DISUSUN OLEH
SILVIA AGUSTINA
(1911100338)
FAKULTAS TARBIYAH
TA 2020/2021
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah swt yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin saya tidak
akan bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Saya juga mengucapjan banyak terima kasih kepada dosen yang telah
membimbing saya agar dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini
memiliki kelebihan dan kekurangan, saya mohon untuk saran dan kritiknya. Terima
kasih.
penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................ 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah .................................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 4
BAB II ................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 5
A. PENGERTIAN PROBLEM SOLVING .......................................................................... 5
B. FAKTA PERMASALAHAN DIDUNIA PENDIDIKAN ..................................................... 5
C. POKOK POKOK PERMASALAHAN KEPENDIDIKAN ................................................... 6
D. KOMPLEKSIITAS PROBLEM PENDIDIKAN.............................................................. 10
E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA MASALAH PENDIDIKAN ................ 10
F. PROBLEMA PENDIDIKAN DIINDONESIA ............................................................... 12
BAB III ................................................................................................................................ 14
PENUTUP ........................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 14
B. Saran .................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 15
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
3
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PROBLEM SOLVING
5
Fakta adanya masalah efisiensi, efektivitas, dan relevansi
pendidikan
Dari ketiga masalah pendidikan diatas, hanya masalah partisipasi yang
sekarang mengecil. Hal ini disebabkan karena semakin meningkatnya
warga masyarakat akan pentingnya pendidikan dan semakin
banyaknya satuan-satuan pendidikan yang didirikan untuk memenuhi
kebutuhan akan pendidikan. Sedangkan masalah efisiensi, efektivitas
dan relevansi sampai sekarang masih terjadi dan ada kecendrungan
bahwa masalah-masalah pendidikan tersebut tidak saling terpisahkan.
Masalah efisiensi berpeluang efektivitas dan selanjutnya berpeluang
pula menimbulkan masalah relevansi.
Masalah pendidikan diindonesia merupakan masalah yang serius.
Bukti untuk hal itu dapat disimak dari peringkat Human Development
Index (HDI) yang dipantau oleh UNDP yang menunjukkan kualitas
pendidikan diindonesia dari tahun 1996 berada pada peringkat 102 dari
174 negara, tahun 1999 peringkat 105 dari 174 negara, dan tahun 2000
peringkat 109 dari 174 negara dan dalam prestasi belajar yang
dipantau oleh IAEA (International Association for the Evaluation of
Educational Achievement) dibidang kemampuan membaca siswa SD,
indonesia berada pada urutan ke-26 dari 27 negara; kemampuan
matematika siswa SLTP berada diurutan ke-34 dari 38 negara;
kemampuan bidang IPA siswa SLTA berada pada urutan ke-32 dari 38
negara (T. Raka Joni, 2005)
Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia
pendidikan ditanah air kita ini:
1. Bagaimana semua warga negara dapat menikmati kesempatan pendidikan.
6
2. Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan
keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun kedalam kancah
kehidupan bermasyarakat.
Masalah pokok pendidikan yang telah menjadi kesepakatan nasional
yang perlu diprioritaskan penanggulangannya, yaitu:
a. Masalah pemerataan pendidikan
Menurut studi coleman dalam bukunya equality of educational
opportunity secara konsepsional konsep pemerataan yaitu pemerataan
aktif dan pemerataan pasif. Pemerataan pasif adalah pemerataan yang
lebih menekankan pada kesamaan memperoleh kesempatan untuk
mendaftar disekolah, sedangkan pemerataan aktif bermakna kesamaan
dalam memberi kesempatan kepada murid-murid terdaftar agar
memperoleh hasil belajar setinggi-tingginya (Ace suryadi & H.A.R Tilaar,
1993: 31).
Pemerataan pendidikan sangat berhubungan dengan perencanaan
pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah. Perencanaan pendidikan
tergantung dari banyak faktor yang mempengaruhi, baik faktor dari dalam
maupun dari luar faktor dari luar diri dan lembaga pendidikan. Faktor
sarana prasarana, guru, kurikulum, lingkungan, tujuan dan lain-lain
mempunyai pengaruh yang besar terhadap pendidikan. Perencanaan
pendidikan berhubungan dengan masalah pembangunan, karena dengan
pembangunan yang baik akan menghasilkan pendidikan yang baik pula.
Menurut Sutiman (2000: 13).
Pendidikan dalam jangka panjang bertujuan untuk mewujudkan kehidupan
masyarakat yang makin sejahtera lahir dan batin secara adil dan merata,
makin mantapnya budaya bangsa yang tercermin dalam meningkatkan
peradaban, harkat dan martabat manusia indonesia, dan memperkuat jati
diri kepribadian bangsa. Dalam pembangunan sistem pendidikan nasional
memperhatikan hubungan pendidikan dengan perubahan sosial, tatanan
ekonomi, politik dan negara. Logika pembangunan mempunyai sisi yang
7
sama dan universal, yaitu bahwa pembangunan dimulai dari pertumbuhan.
