Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KAPITA SELEKTA
Tentang
PROBLEMATIKA SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Disusun oleh:
kelompok 2
Firman Hidayat: 2114010095
Deri Yulianti: 2114010099
Kholizah Harahap: 2114010117
Nabila zahratul Asni : 2114010134

Dosen pengampu:
Zulfamanna, M. A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI C-VI)


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
IMAM BONJOL PADANG
1445 H / 2024 M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Problematika Sistem Pendidikan
Nasional”

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah


Muhammad saw. Sebagai sosok yang sangat kita muliakan karena akhlaknya dan
kepribadiannya yang dapat kita pelajari dari berbagai hadis yang telah
diriwayatkan oleh banyak sahabat.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah kapita selekta
selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
yang membaca nya. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Padang, 8 Maret 2024

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1

A. Latar Belakang ........................................................................................1


B. Rumusan masalah ....................................................................................2
C. Tujuan Masalah .......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................2

A. Problem Pokok Pendidikan Nasional.......................................................2

B. Pendidikan Sebagai Sarana Mempertahankan Nilai, Mempersiapkan


Generasi Aspiratif Terhadap Tuntutan Global..........................................9

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 13

A. Kesimpulan ........................................................................................... 13
B. Saran ...................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan cahaya penerang yang menuntun manusia dalam


menentukan arah, tujuan, dan makna kehidupan ini. Berbagai problematika
pendidikan di Indonesia cukup banyak, mulai dari masalah kurikulum, kualitas,
kompetensi, bahkan kompetensi kepemimpinan baik itu dijajaran tingkat atas
maupun tingkat bawah. Berbagai kasus keluhan-keluhan terjadi di lapangan, baik
pimpinan sekolah maupun para pendidik yang menyayangkan dimensi
kepemimpinan seperti soal manajemen, disiplin, birokrasi dan administrasi yang
sudah tidak baik.

Kondisi dinamis seperti ini tentu saja suatu dilematika yang cukup ironis, dan
berpengaruh besar terhadap kualitas pendidikan. Memikirkan konsep dan
mekanisme pendidikan, terlebih bagi masyarakat Indonesia yang sedang
berkembang dan dengan kondisi masyarakat yang pluralis tentunya bukan perkara
gampang. Tetapi walaupun demikian tetap merujuk bahwa pendidikan sebagai hak
asasi setiap individu anak bangsa seperti yang tertuang dalam UUD 1945 Pasal
31ayat (1) yang menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja problem pokok Pendidikan Nasional?
2. Apa yang dimaksud pendidikan sebagai sarana mempertahankan nilai,
mempersiapkan generasi aspiratif terhadap tuntutan global?
C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui problem pokok Pendidikan Nasional
2. Mengetahui yang dimaksud pendidikan sebagai sarana mempertahankan
nilai, mempersiapkan generasi aspiratif terhadap tuntutan global

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Problem Pokok Pendidikan Nasional
Berbagai macam permasalahan Pendidikan Nasional menjadi tantangan
terbesar dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Permasalahan tersebut
menjadi faktor terbesar rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia saat ini. Hal
tersebut tentu perlu menjadi perhatian khusus bagi bangsa Indonesia. Pasalnya,
kualitas manusia yang dihasilkan sangat bergantung pada kualitas pendidikan itu
sendiri. Adapun permasalahan- permasalahan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Masalah Pendidikan Nasional dalam Lingkup Makro
a) Kurikulum yang Membingungkan dan Terlalu Kompleks
Kurikulum merupakan sebuah rancangan atau program yang diberikan oleh
penyelenggara pendidikan untuk peserta didiknya. Di Indonesia, terhitung sudah
mengalami 10 hingga 11 kali perubahan kurikulum sejak Indonesia merdeka. Tentu
perubahan-perubahan kurikulum yang terjadi dapat membingungkan, terutama bagi
pendidik, peserta didik, dan bahkan orang tua. Menurut Nasution, Mengubah
kurikulum dapat juga diartikan dengan turut mengubah manusia, yaitu pendidik,
penyelenggara pendidikan, dan semua yang terlibat dalam pendidikan. Itu sebabnya
perubahan kurikulum terebut sering dianggap sebagai perubahan sosial atau social
change1. Selain perubahan kurikulum, kurikulum yang diterapkan di Indonesia juga
terbilang cukup kompleks. Hal ini sangat berdampak pada pendidik dan peserta
didik.2
b) Pendidikan yang Kurang Merata
Permasalahan Pemerataan dapat terjadi karena kurang terorganisirnya
koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, bahkan hingga
daerah terpencil sekalipun. Hal ini menyebabkan terputusnya komunikasi antara
pemerintah pusat dengan daerah. Selain itu masalah pemerataan pendidikan juga

