Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL KARYA ILMIAH

“DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP PENDIDIKAN”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata pelajaran Bahasa Indonesia

Guru : Dedi Irawan S.Pd.

Disusun Oleh :

1. Baiq Syenli Virginia Windi Ar

2. Anita Puspita Dewi

3. Elan Alianto

4. Muhammad Alif Taufikurrahman

5. Lalu Elingga Pandita Darma

6. Indra Marzuki

7. Azip Abdul

SMA NEGERI 1 TERARA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul Dampak Globalisasi Terhadap Pendidikan dalam rangka memenuhi tugas kelompok
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia mengenai Proposal karya ilmiah. Semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat dipergunakan sebanyak salah satu acuan atau petunjuk maupun petunjuk bagi
yang membaca Karya Tulis Ilmiah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini banyak terdapat
kekurangan dan kesalahan. Saran dan kritik yang membangun akan kami terima dengan hati
terbuka agar dapat meningkatkan kualitas Karya Tulis Ilmiah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Terara, 5 Februari 2023

Kelompok 4
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...........................................................................................................................2


Daftar Isi ....................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................4

1.1 Latar belakang ................................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................................5
1.3 Tujuan ............................................................................................................................5

BAB II KAJIAN TEORI .........................................................................................................7

2.1 Konsep Minat Belajar ....................................................................................................7


2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi minat Belajar ..........................................................8
2.3 Faktor-faktor yang dapat menumbuhkan minat belajar .................................................9

BAB III PEMBAHASAN ......................................................................................................12

3.1 Pengaruh Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan ......................................................12


3.2 Keadaan Pendidikan yang buruk di Indonesia .............................................................14
3.3 Penyesuaian Pendidikan Indonesia di Era Globalisasi ................................................17

BAB IV PENUTUP ................................................................................................................19

4.1 Kesimpulan ..................................................................................................................19


4.2 Saran ............................................................................................................................20

Daftar Pustaka ..........................................................................................................................21


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal
batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang
dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai
pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di
seluruh dunia Proses globalisasi berlangsung melalui doa dimensi, yaitu dimensi ruang dan
waktu. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik,
ekonomi, dan terutama pada bidang pendidikan. Teknologi informasi dan komunikasi adalah
faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, teknologi informasi dan komunikasi
berkembang pesat dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar luas ke seluruh
dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat dihindari kehadirannya. terutama dalam bidang
pendidikan.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin pesatnya arus
globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Banyak sekolah di
Indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini mulai melakukan globalisasi dalam sistem
pendidikan internal sekolah. Hal ini terlihat pada sekolah-sekolah yang dikenal dengan
bilingual school, dengan diterapkannya bahasa asing seperti bahasa Inggris dan bahasa
Mandarin sebagai mata terbuka sedikit wajib sekolah. Di dalamnya terdapat berbagai jenjang
pendidikan mulai dari sekolah menengah hingga perguruan tinggi baik negeri maupun swasta
yang membuka program kelas internasional. Globalisasi pendidikan dilakukan untuk
menjawab kebutuhan pasar akan tenaga kerja berkualitas yang semakin ketat. Dengan
globalisasi pendidikan diharapkan tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di pasar dunia.
Apalagi dengan akan perdagangan yang diterapkannya bebas, misalnya dalam lingkup
negara-negara ASEAN, mau tidak mau dunia pendidikan di Indonesia harus menghasilkan
lulusan yang siap kerja agar tidak menjadi "budak" di negeri sendiri.

Persaingan untuk menciptakan negara yang kuat terutama di bidang ekonomi, sehingga
dapat masuk dalam jajaran raksasa ekonomi dunia tentu saja sangat membutuhkan kombinasi
antara kemampuan otak yang mumpuni disertai dengan keterampilan daya cipta yang tinggi.
Salah satu kuncinya adalah globalisasi pendidikan yang dipadukan dengan kekayaan budaya
bangsa Indonesia. Selain itu peningkatan kualitas pendidikan selaras dengan kondisi
masyarakat Indonesia saat ini. Tidak dapat kita pungkiri bahwa masih banyak masyarakat
Indonesia yang berada di bawah garis kemiskinan. Dalam hal ini, untuk dapat menikmati
pendidikan dengan kualitas yang baik tadi tentu saja diperlukan biaya yang cukup besar.
Tentu saja hal ini menjadi salah satu penyebab globalisasi pendidikan belum dirasakan oleh
semua kalangan masyarakat. Sebagai contoh untuk dapat menikmati program kelas
Internasional di perguruan tinggi terkemuka di tanah air diperlukan dana lebih dari 50 juta.
Alhasil hal tersebut hanya dapat dinikmati golongan kelas atas yang mapan. Dengan kata lain
yang maju semakin maju, dan golongan yang terpinggirkan akan semakin terpinggirkan dan
tenggelam dalam arus pemukulan yang semakin kencang yang dapat menyeret mereka ke
dalam jurang kemiskinan. Masyarakat kelas atas menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah
mewah di saat masyarakat golongan ekonomi lemah harus bersusah payah bahkan untuk
sekadar menyekolahkan anak mereka di sekolah biasa. Ketimpangan ini dapat memicu
kecemburuan yang berpotensi menjadi konflik sosial. Peningkatan kualitas pendidikan yang
sudah tercapai akan sia-sia jika gejolak sosial dalam masyarakat akibat ketimpangan karena
kemiskinan dan ketidakadilan tidak diredam dari sekarang.