Pertumbuhan itu kemudia dibagi atau diratakan. Tanpa pertumbuhan tidak
ada yang diratakan kecuali kemiskinan, pemerataan pendiddikan
berkenaan dengan indikator-indikator pendidikan.
b. Masalah mutu pendidikan
Menurut Heyneman dan Loxlely dalam Boediono & Abbas Ghozali
(1999) menyimpulkan bahwa kualitas sekolah dan guru nampaknya sangat
berpengaruh pada prestasi akademis diseluruh dunia; dan semakin miskin
suatu negara, semakin kuat pengaruh tersebut. Menurut penulis, mutu
pendidikan merupakan tolak ukur keberhasilan sebuah proses pendidikan
yang bisa dirasakan oleh masyarakat mulai dari input (masukan), proses
pendidikan yang terjadi, hingga output (produk keluaran) dari sebuah
proses pendidikan.
Sistem pendidikan nasional cenderung menempatkan porsi pengajaran
lebih besar daripada porsi pendidikan, sehingga kegiatan pendidikan
cenderung diidentikkan dengan proses peningkatan kemampuan,
keterampilan, dan kecerdasan belaka. Sementara itu urusan pembentukan
kepribadian unggul dan budaya mutu belum diperhatikan secara mendasar.
Ketidakseimbangan porsi ini antara lain disebabkan oleh banyaknya mata
pelajaran dan padatnya materi yang harus diberikan kepada para peserta
didik, sehingga waktu pembelajaran tersita habis oleh kegiatan untuk
menyampaikan materi (transfer pengetahuan) saja dan tugas pokok
lainnya, yaitu meningkatkan pertumbuhan dan kualitas kepribadian
peserta didik menjadi terabaikan.
c. Masalah efisiensi pendidikan
Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem
pendidkan mendaya gunakan sumber daya yang ada untuk mencapai
tujuan pendidikan. Jika penggunaannya hemat dan tepat sasaran dikatakan
efisiensinya tinggi, jika sebaliknya berarti efisiensinya rendah.
8
Masalah ini meliputi pengangkatan, penempatan, dan pengembangan
tenaga. Masalah pengangkatan terletak pada kesenjangan stok ketenaga
yang tersedia dengan jatah pengangkatan yang sangat terbatas. Pada masa
5 tahun terakhir ini jatah pengangkatan setiap tahunnya hanya sekitar 20%
dari kebutuhan tenaga dilapangan. Masalah penempatan guru, khususnya
guru bidang studi sering mengalami kepincangan, tidak disesuaikan
dengan kebutuhan dilapangan. Misalkan guru bahasa indonesia harus
mengajar IPA. Masalah pengembangan, tenaga kependidikan biasanya
terlambat, khususnya pada saat menyongsong hadirnya kurikulum baru,
setiap kurikulum baru menuntut adanya penyesuaian dari para pelaksana
dilapangan. (Umar, Tirtarahardja 2005. Pengantar Ilmu Pendidikan).
d. Masalah efektifitas pendidikan
Masalah efektivitas pendidikan berkenaan dengan rasio antara tujuan
pendidikan hasil pendidikan (output), artinya sejauh mana tingkat
kesesuaian antara apa yang diharapkan dengan apa yang dihasilkan, baik
dalam hal kuantitas maupun kualitas.pendidikan merupakan proses yang
bersifat teleologis, yaitu diarahkan pada tujuan tertentu, yaitu berupa
kualifikasi ideal. Jika peserta didik telah menyelesaikan pendidikannya
namun belum menunjukkan kemampuan dan karakteristik sesuai dengan
kualifikasi yang diharapkan berarti adalah masalah efektivitas pendidikan.
e. Masalah relevansi pendidikan
Masalah ini berkenaan dengan rasio antara tamatan yang dihasilkan satuan
pendidikan dengan yang diharapkan satuan pendidikan diatasnya atau
institusi yang membutuhkan tenaga kerja, baik secara kuantitatif maupun
secara kualitatif.
Masalah relevansi terlihat dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan
tertentu yang tidak siap secara kemampuan kognitif dan teknikal untuk
melanjutkan ke satuan pendidikan diatasnya. Masalah relevansi juga dapat
diketahui dari banyaknya lulusan dari satuan pendidikan tertentu, yaitu
9
sekolah kejuruan dan pendidikan tinggi yang belum atau bahkan tidak siap
untuk bekerja.
10
Perkembangan Iptek dan seni perkembangan iptek
Ilmu pengetahuan merupakan hasil eksplorasi secara sistem dan
terorganisasi mengenai alam semesta, dan teknologi adalah penerapan
yang direncanakan dari ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan
hidup masyarakat. Perkembangan seni kesenian merupakan aktivitas
berkreasi manusia. Secara individual ataupun kelompok yang
menghasilkan sesuatu yang indah. Berkesenian menjadi kebutuhan
hidup manusia. Melalui kesenian, manusia dapat menyalurkan
dorongan berkreasi atau mencipta yang bersifat orisinil (bukan tiruan)
dan dorongan spontanitas dalam menemukan keindahan.