1
Mardiana, Safitri, and Sumiyatun Sumiyatun. 2017. "Implementasi Kurikulum 2013
Dalam Pembelajaran Sejarah Di SMA Negeri 1 Metro." HISTORIA: Jurnal Program Studi
Pendidikan Sejarah 5(1):45-54.
2
Elvira, Elvira. 2021. "Faktor Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan Dan Cara
Mengatasinya (Studi Pada: Sekolah Dasar Di Desa Tonggolobibi)." IQRA Jurnal Ilmu Kependidikan
Dan Keislaman 16(2):93-98.

2
terjadi karena kurang berdayanya suatu lembaga pendidikan untuk melakukan
proses pendidikan, hal ini bisa saja terjadi jika kontrol pendidikan yang dilakukan
pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau daerah-daerah terpencil.
Jadi hal ini akan mengakibatkan mayoritas penduduk Indonesia yang dalam
usia sekolah, tidak dapat mengenyam pelaksanaan pendidikan sebagaimana yang
diharapkan. Pada sisi ini, sepintas dapat dipahami bahwa selama ini belum semua
masyarakat bangsa Indonesia dapat merasakan manisnya pendidikan. Jika hendak
dicermati, maka persoalan pemerataan pendidikan setidaknya disebabkan oleh (1)
Perbedaan tingkat sosial ekonomi masyarakat; (2) Perbedaan fasilitas pendidikan;
(3) Sebaran sekolah tidak merata; (4) Nilai masuk sebuah sekolah dengan standar
tinggi; (5) Rayonisasi.3
Yang paling utama permasalahannya di Indonesia adalah tingkat ekonomi.
Semakin rendah tingkat ekonomi masyarakat, maka peluang untuk mendapatkan
pendidikan yang tenaga pengajarnya berkualitas semakin kecil. Serta fasilitas
dalam pendidikan juga dapat diukur dengan uang. Semakin mahal sekolah,
biasanya akan semakin memadai fasilitas yang ada. Iklan “pendidikan gratis” telah
membawa anggapan bagi masyarakat untuk tidak mengeluarkan biaya sepeser pun
padahal dalam kenyataannya tidak demikian.4
c) Masalah Penempatan Guru
Pada beberapa kasus pendidikan di Indonesia, masalah penempatan guru ini
masih kerap terjadi. Terutama penempatan guru bidang studi yang tidak sesuai
dengan penempatannya atau keahliannya. Hal ini dapat menyebabkan guru tidak
bisa optimal dalam mengajar. Menurut Jakaria, ketidaklayakan mengajar guru dapat
disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya yaitu ketidaksesuaian antara bidang
studi yang diajarkan dengan latar belakang pendidikan guru tersebut.5

3
Idrus, M. (2016). Mutu Pendidikan Dan Pemerataan Pendidikan Di Daerah.
PSIKOPEDAGOGIA Jurnal Bimbingan Dan Konseling. 1(2).
4
Mujahidun. (2017). Pemerataan Pendidikan Anak Bangsa: Pendidikan Gratis Versus
Kapitalisme Pendidikan Mujahidun. Tarbiyatuna, 8(1), 1-8.
5
Jakaria, Y. (2014). Analisis Kelayakan Dan Kesesuaian Antara Latar Belakang Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Dengan Mata Pelajaran Yang Diampu. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan,
20 (4), 3-8.