1.2 Rumusan Masalah

Secara umum, rumusan masalah pada Karya Tulis Ilmiah "Dampak Globalisasi Terhadap
Pendidikan" ini dapat dirumuskan seperti pada pertanyaan berikut.

1) Apa dampak dari globalisasi untuk dunia pendidikan?


2) Penyebab buruknya pendidikan di era globalisasi?
3) Cara penyusuan pendidikan di Indonesia pada era globalisasi?

1.3 Tujuan Masalah

1. Bagi Penulis

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang diberikan dosis dalam mata
pelajaran pengantar pendidikan. Selain itu, bagi diri kami pribadi makalah ini juga
diharapkan bisa digunakan untuk menambah pengetahuan yang lebih bagi siswa dan siswi,
baik dalam lingkup sekolah maupun di sekolah-sekolah yang lain.

2. Bagi Pembaca

Makalah ini dimaksudkan untuk membahas dampak globalisasi terhadap dunia


pendidikan dan menambah ilmu pengetahuan mengenai globalisasi. Para pembaca yang
dominan dari murid bisa digunakan untuk langkah menuju ke pengetahuan yang lebih luas,
sehingga kedepannya tercipta sdm-sdm yang unggul.

3. Bagi Masyarakat

Diharapkan masyarakat bisa lebih memahami tentang arti penting globalisasi


sehingga dampak negatif yang berimbas bisa lebih diperkecil. Dan juga diharapkan agar
realisasi kegiatan positif terhadap adanya pendidikan semakin lebih baik.
BAB II

TINJAUAN TEORI

Suatu kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan minat akan menghasilkan prestasi
yang kurang menyenangkan. Dapat dikatakan bahwa dengan memuaskannya minat seseorang
akan mendapatkan kesenangan dan kepuasan batin yang dapat menimbulkan motivasi. SC
Utami Munandar (1985:11) menyatakan bahwa minat juga dapat menjadi kekuatan motivasi.
Prestasi seseorang selalu dipengaruhi macam dan intensitas minatnya. Minat menimbulkan
kepuasan. Seorang anak cenderung mengulang-ulang tindakan-tindakan yang ditindaklanjuti
oleh minat dan minat ini dapat bertahan selama hidup. Karena itu, minat belajar merupakan
faktor yang sangat penting dalam keberhasilan belajar siswa. Di samping itu minat belajar
juga dapat mendukung dan melakukan proses belajar mengajar di sekolah. Namun dalam
praktiknya tidak sedikit guru Seni Budaya (Kesenian) menemukan kendala di dalam kelas,
karena kekurangan minat siswa dalam pembelajaran Seni Budaya khususnya seni rupa. Jika
hal ini terjadi, maka proses belajar mengajar pun akan mengalami hambatan dalam mencapai
tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pengalaman penulis, pada saat pembelajaran berlangsung kurang siswa


bersemangat dalam mengikuti pelajaran Hanya sebagai kecil saja siswa yang bisa memahami
dan mengerjakan tugas dengan semangat. Sebagian besar siswa mengerjakan tugas yang
diberikan dengan perasaan terpaksa atau takut. Hal ini menyebabkan mandat yang diberikan
hasilnya kurang memuaskan sehingga terkesan asal jadi. Jika mereka ditanya, sakit mereka
tidak punya bakat di bidang seni atau tidak punya bakat menggambar. Dengan kondisi seperti
ini, guru perlu mencari upaya bagaimana menumbuhkan minat belajar siswa terutama dalam
pembelajaran Seni Rupa.

