedikitnya motivasi dalam diri. Motivаsi sеbаgаi prosеs bаtin аtаu prosеs
psikologis dаlаm diri sеsеorаng sаngаt dipеngаruhi olеh bеbеrаpа fаktor. Bаnyаk fаktor yаng mеnyеbаbkаn
kаryаwаn mеmpunyаi motivаsi kеrjа yаng tinggi аtаu rеndаh, nаmun sеcаrа gаris bеsаr fаktor tеrsеbut dаpаt
dikеlompokkаn mеnjаdi motivаsi intеrnаl dаn fаktor еkstеrnаl. Mеnurut Uno (2007:39), Motivаsi dаpаt
diаrtikаn sеbаgаi dorongаn intеrnаl dаn еkstеrnаl dаlаm diri sеsеorаng yаng diindikаsikаn dеngаn аdаnyа:
hаsrаt dаn minаt; dorongаn dаn kеbutuhаn: hаrаpаn dаn citа-citа; pеnghаrgааn dаn pеnghormаtаn. Konsep
motivasi berawal dari konsep para ahli filsafat, bahwa tidak semua tingah laku manusia dikendalikan oleh akal,
akan tetapi tidak banyak perbuatan yang telah dilakukan oleh manusia di luar kontrol manusia, maka dari itu
lahirlah sebuah pendapat, bahwa manusia disamping sebagai makhluk rasionalistik, manusia juga sebagai
makhluk mekanistik yaitu makhluk yang digerakkan oleh sesuatu di luar nalar (Chaplin, 2001 dalam Saleh &
Wahab 2005).
Winkel, 2003 dalam Puspitasari, 2012 definisi atas motivasi belajar adalah segala usaha di dalam diri sendiri
yang menimbulkan kegiatan belajar, dan menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar serta memberi arah pada
kegiatan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis
yang bersifat non intelektual dan berperan dalam hal menumbuhkan semangat belajar untuk individu. Motivasi
belajar adalah dorongan dari proses belajar dan tujuan dari belajar adalah mendapatkan manfaat dari proses
belajar. Beberapa siswa mengalami masalah dalam belajar yang berakibat prestasi belajar tidak sesuai dengan
ang diharapkan. Untuk mengatasi masalah yang dialami tersebut perlu ditelusuri faktor yang mempengaruhi
hasil belajar di antaranya adalah motivasi belajar siswa, dimana motivasi belajar merupakan syarat mutlak
untuk belajar, serta sangat memberikan pengaruh besar dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar
(Puspitasari, 2012). Bandura memandang motivasi belajar dari perspektif sosial kognitif, bahwasannya
perilaku belajar dibentuk melalui proses belajar (kognitif) yang ia peroleh dari hasil pengamatannya di
lingkungannya (sosial). Schunk & Pintrich (2002) mendefinisikan motivasi dalam konteks belajar merujuk
pada teori Bandura yaitu motivasi sebagai proses yang mengarahkan individu pada suatu tujuan, membuat
orang melakukan sesuatu, membuat mereka tetap melakukannya, dan membantu mereka dalam menyelesaikan
tugas-tugas. Dari sini dapat disimpulkan bahwa konsep motivasi digunakan untuk menjelaskan keinginan
berperilaku, arah perilaku (pilihan), intensitas perilaku (usaha, berkelanjutan), dan ketekunan. Motivasi belajar
dipengaruhi oleh faktor Eksternal dan Internal seperti yang diungkapkan oleh Bandura (Schunk, 2012) melalui
konsep reciprocal determinism nya bahwa tingkah laku manusia terbentuk dari interaksi timbal balik yang terus
menerus antara determinan kognitif (Person), Tingkahlaku (Behavioral), dan Lingkungan (Enviroment) yang
artinya seseorang menentukan atau mempengaruhi tingkah lakunya dengan mengkontrol kekuatan lingkungan,
tetapi orang tersebut juga dikontrol oleh kekuatan lingkungan tersebut. Person dan Behavioral merupakan
faktor Internal sedangkan Lingkungan merupakan faktor Eksternal. Faktor Eksternal yang mempengaruhi
motivasi belajar salah satunya adalah dukungan sosial orangtua.
Dukungan sosial adalah suatu kenyamanan, perhatian, penghargaan, ataupun bantuan yang diterima individu
dari orang-orang yang berada di sekeliling individu. Dukungan sosial dapat berupa dukungan
emosional/penghargaan (Emotional/Esteem Support), dukungan instrumental (Tangiable/Instrumental
Support), dukungan informasi (Informational Support), dan dukungan persahabatan (Companionship Support)
(Sarafino, 2011). Dukungan sosial datang dari berbagai pihak, salah satunya adalah keluarga. Dukungan yang
paling besar didalam lingkungan keluarga bersumber dari orang tua. Dukungan sosial ini berkaitan dengan
motivasi. Faktor internal yang mempengaruhi motivasi belajar adalah kematangan emosi. Menurut Smitson
(Chaturvedi, A., & Kumari, R, 2012) kematangan emosi adalah proses dimana kepribadian terus berjuang
untuk meningkatkan kesehatan emosional, baik intra-psikis dan intra pribadi. Seorang remaja sangat berkaitan
dengan permasalahan kematangan dalam emosinya terutama jika remaja dihadapkan pada permasalahan
kompleks seperti permasalahan ekonomi. Anak dengan status sosial ekonomi rendah seringkali dikaitkan
dengan kematangan emosi yang rendah pula. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Hangal dan
Aminabhavi (2007) menyatakan bahwa ada keterkaitan antara status pekerjaan orangtua dengan kematangan
emosi anak. Anak-anak dari ibu yang bekerja memiliki kematangan emosi yang cukup tinggi dibandingkan
dengan anak-anak dari ibu rumah tangga. Kematangan emosi berkaitan dengan motivasi belajar anak. Menurut
Zurbriggen & Sturman (Welten, 2010) menyatakan bahwa motivasi dan emosi saling berkaitan. Di satu sisi
emosi dapat menyebabkan motivasi, namun di sisi lain motivasi juga dapat menyebabkan emosi. Uno (2007)
juga menyatakan bahwa motivasi dipengaruhi oleh keadaan emosi seseorang. Para peneliti juga telah
menyelidiki bagaimana proses-proses dalam otak berhubungan dengan fungsi kognitif yang berbedabeda, salah
satunya adalah motivasi dengan emosi (Welten, 2010). Ada berbagai teori yang menjelaskan emosi manusia
berkaitan dengan motivasi. Salah satu teorinya adalah teori sosial kognitif oleh Bandura. Bandura (Alwisol,
2009) menyatakan bahwa keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi efikasi di bidang