3
Masalah penempatan guru ini biasanya terjadi karena kekurangan guru di
suatu. Daerah tertentu. Hal itu membuat guru yang ada harus bisa mengajar bidang
studi lain untuk memenuhi kebutuhan siswanya. Kekurangan guru ini biasa terjadi
di daerah yang terpencil, karena tidak meratanya penyaluran guru ke daerah
tersebut.
d) Rendahnya Kualitas Guru
Guru merupakan seorang pengajar yang menyampaikan ilmu kepada peserta
didiknya. Peran seorang guru sangatlah penting dalam mencapai keberhasilan
pendidikan. Tidaklah mudah hidup menjadi seorang guru, begitu banyak tanggung
jawab yang dilakukan. Namun, nyatanya masih banyak guru yang memandang
pekerjaannya adalah suatu hal yang mudah dan hanya melakukan pekerjaannya
sekadar untuk mendapat penghasilan.
Menurut Herlambang, saat ini terbangun paradigma keliru tentang pemahaman
profesi guru yang meliputi: (1) Mencetak manusia yang siap untuk kerja; (2)
Memandang bahwa mendidik merupakan pekerjaan mudah dan dapat dilakukan
oleh siapapun; dan (3) Memiliki tujuan utama yaitu untuk mendapat penghasilan.6
Padahal, Indonesia membutuhkan guru yang berkualitas dan profesional.
Seperti yang dikatakan oleh Suparno, bahwa pendidikan di Indonesia saat ini
membutuhkan guru yang melakukan tugasnya sebagai panggilan bukan sekadar
tuntutan pekerjaan. Sebagai seorang pendidik atau guru harus bisa menjalankan
kewajibannya sebagai mana mestinya, guru memiliki kewajiban untuk mendidik,
mengajar, membimbing, melatih, dan menilai anak didiknya.
e) Mutu dan Relevansi Pendidikan
Rendahnya mutu dan relevansi pendidikan juga disebabkan oleh rendahnya
kualitas tenaga pengajar. Penilaian dapat dilihat dari kualifikasi belajar yang dapat
dicapai oleh guru dan dosen tersebut. Dibanding negara berkembang lainnya, maka
kualitas tenaga pengajar pendidikan tinggi di Indonesia memiliki masalah yang
sangat mendasar. Kinerja guru merupakan serangkaian hasil dari proses dalam
melaksanakan pekerjaannya yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

6
Herlambang, Y. T. (2018). Pedagogik: Telaah Kritis Ilmu Pendidikan Dalam
Multiperspektif. Jakarta: Bumi Aksara.

4
Kemampuan seorang guru untuk menciptakan model pembelajaran baru atau
memunculkan kreasi baru akan membedakan dirinya dengan guru lain.7
f) Biaya Pendidikan yang Mahal
Saat ini sudah menjadi rahasia umum dengan anggapan "semakin tinggi
pendidikan semakin tinggi pula biaya yang dikeluarkan". Hal tersebut perlu
menjadi perhatian pemerintah, dikarenakan banyak masyarakat yang terdampak
akibat mahalnya biaya pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan sangatlah
membebani masyarakat Indonesia yang banyak adalah lapisan menengah ke bawah.
Tak sedikit orang lebih memilih tidak sekolah dibandingkan harus mengeluarkan
biaya yang besar.8
g) Efisiensi dan Efektifitas Pendidikan
Pelaksanaan proses pendidikan yang efisien adalah apabila pendayagunaan
sumber daya seperti waktu, tenaga dan biaya tepat sasaran, dengan lulusan dan
produktifitas pendidikan yang optimal. Pada saat sekarang ini, pelaksanaan
pendidikan di Indonesia jauh dari efisien, dimana pemanfaatan segala sumberdaya
yang ada tidak menghasilkan lulusan yang diharapkan. Banyaknya pengangguran
di Indonesia dikarenakan oleh kualitas pendidikan yang telah mereka peroleh.
Pendidikan yang mereka peroleh tidak menjamin mereka untuk mendapat pekerjaan
sesuai dengan jenjang pendidikan yang mereka jalani.
2. Masalah Pendidikan Nasional dalam Lingkup Mikro
a) Metode Pembelajaran yang Monoton
Metode pembelajaran yang monoton ini berarti tidak ada perubahan dan
inovasi, dengan kata lain metode ini dilakukan begitu saja tidak ada perbedaan saat
menyampaikan materi. Padahal, metode pembelajaran yang digunakan sangatlah
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pasalnya proses pembelajaran adalah
kegiatan yang bernilai edukatif, dimana terjadi interaksi antara siswa dan guru.
Interaksi dalam proses kegiatan pembelajaran bernilai edukatif dikarenakan siswa