2.1 Konsep Minat Belajar

1. Pengertian minat

Minat sering dihubungkan dengan keinginan atau ketertarikan terhadap sesuatu yang
datang dari dalam diri seseorang tanpa paksaan dari luar. Itu Liang Gie (1994:28)
mengungkapkan bahwa minat berarti sibuk, tertarik, atau terlibat sepenuhnya dengan suatu
kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu. Menurut Slameto (dalam Djaali
2006:121) minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas,
tanpa ada yang menyuruh.
2. Pengertian Belajar

Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang belajar. pada
umumnya mereka memberikan pada unsur perubahan dan pengalaman. Menurut
Witherington (dalam Sukmadinata 2007:155) menyatakan bahwa belajar merupakan
perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola respon yang baru yang
berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, dan jumlah. Burung gagak Dan
Burung gagak (dalam Sukmadinata 2007:155) mengemukakan bahwa belajar adalah
diperolehnya kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap baru. Menurut Hilgar (1962:252)
menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu perilaku muncul atau berubah
karena adanya respon terhadap sesuatu situasi.

Berdasarkan penekanan unsur pengalaman tentang definisi belajar dikemukakan para


ahli, antara lain menurut Di Vesta dan Thompson (1970:112) menyatakan bahwa belajar
adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman. Gage dan
Berliner (1970:256) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan perilaku
laku yang muncul karena pengalaman. Sedangkan menurut Hilgard (1983:630),
mengemukakan bahwa belajar dapat dirumuskan sebagai perubahan perilaku yang relatif
permanen yang terjadi karena pengalaman.

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar

Minat belajar peserta didik sangat menentukan keberhasilannya dalam proses belajar.
Ada beberapa faktor yang pengaruhnya. Faktor-faktor tersebut sumber pada dirinya dan luar
dirinya atau lingkungannya antara lain sebagai berikut:

1. Faktor dalam diri siswa, yang terdiri dari:

Aspek jasmaniah, mencakup kondisi fisik atau kesehatan jasmani dari individu siswa.
Kondisi fisik yang prima sangat mendukung keberhasilan belajar dan dapat mempengaruhi
minat belajar. Namun jika terjadi gangguan kesehatan pada fisik terutama indra penglihatan
dan sayang, otomatis dapat menyebabkan berkurangnya minat belajar pada dirinya.

Aspek Psikologis (kejiwaan), menurut Sardiman (1994:44) faktor psikologis meliputi


perhatian, pengamatan, tanggapan, fantasi, ingatan, berpikir, bakat, dan motif. Pada
pembahasan berikut tidak semua faktor psikologis yang dibahas, tetapi hanya sebagian saja
yang sangat berhubungan dengan minat belajar.
2. Faktor dari luar siswa, meliputi: Keluarga, meliputi hubungan antar keluarga, suasana
lingkungan rumah, dan keadaan ekonomi keluarga.

Sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, sarana dan prasarana belajar, sumber-
sumber belajar, media pembelajaran, hubungan siswa dengan temannya, guru-gurunya dan
staf sekolah serta berbagai kegiatan kokurikuler. Lingkungan masyarakat, meliputi hubungan
dengan teman bergaul, kegiatan dalam masyarakat, dan lingkungan tempat tinggal. Dari
uraian di atas dapat dipahami bahwa faktor-faktor dari diri siswa dan dar luar siswa saling
berkaitan dalam menumbuhkan minat belajar. Jika faktor- faktor tersebut tidak mendukung
mengakibatkan kurang atau hilangnya minat belajar siswa. Kurang atau hilangnya minat
belajar siswa disebabkan oleh banyak hal yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi
pencapaian hasil belajar. Menurut JT. Loekmono (1985:97), faktor-faktor yang menyebabkan
kurang atau hilangnya minat belajar siswa adalah sebagai berikut.

2.3 Faktor-faktor yang dapat menumbuhkan minat belajar

Beberapa ahli pendidikan berpendapat bahwa cara yang paling efektif untuk
membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan menggunakan minat-
minat siswa yang telah ada. Menurut Tanner and Tanner (1975) menyarankan agar para
pengajar berusaha membentuk minat-minat baru pada siswa. Hal ini bisa dicapai melalui
jalan memberi informasi pada siswa tentang bahan yang akan diampaikan dengan
menghubungkan bahan pelajaran yang lalu, kemudian diuraikan kegunaannya di masa yang
akan datang. Roijakters (1980) berpendapat bahwa hal ini biasa dicapai dengan cara
menghubungkan bahan pelajaran dengan berita-berita yang sensasional, yang sudah diketahui
siswa.

Harry Kitson (dalam The Liang gie 1995:130) mengemukakan bahwa ada dua kaidah
tentang minat (the laws of interest), yang berbunyi:

- Untuk menumbuhkan minat terhadap suatu mata pelajaran, usahakan memperoleh


keterangan tentang hal itu
- Untuk menumbuhkan minat terhadap suatu mata pelajaran, lakukan kegiatan yang
menyangkut hal itu.