kegiatan itu. Efikasi diri berhubungan dengan motivasi seseorang. Orang yang mempunyai efikasi diri tinggi
akan mempunyai motivasi yang lebih tinggi di dalam menjalankan suatu tugas tertentu dibandingkan dengan
orang memiliki efikasi diri yang rendah. Selain itu, teori sosial kognitif Bandura (Schunk, 2012) juga
menekankan bahwa keadaan emosi juga dapat mempengaruhi atensi/perhatian. Phelps (Schunk, 2012)
menyatakan bahwa emosi dapat membantu mengarahkan perhatian yang dibutuhkan dalam pembelajaran.
Informasi-informasi dari lingkungan bergerak menuju thalamus, lalu dikirimkan ke amygdala dan korteks
frontal. Amygdala menentukan pentingnya stimulus berdasarkan emosi (Wofle dalam Schunk, 2012).
Sehingga hal ini menunjukkan bahwa emosi memiliki peran dalam pemusatan perhatian (atensi) yang
berkaitan dengan indikator motivasi belajar yaitu minat (Schunk, 2012). Uppal (Zapata., & Alodia D.G, 2015)
juga menyatakan bahwa kematangan emosi merupakan prediktor signifikan dari tingkat keberhasilan yang akan
individu capai dalam hidup mereka. Orang dengan kematangan emosi yang tinggi cenderung mengetahui apa
yang mereka inginkan dan memiliki kapasitas untuk mewujudkannya. Hal ini juga merupakan ciri orang yang
memiliki motivasi belajar yang tinggi. Faktor internal lain yang dikaitan dengan motivasi belajar adalah
Adversity Quotient. Adversity Quotient adalah kemampuan individu untuk mengubah hambatan menjadi suatu
peluang keberhasilan dalam mencapai tujuan (Stoltz, 2008). Stoltz (2008) juga mengatakan bahwa Adversity
Quotient dapat meramalkan kinerja, motivasi dan kreativitas seseorang. Stoltz (2008), mengemukakan bahwa
individu yang memiliki Adversity Quotient tinggi mampu memotivasi diri mereka sendiri, sebaliknya individu
dengan Adversity Quotient rendah akan mudah menyerah dan pasrah dengan keadaan, dan pesimistik. Menurut
Stoltz (2008) ada tiga tipe respon terhadap kesulitan yaitu Quitters (Orang-orang yang berhenti), Campers
(Orang-orang yang berkemah), dan Climbers (Para pendaki). Motivasi belajar siswa dapat dikaitkan dengan 3
tipe respon Adversity Quotient tersebut. Motivasi siswa Climber lebih tinggi dibandingkan dengan siswa
Camper dan Quitter. Individu yang Quitters (Orang-orang yang berhenti) adalah individu yang memiliki
karakter cenderung menghindari kewajiban/kesulitan, mudah menyerah dan putus asa, tidak mau keluar dari
zona nyaman. Dalam menyelesaikan tugas, mereka terlihat tidak bersemangat, memiliki motivasi rendah,
pesimistik akan masa depan, sering merasa cemas, tidak berani bertanggung jawab mengambil resiko, memiliki
kompetensi rendah, dan tidak kreatif. Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa yang memiliki Adversity Quotient
tinggi juga memiliki motivasi yang tinggi.
3.2.2 Teori Prokrastinasi
Istilah prokrastinasi berasal dari bahasa Latin procrastination dengan awalan “pro” yang berarti mendorong
maju atau bergerak maju dan akhiran “crastinus”. yang berarti keputusan hari esok, atau jika digabungkan
menjadi menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya (Burka & Yuen, 2008: 5). Burka & Yuen (2008:
6), kata prokrastinasi yang ditulis dalam American College Dictionary, memiliki arti menangguhkan tindakan
untuk melaksanakan tugas dan dilaksanakan pada lain waktu. Kamus The Webster New Collegiate
mendefinisikan prokrastinasi sebagai suatu pengunduran secara sengaja dan biasanya disertai dengan perasaan
tidak suka untuk mengerjakan sesuatu yang harus dikerjakan. Jadi, kesimpulannya prokrastinasi ini adalah
suatu pengerjaan yang dilakukan seseorang dalam aktifitas apapun yang dikerjakan dengan tidak segera,
melainkan menunggu waktu di hari lainnya dengan rasa tidak suka atau malas, padahal itu merupakan hal yang
harus dilakukan saat itu juga. Prokrastinasi di kalangan ilmuwan, pertama kali digunakan oleh Brown dan
Hoizman untuk menunjukkan kecenderungan untuk menunda-nunda penyelesaian suatu tugas atau pekerjaan.
Seseorang yang mempunyai kecenderungan menunda atau tidak segera memulai kerja disebut procrastinator
(M. N. Ghufron, 2003: 14). Prokrastinasi dapat juga dikatakan sebagai penghindaran tugas, yang diakibatkan
perasaan tidak senang terhadap tugas serta ketakutan untuk gagal dalam mengerjakan tugas. Knaus (2002: 41),
berpendapat bahwa penundaan yang telah menjadi respon tetap atau kebiasaan dapat dipandang sebagai trait
prokrastinasi. Artinya prokrastinasi dipandang lebih dari sekedar kecenderungan melainkan suatu respon tetap
dalam mengantisipasi tugas-tugas yang tidak disukai dan dipandang tidak diselesaikan dengan sukses. Dengan
kata lain penundaan yang dikatagorikan sebagai prokrastinasi adalah apabila penundaan tersebut sudah
merupakan kebiasaan atau pola yang menetap, yang selalu dilakukan seseorang ketika menghadapi suatu tugas
dan penundaan yang diselesaikan oleh adanya keyakinan irasional dalam memandang tugas. Bisa dikatakan
bahwa istilah prokrastinasi bisa dipandang dari berbagai sisi dan bahkan tergantung dari mana seseorang
melihatnya. Seseorang yang memiliki kesulitan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan batasan waktu yang
telah ditentukan, sering mengalami keterlambatan mempersiapkan diri secara berlebihan, maupun gagal dalam
menyelesaikan tugas sesuai batas waktu bisa dikatakan sebagai procrastinator. Menurut Ferrari (M. N.
Ghufron, 2003: 22), mengatakan bahwa sebagai suatu perilaku penundaan, prokrastinasi akademik dapat
terminifestasikan dalam indikator tertentu yang dapat diukur dan diamati dalam ciri-ciri tertentu berupa:
a. Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi.
b. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas
c. Kesenjangan waktu antara rencana dan kinerja aktual.