7
Saptono, A. (2017). Pengaruh Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran Dan Kecerdasan.
Emosional Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas X Di Sma Negeri 89 Jakarta.
Econosains Jurnal Online Ekonomi Dan Pendidikan
8
Idris, R. (2010). Apbn Pendidikan Dan Mahalnya Biaya Pendidikan. Jurnal Lentera
Pendidikan, 13(1).3-10.

5
diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu yang telah disusun
sebelumnya, tujuan tersebut mengharapkan siswa dapat memahami dan mengerti
materi yang disampaikan.9
Oleh sebab itu, dalam kegiatan pembelajaran, guru atau pendidik perlu
menerapkan metode yang kreatif dan inovatif guna menarik perhatian siswanya
yang kemudian dapat mencapai hasil pembelajaran sesuai harapan.
b) Sarana dan Prasarana yang Kurang Memadai
Indonesia sebagai negara yang berkembang tentu saja masih banyak yang perlu
dibangun dan disempurnakan. Termasuk dalam penyempurnaan sarana dan
prasarana pendidikan. Sampai saat ini masih kerap dijumpai di sekolah-sekolah
daerah tertentu fasilitas yang tidak memadai, bahkan tidak ada fasilitas sama sekali.
Masalah rendahnya kualitas sarana dan prasarana pendidikan ini bisa disebabkan
oleh berbagai faktor, seperti penyaluran dana yang terhambat, penyalahgunaan dana
sekolah, perawatan sarana dan prasarana yang buruk, pengawasan pihak sekolah
yang acuh terhadap sarana dan prasarana, dan faktor lainnya. Akibatnya, banyak
siswa yang tidak dapat menikmati fasilitasi di sekolah dengan baik.
Padahal adanya sarana dan prasarana pendidikan yang memadai dapat
meningkatkan hasil pembelajaran siswa. Menurut Yustikia, sarana dan prasarana
memiliki hubungan penting dengan pembelajaran. Proses pembelajaran yang tidak
menggunakan sarana dan prasarana yang baik akan berdampak kurang baik untuk
proses belajar. Proses belajar dinilai akan kurang bermakna.
c) Rendahnya Prestasi Siswa
Inti dari sebuah pendidikan adalah proses belajar itu sendiri. Proses belajar
tentu sangat berpengaruh terhadap prestasi siswanya, Proses pembelajaran
dilakukan guna mengembangkan dan menemukan potensi-potensi yang ada dalam
diri siswa dan menghasilkan prestasi siswa yang diharapkan. Menurut Putri dan

9
Kartiani, B. S. (2015). Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Motivasi Belajar Terhadap
Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Kelas V Kabupaten Lombok Barat Ntb. Jurnal
Pendidikan Dasar, 6 (2), 3-8.