Laju pertumbuhan penduduk
Masalah kependudukan dan kependidikan bersumber pada dua hal,
yaitu: pertambahan pertumbuhan, dan penyebaran penduduk.
Aspirasi masyarakat
Banyak hal meningkat khususnya aspirasi, aspirasi terhadap
pendidikan hidup yang sehat dan pekerjaan, semua ini mempengaruhi
peningkatan aspirasi terhadap pendidikan. Orang mulai melihat bahwa
untuk dapat hidup yang lebih layak dan sehat harus ada pekerjaan tetap
yang menopang, dan pendidikan memberi jaminan untuk memperoleh
pekerjaan yang layak dan menetap itu. Pendidikan dianggap
memberikan jaminan bagi peningkatan taraf hidup. Sebagai akibat dari
meningkatnya aspirasi pendidikan maka orangtua mendorong anaknya
untuk sekolah, agar nanti anak-anaknya memperoleh pekerjaan yang
lebih layak daripada orangtuanya. Dorongan yang kuat ini juga
terdapat pada anak-anak sendiri. Beberapa yang tidak dikehendaki
antara lain ialah seleksi penerimaan siswa pada berbagai jenis dan
jenjang pendidikan menjadi kurang objektif, jumlah siswa perkelas
melebihi batas semestinya, jumlah kelas setiap sekolah membengkak,
kekurangan sarana belajar, kekurangan guru dsb.
Keterbelakangan budaya
11
Keterbelakangan budaya terjadi karena letak geografis tempat tinggal
suatu masyarakat yang terpencil, penolakan masyarakat terhadap
datangnya unsur budaya baru karena tidak dipahami atau karena
dikhawatirkan akan merusak sendi masyarakat, ketidakmampuan
masyarakat secara ekonomis menyangkut unsur kebudayaan tersebut.
Permasalahan pendidikan aktual
Permasalahan aktual berupa kesenjangan-kesenjangan yang pada saat
ini kita hadapi dan terasa mendesak untuk ditanggulangi. Misalnya
munculnya kurikulum baru adalah masalah konsep. Masalah keutuhan
pencapaian sasaran didalam undang-undang No.2 tahun 1989 tentang
sistem pendidikan nasional Bab 11 pasal 4 telah dinyatakan bahwa
tujuan pendidikan nasional ialah mengembangkan manusia indonesia
seutuhnya. Banyak hambatan yang harus dihadapi dalam pelaksanaan
sistem pendidikan antara lain: kurikulum sudah terlalu sarat,
pendidikan afektif, sulit diprogramkan secara eksplisit karena
dianggap menjadi bagian kurikulum tersembunyi yang
keterlaksanaannya sangat tergantung kepada kemahiran dan
pengalaman guru, pencapaian hasil pendidikan afektif memakan
waktu, sehingga memerlukan ketekunan dan kesabaran pendidik,
menilai hasil pendidikan tidak mudah.
12
menarik iuran dan SPP untuk menutupi kekurangan anggaran untuk
pendidikan.
3. Pendidikan agama disekolah mendesak untuk dievaluasi dan dibenahi,
baik metode pembelajarannya maupun gurunya. Berdasarkan penelitian
Pusat Pengkajian Islam Dan Masyarakat UIN Jakarta (Desember 2016),
terdapat 78% guru PAI disekolah setuju jika pemerintah berdasarkan
syariat islam dan 77% guru PAI mendukung organisasi-organisasi yang
memperjuangkan syariat islam.
4. Masih lemahnya pengakuan negara atas pendidikan pesantren dan
madrasah. Model pendidikan ini berperan sejak dahulu, jauh sebelum
indonesia merdeka.
5. Pendistribusian Kartu Indonesia Pintar harus tepat sasaran dan tepat
waktu. Bersekolah bagi kaum marginal masih jadi impian. Marginal disini
terutama dialami oleh warga miskin dan anak-anak yang berkebutuhan
khusus.
6. Kekerasan dan pungutan liar disekolah masih merajalela. Potret buram
pendidikan diindonesia masih diwarnai oleh kasus kekerasan disekolah
dan pengaduan pungli. Modus kekerasan ini sudah sangat rumit untuk
diurai, karena para pelakunya di berbagai arah.
7. Ketidak-sesuaian antara dunia pendidikan dengan dunia kerja. Saat ini ada
lebih dari tujuh juta angkatan kerja yang belum mempunyai pekerjaan.
Sementara disaat yang sama, dunia usaha mengalami kesulitan untuk
merekrut tenaga kerja terampil yang sesuai dengan kompetensi yang
dibutuhkan dan siap pakai.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com/amp/s/m.republika.co.id/amp/opchjr354
www.slideshare.net/mobile/dadangkaryanto
www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com
www.google.com sriharini.gurusiana.id/article
www.google.com/amp/s/rhioobetz.wordpress.com
15