Penundaan untuk memulai maupun menyelesaikan kerja pada tugas yang dihadapi jadi siswa yang
melakukan prokrastinasi tahu bahwa tugas yang dihadapinya harus segera diselesaikan, akan tetapi dia
menunda-nunda untuk mulai mengerjakannya atau menunda-nunda untuk menyelesaikan sampai tuntas jika dia
sudah mulai mengerjakan sebelumnya. Keterlambatan dalam mengerjakan tugas, jadi siswa yang melakukan
prokrastinasi memerlukan waktu yang lebih lama daripada waktu yang dibutuhkan pada umumnya dalam
mengerjakan suatu tugas. Seorang prokrastinator menghabiskan waktu yang dimilikinya untuk mempersiapkan
diri secara berlebihan, maupun melakukan hal-hal yang tidak dibutuhkan dalam penyelesaian suatu tugas, tanpa
memperhitungkan keterbatasan waktu yang dimilikinya. Kadang-kadang tindakan tersebut mengakibatkan
seseorang tidak berhasil menyelesaikan tugasnya secara memadai. Kelambanan, dalam arti lambannya siswa
dalam melakukan suatu tugas dapat menjadi ciri yang utama dalam prokrastinasi akademik.
3.2Bentuk Layanan yang akan dilakukan
Adapun layanan yang dilakukan yaitu berupa konseling individu terhadap siswa smp IT Zaid Bin Tsabit
yang merupakan sekolah terbaru di bogor. Dalam konseling ini terdapat berbagai program atau step intervensi
yang saya lakukan, pertama, saya melakukan sebuah games atau ice breaking di pertemuan konseling pertama,
yaitu menguji konsentrasi klien dengan memberikan sticky note berwarna untuk dipilih olehnya dua biji lalu
diurutkan dari yang terpenting hingga tidak terpenting, ibaratnya warna itu memiliki arti masing-masing baik
itu penting maupun tidak penting, dilanjutkan dengan menonton video animasi edukasi tentang pola pikir,
motivasi, dan juga konsentrasi. Dari tontonan itu saya meminta siswa untuk mengambil makna dari tiap video
tersebut lalu disampaikan kepadaa saya, dan saya pun akan menambahkan dan menyimpulkan dengan gagasan
motivasi yang berkaitan dengan permasalahan si murid ini juga monitoring permasalahannya. Lalu dilanjutkan
dengan sesi konseling atau curhat dan juga menceritakan atau menanya hal-hal yang berkaitan dengan proses
belajar di online learning ini, siswa memperlihatkan sedikit sikap yang terbuka walaupun belum terlalu, disitu
kita saling berbincang dan saya pun memberi kesempatan kepada klien agar berbicara mengenai keresahannya,
akhirnya terbuka walaupun ya memang sikap klien yang terlalu introvert. Saat itu juga saya menjelaskan atau
sharing setelah mendengar keluhan dari siswa, mengenai adanya gangguan dari adik dan saya tambahkan
bagaimana jadi pembelajar yang efektif dengan 4 point yang saya jelaskan sambil teknik coaching, yaitu
mempertanyakan suatu hal yang murni harus dijawab dengan si klien langsung untuk menggali informasi dan
mengarah ke solusi dari diri sendiri. Di sesi terakhir nya saya memberikan worksheet kepada fathan mengenai
tiga soal, hal apa saja yang harus dirubah dan dilakukan ketika kita ingin belajar yang efektif dan efisien, juga
mencoba mengulik potensi dirinya. Adapun tugas yang saya berikan kepadanya berupa soal yang harus dijawab
dan dikumpulkan di pertemuan berikutnya, dengan tujuan dari tugas itu saya akan memberikan suatu program
lanjutan berupa study plan demi terwujudnya termanagenya waktu klien dalam membagi waktu, dan juga
memberikan reward nuku komik naruto kesukaannya, dalam rangka menumbuhkan minat bacanya terlebih
dahulu dengan membaca komik naruto. Dengan begitu study plan tadi memiliki fungsi yang berbeda isinya:
ada yg sehari membaca komik brp kali, membaca buku umum berapa kali, menghafal berapa kali, melakukan
aktifitas pengembangan diri berapa kali dan kapan. Juga saya memberikan tes Holland kepadanya agar bisa
terarah minat bakatnya ke depan sambil menjelaskan hasilnya.
BAB IV
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ATAU LAYANAN
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN (RPL)
KONSELING INDIVIDU
SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2020-2021
4.2 Prosedur Pemberi layanan
A. Komponen Layanan Konseling Individu
B. Bidang Layanan Individu
C. Topik/Tema Layanan 1.Motivasi belajar sebagai
pendorong produktifitas.
2. Mengenali dan memahami
potensi diri.
3. Menumbuhkan minat baca
atau literasi.
D. Fungsi Layanan 1.Dapat membantu klien
untuk bisa termotivasi dan
terdorong dalam semangat
belajar secara daring ini.
2.Bisa lebih tergambarkan
siapa dirinya, bagaimana
cara belajarnya, dan
lingkungan seperti apa yang
harus disesuaikan untuk
belajar efektif.
3.Menyadarkan sekaligus
memfasilitasi pentingnya
membaca untuk pola pikir.
E. Tujuan Umum Untuk memberikan dan
berkontribusi pada
permasalahan siswa saat ini
agar dapat meningkatkan
motivasi belajar dan juga
memaksimalkan waktunya
dalam hal pembelajaran
F. Tujuan Khusus 1. Untuk meningkatkan
motivasi belajar pada
siswa di tengah
pandemic agar bisa
mendapatkan prestasi
yang baik sesuai potensi
dirinya.
2. Membuat atau
mendorong nya dulu
agar tumbuh minat baca
kepada literasi. Dan juga
lebih bisa intens dalam
menyimak penjelasan
guru.
3. Mengenali, memahami,
dan bisa mengasah
potensi yang sudah
disadari dan
tergambarkan baik itu
secara genetic maupun
lingkungan.
G. Sasaran Layanan Siswa SMP kelas 1
H. Materi 1. Motivasi Belajar
2. Potensi Diri
3. Teori Prokrastinasi
4. Literasi
I. Waktu 530 Menit
J. Sumber/Materi 1. Doni, M. (2015).
Identifikasi penyebab
rendahnya motivasi
belajar siswa di SMA
Negeri 4 Batanghari.
Jambi: Fakultas
Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan
Universitas Jambi.
2. Holland, J. 1997.
Making Vocational
Choices : A Theory
Of Vocational
Personalities and
Work Environments
3rd edition. Florida :
Psychological
Assessment
Resources, Inc.
3. Burka, J. B & Yuen,
L. M. 2008.
Procrastination.
Cambridge: Da Capo
Press.
4. Antasari, Indah
Wijaya. (2017).
Implementasi
Gerakan Literasi
Sekolah Terhadap
Pembiasaan di MI
Muhammadiyah
Gantapa Sumbang
Banyumas. Jurnal
Paramita. Vol. 9,
No.1, Hal: 13-26.