6
Neviarni, berprestasi adalah sebuah puncak dari proses belajar yang membuktikan
keberhasilan belajar siswa.10
Namun, sayangnya prestasi siswa yang rendah masih menjadi tantangan besar
untuk mewujudkan harapan pendidikan Indonesia. Banyak sekali faktor yang
menyebabkan rendahnya kualitas prestasi siswa. Secara umum, terdapat dua faktor
yang menyebabkan rendahnya prestasi siswa, yakni: 1) Faktor jasmani: kurang
memperhatikan asupan makanan, fisik yang sakit; 2) Faktor psikologis: Kurangnya
motivasi, baik dari diri sendiri ataupun orang lain; 3) Kelelahan. Selain itu terdapat
pula faktor eksternal berupa: 1) Rendahnya kualitas guru; 2) Kurang memadainya
sarana dan prasarana; 3) Faktor keluarga, seperti terjadi konflik di dalam keluarga,
dan 4) Faktor lingkungan, seperti orang-orang di sekitar acuh terhadap pendidikan,
pergaulan yang buruk, dan lainnya.
Adapun beberapa solusi dari permasalahan tersebut sebagai berikut:
Pertama, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Peningkatan dan pengembangan
SDM serta teknologi dalam mempersiapkan generasi penerus suatu bangsa
dilaksanakan melalui pembelajaran di sekolah. (Saptono, 2016) Penemuan
teknologi baru di dalam dunia pendidikan, menuntut Indonesia melakukan
reformasi dalam bidang pendidikan. Pelaksanaan reformasi tidaklah mudah, hal ini
sangat menuntut kesiapan SDM Indonesia untuk menjalankannya..
Kedua, Laju Pertumbuhan Penduduk. Laju pertumbuhan yang sangat pesat
akan berpengaruh terhadap masalah pemerataan serta mutu dan relevansi
pendidikan.. Pertumbuhan penduduk akan berdampak pada jumlah peserta didik.
Semakin besar jumlah pertumbuhan penduduk, maka semakin banyak dibutuhkan
sekolah-sekolah untuk menampungnya. Jika daya tampung suatu sekolah tidak
memadai, maka akan banyak peserta didik yang terlantar atau tidak bersekolah.
Ketiga Permasalahan Pembelajaran. Pada saat sekarang ini, kegiatan
pembelajaran yang dilakukan cenderung pasif, dimana seorang pendidik selalu
menempatkan dirinya sebagai orang yang serba tahu. Hal ini akan menimbulkan
kejengahan terhadap peserta didik. Sehingga pembelajaran yang dilakukan menjadi

10
Neviyarni, S. D. (2013). Aktor-Faktor Penyebab Rendahnya Prestasi Belajar Siswa
(Studi Deskriptif Terhadap Siswa Smp N 12 Padang). Jurnal Ilmiah Konseling, 2(1), 2-5.

7
tidak menarik dan cenderung membosankan. Kegiatan belajar yang terpusat seperti
ini merupakan masalah yang serius dalam dunia pendidikan..
Keempat, Melakukan Pemerataan Pendidikan. Permasalahan ketidak-
merataannya pendidikan di Indonesia bukanlah hal yang asing di telinga kita.
Sampai saat masih kerap terjadi kasus dimana ada di daerah tertentu yang kurang
mendapat perhatian mengenai pendidikannya. Ada bebarapa cara yang dapat
dilakukan untuk mengatasi masalah ketidakmerataan pendidikan.
Kelima, Meningkatkan Kesejahteraan Guru. Seperti yang telah dibahas
sebelumnya, pendidikan di Indonesia sangat membutuhkan guru yang bisa
menjalankan tugas dan fungsinya dengan tepat sesuai dengan Undang-undang
Nomor 20 tahun 2003. Untuk mencapai itu semua perlu dibarengi dengan
kesejahteraan guru yang terjamin.
Keenam, Meningkatkan Mutu Pendidikan. Mutu pendidikan di Indonesia perlu
ditingkatkan lagi guna mencapai tujuan pendidikan sesuai yang diharapkan.
Menurut Aziz, pendidikan yang bermutu yaitu pendidikan yang dapat memenuhi
harapan, kebutuhan, dan keinginan sesuai harapan masyarakat (Aziz: 2017).
Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan: (1) Menetapkan kurikulum
sesuai dengan yang dibutuhkan (sesuaikan dengan kondisi siswa, masyarakat, dan
negara); (2) Memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana; (3) Mengadakan kegiatan-
kegiatan sederhana seperti, kursus, program literasi, menjalin hubungan dengan
wali murid dan lain sebagainya.
Ketujuh, Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa. Saat ini rendahnya prestasi
siswa masih menjadi tantangan tersendiri bagi pendidikan Indonesia. Kenyataan ini
sangatlah disayangkan, karena ini membuktikan adanya kegagalan dalam
pendidikan di Indonesia.
Itulah uraian-uraian mengenai kondisi Pendidikan Nasional saat ini.
Pendidikan Nasional memiliki kualitas yang rendah. Rendahnya kualitas
pendidikan di Indonesia dapat disebabkan oleh masih banyaknya masalah
pendidikan yang dihadapi Indonesia. Permasalahan tersebut terbagi menjadi 2
macam, ada masalah pendidikan dalam lingkup makro dan juga masalah lingkup
mikro.