Minat belajar akan tumbuh apabila kita berusaha mencari berbagai keterangan
selengkap mungkin mengenai mata pelajaran itu, umpamanya arti penting atau pesonanya
dan segi-segi lainnya yang mungkin menarik. Keterangan itu dapat diperoleh dari buku
pegangan. ensiklopedi, guru dan siswa senior yang tertarik atau berminat pada mata pelajaran
itu. Di samping itu perlu dilakukan kegiatan yang berhubungan dengan mata pelajaran itu,
misalnya pada mata pelajaran seni rupa usahakan mengikuti apa yang harus dilakukan apakah
dengan menggambar atau melukis. Dengan langkah-langkah itu minat siswa terhadap mata
pelajaran itu akan tumbuh. JT. Loekmono (1985:98), mengemukakan bahwa cara-cara untuk
menumbuhkan minat belajar pada diri siswa adalah sebagai berikut:

 Periksalah kondisi jasmani anak, untuk mengetahui apakah segi ini yang menjadi
sebab.
 Gunakan metode yang bervariasi dan media pembelajaran yang menarik sehingga
dapat merangsang anak untuk belajar
 Menolong anak memperoleh kondisi kesehatan mental yang lebih baik pada orang
atau guru-guru lain, apakah sikap dan tingkah laku tersebut hanya terdapat pada
pelajaran saudara atau juga ditunjukkan di kelas lain ketika diajar oleh guru-guru lain.
 Mungkin lingkungan rumah anak kurang mementingkan sekolah dan belajar. Dalam
hal ini orang-orang di rumah perlu diyakinkan akan pentingnya belajar bagi anak.
 Cobalah menemukan sesuatu hal yang dapat menarik perhatian anak, atau tergerak
minatnya. Apabila minatnya tergerak, maka minat tersebut dapat dialihkan kepada
kegiatan-kegiatan lain di sekolah.

Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan dapat dipahami bahwa banyak sekali
faktor yang dapat menumbuhkan atau membangkitkan minat belajar bagi siswa. Tinggal
bagaimana upaya yang harus kita lakukan sebagai seorang guru dalam memecahkan masalah
ini, sehingga siswa terbantu untuk menemukan minatnya dalam mengikuti pembelajaran,
Siswa yang memiliki karakter yang berbeda-beda memerlukan penanganan yang berbeda
pula, termasuk dalam hal menumbuhkan minat belajarnya. Dengan adanya upaya dari guru
dan pihak lain dalam menumbuhkan minat belajar bagi siswa, diharapkan dapat mencapai
tujuan pembelajaran yang akhirnya tertuju pada keberhasilan belajar siswa.

Minat belajar merupakan salah satu komponen yang berpengaruh terhadap


keberhasilan belajar. Untuk menumbuhkan minat belajar pada diri siswa, terlebih dahulu kita
harus memperhatikan apa yang menjadi latar belakang yang menyebabkan berkurang atau
bahkan hilangnya minat belajar. Setelah itu baru kita mengambil langkah-langkah apa yang
harus kita lakukan untuk menumbuhkan minat belajar pada diri siswa. Dengan demikian
upaya untuk menumbuhkan minat belajar sesuai dengan sasarannya.
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, maka dapat kita tarik beberapa kesimpulan
yang berkaitan dengan upaya menumbuhkan minat belajar pada peserta didik. Pertama,
pahami dan kenali terlebih dahulu kondisi fisik dan psikologis siswa. Kedua, gunakan teknik
dan metode yang bervariasi dalam penyajian materi pembelajaran. Ketiga, penggunaan media
pembelajaran hendaknya dapat merangsang siswa untuk tertarik ikuti serta dalam
pembelajaran. Keempat, pahami kondisi lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah
sehingga kita dapat mencari jalan keluar dalam menumbuhkan minat belajar siswa.
BAB lll

PEMBAHASAN

3.1 Pengaruh Globalisasi terhadap dunia Pendidikan

Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pengaruh


perkembangan globalisasi, di mana ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang pesat. Era
pasar bebas juga merupakan tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia, karena terbuka
peluang lembaga pendidikan dan tenaga pendidik dari mancanegara masuk ke Indonesia.
Untuk menghadapi pasar global maka kebijakan pendidikan nasional harus dapat
meningkatkan mutu pendidikan, baik akademik maupun non-akademik, dan memperbaiki
manajemen pendidikan agar lebih produktif dan efisien serta memberikan akses seluas-
luasnya bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan.