K. Metode/Teknik 1. Mengadakan
program ice
breaking berupa uji
focus dengan
memberikan sticky
note dapat dipilih
lalu ada clue “abang
berkata” sampai
pada level yang
lebih susah, dan
mengurutkan yang
lebih penting
pengibaratan nya.
2. Menampilkan video
edukasi berupa
motivasi belajar dan
kefokusan.
3. Memberikan
konseling individu
berupa sharing time
dan juga pemberian
worksheet mengena
tugas keresahan di
daring.
4. Memberikan buku
komik naruto yang
dijadwalkan baca
per harinya juga
diselingi membaca
buku yang lain.
5. Memberikan tes
Holland
L. Media/Alat 1. Laptop
2. Handphone
3. Sticky Note
4. Buku Komik Naruto
M Pelaksanaan 1. Mengawali pertemuan
dengan salam dan juga
. Tahap Awal/Pendahuluan
sapaan

2. Meminta izin

kepada orang tua

klien untuk

melaksanakan

pelayanan

konseling.

3. Melakukan pendekatan

kepada klien agar

tercipta hubungan yang


akrab agar klien

menjadi lebih dekat

dan juga terbuka

dengan saya.

(mengawali apakah

kabar klien baik atau

tidak, bagaimana

kondisi kesehatan

klien dan juga

memberikan candaan

agar tercipta

keakraban)

4. Menjelaskan tujuan

kedatangan saya dan

juga menjelaskan

kepada klien apa

manfaat yang akan

klien dapatkan pada

layanan konseling ini.

5. Menanyakan kesediaan
juga kesiapan klien
untuk mengikuti
layanan konseling ini.
Tahap Inti 1. Konselor mendekatkan

dirinya pada klien

dengan menanyakan

mengenai kegiatan

persekolahannya,

pelajaran kesukaan,
hobi dan juga perasaan

yang dirasakan oleh

klien mengenai

pembelajaran online

yang sedang klien

jalani.

2. Konselor membantu

klien dalam melihat

kesulitannya dalam

mengerjakan tugas

sekolah dan

memberikan tips dan

trik yang lebih mudah

dalam menyelesaikan

tugas klien.