8
B. Pendidikan Sebagai Sarana Mempertahankan Nilai, Mempersiapkan
Generasi Aspiratif Terhadap Tuntutan Global

Indonesia memiliki adat/kepribadian yang khas yang menjunjung tinggi nilai,


dan etika dalam masyarakat, memiliki rasa toleransi yang tinggai, ramah-tamah,
dan saling menghargai serta saling tolong menolong. Oleh karena itu, pendidikan
berperan penting untuk menjaga karakteristik tersebut. Pendidikan dalam melawan
arus globalisasi yang pertama ialah dari komponen pendidikan itu sendiri yaitu
guru.

Di Indonesia sendiri guru merupakan tokoh sentral dalam pengembangan


sumber daya manusia Karena guru merupakan pelaku yang mentransformasikan
ilmu kepadapeserta didik, bahkan gurulah yang menanamkan nilai-nilai kepada
peserta didik. Kelas sebagian besar masih berfokus pada guru sebagai sumber
pengetahuan yang utama, dan ceramah menjadi pilihan utama dalam strategi
pembelajaran. Hal ini membuat peserta didik mudah bosan oleh karena itu perlunya
inovasi dalam metode pembelajaran.

Sebagai Negara yang berideologi Pancasila, sudah seharusnya guru memberikan


bimbingan sesuai sila- sila pancasila. Pembinaan moral Pancasila adalah pokok
yang menjadi dasar acuan untuk membina moral manusia- manusia Indonesia,
karena Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia, dan juga sebagai
pembentuk karakter bangsa. Selain itu, menurut Kaelan dan Zubaidi dikarenakan
pancasila diangkat dari nilainilai adat-istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai
religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia
sebelummembentuk Negara, dengan lain perkatan unsur- unsur yang merupakan
materi (bahan) Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup masyarakat
Indonesia sendiri, sehingga bangsa ini merupakan kausa materialis (asal bahan)
Pancasila.11

Kholilah Mustika, Peran Pendidikan dalam Menghadapi Arus Globalisasi dalam jurnal
11

Pendidikan, Vol 6 No 1, 2022, h. 4.

9
Dalam Islam, pentingnya pendidikan karakter dapat dilihat dari penekanan
pendidikan akhlak yang secara teoritis berpedoman kepada Alquran dan secara
praktis mengacu kepada kepribadian Nabi Muhammad saw. Profil beliau tidak
mungkin diragukan lagi bagi setiap muslim, bahwa beliau merupakan role model
(teladan) sepanjang zaman. Keteladanannya telah diakui oleh Alquran yang
mengatakan; ‘Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung’.
(QS al Qalam: 4). Dalam sebuah hadits Nabi saw, bersabda: “Sesungguhnya aku
diutus ke muka bumi ini adalah untuk menyempurnakan akhlak manusia.“ (HR
Ahmad).12

Secara substantif, tujuan pendidikan karakter adalah membimbing dan


memfasilitasi peserta didik agar memiliki karakter positif (baik). Tujuan pendidikan
karakter antara lain sebagai berikut: 1) mengembangkan potensi
kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa, 2) mengembangkan kebiasaan dan perilaku
peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya
bangsa yang religius, 3) menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab
peserta didik sebagai generasi penerus bangsa,4) mengembangkan kemampuan
peserta didik untuk menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan
kebangsaan, 5) mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai
lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas serta dengan rasa
kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).13

Dari berbagai penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa tujuan pendidikan


karakter adalah membentuk, menanamkan, memfasilitasi, mengembangkan nilai-
nilai positif pada peserta didik sehingga menjadi pribadi yang unggul dan
bermartabat.