Ke tidak siapan bangsa kita dalam mencetak SDM yang berkualitas dan bermoral yang
dipersiapkan untuk terlibat dan berkiprah dalam kancah globalisasi, menimbulkan dampak
positif dan negatif dari pengaruh globalisasi dalam pendidikan dijelaskan dalam poin-poin
berikut:

1. Dampak Positif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia

a) Pengajaran Interaktif Multimedia

Kemajuan teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola pengajaran pada
dunia pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang
berbasis teknologi baru seperti internet dan komputer. Apabila dulu, guru menulis dengan
sebatang kapur, sesekali membuat gambar sederhana atau menggunakan suara-suara dan
sarana sederhana lainnya untuk mengkomunikasikan pengetahuan dan informasi. Sekarang
sudah ada komputer. Sehingga tulisan, film, suara, music, gambar hidup, dapat digabungkan
menjadi suatu proses komunikasi. Dalam fenomena balon atau pegas, dapat terlihat bahwa
daya itu dapat mengubah bentuk sebuah objek. Dulu, ketika seorang guru berbicara tentang
bagaimana daya dapat mengubah bentuk sebuah objek tanpa bantuan multimedia, para siswa
mungkin tidak langsung menangkapnya. Sang guru tentu akan menjelaskan dengan contoh-
contoh, tetapi mendengar tak seefektif melihat. Levie dan Levie (1975) dalam Arsyad (2005)
yang membaca kembali hasil-hasil penelitian tentang belajar melalui stimulus kata, visual dan
verbal menyimpulkan bahwa stimulus visual membuahkan hasil belajar yang lebih baik untuk
tugas-tugas seperti mengingat, mengenali, mengingat kembali, dan menghubung-hubungkan
fakta dengan konsep.

b) Perubahan Corak Pendidikan.

Mulai longgarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh negara. Tuntutan untuk


berkompetisi dan tekanan institusi global, seperti IMF dan World Bank. mau atau tidak,
membuat dunia politik dan pembuat kebijakan harus berkompromi untuk melakukan
perubahan. Lahirnya UUD 1945 yang telah di amandemen. UU Sisdiknas, dan PP 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) setidaknya telah membawa perubahan
paradigma pendidikan dari corak sentralistis menjadi desentralistis. Sekolah-sekolah atau
satuan pendidikan berhak mengatur kurikulumnya sendiri yang dianggap sesuai dengan
karakteristik sekolahnya. Kemudahan Dalam Mengakses Informasi Dalam dunia pendidikan,
teknologi hasil dari melambungnya globalisasi seperti internet dapat membantu siswa untuk
mengakses berbagai informasi dan ilmu pengetahuan serta sharing riset antar siswa terutama
dengan mereka yang berjauhan tempat tinggalnya.

Pembelajaran Berorientasi kan Kepada Siswa Dulu, kurikulum terutama didasarkan


pada tingkat kemajuan sang guru. Tetapi sekarang, kurikulum didasarkan pada tingkat
kemajuan siswa, KBK yang dicanangkan pemerintah tahun 2004 merupakan langkah awal
pemerintah dalam mengikut sertakan secara aktif siswa terhadap pelajaran di kelas yang
kemudian disusul dengan KTSP yang didasarkan pada tingkat satuan pendidikan. Di dalam
kelas, siswa dituntut untuk aktif dalam proses belajar-mengajar. Dulu, hanya guru yang
memegang otoritas kelas. Berpidato di depan kelas. Sedangkan siswa hanya mendengarkan
dan mencatat. Tetapi sekarang siswa berhak mengungkapkan ide-idenya melalui presentasi.
Di samping itu, siswa tidak hanya bisa menghafal tetapi juga mampu menemukan konsep-
konsep, dan fakta sendiri.

2. Dampak Negatif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia

a) Komersialisasi Pendidikan

Era globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan sekolah-


sekolah dengan tujuan utama sebagai media bisnis. John Micklethwait menggambarkan
sebuah kisah tentang persaingan bisnis yang mulai merambah dunia pendidikan dalam
bukunya "Masa Depan Sempurna" bahwa tibanya perusahaan pendidikan menandai
pendekatan kembali ke masa depan. Salah satu ciri utamanya ialah semangat menguji murid
ala Victoria yang bisa menyenangkan Mr. Gradgrind dalam karya Dickens. Perusahaan-
perusahaan ini harus membuktikan bahwa mereka memberikan hasil, bukan hanya bagi
murid, tapi juga pemegang saham. (John Micklethwait, 2007:166)..

b) Bahaya Dunia Maya

Dunia maya selain sebagai sarana untuk mengakses informasi dengan mudah juga
dapat memberikan dampak negative bagi siswa. Terdapat pula, Aneka macam materi yang
berpengaruh negative bertebaran di internet. Misalnya: pornografi, kebencian, rasisme,
kejahatan, kekerasan, dan sejenisnya. Berita yang bersifat pelecehan seperti pedafolia, dan
pelecehan seksual pun mudah diakses oleh siapa pun, termasuk siswa. Barang-barang seperti
viagra, alkohol, narkoba banyak ditawarkan melalui internet. Contohnya, 6 Oktober 2009 lalu
diberitakan salah seorang siswi SMA di Jawa Timur pergi meninggalkan sekolah demi
menemui seorang lelaki yang dia kenal melalui situs pertemanan "Facebook". Hal ini sangat
berbahaya pada proses belajar mengajar.

c) Ketergantungan

Mesin-mesin penggerak globalisasi seperti computer dan internet dapat menyebabkan


kecanduan pada diri siswa ataupun guru. Sehingga guru ataupun siswa terkesan tak
bersemangat dalam proses belajar mengajar tanpa bantuan alat-alat tersebut.