3. Konselor mendengarkan

keluh kesah serta cerita

klien dengan baik tanpa

menunjukan sikap

judgement. Kemudian

memberikan klien

nasihat dalam bentuk

yang lebih santai tanpa

membuat klien merasa

bersalah yang

berlebihan. Tapi

menerimanya dengan
baik.

4. Konselor menampilkan

video edukasi animasi

Yang dimana setelah itu

klien diminta untuk

megambil insight

sekaligus diterapkan

dengan dibuktikan.

Konselor memberikan

waktu untuk mengenai

keresahan belajar online

yang nantinya

diselesaikan bareng-

bareng. Konselor

memberikan klien tes

Holland dan juga buku

bacaan komik naruto

kesukaannya agar

tumbuh minat bacanya

dan juga membuat

jadwl keseharian,

sehingga dari situ klien

bisa lebih produktif.


Tahap Penutup 1. Mengulas kembali

kegiatan yang telah

dilakukan selama

konseling berlangsung

dan menjelaskan apa


manfaat dan juga

menanyakan kepada

klien apakah klien

merasakan manfaat

tersebut. Dan apa

dampak positive yang

klien dapatkan,.

2. Konselor memberikan
evaluasi hasil kegiatan

3. Konselor memberikan

reward kepada klien

sesuai dengan apa yang

disukai oleh klien.

Konselor mengakhiri

layanan dengan salam.


Evaluasi
Evaluasi Proses 1. Konselor akan lebih

menyesuaikan

penggunaan bahasa

yang dapat dipahami

oleh klien agar kesan

pertama terhadap klien

akan lebih dekat dan

juga pembawaanya

lebih dibuat asik dan

tidak kaku agar klien

merasa nyaman.

2. Konselor harus
menahan emosi jika

kalau klien melakukan

atau mengatakan

sesuatu yang tidak

diinginkan oleh

konselor. Tapi konselor

harus menyikapinya

dengan tidak tergesa-

gesa menjudge klien

karena akan membuat

klien menutup diri

kepada konselor atau

bahkan melakukan

tingkah yang lebih tidak

diinginkan lagi.

Konselor menyikapinya

dengan menampung apa

yang klien lakukan atau

katakana dan membuat

hal tersebut sebagai

bahan konseling saat

layanan berlangsung.
Evaluasi Hasil Jika klien tidak mau
membahas apa yang
dibicarakan oleh
konselor maka konselor
tidak dengan mudah
mengganti topik
mengikuti klien. Akan
tetapi menanyakan
tentang alasannya agar
tindakan tersebut jelas,
tetapi dengan tidak
terlalu memaksa klien.
2. Konselor tidak langsung

membantu mengerjakan

tugas yang klien rasa

sulit. Akan tetapi

mengarahkan klien

untuk mengerjakan

semampunya terlebih

dahulu sampai batas

pengetahuannya barulah

bantu jika klien sudah

tidak dapat

menyelesaikan tugasnya

agar ia tidak terbiasa

untuk dibantu akan

mengerkakan tugansya.

Tapi baru meminta

pertolongan jika

memang ia sudah

berusaha memecahkan

masalah tersebut dengan

caranya.

3. Konselor sebaiknya

tidak terlalu

memaksakan klien

untuk mengikuti apa

yang disusun oleh

konselor. Tapi coba


tanyakan apakah klien

setuju dengan ketentuan

yang dibuat diantara

konselor dengan klien.

Jika ada hal yang klien

kurang cocok atau

belum pas dengan

keinginannya dapat

didiskusikan lagi

bagaimana jalan

tengahnya agar kedua

belah pihak dapat

menjalankan kegiatan

dengan baik.

4. Konselor baiknya tidak

marah atau kesal jika

kalau klien tidak

mendengarkan atau

perhatiannya terlaihkan

dari konselor jika

sedang menerangkan

sesuatu tapi carilah cara

yang menarik dan juga

kalimat ajakan yang

akan membuat klien

semakin tertarik dengan

pembahasan konselor.
Alangkah baiknya

konselor tetap pada

janjinya. Saat

menentukan reward dan

juga punishment,

konselor harus

konsisten dan tidak

membuat klien merasa

dibohongi atau ada

perasaan tidak adil. Saat

sudah menentukan

reward baiknya kedua

belah pihak menyetuji

yang dimana saat akhir

pertemuan reward dapat

diberikan sesuai dengan

perjanjian awal.

Begitupun dengan

punishment , konselor

harus konsisten pada

sanksi yang telah

ditentukan sebelumnya

dengan tidak mengganti

dadakan sanksi atau

menambah sanksi yang

akan menyebabkan

klien merasa dirugikan


dan juga kehilangan

mintat untuk mengikuti

layanan konseling.