12
Sri Judiani. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Melalui Pengatan
Pelaksaan Kurikulum, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Volume 16 Edisi Khusus III.Oktober
2010.Balitbang Kementerian Pendidikan Nasional. hlm. 283.
13
Kemendiknas, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, (Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, 2010), hlm.7.

10
Mempersiapkan Generasi Aspratif Terhadap Tuntutan Global

Pada dasarnya, mempersiapkan generasi aspratif terhadap tuntutan global dapat


dilakukan melalui pendidikan yang komprehensif, mengancam, dan sesuai dengan
dinamika kehidupan global. Pendidikan ini harus dilaksanakan secara
komprehensif, mengancam, dan diteruskan dengan keterlibatan pengajar. Generasi
aspratif harus memiliki wawasan luas, keunggulan dalam berbagai bidang, dan
pemikiran yang lebih inovatif, kreatif, dan kritis.

1. Pendidikan yang kompetitif dan inovatif

Kehidupan global dalam dunia terbuka dengan perdagangan bebas serta kerja
sama regional memerlukan manusia-manusia yang berkualitas . Manusia yang
berkualitas adalah manusia yang bisa bersaing di dalam arti yang baik. Di dalam
persaingan diperlukan kualitas individu sehingga hasil karya atau produk-produk
yang dihasilkan dapat berkompetisi yang berarti mendorong kearah kualitas yang
semakin lama semakin meningkat. Kualitas yang baik dan semakin meningkat
hanya dapat diciptakan oleh manusia-manusia yang mempunyai kemampuan
berkompetisi. Kemampuan untuk berkompetisi dihasilkan oleh pendidikan yang
kondusif bagi lahirnya pribadi-pribadi yang kompetitif. Pendidikan global
menjawab tantangan tersebut. Pendidikan global dalam hal ini diterapkan dengan
memperhatikan prinsip-prinsipnya sebagaimana yang telah dikemukakan di atas.

Pendidikan global di Indonesia dapat dilaksanakan melalui pendidikan yang


kompetitif dan inovatif. Di mana guru tidak lagi menjadi pusat dalam pembelajaran
tetapi siswalah yang menjadi pusat dalam pembelajaran. Produk yang diharapkan
dari pendidikan global melalui pendidikan yang kompetitif dan inovatif ini ialah
sumber daya manusia yang bermutu dan handal, yang mampu bersaing di tengah
era globalisasi. Pendidikan global merupakan jawaban juga terhadap masalah
pendidikan pada dewasa ini, yaitu output pendidikan di Indonesia yang masih
rendah mutunya dan kurang mampu bersaing di masyarakat global.

11
2. Identitas Bangsa

Pendidikan global di Indonesia seyogyanya dilaksanakan tanpa meninggalkan


identitas bangsa. Mengapa identitas ini penting juga untuk ditanamkan? Karena
tanpa identitas dengan mudah kita akan dihanyutkan oleh arus globalisasi tanpa
tujuan dan bukan tidak mungkin kita akan jatuh di dalam berbagai bentuk
kehidupan tanpa bentuk, tanpa identitas, bahkan tidak malu menjadi bangsa
Indonesia yang tanpa identitas. Berkaitan dengan hal ini maka tugas pendidikan
global di Indonesia seyogyanya juga mengembangkan identitas peserta didik agar
supaya dia bangga menjadi bangsa Indonesia yang dengan penuh percaya diri
memasuki kehidupan global sebagai seorang Indonesia yang berbudaya.

Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional kita, pendidikan tidak hanya bertujuan
untuk menghasilkan manusia yang pintar yang terdidik tetapi yang lebih penting
ialah manusia yang terdidik dan berbudaya (educated and civilized human being).
Oleh karena itu pendidikan global yang hendak diterapkan di Indonesia seharusnya
juga berdasarkan pada kebudayaan Indonesia yang Bhinneka.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan Nasional memiliki kualitas yang rendah. Rendahnya kualitas
pendidikan di Indonesia dapat disebabkan oleh masih banyaknya masalah
pendidikan yang dihadapi Indonesia. Permasalahan tersebut terbagi menjadi 2
macam, ada masalah pendidikan dalam lingkup makro dan juga masalah lingkup
mikro.