3.2 Keadaan Buruk Pendidikan di Indonesia

1. Paradigma Pendidikan Nasional yang Sekular-Materialistik

Diakui atau tidak, sistem pendidikan yang berjalan di Indonesia saat ini adalah sistem
pendidikan yang Sekular-Materialistik. Hal ini dapat terlihat antara lain pada UU Sisdiknas
No. 20 tahun 2003 Bab VI tentang jalur, jenjang, dan jenis pendidikan bagian kesatu (umum)
pasal 15 yang berbunyi: Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum, kejuruan, akademik,
profesi, advokasi, keagamaan. dan khusus dari pasal ini tampak jelas adanya dikotomi
pendidikan, yaitu pendidikan agama dan pendidikan umum. Sistem pendidikan dikotomi
semacam ini terbukti telah gagal melahirkan manusia yang Sholeh yang berkepribadia
sekaligus mampu menjawab tantangan perkembangan melalui penguasaan sains dan
teknologi. Secara kelembagaan, sekularisasi pendidikan tampak pada pendidikan agama
melalui madrasah, institusi agama, dan pesantren yang dikelola oleh Departemen Agama:
sementara pendidikan umum melalui sekolah dasar, sekolah menengah, kejurusan serta
perguruan tinggi umum dikelola oleh Departemen Pendidikan Nasional. Terdapat kesan yang
sangat kuat bahwa pengembangan ilmu-ilmu kehidupan (iptek) dilakukan oleh Depdiknas
dan dipandang sebagai tidak berhubungan dengan agama. Pembentukan karakter siswa yang
merupakan bagian terpenting dari proses pendidikan justru kurang tergarap secara serius.
Agama ditempatkan sekadar salah satu aspek yang perannya sangat minimal, bukan menjadi
landasan seluruh aspek.

Pendidikan yang Sekular-Materialistik ini memang bisa melahirkan orang yang


menguasai sains-teknologi melalui pendidikan umum yang diikutinya. Akan tetapi,
pendidikan semacam itu terbukti gagal membentuk kepribadian peserta didik dan penguasaan
ilmu agama. Banyak lulusan pendidikan umum yang 'buta agama' dan rapuh kepribadiannya.
Sebaliknya, mereka yang belajar di lingkungan pendidikan agama memang menguasai ilmu
agama dan kepribadiannya pun bagus, tetapi buta dari segi sains dan teknologi. Sehingga,
sektor-sektor modern diisi orang-orang awam. Sedang yang mengerti agama membuat
dunianya sendiri, karena tidak mampu terjun ke sektor modem.

2. Mahalnya Biaya Pendidikan

Pendidikan bermutu itu mahal, itulah kalimat yang sering terlontar di kalangan
masyarakat. Mereka menganggap begitu mahalnya biaya untuk mengenyam pendidikan yang
bermutu. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) sampai Perguruan
Tinggi membuat masyarakat miskin memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah. Makin
mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan pemerintah yang
menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), dimana di Indonesia dimaknai sebagai
upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena itu, komite sekolah yang merupakan organ
MBS selalu disyaratkan adanya unsur pengusaha. Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas
modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah komite sekolah terbentuk, segala pungutan
disodorkan kepada wali murid sesuai keputusan komite sekolah. Namun dalam penggunaan
dana, tidak transparan. Karena komite sekolah adalah orang-orang dekat kepada sekolah.

Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum Pendidikan
(RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk Badan Hukum jelas
memiliki konsekuensi ekonomis dan politis amat besar. Dengan perubahan status itu
pemerintah secara mudah dapat melempar tanggung jawabnya atas pendidikan warganya
kepada pemilik badan hukum yang sosoknya tidak jelas.

Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan publik tak
lepas dari tekanan utang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran utang. Utang luar
negeri Indonesia sebesar 35-40 persen dari APBN setiap tahunnya merupakan faktor
pendorong privatisasi pendidikan. Akibatnya, sector yang menyerap pendanaan besar seperti
pendidikan menjadi korban. Dana pendidikan terpotong hingga tinggal 8 persen (Kompas,
10/5/2005). Koordinator LSM Education Network foa Justice (ENJ), Yanti Mukhtar
(Republika, 10/5/2005) menilai bahwa dengan privatisasi pendidikan berarti Pemerintah telah
melegitimasi komersalialisasi pendidikan dengan menyerahkan tanggung jawab
penyelenggaraan pendidikan ke pasar. Dengan begitu, nantinya sekolah memiliki otonomi
untuk menentukan sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah tentu saja akan
mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan mempertahankan mutu.
Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu untuk menikmati pendidikan berkualitas akan
terbatasi dan masyarakat semakin terkotak-kotak berdasarkan status sosial, antara kaya dan
miskin.

Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, tetapi persoalannya siapa yang
seharusnya membayarnya?. Kewajiban Pemerintahlah untuk menjamin setiap warganya
memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan
pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataan Pemerintah justru ingin berkilah dari tanggung
jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi Pemerintah untuk cuci
tangan". Fandi Achmad (Jawa Pos, 2/6/2007) menjelaskan sebagai berikut. Mencermati
konteks pendidikan dalam praktik seperti itu, tujuan pendidikan menjadi bergeser. Awalnya,
pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan tidak membeda-bedakan kelas sosial.
Pendidikan adalah untuk semua. Namun, pendidikan kemudian menjadi perdagangan bebas
(free Trade).

Tesis akhirnya, bila sekolah selalu mengadakan drama tahun ajaran masuk sekolah
dengan bentuk pendidikan diskriminatif sedemikian itu, pendidikan justru tidak bisa
mencerdaskan bangsa. Ia diperalat untuk mengeruk habis uang rakyat demi kepentingan
pribadi maupun golongan.

3. Kualitas SDM yang Rendah

Akibat paradigma pendidikan nasional yang Sekular-Materialistik, kualitas


kepribadian anak didik di Indonesia semakin memprihatinkan. Dari sisi keahlian pun sangat
jauh jika dibandingkan dengan Negara lain. Jika dibandingkan dengan India, sebuah Negara
dengan segudang masalah (kemiskinan, kurang gizi, pendidikan yang rendah), ternyata
kualitas SDM Indonesia sangat jauh tertinggal. India dapat menghasilkan kualitas SDM yang
mencengangkan. Jika Indonesia masih dibayang-bayangi pengusiran dan pemerkosaan tenaga
kerja tak terdidik yang dikirim ke luar negeri, banyak orang India mendapat posisi bergengsi
di pasar Internasional.

Di samping kualitas SDM yang rendah juga disebabkan di beberapa daerah di


Indonesia masih kekurangan guru, dan ini perlu segera diantisipasi. Tabel 1. berikut
menjelaskan tentang kekurangan guru, untuk tingkat TK, SD, SMP dan SMU maupun SMK
untuk tahun 2004 dan 2005. Total kita masih membutuhkan sekitar 218.000 guru tambahan,
dan ini menjadi tugas utama dari lembaga pendidikan keguruan. Dalam menghadapi era
globalisasi, kita tidak hanya membutuhkan sumber daya manusia dengan latar belakang
pendidikan formal yang baik, tetapi juga diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai
latar belakang pendidikan non formal.

3.3 Penyesuaian Pendidikan Indonesia di Era Globalisasi

Dari beberapa takaran dan ukuran dunia pendidikan kita belum siap menghadapi
globalisasi. Belum siap tidak berarti bangsa kita akan hanyut begitu saja dalam arus global
tersebut. Kita harus menyadari bahwa Indonesia masih dalam masa transisi dan memiliki
potensi yang sangat besar untuk memainkan peran dalam globalisasi khususnya pada konteks
regional. Inilah salah satu tantangan dunia pendidikan kita yaitu menghasilkan SDM yang
kompetitif dan tangguh. Kedua, dunia pendidikan kita menghadapi banyak kendala dan
tantangan. Namun dari uraian di atas, kita optimis bahwa masih ada peluang. Ketiga,
alternatif yang ditawarkan di sini adalah penguatan fungsi keluarga dalam pendidikan anak
dengan penekanan pada pendidikan informal sebagai bagian dari pendidikan formal anak di
sekolah. Kesadaran yang tumbuh bahwa keluarga memainkan peranan yang sangat penting
dalam pendidikan anak akan membuat kita lebih hati-hati untuk tidak mudah melemparkan
kesalahan dunia pendidikan nasional kepada otoritas dan sektor-sektor lain dalam
masyarakat, karena mendidik itu ternyata tidak mudah dan harus lintas sektoral. Semakin
besar kuantitas individu dan keluarga yang menyadari urgensi peranan keluarga ini,
kemudian mereka membentuk jaringan yang lebih luas untuk membangun sinergi, maka
semakin cepat tumbuhnya kesadaran kompetitif di tengah-tengah bangsa kita sehingga
mampu bersaing di atas gelombang globalisasi ini.