4.2 Proses Pelaksanaan


4.2.1 Pertemuan Pertama

Di hari pertama pertemuan yaitu pada tanggal 22 Juni 2021 hari Selasa pada pukul
tiga sore. Sebelumnya saya sudah mengkonfirmasi kepada orangtua klien bahwa klien ada di
rumah atau tidak. Setelah medapat kabar tentang klien yang berada di rumah, saya
menentukan janji ketemu dengan orangtua klien yaitu pada pukul tiga sore. Setibanya saya di
rumah klien dengan menggunakan motor, saya mengucapkan salam dan disambut hangat
dengan orangtua klien, bahkan klien yang membukakan pintu rumah. Dapat dilihat keadaan
penampilan klien saat itu terlihat santai dengan menggunakan setelan kaos ijo dan celana
panjang training biru dengan mata mengantuk karena baru bangun. Salamnya dibalas oleh
klien dan juga orangtua klien yaitu ibu klien. Ketika saya datang ia baru bangun dan langsung
mengaca ke kaca, lalu duduk di bangku warung nasi. Rumahnya menyatu dengan warung
nasi padang, jadi ayahnya waktu itu sedang duduk sambil menunggu orang membeli, dan
saya pun duduk di warung pertama-tama. Saya dipersilahkan duduk dan ibu klien meminta
klien untuk mengambilkan saya minuman. Klien sempat menanyakan apa yang saya hendak
minum, dan saya hanya menjawab pertanyaanya denga meminta air mineral saja. Kemudian
klien dating kearahs saya dengan membawakan segelas air mineral dingin yang
diletakkannya di sebelah saya, lalu ia juga mengambilkan dua peles kue kering untuk saya.

Saya memulai perkenalan mulai dari nama sampai tujuan saya ke rumah klien. Klien
tampak santai dan juga tidak ada ekspresi atau perilaku yang menunjukan kalau ia tidak
nyaman dan tidak menginginkan berada di posisi itu. Saya memberikan informed consent ke
ibunya tapi sebelumnya menyampaikan tujuannya dulu dan mengobrol santai. Lalu, saya
mulai mengobservasi klien saat ia sedang belajar mengerjakan remedialnya dan juga ibunya
memberikan sebuah keluhan-keluhan mengenai belajar secara daring ini, permulaan kita
masih belum terbuka, dan ia pun masih malu-malu dan berbicara sedikit, disitu saya
membangun kedekatan dengan mencari tahu apa yang disukainya dan juga disenanginya, tapi
lebih lama mengobrol dengan ayahnya dan ibunya diluar saat itu, jadi saya hanya
mengobservasinya tidak terlalu lama, tapi melihat sedikit gambaran belajar yang dia lakukan
saat itu. Lalu saya diarahkan ke ruang tamu untuk melihat atau memantau observasi klien
dalam belajar, karena ruangannya di dalam dekat warung itu ke dalam lagi menyatu dengan
warung, dan saya disitu menjelaskan maksud, dsb sekaligus meminta waktu buat wawancaara
pertemuan berikutnya kepadanya.
4.2.2Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua kami dilaksanakan keesokan harinya yaitu pada tanggal 24 Juni 2021
hari kamis pada pukul 1 siang Saya masih mengendarai motor ke rumah klien yang tidak jauh
dari rumah saya. Saya memasuki rumah klien, ayahnya lah yang menerima saya waktu itu di
depan talase. Di dalam saya dipersilakan duduk di tempat kemarin yaitu di ruang tengah
klien. Disana terdapat ibu klien yang sedang menonton televisi. Saya melihat klien sedang
mengambilkan saya air mineral. Dari prilaku tersebut dapat saya lihat bahwa klien melakukan
prilaku yang kemarin ia lakukan tetapi tanpa ada permintaan dari orangtuanya. Ia
memberikan saya segelas air mineral dingin dan juga mendekatkan dua peles kue kering di
sebelah gelas. Kemudian saya memulai dengan menanyakan kabar klien pada hari itu juga
aktivitas yang dilakukannya. saat jam satu untuk menemui saya sesuai dengan janji kemarin.
Dan saya mulai wawancara dengan klien yang diarahkan ke tempat belajarnya, karena di
tempat luar ruangan belajarnya sangat bising, jadi saya disuruh ibunya untuk wawancara di
kamar. Setelah wawancara klien, saya mencoba menggali informasi itu melalui ibunya juga
secara tidak terstruktur dan juga ayahnya yang secara spontan mengatakan permasalahan
anaknya, namun saat diwawncara klien masih memberikan jawaban jawaban yang singkat
mungkin karena tipenya yang tidak bisa langsung bergaul dengan orang baru dan susah untuk
terbuka, disitu klien masih menjawab apa adanya dan sealangkadarnya, walaupun jawaban
tersebut saya coba probing dan paraphrasing. Disitu klien melihatkan sebuah sikap yang
sesuai dengan dirinya atau menjawab ketika ditanya, tidak berbicara ketika tidak ditanya,
sebuah fenomena yang bagi saya itu adalah sebuah tantangan yang berat ketika dihadapi
sebuah kasus seperti itu, seperti biasanya saya mencoba untuk mengobrol santai dan juga
mencari tahu kesukaannya, saat itulah ia member tahu ketika ditanya hobi apa, termyata dia
hobi badminton, yang memiliki kesamaan dengan saya juga. Jadi, kita mengobrol dengan
saling membicarakan badminton lalu diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan
dengan tujuan dan maksud kedatangan saya kesana, waalaupun mungkin klien masih bingung
dengan apa yang akan saya lakukan dan tujuannya, tapi klien mencoba untuk mau terbuka
sedikit sedikit.Yang waktu itu kita membaha badminton yang merupakan hobby kita
bersamaan, dengan begitu klien lebih sedikit untuk mau mendengar dan tidak hanya sekedar
mengikuti saya tapi mau lebih menyimak dan memahami program yang saya lakukan.
4.3.3Pertemuan Ketiga
Dipertemuan ketiga pada 25 Juni 2021, saya datang pada jam delapan pagi. Dan pada
saat itu klien tengah berada dalam kegiatan sekolahnya yang diadakan secara Zoom. Saya
memasuki rumah klien dan duduk tidak jauh dari klien, kurang lebih dua meter. Orangtua
klien memberikan saya segelas air putih dan menaruhnya di meja. Saya mulai mengeluarkan
ponsel saya untuk menyimpan foto kegiatan klien pada hari itu sebagai bentuk dokumentasi.
Kemudian saya juga melakukan observasi berdasarkan indikator yang sudah saya buat
sebelumnya. Saya mencatat poin-poin yang saya lihat dari klien saat menjalankan observasi.
Observasi yang dilakukan hari itu memakan waktu selama 60 menit dengan adanya jeda
observasi dilihat dari kebutuhan observasi. Setelah melakukan observasi di hari ketiga itu,
saya menutup pertemuan dengan berbincang dengan klien mengenai kesehariannya. Sharing
tentang kesulitan yang ia rasakan pada hari itu. Saya juga memberikan ia kesempatan untuk
memikirkan terlebih dahulu apa penyebab dan juga cara mengatasi masalahnya tersebut agar
tercipta pemikiran yang kritis. Setelah itu barulah saya menimpali jawaban klien dan
memberinya nasihat juga berupa solusi yang dapat membantunya untuk menyelesaikan atau
mengurangi kesulitannya tersebut. Saya mengakhiri pertemuan dan juga menemui ibu dari
klien untuk memberikan daily report.