Pada dasarnya, mempersiapkan generasi aspratif terhadap tuntutan global


dapat dilakukan melalui pendidikan yang komprehensif, mengancam, dan sesuai
dengan dinamika kehidupan global. Pendidikan ini harus dilaksanakan secara
komprehensif, mengancam, dan diteruskan dengan keterlibatan pengajar. Generasi
aspratif harus memiliki wawasan luas, keunggulan dalam berbagai bidang, dan
pemikiran yang lebih inovatif, kreatif, dan kritis.

B. Saran

Dalam penulisan makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan dan


kesalahan, baikdari segi penulisan kata maupun dari segi penyusunan kalimatnya.
Dan dari segi isi juga masih perlu ditambahkan. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan kepada para pembaca agar dapat memberikan kritikan dan masukan
yang bersifat membangun. Supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi, dan bisa menjadi koreksi bagi penulis agar bisa memperbaiki
kesalahan pada tugas-tugas berikutnya. Sehingga dapat bermanfaat bagipenulis dan
pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Elvira, Elvira. 2021. “Faktor Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan Dan Cara
Mengatasinya (Studi Pada: Sekolah Dasar Di Desa Tonggolobibi).” IQRA
Jurnal Ilmu Kependidikan Dan Keislaman 16(2):93-98.

Herlambang, Y. T. (2018). Pedagogik: Telaah Kritis Ilmu Pendidikan Dalam


Multiperspektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Idrus, M. (2016). Mutu Pendidikan Dan Pemerataan Pendidikan Di Daerah.


PSIKOPEDAGOGIA Jurnal Bimbingan Dan Konseling. 1(2)
Idris, R. (2010). Apbn Pendidikan Dan Mahalnya Biaya Pendidikan. Jurnal Lentera
Pendidikan, 13(1).3-10.
Jakaria, Y. (2014). Analisis Kelayakan Dan Kesesuaian Antara Latar Belakang
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Dengan Mata Pelajaran Yang Diampu.
Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 20 (4), 3-8.
Kartiani, B. S. (2015). Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Motivasi Belajar
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ips Kelas V Kabupaten
Lombok Barat Ntb. Jurnal Pendidikan Dasar, 6 (2), 3-8.
Kemendiknas, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, (Jakarta:
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan,
2010), hlm.7.
Kholilah Mustika, Peran Pendidikan dalam Menghadapi Arus Globalisasi dalam
jurnal Pendidikan, Vol 6 No 1, 2022, h. 4.
Mujahidun. (2017). Pemerataan Pendidikan Anak Bangsa: Pendidikan Gratis
Versus Kapitalisme Pendidikan Mujahidun. Tarbiyatuna, 8(1), 1-8.
Mardiana, Safitri, and Sumiyatun. 2017. “Implementasi Kurikulum 2013 Dalam
Pembelajaran Sejarah Di SMA Negeri 1 Metro.” HISTORIA: Jurnal
Program Studi Pendidikan Sejarah 5(1):45-54.

Neviyarni, S. D. (2013). Aktor-Faktor Penyebab Rendahnya Prestasi Belajar Siswa


(Studi Deskriptif Terhadap Siswa SMP N 12 Padang). Jurnal Ilmiah
Konseling, 2(1), 2-5.
Saptono, A. (2017). Pengaruh Kreativitas Guru Dalam Pembelajaran Dan
Kecerdasan. Emosional Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Pada
Siswa Kelas X Di SMA Negeri 89 Jakarta. Econosains Jurnal Online
Ekonomi Dan Pendidikan.

Sri Judiani. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar Melalui Pengatan


Pelaksaan Kurikulum, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Volume 16 Edisi
Khusus III.Oktober 2010.Balitbang Kementerian Pendidikan Nasional. hlm.
283.

Anda mungkin juga menyukai