Yang dibutuhkan Indonesia sekarang ini adalah visioning (pandangan), repositioning


strategi (strategi), dan leadership (kepemimpinan). Tanpa itu semua, kita tidak akan pernah
beranjak dari transformasi yang terus berputar-putar. Dengan visi jelas, tahapan-tahapan yang
juga jelas, dan komitmen semua pihak serta kepemimpinan yang kuat untuk mencapai itu,
tahun 2020 bukan tidak mungkin Indonesia juga bisa bangkit kembali menjadi bangsa yang
lebih bermartabat dan jaya sebagai pemenang dalam globalisasi.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal
batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang
dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai
pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di
seluruh dunia Dampak Positif Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia Pengajaran
Interaktif Multimedia

Kemajuan teknologi akibat pesatnya arus globalisasi, merubah pola pengajaran pada
dunia pendidikan. Pengajaran yang bersifat klasikal berubah menjadi pengajaran yang
berbasis teknologi baru seperti internet dan computer. Perubahan Corak Pendidikan, mulai
longgarnya kekuatan kontrol pendidikan oleh negara. Tuntutan untuk berkompetisi dan
tekanan institusi global, seperti IMF dan World Bank, mau atau tidak, membuat dunia politik
dan pembuat kebijakan harus berkompromi untuk melakukan perubahan. Dampak Negatif
Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan Indonesia Komersialisasi Pendidikan

Era globalisasi mengancam kemurnian dalam pendidikan. Banyak didirikan sekolah-


sekolah dengan tujuan utama sebagai media bisnis. John Micklethwait menggambarkan
sebuah kisah tentang persaingan bisnis yang mulai merambah dunia pendidikan dalam
bukunya "Masa Depan Sempurna" bahwa tibanya perusahaan pendidikan menandai
pendekatan kembali ke masa depan. Dunia maya selain sebagai sarana untuk mengakses
informasi dengan mudah juga dapat memberikan dampak negative bagi siswa. Terdapat pula,
Aneka macam materi yang berpengaruh negative bertebaran di internet. Misalnya:
pornografi, kebencian, rasisme, kejahatan, kekerasan, dan sejenisnya. Berita yang bersifat
pelecehan seperti pedafolia, dan pelecehan seksual pun mudah diakses oleh siapa pun.
termasuk siswa Barang-barang seperti viagra, alkhol, narkoba banyak ditawarkan melalui
internet.

Penyebab buruknya pendidikan di era globalisasi di Indonesia adalah Mahalnya Biaya


Pendidikan, Kualitas SDM yang Rendah dan fasilitas pendidikan yang kurang. itu yang
mengakibatkan pendidikan tidak berjalan dengan lancar yang dibutuhkan Indonesia sekarang
ini adalah visioning (pandangan), repositioning strategy (strategi), dan leadership
(kepemimpinan). Tanpa itu semua, kita tidak akan pernah beranjak dari transformasi yang
terus berputar-putar. Dengan visi jelas, tahapan-tahapan yang juga jelas, dan komitmen
semua pihak serta kepemimpinan yang kuat untuk mencapai itu

4.2 Saran

Penulis memberikan saran yang ditujukan untuk

a) Masyarakat. Agar para orang tua memperhatikan kepentingan anaknya dalam hal
pendidikan sehingga pendidikan berjalan dengan lancar
b) Pemerintah. Pemerintah harus menggaskan dana yang cukup untuk keperluan
pendidikan dan menambah beasiswa bagi guru untuk training
DAFTAR PUSTAKA

Asri B. 2008. Pembelajaran Moral. Jakarta: PT Rincka Cipta.Faizah, F. 2009 Dampak


Globalisasi Terhadap Dunia Pendidikan,
(Online)(http://www.blogger.com/profile/14458280955885383127) diakses 18 Oktober2011.

Munir. 2010. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: PT Pustaka Insan Maqdani, Anggota IKPI.
Surya, M. 2002. Dasar-dasar Kependidikan di SD. Pusat penerbitan Universitas Terbuka.
Suryabrata, [5] S. 2010. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Rajawali Pers. Januar, L. 2006.
Globalisasi pendidikan di Indonesia, (Online),
(www.friendster.com/group/tabmain.php?statpos-mygroup&gid=340151) diakses 18
Oktober 2011. Wardoyo, C. 2007. Urgensi Pendidikan Moral (Online), (http://www.nu.or.i)
diakses 18 Oktober 2011.

Anda mungkin juga menyukai