4.2.4Pertemuan Keempat

Pertemuan keempat ini saya memulai untuk melaksanakan intervensi program konseling
individu yang diseelenggarakan kurang lebih 120 menit dari jam 13.00-15.00 WIB,
tempatnya di kamar klien waktu itu yang sudah siap dalam kegiatan yang akan
dilakukan. Dimana pada hari itu, kita mengawali dengan terus mencoba mengajak
bercanda dan tidak terlalu serius, tapi setelah itu kita sesuai dengan apa yang sudah
direncakana, yaitu diawali dengan pembukaan, ice breaking games konsentrasi, yaitu
memberikan pilihan warna sticky note kepadanya untuk nanti saaat games, lalu saya
memberikan clue untuk dituruti perintahnya oleh dia, kalau tidak focus maka dia akan
salah dalam menuruti apa yang saya perintahkan, yaitu warna ijo ibarat hp oren ibarat
buku, cluenya adalah ketika saya berbicara “jika abang berkata angkat hp, maka fathan
aangkat warna ijo” jika abang berkata angkat buku , maka angkat warna oren”, kalau ga
pake jika jangan diangkat. Sudah beres, baru sesi video animasi edukasi yang
ditampilkan di laptop, dan fathan disuruh untuk mengambil kesimpulan atau insight dari
film itu. Lalu saya sharing + memberi tahu maksud dan makna yang berkaitan dengan
belajar, setelah beres baru mengadakan konseling individu, yaitu ia bebas untuk
bercerita atau bertanya seputar permasalahan belajar daring, nah ternyata permaslahan
yang paling ia resahkan adalah diganggu adenya ketika belajar dan juga tidak focus
ketika hanya grup vn, kebanding zoom yang masih cukup faham, yang terakhir saya
memberikan worksheet atau tugas terkait coaching solusi dari permasalahna yang ia
hadapi.

4.2.5 Pertemuan Kelima

Saya melakukan konseling terakhir dengan mengadakan tes Holland kepada klien
melalui laptop yang saya bawa, dan juga berbincang bincang dulu duduk di korsi
dengan ayahnya dan ibunya lalu disiapkan minuman es kuwut sambil disuruh makan.
Kemudian, saya memulai aktifitas itu menuju ruang tamunya yang ada ade-ade dan
kakamya pada saat itu sedang memperhatikan kita. Tes dimulai dengan diawali dari
klien lalu setelah itu saya menjelaskan hasil tesnya, lalu setelah beres kakanya pun
ingin, dan disitu saya sekalian sharing ke mereka berdua terkait minat bakat dan gaya
belajar. Lalu, saya sampaikan kepadaya terkait reward berupa komik kesukaannya yang
nantinya tujuan saya agar ia tumbuh minat bacanya terlebih dahulu dan disuruh untuk
membuat jadwal list baca buku umum maupun komik, maupun menghafal, sehingga ia
bisa produktif dalam keseharaiannya. Dan terakhir, saya pamitan dengan ortunya
sekaligus mengucapkan terimakasih dan dokumentasi dengan berfoto.

4.3 Evaluasi Proses

Dalam menjalankan pelayanan , konselor masih banyak kekurangan baik dari segi
waktu, performance, optimal, dan maksimal. Sehingga terasa bahwa yang dilakukan
masih belum sepenuhnya maksimal, dan masih ada perbaikan yang harus ditingkatkan
kembali, guna mencapai kegiatan yang tercipta lebih baik lagi dan terasa dampaknya
kepada sasaran.

4.4 Evaluasi hasil

Dalam perubahan yang diamati, cukup ada perubahan dari klien sendiri mengenai
keterbukaan , dan juga antusiasme untuk mencari tahu hal yang baru dan juga proses
pembelajarannya, dimana ia mengerjakan semuanya remedialnya, dan juga sudah
mengikuti tes minat bakat, sudah mau membca buku walaupun komik.

BAB V

PENUTUP

Kesimpulan

Pendidikan merupakan proses penting dlam mencapai apa yang kita inginkan, tapi
pendidikan itu sebenarnya tidak hanya didapatkan di bangku sekolah, namun di luar
sekolah pun kita mendapat suatu pendidikan yang perlu kita maksimalkan dan sadarkan
bersama agar kita bisa bertumbuh dan berkualitas, coba lihat betapa banyak orang yang
ingin berpendidikan tinggi tapi tidak terapati, maka dari itu kita sebagai pelajar ataupun
mahasiswa harus giat belajar dan membuka fikiran kita secara benar dan
tepat,bahwasanay kita memiliki peran dan tanggung jawab yang harus dipenuhi.

Saran
5.1.1 Sekolah
1. Sekolah sebaiknya dapat memberikan fasilitas guru bimbingan konseling di masa
pademi ini lebih dari satu kali pertemuan dalam seminggu. Sehingga siswa dapat
mengikuti bimbingan dari guru BK untuk membantu dalam memberi solusi dari
masalah yang didapatkan.
2. Sekolah sebaiknya menggerakan program membaca serentak kepada seluruh siswa
didiknya agar terbiasa dan tidak melupakan kegiatan literasi.

5.1.2 Siswa

1. Siswa sebaiknya menjaga jam tidur tetap dibawah jam dua belas malam untuk
memberikan efek kesehatan bagi pertumbuhan siswa, dan memberikan konsentrasi
lebih untuk beraktifitas di pagi hari. Cara menerapkannya adalah dengan metode
pembiasaan. Atau metode Three Day Habit. Selama tiga hari menerapkan beberapa
perubahan dalam pola makan atau tidur atau kebiasaan yang ingin diubah secara
konsisten selama tiga hari, dan hari ke empat dan selanjutnya siswa akan
mendapatkan efek yaitu mulai dapat terbiasa dengan kebiasaannya tersebut.
2. Siswa sebaiknya mengurangi jam bermain di luar rumah dikarenakan masih masa
pandemi covid 19 yang mana siswa jarang memakai masker jika berada di luar. Hal
tersebut dapat membuat siswa rentan terpapar virus atau penyakit yang akan
mempengaruhi persekolahannya juga. Baiknya siswa tetap menggunakan masker
walaupun ingin main dekat rumah.

5.1.3 Orangtua

1. Orangtua sebaiknya memantau pola tidur siswa agar tidak tidur sampai larut malam
bahkan sampai pagi. Hal tersebut sangat berpengaruh dengan kesehatan anaknya dan
juga berpengaruh pada semangat belajar di pagi hari. Sesekali orangtua ke kamar
klien untuk cek keadaannya apakah ia sudah tidur apa belum, jika belum tidur, ajaklah
klien berbicara tentang pentingnya menjaga kualitas tidur dan instruksikan klien untuk
tidur dan mematikan ponselnya.
2. Orangtua juga sebaiknya memberi edukasi kesehatan dan mencontohkan kepada klien
dalam menjaga prokes di luar rumah. Dengan menggunakan masker saat berada di
luar rumah, maka kesehatan akan lebih terjaga.

5.1.4 Proses Layanan

Program yang diberikan seharusnya tidak langsung sekaligus mengubah kebiasaan


harian klien. Karena akan membuatnya terkejut atas perubahan dadakan tersebut.
Dan cenderung akan membuat klien enggan atau tidak tertarik mengikuti layanan
terutama persoalan bacaan buku yang diatur, terlebih dari orang yang baru ia kenal.
Dalam menugaskan kebiasaan literasi, seharusnya konselor memberikan tugas 1 day
1 sheet . sehingga tidak memberatkan klien. Walaupun klien tidak merasa keberatan
pada akhirnya untuk membaca satu bab secara keseluruhan, tapi hal yang bertahap
cenderung memiliki sifat berkepanjangan.
DAFTAR PUSTAKA
Rothan HA, Byrareddy SN, “The epidemiology and pathogenesis of coronavirus disease (COVID-19)
outbreak,” europepmc.org, Journal of Autoimmunity, Feb. 26, 2020.
Caley, P., Philp, D. J., & McCracken, K. (2008). Quantifying social distancing arising from pandemic
influenza. Journal of the Royal Society Interface.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2008, Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Adair, John. 2007. Cara Menumbuhkan Pemimpin 7 Prinsip Kunci Pengembangan Kepemimpinan Yang
Efektif. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Schunk, Daleh H., (2012). Teori-teori Pembelajaran: Perspektif Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sarafino, E. P., Timothy W. Smith. 2011. Health Psychology: Biopsychosocial Interactions, 7th edition.
Amerika Serikat: John Wiley & Sons, Inc
Hаmzаh B. Uno, 2007. Tеori Motivаsi dаn Pеngukurаnnyа Аnаlisis di Bidаng Pеndidikаn. Bumi Аksаrа:
Jаkаrtа
Burka, J. B & Yuen, L. M. 2008. Procrastination. Cambridge: Da Capo Press
Chaturvedi, M. K. and Bassin, J. K. Assessing The Water Quality Index of Water Treatment Plant, and Bore
Wells, in Delhi, India. Environ Monit Assess, 163: 449–453. 2011.
Burka, J. B & Yuen, L. M. 2008. Procrastination. Cambridge: Da Capo Press.
Antasari, Indah Wijaya. (2017). Implementasi Gerakan Literasi Sekolah Terhadap Pembiasaan di MI
Muhammadiyah Gantapa Sumbang Banyumas. Jurnal Paramita. Vol. 9, No.1, Hal: 13-26.

Link Lampiran: Video dan Recording


Video: https://drive.google.com/file/d/1xkW3Z3SXuKhiwBkrmCw4Vi1jWDmIYC0S/view?usp=sharing
Recording: https://drive.google.com/file/d/1xllPSaZ5zCO9sZZV2ywJr6B0bZshdOnJ/view?usp=sharing
LAMPIRAN
Lampiran 1
Absensi dan Penilaian Orang Tua

40
Lampiran 2
Informed Consent

41
Lampiran 3
Dokumentasi proses pengambilan data

42
43
44

Anda mungkin juga menyukai